157
PENGARUH MORALITAS INDIVIDU DAN EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN (Survei pada RSU Kharisma Paramedika Wates) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi Program Studi Akuntansi Oleh: Katharina Laboure Lenni Rulliputri Kurniadewi NIM: 162114016 PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2020 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PENGARUH MORALITAS INDIVIDU DAN EFEKTIVITAS ...repository.usd.ac.id/37888/2/162114016_full.pdf-Winnie the Pooh- “Pergerakan kecil, setidaknya bergerak.” -NKCTHI- Skripsi ini ku

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • PENGARUH MORALITAS INDIVIDU DAN

    EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL

    TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN

    (Survei pada RSU Kharisma Paramedika Wates)

    S K R I P S I

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi

    Program Studi Akuntansi

    Oleh:

    Katharina Laboure Lenni Rulliputri Kurniadewi

    NIM: 162114016

    PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI

    FAKULTAS EKONOMI

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2020

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • i

    PENGARUH MORALITAS INDIVIDU DAN

    EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL

    TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN

    (Survei pada RSU Kharisma Paramedika Wates)

    S K R I P S I

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi

    Program Studi Akuntansi

    Oleh:

    Katharina Laboure Lenni Rulliputri Kurniadewi

    NIM: 162114016

    PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI

    FAKULTAS EKONOMI

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2020

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iv

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN

    “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti

    untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.”

    (Kolose 3 : 23)

    “Serahkan segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.”

    (1 Petrus 5 : 7)

    “Everyday is a new beginning. Take a deep breath, smile, and start again.”

    -Winnie the Pooh-

    “Pergerakan kecil, setidaknya bergerak.”

    -NKCTHI-

    Skripsi ini ku persembahkan kepada:

    Tuhan Yesus

    Papaku Michael Anang Rudiyanto

    Mamaku Maria Ratna Liani

    Adikku Francesca Cabrini Nadia Rulliputri

    Dosen pembimbing skripsi Ibu Firma Sulistiyowati

    Almamater

    Serta teman-temanku

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xi

    DAFTAR ISI Halaman

    HALAMAN JUDUL i

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii

    HALAMAN PENGESAHAN iii

    HALAMAN PERSEMBAHAN iv

    HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS v

    HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA TULIS vi

    HALAMAN KATA PENGANTAR vii

    HALAMAN DAFTAR ISI xi

    HALAMAN DAFTAR GAMBAR xiv

    HALAMAN DAFTAR TABEL xv

    ABSTRAK xvi

    ABSTRACK xvii

    BAB I PENDAHULUAN 1

    A. Latar Belakang 1

    B. Rumusan Masalah 6

    C. Tujuan Penelitian 6

    D. Manfaat Penelitian 6

    E. Sistematika Penulisan 7

    BAB II KAJIAN PUSTAKA 10

    A. Landasan Teori 10

    1. Kecenderungan Kecurangan 10

    a. Pengertian Kecenderungan 10

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xii

    b. Pengertian Kecurangan 10

    c. Tipe-Tipe Kecurangan 11

    d. Jenis-Jenis Kecurangan 11

    e. Indikator Pengukuran Kecenderungan Kecurangan 13

    f. Faktor Penyebab/ Pendorong Fraud 16

    2. Moralitas Individu 19

    a. Pengertian Moralitas Individu 19

    b. Fokus Utama Teori Kohlberg 20

    c. Tahap-Tahap Perkembangan Moral Kohlberg 21

    3. Efektivitas Pengendalian Internal 24

    a. Pengertian Efektivitas Pengendalian Internal 24

    b. Metode Pengendalian Internal 25

    c. Jenis-Jenis Pengendalian Internal 27

    d. Tujuan Pengendalian Internal 29

    e. Komponen Pengendalian Internal 30

    f. Keterbatasan Pengendalian Internal 31

    B. Penelitian Terdahulu 32

    C. Model Penelitian 36

    D. Hipotesis Penelitian 36

    BAB III METODE PENELITIAN 42

    A. Desain Penelitian 42

    B. Waktu dan Tempat Penelitian 42

    C. Subjek dan Objek Penelitian 43

    D. Populasi dan Sampel 43

    E. Teknik Pengumpulan Data 44

    F. Variabel Penelitian 45

    G. Teknik Analisis Data 49

    BAB IV GAMBARAN UMUM RSU KHARISMA PARAMEDIKA 53

    A. Sejarah Berdirinya RSU Kharisma Paramedika 53

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiii

    B. Visi, Misi, Tujuan, dan Motto RSU Kharisma Paramedika 54

    C. Lokasi RSU Kharisma Paramedika 55

    D. Jenis Pelayanan Kesehatan di RSU Kharisma Paramedika 55

    E. Fasilitas Pembayaran Pasien di RSU Kharisma Paramedika 57

    BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 58

    A. Deskripsi Data 58

    B. Analisis Data 62

    C. Hasil Penelitian dan Interpretasi 79

    BAB VI PENUTUP 83

    A. Kesimpulan 83

    B. Keterbatasan Penelitian 84

    C. Saran 85

    DAFTAR PUSTAKA 87

    LAMPIRAN 89

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Model Penelitian 36

    Gambar 5.1 Hasil Uji Normalitas – Histogram 71

    Gambar 5.2 Hasil Uji Normalitas – Normal Probability Plot 72

    Gambar 5.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas – Scatterplot 74

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Model Moral Kohlberg 21

    Tabel 3.1 Rincian Pertanyaan Negatif dalam Kuesioner Dilema Etika 46

    Tabel 5.1 Rincian Penyebaran dan Pengambilan Kuesioner 58

    Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 59

    Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia 59

    Tabel 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 60

    Tabel 5.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan 61

    Tabel 5.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja 62

    Tabel 5.7 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian 63

    Tabel 5.8 Analisis Deskriptif Variabel Moralitas Individu 64

    Tabel 5.9 Analisis Deskriptif Variabel Efektivitas Pengendalian Internal 64

    Tabel 5.10 Analisis Deskriptif Variabel Kecenderungan Kecurangan 65

    Tabel 5.11 Hasil Uji Validitas Data 67

    Tabel 5.12 Hasil Uji Reabilitas Data 69

    Tabel 5.13 Hasil Uji Normalitas 72

    Tabel 5.14 Hasil Uji Multikolinearitas 73

    Tabel 5.15 Hasil Uji Heteroskedastisitas 74

    Tabel 5.16 Hasil Uji F Simultan 76

    Tabel 5.17 Hasil Uji Koefisien Determinasi (Uji R2) 76

    Tabel 5.18 Hasil Uji Signifikansi Variabel (Uji t) 78

    Tabel 5.19 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda 78

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvi

    ABSTRAK

    PENGARUH MORALITAS INDIVIDU DAN EFEKTIVITAS

    PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP KECENDERUNGAN

    KECURANGAN

    (Survei pada RSU Kharisma Paramedika Wates)

    Katharina Laboure Lenni Rulliputri Kurniadewi

    NIM: 162114016

    Universitas Sanata Dharma

    Yogyakarta

    2020

    Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh moralitas individu dan

    efektivitas pengendalian internal terhadap kecenderungan kecurangan. Penelitian

    ini merupakan penelitian kuantitatif dengan survei. Populasi dalam penelitian ini

    adalah seluruh karyawan di RSU Kharisma Paramedika Wates.

    Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner dengan skala Likert

    5 (lima) poin. Teknik pengambilan sampel menggunakan sampel jenuh. Data yang

    digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Teknik analisis data yang

    digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda.

    Hasil analisis dan pembahasan dari penelitian ini menunjukkan hipotesis

    pertama (H1) diterima, artinya moralitas individu berpengaruh negatif terhadap

    kecenderungan kecurangan. Hasil analisis dan pembahasan dari hipotesis kedua

    (H2) diterima, artinya efektivitas pengendalian internal berpengaruh negatif

    terhadap kecenderungan kecurangan.

    Kata kunci: Moralitas Individu, Efektivitas Pengendalian Internal, Kecenderungan

    Kecurangan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvii

    ABSTRACK

    THE EFFECT OF INDIVIDUAL MORALITY AND EFFECTIVENESS OF

    INTERNAL CONTROL TOWARD FRAUD TENDENCIES

    (A survey at Kharisma Paramedika Wates Hospital)

    Katharina Laboure Lenni Rulliputri Kurniadewi

    NIM: 162114016

    Universitas Sanata Dharma

    Yogyakarta

    2020

    The study aims to test the effect of the individual morality and the

    effectiveness of internal control over fraud tendencies. This research is a

    quantitative study with survey method. The population in this study is all employees

    of the Kharisma Paramedika Wates Hospital.

    The research instruments used are questionnaires with a Likert 5 (five)

    points scale. The sampling techniques used are saturation sampling. The data used

    in this research are the primary data. The data analysis techniques used in this

    study are multiple linear regression analysis.

    The results of the analysis and discussion of the study indicates that the first

    hypothesis (H1) is accepted, meaning that individual morality has negative effects

    on the fraud tendencies. The result of the analysis and discussion of the second

    hypothesis (H2) are accepted, meaning that the effectiveness of internal control has

    negative effects on the fraud tendencies.

    Keywords: individual morality, effectiveness of internal control, fraud tendencies.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Dewasa ini, permasalahan mengenai berbagai praktik kecurangan (fraud) masih

    menjadi suatu kasus kejahatan yang marak terjadi dan semakin meningkat di

    beberapa negara, terutama di negara Indonesia. Pelaku fraud tidak terbatas hanya

    pada golongan atas yang memiliki jabatan tetapi juga dapat dilakukan oleh lapisan

    pegawai golongan bawah. Suatu bentuk kecenderungan dalam melakukan

    kecurangan dapat mengakibatkan kerugian bagi organisasi/ lembaga yang dikelola.

    Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) dalam Fraud Examiners Manual

    (2006) yang dikutip Karyono (2013) menjelaskan bahwa fraud merupakan suatu

    perbuatan yang berhubungan dengan tindakan yang tidak selaras dengan kondisi

    yang sebenarnya dan merupakan suatu bentuk kegiatan yang dilakukan dengan

    unsur kesengajaan yang dapat menyebabkan kerugian bagi banyak pihak, tidak

    hanya berupa kerugian finansial namun juga dapat berupa penurunan reputasi suatu

    organisasi/ lembaga tertentu.

    Suatu tindak kecurangan atau fraud dapat terjadi di sektor swasta maupun

    sektor publik. Kegiatan yang berpotensi kecurangan merupakan sebuah tindakan

    yang ilegal atau disebut sebagai tindakan yang melawan hukum, oleh sebab itu

    kecenderungan dalam melakukan suatu bentuk kecurangan erat kaitannya dengan

    etika dan moralitas yang terbentuk. Baucus (1994) dalam Puspasari (2012)

    menyatakan bahwa secara umum perilaku ilegal merupakan bagian yang tidak

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 2

    terpisahkan dari perilaku yang tidak etis dan melawan norma yang berlaku.

    Penelitian dari Hernandez dan Groot (2007) dalam Puspasari (2012)

    mengemukakan bahwa etika dan lingkungan pengendalian internal merupakan dua

    hal yang berkaitan dengan kecenderungan seseorang dalam melakukan suatu tindak

    kriminal. Dengan demikian, seseorang dapat dikatakan memiliki moralitas yang

    tinggi apabila sikap dan pola perilaku yang ditunjukkan dalam kehidupan sehari-

    hari sesuai dengan standar moralitas yang berlaku.

    Terdapat beberapa penelitian yang memiliki konsentrasi pada bidang

    moralitas dan menggunakan teori perkembangan moral untuk melakukan penelitian

    dan peninjauan lebih lanjut terkait intensitas individu dalam melakukan suatu

    tindakan yang baik/ buruk sesuai dengan nilai-nilai moral yang berlaku. Teori yang

    kerap digunakan dalam menganalisis pola perilaku dalam moralitas individu adalah

    teori yang membahas mengenai level perkembangan (penalaran) moral Kohlberg.

    Kohlberg menjelaskan berbagai hal terkait kecenderungan yang akan dimiliki oleh

    suatu individu dalam melakukan tindakan tertentu yang berkaitan dengan dilema

    etika berdasarkan level penalaran moralnya.

    Selain moralitas yang terbentuk pada setiap individu, lemahnya pengawasan

    dan pengendalian internal dalam suatu organisasi/ lembaga juga menjadi faktor

    penyebab terjadinya kecenderungan untuk melakukan kecurangan. Tunggal (1972),

    menyatakan bahwa tindakan kecurangan dapat diakibatkan dan dipengaruhi oleh

    munculnya suatu dorongan dari berbagai faktor yang mendasari timbulnya suatu

    bentuk kecenderungan untuk melakukan kecurangan yaitu adanya faktor

    kelemahan dalam efektivitas sistem pengendalian internal suatu organisasi,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 3

    moralitas yang terbentuk pada setiap individu, tingkat kejujuran karyawan yang

    cenderung rendah serta tingginya peluang dalam organisasi untuk melakukan suatu

    bentuk tindak kecurangan.

    Hery (2014) menjelaskan bahwa pengendalian internal merupakan suatu

    rangkaian atas berbagai prosedur tertentu dalam suatu organisasi yang bertujuan

    untuk melakukan pengawasan atas harta kekayaan yang dimiliki perusahaan agar

    dapat meminimalisir berbagai kemungkinan timbulnya suatu bentuk kecurangan

    yang disengaja maupun tidak sengaja dalam organisasi dengan menjamin berbagai

    informasi yang dibutuhkan secara akurat serta memastikan bahwa seluruh

    ketentuan hukum yang berlaku dapat ditaati dalam proses pengendalian internal di

    suatu organisasi. Suatu bentuk pengendalian internal yang baik dalam organisasi

    akan memungkinan organisasi tersebut melakukan pendeteksian sejak dini atas

    berbagai faktor pendorong yang berpotensi menimbulkan suatu penyimpangan di

    organisasi.

    Dari berbagai pemaparan yang telah dikemukakan, dapat ditarik kesimpulan

    bahwa suatu bentuk kecenderungan kecurangan dapat terjadi di berbagai organisasi

    tanpa terkecuali. Hal tersebut berarti bahwa tidak menutup kemungkinan fraud juga

    dapat terjadi di lingkungan organisasi sektor publik Badan Layanan Umum (BLU)

    dalam rumpun kegiatan penyediaan barang dan atau jasa yaitu Rumah Sakit.

    Penelitian yang dilakukan oleh Indonesia Corruption Watch (ICW) di bidang

    kesehatan pada tahun 2017 menyebutkan bahwa tren dalam tindakan korupsi

    dibidang kesehatan mulai beralih dari korupsi terkait dana obat-obatan bergeser dan

    semakin marak pada tindakan korupsi dalam bentuk jaminan dana kesehatan. ICW

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 4

    telah melakukan penelitian dan pemantauan terkait tindak pidana korupsi di sektor

    kesehatan pada tahun 2010-2016 dan menemukan berbagai temuan adanya

    pergeseran obyek korupsi di sektor kesehatan yang dipengaruhi oleh penerapan e-

    katalog dalam pengadaan obat. Sementara, obyek tertinggi dalam kasus korupsi

    dibidang kesehatan selama tahun 2010-2016 masih berpatokan pada pemetaan dana

    alat-alat kesehatan (Alkes). Selain itu peringkat kasus kecurangan pada obyek

    korupsi jaminan kesehatan semakin marak terjadi pasca penerapan Jaminan

    Kesehatan Nasional (JKN) oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

    Kesehatan. Menurut penelitian yang dihasilkan ICW, kasus korupsi terkait jaminan

    kesehatan semakin marak dan terus meningkat sehingga menjadikan obyek korupsi

    jaminan kesehatan terdapat pada peringkat kedua tertinggi setelah kasus korupsi

    terkait dana alat kesehatan (Alkes).

    Dalam penelitiannya, ICW menemukan adanya berbagai lembaga dibidang

    kesehatan yang melakukan tindak pidana korupsi yaitu Dinas Kesehatan dengan 97

    kasus, Rumah Sakit dengan 89 kasus, dan Kementrian Kesehatan sebanyak 12

    kasus. ICW juga mengemukakan beberapa faktor yang kerap menjadi penyebab

    terjadinya suatu tindak pidana korupsi di sektor kesehatan yaitu adanya sistem tata

    kelola anggaran kesehatan yang buruk, rendahnya transparansi dan keterbukaan

    terkait dokumen pengadaan barang dan jasa, lemahnya pengendalian terhadap

    prosedur pengadaan, serta rendahnya integritas yang dimiliki oleh pejabat yang

    berada di sektor kesehatan.

    Berdasarkan uraian di atas, peneliti menduga bahwa pengendalian internal

    dan moralitas individu yang terbentuk merupakan dua faktor yang penting dan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 5

    sangat berpengaruh terhadap kecenderungan dan indikasi terjadinya tindak

    kecurangan dalam suatu organisasi/ lembaga. Oleh sebab itu, peneliti berniat untuk

    mengetahui pengaruh dari moralitas individu dan efektivitas pengendalian internal

    terhadao kecenderungan kecurangan dalam suatu organisasi terutama di rumpun

    organisasi sektor swasta penyediaan barang dan atau jasa di Rumah Sakit Umum

    Kharisma Paramedika Wates.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 6

    B. Rumusan Masalah

    1. Bagaimana pengaruh moralitas individu terhadap kecenderungan kecurangan?

    2. Bagaimana pengaruh efektivitas pengendalian internal terhadap

    kecenderungan kecurangan?

    C. Tujuan Penelitian

    1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh yang ditimbulkan dari moralitas

    individu terhadap kecenderungan kecurangan.

    2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh yang ditimbulkan dari

    efektivitas pengendalian internal terhadap kecenderungan kecurangan.

    D. Manfaat Penelitian

    1. Bagi Organisasi

    Penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan level penalaran moral

    setiap individu dan meningkatkan efektivitas pengendalian internal yang

    terbentuk dalam organisasi agar dapat mencegah faktor-faktor yang berpotensi

    menyebabkan timbulnya suatu kecenderungan untuk melakukan kecurangan.

    2. Bagi Peneliti Selanjutnya

    Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi, pengetahuan dan

    referensi yang memadai mengenai berbagai faktor penyebab timbulnya suatu

    kecenderungan kecurangan di Instansi Kesehatan seperti Rumah Sakit.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 7

    3. Bagi Penulis

    Penelitian ini dapat menambah pengetahuan terkait pengaruh yang ditimbulkan

    antara moralitas individu dan efektivitas pengendalian internal yang terbentuk

    atas berbagai kemungkinan terjadinya suatu kecenderungan kecurangan dalam

    organisasi.

    E. Sistematika Penulisan

    Bab I Pendahuluan

    Bab I menjelaskan latar belakang permasalahan, rumusan masalah,

    tujuan penelitian, manfaat penelitian dan juga sistematika penulisan.

    Bab II Kajian Pustaka

    Bab II berisikan berbagai teori yang digunakan dan berhubungan

    dengan kecenderungan kecurangan, moralitas individu dan

    efektivitas pengendalian internal yang akan digunakan sebagai dasar

    pengambilan keputusan untuk mendukung proses penelitian sampai

    dengan pembahasan permasalahan yang akan diteliti.

    Bab III Metode Penelitian

    Bab III menjelaskan berbagai penjabaran dari desain penelitian,

    waktu dan tempat penelitian, subjek dan objek penelitian, populasi

    dan sampel, teknik pengumpulan data, variabel penelitian, hingga

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 8

    pada teknik analisis data yang digunakan dalam proses penelitian

    sampai dengan pembahasan masalah yang diteliti.

    Bab IV Gambaran Umum RSU Kharisma Paramedika

    Bab IV menjelaskan gambaran umum secara garis besar seperti

    sejarah berdirinya RSU Kharisma Paramedika, visi, misi, tujuan dan

    motto RSU Kharisma Paramedika, lokasi RSU Kharisma

    Paramedika, jenis pelayanan kesehatan di RSU Kharisma

    Paramedika, dan fasilitas pembayaran pasien di RSU Kharisma

    Paramedika.

    Bab V Analisis Data Dan Pembahasan

    Bab V berisi mengenai deskripsi data, analisis data dan juga

    pembahasan masalah yang diteliti.

    Bab VI Penutup

    Bab VI berisi tentang kesimpulan dari hasil analisis data,

    keterbatasan penelitian dan juga saran yang diberikan oleh peneliti

    bagi pihak-pihak yang mempunyai keterkaitan dengan terlaksananya

    penelitian ini.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 10

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Landasan Teori

    1. Kecenderungan Kecurangan

    a. Pengertian Kecenderungan

    Menurut Fridson (2002) Kata kecenderungan dalam kamus bahasa

    indonesia berasal dari kata cenderung. Cenderung memiliki arti tidak tegak

    lurus, condong, maupun miring ke arah yang dituju. Kecenderungan

    berarti kecondongan, kesudian, keinginan, ataupun kesukaan hati

    seseorang atas sesuatu.

    Kecenderungan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau minat

    seseorang terhadap suatu hal pada kurun waktu tertentu, namun hal

    tersebut belum terealisasikan. Kecenderungan dapat digunakan untuk

    meramalkan atau memprediksi suatu kondisi yang akan terjadi di masa

    mendatang.

    b. Pengertian Kecurangan

    Menurut Karyono (2013) Kecurangan merupakan suatu kegiatan melawan

    hukum yang bertujuan untuk mengambil maupun mencuri harta yang

    dimiliki oleh organisasi. Kecurangan dapat dilakukan oleh pihak

    manajemen maupun karyawan yang merupakan pihak internal dalam

    organisasi dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan sepihak yang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 11

    berakibat pada berkurangnya harta/ asset dalam organisasi serta dapat

    menjatuhkan reputasi organisasi yang bersangkutan.

    c. Tipe-tipe Kecurangan

    Karyono (2013: 1) menjelaskan bahwa pelaku kecurangan dapat berasal

    dari dalam organisasi (internal) maupun dari luar organisasi (eksternal).

    Kecurangan internal merupakan suatu bentuk tindakan menyimpang yang

    dilakukan oleh pihak-pihak yang memiliki kepentingan dalam organisasi

    seperti manajer dan karyawan terhadap organisasi yang bersangkutan.

    Sedangkan kecurangan eksternal merupakan suatu bentuk tindak

    kecurangan yang dilakukan oleh pihak-pihak dari luar organisasi yang

    berdampak pada kerugian organisasi yang bersangkutan.

    d. Jenis-Jenis Kecurangan

    Examination Manual 2006 dari Association of Certified Fraud Examiners

    dalam Karyono (2013: 17) mengategorikan fraud dalam tiga kategori

    utama yaitu.

    1) Kecurangan Laporan Keuangan (Fraudulent Financial Statement)

    Kecurangan dalam laporan keuangan merupakan suatu bentuk

    kesalahan dalam penyajian suatu laporan keuangan yang dilakukan

    dengan niat yang kuat secara sengaja dan bertujuan untuk menipu para

    pengguna laporan keuangan.

    Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan pengaturan laba dan

    perataan laba (income smoothing). Pengaturan laba merupakan

    tindakan yang dilakukan manajemen untuk meningkatkan maupun

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 12

    mengurangi laba yang dilaporkan sehingga dapat memenuhi tujuan

    jangka panjang perusahaan. Sedangkan perataan laba merupakan

    suatu aktivitas manajemen yang disengaja dengan melakukan

    penukaran hasil pendapatan dan beban dalam suatu entitas pada

    beberapa periode untuk membentuk suatu cadangan laba yang

    diharapkan dapat digunakan untuk mengurangi fluktuasi laba dan

    memanipulasi jumlah laba tersebut pada periopede mendatang.

    2) Penyalahgunaan Aset (Asset Misappropriation)

    Merupakan suatu bentuk kecurangan akuntansi yang erat kaitannya

    dengan kegiatan penghilangan secara sengaja atau pencurian asset

    dalam suatu entitas. Penyalahgunaan asset pada umumnya dilakukan

    oleh pegawai yang memiliki strata atau tingkatan lebih rendah dalam

    suatu entitas, namun hal tersebut tidak menutup kemungkinan juga

    dapat dilakukan oleh manajemen puncak maupun orang yang

    memiliki kedudukan lebih tinggi dalam entitas yang bersangkutan.

    3) Korupsi (Corruption)

    Secara umum korupsi merupakan suatu tindak penyalahgunaan

    kepercayaan yang berasal dari individu dan menyebabkan kerugian

    bagi beberapa pihak dengan tujuan untuk mendapatkan suatu

    keuntungan pribadi/kelompok. Suatu bentuk korupsi dapat

    digolongkan atas pertentangan kepentingan (conflict of interest),

    penyuapan (bribery), pemberian tidak sah (illegal gratuities), dan

    pemerasan ekonomi (economic exortion).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 13

    e. Indikator Pengukuran Kecenderungan Kecurangan

    Indikator yang digunakan untuk melakukan pengukuran terkait

    kecenderungan kecurangan dikutip dari upaya tata kelola pencegahan

    kecurangan menurut Tunggal (2005) yaitu.

    1) Ciptakan iklim budaya jujur, keterbukaan, dan saling membantu.

    Lingkungan pengendalian anti fraud yang efektif harus didasarkan

    pada nilai-nilai yang dianut oleh perusahaan sehingga dapat

    mendukung berbagai perilaku yang dapat diterima serta nilai-nilai

    yang dapat digunakan untuk mengatur tingkah laku/ tindakan

    individu. Nilai-nilai yang dianut tersebut akan membantu perusahaan

    dalam menciptakan budaya jujur, keterbukaan, dan saling membantu

    antar sesama individu dalam perusahaan.

    2) Proses rekrutmen yang jujur.

    Proses rekrutmen merupakan langkah awal dalam memilih dan

    memilah para calon pegawai secara ketat dan efektif untuk

    meminimalisir dan menghindari kemungkinan perusahaan dalam

    mempekerjakan pegawai yang memiliki tingkat kejujuran rendah.

    Proses rekrutmen tersebut harus dilaksanakan secara wajar dan

    jujur sehingga dapat terhindar dari tindak nepotisme serta dapat

    membangun lingkungan pengendalian yang positif. Oleh karenanya,

    hanya calon pegawai yang memenuhi ketentuan tertentu yang dapat

    diterima dan dipekerjakan dalam suatu perusahaan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 14

    3) Pelatihan fraud awareness.

    Kesadaran akan suatu tindak kecurangan tidak dapat dilakukan secara

    instan. Proses pelatihan dalam menumbuhkan kesadaran serta

    kewaspadaan terhadap kecurangan harus diimbangi dengan pelatihan

    yang disesuaikan terhadap tanggung jawab pekerjaan masing-masing

    individu.

    Pelatihan fraud awareness diharapkan mampu meningkatkan

    kualitas pegawai dalam melaksanakan berbagai tugas dan pekerjaan

    sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan agar dapat

    meminimalisir berbagai kesalahan yang timbul akibat dari faktor

    kesengajaan maupun ketidak sengajaan.

    4) Lingkup kerja yang positif.

    Lingkungan kerja yang positif mampu mengurangi kemungkinan

    terjadinya suatu kecenderungan kecurangan dalam perusahaan. Hal

    ini dapat terjadi karena dalam lingkungan yang positif, pengakuan dan

    sistem pemberian penghargaan (reward) atas hasil kerja dapat

    meningkatkan semangat kerja para pegawai sehingga dapat

    meminimalisir kemungkinan terjadinya kecenderungan untuk

    melakukan suatu bentuk kecurangan yang dapat merugikan

    perusahaan.

    5) Kode etik yang jelas, mudah dimengerti, dan ditaati.

    Kode etik merupakan suatu sistem norma, nilai dan juga aturan

    profesional tertulis dalam perusahaan dan dinyatakan dalam berbagai

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 15

    kriteria tertentu yang secara tegas menyatakan berbagai perbuatan

    benar yang diperbolehkan maupun perbuatan dilarang yang harus

    dihindari.

    Kode etik atau aturan tertulis ini harus disosialisasikan dan

    disetujui oleh semua pihak yang terlibat dalam perusahaan. Sanksi

    tegas akan diberikan terhadap berbagai pelanggaran yang dilakukan

    atas kode etik yang berlaku.

    6) Program bantuan kepada pegawai yang mendapat kesulitan.

    Kecenderungan kecurangan dapat terjadi akibat dari permasalahan

    pribadi yang dialami oleh setiap individu dalam organisasi. Berbagai

    permasalahan yang menemui jalan buntu akan mendorong

    kecenderungan individu untuk melakukan suatu bentuk tindak

    kecurangan.

    Oleh karena itu, program bantuan dan perhatian yang diberikan

    oleh perusahaan dapat meringankan beban individu yang

    bersangkutan sehingga dapat mencegah terjadinya kecenderungan

    kecurangan dan meminimalisir kerugian yang mungkin terjadi dalam

    perusahaan.

    7) Tanamkan kesan bahwa setiap tindakan kecurangan akan

    mendapatkan sanksi yang setimpal.

    Strategi yang dapat digunakan untuk mencegah terjadinya

    kecenderungan kecurangan adalah dengan menanamkan kesan bahwa

    setiap tindakan kecurangan akan mendapatkan sanksi dan efek jera

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 16

    atas perbuatannya sehingga kecenderungan untuk melakukan

    berbagai penyimpangan dapat dicegah dan diminimalisir sejak dini.

    Strategi ini memerlukan kerja sama yang kuat antar setiap

    bagian dalam perusahaan agar seluruh pegawai termasuk pembuat

    kebijakan dapat melakukan berbagai tugas dan tanggung jawab secara

    baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan bersama dalam

    perusahaan.

    f. Faktor Penyebab/ Pendorong Fraud – Fraud Diamond Theory

    1) Pengertian Fraud Diamond Theory

    Fraud diamond theory merupakan sebuah teori yang berkaitan dan

    merupakan teori penyempurnaan dari fraud triangle theory. Teori

    berlian menambahkan satu elemen dalam rumusan teori segitiga

    kecurangan yaitu elemen capability atau kemampuan. Ristianingsih

    (2017) memberikan pandangan bahwa elemen capability ini

    merupakan suatu elemen yang diyakini memiliki pengaruh yang kuat

    terhadap kecurangan (fraud) selain ketiga elemen lain yang sudah

    terdapat pada fraud triangle theory yaitu tekanan (pressure),

    kesempatan (opportunity), dan rasionalisasi (rasionalization).

    2) Elemen dalam Fraud Diamond Theory

    a) Tekanan (pressure)

    Kecurangan dapat terjadi karena adanya dorongan yang kuat pada

    karyawan (employee fraud) dan manajer (management fraud)

    yang dapat terbentuk karena adanya tekanan keuangan yang pada

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 17

    umumnya berupa dorongan untuk melakukan gaya hidup mewah

    yang tidak sesuai dengan kemampuan perolehan pendapatan yang

    tidak memadai, terikat banyak hutang, keserakahan dan berbagai

    kebutuhan yang tidak terduga. Tekanan yang lain adalah adanya

    tekanan dari lingkungan kerja yang timbul karena adanya

    perasaan tidak puas dan kurang dihargai dalam pekerjaan, selain

    itu kebiasaan buruk juga dapat menjadi pencetus terjadinya

    dorongan untuk melakukan fraud seperti kecanduan narkoba,

    obat-obatan terlarang, judi dan lain sebagainya.

    b) Kesempatan (opportunity)

    Peluang/ kesempatan yang terbuka lebar untuk melakukan suatu

    bentuk tindak kecurangan dapat dengan mudah memungkinkan

    terjadinya suatu kecenderungan untuk melakukan suatu tindak

    kecurangan. Munculnya peluang/ kesempatan dapat terjadi akibat

    dari lemahnya pengendalian internal dalam suatu organisasi

    dalam upaya untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan. Selain

    itu lemahnya sanksi dan ketidakmampuan pihak manajemen

    dalam menilai kualitas kinerja karyawan juga berpengaruh pada

    tingginya peluang untuk melakukan suatu kecurangan dalam

    organisasi.

    Elemen kesempatan ini lebih menekankan pada kasus

    penyalahgunaan wewenang sehingga elemen kesempatan

    merupakan elemen yang paling memungkinkan untuk dapat

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 18

    digunakan dalam upaya mencegah dan meminimalisir terjadinya

    risiko fraud dengan melakukan penerapan pengendalian interal

    yang efektif dalam organisasi serta melakukan deteksi sejak dini

    terhadap kecenderungan terjadinya fraud.

    c) Rasionalisasi (rasionalization)

    Rasionalisasi atau pembenaran merupakan unsur yang terpenting

    dalam kemungkinan terjadinya suatu fraud karena pelaku akan

    selalu mencari dan membuat alasan yang kuat untuk

    mendapatkan pembenaran atas tindakan yang dilakukan. Upaya

    pembenaran tersebut dapat terjadi karena pelaku merasa memiliki

    jabatan dan kekuasaan yang tinggi dalam organisasi sehingga

    merasa berhak menerima lebih banyak dari yang telah diterima,

    pelaku merasa tindakan yang dilakukan adalah tindakan yang

    wajar dan lumrah dilakukan dalam lingkungan kerjanya, pelaku

    menganggap bahwa tindakan kecurangan yang dilakukan

    memiliki tujuan yang baik.

    d) Kemampuan (capability)

    Menurut Wolfe dan Hermanson (2004) dalam Ristianingsih

    (2017) terdapat banyak kasus kecurangan yang bernominal besar

    hingga miliaran dolar. Kecurangan dalam nominal dan angka

    yang besar tidak mungkin dapat terjadi apabila tidak ada pihak

    tertentu dengan kewenangan khusus yang membuka peluang bagi

    timbulnya suatu kecurangan (fraud) dalam organisasi. Elemen

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 19

    kemampuan (capability) berkaitan erat dengan peranan pihak

    tertentu dalam suatu organisasi terutama pihak-pihak yang

    memiliki jabatan tinggi atau kapasitas khusus sehingga dapat

    menemukan berbagai celah untuk mengenali peluang dan

    memanfaatkan berbagai kesempatan yang ada untuk melakukan

    suatu tindak kecurangan (fraud) dalam organisasi yang

    bersangkutan.

    2. Moralitas Individu – Teori Kohlberg

    a. Pengertian Moralitas Individu

    Menurut Duska (1982) teori moralitas merupakan suatu bentuk

    perwujudan atas sikap dan perilaku yang ditunjukkan oleh individu

    berdasarkan norma dan nilai hukum yang berlaku sesuai dengan kondisi

    lingkungan masing-masing individu. Lebih lanjut, seorang individu

    dikatakan memiliki moralitas yang baik adalah ketika individu tersebut

    mampu hidup dengan menaati berbagai norma dan nilai hukum yang

    berlaku di lingkungannya.

    Sedangkan menurut Lawrence Kohlberg (dalam Duska, 1982)

    tahapan perkembangan teori terkait moralitas merupakan suatu bentuk

    tolok ukur dalam mengidentifikasi tinggi/ rendahnya tahapan

    perkembangan moral atas perilaku yang ditimbulkan berdasarkan level

    penalaran moral yang timbul pada setiap individu. Teori perkembangan

    moralitas individu merepresentasikan bahwa level penalaran moral yang

    dimiliki oleh setiap individu akan memengaruhi perilaku etis yang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 20

    ditimbulkan, perilaku yang ditunjukkan oleh individu dengan level

    penalaran moral tinggi akan jauh berbeda dengan individu yang memiliki

    level penalaran moral rendah dalam menghadapi suatu dilema etika. Hal

    ini menunjukkan bahwa semakin tinggi level penalaran moral individu

    akan memperkecil kemungkinan individu tersebut dalam melakukan suatu

    kecenderungan kecurangan, sebaliknya suatu kecenderungan untuk

    melakukan tindak kecurangan akan semakin tinggi ketika level penalaran

    moral yang dimiliki oleh setiap individu cenderung lebih rendah.

    Lawrence Kohlberg (dalam Duska, 1982) menyatakan bahwa setiap

    individu akan melalui berbagai tahap perkembangan moralnya dengan

    tahapan dan urutan yang sama meskipun upaya yang dilakukan oleh setiap

    individu dalam mencapai tahap perkembangan tersebut berbeda.

    b. Fokus Utama Teori Kohlberg

    Lawrence Kohlberg (dalam Duska, 1982) mengarahkan fokus

    pandangannya pada penalaran moral yang merupakan dasar dari setiap

    perilaku etis yang dilakukan oleh masing-masing individu. Kohlberg

    berasumsi bahwa sebuah kematangan moral datang dari penalaran pikiran

    yang digunakan untuk mempertimbangkan berbagai alasan kuat suatu

    individu dalam menentukan baik/ buruknya suatu tindakan.

    Hal ini diperkuat dengan pernyataan yang dikeluarkan oleh

    Kohlberg sendiri bahwa suatu bentuk kematangan moral tidak dapat

    ditentukan berdasarkan pada tingkah laku moral yang diperlihatkan pada

    setiap individu maupun pada pendapat orang lain terkait tindakan yang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 21

    dilakukan termasuk dalam tindakan yang baik/ buruk. Karena hal yang

    membedakan suatu individu telah mencapai kedewasaan dan kematangan

    dalam sikap dan pemikiran hanya dapat didasarkan pada kemampuan suatu

    individu dalam mempertimbangkan penalaran moral dengan memberikan

    berbagai penjelasan dan alasan yang masuk akal untuk menentukan baik/

    buruknya suatu tindakan yang dilakukan.

    c. Tahap-tahap Perkembangan Moral Kohlberg

    Dalam penelitiannya, Kohlberg mengidentifikasi berbagai perspektif yang

    digunakan sebagai dasar dalam penentuan tahap-tahap perkembangan

    moralnya. Duska (1982: 59) mengklasifikasikan adanya enam tahap

    perkembangan moral yang digolongkan menjadi dua tahap dan dibedakan

    dalam tiga tingkatan (level) berbeda yaitu tingkatan pra-konvensional,

    tingkatan konvensional dan tingkatan pasca-konvensional. Tabel berikut

    menunjukkan tahap perkembangan moral dalam model moral Kohlberg.

    Tabel 2.1 Model Moral Kohlberg

    Sumber: Duska (1982)

    Tingkatan Tahapan Keterangan

    3 Pasca-konvensional 6 Orientasi prinsip etika

    universal

    5 Orientasi kontrak sosial

    legalitis

    2 Konvensional 4 Orientasi hukum dan

    ketertiban

    3 Orientasi kesepakatan antar

    pribadi atau orientasi “anak

    manis”

    1 Pra-konvensional 2 Orientasi relativis

    instrumental

    1 Orientasi hukuman dan

    kepatuhan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 22

    Berdasarkan Tabel 2.1 tingkatan yang paling rendah adalah tingkat pra-

    konvensional, pada tingkatan ini kepekaan individu terhadap peraturan

    mulai terbentuk dan mulai dapat membedakan berbagai perbandingan atas

    baik/ buruk maupun benar/ salah suatu tindakan berdasarkan sudut

    pandang dari akibat yang akan ditimbulkan atas berbagai tindakan yang

    dilakukan. Tingkatan Pra-konvensional dibagi dalam dua tahap

    perkembangan yaitu.

    1) Tahap 1 – Orientasi hukuman dan kepatuhan

    Merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk menghindari hukuman

    dan berusaha untuk mematuhi hukum yang berlaku. Hal ini terjadi karena

    adanya pandangan bahwa baik/ buruknya suatu tindakan ditentukan

    berdasarkan berbagai akibat fisik yang ditimbulkan.

    2) Tahap 2 – Orientasi relativis instrumental

    Perbuatan benar pada tahap ini berorientasi pada suatu upaya untuk

    memprioritaskan kepentingan pribadi maupun orang lain dalam

    melakukan suatu tindakan. Hal tersebut dapat didasarkan pada tindakan

    yang saling menguntungkan dan bersifat timbal-balik antar individu.

    Tingkatan kedua merupakan tingkat konvensional. Pada tingkat ini

    individu akan berfokus dan mendasarkan tindakannya pada persetujuan

    dari orang sekitar maupun norma yang berlaku di masyarakat. Sikap yang

    terbentuk pada tingkat konvensional akan membentuk individu untuk

    memiliki sikap yang berorientasi pada kesetiaan, memberikan

    perlindungan, serta dapat menyesuaikan diri sesuai dengan harapan pihak-

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 23

    pihak yang bersangkutan. Terdapat dua tahap lanjutan dalam tingkatan

    konvensional yaitu.

    3) Tahap 3 – Orientasi kesepakatan antar pribadi atau orientasi “anak manis”

    Pada tahap ini individu akan mendasarkan tindakan atas persetujuan orang

    sekitar untuk mendapatkan gambaran mengenai tindakan yang baik

    berdasarkan niat dalam diri individu. Ungkapan “bermaksud baik”

    merupakan suatu hal yang penting dan merupakan hal pertama yang akan

    dipikirkan oleh setiap individu dalam memupuk niat untuk bersikap baik.

    Sedangkan ungkapan “bersikap manis” memiliki intensi yang kuat sebagai

    penentu diterimanya niat baik suatu individu dalam lingkungan yang

    bersangkutan.

    4) Tahap 4 – Orientasi hukum dan ketertiban

    Pada tahap ini individu mendasarkan tindakannya pada norma yang

    berlaku di masyarakat. Tahapan ini memungkinkan individu untuk

    senantiasa memelihara ketertiban sosial dengan menaati berbagai

    kewenangan hukum dan peraturan yang berlaku.

    Tingkatan tertinggi dalam level moral Kohlberg adalah tingkat pasca-

    konvensional. Tingkatan ini digunakan sebagai sarana untuk memahami

    serta melaksanakan berbagai nilai berlandaskan prinsip moral yang

    berlaku. Tahapan pada tingkat pasca-konvensional meliputi.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 24

    5) Tahap 5 – Orientasi kontrak sosial legalitis

    Pada tahap ini individu cenderung memahami bahwa perbuatan yang baik

    merupakan suatu tindakan yang telah diuji secara kritis dan telah

    disepakati oleh seluruh masyarakat.

    6) Tahap 6 – Orientasi prinsip etika universal

    Tahap ini berkaitan erat dengan keputusan hati nurani yang berhubungan

    dengan prinsip keadilan, pertukaran hak, keselarasan hak asasi manusia

    dan penghormatan atas martabat manusia meskipun hal tersebut

    bertentangan dengan hukum yang berlaku.

    3. Efektivitas Pengendalian Internal

    a. Pengertian Efektivitas Pengendalian Internal

    COSO (2013) menjelaskan pengertian dari pengendalian internal sebagai

    berikut.

    “internal control is process, effected by an entity’s board of directors,

    management and other personnel designed to provide reasonable

    assurance regarding the achievement of objective relating to operations,

    reporting and complience.”

    Berdasarkan kutipan tersebut, pengendalian internal merupakan

    suatu proses pengawasan, pengelolaan maupun pengoperasian yang

    melibatkan dewan komisaris, pihak manajemen, dan elemen lain dalam

    perusahaan yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan yang memadai

    terkait efektivitas operasional dalam perusahaan, sistem pelaporan

    keuangan yang andal dan kredibel, serta penerapan sikap disiplin dan

    ketaatan setiap elemen dalam perusahaan terhadap berbagai ketentuan

    yang berlaku.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 25

    b. Metode Pengendalian Internal

    Karyono (2013) merancang suatu metode pengendalian internal yang

    dijelaskan dalam lima kelompok pengendalian dalam mencegah

    kemungkinan terjadinya suatu kecenderungan kecurangan dalam

    organisasi yaitu.

    1) Pengendalian Organisasi (Organizational Control)

    Suatu aktivitas dalam organisasi dalam mengatur pelaksanaan kinerja

    dan perencanaan kinerja dalam organisasi yang bertujuan untuk

    mencapai keberhasilan tujuan utama yang ingin diraih organisasi.

    Pengendalian organisasi digolongkan dalam tiga jenis pengendalian

    yaitu pengendalian strategis, pengendalian operasional, dan

    pengendalian manajemen.

    Pengendalian strategis merupakan suatu langkah dalam

    melakukan penilaian dan pengevaluasian strategi organisasi yang

    telah ditetapkan oleh pembuat kebijakan agar dapat meningkatkan

    maupun menganalisis ulang strategi yang telah ditetapkan demi

    keberlangsungan jangka panjang organisasi. Pengendalian

    operasional merupakan proses penilaian kinerja yang dilakukan

    dengan membandingkan kualitas kinerja individu dalam organisasi

    dengan keterlibatan individu dalam organisasi yang telah ditentukan

    pada rencana organisasi. Sedangkan Pengendalian manajemen

    merupakan suatu metode yang digunakan dalam upaya pencapaian

    tujuan organisasi secara keseluruhan untuk melihat kesesuaian strategi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 26

    utama yang telah dirancang dan dijalankan oleh organisasi dengan

    pencapaian yang telah direalisasikan dari rencana jangka menengah

    organisasi.

    2) Pengendalian Operasi (Operational Control)

    Suatu aktivitas yang dilakukan dengan menentukan berbagai sumber

    daya yang akan dialokasikan dalam memenuhi kebutuhan dan rencana

    organisasi, kemampuan sumber daya dalam memenuhi kebutuhan

    organisasi pada masa berjalan dan melakukan evaluasi serta

    penganalisisan rencana.

    Rencana yang telah berjalan dan sesuai dengan tujuan

    perusahaan tidak memerlukan perubahan yang signifikan sehingga

    hanya perlu melakukan peningkatan kualitas kinerja, sedangkan

    rencana yang gagal memenuhi target organisasi akan dievaluasi dan

    dianalisis ulang untuk menunjang keberhasilan tujuan organisasi

    dimasa mendatang.

    3) Pengendalian Personalia (Control for Personal Management)

    Sebuah kegiatan dalam organisasi yang berfungsi untuk mengelola

    berbagai sumber daya yang akan dialokasikan dalam organisasi

    bersangkutan. Fokus utama dalam pengendalian personalia adalah

    upaya untuk melakukan pengendalian atas sumber daya manusia yang

    terlibat dalam proses pencapaian tujuan organisasi. Sumber daya

    manusia yang diatur dalam oleh manajemen personalia berkaitan

    dengan database karyawan, sistem penggajian, keakuratan data

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 27

    absensi, pencatatan cuti tahunan, filling dokumen, rekrutmen, dan

    pembayaran benefit lainnya.

    4) Pengendalian Review (Review Control)

    Suatu sistem dalam pengendalian internal yang bertujuan untuk

    melakukan pengecekan dan melindungi kebijakan dalam organisasi

    dari berbagai kesalahan yang bersumber dari sumber daya manusia

    yang ada dan meminimalisir kemungkinan terjadinya suatu kesalahan

    dan penyimpangan yang berisiko tinggi dapat terjadi dalam

    organisasi.

    5) Pengendalian melalui fasilitas dan peralatan (Facilities and

    Equipment Control)

    Bentuk pengawasan dalam internal organisasi yang berhubungan

    dengan tingkat pemeliharaan persediaan dan fasilitas yang dimiliki

    oleh organisasi tersebut. Pengendalian fasilitas juga dapat digunakan

    untuk menunjang keberlanjutan kegiatan perusahaan atas efektivitas

    fasilitas yang dihasilkan selama proses pelaksanaan dan pencapaian

    tujuan organisasi. Kebijakan yang ditetapkan dalam fasilitas dan

    peralatan dapat digunakan untuk menganalisis dan menghindarkan

    organisasi dari berbagai risiko kecurangan yang mungkin terjadi.

    c. Jenis-jenis Pengendalian Internal

    Karyono (2013) mengategorikan pengendalian internal dalam lima

    komponen yang berbeda yaitu.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 28

    1) Pengendalian Preventif (preventive controls)

    Suatu bentuk upaya yang digunakan oleh pihak manajemen dalam

    melakukan pengawasan dan pengendalian untuk mencegah dan

    menanggulangi suatu permasalahan sejak dini sebelum pada akhirnya

    permasalahan tersebut terjadi dalam suatu perusahaan dengan cara

    melakukan pemisahan fungsi tugas, pemeriksaan keandalan data,

    akurasi perhitungan, dan sebagainya.

    2) Pengendalian Detektif (detective controls)

    Upaya yang dilakukan untuk melakukan pendeteksian terhadap

    kemungkinan terjadinya suatu permasalahan yang potensial dalam

    perusahaan dengan melakukan pemantauan terhadap aktivitas

    operasional perusahaan, melaksanakan pengauditan secara berkala,

    dan sebagainya.

    3) Pengendalian Korektif (corrective controls)

    Merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk melakukan

    perbaikan atas permasalahan yang berdampak pada kegagalan

    pencapaian tujuan organisasi yang telah diidentifikasi pada tahap

    pengendalian preventif dan detektif.

    4) Pengendalian Langsung (directive controls)

    Upaya yang digunakan untuk menjamin kesesuaian pelaksanaan

    kegiatan pada tujuan awal perusahaan dengan melakukan pengamatan

    aktivitas perusahaan ketika kegiatan tersebut sedang berjalan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 29

    5) Pengendalian Kompensatif (compensative controls)

    Upaya pengendalian yang dilakukan untuk meningkatkan efektivitas

    pengendalian atas suatu kegiatan dalam pengendalian yang

    terbengkalai.

    d. Tujuan Pengendalian Internal

    Arens (2014: 340) menjelaskan terdapat tiga tujuan umum dalam

    menyusun pengendalian internal yang terdiri dari.

    1) Reliabilitas pelaporan keuangan

    Secara harfiah, kata reabilitas menggambarkan keandalan informasi

    dan suatu hal yang dapat dipercaya kebenarannya. Dalam melakukan

    suatu kegiatan pelaporan keuangan, manajemen berhak untuk

    memastikan bahwa laporan keuangan yang disajikan tersebut dapat

    dipercaya dan diandalkan bagi para pengguna informasi laporan

    keuangan. Selain itu, manajemen juga wajib melakukan pemantauan

    terkait kesesuaian penyajian laporan keuangan dengan standar

    pelaporan keuangan yang berlaku umum agar informasi yang

    disampaikan dapat disajikan secara wajar dan dapat dipertanggung

    jawabkan kebenarannya.

    2) Efisiensi dan efektivitas operasi

    Tujuan dari pengendalian internal adalah untuk mendapatkan

    informasi atas pelaksanaan operasi dan penggunaan sumber daya yang

    efisien dan efektif dalam suatu organisasi. Suatu pengendalian internal

    yang efisien belum tentu efektif, begitu pula sebaliknya. Hal ini

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 30

    bertujuan untuk memperoleh informasi yang akurat terkait dengan

    aktivitas dan operasi dalam perusahaan yang akan digunakan oleh

    pihak manajemen untuk menunjang proses pengambilan keputusan

    dalam suatu organisasi.

    3) Ketaatan pada hukum dan peraturan

    Sebuah kegiatan yang mewajibkan setiap organisasi untuk

    memastikan dipatuhinya berbagai hukum dan peraturan yang berlaku

    dalam lingkup keuangan maupun non-keuangan.

    e. Komponen Pengendalian Internal

    Kerangka pengendalian internal yang dikeluarkan oleh COSO (2013)

    mencakup lima komponen pengendalian yaitu.

    1) Lingkungan Pengendalian (Control Environment)

    Lingkungan Pengendalian mengarahkan seluruh pemimpin dan

    pemangku kepentingan dalam suatu instansi untuk menciptakan dan

    memelihara lingkungan organisasi yang positif untuk menunjang

    efektivitas pengendalian inten dan menciptakan manajemen yang

    sehat.

    2) Penilaian Risiko (Risk Assessment)

    Upaya pengendalian internal yang dilakukan dengan memberikan

    suatu bentuk penilaian dalam rangka meminimalisir terjadinya

    kemungkinan kejadian yang berisiko terhadap pencapaian tujuan

    organisasi.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 31

    3) Aktivitas Pengendalian (Control Activities)

    Kegiatan yang dilakukan untuk memastikan tercapainya suatu

    pelaksanaan yang efektif dari pedoman dan arahan yang telah

    diberikan oleh pimpinan dalam organisasi yang bersangkutan.

    4) Informasi dan Komunikasi (Information & Communication)

    Segala bentuk informasi yang ada harus dicatat dan dilaporkan kepada

    pimpinan instansi dan berbagai pihak yang berkepentingan. Informasi

    tersebut digunakan untuk proses pengambilan keputusan dan

    disebarluaskan dalam bentuk dan waktu yang tepat.

    5) Pengawasan (Monitoring)

    Sebuah proses penilaian kualitas kinerja secara berkala yang

    dilakukan melalui pemantauan berkelanjutan, evaluasi terpisah dan

    proses tindak lanjut atas rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya.

    f. Keterbatasan Pengendalian Internal

    Menurut Hery (2014) keterbatasan pengendalian internal dapat disebabkan

    oleh dua faktor pendukung yaitu.

    1) Sumber Daya Manusia

    Dalam suatu organisasi, faktor sumber daya manusia menjadi salah

    satu faktor utama dalam melaksanakan suatu sistem pengendalian

    yang efektif. Sikap yang dimiliki manusia dapat memberikan dampak

    positif sekaligus dampak negatif dalam penerapan suatu sistem

    pengendalian internal. Sikap yang baik akan mendukung

    terlaksananya suatu pengendalian yang optimal dalam organisasi,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 32

    namun sikap yang tidak baik seperti kelelahan, ceroboh, bersikap acuh

    tak acuh akan membuat suatu sistem pengendalian internal dalam

    organisasi menjadi tidak efektif.

    2) Ukuran Perusahaan

    Besar/ kecilnya skala perusahaan akan memengaruhi efektivitas suatu

    pengendalian internal yang dilaksanakan. Perusahaan dengan skala

    yang kecil akan mengalami kesulitan dalam menerapkan pembagian

    tugas dan pengecekan internal. Hal ini disebabkan karena adanya

    keterbatasan jumlah pegawai dalam suatu perusahaan.

    B. Penelitian Terdahulu

    Hasil penelitian Zulfikar (2017) menjelaskan bahwa moralitas aparat berpengaruh

    negatif dan signifikan terhadap kecenderungan kecurangan, hal ini berarti bahwa

    semakin tinggi moralitas aparat yang terbentuk, maka kecenderungan untuk

    melakukan suatu bentuk kecurangan pada SKPD Kabupaten Sinjai akan menurun

    secara signifikan. Pengendalian internal berpengaruh negatif dan signifikan

    terhadap kecenderungan kecurangan, hal ini memiliki makna bahwa semakin tinggi

    efektivitas pengendalian internal yang diterapkan pada suatu instansi akan dapat

    mengurangi kecenderungan kecurangan yang mungkin dilakukan oleh aparat.

    Kesesuaian kompensasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

    kecenderungan kecurangan yang berarti bahwa semakin tinggi tingkat kompensasi

    di SKPD Kabupaten Sinjai maka kecenderungan kecurangan yang mungkin terjadi

    dapat menurun. Berbeda dengan hasil perumusan ketiga hipotesis sebelumnya,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 33

    asimetri informasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kecenderungan

    kecurangan yang berarti bahwa asimetri informasi yang tinggi akan memperbesar

    kemungkinan terjadinya suatu kecenderungan kecurangan di SKPD Kabupaten

    Sinjai.

    Penelitian Korompis, Saerang, dan Morasa (2018) menjelaskan berbagai

    pengaruh yang ditimbulkan dari faktor moralitas individu, asimetri informasi, dan

    keefektifan pengendalian internal terhadap kecenderungan kecurangan. Hasil

    penelitian tersebut menunjukkan bahwa moralitas individu dan keefektifan

    pengendalian internal berpengaruh signifikan negatif terhadap kecenderungan

    kecurangan artinya semakin tinggi level penalaran moral suatu individu dan

    semakin efektif pengendalian internal yang diterapkan maka kemungkinan untuk

    terjadi suatu kecenderungan kecurangan akan semakin rendah. Sedangkan asimetri

    informasi memiliki hasil yang berbeda dengan kedua variabel lainnya yaitu asimetri

    informasi berpengaruh signifikan positif terhadap kecenderungan kecurangan, hal

    ini memiliki arti bahwa asimetri informasi yang tinggi akan menyebabkan

    kecenderungan kecurangan semakin marak terjadi.

    Penelitian yang dilakukan Putra dan Latrini (2018) menjelaskan bahwa suatu

    bentuk kecenderungan untuk melakukan kecurangan (fraud) dapat dihindari dengan

    menerapkan pengendalian internal yang efektif dalam organisasi, meningkatkan

    budaya organisasi yang baik sehingga dapat membentuk pola pikir setiap individu

    untuk memiliki sense of belonging (rasa ikut memiliki) dan sense of identity (rasa

    bangga sebagai bagian dari organisasi) agar dapat menutup berbagai peluang yang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 34

    timbul bagi individu untuk melakukan fraud. Selain itu, moralitas tinggi pada setiap

    individu akan mendorong masing-masing pribadi untuk menentukan perilaku

    maupun tindakan yang sesuai dengan level penalaran moralnya dalam menghadapi

    suatu dilema etika sehingga akan terhindar dari berbagai kecenderungan untuk

    melakukan suatu bentuk kecurangan (fraud). Hal ini dapat dilihat dari hasil

    penelitian Putra dan Latrini (2018) yang menunjukkan bahwa pengendalian

    internal, budaya organisasi dan moralitas berpengaruh negatif pada kecenderungan

    kecurangan di LPD se-Kabupaten Gianyar. Hasil tersebut memiliki makna bahwa

    semakin tinggi dan baik pengendalian internal, budaya organisasi dan moralitas

    yang dimiliki oleh Kepala LPD se-Kabupaten Gianyar maka kecenderungan untuk

    melakukan suatu kecurangan semakin rendah dan menurun.

    Terdapat berbagai persamaan dan juga perbedaan yang ditemukan setelah

    membaca dan mempelajari penelitian terdahulu yang telah ditulis dan diteliti oleh

    Zulfikar (2017), Korompis (2018) dan Putra (2018). Persamaan penelitian ini

    dengan penelitian terdahulu yaitu kesamaan dalam meneliti dua faktor yang

    berpengaruh terhadap kecenderungan dalam melakukan kecurangan (fraud) yaitu

    terdapat pada variabel moralitas individu dan efektivitas pengendalian internal.

    Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu

    dibandingkan dengan melihat berbagai fenomena kecurangan (fraud) yang marak

    terjadi di Indonesia pada tahun 2016 yaitu dalam bentuk tindak pidana korupsi.

    Ketiga penelitian terdahulu yaitu penelitian yang dilakukan oleh Zulfikar (2017),

    Korompis (2018) dan Putra (2018) hanya dilakukan pada instansi pemerintah di

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 35

    sektor publik seperti SKPD Kabupaten Sinjai, Badan Pengelola Keuangan dan

    Barang Milik Daerah Provinsi Sulawesi Utara, serta LPD se-Kabupaten Gianyar.

    Berbeda dengan penelitian terdahulu, penelitian ini mencoba menelaah dan

    juga mengidentifikasi berbagai kasus kecurangan (fraud) yang terjadi di Rumah

    Sakit swasta melalui dua variabel pendukung yaitu moralitas individu dan

    efektivitas pengendalian internal. Identifikasi ini didasarkan pada pemaparan kasus

    yang dilakukan oleh Indonesia Corruption Watch (ICW) pada tahun 2017 dibidang

    kesehatan yang menyatakan bahwa kasus terkait pemetaan dana alat-alat kesehatan

    (Alkes) dan kasus terkait penerapan Jaminan Kesehatan Nasional (JKS) oleh Badan

    Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan merupakan kasus korupsi yang

    memiliki peringkat tertinggi dalam bidang kesehatan selama tahun 2010-2016 yang

    disebabkan karena adanya sistem tata kelola yang buruk, rendahnya transparansi,

    lemahnya sistem pengendalian internal serta rendahnya integritas yang dimiliki

    oleh pegawai di bidang kesehatan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 36

    C. Model Penelitian

    Variabel Independen Variabel Dependen

    (X) (Y)

    H1

    H2

    Gambar 2.1 Model Penelitian

    D. Hipotesis Penelitian

    1. Pengaruh Moralitas Individu terhadap Kecenderungan Kecurangan

    Moralitas merupakan suatu bentuk petunjuk penerapan pola tingkah laku dalam

    masyarakat untuk mengetahui tingkat baik/ buruk perilaku yang ditimbulkan.

    Menurut Korompis, dkk. (2018) moralitas dapat digunakan untuk menghindari

    perilaku buruk yang dapat menimbulkan kecenderungan untuk melakukan

    suatu tindak kecurangan. Puspasari (2012) menjelaskan bahwa semakin tinggi

    moralitas individu yang terbentuk maka akan lebih memperhatikan hal-hal

    yang berkaitan dengan kepekaan individu terhadap kepentingan bersama

    sehingga individu yang memiliki moralitas yang tinggi akan cenderung untuk

    Moralitas

    Individu

    (X1)

    Efektivitas

    Pengendalian

    Internal

    (X2)

    Kecenderungan Kecurangan

    (Y)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 37

    berusaha menghindarkan diri dari berbagai hal yang dianggap menyimpang

    dan merugikan berbagai pihak yang bersangkutan. Menurut Puspasari dan Eko

    (2012) level penalaran moral yang terbentuk akan berpengaruh terhadap

    perilaku etis yang dimiliki oleh masing-masing individu. Oleh sebab itu,

    tingkat tinggi rendahnya moralitas yang terbentuk pada setiap individu akan

    menentukan perilaku etis mereka dalam menghadapi suatu dilema etika.

    Dalam penelitian ini, apabila setiap individu pada RSU Kharisma

    Paramedika telah sampai pada tahap perkembangan moral yang tinggi atau bisa

    dikatakan telah memiliki moralitas yang tinggi, maka individu tersebut akan

    lebih memperhatikan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi.

    Sehingga setiap individu di RSU Kharisma Paramedika akan memiliki

    kesadaran untuk menghindarkan diri dari berbagai perilaku menyimpang. Oleh

    sebab itu, tingkat tinggi/ rendahnya moralitas yang terbentuk pada setiap

    individu di RSU Kharisma Paramedika akan mempengaruhi perilaku etis yang

    ditimbulkan berdasarkan norma dan nilai hukum yang berlaku di

    lingkungannya.

    Individu yang telah memiliki moralitas yang tinggi akan senantiasa

    melakukan hal benar dan menghindarkan diri dari indikasi kecenderungan

    kecurangan apabila moralitas individu pada RSU Kharisma Paramedika

    berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan. Sehingga moralitas

    yang tinggi pada setiap individu di RSU Kharisma Paramedika akan

    menurunkan indikasi kecenderungan kecurangan dalam bekerja.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 38

    Rumusan hipotesis pada penelitian ini berkaitan dengan Fraud Diamond

    Theory (Teori Berlian) yang menjelaskan adanya empat elemen/ faktor

    penyebab terjadinya kecenderungan kecurangan. Variabel Moralitas Individu

    memiliki keterkaitan terhadap dua elemen dari ke empat elemen penyebab

    terjadinya kecenderungan kecurangan yang terdapat pada Fraud Diamond

    Theory. Elemen yang pertama adalah tekanan (pressure) yang menjelaskan

    bahwa kecurangan dapat terjadi karena terdapat dorongan yang kuat yang

    terbentuk karena adanya tekanan yang berasal dari keuangan, lingkungan kerja

    dan juga kebiasaan buruk. Dalam penelitian ini elemen tekanan berkaitan

    dengan moralitas individu karena apabila seluruh karyawan pada RSU

    Kharisma Paramedika telah berada pada tahap penalaran moral yang tinggi

    atau dapat dikatakan sudah memiliki moralitas yang tinggi, maka walaupun

    individu merasa tertekan karena adanya masalah yang berasal dari keuangan,

    lingkungan kerja maupun kebiasaan buruk, individu tersebut tidak akan

    melakukan kegiatan menyimpang yang berindikasi pada kecenderungan

    kecurangan.

    Selain itu elemen rasionalisasi atau pembenaran dalam Fraud Diamond

    Theory juga berkaitan dengan moralitas individu karena apabila individu pada

    RSU Kharisma Paramedika telah memiliki moralitas yang tinggi maka individu

    tersebut tidak akan mencari dan membuat alasan yang kuat untuk mendapatkan

    pembenaran atas tindakan buruk yang dilakukan, sebaliknya individu tersebut

    akan senantiasa menghindarkan diri dari berbagai perilaku yang menyimpang.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 39

    Hasil penelitian yang dilakukan Korompis, dkk. (2018) menunjukkan

    bahwa moralitas individu memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap

    kecenderungan kecurangan. Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti

    merumuskan hipotesis sebagai berikut.

    H1: Moralitas Individu berpengaruh terhadap Kecenderungan Kecurangan.

    2. Pengaruh Efektivitas Pengendalian Internal terhadap Kecenderungan

    Kecurangan

    Pengendalian internal merupakan faktor yang sangat penting dalam upaya

    memberikan perlindungan bagi perusahaan terhadap berbagai kelemahan yang

    dimiliki oleh masing-masing individu dalam perusahaan serta dapat digunakan

    untuk mengurangi kemungkinan terjadinya suatu tindakan yang menyimpang

    dan tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dianut oleh perusahaan. Menurut Putra

    dan Made (2018) pengendalian internal memiliki peranan yang penting dalam

    meramalkan timbulnya suatu bentuk kecenderungan untuk melakukan

    kecurangan dalam organisasi. Efektivitas suatu pengendalian internal yang

    baik dapat digunakan untuk mencegah bahkan menutup segala bentuk peluang

    yang timbul dalam kemungkinan terjadinya suatu bentuk kecenderungan

    kecurangan.

    Dalam penelitian ini, apabila sistem pengendalian internal dalam RSU

    Kharisma Paramedika telah berjalan dengan baik dan efektif maka segala

    proses pengawasan, pengelolaan, dan pengoperasian dalam upaya tata kelola

    pencegahan kecenderungan kecurangan akan berjalan dengan lancar. Sehingga

    efektivitas pengendalian internal yang baik dalam perusahaan akan menutup

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 40

    segala kemungkinan terjadinya suatu kecenderungan kecurangan dalam RSU

    Kharisma Paramedika apabila efektivitas pengendalian internal berpengaruh

    negatif terhadap kecenderungan kecurangan.

    Rumusan hipotesis pada penelitian ini berkaitan dengan Fraud Diamond

    Theory (Teori Berlian) yang menjelaskan adanya empat elemen/ faktor

    penyebab terjadinya kecenderungan kecurangan. Variabel Efektivitas

    Pengendalian Internal memiliki keterkaitan terhadap dua elemen dari keempat

    elemen penyebab terjadinya kecenderungan kecurangan yang terdapat pada

    Fraud Diamond Theory. Elemen yang pertama adalah kesempatan

    (opportunity) yang menjelaskan bahwa peluang atau kesempatan yang terbuka

    lebar dalam perusahaan yang terjadi akibat lemahnya efektivitas pengendalian

    internal akan memungkinkan terjadinya suatu kecenderungan kecurangan.

    Dalam penelitian ini, apabila RSU Kharisma Paramedika telah menerapkan

    sistem pengendalian internal yang baik dan efektif, maka hal tersebut dapat

    digunakan untuk mencegah dan meminimalisir terjadinya suatu kecenderungan

    kecurangan dengan cara melakukan pendeteksian sejak dini terhadap berbagai

    indikasi yang memicu timbulnya kecenderungan kecurangan di RSU Kharisma

    Paramedika.

    Elemen yang kedua adalah kemampuan (capability) yang menjelaskan

    bahwa elemen kemampuan berkaitan erat dengan peranan berbagai pihak yang

    memiliki jabatan tinggi maupun pihak yang memiliki kapasitas khusus dalam

    perusahaan sehingga dapat menemukan celah untuk mengenali peluang dan

    memanfaatkan berbagai kesempatan yang ada untuk melakukan suatu

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 41

    kecenderungan kecurangan. Dalam penelitian ini, apabila efektivitas

    pengendalian internal di RSU Kharisma Paramedika telah berjalan dengan

    baik dan efisien, maka hal tersebut akan menutup segala kemungkinan

    terjadinya kecenderungan kecurangan pada setiap unit/ bagian di RSU

    Kharisma Paramedika, terutama bagi pihak-pihak yang memiliki jabatan tinggi

    sekalipun.

    Hasil penelitian yang dilakukan oleh Korompis, dkk. (2018)

    menunjukkan bahwa keefektifan pengendalian internal berpengaruh signifikan

    negatif terhadap kecenderungan kecurangan. Berdasarkan uraian tersebut maka

    peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut.

    H2: Efektivitas Pengendalian Internal berpengaruh terhadap Kecenderungan

    Kecurangan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 42

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Desain Penelitian

    Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan survei yang dilakukan pada seluruh

    karyawan di RSU Kharisma Paramedika Wates. Menurut Spillane (2008: 96)

    penelitian survei berfokus pada data statistik yang digunakan untuk menguji

    hipotesis dan menarik suatu kesimpulan.

    Penelitian kuantitatif digunakan untuk melihat hubungan variabel terhadap

    objek yang diteliti dan masalah kajian penelitian akan dinyatakan dalam bentuk

    hipotetis. Penelitian ini akan menguji pengaruh antara moralitas individu dan

    efektivitas pengendalian internal terhadap kecenderungan kecurangan di RSU

    Kharisma Paramedika Wates. Penelitian ini menggunakan bantuan program IBM

    SPSS Statistics (Statistikal Product and Service Solutions) versi 22.

    B. Waktu dan Tempat Penelitian

    1. Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2020.

    2. Tempat Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di RSU Kharisma Paramedika Jl. Khudori No.34,

    Wates, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 43

    C. Subjek dan Objek Penelitian

    1. Subjek penelitian ini adalah seluruh karyawan di RSU Kharisma Paramedika

    Wates.

    2. Objek penelitian ini adalah moralitas individu dan efektivitas pengendalian

    internal.

    D. Populasi dan Sampel

    1. Populasi merupakan keseluruhan dari objek penelitian yang memiliki

    karakteristik tertentu dan digunakan sebagai bahan dari penelitian. Populasi

    yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan di RSU

    Kharisma Paramedika Wates yang berjumlah 120 karyawan.

    2. Penelitian ini menggunakan teknik sampel jenuh (situration sampling). Dalam

    teknik sampling jenuh, seluruh unsur atau anggota dalam populasi akan

    memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel dengan kata lain

    seluruh anggota populasi akan digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini.

    Sampel yang digunakan merupakan keseluruhan dari populasi karyawan di

    RSU Kharisma Paramedika wates dengan tujuan untuk mendapatkan sejumlah

    data dan informasi yang dibutuhkan secara valid, lengkap, dan menyeluruh.

    Penelitian ini dilakukan selama 4 hari yang terhitung dari kegiatan

    penyebaran kuesioner pada hari Jumat, 9 Januari 2020 sampai dengan

    penarikan kembali kuesioner yang telah terisi pada hari Senin, 13 Januari 2020.

    Proses penyebaran kuesioner dimulai dengan melakukan pendataan sekaligus

    pemberian angket pada setiap bagian/ unit dalam RSU Kharisma Paramedika

    yang terdiri dari 20 bagian/ unit.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 44

    Pemilihan populasi dan sampel dalam penelitian ini didasarkan pada

    berbagai faktor pemicu yang memungkinkan terjadinya kecurangan dalam

    organisasi. Alasan pemilihan populasi dan sampel dalam penelitian ini juga

    didukung oleh pendapat Karyono (2013) yang menyatakan bahwa

    kecenderungan untuk melakukan suatu bentuk kecurangan dapat dilakukan

    oleh seluruh pihak internal dalam suatu organisasi. Kecenderungan tersebut

    dapat dilakukan oleh pihak manajemen maupun seluruh karyawan pada setiap

    bagian/ unit dalam organisasi.

    E. Teknik Pengumpulan Data

    Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Menurut

    Sedarmayanti (2011: 178) data primer merupakan sebuah langkah dalam

    mengumpulkan data penelitian secara langsung yang dilakukan dengan melakukan

    observasi dan terjun langsung ke lapangan.

    Teknik pengumpulan data dilakukan melalui aktivitas penyebaran angket/

    kuesioner kepada seluruh karyawan di RSU Kharisma Paramedika Wates.

    Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini diadopsi dari penelitian Santoso

    (2015) untuk variabel kecenderungan kecurangan dan Kwatingtyas (2017) untuk

    variabel efektivitas pengendalian internal. Sedangkan kuesioner moralitas individu

    dimodifikasi dari penelitian Puspasari (2012). Modifikasi dilakukan dengan

    melakukan penghapusan beberapa poin pertanyaan yang dianggap kurang relevan

    dan melakukan parafrasis terhadap beberapa pertanyaan yang dianggap sulit untuk

    dipahami tanpa mengubah maknanya.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 45

    Sebanyak 120 kuesioner disebarkan dalam penelitian ini. Kuesioner

    tersebut terbagi atas tiga topik pertanyaan yang mewakili setiap variabel dalam

    penelitian ini yaitu moralitas individu, efektivitas pengendalian internal dan

    kecenderungan kecurangan. Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah Skala Likert dengan jenis data Ordinal yang diklasifikasikan dalam 5 poin

    skala respon.

    F. Variabel Penelitian

    1. Variabel Bebas (Independent Variable) (X)

    Variabel bebas merupakan variabel yang diduga memengaruhi variabel lain.

    Variabel bebas dalam penelitian ini adalah.

    a. Moralitas Individu (X1)

    Noviriantini, Darmawan, dan Werasyuti (2016) mendefinisikan moralitas

    sebagai suatu pedoman yang berisikan sekumpulan nilai-nilai yang

    mengatur tingkah laku individu mengenai hal benar dan salah berdasarkan

    standar moral yang berlaku. Kohlberg dalam Duska (1982) menjelaskan

    bahwa setiap individu memiliki pandangan dan versi yang berbeda terkait

    hal yang benar sesuai dengan tahap penalaran moralnya. Hal benar

    menurut individu yang berada pada tahap 1 berorientasi pada kepentingan

    pribadi, hal benar menurut individu yang berada pada tahap 2 berupa hasil

    persetujuan maupun posisi tawar yang imbang, hal benar menurut individu

    yang berada pada tahap 3 adalah tingkat kepercayaan; pengharapan;

    loyalitas; dan respek dari individu disekitarnya, hal benar menurut

    individu yang berada pada tahap 4 adalah kontribusi individu dalam

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 46

    kelompok tertentu, sedangkan hal benar menurut individu yang berada

    pada tahap 5 dan 6 didasarkan pada prinsip-prinsip etis; persamaan hak

    asasi manusia serta harga diri manusia.

    Indikator dalam melakukan penelitian terkait moralitas individu

    adalah dengan menggunakan keenam tahap dalam penalaran moral

    Kohlberg yaitu tahap-tahap pada tingkatan pra-konvensional, tingkatan

    konvensional dan tingkatan pasca-konvensional. Tahap-tahap tersebut

    akan dipaparkan dalam kasus/ skenario dilema etika yang mewakili setiap

    tahap dalam level penalaran moral Kohlberg.

    Pengukuran variabel moralitas individu dilakukan dengan

    melakukan modifikasi instrumen pertanyaan terkait model pengukuran

    moral yang dikembangkan oleh Kohlberg dalam bentuk skenario kasus

    dilema etika dalam skala Likert poin 1-5 (1= Sangat Tidak Setuju, 2=

    Tidak Setuju, 3= Cukup Setuju, 4= Setuju, dan 5= Sangat Setuju) yang

    terdiri dari berbagai pertanyaan positif dan negatif. Tabel berikut

    memaparkan rincian pertanyaan negatif dalam kuesioner dilema etika.

    Tabel 3.1 Rincian Pertanyaan Negatif dalam Kuesioner Dilema Etika

    Keterangan Pertanyaan Negatif

    Dilema Etika 1 1-8

    Dilema Etika 2 1, 2, 4, 6, 8, 9

    Dilema Etika 3 3, 7, 9, 10

    Dilema Etika 4 8, 9

    Sumber: Data Primer Diolah (2020)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 47

    Setelah melakukan uji validitas, ternyata terdapat beberapa pertanyaan

    dalam kuesioner moralitas individu yang tidak valid. Dari 35 pertanyaan

    pada variabel moralitas individu, terdapat 13 pertanyaan yang tidak valid.

    Hal ini dapat terjadi karena kemungkinan terdapat kesalahan dalam proses

    modifikasi dan parafrasis yang dilakukan terhadap instrumen pertanyaan

    pada variabel moralitas individu. Sehingga pertanyaan-pertanyaan dengan

    item nomor M5, M6, M9, M10, M11, M13, M15, M20, M23, M31, M32,

    M33, M34 dikeluarkan dan tidak diikut sertakan pada pengujian

    selanjutnya.

    b. Efektivitas Pengendalian Internal (X2)

    Menurut Putra dan Made (2018) pengendalian internal merupakan suatu

    langkah dalam melakukan kontrol dan pengawasan dalam suatu organisasi

    dengan tujuan untuk melakukan pengarahan agar sumber daya dalam

    organisasi dapat dikelola secara baik dan bertanggung jawab untuk

    mendukung kelangsungan hidup dan tujuan organisasi.

    Indikator dalam mengukur efektivitas pengendalian internal

    menggunakan kerangka pengendalian internal yang dikeluarkan oleh

    COSO (2013) yaitu Lingkungan Pengendalian (Control Environment),

    Penilaian Risiko (Risk Assessment), Aktivitas Pengendalian (Control

    Activities), Informasi dan Komunikasi (Information & Communication),

    serta Pengawasan (Monitoring).

    Instrumen yang digunakan sebagai alat pengukuran adalah skala

    Likert lima poin (1= Sangat Tidak Setuju, 2= Tidak Setuju, 3= Cukup

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 48

    Setuju, 4= Setuju, dan 5= Sangat Setuju) dengan 19 butir pernyataan yang

    berkaitan dengan efektivitas pengendalian internal yang diterbitkan COSO

    (2013). Semakin tinggi jawaban responden atas skala Likert yang

    diberikan dari pernyataan tersebut, maka pengendalian internal dalam

    perusahaan akan semakin baik sehingga kecenderungan responden untuk

    melakukan suatu tindak kecurangan dapat diminimalisir.

    2. Variabel Terikat (Dependent Variable) (Y)

    Variabel terikat merupakan variabel yang keberadaannya dipengaruhi oleh

    variabel lain. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kecenderungan

    kecurangan. Kecenderungan kecurangan merupakan keinginan kuat yang

    didasari dengan dorongan niat buruk dalam diri individu untuk melakukan

    suatu tindakan menyimpang karena adanya dukungan dari berbagai faktor yang

    bertujuan untuk memperoleh keuntungan pribadi. Untuk meminimalisir

    berbagai kecenderungan kecurangan yang mungkin terjadi, maka perlu

    dilakukan upaya pencegahan kecenderungan kecurangan yang berasal

    perspektif atau pandangan setiap individu di RSU Kharisma Paramedika

    terhadap berbagai indikasi kecenderungan kecurangan yang mungkin terjadi.

    Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah RSU Kharisma Paramedika telah

    menerapkan upaya tata kelola pencegahan kecurangan yang baik dan efektif

    dalam mencegah berbagai dorongan niat buruk dalam setiap individu di RSU

    Kharisma Paramedika untuk melakukan berbagai perilaku menyimpang yang

    berindikasi pada terjadinya kecenderungan kecurangan di rumah sakit tersebut.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 49

    Indikator yang digunakan dalam mengukur kecenderungan kecurangan

    adalah dikutip dari upaya tata kelola pencegahan kecurangan oleh Tunggal

    (2005) yaitu ciptakan iklim budaya jujur; keterbukaan; dan saling membantu,

    proses rekrutmen yang jujur, pelatihan fraud awareness, lingkup kerja yang

    positif, kode etik yang jelas; mudah dimengerti dan ditaati, program bantuan

    kepada pegawai yang mendapat kesulitan, serta tanamkan kesan bahwa setiap

    tindakan kecurangan akan mendapatkan sanksi yang setimpal.

    Instrumen penelitian menggunakan skala Likert lima poin (1= Tidak

    Pernah, 2= Jarang, 3= Kadang, 4= Sering, dan 5= Selalu) yang digunakan

    sebagai alat untuk mengukur jawaban responden yang berkaitan dengan

    pernyataan terkait pencegahan kecurangan. Semakin tinggi angka yang

    diberikan oleh responden atas jawaban dari pernyataan tersebut, maka

    kecenderungan responden untuk melakukan suatu tindak kecurangan tergolong

    rendah.

    G. Teknik Analisis Data

    1. Uji Statistik Deskriptif

    Uji statistik deskriptif merupakan suatu langkah dalam melakukan pengujian

    yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara memberikan deskripsi

    atau gambaran secara lengkap terkait data-data yang telah terkumpul. Dalam

    pengujian statistik deskriptif, data yang terkumpul hanya akan di gambarkan

    secara umum dan tidak bertujuan untuk memberikan penjelasan menyeluruh

    terkait hubungan, pengujian hipotesis, penarikan kesimpulan dan lain

    sebagainya.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 50

    2. Uji Instrumen

    a. Uji Validitas

    Uji validitas digunakan untuk mengetahui kebenaran atas kuesioner yang

    telah disebarkan oleh peneliti dengan cara mengukur korelasi antar skor

    yang didapatkan dari pertanyaan yang dibuat dengan total skor suatu

    variabel. Suatu penelitian dikatakan valid apabila memenuhi syarat nilai r

    hitung > r tabel pada signifikansi 0,05 (5%)

    b. Uji Reliabilitas

    Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui tingkat konsistensi dan

    ketepatan pengukuran data yang digunakan dalam penelitian. Suatu

    instrumen penelitian dikatakan reliabel apabila memenuhi syarat nilai

    Cronbach’s Alpha > 0,60.

    3. Uji Asumsi Klasik

    a. Uji Normalitas

    Digunakan untuk mengetahui arah distribusi data pada persamaan regresi

    yang dihasilkan. Persamaan regresi dikatakan baik apabila data dalam

    variabel bebas dan variabel terikat berdistribusi secara normal. Suatu

    persamaan regresi dikatakan berdistribusi normal apabila memenuhi syarat

    nilai signifikansi pada uji Kolmogorov-smirnov > 0,05 (5%).

    b. Uji Multikolinearitas

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 51

    Pengujian yang digunakan untuk menguji korelasi antar variabel bebas

    (independen) pada model regresi dan digunakan dalam mendeteksi ada

    atau tidaknya gejala multikolinearitas antar variabel independen dalam

    model regresi. Penelitian dikatakan tidak ada gejala multikolinearitas

    apabila memenuhi syarat nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10,00.

    c. Uji Heteroskedastisitas

    Menguji apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual pengamatan

    dalam model regresi. Apabila varians dari residual satu pengamatan ke

    pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda

    disebut heteroskedastisitas. Penelitian yang baik harus memenihi syarat

    tidak adanya masalah heteroskedastisitas.

    4. Uji Hipotesis

    a. Uji Ketepatan Model (Uji F)

    Uji F bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh simultan

    (bersama-sama) variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y).

    Untuk mengetahui adanya pengaruh simultan antara variabel X terhadap

    variabel Y apabila memenuhi syarat nilai F hitung > F tabel pada nilai

    signifikansi < 0,05 (5%).

    b. Uji Koefisien Determinasi (Uji R2)

    Uji R2 bertujuan untuk mengukur kontribusi dan pengaruh yang diberikan

    variabel independen dalam menjelaskan variasi pada variabel dependen.

    c. Uji Signifikansi Variabel (Uji t)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 52

    Uji t dikenal juga dengan uji parsial yang digunakan untuk mengetahui

    apakah variabel bebas (independen) berpengaruh terhadap variabel terikat

    (dependen). Untuk mengetaui adanya pengaruh secara parsial antara

    variabel X terhadap variabel Y atau hipotesis diterima apabila memenuhi

    syarat nilai signifikansi < 0,05 (5%) dan nilai t hitung > t tabel.

    5. Analisis Regresi Linear Berganda

    Bertujuan untuk menguji intensitas hubungan antara dua variabel atau lebih

    dan membuat prediksi perkiraan dari nilai pada variabel dependen (Y) dan

    variabel independen (X). Hubungan dalam variabel tersebut diukur dengan

    persamaan Y = a + b1X1 + b2X2 + … + bnXn

    Keterangan:

    Y = Variabel Terikat (Dependen)

    X = Variabel Bebas (Independen)

    A = Konstanta

    b = Koefisien Regresi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 53

    BAB IV

    GAMBARAN UMUM RSU KHARISMA PARAMEDIKA

    A. Sejarah Berdirinya RSU Kharisma Paramedika

    Sebelum akhirnya berdiri sebagai Rumah Sakit Umum, RSU Kharisma Paramedika

    merupakan sebuah Rumah Sakit Khusus Bedah & Trauma yang kegiatan utamanya

    adalah menyelenggarakan pelayanan kesehatan khusus bedah dan trauma. Rumah

    sakit ini juga merupakan sebuah upaya tindak lanjut dari Balai Pengobatan dan

    Bersalin Citra Paramedika Giripeni Wates Kulon Progo.

    Balai Pengobatan dan Bersalin Citra Paramedika Giripeni Wates Kulon Progo

    didirikan oleh Ikatan perawat anestesi bersama pembina Ikatan Dokter Spesialis

    Anestesi Indonesia (IDSAI), kemudian bersama seorang investor dari Kulon Progo

    berdirilah Yayasan Binangun Kharisma Paramedika. Yayasan tersebut berdiri pada

    tanggal 1 November 2001 dengan mengadakan usaha RSKB & Trauma Kharisma

    Paramedika.

    RSU Kharisma Paramedika beralamat di jalan Khudori No. 34 Wates Kulon

    Progo dengan mengeluarkan peraturan No. 4 tahun 2003 tentang pembentukan

    susunan organisasi dan tata kerja RSKB & Trauma Kharisma Paramedika. Dalam

    rangka mendapatkan izin untuk mengoperasikan usahanya, rumah sakit tersebut

    harus melalui proses persetujuan dewan pembina, dewan pendiri, dan dewan

    pengawas yayasan. Setelah proses persetujuan berhasil dilalui, maka ketetapan

    peraturan tentang pembentukan susunan organisasi dan tata kerja rumah sakit

    dikeluarkan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 54

    Yayasan Binangun Kharisma Paramedika mulai beroperasi pada tanggal 1

    Maret 2003. Dalam rangka untuk mengoptimalkan berbagai pelayanan kesehatan

    bagi masyarakat, maka status RSKB & Trauma Kharisma Paramedika berubah

    menjadi Rumah Sakit Umum Kharisma Paramedika. Ketetapan ini dibuat

    berdasarkan keputusan Dinas Kesehatan Pemerintah Kabupaten Kulon Progo No.

    503 / 646 / III / 2008 tentang Izin Penyelenggaraan Rumah Sakit Umum yang

    ditetapkan pada tanggal 18 Maret 2008 oleh Bupati Kulon Progo.

    B. Visi, Misi, Tujuan, dan Motto RSU Kharisma Paramedika

    1. Visi

    Menjadi rumah sakit yang professional dan amanah dalam memberikan

    pelayanan serta selalu berinovasi guna meningkatkan derajat kesehatan

    masyarakat.

    2. Misi

    1. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebagai tenaga profesional

    dalam membentuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

    2. Memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana Rumah Sakit untuk menunjang

    kualitas pelayanan.

    3. Meningkatkan kesejahteraan karyawan sebagai motivasi kerja dalam

    memberikan pelayanan kesehatan.

    4. Melaksanakan pelayanan prima yang “PROAKSI” (Profesional, Amanah,

    Berinovasi).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 55

    3. Tujuan

    Terselenggaranya pelayanan kesehatan bermutu, profesional dan menyediaka