49
i PENGARUH KREDIT BERMASALAH TERHADAP PERPUTARAN KAS DAN LIKUIDITAS PADA BPR KONVENSIONAL DI WILAYAH REGIONAL JAWA TENGAH Oleh : ANDREAS ANDRAGUNA SINAGA NIM : 232009060 KERTAS KERJA Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS PROGRAM STUDI : AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2014

PENGARUH KREDIT BERMASALAH TERHADAP ......pengalokasian dana bank. Pengunaan dana untuk penyaluran kredit ini mencapai 70%-80% dari volume usaha bank. Oleh karena itu, sumber utama

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • i

    PENGARUH KREDIT BERMASALAH TERHADAP

    PERPUTARAN KAS DAN LIKUIDITAS PADA BPR

    KONVENSIONAL DI WILAYAH REGIONAL

    JAWA TENGAH

    Oleh :

    ANDREAS ANDRAGUNA SINAGA

    NIM : 232009060

    KERTAS KERJA

    Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis

    Guna Memenuhi Sebagian dari

    Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai

    Gelar Sarjana Ekonomi

    FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS

    PROGRAM STUDI : AKUNTANSI

    FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

    UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

    SALATIGA

    2014

  • ii

  • iii

  • iv

    HALAMAN MOTTO

    “Mintalah, maka akan diberikan

    kepadamu; carilah, maka kamu akan

    mendapat; ketoklah, maka pintu akan

    dibukakan bagimu”

    -Matius 7:7-

    “Every day is happy day and no day

    without smile” -Andreas Sinaga-

    “Untuk satu tujuan yang sama tidak

    perlu memilih jalan yang lebih rumit” -Giras Camar-

    “Opo ora eman duite gawe tuku Water of

    Evil”

    -Soimah-

  • v

    HALAMAN PERSEMBAHAN

    Puji syukur saya persembahkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena atas

    berkat, penyertaan dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

    penulisan kertas kerja ini.

    Kertas kerja ini dapat terselesaikan atas bantuan dari pihak-pihak yang

    telah memberikan dukungan dan dorongan bagi penulis. Untuk itu pada

    kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

    1. Kedua Orang Tua Bapak Tumbur Sinaga dan Ibu Tio Napitupulu, tidak lupa

    untuk adik-adik tercinta Daniel Parsaoran Sinaga dan Dian Putra Gustinus

    Sinaga. Serta orang-orang terkasih Kakak Pipit, Uda Regar, Michael, Ustin,

    Nathan, Kak Okto, Kak Anjaya, Kak Bella, Cik Nana, Jurefa Dongoran, John

    dongoran, Marno Sigalingging dan Aninditya Pakpahan

    2. Ibu Linda Ariany Mahastanti, SE, M.Sc selaku dosen pembimbing yang

    dengan sabar selalu memberi nasehat, arahan dan petunjuk kepada penulis.

    3. Seluruh pengajar dan staff pegawai FEB UKSW yang telah memberikan ilmu

    dan pengetahuan kepada penulis selama menempuh studi.

    4. Brian Alfa Rosa sebagai sahabat sejak SD, SMP, SMA, sampai bangku

    perkuliahan dan lulus bersama-sama.

    5. Sahabat penulis selama berkuliah, baik yang sudah lulus maupun yang masih

    berjuang, Adiel, Giras, Erwan, Fuad, Nafi, Nelphy, Adit, Bofi, Adityo, Rendi,

    Rian, Yulius, Arya, Tiar, Endhyka, Sani, Adi, Dian Paula, Paula, Astrid,

    Monika, Mima, Rizky, Okta, Dewi, Ayu, Arron, Ian, Dimas R, Dimas C,

    Wahyu, Rara, Xandra, Berny, Helmy, Murio, Ryonaldo, Hermanto, Steve,

    serta teman-teman ORB Gereh Layur dan teman-teman seangkatan FEB 2009

    yang tidak dapat saya sebut satu persatu. Terima kasih atas persahabatan,

    masukan dan kebersamaan selama ini.

    6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas

    semua bantuannya.

    Salatiga, 01 Agustus 2013

    Penulis

  • vi

    ABSTRACT

    The objectives of this research is to know the influence of non performing loan

    to cash turnover and liquidity of BPR in Central Java. In this research, there was

    three variable, first, Non Performing Loan (NPL) as independent variable that

    counted by the comparison of estimated unclaimed loan and the total of the loan.

    Second, there was Cash Turnover as dependent variable that counted by the

    comparison of total income from loan earning and average cash. Third, there was

    Liquidity as dependent variable that counted by cash ratio. The samples consist of

    244 financial report from conventional BPR that listed in Bank Indonesia’s

    publication report 2012 in Central Java. The method used in this research was

    reggresion analyze linear. The result of this research showed that : NPL has

    significant influence to Cash Turnover and NPL have no significant influence to

    Liquidity in 2012. It showed that NPL ratio need to be considered.

    Keywords: Non Performing Loan, Cash Turnover, Liquidity

  • vii

    SARIPATI

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Kredit bermasalah atau

    Non Performing Loan (NPL) terhadap tingkat perputaran kas dan tingkat

    likuiditas pada BPR yang berada di wilayah Regional Jawa Tengah. Dalam

    penelitian ini ada tiga variabel yang digunakan, yaitu Non Performing Loan

    (NPL) sebagai variabel independen yang dihitung dengan perbandingan kredit

    macet dan kredit yang diragukan dengan total kredit yang dikeluarkan. Lalu ada

    perputaran kas sebagai variabel dependen yang yang didapat dengan

    perbandingan pendapatan yang diterima melalui pemberian kredit dengan kas

    rata-rata. Dan likuiditas sebagai variabel dependen yang dihitung dengan cash

    ratio. Sampel yang digunakan terdiri dari 244 laporan keuangan dari BPR

    konvensional yang terdaftar pada laporan publikasi Bank Indonesia pada tahun

    2012 di wilayah Regional Jawa Tengah. Pengaruh Non Performing Loan (NPL)

    tehadap Perputaran kas dan Likuiditas diuji dengan analisis regresi linear. Hasil

    penelitian ini menunjukan bahwa NPL berpengaruh signifikan terhadap

    perputaran kas, dan NPL tidak berpengaruh signifikan terhadap likuiditas pada

    tahun 2012. Hal ini menunjukan bahwa rasio NPL suatu BPR perlu untuk

    diperhatikan.

    Kata Kunci: Kredit Bermasalah, Perputaran Kas, Likuiditas.

  • viii

    DAFTAR ISI

    Halaman Judul ……………………………………………………………….. i

    Surat Pernyataan Keaslian Karya Tulis Skripsi ……………………………… ii

    Halaman Persetujuan / Pengesahan ………………………………………….. iii

    Halaman Motto ………………………………………………………………. iv

    Halaman Persembahan ………………………………………………………. v

    Abstract ……………………………………………………………………… vi

    Saripati ………………………………………………………………………. vii

    Daftar Isi …………………………………………………………………….. viii

    Daftar Tabel …………………………………………………………………. x

    Daftar Lampiran …………………………………………………………….. xi

    Daftar Gambar ………………………………………………………………. xii

    1. PENDAHULUAN ………………………………………………………… 1

    Latar Belakang Masalah …………………………………………………... 1

    Rumusan Masalah …………………………………………………………. 4

    2. KERANGKA TEORITIS ………………………………………………….. 4

    Konsep dan Definiendum Konsep …………………………………………. 5

    Nalar Konsep ………………………………………………………………. 6

    Kerangka Konsep ………………………………………………………….. 8

    3. METODE PENELITIAN ………………………………………………….. 9

    Populasi Dan Sampel ……………………………………………………… 9

    Jenis dan Sumber Data .…………………………………………………… 9

    Metode Pengumpulan Data .…………………………………………….... 9

    Pengukuran Variabel ……………………………………………………… 10

  • ix

    Teknik dan Langkah Analisis ……………………………………………. 10

    4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ………………………………… 12

    Pengaruh NPL terhadap Perputaran Kas …...........……………….....…… 18

    Pengaruh NPL terhadap Likuiditas .......……………………………......... 20

    5. PENUTUP ……………………...……………………………………….. 22

    Kesimpulan dan Saran …………………………………………………… 22

    Keterbatasan Penelitian …………………………………………………….. 23

    Saran Untuk Penelitian Mendatang …………………………………….. 23

    DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 24

    LAMPIRAN-LAMPIRAN ………………………………………………… 26

  • x

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Kriteria Data ...........…………………………………………….. 9

    Tabel 2. Deskriptif Statistik. .………….…………………………………. 12

    Tabel 3. Regresi ...................................................…………....................... 18

    Tabel 4. Regresi .........……………………………………………………. 20

  • xi

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Contoh Laporan Keuangan Publikasi BPR ...………………… 26

    Lampiran 2. Tabel Uji Normalitas ..………………………………………... 30

    Lampiran 3. Uji Regresi Linear NPL terhadap Perputaran Kas ….………... 31

    Lampiran 4. Uji Regresi Linear NPL terhadap Likuiditas ...………………. 33

  • xii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Kerangka Konsep …………………………………………... 8

  • 1

    1. PENDAHULUAN

    Latar belakang masalah

    Pada masa-masa saat ini, hampir semua lapisan masyarakat maupun badan

    usaha memerlukan dan menggunakan jasa dari jasa perbankan. Jasa perbankan

    dianggap sebagai kebutuhan utama dan pusat dari perekonomian. Ini terkait

    dengan fungsi utama bank, yaitu sebagai penghimpun dana dari masyarakat

    yang selanjutnya akan disalurkan kembali ke masyarakat dalam bentuk kredit.

    Adanya penyaluran kredit oleh bank kepada masyarakat menunjukkan

    betapa pentingnya bidang perbankkan itu. Bidang perbankan merupakan salah

    satu faktor penting dalam pertumbuhan ekonomi karena bank merupakan

    salah satu sumber untuk mendapatkan modal yang dibutuhkan oleh

    masyarakat dan badan usaha untuk dapat menjalankan kegiatan operasinya.

    Maka bank dianggap sebagai sarana yang dipakai pemerintah untuk

    memajukan perekonomian, dalam arti ikut serta membiayai masyarakat

    melalui jasa pemberian kredit.

    Kredit merupakan pemberian pinjaman berupa dana kepada pihak lain

    yang mewajibkan peminjam untuk membayarnya kembali beserta bunganya

    selama jangka waktu tertentu yang telah disepakati bersama.

    Dalam penyaluran kredit, bank dihadapkan dengan risiko yang dapat

    menyebabkan kredit tersebut menjadi macet dan bermasalah (Non Performing

    Loan). Untuk dapat siap dari risiko tersebut maka bank harus melakukan

  • 2

    perencanaan dan analisis yang tepat agar bisa mendeteksi kemungkinan

    terjadinya kredit macet dan bermasalah.

    Menurut Basel Committee on Banking Supervision yang dapat diakses

    pada website http://www.bis.org/publ/bcbs54.htm (diakses pada 28 Oktober

    2012, Pukul 20:25), menyatakan bahwa: “Credit risk is most simply defined as

    the potential that a bank borrower or counterparty will fail to meet its

    obligations in accordance with agreed terms”. Basel Committee on Banking

    Supervision, menyatakan bahwa risiko kredit yang paling sederhana

    didefinisikan sebagai potensi bahwa pihak debitur gagal memenuhi

    kewajibannya sesuai dengan kesepakatan yang telah ditetapkan (waktu jatuh

    tempo).

    Kredit bermasalah adalah salah satu bentuk dari risiko kredit pada bank.

    Kredit yang bermasalah menggambarkan suatu situasi dimana persetujuan

    pengembalian kredit mengalami risiko kegagalan. Kredit bermasalah akan

    berdampak pada jumlah persediaan kas sehingga jumlah kas yang berada di

    bank akan tinggal sedikit, karena jumlah arus kas yang berasal dari kredit

    yang seharusnya diterima tidak dibayar secara penuh.

    Likuiditas dapat diartikan sebagai kemampuan bank untuk memenuhi

    kemungkinan ditariknya dana dalam bentuk deposito/simpanan oleh

    deposan/penitip. Dengan kata lain, suatu bank dikatakan likuid apabila dapat

    memenuhi kewajiban penarikan dana dari para penitip dana maupun dari para

    peminjam/debitur.

    BPR merupakan salah satu jenis bank yang juga menghadapi risiko kredit.

    BPR dinilai sangat rawan terkena dampak dari munculnya kredit yang

  • 3

    bermasalah karena aktivitas BPR yang tidak sama dengan aktivitas bank

    konvensional. Aktivitas BPR menyalurkan dananya kepada peminjam dan

    peminjam akan mengembalikan dana tersebut secara mengangsurnya dalam

    tempo tertentu. Apabila kemampuan peminjam tidak sesuai dengan apa yang

    telah diperhitungkan maka dampak dari risiko kredit bisa saja akan

    menyebabkan pengaruh pada perputaran kas dan tingkat likuiditas BPR.

    BPR di wilayah regional Jawa Tengah sangat rawan terkena dampak dari

    munculnya kredit-kredit yang bermasalah. Ini bisa dilihat dari perhitungan

    rata-rata tingkat rasio NPL sebesar 6,88% yang didapat dari laporan publikasi

    BPR konvensional pada Bank Indonesia. Dengan nilai rata-rata sebesar 6,88%

    ini BPR pada wilayah regional Jawa Tengah dianggap tidak sehat karena nilai

    mempunyai nilai NPL yang lebih tinggi dari peraturan Bank Indonesia yaitu

    maksimal 5% untuk dinyatakan sehat.

    Dari uraian latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk membuat

    penelitian mengenai tingkat Non Performing Loan (NPL) pada BPR

    konvensional yang berada di wilayah regional Jawa Tengah karena tingkat

    NPL pada BPR konvensional yang berada di wilayah regional Jawa Tengah

    lebih tinggi dari peraturan Bank Indonesia untuk dinyatakan sehat.

    Adapun tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah supaya manajemen

    BPR dapat lebih memperhatikan mengenai tingkat NPL dan melakukan

    analisis yang tepat dalam penyaluran kredit. Sehingga tingkat kesehatan dan

    kinerja dari BPR dapat sesuai dengan yang diharapkan dan menambah tingkat

    kepercayaan masyarakat terhadap BPR. Dengan tingkat kesehatan dan kinerja

  • 4

    BPR yang baik diharapkan kepercayaan nasabah yang mempercayakan

    dananya untuk disalurkan kepada BPR akan meningkat.

    Rumusan Masalah Penelitian

    1. Apakah ada pengaruh antara kredit bermasalah terhadap perputaran kas

    pada BPR di cakupan wilayah regional Jawa Tengah ?

    2. Apakah ada pengaruh antara kredit bermasalah terhadap likuiditas pada

    BPR di cakupan wilayah regional Jawa Tengah ?

    2. KERANGKA TEORITIS

    Penyaluran Kredit selalu mendatangkan manfaat yaitu pendapatan, namun

    di sisi lain juga menimbulkan risiko dan ada kesempatan yang hilang karena

    dana tidak dapat diputar karena masih ada di tangan peminjam.

    Penyaluran kredit merupakan kegiatan usaha yang mendominasi

    pengalokasian dana bank. Pengunaan dana untuk penyaluran kredit ini

    mencapai 70%-80% dari volume usaha bank. Oleh karena itu, sumber utama

    pendapatan bank berasal dari kegiatan penyaluran kredit dalam bentuk

    pendapatan bunga (Siamat, 2005).

    Berdasarkan besarnya alokasi dana yang dikeluarkan bank untuk

    menyalurkan kredit, maka manajemen bank hendaknya memberikan perhatian

    dan analisis yang tepat dalam kegiatan menyalurkan kredit untuk dapat

    meminimalkan risiko yang akan berdampak pada bank. Maka dari itu perlu

  • 5

    ditetapkan kriteria siapa saja yang layak diberikan kredit dan bagaimana cara

    dan syarat pembayarannya.

    Non Performing Loan (NPL) adalah perbandingan antara total kredit

    bermasalah dengan total kredit yang di berikan kepada debitur. Bank

    dikatakan mempunyai NPL yang tinggi jika banyaknya kredit yang

    bermasalah lebih besar dari pada jumlah kredit yang diberikan kepada debitur.

    Konsep dan Definiendum Konsep

    Kredit Bermasalah

    PSAK No. 31 Tahun 2009 Tentang Akuntansi Perbankan menyatakan

    bahwa kredit bermasalah/kredit non performing pada umumnya merupakan

    kredit yang pembayaran angsuran pokok dan atau bunganya telah lewat 90

    (sembilan puluh) hari atau lebih setelah jatuh tempo, atau kredit yang

    pembayarannya secara tepat waktu sangat diragukan. Kredit non performing

    terdiri atas kredit yang digolongkan sebagai kredit kurang lancar, diragukan,

    dan macet.

    Perputaran Kas

    Perputaran kas dimulai saat kas diinvestasikan ke dalam kredit yang

    disalurkan sampai pada saat kembali lagi menjadi kas yang tepat dan tidak

    terlambat (Mulyono, 2000).

    Likuiditas

    Likuiditas bank adalah kemampuan bank untuk memenuhi kemungkinan

    ditariknya deposito oleh deposan ataupun kebutuhan masyarakat akan kredit

    (Cross dan Hempel, 1973)

  • 6

    Menurut Burns (1991) likuiditas bank berkaitan dengan kemampuan suatu

    bank untuk menghimpun sejumlah tertentu dana dengan biaya tertentu dan

    dalam jangka waktu tertentu.

    Pernyataan tersebut sependapat dengan Wood (1982) yang mengatakan

    bahwa likuiditas adalah kemampuan bank untuk memenuhi semua penarikan

    dana oleh nasabah deposan, kewajiban yang telah jatuh tempo dan memenuhi

    permintaan kredit tanpa penundaan.

    Nalar Konsep

    Pengaruh Kredit Bermasalah Terhadap Perputaran kas

    Perputaran kas adalah perputaran sejumlah modal kerja yang tertanam

    dalam kas dalam satu periode akuntansi. Perputaran kas diketahui dengan

    membandingkan antara jumlah pendapatan dan pemberian pinjaman dengan

    jumlah kas rata-rata. Dengan demikian tingkat perputaran kas menunjukkan

    kecepatan kembalinya modal kerja yang tertanam pada kas atau setara kas

    menjadi kas kembali.

    Untuk menentukan berapa jumlah persediaan kas yang sebaiknya harus

    dipertahankan oleh suatu bank, belum ada standar rasio yang bersifat umum.

    Ada beberapa hal yang dapat dilakukan bank untuk mengatasi permasalahan

    ini yaitu diantaranya dengan melakukan manajemen kas yang baik melalui

    pengelolaan perputaran kas yang baik.

    Kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) dapat mempengaruhi

    perputaran kas. Apabila NPL muncul, yaitu ketika dana yang dialirkan BPR

    kepada peminjam dana atau debitur belum kembali kepada BPR, maka BPR

    tidak dapat mengalirkan dana lagi kepada debitur yang lain.

  • 7

    Akibat dari perputaran kas yang rendah maka jumlah dana yang berada di

    BPR akan semakin berkurang dan bahkan bisa juga habis.

    Berdasarkan uraian diatas maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut.

    H1= Kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) berpengaruh negatif

    terhadap perputaran kas.

    Pengaruh Kredit Bermasalah Terhadap Likuiditas

    Non Performing Loan (NPL) atau kredit bermasalah merupakan salah satu

    indikator kunci untuk menilai kinerja fungsi BPR. Salah satu fungsi BPR

    adalah sebagai mediator atau penghubung antara pihak yang memiliki

    kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana.

    Pembayaran kredit oleh debitur merupakan sebuah keharusan agar

    kegiatan operasional BPR tetap dapat berjalan dengan lancar. Apabila terjadi

    banyak penunggakan pembayaran kredit oleh debitur maka BPR tidak bisa

    mendapatkan kembali modal yang telah dikeluarkan, dan hal ini tentu saja

    dapat mempengaruhi tingkat likuiditas BPR dan bisa berpengaruh pada

    penurunan tingkat kepercayaan masyarakat kepada BPR.

    Tingkat likuiditas BPR merupakan hal yang penting yang harus

    diperhatikan secara tepat oleh manajemen BPR. Manajemen BPR diharuskan

    memantau keadaan aktiva lancar yang merupakan salah satu faktor yang

    mempengaruhi tingkat likuiditas BPR.

    Kredit bermasalah berpengaruh pada kemampuan BPR untuk

    mengembalikan semua kewajiban-kewajiban jangka pendeknya pada saat

    jatuh tempo. Semakin besar kredit yang bermasalah maka semakin tidak likuid

  • 8

    juga BPR tersebut, karena dia tidak dapat memenuhi permintaan kredit dari

    peminjam.

    Suatu BPR dikatakan likuid apabila BPR yang bersangkutan dapat

    memenuhi kewajiban utangnya, dapat membayar kembali semua deposito,

    serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa penangguhan.

    Makin tidak likuid maka akan menimbulkan runtuhnya kepercayaan

    masyarakat yang dapat menyebabkan penarikan dana dan menurunkan

    kinerja.

    Aspek likuiditas dimaksudkan untuk mengukur seberapa besar

    kemampuan BPR tersebut mampu membayar kewajibannya dan membayar

    kembali kepada deposannya serta dapat memenuhi permintaan kredit yang

    diajukan tanpa terjadi penangguhan (Payamta dan Machfoedz, 1999).

    Berdasarkan uraian diatas maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut.

    H2= Kredit bermasalah berpengaruh negatif terhadap likuiditas

    Kerangka Konsep

    Gambar 1. Kerangka Konsep

    Likuiditas

    Kredit

    Bermasalah

    Perputaran Kas

  • 9

    3. METODE PENELITIAN

    Populasi dan Sampel

    Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh BPR di wilayah regional jawa

    Tengah yang dipublikasikan di website Bank Indonesia. Sampel diambil

    secara purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang berdasarkan

    kriteria tertentu sesuai dengan keperluan. Kriteria yang digunakan adalah BPR

    yang melaporkan laporan keuangannnya pada tahun 2012.

    Tabel 1. Kriteria Data

    KRITERIA JUMLAH

    Data seluruh BPR di wilayah Jawa

    Tengah

    Tidak ada laporan keuangan tahun 2012

    250

    (6)

    Data yang memenuhi kriteria 244

    Jenis dan Sumber Data

    Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

    sumber datanya diperoleh dari website Bank Indonesia.

    Metode Pengumpulan Data

    Pengumpulan data didasarkan pada laporan keuangan yang dipublikasikan

    oleh Bank Indonesia melalui website Bank Indonesia (www.bi.go.id)

  • 10

    Pengukuran Variable

    Kredit bermasalah dapat dihitung dengan menggunakan rumus Non

    Performing Loan sebagai berikut (Manurung dan Raharja, 2006).

    x 100%

    Perputaran kas menurut Mulyono, (2000) dapat dihitung sebagai berikut:

    Aspek likuiditas dimaksudkan untuk mengukur seberapa besar

    kemampuan bank tersebut mampu membayar utang-utangnya dan membayar

    kembali kepada deposannya serta dapat memenuhi permintaan kredit yang

    diajukan tanpa terjadi penangguhan (Payamta dan Machfoedz, 1999)

    Likuiditas bank dapat dilihat dengan menggunakan alat ukur cash ratio.

    Cash Ratio menurut Jumingan (2008) dapat dihitung dengan rumus:

    X 100%

    Teknik dan Langkah Analisis

    Uji Asumsi Klasik

    Sebelum melakukan analisis regresi, sebelumnya perlu dilakukan

    pengujian asumsi klasik terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agar data sampel

    yang diolah dapat benar-benar dapat mewakili populasi secara keseluruhan

    Uji Normalitas

    Uji Normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

    variabel dependen maupun independen mempunyai distribusi normal atau

  • 11

    tidak, agar dapat digunakan untuk melanjutkan ke uji berikutnya yaitu uji

    regresi linear. Pengujian normalitas data dalam penelitian ini menggunakan uji

    kolmogrov smirnov. Jika nilai probabilitas > 0,05, maka distribusi data adalah

    normal sehingga dapat dilanjutkan untuk uji selanjutnya. Sebaliknya apabila

    nilai probabilitas ≤ 0,05 maka data tidak berdistribusi normal sehingga harus

    dilakukan penormalan data.

    Analisis Regresi

    Analisis regresi digunakan dalam penelitian ini untuk menguji besar pengaruh

    antara variabel independen (Kredit Bermasalah) dengan variabel dependen

    (Perputaran Kas dan Likuiditas) dan menunjukkan arah pengaruh antara variabel

    independen dengan variabel dependennya. Model regresi yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah model Regresi Linear Sederhana. Dimana model regresi

    untuk hipotesis pertama, yaitu:

    Y1 = b0 + b1x1 + e

    Sedangkan model regresi untuk hipotesis yang kedua adalah:

    Y2 = b0 + b1x1 + e

    Keterangan :

    Y1 = Perputaran Kas

    Y2 = Likuiditas

    b0 = konstanta

    b1 = koefisien regresi untuk x1

    X1 = Kredit Bermasalah

    E = error

  • 12

    4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

    Pada bab ini akan disajikan hasil dari analisis data berdasarkan

    pengamatan sejumlah variabel yang digunakan dalam model analisis regresi

    linear untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara Non Performing

    Loan (NPL) sebagai variabel independen terhadap tingkat perputaran kas dan

    tingkat likuiditas sebagai variabel dependen.

    Deskriptif Statistik

    Tabel 2. Deskriptif Statistik

    Variabel BPR Minimum Maksimum Mean

    Swasta Pemerintah Swasta Pemerintah Swasta Pemerintah Swasta Pemerintah

    Non

    Performing

    Loan

    (NPL)

    185 59 0,04% 0,14% 48,37% 29,23% 7,288% 5,599%

    Perputaran

    Kas 185 59 1,75 0,55 1421,42 101,06 47,85 23,44

    Likuiditas 185 59 0,13 0,23 251 39,88 9,011 5,156

    Jumlah 244

    Sumber : Hasil olahan, November 2013

    Terdapat 3 variabel yang dipakai dalam peneitian ini yaitu NPL (Non

    Performing Loan), Perputaran Kas, dan Likuiditas yang diperoleh dari 244

    BPR konvensional wilayah regional Jawa Tengah, yang terdiri dari 185 BPR

    konvensional milik swasta dan 59 BPR konvensional milik pemerintah.

    Dari 185 BPR konvensional milik swasta yang berada dalam wilayah

    regional Jawa Tengah, nilai NPL yang paling rendah terdapat pada BPR

    Citanduy Artha yaitu sebesar 0,04%. Hal ini dapat terjadi karena besarnya

    total kredit yang dikeluarkan oleh BPR Citanduy Artha adalah 25 kali lebih

  • 13

    besar dari pada total kredit bermasalah, kredit yang diragukan dan kredit

    macet yang dikeluarkan oleh BPR Citanduy Artha. Berbeda dengan BPR

    milik swasta yang lainnya yang perbandingan total kreditnya tidak mencapai

    25 kali dengan total kredit bermasalah, kredit yang diragukan dan kredit

    macetnya.

    Sedangkan NPL yang paling tinggi terdapat pada BPR milik swasta adalah

    BPR Sahabat Purwokerto sebesar 48,37% karena besarnya total kredit

    bermasalah, kredit yang diragukan dan kredit macet yang disalurkan oleh BPR

    Sahabat Purwokerto hampir mencapai setengah kali dari total kredit yang

    disalurkan. Besarnya nilai NPL rata-rata dari seluruh BPR konvensional milik

    swasta yang berada dalam wilayah Regional Jawa Tengah adalah sebesar

    7,288%.

    Dari 59 BPR konvensional milik pemerintah yang berada di wilayah

    Regional Jawa Tengah, nilai NPL terendah terdapat pada BPR Bank

    Purworejo yaitu sebesar 0,14%. Hal ini dapat terjadi karena besarnya total

    kredit yang dikeluarkan oleh BPR Citanduy Artha adalah lebih dari 6 kali

    lebih besar dari pada total kredit bermasalah, kredit yang diragukan dan kredit

    macet yang dikeluarkan oleh BPR Bank Purworejo. Berbeda seperti BPR

    milik pemerintah yang lainnya yang perbandingan total kreditnya tidak

    mencapai lebih dari 6 kali dengan total kredit bermasalah, kredit yang

    diragukan dan kredit macetnya.

    Sedangkan NPL paling tinggi yang terdapat pada BPR milik pemerintah

    adalah BPR BP Kota Tegal sebesar 29,23% karena besarnya total kredit

    bermasalah, kredit yang diragukan dan kredit macet yang disalurkan oleh BPR

  • 14

    BP Kota Tegal mencapai lebih dari seperempat kali dari total kredit yang

    disalurkan. Besarnya nilai NPL rata-rata dari seluruh BPR konvensional milik

    pemerintah yang berada dalam wilayah Regional Jawa Tengah adalah sebesar

    5,599%.

    Menurut peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April

    2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum menyatakan

    bahwa semakin tinggi nilai NPL (di atas 5%) maka bank tersebut dinyatakan

    mempunyai NPL yang tinggi atau dengan kata lain tidak sehat. Bedasarkan

    uraian diatas maka dapat dikatakan bahwa rata-rata BPR konvensional yang

    berada di wilayah regional Jawa Tengah baik yang dimiliki oleh swasta

    maupun pemerintah merupakan BPR yang tidak sehat.

    Pada variabel Perputaran kas yang dihitung dengan rumus pendapatan

    operasional dibagi dengan rata-rata kas, BPR milik swasta yang mempunyai

    tingkat perputaran kas yang paling rendah terdapat pada BPR Arismentari

    Ayu yaitu sebesar 1,75 kali, nilai ini diperoleh dari hasil bagi antara

    pendapatan operasional dari BPR Arismentari Ayu dengan rata-rata kas yang

    dimiliki oleh BPR Arismentari Ayu. BPR Arismentari Ayu memiliki tingkat

    perputaran kas yang paling rendah dari antara BPR milik swasta yang lainnya,

    nilai ini perlu untuk ditingkatkan lagi karena tingkat perputaran kas yang

    rendah dan tidak efisien yang bisa menghambat kinerja dan mempengaruhi

    kesehatan BPR yang akan berdampak pada menurunnya tingkat kepercayaan

    masyarakat pada BPR Arismentari Ayu.

    Sedangkan tingkat perputaran kas yang paling tinggi pada BPR milik

    swasta terdapat pada BPR Wira Ardana Sejahtera yaitu sebesar 1421,42 kali.

  • 15

    Kondisi perputaran kas tinggi ini dapat terjadi karena besarnya nilai

    pendapatan operasional yang lebih besar dari pada rata-rata kas yang dimiliki.

    Karena kondisi perputaran kas yang tinggi dari BPR Wira Ardana Sejahtera

    maka penggunaan kas pada BPR Wira Ardana Sejahtera dinilai sangat efisien

    sehingga tidak ada kas yang menumpuk terlalu banyak dan tidak

    dipergunakan.

    Tingkat perputaran kas rata-rata pada seluruh BPR konvensional milik

    swasta yang berada dalam wilayah Regional Jawa Tengah adalah sebesar

    47,85 kali. Dengan nilai tingkat perputaran kas rata-rata yang cukup tinggi,

    maka BPR konvensional milik swasta yang berada wilayah regional Jawa

    Tengah dapat dinyatakan efisien dalam mengelola kas karena sedikit kas yang

    menumpuk dan kas digunakan secara efisien.

    BPR milik pemerintah yang mempunyai tingkat perputaran kas yang

    paling rendah terdapat pada BPR BKK Mandiraja yaitu sebesar 0,55 kali, nilai

    ini diperoleh dari hasil bagi antara pendapatan operasional dari BPR BKK

    Mandiraja dengan rata-rata kas yang dimiliki oleh BPR BKK Mandiraja. BPR

    BKK Mandiraja memiliki tingkat perputaran kas yang paling rendah dari

    antara BPR milik pemerintah yang lainnya, ini merupakan keadaan yang tidak

    baik bagi BPR BKK mandiraja, karena tingkat perputaran kas yang rendah

    sehingga penggunaan kas dirasa tidak efisien yang bisa menghambat kinerja

    dan mempengaruhi kesehatan BPR yang akan berdampak pada menurunnya

    tingkat kepercayaan masyarakat pada BPR BKK Mandiraja.

    Sedangkan tingkat perputaran kas pada BPR milik pemerintah yang paling

    tinggi terdapat pada BPR Bank Pasar Kota Semarang yaitu sebesar 101,06

  • 16

    kali. Kondisi perputaran kas tinggi ini dapat terjadi karena besarnya nilai

    pendapatan operasional yang lebih besar dari pada rata-rata kas yang dimiliki.

    Karena kondisi perputaran kas yang tinggi dari BPR Bank Pasar Kota

    Semarang maka penggunaan kas pada BPR Bank Pasar Kota Semarang dinilai

    sangat efisien sehingga tidak ada kas yang menumpuk terlalu banyak dan

    tidak dipergunakan.

    Tingkat perputaran kas rata-rata pada seluruh BPR konvensional milik

    pemerintah yang berada dalam wilayah Regional Jawa Tengah adalah sebesar

    23,44 kali. Dengan nilai tingkat perputaran kas rata-rata yang cukup tinggi,

    maka BPR konvensional milik pemerintah yang berada di wilayah regional

    Jawa Tengah dapat dinyatakan efisien dalam mengelola kas karena sedikit kas

    yang menumpuk dan kas dipergunakan secara efisien.

    Sedangkan pada variabel likuiditas yang dihitung menggunakan cash

    ratio, dengan rumus kas dibagi dengan kewajiban lancar. Tingkat likuiditas

    terendah yang terdapat pada BPR milik swasta adalah BPR Mitra Banaran

    Mandiri sebesar 0,13. Tingkat likuiditas yang rendah yang dimiliki oleh BPR

    Mitra Banaran Mandiri terjadi karena besarnya nilai kas yang lebih kecil

    dibanding nilai kewajiban lancarnya.

    Kondisi seperti itu merupakan kondisi yang tidak sehat bagi BPR karena

    BPR dinyatakan tidak liquid dan tidak dapat membayar seluruh kewajiban-

    kewajiban yang harus segera dibayar, kondisi ini dapat berdampak

    menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat yang mempercayakan dananya

    kepada BPR Mitra Banaran Madiri.

  • 17

    Sedangkan tingkat likuiditas tertinggi pada BPR milik swasta terdapat

    pada BPR Panasayu Arthalayan Sejahtera sebesar 251. Tingginya tingkat

    likuiditas BPR Panasayu Arthalan Sejahtera disebabkan oleh nilai kas yang

    lebih besar dari pada nilai kewajiban lancarnya, yang dengan kata lain BPR

    Panasayu Arthalan Sejahtera merupakan BPR yang liquid yang dapat

    membayar seluruh kewajiban lancarnya.

    Tingkat likuiditas rata-rata pada seluruh BPR konvensional milik swasta

    di wilayah regional Jawa Tengah adalah sebesar 9,011. Nilai rata-rata

    likuiditas pada BPR milik swasta yang berada di wilayah regional Jawa

    Tengah cukup tinggi, sehingga rata-rata BPR milik swasta yang berada di

    wilayah regional Jawa Tengah merupakan BPR yang liquid yang dapat

    membayar seluruh kewajiban lancarnya.

    Sedangkan tingkat likuiditas terendah yang terdapat pada BPR milik

    pemerintah adalah BPR Bank Magelang sebesar 0,23. Tingkat likuiditas yang

    rendah yang dimiliki oleh BPR Bank Magelang terjadi karena besarnya nilai

    kas yang lebih kecil dibanding nilai kewajiban lancarnya.

    Kondisi seperti itu merupakan kondisi yang tidak sehat bagi BPR karena

    BPR dinyatakan tidak liquid dan tidak dapat membayar seluruh kewajiban-

    kewajiban yang harus segera dibayar, kondisi ini dapat berdampak

    menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat yang mempercayakan dananya

    kepada BPR Bank Magelang.

    Sedangkan tingkat likuiditas tertinggi pada BPR milik pemerintah terdapat

    pada BPR Bank Karanganyar sebesar 39,88. Tingginya tingkat likuiditas BPR

    Bank Karanganyar disebabkan oleh nilai kas yang lebih besar dari pada nilai

  • 18

    kewajiban lancarnya, yang dengan kata lain BPR Bank Karanganyar

    merupakan BPR yang liquid yang dapat membayar seluruh kewajiban

    lancarnya.

    Tingkat likuiditas rata-rata pada seluruh BPR konvensional milik

    pemerintah di wilayah regional Jawa Tengah adalah sebesar 5,156. Nilai rata-

    rata likuiditas pada BPR milik pemerintah yang berada di wilayah regional

    Jawa Tengah cukup tinggi, sehingga rata-rata BPR milik pemerintah yang

    berada di wilayah regional Jawa Tengah merupakan BPR yang liquid yang

    dapat membayar seluruh kewajiban lancarnya.

    Pengaruh NPL terhadap Perputaran Kas

    Hasil pengolahan data dengan SPSS Versi 18.0 maka diperoleh hasil seperti

    tabel dibawah ini.

    Tabel 3. Regresi

    Model Unstandarized

    Coefficients

    Sig.

    B

    Constant 3,345 0,000

    NPL -0,102 0,077

    R-square 0,013

    Variabel Dependen : Perputaran kas

    Sumber : Hasil olahan, November 2013

    Nilai koefisien regresi yang menunjukkan pengaruh antara kredit

    bermasalah atau NPL dan perputaran kas sebesar -0,102. Negatifnya nilai

    koefisien regresi menunjukkan bahwa peningkatan kredit bermasalah akan

  • 19

    menurunkan perputaran kas. Sehingga semakin tinggi tingkat kredit

    bermasalah maka tingkat perputaran kas akan semakin rendah, karena

    semakin kecil jumlah pendapatan operasional dari penyaluran kredit. Begitu

    pula sebaliknya, semakin rendah tingkat kredit bermasalah maka tingkat

    perputaran kas akan semakin tinggi, karena semakin besar jumlah pendapatan

    operasional dari penyaluran kredit.

    Berdasarkan hasil regresi linear dari variabel perputaran kas dengan

    koefisien regresi sebesar -0,102 dan konstanta sebesar 3,345 maka dapat

    dibuat model regresi linear sebagai berikut:

    Perputaran Kas = 3,345 + (-0,102)NPL + e

    Tingkat signifikansi Non Performing Loan (NPL) terhadap kredit

    bermasalah dapat dilihat dari hasil output SPSS yang memberikan nilai

    signifikansi sebesar 0,077. Pada tingkat keyakinan 90%, Non Performing

    Loan (NPL) berpengaruh signifikan terhadap perputaran kas karena nilai

    signifikansi sebesar 0,077

  • 20

    Besarnya kemampuan model dalam menerangkan variabel dependen dari

    NPL terhadap Perputaran Kas dapat dilihat dari nilai R-square pada tabel yaitu

    sebesar 0.013 atau 1,3% dan selebihnya 98,7% dipengaruhi oleh faktor

    lainnya di luar penelitian ini.

    Pengaruh NPL tehadap Likuiditas

    Hasil pengolahan data dengan SPSS Versi 18.0 maka diperoleh hasil seperti

    tabel dibawah ini.

    Tabel 4. Regresi

    Model Unstandarized

    Coefficients

    Sig.

    B

    Constant 0,881 0,000

    NPL 0,115 0,167

    R-square 0,008

    Variabel Dependen : Likuiditas

    Sumber : Hasil olahan, November 2013

    Nilai koefisien regresi yang menunjukkan pengaruh antara kredit

    bermasalah dan likuiditas sebesar 0,115. Dengan kata lain NPL memiliki

    pengaruh yang positif terhadap likuiditas.

    Berdasarkan hasil regresi linear dari variabel likuiditas dengan koefisien

    regresi sebesar 0,115 dan konstanta sebesar 0,881 maka dapat dibuat model

    regresi linear sebagai berikut:

    Likuiditas = 0,881 + 0,115NPL + e

  • 21

    Tingkat signifikansi Non Performing Loan (NPL) terhadap kredit

    bermasalah dapat dilihat dari hasil output SPSS yang memberikan nilai

    signifikansi sebesar 0,167. Ini menunjukakan bahwa pengaruh antara Non

    Performing Loan (NPL) terhadap Likuiditas adalah tidak signifikan walaupun

    pada tingkat keyakinan sebesar 90%, Non Performing Loan (NPL) karena

    nilai signifikansi sebesar 0,077

  • 22

    5. PENUTUP

    Kesimpulan dan Saran

    Berdasarkan pada hasil pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :

    1. Pengaruh dari tingkat NPL adalah negatif dan signifikan terhadap tingkat

    perputaran kas pada BPR yang berada di wilayah regional Jawa Tengah.

    2. Pengaruh dari tingkat NPL adalah tidak signifikan terhadap tingkat

    likuiditas pada BPR yang berada di wilayah Regional Jawa Tengah.

    Mengingat hasil penelitian pengaruh NPL terhadap tingkat perputaran kas

    adalah signifikan maka manajemen BPR yang ada pada wilayah regional Jawa

    Tengah hendaknya lebih memperhatikan risiko-risiko yang diakibatkan oleh

    besarnya NPL supaya tingkat perputaran kas mempunyai nilai yang baik dan

    meminimalkan risiko kehabisan kas yang dapat menghambat penyaluran

    kredit terhadap nasabah.

    Dan walaupun hasil penelitian NPL terhadap tingkat likuiditas adalah

    tidak signifikan akan tetapi bukan berati manajemen mengabaikan tingkat

    NPL mengingat peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12

    April 2004 tentang sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum

    menyatakan bahwa semakin tinggi nilai NPL (di atas 5%) maka bank tersebut

    dinyatakan tidak sehat.

    Jadi sebaiknya manajemen BPR mengusahakan analisis yang tepat dalam

    penyaluran kredit sehingga nilai NPL pada BPR pada regional Jawa Tengah

    dapat berada dibawah 5% sehingga dapat dinyatakan BPR yng berada di

    wilayah regional Jawa Tengah merupakan BPR yang sehat.

  • 23

    Keterbatasan Penelitian

    Penelitian ini bukanlah penelitian yang sempurna, penelitian ini masih

    memiliki keterbatasan, diantaranya: pengunaan data yang hanya pada satu

    periode waktu sehingga membuat kemungkinan ada penggunaan window

    dressing sehingga dapat menyebabkan terjadinya distorsi akuntansi.

    Saran Untuk Penelitian Mendatang

    Mengingat adanya keterbatasan dengan penelitian ini, maka hendaknya

    dalam penelitian yang akan datang menggunakan periode waktu yang tidak

    hanya di dalam satu periode waktu untuk menghindari kemungkinan adanya

    penggunaan window dressing.

  • 24

    Daftar Pustaka

    Abiwodo. Salim, Ubud dan Swasto, Bambang., (2004) ,”Pengaruh Modal,

    Kualitas Aktiva Produktif, Rentabilitas, dan Likuiditas terhadap Rasio

    Laba Bersih Industri Perbankan yang Go Public di Indonesia”, Jurnal

    Aplikasi Manajemen:Vol 2, No 2

    Crosse, Howard D. and George H. Hempel., (1973) ,”Management Policies for

    Commercial Bank”, Prentice-Hall.

    Dahlan.Siamat., (2005) ,”Manajemen Lembaga Keuangan”, Edisi Kelima.

    Jakarta: LPFE UI.

    Greg. Anggana L., (1996) ,”PERANAN MANAJEMEN LIKUIDITAS BAGI

    INDUSTRI PERBANKAN”, Gema Stikubank.

    Jumingan., (2008), ”Analisis Laporan Keuangan”, Cetakan Kedua. Jakarta: Bumi

    Aksara.

    Komang. Darmawan., (2004) ,"Analisis Rasio-Rasio Bank," Info Bank, Juli, 18-

    21.

    Mandala. Manurung, Prathama. Raharja., (2006) ,”Uang, Perbankan dan Ekonomi

    Moneter”. Jakarta: Lembaga Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas

    Indonesia.

    Payamta, dan Machfoedz, M., (1999) ,”Evaluasi Kinerja perusahaan Perbankan

    sebelum dan sesudah Menjadi Perusahaan Publik di Bursa Efek

    Jakarta”, KELOLA No. 20/VIII/ 1999.

    Teguh. Pudjo Mulyono., (2000) ,”Analisa Laporan Keuangan Untuk Perbankan”,

    Edisi Revisi, Jakarta: Djambatan.

    Yusnita. Rita Tri., (2011) ,”PENGARUH KREDIT BERMASALAH

    TERHADAP PERPUTARAN KAS DAN DAMPAKNYA

    TERHADAP LIKUIDITAS”, Jurnal Akuntansi: Vol 6, No 2

  • 25

    Widianti. Rita, Ekawati. Henny, Atahau. Apriani Dorkas Rambu, Sucahyo. Usil

    Sis., (2006) ,”MANAJEMEN KEUANGAN”, Salatiga: Fakultas

    Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana

  • 26

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

    Lampiran 1

    Contoh Data Laporan Keuangan Publikasi BPR

    PD. BPR BKK Ungaran

    JL. M YAMIN NO. 1 UNGARAN

    Periode: Desember - 2012

    LAPORAN NERACA

    (Ribuan Rp.)

    No Pos-Pos Posisi Desember

    2012

    Posisi Desember

    2011

    AKTIVA

    1 Kas 1,636,766 2,566,043

    2 Sertifikat Bank Indonesia 0 0

    3 Antarbank Aktiva

    a. Pada bank umum 25,948,083 18,160,214

    b. Pada BPR 49,105 161,717

    4 Kredit yang diberikan

    a. Pihak terkait 677,841 760,513

    b. Pihak tidak terkait 134,358,870 148,397,618

    5 Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif -/- 5,794,168 5,122,583

    6 Aktiva dalam valuta asing 0 0

    7 Aktiva tetap dan inventaris

    a. Tanah dan gedung 724,716 778,791

    b. Akumulasi penyusutan gedung -/- 424,426 417,982

    c. Inventaris 3,559,201 3,408,074

    d. Akumulasi penyusutan inventaris -/- 3,037,174 2,821,475

    8 Aktiva Lain-lain 1,747,964 1,761,155

    Jumlah Aktiva 159,446,778 167,632,085

  • 27

    No Pos-Pos Posisi Desember

    2012

    Posisi Desember

    2011

    PASSIVA

    1 Kewajiban-kewajiban yang segera dapat dibayar 295,168 353,761

    2 Tabungan

    a. Pihak terkait 110,132 416,554

    b. Pihak tidak terkait 39,135,834 37,761,095

    3 Deposito berjangka

    a. Pihak terkait 3,018,815 2,423,765

    b. Pihak tidak terkait 65,884,076 65,818,816

    4 Kewajiban kepada Bank Indonesia 0 0

    5 Antarbank pasiva 27,296,579 39,147,696

    6 Pinjaman yang diterima 0 0

    7 Pinjaman subordinasi 0 0

    8 Rupa-rupa Pasiva 1,809,252 1,810,432

    9 Ekuitas :

    a. Modal dasar 50,000,000 25,000,000

    b. Modal yang belum disetor -/- 38,152,503 13,652,502

    c. Agio 0 0

    d. Disagio -/- 0 0

    e. Modal sumbangan 0 0

    f. Modal pinjaman 0 0

    g. Dana setoran modal 0 0

    h. Cadangan revaluasi aktiva tetap 0 0

    i. Cadangan umum 2,996,040 2,356,892

    j. Cadangan tujuan 1,226,063 719,387

    k. Laba yang ditahan -248,872 241,853

    l. Saldo Laba (Rugi) tahun berjalan 6,076,194 5,234,336

    Jumlah Pasiva 159,446,778 167,632,085

  • 28

    Laporan Laba Rugi

    (Ribuan Rp.)

    No Pos-Pos Posisi Desember

    2012

    Posisi Desember

    2011

    1 Pendapatan Operasional

    2 - Bunga 27,150,778 27,146,799

    3 - Provisi dan Komisi 711,846 893,653

    4 - Lainnya 1,907,571 2,453,070

    5 Jumlah Pendapatan Operasional 29,770,195 30,493,522

    6 Pendapatan Non Operasional 137,466 209,137

    7 Jumlah Pendapatan 29,907,661 30,702,659

    8 Beban Operasional

    9 - Beban Bunga 10,556,914 12,685,287

    10 - Beban Administrasi dan Umum 1,346,735 1,356,175

    11 - Beban Personalia 7,229,433 7,039,726

    12 - Penyisihan Aktiva Produktif 1,235,005 1,220,706

    13 - Beban Operasional Lainnya 1,504,371 1,625,556

    14 Jumlah Beban Operasional 21,872,458 23,927,450

    15 Beban Non Operasional 144,676 111,275

    16 Jumlah Beban 22,017,134 24,038,725

    17 Laba/Rugi sebelum Pajak Penghasilan (PPh) 7,890,527 6,663,934

    18 Taksiran Pajak Penghasilan 1,814,333 1,429,598

    19 Laba/Rugi Tahun Berjalan 6,076,194 5,234,336

    Laporan Komitmen dan Kontinjensi

    (Ribuan Rp.)

    No Pos-Pos Posisi Desember

    2012

    Posisi Desember

    2011

    1 Fasilitas pinjaman yang diterima dan belum ditarik 0 0

    2 Fasilitas kredit kepada nasabah yang belum ditarik 0 0

    3 Lain-Lain 0 0

  • 29

    Jumlah Komitmen 0 0

    1 Pendapatan bunga dalam penyelesaian 4,776,910 4,306,541

    2 Lain-Lain 5,616,173 5,701,687

    Jumlah Kontinjensi 10,393,083 10,008,228

    Laporan Kualitas Aktiva Produktif & Informasi Lainnya

    (Ribuan Rp.)

    Keterangan L KL D M Jumlah

    1. Penempatan pada bank lain 19,206,058 0 0 0 19,206,058

    2. Kredit yang diberikan 0 0 0 0 0

    a. Kepada pihak terkait 677,841 0 0 0 677,841

    b. Kepada pihak tidak terkait 125,626,000 1,318,339 1,174,013 6,240,518 134,358,870

    3. Jumlah aktiva produktif 145,509,899 1,318,339 1,174,013 6,240,518 154,242,769

    4. NPL net (%) - - - - 2.72

    5. Rasio KPMM (%) - - - - 18.21

    6. Loan to Deposit Ratio / LDR (%) - - - - 89.28

    7. Return on Asset / ROA (%) - - - - 4.89

    PENGURUS BANK PEMILIK BANK

    Dewan Komisaris:

    Prasetyo Aribowo

    Drs. Husen

    Pemegang Saham:

    Direksi:

    DR. H. Zarul, S.Ag, SH, M.Si

    Sugiarso, SH

    Suryo Widodo, Akt, M.Si

    Pemegang Saham Pengendali:

    Pemerintah Propinsi Jawa Tenga

    Pemerintah Kabupaten Semarang

  • 30

    Lampiran 2

    Tabel Uji Normalitas

    One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

    NPL PERPUTARAN_KAS LIKUIDITAS

    N 244 244 244

    Normal Parametersa,b

    Mean 1.4718 3.1953 1.0504

    Std. Deviation 1.05105 .94323 1.36442

    Most Extreme Differences Absolute .059 .042 .043

    Positive .035 .042 .043

    Negative -.059 -.042 -.029

    Kolmogorov-Smirnov Z .914 .653 .676

    Asymp. Sig. (2-tailed) .374 .788 .750

    a. Test distribution is Normal.

    b. Calculated from data.

  • 31

    Lampiran 3

    Uji Regresi Linear NPL terhadap Perputaran Kas

    Variables Entered/Removedb

    Model Variables

    Entered

    Variables

    Removed Method

    d

    i

    m

    e

    n

    s

    i

    o

    n

    0

    1 NPLa . Enter

    a. All requested variables entered.

    b. Dependent Variable: PERPUTARAN_KAS

    Model Summary

    Model

    R R Square

    Adjusted R

    Square

    Std. Error of the

    Estimate

    d

    i

    m

    e

    n

    s

    i

    o

    n

    0

    1 .113a .013 .009 .93907

  • 32

    Model Summary

    Model

    R R Square

    Adjusted R

    Square

    Std. Error of the

    Estimate

    d

    i

    m

    e

    n

    s

    i

    o

    n

    0

    1 .113a .013 .009 .93907

    a. Predictors: (Constant), NPL

    ANOVAb

    Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

    1 Regression 2.782 1 2.782 3.154 .077a

    Residual 213.410 242 .882

    Total 216.191 243

    a. Predictors: (Constant), NPL

    b. Dependent Variable: PERPUTARAN_KAS

    Coefficientsa

    Model

    Unstandardized Coefficients

    Standardized

    Coefficients

    t Sig. B Std. Error Beta

    1 (Constant) 3.345 .104 32.292 .000

    NPL -.102 .057 -.113 -1.776 .077

    a. Dependent Variable: PERPUTARAN_KAS

  • 33

    Lampiran 4

    Uji Regresi Linear NPL terhadap Likuiditas

    Variables Entered/Removedb

    Model Variables

    Entered

    Variables

    Removed Method

    d

    i

    m

    e

    n

    s

    i

    o

    n

    0

    1 NPLa . Enter

    a. All requested variables entered.

    b. Dependent Variable: LIKUIDITAS

    Model Summary

    Model

    R R Square

    Adjusted R

    Square

    Std. Error of the

    Estimate

    d

    i

    m

    e

    n

    s

    i

    o

    n

    0

    1 .089a .008 .004 1.36183

  • 34

    Model Summary

    Model

    R R Square

    Adjusted R

    Square

    Std. Error of the

    Estimate

    d

    i

    m

    e

    n

    s

    i

    o

    n

    0

    1 .089a .008 .004 1.36183

    a. Predictors: (Constant), NPL

    ANOVAb

    Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

    1 Regression 3.568 1 3.568 1.924 .167a

    Residual 448.810 242 1.855

    Total 452.378 243

    a. Predictors: (Constant), NPL

    b. Dependent Variable: LIKUIDITAS

    Coefficientsa

    Model

    Unstandardized Coefficients

    Standardized

    Coefficients

    t Sig. B Std. Error Beta

    1 (Constant) .881 .150 5.863 .000

    NPL .115 .083 .089 1.387 .167

    a. Dependent Variable: LIKUIDITAS

  • 35