43
PENGARUH KOMBINASI CENDAWAN Metarhizium anisopliae DENGAN EKSTRAK BIJI JARAK TERHADAP MORTALITAS Helopeltis spp. DI LABORATORIUM (SKRIPSI) IKA RACHMA PANGESTI JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2016

PENGARUH KOMBINASI CENDAWAN Metarhizium …digilib.unila.ac.id/21479/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · mortalitas Helopeltis spp. sebesar 56,67% pada perlakuan M. anisopliae

  • Upload
    letram

  • View
    231

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

PENGARUH KOMBINASI CENDAWAN Metarhizium anisopliae DENGANEKSTRAK BIJI JARAK TERHADAP MORTALITAS Helopeltis spp.

DI LABORATORIUM

(SKRIPSI)

IKA RACHMA PANGESTI

JURUSAN AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG2016

PENGARUH KOMBINASI CENDAWAN Metarhizium anisopliae denganEKSTRAK BIJI JARAK TERHADAP MORTALITAS Helopeltis spp.

DI LABORATORIUM

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara kombinasi cendawan

Metarhizium anisopliae dengan ekstrak biji jarak dalam menimbulkan mortalitas

Helopeltis spp. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama dan Penyakit

Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada bulan Agustus sampai

November 2015. Percobaan dilakukan menggunakan Rancangan Acak Kelompok

(RAK), dengan 3 ulangan, masing-masing perlakuan sebagai berikut: 1) Kontrol

(0,1% Tween 80), 2) M. anisopliae (tanpa penambahan pestisida nabati) konsentrasi

106, 107, dan 108, 3) M. anisopliae + ekstrak biji jarak 3 ml konsentrasi 106, 107, dan

108. Hasil penelitian menunjukkan mortalitas Helopeltis spp. pada 1 hsa sebesar

13,33% pada perlakuan M. anisopliae 108 dan M. anisopliae + ekstrak biji jarak 3 ml

konsentrasi 108. Kombinasi antara cendawan M. anisopliae dengan ekstrak biji jarak

mampu meningkatkan diameter, kerapatan, dan viabilitas spora cendawan. Pada 7 hsa

mortalitas Helopeltis spp. sebesar 56,67% pada perlakuan M. anisopliae dan ekstrak

biji jarak.

Key words : Ekstrak biji jarak, Helopeltis spp., M. anisopliae

PENGARUH KOMBINASI CENDAWAN

Metarhizium anisopliae DENGAN EKSTRAK BIJI

JARAK TERHADAP MORTALITAS Helopeltis spp.

DI LABORATORIUM

Oleh

Ika Rachma Pangesti

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

SARJANA PERTANIAN

Pada

Program Studi Agroteknologi

Jurusan Agroteknologi

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2016

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Gadingrejo Kecamatan Gadingrejo, Pringsewu pada

tanggal 05 Mei 1993. Penulis merupakan anak petama dari pasangan Bapak A.

Rachman Ardhy dan IbuTamiyati.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri7 Gadingrejo

pada tahun 2005. Kemudian melanjutkan ke jenjang sekolah menengah di SMP

Negeri 1 Gadingrejo dan lulus pada tahun 2008. Pendidikan menengah atas

ditempuh di SMA Negeri 1 Gadingrejo dan lulus pada tahun 2011. Pada tahun

yang sama penulis melanjutkan ke jenjang perkuliahan dan berhasil terdaftar

sebagai Mahasiswa Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas

Lampung melalui jalur UjianMandiri (UM).

Penulis tercatat pernah menjadi asisten dosen praktikum untuk beberapa mata

kuliah umum dan khusus bidang proteksi tanaman. Mata kuliah tersebut meliputi

Bioekologi Hama Tumbuhan (2014),MikrobiologiPertanian (2015), dan Ilmu

Hama danPenyakitTumbuhan (2015).

Pada Bulan Juli 2014, penulis melaksanakan kegiatan Praktik Umum di PT. Sinar

Abadi Cemerlang (SAC), Cianjur, Jawa Barat. Kemudian pada bulan Februari–

Maret 2015, penulis melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik

Universitas Lampung di DesaWonosari, Mesuji Timur.

“One day you will wake up and there won’t be any more timeto do the things you’ve always wanted. Do it now.”

(Paulo Coelho)

“Bukan, bukan puncaklah yang kita taklukkan melainkan dirisendiri. Sebuah gunung keangkuhan yang tiap detik kita

bakar dengan api egoisme”(J. S. Khairen)

“Dance, when you're broken open. Dance, if you've torn thebandage off. Dance in the middle of the fighting. Dance in

your blood. Dance when you're perfectly free.”(Rumi)

Dengan penuh rasa syukur, karya ilmiah ini didedikasikanuntuk:

Keluargaku Tercinta,

Bapak tercinta A. Rachman Ardhy dan Ibu tercinta Tamiyati

Seluruh Insan Akademis danAlmamater tercinta, Universitas Lampung

SANWACANA

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Pada

kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada :

1. Ibu Yuyun Fitriana, S.P., M.P., Ph.D., pembimbing utama yang telah

memberikan banyak ilmu dan wawasan, nasihat serta semangat, bimbingan

dan juga teguran pada setiap proses yang terlewati dalam penelitian hingga

selesainya penulisan skripsi ini.

2. Ibu Puji Lestari, S.P., M.Si., pembimbing kedua yang dengan sabar telah

menguatkan di kala lemah, memberikan teladan sikap di kala lengah, serta

bimbingan dan ilmu yang berharga bagi penulis.

3. Ibu Prof. Dr. Ir. Rosma Hasibuan, M.Sc., Penguji Utama dan Pembimbing

Akademik atas nasehat, bimbingan serta kritik yang membangun dalam

penulisan skripsi ini.

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa M.Si., Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Lampung.

5. Bapak Dr. Ir. Kuswanta F. Hidayat, M. P., Ketua Jurusan Agroteknologi,

Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

6. Bapak Prof. Dr. Ir. Purnomo, M.S., Ketua Bidang Proteksi Tanaman,

Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

7. Ibu Ir. Titik Nur Aeny, M.Sc., dan Bapak Radix Suharjo, S.P., M.Agr.,

Ph.D. yang juga telah menularkan semangat.

8. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah memberikan doa dan harapan,

cinta dan kepercayaan serta untaian panjang nasehatnya.

9. Mbak Uum, Mustofa, Muhlasin, dan Pak Endang atas bantuan dan kerja

samanya selama penelitian.

10. Teman-teman seperjuangan Icha Deska Rani, Ucha, Thorik, Idha,

Desnida, Fransiska, Eka R., Aris, Peni Yulianti, Maya, Kak Ruby,

Fransiskus, Fitri Mulria, Rohman, Suhendra, Agung S., Ali, Kak Eko, Kak

Septy, Kak Desye, Kak Aldi, Wahyu W., Annisa, dan Aziz atas semangat,

kerjasama, berbagi pengetahuan, dan kebersamaannya.

11. Sahabat-sahabat tercinta Dodi Aloga, Dyah Rahyati Susiwi, Fitria Haryati,

Chanapat Tangtirawat atas nasehat, semangat, serta motifasi yang diberikan

selama penelitian.

Bandar Lampung, Februari 2015

Penulis

Ika Rachma Pangesti

i

DAFTAR ISI

HalamanDAFTAR ISI …………………………………………………………… i

DAFTAR TABEL ……………………………………………………… iii

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………... vii

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah……………………………………… 1

1.2 Tujuan Penelitian ………………………………………………… 3

1.3 Kerangka Pemikiran ……………………………………………... 4

1.4 Hipotesis ……………………………………………………….… 5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bioekologi Helopeltis spp. ………………………………………. 6

2.2 Pestisida Nabati Ekstrak Biji Jarak ………………………………. 7

2.3 Cendawan Metarhizium anisopliae ……………………………… 8

III. BAHAN DAN METODE

3.6.1 Pembuatan Media Sabouraud Dextrose Agar (SDA) …… 13

3.6.2 Penyediaan Cendawan Metarhizium anisopliae ………… 14

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ……………………………........ 10

3.2 Bahan dan Alat …………………………………………………. 10

3.3 Uji Pendahuluan ………………………………………………... 11

3.4 Metode Penelitian ………………………………………………. 12

3.5 Analisis Data …………………………………………………… 13

3.6 Persiapan Penelitian ……………………………………………. 13

ii

3.6.3 Penyiapan Serangga Uji …………………………………. 15

3.6.4 Pembuatan Suspensi Cendawan Metarhizium anisopliae ..

3.6.5 Pembuatan Pestisida Nabati Ekstrak Biji Jarak …………... 16

3.7 Pelaksanaan Penelitian …………………………………………...17

3.7.1 Inokulasi Cendawan Metarhizium anisopliae dalam MediaSDA yang Diberi Ekstrak Biji Jarak ……………………..... 17

3.7.2 Pengaplikasian Suspensi Cendawan Metarhizium

3.8.2 Kerapatan Spora dan Viabilitas Spora CendawanMetarhizium anisopliae………………….............................. 18

3.8.3 Kompatibilitas Cendawan Metarhizium anisopliae danEkstrak Biji Jarak…………………………………………… 19

3.9 Mortalitas Nimfa Helopeltis spp. Setelah Aplikasi …………….... 19

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Pengaruh Penambahan Ekstrak Biji Jarak ke dalam MediaTumbuh terhadap Kerapatan Spora dan Viabilitas SporaCendawan M. anisopliae ….……………………………………..

V. KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

anisopliae terhadap Helopeltis spp. ……………………….. 173.8 Pengamatan …………………………………………………........ 17

3.8.1 Perkembangan Koloni Cendawan Metarhiziumanisopliae …………………………………………………... 17

4.1 Pengaruh Penambahan Ekstrak Biji Jarak pada Media Tumbuhterhadap Diameter Koloni Cendawan Metarhizium anisopliae ... 21

23

4.3 Mortalitas Helopeltis spp. setelah Aplikasi Metarhiziumanisopliae yang Ditumbuhkan pada Media dengan PenambahanEkstrak Biji Jarak …………………………………………….… 26

5.1 Kesimpulan ………………………………………………………. 33

5.2 Saran ……………………………………………………………... 33

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman1. Perbandingan diameter koloni, kerapatan spora, viabilitas spora

Metarhizium anisopliae masing-masing perlakuan ……………….... 11

2. Diameter koloni cendawan Metarhizium anisopliae yangDitumbuhkan dalam media SDA yang mengandung ekstrakbiji jarak …………………………………………………………….. 21

3. Kerapatan spora Metarhizium anisopliae yang terbentuk padamedia SDA yang mengandung ekstrak biji jarak dan viabilitasspora setelah diinkubasi selama 18 jam …………….....……………. 24

4. Mortalitas Helopeltis spp. oleh pengenceran kombinasicendawan Metarhizium anisopliae dengan ekstrak biji jarakpada 1 hsa ………………………………………………………….... 26

5. Mortalitas Helopeltis spp. oleh pengenceran kombinasicendawan Metarhizium anisopliae dengan ekstrak biji jarakpada 2 hsa ………………………………………………………........ 26

6. Mortalitas Helopeltis spp. oleh pengenceran kombinasicendawan Metarhizium anisopliae dengan ekstrak biji jarakpada 3 hsa ………………………………………………………........ 27

7. Mortalitas Helopeltis spp. oleh pengenceran kombinasicendawan Metarhizium anisopliae dengan ekstrak biji jarakpada 4 hsa ………………………………………………………........ 27

8. Mortalitas Helopeltis spp. oleh pengenceran kombinasicendawan Metarhizium anisopliae dengan ekstrak biji jarakpada 5 hsa ………………………………………………………........ 28

9. Mortalitas Helopeltis spp. oleh pengenceran kombinasicendawan Metarhizium anisopliae dengan ekstrak biji jarakpada 6 hsa ………………………………………………………….. 28

iv

10. Mortalitas Helopeltis spp. oleh pengenceran kombinasicendawan Metarhizium anisopliae dengan ekstrak biji jarakpada 7 hsa ………………………………………………………….. 28

11. Kompatibilitas ekstrak biji jarak dengan cendawanMetarhizium anisopliae …………………………………………… 32

12. Rata-rata diameter pertumbuhan cendawan Metarhiziumanisopliae pada 1-14 hsi uji pendahuluan ……………………......... 38

13. Kerapatan spora dan viabilitas spora cendawan Metarhiziumanisopliae uji pendahuluan ………………………………………... 38

14. Rata-rata diameter pertumbuhan cendawan Metarhiziumanisopliae untuk perlakuan 3 hsi ………………………………….. 39

15. Rata-rata diameter pertumbuhan cendawan Metarhiziumanisopliae untuk perlakuan 6 hsi ………………………………….. 40

16. Rata-rata diameter pertumbuhan cendawan Metarhiziumanisopliae untuk perlakuan 9 hsi ………………………………….. 41

17. Rata-rata diameter pertumbuhan cendawan Metarhiziumanisopliae untuk perlakuan 12 hsi ………………………………… 42

18. Rata-rata diameter pertumbuhan cendawan Metarhiziumanisopliae untuk perlakuan 15 hsi ……………………………........ 43

19. Rata-rata diameter pertumbuhan cendawan Metarhiziumanisopliae untuk perlakuan 18 hsi ……………………………........ 44

20. Rata-rata diameter pertumbuhan cendawan Metarhiziumanisopliae untuk perlakuan 21 hsi ………………………………… 45

21. Kerapatan spora dan viabilitas spora Metarhizium anisopliae untukaplikasi …………………………………………………………….. 46

22. Mortalitas Helopeltis spp. 1 hsa ……………………………………47

23. Mortalitas Helopeltis spp. 2 hsa ……………………………………47

24. Mortalitas Helopeltis spp. 3 hsa ……………………………………48

25. Mortalitas Helopeltis spp. 4 hsa ……………………………………48

26. Mortalitas Helopeltis spp. 5 hsa ……………………………………48

v

27. Mortalitas Helopeltis spp. 6 hsa ……………………………………49

28. Mortalitas Helopeltis spp. 7 hsa ……………………………………49

29. Pengolahan data mortalitas menggunakan ortogonalkontras 1 hsa ………………………………………………………. 50

30. Perbandingan mortalitas menggunakan ortogonal kontras1 hsa ……………………………………………………………….. 50

31. Analisis perbandingan mortalitas menggunakan tabel ortogonalkontras 1 hsa ………………………………………………………. 51

32. Pengolahan data mortalitas menggunakan ortogonalkontras 2 hsa ………………………………………………………. 51

33. Perbandingan mortalitas menggunakan ortogonal kontras2 hsa ………………………………………………………………. 52

34. Analisis perbandingan mortalitas menggunakan tabel ortogonalkontras 2 hsa ………………………………………………………. 52

35. Pengolahan data mortalitas menggunakan ortogonalkontras 3 hsa ………………………………………………………. 53

36. Perbandingan mortalitas menggunakan ortogonal kontras3 hsa ……………………………………………………………….. 53

37. Analisis perbandingan mortalitas menggunakan tabel ortogonalkontras 3 hsa ………………………………………………………. 54

38. Pengolahan data mortalitas menggunakan ortogonalkontras 4 hsa ………………………………………………………. 54

39. Perbandingan mortalitas menggunakan ortogonal kontras4 hsa ……………………………………………………………….. 55

40. Analisis perbandingan mortalitas menggunakan tabel ortogonalkontras 4 hsa ………………………………………………………. 55

41. Pengolahan data mortalitas menggunakan ortogonalkontras 5 hsa ………………………………………………………. 56

42. Perbandingan mortalitas menggunakan ortogonal kontras5 hsa ………………………………………………………………. 56

43. Analisis perbandingan mortalitas menggunakan tabel ortogonalkontras 5 hsa ………………………………………………………. 57

vi

44. Pengolahan data mortalitas menggunakan ortogonalkontras 6 hsa ………………………………………………………. 57

45. Perbandingan mortalitas menggunakan ortogonal kontras6 hsa ……………………………………………………………….. 58

46. Analisis perbandingan mortalitas menggunakan tabel ortogonalkontras 6 hsa ………………………………………………………. 58

47. Pengolahan data mortalitas menggunakan ortogonalkontras 7 hsa ………………………………………………………. 59

48. Perbandingan mortalitas menggunakan ortogonal kontras7 hsa ……………………………………………………………….. 59

49. Analisis perbandingan mortalitas menggunakan tabel ortogonalkontras 7 hsa ………………………………………………………. 60

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Hama Helopeltis spp. ……………………………………………….. 6

2. Biji Jarak ……………………………………………………………. 7

3. Perbandingan spora Metarhizium anisopliae ……………….............. 11

4. Hama Sanurus sp. yang terinfeksi jamur ………………………........ 14

5. Koloni hasil isolasi cendawan Metarhizium anisopliae umur 2hari ………………………………………………………………...... 15

6. Pengamatan secara mikroskopis spora cendawan Metarhiziumanisopliae …………………………………………………………… 15

7. Grafik pertumbuhan koloni cendawan Metarhizium anisopliae …… 21

8. Grafik mortalitas Helopeltis spp. ……………………………..…….. 29

9. Mortalitas Helopeltis spp. akibat cendawan Metarhiziumanisopliae …………………………………………………………… 30

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu tanaman perkebunan penting

di Indonesia setelah kelapa sawit dan karet yang memperoleh prioritas untuk

dikembangkan. Sebanyak 95% perkebunan kakao dikelola oleh 1,7 juta petani di

seluruh Indonesia dengan total produksi biji kakao nasional pada tahun 2013

mencapai 740.000 ton. Saat ini, produktivitas tanaman kakao mulai mengalami

penurunan. Salah satu penyebabnya adalah adanya serangan organisme

pengganggu tanaman (OPT). Rata-rata kehilangan hasil tanaman kakao akibat

serangan OPT setiap tahunnya diperkirakan mencapai 30%, diantaranya

disebabkan oleh kepik pengisap buah (Helopeltis spp.) (Karmawati dkk., 2010).

Hama pengisap buah kakao Helopeltis spp. (Hemiptera: Miridae) merupakan

hama utama kedua setelah penggerek buah kakao Conopomorpha cramerella

Snell (PBK). Spesies Helopeltis yang bisa menyerang tanaman kakao yaitu H.

antonii Sign. dan H. theivora Watt. (Sulistyowati, 2009 dalam Syahnen &

Muklasin, 2013). Stadium nimfa (serangga muda) dan imago Helopeltis spp.

menyerang buah muda dengan menusukkan alat mulut ke dalam jaringan,

kemudian mengisap cairan di dalamnya. Helopeltis spp. juga mengeluarkan cairan

bersifat racun yang dapat mematikan sel-sel jaringan yang ada di sekitar tusukan.

2

Serangan pada buah muda akan menyebabkan bercak yang akan bersatu sehingga

kulit buah menjadi retak, buah tidak berkembang dan menghambat pekembangan

biji. Serangan pada daun menyebabkan daun timbul bercak-bercak berwarna

coklat atau kehitaman. Sedangkan serangan pada pucuk menyebabkan terjadinya

layu, kering dan kemudian mati (Siswanto & Karmawati, 2012).

Pengendalian Helopetis spp. dapat menggunakan beberapa cara seperti kultur

teknis, mekanik, kimia, dan biologi. Namun, pengendalian yang lebih dipilih

petani adalah pengendalian secara kimia dengan menggunakan pestisida kimia

karena lebih cepat dalam mengendalikan hama dibandingkan dengan

pengendalian secara alami (Cooper & Dobson, 2007).

Penggunaan pestisida kimia dengan bahan aktif yang sangat toksik dan sulit

terdegradasi dapat menimbulkan berbagai dampak negatif pada lingkungan antara

lain hilangnya keragaman hayati, menurunnya populasi organisme berguna seperti

musuh alami, dan pencemaran lingkungan (Isenring, 2010). Dampak negatif lain

yaitu munculnya ketahanan hama terhadap insektisida (resisten) dan resurjensi

hama (Untung, 1993). Untuk meminimalkan dampak negatif tersebut, perlu

dilakukan pengendalian hama yang ramah lingkungan (Cooper & Dobson, 2007).

Pengendalian hama tanaman selain dengan pestisida kimia juga dapat dilakukan

dengan menggunakan pestisida nabati. Pestisida nabati dapat diperoleh dari

ekstrak tanaman yang berfungsi sebagai senyawa pembunuh, penolak, pengikat,

dan penghambat pertumbuhan. Pestisida nabati sudah dipraktikkan sejak tahun

1690 oleh petani di Perancis yang menemukan perasan daun tembakau untuk

mengendalikan kepik pada tanaman buah persik (Sudarmo, 2005). Penggunaan

3

pestisida nabati selain dapat mengurangi pencemaran lingkungan juga relatif lebih

murah bila dibandingkan dengan pestisida kimia (Sudarmo, 2005).

Selain penggunaan pestisida nabati untuk mengendalikan hama, terdapat alternatif

lain dengan cara memanfaatkan cendawan entomopatogen yang berpotensi

sebagai pengendalian hama pada tanaman, salah satunya cendawan Metarhizium

anisopliae. Metarhizium anisopliae telah banyak digunakan untuk mengendalikan

berbagai jenis hama tanaman, antara lain hama tebu (Cleanus punctiventris),

kumbang tanduk (Oryctes rhinocheros), hama bubuk kopi, termasuk juga hama

penghisap buah kakao (Helopeltis spp.) (Gunapradangga, 2014).

Hingga saat ini, optimalisasi hasil pengendalian dengan cara melakukan

kombinasi perlakuan antara pestisida nabati dengan jamur entomopatogen untuk

mengendalikan hama tanaman khususnya Helopeltis spp. belum banyak

dilakukan. Oleh karena itu, dirasa sangat perlu untuk melakukan pengujian

kombinasi antara pestisida nabati dengan pengendalian hayati menggunakan

cendawan M. anisopliae terhadap mortalitas Helopeltis spp.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu :

1. Mengetahui pengaruh kombinasi cendawan M. anisopliae dengan ekstrak biji

jarak dalam menimbulkan mortalitas Helopeltis spp.

2. Mengetahui pengaruh kombinasi cendawan M. anisopliae dengan ekstrak biji

jarak terhadap pertumbuhan koloni, kerapatan spora, dan viabilitas spora M.

anisopliae.

4

1.3 Kerangka Pemikiran

Sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan arti penting kesehatan

dan keamanan lingkungan khususnya yang berkaitan dengan penggunaan

pestisida sintetis, saat ini konsumen sudah mulai melirik produk organik dalam

pemenuhan kebutuhan konsumsi sehari-hari. Untuk itu, dalam usaha pengendalian

hama dan penyakit tanaman, saat ini perlu dikaji alternatif pengendalian yang

aman dan ramah lingkungan, salah satunya adalah dengan mengkombinasikan

insektisida nabati dari ekstrak biji jarak dan M. anisopliae (Willis, 2013).

Prayogo (2011) melaporkan bahwa kombinasi cendawan Lecanicillium lecanii

dengan serbuk biji jarak terhadap telur kepik coklat Riptortus linearis pada

kedelai dapat meningkatkan penekanan daya tetas telur kepik coklat.

Kompatibilitas M. anisopliae dengan pestisida nabati juga telah dilaporkan oleh

Yi et al. (2012). Mereka menyebutkan bahwa senyawa toksik dari cendawan

entomopatogen M. anisopliae (destruksin) yang dikombinasikan dengan

insektisida botani rotenon (tanaman tuba), azadirachtin (dari tanaman nimba), dan

paenolum (bunga Paeonia lactiflora) menyebabkan mortalitas Aphis gossypii

hingga mencapai 98%. Sampai saat ini belum banyak informasi mengenai

penggunaan pestisida nabati dari ekstrak biji jarak yang dikombinasikan dengan

M. anisopliae (Sinaga, 2006). Beberapa tanaman yang dapat digunakan sebagai

pestisida nabati antara lain mimba, tembakau, mindi, srikaya, mahoni, sirsak,

tuba, dan babandotan (Kardinan, 2004 dalam Pangestiningsih, 2011).

Keefektifan insektisida nabati biji jarak ditentukan oleh kandungan phorbol ester

yang bersifat toksik dapat mempengaruhi proses penularan baik sebagai anti

5

oviposisi maupun ovisidal bagi serangga. Kandungan yang bersifat toksik ini

adalah asam lemak triasigliserol dan asam pentasikliktiterpene (Tukimin &

Karmawati, 2012). Ekstrak biji jarak telah dilaporkan sebagai salah satu

insektisida nabati yang cukup efektif mengendalikan berbagai jenis hama

tanaman, begitu juga dengan cendawan M. anisopliae. Apabila kedua bahan

tersebut dikombinasikan, maka diharapkan didapat efektifitas pengendalian hama.

Oleh karena itu, sangatlah perlu untuk melakukan penelitian tentang potensi

ekstrak biji jarak yang dikombinasikan dengan cendawan M. anisopliae untuk

mengendalikan hama tanaman, khususnya hama pengisap buah kakao (Helopeltis

spp.).

1.4 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut maka dapat dibuat hipotesis yaitu :

1. Cendawan M. anisopliae yang dikombinasikan dengan ekstrak biji

jarak mampu mempengaruhi mortalitas Helopeltis spp. di laboratorium.

2. Cendawan M. anisopliae yang dikombinasikan dengan ekstrak biji

jarak mampu mempengaruhi pertumbuhan koloni, kerapatan spora, dan

viabilitas spora.

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bioekologi Helopeltis spp.

Helopeltis spp. termasuk ke dalam ordo Hemiptera dan famili Miridae. Serangga

ini bertubuh kecil ramping dengan tanda yang spesifik yaitu adanya tonjolan

berbentuk jarum pada mesoskutelum. Helopeltis spp. merupakan genus yang

mempunyai banyak spesies. Di Indonesia, spesies yang banyak merusak tanaman

kakao, teh, dan jambu mete adalah H. antonii dan H. theivora Waterh

(Nanopriato, 1978 dalam Saputra, 2013).

Gambar 1. Hama Helopeltis spp.

Helopeltis spp. mampu bertelur sebanyak 1-18 butir per hari, dengan rata-rata

jumlah telur dalam satu siklus hidupnya 80 butir. Telur berbentuk kapsul,

berukuran 1,5 mm yang diletakkan secara berkelompok pada jaringan tanaman

yang lunak seperti ranting muda, bagian sisi bawah tulang daun, tangkai buah dan

7

buah yang masih muda dengan jumlah 2-3 kelompok telur. Telur dicirikan dengan

adanya helai-helai benang berwarna putih, telur menetas dalam waktu 5-7 hari

(Kalshoven, 1981). Perkembangan stadium nimfa sampai imago membutuhkan

waktu 24 hari. Selama itu, nimfa mengalami lima ganti kulit, periode nimfa

berkisar antara 11-13 hari. Lama pergantian kulit pertama, kedua, ketiga, dan

keempat adalah 2-3 hari, sedangkan lama instar kelima 3-4 hari.

Serangan pada buah muda menyebabkan matinya buah tersebut, sedangkan

serangan pada buah berumur sedang mengakibatkan terbentuknya buah abnormal.

Selain menyerang buah, H. antonii juga menyerang tunas-tunas muda atau pucuk.

Serangan berat dan berulang-ulang pada pucuk dapat mengurangi produksi kakao

sekitar 36−75% (Atmadja, 2012).

2.2 Pestisida Nabati Ekstrak Biji Jarak

Pestisida nabati diartikan sebagai pestisida yang bahan dasarnya berasal dari

tumbuhan karena terbuat dari bahan alami maka pestisida jenis ini mudah terurai

di alam sehingga residunya mudah hilang dan relatif aman bagi manusia.

Gambar 2. Biji Jarak

8

Pestisida nabati biji jarak (dalam bentuk larutan) efektif untuk mengendalikan ulat

dan hama pengisap, sedangkan serbuknya efektif untuk mengendalikan nematoda

(Sudarmo, 2005). Biji jarak dilaporkan mengandung resinin dan alkaloid. Selain

itu, biji jarak juga dilaporkan mengandung jumlah risin tinggi, yang dikenal

sebagai toxalbumin (molekul protein yang sangat beracun) dan mampu

menghambat sintesis protein (Bourne, 1999). Menurut Purwaningsih (2006),

ekstrak biji jarak dengan konsentrasi 15% mampu menimbulkan mortalitas tinggi

pada hama pengisap polong tanaman kedelai. Sedangkan menurut Subhan (2011)

perlakuan serbuk biji jarak mampu menyebabkan mortalitas tertinggi pada imago

Sitophilus zeamais sebesar 93,33% pada dosis 15 g.

2.3 Cendawan Metarhizium anisopliae

Klasifikasi cendawan M. anisopliae menurut Bischoff et al., (2009) :

Kingdom : EumycotaFilum : AscomycotaKelas : SordariomycetesOrdo : HypocrealesFamili : ClavicipitaceaeGenus : MetarhiziumSpesies : Metarhizium anisopliae

M. anisopliae telah lama digunakan sebagai agen hayati dan dapat menginfeksi

beberapa jenis serangga antara lain ordo Coleoptera, Lepidoptera, Homoptera,

Hemiptera, dan Isoptera (Prayogo, 2006). Konidiofor M. anisopliae mempunyai

ciri tumbuh tegak, spora berbentuk silinder atau lonjong dengan panjang 6-16

mm, warna hialin, bersel satu, M. anisopliae mempunyai miselia yang bersepta,

dengan konidia yang berbentuk lonjong, massa spora berwarna hijau zaitun. M.

anisopliae tumbuh pada pH 3,3-8,5 dan memerlukan kelembaban tinggi. Suhu

9

optimum bagi pertumbuhan dan perkembangan spora berkisar pada 25-30°C. M.

anisopliae bersifat saprofit pada media buatan, awal mula pertumbuhannya adalah

tumbuhnya konidium yang membengkak dan mengeluarkan tabung-tabung

kecambah (Prayogo, 2006). Menurut Sari dkk. (2014), M. anisopliae pada

konsentrasi 20 g/l air mampu menyebabkan mortalitas H. hampei sebesar 80%

dengan rata-rata waktu kematian total 10 hari.

10

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan,

Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Penelitian

berlangsung pada bulan Agustus 2015 sampai November 2015.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain isolat cendawan M.

anisopliae yang diisolasi dari hama Sanurus sp. pada tanaman kopi di halaman

Fakultas Pertanian Universitas Lampung, nimfa Helopeltis spp. instar ke-3, buah

mentimun, media SDA (Sabouraud Dextrose Agar), Tween 80, biji jarak,

alumunium foil dan akuades.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain mikroskop, autoclave, cawan

petri, Erlenmeyer, Laminar Air Flow, haemocytometer, jarum ose, jarum ent,

stoples, ember, panci, kompor, sendok, blender, kertas label, kain kasa, karet,

pisau, tisu, kuas, cover glass, breaker glass, gelas preparat, bor gabus, drigalski

(alat pemanen spora cendawan), hand sprayer (15 ml), dan timbangan.

11

3.3 Uji Pendahuluan

Uji pendahuluan bertujuan untuk mendapatkan volume terbaik ekstrak biji jarak

yang dikombinasikan dengan cendawan Metarhizium anisopliae. Volume ekstrak

yang digunakan adalah 2 ml, 3 ml, dan 4 ml dalam 10 ml SDA. Media tumbuh

cendawan dibuat dengan cara mencampurkan 10 ml SDA dengan ekstrak biji

jarak sesuai dengan volume ekstrak biji jarak yang diuji ke dalam Erlenmeyer lalu

dihomogenkan. Campuran antara media SDA dan ekstrak biji jarak tersebut

kemudian dituang dalam cawan petri steril.

Biakan cendawan M. anisopliae yang berumur 21 hari dilubangi dengan bor gabus

lalu diinokulasi ke dalam masing-masing perlakuan. Pengamatan dimulai 1 hari

setelah inokulasi (hsi) hingga 14 hsi. Parameter yang diamati yaitu diameter

koloni, kerapatan spora, dan viabilitas spora cendawan M. anisopliae. Hasil uji

pendahuluan disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Perbandingan diameter koloni, kerapatan spora, dan viabilitas sporaM. anisopliae masing-masing perlakuan.

PerlakuanDiameter koloni

(mm)Kerapatan spora

(107)Viabilitas

(%)Ma 40,60 1,73 33,30Ma + Bj 2 ml 31,64 5 40,50Ma + Bj 3 ml 15,68 5,46 46,60Ma + Bj 4 ml 20,79 1,73 38,70

Keterangan : Ma : Media tanpa penambahan ekstrak biji jarakMa + Bj : Media dengan penambahan ekstrak biji jarak

12

Gambar 3. Perbandingan spora M. anisopliae (A) Media SDA, (B) Media SDAmengandung ekstrak biji jarak.

Hasil uji pendahuluan menunjukkan bahwa M. anisopliae yang ditumbuhkan pada

media tanpa ekstrak biji jarak memiliki pertumbuhan koloni yang terbesar

dibandingkan perlakuan lainnya yaitu 40,60 mm. Namun, pada kerapatan dan

viabilitas spora hasil yang didapatkan berbeda. Kerapatan dan viabilitas spora

tertinggi terdapat pada perlakuan M. anisopliae yang ditumbuhkan pada SDA

mengandung ekstrak biji jarak 3 ml yaitu 5,46 x 107 dan 46,60%.

Berdasarkan hasil uji pendahuluan (kerapatan spora dan viabilitas), maka

perlakuan ekstrak biji jarak 3 ml tersebut dipilih sebagai perlakuan lebih lanjut di

laboratorium.

3.4 Metode Penelitian

Penelitian ini terdiri dari beberapa kegiatan diantaranya pertumbuhan koloni

cendawan M. anisopliae, pengujian kerapatan spora dan viabilitas spora cendawan

M. anisopliae, serta pengamatan mortalitas Helopeltis spp.

13

Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), dengan 3 kali

ulangan dan dikelompokkan berdasarkan waktu aplikasi. Dalam 1 ulangan

menggunakan 10 ekor serangga uji. Perlakuan yang diuji yaitu :

1. Ma 108

2. Ma 107

3. Ma 106

4. Ma + Bj 108

5. Ma + Bj 107

6. Ma + Bj 106

7. Kontrol Air

Keterangan : Ma = Media tanpa penambahan ekstrak biji jarakMa + Bj = Media dengan penambahan ekstrak biji jarak106, 107, dan 108 = Kerapatan spora/ml

3.5 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis ragam. Jika asumsi terpenuhi maka

data diameter koloni, kerapatan spora, dan viabilitas spora akan diuji dengan uji T

sedangkan untuk mortalitas diuji dengan Perbandingan Ortogonal Kontras 5%.

3.6 Persiapan Penelitian

3.6.1 Pembuatan Media Sabouraud Dextrose Agar (SDA)

Sabouraud Dextrose Agar (SDA) merupakan media yang mengandung pepton

yang banyak digunakan untuk perbanyakan jamur entomopatogen. Satu liter

media ini dikomposisikan dari 40 g dextrose, 5 g pepton, 5 g kasein, 15 g agar,

dan 1000 ml akuades. Semua bahan dimasukkan ke dalam tabung Erlenmeyer

kemudian ditutup menggunakan alumunium foil. Selanjutnya media SDA

disterilisasi menggunakan autoclave pada suhu 121°C dan tekanan 1 atm selama

14

15 menit. Sebelum dituang dalam cawan petri, larutan SDA terlebih dahulu

dicampur dengan ekstrak biji jarak 3 ml dalam 10 ml SDA.

3.6.2 Penyediaan Cendawan Metarhizium anisopliae

Cendawan M. anisopliae yang digunakan merupakan isolat yang diisolasi dari

hama wereng pucuk (Sanurus sp.) yang diindikasi terserang cendawan M.

anisopliae (Gambar 4) pada tanaman kopi di halaman Fakultas Pertanian,

Universitas Lampung. Warna koloni M. anisopliae pada media setelah dua

minggu diisolasi berwarna hijau zaitun (Gambar 5). Pengamatan spora

menggunakan mikroskop perbesaran 400x terlihat spora dari cendawan M.

anisopliae berbentuk oval (Gambar 6).

Gambar 4. Hama Sanurus sp. yang terinfeksi jamur

15

Gambar 5. Koloni hasil isolasi cendawan M.anisopliae umur 2 minggu

Gambar 6. Pengamatan secara mikroskopis spora cendawan M. anisopliae(perbesaran 400x)

3.6.3 Penyiapan Serangga Uji

Serangga uji Helopeltis spp. yang digunakan untuk uji patogenisitas diperoleh dari

kebun kakao di Pekon Bumiratu, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Pringsewu,

Lampung. Serangga dimasukkan ke dalam stoples plastik berukuran 12 x 24 cm

dan ditutup dengan kain kasa. Serangga hama yang didapatkan kemudian dibawa

ke Laboratorium Ilmu Hama Tumbuhan Fakultas Pertanian, Universitas Lampung

untuk diperbanyak. Perbanyakan dilakukan dengan cara memberikan pakan

16

alternatif buah mentimun dan dipelihara di laboratorium pada suhu ruang (27-

28°C). Buah mentimun dimasukkan ke dalam stoples yang sudah berisi nimfa

Helopeltis spp. dan ditutup menggunakan kasa. Dilakukan pemisahan buah

mentimun yang berisi telur-telur Helopeltis spp. ke dalam stoples yang baru. Telur

yang sudah menetas dipisahkan dalam stoples baru sampai mencapai instar ke-3

yang akan digunakan sebagai serangga uji.

3.6.4 Pembuatan Suspensi Cendawan Metarhizium anisopliae

Cendawan hasil uji in vitro M. anisopliae umur 21 hari dipanen dengan

menggunakan drigalsky (alat yang digunakan untuk pemanenan spora cendawan)

ditambah 0,1% Tween 80 steril sebanyak 10 ml. Suspensi hasil panen ini disebut

larutan stok. Suspensi stok ini kemudian dihitung kerapatan sporanya, selanjutnya

dilakukan pengenceran sesuai dengan kebutuhan dengan cara mengambil 1 ml

stok ditambah dengan 9 ml akuades steril, sampai didapatkan pengenceran yang

dibutuhkan.

3.6.5 Pembuatan Pestisida Nabati Ekstrak Biji Jarak

Pembuatan pestisida nabati biji jarak dilakukan dengan cara menumbuk 100 g biji

jarak ditambahkan 1000 ml akuades steril kemudian diblender. Untuk

mendapatkan ekstrak biji jarak, biji yang telah diblender tersebut kemudian

disaring dan dimasukkan ke dalam botol 1000 ml. Ekstrak biji jarak selanjutnya

disteril dengan menggunakan autoclave pada tekanan 1 atm dengan suhu 121°C

selama 1 menit (Sudarmo, 2005).

17

3.7 Pelaksanaan Penelitian

3.7.1 Inokulasi Cendawan Metarhizium anisopliae dalam Media SDA yangDiberi Ekstrak Biji Jarak

Inokulum M. anisopliae berumur 21 hari dipotong menggunakan bor gabus

berukuran diameter 3 mm, selanjutnya diambil dengan jarum ent dan

diinokulasikan ke dalam cawan petri pada masing-masing perlakuan. Setiap

perlakuan pada cawan petri diberi label dan ditutup dengan plastik wrap,

kemudian diinkubasi selama 21 hari pada suhu ruang.

3.7.2 Pengaplikasian Suspensi Cendawan Metarhizium anisopliae terhadapHelopeltis spp.

Aplikasi cendawan M. anisopliae dilakukan dengan terlebih dahulu membuat

suspensi cendawan M. anisopliae. Suspensi kemudian diencerkan sehingga

didapatkan konsentrasi 106, 107, dan 108 untuk setiap perlakuan (M. anisopliae

yang ditumbuhkan pada media tanpa biji jarak dan dengan biji jarak). Masing-

masing konsentrasi yang diperoleh kemudian dimasukkan ke dalam hand sprayer

berukuran 15 ml, selanjutnya disemprotkan pada serangga uji. Helopeltis spp.

yang telah memperoleh perlakuan penyemprotan kemudian dipindahkan ke

stoples pengamatan dan penggantian pakan dilakukan setiap hari setelah satu hari

aplikasi.

3.8 Pengamatan

3.8.1 Perkembangan Koloni Cendawan Metarhizium anisopliae

Pengamatan perkembangan koloni cendawan dilakukan setiap 72 jam setelah

inokulasi dengan cara mengukur diameter koloni secara vertical dan horizontal

18

dijumlahkan dan dibagi dengan 2.

3.8.2 Kerapatan Spora dan Viabilitas Spora Cendawan M. anisopliae

Pengamatan kerapatan spora dilakukan dengan mengambil 1 ml suspensi spora,

kemudian diteteskan pada haemocytometer. Kerapatan spora dihitung dengan

menggunakan hand counter dari tiga kotak kemudian dihitung nilai rata-ratanya.

Kerapatan spora dihitung dengan menggunakan rumus Gabriel & Riyanto (1989)

dalam Ratna (2004) sebagai berikut:

Keterangan : s = Kerapatan spora

t = Jumlah spora yang dihitung pada kotak sampel

d = Tingkat pengenceran

n = Jumlah kotak sampel yang dihitung

0,25 = Faktor koreksi

106 = Konstanta

Viabilitas spora merupakan kemampuan spora untuk berkecambah. Spora

dinyatakan berkecambah apabila panjang bulu kecambah berukuran dua kali

panjang diameter spora (Espinel-Ingroff, 2001). Viabilitas diamati dengan

meneteskan 1 ml suspensi di atas gelas preparat kemudian ditutup dengan cover

glass yang diletakkan pada tisu lembab dan diinkubasi selama 18 jam dalam suhu

ruang (Trizelia & Rusli, 2012). Viabilitas diamati menggunakan mikroskop

dengan perbesaran 400x. Viabilitas spora dihitung menggunakan rumus sebagai

berikut:

dilihat dari titik cendawan yang berada dalam cawan petri, hasil pengukuran

19

Keterangan : v = perkecambahan spora (%)

g = jumlah spora yang berkecambah

u = jumlah spora yang tidak berkecambah

Untuk mengetahui pengaruh ekstrak biji jarak terhadap cendawan M. anisopliae,

maka dapat dihitung nilai kompatibilitas menggunakan rumus T dari Alves et al.

(1998) dalam Oliveira et al. (2003) sebagai berikut:

dengan:

T = nilai kompatibilitas

PK = nilai relatif pertumbuhan koloni perlakuan dibandingkan dengan kontrol

(%)

SP = nilai relatif perkecambahan perlakuan dibandingkan dengan kontrol (%)

Nilai T dibagi kedalam kategori sebagai berikut: 0-30 sangat toksik; 31-45

toksik; 46-60 kurang toksik; dan > 60 tidak toksik atau kompatibel.

3.9 Mortalitas Nimfa Helopeltis spp. Setelah Aplikasi

Pengamatan dilakukan setiap 24 jam setelah aplikasi sampai nimfa menjadi

imago. Nimfa Helopeltis spp. yang diduga terinfeksi cendawan M. anisopliae

dipindahkan dari stoples dan dimasukkan ke dalam cawan petri yang sudah

dilapisi kertas saring yang telah dilembabkan. Cawan petri selanjutnya diinkubasi

pada suhu ruang untuk melihat cendawan yang tumbuh dari Helopeltis spp.

3.8.3 Kompatibilitas Cendawan M. anisopliae dan Ekstrak Biji Jarak

20

Pengamatan terhadap Helopeltis spp. dilakukan di bawah mikroskop untuk

memastikan bahwa kematian nimfa Helopeltis spp. disebabkan oleh cendawan M.

anisopliae. Untuk menghitung mortalitas nimfa Helopeltis spp. dapat dilakukan

perhitungan dengan rumus sebagai berikut :

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Kombinasi antara cendawan M. anisopliae dengan ekstrak biji jarak 3 ml

menimbulkan mortalitas tertinggi sebesar 56,67% pada 7 HSA, sedangkan

tanpa penambahan biji jarak mortalitas hanya mencapai 16,67%.

2. Kombinasi antara cendawan M. anisopliae dengan ekstrak biji jarak mampu

meningkatkan diameter, kerapatan, dan viabilitas spora cendawan.

5.2 Saran

Perlu dilakukannya penambahan pestisida nabati ekstrak biji jarak pada saat

aplikasi ke Helopeltis spp. serta aplikasi pestisida nabati dan Metarhizium

anisopliae yang dilakukan tidak secara bersamaan.

DAFTAR PUSTAKA

Abou-Arab, A. Azza, & F. M. Abu-Salem. 2010. Nutritional quality of Jatrophacurcas seeds and effect of some physical and chemical treatments on theiranti-nutritional factors. African J. Food Sci. 4(3) : 93-103.

Atmadja, W.R. 2012. Status Helopeltis antonii sebagai hama pada beberapatanaman perkebunan dan pengendaliannya. J. Litbang Pertanian 22(2) : 57-62

Bischoff, J. F., S.A. Rehner, & R.A. Humber. 2009. A multilocus phylogeny ofthe Metarhizium anisopliae. J. Lineage 101(4) : 512-530.

Bourne, N. 1999. Effect of undecylenic acid as a topical microbicide againstgenital herpes infection in mice and guinea pigs. J. AntiviralRes. 40(3) : 139-144.

Cooper, J. & H. Dobson. 2007. The benefits of pesticides mankind and theenvironment. J. Crop Prot. 26: 1337-1348.

Ernawati, D. 2012. Cendawan Entomopatogen Beauveria bassiana.http://renaex.blogspot.co.id/2012/04/cendawan-entomopatogen-beauveria.html. Diakses 16 Desember 2015.

Espinel-Ingroff. A. 2001. Germinated and nongerminated conidial suspensions fortesting of susceptibilty of Aspergillus spp. to amphotericin B, itraconazole,posaconazole, ravuconazole, and variconazole. Antimicrobial Agents andChemotherapy 45(2) : 605-607.

Gunapradangga, A. 2014. Metarhizium anisopliae.http://agrikencanaperkasa.com/metarhizium-anisopliae/. Diakses 11 Mei2015.

Gao, L., Sun M.H., Liu X.Z., & Cha Y.S.. 2007. Effect of carbon concentrationand carbon to nitrogen ratio on the growth and sporulation of severalbiocontrol fungi. Mycol. Res. 111(1) : 87-92.

Isenring, R. 2010. Pesticides and the Loss of Biodiversity. How IntensivePesticide Use Affects Wildlife Population and Species Diversity. PesticideAction Network, Europe. 26 pp. Development House 56-64 Leonard Street,London EC24 4LT. www.pan-europe.info.

35

Jarlina, S. 2015. Kompatibilitas Jamur Entomopatogen Metarhiziumanisopliae dan Pestisida Nabati Ekstrak Daun Babadotan(Ageratum conyzoides) terhadap Kepik Hijau (Nezara viridula) diLaboratorium. [Skripsi]. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Direvisi danditerjemahkan oleh Van der Laan, P.A. PT. Inchtiar Baru- Van Hoeve.Jakarta.

Karmawati, E., Mahmud, Z., Syakir, M., Munarso, J., Ardana, K., & Rubiyo.2010. Budidaya dan Pasca Panen Kakao. Pusat Penelitian danPengembangan Perkebunan. 92 hal.

Kim, J.S., Yeon H. J., & Jong Y. R. 2010. Production of thermotolerantentomopatogonic Isaria fumosoroseus SFP-198 conidia in corn-corn oilmixture. J. Biol Contr. 45(3) : 404-409.

Nehls, U. 2008. Mastering entomycorrhizal symbiosis : the impact ofcarbohydrates. J. Exp. Bot. 59(5) : 1097-1110.

Oladele, P.E.O. & A.A. Oshodi. 2007. Nutritional potential of berlandier nettlespruge (Jatropha cathartica) seed. Pakistan J.Nutrit. 6 (4) : 345-348.

Oliveira, C.N., Neves P.M.O.J., & Kawazoe L.S.. 2003. Compatibility betweenthe entomopathogenic fungus Beauveria bassiana and insecticides used incoffee plantation. J. Scientia Agricola 60(4) : 664-665.

Pangestiningsih, Y. 2011. Uji efektifitas beberapa jamur entomopatogendan insektisida botani terhadap Spodoptera exigua Hubn. pada tanamanbawang merah (Allium ascalonicum L.). J. Ilmu Pertanian Kultivar 5(2) :94-98

Prayogo, Y. 2006. Sebaran dan efikasi berbagai genus cendawan entomopatogenterhadap Riptortus linearis pada kedelai di Lampung dan Sumatera Selatan.J. HPT Tropika 6(1) : 14-22.

Prayogo, Y. 2011. Sinergisme cendawan entomopatogen Lecanicillium lecaniidengan insektisida nabati untuk meningkatkan efikasi pengendalian telurkepik coklat Riptortus linearis pada kedelai. J. HPT Tropika 11(2): 166-177.

Purwaningsih, D. 2006. Aplikasi Ekstrak Biji Jarak (Ricinus communis L.) untukMengendalikan Hama Penghisap Polong dan Ulat Grayak (Spodopteralitura F.) pada Tanaman Kedelai. [Skripsi]. Universitas Jember. Jember.

Rangel, D.E.N., D.G. Alston, & D.W. Roberts. 2008. Effects of physical andnutritional stress conditions during mycelial growth on conidial germination

36

speed, adhesion to host cuticle and virulence of Metarhizium anisopliae anentomopathogenic fungus. Mycol. Res. 112(11) : 1355-1361.

Ratna, Y. 2004. Kajian kualitas spora Beauveria bassiana pada berbagai jenismedia dan lama penyimpanan. J. Agronomi 8(1) : 59-62.

Rodrigues-Lagunez, D.A., A.L. Tejedo, D.R. Diaz, C.R.Maciel, J.V.Mendoza,E.B. Roman, S.R. Colorado, & E.P. Velasco. 1997. Compatibilidad deBeauveria bassiana y extractos acuaosos de nim (Azadirachta indica) para elcontrol de la broca del cafeto (Hypothenemus hampei). Man. Integr. Plagas44: 14-19.

Saputra, Z. 2013. Pengaruh Aplikasi Beberapa Konsentrasi Formulasi KeringMetarhizium anisopliae (Metsch.) Sorokin Isolat Tegineneng terhadapMortalitas Hama Pengisap Buah Kakao (Helopeltis spp.). [Skripsi].Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Sari, T. E., M. Turnip, & F. Diba. 2014. Pemanfaatan daun sirsak (Annonamuricata L.) pada media umpan sebagai pengendali rayap tanah(Coptotermes curvignathus Holmgren). J. Protobiont 3(1) : 71-74.

Sinaga, E. 2006. Jatropha curcas L. Pusat Penelitian dan PengembanganTumbuhan UNHAS. Jakarta.

Siswanto & Karmawati, E. 2012. Pengendalian hama utama kakao(Conopomorpha Cramerella dan Helopeltis spp.) dengan pestisida nabatidan agens hayati. J. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan2(11): 99-103.

Subhan, F. 2011. Uji Efektivitas Beberapa Insektisida Nabati terhadap MortalitasSitophilus zeamais Motsch (Coleoptera; Curculionidae) pada Benih Jagung(Zea mays L.). [Skripsi]. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Sudarmo, S. 2005. Pestisida Nabati. Pembuatan dan Pemanfaatannya. Kanisius.Jakarta.

Syahnen & Muklasin. 2013. Rekomendasi Umum Pengendalian Helopeltis spp.pada Tanaman Kakao. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi TanamanPerkebunan. Medan.

Trizelia & R.Rusli. 2012. Kompatibilitas cendawan entomopatogen Beauveriabassiana (Bals) Vuill (Deuteromycotina : Hyphomycetes) dengan minyakserai wangi. J. HPT Tropika 12(1) : 79-80.

Tukimin, S.W. & E. Karmawati. 2012. Pengaruh minyak bungkil biji jarak pagarterhadap mortalitas 7 penularan Helicoverpa armigera Hubner. J. PenelitianTanaman Industri 18(2) : 54-59.

37

Untung, K. 1993. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. GadjahMada University Press. Yogyakarta.

Visalakshy, G., A. Krishnamoorthy, & A. M. Kumar. 2006. Compatibility of plantoils and additivites with Paecilomyces farinosus, a potentialentomopathogenic fungus. J. Food, Agric. Environ.4(1) : 333-335.

Willis, M. 2013. Formulasi Pestisida Nabati Berbahan Aktif Eugenol, Sitronela,Sinamoldehid, Curcumin dan Xanthorizol yang Efektif MenekanConopomorpha cramerella dan Helopeltis sp. pada Kakao (40-50%) danTidak Membunuh Musuh Alami. Badan Penelitian dan PengembanganPertanian. Bogor.

Yi, F., C. Zou, Q. Hu, & M. Hu. 2012. The joint action of destruxins andbotanical insecticides (rotenone, azadirachtin and paeonolum) against thecotton aphid, Aphis gossypii Glover. Molecules 17: 7533-7542.

Yunisman. 2008. Uji kompatibilitas jamur Beauveria bassiana dengan ekstrak airdaun sirsak (Annona muricata: Annonaceae) untuk pengendalian HamaCrocidolomia pavonana F. (Lepidoptera: Pyralidae). Project Report.Lembaga Penelitian Universitas Andalas.