Upload
dohanh
View
234
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
P
PEN
TERHAD
PENDERI
Syarat-Sy
NGARUH
DAP PENU
ITA MYO
O
Diajukan G
yarat Untuk
PROF
UNIVERS
PEMBER
URUNAN
OFASCIA
OTOT UP
Di
EKJ
Guna Meleng
Menyelesaik
OGRAM STFAKULTAS
ITAS MUH
RIAN MYO
N NYERI D
AL TRIGG
PPER TRA
ajukan Oleh
KO PRIHATJ120121014
SKRIPSI
gkapi Tugas-
kan Program
TUDI S1 FIS ILMU KEHAMMADIY
2014
OFASCIA
DAN DISA
GER POIN
APEZIUS
h :
TI
-Tugas dan M
m Pendidikan
ISIOTERAPSEHATANYAH SURA
AL RELEA
ABILITAS
NT SYND
Memenuhi
n Sarjana Fis
PI N AKARTA
ASE
S PADA
DROME
sioterapi
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA FAKULTAS ILMU KESEHATAN
Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan, Kartasura Telp. (0271) 717417 Fax. 715448 Surakarta 57102 Website: http://www.ums.ac.id Email: [email protected]
Surat Persetujuan Artikel Publikasi Ilmiah
Yang bertanda tangan di bawah ini pembimbing skripsi/ tugas akhir : Pembimbing I : Setiawan, M. Physio Pembimbing II : Umi Budi Rahayu, S.St.Ft. M. Kes. Telah membaca dan mencermati naskah artikel publikasi ilmiah, yang merupakan ringkasan skripsi/ tugas akhir dari mahasiswa : Nama : EKO PRIHATI NIM : J120121014 Program Studi : S1 FISIOTERAPI Judul Skripsi : PENGARUH PEMBERIAN MYOFASCIAL
RELEASE TERHADAP PENURUNAN NYERI DAN DISABILITAS PADA PENDERITA MYOFASCIAL TRIGGER POINT SYNDROME OTOT UPPER TRAPEZIUS
Naskah artikel tersebut, layak dan dapat disetujui untuk dipublikasikan. Demikian persetujuan ini dibuat, semoga dapat dipergunakan seperlunya.
Surakarta, Februari 2014
ABSTRAK
PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA Skripsi, Januari 2014
39 Halaman EKO PRIHATI PENGARUH PEMBERIAN MYOFASCIALRELEASE TERHADAP PENURUNAN NYERI DAN DISABILITAS PADA PENDERITA MYOFASCIAL TRIGGER POINT SYNDROME OTOT UPPER TRAPEZIUS (Dibimbing Oleh: Setiawan, M. Physio dan Umi Budi R, SST.Ft. M. KES) Myofascial Trigger Point Syndrome (MTPS) adalah suatu daerah kecil yang hipersensitif pada otot dan fasia, yang menimbulkan nyeri setempat jika ditekan dan memberikan nyeri rujukan yang spesifik beserta fenomena otonomik serta disfungsi motorik dan sensorik. Tanda khas MTPS yaitu penurunan kekuatan otot yang berlangsung tiba-tiba karena berkaitan dengan tigger point dalam otot. Permasalahan yang paling sering terjadi pada kondisi MTPS otot upper trapezius adalah nyeri pada leher, bahu, lengan dan nyeri kepala pada bagian sisi temporal serta parietal. hingga menimbulkan disabilitas saat melakukan aktifitas. Modalitas fisioterapi yang berguna sebagai solusi mengatasi MTPS otot upper trapezius salah satunya yaitu Myofascial Release (MFR). MFR merupakan tehnik pijat dengan menggunakan tangan terapis untuk meregangkan fasia dan melepaskan ikatan antara fasia dengan integument, otot dan tulang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh MFR terhadap permasalahan pada kondisi MTPS otot upper trapezius. Penelitian ini menggunakan metode one group pre and post testdesign. Jumlah sampel pada penelitian ini 18 orang, cara pengambilan sampel menggunakan metode purposivesampling yaitu sampel ditentukan dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Data yang diperoleh disasumsikan berdistribusi tidak normal karena kurang dari 30 sampel, maka dilakukan uji statistik non parametrik. Uji beda pre dan post pada kelompok untuk mengetahui hasil saat sebelum dan sesudah terapi digunakan wilcoxon test. Uji wilcoxon untuk VAS pre dan post diperoleh nilai Z= -3,726 dan p= 0,001, sehingga nilai p < 0,05 dan untuk NDI pre dan post diperoleh Z =-3,588, dan nilai p= 0,001 sehingga nilai p < 0,05. Hasil tersebut dapat disimpulkan ada pengaruh pemberian Myofascial Release terhadap penurunan nyeri dan disabilitas pada penderita Myofascial Trigger Point Syndromeotot upper trapezius. Kata kunci: MFR, MTPS, Nyeri, Disabilitas
ABSTRACT
STUDY PROGRAM S1 PHYSIOTHERAPY FACULTY OF HEALTH
MUHAMMADIYAH UNIVERSITY of SURAKARTA Skription, Januari 2014
39 Pages EKO PRIHATI
THE EFFECT TO GIVING MYOFASCIAL RELEASE ON DECREASE PAIN PATIENTS AND DISABILITIES OF MYOFASCIAL TRIGGER POINT MUSCLE SYNDROME UPPER TRAPHEZIUS
(Supervised By: Setiawan, M.Physioand Umi BudiR., SST. Ft. M. KES)
Myofascial Trigger Point Syndrome (MTPS) is a small area that is hypersensitive to the muscle and fascia, which cause local pain when pressed and provide specific pain referral phenomenon along autonomic and sensory and motor dysfunction. MTPS is a typical sign of a decrease in muscle strength that lasts all of a sudden as it pertains to tigger point in the muscle. The problems most commonly occur in the upper trapezius muscle MTPS condition is pain in the neck, shoulders, arms and head pain on the side of the temporal and parietal until cause of disability while performing the activity. Physiotherapy modality useful as a solution to overcome the upper trapezius muscle MTPS one of which is Myofascial Release (MFR). MFR is a massage technique using a hand therapist to stretch the fascia and releasing bonds between fascia with integument, muscles and bones. This study aims to determine the effect of MFR to the problems in the upper trapezius muscle MTPS conditions. This study used one group pre and post test design. The numbers of samples in this study 18 people, how to use a sampling method of purposive sampling that the sample was determined by the inclusion and exclusion criteria.
The data obtained were assumed to be normally distributed because no less than 30 samples, the non- parametric statistical test. Test different pre and post test in the group to know the results before and after therapy used Wilcoxon test. Wilcoxon test for pre and post VAS values obtained Z = -3.726 and p = 0.001, so the value of p < 0.05 and for pre and post acquired NDI Z = -3.588, p = 0.001 and so the value of p < 0.05. These results can be concluded that there is the effect of Myofascial Release to decrease pain and disability in patients with Myofascial Trigger Point Syndrome upper trapezius muscle.
Keywords: MFR, MTPS, Pain, Disability
PENDAHULUAN
Nyeri muskuloskeletal sangat mengganggu kenyamanan dan
produktifitas seseorang yang ditandai timbulnya spasme pada otot yang
mengalami kelelahan, nyeri otot pada saat dan setelah aktifitas, kontraktur
dan rasa kesemutan. Simons (2004) menunjukkan bahwa 98% kasus nyeri
berasal dari muskuloskeletal, dan nyeri tersebut lebih sering mengacu pada
Myofascial Trigger Point Syndrome (MTPS). MTPS merupakan kondisi
adanya daerah hiperiritasi yang memiliki ciri khas tersendiri terasa nyeri bila
ditekan yang terletak pada taut band otot skeletal dan memberikan nyeri
rujukan spesifik beserta fenomena otonomik. MTPS merupakan sindroma
dari kumpulan tanda dan gejala satu atau beberapa trigger point sebagai titik
cetus (Sugiri, 2010).
Penelitian yang dilakukan oleh Davis (1999) terhadap 1504 sampel
yang dipilih secara random dengan usia 30-60 tahun, ditemukan 37% pria dan
65% wanita mengalami nyeri MTPS yang terlokalisir. Sebuah penelitian di
Amerika terhadap 100 sampel dari petugas penerbangan dengan rata-rata
umur 19 tahun ditemukan 45% pria dan 54% wanita mengalami tenderness
otot leher terlokalisir yang disebut latent trigger point. Pada kelompok pasien
di pusat komunitas nyeri medikal, ditemukan oleh seorang neurologi bahwa
dari 96 pasien 93% diantaranya mengalami nyeri yang diakibatkan oleh
MTPS (Hardjono, 2012)..
Di indonesia hasil penelitian yang khusus tentang MTPS belum
selengkap seperti yang dijelaskan di atas, hal ini mendasari penulis
melakukan penelitian lebih lanjut mengenai prevalensi dan kondisi MTPS
khususnya daerah leher dan bahu. Penulis melaksanakan observasi awal,
pada akhir september 2013 di SMPN 2 Adiwerna Kabupaten Tegal terhadap
62 pegawai tata usaha dan guru pengajar. Melalui pemeriksaan anamnesis,
inspeksi, palpasi dan tes gerak dasar otot, ditemukan hasil 30% mengalami
MTPS otot upper trapezius.
MTPS ditandai dengan adanya spasme, tenderness, stifness,
keterbatasan gerak, kelemahan otot maupun disfungsi otonomik. Nyeri MTPS
otot upper trapezius disebabkan karena aktifitas statik low level muscle
exertion yang sangat ekstra dari otot upper trapezius seperti: mengetik lebih
dari 30 menit secara terus menerus, bekerja pada meja yang terlalu rendah,
membawa tas terlalu berat serta melakukan gerakan bahu secara berulang
tanpa istirahat hingga menimbulkan repititif mikro trauma (Hardjono, 2012).
Istilah MTPS sering disamakan dengan kondisi gangguan otot seperti
fibromialgia, miositis, dan muscle strains. Walau secara patologis hal tersebut
berbeda tetapi sering menunjukan tanda dan gejala yang sama, hingga
membuat kekeliruan dalam penegakkan diagnosa dan pemberian terapi. Nyeri
leher dan bahu akibat MTPS otot upper trapezius apabila tidak tertangani
dengan baik sangat mengganggu aktifitas seseorang hingga mengalami
hambatan saat melakukan kerja dan menyelesaikan tugasnya sehari-hari
(Fatmawati, 2013).
TUJUAN
Tujuan dari penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian myofascial
release terhadap penurunan nyeri pada penderita mofascial trigger point
syndrome otot upper trapezius dan mengetahui pengaruh pemberian
myofascial release terhadap penurunan disabilitas pada penderita myofascial
trigger point syndrome otot upper trapezius.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini menggunakan pre experiment dengan metode one
group pre and post test design. Metode ini digunakan untuk mengetahui
pengaruh pemberian myofacial release terhadap penurunan nyeri dan
disabilitas pada penderita myofacial trigger point syndrome otot upper
trapesius.
Penelitian ini dilaksanakan di, SMPN 2 Adiwerna Kabupaten Tegal Jawa
Tengah yang akan dilaksanakan pada bulan november 2013.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua Pendidik (Guru) dan tenaga
kependidikan (Tata usaha) di, SMPN 2 Adiwerna Kabupaten tegal Jawa
tengah yang berjumlah 62 Orang dengan ketentuan sebagai berikut:
Jumlah sampel adalah hasil dari tehnik pengambilan sampel yang sudah
memenuhi kriteria sebanyak 20 orang.
Analisis data menggunakan Uji beda pre dan post pada kelompok
digunakan untuk mengetahui hasil pada saat sebelum dan sesudah terapi.
Kelompok pre dan post merupakan kelompok dua berpasangan, analisa data
yang digunakan Wilcoxon test.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan table 4.1 di bawah ini
Usia Guru TU
n
Persentase (%)
25 – 30 2 2 4 22,22 31 – 35 2 2 4 22,22 36 – 40 5 - 5 27,78 41 – 45 4 1 5 27,78 Jumlah 13 5 18 100%
didapat jumlah subyek berdasarkan umur yaitu 25 – 30 tahun 4 orang,
31 – 35 tahun 4 orang, 36 – 40 tahun 5 orang, 41 – 45 tahun 5 orang. Data
penelitian menunjukan distribusi berdasarkan rentang usia semua dalam
kategori usia produktif kerja.Subyek penelitian semua berjenis kelamin
perempuan karena proporsi terbesar subyek penelitian yaitu 75% adalah
perempuan.Sebab yang lain yaitu stress atau depresi sebagai faktor pencetus,
kecepatan biosintesa serotonin pada pria jauh lebih cepat 52% dibandingkan
perempuan hingga diasumsikan bahwa angka kejadian depresi pada
perempuan lebih tinggi 2-3 kali dari pria (Fatmawati, 2013).Prevelensi
penderita MTPS pada pegawai TU yaitu 71,4% dari total pegawai TU yang
berjumlah 7 orang. Prevelensi penderita MTPS pada guru yaitu 23,6% dari
total guru yang berjumlah 55 orang. Prevelensi penderita MTPS pada pegawai
TU lebih tinggi dibandingkan guru, karena pegawai TU melakukan pekerjaan
mengetik sambil duduk secara statik lebih dari 30 menit secara terus menerus
selama 6 jam efektif. Sedangkan guru menggunakan gerakan bahu, lengan dan
tangan secara statik dalam 30 menit dan berulang-ulang saat mengajar selama
5 jam efektif. Hal ini seperti yang dijelaskan dalam penelitian yang dilakukan
oleh Syafrianto (2013) menyatakan kasus MTPS upper trapezius kebanyakan
diderita oleh seseorang yang bekerja setiap hari mengetik dalam posisi statis
selama 6 jam dan bekerja yang membutuhkan kerja ekstra dari otot
uppertrapezius.
Penelitian dilakukan selama 2 minggu dengan pemberian tindakan
Myofascial Release dengan frekuensi 2 kali dalam seminggu. Perlakuan atau
intervensi dimulai tanggal 23 Nopember dan berakhir tanggal 4 Desember
2013. Pengambilan evaluasi pengukuran VAS dan NDI setelah intervensi pada
tanggal 6 Desember 2013, direntangkan 2 hari setelah intervensi
terakhir.
Pada tabel 4.2
N Mean Std. Deviasi Min Max Range
VAS pre 18 49,17 4,58 40 mm 59 mm 19
VAS post 18 14,83 6,94 8 mm 30 mm 22
Tabel 4.3
N Mean Std. Deviasi Min Max Range
NDI pre 18 22,78 9,68 10% 44% 34
NDI post 18 13,78 7,38 2% 28% 26
dengan perbandingan antara nilai skala VAS dan NDI sebelum dan
sesudah perlakuan terlihat banyak perubahan. Diperkuat juga dengan melihat
tabel 4.4
VAS pre mean ± SD
VAS post mean ± SD
Z P
49,17 ±4 ,58
14,83 ± 6,92
-3,726
0,001
yang menunjukkan bahwa berdasarkan uji wilcoxon nilai VAS pre
dan post diperoleh nilai Z= -3,726 dan p= 0,001, sehingga nilai p < 0,05 maka
ada pengaruh pemberian Myofascial Release (MFR) terhadap penurunan
nyeri pada penderita Myofascial Trigger Point Syndromeotot uppertrapezius.
Sedangkan tabel4.5
VAS pre mean ± SD
VAS post mean ± SD
Z P
49,17 ±4 ,58
14,83 ± 6,92
-3,726
0,001
menunjukkan NDI pre dan post diperoleh Z =-3,588, dan nilai p =
0,001 sehingga nilai p < 0,05maka ada pengaruh pemberian Myofascial
Release (MFR) terhadap penurunan disabilitas pada penderita Myofascial
Trigger Point Syndromeotot uppertrapezius. Adapun persentase keberhasilan
intervensi MFR terhadap penurunan derajat nyeri pada penderita MTPS
69,60% dan persentase keberhasilan intervensi MFR terhadap penurunan
disabilitas 40,97 %.
Berdasarkan hasil statistik dalam penelitian ini adalah ada pengaruh
pemberian MFR terhadap penurunan nyeri dan disabilitas pada penderita
MTPS otot upper trapezius dilingkungan pendidik SMPN 2 Adiwerna
kabupaten Tegal. Hasil penelitian di atas memperkuat hasil penelitian
sebelumnya oleh Salvishah (2012) yang menyatakan bahwa MFR aman,
efektif dan dipilih untuk dimanfaatkan sebagai modalitas yang tepat untuk
nyeri, mobilisasi serta fleksibilitas program-program terapi. Hasil ini juga
sesuai yang dijelaskan Bernes (1990) bahwa myofascial release adalah tehnik
pengobatan yang dilakukan dengan tangan yang aman dan efektif terhadap
pembatasan jaringan ikat myofascial untuk menghilangkan rasa sakit dan
mengembalikan fungsi gerak yang dilakukan dengan cara memberikan
tekanan lembut berkelanjutan terhadap suatu jaringan.
MFR mengacu pada penggunaan teknik pijat untuk peregangan fasia
dan melepaskan ikatan antara fasia, integument, otot dan tulang dengan tujuan
untuk menghilangkan rasa sakit, meningkatkan jangkauan gerak,
menyeimbangkan tubuh agar fasia lebih fleksibel dan bervariasi
fungsionalnya.Fasia yang telah fleksibel akan mengurangi spasme pada
jaringan ekstrafusal. Spasme yang berkurang akan mengurangi peradangan
pada spindle otot, sehingga terjadi umpan balik dari saraf motorik untuk
mencegah pelepasan asetilkolin. Kondisi yang telah berubah akan
mengembalikan sirkulasi darah menjadi normal sehingga kebutuhan oksigen
untuk pembakaran terpenuhi, kalsium terpompa kembali ke reticulum
sarkoplasmikyang menyebabkan pelepasan asetilkolin akan terhenti yang
berakhir dengan penurunan motor endplate. Otot kemudian relaksasi optimal,
nyeri berkurang danberpengaruh terhadap penurunan disabilitas fungsi kerja
otot (Salvishah et al., 2012).
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari penelitian ini bahwa ada pengaruh pemberian Myofascial
Release terhadap penurunan nyeri pada penderita Myofascial Trigger Point
Syndrome otot upper trapezius di lingkungan pendidikan SMPN 2 Adiwerna
Kabupaten Tegal. Ada pengaruh pemberian Myofascial Release terhadap
penurunan disability pada penderita Myofascial Trigger Point Syndrome otot
upper trapezius di lingkungan pendidikan SMPN 2 Adiwerna Kabupaten
Tegal.
Saran dalam penelitian ini adalah Pada penderita MTPS perlu
mendapatkan perhatian khusus dari pihak kepala sekolah SMPN 2 Adiwerna
Tegal untuk selalu memberikan bimbingan atau penyuluhan untuk pencegahan
terjadinya nyeri MTPS kronik atau kompleks yang dapat menganggu
produktifitas kerja dan peningkatan disabiliti. Contoh: menghindari kerja statis
pada leher, lengan, dan bahu secara terus menerus dalam jangka waktu yang
lama.
Perlu penambahan jumlah responden dan variabel lain yang diteliti Untuk
penelitian yang lebih baik sehingga dapat diraih hasil yang luas dan lebih
bervariatif.
Peneliti selanjutnya agar menggunakan two group design agar hasil di
lapangan yang didapatkan lebih maksimal.
Penelitian ini semoga bermanfaat bagi praktisi fisioterapi sebagai bagian
manajemen pengelolaan nyeri muskuloskeletal. Penelitian ini juga diharapkan
bermanfaat bagi institusi pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Bernes, MF. 1997. “The Basic Science of Myofascial Release”. Journal of Body Work And Movement Therapis. USA
Delaune, V. 2011. Pain Relief With Trigger Point Self-Help. Lotus Publishing Chichester, England. North Atlantic Books Berkeley. California
Dommerholt, J. 2007. “Myofascial Trigger Points”. Journal An Evidence-Informed Revie. Vol. 14. 203-221
Donatelli, RA. 2012. “Physical Therapy of The Shoulder”. Journal National Director of Sports Rehabilitation Physiotherapy Associares. Las Vegas. Nevada
Fatmawati, F. 2013. “Penurunan Nyeri dan Disabilitas dengan Integrated Neuromuscular Inhibition Techniques (INIT) dan Massage Eflurage pada Myofascial Trigger Point Syndrome Otot Trapesius Bagian Atas”. Sport and fitness journal. Bali : Universitas Udayana
Gejut, 2012. “Nyeri Pada Sindrom Myofascial Trapezius Descendens”. 30 Agustus 2012: 1. Kol. 1
Hadi, S. 2013. “Memulai sehat dari Hati”. Majalah Tarbawi. edisi 308 th. 15, 28
November 2013. Hardjono dan Ervina, A. 2012. “Pengaruh Penambahan Contract Relax Streching
pada Intervensi Interferensial Current dan Ultrasound Terhadap Pengurangan Nyeri Pada Syndroma Myofascial Otot Supraspinatus”. Skripsi. Jakarta : Universitas Esa Unggul
Hastono, SP dan Sabri, L. 2011. Statistik Kesehatan. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Helwa, F. 2013. “Contoh motto dan persembahan” (skripsi). http://fazha.
blogspot.com/2013/10/contoh-motto-persembahan-skripsi.html diunduh tanggal 21 Januari 2014 jam 20.11
Jenings. 2013. “What is Myofascial Release”. Journal of Jenings Training and
Treatment Center All rights reserved.
Kuntono, HP. 2013. “Myofascial Release dan Fisiotaping Pada Nyeri Cervikal dan Ekstremitas Superior”. Makalah Seminar Workshop Nasional. 8 Maret 2013. Surakarta. Poltekes Surakarta.
Nguyen, B. dkk. 2012. Myofascial Trigger Point: Symptoms, Diagnosis, Intervensi, Musculoskeletal Disordae. In Tech
Rosyid. 2012. “Bagaimana mencegah cedera ACL pada atlet menurut Premiership football physiotherapist”. http:// rosyidphysicaltherapi.this. wordpress.com. diakses 18 Agustus 2013
Salvishah and Bhalara. 2012. “Myofascial Release”. Internasional Journal of Healt Sciences and Research. Gujarat
Sibby, dkk. 2009. “A Bief Overview and Update of Myofascial Paint Syndrome and Myofascial Trigger Points”. Journal of Exercise Science and Fhysiotherapy, vol. 5, No. 2: 115-121.
Simons DG, et al. 2004. “Myofascial and Dysfunction”. Journal of The Trigger Point Manual. 2 end ed. Vol. Baltimore, MD. Lippincoce.
Sugiri. 2012. “Myofascial Trigger Point Syndrome”. http://as-promedik.com/2012/04/myofascial-trigger-point-syndrome.html, Diakses 9 September 2013
Sukadarwanto.2013. “Myofascial Release dan Fisiotaping Pada Nyeri Cervical dan Extremitas Superior”. Makalah Seminar dan Workshop Nasional. 8 Maret 2013. Surakarta. Poltekes Surakarta.
Syafrianto, D. 2013.”Myofascial Trigger Point dengan Ultrasound dan Myofascial
Release”. http://jiqquaenedonal.blogspot.com, diakses 18 Agustus 2013
Tulaar, ABM. 2008. “Neck and Back Pain”. Departement of Physical and Rehabilitation Medicine Faculty of Medicine, University of Indonesia. Maj Kedokt Indon. Volm: 58, Nomor: 5, Mei 2008
Vernon, 14, H.et al., 1999. “The Neck Disability Index: A Study of Rehability and Validity”. Journal of Manipulative and Physiological Therapeutics. 14, 409-415