37
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Periode krisis dan periode stabilitas silih berganti mewarnai perekonomian. Berbagai negara di dunia telah mencoba berbagai macam sistem moneter Internasional yang berlainan. Di abad dua puluh dimulai dengan sistem dengan sistem nilai tukar yang berdasarkan standar emas. Meskipun sistem ini mengalami krisis periodik semasa tahun-tahunan sesudah perang dunia 1, namun sistem ini kemudian berakhihr dengan adanya perang dunia 2, ketika banyak pemerintah beralih dari sistem nilai tukar emas dengan menganut sistem nilai tukar lainnya. Dalam sistem nilai tukar ada kalanya pemerintah mengintervensi atau ikut campur tangan dalam kegiatan sistem niali tukar di sebuah negara. Dengan adanya intervensi dari pemerintah terhadap sistem nilai tukar di suatu negara dapat berdampak baik terhadap ekonomi di negara tersebut atau sebaliknya. Maka pada bab ini akan di jelaskan lebih lanjut mengenai pengaruh intervensi pemerintah terhadap sistem nilai tukar. 1.2 Rumusan Masalah Apa itu sistem nilai tukar? Apa saja macam-macam sistem nilai tukar? 1

Pengaruh Pemerintah Atas Nilai Tukar.docx

  • Upload
    lalanel

  • View
    498

  • Download
    5

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Manajemen Keuangan Internasional

Citation preview

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Periode krisis dan periode stabilitas silih berganti mewarnai perekonomian.

Berbagai negara di dunia telah mencoba berbagai macam sistem moneter Internasional

yang berlainan. Di abad dua puluh dimulai dengan sistem dengan sistem nilai tukar

yang berdasarkan standar emas. Meskipun sistem ini mengalami krisis periodik semasa

tahun-tahunan sesudah perang dunia 1, namun sistem ini kemudian berakhihr dengan

adanya perang dunia 2, ketika banyak pemerintah beralih dari sistem nilai tukar emas

dengan menganut sistem nilai tukar lainnya.

Dalam sistem nilai tukar ada kalanya pemerintah mengintervensi atau ikut

campur tangan dalam kegiatan sistem niali tukar di sebuah negara. Dengan adanya

intervensi dari pemerintah terhadap sistem nilai tukar di suatu negara dapat berdampak

baik terhadap ekonomi di negara tersebut atau sebaliknya. Maka pada bab ini akan di

jelaskan lebih lanjut mengenai pengaruh intervensi pemerintah terhadap sistem nilai

tukar.

1.2 Rumusan Masalah

Apa itu sistem nilai tukar? Apa saja macam-macam sistem nilai tukar? Bagaimana pemerintah melakukan intervensi terhadap sistem nilai tukar?

BAB II

1

Pembahasan

Pengaruh Pemerintah Atas Nilai Tukar

2.1Sistem Nilai Tukar

Sistem nilai tukar dapat diklasifikasikan menurut seberapa jauh nilai tukar

dikendalikan oleh pemerintah. Sistem nilai tukar biasanya masuk ke dalam salah satu

kategori berikut:

Tetap (Fixed)

Mengambang Bebas (Freely Floating)

Mengambang Terkendali (Managed Float)

Terpatok (Pegged)

Masing-masing system nilai tukar tersebut akan dibahas berikut ini.

2.2 Sistem Nilai Tukar Tetap (Fixed)

Dalam system nilai tukar tetap (fixed exchange rate system), nilai tukar dibuat

konstan atau hanya dibiarkan berfluktuasi dalam batas-batas yang sangat sempit. Jika

nilai tukar terlalu tajam, pemerintah dapat melakukan intervensi untuk

mempertahankannya dalam batas-batas yang dimaksud.

Sebuah nilai tukar tetap akan bermanfaat bagi suatu negara untuk alasan

berikut .Eksportir dan importir bisa terlibat dalam perdagangan internasional tanpa

kekhawatiran tentang pergerakan nilai tukar Mata uang yang terkait dengan nilai mata

uang mereka. Setiap perusahaan yang menerima mata uang asing sebagai

pembayaran akan terisolasi dari resiko mata uang yang dapat terdepresiasi dari waktu

ke waktu . Selain itu, setiap perusahaan yang perlu mendapatkan mata uang asing

dimasa depan akan terisolasi dari risiko apresiasi mata uang dari waktu ke waktu.

Manfaat lain adalah bahwa perusahaan dapat terlibat dalam investasi asing langsung ,

tanpa memperhatikan tentang pergerakan nilai tukar mata uang itu . Mereka akan dapat

mengkonversi mereka pendapatan mata uang asing ke dalam mata uang mereka tanpa

kekhawatiran bahwa asing mata uang mata uang pendapatan mereka mungkin

2

melemah dari waktu ke waktu . Dengan demikian , manajemen MNC akan jauh lebih

mudah .

Selain itu, investor akan dapat menginvestasikan dana di luar negeri, tanpa

kekhawatiran bahwa mata uang asing didenomisasi investasi mereka mungkin

melemah dari waktu ke waktu. Sebuah negara dengan nilai tukar yang stabil dapat

menarik lebih banyak dana sebagai investasi yang menyebabkan investor tidak perlu

khawatir tentang melemahnya mata uang dari waktu ke waktu. Dana yang dibutuhkan

di setiap negara untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Negara-negara yang

menarik sejumlah besar arus modal biasanya memiliki suku bunga yang lebih rendah.

Ini dapat merangsang kenaikan ekonomi mereka.

Jika nilai tukar mulai bergerak terlalu banyak, pemerintah melakukan intervensi

untuk mempertahankan itu dalam batas-batas. Dalam beberapa situasi, pemerintah

akan mendevaluasi atau mengurangi nilai mata uangnya terhadap mata uang lainnya.

Dalam situasi lain, akan merevaluasi atau meningkatkan nilai mata uangnya terhadap

mata uang lainnya. Sebuah tindakan bank sentral untuk mendevaluasi mata uang

dalam sistem nilai tukar tetap disebut sebagai devaluasi .Devaluasi istilah biasanya

digunakan dalam konteks yang berbeda selain penyusutan. Devaluasi mengacu pada

penyesuaian ke bawah nilai tukar oleh bank sentral. Sebaliknya, revaluasi kebalikannya

yaitu penyesuaian kenaikan nilai tukar oleh pusat Bank. Metode yang digunakan oleh

pemerintah untuk mengubah nilai mata uang dibahas kemudian dalam bab ini.

Dalam system nilai tukar tetap, tugas manajerial dari sebuah MNC akan lebih

mudah. Namun demikian, tetap ada resiko bahwa pemerintah akan mengubah nilai dari

suatu valuta tertentu. Devaluasi valuta dapat meningkatkan ekspor suatu Negara, dan

produktivitas serta lapangan kerja, karena devaluasi mendorong konsumen perusahaan

luar negeri untuk membeli lebih banyak barang yang didenominasi dalam valuta yang

didevaluasi. Revaluasi (peningkatan nilai) sutau valuta dapata meningkatkan

persaingan yang diterima perusahaan-perusahaan local dari perusahaan-perusahaan

asing, karena valuta asing sekarang dapat dibeli dengan harga lebih murah. Revaluasi

merupakan strategi yang dipakai oleh berbagai pemerintah untuk menahan laju inflasi,

karena dapat mencegah perusahaan-perusahaan local menaikkan harga produk

3

mereka dalam tingkat yang signifikan. Tentu saja, tidak semua valuta dapat didevaluasi

atau direvaluasi secara simultan. Jika dolar AS, misalnya didevaluasi terhadap valuta

lain, ini mengimplikasikanbahwa valuta lain telah menguat terhadap dolar AS.

2.3 Sistem Nilai Tukar Mengambang Bebas (freely floating)

Dalam system nialai tukar mengambang bebas (freely floating exchange rate

system), nilai tukar valuta akan ditentukan oleh kekuatan pasar tanpa intervensi dari

pemerintah. Nilai tukar mengambang bebas pada dasarnya secara terus-menerus

menyesuaikan dalam menanggapi permintaan dan kondisi pasokan untuk mata uang

itu. Dalam system ini, perusahaan-perusahaan multinasional perlu mencurahkan

sumber daya yang substansial untuk mengukur dan mengelola risiko valuta asing.

Keunggulan Sistem Nilai Tukar Mengambang Bebas. Salah satu keuntungan

dari sistem nilai tukar mengambang bebas adalah bahwa sebuah negara lebih terisolasi

dari inflasi negara-negara lain. Sebagai contoh: Diasumsikan ada dua Negara AS dan

Inggris. Perdagangan antara kedua Negara ini cukup signifikan. Sekarang asumsikan

bahwa sistem nilai tukar yang dipakai adalah sistem nilai tukar tetap. Jika AS

mengalami laju inflasi yang jauh lebih tinggi dari pada Inggris, maka konsumen AS akan

membeli banyak barang di Inggris dan konsumen Inggris akan mengurangi impor

barang-barang AS (karena meningkatnya harga barang-barang AS). Reaksi ini akan

menyebabkan menurunnya produksi di AS dan meningkatnya pengangguran. Hal ini

juga bias menyebabkan naiknya laju inflasi di Inggris karena tajamnya peningkatan

permintaan atas barang barang Inggris relative terhadap penawarannya. Jadi, inflasi

yang tinggi di AS bias menciptakan laju inflasi di Inggris.

Hubungan diatas tidak muncul pada lingkungan nilai tukar mengambang bebas.

Sebagai konsekuensi dari tingginya inflasi di AS, meningkatnya permintaan AS atas

barang-barang Inggris akan menimbulkan tekanan kenaikan nilai pound Inggris.

Sebagai konsekuensi kedua dari tingginya inflasi di AS, menurunnya permintaan Inggris

atas barang-barang AS akan mengimplikasikan menurunya penawaran pound Inggris

(untuk ditukarkan dengan dolar)., yang juga akan memberikan tekanan kenaikan pada

nilai pound. Pound akan mengalami apresiasi akibat faktor-faktor pasar ini (sementara

4

dalam sistem nilai tukar tetap, tidak dibiarkan berfluktuasi). Apresiasi ini akan membuat

barang-barang Inggris menjadi lebih mahal bagi konsumen AS semahal barang-barang

AS, walaupun produsen Inggris tidak menaikan harga mereka. Ini terjadi karena pound

mengalami apresiasi, sehingga sekarang dibutuhkan jumlah dolar yang lebih banyak

untuk membeli pound dalam jumlah yang sama seperti sebelumnya. Di Inggris, harga

actual barang-barang dalam dalam pound Inggris barangkali tidak berubah, meskipun

harga-harganya di AS naik. Konsumen Inggris akan terus membeli barang-barang AS

karena pound mereka dapat ditukarkan dengan lebih banyak dolar (akibat apresiasi

pound terhadap dolar).

Pembahasan diatas mengindikasikan bahwa inflasi AS akan memiliki dampak

yang lebih besar atas inflasi di Negara-negara lain dalam sistem nilai tukar tetap

dibandingkan sistem nilai tukar mengambang bebas. Masalah-masalah yang dialami

setiap Negara kemungkinan besar tidak akan menular kenegara lain dalam lingkungan

sistem nilai tukar mengambang bebas. Dalam contoh ini, karena pergerakan nilai tukar,

Inggris terisolasi dari inflasi AS.

Keunggulan lain dari sistem nilai tukar mengambang bebas adalah bahwa bank

sentral tidak diwajibkan untuk mempertahankan nilai tukar dalam batas-batas tertentu.

Karenanya, bank sentra dipaksa untuk menerapkan suatu kebijakan intervensi yang

mungkin memiliki dampak yang tidak menguntungkan bagi ekonomi hanya untuk

mengendalikan nilai tukar. Disamping itu pemerintah dapat mengimplementasikan

kebijakan-kebijakan tertentu tanpa harus mengkhawatirkan pengaruhnya atas

pergerakan nilai tukar. Terakhir, jika nilai tukar tidak dibiarkan untuk mengambang, para

investor akan menginvestasikan dana di Negara-negara yang memiliki suku bunga

paling tinggi. Hal ini akan mengharuskan pemerintah dari Negara-negara yang memiliki

tingkat suku bunga rendah untuk membatasi pelarian dana keluar negeri. Jadi, akan

muncul restriksi atas arus modal, dan efesiensi pasar modal akan menurun.

5

Kelemahan Sistem Nilai Tukar Mengambang Bebas. Dalam contoh yang

sebelumnya, mengilustrasikan bahwa masalah sebuah Negara kadang-kadang dapat di

perarah oleh nilai tukar mengambang bebas. Di sisi lain, pada contoh sebelumnya

memperlihatkan bahwa lingkungan sistem nilai tukar tetap, masalah dari sebuah

Negara bias menular ke Negara-negara lain. Sistem mana yang sebaliknya dipilih

tergantung pada lingkungan politik, kondisi, tujuan dan kebijakan ekonomi dari sebuah

Negara.

2.4 Sistem Nilai Tukar Mengambang Terkendali

Sistem nilai tukar sejumlah valuta yang ada sekarang berada di antara sistem

nilai tukar tetap dan sistem nilai tukar mengambang bebas. Sistem tersebut menyerupai

sistem mengambang bebas karena nilai tukar dibiarkan berfluktuasi setiap hari dan

tidak ada batasan resmi. Tetapi, menyerupai sistem nilai tukar tetap dalam hal

pemerintah dapat dan kadang-kadang melakukan intervensi untuk mencegah valuta

mereka berfluktuasi terlalu tajam ke satu arah. Tipe sistem ini dikenal dengan sistem

mengambang bebas terkendali (managing float), atau mengambang “kotor” (bedakan

dengan mengambang “bersih” dimana nilai tukar mengambang bebas tanpa intervensi

pemerintah). Beragam bentuk intervensi yang digunakan pemerintah untuk mengelola

fluktuasi nilai tukar akan dibahas dalam bab ini.

Kritik atas Sistem Mengambang Terkendali. Sejumlah pihak mengecam bahwa

sistem mengambang terkendali memungkinkan pemerintah untuk memanipulasi nilai

tukar agar menguntungkan negaranya sendiri dan merugikan Negara lain. Sebagai

contoh, pemerintah mungkin berupaya memperlemah valutanya untuk merangsang

ekonomi yang sedang stagnan. Meningkatnya permintaan agregat atas produk-produk

dalam negeri yang diakibatkan oleh kebijakan semacam itu mungkin mencerminkan

menurunya permintaan atas produk-produk dinegara lain, karena valuta yang melemah

mempengaruhi permintaan luar negeri. Kritik ini juga berlaku bagi sistem nilai tukar

tetap dimana pemerintah memiliki kemampuan untuk mendevaluasi untuk tujuan yang

sama.

6

2.5 Sistem Nilai Tukar Terpatok

Sejumlah Negara menggunakan sistem nilai tukar terpatok (pegged exchange

rate), dimana valuta mereka dipatokkan (dikaitkan) ke valuta lain, atau ke unit

perhitungan. Walaupun nilai valuta lokal tetap dalam hubungannya dengan valuta asing

(atau unit perhitungan) yang menjadi patokan, valuta tersebut bergerak mengikuti valuta

tersebut relative terhadap valuta-valuta lain. Salah satu sistem nilai tukar patok yang

paling terkenal adalah sistem yang dibentuk oleh Masyarakat Ekonomi Eropa (EEC)

pada bulan April 1972. Valuta dari Negara-negara anggota EEC dipatok satu sama lain

dan dibiarkan berfluktuasi dalam batas-batas tertentu. Sistem seperti ini kemudian

dikenal dengan nama sistem ular (snake). Tetapi, tekanan pasar kemudian membuat

sejumlah valuta bergerak keluar dari batas-batas yang telah ditentukan.

Konsekuensinya, sejumlah anggota menarik diri dari sistem “ular” tersebut; karena sulit

mempertahankan, dan sejumlah valuta harus dipatok ulang.

Akibat berlanjutnya masalah yang berhubungan dengan sistem ular, Sistem

Moneter Eropa (EMS) kemudian dibentuk pada bulan Maret 1979. Konsep EMS serupa

dengan sistem ular, tetapi karakteristik khususnya berbeda. Dalam sistem EMS, nilai

tukar dari Negara-negara anggota dikaitkan ke European Currency Unit (ECU). ECU

bukan merupakan valuta melainkan suatu unit perhitungan. ECU adalah rata-rata

tertimbang dari kurs Negara anggota, dimana tiap timbangan ditentukan oleh

pendapatan nasional bruto (PNB) relative masing-masing anggota dan aktivitasnya

dalam perdagangan Intra-Eropa. Valuta dari Negara-negara anggota ini diperbolehkan

berfluktuasi tidak lebih dari 2,25% (6% bagi sejumlah valuta) dari nilai per yang

sebelumnya ditetapkan. Pada tahun 1993, batas-batas ini diperluas secara substansial

untuk memungkinkan nilai tukar valuta-valuta Eropa berfluktuasi lebih leluasa.

Metode pengaitan nilai valuta-valuta Erop ke ECU dikenal dengan nama

Mekanisme Nilai Tukar (Exchange rate mechanism-ERM). Masing-masing pemerintah

yang terlibat melakukan intervensi dalam pasar valas untuk mempertahankan nilai tukar

dalam batas-batas yang ditentukan oleh ERM. Valuta-valutu Eropa yang lain dipatok ke

ECU dan dengan demikian terikat ke valuta-valuta ERM dalam batas-batas yang

7

sempit. Namun, para pemerintah ini tidak berkewajiban untuk mempertahankan valuta

mereka dalam batas-batas tertentu.

Tiap valuta yang dikaitkan ke ECU mendapat apa yang dinamakan dengan nilai

tukar pusat (central exchange rate-CER). Nilai tukar pusat didasarkan pada ECU. Dari

kurs pusat ini, kurs pusat antara dua Negara manapun dapat ditentukan. Sebagai

contoh, asumsikan bahwa kurs pusat dari franc Perancis dan mark Jerman berbasis

ECU masing-masing adalah 6,90 dan 2,06. Dari informasi ini, kita dapat menentukan

bahwa kurs pusat antara mark Jerman (DM) dengan franc Perancis (FF) adalah:

Kurs pusat dari FF perUnit DM= Kurs pusat FF per unit ECUKurs pusat DM per unit ECU

= 6,902,06

= 3,35

Cara lain, kurs pusat mark per unit franc dapat ditentukan dengan membalik rasio

diatas, yaitu 0,298.

Jika nilai tukar antara mark dengan franc mendekati batas bawah atau batas atas,

bank sentral dari kedua Negara akan terjun ke pasar untuk mempertahankan nilai tukar

agar tidak keluar dari batas-batas yang dimaksud. Jika kedua bank sentral tidak dapat

melakukannya, mereka bias mengubah patokan kurs pusat dari masing-masing valuta.

8

2.6 Klasifikasi Sistem Nilai Tukar

Gambar 6.1 mengklasifikasikan sistem nilai tukar yang digunakan oleh berbagai

negara. Beberapa negara kecil mematok nilai valuta mereka ke Dolar AS.

Dalam kaitannya dengan perdagangan internasional, nilai peso Meksiko

dikendalikan oleh pemerintah, tetapi dibiarkan mengambang dalam hubungannnya

dengan pariwisata. Kurs mengambang dipengaruhi oleh intervensi pemerintah. Pada

bulan November 1987, bank sentral Meksiko menghentikan dukungannya terhadap

peso, dan nilai peso menurun sekitar 25% terhadap dolar AS dalam satu hari. Begitu

fluktuatifnya peso sehingga sejumlah bank menolak untuk menerima peso untuk

ditukarkan dengan dolar. Dalam beberapa tahun terakhir, Meksiko berhasil mengurangi

laju inflasi, dan telah mampu menstabilkan nilai peso.

9

Pemerintah dari negara-negara Amerika Latin yang lain juga berhasil

mengurangi fluktuasi valuta mereka dalam beberapa tahun belakangan. Seiring dengan

masuknya dana ke negara-negara Amerika Latin untuk diinvestasikan dalam obligasi

pemerintah dan dalam perusahaan-perusahaan yang baru diswastanisasikan, muncul

permintaan terhadap valuta negara-negara Amerika Latin, sehingga mampu mampu

menutupi pelarian dana keluar dari negara-negara ini yang biasanya terjadi. Pemerintah

Chile melakukan intervensi untuk mempertahankan nilai valutanya dalam kisaran +10%

dari nlai yang sebelumnya ditetapkan (berbasis sejumlah valuta penting). Valuta Brazil

dan Venezuela biasanya mengalami depresiasi setiap hari, tetapi dengan laju yang

dikendalikan oleh pemerintah.

Sejumlah negara Eropa Timur yang baru saja membuka pasar mereka juga telah

mamatok valuta mereka ke salah satu valuta penting dalam perdagangan global. Cara

ini kadang-kadang bersifat sementara karena negara-negara ini tengah mencari nilai

tukar yang tepat, yang akan mampu menstabilkan dan memperbaiki kondisi ekonomi

mereka. Sebagai contoh, pemerintah Slovakia mendevaluasi valutanya (koruna) dalam

upaya untuk meningkatkan permintaan asing atas produk-produk lokal dan mengurangi

pengangguran.

Sebuah Mata Uang Tunggal Eropa

Pada tahun 1991, Traktat Maastricht menyerukan pembentukan mata uang tunggal

Eropa. Pada tanggal 1 Januari 1999, euro menggantikan mata uang nasional 11 negara

Eropa untuk tujuan transaksi komersial yang dilakukan melalui transfer elektronik dan

bentuk lain dari pembayaran. Tanggal 1 Juni 2002, ketika mata uang nasional harus

ditarik dari sistem keuangan dan diganti dengan euro, sebuah negara kedua belas telah

memenuhi syarat untuk euro.

Keanggotaan

Kesepakatan untuk mengadopsi euro adalah peristiwa bersejarah. Negara-negara

yang sebelumnya telah berperang satu sama lain beberapa kali di masa lalu kini

bersedia untuk bekerja sama menuju tujuan bersama. Dari 27 negara yang tergabung

dalam Uni Eropa (UE), 13 negara berpartisipasi dalam euro: Austria, Belgia, Finlandia,

10

Perancis, Jerman, Yunani, Irlandia, Italia, Luksemburg, Belanda, Portugal, Slovenia,

dan Spanyol. Bersama-sama, negara-negara peserta yang terdiri dari hampir 20 persen

dari produk domestik bruto dunia, yaitu proporsi yang sama dengan Amerika Serikat.

Tiga negara yang menjadi anggota Uni Eropa pada tahun 1999 (Inggris, Denmark, dan

Swedia) memutuskan untuk tidak mengadopsi euro pada saat itu. 10 negara di Eropa

Timur (termasuk Republik Ceko dan Hungaria) yang bergabung dengan Uni Eropa

pada tahun 2004 memenuhi syarat untuk berpartisipasi dalam euro jika mereka

memenuhi tujuan ekonomi tertentu. Slovenia mengadopsi euro pada tahun 2007.

Negara-negara yang berpartisipasi dalam Uni Eropa seharusnya mematuhi pakta

stabilitas dan pertumbuhan sebelum mereka mengadopsi euro. Perjanjian ini

mensyaratkan bahwa defisit anggaran negara kurang dari 3 persen dari produk

domestik bruto. Namun, sering ada tuduhan bahwa beberapa negara Uni Eropa yang

berpartisipasi dalam euro saat ini memiliki defisit anggaran yang melebihi batas yang

diijinkan mereka.

Dampak Terhadap Kebijakan Moneter Eropa

Euro memungkinkan untuk suplai uang tunggal di sebagian besar wilayah Eropa,

daripada peredaran uang yang terpisah untuk setiap mata uang yang berpartisipasi.

Dengan demikian, kebijakan moneter Eropa terkonsolidasi karena efek terhadap jumlah

uang beredar akan berdampak pada semua negara Eropa yang menggunakan euro.

Pelaksanaan kebijakan moneter umum dapat meningkatkan persatuan politik di antara

negara-negara Eropa dengan pertahanan nasional dan kebijakan luar negeri yang

sama.

European Central Bank. European Central Bank (ECB) berbasis di Frankfurt dan

bertanggung jawab untuk menetapkan kebijakan moneter untuk semua negara-negara

Eropa yang berpartisipasi. Tujuannya adalah untuk mengendalikan inflasi di negara-

negara yang berpartisipasi dan untuk menstabilkan (dalam batas-batas yang wajar) nilai

euro terhadap mata uang utama lainnya. Dengan demikian, tujuan moneter ECB yaitu

stabilitas harga dan stabilitas mata uang sama dengan masing-masing negara di

seluruh dunia, tetapi berbeda karena mereka berfokus pada sekelompok negara bukan

satu negara.

11

Implikasi Kebijakan Moneter Eropa. Meskipun kebijakan moneter tunggal Eropa

memungkinkan untuk kondisi ekonomi yang lebih konsisten di seluruh negara,

kebijakan tersebut juga mencegah masing-masing negara Eropa dalam pemecahan

masalah ekonomi lokal dengan kebijakan moneter yang unik. Pemerintah Eropa

mungkin tidak setuju pada kebijakan moneter yang ideal untuk meningkatkan

perekonomian lokal mereka, tetapi mereka harus setuju pada kebijakan moneter

tunggal Eropa. Setiap kebijakan yang diberikan digunakan dalam jangka waktu tertentu

dapat meningkatkan kondisi di beberapa negara dan mempengaruhi negara lain. Setiap

negara peserta masih mampu menerapkan kebijakan fiskal sendiri (pajak dan

keputusan pengeluaran pemerintah). Penggunaan mata uang bersama suatu hari nanti

dapat menciptakan harmoni politik di antara negara-negara Eropa.

Dampak Terhadap Bisnis di Eropa

Euro memungkinkan warga negara peserta untuk terlibat dalam arus

perdagangan lintas batas dan arus modal di seluruh wilayah yang disebut zona euro

(negara peserta) tanpa mengubahnya ke mata uang yang berbeda. Penghapusan

pergerakan mata uang antara negara-negara Eropa juga mendorong lebih banyak

pengaturan bisnis jangka panjang antara perusahaan dari berbagai negara, karena

mereka tidak lagi perlu khawatir tentang efek samping akibat pergerakan mata uang.

Dengan demikian, perusahaan-perusahaan di negara-negara Eropa yang berbeda

semakin terlibat dalam semua jenis pengaturan bisnis termasuk lisensi, usaha patungan

(joint ventures), dan akuisisi.

Harga produk sekarang lebih sebanding antara negara-negara Eropa, seperti

nilai tukar antara negara-negara adalah tetap. Dengan demikian, pembeli dapat lebih

mudah menentukan di mana mereka dapat memperoleh produk dengan biaya

terendah.

Arus perdagangan antara negara-negara Eropa yang berpartisipasi telah

meningkat karena eksportir dan importir dapat melakukan perdagangan tanpa

kekhawatiran tentang pergerakan nilai tukar. Sampai-sampai ada arus perdagangan

yang lebih besar antara negara-negara tersebut, kondisi ekonomi di masing-masing

12

negara akan memiliki dampak yang lebih besar pada negara-negara Eropa lainnya, dan

ekonomi dari negara-negara tersebut dapat menjadi lebih terintegrasi.

Dampak Terhadap Valuasi Bisnis di Eropa

Ketika perusahaan mempertimbangkan untuk memperoleh target di Eropa, mereka

dapat lebih mudah membandingkan harga (nilai pasar) dari target antara negara-negara

karena nilai-nilai mereka dalam mata uang yang sama (euro). Selain itu, pergerakan

mata uang masa depan dari mata uang target terhadap mata uang non-Eropa akan

sama. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan AS bisa lebih mudah melakukan

valuasi perusahaan di negara-negara Eropa yang berpartisipasi karena ketika dana

disetorkan ke perusahaan induk AS dari salah satu negara peserta, tingkat apresiasi

atau depresiasi akan sama untuk jangka waktu tertentu dan tidak akan ada perbedaan

dalam dampak nilai tukar.

Perusahaan-perusahaan Eropa menghadapi tekanan lebih untuk melakukan

aktivitasnya dengan baik karena mereka dapat diukur terhadap semua perusahaan lain

dalam industri yang sama di seluruh negara peserta, bukan hanya di dalam negeri

sendiri. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan ini lebih terfokus pada memenuhi

berbagai tujuan kinerja.

Dampak Terhadap Arus Keuangan

Sebuah mata uang tunggal Eropa memaksa suku bunga yang ditawarkan pada

sekuritas pemerintah serupa di negara-negara Eropa yang berpartisipasi. Setiap

perbedaan dalam tarif akan mendorong investor dalam negara-negara Eropa untuk

berinvestasi di mata uang dengan tingkat tertinggi, yang akan meluruskan kembali suku

bunga di antara negara-negara tersebut. Namun, angka tersebut masih bervariasi

antara dua, sekuritas pemerintah dengan jatuh tempo yang sama jika mereka

menunjukkan berbagai tingkat risiko kredit.

Harga saham sekarang lebih sebanding antara negara-negara Eropa karena mereka

dalam mata uang yang sama. Investor di negara-negara Eropa yang berpartisipasi

sekarang dapat berinvestasi pada saham di negara-negara ini tanpa kekhawatiran

13

tentang risiko nilai tukar. Dengan demikian, ada lebih banyak investasi lintas batas

daripada yang ada di masa lalu.

Karena harga pasar saham dipengaruhi oleh ekspektasi kondisi ekonomi, harga

saham antara negara-negara Eropa dapat lebih terkorelasi jika ekonomi di antara

negara-negara ini lebih terkorelasi. Investor dari negara lain yang berinvestasi di

negara-negara Eropa mungkin tidak mencapai banyak diversifikasi seperti di masa lalu

karena integrasi dan karena efek nilai tukar akan sama untuk semua pasar yang

sahamnya dalam mata uang euro. Bursa saham di negara-negara Eropa juga

cenderung terkonsolidasi dari waktu ke waktu karena mereka menggunakan mata uang

yang sama.

Investor obligasi yang berbasis di negara-negara Eropa sekarang dapat

berinvestasi pada obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah dan perusahaan di negara-

negara ini tanpa kekhawatiran tentang risiko nilai tukar, selama obligasi dalam mata

uang euro. Beberapa pemerintah Eropa telah menerbitkan obligasi yang

diredenominasi dalam euro karena pasar sekunder untuk beberapa obligasi yang

diterbitkan di Eropa dengan mata uang lainnya kini kurang aktif. Yield obligasi di

negara-negara Eropa yang berpartisipasi tidak selalu sama meskipun mereka sekarang

dalam mata uang yang sama, risiko kredit mungkin masih lebih tinggi bagi emiten di

negara tertentu.

Dampak Terhadap Risiko Nilai Tukar

Salah satu keuntungan utama dari mata uang tunggal Eropa adalah penghapusan

risiko nilai tukar antara negara-negara Eropa yang berpartisipasi, yang dapat

mendorong lebih banyak perdagangan dan arus modal lintas batas Eropa. Selain itu,

biaya transaksi valuta asing yang terkait dengan transaksi antara negara-negara Eropa

telah dieliminasi. Mata uang tunggal Eropa sesuai dengan tujuan dari Single European

Act untuk menghilangkan hambatan perdagangan antara perbatasan Eropa sejak risiko

nilai tukar merupakan penghalang perdagangan implisit.

Nilai euro berhubungan dengan perubahan dolar AS secara terus menerus. Nilai

euro dipengaruhi oleh arus perdagangan dan arus modal antara negara-negara Eropa

14

yang berpartisipasi dan Amerika Serikat sejak arus ini mempengaruhi kondisi

penawaran dan permintaan. Nilainya sehubungan dengan yen Jepang yang

dipengaruhi oleh arus perdagangan dan arus modal antara negara-negara Eropa yang

berpartisipasi dan Jepang.

Negara-negara Eropa yang berpartisipasi dalam euro masih dipengaruhi oleh

pergerakan nilai sehubungan dengan mata uang lainnya seperti dolar. Selain itu,

banyak perusahaan AS masih dipengaruhi oleh pergerakan nilai euro terhadap dolar.

Laporan Status pada Euro

Euro telah mengalami kenaikan yang stabil sejak diperkenalkan pada tahun 1999.

Nilainya awalnya menurun secara substansial terhadap pound Inggris, dolar AS, dan

beberapa mata uang lainnya. Pada bulan Oktober 2001, misalnya, 33 bulan setelah

diperkenalkan, nilainya adalah $ 0,88 atau sekitar 27 persen lebih sedikit dari nilai

awalnya. Kelemahan itu sebagian disebabkan oleh arus keluar modal dari Eropa. Pada

April 2007, euro senilai $ 1,35 atau 53 persen di atas nilai pada bulan Oktober 2001.

Rebound pada euro dipicu oleh suku bunga Eropa yang relatif tinggi dibandingkan

dengan suku bunga AS pada periode 2001-2003, yang menarik aliran masuk modal ke

Eropa.

2.7INTERVENSI PEMERINTAH

Tiap negara memiliki suatu badan pemerintah yang bisa melakukan intervensi

dalam pasar valuta asing untuk mengendalikan nilai valuta. Di AS, misalnya, bank

sentralnya adalah Federal Reserve System (Fed). Bank sentral memiliki banyak tugas

lain selain melakukan intervensi dalam pasar valas, misalnya mengendalikan

pertumbuhan uang beredar dalam rangka mempengaruhi kondisi ekonomi ke arah yang

diinginkan.

15

2.8 Alasan-Alasan Intervensi

Sejauh mana valuta lokal dikendalikan atau “dikelola” bervariasi antarbank

sentral. Tiga alasan utama bagi bank sentral untuk mengelola nilai tukar adalah:

2 Mengurangi fluktuasi nilai tukar.

3 Membentuk batas-batas implisit bagi nilai tukar.

4 Bereaksi terhadap gangguan-gangguan temporer.

Jika sebuah bank sentral khawatir bahwa perekonomiannya akan terganggu oleh

fluktuasi nilai valutanya yang tak menentu, bank tersebut mungkin ingin mengurangi

fluktuasi. Tindakan bank sentral bisa membuat siklus bisnis lebih stabil. Bank sentral

juga bisa meningkatkan perdagangan internasional dengan mengurangi ketidakpastian

nilai tukar. Selain itu, pengurangan fluktuasi nilai valuta juga dapat mengurangi

ketakutan dalam pasar keuangan dan aktivitas spekulatif yang bisa menyebabkan

penurunan nilai valuta secara tajam.

Sejumlah bank sentral berupaya mempertahankan nilai valuta lokal mereka dalam

batas-batas implisit (tidak resmi). Para analisis pasar seringkali mengatakan bahwa

suatu valuta tidak akan turun di bawah atau naik di atas nilai acuan tertentu karena

bank sentral akan melakukan intervensi untuk mencegahnya.

Fed secara periodik melakukan intervensi sepanjang tahun 1983 hingga 1985 dalam

rangka menurunkan nilai dolar yang tengah mengalami apresiasi dan sepanjang tahun

1986 hingga 1988 untuk menaikkan nilai dolar yang tengah mengalami depresiasi. Hal

ini menyiratkan bahwa Fed mungkin telah membentuk batas-batas implisit bagi nilai

dolar. Namun, meskipun batas-batas tersebut benar-benar ada, batas-batas tersebut

tentu terus diubah sepanjang waktu. Dolar yang sangat lemah atau sangat kuat

mungkin diinginkan dalam periode-periode tertentu.

Dalam sejumlah kasus, bank sentral bisa melakukan intervensi untuk mengisolasi

nilai valuta dari gangguan-gangguan temporer. Sebagai contoh, berita bahwa harga

minyak akan naik bisa menimbulkan ekspektasi bahwa yen Jepang akan mengalami

16

depresiasi di masa depan, karena Jepang menukarkan yen untuk dolar pada saat

membeli minyak dari negara-negara pengekspor minyak. Para spekulan pasar valas

mungkin menjual yen dan membeli dolar untuk mengantisipasi penurunan nilai yen.

Pemerintah Jepang selanjutnya mungkin melakukan intervensi untuk menahan

penurunan nilai yen yang diakibatkan oleh transaksi-transaksi pasar semacam itu.

Beberapa penelitian menemukan bahwa intervensi pemerintah tidak memiliki

dampak yang permanen atas fluktuasi nilai tukar. Dalam banyak kasus, intervensi

tertutupi oleh kekuatan-kekuatan pasar. Namun, bank sentral beroperasi berlandaskan

teori bahwa pergerakan valuta bakal akan lebih bergejolak tanpa adanya intervensi.

2.9 Intervensi Langsung

Metode intervensi langsung yang dipakai oleh Fed untuk membuat dolar

mengalami depresiasi adalah dengan menukar cadangan dolar yang dimilikinya dengan

valuta-valuta lain dalam pasar valas. Apa yang dinamakan “flooding the market with

dollars’ ini menimbulkan penurunan atas nilai dolar. Jika Fed ingin memperkuat dolar

nilai dolar, Fed bisa menjual valuta asing yang dimilikinya dan membeli dolar dalam

pasar valas, sehingga menghasilkan tekanan kenaikan atas nilai dolar.

Dampak dari intervensi langsung atas nilai pound Inggris diilustrasikan dalam

gambar 6.3. untuk memperkuat nilai pound (atau memperlemah nilai dolar), Fed

menjual dolar dan membeli pound, yang mencerminkan perpindahan pound dari D1 ke

D2 dalam pasar valas (seperti yang ditunjukan dalam grafik). Sebaliknya, untuk

memperlemah nilai pound (atau menaikkan nilai dolar), The Fed menjual pound dan

membeli dolar, yang mencerminkan perpindahan kurva dari S1 ke S2 dalam pasar valas.

Intervensi langsung biasanya sangat efektif pada saat upaya dari bank-bank

sentral terkoordinasi. Jika semua bank sentral secara simultan berupaya memperkuat

atau memperlemah dolar dengan cara yang baru saja dijelaskan merkea dapat

menciptakan tekanan yang lebih kuat atas nilai dolar.

17

Contoh Intervensi Langsung

Pada bulan September 1985, bank-bank sentral dari AS, Jerman, Inggris, Perancis,

dan Jepang mengimplementasikan langkah-langkah bersama untuk menurunkan nilai

dolar. Tindakan ini merupakan hasil kesepakatan antar waki negara-negara tersebut di

Plaza Hotel, New York. Kesepakatan tersebut sejarang dinamakan Plaza Accord. Pasar

valas dibanjiri dolar dalam jumlah milyaran pada saat bank-bank sentral ini menukarkan

dolar dengan valuta asing. Tindakan ini menyebabkan nilai dolar jatuh. Akan tetapi,

walaupun intervensi langsung sering digunakan selama periode 1986 hingga 1987

untuk memperkuat dolar, dolar masih saja terus melemah.

Dolar mulai menguat pada tahun 1988. Karena terus menguat pada musim panas 1989,

muncul kekhawatiran di sejumlah negara industri bahwa dolar yang kuat bisa

merugikan ekonomi dunia. Lima bank sentral telah melakukan intervensi pada bulan

September 1989, yang menyebabkan nilai dolar langsung menurun 2% relatif terhadap

pound Inggris dan mark Jerman. Namun intervensi lanjutan dari bank sentral pada

bulan berikutnya terlibas oleh transaksi transaksi dari pasar. Seiring dengan makin

tumbuhnya aktivitas valuta asing, intervensi bank sentral semakin tidak efektif. Volume

transaksi valas dalam satu hari saja melampaui nilai cadangan gabungan dari seluruh

bank sentral.

18

Pada tahun 1992, nilai dolar cukup lemah, yang menyebabkan Fed melakukan

intervensi dengan membeli dolar dan menjual valuta-valuta eropa. Pada tahun 1993,

fokus beralih pada Yen Jepang, yang mengalami apresiasi 13% atas dolar AS

sepanjang 5 bulan pertama tahun 1993 dan mencapai tingkat tertinggi sejak PD II. Fed

melakukan intervensi 7 kali pada tanggal 27 Mei 1993 untuk mencegah penurunan lebih

lanjut. Fed secara berulang membeli dolar dengan yen dalam pasar valas pada hari

tersebut. Upaya diatas hanya bisa memperlambat penurunan nilai yen untuk

sementara, tetapi tidak memperlemah yen.

Intervensi non-steril vs. Intervensi steril

Pada saat Fed melakukan intervensi dalam pasar valas tanpa menyesuaikan

perubahan uang beredar, Fed dikatakan melakukan intervensi non-steril. Sebagai

contoh, jika Fed menjual dolar dan membeli valuta-valuta asing dalam pasar valas dlam

rangka memperkuat nilai dari valuta-valuta asing yang dimaksud (memperlemah dolar),

dolar yang beredar meningkat.

Jika Fed ingin melakukan intervensi dalam pasar valas dan mempertahankan jumlah

uang (dolar) beredar, Fed menggunakan intervensi steril. Intervensi steril tercapai

melalui transaksi transaksi simultan dalam pasar valas dan sekuritas Treasury. Sebagai

contoh, jika Fed ingin menurunkan nilai dolar (memperkuat nilai valuta-valuta lain) tanpa

mempengaruhi jumlah dolar yang beredar , Fed akan (1) menjual dolar dan membeli

valuta lain, dan (2) menjual sejumlah sekuritas Treasury dan memperoleh dolar.

Dampak nettonya adalah meningkatnya kepemilikan sekuritas Treasury di tangan para

investor dan menurunnya saldo valuta asing (non-dolar) pada bank-bank.

Berspekulasi tentang intervensi langsung

Sejumlah pedagang valas berupaya menentukan kapan Fed melakukan intervensi, dan

besarnya intervensi, agar bisa mengambil keuntungan dari upaya intervensi tersebut.

Normalnya, Fed berupaya melakukan intervensi tanpa diketahui. Namun, dealer-dealer

pada bank-bank besar yang berdagang dengan Fed biasanya menyampaikan informasi

tersebut kepada para pelaku pasar lain. Demikian juga, pada saat Fed melakukan

transaksi secara langsung dengan bank-bank komersial, pasar segera tahu bahwa Fed

19

tengah melakukan intervensi. Untuk menyembunyikan strategi ini, Fed bisa berpura-

pura tertarik menjual dolar pada saat Fed sebetulnya tengah membeli dlar, atau

sebaliknya. Fed mengontak bank komersial dan meminta harga jual dan beli valuta-

valuta tertentu sekaligus, sehingga bank-bank itu tidak yakin apakah Fed berkeinginan

membeli atau menjual valuta-valuta tersebut.

Strategi intervensi bervariasi antar bank sentral. Sejumlah bank sentral langsung

mengajukan pesanan dalam jumlah besar pada saat melakukan intervensi; bank-bank

yang lain mengajukan beberapa pesanan dalam jumlah kecil, bernilai $5 juta atau $10

juta. Sekalipun para pedagang valas bisa menentukan besarnya intervensi bank

sentral, mereka masih tidak bisa mengetahui dengan pasti dampak dari intervensi

tersebut atas nilai tukar.

20

2.10 Intervensi Tidak Langsung

Fed dapat mempengaruhi nilai dolar secara tidak langsung dengan

mempengaruhi faktor-faktor yang menentukan nilai dolar itu sendiri. Sebagai contoh,

Fed bisa berupaya untuk menurunkan nilai bunga dengan menaikkan uang beredar di

AS (berlandaskan asumsi bahwa ekspektasi inflasi tidak dipengaruhi). Suku bunga AS

yang lebih rendah akan mengurangi keinginan investor untuk berinvestasi dalam

sekuritas-sekuritas AS, shingga memberikan tekanan penurunan atas nilai dolar AS.

Untuk menaikkan nilai doalr, Fed bisa berupaya menaikkan nilai suku bunga dengan

mengurangi uang beredar. Fed selama ini sering melakukan strategi ini bersama-sama

dengan intervensi langsung dalam pasar valas.

Sebagai contoh bagaimana pasar valas bereaksi terhadap intervensi tidak

langsung dari pemerintah federal, nilai dolar menurun secaara substansial pada tanggal

2 Juni 1987 ketika diumumkan bahwa Paul Vocker mengundurkan diri dari gubernur

Fed. Vocker terkenal karena upaya-upayanya dalam menghentikan inflasi. Para pelaku

pasar memperkirakan bahwa inflasi di AS akan naik dan kemungkinan akan

menurunkan nilai dolar menyusul pengunduran diri Vocker. Ekspektasi ini memicu

penjualan dolar secara besar-besaran dalam pasar valas dan nilai dolar langsung jatuh.

Penelitian terbaru dari Batten dan Thornton menemukan bahwa sedikit saja perubahan

dalam suku bunga diskonto Fed akan menyebabkan reaksi yang signifikan dalam pasar

valas. Hal ini menyiratkan bahwa para pelaku pasar valas harus memonitor tindakan-

tindakan Fed untuk mengantisipasi bagaimana tindakan tersebut akan mempengaruhi

variabel ekonomi (seperti suku bunga) yang mempengaruhi nilai tukar. Para pelaku

pasar tidak hanya harus memonitor intervensi langsung, namun juga intervensi tidak

langsung.

Zona target nilai tukar

Dalam beberapa tahun terakhir, banyak ekonom telah mengecam sistem niali tukaar

yang ada sekarang karena tingginya fluktuasi nilai tukar valuta-valuta penting dunia.

Sejumlah ekonom telah menyarankan pemakaian zona target. Dalam hal ini dibentuk

kurs pusat (central rate) uang memiliki batas-batas tertentu (dengan struktur yang sama

21

dengan EMS). Sebagai contoh, nilai tukar mark-dolar bisa saja memiliki kurs pusat

$0.50 dengan lebar band +6% dari kurs pusat tersebut, sehingga menghasilkan batas

atas sebesar $0.53 dan batas bawah sebesar $0.47. zona target semacam itu serupa

dengan band yang digunakan dalam sistem nilai tukar tetap, tetapi sistem zona target

bisa memiliki batas-batas yang lebih luas. Para penganjur sistem zona target

mengemukakan bahwa sistem ini akan menstabilkan pola perdagangan internasional

dengan mengurangi gejolak nilai tukar.

Ada sejumlah komplikasi dalam pengimplementasian suatu sistem zona target.

Pertama, berapa kurs pusat uang harus dibentuk bagi masing-masing valuta? Kedua,

berapa luas zona target yang tepat? Zona taerget yang ideal adalah zona target yang

memmungkinkan nilai tukar untuk menyesuaikan diri dengan faktor-faktor ekonomi

tanpa menimbulkan fluktuasi yang tajam dalam perdagangan internasional dan

menciptakan ketakutan dalam pasar keuangan.

Sejumlah pemerintah mungkin tidak setuju dengan kurs pusat tertentu. Contohnya,

pemerintah AS mungkin menginginkan Yen Jepang diberikan kurs pusat yang lebih

tinggi daripada kurs pasar demi mengurangi defisit neraca perdagangan AS dengan

Jepan. Namun, mungkin pemerintah Jepang menginginkan kurs pusat yang lebih

rendah untuk yen. Selain itu, sejumlah pemerintah menginginkan zona target yang lebih

luas daripada pemerintah yang lain.

Jika zona target benar-benar diimplementasikan, pemerintah akan memiliki

tanggung jawab lebih besar untuk melakukan intervensi dalam rangka

mempertahankan nilai valuta mereka tetap berada dalam zona target. Jika zona target

luas, intervensi pemerintah kurang diperlukan dan sebaliknya. Sebuah negara yang

mengalami defisit neraca perdagangan yang besar mungkin juga ingin

mengambangkan valutanya dibawah batas bawah dalam rangka merangsang

pertumbuhan ekspor. Fluktuasi mendalam dalam perdagangan internasional bisa

terjadi. Selain itu, harga pasar keuangan kan menjadi lebih bergejolak karena para

pelaku pasar keuangan mungkin memperkirakan bahwa sejumlah valuta akan bergerak

keluar dari zona targetnya. Hasil akhirnya adalah sebuah sistem yang tidak berbeda

dengan sistem yang ada sekarang.

22

Pada bula Februari 1987, wakil dari AS, Jerman, Jepang, Perancis, Kanada, Italia, dan

Inggris (group of seven ayan G-7) menandatangani Louvre Accord untuk membentuk

batas-batas bagi nilai dolar (tidak diumumkan ke publik), relatif terhadap valuta asing

lain. Fed melakukan intervensi dalam jumlah besar dalam pasar valas selama 2 bulan

setelah penandatanganan Louvre Accord, tetapi kemudian hanya berintervensi dalam

jumlah kecil. Jadi, kebijakan intervensi bank sentral setelah Louvre Accord tidak jauh

dengan yang diimplementasikan sebelum Louvre Accord.

Intervensi sebagai suatu perangkat kebijakan

Pemerintah federal dari negara manapun dapat mengimplementasikan kebijakan-

kebijakan fiskal dan moneternya sendiri untuk mengontrol perekonomian. Selain itu,

pemerintah juga bisa berusaha mempengaruhi nilai valuta lokal dalam rangka

memperbaiki ekonomi, memperlemah valuta dalam kondisi tertentum dan dalam kondisi

lain memperkuaatnya. Pada dasarnya, nilai tukar merupakan suatu perangkat

kebijakan, sama seperti undang-undang pajak dan jumlah uang beredar, yang bisa

digunakan pemerintah untuk meraih tujuan-tujuan ekonomi.

Dampak valuta lokal yang lemah atas perekonomian

Valuta lokal yang lemah dapat merangsang permintaan luar negeri atas produk-

produk domestik. Dolar yang lemah misalnya, dpat meningkatkan ekspor dan

menciptakan lapangan kerja secara signifikan. Selain itu, dolar yang lemah bisa

mengurangi impor AS.

Walaupun valuta yang lemah bisa mengurangi pengangguran domestik, valuta yang

lemah juga bisa mengarah pada inflasi yang lebih tinggi. Sebagai contoh, pada akhir

tahun 1970an, dolar yang lemah membuat impor dari negara asing sangat mahal. Dolar

juga lemah pada awal 1990an, situasi ini mebuat perusahaan seperti Bayer,

Volkswagen, dan Volvo terpaksa keluar dari pasar AS. Dalam kondisi semacam ini,

perusahaan domestik AS lebih leluasa menaikkan harga dalam pasar domestik, karena

para pesaing asing sulit untuk bersaing dalam pasar tersebut. Di samping itu,

perusahaan AS yang pasar utamanya adalah pasar ekspor, seperti Goodyear Tire &

Rubber. Co, Litton Industries, Merck, dan Maytag.Corp, juga diuntungkan.

23

Dampak valuta lokal yang kuat atas perekonomian

Valuta lokal yang kuat bisa mendorong para konsumen dan produsen domestik untuk

membeli produk dari luar negeri. Situasi ini memaka produsen domestik untuk tidak

menaikkan harga. Jadi laju inflasi secara keseluruhan akan lebih rendah jika valuta

sebuah negara menguat, ceteris paribus.

Walaupun valuta kuat bisa mengurangi inflasi, valuta yang kuat juga bisa mnaikkan

tingkat pengangguran karena valuta lokal yang kuat membuat produk luar negeri lebih

menarik. Nilai valuta yang ideal tergantung pada perspektif masing-masing negara dan

otoritas yang terlibat dalam pembuatan keputusan-keputusan ini. Valuta yang lemah

atau kuat hanyalah satu faktor yang mempengaruhi kondisi ekonomi sebuah negara.

24

BAB III

Kesimpulan

Sistem nilai tukar dapat diklasifikasikan menjadi nilai tukar tetap, sistem nilai

tukar mengambang bebas, sistem nilai tukar mengambang terkendali dan sistem nilai

tukar terpatok. Dalam sistem nilai tukar tetap, nilai tukar dibuat konstan atau dibiarkan

berfluktuasi dalam batas-batas yang sempit. Dalam sistem nilai tukar mengambang

bebas, nilai tukar ditentukan oleh kekuatan pasar tanpa intervensi. Dalam sistem

mengambang terkendali, nilai tukar tidak diabatas oleh batas eksplisit namun terkena

intervensi pemerintah. Dalam nilai tukar terpatok, nilai suatu valuta dipatok ke suatu

valuta asing atau suatu unit pengukuran, dan bergerak bersama-sama valuta (atau unit

pertukaran) tersebut terhadap valuta lain.

Pemerintah dapat menggunakan intervensi langsung dengan membeli atau

menjual valuta dalam pasar valas, sehingga mempengaruhi konsidi permintaan dan

penawaran, dan selanjutnya mempengaruhi ekuilibrium dari valuta.

Pemerintah dapat menggunakan intervensi tidak langsung dengan

mempengaruhi faktor-faktor ekonomi yang mempengaruhi nilai tukar ekuilibrium.

Ketika intervensi pemerintah digunakan untuk melemahkan dolar AS, dolar yang

lemah akan merangsang perekonomian dengan mengurangi permintaan impor dan

meningkatkan permintaan luar negeri atas produk AS. Jadi dolar yang lemah cenderung

mengurangi pengangguran, tetapi bisa menaikkan inflasi. Dan sebaliknya.

25

DAFTAR PUSTAKA

Madura, Jeff.2008.International Financial Management Ninth Edition. Thomson

Higher Education.USA

26