Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH LABA BERSIH DAN ARUS KAS OPERASI TERHADAP
DIVIDEN KAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Fitriani Saragih
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah laba bersih dan arus
kas operasi ada pengaruh terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2007-2010 baik secara parsial maupun
simultan. Perusahaan manufaktur digunakan sebagai objek karena perusahaan
manufaktur merupakan penggerak ekonomi disuatu negara dan dalam kegiatan
nya perusahaan manufaktur memerlukan dana yang cukup besar untuk dapat
terus berjalan dalam usahanya sehingga mereka akan mencari investor lebih
banyak untuk dapat menanamkan modal nya. Pendekatan penelitian data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan asosiatif kausal yaitu
penelitian yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh antara satu variabel
dengan variabel lainnya, dengan pengujian asumsi klasik, serta analisis statistik
deskriptif dengan analisis regresi linear berganda dan dilakukan pengujian
hipotesis. Variabel dalam penelitian ini adalah laba bersih (X1), Arus kas
operasi (X2), dan dividen kas (Y). Teknik pengumpulan data yang digunakan
teknik dokumentasi yaitu dengan cara mengumpulkan data laporan keuangan.
Data yang digunakan adalah laporan keuangan dari masing-masing perusahaan
manufaktur yang terdiri dari 151 populasi dan ditentukan sampel sebanyak 36
perusahaan. Metode pengambilan sampel menggunakan purposive sampling.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa laba bersih dan arus kas operasi
berpengaruh terhadaf dividen kas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia baik secara parsial dan simultan ini dapat dilihat dari
hasil yang diperoleh, dan dari pengujian yang telah dilakukan.
Kata Kunci: Laba Bersih, Arus Kas Operasi dan Dividen Kas.
PENDAHULUAN
Perusahaan manufaktur yang membutuhkan dana yang cukup besar
dalam kegiatan usahanya sehingga mereka akan mencari investor lebih banyak
untuk dapat menanamkan modal nya . Perusahaan manufaktur juga merupakan
perusahaan yang menghasilkan kebutuhan-kebutuhan masyarakat baik sebagai
industri yang menghasilkan barang untuk memenuhi kebutuhan dasar juga
menghasilkan kebutuhan tambahan.Dan perusahaan manufaktur juga
merupakan penggerak ekonomi terbesar suatu negara. Dari itu objek penelitian
yang diambil adalah perusahaan manufaktur.
Investor yang melakukan dengan membeli saham perusahaan tentunya
mengharapkan return atas investasi mereka. Pendapatan yang diharapkan
kelompok investor ini terutama deviden yaitu hasil yang diperoleh dari setiap
lembar saham yang dimiliki. Kelompok kedua yaitu kelompok buy and sell
kelompok ini adalah investor yang pendapatan nya mengharapkan capital
again. Namun kebanyakan investor lebih suka dividen yang berupa kas
dibandingkan capital again.
Menurut Stice/Skousen (2009, hal 138) “kebanyakan dividen
menyebabkan pengurangan saldo laba perubahan-perubahan yang paling sering
terjadi dalam laba diakibatkan oleh laba dan dividen”. Laba bersih yang
diperoleh perusahaan sebagian diberikan kepada pemegang saham dalam
bentuk deviden, sebagian lagi disisihkan menjadi laba ditahan karena itu
tingkat pembayaran deviden yang dilakukan oleh perusahaan bervariasi
tergantung kebijakan perusahaan.
Sesuai dengan pernyataan Brigham dan Houston (2006,Hal 108) “
semakin besar keuntungan yang diperoleh, maka semakin besar pula
kemampuan perusahaan dalam membayar dividen”. Tetapi pada kenyataannya
tidak, perusahaan mempunyai pertimbangan yang logis karena perusahaan
harus memikirkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan dimasa
yang akan datang. Dapat dilihat pada tabel berikut ini perbedaan pembayaran
dividen sesuai dengan laba yang dihasilkan.
Tabel 1
Laba Bersih dan Dividen Kas Kode Tahun Laba Bersih Dividen Kas
AKRA 2007
2008 2009
2010
Rp 191.208.244.000
210.032.685.000 274.718.650.000
310.916.115.000
Rp 41.877.839.000
121.887.275.000 3.125.400.000
208.328.834.000
ASGR 2007
2008 2009
2010
72.074.000.366
62.486.606.234 66.947.426.012
118.414.721.270
53.550.497.145
56.069.223.492 18.739.617.636
32.370.731.989
AUTO 2007
2008 2009
2010
454.907.000.000
566.025.000.000 768.265.000.000
1.141.179.000.000
609.404.000.000
246.770.000.000 235.866.000.000
506.130.000.000
CLPI 2007 2008
2009
2010
9.758.411.580 20.108.295.775
30.909.406.991
28.441.593.720
2.910.215.750 1.531.692.500
6.004.234.599
9.251.422.700
HEXA 2007
2008
2009 2010
56.623.000.000
255.485.000.000
21.200.493.000.000 30.150.353.000.000
17.640.000.000
14.280.000.000
10.844.100.000 12.180.000.000
LTLS 2007
2008
2009 2010
56.623.000.000
25.548.500.000
30.150.353.000 21.200.493.000
14.280.000.000
17.640.000.000
10.844.010.000 12.180.000.000
LMSH 2007
2008 2009
2010
5.942.206.112
9.237.180.877 2.400.507.034
7.350.536.344
271.883.125
393.960.312 580.255.900
288.691.575
POOL 2007
2008 2009
2010
14.007.768.564
9.425.637.267 8.404.394.320
11.605.427.922
4.928.798.136
9.857.596.272 32.860.054.160
6.375.254.739
SCCO 2007 2008
2009
2010
54.209.442.621 11.219.367.219
18.467.136.668
60.763.592.451
5.963.062.687 14.010.492.513
6.066.660.732
5.977.526.886
TOTO 2007 2008
2009
2010
56.376.502.262 63.286.993.788
182.820.895.226
193.797.649.353
19.735.862.796 17.318.919.047
17.304.264.583
59.384.144.355
Sumber: Data Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur Di BEI
Berdasarkan data diatas perusahaan Manufaktur yang terdaftar di bursa
efek indonesia selama tahun 2007-2010 memberikan dividen dengan jumlah
berbeda – beda setiap tahun nya. Fenemona yang terjadi adalah dikalanya saat
laba yang diperoleh perusahaan meningkat, deviden yang diberikan perusahaan
justru lebih kecil dari tahun sebelumnya dan sebaliknya laba yang diperoleh
menurun dividen besar. Hal ini tidak sesuai dengan teori Brigham dan
Houston(2006,Hal 108)yang menyatakan “semakin besar keuntungan maka
semakin besar kemampuan membayar dividen”.
Arus kas operasi adalah bagian yang melaporkan ringkasan penerimaan
dan pembayaran kas pada suatu periode akuntansi. Arus kas dapat dicari
dengan rasio Likuiditas dan merupakan pertimbangan utama dalam banyak
kebijakan dividen karena dividen bagi perusahaan merupakan kas keluar, maka
makin kuat posisi likuditas perusahaan makin besar dividen yang di
bayarkan(Dermawan Sjahrial,2007,hal 260).
Hermi (2004, hal 123) menyatakan bahwa untuk membayar dividen
suatu perusahaan harus megnalisis faktor- faktoryang mempengaruhi alokasi
laba untuk dividen atau untuk laba ditahan ada faktor yang harus di
pertimbangkan, misalnya ketersediaan kas, karena walapun perusahaan
memperoleh laba namun jika uang kas tidak mencukupi maka ada
kemungkinan perusahaan memilih menahan laba tersebut untuk diinvestasikan
kembali bukan diberikan kepada pemegang saham dalam bentuk deviden.
Lukas setia atmaja (1994a:hal359) yang menyatakan bahwa perusahaan
membayar deviden tunai dengan kas, maka perusahaan harus memiliki kas
tersedia.Maka jika arus kas operasi besar dividen kas yang ditetapkan juga
besar karena perusahaan memiliki ketersedian kas. Dan Hermason juga
menyatakan (1995:386) “ karena jika perusahaan profitabel namun mengalami
defisit arus kas dapat merupakan indikasi bahwa perusahaan mengalami
masalah keuangan dan dikhawatirkan tidak mampu mengembalikan pinjaman
kepada kreditor maupun membayar dividen kepada investor”. Namun pada
kenyataannya bertentangan dengan teori tersebut. Berikut data Arus Kas
Operasi dan Dividen yang dibayarkan.
Tabel 2
Arus kas Operasi dan dividen kas Kode Tahun Arus kas operasi Dividen Kas
AKRA 2007
2008 2009
2010
Rp 220.433.195.000
443.527.060.000 671.152.317.000
427.918.661.000
Rp 41.877.839.000
121.887.275.000 3.125.400.000
208.328.834.000
AUTO 2007 2008
2009
2010
241.784.000.000 490.003.000.000
578.745.000.000
374.748.000.000
609.404.000.000 246.770.000.000
235.866.000.000
506.130.000.000
DNET 2007
2008
2009 2010
87.272.573
161.946.514
169.345.237 31.742.557
20.817.135
22.418.453
56.046.134 152.125.219
CLPI 2007
2008
2009 2010
-61.470.538.594
2.004.760.441
80.038.380.190 6.397.215.186
2.910.215.750
1.531.692.500
6.004.234.599 9.251.422.700
GDYR 2007
2008 2009
2010
-44.561.723.000
90.984.858..000 37.448.724.000
9.242.430.000
24.071.672.000
3.608.000.000 236.584.000
987.075.000
LTLS 2007 51.188.000.000 14.280.000.000
2008
2009 2010
-44.682.400.000
37.083.300.000 -14.734.500.000
17.640.000.000
10.844.010.000 12.180.000.000
MRAT 2007
2008 2009
2010
16.550.490.276
30.430.824.332 2.437.835.047
4.613.811.149
1.369.600.000
2.225.600.000 5.572.560.000
4.202.960.000
SCCO 2007
2008 2009
2010
-226.385.546.489
-74.244.131.565 184.516.715.957
-29.979.043.004
5.963.062.687
14.010.492.513 6.066.660.732
5.977.526.886
BATA 2007 2008
2009
2010
75.428.460.000 -36.673.025.000
80.886.504.000
106.334.186.000
13.618.951.000 63.712.160.000
21.837.569.000
28.141.161.000
TOTO 2007
2008
2009 2010
70.856.791.203
184.899.784.317
227.527.798.490 156.057.916.260
19.735.862.796
17.318.919.047
17.304.264.583 59.384.144.355
TURI 2007
2008
2009 2010
-86.553.000.000
691.231.000.000
248.525.000.000 296.103.614.000
7.393.000.000
76.725.000.000
334.800.000.000 50.220.000.000
TRIO 2007
2008 2009
2010
-266.130.274
522.919.593 -115.867.376
210.450.829
34.543.000
41.543.000 10.362.900
3.456.324
Sumber: Data Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur Di BEI
Maka berdasarkan data diatas dapat dilihat perusahaan memberikan
dividen dengan jumlah yang berbeda-beda. Fenomena yang terjadi dikala Arus
kas operasi yang tersedia naik dividen akan tetapi yang diberikan kecil dan
dikala arus kas defisit perusahaan juga mampu untuk membayar dividen kas.
Hal ini tidak sesuai dengan teori Lukas setia atmaja (1994a:hal359) yang
menyatakan bahwa perusahaan membayar deviden tunai dengan kas, maka
perusahaan harus memiliki kas tersedia.Maka jika arus kas operasi besar
dividen kas yang ditetapkan juga besar karena perusahaan memiliki ketersedian
kas.
LANDASAN TEORITIS
Laba bersih
Untuk menentukan keputusan investasinya, calon investor perlu menilai
perusahaan dari segi kemampuannya untuk memperoleh laba bersih sehingga
diharapkan perusahaan dapat memberikan tingkat pengembalian yang tinggi.
Laba bersih dapat dijadikan sebagai suatu ukuran kinerja perusahaan selama
periode tertentu. Laba bersih merupakan suatu ukuran berapa besar harta yang
masuk (pendapatan dan keuntungan) melebihi harta yang keluar (beban dan
kerugian).
Pengertian laba bersih menurut Soemarso (2004: hal 44) :
laba bersih adalah kelebihan seluruh pendapatan atas seluruh biaya untuk
suatu periode tertentu setelah dikurangi pajak penghasilan yang disajikan
dalam laporan laba rugi. Para akuntan menggunakan istilah “net income”
untuk menyatakan kelebihan pendapatan atas biaya dan istilah “net loss”
untuk menyatakan kelebihan biaya atas pendapatan.
Baik pendapatan maupun beban dicatat atas dasar akrual, yaitu pada saat
terjadinya, tidak peduli apakah sudah ada kas yang dihasilkan atau dikeluarkan
oleh perusahaan. Pada kenyataannya, laba yang tinggi akibat penjualan yang
baik belum menjamin penerimaan yang baik juga pada perusahaan. Piutang
yang terjadi akibat penjualan kredit belum tentu dapat ditagih di kemudian hari,
atau dapat juga ditagih tetapi tidak tepat pada waktu perusahaan membutuhkan
dana untuk kegiatan usahanya akibatnya kegiatan perusahaan dapat terhambat
dan justru memperburuk kinerja perusahaan untuk menghasilkan laba pada
periode mendatang, maka diperlukan informasi yang lebih dapat menyajikan
informasi tentang laba dan kondisi kas perusahaan. Ini ditemukan pada laporan
arus kas.
Menurut Hery (2009, hal 139) menyatakan laba bersih dari keseluruhan
periode (termasuk periode berjalan) yang masih tersisa setelah dibagikan kepda
pemegang saham dalam bentuk dividen ( baik dieviden tunai maupun dividen
saham biasa).
Menurut Richard E Baker, et al (2010, hal 144), saldo laba konsolidasi
adalah bagian dari laba bersih yang didistribusikan oleh perusahaan. Saldo laba
konsolidasi akhir sama dengan saldo laba awal ditambah laba bersih
konsolidasi dikurangi dividen konsolidasi. Hanya dividen yang dibayar kepada
pemilik entitas yang mengurangi laba.
Arus Kas dari Aktivitas Operasi
Aktivitas operasi (operating activities) merupakan aktivitas perusahaan
yang terkait laba. Selain pendapatan dan beban yang disajikan dalam laporan
laba rugi, aktivitas juga meliputi arus kas masuk dan arus kas keluar bersih
yang berasal dari aktivitas operasi terkait, seperti pemberian kredit kepada
pelanggan, investasi dalam persediaan, dan perolehan kredit dari pemasok.
Aktivitas operasi terkait denganpos-pos laporan laba rugi (dengan beberapa
pengecualian kecil) dan dengan pos-pos operasi dalam neraca, umumnya pos
modal kerja seperti piutang, persediaan, pembayaran dimuka(prepayment),
utang, dan beban akrual. Aktivitas operasi juga meliputi transaksi dan
peristiwa yang tidak cocok untuk dikelompokkan ke dalam aktivitas investasi
atau aktivitas pendanaan.
Menurut james Reeve (2009, hal 26) “ arus kas operasi bagian ini
melaporakan ringkasan penerimaan dan pembayaran kas pada suatu
periode akuntansi”.
Dalam PSAK No. 2 paragraf 12(2009,3) dinyatakan bahwa jumlah arus
kas yang berasal dari aktvitas operasi merupakan indikator yang menentukan
apakah operasi perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk
melunasi pinjaman, memlihara kemampuan operasi perusahaan, membayar
dividen, dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan sumber pendanaan
dari luar imformasi mengenai unsur tertentu arus kas historis bersama dengan
imformasi lain, berguna dalam meprediksi arus kas operasi masa depan.
PSAK No. 2 paragraf 13(IAI,2009) Arus kas dari aktivitas operasi
diperoleh dari aktivitas penghasilan utama pendapatan perusahaan oleh karena
itu, arus kas tersebut pada umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa lain
yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi , contoh arus kas dari aktivitas
operasi:
1) Penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa
2) Penerimaan royalti, komisi, dan pendapatan lain
3) Pembayaran kas kepada karyawan
4) Pembayaran kas kepada pemasok barangg dan jasa
5) Penerimaan dan pembayaran kas oleh perusahaan asuransi sehubungan
dengan premi, anuitas, dan manfaat asuransi lain nya.
6) Pembayaran kas atau penerimaan kembali pajak penghasilan kembali jika
dapat diidentifikasikan secara khusus sebagai dari aktiva pendanaan dan
investasi.
Jumlah arus kas dari aktivitas operasi dapat dihitung dan dilaporkan
dengan mengguanakan salah satu dari dua metode, yaitu metode langsung dan
metode tidak langsung. Dalam metode langsung kelompok utama dari
penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto diungkapkan, sedangkan
dalam metode tidak langsung, laba atau rugi bersih disesuaikan dengan
mengoreksi pengaruh dari transaksi bukan kas, penangguhan (deferal) atau
akrual penerimaan atau pembayaran kas untuk operasi di masa lalu dan dimasa
depan, dua unsur penghasilan atau beban yang berkaitan dengan jumlah arus
kas investasi atau pendanaan.
Kedua metode tersebut mengahsilkan jumlah yang sama , yaitu jumlah
arus kas bersih yang disediakan oleh kas operasi. Metode tidak langsung lebih
disukai dan digunakan oleh banyak perusahaan karena relatif mudah digunakan
dan direkomendasikan perbedaan antara laba bersih dengan arus kas bersih dari
aktivitas operasi. Pemakai laoporan keuangan juga banyak yang menyukai
metode langsung karena metode ini melaporkan secara langsung sumber dari
arus kas masuk dan keluar tanpa harus dibingungkan dengan penyesuain-
penyesuain dengan laba bersih.
Dividen Kas
Pembagian dividen diberikan oleh perusahaan kepada para investor atau
pemegang saham atas kepemilikannya atau saham yang dimilikinya. Menurut
Stice (2009,hal 138), ”dividen adalah pendistribusian laba secara proporsional
kepada para pemegang saham sesuai dengan jumlah saham yang dimilikinya”.
Soemarso (2005, hal193) menyatakan” Dividen kas adalah pembagian
keuntungan kepada pemilik yang dibayarkan dengan uang tunai atau
kas”.Dividen merupakan distribusi laba kepada pemegang saham dalam bentuk
aktiva atau saham perusahaan penerbit.Pengumuman dividen merupakan salah
satu informasi yang akan ditanggapi oleh pasar. Pengumuman dividen dan
pengumuman laba pada periode sebelumnya merupakan dua jenis
pengumuman yang paling sering digunakan para manajer untuk
menginformasikan prestasi prospek perusahaan. Bagi para investor, dividen
merupakan hasil yang diperoleh dari saham yang dimiliki, selain capital gain
yang didapat apabila harga jual saham lebih tinggi dibanding harga belinya.
Dividen tersebut didapat dari perusahaan sebagai distribusi yang dihasilkan
dari operasi perusahaan.
Dalam membagikan dividen, perusahaan mempertimbangkan proporsi
pembagian antara pembayaran kepada pemegang saham dan reinvestasi dalam
perusahaan. Di satu sisi, laba ditahan merupakan salah satu sumber pendanaan
yang sangat signifikan bagi pertumbuhan perusahaan, tetapi di sisi lain juga
dividen merupakan aliran kas atau aset yang dibagikan kepada pemegang
saham.
Dividen yang dibagikan perusahaan kepada para pemegang saham dapat
dalam beberapa jenis dividen. Adapun Jenis dividen (Dyckman, 2001, hal 439)
adalah sebagai berikut:
a. dividen kas, yaitu distribusi laba dalam bentuk kas oleh sebuah korporasi
kepada pemegang sahamnya,
b. dividen properti, yaitu deviden dalam bentuk aktiva non kas, berupa sekuritas
perusahaan lain yang dimiliki perseroan, real estate, barang dagang, atau
setiap aktiva non kas lainnya,
c. dividen saham, yaitu distribusi proporsional atas tambahan saham biasa atau
saham preferen perseroan kepada pemegang saham,
d. dividen likuidasi, yaitu pengembalian tambahan modal disetor dan bukan
modal ditahan,
e. dividen skrip atau wesel, yaitu dividen yang diberikan dalam bentuk wesel
promes kepada pemegang saham dimana kondisi perseroan mengalami
kekurangan kas.
Dividen yang paling disukai oleh para pemegang saham adalah dividen
tunai atau dividen kas. Menurut Warren (2002, hal 451), “A cash distribution
of earnings by a corporation to its hareholders is called a cash dividend”.
“Biasanya sebuah korporasi harus memenuhi 3 kondisi terlebih dahulu agar
dapat membayar dividen kas, yaitu laba ditahan yang mencukupi, kas yang
memadai dan tindakan formal dari dewan komisaris” (Warren, 2002, hal 451).
Menurut Stice/Skousen (2009, hal 142) “jenis dividen yang paling sering
dikenal adalah dividen tunai ( cash dividend), bagi perusahaan dividen tersebut
mengurangi akun saldo laba dan kas”.
Riyanto (2002, hal 265) menyatakan bahwa ”kebijakan dividen berkaitan
dengan penentuan pendapatan (earnings) antara penggunaan pendapatan untuk
dibayarkan kepada pemegang saham sebagai dividen atau untuk digunakan di
dalam perusahaan yang berarti laba tersebut harus ditahan di dalam
perusahaan”. Ada beberapa teori yang digunakan sebagai landasan dalam
menentukan kebijakan dividen untuk perusahaan. Sehingga dapat dijadikan
pemahaman mengapa suatu perusahaan mengambil kebijakan dividen tertentu.
Pengaruh Laba Bersih Dan Arus Kas Operasi Terhadap dividen Kas.
Laba bersih dan arus kas operasi memiliki pengaruh terhadap dividen kas
karna jika keuntungan yang diperoleh besar maka kemampuan perusahaan
untuk membayar dividen juga besar dan jika perusahaan ingin membayar
dividen kas harus memiliki ketersediaan kas. Ini juga sesuai dengan tinjauan
penelitian terdahulu yang menyatakan ada pengaruh.
Seperti penelitian yang dilakukan oleh Della Kesuma Hasibuan (2011)
yang meneliti pengaruh laba bersih dan arus kas aktivitas operasi terhadap
kebijakan dividen. Dalam penelitian menyatakan bahwa terdapat pengaruhyang
signifikan antara laba bersih dan arus kas operasi dengan kebijakan dividen
secara simultan dan secara parsial laba bersih juga memiliki pengaruh positif
terhadap dividen kas sedangkan arus kas operasi tidak.
Ini sesuai dengan teori brigham dan houston (2006, Hal 108) semakin
besar keuntungan yang diperoleh maka semakin besar pula kemampuan
perusahaan membayar dividen. JerryJ. Weygant, et al(2008, hal 185) juga
menyatakan untuk membayar dividen tunai perusahaan harus memiliki laba,
kas yang mencukupi, dan pengumuman dividen.
Pengaruh arus kas operasi terhadap dividen kas sesuai dengan teori lukas
setia atmaja(1994, hal 359) juga menyatakan perusahaan membayar dividen
tunai dengan kas, maka perusahaan harus memiliki kas tersedia. Dermawan
Sjahrial, (2007, hal 260) yang mempengaruhi dividen posisi likuiditas atau
posisi kas, kebutuhan dana untuk membayar hutang, rencana perluasan dan
pengawasan terhadap perusahaan.
Dan juga didukung oleh penelitian yuridya (2008) yaitu pengaruh laba
akuntansi dan laba tunai terhadap dividen kas pada perusahaan perbankan yang
terdaftar di BEI, yang hasil penellitian nya bahwa laba akuntansi dan laba tunai
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap dividen kas.
Kerangka Konseptual
Gambar 1
Kerangka Konseptual
Hipotesis 1. Ada pengaruh antara laba bersih terhadap dividen kas pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI,
2. Ada pengaruh antara arus kas operasi terhadap dividen kas pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI,
3. Ada pengaruh antara laba bersih dan arus kas operasi secara simultan
terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
Definisi Operasional Variabel 1. Variabel independen (bebas) terdiri dari.
a. Laba Bersih (X1), dalam penelitian ini adalah kelebihan pendapatan atas
biaya dan dikurangi pajak.
b. Arus Kas Operasi (X2), dalam penelitian ini adalah selisih bersih antara
penerimaan dan pengeluaran kas dan setara kas berasal dari aktivitas
operasi.
2. Variabel dependen (terikat)
Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah dividen
kas. Dividen kas (Y) dalam penelitian ini adalah dividen yang dibagikan secara
tunai kepada pemegang saham atau ditribusi laba dalam bentuk kas oleh
sebuah perusahaan kepada pemegang sahamnya.
PEMBAHASAN
Uji Asumsi Klasik
Hasil pengujian asumsi klasik terhadap model regresi, yang meliputi uji
normalitas data, uji heteroskedastisitasautokorelasi,dan multikolinearitas.
Secara keseluruhan, pengujian ini akan menyimpulkan apakah antar variabel
bebas memiliki korelasi atau tidak dengan sesama variabel bebas.
1. Uji Normalitas
Laba Bersih
Dividen Kas
Arus Kas Operasi
rsih
Pengujian normalitas data dalam penelitian ini menggunakan uji statistik
nonparamatrik Kolmogorov-Smirnov(K-S) dengan membuat hipotesis:
H0 : Data residual berdistribusi normal
HI : Data residual tidak berdistribusi normal
Maka apabila signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima,
sedangkan jika nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak
Tabel 3
Uji normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Laba
Bersih
Arus Kas
Operasi
Dividen
Kas
N 144 144 144
Normal Parametersa Mean 1.23E12 7.62E11 3.55E11
Std. Deviation 4.436E12 1.913E12 1.055E12
Most Extreme Differences Absolute .390 .344 .368
Positive .351 .344 .352
Negative -.390 -.322 -.368
Kolmogorov-Smirnov Z 4.685 4.124 4.418
Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
a. Test distribution is Normal
Dapat lihat pada hasil pengolahan data di atas, besarnya kolmogorov-
smirnov untuk masing- masing variabel adalah 4,418 untuk laba bersih, untuk
arus kas operasi 4,685 dan dividen kas 4,124. Namun pada signifikansinya
dimana tiap variabel memiliki nilai lebih kecil dari 0,05 maka data dalam
penelitian ini tidak terdistribusi normal. Agar data terdistribusi normal ada
beberapa cara untuk mengubahnya ( Jogiyanto, 2010:174), yaitu:
a. Transformasi data ke bentuk lain,
b. Lakukan triming
c. Lakukan winsorizing.
Maka penulis mengubah nilai residual agar terdistribudi normal dengan
transformasi data ke model LG10 dari persamaan D=f(LB,AKO) menjadi
LG10_D=f(LG10_LB, LG10_AKO). Berikut hasil pengujian kolmogorov-
smirnov (K-S) setelah ditranspormasi:
Tabel 4
Uji normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
LG10_LB LG10_AKO LG10_D
N 144 132 144
Normal Parametersa Mean 10.7351 10.8104 10.2312
Std. Deviation 1.33521 1.30813 1.31593
Most Extreme
Differences
Absolute .088 .102 .066
Positive .060 .060 .033
Negative -.088 -.102 -.066
Kolmogorov-Smirnov Z 1.053 1.174 .791
a. Test Distribution is normal
Dapat dilihat pada tabel diatas, masing- masing variabel memiliki nilai
signifikansinya lebih besar dari 0,05 dimana laba bersih memiliki signifikansi
0,559 , arus kas operasi 0,218 dan dividen kas 0,127. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa data telah terdistribusi normal dan dapat dilanjutkan
dengan uji asumsi klasik lainnya. Untuk lebih jelas lagi, dapat dilihat pada
gambar histogram dan plot data yang terdistribusi normal berikut ini.
Gambar 2
Histogram-Dependent Variabel LB,AKO
Gambar 3
grafik normal plot
Dengan melihat tampilan grafik histogram dan grafik normal plot dapat
disimpulkan bahwa grafik histogram menunjukkan distribusi normal karena
data mengikuti garis diagonal berbentuk lonceng, tidak melenceng (skewness)
kekiri maupun kekanan. Dan untuk grafik normal plot juga menunjukkan
distribusi normal karena titik-titik sebaran mendekati garis normal.
2. Uji heteroskedastisitas
Untuk mengetahui apakah terjadi heteroskedastisitas dapat dilihat dengan
menggunakan plot grafik yang diolah oleh penulis menggunakan program
SPSS. Berikut ini dilampirkan grafik scatterplot untuk menganalisis apakah
terjadi heteroskedastisitas atau terjadi homoskedastisitas dengan penyebaran
titik pada gambar.
Asymp. Sig. (2-tailed) .218 .127 .559
Gambar 4
Grafik Scatterplot
Sebaran titik yang dapat dilihat pada grafik scatterplot terlihat dengan
jelas bahwa titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun
dibawah angka 0 pada sumbu y. Maka dapat disimpulkan tidak terjadi
heteroskedestisitas pada model regresi, karena titik-titik yang menyebar
menjauh dari titik-titik yang lain.
3. Uji Autokorelasi
Dalam uji ini digunakan untuk melihat apakah suatu model regresi linear
ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
periode t-1. Munculnya autokorelasi diakibatkan observasi berurutan sepanjang
tahun yang saling berkaitan satu sama lainnya. Dapat dilihat pada tabel berikut
ini apakah terjadi autokorelasi.
Maka dengan melihat nilai yang diperoleh D-W sebesar 2.049 dapat
disimpulkan bahwa data tidak terjadi autokorelasi positif melainkan korelasi
negatif karena data D-W berada di atas 2.
4. Uji Multikolinearitas
Untuk mendeteksi ada tidaknya gejala multikolenearitas adalah dengan
melihat besaran antar variabel independen dan besarnya tinkat kolinearitas
yang masih ditolerir, yaitu tolerance >0,10 dan variace inflation factro
(VIF)<10. Maka dapat dilihat pada tabel berikut dari hasil pengujian:
Tabel 5
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .925a .856 .854 .50240 2.049
a. Predictors: (Constant), LG10_AKO, LG10_LB
b. Dependent Variable: LG10_D
Sumber : data diolah penulis menggunakan SPSS
Dari hasil diatas dapat dilihat nilai tolerance menunjukkan variabel
independen memiliki nilai tolerance >0,10 yaitu 0.222 untuk variabel laba
bersih dan untuk variabel arus kas operasi sebesar 0,222 maka dapat ditentukan
bahwa tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Ini juga didukung oleh
nilai VIF yang menunjukkan bahwa nilai VIF kurang dari 10 yaitu untuk
variabel laba bersih sebesar 4,506 dan 4,506 untuk variabel arus kas operasi
maka dari hasil tersebut dapat disimpulkan tidak terjadi korelasi antar variabel
independen. Dan berikut dapat dilihat pada tabel Coefficients Correlations
apakah terjadi mutikolinearitas:
Melihat dari besaran nilai korelasi antar variabel independen tanpak bahwa
variabel laba bersih mempunyai korelasi sebesar -,882 atau sekitar 88,2%. Hal ini
menunjukkan tidak adanya korelasi yang tinggi umumnya diatas 0,90.
c. Analisis Regresi linier berganda
Setelah dilakukan uji asumsi klasik bahwa model regresi yanng dipakai
dalam penelitian ini telah memenuhi model estimasi yang Best Linear
Unbiased Estimator (BLUE) dan layak dilakukan uji analisis regresi. Dari hasil
yang diperoleh dan diolah menggunakan SPSS maka hasil nya sebagai berikut:
1. Persamaan Regresi
Dalam pengolahan data menggunakan regresi linear, dilakukan beberapa
tahapan untuk mencari hubungan antara variabel independen dan variabel
Tabel 7
Coefficients untuk LG10_D=f(LG10_LB,LG10_AKO)
Coefficientsa
Model
Unstandardize
d Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B
Std.
Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) .060 .373 .161 .872
LG10_LB .494 .070 .502 7.067 .000 .222 4.506
LG10_AKO .453 .071 .452 6.366 .000 .222 4.506
a. Dependent Variable: LG10_D
Tabel 6
Coefficient Correlationsa
Model LG10_AKO LG10_LB
1 Correlations LG10_AKO 1.000 -.882
LG10_LB -.882 1.000
Covariances LG10_AKO .005 -.004
LG10_LB -.004 .005
a. Dependent Variable: LG10_D
dependen, melalui pengaruh Laba Bersih (XI) dan Arus Kas (X2) Operasi
terhadap Dividen kas (Y). Dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 8
Analisis Regresi
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) .060 .373 .161 .872
LG10_LB .494 .070 .502 7.067 .000 .222 4.506
LG10_AKO .453 .071 .452 6.366 .000 .222 4.506
a. Dependent Variable: LG10_D
Berdasarkan tabel diatas, didapatkan persamaan regresi sebagai berikut:
LG10_D=0,60 + 0,494 LG10_LB + 0,453 LG10_AKO + e
Atau,
Y = 0,60 + 0,494 + 0,453 + e
Keterangan :
1) Nilai konstanta sebesar 0,60 menunjukkan apabila tidak ada variabel
independen (XI=0 dan X2=0) maka dividen kas sebesar 0,60 akan
dilihat dari sumbu y.
2) Nilai b1 = 0,494 = laba bersih
Ini menunujukkan bahwa setiap kenaikan dari laba bersih sebesar 1%,
maka akan dikuti oleh kenaikan dividen kas sebesar 0,494.
3) Nilai b2 = 0,453= Arus Kas operasi
Ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan dari arus kas operasi sebesar
1% maka akan diikuti oleh kenaikan dividen kas sebesar 0,453.
2. Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi
Nilai koefisien korelasi (R) menunjukkan seberapa besar korelasi atau
hubungan antara variabel-variabel independennya. Jika koefisien korelasi
berada diatas 0,5 atau nilai R diatas 0,5 dikatakan kuat dan mendekati 1.
Koefisien determinasi (R square) menunjukkan seberapa besar variabel
independen menjelaskan variabel dependennya. Nilai R square adalah nol
sampai dengan satu. Apabila nilai R square mendekati satu, maka variabel-
variabel independen memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen. Sebaliknya, semakin kecil nilai R
square, maka kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan
variasi variabel dependen semakin terbatas. Nilai R square memiliki kelemahan
yaitu nilai R square akan meningkat setiap ada penambahan satu variabel
independen meskipun variabel inedependen tersebut tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen. Maka dapat dilihat pada tabel berikut
ini :
Tabel 9
Model Summaryb
i
koefisien korelasi (R) pada tabel summary sebesar 0,925 yang berarti bahwa
korelasi atau hubungan antara dividen kas dengan variabel independennya laba
bersih dan arus kas operasi dikatakan kuat karena diatas 0,5 mendekati 1.
Sedangkan nilai R square atau koefisien determinasi sebesar 0,854 hal
ini perubahan dalam variabel dividen kas dapat dijelaskan oleh variabel laba
bersih dan variabel arus kas operasi , sedangkan sisanya sebesar 0,146
dijelaskan oleh faktor-faktor lain.
d. Pengujian hipotesis
Untuk mengetahui apakah variabel independen dalam model regresi
berpengaruh terhadap variabel dependen, maka dilakukan pengujian dengan
menggunakan uji t (t test) dan uji f (f test).
1) Uji t.
Uji t digunakan menguji signifikansi konstanta dari setiap variabel
independennya. Berdasarkan hasil pengolahan SPSS diperoleh hasil
sebagai berikut:
Tabel 10
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) .060 .373 .161 .872
LG10_LB .494 .070 .502 7.067 .000 .222 4.506
LG10_AKO .453 .071 .452 6.366 .000 .222 4.506
a. Dependent Variable: LG10_D
Dari tabel diatas dapat dilihat besarnya t hitung untuk variabel laba
bersih sebesar 7,067 dengan nilai signifikan 0,000. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa laba bersih berpengaruh signifikan terhadap dividen kas dimana
0,000<0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima dan ini juga didukung oleh t tabel
> t hitung yaitu sebesar 7,067 > 1,645 maka ada pengaruh laba bersih terhadap
dividen kas . Sedangkan untuk arus kas operasi juga memiliki nilai t hitung
6,366 dengan nilai signifikan 0,000. Dari nilai siginifikan 0,000 < 0,05 maka
Ho ditolak dan Ha diterima maka disimpulkan ada pengaruh arus kas operasi
terhadap dividen kas dan nilai t tabel juga memiliki nilai lebih besar dari t
hitung t tabel > t hitung yaitu sebesar 6,366 > 1,645 maka arus kas operasi
ada pengaruh terhadap dividen kas
2) Uji F
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate Durbin-Watson
1 .925a .856 .854 .50240 2.049
a. Predictors: (Constant), LG10_AKO, LG10_LB
b. Dependent Variable: LG10
Dilakukan uji f untuk mengetahui pengaruh laba bersih dan arus kas
operasi terhadap dividen kas secara simultan ini dapat dibuktikan
dengan membandingkan nilai f tabel dengan f hitung. dapat dilihat
pada tabel berikut:
Dari uji ANOVA diatas diperoleh f hitung sebesar 382,636 dengan
tingkat signifikan 0,000, sedangkan F tabel yaitu n-df-1 atau 144-2-1=141
sebesar 3,00 dengan signifikan 0,05. Maka signifikan 0,000 < 0,05 Ho ditolak
Ha diterima dan f hitung 382,636 > 3,00 f tabel. Dan dapat disimpulkan
berdasarkan hasil tersebut bahwa laba bersih dan arus kas operasi ada pengaruh
secara simultan terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur terdaftar di
BEI.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Ada pengaruh laba bersih terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI secara parsial.
2. Ada pengaruh Arus kas operasi terhadap dividen kas pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI secara parsial.
3. Ada pengaruh laba bersih dan arus kas operasi terhadap dividen kas pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI secara simultan.
Saran
1. Bagi perusahaan
Perusahaan harus bisa meningkatkan kepercayaan kepada pemegang saham
dengan meningkatkan kinerja operasi perusahaan agar dapat tumbuh dan
berkembang lagi. Perusahaan juga harus menyampaikan imformasi yang
cukup kepada investor mengenai dividen yang akan dibagikan perusahaan
karena dividen merupakan imformasi penting bagi pihak pemegang saham.
2. Bagi investor atau calon investor
Ketika investor atau calon investor ingin menanamkan saham harus
mengetahui kinerja perusahaan dan mencari tahu profil perusahaan. Dan
investor atau calon investor juga harus mencari tahu bagaimana suatu
perusahaan ketika menentukan pembayaran dari keuntungan yang diperoleh
perusahaan.
3. Bagi penelitian selanjutnya
Peneliti selanjut nya disarankan untuk untuk menambah variabel
independen seperti kesempatan investasi atau menambahkan tahun
penelitian.
Tabel 11
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 193.160 2 96.580 382.636 .000a
Residual 32.561 129 .252
Total 225.721 131
a. Predictors: (Constant), LG10_AKO, LG10_LB
b. Dependent Variable: LG10_D
DAFTAR PUSTAKA
Brigham dan Houston .(2011),Essentials of Financial Management(Edisi
11)(terjemahan oleh Ali Akbar Yulianto), Penerbit: Salemba Empat.
Dermawan Sjahrial(2007), Manajemen Keuangan lanjutan(Edisi Revisi).
Penerbit: Mitra Wacana Media.
Ekonomi Mnajemen(2011). “Pengaruh Profitabilitas dan Invesment Opportunitas
Terhadap Dividen Kas Pada Perusahaan
Manufaktur”.http//:gudangmakalah.blogspot.com
Hadri Mulya(2008),Manajemen Akuntansi Dasar, Pendekatan Siklus Akuntansi.
Penerbit: Salemba Empat.
Harahap, Sofyan S, (2004). Analisis Kritis Atas laporan Keuangan, PT eaja
Grafindo Persada, Jakarta
Hasibuan, Della Kesuma,(2011). “Pengaruh Laba Bersih Dan Arus Kas Aktivitas
Operasi Terhadap Dividen Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di
BEI”.Skripsi S-1 Universitas Muhammadiyah Sumatra Utara.
Ikatan Akuntan Indonesia (2009), Standar Akuntansi Keuangan.Penerbit salemba
Empat.
Jerry J, Weygant et al.(2008),Pengantar Akuntansi(Edisi VII). Penerbit PT
Salemba Empat.
Richard E Baker et al. (2010),Akuntansi Keuangan Lanjutan ,Penerbit PT
salemba Empat.
Sihombing, Barita Stapanus.(2006). “Analisis Laba Bersih Dan Laba Tunai
Dengan Dividen Kas pada Perusahaan Perbankan Yang Go Publik di
BEI”. http://usurepository.co.id
Soemarsoe, S.R.(2004),Akuntansi Suatu Pengantar(EdisiV). Penerbit PT salemba
Empat.
Stice, dan Skousen (2009),Akuntansi Keuangan, Intermediate acccounting(Edisi
XVI). Penerbit Salemba Empat.
Suad, Husman Enny Pudjiastuti (2002),Manajemen Keuangan(Edisi IV).
Penerbit: UPP AMP YKPN.
Sugiyono(2006),Metode Penelitian Bisnis, Penerbit CV. Alfabeta Bandung.
Warren, Reeve and Fees. (2002),Financial and managemen Accounting, seventh
edition, Alih bahasa Rika Budiarti. South Western, Ohio.