31
PENGARUH KUALIFIKASI PENDIDIKAN, KEIKUTSERTAAN DIKLAT DAN SIKAP PADA PROFESI TERHADAP KOMPETENSI GURU PAI SD DI KABUPATEN PEKALONGAN Oleh: Muhamad Syaikhul Alim Abstrak: Tulisan ini mengkaji tentang kompetensi guru PAI SD dikaitkan dengan faktor-faktor determinan yang mempengaruhinya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) pengaruh kualifikasi pendidikan terhadap kompetensi guru PAI SD di Kab. Pekalongan, (2) pengaruh keikutsertaan diklat terhadap kompetensi guru PAI SD di Kab. Pekalongan, (3) pengaruh sikap pada profesi terhadap kompetensi guru PAI SD di Kab. Pekalongan, dan (4) pengaruh kualifikasi pendidikan, keikutsertaan diklat dan sikap pada profesi secara simultan terhadap kompetensi guru PAI SD di Kab. Pekalongan. Penelitian ini termasuk jenis ex post facto dengan desain korelasional prediktif tiga prediktor. Populasi penelitian ini adalah seluruh guru PAI SD di Kabupaten Pekalongan. Data dikumpulkan dari responden sejumlah 50 orang yang ditetapkan dengan teknik random sampling. Data kualifikasi pendidikan dan keikutsertaan diklat dikumpulkan melalui dokumentasi dengan mengadopsi model portofolio sertifikasi guru. Sementara data sikap pada profesi dijaring melalui angket dengan skala Likert. Adapun data kompetensi guru dikumpulkan lewat kombinasi antara angket dan observasi. Instrumen angket untuk sikap pada profesi dan kompetensi guru dilakukan uji validitas dengan menggunakan validitas isi dan konstruk, sedangkan untuk mengetahui reliabilitas digunakan uji keandalan Cronbach‟s Alpha. Untuk analisis data terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis antara lain uji normalitas data dengan teknik Kolmogorov-Smirnov, uji linearitas, dan uji multikolinearitas kemudian dilakukan analisis data penelitian dengan teknik regresi ganda tiga prediktor dengan bantuan komputer program Statistical Package for Social Science (SPSS 17). Hasil analisis menunjukkan temuan: (1) ada pengaruh yang signifikan dari kualifikasi pendidikan terhadap kompetensi guru PAI SD di Kab. Pekalongan dengan koefisien korelasi 0,388 dan sumbangan efektif sebesar 15,05%. (2) ada pengaruh yang signifikan dari keikutsertaan diklat terhadap kompetensi guru PAI SD di Kab. Pekalongan dengan koefisien korelasi 0,409 dan sumbangan efektif sebesar 16,73%. (3) ada pengaruh yang signifikan dari sikap pada profesi terhadap kompetensi guru PAI SD di Kab. Pekalongan dengan koefisien korelasi 0,384 dan sumbangan efektif sebesar 14,75%. (4) ada pengaruh yang signifikan dari kualifikasi pendidikan, keikutsertaan diklat dan sikap pada profesi secara simultan terhadap kompetensi guru PAI SD di Kab. Pekalongan dengan koefisien determinasi 0,458 dan sumbangan efektif sebesar 45,8%. Artinya 54,2% dipengaruhi oleh faktor lain di luar variabel dalam penelitian ini. Kata kunci : kualifikasi, diklat, sikap, kompetensi.

PENGARUH KUALIFIKASI PENDIDIKAN, KEIKUTSERTAAN

  • Upload
    lyxuyen

  • View
    230

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH KUALIFIKASI PENDIDIKAN, KEIKUTSERTAAN

PENGARUH KUALIFIKASI PENDIDIKAN, KEIKUTSERTAAN DIKLAT

DAN SIKAP PADA PROFESI TERHADAP KOMPETENSI GURU PAI SD

DI KABUPATEN PEKALONGAN

Oleh:

Muhamad Syaikhul Alim

Abstrak: Tulisan ini mengkaji tentang kompetensi guru PAI SD dikaitkan

dengan faktor-faktor determinan yang mempengaruhinya. Tujuan dari penelitian

ini adalah untuk mengetahui: (1) pengaruh kualifikasi pendidikan terhadap

kompetensi guru PAI SD di Kab. Pekalongan, (2) pengaruh keikutsertaan diklat

terhadap kompetensi guru PAI SD di Kab. Pekalongan, (3) pengaruh sikap pada

profesi terhadap kompetensi guru PAI SD di Kab. Pekalongan, dan (4) pengaruh

kualifikasi pendidikan, keikutsertaan diklat dan sikap pada profesi secara simultan

terhadap kompetensi guru PAI SD di Kab. Pekalongan.

Penelitian ini termasuk jenis ex post facto dengan desain korelasional

prediktif tiga prediktor. Populasi penelitian ini adalah seluruh guru PAI SD di

Kabupaten Pekalongan. Data dikumpulkan dari responden sejumlah 50 orang

yang ditetapkan dengan teknik random sampling. Data kualifikasi pendidikan dan

keikutsertaan diklat dikumpulkan melalui dokumentasi dengan mengadopsi model

portofolio sertifikasi guru. Sementara data sikap pada profesi dijaring melalui

angket dengan skala Likert. Adapun data kompetensi guru dikumpulkan lewat

kombinasi antara angket dan observasi. Instrumen angket untuk sikap pada profesi

dan kompetensi guru dilakukan uji validitas dengan menggunakan validitas isi dan

konstruk, sedangkan untuk mengetahui reliabilitas digunakan uji keandalan

Cronbach‟s Alpha.

Untuk analisis data terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis antara

lain uji normalitas data dengan teknik Kolmogorov-Smirnov, uji linearitas, dan uji

multikolinearitas kemudian dilakukan analisis data penelitian dengan teknik

regresi ganda tiga prediktor dengan bantuan komputer program Statistical

Package for Social Science (SPSS 17).

Hasil analisis menunjukkan temuan: (1) ada pengaruh yang signifikan dari

kualifikasi pendidikan terhadap kompetensi guru PAI SD di Kab. Pekalongan

dengan koefisien korelasi 0,388 dan sumbangan efektif sebesar 15,05%. (2) ada

pengaruh yang signifikan dari keikutsertaan diklat terhadap kompetensi guru PAI

SD di Kab. Pekalongan dengan koefisien korelasi 0,409 dan sumbangan efektif

sebesar 16,73%. (3) ada pengaruh yang signifikan dari sikap pada profesi terhadap

kompetensi guru PAI SD di Kab. Pekalongan dengan koefisien korelasi 0,384 dan

sumbangan efektif sebesar 14,75%. (4) ada pengaruh yang signifikan dari

kualifikasi pendidikan, keikutsertaan diklat dan sikap pada profesi secara simultan

terhadap kompetensi guru PAI SD di Kab. Pekalongan dengan koefisien

determinasi 0,458 dan sumbangan efektif sebesar 45,8%. Artinya 54,2%

dipengaruhi oleh faktor lain di luar variabel dalam penelitian ini.

Kata kunci : kualifikasi, diklat, sikap, kompetensi.

Page 2: PENGARUH KUALIFIKASI PENDIDIKAN, KEIKUTSERTAAN

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peningkatan mutu pendidikan selalu menjadi isu sentral dalam

penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional. Upaya peningkatan kualitas

pendidikan ini menjadi salah satu strategi pokok selain pemerataan

kesempatan dan akses pendidikan serta peningkatan relevansi dan efisiensi.1

Berbicara mengenai kualitas pendidikan maka tak akan lepas dari

peningkatan kompetensi dan profesionalitas guru. Guru merupakan unsur

utama dalam keseluruhan proses pendidikan dan di setiap jenjang

pendidikan, khususnya di tingkat institusional dan instruksional. Tanpa

guru, pendidikan hanya akan menjadi slogan muluk karena segala bentuk

kebijakan dan program pada akhirnya akan ditentukan oleh kinerja pihak

yang berada di garis terdepan yaitu guru. Guru menjadi titik sentral dan

awal dari semua pembangunan pendidikan.

Pada umumnya para ahli sepakat bahwa guru merupakan sosok kunci

yang memberikan kontribusi terbesar dalam pencapaian prestasi siswa.

Simmons dan Alexander telah merangkum lebih dari 10 hasil penelitian di

Negara-negara berkembang, dan menunjukkan adanya dua kunci penting

dari peran guru yang berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar

peserta didik, yaitu: jumlah waktu efektif yang digunakan guru untuk

melakukan pembelajaran di kelas dan kualitas kemampuan guru.2 Studi

yang dilakukan Heyneman dan Loxley di 29 negara menemukan bahwa di

antara berbagai masukan (input) yang menentukan mutu pendidikan

sepertiganya ditentukan oleh guru. Peranan guru semakin penting lagi di

tengah keterbatasan sarana dan prasarana sebagaimana dialami oleh negara-

negara sedang berkembang.3

Guru merupakan elemen kunci dalam sistem pendidikan, khususnya di

sekolah. Semua komponen lain, mulai dari kurikulum, sarana-prasarana,

biaya, dan sebagainya tidak akan banyak berarti apabila esensi pembelajaran

yaitu interaksi guru dengan peserta didik tidak berkualitas.4 Karena itu,

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

Page 3: PENGARUH KUALIFIKASI PENDIDIKAN, KEIKUTSERTAAN

2

memberikan persyaratan yang kompleks untuk menjadi guru mulai dari

taman kanak-kanak sampai dengan sekolah menengah (SM), yaitu: (a)

memiliki kualifikasi pendidikan minimal sarjana atau diploma empat, (b)

memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi

kepribadian, dan kompetensi profesional, (c) memiliki sertifikasi pendidik;

(d) sehat jasmani dan rohani, serta (e) memiliki kemampuan untuk

mewujudkan tujuan pendidikan nasional.5

Idealisme sebagaimana tergambar dari isi UUGD di atas tampaknya

menjadi pekerjaan berat bagi dunia pendidikan di Indonesia pada umumnya,

mengingat kondisi riil guru di Indonesia masih banyak yang belum

memenuhi standar. Mulyasa mengutip Wardiman Djoyonegoro

mengungkapkan bahwa hanya 43% guru yang memenuhi syarat; artinya

sebagian besar guru (57%) tidak atau belum memenuhi syarat, tidak

kompeten dan tidak profesional sehingga tidak layak untuk mengajar.6 Data

Departemen Pendidikan Nasional tahun 2004 menunjukkan guru yang layak

mengajar hanya 50,7% untuk jenjang SD: 64,1% SMP: dan 67,1% SMA.

Selain itu, rata-rata kompetensi guru tidak mencapai 50% seperti

ditunjukkan dalam tes umum guru TK-SD, dan tes bidang studi guru

SMP/SMA/SMK.7

Guru PAI di sekolah (PAIS) secara nasional tahun 2008 terdata

sejumlah 168.184 orang. Mereka mengajar di berbagai jenjang mulai dari

TK sampai dengan SMA/SMK. Dari jumlah itu yang mengajar di SD

sebanyak 122.667 atau 72,94% sehingga merupakan mayoritas. Adapun

kualifikasi pendidikan guru PAIS sebanyak 83.146 orang atau 49,44%

berpendidikan minimal S1, sementara sebanyak 86.577 orang atau 50,56%

berpendidikan kurang dari S1. Mereka yang belum S1 ini didominasi oleh

guru PAI di sekolah dasar. Tampilan data yang dirilis Direktorat Jenderal

Pendidikan Islam Kemenag ini menunjukkan bahwa masih lebih dari

separuh guru PAI yang belum memenuhi standar kualifikasi akademik

minimal S1 atau D-IV. Sementara itu dalam lingkup Kabupaten Pekalongan,

data guru PAI SD tahun 2009 tercatat sejumlah 691 orang. Dari jumlah

Page 4: PENGARUH KUALIFIKASI PENDIDIKAN, KEIKUTSERTAAN

3

tersebut baru 143 orang (20,69%) yang sudah berkualifikasi S1. Sementara

548 orang lainnya (79,31%) masih berkualifikasi D2 bahkan SLTA.

Berkaitan dengan pembinaan profesional guru PAI SD di Kabupaten

Pekalongan, pendidikan dan pelatihan (diklat) atau bimbingan teknis

(bintek) dirasakan masih kurang. Bisa dikatakan bahwa diklat yang

diperuntukkan dan dibiayai bagi guru PAI masih minim. Volume diklat

belum mampu menjangkau secara merata kepada semua guru PAI. Pada

umumnya Diklat guru PAI lebih banyak difasilitasi oleh Kelompok Kerja

Guru PAI (KKGPAI) baik tingkat kecamatan, kabupaten maupun propinsi.

Rendahnya kualifikasi akademik dan belum optimalnya pembinaan

profesional guru PAIS serta sikap terhadap profesi keguruan masih perlu

ditumbuhkan tampaknya berimplikasi terhadap rendahnya kompetensi guru

PAI dan dikhawatirkan akan pula berimplikasi lebih jauh pada rendahnya

kualitas pembelajaran PAI di sekolah-sekolah.

B. Rumusan Masalah

Pada dasarnya penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab masalah

masih banyaknya guru-guru PAI Sekolah Dasar yang rendah kompetensinya

dalam kaitannya dengan (1) kualifikasi Pedidikan, (2) keikutsertaan diklat

dan (3) sikap pada profesi. Adapun permasalahan pokok dalam penelitian

ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Adakah pengaruh yang signifikan dari kualifikasi pendidikan terhadap

kompetensi guru PAI SD di Kabupaten Pekalongan?

2. Adakah pengaruh yang signifikan dari keikutsertaan diklat terhadap

kompetensi guru PAI SD di Kabupaten Pekalongan?

3. Adakah pengaruh yang signifikan dari sikap pada profesi terhadap

kompetensi guru PAI SD di Kabupaten Pekalongan?

4. Adakah pengaruh yang signifikan dari kualifikasi pendidikan,

keikutsertaan diklat dan sikap pada profesi secara bersama-sama

terhadap kompetensi guru PAI SD di Kabupaten Pekalongan?

Page 5: PENGARUH KUALIFIKASI PENDIDIKAN, KEIKUTSERTAAN

4

II. FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN KOMPETENSI GURU

A. Kualifikasi Pendidikan

Secara etimologis kata kualifikasi diadopsi dari bahasa Inggris

qualification yang berarti training, test, diploma, etc. that qualifies a

person.8 Kualifikasi berarti latihan, tes, ijazah dan lain-lain yang menjadikan

seseorang memenuhi syarat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,

kualifikasi adalah “pendidikan khusus untuk memperoleh suatu keahlian

yang diperlukan untuk melakukan sesuatu atau menduduki jabatan

tertentu”.9

Menurut Ningrum kualifikasi berarti persyaratan yang harus dipenuhi

terkait dengan kemampuan yang dibutuhkan untuk melaksanakan suatu

pekerjaan.10

Sementara itu, Yusufhadi Miarso menyatakan bahwa guru yang

berkualifikasi adalah guru yang memenuhi standar pendidik, menguasai

materi/isi pelajaran sesuai dengan standar isi, dan menghayati dan

melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan standar proses

pembelajaran.11

Miarso mengartikan kualifikasi sebagai kemampuan atau

kompetensi yang harus dimiliki seorang guru dalam melaksanakan

tugasnya.

Dari beberapa pengertian kualifikasi di atas, istilah kualifikasi secara

garis besar dipahami dalam dua sudut pandang yang berbeda. Yang pertama,

kualifikasi sebagai tingkat pendidikan yang harus ditempuh oleh seseorang

untuk memperoleh kewenangan dan legitimasi dalam menjalankan

profesinya. Sementara pandangan yang kedua memaknai kualifikasi sebagai

kemampuan atau kompetensi yang harus dimiliki atau dikuasai seseorang

sehingga dapat melakukan pekerjaannya secara berkualitas. Namun

sesungguhnya terdapat benang merah dari kedua sudut pandang tersebut

yakni keharusan adanya kapasitas yang harus dipenuhi untuk menjalani

profesi atau pekerjaannya.

Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1

ayat 9 menggunakan istilah kualifikasi akademik, yang didefinisikan

sebagai ijazah jenjang pendidikan akademik yang harus dimiliki oleh guru

Page 6: PENGARUH KUALIFIKASI PENDIDIKAN, KEIKUTSERTAAN

5

atau dosen sesuai dengan jenis, jenjang, dan satuan pendidikan formal di

tempat penugasan. Adapun menurut Masnur Muslich, kualifikasi akademik

yaitu tingkat pendidikan formal yang telah dicapai guru baik pendidikan

gelar seperti S1, S2 atau S3 maupun nongelar seperti D4 atau Post Graduate

diploma.12

Dari beberapa definisi yang dikemukakan di atas, secara konklusif

dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud kualifikasi pendidikan

guru dalam konteks tulisan ini adalah jenjang atau strata pendidikan khusus

yang harus ditempuh sebagai persyaratan untuk memperoleh suatu keahlian

atau kemampuan guna menduduki jabatan sebagai guru.

Kualifikasi pendidikan selain menjadi tuntutan profesi juga

merupakan tuntutan yuridis formal bagi tenaga pendidik. Tuntutan tersebut

menjadi wajib dipenuhi dan dimiliki oleh setiap guru agar memiliki legalitas

dan dapat menunjukkan kredibilitasnya sebagai agen pembelajaran,

sehingga dapat melaksanakan tugas keprofesiannya secara profesional.13

Menurut Drost, guru menjadi aset strategis yang dituntut terus

mengalami proses peningkatan pengetahuan dan keterampilan mengajar (on

going formation) serta memiliki kemampuan untuk melihat ke depan. Itu

semua dapat terpenuhi jika guru berusaha meningkatkan kualifikasi

pendidikannya.14

Menurut Sudaryono, kualifikasi pendidikan berhubungan

erat dengan kinerja guru dalam mengemban peran sebagai agen

pembelajaran (learning agent).15

Kualifikasi pendidikan guru merupakan

persyaratan yang harus dipenuhi terkait dengan kemampuan yang

dibutuhkan untuk melaksanakan tugas. Kualifikasi pendidikan guru dapat

menunjukkan kredibilitas seseorang dalam melaksanakan pekerjaannya.16

Kualifikasi pendidikan guru dengan kata lain merefleksikan kemampuan

yang dipersyaratkan bagi guru untuk melaksanakan tugas sebagai pendidik

pada jenjang, jenis, dan satuan pendidikan atau mata pelajaran yang

diambilnya.

Secara normatif pendidikan merupakan modal dasar dalam

meningkatkan sumber daya manusia. Salah satu tujuan pendidikan adalah

Page 7: PENGARUH KUALIFIKASI PENDIDIKAN, KEIKUTSERTAAN

6

untuk menyiapkan seseorang agar mampu dan terampil dalam suatu bidang

pekerjaannya. Di dalam bekerja sering kali faktor pendidikan merupakan

syarat yang penting untuk memegang jabatan tertentu. Hal ini disebabkan

tingkat pendidikan akan mencerminkan pengetahuan dan keterampilan

sebagai prediktor sukses kerja seseorang.

Noeng Muhadjir menyatakan bahwa pendidikan merupakan upaya

normatif untuk membantu subyek-didik berkembang ke tingkat yang

normatif lebih baik.17

Seorang guru yang profesional harus menguasai

bidang ilmu pengetahuan yang akan diajarkannya dengan baik. Ia benar-

benar seorang ahli dalam bidang ilmu yang diajarkannya. Selanjutnya

karena bidang pengetahuan apapun selalu mengalami perkembangan, maka

seorang guru juga harus terus-menerus meningkatkan dan mengembangkan

ilmu yang diajarkannya, sehingga tidak ketinggalan zaman.18

Lefrancois berpendapat bahwa kompetensi sebagai kapasitas untuk

melakukan sesuatu dihasilkan dari proses belajar (pendidikan). Selama

proses belajar, stimulus akan bergabung dengan isi memori dan

menyebabkan terjadinya perubahan kapasitas untuk melakukan sesuatu.19

Dengan demikian berdasarkan uraian di atas, terdapat hubungan yang

positif antara kualifikasi pendidikan guru dengan kompetensinya. Untuk itu,

usaha peningkatan pendidikan bagi guru akan memberikan pengaruh

terhadap pelaksanaan tugas mengajarnya. Dengan kata lain, bahwa semakin

tinggi kualifikasi pendidikan guru maka akan memungkinkan guru tersebut

mengemban tanggung jawab untuk mendidik, membimbing dan mengajar

secara lebih baik, efektif dan efisien.

Guna menjembatani segala kemungkinan kondisi guru dan dalam

rangka meningkatkan profesionalisme guru, pemerintah menyediakan

beberapa macam model peningkatan kualifikasi guru seperti model tugas

belajar, model ijin belajar, model akreditasi dengan metode belajar jarak

jauh dan metode berkala, model berdasarkan peta kewilayahan,pendidikan

jarak jauh berbasis ICT (Information Communication Technology) dan PKG

(Pusat Kegiatan Guru) berbasis KKG.20

Page 8: PENGARUH KUALIFIKASI PENDIDIKAN, KEIKUTSERTAAN

7

Penyelenggaraan program sarjana (S-1) kependidikan bagi guru dalam

jabatan dilaksanakan dengan mengutamakan hal berikut: (a) memungkinkan

guru memiliki kesempatan lebih luas untuk memperoleh peningkatan

kualifikasi akademik dengan tidak mengganggu tugas dan tanggung

jawabnya di sekolah; (b). dapat mewujudkan sistem penyelenggaraan

pendidikan guru dalam jabatan yang efisien, efektif, dan akuntabel serta

menawarkan akses layanan pendidikan yang lebih luas tanpa mengabaikan

kualitas.21

Selanjutnya disebutkan bahwa Perguruan tinggi dapat memberikan

pengakuan terhadap pengalaman kerja dan hasil belajar yang pernah

diperoleh sebelumnya, baik pada jalur pendidikan formal maupun

pendidikan non formal sebagai pengurang beban studi yang harus

ditempuh.22

Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa pada prinsipnya

peningkatan kualifikasi guru dalam jabatan sangat memperhatikan tugas

guru, berorietasi pada mutu dan menghargai pelatihan, prestasi akademik,

dan pengalaman mengajar serta prestasi tertentu yang telah dimiliki guru

tersebut.

B. Keikutsertaan Diklat.

Menurut H.A.R. Tilaar, dalam pengertian populer istilah pendidikan

dan pelatihan dibedakan. Dalam hal pengembangan perilaku, pendidikan

lebih dominan pada dimensi ideografik yaitu pengembangan individu dan

kepribadian seseorang sesuai dengan disposisinya. Sedangkan pelatihan

lebih berdimensi nomotetik yaitu kepada tuntutan-tuntutan lembaga dan

peranan yang diharapkan dari seseorang yang sesuai dengan tujuan

lembaga.23

Manulang menyatakan antara pendidikan dan pelatihan memiliki

keterkaitan yang erat. Pendidikan lebih teoritis sifatnya sedangkan latihan

bersifat lebih praktis. Jadi pendidikan dan pelatihan keduanya saling

melengkapi dan tidak bertentangan. 24

Tinjauan teoritik di atas menunjukkan

Page 9: PENGARUH KUALIFIKASI PENDIDIKAN, KEIKUTSERTAAN

8

bahwa pembedaan antara pendidikan dan pelatihan adalah artifisial dalam

arti tidak menunjukkan realitas sebenarnya.

Andrew E. Sikula mengemukakan bahwa “training is short-term

educational process utilizing a systematic and organized procedure by

which non-managerial personal learn technical knowledge and skills for a

definite purpose”.25

Berdasarkan pendapat Andrew E. Sikula tersebut dapat

dikemukakan bahwa pelatihan adalah suatu proses pendidikan jangka

pendek yang menggunakan prosedur sistematis dan terorganisir di mana

pegawai non-manajerial mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis

dalam tujuan terbatas.

Berkaitan dengan tujuannya, Abdurrahmat Fathoni (2006: 98)

menyatakan bahwa: “Tujuan diadakannya diklat pada umumnya dalam

rangka pembinaan terhadap tenaga kerja atau pegawai agar dapat:

1. Meningkatkan kepribadian dan semangat pengabdian kepada

organisasi dan masyarakat.

2. Meningkatkan mutu dan kemampuan, serta keterampilan baik dalam

melaksanakan tugasnya maupun kepemimpinannya.

3. Melatih dan meningkatkan mekanisme kerja dan kepekaan dalam

melaksanakan tugas.

4. Melatih dan meningkatkan kerja dalam merencanakan.

5. Meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan kerja.”26

Menurut Sarjilah, dengan adanya pelatihan-pelatihan yang diikuti oleh

guru-guru, diharapkan guru akan lebih paham dengan dunia kerja, dapat

mengembangkan kepribadiannya, meningkatkan penampilan kerja individu,

mengembangkan karir, perilakunya menjadi efektif dan guru akan menjadi

lebih kompeten.27

Ada bermacam-macam tipe diklat yang diikuti oleh guru, yaitu diklat

penyegaran, diklat peningkatan kualifikasi dan diklat penjenjangan.28

Diklat

penyegaran ialah diklat untuk menyesuaikan tenaga kependidikan dengan

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern serta memantapkan

tenaga kependidikan tersebut agar dapat melakukan tugas sehari-hari dengan

baik. Diklat peningkatan kualifikasi ialah diklat dalam hubungan dengan

profesi kependidikan sehingga diperoleh suatu kualifikasi formal tertentu

Page 10: PENGARUH KUALIFIKASI PENDIDIKAN, KEIKUTSERTAAN

9

dengan standar yang telah ditentukan. Dan Diklat penjenjangan ialah diklat

untuk meningkatkan kemampuan guru sehingga dipenuhi persyaratan suatu

pangkat atau jabatan tertentu sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Seiring tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

bentuk dan model diklat juga mengalami penyesuaian dan perubahan-

perubahan. Di lingkungan Kementerian Agama, dalam rangka peningkatan

sumber daya manusia (SDM), ditempuh melalui beberapa model pendidikan

dan pelatihan yaitu: diklat tatap muka, diklat di tempat kerja, diklat jarak

jauh, pemberdayaan forum KKG dan diklat kerja sama dengan lembaga

lain.29

Peningkatan kompetensi guru dapat dilakukan melalui program

pelatihan dalam jabatan (in service training). Pelatihan mengandung makna

bahwa setelah mengikuti pelatihan guru akan terdorong motivasinya untuk

memperbaiki kinerja, cara pembelajaran atau penyegaran ilmu dan

informasinya.

Mengingat tugas guru begitu berat maka perlunya guru untuk selalu

diperbaharui pengetahuan, wawasan, keterampilannya menuju kepada

pengembangan profesi yang diharapkan. Secara rinci diungkap Suyanto

bahwa selama kemampuan profesional guru belum bisa mencapai tataran

ideal guru bersangkutan harus mendapatkan pelatihan yang terus menerus.

Dalam era globalisasi seperti sekarang semua ilmu pengetahuan cepat

usang. Apalagi kalau guru tidak dilatih dan tidak bisa memperoleh akses

informasi yang baru dan jika itu terjadi maka guru akan ketinggalan. Maka

tidak ragu lagi bahwa untuk mencapai kualitas pendidikan yang baik maka

guru harus selalu ditingkatkan kemampuannya agar guru selalu segar

informasinya, kuat etos kerjanya, dan cerdas akalnya.30

C. Sikap pada Profesi

Ada banyak definisi mengenai sikap dalam berbagai versi. Louis

Thurstone, salah seorang ahli psikologi yang terkenal dalam bidang

pengukuran sikap, mendefinisikan sikap sebagai derajat afek positif atau

afek negatif terhadap suatu objek psikologis.31

Page 11: PENGARUH KUALIFIKASI PENDIDIKAN, KEIKUTSERTAAN

10

LaPierre mendefinisikan sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi

atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi

sosial, atau secara sederhana sikap adalah respon terhadap stimuli sosial

yang telah terkondisikan.32

Sementara itu ahli yang lain, Secord & Backman mendefinisikan sikap

sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran

(kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu objek

di lingkungan sekitarnya.33

Dari beberapa definisi tersebut di atas, secara garis besar sikap dapat

dikategorikan ke dalam tiga orientasi pemikiran, yaitu: yang berorientasi

kepada respon, yang berorientasi kepada kesiapan respon, dan yang

berorientasi kepada skema triadik.

Adapun mengenai pengertian profesi, Kamus Besar Bahasa Indonesia

menyebutkan bahwa profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi

pendidikan keahlian tertentu.34

Menurut Sahertian profesi pada hakikatnya adalah suatu pernyataan atau

suatu janji terbuka (to profess artinya menyatakan), yang menyatakan bahwa

seseorang itu mengabdikan diri pada suatu jabatan atau pelayanan karena orang

tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu. 35

Jadi Profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan

tugasnya memerlukan/menuntut keahlian (expertise), menggunakan teknik-

teknik ilmiah, serta dedikasi yang tinggi. Profesional adalah pekerjaan atau

kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan

kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, dan kecakapan yang

memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan

profesi.

Sikap Profesional Keguruan adalah sikap seorang guru dalam

menjalankan pekerjaannya yang mencakup keahlian, kemahiran, dan

kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta

memerlukan pendidikan profesi keguruan.

Page 12: PENGARUH KUALIFIKASI PENDIDIKAN, KEIKUTSERTAAN

11

Berdasarkan definisi yang berorientasi kepada skema triadik, Sudjana

dan Ibrahim menjelaskan ada tiga komponen sikap, yaitu:

1. Komponen kognisi, yaitu sikap yang berkenaan dengan wawasan atau

pemahaman terhadap obyek.

2. Komponen afeksi, yaitu sikap yang berkenaan dengan perasaan dalam

menanggapi suatu obyek.

3. Komponen konasi, yaitu sikap yang berkenaan dengan kecenderungan

berbuat yang berhubungan dengan suatu obyek.36

Guru sebagai pendidik professional mempunyai citra yang baik di

masyarakat apabila dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia layak

menjadi panutan atau teladan masyarakat sekelilingnya. Masyarakat

terutama akan melihat bagaimana sikap dan perbuatan guru itu sehari-hari.

Pola tingkah laku guru yang berhubungan dengan profesinya dibahas

sesuai dengan sasarannya, yakni sikap professional keguruan terhadap: (1)

Peraturan perundang-undangan, (2) Organisasi profesi, (3) Teman Sejawat,

(4) Anak didik, (5) Tempat kerja, (6) Pimpinan, (7) Pekerjaan serta (8)

Disiplin keilmuan.37

Sasaran sikap profesi ini harus selalu dikembangkan

oleh para guru.

Dalam perspektif Islam, pekerjaan sebagai guru adalah pekerjaan

mulia dan luhur. Fuad Syalhub menyatakan bahwa tidak ada pekerjaan yang

lebih mulia dari pada pekerjaan sebagai guru atau pengajar. Semakin tinggi

dan bermanfaat materi ilmu yang diajarkan, maka yang mengajarkannya

juga semakin mulia dan tinggi derajatnya.38

Asma Hasan Fahmi mengutip

al-Gazali yang mengatakan bahwa siapa yang memilih pekerjaan mengajar

maka ia sesungguhnya telah memilih pekerjaan besar dan penting.39

Guru memikul tanggung jawab yang sangat besar. Ia tidak hanya

sekedar mengajar tetapi juga membimbing dan mendidik.40

Artinya

tanggung jawab guru tidak hanya pada tataran menstransmisikan

sekumpulan ilmu pengetahuan (transfer of knowledge), tetapi yang jauh

lebih esensial adalah bagaimana ia sebagai pendidik menstransmisikan nilai

Page 13: PENGARUH KUALIFIKASI PENDIDIKAN, KEIKUTSERTAAN

12

(transfer of value) sehingga nilai-nilai tersebut terinternalisasi dalam diri

anak didiknya.

Mengingat berat dan sulitnya tanggung jawab seorang guru, seorang

guru dituntut mengembangkan sikap positif terhadap profesinya. Profesi

guru menuntut seseorang untuk senantiasa sabar, amanah, ikhlas, dan penuh

perhatian kepada orang-orang yang dididiknya. Implementasi dalam konteks

kekinian, guna meningkatkan mutu, baik mutu profesional maupun mutu

layanan, guru harus selalu meningkatkan sikap profesionalnya. Beberapa

sasaran penyikapan pada profesi harus selalu dipupuk dan dikembangkan.

Pengembangan sikap pada profesi ini dapat dilakukan baik selagi dalam

pendidikan prajabatan maupun setelah bertugas (dalam jabatan).

Sikap positif guru terhadap profesinya merupakan salah satu faktor

yang sangat menentukan keberhasilan pendidikan. Sikap pada profesi guru

ini menjadi kunci pokok keberhasilan guru dalam melakukan tugas sebagai

pendidik.41

Guru yang selalu bersikap positif pada profesinya akan bekerja

dengan sepenuh hati. Ia merasa bangga dan mencintai profesinya itu. Hal ini

membawa konsekuensi guru akan berusaha mempersembahkan kinerja

terbaik dalam mengelola pembelajaran. Kinerja atau performance

merupakan perwujudan dari kompetensi guru. Dari sini dapat diambil

sebuah pemahaman bahwa semakin positif sikap guru pada profesinya akan

meningkatkan kompetensi guru.

D. Kompetensi Guru

Kompetensi berasal dari bahasa Inggris “competence” berarti

kemampuan atau kecakapan.42

Competence sama dengan being competent

yang sama artinya dengan having ability, power, legal authority, skill,

knowledge, attitude, etc.43

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Kompetensi adalah kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan

(memutuskan) sesuatu44

. Ada beragam definisi dari kompetensi, di

antaranya adalah sebagai berikut:

Page 14: PENGARUH KUALIFIKASI PENDIDIKAN, KEIKUTSERTAAN

13

Menurut Usman, kompetensi adalah suatu hal yang menggambarkan

kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik yang kualitatif maupun

kuantitatif.45

Sementara Charles E. Johnson mengemukakan bahwa

kompetensi merupakan perilaku rasional untuk mencapai tujuan yang

dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan.46

Kompetensi

merupakan suatu tugas yang memadai atas kepemilikan pengetahuan,

keterampilan dan kemampuan yang dituntut oleh jabatan seseorang.47

Munandar menyatakan bahwa kompetensi merupakan daya untuk

melakukan tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan.48

Dari beberapa definisi tersebut di atas dapat diambil kesimpulan

bahwa kompetensi mempersyaratkan beberapa hal, antara lain: (1) adanya

karakteristik yang menunjukkan kemampuan atau kewenangan, (2)

Kemampuan tersebut tecermin dalam bentuk pengetahuan, ketrampilan dan

sikap, (3) diperoleh melalui pengalaman belajar, (4) terwujud dalam bentuk

kinerja (performance).

Jika dikaitkan dengan dengan profesi guru, kompetensi guru menurut

David R. Stone didefinisikan sebagai gambaran hakikat kualitatif dari

perilaku guru atau tenaga kependidikan yang tampak sangat berarti.49

Selanjutnya dijelaskan bahwa kemampuan merupakan perilaku yang

rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi

yang diharapkan. Dikatakan rasional karena mempunyai arah atau tujuan

tertentu. Menurut Barlow, kompetensi guru adalah kemampuan seorang

guru dalam melaksanakan kewajibannya secara bertanggung jawab dan

layak.50

Kompetensi guru mengandung arti kemampuan seseorang dalam

melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak

atau kemampuan dan kewenangan guru dalam melaksanakan profesi

keguruannya.51

Menurut Kunandar pengertian kompetensi guru adalah

seperangkat penguasaan kemampuan yang harus ada dalam diri guru agar

dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat dan efektif.52

Dengan demikian,

Page 15: PENGARUH KUALIFIKASI PENDIDIKAN, KEIKUTSERTAAN

14

kompetensi guru merupakan kapasitas internal yang dimiliki guru dalam

melaksanakan tugas profesinya.

Ada banyak rumusan mengenai dimensi atau macam-macam

kompetensi guru yang dikemukakan para ahli. Menurut George J. Mouly53

yang juga diamini oleh Sudjana54

, kompetensi guru terdiri dari kognitif,

sikap dan perilaku. Ketiga bidang kompetensi ini tidak berdiri sendiri, tetapi

saling berhubungan dan saling memengaruhi satu sama lain. Ketiga bidang

kompetensi ini juga mempunyai hubungan hirarkis dalam arti saling

mendasari satu sama lain.

Dalam literatur yang ditulis oleh ahli pendidikan Islam banyak

dikupas tentang kompetensi guru. Hanya saja secara konseptual seringkali

bercampur antara syarat dan sifat guru.

Menurut Al-Abrasyi, guru harus memenuhi syarat antara lain: (1)

guru harus mengetahui karakter murid, (2) guru harus selalu berusaha

meningkatkan keahliannya, baik dalam bidang yang diajarkannya maupun

dalam cara mengajarkannya, dan (3) guru harus mengamalkan ilmunya dan

tidak berbuat hal yang berlawanan dengan ilmu yang diajarkannya.55

Mengacu kepada landasan yuridis formal UU Nomor 14 tahun 2005

tentang guru dan dosen, kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik,

kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional.56

Kompetensi pedagogik ialah kemampuan mengelola pembelajaran

peserta didik.57

Kompetensi pedagogik seorang guru ditandai dengan

kemampuannya menyelenggarakan pembelajaran yang bermutu.

Kompetensi Kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap,

berakhlak mulia, arif dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik.58

Kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat

untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik,

sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua / wali peserta didik dan

masyarakat sekitar.59

Kompetensi profesional merupakan kemampuan

penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang

Page 16: PENGARUH KUALIFIKASI PENDIDIKAN, KEIKUTSERTAAN

15

memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi

yang ditetapkan dalam standar nasional pendidikan.60

Kompetensi seseorang dapat terbentuk karena adanya faktor-faktor

yang mempengaruhi. Salah satu teori yang dapat dijadikan landasan

terbentuknya kompetensi seseorang adalah teori medan yang dirintis oleh

Kurt Lewin.61

Teori medan itu sendiri berangkat dari teori psikologi Gestalt

yang dipelopori tiga psikolog Jerman, yakni Max Wertheimer, Kohler, dan

Kofka, di mana dalam teori mereka disebutkan bahwa kemampuan

seseorang ditentukan oleh medan psikofisis yang terorganisasi yang hampir

sama dengan medan gravitasi.62

Selanjutnya Kurt Lewin mengembangkan teori ini dengan

memosisikan seseorang akan memperoleh kompetensi karena medan

gravitasi di sekitarnya yang turut membentuk potensi seseorang secara

individu. Artinya, kompetensi individu dipengaruhi dan dibentuk oleh

lingkungannya. Lingkungan di sini diposisikan sebagai sumber belajar.

Selain itu, sistem informasi yang diperoleh seseorang dari lingkungannya

berupa pengalaman yang diperoleh secara empiris melalui observasi,

pengetahuan ilmiah yang diterimanya dari pendidikan formal, dan

ketrampilan yang dilakukannya secara mandiri turut mewarnai pembentukan

kompetensi dirinya.

Kompetensi individu juga dapat terbentuk karena adanya potensi

bawaan dan lingkungan sekitar. Teori yang mendasari pemikiran ini adalah

teori konvergensi yang dipelopori oleh William Stern. Menurut teori ini,

perkembangan pribadi dan kompetensi seseorang merupakan hasil dari

proses kerja sama antara heriditas (pembawaan) dan environment

(lingkungan). Tiap individu merupakan perpaduan atau konvergensi dari

faktor internal (potensi-potensi dalam diri) dengan faktor eksternal

(lingkungan termasuk pendidikan).63

Menurut Widoyoko dengan mengadopsi pendapat Sutermeister

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kerja karyawan, maka kompetensi

guru dipengaruhi oleh faktor diri atau faktor internal dan faktor situasional

Page 17: PENGARUH KUALIFIKASI PENDIDIKAN, KEIKUTSERTAAN

16

atau faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri

individu guru yang meliputi: latar belakang pendidikan, pengalaman

mengajar, penataran dan pelatihan dan sebagainya. Sedangkan faktor

situasional yang dapat mempengaruhi kompetensi guru meliputi: iklim dan

kebijakan organisasi, lingkungan kerja, sarana dan prasarana, gaji,

lingkungan sosial dan sebagainya.64

Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Yuhetty.65

Ia

menyatakan bahwa faktor internal yang mempengaruhi kompetensi guru

meliputi: tingkat pendidikan, keikutsertaan di dalam berbagai pelatihan dan

kegiatan ilmiah, masa kerja dan pengalaman kerja, tingkat kesejahteraan

serta kesadaran akan kewajiban dan panggilan hati nurani. Sedangkan faktor

eksternalnya meliputi: besar gaji dan tunjangan yang diterima, ketersediaan

sarana dan media pembelajaran, kepemimpinan kepala sekolah, kegiatan

pembinaan yang dilakukan dan peran serta masyarakat.

Upaya meningkatkan kompetensi guru bukanlah pekerjaan ringan. Hal

ini mengingat jumlah guru yang demikian besar dan kompleksnya persoalan

di dunia pendidikan. Diperlukan keterlibatan aktif dan peran optimal dari

banyak pihak. Selain itu sinergisitas di antara stake holder menjadi prasyarat

lain demi mewujudkan tugas mulia ini.

E. Hipotesis Penelitian

Bertolak dari latar belakang masalah , rumusan masalah dan kajian

teoritis mengenai kompetensi guru, maka dapat dirumuskan hipotesis

sebagai berikut:

1. Ada pengaruh yang signifikan dari kualifikasi pendidikan terhadap

kompetensi guru PAI SD di Kabupaten Pekalongan.

2. Ada pengaruh yang signifikan dari keikutsertaan diklat terhadap

kompetensi guru PAI SD di Kabupaten Pekalongan.

3. Ada pengaruh yang signifikan dari sikap pada profesi terhadap

kompetensi guru PAI SD di Kabupaten Pekalongan.

Page 18: PENGARUH KUALIFIKASI PENDIDIKAN, KEIKUTSERTAAN

17

4. Ada pengaruh yang signifikan dari kualifikasi pendidikan, keikutsertaan

diklat dan sikap pada profesi secara bersama-sama terhadap kompetensi

guru PAI SD di Kabupaten Pekalongan.

III. Metode Penelitian

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada guru-guru Pendidikan Agama Islam

Sekolah Dasar di Kabupaten Pekalongan. Pemilihan lokasi penelitian

didasarkan atas pertimbangan bahwa Kabupaten Pekalongan dikenal sebagai

daerah yang cukup religius. Alasan lain yang lebih substansial adalah bahwa

Pemerintah Kabupaten Pekalongan telah menunjukkan perhatian yang kuat

terhadap pelaksanaan Pendidikan Agama Islam. Perhatian Pemerintah

Kabupaten Pekalongan beserta segenap stake holdernya juga diwujudkan

dengan serangkaian upaya untuk meningkatkan kompetensi guru PAI.

Penelitian ini dilaksanakan selama 6 (enam) bulan dari bulan Juli

sampai dengan Desember 2010. Kegiatan dimulai dari survei awal,

penyusunan proposal, penyusunan instrumen penelitian, uji coba instrumen,

pengumpulan data serta analisis dan penulisan laporan.

B. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis ex post facto karena peneliti berhubungan

dengan variabel yang telah terjadi dan peneliti tidak perlu memberikan

perlakuan terhadap variabel yang diteliti.66

Desain yang digunakan dalam

penelitian ini adalah korelasional prediktif tiga prediktor.67

Penelitian ini

menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian yang penyajian

datanya berupa angka-angka dan menggunakan analisis statistik.

Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma

ganda dengan tiga variabel independen yaitu Kualifikasi Pendidikan (X1),

Keikutsertaan Diklat (X2) dan Sikap pada Profesi (X3) terhadap Kompetensi

Guru PAI (Y).

C. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru Pendidikan Agama

Islam Sekolah Dasar di Kabupaten Pekalongan sejumlah 691 orang.

Page 19: PENGARUH KUALIFIKASI PENDIDIKAN, KEIKUTSERTAAN

18

Pengambilan sampel dalam penelitian ini termasuk probability sampling

yaitu teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi

setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.

Untuk itu dipakai teknik simple random sampling yaitu cara pengambilan

anggota sampel dari populasi secara acak.68

Penelitian ini mengambil

sampel sejumlah 50 orang guru PAI SD.

D. Variabel dan Indikator

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini terdiri dari 3 (tiga) variabel

bebas (X) dan 1 (satu) variabel terikat (Y). variabel bebasnya adalah

Kualifikasi Pendidikan (X1), Keikutsertaan Diklat (X2) dan Sikap pada

Profesi (X3).

Variabel kualifikasi pendidikan meliputi 3 (tiga) indikator yaitu ijazah

formal guru, relevansi jurusan dan pendidikan tambahan nonformal.

Variabel Keikutsertaan Diklat meliputi 3 (tiga) indikator yaitu lamanya

diklat, tingkatan diklat (internasional, nasional, propinsi, kabupaten atau

kecamatan) serta relevansi diklat (relevan atau kurang relevan). Sedangkan

Variabel sikap pada profesi meliputi indikator-indikator (1) sikap terhadap

peraturan; (2) sikap terhadap organisasi profesi; (3) Sikap terhadap teman

sejawat; (4) Sikap terhadap anak didik; (5) Sikap terhadap tempat kerja; (6)

Sikap terhadap pimpinan; (7) sikap terhadap pekerjaan dan (8) sikap

terhadap materi pelajaran/disiplin ilmu.

Adapun indikator variabel kompetensi guru ini meliputi (1)

penguasaan terhadap karakteristik peserta didik; (2) penguasaan teori belajar

dan prinsip-prinsip pembelajaran; (3) pengembangan kurikulum

matapelajaran yang diampu; (4) penyelenggaraan pembelajaran yang

mendidik; (5) pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk

kepentingan pembelajaran; (6) fasilitasi pengembangan potensi peserta

didik; (7) komunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta

didik; (8) penyelenggaraan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar;

(9) pemanfaatan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan

Page 20: PENGARUH KUALIFIKASI PENDIDIKAN, KEIKUTSERTAAN

19

pembelajaran; dan (10) tindakan reflektif untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran.

E. Instrumen Penelitian dan Validasi Instrumen

Instrumen yang digunakan untuk menjaring data dalam penelitian ini

menggunakan tiga macam instrumen yaitu dokumentasi, angket dan

observasi. Data kualifikasi pendidikan dan keikutsertaan diklat dikumpulkan

melalui dokumentasi dengan mengadopsi model portofolio sertifikasi guru.

Sementara data sikap pada profesi dijaring melalui angket dengan skala

Likert. Adapun data kompetensi guru dikumpulkan lewat kombinasi antara

angket dan observasi.

Instrumen angket untuk sikap pada profesi dan kompetensi guru

dilakukan uji validitas dengan menggunakan validitas isi dan konstruk.

Sebelum itu dilakukan uji keterbacaan instrumen dengan maksud

memastikan bahwa responden memahami maksud instrumen dengan baik.

Analisis validitas isi dilakukan melalui penelaahan yang cermat dan kritis

terhadap butir-butir item pertanyaan/pernyataan dalam angket sekaligus

memeriksa relevansinya dengan indikator setiap variabel yang secara

berkelanjutan. Untuk menguji validitas konstruksi ditempuh dengan 2 (dua)

langkah yaitu pendapat ahli (judgment expert) dan analisis faktor.

Hasil analisis faktor menunjukkan bahwa untuk instrumen angket

variabel sikap pada profesi dari jumlah item sebanyak 40 terdapat 4 item

yang harus direvisi karena korelasinya dibawah 0,3. Sedangkan untuk

angket kompetensi guru dengan jumlah item sebanyak 50 juga terdapat 4

item yang harus direvisi.

Sedangkan untuk mengetahui reliabilitas digunakan uji keandalan

Cronbach‟s Alpha. Berdasarkan hasil analisis uji reliabilitas tersebut

diperoleh harga koefisien alpha hitung untuk variabel sikap pada profesi

(X3) sebesar 0,913 > 0,300 dan harga koefisien alpha hitung untuk variabel

kompetensi guru (Y) 0,927 > 0,300, maka dapat disimpulkan bahwa angket

tersebut bersifat reliabel.

Page 21: PENGARUH KUALIFIKASI PENDIDIKAN, KEIKUTSERTAAN

20

IV. Hasil Penelitian

A. Uji Persyaratan Analisis Data

Untuk menganalisis data terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan

analisis antara lain uji normalitas data dengan teknik Kolmogorov-Smirnov,

uji linearitas, dan uji multikolinearitas.

Uji normalitas dikenakan terhadap variabel terikat yakni kompetensi

guru. Dari hasil uji normalitas pada variabel Y, diperoleh nilai Kolmogorov-

Smirnov Z sebesar 0,698 dengan hasil uji signifikansi (2-tailed) sebesar

0,715. Sesuai dengan hipotesis uji, diyakini bahwa apabila nilai signifikansi

lebih besar dari α (alpha) sebesar 0,05 maka dikatakan bahwa data berasal

dari populasi yang terdistribusi normal. Dengan demikian dapat dibuktikan

secara statistik bahwa sebaran data untuk variabel Y adalah normal.

Untuk Pengujian linearitas garis regresi dalam penelitian ini

menggunakan pendekatan atau analisis tabel Anova. Untuk menyatakan

apakah garis tersebut linear atau tidak, maka digunakan perbandingan antara

harga koefisien signifikansi dengan tingkat α (alpha) yang dipilih yakni

0,05. Simpulan yang harus diambil yaitu garis regresi dinyatakan linear jika

nilai signifikansi dari Deviation from linearity > dari alpha (0,05). Dari hasil

analisis diperoleh nilai signifikansi Y*X1 sebesar 0,71> 0,05 , Y*X2

sebesar 0,327 > 0,05 dan Y*X3 sebesar 0,913 > 0,05. Oleh karena itu

diperoleh kesimpulan bahwa garis regresi bersifat linear.

Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas di antara variabel

independen digunakan statistik korelasi product moment dari Pearson. untuk

menyatakan ada tidaknya multikolinearitas antarvariabel independen dengan

membandingkan koefisien signifikansi dengan tingkat α (alpha) yang

ditetapkan yakni 0,05. Hasil analisi korelasi product moment menunjukkan

bahwa signifikansi korelasi X1-X2 sebesar 0,390 > 0,05, signifikansi X1-X3

sebesar 0,413 > 0,05 dan signifikansi korelasi X2-X3 sebesar 0,519 > 0,05.

Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak terjadi multikolinearitas.

Page 22: PENGARUH KUALIFIKASI PENDIDIKAN, KEIKUTSERTAAN

21

B. Pengujian Hipotesis

Untuk melakukan analisis hipotesis maka digunakanlah analisis

regresi, analisis uji t untuk mengukur keberartian koefisien regresi dari

variabel independen secara parsial dan analisis Uji F untuk mengukur

keberartian koefisien regresi variabel independen secara simultan.

1. Pengaruh Kualifikasi Pendidikan terhadap Kompetensi Guru

Hasil analisis regresi ganda dengan tiga prediktor diperoleh persamaan

garis regresi Y = 0,816 + 0,388X1 + 0,409X2 + 0,384X3. Koefisien korelasi

parsial sebesar 0,388 menunjukkan kuatnya tingkat pengaruh antara variabel

kualifikasi pendidikan terhadap kompetensi guru. Tanda positif pada

koefisien korelasi menunjukkan bahwa korelasi memiliki pola positif atau

searah.

Hasil uji t menunjukkan bahwa koefisien korelasi parsial variabel

kualifikasi pendidikan (X1) signifikan didasarkan pada analisis signifikansi

sebesar 0,001 < 0,05 (α). Hal ini berarti koefisien korelasi parsial variabel

kualifikasi pendidikan bermakna atau memiliki pengaruh yang signifikan

dan positif terhadap kompetensi guru.

Dari perhitungan, ternyata bahwa koefisien determinasi (r2) dari

kualifikasi pendidikan (X1) terhadap kompetensi guru (Y) adalah sebesar

0,150544 sehingga kontribusi variabel X1 terhadap Y sebesar 15,05%.

Artinya bahwa 15,05% variasi skor kompetensi guru ditentukan oleh

kualifikasi pendidikan guru.

2. Pengaruh Keikutsertaan Diklat terhadap Kompetensi Guru

Dari persamaan garis regresi Y = 0,816 + 0,388X1 + 0,409X2 +

0,384X3 diketahui koefisien korelasi parsial variabel keikutsertaan diklat

sebesar 0,409 pada konstanta 0,816. Koefisien korelasi juga bertanda positif

menunjukkan bahwa korelasi memiliki pola positif atau searah.

Hasil uji t menunjukkan bahwa koefisien korelasi parsial variabel

keikutsertaan diklat (X2) signifikan didasarkan pada analisis signifikansi

sebesar 0,000 < 0,05 (α). Hal ini berarti koefisien korelasi parsial variabel

Page 23: PENGARUH KUALIFIKASI PENDIDIKAN, KEIKUTSERTAAN

22

keikutsertaan diklat bermakna atau memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap kompetensi guru.

Dari perhitungan diperoleh koefisien determinasi (r2) dari

keikutsertaan diklat (X2) terhadap kompetensi guru (Y) adalah sebesar

0,1673 sehingga kontribusi variabel X2 terhadap Y sebesar 16,73%. Artinya

bahwa 16,73% variasi skor kompetensi guru ditentukan oleh keikutsertaan

diklat.

3. Pengaruh Sikap pada Profesi terhadap Kompetensi Guru

Dari persamaan garis regresi Y = 0,816 + 0,388X1 + 0,409X2 +

0,384X3. Koefisien korelasi parsial variabel sikap pada profesi sebesar

0,384 pada konstanta 0,816. Koefisien korelasi juga bertanda positif

menunjukkan bahwa korelasi memiliki pola positif atau searah.

Hasil uji t menunjukkan bahwa koefisien korelasi parsial variabel

sikap pada profesi (X3) signifikan didasarkan pada analisis signifikansi

sebesar 0,001 < 0,05 (α). Hal ini berarti koefisien korelasi parsial variabel

sikap pada profesi bermakna atau memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap kompetensi guru.

Dari perhitungan diperoleh koefisien determinasi (r2) dari sikap pada

profesi (X3) terhadap kompetensi guru (Y) adalah sebesar 0,1475 sehingga

kontribusi variabel X3 terhadap Y sebesar 14,75%. Artinya bahwa 14,75%

variasi skor kompetensi guru ditentukan oleh sikap pada profesi.

5. Pengaruh Kualifikasi Pendidikan, Keikutsertaan Diklat dan Sikap pada

Profesi terhadap Kompetensi Guru secara simultan.

Hasil uji F diperoleh harga koefisien korelasi multipel Adjusted R

Square sebesar 0,458. Analisis signifikansi menunjukkan bahwa nilai sig. F

Change 0,000 < α (0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

variabel X1, X2 dan X3 secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan

dan positif terdapat variabel Y sehingga hipotesis keempat bisa diterima.

Dari koefisien determinasi (R2) sebesar 0,458 maka diketahui

kontribusi variabel X1, X2 dan X3 secara bersama-sama terhadap Y sebesar

45,80%. Artinya bahwa 45,80% variasi skor kompetensi guru ditentukan

Page 24: PENGARUH KUALIFIKASI PENDIDIKAN, KEIKUTSERTAAN

23

secara simultan oleh variabel kualifikasi pendidikan, keikutsertaan diklat

dan sikap pada profesi sementara 54,20% lainnya ditentukan oleh variabel

lain di luar variabel penelitian ini.

V. Simpulan dan Saran

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis, maka dapat

diambil simpulan sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh yang signifikan dan positif dari kualifikasi pendidikan

terhadap kompetensi guru PAI SD di Kabupaten Pekalongan . Terbukti

diperoleh sumbangan efektif sebesar 15,05%. Oleh karena itu

peningkatan kualifikasi pendidikan akan meningkatkan kompetensi guru

PAI SD.

2. Terdapat pengaruh yang signifikan dan positif dari keikutsertaan diklat

terhadap kompetensi guru PAI SD di Kabupaten Pekalongan. Terbukti

diperoleh sumbangan efektif sebesar 16,73%. Oleh karena itu semakin

tinggi tingkat keikutsertaan dalam diklat maka akan meningkatkan

kompetensi guru PAI SD.

3. Terdapat pengaruh yang signifikan dan positif dari sikap pada profesi

terhadap kompetensi guru PAI SD di Kabupaten Pekalongan. Terbukti

diperoleh sumbangan efektif sebesar 14,75%. Oleh karena itu semakin

positif sikap guru pada profesinya maka semakin tinggi kompetensi guru

PAI SD tersebut.

4. Terdapat pengaruh yang signifikan dan positif dari kualifikasi

pendidikan, keikutsertaan diklat dan sikap pada profesi secara simultan

terhadap kompetensi guru PAI SD. Terbukti diperoleh koefisien

determinasi sebesar 0,458 sehingga diketahui sumbangan efektif dari

variabel kualifikasi pendidikan, keikutsertaan diklat dan sikap pada

profesi secara bersama-sama sebesar 45,8%. Adapun 54,2% ditentukan

oleh faktor lain di luar variabel penelitian ini.

Page 25: PENGARUH KUALIFIKASI PENDIDIKAN, KEIKUTSERTAAN

24

B. Saran-saran

Berdasarkan temuan penelitian dan merujuk kepada simpulan, maka

peneliti dapat mengemukakan beberapa rekomendasi sebagai berikut:

1. Para guru PAI SD hendaknya terus-menerus melakukan upaya

meningkatkan kompetensinya melalui peningkatan kualifikasi

pendidikan, aktifitas pembinaan profesional seperti diklat, KKG PAI

maupun kegiatan ilmiah lainnya serta berupaya memupuk dan

mengembangkan sikap profesionalitasnya.

2. Kepala sekolah hendaknya memberikan dorongan, pembinaan, perhatian,

kesempatan dan fasilitasi kepada guru-guru PAI untuk terus

meningkatkan kompetensinya. Secara rutin kepala sekolah hendaknya

melakukan pembinaan kepada guru dan tidak kalah pentingnya kepala

sekolah hendaknya merealisasikan dukungan finansial yang memadai

dalam RAPBS khusus untuk pembinaan profesional guru.

3. Dinas pendidikan dan Kementerian Agama hendaknya mensinergikan

dan mengoordinasikan kebijakan dan program pembinaan profesional

guru PAIS sehingga tidak terkesan saling lempar tanggung jawab

sehingga berakibat penanganan guru PAIS tidak terurus dengan baik.

End Notes

1 Nanat Fatah Natsir, Strategi Pembangunan Pendidikan di Indonesia, (Jakarta: Balitbang

Dikdasmen, 2002), hal. 1. 2 Simmons, J., & Alexander, L., Factors which promote school achievement in developing

countries: A review of the research. In J. Simmons (Ed.), The Education Dilemma: Policy Issues

for Developing Countries in the 1980s, (Elmsford, N.Y.: Pergamon Press, 1980), hal. 77-95. 3 Heyneman, S. P., & Loxley, W., The effect of primary school quality on academic

achievement across twenty-nine high and low income countries. American Journal of

Sociology,88, 1983, hal. 19–23. 4 Direktorat Tenaga Kependidikan, 2008, Penilaian Kinerja Guru, (Jakarta: Dirtendik

Dirjen PMPTK Depdiknas, 2008), hal. 1. 5 Pasal 8, UU Nomor:14/2005.

6 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2009), hal.

3 7 Kompas, 3 Pebruari 2006.

8 Martin H. Manser, Oxford Learner’s Dictionary, (Oxford: Oxford University Press,

1995), hal. 337. 9 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar

Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), hal. 533.

Page 26: PENGARUH KUALIFIKASI PENDIDIKAN, KEIKUTSERTAAN

25

10

http://file.upi.edu.22/09/2010. 11

Yusufhadi Miarso, Peningkatan Kualifikasi Guru Dalam Perspektif Teknologi

Pendidikan, Makalah disampaikan dalam Semiloka di UNNES, 8 Mei 2008, hal. 6. 12

Masnur Muslich, 2007, Sertifikasi Guru Menuju Profesionalisme Pendidik, (Jakarta: P.T.

Bumi Aksara, 2007), hal.13. 13

http://lppm.upi.edu. 22/09/2010. 14

Drost, J., “On Going Formation bagi Seorang Guru,” Kompas, 14 Pebruari 2002. 15

http://www.jambiekspres.co.id/. 27/09/2010. 16

http://file.upi.edu. 22/09/2010 17

Noeng Muhadjir, Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial, (Yogyakarta: Rake Sarakin,

2000), hal. 82.

18 Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di

Indonesia, (Jakarta: Kencana., 2003), hal. 140.

19 Guy R. Lefrancois, Psychology for Teaching (7

th ed.), (Belmont: Wadsworth Publishing

Company,1991), hal. 63.

20 http://www.ditjenpmptk.net. 27/09/2010.

21 Pasal 3 Permendiknas RI No. 58/2008.

22 Pasal 5 ayat 7 Permendiknas No. 58/2008.

23 H. A. R. Tilaar, Manajemen Pendidikan Nasional Kajian Pendidikan Masa Depan,

(Bandung: PT Remaja RosdaKarya, 2008), hal. 16. 24

Martua Manulang, Manajemen Personalia, (Jakarta: Ghalia Indonesia,1981), hal. 84. 25

Andrew E. Sikula, Personal Administration and Human Resources Management, (New

York: John Wiley & Sons, Inc., 1981), hal.227.

26 Abdurrahmat Fathoni, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,

2006), hal. 98. 27

http://file.upi.edu. 27/09/2010. 28

http://file.upi.edu. 27/09/2010. 29

Rindang, Mei 2010: 49. 30

Suyanto,”Guru harus terus mendapat latihan,” Kompas, 3 Pebruari 2001.

31 Louis L. Thurstone. "The Measurement of Social Attitudes." Journal of Abnormal and

Social Psychology 27 (1931), hal. 249. 32

LaPierre, R. T., Attitudes vs. Actions. Social Forces, 13, (1934), hal. 230. 33

Secord P.F., Backman C.W., Social Psychology, (New York: McGraw Hill, 1969), hal.

5.

34 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Op.Cit., hal. 789.

35 A. Piet Sahertian, Profil Pendidik Profesional, (Yogyakarta: Andi Offset,1994) hal. 26.

36 Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru,

1989), hal. 107.

37 Soetjipto, Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007), hal. 43-53.

38 Fuad Syalhub, al-Mu’allim al-Awwal Sallallahu ‘alaihi wasallam (Guruku Muhammad

saw.), Terj. Nashirul Haq, (Jakarta: Gema Insani Press, 2006), hal. 1.

39 Asma Hasan Fahmi, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam, Terj. Ibrahim Husen,

(Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hal. 166.

40 Abdullah Nasih Ulwan,, Tarbiyah al-aulād fī al-islām (Pendidikan Anak Menurut Islam

Pemeliharaan Kesehatan Jiwa Anak), Terj. Khalilullah Ahmas Masykur Hakim, (Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 1990), hal. 135.

41 Huda Ali, Laporan Hasil Penelitian Sikap terhadap Profesional Guru, (Jakarta:

Balitbang Agama, 2006), hal. 2.

Page 27: PENGARUH KUALIFIKASI PENDIDIKAN, KEIKUTSERTAAN

26

42

John M Echols, Hassan Shadily., Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: Gramedia, 1990),

hal. 132.

43 Martin H. Manser,, Oxford Learner’s Dictionary, Oxford: Oxford University Press,

1995), hal. 80.

44 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Op.Cit., hal. 516.

45 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2005), hal. 14.

46 Charles E Johnson, et all., Psychology and Teaching, (Bombay: D.B. Taraporevala Sons

& Co. Private Limited, 1974), hal. 3.

47 Roestiyah, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, (Jakarta: Bina Aksara, 1989), hal. 4.

48 Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreatifitas Anak Sekolah, (Jakarta:

Grasindo, 1992), hal. 17. 49

David R. Stone, Educational Psychology: The Development of Teaching Skills, (New

York: Harper & Row Publishers, 1982), hal. 16. 50

Daniel Lenox Barlow, Educational Psychology: The Teaching-Learning Process,

Chicago: The Moody Bible Institute, 1985), hal. 229. 51

Usman, Op. Cit. 52

Kunandar, Guru profesional, (Jakarta: Rajawali Press, 2009), hal. 55. 53

George J. Mouly, Psychology for Effective Teaching, (New York: Rinehart and Winston

INC, 1973), hal. 391. 54

Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru

Algensindo, 1989), hal. 18. 55

Muhammad „Atiyah Al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Terj. Bustami A.

Gani dan Djohar Bahry, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), hal. 133-144. 56

Pasal 10 ayat 1 UU No 14/2005. 57

Asrorun Ni‟am, Membangun Profesionalitas Guru, (Jakarta: eLSAS, 2006), hal. 199. 58

Ibid. 59

E. Mulyasa, Standar Kompetensi Sertifikasi Guru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2007), hal. 173

60 Ibid., hal. 135-136.

61 Calvin S Hall, dkk., Teori-Teori Holistik (Organisasi-Fenomenologis), (Yogyakarta:

Kanisius, 2000), hal. 275.

62 Ibid., hal 275-276.

63 Hamzah B. Uno, Landasan Pembelajaran, (Gorontalo: Nurul Jannah.2004), hal. 156.

64 S. Eko Putro Widoyoko, Kompetensi Mengajar Guru IPS SMA Kabupaten Purworejo,

(Jakarta: Ditjen Dikti, 2005), hal. 7.

65 http://yusufhadi.net. 27/09/2010.

66 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2008), hal. 15.

67 Tulus Winarsunu, Statistik dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan, (Malang: UMM

Press, 2004),hal. 12.

68 Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, (Bandung: CV. Alfabeta,2009a), hal. 63-64).

Page 28: PENGARUH KUALIFIKASI PENDIDIKAN, KEIKUTSERTAAN

27

DAFTAR PUSTAKA

Al-Abrasyi, Muhammad „Atiyah, 1974, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam,

Terj. Bustami A. Gani dan Djohar Bahry, Jakarta: Bulan Bintang.

Ali, Huda, 2006, Laporan Hasil Penelitian Sikap terhadap Profesional Guru,

Jakarta: Balitbang Agama.

Azwar, Saifuddin, 1997, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Barlow, Daniel Lenox, 1985, Educational Psychology: The Teaching-Learning

Process, Chicago: The Moody Bible Institute.

Caplow, T., & McGee, R., 1965, The academic marketplace. Garden City, NY:

Anchor Books.

Coakes. S.J. and Steed., 1998, SPSS for windows, Sydney: Jacaranda Wiley Ltd.

Direktorat Tenaga Kependidikan, 2008, Penilaian Kinerja Guru, Jakarta:

Dirtendik Dirjen PMPTK Depdiknas.

Djamarah, Syaiful Bachri, 1991, Prestasi Belajar dan Kompetensi guru,

Surabaya: Usaha Nasional.

Drost, J., “On Going Formation bagi Seorang Guru,” Kompas, 14 Pebruari 2002.

Echols, John M, Hassan Shadily., 1990, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta:

Gramedia.

Fahmi, Asma Hasan, 1979, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam, Terj. Ibrahim

Husen, Jakarta: Bulan Bintang.

Fathoni, Abdurrahmat, 2006, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT.

Rineka Cipta.

Hajar, Ibnu, 1996, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam

Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo.

Hall, Calvin S. dkk., 2000, Teori-Teori Holistik (Organisasi-Fenomenologis),

Yogyakarta: Kanisius.

Heyneman, S. P., & Loxley, W., 1983, The effect of primary school quality on

academic achievement across twenty-nine high and low income countries.

American Journal of Sociology,88, 19–23.

Houston, W. R., and Howsam, R., 1972, Competency-based teacher education:

Progress,problems and prospects. Chicago: Science Research Associates.

Johnson, Charles E. et all., 1974, Psychology and Teaching, Bombay: D.B.

Taraporevala Sons & Co. Private Limited.

Kunandar, 2009, Guru profesional, Jakarta: Rajawali Press.

Page 29: PENGARUH KUALIFIKASI PENDIDIKAN, KEIKUTSERTAAN

28

Lefrancois, Guy R., 1991, Psychology for Teaching (7th

ed.), Belmont:

Wadsworth Publishing Company.

Manser, Martin H., 1995, Oxford Learner’s Dictionary, Oxford: Oxford

University Press.

Manulang, Martua, 1981, Manajemen Personalia, Jakarta: Ghalia Indonesia.

Matutina, Donni C., 1993, Manajemen Personalia, Jakarta: PT Rineka Cipta.

Miarso, Yusufhadi, 2008, Peningkatan Kualifikasi Guru Dalam Perspektif

Teknologi Pendidikan, Makalah disampaikan dalam Semiloka di UNNES, 8

Mei 2008.

Mouly, George J., 1973, Psychology for Effective Teaching, New York: Rinehart

and Winston INC.

Muhadjir, Noeng, 2000, Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial, Yogyakarta:

Rake Sarakin.

Mulyana, 2006, Laporan Hasil Penelitian Sikap Profesional Guru Tsanawiyah,

Jakarta: Balitbang Agama.

Mulyasa, E., 2007, Standar Kompetensi Sertifikasi Guru, Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

__________, 2009, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosda

Karya.

Munandar, Utami, 1992, Mengembangkan Bakat dan Kreatifitas Anak Sekolah,

Jakarta: Grasindo

Muslich, Masnur, 2007, Sertifikasi Guru Menuju Profesionalisme Pendidik,

Jakarta: P.T. Bumi Aksara.

Nata, Abuddin, 2003, Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan

Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana.

Natsir, Nanat Fatah., 2002, Strategi Pembangunan Pendidikan di Indonesia,

Jakarta: Balitbang Dikdasmen.

Ni‟am, Asrorun, 2006, Membangun Profesionalitas Guru, Jakarta: eLSAS.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun

2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun

2008 tentang Penyelenggaran Program Sarjana S-1 Kependidikan Bagi

Guru Dalam Jabatan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru.

Rindang, Mei 2010.

Roestiyah, 1989, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, Jakarta: Bina Aksara.

Page 30: PENGARUH KUALIFIKASI PENDIDIKAN, KEIKUTSERTAAN

29

Sahertian, A. Piet, 1994, Profil Pendidik Profesional, Yogyakarta: Andi Offset.

Secord P.F., Backman C.W., 1969, Social Psychology, New York: McGraw Hill.

Sikula, Andrew E., 1981, Personal Administration and Human Resources

Management, New York: John Wiley & Sons, Inc.

Simmons, J., & Alexander, L., 1980, Factors which promote school achievement

in developing countries: A review of the research. In J. Simmons (Ed.), The

Education Dilemma: Policy Issues for Developing Countries in the 1980s.

Elmsford, N.Y.: Pergamon Press.

Soetjipto, Raflis Kosasi, 2007, Profesi Keguruan, Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Stone, David R., 1982, Educational Psychology: The Development of Teaching

Skills, New York: Harper & Row Publishers.

Sudarmanto, R. Gunawan, 2005, Analisis Regresi Linear Ganda dengan SPSS,

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sudjana, Nana dan Ibrahim, 1989, Penelitian dan Penilaian Pendidikan,

Bandung: Sinar Baru.

Sudjana, Nana, 1989, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar

Baru Algensindo.

Sugiyono, 2006, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Bandung: CV.

Alfabeta.

________, 2009a, Statistika untuk Penelitian, Bandung: CV. Alfabeta.

________, 2009b, Metode Penelitian Kuantotatif Kualitatif dan R&D, Bandung:

CV. Alfabeta.

Sukardi, 2008, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya,

Jakarta: Bumi Aksara.

Suyanto,”Guru harus terus mendapat latihan,” Kompas, 3 Pebruari 2001.

Syah, Muhibbin, 1999, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung:

Remaja Rosda Karya.

Syalhub, Fuad, 2006, al-Mu’allim al-Awwal Sallallahu ‘alaihi wasallam (Guruku

Muhammad saw.), Terj. Nashirul Haq, Jakarta: Gema Insani Press.

Tilaar, H. A. R., 2008, Manajemen Pendidikan Nasional Kajian Pendidikan Masa

Depan, Bandung: PT Remaja RosdaKarya.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1996, Kamus

Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.

Ulwan, Abdullah Nasih, 1990, Tarbiyah al-aulād fī al-islām (Pendidikan Anak

Menurut Islam Pemeliharaan Kesehatan Jiwa Anak), Terj. Khalilullah

Ahmas Masykur Hakim, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Page 31: PENGARUH KUALIFIKASI PENDIDIKAN, KEIKUTSERTAAN

30

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen.

Uno, Hamzah B., 2004, Landasan Pembelajaran, Gorontalo: Nurul Jannah.

_____________, 2006, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, Jakarta:

Bumi Aksara.

_____________, 2008, Profesi Kependidikan Problema, Solusi dan Reformasi

Pendidikan di Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara.

Usman, Moh. Uzer, 2005, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Widoyoko, S. Eko Putro, 2005, Kompetensi Mengajar Guru IPS SMA Kabupaten

Purworejo, Jakarta: Ditjen Dikti.

Winarsunu, Tulus, 2004, Statistik dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan,

Malang: UMM Press.

Website Resmi

http://file.upi.edu.

http://lppm.upi.edu.

http://www.ditjenpmptk.net.

http://www.jambiekspres.co.id/.

http://yusufhadi.net