Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
PENGARUH KEPADATAN Lemna sp. SEBAGAI AGEN FITOREMEDIASI
DALAM MENINGKATKAN KUALITAS AIR (DO, TDS, pH dan
KEKERUHAN)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Disusun Oleh:
Karismawati Langkap
NIM :141434068
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
“ I can do all things through Christ who gives me stength” – Philippians 4:13
“Dari Allah, oleh Allah dan untuk Allah”
Kupersembahkan karya ini untuk:
Tuhan Yesus Kristus, yang senantiasa menyertai setiap langkah hidupku
Kedua orang tua tercinta, Bapak Hibor Langkap dan Ibu Betty Nggodulano
Kakak dan adik tersayang, Aris Wikradani Langkap dan Greis Naningsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“PENGARUH KEPADATAN Lemna sp. SEBAGAI AGEN
FITOREMEDIASI DALAM MENINGKATKAN KUALITAS AIR (DO,
TDS, pH dan KEKERUHAN)” ini dengan baik.
Skripsi ini diselesaikan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar
sarjana pendidikan pada program studi pendidikan Biologi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa selama menyelesaikan skripsi ini
tidak terlepas dari bimbingan, dukungan dan peran serta semua pihak yang telah
memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena
itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa yang selalu memberikan perlindungan dan berkat-
Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi
2. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
3. Bapak Drs. Antonius Tri Priantoro, M.For.Sc. selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Biologi
4. Ibu Y. M. Lauda Feroniasanti, M. Si. selaku dosen pembimbing yang telah
memberi bimbingan dan arahan selama proses penyelesaian skripsi ini
5. Kedua orang tua tercinta, Bapak Hibor Langkap dan Ibu Betty
Nggodulano yang senantiasa memberi dukungan, doa, kasih sayang,
arahan dan sumber motivasi utama penulis dalam penyelesaian skripsi ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
6. Kakak dan Adik tersayang (Aris Wikradani Langkap dan Greis Naningsi)
serta seluruh keluarga besar yang selalu memberikan doa, dukungan dan
semangat kepada penulis
7. Bapak Slamet selaku pengelola kebun percobaan Universitas Sanata
Dharma yang juga telah memberikan bantuan dan dukungan penyelesaian
skripsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
ABSTRAK
PENGARUH KEPADATAN Lemna sp. SEBAGAI AGEN
FITOREMEDIASI DALAM MENINGKATKAN KUALITAS AIR (DO,
TDS, pH dan KEKERUHAN)
Karismawati Langkap
141434068
Universitas Sanata Dharma
2019
Kondisi perairan di Embung Tambak Boyo kian memprihatinkan. Air di
beberapa area Embung terlihat keruh, kotor, berbau dan juga di beberapa area
mengalami pendangkalan. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya yang tepat
untuk meningkatkan kembali kualitas air pada Embung tersebut. Salah satu upaya
yang dapat dilakukan adalah dengan fitoremediasi yakni penggunaan tumbuhan
air untuk menyerap limbah yang berada di perairan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh kepadatan tumbuhan air Lemna sp. dalam meningkatkan
kualitas air mengenai nilai DO (Dissolved Oxygen), TDS (Total Dissolved Solid),
pH, kekeruhan dan juga kepadatan Lemna sp. yang paling efektif untuk
memperbaiki kualitas air.
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental, yang menggunakan
model Rancangan Acak Lengkap (RAL) yakni 5 perlakuan dan 3 kali
pengulangan. Penelitian ini meliputi tahap aklimatisasi, pengambilan sampel,
pengukuran awal, pemberian perlakuan dan pengukuran parameter (Suhu, DO,
TDS, pH dan kekeruhan) yang dilakukan selama 6 hari masa perlakuan. Data hasil
pengukuran dianalisis menggunakan statistik deskriptif dan analisis uji korelasi.
Hasil penelitian menunjukan kualitas air semakin meningkat dengan
adanya penurunan nilai TDS dan kekeruhan, juga meningkatnya nilai DO dan pH
selama perlakuan. Kepadatan Lemna sp. yang paling efektif untuk memperbaiki
kualitas air (DO, TDS,pH dan kekeruhan) yaitu Lemna sp. dengan kepadatan 35
gram.
Kata kunci: Lemna sp., fitoremediasi, pencemaran air, dan kualitas air.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
ABSTRACT
EFFECT OF Lemna sp. DENSITY AS A PHYTOREMEDIATION AGENT
FOR IMPROVING WATER QUALITY (DO, TDS, pH and TURBIDITY)
Karismawati Langkap
141434068
Sanata Dharma University
2019
The condition of the waters in Tambak Boyo Reservoir is apprehensive.
The water in some Reservoir areas looks turbid, dirty, and smelly; there are also
siltation in some areas. Therefore, appropriate efforts are needed to be done to
improve the water quality in the Reservoir. One of the efforts which can be
conducted is phytoremediation, which is the use of aquatic plants to absorb waste
in the water. This study aims to determine the effect of the density of the aquatic
plant Lemna sp. in improving water quality regarding DO (Dissolved Oxygen),
TDS (Total Dissolved Solid), pH and turbidity, and also which density of Lemna
sp. is the most effective to improve the water quality.
This type of research was experimental research, which used a Completely
Randomized Design (CRD) model that was 5 treatments and 3 repetitions. This
study covers acclimatization stage, sampling, initial measurement, treatment and
measurement of parameters (Temperature, DO, TDS, pH and turbidity) carried
out for 6 days of treatment. Data were analyzed by using descriptive statistics and
correlation test analysis.
The results showed that water quality was increasing where there is a
decreasing value of TDS and turbidity, as well as the increasing in DO values
and pH during the treatment. The density of Lemna sp. which is the most effective
to improve the water quality (DO, TDS, pH and turbidity is Lemna sp. with 35
grams of density.
Keywords: Lemna sp., phytoremediation, water pollution, and water quality.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING..................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................iii
HALAMAN PERSEMBAHAN...........................................................................iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA................................................................v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS ........................................................................... vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
ABSTRAK ............................................................................................................ ix
ABSTRACT EFFECT OF DENSITY Lemna sp. AS A
PHYTOREMEDIATION AGENT IN IMPROVING WATER QUALITY (DO,
TDS, pH and TREATMENT) ................................................................................ x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
BAB 1 ..................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 4
BAB II .................................................................................................................... 6
KAJIAN PUSTAKA ............................................................................................. 6
A. Dasar Teori ................................................................................................... 6
1. Gambaran Umum Tambak Boyo ............................................................. 6
2. Pencemaran Air ........................................................................................ 7
3. Baku Mutu Kualitas Air ........................................................................... 8
4. Parameter Kualitas Air ............................................................................. 9
5. Fitoremediasi .......................................................................................... 13
6. Deskripsi dan sifat-sifat Lemna sp. ........................................................ 15
7. Potensi Lemna sp. sebagai penyerap pencemar terlarut dalam air ......... 17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
B. Penelitian yang Relevan ............................................................................. 17
C. Kerangka Berpikir ...................................................................................... 19
D. Hipotesa...................................................................................................... 21
BAB III ................................................................................................................. 21
METODE PENELITIAN ................................................................................... 21
A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 21
B. Batasan Penelitian ...................................................................................... 22
C. Alat dan Bahan ........................................................................................... 23
D. Cara Kerja .................................................................................................. 23
E. Metode Analisis Data ................................................................................. 27
F. Rancangan Pemanfaatan Hasil Penelitian dalam Pembelajaran ................ 28
BAB IV ................................................................................................................. 30
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 30
A. Kondisi Area/spot Pengambilan Sampel dan Pengukuran awal ................ 30
B. Analisis Pengaruh Kepadatan Lemna sp. Terhadap Kualitas Air (TDS dan
Kekeruhan ......................................................................................................... 32
C. Analisis pengaruh kepadatan lemna terhadap DO (Dissolved Oxygen)..... 39
D. Analisis Pengaruh Kepadatan Lemna sp. terhadap pH .............................. 43
E. Keterbatasan dalam Penelitian ................................................................... 46
BAB IV ................................................................................................................. 46
IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN UNTUK PEMBELAJARAN
BIOLOGI ............................................................................................................. 46
BAB V ................................................................................................................... 48
PENUTUP ............................................................................................................ 48
A. Kesimpulan ................................................................................................ 48
B. Saran ........................................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 49
LAMPIRAN ......................................................................................................... 52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Data Pengukuran Kualitas Air.................................................................7
Tabel 2.2 Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas......................................................9
Tabel 3.1 Variasi Kepadatan Lemna sp..................................................................21
Tabel 3.2 Tingkat Korelasi dan Kekuatan Hubungan............................................27
Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Awal.........................................................................32
Tabel 4.2 Hasil Pengukuran TDS...........................................................................33
Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Kekeruhan.................................................................35
Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Berat Basah Lemna sp.............................................37
Tabel 4.5 Hasil Analisis Korelasi Pengukuran TDS..............................................38
Tabel 4.6 Hasil Analisis Korelasi Pengukuran Kekeruhan....................................38
Tabel 4.7 Hasil Pengukuran DO............................................................................39
Tabel 4.8 Hasil Analisis Korelasi Pengukuran DO................................................43
Tabel 4.9 Hasil Pengukuran pH.............................................................................44
Tabel 4.10 Hasil Analisis Korelasi Pengukuran pH..............................................45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tumbuhan Lemna sp..........................................................................16
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir..............................................................................20
Gambar 4.1 Spot Pengambilan Sampel..................................................................30
Gambar 4.2 Hasil Pengukuran TDS.......................................................................34
Gambar 4.3 Hasil Pengukuran Kekeruhan.............................................................35
Gambar 4.4 Hasil Pengukuran DO.........................................................................41
Gambar 4.5 Hasil Pengukuran pH.........................................................................44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Silabus................................................................................................53
Lampiran 2 RPP.....................................................................................................57
Lampiran 3 LKPD 1...............................................................................................67
Lampiran 4 LKPD 2...............................................................................................71
Lampiran 6 Kisi-kisi Penulisan Soal......................................................................73
Lampiran 7 Soal Post-test......................................................................................74
Lampiran 8 Kunci Jawaban....................................................................................75
Lampiran 9 Lembar Penilaian sikap......................................................................77
Lampiran 10 Penilaian Keterampilan.....................................................................78
Lampiran 11 Penilaian Praktikum..........................................................................80
Lampiran 12 Penilaian Kinerja Laporan................................................................82
Lampiran 13 Dokumentasi Penelitian....................................................................84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kualitas air merupakan suatu ukuran kondisi air yang dilihat dari
karakteristik fisik, kimiawi, dan biologisnya. Kualitas air juga sering menjadi
ukuran standar terhadap kondisi kesehatan ekosistem air dan kelayakan air bagi
suatu kegiatan atau keperluan tertentu (Depkes, 1990)
Masuknya sampah atau limbah di badan air mengakibatkan penurunan
kualitas air di perairan. Adapun dampak yang dihasilkan diantaranya yaitu
menimbulkan gangguan, kerusakan dan bahaya bagi semua makhluk hidup
yang bergantung pada sumber daya air (Depkes, 1990)
Embung Tambak Boyo merupakan salah satu sumber daya air yang
terletak di antara tiga desa yaitu Condongcatur, Maguwoharjo, dan
Wedomartani. Dewasa ini, Embung tersebut tidak hanya dimanfaatkan sebagai
cadangan air tanah untuk warga Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman, dan
Kotamadya Yogyakarta tetapi juga diperuntukkan sebagai sarana rekreasi.
Meningkatnya aktivitas masyarakat di area Embung tersebut memberikan
pengaruh terhadap kondisi Embung dan juga kualitas air yang terdapat di
dalamnya. Kondisi Embung menjadi cukup memprihatinkan, dimana air di
beberapa spot Embung terlihat keruh, kotor dan berbau. Selain itu juga, di
beberapa spot Embung tersebut mengalami pendangkalan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Berdasarkan data kualitas air dari BBWS-SO (Balai Besar Wilayah
Sungai Serayu Opak) Tahun 2016 menunjukkan bahwa beberapa parameter
seperti TDS (Total Dissolve Solid), DO (Dissolved Oxygen), pH diantaranya
masih belum memenuhi standar dari baku mutu kualitas air dan juga
diantaranya hampir mendekati standar maksimum dari baku mutu kualitas air
berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengolahan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air. Oleh karena itu, maka perlu dilakukannya
pengelolaan dan pengendalian yang tepat untuk meningkatkan kembali kualitas
air pada Embung tersebut. Solusi sederhana yang dapat dilakukan yaitu dengan
fitoremediasi.
Fitoremediasi adalah penggunaan tumbuhan untuk menghilangkan
polutan dari tanah atau perairan yang terkontaminasi (Juhaeti dkk., 2005).
Fitoremediasi mudah dioperasikan dan hemat biaya dan bisa mengubah nutrisi
air limbah menjadi biomassa yang berharga (Mkandawire & Dudel, 2007).
Salah satu tumbuhan air yang dapat digunakan sebagai agen fitoremediasi
adalah Lemna sp.
Lemna sp. merupakan tumbuhan berbunga kecil, dengan atau tanpa akar
yang berukuran kurang lebih 2 mm hingga diameter 20 mm dan hidup bebas
mengapung di permukaan air (Alahmady dkk., 2013). Tumbuhan dari familia
Lemnaceae ini dapat berfungsi sebagai fitoremediator karena memiliki
kemampuan sebagai pengolah limbah yang mampu menyerap senyawa organik
dan anorganik yang terdapat dalam limbah (Ilyas dkk., 2014). Hasil penelitian
Cedergreen & Madsen (2002) menyatakan bahwa L. minor menyerap NH4 dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
NO3 melalui bagian akar dan daunnya. Kemampuan L. gibba dalam
menyisihkan beberapa bahan pencemar diantarannya nitrat, ammonium,
ortofosfat, tembaga, timbal, seng, dan kadmium (El-Kheir et al., 2007).
Tumbuhan ini juga efisien dalam penghapusan nitrogen sehingga membuatnya
cocok untuk pengolahan air limbah (Zimmo et al., 2005). Selain sebagai
fitoremediator, Lemna sp. juga dapat dimanfaatkan sebagai pakan alternatif
bagi ikan (Ilyas dkk, 2014).
Di Indonesia pemanfaatan Lemna sp. sebagai fitoremediator masih sangat
jarang digunakan. Maka dari itu, berdasarkan kemampuan dan manfaat dari
Lemna sp. yang telah diketahui maka penulis tertarik untuk melihat pengaruh
kepadatan Lemna sp. dalam meningkatkan kualitas air yang meliputi DO
(Dissolved Oxygen), TDS (Total Dissolved Solid), pH dan kekeruhan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kualitas air (DO/ Dissolved Oxygen, TDS/Total Dissolved Solid,
pH dan kekeruhan) Embung Tambak Boyo setelah perlakuan dengan
menggunakan Lemna sp.?
2. Berapa jumlah kepadatan Lemna sp. yang paling efektif untuk
meningkatkan kualitas air khususnya DO (Dissolved Oxygen), TDS (Total
Dissolved Solid), pH dan kekeruhan pada Embung Tambak Boyo?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh kepadatan Lemna sp. dalam meningkatkan
kualitas air khususnya DO (Dissolved Oxygen), TDS (Total Dissolved
Solid), pH dan kekeruhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
2. Untuk mengetahui jumlah kepadatan Lemna sp. yang paling efektif dalam
meningkatkan kualitas air khususnya DO (Dissolved Oxygen), TDS (Total
Dissolved Solid), pH dan kekeruhan
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
a. Menambah pengetahuan dan juga pengalaman peneliti terkait dengan
pemanfaatan tumbuhan air Lemna sp. sebagai fitoremediator
b. Mengembangkan pengetahuan atau wawasan keilmuan di bidang
ekosistem perairan terutama terkait dengan fitoremediasi, pencemaran air
dan kualitas air.
c. Meningkatkan rasa kepedulian terhadap lingkungan sekitar khususnya
terkait pencemaran air.
2. Bagi Masyarakat
a. Memberikan informasi tentang keefektifan Lemna sp. sebagai
fitoremediator dalam upaya penurunan resiko pencemaran air khususnya
di Embung Tambak Boyo .
b. Memperkenalkan tanaman Lemna sp. sebagai salah satu teknologi
lingkungan yang dapat dimanfaatkan dalam pengelolaan kualitas air.
c. Meningkatkan minat dan rasa kepedulian masyarakat untuk menjaga
lingkungan sekitar khususnya terkait dengan pencemaran air.
3. Bagi Dunia Pendidikan
a. Menyumbangkan wawasan keilmuan mengenai penelitian yang berkaitan
dengan bidang kesehatan lingkungan dan perairan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
b. Sebagai masukan informasi mengenai pendayagunaan Lemna sp. sebagai
fitoremediator dalam upaya meningkatkan kualitas air.
c. Diimplementasikan dalam pembelajaran kelas X tentang materi
perubahan lingkungan sebagai salah satu upaya penanggulangan
pencemaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Dasar Teori
1. Gambaran Umum Embung Tambak Boyo
Waduk (embung) Tambak Boyo merupakan ekosistem air yang
dibuat oleh Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun
2003 dan mulai beroperasi pada tahun 2008. Embung Tambak Boyo
dibangun dan difungsikan oleh Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta
sebagai cadangan dan resapan air tanah untuk warga Kabupaten Bantul,
Kabupaten Sleman, Kotamadya Yogyakarta, sebagai sarana pengairan dan
cadangan air minum untuk PDAM di masa mendatang (Budin, 2015).
Selain itu, menurut Budin (2015) Embung Tambak Boyo sering juga
digunakan sebagai sarana rekreasi, dimana hal tersebut memberikan
pengaruh pada kondisi waduk dan kualitas air yang terdapat di dalamnya
dikarenakan banyaknya sampah yang masuk ke dalam badan air. Hal
tersebut semakin menambah tingkat pencemaran air di Embung tersebut.
Adapun gambaran umum kondisi perairan Embung Tambak Boyo juga
dapat dilihat berdasarkan data pengukuran kualitas air dari BBWS-SO
(Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak) Tahun 2016 khususnya pada
area outlet pada tabel 2.1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Tabel 2.1 Data Pengukuran Kualitas Air Area Outlet (Direktorat
Jendral Sumber Daya Air, 2016)
2. Pencemaran Air
Menurut Effendi (2003) Pencemaran air merupakan suatu keadaan
masuknya bahan pencemar (polutan) yang dapat berupa gas, bahan-bahan
terlarut, dan partikel halus ke dalam badan air. Masuknya polutan ke
dalam air dikelompokkan menjadi dua, yaitu polutan alamiah dan polutan
antropogenik. Polutan alamiah adalah polutan yang memasuki suatu badan
air secara alami, misalnya akibat letusan gunung berapi, tanah longsor,
banjir, dan fenomena alam yang lain. Polutan antropogenik adalah polutan
yang masuk ke badan air akibat aktivitas manusia, misalnya kegiatan
domestik (rumah tangga), dan kegiatan industri.
No. Parameter Satuan Hasil Pengukuran Standar Baku
Mutu
1. Temperatur 0C 28.9
2. Zat Terlarut /
TDS
mg/L
812 1000
3. Kekeruhan
(Turbudity)
mg/L 21.15 -
4. pH - 6.1 6-9
5. Oksigen Terlarut
(DO)
mg/L 5.4 ˃6
6. COD mg/L 3 25
7. BOD mg/L 0.71 3
8. Besi Terlarut
(Fe)
mg/L 0.44 -
9. Zat Tersuspensi /
TSS
mg/L 178 50
10. Amonium (NH4) mg/L ≤0,0094 -
11. DHL µmhos/cm 637.87 -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
3. Baku Mutu Kualitas Air
Klasifikasi dan kriteria mutu air mengacu pada peraturan
pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan
pengendalian pencemaran air yang menetapkan mutu air ke dalam empat
kelas yaitu :
1. Kelas satu, air yang diperuntukkannya dapat digunakan untuk baku air
minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut;
2. Kelas dua, air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk
prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, perternakan,
air untuk mengaliri pertanaman, dan atau peruntukkan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;
3. Kelas tiga, air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman
dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan air yang sama dengan
kegunaan tersebut;
4. Kelas empat, air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk mengairi
pertanaman dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air
yang sama dengan kegunaan tersebut (JDIH, 2001). Kriteria Mutu Air
berdasarkan kelas dapat dilihat dalam Tabel 2.2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Tabel 2.2 Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas (JDIH, 2001)
Parameter Satuan Kelas Keterangan
I II III IV
Fisika
Temperatur
0C
Dev 3
Dev 3
Dev 3
Dev 5
Deviasi temperatur
dari keadaan
ilmiahnya
TDS mg/L 1000 1000 1000 2000
TTS
mg/L
50
50
400
400
Bagi pengolahan
air minum secara
konvensional,
residu tersuspensi ≤
5000 mg/L
Kimia Anorganik
pH
6-9
6-9
6-9
5-9
Apabila secara
alamiah di luar
rentang tersebut,
maka ditentukan
berdasarkan
kondisi alamiah
BOD mg/L 2 3 6 12
COD mg/L 10 25 50 100
DO
mg/L
6 4 3 0
Angka batas
minimum
Total Fosfat
sbg P mg/L
0.2 0.2 1 5
NO3 sebagai
N
mg/L
10
10
20
20
4. Parameter Kualitas Air
a) Parameter Fisik
1) Suhu
Menurut Effendi (2003), Perubahan suhu pada perairan
memberikan pengaruh terhadap proses fisika, kimia dan biologi pada
badan air. Peningkatan suhu dalam perairan menyebabkan peningkatan
kecepatan metabolisme dan respirasi organisme air, yang selanjutnya
mengakibatkan peningkatan konsumsi oksigen. Semakin tinggi suhu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
air, semakin rendah daya larut oksigen dalam air, dan sebaliknya (Kordi
dan Tacung, 2010). Peningkatan suhu juga menyebabkan terjadinya
peningkatan dekomposisi bahan organik oleh mikroba. Kisaran suhu
optimum bagi pertumbuhan fitoplankton di perairan adalah 200C-30
0C
(Effendi, 2003).
Suhu perairan tidak bersifat konstan, akan tetapi karakteristiknya
menunjukkan perubahan yang bersifat dinamis. Banyak faktor yang
akan mempengaruhi suhu perairan sehingga nilainya akan berubah dari
waktu ke waktu. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan suhu di
perairan adalah keberadaan naungan (misalnya pohon atau tanaman
air), air buangan (limbah) yang masuk ke badan air (Chin, 2006),
radiasi matahari, suhu udara, cuaca, dan iklim (Boyd 2015).
2) Kekeruhan
Kekeruhan adalah gambaran sifat optik air dari suatu perairan yang
ditentukan berdasarkan sinar (cahaya) yang dipancarkan dan diserap
oleh partikel-partikel yang ada dalam air tersebut. Kekeruhan yang
tampak di perairan dapat berasal dari bahan-bahan tersuspensi seperti:
lumpur, pasir, bahan organik dan anorganik, plankton dan organisme
mikroskopik lainnya. Kekeruhan dapat menghalangi masuknya cahaya
matahari ke dalam air sehingga secara tidak langsung menggangu
proses fotosintesis fitoplankton (Asmara, 2005).
Pengukuran kekeruhan suatu perairan dapat dilakukan dengan
menggunakan alat yang disebut dengan Nephelometer. Nephelometer
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
adalah suatu alat untuk mengukur kekeruhan yang memberikan hasil
dalam satuan Nephelometric Turbidity Unit (NTU). NTU adalah satuan
standar untuk mengukur kekeruhan. Pada nephelometri sumber cahaya
diproyeksikan melalui sampel cairan yang disimpan dalam wadah
sampel transparan. Umumnya, nephelometri menggunakan sumber
cahaya yang memiliki panjang gelombang relatif singkat (misalnya, 500
nm-800 nm) dan efektif digunakan untuk mendeteksi partikel dengan
ukuran sangat kecil (Anonim,2018).
3) Warna
Warna perairan ditimbulkan oleh adanya bahan organik dan bahan
anorganik; karena keberadaan plankton, humus, dan ion-ion logam,
serta bahan-bahan lain. Adanya oksida besi menyebabkan air berwarna
kemerahan, sedangkan oksida mangan dan bahan-bahan organik seperti
tannin, lignin, dan asam humus yang berasal dari dekomposisi
tumbuhan yang telah mati menyebabkan air berwarna kecokelatan atau
kehitaman. Selain itu juga, warna perairan dapat disebabkan oleh
peledakan fitoplankton (algae) yang menyebabkan perairan memiliki
warna yang sangat berbeda dengan perairan disekitarnya (Effendi,
2003).
4) TDS (Total Dissolved Solid)
Padatan terlarut total (Total Dissolved Solid atau TDS) adalah
bahan-bahan terlarut yang berdiameter ˂ 10-6
mm dan koloid dengan
diameter 10-6
mm- 10-3
mm yang berupa senyawa-senyawa kimia dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
bahan-bahan lain, yang tidak tersaring pada kertas saring yang
berdiameter 0,4µm. Pada umumnya TDS disebabkan oleh bahan
anorganik yang berupa ion-ion yang biasa ditemukan di perairan.Oleh
karena itu nilai TDS perairan banyak dipengaruhi oleh pelapukan
batuan, limpasan dari tanah, dan pengaruh antropogenik berupa limbah
domestik dan industri (Effendi, 2003).
b) Parameter Kimia
1) pH
Nilai pH menggambarkan seberapa besar tingkat keasaman atau
kebasaan suatu perairan. Perairan dengan nilai pH = 7 adalah netral, pH ˂
7 dikatakan kondisi perairan bersifat asam, sedangkan pH ˃ 7 dikatakan
kondisi perairan bersifat basa. Sebagian besar biota akuatik sensitif
terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7-8,5. Nilai pH
sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan, misalnya proses
nitrifikasi akan berakhir jika pH rendah (Effendi, 2003). Adapun faktor-
faktor yang mempengaruhi nilai pH diantaranya yaitu suhu, konsentrasi
senyawa organik dan anorganik, konsentrasi karbonat dan bikarbonat, serta
konsentrasi CO2 dalam air (Maslina, 2018).
2) Oksigen terlarut (DO)
Kandungan oksigen terlarut di dalam air merupakan salah satu
penentu karakteristik kualitas air yang terpenting dalam kehidupan
organisme aquatik (Rakhmanda, 2011). Adapun sumber utama oksigen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
dalam suatu perairan berasal dari suatu proses difusi dari udara bebas dan
hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan (Salmin, 2005).
Kelarutan oksigen dalam air dipengaruhi banyak faktor,
diantaranya adalah suhu, kadar garam (salinitas), pergerakan air
permukaan, luas daerah permukaan yang terbuka, tekanan atmosfer dan
presentase oksigen di sekelilingnya. Berkurangnya kadar oksigen terlarut
dalam air dapat disebabkan oleh naiknya temperature dan salinitas, proses
respirasi organisme perairan, dan proses dekomposisi bahan organik oleh
mikroorganisme. Proses respirasi yang meningkat, menyebabkan
meningkatnya jumlah karbon organik dalam air yang mengakibatkan
menurunya nilai oksigen terlarut (Adi, 2017).
5. Fitoremediasi
Fitoremediasi merupakan bagian dari konsep teknologi alami yang
memusatkan peran tumbuhan sebagai solusi penyelesaian permasalahan
lingkungan, atau dikenal dengan istilah Fitoteknologi. Teknik fitoremediasi
dipilih sebagai upaya untuk memulihkan kualitas lingkungan yang tercemar
dengan teknologi alami yang praktis, ekonomis, dan ramah lingkungan.
Fitoremediasi umumnya mengunakan tumbuhan akuatik dalam lahan basah
buatan sebagai pengolahan perairan dari pencemaran limbah cair.
Tumbuhan akuatik memiliki berbagai macam manfaat di alam. Namun
kebanyakan orang masih belum menyadari peranannya (Permen Kesehatan
No 492 Tahun 2010).
Irawanto (2010) menyebutkan bahwa tumbuhan akuatik dapat
berperan sebagai pengelola polutan / limbah cair. Lestari (2013),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
menyatakan bahwa tumbuhan akuatik secara umum memiliki kemampuan
menetralisir komponen tertentu sehingga sangat bermanfaat dalam proses
pengolahan limbah cair. Salah satu contoh tumbuhan yang digunakan untuk
fitoremediasi adalah Lemna minor dan Ceratophyllum demersum.
Keberadaan tumbuhan akuatik sebagai pengolah air limbah dalam tatanan
taman secara estetika dapat memberikan kesan alami dan indah dipandang,
meskipun berfungsi sebagai fitoremediator (Kusumawardani dan Irawanto
2013).
Tahapan fitoremediasi yang dilakukan tumbuhan menurut Dewi dkk,
(2012) yaitu:
a. Phytoacumulation (phytoextraction) adalah proses tumbuhan menarik
zat kontaminan dari media sehingga berakumulasi di sekitar akar
tumbuhan.
b. Rhizofiltration adalah proses pengendapan zat kontaminan oleh akar
untuk menempel pada akar.
c. Phytostabilization adalah perlekatan zat-zat kontaminan tertentu pada
akar yang tidak mungkin terserap dalam batang tumbuhan.
d. Rhyzodegradation yaitu penguraian zat-zat kontaminan oleh aktivitas
mikroorganisme yang berada di sekitar akar tumbuhan
e. Phytodegradation yaitu proses penguraian zat kontaminan yang
memiliki rantai molekul kompleks menjadi bahan yang tidak
berbahaya dengan susunan molekul yang lebih sederhana dan
berguna bagi tumbuhan itu sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
f. Phytovolatization adalah proses perubahan polutan oleh tanaman
menjadi senyawa yang mudah menguap sehingga dapat dilepaskan
ke udara.
6. Deskripsi dan sifat-sifat Lemna sp.
Lemna sp. merupakan tumbuhan air makrofita yang hidup
mengapung di air, baik pada air yang diam ataupun bergerak pelan, seperti
kolam, danau, sungai, dan rawa. Tumbuhan ini berkembangbiak secara
vegetatif melalui proses pembentukan tunas (budding) dimana anakan
tersebut tumbuh di bagian pinggir tumbuhan induknya (Landolt, 1986
dalam Anonymous, 2006). Anakan tersebut tumbuh menempel ke
induknya selama periode tertentu atau melakukan pertunasan kembali
sebelum pada akhirnya memisahkan diri dengan induknya (Traver et al,
1986 dalam Anonymous, 2006). Lemna sp. tumbuh secara cepat berkoloni
pada lokasi tumbuhnya, kemudian terus berkembang biak hingga area
yang ditumbuhi penuh oleh koloni tersebut (CEH, 2004 dalam Febrianty
dkk., 2015). Contoh tumbuhan Lemna sp. dapat dilihat pada Gambar 2.1
Pertumbuhan dan perkembangan Lemna sp. pada kondisi optimal
dapat mencapai dua kali lipat dalam dua hari (Landesman et al, 2005).
Secara umum pertumbuhan Lemna sp. dipengaruhi oleh temperatur,
intensitas cahaya, dan kecukupan nutrisi pada media yang digunakan
(Leng et al, 1994 dalam Mkandawire & Dudel, 2005). Kondisi
pertumbuhan Lemna sp. yaitu pada kisaran suhu 6-33 °C dan rentang pH
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
dengan pertumbuhan optimal antara pH 5,5 dan 7,5 (Mkandawire &
Dudel, 2005).
Daun tumbuhan ini sangat kecil dengan rata-rata ukuran panjang 5
mm kecuali jenis Lemna spirodela polyrhiza yang dapat mencapai ukuran
1 cm. Lemna sp. dapat tumbuh sebagai daun tunggal seperti Lemna minuta
dan Lemna gibba, maupun tumbuh berkoloni dengan 2 atau 3 daun seperti
Lemna minor. Jenis lemna lain yaitu Lemna trisulca yang memiliki
struktur cabang daun yang kompleks dan tumbuh terendam di dalam air
(CEH 2004 dalam Febrianty dkk., 2015). Struktur anatomi dan fisiologis
Lemna sp. cukup sederhana. Sifat-sifat ini memungkinkan penanganan
yang mudah, dan manipulasi dalam kondisi laboratorium untuk sejumlah
studi kimia dan biogeokimia (Mkandawire & Dudel, 2007). Berikut
merupakan klasifikasi dari Lemna sp. :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivision : Spermatophytea
Division : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Subclass : Arecidae
Order : Arales
Family : Lemnaceae
Genus : Lemna Gambar 2.1. Tumbuhan Lemna sp.
Species : Lemna sp. Sumber: http://plants.usda.gov/java/
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
7. Potensi Lemna sp. sebagai penyerap pencemar terlarut dalam air
Menurut Landesman et al (2005), Lemna sp. memiliki
pertumbuhan yang sangat cepat sehingga mendorong kemampuan
tumbuhan ini untuk dengan cepat mengambil sejumlah besar pencemar
yang terlarut dalam air. Spesies Lemna sp. juga mampu tumbuh sepanjang
tahun meskipun dalam musim yang berbeda. Hal tersebut menjadikan
Lemna sp. dapat menyediakan biomassa yang dibutuhkan untuk
mengambil kontaminan dari sistem perairan Lemna sp. juga memiliki
keunggulan reduksi oksidasi dengan mengurangi pertukaran gas
(Mkandawire & Dudel 2007). Tumbuhan Lemna sp. juga memiliki
kemampuan atau potensi dalam akumulasi-bio logam (Gao et al., 2000).
Datko dan Mudd (1985) dalam Mkandawire & Dudel (2007)
menyatakan bahwa senyawa organik yang diserap oleh tumbuhan Lemna
sp. tidak menghambat sistem asam amino dari tumbuhan tersebut
dikarenakan senyawa organik yang diserap dimanfaatkan sebagai bahan
asam amino yang digunakan dalam pertumbuhan dan perkembangan
Lemna sp.. Oleh karena itu, hal ini sangat memungkinkan Lemna sp. untuk
menghilangkan senyawa organik yang terjadi di lingkungannya secara
alami.
B. Penelitian yang Relevan
Adapun beberapa hasil penelitian yang relevan terkait dengan
fitoremediasi menggunakan Lemna sp. yaitu diantaranya menurut Azeez &
Sabar, 2012 tentang “Efisiensi Duckweed (Lemna minor L. dalam Fitotritmen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
dari Polutan Limbah Basrah Oil Refinery)”. Penelitian ini melibatkan
percobaan laboratorium pada efisiensi tanaman Lemna minor L. dalam
meningkatkan kualitas air dari limbah Kilang Minyak Basrah. Efisiensi diuji
dengan mengukur beberapa karakteristik fisikokimia dari kontrol dan
perawatan tanaman setiap setelah tujuh hari, dimana percobaan dilakukan
dengan 20 liter sampel air kilang Basrah yang dimasukkan ke dalam akuarium
berukuran 27 x 39 x 34 cm yang kemudian diberi perlakuan dengan
menggunakan 100 gram Lemna sp. segar. Percobaan berlangsung selama satu
bulan, dan dicatat tingkat pengurangan polutan. Dari hasil percobaan
menunjukkan pengurangan untuk logam berat, yaitu 99,8%, 99,6%, 98,7% dan
72% untuk Tembaga, Kadmium, Timah dan Seng. Hal ini diikuti pula dengan
kekeruhan dan Nitrat masing-masing yaitu 64% dan 57,1%. Persentase
pengurangan BOD adalah 49,6%, COD 32,7%, TDS 48, 9%, minyak dan
lemak 43%, alkalinitas 41%, fenol 40%, Sulfida 39,1%, TSS 38% dan 30%
dari Fosfat. Adapun penurunan suhu dari masing-masing perlakuan berkisar
17,2%, pH dan Sulfat 13,4%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman
akuatik ini dapat berhasil digunakan untuk menghilangkan polutan air limbah.
Selanjutnya penelitian Meilani (2012) yaitu tentang “Pengaruh Kepadatan
Lemna minor L. dalam Proses Penyerapan Total Cr dan Cd2+
dari Limbah
Industri Tekstil”. Pada penelitian ini perlakuan yang dilakukan berupa
perbedaan nisbah luas area permukaan yang ditutupi oleh tumbuhan dengan
kepadatan 0%; 12,5%; 25%; 37,5%; 50% dan 62,5%. Hasil penelitian
menunjukan bahwa padat populasi Lemna minor yang optimal dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
penyerapan total Cr adalah 37,5% dengan efektivitas penyerapan sebesar 50%
lebih (57,15%-58,82) dan penyerapan Cd oleh Lemna minor pada berbagai
kepadatan tidak terjadi selama 2-6 hari di sebabkan karena adanya selektivitas
penyerapan logam. Cd mulai terserap setelah semua logam terserap secara
tuntas.
C. Kerangka Berpikir
Tambak Boyo adalah salah satu waduk yang terletak di Kabupaten
Sleman, dimana kondisi waduk tersebut cukup memprihatinkan. Terdapat
banyak sampah yang masuk dalam badan air dan menyebabkan air pada waduk
tersebut menjadi kotor, keruh dan berbau. Di beberapa titik area waduk terjadi
pendangkalan dan melimpahnya tumbuhan eceng gondok. Berdasarkan data
kualitas air dari BBWS-SO (Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak) Tahun
2016 menunjukkan beberapa parameter seperti TDS (Total Dissolved Solid),
DO (Dissolved Oxygen), pH dan sebagainya diantaranya masih belum
memenuhi standar dari baku mutu kualitas air dan ada pula diantaranya hampir
mendekati standar maksimum dari baku mutu kualitas air. Dalam penelitian
Azeez & Sabar, 2012 tentang “Efisiensi Duckweed (Lemna minor L. dalam
Fitotritmen dari Polutan Limbah Basrah Oil Refinery)” dimana dalam
penelitian ini menunjukkan pemanfaatan Lemna minor L. dalam menyerap
limbah dan meningkatkan kualitas air dari limbah Kilang Minyak Basrah.
Selain itu juga peneliti membaca penelitian dari Meilani (2012) tentang
Pengaruh Kepadatan Lemna minor L. dalam Proses Penyerapan Total Cr dan
Cd2+
dari Limbah Industri Tekstil. Hasil penelitian menunjukan bahwa padat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
populasi Lemna minor 37,5% efektif menyerap Cr sebesar 50%. Dari
penelitian-penelitian tersebut peneliti mencoba untuk memanfaatkan tumbuhan
Lemna sp. sebagai agen fitoremediasi untuk meningkatkan kualitas air Embung
Tambak Boyo khususnya DO (Dissolved Oxygen), TDS (Total Dissolve Solid),
pH dan kekeruhan. Untuk lebih lengkap alur kerangka berpikir dapat dillihat
pada gambar 2.2 berikut ini:
Gambar: 2.2. Kerangka Berpikir
Azeez dan Sabar (2012)Efisiensi
duckweek (Lemna minor L.)
fitotritmen dari polutan limbah Basrah
Oil Refinery,
Meilani (2012) Pengaruh Kepadatan
Lemna minor L. dalam Proses
Penyerapan Total Cr dan Cd2+
dari
Limbah Industri Tekstil.
Kondisi Embung
Tambak Boyo
Pengaruh kepadatan Lemna
sp. dalam meningkatkan
kualitas air di tambak boyo
Pengukuran kualitas air fisik
dan kimia (DO, TDS, suhu,
pH, bau, warna, kekeruhan)
Hasil dan pembahasan analisis
penelitian air dari perlakuan
fitoremediasi menggunakan Lemna
sp.
Bahan ajar SMA kelas X Informasi bagi masyarakat
sekitar/pihak terkait
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
D. Hipotesa
1. Kualitas air (DO (Dissolved Oxygen), TDS (Total Dissolved Solid), pH dan
kekeruhan) Embung Tambak Boyo semakin baik setelah perlakuan
fitoremediasi menggunakan Lemna sp.
2. Kepadatan Lemna sp. yang paling efektif untuk memperbaiki kualitas air
(DO (Dissolved Oxygen), TDS (Total Dissolved Solid), pH dan kekeruhan)
pada sampel air Embung Tambak Boyo adalah Lemna sp. dengan
kepadatan 35 gram/1.080 cm2 luas permukaan .
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental yang bertujuan untuk
mengetahui pengaruh kepadatan Lemna sp. dalam meningkatkan kualitas air
seperti DO (Dissolved Oxygen), TDS (Total Dissolve Solid) dan pH sebagai salah
satu upaya untuk mengurangi pencemaran air di Embung Tambak Boyo.
Penelitian ini menggunakan model Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
menggunakan 5 perlakuan dan 3 kali pengulangan, sehingga terdapat 15 satuan
percobaan. Adapun variabel-variabel yang digunakan sebagai berikut:
1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variasi kepadatan Lemna sp.
berdasarkan penelitian Azeez & Sabar (2012). Variasi kepadatan Lemna
sp. dapat dilihat pada tabel 3.1
Tabel 3.1 Variasi kepadatan Lemna sp.
Kode Perlakuan
K Kepadatan Lemna sp. 0 gram/1.080 cm2 luas permukaan
P1 Kepadatan Lemna sp. 5 gram/1.080 cm2 luas permukaan
P2 Kepadatan Lemna sp. 15 gram/1.080 cm2 luas permukaan
P3 Kepadatan Lemna sp. 25 gram/1.080 cm2 luas permukaan
P4 Kepadatan Lemna sp. 35 gram/1.080 cm2 luas permukaan
2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah nilai DO (Dissolved Oxygen),
TDS (Total Dissolve Solid), pH dan kekeruhan yang ada dalam setiap
sampel
3. Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah ukuran wadah dan volume air
dalam tiap perlakuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
B. Batasan Penelitian
1. Dalam penelitian ini tumbuhan air yang digunakan sebagai fitoremediator
adalah Lemna sp.
2. Lemna sp. yang digunakan diperoleh dari Atla Agrikultur Surabaya yang
kemudian dibudidayakan oleh peneliti
3. Sampel air yang digunakan berasal dari Embung Tambak Boyo
Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
4. Perlakuan penelitan yaitu selama 6 hari berdasarkan penelitian Meilani
(2012) ditambah dengan waktu aklimatisasi sebelum perlakuan selama 2
hari.
5. Variasi kepadatan Lemna sp. yang digunakan yaitu 0 gram sebagai
kontrol, 5 gram, 15 gram, 25 gram, dan 35 gram/1.080 cm2
luas
permukaan.
6. Parameter utama yang diukur dalam penelitian ini yaitu nilai DO
(Dissolved Oxygen), TDS (Total Dissolved Solid), pH dan kekeruhan yang
ada dalam setiap sampel. Parameter ini dipilih mengacu dari hasil
pengukuran kualitas air yang dilakukan oleh BBWS-SO (Balai Besar
Wilayah Sungai Serayu Opak) 2016.
7. Dalam penelitian ini juga dilakukan pengamatan dan pengukuran suhu,
bau, dan warna air sebagai variabel pendukung untuk mendukung dan
mempermudah dalam menganalisis data yang diperoleh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
C. Alat dan Bahan
1. Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: LTT Lutron PDO-519 DO
meter, Hanna pH meter, TDS & EC meter (hold), Eutech TN-100
waterproof turbidimeter, ember, tali, jerigen, kamera, corong, gelas ukur,
laptop, kertas label, alat tulis, timbangan digital dan tisu.
2. Bahan yang digunakan dalam penelitian: Lemna sp., air Embung Tambak
Boyo, akuades dan air kran/sumur (air bersih).
D. Cara Kerja
Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Pendidikan Biologi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta pada tanggal 18 Juli 2018 – 2 September 2018.
Pengambilan air dilakukan di Embung Tambak Boyo. Cara kerja dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Penyediaan Lemna sp.
Lemna sp. yang diperoleh dari Atla Agrikultur Surabaya sebanyak 2 kg
dibudidayakan di kebun percobaan Pendidikan Biologi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta oleh peneliti dalam kolam penampungan berukuran
(45× 30 × 45) cm selama sebulan lebih.
2. Aklimatisasi
Tumbuhan Lemna sp. yang akan digunakan diaklimatisasi terlebih dahulu
yakni dengan menambahkan Lemna sp. pada wadah yang berisi air bersih
selama 2 hari. Setelah masa aklimatisasi selesai maka Lemna sp. telah siap
dipergunakan dalam penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
3. Pelaksanaan penelitian
a) Pengambilan air dari Embung Tambak Boyo
1) Air diambil sebanyak 75 liter menggunakan ember yang diikat
dengan tali dan diambil dari pinggiran Embung.
2) Setelah air diperoleh dilakukann pengukuran awal yang meliputi
pH, TDS, DO, suhu dan kekeruhan.
3) Air yang diperoleh dimasukkan ke dalam jerigen dan dibawa ke
Kebun Percobaan Universitas Sanata Dharma.
b) Pemberian perlakuan
1) Air yang berada di dalam jerigen dituangkan ke dalam wadah
penampung.
2) Dilakukan pengukuran awal sebelum perlakuan yaitu meliputi
pH, TDS, DO, suhu dan kekeruhan.
3) Air diukur sebanyak 5 liter menggunakan gelas ukur dan
dimasukkan pada wadah berukuran (36 × 30 × 12) cm yang telah
diberi label sebelumnya.
4) Lemna sp. ditimbang menggunakan timbangan digital sebanyak
kepadatan Lemna sp. yang telah ditentukan sebelumnya yaitu
kepadatan 5 gram, 15 gram, 25 gram dan 35 gram/1.080 cm2
luas
permukaan.
5) Lemna sp. yang telah ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam
wadah sesuai label masing-masing perlakuan dan dilakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
pengukuran atau pengambilan data di hari berikutnya sebagai
data hari pertama.
6) Pengamatan dan pengukuran parameter dilakukan setiap hari.
Perlakuan dilakukan selama 6 hari.
7) Hari terakhir perlakuan, Lemna sp. dari masing-masing
perlakuan ditimbang berat segarnya untuk mengetahui
pertambahan biomassa Lemna sp. pada akhir perlakuan.
8) Hasil pengukuran dan pengamatan dicatat pada buku catatan.
4. Pengukuran parameter
a) TDS (Total Dissolved Solid)
1) Pengukuran TDS dilakukan dengan menggunakan alat TDS & EC
meter (hold)
2) TDS & EC meter (hold) dikalibrasi terlebih dahulu
3) Probe/elektroda TDS & EC meter (hold) dicelupkan pada akuades
kemudian dikeringkan menggunakan tisu
4) Probe/elektroda TDS & EC meter (hold) dicelupkan pada sampel
air tanpa melebihi garis tutup TDS & EC meter (hold) kemudian
ditunggu beberapa menit, nilai TDS dilihat pada layar monitor
TDS & EC meter (hold).
5) Hasil pengukuran dicatat pada buku catatan
b) DO (Dissolved Oxygen)
1) Pengukuran DO dilakukan dengan menggunakan alat LTT Lutron
PDO-519 DO meter
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
2) LTT Lutron PDO-519 DO meter dikalibrasi terlebih dahulu
3) Probe/elektroda LTT Lutron PDO-519 DO meter dicelupkan
pada akuades kemudian dikeringkan menggunakan tisu
4) Probe/elektroda LTT Lutron PDO-519 DO meter dicelupkan
pada sampel air kemudian ditunggu beberapa menit hingga alat
menunjukkan nilai DO pada layar monitor
5) Hasil pengukuran dicatat pada buku catatan
c) pH
1) Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan Hanna pH meter
2) pH meter dikalibrasi terlebih dahulu
3) Probe/elektroda pH meter dicelupkan pada akuades kemudian
dikeringkan menggunakan tisu
4) pH meter dicelupkan ke dalam sampel air tanpa melebihi garis
tutup kemudian ditunggu beberapa menit hingga alat
menunjukkan nilai pH sampel
5) Hasil pengukuran dicatat pada buku catatan
d) Kekeruhan
1) Pengukuran kekeruhan dilakukan di Laboratorium dengan
menggunakan alat Eutech TN-100 waterproof turbidimeter
2) Air pada wadah perlakuan diambil langsung menggunakan botol
sampel dan ditutup rapat.
3) Sebelum digunakkan Eutech TN-100 waterproof turbidimeter
dikalibrasi terlebih dahulu dengan menggunakan sampel standar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
dari turbiditas/kekeruhan 0,01 NTU (Nephelometric Turbidity Unit)
sampai 7500 NTU
4) Sampel air dimasukan ke dalam kuvet dan ditutup rapat
5) Kuvet dibersihkan dengan menggunakan kain bersih dan
dipastikan tidak ada sidik jari yang menempel
6) Kuvet dimasukkan dalam ruang (lubang) turbidimeter
7) Tekan tombol read/enter, nilai kekeruhan akan muncul pada layar
turbidimeter
8) Hasil pengukuran dicatat pada buku catatan
e) Suhu
1) Pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan alat LTT
Lutron PDO-519 DO meter
2) LTT Lutron PDO-519 DO meter dikalibrasi terlebih dahulu
3) Probe/elektroda LTT Lutron PDO-519 DO meter dicelupkan pada
akuades kemudian dikeringkan menggunakan tisu
4) Probe/elektroda LTT Lutron PDO-519 DO meter dicelupkan pada
sampel air kemudian ditunggu beberapa menit hingga nilai suhu
dilihat pada layar monitor
5) Hasil pengukuran dicatat pada buku catatan
E. Metode Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik
deskriptif dan analisis uji korelasi. Statistik deskriptif berfungsi untuk
mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
yang pada umumnya disajikan dalam bentuk tabel, grafik ataupun diagram. Uji
korelasi juga dilakukan yang berfungsi untuk mengetahui kekuatan dan bentuk
arah hubungan diantara dua variabel atau lebih.
Adapun dasar pengambilan keputusan korelasi adalah jika nilai sig. F
change ˂ 0,05 maka berkorelasi. Jika nilai sig. F change ˃ 0,05 maka tidak
berkorelasi. Menurut Siregar (2015), teknik statistik yang digunakan dalam
menganalisis korelasi adalah koefisien korelasi, dimana koefisien korelasi adalah
bilangan yang menyatakan kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih serta
menentukan arah hubungan keduanya. Tingkat korelasi dan kekuatan hubungan
dapat dilihat pada tabel 3.2
Tabel 3.2 Tingkat Korelasi dan Kekuatan Hubungan (Siregar, 2015)
Nilai Koefisien Korelasi (r) Tingkat Hubungan
0,00 – 0,09 Tidak ada hubungan
0,10 – 0,19 Sangat lemah
0,20 – 0,39 Lemah
0,40 – 0,59 Cukup
0,60 – 0,79 Kuat
0,80 – 1,00 Sangat kuat
F. Rancangan Pemanfaatan Hasil Penelitian dalam Pembelajaran
Hasil penelitian ini dapat digunakan dalam pembelajaran untuk Sekolah
Menengah Atas (SMA) Kelas X Semester Genap pada mata pelajaran biologi
tentang perubahan lingkungan, pencemaran lingkungan dan pelestarian
lingkungan. Adapun kompetensi inti dan kompetensi dasar dalam pembelajaran
adalah sebagai berikut:
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan
proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian
yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
KD 4.11: Merumuskan gagasan pemecahan masalah perubahan lingkungan yang
terjadi di lingkungan sekitar.
KD 3.11: Menganalisis data perubahan lingkungan, penyebab, dan dampaknya
bagi kehidupan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Area/spot Pengambilan Air dan Pengukuran awal
Embung Tambak Boyo yang memiliki luas 7,8 hektar dengan volume
tampungan sekitar 400.000 m3 dibagi ke dalam 3 titik area yaitu inlet, tengah dan
outlet. Inlet yaitu area masuknya air ke embung dan area samping embung,
sedangkan outlet merupakan area keluarnya air atau area dekat pintu keluar air.
Adapun pengambilan air dalam penelitian dilakukan pada area outlet.
Gambar 4.1. Spot Pengambilan Air
Kondisi perairan pada area outlet sangat memprihatinkan dimana terlihat
jelas pencemaran/polutan yang masuk ke dalam badan air menyebabkan perairan
di area outlet menjadi keruh, berbau dan juga terdapat banyak sampah buangan
dari rumah penduduk yang berada di sekitar Embung. Menurut Effendi (2003)
limbah/polutan yang masuk ke badan air akibat aktivitas manusia, misalnya
kegiatan domestik (rumah tangga), kegiatan urban (perkotaan), maupun kegiatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
industri, merupakan polutan antropogenik. Polutan ini dapat dikendalikan
dibandingkan dengan polutan alamiah yang sukar dikendalikan. Apabila dilihat
berdasarkan sifat toksiknya polutan tersebut tergolong dalam polutan toksik.
Polutan toksik dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhan, tingkah laku,
dan karakteristik morfologi berbagai organisme akuatik dan juga dapat
mengakibatkan kematian bagi organisme yang berada dalam perairan. Maka dari
itu, perlu dilakukan adanya upaya pengendalian yang tepat untuk memperbaiki
kualitas air di area embung tersebut.
Pengambilan sampel di area outlet juga didukung berdasarkan data dari
penelitian sebelumnya yang dilakukan Budin (2015) dan juga data resmi yang
diperoleh dari BBWS-SO (Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak). Data-data
tersebut menunjukkan bahwa kondisi perairan di area outlet yang paling
memprihatinkan dibandingkan dengan titik area yang lain. Selain itu juga dalam
penelitian ini dilakukan pengukuran awal yang dilakukan sebanyak dua kali yaitu
pengukuran di lapangan dan juga pengukuran awal sebelum perlakuan.
Pengukuran di lapangan dilakukan untuk mengetahui kondisi kualitas air pada
area pengambilan sampel sebelum dibawa ke kebun percobaan untuk dilakukan
perlakuan. Hasil pengukuran di lapangan dan pengukuran awal sebelum perlakuan
dapat dilihat pada tabel 4.1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Awal di Lapangan dan Pengukuran Awal
Sebelum Perlakuan
Parameter
Suhu DO TDS pH Kekeruhan Warna Bau
Pengkuran di
Lapangan
28 oC 4.2 0148 9.0 6.57 NTU Hijau
kecokelatan
Bau
Pengukuran
Sebelum
Perlakuan
28 oC 4.7 0147 8.4 5.78 NTU Hijau
kecokelatan
Bau
Dari hasil pengukuran awal di lapangan dan hasil pengukuran awal
sebelum perlakuan menunjukkan adanya perbedaan nilai dari beberapa parameter
seperti DO, TDS, pH, dan kekeruhan. Adapun hal tersebut dapat dikarenakan oleh
beberapa faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran parameter. Meningkatnya
nilai DO dapat disebabkan karena pergerakkan air yang terjadi sebelum
dilakukannya pengukuran seperti memasukkan air ke dalam wadah penampung
atau jerigen, membawa air menuju kebun percobaan, dan juga saat dilakukan
pengukuran, dimana banyaknya pergerakkan air yang terjadi dapat meningkatkan
jumlah oksigen terlarut dalam air. Selain itu menurut Adi, (2017) luas daerah
permukaan yang terbuka menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi nilai
DO dalam air. Diketahui bahwa ukuran wadah yang digunakkan saat pengukuran
awal jauh lebih besar dibandingkan ukuran wadah yang digunakan saat mengukur
di lapangan. Oleh karena itu hal ini dapat juga menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi hasil pengukuran DO.
Adapun perbedaan nilai kekeruhan yang diperoleh saat pengukuran awal
di lapangan dan pengukuran awal sebelum perlakuan dapat dikarenakan adanya
pengendapan bahan organik sehingga nilai kekeruhan yang diperoleh menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
berkurang. Demikian juga nilai pH yang diperoleh, turunya nilai kekeruhan
mendukung turunnya nilai pH (Maslina, 2018). Menurut Maslina, (2018) salah
satunya yang mempengaruhi nilai pH adalah konsentrasi senyawa organik dan
anorganik.
B. Analisis Pengaruh Kepadatan Lemna sp. Terhadap TDS dan Kekeruhan
Nilai TDS menunjukkan total padatan/bahan-bahan terlarut dalam air yang
dimana padatan tersebut terdiri dari senyawa-senyawa kimia dan bahan lain,
yang terlarut dalam air. Nilai TDS dapat dilihat pada hasil pengukuran TDS
selama perlakuan pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Hasil Pengukuran TDS Selama Perlakuan
Hari ke Kontrol Perlakuan
P1 P2 P3 P4
0 0.147 mg/L 0.147 mg/L 0.147 mg/L 0.147 mg/L 0.147 mg/L
1 0.154 mg/L 0.147 mg/L 0.147 mg/L 0.138 mg/L 0.136 mg/L
2 0.154 mg/L 0.146 mg/L 0.144 mg/L 0.141 mg/L 0.130 mg/L
3 0.150 mg/L 0.143 mg/L 0.140 mg/L 0.135 mg/L 0.128 mg/L
4 0.146 mg/L 0.142 mg/L 0.139 mg/L 0.130 mg/L 0.125 mg/L
5 0.148 mg/L 0.143 mg/L 0.137 mg/L 0.127 mg/L 0.120 mg/L
6 0.151 mg/L 0.150 mg/L 0.134 mg/L 0.120 mg/L 0.118 mg/L
Dari hasil pengukuran TDS selama perlakuan menunjukkan bahwa
pemberian perlakuan Lemna sp. dapat menurunkan nilai TDS dalam sampel air
Embung Tambak Boyo. Berdasarkan hasil pengukuran selama perlakuan, nilai
TDS terendah yaitu pada perlakuan P4 dengan kepadatan Lemna sp. 35
gram/1.080 cm2 luas permukaan yaitu senilai 0118 mg/L dan nilai TDS tertinggi
yaitu pada kontrol (tanpa Lemna sp.) senilai 0151 mg/L. Pada perlakuan hari ke 5
dan 6 perlakuan P1 mengalami kenaikan nilai TDS. Hal ini dapat dikarenakan
adanya bahan organik yang terdekomposisi. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
adanya nilai kekeruhan yang diperoleh dari hasil pengukuran kekeruhan, yang
dimana salah satu faktor kekeruhan karena adanya bahan organik dalam air yang
dimana hal tersebut mempengaruhi nilai TDS yang diperoleh. Penurunan nilai
TDS lebih jelas dapat juga dilihat pada gambar 4.2.
Gambar 4.2. Pengukuran TDS Selama Perlakuan
Penurunan nilai TDS diikuti juga dengan penurunan nilai kekeruhan.
Menurut Effendi (2003), kekeruhan berkorelasi positif dengan TDS. Semakin
tinggi nilai kekeruhan, maka semakin tinggi pula nilai TDS. Akan tetapi, tingginya
nilai TDS tidak selalu diikuti dengan tingginya nilai kekeruhan.
Kekeruhan merupakan salah satu parameter fisik air yang menggambarkan
sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan
dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat di dalam air. Nilai kekeruhan
0
0.02
0.04
0.06
0.08
0.1
0.12
0.14
0.16
0.18
K P1 P2 P3 P4
TDS
(mg/
L)
Perlakuan
Hari ke 0
Hari ke 1
Hari ke 2
Hari ke 3
Hari ke 4
Hari ke 5
Hari ke 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
sebelum perlakuan dalam penelitian ini adalah 5.78 NTU. Data hasil pengukuran
kekeruhan selama perlakuan dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Kekeruhan Selama Perlakuan
Hari ke Kontrol Perlakuan
P1 P2 P3 P4
0 5.78 NTU 5.78 NTU 5.78 NTU 5.78 NTU 5.78 NTU
1 3.64 NTU 3.33 NTU 2.95 NTU 2.38 NTU 2.03 NTU
2 3.86 NTU 2.43 NTU 2.24 NTU 2.04 NTU 1.80 NTU
3 5.86 NTU 2.22 NTU 2.59 NTU 1.69 NTU 1.64 NTU
4 4.64 NTU 2.22 NTU 1.99 NTU 1.83 NTU 1.42 NTU
5 3.95 NTU 1.47 NTU 1.81 NTU 1.18 NTU 1.39 NTU
6 3.51 NTU 1.52 NTU 1.44 NTU 1.3 NTU 1.29 NTU
Gambar 4.3. Pengukuran Kekeruhan Selama Perlakuan
Dari hasil pengukuran kekeruhan selama perlakuan menunjukkan bahwa
pemberian perlakuan Lemna sp. dapat menurunkan nilai kekeruhan dalam sampel
air Embung Tambak Boyo. Berdasarkan hasil pengukuran selama perlakuan, nilai
kekeruhan terendah yaitu pada perlakuan P4 dengan kepadatan Lemna sp. 35
gram/1.080 cm2 yaitu senilai 1.29 NTU dari pengukuran awal senilai 5.78 NTU
dan nilai kekeruhan tertinggi yaitu pada kontrol (tanpa Lemna sp.) dengan nilai
0
1
2
3
4
5
6
7
K P1 P2 P3 P4
Ke
keru
han
(NTU
)
Perlakuan
Hari ke 0
Hari ke 1
Hari ke 2
Hari ke 3
Hari ke 4
Hari ke 5
Hari ke 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
3.51 NTU. Dari hari ke 0 ke hari ke 1 terjadi penurunan nilai kekeruhan yang
tinggi. Hal tersebut besar kemungkinan diakibatkan faktor bahan-bahan organik
yang tersuspensi dalam air yang mengendap di dasar wadah penelitian sedangkan
pengambilan air untuk diuji parameter kekeruhannya diambil pada permukaan air.
Penurunan nilai kekeruhan lebih jelas dapat juga dilihat pada gambar 4.3.
Berdasarkan data hasil dari pengukuran selama perlakuan kedua parameter
tersebut sama-sama mengalami penurunan. Masing-masing pengukuran sama-
sama menunjukkan bahwa nilai TDS dan kekeruhan yang paling rendah atau
paling banyak mengalami penurunan yaitu pada perlakuan P4 dengan kepadatan
Lemna sp. sebanyak 35 gram /1.080 cm2. Dengan demikian, semakin banyak
padatan Lemna sp. maka nilai TDS dan kekeruhan akan semakin berkurang yaitu
sebanyak 0.29 mg/L dan 4.49 NTU. Berdasarkan PP No 82 Tahun 2001 tentang
Pengolahan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air kelas II, standar baku
mutu untuk TDS adalah 1000 mg/L. Apabila dibandingkan dengan nilai TDS pada
perlakuan P4 senilai 0118 mg/L maka nilai tersebut menunjukkan kualitas air
tersebut masih sangat baik bagi peruntukannya yakni sebagai sarana rekreasi air,
pembudidayaan ikan air tawar, perternakan dan air untuk mengaliri pertanian. Hal
ini berkaitan sesuai dengan potensi Lemna sp. yakni menyerap limbah/polutan
yang berada pada suatu perairan. Penyerapan limbah dilakukan melalui akar dari
tumbuhan Lemna sp. yang selanjutnya melalui proses biosorpsi limbah organik
dan anorganik yang berupa ion masuk ke dalam sitoplasma. Dalam sitoplasma
limbah organik seperti fenol mengalami modifikasi enzimatik yang menyebabkan
terjadinya perubahan kimia atau peruraian suatu senyawa atau molekul yang lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
sederhana seperti glukosa dan selulosa yang kemudian terjadi proses pemindahan
materi genetik secara langsung (konjugasi), sedangkan limbah anorganik dalam
sitoplasma diawali dengan proses konjugasi dan selanjutnya masuk ke dalam
vakuola dan di dinding sel selulosa (dinding primer). Limbah/polutan yang
diserap berupa ion nitrat (NO3-), dan ammonium (NH4
+) yang dimanfaatkan
sebagai bahan asam amino dan digunakan dalam pertumbuhan dan perkembangan
Lemna sp.. Pada tumbuhan Lemna sp. yang tidak memiliki akar, penyerapan
polutan dilakukan secara langsung oleh epidermis yang juga berfungsi sebagai
pelindung (Mkandawire & Dudel 2007).
Menurut Landesman et al (2005) penyerapan polutan didukung tingginya
pertumbuhan Lemna sp.. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan berat basah Lemna
sp. yang ditimbang pada hari terakhir pengambilan data. Peningkatan berat basah
Lemna sp. dapat dilihat pada tabel 4.4
Tabel 4.4 Pengukuran Berat Basah Lemna sp.
Perlakuan Berat awal
(g)
Berat akhir
(g)
Pertambahan berat basah
(g)
P1 5 11 6
P2 15 21.3 6.3
P3 25 37 12
P4 35 40.6 5.6
Peningkatan berat basah Lemna sp. berbeda-beda pada setiap perlakuan.
Apabila diperhatikan kembali peningkatan berat Lemna sp. yang paling rendah
adalah pada perlakuan P4 yaitu 5.6 gram. Hal ini dapat dikarenakan pertumbuhan
Lemna sp. pada perlakuan P4 tidak didukung dengan pertambahan luas wadah
yang digunakan (luas wadah tetap) sehingga menyebabkan banyak tumbuhan
Lemna sp. yang mati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Tabel 4.5 Analisis Korelasi Pengukuran TDS
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F Change df1 df2 Sig. F
Chang
e
1 .945a .893 .885 .003477 .893 112.246 2 27 .000
a. Predictors: (Constant), HARI, KEPADATAN
Berdasarkan tabel 4.5 hasil analisis korelasi berganda nilai Sig. F Change
= 0.000 atau kurang dari 0.05 maka kepadatan Lemna sp. terhadap TDS
berkorelasi atau berhubungan. Adapun koefisien korelasi (r) yang diperoleh yaitu
sebesar r = 0,945 maka tingkat hubungan menurut Siregar (2005) berada pada
interval 0,800 – 1,000 yang mengartikan kedua variabel tersebut memiliki tingkat
hubungan yang sangat kuat. Jika kepadatan Lemna sp. bertambah maka nilai TDS
akan semakin menurun.
Tabel 4.6 Analisis Korelasi Pengukuran Kekeruhan
Model Summary
Model R R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F Change df1 df2 Sig. F
Chang
e
1 .803a .644 .618 .69445 .644 24.459 2 27 .000
a. Predictors: (Constant), HARI, KEPADATAN
Berdasarkan tabel 4.6 hasil analis korelasi berganda nilai Sig. F Change =
0.000 atau kurang dari 0.05 maka kepadatan Lemna sp. terhadap kekeruhan
berkorelasi atau berhubungan. Adapun koefisien korelasi (r) yang diperoleh yaitu
sebesar r = 0,803 maka tingkat hubungan menurut Siregar (2005) berada pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
interval 0,800 – 1,000 yang mengartikan kedua variabel tersebut memiliki tingkat
hubungan yang sangat kuat. Jika kepadatan Lemna sp. bertambah maka nilai
kekeruhan akan semakin menurun.
C. Analisis Pengaruh Kepadatan Lemna Terhadap DO (Dissolved Oxygen)
Nilai DO pada sampel air Tambak Boyo sebelum perlakuan adalah 4.2
mg/l. Sesuai PP No 82 Tahun 2001 tentang Pengolahan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air kelas II nilai DO sampel air tesebut tergolong
sudah tercemar. Hasil pengukuran DO selama perlakuan dapat dilihat pada tabel
4.7
Tabel 4.7 Pengukuran DO (Dissolved Oxygen) Selama Perlakuan
Hari ke Kontrol Perlakuan
P1 P2 P3 P4
0 4.7 mg/L 4.7 mg/L 4.7 mg/L 4.7 mg/L 4.7 mg/L
1 17.83 mg/L 21.93 mg/L 23.53 mg/L 25.93 mg/L 25.6 mg/L
2 18.23 mg/L 24.2 mg/L 23.3 mg/L 24.6 mg/L 25.03 mg/L
3 19.37 mg/L 25.1 mg/L 21.7 mg/L 26.63 mg/L 24.9 mg/L
4 20.3 mg/L 25.5 mg/L 23.03 mg/L 24.97 mg/L 24.47 mg/L
5 21.53 mg/L 25.9 mg/L 23.13 mg/L 24.47 mg/L 24.17 mg/L
6 21.73 mg/L 26.27 mg/L 22.83 mg/L 24.33 mg/L 24.07 mg/L
Dari hasil pengukuran selama perlakuan, apabila dibandingkan dengan
hasil pengukuran awal dan juga kontrol, masing-masing sampel perlakuan
menunjukkan peningkatan nilai DO. Dari hasil pengukuran juga menunjukkan
bahwa nilai DO pada sampel kontrol juga meningkat meskipun tidak sebanyak
nilai DO yang diberi perlakuan. Peningkatan tersebut dapat diperoleh dari
atmosfer dan juga aktifitas fitoplankton sehingga nilai DO menjadi meningkat.
Selain itu juga cara pengambilan air untuk mengukur DO dapat pula
menyebabkan meningkatnya nilai DO. Hal tersebut dapat ditunjukkan berdasarkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
hasil pengukuran awal dilapangan dan hasil pengukuran awal sebelum perlakuan.
Kondisi tersebut berkaitan dengan pergerakkan air permukaan, dimana sesuai
teori menurut Adi (2017) salah satu faktor yang mempengaruhi nilai DO adalah
pergerakkan air permukaan. Dalam proses pengambilan air dan juga pengukuran
DO mengakibatkan terjadinya pergerakkan air permukaan yang dapat
meningkatkan nilai DO. Peningkatan nilai DO yang paling banyak terjadi pada
perlakuan P1 yaitu senilai 26.27 mg/L dan nilai DO yang paling tinggi yaitu
terjadi pada perlakuan kontrol senilai 21.73 mg/L.
Bila diperhatikan lebih lanjut masing-masing sampel selama waktu
perlakuan juga mengalami penurunan nilai DO, hanya saja penurunan nilai DO
pada masing-masing sampel tidak melebihi nilai DO pada sampel kontrol. Salah
satu faktor penyebab turunnya nilai DO dalam perairan adalah suhu. Suhu
memberikan pengaruh dimana peningkatan suhu menyebabkan peningkatan
kecepatan metabolisme dan respirasi organisme air, yang selanjutnya
mengakibatkan peningkatan konsumsi oksigen sehingga menurunkan kandungan
oksigen yang terlarut dalam air. Pengukuran nilai DO lebih jelas dapat juga dilihat
pada gambar 4.4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Gambar 4.4. Pengukuran DO (Dissolved Oxygen)Selama Perlakuan
Menurut Effendi (2003) semakin tinggi nilai DO maka kualitas air
semakin baik. Berdasarkan PP No 82 Tahun 2001 tentang Pengolahan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air kelas II, nilai DO setelah perlakuan
menujukkan hasil di atas standar baku mutu yang telah ditentukan yaitu ˃ 6 mg/L.
Dengan demikan, hal ini menunjukkan bahwa air yang diberi perlakuan memiliki
nilai DO atau oksigen terlarut yang lebih baik.
Tingginya nilai DO dalam air salah satunya dipengaruhi oleh aktivitas
fotosintesis oleh tumbuhan air. Berdasarkan fisiologinya Lemna sp. merupakan
tumbuhan hidrofit, yang dimana stomata dari tumbuhan ini terdapat di bagian
permukaan atas daun. Meskipun demikian, O2 yang dihasilkan dari hasil
fotosintesis juga ada yang terlarut di dalam air yang dihasilkan dari tumbuhan
Lemna sp. yang berada di bawah tumbuhan Lemna sp. yang di permukaan paling
atas.
0
5
10
15
20
25
30
K P1 P2 P3 P4
DO
(m
g/L)
Perlakuan
Hari ke 0
Hari ke 1
Hari ke 2
Hari ke 3
Hari ke 4
Hari ke 5
Hari ke 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Tingginya nilai DO di dalam air juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
lain. Menurut Adi (2017), faktor-faktor yang mempengaruhi nilai DO diantaranya
adalah suhu, kadar garam (salinitas), pergerakan air permukaan, luas daerah
permukaan yang terbuka, tekanan atmosfer dan persentase oksigen di
sekelilingnya. Pada penelitian ini, suhu pada setiap sampel dari hari pertama
perlakuan hingga hari terakhir perlakuan, yaitu berkisar 27˚C-32˚C. Kisaran suhu
tersebut masih sangat memungkinkan bagi organisme air untuk melakukan proses
metabolisme dan respirasi. Adapun kisaran suhu yang baik bagi pertumbuhan
Lemna sp. adalah 6˚-33˚C (Mkandawire & Dudel, 2005). Dengan demikian
kisaran suhu yang diperoleh dari hasil pengukuran pada setiap perlakuan juga
sangat memungkinkan bagi pertumbuhan Lemna sp.. Selain itu suhu pada kisaran
20˚C-30˚C merupakan suhu optimum bagi pertumbuhan fitoplankton di perairan
(Effendi, 2003). Dengan demikan, hal ini memungkinkan bahwa peningkatan nilai
DO pada perlakuan penelitian dapat juga dipengaruhi oleh hasil fotosintesis
fitoplankton.
Dalam proses penelitian juga terdapat tumbuhan Lemna sp. yang mati
dimana hal ini juga memberikan pengaruh terhadap nilai DO yang diperoleh yaitu
terkait dengan dekomposisi/ penguraian. Tumbuhan Lemna sp. yang mati akan
mengalami pembusukan oleh bakteri menggunakan oksigen terlarut dan diurai.
Proses dekomposisi tumbuhan Lemna sp. dapat berlangsung cepat dikarenakan zat
organik tumbuhan Lemna sp. yaitu diantaranya terdiri dari 20-45 protein kasar,
4.4 lemak mentah, 8-10 serat selulosa, dan 17.6 karbohidrat non serat. Selain itu
meningkatnya nilai DO juga dipengaruhi oleh berkurangnya nilai TDS dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
setiap sampel. Menurut Effendi, (2003) berkurangnya oksigen pada perairan lebih
banyak disebabkan oleh dekomposisi bahan organik yang membutuhkan oksigen
terlarut. Sehingga berkurangnya nilai TDS dapat juga meningkatkan nilai DO
dalam air.
Tabel 4.8 Analisis Korelasi Pengukuran DO (Dissolved Oxygen)
Model Summary
Model R R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F Change df1 df2 Sig. F
Chang
e
1 .685a .469 .430 1.85857 .469 11.919 2 27 .000
a. Predictors: (Constant), KEPADATAN, HARI
Berdasarkan tabel 4.8 hasil analis korelasi berganda nilai Sig. F Change =
0.000 atau kurang dari 0.05 maka kepadatan Lemna sp. terhadap DO berkorelasi
atau berhubungan. Adapun koefisien korelasi (r) yang diperoleh yaitu sebesar r =
0,685 maka tingkat hubungan menurut Siregar (2005) berada pada interval 0,600
– 0,790 yang mengartikan kedua variabel tersebut memiliki tingkat hubungan
yang kuat.
D. Analisis Pengaruh Kepadatan Lemna sp. terhadap pH
Derajat keasaman/ pH merupakan gambaran jumlah atau aktivitas ion
hidrogen dalam perairan dan secara umum nilai pH menggambarkan seberapa
besar tingkat keasaman atau kebasaan suatu perairan. Hasil pengukuran pH
selama perlakuan dapat dilihat pada tabel 4.9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Tabel 4.9 Pengukuran pH Selama Perlakuan
Hari ke Kontrol Perlakuan
P1 P2 P3 P4
0 8.4 8.4 8.4 8.4 8.4
1 8.9 9.6 9.6 9.7 9.7
2 9.2 9.5 9.4 9.4 9.3
3 9.2 9.8 9.8 9.7 9.2
4 9.3 9.6 9.6 9.6 9.1
5 9.2 9.6 9.6 9.6 9.0
6 9.2 9.7 9.7 9.5 9.0
Dari hasil pengukuran pH selama perlakuan yaitu berkisar antara 8.9-9.8
sedangkan nilai pH sebelum perlakuan yaitu 8.4. Hasil tersebut berdasarkan PP
No 82 Tahun 2001 tentang Pengolahan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air kelas II, tergolong aman sesuai peruntukannya yakni sebagai
sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, perternakan dan air untuk
mengaliri pertanian.. Adapun pH optimal bagi pertumbuhan Lemna menurut
Mkandawire & Dudel (2005) yaitu berkisar 5,5 dan 7,5, meskipun demikian
kepadatan Lemna sp. tetap memberikan pengaruh terhadap pH. Pengukuran nilai
pH lebih jelas dapat juga dilihat pada gambar 4.5.
Gambar 4.5. Hasil Pengukuran pH Selama Perlakuan
7.5
8
8.5
9
9.5
10
K P1 P2 P3 P4
pH
Perlakuan
Hari ke 0
Hari ke 1
Hari ke 2
Hari ke 3
Hari ke 4
Hari ke 5
Hari ke 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Dari hasil pengukuran selama perlakuan menunjukkan nilai pH meningkat
jika dibandingkan nilai pH sebelum perlakuan. Nilai pH tertinggi terjadi pada
perlakuan P1 dan P2 dengan nilai pH 9.7. Meningkatnya nilai pH dapat
dikarenakan akibat aktivitas fotosintesis Lemna sp. dan fitoplankton. Hal ini
karena CO2 dalam air diserap oleh tumbuhan untuk proses fotosintesis, yang
dimana berkurangnya CO2 dalam air meningkatkan nilai pH. Akan tetapi
berdasarkan hasil pengukuran untuk nilai pH terendah diperoleh pada perlakuan
P4. Hal ini dapat disebabkan karena proses dekomposisi yang paling banyak
terjadi yaitu pada perlakuan P4. Hal tersebut dapat dikarenakan meningkatnya
pertumbuhan Lemna sp. tidak diikuti dengan bertambahnya luas permukaan yang
menyebabkan banyak tanaman Lemna sp. yang mati. Proses dekomposisi yang
dilakukan oleh bakteri menghasilkan CO2 dalam air, dimana meningkatnya CO2
dalam air menyebabkan menurunya nilai pH.
Tabel 4.10 Analisis Korelasi Pengukuran pH
Model Summary
Model R R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F Change df1 df2 Sig. F
Chang
e
1 .718a .516 .480 .16314 .516 14.394 2 27 .000
a. Predictors: (Constant), HARI, KEPADATAN
Berdasarkan tabel 4.10 hasil analis korelasi berganda nilai Sig. F Change
= 0.000 atau kurang dari 0.05 maka kepadatan Lemna sp. terhadap pH berkorelasi
atau berhubungan. Adapun koefisien korelasi (r) yang diperoleh yaitu sebesar r =
0,685 maka tingkat hubungan menurut Siregar (2005) berada pada interval 0,600
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
– 0,790 yang mengartikan kedua variabel tersebut memiliki tingkat hubungan
yang kuat.
E. Keterbatasan dalam Penelitian
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan ini, masih terdapat hambatan dan
keterbatasan yang dialami, diantaranya yaitu:
1. Penelitian ini dilakukan di ruang terbuka yaitu pada kebun percobaan
Pendidkan Biologi yang dimana hal ini memberikan semakin banyak
peluang faktor luar untuk mempengaruhi hasil pengukuran yang diperoleh.
2. Wadah yang digunakan pada penelitian ini masih kuarang luas dan tinggi,
juga banyaknya jumlah air dalam satu sampel tergolong sedikit.
3. Cara pengambilan air di Embung Tambak yang kurang tepat dan pengisian
air di dalam jerigen yang beberapa tidak benar-benar penuh sehingga
mempengaruhi hasil pengukuran parameter yang diukur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
BAB V
IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN UNTUK PEMBELAJARAN
BIOLOGI
Hasil penelitian Pengaruh Kepadatan Lemna sp. sebagai Agen
Fitoremediasi dalam Meningkatkan Kualitas Air (DO, TDS, pH dan Kekeruhan),
dapat digunakan sebagai sumber referensi dan bahan pembelajaran bagi dunia
pendidikan yaitu untuk mendukung proses belajar mengajar di sekolah. Siswa
dapat menganalisis kualitas air pada suatu perairan yang tercemar dengan
memanfaatkan tanaman sebagai fitoremediator untuk mengurangi pencemaran
khususnya pada perairan. Melalui pembelajaran ini siswa mampu memperluas
pengetahuannya dan memahami pentingnya kualitas perairan yang baik bagi
organisme dalam suatu ekosistem.
Penelitian ini dapat diimplemetasikan dalam pelajaran biologi kelas X
semester II kurikulum 2013 yaitu pada bab Perubahan Lingkungan dengan
kompetensi dasar 4.11 yaitu merumuskan gagasan pemecahan masalah perubahan
lingkungan yang terjadi di lingkungan sekitar. Pada bab perubahan lingkungan
membahas materi tentang pencemaran lingkungan, macam-macam pencemaran
lingkungan, faktor-faktor penyebab pencemaran lingkungan,dampak pencemaran
lingkungan dan pelestarian lingkungan. Model pembelajaran yang akan digunakan
adalah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Dalam pelaksanaan
pembelajaran dengan model pembelajaran ini yaitu, siswa dibagi ke dalam
beberapa kelompok kecil secara heterogen agar dapat saling bekerja sama dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
bertukar pikiran mengenai hal-hal yang diketahui. Silabus, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), dan Lembar Penilaian
dapat dilihat pada bagian lampiran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Setelah perlakuan fitoremediasi menggunakan Lemna sp. kualitas air
semakin meningkat.
2. Kepadatan Lemna sp. yang paling efektif untuk memperbaiki kualitas air
pada sampel air Embung Tambak Boyo yaitu Lemna sp. dengan kepadatan
35 gram/1.080 cm2
luas permukaan.
B. Saran
1. Untuk penelitian sejenis atau serupa yaitu mengenai fitoremediasi atau
tentang pengukuran kualitas air alangkah lebih baik jika dilakukan pada
green house atau tempat yang memadai yang sekiranya peluang faktor luar
untuk mempengaruhi hasil pengukuran yang diperoleh semakin sedikit.
Apabila dilakukan di ruang terbuka, sebelum dilakukan penelitian, peneliti
harus memeriksa atau memastikan terlebih dahulu keadaan atau kondisi
tempat yang akan digunakan.
2. Pada penelitian selanjutnya mengenai fitoremediasi ataupun kualitas air
disarankan untuk jumlah air yang digunakan sebagai sampel air yang akan
diteliti jumlah air diperbanyak lagi dan juga wadah yang digunakan pada
penelitian harus lebih luas dan tinggi, agar hasil dari pengukuran semakin
optimal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
3. Untuk penelitian selanjutnya peneliti harus mengetahui dengan benar cara
pengambilan sampel air, juga cara memasukkan air ke dalam wadah
penampungan (misalnya jerigen) dengan benar dan tepat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
DAFTAR PUSTAKA
Adi, W., 2017, Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai DO
https://www.alatdometer.com/2017/12/faktor-yang-mempengaruhi-
oksigen-terlarut-do-dalam-air.html, diakses tanggal 2 Februari 2019
Alahmady, K.K., Stevens K., & Atkinson S., 2013, Effects of Hydraulic Detention
Time, Water Depth, and Duration of Operation on Nitrogen and
Phosphorus Removal in a Flow-Through Duckweed Bioremediation
System, JEnviron Eng, 139, 160-166
Anonim, 2018, Kekeruhan Air, http://pdam.gresikkab.go.id/berita-ntu--tingkat-
kekeruhanair.html#sthash.hna2PCzJ.dpbs, diakses tanggal 2 Februari 2019
Anonymous, 2006, Spirodela polyrhiza (L.)Schleid.(Giant Duckweed), Family
Lemnaceae, http://el.erdc.usace.army.mil/aqua/apis/ mergedProjects/Plant/
html/spirodela_ polyrhiza_l_schleid_ giant_duckweed_.htm, diakses
tanggal 21 Oktober 2018
Asmara, A., 2005, Hubungan Struktur Komunitas Plankton dengan Kondisi
Fisika-Kimia Perairan Pulau Pramuka dan Pulau Panggang, Kepulauan
Seribu, Institut Pertanian Bogor, Bogor
Azeez, N., M., and Sabbar, A., A., 2012, Efficiency Of Duckweed (Lemna Minor
L.) In Phytotreatment Of Wastewater Pollutants From Basrah Oil Refinery,
International peer-reviewed journal, 1, 164.
Budin, 2015, Keanekaragaman Jenis Zooplankton dan Hubungannya dengan
Kualitas perairan di waduk Tambak Boyo Yogyakarta, Skripsi, 46 & 55,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Boyd, C., E., 2015, Water Quality, Switzerland Springer, 1, 124.
Cedergreen, N., & T.V. Madsen, 2002, Nitrogen Uptake by the Floating
Macrophyte Lemna minor, NewPhytologist. 155, 285–292.
Chin D.,A., 2006, Water-Quality Engineering in Natural Systems, New Jersey:
John Wiley & Sons, Inc, 1, 132.
Direktorat Jendral Sumber Daya Air, 2016, Kualitas Air Embung Tambak Boyo
2016, 1, [BBWS-SO] Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak,
Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2010, Peraturan menteri kesehatan
republik indonesia nomor 492/menkes/per/IV/2010 tentang persyaratan
kualitas air minum, Jakarta
Departemen Kesehatan, 1990, Peraturan Menteri Kesehatan No.
416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan
Kualitas Air. Jakarta.
Dewi, R, W, Melani, A, Zulfikar, 2012, Fitoremediation Effectivity and
Efficiency of Water Lettuce (Pistia stratoites) for Deterjen Orthofosfat,
Journal Programme Study Management of Aquatic Resources Faculty of
Marine Science and fisheries Raja Ali Haji of University, 1, 1.
Effendi, H., 2003, Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan, Kanisius, Yogyakarta.
El-Kheir, W.A., G. Ismail, F.A. El-Nour, T. Tawfik, & D. Hammad, 2007,
Assessment of the Efficiency of Duckweed (Lemna gibba) in Wastewater
Treatment, InternationalJournal of Agriculture and Biology, 9(5), 681-687.
Febryanti, L., Pertiwi, L., Ahdiyati., A.,M., 2015, Aplikasi Teknologi
Fitoremediasi Menggunakan Tanaman Lemna sp. Sebagai Upaya Penurunan
Resiko Pencemaran Air, Laporan PKM, Institut Pertanian Bogor.
Gao J., Garrison AW., Hoehamer C., Mazur CS., Wolfe NL., (2000) Uptake and
Phytotransformation of o,p’-DDT and p,p’-DDT by Axenically Cultivated
Aquatic Plants, Journal of Agricultural and Food Chemistry, 48, 6121-6127
Ilyas, A.P., Nirmala, K., Harris E., & Widiyanto, T., 2014,Pemanfaatan Lemna
perpusilla Sebagai Pakan Kombinasi untuk Ikan Nila (Oreochromis
Niloticus) Pada Sistem Resirkulasi, LIMNOTEK, 21(2),193-201.
Irawanto, 2010, Analisis Vegetasi Parameter Kuantitatif,
http://www.irwantoshut.net, diakses tanggal 17 Oktober 2018
[JDIH] Jaringan Dokumentasi & Informasi Hukum, 2001, Peraturan Pemerintah
(PP) tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran
Air,https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/53103/pp-no-82-tahun-2001,
diakses tanggal 2 Oktober 2018.
Juhaeti T., Syarif F., Hidayati N., 2005, Inventarisasi tumbuhan potensial untuk
fitoremediasi lahan dan air terdegradasi penambangan emas, Jurnal
Biodiversitas, 6: 31–33.
Kordi, K dan Tacung, 2010,Pengelolaan Kualitas Air:Dalam Budidaya Perairan,
Rineka Cipta, Jakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Kusumawardani Y., Irawanto R., 2013, Study of Plants Selection in Wastewater
Garden For Domestic Wastewater Treatmen. Proceding of International
Conference of Basic Science, Universitas Brawijaya, Malang.
Landesman L, Parker, Fedler, Konikoff. 2005. Modeling Duckweed Growth In
Wastewater Treatment Systems. Livest Res Rural Develop.
Lestari W., 2013, Penggunaan Ipomoea aquatica untuk fitoremediasi limbah
rumah tangga, Prosiding Seminar SEMIRATA FMIPA Universitas
Lampung 1(1), 441-446.
Meilani, 2012, Pengaruh Kepadatan Lemna minor L. dalam Proses Penyerapan
Total Cr dan Cd2+
dari Limbah Industri Tekstil, Skripsi, 3, Universitas
Kristen Satya Wacana, Salatiga.
Mkandawire M.,& Dudel E.G., 2007, Are Lemna spp, Effective Phytoremediation
Agents?,Jurnal of Global Science, 56-57.
Mkandawire M.,& Dudel E.G., 2005, Assigment of Lemna gibba L., (duckweed)
Bioassay for in situ Ecotoxicity assessment,Aquatic Ecology, 3,.151-165.
Rakhmanda, A., 2011, Estimasi Populasi Gastropoda di Sungai Tambak Byan
Yogyakarta, Jurnal Ekologi Perairan, 1, 1-7.
Salmin, 2005, Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)
Sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan, Oseana,
XXX, 1-6
Siregar, S., 2015, Statistika Terapan Untuk Perguruan Tinggi, Jakarta:
Prenamedia Group.
[USDA] United States Departement of Agriculture, 2018, Classification for
Kingdom Plantae Down to Genus Lemna, http://plants.usda.gov/java/,
diakses tanggal 3 Oktober 2018.
Zimmo O. R., Van der Steen N. P., & Gijzen H.J., 2005, Effect of Organic
Surface Load on Process Performance of Pilot-Scale Algae and Duckweed-
Based Waste Stabilization Ponds., JEnviron Eng, 131,587–594.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
SILABUS
MATA PELAJARAN : BIOLOGI
SATUAN PENDIDIKAN : SMA
KELAS / SEMESTER : X / II
KOMPETENSI INTI :
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai),
santun, responsif dan proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI 4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
KOMPETENSI
DASAR
IPK
MATERI
PEMBELAJARAN
KEGIATAN
PEMBELAJARAN
PENILAIAN
SUMBER
BELAJAR
PERUBAHAN LINGKUNGAN
3.11 . Menganalisis
data perubahan
lingkungan,
penyebab, dan
dampaknya bagi
kehidupan
4.11. Merumuskan
gagasan pemecahan
masalah perubahan
lingkungan yang
terjadi di lingkungan
sekitar
3.11.1 Menganalisis hasil
studi dari berbagai
laporan media
mengenai
perubahan
lingkungan
3.11.2 Mengidentifikasi
faktor penyebab
perubahan
lingkungan.
3.11.3 Menjelaskan
tentang
pencemaran
3.11.4 Mengidentifikasi
macam-macam
pencemaran yang
terjadi di
Perubahan
lingkungan
Faktor penyebab
perubahan
lingkungan
Pencemaran
lingkungan
Macam-macam
pencemaran
lingkungan
Faktor-faktor yang
menyebabkan
gangguan
keseimbangan
Membaca,
mengamati,
membahas dan
menganalisis
berbagai laporan
media/kasus
lingkungan
hidup/lingkungan
sekitar mengenai
kerusakan
lingkungan dalam
kelompok.
Mengidentifikasi
faktor penyebab
perubahan
lingkungan dan
menjelakan
tentang
pencemaran
Presentasi
hasil diskusi
Tugas
Portofolio
Laporan
percobaan
fitoremediasi
terhadap air
yang
tercemar
Post test
Sikap
Kementerian
Pendidikan dan
Kebudayaan.
2016. Buku
siswa Mata
Pelajaran
Biologi
(Pemintan)
kelas X.
Jakarta:
Kementerian
Pendidikan dan
Kebudayaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
lingkungan sekitar
3.11.5 Menjelaskan
faktor- faktor yang
menyebabkan
gangguan
keseimbangan
lingkungan
3.11.6 Mengidentifikasi
dampak dari
pencemaran
lingkungan
terhadap
kelangsungan
makhluk hidup
4.11.1 Membuat usulan
cara pencegahan
dan pemulihan
kerusakan
lingkungan akibat
polusi
4.11.2 Melakukan
percobaan
fitoremediasi
terhadap air yang
lingkungan
Dampak
pemcemaran
lingkungan bagi
makhluk hidup
Pelestarian
lingkungan
Mendiskusikan
mengenai
macam-macam
pencemaran,
mengidentifikasi
faktor-faktor
penyebab
pencemaran dan
dampak yang
ditimbulkan
Membahas/mepre
sentasikan hasil
diskusi dalam
kelompok di
depan kelas
Melakukan
percobaan
fitoremediasi
terhadap air yang
tercemar
Membuat laporan
hasil percobaan
tentang
fitoremediasi
secara tertulis
Campbell et al.
2003. Biologi.
Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
Buku BSE
SMA kelas X
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Yogyakarta,
Mengetahui
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran
(……………………..) (…………………………..)
tercemar
4.11.3 Membuat laporan
mengenai hasil
percobaan yang
telah dilakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan : SMA
Mata Pelajaran : Biologi
Kelas / Semester : X / 2
Alokasi Waktu : 2 Pertemuan (3 JP X 45 menit)
A. Kompetensi Inti:
KI 1 dan 2
Kompetensi Sikap Spiritual yaitu, “Menghayati dan mengamalkan ajaran
agama yang dianutnya”. Kompetensi Sikap Sosial yaitu,”Menghayati dan
mengamalkan perilaku jujur, disiplin, santun, peduli (gotong royong,
kerjasama, toleran, damai), bertanggung jawab, responsive, dan pro-aktif,
dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di
lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dn lingkungan alam sekitar, bangsa,
negara, kawasan regional, dan kawasan internasional”.
KI 3 KI 4
Memahami, menerapkan,
menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural berdasarkan
rasa ingintahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya,
dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian,
serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah
Mengolah, menalar, dan menyaji
dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan
dari yang dipelajarinya di sekolah
secara mandiri dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah
keilmuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
B. Kompetensi Dasar danIndikator Pencapaian Kompetensi
No. Kompetensi Dasar (KD) No. Kompetensi Dasar (KD)
3.11 Menganalisis data perubahan
lingkungan, penyebab, dan
dampaknya bagi kehidupan
4.11 Merumuskan gagasan
pemecahan masalah perubahan
lingkungan yang terjadi di
lingkungan sekitar
No. Indikator Pencapaian
Kompetensi (IPK)
No. Indikator Pencapaian
Kompetensi (IPK)
3.11.1 Menganalisis hasil studi dari
berbagai laporan media
mengenai perubahan
lingkungan
4.11.1 Membuat usulan cara
pencegahan dan pemulihan
kerusakan lingkungan akibat
polusi
3.11.2 Mengidentifikasi faktor
penyebab perubahan
lingkungan.
4.11.2 Melakukan percobaan
fitoremediasi terhadap air yang
tercemar
3.11.3 Menjelaskan tentang
pencemaran
4.11.3 Membuat laporan mengenai
hasil percobaan yang telah
dilakukan
3.11.4 Mengidentifikasi macam-
macam pencemaran yang
terjadi di lingkungan sekitar
3.11.5 Menjelaskan faktor- faktor
yang menyebabkan gangguan
keseimbangan lingkungan
3.11.6 Mengidentifikasi dampak dari
pencemaran lingkungan
terhadap kelangsungan
makhluk hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
C. Tujuan Pembelajaran
Melalui pendekatan saintifik dengan menggunakan model pembelajaran
problem based learning, peserta didik dapat menghayati dan mengamalkan
ajaran agama yang dianutnya serta mengamalkan perilaku jujur, disiplin,
santun, peduli, bertanggung jawab, responsif, dan proaktif dalam mempelajari
Perubahan Lingkungan.
D. Materi Pembelajaran
Konseptual :
Pencemaran lingkungan
Faktual :
1. Macam-macam pencemaran lingkungan
2. Faktor-faktor penyebab pencemaran lingkungan
3. Dampak pencemaran lingkungan
4. Pelestarian lingkungan
Prosedural :
Melakukan percobaan penerapan fitoremediasi pada air yang tercamar
Metakognitif :
Menyajikan laporan hasil percobaan dan analisis upaya penanggulangan air
yang tercemar melalui fitoremediasi
E. Pendekatan, Model dan Metode Pembelajaran:
Pendekatan : Saintifik
Model : Problem Based Learning (PBL)
Metode : Diskusi, Presentasi, Simulasi, Praktikum, Studi literatur
F. Media, Alat/Bahandan Sumber Belajar
1. Media : Gambar, LKPD, PPT, Video pembelajaran
2. Alat/bahan : Laptop, Viewer, Speaker, Whiteboard, Spidol, Penghapus,
Sampel air tercemar, Aquades, Tumbuhan air Lemna sp., Tissue, Wadah
plastik, Alat parameter perairan.
3. Sumber belajar : Buku siswa Mata Pelajaran Biologi (Pemintan) kelas X,
Biologi Campbell, Buku BSE kelas X
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
G. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan ke 1 (3 x 45 menit)
Tahap Kegiatan Pembelajaran Proses Saintifik
Pendahuluan
(15 menit)
Orientasi
Apresepsi
Motivasi
- Guru mengecek kesiapan
fisik kelas sebelum belajar
(misalnya kebersihan kelas,
kerapian berpakaian, posisi
tempat duduk, dll),
mengucapkan salam dan
meminta ketua kelas untuk
memimpin doa sebelum
kegiatan pembelajaran
dimulai.
- Guru mengabsen peserta
didik
- Membangun apersepsi
dengan bertanya menggali
pengetahuan peserta didik
yang berkaitan dengan
materi
- Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran dan
memotivasi peserta didik
dengan memberi penjelasan
tentang pentingnya
mempelajari materi ini.
Kegiatan Inti
(100 menit)
- Guru memusatkan perhatian
peserta didik pada topik
materi perubahan
lingkungan dengan cara
bertanya mengenai apa yang
akan dipelajari.
- Guru mempersilahkan
peserta didik untuk
membentuk kelompok yang
terdiri dari 4 atau 5 orang
- Guru mempersilahkan
peserta didik membaca,
mengamati, membahas dan
menganalisis berbagai
Menanya
Menemukan
informasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
laporan media/kasus
lingkungan hidup/lingkungan
sekitar mengenai kerusakan
lingkungan.
- Guru membagikan lembar
kerja peserta didik ke tiap
kelompok
- Peserta didik mengerjakan
LKPD dengan teman
kelompoknya masing-
masing.
- Hasil kerja kelompok
dipresentasikan di depan
kelas
- Peserta didik lainnya
memberi pertanyaan atau
sanggahan
- Guru memberikan klarifikasi
jika terdapat kekeliruan
terhadap penjelasan peserta
didik.
Menalar
Mengkomunikasikan
Mencoba
Tahap Penutup
(20 menit)
Refleksi &Evaluasi
Arahan/tindak lanjut
Guru bersama peserta didik:
- Melakukan refleksi dan
sekaligus evaluasi terhadap
pembelajaran
- Guru memberikan umpan
balik dan tindak lanjut
- Menyampaikan rencana
pembelajaran pada
pertemuan berikutnya
- Guru menutup pelajaran dan
mengucapkan salam
Pertemuan ke 2 (3 x 45 menit)
Tahap Kegiatan Pembelajaran Proses Saintifik
Pendahuluan
(15 menit)
Sebelum memulai pelajaran,
guru terlebih dahulu memberi
salam, mempersilahkan peserta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Orientasi
Apersepsi
Motivasi
Mengorganisasi
didik untuk duduk pada
kelompok praktikum masing
masing dan mengecek kehadiran
siswa dan juga kesiapan peserta
didik untuk mengikuti
praktikum.
Guru bertanya kepada peserta
didik:
Pada pertemuan sebelumnya
kita sudah belajar tentang
solusi/ upaya untuk mengatasi
pencemaran. Ada yang masih
ingat?
Lalu guru memberikan
motivasi: Sudah siap untuk
praktikum hari ini ? sudah??
Ditayangkan tujuan/ ruang
lingkup materi yang akan
dibahas
Peserta didik diminta
mengecek kembali anggota
kelompokknya
Kegiatan Inti
(100 menit)
Guru memberikan pengantar
sebelum memulai praktikum
Guru menjelaskan alat dan
bahan serta cara kerja dalam
praktikum
Guru memberikan LKPD
kepada setiap kelompok dan
juga membagikan bahan dan
alat yang akan digunakan
Peserta didik dipersilahkan
bertanya jika masih kurang
jelas dalam penjelasan yang
sudah dijelaskan.
Jika sudah jelas, peserta didik
dipersilahkan untuk memulai
Mengamati
Menanya
Mencoba
Menalar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
bekerja dalam kelompoknya
masing-masing.
Tahap Penutup
(20 menit)
Evaluasi
Refleksi
Arahan/tindak
lanjut
Peserta didik menjawab
beberapa pertanyaan melalui
postest
Peserta didik diminta
mengungkapkan apa manfaat
yang diperoleh setelah
mengikuti praktikum.
Guru memberi umpan balik
Menyampaikan rencana
pembelajaran pada
pertemuan berikutnya
Guru menutup pelajaran dan
mengucapkan salam
H. Penilaian Hasil Pembelajaran
a. Penilaian
1. Penilaian sikap : Pengamatan
2. Penilaian pengetahuan : Tes tertulis (post test)
3. Penilaian keterampilan : Presentasi, praktikum
b. Bentuk Penilaian
1. Observasi : Lembar pengamatan aktivitas peserta didik
2. Tes tertulis : Post test
3. Presentasi, praktikum
I. Lampiran
1. Lembar Kerja Siswa (LKPD)
2. Instrumen penilaian
Yogyakarta,……………….
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran
(…………………………..) (……………………………)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) 1
A. Judul : Perubahan lingkungan
B. Tujuan :
1. Siswa mampu menjelaskan pengertian tentang perubahan lingkungan
2. Siswa mampu mengidentifikasi faktor-faktor penyebab perubahan
lingkungan
3. Siswa mampu mengidentifikasi dampak dari perubahan lingkungan
C. Alat dan Bahan :
1. LKPD
2. Alat tulis
3. Jurnal/berita terkait pencemaran lingkungan
4. Buku
D. Prosedur Kerja :
1. Buatlah kelompok masing-masing 4-5 peserta didik
2. Perhatikanlah masing-masing jurnal/berita terkait perubahan lingkungan
yang diperoleh masing-masing kelompok
3. Diskusikanlah dan jawablah pertanyaan bersama dengan kelompokmu
4. Hasil diskusi dipresentasikan di depan kelas
E. Pertanyaan diskusi
1. Berdasarkan jurnal/berita yang diperoleh, hal apa saja yang mengalami
perubahan?
2. Apakah perubahan tersebut positif atau negatif? Sertakan alasannya
3. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab perubahan lingkungan
tersebut?
4. Dampak apa yang ditimbulkan dari perubahan lingkungan yang terjadi?
Nama anggota:
1.
2.
3.
4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
F. Hasil Diskusi
1.
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
2.
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
3.
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
4.
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) 2
A. Judul : Fitoremediasi
B. Tujuan :
1. Siswa mampu menjelaskan pengertian tentang fitoremediasi
2. Siswa mampu mengaplikasikan fitoremediasi menggunakan Lemna sp.
3. Siswa mampu mengidentifikasi kualitas air khususnya pH, DO, TDS dan
kekeruhan
C. Alat dan Bahan :
Alat: Thermometer, pH meter, DO meter TDS meter, Turbidity meter, alat
tulis, LKS, kamera/hp, wadah plastik, timbangan digital, gelas ukur
Bahan: Sampel air tercemar, aquades, Lemna sp., tissue
D. Prosedur Kerja :
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Sampel air yang tercemar diambil menggunakan gelas ukur sebanyak 5 liter
dan diletakan pada wadah platik berukuran 32x30x12 cm
3. Kualitas sampel air yang digunakan diamati (bau, warna dan kekeruhannya)
4. Pengukuran awal dilakukan pada sampel air yang digunakan berupa suhu,
pH, DO, TDS dan kekeruhan
5. Hasil pengukuran awal dicatat pada buku catatan
6. Tumbahan Lemna sp. yang disiapkan (sudah diaklimatisasi terlebih dahulu)
ditimbang sebanyak 25 gram
7. Tumbahan Lemna sp. yang telah ditimbang, dimasukan ke dalam wadah
yang berisikan sampel air yang tercemar
8. Pengukuran dilakukan pada hari berikutnya yakni suhu, pH, DO, TDS dan
kekeruhan dan kemudian dicatat hasilnya
9. Perlakuan dilakukan selama 6 hari dan dilakukan pengukuran setiap hari
E. Hasil Pengamatan :
Pengukuran awal
Suhu TDS DO pH Kekeruhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Bau:
Warna:
Kekeruhan:
Hari ke- Suhu TDS DO pH Kekeruhan
1
2
3
4
5
6
Bau:
Warna:
Kekeruhan:
F. Kesimpulan:
Kelompok:
1.
2.
3.
4.
5.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
KISI-KISI PENULISAN SOAL
Post-test Praktikum
Indikator Soal Nomor
soal
Ranah
Kognitif
Menjelaskan pengertian fitoremediasi 1 C1
Menjelaskan tujuan salah satu perlakuan 2 C1
Menyebutkan kelebihan penggunaan salah satu bahan
yang digunakan
3 C2
Menyebutkan parameter yang diukur 4 C2
Memberikan alasan mengapa perlu dilakukannya
fitoremediasi
5 C4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
A. Soal post-test
Post-test Fitoremediasi
Nama :
Kelas :
Hari,tanggal:
Kerjakanlah soal-soal berikut dengan jawaban yang singkat dan jelas!
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan fitoremediasi?
2. Jelaskan apa tujuan dari aklimatisasi?
3. Sebutkan kelebihan/keunggulan tumbuhan Lemna sp. digunakan sebagai
fitoremdiator?
4. Sebutkan parameter apa saja yang diukur dalam praktikum fitoremediasi?
5. Berikan alasan mengapa fitoremediasi menjadi salah satu upaya untuk
memperbaiki kualitas air?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
B. Kunci Jawaban Soal Post-test
1. Fitoremediasi adalah penggunaan tumbuhan untuk menghilangkan
polutan dari tanah atau perairan yang terkontaminasi
2. Tujuan dari aklimatisasi adalah untuk mengkondisikan tanaman untuk
beradaptasi terhadap lingkungan baru yang akan dimasukinya.
3. Lemna sp. mampu mengasimilasi senyawa organik dan anorganik yang
terdapat dalam limbah, tahan pada suhu ekstrim, perkembanganya sangat
cepat, murah, dan dapat di jadikan sebagi pakan ikan
4. Suhu, pH, DO, TDS, kekeruhan, warna dan bau
5. Fitoremediasi menjadi salah satu upaya untuk memperbaiki kualitas air
karena ramah lingkungan, dan mudah untuk dilakukan/diaplikasikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
C. Rubik Penilaian Post-test
No.
Soal
Kriteria Penilaian Skor
1 Mampu menjelaskan pengertian fermentasi dengan tepat, yaitu
dengan kata kunci memanfaatkan tumbuhan untuk menyerap
limbah/ kontaminan pada tanah atau perairan
20
Hanya menjelaskan pengertian fitoremediasi dengan salah
satu kata kunci memanfaatkan tumbuhan untuk menyerap
limbah
10
Tidak menjawab dan tidak menjelaskan pengertian fermentasi
dengan tepat
0
2 Mampu menjelaskan tujuan aklimatisasi dengan tepat, yaitu
dengan kata kunci mengkondisikan tanaman untuk beradaptasi
terhadap lingkungan baru yang akan dimasukinya
20
Hanya menjelaskan tujuan aklimatisasi dengan salah satu kata
kunci
10
Tidak menjawab dan tidak menjelaskan tujuan aklimatisasi
dengan tepat
0
3 Menuliskan 5 kelebihan/keunggulan Lemna sp. digunakan
sebagai fitoremdiator dengan tepat
25
Menuliskan 4 kelebihan/keunggulan Lemna sp. digunakan
sebagai fitoremdiator dengan tepat
20
Menuliskan 3 kelebihan/keunggulan Lemna sp. digunakan
sebagai fitoremdiator dengan tepat
15
Menuliskan 2 kelebihan/keunggulan Lemna sp. digunakan
sebagai fitoremdiator dengan tepat
10
Menuliskan 1 kelebihan/keunggulan Lemna sp. digunakan
sebagai fitoremdiator dengan tepat
5
Tidak menjawab/menuliskan keunggulan Lemna sp.
digunakan sebagai fitoremdiator dengan tepat
0
4 Mampu menyebutkan 7 parameter dengan tepat yaitu DO,
TDS, pH, kekeruhan, suhu, baud an warna
20
Hanya mampu menyebutkan 5 parameter dengan tepat 15
Hanya mampu menyebutkan 3 parameter dengan tepat 10
Tidak menjawab/menyebutkan parameter dengan tepat 0
5. Menyebutkan 3 alasan fitoremediasi menjadi salah satu upaya
untuk memperbaiki kualitas air dengan tepat
10
Menyebutkan 2 alasan fitoremediasi menjadi salah satu upaya
untuk memperbaiki kualitas air dengan tepat
8
Menyebutkan 1 alasan fitoremediasi menjadi salah satu upaya
untuk memperbaiki kualitas air dengan tepat
5
Tidak menjawab/menyebutkan alasan fitoremediasi menjadi
salah satu upaya untuk memperbaiki kualitas air dengan tepat
0
SKOR MAKSIMAL 100
Nilai =
x 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
1. Lembar Peneilaian Sikap
LEMBAR PENGAMATAN SIKAP (OBSERVASI)
Petunjuk penilaian:
Lembar ini diisi oleh Pendidik untuk menilai sikap siswa.Berilah skor pada kolom
aspek penilaian sesuai deskripsi yang ditentukan.
No Nama Siswa Aspek yang dinilai Total
Teliti Disiplin Kerjasama Percaya
diri
Rubik penilaian sikap
No Skor Keterangan
1 1 Kadang-kadang konsisten menunjukkan sikap sesuai aspek sikap
yang dinilaidan sering tidak sesuai aspek yang dinilai
2 2 Sering konsisten menunjukkan sikap sesuai aspek sikap dan
kadang-kadang tidak sesuai aspek sikap yang dinilai
3 3 Selalu konsisten menunjukkan sikap sesuai aspek sikap yang dinilai
Keterangan:
Kriteria penilaian Predikat Nilai akhir
Sangat baik A 95-100
Baik B 85-94
Cukup C 75-84
Kurang D ≤ 74
Skor maksimal: 12
Nilai =
x 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
2. Penilaian Keterampilan
a. Penilaian Keterampilan/Presentasi kelompok
Kelompok :
Kelas :
Tanggl :
Anggota : 1.
2.
Bubuhkan tanda (√) pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan!
No.
Aspek
Sangat
Baik
Baik Cukup Kurang
4 3 2 1
1. Persiapan dan penampilan
kelompok.
2. kerjasama kelompok dalam
mempresentasikan hasil
diskusinya.
3. Tanggapan kelompok
terhadap pertanyaan dari
kelompok lain.
4. Setiap anggota kelompok
aktif dalam memberikan
tanggapan/jawaban dari
kelompok lain.
Jumlah
Skor maksimal: 16
Nilai =
x 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Skor Indikator
4 Penampilan presentasi kelompok sangat menarik, kompak, dan
tepat memberikan tanggapan/ jawaban.
3 Penampilan presentasi kelompok menarik, kompak, dan tepat
memberikan tanggapan/ jawaban..
2 Penampilan presentasi kelompok cukup menarik, kompak, dan
tepat memberikan tanggapan/ jawaban..
1 Penampilan presentasi kelompok kurang/tidak menarik, kompak,
dan tepat memberikan tanggapan/ jawaban.
Pedoman penskoran
Jumlah Skor Pencapaian Keterangan nilai
95 – 100 Sangat Baik (SB)
85 – 94 Baik (B)
75 – 84 Cukup (C)
≤ 74 Kurang (K)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
b. Penilaian Keterampilan/ praktikum
Kelompok :
Kelas :
Tanggl :
Anggota 1.
2.
3.
Bubuhkan tanda (√) pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan!
No.
Aspek
Sangat
Baik
Baik Cukup Kurang
4 3 2 1
1. Persiapan kelompok dalam
mempersiapkan keperluan
praktikum
2. kerjasama kelompok dalam
melakukan praktikum
3. Semua anggota kelompok
aktif terlibat dalam
praktikum
4. Melakukan praktikum
sesuai langkah kerja
Jumlah
Skor maksimal: 16
Nilai =
x 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Skor Indikator
4 Kelompok praktikum mempersiapkan semua perlengkapan
praktikum dan saling bekerja sama aktif dalam praktikum, sesuai
panduan praktikum
3 Kelompok praktikum mempersiapkan perlengkapan praktikum
dan saling bekerja sama aktif dalam praktikum, sesuai panduan
praktikum
2 Kelompok praktikum mempersiapkan beberapa perlengkapan
praktikum dan cukup saling bekerja sama aktif dalam praktikum,
sesuai panduan praktikum
1 Kelompok praktikum tidak mempersiapkan semua perlengkapan
praktikum dan kurang saling bekerja sama aktif dalam praktikum,
sesuai panduan praktikum
Pedoman penskoran
Jumlah Skor Pencapaian Keterangan nilai
95 – 100 Sangat Baik (SB)
85 – 94 Baik (B)
75 – 84 Cukup (C)
≤ 74 Kurang (K)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
LEMBAR PENILAIAN KINERJA LAPORAN TERTULIS
Petunjuk penilaian :
Lembar ini diisi oleh pendidik untuk menilai kompetensi keterampilan peserta
didik.Berilah skor pada kolom aspek penilaian sesuai aspek yang ditentukan.
No. Nama Siswa Aspek yang dinilai Skor Nilai Ket.
1 2 3 4 5
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Rubrik Penilaian Kinerja Laporan Tertulis
No. Aspek yang dinilai Skor Keterangan
1.
Sistematika laporan
- Bagian awal laporan sistematis
- Bagian isi laporan sistematis
- Bagian akhir laporan sistematis
4 Jika 3 indikator tercapai
3 Jika 2 indikator tercapai
2 Jika 1 indikator tercapai
1 Tidak ada indikator yang tercapai
2.
Kelengkapan laporan
- Bagian awal laporan lengkap
- Bagian isi laporan lengkap
- Bagian akhir laporan lengkap
4 Jika 3 indikator tercapai
3 Jika 2 indikator tercapai
2 Jika 1 indikator tercapai
1 Tidak ada indikator yang tercapai
3.
Kejelasan laporan
- Ringkas
- Kalimat sesuai EYD
- Runtut
4 Jika 3 indikator tercapai
3 Jika 2 indikator tercapai
2 Jika 1 indikator tercapai
1 Tidak ada indikator yang tercapai
4.
Kebenaran konsep
- Mengaplikasikan konsep dalam solusi
- Menggunakan prosedur kerja yang sesuai
- Pemaparan konsep sesuai teori
4 Jika 3 indikator tercapai
3 Jika 2 indikator tercapai
2 Jika 1 indikator tercapai
1 Tidak ada indikator yang tercapai
5.
Data dan Pembahasan
- Logis
- Faktual
- Pembahasan sesuai teori
4 Jika 3 indikator tercapai
3 Jika 2 indikator tercapai
2 Jika 1 indikator tercapai
1 Tidak ada indikator yang tercapai
Skor maksimal: 20
Nilai =
x 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Dokumentasi Penelitian
A) Pengambilan sampel air menggunakan ember yang diikat dengan tali, B) Pengukuran awal di lapangan, C) Sampel air dimasukan
ke dalam jerigen, D) Pengukuran TDS sebelum perlakuan dan E) Pengukuran pH sebelum perlakuandan
F) Pengukuran suhu dan DO sebelum perlakuan G) Pengukuran kekeruhan sebelum perlakuan, H) Sampel air diukur sebanyak 5 liter
dengan menggunakan gelas ukur dan I) Sampel air yang telah diukur dimasukkan kedalam wadah berukuran 36 × 30 × 12 cm J)
Lemna sp. ditimbang sesuai jumlah yang ditentukan.
K) Lemna sp. di masukkan ke dalam wadah yang telah diberi label sebelumnya dan L) Pengukuran selama perlakuan meliputi suhu,
DO, TDS, pH dan kekeruhan.
A B C D E
F G H I J
K L
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI