143
PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP BUNYI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Fisika Oleh: LIA MARDIANTI 106016300655 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

  • Upload
    phamtu

  • View
    229

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

TERHADAP PEMAHAMAN SISWA

PADA KONSEP BUNYI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

pada Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

LIA MARDIANTI

106016300655

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/2011 M

Page 2: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,
Page 3: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,
Page 4: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,
Page 5: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

ABSTRAK

Lia Mardianti, “Pengaruh Pembelajaran Kontekstual terhadap Pemahaman

Siswa pada Konsep Bunyi”. Skripsi, Program Studi Pendidikan Fisika,

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pemahaman

siswa pada konsep bunyi dalam pembelajaran kontekstual. Pengambilan data telah

dilaksanakan pada Maret sampai April 2011 di SMP Negeri 1 Kosambi

Tangerang. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen, dengan

sampel 80 siswa kelas VIII yang diambil dari 2 kelas yang berbeda dengan teknik

sampling Cluster Random Sampling. Kelas eksperimen diberi perlakuan

pembelajaran kontekstual dengan metode inkuiri dan kelas kontrol yang diberi

perlakuan pembelajaran kontekstual dengan metode konvensional. Instrumen

yang digunakan adalah tes pilihan ganda sebanyak 18 butir soal dengan 4

alternatif pilihan jawaban. Berdasarakn uji statistik (α = 0,05) diperoleh thitung

(6,39) > ttabel (1,999), sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

kontekstual dengan metode inkuiri memberikan pengaruh pemahaman siswa yang

signifikan dalam mempelajari konsep bunyi dibandingkan siswa yang diajarkan

dengan menggunakan metode demonstrasi.

Kata kunci : Kontekstual, Pemahaman siswa

Page 6: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

ABSTRAC

Lia Mardianti, The Influence of Contextual Learning to Student

Understanding on The Concept of Sound. Skripsi, Program Study of Physic,

Major Education of Natural Science, Faculty of Tarbiya’ and Teacher

Training, Syarif Hidayatullah Islamic State University, Jakarta. 2011.

This aim of this research to know the influence of student understanding in the

concept of sound by Contextual Learning. The data was taken in March to April

2011 at state Junior High School 1 Kosambi Tangerang. The research method

was quasi experiment, with 80 students from class VIII as sample, that was taken

by Cluster Random Sampling. Experiment was that given contextual learning

treatment with inquiry method and control class that given contextual learning

treatment with conventional method. The instrument is used multiple choice test

with 18 question and 4 alternative answer. Based on statistical analysis (α =

0,05), obtained that score (6,39) > ttabel (1,999). So, it can be conclued that

contextual learning with inquiry method can be influence significantly students

understanding.

Keyword : Contextual learning, Student’s Understanding

Page 7: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum. Wr.Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufik, serta hidayah-

Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh

Pembelajaran Kontekstual terhadap Pemahaman Siswa pada Konsep Bunyi”.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada

Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sholawat

serta salam teriring kepada Baginda Rasulullah SAW, sebagai pembawa

peradaban yang membawa manusia keluar dari masa kegelapan dan kebodohan

menuju masa yang penuh cahaya dan semoga salam tetap tercurah pada keluarga

dan para sahabatnya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan bantuan

dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu pada

kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Baiq Hana Susanti, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Nengsih Juanengsih, M.Pd., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Iwan Permana S, M.Pd., selaku selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika.

5. Nurlena Rifai, MA., Ph.D., selaku pembimbing I yang dengan sabar, tulus, dan

ikhlas telah memberikan waktu, tenaga, dan pikirannya dalam mengarahkan

dan membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.

6. Kinkin Suartini, M.Pd., selaku pembimbing II yang dengan sabar, tulus, dan

ikhlas telah memberikan waktu, tenaga, dan pikirannya dalam mengarahkan

dan membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.

7. Sudradjat Ardyana, S.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 1 Kosambi Tangerang.

Page 8: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

8. Wahab, S.Pd., selaku guru IPA SMP Negeri 1 Kosambi Tangerang.

9. Kepada semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan

satu persatu.

Secara khusus penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada Ayah, Ibu dan kakak tercinta (Madiya, S.Pd, Mariyam,

dan Didi Sarmadi, S.P.), yang telah melimpahkan segenap kasih sayang yang tak

terhingga dan tak henti-hentinya memberikan do‟a yang tulus.

Penulis juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan, sehingga

penulis dengan terbuka menerima segala bentuk kritik dan saran yang bersifat

membangun untuk lebih sempurna skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Wassalaamu’alaikum.Wr.Wb.

Ciputat, Juni 2011

Penulis

Page 9: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ........................................................................................................ i

ABSTRAC .......................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................... 4

C. Perumusan Masalah ..................................................................... 4

D. Pembatasan Masalah ................................................................... 4

E. Tujuan Penelitian ......................................................................... 5

F. Manfaat Penelitian ...................................................................... 5

BAB II KAJIAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN

HIPOTESIS

A. Pendekatan Contextual Teaching and Learning .......................... 6

1. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual ............................... 8

2. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran ...................................... 9

3. Urgensi Pembelajaran Kontekstual ......................................... 12

4. Tujuh Komponen Utama Pembelajaran Kontekstual ............. 13

5. Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan

Pendekatan Tradisional ........................................................... 18

6. Aplikasi Pembelajaran Kontekstual ........................................ 19

Page 10: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

B. Pembelajaran Kontekstual dengan Metode Inkuiri ..................... 20

1. Siklus Inkuiri .......................................................................... 22

2. Proses Pembelajaran dengan Metode Inkuiri ......................... 24

3. Karakter Inkuiri ...................................................................... 25

C. Pemahaman Konsep .................................................................... 27

D. Bunyi ........................................................................................... 30

E. Hasil Penelitian yang Relevan ..................................................... 36

F. Kerangka Berpikir ....................................................................... 39

G. Hipotesis Penelitian ..................................................................... 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 41

B. Metode Penelitian ........................................................................ 41

C. Desain Penelitian ......................................................................... 41

D. Prosedur Penelitian ...................................................................... 42

E. Variabel Penelitian ...................................................................... 43

F. Populasi dan Sampel.................................................................... 43

G. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 44

H. Instrumen Penelitian .................................................................... 44

I. Teknik Analisis Data Tes ........................................................... 47

J. Teknik Analisis Data Non Tes .................................................... 50

K. Hipotesis Statistik ........................................................................ 50

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ............................................................................ 51

B. Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .................................................................................. 59

B. Saran ............................................................................................ 59

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 60

Page 11: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Bagan Keterkaitan Antar Komponen .......................................... 14

Gambar 2.2 Bentuk Pembelajaran Kontekstual .............................................. 20

Gambar 2.3 Bagan Siklus Inkuiri .................................................................... 23

Gambar 2.4 Proses Inkuiri ............................................................................... 24

Gambar 2.5 Peta Konsep Bunyi ...................................................................... 31

Gambar 2.6 Resonansi pada Ayunan Bandul .................................................. 34

Gambar 2.7 Hukum Pemantulan Bunyi .......................................................... 35

Gambar 2.8 Bagan Kerangka Berpikir ............................................................ 40

Gambar 3.1 Bagan Alur Prosedur Penelitian .................................................. 43

Gambar 4.1 Grafik Persentase Respon Positif dan

Respon Negatif Siswa.................................................................. 55

Page 12: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan

Pendekatan Tradisional .................................................................... 18

Tabel 3.1 Desain Penelitian .............................................................................. 41

Tabel 4.1 Rekapitulasi Ukuran Pemusatan dan Penyebaran

Data Hasil Pretest-Posttest Kelompok Eksperimen dan

Kelompok Kontrol............................................................................ 51

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Pretest-Posttest

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ............................... 52

Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas Pretest-Posttest

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ............................... 53

Tabel 4.4 Hasil Uji t Pretest dan Posttest

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ............................... 54

Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Angket ................................................................ 54

Page 13: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ............................................ 62

Lampiran 2 Lembar Kegiatan Siswa ............................................................... 74

Lampiran 3 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ..................................................... 80

Lampiran 4 lnstrumen Tes .............................................................................. 81

Lampiran 5 Kisi-kisi Angket........................................................................... 87

Lampiran 6 Instrumen Angket ........................................................................ 88

Lampiran 7 Hasil Analisis Angket .................................................................. 89

Lampiran 8 Rekap Analisis Butir.................................................................... 90

Lampiran 9 Hasil Butir Soal Pretest- Posttest Kelas Eksperimen .................. 92

Lampiran 10 Hasil Butir Soal Pretest-Posttest Kelas Kontrol ......................... 94

Lampiran 11 Rekapitulasi Hasil Pretest-Posttest

Kelompok Eksperimen dan Kontrol ............................................ 96

Lampiran 12 Perhitungan Data Statistik Pretest dan Posttest

Kelompok Eksperimen ................................................................ 98

Lampiran 13 Perhitungan Data Statistik Pretest dan Posttest

Kelompok Kontrol ....................................................................... 104

Lampiran 14 Uji Normalitas Pretest-Posttest Kelompok Eksperimen ............. 110

Lampiran 15 Uji Normalitas Pretest-Posttest Kelompok Kontrol.................... 112

Lampiran 16 Uji Homogenitas Pretest dan Posttest ......................................... 114

Lampiran 17 Uji Hipotesis Pretest dan Posttest ............................................... 116

Lampiran 18 Perhitungan Tabel ........................................................................ 118

Lampiran 19 Uji Referensi ................................................................................ 123

Page 14: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam,

khususnya untuk mata pelajaran fisika yaitu rendahnya tingkat pemahaman

konsep fisika. Banyak siswa yang merasa tidak menyukai pelajaran fisika karena

mereka beranggapan bahwa pelajaran fisika sulit, menakutkan dan tidak

bermanfaat dalam kehidupannya.1 Agar pembelajaran fisika disukai oleh siswa

maka pelaksanaan pembelajaran haruslah menyenangkan dan menantang. Untuk

itu proses kegiatan belajar mengajar sangatlah dominan dalam melaksanakan

skenario pembelajaran.

Pada saat proses pembelajaran berlangsung, nampak beberapa atau

sebagian besar siswa belum belajar sewaktu guru mengajar. Selama pembelajaran

guru belum memberdayakan seluruh potensi dirinya sehingga sebagian besar

siswa belum mencapai kompetensi individual yang diperlukan untuk mengikuti

pelajaran lanjutan. Beberapa siswa belum belajar sampai pada tingkat

pemahaman. Siswa baru mampu menghafal fakta, konsep, prinsip, hukum, teori,

dan gagasan inovatif lainnya pada tingkat ingatan, mereka belum dapat

menggunakan dan menerapkannya secara efektif dalam pemecahan masalah

sehari-hari yang kontekstual.

Fisika merupakan mata pelajaran yang berkaitan dengan fenomena alam

secara sistematis. Selain itu pembelajaran fisika juga melibatkan siswa secara

aktif untuk berinteraksi dengan objek konkrit. Dilihat dari pembelajaran yang

diterapkan oleh pendidik di lapangan terdapat kecenderungan bahwa proses

belajar mengajar di kelas berlangsung secara klasikal dan hanya bergantung pada

buku teks dengan metode pengajaran yang menitikberatkan proses menghafal dari

1 Elok Sudibyo, dkk, Pembelajaran Kontekstual untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar

Fisika Siswa SMPN 3 Porong, Jurnal Pendidikan Dasar.Vol.9 No.1, Maret 2008, h. 7.

Page 15: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

pada pemahaman konsep, sehingga pembelajaran menjadi tidak bermakna bagi

siswa.

Materi fisika yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep bunyi.

Pemilihan materi ini dilakukan karena konsep ini banyak dijumpai dalam

kehidupan sehari-hari, namun sering siswa mengalami kesulitan dalam memahami

fenomena-fenomena yang berkaitan dengan bunyi. Pembelajaran berbasis

kontekstual yang senantiasa mengaitkan konsep dengan kehidupan sehari-hari

dapat membantu siswa memahami konsep-konsep bunyi dan meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah siswa supaya hasil belajar yang diperoleh lebih

baik.

Aspek yang mendasar yang dimiliki fisika adalah eksistensinya sebagai

pengetahuan yang lahir dari pengamatan dan fakta-fakta. Artinya, dalam

memahami sesuatu tentang gejala alam, fisika selalu mendasarkan kegiatan

pengamatan atau observasi dan memperoleh kebenarannya secara empiris melalui

panca indera. Dari pengamatan dan fakta-fakta inilah terbentuk konsep-konsep

fisika yang mendasar terbangunnya ilmu fisika.2 Oleh karena itu untuk

mentransfer konsep-konsep fisika dari guru ke siswa seharusnya juga diberikan

penekanan pada kegiatan pengamatan secara langsung. Hal ini dimaksudkan agar

terbentuk konsepsi yang jelas dan benar secara keseluruhan. Disamping itu,

pengamatan secara langsung mempunyai manfaat bagi penataan struktur kognitif

siswa. Sebelum memasuki pelajaran fisika, siswa sudah memiliki pengetahuan

dan pengalaman-pengalaman yang berhubungan dengan fisika. Pemenuhan

komponen-komponen pokok pengajaran sebagai tuntutan yang mendasar harus

mengacu kepada hakikat sains yakni bersifat eksperimental.

Pembelajaran dan pengajaran kontekstual melibatkan para siswa dalam

aktivitas penting yang membantu mereka mengaitkan pelajaran akademis dengan

konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi. Dengan mengaitkan keduanya,

siswa melihat makna di dalam tugas sekolah. Ketika siswa menyusun proyek atau

menemukan permasalahan yang menarik, ketika mereka membuat pilihan,

menerima tanggung jawab, mencari informasi dan menarik kesimpulan, ketika

2 Ibid, h. 56

Page 16: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

mereka secara aktif memilih, menyusun, mengatur, menyentuh, merencanakan,

menyelidiki, mempertanyakan, dan membuat keputusan, mereka mengaitkan isi

akademis dengan konteks dalam situasi kehidupan, dengan cara ini mereka

menemukan makna.3

Pembelajaran yang dilaksanakan melalui pendekatan kontekstual

diharapkan mampu mengubah cara belajar siswa yang selama ini lebih banyak

bersifat menunggu informasi dari guru ke pembelajaran yang bermakna. Dengan

terbiasanya siswa belajar secara bermakna dan menemukan sendiri konsep-konsep

materi yang dipelajari, diharapkan kualitas proses dan hasil belajar siswa akan

lebih baik. Salah satu tindakan pembelajaran yang perlu dilakukan oleh guru yaitu

dengan memperbaiki metode pembelajaran yang digunakan. Metode yang tepat

pada pembelajaran kontekstual dalam penelitian ini yaitu metode inkuiri.

Metode inkuiri memberi kesempatan kepada siswa untuk berlatih

membangun sendiri konsep fisik melalui pengamatan langsung, yaitu melalui

percobaan. Melalui metode inkuiri, siswa dilatih untuk melakukan kegiatan ilmiah

dan berpikir ilmiah. Metode ini dapat dilaksanakan dalam bentuk percobaan

maupun demonstrasi. Bentuk percobaan dalam prakteknya juga banyak bervariasi,

satu diantaranya adalah menggunakan lembar kegiatan siswa. Percobaan dengan

menggunakan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) akan memberikan kesempatan

kepada siswa untuk melakukan setiap langkah yang ada dalam proses berpikir

ilmiah.

Pendekatan kontekstual dengan metode inkuiri dimana guru dapat

mengkaitkan materi yang diajarkan dengan situasi nyata dan mendorong siswa

membuat hubungan antara pengetahuan yang dipelajari dengan penerapannya

dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Elok Sudibyo, dkk dalam jurnal pendidikan dasar bahwa

penerapan pembelajaran kontekstual ternyata dapat memotivasi siswa dalam

menuntaskan hasil belajar fisika pada siswa kelas VIII-A SMP N 3 Porong yaitu

siswa telah menunjukkan sikap positif terhadap pelajaran fisika. Mereka senang

3 Elaine B. Johnson, Contextual Teaching and Learning, terjemahan Ibnu Setiawan, (Bandung:

MLC, 2007), h. 35

Page 17: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

dan puas mengikuti pelajaran fisika dengan cara penerapan pembelajaran

kontekstual.4

Menyadari begitu pentingnya proses pembelajaran untuk meningkatkan

pemahaman siswa, maka penulis tertarik untuk mengangkat masalah ini dalam

suatu penelitian yang diberi judul “Pengaruh Pembelajaran Kontekstual terhadap

Pemahaman Siswa pada Konsep Bunyi”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, dapat

diidentifikasi masalah sebagai berikut.

1. Rendahnya tingkat pemahaman siswa.

2. Siswa belum mampu menerapkan pembelajaran dalam pemecahan masalah

sehari-hari yang kontekstual

3. Metode yang digunakan tidak bersifat eksperimen

.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah maka perumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat pengaruh pembelajaran

kontekstual terhadap pemahaman siswa pada konsep bunyi?”

D. Pembatasan Masalah

Mengacu pada masalah-masalah yang muncul di atas, maka demi

terarahnya penelitian ini penulis perlu membatasi masalah yang akan diteliti yaitu:

1. Pendekatan pembelajaran kontekstual yang digunakan merujuk pada

pandangan Elaine B. Johnson yaitu pembelajaran bermakna.

2. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode inkuiri.

3. Pemahaman konsep yang digunakan merujuk pada taksonomi Bloom yang

sudah direvisi oleh Anderson dan Krathwohl.

4 Elok Sudibyo, Op.Cit., h.14

Page 18: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

pembelajaran kontekstual terhadap pemahaman siswa pada konsep bunyi.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini antara lain:

1. Memberikan pengalaman melakukan penelitian dan wawasan khususnya

mengenai pembelajaran kontekstual dengan metode inkuiri.

2. Memudahkan siswa dalam memahami dan menguasai fisika melalui

pengalaman nyata dalam pembelajaran.

3. Memberikan alternatif pendekatan pembelajaran yang bersifat kontekstual

untuk memperoleh pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi

siswa.

Page 19: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

BAB II

KAJIAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

A. Pendekatan Contextual Teaching and Learning

Menurut Kubi (2002 dalam buku Dharma Kusuma) kata kontekstual

(contextual) berasal dari kata context yang berarti “hubungan, konteks, suasana

dan keadaan (konteks)”. Sehingga Contextual Teaching and Learning (CTL)

dapat diartikan sebagai suatu pembelajaran yang berhubungan dengan suasana

tertentu.5 Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi

pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh

untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan

situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya

dalam kehidupan mereka.6

Menurut Elaine B. Johnson (2009) Contextual Teaching and Learning

(CTL) adalah suatu sistem pengajaran yang cocok dengan otak yang

menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademis dengan konteks

dari kehidupan sehari-hari siswa.7

Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah

konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata kedalam kelas dan

mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya

dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.8

Pembelajaran dan pengajaran kontekstual melibatkan para siswa dalam

akivitas penting yang membantu mereka mengaitkan pelajaran akademis dengan

konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi. Dengan mengaitkan keduanya, para

siswa melihat makna di dalam tugas sekolah.

5 Dharma Kusuma, Contextual Teaching and Learning Sebuah Panduan Awal dalam

Pengembangan PBM, (Yogyakarta: Rahayasa, 2010), h. 57 6 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:

Kencana, 2006), h. 253 7 Elaine B. Johnson, Contextual Teaching and Learning, terjemahan Ibnu Setiawan, (Bandung:

MLC, 2009), h. 57 8 Nurhadi, dkk, Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) dan

Penerapannya dalam KBK, (Malang: Universitas Negeri Malang, 2004), h. 13

Page 20: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

Pada pembelajaran kontekstual ada tiga hal yang harus dipahami, bahwa

kontekstual menekankan pada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi,

mendorong siswa untuk dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari

dengan situasi kehidupan nyata, dan juga mendorong siswa untuk menerapkannya

dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar

yang beranggapan bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan

secara alamiah, artinya belajar akan lebih bermakna jika anak bekerja dan

mengalami sendiri apa yang dipelajarinya, bukan sekedar mengetahuinya.9

Menurut Diknas (2002) dalam Jurnal Guru No. 2 Vol. 3 Desember 2006

menyatakan bahwa CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan

antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong

siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.10

Pengajaran dan pembelajaran kontekstual merupakan satu konsepsi yang

membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan

memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya

dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan tenaga

kerja. Pembelajaran kontekstual bukan merupakan suatu konsep baru. Penerapan

pembelajaran kontekstual di kelas Amerika pertama-tama diusulkan oleh John

Dewey. Pada tahun 1916, Dewey mengusulkan suatu kurikulum dan metodelogi

pengajaran yang dikaitkan dengan minat dan pengalaman siswa.

Perkembangan pemahaman yang diperoleh selama mengadakan telaah

pustaka menjadi semakin jelas bahwa CTL merupakan suatu perpaduan dari

banyak “praktek yang baik” dan beberapa pendekatan reformasi pendidikan yang

dimaksudkan untuk memperkaya relevansi dan penggunaan fungsional

pendidikan untuk semua siswa. Pengajaran kontekstual adalah pengajaran yang

memungkinkan siswa-siswa TK sampai dengan SMU untuk menguatkan,

9 Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan

Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 293 10

Sumiati, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) siswa dengan

Menggunakan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Di Kelas IV MI Rahman El-Yunusiyyah

Padang Panjang, (Jurnal Guru No. 2 Vol. 3 Desember 2006), h.18

Page 21: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka

dalam berbagai macam tatanan dalam sekolah dan luar sekolah agar dapat

memecahkan masalah-masalah dunia nyata atau masalah-masalah yang

disimulasikan.11

Dalam pembelajaran kontekstual, guru hanya menjadi fasilitator bagi

siswa, dengan demikian pembelajaran akan mendorong ke arah belajar aktif, yang

menekankan keaktifan siswa baik secara fisik maupun intelektual guna

memperoleh hasil belajar yang baik.

Dari uraian-uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendekatan

kontekstual merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan

membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya

terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari, dimana guru mengaitkan antara

materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan membuat

hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam

kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.

1. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual

Menurut Johnson (2002 dalam buku Nurhadi, dkk) ada delapan komponen

utama dalam sistem pembelajaran kontekstual, yaitu sebagai berikut:12

a. Melakukan hubungan yang bermakna (making meaningful connections)

Siswa dapat mengatur diri sendiri sebagai orang yang belajar secara aktif

dalam mengembangkan minatnya secara individual, orang yang dapat bekerja

sendiri atau bekerja dalam kelompok, dan orang yang dapat belajar sambil

berbuat (learning by doing).

b. Melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan (doing significant work)

Siswa membuat hubungan-hubungan antara sekolah dan berbagai konteks yang

ada dalam kehidupan nyata sebagai pelaku bisnis dan sebagai anggota

masyarakat.

11

Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta:

Prestasi Pustaka, 2007), h. 101-102 12

Nurhadi, dkk, Op.Cit., h. 13-14

Page 22: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

c. Belajar yang diatur sendiri (self-regulated learning)

Siswa melakukan pekerjaan yang signifikan: ada tujuannya, ada urusannya

dengan orang lain, ada hubungannya dengan penentuan pilihan, dan ada

produknya/hasilnya yang sifatnya nyata.

d. Bekerja sama (callaborating)

Siswa dapat bekerjasama. Guru membantu siswa bekerja secara efektif dalam

kelompok, membantu mereka memahami bagaimana mereka saling

mempengaruhi dan saling berkomunikasi.

e. Berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thingking)

Siswa dapat menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi secara kritis dan

kreatif: dapat menganalisis membuat sintesis, memecahkan masalah, membuat

keputusan dan bukti-bukti.

f. Mengasuh atau memilihara pribadi siswa (nurturing the individual)

Siswa memilihara pribadinya: mengetahui, memberi perhatian, memotivasi dan

memperkuat diri sendiri. Siswa tidak dapat berhasil tanpa dukungan orang

dewasa. Siswa menghormati temannya dan juga orang dewasa.

g. Mencapai standar yang tinggi (reaching high standards)

Siswa mengenal dan mencapai standar yang tinggi: mengidentifikasi tujuan

dan memotivasi siswa untuk mencapainya.

h. Menggunakan penilaian autentik (using authentic assessment)

Siswa menggunakan pengetahuan akademis dalam konteks dunia nyata untuk

suatu tujuan yang bermakna.

2. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Kontekstual

Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu pembelajaran yang

menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat

menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi

kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam

kehidupan mereka.

Dari konsep tersebut ada tiga hal yang harus kita pahami. Pertama, CTL

menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya

Page 23: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses

belajar dalam konteks CTL tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima

pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.

Kedua, CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara

materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan siswa, artinya siswa dituntut

untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan

kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengkorelasikan

materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu

akan bermakna secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan

tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.

Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam

kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami

materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat

mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam

konteks CTL bukan hanya untuk ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan, akan

tetapi sebagai bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata.

Sehubungan dengan hal itu, terdapat lima karakteristik penting dalam

proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL.13

a. Dalam CTL, pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang

sudah ada (activiting knowledge), artinya apa yang akan dipelajari tidak

terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan

yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki

keterkaitan satu sama lain.

b. Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan

menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge). Pengetahuan baru itu

diperoleh dengan cara deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan

mempelajari secara keseluruhan, kemudian memperhatikan detailnya.

c. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya pengetahuan

yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini.

13

Wina Sanjaya, Op.Cit., h. 253-254

Page 24: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

d. Mempraktikan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge),

artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat

diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan perilaku

siswa.

e. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan

pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan

dan penyempurnaan strategi.

Banyak cara efektif untuk mengaitkan pengajaran dan pembelajaran

dengan konteks situasi sehari-hari siswa. Oleh sebab itu menurut Elaine B. Johnson,

ada enam strategi dalam mengaitkan pengajaran dan pembelajaran kontekstual

yaitu:14

1. Ruang kelas tradisional yang mengaitkan materi dengan konteks siswa.

2. Memasukkan materi dari bidang lain dalam kelas.

3. Mata pelajaran yang tetap terpisah, tetapi mencakup topik-topik yang saling

berhubungan.

4. Mata pelajaran yang menyatukan dua atau lebih disiplin.

5. Menggabungkan sekolah dan pekerjaan:

a. Pembelajaran berbasis pekerjaan

b. Jalur karier

c. Pengalaman kerja berbasis sekolah

6. Model kuliah kerja nyata atau penerapan terhadap hal-hal yang dipelajari di

sekolah ke masyarakat.

Dalam proses pendekatan pembelajaran kontekstual merupakan metode

belajar yang yang membantu semua guru mempraktikkan dan mengaitkan antara

materi yang diajarkan dengan situasi yang ada di lingkungan siswa dan menuntut

siswa membuat hubungan beberapa pengetahuan yang pernah dialami siswa

dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan

masyarakat.15

14

Elaine B. Johnson, Op.Cit,, h. 99 15

Sofan Amri, Proses Pembelajaran Inovatif dan Kreatif dalam Kelas, (Jakarta: Prestasi Pusaka,

2010), h.21.

Page 25: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

3. Urgensi Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual bukan sebuah model dalam pembelajaran.

Pembelajaran kontekstual lebih dimaksudkan suatu kemampuan guru dalam

melaksanakan proses pembelajaran yang lebih mengedepankan idealitas

pendidikan sehingga benar-benar akan menghasilkan kualitas pembelajaran yang

efektif dan efisien. Idealitas pembelajaran dimaksudkan melaksanakan proses

pembelajaran yang lebih menitik beratkan pada upaya pemberdayaan siswa bukan

penindasan terhadap siswa baik penindasan secara intelektual, sosial maupun

budaya.

Guru kadang kala terjebak kepada sifat atau karakter penindasan daripada

pemberdayaan siswa pada waktu melaksanakan proses pembelajaran. Persepsi

guru yang merasa paling pintar, menganggap siswa tidak mengerti apa-apa, siswa

sosok manusia yang bodoh sedangkan guru sosok manusia yang paling cerdas.

Implikasi dari asumsi seperti itu akhirnya guru cenderung melakukan tindakan

yang tidak edukatif, sehingga siswa merasa tidak aman dan tidak nyaman dalam

proses pembelajaran.

Pendidikan adalah sektor yang sangat menentukan kualitas hidup suatu

bangsa. Kegagalan pendidikan berimplikasi pada gagalnya suatu bangsa,

keberhasilan pendidikan juga secara otomatis membawa keberhasilan sebuah

bangsa. Kegagalan pendidikan bisa disebabkan oleh kegagalan dalam proses

pembelajaran. Pembelajaran yang statis dan konvensional akan memperlambat

terwujudnya kualitas pendidikan. Sebaliknya pembelajaran yang dinamis,

progresif dan kontekstual akan mempercepat terwujudnya kualitas pembelajaran.

Paulo Freire mengkritik secara tegas dan pedas dengan istilah

pembelajaran sistem bank (banking sistem paedagogis), yang memuat pertanyaan

antagonis antara peran guru dan siswa, antara lain:16

a. Guru mengajar, siswa belajar.

b. Guru tahu segalanya, siswa tidak tahu apa-apa.

c. Guru berpikir, siswa dipikirkan.

d. Guru bicara, siswa mendengarkan.

16

M. Saekhan Muchith, Pembelajaran Kontekstual, (Semarang: RaSAIL Media Group, 2008),

h. 2-5

Page 26: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

e. Guru mengatur, siswa diatur.

f. Guru memilih dan memaksakan pilihannya, siswa menuruti.

g. Guru bertindak, siswa membayangkan bagaimana bertindak sesuai dengan

gurunya.

h. Guru memilih apa yang diajarkan, siswa menyesuaikan diri.

i. Guru sebagai subyek proses pembelajaran, siswa sebagai obyek pembelajaran.

4. Tujuh Komponen Utama Pembelajaran Kontekstual

Ada tujuh komponen utama pembelajaran yang mendasari penerapan

kontekstual dikelas. Ketujuh komponen itu adalah konstruktivisme

(Construktivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat

belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), refleksi (Reflection),

penilaian sebenarnya (Authentic Assement). Sebuah kelas dikatakan menggunakan

pendekatan kontekstual jika menerapkan ketujuh prinsip tersebut dalam

pembelajarannya.

Keterkaitan ketujuh komponen tersebut digambarkan dalam bagan

berikut.17

Gambar 2.1 Bagan Keterkaitan Antar Komponen Pembelajaran Kontekstual

17

Nurhadi, dkk, Op.Cit., h. 31

Bertanya

(Questioning)

Masyarakat belajar

(Learning Community)

Refleksi

(Reflection)

Menemukan

(Inquiry)

Pemodelan

(Modeling)

Penilaian sebenarnya

(Authentic Assement)

Konstruktivisme

(Construktivism)

Page 27: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

Secara garis besar langkah-langkah penerapan CTL dalam kelas sebagai

berikut. 18

a. Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan

cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri

pengetahuan dan keterampilan barunya.

b. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.

c. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

d. Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok).

e. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.

f. Lakukan refleksi di akhir pertemuan.

g. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

Tujuh komponen utama pendekatan pembelajaran CTL yaitu:

1. Konstruktivisme (Constructivism)

Salah satu landasan teoritik pendidikan modern termasuk CTL dalah teori

konstruktivis. Pendekatan ini pada dasarnya menekankan pentingnya siswa

membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif proses belajar

mengajar. Proses belajar mengajar lebih diwarnai student centered daripada

teacher centered. Sebagian besar waktu proses belajar mengajar berlangsung

dengan berbasis pada aktivitas siswa. Inquiry Based Learning dan Problem Based

Learning yang disebut sebagai strategi CTL diwarnai Student Centered dan

aktivitas siswa.

Constructivism (konstruktivisme) merupakan landasan berpikir (filosofi)

pendekatan konstekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit

demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan

bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil

dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna

melalui pengalaman nyata.

18

Trianto, Op.Cit., h. 105-115.

Page 28: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

2. Inkuiri (Inquiry)

Inkuiri merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis

konstektual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan

bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan

sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan

menemukan, apapun materi yang diajarkannya. Siklus inkuiri terdiri atas:

a. Observasi (Observation)

b. Bertanya (Questioning)

c. Mengajukan dugaan (Hyphotesis)

d. Pengumpulan data (Data gathering)

e. Penyimpulan (Conclussion)

3. Bertanya (Questioning)

Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari “bertanya”.

Questioning (bertanya) merupakan strategi utama yang berbasis kontekstual.

Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong,

membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan

bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang

berbasis inquiri, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah

diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.

Hampir pada semua aktivitas belajar, dapat menerapkan questioning

(bertanya): antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa dengan orang

lain yang didatangkan ke kelas, dan sebagainya. Aktivitas bertanya juga

ditemukan ketika siswa berdiskusi, bekerja dalam kelompok, ketika menemui

kesulitan, ketika mengamati, dan sebagainya. Aktivitas bertanya juga ditemukan

ketika siswa berdiskusi, bekerja dalam kelompok, ketika menemui kesulitan,

ketika mengamati, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan itu akan menumbuhkan

dorongan untuk „bertanya‟.

4. Masyarakat belajar (Learning Community)

Konsep Learning Community menyarankan agar hasil pembelajaran

diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Ketika seorang anak baru belajar

Page 29: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

menimbang massa benda dengan menggunakan neraca O‟haus, ia bertanya kepada

temannya. Kemudian temannya yang sudah bisa menunjukkan cara menggunakan

alat itu. Maka dua orang anak tersebut sudah membentuk masyarakat belajar

(Learning Community).

Dalam kelas CTL, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran

dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok

yang anggotanya heterogen. Yang pandai mengajari yang lemah, yang tahu

memberitahu yang belum tahu, yang cepat menangkap mendorong temannya yang

lambat, dan seterusnya. Kelompok siswa bisa sangat bervariasi bentuknya, baik

keanggotaan, jumlah, bahkan bisa melibatkan siswa di kelas atasnya, atau guru

melakukan kolaborasi dengan mendatangkan seorang ahli ke kelas.

Masyarakat belajar apabila ada proses komunikasi dua arah. Seorang guru

yang mengajari siswanya bukan contoh masyarakat belajar karena komunikasi

hanya terjadi satu arah, yaitu informasi hanya datang dari guru kearah siswa, tidak

ada arus informasi yang perlu dipelajari guru yang datang dari arah siswa. Dalam

contoh ini yang belajar hanya siswa, bukan guru. Dalam belajar masyarakat, dua

kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar

satu sama lain. Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar

memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus juga

meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya.

5. Pemodelan (Modeling)

Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada

model yang bisa ditiru oleh siswanya, misalnya guru memodelkan langkah-

langkah cara menggunakan neraca O‟haus dengan demonstrasi sebelum siswanya

melakukan suatu tugas tertentu.

Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model.

Pemodelan dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seorang bisa ditunjuk

untuk memodelkan sesuatu berdasarkan pengalaman yang diketahuinya.

Page 30: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

Model dapat juga didatangkan dari luar yang ahli dibidangnya, misalnya

mendatangkan seorang perawat untuk memodelkan cara menggunakan

termometer untuk mengukur suhu tubuh pasiennya.

6. Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir

ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Siswa

mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang

baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya.

Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang

baru diterima.

Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari proses. Pengetahuan yang

dimiliki siswa diperluas melalui konteks pembelajaran, yang kemudian diperluas

sedikit demi sedikit. Guru membantu siswa membuat hubungan-hubungan antara

pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan-pengetahuan yang

baru. Dengan begitu, siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi

dirinya tentang apa yang baru dipelajarinya. Kunci dari semua itu adalah

bagaimana pengetahuan itu mengendap di benak siswa. Siswa mencatat apa yang

sudah dipelajari dan bagaimana merasakan ide-ide baru.

Pada akhir pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa

melakukan refleksi. Realisasinya berupa:

a. Pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu

b. Catatan atau jurnal di buku siswa

c. Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu

d. Diskusi

e. Hasil karya

7. Penilaian autentik (Authentic Assement)

Assement adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan

gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa

perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses

pembelajaran dengan benar. Apabila data yang dikumpulkan guru

Page 31: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

mengidentifikasikan bahwa siswa mengalami kemacetan dalam belajar, maka

guru segera bisa mengambil tindakan yang tepat agar siswa terbebas dari

kemacetan belajar. Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan di

sepanjang proses pembelajaran, maka assemen tidak dilakukan di akhir periode

pembelajaran seperti pada kegiatan evaluasi hasil belajar, tetapi dilakukan

bersama-sama secara terintegrasi (tidak terpisahkan) dari kegiatan pembelajaran.

Assement menekankan proses pembelajaran maka data yang dikumpulkan

harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan

proses pembelajaran. Guru ingin mengetahui perkembangan belajar fisika bagi

para siswanya harus mengumpulkan data dari kegiatan nyata di kehidupan sehari-

harinya yang berkaitan dengan fisika, tidak hanya saat siswa mengerjakan tes

fisika saja. Pengumpulan data yang demikian merupakan data autentik.

5. Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional

Perbedaan perbedaan kontekstual dengan pendekatan tradisional dapat

dilihat pada tabel di bawah ini.19

Tabel 2.1 Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan

Pendekatan Tradisional

No Kontekstual Tradisional

1. Menyesuaikan pada memori spasial

(pemahaman makna)

Menyesuaikan pada hapalan

2. Siswa terlibat secara aktif dalam

proses pembelajaran

Siswa secara pasif menerima

informasi

3.

Pembelajaran dikaitkan dengan

kehidupan nyata/masalah yang

disimulasikan

Pembelajaran sangat abstrak dan

teoritis

4

Siswa menggunakan waktu

belajarnya untuk menemukan,

menggali, berdiskusi, berpikir kritis,

Waktu belajar siswa sebagian

besar dipergunakan untuk

mengerjakan buku tugas,

19

Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan

Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru...., h. 296

Page 32: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

atau mengerjakan proyek dan

pemecahan masalah (melalui kerja

kelompok)

mendengar ceramah, dan mengisi

latihan yang membosankan

(melalui kerja individu)

5

Hasil belajar diukur melalui

penerapan penilaian autentik

Hasil belajar diukur melalui

kegiatan akademik dalam bentuk

tes/ujian/ulangan

6

Siswa diminta bertanggung jawab

memonitor dan mengembangkan

pembelajaran mereka masing-

masing

Guru adalah penentu jalannya

proses pembelajaran

Dengan melihat tabel tersebut, dalam pembelajaran yang menggunakan

CTL akan lebih konkret, lebih realistis, lebih aktual, lebih nyata, lebih

menyenangkan, dan lebih bermakna. Proses belajar mengajar CTL ini diharapkan

dapat meningkatkan hasil belajar (kualitas, kreativitas, produktifitas, efesiensi,

dan efektifitas) siswa.

Menurut teori pembelajaran kontekstual, belajar hanya akan terjadi jika

siswa memproses informasi atau pengetahuan baru sedemikian sehingga dirasakan

masuk akal sesuai dengan kerangka berpikir yang dimilikinya. “Dalam CTL guru

berperan sebagai fasilitator tanpa henti (reinforcing), yakni membantu siswa

menemukan makna (pengetahuan). Siswa memiliki response potentiality yang

bersifat kodrati. Tugas utama pendidik adalah memberdayakan kodrati ini

sehingga siswa terlatih dalam menangkap makna dari materi yang diajarkan”.20

6. Aplikasi Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual adalah kaidah pembelajaran yang

menggabungkan isi kandungan dengan pengalaman harian individu, masyarakat,

dan alam pekerjaan. Kaidah ini menyediakan pembelajaran secara konkret yang

melibatkan hands-on dan minds-on. Pembelajaran akan berlangsung dengan baik

20

Elaine B. Johnson, Op.Cit., h.20

Page 33: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

apabila peserta didik dapat memproses pembelajaran atau pengetahuan dengan

cara bermakna dan disampaikan dengan berbagai cara yang bervariasi.

Dalam proses pembelajaran secara kontekstual, peserta didik akan melalui

satu atau lebih daripada bentuk pembelajaran sebagai berikut.

Contoh pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut.21

Gambar 2.2 Bentuk Pembelajaran Kontekstual

B. Pembelajaran Kontekstual dengan Metode Inkuiri

Inkuiri berasal dari bahasa inggris “inquiry” yang secara harfiah berarti

penyelidikan. Piaget mengemukakan bahwa metode inkuiri merupakan metode

yang mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen

sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu,

mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawaban sendiri, serta

21

Ella Yulaelawati, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Pakar Raya, 2007), h. 141

R Relating

(Mengaitkan)

Eksperiencing (Mengalami)

Applying (Mengaplikasikan)

Cooperating (Bekerja Sama)

Transferring (Memindahkan)

E

A

C

T

Belajar dalam konteks menghubungkaitkan pengetahuan

baru dengan pengalaman hidup

Belajar dalam konteks penemuan dan daya cipta

Belajar dalam konteks bagaimana pengetahuan atau informasi dapat digunakan dalam berbagai situasi

Belajar dalam konteks menghubungkaitkan pengetahuan

baru dengan pengalaman hidup

Belajar dalam konteks pengetahuan yang ada atau

membina dari apa yang sudah diketahui

Page 34: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

menghubungkan penemuan yang satu dengan yang lain, membandingkan apa

yang ditemukannya dengan yang ditemukan peserta didik lain.22

Inkuiri pada dasarnya adalah suatu ide yang kompleks, yang berarti

banyak hal, bagi banyak hal, bagi banyak orang, dalam banyak konteks (a

complex idea that means many things to many people in many contexts). Inkuiri

adalah bertanya. Bertanya yang baik, bukan asal bertanya. Pertanyaan harus

berhubungan dengan apa yang dibicarakan. Pertanyaan yang harus diajukan harus

dapat dijawab sebagian atau keseluruhannya. Pertanyaan harus dapat diuji dan

disilidiki secara bermakna.23

Pembelajaran inkuiri adalah pendekatan pembelajaran di mana siswa

didorong untuk belajar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-

konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki

pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan siswa menemukan

prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.24

Inkuiri memberikan kepada siswa pengalaman-pengalaman belajar yang

nyata dan aktif. Siswa diharapkan mengambil inisiatif. Mereka dilatih bagaimana

memecahkan masalah, membuat keputusan, dan memperoleh keterampilan.

Inkuiri memungkinkan siswa dalam berbagai tahap perkembangannnya bekerja

dengan masalah-masalah yang sama dan bahkan mereka bekerja sama mencari

solusi terhadap masalah-masalah. Setiap siswa harus memainkan dan

memfungsikan talentanya masing-masing.

Berdasarkan urain di atas dapat disimpulkan bahwa metode inkuiri adalah

suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan seluruh kemampuan siswa

untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga

mereka dapat menemukan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.

22

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional; Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan

Menyenangkan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 108 23

Nurhadi, dkk, Op.Cit., h. 43 24

Kunandar, Op.Cit., h. 371.

Page 35: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

1. Siklus Inkuiri

Pembelajaran inkuiri dilakukan melalui beberapa siklus berikut.25

a. Observasi (Observation). Dalam siklus ini siswa melakukan observasi terhadap

objek atau bahan yang akan dijadikan sumber belajar.

b. Bertanya (Questioning). Setelah melakukan observasi, siswa mengajukan

pertanyaan-pertanyaan berdasarkan hasil observasi.

c. Mengajukan hipotesis (Hyphotesis). Kegiatan pembuatan prediksi atau

jawaban-jawaban sementara atas pertanyaan-pertanyaan di atas.

d. Pengumpulan data (Data gathering). Kegiatan mengumpulkan data atau

informasi yang bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam masalah di atas

melalui berbagai sumber yang ada.

e. Pembahasan, yaitu kegiatan menganalisis dan membahas data atau bahan yang

telah berhasil dikumpulkan oleh siswa.

f. Penyimpulan (Conclussion). Kegiatan menyimpulkan atas apa yang sudah

dibahas dan ditemukan terhadap suatu masalah.

Langkah-langkah kegiatan inkuiri adalah sebagai berikut.

1. Merumuskan masalah

2. Mengamati atau melakukan observasi

3. Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan,

tabel, dan karya lainnya.

4. Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman

sekelas, guru, atau audien yang lain.

Jika digambarkan dalam sebuah bagan, siklus inkuiri tampak sebagai

berikut.26

25

Ibid, h. 373-374 26

Nurhadi, dkk, Op.Cit., h. 44

Page 36: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

Gambar 2.3 Bagan Siklus Inkuiri

Salah satu prinsip utama inkuiri, yaitu siswa dapat mengkonstruksi sendiri

pemahamannya. Dalam proses belajar mengajar, inkuiri ini digunakan sebagai

metode pengajaran yang memungkinkan ide siswa berperan dalam investigasi

yang akan dilakukan oleh pembelajar/siswa.

Metode inkuiri merupakan metode penyidikan yang melibatkan proses

mental dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut.

a. mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang fenomena alam

b. merumuskan masalah yang ditemukan

c. merumuskan hipotesis

d. merancang dan melakukan eksperimen

e. mengumpulkan dan menganalisis data

f. menarik kesimpulan mengembangkan sikap ilmiah, yakni: objektif, jujur,

hasrat ingin tahu, terbuka, berkemauan, dan bertanggung jawab.

Dalam Standar for Science Teacher Preparation (1998) terdapat 3

tingkatan inkuiri, yakni:27

1) Discovery/Structured Inquiry

Dalam tingkatan ini tindakan utama guru ialah mengidentifikasi permasalahan

dan proses, sementara siswa mengidentifikasi alternatif hasil.

27

Zulfiani, dkk, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN, 2009), h. 121-

122

Observing

Questioning Draw conclusions

Data analysis

Inquiry process

Gathering

Information

Hypothesis

Page 37: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

2) Guided Inquiry

Tahap guided inquiry mengacu pada tindakan utama guru ialah mengajukan

permasalahan, siswa menentukan proses dan penyelesaian masalah.

3) Open Inquiry

Tindakan utama pada open inquiry ialah guru memaparkan konteks

penyelesaian masalah kemudian siswa mengidentifikasi dan menyelesaikan

masalah.

2. Proses Pembelajaran dengan Metode Inkuiri

Metode pembelajaran inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan

intelekual tetapi seluruh potensi siswa yang ada, termasuk pengembangan

emosional dan pengembangan keterampilannya. Pada hakikatnya, metode

pembelajaran inkuiri ini merupakan suatu proses. Proses ini bermula dari

merumuskan masalah, mengembangkan hipotesis, mengumpulkan bukti, menguji

hipotesis, dan menarik kesimpulan sementara supaya sampai pada kesimpulan

yang pada taraf tertentu diyakini oleh siswa yang bersangkutan.28

Gambar 2.4 Proses Inkuiri

28

Gulo, W, Strategi Belajar-Mengajar, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 94

Merumuskan

masalah

Merumuskan

hipotesis

Menarik kesimpulan

sementara

Menguji

hipotesis

Mengumpulakan

bukti

Siswa

Page 38: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

Semua tahap proses pembelajaran dengan metode inkuiri tersebut di atas

merupakan kegiatan belajar dari siswa. Guru berperan untuk mengoptimalkan

kegiatan tersebut pada proses belajar sebagai motivator, fasilitator, dan pengarah.

Keberhasilan proses pembelajaran dengan metode inkuiri sangat

bergantung pada tahap pendahuluan. Permasalahan yang diketengahkan pada

tahap awal ini harus mampu dipertanyakan oleh siswa. Tahap pendahuluan ini

disebut juga tahap apersepsi atau advanced organizer. Hal tersebut demikian,

karena materi yang disajikan harus terkait dengan apa yang telah diketahui siswa

sebelumnya.

3. Karakter Inkuiri

Hinrichsen dan Jarret dalam Program Report The Northwest Regional

Educational Laboratory menyatakan empat karakter inkuiri, yaitu:29

a. Koneksi

Pada tahap ini:

1. Siswa mampu menghubungkan pengetahuan sains pribadi dengan konsep

komunitas sains.

2. Dilakukan dengan diskusi bersama, eksplorasi fenomena

3. Guru mendorong untuk mendiskusikan dan menjelaskan pemahaman

mereka bagaimana suatu fenomena bekerja, menggunakan contoh dari

pengalaman pribadi, menemukan hubungan dengan literatur.

4. Proses koneksi melalui: konsiliasi, pertanyaan, dan observasi.

b. Desain

Pada tahap ini:

1. Proses melalui prosedur-materi.

2. Siswa membuat perencanaan mengumpulkan data yang bermakna yang

ditujukan pada pertanyaan.

3. Siswa berperan aktif mendiskusikan prosedur, persiapan materi,

menentukan variabel kontrol, pengukuran.

4. Guru memantau ketepatan aktivitas siswa.

29

Ibid, h. 122-123

Page 39: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

c. Investigasi

Pada tahap ini:

1. Proses melalui koleksi dan mempresentasikan data.

2. Siswa dapat membaca data secara akurat, mengorganisasi data dalam cara

yang logis dan bermakna, dan memperjelas hasil penyelidikan.

d. Membangun Pengetahuan

Pada tahap ini:

1. Proses melalui refleksi-konstruksi-prediksi.

2. Konsep yang dilakukan dengan eksperimen akan memberi arti yang lebih

bermakna dan mampu berpikir kritis.

3. Siswa dapat mengaplikasikan pemahamannya pada situasi baru yang

mengembangkan inferensi, generalisasi, dan prediksi.

4. Guru melakukan sharing pemahaman siswa.

Pembelajaran yang dilaksanakan melalui pendekatan kontekstual dengan

metode inkuiri diharapkan mampu mengubah cara belajar siswa yang selama ini

lebih banyak bersifat menunggu informasi dari guru ke pembelajaran yang

bermakna. Dengan terbiasanya siswa belajar secara bermakna dan menemukan

sendiri konsep-konsep materi yang dipelajari, diharapkan kualitas proses dan hasil

belajar siswa akan lebih baik dengan mengaitkan pembelajaran dengan konteks

kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, strategi pembelajaran kontekstual yang

paling efektif untuk menyatukan pembelajaran dan konteks pengalaman pribadi

siswa yaitu strategi ruang kelas tradisional yang mengaitkan materi dengan

konteks siswa.

Guru adalah pemimpin di ruang kelas. Sebagai pemimpin, guru di sebuah

ruang kelas tradisional dapat menghubungkan informasi baru dengan kehidupan

siswa melalui banyak cara yang penuh dengan makna.30

Salah satu contoh

mengaitkan pembelajaran kontekstual di kelas yaitu dengan cara guru mendorong

siswa untuk membaca, menulis, dan berpikir secara kritis dengan meminta mereka

untuk fokus pada permasalahan yang diberikan oleh guru. Kelompok dibagi

30

Elaine B. Johnson, Op.Cit,, h. 100

Page 40: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

menjadi empat atau lima kelompok. Setiap kelompok diberikan LKS yang

bertujuan untuk mempermudah membangun keterkaitan pembelajaran,

menemukan makna, meningkatkan pengetahuan dan memperdalam wawasan

siswa.

C. Pemahaman Konsep

Ranah kognitif merupakan ranah yang lebih banyak melibatkan

mental/otak. Pada ranah kognitif terdapat enam jenjang proses berpikir, mulai dari

tingkatan yang rendah sampai tinggi, yakni pengetahuan/ingatan (knowledge),

pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisis (analyze), sintesis

(synthesis), evaluasi (evaluation).31

Pada tahun 2001, Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl melakukan

revisi terhadap taksonomi Bloom (teori kognitif) menjadi:

1. Mengingat (remember), adalah kemampuan menyatakan kembali fakta,

konsep, prinsip dan prosedur yang telah dipelajari dan tersimpan dalam

memori jangka panjang (long term memory)

2. Memahami (understand), adalah membangun pengertian dari pesan

instruksional termasuk pesan secara lisan, tulisan dan komunikasi secara grafis.

3. Menerapkan (apply) adalah kemampuan untuk menyelesaikan atau

menggunakan prosedur yang dipelajarinya pada suatu keadaan.

4. Menganalisis (analyze) adalah kemampuan untuk menganalisa suatu informasi

atau suatu situasi tertentu menjadi komponen-komponen sehingga informasi

tersebut menjadi jelas.

5. Mengevaluasi (evaluation) adalah kemampuan untuk membuat pertimbangan

suatu penilaian terhadap sesuatu berdasarkan ukuran-ukuran atau standar yang

diterapkan.

6. Menghasilkan karya (create) adalah kemampuan untuk menyusun kembali

unsur-unsur ke dalam suatu pola atau struktur baru.32

31

Ahmad Sofyan, Tonih Feronika dan Burhanudin Milama, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis

Kompetensi,(Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 14 32

Lorin W. Anderson., Davis R Krathwohl; with Peter W. Airasian (et.al.), A Taxonomy for

Learning, Teaching and Assessing, (NewYork: Longman, 2001), h. 67-68

Page 41: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

Tipe hasil belajar yang lebih tinggi daripada pengetahuan adalah

pemahaman. Misalnya menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri sesuatu

yang dibaca atau didengarnya, memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan,

atau menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain. Dalam taksonomi Bloom,

kesanggupan memahami setingkat lebih tinggi daripada pengetahuan. Namun,

tidaklah berarti bahwa pengetahuan tidak perlu ditanyakan sebab, untuk dapat

memahami, perlu terlebih dahulu mengetahui atau mengenal.33

Pemahaman berkaitan dengan intisari segala sesuatu, yaitu suatu bentuk

pengertian atau pemahaman yang menyebabkan seseorang mengetahui apa yang

sedang dikomunikasikan dan dapat menggunakan bahan atau ide yang sedang

dikomunikasikan tersebut tanpa harus menghubung-hubungkan dengan bahan

atau ide yang lain. Pemahaman dibedakan menjadi:34

1) Translasi, yaitu kemampun untuk memahami suatu ide yang dinyatakan dengan

cara lain daripada pernyataan asli yang dikenal sebelumnya.

2) Interpolasi, yaitu kemampuan untuk memahami bahan atau ide yang direkam,

diubah, atau disusun dalam bentuk lain seperti grafik, tabel, diagram, dan

sebagainya.

3) Ekstrapolasi, yaitu keterampilan untuk meramalkan kelanjutan kecenderungan

yang ada menurut data tertentu dengan mengemukakan akibat, konsekuensi,

implikasi, dan sebagainya sejalan dengan kondisi yang digambarkan dalam

komunikasi yang asli.

Menurut Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl ada tujuh proses

kognitif yang tergabung dalam proses pemahaman, yaitu: 35

a) Menafsirkan

Menafsirkan terjadi ketika murid mampu menkonversikan informasi dari

satu bentuk ke bentuk yang lain, seperti informasi gambar

diterjemahkan/ditafsirkan ke dalam kata-kata, kata-kata ke dalam gambar,

angka ke dalam kata-kata maupun sebaliknya dan lain-lain.

33

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2009), h. 24 34

Zulfiani, dkk, Op.Cit., h. 64-65 35

Lorin W. Anderson., Davis R Krathwohl; with Peter W. Airasian (et.al.), Op.Cit,h. 70-75

Page 42: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

b) Menggunakan Contoh

Pemahaman terjadi ketika konsep yang disajikan disertai dengan contoh-

contoh yang sesuai atau dengan membuat gambaran (ilustrasi).

c) Mengklasifikasikan (mengelompokkan)

Pengetahuan atau informasi yang dijelaskan (konsep umum beserta

contoh) dikelompokkan atau dikategorikan.

d) Meringkas (rangkuman)

Memahami dengan cara menuliskan kembali atau merangkum informasi

yang telah dijelaskan. Isi rangkumannya adalah hal-hal yang dianggap penting

seputar informasi atau pengetahuan tersebut.

e) Menyimpulkan

Membuat kesimpulan sendiri dari materi yang disampaikan secara ringkas

sesuai dengan pemahaman siswa.

f) Membandingkan

Cara membandingkan ini digunakan untuk mengetahui perbedaan dan

persamaan dari suatu konsep, masalah, peristiwa dan lain-lain.

g) Menjelaskan

Terjadi ketika siswa mampu membangun hubungan sebab akibat dari

konsep atau meteri yang telah dijelaskan.

Dengan demikian pemahaman adalah kemampuan memaknai suatu materi

atau informasi yang dipelajari lebih dari sekedar mengingat sehingga dapat

memperkirakan konsekuensi dan akibat dari suatu peristiwa.

Konsep menurut Oemar Hamalik adalah suatu kelas atau kategori stimuli

yang memiliki ciri-ciri umum. Stimuli adalah objek-objek atau orang-orang. 36

Konsep selalu diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman melalui generalisasi dn

berpikir abstrak. Fungsi konsep tidak lain untuk memberikan penjelasan dan

meramalkan suatu peristiwa.

36

Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2005), h. 162

Page 43: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

Flavell (1970) menyatakan bahwa pemahaman terhadap konsep-konsep

dapat berbeda dalam tujuh dimensi, yaitu:37

a. Atribut, setiap konsep mempunyai atribut yang berbeda, contoh-contoh konsep

harus mempunyai atribut-atribut yang relevan.

b. Struktur, menyangkut cara terkaitnya atau tergabungnya atribut-atribut.

c. Keabstrakan, yaitu konsep-konsep dapat dilihat dan konkret, atau konsep-

konsep itu terdiri dari konsep-konsep lain.

d. Keinklusifan, yaitu ditunjukkan pada jumlah contoh-contoh yang terlibat dalam

konsep itu.

e. Generalitas atau keumuman, yaitu bila diklasifikasikan, konsep-konsep dapat

berbeda dalam posisi superordinate atau subordinatnya.

f. Ketepatan, yaitu suatu konsep menyangkut apakah ada sekumpulan aturan-

aturan untuk membedakan contoh-contoh dari noncontoh-noncontoh suatu

konsep.

g. Kekuatan (power), yaitu kekuatan suatu konsep oleh sejauh mana orang setuju

bahwa konsep itu penting.

Beberapa penelitian menunjukan bahwa belajar konsep dipengaruhi oleh

faktor-faktor berikut.

1) Pola reinforcement atau umpan balik.

2) Jumlah contoh-contoh baik positif maupun negatif.

3) Jumlah atribut, semakin banyak atribut relevan dimiliki konsep akan semakin

sulit konsep itu dipelajari.

Dengan demikian, konsep adalah suatu definisi dari suatu kumpulan atau

rangkaian yang memiliki sifat seluruh anggota.

D. Bunyi

Bunyi adalah suara yang dihasilkan oleh benda bergetar. Bunyi termasuk

gelombang longitudinal karena perambatannya berbentuk rapatan dan renggangan

dari molekul-molekul udara yang bergetar maju mundur.38

Materi bunyi yang

37

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: ALFABETA, 2010), h. 72-73 38

Kinkin Suartini, Rangkuman Fisika SMP, (Jakarta: GagasMedia, 2010), h. 213

Page 44: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

dipelajari pada tingkat SMP kelas VIII yaitu tentang pengertian bunyi, frekuensi

bunyi, cepat rambat bunyi, resonansi dan pemantulan gelombang. Seperti yang

ditunjukkan pada gambar 2.4 peta konsep bunyi dibawah ini.

Gambar 2.5 Peta Konsep Bunyi

Gelombang bunyi merupakan gelombang longitudinal yang merambat di

dalam medium (perantara), contoh perantara gelombang bunyi adalah udara.

Gerak molekul-molekul pada gelombang bunyi longitudinal bergetar (berosilasi)

searah dengan arah gerak merambat gelombang bunyi.

a. Cepat Rambat Bunyi

Cepat rambat bunyi didefinisikan sebagai hasil bagi antara jarak sumber

bunyi ke pendengar dan selang waktu yang dibutuhkan bunyi untuk merambat

sampai ke pendengar. Secara sistematis:39

39

Bob Foster, Seribu Pena Fisika, (Jakarta: Er

langga, 1999), h. 38

Amplitudo

Bunyi

Frekuensi

gelombang bunyi

Cepat rambat

bunyi

Zat perantara

Resonansi Pemantulan

gelombang

Frekuensi

teratur

Frekuensi

tidak teratur

Zat cair Zat padat Zat gas

Bandul, dan

senar gitar

Kelelawar,

kapal

penangkap

ikan, gaung

dan gema

Nada Desah

parameter

merambat

melalui

gejala yang

diamati

terdiri atas terdiri atas

contoh contoh

contoh

dipengaruhi oleh

contoh

Page 45: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

........................................................................... (2.1)

dengan:

v = cepat rambat bunyi (m/s)

s = jarak yang ditempuh (m)

t = waktu tempuh (s)

Seperti halnya berlaku untuk gelombang lain, pada gelombang bunyi pun

berlaku rumus :

.................................................................................. (2.2)

dengan:

v = cepat rambat bunyi (m/s)

= panjang gelombang bunyi (m)

f = frekuensi (Hz)

b. Frekuensi Gelombang Bunyi

Gelombang bunyi dapat dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan perbedaan

frekuensi:

1. Gelombang audiosonik merupakan gelombang longitudinal yang dapat

didengar manusia. Gelombang ini berada pada interval frekuensi 20 sampai

20.000 Hz.

2. Gelombang infrasonik merupakan gelombang longitudinal dengan frekuensi di

bawah 20 Hz, sebagai contoh gelombang gempa bumi.

3. Gelombang ultrasonik merupakan gelombang longitudinal dengan frekuensi di

atas 20.000 Hz. Gelombang bunyi ini dapat didengar oleh anjing.

Nada adalah bunyi yang frekuensi getaran tertentu atau jumlah getaran tiap

detik selalu sama atau tetap. Nada biasa dihasilkan oleh alat-alat musik, sebagai

contoh: gitar, piano, seruling, biola, dan gamelan. Desah adalah bunyi yang

frekuensinya tidak teratur. Contoh desah adalah suara daun yang ditiup angin.

Tinggi rendah bunyi dipengaruhi oleh frekuensi bunyi. Semakin besar

frekuensi, semakin tinggi bunyi. Sebaliknya, semakin kecil frekuensi, semakin

rendah bunyi.

Page 46: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

Kuat lemah bunyi bergantung pada amplitudo. Semakin besar amplitudo

bunyi, semakin kuat atau keras bunyinya. Sebaliknya, semakin kecil

amplitudonya, semakin lemah pula bunyinya.40

c. Warna Bunyi

Pada saat seorang wanita dan seorang pria menyanyi dengan frekuensi

yang sama, maka kita masih dapat mendengar perbedaan antara suara wanita dan

pria tersebut. Gabungan nada bunyi antara nada dasar dan nada atas yang

menyertainya disebut warna bunyi (timbre). Warna bunyi merupakan gabungan

dari dua bunyi yang memiliki frekuensi yang sama tetapi terdengar berbeda.

d. Hukum Marsenne

Marsenne melakukan percobaan dengan menggunakan alat sanometer

untuk menyelidiki hubungan antara frekuensi denganpanjang senar, luas

penampang, tegangan, dan bahan senar. Berdasarkan percobaannya, Marsenne

menyimpulkan bahwa terdapat empat faktor yang mempengaruhi frekuensi

senar/kawat/dawai/, yaitu sebagai berikut.

1. Panjang senar: semakin pendek senar, semakin tinggi frekuensinya.

2. Luas penampang senar: semakin tipis senar, semakin tinggi frekuensinya.

3. Tegangan senar: semakin tegang senar, semakin tinggi frekuensinya.

4. Massa jenis bahan senar: semakin kecil massa jenis bahan senar, semakin

tinggi frekuensinya.

e. Resonansi

Resonansi adalah ikut bergetarnya suatu benda karena pengaruh getaran

benda lain yang berfrekuensi sama. Dalam kehidupan sehari-hari resonansi

memegang peranan penting. Suara dawai gitar terdengar keras, karena adanya

peristiwa resonansi.

Resonansi sebuah benda akan terjadi jika benda tersebut memiliki

frekuensi sama dengan benda yang lain yang sedang bergetar. Resonansi benda-

40

Agus Katono, Seribu Pena Fisika SMP Kelas VIII Jilid 2, (Jakarta: Erlangga, 2007), h. 77

Page 47: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

benda yang mempunyai frekuensi sama ini juga dapat terjadi pada dua garpu tala

yang frekuensinya sama.

Gambar 2.6 Resonansi pada Ayunan Bandul

f. Pemantulan Bunyi

Bunyi yang mengenai dinding pemantul, akan dapat dipantulkan. Sebagian

dari bunyi itu akan diserap oleh dinding pemantul. Kemampuan suatu permukaan

memantulkan bunyi bergantung pada keras atau lembeknya permukaan tadi.

Makin keras permukaan dinding pemantul, makin baik kemampuannya

memantulkan bunyi. Pemantulan bunyi ini akan dapat mengakibatkan terjadinya

gaung/kerdam dan gema. Pemantulan bunyi dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Gema

Gema adalah bunyi pantul terdengar setelah bunyi asli selesai dikatakan.

Gema terjadi apabila sumber bunyi dan permukaan pemantul jaraknya sangat

jauh. Gema biasa terjadi di dalam ruangan terbuka atau jarak antara sumber bunyi

dan dinding ruangan jauh. Gema sering terjadi di lereng gunung.

2. Gaung

Gaung aalah bunyi pantul yang berbaur dengan bunyi asli sehingga bunyi

asli terdengar tidak jelas. Gaung biasa terjadi di dalam ruangan yang tertutup atau

jarak antara sumber bunyi dan dinding ruangan dekat. Gaung sering terjadi di

dalam gedung pertunjukan, bioskop, dan studio rekaman. Untuk menghidari

gaung, biasanya gedung pertunjukan, bioskop, dan studio rekaman dipasang

peredam bunyi. Peredam bunyi adalah bahan-bahan yang dapat menyerap bunyi

A E

B

C

D

Page 48: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

yang diterima. Contoh peredam bunyi adalah karpet, karet, busa, wol, karton, tirai,

dan gabus.

Pemantulan bunyi dapat dimanfaatkan untuk mengukur kedalaman

kolam/danau/laut. Kedalaman kolam/danau/laut dapat diperhitungkan dengan cara

mengukur cepat rambat bunyi dalam air dengan waktu terdengar pantulan bunyi.

Gelombang bunyi bergerak bolak-balik sehingga kedalaman kolam/danau/laut

dinyatakan persamaan:

............................................................... (2.3)

dengan:

h = kedalaman kolam/danau/laut (m)

v = cepat rambat bunyi dalam air (m/s)

t = waktu terdengar pantulan bunyi (s)

g. Hukum Pemantulan Bunyi

Bunyi yang datang tegak lurus pada dinding pemantul akan dipantulkan

kembali. Namun bunyi yang datangnya pada dinding pemantul yang membuat

sudut tertentu, akan dipantulkan dengan membuat sudut tertentu. Dalam

pemantulan bunyi ini berlaku hukum pemantulan bunyi:

1. Bunyi datang, bunyi pantul, dan garis normal terletak pada satu bidang datar.

2. Sudut datang sama dengan sudut pantul.

Gambar 2.7 Hukum Pemantulan Bunyi

i r

Dinding pemantul

n

i = sudut datang

r = sudut pantul

n = garis normal

i = r

Page 49: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

h. Manfaat Pemantulan Bunyi

Pemantulan bunyi dapat dimanfaatkan antara lain untuk:

1. Menentukan cepat rambat bunyi di udara.

2. Melakukan survei geofisika untuk mendeteksi lapisan-lapisan batuan yang

mengandung minyak bumi.

3. Mendeteksi cacat dan retak pada logam.

4. Mengukur ketebalan pelat logam.

i. Efek Doppler

Efek Doppler adalah efek berubahnya frekuensi yang didengar oleh

pendengar karena sumber bunyi atau pendengar yang bergerak. Jika sumber bunyi

mendekati pendengar, maka pendengar akan menerima frekuensi bunyi yang lebih

tinggi. Sebaliknya, jika sumber bunyi menjauhi pendengar, maka pendengar akan

menerima frekuensi bunyi yang lebih rendah.

E. Hasil Penelitian yang Relevan

Elok Sudibyo, dkk (2008) pada jurnal pendidikan dasar Vol. 9 No. 1 yang

berjudul, “Pembelajaran Kontekstual untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil

Belajar Fisika Siswa SMPN 3 Porong.” Banyak siswa yang merasa tidak

memerlukan pelajaran fisika karena mereka beranggapan bahwa pelajaran itu

tidak bermanfaat dalam kehidupannya. Oleh karena itu, upaya yang dilakukan

untuk meningkatkan motivasi siswa yaitu dengan mengaitkan materi fisika dalam

kehidupan sehari-hari. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan

pembelajaran kontekstual tersebut dapat menuntaskan hasil belajar fisika siswa

SMPN 3 Porong, yaitu siswa VIII-A telah mencapai ketuntasan belajar fisika

mencapai 87,2%, dari batas ketuntasan sebesar 75%. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kontekstual dapat motivasi siswa

SMPN 3 Porong dalam belajar fisika, antara lain: (1) siswa menunjukkan siswa

positif terhadap pelajaran fisika, (2) antusiasme siswa dalam mengikuti pelajaran

fisika dapat dikategorikan tinggi, (3) siswa percaya bahwa keberhasilan atau

Page 50: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

kegagalan bergantung pada mereka sendiri, dan mereka juga terlihat berusaha

untuk memperoleh nilai yang tinggi.41

Wasis (1993) pada media pembelajaran dan ilmu pengetahuan No. 68 th.

XV/9/1993 yang berjudul, “Pendekatan Inkuiri Terpimpin, Sebuah Alternatif

Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika dalam Proses Belajar Mengajar Fisika

di SMA”. Nilai rata-rata pada pelajaran Fisika.” Nilai rata-rata pada pelajaran

fisika selalu paling rendah dan tidak pernah mencapai 6,00 tiap tahun. Oleh

karena itu, upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pemahaman konsep fisika

dalam proses belajar mengajar yaitu dengan pendekatan inkuiri terpimpin. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan inkuiri murni masih terasa berat

bagi siswa SMA. Hal ini terbentur pada keterbatasan alat-alat laboratorium,

kemampuan dan pengetahuan siswa yang belum memadai serta terbatasnya

alokasi waktu yang tersedia.42

Lasma Br Hotang, dkk (2010) pada prosiding seminar nasional fisika yang

berjudul “Pembelajaran Berbasis Fenomena pada Materi Kalor untuk

Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa SMP.” Hasil belajar sains lebih rendah

dari bidang lain, hal ini karena fisika dianggap salah satu mata pelajaran yang

sukar dipahami oleh sebagian siswa sehingga siswa kurang berminat belajar

fisika. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa diperoleh rata-rata N-gain

pemahaman konsep kelas eksperimen 0,55 dan kelas kontrol 0,22 kemudian untuk

N-gain pemahaman konsep diperoleh thitung (8,239) > ttabel (1,664). Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa peningkatan pemahaman konsep kalor siswa

yang menggunakan model pembelajaran berbasis fenomena secara signifikan

lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran dengan

model pembelajaran konvensioanal.43

41

Elok Sudibyo, dkk, Pembelajaran Kontekstual untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil

Belajar Fisika Siswa SMPN 3 Porong, Jurnal Pendidikan Dasar.Vol.9 No.1, Maret 2008, h. 14 42

Wasis, Pendekatan Inkuari Terpimpin, Sebuah Alternatif Meningkatkan Pemahaman Konsep

Fisika dalam Proses Belajar Mengajar, Media Pembelajaran dan Ilmu Pengetahuan No. 68 th.

XV/9/1993, h. 57 43

Lasma Br Hotang, dkk, Pembelajaran Berbasis Fenomena pada Materi Kalor untuk

Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa SMP, Prosiding Seminar Nasioanal Fisika 2010, h.

402

Page 51: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

Siti Farida Ulfah (2009) pada skripsi yang berjudul “Pendekatan

Pembelajaran Kontekstual dengan Metode Inkuiri terhadap Hasil Belajar Fisika

Siswa pada Materi Pokok Kalor.” Metode pembelajaran yang kurang tepat

sehingga materi pelajaran yang disampaikan tidak efektif dan efisien. Upaya yang

dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar fisika yaitu dengan pendekatan

kontekstual. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa diperoleh nilai rata-rata N-

gain yang cukup tinggi pada kelompok eksperimen yaitu 0,83 tergolong kategori

tinggi sedangkan nilai rata-rata N-gain kelompok kontrol 0,70 yang tergolong

sedang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemilihan metode

pembelajaran sangat berperan dalam penguasaan materi fisika siswa. Hal ini dapat

dibuktikan berdasarkan hasil analisis data rata-rata skor akhir dan uji hipotesis tes

akhir, diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor

akhir kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.44

Encih Suwarsih (2009) pada skripsi yang berjudul “Pengaruh Penerapan

Pendekatan Kontekstual dengan Bernuansa Nilai terhadap Hasil Belajar Fisika.”

Kurangnya keterampilan guru untuk menggali nilai religius yang terkandung

dalam materi pelajaran yang sedang dipelajari. Hasil penelitian ini didapatkan

perbedaan antara mean kelas eksperimen 71,56 (pretest 42,88) dengan mean kelas

kontrol yaitu 61,13 (pretest 41,05) dan uji statistik didapatkan thitung (4,18) > ttabel

(2,00). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa respon siswa yang diajar

menggunakan pendekatan kontekstual pada materi pokok energi bernuansa nilai

religius, yang menjawab baik ada 40%, hal ini, menunjukkan bahwa sebagian

besar siswa memberikan respon yang baik/positif terhadap penerapan pendekatan

kontekstual pada materi pokok energi dengan bernuansa nilai religius.45

44

Siti Farida Ulfah, Pendekatan Pembelajaran Kontekstual dengan Metode Inkuiri Terhadap

Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Materi Pokok Kalor, Skripsi Sarjana UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, (Jakarta: Perpustakaan FITK, UIN Syarif Hidayatullah, 2009) h. 54 45

Encih Suwarsih, Pengaruh Penerapan Pendekatan Kontekstual dengan Bernuansa Nilai

Terhadap Hasil Belajar, Skripsi Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta:

Perpustakaan FITK, UIN Syarif Hidayatullah, 2009) h. 69

Page 52: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

F. Kerangka Berpikir

Pada saat proses pembelajaran berlangsung, nampak beberapa atau

sebagian besar siswa belum belajar sewaktu guru mengajar. Selama pembelajaran

guru belum memberdayakan seluruh potensi dirinya sehingga sebagian besar

siswa belum mencapai kompetensi individual yang diperlukan untuk mengikuti

pelajaran lanjutan. Beberapa siswa belum belajar sampai pada tingkat

pemahaman. Siswa baru mampu menghafal fakta, konsep, prinsip, hukum, teori,

dan gagasan inovatif lainnya pada tingkat ingatan, mereka belum dapat

menggunakan dan menerapkannya secara efektif dalam pemecahan masalah

sehari-hari yang kontekstual. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk

meningkatkan pemahaman siswa dengan cara membuat pembelajaran menjadi

bermakna, yaitu pembelajaran kontekstual.

Materi fisika yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep bunyi.

Pemilihan materi ini dilakukan karena konsep ini banyak dijumpai dalam

kehidupan sehari-hari, namun sering siswa mengalami kesulitan dalam memahami

fenomena-fenomena yang berkaitan dengan bunyi. Pembelajaran berbasis

kontekstual yang senantiasa mengaitkan konsep dengan kehidupan sehari-hari

dapat membantu siswa memahami konsep-konsep bunyi dan meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah siswa supaya hasil belajar yang diperoleh lebih

baik.

Pembelajaran kontekstual bertujuan untuk membantu siswa dalam

mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan

membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya

dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran kontekstual diharapkan dapat

membantu proses belajar mengajar agar lebih efektif, menarik dan bermakna

sehingga dapat meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa khususnya pada

materi bunyi.

Page 53: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

Gambar 2.8 Bagan Kerangka Berpikir

G. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, kajian pustaka dan kerangka berpikir yang

telah dikemukakan, maka dirumuskan hipotesis terhadap masalah yang dikaji,

yakni terdapat pengaruh pembelajaran fisika pada konsep bunyi dengan

menggunakan pendekatan kontekstual terhadap pemahaman siswa.

Minat belajar fisika rendah karena siswa tidak

merasa ada keterkaitan antara materi fisika dengan

kehidupan sehari-hari (pembelajaran tidak bermakna)

Pemahaman siswa tentang fisika

relatif rendah

Dasar untuk siswa

memiliki kemampuan

berpikir lebih tinggi

Hasil belajar siswa juga rendah

Perlu ada upaya untuk meningkatkan pemahaman siswa

dengan cara membuat pembelajaran menjadi bermakna

Pembelajaran kontekstual

Materi bunyi

Pembelajaran jadi bermakna

Pemahaman siswa meningkat

Hasil belajar siswa meningkat

Page 54: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Kosambi pada kelas VIII

semester 2 (genap) tahun pelajaran 2010/2011, yaitu pada bulan Maret sampai

April 2011.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah kuasi eksperimen, yaitu metode penelitian

yang mempunyai kelompok kontrol tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk

mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.46

Dalam penelitian kuasi eksperimen, tidak dilakukan randomisasi untuk

memasukkan subjek ke dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol,

melainkan menggunakan kelompok subjek yang sudah ada sebelumnya.

C. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group

Design.47

Desain ini digambarkan sebagai berikut.

Tabel 3.1 Desain penelitian

Kelompok Pretest Perlakuan (X) Posttest

Eksperimen O1 XE O2

Kontrol O1 XK O2

Keterangan:

O1 = Pretest yang diberikan kepada kelas kontrol dan kelas eksperimen.

O2 = Posttest yang diberikan kepada kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Kelas eksperimen diberikan angket

46

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D,

(Bandung: Alfabeta, 2006), h.77 47

Ibid, h. 79

Page 55: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

XE = Perlakuan terhadap kelompok eksperimen berupa pembelajaran

kontekstual dengan metode inkuiri.

XK = Perlakuan terhadap kelompok kontrol berupa pembelajaran pendekatan

kontekstual dengan metode konvensional.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilakukan terdiri dari tiga tahap, yaitu:

1. Tahap Persiapan

Pada tahapan ini dilakukan penyusunan RPP dan LKS sesuai dengan

materi pokok yang telah ditentukan, menyusun instrumen penelitian dan

melakukan uji coba instrumen serta mengolah data hasil uji coba instrumen yang

akan dipakai pada pretest dan posttest.

2. Tahap Pengambilan Data

Tahap ini dimulai dengan memberikan pretest pada kelompok eksperimen

dan kelompok kontrol untuk mengetahui pengetahuan awal siswa terhadap konsep

yang akan dipelajari, sebelum dilaksanakannya proses belajar. Kemudian

dilanjutkan dengan memberikan perlakuan berupa proses pembelajaran dengan

menggunakan pembelajaran kontekstual sesuai dengan RPP yang telah

ditentukan.

Setelah proses pembelajaran selesai, maka diadakan posttest, untuk

mengetahui pemahaman konsep siswa setelah dilakukan kegiatan belajar, serta

untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas

kontrol.

3. Tahap Penyelesaian

Tahap penyelesaian merupakan tahap akhir dari penelitian. Pada tahap ini

peneliti melakukan pengolahan dan penganalisisan data hasil penelitian serta

menguji hipotesis penelitian sampai pada penarikan kesimpulan.

Agar lebih mudah dipahami, berikut penulis menyajikan prosedur penelitian

dalam bentuk bagan dibawah ini.

Page 56: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

[

Gambar 3.1 Bagan Alur Prosedur Penelitian

E. Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas dan

varibel terikat. Variabel bebas dan variabel terikat dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut.

Variabel Bebas (X) : Pembelajaran kontekstual

Variabel Terikat (Y) : Pemahaman siswa

F. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Populasi dalam penelitian

ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 1 Kosambi, dengan populasi terjangkaunya

adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Kosambi.

Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti yang

dianggap mewakili terhadap populasi dan diambil dengan menggunakan teknik

sampling. Dari seluruh siswa SMP Negeri 1 Kosambi diambil 2 kelas secara acak

untuk dijadikan sampel. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini

Tahap Persiapan Penyusunan

RPP dan LKS

Uji coba instrumen

Analisis data hasil uji

coba instrumen

Tahap

Pengambilan Data

Tes awal

(Pretest)

Pembelajaran

kontekstual

Tes akhir

(Posttest)

Tahap

Penyelesaian

Analisis data hasil

penelitian

Kesimpulan

Page 57: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

adalah Cluster Random Sampling (Sampel Acak Kelompok), dengan unit

samplingnya adalah kelas. Kelas yang terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini

adalah kelas VIII-A sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII-B sebagai kelas

kontrol.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes dan non tes. Tes

yang digunakan adalah pretest dan posttest, dengan tujuan untuk mengetahui

pemahaman siswa terhadap materi sebelum dan setelah pembelajaran diajarkan.

Non tes yang digunakan adalah kuisioner/angket, bertujuan untuk mengetahui

respon siswa terhadap pembelajaran kontekstual yang telah diterapkan.

H. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk memperoleh

data penelitian. Dalam penelitian ini ada 2 instrumen yang digunakan yaitu tes

dan non tes. Instrumen tes digunakan untuk memperoleh data pemahaman siswa,

berupa soal pilihan ganda dengan 4 alternatif jawaban, sedangkan instrumen non

tes digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran kontekstual

yang telah diterapkan, yaitu menggunakan instrumen non tes berupa

angket/kuisioner.

Instrumen non tes dikalibrasi oleh tim ahli, sedangkan instrumen tes

dikalibrasi dengan menguji cobakan melalui uji validitas, uji reliabilitas, uji

tingkat kesukaran dan uji daya pembeda. Adapun langkah-langkah yang dilakukan

dalam pengolahan data uji coba instrumen, sebagai berikut.

1. Uji Validitas

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrument yang valid atau sahih

mempunyai validitas tinggi, sebaliknya instrumen yang tidak valid berarti

memiliki validitas rendah.

Page 58: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur validitasnya adalah

dengan rumus pbi, yaitu:48

.......................................................................... (3.1)

Keterangan:

pbi = koefisien korelasi biserial

Mp = rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari

validitasnya

Mt = rerata skor total

St = standar deviasi dari skor total

p = proporsi siswa yang menjawab benar

q = proporsi siswa yang menjawab salah

(q = 1 – p)

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas tes adalah tingkat keajegan (konsistensi) atau tes, yakni sejauh

mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor ajeg, relatif tidak

berubah walaupun diteskan pada situasi yang berbeda-beda. Perhitungan koefisien

reliabilitas tes hasil belajar menggunakan metode KR-20 yaitu:49

(

)(

) ................................................ (3.2)

Keterangan:

r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan

p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah

(q = 1- p)

48

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h.

79 49

Suharsimi Arikunto, Op.Cit., h. 100

Page 59: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

∑pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q

n = banyaknya item

S = Standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians)

3. Uji Tingkat Kesukaran Butir Soal

Uji tingkat kesukaran butir soal bertujuan untuk mengetahui bobot soal

yang sesuai dengan kriteria perangkat soal yang diharuskan untuk mengukut

tingkat kesukaran. Untuk mengetahui tingkat kesukaran tiap butir soal digunakan

rumus sebagai berikut.50

P = JS

B .............................................................................. (3.3)

Keterangan:

P = Indeks Kesukaran

B = Jumlah siswa yang menjawab soal dengan benar

JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Klasifikasi indeks kesukaran:

IK = 0,00 : soal terlalu sukar

0,00 < IK ≤ 0,30 : soal sukar

0,30 < IK ≤ 0,70 : soal sedang

0,70 < IK ≤ 1,00 : soal mudah

4. Uji Daya Pembeda

Uji daya pembeda soal bertujuan untuk mengetahui kemampuan soal

dalam membedakan kemampuan siswa. Untuk mengetahui daya pembeda tiap

butir soal digunakan rumus berikut.51

DP = JB

BB

JA

BA .................................................................... (3.4)

Keterangan:

DP = Daya Pembeda

BA = Jumlah skor kelompok atas yang menjawab benar

50

Ibid, h. 208 51

Ibid, h.213

Page 60: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

BB = Jumlah skor kelompok bawah yang menjawab benar

JA = Jumlah skor maksimum kelompok atas yang seharusnya

JB = Jumlah skor maksimum kelompok bawah yang seharusnya

Klasifikasi Daya Pembeda:

D ≤ 0 : sangat jelek.

0,00 < D ≤ 0,20 : jelek

0,20 < D ≤ 0,40 : cukup

0,40 < D ≤ 0,70 : baik

0,70 < D ≤ 1,00 : baik sekali

Untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya

pembeda dari butir soal peneliti menggunakan program ANATES (lampiran 6

rekap analisis butir).

I. Teknik Analisis Data Tes

Untuk penganalisaan data dalam penelitian ini digunakan uji statistik

dengan menggunakan uji-t. Tetapi sebelumnya dilakukan uji normalitas dan uji

homogenitas sebagai syarat dapat dilaksanakannya analisis data.

1. Pengujian Prasyarat Analisis Data

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data sampel berasal

dari populasi yang berdistribusi normal. Uji normalitas yang digunakan adalah Uji

Liliefors.

Langkah-langkah uji Liliefors adalah sebagai berikut.52

1. Urutkan data sampel dari yang terkecil sampai yang paling terbesar

2. Tentukan nilai Zi dari tiap-tiap data dengan rumus:

Zi = S

XX i ......................................................................................... (3.5)

52 Sudjana, Metode Statistika, (Bandung : Tarsito, 2005), h. 466

Page 61: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

Keterangan:

Zi = Skor baku

X = Nilai rata-rata

Xi = Skor data ke-i

S = Simpangan baku

3. Tentukan besar peluang untuk masing-masing nilai Zi berdasarkan tabel Z, dan

sebut dengan F (Zi).

Jika Zi > 0, maka F (Zi) = 0,5 + nilai tabel

Zi < 0, maka F (Zi) = 1 – (0,5 + nilai tabel)

4. Selanjutnya hitung proporsi Z1, Z2,…, Zn yang lebih atau sama dengan Zi jika

proporsi dinyatakan oleh S (Zi), maka:

S (Zi) = n

ZZZBanyaknya n...,2,1yang Zi ...................................... (3.6)

5. Hitung selisih F (Zi) - S (Zi), kemudian tentukan harga mutlaknya

)()( ii ZSZF

6. Ambil nilai terbesar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut, nilai ini

disebut Lo.

Lo = max )()( ii ZSZF ................................................................... (3.7)

7. Interpretasikan dengan membandingkannya pada tabel L.

8. Kesimpulan:

Jika Lo < Lt : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

Lo > Lt : Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi

normal

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data sampel berasal

dari populasi yang variansnya sama. Uji homogenitas yang digunakan adalah uji

Fisher dengan rumus:53

∑ ∑

................................ (3.8)

53

Ibid, h. 249

Page 62: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

Keterangan:

F : Nilai uji F

S12

: Varians terbesar

S22 : Varians terkecil

Adapun kriteria pengujian untuk uji homogenitas adalah:

Ho diterima jika Fh < Ft, dimana Ho memiliki varian yang homogen dan Ho

ditolak jika Fh > Ft, dimana Ho memiliki varian yang tidak homogen.

2. Pengujian Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh pembelajaran

kontekstual terhadap pemahaman siswa yang signifikan pada konsep bunyi. Untuk

menguji hipotesis, jika pada uji normalitas diperoleh bahwa kelompok eksperimen

dan kelompok kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal, maka

digunakan uji “t” dengan taraf signifikansi = 0,05. Rumus uji “t” yang

digunakan yaitu:

Jika varian populasi homogen54

...............................(3.9)

Keterangan:

XE : Nilai rata-rata hasil tes kelompok eksperimen

XK : Nilai rata-rata hasil tes kelompok kontrol

nE : Jumlah sampel kelompok eksperimen

nE : Jumlah sampel kelompok Kontrol

SE2 : Varians kelompok eksperimen

SE2 : Varians kelompok kontrol

Kriteria pengujian :

a. Terima Ho jika thitung < ttabel

b. Tolak Ho jika thitung > ttabel

54 Ibid, h. 239

Page 63: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

J. Teknik Analisis Data Non Tes

Data angket dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif. Rumus

yang digunakan adalah sebagai berikut

...............................................(3.10)

Keterangan:

P : Persentase respon siswa

Xi : Jumlah skor yang menjawab

N : Jumlah responden

Data yang diperoleh kemudian dirubah ke dalam bentuk persentase, yang

diklasifikasikan ke dalam kategori sebagai berikut.55

K. Hipotesis Statistik

Hipotesis statistik yang akan diuji pada penelitian ini adalah:

Untuk uji “t”

Ho : μE = μK

Ha : μE > μK

Keterangan:

μE = Nilai rata-rata pemahaman siswa kelompok eksperimen

μK = Nilai rata-rata pemahaman siswa kelompok kontrol

55

Piet. A. Sahertian, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 1981),

h. 55-56.

Interval (%) Kriteria

81 – 100%

61 – 80%

41 – 60%

21 – 40%

0 – 20%

baik sekali

baik

cukup

kurang

sangat kurang

Page 64: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Berdasarkan hasil perhitungan pretest dan posttest kelompok eksperimen

maupun kelompok kontrol yang terdiri dari 40 siswa, disajikan dalam tabel

sebagai berikut.

Tabel 4.1 Rekapitulasi Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil

Pretest-Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Data Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

Pretest Posttest Pretest Posttest

Nilai Tertinggi 72,22 94,44 61,11 77,78

Nilai Terendah 11,11 44,44 5,56 33,33

Mean 46,05 71,50 44,70 53,67

Median 48,12 73,90 45,50 53,50

Modus 52,44 81,10 44,38 51,40

Standar Deviasi 13,20 13,70 10,37 11,53

Berdasarkan tabel di atas, ukuran pemusatan dan penyebaran data hasil

pretest untuk kelompok eksperimen yaitu: skor terbesar 72,22 dan skor terkecil

11,11, rata-rata (mean) sebesar 46,05, median sebesar 48,12, modus sebesar 52,44

dan standar deviasi 13,20. Untuk kelompok kontrol diperoleh skor terbesar 61,11

dan skor terkecil 5,56, rata-rata (mean) sebesar 44,70, median sebesar 45,50,

modus sebesar 44,38 dan standar deviasi 10,37.

Dari tabel di atas, ukuran pemusatan dan penyebaran data hasil posttest

untuk kelompok eksperimen yaitu: skor terbesar 94,44 dan skor terkecil 44,44,

rata-rata (mean) sebesar 71,50, median sebesar 73,90, modus sebesar 81,10 dan

standar deviasi 13,70. Untuk kelompok kontrol diperoleh skor terbesar 77,78 dan

skor terkecil 33,33, rata-rata (mean) sebesar 53,67, median sebesar 51,40, modus

sebesar 51,40 dan standar deviasi 11,53. (lampiran 9 dan 10 perhitungan data

statistik kelompok eksperimen dan kelompok kontrol).

Page 65: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

2. Hasil Prasyarat Analisis

Sebelum melakukan uji hipotesis menggunakan uji-t, terlebih dahulu

dilakukan uji prasyarat analisis data yaitu uji normalitas dan homogenitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti

berdistribusi normal atau tidak. Adapun kriteria penerimaan bahwa suatu data

berdistribusi normal atau tidak dengan rumusan yaitu:

Jika Lhitung < Ltabel : berarti data berdistribusi normal

Jika Lhitung > Ltabel : berarti data tidak berdistribusi normal

Hasil uji normalitas skor pretest dan posttest pada kelompok eksperimen

dan kelompok kontrol adalah sebagai berikut.

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Pretest-Posttest

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

No Statistik

Kelompok

Eksperimen Kelompok Kontrol

Pretest Posttest Pretest Posttest

1 N 40 40 40 40

2 46,05 71,50 44,70 53,67

3 SD 13,20 13,70 10,37 11,53

4 Lhitung 0,1108 0,1020 0,1300 0,1255

5 Ltabel 0,1400 0,1400

Kesimpulan Lhitung < Ltabel

Distribusi Normal

Lhitung < Ltabel

Distribusi Normal

Pengujian dilakukan dengan uji Liliefors pada taraf signifikasi 95% (α =

0,05) untuk n = 40. Dari tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok

berdistribusi normal karena memenuhi kriteria Lhitung < Ltabel. (lampiran 11 dan 12

uji normalitas kelompok eksperimen dan kelompok kontrol)

b. Uji Homogenitas

Setelah kedua sampel penelitian tersebut dinyatakan berdistribusi normal,

selanjutnya dicari nilai homogenitasnya dengan menggunakan uji Fisher. Kriteria

pengujian yang digunakan sebagai berikut.

Page 66: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

Jika Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima, berarti kedua data tersebut adalah homogen.

Jika Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak, berarti kedua data tersebut adalah tidak

homogen.

Setelah dilakukan pengolahan data diperoleh uji homogenitas pretest dan

posttest untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yaitu:

Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas Pretest-Posttest

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Data Statistik

Pretest Posttest

S12 (eksperimen) 174,24 S1

2 (eksperimen) 187

S12 (kontrol) 107,53 S1

2 (kontrol) 133

Fhitung 1,620 Fhitung 1,406

Ftabel 1,735 Ftabel 1,735

Kesimpulan

Fhitung< Ftabel

(varians kedua kelompok homogen)

Kesimpulan

Fhitung< Ftabel

(varians kedua kelompok homogen)

Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan Fhitung pretest sebesar 1,620 dengan n =

80 pada taraf signifikan 95% (α = 0,05) diperoleh Ftabel sebesar 1,735 dan Fhitung

posttest sebesar 1,406 dengan n = 80 pada taraf signifikan 95% (α = 0,05)

diperoleh Ftabel sebesar 1,735. Maka kedua kelompok tersebut bersifat homogen,

karena memenuhi kriteria Fhitung< Ftabel. (lampiran 13 uji homogenitas pretest dan

posstest)

3. Hasil Pengujian Hipotesis

Pengolahan data selanjutnya adalah uji t, yaitu pengujian hipotesis ini

dilakukan setelah uji normalitas dan uji homogenitas yang menunjukkan hasil

kedua sampel penelitian adalah berdistribusi normal dan bersifat homogen. Uji

hipotesis ini menggunakan uji t („t” test) untuk menguji hipotesis nihil (Ho) yang

menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh pembelajaran kontekstual.terhadap

pemahaman siswa pada konsep bunyi.

Page 67: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

Kriteria hasil kesimpulan uji t adalah:

Jika thitung < ttabel maka Ho diterima

Jika thitung > ttabel maka Ho ditolak

Tabel 4.4 Hasil Uji t Pemahaman Siswa Pretest-Posttest

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Variabel Jumlah Sampel thitung ttabel Kesimpulan

Data

Pemahaman

siswa

Pretest Neksperimen = 40

Nkontrol = 40 0,51 1,99 Ha ditolak

Posttest Neksperimen = 40

Nkontrol = 40 6,39 1,99 Ha diterima

Berdasarkan data tabel 4.4 diperoleh uji t pretest thitung = 0,51 dan posttest

thitung = 6,39 dengan taraf signifikansi α = 0,05 dan derajat kebebasan (df/db = 40

+ 40 – 2= 78), maka diperoleh ttabel sebesar 1,99. Maka uji t pretest thitung < ttabel

(0,51<1,99) adalah menerima Ho dan menolak Ha dan uji t posttest thitung > ttabel

(6,39>1,99) adalah menerima Ha dan menolak Ha. Hal ini, menyatakan bahwa

penerapan pembelajaran kontekstual memberikan pengaruh terhadap pemahaman

siswa pada konsep bunyi. (lampiran 14 uji hipotesis pretest dan posstest)

4. Hasil Analisis Data Non Tes

Berdasarkan perhitungan data angket untuk mengetahui respon siswa

terhadap pembelajaran kontekstual yang telah diterapkan pada kelompok

eksperimen diproleh hasil sebagai berikut.

Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Angket

No Indikator Butir Xi Xi P

1 Pembelajaran berpusat pada siswa

(Student Center)

1 39 78 98%

2 39

2 Mengembangkan konsep siswa 3 38

77 96% 4 39

3 Menimbulkan harapan 5 37

65 81% 6 28

Page 68: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

4 Mengembangkan informasi yang

diperoleh siswa

7 39 66 83%

8 27

5 Mengembangkan bakat siswa 9 28

58 73% 10 30

Rata-rata 86%

Berdasarkan tabel di atas diketahui untuk indikator pembelajaran berpusat

pada siswa diperoleh persenatase sebesar 98%, untuk indikator mengembangkan

konsep siswa diperoleh persentase sebesar 96%, untuk indikator menimbulkan

harapan diperoleh persentase sebesar 81%, untuk indikator mengembangkan

informasi yang diperoleh siswa diperoleh persentase sebesar 83%, dan untuk

indikator mengembangkan bakat siswa diperoleh persentase sebesar 73%.

Sehingga diperoleh rata-rata seluruh indikator sebesar 86% dengan kriteria baik

sekali.

Gambar 4.1 Grafik Persentase Respon Positif dan Respon Negatif Siswa

Berdasarkan grafik di atas diperoleh persentase respon positif siswa pada

indikator pembelajaran berpusat pada siswa sebesar 19,5%, pada indikator

mengembangkan konsep siswa sebesar 19,3%, pada indikator menimbulkan

harapan sebesar 16,3%, pada indikator mengembangkan informasi yang diperoleh

siswa sebesar 16,5%, dan pada indikator mengembangkan bakat sebesar 14,5%.

Sedangkan perolehan persentase respon negatif siswa pada indikator pembelajaran

0,0%

5,0%

10,0%

15,0%

20,0%

25,0%

1 2 3 4 5

Pe

rse

nta

se R

esp

on

Sis

wa

Indikator

Respon Positif

Respon Negatif

Page 69: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

berpusat pada siswa sebesar 0,5%, pada indikator mengembangkan konsep siswa

sebesar 0,7%, pada indikator menimbulkan harapan sebesar 3,7%, pada indikator

mengembangkan informasi yang diperoleh siswa sebesar 3,5%, dan pada

indikator mengembangkan bakat sebesar 5,5%.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan analisis data penelitian diperoleh hasil uji statistik terhadap

hipotesis yang menyatakan thitung lebih besar dibandingkan dengan ttabel (thitung =

6,39 > ttabel = 1,99). Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat

pengaruh yang signifikan pembelajaran kontekstual terhadap pemahaman siswa

pada konsep bunyi.

Menurut Lasma Br Hotang, dkk dalam prosiding seminar nasional fisika

2010 dengan judul pembelajaran berbasis fenomena pada materi kalor untuk

meningkatkan pemahaman konsep siswa SMP bahwa terdapat peningkatan

pemahaman konsep kalor siswa yang menggunakan model pembelajaran berbasis

fenomena secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang

memperoleh pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional.56

Pembelajaran yang dilaksanakan melalui pendekatan kontekstual

diharapkan mampu mengubah cara belajar siswa yang selama ini lebih banyak

bersifat menunggu informasi dari guru ke pembelajaran yang bermakna. Dengan

terbiasanya siswa belajar secara bermakna dan menemukan sendiri konsep-konsep

materi yang dipelajari, diharapkan kualitas proses dan hasil belajar siswa akan

lebih baik. Salah satu tindakan pembelajaran yang perlu dilakukan oleh guru yaitu

dengan memperbaiki metode pembelajaran yang digunakan.

Berdasarkan penelitian Siti Farida Ulfah pada skripsinya dapat

disimpulkan bahwa pemilihan metode pembelajaran sangat berperan dalam

penguasaan materi fisika siswa. Hal ini dapat dibuktikan berdasarkan hasil

analisis data rata-rata skor akhir dan uji hipotesis tes akhir, diketahui bahwa

56

Lasma Br Hotang, dkk, Pembelajaran Berbasis Fenomena pada Materi Kalor untuk

Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa SMP, Prosiding Seminar Nasioanal Fisika 2010, h.

402.

Page 70: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor akhir kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol.57

Melalui metode pembelajaran inkuiri, yaitu mengajak siswa untuk dapat

menemukan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi pelajaran sehingga

siswa dapat terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar. Guru sebagai

fasilisator menciptakan proses belajar aktif, kreatif dan menyenangkan secara

garis besar proses pembelajaran dengan inkuiri.

Dengan demikian ternyata terbukti bahwa pembelajaran kontekstual

dengan metode inkuiri pada konsep bunyi untuk kelompok eksperimen dapat

berpengaruh terhadap pemahaman siswa dibandingkan dengan kelompok kontrol

yang menggunakan pembelajaran konteksual dengan metode konvensional.

Dalam pembelajaran kontekstual dengan metode inkuiri mengajak siswa untuk

dapat menemukan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi pelajaran

sehingga siswa dapat terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar.

Sedangkan guru membantu dan membimbing siswa dalam menggali pengetahuan

dan memahami pelajaran. Salah satu bentuk bimbingan guru dalam pembelajaran

ini yaitu memberikan LKS sebagai panduan bagi siswa untuk menggali

pengetahuan. Hal ini terbukti dilihat dari nilai tertinggi untuk indikator

pembelajaran berpusat pada siswa dan mengembangkan konsep siswa sebesar

98% dan 96%.

Berdasarkan Encih Suwarsih pada skripsinya dapat disimpulkan bahwa

respon siswa yang diajar menggunakan pendekatan kontekstual pada materi

pokok energi bernuansa nilai religius, yang menjawab baik ada 40%, hal ini,

menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memberikan respon yang baik/positif

terhadap penerapan pendekatan kontekstual pada materi pokok energi dengan

bernuansa nilai religius.58

57

Siti Farida Ulfah, Pendekatan Pembelajaran Kontekstual dengan Metode Inkuiri Terhadap

Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Materi Pokok Kalor, Skripsi Sarjana UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, (Jakarta: Perpustakaan FITK, UIN Syarif Hidayatullah, 2009) h. 54 58

Encih Suwarsih, Pengaruh Penerapan Pendekatan Kontekstual dengan Bernuansa Nilai

Terhadap Hasil Belajar, Skripsi Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta:

Perpustakaan FITK, UIN Syarif Hidayatullah, 2009) h. 69

Page 71: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

Nilai positif bukan hanya terlihat dari hasil belajar siswa pada

pembelajaran kontekstual tetapi juga dari respon positif siswa terhadap hal-hal

yang terkait dalam pembelajaran. Hal ini, terlihat dari jawaban pada angket yang

diberikan kepada kelompok eksperimen. Angket bertujuan untuk mengetahui

respon siswa terhadap pembelajaran kontekstual yang telah diterapkan. Perolehan

hasil angket sebesar 86% termasuk dalam kriteria baik sekali. Hal ini,

menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memberikan respon yang baik/positif

terhadap pembelajaran kontekstual pada konsep bunyi.

Pada pembelajaran kontekstual, siswa terlibat aktif dalam proses belajar

mengajar dalam upaya mengaitkan konsep fisika dengan kehidupan sehari-hari,

menemukan pengetahuan, dan mampu membuat kesimpulan tentang konsep yang

dipelajari. Guru di sini tidak mentransferkan pengetahuan yang telah dimiliki guru

melainkan membantu siswa untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Di dalam

kelas, guru memberikan LKS, membimbing siswa dan membiarkan siswa

mengungkapkan pendapatnya tentang pembelajaran yang sedang diajarkan oleh

guru. Guru sebagai seorang fasilitator harus mampu untuk menggabungkan semua

unsur pembelajaran agar siswa tertarik terhapat pembelajaran sehingga dapat

meningkatkan pemahaman siswa.

Dari data dan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa terdapat

pengaruh yang signifikan pembelajaran kontekstual terhadap pemahaman siswa

pada konsep bunyi.

Page 72: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa

terdapat pengaruh yang signifikan pembelajaran kontekstual terhadap pemahaman

siswa pada konsep bunyi. Perolehan hasil angket sebesar 86% termasuk dalam

kriteria baik sekali. Hal ini, menunjukkan bahwa sebagian besar siswa

memberikan respon yang baik/positif terhadap pembelajaran kontekstual pada

konsep bunyi.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, saran dalam penelitian ini adalah:

1. Sebelum proses pembelajaran kontekstual berlangsung, sebaiknya guru

mengkondisikan kelas sehingga pembelajaran berjalan efektif, menyenangkan

dan bermakna.

2. Siswa sebaiknya diberikan penghargaan dalam kemampuanya menjawab

pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru.

3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah penggunaan

pembelajaran kontekstual dapat memberikan pengaruh yang lebih baik

terhadap pemahaman siswa pada konsep fisika yang berbeda.

Page 73: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

DAFTAR PUSTAKA

Amri, Sofan. 2010. Proses Pembelajaran Inovatif dan Kreatif dalam Kelas.

Jakarta: Prestasi Pusaka.

Anderson, Lorin W, David R. Krathwohl with Peter W. Airasian (et.al.). 2001. A

Taxonomy For Learning, Teaching, and Assesing. New York: Longman.

Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara.

_________________. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta.

Farida Ulfah, Siti. 2009. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual dengan Metode

Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Materi Pokok Kalor,

Skripsi Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta: Perpustakaan

FITK, UIN Syarif Hidayatullah.

Foster, Bob. Seribu Pena Fisika. Jakarta: Erlangga.

Gulo, W. 2002. Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: Balai Pustaka.

Hamalik, Oemar. 2005. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan

Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.

Hotang, Lasma Br dkk. 2010. Pembelajaran Berbasis Fenomena pada Materi

Kalor untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa SMP. Prosiding

Seminar Nasioanal Fisika.

Johnson, Elaine B. 2007. Contextual Teaching and Learning terjemahan Ibnu

Setiawan. Bandung: MLC.

Katono, Agus. 2007. Seribu Pena Fisika SMP Kelas VIII Jilid 2. Jakarta:

Erlangga.

Kunandar, 2007. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru. Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada.

Kusuma, Dharma. 2010. Contextual Teaching and Learning Sebuah Panduan

Awal dalam Pengembangan PB. Yogyakarta: Rahayasa.

Muchith, M. Saekhan. 2008. Pembelajaran Kontekstual. Semarang: RaSAIL

Media Group.

Mulyasa, E. 2006. Menjadi Guru Profesional; Menciptakan Pembelajaran Kreatif

dan Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and

Learning/CTL) dan Penerapannya dalam KBK, Malang: Universitas

Negeri Malang.

Page 74: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

Riyanto, Yatim M.Pd. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: SIC

Sagala, Syaiful. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: ALFABETA

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sahertian Piet. A. 1981. Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan. Surabaya:

Usaha Nasional

Sofyan, Ahmad, M.Pd, dkk. 2006 Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis

Kompetensi. Jakarta: UIN Jakarta Press.

Suartini, Kinkin, M.Pd. 2010. Rangkuman Fisika SMP. Jakarta: GagasMedia.

Sudibyo, Elok, dkk. 2008. Pembelajaran Kontekstual untuk Meningkatkan

Motivasi dan Hasil Belajar Fisika Siswa SMPN 3 Porong. Jurnal

Pendidikan Dasar.Vol.9 No.1 Maret 2008.

Sudijono, Anas. 2009. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung : Tarsito.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sumiati, 2006. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

siswa dengan Menggunakan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Di

Kelas IV MI Rahman El-Yunusiyyah Padang Panjang. Jurnal Guru No. 2

Vol. 3 Desember 2006.

Suwarsih, Encih. 2009. Pengaruh Penerapan Pendekatan Kontekstual dengan

Bernuansa Nilai Terhadap Hasil Belajar. Skripsi Sarjana UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Jakarta: Perpustakaan FITK, UIN Syarif

Hidayatullah.

Trianto, 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.

Jakarta: Prestasi Pustaka.

Wasis, 1993. Pendekatan Inkuari Terpimpin, Sebuah Alternatif Meningkatkan

Pemahaman Konsep Fisika dalam Proses Belajar Mengajar, Media

Pembelajaran dan Ilmu Pengetahuan No. 68 th. XV/9/.

Yulaelawati, Ella. 2007. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Pakar Raya.

Zulfiani, dkk. 2009. Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta: Lembaga Penelitian

UIN.

58

Page 75: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

SMP NEGERI 1 KOSAMBI

KELAS VIII SEMESTER 2

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

MATERI:

BUNYI

Alokasi Waktu : 2X40‟

Standar kompetensi : 6. Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang, dan optika dalam produk teknologi

sehari-hari.

Kompetensi Dasar : 6.2 Mendeskripsikan konsep bunyi dalam kehidupan sehari-hari.

Indikator : Menjelaskan pengertian bunyi, cepat rambat bunyi, dan frekuensi bunyi.

Membedakan infrasonik, audiosonik, dan ultrasonik.

Tujuan Pembelajaran : Siswa dapat:

1. Menjelaskan pengertian bunyi.

2. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi cepat rambat bunyi.

3. Menentukan persamaan cepat rambat bunyi

4. Menjelaskan pengertian infrasonik, audiosonik, dan ultrasonik.

5. Menyebutkan pemanfaatan bunyi ultrasonik dalam kehidupan sehari-hari.

Pendekatan/Metode Pembelajaran : 1. Pendekatan : Kontekstual

2. Metode : Inkuiri

Page 76: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

Langkah – Langkah Pembelajaran

TAHAPAN KEGIATAN

GURU SISWA

Kegiatan Pendahuluan

(10 menit)

Motivasi dan Apersepsi:

Guru mengajukan pertanyaan

apersepsi dn motivasi dari materi

bunyi

Mengapa senar gitar yang kita

petik dapat terdengar?

Benarkah cepat rambat bunyi tak

berhingga besarnya?

Siswa menyimak pertanyaan

guru dan menjawab.

Kegiatan Inti

(60 menit)

Langkah-langkah kegiatan

inkuiri

1. Merumuskan masalah

2. Mengamati atau melakukan

observasi

Guru membantu siswa dalam

merumuskan masalah percobaan

menyelidiki bunyi merambat

melalui medium.

Guru membagikan LKS 1

kepada siswa dan

memerintahkan siswa untuk

memulai melakukan percobaan.

(Kontekstual: melakukan

hubungan yang bermakna dan

bekerja sama)

Siswa menyimak penjelasan

guru.

Siswa melakukan percobaan

sesuai dengan LKS 1 yang telah

dibagikan.

Page 77: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

3. Menganalisis dan menyajikan

hasil percobaan

4. Kesimpulan

Guru menunjuk salah satu

perwakilan siswa untuk

menyebutkan hasil

kesimpulannya. (Kontekstual:

berpikir kritis dan kreatif)

Guru memberikan penjelasan

tentang cepat rambat dan

mengenai ultrasonik serta

pemanfaatannya dalam

kehidupan sehari-hari.

Guru memberikan contoh soal

tentang persamaan cepat rambat

bunyi. (Kontekstual: melakukan

kegiatan-kegiatan yang

signifikan

Guru meriview dan membimbing

siswa untuk membuat catatan

atau rangkuman

Siswa menyimpulkan hasil

percobaan yang dilakukan.

Siswa memperhatikan

penjelasan guru.

Siswa menyimak contoh soal

yang diberikan oleh guru.

Page 78: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

Siswa yang belum mengerti

mengajukan pertanyaan

Kegiatan Penutup

(10 menit)

Guru meriview dan memberikan

kesimpulan

Guru menutup pembelajaran

Siswa menyimak penjelasan

guru.

Sumber Belajar

Kinkin Suartini, M.Pd.Rangkuman Fisika SMP.Jakarta: GagasMedia, 2010.

Marthen Kanginan.IPA Fisika untuk SMP Kelas VIII.Jakarta: Erlangga. 2007.

Saeful Karim.Belajar IPA Membuka Cakrawala Alam Sekitar 2 untuk Kelas VIII.Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas, 2008.

Tim Abdi Guru.IPA Terpadu untuk SMP Kelas VIII.Jakarta: Erlangga, 2007.

Yurianto dan Bambang Sutapa.Fisika untuk SLTP Kelas 2.Jakarta: Piranti Darma Kalokatama, 2002.

Lingkungan

Penilaian Hasil Belajar

a. Teknik Penilaian:

Tugas

Tes tertulis

Page 79: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

b. Bentuk Instrumen:

Tes uraian

c. Contoh Instrumen:

Uraian

Imam memetik senar gitar. Frekuensi senar gitar ketika dipetik 60 Hz dan panjang gelombang bunyi gitar 10 m. Berapakah cepat

rambat bunyi yang terdengar Imam?

Kosambi, ...................2011

Mengetahui,

Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

SUDRADJAT ARDYANA, S.Pd LIA MARDIANTI

NIP. 19521007 198203 1 009

Page 80: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

SMP NEGERI 1 KOSAMBI

KELAS VIII SEMESTER 2

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

MATERI:

BUNYI

Alokasi Waktu : 2X40‟

Standar kompetensi : 6. Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang, dan optika dalam produk teknologi

sehari-hari.

Kompetensi Dasar : 6.2 Mendeskripsikan konsep bunyi dalam kehidupan sehari-hari.

Indikator : Membuktikan terjadinya gelombang bunyi.

Mendeskripsikan karakteristik bunyi : nada, hukum Mersenne dan warna bunyi.

Tujuan Pembelajaran : Siswa dapat:

1. Menyelidiki tingi rendahnya bunyi.

2. Menjelaskan faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya bunyi.

3. Menjelaskan faktor yang mempengaruhi kuat lemahnya bunyi.

4. Menjelaskan faktor yang mempengaruhi kualitas bunyi.

Pendekatan/Metode Pembelajaran : 1. Pendekatan : Kontekstual

2. Metode : Inkuiri

Page 81: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

Langkah – Langkah Pembelajaran

TAHAPAN KEGIATAN

GURU SISWA

Kegiatan Pendahuluan

(10 menit)

Motivasi dan Apersepsi:

Guru mengajukan pertanyaan

apersepsi dn motivasi dari materi

bunyi

Berapakah batas kemampuan

pendengaran manusia?

Adakah pengaruh tinggi

rendahnya frekuensi terhadap

bunyi yang dihasilkan?

Siswa menyimak pertanyaan

guru dan menjawab.

Kegiatan Inti

(60 menit)

Langkah-langkah kegiatan

inkuiri

1. Merumuskan masalah

2. Mengamati atau melakukan

observasi

Guru membantu siswa dalam

merumuskan masalah percobaan

menyelidiki faktor yang

mempengaruhi tinggi nada bunyi

yang dihasilkan.

Guru membagikan LKS 2 kepada

siswa dan memerintahkan siswa

untuk memulai melakukan

percobaan. (Kontekstual:

melakukan hubungan yang

bermakna dan bekerja sama)

Siswa menyimak penjelasan

guru.

Siswa melakukan percobaan

Page 82: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

3. Menganalisis dan

menyajikan hasil percobaan

4. Kesimpulan

Guru menunjuk salah satu

perwakilan siswa untuk

menyebutkan hasil

kesimpulannya. (Kontekstual:

berpikir kritis dan kreatif)

Guru memberikan penjelasan

tentang terjadinya bunyi dan

karakteristik bunyi dalam

kehidupan sehari-hari.

Guru memberikan contoh soal

tentang terjadinya gelombang

bunyi (Kontekstual: melakukan

kegiatan-kegiatan yang signifikan

Guru meriview dan membimbing

siswa untuk membuat catatan atau

rangkuman

sesuai dengan LKS 2 yang telah

dibagikan.

Siswa menyimpulkan hasil

percobaan yang dilakukan.

Siswa memperhatikan

penjelasan guru.

Siswa menyimak contoh soal

yang diberikan oleh guru.

Page 83: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

Siswa yang belum mengerti

mengajukan pertanyaan

Kegiatan Penutup

(10 menit)

Guru meriview dan memberikan

kesimpulan

Guru menutup pembelajaran

Siswa menyimak penjelasan

guru.

Sumber Belajar

Kinkin Suartini, M.Pd.Rangkuman Fisika SMP.Jakarta: GagasMedia, 2010.

Marthen Kanginan.IPA Fisika untuk SMP Kelas VIII.Jakarta: Erlangga. 2007.

Saeful Karim.Belajar IPA Membuka Cakrawala Alam Sekitar 2 untuk Kelas VIII.Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas, 2008.

Tim Abdi Guru.IPA Terpadu untuk SMP Kelas VIII.Jakarta: Erlangga, 2007.

Yurianto dan Bambang Sutapa.Fisika untuk SLTP Kelas 2.Jakarta: Piranti Darma Kalokatama, 2002.

Lingkungan

Penilaian Hasil Belajar

a. Teknik Penilaian:

Tugas

Tes tertulis

Page 84: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

b. Bentuk Instrumen:

Tes uraian

c. Contoh Instrumen:

Uraian

Mengapa bunyi kereta api ternyata lebih jelas didengar jika telinga ditempelkan pada rel kereta api dibandingkan di udara?

Kosambi, .............., 2011

Mengetahui,

Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

SUDRADJAT ARDYANA, S.Pd LIA MARDIANTI

NIP. 19521007 198203 1 009

Page 85: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

SMP NEGERI 1 KOSAMBI

KELAS VIII SEMESTER 2

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

MATERI:

BUNYI

Alokasi Waktu : 2X40‟

Standar kompetensi : 6. Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang, dan optika dalam produk teknologi

sehari-hari.

Kompetensi Dasar : 6.2 Mendeskripsikan konsep bunyi dalam kehidupan sehari-hari.

Indikator : Menunjukkan gejala resonansi dalam kehidupan sehari-hari.

Memberikan contoh pemanfaatan dan dampak pemantulan bunyi dalam kehidupan sehari-hari

dan teknologi.

Tujuan Pembelajaran : Siswa dapat:

1. Menjelaskan pengertian resonansi.

2. Menjelaskan aplikasi konsep resonansi pada alat musik.

3. Menjelaskan syarat terjadinya pemantulan bunyi.

4. Menemukan hukum pemantulan bunyi.

5. Membedakan antara gaung, gema dan bunyi pantul yang memperkuat bunyi asli.

6. Menjelaskan manfaat pemantulan bunyi dalam kehidupan sehari-hari.

Page 86: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

Pendekatan/Metode Pembelajaran : 1. Pendekatan : Kontekstual

2. Metode : Inkuiri

Langkah – Langkah Pembelajaran

TAHAPAN KEGIATAN

GURU SISWA

Kegiatan Pendahuluan

(10 menit)

Motivasi dan Apersepsi:

Guru mengajukan pertanyaan

apersepsi dn motivasi dari materi

bunyi

Mengapa kaca jendela rumah dapat

bergetar jika ada kendaraan lewat?

Mengapa konser musik yang

diadakan di ruang tertutup

terdengar lebih keras jika

dibandingkan di lapangan terbuka?

Siswa menyimak pertanyaan

guru dan menjawab.

Kegiatan Inti

(60 menit)

Langkah-langkah kegiatan

inkuiri

1. Merumuskan masalah

2. Mengamati atau melakukan

observasi

Guru membantu siswa dalam

merumuskan masalah percobaan

menyelidiki resonansi pada

bandul.

Guru membagikan LKS 3 kepada

siswa dan memerintahkan siswa

untuk memulai melakukan

Siswa menyimak penjelasan

guru.

Page 87: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

3. Menganalisis dan

menyajikan hasil percobaan

4. Kesimpulan

percobaan. (Kontekstual:

melakukan hubungan yang

bermakna dan bekerja sama)

Guru menunjuk salah satu

perwakilan siswa untuk

menyebutkan hasil

kesimpulannya. (Kontekstual:

berpikir kritis dan kreatif)

Guru memberikan penjelasan

tentang terjadinya resonansi dalam

kehidupan sehari-hari.

Guru memberikan contoh soal

tentang pemantulan bunyi

(Kontekstual: melakukan

kegiatan-kegiatan yang signifikan

Guru meriview dan membimbing

siswa untuk membuat catatan atau

rangkuman

Siswa melakukan percobaan

sesuai dengan LKS 3 yang telah

dibagikan.

Siswa menyimpulkan hasil

percobaan yang dilakukan.

Siswa memperhatikan

penjelasan guru.

Siswa menyimak contoh soal

yang diberikan oleh guru.

Page 88: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

Siswa yang belum mengerti

mengajukan pertanyaan

Kegiatan Penutup

(10 menit)

Guru meriview dan memberikan

kesimpulan

Guru menutup pembelajaran

Siswa menyimak penjelasan

guru.

Sumber Belajar

Kinkin Suartini, M.Pd.Rangkuman Fisika SMP.Jakarta: GagasMedia, 2010.

Marthen Kanginan.IPA Fisika untuk SMP Kelas VIII.Jakarta: Erlangga. 2007.

Saeful Karim.Belajar IPA Membuka Cakrawala Alam Sekitar 2 untuk Kelas VIII.Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas, 2008.

Tim Abdi Guru.IPA Terpadu untuk SMP Kelas VIII.Jakarta: Erlangga, 2007.

Yurianto dan Bambang Sutapa.Fisika untuk SLTP Kelas 2.Jakarta: Piranti Darma Kalokatama, 2002.

Lingkungan

Penilaian Hasil Belajar

a. Teknik Penilaian:

Tugas

Tes tertulis

b. Bentuk Instrumen:

Page 89: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

Tes uraian

c. Contoh Instrumen:

Uraian

1. Apa yang menyebabkan terjadinya resonansi?

Kosambi, .............., 2011

Mengetahui,

Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

SUDRADJAT ARDYANA, S.Pd LIA MARDIANTI

NIP. 19521007 198203 1 009

Page 90: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

Judul : Telepon Sederhana

Waktu : 40 menit

Tujuan : Menyelidiki bunyi merambat melalui medium

I. Alat dan Bahan

Dua buah gelas aqua

Sebuah jarum pentul

Dua potong lidi ukuran ± 4 cm

Benang katun ukuran ± 3 meter

Air

II. Langkah Kerja

Dalam bagian ini kalian diminta mendesain atau merancang percobaan untuk

menyelidiki bunyi merambat melalui medium.

Lembar Kegiatan Siswa 1

Page 91: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

III. Hasil Pengamatan

Berdasarkan percobaan yang telah kalian lakukan, catatlah hasil yang kalian amati.

Tabel Pengamatan

Zat Cepat rambat bunyi

Besar Sedang Kecil

Padat

Cair

Gas

IV. Pertanyaan

1. Ketika temanmu berbicara didepan gelas aqua yang satu, kamu dapat mendengar

melalui bunyi gelas aqua plastik lainnya. Mengapa?

2. Jika benang dikendurkan, apakah suara temanmu masih terdengar dengan jelas?

3. Jika sebagian benang dicelupkan dalam air, apakah suara temanmu masih terdengar

dengan jelas? Jelaskan!

4. Sentuhlah tenggorokanmu, kemudian berteriaklah! Apakah yang kamu rasakan

pada tenggorokaanmu? Jelaskan!

5. Samakah cepat rambat bunyi dalam berbagai zat? Jelaskan!

6. Mengapa cepat rambat bunyi di zat padat, gas dan udara berbeda?

7. Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor yang menentukan cepat rambat bunyi?

V. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan, kalian diminta untuk menganalisis hasil tersebut

kemudian membuat kesimpulan sesuai dengan tujuan percobaan.

Page 92: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

Judul : Suling sedotan

Waktu : 40 menit

Tujuan : Menyelidiki tinggi rendah bunyi yang dihasilkan

I. Alat dan Bahan

sedotan

gunting

II. Langkah Kerja

Dalam bagian ini kalian diminta mendesain atau merancang percobaan untuk

menyelidiki apakah panjang suling mempengaruhi tinggi-nada bunyi yang dihasilkan.

III. Hasil Percobaan

Berdasarkan percobaan yang telah kalian lakukan, catatlah hasil yang kalian amati.

Tabel pengamatan

Sedotan Frekuensi bunyi yang dihasilkan

tinggi rendah

sebelum dipotong

sesudah dipotong

Lembar Kegiatan Siswa 2

Page 93: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

IV. Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan, kalian diminta untuk menganalisis hasil tersebut

kemudian membuat kesimpulan sesuai dengan tujuan percobaan.

V. Pertanyaan

1. Mengapa sedotan bila di tiup dapat menghasilkan bunyi, jelaskan?

2. Jika sedotan dipotong sedikit demi sedikit, apakah bunyi yang dihasilkan sama?

Jelaskan

3. Apakah frekuensi bunyi sedotan berubah ketika dipotong? Jelaskan

4. Sebutkan dan jelaskan yang mempengaruhi tinggi rendah nada?

Page 94: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

Judul : Bandul Sederhana

Waktu : 40 menit

Tujuan : Mengamati resonansi pada bandul

I. Alat dan Bahan

Statif

Benang

5 buah baut yang sama massanya

II. Langkah Kerja

Dalam bagian ini kalian diminta mendesain atau merancang percobaan untuk

mengamati resonansi pada bandul.

III. Hasil Percobaan

Berdasarkan percobaan yang telah kalian lakukan, catatlah hasil yang kalian amati.

Tabel pengamatan

Bandul Bandul yang ikut bergetar

A B C D E

A

B

C

D

E

Lembar Kegiatan Siswa 3

Page 95: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

IV. Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan, kalian diminta untuk menganalisis hasil tersebut

kemudian membuat kesimpulan sesuai dengan tujuan percobaan.

V. Pertanyaan

1. Pada saat bandul A kamu ayunkan, bandul manakah yang ikut bergetar bersama

bandul A?

2. Pada saat bandul C kamu ayunkan, bandul manakah yang ikut bergetar bersama

bandul C?

3. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi resonansi pada percobaan

tersebut?

Page 96: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN

Satuan Pendidikan : SMP Negeri 1 Kosambi

Mata Pelajaran : Fisika

Kelas : VIII

Semester : Genap

Alokasi waktu : 80 menit

Jumlah Soal : 30 Soal

Bentuk Soal : Pilihan Ganda

Standar Kompetensi : 6. Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari.

Kompetensi Dasar : 6.2 Mendeskripsikan konsep bunyi dalam kehidupan sehari-hari.

Indikator C2

Menafsirkan Mencontohkan Mengklasifikasikan Meringkas Menyimpulkan Membandingkan Menjelaskan

1. Menjelaskan pengertian bunyi, cepat rambat

bunyi, dan frekuensi bunyi. 1, *2 3 *4 *5 6 *7 *8

2. Membedakan infrasonik, ultrasonik dan

audiosonik *9 *10

3. Membuktikan terjadinya gelombang bunyi 11 *12 13 *14, 15

4. Mendeskripsikan karakteristik bunyi : nada,

hukum Mersenne dan warna bunyi. 16, 17 *18 19

5. Menunjukkan gejala resonansi dalam

kehidupan sehari-hari. *20 *21

6. Memberikan contoh pemanfaatan dan

dampak pemantulan bunyi dalam kehidupan

sehari-hari dan teknologi. *22, 23 *24, *25 26 27, *28 *29, *30

Jumlah 4 5 6 3 5 3 4

Keterangan: *Soal yang digunakan

Page 97: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

TES

POKOK BAHASAN BUNYI

Nama :

Kelas :

Hari/Tgl :

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda silang (x) pada

huruf a, b, c, atau d!

1. Manakah dari tabel berikut yang

memberikan cepat rambat bunyi di

udara, air, dan baja?

Udara Air Baja a.

b.

c.

d.

330 m/s

330 m/s

6000 m/s

6000 m/s

6000 m/s

1500 m/s

330 m/s

1500 m/s

1500 m/s

6000 m/s

1500 m/s

330 m/s

Jawab : B

2. Kamu dan temanmu menyelam pada

sebuah kolam renang dan berada

pada jarak tertentu. Ketika temanmu

mengetuk dinding kolam renang

dengan batu, kamu dapat mendengar

dengan jelas. Kemudian kamu berdua

muncul di permukaan air. Pada jarak

yang sama, temanmu kembali

mengetuk kolam yang berada di atas

permukaan air seperti sebelumnya.

Ternyata, bunyi ketukan batu tidak

terdengar jelas olehmu. Hal ini

menunjukkan bahwa ....

a. cepat rambat bunyi di air lebih

besar dibandingkan cepat rambat

bunyi di udara

b. cepat rambat bunyi di air lebih

kecil dibandingkan cepat rambat

bunyi di udara

c. cepat rambat bunyi di air sama

besar dengan cepat rambat bunyi

di udara

d. cepat rambat bunyi di air lebih

besar dibandingkan cepat rambat

bunyi di benda padat

Jawab : A

3. Gelombang mekanik adalah

gelombang yang perambatannya

memerlukan zat perantara. Yang

termasuk gelombang mekanik adalah

....

a. gelombang bunyi

b. gelombang elektromagnetik

c. gelombang stasioner

d. gelombang cahaya

Jawab : A

4. Perhatikan tabel di bawah ini!

Berdasarkan tabel tersebut, maka

cepat rambat bunyi yang merambat

paling cepat adalah ....

a. zat gas

b. zat padat

c. zat gas dan padat

d. zat cair dan zat padat

Jawab : B

5. Bacalah dengan seksama pernyataan

di bawah ini!

No Zat Cepat rambat

(m/s)

1

2

3

Udara

air

besi

340

1500

5120

Page 98: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

Berdasarkan pernyataan tersebut,

maka pernyataan yang benar dibawah

ini adalah ....

a. beduk merupakan gelombang

longitudinal

b. beduk merupakan gelombang

transversal

c. batu yang dilempar ke kolam

merupakan gelombang

longitudinal

d. beduk merupakan gelombang

elektromagnetik

Jawab : A

6. Ketika hujan turun, sering ada kilat

dan petir. Padahal pada dasarnya

kamu melihat kilat terlebih dahulu,

baru kemudian suara petirnya. Hal ini

menunjukkan bahwa ....

a. cahaya termasuk gelombang

transversal dan bunyi termasuk

gelombang longitudinal

b. cahaya termasuk gelombang

longitudinal bunyi termasuk

gelombang transversal

c. cahaya termasuk gelombang

elektromagnetik dan bunyi

termasuk gelombang longitudinal

d. cahaya termasuk gelombang

cahaya dan bunyi termasuk

gelombang mekanik

Jawab : C

7. Dua Sirine mobil ambulans

dibunyikan bersamaan. Sirine

pertama berfrekuensi 640 Hz dan

sirine kedua 1280 Hz. Pernyataan

yang benar adalah ....

a. cepat rambat bunyi pertama lebih

besar dari cepat rambat bunyi

kedua

b. cepat rambat pertama lebih kecil

daripada bunyi kecil

c. cepat rambat pertama dan kedua

sama besar

d. panjang gelombang bunyi

keduanya sama

Jawab : C

8. Ketika dua mobil berpapasan yang

sedang membunyikan klakson,

terdengar bunyi klakson lebih tinggi.

Hal ini disebabkan oleh ...

a. panjang gelombang bunyi

klakson bertambah

b. panjang gelombang > sehingga

kuat bunyi lebih tinggi

c. panjang gelombang < sehingga

kuat bunyi lebih tinggi

d. cepat rambat bunyi semakin besar

Jawab : C

9. Ultrasonik adalah bunyi yang

frekuensinya di atas 20 KHz. Hewan

yang dapat mendengar frekuensi

ultrasonik adalah ....

a. belalang c. gajah

b. lumba-lumba d. ayam

Jawab : A

Berdasarkan arah medium

rambatannya, terdapat 2 bentuk

gelombang yaitu: gelombang

transversal dan longitudinal.

Gelombang yang arah perpindahan

medium selalu tegak lurus terhadap

arah perambatan gelombang.

Sedangkan gelombang longitudinal

adalah gelombang yang arah getarnya

sejajar atau berimpit dengan arah

rambatannya.

Kamu dalam kehidupan sehari-hari,

kamu sering mendengar suara beduk

sebelum adzan berkumandang. Ketika

beduk dipukul terjadilah perapatan dan

perenggangan udara disekelilingnya.

Dan kamu juga mungkin pernah

bermain dikolam ikan dan

melemparinya dengan batu. Ketika batu

dilempar ke kolam terjadilah

gelombang pada air.

Page 99: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

10. Pehatikan gambar di bawah ini!

Daerah frekuensi yang dapat

didengar oleh telinga manusia berada

pada daerah ....

a. < 20 Hz

b. 20 Hz

c. 20.000 Hz

d. 20 Hz-20.000 Hz

Jawab : D

11. Ketika kamu memegang tenggorokan

pada saat berbicara, kamu merasakan

adanya getaran. Hal ini membuktikan

bahwa ....

a. otot tenggorokan selalu bergetar

b. sumber bunyi adalah tenggorokan

c. berbicara memerlukan energi

d. sumber bunyi adalah getaran

Jawab : D

12. Bacalah dengan seksama pernyataan

di bawah ini!

Berdasarkan pernyataan tersebut,

maka pernyataan yang benar dibawah

ini adalah ....

a. radio termasuk gelombang

mekanik

b. radio termasuk gelombang

elektromagnetik

c. beduk termasuk gelombang

transversal

d. beduk termasuk gelombang

elektromagnetik

Jawab : B

13. Sandi dan Maman bermain telepon

dengan menggunakan dua gelas aqua

plastik yang dihubungkan dengan

benang jahit. Ketika sandi berbicara

di depan gelas aqua plastik yang satu,

Maman dapat mendengar melalui

bunyi gelas aqua plastik lainnya.

Peristiwa ini membuktikan bahwa

bunyi....

a. dapat merambat melalui benda

padat

b. merambat menurut garis lurus

c. tidak dapat merambat di ruang

hampa udara

d. dapat dipantulkan oleh gelas

plastik

Jawab : A

14. Bunyi kereta api ternyata lebih jelas

didengar jika telinga ditempelkan

pada rel kereta api dibandingkan di

udara. Hal ini menunjukkan bahwa

....

a. bunyi paling baik merambat

melalui zat padat

b. bunyi paling buruk merambat

melalui zat padat

c. bunyi paling baik merambat

melalui udara

d. bunyi sebagian besar merambat

lewat rel

Jawab : A

Daerah Infrasonik

Daerah Audiosonik

Daerah Ultrasonik

20 Hz 20.000 Hz

Berdasarkan medium

perambatannya gelombang terbagi

menjadi 2 yaitu: gelombang mekanik

dan gelombang ektromagnetik.

Gelombang mekanik adalah gelombang

yang perambatannya membutuhkan zat

perantara. Sedangkan gelombang

elektromagnetik adalah gelombang

yang perambatannya tidak

membutuhkan zat perantara.

Kamu dalam kehidupan sehari-hari

mungkin sering mendengarkan musik

kesukaanmu lewat radio. Untuk mencari

gelombang radio yang kamu inginkan

maka perlu menyamakan frekuensinya

agar suaranya terdengar dengan jelas.

Dan kamu juga sering mendengar suara

beduk sebelum adzan berkumandang.

Ketika beduk dipukul terjadilah

perapatan dan perenggangan udara

disekelilingnya.

Page 100: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

15. Pada malam hari, bunyi dapat

didengar lebih nyaring daripada siang

hari. Hal ini menunjukkan bahwa ....

a. suhu udara di permukaan bumi

lebih dingin dibandingkan suhu

udara di atasnya

b. pada malam hari tidak terdapat

sinar matahari

c. suhu udara di permukaan Bumi

lebih panas dibandingkan suhu

udara di atasnya

d. pada malam hari sumber bunyi

yang lain lebih sedikit

Jawab : C

16. Perhatikan tabel di bawah ini!

Suhu (0C) 0 15 25

Cepat rambat

bunyi (m/s) 332 340 347

Dari data di atas membuktikan

bahwa sifat bunyi dipengaruhi oleh ...

a. suhu

b. keadaan

c. derajat celcius

d. lamanya merambat

Jawab : A

17. Pada sebuah senar gitar berlaku

I. nadanya tinggi bila senar gitar

tersebut panjang

II. bila luas penampangnya besar,

nadanya rendah

III. jika bahannya bermassa jenis

besar nadanya akan tinggi

IV. semakin kencang (tegang) senar

gitar tersebut semakin tinggi

nadanya

Pernyataan di atas yang benar adalah

a. I, II, dan III c. II dan IV

b. I dan III d. IV saja

Jawab : C

18. Bacalah dengan seksama pernyataan

di bawah ini!

Berdasarkan pernyataan tersebut,

maka pernyataan yang benar dibawah

ini adalah ....

a. bunyi gitar termasuk nada

b. bunyi gitar termasuk desah

c. bunyi petir termasuk nada

d. bunyi petir termasuk timbre

Jawab : A

19. Nada yang sama akan terdengar

berbeda ketika disuarakan oleh orang

yang berbeda. Hal ini disebabkan

oleh ....

a. frekuensi yang berbeda

b. amplitudo yang berbeda

c. warna bunyi yang berbeda

d. panjang gelombang yang berbeda

Jawab : C

20. Resonansi yaitu peristiwa ikut

bergetarnya suatu benda apabila

benda lain digetarkan. Dibawah ini

merupakan alat-alat yang

berdasarkan resonansi, kecuali ....

a. kentongan c. drum

b. gitar d. amplifier

Jawab : D

Nada adalah bunyi dengan

frekuensi teratur. Desah adalah bunyi

yang frekuensi tidak teratur.

Kamu dalam kehidupan sehari-hari

sering melihat seorang pengamen

bernyanyi sambil memetik gitar, suara

yang dihasilkan begitu merdu dan

indah. Dan kamu juga pernah

mendengar suara petir ketika hujan.

Page 101: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

21. Perhatikan gambar di bawah ini!

Jika bandul A diayun, bandul yang

turut berayun adalah ….

a. A dan C c. A dan B

b. B dan C d. D dan E

Jawab : D

22.

Sudut datangnya adalah ....

a. AOB c. COD

b. BOC d. DOE

Jawab : B

23. Manakah dari pernyataan berikut

yang tidak menghasilkan gelombang

bunyi yang dapat didengar?

a. sebuah bel yang berbunyi di

bawah air

b. sebuah senjata yang meletus

dalam ruangan tanpa gema

c. sebuah palu yang menghantam

sebatang logam

d. suatu ledakan dalam ruang hampa

Jawab : D

24. Gema adalah bunyi pantul yang

terdengar setelah bunyi asli selesai

dikatakan.

Seperti bunyi yang dihasilkan oleh

....

a. orang yang berteriak di mulut

sumur yang dalam

b. orang yang sedang bicara di

sebuah ruangan kosong

c. senar gitar yang dipetik

d. bunyi klakson mobil

Jawab : A

25. Gaung adalah bunyi pantul yang

datangnya sebagian bersamaan

dengan bunyi asli. Untuk

menghindari terjadinya gaung

(kerdam) di dalam gedung pertemuan

dapat dilakukan dengan cara melapis

dinding gedung itu dengan ....

a. kaca c. marmer

b. aluminium d. permadani

Jawab : D

26. Perhatikan pernyataan berikut!

I. Dokter memeriksa bagian dalam

tubuh manusia dengan

menggunakan sistem

ultrasonografi

II. Seorang anak mendengar suara

sirene mobil ambulans semakin

keras ketika mobil bergerak

mendekatinya.

III. Agar mengetahui posisi kawanan

ikan di dasar laut, peneliti

menggunakan pulsa ultrasonik

IV. Saat Ani bernyanyi di dalam

kamar mandi, suaranya terdengar

lebih keras daripada dilapangan

terbuka

Pernyataan tersebut yang termasuk

peristiwa pemantulan bunyi adalah

....

a. I, II, dan III c. I, III, dan IV

b. I, II, dan IV d. II, III, dan

IV

Jawab : A

27. Perhatikan cuplikan bunyi berikut

ini!

Bunyi asli :Sau-da-ra

A

E

B

C

D

B C D

A

O

E

Page 102: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

Bunyi pantul : ...-Sau-da-ra

Terdengar : Sau-...-...-ra

Maka bunyi pantul itu termasuk ....

a. perkuatan bunyi asli

b. gema

c. gaung

d. echo

Jawab : C

28. Ketika berteriak di tengah lapangan,

kamu tidak akan mendengar kembali

bunyi teriakanmu. Sebaliknya ketika

berteriak di atap rumah, suara yang

kamu ucapkan akan terdengar

kembali meskipun lebih lemah dari

pada aslinya. Peristiwa tersebut

merupakan sifat bunyi, yaitu ....

a. dapat berinterferensi

b. dapat dipantulkan

c. harus ada medium sebagai zat

perantara

d. bunyi lebih cepat merambat

dalam zat

padat

Jawab : B

29. Bunyi sirine sebuah ambulans yang

bergerak menjauhi pengamatan

terdengar lebih rendah. Hal ini

disebabkan oleh ....

a. frekuensi bunyi sirine bertambah

b. frekuensi bunyi sirine yang

diterima bertambah

c. frekuensi bunyi sirine berkurang

d. frekuensi bunyi sirine yang

diterima berkurang

Jawab : D

30. Bila kamu berada di bioskop, suara

kamu terdengar lebih keras

dibandingkan ketika kamu berada di

luar. Hal ini disebabkan oleh ....

a. bunyi pantul terjadi sesudah

bunyi asli

b. bunyi pantul terjadi sebagian

bersamaan dengan bunyi asli

c. bunyi pantul yang memperkuat

bunyi asli

d. bunyi pantul terjadi sebelum

bunyi asli

Jawab : B

Page 103: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

KISI-KISI ANGKET

NO INDIKATOR BUTIR

1 Pembelajaran berpusat pada siswa (Student Center) 1, 2

2 Mengembangkan konsep siswa 3, 4

3 Menimbulkan harapan 5, 6

4 Mengembangkan informasi yang diperoleh siswa 7, 8

5 Mengembangkan bakat siswa 9, 10

Page 104: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

ANGKET

Kelas : ................

Jenis Kelamin : (P/L)*

*Coret yang tidak perlu

Berilah tanda checklist () pada kolom “Ya” atau “Tidak” pada pernyataan

yang sesuai dengan pengalaman Anda dalam belajar fisika.

NO PERNYATAAN YA TIDAK

1 Selama pembelajaran kegiatan belajar lebih banyak

dilakukan siswa

2 Selama pembelajaran, guru banyak memberikan

bimbingan atau bantuan

3 Setelah pembelajaran dengan menggunakan metode

inkuiri, belajar fisika lebih menarik

4 Pembelajaran kontekstual menjadikan saya dapat

memahami konsep fisika secara jelas

5 Setelah pembelajaran kontekstual, pemahaman

materi fisika pada konsep lain bisa lebih mudah

6 Setelah pembelajaran dengan metode inkuiri, saya

mudah untuk merancang eksperimen sendiri

7 Setelah kegiatan pembelajaran, materi dengan mudah

dapat disimpulkan

8 Setelah kegiatan pembelajaran selesai, saya mudah

untuk menjelaskan kembali

9 Selama pembelajaran, saya dapat menyumbangkan

pendapat

10

Setelah pembelajaran kontekstual, saya mampu

menghubungkan konsep fisika dalam kehidupan

sehari-hari

Page 105: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

Hasil Analisis Angket

No Responden

Butir

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 R1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0

2 R2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

3 R3 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1

4 R4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

5 R5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

6 R6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

7 R7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

8 R8 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1

9 R9 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1

10 R10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

11 R11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

12 R12 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1

13 R13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

14 R14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

15 R15 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1

16 R16 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1

17 R17 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1

18 R18 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0

19 R19 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1

20 R20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

21 R21 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0

22 R22 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0

23 R23 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0

24 R24 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1

25 R25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

26 R26 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0

27 R27 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

28 R28 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1

29 R29 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

30 R30 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1

31 R31 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0

32 R32 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0

33 R33 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

34 R34 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

35 R35 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1

36 R36 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

37 R37 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0

38 R38 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

39 R39 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0

40 R40 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1

Jumlah 39 39 38 39 37 28 39 27 28 30

Page 106: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

REKAP ANALISIS BUTIR

=====================

Rata2= 15,58

Simpang Baku= 4,03

KorelasiXY= 0,52

Reliabilitas Tes= 0,68

Butir Soal= 30

Jumlah Subyek= 40

Nama berkas: D:\SKRIPSI QU\UJI INSTRUMEN TES.ANA

Btr Baru Btr Asli D.Pembeda(%) T. Kesukaran Korelasi Sign. Korelasi

1 1 9,09 Sedang 0,055 -

2 2 54,55 Sedang 0,547 Sangat Signifikan

3 3 -9,09 Sedang -0,083 -

4 4 63,64 Sedang 0,438 Signifikan

5 5 63,64 Mudah 0,497 Sangat Signifikan

6 6 9,09 Sedang 0,199 -

7 7 72,73 Sedang 0,664 Sangat Signifikan

8 8 36,36 Sedang 0,371 Signifikan

9 9 63,64 Sedang 0,518 Sangat Signifikan

10 10 27,27 Sedang 0,368 Signifikan

11 11 0,00 Sedang -0,037 -

12 12 63,64 Sukar 0,488 Sangat Signifikan

13 13 -9,09 Sedang -0,056 -

14 14 36,36 Sangat Mudah 0,415 Signifikan

15 15 0,00 Sangat Sukar -0,104 -

16 16 9,09 Sangat Mudah 0,089 -

17 17 27,27 Sangat Sukar 0,245 -

18 18 54,55 Mudah 0,533 Sangat Signifikan

19 19 -9,09 Sangat Mudah -0,078 -

20 20 27,27 Sangat Sukar 0,420 Signifikan

21 21 45,45 Sukar 0,361 Signifikan

22 22 36,36 Mudah 0,402 Signifikan

23 23 27,27 Sangat Mudah 0,207 -

24 24 72,73 Sedang 0,562 Sangat Signifikan

25 25 36,36 Sedang 0,378 Signifikan

26 26 27,27 Sukar 0,347 -

27 27 -27,27 Sedang -0,301 -

28 28 45,45 Sedang 0,409 Signifikan

Page 107: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

29 29 72,73 Sedang 0,549 Sangat Signifikan

30 30 54,55 Sedang 0,446 Signifikan

Page 108: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

Hasil Butir Soal Pretest Kelas Eksperimen

NO NAMA

Nomor Soal SKOR Nilai

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Total

1 X1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 11,11

2 X2 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 7 38,89

3 X3 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 9 50,00

4 X4 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 5 27,78

5 X5 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 9 50,00

6 X6 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 6 33,33

7 X7 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 11 61,11

8 X8 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 10 55,56

9 X9 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 13 72,22

10 X10 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 11 61,11

11 X11 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 9 50,00

12 X12 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 8 44,44

13 X13 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 5 27,78

14 X14 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 9 50,00

15 X15 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 4 22,22

16 X16 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 9 50,00

17 X17 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 9 50,00

18 X18 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 5 27,78

19 X19 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 9 50,00

20 X20 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 11 61,11

21 X21 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 8 44,44

22 X22 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 9 50,00

23 X23 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 9 50,00

24 X24 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 9 50,00

25 X25 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 10 55,56

26 X26 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 7 38,89

27 X27 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 10 55,56

28 X28 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 8 44,44

29 X29 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 7 38,89

30 X30 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 9 50,00

31 X31 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 7 38,89

32 X32 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 10 55,56

33 X33 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 7 38,89

34 X34 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 10 55,56

35 X35 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 7 38,89

36 X36 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 7 38,89

37 X37 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 4 22,22

38 X38 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 11 61,11

39 X39 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 7 38,89

40 X40 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 10 55,56

Jumlah 39 25 13 3 11 2 17 17 22 35 22 8 9 32 7 19 27 19 327 1842

Rata-rata 46,05

Page 109: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

Hasil Butir Soal Posttest Kelas Eksperimen

NO NAMA Nomor Soal SKOR

Nilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Total

1 X1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 9 50,00

2 X2 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 88,89

3 X3 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 14 77,78

4 X4 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 8 44,44

5 X5 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 15 83,33

6 X6 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 9 50,00

7 X7 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 14 77,78

8 X8 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 15 83,33

9 X9 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 14 77,78

10 X10 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 66,67

11 X11 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 14 77,78

12 X12 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 10 55,56

13 X13 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 9 50,00

14 X14 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 83,33

15 X15 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 13 72,22

16 X16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 16 88,89

17 X17 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 13 72,22

18 X18 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 10 55,56

19 X19 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 77,78

20 X20 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 13 72,22

21 X21 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 14 77,78

22 X22 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 10 55,56

23 X23 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 77,78

24 X24 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 88,89

25 X25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 17 94,44

26 X26 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 10 55,56

27 X27 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 15 83,33

28 X28 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 10 55,56

29 X29 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 11 61,11

30 X30 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 77,78

31 X31 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 12 66,67

32 X32 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 14 77,78

33 X33 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 15 83,33

34 X34 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 12 66,67

35 X35 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 14 77,78

36 X36 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 12 66,67

37 X37 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 13 72,22

38 X38 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 11 61,11

39 X39 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 13 72,22

40 X40 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 12 66,67

Jumlah 35 20 30 13 18 18 37 26 36 36 25 34 30 34 34 34 24 28 512 2860

Rata-rata 71,50

Page 110: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

Hasil Butir Soal Pretest Kelas Kontrol

NO NAMA

Nomor Soal SKOR Nilai

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Total

1 Y1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 9 50,00

2 Y2 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 8 44,44

3 Y3 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 9 50,00

4 Y4 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 5,56

5 Y5 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 10 55,56

6 Y6 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 9 50,00

7 Y7 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 9 50,00

8 Y8 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 9 50,00

9 Y9 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 10 55,56

10 Y10 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 7 38,89

11 Y11 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 10 55,56

12 Y12 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 6 33,33

13 Y13 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 9 50,00

14 Y14 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 10 55,56

15 Y15 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 9 50,00

16 Y16 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 9 50,00

17 Y17 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 9 50,00

18 Y18 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 9 50,00

19 Y19 1 0 0 0 0 6 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 11 61,11

20 Y20 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 8 44,44

21 Y21 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 8 44,44

22 Y22 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 7 38,89

23 Y23 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 9 50,00

24 Y24 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 11 61,11

25 Y25 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 10 55,56

26 Y26 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 9 50,00

27 Y27 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 8 44,44

28 Y28 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 3 16,67

29 Y29 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 7 38,89

30 Y30 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 7 38,89

31 Y31 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 5 27,78

32 Y32 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 6 33,33

33 Y33 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 7 38,89

34 Y34 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 8 44,44

35 Y35 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 7 38,89

36 Y36 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 9 50,00

37 Y37 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 8 44,44

38 Y38 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 7 38,89

39 Y39 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 8 44,44

40 Y40 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 8 44,44

Jumlah 3 30 23 0 0 12 32 31 4 33 35 3 2 28 25 31 30 1 323 1788

Rata-rata 44,70

Page 111: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

Hasil Butir Soal Posttest Kelas Kontrol

NO NAMA Nomor Soal SKOR

Nilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Total

1 Y1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 10 55,56

2 Y2 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 9 50,00

3 Y3 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 10 55,56

4 Y4 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 7 38,89

5 Y5 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 72,22

6 Y6 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 66,67

7 Y7 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 9 50,00

8 Y8 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 9 50,00

9 Y9 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 9 50,00

10 Y10 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 9 50,00

11 Y11 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 14 77,78

12 Y12 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 9 50,00

13 Y13 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 11 61,11

14 Y14 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 11 61,11

15 Y15 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 9 50,00

16 Y16 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 11 61,11

17 Y17 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 11 61,11

18 Y18 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 10 55,56

19 Y19 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 9 50,00

20 Y20 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 7 38,89

21 Y21 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 12 66,67

22 Y22 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 10 55,56

23 Y23 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 8 44,44

24 Y24 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 8 44,44

25 Y25 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 9 50,00

26 Y26 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 10 55,56

27 Y27 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 7 38,89

28 Y28 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 7 38,89

29 Y29 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 13 72,22

30 Y30 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 6 33,33

31 Y31 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 50,00

32 Y32 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 12 66,67

33 Y33 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 7 38,89

34 Y34 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 10 55,56

35 Y35 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 11 61,11

36 Y36 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 11 61,11

37 Y37 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 12 66,67

38 Y38 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 10 55,56

39 Y39 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 8 44,44

40 Y40 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 6 33,33

Jumlah 21 14 12 5 12 5 13 18 35 38 32 38 27 19 27 19 29 21 385 2147

Rata-rata 53,67

Page 112: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

Rekapitulasi Hasil Pretest-Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol

Siswa

Kelompok

Eksperimen Siswa Kelompok Kontrol

Pretest Posttest Pretest Posttest

X1 11,11 50,00 Y1 50,00 55,56

X2 38,89 88,89 Y2 44,44 50,00

X3 50,00 77,78 Y3 50,00 55,56

X4 27,78 44,44 Y4 5,56 38,89

X5 50,00 83,33 Y5 55,56 72,22

X6 33,33 50,00 Y6 50,00 66,67

X7 61,11 77,78 Y7 50,00 50,00

X8 55,56 83,33 Y8 50,00 50,00

X9 72,22 77,78 Y9 55,56 50,00

X10 61,11 66,67 Y10 38,89 50,00

X11 50,00 77,78 Y11 55,56 77,78

X12 44,44 55,56 Y12 33,33 50,00

X13 27,78 50,00 Y13 50,00 61,11

X14 50,00 83,33 Y14 55,56 61,11

X15 22,22 72,22 Y15 50,00 50,00

X16 50,00 88,89 Y16 50,00 61,11

X17 50,00 72,22 Y17 50,00 61,11

X18 27,78 55,56 Y18 50,00 55,56

X19 50,00 77,78 Y19 61,11 50,00

X20 61,11 72,22 Y20 44,44 38,89

X21 44,44 77,78 Y21 44,44 66,67

X22 50,00 55,56 Y22 38,89 55,56

X23 50,00 77,78 Y23 50,00 44,44

X24 50,00 88,89 Y24 61,11 44,44

X25 55,56 94,44 Y25 55,56 50,00

X26 38,89 55,56 Y26 50,00 55,56

X27 55,56 83,33 Y27 44,44 38,89

X28 44,44 55,56 Y28 16,67 38,89

X29 38,89 61,11 Y29 38,89 72,22

X30 50,00 77,78 Y30 38,89 33,33

X31 38,89 66,67 Y31 27,78 50,00

X32 55,56 77,78 Y32 33,33 66,67

X33 38,89 83,33 Y33 38,89 38,89

X34 55,56 66,67 Y34 44,44 55,56

X35 38,89 77,78 Y35 38,89 61,11

Page 113: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

X36 38,89 66,67 Y36 50,00 61,11

X37 22,22 72,22 Y37 44,44 66,67

X38 61,11 61,11 Y38 38,89 55,56

X39 38,89 72,22 Y39 44,44 44,44

X40 55,56 66,67 Y40 44,44 33,33

Jumlah 1842 2860 Jumlah 1788 2147

Rata-rata 46,05 71,50 Rata-rata 44,70 53,67

Page 114: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

Perhitungan Data Statistik Pretest dan Posttest

Kelompok Eksperimen

1. Sebaran data nilai pretest

11,11 22,22 22,22 27,78 27,78 27,78 33,33

33,33

33,33 38,89 38,89 38,89 38,89 38,89 38,89 44,44

44,44 44,44 50,00 50,00 50,00 50,00 50,00 50,00

50,00 50,00 50,00 50,00 50,00 55,56 55,56 55,56

55,56 55,56 55,56 61,11 61,11 61,11 61,11 72,22

2. Tabel distribusi frekuensi

Berdasarkan sebaran data di atas, untuk membuat tabel distribusi frekuensi

dapat diterapkan langkah-langkah berikut.

a. Menentukan jangkauan data/range (R)

Nilai maksimum = 72,22

Nilai minimum = 11,11

R = nilai maksimum – nilai minimum

= 72,22 – 11,11

= 61,11

b. Menentukan banyak kelas (k)

k = 1 + 3,3 log n n = banyaknya data

k = 1 + 3,3 log 40

= 1+ 3,3 (1,60)

k = 6,28

Jadi, banyaknya kelas adalah 7

c. Menentukan panjang kelas/interval (i)

d. Menentukkan ujung bawah dan ujung atas kelas pertama, dan kelas-kelas

berikutnya. Sehingga diperoleh:

Page 115: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

Tabel 1 Distribusi Frekuensi

Nilai fi xi xi2 fixi fixi

2

11 - 19 1 15 225 15 225

20 - 28 5 24 576 120 2880

29 - 37 3 33 1089 99 3267

38 - 46 9 42 1764 378 15876

47 - 55 11 51 2601 561 28611

56 - 64 10 60 3600 600 36000

65 - 73 1 69 4761 69 4761

Jumlah 40 294 14616 1842 91620

3. Perhitungan Rata-rata/Mean

4. Perhitungan Median

(

)

Keterangan:

b = batas bawah median

p = batas kelas median

n = banyaknya data

F = jumlah semua frekuensi dengan tanda kelas lebih kecil dari tanda kelas

median

f = frekuensi kelas median

(

)

(

)

Page 116: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

5. Perhitungan Modus

Untuk menghitung modus data digunakan rumus:

(

)

Keterangan:

b = batas bawah kelas modus

p = panjang kelas modus

b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sebelumnya

b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas berikutnya

(

)

(

)

6. Perhitungan Varians (s2)

√∑

Page 117: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

1. Sebaran data nilai posttest

44,44 50,00 50,00 50,00 55,56 55,56 55,56 55,56

55,56 61,11 61,11 66,67 66,67 66,67 66,67 66,67

72,22 72,22 72,22 72,22 72,22 77,78 77,78 77,78

77,78 77,78 77,78 77,78 77,78 77,78 77,78 83,33

83,33 83,33 83,33 83,33 88,89 88,89 88,89 94,44

2. Tabel distribusi frekuensi

Berdasarkan sebaran data di atas, untuk membuat tabel distribusi frekuensi

dapat diterapkan langkah-langkah berikut.

a. Menentukan jangkauan data/range (R)

Nilai maksimum = 94,44

Nilai minimum = 44,44

R = nilai maksimum – nilai minimum

= 94,44 – 44,44

= 50,00

b. Menentukan banyak kelas (k)

k = 1 + 3,3 log n n = banyaknya data

k = 1 + 3,3 log 40

= 1+ 3,3 (1,60)

k = 6,28

Jadi, banyaknya kelas adalah 7

c. Menentukan panjang kelas/interval (i)

d. Menentukkan ujung bawah dan ujung atas kelas pertama, dan kelas-kelas

berikutnya. Sehingga diperoleh:

Page 118: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

Tabel 2 Distribusi Frekuensi

Nilai fi xi xi2 fixi fixi

2

44 – 51 4 47,5 2256,25 190 9025

52 – 59 5 55,5 3080,25 277,5 15401,3

60 – 67 7 63,5 4032,25 444,5 28225,8

68 – 75 5 71,5 5112,25 357,5 25561,3

76 – 83 10 79,5 6320,25 795 63202,5

84 – 91 8 87,5 7656,25 700 61250

92 – 99 1 95,5 9120,25 95,5 9120,25

Jumlah 40 500,5 37577,75 2860 211786

3. Perhitungan Rata-rata/Mean

4. Perhitungan Median

(

)

Keterangan:

b = batas bawah median

p = batas kelas median

n = banyaknya data

F = jumlah semua frekuensi dengan tanda kelas lebih kecil dari tanda kelas

median

f = frekuensi kelas median

(

)

(

)

Page 119: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

5. Perhitungan Modus

Untuk menghitung modus data digunakan rumus:

(

)

Keterangan:

b = batas bawah kelas modus

p = panjang kelas modus

b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sebelumnya

b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas berikutnya

(

)

(

)

6. Perhitungan Varians (s2)

√∑

Page 120: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

Perhitungan Data Statistik Pretest dan Posttest

Kelompok Kontrol

1. Sebaran data nilai pretest

5,56 16,67 27,78 33,33 33,33 38,89 38,89 38,89

38,89 38,89 38,89 38,89 44,44 44,44 44,44 44,44

44,44 44,44 44,44 44,44 50,00 50,00 50,00 50,00

50,00 50,00 50,00 50,00 50,00 50,00 50,00 50,00

50,00 55,56 55,56 55,56 55,56 55,56 61,11 61,11

2. Tabel distribusi frekuensi

Berdasarkan sebaran data di atas, untuk membuat tabel distribusi frekuensi

dapat diterapkan langkah-langkah berikut.

a. Menentukan jangkauan data/range (R)

Nilai maksimum = 61,11

Nilai minimum = 5,56

R = nilai maksimum – nilai minimum

= 61,11 – 5,56

= 55,55

b. Menentukan banyak kelas (k)

k = 1 + 3,3 log n n = banyaknya data

k = 1 + 3,3 log 40

= 1+ 3,3 (1,60)

k = 6,28

Jadi, banyaknya kelas adalah 7

c. Menentukan panjang kelas/interval (i)

d. Menentukkan ujung bawah dan ujung atas kelas pertama, dan kelas-kelas

berikutnya. Sehingga diperoleh:

Page 121: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

Tabel 1 Distribusi Frekuensi

Nilai fi xi xi2 fixi fixi

2

6 - 13 1 9,5 90,25 9,5 90,25

14 - 21 1 17,5 306,25 17,5 306,25

22 - 29 1 25,5 650,25 25,5 650,25

30 - 37 2 33,5 1122,25 67 2244,5

38 - 45 15 41,5 1722,25 622,5 25833,8

46 - 53 13 49,5 2450,25 643,5 31853,3

54 - 61 7 57,5 3306,25 402,5 23143,8

Jumlah 40 234,5 9647,75 1788 84122

3. Perhitungan Rata-rata/Mean

4. Perhitungan Median

(

)

Keterangan:

b = batas bawah median

p = batas kelas median

n = banyaknya data

F = jumlah semua frekuensi dengan tanda kelas lebih kecil dari tanda kelas

median

f = frekuensi kelas median

(

)

(

)

Page 122: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

5. Perhitungan Modus

Untuk menghitung modus data digunakan rumus:

(

)

Keterangan:

b = batas bawah kelas modus

p = panjang kelas modus

b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sebelumnya

b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas berikutnya

(

)

(

)

(

)

6. Perhitungan Varians (s2)

√∑

(Simpangan Baku)

Page 123: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

1. Sebaran data nilai Posstest

33,33 33,33 38,89 38,89 38,89 38,89 38,89 44,44

44,44 44,44 50,00 50,00 50,00 50,00 50,00 50,00

50,00 50,00 50,00 50,00 55,56 55,56 55,56 55,56

55,56 55,56 55,56 61,11 61,11 61,11 61,11 61,11

61,11 66,67 66,67 66,67 72,22 72,22 72,22 77,78

2. Tabel distribusi frekuensi

Berdasarkan sebaran data di atas, untuk membuat tabel distribusi frekuensi

dapat diterapkan langkah-langkah berikut.

a. Menentukan jangkauan data/range (R)

Nilai maksimum = 77,78

Nilai minimum = 33,33

R = nilai maksimum – nilai minimum

= 77,78 – 33,33

= 44,45

b. Menentukan banyak kelas (k)

k = 1 + 3,3 log n n = banyaknya data

k = 1 + 3,3 log 40

= 1+ 3,3 (1,60)

k = 6,28

Jadi, banyaknya kelas adalah 7

c. Menentukan panjang kelas/interval (i)

d. Menentukkan ujung bawah dan ujung atas kelas pertama, dan kelas-kelas

berikutnya. Sehingga diperoleh:

Page 124: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

Tabel 2 Distribusi Frekuensi

Nilai fi xi xi2 fixi fixi

2

33 - 39 7 36 1296 252 9072

40 - 46 3 43 1849 129 5547

47 - 53 10 50 2500 500 25000

54 - 60 7 57 3249 399 22743

61 - 67 9 64 4096 576 36864

68 - 74 3 71 5041 213 15123

75 - 81 1 78 6084 78 6084

Jumlah 40 399 24115 2147 120433

3. Perhitungan Rata-rata/Mean

4. Perhitungan Median

(

)

Keterangan:

b = batas bawah median

p = batas kelas median

n = banyaknya data

F = jumlah semua frekuensi dengan tanda kelas lebih kecil dari tanda kelas

median

f = frekuensi kelas median

(

)

(

)

Page 125: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

5. Perhitungan Modus

Untuk menghitung modus data digunakan rumus:

(

)

Keterangan:

b = batas bawah kelas modus

p = panjang kelas modus

b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sebelumnya

b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas berikutnya

(

)

(

)

(

)

6. Perhitungan Varians (s2)

√∑

(Simpangan Baku)

Page 126: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

Uji Normalitas Pretest Kelompok Eksperimen

No Xi F Zn

Xi -

Zi Zt F(Zi) S (Zi) |F(Zi) - S(Zi)|

1 11,11 1 1 -34,94 -2,65 0,4960 0,0040 0,025 0,0210

2 22,22 2 3 -23,83 -1,81 0,4649 0,0351 0,075 0,0399

3 27,78 3 6 -18,27 -1,38 0,4162 0,0838 0,15 0,0662

4 33,33 3 9 -12,72 -0,96 0,3315 0,1685 0,225 0,0565

5 38,89 6 15 -7,16 -0,54 0,2054 0,2946 0,375 0,0804

6 44,44 3 18 -1,61 -0,12 0,0478 0,4522 0,450 0,0022

7 50,00 11 29 3,95 0,30 0,1179 0,6179 0,725 0,1071

8 55,56 6 35 9,51 0,72 0,2642 0,7642 0,875 0,1108

9 61,11 4 39 15,06 1,14 0,3729 0,8729 0,975 0,1021

10 72,22 1 40 26,17 1,98 0,4761 0,9761 1 0,0239

Keterangan:

= 46,05

s = 13,20

Dari uji normalitas dengan uji Liliefors menunjukkan bahwa Lhit < Ltabel, (0,1108 <

0,1400) dengan derajat signifikan 95% (α = 0,05). Dapat disimpulkan bahwa data tersebut

berdistribusi normal.

Page 127: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

Uji Normalitas Posttest Kelompok Eksperimen

No Xi F Zn Xi - Zi Zt F(Zi) S (Zi) |F(Zi) - S(Zi)|

1 44,44 1 1 -27,06 -1,98 0,4761 0,0239 0,0250 0,0011

2 50,00 3 4 -21,50 -1,57 0,4418 0,0582 0,1000 0,0418

3 55,56 5 9 -15,94 -1,16 0,3770 0,1230 0,2250 0,1020

4 61,11 2 11 -10,39 -0,76 0,2764 0,2236 0,2750 0,0514

5 66,67 5 16 -4,83 -0,35 0,1368 0,3632 0,4000 0,0368

6 72,22 5 21 0,72 0,05 0,0199 0,5199 0,5250 0,0051

7 77,78 10 31 6,28 0,46 0,1772 0,6772 0,7750 0,0978

8 83,33 5 36 11,83 0,86 0,3051 0,8051 0,9000 0,0949

9 88,89 3 39 17,39 1,27 0,3980 0,8980 0,9750 0,0770

10 94,44 1 40 22,94 1,67 0,4525 0,9525 1 0,0475

Keterangan:

= 71,5

s = 13,7

Dari uji normalitas dengan uji Liliefors menunjukkan bahwa Lhit < Ltabel, (0,1020 <

0,1400) dengan derajat signifikan 95% (α = 0,05). Dapat disimpulkan bahwa data tersebut

berdistribusi normal.

Page 128: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

Uji Normalitas Pretest Kelompok Kontrol

Keterangan:

= 44,7

s = 10,37

Dari uji normalitas dengan uji Liliefors menunjukkan bahwa Lhit < Ltabel, (0,1300

< 0,1400) dengan derajat signifikan 95% (α = 0,05). Dapat disimpulkan bahwa data

tersebut berdistribusi normal.

No Xi F Zn Xi - Zi Zt F(Zi) S (Zi) |F(Zi) - S(Zi)|

1 5,56 1 1 -39,14 -3,77 0,4999 0,0001 0,025 0,0249

2 16,67 1 2 -28,03 -2,70 0,4965 0,0035 0,050 0,0465

3 27,78 1 3 -16,92 -1,63 0,4484 0,0516 0,075 0,0234

4 33,33 2 5 -11,37 -1,10 0,3643 0,1357 0,125 0,0107

5 38,89 7 12 -5,81 -0,56 0,2123 0,2877 0,300 0,0123

6 44,44 8 20 -0,26 -0,02 0,0080 0,4920 0,500 0,0080

7 50,00 13 33 5,30 0,51 0,1950 0,6950 0,825 0,1300

8 55,56 5 38 10,86 1,05 0,3531 0,8531 0,950 0,0969

9 61,11 2 40 16,41 1,58 0,4429 0,9429 1 0,0571

Page 129: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

Uji Normalitas Posttest Kelompok Kontrol

Keterangan:

= 53,67

s = 11,53

Dari uji normalitas dengan uji Liliefors menunjukkan bahwa Lhit < Ltabel, (0,1255

< 0,1400) dengan derajat signifikan 95% (α = 0,05). Dapat disimpulkan bahwa data

tersebut berdistribusi normal.

No Xi F Zn Xi - Zi Zt F(Zi) S (Zi) |F(Zi) - S(Zi)|

1 33,33 2 2 -20,34 -1,76 0,4608 0,0392 0,0500 0,0108

2 38,89 5 7 -14,78 -1,28 0,3997 0,1003 0,1750 0,0747

3 44,44 3 10 -9,23 -0,80 0,2881 0,2119 0,2500 0,0381

4 50,00 10 20 -3,67 -0,32 0,1255 0,3745 0,5000 0,1255

5 55,56 7 27 1,89 0,16 0,0636 0,5636 0,6750 0,1114

6 61,11 6 33 7,44 0,65 0,2422 0,7422 0,8250 0,0828

7 66,67 3 36 13,00 1,13 0,3708 0,8708 0,9000 0,0292

8 72,22 3 39 18,55 1,61 0,4463 0,9463 0,9750 0,0287

9 77,78 1 40 24,11 2,09 0,4817 0,9817 1 0,0183

Page 130: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

Uji Homogenitas Pretest

∑ ∑

Keterangan:

F : Nilai uji F

S12

: Varians terbesar

S22 : Varians terkecil

Kriteria pengujian untuk uji homogenitas adalah:

Ho diterima jika Fh < Ft, dimana Ho memiliki varian yang homogen dan Ho

ditolak jika Fh > Ft, dimana Ho memiliki varian yang tidak homogen.

Dengan, S12

: Varians kelompok eksperimen

S22 : Varians kelompok kontrol

Didapat Ftabel dengan pembilang df = 40 -1 = 39 dan penyebut df = 40 – 1

= 39 didapat Ftabel = 1,735 (dengan derajat signifikan 95%). Fhitung < Ftabel (1,620 <

1,735). Dapat disimpulkan bahwa data tersebut homogen.

Perhitungan Ftabel

df pembilang = 40-1 = 39

df penyebut = 40-1 = 39

F(30,40) = 1,74

F(38,40) = 1,71

Jadi,

Jadi Ftabel = 1,735

Page 131: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

Uji Homogenitas Posstest

∑ ∑

Keterangan:

F : Nilai uji F

S12

: Varians terbesar

S22 : Varians terkecil

Kriteria pengujian untuk uji homogenitas adalah:

Ho diterima jika Fh < Ft, dimana Ho memiliki varian yang homogen dan Ho

ditolak jika Fh > Ft, dimana Ho memiliki varian yang tidak homogen.

Dengan, S12

: Varians kelompok eksperimen

S22 : Varians kelompok kontrol

Didapat Ftabel dengan pembilang df = 40 -1 = 39 dan penyebut df = 40 – 1

= 39 didapat Ftabel = 1,735 (dengan derajat signifikan 95%). Fhitung < Ftabel (1,406 <

1,735). Dapat disimpulkan bahwa data tersebut homogen.

Perhitungan Ftabel

df pembilang = 40-1 = 39

df penyebut = 40-1 = 39

F(30,40) = 1,74

F(38,40) = 1,71

Jadi,

Jadi Ftabel = 1,735

Page 132: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

Uji Hipotesis Pretest

Kriteria pengujian a. Terima Ho jika thitung < ttabel

b. Tolak Ho jika thitung > ttabel

Untuk mendapatkan ttabel dilakukan interpolasi, dengan rumus:

df = n1 + n2 – 2

= 40 + 40 – 2

= 78

t(60,95%) = 2,000

t(120,95%) = 1,980

Selisih antara ttabel (60) dengan df adalah 18, jadi t untuk df 78 adalah:

t(78,95%) = 1,999

Jadi ttabel adalah 1,999

Karena thitung < ttabel (0,517<1,999), maka Ho diterima, Ha ditolak.

Page 133: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,

Uji Hipotesis Posstest

Kriteria pengujian a. Terima Ho jika thitung < ttabel

b. Tolak Ho jika thitung > ttabel

Untuk mendapatkan ttabel dilakukan interpolasi, dengan rumus:

df = n1 + n2 – 2

= 40 + 40 – 2

= 78

t(60,95%) = 2,000

t(120,95%) = 1,980

Selisih antara ttabel (60) dengan df adalah 18, jadi t untuk df 78 adalah:

t(78,95%) = 1,999

Jadi ttabel adalah 1,999

Karena thitung >ttabel (6,39>1,999), maka Ho ditolak, Ha diterima

Page 134: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,
Page 135: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,
Page 136: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,
Page 137: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,
Page 138: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,
Page 139: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,
Page 140: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,
Page 141: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,
Page 142: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,
Page 143: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1410/1/100778... · Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan ... Fisika Siswa SMPN 3 Porong,