Upload
duongtruc
View
224
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH LEVERAGE PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, UKURAN DEWAN KOMISARIS, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP
ENVIRONMENTAL DISCLOSURE (Studi Empiris Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2009-2012)
(SKRIPSI)
Oleh :
Adi Santri
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2014
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh leverage perusahaan,
profitabilitas, ukuran dewan komisaris dan ukuran perusahaan terhadap
environmental disclosure pada perusahaan manufaktur yang terdapat dalam
Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2012.
Sampel penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Analisis
data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah uji asumsi klasik dan untuk
uji hipotesis menggunakan analisis regresi berganda. Ada 16 annual report
perusahaan. Variabel dependennya adalah environmental disclosure dan
variabel independennya adalah leverage perusahaan, profitabilitas, ukuran
dewan komisaris dan ukuran perusahaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa empat variabel independen secara
positif signifikan berpengaruh bersama-sama terhadap variabel dependen. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa leverage perusahaan, profitabilitas, ukuran
dewan komisaris dan ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan
terhadap environmental disclosure. Hal ini dapat disimpulkan bahwa seluruh
hipotesis yang diajukan (H1, H2,H3, H4) diterima,
Kata kunci : leverage perusahaan, profitabilitas, ukuran dewan komisaris dan
ukuran perusahaan dan environmental disclosure.
I
Judul Skripsi : PENGARUH LEVERAGE PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, UKURAN DEWAN KOMISARIS DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP ENVIRONMENTAL DISCLOSURE
Nama Mahasiswa : Adi Santri
Nomor Pokok Mahasiswa : 0741031002
Program Studi : Akuntansi
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Kiagus Andi, S.E., M.Si., Akt. Pigo Nauli, S.E., M.Sc.
NIP. 19580919 19950 1 001 NIP. 19820623 200812 0 001
2. Ketua Jurusan Akuntansi
Dr. Einde Evana, S.E., M.Si., Akt.
NIP. 19560620 198603 1 003
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan perusahaan, menimbulkan
tekanan dari berbagai pihak khususnya masyarakat terhadap perusahaan agar
memberikan informasi yang transparan mengenai aktivitas lingkungannya
(Anggraini, 2006). Perwita (2009) menyatakan bahwa perusahaan dapat
memperlihatkan kepedulian dan tanggung jawab terhadap lingkungan melalui
environmental disclosure yaitu pengungkapan informasi mengenai tanggung
jawab lingkungan dalam instrumen laporan keuangan.
Environmental disclosure masih bersifat voluntary, unaudited dan unregulated.
Namun demikian, banyak institusi yang telah menawarkan model yang bisa
dijadikan pedoman, diantaranya adalah Global Reporting Initiatives (GRI). GRI
merekomendasikan beberapa aspek lingkungan yang harus diungkapkan dalam
annual report. Ada 30 item yang direkomendasikan oleh GRI dan terdiri dari 9
aspek utama. Kesembilan aspek tersebut adalah: material, energi, air,
keanekaragaman hayati, emisi dan limbah, produk dan jasa, ketaatan pada
peraturan, transportasi, serta keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk menjaga
kelestarian lingkungan hidup.
Untuk membedakan penelitian dan replika ini sebelumnya oleh Muhammad
Ihlashul ‘Amal (2011) maka judul penelitian ini adalah ” PENGARUH LEVERAGE
PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, UKURAN DEWAN KOMISARIS DAN UKURAN
PERUSAHAAN TERHADAP ENVIRONMENTAL DISCLOSURE (Studi Empiris
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2012).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan sebelumnya terhadap
perbedaan akan hasil peneliti dan fenomena gap atas penelitian terdahulu, maka
dapat dirumuskan masalah-masalah yang menjadi pokok bahasan penelitian ini
adalah:
1. Apakah leverage perusahaan berpengaruh terhadap environmental
disclosure?
2. Apakah profitabilitas perusahaaan berpengaruh terhadap environmental
disclosure?
3. Apakah ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap environmental
disclosure?
4. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap environmental
disclosure?
1.3 Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan permasalahan yang ada, maka tujuan penelitian ini yaitu:
1. Menemukan bukti empiris pengaruh leverage perusahaan terhadap
environmental disclosure pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEI?
2. Menemukan bukti empiris pengaruh profitabilitas terhadap environmental
disclosure pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI?
3. Menemukan bukti empiris pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap
environmental disclosure pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEI?
4. Menemukan bukti empiris pengaruh ukuran perusahaan terhadap
environmental disclosure pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEI?
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan diharapkan akan memberikan manfaat bagi berbagai
pihak, diantaranya sebagai berikut :
1. Bagi pihak perusahaan, hasil penelitian ini dapat memberikan pemahaman
kepada suatu perusahaan agar dapat membuat kebijakan-kebijakan
keuangan yang baik dan memberi informasi terutama leverage perusahaan,
profitabilitas, ukuran dewan komisaris dan ukuran perusahaan.
2. Bagi Investor, hasil penelitian dapat memberikan informasi yang dapat
dijadikan bahan pertimbangan investor terkait dengan environmental
disclosure yang mempengaruhi pertumbuhan perusahaan tersebut.
3. Bagi kalangan akademisi, penelitian ini dapat memberikan kontribusi
dalam literatur penelitian di Indonesia, khususnya di bidang akuntansi
keuangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Stakeholder (Stakeholder Theory)
Teori Stakeholder menyatakan bahwa perusahaan bukanlah suatu organisasi
yang hanya sekedar bertanggung jawab terhadap para pemilik namun juga harus
mementingkan dan memberi manfaat kepada para stakeholder-nya (pemegang
saham, konsumen, investor, kreditor, supplier, pemerintah, masyarakat dan
pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan perusahaan).
2.1.2 Teori Keagenan (Agency theory)
Agency Theory adalah teori yang menjelaskan agency relationship dan masalah-
masalah yang ditimbulkannya (Jensen dan Meckling, 1986). Agency relationship
merupakan hubungan antara dua pihak, dimana pihak pertama bertindak sebagai
prinsipal/pemberi amanat dan pihak kedua disebut agen yang bertindak sebagai
perantara yang mewakili prinsipal dalam melakukan transaksi dengan pihak
ketiga. Pada agency theory yang disebut prinsipal adalah pemegang saham dan
yang dimaksud agen adalah manajemen yang mengelola perusahaan. Pihak
prinsipal tersebut memberi kewenangan kepada agen untuk melakukan transaksi
atas nama prinsipal dan diharapkan dapat membuat keputusan terbaik bagi
prinsipalnya.
2.1.3 Environmental Disclosure
Environmental disclosure adalah pengungkapan informasi yang berkaitan dengan
lingkungan hidup. Zhegal dan Ahmed (1990) mengidentifikasi environmental
disclosure meliputi pengendalian terhadap polusi, pencegahan atau perbaikan
terhadap kerusakan lingkungan, konservasi alam dan pengungkapan lain yang
berhubungan dengan lingkungan hidup. Melalui environmental disclosure
masyarakat dapat memantau aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan. Dengan
demikian, perusahaan memperoleh perhatian, kepercayaan dan dukungan dari
masyarakat sehingga perusahaan dapat tetap eksis. emisi dan limbah, produk dan
jasa, ketaatan pada peraturan, transportasi, Keseluruhan biaya yang dikeluarkan
untuk menjaga lingkungan.
2.1.4 Leverage Perusahaan
Salah satu faktor penting dalam unsur pendanaan adalah hutang (leverage).
Leverage digambarkan untuk melihat sejauh mana aset perusahaan dibiayai oleh
hutang dibandingkan dengan modal sendiri. (Weston dan Copeland,1992).
Sedangkan Kusumawati dan Sudento (2005) menggambarkan leverage sebagai
kemampuan perusahaan untuk membayar hutangnya dengan menggunakan
ekuitas yang dimilikinya. Leverage dapat dipahami sebagai penaksir dari risiko
yang melekat pada suatu perusahaan. Artinya, leverage yang semakin besar
menunjukkan risiko investasi yang semakin besar pula. Perusahan dengan rasio
leverage yang rendah memiliki risiko leverage yang lebih kecil. Dengan tingginya
rasio leverage menunjukkan bahwa perusahaan tidak solvable, artinya total
hutangnya lebih besar dibandingakan dengan total asetnya (Horne, 1997).
2.1.5 Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari
modal yang diinvestasikan. Pihak manajemen akan membayarkan dividen untuk
memberi sinyal mengenai keberhasilan perusahaan dengan membukukan profit
(Holydia, 2004). Tingkat profitabilitas yang tinggi pada perusahaan akan
meningkatkan daya saing antar perusahaan. Perusahaan yang memperoleh tingkat
keuntungan yang tinggi akan membuka lini atau cabang yang baru serta
memperbesar investasi atau membuka investasi baru terkait dengan perusahaan
induknya. Tingkat keuntungan yang tinggi menandakan pertumbuhan perusahaan
pada masa mendatang.
2.1.6 Ukuran Dewan Komisaris
Dewan komisaris merupakan salah satu elemen penting bagi tata kelola
perusahaan yang bertugas mengawasi pelaksanaan aktivitas perusahaan
sehingga dikelola dengan semestinya oleh agen mereka (Said, et, al., 2009). Di
Indonesia mekanisme pengangkatan dan pemberhentian dewan komisaris harus
mendapat persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Menurut
Undang-Undang No. 40 Th. 2007 dewan komisaris bertugas memberikan
pengarahan dan nasehat kepada direksi dan memastikan bahwa direksi telah
melaksanakan Good Corporate Governance (GCG) dalam aktivitas bisnisnya.
2.1.7 Ukuran Perusahaan
Perusahaan besar dapat mengakses pasar modal. Karena kemudahan tersebut
maka berarti bahwa perusahaan memiliki fleksibilitas dan kemampuan untuk
mendapatkan dana. Ukuran perusahaan dapat diartikan sebagai besar kecilnya
perusahaan dilihat dari besarnya nilai equity, nilai perusahaan, ataupun hasil nilai
total aktiva dari suatu perusahaan (Subekti, 2000). Ukuran perusahaan secara
langsung mencerminkan tinggi rendahnya aktivitas operasi suatu perusahaan.
Pada umumnya semakin besar suatu perusahaan maka akan semakin besar pula
aktivitasnya.
2.2 Penelitian Terdahulu
Sebagai pembanding, akan dikemukakan beberapa penelitian terdahulu yang
memiliki kemiripan konsep dengan penelitian ini, diantaranya :
a. Suhardjanto (2010) tentang Pengaruh Corporate Governance, Etnis, Dan
Latar Belakang Pendidikan Terhadap Pengungkapan lingkungan: Studi
Empiris Pada Perusahaan Listing di Bursa Efek Indonesia Hasil pengujian
logistic regression menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan
merupakan faktor yang menentukan diungkapkan atau tidaknya
pengungkapan lingkungan pada annual report.
2.3 Pengembangan Hipotesis
2.3.1 Pengaruh Leverage Perusahaan Terhadap Environmental Disclosure
Maka semakin besar environmental disclosure maka semakin besar
mempengaruhi leverage perusahaan tersebut. Melalui environmental disclosure
masyarakat dapat memantau aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan. Dengan
demikian, perusahaan memperoleh perhatian, kepercayaan dan dukungan dari
masyarakat sehingga perusahaan dapat tetap eksis.
H1 : Leverage perusahan berpengaruh positif terhadap Environmental
Disclosure.
2.3.2 Pengaruh Profitabilitas Perusahaan Terhadap Environmental Disclosure
Pengaruh antara profitabilitas dan pengungkapan lingkungan adalah bahwa
ketika perusahaan memliki tingkat laba yang tinggi sehingga perusahaan
menganggap tidak perlu melaporkan hal-hal yang menganggu tentang sukses
keuangan tersebut. Sebaliknya ketika tingkat profitabilitas rendah maka
perusahaan berharap para pengguna laporan akan membaca “good news”
kinerja perusahaan. Berdasarkan penjelasan diatas maka hipotesis kedua
penelitian ini adalah sebagai berikut :
H2 : Profitabilitas perusahan berpengaruh positif terhadap Environmental
Disclosure.
2.3.3 Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris Terhadap Environmental Disclosure
Dewan komisaris sebagai organ puncak pengelolaan internal perusahaan
memiliki peran terhadap aktivitas pengawasan. Sehingga komposisi dewan
komisaris menentukan pengungkapan lingkungan. Menurut Coller dan Gregory
(1999) dalam Sembiring (2005) bahwa semakin besar jumlah anggota dewan
komisaris maka akan semakin mudah untuk mengendalikan CEO dan monitoring
yang dilakukan akan semakin efektif. Selain itu juga, keberadaan dewan
komisaris yang independen (outside member board) akan semakin menambah
efektivitas pengawasan. Komposisi dewan komisaris yang independen umumnya
merupakan sebuah solusi untuk mengatasi masalah kegaenan. Berdasarkan
pemikiran diatas maka hipotesis ketiga penelitian ini adalah sebagai berikut :
H3 : Ukuran dewan komisaris perusahan berpengaruh positif terhadap
Environmental Disclosure.
2.3.4 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Environmental Disclosure
Lerner (1991) sebagaimana dikutip oleh Siregar (2010) juga menyatakan bahwa
semakin besar aset sebuah perusahaan maka semakin besar pengungkapan
lingkungannya dan hal ini akan dilaporkan dalam laporan tahunan, sehingga
pengungkapannya juga semakin luas. Maka, berdasarkan pemikiran diatas
hipotesis keempat penelitian ini adalah sebagai berikut
H4: Ukuran perusahan berpengaruh positif terhadap Environmental Disclosure.
2.4 Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1Desain Penelitian
BAB III
METODE PENELITIAN
3. Metode Penelitian
3.1 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar
(listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2009-2012. Metode peneltian yang
akan digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode purposive
sampling. Adapun kriteria-kriteria yang digunakan dalam penelitian sampel
adalah :
1. Perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI.
Leverage Perusahaan
Profitabilitas
Ukuran Dewan Komisaris
Ukuran Perusahaan
Environmental Disclosure
(+)
(+)
(+)
(+)
2. Perusahaan-perusahaan tersebut menerbitkan laporan keuangan tahunan
atau laporan berkelanjutan (sustainability report) yang memenuhi ketentuan
Bapepam-LK.
3. Tersedia laporan keuangan perusahaan secara lengkap selama tahun 2009-
2012 baik secara fisik maupun melalui website www.idx.co.id atau pada
website masing-masing perusahaan.
4. Memiliki data yang lengkap sesuai dengan variabel-variabel yang digunakan
dalam penelitian.
5. Perusahaan manufaktur yang selalu mengalami peningkatan laba dalam setiap
tahunnya.
3.2 Jenis dan Sumber Data
1. Data publikasi laporan keuangan tahunan perusahaan (financial report).
Data ini diperoleh dari Situs Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id).
2. Data publikasi laporan keuangan perusahan sampel. Data ini diperoleh dari
Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2009-2012.
3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.3.1 Variabel Dependen
Pengukuran pengungkapan lingkungan juga dilakukan dengan melihat item-item
pengungkapan yang termuat di dalam laporan tambahan atau laporan
keberlanjutan (Sustainability Report) dalam mengukur luas pengungkapan
lingkungan berdasarkan item pengungkapan
yang termuat dalam GRI (Global Reporting Index) Guidelines versi 3.0, dengan
rumus:
Jumlah item yang diungkapkan perusahaanEnvironmental disclosure =
Jumlah item pengungkapan GRI
3.3.2 Variabel Independen
3.3.2.1 Leverage perusahaan
Total Hutang Leverage =
Total Aktiva
3.3.2.2 Profitabilitas
Laba bersih setelah pajakROA =
Total Aktiva
3.3.2.3 Ukuran Dewan Komisaris
Total jumlah komisaris independenUkuran Dewan Komisaris =
Total keseluruhan Dewan Komisaris
3.3.2.4 Ukuran Perusahaan
Variabel ini diukur dengan Ln aset.
Dengan rumus ukuran perusahaan SIZE = LOG of Total Assets
3.4 Metode Pengumpulan data
Pengujian dilakukan dengan menggunakan bantuan software SPSS 15. Berikut ini
akan dijelaskan mengenai tahapan-tahapan pengujian dalam penelitian ini.
3.4.1 Uji Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan pengujian terhadap hipotesis, maka data yang diperiksa dalam
penelitian ini akan diuji terlebih dahulu untuk memenuhi asumsi dasar. Pengujian
yang dilakukan yaitu:
a. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi yang
dibuat ada yang sangat dekat hubungannya antar variabel independen. Model
regresi yang baik adalah yang tidak terdapat korelasi terlalu dekat antar
variabel independen. Akibat terjadinya multikolinieritas antara lain adalah
model sulit untuk melakukan prediksi atau pengestimasian. Jalan keluar dari
masalah multikolinieritas adalah mengeluarkan variabel independen yang
menyebabkan multikolinieritas, atau menambah data baru.
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi
heteroskedastisitas dimana variance residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain tetap. Ada beberapa cara untuk menguji heteroskedastisitas dalam
variance error terms untuk model regresi.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode tertentu dengan kesalahan
pengganggu pada periode sebelumnya. Model regresi yang baik adalah regresi
yang bebas dari autokorelasi. Pengujian ini akan menggunakan uji Durbin-
Watson (DW test) yang mensyaratkan adanya konstanta (intercept) dalam
model regresi dan tidak ada variabel lagi di antara variabel independen.
d. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data bertujuan untuk melihat apakah sampel berasal dari
populasi yang sama. Dengan kata lain, apakah variabel dependen dan
independen berdistribusi normal. Model regresi yang baik adalah model yang
memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Pada dasarnya ada dua
cara untuk melakukan uji ini yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik.
3.5 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis akan dilakukan dengan analisis regresi berganda. Analisis
regresi berganda bertujuan untuk mengetahui hubungan yang dapat bersifat
fungsional ataupun statistikal antara variabel kuantitatif, yang disebut variabel
dependen dengan satu atau lebih variabel lainnya, yang disebut variabel
independen (Gujarati, 2003). Hubungan fungsional berarti bahwa hubungan
antara variabel dependen Y dan variabel independen X bersifat eksak (pasti);
nilai Y secara unik ditentukan oleh nilai X yang muncul. Akan tetapi, dalam
kebanyakan studi empirik, hubungan tersebut bersifat statistikal; nilai variabel
dependen Y tidak secara unik ditentukan oleh nilai X yang muncul (Gujarati,
2003).Pengujian tersebut didasarkan pada persamaan regresi linier berganda
sebagai berikut:
Y = α + b1 LEV + b2 ROA + b3 UDK + b4 SIZE + ε
3.5.1 Uji Simultan (F Test)
Pada prinsipnya pengujian simultan dilakukan dengan koefisien regresi secara
bersama-sama untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh secara serentak
variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian ini dilakukan
dengan tingkat signifikan level 0,05 α= 0,05.
3.5.2 Uji Koefisien Determinasi
Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil
berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi
variabel dependen sangat terbatas. Nilai R2 digunakan untuk mengukur
tingkat kemampuan model dalam menerangkan variabel independen, tetapi
karena R2 mengandung kelemahan mendasar, yaitu adanya bias terhadap
jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model, maka dalam
penelitian ini menggunakan adjusted R2 berkisar antara 0 dan 1. Jika nilai
adjusted R2 semakin mendekati 1 maka makin baik kemampuan model
tersebut dalam menjelaskan variabel dependen.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran mengenai karakteristik variabel
penelitian. Total sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 64
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, yang dipilih
menggunakan purposive sampling. Statistik deskriptif dari data peneltian ini
ditunjukkan pada tabel 2 sebagai berikut ini :
4.2 Uji Asumsi Klasik
Dalam penelitian ini digunakan empat jenis uji asumsi klasik yaitu uji
multikolinieritas, uji heteroskedastisitas, uji autokorelasi dan uji normalitas. Uji
asumsi klasik dimaksudkan untuk menguji apakah asumsi-asumsi yang
mendasari analisis regresi terpenuhi, sehingga model regresi yang digunakan
dapat dinyatakan baik.
4.2.1 Uji Multikolinieritas
Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinieritas dengan mendasarkan pada
nilai tolerance dan VIF. Rule of thumb yang digunakan untuk menentukan
bahwa nilai tolerance tidak berbahaya terhadap gejala multikoliniearitas adalah
0,10 sedangkan rule of thumbs yang digunakan untuk menentukan bahwa nilai
VIF tidak berbahaya adalah kurang dari 10.
4.2.2 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu observasi ke observasi lain.
Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat grafik plot antara nilai
prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID.
Deteksi ada tidaknya heterokedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan
melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik Scatterplot antara SRESID dan
ZPRED. Titik-titik harus menyebar secara acak (random), baik di atas maupun
di bawah angka 0 pada sumbu Y. Bila kondisi ini terpenuhi maka tidak terjadi
heteroskedastisitas. Grafik Scatterplot ditunjukan pada grafik sebagai berikut :
4.2.3 Uji Auotokorelasi
Autokorelasi adalah adanya hubungan antara kesalahan-kesalahan yang
muncul pada data runtun waktu (time series). Untuk mendeteksi adanya
autokorelasi dalam penelitian ini digunakan Durbin Watson statistik. Dalam
penelitian ini, untuk mendeteksi gejala autokorelasi dapat digunakan rule of
thumb, jika nilai du < d < 4 – du maka tidak terdapat autokorelasi (Gujarati,
2003).
4.2.4 Uji Normalitas
Asumsi normalitas digunakan untuk menguji apakah data berdistribusi normal
atau tidak. data yang baik adalah yang berdistribusi normal. Uji normalitas
bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel
dependen, variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal
atau tidak (Ghozali, 2005). Data berdistribusi normal jika nilai Asymp. Sig. (2-
tailed) hasil perhitungan dalam data lebih dari 0,05. Santoso (2002)
memberikan pedoman pengambilan keputusan tentang data-data yang
mendekati atau merupakan distribusi normal .
4.3 Pengujian Kelayakan Model Regresi
Selanjutnya pengujian secara simultan dengan multiple correlation
menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen
terhadap variabel dependen, yaitu dengan nilai Ftest = 1,400 dengan sig. 0,245.
Nilai F-test tersebut dengan menggunakan tingkat α sebesar 0,05 dinyatakan
secara statistis signifikan. Pengujian secara bersama-sama menunjukkan bahwa
ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel
dependen.
4.4 Hasil Pengujian Hipotesis
4.4.1 Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi
Hasil uji pada Tabel di bawah menunjukkan nilai R sebesar 0,294 yang berarti
terdapat hubungan yang positif dan kuat antara variabel dependen
(environmental disclosure) dan variabel independen (leverage perusahaan,
profitabilitas, ukuran dewan komisaris dan ukuran perusahaan). Koefisien
Determinasi (R²) berfungsi untuk melihat sejauh mana keseluruhan variabel
independen dapat menjelaskan variabel dependen. Nilai koefisien determinasi
adalah antara 0 dan 1.
4.4.2 Hasil Uji Regresi Berganda
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
penjelas / independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel
independen. Environmental Disclosure = 9,255 + 4,106 LEV + 7,880 ROA +
3,089 UDK + 2,047 SIZE + e.
4.5 Pembahasan Hipotesis
Berdasarkan hasil pengujian multiple regregresion, menunjukkna bahwa ke
empat hipotesis dalam penelitian ini, empat hipotesisi didukung. Peneliti
menyimpulkan bahwa leverage perusahaan berpengaruh positif terhadap
environmental disclosure. Hal ini dapat diketahui bahwa seberapa besar
perusahaan tergantung pada kreditur dalam membiayai aset perusahaan. Maka
semakin besar environmental disclosure maka semakin besar mempengaruhi
leverage perusahaan tersebut. Karena leverage merupakan rasio yang
menghitung seberapa jauh dana yang disediakan oleh kreditur, juga sebagai
rasio yang membandingkan total hutang terhadap keseluruhan aktiva suatu
perusahaan, maka apabila investor melihat sebuah perusahaan dengan asset
yang tinggi namun resiko leverage nya juga tinggi, maka akan berpikir dua kali
untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut. Karena dikhawatirkan asset tinggi
tersebut di dapat dari hutang yang akan meningkatkan risiko investasi apabila
perusahaan tidak dapat melunasi kewajibanya tepat waktu. Melalui
environmental disclosure masyarakat dapat memantau aktivitas yang dilakukan
oleh perusahaan. Dengan demikian, perusahaan memperoleh perhatian,
kepercayaan dan dukungan dari masyarakat sehingga perusahaan dapat tetap
eksis.
Tingkat profitabilitas yang tinggi pada perusahaan akan meningkatkan daya
saing antar perusahaan. Perusahaan yang memperoleh tingkat keuntungan yang
tinggi akan membuka lini atau cabang yang baru serta memperbesar investasi
atau membuka investasi baru terkait dengan perusahaan induknya. Tingkat
keuntungan yang tinggi menandakan pertumbuhan perusahaan pada masa
mendatang.Sinyal tersebut menyimpulkan bahwa kemampuan perusahaan
untuk membayar dividen merupakan fungsi dari keuntungan.
Semakin tinggi profitabilitas, maka semakin tinggi efisiensi perusahaan dalam
memanfaatkan fasilitas perusahaan (Sartono, 2001). Dalam hal ini, menyatakan
bahwa profitabilitas merupakan faktor yang memberikan kebebasan dan
fleksibilitas kepada manajemen untuk melakukan dan mengungkapkan kepada
pemegang saham program tanggung jawab sosial secara luas, sehingga
semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin luas
pengungkapan informasi sosial.
Dewan komisaris sebagai puncak dari sistem pengelolaan internal perusahaan,
memiliki peranan terhadap aktivitas pengawasan. Komposisi dewan komisaris
akan menentukan kebijakan perusahaan termasuk pengungkapan lingkungan.
Keberadaan komisaris independen dapat mendorong dewan komisaris
mengambil keputusan secara objektif yang melindungi seluruh pemangku
kepentingan. Jila dikaitkan dengan teori agensi maka ukuran atau jumlah
dewan komisaris yang semakin besar akan memudahkan perusahaan dalam
mengawasi dan memonitoring tindakan yang dilakukan manajemen dengan
efektif. Selain itu juga, tekanan yang akan dihadapi dewan komisaris juga
semakin besar. Hal ini mengakibatkan dewan komisaris harus bertindak dengan
memberi dorongan kepada manajemen untuk mengungkapkan Pengungkapan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Uji regresi linier berganda tersebut di atas maka dapat dianalisis sebagai
berikut: variabel leverage perusahaan, profitabilitas, ukuran dewan
komisaris dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap environmental
disclosure yang mempunyai t-hitung lebih besar dari t-tabel dan
signifikansinya kurang dari 0,05. Hal ini berarti bahwa keempat variabel
tersebut secara statistik berpengaruh terhadap variabel environmental
disclosure.
2. Bahwa leverage perusahaan berpengaruh positif terhadap environmental
disclosure. Hasil ini dengan t-test sebesar 5,861. Sedangkan nilai
signifikan sebesar 0,047 lebih kecil dari taraf signifikan pada α sebesar
0,05. adalah profitabilitas berpengaruh positif terhadap environmental
disclosure. Hasil ini dengan t-test sebesar 3,374. Sedangkan nilai
signifikan sebesar 0,017 lebih kecil dari taraf signifikan pada α sebesar
0,05. ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap environmental
disclosure. Hasil ini dengan t-test sebesar 2,290. Sedangkan nilai
signifikan sebesar 0,021 lebih kecil dari taraf signifikan pada α sebesar
0,05. ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap environmental
disclosure. Hasil ini dengan t-test sebesar 2,135. Sedangkan nilai
signifikan sebesar 0,049 lebih kecil dari taraf signifikan pada α sebesar
0,05.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka saran-saran yang dapat diajukan oleh
peneliti adalah sebagai berikut:
1. Peneliti selanjutnya disarankan untuk menambah sampel penelitian dengan
sampel yang lebih banyak dan rentang waktu yang lama tidak hanya
perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur saja di Bursa Efek
Indonesia.
2. Variabel yang tidak terbukti dalam penelitian ini sebaiknya pada penelitian
selanjutnya digunakan proxy lain dari variabel tersebut, sehingga
diharapkan dapat mencerminkan variabel yang digunakan.
5.3 Keterbatasan
Keterbatasan dalam penelitian ini diantaranya yaitu:
a. Perusahaan manufaktur yang mengungkapkan enviromental disclosure
cukup sedikit, hal ini memperkecil jumlah sampel yang di dapat.
b. Hasil penelitian tidak bisa melihat kecenderungan yang terjadi dalam
jangka panjang dan belum mewakili dari semua kategori perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
5.4 Implikasi
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh pada penelitian ini maka berikut ini
implikasi kebijakan yang dapat disarankan bagi investor :
a. Investor dapat memahami tentang pentingnya enviromental disclosure
pada suatu perusahaan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
b. Investor sebaiknya berhati-hati dalam melakukan investasi pada
perusahaan dengan ukuran yang besar, perlu dikaji terlebih dahulu ukuran
perusahaan yang dianut perusahaan tersebut.
c. Investor dapat memilih perusahaan yang memiliki profitabilitas yang
tinggi agar memberikan sinyal mengenai pertumbuhan perusahaan dimasa
yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Alexander, 2006, Cost Accounting (A managerial Emphasis), Eleventh Edition, Pearson Education Asia
Amalia, Lucina Spica dan Ratnasari, Ikk. 2007, Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Dalam Laporan Tahunan Perusahaan
Budimanta, dkk, 2008, Corporate Sosial Responsibility Alternatif Bagi Pembangunan Indonesia. Jakarta: ICSD
Cahyonowati, Nur 2003, Adopsi IFRS dan Relevansi Nilai Informasi Akuntansi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro
Coller dan Gregory, 1999, dalam Sembiring, 2005, Kinerja Keuangan, Political Visibility, Ketergantungan Pada Hutang, dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Makalah disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya, 16 – 17 Oktober 2003
Deegan, 2002, The materiality of environmental information to users of annual reports, Accounting, Auditing and Accountability Journal, Vol. 10 (4): 562–583,
Eng and Mak, 2003. Corporate Governance and Voluntary Disclosure”, Journal of Accounting and Public Policy, ELSEVIER. 325-345.
Febrina dan Agung Suaryana, I.G.N., 2011, faktor-faktor yang dipertimbangkan mempengaruhi pengungkapan kebijakan Pengungkapan lingkungan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, BEI tahun 2007-2009.
Ghozali, Imam dan Chariri, Anis. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Cetakan IV. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Gitosudarmo, 2000, Manajemen Keuangan. Yogyakarta:BPFE
Hadi, 2006, Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Akuntansi Keuangan, Edisi Pertama. Salemba. Jakarta.
Heinze dalam Rosmasita, 2007, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Sosial (Social Disclosure) dalam Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Makalah disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi X. Makasar
Hummels, 1998, CSR dalam Praktik di Indonesia. Jakarta: PT Alex Media Komputindo.
I.B, Suratno,., Darsono, dan Mutmainah, (2006), Pengaruh Environmental Performance terhadap Environmental Disclosure dan Economic Performance (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Periode 2001-2004)”, Simposium Nasional Akuntansi IX (Padang).
Ihlashul Amal, Muhammad. 2011. Pengaruh Laba, Kepemilikan Manajerial, Ukuran Peusahaan dan Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. Universitas Diponegoro. Semarang.
Jensen and Meckling, 1976, ; Marwata, 2001, dalam Mahdiyah, 2008, Analisis Perlakuan Akuntansi Atas Piutang Dagang Pada Toko Sahabat Palembang. Skripsi
Kasmir, 2008, Analisis Laporan Keuangan. cetakan kelima. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
KCKG, 2006, Analisis Kerandoman Perilaku Laba Perusahaan di Bursa Efek Jakarta, Simposium Nasional Akuntansi IV IAI-KAPd. Jakarta.
Machmud dan Djakman, 2008, Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Luas Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial (CSR Disclosure) pada Laporan Tahunan Perusahaan; Studi Empiris pada Perusahaan Publik yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun 2006. Makalah disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi XI, Pontianak, 22 – 25 Juli 2008
Nai’im Ainun dan Rakhman, Fu’ad 2000, Analisis Hubungan antara Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan dengan Struktur Modal dan Tipe Kepemilikan Perusahaan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol.15, No.1, 2000
O’Donovan, 2000, Environmental Disclosure in the Annual Report: Extending the Aplicability and Predictive Power of Legitimacy Theory. Accounting, Auditing, and Accountability Journal. Vol.15 (3). pp. 344-371
Purnasiwi, 2011, Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas Dan Leverage Terhadap Pengungkapan Lingkungan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009.
Rismanda, 2003, Kinerja Keuangan, Political Visibility, Ketergantungan Pada Hutang, dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Makalah disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya, 16 – 17 Oktober 2003
S, Zaleha. 2005. Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Pengungkapan Sosial dalam Laporan Tahunan Perusahaan GO Public di BEJ Tahun 2003. Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro
S. Ja'far, Muhammad dan Arifah, Amalia, Dista. 2006. Pengaruh Dorongan Manajemen Lingkungan, Manajemen Lingkungan Proaktif dan Kinerja Lingkungan terhadap Public Environmental Reporting. Disampaikan di Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang
Sartono, 2001, Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, Edisi Empat, BPFE; Yogyakarta
Sembiring, 2005, dalam Mahdiyah, 2008, Kinerja Keuangan, Political Visibility, Ketergantungan Pada Hutang, dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Makalah disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya, 16 – 17 Oktober 2003
Sethi dalam Haniffa dan Cooke, 2005, ; Ani, 2007, dalam Machmud dan Djakman, 2008, Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Luas Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial (CSR Disclosure) pada Laporan Tahunan Perusahaan; Studi Empiris pada Perusahaan Publik yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun 2006. Makalah disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi XI, Pontianak, 22 – 25 Juli 2008
Siregar, 2001. Seminar Peran Akuntan dalam Pengukuran CSR. Ina Garuda Yogyakarta: 11 Desember 2008
Sitepu dan Siregar, 2008, Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengungkapan lingkungan dalam laporan tahunan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
Suhardjanto, 2008, Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah Terhadap Kepatuhan Pengungkapan Wajib Dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada Kabupaten/Kota di Indonesia)
Suhardjanto, Djoko, 2010, Pengaruh Corporate Governance, Etnis, Dan Latar Belakang Pendidikan Terhadap Pengungkapan lingkungan: Studi Empiris Pada Perusahaan Listing di Bursa Efek Indonesia
Suripto, 1999, Corporate Governance dan Profitabilitas: Pengaruhnya terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Jurnal Akuntansi.
Suwaldiman, Aziz, 2007.”Analisis Simultan Antara Kepemilikan Manajerial, Profitabilitas dan Kebijakan Dividen Perusahaan Manufaktur di Indonesia”, Jurnal Ekonomi STIE.Surakarta.
Weber 1988, Sembiring 2005 dalam Rakhmawati 2011, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perusahaan Yang Terdaftar di BEI Melakukan Pergantian Kantor Akuntan Publik. Skripsi Undip.
Zhegal dan Ahmed, 1990, Associations between corporate characteristics and disclosure levels in annual reports: a meta analysis. British Accounting Review. Vol. 31