Upload
phungquynh
View
227
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH KONFORMITAS KELOMPOK TEMAN SEBAYA,
KONSEP DIRI DAN FAKTOR DEMOGRAFI TERHADAP
GAYA HIDUP KONSUMTIF PADA REMAJA
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh :
Ajeng Namyra Putri
1111070000157
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 / 2016
PENGARUH KONF'ORMITAS KELOMPOK TEMAN SEBAYA,KONSEPDIRI DAN FAKTOR DEMOGRAFI TERIIADAP
GAYA HIDUP KONSUMTIF PADA REMAJA
Skripsi
Di ajukan untuk memenuhi p ersyaratan memp erol ehGelar Sarjana Psikologi (S.psi)
Oleh:
Ajeng Namyra Putri1 1 1 1070000157
Dibawah Bimbingan :
Pembimbing
Ima Sri Rahmani. MA.. psikoloeNIP. 19770101 2003121 1 A02
FAKULTAS PSIKOLOGIUNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA1437 I 2016
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul '6PENGARUH KONFORMITAS KELOMPOKTEMAN SEBAYA, KONSEP DIRI DAN FAKTOR DEMOGRAFITERHADAP GAYA HIDUP KONSUMTIF PADA REMAJA" telah diujikandalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta pada tanggal 13 April 2016. Skripsi ini telah diterima sebagaisalah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) pada FakultasPsikologi.
Jakarta, 13 April2016
Sidang Munaqasyah
Dekan/Ketua
Prof. Dr. Abdul Nluiib-*Ir6" NI.SiN r P. 1 e6 8 06 I 4 lee-ftmo 1-
Dr. Abdul Rahman Shaleh. M.SiNrP. 19720823199903 | 002
Anggota
.ilrg9*'Desi Yustari N{uchtar. M.Psi.. Psikolos
NrP. 198212t4 20080t 2 006
Ima Sri Rahmani. M.A.. PsikoloeNIP. 19770101 200312 r 002
iii
NrP. 19620724 t98903 2001
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan dengan sesungguhnya
bahwa skripsi saya yang berjudul "PENGARUH KONFORMITAS
KELOMPOK TEMAN SEBAYA, KONSEP DIRI DAN FAKTOR
DEMOGRAFI TERHADAP GAYA HIDUP KONSUMTIF PADA REMAJA"
adalah benar merupakan karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk
memperoleh gelar kesarjanaafi di suatu perguruan tinggi manapun.
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penelitian skripsi ini yang saya kutip
dari hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan
norrna, kaidah, dan etika penelitian ilmiah.
Apabila dikemudian hari ditemukan adanya kecurangan dalam skripsi ini,
saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademis yang saya sandang dan
sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik- baiknya.
Jakarta, Maret2016
Aieng Namvra PutriNIM: 1111070000157
IV
v
MOTTO
Dominus
Illuminatio
Mea
PERSEMBAHAN
Karya ini sebagai sebuah bukti kasih bahwa
saya mampu untuk membuat keluarga dan
orang-orang yang selalu mendukung saya
merasa bangga dan tersenyum.
vi
ABSTRAK
(A) Fakultas Psikologi
(B) Februari 2016
(C) Ajeng Namyra Putri
(D) Pengaruh Konformitas Kelompok Teman Sebaya, Konsep Diri dan Faktor
Demografi terhadap Gaya Hidup Konsumtif pada Remaja
(E) xiii + 132 halaman + lampiran
(F) Gaya hidup konsumtif pada remaja merupakan salah satu hal yang menjadi
sorotan penting. Syamila (2014) memaparkan bahwa kelompok usia yang
sangat konsumtif adalah remaja. Perubahan trend ataupun mode
merupakan faktor pendorong remaja berperilaku konsumtif.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh konformitas (private
acceptance dan public compliance), konsep diri (physical self, mora-
ethical self, personal self, family self, social self, identity self, satisfaction
self, behavior self, dan self criticism) dan demografi (usia, jenis kelamin,
pendapatan orang tua per bulan dan uang saku siswa per bulan) terhadap
gaya hidup konsumtif siswa SMAN 88 Jakarta Timur dan SMA Labschool
Jakarta Timur. Sampel pada penelitian ini adalah siswa SMAN 88 Jakarta
Timur sebanyak 170 orang dan SMA Labschool Jakarta Timur sebanyak
229 orang. Teknik pengambil sampel yang digunakan adalah non-
probability sampling dengan menggunakan accidental sampling. CFA
(Confirmatory Factor Analysis) digunakan untuk uji validitas konstruk alat
ukur dan Multiple Regression Analysis digunakan untuk menguji hipotesis
penelitian dengan taraf signifikansi 0,05.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari
seluruh variabel terikat sebesar 0,187 dengan (p > 0,05). Dengan demikian
gaya hidup konsumtif pada remaja dipengaruhi oleh seluruh independen
variabel sebesar 18,7%, sedangkan 81,3% dipengaruhi oleh variabel lain
diluar penelitian.
(G) Bahan Bacaan : 27 buku + 20 jurnal + 4 skripsi+ 5 internet
vii
ABSTRACT
(A) Faculty of Psychology
(B) February 2016
(C) Ajeng Namyra Putri
(D) The influence of Peer Group Conformity, Self Concept and Demographic
Factors toward Consumptive Lifestyles in Teenagers
(E) xiii + 132 pages + attachments
(F) Consumptive lifestyles in teenagers is the important highlight. Syamila
(2014) sets forth that teenagers are very consumerist age. The change of
trend and fashion are the supporting factors that teenagers behave
consumerist.
This study was conducted to determine the influence of peer group
conformity (private acceptance and public compliance), self concept
(physical self, mora-ethical self, personal self, family self, social self,
identity self, satisfaction self, behavior self, and self criticism), and
demographic factors (gender, age, parent’s income per month, and student
allowance per month) toward consumptive lifestyles in teenagers. Samples
in this study were 170 student of 88 Senior High School East Jakarta and
229 student of Labschool Senior High School East Jakarta. In this study
was used non-probability sampling technique which was used accidental
sampling. CFA (Confirmatory Factor Analysis) was used to test the
construct validity instrument and multiple regression analysis was used to
test research hypothesis with significance level of 0.05.
The results showed that there was a significant influence from all
independent variables was 0,187 (p > 0,05). And the proportion of
variance of consumptive described by all independent variables was
18,7%, while 81,3% was influenced by other variables outside of this
research.
(G) References: ; Books: 27 + Journals: 20 + Thesis: 4 + Web: 5
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillah, rasa syukur yang luar biasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya setiap saat, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Konformitas Kelompok Teman Sebaya,
Konsep Diri dan Faktor Demografi terhadap Gaya Hidup Konsumtif pada Remaja”.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak dapat terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih
yang tak terhingga kepada:
1. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah, Prof. Dr. Abd. Mujib, M.Ag.
Wakil Dekan Bidang akademik Dr. Abdul Rahman Shaleh, M.Si, Wakil Dekan
Bidang Kemahasiswaan Dra. Diana Mutiah, M.Si dan Wakil Dekan Bidang
Administrasi Umum Ikhwan Luthfi, M.Psi yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini.
2. Dosen pembimbing skripsi Ima Sri Rahmani, M.A., Psikolog. Penulis sangat
berterimakasih atas segala arahan, masukan, kritik serta koreksi dalam pengerjaan
skripsi ini.
3. Dosen Pembimbing Akademik Luh Putu Suta Haryanthi, M.Psi., T.Psikolog., yang
telah memberikan dukungan kepada penulis.
4. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
yang telah memberikan limpahan ilmu tidak ternilai dan banyak membantu penulis.
5. Keluarga penulis, mama dr. Budi Suprapti dan papa Uud Udayana, S.E., M.M.
Kakak tercinta, dr. Ariyo Ryadi Rangga Putra beserta seluruh keluarga besar yang
ix
selalu mendukung dan mendoakan. Kalianlah yang telah membuat penulis
bersemangat dan bersungguh-sungguh dalam mengerjakan penelitian ini.
6. Muhammad Rafsanjani, S.Sos., sebagai teman dekat teristimewa dan partner berbagi
asa, suka cita, duka, misi serta mimpi. Terimakasih atas motivasi dan segala hal yang
sudah diberikan sangat bermanfaat bagi penulis.
7. Sahabat-sahabat penulis: Imaniar Nahjan Radhita, Tjut Aliffa Keumala, Afni Indira
Ashary, S.Psi., Safira Nadia, S.Psi., Kurnia Istiqomah, Risda Khusnul Khatimah,
Widaad Robie Attamimi, Cheryl Raissa Al-Faruqy, Rifqy Fajrul Ghois, S.Psi., Astuti
Jovitasari, S.Psi., terimakasih telah menjadi tempat berbagi asa, duka, suka cita serta
untuk kebahagiaan dan semangat yang sudah kalian ciptakan untuk penulis.
8. Teman-teman psikometri yang luar biasa membantu saya menggunakan M-Plus dan
membuat saya semakin mahir dalam statistika yaitu Citra, Rahmi, Isti dan Nurul.
9. Psikologi UIN D 2011, TRADASYN, Psikologi Sosial 2011, Pergerakan Mahasiswa
Islam Indonesia (PMII) yang telah menjadi keluarga baru bagi penulis yang telah
memberikan banyak cerita dan pengalaman selama ini.
10. Siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 88 Jakarta Timur dan Sekolah Menengah
Atas Labschool Jakarta Timur yang telah menjadi sumber data (responden) dalam
penelitian ini, tak lupa pula kepada kepala sekolah dan seluruh staff Sekolah
Menengah Atas Negeri 88 Jakarta Timur dan Sekolah Menengah Atas Labschool
Jakarta Timur penulis ucapkan terimakasih atas kerjasama dan partisipasinya
sehingga penulis dapat melnyelesaikan penelitian ini.
Semoga Allah memberikan pahala yang tak henti sebagai balasan atas segala kebaikan
dan bantuan yang diberikan. Harapan penulis, semoga skripsi ini memberi manfaat,
khususnya bagi penulis sendiri, para pembaca dan seluruh pihak terkait.
Jakarta, Februari 2016
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
PENGESAHAN PEMBIMBING ....................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ ii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ iv
MOTTO & PERSEMBAHAN ........................................................................... v
ABSTRAK ........................................................................................................... vi
ABSTRACT ......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
1.2. Pembatasan dan Perumusan Masalah.............................................. 10
1.2.1 Pembatasan masalah........................................................... 10
1.2.2 Perumusan masalah .............................................................. 12
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 12
1.3.1 Tujuan penelitian .................................................................. 12
1.3.2 Manfaat penelitian ................................................................ 13
BAB 2 LANDASAN TEORI .............................................................................. 14
2.1. Gaya Hidup Konsumtif ...................................................................... 14
2.1.1 Definisi gaya hidup konsumtif............................................ 14
2.1.2 Gaya hidup konsumtif pada remaja .................................... 18
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup konsumtif 21
2.1.4 Pengukuran gaya hidup konsumtif ..................................... 24
2.2. Konformitas ....................................................................................... 29
2.2.1 Definisi konformitas ........................................................... 29
2.2.2 Jenis konformitas ................................................................ 30
2.2.3 Pengukuran konformitas ..................................................... 32
2.3. Konsep Diri ........................................................................................ 34
2.3.1 Definisi konsep diri............................................................ 34
2.3.2 Dimensi konsep diri ............................................................ 36
2.3.3 Pengukuran konsep diri ...................................................... 38
2.4. Kerangka Berpikir ............................................................................. 39
2.4.1 Pengaruh konformitas terhadap gaya hidup konsumtif ....... 45
2.4.2 Pengaruh konsep diri terhadap gaya hidup konsumtif ......... 46
2.4.3 Pengaruh konformitas dan konsep diri terhadap gaya hidup
xi
konsumtif .............................................................................. 47
2.5. Hipotesis Penelitian ......................................................................... 48
2.5.1 Hipotesis mayor ................................................................. 49
2.5.2 Hipotesis minor .................................................................. 49
BAB 3 METODE PENELITIAN ....................................................................... 51
3.1. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ........................ 51
3.1.1 Populasi ............................................................................ 51
3.1.2 Sampel .............................................................................. 51
3.2. Variabel Penelitian ............................................................................ 52
3.3.1 Identifikasi variabel penelitian ........................................ 52
3.3.2 Definisi operasional variabel........................................... 52
3.3. Instrumen Pengumpulan Data .......................................................... 55
3.4. Uji Validitas Konstruk .................................................................... 59
3.4.1 Uji validitas konstruk konformitas .................................. 62
3.4.2 Uji validitas konstruk konsep diri ................................... 66
3.4.3 Uji validitas konstruk gaya hidup konsumtif .................. 86
3.5. Metode Analisis Data ...................................................................... 86
3.6. Prosedur Pengumpulan Data ............................................................ 88
BAB 4 HASIL PENELITIAN ............................................................................ 91
4.1. Gambaran Subjek Penelitian ............................................................ 91
4.2. Hasil Analisis Deskriptif ................................................................. 94
4.3.1 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian ............................. 96
4.3. Hasil Uji Hipotesis ........................................................................... 97
4.3.1 Analisis regresi variabel penelitian .................................. 97
4.3.2 Pengujian proporsi varians independen variabel ............. 106
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ............................................ 110
5.1. Kesimpulan ...................................................................................... 110
5.2. Diskusi ............................................................................................. 111
5.3. Saran ................................................................................................ 117
5.3.1 Saran teoritis ..................................................................... 117
5.3.2 Saran praktis ..................................................................... 118
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 122
LAMPIRAN ......................................................................................................... 126
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Dimensi gaya hidup konsumtif ......................................................... 28
Tabel 3.1 Skor Pernyataan Positif dan Negatif Skala Likert ............................. 55
Tabel 3.2 Blue Print Skala Gaya Hidup Konsumtif ........................................... 56
Tabel 3.3 Blue Print Skala Konformitas ............................................................ 57
Tabel 3.4 Blue Print Skala Konsep Diri............................................................. 58
Tabel 3.5 Muatan Faktor Item Skala Private Acceptance .................................. 63
Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Skala Public Compliance .................................. 65
Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Skala Konsep Diri Physical Self ....................... 67
Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Skala Konsep Diri Moral-ethical Self ............... 69
Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Skala Konsep Diri Personal Self ....................... 71
Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Skala Konsep Diri Family Self .......................... 73
Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Skala Konsep Diri Social Self ........................... 75
Tabel 3.12 Muatan Faktor Item Skala Konsep Diri Identity Self ......................... 77
Tabel 3.13 Muatan Faktor Item Skala Konsep Diri Satisfaction Self .................. 79
Tabel 3.14 Muatan Faktor Item Skala Konsep Diri BehaviorSelf ....................... 81
Tabel 3.15 Muatan Faktor Item Skala Konsep Diri Self Criticism ...................... 83
Tabel 3.16 Muatan Faktor Item Skala Konsep Diri Gaya Hidup Konsumtif ....... 85
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Penelitian ................................................... 91
Tabel 4.2 Deskripsi Statistik Variabel Penelitian .............................................. 95
Tabel 4.3 Norma Skor Variabel ......................................................................... 96
Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Variabel ................................................................ 97
Tabel 4.5 R square.............................................................................................. 98
Tabel 4.6 Anova ................................................................................................. 99
Tabel 4.7 Koefisien Regresi ............................................................................... 100
Tabel 4.8 Proporsi varians Independen Variabel ............................................... 107
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ......................................................................... 46
Gambar 3.1 Uji Validitas Konstruk Private Acceptance ................................... 62
Gambar 3.2 Uji Validitas Konstruk Public Compliance .................................... 64
Gambar 3.3 Uji Validitas Konstruk Konsep Diri Physical Self ......................... 66
Gambar 3.4 Uji Validitas Konstruk Konsep Diri Moral-ethical Self ................. 68
Gambar 3.5 Uji Validitas Konstruk Konsep Diri Personal Self ........................ 70
Gambar 3.6 Uji Validitas Konstruk Konsep Diri Family Self ........................... 72
Gambar 3.7 Uji Validitas Konstruk Konsep Diri Social Self ............................. 74
Gambar 3.8 Uji Validitas Konstruk Konsep Diri Identity Self........................... 76
Gambar 3.9 Uji Validitas Konstruk Konsep Diri Satisfactionn Self .................. 78
Gambar 3.10 Uji Validitas Konstruk Konsep Diri Behavior Self ........................ 80
Gambar 3.11 Uji Validitas Konstruk Konsep Diri Self Criticism ........................ 82
Gambar 3.12 Uji Validitas Konstruk Gaya Hidup Konsumtif ............................. 84
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin dan Keterangan Penelitian ............................................ 126
Lampiran 2 Angket Penelitian ........................................................................... 129
Lampiran 3 Syntax dan Path Diagram ............................................................... 140
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, gaya hidup konsumtif pada remaja merupakan salah satu hal yang
menjadi sorotan penting. Hal ini dikarenakan remaja menjadi komoditas utama
pembeli berbagai produk. Syamila (2014) memaparkan bahwa mereka menjadi
kelompok usia yang sangat konsumtif. Fenomena ini dapat dibuktikan dengan
hasil data survey yang dirilis pada tahun 2013 oleh Marknetter’s yang
menyatakan bahwa penggerak ekonomi pasar website jual beli online adalah
remaja, dengan rincian bahwa; remaja yang berumur 17-19 tahun menempati
urutan pertama (34%), dilanjutkan oleh penduduk berumur 20-28 tahun (27%)
kemudian berumur 28-35 tahun (21%) dan di atas 35 tahun (18%).
Apabila berbicara mengenai dampak yang akan diakibatkan dari gaya hidup
konsumtif, Ramadhan (2012), memaparkan bahwa gaya hidup konsumtif secara
umum memiliki dampak psikologis, yaitu menyebabkan pelaku mengalami
compulsive buying disorder atau kecanduan belanja. Hal ini menyebabkan mereka
tidak menyadari bahwa dirinya terjebak dalam sebuah siklus yang tidak dapat
membedakan antara keinginan dan kebutuhan, hingga pada akhirnya menjadi
boros dan menghambur-hamburkan uang.
Hasil penelitian oleh Loudon dan Bitta (1993) membuktikan bahwa di pusat
perbelanjaan sedikitnya satu produk dibeli tanpa perencanaan. Menurut
Ramadhan (2012), ini mungkin tidak akan menjadi masalah besar bagi individu
2
yang dapat memenuhi gaya hidupnya. Namun, bagi individu yang tidak dapat
memenuhinya, hal ini akan berdampak individu menjadi malu dan kurang percaya
diri karena merasa tidak sejajar dengan teman-teman sekelompoknya.
Selain dampak psikologis, gaya hidup konsumtif juga memiliki dampak
sosial, yaitu menciptakan kesenjangan antar sesama. Individu dapat menarik diri
dan tidak ingin bergaul dengan teman sekelompoknya karena merasa tidak dapat
memenuhi gaya hidup seperti teman-temannya. Dampak ini akan menjadi
bertambah besar jika teman-temannya mengucilkan atau menjauhi individu
tersebut sehingga individu merasa sendiri dan terkucilkan (Ramadhan, 2012).
Terdapat banyak penyebab mengapa kelompok usia remaja menjadi pelaku
utama gaya hidup konsumtif, salah satu alasannya dipaparkan oleh Mastead,
Antony S.R., Hewstone, Miles, Fiske, Susan T., (1996), bahwa pada masyarakat
kontemporer, masa remaja telah menjadi masa transisi yang penting sehubungan
dengan perilaku ekonomi. Yang di mana peran ekonomi remaja hampir
seluruhnya terbatas pada konsumsi atau sebagai konsumen, baik pria maupun
wanita.
Selain itu menurut Tambunan (2001) karakteristik masa remaja yang mudah
terbujuk dengan hal-hal yang menyenangkan, ikut–ikutan teman, dan cenderung
boros dalam menggunakan uang pun juga menyebabkan mereka dapat
dimanfaatkan oleh para produsen. Hal tersebut diperkuat oleh data hasil survey
pada bulan agustus tahun 2005 yang menyatakan bahwa 93% konsumen remaja
menganggap belanja ke mal merupakan hiburan atau rekreasi. Perubahan trend
ataupun mode merupakan salah satu faktor pendorongnya.
3
Penyebab lainnya adalah karena masa remaja merupakan masa di mana
minat pribadi dan sosial mengalami perkembangan yang sangat kuat. Selain itu,
perubahan fisik, psikologis, dan sosial yang terjadi pada remaja diidentifikasi
dapat memengaruhi mereka dalam perannya sebagai konsumen (Mowen, 2002).
Kematangan emosi remaja yang belum stabil pun dapat mendorong
munculnya berbagai gejala dalam perilaku membeli yang tidak wajar. Membeli
tidak lagi dilakukan karena produk tersebut memang dibutuhkan, tetapi membeli
dilakukan karena alasan-alasan lain seperti sekedar mengikuti arus mode, hanya
ingin mencoba produk baru, agar sesuai dengan peraturan kelompok dan agar
diakui memiliki citra ideal yang menjadi suatu ajang pemborosan biaya karena
mereka belum memiliki penghasilan sendiri (Mowen, 2002).
Oleh karena itu, tak heran jika remaja menjadi sangat memerhatikan
penampilan dan menghabiskan banyak uang, waktu serta usaha yang sungguh-
sungguh untuk membuat penampilannya menjadi lebih baik. Penampilan fisik
menjadi sangat penting bagi remaja karena sangat berpengaruh terhadap
penerimaan diri remaja di dalam kelompoknya. Penerimaan diri pada remaja
merupakan suatu proses dalam mencari identitas diri.
Berkaitan dengan pencarian identitas diri, terdapat periode di mana para
remaja sangat senang untuk mencoba sesuatu yang baru atau yang sedang trend
dan berkaitan dengan citra diri yang ingin ditampilkan. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Chen-Yu dan Seock (2002), menjelaskan bahwa
dengan mengikuti trend, membuat para remaja merasa percaya diri dan diterima
oleh lingkungan sosialnya. Pendapat ini diperkuat oleh hasil penelitian yang
4
dilakukan oleh Venkatesan (1966) bahwa seorang individu akan mengikuti norma
kelompoknya saat mengambil keputusan dalam membeli barang.
Kecenderungan remaja yang konsumtif ini didukung pula dengan
berkembangnya pusat perbelanjaan. Indonesia mengalami kemajuan dalam bidang
pembangunan nasional, salah satunya ditandai dengan semakin bertambahnya
pertumbuhan pusat-pusat perbelanjaan di kota-kota besar, seperti ibukota
Indonesia, yaitu Jakarta. Pertumbuhan pusat perbelanjaan di Jakarta meningkat
tajam. Menurut data yang dilansir oleh Cushman dan Wakefield, setiap tahunnya
jumlah mal tumbuh 3,9 persen, bahkan pembangunan mal di tahun 2014 dan 2015
juga lebih banyak terkonsentrasi di Jakarta Barat dan Jakarta Utara. Hal ini dapat
menjadi salah satu faktor yang dapat meningkatkan gaya hidup konsumtif (Aryo,
2013).
Gaya hidup konsumtif khususnya dalam membeli barang secara umum
dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal antara lain meliputi pengalaman belajar, kepribadian, sikap dan
keyakinan serta konsep diri. Faktor eksternal yang meliputi kebudayaan, kelas
sosial, kelompok acuan, serta keluarga (Mangkunegara, 2009).
Remaja yang bergaya hidup konsumtif karena ingin mempercantik dirinya,
atau ingin membuat dirinya terlihat lebih baik dalam pandangan orang lain diduga
adalah remaja yang memiliki konsep diri negatif, karena mereka berusaha untuk
membuat dirinya tampak ideal di lingkungannya. Dengan kata lain mereka
memandang dirinya sendiri dalam kondisi yang belum baik (Nessim & Wozniack,
2001).
5
Dalam hal karakteristik demografi, salah satu faktor yang ditemukan
memengaruhi kesesuaian diri dengan kelompok adalah usia. Penelitian yang
dilakukan oleh Claesen, Brown, dan Eicher 1986; Huertas dan Powell 1986;
Taman dan Lessig 1977, menemukan bahwa dari semua kelompok umur, remaja
yang paling mungkin untuk menghasilkan tekanan kesesuaian.
Menurut Lascu (1991), remaja cenderung memiliki kontak social yang lebih
tinggi dari pada kelompok lainnya. Selain itu, struktur kelompok di mana remaja
berinteraksi (misalnya, persaudaraan, perkumpulan mahasiswa, geng) cenderung
memberlakukan aturan dan norma-norma yang lebih dari kelompok sosial lainnya.
Seperti yang telah dijelaskan di atas, kelompok merupakan bagian yang
penting dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan remaja. Menurut King,
(2010), peran kelompok dalam perilaku konsumtif remaja pun sangat besar dan
istilah yang paling sering digunakan untuk menunjukan peran atau pengaruh
kelompok terhadap individu adalah konformitas. Selain itu, konformitas terhadap
kelompok teman sebaya merupakan suatu hal yang paling banyak terjadi pada
masa remaja. Hal ini dikarenakan konformitas muncul pada masa remaja awal
yaitu antara 13 tahun sampai 16 atau 17 tahun dan dapat ditunjukkan dengan
beragam cara, misalnya menyamakan diri dengan teman sebaya dalam hal
berpakaian, bergaya, berperilaku, berkegiatan dan mengasumsikan sekumpulan
sikap tertentu yang menjadi ciri anggota kelompok.
Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Yu, Chan, dan Choi
(2000), dalam penelitiannya menemukan bahwa pakaian adalah cara yang sangat
penting bagi remaja untuk mengembangkan identitas diri mereka sendiri. Selain
6
itu, bagi remaja, fungsi yang paling penting dari pakaian adalah untuk
meningkatkan rasa percaya diri, meningkatkatkan rasa memiliki dengan kelompok
teman sebayanya dan membuat mereka merasa baik terhadap diri mereka sendiri.
Sebagian remaja juga beranggapan bila mereka berpakaian atau menggunakan
aksesoris yang sama dengan yang sedang diminati kelompok acuan, maka timbul
rasa percaya diri dan kesempatan diterima oleh kelompoknya lebih besar. Oleh
karena itu, remaja cenderung menghindari penolakan dari teman sebaya dengan
bersikap konformis atau sama dengan kelompok teman sebayanya.
King (2010), memandang bahwa konformitas sebagai bentuk khusus dari
ketaatan yang dilakukan karena adanya tekanan kelompok. Hal ini senada dengan
pernyataan dari Satish dan Rajamohan (2012) yang terinspirasi oleh William
Lazer, menyatakan bahwa variabel budaya dan sosial khususnya interaksi
kelompok terhadap harapan dan nilai-nilai menciptakan pola yang sistematis pada
perilaku. Ini adalah pola gaya hidup yang menentukan keputusan pembelian.
Ketika barang dan jasa yang tersedia di pasar selaras dengan pola gaya hidup dan
nilai-nilai, maka reaksi konsumen akan menguat. Ditambah lagi dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh salah satu agen iklan terkemuka di India dengan
jumlah partisipan sebanyak 4.463 orang yang terdiri dari anak-anak dan remaja,
mengemukakan bahwa hampir seluruh remaja melakukan konformitas dalam
kelompoknya (Satish & Rajamohan, 2012).
Banyak remaja yang bersedia melakukan berbagai cara demi mendapatkan
pengakuan dari kelompoknya, bahwa ia adalah bagian yang tidak terpisahkan dari
kelompok tersebut. Keinginan yang kuat untuk melepaskan diri dari keterikatan
7
dengan orang tua membuat remaja mencari dukungan sosial melalui teman
sebayanya. Selain itu, hal ini sesuai dengan pemaparan Erikson mengenai teori
perkembangan sosial-emosianal, bahwa remaja berada di dalam tahap identity
versus identity confusion yang diidentikan bahwa remaja sedang mencari jati diri
melalui kelompok teman sebayanya (Atkinson, Atkinson, Smith, & Bem, 1999).
Di sisi yang lain, menjadi anggota dari kelompok sebaya sebagai penyaluran
emosi merupakan salah satu tujuan dan tugas perkembangan utama remaja
(Rubin, Bukowski & Parker, 2006; & Schneider, 2000). Menurut Agustiani
(2006), kelompok sebaya memengaruhi sosialisasi remaja dan identitas untuk
mengeksplorasi kepentingan individu dan kebermaknaan akan dirinya terhadap
orang lain.
Pada masa remaja awal, remaja akan lebih mengikuti standar-standar atau
norma-norma teman sebayanya daripada yang dilakukan pada masa kanak-kanak.
Norma-norma tersebut merupakan hasil kesepakatan bersama antar sesama
anggota kelompok (Santrock, 2004).
Pada dasarnya tidaklah mudah bagi remaja untuk mengikatkan diri pada
suatu kelompok karena setiap kelompok mempunyai tuntutan yang harus dapat
dipenuhi oleh setiap remaja yang ingin bergabung. Jika remaja ingin diakui
eksistensinya di dalam kelompok, mereka harus berusaha untuk menjadi bagian
dari kelompoknya dengan cara mengikuti peraturan yang ada di dalam kelompok.
Semakin besar kepercayaan remaja terhadap kelompok sebagai sumber informasi
yang benar, semakin besar pula kemungkinan untuk menyesuaikan kelompok
(Taylor, Peplau, & Sears, 2009).
8
Tolley (2014) yang terinspirasi oleh Mc Elhaney, Antonishak, dan Allen,
mengatakan bahwa remaja melakukan konformitas untuk mencari identitas diri
dengan melakukan identifikasi melalui kelompok teman sebaya yang memiliki
kesamaan. Remaja cenderung mengikuti nilai atau perilaku yang ada dalam
kelompok agar eksistensi remaja atau keberhargaan diri diakui dan kecenderungan
tersebut disebut konformitas terhadap kelompok teman sebaya.
Uraian di atas dapat menggambarkan bahwa mungkin lebih dari periode
perkembangan lainnya, masa remaja merupakan masa di mana semua aspek
psikologis dan perubahan fisik terjadi. Remaja sangat memerhatikan tubuhnya dan
mengembangkan citra mengenai tubuhnya agar sesuai dengan yang dikehendaki
(Mastead, et al., 1996).
Banyak hal yang memengaruhi dan juga mengganggu persepsi remaja
mengenai diri seutuhnya. Hetherington, Parke, Gauvain, dan Locke (2006),
memaparkan di samping karena pengaruh lingkungkungan dan kelompoknya
tidak diragukan lagi hal ini juga dikarenakan pandangan dari remaja mengenai
"storms and stress" yang menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa yang
bergejolak yang diwarnai oleh konflik dan perubahan suasana hati muncul karena
perubahan fisiologis yang jelas dan obyektif yang dapat diamati.
Hal di atas menjabarkan bahwa terdapat hubungan antara konformitas
kelompok teman sebaya dalam hal menjadikan citra diri ideal dengan keseluruhan
persepsi mengenai penggambaran diri remaja dari segala aspek mengenai dirinya,
baik secara fisik, sosial, dan psikologis yang didasarkan pada pengalaman atau
yang disebut dengan konsep diri menurut Sobur (2003).
9
Sobur (2003) yang terinspirasi dari Mead, juga mengungangkapkan bahwa
orang yang penting (significant other) berperan dalam konsep diri. Hal ini senada
dengan pendapat Sobur (2003) yang terinspirasi dari Lindgren, bahwa konsep diri
terbentuk karena adanya interaksi individu satu dengan individu lain, individu
dengan kelompok, atau antara kelompok dengan kelompok.
Menurut O'Dea dan Abraham (1999), jenis kelmin, usia, pubertas,
penampilan, dan kelompok sebaya ikut berpengaruh pada konsep diri remaja.
Dapat dikatakan bahwa individu yang beraktivitas aktif dalam suatu komunitas
akan berupaya untuk menyesuaikan dirinya demi mencapai konsep diri yang ideal
sesuai dengan komunitas di mana individu tersebut berada. Setiap individu
menyesuaikan dirinya dengan kriteria lingkungan di mana ia berada, untuk dapat
merasa diterima di lingkungan tersebut. Misalnya dalam cara bergaul dan
sebagainya yang biasa menjadi tolak ukur kriteria ideal dalam lingkungan
tersebut. Hal itu bertujuan untuk mencapai konsep diri ideal.
Oleh karena itu apabila para remaja berada di dalam suatu komunitas
tertentu yang memiliki kriteria ideal yang konsumtif, maka mereka memiliki pola
perilaku konsumtif untuk mencapai konsep diri yang ideal seperti yang
diharapkan kelompoknya. Pendapat dari Ahmad dan Thyagaraj (2015) yang
terinspirasi dari Kotler dan Keller, mendukung hal tersebut dimana mereka
menyatakan bahwa konsumen memiliki penggambaran tentang diri mereka sendiri
yang berkaitan erat dengan konsep diri yang menyebabkan individu cenderung
untuk membeli produk dan jasa yang dapat meningkatkan konsep diri mereka dan
menghindari produk-produk yang tidak sesuai dengan konsep diri individu.
10
Di sisi lain, faktor demografi selain usia dan jenis kelamin terdapat pula
faktor demografis lainnya, seperti, status ekonomi (pendapatan orangtua per bulan
dan uang saku siswa) yang dijelaskan dalam penelitian yang dilakukan oleh Perry
dan Morris (2005), yang menemukan bahwa pendapatan keluarga memengaruhi
perilaku mengonsumsi.
Fakta-fakta di atas menunjukkan bahwa pengaruh konformitas kelompok
teman sebaya dan konsep diri terhadap gaya hidup konsumtif pada remaja
merupakan suatu fenomena yang menarik untuk dikaji lebih lanjut dari tinjauan
Psikologi. Untuk itulah penelitian ini diadakan, yaitu untuk menguji, “Pengaruh
Konformitas Kelompok Teman Sebaya, Konsep Diri dan Faktor Demografi
terhadap Gaya Hidup Konsumtif Pada Remaja”.
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1 Pembatasan masalah
Masalah utama yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah pengaruh konformitas
dan konsep diri terhadap gaya hidup konsumtif pada remaja. Adapun konsep yang
digunakan sebagai berikut:
1. Gaya hidup konsumtif yang dimaksud di dalam penelitian ini adalah
penggabungan definisi yang diungkapkan oleh Engel, Blackwell, dan
Miniard (1994) dan Mowen (2002) serta Rosandi (2004), bahwa gaya hidup
konsumtif merupakan cara hidup atau pola hidup seseorang dalam
menggunakan waktu dan uangnya secara berlebihan dan dengan alasan
membeli yang lebih mengutamakan keinginan daripada kebutuhan
(irasional).
11
2. Konformitas yang dimaksud dalam penelitian ini merujuk pada pengertian
konformitas menurut Myers (2008), bahwa konformitas adalah
kecenderungan berperilaku sama dengan orang lain akibat adanya tekanan
individu atau kelompok. Tekanan tersebut dapat berupa tekanan secara
langsung atau tidak langsung dengan tujuan supaya individu diterima oleh
orang lain atau terhindar dari penolakan.
3. Remaja yang dimaksud dalam penelitian ini merujuk pada pengertian
remaja menurut Hurlock (1980), yang menjelaskan istilah “adolescene”
atau biasa disebut dengan masa remaja seperti yang digunakan saat ini,
mempunyai arti penting yang lebih luas, mencakup kematangan mental,
emosional, sosial, dan fisik. Hurlock menambahkan masa remaja merupakan
suatu periode transisi di mana seseorang berubah secara fisik dan psikologis
dari seorang anak menjadi orang yang dewasa. Hurlock (1980), membagi
masa remaja menjadi masa remaja awal dengan rentang usia antara 13
hingga 16 atau 17 tahun dan masa remaja akhir dengan rentang usia antara
16 atau 17 hingga 18 tahun. Pada penelitian yang akan dilakukan, peneliti
akan membagi rentangan usia remaja dari usia 15 hingga 17 tahun.
4. Konsep diri yang dimaksud dalam penelitian ini merujuk pada pengertian
konsep diri menurut Fitts (1965), adalah ketika individu memandang,
mendeskripsikan, bereaksi, memberikan arti dan penilaian terhadap dirinya
sendri, serta menunjukkan suatu kesadaran diri dan kemampuan untuk
keluar dari dirinya agar dapat meilihat dirinya seperti apa yang ia lakukan
12
terhadap dunia luar.
5. Faktor demografis yang dimaksud adalah usia, jenis kelamin, pendapatan
orang tua per bulan dan uang saku siswa per bulan sebagai faktor yang
memengaruhi gaya hidup konsumtif.
1.2.2 Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti mengajukan pertanyaan penelitian
sebagai berikut :
1. Apakah ada pengaruh konformitas kelompok teman sebaya, konsep diri, dan
faktor demografi terhadap gaya hidup konsumtif pada remaja?
2. Manakah dari dimensi-dimensi dari variabel independen yang dapat menjadi
prediktor terbaik bagi gaya hidup konsumtif pada remaja?
3. Berapakah sumbangan masing-masing dimensi terhadap dependent variable?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan penelitian
Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah :
1. Mengetahui apakah ada pengaruh konformitas kelompok teman sebaya,
konsep diri, dan faktor demografi terhadap gaya hidup konsumtif pada remaja.
2. Mengetahui manakah dari dimensi-dimensi dari variabel independen yang
dapat menjadi prediktor terbaik bagi gaya hidup konsumtif pada remaja.
3. Mengetahui berapakah sumbangan masing-masing dimensi terhadap
dependent variable.
13
1.3.2 Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat, baik secara teoritis
maupun praktis yaitu sebagai berikut :
a) Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah wawasan bagi
masyarakat umum dan bermanfaat dalam pengembangan teori-teori
psikologi, khususnya yang berhubungan dengan gaya hidup konsumtif dan
dapat djadikan langkah awal bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan
dengan penelitian ini.
b) Manfaat Praktis
Peneliti berharap bahwa hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi khalayak
masyarakat untuk mengetahui hal apa saja yang dapat dilakukan untuk
meminimalisir gaya hidup konsumtif pada remaja.
14
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Gaya Hidup Konsumtif
2.1.1 Definisi gaya hidup konsumtif
Pada awalanya, seorang tokoh psikologi bernama Alfred Adler menjelaskan
keunikan manusia dengan konsep gaya hidup. Setiap orang memiliki tujuan, merasa
inferior, berjuang menjadi superior, dan dapat mewarnai atau tidak mewarnai usaha
superiornya dengan minat sosial. Namun, setiap orang melakukannya dengan gaya
hidup yang berbeda-beda, selain itu, jumlah gaya hidup berjumlah sebanyak orang
yang ada di dunia. Misalnya, seseorang mungkin berusaha menjadi superior dalam
kekuatan dan kemampuan fisik, dan orang lain mungkin berusaha berprestasi secara
intelektual. Alfred Adler berpendapat bahwa style of life atau biasa disebut lifestyle
dan dalam bahasa indonesia disebut dengan gaya hidup adalah cara yang unik dari
setiap orang dalam berjuang mencapai tujuan khusus yang telah ditentukan orang
itu sendiri dalam kehidupan tertentu dimana dia berada (Alwisol, 2004).
Krishnan (2011) yang terinspirasi dari Bell, Rainwater, Coleman dan Handel,
Havinhurst serta Feigenbaum, menjelaskan awal mulanya mengenai konsep gaya
hidup yang berkaitan dengan perilaku konsumen yaitu ditujukan untuk
memprediksi perilaku konsumen. Menurut William Lazer yang menginspirasi
Krishnan (2011), juga memperkenalkan konsep pola gaya hidup dan hubungannya
dengan pemasaran. Ia mendefinisikan pola gaya hidup sebagai sistem yang
15
mengacu pada karakteristik hidup sebagai konsumen, dan cara di mana mereka
mengonsumsi yang akan mencerminkan gaya hidup konsumtif masyarakat.
Gaya hidup juga dipaparkan sebagai suatu pola hidup tentang bagaimana
seseorang menggunakan waktu dan uang yang dimilikinya (Engel, Blackwell, &
Miniard, 1994). Pernyataan tersebut didukung pula oleh Nessim dan Wozniak
(2001) yang menyatakan bahwa gaya hidup dapat dilihat melalui bagaimana
seseorang menggunakan waktu luangnya. Hawkins dan Best (2004) juga
menyatakan bahwa gaya hidup mencakup bagaimana seseorang membelanjakan
uang, menggunakan suatu barang dan apa yang individu pikirkan mengenai sesuatu.
Definisi lain mengenai gaya hidup juga dipaparkan oleh Engel, Blackwell,
dan Miniard (1994) yaitu sebagai suatu frame of reference atau kerangka acuan
yang dipakai seseorang dalam bertingkah laku, di mana individu tersebut berusaha
membuat seluruh aspek kehidupannya berhubungan ke dalam suatu pola tertentu,
dan mengatur strategi bagaimana ia ingin dipersepsikan oleh orang lain. Hal ini
didukung oleh pernyataan Loudon dan Bitta, (1993) yang mengacu pada teori
Alfred Adler, menyatakan bahwa gaya hidup adalah sesuatu hal yang mengacu
pada tujuan seseorang dalam membentuk dirinya dan mengatur cara bagaimana
mencapai tujuannya.
Gaya hidup dapat diidentifikasi melalui tiga hal, meliputi kegiatan, minat, dan
opini. Kegiatan adalah tindakan nyata seperti menonton suatu media, berbelanja di
toko, atau menceritakan kepada orang lain mengenai hal baru yang terkait perilaku
konsumtif. Minat mengacu pada ketertarikan yang besar terhadap suatu objek,
peristiwa, atau topik tertentu yang memperlihatkan adanya kegairahan yang
16
menyertai perhatian baik bersifat khusus maupun terus menerus. Opini adalah
pendapat lisan atau tertulis sebagai respon terhadap suatu situasi atau stimulus
tertentu (Engel, Blackwell, & Miniard, 1994). Pendapat ini didukung oleh Kotler
dan Keller yang menginspirasi Kulsiri (2012), yang menyatakan bahwa gaya hidup
adalah pola hidup seseorang di dunia yang terungkap pada aktifitas, minat dan
opininya.
Gaya hidup menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana
membelanjakkan uang dan bagaimana mengalokasikan waktu (Mowen, 2002).
Menurut pendapat ini, gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang
berinteraksi dengan lingkungannya. Seperti yang diungkapkan oleh Feist dan Feist
(2010), yang terinspirasi dari teori Adler, bahwa interaksi diri dan lingkungan
dalam konteks gaya hidup sangat berpengaruh pada sikap dan perilaku seseorang
khususnya dalam 3 hal utama yaitu pekerjaan, persahabatan, dan cinta.
Dari beberapa definisi di atas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa gaya
hidup yang dimaksud di dalam penelitian ini adalah pola tingkah laku yang
berhubungan dengan empat dimensi utama yaitu gaya hidup dalam dimensi
kegiatan, acuan, minat dan opini. Lebih jelasnya adalah terkait dengan bagaimana
individu membelanjakan uang dan menghabiskan waktu (kegiatan), acuan yang
dipakai seseorang dalam bertingkah laku (frame of reference), dan bagaimana
menjadikan suatu objek sebagai perhatian khusus (minat), serta bagaimana individu
melihat diri dan lingkungannya (opini).
Kata “konsumtif” sering diartikan sama dengan “konsumerisme”. Padahal
konsumerisme menurut kamus modern bahasa indonesia, mengacu pada segala
17
sesuatu yang berhubungan dengan konsumen. Lina dan Rosyid (2009),
mengungangkapkan bahwa tinjauan perilaku konsumtif perlu dilihat dari
pemahaman perilaku konsumen. Sedangkan konsumtif lebih khusus menjelaskan
keinginan untuk mengonsumsi barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan
secara berlebihan atau bukan menurut kebutuhan untuk mencapai kepuasan yang
maksimal.
Sementara itu Sumartono mengatakan bahwa perilaku konsumtif dapat
diartikan sebagai suatu tindakan menggunakan suatu produk secara tidak tuntas.
Artinya sebelum habis suatu produk dipakai, seseorang telah menggunakan produk
jenis yang sama dari merek lain atau membeli barang karena adanya hadiah yang
ditawarkan atau membeli suatu produk karena banyak orang yang menggunakan
produk tersebut.
Selanjutnya, pengertian konsumtif menurut Tambunan (2001), menjelaskan
keinginan untuk mengonsumsi barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan
secara berlebihan dengan mengutamakan keiginan daripada kebutuhan. Menurut
Siti Novianti (2014) konsumtif adalah perilaku yang boros yang mengkonsumsi
barang atau jasa secara berlebihan, yang lebih mendahulukan keinginan dari pada
kebutuhan.
Berdasarkan definisi di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa gaya hidup
konsumtif adalah cara atau pola hidup seseorang dalam menggunakan waktu dan
uangnya secara berlebihan untuk membeli sesuatu dengan mengedepankan
keinginan daripada kebutuhan (irasional).
18
2.1.2 Gaya hidup konsumtif pada remaja
Mastead (1996) memberikan penjelasan bahwa remaja adalah suatu periode yang
panjang sebagai proses transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa.
Umumnya, remaja dikaitkan dengan mulainya pubertas, yaitu proses yang
mengarah pada kematangan seksual, atau fertilitas yang merupakan kemampuan
untuk reproduksi. Pada periode remaja terjadi pertumbuhan yang signifikan pada
kemampuan intelektual.
Hurlock (1980), menjelaskan istilah “adolescene” atau biasa disebut dengan
masa remaja seperti yang digunakan saat ini, mempunyai arti penting yang lebih
luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Hurlock
menambahkan masa remaja merupakan suatu periode transisi di mana seseorang
berubah secara fisik dan psikologis dari seorang anak menjadi orang yang dewasa.
Hurlock (1980), membagi masa remaja menjadi masa remaja awal dengan
rentang usia antara 13 hingga 16 atau 17 tahun dan masa remaja akhir dengan
rentang usia antara 16 atau 17 hingga 18 tahun. Masa remaja dibedakan oleh
Hurlock dikarenakan pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi
perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa.
Menurut Hurlock (1980), masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan
dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Pada masa ini, individu mengalami
berbagai perubahan baik fisik maupun psikis. Perubahan yang tampak jelas adalah
perubahan secara fisik, dimana tubuh berkembang pesat sehingga mencapai bentuk
tubuh orang dewasa yang disertai pula dengan berkembangnya kapasitas
reproduktif, serta mulai mampu berpikir abstrak dan idealis seperti orang dewasa.
19
Pada periode ini pula remaja mulai melepaskan diri secara emosional dari orang tua
dalam rangka menjalankan peran sosialnya yang baru sebagai orang dewasa.
Terdapat beberapa karakteristik dari remaja yang merupakan sebagai ciri
khasnya yang dijabarkan oleh Hurlock (1980), diantaranya adalah:
1. Remaja adalah periode penting
Pada periode ini dikatakan penting karena remaja mengalami perubahan fisik
dan juga psikologis yang akan menentukan sikap dan perilaku remaja.
2. Remaja adalah periode transisi
Pada periode ini, remaja mengalami kebingungan dalam menjalankan
perannya yang diharapkan oleh orang lain. Hal ini menyebabkan statusnya
menjadi tidak jelas sehingga mengalami krisis identitas.
3. Remaja adalah periode perubahan
Pada periode ini, perubahan sikap dan tingkah laku remaja sejalan dengan
fisiknya. Perubahan fisik terjadi dengan pesat selama masa awal remaja, hal
ini diikuti pula pada perubahan sikap dan perilakunya.
4. Remaja sebagai usia bermasalah
Setiap periode perkembangan memiliki masalahnya sendiri-sendiri, namun
pada masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi. Hal ini
dikarenakan, pada masa anak-anak, segala permasalahan akan diselesaikan
oleh orang tua dan guru, sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman
dalam mengatasi masalah. Selain itu, remaja merasa dirinya mandiri sehingga
mereka akan menolak bantuan dari orang tua atau siapapun dalam menangani
masalah.
20
5. Remaja sebagai masa pencarian identitas
Sepanjang usia geng pada masa akhir anak-anak, penyesuaian diri dengan
standar kelompok adalah jauh lebih penting bagi anak daripada individualitas.
Seperti dalam hal pakaian, berbicara dan perilakunya yang ingin terlihat sama
seperti teman-temannya.
6. Remaja merupakan usia yang menakutkan
Bagi orang dewasa, hal ini dikarenakan sikap para remaja yang kadangkala
bersifat destruktif dan antisosial serta tidak dapat dipercaya dan tidak
bertanggung jawab.
7. Remaja adalah masa tidak realistis
Hal ini dikarenakan para remaja melihat dirinya sebagai apa yang diinginkan
bukan pada kenyatannya.
8. Remaja adalah ambang masa dewasa
Para remaja bertingkah laku seperti orang dewasa, bukan sebagai usia remaja
pada umumnya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa remaja cenderung
memiliki gaya hidup konsumtif dikarenakan pada masa tersebut mereka sedang
mencari identitas diri dan bersosialisasi dengan teman sebayanya sesuai dengan
salah satu karakteristik dan tugas perkembangan mereka sehingga mereka akan
menemukan standardisasi dalam pertemanan agar dapat diterima di lingkungannya.
Hal ini dapat diartikan dengan remaja akan melakukan segala upaya apapun demi
mencapai kesesuaian dengan standar yang berlaku pada kelompok teman
sebayanya.
21
2.1.3 Faktor-faktor yang memengaruhi gaya hidup
Mangkunegara (2009), menyatakan bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi
gaya hidup seseorang yaitu faktor sosial budaya atau yang disebut sebagai faktor
yang berasal dari luar (eksternal) dan faktor psikologis atau disebut sebagai faktor
yang berasal dari dalam diri individu (internal). Menurutnya, konsep diri berada di
dalam faktor internal. Faktor eksternal meliputi budaya, kelas sosial, kelompok
referensi, dan keluarga. Sedangkan faktor internal yang dimaksud meliputi
pengalaman, kepribadian, sikap dan serta konsep diri. Berikut adalah penjelasan
faktor eksternal yang dimaksud :
1. Kebudayan
Kebudayaan meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat
istiadat, dan kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh individu sebagai anggota
masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-
pola perilaku yang normatif, meliputi ciri-ciri pola pikir, merasakan dan
bertindak.
2. Kelas sosial.
Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relatif homogen dan bertahan lama
dalam sebuah masyarakat, yang tersusun dalam sebuah urutan jenjang, dan para
anggota dalam setiap jenjang itu memiliki nilai, minat, dan tingkah laku yang
sama. Ada dua unsur pokok dalam sistem sosial pembagian kelas dalam
masyarakat, yaitu kedudukan (status) dan peranan. Kedudukan sosial artinya
tempat seseorang dalam lingkungan pergaulan, prestise hak-haknya serta
kewajibannya. Kedudukan sosial ini dapat dicapai oleh seseorang dengan usaha
22
yang sengaja maupun diperoleh karena kelahiran. Peranan merupakan aspek
yang dinamis dari kedudukan. Apabila individu melaksanakan hak dan
kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka ia menjalankan suatu
peranan.
3. Kelompok referensi.
Kelompok referensi adalah kelompok yang memberikan pengaruh langsung
atau tidak langsung terhadap sikap, pendapat, norma dan perilaku seseorang.
Kelompok yang memberikan pengaruh langsung adalah kelompok di mana
individu tersebut menjadi anggotanya dan saling berinteraksi, sedangkan
kelompok yang memberi pengaruh tidak langsung adalah kelompok di mana
individu tidak menjadi anggota didalam kelompok tersebut. Pengaruh-pengaruh
tersebut akan menghadapkan individu pada perilaku dan gaya hidup tertentu.
4. Keluarga.
Keluarga memegang peranan terbesar dan terlama dalam pembentukan sikap
dan perilaku individu. Hal ini karena pola asuh orang tua akan membentuk
kebiasaan anak yang secara tidak langsung mempengaruhi pola hidup anak.
Adapun faktor internal dijelaskan Stanton (Mangkunegara, 2009) sebagai berikut :
1. Pengalaman Belajar
Pengalaman dan belajar dapat mempengaruhi pengamatan sosial dalam
konteks tingkah laku. Pengalaman dapat diperoleh dari semua tindakannya di
masa lalu dan dapat dipelajari. Melalui belajar orang akan dapat memperoleh
pengalaman. Hasil dari pengalaman sosial akan dapat membentuk pandangan
terhadap suatu objek.
23
2. Kepribadian.
Kepribadian adalah konfigurasi karakteristik individu dan cara berperilaku
yang terkontrol serta sesuai dengan tuntutan lingkungan yang menentukan
perbedaan perilaku dari setiap individu.
3. Sikap dan Keyakinan
Sikap berarti suatu keadaan jiwa dan keadaan pikir yang dipersiapkan untuk
memberikan tanggapan terhadap suatu objek yang diorganisasikan melalui
pengalaman dan mempengaruhi secara langsung pada perilaku. Keadaan jiwa
tersebut sangat dipengaruhi oleh tradisi, kebiasaan, kebudayaan dan
lingkungan sosial.
4. Konsep diri.
Konsep diri adalah bagaimana individu memandang dirinya yang akan
mempengaruhi minat terhadap suatu objek. Konsep diri sebagai inti dari pola
kepribadian akan menentukan perilaku individu dalam menghadapi
permasalahan hidupnya, karena konsep diri merupakan frame of reference
yang menjadi awal perilaku.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya hidup konsumtif
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor eksternal dan faktor internal yang akan
diwujudkan dalam bentuk variabel dalam sebuah penelitian yang akan dilakukan.
Untuk faktor eksternal, variabel yang akan diteliti adalah variabel konformitas
kelompok teman sebaya dan faktor demografi (usia, jenis kelamin, pendapatan
orang tua per bulan dan uang saku siswa per bulan). Sedangkan untuk variabel
internal, variabel yang akan diteliti adalah variabel konsep diri.
24
2.1.4 Pengukuran gaya hidup konsumtif
Mengukur gaya hidup dapat dilakukan dengan dua teknik, yaitu Activities, Interest
and Opinion (AIO); Value, Attitudes and Lifestyle (VALS). Wells dan Tigert pada
tahun 1971, dalam pengkajiannya mengenai AIO, mendefinisikan Activity sebagai
kegiatan perilaku diamati, Interest sebagai suatu hal yang dijadikan fokus perhatian
oleh individu, dan Opinion sebagai tanggapan terhadap suatu peristiwa tertentu.
Sejak tahun 1971, pengkajian mengenai teknik AIO telah dilakukan secara
ekstensif untuk membantu pemasar memberikan layanan / produk khusus untuk
menentukan segmentasi target yang berbeda-beda (Wells & Tigert, 1971). Tinjauan
literatur juga menunjukkan bahwa teknik AIO dan instrumen banyak
dikembangkan oleh Plummer (1974), untuk lebih jelasnya akan dijabakan :
A. AIO
Psikografik adalah ilmu pengetahuan yang mengukur dan mengkategorisasikan
gaya hidup konsumen. Psikografik juga memberikan informasi mengenai apa yang
berada dalam pikiran konsumen serta mengidentifikasi aktivitas, minat dan opini
konsumen, atau yang dikenal dengan AIO (Activity, Interest and Opinion)
inventories (Nessim & Wozniak, 2001). Menurut Loudon dan Bitta (1993)
psikografik adalah sebuah metode yang mendefinisikan gaya hidup melalui
pengukuran. Sedangkan menurut Engel, Blackwell dan Miniard (1994), psikografi
adalah teknik utama yang digunakan oleh peneliti konsumen sebagai pengukuran
operasional dari gaya hidup.
Reynolds dan Darden memberikan gambaran tentang komponen AIO sebagai
berikut (Engel, Blackwell, & Miniard, 1994) :
25
“ Activities adalah tindakan yang nyata seperti menonton suatu
medium,berbelanja di toko, atau menceritakan kepada tetangga mengenai
pelayanan yang baru. Walaupun tindakan ini biasanya dapat diamati, alasan untuk
tindakan tersebut jarang dapat diukur secara langsung. Interest (minat) akan
semacam objek peristiwa, atau topik dalam tingkat kegairahan yang menyertai
perhatiankhusus maupun terus-menerus kepadanya. Opinion (Opini) adalah
“jawaban” lisan atau tertulis yang orang berikan sebagai respons terhadap situasi
stimulus di mana semacam “pertanyaan” diajukan. Opini juga digunakan untuk
mendeskripsikan penafsiran, harapan, dan evaluasi serta kepercayaan mengenal
maksud orang lain, antisipasi, sehubungan dengan peristiwa masa datang, dan
penimbangan konsekuensi yang memberi ganjaran atau menghukum dari jalannya
tindakan alternatif”. (Halaman 385).
Aktivitas merupakan wujud dari aksi atau tindakan yang dilakukan seseorang
(dapat diobservasi) seperti berbelanja ke toko, memberi tahu kepada teman suatu
produk baru, dan tindakan lainnya. Minat (Interest), merupakan derajat kesenangan
yang menyertai perhatian khusus dan berkelanjutan pada objek, kejadian, atau
topik. Opini merupakan “jawaban” lisan atau tulisan yang diberikan oleh seseorang
sebagai respon terhadap stimulus berupa pertanyaan. Opini ini digunakan untuk
menjelaskan interpretasi, harapan, dan evaluasi seperti keyakinan mengenai intensi
orang lain, dan antisipasi terhadap kejadian yang akan datang.
Menurut Loudon dan Bitta (1993) terdapat tiga area umum yang
megindikasikan dimensi dari gaya hidup konsumen dari pernyatan-pernyataan
dalam AIO statement yang terdiri dari :
a) Activity question yang menanyakan pada konsumen tentang apa yang
dilakukan, apa yang dibeli, dan bagaimana mereka mengisi waktu.
b) Interest questions yang fokusnya pada pilihan-pilihan dan prioritas
konsumen.
c) Opinion questions yang menggali tentang pandangan konsumen dan
perasaannya mengenai berbagai hal.
26
Pernyataan-pernyataan dalam AIO ini dapat berupa pernyataan-pernyataan
umum dan pernyataan-pernyataan spesifik. Pernyataan-pernyataan spesifik
digunakan untuk mendapatkan informasi tentang apa yang konsumen pikirkan
mengani produk-produk tertentu dan bagaimana hubungan produk tersebut dengan
diri mereka. Penyataan-pernyataan umum berguna untuk mengetahui profil dari
pasar konsumen secara umum (Engel, Blackwell & Miniard, 1994). Dalam
penelitian ini item-item yang digunakan untuk mengukur AIO berupa pernyataan
yang mengarah ke gaya hidup konsumtif.
B. Value, Attitudes dan Lifestyle (VALS)
Aplikasi lainnya dari penelitian psikografik adalah program Value, Attitudes and
Lifestyle atau yang dikenal dengan VALS. Program ini dikembangkan oleh
Standford Research Institute (SRI) dan dipublikasikan pada tahun 1978 dan di
revisi pada tahun 1989. VALS menyediakan klasifikasi yang sistematik dengan
delapan segmen yang berbeda serta mengklasifikasikan konsumen berdasarkan
sumber dasar psikologis dan orientasi diri (Nessim & Wozniack, 2001).
Stanford Research Institute atau SRI mengklasifikasikan delapan segmen
VALS sebagai berikut (Nessim & Wozniack, 2001);
a) Kecenderungan utama dari empat kelompok dengan sumber daya lebih tinggi:
1) Actualizers (innovator)
Orang yang sukses, canggih, aktif, dan bertanggung jawab serta harga
diri yang tinggi. Mereka memiliki selera tinggi terhadap produk dan
jasa, serta berorientasi pada skala yang relatif tinggi.
27
2) Fulfilleds (pemikir)
Orang yang matang, puas dan reflektif yang termotivasi oleh cita-cita
dan tata nilai, pengetahuan, serta tanggung jawab. Mereka menyukai
produk-produk yang tahan lama, berfungsi baik, dan bernilai.
3) Achievers (pengejar prestasi)
Orang sukses yang berorientasi tujuan dan berfokus pada karier serta
keluarga. Mereka menyukai produk-produk premium yang
menunjukkan keberhasilan kepada rekan mereka.
4) Experiencers (pencari pengalaman)
Orang yang bersemangat, bergairah, dan muda yang mencari varietas
dan kegembiraan. Mereka mengeluarkan pendapatan cukup besar pada
mode, hiburan, dan sosialisasi.
b) Kecenderungan utama keempat kelompok dengan sumber daya yang sedikit
adalah:
1) Believers (pemercaya / menganggap segalanya sudah baik atau benar)
Orang yang konservatif, konvensional, dan tradisional. Mereka
menyukai produk-produk yang banyak dikenal dan setia pada produk
yang telah mapan.
2) Strives (penyuka bersaing)
Orang yang mengikuti trend dan senang dengan kegembiraan yang
dibatasi oleh sumber dayanya. Mereka menyukai produk mode yang
meniru pembelian orang-orang yang lebih makmur.
28
3) Makers (pembuat)
Orang yang praktis, tidak sombong, mencukupi diri sendiri dan suka
bekerja dengan tangan mereka. Mereka menyukai produk barat yang
mempunyai fungsi dan tujuan tertentu.
4) Strugglers (pejuang)
Orang yang sudah lanjut usia, pensiun, pasif, penuh perhatian terhadap
perubahan. Mereka loyal pada merek favorit.
Tabel 2.1
Dimensi Gaya Hidup
Activity Interest Opinion
Pekerjaan Keluarga Diri sendiri
Hobi Rumah Masalah-masaklah sosial
Kegiaan sosial Pekerjaan Politik
Liburan Komunitas Bisnis
Hiburan Rekreasi Ekonomi
Keanggotaan klub Pakaian Pendidikan
Komunitas Makanan Produk
Belanja Media Masa depan
Olah raga Prestasi Budaya
Sumber : Joseph T. Plummer dalam Engel, Blackwell, Miniard (1995), consumen behavior.
8th. The Dryden Press, USA. (hasil terjemahan dari sumber aslinya)
Penelitian ini akan menggunakan skala AIO (Activity, Interest, and Opinion) yang
sudah diterjemahkan dan dimodifikasi oleh Orsay Kucukemiroglu (1997) dengan
mengacu pada skala dari Reynolds dan Darden yang menginspirasi Engel,
Blackwell, dan Miniard (1994), untuk mengukur gaya hidup konsumtif. Hal ini
dikarenakan skala tersebut mempunyai item-item yang secara spesifik membahas
dimensi serta sesuai dengan karakteristik responden yang akan diteliti.
29
2.2 Konformitas
2.2.1 Definisi konformitas
Pengertian konformitas dikemukakan oleh beberapa tokoh, diantaranya,
menurut Santrock (2004), kemudian mendefinisikan konformitas sebagai perilaku
individu meniru sikap atau tingkah laku orang lain dikarenakan tekanan yang nyata
maupun yang dibayangkan oleh mereka.
Selanjutnya, Baron, Branscombe dan Bryne (2008), menyatakan bahwa
konformitas adalah suatu bentuk pengaruh sosial di mana individu mengubah sikap
dan tingkah lakunya agar sesuai dengan norma sosial.
Menurut Cialdini dan Goldstein, konformitas merupakan tendensi untuk
mengubah keyakinan atau perilaku seseorang agar sesuai dengan perilaku orang
lain yang menginspirasi Taylor, Peplau, dan Sears (2009).
Sedangkan menurut Myers (2008) konformitas merupakan perubahan
perilaku atau keyakinan agar sesuai dengan orang lain yang dikarenakan adanya
tekanan dari individu maupun kelompok, terlihat dari kecenderungan remaja untuk
selalu menyamakan perilakunya dengan kelompok acuan sehingga dapat terhindar
dari celaan maupun keterasingan.
Dari beberapa pendapat tokoh diatas, peneliti menggunakan pengertian
konformitas dari Myers (2008), bahwa konformitas adalah kecenderungan
berperilaku sama dengan orang lain akibat adanya tekanan individu atau kelompok.
Tekanan tersebut dapat berupa tekanan secara langsung atau tidak langsung dengan
tujuan supaya individu diterima oleh orang lain atau terhindar dari penolakan. Hal
30
ini dikarenakan pengertian konformitas dari Myers (2008) memiliki arti yang jelas
dan spesifik serta sesuai dengan karakteristik responden yang akan diteliti.
2.2.2 Jenis konformitas
Allen (1965), mengklasifikasikan dua jenis konformitas yaitu private acceptance
dan public compliance. Konformitas private acceptance yang mengacu pada
standar yang terkait dengan penerimaan sukarela dari sikap di dalam kelompok
yang memengaruhi keyakinan, nilai dan harapan yang dimiliki individu. Sedangkan
public compliance ialah megacu pada konformitas yang secara langsung bertujuan
untuk mengharapkan reward dan menghindari punishment, walaupun individu tidak
mementingkan opininya dalam menyetujui tingkah laku tersebut.
Adapun menurut Myers (2008) terdapat tiga jenis konformitas, yaitu
compliance, obedience dan acceptance. Konformitas compliance adalah suatu
bentuk konformitas di mana individu bertingkah laku sesuai dengan tekanan yang
diberikan oleh kelompok, sementara secara pribadi ia tidak menyetujui tingkah laku
tersebut. Individu melakukan konformitas untuk menghindari penolakan kelompok
dan mengharapkam reward dalam bentuk penerimaan kelompok. Konformitas
obedience adalah suatu bentuk konformitas di mana individu bertingkah laku sesuai
dengan aturan yang berlaku. Konformitas acceptance adalah tingkah laku dan
keyakinan individu sesuai dengan tekanan kelompok yang diterimanya karena
adanya keinginan seseorang untuk bertindak benar.
Lain halnya menurut Deutch dan Gerard yang menginspirasi penelitian yang
dilakukan oleh Wu dan Huan (2010), mengklasifikan konformitas menjadi dua
31
yaitu normative influence dan informational influence, namun konformitas
merupakan bagian dari social influence. Konformitas pengaruh normatif terjadi
ketika individu mengubah tingkah lakunya untuk menyesuaikan diri dengan norma
kelompok agar diterima secara sosial, diterima oleh orang lain, disukai dan
diperlakukan baik oleh orang lain dan secara bersamaan menghindari penolakan,
ejekan, hukuman atau rasa malu terlihat beda. Hal ini sama dengan public
compliance dari Allen (1965). Sedagkan konformitas pengaruh informasional atau
sama dengan private acceptance dari Allen (1965), adalah suatu bentuk
konformitas yang terjadi ketika kelompok menyediakan informasi penting yang
tidak dimiliki oleh individu. Tingkah laku dan keyakinan individu sesuai dengan
tekanan kelompok yang diterimanya karena adanya keinginan seseorang untuk
bertindak benar. Kecenderungan menyesuaikan diri berdasarkan informasi
bergantung pada dua aspek situasi, yaitu : 1) seberapa besar keyakinan individu
pada kelompok. 2) seberapa besar keyakinan individu terhadap penilaian diri
sendiri. Apabila semakin besar keyakinan individu pada kelompok maka semakin
besar pula kemungkinan kita menyesuaikan diri dengan kelompok Jadi acceptance
adalah konformitas yang didasari oleh penerimaan seseorang terhadap bukti realitas
yang diberikan oleh orang lain yang menjadikan perilaku kelompok sebagai
pedoman perilaku karena diyakini kebenarannya.
Sama dengan Deutch dan Gerrard yang menginspirasi penelitian dari Wu dan
Huan (2010), serta Franzoi (2003) mengatakan bahwa konformitas merupakan
salah satu dari tiga tingkah laku utama yang menjadi bagian dari social influence
selain compliance dan obedience. Terdapat dua aspek dalam compliance yaitu
32
internal dan eksternal. Compliance internal merupakan keadaan dimana individu
melakukan sesuatu berdasarkan kepatuhan pada nilai dan prinsip yang dianut dalam
kelompoknya, sedangkan compliance eksternal merupakan keadaan dimana
seseorang melakukan sesuatu agar sesuai dengan kelompoknya walaupun tidak
setuju.
Jenis konformitas yang dipakai dalam penelitian ini ialah penjelasan dari
Allen (1965), karena lebih detail dalam menjelaskan jenis konformitas, yaitu public
private acceptance dan public compliance, serta lebih tepat digunakan untuk
pengukuran konformitas kelompok teman sebaya pada remaja yang nanti akan
digunakan.
2.2.3 Pengukuran konformitas
Terdapat beberapa alat ukur yang digunakan untuk mengukur konformitas,
diantaranya adalah :
1. Jackson’s Personality Inventory of Conformity yang dikembangkan oleh
Jackson pada tahun 1976. Alat ukur ini terdiri dari enam kriteria item :
“setuju/tidak setuju”, “mematuhi/menolak untuk mematuhi”, “mencoba untuk
menyesuaikan/tidak mencoba untuk menyesuaikan”, “bersedia
menyesuaikan/menolak secara kuat”, “bersedia bekerja sama/tidak bersedia
bekerja sama”, “berpandangan yang sama/berbeda pandangan” dan
menggunakan skala likert antara 1-7 yang mengukur tingkat konformitas
seseorang. Namun dalam penelitian yang dilakukan oleh Wu dan Huan
(2010) dengan menggunakan Jackson’s Personality Inventory of Conformity,
33
menghasilkan bahwa konformitas tidak memiliki pengaruh signifikan dalam
pembelian impulsif pada remaja. Hal ini dikarenakan sedikitya jumlah item
sehingga memberikan hasil yang tidak spesifik .
2. Online Consumer Conformity yang dikembangkan oleh Lee dan Park (2008).
Alat ukur ini terdiri dari 12 skala item yang mengukur informative conformity
dan normative conformity. Namun dalam penelitian yang dilakukan oleh Lee
dan Park (2008) menghasilkan bahwa hanya normative conformity yang
memiliki pengaruh signifikan terhadap pembelian kompulsif.
Berdasarkan hasil penelitian yang disebutkan di atas, peneliti menggunakan
alat ukur yang berasal dari Lee dan Parrk untuk mengukur konformitas, namun
skala pengukuran tetap mengacu pada dimensi-dimensi konformitas yang telah
dijelaskan dalam teori menurut Allen (1965), yaitu private acceptance dan public
compliance. Hal ini dikarenakan Allen (1965), tidak mencantumkan item-item dari
alat ukur konformitas tersebut.
Langkah selanjutnya, setelah menentukan skala yang akan digunakan,
peneliti memodifikasi dan menerjemahkan skala dari Netmeyer dan Teel karena
sebelumnya skala tersebut berbahasa inggris dan hanya dapat digunakan untuk
online consumer conformity. Pada akhirnya, alat ukur tersebut terdiri atas 14 item
yang berisi 7 item dari dimensi private acceptance dan 7 item dari dimensi public
compliance yang nantinya akan dapat digunakan secara general.
34
2.3 Konsep Diri
2.3.1 Definisi konsep diri
Agustiani (2009), memaparkan bahwa Fitts pada tahun 1971 mendefiniskan bahwa
konsep diri adalah ketika individu memandang, mendeskripsikan, bereaksi,
memberikan arti dan penilaian terhadap dirinya sendri, serta menunjukkan suatu
kesadaran diri dan kemampuan untuk keluar dari dirinya agar dapat meilihat dirinya
seperti apa yang ia lakukan terhadap dunia luar. Fitts juga mengemukakan bahwa
konsep diri merupakan aspek penting dalam diri seseorang, karena konsep diri
merupakan kerangka acuan (frame of reference) dalam berinteraksi dengan
lingkungan.
Lain halnya dengan Mead yang menginspirasi Gecas (1982), mengungkapkan
bahwa konsep diri merupakan suatu objek yang timbul di dalam interaksi sosial
sebagai suatu hasil perkembangan dan perhatian individu tersebut mengenai
bagaimana orang-orang bereaksi kepadanya. Sehingga dapat mengantisipasikan
orang lain untuk bertingkah laku yang pantas, individu terseut belajar untuk
mengintepretasikan lingkungannya sebagaimana yang dilakukan orang lain.
Callhoun dan Acocella (1990), mendefiniskan konsep diri sebagai gambaran
mental diri seseorang. Menurut Nessim dan Mowizak (2001), konsep diri
merupakan gambaran dari keseluruhan citra seseorang dan menurutnya, konsep diri
muncul dari apa yang kita perlihatkan kepada orang lain maupun apa yang orang
lain perlihatkan kepada kita.
35
Mead dan Cooley yang menginspirasi Sobur (2003), menjelaskan bahwa
konsep diri merupakan suatu cerminan cara yang disajikan orang lain sebagai
tanggapan kepada kita. Cooley mendefiniskan self “sebagai sesuatu yang dirancang
melalui percakapan yang umum melalui kata ganti orang pertama yaitu, ‘saya’,
‘aku’, dia mengenalkan sebuah konsep “looking-glass self", dengan pemikiran
bahwa konsep diri seseorang dipengaruhi oleh apa yang diyakini individu-individu
bagaimana orang lain berpendapat mengenai dirinya. Cooley menunjukkan betapa
pentingnya umpan balik yang diintepretasikan secara subjektif dari orang-orang
lain sebagai sumber data untuk mengenal diri (Sobur, 2003).
Burns yang menginspirasi Sobur (2003) mendefiniskan konsep diri sebagai
kesan terhadap diri sendiri secara keseluruhan yang mencakup pendapatnya
terhadap diri sendiri, pendapat tentang gambaran diri di mata orang lain, dan
pendapatnya tentang hal-hal yang dicapai.
Pendapat Hurber dan Stanton yang menginspirasi Sobur (2003), menyatakan
bahwa konsep diri merupakan persepsi tentang dirinya sendiri, yang terbentuk dari
pengalaman dan hubungannya dengan lingkungan, di mana orang-orang bermain
atas peran yang penting.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, maka peneliti mekonsep diri
dalam penelitian menggunakan pengertian konsep diri menurut Fitts, adalah ketika
individu memandang, mendeskripsikan, bereaksi, memberikan arti dan penilaian
terhadap dirinya sendri, serta menunjukkan suatu kesadaran diri dan kemampuan
36
untuk keluar dari dirinya agar dapat meilihat dirinya seperti apa yang ia lakukan
terhadap dunia luar.
Adapun menurut Sobur (2003), terdapat tiga peranan penting dari konsep diri
sebagai penentu perilaku, yaitu:
1. Konsep diri berperan dalam mempertahankan keselarasan batin. Pada
dasarnya individu selalu mempertahankan keseimbangan dalam kehidupan
batinnya, bila timbul perasaan, pikiran dan persepsi yang tidak seimbang atau
bahkan saling berlawanan akan terjadi iklim psikologi yang tidak
menyenangkan sehingga akan merubah perilaku.
2. Keseluruhan sikap dan pandangan individu terhadap diri berpengaruh besar
terhadap pengalamannya. Setiap individu akan memberikan penafsiran yang
berbeda terhadap sesuatu.
3. Konsep diri adalah penentu pengharapan individu. Konsep diri adalah
seperangkap harapan dan penilaian perilaku yang menunjuk pada harapan
tersebut. Sikap dan pandangan negatif terhadap kemampuan diri
menyebabkan individu menetapkan titik harapan yang rendah. Titik tolak
yang rendah menyebabkan individu tidak mempunyai motivasi yang tinggi.
2.3.2 Dimensi konsep diri
Marsh dan Richards (1988), memaparkan bahwa Fitts pada tahun 1965 membagi
konsep diri menjadi delapan dimensi, diantaranya yaitu sebagai berikut:
1. Diri fisik (physical self)
Diri fisik menyangkut persepsi individu terhadap kesadaran dirinya secara
37
fisik. Seperti halnya penampilan dan keadaan tubuhnya (tinggi, pendek,
gemuk, kurus).
2. Diri moral etik (moral-ethical Self)
Merupakan persepsi individu tentang dirinya dari standar pertimbangan nilai
moral dan etika. Seperti persepsi mengenai hubungannya dengan Tuhan,
kepuasan individu akan kehidupan keagamaannya dan nilai-nilai moral yang
dipegangnya seperti batasan baik dan buruk.
3. Diri pribadi (personal self)
Merupakan perasaan atau persepsi seseorang tentang keadaan pribadinya. Hal
ini tidak dipengaruhi oleh kondisi fisik atau orang lain, tetapi dipengaruhi
oleh sejauh mana individu merasa puas terhadap dirinya.
4. Diri keluarga (family self)
Diri keluarga menunjukkan perasaan dan harga diri seseorang dalam
kedudukkannya sebagai anggota keluarga.
5. Diri sosial (social self)
Merupakan penialaian individu terhadap interaksi dirinya dengan orang lain
maupun dengan lingkungannya.
6. Diri identitas (identity self)
Merupakan aspek yang paling besar dari diri di mana terkumpul seluruh
simbol yang digunakan individu untuk mengamati dan menilai serta
menggambarkan dirinya. Hal ini dapat memengaruhi cara seseorang
berinteraksi dengan lingkungan dan dirinya sendiri.
38
7. Diri penilai (satisfaction self)
Merupakan bagian dari diri yang menjalankan fungsi sebagai pengamat,
pemberi nilai standar, atau yang paling utama adalah sebagai penilai diri
sendiri.
8. Diri pelaku (behavioral self)
Merupakan persepsi terhadap tingkah laku atas cara bertindak individu. Hal
ini berkaitan dengan apakah tingkah laku dipengaruhi faktor internal atau
eksternal dan apakah tingkah laku perlu dipertahankan atau diulangi.
Lain halnya dengan Jamaludin, Ahmad, Yusof, & Abdullah (2009), dalam
pengukuran konsep diri mereka menambahkan satu dimensi yaitu self criticism.
Self-criticism memiliki dua definisi dalam Kamus Lengkap Psikologi karya Chaplin
(2006) yaitu (1) kemampuan untuk mengenali kelemahan dan keterbatasan diri, (2)
pengenalan dan pengakuan bahwa prestasi sendiri itu tidak memiliki sifat-sifat yang
dikehendaki oleh standar sosial atau seperti yang diharapkan atau ditentukan oleh
diri sendiri. Namun, pengertian self criticism yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kemampuan individu mengenali kelemahan dan keterbatasan diri.
2.3.3 Pengukuran konsep diri
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat ukur dari konsep diri yang dibuat
oleh Fitts pada tahun 1965, yaitu Tennesse Self Concept Scale (TSCS) dan juga
mengadaptasi skala dari Jamaludin, Ahmad, Yusof dan Abdullah (2009) dengan
menambahkan satu dimensi konsep diri yaitu self criticism. Skala ini dapat
digunakan untuk mengukur hubungan antara konsep diri dengan perilaku
39
seseorang. Dalam hal ini TSCS digunakan guna melihat hubungan antara konsep
diri dengan gaya hidup konsumtif pada remaja. Dalam skala TSCS terdapat 111
item pernyataan dan terdiri dari sembilan dimensi, yang terdiri dari : physical self,
mora-ethical self, personal self, family self, social self, identity self, behavior self,
statisfaction self, dan self criticism yang akan dimasukkan dalam item-item berupa
pernyataan (Jamaludin, Ahmad, Yusof, & Abdullah, 2009).
Namun, dalam penelitian ini peneliti akan memodifikasi skala TSCS
tersebut dengan mengurangi jumlah item untuk menghindari kejenuhan pada
responden saat pengisian angket. Proses modifikasi skala ini diawali dengan
menerjemahkan item-item yang bermula berbahasa Inggris menjadi bahasa
Indonesia, kemudian peneliti akan melakukan pengurangan item dengan
mempertimbangkan item mana yang dipilih sesuai dengan konsep diri pada remaja
yang memiliki gaya hidup konsumtif.
2.4 Kerangka Berpikir
Dewasa ini, gaya hidup seseorang dalam menggunakan waktu dan uangnya secara
berlebihan untuk membeli sesuatu dengan mengedepankan keinginan daripada
kebutuhan (irasional) khususnya pada remaja, merupakan salah satu hal yang
menjadi sorotan penting. Hal ini dikarenakan budaya konsumtif serta perubahan
trend ataupun mode merupakan faktor pendorong remaja berperilaku konsumtif.
Gaya hidup konsumtif pada remaja sebenarnya dapat dimengerti bila melihat usia
remaja sebagai usia peralihan dalam mencari identitas diri.
40
Pencarian identitas diri mengenai “siapa saya” jika dikaitkan dengan gaya
hidup, sama seperti “Siapa yang tidak mengikuti trend maka dianggap bukan siapa-
siapa (ketinggalan zaman)”. Hal ini dikarenakan remaja menyadari bahwa
penerimaan sosial terutama peer group sangat dipengaruhi oleh keseluruhan yang
dinampakkan remaja. Kemampuan yang dimiliki remaja dapat meningkatkan atau
menurunkan pandangan teman-teman sebaya terhadap dirinya. Sesuatu yang
bersifat pribadi seperti tampang, bentuk tubuh, pakaian atau perhiasan, dan
sebagainya, sangat diminati karena erat berkaitan dengan keberhasilannya dalam
pergaulan.
Banyak faktor yang dapat memengaruhi gaya hidup konsumtif pada remaja,
antara lain faktor eksternal seperti konformitas kelompok teman sebaya, dan faktor
internal yaitu konsep diri. Jika dilihat dari teori hirarki kebutuhan Abraham
Maslow, manusia memiliki kebutuhan akan rasa memiliki dan kasih sayang.
Kebutuhan-kebutuhan ini meliputi dorongan untuk bersahabat, keinginan memiliki
pasangan dan keturunan, kebutuhan untuk dekat pada keluarga dan kebutuhan
untuk memberi dan menerima cinta. Rasa dihargai dan diterima dalam kelompok
atau komunitas dapat dirasakan apabila kita dapat menyesuaikan diri dengan segala
aturan dan norma yang ada yang dimana hal ini disebut dengan konformitas.
Konformitas dapat terjadi karena manusia diciptakan sebagai makhluk sosial,
yang berarti tidak hanya hidup sebagai individual tetapi membutuhkan manusia lain
untuk berinteraksi. Dalam kehidupan sehari-sehari salah satu pengaplikasiannya
adalah dengan hidup berkelompok atau dalam komunitas. Hidup dalam suatu
41
kelompok atau komunitas berarti hidup dengan sebuah aturan dan norma yang akan
disepakati bersama.
McElhaney, Antonishak, dan Allen yang menginspirasi Tolley (2014),
memperjelas bahwa pertemanan antar kelompok sebaya merupakan tempat bagi
individu untuk melakukan perbandingan, mengeksplorasi minat, memberikan nilai,
informasi dan menyediakan suatu bimbingan ataupun petunjuk untuk melakukan
konsumsi, dan agar bisa diterima dalam kelompok sebayanya tersebut, maka
seorang individu berusaha melakukan konformitas.
Hal di atas didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Venkatesan
(1966) yang membuktikan bahwa individu melakukan sebuah pilihan bergantung
pada kelompoknya agar terhindar dari penolakan kelompok dan juga penelitian lain
juga membuktikan bahwa konformitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kecenderungan membeli online secara kompulsif (Lee & Park, 2008), serta
pernyataan dari dari Schiffman dan Kanuk yang menginspirasi penelitian dari
Kulsiri (2012), yang menjelaskan bahwa, ketika individu melakukan suatu kegiatan
konsumen, terutama berkaitan dengan penerimaan atau persetujuan dari orang lain
yang mereka sukai, mereka cenderung mengadopsi perilakunya agar sesuai dengan
karakteristik perilaku orang tersebut. Maka berdasarkan penelitian-penelitian
sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa konformitas memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap gaya hidup konsumtif.
Faktor lainnya yang mempegaruhi gaya hidup konsumtif ialah konsep diri.
Menurut Marsh dan Harter yang menginspirasi penelitian yang dilakukan oleh
O'Dea dan Abraham (1999), jenis kelmin, usia, pubertas, penampilan, dan
42
kelompok sebaya ikut berpengaruh pada konsep diri remaja. Dapat dikatakan
bahwa individu yang beraktivitas aktif dalam suatu komunitas akan berupaya untuk
menyesuaikan dirinya demi mencapai konsep diri yang ideal sesuai dengan
komunitas di mana individu tersebut berada. Setiap individu menyesuaikan diri
dengan lingkungan di mana ia berada, untuk dapat diterima di lingkungannya.
Dalam suatu lingkungan, memiliki apa yang disebut sebagai kriteria ideal,
yang meliputi gaya berpakaian, gaya bicara, gaya hidup, cara bergaul dan
sebagainya yang biasa menjadi tolak ukur kriteria ideal dalam lingkungan tersebut.
Setiap anggota yang berada dalam lingkungan tersebut secara otomatis masing-
masing berusaha untuk mencapai kriteria ideal dalam lingkungan tersebut. Hal itu
bertujuan untuk mencapai konsep diri ideal. Oleh karena itu apabila para remaja
berada dalam suatu komunitas tertentu yang memiliki kriteria ideal yang konsumtif,
maka mereka memiliki pola perilaku konsumtif untuk mencapai konsep diri yang
ideal.
Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad dan Thyagaraj (2015) juga
membuktikan bahwa individu membeli atau mengonsumsi produk tidak hanya
untuk nilai fungsional suatu produk, tetapi juga untuk meningkatkan konsep diri
melalui makna simbolik yang tertanam dalam suatu. Dengan demikian, konsumen
berusaha untuk mentransfer makna yang terkait dengan merek suatu produk yang
mereka pilih sesuai dengan diri konsumen. Peran diri dalam pengambilan
keputusan konsumen terkait dengan persepsi konsumen dari kesesuaian antara
identitas merek dan identitas diri. Orang mencari merek dengan kepribadian yang
identik dengan kepribadian mereka sendiri. Akibatnya, semakin tinggi kongruensi
43
antara kedua kepribadian, semakin tinggi niat beli konsumen untuk merek suatu
produk.
Hal di atas sesuai dengan pernyataan Grubb dan Grathwohl yang
menginspirasi penelitian Ahmad dan Thyagaraj (2015), yang menyatakan bahwa
perilaku konsumsi individu dapat memperkuat dan meningkatkan konsep diri
melalui mengonsumsi suatu barang. Penelitian lain tentang konsep diri juga
dilakukan oleh Kulsiri (2012) dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep
diri adalah indikator yang signifikan dari perilaku pembelian terhadap suatu produk
mewah. Hasil ini konsisten dengan penjelasan Karande, Zinkhan, dan Lum yang
menginspirasi penelitian dari Kulsiri (2012), bahwa konsumen cenderung
mendekati suatu produk yang dapat meningkatkan konsep diri mereka. Beradaskan
penelitian-penelitian sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa konsep diri
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap gaya hidup konsumtif.
Faktor perbedaan jenis kelamin juga dapat memengaruhi konformitas, konsep
diri dan gaya hidup konsumtif. Terdapat penelitian yang menyatakan bahwa
pembelian secara irasional lebih tinggi terjadi pada siswa perempuan daripada
siswa laki-laki. Hasil penelitian sesuai dengan temuan d'Astous' yang menginspirasi
penelitian Wu dan Huan (2010), yang menyatakan bahwa dibandingkan dengan
pria, wanita cenderung mengubah sikap mereka dengan mudah dan menunjukkan
ciri-ciri kesesuaian yang lebih tinggi dengan lingkungannya. Selain itu, perlu
diketahui bahwa beberapa penelitian juga menyatakan bahwa terdapat perbedaan
konsep diri baik remaja laki-laki maupun perempuan.
44
Salah satu penelitian yang mempertegas hal tersebut di atas telah dilakukan
oleh Marsh dan Harter yang menginspirasi penelitian O'Dea dan Abraham (1999),
yang melaporkan bahwa laki-laki memiliki konsep diri yang berbeda dengan
perempuan. Tidak hanya itu, jenis kelamin juga dapat memberikan pengaruh
terhadap gaya hidup konsumtif individu (Kulsiri, 2012).
Di sisi lain, faktor demografi seperti usia dapat memberikan pengaruh
terhadap gaya hidup konsumtif. Hal ini dapat didukung oleh salah satu penelitian
yang dilakukan oleh Mediamark, melaporkan bahwa remaja tidak hanya
menghabiskan banyak uang untuk membeli barang dan jasa, tetapi juga
mempengaruhi orang tua mereka dalam pengambilan keputusan dan pola belanja.
Selain itu, penelitian lain yang dilakukan oleh Neuborne dan Kerwin mempertegas
bahwa membeli pakaian untuk keperluan menunjang penampilan diri adalah
pengeluaran terbesar dalam anggaran remaja (Nilkant, 2014). Pendapat dari Furman
dan Buhrmester menyatakan bahwa para remaja lebih bergantung pada teman-
teman mereka dari pada dengan orang tua, untuk memberikan kepuasan dalam
kebutuhan berteman, perasaan berharga dan keintiman. Maka berdasarkan
penelitian-penenelitian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa usia dan jenis
kelamin memiliki pengaruh yang signifikan terhadap gaya hidup konsumtif
(Santrock, 2009).
Namun selain usia dan jenis kelamin terdapat pula faktor demografis lainnya,
seperti, status ekonomi (pendapatan orangtua dan uang saku siswa) yang dijelaskan
dalam penelitian yang dilakukan oleh Hilgert, Hogart dan Beverly serta diperkuat
pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Aizcorbe, Kennickell dan Moore yang
45
menginnspirasi Perry dan Morris (2005), yang menemukan bahwa pendapatan
keluarga memengaruhi perilaku mengonsumsi.
2.4.1 Pengaruh konformitas terhadap gaya hidup konsumtif
Terdapat beberapa penelitian yang dapat menjelaskan adanya pengaruh konformitas
terhadap gaya hidup konsumtif, diantaranya adalah :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Venkatesan tahun 1966 yang melibatkan 144
orang mahasiswa dari Sekolah Administrasi Bisnis, Universitas Minnessota
menghasilkan bahwa tekanan kelompok efektif membuat individu
melakuakan konformitas terhadap norma kelompok yang dinyatakan dengan
nilai koefisian konformitas p < 0.01. Hal ini menyatakan bahwa individu
menerima informasi dari kelompok teman sebayanya dalam mebuat
keputusan terhadap pembelian suatu produk.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Lee dan Park pada tahun 2008 yang
melibatkan 179 orang partisipan, dengan 70 orang laki-laki dan 109 orang
perempuan, umur antara 18 hingga 60 tahun ke atas dengan penghasilan
antara kurang dari 130 juta hingga 1,3 miliyar per tahun, menyatakan bahwa
pengaruh normatif (compliance) memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap gaya hidup konsumtif dengan nilai koefisien -0.196, p < 0.05, yang
berarti bahwa terdapat hubungan yang negatif antara pengaruh normatif
dengan gaya hidup konsumtif. Maka semakin besar pengaruh normatif akan
semakin kecil gaya hidup konsumtif.
46
3. Penelitian yang dilakukan oleh Wu dan Huan pada tahun 2010 yang
melibatkan 240 orang mahasiswa yang pernah keluar negeri dengan
kelompok tour menghasilkan bahwa responden perempuan mempengaruhi
konformitas secara signifikan daripada laki-laki terhadap pembelian gaya
hidup konsumtif, yaitu dengan p < 0.05.
2.4.2 Pengaruh konsep diri terhadap gaya hidup konsumtif
Terdapat beberapa penelitian yang dapat menjelaskan adanya pengaruh konsep diri
terhadap gaya hidup konsumtif, diantaranya adalah :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Kulsiri di Bangkok pada tahun 2012 yang
melibatkan 363 orang partisipan yang terdiri dari 40% laki-laki dan 60%
perempuan, menemukan bahwa konsep diri memengaruhi perilaku
konsumtif secara signifikan dengan p < 0.01 dan sig = 0.000.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Yu, Chan dan Choi melibatkan 250 orang
responden dengan usia remaja yaitu 13-19 tahun, menghasilkan bahwa usia
remaja sangat dipengaruhi oleh kelompok teman sebayanya dalam membeli
suatu barang. Hal ini dikarenakan remaja memiliki konsep diri yang menjadi
pertimbanagan dalam memberikan opini pada pembelian pakaian. Remaja
yang memiliki konsep diri yang rendah, akan sangat memperhatikan
kualitas suatu barang, remaja yang memiliki konsep diri yang tinggi akan
memperhatikan mode, harga, warna, kecocokan daripada kualitas suatu
barang. Nilai koefisien konsep diri pada penelitain ini adalah 0.044. Jadi
47
dapat disimpulkan bahwa konsep diri memengaruhi gaya hidup konsumtif
remaja secara positif.
2.4.3 Pengaruh konformitas dan konsep diri terhadap gaya hidup konsumtif
Apabila melihat dari hasil dan pembahasan penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya, dapat terlihat variabel apa saja yang berpengaruh secara signifikan
terhadap gaya hidup konsumtif pada remaja. Kedua variabel tersebut adalah
variabel konformitas dan variabel konsep diri. Hal ini menjelaskan bahwa seorang
remaja yang melakukan gaya hidup konsumtif dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu
faktor eksternal (berasal dari luar dirinya) yang dalam penelitian ini disebut dengan
konformitas dan faktor internal (berasal dari dalam dirinya) yang dalam penelitian
ini disebut dengan konsep diri. Maka dari itu, peneliti akan menggunakan kedua
variabel tersebut dalam penelitian yang akan dilakukan.
Dengan demikian beradasarkan fakta dan penelitian-penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya dapat disusun suatu kerangka berpikir yang bertujuan untuk
melihat pengaruh konformitas, konsep diri dan demografi terhadap gaya hidup
konsumtif. Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas, maka dalam penelitian
ini dibuat kerangka pemikiran guna mempengaruhi variabel-variabel yang
berpengaruh serta hubungan dari masing-masing variabel terhadap gaya hidup
konsumtif. Di samping itu dapat digunakan untuk mengetahui arah dari penelitian
ini. Secara singkat kerangka berpikir penelitian ini dapat diilustrasikan pada gambar
2.1 berikut ini:
48
Gambar 2.1 Skema pengaruh konformitas kelompok teman sebaya, konsep diri dan
demofrafi terhadap gaya hidup konsumtif.
2.5 Hipotesis Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti ingin melihat pengaruh independen variabel yang telah
ditentukan terhadap dependen variabel. Independen variabel dalam penelitian ini
adalah variabel konformitas yang terdiri dari dua dimensi, yaitu; private
acceptance dan public compliance. Kemudian variabel konsep diri yang terdiri dari
sembilan dimensi, yaitu; physical self, moral-ethical self, personal self, family self,
social self, identity self, statisfaction self, behavioral self, dan self criticism), dan
demografi (usia, jenis kelamin, pendapatan orang tua dan uang saku siswa).
Sedangkan dependen variabelnya adalah gaya hidup konsumtif. Adapun hipotesis
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
49
2.5.1 Hipotesis mayor
“Tidak ada pengaruh yang signifikan variabel konformitas (private acceptance dan
public compliance), konsep diri (physical self, moral-ethical self, personal self,
family self, social self, identity self, statisfaction self, behavioral self, dan self
criticism), dan demografi (usia, jenis kelamin, pendapatan orang tua per bulan dan
uang saku siswa per bulan) terhadap gaya hidup konsumtif siswa Sekolah
Menengah Atas Negeri 88 Jakarta Timur dan Sekolah Menengah Atas Labschool
Jakarta Timur”.
2.5.2 Hipotesis minor
Ha1 : Terdapat pengaruh yang signifikan private acceptance
terhadap gaya hidup konsumtif.
Ha2 : Terdapat pengaruh yang signifikan public compliance
terhadap gaya hidup konsumtif.
Ha3 : Terdapat pengaruh yang signifikan physical self
terhadap gaya hidup konsumtif.
Ha4 : Terdapat pengaruh yang signifikan moral-ethical self
terhadap gaya hidup konsumtif.
Ha5 : Terdapat pengaruh yang signifikan personal self
terhadap gaya hidup konsumtif.
Ha6 : Terdapat pengaruh yang signifikan family self
terhadap gaya hidup konsumtif.
Ha7 : Terdapat pengaruh yang signifikan social self
terhadap gaya hidup konsumtif.
50
Ha8 : Terdapat pengaruh yang signifikan identity self
terhadap gaya hidup konsumtif.
Ha9 : Terdapat pengaruh yang signifikan satisfaction self
terhadap gaya hidup konsumtif.
Ha10 : Terdapat pengaruh yang signifikan behavioral self
terhadap gaya hidup konsumtif.
Ha11 : Terdapat pengaruh yang signifikan self criticism
terhadap gaya hidup konsumtif.
Ha12 : Terdapat pengaruh yang signifikan jenis kelamin terhadap
gaya hidup konsumtif.
Ha13 : Terdapat pengaruh yang signifikan usia terhadap gaya hidup
Konsumtif.
Ha14 : Terdapat pengaruh yang signifikan pendapatan orang tua per
bulan terhadap gaya hidup konsumtif.
Ha15 : Terdapat pengaruh yang signifikan uang saku siswa per bulan
terhadap gaya hidup konsumtif.
51
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
3.1.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 88
Jakarta Timur dan Sekolah Menengah Atas Labschool Jakarta Timur. Peneliti
memilih populasi di kedua sekolah tersebut karena ingin melihat apakah ada
perbedaan pengaruh konformitas kelompok teman sebaya, konsep diri dan faktor
demografi terhadap gaya hidup konsumtif di kedua populasi yang memiliki latar
belakang berbeda. Adapun, karakteristik populasi dalam penelitian ini diantaranya
yaitu: para remaja berusia 15-17 tahun yang mengenyam pendidikan di Sekolah
Menengah Atas Negeri 88 Jakarta Timur dan Sekolah Menengah Atas Labschool
Jakarta Timur yang keseluruhannya berjumlah 674 orang.
3.1.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah 299 siswa Sekolah Menengah Atas yang
berasal dari Sekolah Menegah Atas Negeri dan 375 siswa dari Sekolah Menengah
Atas Swasta. Adapun teknik pengambilan sampel yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah non probability sampling dengan menggunakan accidental
sampling, yaitu setiap anggota dari populasi (dalam penelitian ini adalah siswa
Sekolah Menengah Atas Negeri 88 Jakarta Timur dan Sekolah Menengah Atas
Labschool Jakarta Timur) tidak memiliki kesempatan dan peluang yang sama
52
untuk dipilih sebagai sampel, tetapi pengambilan sampel yang dilakukan terhadap
sampling unit yang sesuai dengan kriteria penelitian dan penentuan sampel
berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan atau insidental
bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang
yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.
3.2 Variabel Penelitian
3.2.1 Identifikasi variabel penelitian
Variabel penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah :
1. Dependen Variabel : Gaya hidup konsumtif (Y)
2. Independen Variabel :
a) Konformitas yang terdiri dari dua dimensi yaitu, private acceptance
(X1) dan public compliance (X2).
b) Konsep diri yang terdiri dari sembilan dimensi yaitu; physical self
(X3), mora-ethical self (X4), personal self (X5), family self (X6), social
self (X7), identity self (X8), satisfaction self (X9), behavioral self
(X10), dan self criticism (X11).
c) Demografi yang terdiri dari usia (X12), jenis kelamin (X13),
pendapatan orang tua per bulan (X14), dan uang saku siswa(X15).
3.2.2 Definisi Operasional Variabel
Setelah menentukan variabel mana yang menjadi variabel dependen dan
independen, maka selanjutnya peneliti menentukan definisi operasional dari
variabel-variabel penelitian yang kemudian akan digunakan dalam penelitian ini.
Penjelasan definisi variabel operasional adalah sebagai berikut:
53
1) Gaya hidup konsumtif yaitu bagaimana siswa Sekolah Menengah Atas
Negeri 88 Jakarta Timur dan siswa Sekolah Menengah Atas Labschool
Jakarta Timur membelanjakan uang, menghabiskan waktu (kegiatan), untuk
suatu acuan dalam bertingkah laku (frame of reference), dan menjadikan
suatu objek sebagai perhatian khusus (minat), serta bagaimana individu
melihat diri dan lingkungannya (opini). Gaya hidup konsumtif ini akan
diukur menggunakan skala AIO (Activity, Interest, and Opinion) yang
berasal dari Engel, Blackwell, dan Miniard, (1994) yang terinspirasi dari
Reynolds dan Darden, serta Orsay Kucukemiroglu (1997) dengan
menerjemahkan dan memodifikai skala tersebut.
2) Konformitas yaitu keadaan dimana siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 88
Jakarta Timur dan Sekolah Menengah Atas Labshool Jakarta Timur yang
memiliki kecenderungan berperilaku sama dengan orang lain akibat adanya
tekanan individu atau kelompok. Tekanan tersebut dapat berupa tekanan
secara langsung atau tidak langsung dengan tujuan supaya individu diterima
oleh orang lain atau terhindar dari penolakan yang diukur melalui skor
dengan skala perilaku konformitas dari Wu & Huan (2010) namun tetap
mengacu berdasarkan teori dari Allen, dalam model ini konformitas terdiri
dari 2 dimensi, yaitu:
a. Private acceptance: siswa yakin untuk menerima, mengikuti standar,
nilai dan harapan yang berlaku pada kelompoknya.
b. Public compliance: siswa melakukan beragam cara untuk menghindari
penolakan, pelecehan, ejekan dan mengharapkan penerimaan dari
54
kelompoknya.
3) Konsep diri adalah keadaan dimana siswa Sekolah Menengah Atas Negeri
88 Jakarta Timur dan Sekolah Menengah Atas Labschool Jakarta Timur
memandang, mendeskripsikan, bereaksi, memberikan arti dan penilaian
terhadap dirinya sendri, serta menunjukkan kesadaran dan kemampuan
meilihat dirinya seperti apa yang ia lakukan terhadap dunia luar yang diukur
melalui skor yang diperoleh dari hasil skala self concept berdasarkan teori
Fitts (1971) dan modifikasi skala dari Jamaludin, Ahmad, Yosuf dan
Abdullah (2009) yang mengukur sembilan dimensi, yaitu:
a. Physical self: siswa menerima keadaan fisik atau penampilan dirinya.
b. Moral-ethical: siswa membatasi tingkah lakunya agar sesuai dengan
nilai moral dan etika
c. Self, personal self: siswa merasa puas terhadap dirinya karena sudah
sesuai dengan standar kelompoknya.
d. Family self: siswa mengetahui peran dan fungsi yang dijalankan sebagai
anggota keluarganya.
e. Social self: siswa membuka diri, menerima dan meyakini standar yang
berlaku pada kelompoknya.
f. . Identity self: siswa memberikan label untuk membangun identitas diri
dan mengetahui perannya di lingkungan.
g. Satisfaction self: siswa merasa puas terhadap dirinya karena sudah
sesuai dengan standar yang berlaku pada dirinya.
55
h. Behavior self: siswa mengetahui bahwa tingkah lakunya dipengaruhi
oleh faktor internal dan faktor eksternal.
i. Self criticism: siswa mengetahui kelemahan dan keterbatasan yang ada
pada dirinya.
4) Faktor demografi yang terdiri dari: usia, jenis kelamin, pendapatan orang
tua per bulan atau uang saku siswa per bulan berdasarkan data background
sampel.
3.3 Instumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang digunakan berupa kuesioner. Kuesioner yang
digunakan pada penelitian ini berbentuk skala model Likert, yaitu sangat sesuai
(SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS) dan sangat tidak sesuai (STS). Subjek diminta
untuk memilih salah satu dari pilihan jawaban yang masing-masing jawaban
menunjukan kesesuaian pernyataan yang diberikan dengan keadaan yang
dirasakan oleh subjek. Model skala Likert ini terdiri dari pernyataan positif
(favorable) dan pernyataan negatif (unfavorable). Perhitungan skor tiap-tiap
pilihan jawaban adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1
Skor untuk pernyataan positif dan negatif skala likert Kategori Favorable Unfavorable
Sangat Sesuai
Sesuai
Tidak Sesusai
Sangat Tidak Sesuai
4
3
2
1
1
2
3
4
Instrumen dalam pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri atas tiga alat ukur,
yaitu: alat ukur gaya hidup konsumtif, alat ukur konformitas kelompok teman
sebaya, dan alat ukur konsep diri.
56
1. Skala gaya hidup konsumtif
Gaya hidup konsumtif didapatkan dari alat ukur yang disusun oleh peneliti dengan
menerjemakan dan memodifikasi skala Engel, Blackwell dan Miniard (1994) dan
Orsay Kucukemiroglu (1997). Gaya hidup konsumtif yang diukur berdasarkan
bentuk-bentuknya, yakni mengacu pada komponen kegiatan (activity),
ketertarikan khusus terhadap suatu objek (interest), dan penilaian individu
terhadap diri dan lingkungannya (opinion). Ada pun blue print skala gaya hidup
konsumtif pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.2. berikut ini:
Tabel 3.2
Blue print skala gaya hidup konsumtif
No
.
Faktor No. item Conntoh pernyataan
1 Mode 1, 2, 3, 4,
5*, 6*, 7, 8,
9
Saya memiliki satu atau lebih pakaian
model terbaru.
2 Kepemimpinan 10, 11, 12,
13, 14
Saya senang dianggap sebagai
trendsetter.
3 Keluarga 15, 16, 17,
18, 19,20
Saya berusaha menata rumah agar
nyaman.
4 Kesehatan 21,22 Saya berpartisipasi dalam aktivitas olah
raga secara berkelanjutan.
5 Kerapihan dan
kebersihan
23 Saya selalu menjaga rumah saya agar
tetap rapi dan bersih.
6 Pengeluaran 27, 28 Saya sangat bergantung pada makanan
siap saji setidaknya satu kali dalam
sehari.
7 Komunitas 24, 25 Saya adalah anggota aktif lebih dari satu
organisasi sosial.
8 Kepraktisan 26, 29,30 Makanan siap saji terasa lebih nikmat
daripada makanan yang dibuat sendiri.
Jumlah item 30
Keterangan : nomor item yang diikuti dengan tanda (*) = Reverse item /unfavorable item
2. Skala konformitas kelompok teman sebaya
Konformitas kelompok teman sebaya didapatkan dari alat ukur dengan
menterjemakan dan memodifikasi skala konformitas dari Lee dan Park (2008)
57
yang terinspirasi dari teori Allen. Dalam skala ini terdapat dua dimensi yang
diturunkan, yaitu : private acceptance , dan public compliance. Ada pun blue print
skala konformitas kelompok teman sebaya pada penelitian ini dapat dilihat pada
tabel 3.3. berikut ini:
Tabel 3.3
Blue print skala konformitas kelompok teman sebaya
No
.
Dimensi Indikator No. item Contoh pernyataan
1 Private
accept-
ance
Individu yakin
untuk menerima,
mengikuti standar,
nilai dan harapan
dengan kelompok
1, 4, 5, 6,
7, 9, 10*
Ketika membeli barang atau
produk, saya biasanya
membeli barang yang
disenangi oleh teman se-
geng saya.
2 Public
compli-
ance
Individu
menghindari
penolakan,
pelecehan, ejekan
dan menharapkan
penerimaan dari
kelompok
2, 3, 8,
11, 12,
14
Saya ingin mengetahui
produk dan barang apa saja
yang dapat mencuri
perhatian teman se-geng.
Jumlah item 14
Keterangan : nomor item yang diikuti dengan tanda (*) = Reverse item /unfavorable item
3. Skala konsep diri
Konsep diri didapatkan dari alat ukur dengan menerjemakan dan memodifikasi
skala konsep diri dari Jamaludin, H., Ahmad, H., Yusof, R., & Abdullah, S. K.
(2009) yang tetap mengacu pada skala konsep diri yang dibuat oleh Fitts (1971).
Dalam skala ini terdapat sembilan sub skala yang bertujuan untuk mengukur
dimensi physical self (diri fisik), moral-ethical self (diri etik-moral), family self
(diri keluarga), personal self (diri pribadi), social self (diri sosial), identity self
(identitas diri), satisfaction self (penilaian diri), behavioral self (perilaku diri), dan
self criticism (kritis terhadap diri). Ada pun blue print skala konsep diri pada
penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.4 berikut ini:
58
Tabel 3.4
Blue print skala konep diri No. Dimensi Indikator No. item Contoh
pernyataan
1 Physical
self (diri
fisik)
Individu menerima
keadaan fisik atau
penampilan dirinya
1, 2, 3, 4*, 5*, 6*,
30, 31, 32, 33*, 34*,
55, 56, 57, 58*
Saya memiliki
tubuh yang sehat.
2 Moral-
ethical
self (diri
etik-
moral)
Membatasi tingkah
laku individu agar
sesuai dengan nilai
moral dan etika
7, 8, 9, 10*, 11*,
12*, 35, 36, 37, 38*,
39*, 40*, 59, 60, 61,
62*, 63*, 64*
Saya memiliki
sikap yang baik.
3 Personal
self (diri
pribadi)
Individu merasa puas
terhadap dirinya
karena sesuai dengan
standar kelompoknya
13, 14, 15, 16*, 17*,
18*, 41, 42, 43, 44*,
45*, 46*, 65, 66, 67,
68*
Saya adalah orang
yang tenang dan
mudah berteman.
4 Family
self (diri
keluarga)
Individu mengetahui
peran dan fungsi yang
dijalankan sebagai
anggota keluarga
19, 20, 21, 22*, 23*,
24*, 47, 48, 49, 69,
70, 71, 72*, 73*
Saya adalah orang
yang penting bagi
keluarga dan
teman.
5 Social self
(diri
sosial)
Individu membuka
diri, menerima dan
meyakini standar yang
berlaku pada
kelompoknya
25, 26, 27, 28*, 29*,
50, 51, 52, 53*, 54*,
74, 75, 76*, 77*, 78*
Saya dapat
bersosialisasi
dengan cara yang
saya inginkan.
6 Identity
self
(identitas
diri)
Individu memberikan
label untuk
membangun identitas
diri dan mengetahui
perannya di
lingkungan
1, 2, 3, 4*, 5*, 6*, 7,
8, 9, 10*, 11*, 12*,
13, 14, 15, 16*, 17*,
18*, 19, 20, 21, 22*,
23*, 24*, 25, 26, 27,
28*, 29*
Saya orang yang
populer
dikalangan laki-
laki.
7 Satisfacti
on self
(penilaian
diri)
Individu merasa puas
terhadap standar yang
berlaku pada dirinya
30, 31, 32, 33*, 34*,
35, 36, 37, 38*,39*,
40*, 41, 42, 43, 44*,
45*, 46*, 47, 48, 49,
50, 51, 52, 53*, 54*
Saya menyukai
diri saya yang
sekarang.
8 Behaviora
l self
(perilaku
diri)
Individu mengetahui
bahwa tingkah laku
dirinya dipengaruhi
oleh faktor internal
dan eksternal
55, 56, 57, 58*, 59,
60, 61, 62*, 63*,
64*, 65, 66, 67,68*,
69, 70, 71, 72*, 73*,
74, 75, 76*,77*, 78*
Saya berkenan
untuk menerima
kesalahan diri
saya tanpa merasa
marah.
9 Self
criticism
(kritis
terhadap
diri)
Individu mengetahui
kelemahan dan
keterbatasan dirinya
79, 80, 81, 82, 83,
84, 85, 86, 87, 88*
Saya merasa sulit
berbicara dengan
seseorang yang
saya baru kenal.
Jumlah item 88
Keterangan : nomor item yang diikuti dengan tanda (*) = Reverse item /unfavorable item
59
3.4 Uji Validitas Konstruk
Untuk menguji validitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti
akan menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA), dalam CFA peneliti
harus memiliki gambaran yang spesifik tentang (a) jumlah faktor, (b) variabel
yang mencerminkan jumlah faktor, (c) faktor-faktor yang saling berkorelasi.
Tahapan dalam CFA diawali dengan merumuskan hipotesis (model
teoritis) tentang pengukuran variabel laten, kemudian model tersebut diuji
kebenarannya. Dengan CFA dilakukan pengujian teori dengan langkah-langkah
sebagai berikut; (a) mendefinsikan teori (model spesifikasi), (b) mengidentifikasi
parameter (mengecek apakah df positif), (c) mengestimasi parameter (misalnya
dengan maximum likelihood), (d) melakukan prediksi dengan menggunakan
parameter hasil estimasi (matriks korelasi sigma), dan (e) menguji signifikansi /
tidak ada residual (S - ∑ = 0). Jika residual tidak signifikan , model fit dan
parameter boleh digunakan. Instrumen-instrumen yang digunakan akan diuji
validitasnya dengan menggunakan metode CFA (Confirmatory Factor Analysis).
Adapun logika dari CFA (Umar, 2010) :
1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait berupa kemampuan yang didefinisikan
secara operasional sehingga dapat disusun pertanyaan atau pernyataan untuk
mengukurnya. Kemampuan ini disebut faktor, sedangkan pengukuran
terhadap faktor ini dilakukan melalui analisis terhadap respon atas item
itemnya.
2. Diteorikan seluruh item hanya mengukur satu faktor saja. Artinya
keseluruhan tes bersifat unidimensional.
60
3. Dengan data yang tersedia dapat diprediksi matriks korelasi antar item yang
seharusnya diperoleh jika memang unidimensional. Matriks korelasi ini
disebut sigma (Σ), kemudian dibandingkan dengan matriks dari data
empiris, yang disebut matriks S. Jika teori tersebut benar (unidimensional)
maka tentunya tidak ada perbedaan antara matriks Σ dan matriks S, atau bisa
juga dinyatakan dengan Σ - S = 0.
4. Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis nihil yang kemudian diuji dengan
Chi-square . Jika hasil chi square tidak signifikan (p>0.05), maka hipotesis
nihil tersebut “tidak ditolak”. Artinya teori unidimensionalitas tentang alat
ukur dapat diterima (hanya mengukur satu faktor saja). Tetapi jika Chi-
Square signifikan (p<0.05), maka dapat dilakukan modifikasi model dengan
cara membebaskan parameter berupa korelasi antar kesalahan pengukuran
(biasanya terjadi ketika suatu item mengukur konstruk selain yang ingin
diukur /multidimensional).
5. Setelah diperoleh model fit dengan data, maka langkah selanjutnya diuji
apakah koefisien muatan faktor untuk setiap item signifikan atau tidak
mengukur apa yang hendak di ukur. Ini dilakukan dengan menggunakan uji-
t. Pada penelitian ini, penulis menggunakan taraf kepercayaan 95% sehingga
item yang dikatakan signifikan adalah item yang memiliki nilai t lebih dari
1,96 (t >1,96). Jika hasil uji-t tidak signifikan maka item tersebut tidak
mengukur apa yang hendak diukur, bila perlu item yang demikian di drop.
6. Adapun kriteria untuk mengeliminasi atau mendrop item adalah sebagai
berikut:
61
a. Jika suatu item memiliki koefisien negatif, maka item tersebut akan
didrop karena mengukur hal yang berlawanan dari apa yang hendak
diukur. Namun, jika suatu item terdiri dari penyataan yang bersifat
unfavorable maka tentu saja koefisien muatan faktornya pun akan
berarah negatif. Oleh kerena itu, pada item yang seperti ini skornya
harus dibalik (reversed) terlebih dahulu sebelum analisi faktor dan
perhitungan skor faktor dilakukan sehingga diperoleh koefisien
muatan faktor yang positif. Apabila skor pada item sudah dibalik tetap
menghasilkan koefisien yang bernilai negatif maka item tersebut
didrop.
b. Menguji apakah suatu item signifikan atau tidak dalam mengukur hal
yang hendak diukur, dengan menggunakan t-test. Dalam hal ini yang
dites adalah koefisien muatan faktor untuk setiap item. Jika nilai T
koefisien muatan faktor (t>1,96) maka item tersebut dinyatakan
signifikan dalam mengukur konstruk yang hendak diukur. Artinya
item tersebut tidak didrop. Sedangkan item yang nilai t tidak
signifikan (t<1,96) maka item akan di drop.
c. Apabila kesalahan pengukuran pada sebuah item terlalu banyak saling
berkorelasi, maka item tersebut sebaiknya di drop. Sebab item yang
demikian, selain mengukur apa yang hendak diukur, juga mengukur
hal lain (multidimensional). Maka item yang digunakan hanyalah item
yang valid saja.
62
7. Item yang digunakan untuk mendapatkan faktor skor (true score) hanya item
yang terbukti valid saja. Adapun analisis dengan metode CFA
dilakukandengan bantuan software M-Plus7 (Muthen&Muthen, 2014).
3.4.1 Uji validitas konstruk konformitas
1. Konformitas private acceptance
Peneliti menguji apakah tujuh item yang ada bersifat unidimensional, artinya
benar hanya mengukur konformitas private acceptance. Dari hasil analisis CFA
yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan p-value =
0.0000 RMSEA = 0.105. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi terhadap
model, dimana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama
lainnya, maka diperoleh model fit seperti gambar di bawah ini :
Gambar 3.1
Faktor konformitas private acceptance
Berdasarkan gambar 3.1, terlihat Chi-Square = 15.880, df = 10, p-value =
0.1031, RMSEA = 0,038. Dari hasil tersebut menunjukkan p-value > 0,05 (tidak
63
signifikan), artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima,
bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu konformitas private
acceptance.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di
drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien
muatan faktor item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.5 berikut.
Tabel 3.5
Muatan faktor item konformitas private acceptance
No.
item
Koefisien Standar
Error
Nilai t Signifikan Muatan
1 0.096 0.057 1.673 X +
4 0.687 0.040 17.351 V +
5 0.416 0.045 9.170 V +
6 0.965 0.046 20.769 V +
7 0.469 0.059 7.974 V +
9 0.640 0.041 15.521 V +
10 0.361 0.052 6.954 V + Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96), X = tidak signifikan, *(di drop)
Berdasarkan tabel di atas, terdapat item yang memiliki t < 1,96 yaitu item
1. Pada kolom koefisien tidak terdapat item yang muatan faktornya negatif. Hal
ini menunjukkan bahwa hanya ada satu item yang di drop yaitu item no 1, artinya
item tersebut tidak ikut serta dianalisis.
2. Konformitas public compliance
Peneliti menguji apakah tujuh item yang ada bersifat unidimensional, artinya
benar hanya mengukur konformitas public compliance. Dari hasil analisis CFA
yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan, p-value =
64
0.0000 RMSEA = 0.103. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi terhadap
model, dimana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama
lainnya, maka diperoleh model fit seperti gambar di bawah ini :
Gambar 3.2
Faktor konformitas public compliance
Berdasarkan gambar 3.2, terlihat Chi-Square = 17.338, df = 10 p-value =
0.0672, RMSEA = 0,043. Dari hasil tersebut menunjukkan p-value > 0,05 (tidak
signifikan), artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima,
bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu konformitas public
compliance.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di
drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien
65
muatan faktor item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.6 berikut.
Tabel 3.6
Muatan faktor item konformitas public compliance
No.
item
Koefisien Standar
Error
Nilai t Signifikan Muatan
2 0.591 0.044 13.436 V +
3 0.607 0.044 13.748 V +
8 0.676 0.035 19.422 V +
11 0.584 0.041 14.202 V +
12 0.684 0.035 19.591 V +
13 0.784 0.027 29.110 V +
14 0.708 0.031 22.690 V + Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96), X = tidak signifikan, *(di drop)
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat seluruh item memiliki t > 1,96. Pada
kolom koefisien tidak terdapat item yang muatan faktornya negatif. Secara
keseluruhan tidak ada item yang di drop, artinya semua item akan di analisis
dalam perhitungan skor faktor.
3.4.2 Uji validitas konstruk konsep diri
1. Konsep diri physical self
Peneliti menguji apakah tujuh belas item yang ada bersifat unidimensional,
artinya benar hanya mengukur konsep diri physical self. Dari hasil analisis CFA
yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan, Chi-Square =
520.512, df = 119 p-value = 0.0000 RMSEA = 0.119. Oleh karena itu, penulis
melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada item
dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit seperti
gambar di bawah ini :
66
Gambar 3.3
Faktor konsep diri physical self
Berdasarkan gambar 3.3, terlihat Chi-Square = 113.947, df = 93 p-value =
0.0692, RMSEA = 0,024. Dari hasil tersebut menunjukkan p-value > 0,05 (tidak
signifikan), artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima,
bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu konsep diri physical self.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di
drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien
muatan faktor item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.7 berikut.
67
Tabel 3.7
Muatan faktor item konsep diri physical self
No.
item
Koefisien Standar
Error
Nilai t Signifikan Muatan
1 0.770 0.031 24.637 V +
2 0.379 0.057 6.625 V +
3 0.603 0.039 15.399 V +
4 0.525 0.050 10.550 V +
5 0.396 0.050 7.916 V +
6 0.720 0.037 19.329 V +
31 0.496 0.042 11.668 V +
32 0.413 0.047 8.754 V +
33 0.571 0.043 13.432 V +
34 0.416 0.053 7.902 V +
35 0.373 0.052 7.119 V +
59 0.656 0.038 17.145 V +
60 0.459 0.046 9.991 V +
61 0.420 0.046 9.143 V +
62 0.404 0.053 7.549 V +
63 0.174 0.056 3.123 V +
64 0.144 0.055 2.632 V + Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96), X = tidak signifikan, *(di drop)
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat seluruh item memiliki t > 1,96.
Pada kolom koefisien tidak terdapat item yang muatan faktornya negatif. Secara
keseluruhan tidak ada item yang di drop, artinya semua item akan di analisis
dalam perhitungan skor faktor.
2. Konsep diri moral ethical self
Peneliti menguji apakah delapan belas item yang ada bersifat unidimensional,
artinya benar hanya mengukur konsep diri moral ethical self. Dari hasil analisis
CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan, Chi-
Square = 682.609, df = 135 p-value = 0.0000 RMSEA = 0.101. Oleh karena itu,
penulis melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran
pada item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit
seperti gambar di bawah ini :
68
Gambar 3.4
Faktor konsep diri moral ethical self
Berdasarkan gambar 3.4, terlihat Chi-Square = 125.351, df = 104 p-value
= 0.00756, RMSEA = 0,023. Dari hasil tersebut menunjukkan p-value > 0,05
(tidak signifikan), artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat
diterima, bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu konsep diri moral
ethical self.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di
drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien
muatan faktor item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.8 berikut.
69
Tabel 3.8
Muatan faktor item konsep diri moral ethical self
No.
item
Koefisien Standar
Error
Nilai t Signifikan Muatan
7 0.518 0.052 10.012 V +
8 0.539 0.047 11.571 V +
9 0.485 0048 10.106 V +
10 0.495 0.051 9.756 V +
11 0.591 0.045 13.099 V +
12 0.415 0.055 7.567 V +
37 0.410 0.054 7.563 V +
38 0.382 0.049 7.727 V +
39 0.342 0.053 6.396 V +
40 0.508 0.047 10.905 V +
41 0.454 0.050 8.989 V +
42 0.660 0.037 17.978 V +
65 0.362 0.054 6.707 V +
66 0.448 0.049 9.051 V +
67 0.497 0.048 10.258 V +
68 0.357 0.050 7.181 V +
69 0.512 0.048 10.675 V +
70 0.386 0.053 7.251 V + Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96), X = tidak signifikan, *(di drop)
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat seluruh item memiliki t > 1,96. Pada
kolom koefisien tidak terdapat item yang muatan faktornya negatif. Secara
keseluruhan tidak ada item yang di drop, artinya semua item akan di analisis
dalam perhitungan skor faktor.
3. Konsep diri personal self
Peneliti menguji apakah tujuh belas item yang ada bersifat unidimensional,
artinya benar hanya mengukur konsep diri personal self. Dari hasil analisis CFA
yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan, Chi-Square =
634.473, df = 119 p-value = 0.0000 RMSEA = 0.104. Oleh karena itu, penulis
melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada item
dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit seperti
70
gambar di bawah ini :
Gambar 3.5
Faktor konsep diri personal self
Berdasarkan gambar 3.5, terlihat Chi-Square = 106.603, df = 85 p-value =
0.0566, RMSEA = 0,025. Dari hasil tersebut menunjukkan p-value > 0,05 (tidak
signifikan), artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima,
bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu konsep diri personal self.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di
drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien
muatan faktor item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.9 berikut.
71
Tabel 3.9
Muatan faktor item konsep diri personal self
No.
item
Koefisien Standar
Error
Nilai t Signifikan Muatan
13 0.476 0.045 10.511 V +
14 0.493 0.045 11.066 V +
15 0.545 0.045 12.012 V +
16 0.524 0.046 11.322 V +
17 0.625 0.041 15.262 V +
18 0.632 0.042 15.086 V +
43 0.399 0.045 8.913 V +
44 0.466 0.044 10.522 V +
45 0.502 0.041 12.302 V +
46 0.663 0.033 20.132 V +
47 0.700 0.038 18.222 V +
48 0.692 0.036 19.024 V +
71 0.329 0.050 6.554 V +
72 0.359 0.052 6.873 V +
73 0.306 0.052 5.889 V +
74 0.314 0.048 6.479 V +
75 0.476 0.044 10.744 V +
Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96), X = tidak signifikan, *(di drop)
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat seluruh item memiliki t > 1,96.
Pada kolom koefisien tidak terdapat item yang muatan faktornya negatif. Secara
keseluruhan tidak ada item yang di drop, artinya semua item akan di analisis
dalam perhitungan skor faktor.
4. Konsep diri family self
Peneliti menguji apakah empat belas item yang ada bersifat unidimensional,
artinya benar hanya mengukur konsep diri family self. Dari hasil analisis CFA
yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan, Chi-Square =
534. 254, df = 77 p-value = 0.0000 RMSEA = 0.122. Oleh karena itu, penulis
melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada item
dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit seperti
gambar di bawah ini :
72
Gambar 3.6
Faktor konsep diri family self
Berdasarkan gambar 3.6, terlihat Chi-Square = 66.326, df = 53 p-value =
0.1033, RMSEA = 0,025. Dari hasil tersebut menunjukkan p-value > 0,05 (tidak
signifikan), artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima,
bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu konsep diri family self.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di
drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien
muatan faktor item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.10 berikut.
73
Tabel 3.10
Muatan faktor item konsep diri family self
No.
item
Koefisien Standar
Error
Nilai t Signifikan Muatan
19 0.737 0.029 25.296 V +
20 0.577 0.036 16.257 V +
21 0.832 0.028 30.182 V +
22 0.714 0.037 19.416 V +
23 0.527 0.043 12.144 V +
24 0.632 0.037 16.859 V +
49 0.675 0.035 19.468 V +
50 0.636 0.034 18.754 V +
51 0.718 0.033 21.939 V +
76 0.559 0.048 11.746 V +
77 0.462 0.043 10.873 V +
78 0.724 0.034 21.023 V +
79 0.613 0.035 17.305 V +
80 0.342 0.047 7.221 V + Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96), X = tidak signifikan, *(di drop)
Berdasarkan tabel di atas, seluruh memiliki t > 1,96. Pada kolom koefisien
tidak terdapat item yang muatan faktornya negatif. Secara keseluruhan tidak ada
item yang di drop, artinya semua item akan di analisis dalam perhitungan skor
faktor.
5. Konsep diri social self
Peneliti menguji apakah enam belas item yang ada bersifat unidimensional,
artinya benar hanya mengukur konsep diri social self. Dari hasil analisis CFA
yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan, Chi-Square =
982.613, df = 104p-value = 0.0000 RMSEA = 0.146. Oleh karena itu, penulis
melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada item
dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit seperti
gambar di bawah ini :
74
Gambar 3.7
Faktor konsep diri social self
Berdasarkan gambar 3.7, terlihat Chi-Square = 90.724, df = 71 p-value =
0.0573, RMSEA = 0,026. Dari hasil tersebut menunjukkan p-value > 0,05 (tidak
signifikan), artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima,
bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu konsep diri social self.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di
drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien
muatan faktor item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.11 berikut.
75
Tabel 3.11
Muatan faktor item konsep diri social self
No.
item
Koefisien Standar
Error
Nilai t Signifikan Muatan
25 0.662 0.036 18.376 V +
26 0.543 0.040 13.731 V +
27 0.502 0.043 11.706 V +
29 0.196 0.056 3.502 V +
30 0.626 0.036 17.268 V +
53 0.674 0.047 14.397 V +
54 0.275 0.049 5.586 V +
55 0.228 0.049 4.684 V +
56 0.243 0.050 4.836 V +
57 0.440 0.041 10.807 V +
58 0.463 0.042 11.044 V +
82 0.308 0.048 6.419 V +
83 0.708 0.032 22.035 V +
84 0.826 0.025 22.735 V +
85 0.237 0.051 4.665 V +
86 0.424 0.048 8.824 V + Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96), X = tidak signifikan, *(di drop)
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat seluruh item memiliki t > 1,96.
Pada kolom koefisien tidak terdapat item yang muatan faktornya negatif. Secara
keseluruhan tidak ada item yang di drop, artinya semua item akan di analisis
dalam perhitungan skor faktor.
6. Konsep diri identity self
Peneliti menguji apakah tiga puluh item yang ada bersifat unidimensional, artinya
benar hanya mengukur konsep diri identity self. Dari hasil analisis CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan, Chi-Square =
1712.940, df = 450, p-value = 0.0000 RMSEA = 0.090. Oleh karena itu, penulis
melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada item
dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit seperti
gambar di bawah ini :
76
Gambar 3.8
Faktor konsep diri identity self
Berdasarkan gambar 3.8, terlihat Chi-Square = 318,737, df = 280 p-value =
0.0554, RMSEA = 0,019. Dari hasil tersebut menunjukkan p-value > 0,05 (tidak
signifikan), artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima,
bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu konsep diri identity self.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di
drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien
muatan faktor item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.12 berikut.
77
Tabel 3.12
Muatan faktor item konsep diri identity self
Koefisien Standar
Error
Nilai t Signifikan Muatan
1 0.572 0.041 13.956 V +
2 0.007 0.040 15.081 V +
3 0.672 0.039 17.167 V +
4 0.544 0.042 12.927 V +
5 0.499 0.040 12.486 V +
6 0.555 0.042 13.213 V +
7 0.436 0.048 9.149 V +
8 0.578 0.044 13.177 V +
9 0.351 0.052 6.786 V +
10 0.507 0.041 12.321 V +
11 0.529 0.043 12.321 V +
12 0.536 0.040 13.291 V +
13 0.347 0.044 7.851 V +
14 0.444 0.047 9.419 V +
15 0.534 0.041 12.882 V +
16 0.573 0.042 13.522 V +
17 0.621 0.041 15.305 V +
18 0.736 0.031 23.427 V +
19 0.480 0.048 9.992 V +
20 0.565 0.040 14.117 V +
21 0.516 0.045 11.504 V +
22 0.627 0.044 14.251 V +
23 0.677 0.036 18.819 V +
24 0.467 0.044 10.519 V +
25 0.660 0.039 16.761 V +
26 0.548 0.040 13.858 V +
27 0.257 0.058 4.438 V +
28 0.473 0.044 10.840 V +
29 0.291 0.053 5.503 V +
30 0.215 0.053 4.049 V + Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96), X = tidak signifikan, *(di drop)
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat seluruh item memiliki t > 1,96.
Pada kolom koefisien tidak terdapat item yang muatan faktornya negatif. Secara
keseluruhan tidak ada item yang di drop, artinya semua item akan di analisis
dalam perhitungan skor faktor.
78
7. Konsep diri satisfaction self
Peneliti menguji apakah dua puluh tujuh item yang ada bersifat unidimensional,
artinya benar hanya mengukur konsep diri satisfaction self. Dari hasil analisis
CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan, Chi-
Square = 1404.384, df = 324 p-value = 0.0000 RMSEA = 0.091. Oleh karena itu,
penulis melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran
pada item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit
seperti gambar di bawah ini :
Gambar 3.9
Faktor konsep diri satisfaction self
Berdasarkan gambar 3.9, terlihat Chi-Square = 282.738, df = 248 p-value =
0.0640, RMSEA = 0,019. Dari hasil tersebut menunjukkan p-value > 0,05 (tidak
signifikan), artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima,
bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu konaep diri satisfaction self.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor
yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop
79
atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan
faktor item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien
muatan faktor, seperti pada tabel 3.13 berikut.
Tabel 3.13
Muatan faktor item konsep diri satisfaction self
No.
item
Koefisien Standar
Error
Nilai t Signifikan Muatan
31 0.429 0,044 9,654 V +
32 0.429 0.042 10.290 V +
33 0.604 0.036 16.733 V +
34 0.439 0.045 9.747 V +
35 0.365 0.049 7.379 V +
36 0.157 0.053 2.961 V +
37 0.571 0.046 12.527 V +
38 0.587 0.039 14.881 V +
39 0.587 0.039 15.017 V +
40 0.467 0.045 10.441 V +
41 0.421 0.045 9.364 V +
42 0.448 0.040 11.290 V +
43 0.717 0.029 25.216 V +
44 0.436 0.046 9.566 V +
45 0.491 0.041 11.837 V +
46 0.583 0.037 15.608 V +
47 0.694 0.036 19.812 V +
48 0.394 0.046 8.579 V +
49 0.559 0.037 15.034 V +
50 0.493 0.041 11.989 V +
51 0.562 0.040 14.072 V +
52 0.202 0.049 4.107 V +
53 0.458 0.044 10.514 V +
54 0.555 0.044 12.502 V +
55 0.250 0.049 5.086 V +
57 0.446 0.045 9.866 V +
58 0.476 0.043 11.135 V + Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96), X = tidak signifikan, *(di drop)
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat seluruh item memiliki t > 1,96.
Pada kolom koefisien tidak terdapat item yang muatan faktornya negatif. Secara
keseluruhan tidak ada item yang di drop, artinya semua item akan di analisis
dalam perhitungan skor faktor.
80
8. Konsep diri behavioral self
Peneliti menguji apakah dua puluh lima item yang ada bersifat unidimensional,
artinya benar hanya mengukur konsep diri behavioral self. Dari hasil analisis CFA
yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan, Chi-Square =
1019.236, df = 275 p-value = 0.0000 RMSEA = 0.082. Oleh karena itu, penulis
melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada item
dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit seperti
gambar di bawah ini :
Gambar 3.10
Faktor konsep diri behavioral self
Berdasarkan gambar 3.10, terlihat Chi-Square = 217.871, df = 189 p-value =
0.0736, RMSEA = 0,020. Dari hasil tersebut menunjukkan p-value > 0,05 (tidak
signifikan), artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima,
81
bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu konsep diri behavior self.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di
drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien
muatan faktor item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.14 berikut.
Tabel 3.14
Muatan faktor item konsep diri behavioral self
No.
item
Koefisien Standar
Error
Nilai t Signifikan Muatan
59 0.552 0.044 12.601 V +
60 0.547 0.046 11.801 V +
61 0.406 0.043 9.330 V +
64 0.133 0.054 2.446 V +
65 0.533 0.050 10.630 V +
66 0.629 0.043 14.467 V +
67 0.603 0.038 15.976 V +
68 0.286 0.049 5.861 V +
69 0.230 0.052 4.449 V +
70 0.212 0.052 4.086 V +
71 0.657 0.040 16.420 V +
72 0.486 0.047 10.437 V +
73 0.537 0.041 13.149 V +
75 0.272 0.046 5.938 V +
76 0.613 0.036 17.220 V +
77 0.476 0.046 10.291 V +
78 0.584 0.039 15.149 V +
79 0.292 0.054 5.358 V +
80 0.287 0.049 5.884 V +
81 0.252 0.060 4.214 V +
82 0.362 0.046 7.801 V +
83 0.508 0.045 11.334 V +
84 0.411 0.046 9.011 V +
85 0.279 0.056 4.975 V +
86 0.192 0.049 3.933 V + Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96), X = tidak signifikan, *(di drop)
82
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat seluruh item memiliki t > 1,96.
Pada kolom koefisien tidak terdapat item yang muatan faktornya negatif. Secara
keseluruhan tidak ada item yang di drop, artinya semua item akan di analisis
dalam perhitungan skor faktor.
9. Konsep diri self criticism
Peneliti menguji apakah sepuluh item yang ada bersifat unidimensional, artinya
benar hanya mengukur konsep diri self criticism. Dari hasil analisis CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan, Chi-Square =
104.126, df = 35 p-value = 0.0000 RMSEA = 0.110. Oleh karena itu, penulis
melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada item
dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit seperti
gambar di bawah ini :
Gambar 3.11
Faktor konsep diri self criticism
Berdasarkan gambar 3.11, terlihat Chi-Square = 42.031, df = 31 p-value =
0.0893, RMSEA = 0,030. Dari hasil tersebut menunjukkan p-value > 0,05 (tidak
83
signifikan), artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima,
bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu konsep diri self criticism.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di
drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien
muatan faktor item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.15 berikut.
Tabel 3.15
Muatan faktor item konsep diri self criticism
No.
item
Koefisien Standar
Error
Nilai t Signifikan Muatan
87 0.466 0.047 9.841 V +
88 0.565 0.048 11.790 V +
89 0.605 0.043 14.230 V +
90 0.419 0.049 8.473 V +
91 0.329 0.053 6.154 V +
92 0.596 0.050 12.041 V +
93 0.377 0.051 7.321 V +
94 0.523 0.049 10.738 V +
95 0.466 0.056 8.268 V +
96 0.321 0.056 5.770 V + Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96), X = tidak signifikan, *(di drop)
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat seluruh item memiliki t > 1,96. Pada
kolom koefisien tidak terdapat item yang muatan faktornya negatif. Secara
keseluruhan tidak ada item yang di drop, artinya semua item akan di analisis
dalam perhitungan skor faktor.
3.4.3 Uji validitas konstruk gaya hidup konsumtif
Peneliti menguji apakah 27 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur konsep diri identity self. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan
dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan, Chi-Square = 1902.694, df =
84
324, p-value = 0.0000 RMSEA = 0.111. Oleh karena itu, penulis melakukan
modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan
berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit seperti gambar di bawah
ini :
Gambar 3.12
Faktor gaya hidup konsumtif
Berdasarkan gambar 3.12, terlihat Chi-Square = 256.258, df = 222 p-value =
0.0570, RMSEA = 0,020. Dari hasil tersebut menunjukkan p-value > 0,05 (tidak
signifikan), artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima,
bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu gaya hidup konsumtif.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor
yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop
atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan
85
faktor item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien
muatan faktor, seperti pada tabel 3.16 berikut.
Tabel 3.16
Muatan faktor item gaya hidup konsumtif
No.
item
Koefisien Standar
Error
Nilai t Signifikan Muatan
1 0.536 0.039 13.893 V +
2 0.410 0.042 9.878 V +
3 0.419 0.041 10.300 V +
4 0.538 0.045 12.002 V +
6 0.579 0.036 15.949 V +
7 0.634 0.032 19.618 V +
8 0.514 0.041 12.633 V +
9 0.232 0.049 4.728 V +
10 0.617 0.034 18.394 V +
11 0.552 0.040 13.722 V +
12 0.577 0.040 14.303 V +
13 0.660 0.031 21.385 V +
14 0.731 0.029 25.637 V +
15 0.238 0.047 5.030 V +
16 0.559 0.043 13.307 V +
17 0.367 0.043 8.501 V +
18 0.429 0.045 9.509 V +
19 0.319 0.050 6.425 V +
20 0.078 0.053 1.459 X +
21 0.190 0.050 3.771 V +
22 0.146 0.053 2.754 V +
23 0.119 0.053 2.234 V +
25 0.294 0.048 6.102 V +
27 0.158 0.051 3.086 V +
28 0.177 0.053 3.341 V +
29 0.295 0.045 6.502 V +
30 0.283 0.048 5.941 V + Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96), X = tidak signifikan, *(di drop)
Berdasarkan tabel di atas, terdapat item yang tidak memiliki t > 1,96 yaitu
item no 20. Pada kolom koefisien tidak terdapat item yang muatan faktornya
negatif. Hal ini menunjukkan bahwa hanya terdapat satu item yang di drop yaitu
item no 20, artinya item tersebut tidak ikut serta dianalisis.
86
3.5 Metode Analisis Data
Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis regresi berganda untuk
menguji hipotesis nihil penelitian. Penelitian ini memiliki variabel independen
sebanyak tujuh variabel, dan memiliki satu variabel dependen. Langkah dalam
analisis regresi berganda adalah pertama, mengestimasi parameternya yang dalam
hal ini merupakan koefisien b dan a. Jika koefisien telah diperoleh maka dapat
dibuat persamaan prediksi untuk dependen variabel. Adapun susunan
persamaannya yaitu:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 + b9x9 +
b10X10 + b11X11 + b12X12 + b13X13 + b14X14 + e
Adapun penjelasan dari variabel-variabel penelitian ini adalah :
Y = Gaya hidup konsumtif
X1 = Private acceptance
X2 = Public compliance
X3 = Physical self
X4 = Moral ethical self
X5 = Personal self
X6 = Family self
X7 = Social self
X8 = Identity self
X9 = Satisfaction self
X10 = Behavioral self
X11 = Self Criticism
X12 = Usia
X13 = Jenis kelamin
X14 = Pendapatan orang tua per bulan
X15 = Uang saku siswa
a = Intersept
b = Koefisien regresi untuk masing-masing X
e = Residual
Koefisien b dan a dapat digunakan untuk menghitung jumlah kuadrat regresi
dan varian regresi. Jika telah ditemukan jumlah kuadrat regresi maka dapat
dihitung koefisien determinasi yang dikenal dengan istilah R2 . R2 menunjukkan
87
besarnya proporsi varian dari dependen variabel karena regresi yaitu yang
berkaitan dengan pengaruh semua independen variabel secara keseluruhan. Untuk
melihat presentase varians maka R2 dikalikan dengan 100. Adapun rumus untuk
menghitung R2 adalah :
R2 = SSy
SSreg
Dimana :
SSreg = Jumlah kuadrat regresi yang dapat dihitung jika koefisien regresi telah
diperoleh.
SSy = Jumlah kuadrat dari DV
Selanjutnya R2 dapat diuji signifikansinya dengan uji F (F test). Uji
signifikan dilakukan dengan tujuan untuk melihat apakah pengaruh independen
variabel terhadap dependen variabel secara keseluruhan signifikan atau tidak
signifikan. Adapun rumus uji F adalah sebagai berikut:
Dimana k adalah banyaknya independent variable dan N adalah besarnya sampel.
Apabila nilai F itu signifikan (p<0,05), maka berarti seluruh independen variabel
secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap dependen
variabel.
Adapun langkah berikutnya adalah menguji signifikansi pengaruh masing-
masing independent variable terhadap dependent variable. Hal ini dilakukan
melalui uji t (t-test) terhadap setiap koefisien regresi. Jika nilai t > 1.96, maka
berarti independent variable yang bersangkutan memiliki pengaruh yang
88
signifikan terhadap dependent variable, dan sebaliknya. Adapun rumus t-test yang
digunakan adalah sebagai berikut:
Dimana:
bi = Koefisien regresi untuk independen variabel(i)
Sbi = Standar deviasi sampling dari bi
Sebagai langkah terakhir adalah uji signifikan terhadap proporsi varian yang
disumbangkan oleh masing-masing independen variabel dalam mempengaruhi
dependen variabel. Dalam hal ini penulis melakukannya melalui analisis regresi
berganda yang bersifat berjenjang atau stepwise. Artinya dilakukan analisis
regresi berulang-ulang dimulai dengan hanya satu independen variabel kemudian
dengan dua independen variabel, dilanjutkan dengan tiga independen variabel, dan
seterusnya sampai independen variabel ke lima belas. Setiap kali dilakukan
analisis regresi akan diperoleh nilai R2. Setiap kali ditambahkan independen
variabel baru diharapkan terjadi peningkatan R2 secara signifikan.
Jika pertambahan R2 (R2 change) signifikan secara statistik, maka
independen variabel baru yang ditambahkan tersebut cukup penting secara
statistik, maupun dalam upaya memprediksi dependen variabel serta untuk
menguji hipotesis apakah independen variabel bersangkutan memiliki pengaruh
signifikan. Setiap pertambahan R2 ketika satu independen variabel baru
ditambahkan adalah menunjukan besarnya sumbangan unik independen variabel
tersebut terhadap bervariasinya dependen variabel setelah pengaruh dari beberapa
independen variabel terdahulu diperhitungkan dampaknya. Oleh sebab itulah
analisis regresi secara sequential seperti ini dikenal dengan sebutan stepwise
regression.
89
3.6 Prosedur Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini melalui beberapa tahapan dalam proses pengumpulan data,
yaitu sebagai berikut:
1. Sebelum turun ke lapangan, penulis merumuskan masalah yang akan diteliti
kemudian menentukan variabel yang akan diteliti yaitu gaya hidup
konsumtif, konformitas, dan konsep diri serta faktor demografi yaitu usia,
jenis kelamin, pendapatan orang tua per bulan dan uang saku siswa per
bulan. Setelah itu mengadakan studi pustaka untuk melihat masalah tersebut
dari sudut pandang teoritis. Setelah mendapatkan teori-teori secara lengkap
kemudian penulis menyiapkan, membuat dan menyusun alat ukur yang akan
digunakan dalam penelitian ini, yaitu skala gaya hidup konsumtif,
konformitas dan konsep diri.
2. Menentukan populasi penelitian, yaitu siswa Sekolah Menengah Atas
Negeri 88 Jakarta Timur dan Sekolah Menengah Atas Labschool Jakarta
Timur. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik non probability
sampling yaitu setiap anggota dari populasi tidak memiliki kesempatan dan
peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel dan sistem pengambilan
sampel accidental sampling yang di mana setiap individu yang sesuai
dengan kriteria penelitian dijadikan sampel. Adapun kriteria penelitian
yaitu: para remaja berusia 15-17 tahun yang mengenyam pendidikan di
Sekolah Menengah Atas Negeri 88 Jakarta Timur dan Sekolah Menengah
Atas Labschool Jakarta Timur.
90
3. Membuat surat izin penelitian kepada pihak fakultas psikologi dengan
melampirkan surat persetujuan pembimbing dan alat ukur penelitian untuk
keperluan izin penelitian ditempat penelitian yaitu Sekolah Menengah Atas
Negeri 88 Jakarta Timur dan Sekolah Menengah Atas Labschool Jakarta
Timur.
4. Peneliti mendiskusikan item-item penelitian dengan dosen pembimbing dan
teman-teman mahasiswa psikologi serta melakukan percobaan kepada 101
siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 88 Jakarta Timur dan 125 siswa
Sekolah Menengah Atas Labschool Jakarta Timur untuk mengetahui apakah
bahasa yang digunakan mampu dimengerti atau tidak.
5. Tahap berikutnya, peneliti melakukan try out terlebih dahulu kepada 30
siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 62 Timur dan Sekolah Madrasah
Pembangunan Universitas Islam Negeri Ciputat guna mengetahui
kevaliditasan dan kereliabilitasan item sebelum diuji dalam penelitian yang
sesungguhnya.
6. Selanjutnya, penulis melakukan pengambilan data dengan cara memberikan
kuesioner pada Sekolah Menengah Atas Negeri 88 Jakarta Timur dan
Sekolah Menengah Atas Labschool Jakarta Timur yang menjadi responden
pada penelitian ini. Setelah mendapatkan data yang diinginkan, penulis
melakukan skoring terhadap hasil skala yang telah terkumpul untuk
selanjutnya dilakukan pengolahan dan pengujian dari hasil skala yang sudah
didapatkan untuk dianalisis datanya dengan menggunakan software Lisrel
8.70 dan bantuan software M-Plus7 (Muthen & Muthen, 2014).
91
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini berjumlah 399 siswa Sekolah Menengah Atas yang
tersebar di kedua sekolah yang terdiri dari 170 siswa Sekolah Menengah Atas
Negeri 88 Jakarta Timur dan 229 siswa Sekolah Menengah Atas Labschool
Jakarta Timur. Berikut adalah tabel karakteristik responden penelitian:
Tabel 4.1
Karakteristik Responden Penelitian
Karakteristik Responden
Frekuensi
SMA Labschool
Jakarta Timur
SMAN 88 Jakarta
Timur
N=229 N (%) N=170 N (%)
Jenis Kelamin Laki-Laki 109 47,6% 82 48,2%
Perempuan 120 52,4% 88 51,8%
Usia 15 tahun 23 10% 6 3,5%
16 tahun 179 78,2% 112 65,9%
17 tahun 27 11,8% 52 30,6%
Penghasilan
Orang Tua Per
Bulan
< 3.000.000 2 0,9% 88 51,8%
3.000.001 – 10.000.000 21 9,2% 60 35,3%
10.000.001 – 50.000.000 134 58,5% 22 12,9%
> 50.000.001 72 31,4% - -
Uang Saku
Per Bulan
< 500.000 41 17,9% 117 68,8%
500.001 – 1.000.000 97 42,4% 50 29,4%
1.000.001 – 2.000.000 84 36,7% 3 1,8%
> 2.000.001 7 3% - -
92
Berdasarkan tabel 4.1 terlihat bahwa dari 229 siswa Sekolah Menengah Atas
Labschool Jakarta yang dijadikan sampel berdasarkan jenis kelamin, sebanyak
109 subjek (47,6%) laki-laki, subjek yang berjenis kelamin perempuan sebanyak
120 subjek (52,4%). Maka dapat disimpulkan subjek penelitian terbanyak di
Sekolah Menengah Atas Labschool Jakarta adalah subjek yang berjenis kelamin
perempuan yang berjumlah 120 subjek atau mencapai 52,4%.
Berdasarkan usia terlihat bahwa dari 229 subjek yang dijadikan sampel,
sebanyak 23 subjek (10%) berusia 15 tahun, 179 subjek (78,2%) berusia 16
tahun, dan sisanya 27 subjek (11,8%) berusia 17 tahun. Maka dapat disimpulkan
subjek penelitian terbanyak di Sekolah Menengah Atas Labschool Jakarta adalah
subjek yang berusia 16 tahun yang berjumlah 179 subjek atau mencapai 78,2%.
Berdasarkan penghasilan orang tua per bulan subjek dalam penelitian ini
bervariasi. Subjek yang penghasilan orang tua per bulannya < 3.000.000
berjumlah 2 subjek (0,9%), subjek yang bekerja penghasilan orang tua per
bulannya antara 3.000.001 – 10.000.000 berjumlah 21 subjek (9,2%), subjek
yang penghasilan orang tua per bulannya antara 10.000.001 – 50.000.000
berjumlah 134 subjek (58,5%), dan subjek yang bekerja penghasilan orang tua per
bulannya > 50.000.001 berjumlah 72 (31,4%). Maka dapat disimpulkan bahwa
jumlah subjek penelitian terbanyak di Sekolah Menengah Atas Labschool Jakarta
adalah subjek yang penghasilan orang tua per bulannya antara 10.000.001 –
50.000.000 berjumlah 134 subjek atau mencapai 58,5%.
93
Berdasarkan uang saku per bulan terlihat bahwa dari 229 subjek yang
dijadikan sampel, sebanyak 41 subjek (17,9%) memiliki uang saku per bulan <
500.000, 97 subjek (42,4%) memiliki uang saku per bulan antara 500.001 –
1.000.000, 84 subjek (36,7%) memiliki uang saku per bulan antara 1.000.001 –
2.000.000 dan sebanyak 7 subjek (3%) memiliki uang saku per bulan > 2.000.001.
Maka dapat disimpulkan bahwa jumlah subjek penelitian di Sekolah Menengah
Atas Labschool Jakarta adalah subjek yang memiliki uang saku per bulan antara
500.001 – 1.000.000 yang berjumlah 97 subjek atau mencapai 42,4%.
Berdasarkan tabel 4.1 terlihat pula bahwa dari 170 siswa Sekolah Menengah
Atas Negeri 88 Jakarta yang dijadikan sampel berdasarkan jenis kelamin,
sebanyak 82 subjek (48,2%) laki-laki, subjek yang berjenis kelamin perempuan
sebanyak 88 subjek (51,8%). Maka dapat disimpulkan subjek penelitian terbanyak
di Sekolah Menengah Atas Negeri 88 Jakarta adalah subjek yang berjenis kelamin
perempuan yang berjumlah 88 subjek atau mencapai 51,8%.
Berdasarkan usia terlihat bahwa dari 170 subjek yang dijadikan sampel,
sebanyak 6 subjek (3,5%) berusia 15 tahun, 112 subjek (65,9%) berusia 16 tahun,
dan sisanya 52 subjek (30,6%) berusia 17 tahun. Maka dapat disimpulkan subjek
penelitian terbanyak di Sekolah Menengah Atas Negeri 88 Jakarta adalah subjek
yang berusia 16 tahun yang berjumlah 112 subjek atau mencapai 65,9%.
Berdasarkan penghasilan orang tua per bulan subjek dalam penelitian ini
bervariasi. Subjek yang penghasilan orang tua per bulannya < 3.000.000
berjumlah 88 subjek (51,8%), subjek yang bekerja penghasilan orang tua per
bulannya antara 3.000.001 – 10.000.000 berjumlah 60 subjek (35,3%), subjek
94
yang penghasilan orang tua per bulannya antara 10.000.001 – 50.000.000
berjumlah 22 subjek (12,9%), dan tidak ada subjek yang penghasilan orang tua
per bulannya > 50.000.001. Maka dapat disimpulkan bahwa jumlah subjek
penelitian terbanyak di Sekolah Menengah Atas Negeri 88 Jakarta adalah subjek
yang penghasilan orang tua per bulannya > 10.000.000 berjumlah 88 subjek atau
mencapai 51,8%.
Berdasarkan uang saku per bulan terlihat bahwa dari 170 subjek yang
dijadikan sampel, sebanyak 117 subjek (68,8%) memiliki uang saku per bulan <
500.000, 50 subjek (29,4%) memiliki uang saku per bulan antara 500.001 –
1.000.000, 3 subjek (1,8%) memiliki uang saku per bulan antara 1.000.001 –
2.000.000 dan tidak ada subjek yang memiliki uang saku per bulan lebih dari
2.000.001. maka dapat disimpulkan bahwa jumlah subjek penelitian di Sekolah
Menengah Atas Negeri 88 Jakarta adalah subjek yang memiliki uang saku per
bulan < 500.000 berjumlah 117 subjek atau mencapai 68,8%.
4.2 Analisis Deskriptif Skor Variabel Penelitian
Sebelum diuraikan secara lebih detail tentang beberapa sub bab selanjutnya, perlu
dijelaskan bahwa skor yang digunakan dalam analisis statistik adalah skor faktor
yang dihitung untuk menghindari estimasi bias dari kesalahan pengukuran. Jadi,
penghitungan skor faktor pada tiap variabel tidak menjumlahkan item-item seperti
pada umumnya, tetapi menghitung true score pada tiap item.
Setelah didapatkan faktor skor, peneliti mentranformasikan faktor skor
menjadi T skor. Penggunaan T skor ini bertujuan untuk menyamakan skala
95
pengukuran yang berbeda-beda dan untuk menghindari nilai minus pada faktor
skor agar pembaca mudah memahami interpretasi hasil penelitian.
Adapun T skor tersebut telah ditetapkan dengan nilai mean = 50 dan standar
deviasi = 10. Langkah selanjutnya adalah melakukan proses transformasi
melalui formula :
T-score = 50 + (10 * F-score)
Gambaran hasil analisis deskriptif ini dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Analisis Deskriptif
Variabel Minimum Maximum Mean Std. Deviation
V1 Gaya Hidup Konsumtif 18,09 80,42 50,00 6,27
V2 Private acceptance 33,60 90,14 50,00 8,19
V3 Public compliance 32,28 89,22 50,00 6,90
V4 Physical self 19,43 71,79 50,00 8,60
V5 Moral-ethichal self 24,57 78,57 50,00 8,50
V6 Personal self 20,41 67,00 50,00 8,73
V7 Family self 21,66 72,75 50,00 8,67
V8 Social self 20,95 74,94 50,00 8,58
V9 Identity self 21,82 71,63 50,00 8,83
V10 Satisfaction self 24,06 77,66 50,00 8,64
V11 Behavioral self 24,90 77,44 50,00 8,70
V12 Self criticism 18,24 76,22 50,00 8,04
Valid N
(listwise)
Berdasarkan data pada tabel 4.2 dapat diketahui bahwa dari seluruh variabel
independen yang memiliki nilai minimum terendah adalah variabel gaya hidup
konsumtif dengan nilai minimum sebesar 18,09 dan variabel yang memiliki nilai
maksimum tertinggi adalah variabel private acceptance dengan nilai maksimum
96
sebesar 90,14. Nilai mean sebesar 50 untuk keseluruhan variabel. Untuk nilai
standar deviasi dari seluruh variabel yang memiliki nilai tertinggi adalah variabel
Identity self dengan nilai standar deviasi sebesar 8,83 dan variabel yang memiliki
nilai standar deviasi terendah adalah variabel gaya hidup konsumtif dengan nilai
standar deviasi sebesar 6,27.
4.2.1 Kategorisasi skor variabel penelitian
Kategorisasi variabel bertujuan untuk menempatkan individu kedalam kelompok-
kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan
atribut yang diukur. Kontinum jenjang pada penelitian ini adalah dari rendah ke
tinggi yang digunakan dalam kategorisasi variabel penelitian.
Sebelum mengkategorisasikan skor masing-masing variabel berdasarkan
tingkat rendah dan tinggi, peneliti terlebih dahulu menetapkan norma seperti
tertera pada tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3
Norma Skor Variabel
Kategorisasi Rumus
Rendah X < M
Tinggi X > M
Setelah norma kategorisasi tersebut didapatkan, selanjutnya akan dijelaskan
perolehan nilai persentase kategorisasi untuk variabel private acceptance, public
compliance, phycical self, moral ethical self, personal self, family self, social self,
identity self, satisfaction self, behavioral self, self criticism dan gaya hidup
konsumtif.
97
Tabel 4.4
Kategorisasi Skor Variabel
Variabel
Kategorisasi Skor Variabel
Frekuensi %
Rendah Tinggi Rendah Tinggi
Gaya hidup konsumtif 204 195 51,1% 48,9%
Private acceptance 197 202 49,4% 50,6%
Public compliance 185 214 46,4% 53,6%
Physical self 211 188 52,9% 47,1%
Moral ethical self 205 194 51,4% 48,6%
Personal self 196 203 49,1% 50,9%
Family self 207 192 51,9% 48,1%
Social self 199 200 49,9% 50,1%
Identity self 204 195 51,1% 48,9%
Satisfaction self 211 188 52,9% 47,1%
Behavioral self 205 194 51,4% 48,6%
Self criticism 187 212 46,9% 53,1%
4.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian
4.3.1 Analisis regresi variabel penelitian
Pada tahapan ini peneliti menguji hipotesis dengan teknik analisis regresi
berganda dengan menggunakan software SPSS 20. Seperti yang sudah disebutkan
pada bab 3, dalam regresi ada 3 hal yang dilihat, untuk hal yang pertama adalah
peneliti melihat besaran R square untuk mengetahui berapa persen (%) variasi
gaya hidup konsumtif yang dijelaskan oleh seluruh independent variable (private
acceptance, public compliance, phycical self, moral ethical self, personal self,
family self, social self, identity self, satisfaction self, behavioral self, self criticism,
98
jenis kelamin, usia, penghasilan orang tua per bulan dan uang saku siswa per
bulan).
Tabel 4.5
Tabel R-Square
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
1 ,433a ,187 ,155 5,76201
a. Dependent Variable: V12 (gaya hidup konsumtif)
b. Predictors: (Constant), V1 (private acceptance), V2 (public compliance), V3 (physical self),
V4 (moral ethical self), V5 (personal self), V6 (family self), V7 (social self), V8 (identity self),
V9 (satisfaction self), V10 (behavioral self), V11 (self criticism), V13 (jenis kelamin), V14
(usia), V15 (pendapatan orang tua per bulan), V16 (uang saku siswa per bulan)
Dari tabel 4.5, dapat dilihat bahwa perolehan R square sebesar 0,200 atau
20% artinya proporsi varians dari gaya hidup konsumtif yang dijelaskan oleh
semua independent variable (private acceptance, public compliance, phycical
self, moral ethical self, personal self, family self, social self, identity self,
satisfaction self, behavioral self, self criticism, jenis kelamin, usia, penghasilan
orang tua per bulan dan uang saku siswa per bulan) adalah sebesar 18,7%,
sedangkan 81,3% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian ini
Kedua adalah peneliti menganalisis dampak dari seluruh independent
variable R square sebesar 0,187 atau 18,7% artinya proporsi varians dari gaya
hidup konsumtif yang dijelaskan oleh semua independent variable (private
acceptance, public compliance, phycical self, moral ethical self, personal self,
family self, social self, identity self, satisfaction self, behavioral self, self
criticism, jenis kelamin, usia, penghasilan orang tua per bulan dan uang saku
99
siswa per bulan) terhadap gaya hidup konsumtif. Adapun hasil uji F dapat dilihat
pada tabel 4.6.
Tabel 4.6
Tabel Anova
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 2928,621 15 195,241 6,881 ,000b
Residual 12715,892 383 33,201
Total 15644,513 398
a. Dependent Variable: V12 (gaya hidup konsumtif)
b. Predictors: (Constant), V1 (private acceptance), V2 (public compliance), V3 (physical
self), V4 (moral ethical self), V5 (personal self), V6 (family self), V7 (social self), V8
(identity self), V9 (satisfaction self), V10 (behavioral self), V11 (self criticism), V13 (jenis
kelamin), V14 (usia), V15 (pendapatan orang tua per bulan), V16 (uang saku siswa per bulan)
Jika melihat kolom Sig., diketahui bahwa (sig < 0,05), maka hipotesis nihil yang
menyatakan tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari seluruh independent
variable (private acceptance, public compliance, phycical self, moral ethical self,
personal self, family self, social self, identity self, satisfaction self, behavioral self,
self criticism, jenis kelamin, usia, penghasilan orang tua per bulan dan uang saku
siswa per bulan) terhadap gaya hidup konsumtif ditolak. Artinya terdapat
pengaruh yang signifikan dari private acceptance, public compliance, phycical
self, moral ethical self, personal self, family self, social self, identity self,
statisfaction self, behavioral self, self criticism, jenis kelamin, usia, penghasilan
orang tua per bulan dan uang saku siswa per bulan terhadap gaya hidup konsumtif
baik di Sekolah Mengengah Atas Negeri 88 Jakarta Timur dan Sekolah Menengah
Atas Labschool Jakarta Timur.
Hal yang terakhir adalah melihat koefisien regresi tiap independent
variable (private acceptance, public compliance, phycical self, moral ethical self,
100
personal self, family self, social self, identity self, satisfaction self, behavioral self,
self criticism, jenis kelamin, usia, penghasilan orang tua per bulan dan uang saku
siswa per bulan). Jika nilai t > 1,96 maka koefisien regresi tersebut signifikan
yang berarti bahwa independent variable independent (private acceptance, public
compliance, phycical self, moral ethical self, personal self, family self, social self,
identity self, statisfaction self, behavioral self, self criticism, jenis kelamin, usia,
penghasilan orang tua per bulan dan uang saku siswa per bulan) tersebut memiliki
dampak yang signifikan terhadap gaya hidup konsumtif. Adapun analisisnya
ditampilkan pada tabel 4.7.
Tabel 4.7
Tabel Koefisien Regresi
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 12,029 4,868 2,471 ,014
V1 ,120 ,049 ,157 2,441 ,015
V2 ,120 ,057 ,132 2,106 ,036
V3 ,045 ,055 ,062 ,819 ,413
V4 ,061 ,060 ,083 1,009 ,314
V5 ,118 ,057 ,165 2,087 ,038
V6 ,062 ,057 ,086 1,8081 ,280
V7 ,192 ,052 ,263 3,720 ,000
V8 ,041 ,038 ,058 1,091 ,276
V9 -,154 ,061 -,212 -2,537 ,012
V10 -,116 ,077 -,160 -1,495 ,136
V11 ,176 ,045 ,226 3,933 ,000
V13 1,112 ,594 ,089 1,871 ,062
V14 ,397 ,594 ,032 ,669 ,504
V15 ,356 ,414 ,058 ,859 ,391
V16 ,607 ,497 ,079 1,222 ,223
101
a. Dependent Variable: V12 (gaya hidup konsumtif)
b. Independent Variable: V1 (private acceptance), V2 (public compliance), V3 (physical self),
V4 (moral ethical self), V5 (personal self), V6 (family self), V7 (social self), V8 (identity
self), V9 (satisfaction self), V10 (behavioral self), V11 (self criticism), V13 (jenis kelamin),
V14 (usia), V15 (pendapatan orang tua per bulan), V16 (uang saku siswa per bulan)
Berdasarkan tabel 4.7 dapat dipaparkan persamaan regresi sebagai berikut:
Gaya hidup konsumtif remaja = 12,029 (constant) + 0,157 private acceptance* +
0,132 public compliance* + 0,062 physical self + 0,083 moral ethical self + 0,165
personal self* + 0,086 family self + 0,263 social self* – 0,058 identity self – 0,212
satisfaction self* -0,160 behavioral self + 0,226 self criticism* + 0,089 jenis
kelamin + 0,032 usia + 0,058 penghasilan orang tua per bulan + 0,079 uang saku
siswa per bulan.
Lebih lanjut, untuk melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi yang
dihasilkan, kita dapat melihat nilai sig pada kolom sig tabel 4.7, jika sig < 0,05,
maka pengaruh koefisien regresi yang dihasilkan bernilai signifikan terhadap gaya
hidup konsumtif dan sebaliknya. Pada tabel 4.7 terdapat 6 koefisien regresi yang
signifikan, yaitu private acceptance, public compliance, family self, social self,
behavioral self, dan self criticism. Penjelasan dari nilai koefisien regresi yang
diperoleh pada masing-masing independent variable (private acceptance, public
compliance, phycical self, moral ethical self, personal self, family self, social self,
identity self, satisfaction self, behavioral self, self criticism, jenis kelamin, usia,
penghasilan orang tua per bulan dan uang saku siswa per bulan) adalah sebagai
berikut:
102
a. Variabel private acceptance
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,157 dengan signifikansi sebesar
0,014 (sig<0,05), dengan demikian hipotetsis nihil yang menyatakan tidak
adanya pengaruh yang signifikan dari private acceptance terhadap gaya
hidup konsumtif ditolak. Artinya, variabel private acceptance berpengaruh
secara signifikan terhadap gaya hidup konsumtif. Nilai koefisien variabel
private acceptance menunjukkan arah positif dapat diartikan bahwa
semakin tinggi seseorang individu meyakini standar dan nilai yang berlaku
dalam kelompoknya, maka akan semakin tinggi gaya hidup konsumtif orang
tersebut.
b. Variabel public compliance
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,132 dengan signifikansi sebesar
0,015 (sig<0,05), dengan demikian hipotetsis nihil yang menyatakan tidak
adanya pengaruh yang signifikan dari public compliance terhadap gaya
hidup konsumtif ditolak. Artinya, variabel public compliance berpengaruh
secara signifikan terhadap gaya hidup konsumtif. Nilai koefisien variabel
public compliance menunjukkan arah positif dapat diartikan bahwa semakin
tinggi seseorang individu melakukan berbagai upaya agar diterima dengan
lingkungannya tanpa memikirkan dirinya, maka akan semakin tinggi gaya
hidup konsumtif orang tersebut.
c. Variabel physical self
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,062 dengan signifikansi sebesar
0,413 (sig>0,05), dengan demikian hipotetsis nihil yang menyatakan tidak
103
adanya pengaruh yang signifikan dari physical self terhadap gaya hidup
konsumtif gagal untuk ditolak.
d. Variabel moral ethical self
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,083 dengan signifikansi sebesar
0,314 (sig>0,05), dengan demikian hipotetsis nihil yang menyatakan tidak
adanya pengaruh yang signifikan dari moral ethical terhadap gaya hidup
konsumtif gagal untuk ditolak.
e. Variabel personal self
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,165 dengan signifikansi sebesar
0, 038 (sig<0,05), dengan demikian hipotetsis nihil yang menyatakan tidak
adanya pengaruh yang signifikan dari personal self terhadap gaya hidup
konsumtif ditolak. Artinya, variabel personal self berpengaruh secara
signifikan terhadap gaya hidup konsumtif. Nilai koefisien variabel personal
self menunjukkan arah positif dapat diartikan bahwa semakin tinggi
kemampuan seseorang individu mengetahui keadaan dirinya, maka akan
semakin tinggi gaya hidup konsumtif orang tersebut.
f. Variabel family self
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0, 086 dengan signifikansi sebesar
0,280 (sig>0,05), dengan demikian hipotetsis nihil yang menyatakan tidak
adanya pengaruh yang signifikan dari family self terhadap gaya hidup
konsumtif gagal untuk ditolak.
104
g. Variabel social self
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,263 dengan signifikansi sebesar
0,000 (sig<0,05), dengan demikian hipotetsis nihil yang menyatakan tidak
adanya pengaruh yang signifikan dari social self terhadap gaya hidup
konsumtif ditolak. Artinya, variabel social self berpengaruh secara
signifikan terhadap gaya hidup konsumtif. Nilai koefisien variabel social
self menunjukkan arah positif dapat diartikan bahwa semakin baik interaksi
sosial seseorang dengan orang lain, maka akan semakin tinggi pula gaya
hidup konsumtif orang tersebut.
h. Variabel identity self
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,058 dengan signifikansi sebesar
1,091 (sig>0,05), dengan demikian hipotetsis nihil yang menyatakan tidak
adanya pengaruh yang signifikan dari identity self terhadap gaya hidup
konsumtif gagal untuk ditolak.
i. Variabel satisfaction self
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,212 dengan signifikansi sebesar
0,012 (sig<0,05), dengan demikian hipotetsis nihil yang menyatakan tidak
adanya pengaruh yang signifikan dari satisfaction self terhadap gaya hidup
konsumtif ditolak. Artinya, variabel satisfaction self berpengaruh secara
signifikan terhadap gaya hidup konsumtif. Nilai koefisien variabel
satisfaction self menunjukkan arah negatif dapat diartikan bahwa semakin
tinggi seseorang memiliki penilaian terhadap dirinya, maka akan semakin
rendah gaya hidup konsumtif orang tersebut.
105
j. Variabel behavioral self
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,160 dengan signifikansi sebesar
0,136 (sig>0,05), dengan demikian hipotetsis nihil yang menyatakan tidak
adanya pengaruh yang signifikan dari dukungan instrumental terhadap gaya
hidup konsumtif gagal untuk ditolak.
k. Variabel self criticism
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0266 dengan signifikansi sebesar
0,000 (sig<0,05), dengan demikian hipotetsis nihil yang menyatakan tidak
adanya pengaruh yang signifikan dari self criticism terhadap gaya hidup
konsumtif ditolak. Artinya, variabel self criticism berpengaruh secara
signifikan terhadap gaya hidup konsumtif. Nilai koefisien variabel self
criticism menunjukkan arah positif dapat diartikan bahwa semakin baik
seseorang mengtahui kamampuan dan kelemahan dirinya, maka akan
semakin tinggi gaya hidup konsumtif orang tersebut.
l. Variabel jenis kelamin
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,089 dengan signifikansi sebesar
0,062 (sig>0,05), dengan demikian hipotetsis nihil yang menyatakan tidak
adanya pengaruh yang signifikan dari jenis kelamin terhadap gaya hidup
konsumtif gagal untuk ditolak.
m. Variabel usia
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,032 dengan signifikansi sebesar
0,504 (sig>0,05), dengan demikian hipotetsis nihil yang menyatakan tidak
106
adanya pengaruh yang signifikan dari usia terhadap gaya hidup konsumtif
gagal untuk ditolak.
n. Variabel peghasilan orang tua per bulan
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,058 dengan signifikansi sebesar
0,391 (sig>0,05), dengan demikian hipotetsis nihil yang menyatakan tidak
adanya pengaruh yang signifikan dari penghasilan orang tua per bulan
terhadap gaya hidup konsumtif gagal untuk ditolak.
o. Variabel uang saku siswa per bulan
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,079 dengan signifikansi sebesar
0,223 (sig>0,05), dengan demikian hipotetsis nihil yang menyatakan tidak
adanya pengaruh yang signifikan dari uang saku siswa per bulan terhadap
gaya hidup konsumtif gagal untuk ditolak.
4.3.2 Pengujian proporsi varians masing-masing independent variable
Pada tabel 4.8 terdapat empat kolom pertama yang menunjukkan tahapan bahwa
independent variable (private acceptance, public compliance, phycical self, moral
ethical self, personal self, family self, social self, identity self, satisfaction self,
behavioral self, self criticism, jenis kelamin, usia, penghasilan orangtua per bulan
dan uang saku siswa per bulan) dianalisis secara satu per satu, kemudian
penambahan varians gaya hidup konsumtif dan nilai murni varians.
Selanjutnya, adalah kolom nilai F hitung serta kolom F tabel yang
menggambarkan nilai independent variable (private acceptance, public
compliance, phycical self, moral ethical self, personal self, family self, social self,
identity self, satisfaction self, behavioral self, self criticism, jenis kelamin, usia,
107
penghasilan orang tua per bulan dan uang saku siswa per bulan) yang
bersangkutan. Pada tabel F dengan df yang telah ditentukan sebelumnya, nilai
kolom inilah yang akan dibandingkan dengan kolom nilai F hitung. Apabila nilai
F hitung lebih besar daripada F tabel, maka kolom selanjutnya, yaitu kolom
signifikansi yang akan dituliskan signifikan dan sebaliknya. Besarnya proporsi
varians pada gaya hidup konsumtif remaja dapat dilihat pada table 4.8 berikut :
Tabel 4.8
Tabel Proporsi Varians
Model Summary
Model R R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics
R
Square
Change
F Change df1 df2 Sig. F
Change
1 ,255a ,065 ,062 6,07067 ,065 27,534 1 397 ,000
2 ,270b ,073 ,068 6,05235 ,008 3,406 1 396 ,066
3 ,277c ,077 ,070 6,04667 ,004 1,745 1 395 ,187
4 ,278d ,078 ,068 6,05224 ,001 ,273 1 394 ,602
5 ,285e ,081 ,069 6,04814 ,003 1,081 1 393 ,299
6 ,289f ,084 ,069 6,04877 ,003 1,453 1 392 ,229
7 ,322g ,104 ,088 6,98831 ,020 8,873 1 391 ,003
8 ,328h ,108 ,089 5,98274 ,004 1,728 1 390 ,190
9 ,332i ,111 ,090 5,95169 ,003 4,916 1 389 ,027
10 ,349b ,122 ,099 5,98157 ,011 1,153 1 388 ,284
11 ,406c ,166 ,141 5,80961 ,044 20,210 1 387 ,000
13 ,417d ,174 ,148 5,78776 ,008 3,928 1 386 ,048
14 ,417e ,174 ,146 5,79437 ,000 ,120 1 385 ,730
15 ,429f ,184 ,154 5,76576 ,010 4,830 1 384 ,029
16 ,433g ,187 ,155 5,76208 ,003 1,491 1 383 ,223 a. Dependent Variable: V12
b. Independent Variable: V1 (private acceptance), V2 (public compliance), V3
(physical self), V4 (moral ethical self), V5 (personal self), V6 (family self), V7 (social
self), V8 (identity self), V9 (satisfaction self), V10 (behavioral self), V11 (self criticism),
V13 (jenis kelamin), V14 (usia), V15 (pendapatan orang tua per bulan), V16 (uang saku
siswa per bulan)
108
Dari tabel 4.8 dapat dijelaskan informasi sebagai berikut :
a. Variabel private acceptance memberikan sumbangan sebesar 6,5% dalam
varians gaya hidup konsumtif. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara
statistik dengan F= 27,534 dan df =397.
b. Variabel public compliance memberikan sumbangan sebesar 0,8% dalam
varians gaya hidup konsumtif. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara
statistik dengan F= 3,406 dan df = 396.
c. Variabel physical self memberikan sumbangan sebesar 0,4% dalam varians
gaya hidup konsumtif. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik
dengan F= 1,745 dan df = 395.
d. Variabel motal ethical self memberikan sumbangan sebesar 0,1% dalam varians
gaya hidup konsumtif. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik
dengan F= 0,273 dan df = 394.
e. Variabel personal self memberikan sumbangan sebesar 0,3% dalam varians
gaya hidup konsumtif. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik
dengan F= 1,081 dan df = 393.
f. Variabel family self memberikan sumbangan sebesar 0,3% dalam varians gaya
hidup konsumtif. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik dengan
F= 1,453 dan df = 392.
g. Variabel social self memberikan sumbangan sebesar 2% dalam varians subgaya
hidup konsumtif. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik dengan
F= 8,873 dan df = 391.
109
h. Variabel identity self memberikan sumbangan sebesar 0,4% dalam varians gaya
hidup konsumtif. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan F=
1,728 dan df = 390.
i. Variabel satisfaction self memberikan sumbangan sebesar 0,3% dalam varians
gaya hidup konsumtif. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik
dengan F= 4,916 dan df = 389.
j. Variabel behavioral self memberikan sumbangan sebesar 1,1% dalam varians
gaya hidup konsumtif. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik
dengan F= 1,153 dan df = 388.
k. Variabel self criticism memberikan sumbangan sebesar 4,4% dalam varians
gaya hidup konsumtif. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik
dengan F= 20,210 dan df = 387.
l. Variabel jenis kelamin memberikan sumbangan sebesar 0,8% dalam varians
gaya hidup konsumtif. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik
dengan F= 3,928 dan df = 386.
m. Variabel usia memberikan sumbangan sebesar 0% dalam varians gaya hidup
konsumtif. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik dengan F=
0,120 dan df = 385.
n. Variabel penghasilan orang tua per bulan memberikan sumbangan sebesar 1%
dalam varians gaya hidup konsumtif. Sumbangan tersebut tidak signifikan
secara statistik dengan F= 4,830 dan df = 384.
o. Variabel uang saku siswa per bulan memberikan sumbangan sebesar 0,3%
dalam varians gaya hidup konsumtif. Sumbangan tersebut tidak signifikan
secara statistik dengan F= 1,491 dan df = 383.
110
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data pada bab 4, kesimpulan dari penelitian ini adalah
“terdapat pengaruh konformitas (private acceptance dan public compliance),
konsep diri (physical self, moral-ethical self, personal self, family self, social self,
identity self, satisfaction self, behavioral self dan self criticism), jenis kelamin,
usia, penghasilan orang tua per bulan dan uang saku siswa perbulan terhadap gaya
hidup konsumtif siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 88 Jakarta Timur dan
siswa Sekolah Menengah Atas Labschool Jakarta Timur”. Hal ini menunjukkan
bahwa hipotesis mayor pada penelitian ini gagal untuk ditolak.
Berdasarkan hasil uji hipotesis minor yang menguji masing-masing
koefisien regresi terhadap gaya hidup konsumtif siswa Sekolah Mengengah Atas
Negeri 88 Jakarta Timur dan Sekolah Menengah Atas Labschool Jakarta Timur,
ditemukan bahwa terdapat enam variabel independen yang signifikan
pengaruhnya terhadap gaya hidup konsumtif, yaitu private acceptance, public
compliance, personal self, social self, satisfaction self dan self criticism. Adapun
pengaruh dari kelima variabel tersebut terhadap gaya hidup konsumtif siswa
Sekolah Mengengah Atas Negeri 88 Jakarta Timur dan Sekolah Menengah Atas
Labschool Jakarta Timur adalah sebesar 18,7%, dan sisanya dipengaruhi oleh
fakttor lain di luar variabel-variabel yang diteliti.
111
5.2 Diskusi
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hal-hal yang memengaruhi gaya hidup
konsumtif pada siswa Sekolah Mengengah Atas Negeri 88 Jakarta Timur dan
Sekolah Menengah Atas Labschool Jakarta Timur. Berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan, diketahui bahwa dari lima belas variabel independen yang
diteliti terdapat lima variabel yang memengaruhi gaya hidup konsumtif siswa
Sekolah Menengah Atas Negeri 88 Jakarta Timur dan Sekolah Menengah Atas
Labschool Jakarta Timur secara signifikan. Keenam variabel tersebut antara lain
private acceptance, public compliance, personal self, social self , satisfaction self
dan self criticism.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa ada pengaruh yang
signifikan dari konformitas (yang terdiri dari: privatw acceptace dan public
compliance) terhadap gaya hidup konsumtif siswa Sekolah Mengengah Atas
Negeri 88 Jakarta Timur dan Sekolah Menengah Atas Labschool Jakarta Timur.
Variabel konformitas ini berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap gaya
hidup konsumtif. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Mc Elhaney, Antonishak, dan Allen yang dikutip dalam tesis dari Tolley
(2014), dan Venkatesan (1966). Individu melakukan gaya hidup konsumtif agar
diterima dan menghindari penolakan oleh teman sebayanya atau disebut dengan
konformitas private aceptance.
Adapun, dari hasil penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan
konformitas sejalan dengan pernyataan dari Kulsiri (2012) yang terinspirasi dari
112
pernyataan Schiffman dan Kanuk, yang menjelaskan bahwa ketika individu
melakukan suatu kegiatan konsumen, mereka cenderung mengadopsi perilakunya
agar sesuai dengan standar seseorang atau kelompok. Hal ini disebut dengan
konformitas public compliance, maka akan mendorong individu untuk bergaya
hidup konsumtif.
Selanjutnya, hasil penelitian ditemukan bahwa terdapat variabel konsep diri
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap gaya hidup konsumtif pada siswa di
Sekolah Mengengah Atas Negeri 88 Jakarta Timur dan Sekolah Menengah Atas
Labschool Jakarta Timur. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ahmad dan Thyagaraj (2015), yang membuktikan bahwa individu membeli atau
mengonsumsi produk tidak hanya untuk nilai fungsional suatu produk, tetapi juga
untuk meningkatkan konsep diri melalui makna simbolik yang tertanam dalam
suatu barang. Orang mencari merek dengan kepribadian yang identik dengan
kepribadian mereka sendiri. Akibatnya, semakin tinggi kongruensi antara kedua
kepribadian, semakin tinggi niat beli konsumen untuk merek suatu produk atau
semakin tinggi seseorang melakukan gaya hidup konsumtif.
Hal di atas sesuai dengan pernyataan Ahmad dan Thyagaraj (2015), yang
terinspirasi dari Grubb dan Grathwohl. Mereka menyatakan bahwa perilaku
konsumsi individu dapat memperkuat dan meningkatkan konsep diri melalui
mengonsumsi suatu barang. Penelitian lain tentang konsep diri juga dilakukan
oleh Kulsiri (2012) dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep diri
adalah indikator yang signifikan dari perilaku pembelian terhadap suatu produk
mewah. Hasil ini konsisten dengan penjelasan Karande, Zinkhan, dan Lum yang
113
menginspirasi Kulsiri (2012), yang menyatakan bahwa konsumen cenderung
mendekati suatu produk yang dapat meningkatkan konsep diri mereka.
Namun hanya terdapat empat dimensi konsep diri yang memengaruhi gaya
hidup konsumtif secara signifikan dari hasil uji hipotesis pada siswa di kedua
sekolah. Pertama, variabel konsep diri yang berpengaruh secara positif dan
signifikan adalah personal self. Artinya, apabila seseorang memiliki pandangan
mengenai sejauh mana individu merasa puas terhadap dirinya karena sesuai
dengan standar pada kelompok teman sebayanya, maka individu akan melakukan
gaya hidup konsumtif.
Kemudian, variabel konsep diri yang kedua yang memengaruhi gaya hidup
konsumtif secara positif dan signifikan adalah social self. Artinya, apabila
seseorang bersikap terbuka, menerima dan meyakini standar pada kelompok
teman sebayanya, maka individu akan melakukan gaya hidup konsumtif.
Selanjutnya, variabel konsep diri yang ketiga, yang memengaruhi gaya
hidup konsumtif secara positif dan signifikan adalah self criticism. Artinya,
apabila seseorang memiliki kemampuan mengenali kelemahan dan keterbatasan
diri individu, maka individu akan melakukan gaya hidup konsumtif guna
menutupi kelemahan dan keterbatasan dirinya.
Sedangkan konsep diri yang keempat adalah konsep diri yang berpengaruh
secara negatif dan signifikan yaitu, satisfaction self. Artinya, apabila seseorang
memberikan pengamatan dan standar peniliaian terhadap dirinya tinggi, maka
individu tidak akan melakukan gaya hidup konsumtif.
114
Dalam penelitian ini juga terdapat beberapa variabel yang terbukti tidak
memiliki pengaruh terhadap gaya hidup konsumtif. Hal ini terkadang menjadi
pertentangan dengan penelitian terdahulu. Adapun variabel yang terbukti tidak
memiliki pengaruh terhadap gaya hidup konsumtif antara lain, jenis kelamin, usia,
penghasilan orang tua per bulan dan uang saku siswa per bulan.
Hasil penelitian ditemukan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan dari
variabel jenis kelamin terhadap gaya hidup konsumtif. Hal ini tidak sesuai dengan
hasil penelitian d'Astous' yang menginspirasi Wu dan Huan (2010), yang
menyatakan bahwa perempuan lebih menampilkan kecenderungan membeli
secara irasional dan lebih mungkin untuk menjadi konsumen yang juga irasional
serta penelitian yang juga dilakukan oleh O'Dea dan Abraham (1999), melaporkan
bahwa laki-laki memiliki konsep diri yang tinggi dalam physical ability dan
physical appearance atau dalam teori konsep diri dari Fitts disebut physical self,
sedangkan perempuan lebih tinggi dalam hal school-related self-concept,
honesty/trustworthiness, dan nilai religuisitas/spiritualitas atau dalam teori Fitts
disebut sebagai social-self dan moral-ethical self. Tidak hanya itu, jenis kelamin
juga dapat memberikan pengaruh terhadap gaya hidup konsumtif individu
(Kulsiri, 2012).
Adapun faktor demografi seperti variabel usia memiliki pengaruh yang tidak
signifikan terhadap gaya hidup konsumtif. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Nilkant (2014) yang terinspirasi dari Mediamark, yang
melaporkan bahwa remaja tidak hanya menghabiskan banyak uang untuk
membeli barang dan jasa, tetapi juga memengaruhi orang tua mereka dalam
115
pengambilan keputusan dan pola belanja. Kemudian, penelitian lain yang
dilakukan oleh Neuborne dan Kerwin mempertegas bahwa membeli pakaian
untuk keperluan menunjang penampilan diri adalah pengeluaran terbesar dalam
anggaran remaja yang dikutip dalam jurnal dari Nilkant (2014). Pendapat lainnya
dari Furman dan Buhrmester yang dikutip dalam buku dari Santrock (2009), yang
juga menyatakan bahwa para remaja lebih bergantung pada teman-teman mereka
dari pada dengan orang tua, untuk memberikan kepuasan dalam kebutuhan
berteman, perasaan berharga dan keintiman.
Namun selain usia dan jenis kelamin terdapat pula faktor demografis
lainnya, seperti, variabel status ekonomi (pendapatan orangtua dan uang saku
siswa) yang memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap gaya hidup konsumtif.
Hal ini pun tidak sesuai dalam penelitian yang dilakukan oleh Perry dan Morris
(2005), yang menemukan bahwa pendapatan keluarga memengaruhi perilaku.
Adapun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penelitian ini tentunya
memiliki keterbatasan yang juga dapat memengaruhi hasil penelitian, misalnya
saja kuesioner yang digunakan memiliki item pernyataan yang jumlahnya sangat
banyak sehingga mengakibatkan kejenuhan dalam menjawab butir-butir
pernyataan yang berujung pada kurangnya kevaliditasan serta kereliabilitasan
hasil. Keterbatasan selanjutnya adalah terdapat kesalahan peneliti dalam teknik
pengambilan sampel pada penelitian sehingga teknik pengambilan data yang
dilakukan berujung pada teknik pengambilan data non-probability sampling,
padahal pengambilan data berada di dua sekolah yang memudahkan pengambilan
data secara probability sampling. Keterbatasan lainnya adalah jumlah sampel
116
tidak sesuai dengan yang telah direncakan dalam rencana penelitian. Pada
awalnya direncakan akan terdapat 674 orang yang akan dijadikan sampel, namun
pada akhirnya menjadi 399 orang. Hal ini dikarenakan peneliti tidak
diperbolehkan mengambil sampel pada siswa kelas tiga di kedua sekolah. Adapun
alasannya adalah mereka sedang diwajibkan fokus untuk pendalaman materi
menuju ujian nasional serta ujian masuk perguruan tinggi negeri.
Apabila melihat hasil dan pembahasan di atas, dapat terlihat dinamika dalam
penelitian yang telah dilakukan. Dinamika tersebut menjelaskan bahwa seorang
remaja yang melakukan gaya hidup konsumtif dipengaruhi oleh suatu hal yang
berasal dari dalam maupun di luar dirinya.
Hal di atas dapat dijelaskan dengan melihat dari salah satu karakteristik dan
tugas perkembangan remaja di mana mereka mencari identitas diri serta belajar
berinteraksi dengan orang lain yang mengakibatkan remaja akan menemukan
sebuah standardisasi yang berlaku pada kelompok teman sebayanya. Alasan ini
menyebabkan kesesuaian akan standardisasi yang ada pada kelompok teman
sebayanya tersebut menjadi suatu hal yang sangat penting. Adapun menyebabkan
individu menjadi menerima dan melakukan standardisasi yang berlaku pada
kelompok teman sebayanya (konformitas public compliance) serta agar diterima
oleh kelompoknya (konformitas private acceptance) dengan bersikap terbuka,
menerima dan meyakini standar yang berlaku (social self).
Penyesuaian dengan standar yang berlaku pada kelompok teman sebayanya
memberikan refleksi terhadap pandangan remaja akan dirinya, remaja akan
melihat kelemahan dan keterbatasan diri mereka (self criticism). Apabila mereka
117
merasa tidak puas karena tidak sesuai dengan standar kelompok teman sebayanya,
maka mereka akan melakukan gaya hidup konsumtif guna mencapai kepuasan
mereka (personal self). Tetapi, untuk individu yang dapat memberikan penilaian
akan standar dirinya stinggi, maka mereka tidak akan melakukan gaya hidup
konsumtif (satisfaction self).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa seorang remaja yang memiliki kelemahan
untuk mengontrol dirinya dari faktor-faktor yang berasal dari luar, mereka akan
melakukan gaya hidup konsumtif. Namun, apabila seorang remaja memiliki
kemampuan untuk mengontrol dirinya dari faktor-faktor yang berasal dari luar
tinggi, maka mereka tidak akan melakukan gaya hidup konsumtif.
5.3 Saran
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penelitian ini. Oleh
karena itu peneliti membagi saran menjadi dua, yaitu saran teoritis dan saran
praktis. Saran tersebut dapat dijadikan pertimbangan bagi penelitian lain yang
akan meneliti dengan dependent variable yang sama.
5.3.1 Saran teoritis
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis membagi saran teoritis
menjadi tiga domain, yaitu domain faktor-faktor yang memengaruhi gaya hidup
konsumtif, domain kevaliditasan dan kereliabilitasan hasil serta domain teknik
pengambilan data yang akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Domain yang pertama, penulis menyarankan dalam penelitian selanjutnya
mencari faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi gaya hidup konsumtif
dikarenakan sumbangan variabel yang digunakan terhadap gaya hidup
118
konsumtif hanya sebesar 18,7% dan sisanya 81,3% dipengarui faktor lain.
Hal ini bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih mengenai
gaya hidup konsumtif, seperti dampak negatif, upaya pencegahan dari
variabel lainnya yang mempunyai pengaruh besar terhadap gaya hidup
konsumtif serta mengetahui penanganan yang tepat apabila remaja sudah
memiliki gaya hidup yang konsumtif.
2. Kemudian, untuk domain yang kedua, penulis menyarankan pula agar
kuesioner yang digunakan memiliki item pernyataan yang jumlahnya lebih
sedikit, hal ini bertujuan untuk mengurangi kejenuhan dalam menjawab
butir-butir pernyataan pada kuesioner guna meningkatkan kevaliditasan
serta kereliabilitasan hasil.
3. Adapun domain yang ketiga, penulis menyarankan agar penelitian
selanjutnya melakukan teknik pengambilan sampel secara probability
sampling, yang artinya setiap individu memiliki kesempatan yang sama
untuk dijadikan sebagai sampel. Hal ini dikarenakan penelitian dilakukan di
dua sekolah yang memungkinkan pengambilan sampel dilakukan dengan
probability sampling. Adapun dalam penelitian ini terdapat kesalahan
peneliti dalam teknik pengambilan sampel yang menggunakan teknik non-
probability sampling.
5.3.2 Saran praktis
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis membagi saran praktis
menjadi dua domain, yaitu domain konformitas kelompok teman sebaya dan
domain konsep diri yang akan dijelaskan sebagai berikut:
119
1. Domain yang pertama dari hasil penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa
gaya hidup konsumtif pada remaja lebih besar didasarkan pada tekanan dari
kelompok teman sebayanya. Untuk itu, diperlukan peran dari berbagai pihak
agar mereka tidak mudah terpengaruh oleh tekanan dari teman-temannya
yang mengakibatkan remaja melakukan gaya hidup konsumtif.
Salah satu peran terpenting adalah peran dari kedua orang tua. Hal ini
dikarenakan orang tua atau keluarga memiliki peran yang signifikan
terhadap remaja. Adapun, salah satu peran yang dapat dilakukan oleh orang
tua misalnya adalah dengan cara memberi pandangan yang bersifat rasional
dalam memberikan saran atau batasan terhadap perilaku remaja sehingga
mereka dapat berpikir panjang sebelum bertindak. Selanjutnya, melakukan
kontrol dalam memilih teman yang baik bagi mereka guna menghindari
mereka dari kesalahan memilih teman.
Selain peran orang tua, sekolah juga memiliki andil yang sangat
diperlukan bagi remaja. Peran sekolah untuk menanggulangi masalah gaya
hidup konsumtif pada remaja dapat dilakukan dengan cara membuat
penyuluhan atau seminar mengenai dampak negatif dari gaya hidup
konsumtif. Tentunya dengan memilih narasumber profesional yang dapat
menarik perhatian remaja.
2. Selanjutnya, domain yang kedua dari hasil penelitian dapat diketahui pula
bahwa remaja yang memiliki kemampuan untuk mengontrol diri dari luar
rendah, maka mereka akan melakukan gaya hidup konsumtif. Agar remaja
menjadi pribadi yang dapat mengontrol diri dari tekanan kelompok teman
120
sebayanya sehingga tidak memiliki gaya hidup konsumtif, disarankan orang
tua dapat memperkuat konsep diri remaja.
Salah satu hal yang harus diketahui oleh orang tua adalah mengerti
benar bahwa remaja merupakan usia mencari identitas diri dan usia
bersosialisasi dengan teman sebayanya, maka mulailah dengan bersikap
terbuka terhadap mereka dengan saling memahami, menghargai, dan
memotivasi keinginan mereka sehingga mereka mengetahui bahwa ada
orang yang akan selalu mengerti, menghargai serta mendukungnya dalam
keadaan apapun.
Adapun cara lainnya untuk menghindari remaja bergaya hidup
konsumtif adalah dengan mengajarkan remaja memiliki kebiasaan untuk
gemar menabung. Hal ini akan bertujuan mengasah mereka untuk menjadi
pembeli yang cerdas, yaitu pembeli yang mengedepankan kebutuhan bukan
hanya keinginan semata.
Selain peran orang tua, peran sekolah juga menjadi momok yang
sangat diperlukan. Hal ini dikarenakan sekolah merupakan wadah
pembekalan diri remaja yang ke dua setelah keluarga. Salah satu contoh
upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk meningkatkan kontrol diri remaja
adalah dengan mengadakan pelatihan dan pengembangan diri guna
meningkatkan konsep diri remaja. Mengadakan acara-acara yang bertajuk
ajang kreatifitas untuk menyalurkan bakat dan mendogkrak kreatifitas
remaja sehingga mereka dapat mengatahui kemampuan yang dimilikinya,
serta mendidik remaja berpikir kritis dengan membuka kelas diskusi yang
121
membahas isu bahwa setiap orang itu unik dan original, misalnya dengan
tema “You Are What You Think” atau “You Is You, No Matter What People
Said” yang dikemas secara menarik guna menyadarkan remaja bahwa
mereka harus memahami keadaan diri dan menerima kelemahan serta
kelebihan diri sendiri.
Manusia adalah individu yang bebas dan memiliki kemauan. Namun,
tetap setiap kemauan tidak dapat diwujudkan atau harus dibatasi. Disinilah
peran diri sendiri yang tak kalah pentingnya sebagai pembuat keputusan atas
tingkah lakunya sendiri. Salah satu peran diri sendiri guna meningkatkan
kemampuan mengontrol diri agar terhindar dari gaya hidup konsumtif
adalah dimulai dengan mencintai diri sendiri sehingga dapat menjadi pribadi
yang memiliki konsep diri yang positif. Selain itu, tak lupa pula menerapkan
pikiran kritis dan rasional untuk segala sesuatu agar terhindar dari gaya
hidup konsumtif.
122
DAFTAR PUSTAKA
Acocella, J. R., & Callhoun, J. F. (1990). Psychology of adjusment human
relationship (3th ed). New York: McGraw - Hill.
Agustiani, D. H. (2006). Psikologi perkembangan pendekatan ekologi kaitannya
dengan konsep diri dan penyesuaian diri pada Remaja. Bandung: PT.
Refika Aditama.
Ahmad, A., & Thyagaraj, K. (2015). Undestanding the influence of brand
personality on consumer behavior. Journal of Advance Management
Science, 3(1), 38-43.
Ahmad, N., Omar, A., & Ramayah, T. (2012). Examining the validity and
reliability of e-lifestyle scale in the malaysian context. The 3rd
International Confrence on Technology and Operations Management held
on July, 4-6 2012 (pp. 577-584). Kedah Darul Aman: Universiti Utara
Malaysia.
Albary. (1994). Kamus modern bahasa indonesia. Yogyakarta: Arloka.
Allen, V. L. (1965). Situational factors in conformity. Wisconsin: Departement of
Psychology University of Wisconsin.
Alwisol. (2004). Psikologi kepribadian edisi revisi. Malang: UPT Universitas
Muhamadyah Malang.
Aryo, D. (2013, September 18). Data pertumbuhan mal di kawasan jakarta.
Retrieved from Metro: http://metro.tempo.co diunduh pada tanggal 16
agustus 2015
Atkinson, R. L., Atkinson, R. C., Smith, E. E., & Bem, D. J. (1999). Pengantar
psikologi. Batam: Interaksara.
Baron, R. A., Branscombe, N. R., & Bryne, D. (2008). Social psychology. New
York: Pearson Education Inc.
Chaplin, J. P. (2006). Dictionary of psychology. (terj. Dr. Kartini Kartono).
Jakarta : PT. RajaGarafindo Perkasa.
Durmaz, Y. (2014). The impact of psychological factors on consumer buying
behavior and an empirical aplication in Turkey. Asian Social Sciene
Journal, 10, 194-204.
Engel, J. F., Blackwell, R. D., & Miniard, P. W. (1994). Perilaku konsumen edisi
keenam. Jakarta: Binarupa Aksara.
Feist, J., & Feist, G. J. (2010). Teori kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika.
123
Fitts, W. H. (1965). Manual for tennessee self concept scale. Los Angeles :
Western Psychological Source.
Gecas, V. (1982). The self-concept. Annual Review of Sociology, 8(1), 1-33.
Hetherington, E. M., Parke, R. D., Gauvain, M., & Locke, V. O. (2006). Child
psychology a contemporary viewpoint 6th edition. New York: McGraw-
Hill.
Hurlock, E. B. (1980). Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang
rentang kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Jamaludin, H., Ahmad, H., Yusof, R., & Abdullah, S. K. (2009). The reliability
and validity of tennessee self concept scale (TSCS) Instrument on
Residents of Drug Rehabilitation Center. Europan Journal of Social
Science, 10(3), 349-363.
King, L. A. (2010). Psikologi umum: sebuah pandangan apresiatif. Jakarta:
Salemba Humanika.
Krishnan, J. (2011). Lifestyle – a tool for understanding buyer behavior.
International Journal of Economics and Management, 5(1), 283-289.
Kulsiri, P. (2012). Self concept, locus of control, media exposure and behavior of
youth toward luxury products purchase. Journal of Business and
Economics Research, 10(1), 11-17.
Lascu, D. N. (1991). Normative and informational routes to consumer conformity:
a general framework and empirical test. Ann Arbor: University
Microfilms International.
Lee, Y. J., & Park, J. K. (2008). The mediating role of consumer conformity in e-
compulsive buying. Advances in Consumer Research, 5(3), 387-392.
Loudon, D. L., & Bitta, A. D. (1993). Consumer behavior 4th edition. New York:
Mc-Graw Hill.
Mangkunegara, D. P. (2009). Perilaku konsumen. Bandung: PT. Refika Aditama.
Marsh, H. W., & Richards, G. E. (1988). Tennessee self concept scale: reliability,
internal structure, and construct validity. American Psychological
Association, 55(4), 612-624.
Mastead, A. S., Hewstone, M., Fiske, S. T., Hogg, M. A., Reiss, H. T., & Semin,
G. R. (1996). The blackwell encyclopedia of social psychology. Oxford:
Blackwell Publishers Ltd.
Mowen, J. C. (2002). Consumen behavior 5th edition book 2. New York:
McGraw-Hill Companies, Inc.
124
Mowen, J. C. (2002). Consumer behavior 5th edition book 1. New York:
McGraw-Hill Companies, Inc.
Muthen, L. K., & Muthen, B. O. (2014). Mplus user’s guide 7th ed. Retrieved
from http://statmodel.com diunduh pada tanggal 12 april 2015
Myers, D. G. (2008). Social psychology. New York: McGraw-Hill Companies,
Inc.
Nessim, H., & Wozniack, R. (2001). Consumer behavior : an applied approach.
New Jersey: Prentice-Hall Inc.
Nilkant, D. (2014). Buying behavior of teenagers in bangalore: a special emphasis
on apparels. International Journal of Applied Services Marketing, 7(1), 1-
10.
Novianti, S. (2014, November 5). Konsumsi, konsumen, konsumtif dan
konsumerisme dalam perilaku konsumtif. Retrieved from A fine
WordPress.com Site: http://sitinovianti.wordpress.com diunduh pada
tanggal 18 agustus 2015
O. K. (1997). Market segmentation by using consumer lifestyle dimensions and
ethnocentrism. an empirical study. Europan Journal of Marketing, 33(1),
470-487.
O'Dea, J. A., & Abraham, S. (1999). Association between self-concept and body
weight, gender and pubertal development among male and female
adolescents. Adolesence Journal, 34(3), 69-79.
Papalia, D., Olds, S. W., & Feldmen, R. D. (2009). Human development:
perkembangan manusia. Jakarta: Salemba Humanika.
Perry, V. G., & Morris, M. D. (2005). Who is control? the role of self-perception,
knowledge and income in explaining consumer financial behavior. The
Journal of Consumer Affairs, 39(2), 299-313.
Plummer, J. T. (1974). The concept and aplication of life style segmentation.
Journal of Marketing,38(1), 33-37.
Ramadhan, A. S. (2012). Hubungan gaya hidup konsumtif dengan karga diri
mahasiswa fakultas psikologi universitas "x". Skripsi Sarjana pada
Universitas Indonesia: tidak diterbitkan.
S., H. (2009). Hubungan antara perilaku konsumtif dengan konformitas pada
remaja. Skripsi Srajana pada Universitas Sumatera Utara: tidak diterbitkan.
Santrock, J. W. (1995). Life-span development: perkembangan masa hidup.
Jakarta: Erlangga.
125
Santrock, J. W. (2004). Child development. New York: Mc-Graw Hill.
Santrock, J. W. (2009). Psikologi pendidikan: educational psychology edisi 3
buku 1. Jakarta: Salemba Humanika.
Satish, S., & Rajamohan, D. A. (2012). Consumer behavior and lifestyle
marketing. International Journal of Marketing Financial Services and
Management Research, 1(1), 157-166.
Sobur, D. A. (2003). Psikologi umum dalam lintasan sejarah. Lingkar Selatan:
CV. Pustaka Setia.
Sumartono. (2002). Terperangkap dalam iklan: meneropong imbas pesan iklan
televisi. Bandung: Alfabeta.
Syamila, A. (2014, Desember 20). Saat perilaku konsumtif menjadi budaya
remaja. Retrieved from Kompasiana.com: http://www.kompasiana.com
diunduh pada tanggal 16 agustus 2015
Taylor, S. E., Peplau, L. A., & Sears, D. O. (2009). Psikologi sosial edisi kedua
belas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Tolley, A. R. (2014). Conformity: drug and alcohol abuse. Lincoln: Lincoln
Memorial University.
Umar, J. (2012). Bahan ajar fakultas psikologi uin jakarta. Tidak dipublikasikan.
Venkatesan, M. (1966). Experimental study of consumer behavior conformity and
independece. Journal of Marketing Research. 3(1), 384-387.
W. H. Fitts, P., & W. L. Warren, P. (n.d.). Tennesse self-concept scale TSCS:2.
Wps Publisher Distributers.
Wu, W. C., & Huan, T. C. (2010). The effect of purchasing situation and
conformity behavior on young students' impulsive buying. Journal of
Business Management, 2(1), 3530-3540.
Yu, J. H., & Seock, Y. K. (2002). Adolescents' cloting purchase motivation,
information sources, and store selection criteria : a comparison of
male/female and impulsive/nonimpulsive shoppers. Family and Consumer
Science Research Journal, 5(3), 50-77.
Yu, P. W., Chan, P. Y., & Choi, K. F. (2000). Relationship between teenager's
self-monitoring and buying behavior. Research Journal of Textile and
Apparel, 7(4), 53-59.
126
LAMPIRAN 1
Surat Izin Penelitian
127
128
129
LAMPIRAN 2
Kuesioner Penelitian
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Saya Ajeng Namyra Putri, mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang sedang mengadakan penelitian sebagai
persyaratan memenuhi tugas akhir (skripsi). Dengan ini saya meminta kesediaan
adik-adik untuk turut serta membantu penelitian saya. Tidak ada jawaban benar
atau salah dalam kuisioner ini, sehingga adik-adik hanya diminta untuk mengisi
yang paling sesuai dengan diri Anda dengan mengemukakan pendapat sejujur-
jujurnya mengenai pernyataan yang terdapat pada lembar yang saya sediakan.
Informasi atau data yang adik-adik berikan akan sangat bermanfaat bagi penelitian
dan akan dijaga kerahasiaannya serta hanya digunakan untuk penelitian saja.
Saya berharap adik-adik tidak melewatkan satupun pertanyaan demi
kelengkapan informasi yang diperoleh.
Atas segala kerjasama dan bantuannya, saya ucapkan terima kasih
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Hormat Peneliti,
Ajeng Namyra Putri
A. PERNYATAAN PERSETUJUAN PARTISIPASI
Dengan ini saya secara sukarela menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam
penelitian ini :
Nama (Inisial) :
Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
Usia :
No. Hanphone :
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia untuk berpartisipasi
dalam mengisi kuisioner dengan sejujur-jujurnya.
Tanda Tangan
( )
130
PETUNJUK PENGISIAN 1
Baca dan pahami baik-baik setiap pernyataan. Adik diminta untuk memberi
tanda checklist (√) dalam kotak di depan salah satu pilihan jawaban yang tersedia
pada pernyataan yang paling sesuai dengan diri adik-adik.
Pendapatan orang tua per bulan
≤ 3.000.000
3.000.001 - 5.000.000
5.000.001 -510.000.000
≥ 50.000.001
Uang saku
Harian
Mingguan
≥ Bulanan
Jika, uang saku Anda mingguan, maka pilihlah salah satu yang sesuai dengan diri
Anda
≤ 100.000
100.001 – 300.000
300.001 – 500.000
Jika, uang saku anda bulanan, maka pilihlah salah satu yang sesuai dengan diri
Anda
≤ 500.000 1.000.001 – 2.000.000
500.001 – 1.000.000 Lain-lain ..................
Apakah hobi Anda ? (boleh pilih dari 1)
Traveling berbelanja
Mendengarkan musik membaca
Lain-lain ..........................
Apakah yang Anda minati ? (boleh pilih dari 1)
Fashion food
Social media up to date places
Lain-lain ..........................
Apakah Anda memiliki kumpulan teman dekat/sahabat (geng) ?
Ya Tidak
131
Apakah saat ini Anda merasa bahagia ?
Ya Tidak
Jika Ya (saat ini Anda merasa bahagia), urutkan lima hal yang membuat Anda
merasa bahagia dari yang paling tinggi pengauhnya hingga yang paling rendah
pengaruhnya!
1. .......................... 4. ...........................
2. ........................... 5. ..........................
3. ..........................
Apakah pendapat Anda mengenai perbandingan diri Anda dengan teman-teman
Anda ?
Sangat cantik/tampan
Cukup cantik/tampan
Kurang cantik/tampan
Tidak cantik/tampan
Apakah pendapat Anda mengenai diri Anda?
Saya up to date terhadap fashion
Saya anak yang gaul
Saya anak yang keren
Saya adalah trendsetter
Sebutkan lima hal yang paling penting dalam hidup Anda!
1. .......................... 4. ...........................
2. ........................... 5. ..........................
3. ..........................
PETUNJUK PENGISIAN 2
Baca dan pahami baik-baik setiap pernyataan. Adik diminta untuk memberi
tanda checklist (√) dalam kotak di depan salah satu pilihan jawaban yang tersedia
pada pernyataan yang paling sesuai dengan diri adik-adik.
Keterangan
SS : Sangat Sesuai TS : Tidak Sesuai
S : Sesuai STS : Sangat Tidak Sesuai
132
Contoh :
No Pernyataan SS S TS STS
1. Saya gemar menonton
televisi
√
Tidak ada jawaban benar atau salah untuk setiap pernyataan, seluruh
jawaban adalah benar, selama itu sesuai dengan diri adik.
(Skala 1)
No Pernyataan SS S TS STS
1. Jika pengalaman saya masih sedikit
mengenai suatu produk atau barang,
biasanya saya menanyakan hal tersebut
kepada teman se-geng saya.
2. Saya tidak membeli produk fashion yang
outdated, kecuali teman se-geng saya
juga membeli atau memakainya.
3. Saya menggunakan produk atau barang
agar teman-teman di geng saya dapat
menerima saya.
4. Ketika membeli barang atau produk, saya
biasanya membeli barang yang disenangi
oleh teman se-geng saya.
5. Menurut saya selera teman-teman se-
geng lebih baik dibanding selera saya
sendiri.
6. Saya rela membeli produk atau barang
yang disenangi oleh teman se-geng saya
agar dapat menjadi bagian dari teman-
teman di geng saya.
7. Untuk memastikan barang yang saya beli
memiliki kualitas yang baik, saya sering
mengobservasi barang yang dibeli dan
digunakan oleh teman se-geng saya.
8. Saya sering mengikuti selera teman se-
geng saya agar saya dapat diterima oleh
133
mereka.
9. Apabila saya membeli produk atau
barang yang sama dengan teman se-geng
saya, maka timbulah rasa kepemilikan
geng yang saya ikuti.
10. Memiliki produk atau barang yang sama
dengan teman se-geng saya, tidaklah
penting bagi saya.
11. Saya ingin mengetahui produk dan
barang apa saja yang dapat mencuri
perhatian teman se-geng.
12. Agar tidak mendapat kritikan dari teman
se geng mengenai produk atau barang
yang akan saya gunakan, saya bertanya
terlebih dahulu mengenai barang atau
produk yang mereka sukai sebelum saya
membelinya.
13. Saya akan merasa lebih nyaman jika
prduk atau barang yang saya beli sesuai
dengan produk atau barang yang biasa
dibeli oleh teman se-geng saya.
14. Penting bagi saya jika teman se-geng
saya merasa senang dengan suatu produk
atau barang yang saya gunakan.
(Skala 2)
No Pernyataan SS S TS STS
1. Saya memiliki tubuh yang sehat.
2. Saya senang tampil rapi dan menarik.
3. Saya tampil menarik.
4. Saya penuh dengan rasa sakit dan
penderitaan.
5. Saya orang yang tidak rapi.
6. Saya memiliki tubuh yang tidak
sehat.
7. Saya memiliki sikap yang baik.
8. Saya orang yang taat.
9. Saya adalah orang yang jujur.
10. Saya tidak memiliki moral yang baik.
134
11. Saya adalah orang yang nakal.
12. Saya adalah orang yang tidak punya
keinginan.
13. Saya orang yang periang.
14. Saya memiliki kontrol diri yang baik.
15. Saya adalah orang yang tenang dan
mudah berteman.
16. Saya dibenci.
17. Saya tidak penting.
18. Saya tidak lagi dapat berpikir jernih.
19. Saya memiliki keluarga yang selalu
siap membantu saya saat saya dalam
masalah.
20. Saya adalah orang yang penting bagi
keluarga dan teman.
21. Saya berasal dari keluarga yang
bahagia.
22. Saya tidak dicintai oleh keluarga
saya.
23. Saya tidak dapat dipercaya oleh
teman-teman saya.
24. Saya berpikir bahwa keluarga saya
tidak menaruh kepercayaan kepada
saya.
25. Saya orang yang bersahabat.
26. Saya orang yang populer di kalangan
perempuan.
27. Saya orang yang populer dikalangan
laki-laki.
28. Saya tidak tertarik pada apa yang
dilakukan oleh orang lain.
29. Saya menemukan kesulitan dalam
membangun kedekatan dengan orang
lain.
30. Saya tidak terlalu gemuk dan tidak
terlalu kurus.
31. Saya tidak terlalu tinggi dan tidak
terlalu pendek.
32. Saya menyukai diri saya yang
135
sekarang.
33. Saya tidak merasa sehat seperti yang
seharusnya.
34. Saya berharap dapat merubah
beberapa bagian dari tubuh saya.
35. Saya puas terhadap sikap dan
perilaku saya.
36. Saya taat seperti yang saya inginkan.
37. Saya puas akan hubungan saya
dengan Tuhan saya.
38. Saya merasa bahwa diri saya tidak
dapat dipercaya.
39. Saya jarang pergi ke masjid atau
tempat beribadah.
40. Saya sering berbohong.
41. Saya puas dengan diri saya yang
sekarang.
42. Saya pandai seperti yang saya
harapkan.
43. Saya orang yang baik.
44. Saya bukan seperti orang yang saya
harapkan.
45. Saya membenci diri saya sendiri.
46. Saya orang yang mudah menyerah.
47. Saya puas terhadap hubungan saya
dengan keluarga.
48. Saya memperlakukan orang tua saya
seperti yang seharusnya.
49. Saya sangat memahami keluarga
saya.
50. Saya dapat bersosialisasi dengan cara
yang saya inginkan.
51. Saya puas dengan cara saya
memperlakukan orang lain.
52. Saya berusaha menarik hati orang
lain, tetapi tidak berlebihan.
53. Saya tidak cukup baik dalam
bersosialisasi.
54. Saya tidak puas dengan cara saya
136
bergaul dengan orang lain.
55. Saya menjaga kesehatan fisik diri
saya.
56. Hampir disetiap saat saya merasa
bahagia.
57. Saya sangat berhati-hati dalam
berpenampilan.
58. Saya sulit tidur.
59. Agama adalah pedoman saya dalam
hidup.
60. Saya lebih senang melakukan hal
yang benar.
61. Saya akan memperbaiki pekerjaan
ketika menyadari bahwa saya sudah
membuat kesalahan.
62. Terkadang saya menggunakan cara
yang tidak “fair” untuk maju ke
depan.
63. Terkadang saya melakukan hal yang
buruk.
64. Saya memiliki masalah dalam
melakukan hal yang benar.
65. Dalam berbagai situasi, saya dapat
menjaga diri saya sendiri,
66. Saya dapat memcahkan masalah
dengan mudah.
67. Saya berkenan untuk menerima
kesalahan diri saya tanpa merasa
marah.
68. Ketika saya menghadapi masalah,
saya berusaha untuk menghindar.
69. Saya berusaha untuk “fair” terhadap
keluarga dan teman-teman saya.
70. Saya memastikan bahwa saya
bertanggung jawab terhadap tugas
saya di rumah.
71. Saya memberikan perhatian penuh
terhadap keluarga.
72. Saya sering bertengkar dengan
137
keluarga saya.
73. Saya tidak bertindak bijak seperti
yang dirasakan keluarga saya.
74. Saya memiliki pandangan yang baik
terhadap setiap orang yang saya
temui.
75. Saya dapat berteman dengan
siapapun.
76. Saya tidak menemukan kesulitan
untuk berbicara dengan orang lain.
77. Sulit bagi saya untuk memaafkan
orang lain.
78. Saya merasa sulit berbicara dengan
seseorang yang saya baru kenal.
79. Saya tidak selalu berbicara jujur.
80. Terkadang saya memiliki 1 pikiran
yang buruk untuk ditetapkan.
81. Terkadang saya menjadi marah.
82. Terkadang saya menjadi marah ketika
merasa tidak sehat.
83. Saya tidak menyukai semua orang
yang saya kenal,
84. Terkadang saya mencaci orang lain.
85. Terkadang saya terhibur oleh lelucon
jorok.
86. Terkadang saya merasa seperti
dikutuk.
87. Terkadang saya meunda pekerjaan
yang seharusnya saya lakukan.
88. Saya selalu berbicara jujur.
(Skala 3)
No Pernyataan SS S TS STS
1. Saya memiliki satu atau lebih pakaian
model terbaru.
2. Ketika harus memilih di antara dua
pakaian, faktor modis lebih penting dari
138
pada kenyamanan.
3. Saya selalu mencoba model gaya rambut
terbaru.
4. Saya menyukai pesta karena di sana
terdapat banyak musik dan dapat bertemu
serta berbicara dengan banyak orang.
5. Saya lebih memilih menghabiskan
malam yang sunyi dirumah daripada ke
pesta.
6. Saya adalah anak rumahan.
7. Saya selalu mencoba tempat belanja yang
baru sebelum teman-teman dan tetangga
saya melakukannya.
8. Saya menghabiskan banyak waktu untuk
berbicara dengan teman-teman saya
mengenai produk dan merek tertentu.
9. Saya pikir saya memiliki kepercayaan
diri yang lebih untuk menjadi trendsetter
dibandingkan orang-orang.
10. Saya pikir saya memiliki banyak
kemampuan dalam mempengaruhi
seseorang untuk menggunakan produk
yang saya gunakan.
11. Saya senang dianggap sebagai
trendsetter.
12. Teman-teman dan tetangga saya sering
datang kepada saya untuk meminta
nasehat tentang suatu produk.
13. Saya mempengaruhi teman yang hendak
membeli sesuatu.
14. Orang-orang datang ke saya lebih sering
dibandingkan saya mendatangi mereka
dalam hal informasi mengenai suatu
merek.
15. Saya berusaha menata rumah agar
nyaman.
16. Saya menghabiskan banyak waktu dan
upaya untuk mendekorasi rumah.
17. Saya biasaya menonton iklan tentang
diskon untuk keperluan rumah.
139
18. Saya mungkin akan memiliki uang yang
lebih untuk dibelanjakan tahun depan
dibanding yang saya punya sekarang.
19. Lima tahun dari sekarang pendapatan
keluarga saya mungkin akan lebih tinggi
daripada sekarang.
20. Saya sering menjahit pakaian saya
sendiri.
21. Saya menjalani diet dengan mengurangi
makan.
22. Saya berpartisipasi dalam aktivitas olah
raga secara berkelanjutan.
23. Saya selalu menjaga rumah saya agar
tetap rapi dan bersih.
24. Saya adalah anggota aktif lebih dari satu
organisasi sosial.
25. Saya senang bekerja dalam kegiatan
komunitas.
26. Saya selalu memeriksa harga di toko
eceran walaupun untuk barang-barang
kecil.
27. Saya sangat bergantung pada makanan
siap saji setidaknya satu kali dalam
sehari.
28. Saya tidak dapat hidup tanpa makanan
siap saji.
29. Makanan siap saji terasa lebih nikmat
daripada makanan yang dibuat sendiri.
30. Memiliki kartu kredit adalah hal yang
sangat menyenangkan.
140
LAMPIRAN 3
SYNTAX DAN PATH DIAGRAM UJI VALIDITAS
Uji Validitas Konformitas Acceptance
TITLE: UJI VALIDITAS ACCEPTANCE;
DATA: FILE IS ACCSMAALL.TXT;
VARIABLE: NAMES ARE X1 X4 X5 X6 X7 X9 X10;
USEVAR ARE X1 X4 X5 X6 X7 X9 X10;
CATEGORICAL ARE X1 X4 X5 X6 X7 X9 X10;
MODEL : ACC BY X1 X4 X5 X6 X7 X9 X10;
X10 WITH X9;X7 WITH X5;X7 WITH X6; X7 WITH X1;
OUTPUT: STDYX; MOD (ALL 1);
141
Uji Validitas Konformitas Compliance
TITLE: UJI VALIDITAS COMPLIANCE;
DATA: FILE IS COMPSMAALL.TXT;
VARIABLE: NAMES ARE X2 X3 X8 X11 X12 X13 X14;
USEVAR ARE X2 X3 X8 X11 X12 X13 X14;
CATEGORICAL ARE X2 X3 X8 X11 X12 X13 X14;
MODEL : COMP BY X2 X3 X8 X11 X12 X13 X14;
X8 WITH X3;X11 WITH X8;X12 WITH X2;
X11 WITH X3;
OUTPUT: STDYX; MOD (ALL 1);
142
Uji Validitas Konsep Diri Physical Self
TITLE: UJI VALIDITAS KONSEP DIRI PHYSICAL;
DATA: FILE IS KDPHYSMAALL.TXT;
VARIABLE: NAMES ARE X1 X2 X3 X4 X5 X6
Y31 Y32 Y33 Y34 Y35
Z59 Z60 Z61 Z62 Z63 Z64;
USEVAR ARE X1 X2 X3 X4 X5 X6
Y31 Y32 Y33 Y34 Y35
Z59 Z60 Z61 Z62 Z63 Z64;
CATEGORICAL ARE X1 X2 X3 X4 X5 X6
Y31 Y32 Y33 Y34 Y35
Z59 Z60 Z61 Z62 Z63 Z64;
MODEL: PHY BY X1 X2 X3 X4 X5 X6
Y31 Y32 Y33 Y34 Y35
Z59 Z60 Z61 Z62 Z63 Z64;
Y32 WITH Y31;X3 WITH X2;X5 WITH X2;
X6 WITH X1;Y34 WITH X6;Z62 WITH Z61;
X6 WITH X5;X5 WITH X4;Z61 WITH X2;
X5 WITH X3;Z64 WITH Z62;Y34 WITH X5;
X4 WITH X1;Z60 WITH Y32;Z64 WITH Z61;
Y34 WITH X1;Z59 WITH Y32;Z60 WITH Y33;
Z61 WITH Z60;Z61 WITH X3;Z62 WITH Z59;
Z62 WITH X4;Z62 WITH Y35;X2 WITH X1;
Z62 WITH X2;Z61 WITH X5;
OUTPUT: STDYX; MOD (ALL 1);
143
144
Uji Validitas Konsep Diri Moral-ethical Self
TITLE: UJI VALIDITAS KONSEP DIRI MORAL ETHIC;
DATA: FILE IS KDMESMAALL.TXT;
VARIABLE: NAMES ARE X7 X8 X9 X10 X11 X12
Y37 Y38 Y39 Y40 Y41 Y42
Z65 Z66 Z67 Z68 Z69 Z70;
USEVAR ARE X7 X8 X9 X10 X11 X12
Y37 Y38 Y39 Y40 Y41 Y42
Z65 Z66 Z67 Z68 Z69 Z70;
CATEGORICAL ARE X7 X8 X9 X10 X11 X12
Y37 Y38 Y39 Y40 Y41 Y42
Z65 Z66 Z67 Z68 Z69 Z70;
MODEL: ME BY X7 X8 X9 X10 X11 X12
Y37 Y38 Y39 Y40 Y41 Y42
Z65 Z66 Z67 Z68 Z69 Z70;
Y38 WITH Y37;Y39 WITH Y38;Z70 WITH Z68;
Z67 WITH Z66;Z66 WITH Z65;Y39 WITH Y37;
X11 WITH X10;Z70 WITH Y41;Z65 WITH Y41;
X8 WITH X7;Y38 WITH X8;X9 WITH X8;
X9 WITH X7;Y42 WITH X9;Z68 WITH Y42;
Z65 WITH Y39;Z65 WITH Y38;Z69 WITH Z67;
X12 WITH X10;Z69 WITH Y39;Z66 WITH X7;
Z66 WITH X9;Z70 WITH Y40;Z66 WITH Y39;
Y41 WITH X8;Y41 WITH Y39;Y39 WITH X8;
Z67 WITH X11;Y37 WITH X8;Y38 WITH X9;
Z65 WITH X8;
OUTPUT: STDYX; MOD (ALL 1);
145
146
Uji Validitas Konsep Diri Personal Self
TITLE: UJI VALIDITAS KONSEP DIRI PERSONAL;
DATA: FILE IS KDPERSSMAALL.TXT;
VARIABLE: NAMES ARE X13 X14 X15 X16 X17 X18
Y43 Y44 Y45 Y46 Y47 Y48
Z71 Z72 Z73 Z74 Z75;
USEVAR ARE X13 X14 X15 X16 X17 X18
Y43 Y44 Y45 Y46 Y47 Y48
Z71 Z72 Z73 Z74 Z75;
CATEGORICAL ARE X13 X14 X15 X16 X17 X18
Y43 Y44 Y45 Y46 Y47 Y48
Z71 Z72 Z73 Z74 Z75;
MODEL : PERS BY X13 X14 X15 X16 X17 X18
Y43 Y44 Y45 Y46 Y47 Y48
Z71 Z72 Z73 Z74 Z75;
Y44 WITH Y43;X17 WITH X16;Z74 WITH X13;
Z72 WITH Z71;Y46 WITH Y43;Z75 WITH Z74;
X15 WITH X13;Z75 WITH X16;Z73 WITH X17;
X15 WITH X14;Z72 WITH Y47;Y46 WITH Y44;
Z72 WITH Y44;Y48 WITH Y45;Y48 WITH X13;
Z73 WITH Y47;Z71 WITH Y43;X18 WITH X17;
Y47 WITH X15;Z73 WITH X14;Z75 WITH Z73;
Z74 WITH X15;X18 WITH X16;Y47 WITH X16;
Y46 WITH X13;Y47 WITH X17;Z74 WITH Y43;
Z74 WITH Z73;Z73 WITH X13;Z73 WITH Y45;
Y47 WITH X18;Z73 WITH Z71;Z73 WITH Z72;
Z73 WITH X16;
OUTPUT: STDYX; MOD (ALL 1);
147
148
Uji Validitas Konsep Diri Family Self
TITLE: UJI VALIDITAS KONSEP DIRI FAMILY;
DATA: FILE IS KDFAMSMAALL.TXT;
VARIABLE: NAMES ARE X19 X20 X21 X22 X23 X24
Y49 Y50 Y51
Z76 Z77 Z78 Z79 Z80;
USEVAR ARE X19 X20 X21 X22 X23 X24
Y49 Y50 Y51
Z76 Z77 Z78 Z79 Z80;
CATEGORICAL ARE X19 X20 X21 X22 X23 X24
Y49 Y50 Y51
Z76 Z77 Z78 Z79 Z80;
MODEL : FAM BY X19 X20 X21 X22 X23 X24
Y49 Y50 Y51
Z76 Z77 Z78 Z79 Z80;
Z78 WITH Z77;Z78 WITH Z76;Z77 WITH Z76;X24 WITH X23;
Y51 WITH Y50;Y50 WITH Y49;X20 WITH X19;Z77 WITH X22;
Z78 WITH X22;Y51 WITH Y49;Z78 WITH X21;Y51 WITH X21;
Z77 WITH X21;Z80 WITH Z79;Z80 WITH X23;Z80 WITH Z77;
Z76 WITH X22;X23 WITH X21;Z79 WITH Z76;Z79 WITH Z78;
Z76 WITH X24;Z76 WITH Y51;Z76 WITH X21;X24 WITH X21;
OUTPUT: STDYX; MOD (ALL 1);
149
150
Uji Validitas Konsep Diri Social Self
TITLE: UJI VALIDITAS KONSEP DIRI SOCIAL;
DATA: FILE IS KDSOCSMAALL.TXT;
VARIABLE: NAMES ARE X25 X26 X27 X29 X30
Y53 Y54 Y55 Y56 Y57 Y58
Z82 Z83 Z84 Z85 Z86;
USEVAR ARE X25 X26 X27 X29 X30
Y53 Y54 Y55 Y56 Y57 Y58
Z82 Z83 Z84 Z85 Z86;
CATEGORICAL ARE X25 X26 X27 X29 X30
Y53 Y54 Y55 Y56 Y57 Y58
Z82 Z83 Z84 Z85 Z86;
MODEL : SOC BY X25 X26 X27 X29 X30
Y53 Y54 Y55 Y56 Y57 Y58
Z82 Z83 Z84 Z85 Z86;
Y55 WITH Y54;X27 WITH X26;Y56 WITH Y55;
Y58 WITH Y57;Y56 WITH X29;Y56 WITH X27;
Z83 WITH Z86;X29 WITH X27;X29 WITH X26;
Y56 WITH Y54;Y56 WITH X26;Y54 WITH X29;
Z86 WITH X25;Y55 WITH X27;Z86 WITH Y53;
Z86 WITH X29;Y58 WITH X30;Y55 WITH X26;
Z86 WITH Y58;Z86 WITH X30;Z84 WITH Y53;
Y53 WITH X30;Z85 WITH Z83;Z84 WITH Y55;
Z85 WITH X29;Y54 WITH X27;Z86 WITH Y57;
Y54 WITH X26;Y58 WITH Y54;Z86 WITH Y58;
Z86 WITH Y56;Z83 WITH Y53;Z83 WITH Z82;
Z82 WITH Y58;
OUTPUT: STDYX; MOD (ALL 1);
151
152
Uji Validitas Konsep Diri Identity Self
TITLE: UJI VALIDITAS KONSEP DIRI IDENTITY;
DATA: FILE IS KDIDSMAALL.TXT;
VARIABLE: NAMES ARE X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10
Y11 Y12 Y13 Y14 Y15 Y16 Y17 Y18 Y19 Y20
Z21 Z22 Z23 Z24 Z25 Z26 Z27 Z28 Z29 Z30;
USEVAR ARE X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10
Y11 Y12 Y13 Y14 Y15 Y16 Y17 Y18 Y19 Y20
Z21 Z22 Z23 Z24 Z25 Z26 Z27 Z28 Z29 Z30;
CATEGORICAL ARE X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10
Y11 Y12 Y13 Y14 Y15 Y16 Y17 Y18 Y19 Y20
Z21 Z22 Z23 Z24 Z25 Z26 Z27 Z28 Z29 Z30;
MODEL : ID BY X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10
Y11 Y12 Y13 Y14 Y15 Y16 Y17 Y18 Y19 Y20
Z21 Z22 Z23 Z24 Z25 Z26 Z27 Z28 Z29 Z30;
Z27 WITH Z26;X9 WITH X8;X6 WITH X1;
Y17 WITH Y16;X9 WITH X7;X8 WITH X7;
X3 WITH X2;Z21 WITH Y19;Z22 WITH Z21;
Z30 WITH Z27;Z22 WITH Y19;Y20 WITH Y19;
X3 WITH X1;Z30 WITH Y15;Y15 WITH Y13;
Z25 WITH Y15;Y18 WITH Y17;Y15 WITH X3;
X6 WITH X5;Z28 WITH X4;X10 WITH X7;
Z28 WITH Z26;Y18 WITH Y16;Y17 WITH X7;
Y11 WITH X10;Y16 WITH X10;Y13 WITH Y12;
Z29 WITH Z28;Z28 WITH Y16;Z25 WITH Y13;
Z27 WITH Y15;X4 WITH X2;Z27 WITH Z25;
Y11 WITH X7;Y17 WITH X8;Y20 WITH X6;
X5 WITH X2;X5 WITH X4;Z30 WITH Z25;
Z30 WITH Z29;Z23 WITH Y16;Z27 WITH X2;
Y16 WITH X4;Z30 WITH Y16;X9 WITH X1;
153
Z25 WITH X2;Z30 WITH Z26;Z26 WITH X10;
Z29 WITH Y16;Y15 WITH Y11;Z23 WITH Y19;
Z27 WITH X3;Y12 WITH X8;Z24 WITH Z23;
Z21 WITH Y20;Z25 WITH Y20;Y16 WITH X8;
Y17 WITH Y13;Y15 WITH X2;Y11 WITH X5;
Y15 WITH Y14;Z30 WITH Z23;Z30 WITH Z28;
Z30 WITH Y17;Z23 WITH X8;X7 WITH X4;
Z25 WITH X4;Y14 WITH Y12;X9 WITH X4;
Y18 WITH X1;Z22 WITH X3;Y17 WITH X10;
Z30 WITH Z24;Z22 WITH X2;Y14 WITH X3;
Y17 WITH Y11;Z27 WITH Y20;Z21 WITH Y18;
Y18 WITH X8;Z24 WITH Y19;Y13 WITH X5;
Y20 WITH X10;Z29 WITH Y19;Z28 WITH Z24;
Z24 WITH Z21;Z30 WITH Z22;Y19 WITH Y17;
Z27 WITH Y11;X10 WITH X6;Z22 WITH Y15;
Z25 WITH Z22;Y18 WITH X3;Z25 WITH Y18;
Y18 WITH X9;X6 WITH X4;Y14 WITH X7;
Y19 WITH X4;Z24 WITH X4;Y18 WITH X2;
Z24 WITH Y20;Y19 WITH X8;Y19 WITH X8;
Y12 WITH X3;Z27 WITH X7;Z27 WITH X10;
Y18 WITH X7;Z28 WITH X5;Z24 WITH Z22;
Y18 WITH Y11;Y17 WITH X9;Y17 WITH X1;
Y13 WITH X4;X10 WITH X2;Z29 WITH Y14;
Y13 WITH X6;Z21 WITH X6;Y16 WITH X2;
Z26 WITH Y11;Y16 WITH X9;Z24 WITH X5;
Z21 WITH X1;Z21 WITH X1;Z26 WITH X1;
Z21 WITH Y11;Z24 WITH Y15;Z30 WITH X1;
Z30 WITH Y20;
OUTPUT: STDYX; MOD (ALL 1);
154
155
Uji Validitas Konsep Diri Statisfaction Self
TITLE: UJI VALIDITAS KONSEP DIRI STATISFACTION;
DATA: FILE IS KDSTASMAALL.TXT;
VARIABLE: NAMES ARE X31 X32 X33 X34 X35 X36 X37 X38 X39 X40
Y41 Y42 Y43 Y44 Y45 Y46 Y47 Y48 Y49 Y50
Z51 Z52 Z53 Z54 Z55 Z57 Z58;
USEVAR ARE X31 X32 X33 X34 X35 X36 X37 X38 X39 X40
Y41 Y42 Y43 Y44 Y45 Y46 Y47 Y48 Y49 Y50
Z51 Z52 Z53 Z54 Z55 Z57 Z58;
CATEGORICAL ARE X31 X32 X33 X34 X35 X36 X37 X38 X39 X40
Y41 Y42 Y43 Y44 Y45 Y46 Y47 Y48 Y49 Y50
Z51 Z52 Z53 Z54 Z55 Z57 Z58;
MODEL : STA BY X31 X32 X33 X34 X35 X36 X37 X38 X39 X40
Y41 Y42 Y43 Y44 Y45 Y46 Y47 Y48 Y49 Y50
Z51 Z52 Z53 Z54 Z55 Z57 Z58;
Z58 WITH Z57;X32 WITH X31;Z51 WITH Y50;
Y50 WITH Y49;Z51 WITH Y49;X38 WITH X37;
X39 WITH X38;Y44 WITH Y43;X36 WITH X35;
Z57 WITH X40;Z55 WITH Y45;Z52 WITH Y45;
Y48 WITH Y47;Z55 WITH Z54;Z54 WITH X37;
Y44 WITH X38;Y42 WITH Y41;Z52 WITH Y48;
Y50 WITH Y45;Z57 WITH Z53;Y45 WITH Y42;
Z54 WITH Y44;Y46 WITH X40;Z54 WITH Y41;
Y48 WITH Y44;Y46 WITH Y44;Y47 WITH Y46;
Y43 WITH Y42;Y45 WITH X39;Z52 WITH Y50;
Y43 WITH X40;Z52 WITH Z51;Y48 WITH Y46;
Z58 WITH Y46;Y44 WITH X37;Z53 WITH Y42;
Z55 WITH X35;Y45 WITH X32;Y45 WITH Y43;
Z58 WITH Y48;X40 WITH X39;X40 WITH X38;
156
Z51 WITH Y47;Z52 WITH X35;X37 WITH X36;
X40 WITH X32;Y47 WITH X38;Y47 WITH Y43;
Y47 WITH X39;Z58 WITH Z53;Y46 WITH X34;
Y42 WITH X36;Z55 WITH Z53;Y47 WITH X37;
Z53 WITH Z51;Z53 WITH X40;Z58 WITH X40;
Z54 WITH Z51;Z54 WITH Y47;Z54 WITH X36;
Z53 WITH Y50;Z54 WITH X33;Y42 WITH X40;
Z51 WITH X32;X37 WITH X35;Y47 WITH X32;
Z53 WITH X35;X38 WITH X35;X38 WITH X34;
X37 WITH X34;Z54 WITH X34;Y41 WITH X37;
Y44 WITH X39;X36 WITH X33;Y45 WITH X40;
Z52 WITH Y42;
OUTPUT: STDYX; MOD (ALL 1);
157
158
Uji Validitas Konsep Diri Behavior Self
TITLE: UJI VALIDITAS KONSEP DIRI BEHAVIOR;
DATA: FILE IS KDBEHSMAALL.TXT;
VARIABLE: NAMES ARE X59 X60 X61 X64 X65 X66 X67 X68
Y69 Y70 Y71 Y72 Y73 Y75 Y76 Y77
Z78 Z79 Z80 Z81 Z82 Z83 Z84 Z85 Z86;
USEVAR ARE X59 X60 X61 X64 X65 X66 X67 X68
Y69 Y70 Y71 Y72 Y73 Y75 Y76 Y77
Z78 Z79 Z80 Z81 Z82 Z83 Z84 Z85 Z86;
CATEGORICAL ARE X59 X60 X61 X64 X65 X66 X67 X68
Y69 Y70 Y71 Y72 Y73 Y75 Y76 Y77
Z78 Z79 Z80 Z81 Z82 Z83 Z84 Z85 Z86;
MODEL : BEH BY X59 X60 X61 X64 X65 X66 X67 X68
Y69 Y70 Y71 Y72 Y73 Y75 Y76 Y77
Z78 Z79 Z80 Z81 Z82 Z83 Z84 Z85 Z86;
Z84 WITH Z83;Z86 WITH Z84;Y70 WITH X68;
Z78 WITH Y77;Z83 WITH Z82;Z82 WITH Z81;
Z80 WITH Y75;Z81 WITH X66;Z78 WITH Y76;
Z80 WITH Y70;Z80 WITH Z79;Z79 WITH Y69;
X60 WITH X59;Y72 WITH X65;Z81 WITH Y69;
Y71 WITH X68;Z80 WITH Y69;Y75 WITH X59;
Z81 WITH Y76;Y70 WITH Y69;Y75 WITH Y70;
Z85 WITH X61;Y77 WITH Y76;X67 WITH X60;
Z86 WITH Z83;Z86 WITH Y75;Y72 WITH X61;
Z79 WITH Y77;Z79 WITH Z81;Z79 WITH Y70;
Z79 WITH X68;Z85 WITH Y71;Z86 WITH Y70;
Y71 WITH X66;Z86 WITH X68;Z84 WITH Z82;
Z85 WITH X68;Z84 WITH Y75;Y71 WITH Y69;
Y76 WITH Y69;Y71 WITH X65;Z80 WITH Z78;
159
Z80 WITH Y77;Z86 WITH X61;Y72 WITH X67;
Z79 WITH X60;Z85 WITH Y72;Z85 WITH Z83;
Z85 WITH Z79;Z86 WITH Z85;X66 WITH X59;
Y72 WITH X64;Z85 WITH Y75;Y77 WITH X67;
Z84 WITH X66;Z86 WITH Z80;Y72 WITH Y70;
Z84 WITH Y69;Y71 WITH X68;Z79 WITH Y75;
Z81 WITH Y75;Z81 WITH X67;Z80 WITH Y71;
Z83 WITH Z81;Z81 WITH Y71;Z81 WITH X61;
Z81 WITH Y72;Z79 WITH Y71;Y71 WITH X60;
Z86 WITH X60;Z86 WITH Y69;Z84 WITH X59
X64 WITH X61;Y72 WITH X65;Y76 WITH Y72;
Z78 WITH Y71;Y70 WITH X59;Z82 WITH X66;
X65 WITH X61;X66 WITH X65;Y69 WITH X68;
Z79 WITH Z78;Z81 WITH Y73;Z85 WITH Y73;
Y73 WITH X61;Z80 WITH X68;Z84 WITH Y70;
Y73 WITH X64;
OUTPUT: STDYX; MOD (ALL 1);
160
161
Uji Validitas Konsep Diri Self Criticism
TITLE: UJI VALIDITAS KONSEP DIRI SELF CRITICISM
DATA: FILE IS KDSCSMAALL.TXT;
VARIABLE: NAMES ARE X87 X88 X89 X90 X91 X92 X93 X94 X95 X96;
USEVAR ARE X87 X88 X89 X90 X91 X92 X93 X94 X95 X96;
CATEGORICAL ARE X87 X88 X89 X90 X91 X92 X93 X94 X95 X96;
MODEL : SC BY X87 X88 X89 X90 X91 X92 X93 X94 X95 X96;
X96 WITH X87;X93 WITH X92;X94 WITH X91;
X95 WITH X88;
OUTPUT: STDYX; MOD (ALL 1);
162
Uji Validitas Gaya Hidup Konsumtif
UJI VALIDITAS GAYA HIDUP KONSUMTIF
DA NI=27 NO=399
LA
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10
Y11 Y12 Y13 Y14 Y15 Y16 Y17 Y18 Y19 Y20
Z21 Z22 Z23 Z24 Z25 Z26 Z27
PM SY FI=GHKALLOKE.COR
SE
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27/
MO NX=27 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
GHK
FR LX 1 - LX 27
FR TD 9 4 TD 5 4 TD 26 15 TD 15 14 TD 26 14
FR TD 22 21 TD 24 23 TD 19 18 TD 18 13 TD 19 13 TD 25 8 TD 20 18
FR TD 12 11 TD 11 10 TD 9 3 TD 9 5 TD 5 3 TD 4 3 TD 19 17 TD 10 1
FR TD 8 2 TD 25 19 TD 26 21 TD 25 16 TD 22 8 TD 26 8 TD 19 2 TD 27 8 TD 16 5
TD 6 4
FR TD 12 2 TD 27 9 TD 17 7 TD 20 1 TD 24 14 TD 10 6 TD 27 16 TD 23 8 TD 6 3 TD
9 6 TD 21 3 TD 22 16
FR TD 21 19 TD 8 1 TD 25 11 TD 18 7 TD 23 12 TD 20 19 TD 20 13 TD 23 9 TD 14
11 TD 16 3 TD 3 1 TD 25 3 TD 21 6
FR TD 21 16 TD 16 13 TD 2 1 TD 14 9 TD 27 24 TD 18 10 TD 24 17 TD 11 4 TD 10 5
TD 20 8 TD 23 18 TD 23 17 TD 23 4
FR TD 25 23 TD 12 9 TD 24 12 TD 24 11 TD 24 18 TD 24 4 TD 27 15 TD 26 24 TD 23
21 TD 22 21 TD 23 22
FR TD 23 1 TD 24 6 TD 13 6 TD 20 2 TD 4 2 TD 22 5 TD 11 2 TD 18 12 TD 16 1
FR TD 16 2 TD 25 17 TD 17 5 TD 17 8 TD 17 4 TD 19 8 TD 17 3 TD 20 6 TD 13 10
TD 8 6 TD 11 1
FR TD 18 5 TD 26 11 TD 15 11 TD 11 7 TD 10 7 TD 19 16 TD 19 7 TD 19 9 TD 20 9
TD 20 3
163
FR TD 24 20 TD 19 1 TD 19 10 TD 25 15 TD 26 25
PD
OU TV SS MI ADD=OFF