12
P PEN TERHAD PENDERI Syarat-Sy NGARUH DAP PENU ITA MYO O Diajukan G yarat Untuk PRO F UNIVERS PEMBER URUNAN OFASCIA OTOT UP Di EK J Guna Meleng Menyelesaik OGRAM ST FAKULTAS ITAS MUH RIAN MYO N NYERI D AL TRIGG PPER TRA ajukan Oleh KO PRIHAT J120121014 SKRIPSI gkapi Tugas- kan Program TUDI S1 FI S ILMU KE HAMMADIY 2014 OFASCIA DAN DISA GER POIN APEZIUS h : TI -Tugas dan M m Pendidikan ISIOTERAP SEHATAN YAH SURA AL RELEA ABILITAS NT SYND Memenuhi n Sarjana Fis PI N AKARTA ASE S PADA DROME sioterapi

PENGARUH PEMBERIAN MYOFASCIAL RELEASEeprints.ums.ac.id/28624/20/02.NASKAH_PUBLIKASI.pdfJumlah sampel pada penelitian ini 18 orang, ... maka dilakukan uji statistik non parametrik

  • Upload
    dohanh

  • View
    234

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH PEMBERIAN MYOFASCIAL RELEASEeprints.ums.ac.id/28624/20/02.NASKAH_PUBLIKASI.pdfJumlah sampel pada penelitian ini 18 orang, ... maka dilakukan uji statistik non parametrik

P

 

PEN

TERHAD

PENDERI

Syarat-Sy

NGARUH

DAP PENU

ITA MYO

O

Diajukan G

yarat Untuk

PROF

UNIVERS

PEMBER

URUNAN

OFASCIA

OTOT UP

Di

EKJ

Guna Meleng

Menyelesaik

OGRAM STFAKULTAS

ITAS MUH

RIAN MYO

N NYERI D

AL TRIGG

PPER TRA

ajukan Oleh

KO PRIHATJ120121014

SKRIPSI

gkapi Tugas-

kan Program

TUDI S1 FIS ILMU KEHAMMADIY

2014

OFASCIA

DAN DISA

GER POIN

APEZIUS

h :

TI

-Tugas dan M

m Pendidikan

ISIOTERAPSEHATANYAH SURA

AL RELEA

ABILITAS

NT SYND

Memenuhi

n Sarjana Fis

PI N AKARTA

ASE

S PADA

DROME

sioterapi

Page 2: PENGARUH PEMBERIAN MYOFASCIAL RELEASEeprints.ums.ac.id/28624/20/02.NASKAH_PUBLIKASI.pdfJumlah sampel pada penelitian ini 18 orang, ... maka dilakukan uji statistik non parametrik

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA FAKULTAS ILMU KESEHATAN

Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan, Kartasura Telp. (0271) 717417 Fax. 715448 Surakarta 57102 Website: http://www.ums.ac.id Email: [email protected]

Surat Persetujuan Artikel Publikasi Ilmiah

Yang bertanda tangan di bawah ini pembimbing skripsi/ tugas akhir : Pembimbing I : Setiawan, M. Physio Pembimbing II : Umi Budi Rahayu, S.St.Ft. M. Kes. Telah membaca dan mencermati naskah artikel publikasi ilmiah, yang merupakan ringkasan skripsi/ tugas akhir dari mahasiswa : Nama : EKO PRIHATI NIM : J120121014 Program Studi : S1 FISIOTERAPI Judul Skripsi : PENGARUH PEMBERIAN MYOFASCIAL

RELEASE TERHADAP PENURUNAN NYERI DAN DISABILITAS PADA PENDERITA MYOFASCIAL TRIGGER POINT SYNDROME OTOT UPPER TRAPEZIUS

Naskah artikel tersebut, layak dan dapat disetujui untuk dipublikasikan. Demikian persetujuan ini dibuat, semoga dapat dipergunakan seperlunya.

Surakarta, Februari 2014

 

 

 

 

 

 

Page 3: PENGARUH PEMBERIAN MYOFASCIAL RELEASEeprints.ums.ac.id/28624/20/02.NASKAH_PUBLIKASI.pdfJumlah sampel pada penelitian ini 18 orang, ... maka dilakukan uji statistik non parametrik

ABSTRAK

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA Skripsi, Januari 2014

39 Halaman EKO PRIHATI PENGARUH PEMBERIAN MYOFASCIALRELEASE TERHADAP PENURUNAN NYERI DAN DISABILITAS PADA PENDERITA MYOFASCIAL TRIGGER POINT SYNDROME OTOT UPPER TRAPEZIUS (Dibimbing Oleh: Setiawan, M. Physio dan Umi Budi R, SST.Ft. M. KES) Myofascial Trigger Point Syndrome (MTPS) adalah suatu daerah kecil yang hipersensitif pada otot dan fasia, yang menimbulkan nyeri setempat jika ditekan dan memberikan nyeri rujukan yang spesifik beserta fenomena otonomik serta disfungsi motorik dan sensorik. Tanda khas MTPS yaitu penurunan kekuatan otot yang berlangsung tiba-tiba karena berkaitan dengan tigger point dalam otot. Permasalahan yang paling sering terjadi pada kondisi MTPS otot upper trapezius adalah nyeri pada leher, bahu, lengan dan nyeri kepala pada bagian sisi temporal serta parietal. hingga menimbulkan disabilitas saat melakukan aktifitas. Modalitas fisioterapi yang berguna sebagai solusi mengatasi MTPS otot upper trapezius salah satunya yaitu Myofascial Release (MFR). MFR merupakan tehnik pijat dengan menggunakan tangan terapis untuk meregangkan fasia dan melepaskan ikatan antara fasia dengan integument, otot dan tulang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh MFR terhadap permasalahan pada kondisi MTPS otot upper trapezius. Penelitian ini menggunakan metode one group pre and post testdesign. Jumlah sampel pada penelitian ini 18 orang, cara pengambilan sampel menggunakan metode purposivesampling yaitu sampel ditentukan dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Data yang diperoleh disasumsikan berdistribusi tidak normal karena kurang dari 30 sampel, maka dilakukan uji statistik non parametrik. Uji beda pre dan post pada kelompok untuk mengetahui hasil saat sebelum dan sesudah terapi digunakan wilcoxon test. Uji wilcoxon untuk VAS pre dan post diperoleh nilai Z= -3,726 dan p= 0,001, sehingga nilai p < 0,05 dan untuk NDI pre dan post diperoleh Z =-3,588, dan nilai p= 0,001 sehingga nilai p < 0,05. Hasil tersebut dapat disimpulkan ada pengaruh pemberian Myofascial Release terhadap penurunan nyeri dan disabilitas pada penderita Myofascial Trigger Point Syndromeotot upper trapezius. Kata kunci: MFR, MTPS, Nyeri, Disabilitas

Page 4: PENGARUH PEMBERIAN MYOFASCIAL RELEASEeprints.ums.ac.id/28624/20/02.NASKAH_PUBLIKASI.pdfJumlah sampel pada penelitian ini 18 orang, ... maka dilakukan uji statistik non parametrik

ABSTRACT

STUDY PROGRAM S1 PHYSIOTHERAPY FACULTY OF HEALTH

MUHAMMADIYAH UNIVERSITY of SURAKARTA Skription, Januari 2014

39 Pages EKO PRIHATI

THE EFFECT TO GIVING MYOFASCIAL RELEASE ON DECREASE PAIN PATIENTS AND DISABILITIES OF MYOFASCIAL TRIGGER POINT MUSCLE SYNDROME UPPER TRAPHEZIUS

(Supervised By: Setiawan, M.Physioand Umi BudiR., SST. Ft. M. KES)

Myofascial Trigger Point Syndrome (MTPS) is a small area that is hypersensitive to the muscle and fascia, which cause local pain when pressed and provide specific pain referral phenomenon along autonomic and sensory and motor dysfunction. MTPS is a typical sign of a decrease in muscle strength that lasts all of a sudden as it pertains to tigger point in the muscle. The problems most commonly occur in the upper trapezius muscle MTPS condition is pain in the neck, shoulders, arms and head pain on the side of the temporal and parietal until cause of disability while performing the activity. Physiotherapy modality useful as a solution to overcome the upper trapezius muscle MTPS one of which is Myofascial Release (MFR). MFR is a massage technique using a hand therapist to stretch the fascia and releasing bonds between fascia with integument, muscles and bones. This study aims to determine the effect of MFR to the problems in the upper trapezius muscle MTPS conditions. This study used one group pre and post test design. The numbers of samples in this study 18 people, how to use a sampling method of purposive sampling that the sample was determined by the inclusion and exclusion criteria.

The data obtained were assumed to be normally distributed because no less than 30 samples, the non- parametric statistical test. Test different pre and post test in the group to know the results before and after therapy used Wilcoxon test. Wilcoxon test for pre and post VAS values obtained Z = -3.726 and p = 0.001, so the value of p < 0.05 and for pre and post acquired NDI Z = -3.588, p = 0.001 and so the value of p < 0.05. These results can be concluded that there is the effect of Myofascial Release to decrease pain and disability in patients with Myofascial Trigger Point Syndrome upper trapezius muscle.

Keywords: MFR, MTPS, Pain, Disability

Page 5: PENGARUH PEMBERIAN MYOFASCIAL RELEASEeprints.ums.ac.id/28624/20/02.NASKAH_PUBLIKASI.pdfJumlah sampel pada penelitian ini 18 orang, ... maka dilakukan uji statistik non parametrik

PENDAHULUAN

Nyeri muskuloskeletal sangat mengganggu kenyamanan dan

produktifitas seseorang yang ditandai timbulnya spasme pada otot yang

mengalami kelelahan, nyeri otot pada saat dan setelah aktifitas, kontraktur

dan rasa kesemutan. Simons (2004) menunjukkan bahwa 98% kasus nyeri

berasal dari muskuloskeletal, dan nyeri tersebut lebih sering mengacu pada

Myofascial Trigger Point Syndrome (MTPS). MTPS merupakan kondisi

adanya daerah hiperiritasi yang memiliki ciri khas tersendiri terasa nyeri bila

ditekan yang terletak pada taut band otot skeletal dan memberikan nyeri

rujukan spesifik beserta fenomena otonomik. MTPS merupakan sindroma

dari kumpulan tanda dan gejala satu atau beberapa trigger point sebagai titik

cetus (Sugiri, 2010).

Penelitian yang dilakukan oleh Davis (1999) terhadap 1504 sampel

yang dipilih secara random dengan usia 30-60 tahun, ditemukan 37% pria dan

65% wanita mengalami nyeri MTPS yang terlokalisir. Sebuah penelitian di

Amerika terhadap 100 sampel dari petugas penerbangan dengan rata-rata

umur 19 tahun ditemukan 45% pria dan 54% wanita mengalami tenderness

otot leher terlokalisir yang disebut latent trigger point. Pada kelompok pasien

di pusat komunitas nyeri medikal, ditemukan oleh seorang neurologi bahwa

dari 96 pasien 93% diantaranya mengalami nyeri yang diakibatkan oleh

MTPS (Hardjono, 2012)..

Di indonesia hasil penelitian yang khusus tentang MTPS belum

selengkap seperti yang dijelaskan di atas, hal ini mendasari penulis

melakukan penelitian lebih lanjut mengenai prevalensi dan kondisi MTPS

khususnya daerah leher dan bahu. Penulis melaksanakan observasi awal,

pada akhir september 2013 di SMPN 2 Adiwerna Kabupaten Tegal terhadap

62 pegawai tata usaha dan guru pengajar. Melalui pemeriksaan anamnesis,

inspeksi, palpasi dan tes gerak dasar otot, ditemukan hasil 30% mengalami

MTPS otot upper trapezius.

MTPS ditandai dengan adanya spasme, tenderness, stifness,

keterbatasan gerak, kelemahan otot maupun disfungsi otonomik. Nyeri MTPS

Page 6: PENGARUH PEMBERIAN MYOFASCIAL RELEASEeprints.ums.ac.id/28624/20/02.NASKAH_PUBLIKASI.pdfJumlah sampel pada penelitian ini 18 orang, ... maka dilakukan uji statistik non parametrik

otot upper trapezius disebabkan karena aktifitas statik low level muscle

exertion yang sangat ekstra dari otot upper trapezius seperti: mengetik lebih

dari 30 menit secara terus menerus, bekerja pada meja yang terlalu rendah,

membawa tas terlalu berat serta melakukan gerakan bahu secara berulang

tanpa istirahat hingga menimbulkan repititif mikro trauma (Hardjono, 2012).

Istilah MTPS sering disamakan dengan kondisi gangguan otot seperti

fibromialgia, miositis, dan muscle strains. Walau secara patologis hal tersebut

berbeda tetapi sering menunjukan tanda dan gejala yang sama, hingga

membuat kekeliruan dalam penegakkan diagnosa dan pemberian terapi. Nyeri

leher dan bahu akibat MTPS otot upper trapezius apabila tidak tertangani

dengan baik sangat mengganggu aktifitas seseorang hingga mengalami

hambatan saat melakukan kerja dan menyelesaikan tugasnya sehari-hari

(Fatmawati, 2013).

TUJUAN

Tujuan dari penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian myofascial

release terhadap penurunan nyeri pada penderita mofascial trigger point

syndrome otot upper trapezius dan mengetahui pengaruh pemberian

myofascial release terhadap penurunan disabilitas pada penderita myofascial

trigger point syndrome otot upper trapezius.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini menggunakan pre experiment dengan metode one

group pre and post test design. Metode ini digunakan untuk mengetahui

pengaruh pemberian myofacial release terhadap penurunan nyeri dan

disabilitas pada penderita myofacial trigger point syndrome otot upper

trapesius.

Penelitian ini dilaksanakan di, SMPN 2 Adiwerna Kabupaten Tegal Jawa

Tengah yang akan dilaksanakan pada bulan november 2013.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua Pendidik (Guru) dan tenaga

kependidikan (Tata usaha) di, SMPN 2 Adiwerna Kabupaten tegal Jawa

tengah yang berjumlah 62 Orang dengan ketentuan sebagai berikut:

Page 7: PENGARUH PEMBERIAN MYOFASCIAL RELEASEeprints.ums.ac.id/28624/20/02.NASKAH_PUBLIKASI.pdfJumlah sampel pada penelitian ini 18 orang, ... maka dilakukan uji statistik non parametrik

Jumlah sampel adalah hasil dari tehnik pengambilan sampel yang sudah

memenuhi kriteria sebanyak 20 orang.

Analisis data menggunakan Uji beda pre dan post pada kelompok

digunakan untuk mengetahui hasil pada saat sebelum dan sesudah terapi.

Kelompok pre dan post merupakan kelompok dua berpasangan, analisa data

yang digunakan Wilcoxon test.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan table 4.1 di bawah ini

Usia Guru TU

n

Persentase (%)

25 – 30 2 2 4 22,22 31 – 35 2 2 4 22,22 36 – 40 5 - 5 27,78 41 – 45 4 1 5 27,78 Jumlah 13 5 18 100%

didapat jumlah subyek berdasarkan umur yaitu 25 – 30 tahun 4 orang,

31 – 35 tahun 4 orang, 36 – 40 tahun 5 orang, 41 – 45 tahun 5 orang. Data

penelitian menunjukan distribusi berdasarkan rentang usia semua dalam

kategori usia produktif kerja.Subyek penelitian semua berjenis kelamin

perempuan karena proporsi terbesar subyek penelitian yaitu 75% adalah

perempuan.Sebab yang lain yaitu stress atau depresi sebagai faktor pencetus,

kecepatan biosintesa serotonin pada pria jauh lebih cepat 52% dibandingkan

perempuan hingga diasumsikan bahwa angka kejadian depresi pada

perempuan lebih tinggi 2-3 kali dari pria (Fatmawati, 2013).Prevelensi

penderita MTPS pada pegawai TU yaitu 71,4% dari total pegawai TU yang

berjumlah 7 orang. Prevelensi penderita MTPS pada guru yaitu 23,6% dari

total guru yang berjumlah 55 orang. Prevelensi penderita MTPS pada pegawai

TU lebih tinggi dibandingkan guru, karena pegawai TU melakukan pekerjaan

mengetik sambil duduk secara statik lebih dari 30 menit secara terus menerus

selama 6 jam efektif. Sedangkan guru menggunakan gerakan bahu, lengan dan

tangan secara statik dalam 30 menit dan berulang-ulang saat mengajar selama

Page 8: PENGARUH PEMBERIAN MYOFASCIAL RELEASEeprints.ums.ac.id/28624/20/02.NASKAH_PUBLIKASI.pdfJumlah sampel pada penelitian ini 18 orang, ... maka dilakukan uji statistik non parametrik

5 jam efektif. Hal ini seperti yang dijelaskan dalam penelitian yang dilakukan

oleh Syafrianto (2013) menyatakan kasus MTPS upper trapezius kebanyakan

diderita oleh seseorang yang bekerja setiap hari mengetik dalam posisi statis

selama 6 jam dan bekerja yang membutuhkan kerja ekstra dari otot

uppertrapezius.

Penelitian dilakukan selama 2 minggu dengan pemberian tindakan

Myofascial Release dengan frekuensi 2 kali dalam seminggu. Perlakuan atau

intervensi dimulai tanggal 23 Nopember dan berakhir tanggal 4 Desember

2013. Pengambilan evaluasi pengukuran VAS dan NDI setelah intervensi pada

tanggal 6 Desember 2013, direntangkan 2 hari setelah intervensi

terakhir.

Pada tabel 4.2

N Mean Std. Deviasi Min Max Range

VAS pre 18 49,17 4,58 40 mm 59 mm 19

VAS post 18 14,83 6,94 8 mm 30 mm 22

Tabel 4.3

N Mean Std. Deviasi Min Max Range

NDI pre 18 22,78 9,68 10% 44% 34

NDI post 18 13,78 7,38 2% 28% 26

dengan perbandingan antara nilai skala VAS dan NDI sebelum dan

sesudah perlakuan terlihat banyak perubahan. Diperkuat juga dengan melihat

tabel 4.4

VAS pre mean ± SD

VAS post mean ± SD

Z P

49,17 ±4 ,58

14,83 ± 6,92

-3,726

0,001

yang menunjukkan bahwa berdasarkan uji wilcoxon nilai VAS pre

dan post diperoleh nilai Z= -3,726 dan p= 0,001, sehingga nilai p < 0,05 maka

Page 9: PENGARUH PEMBERIAN MYOFASCIAL RELEASEeprints.ums.ac.id/28624/20/02.NASKAH_PUBLIKASI.pdfJumlah sampel pada penelitian ini 18 orang, ... maka dilakukan uji statistik non parametrik

ada pengaruh pemberian Myofascial Release (MFR) terhadap penurunan

nyeri pada penderita Myofascial Trigger Point Syndromeotot uppertrapezius.

Sedangkan tabel4.5

VAS pre mean ± SD

VAS post mean ± SD

Z P

49,17 ±4 ,58

14,83 ± 6,92

-3,726

0,001

menunjukkan NDI pre dan post diperoleh Z =-3,588, dan nilai p =

0,001 sehingga nilai p < 0,05maka ada pengaruh pemberian Myofascial

Release (MFR) terhadap penurunan disabilitas pada penderita Myofascial

Trigger Point Syndromeotot uppertrapezius. Adapun persentase keberhasilan

intervensi MFR terhadap penurunan derajat nyeri pada penderita MTPS

69,60% dan persentase keberhasilan intervensi MFR terhadap penurunan

disabilitas 40,97 %.

Berdasarkan hasil statistik dalam penelitian ini adalah ada pengaruh

pemberian MFR terhadap penurunan nyeri dan disabilitas pada penderita

MTPS otot upper trapezius dilingkungan pendidik SMPN 2 Adiwerna

kabupaten Tegal. Hasil penelitian di atas memperkuat hasil penelitian

sebelumnya oleh Salvishah (2012) yang menyatakan bahwa MFR aman,

efektif dan dipilih untuk dimanfaatkan sebagai modalitas yang tepat untuk

nyeri, mobilisasi serta fleksibilitas program-program terapi. Hasil ini juga

sesuai yang dijelaskan Bernes (1990) bahwa myofascial release adalah tehnik

pengobatan yang dilakukan dengan tangan yang aman dan efektif terhadap

pembatasan jaringan ikat myofascial untuk menghilangkan rasa sakit dan

mengembalikan fungsi gerak yang dilakukan dengan cara memberikan

tekanan lembut berkelanjutan terhadap suatu jaringan.

MFR mengacu pada penggunaan teknik pijat untuk peregangan fasia

dan melepaskan ikatan antara fasia, integument, otot dan tulang dengan tujuan

untuk menghilangkan rasa sakit, meningkatkan jangkauan gerak,

menyeimbangkan tubuh agar fasia lebih fleksibel dan bervariasi

fungsionalnya.Fasia yang telah fleksibel akan mengurangi spasme pada

jaringan ekstrafusal. Spasme yang berkurang akan mengurangi peradangan

Page 10: PENGARUH PEMBERIAN MYOFASCIAL RELEASEeprints.ums.ac.id/28624/20/02.NASKAH_PUBLIKASI.pdfJumlah sampel pada penelitian ini 18 orang, ... maka dilakukan uji statistik non parametrik

pada spindle otot, sehingga terjadi umpan balik dari saraf motorik untuk

mencegah pelepasan asetilkolin. Kondisi yang telah berubah akan

mengembalikan sirkulasi darah menjadi normal sehingga kebutuhan oksigen

untuk pembakaran terpenuhi, kalsium terpompa kembali ke reticulum

sarkoplasmikyang menyebabkan pelepasan asetilkolin akan terhenti yang

berakhir dengan penurunan motor endplate. Otot kemudian relaksasi optimal,

nyeri berkurang danberpengaruh terhadap penurunan disabilitas fungsi kerja

otot (Salvishah et al., 2012).

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari penelitian ini bahwa ada pengaruh pemberian Myofascial

Release terhadap penurunan nyeri pada penderita Myofascial Trigger Point

Syndrome otot upper trapezius di lingkungan pendidikan SMPN 2 Adiwerna

Kabupaten Tegal. Ada pengaruh pemberian Myofascial Release terhadap

penurunan disability pada penderita Myofascial Trigger Point Syndrome otot

upper trapezius di lingkungan pendidikan SMPN 2 Adiwerna Kabupaten

Tegal.

Saran dalam penelitian ini adalah Pada penderita MTPS perlu

mendapatkan perhatian khusus dari pihak kepala sekolah SMPN 2 Adiwerna

Tegal untuk selalu memberikan bimbingan atau penyuluhan untuk pencegahan

terjadinya nyeri MTPS kronik atau kompleks yang dapat menganggu

produktifitas kerja dan peningkatan disabiliti. Contoh: menghindari kerja statis

pada leher, lengan, dan bahu secara terus menerus dalam jangka waktu yang

lama.

Perlu penambahan jumlah responden dan variabel lain yang diteliti Untuk

penelitian yang lebih baik sehingga dapat diraih hasil yang luas dan lebih

bervariatif.

Peneliti selanjutnya agar menggunakan two group design agar hasil di

lapangan yang didapatkan lebih maksimal.

Penelitian ini semoga bermanfaat bagi praktisi fisioterapi sebagai bagian

manajemen pengelolaan nyeri muskuloskeletal. Penelitian ini juga diharapkan

bermanfaat bagi institusi pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Page 11: PENGARUH PEMBERIAN MYOFASCIAL RELEASEeprints.ums.ac.id/28624/20/02.NASKAH_PUBLIKASI.pdfJumlah sampel pada penelitian ini 18 orang, ... maka dilakukan uji statistik non parametrik

DAFTAR PUSTAKA

Bernes, MF. 1997. “The Basic Science of Myofascial Release”. Journal of Body Work And Movement Therapis. USA

Delaune, V. 2011. Pain Relief With Trigger Point Self-Help. Lotus Publishing Chichester, England. North Atlantic Books Berkeley. California

Dommerholt, J. 2007. “Myofascial Trigger Points”. Journal An Evidence-Informed Revie. Vol. 14. 203-221

Donatelli, RA. 2012. “Physical Therapy of The Shoulder”. Journal National Director of Sports Rehabilitation Physiotherapy Associares. Las Vegas. Nevada

Fatmawati, F. 2013. “Penurunan Nyeri dan Disabilitas dengan Integrated Neuromuscular Inhibition Techniques (INIT) dan Massage Eflurage pada Myofascial Trigger Point Syndrome Otot Trapesius Bagian Atas”. Sport and fitness journal. Bali : Universitas Udayana

Gejut, 2012. “Nyeri Pada Sindrom Myofascial Trapezius Descendens”. 30 Agustus 2012: 1. Kol. 1

Hadi, S. 2013. “Memulai sehat dari Hati”. Majalah Tarbawi. edisi 308 th. 15, 28

November 2013. Hardjono dan Ervina, A. 2012. “Pengaruh Penambahan Contract Relax Streching

pada Intervensi Interferensial Current dan Ultrasound Terhadap Pengurangan Nyeri Pada Syndroma Myofascial Otot Supraspinatus”. Skripsi. Jakarta : Universitas Esa Unggul

Hastono, SP dan Sabri, L. 2011. Statistik Kesehatan. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Helwa, F. 2013. “Contoh motto dan persembahan” (skripsi). http://fazha.

blogspot.com/2013/10/contoh-motto-persembahan-skripsi.html diunduh tanggal 21 Januari 2014 jam 20.11

Jenings. 2013. “What is Myofascial Release”. Journal of Jenings Training and

Treatment Center All rights reserved.

Page 12: PENGARUH PEMBERIAN MYOFASCIAL RELEASEeprints.ums.ac.id/28624/20/02.NASKAH_PUBLIKASI.pdfJumlah sampel pada penelitian ini 18 orang, ... maka dilakukan uji statistik non parametrik

Kuntono, HP. 2013. “Myofascial Release dan Fisiotaping Pada Nyeri Cervikal dan Ekstremitas Superior”. Makalah Seminar Workshop Nasional. 8 Maret 2013. Surakarta. Poltekes Surakarta.

Nguyen, B. dkk. 2012. Myofascial Trigger Point: Symptoms, Diagnosis, Intervensi, Musculoskeletal Disordae. In Tech

Rosyid. 2012. “Bagaimana mencegah cedera ACL pada atlet menurut Premiership football physiotherapist”. http:// rosyidphysicaltherapi.this. wordpress.com. diakses 18 Agustus 2013

Salvishah and Bhalara. 2012. “Myofascial Release”. Internasional Journal of Healt Sciences and Research. Gujarat

Sibby, dkk. 2009. “A Bief Overview and Update of Myofascial Paint Syndrome and Myofascial Trigger Points”. Journal of Exercise Science and Fhysiotherapy, vol. 5, No. 2: 115-121.

Simons DG, et al. 2004. “Myofascial and Dysfunction”. Journal of The Trigger Point Manual. 2 end ed. Vol. Baltimore, MD. Lippincoce.

Sugiri. 2012. “Myofascial Trigger Point Syndrome”. http://as-promedik.com/2012/04/myofascial-trigger-point-syndrome.html, Diakses 9 September 2013

Sukadarwanto.2013. “Myofascial Release dan Fisiotaping Pada Nyeri Cervical dan Extremitas Superior”. Makalah Seminar dan Workshop Nasional. 8 Maret 2013. Surakarta. Poltekes Surakarta.

Syafrianto, D. 2013.”Myofascial Trigger Point dengan Ultrasound dan Myofascial

Release”. http://jiqquaenedonal.blogspot.com, diakses 18 Agustus 2013

Tulaar, ABM. 2008. “Neck and Back Pain”. Departement of Physical and Rehabilitation Medicine Faculty of Medicine, University of Indonesia. Maj Kedokt Indon. Volm: 58, Nomor: 5, Mei 2008

Vernon, 14, H.et al., 1999. “The Neck Disability Index: A Study of Rehability and Validity”. Journal of Manipulative and Physiological Therapeutics. 14, 409-415