Upload
alim-sumarno
View
277
Download
27
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : MIAR ASTITI ARDYANA
Citation preview
1
PENGARUH KUALITAS PELAYANAN KAPAL TERHADAP KEPUASAN PENGGUNA JASA PT.
PELABUHAN INDONESIA III (Persero) CABANG TANJUNG PERAK
(Studi pada jasa pemanduan kapal)
Miar Astiti Ardyana
Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Administrasi Negara, FIS, Universitas Negeri Surabaya
Dr. Prasetyo Isbandono, S.Sos., M.Si
Abstrak
Masalah kepadatan pergerakan kapal melebihi kapasitas masi terjadi, mengingat sekarang ini merupakan
jaman pasar global menjadikan kegiatan perdagangan dalam dan luar negeri (export-import) semakin meningkat dan
menjadi PR terpenting bagi Pelabuhan Tanjung Perak yang berdampak pada kondisi kelancaran dan kecepatan kapal
sandar di pelabuhan tersebut cukup mengganggu. Salah satu jasa kepelabuhanan yang memiliki peranan vital dalam aktifitas kapal di pelabuhan adalah pelayanan pemanduan yang dilaksanakan oleh Pandu dalam membantu Nahkoda
agar olah gerak kapal dapat terlaksana dengan aman, tertib dan lancar. Dalam pelaksanaannya masi ditemui kendala
sehingga penyelenggaraan pemanduan kapal belum sepenuhnya berjalan sesuai dengan yang diharapkan berdampak
pada kepuasan pelanggan dan untuk mendukung kelancaran pergerakan kapal semua itu perlunya kualitas pelayanan
prima dalam menghindari penumpukan kapal. Berdasarkan latar belakang tersebut penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui adakah pengaruh antara kualitas pemanduan kapal terhadap kepuasan pengguna jasa PT. Pelabuhan
Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Perak. Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian assosiatif. Teknik
pengumpulan data dengan wawancara, kuesioner (angket) dan observasi. Sampel penelitian ini adalah pengguna jasa
atau pelanggan PT.Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Perak, berjumlah 98 responden. Data diperoleh
dengan cara membagikan kuesioner untuk ditanggapi dan melalui beberapa data yang diperoleh dari PT.Pelabuhan
Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Perak. Analisis data dilakukan dengan metode kuantitatif dan untuk mencari
pengaruh variabel independen dan dependen menggunakan regresi linier berganda. Hasil penelitian regresi berganda menunjukan bahwa adapun pengaruh kualitas pelayanan pada pemanduan kapal terhadap kepuasan pengguna
jasa/pelanggan terlihat dari nilai (Adjusted R2) sebesar 0,665 dapat diartikan bahwa secara bersama-sama besarnya
kontribusi variabel kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan pada pelayanan pemanduan kapal di Pelabuhan
Tanjung Perak adalah sebesar 66,6% sedangkan sisanya 33,5% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti.
Berdasarkan pada uji F, Fhitung > Ftabel = (39,496) > (2,313) Artinya secara bersama-sama variabel kualitas pelayanan
berpengaruh terhadap variabel kepuasan pelanggan. Sedangkan pada uji t, variabel responsiveness dan assurance tidak
berpengaruh signifikan namun memiliki arah yang positif terhadap kepuasan pengguna jasa/pelanggan dalam pelayanan
pemanduan kapal di Pelabuhan Tanjung Perak, reliability dan empaty tidak berpengaruh signifikan dan tidak memiliki
arah yang positif terhadap terhadap kepuasan pengguna jasa/pelanggan dalam pelayanan pemanduan kapal di Pelabuhan
Tanjung Perak dan variabel tangibel memiliki pengaruh yang signifikan dengan arah positif terhadap kepuasan
pengguna jasa/pelanggan dalam pelayanan pemanduan kapal di Pelabuhan Tanjung Perak diterima yang memiliki pengaruh paling besar (dominan) dibanding variabel lainnya.
Kata kunci : Pelayanan Publik, Kualitas Pelayanan, Kepuasan pelanggan.
2
EFFECT OF SERVICE QUALITY SERVICE SHIP TO USER SATISFACTION PT. PORT OF INDONESIAN
III (Persero) CAPE TANJUNG PERAK (Study on pilotage services)
Miar Astiti Ardyana
Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Administrasi Negara, FIS, Universitas Negeri Surabaya
Dr. Prasetyo Isbandono, S.Sos., M.Si
Abstrak
Problems density exceeds the capacity of the vessel movement masi happen, now that this is an age of global markets makes the activities of domestic and foreign trade (export-import) are increasing and becoming the most
important public relations for the Port of Tanjung Perak which have an impact on the conditions of smoothness and
speed of the ship is docked in port quite disturbing. One port services that have a vital role in the activities of the vessel
at the port is pilotage services performed by Pandu in helping the ship's captain that navigation can be accomplished
safely, orderly and smoothly. Still encountered obstacles in its implementation so that the implementation is not yet
fully pilotage run in accordance with the expected impact on customer satisfaction and to support the smooth movement
of the ship all the need for excellent service quality to avoid the buildup of ships. Based on this background, this study
aims to determine the effect is there between the quality of the ship pilotage service user satisfaction PT. Pelabuhan
Indonesia III (Persero) Branch of Tanjung Perak. This type of research in this thesis is a research associative. Data
collection techniques with interviews, questionnaires (questionnaire) and observation. Samples were service users or
customers PT.Pelabuhan Indonesia III (Persero) Branch of Tanjung Perak, totaling 98 respondents. Data obtained by distributing questionnaires to be addressed and through some of the data obtained from PT. Pelabuhan Indonesia III
(Persero) Branch of Tanjung Perak. Data analysis was performed with quantitative methods and to seek the influence of
independent and dependent variables using multiple linear regression. Multiple regression results show that while the
impact of service quality on a scouting vessel to satisfaction of service users / customers can be seen from the value
(Adjusted R2) of 0.665 can be interpreted that together the contribution of the variable quality of service to customer
satisfaction on pilotage services at the Port of Tanjung silver is 66.6% while the remaining 33.5% is influenced by other
factors not examined. Based on the test F, F count> F table = (39.496)> (2.313) means that jointly affect service quality
variable to variable customer satisfaction. While the t test, variable responsiveness and assurance no significant effect
but has a positive direction towards the satisfaction of service users / customers in pilotage services at the Port of
Tanjung Perak, reliability and empathy are not significant and do not have a positive direction towards to satisfaction of
service users / customers in pilotage services at the Port of Tanjung Perak and tangible variables have a significant
influence in a positive direction towards the satisfaction of service users / customers in pilotage services at the Port of Tanjung Perak received that has the most impact (dominant) than other variables.
Keywords: Public Service, Service Quality, Customer Satisfaction.
3
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan
terbesar di dunia yang berjumlah pulau
mencapai 5,8 jt km2 dengan panjang garis pantai 81.900 km (sumber : Dishidros TNI
AL) merupakan sebuah negara kepulauan
yang sangat luas dan berpopulasi tinggi
(www.lemhanmas.go.id). Dengan letak
geografis yang sangat strategis memiliki
bentang laut yang luas hingga 2/3 wilayah
dari keseluruhan wilayah NKRI, maka
transportasi laut memiliki peran yang sangat
penting bagi negara kepulauan. Mengingat
Indonesia merupakan negara kepualauan
yang memiliki 17.000 pulau dan disatukan
oleh lautan yang luas, transportasi laut menjadi urat nadi bagi perekonomian Indonesia. Transportasi laut merupakan
gerbang keterisolasian atas wilayah-wilayah
yang terpencil dan jauh dari pusat kegiatan
terutama dalam mendukung kegiatan
ekonomi. Disamping itu, sektor transportasi
laut berperan dalam merangsang
pertumbuhan ekonomi daerah daerah tertinggal (konsep Transport Promote The
Trade) dan sebagai saranan penunjang
perekonomian bagi daerah daerah yang telah berkembang (konsep transport follow
the trade).
Pelabuhan merupakan salah satu
prasarana transportasi laut yag cukup penting
bagi negara kepulauan seperti Indonesia
dalam meningkatkan perokonomian negara,
yang mempunyai fungsi utama untuk
menaikkan dan menurunkan penumpang,
bongkar muat barang dan hewan serta
merupakan daerah lingkungan kerja kegiatan
ekonomi. Lebih luas lagi fungsi pelabuhan adalah sebagai interface, link, gateway dan
industrial entity. Dengan adanya pelabuhan
maka kegiatan ekonomi dapat menjadi lebih
lancar, sebagian besar barang-barang eksport
import dikirim melalui jalur laut yang berarti
membutuhkan pelabuhan atau tempat untuk
bertambat, meskipun dapat menggunakan
transportasi lain karena jumlah barang yang
dapat diangkut oleh kapal lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah barang yang
dapat diangkut oleh armada lain (udara atau
darat). Karena pelabuhan sebagai penyedia jasa pelayanan jasa kepelabuhan diharapkan
mampu memberikan pelayanan yang prima,
sehingga eksportir maupun importir tidak
dirugikan dengan peningkatan biaya akibat
pelayanan yang tidak optimal.
Mengingat sekarang ini merupakan
jaman pasar global, disepakatinya perjanjian-
perjanjian semacam GATT (General
Agreement on Tariff), AFTA (Asean Free
Trade Area), APEC (Asean Pasific
Economy Community) dan WTO (World
Trade Orrganisation) yang merupakan
jaringan-jaringan global perdagangan dunia
adalah upaya untuk merespon tuntutan-
tuntutan dan kecenderungan globalisasi. Tentu saja hal ini menuntut upaya/kebijakan
Pemerintah Indonesia untuk segera
mempersiapkan segala sesuatunya sehingga
pada waktunya nanti sudah benar-benar siap
berkompetisi di area global menghadapi
negara-negara lain. Sehingga tingkat
keinginan masyarakat untuk mengkonsumsi
barang-barang yang sedang menjadi Trend-
Center pun meningkat, walaupun barang
tersebut bukan dari Indonesia. Menjadikan
permintaan masyarakat terhadap suatu
barang sangat tinggi, dan secara tidak langsung meningkatkan nilai konsumsi
masyarakat di Indonesia. Pelabuhan di sini
adalah perangkat vital yang harus siap benar-
benar untuk menunjang kegiatan
perdagangan dalam dan luar negeri (export-
import).
Pelabuhan Tanjung PerakSurabaya, Sebagai pelabuhan kelas satu di Indonesia
karena letaknya straregis yang mempunyai
potensi sumber daya alam dan daerah
belakang/hinterland (suatu daerah yang dibatasi oleh suatu pantai atau sungai) yang
cukup besar dan terus berkembang maka
peranannya cukup penting bagi kegiatan
perdagangan Internasional (export-import),
perdagangan antar pulau maupun
pengembangan wilayah dan ekonomi di
kawasan Jawa Timur pada khususnya dan
Kawasan Timur Indonesia pada umumnya.
Dimana lalu lintas kapal yang keluar dan
masuk pelabuhan sangat tinggi sehingga
melampaui kapasitas yang telah ditetapkan. Kapasitas pergerakan kapal ditetapkan
sebanyak 27 ribu setiap tahun atau 13.500
kapal yang keluar masuk pelabuhan setiap
tahun. Sementara itu, jumlah kapal yang
masuk dan keluar melebihi kapasitas
tersebut. Berdasar data PT Pelabuhan
Indonesia III (persero), terdapat 20.500 kapal
yang keluar dan masuk pelabuhan pada
2012. Setahun berikutnya, jumlahnya terus
bertambah yakni, 21.500 kapal yang
bersandar dan meninggalkan pelabuhan.
Dikarenakan arus pergerakan kapal yang cukup padat di Pelabuhan Tanjung
Perak, dapat dilihat dari data arus kunjungan
kapal yang cenderung mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun yang terlihat
dari jumlah kapal yang akan masuk
4
pelabuhan. Antrian kapalpun terjadi untuk
jenis kapal kargo kadang harus antri lebih
panjang dari kapal pengangkut petikemas,
sementara untuk yang curah dan kargo lebih
lama lagi. Untuk itulah diperlukan suatu
sarana dan prasarana pelabuhan yang
memadai, pada umumnya pelayanan kapal-kapal yang akan masuk, keluar serta pindah
di perairan pelabuhan dilayani oleh kapal
pandu dan kapal tunda. Kapal pandu
digunakan untuk memandu kapal dan kapal
tunda untuk menuntun kapal-kapal yang
akan masuk dan keluar maupun berpindah
tempat. Pelayanan penundaan dengan kapal
tunda ini hanya diwajibkan bagi kapal yang
berukuran 70 Meter s/d 150 Meter keatas.
Berbagai type dan ukuran kapal yang akan
keluar masuk memerlukan pemanduan
dengan kapal tunda dengan jumlah dan type/ukuran yang berbeda-beda.
Agen Perusahaan menilai waktu tunggu
kapal di Pelabuhan Tanjung Perak tidak ideal
dikarena akibat kesalahan administrasi,
keterbatasan fasilitas dan tumpang tindih tata
kelola. Persoalan lamanya waktu tunggu
(witing time) juga di keluhkan oleh General
Manager PT Tanto Intim Line H.Moningka,
mengeluhkan minimnya jumlah kapal tunda,
kapal yang bertugas membantu kelancaran
kapal-kapal besar sandar di Pelabuhan Tanjung Perak. Karena kondisi tersebut
cukup mengganggu kelancaran dan
kecepatan kapal sandar di pelabuhan.
Sedangkan Slamet Raharjo dari Pelayaran
PT Meratus tidak ketinggalan turut
menyampaikan pendapat bahwa
produktivitas pada kegiatan shift - III harus
dioptimalkan.
Karena dampak dari waktu tunggu yang
cukup lama dapat menyebabkan kerugian
yang cukup besar bagi agen pelayaran, mencapai sekitar Rp 7 juta per hari per kapal
yang cukup memberatkan. Tidak hanya
pembengakakan pada biaya, waktu tunggu
berdampak pula pada produksi perusahaan
terganggung dan sebagian buruh
menganggur akibat menunggu bahan baku
jika kedatangan kapal hingga mengeluarkan
barang/kontainer memerlukan waktu yang
cukup lama mencapai 20 hari. Sehingga
permasalahan waktu tunggu kapal (waiting
time) selama berada di pelabuhan harus di
minimalisir untuk menghindari penumpukan kapal.
Untuk mendukung kelancaran
pergerakan kapal semua itu perlunya kualitas
pelayanan yang prima dalam menghindari
penumpukan kapal. Salah satu jasa
kepelabuhanan yang memiliki peranan vital
dalam aktifitas kapal di pelabuhan adalah
pelayanan pemanduan. Pelayanan
pemanduan dan penundaan terhadap kapal-
kapal yang akan keluar masuk maupun
pindah tempat di perairan pelabuhan merupakan bagian dari usaha jasa
kepelabuhan PT. Pelabuhan Indonesia III
(Persero) Cabang Tanjung Perak. Pelayanan
Pemanduan adalah kegiatan pemanduan
yang dilaksanakan oleh Pandu dalam
membantu Nahkoda agar olah gerak kapal
dapat terlaksana dengan aman, tertib dan
lancar (Sistem dan Prosedur Pelayanan Jasa
Kapal dan Barang di lingkungan PT.
Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang
Tanjung Perak). Sehingga kesiapan sarana
dan prasarana yaitu kapal pandu dan tunda yang merupakan alat bantu operasional
Divisi Kepanduan harus memadai baik
dalam jumlah maupun kapasitas daya yang
disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan.
Semakin cepatnya kegiatan pelayanan
pemanduan kapal di Pelabuhan Tanjung
Perak, maka perlu mengoptimalkan mutu
pelayanan pemanduan kapal terutama dalam
rangka mengantisipasi jumlah kunjungan
kapal yang setiap tahun semakin meningkat
jumlahnya. Operasional kapal pandu dan tunda merupakan unsur utama dari pelayanan
pemanduan, yang merupakan kegiatan awal
serta akhir dari keseluruhan rangkaian
kegiatan masuk dan keluar kapal. Dalam
meningkatkan operasional kapal pandu dan
tunda di pelabuhan maka pendukung faktor
sumber daya manusia perlu mendapat
perhatian dalam pembinaannya, sehingga
peranannya dalam kegiatan pelayanan
pemanduan dipelabuhan akan memberi hasil
yang maksimal terhadap keselamatan dan kelancaran kapal. Petugas Pandu adalah
pelaut nautis yang telah memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah untuk melaksanakan tugas
pemanduan. Petugas pandu memegang kunci
dalam pelayanan kapal pada pelabuhan,
karena petugas pandu mengemban tanggung
jawab terhadap olah gerak dan keselamatan
kapal dalam lingkungan pelabuhan. Bisa atau
tidaknya kapal sandar sangat bergantung
kepada kecakapan petugas pandu dalam
melaksanakan tugasnya yang didukung oleh sarana dan prasarana pemanduan.
Sehingga pelayanan yang diterima
pengguna jasa pelabuhan dapat dijadikan
standar dalam menilai kinerja petugas pandu
yang berarti bahwa kepuasan pelanggan
adalah hal yang utama. PT Pelabuhan
5
Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung
Perak berusaha memberikan pelayanan yang
sesuai harapan pelanggan dengan sebaik
mungkin untuk mempertahankan kualitas
pelayanan kapal pada jasa pemanduan.
Karena pelayanan yang berkualitas memiliki
peran yang sangat penting untuk menghindari terjadinya hal-ha yang tidak
diinginkan oleh semua pihak baik pelabuhan
maupun agen pelayaran seperti adanya
penumpukan kapal atau (waiting time),
dengan memberikan pelayanan sebaik
mungkin berarti dapat memenuhi kebutuhan
pelanggan yang berdampak pada kepuasan
pelanggan. Untuk mengetahui sejauhmana
peran pelayanan pemanduan kapal serta
kualitas pelayanan yang diberikan pada
pengguna jasa pelabuhan dalam mengatur
olah gerak kapal agar antrian kapal yang panjang tidak terjadi, maka penulis tertarik
meneliti lebih jauh tentang pengaruh kualitas
pelayaan dalam memberikan pelayanan
pemanduan kapal yang berdampak terhadap
kepuasan pelanggan. Hal ini dilakukan untuk
melihat sejauh mana penilaian masing masing pengguna jasa pelabuhan terhadap
kualitas pelayanan kapal pada jasa
pemanduan yang ada di Pelabuhan Tanjung
Perak.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul
PENGARUH KUALITAS PELAYANAN KAPAL TERHADAP KEPUASAN
PENGGUNA JASA PT. PELABUHAN
INDONESIA III (Persero) CABANG
TANJUNG PERAK (studi pada jasa
pemanduan kapal)
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian serta penjelasan
yang telah dikemukakan pada latar belakang
maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Adakah pengaruh kualitas pelayanan kapal terhadap kepuasan pengguna jasa
PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero)
Cabang Tanjung Perak (studi pada jasa
pemanduan kapal) secara simultan?
b. Adakah pengaruh kualitas pelayanan kapal terhadap kepuasan pengguna jasa
PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero)
Cabang Tanjung Perak (studi pada jasa pemanduan kapal) secara parsial?
c. Variabel apa yang dominan berpengaruh terhadap kepuasan
pengguna jasa PT. Pelabuhan Indonesia
III (Persero) Cabang Tanjung Perak
(studi pada jasa pemanduan kapal)?
C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini
adalah :
a. Memahami lebih jauh seberapa besar pengaruh kualitas layanan pemanduan
kepuasan pengguna jasa PT Pelabuhan Indonesia (Persero ) III Cabang
Tanjung Perak secara bersama-sama.
b. Memahami lebih jauh seberapa besar pengaruh kualitas layanan pemanduan
kepuasan pengguna jasa PT Pelabuhan
Indonesia (Persero ) III Cabang
Tanjung Perak secara terpisah.
c. Memahami variabel apa yang paling berpengaruh terhadap kepuasan
pengguna jasa PT Pelabuhan Indonesia
(Persero ) III Cabang Tanjung Perak..
D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian yang ingin
dicapai adalah :
1. Bagi Perusahaan Untuk memberikan masukan bagi PT.
Pelabuhan Indonesia III Cabang
Tanjung Perak mengenai sejauh mana
upaya peningkatan kualitas pelayanan
yang telah diberikan.
2. Bagi Fakultas Diharapkan hasil penelitian ini dapat
memberikan manfaat dan masukan bagi fakultas dalam bidang Ilmu
Administrasi Negara untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan
yang akan mangadakan penelitian
tentang kualitas layanan dan kepuasan
pelanggan serta menambah
dokumentasi bagi fakultas yang
selanjutnya bermanfaat bagi
mahasiswa dan pihak pihak yang membutuhkan untuk menambah
khasanah pengetahuan 3. Bagi Penulis
Kegiatan penelitian ini dapat
digunakan untuk menambah
pengetahuan tentang perilaku
konsumen dalam jasa pelayanan dan
menerapkan teori teori yang sudah diperoleh selama kuliah di Perguruan
Tinggi.
II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pelayanan
Pelayanan sering dipandang sebagai suatu
fenomena yang rumit, karena kata pelayanan itu
sendiri mempunyai banyak arti, mulai dari
pelayanan pribadi (personal service) sampai jasa
suatu produk. Penyajian layanan yang berkualitas
dipertimbangkan sebagai suatu strategi untuk sukses
dan tetap hidup dalam lingkungan persaingan saat
ini. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia Layan,
6
melayani adalah membantu menyiapkan apa apa yang diperlukan seseorang atau meladeni,
sedangkan pelayanan memiliki tiga makna, yang
pertama perihal atau cara melayani; yang kedua
usaha melayani kebutuhan orang lain dengan
memperoleh imbalan (uang); yang ketiga
kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual beli barang atau jasa. Pengertian pelayanan (service)
menurut American Marketing Assosoation, seperti
dikutip oleh Donald (dalam Hardiansyah, 2011: 10)
bahwa pelayanan pada dasarnya adalah merupakan
kegiatan atau manfaat yang ditawarkan oleh suatu
pihak kepada pihak lain dan pada hakekatnya tidak
berwujud serta tidak menghasilkan kepemilikan
sesuatu, proses produksinya mungkin juga tidak
dikaitkan dengan suatu produk fisik. Sedangkan
menurut Lovelock (dalam Hardiansyah, 2011: 10)
service adalah produk yang tidak berwujud, berlangsung sebentar dan dirasakan atau dialami. Artinya service merupakan produk yang tidak
memiliki bentuk atau wujud dan bersifat sesaat atau
tidak tahan lama, tetapi bisa dirasakan maupun
dipahami oleh penerima layanan (serice).
Secara etimologis, Poerwadarminta (1995:571)
dalam Hardiyansah (2007:10-11) menjelaskan
bahwa pelayanan berasal dari kata layan yang
berarti membantu menyiapkan/mengurus apa-apa
yang diperlukan seseorang, kemudian pelayanan
dapat diartikan sebagai: Perihal/cara melayani;
Service/jasa; Sehubungan dengan jual beli barang atau jasa.
Searah dengan pengertian di atas, Soetopo
(dalam Napitupulu, 2007:164) juga mendeinisikan
pelayanan sebagai suatu usaha untuk membantu menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan orang
lain. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pelayanan adalah serangkaian aktivitas atau proses
pemenuhan kebutuhan orang lain dengan
memuaskan berupa poduk jasa, dimana pelayanan
tersebut memiliki ciri seperti tidak berwujud, cepat
hilang, tidak dapat dimiliki, serta pelanggan dapat lebih berpartisipasi aktif dalam proses menkonsumsi
jasa tersebut.
Konsep pelayanan publik yang diturunkan dari
makna public service menurut Pamudji (dalam
Napitupulu, 2007:165) yaitu berbagai aktivitas yang bertujuan memenuhi kebutuhan masyarakat
akan barang dan jasa, atau pelayanan umum yang diungkapkan oleh Soetopo (dalam Napitupulu,
2007:165) yaitu, segala bentuk jasa pelayanan, baik
dalam bentuk barang publik maupun jasa publik
yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan
dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah Pusat, di Daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik
Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, dalam
rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat
maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Secara lebih dalam menurut Bab I Pasal 1 Ayat
1 UU No. 25/2009, yang dimaksud dengan
pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian
kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan bagi setiap warga negara dan penduduk
atas barang, jasa dan/ atau pelayanan administratif
yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan
publik. Sedangkan, menurut Sinambela, dkk (2006:
5) juga mengartikan tentang pelayanan publik yakni, pelayanan publik diartikan sebagai setiap
kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap
sejumlah manusia yang memiliki kegiatan yang
menguntungakan dalam suatu kumpulan atau
kesatuan dan menawarkan kepuasan meskipun
hasilnya tidak terkait pada suatu produk secara fisik.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas
tentang pelayanan, maka dapat disimpulkan bahwa
pelayanan publik atau pelayanan umum, baik dalam
bentuk barang publik maupun barang jasa publik
pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan
dilaksanakan oleh instansi pemerintah pusat, di daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik
Negara maupun Badan Usaha Milik Daerah dalam
upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun
dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan
perundang-undangan, pendapat Ratminto dan Atik
Septi Winarsih (dalam Hardiyansyah, 2011: 11).
2.2 Kualitas Pelayanan Pelayanan sering kali dihubungkan dengan
bagaimana kualitas pelayanan tersebut diberikan.
Baik buruknya suatu pelayanan dapat dinilai melalui
kualitas pelayanan yang diberikan oleh penyelenggara pelayanan. Berpusat pada
pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan
serta penyampainya untuk mengimbangi harapan
pelanggan. Konsep kualitas bersifat relatif, karena
penilaian kualitas sangat ditentukan dari perspektif
yang digunakan. Menurut Trilestari (dalam
Hardiyansyah, 2011 : 35) pada dasarnya terdapat
tiga orientasi kualitas yang seharusnya konsisten
antara yang satu dengan yang lain, yaitu persepsi
pelanggan, produk, dan proses. Untuk produk jasa
pelayanan, ketiga orientasi tersebut dapat menyumbangkan keberhasilan organisasi ditinjau
dari kepuasan pelanggan. Norman (dalam,
Hardiyansyah, 2011 : 35) mengatakan bahwa
apabila kita ingin sukses memberikan kualitas
pelayanan, kita harus memahami terlebih dahulu
karakteristik tentang pelayanan, sebagai berikut:
1. Pelayanan sifatnya tidak dapat diraba, pelayanan sangat berlawanan sifatnya dengan barang jadi
2. Pelayanan itu kenyataannya terdiri dari tindakan nyata dan merupakan pengaruh yang sifatnya adalah
tindakan sosial
3. Produksi dan konsumsi dari pelayanan tidak dapat dipisahkan secara nyata, karena pada umumnya
kejadian bersamaan dan terjadi ditempat yang sama
Karakteristik tersebut dapat menjadi dasar
bagaimana kita dapat memberikan pelayanan yang
berkualitas. Untuk memahami kualitas pelayanan,
terlebih dahulu harus memahami pengertian kualitas
itu sendiri, menurt Kamus Bahasa Indonesia,
7
kualitas berarti: (1) tingkat baik buruknya sesuatu;
(2) derajat atau taraf (kecakapan, kecermatan dsb)
atau mutu. Banyak pakar yang mencoba
mendefinisikan kualitas berdasarkan sudut
pandangnya masing masing, pengertian kualitas lebih luas dikatakan oleh Daviddow dan Uttal
(dalam Hardiyansyah, 2011: 35) yaitu Merupakan usaha apa saja yang digunakan untuk mempertinggi
kepuasan pelanggan. Sedangkan menurut Kotler, kualitas adalah keseluruhan ciri serta sifat dari suatu
produk atau pelayanan yang berpengaruh pada
kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang
dinyatakan atau tersirat. Karena kualitas tidak dapat
dipisahkan dari produk dan jasa pelayanan. Groetsh
dan Davis juga mengemukakan bahwa, kualitas
merupakan suatu kondisi dinamis yang
berhubungan dengan produk, jasa, proses, dan
lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.
Sehingga kualitas pelayanan adalah pelayanan yang diberikan kepada pelanggan sesuai dengan
standar pelayanan yang telah dibakukan sebagai
pedoman dalam memberikan layanan, karena
standar pelayanan adalah ukuran yang telah
ditentukan sebagai suatu pembakuan pelayanan
yang baik, pendapat Sampara dalam Hardiyansyah,
2011: 35-36). Sedangkan menurut Goetsh dan
Davis, kualitas pelayanan adalah merupakan kondisi
dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa,
manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi
atau melebihi harapan. Juga diartikan sebagai sesuatu yang berhubungan dengan terpenuhnya
harapan/kebutuhan pelanggan, dimana pelayanan
dikatakan berkualitas apabila dapat menyediakan
produk dan jasa (pelayanan) sesuai dengan
kebutuhan dan harapan pelanggan (LAN dalam
Hardiyansyah, 2011: 36).
Berdasarkan dari beberapa uraian di atas, dapat
diketahui bahwa pelayanan berjalan searah dengan
kualitas. Kualitas tidak dapat dipisahkan dari
pelayanan, karena kualitas menentukan baik
buruknya suatu pelayanan. Pelayanan dapat dikatakan baik apabila kualitas yang diberikan juga
baik. Sebaliknya, apabila kualitas yang diberikan
buruk dapat mengakibatkan buruknya pelayanan
tersebut. Sehingga secara keseluruhan, kualitas
seringkali diartikan sebagai segala sesuatu yang
memuaskan pelanggan atau sesuai sengan
persyaratan atau kebutuhan.
Pada prinsipnya pengertian-pengertian tersebut
diatas dapat diterima, yang menjadi pertanyaannya
adalah ciri-ciri atau atribut atribut apakah yang ikut menentukan kualitas pelayanan tersebut. Ciri-
ciri atau atribut-atribut menurut Tjiptono (dalam Hardiyansyah, 2011: 40) antara lain: (1) ketepatan
waktu pelayanan, yang meliputi waktu tunggu dan
waktu proses; (2) akurasi pelayanan, yang meliputi
bebas dari kesalahan; (3) kesopanan dan keramahan
dalam memberikan pelayanan; (4) kemudahan
mendapatkan pelayanan, misalnya banyak petugas
yang melayani dan banyaknya fasilitas pendukung
seperti komputer; (5) kenyamanan dalam
memperoleh pelayanan, berkaitan dengan lokasi,
ruang rapat pelayanan, tempat parkir, ketersediaan
informasi dan lain-lain; (6) atribut pendukung
pelayanan lainnya seperti ruang tunggu ber-AC,
kebersihan dan lain-lain.
Untuk dapat meilhat sejauh mana kualitas
pelayaan yang diberikan, perlu adanya kriteria yang menunjukkan apakah suatu pelayanan tersebut dapat
dikatakan baik atau buruk, berkualitas atau tidak.
Berkenaan dengan hal tersebut, Zeithaml et.al
(dalam Hardiyansya, 2011: 40-41) mengatakan
bahwa:
SERVQUAL is an emprically derived method
that may be used by a service organization to
improve service quality. The method involves the
development of an understanding of the percived
service needs of target customers. These measure
perception of service quality for the organization in
question, are then compared againts an organization that is excelent. The resulting gap analysis may than be used as a driver for service
quality improvement.
Pernyataan diatas menegaskan bahwa ada
sebuah metode untuk mengukur kualitas pelayanan.
Metode tersebut disingkat dengan nama
SERVQUAL, yaitu suatu metode yang diturunkan
secara empiris yang dapat digunakan oleh organisasi
pelayanan untuk meningkatkan kualitas pelayanan.
Metode ini meliputi pengembangan pemahaman
mengenai kebutuhan layanan yang dirasakan oleh pelanggan. Yang diukur dari persepsi kualitas
layanan bagi organisasi yang bersangkutan,
kemudian dibandingkan terhadap sebuah organisasi
yang sangat baik. Analis kesenjangan yang dihasilkan kemudian dapat digunakan sebagai
panduan untuk meningkatkan kualitas layanan.
Selanjutnya, Zeithaml menyatakan bahwa
kualitas pelayanan ditentukan oleh dua hal, yaitu:
expected service dan precieved service. Expected
service dan preceived service ditentukan oleh
dimention of service quality yang terdiri dari sepuluh dimensi, yaitu: (1) Tangibles. Appearance
of physical facilities, equipment, personnel, and
communication materials; (2) Reliability. Ability to
perform the promaised service dependably and
accurately; (3) Responsiveness. Willingness to help
customers and provide prompt service; (4)
Competence. Possession of required skill and
knwoledge to perform service; (5) Courtesy.
Politeness, respect, consideration and friendliness
of contact personnel; (6) Credibility.
Trustworthiness, belivebility, honesty of thr service
provider; (7) Feel secure. Freedom from danger, risk, or doubt; (8) Access. Approachable and easy
of contact; (9) Communication. Listens to its customers and acknowledges their comments. Keep
customers informed. In a language which they are
understand; and (10) Understandig the customer.
Making the effort to know customers and their
needs.
8
Berdasarkan uraian diatas dijelaskna bahwa
ukuran kualitas pelayanan memiliki sepuluh
dimensi, yaitu Tangible (terlihat/terjemah), terdiri
atas fasilitas fisik, peralatan, personil dan
komunikasi; Realibel (kehandalan), terdiri dari
kemampuan unit pelayanan dalam menciptakan
pelayanan yang dijanjikan dengan tepat; Responsiveness (tanggap), kemampuan untuk
membantu konsumen bertanggungjawab terhadap
kualitas pelayanan yang diberikan; Competence
(kompeten), tuntutan yang dimilikinya, pengetahuan
dan keterampilan yang baik oleh aparatur dalam
pelayanan; Courtesy (ramah), sikap atau perilaku
ramah, bersahabat, tangap terhadap keinginan
konsumen serta mau melakukan kontak atau
hubungan pribadi; Credibility (dapat dipercaya),
sikap jujur dalam setiap upaya untuk menarik
kepercayaan masyarakat; Security (merasa aman),
jasa pelayanan yang diberikan harus bebas dari berbagai bahaya dan resiko; Acces (akses), terdapat
kemudahan untuk mengadakan kontak dan
pendekatan; Communication (komunikasi),
kemauan memberi pelayanan untuk mendengarkan
suara, keinginan atau aspirasi pelanggan, sekaligus
kesediaan untuk selalu menyampaikan informasi
kepada masyarakat; dan Understanding the
customer (memahami pelanggan), melakukan segala
usaha untuk mengetahui kebutuhan pelanggan.
Dari sepuluh dimensi kualitas pelayanan yang
telah dijelaskan diatas, kemudian Zeithaml et. all, menyederhanakan menjadi lima dimensi, yaitu
dimensi SERVQUAL (kualitas pelayanan) sebagai
berikut:
(1) Tangibles. Appearance of physical
facilities, equipment, personnel, and communication
materials; (2) Reliability. Ability to perform the
promaised service dependably and accurately; (3)
Responsiveness. Willingness to help customers and
provide prompt service; (4) Assurance. Knowladge
and courtesy of employees and their ability to
convey trust and confidence; and (5) Empathy. The firm provides care and individualized attention to
its customers.
Berdasarkan penjelasan diatas, Zeithaml et all.
Mengemukakan bahwa kualitas pelayanan
dipengaruhi banyak hal, maka kualitas dapat diberi
pengertian sebagai totalitas dari karakteristik suatu
produk (barang dan/atau jasa) yang menunjang
kemampuan dalam memenuhi kebutuhan. Menurut
Lenvinne (dalam Hardiyansyah, 2011: 53) bahwa
kualitas pelayanan tidak saja ditentukan oleh faktor
fisik, kehandalan, daya tanggap, jaminan dan empati
namun juga ditentukan oleh responsibilitas dan akuntabilitas untuk menunjukkan seberapa jauh
proses pemberian pelayanan publik itu dilakukan
dan seberapa besar tingkat kesesuaian antara
penyelenggara pelayanan dengan ukuran-ukuran
eksternal yang ada di masyarakat dan dimiliki oleh
stakeholders. Karena apa yang diterima oleh
stakeholders harus sesuai dengan apa yang sudah
dijanjikan penyelenggara pelayanan tersebut,
kesesuaian yang diterima menjadikan kunci utama
untuk memberikan rasa kepuasan bagi para
pelanggan. Sedangkan menurut De Vrey, dalam
rangka meningkatkan kualitas pelayanan ada tujuh
faktor yang harus diperhatikan yaitu: Self-esteem
(harga diri), Exeed expectation (memenuhi
harapan), Recovery (pembenahan), Vision (pandangan ke depan), Improve (perbaikan), Care
(perhatian), Empower (pemberdayaan). Dari faktor
yang telah dijelaskan oleh De Vrey dapat diketahui
dan dipahami bahwa dalam meningkatkan kualitas
pelayanan melihat bagaimana pelayanan itu
diberikan jika pelayanan tersebut melenceng dari
tujuan pembenahan dan perbaikan akan segera
dilakukan agar dapat memenuhi harapan para
pelanggannya.
Akan tetapi kualitas sering kali diartikan
sebagai segala sesuatu yang memuaskan pelanggan
atau sesuai dengan persyaratan atau kebutuhan bagi para pelanggannya. Organisasi pelayanan publik
mempunyai ciri public accuntability, dimana setiap
warna negara mempunyai hak untuk mengevaluasi
kualitas pelayanan yang mereka terima. Adalah
sangat sulit untuk menilai kualitas suatu pelayanan
tanpa mempertimbangkan peran masyarakat sebagai
penerima pelayanan dan aparat pelaksana pelayanan
itu. Evaluasi yang berasal dari pengguna pelayanan,
merupakan elemen pertama dalam analisis kualitas
pelayanan publik. Elemen kedua dalam analisis
adalah kemudahan suatu pelayanan dikenali baik sebelum dalam proses atau setelah pelayanan itu
diberikan. Adapun dasar untuk menilai suatu
kualitas pelayanan selalu berubah dan berbeda. Apa
yang dianggap suatu pelayanan yang berkualitas
saat ini tidak mustahil dianggap sebagai suatu yang
tidak berkualitas pada saat yang lain. Oleh
karenanya, kesepakatan terhadap kualitas pelayanan
sangat sulit untuk dicapai.
Zeithaml et all. (dalam Hardiyansyah, 2011:
152) mengatakan bahwa ada empat (4) jurang
pemisah yang menjadi kendala dalam pelayanan publik yaitu: (1) tidak tahu apa yang sebenarnya
diharapkan oleh masyaraka; (2) pemberian ukuran
yang salah dalam pelayanan masyarakat; (3) keliru
penampilan diri dalam pelayanan publik itu sendiri;
dan (4) ketika membuat perjanjian terlalu berlebihan
atau mengobral.
Dari semua uraian diatas jelas menunjukkan
bahwa pelayanan yang diberikan oleh perusahaan
sesungguhnya tidak lepas dari kualitas pelayanan itu
sendiri. Sebagaimana telah dikemukakan
sebelumnya, dari sekian banyak teori tentang
kualitas pelayanan, menurut penulis bahwa kualitas pelayanan yang dikemukakan oleh Zeithaml et ll.
lebih relevan dijadikan dimensi dan indikator dalam
penelitian ini, karena dalam pengantar bukunya ia
mengatakan bahwa metode SERVQUAL (service
quality) tersebut dapat digunakan dan dipraktekkan
untuk semua tipe pelayanan organisasi yang
berorientasi profit maupun non profit, termasuk
pelayanan kapal dalam jasa pemanduan yang
9
dilakukan oleh PT Pelabuhan Indonesia III (Persero)
Cabang Tanjung Perak.
Kemudian, dari berbagai dimensi yang ada
pada metode SERVQUAL tersebut, semuanya
relevan untuk mengukur tinggi atau rendahnya
kualitas pelayanan yang dilakukan, termasuk bila
dihubungkan dengan variabel kepuasan pelanggan yang mengevaluasi hasil dari pelayanan yang
diterima oleh pengguna jasa/pelanggan. Metode
SERVQUAL tersebut telah dilakukan oleh berbagai
peneliti dan hasilnya dapat menjelaskan bergbagai
kasus pelayanan, baik yang dilakukan oleh
perusahaan maupun oleh organisasi publik. Artinya,
metode tersebut masih sangat relevan untuk juga
dipergunakan dalam penelitian ini.
Dari sekian banyak ukuran atau dimensi yang
telah dikemukakan sebelumnya tentang kualitas
pelayanan, kelima dimensi yang dikemukakan oleh
Zeithaml et all. telah sesuai dengan topik yang diangkat dalam penelitian ini, yaitu tentang
pelayanan kapal pada jasa pemanduan. Kenyataan
menunjukkan bahwa dalam pelayanan pemanduan
kapal masih terdapat antrian kapal pada deretan
waiting list yang panjang.
Berkenaan dengan hal tersebut diatas, dalam
rangka memenuhi harapan pengguna jasa/pelanggan
akan pelayanan pemanduan kapal yang berkualitas,
maka dimensi-dimensi kualitas pelayanan dimaksud
secara teoritis dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Tangibel (terlihat/berwujud). Indikator yang dapat dikemukakan pada dimensi ini adalah: Penampilan
fisik saat melakukan pelayanan, ketersediaan
sarana-prasarana, peralatan, kedisiplinan
pegawai/petugas, kemudahan memproleh atau
melakukan pelayanan.
2. Reliability (kehandalan). Indikator yang dapat dikemukakan pada dimensi ini adalah: kemampuan
untuk melaksanakan layanan yang dijanjikan,
ketepatan/keakuratan metode pelayana, kemampuan
mengeporasionalkan berbagai peralatan dalam
pelayanan, dan kemampuan pegawai dalam memberikan solusi terhadap masalah pelayanan
yang dihadapi.
3. Responsiveness (responsive). Indikator dalam dimensi ini adalah: ketanggapan pegawai terhadap
berbagai masalah dalam pelayanan pemanduan
kapal, kecepatan dalam menaggapi permasalahan
yang dihadapi, kecepatan dalam memproses
perencanaan pemanduan kapal.
4. Assurance. Indikator-indikator dalam dimensi ini adalah: keterbukaan prosedur pelayanan, kepastian
waktu dan biaya pelayanan, pengetahuan dan
kesopanan pegawai, dan kemampuan mereka untuk menyampaikan kepercayaan dan keyakinan.
5. Empati. Indikator dalam dimensi ini adalah: perhatian terhadap masalah yang dihadapi
masyarakat dalam pelayanan pemanduan kapal,
keinginan pegawai untuk mengetahui (adanya
perhatian) permasalahan dalam pelayanan
pemanduan kapal.
2.4 Kepuasan Pelanggan Dari keseluruhan kegiatan yang dilakukan oleh
sebuah perusahaan pada akhirnya akan bermuara
pada nilai yang akan diberikan oleh pelanggan
mengenai kepuasan yang dirasakan. Kepuasan
merupakan tingkat perasaan dimana seseorang
menyatakan hasil perbandingan atas kinerja produk atau jasa yang diterima dan diharapkan (kotler
dalam Lupiyoadi, 2006: 192).
Menurut Tjiptono, 2014: 353 kata Kepuasan atau satisfication berasal dari bahasa latin satis (artinya cukup baik, memadai) dan facio (melakukan, membuat). Secara sederhana kepuasan
dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan sesuatu atau membuat sesuatu memadai. Berbicara tentang kepuasan pelanggan ada beberapa pakar yang
memberikan definisi mengenai kepuasan pelanggan
yang dikutip oleh Kotler (2007:177) yaitu:
Perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan kinerja (hasil) yang
dipikirkan terhadap kinerja (atau hasil) yang
diharapkan. Jika kinerja berada di bawah harapan,
pelanggan tidak puas. Jika kinerja memenuhi
harapan pelanggan puas, jika kinerja melebihi
harapan pelanggan amat puas atau senang.
Tse dan Wilton (2014: 353) mendefinisikan
kepuasan/ketidakpuasan pelanggan sebagai respon
pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian
(disconfrimation) yang dipersepsikan antara harapan
awal sebelum pembelian (atau norma kinerja lainnya) dan kinerja aktual produk yang
dipersepsikan setelah pemakaian atau konsumsi
produk bersangkutan.
Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa kepuasan pelanggan yang ditinjau dan sisi
pelanggan yaitu mengenai apa yang telah dirasakan
pelanggan atas pelayanan yang telah diberikan
dibandingkan dengan apa yang mereka inginkan.
Sedangkan definisi kepuasan pelanggan
menurut Rangkuti (2004:56), bahwa yang dimaksud dengan kepuasan pelanggan adalah perbedaan antara tingkat kepentingan dan kinerja
atau hasil yang dirasakan. Dari berbagai definisi yang dijelaskan dapat
ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya pengertian
kepuasan pelanggan mencakup perbedaan antara
harapan dan kinerja atau hasil yang diharapkan.
Karena kepuasan pelanggan merupakan suatu
tingkatan dimana kebutuhan, keinginan dan harapan
dari pelanggan dapat terpenuhi yang akan
mengakibatkan terjadinya kerjasama jangka panjang
atau kesetiaan yang berlanjut. Faktor yang paling
penting untuk menciptakan kepuasan pelanggan adalah kinerja dari pelayanan yang diberikan dapat
diartikan dengan kualitas pelayanan dari perusahaan
tersebut. Semakin berkualitas pelayanan yang
diberikan, maka kepuasan yang dirasakan oleh
pelanggan semakin tinggi. Tingkat kepuasan adalah
fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan
dengan harapan (Kotler, 1997). Tingkat kepuasan
merupakan fungsi dari perbedaan anatara kinerja
10
yang dirasakan dengan harapan, apalagi kinerja
dibahawah harapan maka pelanggan akan kecewa.
Mengukur tingkat kepuasan pelanggan dapat
dipengaruhi melalui dua komponen, antara lain
(Rengkuti, 2002: 23):
1. Desire Service, suatu pelayanan yang diharapkan akan diterima. Berupa tanggapan pelanggan sebelum menerima.
2. Adequate Service, suatu pelayanan yang cukup dapat diterima
Berupa tanggapan pelanggan setelah menerima
pelayanan.
Kepuasan pelanggan jangka panjang menjadi
tujuan dari semua kegiatan pelayanan bagi setiap
perusahaan, secara umum dapat dikatakan bahwa
kepuasan pelanggan merupakan profit generated
dalam dunia bisnis. Secara lebih jelas manfaat dari
kepuasan pelanggan adalah sebagai berikut
(Kencana, 2006: 34-35): 1. Pelanggan yang puasa akan menciptakan
pengalamannya kepada teman, saudara, atau orang
lain. Artinya, dengan terjadi word-of mouth positif,
dengan demikian pelanggan tersebut merupakan
pengiklan yang baik bagi perusahaan, dan
perusahaan tidak perlu membayarnya.
2. Pelanggan yang puas tidak segan-segan untuk membayar produk/jasa yang diterima dengan harga
yang lebih tinggi. Logikanya, pelanggan tidak ingin
beresiko mendapat pengalaman yang tidak
memuaskan dari pelayanan yang diterimanya. 3. Perusahaan yang mempunyai rengking kepuasan
yang tinggi terlihat lebih mampu menahan tekanan
kompetisi harga.
4. Pelanggan yang puas biasanya tidak segan-segan menawarkan ide-ide kreatif kepada perusahaan.
Rasionalitanya, ide tersebut kalau dilaksanakan oleh
perusahaan, maka yang merasa paling beruntung
adalah pelanggan itu sendiri.
5. Pelanggan yang puas akan melakukan pembelian ulang. Jadi omset pendapat yang diterima dari
pelanggan yang puas relatif bisa diperhitungkan. 6. Pelanggan yang puas tidak mudah tergoda untuk
melakukan switching (pindah)
Dari keterangan diatas dapat disimpulkan
bahwa pelanggan yang puas akan memberikan
manfaat besar bagi perusahaan, disamping dapat
menambah profit tetapi juga membentuk citra yang
baik bagi perusahaan itu sendiri. Pelabuhan Tanjung
Perak dapat mengetahui kepuasan dari para
pelanggannya melalui umpan balik yang diberikan
oleh pelanggan sehingga dapat menjadi masukan
bagi keperluan pengembangan dan implementasi serta peningkatan kepuasan pelanggan. Hal ini
merupakan peluang bagi perusahaan untuk dapat
mengetahui kinerja dari pelayanan pemanduan
kapal. Dengan adanya komplain tersebut pelayanan
pemanduan kapal dapat memperbaiki dan
meningkatkan kinerjanya sehingga dapat
memuaskan pelanggan yang belum puas tadi.
Biasanya pelanggan mempunyai komitmen yang
besar dan Pelabuhan Tanjung Perak sebagai
pemberi pelayanan pemanduan kapal dapat
menanggapi komplain dari para pelanggan.
2.5 Hubungan Kualitas Pelayanan dengan Kepuasan
Pelanggan Kualitas berkaitan erat dengan kepuasan
pelanggan. Kualitas memberikan dorongan khusus
bagi para pelanggan untuk menjalin ikatan relasi
saling menguntungkan dalam jangka panjang
dengan perusahaan. kualitas juga dapat mengurangi
biaya. Crosby (1979) dalam Tjiptono (2007: 116)
menyatakan bahwa Quality is Free. Biaya untuk mewujudkan produk berkualitas jauh lebih kecil bila
dibandingakan biaya yang ditimbulkan apabila
perusahaan gagal memenuhi standar kualitas.
Pada perusahaan jasa maupun barang akan
mempertimbangkan mengenai seberapa pentingnya
kualitas pelayanan yang diberikan dibanding dengan kepuasan yang diterima oleh konsumen. Kualitas
memberikan dorongan kepada pelanggan untuk
menjalin hubungan yang erat dengan perusahaan,
sehingga memungkinkan perusahaan untuk
memahami dengan seksama harapan dan kebutuhan,
yang akhirnya kepuasan pelanggan dapat
menciptakan kesehatan pada perusahaan. Pelayanan
yang diberikan kepada pelanggan akan
menghasilkan kualitas pelayanan yang optimal.
Di bidang pelayanan harus diingat selalu
bahwa misi perusahaan adalah memberikan pelayanan terbaik agar tercapai kepuasan pelanggan.
Kepuasan pelanggan dapat dilihat dari jumlah suatu
barang atau jasa yang dikehendaki perusahaan pada
suatu periode tertentu. Dari pendapat yang
dikemukakan Juran (1998:17) yang menyatakan
bahwa kepuasan pelanggan dapat dilihat bila
kualitas pelayanan yang telah diberikan dapat
memenuhi keperluan pelanggan. Ada beberapa hal
yang menunjukkan pengaruh antara kualitas
pelayanan dengan kepuasan pelanggan diantaranya
sebagai berikut. a. Kualitas pelayanan yang lebih baik memungkinkan
perusahaan untuk meningkatkan kepuasan dan
mengurangi ketidakpuasan pelanggan. Semakin
baik kualitas pelayanan akan mengurangi kerja
ulang dan pada akhirnya angka ketidakpuasan
pelanggan dapat ditekan.
b. Bila kualitas pelayanan menunjukkan kepuasan yang tinggi, maka akan terjadi penekanan biaya
pada titik yang terendah dan akan menjadikan
pelanggan mengurangi biaya yang dikeluarkan.
Faktor-faktor yang rendah menjadikan salah satu
penentu kepuasan pelanggan.
Untuk menciptakan kepuasan pelanggan adalah
dengan menciptakan kualitas pelayanan yang tinggi
dan upaya peningkatan kualitas pelayanan harus
terus dilakukan menuju tingkat yang lebih tinggi
lagi. Titik berat pelayanan pemanduan kapal adalah
penyediaan pelayanan yang baik dengan
memperhatikan apa yang diinginkan oleh
11
pelanggan. Apabila pelayanan yang diberikan
tinggi, maka jumlah pelanggan akan meningkat.
2.6 Kerangka Berpikir
Sumber : Diolah Sendiri
2.7 Hipotesis Berdasarkan masalah pokok penelitian dan
tujuan yang ingin dicapai, maka sebagai hipotesis
adalah:
Ho : Diduga tidak ada pengaruh hubungan yang positif
dan signifikan antara kualitas pelayanan jasa
pemanduan dengan kepuasan pelanggan pada PT.
Pelabuhan Indonesia III Cabang Tanjung Perak.
Ha : Diduga ada pengaruh hubungan yang positif dan
signifikan antara kualitas pelayanan jasa pemanduan
dengan kepuasan pelanggan pada PT. Pelabuhan
Indonesia III Cabang Tanjung Perak.
Ho : = 0 (berarti tidak ada hubungan) Ha : 0 (berarti ada hubungan)
H1 : Tangibel, bukti fisik pelayanan pemanduan kapal sangat
berperan dalam menciptaka kepuasan pelanggan. Jika
kualitas pelayanan yang berkaitan dengan bukti fisik
ditingkatkan, maka kepuasan pelanggan akan bertambah,
begitupun sebaliknya.
H2 : Reliability, kehandalan pelayanan pemanduan kapal
sangat berperan dalam menciptakan kepuasan pelanggan.
Jika kualitas pelayanan yang berkaitan dengan
kehandalan ditingkatkan, maka kepuasan pelanggan akan
bertambah, begitupula sebaliknya.
H3 : Responsiveness, daya tanggap pelayanan pemanduan
kapal terhadap kepuasan pelanggan sangat berperan dalam menciptakan kepuasan pelanggan. Jika kualitas
pelayanan yang berkaitan dengan daya tanggap
ditingkatkan, maka kepuasan pelanggan akan bertambah,
begitupula sebaliknya.
H4 : Assurance, jaminan yang diberikan pelayanan
pemanduan kapal terhadap pelanggan sangat berperan
dalam menciptakan kepuasan pelanggan tersebut. Jika
kualitas pelayanan yang berkaitan dengan jaminan
ditingkatkan, maka kepuasan pelanggan akan bertambah,
begitupula sebaliknya.
H5 :Empathy, empati suatu perusahaan terhadap
pelanggan sangat berperan dalam menciptakan kepuasan pelanggan tersebut. Jika kualitas pelayanan yang terkait
dengan empati perusahaan terhadap pelanggan
ditingkatkan, maka kepuasan pelanggan akan bertambah,
begitupula sebaliknya.
III. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah kuantitatif Asosiatif
dengan metode survey. Metode survei dilakukan
pada populasi besar maupun kecil, Sugiyono, (2012:
12) mengemukakan bahwa, penelitian survei pada
umumnya dilakukan untuk mengambil suatu generalisasi dari pengamatan yang tidak mendalam.
Sedangkan penelitian asosiatif adalah penelitian
yang dilakukan untuk mengetahui hubungan antara
dua variabel atau lebih. Bertujuan untuk mengetahui
faktor apakah yang mempengaruhi kualitas
pelayanan kapal pada jasa pemanduan berpengaruh
signifikan terhadap kepuasan pengguna jasa PT.
Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung
Perak.
Sehingga penelitian ini diharapkan mampu
digunakan peneliti untuk memecahkan permasalahan dalam penelitian secara tepat sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan pada bab
sebelumnya.
3.2 Populasi dan Sampel
A. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah para
pengguna jasa/agen pelayaran yang sedang
menerima pelayanan pemanduan kapal di PT.
Pelabuhan Indonesia III Cabang Tanjung Perak lokasi penelitian ini dilakukan di Pelabuhan
Tanjung Perak yang teletak di Jalan Perak Timur
no. 620, Surabaya. Jumlah populasi yang diambil didapatkan dari laporan data olah gerak kapal
masuk, pindah dan keluar, berdasarkan data
pertanggal 1 Januari 2015 sampai 1 Maret 2015
dengan jumlah keseluruhannya 6300 gerakan kapal.
B. Sampel Pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan
Probability Sampling, Sugiyono (2012: 122)
Kepuasan Pelanggan Terhadap
pelayanan pemanduan kapal
PT Pelabuhan
Indonesia III (Peresero) Cabang
Tanjung Perak
Tangibel
(X1)
Meningkatnya arus
kedatangan
kapal
Kualitas Pelayanan
Pelayanan pemanduan
kapal
Assura
nce (X4)
Reliability (X2)
Responsivenes (X3)
Empat
hy (X5)
12
menjelaskan bahwa pengambilan sampel yang
memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur
(anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota
sampel. Metode pengambilan sampelnya
menggunakan Simple Random Sampling dimana
pengambilan anggota sampel dari populasi
dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi.
Ukuran sampel yang digunakan oleh peneliti
ditentukan berdasarkan pertimbangan menggunakan
rumus Slovin dalam (Riduwan, 2009:65), sebagai
berikut:
keterangan: n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
d = persen kelonggaran ketidaktelitian
10% = 0,1
1 = konstanta
Jika diketahui jumlah populasi dalam
penelitian ini berjumlah 6300 olah gerak kapal maka perhitungan kelayakan sampel dengan tingkat
kesalahan yang dikehendaki adalah 10%, maka
jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
n =
n =
n =
n = 98,4
n = 98 orang (setelah pembulatan)
Pembulatan sampel di atas menunjukkan
bahwa jumlah sampel yang digunakan yaitu
sejumlah sembilan puluh delapan (98) responden
para pengguna jasa.
3.4 Variabel Penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya adalah
sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari, sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannyan (Sugiyono dalam Anshori, 2009:
57). Sedangkan Efendi (dalam Idrus, 2007: 104) mengartikan variabel sebagai konsep yang
mempunyai variasi nilai, Penelitian ini
menggunakan dua variabel yaitu :
1. Variabel dependen Variabel dependen adalah variabel yang
menjadi pusat perhatian utama peneliti.
Dalam bahasa Indonesia disebut variabel
terikat, (Idrus, 2007: 106) variabel terikat
merupakan variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat karena adanya variabel
bebas. Hakekat sebuah masalah mudah terlihat dengan mengenali berbagai variabel
dependen yang digunakan dalam sebuah
model. Variabilitas dari atau atas faktor
inilah yang berusaha untuk dijelaskan oleh
seorang peneliti (Ferdinand, 2006:26).
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel
dependen adalah : kepuasan pengguna jasa
pemanduan kapal (Y).
2. Variabel Independen Dalam bahasa Indonesia disebut variabel
bebas, (Idrus, 2007: 105) variabel bebas merupakan variabel yang menjadi sebab
berubahnya atau timbulnya variabel terikat.
Variabel independen yang dilambangkan
dengan (X) adalah variabel yang
mempengaruhi variabel dependen, baik yang
pengaruhnya positif maupun yang
pengaruhnya negatif (Ferdinand, 2006:26).
Variabel independen dalam penelitian ini
adalah : Kualitas Pelayanan (X)
3.5 Definisi Operasional
Kualitas
Pelayanan
(Zeitham,
et.all)
Tangibel 1.Penampilan 2.Kenyamanan 3.Kemudahan 4.Kedisiplinan 5.Kemudahan Akses 6.Penggunaan alat bantu pemanduan
Reliability 1.Kecermatan 2.Standar Pelayanan 23Kemampuan menggunakan alat bantu 4.Keahlian
menggunakan
alat bantu
Responsiveness 1.Merespon setiap pemohon 2.Cepat 3.Tepat 4.Cermat 5.Ketepatan waktu 6.Merespon
setiap keluhan
Assurance 1.Jaminan tepat waktu 2.Jaminan biaya 3.Jaminan legalitas 4.Kepastiam
biaya
Empaty 1.Mendahulukan kepentingan pemohonan pemanduan 2.Sikap ramah
13
3.Sikap sopan santun 4.Tidak diskriminatif 5Mengargai setiap pemohon pemanduan
Kepuasan pelanggan (Rengkuti)
1.Pelayanan yang ditawarkan dapat memenuhi kebutuhan dan telah memberi kepuasan
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data berkenaan ketepatan
cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan
data, sebagai pelengkap dalam pembahasan ini
maka diperlukan adanya data atau informasi yang
berhubungan dengan penelitian ini, maka teknik
pengumpulan data sebegai berikut:
a. Wawancara (Interview) Wawancara dipergunakan untuk
mengadakan komunikasi dengan pihak-pihak
terkait atau subyek penelitian dalam rangka
memperoleh penjelasan atau informasi tentang
hal-hal yang belum tercantum dalam
dokumentasi.
Dalam penelitian ini menggunakan
wawancara yang tidak terstruktur. Menurut
Sugiyono (2012:191) wawancara tidak
terstruktur adalah wawancara yang bebas
dimana peneliti tidak menggunakan pedoman
wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan
datanya.
b. Kuesioner (angket). Sugiyono (2012:192) mengatakan bahwa
kuesioner merupakan teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawab.
tujuan pembuatan kuesioner untuk
memperoleh informasi yang relevan.
Kuesioner cocok digunakan bila dalam jumlah
responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner ini diberikan kepada
agen pelayaran yang menerima pelayanan
pemanduan di Pelabuhan Tanjung Perak
Seurabaya. Kuesioner peneliti dikembangkan
berdasarkan dimensi kualitas pelayanan yang
diungkapkan oleh Parasuraman dkk, yaitu
Tangible /bukti langsung, Reability/
kehandalan, responsiviness/ daya tanggap,
assurance/ jaminan dan empathy/empati dan
dimensi kepuasan pelanggan dari Fandy
Tjiptono. c. Observasi
Observasi adalah pengumpulan data yang
digunakan dengan jalan mengadakan
pengamatan secara langsung di lapangan atau
obyek penelitian dengan tujuan mengamati
obyek penelitian dan informasi secara
langsung. Teknik pengumpulan data observasi
digunakan untuk penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, yang menggambarkan
perasaan seseorang tanpa melakukan
wawancara atau kuesioner.
3.7 Instrumen Penelitian
Alat ukur dalam penelitian dinamakan instrumen
penelitian. Instrumen penelitian adalah suatu alat
yang digunakan mengukur fenomena alam maupun
sosial yang diamati (Sugiyono, 2010:119).
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuesioner yang disebarkan pada pengguna
jasa pelabuhan yang sedang melakukan permohonan
perencnaan pemanduan di Pelabuhan Tanjung
Perak.
Tingkatan dan skor
Tingkatan Skor
Sangat Tidak Baik (STB),
Sangat Tidak Setuju (STS
1
Kurang Baik (KB), Kurang
Setuju (KS)
2
Cukup Baik (CB), Cukup
Setuju (CS)
3
Baik (B), Setuju (S) 4
Sangat Baik (SB), Sangat
Setuju (SS)
5
Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka
jawaban-jawaban tersebut dapat dikategorikan pada
ukuran interval, dimana kelas interval yang
berfungsi untuk mengetaui seberapa besar
sumbangan pengaruh variavel independen secara
bersama-sama terhadap variabel dependent. Nilai pada kelas interval dinyatakan dalam presentase.
Berikut kriteria interpretasi koefisien korelasi yang
ditunjukkan pada tebel berikut ini :
Kriteria Interpretasi Korelasi Koefisien
No Interval Koefisien Tingkat Sumbangan
1 0,00 0,199
Sangat rendah
2 0,20 0,399
Rendah
3 0,40 0,599
Sedang
4 0,60 0,799
Kuat
5 0,80 1,000
Sangat kuat
Sumber : Riduwan, 2010:88
14
Data responden yang telah terkumpul,
selanjutnya akan diproses dengan menggunakan uji
coba instrument, meliputi pengujian validitas angket
dan pengujian reliabilitas angket.
Uji Validitas
Uji Validitas bertujuan untuk menguji
sejauhmana kevalidan dari suatu alat ukur yang digunakan dalam penelitian, alat ukur yang
digunakan berupa angket. Teknik yang digunakan
untuk menguji validitas angket adalah dengan
analisis faktor, yaitu berupa indikator dari setiap
variabel penelitian. Korelasi antara setiap faktor
penyusunan angket dengan skor total dihitung dan
kemudian dilihat korelasinya, apakah tergolog
dalam kategori korelasi tinggi, sedang atau rendah.
Jika korelasi yang diperoleh tergolong rendah maka
angket dinyatakan tidak valid, sebaliknya jika
tergolong dalam korelasi tinggi atau sedang maka
angket tersebut dinyatakan valid. Rumusan korelasi yang digunakan untuk skala
pengukuran pada pengujian validitas, menggunakan
rumus Pearson Product Moment sebagai berikut
(dalam Riduwan, 2010:110).
Keterangan :
r hitung : Koefisien korelasi : Jumlah skor item : Jumlah skor total (seluruh item)
n : Jumlah responden
selanjutnya dihitung dengan Uji-t dengan rumus
:
Keterangan :
t : nilai thitung r : Koefisien korelasi thitung n : Jumlah responden
Distribusi (Tabel t) untuk dan derajat kebebasan (dk = n-2), dengan kaidah keputusan :
jika thitung > ttabel berarti valid, sebaliknya
jika thitung < ttabel berarti tidak valid
Uji Reliabilitas Instrumen yang digunakan untuk mendapatkan
data seharusnya merupakan data yang valid dan
reliabel, sehingga seteh dilakukan uji validitas pada
instrumen penelitian, akan dilakukan uji reliabilitas
pada instrumen penelitian. Sugiyono (2010:348)
mengatakan instrumen yang reliabel berarti instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk
mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan
data sama. Dengan kata lain bahwa reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu
alat pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Uji reliabiitas menggunakan rumus
apha (Arikunto, 1998: 193) yaitu:
2 (b) r1 = K 1-
k 1 2 (t)
Keterangan :
r11 : reliabeilitas instrumen
k : banyaknya butiran instrumen 2 (b) : jumlah varians butiran
instrumen
2 (t) : varians total instrumen 3.8 Analisis Data
Peneliti biasanya melakukan beberapa tahap
persiapan data untuk memudahkan proses analisis
data dan intrepetasi hasilnya, yaitu:
a. Pengeditan (Editing) Editing ini dilakukan untuk meneliti lengkap
tidaknya pengisian kuesioner oleh responden,
keterbacaan tulisan, kejelasan makna jawaban,
kesesuaian dan keajegan antara jawaban pertanyaan satu dengan pertanyaan yang lain.
b. Pemberian kode (mengkodekan data) Tahap selanjutnya dilakukan proses pemberian
kode, yaitu mengklarisifikasikan jawaban
responden menurut macam-macamnya. Dalam
penelitian ini data yang diperoleh dimasukkan
kedalam tabel frekuensi untuk memperjelas
dalam melihat kategori atau klasifikasi data.
Klasifikasi data hasil kuisioner didasarkan
pada 5 (lima) kategori yaitu:
1. Sangat Tidak Baik (STB) 2. Kurang Baik (KB) 3. Cukup Baik (CB) 4. Baik (B) 5. Sangat Baik (SB)
c. Teknis Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian ini
dengan statistik inferensial. Menurut Sugiyono
(2011: 201) statistik inferensial (sering juga
disebut statistik induktif atau statistik
probabilitas), adalah teknik statistik yang
digunakan utuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Dalam
kategori statistik parametrik dengan
menggunakan perhitungan analisis regresi
linier berganda, karena penelitian ini diukur
dengan skala interval atau ratio dan
memerlukan uji asumsi untuk mengetahui data
yang akan dianalisis harus berdistribusi
normal. Dengan peluang kesalahan 5%,
pengujian taraf signifikansi berdasarkan pada
tabel sesuai teknik analisis yang digunakan.
d. Pemrosesan Data (Data Processing) Pemrosesan data pada penelitian ini menggunakan aplikasi statistik yang dapat
digunakan untuk analisis data dengan
komputer yaitu SPSS Statistics 16. Karena
proses data dengan menggunakan program
komputer relatif lebih cepat dan hasilnya lebih
akurat.
15
3.9 Uji Asumsi Klasik
Setiap variabel yang akan dianalisis harus lolos
uji asumsi klasik, Oleh karena itu sebelum
pengujian hipotesis dilakukan maka dilakukan
pengujian asumsi klasik terlebih dahulu. Uji asumsi
klasik merupakan pengujian asumsi-asumsi statistik
yang harus dipenuhi pada analisis linier berganda yang berbasis Ordinary Least Square (OLS). Dalam
Uji asumsi klasik yang digunakan ada 3, yaitu:
1. Uji Multikolinieritas Uji multikolonieritas bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas. Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi diantara variabel bebas.
Multikolonieritas dideteksi dengan
menggunakan nilai tolerance dan lawannya
variance inflation factor (VIF). Tolerance
mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel
bebas lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah
sama dengan nilai VIF tinggi (karena
VIF=1/tolerance) dan menunjukkan adanya
kolinearitas yang tinggi. Jika nilai Tolerance
lebih kecil atau sama dengan o0,01 atau nilai
VIF lebih besar atau sama dengan 10, maka
dapat dinyatakan terjadi multikolinieritas antar
variabel bebas. Jika nilai Tolerance lebih besar
dari 0,10 atau nilai VIF lebih kecil dari 10, maka
dapat dinyatakan tidak terjadi multikolinieritas antar variabel bebas.
2. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk
mengetahui apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varian dari residual suatu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Apabila
varian dari residual suatu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut
homoskedasitas dan apabila berbeda disebut
heteroskedesitas. Pengujian ini dapat dilakukan
dengan melihat Grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat yaitu (ZPRED) dengan
residualnya (SRESID). Deteksi ada tidaknya
heteroskedesitas dapat dilakukan dengan melihat
ada tidaknya pola tertentu pada Grafik Plot.
Yang dimaksud dengan pola tertentu adalah
Grafik Plot yang membentuk lingkaran,
mengumpulkan seperti bola, semakin membesar,
semakin mengecil, dan membesar kemudian
mengecil atau sebaliknya. Jika Grafik Plot
menyebar atau tidak membentuk pola tertentu
seperti yang disebut di atas, maka model regresi
yang digunakan dapat dinyatakan heteroskedesitas.
3. Uji Normalitas Bertujuan untuk menguji apakah dalam
sebuah model regresi, variabel pengganggu atau
residual memiliki distribusi normal. Untuk
menguji normalitas dalam penelitian ini
digunakan uji statistik non-parametrik dengan
metode Normal Probability Plots. Apabila hasil
uji ini menghasilkan nilai signifikansi lebih
besar dari 0,05 maka dapat dinyatakan bahwa
residual terdistribusi normal.
3.10 Analisis Regresi Linier Berganda Analisis ini dimaksud untuk mengetahui kedua
variabel yaitu kualitas pelayanan pemanduan kapal
dan kepuasan pengguna jasa memiliki adanya suatu hubungan, dengan menggunakan rumus regresi
linier berganda yang dikutip (Qudratullah, 2012:
89):
Y = 0 + 1 X1 + 2 X2 + 3 X3 + 4 X4 + 5 X5 + X + e
Dimana :
Y = Kepuasan Konsumen
B0 = Intercept (konstanta)
1, 2, 3, 4, 5 = Koefisien regresi X1 = Variabel yang mewakili ( Tangible )
X2 = Variabel yang mewakili ( Reliability ) X3 = Variabel yang mewakili (
Responsiveness )
X4 = Variabel yang mewakili ( Assurance )
X5 = Variabel yang mewakili ( Empathy )
e = error / kesalahan prediksi
A. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya
mengukur seberapa jauh kemampuan variabel
bebas dalam menerangkan variasi variabel
terikat. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti
kemampuan variabel bebas dalam
menjelaskan variasi variabel terikat sangat
terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti
variabel bebas memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variabel terikat.
B. Uji F Dalam penelitian ini, uji F digunakan
untuk mengukur seberapa jauh pengaruh
variabel bebas secara bersama-sama dalam menerangkan variasi variabel terikat. Uji F
dapat dilakukan dengan melihat nilai
signifiknsi F pada aoutput uji ANOVA. Jika
nilai signifikansi F lebih kecil dari 0,5 maka
dapat dinyatakan bahwa variabel bebas secara
simultan berpengaruh signifikansi terhadap
variabel terikat.
C. Uji t Uji statistik t digunakan untuk mengukur
seberapa jauh pengukuran variabel bebas
secara individual dalam menerangkan variasi
variabel terikat. Jika nilai thitung lebih besar dari nilai ttabel maka dapat dinyatakan bahwa
variabel bebas secara individual berpengaruh
posotif terhadap variabel terikat. Jika nilai
signifikansi t lebih kecil dari 0,05 maka
dapat dinyatakan bahwa variabel bebas
secara individual berpengaruh signifikan
terhadap variabel terikat
16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil dan Analisis
Sebelum menguraikan tentang hasil penelitian dan analisisnya, peneliti menggaris bawahi hal
berikut, yaitu anggapan bahwa data yang
dikumpulkan adalah data yang valid dan reliabel,
tidak menutup kemungkinan terjadinya kesalahan-
kesalahan dalam pengumpulan data maupun
pengukuran atas variabel-variabel yang
digunakan.penulis telah berupaya mengatasi
keterbatasan tersebut dengan menggunakan test of
validity dan test of reliability, namun demikian
kedua tes tersebut hanya merupakan tolak ukur
internal saja, sedangkan hal yang bersifat eksternal
seperti ketidak jujuran responden dalam memberikan data dan persepsi mereka yang berbeda
dan lain sebagainya berada di luar kemampuan
peneliti.
4.1.1 Pengujian Instrumen Penelitian
Analisis terhadap alat bantu
pengumpulan data yang dilakukan dalam
penelitian ini dengan penyebaran keusioner, sebelum data dianalisis dilakukan pengujian
validitas (kesahihan) dan juga pengujian
reliabilitas (keandalan) dari kuesioner-
kuesioner yang disebarkan. Data yang valid
dan reliabel merupakan syarat untuk dapat
diolahnya data mentah, kemudian hasil nilai
kuesioner yang telah disebarkan kepada
responden harus diuji kesahihannya dari
instrumen yang telah disebarkan dan
instrumen tersebut cukup dapat dipercaya
untuk dapat digunakan sebagai alat ukur
pengumpulan data atau keandalannya dengan cara melakukan uji validitas dan uji
reliabilitas data.
a. Uji validitas variabel x Dari sejumlah pertanyaan yang
diajukan kepada responden, kemudian
dikelompokkan masing-masing variabel
yaitu Tangibel (X1), Reliability (X2),
Responsiveness (X3), Assurance (X4)
dan Empathy (X5). Setelah
dikelompokkan item-item tersebut
kemudian dilakukan pengujian untuk mengetahui apakah alat ukur yang
berupa pertanyaan-pertanyaan tersebut
dapat mengukur masing-masing
variabel yang digunakan dalam
penelitian ini.
Menurut Sugiyono (2012: 137)
validitas adalah keadaan yang
menggambarkan tingkat instrumen
bersangkutan yang mampu mengukur
apa yang akan diukur. Berikut disajikan
hasil perhitungan validitas data dengan
menggunakan SPSS Statistics 16. Pengujian validitas dilakukan
dengan mengkorelasikan masing-
masing item skor dengan total skor.
Teknik analisa yang digunakan adalah
koefisien korelasi product moment
person, sebagai berikut:
Tabel 4.1
Hasil Uji Validitas Variabel X
Item Skor
Total
rtabel Keterangan
Item 1
0,656 0,361 Valid
Item
2
676 0,361 Valid
Item
3
484 0,361 Valid
Item
4
666 0,361 Valid
Item
5
710 0,361 Valid
Item
6
606 0,361 Valid
Item
7
429 0,361 Valid
Item
8
712 0,361 Valid
Item
9
569 0,361 Valid
Item
10
745 0,361 Valid
Item
11
767 0,361 Valid
Item 12
802 0,361 Valid
Item
13
544 0,361 Valid
Item
14
626 0,361 Valid
Item
15
732 0,361 Valid
Item
16
640 0,361 Valid
Item
17
716 0,361 Valid
Item
18
865 0,361 Valid
Item
19
695 0,361 Valid
Item
20
754 0,361 Valid
Item
21
701 0,361 Valid
Item
22
793 0,361 Valid
Item 23
692 0,361 Valid
Item
24
895 0,361 Valid
Item
25
651 0,361 Valid
Sumber : Data yang diolah 2015
17
Dalam pengambilan keputusan uji
validitas diatas menurut Anwar (dalam
Priyatno, 2010: 21) semua item yang
mencapai koefisien korelasi minimal
0.30 daya pembedanya dianggap
memuaskan dan untuk batasan rtabel dengan n = 30 di dapat rtabel sebesar 0.361. Pengambilan keputusan pada
pengujian validitas data mengacu pada
ketentuan jika hasil skor total > rtabel
maka kuesioner dinyatakan valid.
Berdasarkan hasil uji validitas diatas
dapat disimpulkan bahwa semua nilai
skor item diatas nilai rtabel 0.361,
sehingga semua butir pernyataan
dianggap valid dan dapat diikutsertakan
pada proses analisis berikutnya.
b. Uji reliabilitas variabel x menggunakan cronbach alpha
Setelah item pertanyaan dalam
kuesioner dinyatakan valid maka tahap
selanjutnya yang dilakukan adalag
pengujian reliabilitas dengan
pengambilan keputusan pada uji
reliabilitas biasanya menggunakan
batasan 0.6. Menurut Sekaran,
reliabilitas kurang dari 0.6 adalah
kurang baik sedangkan 0.7 dapat
diterima dan diatas 0.8 adalah baik.
Pada penelitian ini digunakan metode Cronbach Alpha.
Tabel 4.2
Hasil Uji Reliability Variabel X
Cronbach's Alpha N of Items
.951 26
Sumber : Data yang diolah, 2015
Menurut Sekaran (dalam Priyatno,
2010: 32), reliabilitas < 0.6 adalah
kurang baik, sedangkan 0.7 dapat diterima, dan > 0.8 adalah baik. Pada
penelitian ini menggunakan batasan 0.6,
hasil uji reliabilitas yang di dapatkan
nilai cronbachs alpha sebesar 0.953 dengan jumlah item sebanyak 26. Dari
hasil pengolahan data diketahui bahwa
nilai reliabilitas memberikan indikasi
bahwa keandalan angket/kuesioner
yang digunakan sebagai alat
pengukuran termasuk pada kategori
berkolerasi kuat untuk variabel x > 0.6 maka dapat disimpulkan bahwa semua
variabel adalah reliabel.
c. Uji validitas variabel y Dari sejumlah pertanyaan yang
diajukan kepada responden, kemudian
dilakukan pengujian untuk mengetahui
apakah alat ukur yang berupa
pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat
mengukur masing-masing variabel yang
digunakan dalam penelitianini.
Menurut Sugiyono (2012: 137)
validitas adalah keadaan yang
menggambarkan tingkat instrumen
bersangkutan yang mampu mengukur
apa yang akan diukur. Berikut disajikan
hasil perhitungan validitas data dengan
menggunakan SPSS Statistics 16. Pengujian validitas dilakukan
dengan mengkorelasikan masing-
masing item skor dengan total skor.
Teknik analisa yang digunakan adalah
koefisien korelasi product moment
person, sebagai berikut:
Tabel 4.3
Hasil Uji Validitas Variabel Y
Item Skor
Total
rtabel Keterangan
Item
1
769 0,361 Valid
Item 2
785 0,361 Valid
Item
3
751 0,361 Valid
Item
4
681 0,361 Valid
Sumber : Data yang diolah 2015
Dalam pengambilan keputusan uji
validitas diatas menurut Anwar (dalam
Priyatno, 2010: 21) semua item yang
mencapai koefisien korelasi minimal
0.30 daya pembedanya dianggap
memuaskan dan untuk batasan rtabel dengan n = 30 di dapat rtabel sebesar
0.361. Pengambilan keputusan pada
pengujian validitas data mengacu pada ketentuan jika hasil skor total > rtabel
maka kuesioner dinyatakan valid.
Berdasarkan hasil uji validitas diatas
dapat disimpulkan bahwa semua nilai
skor item diatas nilai rtabel 0.361,
sehingga semua butir pernyataan
dianggap valid dan dapat diikutsertakan
pada proses analisis berikutnya.
d. Uji reliabilitas variabel y menggunakan cronbach alpha
Setelah item pertanyaan dalam kuesioner dinyatakan valid maka tahap
selanjutnya yang dilakukan adalah
pengujian reliabilitas dengan
pengambilan keputusan pada uji
reliabilitas biasanya menggunakan
batasan 0.6. Menurut Sekaran,
reliabilitas kurang dari 0.6 adalah
kurang baik sedangkan 0.7 dapat
diterima dan diatas 0.8 adalah baik.
Pada penelitian ini digunakan metode
Cronbach Alpha.
18
Tabel 4.4
Hasil Uji Reliability Variabel Y
Cronbach's Alpha N of Items
.726 26
Sumber : Data yang diolah,
2015
Menurut Sekaran (dalam Priyatno,
2010: 32), reliabilitas < 0.6 adalah
kurang baik, sedangkan 0.7 dapat
diterima, dan > 0.8 adalah baik. Pada
penelitian ini menggunakan batasan 0.6,
hasil uji reliabilitas yang di dapatkan
nilai cronbachs alpha sebesar 0.953 dengan jumlah item sebanyak 26. Dari hasil pengolahan data diketahui bahwa
nilai reliabilitas memberikan indikasi
bahwa keandalan angket/kuesioner
yang digunakan sebagai alat
pengukuran termasuk pada kategori
berkolerasi kuat untuk variabel x > 0.6
maka dapat disimpulkan bahwa semua
variabel adalah reliabel.
4.1.2 Deskripsi Responden
Responden dalam penelitian ini adalah
pengguna jasa/pelanggan pelayanan
pemanduan kapal di Pelabuhan Tanjung
Perak. Dari 98 kuesioner yang disebarkan
pada pengguna jasa pemanduan kapal,
sampel yang digunakan dalam penelitian ini
berjumlah 98 responden. Untuk lebih
jelasnya berikut data penyebaran kuesioner.
Tabel 4.4
Distribusi Kuesioner
Distribusi
Kuesioner
Jumlah Persentase
Kuesioner
disebar
98 100%
Kesioner
kembali
98 100%
Kuesioner
rusak
0 0%
Kuesioner
dipakai
98 100%
Sumber : Data yang diolah 2015
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari
peneliti menyebar kuesioner sebanyak 98,
kuesioner yang kembali sebanyak 98,
kuesioner yang rusak tidak ada sehingga
yang dipakai dalam penelitian ini seluruhnya 98.
a. Deskripsi Responden Berdasarkan Agen Perusahaan
Tabel 4.5
Agen Pelayaran
Frequency
Val
id
1
alfa trans 3
amami samudera 2
andalan samudra 4
anugerah makmur 4
asia mandiri 2
asia pasific 2
berlian lautan 2
bintang jasa 4
caraka cakrawal 3
dharma lautan 2
evergreen ship 2
jasa maritim 2
karana line 4
mentari sejati 5
meratus line 6
ocean global 2
pelayaran ratu 1
Pelni 11
pertamina upms 2
prima eksekutif 4
prima vista 2
Putrautama 2
salam pasific 4
samudra indones 1
samudra shiping 2
sukses makmur 2
tanti intim 2
tanto intim lin 2
tempuran emas 2
trans buana 2
Trimitra 4
varia usaha 2
Total 99
Sumber : Data yang diolah, 2015
Berdasarkan tabel diatas dapat
disimpulkan bahwa mayoritas responden di
Pelabuhan Tanjung Perak yang melakukan kerja sama yaitu Agen Pelayaran PT. Pelni
sebanyak 11,1%
19
b. Deskripsi Responden tentang Kualitas pelayanan pemanduan kapal di Pelabuhan
Tanjung Perak
Pelabuhan Tanjung Perak berusaha
memberikan kualitas yang baik, karena
kualitas pelayanan yang baik dapat
memberika dorongan kepada pelanggan untuk menjalin hubungan yang kuat dengan
perusahaan. Upaya yang dilakukan
Pelabuhan Tanjung Perak dalam memberikan
kualitas pelayanan yang terbaik kepada
pelanggan adalah dengan cara
mengupayakan suatu pelayanan yang
meliputi dimensi Tangibel (bukti fisik),
Reliability (ketanggapan), Responsiveness
(kehandalan), Assurance (jaminan), dan
Empathy (empati).
Pelayanan pemanduan kapal di
Pelabuhan Tanjung Perak adalah kegiatan pandu dalam membantu, memberikan saran
dan informasi kepada Nahkoda tentang
keadaan perairan setempat yang penting agar
navigasi pelayaran dapat dilaksanakan
dengan selamat, tertib dan lancar demi
keselamatan kapal dan lingkungan yang
ditujukan untuk meingkatkan kepuasan
pengguna jasa dengan cara memenuhi
harapan serta kebutuhan pengguna jasa.
Untuk mengetahui kualitas pemanduan
kapal yang dilakukan oleh Pelabuhan Tanjung Perak, maka pertanyaan untuk
variabel x (kualitas pelayanan) tersebut
terbagi atas:
1. Tanggapan responden tentang kualitas pemanduan kapal di Pelabuhan
Tanjung Perak
Setelah penulis menyebarkan
kuesioner kepada responden di lapangan maka dapat diketahui
tanggapan responden mengenai
sejauh mana kualitas pemanduan di
Pelabuhan Tanjung Perak. setiap
jawaban dari responden diberi nilai
dengan menggunakan Skala Likret
yang digunakan untuk mengukur
setiap jawaban dari pertanyaan
variabel x yang diajukan kepada
responden melalui penyebaran
kuesioner. Jika responden menjawab sangat baik maka jawaban tersebut
bernilai lima (5), jika responden
menjawab baik maka jawaban
tersebut bernilai empat (4), jika
responden menjawab cukup baik
maka jawaban tersebut bernilai tiga
(3), jika responden menjawab tidak
baik maka jawaban responden
tersebut bernilai dua (2), dan jika
responden tersebut menjawab sangat
tidan baik maka awaban tersbut
bernilai satu (1).
Adapun untuk memudahkan
penilaian setiap item pertanyaan
penulis akan mencari rata-rata dari
setiap jawaban responden dan untuk
memudahkan penilaian rata-rata tersebut penulis mengkategorikannya
berdasarkan nilai interval nilai skor
jawaban responden dari seluruh item
pertanyaan variabel x dmana
perhitungannya adalah sebagai
berikut :
Interval = nilai skor maksimum nilai skor minimum
= 5-1
= 4
Jarak interval = interval : jenjang
= 4 : 5
= 0.8
Dengan demikian, maka interval
skor untuk masing-masing item
pertanyaan sub variabel dari kualitas
pemanduan kapal adalah sebagai