Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Pada Senjangan Anggaran Dengan Gaya Kepemimpinan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

BAB IPENDAHULUANLatar Belakang MasalahOrganisasi pemerintah dalam melaksanakan tugas negara baik secara konteks pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah, mempunyai rencana-rencana yang disusun untuk dijadikan sebagai pedoman dalam melaksanakannya. Organisasi pemerintah menjalankan tugasnya dengan melakukan berbagai perumuskan kebijakan yang dituangkan ke dalam bentuk anggaran. Melalui anggaran, akan diketahui seberapa besar kemampuan pemerintah dalam melaksanakan berbagai urusan pemerintahan yang menjadi wewenangnya dan faktor-faktor apa saja yang memengaruhinya. Anggaran penting dalam sistem pengendalian manajemen karena anggaran dapat membantu manajemen dalam mengalokasikan keterbatasan sumber daya dana yang dimiliki organisasi untuk mencapai tujuan. Anggaran bukan hanya suatu rencana keuangan yang menetapkan biaya dan pendapatan, tetapi juga sebagai kontrol, koordinasi, komunikasi, evaluasi kinerja, dan motivasi (Kenis, 1979). Schiff dan Lewin (1970) mengemukakan bahwa anggaran yang telah disusun memiliki dua peranan, yang meliputi: (1) Anggaran berperan sebagai perencanaan, yaitu bahwa anggaran tersebut berisi tentang ringkasan rencana-rencana kegiatan organisasi dimasa yang akan datang; dan (2) Anggaran berperan sebagai kriteria kinerja, yaitu anggaran dipakai sebagai sistem pengendalian untuk mengukur kinerja manajerial.

Citation preview

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN PADA SENJANGAN ANGGARAN DENGAN GAYA KEPEMIMPINAN, MOTIVASI DAN BUDAYA ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI(STUDI EMPIRIS PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KOTA DENPASAR)32

DAFTAR ISI

JUDULiDAFTAR ISIiiBAB I1PENDAHULUAN11.1Latar Belakang Masalah11.2Rumusan Masalah Penelitian41.3Tujuan Penelitian51.4Kegunaan Penelitian5BAB II7LANDASAN TEORI72.1 Landasan Teori72.1.1 Teori keagenan72.1.2 Pendekatan Kontijensi72.1.3 Senjangan Anggaran82.1.4 Partisipasi Anggaran92.1.5 Gaya Kepemimpinan102.1.6 Motivasi112.1.7 Budaya Organisasi122.2 Hipotesis Penelitian132.2.1 Pengaruh gaya kepemimpinan terhadap hubungan antara partisipasi anggaran dengan senjangan anggaran142.2.2 Pengaruh motivasi pada hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran dengan senjangan anggaran142.2.3 Pengaruh budaya organisasi pada hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran dengan senjangan anggaran15BAB III17METODE PENELITIAN173.1 Desain Penelitian173.2 Lokasi Penelitian183.3 Objek Penelitian183.4 Identifikasi Variabel183.5 Definisi Operasional Variabel193.6 Jenis dan Sumber Data223.6.1 Jenis data223.6.2 Sumber data223.7 Populasi, Sampel, dan Metode Penentuan Sampel233.8 Metode Pengumpulan Data243.9 Uji instrumen243.10 Teknik Analisis Data253.10.1 Uji asumsi klasik253.10.2 Statistik deskriptif263.10.3 Analisis regresi linier berganda dengan variabel moderasi27DAFTAR RUJUKAN29IDENTITAS RESPONDEN33DAFTAR LAMPIRAN KUISIONER38

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang MasalahOrganisasi pemerintah dalam melaksanakan tugas negara baik secara konteks pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah, mempunyai rencana-rencana yang disusun untuk dijadikan sebagai pedoman dalam melaksanakannya. Organisasi pemerintah menjalankan tugasnya dengan melakukan berbagai perumuskan kebijakan yang dituangkan ke dalam bentuk anggaran. Melalui anggaran, akan diketahui seberapa besar kemampuan pemerintah dalam melaksanakan berbagai urusan pemerintahan yang menjadi wewenangnya dan faktor-faktor apa saja yang memengaruhinya. Anggaran penting dalam sistem pengendalian manajemen karena anggaran dapat membantu manajemen dalam mengalokasikan keterbatasan sumber daya dana yang dimiliki organisasi untuk mencapai tujuan. Anggaran bukan hanya suatu rencana keuangan yang menetapkan biaya dan pendapatan, tetapi juga sebagai kontrol, koordinasi, komunikasi, evaluasi kinerja, dan motivasi (Kenis, 1979). Schiff dan Lewin (1970) mengemukakan bahwa anggaran yang telah disusun memiliki dua peranan, yang meliputi: (1) Anggaran berperan sebagai perencanaan, yaitu bahwa anggaran tersebut berisi tentang ringkasan rencana-rencana kegiatan organisasi dimasa yang akan datang; dan (2) Anggaran berperan sebagai kriteria kinerja, yaitu anggaran dipakai sebagai sistem pengendalian untuk mengukur kinerja manajerial.Anggaran tidak hanya penting bagi perusahaan swasta saja, karena dalam melaksanakan program-program pemerintah pun anggaran dibutuhkan dalam pengestimasian kinerja yang hendak dicapai dalam periode waktu tertentu serta dinyatakan dalam ukuran finansial. Pada sektor swasta, anggaran merupakan bagian dari rahasia perusahaan yang tertutup untuk publik, tetapi sebaliknya pada sektor publik anggaran justru harus diinformasikan kepada masyarakat untuk dikritik, didiskusikan dan diberi masukan. Anggaran sektor publik merupakan instrumen akuntabilitas atas pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai dengan uang publik (Mardiasmo, 2002:61). Alasan dipilihnya gaya kepemimpinan karena terkait dengan gaya seorang pemimpin dalam menggerakkan orang dan efektifitas partisipasi anggaran sangat dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan. Keterlibatan kerja kelompok/individu yang efektif tergantung pada gaya interaksi atasan dengan karyawannya serta sampai tingkat mana situasi memberikan kendali dan pengaruh kepada atasan. Sedangkan alasan dipilihnya budaya organisasi karena budaya organisasi berkaitan erat dengan nilai, aturan dan norma yang dimiliki oleh suatu organisasi yang dapat mengarahkan anggotanya dalam bekerja demi tercapainya tujuan organisasi secaraefektif, sehingga membuat anggotanya berpartisipasi penuh dalam mencapai target yang ditetapkan.Gaya kepemimpinan (leadership)merupakan cara pimpinan untuk mempengaruhi orang lain/karyawann ya sedemikian rupa sehingga orang tersebut mau melakukan kehendak pemimpin untuk mencapai tujuan organisasi meskipun secara pribadi hal tersebut mungkin tidak disenangi (Luthans, 2002 dalam Trisnaningsih, 2007). Fiedler (1978) dalam Ikhsan (2007) mengemukakan bahwa gaya kepemimpinan seseorang dapat diketahui apakah berorientasi tugas (task oriented)atau hubungan (relationship oriented)melalui instrumen LPC (Least PreferredCoworker) yang dikembangkannya. Budaya organisasi merupakan seperangkat sistem nilai-nilai (values),kepercayaan (beliefs), asumsi (asumption)atau norma-norma yang telah lama berlaku, disepakati dan diikuti oleh paraanggota suatu organisasi sebagai pedoman perilaku dan pemecahan masalah-masalah organisasinya, baik masalah internal maupun eksternal organisasi (Edy, 2010).Budaya organisasi mempengaruhi cara manusia bertindak dalam organisasi. Budaya berkaitan dengan cara seseorang menganggap pekerjaan, bekerja sama dengan rekan kerja dan memandang masa depan. Budaya organisasi sesuai dengan saran Douglas dan Wier (2000) yang dikutip Yuhertiana (2004) dalam Falikhatun (2007) diduga mampu menjelaskan ketidakseragaman pandanganmanajer atas etis tidaknya senjangan anggaran (budgetary slack). Sesuai dengan Theory Agency, karyawan akan membuat target yang lebih mudah untuk dicapai dengan cara membuat target anggaran yang lebih rendah pada sisi pendapatan, dan membuat ajuan biaya yang lebih tinggi pada sisi biaya.Faktor lain yang diduga memengaruhi hubungan antara partisipasi anggaran dengan senjangan anggaran adalah motivasi. Motivasi yang dimaksudkan dalam hal ini adalah motivasi pada kepentingan pribadi. Davis dan Newtrom (1994:88) dalam Supanto (2010) menyatakan bahwa setiap karyawan memiliki tujuan yang berbeda dan mereka akan terdorong untuk bekerja apabila mereka memiliki keyakinan bahwa pekerjaan mereka akan berhasil. Motivasi menurut Robbins (2009:222) adalah motivasi sebagai proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Intensitas berhubungan dengan seberapa giat seseorang berusaha. Intensitas yang mempunyai arah akan menghasilkan prestasi kerja. Dimensi ketekunan adalah mengenai berapa lama seseorang bisa mempertahankan usahanya. Maka individu-individu yang termotivasi akan bertahan untuk melakukan suatu tugas dalam waktu yang cukup lama demi tercapainya tujuan mereka.Selain motivasi, budaya organisasi juga diduga dapat memengaruhi hubungan antara partisipasi anggaran dengan senjangan anggaran. Budaya suatu organisasi sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali serta membentuk sikap dan perilaku karyawan dalam sebuah organisasi (Rivai, 2008:432). Sri Utami (2012) menyatakan bahwa budaya organisasi merupakan seperangkat asumsi dasar dan keyakinan yang dianut oleh anggota-anggota organisasi yang kemudian digunakan untuk mengatasi masalah internal maupun eksternal organisasi. Budaya organisasi memengaruhi cara manusia bertindak dalam organisasi. Budaya organisasi mengandung bauran nilai- nilai kepercayaan, asumsi persepsi, norma kekhasan dan pola prilaku anggota organisasi dalam suatu perusahaan.

1.2 Rumusan Masalah PenelitianBerdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah:1) Apakah gaya kepemimpinan memengaruhi hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran dengan senjangan anggaran?2) Apakah motivasi memengaruhi hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran dengan senjangan anggaran?3) Apakah budaya organisasi memengaruhi hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran dengan senjangan anggaran?

1.3 Tujuan PenelitianTujuan penelitian sesuai dengan pokok masalah adalah:1) Untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan pada hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran dengan senjangan anggaran2) Untuk mengetahui pengaruh motivasi pada hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran dengan senjangan anggaran.3) Untuk mengetahui pengaruh budaya organisasi pada hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran dengan senjangan anggaran.

1.4 Kegunaan PenelitianKegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :1) Kegunaan TeoritisHasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan akuntansi keperilakuan serta memperkuat penelitian terdahulu. Selain itu juga menjadi tambahan pengetahuan antara teori dengan terapan praktis dalam akuntansi sektor publik.2) Kegunaan PraktisHasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan jajaran manajemen dalam pemerintahan, khususnya Pemerintah Kota Denapasar untuk dapat menciptakan anggaran yang efektif dan memberikan masukan dalam aktivitas perencanaan kegiatan pemerintahan.

BAB IILANDASAN TEORI2.1 Landasan Teori2.1.1 Teori keagenanPendekatan yang dapat digunakan dalam konsep senjangan anggaran adalah teori keagenan.Teori keagenan yang dimaksudkan dalam praktik senjangan anggaran dipengaruhi oleh adanya konflik kepentingan antara agen (manajemen) dengan principal yang timbul pada saat tiap pihak berusaha untuk mencapai tingkat keberhasilan yang dikehendakinya. Anthony dan Govindarajan (2005:269) mengemukakan bahwa teori keagenan menjelaskan suatu fenomena yang terjadi apabila atasan mendelegasikan wewenang kepada bahawan untuk melakukan suatu otoritas atau tugas dalam membuat keputusan. Jika bawahan berpartisipasi dalam proses penyusunan anggaran memiliki informasi khusus mengenai konsidi lokal perusahaan akan memungkinkan bawahan memberikan informasi yang dimilikinya untuk membantu kepentingan perusahaan.

2.1.2 Pendekatan KontijensiGhozali (2002) menjelaskan bahwa faktor moderating yaitu faktor atau variabel yang mempengaruhi hubungan antara dua variabel. Sedangkan factor intervening adalah faktor atau variabel yang dipengaruhi oleh suatu variabel dan mempengaruhi variabel lainnya.

2.1.3 Senjangan AnggaranSenjangan Anggaran (Budgetary Slack) Menurut Young (1985) dalam Darlis (2002), senjangan anggaran didefinisikan sebagai tindakan bawahan yang mengecilkan kapabilitas produktifnya ketika dia diberi kesempatan untuk menentukan standar kerjanya. Pimpinan menciptakan slack dengan mengestimasikan pendapatan lebih rendah dan biaya lebih tinggi, hal ini dilakukan agar target anggaran dapat dicapai sehingga kinerja pimpinan terlihat baik. Dunk (1993) dalam Dewi (2008) menyatakan ada tiga indikator dalam budgetary slack yaitu: 1. Perbedaan jumlah anggaran dengan estimasi terbaik Estimasi yang dimaksud adalah anggaran yang sesungguhnya terjadi dan sesuai dengan kemampuan terbaik perusahaan. Dalam keadaan terjadinya senjangan anggaran, bawahan cenderung mengajukan anggaran dengan merendahkan pendapatan dan meninggikan biaya dibandingkan dengan estimasi terbaik yang diajukan, sehingga target mudah dicapai.2. Target anggaran Bawahan menciptakan senjangan anggaran karena dipengaruhi oleh keinginan dan kepentingan pribadi sehingga akan memudahkan pencapaian target anggaran, terutama jika penilaian prestasi manajer ditentukan berdasarkan pencapian anggaran, dengan target anggaran yang rendah dan biaya yang dianggarkan juga tinggi menyebabkan seorang manajer dapat dengan mudah mencapai anggaran yang telah disetujui sebelumnya.

3. Kondisi lingkungan Kondisi lingkungan juga sangat mempengaruhi budgetary slack diantarannya dengan sengaja melakukan perbuatan tersebut dapat suatu timbal balik seperti kenaikan gaji, promosi, dan bonus dari organisasi karena anggaran yang dibuat dapat dicapai. Budgetary slack dapat dilakukan manajer karena dianggap perlu untuk menyelamatkan anggaran dengan melakukan penyesuaian dengan bawahan. Oleh karena karakter dan perilaku manusia yang berbeda-beda, partisipasi penganggaran dapat berpengaruh atau tidak berpengaruh terhadap senjangan.

2.1.4 Partisipasi Anggaran Menurut Anthony dan Govindarajan (2007) suatu proses anggaran bisa bersifat dari atas ke bawah (topdown) atau dari bawah ke atas (bottom-up). Dengan penyusunan anggaran dari atas ke bawah, manajemen senior menetapkan anggaran bagi tingkat yang lebih rendah. Dengan penyusunan anggaran dari bawah ke atas, pimpinan di tingkat yang lebih rendah berpartisipasi dalam menentukn besarnya anggaran. Tetapi, pendekatan dari atas ke bawah jarang berhasil. Pendekatan tersebut mengarah kepada kurangnya komitmen dari sisi pembuat anggaran dan hal ini membahayakan keberhasilan rencana tersebut. Namun penyusunan anggaran dari bawah ke atas kemungkinan besar akan menciptakan komitmen untuk mencapai tujuan anggaran. Tetapi, jika tidak dikendalikan dengan hati hati, pendekatan ini dapat menghasilkan jumlah yang tidak sesuai dengan tujuan organisasi. Proses penyusunan anggaran yang efektif yaitu menggabungkan kedua pendekatan tersebut yang dinamakan anggaran partisipatif.

2.1.5 Gaya Kepemimpinan Gaya kepemimpinan (leadership styles) merupakan cara pimpinan untuk mempengaruhi orang lain/bawahannya sedemikian rupa sehingga orang tersebut mau melakukan kehendak pemimpin untuk mencapai tujuan organisasi meskipun secara pribadi hal tersebut mungkin tidak disenangi (Luthans, 2002 dalam Trianingsih, 2007). Menurut Fiedler gaya kepemimpinan dibagi menjadi 2, yaitu:1. Orientasi Pada Hubungan (Relationshiop Oriented) Pemimpin memotivasi dengan memenuhi kebutuhan sosial dan mengupayakan pencapaian hubungan antar pribadi yang baik dan pencapaian kedudukan pribadi yang menonjol. Jika pemimpin dapat mencapai tujuan di atas maka seorang pemimpin dapat mencapai tujuan skundernya seperti status dan rasa percaya diri. Gaya kepemimpinan yang cenderung berorientasi hubungan, memperlemah hubungan partisipasi penyusunan anggaran terhadap senjangan anggaran, maksudnya gaya kepemimpinan yang berorientasi pada hubungan menyebabkan partisipasi yang tinggi menjadi tidak efisien, sehingga tidak menyebabkan terjadinya penurunan senjangan anggaran.

2. Orientasi Pada Tugas (Job Oriented) Pemimpin yang berorientasi pada tugas memperoleh kepuasan dari terlaksanakannya tugas-tugas. Pemimpin memotivasi dengan memenuhi kebutuhan psikologis seperti rasa percaya diri dan status yang dicapai dari penyelesaian tugas-tugas. Ini bukan berarti pemimpin tidak bersahabat dan ramah dengan bawahan, tetapi jika penyelesaian tugas terancam maka hubungan interpersonal yang baik tidak lagi menjadi hal yang penting.

2.1.6 MotivasiTampubulon (2012) mengemukakan bahwa motivasi berhubungan dengan arah perilaku, kekuatan respons (yaitu usaha) setelah karyawan memilih mengikuti tindakan tertentu, dan ketahanan perilaku atau berapa lama orang itu terus-menerus berperilaku menurut cara tertentu. Motivasi merupakan kekuatan potensial yang terdapat di dalam diri seseorang, yang bisa dikembangkan dengan sendirinya atau dikembangkan oleh sejumlah kekuatan luar seperti imbalan, yang dapat memengaruhi hasil kinerjanya secara positif ataukah negatif, tergantung pada situasi serta kondisi yang sedang dihadapi oleh orang yang bersangkutan Handoko(2009:252) mengemukakan bahwa motivasi merupakan keadaan dalam pribadi seseorang yang dapat mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan. Menurut Dunk et al. (1998) motivasi yang paling berkaitan dengan slack adalah kebutuhan untuk berprestasi (achievement), kebutuhan kekuatan atau kemampuan untuk menyelesaikan sesuatu (power), dan kebutuhan otonomi atau kebutuhan untuk kebebasan (autonomy) yang semuanya adalah berasal dari individu.Motivasi adalah suatu masalah kompleks dalam suatu organisasi, karena kebutuhan dan keinginan setiap anggota organisasi yang berbeda-beda. Motivasi bisa timbul karena adanya faktor internal dan faktor eksternal tergantung dari mana kegiatan seseorang dimulai. Kebutuhan dan keinginan yang ada dalam diri seseorang akan menimbulkan motivasi internalnya. Kekuatan ini akan memengaruhi pikirannya yang selanjutnya akan mengarahkan perilaku orang tersebut. Motivasi eksternal dipengaruhi oleh suasana kerja seperti gaji, kondisi kerja, dan kebijaksanaan perusahaan, hubungan kerja seperti penghargaan, kenaikan pangkat serta tanggung-jawab.

2.1.7 Budaya Organisasi Budaya organisasi menurut Edy (2010) merupakan suatu perangkat sistem nilai-nilai (values), kepercayaan (beliefs), asumsi (asumption) atau norma-norma yang telah lama berlaku, disepakati dan diikuti oleh para anggota suatu organisasi sebagai pedoman perilaku dan pemecahan masalah-masalah organisasinya, baik itu masalah internal maupun eksternal organisasi. Dalam budaya organisasi ini akan tercipta sosialisasi mengenai nilai-nilai dan mengintegrasikannya dalam diri para anggota dan menjiwai orang perorang di dalam organisasi. Menurut Robbins (2007) budaya organisasi merupakan sekumpulan asumsi penting mengenai organisasi tersebut dan tujuan-tujuan serta praktik-praktiknya yang dianut bersama oleh semua anggota perusahaan tersebut. Dengan cara ini, satu budaya organisasi memberikan kerangka kerja yang menata dan mengarahkan perilaku orang-orang dalam pekerjaan.Adapun karakteristik dari budaya organisasi yang berorientasi pada orang menurut Supomo (1998) adalah: 1. Keputusan yang penting lebih sering dibuat secara individu. 2. Lebih tertarik pada orang yang mengerjakan daripada hasil pekerjaan. 3. Memberikan petunjuk yang jelas kepada pegawai baru. 4. Peduli terhadap masalah pribadi pegawai. 5. Mempunyai ikatan tertentu dengan masyarakat sekitar. Karena keputusan-keputusan yang penting dalam proses penyusunan anggaran dibuat secara kelompok, maka partisipasi dalam penyusunan anggaran lebih efektif sehingga senjangan anggaran dapat dihindari.

2.2 Hipotesis PenelitianHipotesis merupakan jawaban sementara atas pokok permasalahan yang akan diuji kebenarannya. Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, teori-teori yang mendukung, serta hasil penelitian sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

2.2.1 Pengaruh gaya kepemimpinan terhadap hubungan antara partisipasi anggaran dengan senjangan anggaranSecara logika dapat disimpulkan bahwa hubungan partisipasi dalam penyusunan anggaran dan senjangan anggaran bernilai negatif, gaya kepemimpinan yang berorientasi pada hubungan akan memperlemah hubungan tersebut, maksudnya gaya kepemimpinan yang berorientasi pada hubungan menyebabkan partisipasi yang tinggi menjadi tidak efisien karena pimpinan organisasi hanya mementingkan kepentingan pribadinya supaya dapat dicapai, sehingga tidak menyebabkanterjadinya penurunan senjangan anggaran. Namun gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas akan menurunkan peluang terciptanya senjangan karena pimpinan organisasi lebih mementingkan organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. maka dapat dibuat beberapa hipotesis terhadap permasalahan sebagai berikut : H1 : Partisipasi anggaran berpengaruh signifikan negatif terhadap senjangan anggaran, pengaruh tersebut semakin lemah ketika gaya kepemimpinan berorientasi pada hubungan.

2.2.2 Pengaruh motivasi pada hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran dengan senjangan anggaranDavis dan Newtrom (1994:88) dalam Supanto (2010) mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu dorongan untuk mencapai keunggulan kerja, meningkatkan keterampilan dalam pemecahan masalah, dan berusaha keras untuk menjadi lebih inovatif. Motivasi bisa timbul karena adanya faktor internal dan faktor eksternal tergantung dari mana kegiatan seseorang dimulai. Kebutuhan dan keinginan yang ada dalam diri seseorang akan menimbulkan motivasi internalnya. Dalam menyelesaikan pekerjaan motivasi sangat dibutuhkan serta tidak terlepas dari dorongan, kemampuan, dan keinginan dari individu itu sendiri. Sebab, tanpa motivasi dalam diri individu sebuah pekerjaan tidak akan dapat terselesaikan dengan baik. Pratama (2013) mengungkapkan terdapat empat pola motivasi yang sangat penting adalah prestasi, afiliasi, kompetensi, dan kekuasaan. Pada umumnya orang yang memiliki motivasi dalam hal kompetensi cenderung melakukan pekerjaan dengan baik karena kepuasan batin yang mereka dapatkan dari melakukan pekerjaan itu dan penghargaan yang diperoleh dari orang lain. Dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh Pratama (2013) membuktikan bahwa motivasi memperlemah secara signifikan pada hubungan antara partisipasi anggaran dengan senjangan anggaran. Berdasarkan uraian di atas maka dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:H2: Motivasi positif berpengaruh negatif pada hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran dengan senjangan anggaran.

2.2.3 Pengaruh budaya organisasi pada hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran dengan senjangan anggaranSupomo dan Indrianto (1998) telah mengemukakan bahwa penyusunan anggaran secara partisipatif lebih mencerminkan bahwa keputusan-keputusan yang penting dalam proses penyusunan anggaran disusun secara kelompok daripada disusun secara individual. Keputusan yang dibuat secara kelompok merupakan karakter yang paling menonjol dari cerminan budaya organisasi yang berorientasi pada orang. Sehinggadapat disimpulkan bahwa partisipasi dalam penyusunan anggaran akan lebih efektif pada budaya organisasi yang berorientasi pada orang karena dapat menurunkan terjadinya senjangan anggaran dengan disusun secara berkelompok. Budaya organisasi berorientasi pekerjaan akan memperlemah hubungan tersebut karena karyawan cenderung melakukan penyusunan anggaran secara individu sehingga tidak menyebabkan terjadinya penurunan senjangan anggaran.Hal ini didukung dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Ramadina (2013) yang mengemukakan hasil bahwa partisipasi anggaran berpengaruh signifikan negatif terhadap senjangan anggaran, pengaruh tersebut akan semakin kuat pada saat budaya organisasi berorientasi pada orang pada SKPD Kota Payakumbuh. Berdasarkan uraian di atas maka dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:H3:Budaya organisasi yang berorientasi pada orang berpengaruh negatif pada hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran dengan senjangan anggaran.

BAB IIIMETODE PENELITIAN

3.1 Desain PenelitianPendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Berdasarkan tingkat eksplanasi penelitian, penelitian ini berbentuk penelitian asosiatif dengan tipe kausalitas. Sugiyono (2012:6) mengatakan bahwa penelitian yang berbentuk asosiatif dengan tipe kausalitas adalah penelitian yang menjelaskan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang memegaruhi senjangan anggaran. Berikut adalah desain penelitian yang penulis gunakan:

Gambar 3.1 Desain PenelitianMotivasi (X3)Gaya Kepemimpinan (X2)

Partisipasi PenyusunanAnggaran(X1)SejanganAnggaran(Y)

Budaya Organisasi (X4)

Sumber: Data diolah, 20133.2 Lokasi PenelitianLokasi dari penelitian ini dilakukan pada Satuan Kerja Perangkat DaerahKota Denpasar. Alasan pemilihan lokasi pada SKPD Kota Denpasar karena proses penyusunan anggaran di SKPD Kota Denpasar melibatkan banyak partisipasi dari unsur legislatif bersama pemerintah daerah. Perbedaan dalam perencanaan dan persiapan anggaran sektor publik, serta adanya pendanaan dari pemerintah pusat kepemerintah daerah cenderung menyebabkan ketergantungan keuangan yang menimbulkan terjadinya slack (Mardiasmo, 2001).

3.3 Objek PenelitianObjek dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang memengaruhi senjangan anggaran pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kota Denpasar. Peneliti menggunakan objek penelitian yaitu partisipasi penyusunan anggaran.

3.4 Identifikasi VariabelVariabel-variabel yang diteliti dalam peneitian ini adalah:1) Variabel terikat atau dependen (Y) adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2012:59). Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah senjangan anggaran (Y).2) Variabel bebas atau independen (X) adalah variabel yang memengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2012:59). Variabel independen (X) yang diajukan dalam penelitian ini yaitu partisipasi penyusunan anggaran (X1).3) Variabel moderasi adalah variabel yang dapat memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas. Variabel moderasi dalam penelitian ini adalah Gaya Kepemimpinan (X2) motivasi (X3) dan budaya organisasi (X4).

3.5 Definisi Operasional VariabelDalam penelitian ini, definisi operasional variabel masing-masing adalah:Variabel DependenVariabel dependen yang digunakan disini adalah senjangan anggaran. Senjangan anggaran didefinisikan sebagai tindakan bawahan yang mengecilkan kapabilitas produktifnya ketika dia diberi kesempatan untuk menentukan standar kerjanya (Young,1985). Untuk mengukur senjangan anggaran digunakan instrumen pertanyaan yang dikembangkan oleh Dunk (1993) dengan modifikasi yang terdiri dari 6 item pertanyaan, yaitu dilihat dari standar yang digunakan dalam anggaran, adanya keterbatasan jumlah anggaran yang disediakan, serta target anggaran yang harus dicapai.Variabel-variabel di atas akan diukur dengan menggunakan skala likert yang akan dituangkan ke dalam sebuah kuesioner. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, sifat, pendapat ataupun persepsi seseorang atau kelompok mengenai fenomena sosial, dimana setiap pernyataan memiliki sejumlah kategori yang berturut-turut dari yang paling positif sampai yang paling negatif (Sugiyono, 2012:132).

Variabel IndependenVariabel independen yang digunakan disini adalah partisipasi penyusunan anggaran, yaitu tingkat partisipasi manajer dalam mempersiapkan anggaran dan berpengaruh dalam menentukan pencapaian tujuan anggaran dipusat pertanggung jawabannya (Darlis, 2002).Untuk mengukur partisipasi penyusunan anggaran digunakan instrumen yang dikembangkan oleh Kenis (1979) dengan modifikasi yang terdiri dari 5 item pertanyaan, yaitu dilihat dari pengaruh dalam menentukan sasaran anggaran dan penetapan sasaran anggaran.Variabel PemoderasiVariabel pemoderasi yang digunakan disini adalah gaya kepemimpinan, motivasi dan budaya organisasi. Gaya Kepemimpinan variabel gaya kepemimpinan menggunakan skala Likert 8, skor 1 sampai dengan skor 8. Instrumen ini dikembangkan oleh Fiedler (1965) yang dikenal dengan LPC (Least Preferred Coworker). Skala ini merupakan pasangan kata yang berlawanan artinya. Apabila rata-ratanya berada di atas nilai 64 maka LPC tinggi yang berarti gaya kepemimpinan berorientasi hubungan, apabila rata-ratanya berada di bawah 64 maka LPC rendah berarti gaya kepemimpinan berorientasi tugas.Motivasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah derajat sampai dimana individu berusaha melaksanakan tugasnya dengan baik.Penyusunan anggaran akan lebih efektif apabila motivasi individu tinggi (Mia, 1998).Indikator yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari indikator motivasi menurut Rivai (2005) dalam Pratama (2013).Adapun indikatornya yaitu:a) Tanggungjawab; b) Keterlibatan; c) Penghargaan; d) Kesempatan. Variabel motivasi ini dioperasionalisasikan dengan menggunakan 5 item pertanyaan.Variabel pemoderasi yang kedua adalah budaya organisasi. Budaya organisasi adalah kumpulan nilai-nilai kepercayaan asumsi persepsi, norma kekhasan dan pola perilaku anggota organisasi dalam suatu perusahaan. Setiap anggota akan berperilaku sesuai dengan budaya yang berlaku dalam perusahaan agar diterima di lingkungan tersebut (Putri, 2013).Variabel budaya organisasi diukur dengan menggunakan indikator yang dikembangkan oleh penelitian Ramadina (2013). Adapun karakteristik dari budaya organisasi yang berorientasi pada orang menurut Supomo dan Indrianto (1998) adalah: 1) Keputusan yang penting lebih sering dibuat secara kelompok; 2) Lebih tertarik pada orang yang mengerjakan daripada hasil pekerjaan; 3) Memberikan petunjuk yang jelas kepada pegawai baru; 4) Peduli terhadap masalah pribadi pegawai; 5) Mempunyai ikatan tertentu dengan masyarakat sekitar. Variabel budaya organisasi ini dioperasionalisasikan dengan menggunakan 6 item pertanyaan.

3.6 Jenis dan Sumber Data3.6.1 Jenis dataJenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:1) Data kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan (Sugiyono, 2012:23). Data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil pengukuran atas jawaban oleh responden yang dinyatakan dalam bentuk angka-angka yang terdapat dalam kuesioner yang diukur menggunakan skor dari skala likert.2) Data kualitatif yaitu data yang berbentuk kata, kalimat, skema, dan gambar (Sugiyono, 2012:23). Data kualitatif dalam penelitian ini berupa elemen-emelen pertanyaan yang terdapat pada kuesioner.

3.6.2 Sumber dataData yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data primer. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya (Sugiyono, 2012:193). Data primer dalam penelitian ini berupa jawaban responden terhadap item-item pertanyaan yang terdapat dalam empat instrumen penelitian, yaitu: partisipasi penyusunan anggaran, senjangan anggaran, gaya kepemimpinan, motivasi dan budaya organisasi. Berdasarkan jawaban yang terdapat dalam kuesioner akan diperoleh data yang menggambarkan sikap dan keterlibatan responden selama penyusunan anggaran.

3.7 Populasi, Sampel, dan Metode Penentuan SampelPopulasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kota Denpasar yang berjumlah 35 SKPD. Alasan peneliti memilih populasi ini karena instansi pemerintah daerah pada umumnya memiliki fungsi yang lebih kompleks dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah, yang berarti menyusun, menggunakan dan melaporkan realisasi anggaran.Keterkaitan senjangan anggaran dengan populasi yang dipilih oleh peneliti yaitu senjangan anggaran diindikasikan terkandung dalam proses penyusunan anggaran oleh pemerintah daerah di Kota Denpasar. Sehingga pemerintah daerah merupakan sasaran yang tepat oleh peneliti untuk melakukan penelitian. Responden dalam penelitian ini yaitu manajer level menengah atau setara kepala bagian/kepala bidang, kepala sub bagian/kepala sub bidang, kepala seksi, dan yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah empat orang kepala bagian/kepala bidang, kepala sub bagian/kepala sub bidang, kepala seksi pada setiap SKPD dengan jumlah responden 140 orang.Peneliti menjadikan seluruh populasi tersebut sebagai sampel (total sampling). Alasan pemilihan responden terhadap kepala bagian/kepala bidang, kepala sub bagian/kepala sub bidang, kepala seksi adalah karena dibagian ini mereka bertanggung jawab atas pengelolaan anggaran dan telah representatif mewakili bagian/bidang mereka di dalam proses penyusunan anggaran, serta responden terlibat langsung dan memahami kegiatan dibagian/dibidang mereka.

3.8 Metode Pengumpulan DataMetode yang akan digunakan untuk pengumpulan data pada penelitian ini adalah metode survei, dimana data penelitian disebarkan dengan menggunakan kuesioner yang diserahkan langsung kepada responden pada masing-masing SKPD Kota Denpasar. Hasil jawaban kemudian diukur dengan menggunakan skala likert.3.9 Uji instrumenPengumpulan data dalam penelitian ini berbentuk kuesioner, perlu dilakukan suatu pengujian terhadap faktor kesungguhan responden dalam menjawab pertanyaan yang tercantum dalam kuesioner. Pengujian yang dapat dilakukan yakni pengujian validitas dan reliabilitas terhadap instrumen penelitian yang digunakan.Uji validitasUji validitas digunakan untuk mengukur valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan kuesioner mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Uji validitas dapat dilakukan dengan menghitung korelasi antar skor masing-masing butir pertanyaan skor total. Apabila koefisien korelasi positif dan lebih besar dari 0,3 maka indikator tersebut dikatakan valid (Sugiyono, 2012:178). Uji validitas dilakukan dengan bantuan fasilitas program SPSS (Statistical Product and Service Solution).Uji reliabilitasReliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Untuk mengukur reliabilitas digunakan program SPSS dengan uji statistik cronbach alpha (). Uji reliabilitas dilakukan terhadap instrumen dengan koefisien cronbach alpha>0,60 maka instrumen yang digunakan reliabel (Ghozali, 2007: 42).

3.10 Teknik Analisis Data3.10.1 Uji asumsi klasikUji asumsi klasik dilakukan sebelum menguji dan menganalisis data dengan model regresi. Pengujian asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah:Uji normalitasUji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Uji statistik yang digunakan untuk menguji normalitas residual dalam penelitian ini adalah uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Apabila Asymp. Sig (2-tailed)> (0,05) maka dikatakan data terdistribusi normal.Uji heteroskedastisitasUji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain(Ghozali, 2007:109). Model regresi yang baik adalah yang tidak mengandung gejala heteroskedastisitas atau mempunyai varians yang homogen. Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji glejser. Langkah-langkahnya yaitu: (1) mencari nilai residual dari persamaan regresi; (2) menghitung nilai residual absolut dari residual persamaan regresi; (3) meregresikan nilai absolut residual dengan variabel bebas. Persamaan regresi dikatakan tidak mengandung heteroskedastisitas jika tampilan koefisien parameter setiap variabel bebas tidak signifikan secara statisitik. Hal ini terlihat dari probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5%.Uji multikolinearitasUji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Model regresi yang bebas dari multikolinieritas adalah memiliki tolerance variabel bebas yang lebih dari 10% atau 0,1 atau sama dengan nilai Variance Inflation Factor (VIF) yang kurang dari 10(Ghozali, 2007:93).3.10.2 Statistik deskriptifStatistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skweness. Untuk mengukur statistik deskriptif digunakan program SPSS dengan pilihan menu analyze kemudian pilih sub menu descriptive statistic lalu pilih descriptives.3.10.3 Analisis regresi linier berganda dengan variabel moderasiMetoda analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu regresi linier berganda yang mengandung interaksi antara variabel independen atau Moderated Regression Analysis (MRA). Uji interaksi atau Moderated Regression Analysis (MRA), adalah aplikasi dari regresi linier berganda dimana dalam persamaan regresinya mengandung unsur interaksi (perkalian dua atau lebih variabel independen). Rumus ini digunakan untuk mengukur pengaruh variabel moderasi yaitu motivasi dan budaya organisasi pada hubungan antara variabel independen yaitu partisipasi penyusunan anggaran dengan variabel dependen yaitu senjangan anggaranPengujian hipotesisKetepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari goodness of fit-nya. Secara statistik dapat diukur dari nilai koefisien determinasi R2, uji statistik F, dan uji statistik t.Uji koefisien determinasi (R2)Koefisien determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas tetapi apabila nilai koefisien determinasi tinggi berarti variabel independen mampu sepenuhnya menjelaskan variasi dari variabel dependen. Pada penelitian ini, koefisien determinasi yang digunakan adalah nilai dari adjusted R2 karena nilai adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel ditambahkan ke dalam model.

Uji statistik F(uji kelayakan model)Uji statistik F bertujuan untuk mengetahui kelayakan model regresi linear berganda sebagai alat analisis yang menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Uji F dilakukan dengan melihat nilai signifikansi pada tabel Annova dengan bantuan program SPSS. Bila nilai signifikansi annova< = 0,05 maka model ini dikatakan layak atau variabel independen mampu menjelaskan variabel dependen.Uji Statistik t (uji signifikansi parameter individual)Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen dan variabel moderasi secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Adapun kriteria pengujiannya sebagai berikut:(1) H0 diterima dan Hi ditolak jika p-value lebih besar dari = 0,05 (p-value > 0,05). Hal ini berarti bahwa variabel bebas atau moderasi secara parsial tidak berpengaruh positif terhadap variabel terikat. Sedangkan variabel moderasi tidak mampu memoderasi pengaruh positif variabel bebas terhadap variabel terikat.(2) H0 ditolak dan Hi diterima jika p-value lebih kecil sama dengan = 0,05 (p-value 0,05). Hal ini berarti bahwa variabel bebas atau moderasi secara parsial berpengaruh positif terhadap variabel terikat. Sedangkan variabel moderasi mampu memoderasi pengaruh positif variabel bebas terhadap variabel terikat.

DAFTAR RUJUKAN

Anthony dan Govindarajan. 2005. Management Control System. Buku 2. Edisi ke 11. penerjemah: F.X. Kurniawan Tjakrawala, dan Krista. Jakarta: Salemba Empat.Darlis, Edfan. 2002. Analisis Pengaruh Komitmen Organisasi dan Ketidakpastian Lingkungan Terhadap Hubungan antara Partisipasi Anggaran dengan Senjangan Anggaran. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 5, No. 85- 101.Dunk, A. S. 1993. The Effect of Budget Emphasis and Information Asymmetry on the Relation Between Budgetary Participation and Slack. The Accounting Review, Vol. 68:400-410Falikhatun. 2007. Interaksi Informasi Asimetri, Budaya Organisasi, dan Group Cohesiveness dalam Hubungan Antara Partisipasi Penganggaran dan Budgetary Slack (Studi Kasus pada Rumah Sakit Umum Daerah se-Jawa Tengah). Simposium Nasional Akuntansi (SNA) X. Makassar, 26-28 Juli 2007.Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.Handoko, T. Hani. 2009. Manajemen. Edisi ke 2. Yogyakarta: BPFE. Dunk et al. (1998)Ikhsan, Arfan dan Ane. 2007. Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Senjangan Anggaran Dengan Menggunakan Lima Variabel Pemoderasi. Symposium Nasional Akuntansi X Makassar. (Edy, 2010).Kenis, I. 1979. Effects of Budgetary Goal Characteristics on Managerial Attitudes and Performance. The Accounting Review, 54 (4), pp: 707-721.Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi Offset.Mia, L. 1988. Managerial Attitude, Motivation, and Effetiveness of Budget Participation. Accounting, Organizations, and Society, 13 (5), pp: 465-475.

Pratama, Reno. 2013. Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Senjangan Anggaran dengan Komitmen Organisasi dan Motivasi sebagai Pemoderasi (Studi Empiris Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kota Padang). Artikel. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang, Padang.Putri, Nerry Tetria. 2013. Pengaruh Partisipasi Penganggaran terhadap Kesenjangan Anggaran dengan Asimetri Informasi dan Budaya Organisasi sebagai Variabel Pemoderasi (Studi pada Rumah Sakit Umum Daerah Milik Pemprop Sumbar). Jurnal. Universitas Negeri Padang, Padang.Ramadina, Westhi. 2013. Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Senjangan Anggaran dengan Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi sebagai Variabel Moderasi (Studi Empiris Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Payakumbuh). Artikel. Universitas Negeri Padang, Padang.Rivai, Veithzal, dkk. 2008. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.Robbins, Stephen P & Judge, Timothy A. 2007. Perilaku Organisasi. Buku 1 Edisi ke 12. Jakarta: Salempa Empat.Schiff dan Lewin (1970) Schiff. M., and Lewin. A.Y. 1970, The Impact of People on Budgets, The Accounting Review, pp: 259-267.Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV. Alfabeta. Sri Utami, Rahmi Fuji. 2012. Pengaruh Interaksi Budaya Organisasi dan Group Cohesiveness dalam Hubungan Antara Partisipasi Penganggaran dan Senjangan Anggaran (Studi Empiris pada Instansi Pemerintahan (SKPD) Kabupaten Dharmasraya). Artikel. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang. Padang.Supanto. 2010. Analisis Pengaruh Partisipasi Penganggaran terhadap Budgetary Slack dengan Informasi Asimetri, Motivasi, Budaya Organisasi sebagai Pemoderasi (Studi Kasus Pada Politeknik Negeri Semarang). Tesis. Universitas Diponegoro, SemarangSupomo, B. dan Indriantoro, N. 1998. Pengaruh Struktur dan Kultur Organisasional terhadap Keefektifan Anggaran Partisipatif dalam Peningkatan Kinerja Manajerial. Kelola, 7 (18), pp: 61-84.Tampubulon, P. Manahan. 2012. Perilaku Organisasi (Organization Behavior) Persepektif Organisasi Bisnis. Edisi ke 3. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.

IDENTITAS RESPONDEN

Mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi daftar pertanyaan berikut :Nama Instansi: .Nama Responden (Boleh Tidak Diisi) : ..Jenis Kelamin: Pria WanitaUmur : _________ tahun Jabatan : Kepala BagianKepala Sub BagianKepala Bidang Kepala Sub BidangKepala Seksi Lain-lain (.....................................................) Pendidikan Terakhir : SMADiplomaStrata 1 (S1)Magister (S2) Doktor (S3) Latar Belakang Pendidikan:Akuntansi Manajemen Ilmu EkonomiHukumPertanian MIPA Lain-lain (.....................................................) Lama Bekerja: __________ tahun

Lampiran 1

DAFTAR PERTANYAANBapak/Ibu/Saudara/i dimohon menyatakan pendapat dengan memberi tanda check list ( ) pada salah satu kolom pilihan jawaban, dengan kriteria sebagai berikut:SS= Sangat SetujuS= SetujuKS= Kurang SetujuTS= Tidak SetujuSTS= Sangat Tidak Setuju

1. SENJANGAN ANGGARANJawaban atas pertanyaan berikut ini dapat digunakan untuk menjelaskan senjangan anggaran yang dapat terjadi dalam penyusunan anggaran. Instrumen ini dikembangkan oleh Dunk (1993) dengan modifikasi.No.PertanyaanSSSKSTSSTS

1.Standar yang digunakan dalam anggaran mendorong produktivitas yang tinggi di wilayah tanggung jawab saya.

2.Anggaran untuk departemen saya dapat saya pastikan dapat terlaksana.

3.Karena adanya keterbatasan jumlah anggaran yang disediakan, saya harus memonitor setiap pengeluaran-pengeluaran yang menjadi wewenang saya.

4.Anggaran yang menjadi tanggung jawab saya, cukup tinggi tuntutannya.

5.Adanya target anggaran yang harus saya capai, membuat saya ingin memperbaiki tingkat efisiensi.

6.Sasaran yang dijabarkan dalam anggaran mudah untuk dicapai/direalisasikan.

2. PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARANJawaban atas pertanyaan berikut ini dapat digunakan untuk menjelaskan pengaruh dan tingkat partisipasi anda dalam proses penyusunan anggaran. Instrumen ini dikembangkan oleh Kenis (1979) dengan modifikasi.No.PertanyaanSSSKSTSSTS

1.Saya mempunyai pengaruh yang besar dalam menentukan sasaran anggaran saya.

2.Penetapan sasaran anggaran saya, sebagian besar dibawah pengendalian saya.

3.Atasan saya selalu meminta pendapat saya pada saat menetukan sasaran anggaran saya.

4.Anggaran saya tidak akan diputuskan sampai saya merasa yakin.

3. GAYA KEPEMIMPINANBapak/Ibu dimohon untuk melukiskan kepribadian seorang pemimpin/atasan yang pernah berinteraksi dengan Bapak/Ibu di tempat kerja dengan memberi tanda (X) pada skala berikut ini:NoKeterangan

1Menyenangkan87654321Tidak menyenangkan

2Bersahabat87654321Tidak Bersahabat

3Mendukung87654321Tidak Mendukung

4Baik87654321Tidak Baik

5Terbuka87654321Tertutup

6Sopan87654321Tidak Sopan

7Koperatif87654321Tidak Koperatif

8Menfitnah12345678Loyal

9Tidak Jujur12345678Jujur

10Angkuh12345678Ramah

11Menolak12345678Menerima

12Suka Cekcok12345678Harmonis

13Murung12345678Riang

14Tegang12345678Santai / Rileks

15Jaga Jarak12345678Dekat

16Dingin12345678Hangat

4. MOTIVASIJawaban atas pertanyaan berikut ini menggambarkan persepsi Bapak/Ibu/Saudara/i terhadap motivasi. Instrumen ini dikembangkan menurut indikator motivasi menurut Rivai (2005) dalam penelitian Pratama (2013) dengan modifikasi.No.PertanyaanSSSKSTSSTS

1.Gaji dapat memberikan dorongan untuk bekerja lebih baik.

2.Tunjangan jaminan hari tua untuk meningkatkan semangat kerja pegawai.

3.Saya ingin mengembangkan kemampuan saya selama bekerja di instansi.

4.Setiap hasil kerja yang telah dilaksanakan layak mendapat penghargaan.

5.Saya giat bekerja karena adanya kesempatan yang diberikan perusahaan untuk menduduki posisi tertentu.

5. BUDAYA ORGANISASIJawaban atas pertanyaan berikut ini menggambarkan persepsi Bapak/Ibu/Saudara/i terhadap budaya dalam organisasi. Instrumen ini dikembangkan dalam penelitian Ramadina (2013).No.PertanyaanSSSKSTSSTS

1.Ditempat Bapak/Ibu bekerja, keputusan-keputusan yang penting lebih sering dibuat secara berkelompok.

2.Ditempat Bapak/Ibu bekerja, keputusan-keputusan lebih sering dibuat oleh atasan.

3.Ditempat Bapak/Ibu bekerja, lebih tertarik pada orang yang mengerjakan dibandingkan hasil pekerjaan.

4.Ditempat Bapak/Ibu bekerja, memberikan petunjuk yang jelas kepada pegawai baru.

5.Ditempat Bapak/Ibu bekerja, para pimpinan cenderung mempertahankan karyawan yang berprestasi pada instansinya.

6. Ditempat Bapak/Ibu bekerja, peduli terhadap masalah-masalah pribadi pegawai.