31
1 PENGARUH KUALITAS PELAYANAN KAPAL TERHADAP KEPUASAN PENGGUNA JASA PT. PELABUHAN INDONESIA III (Persero) CABANG TANJUNG PERAK (Studi pada jasa pemanduan kapal) Miar Astiti Ardyana Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Administrasi Negara, FIS, Universitas Negeri Surabaya Dr. Prasetyo Isbandono, S.Sos., M.Si Abstrak Masalah kepadatan pergerakan kapal melebihi kapasitas masi terjadi, mengingat sekarang ini merupakan jaman pasar global menjadikan kegiatan perdagangan dalam dan luar negeri (export-import) semakin meningkat dan menjadi PR terpenting bagi Pelabuhan Tanjung Perak yang berdampak pada kondisi kelancaran dan kecepatan kapal sandar di pelabuhan tersebut cukup mengganggu. Salah satu jasa kepelabuhanan yang memiliki peranan vital dalam aktifitas kapal di pelabuhan adalah pelayanan pemanduan yang dilaksanakan oleh Pandu dalam membantu Nahkoda agar olah gerak kapal dapat terlaksana dengan aman, tertib dan lancar. Dalam pelaksanaannya masi ditemui kendala sehingga penyelenggaraan pemanduan kapal belum sepenuhnya berjalan sesuai dengan yang diharapkan berdampak pada kepuasan pelanggan dan untuk mendukung kelancaran pergerakan kapal semua itu perlunya kualitas pelayanan prima dalam menghindari penumpukan kapal. Berdasarkan latar belakang tersebut penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah pengaruh antara kualitas pemanduan kapal terhadap kepuasan pengguna jasa PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Perak. Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian assosiatif. Teknik pengumpulan data dengan wawancara, kuesioner (angket) dan observasi. Sampel penelitian ini adalah pengguna jasa atau pelanggan PT.Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Perak, berjumlah 98 responden. Data diperoleh dengan cara membagikan kuesioner untuk ditanggapi dan melalui beberapa data yang diperoleh dari PT.Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Perak. Analisis data dilakukan dengan metode kuantitatif dan untuk mencari pengaruh variabel independen dan dependen menggunakan regresi linier berganda. Hasil penelitian regresi berganda menunjukan bahwa adapun pengaruh kualitas pelayanan pada pemanduan kapal terhadap kepuasan pengguna jasa/pelanggan terlihat dari nilai (Adjusted R 2) sebesar 0,665 dapat diartikan bahwa secara bersama-sama besarnya kontribusi variabel kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan pada pelayanan pemanduan kapal di Pelabuhan Tanjung Perak adalah sebesar 66,6% sedangkan sisanya 33,5% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti. Berdasarkan pada uji F, F hitung > F tabel = (39,496) > (2,313) Artinya secara bersama-sama variabel kualitas pelayanan berpengaruh terhadap variabel kepuasan pelanggan. Sedangkan pada uji t, variabel responsiveness dan assurance tidak berpengaruh signifikan namun memiliki arah yang positif terhadap kepuasan pengguna jasa/pelanggan dalam pelayanan pemanduan kapal di Pelabuhan Tanjung Perak, reliability dan empaty tidak berpengaruh signifikan dan tidak memiliki arah yang positif terhadap terhadap kepuasan pengguna jasa/pelanggan dalam pelayanan pemanduan kapal di Pelabuhan Tanjung Perak dan variabel tangibel memiliki pengaruh yang signifikan dengan arah positif terhadap kepuasan pengguna jasa/pelanggan dalam pelayanan pemanduan kapal di Pelabuhan Tanjung Perak diterima yang memiliki pengaruh paling besar (dominan) dibanding variabel lainnya. Kata kunci : Pelayanan Publik, Kualitas Pelayanan, Kepuasan pelanggan.

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN KAPAL TERHADAP KEPUASAN PENGGUNA JASA PT. PELABUHAN INDONESIA III (Persero) CABANG TANJUNG PERAK (Studi pada jasa pemanduan kapal)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : MIAR ASTITI ARDYANA

Citation preview

  • 1

    PENGARUH KUALITAS PELAYANAN KAPAL TERHADAP KEPUASAN PENGGUNA JASA PT.

    PELABUHAN INDONESIA III (Persero) CABANG TANJUNG PERAK

    (Studi pada jasa pemanduan kapal)

    Miar Astiti Ardyana

    Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Administrasi Negara, FIS, Universitas Negeri Surabaya

    Dr. Prasetyo Isbandono, S.Sos., M.Si

    Abstrak

    Masalah kepadatan pergerakan kapal melebihi kapasitas masi terjadi, mengingat sekarang ini merupakan

    jaman pasar global menjadikan kegiatan perdagangan dalam dan luar negeri (export-import) semakin meningkat dan

    menjadi PR terpenting bagi Pelabuhan Tanjung Perak yang berdampak pada kondisi kelancaran dan kecepatan kapal

    sandar di pelabuhan tersebut cukup mengganggu. Salah satu jasa kepelabuhanan yang memiliki peranan vital dalam aktifitas kapal di pelabuhan adalah pelayanan pemanduan yang dilaksanakan oleh Pandu dalam membantu Nahkoda

    agar olah gerak kapal dapat terlaksana dengan aman, tertib dan lancar. Dalam pelaksanaannya masi ditemui kendala

    sehingga penyelenggaraan pemanduan kapal belum sepenuhnya berjalan sesuai dengan yang diharapkan berdampak

    pada kepuasan pelanggan dan untuk mendukung kelancaran pergerakan kapal semua itu perlunya kualitas pelayanan

    prima dalam menghindari penumpukan kapal. Berdasarkan latar belakang tersebut penelitian ini bertujuan untuk

    mengetahui adakah pengaruh antara kualitas pemanduan kapal terhadap kepuasan pengguna jasa PT. Pelabuhan

    Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Perak. Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian assosiatif. Teknik

    pengumpulan data dengan wawancara, kuesioner (angket) dan observasi. Sampel penelitian ini adalah pengguna jasa

    atau pelanggan PT.Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Perak, berjumlah 98 responden. Data diperoleh

    dengan cara membagikan kuesioner untuk ditanggapi dan melalui beberapa data yang diperoleh dari PT.Pelabuhan

    Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Perak. Analisis data dilakukan dengan metode kuantitatif dan untuk mencari

    pengaruh variabel independen dan dependen menggunakan regresi linier berganda. Hasil penelitian regresi berganda menunjukan bahwa adapun pengaruh kualitas pelayanan pada pemanduan kapal terhadap kepuasan pengguna

    jasa/pelanggan terlihat dari nilai (Adjusted R2) sebesar 0,665 dapat diartikan bahwa secara bersama-sama besarnya

    kontribusi variabel kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan pada pelayanan pemanduan kapal di Pelabuhan

    Tanjung Perak adalah sebesar 66,6% sedangkan sisanya 33,5% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti.

    Berdasarkan pada uji F, Fhitung > Ftabel = (39,496) > (2,313) Artinya secara bersama-sama variabel kualitas pelayanan

    berpengaruh terhadap variabel kepuasan pelanggan. Sedangkan pada uji t, variabel responsiveness dan assurance tidak

    berpengaruh signifikan namun memiliki arah yang positif terhadap kepuasan pengguna jasa/pelanggan dalam pelayanan

    pemanduan kapal di Pelabuhan Tanjung Perak, reliability dan empaty tidak berpengaruh signifikan dan tidak memiliki

    arah yang positif terhadap terhadap kepuasan pengguna jasa/pelanggan dalam pelayanan pemanduan kapal di Pelabuhan

    Tanjung Perak dan variabel tangibel memiliki pengaruh yang signifikan dengan arah positif terhadap kepuasan

    pengguna jasa/pelanggan dalam pelayanan pemanduan kapal di Pelabuhan Tanjung Perak diterima yang memiliki pengaruh paling besar (dominan) dibanding variabel lainnya.

    Kata kunci : Pelayanan Publik, Kualitas Pelayanan, Kepuasan pelanggan.

  • 2

    EFFECT OF SERVICE QUALITY SERVICE SHIP TO USER SATISFACTION PT. PORT OF INDONESIAN

    III (Persero) CAPE TANJUNG PERAK (Study on pilotage services)

    Miar Astiti Ardyana

    Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Administrasi Negara, FIS, Universitas Negeri Surabaya

    Dr. Prasetyo Isbandono, S.Sos., M.Si

    Abstrak

    Problems density exceeds the capacity of the vessel movement masi happen, now that this is an age of global markets makes the activities of domestic and foreign trade (export-import) are increasing and becoming the most

    important public relations for the Port of Tanjung Perak which have an impact on the conditions of smoothness and

    speed of the ship is docked in port quite disturbing. One port services that have a vital role in the activities of the vessel

    at the port is pilotage services performed by Pandu in helping the ship's captain that navigation can be accomplished

    safely, orderly and smoothly. Still encountered obstacles in its implementation so that the implementation is not yet

    fully pilotage run in accordance with the expected impact on customer satisfaction and to support the smooth movement

    of the ship all the need for excellent service quality to avoid the buildup of ships. Based on this background, this study

    aims to determine the effect is there between the quality of the ship pilotage service user satisfaction PT. Pelabuhan

    Indonesia III (Persero) Branch of Tanjung Perak. This type of research in this thesis is a research associative. Data

    collection techniques with interviews, questionnaires (questionnaire) and observation. Samples were service users or

    customers PT.Pelabuhan Indonesia III (Persero) Branch of Tanjung Perak, totaling 98 respondents. Data obtained by distributing questionnaires to be addressed and through some of the data obtained from PT. Pelabuhan Indonesia III

    (Persero) Branch of Tanjung Perak. Data analysis was performed with quantitative methods and to seek the influence of

    independent and dependent variables using multiple linear regression. Multiple regression results show that while the

    impact of service quality on a scouting vessel to satisfaction of service users / customers can be seen from the value

    (Adjusted R2) of 0.665 can be interpreted that together the contribution of the variable quality of service to customer

    satisfaction on pilotage services at the Port of Tanjung silver is 66.6% while the remaining 33.5% is influenced by other

    factors not examined. Based on the test F, F count> F table = (39.496)> (2.313) means that jointly affect service quality

    variable to variable customer satisfaction. While the t test, variable responsiveness and assurance no significant effect

    but has a positive direction towards the satisfaction of service users / customers in pilotage services at the Port of

    Tanjung Perak, reliability and empathy are not significant and do not have a positive direction towards to satisfaction of

    service users / customers in pilotage services at the Port of Tanjung Perak and tangible variables have a significant

    influence in a positive direction towards the satisfaction of service users / customers in pilotage services at the Port of Tanjung Perak received that has the most impact (dominant) than other variables.

    Keywords: Public Service, Service Quality, Customer Satisfaction.

  • 3

    I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan

    terbesar di dunia yang berjumlah pulau

    mencapai 5,8 jt km2 dengan panjang garis pantai 81.900 km (sumber : Dishidros TNI

    AL) merupakan sebuah negara kepulauan

    yang sangat luas dan berpopulasi tinggi

    (www.lemhanmas.go.id). Dengan letak

    geografis yang sangat strategis memiliki

    bentang laut yang luas hingga 2/3 wilayah

    dari keseluruhan wilayah NKRI, maka

    transportasi laut memiliki peran yang sangat

    penting bagi negara kepulauan. Mengingat

    Indonesia merupakan negara kepualauan

    yang memiliki 17.000 pulau dan disatukan

    oleh lautan yang luas, transportasi laut menjadi urat nadi bagi perekonomian Indonesia. Transportasi laut merupakan

    gerbang keterisolasian atas wilayah-wilayah

    yang terpencil dan jauh dari pusat kegiatan

    terutama dalam mendukung kegiatan

    ekonomi. Disamping itu, sektor transportasi

    laut berperan dalam merangsang

    pertumbuhan ekonomi daerah daerah tertinggal (konsep Transport Promote The

    Trade) dan sebagai saranan penunjang

    perekonomian bagi daerah daerah yang telah berkembang (konsep transport follow

    the trade).

    Pelabuhan merupakan salah satu

    prasarana transportasi laut yag cukup penting

    bagi negara kepulauan seperti Indonesia

    dalam meningkatkan perokonomian negara,

    yang mempunyai fungsi utama untuk

    menaikkan dan menurunkan penumpang,

    bongkar muat barang dan hewan serta

    merupakan daerah lingkungan kerja kegiatan

    ekonomi. Lebih luas lagi fungsi pelabuhan adalah sebagai interface, link, gateway dan

    industrial entity. Dengan adanya pelabuhan

    maka kegiatan ekonomi dapat menjadi lebih

    lancar, sebagian besar barang-barang eksport

    import dikirim melalui jalur laut yang berarti

    membutuhkan pelabuhan atau tempat untuk

    bertambat, meskipun dapat menggunakan

    transportasi lain karena jumlah barang yang

    dapat diangkut oleh kapal lebih banyak

    dibandingkan dengan jumlah barang yang

    dapat diangkut oleh armada lain (udara atau

    darat). Karena pelabuhan sebagai penyedia jasa pelayanan jasa kepelabuhan diharapkan

    mampu memberikan pelayanan yang prima,

    sehingga eksportir maupun importir tidak

    dirugikan dengan peningkatan biaya akibat

    pelayanan yang tidak optimal.

    Mengingat sekarang ini merupakan

    jaman pasar global, disepakatinya perjanjian-

    perjanjian semacam GATT (General

    Agreement on Tariff), AFTA (Asean Free

    Trade Area), APEC (Asean Pasific

    Economy Community) dan WTO (World

    Trade Orrganisation) yang merupakan

    jaringan-jaringan global perdagangan dunia

    adalah upaya untuk merespon tuntutan-

    tuntutan dan kecenderungan globalisasi. Tentu saja hal ini menuntut upaya/kebijakan

    Pemerintah Indonesia untuk segera

    mempersiapkan segala sesuatunya sehingga

    pada waktunya nanti sudah benar-benar siap

    berkompetisi di area global menghadapi

    negara-negara lain. Sehingga tingkat

    keinginan masyarakat untuk mengkonsumsi

    barang-barang yang sedang menjadi Trend-

    Center pun meningkat, walaupun barang

    tersebut bukan dari Indonesia. Menjadikan

    permintaan masyarakat terhadap suatu

    barang sangat tinggi, dan secara tidak langsung meningkatkan nilai konsumsi

    masyarakat di Indonesia. Pelabuhan di sini

    adalah perangkat vital yang harus siap benar-

    benar untuk menunjang kegiatan

    perdagangan dalam dan luar negeri (export-

    import).

    Pelabuhan Tanjung PerakSurabaya, Sebagai pelabuhan kelas satu di Indonesia

    karena letaknya straregis yang mempunyai

    potensi sumber daya alam dan daerah

    belakang/hinterland (suatu daerah yang dibatasi oleh suatu pantai atau sungai) yang

    cukup besar dan terus berkembang maka

    peranannya cukup penting bagi kegiatan

    perdagangan Internasional (export-import),

    perdagangan antar pulau maupun

    pengembangan wilayah dan ekonomi di

    kawasan Jawa Timur pada khususnya dan

    Kawasan Timur Indonesia pada umumnya.

    Dimana lalu lintas kapal yang keluar dan

    masuk pelabuhan sangat tinggi sehingga

    melampaui kapasitas yang telah ditetapkan. Kapasitas pergerakan kapal ditetapkan

    sebanyak 27 ribu setiap tahun atau 13.500

    kapal yang keluar masuk pelabuhan setiap

    tahun. Sementara itu, jumlah kapal yang

    masuk dan keluar melebihi kapasitas

    tersebut. Berdasar data PT Pelabuhan

    Indonesia III (persero), terdapat 20.500 kapal

    yang keluar dan masuk pelabuhan pada

    2012. Setahun berikutnya, jumlahnya terus

    bertambah yakni, 21.500 kapal yang

    bersandar dan meninggalkan pelabuhan.

    Dikarenakan arus pergerakan kapal yang cukup padat di Pelabuhan Tanjung

    Perak, dapat dilihat dari data arus kunjungan

    kapal yang cenderung mengalami

    peningkatan dari tahun ke tahun yang terlihat

    dari jumlah kapal yang akan masuk

  • 4

    pelabuhan. Antrian kapalpun terjadi untuk

    jenis kapal kargo kadang harus antri lebih

    panjang dari kapal pengangkut petikemas,

    sementara untuk yang curah dan kargo lebih

    lama lagi. Untuk itulah diperlukan suatu

    sarana dan prasarana pelabuhan yang

    memadai, pada umumnya pelayanan kapal-kapal yang akan masuk, keluar serta pindah

    di perairan pelabuhan dilayani oleh kapal

    pandu dan kapal tunda. Kapal pandu

    digunakan untuk memandu kapal dan kapal

    tunda untuk menuntun kapal-kapal yang

    akan masuk dan keluar maupun berpindah

    tempat. Pelayanan penundaan dengan kapal

    tunda ini hanya diwajibkan bagi kapal yang

    berukuran 70 Meter s/d 150 Meter keatas.

    Berbagai type dan ukuran kapal yang akan

    keluar masuk memerlukan pemanduan

    dengan kapal tunda dengan jumlah dan type/ukuran yang berbeda-beda.

    Agen Perusahaan menilai waktu tunggu

    kapal di Pelabuhan Tanjung Perak tidak ideal

    dikarena akibat kesalahan administrasi,

    keterbatasan fasilitas dan tumpang tindih tata

    kelola. Persoalan lamanya waktu tunggu

    (witing time) juga di keluhkan oleh General

    Manager PT Tanto Intim Line H.Moningka,

    mengeluhkan minimnya jumlah kapal tunda,

    kapal yang bertugas membantu kelancaran

    kapal-kapal besar sandar di Pelabuhan Tanjung Perak. Karena kondisi tersebut

    cukup mengganggu kelancaran dan

    kecepatan kapal sandar di pelabuhan.

    Sedangkan Slamet Raharjo dari Pelayaran

    PT Meratus tidak ketinggalan turut

    menyampaikan pendapat bahwa

    produktivitas pada kegiatan shift - III harus

    dioptimalkan.

    Karena dampak dari waktu tunggu yang

    cukup lama dapat menyebabkan kerugian

    yang cukup besar bagi agen pelayaran, mencapai sekitar Rp 7 juta per hari per kapal

    yang cukup memberatkan. Tidak hanya

    pembengakakan pada biaya, waktu tunggu

    berdampak pula pada produksi perusahaan

    terganggung dan sebagian buruh

    menganggur akibat menunggu bahan baku

    jika kedatangan kapal hingga mengeluarkan

    barang/kontainer memerlukan waktu yang

    cukup lama mencapai 20 hari. Sehingga

    permasalahan waktu tunggu kapal (waiting

    time) selama berada di pelabuhan harus di

    minimalisir untuk menghindari penumpukan kapal.

    Untuk mendukung kelancaran

    pergerakan kapal semua itu perlunya kualitas

    pelayanan yang prima dalam menghindari

    penumpukan kapal. Salah satu jasa

    kepelabuhanan yang memiliki peranan vital

    dalam aktifitas kapal di pelabuhan adalah

    pelayanan pemanduan. Pelayanan

    pemanduan dan penundaan terhadap kapal-

    kapal yang akan keluar masuk maupun

    pindah tempat di perairan pelabuhan merupakan bagian dari usaha jasa

    kepelabuhan PT. Pelabuhan Indonesia III

    (Persero) Cabang Tanjung Perak. Pelayanan

    Pemanduan adalah kegiatan pemanduan

    yang dilaksanakan oleh Pandu dalam

    membantu Nahkoda agar olah gerak kapal

    dapat terlaksana dengan aman, tertib dan

    lancar (Sistem dan Prosedur Pelayanan Jasa

    Kapal dan Barang di lingkungan PT.

    Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang

    Tanjung Perak). Sehingga kesiapan sarana

    dan prasarana yaitu kapal pandu dan tunda yang merupakan alat bantu operasional

    Divisi Kepanduan harus memadai baik

    dalam jumlah maupun kapasitas daya yang

    disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan.

    Semakin cepatnya kegiatan pelayanan

    pemanduan kapal di Pelabuhan Tanjung

    Perak, maka perlu mengoptimalkan mutu

    pelayanan pemanduan kapal terutama dalam

    rangka mengantisipasi jumlah kunjungan

    kapal yang setiap tahun semakin meningkat

    jumlahnya. Operasional kapal pandu dan tunda merupakan unsur utama dari pelayanan

    pemanduan, yang merupakan kegiatan awal

    serta akhir dari keseluruhan rangkaian

    kegiatan masuk dan keluar kapal. Dalam

    meningkatkan operasional kapal pandu dan

    tunda di pelabuhan maka pendukung faktor

    sumber daya manusia perlu mendapat

    perhatian dalam pembinaannya, sehingga

    peranannya dalam kegiatan pelayanan

    pemanduan dipelabuhan akan memberi hasil

    yang maksimal terhadap keselamatan dan kelancaran kapal. Petugas Pandu adalah

    pelaut nautis yang telah memenuhi

    persyaratan yang telah ditetapkan oleh

    pemerintah untuk melaksanakan tugas

    pemanduan. Petugas pandu memegang kunci

    dalam pelayanan kapal pada pelabuhan,

    karena petugas pandu mengemban tanggung

    jawab terhadap olah gerak dan keselamatan

    kapal dalam lingkungan pelabuhan. Bisa atau

    tidaknya kapal sandar sangat bergantung

    kepada kecakapan petugas pandu dalam

    melaksanakan tugasnya yang didukung oleh sarana dan prasarana pemanduan.

    Sehingga pelayanan yang diterima

    pengguna jasa pelabuhan dapat dijadikan

    standar dalam menilai kinerja petugas pandu

    yang berarti bahwa kepuasan pelanggan

    adalah hal yang utama. PT Pelabuhan

  • 5

    Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung

    Perak berusaha memberikan pelayanan yang

    sesuai harapan pelanggan dengan sebaik

    mungkin untuk mempertahankan kualitas

    pelayanan kapal pada jasa pemanduan.

    Karena pelayanan yang berkualitas memiliki

    peran yang sangat penting untuk menghindari terjadinya hal-ha yang tidak

    diinginkan oleh semua pihak baik pelabuhan

    maupun agen pelayaran seperti adanya

    penumpukan kapal atau (waiting time),

    dengan memberikan pelayanan sebaik

    mungkin berarti dapat memenuhi kebutuhan

    pelanggan yang berdampak pada kepuasan

    pelanggan. Untuk mengetahui sejauhmana

    peran pelayanan pemanduan kapal serta

    kualitas pelayanan yang diberikan pada

    pengguna jasa pelabuhan dalam mengatur

    olah gerak kapal agar antrian kapal yang panjang tidak terjadi, maka penulis tertarik

    meneliti lebih jauh tentang pengaruh kualitas

    pelayaan dalam memberikan pelayanan

    pemanduan kapal yang berdampak terhadap

    kepuasan pelanggan. Hal ini dilakukan untuk

    melihat sejauh mana penilaian masing masing pengguna jasa pelabuhan terhadap

    kualitas pelayanan kapal pada jasa

    pemanduan yang ada di Pelabuhan Tanjung

    Perak.

    Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka penulis tertarik untuk

    melakukan penelitian dengan judul

    PENGARUH KUALITAS PELAYANAN KAPAL TERHADAP KEPUASAN

    PENGGUNA JASA PT. PELABUHAN

    INDONESIA III (Persero) CABANG

    TANJUNG PERAK (studi pada jasa

    pemanduan kapal)

    B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian serta penjelasan

    yang telah dikemukakan pada latar belakang

    maka rumusan masalah dalam penelitian ini

    adalah sebagai berikut:

    a. Adakah pengaruh kualitas pelayanan kapal terhadap kepuasan pengguna jasa

    PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero)

    Cabang Tanjung Perak (studi pada jasa

    pemanduan kapal) secara simultan?

    b. Adakah pengaruh kualitas pelayanan kapal terhadap kepuasan pengguna jasa

    PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero)

    Cabang Tanjung Perak (studi pada jasa pemanduan kapal) secara parsial?

    c. Variabel apa yang dominan berpengaruh terhadap kepuasan

    pengguna jasa PT. Pelabuhan Indonesia

    III (Persero) Cabang Tanjung Perak

    (studi pada jasa pemanduan kapal)?

    C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini

    adalah :

    a. Memahami lebih jauh seberapa besar pengaruh kualitas layanan pemanduan

    kepuasan pengguna jasa PT Pelabuhan Indonesia (Persero ) III Cabang

    Tanjung Perak secara bersama-sama.

    b. Memahami lebih jauh seberapa besar pengaruh kualitas layanan pemanduan

    kepuasan pengguna jasa PT Pelabuhan

    Indonesia (Persero ) III Cabang

    Tanjung Perak secara terpisah.

    c. Memahami variabel apa yang paling berpengaruh terhadap kepuasan

    pengguna jasa PT Pelabuhan Indonesia

    (Persero ) III Cabang Tanjung Perak..

    D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian yang ingin

    dicapai adalah :

    1. Bagi Perusahaan Untuk memberikan masukan bagi PT.

    Pelabuhan Indonesia III Cabang

    Tanjung Perak mengenai sejauh mana

    upaya peningkatan kualitas pelayanan

    yang telah diberikan.

    2. Bagi Fakultas Diharapkan hasil penelitian ini dapat

    memberikan manfaat dan masukan bagi fakultas dalam bidang Ilmu

    Administrasi Negara untuk

    mengembangkan ilmu pengetahuan

    yang akan mangadakan penelitian

    tentang kualitas layanan dan kepuasan

    pelanggan serta menambah

    dokumentasi bagi fakultas yang

    selanjutnya bermanfaat bagi

    mahasiswa dan pihak pihak yang membutuhkan untuk menambah

    khasanah pengetahuan 3. Bagi Penulis

    Kegiatan penelitian ini dapat

    digunakan untuk menambah

    pengetahuan tentang perilaku

    konsumen dalam jasa pelayanan dan

    menerapkan teori teori yang sudah diperoleh selama kuliah di Perguruan

    Tinggi.

    II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pelayanan

    Pelayanan sering dipandang sebagai suatu

    fenomena yang rumit, karena kata pelayanan itu

    sendiri mempunyai banyak arti, mulai dari

    pelayanan pribadi (personal service) sampai jasa

    suatu produk. Penyajian layanan yang berkualitas

    dipertimbangkan sebagai suatu strategi untuk sukses

    dan tetap hidup dalam lingkungan persaingan saat

    ini. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia Layan,

  • 6

    melayani adalah membantu menyiapkan apa apa yang diperlukan seseorang atau meladeni,

    sedangkan pelayanan memiliki tiga makna, yang

    pertama perihal atau cara melayani; yang kedua

    usaha melayani kebutuhan orang lain dengan

    memperoleh imbalan (uang); yang ketiga

    kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual beli barang atau jasa. Pengertian pelayanan (service)

    menurut American Marketing Assosoation, seperti

    dikutip oleh Donald (dalam Hardiansyah, 2011: 10)

    bahwa pelayanan pada dasarnya adalah merupakan

    kegiatan atau manfaat yang ditawarkan oleh suatu

    pihak kepada pihak lain dan pada hakekatnya tidak

    berwujud serta tidak menghasilkan kepemilikan

    sesuatu, proses produksinya mungkin juga tidak

    dikaitkan dengan suatu produk fisik. Sedangkan

    menurut Lovelock (dalam Hardiansyah, 2011: 10)

    service adalah produk yang tidak berwujud, berlangsung sebentar dan dirasakan atau dialami. Artinya service merupakan produk yang tidak

    memiliki bentuk atau wujud dan bersifat sesaat atau

    tidak tahan lama, tetapi bisa dirasakan maupun

    dipahami oleh penerima layanan (serice).

    Secara etimologis, Poerwadarminta (1995:571)

    dalam Hardiyansah (2007:10-11) menjelaskan

    bahwa pelayanan berasal dari kata layan yang

    berarti membantu menyiapkan/mengurus apa-apa

    yang diperlukan seseorang, kemudian pelayanan

    dapat diartikan sebagai: Perihal/cara melayani;

    Service/jasa; Sehubungan dengan jual beli barang atau jasa.

    Searah dengan pengertian di atas, Soetopo

    (dalam Napitupulu, 2007:164) juga mendeinisikan

    pelayanan sebagai suatu usaha untuk membantu menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan orang

    lain. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pelayanan adalah serangkaian aktivitas atau proses

    pemenuhan kebutuhan orang lain dengan

    memuaskan berupa poduk jasa, dimana pelayanan

    tersebut memiliki ciri seperti tidak berwujud, cepat

    hilang, tidak dapat dimiliki, serta pelanggan dapat lebih berpartisipasi aktif dalam proses menkonsumsi

    jasa tersebut.

    Konsep pelayanan publik yang diturunkan dari

    makna public service menurut Pamudji (dalam

    Napitupulu, 2007:165) yaitu berbagai aktivitas yang bertujuan memenuhi kebutuhan masyarakat

    akan barang dan jasa, atau pelayanan umum yang diungkapkan oleh Soetopo (dalam Napitupulu,

    2007:165) yaitu, segala bentuk jasa pelayanan, baik

    dalam bentuk barang publik maupun jasa publik

    yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan

    dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah Pusat, di Daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik

    Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, dalam

    rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat

    maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan

    peraturan perundang-undangan.

    Secara lebih dalam menurut Bab I Pasal 1 Ayat

    1 UU No. 25/2009, yang dimaksud dengan

    pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian

    kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan

    pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-

    undangan bagi setiap warga negara dan penduduk

    atas barang, jasa dan/ atau pelayanan administratif

    yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan

    publik. Sedangkan, menurut Sinambela, dkk (2006:

    5) juga mengartikan tentang pelayanan publik yakni, pelayanan publik diartikan sebagai setiap

    kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap

    sejumlah manusia yang memiliki kegiatan yang

    menguntungakan dalam suatu kumpulan atau

    kesatuan dan menawarkan kepuasan meskipun

    hasilnya tidak terkait pada suatu produk secara fisik.

    Berdasarkan beberapa pengertian diatas

    tentang pelayanan, maka dapat disimpulkan bahwa

    pelayanan publik atau pelayanan umum, baik dalam

    bentuk barang publik maupun barang jasa publik

    pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan

    dilaksanakan oleh instansi pemerintah pusat, di daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik

    Negara maupun Badan Usaha Milik Daerah dalam

    upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun

    dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan

    perundang-undangan, pendapat Ratminto dan Atik

    Septi Winarsih (dalam Hardiyansyah, 2011: 11).

    2.2 Kualitas Pelayanan Pelayanan sering kali dihubungkan dengan

    bagaimana kualitas pelayanan tersebut diberikan.

    Baik buruknya suatu pelayanan dapat dinilai melalui

    kualitas pelayanan yang diberikan oleh penyelenggara pelayanan. Berpusat pada

    pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan

    serta penyampainya untuk mengimbangi harapan

    pelanggan. Konsep kualitas bersifat relatif, karena

    penilaian kualitas sangat ditentukan dari perspektif

    yang digunakan. Menurut Trilestari (dalam

    Hardiyansyah, 2011 : 35) pada dasarnya terdapat

    tiga orientasi kualitas yang seharusnya konsisten

    antara yang satu dengan yang lain, yaitu persepsi

    pelanggan, produk, dan proses. Untuk produk jasa

    pelayanan, ketiga orientasi tersebut dapat menyumbangkan keberhasilan organisasi ditinjau

    dari kepuasan pelanggan. Norman (dalam,

    Hardiyansyah, 2011 : 35) mengatakan bahwa

    apabila kita ingin sukses memberikan kualitas

    pelayanan, kita harus memahami terlebih dahulu

    karakteristik tentang pelayanan, sebagai berikut:

    1. Pelayanan sifatnya tidak dapat diraba, pelayanan sangat berlawanan sifatnya dengan barang jadi

    2. Pelayanan itu kenyataannya terdiri dari tindakan nyata dan merupakan pengaruh yang sifatnya adalah

    tindakan sosial

    3. Produksi dan konsumsi dari pelayanan tidak dapat dipisahkan secara nyata, karena pada umumnya

    kejadian bersamaan dan terjadi ditempat yang sama

    Karakteristik tersebut dapat menjadi dasar

    bagaimana kita dapat memberikan pelayanan yang

    berkualitas. Untuk memahami kualitas pelayanan,

    terlebih dahulu harus memahami pengertian kualitas

    itu sendiri, menurt Kamus Bahasa Indonesia,

  • 7

    kualitas berarti: (1) tingkat baik buruknya sesuatu;

    (2) derajat atau taraf (kecakapan, kecermatan dsb)

    atau mutu. Banyak pakar yang mencoba

    mendefinisikan kualitas berdasarkan sudut

    pandangnya masing masing, pengertian kualitas lebih luas dikatakan oleh Daviddow dan Uttal

    (dalam Hardiyansyah, 2011: 35) yaitu Merupakan usaha apa saja yang digunakan untuk mempertinggi

    kepuasan pelanggan. Sedangkan menurut Kotler, kualitas adalah keseluruhan ciri serta sifat dari suatu

    produk atau pelayanan yang berpengaruh pada

    kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang

    dinyatakan atau tersirat. Karena kualitas tidak dapat

    dipisahkan dari produk dan jasa pelayanan. Groetsh

    dan Davis juga mengemukakan bahwa, kualitas

    merupakan suatu kondisi dinamis yang

    berhubungan dengan produk, jasa, proses, dan

    lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.

    Sehingga kualitas pelayanan adalah pelayanan yang diberikan kepada pelanggan sesuai dengan

    standar pelayanan yang telah dibakukan sebagai

    pedoman dalam memberikan layanan, karena

    standar pelayanan adalah ukuran yang telah

    ditentukan sebagai suatu pembakuan pelayanan

    yang baik, pendapat Sampara dalam Hardiyansyah,

    2011: 35-36). Sedangkan menurut Goetsh dan

    Davis, kualitas pelayanan adalah merupakan kondisi

    dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa,

    manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi

    atau melebihi harapan. Juga diartikan sebagai sesuatu yang berhubungan dengan terpenuhnya

    harapan/kebutuhan pelanggan, dimana pelayanan

    dikatakan berkualitas apabila dapat menyediakan

    produk dan jasa (pelayanan) sesuai dengan

    kebutuhan dan harapan pelanggan (LAN dalam

    Hardiyansyah, 2011: 36).

    Berdasarkan dari beberapa uraian di atas, dapat

    diketahui bahwa pelayanan berjalan searah dengan

    kualitas. Kualitas tidak dapat dipisahkan dari

    pelayanan, karena kualitas menentukan baik

    buruknya suatu pelayanan. Pelayanan dapat dikatakan baik apabila kualitas yang diberikan juga

    baik. Sebaliknya, apabila kualitas yang diberikan

    buruk dapat mengakibatkan buruknya pelayanan

    tersebut. Sehingga secara keseluruhan, kualitas

    seringkali diartikan sebagai segala sesuatu yang

    memuaskan pelanggan atau sesuai sengan

    persyaratan atau kebutuhan.

    Pada prinsipnya pengertian-pengertian tersebut

    diatas dapat diterima, yang menjadi pertanyaannya

    adalah ciri-ciri atau atribut atribut apakah yang ikut menentukan kualitas pelayanan tersebut. Ciri-

    ciri atau atribut-atribut menurut Tjiptono (dalam Hardiyansyah, 2011: 40) antara lain: (1) ketepatan

    waktu pelayanan, yang meliputi waktu tunggu dan

    waktu proses; (2) akurasi pelayanan, yang meliputi

    bebas dari kesalahan; (3) kesopanan dan keramahan

    dalam memberikan pelayanan; (4) kemudahan

    mendapatkan pelayanan, misalnya banyak petugas

    yang melayani dan banyaknya fasilitas pendukung

    seperti komputer; (5) kenyamanan dalam

    memperoleh pelayanan, berkaitan dengan lokasi,

    ruang rapat pelayanan, tempat parkir, ketersediaan

    informasi dan lain-lain; (6) atribut pendukung

    pelayanan lainnya seperti ruang tunggu ber-AC,

    kebersihan dan lain-lain.

    Untuk dapat meilhat sejauh mana kualitas

    pelayaan yang diberikan, perlu adanya kriteria yang menunjukkan apakah suatu pelayanan tersebut dapat

    dikatakan baik atau buruk, berkualitas atau tidak.

    Berkenaan dengan hal tersebut, Zeithaml et.al

    (dalam Hardiyansya, 2011: 40-41) mengatakan

    bahwa:

    SERVQUAL is an emprically derived method

    that may be used by a service organization to

    improve service quality. The method involves the

    development of an understanding of the percived

    service needs of target customers. These measure

    perception of service quality for the organization in

    question, are then compared againts an organization that is excelent. The resulting gap analysis may than be used as a driver for service

    quality improvement.

    Pernyataan diatas menegaskan bahwa ada

    sebuah metode untuk mengukur kualitas pelayanan.

    Metode tersebut disingkat dengan nama

    SERVQUAL, yaitu suatu metode yang diturunkan

    secara empiris yang dapat digunakan oleh organisasi

    pelayanan untuk meningkatkan kualitas pelayanan.

    Metode ini meliputi pengembangan pemahaman

    mengenai kebutuhan layanan yang dirasakan oleh pelanggan. Yang diukur dari persepsi kualitas

    layanan bagi organisasi yang bersangkutan,

    kemudian dibandingkan terhadap sebuah organisasi

    yang sangat baik. Analis kesenjangan yang dihasilkan kemudian dapat digunakan sebagai

    panduan untuk meningkatkan kualitas layanan.

    Selanjutnya, Zeithaml menyatakan bahwa

    kualitas pelayanan ditentukan oleh dua hal, yaitu:

    expected service dan precieved service. Expected

    service dan preceived service ditentukan oleh

    dimention of service quality yang terdiri dari sepuluh dimensi, yaitu: (1) Tangibles. Appearance

    of physical facilities, equipment, personnel, and

    communication materials; (2) Reliability. Ability to

    perform the promaised service dependably and

    accurately; (3) Responsiveness. Willingness to help

    customers and provide prompt service; (4)

    Competence. Possession of required skill and

    knwoledge to perform service; (5) Courtesy.

    Politeness, respect, consideration and friendliness

    of contact personnel; (6) Credibility.

    Trustworthiness, belivebility, honesty of thr service

    provider; (7) Feel secure. Freedom from danger, risk, or doubt; (8) Access. Approachable and easy

    of contact; (9) Communication. Listens to its customers and acknowledges their comments. Keep

    customers informed. In a language which they are

    understand; and (10) Understandig the customer.

    Making the effort to know customers and their

    needs.

  • 8

    Berdasarkan uraian diatas dijelaskna bahwa

    ukuran kualitas pelayanan memiliki sepuluh

    dimensi, yaitu Tangible (terlihat/terjemah), terdiri

    atas fasilitas fisik, peralatan, personil dan

    komunikasi; Realibel (kehandalan), terdiri dari

    kemampuan unit pelayanan dalam menciptakan

    pelayanan yang dijanjikan dengan tepat; Responsiveness (tanggap), kemampuan untuk

    membantu konsumen bertanggungjawab terhadap

    kualitas pelayanan yang diberikan; Competence

    (kompeten), tuntutan yang dimilikinya, pengetahuan

    dan keterampilan yang baik oleh aparatur dalam

    pelayanan; Courtesy (ramah), sikap atau perilaku

    ramah, bersahabat, tangap terhadap keinginan

    konsumen serta mau melakukan kontak atau

    hubungan pribadi; Credibility (dapat dipercaya),

    sikap jujur dalam setiap upaya untuk menarik

    kepercayaan masyarakat; Security (merasa aman),

    jasa pelayanan yang diberikan harus bebas dari berbagai bahaya dan resiko; Acces (akses), terdapat

    kemudahan untuk mengadakan kontak dan

    pendekatan; Communication (komunikasi),

    kemauan memberi pelayanan untuk mendengarkan

    suara, keinginan atau aspirasi pelanggan, sekaligus

    kesediaan untuk selalu menyampaikan informasi

    kepada masyarakat; dan Understanding the

    customer (memahami pelanggan), melakukan segala

    usaha untuk mengetahui kebutuhan pelanggan.

    Dari sepuluh dimensi kualitas pelayanan yang

    telah dijelaskan diatas, kemudian Zeithaml et. all, menyederhanakan menjadi lima dimensi, yaitu

    dimensi SERVQUAL (kualitas pelayanan) sebagai

    berikut:

    (1) Tangibles. Appearance of physical

    facilities, equipment, personnel, and communication

    materials; (2) Reliability. Ability to perform the

    promaised service dependably and accurately; (3)

    Responsiveness. Willingness to help customers and

    provide prompt service; (4) Assurance. Knowladge

    and courtesy of employees and their ability to

    convey trust and confidence; and (5) Empathy. The firm provides care and individualized attention to

    its customers.

    Berdasarkan penjelasan diatas, Zeithaml et all.

    Mengemukakan bahwa kualitas pelayanan

    dipengaruhi banyak hal, maka kualitas dapat diberi

    pengertian sebagai totalitas dari karakteristik suatu

    produk (barang dan/atau jasa) yang menunjang

    kemampuan dalam memenuhi kebutuhan. Menurut

    Lenvinne (dalam Hardiyansyah, 2011: 53) bahwa

    kualitas pelayanan tidak saja ditentukan oleh faktor

    fisik, kehandalan, daya tanggap, jaminan dan empati

    namun juga ditentukan oleh responsibilitas dan akuntabilitas untuk menunjukkan seberapa jauh

    proses pemberian pelayanan publik itu dilakukan

    dan seberapa besar tingkat kesesuaian antara

    penyelenggara pelayanan dengan ukuran-ukuran

    eksternal yang ada di masyarakat dan dimiliki oleh

    stakeholders. Karena apa yang diterima oleh

    stakeholders harus sesuai dengan apa yang sudah

    dijanjikan penyelenggara pelayanan tersebut,

    kesesuaian yang diterima menjadikan kunci utama

    untuk memberikan rasa kepuasan bagi para

    pelanggan. Sedangkan menurut De Vrey, dalam

    rangka meningkatkan kualitas pelayanan ada tujuh

    faktor yang harus diperhatikan yaitu: Self-esteem

    (harga diri), Exeed expectation (memenuhi

    harapan), Recovery (pembenahan), Vision (pandangan ke depan), Improve (perbaikan), Care

    (perhatian), Empower (pemberdayaan). Dari faktor

    yang telah dijelaskan oleh De Vrey dapat diketahui

    dan dipahami bahwa dalam meningkatkan kualitas

    pelayanan melihat bagaimana pelayanan itu

    diberikan jika pelayanan tersebut melenceng dari

    tujuan pembenahan dan perbaikan akan segera

    dilakukan agar dapat memenuhi harapan para

    pelanggannya.

    Akan tetapi kualitas sering kali diartikan

    sebagai segala sesuatu yang memuaskan pelanggan

    atau sesuai dengan persyaratan atau kebutuhan bagi para pelanggannya. Organisasi pelayanan publik

    mempunyai ciri public accuntability, dimana setiap

    warna negara mempunyai hak untuk mengevaluasi

    kualitas pelayanan yang mereka terima. Adalah

    sangat sulit untuk menilai kualitas suatu pelayanan

    tanpa mempertimbangkan peran masyarakat sebagai

    penerima pelayanan dan aparat pelaksana pelayanan

    itu. Evaluasi yang berasal dari pengguna pelayanan,

    merupakan elemen pertama dalam analisis kualitas

    pelayanan publik. Elemen kedua dalam analisis

    adalah kemudahan suatu pelayanan dikenali baik sebelum dalam proses atau setelah pelayanan itu

    diberikan. Adapun dasar untuk menilai suatu

    kualitas pelayanan selalu berubah dan berbeda. Apa

    yang dianggap suatu pelayanan yang berkualitas

    saat ini tidak mustahil dianggap sebagai suatu yang

    tidak berkualitas pada saat yang lain. Oleh

    karenanya, kesepakatan terhadap kualitas pelayanan

    sangat sulit untuk dicapai.

    Zeithaml et all. (dalam Hardiyansyah, 2011:

    152) mengatakan bahwa ada empat (4) jurang

    pemisah yang menjadi kendala dalam pelayanan publik yaitu: (1) tidak tahu apa yang sebenarnya

    diharapkan oleh masyaraka; (2) pemberian ukuran

    yang salah dalam pelayanan masyarakat; (3) keliru

    penampilan diri dalam pelayanan publik itu sendiri;

    dan (4) ketika membuat perjanjian terlalu berlebihan

    atau mengobral.

    Dari semua uraian diatas jelas menunjukkan

    bahwa pelayanan yang diberikan oleh perusahaan

    sesungguhnya tidak lepas dari kualitas pelayanan itu

    sendiri. Sebagaimana telah dikemukakan

    sebelumnya, dari sekian banyak teori tentang

    kualitas pelayanan, menurut penulis bahwa kualitas pelayanan yang dikemukakan oleh Zeithaml et ll.

    lebih relevan dijadikan dimensi dan indikator dalam

    penelitian ini, karena dalam pengantar bukunya ia

    mengatakan bahwa metode SERVQUAL (service

    quality) tersebut dapat digunakan dan dipraktekkan

    untuk semua tipe pelayanan organisasi yang

    berorientasi profit maupun non profit, termasuk

    pelayanan kapal dalam jasa pemanduan yang

  • 9

    dilakukan oleh PT Pelabuhan Indonesia III (Persero)

    Cabang Tanjung Perak.

    Kemudian, dari berbagai dimensi yang ada

    pada metode SERVQUAL tersebut, semuanya

    relevan untuk mengukur tinggi atau rendahnya

    kualitas pelayanan yang dilakukan, termasuk bila

    dihubungkan dengan variabel kepuasan pelanggan yang mengevaluasi hasil dari pelayanan yang

    diterima oleh pengguna jasa/pelanggan. Metode

    SERVQUAL tersebut telah dilakukan oleh berbagai

    peneliti dan hasilnya dapat menjelaskan bergbagai

    kasus pelayanan, baik yang dilakukan oleh

    perusahaan maupun oleh organisasi publik. Artinya,

    metode tersebut masih sangat relevan untuk juga

    dipergunakan dalam penelitian ini.

    Dari sekian banyak ukuran atau dimensi yang

    telah dikemukakan sebelumnya tentang kualitas

    pelayanan, kelima dimensi yang dikemukakan oleh

    Zeithaml et all. telah sesuai dengan topik yang diangkat dalam penelitian ini, yaitu tentang

    pelayanan kapal pada jasa pemanduan. Kenyataan

    menunjukkan bahwa dalam pelayanan pemanduan

    kapal masih terdapat antrian kapal pada deretan

    waiting list yang panjang.

    Berkenaan dengan hal tersebut diatas, dalam

    rangka memenuhi harapan pengguna jasa/pelanggan

    akan pelayanan pemanduan kapal yang berkualitas,

    maka dimensi-dimensi kualitas pelayanan dimaksud

    secara teoritis dapat dijelaskan sebagai berikut:

    1. Tangibel (terlihat/berwujud). Indikator yang dapat dikemukakan pada dimensi ini adalah: Penampilan

    fisik saat melakukan pelayanan, ketersediaan

    sarana-prasarana, peralatan, kedisiplinan

    pegawai/petugas, kemudahan memproleh atau

    melakukan pelayanan.

    2. Reliability (kehandalan). Indikator yang dapat dikemukakan pada dimensi ini adalah: kemampuan

    untuk melaksanakan layanan yang dijanjikan,

    ketepatan/keakuratan metode pelayana, kemampuan

    mengeporasionalkan berbagai peralatan dalam

    pelayanan, dan kemampuan pegawai dalam memberikan solusi terhadap masalah pelayanan

    yang dihadapi.

    3. Responsiveness (responsive). Indikator dalam dimensi ini adalah: ketanggapan pegawai terhadap

    berbagai masalah dalam pelayanan pemanduan

    kapal, kecepatan dalam menaggapi permasalahan

    yang dihadapi, kecepatan dalam memproses

    perencanaan pemanduan kapal.

    4. Assurance. Indikator-indikator dalam dimensi ini adalah: keterbukaan prosedur pelayanan, kepastian

    waktu dan biaya pelayanan, pengetahuan dan

    kesopanan pegawai, dan kemampuan mereka untuk menyampaikan kepercayaan dan keyakinan.

    5. Empati. Indikator dalam dimensi ini adalah: perhatian terhadap masalah yang dihadapi

    masyarakat dalam pelayanan pemanduan kapal,

    keinginan pegawai untuk mengetahui (adanya

    perhatian) permasalahan dalam pelayanan

    pemanduan kapal.

    2.4 Kepuasan Pelanggan Dari keseluruhan kegiatan yang dilakukan oleh

    sebuah perusahaan pada akhirnya akan bermuara

    pada nilai yang akan diberikan oleh pelanggan

    mengenai kepuasan yang dirasakan. Kepuasan

    merupakan tingkat perasaan dimana seseorang

    menyatakan hasil perbandingan atas kinerja produk atau jasa yang diterima dan diharapkan (kotler

    dalam Lupiyoadi, 2006: 192).

    Menurut Tjiptono, 2014: 353 kata Kepuasan atau satisfication berasal dari bahasa latin satis (artinya cukup baik, memadai) dan facio (melakukan, membuat). Secara sederhana kepuasan

    dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan sesuatu atau membuat sesuatu memadai. Berbicara tentang kepuasan pelanggan ada beberapa pakar yang

    memberikan definisi mengenai kepuasan pelanggan

    yang dikutip oleh Kotler (2007:177) yaitu:

    Perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan kinerja (hasil) yang

    dipikirkan terhadap kinerja (atau hasil) yang

    diharapkan. Jika kinerja berada di bawah harapan,

    pelanggan tidak puas. Jika kinerja memenuhi

    harapan pelanggan puas, jika kinerja melebihi

    harapan pelanggan amat puas atau senang.

    Tse dan Wilton (2014: 353) mendefinisikan

    kepuasan/ketidakpuasan pelanggan sebagai respon

    pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian

    (disconfrimation) yang dipersepsikan antara harapan

    awal sebelum pembelian (atau norma kinerja lainnya) dan kinerja aktual produk yang

    dipersepsikan setelah pemakaian atau konsumsi

    produk bersangkutan.

    Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan

    bahwa kepuasan pelanggan yang ditinjau dan sisi

    pelanggan yaitu mengenai apa yang telah dirasakan

    pelanggan atas pelayanan yang telah diberikan

    dibandingkan dengan apa yang mereka inginkan.

    Sedangkan definisi kepuasan pelanggan

    menurut Rangkuti (2004:56), bahwa yang dimaksud dengan kepuasan pelanggan adalah perbedaan antara tingkat kepentingan dan kinerja

    atau hasil yang dirasakan. Dari berbagai definisi yang dijelaskan dapat

    ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya pengertian

    kepuasan pelanggan mencakup perbedaan antara

    harapan dan kinerja atau hasil yang diharapkan.

    Karena kepuasan pelanggan merupakan suatu

    tingkatan dimana kebutuhan, keinginan dan harapan

    dari pelanggan dapat terpenuhi yang akan

    mengakibatkan terjadinya kerjasama jangka panjang

    atau kesetiaan yang berlanjut. Faktor yang paling

    penting untuk menciptakan kepuasan pelanggan adalah kinerja dari pelayanan yang diberikan dapat

    diartikan dengan kualitas pelayanan dari perusahaan

    tersebut. Semakin berkualitas pelayanan yang

    diberikan, maka kepuasan yang dirasakan oleh

    pelanggan semakin tinggi. Tingkat kepuasan adalah

    fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan

    dengan harapan (Kotler, 1997). Tingkat kepuasan

    merupakan fungsi dari perbedaan anatara kinerja

  • 10

    yang dirasakan dengan harapan, apalagi kinerja

    dibahawah harapan maka pelanggan akan kecewa.

    Mengukur tingkat kepuasan pelanggan dapat

    dipengaruhi melalui dua komponen, antara lain

    (Rengkuti, 2002: 23):

    1. Desire Service, suatu pelayanan yang diharapkan akan diterima. Berupa tanggapan pelanggan sebelum menerima.

    2. Adequate Service, suatu pelayanan yang cukup dapat diterima

    Berupa tanggapan pelanggan setelah menerima

    pelayanan.

    Kepuasan pelanggan jangka panjang menjadi

    tujuan dari semua kegiatan pelayanan bagi setiap

    perusahaan, secara umum dapat dikatakan bahwa

    kepuasan pelanggan merupakan profit generated

    dalam dunia bisnis. Secara lebih jelas manfaat dari

    kepuasan pelanggan adalah sebagai berikut

    (Kencana, 2006: 34-35): 1. Pelanggan yang puasa akan menciptakan

    pengalamannya kepada teman, saudara, atau orang

    lain. Artinya, dengan terjadi word-of mouth positif,

    dengan demikian pelanggan tersebut merupakan

    pengiklan yang baik bagi perusahaan, dan

    perusahaan tidak perlu membayarnya.

    2. Pelanggan yang puas tidak segan-segan untuk membayar produk/jasa yang diterima dengan harga

    yang lebih tinggi. Logikanya, pelanggan tidak ingin

    beresiko mendapat pengalaman yang tidak

    memuaskan dari pelayanan yang diterimanya. 3. Perusahaan yang mempunyai rengking kepuasan

    yang tinggi terlihat lebih mampu menahan tekanan

    kompetisi harga.

    4. Pelanggan yang puas biasanya tidak segan-segan menawarkan ide-ide kreatif kepada perusahaan.

    Rasionalitanya, ide tersebut kalau dilaksanakan oleh

    perusahaan, maka yang merasa paling beruntung

    adalah pelanggan itu sendiri.

    5. Pelanggan yang puas akan melakukan pembelian ulang. Jadi omset pendapat yang diterima dari

    pelanggan yang puas relatif bisa diperhitungkan. 6. Pelanggan yang puas tidak mudah tergoda untuk

    melakukan switching (pindah)

    Dari keterangan diatas dapat disimpulkan

    bahwa pelanggan yang puas akan memberikan

    manfaat besar bagi perusahaan, disamping dapat

    menambah profit tetapi juga membentuk citra yang

    baik bagi perusahaan itu sendiri. Pelabuhan Tanjung

    Perak dapat mengetahui kepuasan dari para

    pelanggannya melalui umpan balik yang diberikan

    oleh pelanggan sehingga dapat menjadi masukan

    bagi keperluan pengembangan dan implementasi serta peningkatan kepuasan pelanggan. Hal ini

    merupakan peluang bagi perusahaan untuk dapat

    mengetahui kinerja dari pelayanan pemanduan

    kapal. Dengan adanya komplain tersebut pelayanan

    pemanduan kapal dapat memperbaiki dan

    meningkatkan kinerjanya sehingga dapat

    memuaskan pelanggan yang belum puas tadi.

    Biasanya pelanggan mempunyai komitmen yang

    besar dan Pelabuhan Tanjung Perak sebagai

    pemberi pelayanan pemanduan kapal dapat

    menanggapi komplain dari para pelanggan.

    2.5 Hubungan Kualitas Pelayanan dengan Kepuasan

    Pelanggan Kualitas berkaitan erat dengan kepuasan

    pelanggan. Kualitas memberikan dorongan khusus

    bagi para pelanggan untuk menjalin ikatan relasi

    saling menguntungkan dalam jangka panjang

    dengan perusahaan. kualitas juga dapat mengurangi

    biaya. Crosby (1979) dalam Tjiptono (2007: 116)

    menyatakan bahwa Quality is Free. Biaya untuk mewujudkan produk berkualitas jauh lebih kecil bila

    dibandingakan biaya yang ditimbulkan apabila

    perusahaan gagal memenuhi standar kualitas.

    Pada perusahaan jasa maupun barang akan

    mempertimbangkan mengenai seberapa pentingnya

    kualitas pelayanan yang diberikan dibanding dengan kepuasan yang diterima oleh konsumen. Kualitas

    memberikan dorongan kepada pelanggan untuk

    menjalin hubungan yang erat dengan perusahaan,

    sehingga memungkinkan perusahaan untuk

    memahami dengan seksama harapan dan kebutuhan,

    yang akhirnya kepuasan pelanggan dapat

    menciptakan kesehatan pada perusahaan. Pelayanan

    yang diberikan kepada pelanggan akan

    menghasilkan kualitas pelayanan yang optimal.

    Di bidang pelayanan harus diingat selalu

    bahwa misi perusahaan adalah memberikan pelayanan terbaik agar tercapai kepuasan pelanggan.

    Kepuasan pelanggan dapat dilihat dari jumlah suatu

    barang atau jasa yang dikehendaki perusahaan pada

    suatu periode tertentu. Dari pendapat yang

    dikemukakan Juran (1998:17) yang menyatakan

    bahwa kepuasan pelanggan dapat dilihat bila

    kualitas pelayanan yang telah diberikan dapat

    memenuhi keperluan pelanggan. Ada beberapa hal

    yang menunjukkan pengaruh antara kualitas

    pelayanan dengan kepuasan pelanggan diantaranya

    sebagai berikut. a. Kualitas pelayanan yang lebih baik memungkinkan

    perusahaan untuk meningkatkan kepuasan dan

    mengurangi ketidakpuasan pelanggan. Semakin

    baik kualitas pelayanan akan mengurangi kerja

    ulang dan pada akhirnya angka ketidakpuasan

    pelanggan dapat ditekan.

    b. Bila kualitas pelayanan menunjukkan kepuasan yang tinggi, maka akan terjadi penekanan biaya

    pada titik yang terendah dan akan menjadikan

    pelanggan mengurangi biaya yang dikeluarkan.

    Faktor-faktor yang rendah menjadikan salah satu

    penentu kepuasan pelanggan.

    Untuk menciptakan kepuasan pelanggan adalah

    dengan menciptakan kualitas pelayanan yang tinggi

    dan upaya peningkatan kualitas pelayanan harus

    terus dilakukan menuju tingkat yang lebih tinggi

    lagi. Titik berat pelayanan pemanduan kapal adalah

    penyediaan pelayanan yang baik dengan

    memperhatikan apa yang diinginkan oleh

  • 11

    pelanggan. Apabila pelayanan yang diberikan

    tinggi, maka jumlah pelanggan akan meningkat.

    2.6 Kerangka Berpikir

    Sumber : Diolah Sendiri

    2.7 Hipotesis Berdasarkan masalah pokok penelitian dan

    tujuan yang ingin dicapai, maka sebagai hipotesis

    adalah:

    Ho : Diduga tidak ada pengaruh hubungan yang positif

    dan signifikan antara kualitas pelayanan jasa

    pemanduan dengan kepuasan pelanggan pada PT.

    Pelabuhan Indonesia III Cabang Tanjung Perak.

    Ha : Diduga ada pengaruh hubungan yang positif dan

    signifikan antara kualitas pelayanan jasa pemanduan

    dengan kepuasan pelanggan pada PT. Pelabuhan

    Indonesia III Cabang Tanjung Perak.

    Ho : = 0 (berarti tidak ada hubungan) Ha : 0 (berarti ada hubungan)

    H1 : Tangibel, bukti fisik pelayanan pemanduan kapal sangat

    berperan dalam menciptaka kepuasan pelanggan. Jika

    kualitas pelayanan yang berkaitan dengan bukti fisik

    ditingkatkan, maka kepuasan pelanggan akan bertambah,

    begitupun sebaliknya.

    H2 : Reliability, kehandalan pelayanan pemanduan kapal

    sangat berperan dalam menciptakan kepuasan pelanggan.

    Jika kualitas pelayanan yang berkaitan dengan

    kehandalan ditingkatkan, maka kepuasan pelanggan akan

    bertambah, begitupula sebaliknya.

    H3 : Responsiveness, daya tanggap pelayanan pemanduan

    kapal terhadap kepuasan pelanggan sangat berperan dalam menciptakan kepuasan pelanggan. Jika kualitas

    pelayanan yang berkaitan dengan daya tanggap

    ditingkatkan, maka kepuasan pelanggan akan bertambah,

    begitupula sebaliknya.

    H4 : Assurance, jaminan yang diberikan pelayanan

    pemanduan kapal terhadap pelanggan sangat berperan

    dalam menciptakan kepuasan pelanggan tersebut. Jika

    kualitas pelayanan yang berkaitan dengan jaminan

    ditingkatkan, maka kepuasan pelanggan akan bertambah,

    begitupula sebaliknya.

    H5 :Empathy, empati suatu perusahaan terhadap

    pelanggan sangat berperan dalam menciptakan kepuasan pelanggan tersebut. Jika kualitas pelayanan yang terkait

    dengan empati perusahaan terhadap pelanggan

    ditingkatkan, maka kepuasan pelanggan akan bertambah,

    begitupula sebaliknya.

    III. METODE PENELITIAN

    3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah kuantitatif Asosiatif

    dengan metode survey. Metode survei dilakukan

    pada populasi besar maupun kecil, Sugiyono, (2012:

    12) mengemukakan bahwa, penelitian survei pada

    umumnya dilakukan untuk mengambil suatu generalisasi dari pengamatan yang tidak mendalam.

    Sedangkan penelitian asosiatif adalah penelitian

    yang dilakukan untuk mengetahui hubungan antara

    dua variabel atau lebih. Bertujuan untuk mengetahui

    faktor apakah yang mempengaruhi kualitas

    pelayanan kapal pada jasa pemanduan berpengaruh

    signifikan terhadap kepuasan pengguna jasa PT.

    Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung

    Perak.

    Sehingga penelitian ini diharapkan mampu

    digunakan peneliti untuk memecahkan permasalahan dalam penelitian secara tepat sesuai

    dengan tujuan yang telah ditetapkan pada bab

    sebelumnya.

    3.2 Populasi dan Sampel

    A. Populasi

    Populasi pada penelitian ini adalah para

    pengguna jasa/agen pelayaran yang sedang

    menerima pelayanan pemanduan kapal di PT.

    Pelabuhan Indonesia III Cabang Tanjung Perak lokasi penelitian ini dilakukan di Pelabuhan

    Tanjung Perak yang teletak di Jalan Perak Timur

    no. 620, Surabaya. Jumlah populasi yang diambil didapatkan dari laporan data olah gerak kapal

    masuk, pindah dan keluar, berdasarkan data

    pertanggal 1 Januari 2015 sampai 1 Maret 2015

    dengan jumlah keseluruhannya 6300 gerakan kapal.

    B. Sampel Pengambilan sampel yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah dengan menggunakan

    Probability Sampling, Sugiyono (2012: 122)

    Kepuasan Pelanggan Terhadap

    pelayanan pemanduan kapal

    PT Pelabuhan

    Indonesia III (Peresero) Cabang

    Tanjung Perak

    Tangibel

    (X1)

    Meningkatnya arus

    kedatangan

    kapal

    Kualitas Pelayanan

    Pelayanan pemanduan

    kapal

    Assura

    nce (X4)

    Reliability (X2)

    Responsivenes (X3)

    Empat

    hy (X5)

  • 12

    menjelaskan bahwa pengambilan sampel yang

    memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur

    (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota

    sampel. Metode pengambilan sampelnya

    menggunakan Simple Random Sampling dimana

    pengambilan anggota sampel dari populasi

    dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi.

    Ukuran sampel yang digunakan oleh peneliti

    ditentukan berdasarkan pertimbangan menggunakan

    rumus Slovin dalam (Riduwan, 2009:65), sebagai

    berikut:

    keterangan: n = ukuran sampel

    N = ukuran populasi

    d = persen kelonggaran ketidaktelitian

    10% = 0,1

    1 = konstanta

    Jika diketahui jumlah populasi dalam

    penelitian ini berjumlah 6300 olah gerak kapal maka perhitungan kelayakan sampel dengan tingkat

    kesalahan yang dikehendaki adalah 10%, maka

    jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah:

    n =

    n =

    n =

    n = 98,4

    n = 98 orang (setelah pembulatan)

    Pembulatan sampel di atas menunjukkan

    bahwa jumlah sampel yang digunakan yaitu

    sejumlah sembilan puluh delapan (98) responden

    para pengguna jasa.

    3.4 Variabel Penelitian

    Variabel penelitian pada dasarnya adalah

    sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan

    oleh peneliti untuk dipelajari, sehingga diperoleh

    informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik

    kesimpulannyan (Sugiyono dalam Anshori, 2009:

    57). Sedangkan Efendi (dalam Idrus, 2007: 104) mengartikan variabel sebagai konsep yang

    mempunyai variasi nilai, Penelitian ini

    menggunakan dua variabel yaitu :

    1. Variabel dependen Variabel dependen adalah variabel yang

    menjadi pusat perhatian utama peneliti.

    Dalam bahasa Indonesia disebut variabel

    terikat, (Idrus, 2007: 106) variabel terikat

    merupakan variabel yang dipengaruhi atau

    yang menjadi akibat karena adanya variabel

    bebas. Hakekat sebuah masalah mudah terlihat dengan mengenali berbagai variabel

    dependen yang digunakan dalam sebuah

    model. Variabilitas dari atau atas faktor

    inilah yang berusaha untuk dijelaskan oleh

    seorang peneliti (Ferdinand, 2006:26).

    Dalam penelitian ini yang menjadi variabel

    dependen adalah : kepuasan pengguna jasa

    pemanduan kapal (Y).

    2. Variabel Independen Dalam bahasa Indonesia disebut variabel

    bebas, (Idrus, 2007: 105) variabel bebas merupakan variabel yang menjadi sebab

    berubahnya atau timbulnya variabel terikat.

    Variabel independen yang dilambangkan

    dengan (X) adalah variabel yang

    mempengaruhi variabel dependen, baik yang

    pengaruhnya positif maupun yang

    pengaruhnya negatif (Ferdinand, 2006:26).

    Variabel independen dalam penelitian ini

    adalah : Kualitas Pelayanan (X)

    3.5 Definisi Operasional

    Kualitas

    Pelayanan

    (Zeitham,

    et.all)

    Tangibel 1.Penampilan 2.Kenyamanan 3.Kemudahan 4.Kedisiplinan 5.Kemudahan Akses 6.Penggunaan alat bantu pemanduan

    Reliability 1.Kecermatan 2.Standar Pelayanan 23Kemampuan menggunakan alat bantu 4.Keahlian

    menggunakan

    alat bantu

    Responsiveness 1.Merespon setiap pemohon 2.Cepat 3.Tepat 4.Cermat 5.Ketepatan waktu 6.Merespon

    setiap keluhan

    Assurance 1.Jaminan tepat waktu 2.Jaminan biaya 3.Jaminan legalitas 4.Kepastiam

    biaya

    Empaty 1.Mendahulukan kepentingan pemohonan pemanduan 2.Sikap ramah

  • 13

    3.Sikap sopan santun 4.Tidak diskriminatif 5Mengargai setiap pemohon pemanduan

    Kepuasan pelanggan (Rengkuti)

    1.Pelayanan yang ditawarkan dapat memenuhi kebutuhan dan telah memberi kepuasan

    3.6 Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data berkenaan ketepatan

    cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan

    data, sebagai pelengkap dalam pembahasan ini

    maka diperlukan adanya data atau informasi yang

    berhubungan dengan penelitian ini, maka teknik

    pengumpulan data sebegai berikut:

    a. Wawancara (Interview) Wawancara dipergunakan untuk

    mengadakan komunikasi dengan pihak-pihak

    terkait atau subyek penelitian dalam rangka

    memperoleh penjelasan atau informasi tentang

    hal-hal yang belum tercantum dalam

    dokumentasi.

    Dalam penelitian ini menggunakan

    wawancara yang tidak terstruktur. Menurut

    Sugiyono (2012:191) wawancara tidak

    terstruktur adalah wawancara yang bebas

    dimana peneliti tidak menggunakan pedoman

    wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan

    datanya.

    b. Kuesioner (angket). Sugiyono (2012:192) mengatakan bahwa

    kuesioner merupakan teknik pengumpulan data

    yang dilakukan dengan cara memberi

    seperangkat pertanyaan atau pernyataan

    tertulis kepada responden untuk dijawab.

    tujuan pembuatan kuesioner untuk

    memperoleh informasi yang relevan.

    Kuesioner cocok digunakan bila dalam jumlah

    responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner ini diberikan kepada

    agen pelayaran yang menerima pelayanan

    pemanduan di Pelabuhan Tanjung Perak

    Seurabaya. Kuesioner peneliti dikembangkan

    berdasarkan dimensi kualitas pelayanan yang

    diungkapkan oleh Parasuraman dkk, yaitu

    Tangible /bukti langsung, Reability/

    kehandalan, responsiviness/ daya tanggap,

    assurance/ jaminan dan empathy/empati dan

    dimensi kepuasan pelanggan dari Fandy

    Tjiptono. c. Observasi

    Observasi adalah pengumpulan data yang

    digunakan dengan jalan mengadakan

    pengamatan secara langsung di lapangan atau

    obyek penelitian dengan tujuan mengamati

    obyek penelitian dan informasi secara

    langsung. Teknik pengumpulan data observasi

    digunakan untuk penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, yang menggambarkan

    perasaan seseorang tanpa melakukan

    wawancara atau kuesioner.

    3.7 Instrumen Penelitian

    Alat ukur dalam penelitian dinamakan instrumen

    penelitian. Instrumen penelitian adalah suatu alat

    yang digunakan mengukur fenomena alam maupun

    sosial yang diamati (Sugiyono, 2010:119).

    Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah kuesioner yang disebarkan pada pengguna

    jasa pelabuhan yang sedang melakukan permohonan

    perencnaan pemanduan di Pelabuhan Tanjung

    Perak.

    Tingkatan dan skor

    Tingkatan Skor

    Sangat Tidak Baik (STB),

    Sangat Tidak Setuju (STS

    1

    Kurang Baik (KB), Kurang

    Setuju (KS)

    2

    Cukup Baik (CB), Cukup

    Setuju (CS)

    3

    Baik (B), Setuju (S) 4

    Sangat Baik (SB), Sangat

    Setuju (SS)

    5

    Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka

    jawaban-jawaban tersebut dapat dikategorikan pada

    ukuran interval, dimana kelas interval yang

    berfungsi untuk mengetaui seberapa besar

    sumbangan pengaruh variavel independen secara

    bersama-sama terhadap variabel dependent. Nilai pada kelas interval dinyatakan dalam presentase.

    Berikut kriteria interpretasi koefisien korelasi yang

    ditunjukkan pada tebel berikut ini :

    Kriteria Interpretasi Korelasi Koefisien

    No Interval Koefisien Tingkat Sumbangan

    1 0,00 0,199

    Sangat rendah

    2 0,20 0,399

    Rendah

    3 0,40 0,599

    Sedang

    4 0,60 0,799

    Kuat

    5 0,80 1,000

    Sangat kuat

    Sumber : Riduwan, 2010:88

  • 14

    Data responden yang telah terkumpul,

    selanjutnya akan diproses dengan menggunakan uji

    coba instrument, meliputi pengujian validitas angket

    dan pengujian reliabilitas angket.

    Uji Validitas

    Uji Validitas bertujuan untuk menguji

    sejauhmana kevalidan dari suatu alat ukur yang digunakan dalam penelitian, alat ukur yang

    digunakan berupa angket. Teknik yang digunakan

    untuk menguji validitas angket adalah dengan

    analisis faktor, yaitu berupa indikator dari setiap

    variabel penelitian. Korelasi antara setiap faktor

    penyusunan angket dengan skor total dihitung dan

    kemudian dilihat korelasinya, apakah tergolog

    dalam kategori korelasi tinggi, sedang atau rendah.

    Jika korelasi yang diperoleh tergolong rendah maka

    angket dinyatakan tidak valid, sebaliknya jika

    tergolong dalam korelasi tinggi atau sedang maka

    angket tersebut dinyatakan valid. Rumusan korelasi yang digunakan untuk skala

    pengukuran pada pengujian validitas, menggunakan

    rumus Pearson Product Moment sebagai berikut

    (dalam Riduwan, 2010:110).

    Keterangan :

    r hitung : Koefisien korelasi : Jumlah skor item : Jumlah skor total (seluruh item)

    n : Jumlah responden

    selanjutnya dihitung dengan Uji-t dengan rumus

    :

    Keterangan :

    t : nilai thitung r : Koefisien korelasi thitung n : Jumlah responden

    Distribusi (Tabel t) untuk dan derajat kebebasan (dk = n-2), dengan kaidah keputusan :

    jika thitung > ttabel berarti valid, sebaliknya

    jika thitung < ttabel berarti tidak valid

    Uji Reliabilitas Instrumen yang digunakan untuk mendapatkan

    data seharusnya merupakan data yang valid dan

    reliabel, sehingga seteh dilakukan uji validitas pada

    instrumen penelitian, akan dilakukan uji reliabilitas

    pada instrumen penelitian. Sugiyono (2010:348)

    mengatakan instrumen yang reliabel berarti instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk

    mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan

    data sama. Dengan kata lain bahwa reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu

    alat pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Uji reliabiitas menggunakan rumus

    apha (Arikunto, 1998: 193) yaitu:

    2 (b) r1 = K 1-

    k 1 2 (t)

    Keterangan :

    r11 : reliabeilitas instrumen

    k : banyaknya butiran instrumen 2 (b) : jumlah varians butiran

    instrumen

    2 (t) : varians total instrumen 3.8 Analisis Data

    Peneliti biasanya melakukan beberapa tahap

    persiapan data untuk memudahkan proses analisis

    data dan intrepetasi hasilnya, yaitu:

    a. Pengeditan (Editing) Editing ini dilakukan untuk meneliti lengkap

    tidaknya pengisian kuesioner oleh responden,

    keterbacaan tulisan, kejelasan makna jawaban,

    kesesuaian dan keajegan antara jawaban pertanyaan satu dengan pertanyaan yang lain.

    b. Pemberian kode (mengkodekan data) Tahap selanjutnya dilakukan proses pemberian

    kode, yaitu mengklarisifikasikan jawaban

    responden menurut macam-macamnya. Dalam

    penelitian ini data yang diperoleh dimasukkan

    kedalam tabel frekuensi untuk memperjelas

    dalam melihat kategori atau klasifikasi data.

    Klasifikasi data hasil kuisioner didasarkan

    pada 5 (lima) kategori yaitu:

    1. Sangat Tidak Baik (STB) 2. Kurang Baik (KB) 3. Cukup Baik (CB) 4. Baik (B) 5. Sangat Baik (SB)

    c. Teknis Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian ini

    dengan statistik inferensial. Menurut Sugiyono

    (2011: 201) statistik inferensial (sering juga

    disebut statistik induktif atau statistik

    probabilitas), adalah teknik statistik yang

    digunakan utuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Dalam

    kategori statistik parametrik dengan

    menggunakan perhitungan analisis regresi

    linier berganda, karena penelitian ini diukur

    dengan skala interval atau ratio dan

    memerlukan uji asumsi untuk mengetahui data

    yang akan dianalisis harus berdistribusi

    normal. Dengan peluang kesalahan 5%,

    pengujian taraf signifikansi berdasarkan pada

    tabel sesuai teknik analisis yang digunakan.

    d. Pemrosesan Data (Data Processing) Pemrosesan data pada penelitian ini menggunakan aplikasi statistik yang dapat

    digunakan untuk analisis data dengan

    komputer yaitu SPSS Statistics 16. Karena

    proses data dengan menggunakan program

    komputer relatif lebih cepat dan hasilnya lebih

    akurat.

  • 15

    3.9 Uji Asumsi Klasik

    Setiap variabel yang akan dianalisis harus lolos

    uji asumsi klasik, Oleh karena itu sebelum

    pengujian hipotesis dilakukan maka dilakukan

    pengujian asumsi klasik terlebih dahulu. Uji asumsi

    klasik merupakan pengujian asumsi-asumsi statistik

    yang harus dipenuhi pada analisis linier berganda yang berbasis Ordinary Least Square (OLS). Dalam

    Uji asumsi klasik yang digunakan ada 3, yaitu:

    1. Uji Multikolinieritas Uji multikolonieritas bertujuan untuk

    menguji apakah dalam model regresi ditemukan

    adanya korelasi antar variabel bebas. Model

    regresi yang baik seharusnya tidak terjadi

    korelasi diantara variabel bebas.

    Multikolonieritas dideteksi dengan

    menggunakan nilai tolerance dan lawannya

    variance inflation factor (VIF). Tolerance

    mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel

    bebas lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah

    sama dengan nilai VIF tinggi (karena

    VIF=1/tolerance) dan menunjukkan adanya

    kolinearitas yang tinggi. Jika nilai Tolerance

    lebih kecil atau sama dengan o0,01 atau nilai

    VIF lebih besar atau sama dengan 10, maka

    dapat dinyatakan terjadi multikolinieritas antar

    variabel bebas. Jika nilai Tolerance lebih besar

    dari 0,10 atau nilai VIF lebih kecil dari 10, maka

    dapat dinyatakan tidak terjadi multikolinieritas antar variabel bebas.

    2. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk

    mengetahui apakah dalam model regresi terjadi

    ketidaksamaan varian dari residual suatu

    pengamatan ke pengamatan yang lain. Apabila

    varian dari residual suatu pengamatan ke

    pengamatan lain tetap, maka disebut

    homoskedasitas dan apabila berbeda disebut

    heteroskedesitas. Pengujian ini dapat dilakukan

    dengan melihat Grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat yaitu (ZPRED) dengan

    residualnya (SRESID). Deteksi ada tidaknya

    heteroskedesitas dapat dilakukan dengan melihat

    ada tidaknya pola tertentu pada Grafik Plot.

    Yang dimaksud dengan pola tertentu adalah

    Grafik Plot yang membentuk lingkaran,

    mengumpulkan seperti bola, semakin membesar,

    semakin mengecil, dan membesar kemudian

    mengecil atau sebaliknya. Jika Grafik Plot

    menyebar atau tidak membentuk pola tertentu

    seperti yang disebut di atas, maka model regresi

    yang digunakan dapat dinyatakan heteroskedesitas.

    3. Uji Normalitas Bertujuan untuk menguji apakah dalam

    sebuah model regresi, variabel pengganggu atau

    residual memiliki distribusi normal. Untuk

    menguji normalitas dalam penelitian ini

    digunakan uji statistik non-parametrik dengan

    metode Normal Probability Plots. Apabila hasil

    uji ini menghasilkan nilai signifikansi lebih

    besar dari 0,05 maka dapat dinyatakan bahwa

    residual terdistribusi normal.

    3.10 Analisis Regresi Linier Berganda Analisis ini dimaksud untuk mengetahui kedua

    variabel yaitu kualitas pelayanan pemanduan kapal

    dan kepuasan pengguna jasa memiliki adanya suatu hubungan, dengan menggunakan rumus regresi

    linier berganda yang dikutip (Qudratullah, 2012:

    89):

    Y = 0 + 1 X1 + 2 X2 + 3 X3 + 4 X4 + 5 X5 + X + e

    Dimana :

    Y = Kepuasan Konsumen

    B0 = Intercept (konstanta)

    1, 2, 3, 4, 5 = Koefisien regresi X1 = Variabel yang mewakili ( Tangible )

    X2 = Variabel yang mewakili ( Reliability ) X3 = Variabel yang mewakili (

    Responsiveness )

    X4 = Variabel yang mewakili ( Assurance )

    X5 = Variabel yang mewakili ( Empathy )

    e = error / kesalahan prediksi

    A. Koefisien Determinasi (R2)

    Koefisien determinasi (R2) pada intinya

    mengukur seberapa jauh kemampuan variabel

    bebas dalam menerangkan variasi variabel

    terikat. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti

    kemampuan variabel bebas dalam

    menjelaskan variasi variabel terikat sangat

    terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti

    variabel bebas memberikan hampir semua

    informasi yang dibutuhkan untuk

    memprediksi variabel terikat.

    B. Uji F Dalam penelitian ini, uji F digunakan

    untuk mengukur seberapa jauh pengaruh

    variabel bebas secara bersama-sama dalam menerangkan variasi variabel terikat. Uji F

    dapat dilakukan dengan melihat nilai

    signifiknsi F pada aoutput uji ANOVA. Jika

    nilai signifikansi F lebih kecil dari 0,5 maka

    dapat dinyatakan bahwa variabel bebas secara

    simultan berpengaruh signifikansi terhadap

    variabel terikat.

    C. Uji t Uji statistik t digunakan untuk mengukur

    seberapa jauh pengukuran variabel bebas

    secara individual dalam menerangkan variasi

    variabel terikat. Jika nilai thitung lebih besar dari nilai ttabel maka dapat dinyatakan bahwa

    variabel bebas secara individual berpengaruh

    posotif terhadap variabel terikat. Jika nilai

    signifikansi t lebih kecil dari 0,05 maka

    dapat dinyatakan bahwa variabel bebas

    secara individual berpengaruh signifikan

    terhadap variabel terikat

  • 16

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil dan Analisis

    Sebelum menguraikan tentang hasil penelitian dan analisisnya, peneliti menggaris bawahi hal

    berikut, yaitu anggapan bahwa data yang

    dikumpulkan adalah data yang valid dan reliabel,

    tidak menutup kemungkinan terjadinya kesalahan-

    kesalahan dalam pengumpulan data maupun

    pengukuran atas variabel-variabel yang

    digunakan.penulis telah berupaya mengatasi

    keterbatasan tersebut dengan menggunakan test of

    validity dan test of reliability, namun demikian

    kedua tes tersebut hanya merupakan tolak ukur

    internal saja, sedangkan hal yang bersifat eksternal

    seperti ketidak jujuran responden dalam memberikan data dan persepsi mereka yang berbeda

    dan lain sebagainya berada di luar kemampuan

    peneliti.

    4.1.1 Pengujian Instrumen Penelitian

    Analisis terhadap alat bantu

    pengumpulan data yang dilakukan dalam

    penelitian ini dengan penyebaran keusioner, sebelum data dianalisis dilakukan pengujian

    validitas (kesahihan) dan juga pengujian

    reliabilitas (keandalan) dari kuesioner-

    kuesioner yang disebarkan. Data yang valid

    dan reliabel merupakan syarat untuk dapat

    diolahnya data mentah, kemudian hasil nilai

    kuesioner yang telah disebarkan kepada

    responden harus diuji kesahihannya dari

    instrumen yang telah disebarkan dan

    instrumen tersebut cukup dapat dipercaya

    untuk dapat digunakan sebagai alat ukur

    pengumpulan data atau keandalannya dengan cara melakukan uji validitas dan uji

    reliabilitas data.

    a. Uji validitas variabel x Dari sejumlah pertanyaan yang

    diajukan kepada responden, kemudian

    dikelompokkan masing-masing variabel

    yaitu Tangibel (X1), Reliability (X2),

    Responsiveness (X3), Assurance (X4)

    dan Empathy (X5). Setelah

    dikelompokkan item-item tersebut

    kemudian dilakukan pengujian untuk mengetahui apakah alat ukur yang

    berupa pertanyaan-pertanyaan tersebut

    dapat mengukur masing-masing

    variabel yang digunakan dalam

    penelitian ini.

    Menurut Sugiyono (2012: 137)

    validitas adalah keadaan yang

    menggambarkan tingkat instrumen

    bersangkutan yang mampu mengukur

    apa yang akan diukur. Berikut disajikan

    hasil perhitungan validitas data dengan

    menggunakan SPSS Statistics 16. Pengujian validitas dilakukan

    dengan mengkorelasikan masing-

    masing item skor dengan total skor.

    Teknik analisa yang digunakan adalah

    koefisien korelasi product moment

    person, sebagai berikut:

    Tabel 4.1

    Hasil Uji Validitas Variabel X

    Item Skor

    Total

    rtabel Keterangan

    Item 1

    0,656 0,361 Valid

    Item

    2

    676 0,361 Valid

    Item

    3

    484 0,361 Valid

    Item

    4

    666 0,361 Valid

    Item

    5

    710 0,361 Valid

    Item

    6

    606 0,361 Valid

    Item

    7

    429 0,361 Valid

    Item

    8

    712 0,361 Valid

    Item

    9

    569 0,361 Valid

    Item

    10

    745 0,361 Valid

    Item

    11

    767 0,361 Valid

    Item 12

    802 0,361 Valid

    Item

    13

    544 0,361 Valid

    Item

    14

    626 0,361 Valid

    Item

    15

    732 0,361 Valid

    Item

    16

    640 0,361 Valid

    Item

    17

    716 0,361 Valid

    Item

    18

    865 0,361 Valid

    Item

    19

    695 0,361 Valid

    Item

    20

    754 0,361 Valid

    Item

    21

    701 0,361 Valid

    Item

    22

    793 0,361 Valid

    Item 23

    692 0,361 Valid

    Item

    24

    895 0,361 Valid

    Item

    25

    651 0,361 Valid

    Sumber : Data yang diolah 2015

  • 17

    Dalam pengambilan keputusan uji

    validitas diatas menurut Anwar (dalam

    Priyatno, 2010: 21) semua item yang

    mencapai koefisien korelasi minimal

    0.30 daya pembedanya dianggap

    memuaskan dan untuk batasan rtabel dengan n = 30 di dapat rtabel sebesar 0.361. Pengambilan keputusan pada

    pengujian validitas data mengacu pada

    ketentuan jika hasil skor total > rtabel

    maka kuesioner dinyatakan valid.

    Berdasarkan hasil uji validitas diatas

    dapat disimpulkan bahwa semua nilai

    skor item diatas nilai rtabel 0.361,

    sehingga semua butir pernyataan

    dianggap valid dan dapat diikutsertakan

    pada proses analisis berikutnya.

    b. Uji reliabilitas variabel x menggunakan cronbach alpha

    Setelah item pertanyaan dalam

    kuesioner dinyatakan valid maka tahap

    selanjutnya yang dilakukan adalag

    pengujian reliabilitas dengan

    pengambilan keputusan pada uji

    reliabilitas biasanya menggunakan

    batasan 0.6. Menurut Sekaran,

    reliabilitas kurang dari 0.6 adalah

    kurang baik sedangkan 0.7 dapat

    diterima dan diatas 0.8 adalah baik.

    Pada penelitian ini digunakan metode Cronbach Alpha.

    Tabel 4.2

    Hasil Uji Reliability Variabel X

    Cronbach's Alpha N of Items

    .951 26

    Sumber : Data yang diolah, 2015

    Menurut Sekaran (dalam Priyatno,

    2010: 32), reliabilitas < 0.6 adalah

    kurang baik, sedangkan 0.7 dapat diterima, dan > 0.8 adalah baik. Pada

    penelitian ini menggunakan batasan 0.6,

    hasil uji reliabilitas yang di dapatkan

    nilai cronbachs alpha sebesar 0.953 dengan jumlah item sebanyak 26. Dari

    hasil pengolahan data diketahui bahwa

    nilai reliabilitas memberikan indikasi

    bahwa keandalan angket/kuesioner

    yang digunakan sebagai alat

    pengukuran termasuk pada kategori

    berkolerasi kuat untuk variabel x > 0.6 maka dapat disimpulkan bahwa semua

    variabel adalah reliabel.

    c. Uji validitas variabel y Dari sejumlah pertanyaan yang

    diajukan kepada responden, kemudian

    dilakukan pengujian untuk mengetahui

    apakah alat ukur yang berupa

    pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat

    mengukur masing-masing variabel yang

    digunakan dalam penelitianini.

    Menurut Sugiyono (2012: 137)

    validitas adalah keadaan yang

    menggambarkan tingkat instrumen

    bersangkutan yang mampu mengukur

    apa yang akan diukur. Berikut disajikan

    hasil perhitungan validitas data dengan

    menggunakan SPSS Statistics 16. Pengujian validitas dilakukan

    dengan mengkorelasikan masing-

    masing item skor dengan total skor.

    Teknik analisa yang digunakan adalah

    koefisien korelasi product moment

    person, sebagai berikut:

    Tabel 4.3

    Hasil Uji Validitas Variabel Y

    Item Skor

    Total

    rtabel Keterangan

    Item

    1

    769 0,361 Valid

    Item 2

    785 0,361 Valid

    Item

    3

    751 0,361 Valid

    Item

    4

    681 0,361 Valid

    Sumber : Data yang diolah 2015

    Dalam pengambilan keputusan uji

    validitas diatas menurut Anwar (dalam

    Priyatno, 2010: 21) semua item yang

    mencapai koefisien korelasi minimal

    0.30 daya pembedanya dianggap

    memuaskan dan untuk batasan rtabel dengan n = 30 di dapat rtabel sebesar

    0.361. Pengambilan keputusan pada

    pengujian validitas data mengacu pada ketentuan jika hasil skor total > rtabel

    maka kuesioner dinyatakan valid.

    Berdasarkan hasil uji validitas diatas

    dapat disimpulkan bahwa semua nilai

    skor item diatas nilai rtabel 0.361,

    sehingga semua butir pernyataan

    dianggap valid dan dapat diikutsertakan

    pada proses analisis berikutnya.

    d. Uji reliabilitas variabel y menggunakan cronbach alpha

    Setelah item pertanyaan dalam kuesioner dinyatakan valid maka tahap

    selanjutnya yang dilakukan adalah

    pengujian reliabilitas dengan

    pengambilan keputusan pada uji

    reliabilitas biasanya menggunakan

    batasan 0.6. Menurut Sekaran,

    reliabilitas kurang dari 0.6 adalah

    kurang baik sedangkan 0.7 dapat

    diterima dan diatas 0.8 adalah baik.

    Pada penelitian ini digunakan metode

    Cronbach Alpha.

  • 18

    Tabel 4.4

    Hasil Uji Reliability Variabel Y

    Cronbach's Alpha N of Items

    .726 26

    Sumber : Data yang diolah,

    2015

    Menurut Sekaran (dalam Priyatno,

    2010: 32), reliabilitas < 0.6 adalah

    kurang baik, sedangkan 0.7 dapat

    diterima, dan > 0.8 adalah baik. Pada

    penelitian ini menggunakan batasan 0.6,

    hasil uji reliabilitas yang di dapatkan

    nilai cronbachs alpha sebesar 0.953 dengan jumlah item sebanyak 26. Dari hasil pengolahan data diketahui bahwa

    nilai reliabilitas memberikan indikasi

    bahwa keandalan angket/kuesioner

    yang digunakan sebagai alat

    pengukuran termasuk pada kategori

    berkolerasi kuat untuk variabel x > 0.6

    maka dapat disimpulkan bahwa semua

    variabel adalah reliabel.

    4.1.2 Deskripsi Responden

    Responden dalam penelitian ini adalah

    pengguna jasa/pelanggan pelayanan

    pemanduan kapal di Pelabuhan Tanjung

    Perak. Dari 98 kuesioner yang disebarkan

    pada pengguna jasa pemanduan kapal,

    sampel yang digunakan dalam penelitian ini

    berjumlah 98 responden. Untuk lebih

    jelasnya berikut data penyebaran kuesioner.

    Tabel 4.4

    Distribusi Kuesioner

    Distribusi

    Kuesioner

    Jumlah Persentase

    Kuesioner

    disebar

    98 100%

    Kesioner

    kembali

    98 100%

    Kuesioner

    rusak

    0 0%

    Kuesioner

    dipakai

    98 100%

    Sumber : Data yang diolah 2015

    Tabel diatas menunjukkan bahwa dari

    peneliti menyebar kuesioner sebanyak 98,

    kuesioner yang kembali sebanyak 98,

    kuesioner yang rusak tidak ada sehingga

    yang dipakai dalam penelitian ini seluruhnya 98.

    a. Deskripsi Responden Berdasarkan Agen Perusahaan

    Tabel 4.5

    Agen Pelayaran

    Frequency

    Val

    id

    1

    alfa trans 3

    amami samudera 2

    andalan samudra 4

    anugerah makmur 4

    asia mandiri 2

    asia pasific 2

    berlian lautan 2

    bintang jasa 4

    caraka cakrawal 3

    dharma lautan 2

    evergreen ship 2

    jasa maritim 2

    karana line 4

    mentari sejati 5

    meratus line 6

    ocean global 2

    pelayaran ratu 1

    Pelni 11

    pertamina upms 2

    prima eksekutif 4

    prima vista 2

    Putrautama 2

    salam pasific 4

    samudra indones 1

    samudra shiping 2

    sukses makmur 2

    tanti intim 2

    tanto intim lin 2

    tempuran emas 2

    trans buana 2

    Trimitra 4

    varia usaha 2

    Total 99

    Sumber : Data yang diolah, 2015

    Berdasarkan tabel diatas dapat

    disimpulkan bahwa mayoritas responden di

    Pelabuhan Tanjung Perak yang melakukan kerja sama yaitu Agen Pelayaran PT. Pelni

    sebanyak 11,1%

  • 19

    b. Deskripsi Responden tentang Kualitas pelayanan pemanduan kapal di Pelabuhan

    Tanjung Perak

    Pelabuhan Tanjung Perak berusaha

    memberikan kualitas yang baik, karena

    kualitas pelayanan yang baik dapat

    memberika dorongan kepada pelanggan untuk menjalin hubungan yang kuat dengan

    perusahaan. Upaya yang dilakukan

    Pelabuhan Tanjung Perak dalam memberikan

    kualitas pelayanan yang terbaik kepada

    pelanggan adalah dengan cara

    mengupayakan suatu pelayanan yang

    meliputi dimensi Tangibel (bukti fisik),

    Reliability (ketanggapan), Responsiveness

    (kehandalan), Assurance (jaminan), dan

    Empathy (empati).

    Pelayanan pemanduan kapal di

    Pelabuhan Tanjung Perak adalah kegiatan pandu dalam membantu, memberikan saran

    dan informasi kepada Nahkoda tentang

    keadaan perairan setempat yang penting agar

    navigasi pelayaran dapat dilaksanakan

    dengan selamat, tertib dan lancar demi

    keselamatan kapal dan lingkungan yang

    ditujukan untuk meingkatkan kepuasan

    pengguna jasa dengan cara memenuhi

    harapan serta kebutuhan pengguna jasa.

    Untuk mengetahui kualitas pemanduan

    kapal yang dilakukan oleh Pelabuhan Tanjung Perak, maka pertanyaan untuk

    variabel x (kualitas pelayanan) tersebut

    terbagi atas:

    1. Tanggapan responden tentang kualitas pemanduan kapal di Pelabuhan

    Tanjung Perak

    Setelah penulis menyebarkan

    kuesioner kepada responden di lapangan maka dapat diketahui

    tanggapan responden mengenai

    sejauh mana kualitas pemanduan di

    Pelabuhan Tanjung Perak. setiap

    jawaban dari responden diberi nilai

    dengan menggunakan Skala Likret

    yang digunakan untuk mengukur

    setiap jawaban dari pertanyaan

    variabel x yang diajukan kepada

    responden melalui penyebaran

    kuesioner. Jika responden menjawab sangat baik maka jawaban tersebut

    bernilai lima (5), jika responden

    menjawab baik maka jawaban

    tersebut bernilai empat (4), jika

    responden menjawab cukup baik

    maka jawaban tersebut bernilai tiga

    (3), jika responden menjawab tidak

    baik maka jawaban responden

    tersebut bernilai dua (2), dan jika

    responden tersebut menjawab sangat

    tidan baik maka awaban tersbut

    bernilai satu (1).

    Adapun untuk memudahkan

    penilaian setiap item pertanyaan

    penulis akan mencari rata-rata dari

    setiap jawaban responden dan untuk

    memudahkan penilaian rata-rata tersebut penulis mengkategorikannya

    berdasarkan nilai interval nilai skor

    jawaban responden dari seluruh item

    pertanyaan variabel x dmana

    perhitungannya adalah sebagai

    berikut :

    Interval = nilai skor maksimum nilai skor minimum

    = 5-1

    = 4

    Jarak interval = interval : jenjang

    = 4 : 5

    = 0.8

    Dengan demikian, maka interval

    skor untuk masing-masing item

    pertanyaan sub variabel dari kualitas

    pemanduan kapal adalah sebagai