Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK URIN SAPI
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL
TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.Merr)
ARTIKEL ILMIAH
HILDAN EPENDI
D1A014108
PRORAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK URIN SAPI
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL
TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.Merr)
Hildan Ependi 1)*, Evita2), Dede Martino2)
ARTIKEL ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana
pertanian pada Program Studi Agroekoteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Jambi
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
PENGESAHAN
Artikel ilmiah dengan judul Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Urin Sapi
Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max L.Merr) yang
disusun oleh Hildan Ependi, NIM : D1A014108. Telah diuji dan dinyatakan lulus
pada tanggal 19 Agustus 2021 dihadapan tim penguji yang terdiri atas :
Ketua : Dra. Evita, M.S
Sekretaris : Ir. Dede Martino, M.P
Penguji Utama : Dr. Dra. Arzita, M.Si
Penguji Anggota : 1. Miranti Sari Fitriani, S.P., M.P
2. Ir. Mukhsin, M.P
Dan dinyatakan “lulus” serta disetujui dan disahkan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku dalam ujian skripsi.
Menyetujui,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Dra. Evita, M.S Ir. Dede Martino, M.P
NIP. 19580424 198603 2 003 NIP. 19650330 199001 1 001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Agroekoteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Jambi
Dr. Ir. Irianto, M.P
NIP. 19621227 198703 1 006
1
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK URIN SAPI
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL
TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.Merr)
Oleh:
Hildan Ependi 1)*, Evita2), Dede Martino2)
1) Alumni Prodi Agroekoteknologi
2) Dosen Agroekoteknologi
Program Studi Agroekoteknologi
Fakultas Pertanian
Universitas Jambi
E-mail: [email protected]
ABSTRAK
Kedelai (Glycine max L. Merr.) merupakan salah satu komoditas tanaman
pangan yang berperan penting di Indonesia, sehingga kebutuhan akan kedelai
dalam negeri akan semakin meningkat untuk setiap tahun seiring dengan
peningkatan jumlah penduduk. Kedelai berperan sebagai sumber protein nabati
yang sangat penting dalam rangka peningkatan gizi masyarakat, karena aman bagi
kesehatan dan harganya yang relatif murah dibandingkan dengan sumber protein
hewani. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk organik urin
sapi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai (Glycine max L. Merr),
serta mendapatkan konsentrasi pupuk organik urin sapi yang dapat memberikan
pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai yang terbaik. Penelitian ini dilaksanakan
di Teaching and Research Farm Fakultas Pertanian Universitas Jambi, yang
terletak di Desa Mendalo Indah, Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro
Jambi dengan ketinggian tempat ± 35 Mdpl. Penelitian dilaksanakan selama ±3
bulan, dimulai dari bulan November 2019 sampai Januari 2020. Penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan satu
faktor yaitu konsentrasi Pupuk Organik Urin Sapi dengan 5 taraf perlakuan yaitu,
(p0) Tanpa perlakuan pupuk organik urin sapi, (p1) Konsentrasi 50 ml-1 air, (p2)
Konsentrasi 100 ml-1 air, (p3) Konsentrasi 150 ml-1 air, (p4) Konsentrasi 200 ml-1
air. Setiap perlakuan diulang sebanyak 5 kali dengan demikian terdapat 25
petakan percobaan. Pada setiap petak percobaan diambil 4 tanaman sebagai
sampel. Pemberian berbagai konsentrasi pupuk organik urin sapi berpengaruh
terhadap tinggi tanaman dan hasil per hektar tanaman kedelai, akan tetapi belum
mampu memberikan pengaruh terhadap jumlah cabang primer, jumlah polong
berisi, bobot 100 biji tanaman kedelai. Pemberian pupuk organik urin sapi dengan
konsentrasi 100 ml-1 air menunjukkan hasil yang terbaik terhadap pertumbuhan
dan hasil tanaman kedelai.
Kata Kunci : Kedelai, Pupuk Organik, Urin Sapi
2
PENDAHULUAN
Kedelai (Glycine max L.
Merr.) merupakan salah satu
komoditas tanaman pangan yang
berperan penting di Indonesia,
sehingga kebutuhan akan kedelai
dalam negeri akan semakin
meningkat untuk setiap tahun seiring
dengan peningkatan jumlah
penduduk. Kedelai berperan sebagai
sumber protein nabati yang sangat
penting dalam rangka peningkatan
gizi masyarakat, karena aman bagi
kesehatan dan harganya yang relatif
murah dibandingkan dengan sumber
protein hewani. Kandungan gizi
kedelai dalam 100 g yaitu 331.0 kkal
kalori, 34.9 g protein, 18.1 g lemak,
34.8 g karbohidrat, 4.2 g serat, 227.0
mg kalsium, 585.0 mg fosfor, 8.0 mg
besi, dan 1.0 mg vitamin B1
(Bakhtiar et al, 2020). Kedelai
banyak dikonsumsi dalam bentuk
olahan seperti tahu, tempe, kecap,
tauco, susu kedelai, dan berbagai
bentuk makanan ringan, disamping
sebagai bahan makanan juga
digunakan sebagai bahan industri
(Ayu et al, 2019).
Organisasi Pangan dan
Pertanian (Food Agrocalture
Organitation) mencatat produksi
kedelai di Indonesia pada 2020,
produksi Kedelai mencapai 320.000
ton atau lebih rendah dibandingkan
produksi 2019 yang mencapai
420.000 ton. Di Provinsi Jambi
produksi kedelai pada tahun 2019
adalah 12.157 ton dengan luas lahan
6.532 ha, lebih tinggi dibandingkan
dengan Produksi tahun 2020 yaitu
10.243 ton dengan luas lahan 4.830
ha. Kedelai mengalami penurunan,
dikarenakan berkurangnya luas lahan
serta dalam budidaya masih
mengalami kendala yaitu
penggunaan pupuk yang tidak sesuai
anjuran dan tidak mampu memenuhi
ketersediaan unsur hara tanaman
(Badan Pusat Statistik, 2020).
Faktor yang sangat
mempengaruhi produksi kedelai
seperti jenis tanah dan ketersediaan
unsur hara yang dibutuhkan tanaman.
Ultisol adalah tanah-tanah yang
terjadi akibat penimbunan liat di
horison bawah (argilik), bersifat
masam, kejenuhan basa (jumlah
kation) pada kedalaman 180 cm dari
permukaan tanah <35%
(Hardjowigeno, 2019). Selanjutnya
Murad (2019), melaporkan bahwa
luas tanah Podzolik/Ultisol di
Provinsi Jambi yaitu ± 2.272.725 ha
3
atau sekitar 42,53% dari total luas
wilayah daratan Provinsi Jambi.
Ultisol merupakan jenis tanah yang
termasuk ke dalam kategori lahan
kering masam dan memiliki sebaran
terluas di Indonesia.
Kendala pemanfaatan tanah
Ultisol untuk pengembangan
pertanian adalah kemasaman dan
kejenuhan Al yang tinggi, kandungan
hara dan bahan organik rendah, dan
tanah peka terhadap erosi. Berbagai
kendala tersebut dapat diatasi dengan
penerapan teknologi seperti
pemupukan, dan pengelolaan bahan
organik. Pupuk adalah bahan yang
diberikan kepada tanaman untuk
mendorong pertumbuhan tanaman,
meningkatkan produksi dan
memperbaiki kualitas nutrisi
tanaman. Pupuk digolongkan
menjadi 2, yaitu pupuk organik dan
pupuk anorganik. Pupuk organik
adalah pupuk yang berasal dari
pelapukan bahan – bahan organik
berupa sisa – sisa tanaman, fosil
hewan serta dapat juga berasal dari
limbah industri yang telah
terdegradasi sehingga tidak
mengandung bahan racun (Purwa,
2020), sedangkan pupuk anorganik
adalah pupuk yang dibuat oleh
pabrik-pabrik pembuat pupuk,
dimana pupuk tersebut mengandung
unsur-unsur hara atau zat-zat
makanan yang diperlukan tanaman
(Sutedjo, 2019).
Penggunaan pupuk organik
sebagai bahan dasar dalam budidaya
tanaman adalah salah satu solusi
yang dapat digunakan bagi petani.
Dengan penanganan tertentu limbah
yang tadinya dapat menimbulkan
pencemaran lingkungan, sekarang
dapat dijadikan sebagai bahan dasar
pembuatan pupuk, untuk menambah
suplai hara bagi tanaman yang
berguna untuk meningkatkan
pertumbuhan dan produksi
(Nugroho, 2019).
Urin sapi merupakan salah satu
alternatif untuk meningkatkan
ketersediaan, kecukupan, dan
efisiensi serapan hara bagi tanaman
sehingga dapat mengurangi
penggunaan pupuk anorganik (NPK)
dan meningkatkan hasil tanaman
secara maksimal. Kandungan hara
pada urin sapi yaitu nitrogen (N)
1,00%, fosfor (P) 0,50% dan kalium
(K) 1,50% (Yuliarti dan Nurheni,
2019).
Pupuk urin sapi dapat bekerja
cepat dan mengandung hormon yang
4
dapat merangsang perkembangan
tanaman. Anthy (2019), melaporkan
bahwa urin sapi mengandung zat
perangsang tumbuh alami yang yaitu
hormon dari golongan IAA, giberelin
(GA) dan sitokinin. Urin sapi juga
bisa berfungsi sebagai pengusir hama
dan penyakit. Pemupukan daun
dengan menggunakan urin sapi yang
telah difermentasi dapat
meningkatkan ketahanan terhadap
serangan hama dan penyakit, hal ini
dikarenakan urin sapi memiliki bau
yang khas dan tidak sedap yang
dapat menolak hama dan penyakit.
Hasil penelitian Dukat et al.,
(2020), menunjukkan bahwa
pemberian urin sapi memberikan
pengaruh nyata pada tanaman kacang
tanah yaitu pada tinggi tanaman
umur 28 HST, jumlah polong dan
bobot polong kering tanaman kacang
tanah. Pada konsentrasi urin sapi 100
ml-1 air memberikan pengaruh
terbaik pada bobot polong kering
perpetak. Adam (2019), dengan
pemberian konsentrasi POC urin sapi
150 ml-1 air menunjukkan rata-rata
tertinggi pada variabel pengamatan
tinggi tanaman, jumlah polong
pertanaman, jumlah polong berisi,
dan bobot polong panen segar
tanaman kedelai edamame.
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di
Teaching and Research Farm
Fakultas Pertanian Universitas
Jambi, yang terletak di Desa
Mendalo Indah, Kecamatan Jambi
Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi
dengan ketinggian tempat ± 35 Mdpl.
Penelitian dilaksanakan selama ±3
bulan, dimulai dari bulan November
2019 sampai Januari 2020.
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah benih
kedelai varietas Anjasmoro, urin
sapi, pupuk kandang, gula merah,
EM4, p
upuk Urea, SP36, KCl, Decis
2,5 EC, air dan bahan-bahan yang
diperlukan dalam penelitian.
Alat yang digunakan yaitu
cangkul, parang, gunting, meteran,
tugal, jaring pagar, terpal, tali rapiah,
ajir, ember, gembor, penggaris, alat
tulis, label, paku, selang air, kamera
dan alat-alat yang diperlukan dalam
penelitian.
5
Rancangan Percobaan
Taraf perlakuan yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah:
p0 = Tanpa perlakuan pupuk organik
urin sapi
p1 = Konsentrasi 50 ml-1 air
p2 = Konsentrasi 100 ml-1 air
p3 = Konsentrasi 150 ml-1 air
p4 = Konsentrasi 200 ml-1 air
Penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan Rancangan
Acak Kelompok (RAK) dengan satu
faktor yaitu konsentrasi pupuk
limbah urin sapi yang terdiri atas 5
taraf perlakuan. Setiap perlakuan
diulang sebanyak 5 kali dengan
demikian terdapat 25 petakan
percobaan. Ukuran petakan masing-
masing adalah 200 cm x 120 cm,
jumlah tanaman dalam satu petakan
sebanyak 40 tanaman dengan jarak
tanam 30 cm x 20 cm. Pada setiap
petak percobaan diambil 4 tanaman
sebagai sampel. Jarak antar ulangan
100 cm dan jarak antar perlakuan
dalam ulangan 50 cm.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tinggi Tanaman
Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman pada
pemberian beberapa konsentrasi pupuk
organik urin sapi.
Kosentrasi Urin Sapi
(ml-1 air)
Tinggi
Tanaman (cm)
0 46,40 b
50 48,72 ab
100 50,63 a
150 50,51 a
200 49,17 a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf
yang sama tidak berbeda nyata
menurut uji DMRT pada taraf
5%
Jumlah Cabang Primer
Tabel 2.Rata-rata cabang primer pada
pemberian beberapa konsentrasi pupuk
organik urin sapi.
Kosentrasi Urin
Sapi (ml-1 air)
Cabang Primer
0 3,36 a
50 3,66 a
100 3,9 a
150 3,94 a
200 3,82 a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf
yang sama tidak berbeda nyata
menurut uji DMRT pada taraf
5%
Jumlah Polong Berisi
Tabel 3.Rata-rata polong berisi
pemberian beberapa konsentrasi pupuk
organik urin sapi.
6
Kosentrasi Urin
Sapi (ml-1 air)
Polong Berisi
0 31,7 a
50 33,1 a
100 35,9 a
150 36,45 a
200 36,5 a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf
yang sama tidak berbeda nyata
menurut uji DMRT pada taraf
5%
Bobot 100 Biji
Tabel 4. Rata-rata bobot 100 biji dengan
pemberian beberapa konsentrasi pupuk
organik urin sapi.
Kosentrasi Urin Sapi
(ml-1 air)
Bobot 100 Biji
(gr)
0 13.37 a
50 14.11 a
100 14.44 a
150 14.65 a
200 13.6 a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf
yang sama tidak berbeda nyata
menurut uji DMRT pada taraf
5%
Hasil Per Herktar Tanaman
Kedelai
Tabel 5. Rata-rata hasil per hektar
pemberian beberapa konsentrasi pupuk
organik urin sapi.
Kosentrasi Urin Sapi
(ml-1 air)
Hasil Per Hektar
0 1.18 c
50 1.35 bc
100 1.48 ab
150 1.54 a
200 1.43 ab
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf
yang sama tidak berbeda nyata
menurut uji DMRT pada taraf
5%
Pembahasan
Hasil uji kandungan yang
terdapat dalam pupuk organik urin
sapi menunjukkan bahwa dalam
pupuk organik urin sapi
mengandung N sebesar 0,983%,
Pospat 0,613%, Kalium 1,37% dan
pH sebesar 6,19. Hasil analisis tanah
sebelum penelitian dapat diketahui
bahwa lahan kering ultisol pada
lokasi penelitian mempunyai sifat
kimia yang kurang baik. Hal ini
terlihat dari kandungan unsur hara C
sebesar 1,69 %, N sebesar 0,154 %
dengan nilai C/N 11 dan pH 4,96
dikategorikan masam (pH antara
4,5─5,5).
Hasil data penunjang
penelitian iklim dari bulan Oktober
─ Desember 2019, Iklim rata-rata
curah hujan pada saat penelitian
tergolong berintensitas tinggi. Pada
umumnya kondisi iklim paling cocok
untuk kedelai adalah daerah-daerah
yang mempunyai kelembapan udara
berkisar antara 75 ─ 90 %
7
(Adisarwanto, 2018). Curah hujan
paling optimal 1.000 ─ 2.500 mm
/tahun atau 100 ─ 200 mm/bulan
(Rukmana dan Yudirachman, 2014).
Suhu juga merupakan salah satu
faktor abiotik yang mempengaruhi
pertumbuhan kedelai. Tanaman
kedelai menginginkan suhu antara
21─340C, akan tetapi suhu optimum
bagi pertumbuhan kedelai 23 ─
270C. Pada proses perkecambahan
benih kedelai memerlukan suhu yang
cocok sekitar 300C (Irwan, 2006).
Tabel rata-rata tinggi
tanaman menunjukkan bahwa
pemberian beberapa konsentrasi
pupuk organik urin sapi berpengaruh
nyata terhadap tinggi tanaman
dibandingkan tanpa pemberian
pupuk organik urin sapi. Pemberian
pupuk organik urin sapi dengan
konsentrasi 100, 150, 200 ml-1 air
mampu melebihi hasil tinggi
tanaman tanpa pemberian perlakuan
pupuk organik urin sapi tetapi tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata
dengan perlakuan pupuk organik
urin sapi 50 ml-1 air.
Penambahan pupuk organik
urin sapi nyata meningkatkan tinggi
tanaman dikarenakan hormon auksin
yang terdapat dalam urin sapi yang
dapat mendukung pertumbuhan
tanaman. Urin sapi merupakan salah
satu penghasil zat pengatur tumbuh
alami yang mengandung hormon
kelompok auksin yaitu indole acetic
acid (IAA) untuk mendorong
pertumbuhan akar (Karimah et al.
2013). Menurut Widyastuti dan
Tjokrokusumo (2017), fungsi utama
auksin adalah mempengaruhi
pertambahan panjang batang,
pertumbuhan, diferensiasi, dan
percabangan akar, serta yang paling
khas adalah meningkatkan
pembesaran sel.
Tabel rata-rata cabang
primer menunjukkan bahwa
pemberian pupuk organik urin sapi
dengan dengan berbagai konsentrasi
tidak menunjukkan perbedaan yang
nyata terhadap pemberian perlakuan
lainnya. Hal ini diduga karena
penyerapan unsur hara yang kurang
baik oleh tanaman sehingga
mempengaruhi dalam proses
pertumbuhan. Unsur hara K sangat
berperan dalam mengaktifasi enzim-
enzim yang berperan dalam
metabolisme dan biosintesis. K dapat
diserap tanaman dari tanah dalam
bentuk ion. Menurut Winarso (2015),
unsur kalium sangat penting dalam
8
metabolisme tanaman terutama
fotosintesis, sehingga sangat penting
dalam meningkatkan pertumbuh
jumlah cabang tanaman.
Adisarwanto (2018),
mengatakan bahwa banyaknya
cabang pada kedelai tergantung pada
Varietasnya, tetapi umumnya cabang
pada tanaman kedelai berjumlah
antara 1─5 cabang. Banyak faktor
yang dapat mempengaruhi
percabangan pada tanaman kedelai
dari genotifnya, fotoperiode dan
temperatur, air dan mineral,
sedangkan untuk jumlah polong
pertanaman semakin banyak
percabangan maka jumlah polong
yang dihasilkan juga semakin
banyak.
Tabel rata-rata polong berisi
menunjukkan bahwa, pemberian
pupuk organik urin sapi dengan
berbagai konsentrasi tidak
memberikan perbedaan yang nyata
dibandingkan dengan pemberian
perlakuan lainnya . Hal ini
disebabkan oleh kebutuhan unsur
hara belum tercukupi dalam proses
pembentukan polong dan juga
berkaitan dengan jumlah cabang
tanaman kedelai yang mana semakin
banyak percabangan maka semakin
banyak jumlah polong yang
dihasilkan.
Pembentukan dan pengisian
buah juga sangat dipengaruhi oleh
ketersediaan unsur hara yang
digunakan untuk proses fotosintesis
yang kemudian mampu
menghasilkan karbohidrat, lemak,
protein, mineral dan vitamin yang
akan ditranslokasikan kebagian
penyimpanan (Rachmadani, 2014).
Hasil dari perubahan karbohidrat
tersebut akan berperan dalam
pembentukan polong dan menambah
nilai hasil panen jika ketersediaan
unsur fosfor dalam tanah tersedia
bagi tanaman (Setiawan, 2018).
Tabel rata-rata bobot 100 biji
menunjukkan bahwa pemberian
pupuk organik urin sapi tidak
berpengaruh nyata terhadap bobot
100 biji. Keadaan ini diduga
disebabkan oleh unsur hara yang
berasal dari pupuk organik urin sapi
tidak sepenuhnya dimanfaatkan
dalam proses pembentukan biji.
Kemungkinan unsur N menguap ke
udara yang menyebabkan unsur hara
yang dibutuhkan tanaman tidak
tercukupi sehingga proses fisiologis
terganggu dan akibatnya akan
berpengaruh terhadap bobot 100 biji
9
tanaman kedelai. Dari berbagai
perlakuan yang dilakukan
menunjukkan kisaran rata-rata bobot
100 biji antara 13,37─14,65 g, yang
beratnya mendekati bobot 100 biji
pada deskripsi tanaman 14,8─15,3 g.
Hal ini diduga bahwa bobot 100 biji
kemungkinan juga dipengaruhi oleh
sifat genetik.
Tabel rata-rata hasil perhektar
menunjukan bahwa, pemberian
pupuk organik urin sapi dengan
konsentrasi 100, 150, 200 ml-1 air
mampu melebihi hasil dari tanaman
kedelai dengan konsentrasi 50 ml-1
air pupuk organik urin sapi,
meskipun potensi hasil perhektar
pada penelitian ini belum mampu
memberikan hasil yang baik
dibandingkan pada deskripsi kedelai
varietas Anjasmoro yang bisa
menghasilkan 2,03─2,25 ton/ha. Hal
ini diduga karena kondisi tanah yang
bersifat asam dan kebutuhan unsur
hara yang belum tercukupi sehingga
memberikan hasil yang kurang baik.
Komposisi unsur hara dalam
tanaman kedelai dipengaruhi oleh
ketersediaan berbagai faktor yang
ada di dalam tanah. Oleh karena
itu, rasio unsure hara diantara bagian
tanaman kedelai akan bervariasi dari
faktor lingkungan satu dengan yang
lain. Hal ini akan terlihat jelas bila
rendahnya produktivitas tanaman
kedelai disebabkan oleh ketimpangan
hara pada tanah. Oleh karenanya,
produktivitas yang tinggi akan
tercapai bila komposisi hara dalam
tanaman pada kondisi yang optimal
(Adisarwanto, 2018).
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas,
maka dapat disimpulkan sebagai
berikut: Pemberian berbagai
konsentrasi pupuk organik urin sapi
berpengaruh terhadap tinggi tanaman
dan hasil per hektar tanaman kedelai,
akan tetapi belum mampu
memberikan pengaruh terhadap
jumlah cabang primer, jumlah
polong berisi, bobot 100 biji tanaman
kedelai. Pemberian pupuk organik
urin sapi dengan konsentrasi 100 ml-1
air menunjukkan hasil yang terbaik
terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman kedelai.
Saran
Dari hasil penelitian yang
telah dilakukan maka dibutuhkan
penelitian lebih lanjut untuk
memaksimalkan pengaruh pupuk
10
organik urin sapi terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman
kedelai dengan konsentrasi 100 ml-1
air.
Daftar Pustaka
AAK. 2020. Kedelai. Yogyakarta :
Kanisius.
Adam, W. 2019. Pengaruh
Konsentrasi Pupuk Organik
Urin Sapi Terhadap
Pertumbuhan Dan Hasil
Tanaman Kedelai
Edamame (Glycine max L.
Merill). Skripsi Fakultas
Petanian. Jambi :
Universitas Jambi.
Adisarwanto, T. 2018. Budidaya
Kedelai Tropika. Jakarta :
Penebar Swadaya.
Anthy, K. 2019. Pengaruh Urine
Sapi Terhadap
Pertumbuhan Dan Hasil
Tanaman Jagung Manis.
Skripsi Fakultas Pertanian.
Padang : Universitas
Andalas.
Ayu, M., Rosmayati, Dan Luthfi.
2019. Pertumbuhan Dan
Produksi Beberapa Varietas
Kedelai Terhadap Inokulasi
Bradyrhizobium. Medan :
Universitas Sumatera
Utara. Jurnal
Agroekoteknologi vol 1.no
2. ISSN No. 2337 – 6597.
Badan Pusat Statistik dan Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan.
2020. Laporan tahunan dan
hortikultura per Provinsi,
pusat
Statistik.go.id.(Diakses 5
September 2019).
Balai Penelitian Tanaman Kacang-
kacangan dan Umbi-
umbian. 2015. Teknik
Budidaya Kacang Hijau.
www.balitkabi.litbang.perta
nian.go.id. (Diakses 5
September 2019).
Bakhtiar, Taufan, Hidayat, dan Y.
Jufri. 2020. Keragaan
pertumbuhan dan
komponen hasil beberapa
varieatas unggul kedelai di
Aceh Besar. Aceh :
Universitas Syiah Kuala.
Jurnal Floratek 9:46 – 52.
Cahyono, B. (2017). Budidaya dan
Analisis Usaha Tani.
Yogyakarta: Kanisius.
Dharmayanti, N.K.S., A.A.N.
Supadma, dan I.D. M.
Arthagama. 2020. Pengaruh
Pemberian Biourine dan
Dosis Pupuk Anorganik
(N,P,K) Terhadap Beberapa
Sifat Kimia Tanah Pegok
dan Hasil Tanaman Bayam
(Amaranthus sp.). J.
Yogyakarta : E-Jurnal
Agroekoteknologi Tropika
2 (3), 165-174.
Dukat, Wahyuni, S., Nurmayanti,
N. 2020. Pengaruh Pupuk
Bokashi dan Urin Sapi
terhadap Pertumbuhan
dan Hasil Tanaman
Kacang Tanah
(Arachishypogaea L.)
Kultivar Tuban. Jurnal
Seminar Nasional Dalam
Rangka Dies Natalis UNS
11
Ke 42. Vol 2, No. 1
(2018).
Fachrudin, L. 2020. Budidaya
Kacang-Kacangan.
Yogyakarta : Kanisius.
Hardjowigeno, S. 2019. Ilmu Tanah
Akademika Pressindo.
Jakarta : Harpendenita.
Indrawati. 2016 . Pengaruh
Penggunaan Urin Sebagai
Sumber Nitrogen Terhadap
Bentuk Fisik dan Unsur
Hara Kompos Feses Sapi.
Palembang : Jurnal
Penelitian Sains 18 (3),
105-110.
Irwan, W. A. 2016. Budidaya
Tanaman Kedelai.
Jatinangor : Universitas
Padjadjaran.
Kurniadinata, F. (2018).
Pemanfaatan feses dan
urine sapi sebagai pupuk
organik dalam
Perkebunan kelapa sawit
(Elaeis guineensis jacg.).
In Preented on “Seminar
Optimalisasi Hasil
Samping Perkebunan
Kelapa Sawit dan
Industri olahannya
Sebagai Pakan Ternak”.
Samarinda : E-Jurnal
Agroekoteknologi
Tropika 3 (4), 120-65.
Murad Z. 2019. Program dan Hasil-
Hasil UPTD BPSPT Jambi
Dalam Rangka
Pendaftaran/Pelepasan
Varietas. Jambi : UPTD
Balai Pengawasan dan
Sertifikasi Perbenihan
Tanaman. Dinas Tanaman
Pangan, Hortikultura dan
Peternakan Provinsi Jambi.
Najiyati, S. dan Danarti. 2019.
Budidaya dan Analisis
Usaha Tani. Jakarta :
Penebar Swadaya.
Nugroho P. 2016. Panduan
Membuat Pupuk
Kompos. Yogyakarta :
Penerbit Pustaka Baru
Press.
Purwa. 2020. Petunjuk Pemupukan.
Jakarta : PT Agro Media
Pustaka.
Rinekso K. B., E. Sutrisno, dan S.
Sumiyati. 2012. Studi
Pembuatan Pupuk Organik
dari Fermentasi Urine Sapi
(Ferisa) dengan Variasi
Lokasi Peternakan yang
Berbeda.
eprints.undip.ac.id/42243/1/
JURNAL.docx. Diakses
tanggal 03 September 2019.
Rizki, Aslim Rasyad dan Murniati.
2019. Pengaruh Pemberian
Urin Sapi Yang
Difermentasi Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi
Tanaman Sawi Hijau
(Brassica rafa). Jurnal
Online Mahasiswa Fakultas
Pertanian. 1(2) : 7. Diakses
tanggal 03 September 2019.
Rukmana Ahmat dan Yudirachman
Herdi. 2014. Budidaya dan
Pengolahan Hasil Kacang
Kedelai Unggul. Bandung :
CV Nuansa Aulia.
12
Setiawan, A.I. 2018. Memanfaatkan
Kotoran Ternak. Jakarta :
Penebar Swadaya.
Suprapto, Hs. 2017. Bertanam
Kedelai. Jakarta : Penebar Swadaya.
Sutedjo M. 2019. Pupuk dan Cara
Pemupukan. Jakarta :
Rineka Cipta.
Widyastuti N dan Tjokrokusumo D.
2017. Peranan Beberapa
ZPT Tanaman pada
Kultivar in Vitro. Jakarta :
Jurnal Sains dan Teknologi
(3) : 55-63.
Winarsi, H. 2020. Protein Kedelai
dan Kecambah Manfaatnya
bagi Kesehatan.
Yogyakarta : Kanisius. 3
Winarso, S. 2015. Kesuburan Tanah
Dasar Kesehatan Dan
Kualitas Tanah.
Yogyakarta : Gava Media.
4
Yuliarti, Nurheni. 2013. 1001 Cara
Menghasilkan Pupuk
Organik. Yogyakarta :
Andi Offset.