Upload
dinhnhan
View
236
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH MANAJEMEN LABA, KOMITE AUDIT DAN TIPE INDUSTRITERHADAP PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL
PERUSAHAAN(Studi Kasus pada Seluruh Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2014-2016)
(Skripsi)
Oleh
NABILA ANUGRAH PUTRI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
ABSTRAK
PENGARUH MANAJEMEN LABA, KOMITE AUDIT DAN TIPEINDUSTRI TERHADAP PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL
PERUSAHAAN
OlehNabila Anugrah Putri
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis pengaruhmanajemen laba, komite audit, dan tipe industri terhadap pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan. Manajemen laba diukur dengan discretionary accrual(DACCit), komite audit diukur dengan jumlah rapat komite audit (RKA), dan tipeindustri diukur dengan variabel dummy. Pengungkapan tanggung jawab sosialperusahaan diukur dengan Corporate Social Responsibility Index (CSRI). Sampeldalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa EfekIndonesia tahun 2014-2016. Berdasarkan metode purposive sampling, jumlahsampel yang diperoleh adalah 86 perusahaan. Data yang digunakan adalah datasekunder, yaitu laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa EfekIndonesia (BEI).
Hasil penelitian menujukkan bahwa komite audit dan tipe industri berpengaruhsignifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, sedangkanmanajemen laba tidak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosialperusahaan.
Kata Kunci : Manajemen Laba, Discretionary Accrual (DACCit), KomiteAudit, Jumlah Rapat Komite Audit, Tipe Industri, TanggungJawab Sosial Perusahaan (CSR), Corporate Social ResponsibilityIndex (CSRI).
ABSTRACT
EFFECT OF EARNINGS MANAGEMENT, AUDIT COMMITTEE ANDINDUSTRY TYPE ON CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
DISCLOSURES
ByNabila Anugrah Putri
The aim of this research is to examine and analyze the effect of earningsmanagement, audit comittee, and industry type on corporate social responsibilitydisclosure. Earnings management is measured by Discretionary Accrual (DACCit),the audit comittee is the frequency of audit comittee meetings (RKA), and industrytype is measured by dummy variable. Corporate Social Responsibility disclosure ismeasured by Corporate Social Responsibility Index (CSRI). The sample in thisstudy is a manufacturing company listed on Indonesia Stock Exchange 2014-2016period. Based on purposive sampling method, the number of samples obtained is 86companies. The data used is secondary data, namely the financial statements ofcompanies listed on the Indonesia Stock Exchange (BEI).
The results showed that audit comittee and industry type has a significant effecton corporate social responsibility disclosure, while earnings management has noeffect on corporate social responsibility disclosure.
Keywords : Earnings Management, Discretionary Accrual (DACCit), AuditCommittee, Frequency of Audit Commitee Meetings, IndustryType, Corporate Social Responsibility (CSR), Corporate SocialResponsibility Index (CSRI).
PENGARUH MANAJEMEN LABA, KOMITE AUDIT DAN TIPE INDUSTRITERHADAP PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL
PERUSAHAAN(Studi Kasus pada Seluruh Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2014-2016)
Oleh
NABILA ANUGRAH PUTRI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA EKONOMI
Pada
Jurusan AkuntansiFakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pringsewu pada tanggal 1 Januari 1997.
Penulis adalah anak pertama Bapak Irwan dan Ibu Kristin.
Pada tahun 2003, penulis menyelesaikan pendidikan Taman
Kanak-Kanak (TK) di TK Aisiyah Gading Rejo. Pendidikan
Sekolah Dasar (SD) diselesaikan oleh penulis pada tahun 2008
di SD Muhammadiyah Pringsewu. Sekolah Menengah Pertama (SMP) ditempuh oleh
penulis di SMP Negeri 1 Pringsewu dan diselesaikan pada tahun 2011. Kemudian,
penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Al Kautsar
Bandar Lampung hingga tahun 2014.
Penulis terdaftar sebagai mahasiswi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Lampung pada tahun 2014 melalui jalur SBMPTN. Selain itu, pada tahun
2016 penulis terpilih sebagai anggota Liaison Officer (LO) dalam kegiatan
Simposium Nasional Akuntansi (SNA) yang merupakan kegiatan tahunan yang
diselenggarakan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai perwujudan kepedulian
akuntan terhadap pembangunan bangsa dan negara Indonesia.
Pada tahun 2017 penulis juga terpilih untuk dapat mengikuti pelatihan Brevet Pajak
A dan B yang diselenggarakan Tax Center FEB Unila bekerjasama dengan Ikatan
Konsultan Pajak Indonesia cabang Lampung.
PERSEMBAHAN
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan nikmat yang telah
diberikan, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Kupersembahkan karyaku ini untuk:
Kedua orang tuaku
Bapak Irwan dan Ibu Kristin
Nenekku
Alm. Sri Asrimah
Seluruh keluarga besarku yang telah memberikan motivasi dan doa.
Seluruh sahabat dan teman-teman yang telah memberikan semangat.
Almamaterku tercinta Universitas Lampung.
MOTTO
“If you put Allah first, so you will never be the last”
(Anonymous)
“You don’t have to be great to start, but you have to start to be great”
(Zig Ziglar)
“Learn from yesterday, live for today, hope for tomorrow”
(Albert Einstein)
SANWACANA
Bismillahirrahmanirrahim.
Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah yang telah diberikan
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Manajemen
Laba, Komite Audit dan Tipe Industri Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014-2016”, sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi S1 Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
Bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak yang telah diperoleh penulis dapat
membantu mempermudah proses penyusunan skripsi ini. Dalam kesempatan ini
dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih
yang tulus kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
2. Ibu Dr. Farichah, S.E., M.Si., Akt., selaku Ketua Jurusan S1 Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
3. Ibu Yuztitya Asmaranti, S.E., M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
4. Bapak Drs. A. Zubaidi Indra, M.M., CPA., C.A., Ak., selaku Dosen
Pembimbing 1 dan Ibu Yuztitya Asmaranti, S.E., M.Si., selaku Dosen
Pembimbing 2 yang telah memberikan waktu, kritik, saran, masukan dan
semangat untuk penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Dr. Einde Evana, S.E., M.Si., Akt., CPA., selaku Dosen Penguji Utama
yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun selama proses
penyusunan skripsi ini.
6. Bapak Pigo Nauli, S.E., M.Sc., selaku Dosen Pembimbing Akademik selama masa
perkuliahan.
7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang telah
memberikan ilmu pengetahuan dan pembelajaran berharga bagi penulis selama
menempuh program pendidikan S1.
8. Seluruh Staf Akademik, Administrasi, Tata Usaha, para pegawai, serta Staf
Keamanan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang telah
banyak membantu baik selama proses perkuliahan maupun penyusunan
skripsi, terimakasih atas segala kesabaran dan bantuan yang telah diberikan.
9. Ayah dan Mamaku tercinta Irwan dan Kristin yang selalu mendoakan dan
menjadi motivasi terbaik untuk menyelesaikan studi ini. Terima kasih atas kasih
sayang, doa, dukungan dan segalanya.
10. Adik-adikku tersayang, Fani, Arief, Ica, Rara, beserta sepupu-sepupu ku, Fira,
Zaydan, Teteh Ita, Aa Ibam, dan Kak Disha yang telah memberikan semangat,
doa, dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini.
11. Sahabatku Syaharani dan Winda yang selalu memberikan perhatian, kesabaran,
dan pengertian yang tiada henti-hentinya. Serta terimakasih atas segala doa,
dukungan, dan semangatnya mulai dari awal sampai akhir perkuliahan, sehingga
penulis berhasil menyelesaikan studi dan skripsi dengan baik.
12. Sahabatku sedari SMA, Yola, serta sahabat LDR-ku, Rafika, Nadhila, Rahmi,
Rizka, Nurul dan Rifdah yang selalu menghibur, sedia mendengarkan ceritaku
dan memberi masukan. Terima Kasih atas rasa kekeluargaan dan kebersamaan
yang telah kalian ciptakan.
13. Sahabat Ecosta, Bados, Luthfie, Syaharani, Fatharani, dan Rafika yang
kehadiranya selalu ditunggu saat liburan. Terima kasih selalu memberiku
inspirasi terbaik, semoga selalu terjaga kebersamaan kita.
14. Sahabat Siminul, Liana, Do, Chintya, Winda dan Aprina yang selalu ada dikala
suka dan duka, dan saling memberi semangat satu sama lain. Terimakasih atas
kebersamaannya selama ini.
15. Sahabat sedari SMP, Tata, Beatrice, dan Alm. Ira. Terima kasih atas dukugan
dan doa yang selalu kalian berikan.
16. Teman KKN selama 40 hari yaitu Kak Erika, Retno, Ruri, Kak Fajar, dan Kak
Yoseph. Semoga komunikasi kita tetap terjaga.
17. Mentor skripsi, Amalia, Annisa, Reggy, Intan serta teman-teman seperjuangan
skripsi Faila, Arini, Dina, dan semuanya, terimakasih untuk pembelajaran,
motivasi, dan dukungannya untuk selalu sedia membantuku dalam
menyelesaikan masalah skripsi.
18. Grup A LIA, Indy, Ajeng, Winda, Syaharani, dan Cyril. Terimakasih atas
kebersamaannya selama ini disela kesibukan kuliah.
19. Teman-teman Akuntansi Genap, Dhissa, Fani, Indah, Sendy, Tika, Katrin, Umi,
Eka, Ninda, Rachel, Reka, Bella, dan lainnya.
20. Teman-teman seperjuangan Akuntansi angkatan 2014 dan semua pihak yang
telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagisemua pihakdan semoga
Allah SWT memberikan rahmat, berkah, dan hidayah-Nya untuk kita semua.
Bandar Lampung, 7 Juni 2018
Penulis,
Nabila Anugrah Putri
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL........................................................................................... i
ABSTRACT..... ...................................................................................................... ii
ABSTRAK ... ....................................................................................................... iii
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ iv
HALAMAN PERSETUJUAN ..............................................................................v
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................. vi
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ vii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ viii
PERSEMBAHAN................................................................................................. ix
MOTTO .................................................................................................................x
SANWACANA ..................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ........................................................................................................xv
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xviii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................xx
I. PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang Masalah .................................................................... 11.2. Rumusan Masalah .............................................................................. 61.3. Tujuan Penelitian ............................................................................... 61.4. Manfaat Penelitian ............................................................................. 6
II. TINJAUAN PUSTAKA2.1. Landasan Teori.................................................................................. 8
2.1.1. Teori Keagenan (Agency Theory) ............................................ 82.1.2. Teori Legitimasi....................................................................... 92.1.3. Teori Stakeholder..................................................................... 112.1.4. Manajemen Laba...................................................................... 122.1.5. Komite Audit ........................................................................... 152.1.6. Tipe Industri............................................................................. 202.1.7. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ........................................ 21
2.2. Penelitian Terdahulu .......................................................................... 242.3. Kerangka Pemikiran........................................................................... 262.4. Hipotesis Penelitian ........................................................................... 27
2.4.1. Pengaruh Manajemen Laba terhadap PengungkapanTanggung Jawab Sosial Perusahaan ........................................ 27
2.4.2. Pengaruh Komite Audit terhadap Pengungkapan TanggungJawab Sosial Perusahaan.......................................................... 28
2.4.3. Pengaruh Tipe Industri terhadap Pengungkapan TanggungJawab Sosial Perusahaan.......................................................... 29
III. METODE PENELITIAN3.1. Populasi dan Sampel .......................................................................... 313.2. Jenis dan Sumber Data....................................................................... 323.3. Definisi dan Pengukuran Operasional Variabel................................. 32
3.3.1. Variabel Independen ................................................................ 323.3.1.1. Manajemen Laba ......................................................... 323.3.1.2. Komite Audit ............................................................... 343.3.1.3. Tipe Industri ................................................................ 35
3.3.2.Variabel Dependen.................................................................... 35
3.4. Metode Pengumpulan Data................................................................ 36
3.5. Metode Analisis Data......................................................................... 363.5.1. Uji Statistik Deskriptif ............................................................. 363.5.2. Uji Asumsi Klasik.................................................................... 37
3.5.2.1. Uji Normalitas ............................................................. 373.5.2.2. Uji Multikoliniearitas .................................................. 373.5.2.3. Uji Heteroskedastisitas ................................................ 383.5.2.4. Uji Autokorelasi .......................................................... 39
3.5.3. Persamaan Regresi Linier Berganda........................................ 403.5.4. Uji Hipotesis ............................................................................ 40
3.5.4.1. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2) .................... 403.5.4.2. Uji Kelayakan Model Regresi (Uji Statitik F)............. 403.5.4.3. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) 41
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN4.1. Populasi dan Sampel Penelitian ......................................................... 424.2. Analisis Data ...................................................................................... 43
4.2.1. Statistik Deskriptif ................................................................... 43
4.2.2. Uji Asumsi Klasik.................................................................... 454.2.2.1. Uji Normalitas ............................................................. 454.2.2.2. Uji Multikoliniearitas .................................................. 464.2.2.3. Uji Heteroskedastisitas ................................................ 484.2.2.4. Uji Autokorelasi .......................................................... 49
4.2.3. Analisis Regresi Linier Berganda ............................................ 504.2.4. Uji Hipotesis ............................................................................ 50
4.2.4.1. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2) .................... 504.2.4.2. Uji Kelayakan Model Regresi (Uji Statitik F)............. 514.2.4.3. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) 52
4.3. Pembahasan Hasil Analisis Data........................................................ 554.3.1. Pengaruh Manajemen Laba terhadap Pengungkapan
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ........................................ 554.3.2. Pengaruh Komite Audit terhadap Pengungkapan Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan.......................................................... 564.3.3. Pengaruh Tipe Industri terhadap Pengungkapan Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan.......................................................... 57
V. KESIMPULAN DAN SARAN5.1. Kesimpulan ........................................................................................ 595.2. Keterbatasan Penelitian...................................................................... 605.3. Saran .................................................................................................. 60
DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Penelitian Terdahulu .................................................................................. 24
4.1 Sampel Penelitian....................................................................................... 42
4.2 Hasil Statistik Deskriptif Model Regresi ................................................... 43
4.3 Distribusi Frekuensi Variabel Tipe Industri............................................... 45
4.4 Hasil Uji Multikolinearitas......................................................................... 47
4.5 Hasil Uji Autokolerasi ............................................................................... 49
4.6 Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ......................................... 51
4.7 Hasil Uji Kelayakan Model Regresi (Uji Statistik F) ................................ 52
4.8 Hasil Uji Signifikansi Paramater Individual (Uji Statistik t) ..................... 53
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran................................................................................... 26
4.1 Hasil Uji Normalitas Model Regresi.......................................................... 46
4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas Model Regresi............................................. 48
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Daftar Sampel Penelitian .......................................................................... L-1
2. Indeks GRI V. 4.0 ..................................................................................... L-4
3. Hasil Perhitungan Variabel CSR, Komite Audit, dan Tipe Industri ......... L-9
4. Hasil Perhitungan Variabel Manajemen Laba .......................................... L-16
5. Hasil Uji Normalitas ................................................................................. L-28
6. Hasil Uji Multikolinearitas........................................................................ L-28
7. Hasil Uji Heteroskedastisitas .................................................................... L-29
8. Hasil Uji Autokolerasi .............................................................................. L-29
9. Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ........................................ L-29
10. Hasil Uji Kelayakan Model Regresi (Uji Statistik F) ............................... L-29
11. Hasil Uji Signifikansi Paramater Individual (Uji Statistik t) .................... L-30
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Perusahaan merupakan bagian dari masyarakat dan lingkungan, maka
keberadaannya tidak terlepas dari masyarakat dan lingkungan itu sendiri. Pada
dasarnya perusahaan didirikan dengan tujuan utama adalah mencari laba atau
keuntungan yang sebesar-besarnya. Guna mencapai tujuan tersebut, perusahaan
melakukan aktivitas produksi dengan memanfaatkan faktor-faktor produksi yang
diperoleh dari lingkungan. Salah satu bentuk timbal balik terhadap masyarakat
sekitar terhadap aktivitas operasi perusahaan adalah melalui kegiatan tanggung
jawab sosial perusahaan.
Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan komitmen perusahaan dalam
menjalankan kegiatan operasinya untuk senantiasa memberikan kontribusi positif
terhadap masyarakat sosial dan lingkungan. Penerapan tersebut dapat diwujudkan
dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social
Responsibility) yang disosialisasikan ke publik dalam laporan tahunan (annual
report) perusahaan.
Pengungkapan tanggung jawab sosial merupakan salah satu media yang dipilih
untuk memperlihatkan kepedulian perusahaan terhadap masyarakat disekitarnya.
Perkembangan praktik dan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan di
2
Indonesia juga dilatar belakangi oleh dukungan pemerintah dengan
dikeluarkannya regulasi terhadap kewajiban praktik dan pengungkapan tanggung
jawab sosial peusahaan melalui Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40
tahun 2007. Pada Pasal 66 ayat (2) bagian c disebutkan bahwa selain
menyampaikan laporan keuangan, perusahaan juga diwajibkan melaporkan
pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Sedangkan dalam pasal 74
menjelaskan kewajiban untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan
lingkungan bagi perusahaan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan sumber
daya alam.
Selain terpenuhinya tuntutan akan pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan,
hal ini memunculkan isu lain mengenai adanya modus atau tujuan lain dari
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan itu sendiri. Kegiatan CSR ini
bahkan digunakan juga sebagai tameng bagi manajer perusahaan. Prior et al.
(2008) menyatakan bahwa manajer yang memanipulasi pendapatan menggunakan
kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) sebagai salah satu strateginya
untuk menjaga hubungan dengan para stakeholder. Tindakan CSR dapat
digunakan manajer untuk menghadapi konflik kepentingan (agency theory) untuk
memaksimalkan tujuan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain yang
memiliki kepentingan yang berbeda, serta kepentingan mereka sendiri mengenai
manajemen kompensasi yang didasarkan pada penghasilan manajemen.
Berbeda dengan Prior et al. (2008), Chih et al. (2008) menemukan adanya
hubungan negatif antara manajemen laba dengan CSR ketika manajemen laba
diproksikan dengan perataan laba (income smoothing). Perusahaan yang
melakukan kegiatan tanggung jawab sosial lebih diharapkan untuk mengurangi
3
kemungkinan perataan laba. Sedangkan penelitian oleh Bowo dan Eka (2014)
menemukan hasil yang berbeda pula bahwa tidak terdapat pengaruh yang
signifikan antara praktik manajamen laba terhadap pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan.
Menurut Kurihama (2005) terdapat dua aspek yang berkaitan dengan CSR yaitu
aspek positif dan aspek negatif. Aspek positif adalah sesuatu yang dapat
mempengaruhi masyarakat termasuk di dalamnya sosial kontribusi, kegiatan
sukarela, filantropi, dan lain-lain yang dilakukan oleh perusahaan yang bukan
hanya semata-mata agar sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dengan
memaksimalkan aspek positif ini, maka akan meningkatkan daya saing
perusahaan. Sedangkan, aspek negatif adalah sesuatu yang dapat mempengaruhi
masyarakat termasuk di dalamnya penipuan, pelanggaran hukum dan peraturan,
dan penyimpangan dari norma-norma sosial. Oleh karena itu, mengendalikan
aspek negatif ini merupakan persyaratan minimum bagi perusahaan untuk
mempertahankan hubungan kepercayaan dengan masyarakat, sehingga diperlukan
peran terintegrasi antara tata kelola perusahaan (corporate governance) dengan
CSR.
Dalam menjalankan mekanisme tata kelola perusahaan yang baik, perusahaan
tidak hanya memperhatikan nilai ekonomi dari kegiatannya tapi juga nilai tambah
lain seperti keseimbangan kepentingan stakeholders dan kepatuhan terhadap
peraturan serta norma yang berlaku atas kegiatan yang dilakukan. Jadi semakin
baik penerapan tata kelola perusahaan, maka semakin baik pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan. Pada penelitian kali ini, penerapan corporate
4
governance akan dilihat melalui mekanismenya yang diproksikan dengan jumlah
rapat komite audit dalam satu tahun.
Dewan komisaris dapat membentuk komite audit yang memiliki bagian terpisah
dalam membantu dewan komisaris untuk memenuhi tanggung jawabnya dalam
memberikan pengawasan secara menyeluruh. Semakin banyak frekuensi rapat
yang diadakan oleh komite audit, diharapkan kualitas pengawasan akan semakin
baik dan kualitas pengungkapan informasi sosial yang dilakukan perusahaan juga
semakin luas.
Penelitian yang dilakukan oleh Soedaryono, Bambang dan Riduifana (2013),
Risty dan Sany (2015), serta Natalia dan Wahidahwati (2016) mengungkapakan
bahwa jumlah rapat komite audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh Adila (2016) tidak menemukan hubungan yang signifikan dari
kedua variabel tersebut.
Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan memainkan peranan penting
bagi perusahaan karena perusahaan hidup di tengah-tengah lingkungan
masyarakat dan aktivitasnya memiliki dampak sosial dan lingkungan. Namun
dampak dari aktivitas-aktivitas sosial dan lingkungan perusahaan tersebut
berbeda-beda tergantung pada jenis atau karakteristik perusahaan. Aspek
karakteristik perusahaan juga perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Dalam penelitian ini,
karakteristik perusahaan yang digunakan yaitu tipe industri.
5
Karakteristik perusahaan dapat menjelaskan variasi luas pengungkapan sukarela
dalam laporan tahunan, karakteristik perusahaan merupakan prediktor kualitas
pengungkapan. Perbedaan karakteristik tiap perusahaan menyebabkan tanggung
jawab sosial perusahaan turut berbeda-beda. Semakin kuat karakteristik yang
dimiliki suatu perusahaan tersebut dalam menghasilkan dampak sosial bagi publik
tentunya akan semakin kuat pula pemenuhan tanggung jawab sosialnya kepada
publik (Martina, 2009).
Penelitian yang dilakukan oleh Terzaghi (2012) menunjukkan hasil penelitiannya
bahwa perusahaan yang bertipe high profile dalam melakukan aktivitasnya banyak
memodifikasi lingkungan, dan menimbulkan dampak sosial yang negatif terhadap
masyarakat, atau secara luas terhadap stakeholders-nya, sehingga praktik
pengungkapan sosial kelompok industri high profile lebih tinggi daripada
kelompok industri low profile. Namun sebaliknya hasil penelitian oleh Diba
(2012) yang menyatakan bahwa tipe industri tidak memiliki pengaruh terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
Berdasarkan uraian di atas, serta ditemukannya hasil yang beragam dari
penelitian-penelitian empiris terdahulu, maka hal ini mendorong peneliti untuk
melakukan penelitian lebih lanjut mengenai “Pengaruh Manajemen Laba, Komite
Audit, dan Tipe Industri terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan (Studi Kasus pada Seluruh Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2014-2016)”.
6
1.2. Rumusan Masalah
Pertanyaan pada penelitian ini adalah :
1. Apakah manajemen laba berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan?
2. Apakah komite audit berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan?
3. Apakah tipe industri berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk menganalisis pengaruh manajemen laba terhadap pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan.
2. Untuk menganalisis pengaruh komite audit terhadap pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan.
3. Untuk menganalisis pengaruh tipe industri terhadap pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang
bermanfaat dalam pengembangan ilmu ekonomi pada bidang ilmu
akuntansi, khususnya mengenai pengaruh manajemen laba, corporate
governance yang diproksi dengan ukuran komite audit, dan karakteristik
perusahaan yang diproksi dengan tipe industri terhadap pengungkapan
7
tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), serta dapat menjadi bahan
referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pemahaman mengenai hubungan manajemen laba, komite audit, dan
tipe industri terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial dalam
penerapannya di suatu perusahaan.
b. Perusahaan, penelitian ini sebagai pertimbangan bagi perusahaan
dalam melakukan kebijakan dan strategi guna tercapainya tujuan utama
perusahaan.
c. Investor, penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi
investor dalam menilai perusahaan dengan melihat kondisi finansial
serta non-finansial suatu perusahaan sebelum melakukan investasi
pada perusahaan tersebut.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Teori Keagenan (Agency Theory)
Jensen dan Meckling, 1976 (dalam Godfrey et al., 2010) menjelaskan hubungan
keagenan sebagai suatu kontrak dimana satu orang atau lebih (prinsipal)
memerintah orang lain (agen) untuk melakukan suatu jasa bagi kepentingan
mereka serta memberi wewenang kepada agen untuk membuat keputusan yang
terbaik bagi prinsipal. Namun dibalik itu, teori keagenan mengasumsikan bahwa
hubungan antara pemilik dan manajer pada hakikatnya sukar tercipta karena
adanya kepentingan yang saling bertentangan dengan bertindak atas kepentingan
mereka sendiri.
Pemilik perusahaan yang bertindak sebagai prinsipal menginginkan nilai
investasinya meningkat, sedangkan agen hanya menginginkan kompensasi
keuangan dari prinsipal. Hubungan antara prinsipal dan agen dapat mengarah pada
kondisi ketidakseimbangan informasi (asymmetrical information). Dalam kondisi
yang asimetri tersebut, agen dapat mempengaruhi angka-angka akuntansi yang
disajikan dalam laporan keuangan dengan cara melakukan manajemen laba.
Konflik muncul ketika agen tidak selalu berbuat sesuai dengan apa yang
diinginkan prinsipal, sehingga menimbulkan adanya biaya keagenan (agency
costs). Biaya keagenan adalah biaya yang timbul karena masalah keagenan dan
9
biaya dari tindakan untuk meminimalkan masalah keagenan (Pearce dan
Robinson, 2007).
Persektif teori agensi juga merupakan dasar yang digunakan memahami isu
corporate governance dan manajemen laba. Teori keagenan mengakibatkan
hubungan yang asimetri antara pemilik dan pengelola, maka untuk menghindari
terjadi hubungan yang asimetri tersebut dibutuhkan suatu konsep yaitu corporate
governance yang bertujuan untuk menjadikan perusahaan menjadi lebih sehat.
Corporate governance yang baik dianggap mampu mengurangi masalah
keagenan, karena dengan adanya pengawasan yang baik maka perilaku oportunis
manajer dan kecenderungan untuk menyembunyikan informasi demi keuntungan
pribadi dapat diminimalisir dengan mengarah pada peningkatan pengungkapan
perusahaan (Aini dan Cahyonowati, 2011).
2.1.2. Teori Legitimasi
Teori legitimasi menegaskan bahwa perusahaan terus berupaya untuk memastikan
bahwa mereka beroperasi dalam bingkai dan norma yang ada dalam masyarakat
atau lingkungan di mana perusahaan berada, di mana mereka berusaha untuk
memastikan bahwa aktivitas mereka (perusahaan) diterima oleh pihak luar sebagai
“sah” (Deegan, 2002). Jika terjadi ketidakselarasan antara sistem nilai perusahaan
dan sistem nilai masyarakat, maka perusahaan akan kehilangan legitimasinya dan
selanjutnya akan mengancam kelangsungan hidup perusahaan.
Teori legistimasi merupakan salah satu teori yang sering dikaitkan dalam bidang
akuntansi sosial dan lingkungan. Perusahaan yang menggunakan sumber daya
alam dalam memproduksi usahanya harus memperhatikan lingkungan perusahaan
10
seperti memperhatikan norma-norma yang ada di lingkungan masyarakat sekitar
perusahaan tersebut, sehingga akan menimbulkan keselarasan dengan nilai-nilai
sosial yang ada. Apabila perusahaan memiliki kinerja lingkungan dan sosial yang
buruk maka akan muncul keraguan dari investor sehingga direspon negatif
(Almilia dan Wijayanto, 2007).
Karena legitimasi adalah hal yang penting bagi organisasi, batasan-batasan yang
ditekankan oleh norma-norma dan nilai-nilai sosial, dan reaksi terhadap batasan
tersebut mendorong pentingnya analisis perilaku organisasi dengan
memperhatikan lingkungan. Hal yang melandasi teori legitimasi adalah kontrak
sosial yang terjadi antara perusahaan dengan masyarakat dimana perusahaan
beroperasi dan menggunakan sumber ekonomi (Ghozali dan Chariri, 2007).
Konsekuensi perusahaan dalam melakukan praktik manajemen laba akan
menurunkan reputasi dari perusahaan tersebut. Sehingga perusahaan perlu
meningkatkan reputasi dengan mencari legitimasi dari pihak luar. Menurut
Yoehana (2013), suatu perusahaan yang ingin memperoleh legistimasi dari
masyarakat maka perusahaan harus melakukan aktivitas pertanggungjawaban
sosial. Pertanggungjawaban sosial yang dimaksud adalah Corporate Social
Responsibility (CSR). Melakukan CSR akan meningkatkan legitimasi perusahaan
dan mendapatkan dukungan dari stakeholder (Fombrun et al., 2000). Semakin
banyak perusahaan mengungkapkan informasi CSR maka semakin tinggi pula
legistimasi perusahaan tersebut dimata masyarakat.
11
2.1.3. Teori Stakeholder
Teori stakeholder merupakan teori yang menjelaskan bagaimana manajemen
perusahaan memenuhi atau mengelola harapan para stakeholder. Teori
stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang bekerja untuk
kepentingan sendiri tetapi juga untuk memberikan manfaat pada stakeholder.
Aktivitas sosial perusahaan harus melampaui usaha memaksimalkan laba demi
kepentingan para pemegang saham (shareholders). Akan tetapi jika diperluas lagi
bukan hanya kepentingan shareholders tetapi juga semua pihak yang memiliki
keterkaitan dengan perusahaan. Pihak tersebut antara lain adalah pemasok,
pelanggan, pemerintah, masyarakat lokal, investor, karyawan, kelompok politik,
dan asosiasi perdagangan (Adila, 2016)
Gagasan business-driven perspective mengenai teori stakeholder yang
menyatakan bahwa organisasi memiliki kelompok pemangku kepentingan yang
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kelompok tersebut dimana interaksi yang
terjadi akan berdampak pada pemangku kepentingan tertentu dan organisasi yang
akan menghasilkan perspektif yang menonjol yang akan mempengaruhi pilihan
strategis dari kelangsungan hidup perusahaan, sehingga untuk mencapai
kemakmuran dalam menjalankan aktivitas bisnisnya diperlukan relasi yang baik
antara organisasi, komunitas, atau konstitusi selain yang bersentuhan langsung
dengan perusahaan (Kakabadse, Rozuel, & Davies, 2005). Hal ini menyebabkan
perusahaan akan mempertimbangkan kepentingan dari para pemangku
kepentingan. Salah satu strategi yang dipilih perusahaan adalah dalam hal
pertanggungjawaban aktivitas sosial perusahaan yang mempertimbangkan
kepentingan stakeholders.
12
2.1.4. Manajemen Laba
Laporan keuangan dapat disajikan dengan dua cara yaitu dasar akrual dan dasar
kas. Penyajian laporan keuangan dengan dasar akrual berarti mengakui transaksi
ekonomi pada saat terjadi, sedangkan dasar kas berarti mengakui transaksi
ekonomi pada saat kas atau setara kas diterima. Dasar akrual dalam penyajian
laporan keuangan dapat dimanfaatkan manajemen untuk sedikit menggerakkan
angka-angkanya untuk mengubah laba. Kelonggaran inilah yang membuat
manajemen mempunyai kesempatan untuk melakukan manajemen laba.
Menurut John, Subramanyam dan Halsey (2005), bahwa manajemen laba
merupakan hasil akuntansi yang paling bermasalah. Penggunaan, penilaian dan
estimasi dalam akuntansi akrual mengizinkan manajer untuk menggunakan
informasi dalam pengalaman mereka untuk menambah kegunaan angka akuntansi.
Healy dan Wahlen (1999) mengartikan, “Manajemen laba dapat terjadi ketika
manajer menggunakan keputusan (judgment) tertentu dalam pelaporan keuangan
dan mengubah transaksi untuk mengubah laporan keuangan, dengan tujuan untuk
menyesatkan stakeholders yang ingin mengetahui kinerja ekonomi yang diperoleh
perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil perjanjian (kontrak) yang
menggunakan angkaangka akuntansi yang dilaporkan itu”.
Gumanti (2003) menjelaskan manajemen laba tidak harus dikaitkan dengan upaya
untuk memanipulasi data atau informasi akuntansi, tetapi lebih besar dikaitkan
dalam pemilihan metode akuntansi (Accounting menthods) untuk mengatur
keuntungan yang bisa dilakukan karena memang diperkenankan menurut
Accounting regulations. Manajemen laba merupakan salah satu faktor yang dapat
mengurangi kredibilitas laporan keuangan, dan menambah bias dalam laporan
13
keuangan serta mengganggu pemakaian laporan keuangan yang mempercayai
angka laba hasil rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa rekayasa (Setiawati
dan Na’im, 2000).
Scott (2009) mengidentifikasikan adanya empat pola yang dilakukan manajemen
untuk melakukan pengelolaan atas laba sebagai berikut:
1. Taking a Bath
Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru
dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Tindakan ini diharapkan
dapat meningkatkan laba di masa datang. Manajemen mencoba
mengalihkan expected future cost ke masa kini, agar memiliki peluang
yang lebih besar mendapatkan laba di masa yang akan datang.
2. Income Minimization
Dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat laba yang tinggi
sehingga jika laba pada periode mendatang diperkirakan turun drastis
dapat diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya. Manajemen
mencoba memindahkan beban ke masa kini agar memiliki peluang yang
lebih besar mendapatkan laba di masa yang akan datang.
3. Income Maximization
Dilakukan pada saat laba menurun dengan cara memindahkan beban ke
masa mendatang. Tindakan atas income maximization bertujuan untuk
melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar.
Pola ini dilakukan oleh perusahaan yang melakukan pelanggaran
perjanjian hutang.
14
4. Income Smoothing
Dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan
sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada
umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.
Menurut Setiawati dan Nai’im (2000), Teknik dalam melakukan manajemen laba
dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
1. Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi. Cara
manajemen untuk mempengaruhi laba melalui judgement terhadap
estimasi akuntansi antara lain; estimasi tingkat piutang tak tertagih,
estimasi kurun waktu depresiasi aktiva tetap atau amortisasi aktiva tak
berwujud, estimasi biaya garansi, dan lain-lain.
2. Mengubah metode akuntansi. Perubahan metode akuntansi digunakan
untuk mencatat suatu transaksi, seperti merubah metode depresiasi aktiva
tetap dari metode depresiasi angka tahun ke metode depresiasi garis lurus.
3. Menggeser periode biaya atau pendapatan. Teknik ini disebut sebagai
manipulasi keputusan operasional. Contoh rekayasa periode biaya atau
pendapatan antara lain mempercepat atau menunda pengeluaran untuk
penelitian sampai periode akuntansi berikutnya, untuk promosi, kerja sama
dengan vendor untuk mempercepat atau menunda pengiriman tagihan,
pengiriman produk ke pelanggan, menjual investasi sekuritas untuk
memanipulasi tingkat laba, mengatur saat penjualan aktiva tetap yang
sudah tidak dipakai.
15
2.1.5 Komite Audit
Keberadaan komite audit pada perusahaan publik di Indonesia secara resmi
dimulai sejak bulan Juni 2000 yang ditandai dengan keluarnya Keputusan Direksi
BEJ No: Ke-315/BEJ/06/2000 perihal: Peraturan Pencatatan Efek Nomor I-A:
Tentang Ketentuan Umum Pencatatan Efek Bersifat Ekuitas di Bursa. Pada bagian
ini dinyatakan bahwa dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan perusahaan
yang baik (good corporate governance), perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia wajib memiliki komisaris independen, komite audit, sekretaris
perusahaan, keterbukaan, dan standar laporan keuangan per sektor. Pembentukan
komite audit dilakukan dengan dasar UU No.19 tahun 2003 pasal 70, yang
dijabarkan lebih lanjut dalam keputusan Bapepam No.29 tahun 2004 pasal 2.
Pembentukan tersebut berkaitan dengan review sistem pengendalian internal
perusahaan, memastikan kualitas laporan keuangan, dan meningkatkan efektivitas
fungsi audit.
Tugas komite audit berhubungan dengan kualitas laporan keuangan, karena
komite audit diharapkan dapat membantu dewan komisaris dalam pelaksanaan
tugas yaitu mengawasi atau memonitor proses pelaporan keuangan oleh
manajemen untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan (Bradbury et al.
2004). Dengan demikian, tugasnya adalah membantu dan memperkuat fungsi
dewan komisaris (atau dewan pengawas) dalam menjalankan fungsi pengawasan
(oversight) atas pelaporan keuangan, manajemen risiko, pelaksanaan audit dan
implementasi dari corporate governance di perusahaan-perusahaan.
16
Komite audit mempunyai peran yang cukup vital dalam proses terlaksananya
suatu mekanisme tata kelola perusahaan yang baik. Tentunya agar komite audit
dapat menjalankan tugasnya dengan benar dan efektif, maka diperlukan
kualifikasi-kualifikasi khusus yang memadai agar maksimal dalam menjalankan
tugas dan tanggung jawabnya (Wardhani 2010). Kualifikasi atau karakteristik dari
komite audit ini diharapkan dapat menjadi suatu dasar kepercayaan terhadap para
anggota komite audit untuk nantinya dapat bekerja maksimal dan sebaik mungkin.
Efektivitas kinerja dari komite audit dapat diukur melalui karakteristik
karakteristik yang dimiliki antara lain ukuran, independensi, aktivitas dari komite
audit, dan kompetensi yang dimiliki oleh anggota komite audit. Empat karakter ini
diidentifikasi oleh Xie et al. (2003).
a) Ukuran Komite Audit
Ukuran komite audit adalah jumlah seluruh anggota komite audit. Jumlah
anggota komite audit memiliki kaitan yang erat dengan seberapa banyak
sumber daya yang dialokasikan untuk menghadapi permasalahan yang
dihadapi perusahaan. Komite audit haruslah memiliki jumlah yang
memadai untuk mengemban tanggung jawab pengendalian dan
pengawasan aktivitas manajemen puncak.
Berdasarkan Peraturan Bapepam-LK No.IX.1.5 mengenai “Pembentukan
dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit” menyatakan bahwa
emiten atau perusahaan publik wajib memiliki komite audit. Komite audit
memiliki minimal tiga orang anggota yang terdiri dari satu orang
komisaris independen yang bertugas sebagai ketua komite audit dan dua
17
orang anggota independen dari luar perusahaan. Namun Jumlah efektif
yang direkomendasikan KNKG adalah 3-5 orang (KNKG, 2006).
b) Independensi Komite Audit
Agoes (2012), menjelaskan Independensi artinya tidak mudah dipengaruhi,
karena auditor melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum.
Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa auditor tidak dibenarkan memihak
kepada kepentingan siapa pun, sebab bagaimanapun sempurnanya
keahlian teknis yang dimiliki, auditor akan kehilangan sikap tidak
memihak yang justru sangat penting untuk mempertahankan kebebasan
pendapatanya. Pengertian independensi juga terdiri dari tiga jenis yaitu:
1) Independensi dalam penampilan (Independent In Appearance)
merupakan independensi yang selama bertugas selalu menghindari
keadaan yang dapat menyebabkan pihak lain meragukan
independensinya.
2) Independensi dalam kenyataan/fakta (Independent In Fact)
merupakan sikap auditor dalam menjalankan tugasnya selalu
mematuhi kode etik internal auditor dan professional framework of
internal auditor.
3) Independensi dalam pikiran (Independent In Mind) merupakan
sudut pandang keahlian terkait erat dengan kecakapan professional
auditor.
18
c) Frekuensi Pertemuan Komite Audit
Pertemuan komite audit adalah frekuensi pertemuan komite audit. Dalam
setiap audit committee charter yang dimiliki oleh masing-masing anggota,
komite audit akan mengadakan pertemuan untuk rapat secara periodik dan
dapat mengadakan rapat tambahan atau rapat-rapat khusus bila diperlukan.
Pertemuan secara periodik ini sebagaimana ditetapkan oleh komite audit
sendiri dan dilakukan sekurang-kurangnya sama dengan ketentuan rapat
dewan komisaris yang ditentukan dalam anggaran dasar perusahaan.
Frekuensi dan isi pertemuan tergantung pada tugas dan tanggung jawab
yang diberikan kepada komite audit. Jumlah pertemuan ditentukan
berdasarkan ukuran perusahaan dan besarnya tugas yang diberikan kepada
komite audit. Pada umumnya komite audit melakukan pertemuan tiga
sampai empat kali dalam setahun yaitu sebelum laporan keuangan
dikeluarkan, sesudah pelaksanaan audit, dan sesudah laporan keuangan
dikeluarkan, serta sebelum RUPS tahunan (Hudayati, 2000).
Komite audit juga dapat mengadakan pertemuan eksekutif dengan pihak-
pihak luar keanggotaan komite audit yang diundang sesuai dengan
keperluan atau secara periodik. Pihak-pihak luar tersebut antara lain
komisaris, manajemen senior, kepala auditor internal dan kepala auditor
eksternal.
Hasil rapat komite audit dituangkan dalam risalah rapat yang
ditandatangani oleh semua anggota komite audit. Ketua komite audit
bertanggung jawab atas agenda dan bahan-bahan pendukung yang
19
diperlukan serta wajib melaporkan aktivitas pertemuan komite audit
kepada dewan komisaris.
Pertemuan komite audit berfungsi sebagai media komunikasi formal
anggota komite audit dalam mengawasi proses corporate governance,
memastikan bahwa manajemen senior membudayakan corporate
governance, memonitor bahwa perusahaan patuh pada code of conduct,
mengerti semua pokok persoalan yang mungkin dapat mempengaruhi
kinerja keuangan atau non-keuangan perusahaan, memonitor bahwa
perusahaan patuh pada tiap undang-undang dan peraturan yang berlaku,
dan mengharuskan auditor internal melaporkan secara tertulis hasil
pemeriksaan corporate governance dan temuan lainnya (Putra, 2010).
d) Kompetensi Komite Audit
Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) Nomor: PER-211/K/JF/2010 tentang standar
kompetensi auditor bahwa: “Kompetensi auditor adalah ukuran
kemampuan minimal yang harus dimiliki auditor yang mencakup aspek
pengetahuan (knowledge), keterampilan/keahlian (skill), dan sikap perilaku
(attitude) untuk dapat melakukan tugas-tugas dalam jabatan fungsional
auditor dengan hasil baik”.
Berdasarkan keputusan diatas seorang auditor diakatakan kompeten jika
memiliki pengetahuan, keterampilan/keahlian, dan sikap perilaku yang
sesuai dengan peraturan yang telah ditentukan agar dapat melakukan
tugas-tugasnya dengan baik. Kompetensi seseorang juga memiliki
pengaruh positif terhadap pekerjaan yang dilakukannya yaitu sejauh mana
20
peran orang itu dapat dinilai sebagai individu dalam pengambilan
keputusan dan efektif dalam penyelesaian pekerjaannya.
2.1.6. Tipe Industri
Tipe industri adalah karakteristik yang dimiliki oleh perusahaan yang berkaitan
dengan bidang usaha, risiko usaha, karyawan yang dimiliki, dan lingkungan
perusahaan. Tipe industri dibedakan menjadi dua jenis, yaitu industri high-profile
dan low-profile. Anggraini (2006) menggambarkan industri yang high-profile
sebagai perusahaan yang mempunyai tingkat sensivitas yang tinggi terhadap
lingkungan (consumer visibility), tingkat risiko politik yang tinggi atau tingkat
kompetisi yang ketat. Keadaan tersebut membuat perusahaan menjadi lebih
mendapatkan sorotan oleh masyarakat luas mengenai aktivitas perusahaannya.
Sedangkan industri low-profile adalah kebalikan dari industri high-profile.
Perusahaan ini memiliki tingkat consumer visibility, tingkat risiko politik, dan
tingkat kompetisi yang rendah, sehingga tidak terlalu mendapat sorotan dari
masyarakat luas mengenai aktivitas perusahaannya meskipun dalam melakukan
aktivitasnya tersebut perusahaan melakukan kesalahan atau kegagalan pada proses
maupun hasil produksinya.
Berdasarkan penelitian Anggita (2012) dan definisi yang telah diuraikan,
penelitian ini memasukkan perusahaan yang bergerak di bidang bahan kimia,
plastik, kertas, otomotif, makanan dan minuman, rokok, farmasi, kosmetika dan
perkakas/perabotan sebagai perusahaan yang high profile. Sedangkan perusahaan
yang bergerak di bidang semen, keramik, logam, pakan hewan, kayu, mesin dan
alat berat, tekstil, alas kaki, kabel dan elektronik sebagai perusahaan low profile.
21
2.1.7. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility adalah
suatu konsep bahwa suatu organisasi memiliki berbagai bentuk tanggung jawab
terhadap seluruh pemangku kepentingannya, yang di antaranya adalah konsumen,
karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek
operasional perusahaan yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Oleh karena itu, tanggung jawab sosial perusahaan berhubungan erat dengan
pembangunan berkelanjutan, yakni suatu organisasi, terutama perusahaan, dalam
melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata
berdasarkan dampaknya dalam aspek ekonomi, misalnya tingkat keuntungan atau
deviden, tetapi juga harus menimbang dampak sosial dan lingkungan yang timbul
dari keputusannya itu, baik untuk jangka pendek maupun jangka yang lebih
panjang.
Tanggung jawab sosial perusahaan dapat dikatakan sebagai kontribusi perusahaan
terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan dengan cara manajemen dampak
(minimisasi dampak negatif dan maksimisasi dampak positif) terhadap seluruh
pemangku kepentingannya (Sumber: Wikipedia).
Program pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan merupakan investasi
demi pertumbuhan dan keberlanjutan (sustainability) perusahaan. Melalui
tanggung jawab sosial perusahaan perusahaan dapat membangun reputasinya,
seperti meningkatkan citra perusahaan maupun pemegang sahamnya, membangun
loyalitas konsumen, serta menjaga posisi merek perusahaan maupun bidang usaha
perusahaan.
22
Terdapat standar yang menjamin kesamaan bentuk secara relatif dalam praktik
pelaporan dan juga terdapat persayaratan minimum yang harus dipenuhi.
Pemerintah telah mengeluarkan regulasi yang mengatur kewajiban perusahaan
untuk mengungkapkan tanggung jawab sosial perusahaan.Kewajiban tersebut
termuat dalam Undang-undang Perseroan Terbatas No. 40 tahun 2007 Pasal 66
dan Pasal 74. Dalam pasal 66ayat (2) dijelaskan bahwa perseroan wajib
melaporkan pelaksanaan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaanselain
menyampaikan laporan keuangan. Sedangkan pasal 74 menjelaskan perusahaan
yang bidang usahanya berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan
tanggung jawab sosial dan lingkungan.Undang-undang No. 25 Tahun 2007
tentang Penanaman Modal pasal 15 (b) menyatakan bahwa setiap penanaman
modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.
Terdapat beberapa standar yang digunakan dalam mengukur pengungkapan CSR,
salah satunya adalah standar yang ditetapkan oleh Global Reporting Initiative
yaitu GRI. Standar dari GRI pun dari masa ke masa mengalami perkembangan.
Dimulai dari generasi pertama (G1) standar pelaporan pada tahun 2000 hingga
sekarang standar tersebut sudah berkembang versi demi versi menjadi G2 pada
tahun 2000, G3 pada rahun 2006, G3.1 pada tahun 2011, G4 pada Mei 2013, dan
GRI Standards (G5) terbaru yang diluncurkan sejak Tahun 2017 dengan tahun
efektif penggunaannya dimulai tahun 2018.
Standar G4 Guidelines (GRI G4) yang sampai saat ini masih diterapkan di
Indonesia dalam melakukan penilaian luas pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan (Corporate Social Responsibility) yaitu mengacu kepada indikator
23
kinerja atau item yang disebutkan dalam GRI guidelines (G4), minimal item yang
harus ada antara lain:
1. Indikator kinerja ekonomi, meliputi aspek kinerja ekonomi, keberadaan
pasar dan dampak ekonomi tidak langsung.
2. Indikator kinerja lingkungan hidup, meliputi aspek material, energi, air,
keanekaragaman hayati, emisi, effluent, dan limbah; produk dan jasa,
aspek kesesuaian, transportasi, dan aspek secara keseluruhan.
3. Indikator kinerja praktek ketenagakerjaan dan lingkungan kerja, meliputi
aspek ketenagakerjaan, hubungan tenaga kerja/manajemen, keselamatan
dan kesehatan kerja, pendidikan dan pelatihan, serta aspek
keanekaragaman dan kesempatan yang sama.
4. Indikator kinerja hak azasi manusia, meliputi aspek praktek investasi dan
pengadaaan, aspek non-diskriminasi, kebebasan berserikat dan daya tawar
kelompok, tenaga kerja anak, pegawai tetap dan kontrak, praktik
keselamatan serta hak masyarakat (adat).
5. Indikator kinerja masyarakat, meliputi aspek kemasyarakatan, kebijakan
mengenai korupsi, kebijakan umum/publik, perilaku anti persaingan, dan
aspek kesesuaian.
6. Indikator kinerja Tanggung jawab produk, yang meliputi aspek
keselamatan dan kesehatan konsumen, Labeling produk dan jasa,
komunikasi pemasaran, privasi konsumen dan aspek kesesuaian.
24
2.2. Penelitian Terdahulu
No Judul& TahunPenelitian
Peneliti Hasil Penelitian
1 Pengaruh TipeIndustri, UkuranPerusahaan,Profitabilitas,Terhadap CorporateSocial Responsibility(2011)
Purwanto Tipe industri berpengaruhsignifikan terhadappengungkapanpertanggungjawaban sosial. Halini menunjukkan bahwaperusahaan yang termasukklasifikasi high profilemengungkapkanpertanggungjawaban sosial lebihbaik.
2 Pengaruh KarakteristikPerusahaanTerhadap CorporateSocial ResponsibilityDisclosurePada PerusahaanManufakturYang Terdaftar DiBursa Efek Indonesia(2012)
Anggita Variabel tipe industri (profile)yang membedakanperusahaan menjadi low-profiledan high profileberpengaruh positif terhadapCSRD. Variabel ukuranperusahaan dan profitabilitasberpengaruh positif terhadapCSRD.
3 KarakteristikPerusahaan DanPengungkapanTanggung JawabSosial: Studi EmpirisPada Perusahaan YangTercatat Di Bursa EfekJakarta (2012)
Sembiring Penelitian ini menemukanbahwa size perusahaan, profiledan ukuran dewan komisarisberpengaruh positif terhadappengungkapan tanggung jawabsosial perusahaan.
4 Pengaruh EarningManagement DanMekanismeCorporateGovernance TerhadapPengungkapanTanggung JawabSosial PerusahaanManufakturYang Terdaftar DiBursa Efek Indonesia(2012)
Terzaghi Ukuran dewan komisaris danprofile memiliki pengaruhsignifikan tehadappengungkapan tanggung jawabsosial perusahaan. Sedangkanearning management,kepemilikan manajerial,komposisi dewan komisaris,komite audit, dan kepemilikaninstitusional tidak signifikan.
5 Pengaruh ManajemenLaba TerhadapPengungkapanTanggung Jawab
Oktafia Manajemen laba signifikanberpengaruh positif terhadappengungkapan tanggung jawabsosial. Komisaris independen,
25
Sosial PerusahaanDengan CorporateGovernance SebagaiVariabel Moderasi(2013)
Dewan direksi tidak terbuktidapat memperkuat ataumemperlemah pengaruhpengungkapan tanggung jawabsosial.
6 Pengaruh GoodCorporateGovernance terhadapNilai Perusahaanmelalui CorporateSocial Responsibility(2013)
Soedaryono, BambangdanRiduifana
Good Corporate Governanceyang berpengaruh signifikanterhadap tanggung jawab sosialperusahaan adalah rapat komiteaudit dan komite nominasi danremunerasi. Sedangkan ukurandireksi, rapat direksi dan dewankomisaris independen tidakberpengaruh signifikan terhadaptanggung jawab sosialperusahaan.
7 Pengaruh ManajemenLaba TerhadapPengungkapanCorporate SocialResponsibility:Variabel AntesedenDan VariabelModerasi (2015)
Mustika,Sari danAzhar
Kualitas audit dapat mengurangikecenderuangan manajemenlaba. manajemen lababerpengaruh positif terhadappengungkapan CSR perusahaan
8 PengaruhIndependensi,Keahlian, FrekuensiRapat, dan JumlahAnggota Komite Auditterhadap PenerbitanSustainability ReportISRA 2008-2012(2015)
Risty,Ilyona danSany
Frekuensi rapat dan total asetyang menunjukkan adanyapengaruh terhadap penerbitansustainability report.
9 Pengaruh ManajemenLaba terhadapPengungkapanCorporate SocialResponsibility padaPerusahaanPertambangan yangListing di BEI Periode2010-2014 (2016)
Hambali,Husain danMakalalag
Manajemen laba berpengaruhsignifikan terhadappengungkapan tanggung jawabsosial, artinya semakin tinggiperusahaan melakukan praktikmanajemen laba maka semakinkonsisten suatu perusahaandalam pengungkapan CSR.
10 Faktor-Faktor yangMempengaruhiPengungkapanSustainability Report(2016)
Natalia danWahidahwati
Komite audit berpengaruhpositif terhadap tingkatpengungkapan sustainabilityreport, serta leverageberpengaruh negatif terhadap
26
tingkat pengungkapansustainability report, sedangkanprofitabilitas, likuiditas, ukuranperusahaan, aktivitas perusahaandan dewan direksi tidakberpengaruh terhadap tingkatpengungkapan sustainabilityreport.
Sumber: Jurnal-jurnal tahun 2011-2016
2.3. Kerangka Pemikiran
Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) merupakan alat untuk
mengacaukan perhatian investor atas kecurangan yang dilakukan manajemen (Sun
et al., 2010). Kecurangan tersebut dilakukan dengan melakukan manajemen laba.
Kemudian corporate governance (CG) dijadikan alat untuk melakukan
pengawasan terhadap kinerja manajemen sehingga diharapkan dapat mengurangi
tindakan manajemen yang dapat merugikan perusahaan. Manajemen laba, komite
audit, dan tipe industri sebagai variabel independen. Pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan sebagai variabel dependen. Berdasarkan permasalahan
yang tersebut, kajian teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu, berikut ini adalah
kerangka pemikiran yang dapat digambarkan dalam bentuk diagram skematik:
Gambar 2.1Kerangka Pemikiran
Pengungkapan TanggungJawab Sosial Perusahaan
Manajemen Laba
Komite Audit
Tipe Industri
27
2.4. Hipotesis Penelitian
2.4.1. Pengaruh Manajemen Laba terhadap Pengungkapan Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan
Perusahaan melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial kepada masyarakat
karena menyadari bahwa kegiatan yang dilakukan membawa dampak bagi
lingkungannya. Namun, disamping itu perusahaan yang melakukan pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan juga memiliki beberapa alasan lain, seperti
menjaga reputasi perusahaan agar semakin banyak investor tertarik atau agar
perusahaan bisa bertahan di lingkungan masyarakat sehingga tidak mengalami
penolakan.
Didasari kajian teori keagenan yang menjelaskan bahwa dengan adanya konflik
kepentingan dari prinsipal dan agen akan memunculkan praktik manajemen laba,
sedangkan praktik manajemen laba akan menghilangkan reputasi baik dari
perusahaann tersebut. Sehingga untuk mengembalikan reputasi perusahaan yaitu
dengan mencari legitimasi dari pihak luar. Pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan merupakan salah satu kegiatan perusahaan untuk mendapatkan
legitimasi. Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang konsisten
memungkinkan dijadikan alat bagi perusahaan untuk menutupi tindakan
manajemen laba dan mengalihkan perhatian investor dalam mengawasi praktik
manajemen laba yang dilakukan oleh manajer. Pernyataan tersebut didukung oleh
hasil penelitian Oktafia (2013), serta Mustika et al. (2015). Hambali et al. (2016)
Oleh karena itu, maka hipotesis pertama dari penelitian ini adalah :
H1: Manajemen laba berpengaruh positif terhadap pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan.
28
2.4.2. Pengaruh Komite Audit terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan
Komite audit merupakan suatu komite yang bekerja secara profesional dan
independen yang dibentuk oleh dewan komisaris. Jumlah rapat komite audit
dilaksanakan untuk mengevaluasi kualitas laporan keuangan dan perbaikan-
perbaikan yang perlu dilakukan (Ariningtika dan Kiswara, 2013). Dengan
semakin rutinnya komite audit melakukan pertemuan/rapat diharapkan semakin
rendah potensi para manejer untuk tidak melakukan tindakan pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan.
Berdasarkan keputusan Bapepam Nomor Kep-24/PM/2004 disebutkan bahwa
komite audit mengadakan rapat, baik rapat yang dilakukan secara internal dalam
departemen komite audit, rapat komite audit dengan direksi perusahaan serta rapat
komite audit dengan dewan komisaris sekurang-kurangnya sama dengan
ketentuan minimal rapat dewan komisaris yang ditetapkan anggaran dasar
perusahaan. Rapat dilaksanakan untuk melakukan koordinasi agar efektif dalam
menjalankan pengawasan laporan dan pelaksanaan corporate governance
perusahaan agar menjadi semakin baik (Suryono dan Prastiwi, 2011).
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Soedaryono, Bambang dan
Riduifana (2013), Risty dan Sany (2015), Natalia dan Wahidahwati (2016)
mengungkapakan bahwa komite audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pengungkapan corporate pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.Oleh
karena itu, maka hipotesis kedua dari penelitian ini adalah:
29
H2: Komite audit berpengaruh positif terhadap pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan.
2.4.3. Pengaruh Tipe Industri terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan
Tipe industri adalah karateristik yang dimiliki oleh perusahaan yang berkaitan
dengan bidang usaha, risiko usaha, karyawan yang dimiliki dan lingkungan
perusahaan.Tipe industri didefinisikan sebagai faktor potensial yang
mempengaruhi praktik pengungkapan sosial perusahaan. Perusahaan yang
memiliki dampak yang besar terhadap lingkungan dan masyarakat akan
mengungkapkan lebih banyak informasi sosial. Apabila dikaitkan dengan teori
legitimasi, hal ini dilakukan perusahaan untuk melegitimasi kegiatan operasinya
dan menurunkan tekanan dari para aktivis sosial dan lingkungan. Perusahaan yang
berorientasi pada konsumen diperkirakan akan memberikan informasi mengenai
pertanggungjawaban sosial karena hal ini akan meningkatkan image perusahaan
dan mempengaruhi penjualan.
Berdasarkan penelitian Purwanto (2011), Anggita (2012), dan Terzaghi (2012)
menyatakan bahwa praktik pengungkapan sosial kelompok industri high profile
lebih tinggi daripada kelompok industri low profile. Peneliti Sembiring (2012)
juga menggunakan variabel tipe industri yang dikelompokkan dalam industri high
profile dan low profile memberikan hasil yang signifikan. Hal tersebut
dikarenakan perusahaan yang bertipe high profile dalam melakukan aktivitasnya
banyak memodifikasi lingkungan, dan menimbulkan dampak sosial yang negatif
terhadap masyarakat, atau secara luas terhadap stakeholders-nya. Oleh karena itu,
maka hipotesis ketiga dari penelitian ini adalah :
31
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam tahun 2014-2016.
Perusahaan manufaktur digunakan sebagai sampel karena perusahaan manufaktur
melakukan operasi yang berhubungan dengan produksi barang, sehingga
perusahaan tentunya melakukan aktivitas produksi dengan memanfaatkan faktor-
faktor produksi yang diperoleh dari lingkungan. Hal ini mengindikasikan bahwa
perusahaan manufaktur lebih banyak mempunyai pengaruh terhadap lingkungan.
Pengaruh terhadap lingkungan tersebut membuat perusahaan lebih mendapatkan
sorotan oleh masyarakat luas mengenai aktivitas perusahaan yang mempunyai
dampak terhadap lingkungan.
Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
purposive sampling dengan menggunakan beberapa kriteria tertentu yang harus
dipenuhi perusahan agar dapat digunakan sebagai sampel. Kriteria pemilihan
sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Perusahaan yang digunakan sebagai sampel merupakan perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2014-
2016.
32
b. Perusahaan yang menerbitkan annual report selama tiga tahun berturut-
turut dari tahun 2014-2016 di situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI).
c. Perusahaan yang melaporkan laba atau rugi periode berjalan, serta
tanggung jawab sosial (CSR) dalam annual report-nya.
d. Perusahaan manufaktur yang memiliki data mengenai jumlah rapat komite
audit yang dilakukan selama satu tahun.
3.2. Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder merupakan sumber data
penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara.
Data sekunder dalam penelitian ini adalah laporan tahunan seluruh perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2014-2016.
Menurut sifatnya data dalam penelitian ini termasuk data kuantitatif. Data
kuantitatif adalah data yang berupa angka atau besaran tertentu yang sifatnya
pasti. Sumber data diperoleh dari dari website Bursa Efek Indonesia (BEI),
dengan mendownload melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id)
3.3. Definisi dan Pengukuran Operasional Variabel
3.3.1. Variabel Independen
3.3.1.1. Manajemen Laba
Variabel independen adalah variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi
variabel yang lain. Penelitian ini menggunakan variabel manajemen laba sebagai
variabel independen. Untuk mengukur manajemen laba dilakukan dengan
menggunakan proksi discretionary accrual dengan menggunakan Modified Jones
Model yang berdasar pada penelitian Dechow et al. (1995). Model ini dianggap
lebih baik dibanding Jones Model standar dalam mengukur kasus manajemen
33
laba. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa Modified Jones model memiliki
kemampuan terbaik dalam mendeteksi adanya earnings management dibanding
model lainnya. Model ini mengurangkan nondiscretionary accruals terhadap total
accruals sehingga diperoleh discretionary accruals.
1. Menghitung total akrual dengan menggunakan pendekatan aliran kas
(cash ƒlow approach), yaitu:
TACC = NI – CFO
Keterangan:
TACC :Total akrual perusahaanNI : Laba bersih kas dari aktivitas operasiperusahaanCFO : Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan
2. Menentukan koefisien dari regresi total akrual.
Discretionary accrual merupakan perbedaan antara total akrual
(TACC) dengan nondiscretionary accrual (NDACC). Langkah awal
untuk menentukan nondiscretionary accrual yaitu dengan melakukan
regresi sebagai berikut:
TACCit / TA it-1 = β1(1 / TAit-1) + β2(Δ REV it /T A it-1 ) +
β3(PPE it /TAit-1) + ε
Keterangan:
TACC : Total akrual perusahaanTAit-1 : Total aset perusahaan pada akhir tahun t-1Δ REV : Perubahan laba perusahaanΔ REC : Perubahan piutang bersih (net receivable) perusahaanPPE : Property, plant,and equipment (aktiva tetap) perusahaanε : Error
34
3. Menentukan nondiscretionary accrual.
Regresi yang dilakukan di (2) menghasilkan koefisienβ1, β2, β3 dan β4.
Koefisien β1, β2, β3dan β4 tersebut kemudian digunakan untuk
memprediksi nondiscretionary accrual melalui persamaan berikut:
NDACC it = βi (1 / TAit-1) + β2 ((ΔREVit - ΔRECit ) / TAit-1) +
β3 (PPEit /TAit-1) +ε
Keterangan:
NDACC : Nondiscretionary accrual perusahaan
4. Menentukan discretionary accrual
Setelah didapatkan nilai Nondiscretionary accrual, kemudian discretionary
accrual bisadihitung dengan mengurangkan total akrual (hasil perhitungan di
(1)) dengan non discretionary accrual (hasil perhitungan di (3))
DACCit = ( TACCit /TA it-1 ) – NDACC it
3.3.1.2. Komite Audit
Komite Audit merupakan Komite yang ditunjuk oleh perusahaan sebagai
penghubung antara dewan direksi dan audit ekternal, internal auditor serta anggota
independen, yang memiliki tugas untuk memberikan pengawasan auditor,
memastikan manajemen melakukan tindakan korektif yang tepat terhadap hukum
dan regulasi (Suryono dan Prastiwi, 2011). Komite audit diproksikan melalui
jumlah rapat antara anggota komite audit pada suatu perusahaan selama periode
satu tahun pada laporan tahunan perusahaan yang tercantum pada laporan tata
kelola perusahaan maupun laporan komite audit, baik itu rapat dilakukan secara
35
internal dalam departemen komite audit, rapat komite audit dengan direksi
perusahaan serta rapat komite audit dengan dewan komisaris.
RKA = ∑ Jumlah Rapat Komite Audit
3.3.1.3. Tipe Industri (profile)
Tipe industri (profile) diukur menggunakanvariabel dummy, yaitu nilai 1 untuk
perusahaan high profile dan nilai 0 untuk perusahaan low profile. Penelitian ini
menggunakan industri manufaktur sebagai populasi penelitian sehingga
perusahaan manufaktur yang termasuk dalam kategori high profile adalah
perusahaan yang bergerak di bidang bahan kimia, plastik, kertas,otomotif,
makanan dan minuman, rokok, farmasi, kosmetika dan perkakas/perabotan.
Perusahaan manufaktur yang termasuk dalam kategori low profile adalah
perusahaan yang bergerak di bidang semen, keramik, logam, pakanhewan, kayu,
mesin dan alat berat, tekstil,alas kaki, kabel dan elektronik (Anggita, 2012).
3.3.2. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh
variabel independen.Variabel dependen pada penelitian ini adalah tanggung jawab
sosial perusahaan atau disebut juga Corporate Social Responsibility (CSR) yang
diungkapkan dalam Corporate Social Responsibility index (CSRI). Adapun item-
item CSRI dalam penelitian ini didasarkan pada indikator GRI (Global Reporting
Initiative) G4. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini ada tiga kategori,
yaitu indikator kinerja ekonomi, lingkungan dan sosial.
36
Penghitungan CSRI dilakukan dengan metode dichotomous yaitu:
Skor 0 : Jika perusahaan tidak mengungkapkan item pada standar GRISkor 1 : Jika perusahaan mengungkapkan item pada standar GRI
CSRIj = Σ X ij / nj
Keterangan :
CSRIj :Corporate Social Responsibility Index perusahaan j, 0 ≤ CSRIj ≤ 1ΣXij : Jumlah item yang diungkapkan perusahaan j, ΣXij ≤ 91nj : Jumlah item yang seharusnya diungkapkan perusahaan j, nj≤ 91
3.4. Metode Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data sekunder, maka metode
yang digunakan adalah metode dokumentasi yaitu dengan cara mengumpulkan
data atau menghimpun informasi kemudian mempelajari dokumen tersebut berupa
laporan keuangan dan annual report untuk menyelesaikan masalah. Selain itu juga
menggunakan metode studi pustaka yaitu suatu cara memperoleh data dengan
membaca dan mempelajari buku-buku atau literatur yang berhubungan dengan
masalah yang dibahas dalam lingkup penelitian ini. Sebagai panduan, digunakan
instrumen penelitian berupa variabel dummy yang berisi item-item pengungkapan
pertanggungjawaban sosial dalam bentuk kertas kerja.
3.5. Metode Analisis Data
3.5.1. Uji Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat
dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, range,
kurtosis, dan kemencengan distribusi (skewness) (Ghozali, 2016). Statistik
deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan variabel-variabel dalam penelitian
ini.Variabel-variabel yang digunakan adalah pengungkapan tanggung jawab sosial
37
perusahaan sebagai variabel dependen,sertamanajemen laba, komite audit, dan
tipe industri sebagai variabel independen.
3.5.2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan untuk menguji apakah data yang diperoleh telah
memenuhi asumsi-asumsi dasar, serta untuk menghindari adanya data yang bias.
Uji asumsi klasik yang digunakan pada penelitian ini adalah uji normalitas, uji
multikolinieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.
3.5.2.1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji
t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika
asumsi ini dilanggar, maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel
kecil (Ghozali, 2016). Salah satu cara untuk menguji apakah data terdistribusi
normal atau tidak, dapat dilakukan analisis grafik dengan melihat normal
probability plot. Data terdistribusi normal atau tidak dapat dilakukan dengan
melihat sebaran titik-titik yang ada pada gambar. Apabila sebaran titik-titik
tersebut mendekati atau rapat pada garis lurus (diagonal) maka dikatakan bahwa
data terdistribusi normal, namun apabila sebaran titik-titik tersebut menjauhi garis
lurus (diagonal) maka data tidak terdistribusi normal.
3.5.2.2. Uji Multikolonieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik
38
seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen.Uji
multikoliniearitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melihat
nilai VIF (Variance Inflaction Factor) dan nilai Tolerance yang dihasilkan
melalui pengolahan data dengan bantuan software SPSS. Dasar pengambilan
keputusan pada uji multikoliniearitas dapat dilakukan dengan dua cara yakni:
1. Melihat Nilai Tolerance
Jika nilai tolerance lebih besar dari 0,10 maka mengindikasikan
tidak terjadi multikolinearitas terhadap data yang diuji.
Jika nilai tolerance lebih kecil dari 0,10 maka mengindikasikan
terjadi multikolinearitas terhadap data yang diuji.
2. Melihat Nilai VIF (Variance Inflaction factor)
Jika nilai VIF lebih kecil dari 10,00 maka mengindikasikan tidak
terjadi multikolinearitas terhadap data yang diuji.
Jika nilai VIF lebih besar dari 10,00 maka mengindikasikan terjadi
multikolinearitas terhadap data yang diuji.
3.5.2.3. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Model regresi yang baik adalah Homoskedastisitas atau tidak terjadi
Heteroskedastisitas (Ghozali, 2016).
Pada penelitian ini cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas
dilakukan melalui pengamatan grafik scatterplot, dasar pengambilan keputusan
sebagai berikut:
39
1. Jika titik-titiknya membentuk pola tertentu teratur maka diindikasikan terdapat
masalah heteroskedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titiknya menyebar di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y, maka diindikasikan tidak terdapat masalah
heteroskedastisitas.
3.5.2.4. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam regresi linier ada
autokorelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi muncul karena
observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Menurut
Ghozali (2016) untuk mendeteksi autokorelasi digunakan uji Durbin Watson (DW
test). Dasar pengambilan keputusan pada uji autikorelasi dengan menggunakan uji
DW adalah sebagai berikut :
Jika nilai DW terletak diantara dU dan (4-dU) maka koefisien
autokorelasi = 0, berarti tidak ada autokorelasi.
Jika nilai DW lebih rendah daripada dL maka koefisien autokorelasi >
0, berarti ada autokorelasi positif.
Jika nilai DW lebih besar dari (4-dL) maka koefisien autokorelasi < 0,
berarti ada autokorelasi negatif.
Jika nilai DW terletak antara dU dan dL atau DW terletak antara (4-dU)
dan (4-dL), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.
40
3.5.3. Persamaan Regresi Linier Berganda
Penelitian ini menggunakan regeresi berganda untuk menggambarkan hubungan
beberapa variabel,sehingga suatu variabel dapat diprediksikandari variabel yang
lain. Bentuk persamaan dalampenelitian ini adalah :
CSRI = α1 + β1 DACCit + β2 RKA+ β3 PROFILE + ε
Keterangan:
CSRI : Corporate Social Responsibility Indexα : Konstantaβ1 –β3 : Koefisien regresiDACCit : Manajemen laba diproksikan dengan discretionary
accrualRKA : Rapat Komite auditProfile : Tipe industriε : Error
3.5.4. Uji Hipotesis
3.5.4.1. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Uji koefisien determinasi (Adjusted R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien
determinasi antara nol (0) dan satu (1). Nilai Adjusted R2 yang kecil berarti
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen
amat terbatas. Nilai yang mendekti satu (1) berarti variabel-variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen (Ghozali, 2016).
3.5.4.2. Uji Kelayakan Model Regresi (Uji Statistik F)
Pengujian ketepatan dilakukan untuk memastikan bahwa model penelitian yang
telah dirumuskan dapat diterapkan dalam penelitian ini. Uji model dilakukan
dengan menggunakan uji F. Pengambilan keputusan dalam pengujian ini bisa
41
dilaksanakan dengan menggunakan nilai probability value (p value) maupun F
hitung. Kriteria pengambilan keputusan dalam pengujian yang menggunakan p
value atau F hitungadalah jika p value < 0,05 atau F hitung ≥ F tabel maka Ha
diterima, artinya model regresi dalam penelitian ini layak (fit) untuk digunakan
dalam penelitian. Sebaliknya, jika p value ≥ 0,05 atau F hitung < F tabel maka Ha
ditolak, artinya model regresi dalam penelitian ini tidak layak (fit) untuk
digunakan dalam penelitian (Ghozali, 2016).
3.5.4.3. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t digunakan untuk mengetahui secara parsial pengaruh masing-masing
variabel independen terhadap variabel dependen.Uji statistik t pada dasarnya
menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara
individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2016).
Penerapan uji ini didasarkan pada hipotesis nol (H0) yang akan diuji hipotesis
alternatifnya (Ha). Pengujian dilakukan dengan menggunakan tingkat signifikansi
0,05 (α = 5%). Dasar pengambilan keputusan pada uji statistik t adalah sebagai
berikut:
Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (sig < 0,05) maka hipotesis
terdukung, yang berarti secara individual variabel independen memiliki
pengaruh terhadap variabel dependen.
Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (sig > 0,05) maka hipotesis
tidak terdukung, yang berarti secara individual variabel independen
tidak memiliki pengaruh terhadap variabel dependen.
59
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Manajemen laba tidak berpengaruh positif terhadap pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan. Kesadaran manajemen akan pentingnya peran
stakeholder membuat manajemen dengan sukarela melakukan tanggung jawab
sosial perusahaan tanpa ada tujuan melakukan pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan tersebut untuk menutupi kegiatan manajemen laba.
2. Komite audit berpengaruh positif terhadap pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan. Dengan demikian, semakin banyak jumlah rapat yang
diadakan oleh komite audit, maka kualitas pengawasan akan semakin baik dan
kualitas pengungkapan informasi sosial yang dilakukan perusahaan semakin
meningkat atau semakin luas.
3. Tipe industri berpengaruh positif terhadap pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan. Dengan demikian perusahaan yang terklasifikasi sebagai
perusahaan high profile lebih baik dalam mengungkapkan tanggung jawab
sosialnya dibandingkan dengan perusahaan low profile.
60
5.2. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini yaitu:
1. Penelitian ini menggunakan tiga variabel independen yaitu manajemen laba,
komite audit, dan tipe industri. Sedangkan masih banyak faktor-faktor lainnya
yang dapat mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial pada
perusahaan, sehingga kemampuan variabel independen dalam menjelaskan
variabel dependen masih sangat terbatas.
2. Dalam penelitian ini hanya mengambil sampel dari perusahaan yang tergolong
dalam sektor manufaktur, sehingga hasil penelitian tidak dapat mewakili
kondisi seluruh perusahaan. Serta periode pengamatan yang tidak panjang,
yaitu hanya 3 periode sehingga sampel yang digunakan dalam penelitian ini
pun sedikit jumlahnya.
3. Terdapat unsur subyektivitas dalam menentukan indeks pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) karena tidak ada ketentuan baku
dalam penentuan standar.
5.3. Saran
Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat disarankan bagi peneliti selanjutnya
yaitu:
1. Menambah variabel independen lain yang dapat mempengaruhi pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.
2. Memperpanjang periode pengamatan dan memperluas kategori perusahaan
yang terdaftar di BEI agar sampel yang digunakan dapat lebih mewakili
kondisi perusahaan secara keseluruhan, sehingga bisa mendapatkan hasil
penelitian yang lebih baik.
61
3. Peneliti selanjutnya sebaiknya tidak hanya menggunakan laporan tahunan
(annual report) saja dalam memperoleh data terkait pengungkapan tanggung
jawab sosial yang dilakukan perusahaan, tetapi dapat juga memperluas cakupan
dengan melihat dari laporan yang ada di website perusahaan, media cetak dan
elektronik.
DAFTAR PUSTAKA
Adila, Wanda. 2016. Pengaruh Corporate Governance Dan KaratkeristikPerusahaan Terhadap Pengungkapan Sustainability Report (SR). ArtikelAkuntansi. Universitas Negeri Padang.
Agoes, Sukrisno. 2012 “Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan OlehAkuntan Publik”, Jilid 1, Edisi Keempat, Salemba Empat: Jakarta.
Allegrini, M., dan G. Greco. 2011. Corporate Boards, Audit Committees andVoluntary Disclosure: Evidence From Italian Listed Companies. JournalManagement Government, 26: 208-209.
Al-Shammari, B., dan Al-Sultan, W. 2010. Corporate Governance and VoluntaryDisclosure in Kuwait. International Journal of Disclosure and Governance,7(3): 262-280.
Anggita, Sari Rizkia. 2012. Pengaruh Karakteristik Perusahaan TerhadapCorporate Social Responsibility Disclosure Pada Perusahaan Manufakturyang Terdaftar di Bursah Efek Indonesia. Jurnal, Volume 1 Nomor 1,Universitas Negeri Yogyakarta.
Anggraini, Reni Retno. 2006. Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-faktoryang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam LaporanKeuangan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di BursaEfek Indonesia). Jurnal Simposium Nasional Akuntansi 9.
Aini, Nike Nur dan Nur Cahyonowati, 2011. “Pengaruh Karakteristik GoodCorporate Governance (GCG) terhadap Pengungkapan Corporate SocialResponsibility (CSR)”. Jurnal. Universitas Diponegoro.
Almilia, L.S. dan Wijayanto, D. 2007. “Pengaruh Environmental Performancedan Environmental Disclosure Terhadap Economic Performance”. The 1stAccounting Conference 7-9 November 2007. Depok.
Ariningtika, Endang Kiswara. 2013. “Pengaruh Praktik Tata Kelola PerusahaanYang Baik Terhadap Pengungkapan Lingkungan Perusahaan (Studi EmpirisPada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek IndonesiaTahun 2010-2011)”. Diponegoro Journal Of Accounting, 2(2): 2.
Bradbury, M. E., Mak, Y. T. dan Tan, S. M. 2004. Board Characteristics, AuditCommittee Characteristics, and Abnormal Accruals. Working Paper. UnitedNew Zealand dan National University of Singapore.
Bursa Efek Indonesia. Laporan Keuangan dan Tahunan. www.idx.co.id
Chariri dan Imam Ghozali. 2007. Teori Akuntansi. Semarang: Badan PenerbitUniversitas Diponegoro.
Clarkson, M.B. (1995). A stakeholder Framework for Analyzing and EvaluatingCorporate Social Performance. Academy of Management Review, 20(1): 168-177.
Dechow, P.M., Sloan, R.G., Sweeney, A.P, 1995. Detecting EarningsManagement. The Accounting Review, 70(2): 193-225.
Deegan, C. 2002. “Introduction: The Legitimising Effect of Social andEnvironmental Disclosures - A Theoretical Foundation”. Accounting,Auditing and Accountability Journal, 5(3): 283-311.
Diba, Farah. 2012. Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Regulasi PemerintahTerhadap Pengungkapan Laporan Corporate Social Responbility (CSR) PadaLaporan Tahunan di Indonesia. Jurnal. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Fomburn, C. J., Gardberg, N. A. and Sever, J. M. (2000). The reputation quotient:a multi-stakeholder measure of corporate reputation. The Journal of BrandManagement, 7(4): 241-55.
Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI). 2002. ”Peranan DewanKomisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan Corporate Governance(Tata Kelola Perusahaan)”. FCGI. Jakarta.
Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS23. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Global Reprting Initiative. 2013. Sustainability Report Guidelines Part One.https://www.globalreporting.org/resourcelibrary/Bahasa-Indonesian-G4-Part-One.pdf . Diakses pada 15 Februari 2018.
Global Reprting Initiative. 2013. Sustainability Report Guidelines Part Two.https://www.globalreporting.org/resourcelibrary/Bahasa-Indonesian-G4-Part-Two.pdf . Diakses pada 15 Februari 2018.
Godfrey, Jayne M., Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton, dan ScottHolmes, 2010. Accounting Theory, 7th Edition. John Wiley & Sons:Australia.
Gumanti, Tatang Ari, : 2003. Motivasi di Balik Earning Management. UsahawanNo.12 TH XXXII. hh.21-26.
Hambali, Imran Rosman. Husain, Siti Pratiwi. Makalalag, Vera Marcelina. 2016.Pengaruh Manajemen Laba terhadap Pengungkapan Corporate SocialResponsibility pada Perusahaan Pertambangan yang Listing di BEI Periode2010-2014. Jurnal Simposium Nasional Akuntansi Vokasi (SNAV) 5.Makassar.
Healy P.M., & J.M. Wahlen : 1999, A Review of the Earnings managementLiterature and Its Implications for Standard Setting, Accounting Horizon,13(4): 365-383.
Hudayati, Ataina. 2000, Kunci Sukses Komite Audit. Jurnal Akuntansi danAuditing di Indonesia. Vol.4, No.1, Juni. Jakarta
Jensen, M. C.., dan W. H. Meckling. 1976. Theory of The Firm: ManajerialBehaviour, Agency Cost, and Ownership Structure”. Journal of Financial andEconomics, 3(4): 305-360.
Kakabadse, N. K., C. Rozuel, dan L. Lee-Davies. 2005. Corporate SocialResponsibility and Stakeholder Approach: A Conceptual Review.International Journal of Business Governance and Ethic 1(4): 277-302.
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG). 2006. Pedoman UmumGood Corporate Governance Indonesia. Jakarta.
Kurihama, Ryuuchiro. 2005, Corporate Social Responsibility, CorporateGovernance and Auditing in Japan, Asia in Extenso, mars publication derecherche en ligne / an on line research publication.
Martina, Veronica Theodora. 2009. Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadapPengungkapan Tanggung Jawab Sosial pada Perusahaan SektorPertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jurnal. FakultasEkonomi Universitas Gunadarma. Jakarta.
Mustika, Gita. Sari, Ria Nelly. dan Azhar, Al. 2015. Pengaruh Manajemen LabaTerhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility: VariabelAnteseden dan Variabel Moderasi. Jurnal Akuntansi Universitas Riau VIII,(3): 238-253.
Natalia, Orien dan Wahidahwati. 2016. Faktor-Faktor yang MempengaruhiTingkat Pengungkapan Sustainability Report. Jurnal Ilmu dan RisetAkuntansi . Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya.Volume 5, Nomor 11, ISSN : 2460-0585.
Oktafia, Yufenti. 2013. Pengaruh Manajemen Laba Terhadap PengungkapanTanggung Jawab Sosial Perusahaan Dengan Corporate Governance SebagaiVariabel Moderasi. E-Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Humanika. UniversitasKanjuruhan Malang. Volume 2, Nomor 2, ISSN 2089-3310.
Pearce, John A., and Robinson, Richard B. 2007. Manajemen Strategis:Formulasi Implementasi dan Pengendalian. Jakarta: Salemba Empat.
Prior, D., Surroca, J. and Tribo, J. 2008. “Are Socially Responsible ManagersReally Ethical? Exploring the Relationship Between Earnings Managementand Corporate Social Responsibility”. Journal compilation 2008. BlackwellPublishing Ltd.
Purwanto. 2011. Pengaruh Tipe Industri, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas,Terhadap Corporate Social Responsibility. Jurnal Akuntansi & Auditing.Universitas Diponegoro. 8(1): 1-94.
Putra, Akbar Rahman Bagyo. 2010. Analisis Pengaruh Karakteristik KomiteAudit Terhadap Penyajian Laba Kembali. Jurnal Pembangunan UniversitasDiponegoro.
Risty, Ilyona dan Sany. 2015. Pengaruh Independensi, Keahlian, Frekuensi Rapat,dan Jumlah Anggota Komite Audit terhadap Penerbitan Sustainability ReportISRA 2008-2012. Business Accounting Review, 3(1): 1-10.
Scott, William R, 2009. Financial Accounting Theory. Fifth Edition. Canada:Prentice Hall.
Sembiring, Eddy. 2005. Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan tanggungJawab Sosial : Study Empiris Pada Perusahaan yang tercatat di Bursa EfekJakarta. Jurnal Simposium Nasional Akuntansi VIII Solo.
Setiawati, Lilis dan Ainun Na’im. 2000. Manajemen Laba. Jurnal Ekonomi danBisnis Indonesia, 15(4): 424-441.
Soedaryono, Bambang dan Riduifana, Deri. 2013. Pengaruh Good CorporateGovernance terhadap Nilai Perusahaan melalui Corporate SocialResponsibility. Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi, Vol.13 No.1,April 2013.
Sun, N., Sakama, A., Hussainey, K and Habbash, M. 2010. CorporateEnvironmental Disclosure, Corporate Governance And EarningsManagement. Managerial Auditing Journal, 25(7): 679-700.
Suryono, Hari dan Andri Prastiwi. 2011. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan danCorporate Governance (CG) Terhadap Praktik Pengungkapan SustainabilityReport (SR)”. Simposium Nasional Akuntansi XIV Aceh. Universitas SyiahKuala Banda Aceh. Aceh.
Terzaghi, M. T. 2012. Pengaruh Earning Management dan Mekanisme CorporateGovernance Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial PerusahaanManufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonomi danInformasi Akuntansi (JENIUS), 2(1): 31-47.
Wardhani, Ratna. 2010. ”Mekanisme Corporate Governance Dalam PerusahaanYang Mengalami Permasalahan Keuangan”. Simposium Nasional AkuntansiIX.
Wikipedia. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.https://id.wikipedia.org/wiki/Tanggung_jawab_sosial_perusahaan. Diaksespada 7 November 2017.
Wild, John J., K.R. Subramanyam, dan Robert F.Halsey, 2005. Financial StatementAnalysis, Alih Bahasa Yanivi S.Bachtiar, S.Nurwahyu Harahap, Analisis LaporanKeuangan, Edisi Delapan, Buku Satu, Jakarta: PT Salemba Empat.
Xie, Biao.,Wallace N. Davidson and Peter J. Dadalt. 2003. Earning Managementand Corporate Governance: The Roles Of The Board and The AuditCommittee. Journal of Corporate Finance, Vol.9. hal. 295 -316.
Yoehana, Maretta. 2013. “Analisis Pengaruh Corporate Social Responsibilityterhadap Agresivitas Pajak.” Diponegoro Journal of Accounting, 2(2): 1-12.