Upload
others
View
7
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH KOH TERHADAP SIFAT LUMPUR PENGEBORAN BERBAHAN DASAR AIR
( WATER BASED-MUD )
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
Oleh :
SITA AMALIA ( 2304310019)
PROGRAM DIPLOMA 3 KIMIA TERAPAN DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS INDONESIA
2007
LEMBARAN PERSETUJUAN
PENGARUH KOH TERHADAP SIFAT LUMPUR
PENGEBORAN BERBAHAN DASAR AIR
(WATER BASED MUD)
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
Disusun Oleh :
SITA AMALIA
(2304310019)
DISETUJUI OLEH :
Untung Sudarsono Dr. Riwandi Sihombing 1st Mentor 2st Mentor
Achmad Munawir Head of Manager R&D
i
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya, akhirnya laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL)
ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Walaupun dalam
waktu yang relatif singkat, tetapi banyak sekali manfaat yang bisa
diperoleh dalam program PKL ini baik berupa ilmu pengetahuan dan
pengalaman kerja yang dapat dijadikan bekal dalam memasuki dunia
kerja.
Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini berjudul “ Pengaruh
KOH Terhadap Sifat Water Based – Mud “. Laporan ini disusun sebagai
tugas akhir untuk memenuhi syarat kelulusan program studi D3 Kimia
Terapan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Indonesia. Laporan ini merupakan hasil Praktik Kerja Lapangan yang
dilaksanakan pada tanggal 15 Maret 2007 sampai 30 April 2007,
bertempat di PT M-I Indonesia, T.B Simatupang, Jakarta Selatan.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-
besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu selama proses
pelaksanaan praktik lapangan sampai terselesainya penyusunan laporan
ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. Papa dan Mama tercinta yang terus memberikan dukungan baik
moral maupun materi, serta adikku dan kakakku tersayang yang
ii
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
selalu setia memberikan dukungan. Semoga Allah SWT
senatiasa melindungi mereka dari marabahaya dan
memudahkan segala urusannya.
2. Ibu Dra. Susilowati Hs., M. Sc., serta Ibu Ir. Widyastuti M. Sc.,
selaku ketua Jurusan dan Sekretaris Program D3 Kimia
Terapan Departemen Kimia FMIPA Universitas Indonesia.
3. Bapak Dudy Gustiza, direktur., selaku HRD PT. M-I Indonesia
atas kesempatan yang telah diberikan sehingga penulis dapat
melaksanakan kerja Praktek di PT. M-I Indonesia.
4. Bapak Achmad Munawir, selaku pimpinan Lab Technical Asia
Pasifik PT. M-I Indonesia.
5. Bapak Untung Sudarsono, selaku Pembimbing I, atas
kepercayaan, petunjuk dan bimbingannya kepada penulis.
6. Mas Salomo Denny A. S, selaku pembimbing aku selama PKL.
Terima kasih atas bimbingannya.
7. Bapak Dr. Riwandi Sihombing, selaku Pembimbing II.
8. Bapak Sultan Bajri, selaku Pembimbing Akademik, atas
bimbingan, dorongan dan nasehatnya.
9. Mas kis, Mas Arif, Mas gomgom, Mas Uki, Mas ipul, Mas
Bambang, dan Mba Yani, terima kasih atas bimbingannya dan
membantu serta nasihatnya.
iii
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
10. Seluruh staf pengajar dan TU D3 Kimia Terapan FMIPA UI,
khususnya Mas Hadi atas bantuannya selama tiga tahun
terakhir.
11. Sahabat-sahabatku Diah, Annisa, Anita, Ike. Terima kasih atas
dukungan, semangat dan kesetiaan kalian yang selalu
disampingku. Semoga kita bersahabat selamanya.
12. Kak Lalang, Kak Yuda, Kak Gosa, Kak Donny, Kak Yoga, Kak
Fredo, Farid atas semangatnya untuk mendukung selama PKL.
13. Teman-teman seperjuanganku di Kimia Terapan 2004 Heru,
Hadi, Vino, Putu, Rasyid, Selfi, Ani, Novi dan seluruh teman-
teman yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu,
sukses untuk kalian semua.
14. Rekan-rekan Kimia Terapan 2000, 2001, 2002, 2003, 2004,
2005, 2006 dan Alumni, semoga menjadi orang yang berguna
bagi nusa dan bangsa.
15. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih memiliki banyak
kekurangan, sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca, akhirnya penulis berharap semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi penulis maupun para pembaca.
Depok, Mei 2007
Penulis
iv
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
v
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
ABSTRAK
PROGRAM DIPLOMA III KIMIA TERAPAN
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS INDONESIA
SITA AMALIA (2304310019)
PENGARUH KOH TERHADAP SIFAT WATER BASED MUD
(xiii + 96 halaman ; tabel, gambar, lampiran)
Lumpur pengeboran merupakan bagian yang penting dalam proses
pengeboran. Klasifikasi lumpur pengeboran dilihat berdasarkan fasa
fluidanya : air (water base), minyak (oil base) atau gas. Lumpur
pengeboran berbahan dasar air yaitu fasa kontinyunya adalah air. ini
merupakan tipe lumpur pengeboran yang paling banyak digunakan. 75%
lumpur pengeboran menggunakan air. Istilah oil base digunakan bila
minyaknya lebih dari 95%.
Lumpur pengeboran memiliki fungsi utama antara lain mengangkat
cutting ke permukaan, mendinginkan dan melumasi mata bor dan kawat
bor, mengontrol tekanan formasi, memberi dinding pada lubang bor
dengan mud cake, melepaskan pasir dan cutting dipermukaan.
v
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
Pengaruh pH sangat penting dalam lumpur pengeboran. Pemilihan
pH merupakan prioritas utama untuk mengoptimalkan karakteristik dari
sifat lumpur pada saat pengeboran dilakukan yaitu dengan menaikkan pH.
Salah satu cara menaikkan pH dengan penambahan berat KOH.
Komposisi dan sifat-sifat lumpur sangat berpengaruh pada pengeboran.
Untuk mengetahui kualitas lumpur berbahan dasar air dengan adanya
pengaruh pH dilakukan uji sifat lumpur antara lain berat lumpur (density),
sifat rheology (viskositas dan gel strength), API fluid loss, alkalinitas, total
kesadahan, dan kalsium.
Dari data hasil pengukuran sampel diperoleh penurunan pada nilai
yield point, gel strength serta kenaikan pada data fluid loss dan pH yang
diakibatkan penambahan KOH pada jumlah yang bervariasi. Sampel
Water Based Mud ini layak untuk digunakan dalam lumpur pengeboran
dan biasanya parameter yang dilakukan dalam pembuatan sesuai dengan
permintaan perusahaan minyak.
vi
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
DAFTAR ISI
Hal
LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………………….i
KATA PENGANTAR……………………………………………………………..ii
ABSTRAK…………………………………………………………………………v
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...vii
DAFTAR TABEL………………………………………………………………....xi
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………......xii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………..xiii
BAB I : PENDAHULUAN………………………………………………………1
1.1. Latar Belakang PKL………………………………………………..2
1.2. Waktu dan Tempat…………………………………………………3
1.3. Tujuan……………………………………………………………….3
1.3.1. Tujuan Umum…………………………………………….3
1.3.2. Tujuan Khusus……………………………………………4
BAB II : PERUSAHAAN M-I INDONESIA…………………………………...6
2.1. Sejarah dan Perkembangannya………………………………….6
2.2. Wilayah Basis……………………………………………………….7
2.3. Diagram Organisasi………………………………………………...9
2.4. Laboratorium Asia Pasifik Regional……………………………..12
BAB III : LUMPUR PENGEBORAN………………………………………...15
3.1. Lempung dalam Lumpur Pengeboran…………………………..15
3.2. Lumpur Pengeboran……………………………………………....24
vii
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
3.3. Fungsi Lumpur Pengeboran……………………………………...27
3.4. Sifat-Sifat Lumpur Pengeboran………………………………….30
3.4.1. Densitas dan Sand Content…………………………....31
3.4.2. Viskositas dan Gel Strength……………………………33
3.4.3. Filtrasi dan Mud Cake…………………………………..36
3.4.4. Analisis Kimia Lumpur Pengeboran…………………..38
3.5. Jenis Lumpur Pengeboran……………………………………….39
3.5.1. Fresh Water Mud………………………………………..41
3.5.2. Salt Water Mud………………………………………….48
3.5.3. Oil-In-Water Emulsion Mud…………………………….52
3.5.4. Oil Base dan Oil Base Emulsion Mud…………………54
3.5.5. Gaseous Drilling Fluid…………………………………..56
3.6. Kontaminasi Lumpur Pengeboran……………………………….57
BAB IV : PERCOBAAN……………………………………………………….59
4.1. Pembuatan Sampel Dasar……………………………………….59
4.1.1. Pembuatan Sampel + KOH…………………………….60
4.2. Uji Berat Lumpur…………………………………………………..61
4.2.1. Peralatan…………………………………………………61
4.2.2. Prosedur………………………………………………….62
4.2.3. Perhitungan………………………………………………63
4.3. Analisis Sifat Rheology (Viscosity dan Gel Strength)………….63
4.3.1. Scope……………………………………………………..64
4.3.2. Peralatan…………………………………………………65
viii
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
4.3.3. Prosedur………………………………………………….66
4.3.4. Perhitungan………………………………………………67
4.4. Analisis Fluid Loss………………………………………………...68
4.4.1. Peralatan…………………………………………………68
4.4.2. Prosedur………………………………………………….68
4.4.3. Perhitungan………………………………………………69
4.5. Analisis Parameter Alkalinitas,
Total Kesadahan, Ca2+ dan pH…………………………………...70
4.5.1. Analisis Alkalinitas………………………………………70
4.5.1.1. Peralatan……………………………………….70
4.5.1.2. Prosedur……………………………………….71
4.5.2. Analisis Total Kesadahan………………………………72
4.5.2.1. Peralatan……………………………………….72
4.5.2.2. Prosedur……………………………………….73
4.5.2.3. Perhitungan……………………………………73
4.5.3. Analisis Ca2+ dan Mg2+…………………………………73
4.5.3.1. Peralatan……………………………………….73
4.5.3.2. Prosedur……………………………………….74
4.5.3.3. Perhitungan……………………………………74
4.5.4. Uji pH……………………………………………………..74
4.5.4.1. Peralatan………………………………………74
4.5.4.2. Prosedur……………………………………….75
4.6. Hasil Pengamatan…………………………………………………76
ix
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
4.6.1. Pengolahan Data………………………………………..77
4.7. Pembahasan……………………………………………………….85
4.8. Kesimpulan…………………………………………………………88
BAB V : PENUTUP…………………………………………………………….89
5.1. Hasil PKL…………………………………………………………..89
5.2. Manfaat PKL……………………………………………………….89
5.3. Saran……………………………………………………………….90
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………92
LAMPIRAN………………………………………………………………………93
x
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 1 : Letak Office dan Warehouses PT M-I Indonesia………….10
2. Gambar 2 : Struktur Organisasi……………………………………………11
3. Gambar 3: Partikel Lempung Montmorillonite yang Ideal………………18
4. Gambar 4 : Struktur Lempung Pyrophyllite………………………………19
5. Gambar 5 : Struktur Lempung Smectite………………………………….20
6. Gambar 6 : Struktur Clay…………………………………………………..20
7. Gambar 7 : Alat Pengukur Berat Lumpur………………………………...32
8. Gambar 8 : Alat Pengukur Viskositas…………………………………….34
9. Gambar 9 : Alat Pengukur Viskositas…………………………………….35
10. Gambar 10 : Alat Pengukur Fluid Loss………………………………….37
11. Gambar 11 : Flowchart Preparasi Sampel……………………………...60
12. Gambar 12 : Grafik Konsentrasi KOH Vs Plastic Viscosity…………...79
13. Gambar 13 : Grafik Konsentrasi KOH Vs Yield Point………………….79
14. Gambar 14 : Grafik Konsentrasi KOH Vs Apparence Viscosity………79
15. Gambar 15 : Grafik Konsentrasi KOH Vs Gel Strength (10 Min)…….80
16. Gambar 16 : Grafik Konsentrasi KOH Vs Gel Strength (10 Sec)…….81
17. Gambar 17 : Grafik Konsentrasi KOH Vs Filtrat………………………..82
18. Gambar 18 : Grafik Konsentrasi KOH Vs pH…………………………..84
xii
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1 : Lokasi Sumur Pengeboran PT M-I Indonesia…………………8
2. Tabel 2 : Jenis Lempung Pada Umumnya……………………………….23
3. Tabel 3 : Bahan-Bahan dalam Pembuatan Sampel…………………….59
4. Tabel 4 : Data Hasil Pengukuran Secara Keseluruhan…………………76
5. Tabel 5 : Data Hasil Pengukuran Berat Lumpur…………………………77
6. Tabel 6 : Data Hasil Pengukuran Viskositas……………………………..78
7. Tabel 7 : Data Hasil Pengukuran Gel Strength………………………….80
8. Tabel 8 : Data Hasil pengukuran API Fluid Loss………………………..81
9. Tabel 9 : Data Pengukuran Total kesadahan, Ca2+ dan Mg2+…………83
10. Tabel 10 : Data Pengukuran pH…………………………………………84
xi
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1 : Conversion Constant………………………………………93
2. Lampiran 2 : Conversion Table for Mud Density……………………….94
3. Lampiran 3 : Contoh Bahan yang Umum Digunakan
dalam Pembuatan Lumpur Pengeboran…………………95
xiii
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
1
BAB I
PENDAHULUAN
Negara Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan
kekayaan alamnya dan sebagai salah satu negara berkembang saat ini,
tidak terlepas dari peningkatan sumber daya manusianya. Seiring dengan
kemajuan dunia teknologi begitu juga dengan perkembangan kurikulum di
dunia akademi sehingga program disesuaikan dengan kapasitas
kemampuan pengajar serta fasilitas yang mendukung kegiatan di
Universitas. Dalam hal ini, dunia industri melakukan hal yang sama.
Mengamati perkembangan dunia analog menjadi digital, meskipun tidak
semua peralatan yang digunakan dengan teknologi digital, dikarenakan
situasi, kondisi, dan keperluan. Kebanyakan digunakan alat mekanik untuk
mendukung kerja mereka. Perusahaan-perusahaan besar mencoba
memperbarui teknologi peralatan mekanik mereka untuk disesuaikan
dengan fungsi yang sangat beragam dan penekanan biaya operasi. Peningkatan proses industrialisasi sebagai suatu manivestasi
kemajuan teknologi dan perkembangan seperti juga negara-negara
berkembang lainnya dengan perkembangan serta persaingan didalam
bidang industri, hal yang menjadi pondasi utama dalam industri adalah
kemampuan untuk menguasai, memanfaatkan dan melakukan
pengembangan serta penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK) sehingga dapat menghasilkan produk baru yang memiliki kualitas
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
2
yang lebih baik dan dapat bersaing dan mensejajarkan diri dengan negara
lain yang lebih maju.
1.1. Latar Belakang PKL
Untuk membentuk sumber daya manusia dalam dunia industri,
Departemen Kimia di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
membuat program Diploma yang salah satu programnya adalah
melakukan Praktik Kerja Lapangan (PKL), yang harus dilakukan dalam
mempersiapkan mahasiswa untuk terjun ke masyarakat, khususnya
masyarakat industri/lembaga.
Praktik Kerja Lapangan merupakan salah satu prasyarat yang
harus dilengkapi oleh mahasiswa program D3 Kimia Terapan dalam
melengkapi syarat kelulusan, dan praktik kerja ini memiliki 4 sks. Praktik
Kerja Lapangan (PKL) ini bertujuan agar mahasiswa dapat melihat
langsung penerapan ilmu kimia baik dalam bidang penelitian maupun
industri. Dengan melihat langsung penerapan-penerapan ilmu yang
diperoleh selama menuntut ilmu kimia pada dunia industri, diharapkan
mahasiswa mempunyai gambaran yang nyata tentang penerapannya di
bidang industri kimia. Selain itu, dapat menjadi bahan evaluasi bagi pihak
industri tentang sejauh mana persiapan lembaga pendidikan dalam upaya
menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
3
1.2. Waktu dan Tempat Praktik Kerja Lapangan
Praktik Kerja Lapangan ini dilakukan di :
Perusahaan : PT. M-I Indonesia
Alamat : Jl. Let. jend. T.B Simatupang No. 41 Jakarta
12550
Waktu : 15 Maret 2007 – 30 April 2007
Lokasi : Laboratorium Technical Asia Pasifik
1.3. Tujuan
Tujuan Praktik Kerja Lapangan meliputi tujuan umum dan khusus, antara
lain :
1.3.1. Tujuan Umum
1. Mengembangkan sikap profesional serta mendisiplinkan
diri sebagai bekal untuk memasuki dunia kerja.
2. Meningkatkan dan mengembangkan proses penyerapan
teknologi baru dari tempat praktik kerja.
3. Memperoleh kesempatan untuk mendapatkan
pengalaman kerja dalam lingkungan kerja yang
sebenarnya dan mempersiapkan mahasiswa untuk
memasuki dunia industri atau dunia kerja dalam konteks
nyata.
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
4
4. Memperoleh masukan untuk memperbaiki,
mengembangkan serta meningkatkan kesesuaian antara
program pendidikan dan dunia kerja.
5. Menerapkan ilmu yang didapat dalam proses perkuliahan
untuk diaplikasikan ke dalam dunia kerja.
6. Menjalin kerjasama yang baik antara pihak Program DIII
Kimia Terapan FMIPA UI dengan pihak industri atau
instansi pemerintah sehingga membuka peluang bagi
mahasiswa lain yang ingin melakukan Praktik Kerja
Lapangan di tempat yang sama.
7. Sebagai syarat untuk menyelesaikan studi di Program D
III Kimia Terapan Departemen Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Indonesia.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Menumbuh kembangkan dan memantapkan sikap
profesionalisme mahasiswa dalam memasuki lapangan
kerja.
2. Mendapatkan kesempatan mengaplikasikan ilmu dan
pengetahuan yang diperoleh selama masa pembelajaran
dalam kegiatan produksi.
3. Memahami lebih jauh sifat-sifat water based-mud.
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
5
4. Mempelajari proses kontrol kualitas pembuatan water
based mud mulai dari persiapan bahan baku sampai
menganalisis.
5. Meningkatkan wawasan mahasiswa dalam aspek
potensial dunia kerja seperti struktur organisasi, disiplin,
lingkungan, safety dan sistem kerja, serta penerapannya
dalam upaya menganalisis hasil suatu produksi.
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
6
BAB II
PERUSAHAAN M-I INDONESIA
2.1. Sejarah dan Perkembangannya
Singkatan M-I Indonesia yaitu Magcobar- IMCO Indonesia.
Perusahaan M-I Indonesia dapat disebut juga dengan PT M-I
SWACO. M-I SWACO merupakan perusahaan terbesar di dunia
mewakilkan dunia bisnis yang meliputi pengeboran, waduk
pengeboran dalam dan penyelesaian fluida serta pelayanan pada
industri perminyakan; peralatan solid-kontrol dan pelayanan
terhadap lingkungan; dan pelayanan yang berkaitan dengan kota
dan pasar industri.
M-I SWACO merupakan pemasok terbesar didunia pada
pelayanannya dan perusahaan yang paling sukses pada bisnis
pengeboran fluida. Hasil dari kesuksesan ini, kita menginvestasikan
lebih pada penelitian dan perkembangan pengeboran fluida dan
didukung dengan teknologi dibandingkan dengan beberapa
pesaing kita.
Kantor M-I SWACO Indonesia yang berpusat di Jakarta juga
merupakan pusat laboratorium Asia Pasifik Regional, dimana
menyediakan Technical Services dan didukung dengan QA/QC.
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
7
Fasilitas yang termasuk disini antara lain peralatan uji spesifik high-
tech oil-field, prosedur dan team leader.
Pada kondisi ini laboratorium regional kita, M-I SWACO
mempunyai fasilitas R&D yang sangat luas di Stavanger-Norway
dan Houston-USA. M-I SWACO Indonesia menyediakan personel
yang berpengalaman, tehnical dan laboratorium yang mendukung
di Jakarta, Balikpapan, Duri dan fasilitas logistic di Batam dan
kalijapat, Jakarta utara.
2.2. Wilayah Basis
M-I SWACO merupakan pemimpin pasar dalam
menyediakan pengeboran fluida dan pelayanan lebih dari 30 tahun
di Indonesia. IMCO Services Indonesia dan Dresser Magcobar
Indonesia merupakan pesaing yang aktif di Inonesia sampai
keduanya bergabung pada tahun 1996. M-I SWACO mempunyai
cara penyelesaian fluida dengan menyediakan lebih dari 1000
sumur pengeboran dibandingkan dengan 24 operator di Indonesia.
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
8
Tabel 1 mengenai lokasi sumur pengeboran milik PT M-I Indonesia
Location Operations Total Wells
Bali Bali Geothermal 8
Java Central Java Geothermal 44
East Java Offshore 11
Java Sea Offshore 205
West Java Geothermal 95
West Java Land 50
Irian Jaya Irian Jaya Land 32
Irian Jaya Offshore 11
Kalimantan East Kalimantan Onshore 126
East kalimantan Offshore 106
South kalimantan Land/Tanjung 6
Madura West Madura Offshore 6
Malacca Malacca Straits 4
Maluku Maluku Land 2
Natuna Natuna Sea Offshore 161 Sulawesi (Celebes) Central Sulawesi Land 9
Central Sulawesi Offshore 6
East Sulawesi Offshore 3
Sumatra Central Sumatra Land 85
North Sumatra Land 101
North Sumatra Offshore 11
North Sumatra Geothermal 10
Padang Island Land 4
South Sumatra Land 295
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
9
M-I Indonesia memiliki 3 kantor lainnya yang merupakan cabang
perusahaan ditempat yang berbeda-beda di Indonesia antara lain Batam,
Balikpapan - Kalimantan, Kalijapat – Tanjung Priok. PT M-I Indonesia
merupakan inventor terbesar barit, bentonit, dan material lumpur lainnya
dan zat kimia mengikuti :
Batam – termasuk fasilitas barite dan bentonit.
Balikpapan – termasuk fasilitas barite dan bentonit.
Kalijapat , Tanjung Priok – termasuk barite bentonit.
Cabang di Kali japat berlokasi di Jakarta utara dan dekat dengan
pelabuhan Tanjung Priok.
Cabang di Batam merupakan industri penggilingan barite dan bentonit,
fasilitas lumpur berbahan dasar minyak, dan lain sebagainya. Fasilitas M-I
Batam adalah mempunyai sertifikat API.
Cabang di Balikpapan, M-I Balikpapan didukung dengan laboratorium
yang berlokasi di blok yang sama oleh kantor yang mana memiliki
kemampuan dan didukung dengan uji lapangan berdasar minyak pada
lumpur yang sama baiknya dengan lumpur pengeboran berbahan dasar
air dan uji QA/QC pada produk lokal.
Peta warehouses dari PT M-I Indonesia dapat dilihat pada Gambar 1.
2.3. Diagram Organisasi
Diagram organisasi M-I Indonesia dapat dilihat pada Gambar 2.
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
10
Gambar 1 : Letak office dan warehouses PT M-I Indonesia
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
11
Gambar 2 : Struktur organisasi PT M-I Indonesia
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
12
2.4. Laboratorium Asia Pasifik Regional
Pusat laboratorium M-I SWACO bertempat di Jakarta.
Laboratorium ini dilengkapi dengan peralatan yang bagus termasuk
yang digunakan untuk analisis HTHP dan uji shale inhibition.
Laboratorium di Jakarta ini memiliki staf dengan 6 orang lab
tehnical dan berpengalaman dibawah lab manager.
Bagian dari komitment M-I SWACO seperti pelayanan
perusahaan dalam menyediakan nilai pelayanan dengan teris
menerus diperbaiki. Setelah ditinjau persyaratan sesuai dengan
Indonesia, M-I SWACO diakui berpotensi sehingga laboratorium
dapat diperluas untuk memasukkan range yang lebih luas pada
peralatan dan kemampuan pengujian yang sama baiknya dengan
memperbaiki semua efisiensi dari fasilitas. Sehingga pada tahun
2002, M-I SWACO diperluas laboratorium regional technical
services yang bertempat di Jakarta dari 78 m2 menjadi 154 m2.
Area pada 86 m2 juga ditentukan untuk kantor.
Penambahan tempat di laboratorum dibolehkan untuk
pemisahan fungsi kerja dengan gambaran untuk memperbaiki
pelaksanaan efisiensi dan pekerjaaan kesehatan dan keselamatan.
Fasilitas laboratorium termasuk antara lain :
Bagian HTHP (43 m2) untuk semua peralatan suhu tinggi dan
ataua tekanan tinggi seperti fann 70, fann 90, roller ovens,
HTHP filtrasi, Tempco HTHP rheometer.
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
13
Ruang Pencampuran (33 m2) berisi stasiun berat produk,
pencampuran fluida dan perlatan perbaikan dengan tujuan
memisahkan kebisingan dari tempat peristirahatan laboratorium.
Bagian terpenting dari laboratorium untuk uji standar lab, produk
Qa/QC dan kerja analisis. Bagian ini termasuk instrument
seperti Brookfield Rheometer, Malvern PSD analyzer dan shale
wafer swellmeter.
Laboratorium tehnical M-I SWACO di Jakarta mempunyai
kemampuan mendupikasi dalam uji standarsasi lapangan. Sebagai
contoh, dalam laboratorium kita bisa uji sampel lapangan, jadi untuk
meyakinkan hasil atau untuk membuat pekerjaan sesuai yang
ditugaskan. Laboratorium jakrata juga mempunyai sumber
penghasilan untuk melakukan sederetan dari uji shale inhibition,
swellmeter, disperse, slake durability, pertumbuhan, CEC, dan
ketahanan yang terbesar.
Pengaruh suhu tinggi dan tekanan tinggi didalam fluida
dapat dengan praktis dipantau menggunakan alat HTHP : Fann 70
& Tempco HTHP visco rheometer, Fann 90 & OFI dynamic HTHP
filtrasi, rolling oven.
Peralatan khusus lainnya termasuk Brookfield rheometer
untuk pengukuran viskositas rate share rendah seperti 0.3 rpm dari
system reologi fluida yang dimodifikasi. Laboratorium juga termasuk
Malvern Microplus Particle Size Distribution (PSD) Analyzer,
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
14
Stickance Meter dan Lubricty meter untuk mengevaluasi
selanjutnya dalam pengaruh padatan/minyak pada pengeboran
fluida.
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
15
BAB III
LUMPUR PENGEBORAN
3.1. Lempung dalam lumpur pengeboran
Lempung adalah istilah luas yang digunakan untuk menjelaskan
atau menggambarkan sedimen, tanah atau karang yang tersusun atas
butiran/partikel mineral yang luar biasa dan bahan organik. Biasanya
lempung lembut dan plastis ketika basah, tetapi menjadi keras ketika
kering. Lempung juga digunakan sebagai istilah kelompok untuk partikel
dengan ukuran diameter kurang dari 2 mikron yang mana termasuk
sebagian besar mineral-mineral lempung. Mineral lempung adalah butiran mineral alumunium silikat yang
mempunyai mikrostruktur yang cukup tertentu. Dalam klasifikasinya
secara mineralogy, mineral-mineral lempung diklasifikasikan sebagai
lapisan silikat karena strukturnya dominan terdiri dari lapisan yang
terbentuk silika dan alumina. Masing-masing lembaran tipis, struktur
seperti pelat dan dikatakan unit lapisan.
Dalam industri pengeboran cairan, mineral lempung tertentu seperti
smectite, komponen terbesar yang digunakan untuk mengatur viskositas,
struktur gel dan kontrol fluid loss. Bentuk lempung yang disatukan ke
dalam sistem pengeboran cairan pada operasi pengeboran dapat
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
16
menyebabkan berbagai masalah. Jadi, mineral lempung dapat
menguntungkan atau merugikan pada sistem fluida.
Secara geologi, bentonit berasal dari abu vulkanik. Salah satu
penyimpanan terbesar abu vulkanik terjadi lebih 60 juta yang lalu dalam
wilayah Amerika Utara yang sekarang dikenal sebagai Bukit Wyoming.
Tipe-Tipe Lempung
Terdapat jumlah besar mineral lempung tetapi bila kita fokuskan
pada fluida pengeboran dapat dikategorikan ke dalam tiga tipe kristal. Tipe
pertama adalah berbentuk jarum, tidak dapat mengembang, contohnya
attapulgite atau sepiolite. Dipercaya bahwa bentuk partikel bertanggung
jawab pada kemampuan menaikkan viskositas. Ukuran kristal alami dan
bentuk jarum menyebabkan pembentukan struktur “ timbunan belukar “
dalam suspensi dan karena itu menunjukkan kestabilan koloid yang tinggi
yang sama dengan keberadaan konsentrasi elektrolit yang tinggi yang
disebabkan oleh bentuk dan sifatnya yang tidak mengembang. Lempung
ini mempertunjukkan kontrol filtrasi yang sangat kurang. Dengan alasan
ini, attapulgite pada dasarnya digunakan sebagai pembangun viskositas
dalam lumpur saltwater dan sepiolite sering digunakan sebagai
supplemental viskosifier untuk geothermal dan zat cair pada temperatur
tinggi. Lempung-lempung ini jarang dalam bentuk serpihan batu. M-I sells
attapulgite mempunyai nama SALT GEL dan sepiolite mempunyai nama
DUROGEL.
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
17
Tipe yang kedua adalah seperti pelat/piringan, tidak mengembang
atau sedikit mengembang, contohnya : illite, chlorite dan kaolinite. Tipe
yang ketiga adalah seperti piringan. Montmorillonite yang sangat mudah
mengembang. Tipe kedua dan ketiga mineral lempung ditemukan dalam
bentuk serpihan batu yang dapat disusun jenisnya berdasarkan
penurunan jumlah : (1) illite, (2) chlorite, (3) montmorillonite dan (4)
kaolinite. Karena lempung-lempung ini berada dalam formasi pengeboran,
mereka terdispersi dalam sistem bentuk serpihan batu biasanya kalsium
montmorillonite karena kalsium montmorillonite dalam keseimbangan
dengan susunan air, yang mana pada umumnya kaya akan kalsium.
Lempung terdapat di alam dengan struktur timbunan atau lapisan
dengan masing-masing lapisan dengan ketebalan ± 10 oA. Ini berarti
terdapat sekitar jutaan lapisan lempung per millimeter. Masing-masing
lapisan lempung sangat fleksibel, sangat tipis dan mempunyai luas
permukaan yang sangat besar. Suatu partikel lempung dapat
digambarkan seperti lembaran kertas. Lempung biasanya terdapat dalam
dua tipe, yaitu lempung dua lapis seperti kaolin atau tiga lapis seperti
montmorillonite, chlorite atau illite. Tiap partikel lempung seperti pelat
terdiri dari timbunan paralel unit lapisan. Tiap unit lapisan adalah
kombinasi tetrahedral yang tersusun atas lembaran silica dan octahedral
yang tersusun atas lembaran alumina atau magnesia. Lempung tiga lapis
dibangun dari unit lapisan yang tersusun dari dua lembaran tetrahedral
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
18
pada salah satu bagian dari satu lembaran octahedral dan seterusnya,
yang tampak seperti sandwich (lihat Gambar 3).
Lempung dua lapis dibangun dari unit lapisan yang terdiri hanya satu
lembar tetrahedral dan satu octahedral. Lempung dapat bermuatan netral
atau negatif. Contohnya : Pyrophyllite [Al2Si4O10 – (OH)2], suatu lempung
netral yang ditunjukkan dalam Gambar 4, dan montmorillonite yang
bermuatan negatif.
Gambar 3 : Partikel Lempung Montmorillonite yang ideal
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
19
Gambar 4 : Struktur Lempung Pyrophyllite
Lempung Montmorillonite
( Lempung Lapis Tiga )
Jika satu atom magnesium (Mg2+) disubtitusi untuk satu atom
aluminium (Al3+) dalam kisi-kisi struktur, ini akan memiliki kelebihan
elektron atau muatan negatif. Muatan negatif dihasilkan oleh adsorbsi
kation (ion positif) pada permukaan unit lapisan, baik pada bagian dalam
maupun permukaan luar timbunan.
Kation yang diadsorbsi pada permukaan unit lapisan dapat
dipertukarkan dengan kation lain dan disebut kation yang dapat
dipertukarkan dari lempung. Jumlah kation perberat lempung diukur dan
dilaporkan sebagai CEC. Kation dapat bermuatan ion tunggal seperti
natrium atau bermuatan dua seperti kalsium (Ca2+) atau magnesium
(Mg2+). Jadi, kita mempunyai natrium montmorillonite. Sifat khas dari
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
20
montmorillonite adalah dapat mengembangnya lapisan dalam dengan air.
( Lihat Gambar 5&6 ).
Gambar 5 : Struktur Lempung Smectite
Gambar 6 : Struktur Clay
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
21
Sebagai tambahan, substitusi magnesium untuk alumunium dalam
kisi-kisi montmorillonite, substitusi yang lain mungkin juga terjadi. Jadi,
nama montmorillonite sering digunakan sebagai nama kelompok termasuk
beberapa struktur mineral yang spesifik.
Illites ( lempung Lapis Tiga )
Illites mempunyai struktur dasar yang sama dengan
montmorillonite, tetapi mereka tidak menunjukkan absorpsi antar lapisan
dalam substitusi Mg2+ dengan Al3+ terjadi pada montmorillonite, sedangkan
illite mempunyai substitusi Al2+ dengan Si4+ yang tetap memberikan
muatan negatif. Penggantian kation pada dasarnya adalah ion kalium
yang ditunjukkan Gambar 6 di atas. Muatan kisi-kisi negatif dapat dilihat
dari substitusi dengan mengganti ion kalium, yang biasanya lebih besar
daripada montmorillonite.
Ion kalium diantara unit lapisan tidak tersedia untuk pertukaran.
Hanya ion kalium pada permukaan luar yang dapat dipertukarkan untuk
kation lain. Diantara lempung mineral 2 : 1, smectite, illite, dan campuran
lapisan illite dan smectite dijumpai selama pengeboran dalam bentuk
serpihan batu dan sering menyebabkan beberapa masalah dalam
kestabilan lubang sumur dan pemeliharaan zat cair pengebor. Mineral
lempung alam yang kurang menguntungkan dapat dihubungkan dengan
ikatan kation lapisan dalam yang lemah dan muatan lapisan yang lemah
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
22
yang meninggikan pengembangan dan disperse terhadap kontak dengan
air.
Dengan menaikkan kedalaman pengeboran, smectite perlahan-
lahan berubah menjadi lapisan lempung campuran illite/smectite dan
akhirnya menjadi illite dan mica. Hasilnya, bentuk serpihan batu pada
umumnya menjadi kurang mengembang tetapi lebih dapat terdispersi
dalam air dengan menaikkan kedalaman.
Chlorite (Lempung Lapis Tiga)
Secara struktur, chlorites dihubungkan dengan lempung lapis tiga.
Dalam bentuk murni, mereka tidak akan mengembang, tetapi mereka
dapat dibuat sedikit mengembang dengan perubahan. Lempung ini,
muatan kation pengganti diantara unit lapisan tipe montmorillonite
ditempatkan pada lapisan oktahedral magnesium hidroksida atau brucite
(lihat Gambar 6 di atas). Lapisan ini mempunyai muatan positif karena
beberapa pergantian Mg2+ oleh Al3+ pada lapisan brucite.
Chlorite sering ditemukan dalam waktu yang lama pada sediment
laut yang terkubur dalam dan biasanya tidak menyebabkan masalah yang
signifikan jika tidak berada dalam jumlah yang besar. Kapasitas
pertukaran kation chlorite bervariasi dari 10 – 20 meq/100g, yang pada
dasarnya menyebabkan pemutusan ikatan. Jarak lapisan dalam chlorite
biasanya sekitar 14 Ao . Chlorite juga dapat dalam bentuk lapisan
campuran dengan mineral lempung lainnya seperti smectite. Lempung
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
23
lapis campuran akan mempunyai sifat seperti mineral lempung yang
menyusunnya.
Kaolinites (Lempung Lapis Dua)
Kaolinite adalah lempung tidak mengembang yang mempunyai unit
lapisan dengan ikatan yang kuat (ikatan hydrogen). Ini mencegah
masuknya partikel karena air tidak mampu memasuki lapisan. Kaolinite
tidak berisi kation lapisan dalam (interlayer) atau muatan permukaan
karena terdapat sedikit atau tidak substitusi dalam tetrahedral atau
lembaran octahedral. Walaupun begitu, beberapa muatan minor dapat
datang dari ikatan yang putus atau pengotor. Oleh karena itu, kaolinite
mempunyai kapasitas pertukaran kation yang relatif rendah (5 – 15
meq/100gr). Kaolinite umumnya ditemukan sebagai konstituen minor
sedang (5 – 20%) dalam batuan sediment seperti batuan dan batu pasir.
Ringkasan mineral lempung ditunjukkan dalam Tabel 2 dibawah ini dan
perbandingan skematik berbagai struktur lempung ditunjukkan Gambar 6
di atas.
Tabel 2 mengenai jenis lempung pada umumnya
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
24
3.2. Lumpur Pengeboran
Pada mulanya orang menggunakan air saja untuk mengangkat
serpih pengeboran (cutting). Lalu dengan berkembangnya pengeboran,
lumpur mulai digunakan. Untuk memperbaiki sifat-sifat lumpur, zat-zat
kimia ditambahkan dan akhirnya digunakan pula udara dan gas untuk
pengeboran walaupun lumpur tetap bertahan.
Secara umum, lumpur pengeboran dapat dipandang sebagai mempunyai
empat komponen atau fasa :
a. Fasa cair (air atau minyak)
b. Reactive solids, yaitu padatan yang bereaksi dengan
air membentuk koloid (clay)
c. Inert solids (zat padat yang tak bereaksi)
d. Fasa kimia
► Fasa Cair
Ini dapat berupa minyak atau air. Air dapat pula dibagi dua,
tawar dan asin. 75% lumpur pengeboran menggunakan air. Sedang
pada air dapat pula dibagi air asin tak jenuh dan jenuh. Istilah oil-
base digunakan bila minyaknya lebih dari 95%. Invert emulsions
mempunyai komposisi minyak 50 – 70% (sebagai fasa kontinu)
dan air 30 – 50% (sebagai fasa diskontinyu).
► Padatan Reaktif (Reactive Solids)
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
25
Padatan ini bereaksi dengan sekelilingnya untuk
membentuk koloidal. Dalam hal ini, clay air tawar seperti
bentonite mengisap (absorp) air tawar dan membentuk
lumpur. Istilah “ yield “ digunakan untuk menyatakan jumlah barrel
lumpur yang dapat dihasilkan dari satu ton clay agar viscositas
lumpurnya 15 cP (Centipoise).
Untuk bentonite, yieldnya kira-kira 100 bbl/ton. Dalam hal ini,
bentonite mengabsorp air tawar pada permukaan partikel-
partikelnya, hingga kenaikan volumenya sampai 10 kali atau lebih,
yang disebut “ swelling “ atau “ hidrasi “.
Untuk salt water clay (attapulgite), swelling akan terjadi baik di air
tawar atau di air asin dan karenanya digunakan untuk pemboran
dengan “ salt water muds “. Baik bentonite ataupun attapulgite akan
memberi kenaikan viskositas pada lumpur. Untuk oil base mud,
viskositas dinaikkan dengan penaikan kadar air dan penggunaan
asphalt.
► Padatan Inert (Inert solids)
Ini dapat barite (BaSO4) yang digunakan untuk menaikkan
density lumpur ataupun galena atau bijih besi. Inert solids dapat
pula berasal dari formasi-formasi yang dibor dan terbawa lumpur
seperti chart, pasir atau clay-clay non swelling, dan padatan-
padatan seperti ini bukan disengaja untuk menaikkan density
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
26
lumpur dan perlu dibuang secepat mungkin (bisa menyebabkan
abrasi dan kerusakan pompa, dll).
► Fasa Kimia
zat kimia merupakan bagian dari sistim yang digunakan
untuk mengontrol sifat-sifat lumpur, misalnya dalam dispersion
(menyebarkan partikel-partikel clay) atau flocculation
(pengumpulan partikel-partikel clay). Efeknya terutama tertuju pada
peng”koloid”an clay yang bersangkutan. Banyak sekali zat kimia
yang digunakan untuk menurunkan viskositas, mengurangi water
loss, mengontrol fasa koloid (disebut surface active agent).
Zat-zat kimia yang mendispersi (dengan ini disebut thinner = menurunkan
viskositas, mengencerkan) misalnya :
• Quobracho (dispersant)
• Phosphate
• Sodium Tannate (kombinasi caustic soda dan tannium)
• Lignosulfonates (bermacam-macam kayu pulp)
• Lignites
• Surfactant (surface active agents)
Sedang zat-zat kimia untuk menaikkan viskositas misalnya adalah :
• CMC (Carboxyl Metil Cellulosa)
• Starch
• Beberapa senyawa polimer
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
27
Zat-zat kimia bereaksi dan mempengaruhi lingkungan sistim lumpur
tersebut misalnya dengan menetralisir muatan-muatan listrik clay,
menyebabkan dispersion dan lain-lain.
3.3. Fungsi Lumpur Pengeboran
Lumpur pengeboran merupakan faktor yang penting dalam
pengeboran. Kecepatan pengeboran, efisiensi, keselamatan dan biaya
pengeboran sangat tergantung pada lumpur ini.
Fungsi lumpur antara lain adalah :
1. Mengangkat cutting ke permukaan.
Mengangkat cutting ke permukaan tergantung dari :
• Kecepatan fluida diannulus.
• Kapasitas untuk menahan fluida yang merupakan fungsi dari
density, aliran (laminar atau turbulent), dan viskositas. Umumnya
kecepatan 100 – 120 fpm telah cukup (kadang-kadang perlu 200
fpm tetapi jarang).
2. Mendinginkan dan melumas bit dan drill string.
Panas dapat timbul karena gesekan bit dan drill string yang kontak
dengan formasi. Konduksi formasi umumnya kecil, sehingga sukar
menghilangkan panas ini. Tetapi umumnya dengan adanya aliran
lumpur volume maupun spesifik heat lumpur telah cukup untuk
mendinginkan sistim serta melumasi.
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
28
3. Memberi dinding pada lubang bor dengan mud cake.
Lumpur akan membuat mud cake atau lapisan zat padat tipis
dipermukaan formasi yang permeable (lulus air). Pembentukan mud
cake ini akan menyebabkan tertahannya aliran fluida masuk ke
formasi untuk selanjutnya. (adanya aliran yang masuk yaitu cairan plus
padatan menyebabkan padatan tertinggal/tersaring). Cairan yang
masuk ke formasi disebut filtrate.
Mud cake dikehendaki yang tipis karena dengan demikian lubang bor
tidak terlalu dipersempit dan cairan tak banyak yang hilang. Sifat wall
building ini dapat diperbaiki dengan penambahan :
• Sifat koloid drilling mud dengan bentonite.
• Memberi zat kimia untuk memperbaiki distribusi zat padat dalam
lumpur, misalnya starch, CMC dan cypan, yang mana mengurangi
filter loss dan memperkuat mud cake.
4. Mengontrol tekanan formasi.
Tekanan fluida formasi umumnya adalah sekitar 0.465 psi/ft
kedalaman. Pada tekanan yang normal, air dan padatan pemboran
telah cukup untuk menahan tekanan formasi ini. Untuk tekanan yang
lebih kecil dari normal (subnormal), density lumpur harus diperkecil
agar lumpur tak masuk hilang ke formasi. Sebaliknya untuk tekanan
yang lebih besar dari normal (lebih dari 0.465 psi/ft) (abnormal
pressure), maka barite kadang-kadang perlu ditambahkan untuk
memperberat lumpur.
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
29
5. Membawa cutting dan material-material pemberat pada suspensi
bila sirkulasi lumpur dihentikan sementara.
6. Melepaskan pasir dan cutting dipermukaan.
Kemampuan lumpur untuk menahan cutting selama sirkulasi
dihentikan terutama tergantung dari gel strength. Dengan cairan
menjadi gel, tekanan terhadap gerakan cutting kebawah dapat
dipertinggi. Cutting perlu ditahan agar tidak turun kebawah, karena
bila ia mengendap dibawah bisa menyebabkan akumulasi cutting
dan pipa akan terjepit (pipe sticking). Selain itu, ini akan
memperberat rotasi permulaan dan juga memperberat kerja pompa
untuk memulai sirkulasi kembali. Tetapi gel yang terlalu besar akan
berakibat buruk juga, karena akan menahan pembuangan cutting
dipermukaan (selain pasir). Penggunaan alat-alat seperti desander
atau shale shaker dapat membantu pengambilan cutting/pasir dari
lumpur dipermukaan. Patut ditambahkan, bahwa pasir harus
dibuang dari aliran lumpur, karena sifatnya yang sangat abrasive
(mengikis) pada pompa, fitting (sambungan-sambungan) dan bit.
Untuk ini biasanya kadar pasir maksimal yang boleh ada adalah
2%.
7. Menahan sebagian berat drill pipe dan casing (Bouyancy effect).
8. Mengurangi efek negatif pada formasi.
9. Mendapatkan informasi (mud log, sample log)
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
30
Dalam pengeboran, lumpur kadang-kadang dianalisa untuk
diketahui apakah mengandung hidrokarbon atau tidak (mud log).
Sedangkan selain itu dilakukan pula sampel log, yaitu analisa daripada
cutting yang naik ke permukaan, untuk menentukan jenis formasi yang
dibor.
10. Media logging
Pada penentuan adanya minyak atau gas serta juga zone-zone air
dan juga untuk korelasi dan maksud- maksud lain, diadakan logging
(pemasukan sejenis alat antara lain alat listrik atau gamma
ray/neutron) seperti misalnya electris logging, yang mana memerlukan
media penghantar arus listrik dilubang bor.
3.4. Sifat-sifat Lumpur Pengeboran
Komposisi dan sifat-sifat lumpur sangat berpengaruh pada
pengeboran. Perencanaan casing, drilling rate dan completion
dipengaruhi oleh lumpur yang digunakan saat itu. Misalnya pada
daerah batuan lunak pengontrolan sifat-sifat lumpur sangat diperlukan
tetapi di daerah batuan keras. Sifat-sifat ini tidak terlalu kritis sehingga
air biasapun kadang-kadang dapat digunakan. Dengan ini dapat
dikatakan bahwa sifat-sifat geologi suatu daerah menentukan pula
jenis lumpur yang harus digunakan.
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
31
3.4.1. Densitas dan Sand Content
Densitas Lumpur
Lumpur sangat besar peranannya dalam menentukan
berhasil tidaknya suatu operasi pengeboran, sehingga perlu
diperhatikan sifat-sifat dari lumpur tersebut, seperti densitas,
viskositas, gel strength, atau filtration loss.
Densitas lumpur bor merupakan salah satu sifat
lumpur yang sangat penting, karena peranannya berhubungan
langsung dengan fungsi lumpur bor sebagai penahan tekanan
formasi. Adanya densitas lumpur bor yang terlalu besar akan
menyebabkan lumpur hilang ke formasi (lost circulation), sedang
apabila terlalu kecil akan menyebabkan “ kick “. Maka densitas
lumpur harus disesuaikan dengan keadaan formasi yang akan
dibor.
Densitas lumpur dapat menggambarkan gradient
hidrostatik dari lumpur bor dalam psi/ft. tetapi di lapangan biasanya
dipakai satuan ppg (pound per gallon) yang diukur dengan
menggunakan alat yang disebut dengan mud balance (lihat
Gambar 7).
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
32
Gambar 7 : Alat pengukur berat lumpur
Sand Content
Tercampurnya serpihan-serpihan formasi (cutting) ke
dalam lumpur pemboran akan dapat membawa pengaruh pada
operasi pengeboran. Serpihan-serpihan pemboran yang biasanya
berupa pasir akan dapat mempengaruhi karakteristik lumpur yang
disirkulasikan, dalam hal ini akan menambah densitas lumpur yang
telah mengalami sirkulasi. Bertambahnya densitas lumpur
disirkulasikan harus mengalami proses pembersihan terutama
menghilangkan partikel-partikel yang masuk ke dalam lumpur
selama sirkulasi. Alat-alat ini, yang biasanya disebut “ Conditioning
Equipment “, adalah :
□ Shale Saker
Fungsinya membersihkan lumpur dari serpihan-
serpihan atau cutting yang berukuran besar.
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
33
□ Degasser
Untuk membersihkan lumpur dari gas yang masuk.
□ Desander
Untuk membersihkan lumpur dari partikel-partikel
padatan yang berukuran kecil yang bisa lolos dari shale
shaker.
□ Desilter
Fungsinya sama dengan desander, tetapi desilter dapat
membersihkan lumpur dari partikel-partikel yang berukuran lebih
kecil.
Penggambaran sand content dari lumpur pengeboran adalah
merupakan prosen volume dari partikel-partikel yang diameternya
lebih besar dari 74 mikron. Hal ini dilakukan melalui pengukuran
dengan saringan tertentu.
3.4.2. Viskositas dan Gel Strength
Viskositas dan gel strength merupakan bagian yang pokok
dalam sifat-sifat rheology fluida pengeboran. Pengukuran sifat-sifat
rheology fluida pengeboran penting mengingat pengangkatan
cutting efektivitasnya merupakan fungsi langsung dari viskositas.
Sifat gel pada lumpur juga penting pada saat round trip sehingga
viskositas dan gel strength merupakan sebagian dari indikator baik
tidaknya suatu lumpur.
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
34
Pengukuran viskositas yang sederhana dilakukan dengan
menggunakan alat Mursh Funnel pada Gambar 8.
Gambar 8 : Alat pengukur viskositas
Viskositas ini adalah jumlah detik yang dibutuhkan lumpur
sebanyak 0.9463 liter untuk mengalir keluar dari corong Mursh
Funnel. Bertambahnya viskositas ini direfleksikan dalam
bertambahnya apparent viscosity.
Berikut ini adalah beberapa istilah yang selalu diperhatikan dalam
penentuan rheology suatu lumpur pemboran :
Viskositas plastik (plastic viscosity) sering kali digambarkan
sebagai bagian dari resistensi untuk mengalir yang
disebabkan oleh friksi mekanik.
Yield point adalah bagian dari resistensi untuk mengalir oleh
gaya tarik-menarik antar partikel. Gaya tarik-menarik ini
disebabkan oleh muatan-muatan pada permukaan partikel
yang didispersi dalam fasa fluida.
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
35
Gel strength dan yield point keduanya merupakan ukuran
dari gaya tarik menarik dalam suatu system lumpur.
Bedanya, gel strength merupakan ukuran gaya tarik-
menarik yang static sedangkan yield point merupakan
ukuran gaya tarik menarik yang dinamik.
Penentuan harga shear stress dan shear rate yang masing-masing
dinyatakan dalam bentuk penyimpangan skala penunjuk (dial
reading) dan RPM motor pada Fann VG Meter (lihat Gambar 9),
harus diubah menjadi harga shear stress dan shear rate dalam
satuan dyne/cm2 dan detik-1 agar diperoleh harga viskositas dalam
satuan cp (centipoise).
Gambar 9 : Alat pengukur viskositas
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
36
3.4.3. Filtrasi dan Mud Cake
Ketika terjadi kontak antara lumpur pemboran dengan
batuan porous, batuan tersebut akan bertindak sebagai saringan
yang memungkinkan fluida dan partikel-partikel kecil melewatinya.
Fluida yang hilang ke dalam batuan tersebut disebut “ filtrate “.
Sedangkan lapisan partikel-partikel besar tertahan dipermukaan
batuan disebut “ filter cake “. Proses filtrasi diatas hanya terjadi
apabila terdapat perbedaan tekanan positif ke arah batuan. Pada
dasarnya ada dua jenis filtration yang terjadi selama operasi
pemboran yaitu static filtration dan dynamic filtration. Static
filtration terjadi jika lumpur berada dalam keadaan diam dan
dynamic filtration terjadi ketika lumpur disirkulasikan.
Apabila filtration loss dan pembentukan mud cake tidak
dikontrol maka ia akan menimbulkan berbagai masalah, baik
selama operasi pemboran maupun dalam evaluasi formasi dan
tahap produksi. Mud cake yang tipis akan merupakan bantalan
yang baik antara pipa pemboran dan permukaan lubang bor. Mud
cake yang tebal akan menjepit pipa pemboran sehingga sulit
diangkat dan diputar sedangkan filtratnya akan menyusup ke
formasi dan dapat menimbulkan damage pada formasi.
Standar prosedur yang digunakan dalam pengukuran
volume filtration loss dan tebal mud cake untuk static filtration
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
37
adalah API RP 13B untuk LPLT (low pressure-low temperature)
lihat Gambar 10.
Gambar 10 : Alat pengukur fluid loss
lumpur ditempatkan dalam silinder standar yang bagian dasarnya
dilengkapi kertas saring dan diberi tekanan sebesar 100 psi
dengan lama waktu pengukuran 30 menit. Volume filtrate
ditampung dengan gelas ukur dengan satuan cubic centimeter
(CC).
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
38
3.4.4. Analisis Kimia Lumpur Bor
Seperti telah diketahui lumpur bor sangat menentukan
keberhasilan suatu operasi pengeboran. Oleh sebab itu,
penanganan sifat-sifat fisik maupun kimia lumpur bor harus
dilakukan sebaik-baiknya, dengan cara menganalisis perubahan
pada sifat-sifatnya.
Dalam percobaan akan dilakukan analisis kimia lumpur bor
dan filtratnya, yaitu : analisis kimia alkalinitas, analisis kesadahan
total, analisis kandungan ion klor, ion kalsium, ion besi, serta pH
lumpur bor (dalam hal ini filtratnya).
Alkalinitas atau keasaman lumpur, ditunjukkan dengan harga
pH-nya, tetapi karakteristik lumpur dapat berfluktuasi meskipun
harga pH-nya tetap. Hal ini berhubungan dengan bervariasinya
jenis dan jumlah ion-ion yang terdapat di dalam lumpur bor (filtrat
lumpur), dalam percobaan ini yang akan dianalisis adalah
alkalinitas filtratnya.
Kesadahan total dari lumpur (filtrat lumpur) pemboran
dilakukan dengan menyelidiki kandungan ion Mg+2 dan Ca+2 di
dalam lumpur bor (filtrat lumpur).
Analisis ion klor merupakan hal yang penting untuk
dilakukan, terutama jika pengeboran dilakukan di daerah yang
kemungkinan terkontaminasinya ion oleh garam NaCl sangat
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
39
besar. Caranya adalah dengan menitrasi suatu filtrat lumpur
dengan larutan standar perak nitrat.
Adanya ion kalsium dalam jumlah yang banyak dalam
lumpur bor juga perlu untuk dianalisis. Hal ini berkaitan dengan
kemungkinan terjadinya kontaminasi lumpur oleh gypsum, yang
akan merubah sifat-sifat fisik lumpur, seperti besar water loss dan
gel strength-nya. Begitu pula dengan analisis kandungan ion besi
di dalam lumpur bor, karena ion besi yang terdapat dalam lumpur
dapat mengindikasikan terjadinya korosi pada peralatan.
3.5. Jenis-jenis Lumpur Pengeboran
ZABA dan DOHERTY (1970) mengklasifikasikan lumpur bor
terutama berdasarkan fasa fluidanya : air (water base), minyak (oil base)
atau gas, sebagai berikut :
a. Lumpur berbahan dasar air
Fasa kontinyunya adalah air. Ini merupakan tipe lumpur
pengeboran yang paling banyak digunakan dan yang selalu dianggap
lumpur pengeboran. Fluida tersebut digolongkan berdasarkan kadar
garam dari air ke lumpur air tawar dan air asin. Mereka mungkin
mengandung gas-gas, cairan atau padatan sebagai fasa diskontinyu.
Ketika air tak dapat dipecah dengan gas membentuk perimbangan
yang bagus maka fluida tersebut disebut “ ter-aerasi “. Gas-gas yang
lain seperti oksigen, karbondioksida, hidrogen dan hidrogen sulfida
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
40
bisa menjadi terlarut atau terikut dalam lumpur. Mereka mungkin bisa
dipindahkan atau dibuang secara proses kimia untuk mengurangi sifat
penyebab korosi atau sifat racun.
Lumpur tanpa kabut air, seperti minyak mentah atau minyak solar,
mungkin saja ditambahkan untuk membentuk lumpur “ emulsi “. Fasa
padat dari lumpur selain dari padatan formasi, dimungkinkan lempung
dan materi pemberat seperti barit. Gypsum atau kapur kemungkinan
ditambahkan untuk membentuk ion kalsium terlarut dalam “ lumpur
kalsium “ dan garam akan terdapat dalam “ lumpur terjenuhi garam “.
Sifat lumpur diatur dengan penambahan mineral lempung, polimer dan
surfaktan.
b. Lumpur berbahan dasar minyak
Ketika fasa kontinyu dari lumpur pengeboran adalah minyak, jenis
ini digolongkan sebagai lumpur berbahan dasar minyak. Pada
umumnya akan mengandung air sebagai fasa diskontinyu-nya.
Lumpur-lumpur tersebut yang mengandung lebih dari 5% air
digolongkan sebagai “ emulsi lumpur pengeboran berbahan dasar
minyak “, atau emulsi lumpur yang terbalik. Didalamnya akan
terkandung zat pemberat dan padatan-padatan hasil pengeboran.
Lempung dan padatan lain yang hidrofilik dan surfaktan harus
ditambahkan untuk memastikan emulsi tetap stabil.
Lumpur berbahan dasar minyak terutama digunakan pada pengeboran
di wilayah “ sensitif air “, seperti formasi produksi, garam yang terlarut
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
41
oleh air, dan serpihan yang sensitif terhadap air, juga memberikan
stabilitas yang bagus terhadap suhu.
c. Lumpur berbahan dasar gas
Pada saat fasa kontinyu dari lumpur pengeboran adalah gas, maka
disebut lumpur berbahan dasar gas. Air ditambahkan dengan sengaja,
atau dari formasi membentuk sebuah “ kabut “ pada air yang sedikit,
atau “ busa “, pada air yang lebih banyak, dengan tambahan surfaktan
atau zat pembusa (foaming agents). Gas ini mungkin udara atau gas
alam dan busa atau kabut yang secara efisien mampu membawa
jeluar serpihan formasi. Pengeboran dengan gas memiliki aplikasi
yang teliti untuk batuan yang rumit, seperti granit dan sumur air atau
gas yang bertekanan rendah.
Dibawah ini akan dijelaskan jenis lumpur pengeboran berdasarkan
fluidanya secara spesifik :
3.5.1. Fresh Water Muds
Adalah lumpur yang fasa cairnya adalah air tawar dengan (kalau ada)
kadar garam yang kecil (kurang dari 10000 ppm = 1% berat garam).
a. Spud Mud
Spud mud digunakan untuk member formasi bagian atas
bagi conductor casing. Fungsi utamanya mengangkat cutting
dan membuka lubang dipermukaan (formasi atas). Volume yang
diperlukan biasanya sedikit dan dapat dibuat dari air dan
bentonite (yield 100 bbl/ton) atau clay air tawar yang lain (35 –
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
42
50 bbl/ton). Tambahan bentonite atau clay perlu dilakukan untuk
menaikkan viskositas dan gel strength bila member pada zone-
zone loss. Kadang-kadang perlu lost circulation material.
Density harus kecil saja.
b. Natural Mud
Natural mud dibentuk dari pecahan-pecahan cutting dalam
fasa air. Sifat-sifatnya bervariasi tergantung dari formasi yang
dibor. Umumnya tipe lumpur ini digunakan untuk pengeboran
yang cepat seperti pengeboran pada surface casing
(permukaan). Dengan bertambahnya kedalaman pengeboran
sifat-sifat lumpur yang lebih baik diperlukan dan natural mud ini
ditreated dengan zat-zat kimia dan additive-additive koloidal.
Beratnya sekitar 9,1 – 10,2 ppg, dan viskositasnya 35 – 45
detik.
c. Bentonite – treated Mud
Mencakup sebagian besar dari tipe-tipe lumpur air tawar.
Bentonite adalah material yang paling umum digunakan untuk
membuat koloid inorganik untuk mengurangi filter loss dan
mengurangi tebal mud cake (ketebalan mud cake). Bentonite
juga menaikkan viskositas dan gel yang mana dapat dikontrol
dengan thinner.
d. Phosphate treated Mud
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
43
Mengandung polyphosphate untuk mengontrol viskositas
dan gel strength. Penambahan zat ini akan berakibat pada
terdispersinya fraksi-fraksi clay colloid padat sehingga density
lumpur dapat cukup besar tetapi viskositas dan gel strengthnya
rendah. Ia mengurangi filter loss serta mud cake dapat tipis.
Tannin sering ditambahkan bersama-sama dengan
polyphosphate untuk pengontrolan lumpur. Polyphosphate tidak
stabil pada temperature tinggi (sumur-sumur dalam) dan akan
kehilangan efeknya sebagai thinner. (polyphosphate akan rusak
pada kedalaman 10000 ft atau temperature 160 – 180oF, karena
berubah ke orthophosphate yang malah menyebabkan
terjadinya flokulasi). Juga posfat mud sukar dikontrol pada
density lumpur tinggi (yang sering berhubungan dengan
pemboran dalam). Dengan penambahan zat-zat kimia dan air,
density lumpur dapat dijadikan 9 – 11 ppg. Polyphosphate mud
juga menggumpal bila terkena kontaminasi NaCl, Calcium sulfat
atau kontaminasi semen dalam jumlah banyak.
e. Organic colloid treated Mud
Terdiri dari penambahan Pregelatinized Starch atau carboxy
Methyl-Cellulose pada lumpur. Karena organic colloid tidak
terlalu sensitive terhadap flokulasi seperti clay, maka control
filtrasinya pada lumpur yang terkontaminasi dapat dilakukan
dengan organic colloid ini baik untuk mengurangi filtration loss
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
44
pada fresh water mud. Dalam kebanyakan lumpur penurunan
filter loss lebih banyak dapat dilakukan dengan koloid organic
daripada dengan inorganic.
f. “ Red “ Mud
Red mud mendapatkan warnanya dari warna yang
dihasilkan oleh treatment dengan caustic soda den quebracho
(merah tua). Istilah ini akan tetap digunakan walaupun nama-
nama colloid yang dipakai sekarang ini mungkin menyebabkan
warna-warna abu-abu kehitaman. Umumnya istilah ini
digunakan untuk lignin-lignin tertentu dan humic thinner selain
untuk tannin diatas. Suatu jenis lain lumpur ini adalah alkaline
tannate treatment dengan penambahan polyphosphate untuk
lumpur-lumpur dengan pH dibawah 10. perbandingan alkaline,
organic dan polyphosphate dapat diatur sesuai dengan
kebutuhan setempat. Alkaline-tannate treatment mud
mempunyai range pH 8 – 13.
Alkaline tannate dengan pH kurang dari 10 sangat sensitif
terhadap flokulasi karena kontaminasi garam. Dengan naiknya
pH maka lebih sukar untuk flokulasi. Untuk pH lebih dari 11,5,
pregelatinized starch dapat digunakan tanpa bahaya fermentasi.
Dibawah pH ini, preservative harus digunakan untuk mencegah
fermentasi (meragi) pada fresh water mud. Jika diperlukan
density lumpur yang tinggi lebih murah bila digunakan treatment
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
45
yang menghasilkan calcium treated mud dengan pH yang
tingginya 12 atau lebih.
g. Calcium Mud
Lumpur ini mengandung larutan calcium atau disengaja.
Calsium bisa ditambah dalam bentuk slaked lime (kapur mati),
semen, plaster (CaSO4) dipasaran atau CaCl2. Tetapi, dapat
pula karena pengeboran semen, anhydrite dan gypsum.
Lime treated Mud
Lumpur ini ditreated dengan caustic soda atau organic
thinner, hydrated lime dan untuk mendapat filter loss rendah,
suatu koloid organic. Treatment ini menghasilkan lumpur
dengan pH 11,8 atau lebih, dan 60 – 100 (3 – 20 ppm) ppm
ion Ca dalam filtrat. Lumpur ini menghasilkan viskositas dan
gel strength rendah, memberi suspensi yang baik bagi
material-material pemberat, mudah dikontrol pada density
sampai 20 ppg, toleran terhadap konsentrasi garam
(penyebab flokulasi) yang relatif besar dan mudah dibuat
dengan filter loss rendah. Keuntungannya terutama pada
kemampuannya untuk membawa konsentrasi padatan clay
dalam jumlah besar pada viskositas lebih rendah daripada
dengan tipe-tipe lumpur lainnya. Kecuali tendensinya untuk
memadat pada temperatur tinggi, lumpur ini cocok untuk
pemboran dalam dan untuk mendapatkan density tinggi.
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
46
Pilot test dapat dibuat untuk menentukan tendensinya untuk
memadat, dan dengan penambahan zat kimia pemadatan ini
dapat dihalangi untuk sementara waktu untuk memberi
kesempatan pengeboran berlangsung beserta tes-tes
sumurnya. Suatu lumpur lime treated yang bertendensi
memadat tak boleh tertinggal pada casing-tubing annulus
pada waktu well completion dilangsungkan. Penggunaan /
penyelidikan yang extensive pada lumpur yang ditujukan
pada lumpur yang sukar memadat. Dengan ini timbul dua
jenis lain, yaitu “ lime mud “ dan “ low lime mud “ yang
bedanya hanya pada jumlah excess limenya. “ Lime Mud “
umumnya mengandung konsentrasi caustic soda dengan
lime yang tinggi, dengan excess lime bervariasi antara 5 – 8
lb/bbl, sedangkan “ Low Lime Mud “ mengandung caustic
soda dan lime lebih sedikit dengan excess lime 2 – 4 lb/bbl.
Jenis calsium treated mud yang lain adalah “ shale control
mud “. Pada lumpur ini dianjurkan agar kadar ion Ca-nya
pada filtrat dibuat minimal 400 ppm, dengan excess lime
bervariasi antara 1 – 2 lb/bbl. Sifat kimia lumpur dan filtrat
memberikan suatu tahanan terhadap hidrasi/swelling shale
dan clay formation. Pada temperatur tinggi (yang cukup lama
waktunya) lumpur ini tidak sesuai untuk ditempatkan pada
casing tubing annulus waktu completion (dimana lumpur ini
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
47
akan memadat). Resistivity listriknya yang umumnya rendah
(0,5 – 1,0 ohm-meter) merugikan SP-logging. Sebaliknya
toleransinya pada kontaminan memberi kemungkinan untuk
penambahan garam agar resistivitynya sesuai untuk
laterolog dan focused electrode log.
Gypsum treated Mud
Lumpur ini berguna untuk membor formasi anhydrite
dan gypsum, terutama bila formasinya interbedded (selang-
seling) dengan garam dan shale. Treatmentnya adalah
dengan mencampur base mud (lumpur dasar) dengan
plaster (CaSO4 dipasaran) sebelum formasi anhydrite dan
gypsum dibor. Dengan penambahan plaster tersebut pada
rate yang terkontrol, maka viskositas dan gel strength yang
berhubungan dengan kontaminant ini dapat dibatasi. Setelah
clay dilumpur bereaksi dengan ion Ca, tak akan terjadi
pengentalan lebih lanjut dalam pemboran formasi gypsum
atau garam. Gypsum treated mud dapat dikontrol filtrat
lossnya dengan organic colloid dank arena pH-nya rendah,
maka preservative harus ditambahkan untuk mencegah
fermentasi. Preservasi ini boleh dihentikan penambahannya
bila garam yang dibor cukup untuk memberikan saturated
salt water mud.
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
48
Suatu modifikasi dari gypsum treated mud adalah
dengan penggunaan chrome lignosulfonate ini mempunyai
sifat yang sama baiknya dengan lime treated mud, karena
itu ia digunakan pada daerah-daerah yang sama seperti
penggunaan lime treated mud.
Penggunaan non-ionic surfactant dalam gypsum
chroms lignosulfonate mud menghasilkan pengontrolan yang
lebih baik pada filtrate loss dan flow propertiesnya, selain
toleransinya yang besar terhadap kontaminasi garam.
Calcium Salt
Selain hydrated lime dan gypsum telah digunakan
tetapi tidak meluas. Juga zat-zat kimia yang memberi suplai
kation multivalent untuk base exchange clay (pertukaran
ion-ion pada clay) seperti Ba(OH)2 telah digunakan.
3.5.2. Salt Water Mud
Lumpur ini digunakan terutama untuk member garam
massive (salt dome) atau salt stringer (lapisan formasi garam) dan
kadang-kadang bila ada aliran air garam yang terbor. Filtrat lossnya
besar dan mud-cakenya tebal bila tidak ditambah organic colloid.
pH lumpur dibawah 8, karena itu perlu preservative untuk menahan
fermentasi starch. Jika salt mudnya mempunyai pH yang lebih
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
49
tinggi, fermentasi terhalang oleh basa. Suspensi ini bisa diperbaiki
dengan penggunaan attapulgite sebagai pengganti bentonite.
Unsaturated Salt Water Mud
Air laut dari laut lepas atau teluk sering digunakan
untuk lumpur yang tak jenuh kegaramannya ini.
Kegaramannya (salinity) lumpur ini ditandai oleh :
1. Filtrat loss besar kecuali ditreated dengan organic
colloid.
2. Medium sampai tinggi pada gel strength kecuali
ditreated dengan thinner.
3. Suspensi yang tinggi kecuali ditreated dengan
attapulgite atau organic colloid.
Lumpur ini biasa mengalami “ foaming “, yaitu berbusa (gas
menggelembung) yang bisa diredusir dengan :
1. Menambah soluble surface active agents.
2. Menambah zat kimia untuk menurunkan gel strength.
Lumpur yang terkena kontaminasi garam juga ditreated
seperti pada sea water mud ini.
Saturated Salt-Water Mud
Fasa cair lumpur ini dijenuhkan dengan NaCl. Garam-
garam lain dapat pula berada disitu dalam jumlah yang
berlainan. Saturated salt water mud digunakan untuk
member formasi-formasi garam dimana rongga-rongga yang
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
50
terjadinya karena pelarutan garam dapat menyebabkan
hilangnya lumpur, dan ini dicegah oleh penjenuhan garam
terlebih dahulu pada lumpurnya.
Lumpur ini juga dibuat dengan menambahkan air
garam yang jenuh untuk pengenceran dan pengaturan
volume.
Filtrate loss yang rendah pada saturated salt
organic colloid mud menyebabkan tidak perlunya
memasang casing diatas salt beds (formasi garam). Filtrate
loss-nya bisa dikontrol sampai 1 cc API dengan organic
colloids. Saturated salt water muds bisa dibuat berdensity
lebih dari 19 ppg. Dengan menambahkan organic colloid
agar filtration lossnya kecil. Lumpur ini bisa untuk member
formasi dibawah salt beds, walaupun resistivitynya yang
rendah buruk bagi electric logs.
Gabungan dari non-ion surfaktan menyebabkan
pengontrolan filtrasi dan flow properties yang lebih mudah
dan murah, terutama pada density tinggi.
Saturated salt muds ini dapat pula dibuat dari fresh
water atau brine mud. Jika dibuat dari fresh water mud maka
paling tidak separoh dari lumpur semula harus dibuang. Ini
diperlukan untuk pengenceran dengan air tawar dan
penambahan lebih kurang 125 lb garam/bbl lumpur. Jika
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
51
dikehendaki pengontrolan filtration loss, suatu organic
colloid dan preservative dapat ditambahkan.
Jika lumpurnya dibuat dari saturated brine (air garam
yang jenuh) sekitar 20 lb/bbl attapulgite ditambahkan
bersama dengan organic colloid dan mungkin preservative.
Lumpur ini densitynya 10.3 ppg dan akan naik sampai
sekitar 11 ppg selama pengeboran berlangsung.
Pemeliharaannya termasuk penambahan air asin untuk
mengurangi viskositas, attapulgite untuk menambah
viskositas dan organic colloids untuk mengontrol filtrasi. Jika
saturated salt water muds digunakan untuk membor shale
maka control viskositas, gel dan filtrasi dapat diperoleh
dengan penambahan alkaline-tannate solution, atau sedikit
lime.
Emulsified salt water muds telah umum digunakan di
Kansas dan Dakota. Ini mempunyai sifat-sifat baik dari
conventional emulsion muds. Lumpur ini menunjukkan
tendensi foaming (berbusa) yang bisa dicegah dengan
penambahan surfaktan.
Sodium-Silicate Muds
Fasa cair Na-silicate mud mengandung sekitar 65%
volume larutan Na-silicate dan 35% larutan garam jenuh.
Lumpur ini dikembangkan untuk digunakan bagi pemboran
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
52
heaving shale, tetapi telah terdesak penggunaannya oleh
lime treated gypsum lignosulfonate, shale control, dan
surfactant muds (lumpur yang diberi DAS dan DME) yang
lebih baik, murah dan mudah dikontrol sifat-sifatnya.
3.5.3. Oil-in-Water Emultion Muds (Emulsion Mud)
Pada lumpur ini minyak merupakan fasa tersebar yaitu emulsi dan
air sebagai fasa kontinu. Jika pembuatannya baik, filtratnya hanya air.
Sebagai dasar dapat digunakan baik fresh maupun salt water mud.
Sifat-sifat fisis yang dipengaruhi emulsifikasi hanyalah berat lumpur,
volume filtrat, tebal mud cake dan pelumasan. Segera setelah
emulsifikasi, filtrat loss berkurang. Keuntungannya adalah bit yang
lebih tahan lama, penetration rate naik, pengurangan korosi pada drill
string, perbaikan pada sifat-sifat lumpur (viskositas dan tekanan pompa
boleh/dapat dikurangi, water loss turun, mud cake turun, mud cake
tipis) dan mengurangi balling (terlapisnya alat oleh padatan lumpur)
pada drill string. Viskositas dan gel lebih mudah dikontrol bila
emulsifiernya juga bertindak sebagai thinner.
Umumnya oil-in-water emulsion mud dapat bereaksi dengan
penambahan zat dan adanya kontaminasi seperti juga lumpur asalnya.
Semua minyak dapat digunakan minyak refinery (refined oil) yang
mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
53
1. Uncracked (tidak terpecah-pecah molekulnya), supaya stabil.
2. Flashpoint tinggi, untuk mencegah bahaya api.
3. Aniline number tinggi (lebih dari 155) agar tidak merusakkan
karet-karet dipompa/circulation system.
4. Pour point rendah, agar bisa digunakan untuk bermacam-
macam temperatur.
Suatu keuntungan lainnya adalah bahwa karena bau serta
fluoresensinya lain dengan crude oil (mungkin yang berasal dari
formasi), maka ini berguna untuk pengamatan cutting oleh geolog
dalam menentukan adanya minyak di pemboran tersebut. Adanya
karet-karet yang rusak dapat juga dicegah dengan penggunaan karet
sintetis.
Fresh water oil-in-water emulsion muds adalah lumpur yang
mengandung NaCl sampai sekitar 60.000 ppm. Lumpur emulsi ini
dibuat dengan menambahkan emulsifier (pembuat emulsi) ke water
base mud diikuti dengan sejumlah minyak yang biasanya 5 – 25%
volume. Jenis emulsifier bukan sabun lebih disukai karena ia dapat
digunakan dalam lumpur yang mengandung larutan Ca tanpa
memperkecil emulsifiernya dalam hal efisiensi. Emulsifikasi minyak
dapat bertambah dengan agitasi (diaduk).
Maintenancenya terdiri dari penambahan minyak dan emulsifier
secara periodik. Jika sebelum emulsifikasi lumpurnya mengandung
persentase clay yang tinggi, pengenceran dengan sejumlah air perlu
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
54
dilakukan untuk mencegah kenaikkan viskositas. Karena keuntungan
dalam pengeboran dan mudahnya pengontrolan maka lumpur ini
disukai orang.
Salt water oil-in water absorption mud mengandung paling sedikit
60.000 ppm NaCl dalam fasa airnya. Emulsifikasi dilakukan dengan
emulsifier agent-organik. Lumpur ini biasanya mempunyai pH dibawah
9, dan cocok digunakan untuk daerah-daerah dimana perlu dibor
garam massive atau lapisan-lapisan garam, seperti di Kansas, Rocky
mountain, Dakota dan Canada Barat. Emulsi ini mempunyai
keuntungan-keuntungan seperti juga pada fresh water emulsion :
1. Densitynya kecil
2. Filtrat loss sedikit dan mud cake tipis dan lubrikasi lebih baik.
Lumpur demikian mempunyai tendensi untuk foaming yang bisa
dipecahkan dengan penambahan surface active agent tertentu.
Maintenance lumpur ini sama seperti pada salt mud biasa kecuali
perlunya menambah emulsifier, minyak dan surface active defoamer
(anti foam).
3.5.4. Oil Base dan Oil Base Emulsion Mud
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
55
Lumpur ini mengandung minyak sebagai fasa kontinyunya.
Komposisinya diatur agar kadar airnya rendah (3 – 5% volume).
Relatif lumpur ini tidak sensitive terhadap kontaminan. Tetapi airnya
adalah kontaminan karena memberi efek negatif bagi kestabilan
lumpur ini. Untuk mengontrol viskositas, menaikkan gel strength,
mengurangi efek kontaminasi air dan mengurangi filtrat loss, perlu
ditambahkan zat-zat kimia.
Faedah oil base mud didasarkan pada kenyataan filtratnya adalah
minyak karena itu tidak akan menghidratkan shale atau clay yang
sensitif baik terhadap formasi biasa maupun formasi produktif (jadi ia
juga untuk completion mud). Guna terbesar adalah pada completion
dan work over sumur. Kegunaan lain adalah untuk melepaskan drill
pipe yang terjepit, mempermudah pemasangan casing dan liner.
Oil base mud ini harus ditempatkan pada suatu tanki besi untuk
menghindarkan kontaminasi air. Rig harus dipersiapkan agar tidak
kotor dan bahaya api berkurang.
Oil base emulsion dan lumpur oil base mempunyai minyak sebagai
fasa kontinyu dan air sebagai fasa tersebar. Umumnya oil base
emulsion mudd mempunyai faedah yang sama seperti oil base mud
yaitu filtratnya minyak dan karena itu tidak menghindratkan shale/clay
yang sensitif. Perbedaan utamanya dengan oil base mud adalah
bahwa air ditambahkan sebagai tambahan yang berguna (bukan
kontaminasi). Air yang teremulsi dapat antara 15 – 50% volume,
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
56
tergantung density dan temperatur yang diinginkan (dihadapi dalam
pemboran). Karena air merupakan bagian dari lumpur ini, maka
lumpur ini mempunyai sifat-sifat lain dari oil base mud yaitu ia dapat
mengurangi bahaya api, toleran pada air, dan pengontrolan flow
propertiesnya dapat seperti pada water base mud.
3.5.5. Gaseous Drilling Fluid
Digunakan untuk daerah-daerah dengan formasi keras dan kering.
Dengan gas atau udara dipompakan pada annulus, salurannya tidak
boleh bocor.
Keuntungan cara ini adalah penetration rate lebih besar, tetapi
adanya formasi air dapat menyebabkan bit balling (bit dilapisi
cutting/padatan-padatan) yang mana merugikan. Juga tekanan formasi
yang besar tidak membenarkan digunakannya cara ini. Penggunaan
natural gas membutuhkan pengawasan yang ketat pada bahaya api.
Lumpur ini juga baik untuk completion pada zone-zone dengan
tekanan rendah.
Suatu cara pertengahan antara lumpur cair dengan gas adalah
aerated mud drilling dimana sejumlah besar udara (lebih dari 95%)
ditekan pada sirkulasi lumpur untuk memperendah tekanan hidrostatik
(untuk lost circulation zone), mempercepat pengeboran dan
mengurangi biaya pengeboran.
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
57
3.6. Kontaminasi Lumpur Pemboran
Sejak digunakannya teknik rotary drilling dalam operasi pengeboran
lapangan minyak, lumpur pengeboran menjadi faktor yang penting.
Bahkan lumpur pengeboran menjadi salah satu pertimbangan dalam
mengoptimasikan operasi pengeboran. Oleh sebab itu, mutlaklah untuk
memelihara atau mengontrol sifat-sifat fisik lumpur pengeboran agar
sesuai dengan yang diinginkan.
Salah satu penyebab berubahnya sifat fisik lumpur adalah adanya
material-material yang tidak diinginkan (kontaminan) yang masuk ke
dalam lumpur pada saat operasi pengeboran sedang berjalan.
Kontaminasi yang sering sekali terjadi adalah sebagai berikut :
1. Kontaminasi Sodium Chlorida
Kontaminasi ini terjadi saat pemboran menembus kubah garam
(salt dome), lapisan garam, lapisan batuan yang mengandung
konsentrasi garam cukup tinggi atau akibat air formasi yang
berkadar garam tinggi dan masuk ke dalam sistim lumpur.
Akibat adanya kontaminasi ini, akan mengakibatkan berubahnya
sifat lumpur seperti viskositas, yield point, gel strength dan
filtration loss. Kadang-kadang penurunan pH dapat pula terjadi
bersamaan dengan kehadiran garam pada sistim lumpur.
2. Kontaminasi Gypsum
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
58
Gypsum dapat masuk ke dalam lumpur saat pengeboran
menembus formasi gypsum, lapisan gypsum yang terdapat pada
formasi shale atau limestone. Akibat adanya gypsum dalam
jumlah yang cukup banyak dalam lumpur pengeboran, maka
akan merubah sifat-sifat fisik lumpur tersebut seperti viskositas
plastic, yield point, gel strength dan fluid loss.
3. Kontaminasi Semen
Kontaminasi semen dapat terjadi akibat operasi penyemenan
yang kurang sempurna atau setelah pengeboran lapisan semen
dalam casing. Float collar dan casing shoe. Kontaminasi semen
akan merubah viskositas, yield point, gel strength, fluid loss dan
pH lumpur.
Selain dari ketiga kontaminasi diatas, bentuk kontaminasi lain yang dapat
terjadi selama operasi pengeboran adalah :
a. Kontaminasi “ hard water “, atau kontaminasi oleh air yang
mengandung ion calsium dan magnesium cukup tinggi.
b. Kontaminasi carbon Dioxside.
c. Kontaminasi Hydrogen Sulfide.
d. Kontaminasi Oxygen.
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
59
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
60
BAB IV
PERCOBAAN
4.1. Pembuatan Sampel Dasar ( Based Mud )
Bahan-bahan ditimbang sesuai Tabel 3 di bawah ini :
Tabel 3 : Bahan-bahan dalam pembuatan sampel
No Bahan Jumlah yang ditimbang Waktu mixing
1 Water 1348.68 gram
2 Starch 24 gram 10 menit
3 Xanthan gum 5 gram 15 menit
4 Barite 134.32 gram 5 menit
Jumlah 1512 gram
Setelah semuanya dimixing, waktu ditambah 15 menit.
Sampel tersebut adalah 4 bbl (barrel) berarti sebanyak 0.63596 m3
atau 635.96 liter.
(1 bbl = 0.15899 m3 = 158.99 dm3)
Sampel dibuat dalam 8 bbl (barrel) & hanya diambil 6 bbl untuk 6
percobaan.
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
61
Ket :
# 9 ppg → 9 lb/gal x 1 gr/mL x 350 mL = 378.14 gram
8.33 1 lb/gal
# 378.14 gram x 4 bbl = 1512.56 gram
4.1.1. Pembuatan Sampel + KOH
Pembuatan sampel dengan penambahan KOH dapat dilihat pada
Gambar 11.
Water Based Mud 8 bbl
Based Mud 1
bbl + 0.1 KOH
Based Mud 1
bbl + 0.2 KOH
Based Mud 1
bbl + 0.3 KOH
Based Mud 1
bbl + 0.4 KOH
Based Mud 1
bbl + 0.5 KOH
Based Mud 1
bbl + 0.8 KOH
Gambar 11 : Flowchart preparasi sampel
Waktu penambahan mixing KOH selama 5 menit menggunakan
HB mixing No. 1.
Semua sampel percobaan diperlakukan sama.
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
62
4.2. Uji Berat Lumpur (Density)
Prosedur analisis uji ini adalah kaidah untuk menentukan berat
yang diberikan sejumlah volume dari cairan. Berat lumpur disebutkan
dalam pound per gallon (lb/gal), pound per feet kubik (lb/ft3), gram per
sentimeter kubik (g/cm3), atau kilogram per meter kubik (kg/m3).
4.2.1.Peralatan
a. Setiap instrumen dengan akurasi yang cukup dengan batas ukur
± 0.1 lb/gal (0.5 lb/ft3, 0.01 g/cm3, 10 kg/m3) bisa digunakan.
Timbangan lumpur ini ( pada Gambar 5) adalah instrumen yang
umum digunakan untuk menentukan berat lumpur. Timbangan
lumpur ini di desain memiliki wadah pada salah satu ujungnya
dan diseimbangkan dengan beban terukur diujung yang satunya
dan beban yang bergerak pada skala yang teratur. Gelembung
penyeimbang dibuat pada tiang untuk memperoleh imbangan
yang akurat.
b. Thermometer
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
63
4.2.2. Prosedur
# Menentukan Berat Lumpur
a. Dasar instrument harus di atur datar, permukaan rata.
b. Dipastikan sampel yang di mix adalah fresh (baru dibuat).
c. Distir selama 5 menit dengan Hamilton Beach mixer pada 16000
rpm (Low).
d. Diukur dan dicatat suhu sampel lumpur pengeboran.
e. Di isi cawan yang bersih dan kering dengan sampel lumpur
yang akan di tes sampai penuh, diletakkan tutup pada cawan
hingga benar-benar tertutup, sejumlah lumpur akan keluar
melalui lubang yang ada di tutup cawan sehingga cawan
tersebut benar-benar terisi lumpur seluruhnya.
f. Tahan cawan dengan kuat (dengan tutupnya), bersihkan
dengan kain bersih/tisu bagian luar cawan dan tutupnya.
g. Diletakkan penyeimbang pada dasar pendukungnya dan
seimbangkan dengan menggerakkan beban gerak di sepanjang
mistar. Keseimbangan dicapai apabila gelembung berada
dibawah garis tengah.
h. Berat lumpur pada sisi beban gerak mengarah ke cawan akan
terbaca.
Ket : Kecepatan HB Mixer
Low : 13000 rpm
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
64
Medium : 16000 rpm
High : 18000 rpm
4.2.3. Perhitungan
a. Satuan berat lumpur adalah ppg (pound per gallon), lb/gal.
b. Untuk mengubah pembacaan ke satuan lain gunakan ukuran
berikut :
Kg/m3 = (lb/ft3) x 16 = (lb/gal) x 120 (i)
Specific Gravity (g/cm3) = lb/ft3 = lb/gal (ii)
62.43 8.345
Mud gradient (psi/ft) = lb/ft3 = lb/gal = kg/m3 (iii)
144 19.24 2309
4.3. Analisis Sifat Rheology ( Viscosity dan Gel Strength )
Kekentalan dan gel strength adalah pengukuran yang
berhubungan dengan sifat alir lumpur, sedangkan yang disebut Rheology
adalah ilmu tentang deformasi dan daya alir benda. Instrument yang
digunakan untuk mengukur kekentalan dan gel strength dari fluida
pengeboran adalah viscometer petunjuk langsung ( pada Gambar 9).
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
65
Instrument ini digerakkan dengan motor listrik atau engkol tangan.
Lumpur pengeboran terisi didalam ruang anular diantara dua buah
silinder. Silinder sebelah luar atau lengan rotor dikendalikan pada
kecepatan rotasi yang konstan. Perputaran dari lengan rotor ini pada
lumpur menghasilkan torsi pada silinder sebelah dalam atau bob. Torsi
pegas menyebabkan pergerakan pada bob, dan angka yang tercantum
pada bob menandakan perpindahan bob.
4.3.1. Scope
Petunjuk dasar ini untuk mengukur viskositas dan gel
strength dengan menggunakan Fann 35 type rheometer. Juga
merupakan alat buatan cina dengan model type ZNN-D6 dan Fann
35SA 12 Speed. Hanya digunakan untuk mengukur sekitar 180oF.
Spesifikasi
Lengan rotor
Diameter dalam 1.450 in. (36.83 mm)
Panjang keseluruhan 3.425 in. (87.00 mm)
Garis bertulisan 2.30 in. (58.4 mm)
Diatas bagian bawah dari lengan.
Dua deret lubang 1/8 in. (3.18 mm) bercelah 120o (2.09
radians) secara terpisah, disekitar lengan rotor hanya di
bawah garis bertulisan.
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
66
Bob
Diameter 1.358 in. (34.49 mm)
Panjang silinder 1.496 in. (38.00 mm)
Bob tertutup dengan dasar yang datar dan tutup yang
meruncing.
Konstanta torsi pegas
386 dyne-cm/derajat refleksi
Kecepatan rotor
Kecepatan tinggi 600 rpm
Kecepatan rendah 300 rpm
4.3.2. Peralatan
1. Fann 35 rheometer atau Baroid / OFI equivalent,
tegangan 110 volt atau 220 volt, dihidupkan dengan dua
kecepatan synchromous motor untuk memperoleh
kecepatan dari 3, 6, 100, 200, 300, dan 600 rpm.
2. Pemanas cawan lumpur (dikontrol secara lokal atau dari
regulator thermocup).
3. Stopwatch.
4. Digital Thermometer (32 – 220oF).
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
67
4.3.3. Prosedur
PERHATIAN : Suhu operasi maksimum adalah 200oF
(93oC). Jika lumpur diatas 200oF akan diuji, maka harus
menggunakan metal bob padat atau metal bob celung yang
dalamnya benar-benar bersih. Cairan yang terperangkap
dalam celungan dimungkinkan akan menguap ketika
dicelupkan dalam lumpur yang bersuhu tinggi dan dapat
menyebabkan bob meledak.
a. Pastikan cawan berpengatur thermostat tidak terlalu
panas. Dan pastikan bahwa sampel lumpur di mix
dengan fresh (baru dibuat).
b. Sampel dituang ke dalam cawan sampai garis line
(sekitar 1 inci dari atas cawan).
c. Thermostat diatur pada pemanas cup untuk menentukan
suhu yang diinginkan pada pengujian.
d. Rheometer stand dinaikkan untuk mencelupkan bob dan
lengan rotor.
e. Rheometer dihidupkan dan dipilih kecepatan 600 rpm.
Tunggu suhu naik dan stabil sampai suhu mencapai
120oF (normal 49oC). Untuk Water Based Mud biasanya
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
68
120º F kecuali ada permintaan khusus. Untuk Oil Based
Mud 150ºF kecuali ada permintaan khusus.
f. Pilih kecepatan 600 rpm dan tunggu dial pembacaan
stabil sebelum dibaca.
g. Ulangi tahap f untuk membaca pada kecepatan 300, 200,
100, 6, dan 3 rpm (nilai lainnya jika dibutuhkan) dengan
menaikkan tinggi-rendah kecepatan rotor dan merubah
gir.
h. Stir lumpur pada 600 rpm selama 30 detik kemudian
diamkan selama 10 detik. Putar kearah 3 rpm dan catat
dial pembacaan maksimum; ini adalah 10 detik atau gel
strength awal.
i. Stir kembali lumpur pada 600 rpm selama 30 detik
kemudian diamkan selama 10 menit. Putar kearah 3 rpm
dan catat pembacaan maksimum; ini adalah 10 menit gel
strength.
4.3.4. Perhitungan
Plastic Viscosity (PV) (cP) = 600 rpm – 300 rpm
Yield Point (YP) (lbf/100ft2) = 300 rpm – PV
Apparent Viscosity (AV) (cP) = 600 rpm/2
Ket : cP = centipoises
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
69
4.4. Analisis Fluid Loss
Menentukan filtrasi lumpur dilakukan dengan alat yang disebut
dengan API Filter Press. Uji ini terdiri dari ditentukan rate fluida yang
keluar melalui kertas filter selama 30 menit. API fluid loss diperlakukan
dengan suhu rendah atau dengan tekanan 100 psi serta dicatat dalam
satuan mL/30 menit.
4.4.1. Peralatan
1. sel filtrasi – diameter 3” x 2.5 “
2. OFI specially Hardened Filter Paper – Filtration Area 7.07
sq.in. Atau dengan menggunakan whatman No. 50
(90mm).
3. Tekanan udara rendah atau Nitrogen (100 psi).
4. Stopwatch.
5. Gelas ukur 10 mL atau 25 mL.
4.4.2. Prosedur
a. Gunakan udara / tekanan gas sebesar 100 psi.
b. Bagian yang seperti penyaring dimasukkan pada bagian
bawah sel.
c. Kertas filter dimasukkan dan diletakkan pula karet
penyangga.
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
70
d. O-ring berbentuk tabung diletakkan sehingga berbentuk
tabung tanpa atas.
e. Stir kembali lumpur dengan kecepatan 18000 rpm (High)
selama 5 menit.
f. Lumpur dimasukkan ke dalam sel filtrasi sekitar setengah
dari sel tersebut.
g. Diletakkan pada penyangga seperti rak yang terdapat
tutup dari sel yang telah disambungkan ke tekanan gas.
h. Ditutup sel filtrasi kemudian kunci hingga kencang agar
gas tidak keluar.
i. Dipasang gelas ukur dibawah sebagai tempat filtrat dan
pastikan jam sudah diset 30 menit.
j. Keran pada saluran ditutup dan tekanan gas dibuka. Saat
tekanan dibuka, saat itu pula waktu dihidupkan.
k. Filtrat yang diperoleh disimpan untuk menganalisis ion
dengan tehnik titrasi.
l. Valve tekanan ditutup dan diturunkan tekanan ke garis
nol. Dengan hati-hati buka keran dan sel filtrasi dari
penyangga.
4.4.3. Perhitungan
API Fluid Loss = Pembacaan 30 menit (mL)
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
71
4.5. Analisis Parameter Alkalinitas, Total Kesadahan, Ca2+ dan pH
Tes alkalinitas adalah metoda titrasi yang mengatur volume asam
standar yang bereaksi dengan alkali-alkali dalam sampel lumpur berdasar
air.
Tes kesadahan adalah metoda titrasi yang hanya mengarah pada
penentuan kadar Ca2+ dan Mg2+ dalam air. Kation-kation ini terutama
dapat menyebabkan penyumbatan pada pipa-pipa dan terak pada ketel
(scale) sehingga dapat menyebabkan kegagalan dan menurunkan
efisiensi panas.
Hasil analisa kalsium dapat digunakan bersamaan dengan klor dan
tes kandungan air, untuk menghitung CaCl2. Namun tes kalsium ini hanya
dilakukan jika sampel mengalami penumpukan kalsium berlebih, dan
menyebabkan lumpur tidak dapat digunakan.
Tes pH sangat berguna untuk mengetahui tingkat keasaman
maupun kebasaan suatu sampel. Pengukuran dilakukan dengan pH meter
ataupun kertas indikator universal.
4.5.1. Analisis Alkalinitas
4.5.1.1. Peralatan
1. Larutan standar H2SO4 0.02 N (N/50).
2. Indikator Phenolftalein.
3. Indikator Brom kresol hijau.
4. Pipet volumetri.
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
72
5. Stirer, beaker glass.
6. Aquadest.
7. pH meter.
4.5.1.2. Prosedur
Ket : Pf adalah Banyaknya H2SO4 0.02 N yang diperlukan
untuk membawa pH 1 mL filtrat lumpur ke pH 8.3.
Mf adalah Banyaknya H2SO4 0.02 N yang diperlukan
untuk membawa pH 1 mL filtrat lumpur ke pH 4.3.
Pm adalah Banyaknya H2SO4 0.02 N yang
diperlukan untuk membawa pH 1 mL lumpur ke pH
8.3.
Pf dan Mf
1. Diambil 1 mL flitrat dan tambahkan 10 mL aquades.
2. Ditambahkan 2 atau 3 tetes indikator PP dan akan
berwarna pink.
3.Ditambahkan 0.02N asam sulfat dari pipet dengan
stirrer sampai warna pink hilang.
4. Dicatat mL asam sulfat yang diperoleh untuk
perubahan warna pink – bening.
5. Lakukan hal yang sama untuk menentukan nilai Mf,
tetapi bedanya dengan menggunakan indikator brom
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
73
kresol hijau.
6. Warna akan berubah dari hijau menjadi kuning.
7. Dicatat mL asam sulfat yang diperoleh. Ini untuk nilai
Mf.
Pm ( uji pada lumpur )
1. Dambil 1 mL lumpur dengan alat suntik. Tambahkan
10 mL aquadest.
2. Ditambahkan 2 atau 3 tetes indikator PP dengan
stirrer.
3.Dititrasi dengan 0.02 N asam sulfat menggunakan pipet
volumetric sampai warna berubah dari pink menjadi
warna lumpur.
4. Dicatat mL asam sulfat yang diperoleh.
4.5.2. Analisis Total Kesadahan
4.5.2.1. Peralatan
1. Larutan standar versannate 0.01 N.
2. Larutan buffer ( NH4OH / NH4Cl ).
3. Indikator calmagite.
4. Pipet volumetri.
5. Aquadest.
6. Beaker Glass dan stirrer.
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
74
4.5.2.2. Prosedur
1. Diambil 1 mL filtrat lumpur kemudian tambahkan
10 mL aquadest.
2. Ditambahkan 1 mL larutan buffer.
3. Ditambahkan 6 tetes indikator calmagite dan aduk
dengan stirrer.
4. Titrasi dengan larutan versannate sampai
mengalami perubahan warna dari ungu muda ke
biru.
5. Catat mL larutan versannate yang diperoleh.
4.5.2.3. Perhitungan
Mg/L Ca2+ = mL larutan Versannate ( A ) x 400 ppm mL sampel
4.5.3. Analisis Ca2+ dan Mg2+
4.5.3.1. Peralatan
1. Larutan standar Versannate 0.01 N
2. Aquadest.
3. Pipet volumetri.
4. Larutan NaOH 8 N.
5. Indikator Calver II.
6. Spatula.
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
75
4.5.3.2. Prosedur
1. Diambil 1 mL filtrat lumpur dan tambahkan 10 mL
aquadest.
2. Ditambahkan 1 mL larutan NaOH 8 N.
3. Ditambahkan indikator calver II sedikit saja dengan
bantuan spatula.
4. Titrasi dengan larutan standar versannate 0.01 N
sampai mengalami perubahan warna dari ungu
muda menjadi biru.
5. Dicatat mL larutan versannate yang diperoleh (B).
4.5.3.3. Perhitungan
Calsium ( mg/L ) = B x 400 ppm mL sampel Magnesium ( mg/L ) = Total Kesadahan - Calsium
4.5.4. Uji pH
4.5.4.1. Peralatan
1. pH meter.
2. Larutan Standar pH 7 untuk kalibrasi.
3. Beaker Glass 100 mL.
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
76
4.5.4.2. Prosedur
1. Filtrat sampel (sisa uji Fluid Loss) dimasukkan ke
dalam beaker glass.
2. Elektroda pH dicuci dengan aquadest dan
dikeringkan dengan tisu.
3. pH meter dikalibrasi dengan larutan standar
kalibrasi pH 7.
4. Kemudian dicelupkan pada larutan kalibrasi
hingga konstan.
5. Setelah konstan, dicuci elektroda tersebut dengan
aquadest dan dikeringkan.
6. Dimasukkan elektroda kedalam beaker yang telah
terisi filtrat sampel.
7. Catat pH yang tertera pada pH meter.
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
77
4.6.1. Pengolahan Data
Berat Lumpur yang diperoleh :
Tabel 5: Data hasil pengukuran berat lumpur
lb/gallon gr/ml ( sp gr ) kg/m³ Psi/ft
Based Mud 9 1.0785 1080 0.4678
Based Mud + 0.1 KOH 9 1.0785 1080 0.4678
Based Mud + 0.2 KOH 9 1.0785 1080 0.4678
Based Mud + 0.3 KOH 9 1.0785 1080 0.4678
Based Mud + 0.4 KOH 9 1.0785 1080 0.4678
Based Mud + 0.5 KOH 9 1.0785 1080 0.4678
Based Mud + 0.8 KOH 9 1.0785 1080 0.4678
Sifat Rheology : Viskositas dan gel strength
Viskositas ( cP )
Data pengukuran Viskositas ditunjukkan pada Tabel 6
dan pada grafiknya ditunjukkan pada Gambar 12,13, dan
14.
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
78
Tabel 6 : Data hasil pengukuran Viskositas
PV Yield Point AV
Based Mud 16 32 32
Based Mud + 0.1 KOH 15 30 30
Based Mud + 0.2 KOH 15 29 29.5
Based Mud + 0.3 KOH 14 28 28.5
Based Mud + 0.4 KOH 14 27 28
Based Mud + 0.5 KOH 12 25 25.5
Based Mud + 0.8 KOH 11 20 21
Grafik :
Berat KOH Vs PV
02468
10121416
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9
Berat KOH
Pla
stic
Vis
cosi
ty
Gambar 12 : Grafik Berat KOH Vs Plastic Viscosity
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
79
Berat KOH Vs Yield Point
05
101520253035
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9
Berat KOH
Yiel
d Po
int
Gambar 13 : Grafik Berat KOH Vs Yield point
B erat K OH V s AV
03.5
710.5
1417.5
2124.5
2831.5
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9
Be ra t KO H
Appa
renc
e Vi
scos
ity
Gambar 14 : Grafik Berat KOH Vs Apparence Viskosity
Gel strength ( lb/100ft² )
Data pengukuran Gel Strength ditunjukkan pada Tabel 7
dan pada grafiknya ditunjukkan pada Gambar 15 dan 16.
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
80
Tabel 7: Data hasil pengukuran Gel Strength
10 detik 10 menit
Based Mud 12 16
Based Mud + 0.1 KOH 11 14
Based Mud + 0.2 KOH 10 13
Based Mud + 0.3 KOH 9 10
Based Mud + 0.4 KOH 6 8
Based Mud + 0.5 KOH 5 6
Based Mud + 0.8 KOH 3 4
Grafik :
B erat K OH Vs Gel S trength (10 menit)
01.5
34.5
67.5
910.5
1213.5
1516.5
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9
Be ra t KOH
Gel
Stre
ngth
Gambar 15 : Grafik Berat KOH Vs Gel Strength (10 menit )
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
81
B e ra t K O H V s G e l S tre n g th (1 0 d e tik )
01.5
34.5
67.5
910.5
12
0 0.1 0 .2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0 .9
B e ra t K O H
Gel
Stre
ngth
Gambar 16 : Grafik Berat KOH Vs Gel Strength (10 Detik)
API Fluid Loss (mL)
Data pengukuran Fluid Loss ditunjukkan pada Tabel 8 dan pada
grafiknya ditunjukkan pada Gambar 17.
Tabel 8 : Data hasil pengukuran API Fluid Loss
Filtrat ( mL )
Based Mud 7
Based Mud + 0.1 gr KOH 7.2
Based Mud + 0.2 gr KOH 7.4
Based Mud + 0.3 gr KOH 7.6
Based Mud + 0.4 gr KOH 7.8
Based Mud + 0.5 gr KOH 8
Based Mud + 0.8 gr KOH 8.4
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
82
Grafik :
B erat K OH Vs Filtrat
00.81.62.43.2
44.85.66.47.2
8
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9
Be ra t KOH
Filtr
at (m
L)
Gambar 17 : Grafik Berat KOH Vs Filtrat (mL)
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
83
Analisis Alkalinitas dan pH
Total Kesadahan, Ca2+ dan Mg2+
Tabel 9 : Data pengukuran Total kesadahan, Ca2+ dan Mg2+
Total Kesadahan
Calsium
Magnesium
Based 6.91 5.82 1.09
Based + 0.1 KOH 5.82 2.18 3.64
Based + 0.2KOH 2.91 2.18 0.73
Based + 0.3 KOH 3.27 2.55 0.72
Based + 0.4 KOH 3.64 3.27 0.37
Based + 0.5 KOH 4 3.64 0.36
Based + 0.8 KOH 6.18 5.45 0.73
Ket : Dalam satuan mg/L
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
84
pH
Tabel 10: Data pengukuran pH
pH
Based 7
Based + 0.1 KOH 9.3
Based + 0.2 KOH 9.72
Based + 0.3 KOH 10.62
Based + 0.4 KOH 11.33
Based + 0.5 KOH 11.78
Based + 0.8 KOH 12.41
Grafik :
Grafik Berat KOH Vs pH
Gambar 18 : Grafik Berat KOH Vs pH
02.5
57.510
12.5
0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.80
Berat KOH
pH
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
85
4.7. Pembahasan
Lumpur pengeboran merupakan bagian yang penting dalam
proses pengeboran, mempunyai banyak fungsi seperti mengangkat
cutting ke permukaan, mendinginkan dan melumasi mata bor dan
kawat bor, mengontrol tekanan formasi, memberi dinding pada
lubang bor dengan mud cake, melepaskan pasir dan cutting
dipermukaan. Karena hal tersebut lumpur pengeboran harus dibuat
dengan spesifikasi dan mutu yang bagus untuk proses pengeboran.
Lumpur berbahan dasar air merupakan lumpur yang dibuat dengan
sebagai base/dasarnya yaitu air.
Sampel yang diperiksa dilaboratorium pada dasarnya
memiliki kondisi yang sesuai dengan perusahaan M-I Indonesia
atau bisa juga sesuai dengan permintaan perusahaan minyak.
Sampel yang diuji memiliki kandungan berat, viskositas dan fluid
loss. Sehingga, dapat diketahui kekentalan sampel tersebut. Faktor
yang mempengaruhi hasil diatas adalah adanya pengaruh dari pH.
Dari semua kegiatan pengeboran semuanya diubah menjadi sifat
alkalin, yaitu dengan cara menaikkan pH diatas 7. Prioritas utama
yang harus diperhatikan adalah pemilihan pH yang sangat
diinginkan untuk mengoptimalkan karakteristik dari sifat bentonit
pada saat pengeboran dilakukan. Peningkatan disperse dari
lempung berada pada pH dibawah 9.5, yang dapat menaikkan
kekentalan dari fluida pada saat pengeboran. Terbentuknya
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
86
kekentalan larutan dipengaruhi oleh pentingnya nilai derajat
keasaman dibawah 10, tetapi terkadang keadaan tersebut tidak
selamanya dapat digunakan untuk sifat suatu lumpur (mud). Untuk
alasan yang nyata, seperti bidang keselamatan atau korosi pada
bahan-bahan. Pada pengeboran lumpur jarang dioperasikan bila
keadaan derajat keasaman (pH) berada dibawah pH 7. Polymer
bekerja optimum pada pH 8.5 – 9.5, diatas atau dibawah itu.
Viskositas, fluid loss dan sifat lainnya akan menjadi lebih rendah
Dalam pembuatan sampel, bahan-bahan yang digunakan
memiliki kegunaan masing - masing. Antara lain :
1. Air berfungsi sebagai pelarut.
2. Starch digunakan sebagai fluid loss.
3. Xanthan gum digunakan sebagai viskositas.
4. Barite digunakan untuk berat lumpur.
dalam pengerjaannya pun, harus diperlakukan secara sama karena
untuk menghasilkan data yang bagus dari mulai mixing hingga
pengukuran.
Dari data analisis sampel, bisa dilihat terjadi kenaikan pH
saat penambahan KOH (Tabel 3). Pada sampel based, pH hampir
mendekati angka 8 serta dilihat dari sifat rheology ternyata cukup
tinggi. Berarti dapat dikatakan bahwa nilai kekentalan pada sampel
based cukup tinggi. Setelah sampel based diambil 1 bbl dan
kemudian ditambahkan 0.1 gr KOH hingga 0.5 gr KOH dan 0.8 gr
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
87
KOH terjadi penurunan pada sifat rheology (lebih spesifik pada
viskositas dan gel strength). Itu berarti bahwa kekentalan semakin
menurun. Terbukti pada grafik viskositas dan gel strength (Gambar
12-16).
Dengan menurunnya sifat kekentalan sampel, akan diikuti
kenaikan kepada fluid loss sampel. Semakin menurun kekentalan
lumpur maka akan semakin tinggi filtrat yang dihasilkan dari fluid
loss. Hal ini dapat dilihat dari data yang diperoleh serta grafik fluid
loss (Tabel 6 dan Gambar 17).
Berdasarkan data pH sampel sebelum penambahan KOH
hingga penambahan KOH terjadi kenaikan. Tetapi terjadi
penurunan pada nilai yield point dan gel strength. Semakin tinggi
nilai pH berarti semakin tidak bagus sampel lumpur tersebut (Tabel
8 dan Gambar 18).
Dilakukan pula analisis alkaliniti, secara logika kita juga bisa
tahu bahwa pada penambahan KOH dapat mempengaruhi tingkat
keasaman maupun kebasaan. Analisis total kesadahan maupun
kalsium merupakan standar uji namun data hanya diperlukan bila
lumpur mengandung konsentrasi kalsium yang berlebihan. Hal
itu sama dengan data sampel (Lihat Tabel 7).
Peralatan yang ada dalam laboratorium cukup baik dan
akurat serta sesuai dengan standar yang ditentukan oleh standar
internasional API (American Petroleum Institute).
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
88
Sesuai dengan parameter, dapat dikatakan bahwa sampel
lumpur pengeboran berbahan dasar air sebelum penambahan KOH
layak untuk digunakan pada proses pengeboran.
4.8. Kesimpulan
Berdasarkan uji sifat water based mud dengan penambahan
KOH dalam menaikkan pH terhadap sifat rheology ( viskositas dan
gel strength ), fluid loss serta analisis alkalinity dapat diambil
kesimpulan bahwa :
Semakin besar berat KOH maka semakin tinggi harga pH berarti
semakin rendah nilai yield point.
Semakin besar berat KOH maka semakin tinggi harga pH berarti
semakin rendah nilai gel strength.
Semakin besar berat KOH maka semakin tinggi harga pH berarti
semakin tinggi fluid loss.
Semakin besar berat KOH maka semakin tinggi harga pH berarti
kekentalan sampel semakin menurun.
Semakin besar berat KOH maka semakin tinggi tingkat
kebasaan pada sampel water based mud.
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
89
BAB V
PENUTUP
5.1. Hasil PKL
Hasil yang didapat setelah PKL antara lain :
1. Mahasiswa dapat mengetahui lingkungan kerja dan cara
bersosialisasi di dunia kerja.
2. Mahasiswa memperoleh data hasil pekerjaan yang telah
dilakukan selama bekerja dan telah dioleh sesuai dengan
standar di perusahaan untuk pembuatan laporan.
3. Mahasiswa memahami cara menghadapi masalah yang terjadi
dalam dunia kerja.
5.2. Manfaat PKL
Ada beberapa manfaat yang didapat antara lain :
1. Menambah kedisiplinan dan rasa tanggung jawab terhadap
suatu pekerjaan yang diberikan.
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
90
2. Mahasiswa mendapatkan pengalaman kerja yang kelak akan
bermanfaat dimasa depan.
3. Menambah ilmu pengetahuan berupa teori dan pengalaman
yang belum pernah diperoleh selama menuntut ilmu di masa
kuliah.
5.3. Saran
Beberapa saran yang dapat menjadi perhatian untuk pihak
perusahaan :
Dalam menimbang, pengukuran lebih baik kuantitatif agar hasil
yang diperoleh sesuai dengan data yang diperoleh.
Untuk menimbang dalam jumlah besar, lebih baik menggunakan
wadah sehingga dapat kuantitatif dalam pengukuran.
Berikan perhatian penuh ketika melakukan titrasi dengan zat-zat
kimia karena ini merupakan data yang penting untuk sifat kimia
serta mencegah kontaminasi pada alat-alat ukur.
Beberapa saran yang dapat menjadi perhatian untuk Jurusan Kimia
Terapan :
Dapat meningkatkan kerjasama dengan perusahaan asing
seperti PT M-I INDONESIA karena menurut penulis perusahaan
ini memiliki manajemen yang baik serta dunia pengeboran yang
cukup sukses.
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
91
Memberikan kemudahan dalam pengurusan administrasi
ataupun hal yang berkaitan dengan akademik agar mahasiswa
merasa semuanya mudah untuk dijalankan sesuai dengan
peraturan yang semestinya.
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
92
DAFTAR PUSTAKA
A Primer of Oil Well Drilling. 3rd Edition. New york. API. 1970.
API Recommended Practice Standard Procedure For Field Testing OBM,
1st Edition, June 1990.
Drilling and Production Safety Code. London: The Institute Petroleum.
1969.
Drilling Fluid Engineering Manual, M-I Indonesia, 1998.
Drilling Mud Handbook, M-I Indonesia.
Drilling Fluids Technical Manual, Dowell, 1994.
Google website.
M-I SWACO website.
R. A. Day, JR & A. L. Underwood. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta :
Erlangga. 2001.
Rubiandini, Rudi., R. S., Dr. Ing., Teknik dan Alat Pemboran. Bandung :
HMTM PATRA ITB Bandung.
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
93
LAMPIRAN 1 : CONVERSION CONSTANT Multiply By To Obtain Volume barrel (bbl) 5.615 cubic ft (ft³) barrel (bbl) 0.159 cubic meter (m³) barrel (bbl) 42 gallon, U.S. (gal) cubic feet (ft³) 0.0283 cubic meter (m³) cubic feet (ft³) 7.48 gallon, U.S. (gal) gallon, U.S. (gal) 0.00379 cubic meter (m³) gallon, U.S. (gal) 3.785 liter (L) cubic meter (m³) 6.289 barrel (bbl) cubic meter (m³) 1,000 liter (L) Mass or weigth pound (lb) 453.6 gram (g) pound (lb) 0.454 kilogram (kg) kilogram (kg) 2.204 pound (lb) metric ton (mt) 1,000 kilogram (kg) Length feet (ft) 0.3048 meter (m) inch (in.) 2.54 centimeter (cm) inch (in.) 25.4 milimeter (mm) meter (m) 3.281 feet (ft) miles(mi) 1.609 kilometers (km) Pressure lb/in.² (psi) 6.895 kiloPascal (kPa) lb/in.² (psi) 0.06895 bar (bar) lb/in.² (psi) 0.0703 kg/cm³ kiloPascal (kPa) 0.145 lb/in.² (psi) bar (bar) 100 kiloPascal (kPa) Concentration pound/barrel (lb/bbl) 2.853 kg/m³ kilogram/cubic meter (kg/m³) 0.3505 lb/bbl Density pound/gallon (lb/gal) 119.83 kg/m³ kilogram/cubic meter (kg/m³) 0.00835 lb/gal pound/gallon (lb/gal) 0.11983 g/cm³, kg/L or SG pound/cubic feet (lb/ft³) 16.02 kg/m³ and g/L g/cm³, kg/l or SG 8.345 lb/gal
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
94
LAMPIRAN 2 : CONVERSION TABLE FOR MUD DENSITY
(ppg) (pcf) (sp gr) (psi/ft) (ppg) (pcf) (sp gr) (psi/ft) (ppg) (pcf) (sp gr)
8.3 62.4 1.00 0.620 11.9 89.3 1.43 0.810 15.6 116.6 1.878.5 63.4 1.02 0.630 12.1 90.7 1.45 0.820 15.8 118.1 1.898.7 64.8 1.04 0.640 12.3 92.2 1.48 0.830 16.0 119.5 1.928.9 66.2 1.06 0.650 12.5 93.6 1.50 0.840 16.2 121.0 1.949.1 67.7 1.09 0.660 12.7 95.0 1.52 0.850 16.4 122.4 1.969.2 69.1 1.11 0.670 12.9 96.5 1.55 0.860 16.6 123.8 1.999.4 70.6 1.13 0.680 13.1 97.9 1.57 0.870 16.8 125.3 2.019.6 72.0 1.15 0.690 13.3 99.4 1.59 0.880 16.9 126.7 2.039.8 73.4 1.18 0.700 13.5 100.8 1.62 0.890 17.1 128.2 2.06
10.0 74.9 1.20 0.710 13.7 102.2 1.64 0.900 17.3 129.6 2.0810.2 76.3 1.22 0.720 13.9 103.7 1.66 0.910 17.5 131.0 2.1010.4 77.8 1.25 0.730 14.1 105.1 1.69 0.920 17.7 132.5 2.1210.6 79.2 1.27 0.740 14.3 106.6 1.71 0.930 17.9 133.9 2.1510.8 80.6 1.29 0.750 14.5 108.0 1.73 0.940 18.1 135.4 2.1711.0 82.1 1.32 0.760 14.6 109.4 1.76 0.950 18.3 136.8 2.1911.2 83.5 1.34 0.770 14.8 110.9 1.78 0.960 18.5 138.2 2.2211.4 85.0 1.36 0.780 15.0 112.3 1.80 0.970 18.7 139.7 2.2411.6 86.4 1.39 0.790 15.2 113.8 1.82 0.980 18.9 141.1 2.26
11.7 87.8 1.41 0.800 15.4 115.2 1.85 0.990 19.1 142.6 2.29
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
95
LAMPIRAN 3 : Contoh bahan yang umum digunakan dalam pembuatan
lumpur pengeboran
Description M-I Baroid Primary Action
Weight material
API Barite (SG 4.2), M-I Bar Baroid For increasing density to 20 lb/gal
barium sulfate
Hematite (SG 5.0), Fer-ox Barodense For increasing density to 25 lb/gal
iron oxide
Sized calcium carbonate Lo-Wate Baracarb Acid soluble weighting and bridging
agent for increasing density to 12 lb/gal
Viscosifier
API Wyoming bentonite M-I Gel Aquagel Viscosity and filtration control
API non-treated Gel Supreme Aquagel Viscosity and filtration control
Wyoming bentonite Gold Seal
API attapulgite Salt Gel Zeogel Viscosity in saltwater muds
API Sepiolite Durogel Sea-mud Viscosity for freshwater, saltwater and
high-temperature geothermal muds
High moleculer weight DUO-VIS Barazan Bacterially produced xanthan gum for Xanthan gum viscosity and suspension in all water-base
Biopolymer muds
Premium grade clarified Flo-Vis Bacterially produced xanthan gum for Xanthan gum viscosity and suspension in drill-in fluid
Biopolymer systems Fluid-Loss-control Agents
Sodium CMC Cellex Fluid-loss control and viscosifier
carboxymethylcellulose
Polyanionic Cellulose Polypac PAC R Fluid-loss control and viscosifier
(PAC)
Polyanionic Cellulose Polypac UL PAC L Fluid-loss control with minimal viscosity
(PAC) ultra-low viscosity increase
Derived Starch Flo-Trol Fluid-loss control and viscosifier for drill-in
fluid systems
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
96
Description M-I Baroid Primary Action
Common Chemicals
Sodium hydroxide Caustic soda pH control in water-base muds
(NaOH)
Sodium bicarbonate Bicarbonate Calcium presipitant and pH reducer in
(NaHCO3) of soda cement contaminated muds
Sodium Carbonate Soda ash Calcium precipitant in lower pH muds
(Na2CO3)
Sodium chloride (NaCl) Salt Saturated salt muds, workover/completion
fluids and resistivity control
Potassium chloride (KCl) Muriate of Potassium source and increasing pH
Potash
Potassium hydroxide Caustic Potassium source and increasing pH in
(KOH) Potash potassium muds
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.
4.6. Hasil Pengamatan
Data dan hasil pengukuran setiap pengukuran dilampirkan pada Tabel 4.
Pada Tabel 4 ditunjukkan data hasil pengukuran secara keseluruhan
Based Mud 0.1 KOH 0.2 KOH 0.3 KOH 0.4 KOH 0.5 KOH 0.8 KOH Mud Weigth 9.0 ppg 9.0 ppg 9.0 ppg 9.0 ppg 9.0 ppg 9.0 ppg 9.0 ppg
Rheology @ 120 ºF 600 RPM 64 cP 60 cP 59 cP 57 cP 56 cP 51 cP 42 cP
300 RPM 48 cP 45 cP 44 cP 42 cP 41 cP 37 cP 31 cP
200 RPM 42 cP 40 cP 39 cP 37 cP 36 cP 32 cP 27 cP
100 RPM 34 cP 32 cP 32 cP 30 cP 29 cP 30 cP 25 cP
6 RPM 15 cP 14 cP 14 cP 12 cP 12 cP 11 cP 10 cP
3 RPM 13 cP 12 cP 12 cP 11 cP 10 cP 9 cP 9 cP
Plastic Viscosity 16 cP 15 cP 15 cP 14 cP 14 cP 12 cP 11 cP
Yield Point 32 cP 30 cP 29 cP 28 cP 27 cP 25 cP 20 cP
10 Sec Gel Strength 12 cP 11 cP 10 cP 9 cP 6 cP 5 cP 3 cP
10 Minute Gel Strength 16 cP 14 cP 13 cP 10 cP 8 cP 6 cP 4 cP
API Fluid Loss 7 mL 7.2 mL 7.4 mL 7.6 mL 7.8 mL 8 mL 8.4 mL
pH 7 9.3 9.72 10.62 11.33 11.78 12.41
Pf 0 0.06 mL 0.13 mL 0.41 mL 0.44 mL 0.46 mL 1.5 mL
Mf 0.2 mL 0.10 mL 0.18 mL 0.48 mL 0.53 mL 0.57 mL 1.72 mL
Pm 0 0.11 mL 0.23 mL 0.58 mL 0.62 mL 1.06 mL 1.82 mL
Total Hardness 76 mg/L 64 mg/L 32 mg/L 36 mg/L 40 mg/L 44 mg/L 68 mg/L Ca 64 mg/L 24 mg/L 24 mg/L 28 mg/L 36 mg/L 40 mg/L 40 mg/L
Mg 7.29 mg/L 24.3 mg/L 4.86 mg/L
4.86 mg/L 2.43 mg/L 2.43 mg/L 4.86 mg/L
76
Pengaruh koh..., Sita Amalia, FMIPA UI, 2007.