25
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CORE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJARBAGI SISWA KELAS VIII SMP N 1 BANCAK KABUPATEN SEMARANG JURNAL Disusun Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika Oleh : SITI MUNAWAROH ( 202013004 ) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CORE TERHADAP …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14525/2/T1_202013004_Full... · SMP/MTs matematika adalah agar peserta didik memiliki kemampuan

  • Upload
    vudan

  • View
    220

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CORE TERHADAP …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14525/2/T1_202013004_Full... · SMP/MTs matematika adalah agar peserta didik memiliki kemampuan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CORE TERHADAP HASIL BELAJAR

MATEMATIKA DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJARBAGI

SISWA KELAS VIII SMP N 1 BANCAK KABUPATEN SEMARANG

JURNAL

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

SITI MUNAWAROH

( 202013004 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

Page 2: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CORE TERHADAP …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14525/2/T1_202013004_Full... · SMP/MTs matematika adalah agar peserta didik memiliki kemampuan
Page 3: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CORE TERHADAP …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14525/2/T1_202013004_Full... · SMP/MTs matematika adalah agar peserta didik memiliki kemampuan
Page 4: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CORE TERHADAP …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14525/2/T1_202013004_Full... · SMP/MTs matematika adalah agar peserta didik memiliki kemampuan
Page 5: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CORE TERHADAP …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14525/2/T1_202013004_Full... · SMP/MTs matematika adalah agar peserta didik memiliki kemampuan
Page 6: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CORE TERHADAP …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14525/2/T1_202013004_Full... · SMP/MTs matematika adalah agar peserta didik memiliki kemampuan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CORE TERHADAP HASIL BELAJAR

MATEMATIKA DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJARBAGI SISWA KELAS

VIII SMP NEGERI 1 BANCAK KABUPATEN SEMARANG

Siti Munawaroh1, Kriswandani

2

Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Kristen Satya WacanaJl. Diponegoro 52-60 Salatiga 50711 1Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP UKSW, email: [email protected]

2Dosen Pendidikan Matematika FKIP UKSW, email: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengetahui 1) ada atau tidaknya pengaruh

Model Pembelajaran CORE terhadap hasil belajar matematika; 2) ada atau tidaknya pengaruh

kemandirian belajar terhadap hasil belajar matematika; dan 3) ada atau tidaknya interaksi

efek Model Pembelajaran CORE dan Kemandirian Belajar terhadap hasil belajar matematika

bagi Siswa Kelas VIII SMP N 1 Bancak Kabupaten Semarang. Populasi dari penelitian ini

adalah Siswa Kelas VIII SMP N 1 Bancak Kabupaten Semarang yang terdiri dari 4 kelas.

Sampel penelitian ini diambil dengan Teknik Simple Random Sampling dan diperoleh

sampelnya adalah siswa kelas VIII A (23 siswa) dan VIII B (22 siswa) SMP N 1

Bancak.Teknik pengumpulan data menggunakan metode tes dan angket kemandirian belajar.

Teknik analisis datanya menggunakan Anava Univariate. Berdasarkan hasil penelitian

diperoleh:1) terdapat pengaruh Model Pembelajaran CORE terhadap hasil belajar matematika

Siswa Kelas VIII SMP N 1 Bancak Kabupaten Semarang dimana nilai signifikansinya

sebesar 0,026<0,05; 2) tidak terdapat pengaruh kemandirian belajar terhadap hasil belajar

matematika Siswa Kelas VIII SMP N 1 Bancak Kabupaten Semarang dengan nilai

signifikansi sebesar 0,294>0,05; dan terdapat interaksi efek Model Pembelajaran CORE dan

Kemandirian Belajar terhadap hasil belajar matematika Siswa Kelas VIII SMP N 1 Bancak

Kabupaten Semarang dengan nilai signifikansi sebesar 0,546>0,05.

Kata Kunci: Model Pembelajaran CORE, Kemandirian Belajar, Hasil Belajar Matematika.

PENDAHULUAN

Hans Freudenthal dalam Taylor dan Francis (2000:777) menyatakan bahwa matematika

sebagai kegiatan manusia, yang berarti aktivitas menyelesaikan masalah, mencari masalah,

dan juga aktifitas mengatur atau mengorganisasikan suatu persoalan. Lebih lanjut Adam dan

Hamm dalam Wijaya (2012:5) menyatakan bahwa peran dan fungsi matematika, yaitu 1)

matematika sebagai suatu cara untuk berpikir; 2) matematika sebagai suatu pemahaman

tentang pola dan hubungan; dan 3) matematika sebagai bahasa atau alat untuk komunikasi.

Belajar matematika dapat membentuk kemampuan berpikir logis, kritis, kerja keras,

keingintahuan, kemandirian dan percaya diri. Oleh karena itu matematika dipelajari sejak

tingkat pendidikan dasar hingga tingkat pendidikan tinggi.

Matematika yang dipelajari di tingkat pendidikan dasar meliputi 2 jenis yakni

matematika SD dan matematika SMP. Berdasarkan Permendiknas Nomor 22 tahun

Page 7: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CORE TERHADAP …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14525/2/T1_202013004_Full... · SMP/MTs matematika adalah agar peserta didik memiliki kemampuan

2006tentang Standar Isi menyatakan bahwa tujuan mata pelajaran matematika tingkat

SMP/MTs matematika adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1)

memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan

konsep atau alogaritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah;

2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam

membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan

matematika; 3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh;

4) mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk

memperjelas keadaan atau masalah; dan 5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika

dalam kehidupan yaitu memiliki keingintahuan, perhatian, dan minat dalam mempelajari

matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Ketercapaian dari

tujuan mata pelajaran matematika ini dapat diukur melalui capaian siswa dalam belajar yang

sering disebut dengan hasil belajar.

Abdurrahman (2009:38) berpendapat bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang

diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses

dari seseorang yang berusaha memperoleh bentuk perubahan perilaku yang relatif

menetap.Mayoritas hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika di banyak daerah di

Indonesia belum sesuai dengan harapan guru. Hal serupa juga terjadi di SMP N 1 Bancak

Kabupaten Semarang.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan Kelas VIII SMP N 1

Bancak diperoleh bahwa pada saat kegiatan pembelajaran di kelas guru masih menggunakan

model pembelajaran konvensional dengan pendekatan mekanistik dan metode ceramah. Hal

ini dasarkan pada anggapan bahwa model ini lebih mudah untuk menjelaskan materi sesuai

dengan alokasi waktu yang telah ditentukan oleh kurikulum. Model pembelajaran ini

menuntut keaktifan guru dan kurang memberikan kesempatan siswa untuk ikut terlibat aktif

dalam pembelajaran. Hal ini tampak dari sebagian besar siswa malas mengikuti pelajaran

matematika, siswa masih kesulitan dalam memahami materi, siswa sudah beranggapan bahwa

matematika itu sulit, kesadaran belajar matematika masih kurang, sering menunda atau tidak

mengerjakan tugas disekolah maupun dirumah. Proses pembelajaran seperti itu bisa

berdampak terhadap kurang maksimal dalam pencapaian hasil belajar siswa. Hal ini didukung

oleh data yang diperoleh dari nilai UAS dimana hanya terdapat 5 siswa yang mendapatkan

nilai diatas KKM, sedangkan 40 siswa nilainya masih dibawah KKM dengan nilai rata-

Page 8: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CORE TERHADAP …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14525/2/T1_202013004_Full... · SMP/MTs matematika adalah agar peserta didik memiliki kemampuan

ratanya sebesar 54,22.Tampaklah sebagian besar siswa belum tuntas dan nilai reratanya

masih jauh dibawah nilai KKM yang telah ditentukan.

Munandi dalam Rusman (2012:124) mengemukakan faktor yang mempengaruhi hasil

belajar meliputi faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi hasil

belajar meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis. Faktor fisiologis yang mempengaruhi

hasil belajar meliputi kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak

dalam keadaan cacat jasmani, sedangkan faktor psikolohgis yang mempengaruhi hasil belajar

meliputi intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat, motivasi, kognitif, daya nalar peserta didik

serta kemandirian belajar. Faktor eksternal juga turut mempengaruhi hasil belajar. Faktor

eksternal yang mempengaruhi hasil belajar meliputi faktor internal dan faktor instrumental.

Faktor lingkungan ini meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Faktor instrumental

adalah faktor yang keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar

yang diharapkan. Faktor instrumental meliputi kurikulum, sarana, guru, serta model

pembelajaran.

Model pembelajaran juga merupakan faktor eksternal yang turut mempengaruhi hasil

belajar sehingga penggunaan model pembelajaran yang tepat perlu diperhatikan. Salah satu

model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam pembelajaran dan dalam

mengkonstruksi pengetahuannya adalah Model Pembelajaran Conneting, Organizing,

Reflecting and Extending (CORE). Hal ini sesuai dengan penelitianYusuf (2014) yang

menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran CORE dapat meningkatkan hasil belajar

siswa dan peningkatannya lebih besar dari peningkatan hasil belajar siswa pada kelas control.

Dengan kata lain, Model Pembelajarna CORE berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Jacob dalam Wijayanti (2012:15) mengemukakan bahwa CORE adalah model

pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengaktifkan siswa dalam membangun

pengetahuannya. Siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri, diharuskan siswa

berinteraksi dengan lingkungannya. Sintaks Model Pembelajaran CORE adalah

Connectingyakni koneksi informasi lama-baru dan antar konsep; Organizing yakni organisasi

ideuntuk memahami materi;Reflectingyakni memikirkan kembali, mendalami, dan menggali;

dan Extending yakni mengembangkan, memperluas, menggunakan, dan menemukan

(Suyatno, 2009:67). Senada dengan pendapat diatas, Suyatno (2009:63) juga mengemukakan

langkah-langkah yang harus ditempuh pada pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran

CORE, yaitu membuka pelajaran dengan kegiatan yang manarik siswa, penyampaian konsep

lama yang akan dihubungkan dengan konsep baru (Connecting), pengorganisasian ide-ide

untuk memahami materi yang dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru (Organizing),

Page 9: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CORE TERHADAP …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14525/2/T1_202013004_Full... · SMP/MTs matematika adalah agar peserta didik memiliki kemampuan

pembagian kelompok secara heterogen, memikirkan kembali, mendalami, dan menggali

informasi yang sudah didapat dan dilaksanakan dalam kegiatan kelompok (Reflecting),

pengembangan, memperluas, menggunakan, dan menemukan melalui tugas individu dengan

mengerjakan tugas (Extending).

Model Pembelajaran CORE mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan. Menurut

Aris (2016), kelebihan Model Pembelajaran CORE adalah 1)mengembangkan keaktifan

siswa dalam pembelajaran; 2) mengembangkan dan melatih daya ingat siswa tentang suatu

konsep dalam materi pembelajaran; 3) mengembangkan daya berpikir kritis sekaligus

mengembangkan keterampilan pemecahan suatu masalah; dan 4) Memberikan pengalaman

belajar kepada siswa karena mereka banyak berperan aktif sehingga pembelajaran menjadi

bermakna. Sedangkan kelemahan Model Pembelajaran CORE adalah 1) membutuhkan

persiapan matang dari guru untuk menggunakan model ini; 2) jika siswa tidak kritis, proses

pembelajaran tidak bisa berjalan dengan lancar; 3) memerlukan banyak waktu; 4)tidak semua

materi pelajaran dapat menggunakan Model Pembelajaran CORE.

Selain model pembelajaran yang merupakan salah satu dari faktor eksternal, terdapat

faktor internal yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Salah satu jenis faktor internal

ini adalah kemandirian belajar.Kemandirian belajar berpengaruh terhadap hasil belajar. Hal

ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Tahar (2006) yang menyatakan bahwa

terdapat hubungan positif antara kemandirian belajar dengan hasil belajar.

Thoha (1996) dan Surya (2003) mendefinisikan kemandirian belajar sebagai aktivitas

belajar yang didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri dan tanggung jawab sendiri tanpa

bantuan orang lain serta mampu mempertanggung jawabkan tindakannya untuk

menggerakkan potensi dirinya mempelajari objek belajar tanpa ada tekanan atau pengaruh

asing di luar dirinya. Lebih lanjut, Basri (2000: 54) mengemukakan kemandirian belajar

siswa dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri sendiri ( endogen) dan faktor dari luar

(eksogen). Faktor endogen (internal) adalah semua pengaruh yang bersumber dari dalam

dirinya sendiri, seperti keadaan keturunan dan konstitusi tubuhnya sejak dilahirkan dengan

segala perlengkapan yang melekat padanya. Faktor eksogen (eksternal) adalah semua

keadaan atau pengaruh yang berasal dari luar dirinya, sering pula dinamakan dengan faktor

lingkungan. Lingkungan kehidupan yang dihadapi individu sangat mempengruhi

perkembangan kepribadian seseorang, baik dalam segi negative maupun positif. Lingkungan

keluarga dan masyarakat yang baik terutama dalam bidang nilai dan kebiasaan-kebiasaan

hidup akan membentuk kepribadian, termasuk pula dalam hal kemandiriannya. Selain itu,

Kartini dan Dali (2008) mengemukakan bahwa aspek kemandirian belajar meliputi: 1)

Page 10: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CORE TERHADAP …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14525/2/T1_202013004_Full... · SMP/MTs matematika adalah agar peserta didik memiliki kemampuan

mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi; 2)

memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan tugas-tugasnya; dan 3) bertanggung jawab

terhadap apa yang dilakukan.

Berdasarkan uraian masalah tersebut maka dapat dilakukan penelitian yang bertujuan

untuk: 1) mengetahui ada atau tidaknya pengaruh model pembelajaran CORE terhadap hasil

belajar matematika siswa kelas VIII SMP N 1 Bancak Kabupaten Semarang; 2) mengetahui

ada atau tidaknya pengaruh kemandirian belajar siswa terhadap hasil belajar matematika

siswa kelas VIII SMP N 1 Bancak Kabupaten Semarang; dan 3) mengetahui ada atau

tidaknya interaksi efek model pembelajaran CORE dan kemandirian belajar terhadap hasil

belajar matematikasiswa kelas VIII SMP N 1 Bancak Kabupaten Semarang.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu. Desain ini mempunyai

kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-

variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen (Sugiyono,2009). Penelitian ini

menyelidiki ada atau tidaknyapengaruh dengan cara memberikan perlakuan (treatment)

kepada kelompok eksperimen (kelompok yang diberi Model Pembelajaran CORE) dan

membandingkan dengan kelompok yang tidak diberi perlakuan (kelompok kontrol).

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP N 1 Bancak Semester 2

Tahun Ajaran 2016/2017, yaitu sebanyak 94 siswa yang terbagi dalam 4 kelas. Pengambilan

sampel pada penelitian ini menggunakan tekniksimple random sampling, yaitu pengambilan

sampel yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi.

Sampel yang diperoleh sebanyak 2 kelas yaitukelas VIII A dan VIII B. Jumlah siswa di kelas

VIII A sebanyak 23 siswa, sedangkan jumlah siswa di kelas VIII B sebanyak 22 siswa.

Sampel yang diambil kemudian ditetapkan menjadi 1 kelas sebagai kelompok eksperimen

yaitu kelas VIII B, dan 1 kelas sebagai kelompok kontrol yaitu kelas VIII A.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode tes dan metode

angket. Metode tes berupa soal posttest untuk mengukur hasil belajar siswa. Tes ini dilakukan

setelah siswa mengikuti pembelajaran pada materi lingkaran. Tes ini dilakukan baik pada

kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Instrumen yang digunakan berbentuk soal

pilihan ganda berjumlah 25 soal yang disesuaikan dengan standar kompetensi, kompetensi

dasar, serta indikator pada materi lingkaran.Metode angket sebagai alat ukur kemandirian

belajar. Angket yang digunakan adalah angket kemandirian belajar siswa dengan tipe angket

tertutup, dimana responden memilih salah satu jawaban yang tersedia. Angket kemandirian

Page 11: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CORE TERHADAP …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14525/2/T1_202013004_Full... · SMP/MTs matematika adalah agar peserta didik memiliki kemampuan

belajar terdiri dari 43 item pernyataan dengan 32 item yang valid dan 11 item yang tidak

valid.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di SMP N 1 Bancak yang terletak di Jalan KH. Wakhid Hasyim

KM 1 Desa Rejosari Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang 50772.Penelitian ini terdapat 2

kelompok data yakni kelompok data untuk kondisi awal dan kelompok data untuk kondisi

akhir. Adapun kondisi awal kedua kelas tersebut dapat dilihat sebagai berikut

A. Kondisi Awal (sebelum diberikan perlakuan)

Untuk mengetahui kemampuan awal hasil belajar matematika siswa, data nilai

pretestdiambil dari nilai ujian akhir semester 1. Data ini digunakan untuk mengetahui

keseimbangan kedua kelompok data. Uji keseimbangan dari kedua kelompok data ini dapat

dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas data. Hasil uji normalitas dan statistika

deskriptif untuk kemampuan awal adalah sebagai berikut

Tabel 1 Deskripsi Statistik Nilai Pretest

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Nilai Kelas Eksperimen 22 35 80 56.32 13.947

Nilai Kelas Kontrol 23 33 78 52.13 12.389

Valid N (listwise) 22

Berdasarkan Tabel 1 diperoleh hasil bahwa nilai rerata kelas eksperimen dan kelas kontrol

tidak jauh berbeda dimana nilai rerata kelas eksperimen sebesar 56,32 lebih tinggi daripada

nilai rerata kelas kontrol sebesar 52,13. Lebih lanjut, untuk menguji keseimbangan data dapat

digunakan uji normalitas dan uji homogenitas data. Adapun hasil uji normalitas data

diperoleh hasil sebagai berikut

Tabel 2 Uji Normalitas Pretes Siswa

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Nilai Kelas Eksperimen

Nilai Kelas Kontrol

N 22 23

Normal Parameters

a

Mean 56.32 52.13

Std. Deviation 13.947 12.389

Most Extreme Differences

Absolute .157 .177

Positive .157 .177

Negative -.142 -.079

Kolmogorov-Smirnov Z .737 .849

Asymp. Sig. (2-tailed) .650 .467

a. Test distribution is Normal.

Berdasarkan Tabel 2diperoleh perhitungan uji normalitas hasil belajar matematika

menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov Z dengan taraf signifikansi 5% menunjukkan

Page 12: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CORE TERHADAP …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14525/2/T1_202013004_Full... · SMP/MTs matematika adalah agar peserta didik memiliki kemampuan

kelas eksperimen dengan nilai signifikansi 0.650dan kelas kontrol sebesar 0,467 dimana

kedua nilai signifikan tersebut lebih dari 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data kedua

kelas berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Lebih lanjut, uji homogenitas pretest dalam penelitian ini berfungsi untuk mengetahui

apakah variansi-variansi dari populasi sama atau tidak. Hasil uji homogenitas dan analisis

uji-t nilai pretest dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3Hasil Uji Homogenitas Data Kemampuan Awal Siswa

Levene's Test

for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Differe

nce

Std.

Error

Differe

nce

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Nilai Equal

variances

assumed

1.564 .218 1.066 43 .292 4.188 3.928 -3.734 12.110

Equal

variances not

assumed

1.063 41.886 .292 4.188 3.939 -3.762 12.137

Berdasarkan Tabel 3 diperoleh hasil uji homogenitas ini menggunakan metode Levene

dengan taraf signifikansi 5% menunjukkan nilai signifikan sebesar 0.218 dimana nilai

signifikan tersebut lebih dari 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen dan kelas

kontrol berasal dari populasi yang memiliki variansi yang sama (homogen). Oleh karena telah

memenuhi uji normalitas data dan uji homogenitas data maka dapat disimpulkan kedua kelas

tersebut dalam kondisi seimbang. Untuk memperkuat hasil uji keseimbangan kedua

kelompok ini, berdasarkan hasil uji beda rerata diperoleh nilai signifikan sebesar 0.292>0.05

sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata nilai pretest antara kedua

kelas tersebut. Berdasarkan hasil uji normalitas, homogenitas, dan uji-t di atas maka

tampaklah bahwa kedua kelas tersebut memiliki kemampuan awal yang seimbang maka

dapat diberikan perlakuan yang berbeda. Kelas eksperimen diberi perlakuan berupa Model

Pembelajaran CORE sedangkan kelas kontrol diberi perlakuan berupa Model Pembelajaran

Konvensional.

B. Kondisi Akhir (setelah diberi perlakuan)

Page 13: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CORE TERHADAP …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14525/2/T1_202013004_Full... · SMP/MTs matematika adalah agar peserta didik memiliki kemampuan

Untuk mengetahui kondisi kemampuan akhir hasil belajar matematika siswa dari data

nilai posttest dan angket kemandirian belajar siswa maka dilakukan dua analisis yaitu analisis

deskriptif dan analisis inferensial. Hasil analisis deskriptif hasil nilai belajar posttest dapat

disajikan pada Tabel 4 berikut ini

Tabel 4 Deskriptif Kondisi Akhir Siswa Kelas VIII SMP N 1 Bancak

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Nilai Kelas Eksperimen 22 45.00 95.00 73.6364 16.34318

Nilai Kelas Kontrol 23 45.00 90.00 63.9130 14.37774

Valid N (listwise) 22

Berdasarkan Tabel 4 diperoleh hasil bahwa nilai rerata kelas eksperimen dan kelas kontrol

tampak jauh berbeda dimana nilai rerata kelas eksperimen sebesar 73,63 lebih tinggi daripada

nilai rerata kelas kontrol sebesar 63,91. Lebih lanjut, untuk menguji keseimbangan data dapat

digunakan uji normalitas dan uji homogenitas data.

Hasil data angket kemandirian belajar siswa diperoleh dari kelas eksperimen dan kelas

kontrol dikelompokan berdasarkan tiga kategori kemandirian belajar yaitu tinggi, sedang, dan

rendah. Penentuan interval tingkat kemandirian ditentukan menggunakan rumus skor

maksimum dikurangi skor minimum dibagi jumlah kategori, sehingga dapat dituliskan dalam

perhitungan sebagai berikut ( Supranto, 2008 ).

Tinggi : 103 ≤ skor ≤ 113

Sedang : 92≤ skor ≤ 102

Rendah : 81 ≤ skor ≤ 91

Deskripsi kategori kemandirian belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat

dilihat pada Tabel 5 sebagai berikut

Tabel 5. Kategori Kemandirian Belajar Siswa

Berdasarkan Tabel 5 diperoleh hasil bahwa dari 45 siswa pada kelas eksperimendan kelas

kontrol sebagian besar masuk kategori kemandirian belajartinggi dengan jumlah 20 siswa

diikuti dengan kategori sedang dan rendah masing-masing sebanyak 19 siswa dan 6 siswa.

Adapun hasil analisis deskriptif untuk kondisi akhir dapat dilihat dalam Tabel 6.Berdasarkan

Kelas N Banyaknya Siswa pada Kemandirian Belajar

Tinggi Sedang Rendah

Model Pembelajaran CORE 22 10 10 2

Model Pembelajaran Konvensional 23 10 9 4

Total 45 20 19 6

Page 14: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CORE TERHADAP …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14525/2/T1_202013004_Full... · SMP/MTs matematika adalah agar peserta didik memiliki kemampuan

Tabel 6diperoleh hasil bahwa pada kelas eksperimen, siswa yang memiliki kemandirian

belajar tinggi menunjukan rata-rata sebesar 77,50 lebih baik dari pada siswa yang memiliki

kemandirian belajar sedang sebesar 67,05. Sementara itu, siswa dengan kategori kemandirian

belajar rendah menunjukan rata-rata sebesar 85,00 lebih baik daripada siswa dengan kategori

tinggi maupun sedang. Sedangkan pada kelas kontrol, siswa yang memiliki kemandirian

belajar tinggi menunjukan rata-rata sebesar 65,50 lebih baik daripada rata-rata siswa dengan

kategori kemandirian belajar sedang dan rendah yang masing-masing sebesar 62,22 dan

63,75. Sedangkan nilai rerata siswa dengan kategori kemandirian belajar rendah lebih baik

daripada nilai rerata siswa dengan kategori kemandirian belajar sedang.

Tabel 6. Hasil Analisis Deskriptif Posttestdan Kemandirian Belajar

Dependent Variable:Nilai Akhir

Model Pembelajaran Kemandirian Belajar Mean Std. Deviation N

Model Pembelajaran CORE Kemandirian Belajar Tinggi 77.5000 18.44662 10

Kemandirian Belajar Sedang 67.5000 13.79412 10

Kemandirian Belajar Rendah 85.0000 7.07107 2

Total 73.6364 16.34318 22

Model Pembelajaran Konvensional

Kemandirian Belajar Tinggi 65.5000 16.06411 10

Kemandirian Belajar Sedang 62.2222 13.94433 9

Kemandirian Belajar Rendah 63.7500 14.36141 4

Total 63.9130 14.37774 23

Total Kemandirian Belajar Tinggi 71.5000 17.92528 20

Kemandirian Belajar Sedang 65.0000 13.74369 19

Kemandirian Belajar Rendah 70.8333 15.94261 6

Total 68.6667 15.96872 45

Uji beda rerata untuk membandingkan k-populasi tersebut dapat digunakan uji Analisis

Variansi Univariate. Uji prasyarat untuk Anava Univariate meliputi uji normalitas, uji

homogenitas, independensi, dan randomisasi. Untuk uji independensi data dan randomisasi

telah terpenuhi karena sampel diambil secara random dan independensi dua kelas telah

terjaga saat penelitian berlangsung. Sedangkan hasil uji normalitas data dapat dilakukan 5 uji

normalitas yakni uji normalitas data kelas eksperimen dan kelas kontrol, serta uji normalitas

data kategori kemandirian belajar tinggi, sedang maupun rendah. Adapun hasil uji normalitas

data kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat dalam Tabel 7 sedangkan uji normlaitas

data kelompok siswa kategori kemandirian belajar tinggi, sedang, dan rendah dapat dilihat

dalam Tabel 8. Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas hasil belajar matematika pada

Tabel 7 diperoleh nilai signifikan uji normalitas untuk kelas eksperimen sebesar 0,694 dan

nilai signifikan untuk kelas kontrol sebesar 0,839 dimana kedua nilai signifikan tersebut lebih

dari 0,05 sehingga disimpulkan bahwa nilai posstest matematika dari kedua kelompok berasal

Page 15: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CORE TERHADAP …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14525/2/T1_202013004_Full... · SMP/MTs matematika adalah agar peserta didik memiliki kemampuan

dari populasi yang berdistribusi normal.Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas hasil

belajar matematika pada Tabel 8 diperoleh nilai signifikan uji normalitas data kelompok

siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi sebesar 0,578 dan siswa yang mempunyai

kemandirian belajarsedang sebesar 0,897, sedangkan siswa yang mempunyai kemandirian

belajarrendah sebesar 0,842 dimana ketiga nilai signifikan tersebut lebih dari 0,05 yang

berarti untuk nilai kemampuan akhir pada kelompok siswa yang memiliki kemandirian

belajar tinggi, sedang dan rendah berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hal ini

bermakna bahwa syarat uji normalitas telah terpenuhi

Tabel 7. Uji Normalitas PosttestKelas Eksperimen dan Kontrol

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Nilai Kelas Eksperimen

Nilai Kelas Kontrol

N 22 23

Normal Parametersa Mean 73.6364 63.9130

Std. Deviation 16.34318 14.37774

Most Extreme Differences

Absolute .152 .129

Positive .110 .129

Negative -.152 -.099

Kolmogorov-Smirnov Z .711 .619

Asymp. Sig. (2-tailed) .694 .839

a. Test distribution is Normal.

Tabel 8. Uji Normalitas Posstest Siswa Kategori Kemandirian Belajar Tinggi, Sedang

dan Rendah

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Nilai Kelompok Kemandirian Belajar Tinggi

Nilai Kelompok Kemandirian

Belajar Sedang

Nilai Kelompok Kemandirian

Belajar Rendah

N 20 19 6

Normal Parametersa Mean 71.5000 65.0000 70.8333

Std. Deviation 17.92528 13.74369 15.94261

Most Extreme Differences

Absolute .174 .132 .252

Positive .171 .132 .252

Negative -.174 -.095 -.217

Kolmogorov-Smirnov Z .780 .574 .616

Asymp. Sig. (2-tailed) .578 .897 .842

a. Test distribution is Normal.

Page 16: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CORE TERHADAP …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14525/2/T1_202013004_Full... · SMP/MTs matematika adalah agar peserta didik memiliki kemampuan

Selanjutnya untuk uji homogenitas data menggunakan data posstest siswa kelas

eksperimen dan kelas kontrol serta data nilai posttest untuk siswa yang mempunyai kategori

kemandirian belajar tinggi,sedang dan rendah. Hasil uji homogenitas data posttest antara

kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini

Tabel 9. Hasil Uji Homogenitas Data Postest Kelas Eksperimen dan Kontrol

Nilai Akhir

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.767 1 43 .386

Berdasarkan hasil uji homogenitas data pada Tabel 9 menunjukkan bahwa nilai signifikan

0,38>0,05 sehingga hasil belajar matematika dari kedua kelas antara kelas eksperimen dan

kontrol mempunyai variansi yang sama (homogen). Selanjutnya uji homogenitas data posstest

kelompok siswa yang mempunyai kemandirian belajar dapat dilihat pada Tabel 10 berikut

Tabel 10. Hasil Uji Homogenitas Posttest Siswa Kategori Kemandirian Belajar

Tinggi,Sedang dan Rendah

Nilai Akhir

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.951 2 42 .155

Hasil uji homogenitas postest kemandirian belajar siswa pada Tabel 10 menunjukan bahwa

nilai signifikan 0,155>0,05 yang artinya bahwa ketiga kelompok siswa kategori kemandirian

belajar siswa antara tinggi, sedang dan rendah memiliki variansi yang sama (homogen). Oleh

karena telah memenuhi semua persyaratan uji anava maka dapat dilakukan uji Anava

Univariate. Adapun hasil uji anava univariate dua jalan dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Hasil Uji Anava Dua Jalan

Dependent Variable:Nilai Akhir

Source Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig. Partial Eta Squared

Corrected Model 1898.194a 5 379.639 1.588 .186 .169

Intercept 152990.383 1 152990.383 640.072 .000 .943

KodeMP 1278.422 1 1278.422 5.349 .026 .121

KodeKB 603.658 2 301.829 1.263 .294 .061

kodeMP * kodeKB 293.753 2 146.877 .614 .546 .031

Error 9321.806 39 239.021

Total 223400.000 45

Corrected Total 11220.000 44

a. R Squared = ,169 (Adjusted R Squared = ,063)

Page 17: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CORE TERHADAP …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14525/2/T1_202013004_Full... · SMP/MTs matematika adalah agar peserta didik memiliki kemampuan

Berdasarkan Tabel 11 diperoleh hasil dari uji Anava adalah sebagai berikut:

1. Pada baris model pembelajaran diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,026 < 0,05 yang

berarti terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas

kontrol. Hal didukung nilai rerata kelas eksperimen sebesar 73,63 lebih baik daripada

nilai rerata kelas kontrol sebesar 63,91. Hal ini bermakna terdapat perbedaan dari kedua

nilai tersebut sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh Model Pembelajaran

CORE terhadap hasil belajar matematika bagi Siswa Kelas VIII SMP N 1 Bancak

Kabupaten Semarang.

2. Pada baris kemandirian belajar diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,294 > 0,05 yang

berarti tidak terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar antara siswa yang mempunyai

kategori kemandirian belajar tinggi, sedang, dan rendah. Hal didukung nilai rerata siswa

yang mempunyai kategori kemandirian belajar tinggi sebesar 71,5; nilai rerata siswa

yang mempunyai kategori kemandirian belajar sedang 65 serta nilai rerata siswa yang

mempunyai kategori kemandirian belajar rendah 70,83. Berdasarkan nilai rerata untuk

masing-masing kelompok kemandirian belajar tersebut maka tampaklah bahwa nilai

rerata siswa yang mempunyai kategori kemandirian belajar tinggi lebih baik daripada

nilai rerata siswa yang mempunyai kategori kemandirian belajar sedang maupun rendah

serta nilai rerata siswa yang mempunyai kategori kemandirian belajar rendah lebih baik

daripada nilai rerata siswa yang mempunyai kategori kemandirian belajar sedang.

Perbedaan ketiga nilai rerata tersebut tidaklah besar sehingga dapat dikatakan bahwa

tidak terdapat perbedaan nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi,

sedang maupun rendah. Hal ini bermakna bahwa tidak terdapat pengaruhKemandirian

Belajar terhadap hasil belajar matematika bagi Siswa Kelas VIII SMP N 1 Bancak

Kabupaten Semarang.

3. Pada baris kelas*kemandirian belajar diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,552 > 0,05

sehingga dapat diputuskan bahwa terdapat interaksi efek Model Pembelajaran CORE

dan Kemandirian Belajar terhadap hasil belajar matematika Siswa Kelas VIII SMP N 1

Bancak Kabupaten Semarang. Hal ini bermakna terdapat ketidakkonsistenan pengaruh

model pembelajaran dan kemandirian belajar terhadap hasil belajar siswa.

Ketidakkonsistenan pengaruh model pembelajaran dan kemandirian belajar terhadap

hasil belajar siswa digambarkan dalam grafik berikut:

Page 18: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CORE TERHADAP …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14525/2/T1_202013004_Full... · SMP/MTs matematika adalah agar peserta didik memiliki kemampuan

Grafik 1.Rerata Marginal berdasarkan Jenis

Model Pembelajaran

Grafik 2.Rerata Marginal berdasarkan

Tingkat Kemandirian Belajar

Hasil pengujian Anava Univariate 2 jalan diatas maka dapat dilakukan uji lanjut Pasca Anava

dan diperoleh hasil sebagai berikut

Tabel 12. Hasil Uji Lanjut Pasca Anava Dua Jalan

Multiple Comparisons

Dependent Variable:Nilai Akhir

(I) Kemandirian Belajar

(J) Kemandirian Belajar

Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Scheffe Kemandirian Belajar Tinggi

Kemandirian Belajar Sedang

6.5000 4.95288 .431 -6.1043 19.1043

Kemandirian Belajar Rendah

.6667 7.19637 .996 -17.6469 18.9803

Kemandirian Belajar Sedang

Kemandirian Belajar Tinggi

-6.5000 4.95288 .431 -19.1043 6.1043

Kemandirian Belajar Rendah

-5.8333 7.23995 .725 -24.2578 12.5911

Kemandirian Belajar Rendah

Kemandirian Belajar Tinggi

-.6667 7.19637 .996 -18.9803 17.6469

Kemandirian Belajar Sedang

5.8333 7.23995 .725 -12.5911 24.2578

LSD Kemandirian Belajar Tinggi

Kemandirian Belajar Sedang

6.5000 4.95288 .197 -3.5182 16.5182

Kemandirian Belajar Rendah

.6667 7.19637 .927 -13.8894 15.2227

Kemandirian Belajar Sedang

Kemandirian Belajar Tinggi

-6.5000 4.95288 .197 -16.5182 3.5182

Kemandirian Belajar Rendah

-5.8333 7.23995 .425 -20.4775 8.8108

Kemandirian Belajar Rendah

Kemandirian Belajar Tinggi

-.6667 7.19637 .927 -15.2227 13.8894

Kemandirian Belajar Sedang

5.8333 7.23995 .425 -8.8108 20.4775

Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 239,021.

Page 19: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CORE TERHADAP …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14525/2/T1_202013004_Full... · SMP/MTs matematika adalah agar peserta didik memiliki kemampuan

Berdasarkan uji Anava dan uji pasca Anava diatas dapat dilihat beberapa makna yakni

1. Nilai rerata kelas eksperimen lebih baik daripada nilai rerata kelas kontrol baik bagi

siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi, sedang, maupun rendah.

2. Nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi lebih baik daripada nilai

rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar sedang, serta nilai rerata siswa yang

mempunyai kemandirian belajar rendah lebih baik daripada nilai rerata siswa yang

mempunyai kemandirian belajar tinggi dan sedang. Kondisi ini berlaku di kelas

eksperimen dimana nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi

sebesar 77,5; nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar sedang sebesar

67,5; serta nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar rendah sebesar 85.

3. Berbeda dengan kondisi kelas eksperimen, kondisi kelas kontrol adalah nilai rerata

siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi lebih baik daripada nilai rerata siswa

yang mempunyai kemandirian belajar sedang dan rendah, serta nilai rerata siswa yang

mempunyai kemandirian belajar rendah lebih baik daripada nilai rerata siswa yang

mempunyai kemandirian belajar sedang. Kondisi ini berlaku di kelas kontrol dimana

nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi sebesar 65,5; nilai rerata

siswa yang mempunyai kemandirian belajar sedang sebesar 62,22; serta nilai rerata

siswa yang mempunyai kemandirian belajar rendah sebesar 63,75.

4. Baik di kelas eksperimen maupun kelas kontrol, nilai rerata siswa yang mempunyai

kemandirian belajar tinggi lebih baik daripada nilai rerata siswa yang mempunyai

kemandirian belajar sedang serta nilai rerata terendah dicapai oleh siswa yang

mempunyai kemandirian belajar sedang. Hal ini disebabkan pada saat pembelajaran

siswa yang mempunyai tingkat kemandirian belajar tinggi, siswa ini aktif mengerjakan

soal di LKStetapi kelemahannya siswa ini mengerjakan sendiri tanpa mau berdiskusi

dengan teman kelompoknya, dan ketika masih ada kekeliruan siswa ini cenderung tidak

mau bertanya karena siswa dengan tingkat kemandirian belajar tinggi merasa benar dan

sudah bisa. Sedangkan siswa dengan tingkat kemandirian belajar sedang cenderung

pasif, karena pada saat diskusi kelompok siswa hanya diam dan melihat temannnya

ketika mengerjakan LKS tanpa mau ikut mengerjakan sehingga berdampak pada hasil

belajar yang diperoleh.Bagi siswa yang mempunyai tingkat kemandirian belajar rendah

siswa mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, sehingga siswa lebih aktif bertanya dan

mencari tahu tentang apa yang belum dipahaminya. Siswa yang mempunyai tingkat

kemandirian belajar rendahmerasa dirinya belum mampu dan masih membutuhkan

bantuan dari orang lain.

Page 20: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CORE TERHADAP …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14525/2/T1_202013004_Full... · SMP/MTs matematika adalah agar peserta didik memiliki kemampuan

5. Nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi lebih baik daripada nilai

rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar sedang maupun rendah dimana

kondisi ini berlaku di kelas kontrol.

6. Nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar rendah lebih baik daripada nilai

rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar sedang maupun tinggi dimana

kondisi ini berlaku di kelas eksperimen

7. Nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar rendah lebih baik daripada nilai

rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar sedang dimana kondisi ini berlaku di

kelas eksperimen maupun kelas kontrol.

8. Dalam kelas eksperimen, nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar

rendah mencapai nilai rerata terbaik dibandingkan siswa yang mempunyai tingkat

kemandirian yang lainnya sedangkan di kelas kontrol, nilai rerata siswa yang

mempunyai kemandirian yang tinggi mencapai nilai rerata yang terbaik dibandingkan

dengan siswa yang mempunyai tingkat kemandirian yang lainnya. Hal ini

bermaknapada kelas eksperimen,siswa dengan tingkat kemandirian belajar rendah

memperoleh hasil belajar yang baik dibandingkan siswa dengan tingkat kemadirian

belajar lainnya karena saat pembelajaran siswa yang mempunyai kemandirian belajar

rendah lebih aktif bertanya dan mencari tahu tentang apa yang belum dipahaminya.

Siswa yang mempunyai kemandirian belajar rendah merasa dirinya belum mampu dan

masih membutuhkan bantuan dari orang lain. Berbeda dengan kelas kontrol, hasil

belajar yang baik diperoleh siswa dengan tingkat kemandirian belajar tinggi, hal ini

dikarenakan siswa dengan tingkat kemandirian belajar tinggi lebih aktif mengerjakan

soal yang diberikan oleh guru dibandingkan siswa dengan tingkat kemandirian belajar

lainnya.

9. Meskipun terdapat perbedaan nilai rerata untuk masing-masing kelompok siswa yang

mempunyai kemandirian belajar tinggi, sedang, dan rendah di kelas eksperimen

maupun kelas kontrol maka berdasarkan hasil uji pasca anava pada Tabel 12 diperoleh

hasil bahwa tidak terdapat perbedaan nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian

belajar tinggi, sedang maupun rendah baik di kelas eksperimen maupun kelas kontrol.

10. Perbedaan efek model pembelajaran CORE dan kemandirian belajar terhadap hasil

belajar di kelas eksperimen dan kelas kontrol ini menyebabkan adanya interaksi atau

ketidakkonsistenan pengaruh Model Pembelajaran CORE dan Kemandirian Belajar

terhadap hasil belajar matematika Siswa Kelas VIII SMP N 1 Bancak Kabupaten

Semarang. Hal ini disebabkan oleh nilai rerata yang diperoleh kelas eksperimen lebih

Page 21: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CORE TERHADAP …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14525/2/T1_202013004_Full... · SMP/MTs matematika adalah agar peserta didik memiliki kemampuan

baik daripada nilai rerata kelas kontrol, baik bagi siswa yang mempunyai kemandirian

belajar tinggi, sedang, maupun rendah. Pada saat proses pembelajaran aktivitas siswa

ketika mengikuti kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran CORE mengajak

siswa untuk aktif pada kegiatan pembelajaran.Siswa aktif berdiskusi dalam kelompok,

saling mengemukakan pendapat untuk membentuk dan menyusun penyelesaian

terhadap permasalahan yang diberikan.Siswa terlihat sangat antusias ketika mengikuti

kegiatan pembelajaran, sebagian besar siswa mengacungkan tangannya ketika guru

memancing dengan pertanyaan-pertanyaan, baik saat apersepsi maupun kegiatan

reflecting (mengulang kembali) dilaksanakan.Dengan bimbingan oleh guru, siswa

mulai berani hingga akhirnya terbiasa untuk mengungkapkan pendapatnya sendiri.Hal

tersebut menunjukkan siswa merespon secara positif kegiatan pembelajaran yang

dilakukan.Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran CORE

mampu melatih daya ingat siswa tentang suatu konsep atau informasi.Berbeda halnya

dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran konvensional yang membuat

siswa lebih banyak mendengar ceramah, sehingga siswa cenderung pasif. Siswa tidak

mampu aktif mengemukakan pendapatnya secara lisan, sehingga sedikit sekali

kesempatan bagi siswa untuk mampu mengembangkan kemandirian belajarnya. Proses

pembelajaran ini, guru lebih banyak mendominasi kegiatan pembelajaran. Pemaparan

materi pelajaran dilakukan dengan ceramah yang cenderung membuat siswa cepat

bosan dan sulit memahami serta mengembangkan apa makna dari materi pelajaran,

yang secara tidak langsung akan berpengaruh pada kemandirian belajar siswa.Lebih

lanjut untuk nilai rerata yang diperoleh dari kedua kelas yaitu kelas eksperimen dan

kelas kontrol, dimana untuk kelas eksperimen siswa dengan tingkat kemandirian belajar

rendah memperoleh nilai rerata tertinggi dibandingkan dengan nilai rerata dari siswa

dengan tingkat kemandirian belajar lainnya. Sedangkan pada kelas kontrol nilai rerata

tertinggi diperoleh siswa dengan tingkat kemandirian belajar tinggi. Hal itu disebabkan

karena pada kelas eksperimen, siswa dengan tingkat kemandirian belajar rendah lebih

aktif bertanya dan aktif dalam mengerjakan LKS, sedangkan siswa dengan tingkat

kemandirian belajar tinggi aktif mengerjakan LKStetapi kelemahannya siswa ini

mengerjakan sendiri tanpa mau berdiskusi dengan teman kelompoknya, dan ketika

masih ada kekeliruan siswa ini cenderung tidak mau bertanya karena siswa dengan

tingkat kemandirian belajar tinggi merasa benar dan sudah bisa. Sedangkan siswa

dengan tingkat kemandirian belajar sedang cenderung pasif, karena pada saat diskusi

kelompok siswa hanya diam dan melihat temannnya ketika mengerjakan LKS tanpa

Page 22: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CORE TERHADAP …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14525/2/T1_202013004_Full... · SMP/MTs matematika adalah agar peserta didik memiliki kemampuan

mau ikut mengerjakan. Sedangkan pada kelas kontrol siswa yang aktif mengerjakan

soal hanya siswa yang mempunyai tingkat kemandirian belajar tinggi sedangkan yang

lain hanya meniru pekerjaan temannya. Interaksi pada penelitian ini berarti karakteristik

perbedaan antara tingkat kemandirian belajar tinggi, sedang dan rendah untuk setiap

model berbeda. Hal ini yang menyebabkan ketidakkonsistenan pengaruh Model

Pembelajaran CORE dan Kemandirian Belajar terhadap hasil belajar matematika Siswa

Kelas VIII SMP N 1 Bancak Kabupaten Semarang.

Selama proses pembelajaran dalam penelitian ini, proses pembelajaran menggunakan

model pembelajaran CORE pada kelas eksperimen menggambarkan bahwa siswa lebih aktif,

kreatif dan terlihat lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini juga didukung oleh

pendapat yang dikemukakan Yusuf (2014) yang mengemukakan bahwa model pembelajaran

CORE dapat membangkitkan motivasi dan gairah belajar siswa untuk belajar lebih giat

lagi.Yusuf (2014) juga mengemukakan bahwa pembelajaran menggunakan model CORE

dapat melibatkan siswa dalam pembelajaran sehingga siswa mengalami pengalaman

belajarnya langsung sendiri. Selain itu, Model Pembelajaran CORE membantu siswa dalam

mengingat serta mengembangkan kesiapan serta siswa dapat memperoleh pengetahuan secara

individual sehingga dapat dimengerti dan mengendap dalam pikirannya.Siswa dituntut untuk

berfikir kritis terhadap permasalahan-permasalahan yang ada atau yang diberikan oleh guru

lewat tugas kelompok sehingga siswa dalam kelompok berdiskusi satu sama lain dan saling

bertukar pikiran dan gagasan-gagasan serta saling berargumen yang menjadikan

pembelajaran pada kelas eksperimen lebih hidup dan aktif karena terjadi interaksi antara

siswa dengansiswa serta siswa dengan guru.Proses pembelajaran menggunakan Model

Pembelajaran CORE, peran guru hanya mengarahkan dan memberi pertanyaan-pertanyaan

untuk memancing pengetahuan siswa mengingat konsep lama yang akan dihubungkan pada

konsep baru, kegiatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengaktifkan siswa dalam

membangun pegetahuannya. Siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri, diharuskan

siswa berinteraksi dengan kelompoknya (Wijayanti, 2012:15). Proses pembelajaran ini tidak

membuat siswa hanya sekedar menerima informasi dari guru saja, tetapi guru hanya berperan

sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa untuk terlibat secara aktif dalam keseluruan

proses pembelajaran.

Munadi dalam Rusman (2012:124) mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi

hasil belajar meliputi faktor internal dan eksternal. Penelitian ini menemukan bahwa

kemandirian belajar sebagai salah satu faktor psikologis atau faktor internal siswa tidak turut

mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal ini berarti bahwa hasil belajar Siswa Kelas VIII SMP

Page 23: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CORE TERHADAP …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14525/2/T1_202013004_Full... · SMP/MTs matematika adalah agar peserta didik memiliki kemampuan

N 1 Bancak Kabupaten Semarang lebih dipengaruhi oleh faktor eksternal terutama pada

model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Penelitian ini menemukan bahwa Model

Pembelajaran CORE sebagai model pembelajaran yang diterapkan oleh guru juga turut

mempengaruhi hasil belajar siswa.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa

1. Nilai signifikansi pada model pembelajaran diperoleh 0,026<0,05 yang berarti terdapat

pengaruh Model Pembelajaran CORE terhadap hasil belajar matematika Siswa Kelas

VIII SMP N 1 Bancak Kabupaten Semarang

2. Nilai signifikansi pada kemandirian belajar sebesar 0,294>0,05 yang berarti tidak

terdapat pengaruh kemandirian belajar terhadap hasil belajar matematika Siswa Kelas

VIII SMP N 1 Bancak Kabupaten Semarang

3. Nilai signifikansi pada interaksi efek antara Model Pembelajaran CORE dan

Kemandirian belajar sebesar 0,546>0,05 yang berarti terdapat interaksi efek Model

Pembelajaran CORE dan Kemandirian Belajar terhadap hasil belajar matematika Siswa

Kelas VIII SMP N 1 Bancak Kabupaten Semarang. Interaksi efek dalam penelitian ini

bermakna

a. Nilai rerata kelas eksperimen lebih baik daripada nilai rerata kelas kontrol baik

bagi siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi, sedang, maupun rendah.

b. Dalam kelas eksperimen, nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar

tinggi lebih baik daripada nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar

sedang, nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar rendah lebih baik

daripada nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi dan

sedang.

c. Dalam kelas kontrol, nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar

tinggi lebih baik daripada nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar

sedang dan rendah, serta nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar

rendah lebih baik daripada nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian

belajar sedang.

d. Nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi lebih baik daripada

nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar sedang maupun rendah

dimana kondisi ini berlaku di kelas kontrol.

Page 24: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CORE TERHADAP …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14525/2/T1_202013004_Full... · SMP/MTs matematika adalah agar peserta didik memiliki kemampuan

e. Nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar rendah lebih baik

daripada nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar sedang maupun

tinggi dimana kondisi ini berlaku di kelas eksperimen

f. Nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar rendah lebih baik

daripada nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar sedang dimana

kondisi ini berlaku di kelas eksperimen maupun kelas kontrol.

g. Dalam kelas eksperimen, nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar

rendah mencapai nilai rerata terbaik dibandingkan siswa yang mempunyai tingkat

kemandirian yang lainnya sedangkan di kelas kontrol, nilai rerata siswa yang

mempunyai kemandirian yang tinggi mencapai nilai rerata yang terbaik

dibandingkan dengan siswa yang mempunyai tingkat kemandirian yang lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono.2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka

Cipta.

Aris Shoimin.2016. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013/Aris Shoimin.

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Basri, Hasan.2000. Remaja Berkualitas (Problem Remaja Dan Solusinya). Yogyakarta:

Pustaka Pelajar

Depdiknas .2006. Permendiknas No 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi. Jakarta :Depdiknas.

Kartini dan Dali Gulo, 2008. Kamus Psikologi, Bandung: Pionir Jaya.

Rusman. 2012. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer Mengembangkan

Profesionalisme Guru Abad 21. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D).

Bandung: Alfabeta.

Surya, Hendra.2003. Kiat Mengajak Anak Belajar dan Berprestasi. Jakarta: PT. Gramedia

Suyatno.2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif.(Sidoarjo:Masmedia Buana Pusaka).

Tahar,dkk. 2006. Hubungan Kemandirian Belajar Dan Hasil BelajarPada Pendidikan Jarak

Jauh. Jurnal Pendidikan Terbuka Dan Jarak Jauh. Vol 7. Universitas Terbuka

Taylor,F.2000.Hans Freudenthal:a mathematician on didactics and curriculum theory. JCS

Gravemeijer&Terwel2000, 777-796. Dipetik dari

http://dare.ubvu.vu.nl/bitstream/handle/1871/10770/JCSGravemeijer&Terwel2000.pdf;

jsessionid=627D863D3F0204A3463524058876CCF7/sequence=1.

Page 25: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CORE TERHADAP …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14525/2/T1_202013004_Full... · SMP/MTs matematika adalah agar peserta didik memiliki kemampuan

Thoha, Chabib. 1996. Kapita Selekta Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Wijaya, A.(2012). Pendidikan Matematika Realistik: Suatu Alternatif

PendekatanPembelajaran Matematika. Yogyakarata: Graha Ilmu.

Wijayanti, A. 2012. Penerapan Model Connecting, Organizing, Reflecting, Extending

(CORE) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMP. Skripsi.

Bandung: UPI.

Yusuf,dkk. (2014). Penerapan Model Pembelajaran CORE (Connecting, Organizing,

Reflecting, Dan Extending) Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep

Ekosistem Di Kelas X SMA N 1 Ciwaringin. Journal Scientiae Educatia. Vol 3. Cirebon:

Jurusan Pendidikan Biologi.