5
Perencanaan dan Manajemen Pelabuhan Kresna Hadi Dwipayana 4312100073 Pengaruh Ketersediaan Ruang/Spasial terhadap Perkembangan Pelabuhan Pendahuluan Pelabuhan adalah sebuah fasilitas di perbatasan daerah air dan darat baik itu di ujung samudera, sungai ataupun danau tempat berpindahnya muatan dari moda transportasi air ke moda transportasi darat. Selain itu pelabuhan juga dapat berarti suatu pintu gerbang untuk masuk ke satu daerah tertentu dan sebagai prasarana penghubung antar daerah, pulau, bahkan negara. (Triatmodjo, 2009). Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : KM.21 Tahun 2007, Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan/atau bongkar muat barang dan dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi.Sesuai dengan definisinya, pelabuhan erat kaitannya dengan kegiatan ekonomi suatu daerah atau negara. Fasilitas Pelabuhan Menyesuaikan Fungsinya Didalam menjalankan fungsinya dengan baik, pelabuhan perlu didukung fasilitas – fasilitas yang sesuai dengan tujuan pembangunan pelabuhan tersebut. Fasilitas pelabuhan seperti tempat kapal bersandar, bongkar muat barang/penumpang, fasilitas keselamatan pelayaran, gudang penyimpanan, dan lain – lain. Satu pelabuhan bisa jadi membutuhkan fasilitas yang berbeda dari pelabuhan lain nya, karena tujuan pembangunan satu pelabuhan pasti berbeda – beda. Misalnya saja pelabuhan sungai di Sampang sebagai pelabuhan penumpang dan ikan dari Pulau Mandangin/Kambing ke Pulau Madura/Sampang memiliki fasilitas yang sangat perbeda dengan pelabuhan di Teluk Lamong. Fungsi dari sebuah pelabuhan sendiri sangatlah dinamis mengikuti kebutuhan ekonomi dari suatu daerah. Sebagai contoh apabila daerah di suatu pulau A memiliki penghasilan utama berupa getah karet,

Pengaruh Ketersediaan Ruang

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Spasial

Citation preview

Page 1: Pengaruh Ketersediaan Ruang

Perencanaan dan Manajemen PelabuhanKresna Hadi Dwipayana

4312100073

Pengaruh Ketersediaan Ruang/Spasial terhadap Perkembangan Pelabuhan

Pendahuluan

Pelabuhan adalah sebuah fasilitas di perbatasan daerah air dan darat baik itu di ujung samudera, sungai ataupun danau tempat berpindahnya muatan dari moda transportasi air ke moda transportasi darat. Selain itu pelabuhan juga dapat berarti suatu pintu gerbang untuk masuk ke satu daerah tertentu dan sebagai prasarana penghubung antar daerah, pulau, bahkan negara. (Triatmodjo, 2009). Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : KM.21 Tahun 2007, Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan/atau bongkar muat barang dan dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan  penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan  intra dan antar moda transportasi.Sesuai dengan definisinya, pelabuhan erat kaitannya dengan kegiatan ekonomi suatu daerah atau negara.

Fasilitas Pelabuhan Menyesuaikan Fungsinya

Didalam menjalankan fungsinya dengan baik, pelabuhan perlu didukung fasilitas – fasilitas yang sesuai dengan tujuan pembangunan pelabuhan tersebut. Fasilitas pelabuhan seperti tempat kapal bersandar, bongkar muat barang/penumpang, fasilitas keselamatan pelayaran, gudang penyimpanan, dan lain – lain. Satu pelabuhan bisa jadi membutuhkan fasilitas yang berbeda dari pelabuhan lain nya, karena tujuan pembangunan satu pelabuhan pasti berbeda – beda. Misalnya saja pelabuhan sungai di Sampang sebagai pelabuhan penumpang dan ikan dari Pulau Mandangin/Kambing ke Pulau Madura/Sampang memiliki fasilitas yang sangat perbeda dengan pelabuhan di Teluk Lamong.

Fungsi dari sebuah pelabuhan sendiri sangatlah dinamis mengikuti kebutuhan ekonomi dari suatu daerah. Sebagai contoh apabila daerah di suatu pulau A memiliki penghasilan utama berupa getah karet, kemudian hutan karet ditebang menjadi industri semen karena tanahnya banyak mengandung kapur. Maka pelabuhan sebagai pintu gerbang keluar masuk barang harus mampu memfasilitasi perubahan ini dengan beralih dari fasilitas bongkar muat getah karet menjadi fasilitas bongkar muat curah semen. Untuk itu suatu pelabuhan harus memiliki rencana pengembangan pelabuhan jangka panjang agar suatu pelabuhan dapat berkembang secara dinamis mengikuti kebutuhan ekonomi suatu daerah.

Kebutuhan Ruang dalam Perkembangan Pelabuhan

Perkembangan suatu pelabuhan sangatlah bergantung pada ketersediaan lahan, baik daerah darat, air dan udara. Menurut Chang, et.al (2009), disebutkan beberapa konstrain pengembangan pelabuhan salah satunya yaitu aspek geografis yang mencakup landside, airside dan seaside. Landside atau daerah darat terbatas pada kondisi alam dimana mungkin terjadi bencana alam seperti gempa bumi yang dapat menjadi batasan dari rencana pengembangan pelabuhan. Selain itu adalah ketersediaan lahan untuk mengembangkan pelabuhan. Untuk air side mencakup kondisi cuaca dan seaside mencakup kedalaman atau water depth.

Pemerintah mengatur perencanaan pelabuhan dalam peraturan pemerintah no 70 tentang kepelabuhanan dimana pada pasal 7 dijelaskan bahwa “Penyelenggara pelabuhan umum harus

Page 2: Pengaruh Ketersediaan Ruang

Perencanaan dan Manajemen PelabuhanKresna Hadi Dwipayana

4312100073

menguasai tanah dan perairan pada lokasi yang telah ditetapkan sebagaimana pasal 6 ayat (1) untuk keperluan pelayanan jasa kepelabuhanan, keselamatan pelayaran dan fasilitas penunjang pelabuhan umum”.

Anyport model yang dikembangkan oleh Bird (1963) menjelaskan bagaimana infrastruktur pelabuhan berkembang dalam fungsi ruang dan waktu. Setidaknya ada 3 tahapan bagaimana anyport ini memodelkan perkembangan pelabuhan yaitu :

1. Setting. Merupakan tahap awal pembangunan pelabuhan dimana aktifitas pelabuhan sangat terbatas pada beberapa fungsi saja. Pada tahap ini pelabuhan merupakan pelabuhan asli atau memiliki kapasitas tertentu untuk suatu kegiatan perdagangan tertentu. Kegiatan ekonomi dan pertumbuhan industri umumnya tidak akan jauh dari pelabuhan ini.

2. Expansion. Seiring berkembangnya kegiatan ekonomi dan revolusi industri disekitar pelabuhan, maka akan berdampak pada meningkatnya kebutuhan layanan pelabuhan. Hal ini mendorong pelabuhan untuk menambah kapasitas pelabuhan, meningkatkan kekuatan struktur jeti untuk melayani kapal – kapal yang lebih besar demi menangani pertumbuhan jumlah barang yang masuk dan keluar. Integrasi antar moda dibangun, seperti jalur kereta api dengan pelabuhan atau jalan – jalan tol yang menghubungkan pelabuhan dengan daerah Industri.

3. Specialization. Tahap berikutnya melibatkan pembangunan pelabuhan khusus untuk menangani angkutan kontainer, bijih, gandum, minyak bumi dan batubara. Memperluas area pergudangan secara signifikan, memperkuat dan menambah panjang jeti serta melakukan pengerukan untuk melayani kapal – kapal berkapasitas tinggi. Biasanya aktifitas pelabuhan utama akan bergeser dari pelabuhan aslinya seiring dengan evolusi pelabuhan ini.

Gambar 1. Model Anyport

Sumber : https://people.hofstra.edu/geotrans/eng/ch4en/conc4en/portdev.html

Model anyport ini menunjukkan bagaimana ketersediaan lahan sangat penting dalam evolusi sebuah pelabuhan baik lahan darat maupun perairan. Kebutuhan darat mempengaruhi jumlah fasilitas bongkar muat yang tersedia pada pelabuhan seperti crane, konveyor ataupun pipa – pipa migas dan lain sebagainya. Selain itu juga kapasitas gudang – gudang maupun lahan penyimpanan container

Page 3: Pengaruh Ketersediaan Ruang

Perencanaan dan Manajemen PelabuhanKresna Hadi Dwipayana

4312100073

sementara. Kebutuhan lahan perairan juga menjadi faktor yang sangat krusial, dimana wilayah perairan menjadi lokasi sandar kapal yang sedang bongkar muat. Luas lahan perairan akan mempengaruhi jumlah kapal yang bisa melakukan bongkar muat. Selain itu lokasi perairan akan sangat menentukan jenis kapal apa yang bisa melakukan aktifitas pada pelabuhan tersebut berkaitan dengan alur pelayaran dan kedalaman air laut.

Dampak yang secara langsung akan dirasakan oleh Industri dan kegiatan perniagaan didalam suatu daerah tersebut. Dengan adanya kemampuan pelabuhan untuk berkembang mengikuti perkembangan kegiatan ekonomi, maka kegiatan ekonomi akan dapat terus berkembang. Begitu juga sebaliknya, apabila suatu pelabuhan sudah tidak mampu berkembang untuk melayani kebutuhan ekonomi yang terus berkembang, maka saat itu juga pertumbuhan kegiatan ekonomi akan terhambat.

Kesimpulan

Ketersediaan lahan baik darat maupun daerah perairan harus sangatlah penting dalam perencanaan pembangunan pelabuhan jangka panjang yang bersifat dinamis karena kemampuan pelabuhan untuk beradaptasi dengan kebutuhan ekonomi sangat bergantung pada kemampuan pelabuhan untuk berevolusi dan berkembang dalam fungsi ruang dan waktu. Apabila suatu pelabuhan tidak memiliki lahan untuk berkembang, maka peningkatan pelayanan suatu pelabuhan tidak akan tercapai dan dampaknya adalah terhambatnya pertumbuhan ekonomi dari suatu daerah tempat pelabuhan tersebut berada. Pembangunan fasilitas pelabuhan baru yang lebih besar mungkin menjadi solusi dari permasalahan ini, akan tetapi berdampak pada biaya yang sangat tinggi. Oleh karena itu ketersediaan lahan harus menjadi salah satu faktor utama dalam merencanakan perkembangan sebuah pelabuhan.

Daftar PustakaChang, W.Y.T. dan Yip, T.L.(2009). Port Spatial Development and Theory of Constraints, Hongkong : Department of Logistics and Maritime Studies, The Hong Kong Polytechnic University.

Bird, J. (1963). The Major Seaports of the United Kingdom, London: Hutchinson.

Kementrian Perhubungan Indonesia. 2007. Peraturan Menteri Perhubungan No. 21 Tahun 2007 tentang Sistem dan Prosedur Pelayanan Kapal, Barang dan Penumpang pada Pelabuhan Laut yang Diselenggarakan oleh Unit Pelaksana teknis (UPT) Kantor Pelabuhan. Sekretariat Kementrian Perhubungan. Jakarta.

Republik Indonesia. 1996. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 70 Tahun 1996 tentang Kepelabuhanan. Sekretariat Negara, Jakarta

Triatmodjo, Bambang. 2010. Perencanaan Pelabuhan, Yogyakarta : Beta Offset Yogyakarta.

Rodrigue, J.P. (1998-2015). The Geography of Transport System. New York : Department of Global Studies & Geography, Hofstra University // https://people.hofstra.edu/geotrans/eng/ch4en/conc4en/portdev.html