Upload
lamthien
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMATE (MSG)
TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS
TESTIS MENCIT
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
Kurniawan Adi Putranto
G0008118
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul : Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate (MSG) terhadap Gambaran Histologis Testis Mencit
Kurniawan Adi Putranto, NIM : G.0008118, Tahun : 2011
Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Pada Hari Jumat, Tanggal 04 November 2011
Pembimbing Utama Nama : Endang Listyaningsih S., dr., M.Kes. NIP : 19640810 199802 2 001 ....................................
Pembimbing Pendamping Nama : Jarot Subandono, dr., M.Kes. NIP : 19680704 199903 1 001 ....................................
Penguji Utama Nama : Muthmainah, dr., M.Kes. NIP : 19660702 199802 2 001 ....................................
Anggota Penguji Nama : Rosalia Sri Hidayati, dr., M.Kes. NIP : 19470927 197610 2 001 ....................................
Surakarta, ………………….
Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS
Muthmainah, dr., M.Kes. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM NIP 19660702 199802 2 001 NIP 19510601 197903 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, 30 Oktober 2011
Kurniawan Adi Putranto G0008118
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRAK
Kurniawan Adi Putranto, G0008118, 2011, Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate (MSG) terhadap Gambaran Histologis Testis Mencit, Fakultas Kedokeran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Tujuan Penelitian: Melihat perubahan struktur histologis testis pada mencit yang diberi Monosodium Glutamate (MSG) dalam dosis rerata konsumsi di Indonesia dan mengetahui hubungan peningkatan dosis Monosodium Glutamate (MSG) dengan penurunan jumah spermatid.
Metode Penelitian: Eksperimental laboratorium dengan the posttest only control group design. Mencit jantan sebanyak 27 ekor dibagi dalam 3 kelompok yaitu kelompok kontrol (K) dan kelompok perlakuan 1-2 (PI-PII). Kelompok kontrol mencit diberi aquades selama 10 hari berturut-turut. Kelompok perlakuan I (PI) diberikan Monosodium Glutamate 1,56 mg/20 gram BB per hari melalui oral selama 10 hari. Kelompok perlakuan II (PII) diberikan Monosodium Glutamate 3,12 mg/20 gram BB per hari melalui oral selama 10 hari. Pada hari ke-11, mencit dikorbankan dan diambil testisnya untuk pembuatan preparat dengan pengecatan HE kemudian diamati dengan menghitung jumlah sel spermatid pada preparat testis kanan dan kiri dalam satu kelompok mencit. Data dianalisis dengan uji Oneway Anova dan uji LSD.
Hasil Penelitian: Jumlah rerata sel spermatid kiri dan kanan pada kelompok kontrol adalah 126,56 ± 17,42; kelompok perlakuan I (PI) adalah 74,22 ± 10,46; dan kelompok perlakuan II (PII) adalah 51,78 ± 6,64. Hasil uji statistik Oneway Anova menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna dalam ketiga kelompok penelitian (p = 0,00). Hasil uji statistik LSD juga menunjukkan perbedaan yang bermakna antara ketiga kelompok dengan masing-masing p = 0,00.
Simpulan Penelitian: Pemberian Monosodium Glutamate (MSG) dalam dosis konsumsi rerata di Indonesia dapat mempengaruhi gambaran histologis testis mencit yang ditandai dengan penurunan jumlah sel spermatid mencit. Jumlah sel spermatid semakin menurun seiring dengan semakin besarnya dosis Monosodium Glutamate (MSG).
Kata Kunci: monosodium glutamate, dosis konsumsi Indonesia, testis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRACT
Kurniawan Adi Putranto, G0008118, 2011, The Effect of Monosodium Glutamate (MSG) usage on Histological Structure of Mice’s Testis, Medical Faculty of Sebelas Maret University, Surakarta. Objective: This study aims to look at changes in histological structure of testis in mice fed Monosodium Glutamate (MSG) in a dose of average consumption in Indonesia and also to test the corelation between Monosodium Glutamate (MSG) dose increase to spermatid cells decrease in amount.
Methods: Experimental laboratory with the posttest only control group design. Twenty-seven male mice were divided into 3 groups: control group (K) and treatment group 1-2 (PI-PII). The control group mice were given distilled water for 10 consecutive days. The treatment group I (PI) being tested per day for 10 consecutive days by giving Monosodium Glutamate for 1,56mg/20g of body weight. The treatment group II (PII) were given Monosodium Glutamate 3,12 mg/20g of body weight per day orally for 10 days. On day 11, mice were killed and testis were taken for making preparations with HE painting. Histological structure of mice’s testis was observed by counting the number of spermatid cells on the right and left testicular preparations in one group of mice. The data analyzed by Oneway ANOVA test and LSD.
Results: The average number of left and right spermatids cells in the control group was 126.56 ± 17.42; treatment group I (PI) was 74.22 ± 10.46; and treatment group II (PII) was 51.78 ± 6.64. Oneway ANOVA statistical test results indicate a significant difference in all three study groups (p = 0.00). LSD statistical test results also showed significant differences between the three groups in comparison p = 0.00.
Conclusion: The effect of Monosodium Glutamate (MSG) in a dose of average consumption in Indonesia changes histological structure of testis which the sign is the decrease in the number of spermatid cells on mice. The number of spermatid cells decreased along with the increased of given doses of Monosodium Glutamate (MSG).
Keywords: monosodium glutamate, dose consumption of Indonesia, testis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PRAKATA
Puji syukur kepada Allah karena atas limpahan berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate (MSG) terhadap Gambaran Histologis Testis Mencit”.
Penulisan skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam proses penulisan skripsi ini tentunya banyak pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materiil. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan FK
UNS Surakarta. 2. Muthmainah, dr., M.Kes., selaku Ketua Tim Skripsi beserta Mbak Enny dan
Mas Nardi sebagai Staf Bagian Skripsi FK UNS Surakarta. 3. Endang Listyaningsih S., dr., M.Kes. selaku Pembimbing Utama yang dengan
sabar telah memberikan arahan, bimbingan, dan nasihat dalam penyusunan skripsi ini.
4. Jarot Subandono, dr., M.Kes., selaku Pembimbing Pendamping yang telah memberikan semangat, bimbingan, dan nasihat dalam penyusunan skripsi ini.
5. Muthmainah, dr., M.Kes., selaku Penguji Utama yang telah memberikan bimbingan, kritik, dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini.
6. Rosalia Sri Hidayati, dr., M.Kes., selaku Penguji Pendamping yang telah memberikan masukan, kritik, dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini.
7. Papa, Mama, dan saudaraku Evi Dewi Kusumawati,SE.Ak., yang telah memberikan doa, semangat, dukungan, dan segalanya untuk menyelesaikan skripsi ini.
8. Pak Sukidi dan Mbak Dewi sebagai Staf Laboratorium Histologi FK UNS yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini.
9. Seluruh sahabat dan rekan sejawat Pendidikan Dokter 2008 FK UNS atas segala kebersamaan dan bantuannya dalam penyelesaian skripsi ini.
10. Pihak-pihak yang tidak dapat penulisan sebutkan satu-persatu atas bantuan dan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak terlepas dari kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan di masa datang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta, 30 Oktober 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
DAFTAR ISI
PRAKATA ................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xi
BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian .................................................................. 3
D. Manfaat Penelitian ................................................................ 3
BAB II. LANDASAN TEORI .................................................................. 5
A. Tinjauan Pustaka .................................................................. 5
1. Monosodium Glutamate................................................... 5
2. Testis ................................................................................ 7
a. Struktur Histologis Testis ......................................... 7
b. Histofisiologi Testis .................................................. 10
3. Hubungan Monosodium Glutamate dengan testis ........... 13
B. Kerangka Pemikiran ............................................................. 14
C. Hipotesis ............................................................................... 14
BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................ 15
A. Jenis Penelitian ....................................................................... 15
B. Lokasi Penelitian .................................................................... 15
C. Subjek Penelitian. ................................................................... 15
D. Teknik Sampling ..................................................................... 15
E. Rancangan Penelitian .............................................................. 16
F. Identifikasi Variabel Penelitian .............................................. 17
G. Definisi Operasional Variabel ................................................ 17
H. Alat dan Bahan ....................................................................... 18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
I. Cara Kerja ............................................................................... 19
J. Teknik Analisis Data .............................................................. 21
BAB IV. HASIL PENELITIAN ................................................................. 22
A. Data Hasil Penelitian .............................................................. 22
B. Analisis Data ........................................................................... 24
BAB V. PEMBAHASAN.......................................................................... 30
BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 35
A. Simpulan ................................................................................. 35
B. Saran ....................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 36
LAMPIRAN ................................................................................................. 39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Nilai Rerata Sel Spermatid Testis Kiri dan Kanan dari
Masing-Masing Kelompok ................................................... 22
Tabel 2 Hasil Uji Normalitas Saphiro-Wilk Test .............................. 25
Tabel 3 Hasil Uji One Way Anova .................................................... 27
Tabel 4 Hasil Post Hoc Test menggunakan Least Significant Different
(LSD) .................................................................................... 29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Grafik Jumlah Rerata Sel Spermatid Testis Kiri dan Kanan
Tiap Kelompok ........................................................................ 23
Gambar 2. Preparat Kontrol Testis Kiri ..................................................... 47
Gambar 3. Preparat Kontrol Testis Kanan ................................................. 47
Gambar 4. Preparat Perlakuan I Testis Kiri ................................................ 48
Gambar 5. Preparat Perlakuan I Testis Kanan ............................................ 48
Gambar 6. Preparat Perlakuan II Testis Kiri .............................................. 49
Gambar 7. Preparat Perlakuan II Testis Kanan .......................................... 49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Hasil Pengamatan Mikroskopis ................................. 39
Lampiran 2. Hasil Analisis Data PASW 18.0 ........................................ 40
Lampiran 3. Konversi Dosis untuk Manusia dan Hewan ....................... 44
Lampiran 4. Perhitungan Penurunan Jumlah Rerata Sel Spermatid ....... 45
Lampiran 5. Foto Kegiatan Penelitian .................................................... 46
Lampiran 6. Preparat Kontrol dan Perlakuan ......................................... 47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Monosodium Glutamate atau biasa dikenal dengan MSG
merupakan penyedap rasa yang digunakan dalam keperluan sehari-hari
(Sabri, 2006). Monosodium Glutamate merupakan garam natrium dari
asam glutamat (FSANZ, 2003). Asam glutamat merupakan salah satu
asam amino yang juga terkandung dalam makanan, biasanya sekitar
5-20 % dari total kandungan asam amino, baik dalam bentuk bebas
maupun terikat dengan peptida atau protein (Geha et al., 2000).
Konsumsi Monosodium Glutamate rata-rata 5-12 gram per hari di
Eropa, di negara Inggris 590 mg per hari, di negara Industri sekitar 0,3-
1,0 gram per hari dan di Indonesia sekitar 0,6 gram per hari (FSANZ,
2003; Beyreuther, 2006; Geha et al., 2000; Prawirohardjono, 2000). Di
Amerika Serikat, Food and Drug Administration (FDA) menyatakan
bahwa Monosodium Glutamate aman (Geha et al., 2000).
Penggunaan Monosodium Glutamate ini mulai kontroversial sejak
keluarnya klaim bahwa konsumsi MSG banyak merugikan orang pada
tahun 1960, sehingga mulai banyak penelitian mengenai MSG (FSANZ,
2003). Pada tahun 2006, pemberian MSG dengan dosis (2,4; 4,8; dan
9,6) mg/mL aquades pada induk mencit umur kehamilan 0-16 hari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
menurunkan jumlah fetus hidup (Sabri et al., 2006). Penelitian anak
tikus umur 5 hari yang induknya diberi Monosodium Glutamate peroral
selama gestasi dengan dosis 4800 mg/kg BB dan 9600 mg/kg BB terjadi
kerusakan ringan dan berat pada sel neuron hipotalamus berupa edema
sel disertai piknotik inti (Sukawan, 2008). Pada tahun 2009, penelitian
Monosodium Glutamate terhadap endometrium pada mencit betina
dengan dosis 6 mg/kg BB secara oral menunjukkan penurunan ketebalan
epitel, diameter pembuluh darah, perubahan konfigurasi kelenjar dan
kepadatan stroma (Muchsin, 2009). Efek Monosodium Glutamate pada
tuba fallopi tikus betina dewasa galur Wistar dengan dosis
0,04 mg/kg BB terjadi hipertrofi sel epitel kolumner, degenerasi sel dan
terjadi atrofi, sedangkan dosis 0,08 mg/kg BB lebih berat efeknya
(Eweka et al.,2010).
Penelitian pengaruh MSG terhadap testis dengan dosis 2400;
4800; dan 9600 mg/kg BB/hari yang diberikan secara oral pada tikus
jantan dapat mengecilkan diameter inti, begitu pula dalam dosis
4 mg/gram BB pada tikus jantan secara intraperitonial yang dilakukan
selama 15 dan 30 hari menunjukkan efek pada penurunan berat testis dan
jumlah sperma (Iryani, 2003; Siregar, 2008; Nayanatara et al., 2008).
Ketiga penelitian tersebut menunjukkan hasil yang sama, namun penulis
belum pernah menjumpai adanya penelitian mengenai MSG dalam dosis
rata-rata konsumsi di Indonesia, sehingga penulis mempunyai pemikiran
akan melakukan penelitian mengenai dampak MSG terhadap testis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
dengan dosis rata-rata konsumsi MSG di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Pada penelitian ini akan diteliti apakah pemberian Monosodium
Glutamate (MSG) dalam dosis rerata konsumsi di Indonesia
menyebabkan perubahan gambaran histologis testis pada mencit?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini tujuan umum untuk melihat perubahan struktur
histologis testis, dalam hal ini penurunan jumlah spermatid pada
mencit yang diberi Monosodium Glutamate (MSG) dalam dosis rerata
konsumsi di Indonesia.
2. Tujuan Khusus
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
peningkatan dosis Monosodium Glutamate (MSG) dengan penurunan
jumah spermatid.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang
pengaruh Monosodium Glutamate (MSG) terhadap jumlah spermatid
pada hewan coba (mencit) yang menjadi landasan untuk penelitian pada
kesehatan manusia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
2. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi
masyarakat, khususnya kepada pengguna Monosodium Glutamate
(MSG) tentang pengaruh buruk pada kesehatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Monosodium Glutamate
Monosodium Glutamate ditemukan pada tahun 1909 oleh
Dr.Kikunae Ikeda. Monosodium Glutamate dihasilkan melalui isolasi
logam garam asam glutamat dari rumput laut coklat (konbu) yang sering
digunakan pada masakan Jepang dan pengakuan bahwa garam (mono)
sodium dari asam glutamat memberi rasa yang sangat diinginkan untuk
makanan. Dr.Kikunae Ikeda mengklaim bahwa rasa yang akan muncul di
makanan adalah lezat, enak, dan nikmat. Monosodium Glutamate
sebenarnya tidak enak, bahkan sering terasa pahit dan asin, namun pada
konsentrasi rendah pada makanan akan membuat rasa dan kenikmatan
makanan tersebut akan bertambah (Halpern, 2002).
Struktur Kimia Monosodium Glutamate (Xiong et al., 2009)
Monosodium Glutamate merupakan metabolit yang penting dalam
metabolisme asam amino dan sumber energi utama pada sel otot jantung.
Monosodium Glutamate ditambahkan dalam bentuk garam monosodium
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
murni atau bentuk campuran komponen asam amino dan peptida yang
berasal dari asam atau hidrolisa protein (Geha et al., 2000).
Monosodium Glutamate sekarang menjadi bahan penambah rasa
yang dipakai di seluruh dunia, bahkan menjadi bahan penambah rasa yang
paling banyak dipakai di Asia Tenggara (Geha et al., 2000;
Prawirohardjono et al., 2000).
Glutamat melakukan peran penting dalam metabolisme perantara
dan hadir dalam jumlah besar pada organ dan jaringan tubuh. Beberapa
peran metabolik penting glutamat:
a. Substrat untuk sintesis protein
Asam glutamat memiliki fisik dan karakteristik kimia yang
membuatnya menjadi penyumbang mendasar dari sekunder struktur
protein, yaitu α-heliks (Young dan Ajami, 2000).
b. Pasangan transaminasi dengan α-ketoglutarate
L-glutamat disintesis dari amonia dan α-ketoglutarate (perantara dari
siklus asam sitrat) dalam suatu reaksi yang dikatalisis oleh L-glutamat
dehidrogenase. Reaksi ini penting dalam biosintesis semua asam
amino, karena glutamat adalah donor gugus amino dalam biosintesis
dari asam amino lain melalui reaksi transaminasi (Lehninger, 2008).
c. Substrat untuk produksi glutation - glutation, tripeptida terdiri dari
asam glutamat, sistein dan glisin, hadir di semua sel hewan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
berfungsi sebagai reduktor dari peroksida beracun oleh aksi glutation
peroxidase (Lehninger, 2008).
d. Sebuah prekursor N-acetylglutamate (Brosnan, 2000).
e. Sebuah neurotransmitter penting:
Glutamat adalah pemancar rangsang utama dalam otak, mediasi
transmisi sinaptik cepat dan aktif dalam sepertiga dari pusat sistem
saraf sinapsis (Watkins dan Evans, 1981).
f. Sebuah sumber energi yang penting untuk mukosa (Young dan Ajami,
2000).
2. Testis
a. Struktur Histologis Testis
Sistem reproduksi laki-laki terdiri atas testis, duktus genetalis,
kelenjar-kelenjar tambahan dan penis. Testis merupakan kelenjar
tubuler kompleks yang mempunyai dua fungsi yaitu reproduktif dan
hormonal. Testis dikelilingi oleh kapsula jaringan pengikat kolagen
tunika albugenia. Tunika albugenia mempunyai penebalan pada
bagian posterior mediastinum testis, dari mana septa fibrosa menonjol
ke dalam kelenjar membagi kelenjar menjadi sekitar 250 ruang-ruang
piramida dan yang dinamakan lobus testis. Septa ini tidak sempurna
dan sering-kali terbentuk hubungan antara lobulus-lobulus. Tiap-tiap
lobulus ditempati oleh satu sampai empat tubulus seminiferus yang
terbenam dalam selaput jaringan pengikat longgar yang kaya akan
pembuluh darah dan saraf (Gartner dan James, 2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Testis berkembang pada dinding dorsal rongga peritoneum dan
kemudian tersuspensi dalam skrotum di luar rongga abdomen pada
ujung funikulus spermatikus, masing-masing membawa kantong
serosa dari peritoneum yang dinamakan tunika vaginalis. Tunika ini
terdiri atas lapisan parietal pada bagian luar dan lapisan viseral pada
bagian dalam, menutupi tunika albugenia pada sisi anterior dan lateral
testis. Kantong skrotum mempunyai peran penting dalam
mempertahankan testis pada suhu di bawah suhu intra abdominal
(Guyton dan Hall, 2006).
Tubulus seminiferus dibatasi oleh epitel berlapis kompleks
dengan panjang 30-70 cm. Tubulus kontortus membentuk jala-jala, di
mana tiap-tiap tubulus berujung buntu atau bercabang. Pada ujung
apikal tiap-tiap tubulus, lumen menyempit dan epitel yang membatasi
dengan segera berubah menjadi lapisan selapis kubis yang mempunyai
satu flagella. Segmen yang pendek ini dikenal sebagai tubulus rektus
atau tubulus lurus, yang menghubungkan tubulus seminiferus dengan
saluran-saluran anastomosis yang dibatasi oleh epitel labirin, rete
testis. Rete testis yang terdapat dalam jaringan pengikat mediastinum
dihubungkan dengan bagian cephalik epididimus oleh 10-20 duktuli
eferentus (Paulsen, 2000).
Tunika propria fibrosa yang meliputi tubulus seminiferus
terdiri atas beberapa lapisan fibroblas. Lapisan paling dalam yang
melekat pada jaringan pengikat dekat dengan lamina basalis terdiri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
atas sel-sel myoid yang mempunyai epitel berlapis, yang
menunjukkan sifat otot polos (Leeson et al., 1996).
Epitel terdiri atas dua jenis sel yaitu sel sertoli dan sel seminal.
Sel sertoli adalah sel piramidal panjang yang saling bertautan dengan
sel-sel spermatogenik. Pada mikroskop cahaya, sel sertoli mempunyai
sitoplasma yang batasnya tidak nyata, bahkan hampir tidak terlihat, sel
ini berbentuk irregular. Pada pemeriksaan mikroskop elektron, sel ini
mengandung banyak retikulum endoplasma halus, sedikit retikulum
endoplasma kasar, aparatus golgi yang berkembang baik, banyak
mitokondria dan lisosom. Inti yang memanjang sering berbentuk
segitiga, mempunyai banyak lipatan dan menunjukkan sedikit
kromatin yang dapat dilihat. Pinggir-pinggir sel sertoli dibatasi oleh
hubungan okludens sehingga mengakibatkan sel-sel ini membentuk
selubung kontinu yang mengelilingi lumen tubulus seminiferus. Di
bawah sel-sel sertoli terletak lamina basalis dan ruang ekstratubuler
yang mengandung pembuluh darah dan limfe. Sel-sel sertoli minimal
mempunyai tiga fungsi utama:
1) Penyokong, pelindung dan mengatur nutrisi spermatozoa
yang sedang berkembang.
2) Fagositosis sitoplasma spermatid yang berlebihan.
3) Sekresi cairan yang mengalir ke arah duktus genitalis yang
diperlukan untuk transpor sperma (Junqueira dan Carneiro,
2007 ).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
b. Histofisiologi Testis
Perkembangan sistem reproduksi laki-laki dimulai tujuh
minggu setelah konsepsi hingga 85 hari, dan organ reproduksi laki-
laki hingga lengkap perkembangannya, termasuk turunnya testis kira-
kira pada kehamilan tujuh bulan. Sperma belum terbentuk sampai
pubertas, di mana rangsangan internal dan eksternal memacu
pelepasan hormon spesifik (Syahrum, 1994).
Pada otak, hypothalamic releasing factors secara teratur
melepas Follicle Stimulating Hormone (FSH) dari pituitari menuju
aliran darah. FSH menstimuli sel Sertoli pada testis dan juga
mengakibatkan pelepasan hormon kedua dari pituitari yaitu
Luteinizing Hormone (LH). Target LH juga pada sel yang khusus pada
testis yaitu sel Leydig, di mana mensintesis dan melepaskan hormon
steroid laki-laki yaitu testosteron. Struktur kimia dari FSH dan LH
pada laki-laki dan perempuan identik, hanya target selnya dan respons
biologisnya yang berbeda. Tiga sel Leydig melepas kira-kira 7 mg
testosteron per hari, di mana dibutuhkan dalam produksi sperma,
perilaku seksual, tanda kelamin sekunder, dan perkembangan organ
tambahan. Sel Sertoli dan sel Leydig diperlukan untuk proses
reproduksi (Guyton dan Hall, 2006).
Proses spermatogenesis merupakan proses dinamik yang
menyebabkan jumlah sel pada setiap kelompok tetap sehingga
membuat sistem reproduksi laki-laki khas. Proses ini butuh waktu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
antara 70-80 hari yang terdiri dari dua proses meliputi
spermatositogenesis dan spermiogenesis. Proses spermatositogenesis
dimulai dari sel benih primitif (spermatogonia) sampai spermatid.
Spermatogonia terletak dekat dengan lamina basalis merupakan sel
yang relatif kecil dan intinya mengandung kromatin ireguler,
membentuk kelompok-kelompok yang kasar. Pada perkembangan
seksual, sel-sel ini mengalami serangkaian mitosis berurutan, dan sel-
sel yang baru terbentuk dapat mengikuti salah satu dari dua jalan :
1) melanjutkan diri seperti sel induk, setelah satu atau lebih
pembelahan mitosis dan sel-sel spermatogonia A terus menjadi
sumber spermatogonia.
2) membelah dan tumbuh lebih besar dari spermatogonia induk
yang dinamakan spermatogonium (Paulsen, 2000).
Spermatogonia B menghasilkan spermatosit primer.
Spermatosit primer merupakan sel yang terbesar dari turunan sel
spermatogenik yang ditandai dengan adanya kromosom dalam
berbagai stadium proses pemilinan dalam intinya. Spermatosit primer
kemudian mengalami stadium profase pembelahan meiosis pertama
(kira-kira 22 hari). Pada awal pembelahan, spermatosit primer
mempunyai 46 (44 + XY) kromosom dan DNA sejumlah 4 N. Selama
stadium meiosis, crossing over gen-gen kromosom bergerak ke arah
masing-masing kutub. Hasil dari pembelahan ini didapatkan sel-sel
yang lebih kecil dan disebut spermatosit sekunder dengan kromosom
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
23 (22+X atau 22+Y). Pengurangan jumlah kromosom diikuti
pengurangan jumlah DNA per sel (4 N menjadi 2 N). Spermatosit
sekunder sukar ditemukan dalam potongan testis karena spermatosit
sekunder tetap dalam interfase yang sangat singkat dan cepat masuk
dalam pembelahan meiosis kedua (sel yang singkat hidupnya).
Pembelahan spermatosit sekunder menghasilkan spermatid (23
kromosom). Pada pembelahan kedua ini, jumlah DNA sel berkurang
separuh membentuk sel-sel haploid (N). Hal ini terjadi karena tidak
ada fase S (sintesis DNA) antara meiosis pertama dan kedua dari
spermatosit. Pada fertilisasi, akan kembali menjadi diploid normal
(Guyton dan Hall, 2006).
Spermatid merupakan sel hasil pembelahan spermatosit
sekunder yang dapat dibedakan dari ukuran inti selnya yang kecil
dengan daerah kromatin yang padat dan terletak pada bagian tengah
tubulus seminiferus. Proses spermatositogenesis berakhir lalu
dilanjutkan spermiogenesis yang dimulai dari spermatid sampai
pembentukan spermatozoa melalui proses diferensiasi (Paulsen,
2000).
Selama pembelahan spermatogonia, sel-sel yang dihasilkan
tidak terpisah sama sekali tapi tetap dihubungkan satu sama lain oleh
jembatan-jembatan sitoplasma. Jembatan-jembatan interseluler
menyelenggarakan komunikasi antara setiap spermatosit primer dan
sekunder dan spermatid yang berasal dari seri spermatogonium.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Jembatan-jembatan ini memegang peranan penting dalam koordinasi
urutan peristiwa dalam spermatogenesis. Bila proses spermatogenesis
telah selesai penanggalan sitoplasma dan jembatan-jembatan
sitoplasma sebagai badan-badan residu mengakibatkan pemisahan
spermatid (Junqueira dan Carneiro, 2007).
Sperma yang diproduksi manusia per hari, lebih sedikit
dibanding mamalia yang lain. Laki-laki dikatakan infertil jika
ejakulatnya berisi kurang dari 20 juta sperma per milimeter. Jumlah
sperma tiap ejakulat perlu untuk memperkecil kegagalan dalam
pencapaian dan fertilitas ovum. Rata-rata hitung sperma manusia 100
juta per milimeter dari ejakulat, dengan kisaran 76.4 – 127 juta
permilimeter (Achard et al., 2009).
3. Hubungan Monosodium Glutamate (MSG) dengan Testis
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa Monosodium Glutamate
berpengaruh terhadap berbagai organ tubuh, salah satunya adalah testis.
Para peneliti menduga bahwa Monosodium Glutamate berpengaruh dalam
menurunkan kadar Folicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing
Hormone (LH). Penurunan kadar ini dikaitkan dengan kerusakan yang
terjadi di hipotalamus setelah pemberian Monosodium Glutamate. Hal ini
dapat terjadi karena kerusakan pada neuron yang mensekresikan
Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH), sehingga terjadi penurunan
kadar GnRH yang berperan pada regulasi FSH dan LH, dan berakibat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
terjadinya penurunan kadar FSH dan LH. Penurunan kadar FSH dan LH
akan mengubah struktur histologis testis, salah satunya ditandai dengan
menurunnya sel spermatid (Iryani, 2003; Sukawan, 2008).
B. Kerangka Pemikiran
C. Hipotesis
Pemberian Monosodium Glutamate (MSG) pada mencit akan
menyebabkan perubahan struktur histologis testis yaitu berupa penurunan
jumlah sel spermatid.
Perubahan struktur
Penurunan kadar
Hipotalamus
GnRH
Hipofisis Anterior
FSH LH
Merusak neuron
Terjadi penurunan
Testis Sel Sertoli
MSG
Tubulus
Seminiferus
Sel Leydig
Penurunan jumlah Sel Spermatid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat Eksperimental Laboratorium dengan desain
penelitian the posttest only controled group design.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Histologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
C. Subjek Penelitian
Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit jantan
galur Swiss Webster berumur 2-4 bulan, dengan berat badan ± 20 gram.
D. Teknik Sampling
Pengambilan sampel dilakukan secara incidental sampling.
Besar sampel tiap kelompok dihitung dengan rumus Federer, di mana (t)
adalah jumlah ulangan untuk tiap perlakuan dan (n) adalah jumlah
subjek.
(n-1) (t-1) > 15
(n-1) (3-1) > 15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
2n-2 > 15
2n > 17
n > 8,5 » 9
Berdasarkan perhitungan di atas, peneliti memutuskan bahwa
jumlah subjek yang akan dipakai dalam penelitian adalah 9 ekor mencit
jantan pada tiap kelompoknya, sehingga jumlah total mencit yang
digunakan adalah 27 ekor.
E. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah the posttest only
controled group design (Taufiqurrahman, 2004).
KP : (X) O1
KK : ( - ) O2
Keterangan:
KP : Kelompok perlakuan
KK : Kelompok kontrol
(X) : Pemberian Monosodium Glutamate (MSG)
( - ) : Tanpa perlakuan (pemberian aquades)
O1 : Hasil pengukuran efek pada kelompok perlakuan
O2 : Hasil pengukuran efek pada kelompok kontrol
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
F. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
Pemberian Monosodium Glutamate (MSG) dengan dosis
pemberian yang bervariasi.
2. Variabel terikat
Perubahan gambaran histologis testis pada mencit dengan cara
penghitungan sel spermatid.
G. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
Pemberian Monosodium Glutamate (MSG)
Cara pemberian Monosodium Glutamate (MSG) pada mencit
melalui oral menggunakan sonde lambung dengan dosis I:
1,56 mg/20 gram BB per hari dan dosis II: 3,12 mg/20 gram BB per
hari. Pemberian MSG dilakukan selama 10 hari berturut-turut.
Alasan pemberian dosis selama 10 hari karena sesuai dengan lama
satu siklus spermatogenesis mencit (Nalbandov, 1990).
Skala pengukuran untuk variabel bebas adalah skala ordinal.
2. Variabel terikat
Perubahan struktur histologis testis pada mencit, yang dimaksud
dengan perubahan struktur histologis testis pada mencit adalah
perubahan struktur mikroskopis pada testis mencit setelah diberi
perlakuan dengan MSG. Dinilai dengan menghitung jumlah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
spermatid mencit setelah diberi perlakuan. Penghitungan jumlah
dilakukan dengan cara memilih tubulus seminiferus yang bulat dan
memiliki sekitar 5-6 sel leydig, namun setelah pengamatan
diperoleh hasil bahwa jumlah tersebut sangat sedikit pada preparat,
sehingga diturunkan menjadi 3-5 sel leydig di sekitar tubulus lalu
dihitung jumlah sel spermatid yang ada di dalamnya. Jumlah sel
spermatid dihitung pada preparat testis kanan dan kiri dalam satu
kelompok mencit. Perhitungan jumlah sel spermatid testis kanan
mewakili satu nilai, begitu pula jumlah sel spermatid testis kiri pada
kelompok mewakili satu nilai, sehingga dalam tiap kelompok ada 18
data jumlah sel spermatid.
Pengukuran variabel terikat tersebut menggunakan skala rasio.
H. Alat dan Bahan
a. Kandang hewan percobaan untuk 3 kelompok hewan percobaan di
mana tiap kelompok ada 9 ekor.
b. Makanan hewan percobaan pelet dan minum dari air PAM.
c. Monosodium Glutamate.
d. Timbangan duduk dan timbangan neraca.
e. Alat pembedahan hewan percobaan (pinset, pisau bedah, gunting
anatomis, jarum, meja lilin).
f. Alat dan bahan untuk pembuatan sediaan histologis testis.
g. Mikroskop cahaya merk Olympus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
h. Hand tally counter
i. Gelas ukur dan pengaduk
I. Cara Kerja
1. Langkah I
Mencit diadaptasikan selama tujuh hari di laboratorium Histologi
Fakultas Kedokteran UNS. Suhu dan kelembaban ruangan tetap dijaga.
2. Langkah II: Pengelompokkan Subjek
Pengelompokkan subjek dilakukan setelah adaptasi. Pengelompokkan
dilakukan secara random menjadi tiga kelompok, yaitu :
a. Kelompok kontrol (K) terdiri dari 9 ekor mencit yang diberi makan
pelet dan air minum PAM tak terbatas selama 10 hari.
b. Kelompok perlakuan I (P1) terdiri dari 9 ekor mencit yang diberi
makan pelet dan air minum PAM tak terbatas dan diberikan
Monosodium Glutamate 1,56 mg/20 gram BB per hari melalui oral
selama 10 hari.
c. Kelompok perlakuan II (P2) terdiri dari 9 ekor mencit yang diberi
makan pelet dan air minum PAM tak terbatas dan diberikan
Monosodium Glutamate 3,12 mg/20 gram BB per hari melalui oral
selama 10 hari.
3. Langkah III : Penentuan dosis Monosodium Glutamate (MSG)
a. Konsumsi Monosodium Glutamate (MSG) di Indonesia adalah
0,6 gram/hari (Prawirohardjono et al., 2000).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
b. Angka konversi dosis dari manusia dengan berat badan 70 kg ke
mencit dengan berat badan 20 gram adalah 0,0026, jadi dosis untuk
mencit:
0,6 gram x 0,0026/20 gram BB mencit = 0,00156 gram/20 gram
BB mencit » 1,56 mg/20 gram BB mencit
Jadi dosis I digunakan 1,56 mg/20 gram BB mencit per hari
Sedangkan dosis II menggunakan dosis dua kali lipat dari dosis I,
sehinga dosis II untuk mencit sebesar:
1,2 gram x 0,0026/20 gram BB mencit = 0,00312 gram/20 gram
BB mencit » 3,12 mg/20 gram BB mencit
4. Langkah IV : Pengambilan Jaringan dan Pembacaan Preparat
Semua hewan percobaan dikorbankan dengan cara dislokasi leher
setelah waktu yang ditentukan di atas dan dilakukan pembedahan
untuk mengambil organ testis, kemudian dibersihkan dari jaringan
sekitarnya. Tiap mencit diambil testis kanan dan kiri, masing-masing
testis dibuat tiga preparat. Jaringan difiksasi dalam larutan Bouin
selama 3 jam, Pembuatan preparat dengan menggunakan metode
parafin. Pewarnaan yang digunakan adalah Hematoxylin Eosin.
Preparat dilihat dengan mikroskop cahaya dengan perbesaran 400×.
Pembacaan preparat dilakukan dengan cara mengambil satu dari tiga
preparat yang dibuat. Pengambilan ini dilakukan secara acak,
kemudian dihitung spermatid yang tampak pada tubulus seminiferus.
Dari tiap preparat diamati satu tublus seminiferus yang bulat dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
terdapat 3-5 sel leydig di sekitarnya, kemudian jumlah spermatid
dihitung dari satu tubulus seminiferus tersebut. Jumlah spermatid
dihitung pada preparat testis kanan dan kiri dalam satu kelompok
mencit. Perhitungan jumlah spermatid testis kanan dan testis kiri
mewakili satu nilai.
J. Analisis Data
Analisis data perubahan struktur histologis testis diuji
menggunakan uji One Way Anova, perbedaan mean antarkelompok uji
menggunakan Least Significant Different (LSD) dengan batas kemaknaan
0,05 (Paryono, 1996; Purnawan, 1995).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Data Hasil Penelitian
Data hasil penelitian yaitu jumlah sel spermatid yang berskala
rasio, dihitung dari preparat hewan coba. Preparat yang dipilih adalah satu
tubulus seminiferus dari preparat irisan testis kanan dan satu tubulus
seminiferus dari preparat testis kiri per kelompok dengan kriteria tubulus
seminiferus bulat dan memiliki 3-5 sel leydig. Penghitungan preparat
dilakukan dengan menghitung jumlah spermatid preparat testis kanan dan
testis kiri, kemudian ditotal dalam satu kelompok dan dihitung rerata sel
spermatid tiap kelompok.
Tabel 1. Nilai Rerata Sel Spermatid Testis Kiri dan Kanan dari Masing-Masing Kelompok
Kelompok N Rerata sel spermatid Standar
testis kiri dan kanan Deviasi
Kontrol 18 126,56 17,42
Perlakuan I 18 74,22 10,46
Perlakuan II 18 51,78 6,64
Tabel 1 memperlihatkan nilai rerata sel spermatid tiap kelompok.
Rerata kelompok kontrol adalah yang tertinggi yaitu 126,56 ± 17,42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
sedangkan rerata kelompok perlakuan II adalah yang paling rendah yaitu
51,78 ± 6,64.
0
20
40
60
80
100
120
140
Kelompok
Mea
n of
Jum
lah
Sper
mat
id
KontrolPerlakuan 1Perlakuan 2
Gambar 1. Grafik Jumlah Rerata Sel Spermatid Testis Kiri dan Kanan Tiap Kelompok
Grafik di atas menunjukkan bahwa rerata sel spermatid setelah
diberi Monosodium Glutamate (MSG) mengalami penurunan yang terlihat
antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Jumlah sel spermatid
makin menurun sebanding dengan bertambahnya jumlah dosis
Monosodium Glutamate (MSG) yang diberikan pada mencit. Grafik di atas
menggambarkan bahwa:
1. Rerata sel spermatid kelompok kontrol paling banyak.
2. Rerata sel spermatid kelompok perlakuan I lebih banyak dibandingkan
perlakuan II namun lebih sedikit dibandingkan kelompok kontrol.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
3. Rerata sel spermatid kelompok perlakuan II paling sedikit di antara
semua kelompok.
B. Analisis Data
Analisis dilakukan dengan PASW Statistic for Windows versi 18
pada data hasil percobaan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang
signifikan dari pemberian Monosodium Glutamate (MSG) terhadap jumlah
sel spermatid pada mencit, kemudian ditentukan perlakuan yang terbaik.
Data diperoleh dari tiga kelompok yaitu kelompok kontrol, kelompok
perlakuan I, dan kelompok perlakuan II, di mana tiap kelompok diambil 9
data jumlah sel spermatid kiri dan 9 data jumlah sel spermatid kanan yang
nantinya kedua data tersebut akan dijumlah untuk mewakili satu
kelompok.
Metode analisis data yang digunakan adalah One Way Anova.
Metode ini termasuk metode analisis komparasi parametrik lebih dari dua
kelompok dengan persyaratan asumsi normalitas data dan asumsi
homogenitas variansi. Pengujian asumsi normalitas data menggunakan
Saphiro-Wilk Test dan pengujian asumsi homogenitas variansi
menggunakan Levene’s Test. Metode Post Hoc Test yang digunakan
adalah Least Significant Different (LSD). Post Hoc Test digunakan untuk
menetukan perlakuan terbaik, di mana LSD digunakan jika data memenuhi
asumsi homogenitas variansi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
1. Pengujian Asumsi Normalitas Data (Saphiro-Wilk Test)
Rumusan Hipotesis
H0 : sampel memenuhi asumsi normalitas data
Ha : sampel tidak memenuhi asumsi normalitas data
Kriteria Pengambilan Keputusan
H0 diterima apabila nilai probabilitas ≥ 0,05
H0 ditolak apabila nilai probabilitas < 0,05
Hasil dan Simpulan
Hasil uji normalitas yang diperoleh dari analisis PASW Statistic for
Windows versi 18:
Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Saphiro-Wilk Test
Kelompok Nilai Probabilitas Keputusan
Kontrol 0,133 H0 diterima
PI 0,115 H0 diterima
PII 0,431 H0 diterima
Hasil yang didapat dari pengujian asumsi normalitas Saphiro-
Wilk Test, ketiga kelompok memiliki nilai probabilitas di atas 0,05
sehingga H0 diterima. Hal ini berarti seluruh sampel memenuhi asumsi
normalitas data dan dapat dilanjutkan ke analisis One Way Anova.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
2. Pengujian Asumsi Homogenitas Variansi (Levene’s Test)
Rumusan Hipotesis
H0 : sampel memenuhi asumsi homogensi variansi
Ha : sampel tidak memenuhi asumsi homogensi variansi
Kriteria Pengambilan Keputusan
H0 diterima apabila nilai probabilitas ≥ 0,05
H0 ditolak apabila nilai probabilitas < 0,05
Hasil dan Simpulan
Uji homogenitas variansi menggunakan Levene’s Test
diperoleh nilai probabilitas 0,00 yang berarti di bawah nilai
probabilitas yang seharusnya lebih dari 0,05 sehingga H0 ditolak. Hal
ini menunjukkan bahwa sampel tidak memenuhi homogenitas variansi.
Untuk memenuhi homogenitas variansi, maka dilakukan transformasi
data. Proses penentuan bentuk transformasi data dilihat dari plot
analisis Slope dan Power of Transformation, dalam hal ini diperoleh
angka Slope: 1,144 dan Power of Transformation: -0,144 sehingga
bentuk transformasi data yang digunakan adalah logaritma (Dahlan,
2009). Setelah melakukan transformasi data, diperoleh nilai
probabilitas 0,836 yang berarti nilai probabilitas lebih dari 0,05
sehingga H0 diterima, sampel memenuhi homogenitas variansi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
dapat dilanjutkan ke analisis One Way Anova dan Post Hoc Test
dengan mengunakan Least Significant Different (LSD).
3. Pengujian One Way Anova
Rumusan Hipotesis
H0 : pemberian Monosodium Glutamate (MSG) tidak berpengaruh
terhadap jumlah sel spermatid
Ha : pemberian Monosodium Glutamate (MSG) berpengaruh
signifikan terhadap jumlah sel spermatid
Kriteria Pengambilan Keputusan
H0 diterima apabila nilai probabilitas ≥ 0,05
H0 ditolak apabila nilai probabilitas < 0,05
Hasil dan Simpulan
Hasil uji One Way Anova yang diperoleh dari analisis PASW Statistic
for Windows versi 18:
Tabel 3. Hasil Uji One Way Anova
df F Nilai Probabilitas
Antarkelompok 2 184,256 0,000
Dalam Kelompok 51
Total 53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Berdasarkan perhitungan pada tabel di atas, diperoleh nilai
probabilitas sebesar 0,000. Angka ini lebih kecil dari 0,05 sehingga H0
ditolak dan dapat disimpulkan bahwa pemberian Monosodium
Glutamate (MSG) berpengaruh signifikan terhadap jumlah sel
spermatid.
4. Post Hoc Test menggunakan Least Significant Different (LSD)
Rumusan Hipotesis
H0 : tidak terdapat perbedaan jumlah sel spermatid yang signifikan
antara kedua perlakuan
Ha : terdapat perbedaan jumlah sel spermatid yang signifikan antara
kedua perlakuan
Kriteria Pengambilan Keputusan
H0 diterima apabila nilai probabilitas ≥ 0,05
H0 ditolak apabila nilai probabilitas < 0,05
Hasil dan Simpulan
Hasil uji normalitas yang diperoleh dari analisis PASW Statistic for
Windows versi 18:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Tabel 4. Hasil Post Hoc Test menggunakan Least Significant Different
(LSD)
Pasangan Perlakuan Nilai Keputusan Simpulan
yang diuji Probabilitas
Kontrol PI 0,000 H0 ditolak Berbeda signifikan
PII 0,000 H0 ditolak Berbeda signifikan
PI Kontrol 0,000 H0 ditolak Berbeda signifikan
PII 0,000 H0 ditolak Berbeda signifikan
PII Kontrol 0,000 H0 ditolak Berbeda signifikan
PI 0,000 H0 ditolak Berbeda signifikan
Hasil tabel di atas dapat disimpulkan :
a. Kelompok kontrol dan kelompok perlakuan I memiliki perbedaan
rerata jumlah spermatid yang signifikan
b. Kelompok kontrol dan kelompok perlakuan II memiliki perbedaan
rerata jumlah spermatid yang signifikan
c. Kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II memiliki
perbedaan rerata jumlah spermatid yang signifikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
BAB V
PEMBAHASAN
Pemberian Monosodium Glutamate (MSG) yang dilakukan selama 10 hari
diperoleh hasil rerata sel spermatid kiri dan kanan pada kelompok kontrol adalah
126,56 ± 17,42; kelompok perlakuan I adalah 74,22 ± 10,46; dan kelompok
perlakuan II adalah 51,78 ± 6,64.
Penurunan jumlah rerata sel spermatid pada kelompok perlakuan I
dibandingkan dengan kelompok kontrol adalah sebesar 41,35%. Penurunan
jumlah rerata sel spermatid pada kelompok perlakuan II dibandingkan dengan
kelompok kontrol adalah 59,09 %.
Pemberian Monosodium Glutamate (MSG) dengan dosis 1,56 mg/20 gram
BB mencit pada perlakuan I dan 3,12 mg/20 gram BB mencit pada perlakuan II
menunjukkan bahwa terjadi penurunan rerata sel spermatid yang bermakna jika
dibandingkan dengan rerata sel spermatid kontrol. Rerata sel spermatid perlakuan
II lebih sedikit jika dibandingkan dengan perlakuan I, hal ini mengindikasikan
bahwa semakin besar pemberian dosis Monosodium Glutamate (MSG) semakin
menurun pula rerata sel spermatid.
Dari uji One Way Anova diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,00. Angka
ini lebih kecil dari 0,05 sehingga H0 ditolak. Dengan demikian disimpulkan
bahwa pemberian Monosodium Glutamate (MSG) berpengaruh signifikan
terhadap jumlah sel spermatid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Post Hoc Test yang digunakan dengan menggunakan Least Significant
Different (LSD) dilakukan untuk mencari perbedaan antar kelompok. Kelompok
kontrol dibandingkan dengan perlakuan I diperoleh nilai probabilitasnya 0,00.
Nilai probabilitas ini lebih kecil dari 0,05 yang berarti terdapat perbedaan
bermakna di antara keduanya atau dapat disebut H0 ditolak. Pengujian juga
dilakukan terhadap kelompok kontrol yang dibandingkan dengan perlakuan II
diperoleh nilai probabilitasnya 0,00. Nilai probabilitas ini lebih kecil dari 0,05
yang berarti terdapat perbedaan bermakna diantara keduanya atau dapat disebut
H0 ditolak.
Penurunan jumlah sel spermatid kelompok perlakuan dibandingkan
dengan kelompok kontrol disebabkan oleh rusaknya neuron hipotalamus.
Rusaknya neuron hipotalamus ini akan menurunkan kadar Gonadotropin
Releasing Hormone (GnRH) yang nantinya akan memberikan sinyal ke hipofisis
anterior dalam regulasi Folicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing
Hormone (LH). Rusaknya regulasi Folicle Stimulating Hormone (FSH) dan
Luteinizing Hormone (LH) ini memberikan pengaruh dalam testis (Iryani, 2003;
Sukawan, 2008). Pengaruh yang diukur di penelitian ini dengan menggunakan
jumlah sel spermatid yang berkurang menyiratkan keadaan bahwa terganggunya
proses spermatogenesis yang nantinya akan mengarah ke infertilitas.
Monosodium Glutamate (MSG) digunakan di Indonesia per hari masih
terhitung sangat rendah dibandingkan di negara Industri maupun di negara maju.
Penggunaan dalam dosis ini ternyata masih menimbulkan efek di sistem
reproduksi mencit terutama dalam spermatogenesis. Hal ini telah dibuktikan pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
penelitian Monosodium Glutamate (MSG) dengan dosis 2400 mg/kg BB;
4800 mg/kg BB; 9600 mg/kg BB dalam 4 mL aquades dibandingkan dengan
kelompok kontrol yang hanya diberikan 4 mL aquades tanpa Monosodium
Glutamate (MSG) dan tanpa diberi apapun selama 49 hari dapat mempengaruhi
proses spermatogenesis hewan coba (Nizamuddin, 2000).
Hasil penelitian ini juga dibuktikan dengan percobaan yang lain, di mana
tikus setelah lahir diberi suntikan Monosodium Glutamate (MSG) secara
intraperitonial sebanyak 4 mg/gram BB setiap dua hingga sepuluh hari dan dicek
saat pubertas dan dewasa. Hasilnya terjadi penurunan level plasma yang
signifikan pada LH, FSH, Tetosteron, dan FT4. Penurunan yang signifikan juga
terjadi pada jumlah sel sertoli dan sel leydig. Berat organ reproduksi tikus juga
diukur dan hasilnya berat organ reproduksi menurun. Turunnya berat organ
reproduksi serta rendahnya jumlah sel sertoli dan sel leydig diperkirakan karena
Monosodium Glutamate (MSG) mengganggu aktifitas proliferasi sel pada
perkembangan testis. Hal ini membuktikan bahwa Monosodium Glutamate
(MSG) berpengaruh menurunkan kesuburan pada sistem reproduksi. Selain itu,
pada hasil percobaan suntikan Monosodium Glutamate (MSG) secara
intraperitonial sebanyak 4 mg/gram BB terjadi pula hiperadiposit pada tikus. Hal
ini menjadi dasar ilmiah penulis yang menemui adanya timbunan lemak di sekitar
testis pada 5 ekor mencit atau 55,56 % dari jumlah mencit di kelompok perlakuan
II saat terminasi dan pembedahan. Munculnya timbunan lemak ini diakibatkan
oleh rusaknya fungsi regulasi hipotalamus. Hipotalamus berfungsi untuk
mengatur metabolisme lemak pada tubuh. Rusaknya fungsi regulasi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
diakibatkan rusaknya neuron hipotalamus menyebabkan hiperadiposit. Hal ini
membuktikan pula bahwa Monosodium Glutamate (MSG) menyebabkan
neurotoksik bagi para pengguna (França et al., 2006).
Penelitian serupa yang membuktikan mengenai pengaruh Monosodium
Glutamate (MSG) terhadap testis yaitu dengan memberikan Monosodium
Glutamate (MSG) dosis 0,2 mg/gram BB yang disuntik secara subkutan pada
tujuh tikus Swiss Albino yang baru lahir pada hari kedua, keempat, keenam,
kedelapan, kesepuluh selama hidup. Terminasi dilakukan setelah dilakukan
perlakuan selama 75 hari. Hasil penelitian menunjukkan menurunnya berat testis
dan diameter tubulus seminiferus yang tidak signifikan, serta meningkatnya
spermatosit primer dan membesarnya sel leydig secara signifikan. Peningkatan
jumlah spermatosit primer timbul sebagai mekanisme kompensasi dari hilangnya
sel spermatogenik pada sel tersebut, sedangkan pembesaran sel leydig karena
hipertrofi kompensasi yang diakibatkan menurunnya level hormon testosteron
(Das dan Ghosh, 2010).
Penelitian mengenai spermatogenesis dengan indikator jumlah sel
spermatid tidak hanya ditimbulkan dari Monosodium Glutamate (MSG), tetapi
penelitian dalam pemberian ekstrak daun beluntas juga menimbulkan turunnya
jumlah sel spermatid. Pemberian dilakukan dengan memberikan daun beluntas
pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol diberi makan yang tidak
mengandung daun beluntas. Turunnya jumlah sel spermatid disebabkan oleh
senyawa flavonoid yang terkandung dalam daun beluntas. Flavonoid ini termasuk
salah satu senyawa antifertilitas yang menghambat enzim aromatase. Enzim
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
aromatase akan bekerja sehingga meningkatkan hormon testosteron, tingginya
hormon testosteron akan memberikan sinyal umpan balik ke hipofisis dengan
tidak melepaskan Folicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone
(LH) (Susetyorini, 2003).
Pemberian paparan asap rokok juga menurunkan jumlah spermatid pada
mencit. Penelitian dilakukan dengan memberi asap rokok satu batang per ekor per
hari pada kandang yang terpisah (karantina) selama 40 hari hasilnya adalah
terlihat susunan sel spermatogenik longgar, tidak teratur, dan tidak padat.
Perhitungan jumlah sel spermatid menunjukkan terjadinya penurunan yang
signifikan. Asap rokok menyebabkan terganggunya proses spermatogenesis dalam
tubulus seminiferus. Nikotin dalam asap rokok dapat mempengaruhi kerja Sistem
Saraf Pusat (SSP) dengan cara menghambat Gonadotropin Releasing Hormone
(GnRH) sehingga pembentukan Folicle Stimulating Hormone (FSH) dan
Luteinizing Hormone (LH) terhambat dan menyebabkan terganggunya proses
spermatogenesis (Sukmaningsih, 2009).
Monosodium Glutamate (MSG) memberikan banyak pengaruh terhadap
tubuh. Hal ini telah banyak dibuktikan oleh peneliti dan didukung oleh hasil
penelitian pada paparan di atas. Monosodium Glutamate (MSG) salah satu di
antaranya berpengaruh pada organ testis yang telah dibuktikan dengan indikator
penurunan jumlah sel spermatid pada mencit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Pemberian Monosodium Glutamate (MSG) dalam dosis konsumsi
rerata di Indonesia dapat mempengaruhi gambaran histologis testis mencit
yang ditandai dengan penurunan jumlah sel spermatid. Jumlah sel
spermatid semakin menurun seiring dengan semakin besarnya dosis
Monosodium Glutamate (MSG) yang diberikan.
B. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai dosis aman konsumsi
Monosodium Glutamate (MSG).
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan hewan coba yang
tingkatannya lebih mendekati manusia, dalam hal ini simpanse/kera.
3. Hasil penelitian ini hendaknya digunakan sebagai acuan bagi
masyarakat dalam penggunaan banyaknya Monosodium Glutamate
(MSG) dalam kehidupan sehari-hari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
DAFTAR PUSTAKA
Achard C., Meduri G. 2009. Normal spermatogenesis in a men with mutan luteinizing hormone. NEJM. 1857.
Beyreuther K., HK Blesalski, JD Fernstrom, P Grimm, WP Hammes, U Heinemann, O Kempski et al. 2006. Consensus meeting: monosodium glutamate – an update. EJCN. 1-10.
Brosnan JT. 2000. Glutamate, at the interface between amino acid and
carbohydrate metabolism. J. Nutr. 130 : 988S-990S. Dahlan MS. 2009. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Edisi 4. Jakarta:
Penerbit Salemba Raya. Das RS dan SK Ghosh. 2010. Long term effects of monosodium glutamate on
spermatogenesis following neonatal exposure in albino mice – a histological study. Nepal Med Coll J. 12(3): 149-153
Food Standart Australia New Zealand. 2003. Monosodium Glutamate, a Safety
Assessment. Technical Report Series No.20 FSANZ.
França LR, M.O. Suescun, J.R. Miranda, A. Giovambattista, M. Perello, E. Spinedi, dan R.S. Calandra. 2006. Testis structure and function in a nongenetic hyperadipose rat model at prepubertal and adult ages. Endocrinology. 147(3):1556–1563
Gartner LP. dan James L. Hiatt. 2007. Colour Textbook of Histology. Philadelphia: Elseiver Saunders.
Geha RS., Alexa Beiser, Clement Ren, Roy Patterson, Paul A. Greenberger,
Leslie C. Grammer, Anne M. Ditto et al. 2000. Review of alleged reaction to monosodium glutamate and outcome of a multicenter double-blind placebo-controlled study. J. Nutr. 130 : 1058S-1082S.
Guyton dan Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi Manusia. Jakarta: EGC.
Halpern BP. 2002. What’s in a name? are msg and umami same?. Chem. Senses. 27: 845-846.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Iryani D. 2003. Kadar testosteron darah dan gambaran histologik sel-sel leydig tikus putih (rattus norvegicus) jantan dewasa setelah pemberian monosodium glutamat peroral. Majalah Kedokteran Andalas. 27 : 51-59.
Junqueira dan Carneiro. 2007. Buku Ajar Histologi dan Atlas. Jakarta: EGC.
Leeson CR., Thomas S. Leeson, dan Anthony A. Paparo. 1996. Buku Ajar Histologi. Jakarta: EGC.
Lehninger AL. 2008. Principles of Biochemistry. USA: Worth Publishers Inc. Muchsin R. 2009. Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate terhadap
Histologi Endometrium Mencit. Universitas Sumatra Utara. Thesis.
Nalbandov AV. 1990. Fisiologi Reproduksi pada Mamalia dan Unggas. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).
Nayanatara AK., Vinodini NA., Damodar G., Ahemed B., Ramaswamy C.R., Shabarianth, Rames Bhat. 2008. Role of ascorbic acid in monosodium glutamate mediated effect on testicular weight, sperm morphology and sperm count, in rat testis. JCCM. 3.
Ngatidjan. 1991. Petunjuk Laboratorium Metode Laboratorium dalam Toksikologi. Yogyakarta: Pusat Antar Universitas Bioteknologi UGM.
Nizamuddin. 2000. Pengaruh pemberian msg terhadap spermatogenesis dan
jumlah anak tikus putih jantan dewasa. Jurnal Kedokteran Yarsi. 7(1) : 63-73.
Paryono P. 1996. Mengolah Data Statistik dengan SPSS/PC+. Yogyakarta :
Penerbit Andi Offset.
Paulsen DF. 2000. Histology and Cell Biology Examination and Board Review. Singapore: Mc Graw-Hill.
Purnawan J. 1995. Pengantar Analisis Data. Jakarta : Rineka Cipta. Prawirohardjono W., Iwan Dwiprahasto, Indwiani Astuti, Soeliadi
Hadiwandowo, Erna Kristin, Mustofa Muhammad, dan Michael F.Kelly. 2000. The administration to indonesians of monosodium l-glutamate in indonesian foods : an assessment of adverse reactions in a randomized double blind, crossover, placebo-controlled study. J. Nutr. 130, 1074S-1076S.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Sabri E., Deny Suprihati, dan Gunawan E. Utama. 2006. Efek pemberian monosodium glutamat terhadap perkembangan embrio mencit strain ddw selama periode praimlantasi hingga organogenesis. Jurnal Biologi Sumatra. 8-14.
Siregar JH. 2009. Pengaruh Pemberian Vitamin C terhadap Jumlah Sel Leydig dan Jumlah Sperma Mencit Jantan Dewasa yang Dipapari Monosodium Glutamate. Universitas Sumatra Utara. Thesis.
Sukawan UY. 2008. Efek Toksik Monosodium Glutamat (MSG) pada Binatang Percobaan. Universitas Indoneia. Thesis
Sukmaningsih AASgA. 2009. Penurunan jumlah spermatosit pakiten dan spermatid tubulus seminiferus testis pada mencit (mus musculus) yang dipaparkan asap rokok. Jurnal Biologi. XIII (2) : 31 - 35
Susetyorini E. 2003. Efek Beluntas Terhadap Sel Spermatogenik Tikus Putih
sebagai Alternatif Kontrasepsi Tradisional. http://digilib.umm.ac.id (30
Maret 2010)
Syahrum K dan Tjokronegoro. 1994. Reproduksi dan Embriologi: Dari Satu Sel Menjadi Organisme. Jakarta: Penerbit FKUI.
Taufiqurrahman. 2004. Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Surakarta : CSGS.
Watkins JC dan Evans. 1981. Exitatory amino acid transmitter. Annu. Rev. Pharmacol. Toxicol. 21: 165-204.
Xiong JS., Debbie Branigan, Minghua Li. 2009. Deciphering the msg controversy.
IJCEM. 2 : 329-336.
Young VR. dan A.M. Ajami. 2000. Glutamate: an amino acid of particular distinction. International Symposium on Glutamate. J.Nutr. 130: 892S-900S.