Upload
doandieu
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH PEMBERIAN JANGKA PANJANG EKSTRAK METANOL
95% AKAR PASAK BUMI TERHADAP KADAR ALBUMIN TIKUS
JANTAN GALUR WISTAR TERINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Elni Meilianti
NIM : 148114017
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
PENGARUH PEMBERIAN JANGKA PANJANG EKSTRAK METANOL
95% AKAR PASAK BUMI TERHADAP KADAR ALBUMIN TIKUS
JANTAN GALUR WISTAR TERINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Elni Meilianti
NIM : 148114017
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Orang bijak bukanlah orang yang tak pernah berbuat kesalahan, tetapi mereka
yang memaafkan diri mereka dan belajar dari kesalahan mereka.
-Ajahn Brahm-
Aku tidak mengatakan bahwa pencapaian pengetahuan yang mendalam datang
dengan segera; sebaliknya, hal itu datang melalui suatu latihan yang bertahap,
suatu pelaksanaan yang bertahap, suatu jalan yang bertahap.
-Majihima-nikaya 1;479-
Engkau sendirilah yang harus berusaha, sang Tathagata hanya penunjuk jalan.
-Dhammapada 276-
Karya ini saya persembahkan untuk:
Buddha dan Dewi Kwan Im yang selama ini senantiasa melindungi, menjaga,
memberikan kekuatan serta menuntunku;
Orang tua, Abang dan adikku tercinta yang selalu mendukungku dalam bentuk
apapun;
Sahabat yang selalu memberikan semangat dan dukungan;
Teman-teman yang telah membantuku;
Dosen pembimbing dan penguji yang senantiasa membantu dan mengajarkan ku
banyak hal.
serta Almamaterku Universitas Sanata Dharma yang ku banggakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Pengaruh
Pemberian Jangka Panjang Ekstrak Metanol 95% Akar Pasak Bumi terhadap Kadar
Albumin Tikus Jantan Galur Wistar Terinduksi Karbon Tetraklorida” dengan baik
dan lancar. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk
memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.). Skripsi ini merupakan bagian dari
penelitian Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt. yang berjudul “Aktivitas
Hepatoprotektif Pasak Bumi” berdasarkan SK No. 014b/LPPM USD/III/2017.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari
bantuan dan dukungan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung.
Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma.
2. Ibu Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dosen Pembimbing Utama yang
telah membimbing, mendampingi, memberikan motivasi dan saran serta selalu
meluangkan waktu selama proses penyusunan skripsi ini.
3. Ibu Damiana Sapta Candrasari, S.Si., M.Sc. selaku Dosen Pembimbing
Pendamping yang telah membimbing, mendampingi, memberikan motivasi
dan saran selama proses penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Yunita Linawati, S.Si., M.Sc., Apt. selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan saran, bantuan dan motivasi selama proses penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Christianus Heru Setiawan, M.Sc., Apt. selaku Dosen Penguji yang
telah memberikan saran dan bantuan selama proses penyusunan skripsi ini.
6. Ibu Dr. Dewi Setyaningsih, M.Si., Apt. selaku Kepala Laboratorium Fakultas
Farmasi yang telah memberikan izin dalam penggunaan semua fasilitas
laboratorium selama melakukan penelitian untuk skripsi ini.
7. Bapak Heru Purwanto, Bapak Kayatno, Bapak Parjiman, Bapak Markus
Suparlan, Bapak Yohanes Wagiran, Bapak A. Agung Sinto Nugroho selaku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
Laboran Laboratorium Fakultas Farmasi atas segala bantuan dan dukungnya
kepada penulis selama melakukan penelitian untuk skripsi ini.
8. Ibu Christofori Maria Ratna Rini Nastiti, M.Pharm., Apt., Bapak Yohanes
Dwiatmaka, M.Si., Ibu Putu Dyana Christasani M.Sc., Apt. selaku Dosen
Pembimbing Akademik yang telah memberikan saran, motivasi dan dukungan.
9. Keluarga tercinta papa, mama, ahia dan atie atas segala dukungan, perhatian,
nasihat dan doa yang diberikan.
10. Rekan-rekan Tim EMAPB atas segala kerja sama dan bantuannya dalam
pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini.
11. Sahabat-sahabat tercinta yang selalu memberikan dukungan dan nasihat selama
penyusunan skripsi ini.
12. Teman-teman FSM A 2014 serta teman-teman Fakultas Farmasi USD atas
kebersamaan dan dukungannya.
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaar bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat.
Yogyakarta, 5 September 2017
Penulis
Elni Meilianti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................... v
PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ..................................... vi
PRAKATA .................................................................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ....................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xii
ABSTRACT .................................................................................................. xiv
ABSTRAK .................................................................................................. xv
PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
METODE PENELITIAN ............................................................................ 2
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 5
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 16
LAMPIRAN ................................................................................................ 19
BIOGRAFI PENULIS ................................................................................ 45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I. Nilai purata aktivitas serum ALT ± SE setelah pemberian CCl4
2 mL/KgBB pada selang waktu jam ke-0, 24, dan 48 ................ 6
Tabel II. Nilai purata aktivitas serum AST ± SE setelah pemberian CCl4
2 mL/KgBB pada selang waktu jam ke-0, 24, dan 48 ................ 7
Tabel III. Perbedaan kenaikkan aktivitas serum ALT setelah pemberian
CCl4 2 mL/KgBB pada selang waktu jam ke-0, 24, dan 48 ....... 7
Tabel IV. Perbedaan kenaikkan aktivitas serum AST setelah pemberian
CCl4 2 mL/KgBB pada selang waktu jam ke-0, 24, dan 48 ....... 8
Tabel V. Efek pengaruh pemberian jangka panjang EMAPB terhadap
kadar albumin pada tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon
tetraklorida .................................................................................. 9
Tabel VI. Hasil uji Mann-Whitney kadar albumin tikus antar kelompok ... 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Proses pengayakan serbuk akar pasak bumi menggunakan
mesin pengayak dengan nomor ayakan 40 dan 50 .............. 18
Gambar 2. Proses maserasi dan remaserasi serbuk akar pasak bumi
dengan bantuan shaker ........................................................ 19
Gambar 3. Proses vacuum ..................................................................... 19
Gambar 4. Proses penguapan metanol menggunakan rotary
evaporator ........................................................................... 20
Gambar 5. Proses penguapan metanol di waterbath ............................. 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Foto akar pasak bumi........................................................... 18
Lampiran 2. Foto serbuk akar pasak bumi ............................................... 18
Lampiran 3. Foto alat yang digunakan dalam proses pengayakan akar
pasak bumi ........................................................................... 18
Lampiran 4. Foto ekstrak kental metanol 95% akar pasak bumi ............. 19
Lampiran 5. Foto alat yang digunakan dalam proses ekstraksi akar
pasak bumi ........................................................................... 19
Lampiran 6. Foto suspensi EMAPB ........................................................ 20
Lampiran 7. Surat keterangan tanaman akar pasak bumi dari Merapi
Farma ................................................................................... 21
Lampiran 8. Surat identifikasi serbuk akar pasak bumi ........................... 22
Lampiran 9. Surat penetapan kadar air serbuk akar pasak bumi ............. 23
Lampiran 10. Perhitungan persen rendemen ekstrak metanol akar
pasak bumi ........................................................................... 24
Lampiran 11. Perhitungan konsentrasi suspensi EMAPB ......................... 24
Lampiran 12. Perhitungan konversi dosis untuk manusia ......................... 24
Lampiran 13. Perhitungan konversi waktu tikus ke manusia .................... 24
Lampiran 14. Surat ethical clearence penelitian akar pasak bumi ............ 25
Lampiran 15. Foto kandang tikus .............................................................. 26
Lampiran 16. Foto penyuntikan p.o ........................................................... 26
Lampiran 17. Foto penyuntikan i.p ............................................................ 26
Lampiran 18. Foto proses pengambilan darah ........................................... 26
Lampiran 19. Surat legalitas analisis data oleh Pusat Kajian CE&BU
Fakultas Kedokteran UGM.................................................. 27
Lampiran 20. Analisis statistik kadar serum ALT pada uji penentuan
waktu pencuplikan darah tikus terinduksi karbon
tetraklorida dosis 2 mL/KgBB............................................. 28
Lampiran 21. Analisis statistik kadar serum AST pada uji penentuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
waktu pencuplikan darah tikus terinduksi karbon
tetraklorida dosis 2 mL/KgBB............................................. 29
Lampiran 22. Analisis statistik kadar serum albumin kelompok
perlakuan EMAPB setelah terinduksi karbon tetraklorida
dosis 2 mL/KgBB ................................................................ 30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
ABSTRACT
Liver damage is one of the serious health problems so it need
hepatoprotector to prevent it. One of the plants that can be used as a
hepatoprotector is akar pasak bumi. The study investigated the long-term influence
of the 95% methanol extract of akar pasak bumi (EMAPB) against carbon
tetrachloride (CCl4) induced hepatotoxicity in rats with measured the albumin level
in serum. The study also determined the relationship between the dose
administration of EMAPB on the use of long-term with increased level of albumin
serum in rat induced by CCl4.
This research was a pure experimental with single factor completely
randomized design. The study use 30 male rats that divided into six group. Group
I was control negative given CMC-Na 1% orally; group II was CCl4 hepatotoxin
control by giving as much as 2 mL/KgBW intraperitoneally; group III was control
treatment given EMAPB 300 mg/KgBW orally; group IV-VI were the treatment
group for EMAPB with doses 75; 150; dan 300 mg/KgBW orally once daily for six
days respectively, then in the seventh day all treatment group were given CCl4 at a
dose of 2 mL/KgBW intraperitoneally. At the 24 hours after administration of CCl4,
all group’s blood got taken through sinus orbitalis to measure the albumin level.
The albumin level data were analyzed using Shapiro-Wilk test and proved to have
not normal distribution, so was continue by Kruskal Wallis test and followed by
post hoc test that is Mann-Whitney test.
Based of the research’s result, the long-term administration of EMAPB
has no effect for increasing albumin levels in male rats which induced by CCl4 and
there was no relationship between the three doses of EMAPB with increased of
albumin level in male rats which induced by CCl4.
Kata kunci: methanol, pasak bumi, hepatoprotective, carbon tetrachloride,
albumin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
ABSTRAK
Kerusakan hati merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius
sehingga diperlukan hepatoprotektor untuk mencegahnya. Salah satu tanaman yang
dapat digunakan sebagai hepatoprotektor adalah akar pasak bumi. Penelitian ini
bertujuan untuk membuktikan pengaruh pemberian jangka panjang ekstrak metanol
95% akar pasak bumi (EMAPB) terhadap tikus galur Wistar terinduksi karbon
tetraklorida (CCl4) dengan mengukur kadar albumin dalam serum. Penelitian ini
juga menentukan hubungan antara pemberian EMAPB dengan peningkatan kadar
albumin pada tikus galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida (CCl4).
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan
rancangan acak lengkap pola searah. Penelitian ini menggunakan 30 ekor tikus
jantan yang dibagi ke dalam enam kelompok. Kelompok I kontrol negatif diberikan
CMC-Na 1% secara peroral; kelompok II kontrol hepatoksin diberikan CCl4 2
mL/KgBB secara intraperitonial; kelompok III kontrol perlakuan diberikan
EMAPB 300 mg/KgBB secara peroral; kelompok IV-VI kelompok perlakuan
secara berurutan diberikan EMAPB 75; 150; dan 300 mg/KgBB sekali sehari
selama enam hari, kemudian pada hari ketujuh semua kelompok perlakuan
diberikan CCl4 secara intraperitonial. Pada 24 jam setelah pemberian CCl4, semua
kelompok diambil darah lewat sinus orbitalis untuk mengukur kadar albumin. Data
kadar albumin dianalisis menggunakan uji Shapiro-Wilk dan terbukti data tidak
terdistribusi normal, sehingga dilanjutkan dengan uji Kruskal Wallis dan diikuti uji
post hoc yaitu uji Mann-Whitney.
Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa pemberian jangka
panjang EMAPB tidak memberikan efek peningkatan kadar albumin pada tikus
jantan terinduksi CCl4 dan tidak ada kekerabatan antara dosis EMAPB dengan
peningkatan kadar albumin pada tikus terinduksi CCl4.
Kata kunci: metanol, akar, pasak bumi, hepatoprotektif, karbon tetraklorida,
albumin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
PENDAHULUAN
Pada era ini kerusakan hati termasuk salah satu masalah kesehatan yang serius.
Salah satu jenis kerusakan hati adalah perlemakan hati (steatosis) yaitu keadaan ketika
terjadi penumpukan lemak di hati. Perlemakan hati dapat menyebabkan penurunan kadar
albumin, padahal albumin berperan dalam proses penyembuhan penyakit dan pemulihan
setelah tindakan operasi (Supriyanta, 2012). Selain itu, albumin memiliki fungsi penting
seperti menghantarkan banyak molekul kecil dalam darah (contohnya obat-obatan, bilirubin,
kalsium), serta menentukan tekanan onkotik plasma agar cairan tidak dapat secara bebas
melintasi ruang intravaskular dan ekstravaskular (Bangun, 2008) maupun sebagai parameter
penetapan dosis obat (Serlemitsos et al., 2017). Apabila kadar albumin rendah maka dapat
menyebabkan malnutrisi, dan mengakibatkan keluarnya cairan vaskular menuju jaringan
sehingga terjadi edema (Sutedjo, 2006).
Dalam penelitian hepatoprotektif ini peneliti menggunakan karbon tetraklorida
(CCl4) sebagai senyawa model hepatotoksin dengan tipe kerusakan perlemakan hati.
Senyawa ini akan menghasilkan radikal bebas triklorometil dengan katalis enzim sitokrom
P-450 yang dapat menimbulkan peroksidasi lipid sehingga menyebabkan kerusakan sel
berupa perlemakan hati (Timbrel, 2009). Kerusakan dengan CCl4 dapat menyebabkan
peningkatan kadar serum aspartat aminotransferase (AST), alanin aminotransferase (ALT),
laktat dehidrogenase (LDH), bilirubin, dan alkali fosfatase serta menurunkan kadar albumin
(Hendra et al, 2017a). Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah kadar albumin.
Menurut penelitian Hendra et al. (2017a), kerusakan hati berupa perlemakan hati dapat
diakibatkan oleh pemberian CCl4 terhadap tikus jantan yang ditunjukkan dengan
menurunkan kadar albumin sebesar 17,96% dari nilai normal.
Pada zaman ini, banyak masyarakat yang lebih memilih menggunakan pengobatan
alternatif (herbal tradisional) dibandingkan pengobatan modern (obat sintetik). Hal ini
dikarenakan dari segi biaya dan ketakutan masyarakat akan efek samping dari obat
pengobatan modern. Selain itu, dalam pikiran masyarakat pengobatan alternatif tidak
memiliki efek samping (Adikusuma and Bachri, 2014). Oleh karena itu, peneliti meneliti
tanaman yang digunakan masyarakat sebagai obat tradisional, salah satunya akar pasak bumi
(Eurycoma longifolia Jack).
Akar pasak bumi kaya akan kandungan kuasinoid. Kuasinoid yang terkandung
dalam pasak bumi yaitu eurikomalakton, eurikomanon, dan eurikomanol yang memiliki
aktivitas sebagai antioksidan (Adikusuma and Bachri, 2014). Ekstrak metanol 95% akar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
pasak bumi memiliki kandungan yang dapat berperan sebagai antiinflamasi, analgesik, dan
antihiperlipidemik (Hendra et al., 2017b). Kandungan yang terdapat di ekstrak metanol akar
pasak bumi yaitu senyawa fenolik, flavonoid, dan terpenoid (Khanam et al., 2015). Fenol
dan flavonoid dapat berperan sebagai antioksidan (Seyoum et al., 2006). Dengan adanya
aktivitas dari antioksidan diharapkan dapat menghambat terjadinya oksidasi sehingga dapat
mencegah hepatotoksisitas karbon tetraklorida.
Berdasarkan penelitian Panjaitan et al. (2011), ekstrak metanol 80% akar pasak
bumi dengan dosis 500 mg/KgBB pada tikus jantan terinduksi CCl4 tidak menunjukkan daya
perlindungan terhadap sel hati. Menurut penelitian Adikusuma and Bachri (2014), serbuk
akar pasak bumi pada dosis 200 mg/KgBB terhadap tikus jantan terinduksi CCl4 memiliki
efek hepatoprotektif. Menurut penelitian Hendra et al. (2017b), ekstrak metanol 95% akar
pasak bumi memiliki aktivitas sebagai antiinflamasi maupun analgesik dengan dosis 105;
210; dan 420 mg/KgBB pada mencit, serta memiliki aktivitas antihiperlipidemik pada tikus
jantan dengan dosis 75 dan 150 mg/KgBB. Berdasarkan penelitian yang sudah pernah
dilakukan, maka peneliti ingin mengembangkan penelitian sebelumnya menjadi uji
hepatoprotektif menggunakan ekstrak metanol 95% akar pasak bumi dengan dosis yang
dimodifikasi dari penelitian Hendra et al. (2017b). Melalui penelitian ini diharapkan akar
pasak bumi dapat digunakan untuk salah satu alternatif pencegahan kerusakan hati, berupa
peningkatan albumin.
Metode Penelitian
Jenis dan Rancangan Penelitian
Eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah.
Bahan Penelitian
Bahan penelitian yang digunakan adalah akar pasak bumi yang diperoleh dari CV. Merapi
Farma Herbal, Desa Hargobinangun, Pakem Yogyakarta; CCl4; Natrium-Carboxymethyl
Cellulosa 1% (CMC-Na 1%); Metanol (E. Merck); Aquades; dan reagen Albumin
(Abbott®). Subjek uji yang digunakan adalah tikus jantan galur Wistar dengan umur 2-3
bulan, berat badan 150-250 gram yang diperoleh dari Fakultas Kedokteran Umum
Universitas Gadjah Mada.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Alat Penelitian
1. Alat Pembuatan EMAPB
Timbangan analitik (Mettler Toledo®); Platform shaker (innova 2100®); oven
(Memmert®); rotary vacuum evaporator (Buchi®); labu rotary vacuum evaporator
(Buchi®); waterbath, kertas saring; thermometer; cawan porselin; Electric Sieve
Shaker Indotest Multi Lab®; ayakan no 40 dan 50 (Electric Sieve Shaker Indotest Multi
Lab®); corong Buchner; pompa vakum; erlenmeyer Buchner; pipet tetes; serta alat-alat
gelas (gelas ukur, gelas beker, batang pengaduk, corong, labu erlenmeyer).
2. Alat Perlakuan Hewan Uji
Timbangan analitik (Mettler Toledo®); spuit injeksi p.o; spuit injeksi i.p;
syringe 1, 3, 5 cc Terumo®; pipa kapiler; sendok; alat-alat gelas (labu ukur, batang
pengaduk, gelas beker, gelas ukur, pipet tetes, pipet gondok 25 mL) mortir, stamper,
tabung darah, Chemical auto analyzer®.
Tata Cara Penelitian
1. Determinasi Tanaman Akar Pasak Bumi
Determinasi tanaman pasak bumi dilakukan di Laboratorium Farmakognosi
Bagian Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
2. Pengumpulan Bahan Uji
Bahan uji yang digunakan adalah akar pasak bumi yang diperoleh dari CV.
Merapi Farma Herbal, Desa Hargobinangun, Pakem, Yogyakarta.
3. Pembuatan Ekstrak Metanol 95% Akar Pasak Bumi
Serbuk akar pasak bumi kering ditimbang masing-masing sebanyak 100 g
dimasukkan ke dalam 12 labu erlenmeyer dan direndam dengan 400 mL pelarut
metanol 95% selama 48 jam pada suhu kamar. Maserasi dilakukan dengan bantuan
shaker dan kecepatan pengadukan 140 rpm. Remaserasi dilakukan dua kali. Hasil
maserasi dan remaserasi disaring menggunakan kertas saring dengan bantuan corong
Buchner dan pompa vakum maka diperoleh ekstrak metanol 95% akar pasak bumi
untuk mempercepat proses penyaringan. Ekstrak hasil penyaringan dievaporasi pada
suhu 60oC untuk menguapkan metanol, kemudian ekstrak kental dituang ke dalam
cawan porselin dan diletakkan di waterbath. Selanjutnya cawan berisi ekstrak
dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 50oC selama 96 jam dan diperoleh bobot tetap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
penyusutan 0%. Kemudian ekstrak kental sebanyak 12,5 g dilarutkan dalam 500 mL
CMC-Na 1%.
4. Pembuatan Larutan Karbon Tetraklorida (CCl4)
Karbon tetraklorida dibuat dalam konsentrasi 50% dengan perbandingan
karbon tetraklorida dan olive oil sebagai pelarut 1:1 (Janakat dan Al-Merie, 2002).
5. Penetapan Dosis Larutan Karbon Tetraklorida (CCl4)
Dosis CCl4 sebagai hepatotoksik yang digunakan dalam penelitian ini
mengacu pada penelitian Janakat dan Al-Merie (2002) dan Dongare et al. (2013), yaitu
2 mL/kgBB. Dari hasil penelitian Rajendran et al. (2009) dan Hendra et al. (2017a),
terbukti dengan dosis 2 mL/kgBB mampu meningkatkan kadar ALT dan AST serta
menurunkan kadar albumin pada tikus apabila diberikan secara intraperitonial.
6. Uji Pendahuluan (Penetapan Waktu Pencuplikan Darah)
Tujuan dilakukan uji pendahuluan adalah untuk menetapkan waktu
pencuplikan darah. Pada uji pendahuluan digunakan 3 ekor tikus jantan galur Wistar.
Masing-masing dari ketiga ekor tikus tersebut diambil darah pada jam ke-0 (sebelum
pemberian CCl4) kemudian diambil darah pada jam ke-24 dan 48 setelah pemberian
CCl4 dengan dosis 2 mL/KgBB untuk dilakukan pengukuran aktivitas serum ALT dan
AST. Pengambilan darah dilakukan melalui sinus orbitalis pada mata.
7. Penetapan Dosis EMAPB
Penelitian ini menggunakan tiga peringkat dosis ekstrak metanol 95% akar
pasak bumi yang diberikan secara p.o. Dosis yang digunakan mengacu dari penelitian
Hendra et al. (2017b) yaitu 75 dan 150 mg/KgBB yang dimodifikasi menjadi 3
peringkat dosis. Dosis yang digunakan yaitu 75; 150; dan 300 mg/KgBB.
8. Pengelompokkan dan Perlakuan Hewan Uji
Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan dari The Medical and Health
Research Ethics Committe (MHREC) Faculty of Medicine Gadjah Mada University
dengan nomor ref. KE/FK/0794/EC/2017. Pada penelitian ini digunakan sebanyak 30
ekor tikus yang dibagi acak ke dalam enam kelompok perlakuan dan masing-masing
kelompok perlakuan terdiri dari lima ekor tikus. Enam kelompok tersebut yaitu:
kelompok I diberikan CMC-Na 1% secara peroral (p.o) selama enam hari berturut-
turut dan pada hari ke-7 diambil darah; kelompok II diberikan CCl4 dengan dosis 2
mL/KgBB secara intraperitonial (i.p) kemudian pengambilan darahnya pada jam ke-
24; Kelompok III diberikan ekstrak metanol 95% akar pasak bumi dosis tertinggi yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
300 mg/KgBB satu kali sehari selama enam hari berturut-turut secara p.o kemudian
diambil darah pada hari ke-7; kelompok IV-VI berturut-turut diberikan ekstrak
metanol 95% akar pasak bumi dengan dosis 75; 150; dan 300 mg/KgBB satu kali
sehari selama enam hari berturut-turut pada waktu yang sama secara p.o kemudian
pada hari ke-7 diberikan CCl4 dengan dosis 2 mL/KgBB secara i.p kemudian pada hari
ke-8 pengambilan darah melalui sinus orbitalis untuk pengukuran albumin.
9. Pengukuran Kadar Albumin
Pengukuran kadar albumin dilakukan di Laboratorium Rumah Sakit
Bethesda, Yogyakarta.
10. Analisis Hasil
Uji pendahuluan dianalisis secara statistik menggunakan program “IBM
SPSS Statistic 22 Lisensi UGM”. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji t-
berpasangan untuk mengetahui perbedaaan antar kelompok.
Data hasil pengukuran kadar albumin dianalisis secara statistik menggunakan
program “IBM SPSS Statistic 22 Lisensi UGM” untuk membandingkan data antara
kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol positif dan negatif. Pertama-tama
dilakukan uji Shapiro-Wilk untuk mengetahui data pada masing-masing kelompok
perlakuan terdistribusi normal atau tidak. Apabila nilai probabilitas (p) > 0,05 maka
data terdistribusi normal dan bila nilai p < 0,05 maka data tidak terdistribusi normal.
Pada data kadar albumin diperoleh hasil p<0,05 (tidak terdistribusi normal), maka
dilanjutkan dengan uji Kruskal Wallis untuk mengetahui perbedaan antar kelompok
perlakuan. kemudian dilakukan uji Mann-Whitney untuk melihat perbedaan antar
kelompok perlakuan bermakna (p<0,05) atau tidak bermakna (p>0,05) (Dahlan, 2014).
Hasil dan Pembahasan
Penelitian ini adalah penelitian eksploratif bahan alam dan merupakan penelitian
lanjutan dari Hendra et al. (2017b) untuk mengetahui lebih lanjut manfaat dari ekstrak
metanol 95% akar pasak bumi. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh pemberian ekstrak metanol 95% akar pasak bumi secara jangka
panjang (6 hari) terhadap kadar albumin dan ada tidaknya hubungan antara kenaikan dosis
pemberian ekstrak metanol 95% akar pasak bumi dengan peningkatan kadar albumin pada
tikus galur Wistar terinduksi CCl4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
1. Determinasi, Penetapan Kadar Air, dan Rendemen Ekstrak
1.1 Determinasi Akar Pasak Bumi
Tanaman yang diteliti manfaatnya adalah akar pasak bumi yang
diperoleh dari CV. Merapi Farma Herbal, Desa Hargobinangun, Pakem,
Yogyakarta. Determinasi serbuk akar pasak bumi dilakukan di Laboratorium
Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dengan
nomor surat keterangan UGM/FA/3084/M/03/02. Proses determinasi dilakukan
sampai ke tingkat spesies dengan hasil determinasi yaitu bahan yang digunakan
benar tanaman jenis Eurycoma longifolia Jack. dari suku Simaroubaceae.
1.2 Penetapan Kadar Air Serbuk Akar Pasak Bumi
Penetapan kadar air dari serbuk bertujuan untuk mengetahui % kadar
air yang terkandung dalam serbuk telah memenuhi persyaratan serbuk yang baik
atau belum, yaitu kurang dari 10% (Anonim, 2014). Penetapan kadar air
dilakukan menggunakan metode Gravitimetri oleh LPPT Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta dengan nomor sertifikat 00858/01/LPPT/V/2017. Pengujian
ini direplikasi sebanyak tiga kali dan diperoleh hasil kadar air serbuk akar pasak
bumi sebesar 7,19%. Dilihat dari hasil kadar air, maka dapat dikatakan bahwa
serbuk akar pasak bumi yang digunakan pada penelitian ini memenuhi
persyaratan serbuk yang baik.
1.3 Rendemen Ekstrak Metanol 95% Akar Pasak Bumi
Dalam penelitian ini dari 1,2 Kg serbuk akar pasak bumi di ekstraksi
dengan metode maserasi dan dilakukan dua kali remaserasi menghasilkan
ekstrak kental sebesar 22,68 g, sehingga diperoleh rendemen sebesar 1,89%.
2. Uji Pendahuluan (Penetapan Waktu Pencuplikan Darah)
Penetapan waktu pencuplikan darah bertujuan untuk mengetahui waktu yang
diperlukan sehingga menyebabkan kenaikkan tertinggi serum ALT dan AST setelah
terpapar CCl4. Uji pendahuluan menggunakan parameter serum ALT dan AST hal ini
dikarenakan ketika terjadinya kerusakan hati tipe steatosis, menyebabkan peningkatan
serum ALT dan AST yang disertai penurunan kadar albumin (Sivakrishnan dan
Kottaimuthu, 2014). Oleh karena itu, terdapat keterkaitan antara kenaikan aktivitas
serum ALT dan AST dengan penurunan kadar albumin. Tikus diinjeksikan CCl4 secara
i.p kemudian darah diambil melalui pembuluh sinus orbitalis pada jam ke-0, 24, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
48. Diperoleh data purata aktivitas serum ALT dan AST pada selang waktu
pencuplikan darah yang disajikan dalam tabel (tabel I dan II).
Tabel I. Nilai purata aktivitas serum ALT ± SE setelah pemberian CCl4 2 mL/KgBB pada selang
waktu jam ke-0, 24, dan 48
Selang waktu (Jam) Purata aktivitas serum ALT ± SE (U/I)
0 49,63 ± 10,35
24 226,20 ± 4,01
48 51,30 ± 4,90
Keterangan : SE = Standar Error
Tabel II. Nilai purata aktivitas serum AST ± SE setelah pemberian CCl4 2 mL/KgBB pada selang
waktu jam ke-0, 24, dan 48
Selang waktu (Jam) Purata aktivitas serum AST ± SE (U/I)
0 170,70 ± 16,38
24 859,33 ± 49,33
48 235,60 ± 18,01
Keterangan : SE = Standar Error
Dari tabel I dan II, menunjukkan bahwa pada selang waktu ke-24 aktivitas serum ALT
maupun AST paling tinggi dibandingkan jam ke-0 dan 48. Kenaikan aktivitas serum
ALT pada selang waktu ke-24 sebesar 4,93 kali sedangkan AST sebesar 5,17 kali.
Menurut Zimmerman (1999) untuk menandakan terjadinya kerusakan hati khususnya
steatosis (perlemakan hati) yaitu adanya peningkatan aktivitas serum ALT lebih dari
sama dengan tiga kali dan AST lebih dari sama dengan empat kali. Pada jam ke-48
aktivitas serum ALT maupun AST telah menurun (kembali normal).
Aktivitas serum ALT dilakukan uji t-berpasangan untuk melihat perbedaan
rerata antar kelompok. Berdasarkan hasil analisis diperoleh hasil aktivitas serum ALT
pada jam ke-24 berbeda bermakna dengan jam ke-0 dan 48. Akan tetapi, pada jam ke-
0 dan 48 berbeda tidak bermakna, yang artinya aktivitas serum ALT pada jam ke-48
sudah kembali normal seperti pada jam ke-0. Hal ini dapat disebabkan metabolit
karbon tetraklorida sudah mulai diekskresikan sehingga kerusakan hati sudah mulai
terhenti (Amacher, 1998). Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa pemberian karbon
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
tetraklorida dosis 2 mL/KgBB akan menimbulkan kerusakan hati paling parah pada
jam ke-24. Hasil uji t-berpasangan aktivitas serum ALT dapat dilihat pada tabel III.
Tabel III. Perbedaan kenaikkan aktivitas serum ALT setelah pemberian CCl4 2 mL/KgBB pada
selang waktu jam ke-0, 24, dan 48
Jam ke- 0 24 48
0 BB BTB
24 BB BB
48 BTB BB
Keterangan: BB = Berbeda Bermakna (p<0,05)
BTB = Berbeda Tidak Bermakna (p>0,05)
Aktivitas serum AST dilakukan uji t-berpasangan untuk melihat perbedaan
rerata antar kelompok. Berdasarkan hasil analisis diperoleh hasil aktivitas serum AST
pada jam ke-24 berbeda bermakna dengan jam ke-0 dan 48. Akan tetapi, pada jam ke-
0 dan 48 berbeda tidak bermakna, yang artinya aktivitas serum AST pada jam ke-48
sudah kembali normal seperti pada jam ke-0. Hal ini dapat disebabkan metabolit
karbon tetraklorida sudah mulai diekskresikan oleh hati maupun organ lain seperti otot
rangka dan otot jantung (Fancher et al., 2007). Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa
pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mL/KgBB akan menimbulkan kerusakan hati
paling parah pada jam ke-24. Hasil uji t-berpasangan aktivitas serum AST dapat dilihat
pada tabel IV.
Tabel IV. Perbedaan kenaikkan aktivitas serum AST setelah pemberian CCl4 2 mL/KgBB pada
selang waktu jam ke-0, 24, dan 48
Jam ke- 0 24 48
0 BB BTB
24 BB BB
48 BTB BB
Keterangan: BB = Berbeda Bermakna (p<0,05)
BTB = Berbeda Tidak Bermakna (p>0,05).
Dari data diatas, menunjukkan bahwa aktivitas serum ALT dan AST yang memiliki
efek hepatotoksik yang paling tinggi yaitu pada jam ke-24. Oleh karena itu, waktu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
pencuplikan darah yang digunakan dalam penelitian efek hepatoprotektif ekstrak
metanol 95% akar pasak bumi adalah jam ke-24 setelah pemejanan karbon tetraklorida
dengan dosis 2 mL/KgBB secara i.p.. Hasil ini juga sama dengan penelitian yang
dilakukan Janakat dan Al-Merie (2002), yaitu waktu pencuplikan dilakukan pada jam
ke-24 dikarenakan mampu meningkatkan aktivitas serum ALT dan AST yang
menggambarkan terjadinya perlemakan hati pada tikus.
3. Pengaruh Pemberian Jangka Panjang Ekstrak Metanol 95% Akar Pasak Bumi
(EMAPB) terhadap Kadar Albumin pada Tikus terinduksi Karbon Tetraklorida
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pemberian
jangka panjang EMAPB terhadap peningkatan kadar albumin dan hubungan antara
kenaikkan dosis pemberian EMAPB dengan peningkatan kadar albumin pada tikus
terinduksi CCl4. Pada penelitian ini menggunakan enam kelompok, yaitu kelompok I
kontrol negatif (CMC-Na 1%) dosis 200 mg/KgBB; Kelompok II kontrol hepatotoksin
(CCl4) dosis 2 mL/KgBB; Kelompok III kontrol dosis EMAPB 300 mg/KgBB;
Kelompok IV, V, dan VI kelompok perlakuan yang diberikan EMAPB secara p.o
selama enam hari berturut-turut dengan peringkat dosis rendah 75 mg/KgBB, dosis
tengah 150 mg/KgBB, dan dosis tinggi 300 mg/KgBB. Kemudian pada hari ketujuh
dilakukan pemejanan hepatotoksin CCl4 dosis 2 mL/KgBB secara i.p. Setelah itu, pada
hari kedelapan dilakukan pengambilan darah dari sinus orbitalis.
Dari penelitian ini diperoleh data purata kadar albumin keenam kelompok
dapat dilihat pada tabel V.
Tabel V. Efek pengaruh pemberian jangka panjang EMAPB terhadap kadar albumin pada
tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida
Kelompok Purata Kadar Albumin ± SE (mg/dL)
Kontrol CMC-Na 1% 3,49 ± 0,06
Kontrol CCl4 3,15 ± 0,05
Kontrol EMAPB Dosis 300 mg/KgBB 3,42 ± 0,06
Perlakuan EMAPB Dosis 75 mg/KgBB+CCl4 3,01 ± 0,05
Perlakuan EMAPB Dosis 150 mg/KgBB+CCl4 3,05 ± 0,06
Perlakuan EMAPB Dosis 300 mg/KgBB+CCl4 3,12 ± 0,08
Keterangan : SE = Standar Error
EMAPB = Ekstrak Metanol 95% Akar Pasak Bumi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Dari penelitian ini diperoleh data kadar albumin yang akan dianalisis dengan
menggunakan uji Shapiro Wilk untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi data.
Hasil yang diperoleh menunjukkan data tidak terdistribusi normal, tetapi pada uji
Levene’s test diperoleh nilai signifikansi yaitu 0,790 sehingga dapat disimpulkan bahwa
variansi data homogen. Selanjutnya data dianalisis menggunakan Kruskal Wallis untuk
mengetahui ada tidaknya perbedaan antar kelompok perlakuan. Nilai signifikansi yang
diperoleh yaitu 0,001 menunjukkan bahwa adanya perbedaan antar kelompok.
Selanjutnya dilakukan uji Mann-Whitney untuk melihat kebermaknaan perbedaan antar
kelompok. Hasil uji Mann-Whitney dapat dilihat pada tabel VI.
Tabel VI. Hasil uji Mann-Whitney kadar albumin tikus antar kelompok
Kontrol
CMC-Na
1%
Kontrol
CCl4
Kontrol
EMAPB
Dosis 300
mg/KgBB
Perlakuan
EMAPB
Dosis 75
mg/KgBB
Perlakuan
EMAPB
Dosis 150
mg/KgBB
Perlakuan
EMAPB
Dosis 300
mg/KgBB
Kontrol CMC-
Na 1% BB BTB BB BB BB
Kontrol CCl4 BB BB BTB BTB BTB
Kontrol
EMAPB Dosis
300 mg/KgBB
BTB BB BB BB BB
Perlakuan
EMAPB Dosis
75 mg/KgBB
BB BTB BB BTB BTB
Perlakuan
EMAPB Dosis
150 mg/KgBB
BB BTB BB BTB BTB
Perlakuan
EMAPB Dosis
300 mg/KgBB
BB BTB BB BTB BTB
Keterangan: BB = Berbeda Bermakna (p<0,05)
BTB = Berbeda Tidak Bermakna (p>0,05)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
3.1 Kontrol negatif (CMC-Na 1%)
Penelitian ini menggunakan kontrol negatif yaitu larutan CMC-Na 1%
yang bertujuan untuk mengetahui kadar albumin tikus tanpa ada pengaruh dari
EMAPB dan CCl4 sehingga dapat menggambarkan keadaan normal dari tikus
yang digunakan. Kelompok ini diberikan CMC-Na 1% satu kali sehari selama
enam hari secara p.o dan pada hari ketujuh diambil darahnya melalui sinus
orbitalis untuk mengukur kadar albumin. Waktu pengambilan pencuplikan
darah disamakan dengan hasil uji pendahuluan.
Hasil purata pengukuran kadar albumin (Tabel V) kontrol CMC-Na 1%
yaitu 3,49 ± 0,06 mg/dL. Berdasarkan penelitian Haryoto et al., (2015), CMC-
Na tidak menurunkan kadar albumin pada tikus dalam penelitian toksisitas
subkronik. Selain itu, menurut penelitian Rao and Kumar (2013) kelompok
kontrol CMC-Na 1% yang diberikan selama delapan hari menunjukkan hasil
histopatologi sel hati normal.
3.2 Kontrol hepatotoksin (CCl4)
Penelitian ini menggunakan kontrol hepatotoksin yaitu CCl4 yang
bertujuan untuk mengetahui penurunan kadar albumin pada tikus yang
terinduksi CCl4. Kelompok ini diberikan CCl4 dosis 2 mL/KgBB (Janakat and
Al-Merie, 2002) secara i.p dan 24 jam setelah pemberian dilakukan pengambilan
darah untuk mengukur kadar albumin. Waktu pengambilan pencuplikan darah
disamakan dengan hasil uji pendahuluan.
Hasil purata pengukuran kadar albumin (Tabel V) kontrol CCl4 yaitu
3,15 ± 0,05 mg/dL. Secara statistik (Tabel VI), jika dibandingkan kadar albumin
kontrol CCl4 dengan kadar albumin kontrol CMC-Na 1% diperoleh hasil berbeda
bermakna (p=0,009). Hal ini menunjukkan bahwa CCl4 dapat menurunkan kadar
albumin pada tikus. Pada penelitian ini penurunan kadar albumin yang
disebabkan CCl4 sebesar 9,86%. Penurunan kadar albumin memiliki kaitan
dengan kejadian kerusakan pada hati (Hendra et al., 2017a).
3.3 Kontrol EMAPB Dosis 300 mg/KgBB
Kontrol EMAPB dosis 300 mg/KgBB digunakan untuk mengetahui
pengaruh pemberian EMAPB jangka panjang selama enam hari terhadap kadar
albumin tikus. Dipilihnya dosis III (300 mg/KgBB), hal ini diasumsikan bahwa
pada dosis tertinggi apabila memberikan efek proteksi akan terjadi peningkatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
kadar albumin paling tinggi sedangkan jika memberikan efek toksik akan terjadi
penurunan kadar albumin paling rendah sehingga mampu mewakili dosis I (75
mg/KgBB) dan dosis II (150 mg/KgBB). Jika EMAPB dapat meningkatkan atau
menurunkan kadar albumin pada dosis I dan II, diduga peningkatan atau
penurunannya akan lebih besar pada dosis III, sehingga pengamatan efek
peningkatan kadar albumin cukup dilakukan dengan menggunakan dosis III.
Kelompok ini diberikan EMAPB 300 mg/KgBB selama enam hari secara p.o
dan pada hari ketujuh dilakukan pengambilan darah untuk pengukuran kadar
albumin.
Hasil purata pengukuran kadar albumin (Tabel V) kontrol EMAPB
dosis 300 mg/KgBB yaitu 3,42 ± 0,06 mg/dL. Secara statistik (Tabel VI), jika
dibandingkan kadar albumin kontrol EMAPB dosis 300 mg/KgBB dengan kadar
albumin kontrol CMC-Na 1% diperoleh hasil berbeda tidak bermakna (p=0,465)
yang menunjukkan bahwa pemberian EMAPB dosis 300 mg/KgBB tidak
menyebabkan penurunan kadar albumin pada tikus.
3.4 Kelompok Perlakuan EMAPB Dosis 75; 150; dan 300 mg/KgBB
Kelompok perlakuan digunakan untuk melihat pengaruh perlakuan
jangka panjang EMAPB pada tikus jantan galur Wistar terinduksi CCl4 terhadap
peningkatan kadar albumin. Tiap kelompok perlakuan (dosis I = 75 mg/KgBB;
dosis II = 150 mg/KgBB; dan dosis III = 300 mg/KgBB) diberikan EMAPB satu
kali sehari selama enam hari berurut-turut secara p.o lalu pada hari ketujuh
diinjeksikan CCl4 dosis 2 mPL/KgBB dan pengambilan darah melalui sinus
orbitalis pada jam ke-24 setelah injeksi CCl4. Hasil pengukuran kadar albumin
kelompok perlakuan dibandingkan secara statistik dengan kontrol CCl4 dan
kontrol CMC-Na bertujuan untuk melihat efek pencegahan penurunan kadar
albumin pada tikus jantan yang terinduksi CCl4. Sedangkan perbandingan antara
masing-masing kelompok pelakuan dilakukan bertujuan untuk melihat ada
tidaknya kekerabatan dosis EMAPB dengan peningkatan kadar albumin tikus
jantan terinduksi CCl4.
Hasil purata pengukuran kadar albumin (Tabel V) pada kelompok
perlakuan EMAPB dosis I (75 mg/KgBB) yaitu 3,01 ± 0,05 mg/dL. Berdasarkan
hasil uji statistik (Tabel VI), kadar albumin kelompok perlakukan EMAPB dosis
I ketika dibandingkan dengan kadar albumin kontrol CCl4 berbeda tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
bermakna (p=0,076). Hal ini berarti pemberian jangka panjang EMAPB dosis I
tidak dapat meningkatkan kadar albumin, yang ditunjukkan dengan penurunan
kadar albumin relatif sama seperti kadar albumin kontrol CCl4. Sedangkan jika
kadar albumin kelompok perlakukan EMAPB dosis I dibandingkan dengan
kadar albumin kontrol CMC-Na berbeda bermakna (p=0,009). Hal ini berarti
pemberian jangka panjang EMAPB dosis I belum mampu meningkatkan kadar
albumin sama seperti kadar albumin pada kelompok kontrol CMC-Na.
Purata kadar albumin (Tabel V) pada kelompok perlakukan dosis II
(150 mg/KgBB) yaitu 3,05 ± 0,06 mg/dL. Berdasarkan hasil uji statistik (Tabel
VI), kadar albumin kelompok perlakukan EMAPB dosis II ketika dibandingkan
dengan kadar albumin kontrol CMC-Na berbeda bermakna (p=0,009). Hal ini
berarti pemberian jangka panjang EMAPB dosis II belum mampu meningkatkan
kadar albumin sama seperti kadar albumin pada kelompok kontrol CMC-Na.
Sedangkan jika kadar albumin kelompok perlakukan EMAPB dosis II
dibandingkan kadar albumin kontrol CCl4 berbeda tidak bermakna (p=0,295).
Hal ini berarti pemberian jangka panjang EMAPB dosis II tidak dapat
meningkatkan kadar albumin, yang ditunjukkan dengan penurunan kadar
albumin relatif sama seperti kadar albumin kontrol CCl4.
Hasil purata pengukuran kadar albumin (Tabel V) pada kelompok
perlakuan EMAPB dosis III (300 mg/KgBB) yaitu 3,12 ± 0,08 mg/dL.
Berdasarkan hasil uji statistik (Tabel VI), kadar albumin kelompok perlakukan
EMAPB dosis III ketika dibandingkan dengan kadar albumin kontrol CCl4
berbeda tidak bermakna (p=0,834). Hal ini berarti pemberian jangka panjang
EMAPB dosis III tidak dapat meningkatkan kadar albumin, yang ditunjukkan
dengan penurunan kadar albumin relatif sama seperti kadar albumin kontrol
CCl4. Sedangkan jika kadar albumin kelompok perlakukan EMAPB dosis III
dibandingkan dengan kadar albumin kontrol CMC-Na berbeda bermakna
(p=0,016). Hal ini berarti pemberian jangka panjang EMAPB dosis III belum
mampu meningkatkan kadar albumin sama seperti kadar albumin pada
kelompok kontrol CMC-Na.
Berdasarkan hasil uji statistik (Tabel VI) kadar albumin ketiga
kelompok perlakuan (dosis I = 75 mg/KgBB; dosis II = 150 mg/KgBB; dan dosis
III = 300 mg/KgBB) ketika dibandingkan dengan kadar albumin kontrol CCl4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
berbeda tidak bermakna dan jika dibandingkan dengan kadar albumin kontrol
CMC-Na berbeda bermakna. Hal ini menunjukkan bahwa dosis EMAPB pada
kelompok perlakuan belum mampu meningkatkan kadar albumin setara dengan
normal. Hal itu diduga disebabkan kurangnya kandungan antioksidan dari
EMAPB. Oleh karena itu, antioksidan yang ada belum mampu mengimbangi
jumlah radikal bebas triklorometil di dalam tikus yang menyebabkan
serangkaian peristiwa perlemakkan hati sehingga belum dapat berhenti.
Perlemakan hati yang terjadi dikarenakan CCl4 mempengaruhi permeabilitas
dari mitokondria, retikulum endoplasma, dan plasma membran (Weber et al.,
2003). Selain itu, stres oksidatif dapat mempengaruhi protein, lipid dan DNA
(Amer et al. 2015). Terjadinya kerusakan retikulum endoplasma dapat
berkontribusi menyebabkan hilangnya kemampuan dalam mensintesis protein
sehingga terjadi penurunan kadar albumin. Dugaan lainnya, hal itu disebabkan
albumin yang memiliki waktu paruh dalam plasma 8-20 hari sehingga
diperlukan waktu sekitar 7-10 hari untuk mencapai kadar albumin plasma
kembali normal (Syamsiatun and Siswati, 2015) yang mana pada penelitian ini
pengukuran kadar albumin dilakukan sehari setelah pemberian karbon
tetraklorida. Oleh karena itu, diduga masih dalam tahap perbaikan sehingga
albumin masih membutuhkan waktu untuk mencapai kadar normalnya.
Berdasarkan uji statistik (Tabel VI) kadar albumin kelompok perlakuan
EMAPB dosis I dibandingkan dengan kadar albumin kelompok perlakuan
EMAPB dosis II, menunjukkan adanya perbedaan yang tidak bermakna
(p=0,530), berarti adanya perbedaan yang tidak signifikan antara dosis I dan II.
Begitu juga kadar albumin kelompok perlakuan EMAPB dosis I dibandingkan
dengan kadar albumin kelompok perlakuan EMAPB dosis III, menunjukkan
adanya perbedaan yang tidak bermakna (p=0,402), artinya adanya perbedaan
yang tidak signifikan antara dosis I dan III. Demikian pula kadar albumin
kelompok perlakuan EMAPB dosis II dibandingkan dengan kadar albumin
kelompok perlakuan EMAPB dosis III, menunjukkan adanya perbedaan yang
tidak bermakna (p=0,530), berarti adanya perbedaan yang tidak signifikan antara
dosis II dan III. Ketiga kelompok perlakuan menunjukkan hasil adanya
perbedaan yang tidak bermakna satu sama lain, artinya adanya perbedaan yang
tidak signifikan antara ketiga dosis, sehingga dapat disimpulkan tidak ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
kekerabatan dosis pemberian EMAPB dengan peningkatan kadar albumin.
Selain itu, ketiga peringkat dosis EMAPB memiliki aktivitas yang sama.
Hasil ini dapat dipertegas dengan pengukuran terhadap kadar bilirubin.
Hal ini dikarenakan peningkatan kadar albumin berpengaruh terhadap kadar
bilirubin yang ada dihepar yang mana albumin merupakan protein yang
berfungsi untuk mengikat bilirubin, sehingga jika kadar albumin dihepar
mengalami penurunan maka jumlah bilirubin yang diikat akan lebih sedikit maka
akan menyebabkan penumpukan bilirubin dihepar.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dipenelitian ini dan analisis statistik yang
dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Pemberian jangka panjang enam hari EMAPB tidak mampu meningkatkan kadar
albumin tikus jantan galur Wistar terinduksi CCl4
2. Tidak ada kekerabatan antara dosis EMAPB dengan kenaikkan kadar albumin pada
tikus galur Wistar terinduksi CCl4.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai:
1. Pengujian kadar bilirubin,
2. Pengujian kadar antioksidan pada EMAPB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Daftar Pustaka
Adikusuma, W., dan Bachri, M. S., 2014. Efek Hepatoprotektif Serbuk Akar Pasak Bumi
(Eurycoma longifolia Jack) dilihat dari Aktivitas SGPT-SGOT Tikus Jantan Yang
Diinduksi CCl4. Pharmaciana, 4(2):165-170.
Amacher, D. E., 1998. Serum Transaminase Elevation as Indicators of Hepatic Injury
Following the Administration of Drug, Regulatory Toxicologi and Pharmacology,
21, 119.
Amer, M. A., EL-missiry, M. A., dan EL-nabi, A.A., 2015. Role of Ficus carica Leaf Extract
in Modulation of the experimentally induced Hepatotoxic Damage in Male Rats,
International Journal of Advanced Research, 3(12):572-585.
Anonim, 2014. Persyaratan Mutu Obat Tradisional. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat
dan Makanan Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2014.
Bangun, R., 2008. Hubungan Kadar Albumin Serum dan Outcome Fungsional Penderita
Stroke Iskemik dengan Diabetes. Jurnal Penelitian, Bagian ilmu Penyakit Syaraf
FK USU/RSUP H. Adam Malik, Medan, 8-12.
Dahlan, M. S., 2014. Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif, Bivariat, dan
Multivariat.
Dongare, P. P., Dhande, S. R., dan Kadam, V. J., Standardization of Carbon Tetrachloride-
Induced Hepatotoxicity In the Rat, American Journal of Pharmtech Research,
3(5):438-445.
Fancher, T. L., Kamboj, A., dan Onate, J., 2007. Interpreting Liver Function Tests, Current
Psychiatry, 6(5):61-68.
Haryoto, Suhendi, A., Prasnaparamita, E., Sujono, T. A., dan Muhtadi, 2015. Uji Toksisitas
Subkronik Ekstrak Etanol Daun Tumbuhan Sala (Cynometra ramiflora Linn.)
dengan Parameter Kimia Urin dan Histopatologi Organ Ginjal pada Tikus Galur
Wistar. The 2nd University Research Coloquium, 536-547.
Hendra, P., Jamil, O. A., Maharani, D. A., Suhadi, M. A., Putri, C. Y., Fenty, dan Julianus
J., 2017a. Antihyperlipidemic and Hepatoprotective Studies on Leaves of
Macaranga Tanarius. Asian J. Pharm Clin Res, 10(1):239-241.
Hendra, P., Fenty, Andreani, P. R., Pangestuti, B. M. E., dan Julianus, J., 2017b. Evaluation
of Antihyperlipidemic, Anti-Inflammatory, and Analgesic Activities of Eurycoma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Longifolia in Animal Models. Internation Journal of Pharmacy and
Pharmaceutical Sciences, 9(3):166-169.
Janakat, S., dan Al-Merie, H., 2002. Optimization of the dose and route of injection and
characterization of the time course of carbon tetrachloride induced hepatotoxicity
in the rat. J. Pharm, Tox. Methods, 48:41-44.
Khanam, Z., Wen, C. S., dan Bhat, I. U. H., 2015. Phytochemical Screening and
Antimicrobial Activity of Root and Stem Extracts of Wild Eurycoma longifolia
Jack (Tongkat Ali). Journal of King Saud University-Science, 27: 23-30.
Panjaitan, R. G. P., Manalu, W., Handharyani, E., dan Chairul, 2011. Aktivitas
Hepatoprotektor Ekstrak Metanol Akar Pasak Bumi dan Fraksi-fraksi turunannya.
Jurnal Veteriner, 12(4):319-325.
Rajendra, R., Hemalatha, S., Akasakalai, K., MadhuKrishna, C.H., Sohil, B., Vittal dan
Sundaram, R. M., Hepatoprotective Activity of Mimosa pudica Leaves Against
Carbon Tetrachloride Induced Toxicity, Journal of Natural Product, 2:116-122.
Rao, R., dan Kumar, V., 2013. A Study to Evaluate Prophylactic Hepatoprotective Effect of
Phyllantus Niruri Againts The Paracetamol Induced Liver Toxicity in Albino Rats,
Int. Journal of Basic and Applied Medical Science, 5(1):4-7.
Serlemitsos, D. M., Ellington, K., Akalu, A., dan Uweh, K. 2017. Should Medication be
Coadministered with Albumin in Hypoalbuminemic Patient. J Pharma Care
Health, 4(1):1-4.
Seyoum, A., Asres, K., dan El-Ficky, F.K., 2006. Structure-radical scavenging activity
relationships of flavonoids. Phytochemistry, 67:2058-2070.
Sivakrishnan, S., dan Kottaimuthu, A., 2014. Hepatoprotective Activity Of Ethanolic Extract
Of Aerial Parts Of Albizia Procera Roxb (Benth.) Against Paracetamol Induced
Liver Toxicity On Wistar Rats. International Journal of Pharmacy and
Pharmaceutical Sciences, 6:233-238.
Supriyanta, 2012. Pengaruh Suplementasi Modisco Putih Telur terhadap Perubahan Kadar
Albumin dalam Darah Pasien Bedah dengan Hipoalbumin di IRNA Bedah RSUP
Rd Kariadi Semarang. Jurnal Ilmiah, 1(2):130-133.
Sutedjo, A. Y., 2006. Buku Saku Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan
Laboratorium. Edisi Revisi. Amara Books.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Syamsiatun, N. H., dan Siswati, T., 2015. Pemberian Ekstrak Jus Putih telur Terhadap Kadar
Albumin dan Hb pada Penderita Hipoalbuminemia, Jurnal Gizi Klinik Indonesia,
12(02):54-61.
Timbrell, J. A., 2009. Principles of Biochemical Toxicologi, Informa Healthcare.
Weber, L.W., Boll, M., dan Stampfl, A., 2003, Hepatotoxicity and Mechanism of Action of
Haloalkanes: Carbon Tetrachloride as a Toxicological Model, Critical Reviews in
Toxicology, 33(2):105-136.
Zimmerman, H. J., 1999. Hepatotoxicity.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Lampiran 1. Foto akar pasak bumi
Lampiran 2. Foto serbuk akar pasak bumi
Lampiran 3. Foto alat yang digunakan dalam proses pengayakan akar pasak
bumi
Gambar 1. Proses pengayakan serbuk akar pasak bumi menggunakan mesin
pengayak dengan nomor ayakan 40 dan 50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Lampiran 4. Foto ekstrak kental metanol 95% akar pasak bumi
Lampiran 5. Foto alat yang digunakan dalam proses ekstraksi akar pasak
bumi
Gambar 2. Proses maserasi dan remaserasi serbuk akar pasak bumi dengan
bantuan shaker
Gambar 3. Proses vacuum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Gambar 4. Proses penguapan metanol menggunakan rotary evaporator
Gambar 5. Proses penguapan metanol di waterbath
Lampiran 6. Foto suspensi EMAPB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Lampiran 7. Surat keterangan tanaman akar pasak bumi dari Merapi
Farma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Lampiran 8. Surat identifikasi serbuk akar pasak bumi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Lampiran 9. Surat penetapan kadar air serbuk akar pasak bumi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Lampiran 10. Perhitungan persen rendemen ekstrak metanol akar pasak
bumi
Ekstrak kental EMAPB ditimbang dan dibandingkan dengan bobot serbuk akar
pasak bumi yang digunakan untuk pembuatan ekstrak kemudian perbandingan
tersebut dinyatakan dalam persen.
% rendemen = 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝐸𝑀𝐴𝑃𝐵
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘 𝐸𝑀𝐴𝑃𝐵 =
22,68 𝑔
1200 𝑔 x 100% = 1,89%
Lampiran 11. Perhitungan konsentrasi suspensi EMAPB
D x BB = C x V
300 mg/KgBB x 0,250 Kg = C x 3 mL
75 mg = C x 3 mL
C = 75 𝑚𝑔
3 𝑚𝐿
C = 25 mg/mL
Lampiran 12. Perhitungan konversi dosis untuk manusia
Angka konversi tikus 200gBB ke manusia 70 KgBB = 56,0
Dosis untuk manusia = dosis tikus 200gBB x angka konversi ke manusia
Dosis EMAPB untuk manusia, yaitu:
1. Dosis I EMAPB (75 mg/KgBB) tikus
75 mg/KgBB = 0,075g/1000gBB = 0,015g/200gBB
Dosis untuk manusia = 0,015g/200gBB x 56,0 = 0,84g/70KgBB manusia
2. Dosis II EMAPB (150 mg/KgBB) tikus
150 mg/KgBB = 0,150g/1000gBB = 0,030g/200gBB
Dosis untuk manusia = 0,030g/200gBB x 56,0 = 1,68g/70KgBB manusia
3. Dosis III EMAPB (300 mg/KgBB) tikus
300 mg/KgBB = 0,300g/1000gBB = 0,060g/200gBB
Dosis untuk manusia = 0,060g/200gBB x 56,0 = 3,36g/70KgBB manusia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Lampiran 13. Perhitungan konversi waktu tikus ke manusia
1 hari tikus = 1,2 bulan manusia
6 hari tikus = 6 x 1,2 bulan
= 7,2 bulan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Lampiran 14. Surat ethical clearence penelitian akar pasak bumi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Lampiran 15. Foto kandang tikus
Lampiran 16. Foto penyuntikan p.o
Lampiran 17. Foto penyuntikan i.p
Lampiran 18. Foto proses pengambilan darah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Lampiran 19. Surat legalitas analisis data oleh Pusat Kajian CE&BU
Fakultas Kedokteran UGM
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Lampiran 20. Analisis statistik kadar serum ALT pada uji penentuan waktu
pencuplikan darah tikus terinduksi karbon tetraklorida dosis 2 mL/KgBB
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 ALT Jam ke-0 49,6333 3 17,93498 10,35476
ALT Jam ke-24 226,2000 3 6,94190 4,00791
Pair 2 ALT Jam ke-0 49,6333 3 17,93498 10,35476
ALT Jam ke-48 51,3000 3 8,49294 4,90340
Pair 3 ALT Jam ke-24 226,2000 3 6,94190 4,00791
ALT Jam ke-48 51,3000 3 8,49294 4,90340
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
ALT Jam ke-0 & ALT Jam ke-24 3 ,788 ,422
ALT Jam ke-0 & ALT Jam ke-48 3 ,360 ,765
ALT Jam ke-24 & ALT Jam ke-48 3 ,858 ,343
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval of
the Difference
Lower Upper
ALT Jam ke-0 -
ALT Jam ke-24 -176,56667 13,17928 7,60906 -209,30580 -143,82753 -23,205 2 ,002
ALT Jam ke-0 -
ALT Jam ke-48 -1,66667 16,85477 9,73111 -43,53624 40,20291 -,171 2 ,880
ALT Jam ke-24 -
ALT Jam ke-48 174,90000 4,37150 2,52389 164,04060 185,75940 69,298 2 ,000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Lampiran 21. Analisis statistik kadar serum AST pada uji penentuan waktu
pencuplikan darah tikus terinduksi karbon tetraklorida dosis 2 mL/KgBB
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 AST Jam ke-0 170,700 3 28,3635 16,3757
AST Jam ke-24 859,3333 3 85,45071 49,33499
Pair 2 AST Jam ke-0 170,700 3 28,3635 16,3757
AST Jam ke-48 235,6000 3 31,19760 18,01194
Pair 3 AST Jam ke-24 859,3333 3 85,45071 49,33499
AST Jam ke-48 235,6000 3 31,19760 18,01194
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 AST Jam ke-0 & AST Jam ke-24 3 -,658 ,543
Pair 2 AST Jam ke-0 & AST Jam ke-48 3 -,992 ,081
Pair 3 AST Jam ke-24 & AST Jam ke-48 3 ,748 ,462
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval of
the Difference
Lower Upper
AST Jam ke-0 -
AST Jam ke-24 -688,63333 106,28063 61,36115 -952,64907 -424,61760 -11,223 2 ,008
AST Jam ke-0 -
AST Jam ke-48 -64,90000 59,44047 34,31797 -212,55832 82,75832 -1,891 2 ,199
AST Jam ke-24 -
AST Jam ke-48 623,73333 65,46162 37,79428 461,11766 786,34901 16,503 2 ,004
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Lampiran 22. Analisis statistik kadar serum albumin kelompok perlakuan
EMAPB setelah terinduksi karbon tetraklorida dosis 2 mL/KgBB
Uji Shapiro Wilk
Case Processing Summary
Albumin
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
CMC-Na 5 100,0% 0 0,0% 5 100,0%
Kontrol CCl4 5 100,0% 0 0,0% 5 100,0%
Kontrol EMAPB 5 100,0% 0 0,0% 5 100,0%
Perlakuan Dosis 75 mg/Kg BB 5 100,0% 0 0,0% 5 100,0%
Perlakuan Dosis 150 mg/Kg BB 5 100,0% 0 0,0% 5 100,0%
Perlakuan Dosis 300 mg/Kg BB 5 100,0% 0 0,0% 5 100,0%
Descriptives
Nama Statistic Std. Error
Albumin CMC-Na Mean 3,4940 ,05793
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 3,3332
Upper Bound 3,6548
5% Trimmed Mean 3,4978
Median 3,5400
Variance ,017
Std. Deviation ,12954
Minimum 3,30
Maximum 3,62
Range ,32
Interquartile Range ,23
Skewness -,926 ,913
Kurtosis -,256 2,000
Kontrol CCl4 Mean 3,1460 ,05288
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 2,9992
Upper Bound 3,2928
5% Trimmed Mean 3,1522
Median 3,1800
Variance ,014
Std. Deviation ,11824
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Minimum 2,94
Maximum 3,24
Range ,30
Interquartile Range ,17
Skewness -1,941 ,913
Kurtosis 4,082 2,000
Kontrol EMAPB Mean 3,4200 ,05559
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 3,2657
Upper Bound 3,5743
5% Trimmed Mean 3,4156
Median 3,3500
Variance ,015
Std. Deviation ,12430
Minimum 3,32
Maximum 3,60
Range ,28
Interquartile Range ,22
Skewness ,927 ,913
Kurtosis -1,295 2,000
Perlakuan Dosis 75 mg/Kg
BB
Mean 3,0140 ,05269
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 2,8677
Upper Bound 3,1603
5% Trimmed Mean 3,0144
Median 2,9800
Variance ,014
Std. Deviation ,11781
Minimum 2,86
Maximum 3,16
Range ,30
Interquartile Range ,21
Skewness -,007 ,913
Kurtosis -1,015 2,000
Perlakuan Dosis 150 mg/Kg
BB
Mean 3,0540 ,06063
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 2,8857
Upper Bound 3,2223
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
5% Trimmed Mean 3,0533
Median 3,0600
Variance ,018
Std. Deviation ,13557
Minimum 2,88
Maximum 3,24
Range ,36
Interquartile Range ,25
Skewness ,157 ,913
Kurtosis -,032 2,000
Perlakuan Dosis 300 mg/Kg
BB
Mean 3,1200 ,07543
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 2,9106
Upper Bound 3,3294
5% Trimmed Mean 3,1200
Median 3,1600
Variance ,028
Std. Deviation ,16867
Minimum 2,93
Maximum 3,31
Range ,38
Interquartile Range ,33
Skewness -,200 ,913
Kurtosis -2,638 2,000
Tests of Normality
Albumin
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
CMC-Na ,239 5 ,200* ,923 5 ,549
Kontrol CCl4 ,380 5 ,017 ,764 5 ,040
Kontrol EMAPB ,313 5 ,122 ,835 5 ,151
Perlakuan Dosis 75 mg/Kg BB ,214 5 ,200* ,959 5 ,802
Perlakuan Dosis 150 mg/Kg BB ,140 5 ,200* ,996 5 ,996
Perlakuan Dosis 300 mg/Kg BB ,229 5 ,200* ,901 5 ,413
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Tests of Normality
Nama
Shapiro-Wilka
Sig.
Albumin CMC-Na ,549
Kontrol CCl4 ,040
Kontrol EMAPB ,151
Perlakuan Dosis 75 mg/Kg BB ,802
Perlakuan Dosis 150 mg/Kg BB ,996
Perlakuan Dosis 300 mg/Kg BB ,413
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Diperoleh hasil data tidak terdistribusi normal
Uji Kruskal Wallis
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Albumin 30 3,2080 ,22175 2,86 3,62
Kelompok 30 3,50 1,737 1 6
Kruskal-Wallis Test
Ranks
Kelompok N Mean Rank
Albumin CMC-Na 5 26,00
Kontrol CCl4 5 13,40
Kontrol EMAPB 5 24,80
Perlakuan Dosis 75 mg/Kg BB 5 7,40
Perlakuan Dosis 150 mg/Kg BB 5 9,50
Perlakuan Dosis 300 mg/Kg BB 5 11,90
Total 30
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Kelompok
Test Statisticsa,b
Albumin
Chi-Square 20,396
Df 5
Asymp. Sig. ,001
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Uji Mann-Whitney
Mann-Whitney Test
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Albumin CMC-Na 5 8,00 40,00
Kontrol CCl4 5 3,00 15,00
Total 10
Test Statisticsa
Albumin
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 15,000
Z -2,611
Asymp. Sig. (2-tailed) ,009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,008b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.
Mann-Whitney Test
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Albumin CMC-Na 5 6,20 31,00
Kontrol EMAPB 5 4,80 24,00
Total 10
Test Statisticsa
Albumin
Mann-Whitney U 9,000
Wilcoxon W 24,000
Z -,731
Asymp. Sig. (2-tailed) ,465
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,548b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Mann-Whitney Test
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Albumin CMC-Na 5 8,00 40,00
Perlakuan Dosis 75 mg/Kg BB 5 3,00 15,00
Total 10
Test Statisticsa
Albumin
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 15,000
Z -2,611
Asymp. Sig. (2-tailed) ,009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,008b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.
Mann-Whitney Test
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Albumin CMC-Na 5 8,00 40,00
Perlakuan Dosis 150 mg/Kg BB 5 3,00 15,00
Total 10
Test Statisticsa
Albumin
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 15,000
Z -2,611
Asymp. Sig. (2-tailed) ,009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,008b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Mann-Whitney Test
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Albumin CMC-Na 5 7,80 39,00
Perlakuan Dosis 300 mg/Kg BB 5 3,20 16,00
Total 10
Test Statisticsa
Albumin
Mann-Whitney U 1,000
Wilcoxon W 16,000
Z -2,402
Asymp. Sig. (2-tailed) ,016
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,016b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.
Mann-Whitney Test
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Albumin Kontrol CCl4 5 3,00 15,00
Kontrol EMAPB 5 8,00 40,00
Total 10
Test Statisticsa
Albumin
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 15,000
Z -2,611
Asymp. Sig. (2-tailed) ,009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,008b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Mann-Whitney Test
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Albumin Kontrol CCl4 5 7,20 36,00
Perlakuan Dosis 75 mg/Kg BB 5 3,80 19,00
Total 10
Test Statisticsa
Albumin
Mann-Whitney U 4,000
Wilcoxon W 19,000
Z -1,776
Asymp. Sig. (2-tailed) ,076
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,095b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.
Mann-Whitney Test
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Albumin Kontrol CCl4 5 6,50 32,50
Perlakuan Dosis 150 mg/Kg BB 5 4,50 22,50
Total 10
Test Statisticsa
Albumin
Mann-Whitney U 7,500
Wilcoxon W 22,500
Z -1,048
Asymp. Sig. (2-tailed) ,295
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,310b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Mann-Whitney Test
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Albumin Kontrol CCl4 5 5,70 28,50
Perlakuan Dosis 300 mg/Kg
BB 5 5,30 26,50
Total 10
Test Statisticsa
Albumin
Mann-Whitney U 11,500
Wilcoxon W 26,500
Z -,210
Asymp. Sig. (2-tailed) ,834
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,841b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.
Mann-Whitney Test
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Albumin Kontrol EMAPB 5 8,00 40,00
Perlakuan Dosis 75 mg/Kg BB 5 3,00 15,00
Total 10
Test Statisticsa
Albumin
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 15,000
Z -2,611
Asymp. Sig. (2-tailed) ,009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,008b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Mann-Whitney Test
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Albumin Kontrol EMAPB 5 8,00 40,00
Perlakuan Dosis 150 mg/Kg BB 5 3,00 15,00
Total 10
Test Statisticsa
Albumin
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 15,000
Z -2,611
Asymp. Sig. (2-tailed) ,009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,008b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.
Mann-Whitney Test
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Albumin Kontrol EMAPB 5 8,00 40,00
Perlakuan Dosis 300 mg/Kg BB 5 3,00 15,00
Total 10
Test Statisticsa
Albumin
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 15,000
Z -2,611
Asymp. Sig. (2-tailed) ,009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,008b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Mann-Whitney Test
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Albumin Perlakuan Dosis 75 mg/Kg BB 5 4,90 24,50
Perlakuan Dosis 150 mg/Kg BB 5 6,10 30,50
Total 10
Test Statisticsa
Albumin
Mann-Whitney U 9,500
Wilcoxon W 24,500
Z -,629
Asymp. Sig. (2-tailed) ,530
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,548b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.
Mann-Whitney Test
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Albumin Perlakuan Dosis 75 mg/Kg BB 5 4,70 23,50
Perlakuan Dosis 300 mg/Kg BB 5 6,30 31,50
Total 10
Test Statisticsa
Albumin
Mann-Whitney U 8,500
Wilcoxon W 23,500
Z -,838
Asymp. Sig. (2-tailed) ,402
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,421b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Mann-Whitney Test
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Albumin Perlakuan Dosis 150 mg/Kg BB 5 4,90 24,50
Perlakuan Dosis 300 mg/Kg BB 5 6,10 30,50
Total 10
Test Statisticsa
Albumin
Mann-Whitney U 9,500
Wilcoxon W 24,500
Z -,629
Asymp. Sig. (2-tailed) ,530
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,548b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
BIOGRAFI PENULIS
Penulis Skripsi berjudul “Pengaruh Pemberian
Jangka Panjang Ekstrak Metanol 95% Akar Pasak Bumi
terhadap Kadar Albumin Tikus Jantan Galur Wistar
Terinduksi Karbon Tetraklorida” dengan nama lengkap
Elni Meilianti, merupakan anak kedua dari tiga
bersaudara pasangan Adidjaja Nursiana dan Susilawati
Ho. Penulis dilahirkan di Pontianak, pada tanggal 1 Mei
1996. Pendidikan formal yang telah di tempuh penulis,
yakni TK Santa Maria Pontianak (2000-2002), tingkat
Sekolah Dasar di SD Pangudi Luhur Santo Yosef Ketapang (2002-2008), tingkat
Sekolah Menegah Pertama di SMP Pangudi Luhur Santo Albertus Ketapang (2008-
2011), dan tingkat Sekolah Menegah Atas di SMA Pangudi Luhur Santo Yohanes
Ketapang (2011-2014). Penulis kemudian melanjutkan pendidikan sarjana di
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2014.
Selama menempuh pendidikan sarjana di Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma, penulis aktif berorganisasi, yakni menjadi Staff Divisi Sosial
KMBK-DV (2014/2015), Wakil Ketua KMBK-DV (2015/2016) dan Bendahara
DPMF Farmasi (2016/2017). Selain organisasi, penulis aktif berperan dalam
berbagai kepanitiaan, yaitu menjadi Sie Publikasi “Desa Mitra II” (2014); Sie
Publikasi “Desa Mitra III & IV (2014); Sekretaris dan Bendahara “ SIGMA
KMBK-DV” (2015); Sekretaris dan Bendahara “MAKRAB KMBK-DV” (2015);
dan Ketua Panitia “SEMNAS KMBK-DV” (2015). Selain itu, penulis juga berperan
aktif sebagai asisten praktikum, yakni asisten praktikum Botani Farmasi
(2015/2016; 2016/2017; 2017/2018), asisten praktikum Farmakologi-Toksikologi
(2016/2017; 2017/2018); asisten praktikum Farmakokinetika-Biofarmasetika
(2016/2017); asisten praktikum Formulasi dan Teknologi Sediaan Farmasi
(2017/2018), dan asisten praktikum Ilmu-ilmu Dasar Kimia di prodi Pendidikan
Kimia (2017/2018). Penulis pernah terlibat dalam Program Kreativitas Mahasiswa
yang didanai Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (2017).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI