Upload
vuongdien
View
233
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH KOMPLEKSITAS AUDITOR,
PROFESIONALISME AUDITOR, DAN WHISTLEBLOWER
TERHADAP EFEKTIFITAS KEMAMPUAN AUDITOR
FORENSIK DALAM PEMBUKTIAN KECURANGAN
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisinis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Memenuhi Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Iqbal Aziz 1112082000024
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1439 H/ 2017 M
i
PENGARUH KOMPLEKSITAS AUDITOR,
PROFESIONALISME AUDITOR, DAN WHISTLEBLOWER
TERHADAP EFEKTIFITAS KEMAMPUAN AUDITOR
FORENSIK DALAM PEMBUKTIAN KECURANGAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
IQBAL AZIZ
NIM. 1112082000024
Di Bawah Bimbingan:
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2017
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Senin, 10 April 2017 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas
mahasiswa:
1. Nama : Iqbal Aziz
2. NIM : 1112082000024
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi : “Pengaruh Kompleksias Auditor, Profesionalisme
Auditor, dan Whistleblower terhadap Efektifitas Kemampuan Auditor
Forensik dalam Pembuktian Kecurangan”
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswi tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Senin 10 April 2017
1. Wilda Farah, SE., M.Si., Ak., CPA., CA.
NIP.19830326 200912 2 005
(...........................................)
Penguji I
2. Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA
NIP. 19720516 20090 1 006
(............................................)
Penguji II
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Iqbal Aziz
Nomor Induk Mahasiswa : 1112082000024
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Akuntansi/Audit
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggungjawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain
3. Tidak menggunakan karya ilmiah orang lain tanpa menyebutkan
sumber asli atau tanpa menyebut pemilik karya
4. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya dan telah
melalui pembuktian yang dapat di pertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap
untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 17 Agustus 2017
Yang menyatakan,
(Iqbal Aziz)
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS DIRI
1. Nama Lengkap : Iqbal Aziz
2. Tempat Tanggal Lahir : Serang, 1 Juni 1994
3. Alamat : Jl. Raya Bogor RT 001/001
Susukan, Ciracas, Jakarta Timur.
13750
4. Telepon : 0818 0626 5430
5. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. TK FLAMBOYAN BEKASI Tahun 1999-2000
2. SDN 02 SUSUKAN Tahun 2000-2006
3. SMPN 103 JAKARTA Tahun 2006-2009
4. SMAN 88 JAKARTA Tahun 2009-2012
5. S1 Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012-2017
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Wakil Ketua Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) SMPN 103
JAKARTA (2007-2008)
2. Ketua Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) SMAN 88 JAKARTA
(2010-2011)
3. HMJ FEB UIN Jakarta (2012-2015)
vi
TO EXAMINE THE INFLUENCE OF AUDITOR COMPLEXITY, AUDITOR
PROFESSIONALISM AND WHISTLEBLOWER ON THE
EFFECTIVENESS OF THE ABILITY OF FORENSIC AUDITORS IN
SUBSTATION OF FRAUD
ABSTRACT
The purpose of this research to examine the influence of auditor
complexity, auditor professionalism and whistleblower on the effectiveness of the
ability of forensic auditors in substantion of fraud. This research performed on
The Audit Board of The Republic of Indonesia (BPK RI) of the Main Auditorate of
Investigation (AUI).
This research used a sample of 46 respondents. Sample method used in
this research is convenience sampling. Hypothesis in this research was tested use
multiple regression analysis.
The results of this research indicated that auditor professionalism has a
significant effect on the effectiveness of the ability of forensic auditors in
substantiation of fraud. While the complexity of auditors and whistleblower has no
significant effect on the effectiveness of the ability of forensic auditors in
substantiation of fraud.
Keywords : auditor complexity, auditor professionalism, whistleblower, forensic
auditor, substantiation of fraud
vii
PENGARUH KOMPLEKSITAS AUDITOR, PROFESIONALISME
AUDITOR, DAN WHISTLEBLOWER TERHADAP EFEKTIFITAS
KEMAMPUAN AUDITOR FORENSIK DALAM PEMBUKTIAN
KECURANGAN
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kompleksitas auditor,
profesionalisme auditor dan whistleblower terhadap efektifitas kemampuan
auditor forensik dalam pembuktian kecurangan. Penelitian ini dilakukan pada
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI) bagian Auditorat
Utama Investigasi (AUI). Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 46 responden. Metode
penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah convenience
sampling. Hipotesis dalam penelitiaan ini diuji menggunakan analisis regresi
berganda.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa profesionalisme auditor
berpengaruh signifikan terhadap efektifitas kemampuan auditor forensik dalam
pembuktian kecurangan. Sedangkan kompleksitas auditor dan whistleblower tidak
berpengaruh signifikan terhadap efektifitas kemampuan auditor forensik dalam
pembuktian kecurangan.
Kata kunci : kompleksitas auditor, profesionalisme auditor, whistleblower, auditor
forensik, pembuktian kecurangan
viii
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrohmaanirrohiim
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Kompleksias
Auditor, Profesionalisme Auditor, dan Whistleblower terhadap Efektifitas
Kemampuan Auditor Forensik dalam Pembuktian Kecurangan”. Shalawat
serta salam senantiasa penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang
telah membimbing umatnya menuju jalan kebenaran.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai syarat
guna meraih gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak pihak yang
telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, syukur
Alhamdulillah penulis hanturkan atas kekuatan Allah SWT yang telah
menganugerahkannya. Selain itu, penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima
kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Ir Harri Bagiono dan Ibu Halimah yang
telah memberikan bimbingan, dukungan, serta doa yang tiada hentinya.
2. Adikku Ilham Haris yang telah memberikan semangat dan doanya dalam
proses penyusunan skripsi ini.
ix
3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si Ak., CA. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., Ak., MM. selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Ibu Atiqah, SE., MS.AK selaku dosen Pembimbing Skripsi yang telah
bersedia menyediakan waktunya yang sangat berharga untuk membimbing
penulis selama menyusun skripsi. Terima kasih atas segala masukan, motivasi
dan nasihat yang telah diberikan selama ini.
7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang
sangat luas kepada penulis selama perkuliahan, semoga menjadi ilmu yang
bermanfaat dan menjadi amal kebaikan bagi kita semua.
8. Seluruh Staf Tata Usaha serta karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu
peneliti dalam mengurus segala kebutuhan administrasi dan lain-lain.
9. Humas BPK RI Ibu Devi, yang telah memberikan saran mengenai responden
dalam penelitian ini dan ikut berperan dalam penyebaran kuesioner di
Auditorat Umum Investigasi (AUI).
10. Keluarga besar Akuntansi 2012, terimakasih atas kenangan belajar bersama-
sama dan semangatnya selama ini. Semoga apa yang di cita-citakan kalian
dapat kalian wujudkan.
x
11. Velia C. Rini yang telah memberikan semangat, doa dan dukungan penuh
sehingga membuat penulis mampu mengerjakan skripsi ini dengan baik.
12. Sahabat-sahabat (Rio, Opi, Rahman, Rifki, Jibril, Cerdick, Ivan, Topik, Irsan,
Deyan, Cakra, Aldi, Dedi, Imam dan Apat) Terima kasih banyak atas rasa
persahabatan yang kalian berikan, bahagia berjuang bersama kalian.
13. Teman- teman KKN Galeri, terimakasih atas perjuangannya untuk
menyelesaikan laporan KKN.
14. Seluruh pihak yang turut berperan dalam penelitian ini namun tidak dapat
disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna dikarnakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki
penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta
masukkan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 17 Agustus 2017
(Iqbal Aziz)
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ....................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ......................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .......................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .................. iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................... v
ABSTRACT .................................................................................................. vi
ABSTRAK ................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang Penelitian ..................................................... 1
B. Perumusan Masalah .............................................................. 10
C. Tujuan Penelitian .................................................................. 11
D. Manfaat Penelitian ................................................................ 11
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................. 13
A. Landasan Teori ...................................................................... 13
1. Teori Keagenan .............................................................. 13
xii
2. Teori Fraud Triangle ...................................................... 14
B. Tinjauan Literatur.................................................................. 15
1. Kompleksitas Auditor ..................................................... 15
2. Profesionalisme Auditor ................................................. 17
3. Whistleblower ................................................................ 18
4. Fraud (kecurangan) ......................................................... 21
5. Kemampuan Membuktikan Kecurangan …………….... 23
C. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu ........................................... 24
D. Kerangka Pemikiran .............................................................. 28
E. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis.......... 30
BAB III METODELOGI PENELITIAN ............................................... 33
A. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................... 33
B. Metode Penentuan Sampel .................................................... 33
C. Metode Pengumpulan Data ................................................... 34
D. Metode Analisis Data ............................................................ 34
1. Statistik Deskriptif .......................................................... 35
2. Uji Kualitas Data ............................................................. 35
3. Uji Asumsi Klasik ........................................................... 36
E. Alat Uji Hipotesis .................................................................. 38
1. Koefesien Determinasi .................................................... 39
2. Uji Statistik t ................................................................... 40
F. Operasionalisasi Variabel Penelitian..................................... 40
xiii
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ........................................... 43
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian .......................... 43
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian .............................................. 49
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ........................................... 49
2. Hasil Uji Kualitas Data ................................................... 50
3. Hasil Uji Asumsi Klasik ................................................. 53
4. Hasil Uji Hipotesis .......................................................... 58
BAB V PENUTUP .................................................................................. 64
A. Kesimpulan ........................................................................... 64
B. Implikasi ................................................................................ 65
C. Keterbatasan .......................................................................... 66
D. Saran ...................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 68
LAMPIRAN ................................................................................................. 71
xiv
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
1.1 Corruption Perception Index ............................................................. 2
2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ................................................................ 25
3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian ................................................. 41
4.1 Data Sampel Penelitian ..................................................................... 43
4.2 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin............. 44
4.3 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jabatan ....................... 45
4.4 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir... 46
4.5 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan pengalaman Kerja ...... 47
4.6 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Umur .......................... 48
4.7 Hasil Uji Statistik Deskripsi .............................................................. 49
4.8 Hasil Uji Validitas Kompleksitas ...................................................... 50
4.9 Hasil Uji Validitas Profesionalisme .................................................. 51
4.10 Hasil Uji Validitas Whistleblower .................................................... 51
4.11 Hasil Uji Validitas Pembuktian Fraud .............................................. 52
4.12 Hasil Uji Realibilitas ......................................................................... 53
4.13 Hasil Uji Multikolonieritas ................................................................ 54
4.14 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Nilai Kolmogorof-Smirnov ..... 56
4.15 Hasiil Uji Koefisien Adjusted R Square ........................................... 58
4.16 Hasil Uji Statistik t ............................................................................ 59
xv
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran .............................................................. 28
4.1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot ............... 55
4.2 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram ........ 55
4.3 Grafik Scatterplot .................................................................. 57
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1. Lampiran 1 : Surat Peneltian ......................................................... 72
2. Lampiran 2: Surat Keterangan dari BPK-RI. ................................ 74
3. Lampiran 3 : Kuesioner Penelitian ................................................ 76
4. Lampiran 4 : Daftar Identitas dan Jawaban Responden ................ 81
5. Lampiran 5 : Output Hasiil Pengujian Data .................................. 92
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbagai macam kasus yang terjadi diperusahaan maupun lembaga
pemerintahan tidak jarang disebabkan karena faktor kecurangan (fraud).
Seiring dengan berkembangnya kompleksitas bisnis dan semakin terbukanya
peluang usaha dan investasi, menyebabkan risiko terjadinya kecurangan pada
perusahaan dan lembaga pemerintahan semakin tinggi. Mengacu ke berbagai
kasus baik didalam maupun diluar negeri menunjukkan bahwa kecurangan
dapat terjadi dimana saja Wahono (2011) dalam Rahmayani, dkk (2014).
Kasus – kasus kecurangan yang bukan hanya sekedar operasi fiktif belaka
yang pernah dilakukan perusahaan ataupun lembaga pemerintahan dalam
praktik kecurangan, melainkan juga korupsi yang dikemas dengan apik oleh
jajaran management perusahaan. Yang beberapa waktu ini banyak ditemukan
kasus kecurangan yang pada akhirnya terbongkar berkat peran aktif auditor
dan whistleblower Rahmayani, dkk (2014).
Salah satu bentuk kecurangan yang sering terjadi di Indonesia adalah
korupsi. Di Indonesia korupsi mulai terdengar sering oleh masyarakat sekitar
tahun 1997-1998, pada masa jatuhnya pemerintahan Orde Baru disusul
dengan krisis ekonomi yang berkepanjangan. Korupsi telah merambah hampir
di seluruh sektor publik, hukum dan ekonomi dalam sistem ketatanegaraan
2
Indonesia. Korupsi seringkali tidak terjangkau oleh undang-undang, sehingga
tidak heran jika Indonesia sebagai salah satu Negara terkorup di dunia.
Di bawah ini adalah tabel yang menunjukkan Corruption Perception
Index (CPI) di Indonesia dari tahun 2011 sampai dengan 2016 dibandingkan
dengan Malaysia dan Singapura.
Tabel 1.1
Corruption Perception Index 2011-2016
Sumber: (http//www.tranparency.org) diolah kembali
Dari data Corruption Perception Index (CPI) tahun 2011 sampai
dengan tahun 2016, skor rata-rata CPI Indonesia hanya 3,3 dari angka ideal
10, suatu “prestasi” yang membuat anak bangsa ini malu karena dikenal
sebagai salah satu Negara terkorup. Apabila dibandingkan dengan Malaysia
dan Singapura yang memiliki skor rata-rata CPI masing-masing 4,9 dan 8,7
Indonesia masih sangat jauh di bawahnya. Di Indonesia, kecurangan
dibuktikan dengan adanya kasus-kasus yang merugikan Negara seperti Bailot
No.
Tahun
Skor yang diraih
Skor Ideal Indonesia Malaysia Singapura
1. 2011 3,0 4,3 9,2 10
2. 2012 3,2 4,9 8,7 10
3. 2013 3,2 5,0 8,6 10
4. 2014 3,4 5,2 8,4 10
5. 2015 3,6 5,0 8,5 10
6. 2016 3,7 4,9 8,4 10
3
Bank Century, “markus” spesialis pajak Gayus Tambunan, kasus korupsi
Penggelapan Dana Pembangunan Wisma Atlit “Nazarudin dkk”. Lalu ada
pula kasus manipulasi akuntansi, seperti kasus mark up yang dilakukan PT.
Kimia Farma dan kasus laporan keuangan ganda yang dimiliki oleh Bank
Lippo. Kesalahan auditor dalam kedua kasus ini diduga adalah karena auditor
terlambat menyadari dan melaporkan ketidakberesan yang telah dilakukan
oleh pihak manajemen perusahaan. Kasus lain yang juga telah terjadi di
Indonesia adalah kasus pada PT. Telkom, dimana laporan keuangan PT.
Telkom yang telah diaudit oleh KAP Eddy Pianto dan Rekan tidak diakui
oleh SEC dan pihak PT. Telkom diminta kembali untuk melakukan audit atas
laporan keuangannya.
Kasus kecurangan dan manipulasi akuntansi juga terjadi di luar negeri.
Seperti kasus manipulasi pembukuan yang terjadi pada Enron Corp.
merupakan salah satu kasus yang melibatkan kantor akuntan publiknya.
Laporan keuangan Enron dinyatakan wajar tanpa pengecualian oleh Kantor
Akuntan Publik Arthur Anderson. Namun, publik kemudian dikejutkan oleh
kabar kepailitan Enron Corp pada tanggal 2 Desember 2001. Salah satu
penyebab kepailitan tersebut adalah pihak Arthur Anderson yang memberikan
dua jasa sekaligus, baik sebagai auditor maupun konsultan bisnis perusahaan.
Oleh sebab itu semakin banyaknya kasus kecurangan yang terjadi saat ini
membuat kepercayaan masyarakat khususnya para pemakai laporan auditor
independen mulai mengalami penurunan.
4
Astuti (2013) Objek dari akuntansi forensik di sektor swasta maupun
sektor publik adalah skandal keuangan yang menyangkut fraud
“penghilangan” aset, seperti pencurian, penyalahgunaan, dan lain-lain. Oleh
karena itu, diperlukan akuntan forensik yang mempunyai keahlian dalam
menginvestigasi indikasi adanya korupsi atau fraud pada perusahaan atau
instansi negara.
Untuk itu upaya pencegahan dan pemberantasan krisis juga
kecurangan perlu ditingkatkan serta diintensifkan dengan tahap menjunjung
tinggi hak asasi manusia dan kepentingan masyarakat. Di Indonesia telah
dibentuk Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang berperan untuk mengawasi dan
menyelidiki keadaan keuangan instansi pemerintah maupun swasta,
pemerintah membentuk pula suatu badan khusus untuk memberantas korupsi,
yaitu Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Hal tersebut merupakan salah
satu wujud nyata dan serius pemerintah untuk memberantas korupsi dan
mencegah adanya kecurangan laporan keuangan (fraud).
KPK, BPK, dan BPKP serta pengadilan harus membuktikan
kecurigaan mereka kepada seseorang tentang apakah dia melakukan
kecurangan atau tidak. Pengusutan ini sangat sulit dilakukan karena berkaitan
dengan satu bidang tertentu di luar bidang hukum, yaitu bidang ekonomi.
Oleh karena itu dalam hal ini peran seorang auditor forensik sangat
dibutuhkan. Seperti yang dijelaskan oleh Amin Widjaja Tunggal (2001:36),
yang dikutip dari artikel Association of Cerrified Fraud Examiner bahwa
5
audit forensik adalah „Fraud auditing is an intial approach (proactive) to
detecting financial fraud, using accounting records and information,
analiytical relationship and an awareness of fraud perpetration and
concealment effort‟. Yang mana diterjemahkan sebagai berikut audit
kecurangan merupakan suatu pendekatan awal (proaktif) untuk mendeteksi
penipuan keuangan, dengan menggunakan catatan akuntansi dan informasi,
hubungan analitis dan kesadaran perbuatan penipuan dan upaya
penyembunyian. Audit forensik merupakan audit khusus untuk mencari bukti
kecurangan dan baru ada serta dikenal di Indonesia. Hal tersebut disebabkan
banyaknya tindak kejahatan kerah putih (White Collar Crime) yang berupa
manipulasi bidang keuangan demi memperkaya diri sendiri, orang lain atau
korporasi dan sangat merugikan Negara.
Auditor forensik sedikit berbeda dengan auditor investigatif, dimana
auditor forensic hanya sebatas menemukan adanya bukti kecurangan.
Sedangkan auditor investigatif membawa bukti kecurangan tersebut ke badan
hukum pengadilan, guna menjatuhkan hokum pidana kepada tersangka.
Wahono (2011) dalam Rahmayani, dkk (2014) juga menyatakan
bahwa audit forensik merupakan suatu bentuk audit atau pemeriksaan yang
bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengungkap kecurangan atau kejahatan
dengan menggunakan pendekatan, prosedur dan teknik-teknik yang umumnya
digunakan dalam suatu penyelidikan atau penyidikan terhadap suatu
kejahatan. Tujuan audit forensik adalah untuk mengidentifikasi dan
mengungkap kecurangan atau kejahatan, maka pendekatan, prosedur dan
6
teknik yang digunakan didalam audit investigatf relatif berbeda dengan
pendekatan, prosedur dan teknik yang digunakan di dalam audit keuangan,
audit kinerja atau audit dengan tujuan tertentu lainnya.
Kompleksitas auditor mempunyai maksud bahwa auditor mempunyai
tugas, yang banyak, berbeda-beda, dan dikerjakan bersama-sama dengan
kegiatan audit. Integritas mempunyai maksud bahwa auditor dituntut untuk
memiliki kepribadian yang dilandasi oleh sikap jujur, berani, bijaksana, dan
bertanggungjawab untuk membangun kepercayaan guna memberikan dasar
bagi pengambilan keputusan yang handal Cahyono, dkk (2015).
Menurut Anugerah dan Akbar (2014) dalam hasil penelitian yang
berjudul “Pengaruh Kompetensi, Kompleksitas Tugas dan Skeptisme
Profesional Terhadap Kualitas Audit” menyatakan bahwa kompleksitas tugas
auditor tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Oleh karena itu hal ini
menarik untuk diteliti apakah kompleksitas auditor akan berpengaruh
terhadap pembuktian kecurangan yang dilakukan oleh auditor forensik.
Ekspektasi masyarakat yang tinggi akan peran dan fungsi audit
forensik dalam menemukan bukti yang kompeten serta mengungkap korupsi
menjadi tantangan dan tanggung jawab tersendiri bagi auditor forensik Dwi
dan Effendi (2013). Oleh karena itu, untuk menjaga kepercayaan masyarakat
terhadap kualitas pemeriksaan audit sehingga kompetensi suatu bukti atas
tindak pidana korupsi ini dapat terjadi, maka profesionalisme menjadi syarat
utama bagi seorang auditor forensik dalam melaksanakan tugasnya.
7
Dimensi profesionalisme menurut Hall (1968), dalam Kalbers dan
Fogarty (1995) terdiri dari lima dimensi yaitu dedikasi, kewajiban sosial,
tuntutan akan otonomi personal, peraturan profesional yang khusus profesi
tersebut dan afiliasi komunitas. Semakin tinggi tingkat dimensi
profesionalismenya, maka orang tersebut semakin profesional.
Profesionalisme seorang profesional akan menjadi semakin penting apabila
profesionalisme tersebut dihubungkan dengan hasil kerja individunya, apakah
tingkat profesionalisme tersebut berpengaruh terhadap hasil kerja individu
tersebut, sehingga pada akhirnya dapat memberi sumbangan karya bagi
perusahaan maupun organisasi profesi tempat dimana mereka bekerja.
Profesionalisme auditor menjadi hal yang penting dalam pelaksanaan
fungsi pemeriksaan karena selain mematangkan pertimbangan dalam
penyusunan laporan hasil pemeriksaan, juga untuk mencapai harapan yakni
kinerja yang berkualitas Futri dan Juliarsa (2014).
Menurut Karamoy dan Wokas (2015) profesionalisme juga menjadi
syarat utama bagi seseorang yang ingin menjadi seorang auditor sebab
dengan profesionalisme yang tinggi kebebasan auditor akan semakin
terjamin. Untuk menjalankan perannya yang menuntut tanggung jawab yang
semakin luas, seorang auditor harus memiliki wawasan yang luas tentang
kompleksitas organisasi modern.
Dalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dwi dan Effendi
(2013) dan hasil penelitian yang berjudul “Pengaruh profesionalisme akuntan
forensik terhadap kompetensi bukti tindak pidana korupsi” menyatakan
8
bahwa profesionalisme akuntan forensik memiliki pengaruh yang sedang dan
signifikan terhadap kompetensi bukti tindak pidana korupsi. Oleh karena itu
penulis ingin meneliti apakah profesionalisme auditor berpengaruh juga
terhadap efektifitas auditor forensik dalam pembuktian kecurangan.
Dalam penemuan suatu kecurangan sering kali hal tersebut juga
terjadi berkat adanya saksi atau whistleblower. Whistleblower sebagai pelapor
tindak pidana yang mengetahui dan melaporkan tindak pidana tertentu dan
bukan bagian dari pelaku kejahatan yang dilaporkannya.
Seorang whistleblower benar-benar mengetahui dugaan suatu
pelanggaran atau kejahatan karena berada atau bekerja dalam suatu kelompok
orang terorganisir yang diduga melakukan kejahatan, di perusahaan, institusi
publik, atau institusi pemerintah. Laporan yang disampaikan oleh
whistleblower merupakan suatu peristiwa faktual atau benar-benar diketahui
si peniup peluit tersebut. Bukan informasi yang bohong atau fitnah
Rahmayani, dkk (2014).
Menurut Suastawan, dkk (2017) Salah satu upaya yang dapat
mencegah terjadinya kecurangan adalah dengan melakukan pelaporan yang
dilakukan oleh anggota organisasi (aktif maupun non-aktif) mengenai
pelanggaran, tindakan illegal atau tindakan tidak bermoral kepada pihak di
dalam maupun di luar organisasi atau dikenal dengan upaya whistleblowing.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti termotivasi untuk melakukan
penelitian ini karena, pertama peran auditor forensik sangat dibutuhkan
terutama dalam penemuan tindak kecurangan atau korupsi yang sering terjadi
9
saat ini. Untuk dapat menjalankan proses audit dengan baik, auditor harus
dapat bertahan dari tekanan yang bersifat kompleks seperti tekanan waktu,
anggaran, dan peran. Lalu auditor forensik juga dituntut untuk bersifat
profesional dalam mengaudit, tujuannya untuk menjaga ekspetasi masyarakat
terhadap kinerja auditor yang kompeten dan independen. Disamping itu
adanya whistleblower sebagai saksi, menjadi hal yang menarik untuk diteliti
karena whistleblower biasanya adalah saksi dimana tempatnya bekerja,
sehingga patut dicurigai apakah mereka terlibat dalam kecurangan tersebut
atau tidak.
Dan terakhir, sampai saat ini peneliti belum banyak menemukan
peneliti lain yang menaruh perhatiannya terhadap masalah pembuktian
kecurangan atau korupsi oleh auditor forensik. Berdasarkan hal tersebut,
maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Kompleksitas
Auditor, Profesionalisme Auditor, dan Whistleblower terhadap
Efektifitas Kemampuan Auditor Forensik dalam Pembuktian
Kecurangan (Fraud)”.
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya,
yaitu penelitian yang dilakukan oleh Cahyono, dkk (2015), Karamoy dan
Woskas (2015) dan Rahmayani, dkk (2014). Adapun perbedaan-perbedaan
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut:
1. Variabel yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh Cahyono,
dkk (2015) adalah Pengaruh kompetensi, independensi, objektifitas, dan
integritas auditor terhadap kualitas audit, kemudian untuk Karamoy dan
10
Woskas (2015) variabelnya Pengaruh Indepedensi dalam menemukan
fraud, serta untuk Rahmayani, dkk (2014) ialah variabel kemampuan
auditor, skeptisme profesional, dan teknik audit dalam Pengungkapan
Kecurangan. Sedangkan dalam penelitian ini, peneliti menggabungkan
dan juga menambahkan satu variabel dependen yaitu Efektifitas
Kemampuan Auditor Forensik dalam Pembuktian Kecurangan (Fraud)
sebagaimana telah disarankan dalam penelitian terdahulu untuk
menambahkan variabel tertentu.
2. Populasi dalam penelitian ini adalah auditor pada Badan Pemeriksa
Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) yang berada di Jakarta.
Sedangkan, populasi penelitian sebelumnya adalah auditor inspektorat di
daerah Sulawesi Utara serta Madiun, dan auditor Badan Pemeriksa
Keuangan yang berada di wilayah Riau.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah disampaikan diatas,
maka pertanyaan dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah kompleksitas auditor mempengaruhi efektifitas kemampuan
auditor forensik dalam pembuktian kecurangan (fraud) ?
2. Apakah profesionalisme auditor mempengaruhi efektifitas kemampuan
auditor forensik dalam pembuktian kecurangan (fraud) ?
3. Apakah whistleblower mempengaruhi efektifitas kemampuan auditor
forensik dalam pembuktian kecurangan (fraud) ?
11
C. Tujuan Penelitian.
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Menganalisis pengaruh kompleksitas auditor terhadap efektifitas auditor
forensik dalam pembuktian kecurangan (fraud).
2. Menganalisis pengaruh profesionalisme auditor terhadap efektifitas
auditor forensik dalam pembuktian kecurangan (fraud).
3. Menganalisis pengaruh whistleblower terhadap efektifitas auditor
forensik dalam pembuktian kecurangan (fraud).
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian maka hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan kontribusi sebagai berikut :
1. Kontribusi Teoritis
a. Mahasiswa Jurusan Akuntansi, penelitian ini bermanfaat sebagai
bahan referensi penelitian selanjutnya dan menambah pengetahuan
tentang profesi auditor.
b. Peneliti berikutnya, sebagai bahan referensi bagi pihak–pihak yang
ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai topik tersebut.
2. Kontribusi Praktis
a. Auditor, sebagai tinjauan yang diharapkan dapat dijadikan informasi
untuk meningkatkan kemampuan audit atas kecurangan yang terjadi
pada laporan keuangan.
12
b. Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI), tinjauan
ini dapat dijadikan informasi dalam menghadapi maraknya kasus
kecurangan (fraud) dan korupsi, sehingga senantiasa
mengembangkan keahlian auditor dalam menginvestigasi adanya
fraud.
c. Mahasiswa, tinjauan ini dapat dijadikan informasi sebagai kualifikasi
kebutuhan tenaga auditor dalam Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia (BPK RI) dan sebagai bahan untuk melihat
perkembangan profesi auditor.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Teori Keagenan
Teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang
saham (shareholders) sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agen.
Manajemen merupakan pihak yang dikontrak oleh pemegang saham untuk
bekerja demi kepentingan pemegang saham. Karena mereka dipilih, maka
pihak manejemen harus mempertanggungjawabkan semua pekerjaannya
kepada pemegang saham.
Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan hubungan keagenan
sebagai “agency relationship as a contract under which one or more
person (the principals) engage another person (the agent) to perform some
service on their behalf which involves delegating some decision making
authority to the agent”. Maksudnya adalah hubungan keagenan merupakan
suatu kontrak dimana satu atau lebih orang (principal) memerintah orang
lain (agent) untuk melakukan suatu jasa atas nama principal serta memberi
wewenang kepada agent membuat keputusan yang terbaik bagi principal.
Jika kedua belah pihak tersebut mempunyai tujuan yang sama untuk
memaksimumkan nilai perusahaan, maka diyakini agent akan bertindak
dengan cara yang sesuai dengan kepentingan principal.
Hubungan antara principal dan agent dapat mengarah pada kondisi
ketidakseimbangan informasi (Assymmetrical information) karena agent
14
berada pada posisi yang memiliki informasi yang lebih banyak tentang
perusahaan dibandingkan dengan principal. Dengan asumsi bahwa
individu-individu bertindak untuk memaksimalkan kepentingan diri
sendiri, maka dengan informasi assimetri yang dimilikinya akan
mendorong agent menyembunyikan beberapa informasi yang tidak
diketahui principal.
Dalam kondisi assimetri tersebut, agent dapat mempengaruhi
angka-angka akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan dengan
cara melakukan manajemen laba. Salah satu cara yang digunakan untuk
memonitor masalah kontrol dan membatasi perilaku opportunistic
manajemen adalah corporate governance. Prinsip-prinsip pokok corporate
governance adalah; transparansi (transparency), akuntanbilitas
(accountability), keadilan (fairness), dan responsibilitas (responsibility).
Dalam keterkaitannya dengan pembuktian kecurangan, auditor
(agent) dipekerjakan oleh manajemen (principal) dengan maksud untuk
memeriksa apakah terjadi kecurangan (fraud) di dalam perusahaan
tersebut. Oleh karena itu auditor diharapkan memiliki pengalaman dan
profesionalisme dalam hal melakukan audit atas indikasi adanya
kecurangan.
2. Teori Fraud Triangle
Teori fraud triangle merupakan teori yang harus dimasukkan ke
dalam rencana audit kecurangan. Teori ini menyatakan bahwa kecurangan
terjadi karena adanya tiga elemen seperti tekanan, kesempatan, dan
15
pembenaran. Tiga elemen kecurangan hidup bersama pada tingkat yang
berbeda di dalam organisasi dan mempengaruhi setiap individu secara
berbeda (Vona, 2008:7).
Proses audit harus mengidentifikasi dan memahami bagaimana
kondisi kecurangan tersebut menyebabkan kemungkinan terjadinya
kecurangan yang sebenarnya. Oleh karena itu, dibutuhkan auditor yang
kompeten dalam mendeteksi dan membuktikan terjadinya kecurangan.
Teori tersebut menjadi dasar bagi Auditor Investigatif dalam
penelusurannya untuk membuktikan suatu kecurangan yang terjadi.
Auditor Investigatif harus memiliki kemampuan yang memadai untuk
mengungkap suatu kecurangan. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti
menggunakan teori fraud triangle sebagai grand theory penelitian ini.
B. Tinjauan Literatur
1. Kompleksitas Auditor
Kompleksitas auditor didasarkan pada persepsi individu tentang
kesulitan suatu tugas audit. Persepsi ini menimbulkan kemungkinan bahwa
suatu tugas audit sulit bagi seseorang, namun mungkin juga mudah bagi
orang lain Restu dan Indriantoro (2000). Audit menjadi semakin kompleks
dikarenakan tingkat kesulitan (task difficulity) dan variabilitas tugas (task
variability) audit yang semakin tinggi. Gupta dkk (1999) dalam Prasita dan
Adi (2007) mendefinisikan kompleksitas tugas sebagai kompleksitas dan
kemampuan analisis sebuah tugas dan ketersediaan prosedur operasi
standar.
16
Bagi auditor tuntutan akan tugas yang dikerjakannya sering
membuat mereka merasa jenuh dan cepat bosan. Hal ini dapat membuat
permasalahan yang kompleks pada auditor. Agar dapat membuat klien
merasa puas dan terus menggunakan jasanya di lain waktu, auditor harus
bisa bertahan dari kompleksitas tugas audit yang dihadapinya.
Menurut Wood (1988), dalam Anugerah dan Akbar (2014)
Kompleksitas tugas dapat dilihat dalam dua aspek. Pertama, kompleksitas
komponen yaitu mengacu pada jumlah informasi yang harus diproses dan
tahap pekerjaan yang harus dilakukan untuk menyelesaikan sebuah
pekerjaan. Kedua, kompleksitas koordinatif yang mengacu pada jumlah
(hubungan antara satu bagian dengan bagian lain) yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan sebuah pekerjaan.
Dalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Anugerah dan
Akbar (2014) dengan penelitian yang berjudul “Pengaruh Kompetensi,
Kopleksitas Tugas dan Skeptisme Profesional Terhadap Kualitas Audit”
menyatakan bahwa kompleksitas tugas auditor tidak berpengaruh terhadap
kualitas audit.
Serta penelitian menurut Cahyono dkk, (2015) menunjukan bahwa
kompleksitas auditor berpengaruh negatif terhadap kualitas audit dan juga
semakin kompleks tugas audit, maka semakin lemah kualitas audit.
Berdasarkan kedua penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kompleksitas auditor tidak berpengaruh terhadap kualitas audit, sehingga
penulis ingin meneliti apakah kompleksitas auditor tidak berpengaruh juga
17
terhadap kemampuan pembuktian kecurangan yang dilakukan oleh auditor
forensik.
2. Profesionalisme Auditor
Auditor dalam melaksanakan tugasnya sudah seharusnya bersikap
profesionalisme dan independensi, namun dalam prakteknya masih banyak
auditor yang tidak melakukan tugasnya sesuai prosedur sehingga membuat
kepercayaan masyarakat terhadap laporan keuangan yang telah diaudit
menjadi menurun. Auditor yang profesional harus memiliki independensi
untuk memenuhi kewajiban profesionalnya, memberikan opini yang
objektif, tidak bias, dan tidak dibatasi, dan melaporkan masalah apa
adanya, bukan melaporkan sesuai keinginan eksekutif atau lembaga
(Sawyer: 2006:35). Untuk mengetahui apakah seorang auditor telah
melakukan tugasnya secara profesional, maka perlu adanya evaluasi
kinerja. Dan evaluasi kinerja auditor dapat dilakukan dengan cara yaitu,
sudahkah terpenuhinya kriteria-kriteria profesionalisme auditor.
Menurut penelitian Baotham (2007) dalam Futri dan Juliarsa
(2014) Profesionalisme juga menjadi syarat utama sebagai auditor.
Profesionalisme auditor mengacu pada kemampuan dan perilaku
profesional. Kemampuan didefinisikan sebagai pengerahuan, pengalaman,
kemampuan beradaptasi, kemampuan teknis, dan kemampuan teknologi,
dan memungkinkan perilaku profesional auditor untuk mencakup faktor-
faktor tambahan seperti transparansi dan tanggung jawab, hal ini sangat
penting untuk memastikan kepercayaan publik.
18
Dalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Karamoy dan
Woskas (2013) hasil penelitian menunjukkan bahwa profesionalisme
berpengaruh signifikan dalam mendeteksi fraud di auditor internal. Senada
dengan Dwi dan Effendi (2013) menyatakan bahwa profesionalisme
akuntan forensik memiliki pengaruh yang sedang dan signifikan terhadap
kompetensi bukti tindak pidana korupsi. Sehingga penulis ingin meneliti
apakah profesionalisme berpengaruh juga terhadap kemampuan
pembuktian kecurangan yang dilakukan oleh auditor forensik.
3. Whistleblower
Mark Zimbelman (2006: 114) dalam Suastawan, dkk (2017)
mengemukakan dalam bukunya “Fraud Examination” menyatakan bahwa:
program whistleblowing yang baik dapat menjadi alat yang sangat efektif
dalam mendeteksi dan mencegah kecurangan. Banyak penelitian telah
menunjukkan bahwa whistleblowing system yang efektif harus memenuhi
4 elemen berikut:
a. Anonimitas
Sebuah sistem yang baik harus merahasiakan identitas seorang
whistleblower, karena tanpa rasa takut untuk melaporkan tindak
pelanggaran dan kecurangan di dalam organisasi. Ketika sebuah laporan
tersebut merupakan bagian dari sebuah kejahatan, maka dapat
memudahkan untuk menginvestigasi pelanggaran yang dilaporkan.
19
b. Independensi
Seorang karyawan akan merasa nyaman jika pelanggaran yang ia
laporkan ditindaklanjuti oleh pihak yang independen, artinya tidak ada
hubungan dengan pihak organisasi maupun pihak yang melakukan
pelanggaran.
c. Akses yang mudah
Karyawan harus mempunyai beberapa saluran untuk melaporkan
tindak pelanggaran. Diantaranya dapat melalui telepon, e-mail, sistem
online, dan faximile. Hal ini menjamin semua karyawan (dari manajer
puncak hingga buruh) bisa dengan merahasiakan namanya untuk
melaporkan tindak pelanggaran melalui saluran-saluran tersebut.
d. Tindak lanjut
Pelanggaran yang terlaporkan melalui whistleblowing system
kemudian ditindaklanjuti untuk menentukan tindakan yang diperlukan
dalam menyelidiki suatu pelanggaran. Hal ini akan menunjukkan
manfaat dari sistem tersebut dan dapat mendorong karyawan untuk
lebih aktif lagi melaporkan tindak pelanggaran.
Menurut Rahmayani, dkk (2014), whistleblower merupakan
pelapor tindak pidana yang mengetahui dan melaporkan tindak pidana
tertentu dan bukan bagian dari pelaku kejahatan yang dilaporkannya.
Seorang whistleblower seringkali dipahami sebagai saksi pelapor, yaitu
orang yang memberikan laporan atau kesaksian mengenai suatu dugaan
20
tindak pidana kepada aparat penegak hukum dalam proses peradilan
pidana.
Namun untuk disebut sebagai whistleblower, saksi tersebut
setidaknya harus memenuhi dua kriteria mendasar. Kriteria pertama,
whistleblower menyampaikan atau mengungkap laporan kepada otoritas
yang berwenang atau kepada media massa atau publik. Dengan
mengungkapkan kepada otoritas yang berwenang atau media massa
diharapkan dugaan suatu kejahatan dapat diungkap dan terbongkar.
Kriteria kedua, seorang whistleblower merupakan orang "dalam", yaitu
orang yang mengungkap dugaan pelanggaran dan kejahatan yang terjadi
di tempatnya bekerja atau ia berada. Karena skandal kejahatan selalu
terorganisir, maka seorang whistleblower kadang merupakan bagian
dari pelaku kejahatan atau kelompok mafia itu sendiri. Dia terlibat
dalam skandal lalu mengungkapkan kejahatan yang terjadi.
(http://www.menpan.go.id)
Dalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Suastawan, dkk
(2017) yang berjudul “Pengaruh Budaya Organisasi, Proactive Fraud
Audit, dan Whistleblowing Terhadap Pencegahan Kecurangan dalam
Pengelolaan Dana BOS” menyatakan hasil penelitiannya bahwa
whistleblowing berpengaruh positif signifikan terhadap pencegahan
kecurangan (fraud) dalam pengelolaan dana BOS.
Senada dengan penelitian diatas, penelitian yang dilakukan oleh
Rahmayani Laras, dkk (2014) yang berjudul “Pengaruh Kemampuan
21
Auditor, Skeptisme Profesional Auditor, Teknik Audit, dan
Whistleblower terhadap Efektifitas Pelaksanaan Audit Investigasi dalam
Pengungkapan Kecurangan” menyatakan hasil penelitinnya bahwa
whistleblower berpengaruh terhadap efektifitas pelaksanaan audit
investigasi dalam pembuktian kecurangan.
Dari hasil penelitian tersebut penulis ingin meneliti apakah
whistleblower berpengaruh juga terhadap kemampuan pembuktian
kecurangan yang dilakukan oleh auditor forensik.
4. Fraud (Kecurangan)
Istilah fraud (Inggris) atau fraude (Belanda) sering diterjemahkan
sebagai kecurangan (Tuanakotta, 2007). Sudarmo dkk., (2008) dalam
Suastawan dkk, (2017) mengartikan kecurangan (fraud) secara sederhana
dengan ketidak-jujuran. Definisi kecurangan (fraud) berdasarkan Black‟s
Law Dictionary yang terdapat dalam Karyana (2011) adalah: “Fraud is (1)
A knowing misrepresentation of the truth or concealment of a material fact
to induce another to act to his or her detriment; is usual a tort, but in some
cases (esp. when the conduct is willful) it may be a crime, (2) A
misrepresentation made recklessly without belief in its truth to induce
another person to act, (3) A tort arising from knowing misrepresentation,
concealment of material fact, or reckless misrepresentation made to
induce another to act to his or her detriment.”
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa setidaknya ada tiga
elemen fundamental dalam kecurangan (fraud), yaitu: (1) kecurangan
22
dilakukan oleh seseorang dengan sengaja, (2) kecurangan adalah
berbentuk penyembunyian fakta atau penipuan atau pemaksaan, dan (3)
kecurangan bertujuan untuk memperoleh keuntungan pihak-pihak tertentu.
Statements on Auditing Standards No. 99 AU section 316
menyebutkan bahwa terdapat tiga kondisi yang secara umum
menyebabkan kecurangan (fraud) terjadi, yaitu: (1) adanya dorongan atau
tekanan (incentive or pressure) yang menjadi motivasi bagi pelaku
kecurangan (fraud) untuk melakukan kecurangan (fraud), (2) adanya
peluang atau kesempatan (opportunity) yang mendukung pelaku untuk
melakukan kecurangan (fraud), dan (3) adanya rasionalisasi
(razionalization), yaitu pembenaran terhadap perilaku untuk berbuat
kecurangan oleh pihak-pihak yang melakukan tindakan kecurangan
tersebut.
Association of Certified Fraud Examiners (ACFE)
mengkategorikan kecurangan (fraud) menjadi tiga kelompok, yaitu:
a. Korupsi (Corruption)
Black‟s Law Dictionary dalam Wells (2007) mendefinisikan
“corrupt” sebagai spoiled; tainted; depraved; debased; morally
degenerate. Skema korupsi (corruption schemes) dapat dipecah
menjadi empat klasifikasi: (1) pertentangan kepentingan (conflict of
interest), (2) suap (bribery), (3) pemberian ilegal (illegal gratuity),
dan (4) pemerasan ekonomi (economic extortion).
23
b. Penyalahgunaan Aset (Asset Misappropriation)
Penyalahgunaan aset (asset misappropriation) terbagi
menjadi dua kategori, yaitu: (1) penyalahgunaan kas (cash
misappropriation) yang dapat dilakukan dalam bentuk skimming,
larceny atau fraudulent disbursements, dan (2) penyalahgunaan non-
kas (non-cash misappropriation) yang dapat dilakukan dalam bentuk
penyalahgunaan (misuse) atau pencurian (larceny) terhadap
persediaan dan aset-aset lainnya.
c. Kecurangan Laporan Keuangan (Fraudulent Financial Statement)
Kecurangan laporan keuangan (fraudulent financial statement
schemes) dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu dengan (1)
mencatat pendapatan-pendapatan fiktif (fictitious revenues), (2)
mencatatan pendapatan (revenue) dan/atau beban (expenses) dalam
periode yang tidak tepat, (3) menyembunyikan kewajiban dan beban
(concealed liabilities and expenses) yang bertujuan untuk
mengecilkan jumlah kewajiban dan beban agar perusahaan tampak
lebih menguntungkan, (4) menghilangan informasi atau
mencantumkan informasi yang salah secara sengaja dari catatan atas
laporan keuangan (improper disclosures), atau (5) menilai aset dengan
tidak tepat (improper asset valuation).
5. Kemampuan membuktikan kecurangan
Kemampuan auditor dalam membuktikan kecurangan adalah
kualitas dari seorang auditor dalam menjelaskan kekurangwajaran laporan
24
keuangan yang disajikan perusahaan dengan mengidentifikasi dan
membuktikan kecurangan (fraud) tersebut Sucipto (2007) dalam
Supriyanto (2014). Menurut Supriyanto (2014) menyatakan bahwa beban
kerja berpengaruh negatif terhadap kemampuan auditor pembuktikan
kecurangan dan skeptisme auditor.
Dalam melakukan pembuktian kecurangan, auditor diharuskan
memiliki beberapa kemampuan/keterampilan yang dapat mendukungnya
dalam melakukan tugas pembuktian, seperti (1) keterampilan teknis
(technical skills) yang meliputi kompetensi audit, teknologi informasi dan
keahlian investigasi, (2) keahlian/kemampuan untuk dapat bekerja dalam
sebuah tim, auditor harus dapat menerima ide-ide, pengetahuan dan
keahlian orang lain dengan komunikasi dan berpandangan terbuka, dan (3)
kemampuan menasehati (mentoring skill), kemampuan ini harus dapat
dimiliki oleh auditor senior dimana seorang senior harus dapat menuntun
para juniornya selama proses investigasi.
C. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
Untuk mendukung penelitian ini , berikut akan dikemukakan
beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan variabel penelitian.
Penelitian terdahulu ini diambil dari berbagai jurnal yang telah diterbitkan
oleh lembaga penelitian maupun instansi-instansi pendidikan. Adapun
hasil-hasil sebelumnya dari penelitian terdahulu mengenai topik yang
berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 2.1
25
Tabel 2.1
Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
No. Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Metode Penelitian Hasil
Penelitian Persamaan Perbedaan
1. Herman
karamoy
dan Heince
R.N. Wokas
(2015)
Pengaruh Indepedensi dan
Profesionalime, dalam
Mendeteksi Fraud
pada Auditor Internal.
Variabel
Profesionalisme
Auditor dan
mendeteksi fraud.
Metode sampling
diambil dari 4
inspektorat auditor
internal di Sulawesi
Utara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Indenpedensi tidak berpengaruh
signifikan dalam mendeteksi fraud.
Sedangkan Profesionalisme
berpengaruh signifikan dalam
mendeteksi fraud.
2. Rahmayani
Laras, dkk
(2014)
Pengaruh Kemampuan
Auditor, Skeptisme
Profesional Auditor,
Teknik Audit, dan
Whistleblower terhadap
Efektifitas Pelaksanaan
Audit Investigasi dalam
Pengungkapan
Kecurangan.
Variabel
whistleblower dan
audit investigasi
dalam
pengungkapan
kecurangan.
Variabel
kemampuan
auditor, skeptisme
profesional, teknik
audit, dan
penelitian ini
dilakukan di Riau.
Hasil penelitian menunjukan bahwa
whistleblower berpengaruh terhadap
efektifitas pelaksanaan audit
investigasi dalam pembuktian
kecurangan.
26
No. Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Metode Penelitian Hasil
Penelitian Persamaan Perbedaan
3. Supriyanto
(2014)
Pengaruh beban kerja,
pengalaman audit, tipe
kepribadian dan skeptisme
profesional terhadap
kemampuan auditor dalam
mendeteksi kecurangan.
Variabel
kemampuan
auditor dalam
mendeteksi
kecurangan.
Variabel beban
kerja, pengalaman
audit, dan tipe
kepribadian
terhadap skeptisme
auditor.
Hasil penelitian menunjukan bahwa
beban kerja, pengalaman audit dan
tipe kepribadian tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap kemampuan
auditor dalam mendeteksi kecurangan.
4. Dwi
Cahyono
Andy, dkk
(2015)
Pengaruh kompetensi,
independensi, objektifitas,
kompleksitas tugas, dan
integritas auditor terhadap
kualitas audit.
Variabel
kompleksitas
auditor.
Variabel
kompetensi,
independensi,
objektifitas, dan
integritas auditor
Kompleksitas auditor berpengaruh
negative terhadap kualitas audit.
Semakin kompleks tugas audit, maka
semakin lemah kualitas audit.
5. Christine
Dwi K dan
Rovinur
Hadid
Effendi
(2013)
Pengaruh profesionalisme
akuntan forensik terhadap
kompetensi bukti tindak
pidana korupsi.
Variabel
profesionalisme
akuntan forensik
dan kompetensi
bukti.
Penelitian ini
dilakukan di BPK
daerah Jawa Barat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
profesionalisme akuntan forensik
memiliki pengaruh yang sedang dan
signifikan terhadap kompetensi bukti
tindak pidana korupsi sebesar 33,67%.
27
No. Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Metode Penelitian Hasil
Penelitian Persamaan Perbedaan
6.
David J.
Cooper
(2013)
Fraud in accounting,
organizations, and society:
extending the boundaries
of research.
Variabel
pendeteksian
kecurangan.
Objek penelitian di
Alberta, Kanada
dan teknik analisis
data.
Hasil penelitian menunjukan bahwa
adanya pengakuan kecurangan terjadi
di beberapa domain, seperti individu,
perusahaan, bidang organisasi dan
lingkungan masyarakat secara umum.
7 Mau dan
Kingsley
(2015)
The Role of Forensic
Investigation Professionals
in the
Prevention ofvFraud and
Corruption in Developing
Countries.
Variabel
profesionalisme
akuntan forensik
dan
pengungkapan
kecurangan.
Objek penelitian di
USA dan teknik
analisis data.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat
pengaruh antara Profesional audit
forensik terhadap pencegahan
kecurangan dan korupsi sebesar 67%.
8 Yousif
Alabdullah,
dkk (2014)
The Role of Forensic
Accounting in Reducing
Financial Corruption:
A Study in Iraq
Variabel auditor
forensik dalam
mendeteksi
kecurangan.
Objek penelitian di
Iraq dan teknik
analisis data.
Hasil penelitian ini menunjukan
pengaruh signifikan antara metode
akuntansi forensik dan efektifitas
badan kontrol untuk mendeteksi kasus
korupsi keuangan.
Sumber: dari berbagai sumber yang diolah
28
Adanya skandal akuntansi dan kecurangan yang terjadi di
beberapa perusahaan
D. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Faktor penyebab terjadinya skandal akuntansi dan
kecurangan yang terjadi di beberapa perusahaan
Basis Teori : Teori Keagenan dan Teori Fraud Triangle
Profesionalisme
Auditor
Whistleblower
Kompleksitas
Auditor
Uji Statistik Deskriptif
Uji Kualitas Data
1. Uji Validitas
2. Uji Reliabilitas
Efektifitas
Kemampuan
Auditor Forensik
dalam Pembuktian
Kecurangan
(Fraud)
29
Gambar 2.1 (Lanjutan)
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan, Implikasi, Saran, dan Keterbatasan
Uji Asumsi Klasik
1. Multikolonieritas
2. Normalitas
3. Heteroskedastisitas
Metode Analisis:
Analisis Regresi Berganda
Uji Hipotesis
1. Adjusted R Square
2. Statistik t
30
E. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis
1. Kompleksitas Auditor terhadap Efektifitas kemampuan auditor forensik
dalam pembuktian kecurangan.
Kompleksitas audit didasarkan pada persepsi individu tentang
kesulitan suatu tugas audit Restu dan Indriantoro (2000), menyatakan
bahwa peningkatan kompleksitas dalam suatu tugas atau sistem, akan
menurunkan tingkat keberhasilan tugas itu. Terkait dengan kegiatan
pengauditan, tingginya kompleksitas audit dapat menyebabkan akuntan
berperilaku disfungsional sehingga menyebabkan penurunan kualitas
audit.
Demikian juga pada penelitian Cahyono, dkk (2015) menunjukan
bahwa kompleksitas auditor berpengaruh negatif terhadap kualitas audit
dan juga semakin kompleks tugas audit, maka semakin lemah kualitas
audit.
Dalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Anugerah dan
Akbar (2014) yang berjudul “Pengaruh Kompetensi, Kopleksitas Tugas
dan Skeptisme Profesional Terhadap Kualitas Audit” menyatakan hasil
bahwa kompleksitas tugas auditor tidak berpengaruh terhadap kualitas
audit. Oleh karena itu penulis ingin menguji apakah kompleksitas auditor
juga berpengaruh negatif terhadap kemampuan auditor dalam
pembuktian adanya kecurangan (fraud). Berdasarkan penelitian tersebut
maka dibuat hipotesis:
31
H1: Kompleksitas auditor berpengaruh terhadap efektifitas auditor
forensik dalam pembuktian kecurangan.
2. Profesionalisme auditor terhadap efektifitas kemampuan auditor forensik
dalam pembuktian kecurangan.
Dalam upaya mencegah dan mendeteksi terjadinya fraud
membutuhkan kinerja dan tindakan profesional dari auditor karena tidak
mungkin kecurangan dapat dideteksi dan dicegah jika auditor tidak
menjalankan peranan dan tanggung jawabnya secara profesional.
Dalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Karamoy dan
Woskas (2013) hasil penelitian menunjukkan bahwa profesionalisme
auditor berpengaruh signifikan dalam mendeteksi fraud di auditor
internal. Senada dengan penelitian yang dikerjakan oleh Futri dan
Juliarsa (2014) menunjukan bahwa profesionalisme auditor berpengaruh
signifikan terhadap kualitas audit.
Oleh karena itu penulis ingin menguji apakah profesionalisme
auditor juga berpengaruh terhadap kemampuan auditor dalam
pembuktian adanya kecurangan (fraud). Berdasarkan penelitian tersebut
maka dibuat hipotesis:
H2: Profesionalisme auditor berpengaruh terhadap efektifitas auditor
forensik dalam pembuktian kecurangan.
32
3. Whistleblower terhadap efektifitas kemampuan auditor forensik dalam
pembuktian kecurangan.
Menurut (Tuanakotta:2010) whistleblower atau peniup peluit
adalah orang yang mengetahui adanya bahaya atau ancaman dan
berusaha menarik perhatian orang banyak dengan “menuip peluitnya”.
Tuanakotta juga mengungkapkan bahwa peniup peluit memiliki peran
penting dalam pengungkapan kecurangan.
Senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Tuanakotta
diatas Rahmayani, dkk (2014) Hasil penelitian menunjukan bahwa
whistleblower berpengaruh terhadap efektifitas pelaksanaan audit
investigasi dalam pembuktian kecurangan.
Dalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Suastawan, dkk
(2017) yang berjudul “Pengaruh Budaya Organisasi, Proactive Fraud
Audit, dan Whistleblowing Terhadap Pencegahan Kecurangan dalam
Pengelolaan Dana BOS” menyatakan hasil penelitiannya bahwa
whistleblowing berpengaruh positif signifikan terhadap pencegahan
kecurangan (fraud) dalam pengelolaan dana BOS. Dari hasil kedua
penelitian tersebut penulis ingin meneliti apakah whistleblower
berpengaruh juga terhadap kemampuan pembuktian kecurangan yang
dilakukan oleh auditor forensik. Berdasarkan penelitian tersebut maka
dibuat hipotesis:
H3: Whistleblower berpengaruh terhadap efektifitas auditor forensik
dalam pembuktian kecurangan.
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kausalitas, yang menguji
pengaruh kompleksitas auditor, profesionalisme auditor, dan whistleblower
sebagai variabel independen, terhadap efektifitas audit forensik dalam
pembuktian kecurangan sebagai variabel dependen. Ruang lingkup penelitian
ini terbatas hanya pada profesi auditor, yaitu auditor yang bekerja di Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) yang berada di Jakarta.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi merupakan keseluruhan kelompok orang, kejadian, atau hal
minat yang ingin peneliti investigasi. Populasi dalam penelitian ini adalah
auditor forensik pada Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK
RI) yang berada di Jakarta. Dasar pemilihan sampel ini menggunakan metode
convenience sampling, yaitu memilih sampel dari elemen populasi yang
datanya mudah diperoleh peneliti.
Untuk mendapatkan data yang diperlukan peneliti menggunakan
instrumen berupa kuesioner yang diberikan kepada auditor yang bekerja di
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. Responden pada penelitian
ini ialah auditor forensik bagian Auditorat Utama Investigasi (AUI) yang
bekerja di BPK RI.
34
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data-data pada penelitian ini, peneliti
menggunakan dua cara yaitu penelitian pustaka dan penelitian lapangan.
1. Penelitian Pustaka (Library Research)
Peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang
sedang diteliti melalui buku, jurnal, majalah, tesis, internet dan perangkat
lain yang berkaitan dengan judul penelitian.
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer, yaitu sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumber
ahli. Dalam penelitian ini, data diperoleh melalui studi lapangan dengan
metode kuesioner melalui daftar pertanyaan tertulis kepada auditor
forensik. Kuesioner yang digunakan diadopsi dari pertanyaan-pertanyaan
yang dimuat dalam buku auditing, jurnal-jurnal SNA (Simposium
Nasional Akuntansi) dan skripsi. Selanjutnya pertanyaan-pertanyaan
tersebut dimodifikasi agar dapat dimengerti oleh responden. Untuk
mendapatkan data yang sebenarnya, kuesioner dibagikan kepada
responden dengan mendatangi langsung tempat responden.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan di penelitian ini adalah metode
analisis statatistik deskriptif, uji kualitas data, uji asumsi klasik dan uji
hipotesis yang perhitungannya dilakukan dengan menggunakan SPSS
(Statistical Package for the Social Science).
35
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif berhubungan dengan pengumpulan dan
peringkasan data serta penyajiannya yang biasanya disajikan dalam
bentuk tabulasi baik secara grafik dan atau numerik. Statistik deskriptif
digunakan untuk memberikan deskripsi suatu data yang dilihat dari
rata-rata (mean), standar deviasi (standard deviation), dan maksimum-
minimum (Ghozali, 2011:19).
2. Uji Kualitas Data
a. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner
dikatakan reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap
pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Imam
Ghozali, 2009:45).
b. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengetahui seberapa baik
ketepatan dan kecermatan suatu instrumen untuk mengukur suatu
konsep yang seharusnya diukur. Uji validitas digunakan untuk
mengukur sah atau validnya suatu kuesioner. Suatu kuesioner
dinyatakan valid jika pertanyaan atau pernyataan pada kuesioner
mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur pada kuesioner
tersebut (Ghozali, 2011:52).
36
3. Uji Asumsi Klasik
Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data primer ini, maka
dalam penelitian ini dilakukan uji normalitas, uji multikolonieritas, dan
uji heteroskedastisitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas ini dilakukan untuk menguji apakah dalam
model regresi variabel independen dan dependen keduannya
memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Untuk
mendeteksi apakah keduanya berdistribusi normal atau tidak yaitu
dengan melihat normal probability plot (P Plot). Distribusi normal
akan membentuk satu garis lurus diagonal, yang apabila distribusi
normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan
mengikuti garis diagonalnya. (Ghozali, 2013:161).
Selain menggunakan analisis grafik, penelitian ini juga
menggunakan analisis statistik kolomogrof-smirnov (K-S). Uji
statistik ini adalah pengujian yang dilakukan untuk mendeteksi
normalitas melalui pengamatan residual. Pengujian ini memiliki
kelebihan, yaitu sederhana dan tidak menimbulkan persepsi di
antara satu pengamat dengan pengamat lain yang sering terjadi
pada uji normalitas dengan menggunakan grafik. Konsep
kolomogrof-smirnov ini dengan membandingkan distribusi data
(yang akan diuji normalitasnya) dengan distribusi normal baku.
Distribusi normal baku adalah data yang telah ditransformasikan
37
dalam bentuk Z-score dan diasumsikan normal. Uji kolomogrof-
smirnov ini merupakan uji beda antara yang diuji normalitasnya
dengan data normal baku.
Jika signifikasi data dibawah 0,05, maka terdapat perbedaan
yang signifikan, dan jika signifikansi diatas 0,05, maka tidak terjadi
perbedaan yang signifikan. Penerapan uji kolomogrof-smirnov ialah
jika signifikasi dibawah 0,05, berarti data yang akan diuji
mempunyai perbedaan yang signifikan dengan data normal baku,
yang artinya bahwa data tersebut tidak normal. Sedangkan jika
signifikasi diatas 0,05, maka tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara data yang diuji normal karena tidak berbeda
dengan normal baku dan diterima. (Ghozali, 2013)
b. Uji Multikolonieritas
Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui apakah
ada hubungan atau korelasi diantara variabel independen.
Multikolonieritas menyatakan hubungan antar sesama variabel
independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi diantara variabel independen (Ghozali, 2009:95). Deteksi
ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi dapat
dilihat dari besaran VIF (Variance Inflation Factor) dan tolerance.
Regresi bebas dari multikolonieritas jika besar nilai VIF < 10 dan
nilai tolerance > 0,10 (Ghozali, 2009:96).
38
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam suatu model regresi terdapat persamaan atau perbedaan
varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain
tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut
heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah
homokedastisitas (Ghozali, 2009:125). Deteksi ada atau tidaknya
heterokedastisitas dapat dilihat dengan ada tidaknya pola tertentu
pada grafik scaterplot. Jika ada pola tertentu maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Tetapi jika tidak
ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas
(Ghozali, 2009:125-126).
E. Alat Uji Hipotesis
Pada penelitian ini digunakan tiga variabel independen dan satu
variabel dependen. Metode analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis
adalah regresi berganda (multiple regression), yaitu regresi yang digunakan
untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen.
Variabel independen terdiri dari Kompleksitas auditor,
Profesionalisme auditor dan Whistleblower. Sedangkan variabel dependennya
39
adalah efektifitas kemampuan auditor forensik dalam pembuktian
kecurangan. Persamaan regresi berganda dirumuskan sebagai berikut:
Dimana :
Y : Efektifitas kemampuan auditor forensik dalam
pembuktian kecurangan
α : Konstanta
β1 ,β2, dan β3 : Koefisien regresi
X1 : Kompleksitas auditor
X2 : Profesionalisme auditor
X3 : Whistleblower
e : Error
Pengujian hipotesis ini melalui beberapa pengujian, yaitu:
1. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen, nilai
R2 yang mendekati 1 berarti variabel-variabel independen memberikan
hamper semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel
independen (Ghozali, 20015).
Y = α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 +e
40
2. Uji Statistik t (Parsial)
Uji Statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel penjelas dan independen secara individu dalam menerangkan
variansi variabel dependen. Apakah variabel independen berpengaruh
secara nyata atau tidak (Ghozali, 2013:98). Pengambilan keputusan dapat
dilakukan dengan melihat probabilitasnya, yaitu: Jika probabilitas > 0,05,
maka model ditolak. Jika probabilitas < 0,05 maka model diterima.
F. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua jenis variabel, yaitu variabel
independen dan variabel dependen. Variabel independen adalah variabel yang
menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang lain dimana dalam penelitian
ini adalah variabel dependen. Sedangkan variabel yang dijelaskan atau
dipengaruhi oleh variable dependen adalah variabel independen.
Penelitian ini menguji pengaruh Kompleksitas Auditor (X1)
Profesionalisme Auditor (X2) dan Whistleblower (X3) terhadap Efektifitas
Kemampuan Auditor Forensik Dalam Pembuktian Kecurangan (Y).
Semua variabel ini diukur dengan mengadopsi instrumen yang
digunakan (Sofia, 2014). Variabel ini diukur menggunakan skala likert 5 poin
dari sangat sangat setuju (5), setuju (4), netral (3), tidak setuju (2) dan sangat
tidak setuju (1) dan dijelaskan dalam tabel 3.1.
41
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel Indikator
Butir
Nomor
Skala
Pengukuran
Kompleksitas
Auditor (X1)
(Wood (1988)
dalam Anugerah
dan Akbar
2014))
Kompleksitas komponen yaitu mengacu
pada jumlah informasi yang harus
diproses dan tahap pekerjaan yang harus
dilakukan untuk menyelesaikan sebuah
pekerjaan.
1,2,3*
Interval: 5
point skala
likert Kompleksitas koordinatif yang mengacu
pada jumlah (hubungan antara satu
bagian dengan bagian lain) yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah
pekerjaan.
4,5
Profesionalisme
Auditor (X2)
(Hall (1968)
dalam Kalbers
dan Fogarty
(1995))
Pengabdian pada profesi (Dedication) 6
Interval: 5
point skala
likert
Kewajiban Sosial (Social obligation) 7
Kemandirian (Autonomy demands) 8,9*
Keyakinan terhadap peraturan profesi
(Belief in self regulation)
10
Hubungan dengan sesama profesi
(Professional community affiliation)
11
42
Variabel Indikator
Butir
Nomor
Skala
Pengukuran
Whistleblower
(X3)
(Mark
Zimbelman
(2006: 114)
dalam
Suastawan
(2017))
Anonimitas 12
Interval: 5
point skala
likert
Indepedensi 13
Akses yang mudah 14
Tindak lanjut pelaporan 15,16*
Efektifitas
Kemampuan
Auditor Forensik
Dalam
Pembuktian
Kecurangan
(Y)
(Sofia, 2014)
Pengendalian internal 17*,18
Interval: 5
point skala
likert
Bagian rawan kecurangan 19
Pelatihan deteksi kecurangan 20
Penerapan akuntansi forensik 21
Standar pengauditan 22
Faktor dan bentuk kecurangan 23,24*
Metode dan prosedur audit 25
Keterangan: (*) pernyataan negatif
43
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap auditor forensik yang bekerja di
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI). Auditor
forensik yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah auditor forensik
yang bekerja di BPK RI pada Auditorat Utama Investigasi (AUI).
Auditor yang berpartisipasi dalam penelitian ini meliputi manager,
supervisor, auditor senior dan auditor junior yang melaksanakan
pekerjaan di bidang audit investigasi.
Pengumpulan data dilaksanakan melalui penyebaran kuesioner
penelitian secara langsung dengan mengirimkan langsung kepada kantor
BPK RI. Proses perizinan, penyebaran dan pengembalian kuesioner
dilaksanakan mulai tanggal 13 Juli 2017 sampai dengan 21 Juli 2017.
Gambaran mengenai data sampel disajikan pada tabel 4.1.
Tabel 4.1
Data Sampel Penelitian
Sumber : Data primer yang diolah.
No. Keterangan Jumlah Persentase
1. Jumlah kuesioner yang disebar 60 100%
2. Jumlah kuesioner yang tidak kembali 13 21,67%
3. Jumlah kuesioner yang tidak dapat diolah 1 1,67%
4. Jumlah kuesioner yang dapat diolah 46 76,67%
44
Kuesioner yang disebarkan berjumlah 60 buah dan jumlah yang
kembali adalah sebanyak 47 buah atau 78,33%. Kuesioner yang tidak
kembali sebanyak 13 buah atau 21,67%, hal ini dikarenakan waktu
penyebaran kuesioner yang terlalu singkat serta auditor forensik yang
sedang berada di kantor perwakilan daerah. Kuesioner yang dapat diolah
berjumlah 46 buah atau 76,67% sedangkan kuesioner yang tidak dapat
diolah sebanyak 1 buah atau 1,67% karena tidak diisi secara lengkap oleh
responden.
2. Karakteristik Profil Responden
Responden dalam penelitian ini adalah auditor forensik yang
bekerja di BPK RI pada Auditorat Utama Investigasi. Berikut ini adalah
deskripsi mengenai identitas penelitian yang terdiri dari jenis kelamin,
posisi terakhir, pendidikan terakhir, usia, dan pengalaman kerja
responden.
a. Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4.2 berikut ini menyajikan hasil uji deskripsi responden
berdasarkan jenis kelamin.
Tabel 4.2
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Sumber: Data primer yang diolah
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Laki-laki 34 73,9 73,9 73,9
Perempuan 12 26,1 26,1 100,0
Total 46 100,0 100,0
45
Tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa sekitar 34 orang atau 73,9%
responden didominasi oleh jenis kelamin laki-laki, dan sisanya
sebesar 12 orang atau 26,1% responden berjenis kelamin perempuan,
hal ini dikarenakan karakteristik profesi auditor forensik lebih
memerlukan banyak waktu dalam pekerjaannya sehingga responden
dalam penelitian ini mayoritas laki-laki.
b. Deskripsi responden berdasarkan jabatan
Hasil uji deskripsi responden berdasarkan jabatan disajikan pada
tabel 4.3 ini.
Tabel 4.3
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jabatan
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.3 diatas, diperoleh informasi bahwa mayoritas responden
adalah auditor junior sebanyak 25 orang atau sebesar 54,3%.
Responden yang menduduki jabatan sebagai auditor senior sebanyak
19 orang atau 41,3%, sedangkan sisanya yaitu sebagai manager dan
supervisor sebanyak 1 dan 1 orang atau sebesar 2,2% dan 2,2%. Hal
Jabatan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Auditor Junior 25 54,3 54,3 54,3
Auditor Senior 19 41,3 41,3 95,7
Supervisor 1 2,2 2,2 97,8
Manager 1 2,2 2,2 100,0
Total 46 100,0 100,0
46
ini dikarenakan semakin tinggi jabatan di Auditorat Utama
Investigasi semakin tinggi pula tingkat kesibukannya.
c. Deskripsi responden berdasarkan pendidikan terakhir
Tabel 4.4 berikut ini menyajikan hasil uji deskripsi responden
berdasarkan pendidikan terakhir.
Tabel 4.4
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Sumber: Data Primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden berpendidikan terakhir Strata Satu (S1) dengan jumlah 26
responden atau 56,5%. Sisanya dengan jumlah 20 responden atau
43,5% berpendidikan terakhir Strata Dua (S2) dan responden yang
berpendidikan terakhir Diploma III (D3) serta Strata Tiga (S3) tidak
ikut serta dalam mengisi kuesioner ini. Hal ini karena pada
umumnya standar pendidikan untuk dapat direkrut bekerja sebagai
pemeriksa di BPK RI minimal Strata Satu (S1).
Pendidikan Terakhir
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid S1 26 56,5 56,5 56,5
S2 20 43,5 43,5 100,0
Total 46 100,0 100,0
47
d. Deskripsi responden berdasarkan pengalaman kerja
Tabel 4.5 berikut ini menyajikan hasil uji deskripsi responden
berdasarkan pengalaman kerja.
Tabel 4.5
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat diketahui bahwa mayoritas
responden dalam penelitian ini sebesar 63% atau sekitar 29 auditor
forensik memiliki pengalaman kerja 6-10 tahun. Responden yang
memiliki pengalaman lebih dari 10 tahun sebanyak 13 orang atau
sebesar 28,3%, responden yang memiliki pengalaman kerja 3-6
tahun sebanyak 3 orang atau sebesar 6,5% dan sisanya responden
yang memiliki pengalaman kerja kurang dari 3 tahun sebanyak 1
orang atau sebesar 2,2%. Hal ini menunjukkan auditor forensik yang
bekerja pada Auditorat Utama Investigasi adalah auditor yang telah
memiliki cukup pengalaman dalam melaksanakan pemeriksaan
Pengalaman Kerja
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid < 3 Tahun 1 2,2 2,2 2,2
3-6 Tahun 3 6,5 6,5 8,7
6-10 Tahun 29 63,0 63,0 71,7
> 10 Tahun 13 28,3 28,3 100,0
Total 46 100,0 100,0
48
terkait kasus korupsi karena didominasi oleh auditor yang memiliki
pengalaman 6-10 tahun dan diikuti oleh auditor yang memiliki
pengalaman lebih dari 10 tahun sehingga dapat relevan untuk
memberikan informasi dalam penelitian ini.
e. Deskripsi responden berdasarkan umur
Tabel 4.6 berikut ini menyajikan hasil uji deskripsi responden
berdasarkan umur.
Tabel 4.6
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Umur
Sumber: data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.6 di atas menunjukkan responden yang bekerja
pada Auditorat Utama Investigasi sebesar 50% atau 23 orang berusia
25-34 tahun, sebesar 43,5% atau sebanyak 20 orang berusia 35-44
tahun, sebesar 6,5% atau sebanyak 3 orang berusia 45-54 tahun,
sementara untuk responden yang berusia kurang dari 25 tahun dan
lebih dari 55 tahun tidak ikut serta dalam mengisi kuesioner. Hal ini
Umur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 25-34 Tahun 23 50,0 50,0 50,0
35-44 Tahun 20 43,5 43,5 93,5
45-54 Tahun 3 6,5 6,5 100,0
Total 46 100,0 100,0
49
menunjukkan bahwa auditor forensik yang bekerja pada Auditorat
Utama Investigasi adalah mereka yang berusia 25-34 tahun dan usia
35-44 tahun, dikarenakan responden dalam penelitian ini didominasi
oleh auditor senior dan auditor junior.
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi
kompleksitas, profesionalisme, whistleblower dan pembuktian
kecurangan (fraud) akan diuji secara statistik deskriptif seperti yang
terlihat dalam tabel 4.7
Tabel 4.7
Hasil Uji Statistik Deskripsi
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.7 menjelaskan bahwa pada variabel kompleksitas
jawaban minimum responden sebesar 10 dan maksimum sebesar 22,
dengan rata-rata total jawaban 15,76 dan standar deviasi sebesar 3,414.
Variabel profesionalisme jawaban minimum responden sebesar 19 dan
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Kompleksitas 46 10 22 15,76 3,414
Profesionalisme 46 19 29 24,43 2,257
Whistleblower 46 15 25 19,87 1,939
Pembuktian fraud 46 27 44 36,13 3,030
Valid N (listwise) 46
50
maksimum sebesar 29, dengan rata-rata total jawaban 24,43 dan standar
deviasi sebesar 2,257. Pada whistleblower minimum jawaban responden
sebesar 15 dan maksimum sebesar 25, dengan rata-rata total jawaban
19,87 dan standar deviasi sebesar 1,939. Sedangkan, pada variabel
pembuktian fraud jawaban minimum responden sebesar 27 dan
maksimum sebesar 44, dengan rata-rata total jawaban 36,13 dan standar
deviasi sebesar 3,030.
2. Hasil Uji Kualitas Data
a. Hasil Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya
suatu kuesioner. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan
Pearson Correlation, pedoman suatu model dikatakan valid jika
tingkat signifikansinya dibawah 0,05 maka butir pertanyaan tersebut
dapat dikatakan valid. Tabel berikut menunjukkan hasil uji validitas
dari variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu
kompleksitas, profesionlisme, whistleblower, dan pembuktian fraud,
dengan 46 sampel responden.
Tabel 4.8
Hasil Uji Validitas Kompleksitas
Nomor Butir
Pernyataan
Pearson
Correlation
Sig
(2-Tailed)
Keterangan
Kom_1 0,800** 0,000 VALID
Kom_2 0,472** 0,001 VALID
Kom_3 0,891** 0,000 VALID
Kom_4 0,907** 0,000 VALID
Kom_5 0,808** 0,000 VALID
Sumber: Data primer yang diolah
51
Tabel 4.8 menunjukkan variabel kompleksitas mempunyai
kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikansi
lebih kecil dari 0,05.
Tabel 4.9
Hasil Uji Validitas Profesionalisme
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.9 menunjukkan variabel profesionalisme mempunyai
kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikansi
lebih kecil dari 0,05.
Tabel 4.10
Hasil Uji Validitas Whistleblower
Sumber: Data primer yang diolah
Nomor Butir
Pernyataan
Pearson
Correlation
Sig
(2-Tailed)
Keterangan
Pro_1 0,603** 0,000 VALID
Pro_2 0,607** 0,000 VALID
Pro_3 0,598** 0,000 VALID
Pro_4 0,666** 0,000 VALID
Pro_5 0,559** 0,000 VALID
Pro_6 0,627** 0,000 VALID
Nomor Butir
Pernyataan
Pearson
Correlation
Sig
(2-Tailed)
Keterangan
Wb_1 0,623** 0,000 VALID
Wb_2 0,634** 0,000 VALID
Wb_3 0,550** 0,000 VALID
Wb_4 0,578** 0,000 VALID
Wb_5 0,743** 0,000 VALID
52
Tabel 4.10 menunjukkan variabel whistleblower mempunyai
kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikansi
lebih kecil dari 0,05.
Tabel 4.11
Hasil Uji Validitas Pembuktian Fraud
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.11 menunjukkan variabel pembuktian fraud
mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai
signifikansi lebih kecil dari 0,05.
b. Hasil Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk menilai konsistensi dari
instrumen penelitian. Suatu instrumen penelitian dapat dikatakan
reliabel jika nilai Cronbach Alpha berada diatas 0,6. Tabel 4.12
Nomor Butir
Pernyataan
Pearson
Correlation
Sig
(2-Tailed)
Keterangan
Pk_1 0,473** 0,001 VALID
Pk_2 0,578** 0,000 VALID
Pk_3 0,356** 0,015 VALID
Pk_4 0,716** 0,000 VALID
Pk_5 0,639** 0,000 VALID
Pk_6 0,609** 0,000 VALID
Pk_7 0,740** 0,000 VALID
Pk_8 0,661** 0,000 VALID
Pk_9 0,708** 0,000 VALID
53
menunjukkan hasil uji reliabilitas untuk empat variabel penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini.
Tabel 4.12
Hasil Uji Reabilitas
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.12 menunjukkan nilai cronbach’s alpha atas variabel
Kompleksitas sebesar 0,849, Profesionalisme sebesar 0,650,
Whistleblower sebesar 0,614, dan Pembuktian fraud sebesar 0,780.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pernyataan dalam
kuesioner ini reliabel karena mempunyai nilai cronbach’s alpha
lebih besar dari 0,6. Hal ini menunjukkan bahwa setiap item
pernyataan yang digunakan akan mampu memperoleh data yang
konsisten yang berarti bila pernyataan itu diajukan kembali akan
diperoleh jawaban yang relatif sama dengan jawaban sebelumnya.
3. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Hasil Uji Multikolonieritas
Untuk mendeteksi adanya problem multiko, maka dapat
dilakukan dengan melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation
Factor (VIF) serta besaran korelasi antar variabel independen.
Variabel Cronbach’s Alpha Keterangan
Kompleksitas 0,849** Reliabel
Profesionalisme 0,650** Reliabel
Whistleblower 0,614** Reliabel
Pembuktian fraud 0,780** Reliabel
54
Tabel 4.13
Hasil Uji Multikolonieritas
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.13 diatas terlihat bahwa nilai tolerance
mendekati angka 1 dan nilai variance inflation factor (VIF) disekitar
angka 1 untuk setiap variabel, nilai tolerance dan VIF untuk
kompleksitas sebesar 0,972 dan 1,029, lalu nilai tolerance dan VIF
untuk profesionalisme sebesar 0,733 dan 1,365, nilai tolerance dan
VIF untuk whsitleblower sebesar 0,749 dan 1,335. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa model persamaan regresi tidak terdapat
multikoloniertas antar variabel independen dalam model regresi dan
dapat digunakan dalam penelitian ini.
b. Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam
sebuah model regresi, variabel dependen dan variabel independen
atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model
regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati
normal.
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 16,339 4,762 3,431 ,001
Kom -,071 ,113 -,080 -,632 ,531 ,972 1,029
Pro ,701 ,196 ,522 3,571 ,001 ,733 1,365
Wb ,191 ,226 ,122 ,845 ,403 ,749 1,335
a. Dependent Variable: Pk
55
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot
Sumber: Data primer yang diolah
Hasil uji normalitas berdasarkan output histogram disajikan
pada gambar berikut ini.
Gambar 4.2
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram
Sumber: Data primer yang diolah
56
Gambar 4.1 dan 4.2 memperlihatkan penyebaran data yang
berada disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, ini
menunjukkan bahwa model regresi telah memenuhi asumsi
normalitas.
Pengujian normalitas dengan menggunakan grafik terkadang
dapat menimbulkan kebingunan dalam membaca grafik tersebut jika
tidak hati-hati dalam membacanya karena secara visual dapat terlihat
normal namun secara statistik bisa sebaliknya. Oleh karena itu
pengujian uji normalitas juga menggunakan metode uji kolmogorof-
smirnov digambarkan dalam tabel 4.14 berikut ini.
Tabel 4.14
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Nilai Kolmogorof-Smirnov
Sumber: Data primer yang diolah
Hasil uji normalitas dengan menggunakan uji statistik
kolmogorof-smirnov (K-S) diatas menunjukkan nilai kolmogorof-
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 46
Normal Parametersa,b
Mean ,0000000
Std. Deviation 2,45762430
Most Extreme Differences Absolute ,120
Positive ,120
Negative -,105
Test Statistic ,120
Asymp. Sig. (2-tailed) ,093c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
57
smirnov (K-S) sebesar 0,120, dengan nilai signifikansi sebesar 0,093.
Hal ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi diatas 0,05 (α>0,05)
maka tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara data yang akan
diuji dengan data normal baku, yang artinya data yang diuji dalam
penelitian ini bersifat normal karena tidak berbeda dengan normal
baku yang artinya H0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa model
regresi memenuhi asumsi normalitas karena tingkat signifikan yang
melebihi 0,05 (α>0,05).
c. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Pengujian heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji
apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians
dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika
varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain
tetap, maka disebut homoskedastisitas.
Gambar 4.3
Grafik Scatterplot
Sumber: Data primer yang diolah
58
Berdasarkan gambar 4.3, grafik scatterplot menunjukkan
bahwa data tersebar di atas dan di bawah angka 0 (nol) pada sumbu
Y dan tidak terdapat suatu pola yang jelas pada penyebaran data
tersebut. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model
persamaan regresi, sehingga model regresi layak digunakan untuk
memprediksi pembuktian kecurangan berdasarkan variabel yang
mempengaruhinya, yaitu kompleksitas, profesionalisme, dan
whistleblower.
4. Hasil Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan model
analisi regresi berganda (multiple regression analysis), yaitu:
a. Uji Koefisien Adjusted R Square (R2)
Uji koefisien adjusted R Square dilakukan untuk
mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen dalam
menjelaskan variabel dependen.
Tabel 4.15
Hasil Uji Koefisien Adjusted R Square
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.15 menunjukkan nilai Adjusted R Square sebesar
0,295 atau 29,5%, ini menunjukkan bahwa variabel pembuktian
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,585a ,342 ,295 2,544
a. Predictors: (Constant), Wb, Kom, Pro
b. Dependent Variable: Pk
59
kecurangan yang dapat dijelaskan oleh variabel kompleksitas
auditor, profesionalisme auditor, dan whistleblower adalah sebesar
29,5%, sedangkan sisanya sebesar 0,705 atau 70,5% (1-0,295)
dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak disertakan dalam model
penelitian ini. Oleh karena itu, penelitian lain dapat dilakukan untuk
mencari faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi pembuktian
kecurangan tersebut, seperti independensi auditor, maupun keahlian
auditor.
b. Hasil Uji Statistik t
Uji statistik t digunakan untuk mengetahui ada atau
tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen secara
individual terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat
signifikansi 0,05. Hasil uji statistik t dapat dilihat pada tabel 4.16,
jika nilai probability t lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima,
sedangkan jika nilai probability t lebih besar dari 0,05 maka Ha
ditolak.
Tabel 4.16
Hasil Uji Statistik t
Sumber: Data primer yang diolah
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 16,339 4,762 3,431 ,001
Kom -,071 ,113 -,080 -,632 ,531
Pro ,701 ,196 ,522 3,571 ,001
Wb ,191 ,226 ,122 ,845 ,403
a. Dependent Variable: Pk
60
Hasil uji hipotesis t dapat dilihat pada tabel 4.16, hasil uji
ini digunakan untuk menguji hipotesis 1, 2, dan 3.
Hasil Uji Hipotesis 1: Pengaruh Kompleksitas Auditor terhadap
Efektifitas Kemampuan Auditor Forensik dalam Pembuktian
Kecurangan
Hasil uji hipotesis 1 dapat dilihat pada tabel 4.16 untuk
variabel kompleksitas auditor mempunyai tingkat signifikansi
sebesar 0,531. Hal ini berarti menolak H1 sehingga dapat dikatakan
bahwa variabel kompleksitas auditor tidak berpengaruh signifikan
terhadap efektifitas auditor forensik dalam pembuktian kecurangan
karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel kompleksitas
auditor lebih besar dari 0,05.
Hasil penelitian ini tidak konsisten sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Cahyono, dkk (2015) yang menyatakan bahwa
kompleksitas auditor berpengaruh negatif terhadap kualitas audit.
Berbeda dengan penelitian Anugerah dan Akbar (2014) yang
menyatakan bahwa kompleksitas tugas auditor tidak berpengaruh
terhadap kualitas audit. Kualitas audit disini yaitu berupa hasil
pemeriksaan yang memuat adanya kelemahan dalam pembuktian
kecurangan, penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-
undangan, Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (2007) dalam
Anugerah dan Akbar (2014).
61
Kompleksitas auditor didasarkan pada persepsi individu
yang menimbulkan kemungkinan bahwa suatu tugas audit sulit bagi
seseorang, namun mudah bagi orang yang lain. Berdasarkan tugas
seorang auditor yang kompleks serta membingungkan (ambiguous)
dan tidak terstruktur, maka alternatif-alternatif yang ada tidak dapat
didefinisikan, sehingga data tidak dapat diperoleh dan output nya
tidak dapat diprediksi. Hal inilah yang membuat kompleksitas
auditor tidak berpengaruh terhadap efektifitas auditor forensik dalam
pembuktian kecurangan.
Hasil Uji Hipotesis 2: Pengaruh Profesionalisme Auditor
terhadap Efektifitas Kemampuan Auditor Forensik dalam
Pembuktian Kecurangan
Hasil uji hipotesis 2 dapat dilihat pada tabel 4.16 untuk
variabel profesionalisme auditor mempunyai tingkat signifikansi
sebesar 0,001. Hal ini berarti menerima H2 sehingga dapat dikatakan
bahwa variabel profesionalisme auditor berpengaruh signifikan
terhadap pembuktian kecurangan karena tingkat signifikansi yang
dimiliki variabel profesionalisme auditor lebih kecil dari 0,05.
Hasil penelitian ini konsisten sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Dwi dan Effendi (2013), yang menunjukkan bahwa
profesionalisme auditor forensik berpengaruh dan signifikan
terhadap kompetensi bukti fraud, yang berarti setiap peningkatan
profesionalisme auditor forensik akan meningkatkan kompetensi
62
bukti fraud, dan sebaliknya setiap penurunan profesionalisme auditor
forensik akan menurunkan kompetensi bukti fraud. Semakin tinggi
tingkat profesionalismenya, maka orang tersebut semakin
profesional.
Senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Karamoy
dan Wokas (2015), Profesionalisme berpengaruh signifikan dalam
mendeteksi fraud. Maka dapat disimpulkan bahwa semakin baik
profesionalisme seorang auditor, maka semakin mudah auditor untuk
menemukan pembuktian kecurangan. Auditor yang profesional harus
memiliki independensi untuk memenuhi kewajiban profesionalnya,
memberikan opini yang objektif, tidak bias, dan tidak dibatasi, dan
melaporkan masalah apa adanya, bukan melaporkan sesuai
keinginan eksekutif atau lembaga. Sehingga hasil uji hipotesis ini
menyatakan bahwa profesionalisme auditor berpengaruh signifikan
terhadap pembuktian kecurangan.
Hasil Uji Hipotesis 3: Pengaruh Whistleblower terhadap
Efektifitas Kemampuan Auditor Forensik dalam Pembuktian
Kecurangan
Hasil uji hipotesis 3 dapat dilihat pada tabel 4.16 untuk
variabel whistleblower mempunyai tingkat signifikansi sebesar
0,403. Hal ini berarti menolak H3 sehingga dapat dikatakan bahwa
variabel whistleblower tidak berpengaruh signifikan terhadap
pembuktian kecurangan karena tingkat signifikansi yang dimiliki
63
variabel whistleblower lebih besar dari 0,05. Hal ini konsisten sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Wibowo dan Winny (2009)
yang menyatakan bahwa fraud early warning system (FEWS) yang
juga bisa merujuk pada whistleblower, menunjukkan tidak ada
pengaruh yang signifikan terhadap aktifitas bisnis yang mengarah
terhadap tindakan fraud.
Namun hasil penelitian ini tidak konsisten sesuai dengan
Suastawan, dkk (2017) yang menyatakan bahwa whistleblowing
berpengaruh positif signifikan terhadap pencegahan kecurangan
(fraud). Senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmayani
Laras, dkk (2014) yang menyatakan bahwa whistleblower
berpengaruh terhadap efektifitas pelaksanaan audit investigasi dalam
pembuktian kecurangan. Hasil uji hipotesis ini dapat disebabkan oleh
beberapa faktor seperti adanya ketidakmauan seseorang untuk
melakukan whistleblowing, adanya keraguan terhadap perlindungan
whistleblower pada perusahaan maupun belum terlalu efektifnya
system whistleblower dalam sebuah perusahaan.
64
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompleksitas
auditor, profesionalisme auditor, dan whistleblower terhadap efektifitas
kemampuan auditor forensik dalam pembuktian kecurangan. Responden
dalam penelitian ini berjumlah 46 auditor forensik yang bekerja di BPK RI
bagian Auditorat Utama Investigasi (AUI). Berdasarkan pada data yang telah
dikumpulkan dan hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap
permasalahan dengan menggunakan model regresi berganda, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Kompleksitas auditor tidak memiliki pengaruh dan signifikan terhadap
efektifitas kemampuan auditor forensik dalam pembuktian kecurangan.
Hasil penelitian ini konsisten sesuai dengan penelitian Anugerah dan
Akbar (2014) yang menyatakan bahwa kompleksitas tugas tidak
berpengaruh terhadap kualitas audit yang juga merujuk pada fraud. Hasil
penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Cahyono,
dkk (2015) yang menyatakan bahwa kompleksitas auditor berpengaruh
negatif terhadap kualitas audit yang juga termasuk dalam indikator
pembuktian fraud.
2. Profesionalisme auditor memiliki pengaruh dan signifikan terhadap
efektifitas kemampuan auditor forensik dalam pembuktian kecurangan.
65
Hasil penelitian ini konsisten sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Dwi dan Effendi (2013), yang menunjukkan bahwa profesionalisme
auditor forensik berpengaruh dan signifikan terhadap kompetensi bukti
kecurangan. Senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Karamoy dan
Wokas (2015), profesionalisme berpengaruh signifikan dalam
mendeteksi fraud.
3. Whistleblower tidak memiliki pengaruh dan signifikan terhadap
efektifitas kemampuan auditor forensik dalam pembuktian kecurangan.
Hasil penelitian ini konsisten sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Wibowo dan Winny (2009) yang menyatakan bahwa fraud early
warning system (FEWS) yang juga bisa merujuk pada whistleblower,
menunjukkan tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap aktifitas bisnis
yang mengarah terhadap tindakan fraud. Namun hasil penelitian ini tidak
konsisten sesuai dengan Suastawan, dkk (2017) yang menyatakan bahwa
whistleblowing berpengaruh positif signifikan terhadap pencegahan
kecurangan (fraud). Senada dengan penelitian yang dilakukan oleh
Rahmayani Laras, dkk (2014) yang menyatakan bahwa whistleblower
berpengaruh terhadap efektifitas pelaksanaan audit investigasi dalam
pembuktian kecurangan.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan di atas menunjukkan bahwa dalam
menjalankan tugasnya, auditor forensik dituntut untuk memiliki berbagai
pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan audit, serta para auditor agar
66
senantiasa secara terus-menerus melakukan proses belajar dan mencari
pengalaman yang sebanyak-banyaknya. Dengan beragam kasus maupun
skandal kecurangan yang terjadi, maka diharapkan hasil dari penelitian ini
dapat menjadi panduan bagi seluruh auditor forensik didalam melaksanakan
pekerjaannya agar menjadi berkualitas. Diharapkan dengan terus
meningkatkan kompetensinya, serta melakukan pekerjaan audit secara
profesional akan mengurangi kecilnya kemungkinan terjadinya berbagai
skandal akuntansi keuangan seperti yang pernah terjadi selama ini. Maka,
auditor forensik dalam melakukan prosedur audit untuk membuktikan adanya
kecurangan tidak terlepas dari adanya sikap profesionalsime.
C. Keterbatasan
Penelitian ini mempuyai keterbatasan yang mungkin dapat
melemahkan hasilnya. Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Terbatasnya sumber informasi dan penelitian terdahulu yang relevan
dengan judul yang diangkat peneliti.
2. Data penelitian ini terbatas pada kuesioner.
3. Ruang lingkup penelitian ini hanya dilakukan di Jakarta
D. Saran
Penelitian ini di masa mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil
penelitian yang lebih berkualitas lagi dengan adanya beberapa masukan
mengenai beberapa hal, diantaranya:
67
1. Penelitian lebih lanjut disarankan untuk menambah variabel-variabel
yang berpengaruh terhadap efektifitas kemampuan auditor forensik
dalam pembuktian kecurangan, misalnya: keahlian auditor, dan
independensi.
2. Peneliti selanjutnya disarankan untuk mendapatkan data berupa
wawancara langsung kepada auditor forensik yang menjadi responden
penelitian agar bisa mendapatkan data yang lebih nyata.
3. Penelitian lebih lanjut diharapkan dapat memperluas daerah survei,
sehingga hasil penelitian lebih mungkin untuk disimpulkan secara umum.
68
DAFTAR PUSTAKA
Amin Widjaja Tunggal, “Internal Auditing”, Jakarta: Harvarindo, 2005.
Anugerah dan Akbar, “Pengaruh Kompetensi, Kompleksitas Tugas Dan Skeptisme
Profesional Terhadap Kualitas Audit”, ISSN 2337-4314, Jurnal Akuntansi,
Vol. 2, No. 2, 139-148. 2014.
Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), “Report to the Nations on
Occupational Fraud and Abuse”. Global Fraud Study. 2012
Astuti, Ni Putu Sri, “Peran Audit Forensik Dalam Upaya Memberantas Korupsi
Di Indonesia”. Jurnal. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. 2013.
Cahyono, Wijaya dan Domai, “Pengaruh Kompetensi, Independensi, Objektifitas,
Kompleksitas Tugas, Dan Integritas Auditor Terhadap Kualitas Audit”,
ISSN: 2407-6864, E-Jurnal Universitas Brawijaya, Vol. 5, No.1, 2015.
David J. Cooper, Tina Dacin, Don Palmer, “Fraud in Accounting, Organizations
and Society: Extending the Boundaries of Research”, Alberta School of
Business Research Paper, No.04, 2014.
Dwi, Christine K. dan Rovinur Hadid Effendi, “Pengaruh Profesionalisme
Akuntan Forensik Terhadap Kompetensi Bukti Tindak Pidana Korupsi”.
Jurnal. Bandung: Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Maranatha. 2013.
Futri Putu Septiani dan Juliarsa G, “Pengaruh Independensi, Profesionalisme,
Tingkat Pendidikan, Etika Profesi, Pengalaman, dan Kepuasan Kerja
Auditor Terhadap Kualitas Audit di Kantor Akuntan Publik di Bali” ISSN:
2302-8556, E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana: 41-58. 2014.
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS21”
Edisi 7. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2013.
Hamid, Abdul. “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah”. Jakarta. 2012.
Kalbers L.P. dan Fogarty. “Profesionalism and its Consequences: A Study
Internal’s Auditor”. A Journal Practice and Theory (Spring): 64 – 85.
1995.
Karamoy, Herman, “Pengaruh Independensi dan Profesionalisme dalam
Mendeteksi Fraud Pada Auditor Internal Provinsi Sulawesi Utara”.
Jurnal. Manado: Fakultas Ekonomi Universitas Sam Ratulangi, 2015.
69
Mau, Kelly Kingsley, “The Role of Forensic Investigation Professionals in the
Prevention of Fraud and Corruption in Developing Countries”, School of
Business and Public Policy, Saint Monica University Honolulu, Hawaii,
USA, 2015.
Prasita, Andin, dan Priyo, “Pengaruh Kompleksitas Audit Dan Tekanan Anggaran
Waktu Terhadap Kualitas Audit”, Jurnal Universitas Kristen Satya
Wacana, Salatiga, 2007.
Rahmayani, L., Dr. Kamaliah, M. A., & Dra. Susilatri, M. A, “Pengaruh
Kemampuan Auditor, Skeptisme Profesionalisme Auditor, Teknik Audit
Dan Whistleblower Terhadap Efektifitas Pelaksanaan Audit Investigasi
Dalam Pengungkapan Kecurangan”. JOM FEKON, Vol. 1, No. 2 Oktober
2014.
Restuningdiah, Nurika dan Nur Indriantoro, “Pengaruh Partisipasi terhadap
Kepuasan Pemakai dalam pengembangan Sistem Informasi dengan
Kompleksitas Tugas, Kompleksitas Sistem, dan Pengaruh Pemakai
sebagai Moderating Variabel”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 3,
No. 2: 119-133. 2000.
Sawyer, “Internal Auditing”, Salemba Empat, Jakarta, 2009.
Sofia, Irma Paramita, “Persepsi Auditor Internal Dan Eksternal Mengenai
Efektivitas Metode Pendeteksian Dan Pencegahan Tindakan Kecurangan
Keuangan”. 3rd
Economics and Bussiness Research Festival, ISBN: 978-
979-3775-55-5, 2014.
Suastawan Dwi Putra, Sujana Edy, Sulindawati Erni, “pengaruh budaya
organisasi, proactive fraud audit, dan whistleblowing terhadap pecegahan
kecurangan (fraud) dalam pengelolaan dana BOS” e-Journal S1 Ak
Universitas Pendidikan Ganesha: Vol: 7, No: 1, 2017.
Supriyanto, “Pengaruh Beban Kerja, Pengalaman Audit, Tipe Kepribadian Dan
Skeptisme Profesional Terhadap Kemampuan Auditor Dalam Mendeteksi
Kecurangan”, E-Jurnal Akuntansi Universitas Muhammadiyah Surakarta,
2014.
Theodorus M. Tuanakotta, “Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif”, Jakarta:
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LPFE UI),
2007.
Wahono, Sugeng, “Audit Investigasi”. Surabaya: Universitas Narotama. 2011.
Wibowo dan Winny Wijaya, “Pengaruh Penerapan Fraud Early Warning System
(FEWS) Terhadap Aktivitas Bisnis Perusahaan”, Jurnal Informasi
Perpajakan, Akuntansi dan Keuangan Publik, Vol. 4. No. 2, Hal 77-111,
2009.
70
Yousif Alabdullah, Ali Alfadhl, Sofri Yahya, dan Rabi Mohammad, “The Role of
Forensic Accounting in Reducing Financial Corruption: A Study in Iraq”,
E-ISSN 1833-8119, International Journal of Business and Management;
Vol. 9, No. 1, 2014.
71
LAMPIRAN-LAMPIRAN
72
Lampiran 1
Surat Penelitian Skripsi
72
74
Lampiran 2
Surat Keterangan Dari
BPK-RI
74
76
Lampiran 3
Kuesioner Penelitian
76
77
Nomor: ............ (diisi oleh peneliti)
DATA RESPONDEN
Nama : ..........................................
(boleh tidak diisi)
Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
Umur : <25 Tahun
25-34 Tahun
35-44 Tahun
45-54 Tahun
>55 Tahun
Jabatan : Auditor Junior Supervisor
Auditor Senior Manager
Pendidikan Terakhir : D3 S2
S1 S3
Pengalaman Kerja : < 3 Tahun 6-10 Tahun
3-6 Tahun >10 Tahun
Petunjuk Pengisian Kuesioner
Berilah tanda silang (X) untuk setiap pernyataan di bawah ini yang menggambarkan
persepsi Anda, dimana :
1= Sangat Tidak Setuju (STS) 4= Setuju (S)
2= Tidak Setuju (TS) 5= Sangat Setuju (SS)
3= Netral (N)
78
LAMPIRAN KUESIONER
NO. PERNYATAAN STS TS N S SS
1 Saya merasa mengalami kesulitan apabila tugas
yang akan saya kerjakan memiliki sedikit
informasi.
2 Struktur tugas yang jelas akan mempermudah saya
dalam penyelesaian pekerjaan tersebut.
3 Tidak jelas bagi saya struktur setiap jenis tugas
yang harus saya kerjakan selama ini.
4 Saya merasa tidak mampu untuk menyelesaikan
tugas yang memiliki tingkat kesulitan diatas
kemampuan saya.
5 Saya akan mengalami stress individual ketika
jumlah tugas yang saya kerjakan begitu banyak dan
dituntut deadline.
6 Auditor forensik menggunakan segenap
pengetahuan, kemampuan dan pengalaman dalam
melaksanakan pekerjaannya.
7 Profesi auditor forensik merupakan profesi yang
memiliki peran penting di masyarakat.
8 Dalam memutuskan hasil audit, auditor
forensik tidak mendapat tekanan dari siapapun.
79
9 Dalam memutuskan hasil audit, auditor forensik
harus menuruti apapun yang dikatakan oleh klien.
10 Kinerja auditor forensik dapat dinilai oleh rekan
sesama profesi karena mempunyai pengetahuan
yang sama sehingga jika terdapat kesalahan
pertimbangan dapat segera diketahui.
11 Dengan sering berkumpul dan berdiskusi bersama
rekan seprofesi, akan meningkatkan pengetahuan
sehingga dapat lebih akurat dalam membuat
pertimbangan audit.
12 Whistleblower berani mengungkapkan adanya
kecurangan karena identitasnya dirahasiakan.
13 Kasus kecurangan yang diungkapkan oleh
Whistleblower akan ditindaklanjuti oleh pihak yang
independen atau netral.
14 Perusahaan yang sedang diaudit harus memiliki
wadah/tempat yang disediakan khusus untuk
Whistleblower sebagai sarana pelaporan adanya
kecurangan di perusahaan.
15 Tindak kecurangan yang dilaporkan oleh
Whistleblower harus ditindaklanjuti dan dilakukan
investigasi yang mendalam.
80
16 Whistleblower yang melaporkan adanya tindak
kecurangan tidak akan ditindaklanjuti oleh auditor
forensik.
17 Saya tidak memahami struktur pengendalian
Internal.
18 Perlu adanya review secara berkala terhadap
pengendalian internal.
19 Saya perlu melakukan review terhadap bagian yang
dianggap rawan tindak kecurangan.
20 Saya perlu diberikan pelatihan pencegahan dan
pendeteksian tindak kecurangan.
21 Perlu adanya penerapan akuntansi forensik dalam
perusahaan.
22 Perlu adanya standar pengauditan mengenai
pendeteksian kecurangan.
23 Saya mampu menelusuri faktor-faktor penyebab
kecurangan.
24 Saya tidak mampu memperkirakan bentuk-bentuk
kecurangan yang terjadi.
25 Saya harus menggunakan metode dan prosedur audit
secara efektif.
81
Lampiran 4
Daftar Identitas dan
Jawaban Responden
81
82
IDENTITAS RESPONDEN
No. Jenis
Kelamin
Umur Jabatan Pendidikan
Terakhir
Pengalaman
Kerja
1. 1 3 2 2 4
2. 1 3 2 3 3
3. 2 2 2 2 3
4. 1 2 1 3 3
5. 1 3 1 3 4
6. 1 3 2 2 4
7. 2 3 2 2 4
8. 2 2 1 2 2
9. 1 3 1 3 3
10. 1 3 1 2 3
11. 1 3 1 2 3
12. 2 4 2 3 4
13. 2 4 2 3 4
14. 1 3 1 2 3
15. 2 3 4 3 4
16. 1 2 1 3 2
17. 1 2 1 2 3
18. 2 2 2 2 3
19. 1 2 2 2 3
20. 1 2 1 2 3
21. 1 2 2 2 4
22. 1 2 2 3 3
23. 1 3 2 3 3
83
24. 1 3 1 3 4
25. 1 2 1 2 3
26. 2 3 2 2 4
27. 2 4 3 3 4
28. 1 2 1 2 1
29. 1 2 2 2 3
30. 2 2 1 2 2
31. 1 3 2 2 3
32. 2 3 1 3 3
33. 1 3 2 3 4
34. 1 3 1 2 4
35. 1 2 1 2 3
36. 1 3 2 2 3
37. 1 2 1 3 3
38. 1 2 2 2 3
39. 1 2 1 2 3
40. 1 2 1 2 3
41. 2 3 1 3 3
42. 1 2 1 3 3
43. 1 2 2 3 3
44. 1 3 1 3 3
45. 1 2 1 2 3
46. 1 2 1 3 3
84
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL KOMPLEKSITAS AUDITOR
No. Kom_1 Kom_2 Kom_3 Kom_4 Kom_5 Total
1. 2 4 2 2 2 12
2. 4 4 2 2 2 14
3. 2 4 1 1 2 10
4. 5 5 4 4 4 22
5. 4 5 2 2 2 15
6. 4 4 4 4 3 19
7. 5 5 4 4 4 22
8. 5 5 4 4 3 21
9. 4 4 3 3 3 17
10. 4 5 4 4 4 21
11. 4 4 3 3 4 18
12. 4 5 2 2 2 15
13. 2 4 2 2 2 12
14. 4 4 2 2 2 14
15. 5 5 4 4 4 22
16. 4 4 2 2 2 14
17. 4 4 3 3 2 16
18. 5 5 3 3 4 20
19. 3 4 4 3 3 17
20. 3 4 3 3 3 16
21. 4 4 2 2 2 14
22. 5 5 2 2 5 19
23. 4 4 2 2 2 14
85
24. 4 5 2 2 2 15
25. 3 4 2 2 2 13
26. 4 4 4 4 2 18
27. 4 4 2 2 3 15
28. 4 5 2 2 2 15
29. 4 4 1 1 1 11
30. 4 5 3 3 4 19
31. 2 3 2 2 2 11
32. 4 4 3 3 4 18
33. 4 4 2 2 3 15
34. 3 3 2 2 3 13
35. 4 4 3 3 3 17
36. 3 4 1 1 1 10
37. 4 4 2 2 3 15
38. 4 4 3 3 3 17
39. 4 5 2 2 2 15
40. 2 4 1 1 2 10
41. 4 4 2 2 2 14
42. 3 5 1 1 2 12
43. 2 5 1 1 2 11
44. 5 5 3 3 3 19
45. 5 4 3 3 5 20
46. 4 5 3 3 3 18
86
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL PROFESIONALISME AUDITOR
No. Pro_1 Pro_2 Pro_3 Pro_4 Pro_5 Pro_6 Total
1. 4 4 4 4 3 4 23
2. 4 5 4 4 4 4 25
3. 4 4 4 4 2 4 22
4. 5 4 5 5 4 5 28
5. 4 4 3 4 3 4 22
6. 4 5 5 5 3 4 26
7. 5 5 4 5 3 5 27
8. 5 4 4 4 4 4 25
9. 4 3 4 5 4 4 24
10. 5 5 4 5 4 5 28
11. 4 3 5 5 3 5 25
12. 4 4 5 4 2 4 23
13. 4 4 3 5 3 4 23
14. 4 4 4 4 4 4 24
15. 4 4 4 4 4 5 25
16. 4 4 4 4 4 4 24
17. 4 4 4 4 4 4 24
18. 4 4 4 5 4 5 26
19. 4 4 4 5 4 4 25
20. 4 4 4 5 4 4 25
21. 3 3 3 4 3 4 20
87
22. 5 5 5 4 5 5 29
23. 4 4 5 5 4 4 26
24. 4 4 3 5 4 4 24
25. 5 5 2 4 4 4 24
26. 4 4 3 3 3 4 21
27. 4 4 4 4 3 4 23
28. 4 4 4 4 2 4 22
29. 5 4 5 5 4 5 28
30. 5 5 4 4 4 4 26
31. 4 4 4 3 2 4 21
32. 5 4 4 4 2 3 22
33. 4 4 4 4 4 4 24
34. 4 4 4 5 3 4 24
35. 4 3 4 4 4 4 23
36. 5 5 5 5 4 4 28
37. 4 4 5 5 4 4 26
38. 4 3 3 3 3 3 19
39. 5 5 4 5 4 5 28
40. 5 5 5 5 3 4 27
41. 4 4 4 4 4 4 24
42. 5 4 4 5 3 5 26
43. 4 4 4 5 4 4 25
44. 5 3 3 5 3 5 24
45. 3 4 3 5 4 5 24
46. 4 3 3 4 4 4 22
88
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL WHISTLEBLOWER AUDITOR
No. Wb_1 Wb_2 Wb_3 Wb_4 Wb_5 Total
1. 4 4 4 4 4 20
2. 4 4 4 4 5 21
3. 4 4 4 4 4 20
4. 5 4 4 4 4 21
5. 4 3 4 3 4 18
6. 4 4 4 4 4 20
7. 4 4 4 3 4 19
8. 4 4 5 5 3 21
9. 5 4 4 3 3 19
10. 5 5 4 4 4 22
11. 4 4 4 3 3 18
12. 3 4 4 4 3 18
13. 4 4 4 4 3 19
14. 4 4 4 4 4 20
15. 3 3 5 4 4 19
16. 4 4 4 4 4 20
17. 4 4 4 3 3 18
18. 5 5 5 4 4 23
19. 5 4 5 4 4 22
20. 5 4 5 4 4 22
21. 4 4 4 4 4 20
22. 5 5 5 5 5 25
23. 5 5 5 4 5 24
89
24. 4 4 4 4 5 21
25. 4 4 5 5 4 22
26. 4 4 4 4 3 19
27. 4 4 3 3 3 17
28. 3 4 4 4 4 19
29. 5 4 5 4 5 23
30. 4 4 4 4 3 19
31. 4 4 4 4 3 19
32. 3 4 4 4 4 19
33. 4 4 4 4 4 20
34. 3 4 3 4 4 18
35. 4 4 4 4 4 20
36. 4 4 3 3 3 17
37. 3 3 5 4 4 19
38. 4 3 4 3 3 17
39. 4 4 5 4 4 21
40. 4 4 4 3 4 19
41. 4 4 4 4 4 20
42. 4 4 5 4 5 22
43. 4 4 4 3 4 19
44. 3 3 5 5 5 21
45. 5 3 5 3 3 19
46. 2 2 5 4 2 15
90
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL PEMBUKTIAN KECURANGAN
No. PK_1 PK_2 PK_3 PK_4 PK_5 PK_6 PK_7 PK_8 PK_9 Total
1. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36
2. 5 4 4 4 4 4 4 4 4 37
3. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36
4. 4 4 4 5 4 5 4 4 5 39
5. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36
6. 4 5 5 5 5 4 4 4 5 41
7. 5 4 4 4 4 4 4 4 4 37
8. 3 4 5 5 4 4 3 3 5 36
9. 4 4 4 3 3 4 3 4 4 33
10. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36
11. 4 4 4 4 3 4 3 3 5 34
12. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36
13. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36
14. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36
15. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36
16. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36
17. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36
18. 4 4 4 4 4 4 4 2 4 34
19. 4 4 4 5 3 4 4 5 5 38
20. 4 4 4 5 3 4 4 5 5 38
21. 4 3 4 4 2 4 4 2 4 31
22. 4 5 5 5 5 5 5 4 5 43
23. 5 4 4 4 4 4 4 4 4 37
91
24. 5 4 4 4 4 4 4 2 4 35
25. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36
26. 3 4 4 4 4 4 4 2 4 33
27. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36
28. 4 4 4 4 4 4 4 2 4 34
29. 5 4 4 4 4 4 4 5 4 38
30. 4 5 4 4 4 5 4 4 4 38
31. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36
32. 4 4 4 4 4 4 3 3 4 34
33. 4 4 4 4 3 4 3 4 3 33
34. 4 4 5 4 3 4 4 4 4 36
35. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36
36. 5 4 4 4 2 3 4 5 4 35
37. 4 4 4 4 4 4 4 4 5 37
38. 3 3 4 3 3 3 3 2 3 27
39. 4 4 4 4 4 4 4 4 5 37
40. 5 5 4 4 4 4 5 5 5 41
41. 4 4 2 4 4 4 3 3 4 32
42. 5 5 4 5 5 4 4 4 5 41
43. 4 4 4 4 4 3 4 4 5 36
44. 5 4 5 5 5 5 5 5 5 44
45. 4 5 5 2 3 3 3 3 3 31
46. 4 4 4 5 4 4 4 4 5 38
92
Lampiran 5
Output Hasil Pengujian Data
92
93
HASIL UJI VALIDITAS KOMPLEKSITAS AUDITOR
Correlations
Kom_1 Kom_2 Kom_3 Kom_4 Kom_5 Total
Kom_1 Pearson Correlation 1 ,456** ,553
** ,589
** ,550
** ,800
**
Sig. (2-tailed) ,001 ,000 ,000 ,000 ,000
N 46 46 46 46 46 46
Kom_2 Pearson Correlation ,456** 1 ,204 ,224 ,258 ,472
**
Sig. (2-tailed) ,001 ,173 ,134 ,083 ,001
N 46 46 46 46 46 46
Kom_3 Pearson Correlation ,553** ,204 1 ,988
** ,624
** ,891
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,173 ,000 ,000 ,000
N 46 46 46 46 46 46
Kom_4 Pearson Correlation ,589** ,224 ,988
** 1 ,634
** ,907
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,134 ,000 ,000 ,000
N 46 46 46 46 46 46
Kom_5 Pearson Correlation ,550** ,258 ,624
** ,634
** 1 ,808
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,083 ,000 ,000 ,000
N 46 46 46 46 46 46
Total Pearson Correlation ,800** ,472
** ,891
** ,907
** ,808
** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,001 ,000 ,000 ,000
N 46 46 46 46 46 46
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
94
HASIL UJI VALIDITAS PROFESIONALSME AUDITOR
Correlations
Pro_1 Pro_2 Pro_3 Pro_4 Pro_5 Pro_6 Total
Pro_1 Pearson Correlation 1 ,491** ,248 ,205 ,115 ,275 ,603
**
Sig. (2-tailed) ,001 ,097 ,172 ,447 ,064 ,000
N 46 46 46 46 46 46 46
Pro_2 Pearson Correlation ,491** 1 ,258 ,163 ,176 ,167 ,607
**
Sig. (2-tailed) ,001 ,084 ,280 ,242 ,269 ,000
N 46 46 46 46 46 46 46
Pro_3 Pearson Correlation ,248 ,258 1 ,323* ,065 ,195 ,598
**
Sig. (2-tailed) ,097 ,084 ,029 ,670 ,194 ,000
N 46 46 46 46 46 46 46
Pro_4 Pearson Correlation ,205 ,163 ,323* 1 ,274 ,482
** ,666
**
Sig. (2-tailed) ,172 ,280 ,029 ,065 ,001 ,000
N 46 46 46 46 46 46 46
Pro_5 Pearson Correlation ,115 ,176 ,065 ,274 1 ,300* ,559
**
Sig. (2-tailed) ,447 ,242 ,670 ,065 ,043 ,000
N 46 46 46 46 46 46 46
Pro_6 Pearson Correlation ,275 ,167 ,195 ,482** ,300
* 1 ,627
**
Sig. (2-tailed) ,064 ,269 ,194 ,001 ,043 ,000
N 46 46 46 46 46 46 46
Total Pearson Correlation ,603** ,607
** ,598
** ,666
** ,559
** ,627
** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 46 46 46 46 46 46 46
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
95
HASIL UJI VALIDITAS WHISTLEBLOWER
Correlations
Wb_1 Wb_2 Wb_3 Wb_4 Wb_5 Total
Wb_1 Pearson Correlation 1 ,596** ,155 -,108 ,238 ,623
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,303 ,475 ,112 ,000
N 46 46 46 46 46 46
Wb_2 Pearson Correlation ,596** 1 -,137 ,173 ,359
* ,634
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,363 ,249 ,014 ,000
N 46 46 46 46 46 46
Wb_3 Pearson Correlation ,155 -,137 1 ,474** ,277 ,550
**
Sig. (2-tailed) ,303 ,363 ,001 ,062 ,000
N 46 46 46 46 46 46
Wb_4 Pearson Correlation -,108 ,173 ,474** 1 ,382
** ,578
**
Sig. (2-tailed) ,475 ,249 ,001 ,009 ,000
N 46 46 46 46 46 46
Wb_5 Pearson Correlation ,238 ,359* ,277 ,382
** 1 ,743
**
Sig. (2-tailed) ,112 ,014 ,062 ,009 ,000
N 46 46 46 46 46 46
Total Pearson Correlation ,623** ,634
** ,550
** ,578
** ,743
** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 46 46 46 46 46 46
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
96
HASIL UJI VALIDITAS PEMBUKTIAN KECURANGAN
Correlations
PK_1 PK_2 PK_3 PK_4 PK_5 PK_6 PK_7 PK_8 PK_9 Total
PK_1 Pearson Correlation 1 ,267 -,050 ,106 ,141 ,106 ,430** ,443
** ,123 ,473
**
Sig. (2-tailed) ,072 ,741 ,484 ,348 ,485 ,003 ,002 ,414 ,001
N 46 46 46 46 46 46 46 46 46 46
PK_2 Pearson Correlation ,267 1 ,309* ,149 ,477
** ,256 ,272 ,315
* ,290 ,578
**
Sig. (2-tailed) ,072 ,037 ,324 ,001 ,086 ,067 ,033 ,050 ,000
N 46 46 46 46 46 46 46 46 46 46
PK_3 Pearson Correlation -,050 ,309* 1 ,133 ,127 ,114 ,242 ,111 ,174 ,356
*
Sig. (2-tailed) ,741 ,037 ,380 ,402 ,451 ,105 ,464 ,249 ,015
N 46 46 46 46 46 46 46 46 46 46
PK_4 Pearson Correlation ,106 ,149 ,133 1 ,419** ,558
** ,451
** ,333
* ,750
** ,716
**
Sig. (2-tailed) ,484 ,324 ,380 ,004 ,000 ,002 ,024 ,000 ,000
N 46 46 46 46 46 46 46 46 46 46
PK_5 Pearson Correlation ,141 ,477** ,127 ,419
** 1 ,492
** ,439
** ,126 ,362
* ,639
**
Sig. (2-tailed) ,348 ,001 ,402 ,004 ,001 ,002 ,405 ,014 ,000
N 46 46 46 46 46 46 46 46 46 46
PK_6 Pearson Correlation ,106 ,256 ,114 ,558** ,492
** 1 ,437
** ,186 ,373
* ,609
**
Sig. (2-tailed) ,485 ,086 ,451 ,000 ,001 ,002 ,215 ,011 ,000
N 46 46 46 46 46 46 46 46 46 46
PK_7 Pearson Correlation ,430** ,272 ,242 ,451
** ,439
** ,437
** 1 ,424
** ,424
** ,740
**
Sig. (2-tailed) ,003 ,067 ,105 ,002 ,002 ,002 ,003 ,003 ,000
N 46 46 46 46 46 46 46 46 46 46
PK_8 Pearson Correlation ,443** ,315
* ,111 ,333
* ,126 ,186 ,424
** 1 ,354
* ,661
**
Sig. (2-tailed) ,002 ,033 ,464 ,024 ,405 ,215 ,003 ,016 ,000
N 46 46 46 46 46 46 46 46 46 46
PK_9 Pearson Correlation ,123 ,290 ,174 ,750** ,362
* ,373
* ,424
** ,354
* 1 ,708
**
Sig. (2-tailed) ,414 ,050 ,249 ,000 ,014 ,011 ,003 ,016 ,000
N 46 46 46 46 46 46 46 46 46 46
Total Pearson Correlation ,473** ,578
** ,356
* ,716
** ,639
** ,609
** ,740
** ,661
** ,708
** 1
Sig. (2-tailed) ,001 ,000 ,015 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 N 46 46 46 46 46 46 46 46 46 46
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
97
HASIL UJI RELIABILITAS KOMPLEKSITAS AUDITOR
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,849 5
HASIL UJI RELIABILITAS PROFESIONALISME AUDITOR
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,650 6
HASIL UJI RELIABILITAS WHISTLEBLOWER
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,614 5
HASIL UJI RELIABILITAS PEMBUKTIAN KECURANGAN
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,780 9
98
HASIL UJI MULTIKOLONIERITAS
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 16,339 4,762 3,431 ,001
Kom -,071 ,113 -,080 -,632 ,531 ,972 1,029
Pro ,701 ,196 ,522 3,571 ,001 ,733 1,365
Wb ,191 ,226 ,122 ,845 ,403 ,749 1,335
a. Dependent Variable: Pk
HASIL UJI NORMALITAS MENGGUNAKAN GRAFIK P-PLOT
99
HASIL UJI NORMALITAS MENGGUNAKAN GRAFIK HISTOGRAM
100
HASIL UJI NORMALITAS MENGGUNAKAN NILAI KOLMOGOROF-
SMIRNOV
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 46
Normal Parametersa,b
Mean ,0000000
Std. Deviation 2,45762430
Most Extreme Differences Absolute ,120
Positive ,120
Negative -,105
Test Statistic ,120
Asymp. Sig. (2-tailed) ,093c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
101
HASIL UJI HETEROSKEDASTISITAS MENGGUNAKAN GRAFIK
SCATTERPLOT
HASIL UJI KOEFISIEN ADJUSTED R SQUARE
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,585a ,342 ,295 2,544
a. Predictors: (Constant), Wb, Kom, Pro
b. Dependent Variable: Pk
102
HASIL UJI STATISTIK T
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 16,339 4,762 3,431 ,001
Kom -,071 ,113 -,080 -,632 ,531
Pro ,701 ,196 ,522 3,571 ,001
Wb ,191 ,226 ,122 ,845 ,403
a. Dependent Variable: Pk