70
PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT ULIR (THREADING) TERHADAP KEPRESISIAN GEOMETRI ULIR MAGNESIUM PADUAN AZ31 (Skripsi) Oleh : ALAN SUSENO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

  • Upload
    vothien

  • View
    244

  • Download
    4

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUTULIR (THREADING) TERHADAP KEPRESISIAN GEOMETRI ULIR

MAGNESIUM PADUAN AZ31

(Skripsi)

Oleh :

ALAN SUSENO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 2: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

ABSTRAK

PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUTULIR (THREADING) TERHADAP KEPRESISIAN GEOMETRI ULIR

MAGNESIUM PADUAN AZ31

OLEH

ALAN SUSENO

Magnesium sudah dikembangkan dalam bidang kedokteran yaitu sebagai material

untuk implan. Hasil penelitian sebelumnya menunjukan faktor utamanya adalah

sifat magnesium sangat mirip dengan sifat tulang manusia. Sekrup AZ31

menunjukkan kekuatan tarik keluar yang serupa dengan sekrup stainless steel saat

ditarik dari bahan tulang sintetis, dan tingkat degradasi jenis sekrup Mg-alloy di

ruang tulang sumsum dan otot lebih cepat dari pada di ruang tulang kortikal. Hal

ini menunjukan bahwa pembuatan ulir pada magnesium AZ31 sangat mendukung

untuk diaplikasikan pada bidang material biomedik. Kepresisian geometri ulir

akan memberikan pengaruh terhadap kwalitas ulir, terutama pada saat ulir bekerja

bila sudah digunakan sebagai penyambung tulang. Untuk mengatasi masalah

tersebut, dapat dilakukan variasi pada parameter proses pemesinannya, yaitu

parameter pemotongan pada saat pembubutan ulir untuk mendapatkan hasil yang

paling baik akurasinya.

Hasil penelitian menunjukan nilai kesalahan tinggi ulir minimum yaitu 0,018188

mm didapatkan pada parameter kecepatan spindel 424 rpm dan kedalaman potong

0,433015. Nilai kesalahan jarak puncak ulir (pitch) minimum yaitu 0,0205 mm

didapatkan pada parameter kecepatan spindel 212 rpm dan kedalaman potong

0,649523 mm. Nilai kesalahan sudut minimum yaitu 0,603° didapatkan pada

parameter kecepatan spindel 212 rpm dan kedalaman potong 0,324761 mm.

Kata kunci : threading, akurasi, geometri, magnesium, AZ31

Page 3: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

ABSTRACT

INFLUENCE OF CUTTING PARAMETERS DURING THREADTURNING PROCESS ON PRECISION OF THREAD GEOMETRY

MAGNESIUM ALLOY AZ31

BY

ALAN SUSENO

Magnesium has been developed in the field of medic as a material for implants.

The results of previous studies show that the main factor is the characteristic of

magnesium very similar to the characteristic of human bones. AZ31 screws show

outward tensile strength similar to stainless steel screws when pulled from

synthetic bone material, and the degradation rate of Mg-alloy screw types in the

marrow and muscle bone space is faster than in cortical bone space. This shows

that the screw making on magnesium AZ31 is very possible to be applied in the

biomedical material field. The precision of the screw geometry will have an effect

on the quality of the thread, especially when the screw works when it has been

used as a bone joint. To overcome this problem, variations in the machining

process parameters are carried out, the cutting parameters at the time of screw

turning to get the best accuracy results.

The results showed that the minimum screw depth error value is 0.018188 mm,

obtained at the spindle speed parameter of 424 rpm and depth of cut 0.433015

mm. The minimum pitch error value is 0.0205 mm obtained on the parameters of

the spindle speed of 212 rpm and depth of cut 0.649523 mm. The minimum angle

error value is 0.603 ° obtained in the parameters of the spindle speed 212 rpm and

the depth of cut 0.324761 mm.

Keywords: threading, accuracy, geometry, magnesium, AZ31

Page 4: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUTULIR (THREADING) TERHADAP KEPRESISIAN GEOMETRI ULIR

MAGNESIUM PADUAN AZ31

Oleh

ALAN SUSENO

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelarSARJANA TEKNIK

Pada

Jurusan Teknik MesinFakultas Teknik Universitas Lampung

FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2018

Page 5: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra
Page 6: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra
Page 7: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra
Page 8: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Hajimena, pada tanggal 10 Juni

1996 sebagai anak pertama dari 3 bersaudara, dari

pasangan Bapak Edi Sanjaya dan Supari Ningsih.

Pendidikan TK Al-Azar Bandar Lampung

diselesaikan pada tahun 2002. SD N 1

Giriklopomulyo pada tahun 2008, SMP N 1

Sekampung diselesaikan pada tahun 2011, SMA N 4

Metro diselesaikan pada tahun 2013, dan pada tahun

2013 penulis terdaftar sebagai mahasiswa jurusan

Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Lampung melalui Seleksi Nasional

Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN).

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa

Teknik Mesin (HIMATEM) sebagai anggota Divisi Kreativitas (2014-2015) dan

menjadi Kepala Divisi Kreativitas (2015-2016)

Penulis melaksanakan kerja praktik di PT. Bukit Asam (Persero) Tbk, Tanjung

Enim Kab. Muara Enim Sumatera Selatan dengan judul laporan “Analisa Keausan

dan Kerusakan Gigi Bucket pada Bucket Wheel Excavator di Satuan Kerja

Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (Persero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

Selatan”. Kemudian pada tahun 2017 penulis melakukan penelitian dengan judul

“Pengaruh Parameter Pemotongan pada Proses Bubut Ulir (Threading)

Terhadap Kepresisian Geometri Ulir Magnesium Paduan Az31” dibawah

bimbingan Gusri Akhyar Ibrahim, S.T.,M.T.,Ph.D. Ir. Arinal Hamni, M.T. dan Dr.

Ir. Yanuar Burhanuddin, M.T.

Page 9: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

MOTTO HIDUP

Barang Siapa Yang Keluar Rumah Untuk Mencari Ilmu

Maka Ia Berada Di Jalan Allah Hingga Ia Pulang

(H.R. Tarmidzi)

Surga Itu Di Bawah Telapak Kaki Ibu

(H.R. Ahmad)

Guru yang baik adalah pengalaman, guru terbaik

adalah pengalaman orang lain

Bersatu, Berjuang, Berkarya “Solidarity M Forever”

(Himatem Unila)

Page 10: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

ix

SANWACANA

Assalamu’alaikumWarahmatullahiWabarakatuh.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah.SWT, karena berkat rahmat dan

karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi ini dengan

baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan

pendidikan S1 di Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung. Dalam laporan ini

penulis mengambil judul “PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN

PADA PROSES BUBUT ULIR (THREADING) TERHADAP

KEPRESISIAN GEOMETRI ULIR MAGNESIUM PADUAN AZ31”.

Dengan selesainya laporan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan,

bimbingan dan arahan dari semua pihak, oleh karena itu penyusun mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Bapak Ahmad Su’udi, S.T., M.T. Sebagai Ketua Jurusan Teknik Mesin

Universitas Lampung.

2. Bapak Gusri Akhyar Ibrahim S.T., M.T., Ph.D. Sebagai Pembimbing Skripsi

penulis.

3. Ibu Ir. Arinal Hamni M.T. Sebagai Pembimbing II Skripsi penulis.

4. Bapak Dr. Ir. Yanuar Burhanuddin, M.T. Sebagai Penguji Skripsi penulis.

5. Kedua orang tua, adikku dan keluarga yang telah memberikan bimbingan

moral maupun spiritual, juga atas nasehat dan doanya.

Page 11: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

x

6. Teman satu perjuangan angkatan 2013 dan semua pihak khususnya D3 dan

S1 Teknik mesin Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini, oleh karena itu

penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dan

sangat berguna untuk kita semua demi perbaikan di masa yang akan datang. Akhir

kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan kita

semua khususnya teknologi tepat guna. Amin

Wassalamu’alaikumWarahmatullahiWabarakatu.

Bandar Lampung, 24 Oktober 2018

Penulis

ALAN SUSENO

Page 12: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

xi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................... i

ABSTRACT ................................................................................................. ii

HALAMAN JUDUL ................................................................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... v

PERNYATAAN PENULIS ........................................................................ vi

RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... vii

MOTTO ....................................................................................................... viii

SANWACANA ............................................................................................ ix

DAFTAR ISI................................................................................................ xi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xvi

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang . ............................................................................... 1

1.2. Tujuan............................................................................................... 4

1.3. Batasan Masalah............................................................................... 4

1.4. Sistematika Penulisan....................................................................... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Magnesium....................................................................................... 7

Page 13: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

xii

2.2. Pemesinan ........................................................................................ 12

2.3. Pemesinan Bubut.............................................................................. 13

2.4. Mesin Bubut CNC............................................................................ 23

2.5. Ulir .................................................................................................. 24

2.6. Pengukuran Ulir ............................................................................... 28

2.7. Chatter pada Pemesinan................................................................... 33

III.METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian .......................................................... 36

3.2. Alur Penelitian ................................................................................. 37

3.3. Alat dan Bahan................................................................................. 38

3.4. Prosedur Penelitian........................................................................... 44

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengujian ................................................................................. 48

4.2. Pengaruh Parameter Pemesinan Terhadap Permukaan Profil Ulir

Magnesium Paduan AZ31................................................................. 61

IV. SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ..................................................................................... 70

5.2. Saran................................................................................................. 71

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 14: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Magnesium............................................................................... 7

Gambar 2.2. Prinsip Bidang dan Arah Pada Elemen Magnesium ................ 11

Gambar 2.3. Penamaan Paduan Magnesium................................................. 11

Gambar 2.4. Beberapa Proses Pemesinan ..................................................... 13

Gambar 2.5. Mesin Bubut ............................................................................. 14

Gambar 2.6.Proses Pada Mesin Bubut ............................................................... 15

Gambar 2.7.Skematis Proses Bubut .............................................................. 16

Gambar 2.8. Nama-nama Bagian Ulir ................................................................ 19

Gambar 2.9. Pahat ulir metris untuk ulir luar dan ulir dalam .......................... 20

Gambar 2.10.Proses pembuatan ulir luar dengan menggunakan pahat

sisipan .................................................................................................... 21

Gambar 2.11. Mesin CNC.................................................................................... 23

Gambar 2.12. Ulir tunggal dan ulir ganda ......................................................... 27

Gambar 2.13. Jenis-jenis ulir menurut bentuk sisi ulir..................................... 27

Gambar 2.14. Dimensi penting pada ulir ........................................................... 28

Gambar 2.15. Pasangan ulir luar dan ulir dalam yang menunjukkan adanya

kesalahan sudut ...................................................................................... 30

Gambar 2.16. (a) grafik kesalahan pitch progresif (b) Kesalahan pitch

periodik.................................................................................................... 32

Gambar 3.1 Diagram alur penelitian................................................................... 37

Page 15: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

xiv

Gambar 3.2. Material Magnesium AZ31 ........................................................... 38

Gambar 3.3. Dimensi mata pahat ulir ............................................................... 40

Gambar 3.4. Mesin bubut CNC ........................................................................... 41

Gambar 3.5. Profil Projector ................................................................................ 42

Gambar 3.6. Jangka sorong................................................................................. 42

Gambar 3.7.Pitch Gauge ...................................................................................... 43

Gambar 3.8. Dimensi Pahat dan Kedalaman potong yang digunakan ........... 45

Gambar 4.1. Grafik Pengaruh kedalaman potong terhadap kesalahan tinggi

puncak ulir .............................................................................................. 50

Gambar 4.2. Penyimpangan geometri tinggi puncak ulir pada kecepatan

spindel 424 Rpm dengan kedalaman potong sebesar 0,433015

mm ........................................................................................................... 52

Gambar 4.3. Grafik pengaruh kedalaman potong terhadap kesalahan sudut

ulir ............................................................................................................ 52

Gambar 4.4. Penyimpangan geometri sudut ulir pada kedalaman potong

0,324761 mm dan kecepatan spindel 212 rpm................................... 54

Gambar 4.5. Grafik pengaruh kedalaman potong terhadap kesalahan jarak

puncak ulir (pitch).................................................................................. 55

Gambar 4.6. Kesalahan jarak puncak ulir terkecil pada kedalaman potong

0,649523 mm dan dan kecepatan spindel 212 rpm ........................... 56

Gambar 4.7. Grafik pengaruh kecepatan spindel terhadap kesalahan tinggi

puncak ulir .............................................................................................. 57

Gambar 4.8. Grafik pengaruh kecepatan spindel terhadap kesalahan sudut

ulir ............................................................................................................ 58

Page 16: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

xv

Gambar 4.9. Grafik pengaruh kecepatan spindel terhadap kesalahan jarak

puncak ulir (pitch).................................................................................. 60

Gambar 4.10. Bentuk profil permukaan ulir magnesium paduan AZ31 pada

kecepatan spindel 212 rpm (1) kedalaman potong 0,324761 mm (2)

kedalaman potong 0,433015 mm (3) kedalaman potong 0,649523

mm ........................................................................................................... 63

Gambar 4.11. Bentuk profil permukaan ulir magnesium paduan AZ31 pada

kecepatan spindel 318 rpm (4) kedalaman potong 0,324761 mm (5)

kedalaman potong 0,433015 mm (6) kedalaman potong 0,649523

mm ........................................................................................................... 64

Gambar 4.12 Bentuk profil permukaan ulir magnesium paduan AZ31 pada

kecepatan spindel 424 rpm (7) kedalaman potong 0,324761 mm (8)

kedalaman potong 0,433015 mm (9) kedalaman potong 0,649523

mm ........................................................................................................... 65

Gambar 4.13 Bentuk profil permukaan ulir magnesium paduan AZ31 pada

kedalaman potong 0,324761 mm (1) kecepatan spindel 212 rpm (2)

kecepatan sindel 318 rpm (3) kecepatan sindel 424 rpm.................. 66

Gambar 4.14 Bentuk profil permukaan ulir magnesium paduan AZ31 pada

kedalaman potong 0,433015 mm (4) kecepatan sindel 212 rpm (5)

kecepatan sindel 318 rpm (6) kecepatan sindel 424 rpm.................. 67

Gambar 4.15 Bentuk profil permukaan ulir magnesium paduan AZ31 pada

kedalaman potong 0,649523 mm (7) kecepatan sindel 212 rpm (8)

kecepatan sindel 318 rpm (9) kecepatan sindel 424 rpm.................. 69

Page 17: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Sifat Fisik magnesium................................................................. 9

Tabel 2.2.Kecepatan potong proses bubut rata dan proses bubut ulir untuk

pahat HSS ............................................................................................ 21

Tabel 3.1. Rencana kegiatan penelitian........................................................ 36

Tabel 3.2. Karakteristik thermal paduan magnesium AZ31 ........................ 39

Tabel 3.3. Sifat Fisik magnesium................................................................. 39

Tabel 3.4. Spesifikasi jangka sorong ........................................................... 43

Tabel 3.5. Tabel pengukuran setiap ulir....................................................... 46

Tabel 3.6. Tabel hasil pengukuran spesimen ............................................... 47

Tabel 4.1. Data hasil pengukuran dimensi ulir pada pengaruh kedalaman

potong................................................................................................ 49

Page 18: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Magnesium merupakan unsur kedelapan terbanyak yang ada di permukaan

bumi, yaitu sekitar 2% dari berat kerak bumi. Selain itu juga magnesium

adalah unsur paling banyak ketiga yang terlarut dalam air laut (Saputra, 2017

: Kausar, 2014). Dapat dipastikan bahwa magnesium adalah sumber daya

alam yang melimpah di bumi ini dan harus dimanfaatkan dengan optimal

untuk kemajuan teknologi yang sudah ada saat ini dan berupaya untuk

memanfaatkannya dengan tepat dalam berbagai bidang terutama bidang

industri dan manufaktur.

Magnesium sendiri hanya memiliki kepadatan setara dengan dua pertiga kali

dari alumunium, karena kepadatannya yang lebih rendah dari alumunium,

magnesium banyak diaplikasikan pada komponen maupun konstruksi yang

membutuhkan material yang ringan dimana massa yang ringan tersebut

merupakan pertimbangan yang sangat penting. Oleh sebab itu, paduan

magnesium sangat menarik sebagai bahan struktural di semua aplikasi dimana

pengurangan berat komponen menjadi perhatian besar. Dalam aplikasi

otomotif, pengurangan berat elemen mesin akan memperbaiki kinerja

kendaraan dengan mengurangi rolling resistance dan energi percepatan,

Page 19: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

2

sehingga mengurangi konsumsi bahan bakar dan selain itu pengurangan gas

rumah kaca CO2 dapat tercapai (Ibrahim dkk., 2014 : Blawert dkk., 2004).

Magnesium juga sudah dikembangkan dalam bidang kedokteran yaitu sebagai

material untuk implan. Faktor utamanya sifat magnesium sangat mirip dengan

sifat tulang manusia dan memiliki biocompatible yang baik serta luluh di

dalam tubuh, maka magnesium dan paduannya sangat memungkinkan

diaplikasikan pada bidang material biomedik (Bai dkk, 2014). Penelitian

lainnya mengatakan Sekrup Mg murni dan AZ31 menunjukkan kekuatan tarik

keluar yang serupa dengan sekrup stainless steel saat ditarik dari bahan tulang

sintetis. Tingkat degradasi kedua jenis sekrup Mg-alloy di ruang tulang

sumsum dan otot lebih cepat dari pada di ruang tulang kortikal (Henderson

dkk, 2014). Dalam bidang biomedic ulir sudah menjadi sebuah komponen

yang sangat penting sebagai implant tulang. Hal ini menunjukan bahwa

pembuatan ulir pada magnesium AZ31 sangat mendukung untuk diaplikasikan

pada bidang material biomedic.

Meskipun magnesium memiliki banyak kelebihan, akan tetapi magnesium

memiliki kekurangan yaitu sangat mudah terbakar karena memiliki titik nyala

yang rendah. Pada titik nyala yang rendah tersebut geram akan terbakar, di

mana suhu pemotongan melebihi titik cair bahan yaitu (400°C - 600°C)

(Mahrudi dan Burhanuddin, 2013). Pada proses pemesinan, umumnya metode

yang banyak digunakan untuk menurunkan suhu pemotongan adalah dengan

menggunakan cairan (baik berupa pelumas maupun pendingin). Namun pada

perkembangannya penggunaannya cairan ini mulai dinimalisir karena sangat

Page 20: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

3

berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan (Doni, 2015 ; Harun, 2009 ;

Kuuppinen, 2002). Untuk mengatasi masalah tersebut, dapat dilakukan variasi

pada parameter proses pemesinannya, yaitu parameter pemotongan pada saat

pembubutan ulir dengan material magnesium paduan AZ31 untuk

mendapatkan hasil yang paling baik akurasinya,

Dalam penelitian Viswanathan (2014) mengatakan bahwa parameter

pemotongan memiliki pengaruh penting pada kekasaran permukaan terhadap

pemesinan bubut magnesium paduan AZ31. Parameter yang digunakannya

adalah kecepatan spindel sebesar 212 , 318 dan 424 rpm, kedalaman potong

sebesar 0,5 ,0,75 dan 1 mm, serta gerak makan dengan variasi 0,2, 0,25, 0,3

mm/rev. maka didapatkan nilai kekasaran terendah dengan menggunakan

parameter kecepatan spindel 212 rpm, gerak makan sebesar 0,25 mm/rev dan

kedalaman potong sebesar 0,75 mm

Bagaimanapun juga sudah ada beberapa penelitian mengenai sekrup dan ulir

menggunakan material magnesium paduan AZ31, tetapi belum ada yang

membahas tentang pengaruh parameter pemotongan terhadap kepresisian

geometri ulirnya. Kepresisian geometri ulir akan memberikan pengaruh

terhadap kwalitas ulir, terutama pada saat ulir bekerja bila sudah digunakan

sebagai penyambung tulang.

Pada penelitian ini akan dilakaukan pembuatan ulir metrik M22x1,5 dengan

menggunakan material magnesium paduan AZ31 dengan parameter yang

digunakan adalah kecepatan spindel sebesar 212 , 318 dan 424 rpm yang

mengacu pada penelitian Viswanathan (2014), lalu mengacu pada standar

Page 21: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

4

isometrik, tinggi ulir untuk M22x1,5 adalah 1,299045 mm maka kedalaman

potong yang divariasikan adalah 0,324761, 0,433015, dan 0,649523 mm.

Dari penelitian yang sudah diuraikan di atas dan parameter yang akan

digunakan pada penelitian ini diharapkan mendapatkan parameter yang paling

baik dan hasil nilai penyimpangan yang kecil pada kepresisian ulir.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari penilitian ini adalah mendapatkan pengaruh parameter

pemotongan terhadap geometri dan kepresisian ulir pada proses threading

magnesium paduan AZ31

1.3 Batasan Masalah

Untuk menjaga arah tujuan dari penelitian ini maka penulis membatasi

pembahasan masalah pada kriteria berikut :

1. Material yang akan digunakan adalah Magnesium paduan AZ31

kandungan Al 3 % dan Zn 1 %

2. Pemesinan yang dilakukan menggunakan mesin CNC turning dengan

proses threading

3. Pengambilan data dimensi dan geometri ulir menggunakan Profil

Projector

4. Pengambilan gambar profil permukaan ulir menggunakan Mikroskop

USB Coolingtech

Page 22: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

5

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada penelitian ini yaitu menjadi lima bab, yaitu :

Bab I. Pendahuluan, pada bab ini terdiri dari latar belakang yang menjadi

penulisan penelitian ini, yaitu berisikan tentang perlunya kajian tentang

kepresisian ulir pada pemesinan magnesium AZ31, dengan tujuan yaitu

mendapatkan pengaruh parameter pemotongan terhadap geometri dan

kepresisian ulir pada proses threading magnesium paduan AZ31, serta

batasan masalah yang diberikan adalah material yang digunakan

menggunakan magnesium paduan AZ31, pemesinan yang dilakukan adalah

bubut ulir (threading) dan pengambilan data dimensi ulir menggunakan profil

projector, dan yang terakhir adalah sistematika penulisan yang berisikan

pendahuluan, tinjauan pustaka, metode penelitian, data dan pembahasan,

penutup serta daftar pustaka.

Bab II. Tinjauan Pustaka, berisi tentang magnesium dan sifat-sifatnya, proses

pemesinan, pemesinan magnesium AZ31, pemesinan bubut, parameter

pemesinan bubut, pemesinan bubut ulir (threading), jenis-jenis ulir,

pengukuran ulir,

Bab III. Metodologi Penelitian, bab ini berisikan tentang waktu dan tempat

penelitian, alur penelitian, alat dan bahan, serta prosedur penelitian yang

akan digunakan dalam penelitian ini

Page 23: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

6

Bab IV. Hasil dan Pembahasan, berisi data-data yang telah didapat dari hasil

pengujian yang telah diamati dan membahas setiap perbandingan pada setiap

parameter

Bab V. Penutup, bab ini berisikan kesimpulan dari penelitian yang telah

dilakukan serta berisi saran-saran yang diberikan

Daftar Pustaka, memuat daftar sumber-sumber yang menjadi referensi

Page 24: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Magnesium

Magnesium (Gambar 2.1) merupakan unsur kedelapan terbanyak yang ada di

permukaan bumi, yaitu sekitar 2% dari berat kerak bumi. Selain itu juga

magnesium adalah unsur paling banyak ketiga yang terlarut dalam air laut

(Saputra, 2017 : Kausar, 2014). Dapat dipastikan bahwa magnesium adalah

sumber daya alam yang melimpah di bumi ini dan harus dimanfaatkan

dengan optimal untuk kemajuan teknologi yang sudah ada saat ini dan

berupaya untuk memanfaatkannya dengan tepat dalam berbagai bidang

terutama bidang industri dan manufaktur.

Gambar 2.1 Magnesium (Sumber : Saputra, 2017)

Page 25: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

8

Magnesium sendiri hanya memiliki kepadatan setara dengan dua pertiga kali

dari alumunium, karena kepadatannya yang lebih rendah dari alumunium,

magnesium banyak diaplikasikan pada komponen maupun konstruksi yang

membutuhkan material yang ringan dimana massa yang ringan tersebut

merupakan pertimbangan yang sangat penting, yaitu seperti konstruksi

pesawat terbang dan rudal. Pada tebel periodik, magnesium memiliki nomor

atom 12 serta berat atom sebesar 24,31.

Magnesium merupakan logam alkali tanah yang memiliki karakteristik

mendekati alumunium namun titik cairnya lebih rendah, hal ini menyebabkan

magnesium banyak digunakan sebagai zat paduan (alloy) dalam membuat

paduan alumunium-magnesium yang biasa disebut “magnalium” atau

“magnelium”. Kesamaan lainnya antara magnesium dan alumunium adalah

mudah bersenyawa dengan udara (oksigen). Akan tetapi keduanya juga

memiliki perbedaan yang sangat mencolok yaitu magnesium memiliki

permukaan yang lebih keropos, hal ini disebabkan karena kelembaban udara

karena oxid film yang terbentuk pada permukaan magnesium ini hanya

mampu melindunginya dari udara yang kering, hal ini menyebabkan

kerentanan terjadinya korosi pada magnesium jika kelembaban udara

mengandung unsur air dan garam.

Untuk menghindari korosi magnesium memerlukan pelapisan pada

permukaannya seperti cat. Perbedaan lainnya yaitu magnesium memiliki

struktur yang berada pada kisi hexagonal sehingga tidak mudah terjadi slip

(Saputra, 2017 : Kausar, 2014).

Page 26: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

9

2.1.1 Sifat fisik magnesium

Sifat fisik merupakan sifat-sifat suatau unsur tentang pengaruh teperatur,

jumlah energi ion, kerapatan massa dimensi hingga kapasitas panas yang

mampu ditampung suatu unsur yang tentunya berbeda-beda nilainya untuk

setiap unsur yang ada. Untuk sifat fisik magnesium akan dijelaskan pada

Tabel 2.1 berikut :

Tabel 2.1 Sifat Fisik Magnesium

Sifat Fisik Magnesium PaduanTitik cair, K 922 K

Titik didih, K 1380 K

Energi ionisasi 1 738 kJ/mol

Energi ionisasi 11 1450 kJ/mol

Kerapatan massa (ρ) 1,74 g/cm3

Jari-jari atom 1,60 A

Kapasitas panas 1,02 J/gK

Potensial ionisasi 7,646 Volt

Konduktivitas kalor 156 W/mK

Entalpi penguapan 127,6 kJ/mol

Entalpi pembentukan 8,95 kJ/mol

Sumber : Kausar, 2014

2.1.2 Sifat mekanik magnesium

magnesium memiliki berat jenis atau rapat massa yaitu sebesar 1,738

gram/cm . Selain itu pengecoran magnesium murni memiliki kekuatan

tarik sebesar 110 N/mm (Hardi, 2008).

Page 27: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

10

2.1.3 Magnesium paduan tempa

Magnesium paduan ada berbagai macam jenis pengelompokannya, semua

itu bergantung pada jumlah kadar serta jenis unsur yang digunakan untuk

paduannya. Jenis kelompok tersebut yaitu (Ghani, 2011) :

a. Magnesium dengan kadar 1,5 % Mangan

b. Magnesium paduan dengan aluminium, seng dan mangan

c. Magnesium paduan dengan zirconium (biasanya dilakukan perlakuan

panas)

d. Magnesium paduan dengan Seng, zirconium dan thorium (creep

resisting-alloys)

2.1.4 Karakteristik magnesium

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, magnesium memiliki struktur

heksagonal (Gambar 2.2) (Purnomo, 2017 : Polmer, 1994). Struktur

heksagonal yang rapat namun memiliki variable ukuran butir yang besar

telah menyebabkan kurang optimumnya sifat mekanik dari magnesium.

Pengembangan paduan magnesium untuk menjadikannya lebih efektif

bersaing dengan pengembangan paduan alumunium karena memiliki

perbedaan substansi dalam pemahaman tentang fase transformasi yang

terjadi pada paduan magnesium dibandingkan dengan paduan alumunium

(Purnomo, 2017 : Froes, 1998)

Page 28: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

11

Gambar 2.2 Prinsip bidang dan arah pada elemen magnesium (Sumber :Purnomo, 2017 : Polmer, 1994)

2.1.5 Penandaan paduan magnesium

Paduan magnesium memiliki penandaan berbeda-beda bergantung pada

unsur paduannya, berikut adalah penetapan penandaannya :

a. Huruf pertama dan kedua, menunjukkan unsur pada paduan utama.

b. Angka pada penandaan biasanya berjumlah dua atau tiga, menandakan

jumlah presentase unsur paduan utama yang dibulatkan.

c. Standar paduan dengan variasi dan komposisi yang kecil ditunjukan

dengan huruf, kecuali huruf I dan O

d. Sifat material pada paduan magnesium mengikuti sistem simbol pada

paduan aluminium.

e. Contoh, pada paduan AZ91: Unsur utama yang menyusun paduannya

adalah aluminium dan zinc (A= 9%, dibulatkan) dan seng (Z =1%).

Gambar 2.3 Penamaan paduan magnesium (Sumber : (Purnomo, 2017 :Riyadi, 2015 : Buldum, 2011)

Page 29: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

12

2.2 Pemesinan

Pemesinan merupakan proses produksi dengan menggunakan mesin-mesin

perkakas dan memanfaatkan gerakan antara pahat dengan benda kerja dengan

cara menghilangkan bagian yang tidak diinginkan yang berbentuk serpihan

atau sering disebut geram, sehingga menghasilkan suatu produk sesuai

dengan hasil geometri yang diinginkan (Widarto,2008). Proses pemesinan

yaitu teknik pembentukan dengan cara memotong bagian benda kerja yang

tidak diperlukan menggunakan perkakas, pada proses pemesinan ini, perkakas

bersifat tajam, karena fungsinya memotong material dengan menyayat

material dengan ketebalan tertentu (Kalpakjian, 2001).

Prinsip kerja pada proses pemesinan ini adalah menempatkan benda kerja

yang akan dipotong di atas meja potong. Supaya benda tetap diam dan tidak

bergerak maupun bergeser saat proses pemesinan berlangsung, digunakan

komponen pencekam. Jika benda kerja tidak dalam keadaan kondisi kaku

pada saat proses pemesinan berlangsung, dapat menyebabkan kerusakan

geometri komponen atau merusak ketelitian.

Proses pemesinan dikasifikasikan menjadi dua kelompok besar yaitu proses

pemesinan untuk bentuk silindris dan konis seperti pada Gambar 2.4, dimana

klasifikasi pemesinan yang pertama untuk mendapatkan bentuk silindris

menggunakan benda kerja atau pahat yang berputar, sedangkan klasifikasi

pemesinan yang kedua untuk mendapatkan permukaan yang datar

menggunakan pahat yang berputar atau bergerak sedangkan benda kerja

diam.

Page 30: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

13

Gambar 2.4 Beberapa proses pemesinan : bubut (turning/lathe), frais(milling), sekrap (planning, shaping), gurdi (drilling), gerinda (grinding), bor(boring), pelubangan (punching press), gerinda permukaan (surface grinding)

(Sumber : Widardo, 2008).

Klasifikasi yang pertama mencakup proses bubut (lathe) dan proses bubut

yang telah divariasikan, mesin gurdi (drilling machine), mesin frais (milling

machine), dan mesin gerinda (grinding machine). Untuk klasifikasi yang

kedua mencakup proses sekrap (shaping planning), gurdi (drilling), proses

slot (sloting), proses menggergaji (sawing), dan proses pemotongan roda gigi

(gear cutting)(Widardo, 2008).

2.3 Pemesinan Bubut

Pemesinan bubut pada umumnya digunakan untuk melakukan pemesinan

pada material logam maupun nonlogam untuk mendapatkan hasil benda kerja

dengan bentuk silinder maupun konis, proses pemesinan bubut dilakukan

menggunakan mekanisme spindel yang memutar benda kerja akan dipotong

Page 31: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

14

oleh pemotong mata tunggal untuk mendapatkan bentuk yang diinginkan, dan

melepas bagian yang tidak diinginkan.

Menurut definisi ASM Internasional, proses bubut merupakan proses

pemesinan konvensional untuk membentuk permukaan oleh pahat terhadap

benda kerja yang berputar, hal ini dirancang supaya benda kerja dapat

dipotong sesuai dimensi dan toleransi yang diinginkan sesuai dengan

rancangan teknisinya (Setyawan, 2014)

Proses pembubutan dimulai dengan memasang material benda kerja pada

cekam yang dipasang pada poros utama spindel, dan mengatur lengan pada

kepala diam, untuk memilih putaran poros (n) yang sesuai, umumnya

disesuaikan dengan spesifikasi pahat yang digunakan. Harga putaran poros

utama biasanya dibuat bertingkat dengan standar yang sudah ada, misalnya :

83, 155, 275, 550, 1020 dan 1800 rpm.

Gambar 2.5 Mesin bubut (Sumber : Widarto, 2008)

Page 32: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

15

Gerak pemotongan oleh benda kerja yang bergerak memutar atau rotasi, dan

gerak makan oleh pahat yang melakukan gerak translasi menuju arah spindel.

Pahat dipasangkan pada holder lalu kedalaman potong atau depth of cut (a)

diatur sesuai dengan kedalaman yang diinginkan pada roda pemutar (roda

pemutar kedalaman potong memiliki skala minimal 0,1 mm) setelah itu

kedalaman gerak translasi dan gerak makannya diatur pada lengan atau tuas

pengatur pada rumah roda gigi. Gerak makan (f) pada mesin bubut memiliki

standar yang telah ditetapkan. Komponen-komponen mesin bubut dapat kita

lihat pada Gambar 2.5.

2.3.1 Jenis operasi bubut

Operasi bubut ada berbagai macam jenisnya hal ini dibedakan berdasarkan

posisi benda kerja dan bentuk pahat yang digunakan, berikut adalah jenis

operasi bubut : Pembubutan silindris (turning), Pengerjaan tepi/bubut

muka (facing), Bubut Alur (grooving), Bubut Ulir (threading),

Pemotongan (Cut-off), Meluaskan lubang (boring), Bubut bentuk

(Forming), Bubut inti (trepanning), dan Bubut konis.

Gambar 2.6 Proses pada mesin bubut (Sumber : Purnomo, 2017 :Hariyanto, 2015)

Page 33: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

16

2.3.2 Parameter proses bubut

Proses bubut memiliki parameter-parameter utama untuk pemesinan,

parameter utama tersebut akan sangat berpengaruh terhadap hasil dari

produk yang telah dibubut. Kita dapat menentukan parameter utama yang

dibutuhkan dengan persamaan-persamaan berikut, dan Gambar 2.7

menunjukan skema dari proses bubut.

Gambar 2.7 Skematis proses bubut(Sumber: Purnomo, 2017 :Kalpakjian,1995)

Keterangan :

1. Benda kerja :

Do = Diameter awal (mm)

Df = Diameter akhir (mm)

lt = Panjang pemotongan (mm)

2. Mesin bubut :

d = Selisih diameter atau kedalaman potong (mm)

f = Gerak makan atau feeding (mm/putaran)

N = Kecepatan spindel (putaran/menit)

Page 34: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

17

2.3.2.1 Kecepatan potong

Kecepatan potong adalah parameter yang pertama yang akan dibahas,

pada proses bubut kecepatan potong dapat diartikan sebagai kerja rata-

rata pada sebuah titik lingkaran terhadap pahat potong dalam periode satu

menit. Nilai kecepatan potong dipengaruhi diameter benda kerja dan

kecepatan spindel. Semakin besar diameter benda kerja dan nilai

kecapatan spindel maka semakin besar juga kecapatan potongnya.

Sederhananya kecepatan potong diasumsikan sebagai keliling benda

kerja dikalikan dengan kecepatan putar (Purnomo, 2017 : Widarto,

2008).

= ; m/menit ........................................................... (2.1)

2.3.2.2 Kecapatan makan

Definisi dari kecepatan makan adalah jarak dari pergerakan pahat potong

sepanjang jarak kerja untuk setiap putaran dari spindel, maka kecepatan

makan dipengaruhi oleh gerak makan (f) yaitu jarak yang ditempuh oleh

pahat setiap benda kerja berputar satu kali (mm/rev) dan putaran spindel

(n) (Purnomo, 2017 : Widarto, 2008).

= × ; mm/menit .................................................... (2.2)

2.3.2.3 Kedalaman potong

Kedalaman potong merupakan selisih antara diameter sebelum dan

sesudah proses bubut atau kedalaman geram yang diambil oleh pahat

potong. Kedalaman potong pada pemesinan bubut maksimum dipilih dari

kondisi padaa mesin, jenis pahat potong yang digunakan, dan

Page 35: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

18

kemampuan benda kerja untuk dilakukan pemesinan (machineability)

(Rochim, 1993). Rumus untuk kedalaman potong adalah := ;mm ....................................................................... (2.3)

2.3.2.4 Kecepatan penghasilan geram

Kecepatan geram yang dihasilkan pada proses pemesinan dapat dihitung

dengan persamaan berikut :

= × ; cm3/menit ................................................... (2.4)= × ; (mm)

2.3.2.5 Waktu pemotongan

Waktu pemotongan disini adalah waktu yang dibutuhkan untuk

menghasilkan satu produk (Rochim, 1993). Rumus waktu pemotongan

adalah :

= ; menit.............................................................. (2.5)

2.3.3 Pembubutan Magnesium paduan AZ31

Dalam penelitiannya (Liwei, 2016) mengatakan bahwa parameter

pemotongan memiliki pengaruh penting pada struktur mikro, kekasaran

permukaan dan pengerasan akibat pemesinan bubut terhadap magnesium

paduan AZ31. Menurut hasil penelitiannya peningkatan kecepatan

pemotongan dari 1000rpm sampai 2200rpm, akan menurunkan

kemampuan pengerasan dari sekitar 135% menjadi 120%, yang dapat

dikaitkan dengan tingkat pengerasan permukaan. Kekasaran berkurang

dengan meningkatnya kecepatan potong, karena bila kecepatan

Page 36: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

19

pemotongan meningkat, kekuatan pemotongan akan berkurang, dan proses

pemotongannya relatif stabil, yang meningkatkan kualitas permukaan

benda kerja. Nilai kekasaran terendah didapatkan dengan parameter

kecepatan putar (n) sebesar 2200 rpm, kedalaman potong (a) sebesar 2 mm

dan gerak makan (f) sebesar 0,02 mm/r.

2.3.4 Proses bubut ulir (Threading)

Pembentukan ulir dapat dilakukan pada mesin bubut. Pada mesin bubut

konvensional proses bubut ulir kurang efisien, dikarenakan proses

pengulangan penyayatan atau pemotongan harus dikendalikan secara

manual, dan proses bubut memakan waktu yang lama sehingga kurang

presisi.

Berbeda dengan mesin bubut konvensional, proses pada mesin bubut CNC

pembubutan ulir dikendalikan secara otomatis menggunakan program

sehingga menjadi sangat efisien dan efektif, dan memungkinkan untuk

membuat ulir dengan pitch yang akurat dan presisi dalam waktu yang

cepat. Berikut adalah nama dari komponen ulir segi tiga dapat dilihat pada

Gambar 2.8.

Gambar 2.8 Nama-nama bagian ulir (Sumber : Rahdiyanata,2010)

Page 37: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

20

Ulir segi tiga memiliki dua tipe yaitu ulir tunggal dan ulir ganda. Pahat

potong yang digunakan pada pembuatan ulir segi tiga ini yaitu pahat ulir

dengan sudut pada ujung pahatnya adalah sama dengan sudut ulir dari benda

kerja. Pada ulir metrik besarnya sudut pada ulir adalah 60°, dan pada ulir

dengan standar Whitwoth sudut pada ulir adalah 55°. Untuk menentukan

jenis ulir biasanya ditentukan dari diameter mayor dan pitch. Misalnya ulir

M22x1,5 yang memiliki arti ulir metrik dengan diameter mayor sebesar 22

mm dan pitch sebesar 1,5 mm (Rahdiyanata,2010).

2.3.4.1 Pahat ulir

Hal yang paling utama dalam proses pemesinan bubut ulir atau threading

adalah pemilihan sudut pahat yang akan digunakan. Pada pemesinan bubut

dengan menggunakan mesin bubut konvensional dibutuhkan bentuk pahat

ulir yang sesuai dengan standar sehingga dibutuhkan alat atau mal untuk

mengecek besarnya sudut pahat seperti pada Gambar 2.9. Pahat ulir pada

Gambar 2.9 merupakan pahat ulir luar dan pahat ulir dalam. Ada berbagai

jenis pahat ulir salah satunya adalah pahat dengan bahan HSS dan pahat

dengan jenis sisipan atau insetrt juga memiliki bahan HSS atau karbida

seperti pada Gambar2.10 (Rahdiyanata,2010).

Gambar 2.9 Pahat ulir metris untuk ulir luar dan ulir dalam (Sumber :Rahdiyanata,2010)

Page 38: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

21

Gambar 2.10 Proses pembuatan ulir luar dengan menggunakan pahatsisipan (Sumber : Rahdiyanata,2010)

2.3.4.2 Parameter pemotongan ulir

Parameter pada pemesinan bubut ulir sangat berbeda dengan bubut rata.

Hal ini dikarenakan pada proses pembuatan ulir gerak makan (f) adalah

yang menentukan jarak dari kisar (pitch) ulir tersebut, sehingga kecepatan

spindel yang digunakan adalah tidak terlalu tinggi. Perbandingan harga

kecepatan potong untuk proses bubut rata (Stright turning) dan proses

bubut ulit (threading) dapat dilihat pada Tabel 2.2 (Rahdiyanata,2010).

Tabel 2.2 Kecepatan potong proses bubut rata dan proses bubut ulir untukpahat HSS (Sumber : Rahdiyanata,2010)

Page 39: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

22

Dalam penelitiannya Setyawan (2013), ia menggunakan dua parameter

yang menurutnya mempengaruhi bentuk geometris ulir dengan material

yang digunakan adalah baja S45C, yaitu yang pertama putaran spindel

dengan variasi 200 rpm, 300 rpm, 400 rpm, 500 rpm, 600 rpm, 700 rpm

dan 800 rpm, dan pada depth of cut mengambil variasi sebesar 0.0203

mm, 0.0410 mm, dan 0.0610 mm. Sedangkan variabel terikat dalam

penelitiannya adalah penyimpangan geometris ulir. hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa dengan semakin besar nilai depth of cut dan semakin

cepat juga putaran spindel maka akan dapat memperbesar bentuk

penyimpangan ulir dan jika putaran spindel yang rendah juga akan

mempengaruhi bentuk geometris ulir tersebut, dan penyimpangan

geometris yang rendah terjadi pada kedalaman potong 0,0203 dan 0,0407

mm, dengan nilai kecepatan spindel antara 300 rpm sampai 500 rpm.

Penelitian lain yang juga menggunakan baja S45C mengatakan bahwa

pada proses permesinan kecepatan potong merupakan salah satu parameter

yang paling berpengaruh dalam menentukan hasil pada permukaan benda

kerja. Kepresisian merupakan salah satu yang dilihat untuk menentukan

kualitas dari hasil pemesinan. Dalam penelitiannya dilakukan proses

permesinan bubut ulir dengan mesin CNC pada pembuatan ulir metris

M30 dengan variasi kecepatan potong 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18, 20, 22,

24, 26, 28, 30 m/menit. Kepresisian ulir diukur dengan menggunakan

profil proyektor. Dan didapatkan hasil analisa setiap variasi kecepatan

potong memiliki pengaruh terhadap kepresisian geometri ulir. Pada

kecepatan potong 2 m/menit presentase penyimpangan geometri ulirnya

Page 40: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

23

cukup tinggi dan berangsur menurun seiring dengan peningkatan

kecepatan potongnya sampai pada kecepatan potong 12-14 m/menit

memiliki tingkat kepresisian yang paling baik, kemudian semakin

bertambahnya kecepatan potong mulai 16–30 m/menit tingkat

kepresisiannya menurun kembali (Agung, 2015).

2.4 Mesin Bubut CNC

Computer Numercally Controlled (CNC) merupakan hasil perpaduan

teknologi computer dengan teknologi mekanik, dimana pengaplikasian

komputer tehadap alat-alat mesin perkakas seperti mesin bubut, mesin frais,

mesin gerinda, mesin bor, mesin potong dan lain-lain.

Gambar 2.11 Mesin CNC

Mesin CNC dioperasikan dengan menggunakan program yang secara

langsung dapat dikontrol melalui komputer. Mesin CNC sendiri memiliki

banyak kelebihan dibandingkan dengan mesin perkakas konvnsional yaitu

dari segi ketelitian (accurate), ketepatan (precision), fleksibilitas, dan

Page 41: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

24

kapasitas produksi. Sehingga, di era modern seperti saat ini banyak industri-

industri mulai meninggalkan mesin-mesin perkakas konvensional dan

beralih menggunakan mesin-mesin perkakas CNC .

Mesin bubut CNC dan mesin bubut kenvensional memiliki prinsip gerakan

dasar yang sama yaitu gerakan ke arah melintang dan horizontal dengan

sistem koordinat X dan Z. Mesin bubut CNC memiliki prinsip kerja yang

sama dengan mesin bubut konvensional yaitu benda kerja yang dicekam

diputar oleh spindel dan pahat potong diam. Lambang pada arah gerakan dari

mesin bubut adalah sebagai berikut :

a. Sumbu X merupakan arah gerakan melintang tegak lurus (kedalaman

potong pada bubut) terhadap sumbu putar.

b. Sumbu Z merupakan arah gerakan memanjang (gerak makan atau

feeding) yang sejajar sumbu putar.

2.5 Ulir

Manusia telah mengenal dan menggunakan sistem ulir pada beberapa abad

yang lalu. Diciptakannya sistem ulir ini bertujuan untuk mendapatkan cara

yang praktis untuk penyambungan dua buah elemen mesin sehingga

gabungan ini menjadi satu kesatuan unit yang pada dasarnya bermafaat sesuai

dengan fungsinya. Pembuatan ulir awalnya dikerjakan menggunakan tangan

sebelum terjadinya kemajuan dibidang teknologi industri dan sudah tentu

hasilnya tidak presisi.

Page 42: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

25

Organisasi Standar Internasional (ISO) telah memberikan standar pada

sistem ulir. Perubahan-perubahan seiring dilakukannya penelitian pada sistem

standar ulir dilakukan supaya memperoleh komponen berulir memiliki sifat

mampu tukar (interchangeability) dan dapat dibuat dalam jumlah besar.

Teknologi saat ini masih sangat bergantung pada penggunaan sistem ulir

dalam penggabungan dua buah komponennya. Ulir sendiri tidak dapat lepas

dari teknologi perindustrian yang memiliki tingkat ketelitian rendah (kasar)

sampai pada hasil industri yang memiliki tingkat ketelitian sangat tinggi

(presisi). Kemajuan teknologi industri dan produksi sendiri berkembang pesat

berkat berbagai jenis faktor salah satunya yang diberikan oleh sistem ulir.

Semakin tinggi tingkat ketelitian sistem ulir maka semakin tinggi pula tingkat

ketelitian suatu komponen tersebut (Munadi,2010).

2.5.1 Jenis Ulir dan Fungsinya

Menurut jenisnya ulir dapat dibedakan dari gerakan ulir, jumlah pada ulir

dalam tiap gang (pitch) dan bentuk dari permukaan ulir. Selain itu jenis

ulir dapat dibedakan dari standar yang digunakan, diantaranya adalah ulir

Whitworth, ulir metrik dan sebagainya.

2.5.1.1 Jenis Ulir Menurut Arah Gerakan Jalus Ulir

Menurut arah gerakan ulir dapat dibedakan dua macam ulir yaitu ulir kiri

dan ulir kanan. Perbedaan suatu ulir dapat dilihat pada kemiringan sudut

sisi ulir apakah ulir tersebut dikategorikan ulir kiri atau ulir kanan. Cara

lain untuk mengetahui jenis ulir kiri atau ulir kanan adalah dengan

Page 43: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

26

memutar pasangan dari komponen-komponen yang memiliki ulir

misalnya mur dan baut.

Jika sebuah mur dipasangkan pada baut dan kemudian diputar ke kanan

atau searah jarum jam dan ternyata murnya bergerak maju maka ulir

tersebut adalah ulir kanan. Sebaliknya, apabila mur tersebut diputar ke

arah kiri (berlawanan jarum jam) ternyata murnya bergerak maju maka

ulir tersebut adalah ulir kiri. Maka dari itu, pada ulir kanan, untuk

melepaskan mur pada baut maka mur harus diputar ke kiri. Begitu pula

sebaliknya pada ulir kiri, untuk melepas mur adalah dengan cara

memutar mur ke kanan. Dan yang paling sering digunakan dan dijumpai

pada kehidupan sehari-hari adalah ulir kanan.

2.5.1.2 Jenis Ulir Menurut Jumlah Ulir Tiap Gang (Pitch)

Dilihat dari banyaknya ulir tiap gang (pitch) maka ulir dapat di bedakan

menjadi ulir ganda dan ulir tunggal. Ulir ganda artinya dalam satu

putaran (jarak antara dua buah puncak ulir) terdapat lebih dari satu buah

ulir, misalnya dua ulir, atau tiga ulir. Pada ulir ganda dapat disebutkan

berdasarkan jumlah dari ulir tersebut, misalnya ganda dua, ganda tiga dan

ganda empat. Gambar 2.12 menjelaskan bagian pada ulir tunggal dan ulir

ganda. Dilihat dari bentuknya, pada jumlah putaran yang sama ulir ganda

dapat bergerak dengan jarak yang lebih panjang dari pada satu putaran

ulir tunggal.

Page 44: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

27

Gambar 2.12 Ulir tunggal dan ulir ganda (Sumber : Munandi, 1980)

2.5.2 Jenis Ulir Menurut Bentuk Sisi Ulir

Klasifikasi jenis ulir dilihat dari bentuk sisi ulir maka ulir dapat dibedakan

menjadi ulir segi empat, segi tiga, parabol (knuckle), dan trapesium. Dari

bentuk ulir kita dapat mengetahui standar yang digunakan. Berikut adalah

contoh dari bentuk ulir.

Ulir Metrik (ISO) British Standart Withwort

Ulir Unified British Accosiation

ACME

Gambar 2.13 Jenis-jenis ulir menurut bentuk sisi ulir (Sumber : Munandi,1980)

Page 45: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

28

2.6 Pengukuran Ulir

Pada pengukuran dimensi ulir, ada dimensi-dimensi yang penting yang harus

diketahui arti dari istilahnya, beberapa dimensi penting itu adalah seperti yang

ditunjukan pada Gambar 2.13 berikut :

Gambar 2.14 Dimensi penting pada ulir (Sumber : Munandi, 1980)

d = D = Diameter mayor (diameter luar) adalah diameter terbesar dari ulir.

d3 = Diameter minor (diameter inti) merupakan diameter dalam dari ulir.

d2 = Diameter pit (diameter tusuk) merupakan diameter semu yang letaknya

di antara diameter luar dan diameter dalam. Beban terberat yang

diterima uleh sepasang baut dan mur terdapat pada radius dari diameter

tusuk ini, lebih tepatnya titik-titik singgung antara pasangan dua buah

ulir.

P = Pitch merupakan jarak antara puncak ulir, dimana dimensi pitch

memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap pasangan ulir.

Dikarenakan apabila jarak antara puncak ulir atau pitch tidak presisi

maka ulir ini tidak bisa dipasangkan dengan ulir pasangannya.

Meskipun dapat terpasang tentunya dengan cara dipaksa yang akibatnya

Page 46: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

29

juga akan merusak ulir tersebut. Akhirnya pasangan dari komponen

trsebut dalam satu unit tidak akan bisa bertahan dengan lama. Oleh

karena itu, pada proses pembuatannya jarak puncak ulir atau pitch harus

diperhatikan dengan teliti, dan penyimpangan jarak puncak ulir masih

dalam batas toleransi.

α = Sudut ulir merupakan sudut yang dibentuk dari kedua sisi permukaan

ulir yang memiliki satuan derajat. Pada American Standard serta ISO

standar sudut ulirnya adalah 60°. Sedangkan pada ulir Whitworth sudut

ulirnya 55°.

h = Kedalaman ulir merupakan jarak antara diameter dalam dan diameter

luar.

2.6.1. Analisis Kesalahan pada Ulir

Adapun kesalahan-kesalahan yang dapat terjadi pada proses pembuatan

ulir dengan menggunakan mesin bubut adalah: kesalahan diameter pitch,

kesalahan diameter mayor, kesalahan diameter minor, kesalahan sudut sisi

ulir dan kesalahan pitch. Pada kesalahan pitch, kesalahan sudut sisi ulir,

dan kesalahan diameter pitch, secara keseluruhan merupakan kesalahan

yang berkaitan dengan kesalahan diameter fungsional.

2.6.2. Kesalahan Sudut Sisi Ulir

Kesalahan sudut sisi ulir terjadi akibat adanya kesalahan sudut pada pahat

(pisau potong) kesalahan yang juga dapat terjadi adalah setting posisi

pahat. Penyimpangan sudut sisi ulir pada fungsinya dapat mempengaruhi

kerja dari ulir tersebut seperti pada Gambar 2.15 berikut ini. Gambar ini

Page 47: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

30

menunjukkan pasangan ulir dimana salah satu sudut sisi ulir yang lain

terdapat kesalahan. Kenaikan diameter efektif (diameter tusuk)nya adalah

Ed. Besarnya E kita dapat cermati dengan cara memperbesar gambar

bagian dari pasangan mur dan baut yang menunjukkan terjadinya

penyimpangan sudut sisi ulir, dapat dilihat pada Gambar 2.15

Gambar 2.15 Pasangan ulir luar dan ulir dalam yang menunjukkan adanyakesalahan sudut (Sumber : Munandi, 1980)

= sin dan = = ..............................................................(2.6)

Adapun persamaan untuk mengetahui penyimpangan pada sudut sisi ulir

adalah sebagai berikut := ( + ).............................................................(2.7)

= harga koreksi yang disebabkan penyimpangan sudut sisi ulir, mm

h = tinggi ulir atau kedalaman ulir, mm

= sudut ulir, º, = nilai penyimpangan sudut sisi ulir, baik untuk ulir luar dan ulir

dalam, rad= ∑( )................................................................................................(2.8)

= ∑( )........................................................................................(2.9)

Page 48: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

31

= √ ................................................................................................(2.10)

KR = ................................................................................................(2.11)

Dimana :

= sudut rata-rata

n = jumlah data

= Standar deviasi = Simpangan baku rata-rata

KR = kesalahan relative

2.6.3. Analisis Kesalahan Jarak Puncak Ulir (pitch)

Dalam mempermudah pembahasan ini maka dapat diasumsikan bahwa

pembuatan ulir menggunakan mesin bubut. Pada proses bubut maka

tingkat ketelitian pitch yang dibuat akan bergantung pada dua hal yaitu:

a. Kebenaran hasil bagi (rasio) antara gerak makan dengan kecepatan

spindel

b. Hasil bagi antara gerak makan dan kecepatan spindel harus tetap

konstan selama proses bubut ulir.

Apabila syarat pertama tidak dipenuhi maka akan terjadi kesalahan jarak

puncak ulir (pitch) yang disebut dengan istilah kesalahan pitch progresif

(progressive pitch error). Sebaliknya, apabila syarat nomor dua dipenuhi

maka akan terjadi kesalahan jarak puncak ulir yang disebut dengan istilah

kesalahan pitch periodik (periodic pitch error).

Page 49: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

32

Bila digambarkan secara grafik maka dapat diperoleh bentuk grafik

sebagai berikut:

(a) (b)

Gambar 2.16 (a) grafik kesalahan pitch progresif (b) Kesalahan pitchperiodik (Sumber : Munandi, 1980)

Kesalahan pitch progresif dapat disebabkan oleh penggunaan roda-roda

gigi pengganti yang tidak tepat. Secara umum kesalahan pitch bias juga

disebabkan adanya kesalahan pitch pada poros transportier mesin bubut

atau poros-poros penggerak lainnya. Jika setiap jarak puncak ulir terjadi

kesalahan sebesar p, maka untuk setiap puncak ulir sepanjang benda

berulir tersebut terjadi kesalahan n p, n adalah jumlah ulir yang dibuat.

Dari keadaan seperti itu, bila digambarkan secara grafik maka diperoleh

keadaaan seperti pada Gambar 2.16.

Kesalahan pitch periodik dapat disebabkan oleh adanya kesalahan roda-

roda gigi yang menghubungkan benda kerja dengan poros penggerak

utama atau karena adanya gerakan-gerakan aksial dari poros utama (lead

screw). Keadaan seperti ini akan menyebabkan kesalahan yang sifatnya

siklus. Artinya pada saat tertentu jarak puncak ulir harganya melebihi

Page 50: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

33

harga yang sebenarnya, pada saat-saat yang lain jarak puncak tersebut

justru lebih kecil dari pada harga yang sebenarnya. Kemudian kembali

lagi pada harga yang normal, lalu menuju ke harga yang lebih besar,

kembali ke harga yang normal lagi, demikian seterusnya (Munandi,

1980)

2.6.4. Pengukuran Diameter Ulir

Untuk pengukuran secara kasar dapat dilakukan dengan menggunakan

mistar ingsut/jangka sorong. Untuk pengukuran yang lebih teliti lagi

dapat digunakan mikrometer yang memang khusus untuk mengukur ulir,

biasanya digunakan mikrometer pana. Untuk mendapat hasil pengukuran

yang lebih teliti lagi, baik dibandingkan dengan menggunakan mistar

ingsut maupun dengan menggunakan micrometer pana, adalah dengan

menggunakan alat yang disebut Floating Carriage (Bench) Micrometer

atau bias juga menggunakan profil projector

2.7 Chatter Pada Pemesinan

Self-excited Vibration umumnya disebut chatter, self-excited vibration

disebabkan oleh interaksi proses penghilangan chip dengan struktur pahat.

Self-excited Vibration biasanya memiliki amplitudo yang sangat tinggi, dan

dapat didengar. Chatter biasanya dimulai dengan gangguan di zona

pemotongan, seperti jenis chip yang dihasilkan, tidak homogennya bahan

benda kerja atau kondisi permukaannya, dan variasi dalam kondisi gesekan

pada antarmuka chip dan pahat, karena dipengaruhi oleh aliran pemotongan

dan efektivitasnya (Kalpakjian, 2014)

Page 51: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

34

Jenis yang paling penting dari self-excited vibration sendiri adalah chatter

regeneratif, yang disebabkan ketika pahat memotong permukaan yang

memiliki kekasaran atau gangguan geometrik yang dikembangkan dari

potongan sebelumnya. Dengan demikian, kedalaman potongan bervariasi, dan

variasi yang dihasilkan dalam gaya pemotongan mempengaruhi alat untuk

bergetar, prosesnya terus berulang, maka istilahnya regeneratif. Jenis getaran

ini dengan mudah dapat diamati saat mengendarai mobil di atas jalan yang

kasar, yang disebut washboard effect.

Self-excited Vibration umumnya dapat dikendalikan oleh:

1. Meningkatkan kekakuan, terutam kekakuan dinamis dari system, sistem

tidak hanya mencakup alat, holder pahat, rangka mesin, dll, tetapi juga

benda kerja

2. Meredam sistem

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Chatter. Telah diamati bahwa

kecenderungan chatter selama pemesinan sebanding dengan gaya potong dan

kedalaman serta lebar potongan. Karena gaya potong meningkat dengan

kekuatan (karenanya dengan kekerasan bahan benda kerja), kecenderungan

chatter umumnya meningkat ketika kekerasan meningkat. Jadi, paduan

aluminium dan magnesium, misalnya, memiliki kecenderungan yang lebih

rendah untuk mengoceh daripada baja tahan karat martensit dan pengerasan-

presipitasi, paduan nikel, dan paduan suhu tinggi dan tahan api.

Page 52: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

35

Faktor lain yang penting dalam chatter adalah jenis chip yang diproduksi

selama operasi pemotongan. Chip continus melibatkan gaya pemotongan

yang konstan, dan chip semacam itu umumnya tidak menyebabkan chatter;

sebaliknya dengan chip terputus akan mengakibatkan chatter. Jenis chip ini

diproduksi secara berkala, dan variasi gaya yang dihasilkan selama

pemotongan dapat menyebabkan chatter. Faktor lain yang dapat

berkontribusi pada chatter adalah penggunaan alat atau pemotong yang

tumpul, kurangnya cairan pemotongan, dan komponen alat mesin yang usang.

Page 53: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

36

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan dalam 4 bulan yaitu dari bulan November

2017 sampai dengan Februari 2018. Penelitian akan dilakukan di

Laboratorium Produksi dan Metrologi Industri Fakultas Teknik Universitas

Lampung.

Tabel 3.1 Rencana kegiatan penelitian

KegiatanNovember Desember Januari Februari

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1StudiLiteratur

2

PersiapanAlat danBahanPengujian

3Pengujian danPengambilanData

4PengolahanData

5PembuatanLaporanAkhir

Page 54: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

37

3.2 Alur Penelitian

Secara garis besar, alur pelaksanaan penelitian ditunjukkan pada flowchart

berikut ini:

Gambar 3.1 Diagram alur penelitian

Mulai

Studi literatur : a. Magnesium AZ31, b. Proses pemesinan, c.Parameter pemesinan, d. Pemesinan magnesium, e. pemesinan ulir,

f. metrologi

Pemilihan bahan magnesium AZ31, pahat ulir, mesin bubut, dan profil projector

Melakukan pemesinan bubut ulir sebanyakparameter pemotongan.

Pemilihan parameter pemotongan :n =212 , 318 dan 424 rpma = 0,324761, 0,433015, dan 0,649523mmd = 22 mm

1. Mengukur tinggi puncak ulir2. Mengukur jarak pitch3. Mengukur sudut ulir

Data hasil pengujian berupa nilai kepresisian jarak pitch, kepresisiantinggi puncak ulir, kepresisian sudut ulir

Analisa data dan pembahasan.

Kesimpulan dan saran

Selesai

Penulisan laporan

Page 55: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

38

3.3 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang akan digunakan untuk penelitian ini adalah

sebagai berikut :

3.3.1 Paduan Magnesium AZ31

Magnesium merupakan salah satu jenis logam ringan yang memiliki

karakteristik sama dengan aluminium tetapi magnesium memiliki titik cair

yang lebih rendah dari pada aluminium. Pemilihan magnesium AZ31

sebagai material yang digunakan dikarenakan sekrup Mg murni dan AZ31

menunjukkan kekuatan tarik yang serupa dengan sekrup stainless steel saat

ditarik dari bahan tulang sintetis. Sekrup Mg AZ31 juga memiliki tingkat

degradasi yang tinggi dalam tulang (Henderson dkk, 2014). Magnesium

memiliki tingkat Material Magnesium paduan AZ31 memiliki karakterisitik

fisik dan thermal sebagai berikut:

Gambar 3.2 Material Magnesium AZ31

Page 56: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

39

Tabel 3.2 Karakteristik thermal paduan magnesium AZ31

Density [kg/mm3] 1,77 x 10

-6

Young’s Modulus [kN/mm2] 45,000

Possion’s ratio 0.35

Melting temperature [K] 891

Konduktifitas thermal [w/(mK)] 77 + 0.096T

Kapasitas Spesifik panas [J/(kgK)] 1000 + 0.666T

Koefisien muai panas[K-1

] 2.48 x 10-5

(Sumber : Doni, 2015)

Tabel 3.3. Sifat fisik magnesium

Sifat Fisik Magnesium Paduan

Titik cair, K 922 K

Titik didih, K 1380 K

Energi ionisasi 1 738 kJ/mol

Energi ionisasi 11 1450 kJ/mol

Kerapatan massa (ρ) 1,74 g/cm3

Jari-jari atom 1,60 A

Kapasitas panas 1,02 J/gk

Potensial ionisasi 7,646 Volt

Page 57: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

40

Konduktivitas kalor 156 W/mK

Entalpi penguapan 127,6 kJ/mol

Entalpi pembentukan 8,95 kJ/mol

(Sumber : Doni, 2015 : Andriyansyah, 2013)

3.3.2 Mata pahat ulir

Pada proses pembuatan ulir dengan menggunakan mesin bubut manual

pertama-tama yang harus diperhatikan adalah sudut pahat ulir metris dan

alat untuk mengecek besarnya sudut tersebut Mata pahat yang akan

digunakan adalah matapahat threading

No.Katalog RC EX E

Ukuraninsert

Ukuranpitch

16ERAG60

0,08 1,2 1,7 3 0,50 – 3,0

Gambar 3.3 Dimensi mata pahat ulir (Hamdan, dkk. 2015)

3.3.3 Mesin bubut CNC

Mesin bubut dapat digunakan untuk memproduksi material berbentuk

konis maupun silindrik. Jenis mesin bubut yang paling umum adalah

Page 58: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

41

mesin bubut (lathe) yang melepas bahan dengan memutar benda kerja

terhadap pemotong mata tunggal.

Dalam penelitian ini, mesin bubut digunakan untuk pembentukan awal

dari proses pembubutan ulir yaitu membentuk bahan menjadi silindris

dengan diameter 22 mm, setelah menjadi silindris mesin bubut ini juga

digunakan untuk pembubutan ulir (threading) dengan menggunakan pahat

yang berbeda. Mesin bubut CNC yang digunakan memiliki bagian-bagian

seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.4 berikut :

Gambar 3.4 Mesin bubut CNC

Keterangan gambar :

1 Tombol emergency 6 Panel control CNC

2 Kepala Lepas 7 Meja mesin

3 Rumah pahat ( revolver ) 8 Control lock

4 Cekam 9 Start

5 Eretan 10 Badan mesin

Page 59: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

42

3.3.4 Profil Projector

Profil projector disini berfungsi sebagai alat untuk mengukur dimensi dari

ulir yang akan dibuat, alat ini dapat mengukur diameter minor, diameter

mayor, dan juga besar sudut.

Gambar 3.5 Profil Projector

3.3.5 Jangka Sorong

Jangka sorong digunakan untuk mengukur diameter benda kerja sebelum

dan setelah pemesinan. Gambar dan spesifikasi dapat dilihat pada Gambar

3.6 dan Tabel 3.5

Gambar 3.6 Jangka sorong.

Page 60: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

43

Tabel 3.4. Spesifikasi jangka sorong

Merk Mitutoyo

Jenis ukuran Metrik (mm) dan inch

Akurasi +/- 0,05 mm

Made in Japan

3.3.6 Mal ulir metric (screw pitch gage)

Dengan menggunakan mal ulir kita dapat mengecek langsung besarnya

sudut dan juga besarnya jarak puncak ulir terutama untuk ulir-ulir dalam

ukuran kecil yang jarak puncak ulirnya berkisar antara 0.25 – 6.00 mm

bagi ulir metrik. Mal ulir metrik yang digunakan adalah dengan jumlah

bilah sebanyak 24 buah dimana yang 23 buah untuk mengecek jarak

puncak ulir dan satu lagi untuk mengecek sudut. Tebal masing-masing

bilah adalah 0.5mm.

Gambar 3.7 Pitch Gauge

Page 61: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

44

3.4 Prosedur Penelitian

Adapun prosedur dari penelitian ini adalah sebagai berikut ini :

3.4.1 Persiapan bahan

Paduan Magnesium AZ31 yang sebelumnya berbentuk balok memanjang

dilakukan pembubutan rata sehingga berubah bentuk menjadi silinder.

Setelah berbentuk silinder. Paduan magnesium berbentuk silindris yang

panjang dipotong terlebih dahulu menjadi ukuran panjang yang sudah

ditentukan.

3.4.2 Persiapan mesin bubut

Pada persiapan mesin bubut, yang dilakukan instalasi set-up mesin berupa

penempatan holder yang diletakkan pada dudukan pahat dengan cara

melepaskannya dari eretan dengan melepas baut pengikatnya dan

mengatur posisi dari holder tersebut seperti tinggi pahat harus sejajar

dengan senter. Hal ini sangat perlu dilakukan agar pada saat proses

pemotongan pahat yang digunakan tidak cepat rusak. Setelah itu

memasang pahat pada mesin bubut,lalu memasang bahan pada cekam

dengan kuat hingga kaku. setelah itu memastikan semua komponen

berjalan dengan baik dan tidak ada kendala pada mesin maupun spindel

3.4.3 Pemilihan parameter proses threading

Pada penelitian ini pemilihan parameter pemotongan didapatkan dari

penelitian sebelumnya, yaitu oleh Viswanathan (2014) dimana dia

melakukan pemesinan bubut datar menggunakan magnesium AZ31 dan

Page 62: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

45

mendapatkan nilai kekasaran terkecil pada kecepatan putar (n) 212 rpm ,

kedalaman potong (a) 0,75 mm dan gerak makan (f) 0,25 mm/r.

Dikarenakan pada penelitian ini menggunakan pemesinan bubut ulir

(threading) maka parameter dari penelitian sebelumnya disesuaikan yaitu

dengan menggunakan standar ulir isometrik M22x1,5 yang memiliki

standar tinggi ulir sebesar 3 mm menggunakan mesin bubut CNC dan

didapatkan parameter pemotongannya adalah kecepatan spindel sebesar

212, 318 dan 424 rpm rpm dan kedalaman potong 0,324761, 0,433015,

dan 0,649523 mm

Gambar 3.8 Dimensi Pahat dan Kedalaman potong yang digunakan

3.4.4 Proses Threading

Setelah persiapan mesin bubut CNC selesai langkah selanjutnya yaitu

memulai proses threading hal pertama yang dilakukan yaitu

mengkalibrasi/menentukan titik X0 dan Z0 mesin, dan memindahkan titik

0 mesin ke ke titik 0 benda kerja, setelah itu memasukkan data tool/pahat

Page 63: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

46

yang akan digunakan pada mesin dan sentuhkan pahat yang akan kita

setting pada benda kerja sesuai dengan pahat yang akan kita gunakan.

langkah selanjutnya yaitu masukkan data diameter benda kerja dan

kemudian masukkan data panjang benda kerja dari cekam. Setelah itu

memasukan program threading yang telah dibuat sesuai parameter yang

telah ditentukan

3.4.5 Proses pengukuran ulir dengan Profil Projector

Menyiapkan alat ukur profil projector yang telah dikalibrasi, setelah itu

menyiapkan spesimen yang telah dilakukan pemesinan, lalu mengatur

jarak sumbu x-y pada titik acuan spesimen secara vertikal dan horizontal.

Ukur diameter mayor, diameter minor dan sudut pada ulir tersebut. Lalu

catat hasil pengukuran tersebut didalam table sebagai berikut :

Tabel 3.5 Tabel pengukuran setiap ulir

Pembesaran : Kecermatan profilprojector :

Jarak pits teoritik :

Pengukuranke

Diametermayor

Diameterminor

Komulatifjarak pits

Komulatifhasilpengukuran(mm)

Kesalahankomulatif(mm)

Kesalahanpitch(mm)

1234dstKesalahan rata-rata pitch

3.4.6 Data

Setelah semua proses dilakukan, data yang sudah didapat akan diolah

dengan metode full factorial sehingga dapat diketahui error pada geometri

Page 64: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

47

ulir dan dicatat pada tabel hasil pengukuran spesimen seperti ditunjukan

pada Tabel 3.7 dan membuat grafik yang menunjukan hasil pengaruh

parameter pemotongan terhadap kepresisian geometri ulir

Tabel 3.6 Tabel hasil pengukuran spesimen

NoPutaranspindel(rpm)

Kedalamanpotong(mm)

KesalahanTinggi

Ulir (mm)

KesalahanPich (mm)

KesalahanSudut (°)

1212

0,3247612 0,4330153 0,6495234

3180,324761

5 0,4330156 0,6495237

4240,324761

8 0,4330159 0,649523

3.4.7 Analisa hasil

Setelah mendapatkan data pada hasil penelitian maka selanjutnya akan

dilakukan analisa. Adapun rencana analisa yang akan dilakukan yaitu :

a. Grafik pengaruh kecepatan spindel terhadap nilai kesalahan (error)

pada diameter minor, kesalahan pitch dan kesalahan sudut

b. Pengaruh kedalaman potong terhadap nilai kesalahan (error) pada

diameter minor, kesalahan pitch dan kesalahan sudut

c. Gambar permukaan hasil pemesinan pada setiap ulir

Page 65: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

70

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pada penelitian ini didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Nilai kesalahan tinggi ulir minimum yaitu 0,018188 mm didapatkan pada

parameter kecepatan spindel 424 rpm dan kedalaman potong 0,46 mm dan

semakin tinggi kecepatan spindel maka semakin rendah nilai kesalahan ulir.

2. Nilai kesalahan jarak puncak ulir (pich) minimum yaitu 0,0205 mm

didapatkan pada parameter kecepatan spindel 212 rpm dan kedalaman

potong 0,6133 mm, semakin tinggi nilai kedalaman potong maka semakin

rendah nilai kesalahan pich, dan semakin tinggi kecepatan spindel maka

semakin tinggi nilai kesalahan pich

3. Nilai kesalahan sudut minimum yaitu 0,603° didapatkan pada parameter

kecepatan spindel 212 rpm dan kedalaman potong 0,31 mm, semakin tinggi

nilai kedalaman potong maka semakin tinggi nilai kesalahan sudut ulir dan

semakin tinggi nilai kecepatan spindel maka semakin tinggi nilai kesalahan

sudut ulir.

4. Bentuk profil permukaan ulir terbaik yaitu didapatkan pada parameter

kecepatan spindel 424 rpm dan kedalaman potong 0,31 mm, semakin tinggi

Page 66: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

71

nilai kedalaman potong maka semakin kasar bentuk profil permukaan ulir,

dan semakin tinggi kecepatan spindel maka semakin rendah kekasaran

permukaan ulir pada magnesium paduan AZ31

5.2 Saran

Dalam penelitian ini penulis memberikan saran dengan tujuan didapatkannya

hasil yang lebih baik lagi dalam pengembangan selanjutnya, diantaranya :

1. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik atau tingkat kesalahan yang

rendah dilakukan penelitian dengan parameter kedalaman potong yang

lebih rendah dan jarak antara variasi kedalaman potong yang lebih kecil

jarak nilainya sehingga didapatkan nilai yang lebih signifikan sebagai

hasilnya

2. Untuk komponen berulir yang lebih kecil dilakukan penelitian dengan

pengaruh diameter ulir yang lebih rendah dari M22, sehingga didapatkan

parameter yang baik dan diaplikasikan pada bidang biomedik

3. Untuk mendapatkan parameter pemotongan yang baik, perlunya dilakukan

optimasi pada proses threading magnesium paduan AZ31 dengan

parameter yang sudah didapat

Page 67: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

DAFTAR PUSTAKA

Blawert, C., Hort, N., dan Kainer, K.U. 2004. Automotive Applications Of

Magnesium And Its Alloys. Trans. Indian Inst. Met. Vol.57, No. 4,

pp. 397- 408.

Buldum, Berat Baris., Aydin, SIK., dan Iskander, Ozkul. 2011. Infestigation of

Magnesium Alloys Machinability. International Journal of Electronics,

Mechanical and Mechatronic Engineering Vol 3 Num 3 (361-368).

Chang- Xue. 2002. Mean Flank Temperature Measurement In High Speeddry

Cutting Of Magnesium Alloy. Journal of Materials Processing Technology

167 (2005) 119–123.

Doni, A.R. 2015. Analisa Nilai Kekasaran Permukaan Paduan Magnesium AZ31

Yang Dibubut Menggunakan Pahat Potong Berputar. Tugas Akhir.

Universitas Lampung.

Hamdan, Siti H., Said, A.Y.Md., Biki, R. 2015. Surface Finishing when

Threading Titanium-Based Alloy Under Dry Machining. Journal of

Machining Engineering and Sciences Vol. Pp. 1062-1069.

Hariyanto, Baron. 2015. Kajian Suhu Pemotongan Pemesinan Bubut

Menggunakan Pahat Potong Berputar pada Material Paduan Magnesium

AZ31. Tugas Akhir. Universitas Lampung.

Page 68: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

Harun, Suryadiwansa. 2009. Cutting Temperature Measurement in Turning with

Actively Driven Rotary Tool. Key Engineering Materials. Vols. 389-390,

pp. 138-14.

Harun, Suryadiwansa. 2012. Peningkatan Produktifitas dan Pengendalian Suhu

Pengapian Pemesinan Magnesium Dengan Sistem Pahat Putar (Rotary

Tool System) dan Pendingin Udara (Air Cooling). Universitas Lampung.

Bandar Lampung.

Henderson Sarah E, Konstantinos Verdelis, Spandan Maiti, Siladitya Pal, William

L. Chung, Da-Tren Chou, Prashant N. Kumta, dan Alejandro J. Almarza.

2014. Magnesium Alloys as a Biomaterial for Degradable Craniofacial

Screws. Acta Materialia Inc : Pittsburgh

Ibrahim, G.A. 2014. Analisa Kekasaran Permukaan pada Pemesinan Paduan

Magnesium. Jurusan Teknik Mesin. Universitas Lampung. Bandar

Lampung.

Ibrahim, G.A., Harun, S., dan Doni, A.R. 2015 Analisa Nilai Kekasaran

Permukaan Paduan Magnesium AZ31 Yang Dibubut Menggunakan

Pahat Potong Berputar. Jurusan Teknik Mesin. Universitas Lampung.

Bandar Lampung.

J. Bai, L. Yin, Y. Lu, Y. Gan, F. Xue, C. Chu, J, Yan, K. Yan, X. Wan, Z. Tang.

2014. Preparation, microstructure and degradation performance of

biomedical magnesium alloy fine wire, Natural Science: Material

International 24

Page 69: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

Kalpakjian, S. 1995. Manufacturing Process for Engineering and Technology. 3th

Edition, Addison Wesley Publishing Company.

Kauppinen, V. 2002. Environmentally reducing of coolant in mtal cutting,

proceedings University’s Days 8th International Conference, Helsinki

University of Tchnology.

Liwei Lu , Shaohua Hu, Longfei Liu, Zhenru Yin. 2016. High speed cutting of

AZ31 magnesium alloy. Elsevier B.V. on Behalf of Chongqing

University : Hunan

Lukman, 2008. Automotive Applications of Magnesium andIts Alloys, Trans.

Indian Inst.

Mahrudi, Haris dan Burhanuddin, Yanuar. 2013. Rancang Bangun Aplikasi

Thermovision Untuk Pemetaan Distribusi Suhu Dan Permulaan Penyalaan

Magnesium Pada Pembubutan Kecepatan Tinggi. Jurusan Teknik Mesin.

Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Polmear, I.J. 1994. Materials Science and Technology.

Purnomo, Bagus. 2017. Analisa Nilai Kekasaran Permukaan Magnesium Az31

Yang Dibubut Menggunakan Pahat Putar Dan Udara Dingin. Jurusan

Teknik Mesin. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Rochim, Taufiq. 1993. Teori dan teknologi Proses Permesinan. ITB. Bandung.

Saputra, Robby. 2017. Kekasaran Permukaan Magnesium AZ31 Yang Difrais

Menggunakan Teknik Pelumasan Berkuantitas Minimum (MQL). Jurusan

Teknik Mesin. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Schey, John A. 1999. Proses Manufaktur (Introduction to Manufacturing

Processes). Yogyakarta. Penerbit Andi. Indonesia.

Page 70: PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT …digilib.unila.ac.id/54607/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Perawatan Mesin PT. Bukit Asam (P ersero) Tbk. Tanjung Enim Sumatra

Setiawan, Feny. 2014. Karakteristik Penyalaan Magnesium AZ31 pada Proses

Bubut Menggunakan Aplikasi Thermografi. Tugas Akhir. Universitas

Lampung.

Stephenson D. A., Agapiou. J.S. 2016. Metal Cutting Theory and Practice. New

York. Taylor & Francis Group.

Umroh, bobby., Yunus M.S., Basri, S. Pemesinan Laju Tinggi dan Pemesinan

Kering Menggunakan Pahat Karbida pada Bahan Aluminium 6061. Jurnal

Teknik Mesin. Vol.14 No. 2 ISSN 1410-9867

Widarto. 2008. Teknik Pemesinan Jilid 1. Direktorat Pembinaan Sekolah

Menengah Kejuruan. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Viswanathan, R dan Ramesh, S. 2014. Optimization of Machining Parameters for

Magnesium Alloy using Taguchi Approach and RSM. Dept. International

Conferences on Advances in Design and Manufacturing