Upload
others
View
12
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
33
PENGARUH PEMIKIRAN H.M. QURAISH SHIHAB
BAGI PERKEMBANGAN INTELEKTUAL DAN KEHIDUPAN
UMAT ISLAM INDONESIA
THE EFFECT OF H.M.QURAISH SHIHAB’S THOUGHTS TO THE
INTELLECTUAL DEVELOPMENT AND MUSLIMS’ LIFE IN INDONESIA
Amirudin
Fakultas Agama Islam (FAI) Uniska Karawang
ABSTRAK
Menjadi satu realitas bagi umat Islam bahwa di setiap satu abad akan selalu lahir
seorang pembaharu. Pembaharu ini akan menawarkan setiap perubahan menuju kondisi umat
yang lebih baik lagi. Munculnya sosok perubah keadaan ini adalah satu keniscayaan karena
perkembangan zaman dan perkembangan tingkat rasio dan intelektual manusia terhadap
problematika hidup yang dilaluinya. Ketika mengemukakan ide-ide dan pemikirannya, tentu
akan muncul tanggapan pro dan kontra. Tanggapan ini akan membuatnya bertambah kokoh dan
bertahan sehingga secara bertahap segala ide dan pemikirannya akan mampu memengaruhi satu
kelompok dan komunitas tertentu. Indonesia adalah negara yang berpenduduk muslim terbesar
di dunia sehingga tentu juga memiliki kontribusi penting dalam memunculkan tokoh-tokoh
pembaharu. H.M. Quraish Shihab adalah seorang ulama tafsir kompeten. Keluasan ilmunya dan
metode tafsirnya memberikan kebaruan dalam bidang tafsir. Meskipun demikian, tidak ada
manusia yang sempurna dan tidak ada pemikiran yang tidak dicela. Pemaparan tentang
pemikiran Shihab adalah dalam rangka memperluas wacana kita tentang tokoh-tokoh mufasir
kontemporer.Shihab telah berhasil mengomunikasikan ide-idenya kepada masyarakat luas.
Namun demikian, posisi Shihab dalam kapasitasnya sebagai seorang cendekiawan muslim
Indonesia, tidak serta-merta memiliki pemikiran yang tidak dikritisi oleh cendekiawan lain. Hal
itu merupakan suatu keniscayaan dan kewajaran dalam bidang ilmu pengetahuan.
Kata Kunci: pemikiran, perkembangan intelektual, kehidupan manusia
ABSTRACT
Being a reality for Moslem, that in every century there will always be born a reformer.
The reformers would offer each per change with the various steps towards the condition of the
people better. The emergence of the figure of change this state of affairs is a result of the
necessity of the times and the development of human and intellectual level of the ratio of the
problems of life in its path.Inside express ideas and thoughts will surely arise in response pros
and cons make it grow strong and endure so that gradually all the ideas and thoughts will be
able to influence one particular groups and communities. Indonesia is a country that is the
world's largest Moslem population, of course, also has an important contribution gave rise to
figures reformer who has been a tradition in the course of Islam for centuries in this
country.H.M. Quraish Shihab is a scholar commentary competent, that we should be proud of
him. Breadth of his knowledge and his interpretation method offers a new air in the field of
interpretation. However, no man is perfect, and no thought is not censured. Exposure his
profound thoughts are in order to expand our discourse about contemporary commentators
figures, we can take their knowledge.H.M. Quraish Shihab through his works have managed to
34 Sigma-Mu Vol.9 No.1 –Maret 2017
communicate his ideas to the public. However, the position of H.M. Quraish Shihab in his
capacity as an Indonesian Moslem scholar, does not necessarily have thoughts that are not
criticized by other scholars. It is a necessity and fairness in the field of science.
Keywords: thought, intellectual development, human life
PENDAHULUAN
Al-Qur‟an diturunkan oleh
Allah Swt. kepada Nabi Muhammad
Saw. tidak sekaligus secara utuh,
melainkan dalam waktu cukup lama,
yaitu sejak Nabi Muhammad Saw.
diangkat menjadi rasul sampai
wafatnya. Masa ini diyakini oleh umat
Islam sebagai masa turunnya wahyu
yang berisi petunjuk dan ajaran tentang
segala bidang kehidupan, seperti dalam
masalah akidah, ibadah, dan
muamalah. Meskipun masa turunnya
wahyu sudah selesai dan ayat Al-
Qur‟an tidak mungkin bertambah, Al-
Qur‟an tetap menjadi petunjuk bagi
umat manusia hingga hari akhir kelak.
Ketika Nabi Muhammad SAW
masih hidup, para sahabat bisa bertanya
kepada nabi tentang segala
permasalahan, khususnya yang
berkaitan dengan syariat dan Allah
Swtyang menjawab melalui turunnya
wahyu Al-Qur‟an. Zaman semakin
berkembang, dan permasalahan yang
dihadapi manusia pun semakin
kompleks.Dengan ketiadaan Nabi
Muhammad Saw. sebagai penerima
wahyu sekaligus penafsir pertamanya,
dibutuhkan orang-orang yang ahli
dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur‟an
untuk menjawab permasalahan yang
dihadapi manusia.Kewenangan pertama
dalam menggantikan posisi Nabi
Muhammad Saw. sebagai penafsir Al-
Qur‟an tentu berada pada khulafaur
rasyidun dan para sahabat, kemudian
para tabiin, dan yang terakhir adalah
ulama.
Menjadi satu realitas bagi umat
Islam, bahwa di setiap satu abad akan
selalu lahir seorang pembaharu. Sang
reformis akan menawarkan setiap
perubahan dengan berbagai
langkahnya menuju kondisi umat yang
lebih baik lagi. Munculnya sosok
perubah keadaan ini adalah satu
keniscayaan akibat dari perkembangan
zaman dan perkembangan tingkat rasio
serta intelektual manusia terhadap
problematika hidup yang dilaluinya.
Di dalam mengemukakan ide-
ide dan pemikirannya tentunya akan
muncul tanggapan pro dan kontra
membuatnya bertambah kokoh dan
bertahan sehingga secara bertahap
segala ide dan pemikirannya akan
mampu mempengaruhi satu kelompok
dan komunitas tertentu.
Indonesia adalah negara yang
berpenduduk muslim terbesar di dunia,
tentunya juga memiliki kontribusi yang
penting memunculkan tokoh-tokoh
pembaharu yang sudah mentradisi
dalam perjalanan Islam selama berabad-
abad di negara ini.
Dalam masyarakat muslim
Indonesia, proses pembaharuan selain
terjadi pada ting at pembangunan
fisik, juga terjadi pada tingkat
intelektual dan pemikiran termasuk juga
di dalam penafsiran Al-Qur‟an.
Pengaruh Pemikiran H.M. Quraish Shihab Bagi Perkembangan 35
Intelektual dan KehidupanUmat Islam Indonesia
Dalam makalah ini, penulis akan
memaparkan pemikiran seorang ulama
tafsir dari Indonesia tentang tafsir,
takwil dan pendidikan yang bersumber
dari Al-Qur‟an, yaitu H.M. Quraish
Shihab.
BIOGRAFI SINGKAT H.M.
QURAISH SHIHAB
Nama lengkapnya adalah
Muhammad Quraish Shihab, lahir di
Rapang Sulawesi Selatan, 16 Februari
1944. Beliau adalah putra keempat dari
seorang ulama besar Prof. H. Abd.
Rahman Shihab (alm.) yang merupakan
lulusan Jami‟atul Khair, Jakarta; sebuah
lembaga pendidikan tertua di Indonesia
yang mengedepankan gagasan Islam
modern, beliau juga sebagai Guru Besar
Ilmu Tafsir dan mantan Rektor UMI
dan IAIN Alaudin Ujung Pandang,
bahkan sebagai pendiri kedua
Perguruan Tinggi tersebut (Nata, 2005:
362-363).
Sejak kecil, Shihab telah
mendalami Al-Qur‟an. Setelah
menyelesaikan pendidikan dasar di
Ujung Pandang, Shihab melanjutkan
pendidikan menengah di Malang sambil
menjadi santri di pesantren Dar al-
Hadits al-Fiqhiyah pada 1958. Dia
berangkat ke Kairo-Mesir dan diterima
di kelas II Tsanawiyah al-Azhar pada
1967 lalu meraih gelar Lc (S1) di
Jurusan Tafsir Hadits, Fakultas
Ushuluddin, Universitas al-Azhar.
Shihab melanjutkan pendidikan S2 di
Fakultas yang sama dan pada 1969
meraih gelar M.A. untuk spesialisasi
bidang tafsir Al-Qur‟an dengan Tesis
berjudul “Al-I„jaz al-Tasyri‟iy Li Al-
Qur‟an Al-Karim”.
(http://mediaIsnet.org.islam/quraish/q.html)
Sekembalinya ke Ujung
Pandang, Shihab pernah menjabat wakil
Rektor bidang Akademik
Kemahasiswaan pada IAIN Alaudin,
Koordinator Perguruan Tinggi Swasta
(Wilayah VII Indonesia Bagian Timur),
Pembantu Pimpinan Kepolisian
Indonesia Timur dalam bidang
pembinaan mental, dan melakukan
berbagai penelitian, antara lain:
“Penerapan Kerukunan Hidup
Beragama di Indonesia Timur” (1975)
dan “Masalah Wakaf di Sulawesi
Selatan” (1978) (Wikipedia Indonesia).
Pada 1980, Shihab kembali ke
Kairo Mesir untuk melanjutkan
pendidikan S3 di Universitas al-Azhar
dan 1982 ia berhasil meraih gelar
doktor dalam ilmu-ilmu Al-Qur‟an
dengan yudisium Summa Cum
Laudedan memperoleh penghargaan
tingkat I (Mumtāz ma‟a martabāt al-
syaraf al-awlā). Disertasinya berjudul
“Nizm al-Durar li al-Biqā‟iy, Tahqīq
wa Dirāsah”. Ia menjadi orang pertama
di Asia Tenggara yang meraih gelar
doktor dalam ilmu-ilmu Al-Qur‟an di
Universitas al-Azhar.
(http://mediaIsnet.org.islam/quraish/q.html)
Tahun 1984 Shihab bertugas di
IAIN Jakarta aktif mengajar bidang
Tafsir dan „Ulum al-Qur‟an‟ di
program S1, S2, dan S3 sampai 1998,
juga mengajarkan hadits di program S2
dan S3. Sejak 1994 ia menjadi Ketua
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat
dan anggota Lajnah Pentashih Al-
Qur‟an Departemen Agama (sejak
1989). Ia juga banyak terlibat dalam
beberapa organisasi professional.1998
36 Sigma-Mu Vol.9 No.1 –Maret 2017
ia diangkat menjadi Menteri Agama
kurang lebih dua bulan pada awal pada
kabinet terakhir pemerintahan Soeharto.
Sejak 1999, dia diangkat menjadi Duta
Besar Luar Biasa dan berkuasa penuh
Republik Indonesia untuk Negara
Republik Arab Mesir dan merangkap
negara Djibauti berkedudukan di Kairo
sampai 2002. Sejak itu,ia kembali ke
tanah air, dan menyelesaikan karya
tafsir 30 Juz “Tafsir al-Misbah”.
Para mahasiswa Indonesia tingkat
sarjana pada institut studi-studi Islam
Universitas Mc Gill menyatakan bahwa
karya-karya Quraish Shihab melafalkan
standar baru bagi studi-studi al-Qur'an
yang digunakan oleh penduduk Muslim
awam (Federspiel, 1996: 295)
Karya-Karya H.M. Quraish Shihab
Karya-karya yang telah
dihasilkan oleh H.M. Quraish Shihab di
antaranya sebagai berikut.
1. Membumikan Al-Qur‟an: Fungsi
dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat, Mizan,
Bandung, 1992.
2. Studi Kritis Tafsir al-
Manar, Pustaka Hidayah, 1994.
3. Wawasan al-Qur‟an, Mizan,
Bandung, 1996.
4. Tafsir al-Qqur‟an al-Karim: Tafsir
Surat-surat Pendek, Pustaka
Hidayah, 1997.
5. Fatwa-Fatwa Quraish Shihab
sekitar al-Qur‟an dan
Hadits, Mizan, 1999.
6. Kematian, surga, dan Ayat-ayat
Tahlil Hati, Jakarta 2000.
7. Jilbab Pakaian Muslimah,
Pandangan Ulama Masa Lalu dan
Cendekiawan Kontemporer,
Lentera Hati, Jakarta, 2004.
8. Dia di Mana-mana : Tangan Tuhan
di Balik Setiap Fenomena, Lentera
Hati, Jakarta, 2004.
9. Logika Agama : Kedudukan Wahyu
dan Batas-batas Akal dalam Islam,
Lentera Hati, Jakarta, 2005.
10. Artikel-artikel di surat kabar Pelita
dalam rublik “Pelita Hati” setiap
Rabu, mengasuh rubrik “Tafsir al-
Amanah”,redakturmajalah Ulumul
Qur‟an dan Mimbar Ulama,
keduanya terbit di Jakarta.
PEMIKIRAN-PEMIKIRAN H.M.
QURAISH SHIHAB
Pemilihan spesialisasi di bidang
tafsir Al-Qur‟an dan tafsirnya
dipengaruhi oleh kedudukan orang
tuanya sebagai ahli tafsir dan faktor
pendidikan.
1. Pemikiran H.M. Quraish Shihab
tentang Al-Qur’an
Al-Qur‟an tidak hanya
menjelaskan hukum syariat, tetapi
menjelaskan kisah umat-umat
terdahulu, janji-janji Allah Swt akan
kebaikan, peringatan dan azab-Nya jika
manusia berbuat ingkar,dan rahasia-
rahasianya Dari sistematikanya, Al-
Qur‟an tidak disusun sesuai ayat yang
diturunkan, tetapi disusun berdasarkan
petunjuk dari Allah Swt. Dalam Al-
Qur‟an, terdapat keseimbangan antara
jumlah bilangan kata dan antonimnya.
Misalnya, kata al-hayah„hidup‟ dan al-
maut„mati‟ masing-masing berjumlah
154, kata an-naf‟u„manfaat‟ dan al-
madharah„mudhorot‟ masing-masing
berjumlah 50. Begitu juga, kata-kata
Pengaruh Pemikiran H.M. Quraish Shihab Bagi Perkembangan 37
Intelektual dan KehidupanUmat Islam Indonesia
bersinonim. Misalnya, kata al-harts dan
az-zira‟ah (membajak/bertani) masing-
masing diulang sebanyak 14 kali, al-
jahr dan al-„alaniyah (nyata) masing-
masing diulang 16 kali.
Banyak isyarat ilmiah
ditemukan dalam Al-Qur‟an, misalnya
"Cahaya matahari bersumber dari
dirinya sendiri, sedang cahaya bulan
adalah pantulan (dari cahaya
matahari)" (QS 10:5) atau bahwa jenis
kelamin anak adalah hasil sperma pria,
sedang wanita sekadar mengandung
karena mereka hanya bagaikan "ladang"
(QS 2:223). Masih banyak lagi hal lain
yang belum diketahui manusia kecuali
pada abad-abad bahkan tahun-tahun
terakhir ini. Dari manakah Muhammad
mengetahuinya kalau bukan dari Dia,
Allah Yang Maha Mengetahui.
Al-Qur‟an adalah kitab
petunjuk, Ini sesuai pula dengan
penegasan bahwa Al-Qur‟an Petunjuk
bagi manusia, serta pemisah antara
yang hak dan batil (QS 2:185). Al-
Qur‟an adalah kitab pedoman sampai
akhir masa karena jika terus dianalisis,
akanlahir sesuatu yang baru dan relevan
dengan segala zaman serta penemuan-
penemuan tentang berbagai fenomena.
Dalam menganalisis Al-Qur‟an,
M. Quraish Shihab menggunakan
metode klasik, artinya lebih sering
menggunakan penafsiran tradisional
secara bahasa (tafsir bi al-ma‟tsur) dan
tidak menggunakan penafsiran dengan
rasional (tafsir bi al-ra‟yi) selagi
penafsiran secara tradisional masih
memberikan solusi (Izzan, 2007). Hal
ini membuktikan bahwa M. Quraish
Shihab masih menekankan metode
klasik dalam memahami Al-Qur‟an.
2. Pemikiran Quraish Shihab di
Bidang Tafsir
Dalam diskursus Ulum Al-
Qur‟an, tafsir menurut Shihab berfungsi
sebagai anak kunci untuk membuka
khazanah Al-Qur‟an, yang berarti
sebuah pintu tertutup dan sulit untuk
dibuka tanpa kuncinya.Dengan
demikian, kedudukan tafsir tersebut
menjadi tinggi dan penting. Setidaknya,
ada tiga alasan yang membuat dan
menentukan tingginya (signifikasi)
tafsir: (1) bidang yang menjadi
kajiannya adalah kalam Ilahi yang
merupakan sumber segala ilmu
keagamaan dan keutamaan. (2)
tujuannya adalah untuk mendorong
manusia berpegang teguh kepadaAl-
Qur‟an dalam usahanya untuk
memperoleh kebahagiaan sejati, (3)
kesempurnaan mengenai bermacam-
macam persoalan kehidupan ini
berdasarkan ilmu syari‟at dan
pengetahuan mengenai seluk beluk
agama yang sangat bergantung pada
ilmu pengetahuan tentang Al-Qur‟an.
Shihab mengemukakan empat
prinsip pokok.
1. Al-Qur‟an al-Karim adalah salah
satu dari kitab-kitab suci yang
diturunkan Tuhan sebagai petunjuk
bagi manusia untuk memberi
jawaban terhadap persoalan/
perbedaan-perbedaan. Semua ini
terdapat di antara sekian banyak
ayat-ayatnya yang menggambarkan
situasi dan kondisi masyarakat
tertentu atau tidak menghalangi
fungsi pokok seperti yang
dinyatakan di atas.
38 Sigma-Mu Vol.9 No.1 –Maret 2017
2. Al-Qur‟an, baik secara implisit
maupun eksplisit, mengakui
kenyataan perubahan sosial;
perubahan yang mutlak harus terjadi,
cepat atau lambat, disadari atau
tidak. Al-Qur‟an menggambarkan
bagaimana perubahan tersebut dapat
terjadi di samping mengisyaratkan
bahwa suatu perubahan pada
hakikatnya mengikuti satu pola yang
telah menjadi sunnatullah sehingga
berlaku umum.
3. Al-Qur‟an al-Karim dalam sekian
banyak ayatnya mengecam orang-
orang yang tidak memperhatikan
kandungannya dan juga mengecam
orang-orang yang hanya mengikuti
tradisi lama tanpa alasan logis di
samping menganjurkan agar
pemeluknya berpikir, mengamati,
sambil mengambil pelajaran dari
pengalaman generasi-generasi
terdahulu.
4. Perbedaan hasil pemikiran manusia
merupakan suatu kenyataan yang
tidak bisa dihindari; bukan hanya
disebabkan perbedaan tingkat
kecerdasan atau latar belakang
pendidikan seseorang, tapi juga
karena dipengaruhi secara sadar atau
tidak oleh peristiwa-peristiwa
sejarah, politik, pemikiran orang lain
yang berkembang serta kondisi
masyarakatnya (Shihab, 1993: 16).
Sejalan dengan empat pemikiran
tersebut, ada tiga masalah penting yang
disebabkan dampak perubahan sosial
yang harus menjadi perhatian mufasir,
yaitu bahasa, ilmu pengetahuan, dan
metode. Pertama, bahasa Arab
merupakan faktor penting untuk bisa
memahami kandungan Al-Qur‟an
namun penting juga memperhatikan
perkembangan bahasa itu sendiri. Bila
kita mendengar suatu kata, yang
tergambar dalam benak kita adalah
gambaran material menyangkut kata
tersebut, tetapi bentuk material tersebut
dapat mengalami perkembangan sesuai
dengan perubahan masyarakat.
Misalnya, makna kata الرزج pada masa
turunnya Al-Qur‟an berkisar pada
semut/kepala semut, debu-debu yang
beterbangan, dan lain-lain. Kini kata itu
memiliki arti tambahan yaitu atom
(Shihab, 1993: 17). Kedua, ilmu
pengetahuan.Penafsiran ayat-ayat Al-
Qur‟an tidak lepas dari
keanekaragaman corak dan metode.
Hasil penafsiran ayat-ayat Al-Qur‟an
juga tidak dapat dihindari dari
kemajuan ilmu pengetahuan sehingga
dapat dipahami bahwa penafsiran para
ulama terdahulu tidak mengikat
penafsir-penafsir masa kini atau masa
yang akan datang. Ketiga, metode.
Setiap mufasir mempunyai metode
masing-masing dalam menafsirkan
ayat-ayat Al-Qur‟an. Selama ini,
sebagaiman disebutkan oleh al-
Farmawi, metode tafsir yang
berkembang ada empat macam,
yaitu tahlili, ijmali, muqarin dan
maudlh‟i. Masing-masing metode
tersebut terdapat kekurangan dan
keistimewaan.
Menurut Iman, dkk. (2004: 56)
setelah menganalisis buku Wawasan Al-
Qur‟an, buku tersebut menggunakan
metode tafsir maudlu‟i. Bila kita
berbicara metode maudlu‟i, setidaknya
ada dua macam bentuk, yaitu: bentuk
pertama menyajikan kotak yang berisi
pesan-pesan Al-Qur‟an yang terdapat
Pengaruh Pemikiran H.M. Quraish Shihab Bagi Perkembangan 39
Intelektual dan KehidupanUmat Islam Indonesia
pada ayat-ayat Al-Qur‟an yang
terangkum pada satu surat saja.
Misalnya, pesan-pesan yang terdapat
pada surat al-Baqarah, Ali Imran, dan
Yasin. Bentuk penyajian kedua dari
metode ini adalah penafsiran sejumlah
ayat Al-Qur‟an Al-Karim, yang
membahas satu judul/topik sama
diletakkan di bawah suatu judul yang
satu dengan dijelaskan tafsirnya dari
segala segi secara topikal/sektoral.
Kaitannya dengan pembahasan buku
Wawasan Al-Qur‟an, tampak jelas
bahwa menggunakan
metode maudlu‟i dengan bentuk yang
kedua (tidak terpaku pada satu surat).
Disamping itu, penulis amat
memperhatikan arti kosa kata atau
ungkapan Al-Qur‟an dengan merujuk
pandangan pakar-pakar bahasa,
memperhatikan bagaimana kosa kata
atau ungkapan itu digunakan Al-Qur‟an
lalu memahami arti ayat atas dasar
penggunaan kata tersebut dalamAl-
Qur‟an.
Sistematika tafsir dalam buku
Wawasan Al-Qur‟an bertolak dari
metode maudlu‟I sehingga sistematika
penafsirannya pun harus mengikuti
langkah-langkah yang telah ditetapkan
antara lain
1. mencari maudlu/ judul/ topik Al-
Qur‟an yang hendak dibahas.
2. mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur‟an
yang membicarakan judul/topik
tersebut.
3. menertibkan urutan-urutan ayat
tersebut sesuai dengan tertib
turunnya, makiyah dan madaniyah-
nya sesuai dengan sebab turunnya.
4. menjelaskan munasabah
(persesuaian) antara ayat yang satu
dengan ayat lainnya dan antara surat
yang satu dengan surat lainnya.
5. berusaha menyempurnakan
perubahan judul/topik tersebut
dengan dibagi dalam beberapa
bagian yang berhubungan bagian
satu dengan bagian lainnya.
6. melengkapi penjelasan ayat dengan
hadits-hadits Nabi, riwayat sahabat,
dan lain-lain sehingga menjadi jelas
dan gamblang.
7. mempelajari ayat-ayat yang satu
judul/topik itu secara sektoral
dengan menyesuaikan antara
yang umum dan yang khusus,
yang mutlak dengan yang muqayyad,
yang global dengan yangterinci, dan
memadukan antara ayat-ayat yang
terlihat bertentangan satu sama lain
serta menentukan mana
yang naskh dan mansukh
sehingga nash-nash mengenai satu
judul/topik dengan yang lainnya.
Ketujuh langkah tersebut secara
tepat dilakukan Shihab ketika
menjelaskan persoalan-persoalan yang
menjadi pokok bahasan tafsirnya.
Contoh, ketika berbicara
tentang ahlu kitab, sebelum
menguraikan persoalan ahlu kitab,
Shihab memberikan pengantar tentang
penggunaan metode maudlu‟i. Contoh
lain adalah untuk Yahudi dan Nashrani;
dua kelompok yang disepakati oleh
seluruh ulama sebagai ahlu kitab.
Selain istilah ahlu kitab, Al-Qur‟an juga
menggunakan istilah Utu al-Kitab, Utu
Nasiban minal Kitab, Al-Yahudi,
Alladzina Hadu, Bani Israil, Al-
Nashara, dan istilah lainnya. Dari
beberapa istilah tersebut, Shihab
menganalisis satu persatu istilah
40 Sigma-Mu Vol.9 No.1 –Maret 2017
tersebut berdasarkan kajian Al-Qur‟an.
Untuk kata Ahlu Kitab, Al-Qur‟an
menyebutnya sebanyak 31 kali, Utu al-
Kitab sebanyak 18 kali,Alladzina
Hadu sebanyak 10 kali, Al-
Nashara sebanyak 14 kali, dan Bani
Israil sebanyak 41 kali. Dari istilah-
istilah tersebut, tampaknya terdapat
kesan yang berbeda-beda.Misalnya,
ketika Al-Qur‟an menggunakan kata Al-
Yahud, isinya adalah kecaman atau
gambaran negatif tentang mereka.bisa
dilihat pada QS. Al-Maidah: 82, Al-
Maidah: 18. Bila Al-Qur‟an
menggunakan kata Alladzina Hadu,
kandungannya ada yang berupa
kecaman, misal terlihat pada QS. Al-
Nisa: 46. Juga ada yang bersifat netral,
misal pada QS. Al-Baqarah: 62.
Selesai menganalisis persoalan
istilah yang berhubungan dengan
Yahudi dan Nasrani, Shihab berpindah
pada kajian tafsir dan sikap ahli kitab,
apakah ahli kitab semua sama,
bagaimana harusnya sikap terhadap
ahlu kitab, ahlu kitab pada masa
turunnya Al-Qur‟an, mengapa ada
kecaman terhadap ahlu kitab, siapa
yang disebut ahlu kitab. Dari ayat-ayat
yang sama dalam satu tema, Shihab
mengambil intisarinya.Di akhir uraian,
Shihab tak lupa memberikan
kesimpulan terhadap ayat-ayat yang
menjadi pokok bahasan.
Corak penafsiran Shihab tampak
bahwa aspek bahasa lebih menonjol
dalam penafsirannya. Shihab juga
mengompromikan penafsirannya
dengan temuan-temuan ilmu
pengetahuan/hasil-hasil penemuan yang
telah mapan. Hal itu terlihat ketika
membicarakan masalah “lailatul
qadr”.Dari segi bahasa,dijelaskan
makna ayat mayyudrika dengan
kalimat ma adraka juga analisis bahasa
dari kata qadr itu sendiri. Analisis
bahasa bagi penafsir dengan metode
maudlu‟i adalah suatu keharusan.
Mufasir dituntut untuk menjelaskan
kalimat yang sama pada ayat-ayat yang
berbeda sesuai dengan konteks masing-
masing sehingga kata qadr sendiri
antara lain mencakup tiga makna, yaitu
penetapan, kemuliaan, dan sempit.
Disamping corak bahasa (linguistik),
juga terdapat corak teologis yang begitu
kuat yang ditekankan Shihab.
Sebagaimana uraian tentang takdir,
Shihab berusaha memahami masalah
takdir berdasarkan Al-Qur‟an.
Karenanya, ia tidak mempersoalkan
apakah takdir itu termasuk rukun iman
(sebagaimana dipahami kaum Sunni)
atau tidak termasuk rukun iman
(menurut sebagian kalangan). Untuk
mengetahui metode yang digunakan
dalam Tafsir Al-Misbah, perlu dilihat
langkah-langkah yang ditempuh oleh
Shihab dalam menafsirkan Al-
Qur'an.Adapun langkah-langkah
tersebut sebagai berikut.
Pertama, memberikan bahasan dari
aspek bahasa.Dalam hal ini, Shihab
menafsirkan Al-Qur'an dengan
menganalisis aspek bahasa, baik dari
segi kosa kata seperti menafsirkan kata
shirath yang berasal dari kata
sirathyang artinya menelan.Pemaknaan
shirath dengan jalan berarti jalan yang
lebar.Sedemikian lebarnya sehingga
bagaikan menelan si pejalan.Aspek
struktur bahasa (gramatika) seperti
ketika menafsirkan ذلك الكتاب لا زة فه
,yang berarti itulah al-Kitabهدي للمتقه
Pengaruh Pemikiran H.M. Quraish Shihab Bagi Perkembangan 41
Intelektual dan KehidupanUmat Islam Indonesia
tidak ada keraguan padanya, petunjuk
bagi orang-orang bertaqwa.
Menurutnya, ayat ini menggunakan
isyarat jauh untuk menunjukkan Al-
Qur'an. Di sisilain, semua yang
menunjukkan Al-Qur'an menggunakan
isyarat dekat. Tujuan penggunaan
isyarat jauh memberi kesan bahwa kitab
suci ini menduduki tempat yang tinggi
dan sangat jauh dari jangkauan manusia
karena ia bersumber dari Allah Yang
Maha Tinggi. Kata al-kitab dengan
dibubuhi al- pada awalnya dipahami
dalam arti kesempurnaan.
Kedua, menafsirkan ayat demi ayat dan
surah demi surah secara berurutan, serta
tidak ketinggalan mengutip asbab al-
Nuzul. Artinya, penafsiran yang
dilakukan dengan perpedoman kepada
susunan ayat dan surah-surah dalam
mushaf;yang dimulai dari surat al-
Fatihah, al-Baqarah, dan seterusnya
sampai surat al-Nas dan menyebutkan
asbab al-nuzul-nya kalau ada.
Ketiga, ketika mengutip pendapat-
pendapat penafsir sebelumnya, Shihab
cukup kritis. Apabila pendapat tersebut
tidak sesuai menurut logikanya,
pendapat itu ditolak, seperti pendapat
yang menafsirkan "fazaadahumu Allahu
maradha" dalam arti doa semoga Allah
Swt. menambahnya. Menurut Shihab,
pendapat ini kurang tepat bukan saja
karena adanya kata maka, tetapi juga
karena mendoakan agar keburukan
seseorang bertambah. Doa ini
merupakan hal yang tidak terpuji
bahkan bertentangan dengan sikap
Rasulullah Saw. yang seringkali berdoa
semoga Allah Swt. memberikan
petunjuk kepada umatnya yang
beriman.
Keempat, mengutip ayat-ayat sebagai
pendukung penafsirannya, seperti ayat
"fa azallhuma al-Syaithan" (QS. Al-
Baqarah: 36) (maka keduanya
tergelincir oleh syaithan) ditafsirkan
dengan "sesungguhnya telah Kami
perintahkan kepada Adam dahulu, maka
ia lupa (akan perintah itu), dan tidak
kami dapati padanya kemauan yang
kuat"(QS. Thaha: 15). Jadi, maksud dari
“faazallahuma” bahwa tergelincir Nabi
Adam AS bukan sepenuhnya dalam
keadaan sadar namun ia terlupa dengan
apa yang diperintahkan oleh Allah Swt.
Kelima, mengutip hadits-hadits Nabi
sebagai pendukung penafsirannya,
seperti menafsirkan "al-rahman dan al-
rahim" (QS. al-Fatihah: 3).
Menurutnya, kedua kata tersebut
diambil dari akar kata rahmat dengan
alasan bahwa timbangan (wazan) kata
tersebut dikenal dalam bahasa Arab.
Rahmaan setimbang dengan fa'laan dan
rahiim dengan fa'iil. Timbangan
rahmaan menunjukkan kepada
kesempurnaan atau kesementaraan,
sedangkan timbangan rahiim
menunjukkan kepada kesinambungan
dan kemantapan. Selanjutnya dikatakan,
kata rahmaan menunjukkan sifat Allah
Swt., sedangkan kata rahiim
menunjukkan Rasulullah yang menaruh
belas kasihan yang amat dalam terhadap
umatnya. Untuk menguatkan pendapat
ini, ia mengutip sebuah hadits Qudsi:
“Aku adalah ar-Rahman, aku
menciptakan rahim, Kuambilkan
untuknya nama yang berakar dari nama-
Mu, siapa yang menyambungnya
(silaturrahim) akan Aku Sambung
(rahmat-Ku) untuknya, dan siapa yang
memutuskannya Kuputuskan (rahmat-
42 Sigma-Mu Vol.9 No.1 –Maret 2017
Ku baginya).”(HR. Abu Daud dan at-
Tirmidzi dalam Abdurrahman Ibn
'Auf).
Selain langkah-langkah tersebut,
sebagaimana lazimnya metode tahlili,
Tafsir al-Misbah juga menjelaskan
munasabat (kaitan) antara satu ayat
dengan ayat yang lain, juga satu surat
dengan surat yang lain serta
menjelaskan sekilas tentang qira'ah,
seperti ketika menafsirkan مالك dengan
.dalam surat al-Fatihah ملك
Berdasarkan langkah-langkah
yang dilakukan oleh Shihab dalam
menafsirkan Al-Qur'an, dapat
disimpulkan bahwa Tafsir al-Misbah
mengunakan metode tahlili ketika
menafsirkan Al-Qur'an karena ia
berupaya menjelaskan seluruh aspek
yang terkandung dalam Al-Qur'an dan
mengungkapkan segenap pengertian
yang dituju.
Meskipun Tafsir al-Misbah
dikategorikan menggunakan metode
tahlili, dalam beberapa masalah tafsir
ini tidak murni menerapkan metode
tahlili, seperti menggunakan ayat-ayat
lain yang setema untuk menjelaskan
makna yang dimaksud dari ayat yang
ditafsirkan. Misalnya, menafsirkan
an'amta dalam suratAl-Fatihah ayat
7.Menurutnya, nikmat dalam ayat
tersebut berarti nikmat Islam dan
penyerahan diri kepada Allah.
Pemaknaan nikmat dengan nikmat
Islam iakutip dari surat Ali-Imran: 103,
surat Adh-Dhuha: 11. Pemaknaan
nikmat dengan penyerahaan diri kepada
Allah ia kutipdari surat An-Nisa': 69.
Dilihat dari upaya penafsiran tersebut,
Shihab juga menggunakan metode
maudhu'i karena dalam menafsirkan
suatu ayat ia menggunakan ayat yang
setema dengan ayat tersebut yang
tujuannya untuk mendapatkan makna
yang sesungguhnya.
Selain adanya kecenderungan
Shihab terhadap metode maudhu'i, ia
juga menggunakan metode
interdispliner.Ia menafsikan ayat
menggunakan disiplin ilmu-ilmu lain,
seperti dalam surat Yasin: 80, ia
menafsirkan kata “al-syajara al-
ahdhar” dengan pohon yang hijau,
menunjukkan kepada zat hijau daun
yang sangat diperlukan dalam proses
asimilasi gas karbon dioksida. Istilah
yang digunakan Al-Qur‟an lebih tepat
dikatakan dengan klorofil yang berarti
zat hijau daun karena zat-zat yang
dimaksud tidak hanya pada daun
tumbuh-tumbuhan, tetapi pada seluruh
bagian tumbuhan yang hijau.
Dilihat dari kecenderungan
metode, tampak adanya terobosan baru
yang diberikan oleh Shihab dalam
menafsirkan Al-Qur'an.Ia juga ingin
menghilangkan konsekuensi yang
diakibatkan oleh metode tahlili seperti
parsial dan otomistik yang
mengakibatkan lahirnya tafsir yang
literal sebagaimana tafsir-tafsir pada era
afirmatif.
Di samping itu, perlu dipertegas
bahwa meskipun Tafsir al-Misbah
mengomparasikan metode dalam
menafsirkan Al-Qur'an, metode tahlili
merupakan metode yang dominan
terdapat dalam Tafsir al- Misbah.
Penafsiran Al-Qur'an dengan
menggunakan manhaj tahlili ini
memiliki corak dan orientasi pemikiran
yang berbeda-beda sejalan dengan
corak dan orientasi pemikiran masing-
Pengaruh Pemikiran H.M. Quraish Shihab Bagi Perkembangan 43
Intelektual dan KehidupanUmat Islam Indonesia
masing mufasir. Dalam hal ini,Al-
Farmawi (dalam Suryadi, tahun)
memilahnya dalam tujuh corak dan
orientasi tafsir bil ma‟tsur, tafsir bil
ra‟yi,tafsir sufi,tafsir fiqhi, tafsir falsafi,
tafsir 'ilmu, dan tafsir ijtima'i.
Corak dan orientasi yang
mewarnai metode tahlili dalam Tafsir
al-Misbah adalah bil ma‟tsur atau ada
kalanya menggunakan bil ra‟yi.
Dikatakan bil ma‟tsur karena tafsir ini
sering menggunakan ayat-ayat lain
untuk menjelaskan suatu ayat,
mengunakan hadits, dan pendapat-
pendapat ulama terdahulu.
Menggunakan bil ra‟yi karena tafsir ini
juga menggunakan logika dan lebih
banyak menjelaskan ayat dengan
menggunakan analisis bahasa, baik dari
makna kosa kata maupun gramatikal.
3. Pemikiran M. Quraish Shihab
dalam bidang Takwil Al-Qur’an
Takwil bisa diartikan
pengertian-pengertian tersirat yang di-
istimbat-kan (diproses) dari ayat-ayat
Al-Qur‟an yang memerlukan
perenungan dan perkiraan, serta
merupakan sarana pembuka tabir.
Meskipun Shihab tidak secara jelas
membedakan antara tafsir dan takwil,
jika merujuk pada pengertian takwil
diatas, akan kita dapati bahwa
beliaupun menggunakan takwil dalam
memahami ayat-ayat Al-Qur‟an yang
maknanya tersembunyi. Bisa dilihat
contohnya dalam bukunya Wawasan
Al-Qur‟an dalam bab kematian, yang
menceritakan penciptaan manusia
berasal dari tanah. Dalam QS. Al Hajj:
5-7 diceritakan proses penciptaan
manusia yang artinya:
“Wahai seluruh manusia, kalau
kamu sekalian meragukan hari
kebangkitan, maka (sadarilah bahwa)
Kami menciptakan kamu dari tanah,
kemudian nuthfah, kemudian
'alaqah, kemudian mudhgah (sekerat
daging) yang sempurna
penciptaannya atau tidak sempurna
penciptaannya, agar Kami jelaskan
kepada kamu dan Kami tetapkan di
dalam rahim apa yang Kami
kehendaki sampai waktu yang telah
ditentukan. Kemudian Kami
keluarkan kamu sebagai bayi, dan
(secara berangsur-angsur) kamu
sampai kepada (usia) kedewasaan.
Di antara kamu ada yang diwafatkan
dan ada pula yang dipanjangkan
usianya sampai pikun, supaya
(sehingga) dia tidak mengetahui lagi
apa yang tadinya telah diketahui.
Dan kamu lihat bumi itu tandus/mati,
kemudian apabila Kami turunkan air
(hujan) di atasnya hiduplah bumi itu
dan suburlah ia serta menumbuhkan
berbagai macam tumbuh-tumbuhan
yang indah. Yang demikian itu
karena sesungguhnya Allah adalah
Yang Hak, Dia yang menghidupkan
yang mati, Dia Mahakuasa atas
segala sesuatu, dan hari kiamat pasti
datang.Tidak ada keraguan atasnya
dan Allah membangkitkan semua
yang dikubur”. (QS Al-Hajj: 5-7).
Dalam memahami ayat penciptaan
manusia ini, Shihab berpendapat bahwa
yang dimaksud dengan diciptakan dari
tanah adalah karena makanan manusia
berasal dari tanah, yaitu tumbuhan-
tumbuhan dan binatang yang memakan
apa yang terbentang di bumi Allah.
Makanan tersebut diolah oleh tubuh
44 Sigma-Mu Vol.9 No.1 –Maret 2017
sehingga menghasilkan sperma.
Pertemuan sperma dan ovum
menghasilkan alaqah sesuatu yang
bergantung di dinding rahim kemudian
melalui tahap-tahap seperti yang telah
dikemukakan sehingga akhirnya
manusia mati terkubur di bawah tanah
atau menjadi tanah lagi.
Mengenai penciptaan
perempuan, yang banyak diperdebatkan
oleh ulama, agaknya Shihab lebih
memilih Ath-Thabathaba'i yang dalam
tafsirnya menulis dan menegaskan
bahwa
perempuan (istri Adam) diciptakan
dari jenis yang sama dengan Adam,
dan ayat tersebut sedikit pun tidak
mendukung paham sementara
mufasir yang beranggapan bahwa
perempuan diciptakan dari tulung
rusuk Adam. Kita dapat berkata,
bahwa tidak ada satu petunjuk yang
pasti dari ayat Al-Qur‟an yang
dapat mengantarkan kita untuk
menyatakan bahwa perempuan
diciptakan dari tulang rusuk, atau
bahwa unsur penciptaannya
berbeda dengan lelaki. Ide ini,
seperti ditulis Rasyid Ridha dalam
Tafsir Al-Manar-nya, timbul dan
ide yang termaktub dalam
Perjanjian Lama (Kejadian II: 21-
22) yang menyatakan bahwa ketika
Adam tidur lelap, maka diambil
oleh Allah sebilah tulang rusuknya,
lalu ditutupkannya pula tempat itu
dengan daging. Maka dari tulang
yang telah dikeluarkan dan Adam
itu, dibuat Tuhan seorang
perempuan. "Seandainya tidak
tercantum kisah kejadian Adam
dan Hawa dalam Kitab Perjanjian
Lama seperti redaksi diatas,
niscaya pendapat yang menyatakan
bahwa wanita diciptakan dari
tulang rusuk Adam tidak pernah
akan terlintas dalam benak seorang
Muslim," (Rasyid Ridha- (Tafsir
Al-Manar IV: 330).
Bahkan kita dapat berkata
bahwa sekian banyak teks keagamaan
mendukung pendapat yang menekankan
persamaan unsur kejadian Adam dan
Hawa dan persamaan kedudukannya,
antara lain surat Al-Isra' ayat 70,
“Sesungguhnya Kami telah memuliakan
anak-anak Adam, Kami angkut mereka
di daratan dan di lautan (untuk
memudahkan mereka mencari
kehidupan). Kami beri mereka rezeki
yang baik-baik, dan Kami lebihkan
mereka dengan kelebihan yang
sempuma atas kebanyakan makhluk-
makhluk yang Kami ciptakan.”
Tentu, kalimat anak-anak Adam
mencakup lelaki dan perempuan, juga
penghormatan Tuhan yang diberikan-
Nya itu mencakup anak-anak Adam
seluruhnya, baik perempuan maupun
lelaki. Pemahaman ini dipertegas oleh
surat Ali-Imran ayat 195 yang
menyatakan, "Sebagian kamu adalah
bagian dari sebagian yang lain ..." Ini
dalam arti bahwa sebagian kamu (hai
umat manusia yang berjenis lelaki)
berasal dari pertemuan ovum
perempuan dan sperma lelaki dan
sebagian yang lain (hai umat manusia
yang berjenis perempuan) demikian
juga halnya. Kedua jenis kelamin ini
sama-sama manusia, dan tidak ada
perbedaan diantara mereka dari segi
asal kejadian serta kemanusiaannya.
Dengan konsiderans ini, Allah
Swt. menegaskan bahwa:
“Sesungguhnya Aku tidak menyia-
nyiakan amal orang-orang yang
Pengaruh Pemikiran H.M. Quraish Shihab Bagi Perkembangan 45
Intelektual dan KehidupanUmat Islam Indonesia
beramal, baik lelaki maupun
perempuan.” (QS Ali 'Imran: 195).
Ayat ini dan semacamnya adalah usaha
Al-Qur‟an untuk mengikis habis segala
pandangan yang membedakan lelaki
dengan perempuan khususnya dalam
bidang kemanusiaan.
Dalam konteks pembicaraan asal
kejadian ini, beberapa ulama
menyinggung bahwa jika bukan karena
Hawa, niscaya kita tetap akan berada di
surga. Disini sekali lagi ditemukan
semacam upaya mempersalahkan
perempuan.
Pandangan semacam itu jelas
sekali keliru, bukan saja karena sejak
semula Allah telah menyampaikan
rencana-Nya untuk menugaskan
manusia sebagai khalifah di bumi (QS
2: 30), tetapi juga karena dari ayat-ayat
Al-Qur‟an ditemukan bahwa godaan
dan rayuan iblis itu tidak hanya tertuju
kepada perempuan (Hawa), tetapi juga
kepada lelaki. Ayat-ayat yang
membicarakan godaan, rayuan setan,
serta ketergelinciran Adam dan Hawa
diungkapkan dalam bentuk kata yang
menunjukkan kesamaan keduanya tanpa
perbedaan, seperti, Maka setan
membisikkan pikiran jahat kepada
keduanya... (QS, Al-A'raf [7]: 20). Lalu
keduanya digelincirkan oleh setan dan
surga itu, dan keduanya dikeluarkan
dari keadaan yang mereka (nikmati)
sebelumnya... (QS Al-Baqarah [2]: 36).
Kalaupun ada ayat yang membicarakan
godaan atau rayuan setan berbentuk
tunggal, ayat itu justru menunjuk
kepada kaum lelaki (Adam), yang
bertindak sebagai pemimpin terhadap
istrinya, seperti dalam firman Allah
kemudian setan membisikkan pikiran
jahat kepadanya (Adam), dan berkata,
“Hai Adam, maukah saya tunjukkan
kepadamu pohon khuldi dan kerajaan
yang tidak akan punah?”
(QSThaha:120)
4. Pemikiran Shihab dalam bidang
Pendidikan
Dari seluruh karya tulis Shihab
yang dianalisis Kusmana (Tahun),
disimpulkan bahwa secara umum
karakteristik pemikiran keislaman
Shihab adalah bersifat rasional dan
moderat. Ia tidak memaksakan agama
mengikuti kehendak realitas
kontemporer namun memberikan
penjelasan atau mengapresiasi
kemungkinan pemahaman dan
penafsiran baru dengan tetap sangat
menjaga kebaikan tradisi lama dan
mengambil tradisi baru yang lebih baik.
Gagasan dan pemikiran Quraish Shihab
antara lain
a. Tujuan pendidikan, merujuk dalam
QS. Al Jumu‟ah: 2.
تهۦ هىٱلر تعث ف ٱلأم ىهمتلىاعلهمءا ه زسىلام
ة وٱلحكمح وإن كاوىا مه هم وعلمهمٱلكت وزك
ثه لم قثللفضل
Artinya: “Dia-lah yang mengutus
kepada kaum yang buta huruf seorang
Rasul di antara mereka, yang
membacakan ayat-ayat-Nya kepada
mereka, mensucikan mereka dan
mengajarkan mereka Kitab dan hikmah
(As Sunnah). dan Sesungguhnya
mereka sebelumnya benar-benar dalam
kesesatan yang nyata,”
Shihab berkesimpulan bahwa
tujuan pendidikan Al-Qur‟an adalah
membina manusia secara pribadi dan
kelompok sehingga mampu
menjalankan fungsinya sebagai hamba
Allah dan khalifah-Nya guna
46 Sigma-Mu Vol.9 No.1 –Maret 2017
membangun dunia ini sesuai dengan
konsep yang ditetapkan Allah Swt. atau
dengan kata yang lebih singkat sering
digunakan oleh Al Qur‟an untuk
bertakwa kepada-Nya.
Selanjutnya, Shihab
menjelaskan bahwa manusia yang
dibina melalui pendidikan adalah
makhluk yang memiliki unsur-unsur
material (jasmani) dan immaterial (akal
dan jiwa). Pembinaan akalnya
menghasilkan ilmu.Pembinaan jiwanya
menghasilkan kesucian dan etika,
sedangkan pembinaan jasmaninya
menghasilkan keterampilan. Dengan
penggabungan unsur-unsur tersebut,
terciptalah makhluk dwidimensi dalam
satu keseimbangan dunia dan akhirat,
ilmu dan iman.
Shihab juga mencoba
menghubungkan tujuan pendidikan
dalam Al Qur‟an dengan tujuan
pendidikan nasional. Menurutnya,
tujuan pendidikan Islam itu bersifat
universal, berlaku untuk seluruh bangsa
dan umat di dunia. Hal ini sejalan
dengan misi Al Qur‟an yang ditujukan
untuk membawa rahmat bagi seluruh
alam. Manusia itulah yang dapat
melaksanakan fungsinya sebagai
khalifah di muka bumi.
b. Metode pendidikan
Materi-materi pendidikan yang
terdapat dalam Al-Qur‟an hampir selalu
mengarah kepada jiwa, akal, dan raga
manusia.Terdapat dalam QS.Al-Anfal:
17 yang artinya:
ت ت إذ زم قتلهم وما زم كه الل فلم تقتلىهم ول
المؤمىه مىه تلء حسىا إن ولثل زم كه الل ول
سمع علم الل
Artinya: “…Bukan kamu yang
melempar ketika kamu melempar,
tetapi Allah-lah yang melempar.
(Allah berbuat demikian untuk
membinasakan mereka) dan untuk
memberi kemenangan kepada
orang-orang mukmin, dengan
kemenangan yang
baik.Sesungguhnya Allah Maha
mendengar lagi Maha
Mengetahui.”
Al Qur‟an membuktikan
kebenaran materi tersebut melalui
pembuktian-pembuktian, baik dengan
argumen maupun yang dibuktikan
melalui penalaran akalnya. Shihab
mengatakan bahwa menceritakan kisah-
kisah dalam Al Qur‟an dengan
menggarisbawahi akibat kelemahan
atau melukiskan saat kesadaran
manusia dan kemenangannya mengatasi
kelemahan tadi.
Shihab juga menggunakan
kalimat-kalimat yang menyentuh hati.
Al Qur‟an juga menggunakan metode
pembiasaan dalam menanamkan ajaran
kepada umat manusia.Ia berpendapat
bahwa pendidikan kita khususnya
dalam bidang metodologi sering kali
menitikberatkan hafalan atau contoh-
contoh yang dipaparkan menyentuh
hati, ditambah lagi nasihat yang
diberikan tidak ditunjang oleh contoh
dari pemberinya.
c. Sifat pendidikan
Menurut Shihab sifat pendidikan
Al-Qur‟an adalah rabbany dengan ciri-
cirinya antara lain
1) mengajarkan kitab Allah Swt., baik
yang tertulis (Al-Qur‟an) maupun
yang tidak tertulis (alam raya).
Pengaruh Pemikiran H.M. Quraish Shihab Bagi Perkembangan 47
Intelektual dan KehidupanUmat Islam Indonesia
2) mempelajarinya secara terus
menerus sejalan dengan konsepsi Al-
Qur‟an tentang keharusan menuntut
ilmu dan memperoleh pendidikan
sepanjang hayat melalui jalur-jalur
formal, informal dan non formal.
Dengan kata lain, pendidikan seumur
hidup menjadi tanggung jawab
keluarga, masyarakat, dan
pemerintah.
Berdasarkan uraian tersebut,
terbukti bahwa Shihab aktif dalam
kegiatan dan pemikiran yang berkaitan
dengan pendidikan. Pemikirannya
sangat dipengaruhi bidang tafsir Al-
Qur‟an yang dipadukan dengan
penguasaannya atas ilmu keislaman
maupun pengetahuan umum serta
konteks masyarakat Indonesia.
Pemikiran dan gagasan Shihab
menunjukkan bahwa di dalam Al-
Qur‟an terdapat ayat-ayat yang
memiliki implikasi terhadap munculnya
konsep pendidikan yang cukup
menarik. Selain itu, perlu dilakukan
studi secara lebih mendalam tentang
pendidikan dalam perspektif Al-Qur‟an.
Dengan demikian, umat Islam akan
lebih memahami dan terinternalisasi
esensi rasa agama itu sendiri, yaitu:
1) rasa bertuhan, merasa ada sesuatu
yang Maha Besar yang berkuasa atas
dirinya dan alam semesta, rasa dekat,
rasa rindu, rasa kagum dan lain-lain.
2) rasa taat, meliputi rasa ingin
mengarahkan diri pada kehendak-
Nya dan rasa ingin mengikuti aturan-
aturan-Nya.
PENGARUH H.M. QURAISH
SHIHAB BAGI PERKEMBANGAN
INTELEKTUAL DAN KEHIDUPAN
KEUMATAN ISLAM INDONESIA
Di sela segala kesibukannya itu,
dia juga terlibat dalam berbagai
kegiatan ilmiah di dalam maupun luar
negeri yang tidak kalah pentingnya,
Quraish Shihab juga aktif dalam
kegiatan tulis-menulis. Di surat kabar
Pelita, pada setiap hari Rabu beliau
menulis dalam rubrik “Pelita Hati.”
Sekaligus mengasuh rubrik “Tafsir Al-
Amanah” dalam majalah dua mingguan
yang terbit di Jakarta. Selain itu, dia
juga tercatat sebagai anggota Dewan
Redaksi majalah Ulumul Qur'an dan
Mimbar Ulama, keduanya terbit di
Jakarta. Selain kontribusinya untuk
berbagai buku suntingan dan jurnal-
jurnal ilmiah, hingga kini sudah tiga
bukunya diterbitkan, yaitu Tafsir Al-
Manar, Keistimewaan dan
Kelemahannya sehingga bapak Quraish
Shihab menjadi sangat berpengaruh
dalam perkembangan Islam di
Indonesia khususnya dalam
perkembangan yang sudah modern
sekarang ini baik dari segi agama,
ekonomi, sosial, dan politik.
Melalui karya-karyanya, Shihab
telah berhasil mengomunikasikan ide-
idenya kepada masyarakat luas. Namun
demikian, posisi Shihab dalam
kapasitasnya sebagai seorang
cendekiawan muslim Indonesia, tidak
serta-merta memiliki pemikiran yang
tidak dikritisi oleh cendekiawan yang
lainnya. Hal itu merupakan suatu
keniscayaan dan kewajaran dalam
bidang ilmu pengetahuan.
48 Sigma-Mu Vol.9 No.1 –Maret 2017
Shihab adalah seorang ulama
tafsir yang kompeten.Keluasan ilmunya
dan metode tafsirnya memberikan
sesuatu yang baru dalam bidang tafsir.
Pemaparan tentang pemikiran beliau ini
adalah dalam rangka memperluas
wacana kita tentang tokoh-tokoh
mufasir kontemporer, yang bisa kita
ambil ilmunya.
Banyak tokoh yang kini
mendunia yang sudah sangat
memengaruhi perkembangan Islam
khususnya di Indonesia. Kita sering
mendengar Shihab dan bahkan
menonton di stasiun televisi yang
menjadi media dalam berdakwah
Shihab dan profil beliau pun menjadi
hal yang perlu dimengerti untuk kita
semua karna profil seorang yang
dikatakan sebagai ulama harus kita tahu
tidak hanya profil semata tapi cara
pandang Shihab juga sangat
mempengaruhi perkembangan Islam di
Indonesia sekarang ini.
SIMPULAN
Berdasarkan uraian dan analisis,
dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Dilihat dari latar belakang riwayat
hidupnya, Quraish Shihab sangat
dekat dengan aktivitas pendidikan,
bahkan sebagai pemikir dan praktisi
pendidikan. Secara formal, selain
menjadi dosen bidang tafsir dan
bidang-bidang ilmu keislaman
lainnya, dia juga konsen dalam
manajemen proses-proses
pendidikan. Keseriusannya dalam
bidang tersebut terbukti dengan
kenyataan bahwa dia pernah diberi
amanat untuk menjadi rector IAIN
alauddin. Quraish Shihab juga
banyak berkiprah dalam bidang
pendidikan. Sejak tahun 1984 hingga
sekarang Quraish shihab juga
tercatat sebagai seorang guru besar
pada Fakultas Ushuluddin dan
Filsafat UIN Syarif hidayatullah
Jakarta. Selain itu, ia juga pernah
memangku jabatan sebagai Rector
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dua
periode (1992-1996 dan 1997-1998).
2. Dilihat dari segi keahliannya,
H.M.Quraish Shihab tercatat sebagai
ahli tafsir Al-qur‟an yang amat
disegani dan penulis yang amat
produktif. Dalam seluruh topik
kajian yang dibahas, H.M.Quraish
Shihab tidak berhenti hanya pada
tataran fakta-fakta akademik, Shihab
ingin menyampaikan pesan moral
dan pendidikan kepada umat. Oleh
sebab itu, pada setiap topik kajian
yang dikemukakan ia selalu
mengemukakan nilai-nilai edukatif
yang terdapat di dalamnya.
3. Dari sejumlah kajian topik, terdapat
topik kajian yang secara langsung
berhubungan dengan pendidikan,
yaitu topik tentang konsep
pendidikan dalam Al-Qur‟an, Ilmu
Pengetahuan dan teknologi serta
akhlak. Topik-topik lainnya
memiliki hubungan secara tidak
langsung dengan pendidikan. Dalam
topik kajian konsep pendidikan
dalam Al-Qur‟an tersebut, Quraish
Shihab menjelaskan pengertian
pendidikan, tujuan pendidikan,
kurikulum (materi) pendidikan,
metode pendidikan, dan sifat
pendidikan Islam.
4. Dilihat dari segi sifat dan coraknya,
pemikiran dan gagasan H.M.Quraish
Pengaruh Pemikiran H.M. Quraish Shihab Bagi Perkembangan 49
Intelektual dan KehidupanUmat Islam Indonesia
Shihab tentang pendidikan bertolak
dari keahliannya dalam bidang tafsir
Al-qur‟an yang berdasarkan
perpaduan pemikiran masa lalu
dengan pemikiran modern. Ia
tampak berpegang pada kaidah yang
umumnya dianut ulama yaitu: al-
muhafadzah ala al-qadim al-shahih
wa al-akhdzu bi al-jadid al-ashlah
(memelihara tradisi lama yang masih
relevan dan mengambil tradisi baru
yang lebih baik). Dengan kata lain,
Quraish Shihab adalah seorang ahli
tafsir yang memiliki pandangan
tentang pendidikan. Konsep dan
gagasannya tentang pendidikan
tersebut sejalan dengan pandangan
Al-Qur‟an yang menjadi bidang
keahliannya.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama RI. 1991.Al-
Qur‟an dan Terjemahannya.
Jakarta: Yayasan Penyelenggaraan
Penterjemah dan Penafsir Al-
Qur‟an.
Federspiel, Howard M. 1996.Kajian al-
Qur'an di Indonesia, dari Mahmud
Yunus Hingga Quraish Shihab
(Penerjemah Tajul Arifin).
Bandung: Mizan.
Fauzul, Iman, dkk. 2004. Al-Qalam
Jurnal Keagamaan dan
Kemasyarakatan. Serang: Pusat
Penelitian dan Pengabdian Kepada
Masyarakat Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri Sultan Maulana
Hasanuddin Banten.
Izzan, Ahmad. 2007. Metodologi Ilmu
Tafsir. Bandung: Tafakur.
Nata, Abuddin. 2005. Tokoh-Tokoh
Pembaruan Pendidikan Islam di
Indonesia. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Shihab,H.M. Quraish. 1988. Filsafat
Hukum Islam. Jakarta: Departemen
Agama: Untagma.
Shihab,H.M. Quraish. 1994). Studi
Kritis Tafsir al-Manar. Pustaka
Hidayah.
Shihab,H.M. Quraish. 1994. Lentera
Hati: Kisah dan Hikmah
Kehidupan. Bandung: Mizan.
Shihab,H.M. Quraish. 1996. Mu‟jizat Al
Qur‟an Ditinjau dari Aspek
Bahasa. Bandung: Mizan.
Shihab,H.M. Quraish1996.Wawasan al-
Qur‟an. Bandung: Mizan.
Shihab,H.M. Quraish. 1996.
Membumikan Al-Qur‟an, Fungsi
dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat. Bandung:
Mizan,cet.XII.
Shihab,H.M. Quraish. 1997. Hidangan
Ilahi Ayat-ayat Tahlil. Jakarta:
Lentera Hati.
Shihab,H.M. Quraish. 1997. Tafsir al-
Qqur‟an al-Karim: Tafsir Surat-
surat Pendek. Pustaka Hidayah.
Shihab,H.M. Quraish. 1998.
Menyingkap Tabir Ilahi, Jakarta:
Lentera Hati.
Shihab,H.M. Quraish. 1999. Fatwa-
Fatwa Quraish Shihab sekitar al-
Qur‟an dan Hadits.
Banadung: Mizan.
50 Sigma-Mu Vol.9 No.1 –Maret 2017
Shihab,H.M. Quraish. 2000.Perjalanan
Menuju Keabadian: Kematian,
Surga, dan Ayat-ayat Tahlil.
Jakarta: Lentera Hati.
Shihab, H.M. Quraish. 2000.Tafsir al-
Misbah, Pesan, Kesan dan
Keserasian al-Qur‟an Jakarta:
Lentera Hati.
Shihab, H.M. Quraish. 2004. Dia di
Mana-mana: Tangan Tuhan di
balik setiap fenomena.
Jakarta:Lentera Hati.
Shihab, H.M. Quraish. 2005.Logika
Agama: Kedudukan Wahyu dan
Batas-batas Akal dalam Islam.
Jakarta: Lentera Hati.
Shihab, H.M. Quraish. 2005.
Perempuan. Jakarta: Lentera Hati.