Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH PENAMBAHAN BUAH PISANG AMBON (Musa Paradisiaca L)
TERHADAP MUTU ORGANOLEPTIK DAN KANDUNGAN KALIUM PADA
DONAT SEBAGAI ALTERNATIVE SNACK PENDERITA
HIPERTENSI
SKRIPSI
Diajukan Sebagai
Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Gizi
Oleh :
DILITIA DWI KURNIA
1513211006
PROGRAM STUDI SARJANA GIZI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS PADANG
2019
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Data Pribadi
Nama Lengkap : Dilitia Dwi Kurnia
Tempat Tanggal Lahir : Air Batumbuk ,31 Juli 1996
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Anak ke : 2 (Dua)
Alamat : Air Batumbuk Kecamatan Gunung Talang
Kabupaten Solok
Nama Orang Tua
Ayah : Dedi Arizon
Ibu : Fatmawitil
2. Riwayat Pendidikan
1. TK Pertiwi Air Batumbuk (2002 – 2003)
2. SDN 16 Air Batumbuk (2003 – 2009)
3. SMPN 4 Gunung Talang (2010 – 2012)
4. SMAN 3 Kota Solok (2012 – 2015)
PROGRAM STUDI S-1GIZI
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis Padang
SKRIPSI, JULI 2019
DILITIA DWI KURNIA
PENGARUH PENAMBAHAN BUAH PISANG AMBON (Musa Paradisiaca
L) TERHADAP MUTU ORGANOLEPTIK DAN KANDUNGAN KALIUM
PADA DONAT SEBAGAI ALTERNATIVE SNACK PENDERITA
HIPERTENSI
Abstrak
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg
dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg. Peningkatan asupan kalium
dapat mengurangi tekanan darah dan penyakit kardiovaskular, stroke dan penyakit
jantung koroner, pisang ambon yang memiliki kandungan kalium lebih tinggi juga
memainkan peran penting mencegah hipertensi. Donat adalah panganan goreng,
dibuat dari campuran tepung, gula, dan mentega, Dalam penelitian ini
Menggunakan Pisang Ambon (Musa Paradisiaca L). Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui kadar kalium dan uji organoleptik pada donat pisang Ambon
(Musa Paradisiaca L) untuk mencegah hipertensi..
Jenis rancangan pada penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) karena dengan 3 (tiga) kali perlakuan, 2 x pengulangan, penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah eksperimental. Metode yang digunakan untuk donat
pisang Ambon (Musa Paradisiaca L), dengan perbandingan kelompok
eksperimen perlakuan 110 (50 gr tepung terigu dan 50 gr pisang Ambon ),
perlakuan 111 (75 gr terigu dan 25 gr pisang ambon ), dan perlakuan 112 (65 gr
tepung dan 35 gr pisang ambon).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 3 perlakuan konsentrasi berbeda
dengan penambahan pisang ambon (Musa Paradisiaca L). yaitu 110, 111, dan
112 analisa pada labor terdapat 112 paling tinggi terdapat kalium sebesar 449.253
mg. Uji Friedmen P<0,05 terhadap aroma, rasa, warna. Rekomendasi produk
terbaik berdasarkan kadar kalium adalah 110 dan uji organoleptik dan mutu dari
adalah perlakuan no 112.
Disarankan bagi masyarakat agar dapat membuat donat pisang ambon
(Musa Paradisiaca L) menjadi makanan layak konsumsi sebagai makanan
tambahan guna memenuhi kebutuhan kalium.
Kata kunci :Hipertensi, Donat, Pisang Ambon (Musa Paradisiaca L),Kadar
kalium
Daftar Bacaan :1995 – 2017
NUTRITION S1 STUDY PROGRAM
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis Padang
SKRIPSI , JULY 2019
DILITIA DWI KURNIA
THE EFFECT OF ADDITION OF AMBON BANANA FRUIT (Musa
Paradisiaca L) ON ORGANOLEPTIC QUALITY AND POTASSIUM
CONTENT ON DONATES AS ALTERNATIVE SNACK OF
HYPERTENSION PATIENTS
Abstrack
Hypertension is an increase in systolic blood pressure of more than 140
mmHg and diastolic blood pressure of more than 90 mmHg. Increased potassium
intake can reduce blood pressure and cardiovascular disease, stroke and coronary
heart disease, ambon bananas having higher potassium content also play an
important role in preventing hypertension. Donuts are fried snacks, made from a
mixture of flour, sugar, and butter, In this study Using Ambon Banana (Musa
Paradisiaca L). This study aims to determine the potassium content and
organoleptic test on Ambon Banana Banana donuts (Musa Paradisiaca L) to
prevent hypertension.
This type of design in this study is a complete random design (CRD)
because with 3 (three) treatments, 2 x repetitions, the study used in this study is
experimental. The method used for Ambon banana donuts (Musa Paradisiaca L),
with the experimental group comparison of 110 treatments (50 grams of wheat
flour and 50 grams of Ambon bananas), 111 treatments (75 grams of flour and 25
grams of ambon bananas), and 112 treatments (65 gr flour and 35 grams of banana
ambon).
The results showed that 3 different concentration treatments with the
addition of ambon bananas (Musa Paradisiaca L). namely 110, 111, and 112
analyzes in labor there are 112 with the highest potassium of 449,253 mg.
Friedmen Test P <0.05 on aroma, taste, color. The best product recommendation
based on potassium levels is 110 and the organoleptic test and quality of treatment
is 112.
It is recommended for the community to be able to make banana donuts
(Musa Paradisiaca L) into food suitable for consumption as additional food to
meet the needs of potassium.
Keywords: Hypertension, Donuts, Banana Ambon (Musa Paradisiaca L),
Potassium Levels
Reading List:1995-2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah menganugerahkan rahmat
serta inayah-Nya, yang karena-Nya, penulis diberikan kekuatan dan kesabaran untuk
menyelesaikan skripsi dengan judul “PENGARUH PENAMBAHAN BUAH PISANG
AMBON (Musa Paradisiaca L) TERHADAP MUTU ORGANOLEPTIK DAN
KANDUNGAN KALIUM PADA DONAT SEBAGAI ALTERNATIVE SNACK
PENDERITA HIPERTENSI”.
Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan
bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan
terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat :
1. Bapak Yendrizal Jafri, S.Kp., M.Biomed selaku ketua STIKes Perintis
Padang.
2. Widia Dara,SP. MP sebagai kepala prodi S1 Gizi STIKes Perintis Padang
telah banyak memberi dukungan.
3. Ibuk Rahmita Yanti,M.kes selaku pembimbing I yang telah mengarahkan,
membina, memberi petunjuk dan saran yang senantiasa memberikan
masukan dengan penuh kesabaran dan perhatian sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.
4. Ibu Sepni Asmira .MP selaku pembimbing II yang juga telah mengarahkan,
dan memberikan masukan dengan penuh kesabaran dan perhatian sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.
5. Bapak Dezi Ilham M.Biomed selaku penguji dalam sidang skripsi ini.
6. Seluruh dosen dan staf pengajar STIKes Perintis Padang yang telah
memberikan ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan studinya
dengan baik.
7. Laboratorium Universitas Andalas Padang telah memberikan kesempatan
dan kerja sama dalam melakukan peneltian kepada penulis sehingga skripsi
ini dapat diselesaikan dengan lancar.
8. Teristimewa kepada ayah dan ibu dan keluarga tercinta yang selalu
memberikan dukungan dan motifasi baik secara moril dan materil serta doa
yang tulus sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Sahabat seperjuangan Sarjana Gizi STIKes Perintis Padang angkatan 2015
khususnya sahabat-sahabat terbaik Rahma, Yeni, Leni, Julia Lara Zamzami
pw yang telah banyak memberikan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.
10. Dan lain-lain yang yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Sebab tanpa
kalian semua saya tidak mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak
kekurangan, oleh karna itu maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca diharapkan penulis demi kebaikan skripsi ini. Akhirnya
penulis berharap semoga penelitian ini nantinya bermanfaat bagi dunia
kesehatan
Padang, Juli 2019
Peneliti
DAFTAR ISI
COVER
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... ii
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ............................................................ iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... iv
ABSTRAK .................................................................................................... v
ABSTRACK .................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
DAFTAR ISI................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 4
1.3.1 Tujuan Umum......................................................................... 4
1.3.2 Tujuan Khusus ........................................................................ 4
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................... 4
1.4.1 Bagi Penulis ........................................................................... 4
1.4.2 Bagi Institusi .......................................................................... 5
1.4.3 Bagi Masyarakat .................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hipertensi ........................................................................................ 6
2.1.1 Defenisi Hipertensi .............................................................. 6
2.1.2 Etiologi Hipertensi .............................................................. 7
2.1.3 Tanda dan Gejala Hipertensi ............................................... 8
2.1.4 Patofisiologi Hipertensi ....................................................... 9
2.1.5 Faktor Resiko Hipertensi ..................................................... 10
2.1.6 Terapi Hipertensi ................................................................ 12
2.2 Pisang ............................................................................................. 13
2.2.1 Klasifikasi Pisang Ambon ................................................... 13
2.2.2 Pengertian Pisang ................................................................ 14
2.2.3 Manfaat dan Kandungan Pisang .......................................... 15
2.3 Donat ............................................................................................ 16
2.3.1 Sejarah Donat ...................................................................... 16
2.3.2 Deskripsi Donat ................................................................. 17
2.3.3 Tinjauan Tentang Bahan Penyusun Donat .......................... 18
2.4 Kalium .............................................................................................. 20
2.4.1 Deskripsi Kalium ................................................................. 20
2.4.2 Kalium Dalam Tubuh Manusia ........................................... 20
2.4.3 Fungsi Kalium dalam Tubuh ............................................... 21
2.4.4 Sumber Kalium.................................................................... 22
2.4.5 Penetapan Kadar Kalium ..................................................... 22
2.5 Uji organoleptik ................................................................................ 24
2.6 Penelitian Terkait ............................................................................. 28
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 Hipotesa ........................................................................................... 32
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian ............................................................................. 33
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 33
4.3 Alat dan Bahan ................................................................................ 33
4.3.1 ALat ....................................................................................... 33
4.3.2 Bahan ..................................................................................... 34
4.4 Rancangan penelitian ..................................................................... 35
4.4.1 Penelitian Pendahuluan ......................................................... 35
4.4.2 Penelitian Lanjutan ................................................................ 35
4.5 Prosedur penelitian .......................................................................... 36
4.5.1 Prosedur Pengujian Tingkat Kesukaan .............................. 36
4.5.2 prosedur pengujian kalium .................................................. 36
4.5.3 Prosedur pembuatan donat .................................................. 37
4.6 Teknik Pengolahan dan Analisa Data .............................................. 38
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Uji Hedonik Organoleptik ................................................................ 39
5.1.1 Warna .................................................................................... 39
5.1.2 Aroma .................................................................................... 40
5.1.3 Tekstur ................................................................................... 42
5.1.4 Rasa ....................................................................................... 43
5.1.5 Nilai Rata –rata Tingkat Kesukaan ....................................... 44
5.2 uji Mutu Hedonik ............................................................................ 45
5.2.1 Warna .................................................................................... 45
5.2.2 Aroma .................................................................................... 46
5.2.3 Tekstur ................................................................................... 48
5.1.4 Rasa ........................................................................................ 49
5.3 Uji Kadar Kalium ............................................................................. 50
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Hasil uji Organoleptik ...................................................................... 52
6.1.1 Warna ..................................................................................... 52
6.1.2 Aroma ..................................................................................... 53
6.1.3 Tekstur .................................................................................... 54
6.1.4 Rasa ........................................................................................ 55
6.2 Hasil Uji K adar Kalium ............................................................ 57
BAB VII PENUTUP
7.1 Kesimpulan ...................................................................................... 59
7.2 saran .................................................................................................. 60
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Halaman
2.1 Klasifikasi Tekanan Darah ........................................................................ 7
2.2 Zat Gizi Yang Terkandung Pada Pisang ................................................... 15
5.2 Kandungan Tepung Terigu Dalam 100 gr ................................................ 18
4.1 Formulasi Pembentukan Donat ................................................................. 33
5.3. Tabel Hasil Kadar Kalium ........................................................................ 49
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 Gambar Buah Pisang Ambon ............................................................ 13
5.1 Nilai Rata-rata Warna Uji Hedonik .................................................. 38
5.2 Nilai Rata-rata Aroma Uji Hedonik .................................................. 39
5.3 Nilai Rata-rata Teksture Uji Hedonik ............................................... 41
5.4 Nilai Rata-rata Rasa Uji Hedonik ..................................................... 42
5.5 Penilaian Uji Hedonik ....................................................................... 43
5.6 Nilai Rata-rata Warna Mutu Hedonik .............................................. 44
5.7 Nilai Rata-rata Aroma Mutu Hedonik .............................................. 45
5.8 Nilai Rata-rata Tekstur Mutu Hedonik ............................................. 47
5.9 Nilai Rata-rata Rasa Mutu Hedonik .................................................. 48
5.10 Uji Kadar Kalium ............................................................................ 49
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipertensi di definisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik lebih
dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat
(Kemenkes RI 2014). Hipertensi merupakan faktor risiko utama untuk penyakit
kardiovaskular, dan prevalensinya meningkat di seluruh dunia dari 25% pada
tahun 2000 untuk diproyeksikan 40% pada tahun 2025 (WHO, 2016).
Hasil survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2008 yang
dilaksanakan di Indonesia, menemukan prevalensi hipertensi sebesar 15 juta orang
tetapi hanya 4 % yang merupakan hipertensi terkontrol, dari prevelansi kasus
hipertensi tersebut 24 % berusia lebih dari 60 tahun atau sekitar 3,5 juta orang
(Sani, 2009) .
Kalium merupakan bagian esensial dari semua sel hidup, kalium banyak
terdapat di dalam semua makanan yang berasal tumbuh- tumbuhan dan hewan.
Sumber utama kalium adalah makanan mentah atau segar, terutama buah, sayuran,
dan kacang-kacangan (Almatsier, 2009). Perkiraan kebutuhan minimum kalium
dalam tubuh sekitar 200mg sehari (Almatsier, 2009). kandungan kalium yang
tinggi pada buah pisang mampu menurunkan efek natrium sehingga tekanan darah
menurun ( Astawan, 2009). Kosumsi kalium sebanyak 2,5-5 gram menurunkan
tekanan darah sistolik sebesar 12 mmHg dan tekanan darah distolik sebesar 16
mmHg (Junaidi 2009) Kalium merupakan mineral yang bermanfaat bagi tubuh
kita yaitu berfungsi untuk mengendalikan tekanan darah dan terapi darah tinggi
(Fitriani dkk, 2012). Kekurangan kalium dapat mengakibatkan hipokalemia yang
menyebabkan frekuensi denyut jantung melambat. Sedangkan kelebihan kalium
dapat mengakibatkan hiperkalemia yang menyebabkan aritmia jantung (Yaswir
dan Ferawati, 2012).
Buah Pisang Ambon memiliki banyak kelebihan yang menguntungkan
bagi manusia. Buah yang paling populer diseluruh dunia setelah apel dan jeruk
dan banyak ditemukan di kawasan Asia, Termasuk indonesia (Yuliarti, 2011).
Pisang ambon adalah pisang yang paling banyak disukai karena memiliki rasa
yang lebih manis, tekstur yang lebih enak dan aroma yang lebih tajam jika
dibandingkan dengan pisang yang dapat dimakan secara langsung lainnya. Pisang
ambon telah banyak dikonsumsi oleh masyarakat tanpa memiliki efek samping,
selain itu pisang ambon memiliki kandungan kalium lebih tinggi dan natrium
lebih rendah dibandingkan dengan buah pisang lainnya, dalam 100 g pisang
ambon mengandung 435 mg kalium dan hanya 18 mg natrium, sedangkan berat
rata-rata satu buah pisang ambon ± 140 g, sehingga dalam satu buah pisang
ambon mengandung ± 600 mg kalium dengan demikian pisang ambon menjadi
alternatif dalam peningkatan asupan kalium khususnya pada lansia (Almatsier,
2004)
Salah satu tindakan pencegahan untuk menurunkan tekanan darah adalah
dengan cara mengkonsumsi buah pisang (Suririnah, 2009) dalam Tryastuti (2012),
Makanan yang mengandung paling tinggi kalium adalah buah-buahan dan sayur-
sayuran sedangkan buah-buahan yang mengandung paling tinggi kalium adalah
pisang, sehingga mengkonsumsi pisang baikuntuk menjaga kestabilan tekanan
darah (Gunawan, 2011). Kandungan kalium dalam pisang ambon mengakibatkan
peningkatan konsetrasi dalam jaringan intraseluler sehingga dapat menarik cairan
dari jaringan ekstraseluler, sehingga mengakibatkan peningkatan ekskresi natrium
dalam urin (natriuresis) dan menurunkan tekanan darah (Megia, Rita, & Tanjung
Seta, 2008) Menurut Wade (2016), Pisang ambon juga kaya akan mineral seperti
kalium, magnesium, besi, fosfor dan kalsium, vitamin A, B6 dan C serta
mengandung serotonin yang aktif sebagai enurotransmitter untuk kecerdasan otak
(Suyanti dan Supriyadi, 2008)
kue donat adalah jenis makanan yang dibuat dari tepung terigu yang
diragikan dengan ragi roti dan digoreng ,didalam adonan ditambahkan gula,
garam,margarine.pada prinsipnya pembuatan kue donat sama dengan pembuatan
roti manis, hanya berbeda pada teknik akhir pemasakan.roti manis dimatangkan
dengan cara dipanggang dengan menggunakan oven, dengan donat digoreng
dengan menggunkan minyak .komponen utama pembuatan donat adalah tepung
(BPOM,2003). keuntungan dari donat ini Produk mudah dipasarkan, Cita rasa
produk yang khas, harga termasuk murah, Bentuk panganan yang menarik dan
berbeda beda sehingga peneliti tertarik pada pembuatan donat pisang sebagai
alternative snack untuk hipertensi, Saat ini donat merupakan salah satu kue
populer favorit masyarakat dunia. Bahkan di Amerika sendiri, saat ini lebih dari
10 juta donat diproduksi setiap tahun (Zuhrina, 2011).
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah Pengaruh Penambahan Pisang Ambon (Musa Paradisiaca
L). pada Mutu Organoleptik Dan Kandungan Kalium Pada Donat Sebagai
Alternative Snack Penderita Hipertensi ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan umum :
untuk menganalisa pengaruh penambahan buah pisang ambon pada uji
organoleptik,dan kadar Kalium pada pembuatan donat untuk pencegahan
hepertensi.
Tujuan kusus:
1. Diketahuinya pengaruh penambahan pisang ambon (Musa Paradisiaca L)
terhadap Warna pada donat .
2. Diketahuinya pengaruh penambahan pisang ambon (Musa Paradisiaca L)
terhadap Aroma pada donat .
3. Diketahuinya pengaruh penambahan pisang ambon (Musa Paradisiaca L)
terhadap Rasa pada donat .
4. Diketahuinya pengaruh penambahan pisang ambon (Musa Paradisiaca L)
terhadap Tekstur pada donat .
5. Diketahuinya pengaruh penambahan pisang ambon (Musa Paradisiaca L)
terhadap Kadar Kalium donat .
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan keterampilan serta dapat
memberikan informasi dibidang ilmu teknologi pangan sehingga mampu
memanfaatkan pisang ambon (Musa Paradisiaca L) sebagai produk olahan yang
bernilai ekonomis tinggi.
2. Bagi intitusi
Diharapkan dapat menambah informasi tentang penambahan pisang ambon
(Musa Paradisiaca L) untuk donat, sehingga dapat menjadi bahan bacaan yang
menarik dan bermanfaat , serta dapat diajadikan acuan bagi peneliti selanjutnya.
3. Bagi Masyarakat
Diharapkan dapat memberikan informasi dan wawasan bahwa pisang
ambon(Musa Paradisiaca L) juga bisa jadi penambahan warna, tekstur, aroma,
rasa, pada donat dan dijadikan sebagai makanan yang bergizi yang aman
dikosumsi dan dapat dijadikan usaha yang memiliki nilai ekonomis tinggi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hipertensi
2.1.1 Definisi Hipertensi
Hipertensi di definisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik lebih
dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat
(Depkes, 2006). Pada kondisi hipertensi, pembuluh darah kehilangan elastisitas
sehingga menyebabkan tekanan darah pada pembuluh nadi atau arteri melebihi
normal (Vikrant, 2001).
Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa
cara :
1. Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan dari
pada setiap detiknya.
2. Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka
tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri
tersebut. Karena itu, darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui
pembuluh yang sempit dari pada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan.
Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan
kaku karena arterioklerosi. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat
pada saat terjadi “vasokontriksi”, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara
waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.
3. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan
darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu
membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh
meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat (Handayany, 2013).
Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal < 120 <80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi derajat 1 140-159 90-99
Hipertensi derajat 2 ≥160 ≥100
Sumber JNC7, 2003
2.1.2 Etiologi Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Hipertensi primer (Esensial )
Hipertensi primer/esensial merupakan hipertensi tanpa kelainan dasar
patologi yang jelas. Lebih dari 90% kasus merupakan hipertensi
esensial.alkohol, kebiasaan merokok, tingginya asupan garam, kurang
olahraga, stress, dan lain-lain (Ganong, 1998).
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder bernilai kurang dari 10% kasus hipertensi. Pada
umumnya kasus ini disebabkan oleh ginjal kronik atau renovaskular (Dipiro
et al., 2005). Obat-obat tertentu, baik secara langsung ataupun tidak, dapat
menyebabkan hipertensi atau memperberat hipertensi dengan menaikkan
tekanan darah seperti penggunaan kartikosteroid, estrogen, NSAID, dan
lain-lain (Depkes, 2006).
2.1.3 Tanda dan Gejala
Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan
darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti
pendarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada
kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus) (Katzung, 2013).Individu
yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala sampai bertahun-
tahun. Bila ada gejala menunjukkan adanya kerusakan vaskuler, dengan
manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh
darah bersangkutan. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai
nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan azetoma (peningkatan
nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin) (Katzung, 2013).
Berikut ini adalah beberapa gejala umum yang biasanya dirasakan oleh
penderita hipertensi (Bayu, 2013) :
a.Tengkuk terasa pegal dan tidak nyaman
b.Detak jantung terasa cepat dan berdebar-debar
c.Telinga berdengung
d.Kerusakan jantung dan ginjal
e.Vertigo
f.Penglihatan kabur
g.Nyeri di kepala
h.Tubuh mudah lelah dan lesu
i.Sulit tidur
j.Rasa sakit di pinggang
k.Mudah marah.
2.1.4 Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor, pada medula otak. Dari pusat vasomotor ini bermula
pada saraf simpatis yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari
kolumna medula spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan
pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah
melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini neuron praganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah (Elizabeth, 2009).
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal mengeksresi
kortisol dan steroid lainnya yang dapat memperkuat respon vasokontriktor
pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke
ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan
angiostensin I yang kemudian diubah menjadi angiostensin II, suatu
vasokontriktor kuat yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus
ginjal menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut
cenderung mencetus keadaan hipertensi (Elizabeth, 2009).
Salah satu etiologi hipertensi adalah ketidak seimbangan antara Reactive
Oxigen Species (ROS) dengan nitrogen monoksida (NO) pada pembuluh darah.
Produksi ROS yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya disfungsi endotel
(Sainani et al. 2004). dan hal ini ditemukan pada beberapa kondisi patologis
seperti aterosklerosis, diabetes, kerusakan ginjal, dan hipertensi Peningkatan
kadar ROS berkontribusi dalam terjadinya hipertensi. Hal ini diperkuat dengan
tingginya kadar ROS pada beberapa model hipertensi pada hewan percobaan,
yakninya pada model hipertensi Angiotensin II, L-NAME (Attia et al. 2001).
Hipertensi esensial dikaitkan dengan peningkatan produksi oksigen radikal
bebas, bersama-sama dengan penurunan tingkat antioksidan (Sargowo, 2015).
Vasodilatasi pembuluh darah dan terbentuknya superoksida radikal oleh endotel.
Hal ini disebabkan karena berkurangnya aktivitas NO . Radikal bebas adalah atom
atau molekul yang mempunyai satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan
pada orbital luarnya, contohnya seperti superoksida (O2+) dan hidrosil (OH-).
Radikal bebas ini bersifat tidak stabil sehingga untuk menjadi stabil cenderung
untuk mengambil elektron dari molekul lain, dan hal ini akan menimbulkan
radikal bebas baru terhadap molekul yang elektronnya diambil (Gitawati, 1995).
Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi yang
disebabkan oleh radikal bebas. Antioksidan mempunyai struktur molekul yang
dapat memberikan elektronnya kepada molekul radikal bebas tanpa terganggu
kestabilan molekulnya (Francine, 1996).
2.1.5 Faktor Resiko
1. Kegemukan (obesitas)
Merupakan ciri khas penderita hipertensi. Walaupun belum diketahui secara
pasti hubungan hipertensi dengan kegemukan, namun terbukti bahwa daya pompa
jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih
tinggi dari pada dengan berat badan normal. Memang tidak semua penderita
hipertensi berbadan gemuk, orang kurus pun tidak menutup kemungkinan
terserang hipertensi. Kenyataannya obesitas peluang terkena hipertensi lebih
besar.
2. Stres
Diduga melalui aktivitas saraf simpatis (saraf yang bekerja pada saat
beraktivitas). Peningkatan aktivitas saraf simpatis mengakibatkan meningkatnya
tekanan darah secara tidak menentu.
3. Faktor Keturunan (Genetik)
Seseorang yang memiliki riwayat keturunan penderita hipetensi memiliki
peluang lebih besar terkena hipertensi daripada orang yang tidak memiliki riwayat
keturunan. Gen yang dibawa dari riwayat keturunan sedarah sangat besar
pengaruhnya terhadap penyakit ini, meskipun penyakit hipertensi tidak identik
penyakit keturunaan.
4. Jenis Kelamin
Berdasarkan dari record hasil penelitian ternyata pria berpeluang menderita
hipertensi lebih besar dari pada wanita. Kaitannya dengan masalah gender ini
lebih dipengaruhi oleh kondisi psikologis.
5. Usia
Sering disebut bahwa hipertensi salah satu penyakit degeneratif yaitu
penyakit karna usia. Semakin bertambahnya usia akan semakin menurun
produktivitas organ tubuh seseorang.
6. Asupan Garam
Konsumsi garam (NaCl) yang berlebih dapat menahan air (retensi) sehingga
meningkatkan jumlah volume darah, akibatnya jantung harus bekerja keras dan
tekanan darah menjadi naik. Natrium merupakan salah satu kation utama dalam
cairan ekstraseluler tubuh yang mempunyai fungsi mengatur ke-seimbangan
cairan dan asam basa tubuh serta berperan dalam transmisi saraf dan kontraksi
otot. Asupan yang berlebih dapat menyebabkan gangguan keseimbangan tubuh,
sehingga dapat menyebabkan hipertensi. Kelebihan garam dapat merangsang
pembentukan renin yang akhirnya menimbulkan vasokontriksi dengan
meningkatkan volume darah. Vasokontriksi dan peningkatan volume darah akan
memicu terjadinya hipertensi
7. Makanan dan Gaya Hidup
Tekanan darah tinggi erat kaitannya dengan gaya hidup dan makanan.
Sebagian faktor gaya hidup yang menyebabkan hipertensi, antara lain konsumsi
kopi berlebihan, minum alkohol, kurang olahraga, stress dan merokok (Sumanto,
2009).
2.1.6 Terapi Hipertensi
Tujuan pengobatan hipertensi adalah untuk menurunkan mortalitas dan
morbiditas kardiovaskular. Penurunan tekanan sistolik harus menjadi perhatian
utama, karena pada umunya tekanan diastolik akan terkontrol bersamaan dengan
terkontrolnya tekanan sistolik (Departemen Farmakologi dan Terapeutik, 2012).
a. Terapi Nonfarmakologis
Terapi nonfarmakologi merupakan pengobatan dengan beberapa modifikasi
pola hidup. Terapi ini berguna untuk menurunkan tekanan darah, mencegah
peningkatan tekanan darah yang lebih tinggi, dan secara keseluruhan bertujuan
untuk mengurangi resiko kardiovaskular (Ganiswara, 1995). Modifikasi pola
hidup dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut (Dipiro, 2015) :
1. Mengurangi asupan garam
2. Mengurangi kelebihan berat badan
3. Berhenti merokok
4. Mengurangi konsumsi alkohol
5. Istirahat yang cukup
6. Olahraga yang teratur
2.2 PISANG
2.2. 1 Klasifikasi Pisang Ambon
Gambar 2. Buah Pisang Ambon (Musa paradisiaca) (Winarno dan Aman,1981)
Klasifikasi tanaman pisang ambon yang diterima secara luas saat ini
adalah sebagai berikut (Satuhu dan Supriyadi, 2008):
Division : Magnoliophyta
Sub division : Spermatophyta
Klas : Liliopsida
Sub klas : Commelinidae
Ordo : Zingiberales
Famili : Musaceae
Genus : Musa
Species : Musa paradisiaca var. sapientum (L.) Kunt.
2.2.2 Pengertian Pisang
Pisang adalah nama umum yang diberikan pada tumbuhan terna raksasa
berdaun besar memanjang dari suku Musaceae. Pisang ambon merupakan buah
yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena mengandung senyawa yang
disebut asam lemak rantai pendek, yang memelihara lapisan sel jaringan dari usus
kecil dan meningkatkan kemampuan tubuh untuk meyerap nutrisi. Buah pisang
mengandung gizi cukup tinggi, kolesterol rendah serta vitamin B6 dan vitamin C
tinggi. Zat gizi terbesar pada buah pisang masak adalah kalium sebesar 373
miligram per 100 gram pisang, vitamin A 250-335 gram per 100 gram pisang dan
klor sebesar 125 miligram per 100 gram pisang. Pisang juga merupakan sumber
karbohidrat, vitaminn A dan C, serta mineral. Komponen karbohidrat terbesar
pada buah pisang adalah pati pada daging buahnya, dan akan diubah menjadi
sukrosa, glukosa dan fruktosa pada saat pisang matang (15-20 %) (Ismanto,
2015).
Pisang ambon adalah pisang yang paling banyak disukai karena memiliki
rasa yang lebih manis, tekstur yang lebih enak dan aroma yang lebih tajam jika
dibandingkan dengan pisang yang dapat dimakan secara langsung lainnya. Pisang
ambon telah banyak dikonsumsi oleh masyarakat tanpa memiliki efek samping,
selain itu pisang ambon memiliki kandungan kalium lebih tinggi dan natrium
lebih rendah dibandingkan dengan buah pisang lainnya, dalam 100 g pisang
ambon mengandung 435 mg kalium dan hanya 18 mg natrium, sedangkan berat
rata-rata satu buah pisang ambon ± 140 g, sehingga dalam satu buah pisang
ambon mengandung ± 600 mg kalium dengan demikian pisang ambon menjadi
alternatif dalam peningkatan asupan kalium khususnya pada lansia (Almatsier,
2004) .
Tabel 2.2
Tiap 100 gram saji pisang ambon (1 buah) mengandung
Zat yang terkandung Mg/g
air 73,8 g
zat besi 0,5 mg
vitamin C 9 mg
B1 0,05 mg
B2 0,08 mg
B6 0,1 mg
fosfor 28 mg
kalium 435 mg
Sumber (Wardani, 2014: Almatsier, 2004 )
2.2.3 Manfaat dan Kandungan Pisang
Penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi setelah diberikan
pisang ambon dikarenakan kandungan kalium yang terdapat pada pisang ambon
yang fungsinya menarik cairan dari bagian ektraseluler sehingga dapat
menurunkan tekanan darah yang dapat meringankan kerja jantung dalam
memompa darah. Selain itu penurunan tekanan darah disebabkan kepatuhan
responden saat mengkonsumsi pisang ambon yang disarankan peneliti dan
mengurangi pola hidup yang tidak sehat seperti sering mengkonsumsi garam,
merokok serta stress, Pisang sejak lama telah dikenal sebagai buah lezat dan
berkhasiat bagi kesehatan. Buah pisang mengandung kalium (potasium) yang
bermanfaat untuk penyeimbangan pH atau derajat keasaman didalam lambung
(Lalage, 2013). Selain itu, kalium bermanfaat untuk pengendalian tekanan darah,
memengaruhi irama jantung, terapi darah tinggi, membersihkan karbondioksida
didalam darah, berperan dalam kepekatan saraf dan otot, serta memicu kerja otot
dan simpul saraf (Astrawan, 2008). Kalium yang tinggi juga akan memperlancar
pengiriman oksigen ke otak dan membantu keseimbangan cairan di dalam tubuh
(Kowalski, 2010).
2.3 Donat
2.3.1 Sejarah donat
Pada tahun 1968, stan American Donut di Djakarta Fair (sekarang
disebut Pekan Raya Jakarta) merupakan perintis donat yang digoreng dengan
mesin otomatis. Sejak itu, American Donut memiliki tradisi tahunan membuka
stan di Pekan Raya Jakarta hingga sekarang.Pada tahun 1985, Dunkin‟Donuts
membuka gerai pertama di Jalan Hayam Wuruk,Jakarta Pusat yang terus
berkembang menjadi lebih dari 200 gerai di berbagai kota di Indonesia. Yang
kemudian diikuti dengan donat-donat waralaba asing lainnya seperti Master
Ring, Master Donut, dan Mister Donut .
2.3.2 Deskripsi Donat
(Donut dalam bahasa Inggris) adalah sejenis cake mini dengan
bentuk yang khas, yaitu berlubang di tengah seperti cincin, dan berbentuk
bulat jika diisi sesuatu. Donat memiliki sejarah yang cukup panjang sejak
kemunculannya pertama kali hingga mencapai penampilannya saat ini. Para
arkelog Amerika menemukan beberapa peninggalan yang menggambarkan
adanya jenis makanan berbentuk seperti donat pada zaman prasejarah. Namun
diduga keras bahwa donat berasal dari daerah di Belanda yaitu Manhatten, dan
disana donat dinamakan „olykoeks‟ atau kue yang digoreng. Saat ini donat
merupakan salah satu kue populer favorit masyarakat dunia. Bahkan di Amerika
sendiri, saat ini lebih dari 10 juta donat diproduksi setiap tahun (Zuhrina, 2011:12)
Donat yang dikreasikan oleh para ahli kuliner, harus selalu digoreng
dalam minyak banyak dengan panas tertentu agar warna donat kuning kecoklatan
dan matang merata. Sebenarnya donat sudah cukup lezat dengan hanya
taburan gula halus saja. Donat dengan aroma yang harum, saat disantap terasa
garing namun empuk dan tidak berminyak adalah donat yang akan selalu dicari
parapenggemarnya. Donat merupakan salah satu makanan selingan atau kudapan
yang cukup populer di Indonesia. Donat (doughnuts atau donut) adalah jenis roti
yang proses memasaknya dengan cara digoreng dan memiliki bentuk khas dengan
lubang di tengah seperti cincin atau berbentuk bola jika diisi sesuatu (Subagjo,
2007). Menurut Fitria tahun 2012 metode terbaik yang digunakan dalam
pembuatan donat adalah straigh dough, karena mempunyai keuntungan toleransi
waktu pengadukan, waktu fermentasi lebih cepat, dan pemakaian alat sedikit.
Bahan dasar pembuatan donat adalah tepung terigu. Kandungan gizi tepung terigu
antara lain protein 7.5%-15%, kadar abu 0.30%-1%, lemak 1%-1.5%, dan
karbohidrat dalam bentuk pati 68%-76% (Samuel dalam Syarbini, 2013:23)
2.3.3 Tinjauan Tentang Bahan Penyusun Donat
a.Tepung Terigu
Terigu menurut kekerasannya dikenal pula sebagai gandum jeniskeras dan
gandum jenis lunak. Tipe gandum sangat berpengaruh terhadapkarakteristik
tepung yang dihasilkan. Tepung gandum jenis lunakmenghasilkan adonan
yang cenderung lebih sedikit air, lebih lunak dankurang elastis.Gandum jenis
keras umumnya mempunyai kandungan protein yang tinggi cenderung
mengabsorbsi sejumlah besar air dan lebih elastis. Dalam pembuatan kue
jenis tepung terigu biasanya digunakan tepung terigu yang mengandung kadar
protein sedang (sekitar8%-10%) (Rochimiwati, 2011)
Tabel 2.3 kandungan tepung terigu dalam 100 gram
Komposisi Zat Gizi Kandungan Gizi
Karbohidrat 75g
Protein 12g
Lemak 1g
Natrium 0%
Vitamin A 10%
Vitamin B1 30%
Vitamin B2 40%
Vitamin B3 10%
Vitamin D3 10%
Asam Folat 50 %
Zat Besi 20%
Seng 30%
sumber:Rochimiwati (2011)
b.Air
Air adalah bahan yang terpenting dalam proses pembuatan roti, karena
hanya dengan air dimungkinkannya terjadi suatu adonan roti. Hidrasi adalah
fungsi utama dari air dalam pembuatan roti, mengikat protein membentuk gluten
dan mengikat pati membentuk gel dengan adanya panas. Air juga
berfungsi sebagai pelarut dari bahan-bahan lainnya misalnya: garam, gula,
susu, dan lain sebagainya (Rochimiwati,2011)
c.Yeast (ragi)
Yeast atau ragi adalah sebangsa mikro organisme dari jenis
Saccharomyces Cerevisiae Yeast berfungsi untuk mengembangkan adonan
dengan menghasilkan gas CO dan memperlunak gluten dengan asam yang
dihasilkan dan juga memberi rasa dan aroma pada pati. Polyeast dalam
mengembangkan adonan adalah dengan melepaskan gas CO hasil
fermentasinya.Gas ini kemudian akan menguap dalam kondisipemanasan.
Yeast mempunyai suhu optimal fermentasi, yaitu 25-30°C (maksimum
35-47°C) dan dengan derajat keasaman 4-4.5. Diatas suhu tersebut aktivitas
yeast makin lama makin turun hingga akhirnya tidak adasama sekali (Matz, 1992).
d. Gula
Gula pasir atau sukrosa mengalami perubahan, mula-mula mencair dengan
adanya pemanasan suhu tinggi yang melebihi titik lebur sukrosa. Kemudian
membentuk caramel yang teksturnya liat dan cepat keras. Selain itu gula
pasir mempunyai sifat humektan yang dapat mengikat airsehingga dengan
banyaknya gula pasir yang ditambahkan kedalam campuran maka semakin
banyak pula air yang diikatnya, akibatnya kadar air produk menjadi
rendah yang berpengaruh pada tekstur produk sekaligus sebagai bahan
pengawet (Kisman,2000:65)Pada proses pembuatan “donat” gula yang dibutuhkan
berkisar 200gram atau 15% dari berat bahan(Zuhrina, 2011)
2.4 Kalium
2.4.1. Deskripsi
Kalium merupakan logam alkali yang sangat reaktif, mempunyai rumus
atom K+, berwarna putih perak dan merupakan logam yang lunak. Kalium
mempunyai nomor atom 19, titik didih 1033ºK, titik lebur 336,8 ºK, dan massa
jenis 0,86 gram/cm3. Kalium dapat teroksidasi di udara dan bereaksi dengan air
yang menghasilkan kalium hidroksida dan gas hydrogen. Reaktif dengan air
sehingga reaksinya dapat menimbulkan ledakan dan nyala api (Sunardi,2006).
2.4.2. Kalium Dalam Tubuh Manusia
Kalium penting dalam menghantarkan implus saraf serta pembebasan tenaga
dari protein, lemak, dan karbohidrat sewaktu metabolisme. Kalium bergerak di
dalam tubuh secara difusi, absorbsi, dan sekresi. Kalium memasuki tubuh dari
saluran usus dengan cara difusi melalui dinding kapiler dan absorbsi aktif. Kalium
masuk ke dalam sel-sel juga dengan cara difusi dan membutuhkan proses
metabolisme yang aktif. Kalium dibuang melalui urine dengan cara sekresi dan
penyaringan , dan sebagian kecil dibuang melalui feces. Kalium juga berperan
penting dalam penyampaian implus-implus saraf ke serat-serat otot dan juga
dalam kemampuan otot untuk berkontraksi (Nasution dan Darwin, 1998).Kalium
mudah sekali diserap tubuh, diperkirakan 90% dari yang dicerna akan diserap
dalam usus kecil (Winarno, 2004).
Difisiensi kalium dapat disebabkan bukan karena bahan makanan yang
kurang berkandungan kalium, melainkan disebabkan karena ekskresi yang
berlebihan melalui ginjal, karena muntah- muntah yang keseringan dan diare yang
berat. Akibat dari kekurangan kalium adalah hipokalemia dan otot menjadi lemah,
kalau tidak diatasi dapat menimbulkan kelumpuhan (Kartasapoetra, 2005).
Perkiraan kebutuhanminimum kalium dalam tubuh sekitar 200mg sehari
(Almatsier, 2009).
2.4.3. Fungsi Kalium dalam Tubuh
Fungsi kalium dalam tubuh menurut Kartasapoetra (2005) adalah sebagai
berikut :
a. Merupakan unsur anorganik yang penting di dalam cairan intraseluler.
b. Penting dalam transmisi implus-implus saraf.
c. Penting untuk kontraksi otot.
d. Penting untuk pertumbuhan.
2.4.4. Sumber Kalium
Kalium merupakan bagian esensial dari semua sel hidup,kalium banyak
terdapat di dalam semua makanan yang berasal tumbuh- tumbuhan dan hewan.
Sumber utama kalium adalah makanan mentah atau segar, terutama buah, sayuran,
dan kacang-kacangan (Almatsier, 2009). Selain itu, kalium juga dapat diperoleh
dari aditif makanan, misalnya K- alginat sebagai pengental dan pengemulsi, K
nitrat sebagai pengawetdaging, dan KCl sebagai pengganti garam dapur
(Muchtadi, 2009).
2.4.5 Penetapan Kadar Kalium
1. Gravimetri
Cara analisis kuantitatif berdasarkan berat tetap (berat konstan)-nya. Dalam
analisis ini, unsur atau senyawa yang dianalisis dipisahkan dari sejumlah bahan
yang dianalisis. Bagian terbesar analisis gravimetri menyangkut perubahan unsur
atau gugus dari senyawa yang dianalisis menjadi senyawa lain yang murni dan
mantap (stabil), sehingga dapat diketahui berat tetapnya. Berat unsur atau gugus
yang dianalisis selanjutnya dihitung dari rumus senyawa serta berat atom
penyusunnya (Gandjar dan Abdul, 2007).
2. Kompleksometri
Untuk menentukan kandungan garam-garam logam. Etilen diamin tetra
asetat (EDTA) merupakan titran yang sering digunakan. EDTA akan membentuk
kompleks 1:1 yang stabil dengan semua logam kecuali logam alkali seperti
natrium dan kalium. logam-logam alkali tanah seperti kalsium dan magnesium
membentuk kompleks yang tidak stabil dengan EDTA pada pH rendah, karenanya
titrasi logam-logam ini dengan EDTA dilakukan pada larutan buffer amonia pH
10 . Untuk deteksi titik akhir titrasi digunakan indikator zat warna. Indikator zat
warna ditambahkan pada larutan logam pada saat awal sebelum dilakukan titrasi
dan akan membentuk kompleks berwarna dengan sejumlah kecil logam (Gandjar
dan Abdul, 2007).
3. Spektrofotometri Serapan Atom
Spektroskopi serapan atom digunakan untuk analisis kuantitatif unsur-unsur
logam dalam jumlah sekelumit (trace) dan sangat kelumit (ultratrace). Cara ini
memberikan kadar total unsur logam dalam suatu sampel dan tidak tidak
tergantung pada bentuk molekul dari logam dalam sampel tersebut. Cara ini cocok
untuk analisis kelumit logam karena mempunyai kepekaan yang tinggi (batas
deteksi kurang dari 1 ppm ), pelaksanaannya relatif sederhana, dan interferensinya
sedikit. Spektrokopi serapan atom didasarkan pada penyerapan energi-energi sinar
oleh atom-atom netral, dan sinar yang diserap biasanya sinar tampak atau sinar
ultraviolet. Dalam garis besarnya prinsip spektroskopi serapan atom sama saja
dengan spektrofotometri sinar tampak dan ultraviolet. Perbedannya terletak pada
bentuk spektrum, cara pengerjaan sampel dan peralatannya (Gandjar Abdul,
2007). Prinsip metode SSA adalah absorpsi cahaya oleh atom, yang atom-atom
tersebut menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat
unsurnya
ICP-AES telah banyak digunakan sejak tahun 1970-an untuk analisis multi-
elemen secara simultan dan biologis sampel lingkungan setelah dilakukan
pemisahan.Sensitivitas sangat baik dan jangkauan kerja yang luas untuk banyak
jenis elemen yang digabungkan dengan rendahnya tingkat gangguan, membuat
sebuah metode ICP-AES hampir sangat ideal.Laser sampling, dalam hubungannya
dengan ICP adalah cara untuk menghindari prosedur pelarutan sampel padat
sebelum penentuan elemen. ICP-AES telah disetujui untuk penentuan
logam.Metode ini telah disetujui untuk sejumlah besar logam dan limbah. Semua
matriks, termasuk air tanah, sampel air, ekstrak EP, limbah industri, tanah,
lumpur, sedimen, dan limbah padat lainnya, memerlukanproses sebelum analisis.
Limit deteksi, sensitivitas, dan kisaran optimum logam akan bervariasi dengan
matriks dan model spektrometer.
Data yang disajikan dalam tabel berikut ini memberikan rentang konsentrasi
untuk sampel air bersih.Penggunaan metode ini dibatasi untuk spektroskopi yang
berpengetahuan di analisis spektral, kimia, dan gangguan fisik. ICP memberikan
hasil dengan ketelitian yang tinggi Dalam ICP eksitasi atom dan ion-ion
dikonsentrasikan.pada bagian tengah dan atas flame serta atom /ion yang sudah
tereksitasi didorong keatas dengan kecepatan kostan maka sampel yang belum
terbakar / tereksitasi akan bergerak keatas dengan kecepatan konstan pula
sehingga sampel dengan konsentrasi sangat kecil pun akan tereksitasi sempurna
akibatanya data yang diperolah pun punya ketelitian yang tinggi.
2.5 Uji organoleptik
Organoleptik yaitu penilaian dan mengamati tekstur, warna, bentuk, aroma,
rasa dari suatu makanan,minuman,maupun obat-obatan (Nasiru,2014:9).Pengujian
organoleptik merupakan cara menilai dengan panca indera,hal ini untuk
mengetahui perubahan maupun penyimpangan pada produk (Kartikadkk,1988).
Penilaian organoleptik digunakan untuk menilai mutu suatu makanan.Dalam
penilaian organoleptik memerlukan panel,baik perorangan maupun
kelompok,untuk menilai mutu maupun sifat benda dari kesan subjektif.Orang
yang menjadi anggota panel dinamakan panelis.Terdapat beberapa macam panel,
seperti;
(1) panelis pencicip perorangan,
(2) panelis pencicip terbatas,
(3) panelis terlatih,
(4) panelis tidak terlatih,
(5) panelis agak terlatih,
(6) panelis konsumen
(Soekarto,2012:42).
Jenis penilaian yang lain adalah penilaian instrumental atau pengukuran
objektif. Pengukuran objektif sangat ditentukan oleh kondisi objek suatu benda
yang akan diukur. Begitu pula penilaian dilakukan dengan memberi
rangsangan,maupun benda rangsang pada alat indra. Penilaian ini disebut
penilaian subjektif, penilaian organoleptik atau penilaian indrawi. Benda yang
diukur berdasarkan reaksi fisiologis kesadaran seseorang terhadap
rangsangan,maka disebut dengan penilaian sensorik.Rangsangan yang dirasakan
oleh pengindraan bisa bersifat mekanisseperti; tusukan dan tekanan atau bersifat
fisis seperti;panas, dingin, sinar, dan warna maupun sifat kimia seperti; aroma,
bau, dan rasa (Agusman,2013).
Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada proses
pengindraan. Pengindraan diartikan sebagai suatu proses fisio-psikologis, yaitu
kesadaran atau pengenalan alat indra akan sifat-sifat benda karena adanya
rangsangan yang diterima alat indra yang berasal dari benda tersebut.
Pengindraan dapat juga berarti reaksi mental (sensation) jika alat indra
mendapat rangsangan (stimulus). Reaksi atau kesan yang ditimbulkan karena
adanya rangsangan dapat berupa sikap untuk mendekati atau menjauhi,
menyukai atau tidak menyukai akan benda penyebab rangsangan. Kesadaran,
kesan dan sikap terhadap rangsangan adalah reaksi psikologis atau reaksi
subyektif.
Pengukuran terhadap nilai / tingkat kesan, kesadaran dan sikap disebut
pengukuran subyektif atau penilaian subyektif. Disebut penilaian subyektif
karena hasil penilaian atau pengukuran sangat ditentukan oleh pelaku atau yang
melakukan pengukuran. Jenis penilaian atau pengukuran yang lain adalah
pengukuran atau penilaian suatu dengan menggunakan alat ukur dan disebut
penilaian atau pengukuran instrumental atau pengukuran obyektif. Pengukuran
obyektif hasilnya sangat ditentukan oleh kondisi obyek atau sesuatu yang diukur.
Demikian pula karena pengukuran atau penilaian dilakukan dengan
memberikan rangsangan atau benda rangsang pada alat atau organ tubuh (indra),
maka pengukuran ini disebut juga pengukuran atau penilaian subyketif atau
penilaian organoleptik atau penilaian indrawi. Yang diukur atau dinilai
sebenarnya adalah reaksi psikologis (reaksi mental) berupa kesadaran seseorang
setelah diberi rangsangan, maka disebut juga penilaian sensorik. Rangsangan yang
dapat diindra dapat bersifat mekanis (tekanan, tusukan), bersifat fisis (dingin,
panas, sinar, warna), sifat kimia (bau, aroma, rasa). Pada waktu alat indra
menerima rangsangan, sebelum terjadi kesadaran prosesnya adalah fisiologis,
yaitu dimulai di reseptor dan diteruskan pada susunan syaraf sensori atau syaraf
penerimaan.
Mekanisme pengindraan secara singkat adalah :
1. Penerimaan rangsangan (stimulus) oleh sel-sel peka khusus pada
indra
2. Terjadi reaksi dalam sel-sel peka membentuk energi kimia. Modul
Penanganan Mutu Fisis (Organoleptik).
3. Perubahan energi kimia menjadi energi listrik (impulse) pada sel
syaraf.
4. Penghantaran energi listrik (impulse) melalui urat syaraf menuju ke
syaraf pusat otak atau sumsum belakang.
5. Terjadi interpretasi psikologis dalam syaraf pusat.
6. Hasilnya berupa kesadaran atau kesan psikologis.
Aroma :
Aroma dari sebuah bahan makanan merupakan suatu hal yang terpenting
yang dapat menentukan kualitas dari bahan makanan tersebut, jika suatu bahan
makanan memiliki aroma yang kurang begitu baik maka akan mengakibatkan
kurang disukai oleh panelis. Aroma dari suatu bahan makanan atau minuman
biasanya menentukan kelezatan dari makanan atau minuman tersebut, pada
umumnya makanan atau minuman yang dapat diterima oleh hidung dan otak lebih
merupakan berbagai ramuan atau campuran empat macam bau utama yaitu,
harum, asam, tengik, dan hangus (Winarno, 2004).
Tekstur:
Tekstur merupakan penginderaan yang berhubungan dengan sentuhan.
Menurut DeMan (1989) Penilaian tekstur bertujuan untuk mengetahui tingkat
penerimaan panelis terhadap elstisitas atau kekerasan suatu produk pangan dengan
menggunakan indera peraba.
Rasa:
Rasa merupakan salah satu faktor yang menentukan keputusan konsumen
untuk menerima atau menolak suatu produk pangan. Rasa dimulai melalui
tanggapan rangsangan indera pencicip hingga akhirnya terjadi keseluruhan
interaksi antara aroma, rasa dan tekstur sebagai keseluruhan rasa makanan. Pada
uji mutu hedonik terhadap rasa dapat diketahui bahwa tingkat kemanisan terhadap
masing –masing produk tidaklah berbeda.
Warna:
Warna merupakan kesan pertama yang didapatkan oleh konsumen dari suatu
produk pangan. Warna memiliki peranan penting dalam menentukan79
penerimaan konsumen terhadap produk.
2.6. Penelitian Terkait
NO TAHUN PENELITI JUDUL HASIL
1 2019 Indra Yulianti,
Veryudha Eka
Prameswari, Tria
Wahyuningrum
Pengaruh Pemberian Pisang
Ambon Terhadap Tekanan
Darah Pada Lansia Penderita
Hipertensi
Dari penelitian ini bahwa
responden sebelum
diberikan pisang ambon
tidak ada yang mempunyai
tekanan darah normal ,
dipenelitian ini responden
dengan makan pisang
ambon sebelum makan
malam selama 7 hari tanpa
jeda dan harus dihabiskan
maka akan lebih
mempengaruhi penurunan
tekanan darah , dari
penelitian didaptkan hasil
menunjukan bahwa terdapat
perbedaan jumlah tekanan
darah pada penderita
hipertensi sebelum
dilakukan intervensi 31
setelah diberikan pisang
anbon 11 responden
mempunyai tekanan darah
normal, pada hipertensi
sedang sebanyak 23
responden setelah
pemberian pisang ambon
terdapat 4 penderita
hipertensi sedang ,uji yng
dilakukan adalah wiloxcon
nilai p(0,000)<(0,05) maka
kesimpulanya pisang
ambon dapat menurunkan
tekanan darah pada lansia.
2 2016 Eny Sutria, Aulia
Insani
Pengaruh Komsumsi Pisang
Ambon Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Pra Lansia
Hipertensi
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa semua
responden pada kelompok
perlakuan mengalami
penurunan tekanan darah
selama diberikan intervensi
konsumsi pisang ambon
selama lima hari berturut
turut .dibagi dua kelompok
control dan kelompok
intervensi selama lima hari
dilakukan uji Mann-
Whitney test data sebelum
dan sesudah diberikan
pisang ambon hasilnya p
value 0,000 menunjukan
ada pengaruh yang
signifikan pada pra lansia
hipertensi yang dilakukan
oleh Eny surtria dan Aulia
insani.
3 2017 Ellyzabeth
Sukmawati
Efektifitas Komsumsi Buah
Pisang Ambon Untuk
Menurunkan Hipertensi Pada
Ibu Usia Reproduksi Sehat
Berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan terhadap ibu
usia reproduksi sehat sebelum
kosumsi pisang, ambon
mayoritas memiliki tekanan
darah 150 mmhg sebanyak 12
orang (40,0%).setelah di
Kecamatan Kesugihan
Kabupaten Cilacap diperoleh
hasil bahwa sebagian besar ibu
usia reproduksi tekanan
darahnya 140 mmHg
sebanyak 10 orang (33.3%), 9
orang (30.0%) pada 130
mmHg, 4 orang (13.3%) pada
120 mmHg dan 140 mmHg, 2
orang (6.7%) pada 110
mmHg, dan 1 orang (3.3%)
pada 145 mmHg. Penelitian
ini membuktikan ada
penurunan tekanan darah
setelah mengkonsumi buah
pisang ambon, meskipun
masih dikategorikan pada
hipertensi.
4 2013 Lizel Rachel
Tangkilisan
Sonny Kalangi
Gresty Masi
Pengaruh Terapi Diet Pisang
Ambon (Musa Paradisiaca
Var. Sapientum L.) Terhadap
Penurunan Tekanan Darah
Pada Klien Hepertensi Di
Kota blitung
Hasil menunjukkan terjadi
penurunan tekanan darah
setelah responden diberikan
terapi diet pisang ambon
sebanyak tiga buah sehari
selama satu minggu. Masing-
masing penurunan rerata
tekanan darah sistolik
maupun diastolik ialah
sebesar 9,545 mmHg dan
9,091 mmHg.
Dapat disimpulkan bahwa
terapi diet pisang ambon
seacara
bermaknamenurunkan
tekanan darah sistolik dan
diastolic pada klien
hipertensi di kota bandung
BAB III
Hipotesa
Ada pengaruh penambahan pisang ambon (Musa paradisiaca L.)
terhadap mutu organoleptik, kadar kalium donat sebagai alternative snack
penderita Hipertensi.
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental dengan perlakuan
penambahan pisang ambon ( Musa Paradisiaca L.) yang akan diolah dalam
bentuk produk donat dengan masing masing perlakuan berbeda .kemudian
dilihat pengaruhnya terhadap sifat organoleptik ( rasa, aroma, warna, dan tekstur ),
serta uji kadar kalium.
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai pada bulan Desember 2018 sampai bulan Juli 2019 .
Pembuatan produk dan uji organoleptik dilakukan dikampus Stikes Perintis
Padang. Uji kadar Kalium dilakukan di Laboratorium Universitas Andalas
Padang.
4.3 Alat dan Bahan
4.3.1 Alat
a. Alat pembuatan donat
alat yang digunakan untuk membuat sampel yaitu, pisau, wadah, parut keju,
spatula, piring, sendok, timbangan, kuali, kompor gas dan baskom.
b. alat untuk uji organoleptik
alat yang digunakan untuk uji organoleptik adalah label ,piring ceper, alat tulis,
formulir uji organoleptik.
c. alat uji kalium
Neraca analitik tiga desimal,tabung Digestion dan blok digestion,pengocok
tabung, dispenser,tabung reaksi,ICP- AES.
4.3.2 Bahan
a. Bahan Membuat Donat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah, tepung terigu, ragi
instant, mentega, minyak goreng,fermifan, pisang ambon, baking powder, ragi,
garam,dought improver dan gula putih bubuk.
Tabel 4.1 Formulasi dalam pembentukan donat
No Komposisi bahan P 1 P 2 P3
1 Terigu 75 g 65 g 50g
2 Pisang ambon 25 g 35 g 50g
3 Gula halus 25 g 25 g 25 g
4 Fermifan 2,8g 2,8 g 2,8 g
5 Margarin 10 g 10 g 10 g
6 Telur 10 g 10 g 10 g
7 Baking powder 0,5 g 0,5 g 0,5 g
8 ragi 3 g 3 g 3 g
9 Garam 2 g 2 g 2 g
10 Dough improver 2 g 2 g 2 g
jumlah 155,3 g 155,3 g 155,3 g
b. bahan uji kalium
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel buah
pisang ambon, HNO3 Pekat 65% p.a, HCIO4 Pekat (60%) p.a, Standar La 0,25%
dan deret standar campur (0-250 ppm).
4.4 Rancangan Penelitian
Jenis rancangan pada penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL)
karena dengan 3 (tiga) kali perlakuan ,2 x pengulangan
4.4.1 Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan bertujuan untuk mendapatkan cara pembuatan
Donat. Mengetahui kiisaran perbandingan jumlah tepung terigu dengan
penambahan buah pisang ambon. Hasil yang didapat dari penelitian pendahuluan
yang dilakukan terhadap 4 orang panelis pada donat x (90 g tepung terigu dan 10
g tepung pisang ambon) menghasilkan warna coklat, aroma harum ,seperti donat
tapi tekstur pada donat x ini terasa agak keras dan rasa pisang yang kurang pada
donat pisang ambon ini untuk hasil lebih jelasnya dilakukan 3 kali perlakuan .
4.4.2 Penelitian Lanjutan
Hasil penelitian pendahuluan dilakukan penelitian lanjutan yang diawali
dengan pembuatan Donat yang berbahandasar tepung terigu dengan penambahan
pisang ambon. Donat dengan formula yang banyak disukai dilakukan uji
organoleptic meliputi meliputi warna, aroma, rasa, dan tekstur, serta kandungan
kadar kalium.
4.5 Prosedur Penelitian
4.5.1 Prosedur Pengujian Tingkat Kesukaan
Tingkat kesukaan diuji menggunakan panelis agak terlatih yang terdiri dari
25 orang mahasiswa. Penilaian secara organoleptik ini dilakukan dengan skor agar
dapat dianalisis dengan statistik. Kisaran nilai yang diberikan adalah 1 –3.
Dari masing -masing perlakuan disiapkan 15 –20 g/sampel. Selanjutnya
panelis menuliskan penilaiannya terhadap produk beserta dengan komentarnya.
4.5.2 Prosedur Uji Kadar Kalium
1. Ditimbang ± 2gr sampel.
2. Setelah itu ditambahkan 5 ml asam nitrat p.a dan 0,5 ml asam peklorat p.a,
didiamkan semalam.Ditimbang 0,5 g contoh donat pisang ambon halus <0,5
mm dalam tabung ditambahkan 5 ml asam nitrat p.a dan 0,5 ml asam peklorat
p.a didiamkan semalam .
3. Esoknya dipanaskan pada suhu 100 0C selama satu jam 30 menit kemudian
suhu ditingkatkan menjadi 130 0C selama 1 jam ,suhu ditingkatkan lagi
menjadi 150 0C selama 2 jam 30 menit (sampai uap kuning habis,sehinnga
terbentuk uap putih )
4. Didestruksi selesai dengan terbentuknya endapan putih atau sisa larutan jernih
sekitar 0,5 ml.ekstrak didinginkan kemudian diencerkan dengan air bebas
menjadi 25 ml, lalu dikocok hingga homogen biarkan semalaman.
5. Dipipet 1 ml ekstrak dan deret standar masing masing kedalam tabung kimia
dan ditambahkan 9 ml larutan La 0,25% kocok dengan menggunakan
pengocok tabung sampai homogen. K dalam ekstrak diukur dengan ICP-AES
dengan deret standar sebagai pembanding.
6. Perhitungan
Kadar logam = ppm kurva x ml ekstrak /1000ml x 100/mg
Contoh x fp x fk
= ppm kurva x 50/1000 x 100/500 x10 x fk
= ppm kurva x0,1 x fk
4.5.3 Prosedur Pembuatan Donat
Pembuatan adonan donat, pisang yang telah dihaluskan 25 g ditambahkan
tepung terigu sebanyak 75g, ditambahkan 10 butir kuning telur, 10g mentega, 25g
gula halus, dan 2 g garam dough improver, kemudian diaduk hingga kalis.
Kemudian ragi (3 g) dan baking powder 0,5 g dimasukkan kedalam Adonan
Donat pisang difermentasi selama lebih kurang 60 menit. Pencetakan donat dan
dibiarkan mengembang sekitar 10 menit, kemudian dilakukan penggorengan,
pengemasan dengan menggunakan wadah tertutup.
Skema Pembuatan Donat
4.6 Pengolahan dan Analisa Data
Parameter yang dinilai pada uji organoleptik ,tingkat kesukaan ranking ini
berupa rasa, aroma, tekstur, dan warna, .donat yang diberi penambahan buah
pisang ambon. Ketiga sampel disajikan secara di dalam wadah yang ditutup
dengan menggunakan plastic dan diberikan pada panelis. Selain itu, disediakan
pula air mineral untuk menetralkan indra pengecap panelis. Data hasil uji
kesukaan ranking diolah secara statistik non parametric berupa Uji Friedman
menggunakan SPSS 16.0
Bahan Dasar Donat
Pembersihan Pisang
dan Penimbangan
Pisang Yang
Dihancurkan Pencampuran
Pengadukan
Fermentasi
Pencetakan
Penggorengan
Donat pisang ambon
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Uji Organoleptik
Uji organoleptik adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui warna, aroma,
tekstur,dan rasa dari penambahan buah pisang ambon (Musa Paradisiaca L) pada
donat .untuk mendapat hasil uji organoleptik diperlukan panelis pada penelitian
ini, penelitian ini sebanyak 25 orang dari mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Perintis Padang.
5.1.1 Warna (Kesukaan)
Hasil uji hedonik terhadap warna pada penambahan buah pisang ambon
dengan tiga perlakuan di dapat hasil rata-rata uji hedonik terhadap warna donat
hasil dapat dilihat pada gambar 5.1 dibawah ini.
Gambar 5.1 Nilai Rata-rata Daya Terima Panelis Terhadap Warna Donat
Dengan Penambahan Buah Pisang Ambon.
110TEPUNG TERIGU:PISANG
AMBON(25 g : 75 g)
111TEPUNG TERIGU:PISANG
AMBON(35 g : 65 g)
112TEPUNG TERIGU:PISANG
AMBON(50 g : 50 g)
warna 3,28 3,38 3,16
3,05
3,1
3,15
3,2
3,25
3,3
3,35
3,4
Warna
Nilai rata rata kesukaan terhadap warna donat dengan penambahan buah
pisang ambon yang diberikan panelis berkisar 3,16 sampai 3.38, Pada donat
pisang dimana skor 5 adalah skor yang paling tingkat kesukaan nya lebih tinggi
.warna yang paling disukai adalah perlakuan 111 dengan perbandingan ( pisang
35gr dengan tepung terigu 65gr ) dengan nilai rata rata 3,38 %.
Berdasarkan hasil test normalitas data didapatkan nilai signifikan
sebesar(0,00)<(0,05) maka data tersebut tidak normal, selanjutnya data diuji
menggunakan friedman dengan taraf nyata 5% dan di dapatkan nilai sebasar
(0,727)<(0,05) maka dapat dismpulkan bahwa tidak ada perbedaan nyata antara
perlakuan daya terima panelis terhadap warna pada nilai donat dengan
penambahan buah pisang ambon.
5.1.2 Aroma (Kesukaan )
Hasil uji hedonik terhadap aroma pada penambahan buah pisang ambon
dengan tiga perlakuan di dapat hasil rata-rata uji hedonik terhadap aroma donat
hasil dapat dilihat pada gambar 5.2 dibawah ini.
110TEPUNG
TERIGU:PISANGAMBON (25 g : 75 g)
111TEPUNG
TERIGU:PISANGAMBON (35 g : 65 g)
112TEPUNG
TERIGU:PISANGAMBON (50 g : 50 g)
Nilai Rata-Rata 3,92 4 3,48
3,23,33,43,53,63,73,83,9
44,1
Aroma
Gambar 5.2 Nilai Rata-rata Daya Terima Panelis Terhadap Aroma Donat
Dengan Penambahan Buah Pisang Ambon.
Nilai rata rata berdasarkan gambar 5.2 kesukaan terhadap aroma donat
pisang ambon berkisar 3,48 sampai 4 aroma yang paling disukai adalah aroma
perlakuan 111 (35 pisang ambon dan 65 tepung terigu ) dengan nilai rata –rata 4
%.
Berdasarkan hasil test normalitas data didapatkan nilai signifikan
sebesar(0,00)<(0,05) maka data tersebut tidak normal, selanjutnya data diuji
menggunakan uji friedman dengan taraf nyata 5% dan di dapatkan nilai sebasar
(0,133)<(0,05) maka dapat dismpulkan bahwa tidak ada perbedaan nyata antara
perlakuan daya terima panelis terhadap aroma pada nilai donat dengan
penambahan buah pisang ambon.
5.1.3 Tekstur( kesukaan )
Hasil uji hedonik terhadap tekstur pada penambahan buah pisang ambon
dengan tiga perlakuan di dapat hasil rata-rata uji hedonik terhadap tekstur donat
hasil dapat dilihat pada gambar 5.3 dibawah ini.
Gambar 5.3 Nilai Rata-rata Daya Terima Panelis Terhadap Tekstur Donat
Dengan Penambahan Buah Pisang Ambon.
Dapat dilihat uji hedonik dari panelis nilai rata–rata berdasarkan gambar 5.3
kesukaan panelis terhadap tekstur donat dengan penambahan buah pisang ambon
3,52 sampai 3,8 tekstur yang paling disukai panelis adalah perlakuan 111 (35 gr
pisang ambon dan 65 gr tepung terigu ) dengan nilai rata rata 3,8 %.
Pada uji test normalitas data didapatkan nilai signifikan
sebesar(0,00)<(0,05) maka data tersebut tidak normal, selanjutnya data diuji
menggunakan uji friedman dengan taraf nyata 5% dan di dapatkan nilai sebasar
(0,436)<(0,05) maka dapat dismpulkan bahwa tidak ada perbedaan nyata antara
110TEPUNG TERIGU:PISANG
AMBON (25 g : 75 g)
111TEPUNG TERIGU:PISANG
AMBON (35 g : 65 g)
112TEPUNG TERIGU:PISANG
AMBON(50 g : 50 g)
Nilai Rata-Rata 3,52 3,8 3,64
3,35
3,4
3,45
3,5
3,55
3,6
3,65
3,7
3,75
3,8
3,85
Tekstur
perlakuan daya terima panelis terhadap tekstur pada nilai donat dengan
penambahan buah pisang ambon.
5.1.4 Rasa (Kesukaan)
Hasil uji hedonik terhadap rasa pada penambahan buah pisang ambon
dengan tiga perlakuan di dapat hasil rata-rata uji hedonik terhadap rasa donat hasil
dapat dilihat pada gambar 5.4 dibawah ini.
Gambar 5.4 Nilai Rata-rata Panelis Terhadap Rasa Penambahan Pisang
Ambon Terhadap Donat
Nilai rata –rata berdasarkan gambar 5.4 dari kesukaan rasa dari 20 orang
panelis terhadap rasa donat yang ditambahkan pisang ambon 3,28 sampai 3,52 rasa
yang paling disukai panelis adalah perlakuan 111 (35gr pisang ambon dengan
tepung terigu 65 gr) dengan nilai rata rata 3,52 %.
Pada uji test normalitas data didapatkan nilai signifikan
sebesar(0,00)<(0,05) maka data tersebut tidak normal, selanjutnya data diuji
110TEPUNG
TERIGU:PISANG AMBON(25 g : 75 g)
111TEPUNG
TERIGU:PISANGAMBON(35 g : 65 g)
112TEPUNG TERIGU :
PISANG AMBON (50 g :50 g)
Nilai Rata-Rata 3,28 3,52 3,36
3,15
3,2
3,25
3,3
3,35
3,4
3,45
3,5
3,55
Rasa
menggunakan uji friedman dengan taraf nyata 5% dan di dapatkan nilai sebasar
(0,623)<(0,05) maka dapat dismpulkan bahwa tidak ada perbedaan nyata antara
perlakuan daya terima panelis terhadap rasa pada nilai donat dengan penambahan
pisang ambon.
5.1.5 Penilaian Organoleptik Donat Dengan Penambahan Pisang Ambon
(kesukaan)
Pengaruh uji hedonik pada penambahan buah pisang ambon terhadap donat
terdapat pada tabel dibawah .
Gambar 5.5 Rata –rata Uji Kesukaan Panelis Terhadap Donat Penambahan
Buah Pisang Ambon
berdasarkan Gambar 5.5 diatas dapat dilihat bahwa perlakuan 111 memiliki
rata rata kesukaan tertinggi . Dimana perlakuan 111 (35 g pisang Ambon :65 g
tepung Terigu ) memiliki tingkat kesukaan dari segi warna, rasa, aroma dan tekstur.
Warnanilai rata rata
AromaNilai Rata-Rata
TeksturNilai Rata-Rata
RasaNilai Rata-Rata
110 (tepung terigu :pisangAmbon (75 g: 25g)
3,28 3,92 3,52 3,28
111 (tepung terigu :pisangAmbon(65 g :35 g)
3,38 4 3,8 3,52
112 (tepung terigu :pisangAmbon (50g :50 g)
3,16 3,48 3,64 3,36
00,5
11,5
22,5
33,5
44,5
Nilai Rata-Rata
5.2. Uji Mutu Hedonik
5.2.1 Warna
Hasil uji mutu hedonik terhadap warna pada penambahan buah pisang
ambon dengan tiga perlakuan di dapat hasil rata-rata uji mutu hedonik terhadap
warna donat hasil dapat dilihat pada gambar 5.6 dibawah ini.
Gambar 5.6 Nilai Rata-rata Mutu Hedonik Atas Warna Yang Terjadi Pada
Donat Dengan Penambahan Pisang Ambon.
Nilai rata rata berdasarkan gambar 5.6 kesukaan warna yang ditambahkan
buah pisang ambon pada donat yang diberikan panelis berkisar antara 2,52 sampai
3,96 warna yang paling hitam adalah perlakuan 112 (50 gr pisang ambon dan 50
gr tepung terigu) ditandai dengan nilai rata rata 3,96 % dan warna yang
diharapkan 110 yaitu 2,52 % dengan (25 g pisang ambon dan 75 g tepung terigu).
Setelah uji normalitas karena data terdistribusi tidak normal (P<0,05) maka
menggunakan uji friedman. Kriteria kemaknaan dari uji friedman (P<0,05)
110TEPUNG TERIGU:PISANG
AMBON (25 g : 75 g)
111TEPUNG TERIGU:PISANG
AMBON(35 g : 65 g)
112TEPUNG TERIGU:PISANG
AMBON (50 g : 50 g)
Nilai Rata-Rata 2,52 3,24 3,96
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
4,5
Warna
bermakna, dan (P>0,05) tidak bermakna, didapatkan signifikan sebesar
(0,00)<(0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan nyata antara
perlakuan daya panelis terhadap warna pada donat dengan penambahan buah
pisang ambon.
5.2.2 Aroma
Hasil uji mutu hedonik terhadap Aroma pada penambahan buah pisang
ambon dengan tiga perlakuan di dapat hasil rata-rata uji mutu hedonik terhadap
aroma donat hasil dapat dilihat pada gambar 5.7 dibawah ini.
Gambar 5.7 Nilai Rata –rata Aroma Uji Hedonik Pada Donat Yang
Ditambahkan Buah Pisang Ambon
Aroma pada uji hedonik yang dilakukan pada 25 orang panelis ,dimana
panelis diberi donat yang ditambahkan buah pisang ambon berkisar dengan nilai
rata -rata berdasarkan gambar 5.7 adalah 3,4 sampai 4,16 dapat dilihat bahwa
nilai semakin banyak buah pisang semakin harum , tapi semakin sedikit makin
110TEPUNG TERIGU:PISANG
AMBON (25 g : 75 g)
111TEPUNG TERIGU:PISANG
AMBON(35 g : 65 g)
112TEPUNG TERIGU:PISANG
AMBON (50 g : 50 g)
Nilai Rata-rata 3,4 3,6 4,16
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
4,5
Aroma
tidak ada aroma harum yang ada pada donat pada perlakuan 110 lebih sedikit
maka kurang aroma harum yang di terbau sedangkan pada perlakuan 112 dimana
lebih banyak pisang semakin lebih harum dengan nilai rata-rata 4,16 %.
Setelah test uji normalitas pada data panelis 25 orang didapatkan nilai
signifikan sebesar(0,00)<(0,05) maka data tersebut tidak normal, selanjutnya data
diuji menggunakan uji friedman dengan taraf nyata 5% dan di dapatkan nilai
sebasar (0,00)<(0,05) maka dapat dismpulkan bahwa ada perbedaan nyata antara
perlakuan daya terima panelis terhadap aroma pada nilai donat dengan
penambahan buah pisang ambon .
5.2.3 Tekstur
Hasil uji mutu hedonik terhadap tekstur pada penambahan buah pisang
ambon dengan tiga perlakuan di dapat hasil rata-rata uji mutu hedonik terhadap
tekstur donat hasil dapat dilihat pada gambar 5.8 dibawah ini.
Gambar 5.8 Nilai Rata –rata Tekstur Uji Mutu Hedonik Pada Donat Yang
Ditambahkan Buah Pisang Ambon.
Berdasarkan gambar 5.8 hasil analisis nilai mutu hedonik tekstur pada
kisaran nilai 3,2 sampai 4,12 berada pada kriteria agak lembut sampai lembut dan
sangat lembut data yang paling tinggi menurut panelis adalah perlakuan 112
dengan perbandingan (50 pisang dan 50 tepung terigu) dengan nilai rata-rata
4,12%.
Setelah dilakukan uji test normalitas didapatkan nilai signifikan sebesar
(0,00)<(0,05) maka data tersebut tidak normal, selanjutnya data diuji
menggunakan uji friedman dengan taraf nyata 5% dan di dapatkan nilai sebasar
110TEPUNG TERIGU:PISANG
AMBON (25 g : 75 g)
111TEPUNG TERIGU:PISANG
AMBON(35 g : 65 g)
112TEPUNG TERIGU:PISANG
AMBON (50 g : 50 g)
Nilai Rata-rata 3,2 3,92 4,12
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
4,5
Tekstur
(0,00)<(0,05) maka dapat dismpulkan bahwa ada perbedaan nyata antara
perlakuan daya terima panelis terhadap tekstur pada nilai donat dengan
penambahan buah pisang ambon.
5.2.4 Rasa
Hasil uji mutu hedonik terhadap rasa pada penambahan buah pisang
ambon dengan tiga perlakuan di dapat hasil rata-rata uji mutu hedonik terhadap
rasa donat hasil dapat dilihat pada gambar 5.9 dibawah ini.
Gambar 5.9 Nilai Rata –rata Rasa Uji Mutu Hedonik Pada Donat Yang
Ditambahkan Buah Pisang Ambon.
dari gambar 5.9 terdapat penilaian perbedaan nilai rata –rata yang berkisar
antara 3,24 sampai 4,32 dimana rasa yang paling banyak adalah perlakuan 112
,pisang lebih manis karna perlakuan 112 dengan perbandingan (50 gr pisang dan
50 gr tepung terigu )dengan nilai rata –rata 4,32 %.
110TEPUNG TERIGU:PISANG
AMBON(25 g : 75 g)
111TEPUNG TERIGU:PISANG
AMBON(35 g : 65 g)
112TEPUNG TERIGU:PISANG
AMBON (50 g : 50 g)
Nilai Rata -rata 3,24 3,94 4,32
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
4,5
5
Rasa
Setelah dilakukan uji test normalitas didapatkan nilai signifikan sebesar
(0,00)<(0,05) maka data tersebut tidak normal, selanjutnya data diuji
menggunakan uji friedman dengan taraf nyata 5% dan di dapatkan nilai sebasar
(0,00)<(0,05) maka dapat dismpulkan bahwa ada perbedaan nyata antara
perlakuan daya terima panelis terhadap rasa pada nilai donat dengan penambahan
buah pisang ambon.
5.3 Kadar Kalium
Hasil kadar uji kalium pada donat yamg ditambahkan buah pisang ambon
dapat dilihat dari tabel.
Hasil Pemeriksaan Labor
No Perlakuan Tepung Terigu
Pisang
Ambon
Mg/100 g K 1 Mg/100 g K 2
1 110 75 g 25 g 425,04 425,04
2 111 65 g 25 g 436,53 436,53
3 112 50 g 25 g 445,52 445,52
Tabel 5.3 Nilai Uji Kadar Kalium Dari hasil pemeriksaan Labor .
Dari tabel 5.3 dari dua kali pengulangan hasil kadar kalium yang telah diuji
paling tinggi adalah perlakuan 112 dengan perbandingan 50:50 ( pisang ambon :
tepung terigu ), dapat disimpulkan bahwa semakin banyak pisang semakin tinggi
kadar kalium.
Berdasarkan hasil uji kadar kalium pada donat dengan penambahan buah
pisang ambon ditetapkan hasil seperti grafik dibawah ini.
Gambar 5.10 Nilai Rata –rata kadar Kalium Pada Donat Yang Ditambahkan
Buah Pisang Ambon.
Dapat dari gambar 5.10 dilihat bahwa semakin bnyak pisang ambon yang
terdapat dalam pembuatan donat makin tinggi terdapat kadar kaliumnya dengan
nilai 444,71 yaitu perlakuan 112 (50 gr pisang ambon dan 50 gr terigu).
110TEPUNG TERIGU:PISANG
AMBON (25 g : 75 g)
111TEPUNG TERIGU:PISANG
AMBON(35 g : 65 g)
112TEPUNG TERIGU:PISANG
AMBON (50 g : 50 g)
kadar kalium 423,06 435,19 444,71
410
415
420
425
430
435
440
445
450
Kadar Kalium
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Hasil Uji Organoleptik
Berdasarkan hasil uji organoleptik produk donat dengan penambahan buah
pisang ambon menunjukan bahwa perlakuan yang paling disukai panelis adalah
perlakuan 111 ( 65 gr tepung terigu dan buah pisang ambon 35 gr ) indikator yang
paling dinilai pada uji organoleptik yaitu warna,aroma,rasa dan tekstur.
6.1.1 Warna
Warna merupakan elemen yang sangat penting dalam seni lukis, karena
warna sebagai efek cahaya yang memberi kesan pada mata, sehingga dapat
menghadirkan karakter dari suatu bentuk yang secara psikologis mempengaruhi
perasaan. Hal ini tidak jauh berbeda dalam proses membuat makanan, warna
mampu menjadi daya tarik yang luar biasa bagi konsumen (Gulendra, 2010).
Reaksi Maillard adalah reaksi nonenzimatis yang menyebabkan warna
kecokelatan. Reaksi ini terjadi apabila dalam pangan terdapat gula pereduksi (gula
aldosa) dan senyawa yang mengandung gugus amin (asam amino, protein dan
senyawa lain yang mengandung gugus amin) (Kusnandar, 2010). Berdasarkan uji
orgaoleptik yang dilakukan kepada panelis perlakuan penambahan pisang pada
donat berkisar antara 3,16 sampai 3,4 skor warna tertinggi diperoleh oleh
perlakuan 111 dengan (35 gr pisang ambon dan 65 gr tepung terigu) dan nilai
yang terendah pada nilai rata rata nya adalah perlakuan 112 dengan perlakuan no
(dengan perbandingan pisang ambon 50 gr dan 50 gr tepung terigu) ,warna donat
pisang ambon dihasilkan antara kecoklatan sampai hitam , mungkin karena
adanya pisang yang difermentasi sehingga membuat donat digoreng menjadi
coklat kehitahaman dan suhu minyak yang berbeda berbeda mengakibatkan warna
tidak karuan pada pembuatan produk donat pisang ambon.
Penentuan mutu pangan pada umumnya sangat bergantung pada beberapa
faktor diantaranya cita rasa, warna, tekstur dan nilai gizinya. Tetapi, sebelum
faktor-faktor lain dipertimbangkan,secara visual faktor warna tampil lebih dahulu
dan terkadang sangat menentukan. Selain faktor yang menentukan mutu, warna
juga dapat digunakan sebagai indikator kesegaran atau kematangan (Winarno,
2004).
6.1.2 Aroma
Aroma/bau merupakan salah satu parameter yang menentukan rasa enak
suatu makanan. Dalam banyak hal, aroma/bau memiliki daya tarik tersendiri
untuk menentukan rasa enak dari produk makanan itu sendiri. Dalam industri
pangan, uji terhadap aroma dianggap penting karena cepat dapat memberikan
penilaian terhadap hasil produksinya, apakah produksinya disukai atau tidak
disukai oleh konsumen (Soekarto, 1990 dalam Hidayat, 2014).
Aroma yang disebarkan oleh makanan merupakan daya tarik yang sangat
kuat dan mampu merangsang indera penciuman sehingga membangkitkan selera.
Timbulnya aroma makanan disebabkan oleh terbentuknya senyawa yang mudah
menguap sebagai akibat atau reaksi karena pekerjaan enzim atau dapat juga
terbentuk tanpa bantuan reaksi enzim (Zuhrina, 2011).
Aroma yang disebarkan oleh makanan merupakan daya tarik yang sangat
kuat dan mampu merangsang indera penciuman sehingga membangkitkan selera.
Timbulnya aroma makanan disebabkan oleh terbentuknya senyawa yang mudah
menguap sebagai akibat atau reaksi karena pekerjaan enzim atau dapat juga
terbentuk tanpa bantuan reaksi enzim.Aroma juga menjadi faktor penentu daya
terima panelis karena suatu produk meskipun memiliki warna atau ciri visual yang
baik namun aromanya sudah tidak khas dan menarik akan mempengaruhi
ketertarikan panelis (Khasanah, 2003). Setelah uji hedonic dilakukan pada panelis
sebanyak 25 orang terdapat kesimpulan bahwa yang disukai rasa nya adalah
perlakuan 111 dengan subsitusi pisang ambon sebanyak (35gr dan tepung terigu
65 gr) dan nilai yang terendah ddidapat pada perlakuan 112 dengan subsitusi
(50gr pisang ambon dan 50 gr tepung terigu ) .nilai rata –rata untuk uji mutu
hedonic paling tinggi adalah perlakuan 112 semakin besar subsitusi pisang
semakin harum donat pisang tersebut .
6.1.3 Tekstur
Tekstur adalah nilai raba pada suatu permukaan, baik itu nyata maupun
semu. Suatu permukaan mungkin kasar, halus, keras atau lunak, kasar atau licin
Konsistensi atau tekstur makanan juga merupakan komponen yang turun
menentukan cita rasa makanan karena sensitifitas indera cita rasa dipengaruhi oleh
konsistensi makanan. Makanan yang berkonsistensi padat atau kental akan
memberikan rangsangan lebih lambat terhadap indera manusia. sehingga tekstur
menjadi halus dan lunak (tidak keras). Sejalan dengan pernyataan (Chin dkk, 2004
dalam Adininsih 2012), kekerasan produk berkurang dengan meningkatnya kada
air pada bahan posing ambon. Gluten yang terdapat pada terigu dalam pembuatan
donat berfungsi untuk menahan gas yang terbentuk sehingga donat dapat
mengembang dengan struktur berongga-rongga halus dan seragam serta tekstur
lembut dan elastis (Wahyudi, 2003 dalam Waruwu dkk., 2015). Pengembang roti
merupakan bahan pengembang adonan yang mempengaruhi tekstur. Bahan
pengembang memproduksi gas karbondioksida.
Dalam pembuatan roti, sebagian besar pengembang roti berasal dari
mikroba jenis saccharomyces cerevisiae (Mudjajanto dan Yulianti, 2004) dari segi
tekstur yang telah diuji pada penelis untuk uji oraganoleptik berkisar antara nilai
43,52 sampai 3,8 yaitu perlakuan yang disukai 111 ( dengan perlakuan 35 gr
pisang ambon dan 655 gr tepung terigu ) pada perlakuan 112 ( perbandingan 50gr
buah pisang ambon dan 50 gr tepung terigu ) Pada uji mutu hedonic nilai yang
paling tinggi terdapat pada 112 paling lembut karena lebih banyak pisang karna
semakin bnyak tepung semakin bantat.
6.1.4 Rasa
Rasa juga berpengaruh terhadap penambahan formulasi pada bahan baku
gula, margarin, kuning telur, garam. Gula berpengaruh pada rasa dalam
pembuatan donat karena gula memberikan warna kulit, memperpanjang umur roti
dan membuat tekstur roti lebih empuk (Mudjajanto dan Yulianti, 2004) Gunakan
telur agar hasil adonan lebih lembut dan terasa legit. Zat yang dikandung dalam
telur membuat adonan jadi kompak dengan tekstur yang lembut sehingga aroma,
rasa, dan nilai gizi pada donat bertambah (Sufi, 2009). Rasa merupakan faktor
yang sangat penting dalam menentukan keputusan konsumen dalam menerima
atau menolak suatu produk makanan adalah parameter rasa. Rasa dimulai melalui
tanggapan rangsangan kimiawi oleh indera pencicip (lidah), sampai akhirnya
terjadi keseluruhan interaksi antara sifat-sifat aroma, rasa, dan tekstur sebagai
keseluruhan rasa makanan.
Agar suatu senyawa dapat dikenali rasanya, senyawa tersebut harus larut
dalam air liur sehingga dapat mengadakan hubungan mikrovillus dan impuls yang
terbentuk dikirim melalui syaraf ke pusat syaraf.(tidak keras). Sejalan dengan
pernyataan (Chin dkk, 2004 dalam Adininsih 2012), kekerasan produk berkurang
dengan meningkatnya kada air pada bahan.
Ragi merupakan bahan pengembang adonan dengan produksi gas
karbondioksida. Dalam pembuatan roti, sebagian besar ragi berasal dari mikroba
jenis Saccharomyces cerevisiae (Mudjajanto dan Yulianti, 2004). Garam
digunakan untuk memberi rasa, mengontrol pengembangan adonan, dan membuat
donat lebih awet (Sufi, 2009). Setelah dilakukan uji organoleptik pada donat
dengan ditambahkan buah pisang ambon nilai rata rata terdapat pada 3,2 sampai
3,52 dimana perlakuan 111 mendapat nilai 3,52 dengan subsitusi (35 gr pisang
ambon dan 65 gr tepung terigu ) dimana rasa lebih imbang tidak terlalu manis dan
tidak terlalu hambar ,dan dengan nilai terendah adalah perlakuan 110 dengan
subsutusi ( 25 gr pisang ambon dan 75 gr tepung terigu ) .untuk uji mutu hedonic
perlakuan yang mendapat nilai rata –rata tertinggi perlakuan 112 dengan rasa
yang manis karena banyak terdaoat pisang .
6.2 Hasil Uji Kadar Kalium
Asupan kalium merupakan hal yang sangat penting pada mekanisme
timbulnya hipertensi. Asupan kalium berhubungan lebih dengan penurunan
tekanan darah. Kalium berpartisipasi dalam memelihara keseimbangan cairan,
elektrolit dan asam basa. Mekanisme bagaimana kalium dapat menurunkan
tekanan darah adalah kalium dapat menurunkan tekanan darah dengan vasodilatasi
sehingga menyebabkan penurunan retensi perifer total dan meningkatkan output
jantung, kalium dapat menurunkan tekanan darah dengan berkhasiat sebagai
diuretika, kalium dapat mengubah aktivitas sistem renin-angiotensin, kalium dapat
mengatur saraf perifer dan sentral yang mempengaruhi tekanan darah. Kalium
(potassium) merupakan ion utama didalam cairan intraseluler. Konsumsi kalium
yang banyak akan meningkatkan konsentrasinya didalam cairan intraseluler
sehingga cenderung menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan menurunkan
tekanan darah (Astawan, 2002). Hasil penelitian Muhtadi (2007) menyatakan
bahwa penderita hipertensi setelah sering mengkonsumsi makanan yang
mengandung kalium ternyata tekanan darahnya dapat kembali normal. Penelitian
yang dilakukan oleh Riyadi dkk (2007) membuktikan bahwa asupan kalium
mempengaruhi kadar tekanan darah. Menurut penelitian yang dilakukan Dini
Tryastuti (2012) tentang pengaruh konsumsi tambahan dua buah pisang ambon
(±140 g/buah) perharipada menu makan terhadap penurunan tekanan darah pada
lansia penderita hipertensi sedangdi Panti Sosial.
Tresna Werdha Sabai, Padang–Sumatra Barat, menunjukkan bahwa
Sebelum konsumsi 2 buah pisang ambon (±140g/buah) perhari selama 1 minggu
rata-rata tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik lansia hipertensi
sedang adalah 170,65 mmHg dan 98,75 mmHg. Setelah konsumsi 2 buah pisang
ambon (±140g/buah) perhari selama 1 minggu rata-rata tekanan darah sistolik dan
tekanan darah diastolik lansia hipertensi sedang adalah 159,16 mmHg dan 94,80
mmHg. Konsumsi 2 buah pisang ambon (140g/buah) perhari selama 1 minggu
dapat menurunkan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi sedang.
pada analisa labor yang telah dilakukan dalam 3 perlakuan terdapat kalium
dengan kisaran 423,06 mg sampai 444,71 mg ,perlakuan 110 terdapat nilai kalium
sebesar 423.06 dengan subsitusi (25gr pisang ambon dan 75 gr tepung terigu
),perlakuan kedua dengan kode 111 terdapat kalium sebesar 435,19 mg dengan
subsitusi (35 gr pisang ambon dan 75 gr tepung terigu ), perlakuan ketiga dengan
kode 112 terdapat kalium sebesar 444,71 mg dengan subsitusi (50 gr pisang
ambon dan 50 gr tepung terigu ) dengan demikian semakin banyak buah pisang
ambon yang terdapat dalam donat pisang ambon semakin tinggi kalium yang
terdapat pada pisang tersebut. Menurut AKG (2013) asupan Kalium yang
dianjurkan untuk orang Indonesia (perorang perhari) untuk wanita dan laki laki
usia 10- 80 thn sebanyak 4700 mg atau setara dengan 4,7 gr.
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, maka dapat di
tarik beberapa kesimpulan :
1. Warna donat dengan penambahan buah pisang ambon dapat diterima oleh
panelis ,warna donat pisang ambon yang paling disukai panelis adalah
perlakuan 111 dengan nilai rata-rata (3,4) dengan warna kecoklatan.dan uji
mutu hedonik paling tinggi perlakuan 112 dengan nilai rat-rata (3,96) warna
coklat kehitaman.
2. Aroma donat dengan penambahan buah pisang ambon dapat diterima oleh
panelis , aroma yang paling dsukai panelis adalah perlakuan 111 dengan
penambahan buah pisang ambon yang sedang dengan nilai rata-rata 4 ,dan
pada uji mutu donat pisang ambon pada perlakuan 112 dengan nilai rata-rata
(4,16) .
3. Tekstur donat dengan penambahan buah pisang ambon paling disukai
penelis adalah perlakuan 111 dengan nilai rata –rata (3,8) karena
diperlakuan ini pisang dan tepung seimbang tidak terlalu bnyak tepung yang
akan membuat nya bantat
4. Rasa donat dengan penambahan buah pisang ambon paling dsukai oleh
panelis adalah 111 , tidak terlalu manis tidak terlalu terasa pisang nya ,
sehingga penelis lebih menyukai perlakuan 111 dengan nilai rata-rata (3,52)
,pada uji mutu hedonik nilai yang tinggi pada perlakuan 112 dengan nilai
rata –rata (4,32) karena banyak terdapat pisang yang menghasilkan rasa
manis.
5. Kadar Kalium yang terdapat pada donat yang telah diberi pisang ambon
banyak terdapat pada perlakuan 112 dengan karena semakin bnyak subsitusi
pisang ambon dalam donat semakin tinggi kadar kalium yang terdapat pada
donat tersebut dimana nilai kadar kalium tertinggi terdapat pada 112
dengan 100gr produk donat ( dengan subsitusi 50 gr pisang ambon dan 50 gr
tepung terigu terdapat 444,71 mg .
7.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat dikemukakan adalah
sebagai berikut :
1. Bagi pemerintah, pentingnya untuk melakukan beberapa diversifikasi pangan
untuk meningkatkan daya tarik masyarakat mengkonsumsi makanan yang
bergizi untuk memperbaiki status gizi masyarakat.
2. Bagi masyarakat dapat membuat donat pisang ambon (Musa Paradisiaca L)
untuk menjadi makanan layak konsumsi sebagai makanan tambahan guna
membantu kebutuhan kadar kalium perharinya.
DAFTAR PUSTAKA
Agusman. 2013. Pengujian Organoleptik. semarang: Teknologi Pangan
Universitas Muhamadiyah Semarang.
Attia, D. M. et al. 2001. “Vitamin E Alleviates Renal Injury, but Not
Hypertension, during Chronic Nitric Oxide Synthase Inhibition in Rats.”
Journal of the American Society of Nephrology 12(12): 2585–93.
Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia pustaka
utama.
Almatsier, Sunita. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia pustaka
utama.
Almatsier, Sunita. 2004. Penuntun Diet. Jakarta: PT Gramedia pustaka utama.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. 3rd ed. Jakarta: EGC.
Dipiro, Joseph T, Barbara G Wells, Terry L Schwinghammer, and Cecily V
Dipiro. 2015. Pharmachoterapy Handbook. 7th ed. USA: Mc Graw Hill
Medical.
Depkes RI. 2014. “Hipertensi.” Infodatin Pusat Data Dan Informasi Kementrian
Kesehatan RI: 1–7.
Gandjar, I.G, and Abdul Rohman. 2007. KIMIA FARMASI ANALISIS.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Ganiswarna, S., 1995, Farmakologi dan Terapi, edisi IV, 271-288 dan 800-810,
Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Gitawati, R., 1995, Radikal Bebas: Sifat dan Peranan Dalam Menimbulkan
Kerusakan atau Kematian Sel, Cermin Dunia Kedokteran, 102, Hal: 33-36.
Sani, Fabio, Marina Herrera, and Mhairi Bowe. 2009. “Perceived Collective
Continuity and Ingroup Identification as Defence against Death
Awareness.” Journal of Experimental Social Psychology 45(1): 242–45.
http://dx.doi.org/10.1016/j.jesp.2008.07.019.
Sufi, S.Y. 2009. Kreasi Roti. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Handayany, Gemy Nastity. 2013. Hipertensi. Makassar: Makassar Alaudin
University Press.
Ismanto. 2015. “Pengolahan Tanpa Limbah Tanaman Pisang.” Balai Besar
Pelatihan Pertanian Batangkulu.
Junaidi, I. 2009. Hipertensi. Jakarta: PT Buana Ilmu Populer.
Kisman, S., B. Anjasari dan S. Sumiarsih, 2000. Pengaruh Jenis Pengisi dan
Kadar Sukrosa terhadap Mutu Dodol Susu Jerami Nangka. Pusat Kajian
Makanan Tradisional. Universitas Brawijaya. Malang.
Kowalski, Robert. 2010. Terapi Hipertensi: Program 8 Minggu Menurunkan
Tekanan Darah Tinggi. ed. Ekawati Rani. Bandung.
Lalage, Z . 2013. Khasiat Selangit 101 Buah & Sayur. Jakarta: Galmas Publisher.
Munawwarah. 2017. “Analisis Kandungan Zat Gizi Donat Wortel (Daucus Carota
l) Sebagai Alternatif Perbaikan Gizi Pada Masyarakat.” (Cd): 1–29.
Muchtadi, Deddy. 2009. “Pengantar Ilmu Gizi.” Bandung: Alfabeta: 90–91.
Nasiru, N. 2014. Teknologi Pangan Teori Prakyis Dan Aplikasi. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Rochimiwati, Siti Nur et al. 2011. “Tepung Wortel Untuk Anak Baduta.” XI: 11–
15.
Sainani, G. S., and Vibhuti G. Maru. 2004. “Role of Endothelial Cell Dysfunction
in Essential Hypertension.” Journal of Association of Physicians of India
52(DEC): 966–69.
Sumanto. 2014. Psikologi Perkembangan Fungsi Dan Teori. PT. Buku Seru.
Supriyadi, Ahmad dan Suyanti Satuhu. 2008. Pisang : Budidaya, Pengolahan,
Dan Prospek Pasar. Jakarta: Penebar Swadaya.
Suririnah. 2009. “Farmakologi Dan Terapi.” www.wikipedia.co.id, diakses
tanggal 20 Oktober 2012.
Suyanti, Ahmad S. 2008. Pisang Budidaya, Pengolah & Prospek Pasar No Title.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Sunardi. 2006. Unsur Kimia. Jakarta: Yrama Widya.
Tryastuti dini. 2012. “Pengaruh Kosumsi Pisang Ambon ( Musa Paradisiaca S )
Terhadap Tekanan Darah Lansia Penderita Hipertensi Sedang Di Panti
Sosial Tresna Werdhasabai Nan Aluih Sicincin.” pada:Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
Vikran, Sanjay. 2001. “Pathogenesis and Pathophysiology of Essential
Hypertension.” Journal, Indian Academy of Clinical Medicine 2(3): 141–63.
WHO.(2016).http://www.worldhealthorganization/int. com diakses pada tanggal
01 Oktober 2016
Wade, C. 2016. Mengatasi Hipertensi. Bandung: Nuansa Cendekia.
Winarmo F G. 2004. Kimia Pangan Dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Yaswir, Rismawati, and Ira Ferawati. 2012. “T Tinjauan Pustaka Fisiologi Dan
Gangguan Keseimbangan Natrium , Kalium Dan Klorida Serta Pemeriksaan
Laboratorium.” 1(2): 80–85.
Yuliarti, Nurheti. 2011. 1001 Khasiat Buah Buahan. ed. Andi. Yogyakarta.
Zuhrina. 2011. “Pengaruh Penambahan Tepung Kulit Pisang Raja Terhadap Daya
Terima Kue Donat.”
Lampiran 1
PENGARUH PENAMBAHAN BUAH PISANG AMBON (Musa Paradisiaca L) PADA
MUTU ORGANOLEPTIK DAN KANDUNGAN KALIUM PADA DONAT SEBAGAI
ALTERNATIVE SNACK
PENDERITA HIPERTENSI
NO :
Nama Panelis :
Tanggal :
Petunjuk Pengisian :
1. Dihadapan Anda disajikan makanan pangan alternative dalam bentuk Donat dengan
perlakuan yang berbeda- beda
2. Anda diminta untuk diberikan penilaian terhadap cita rasa (warna, rasa,aroma, tektur) dengan
mencicipi hidangan yang disediakan.setiap melakukan pencicipan . Anda harus minum air
putih terlebih dahulu.
3. Kemudian masukan pendapat Anda tentang cita rasa berdasarkan skor kesukaan warna
Untuk Warna, Aroma, Rasa, dan Tekstur
Kriteria skor
a. Tidak suka sama sekali 1
b. Tidak suka 2
c. Biasa 3
d. suka 4
e. Sangat Suka 5
4. Kemudian masukan hasil cicipan kedalam kolom ini :
No Kode
Perlakuan
Warna Rasa Aroma Tekstur
1. 110
2. 111
3. 112
Lampiran 2
Formulir Uji Mutu Donat
Tanggal :
Nama Panelis :
Dihadapkan Donat dengan penambahan buah pisang Ambon , ciciplah
dan berikan penilaian saudara dengan memberi tanda √ terhadap warna rasa (lihat keterangan
yang ada dibawah ) yang sesuai dengan masing masing kode sampel .
Parameter Kode Sampel
Skor 110 111 112
Warna 1 Agak
Kekuningan
2 kuning
3 kecoklatan
4 coklat kehitaman
5 hitam
Aroma 1 Sangat tidak
harum
2 Tidak harum
3 Agak harum
4 Harum
5 Sangat harum
Tekstur 1 Sangat tidak
lembut
2 Tidak lembut
3 Agak lembut
4 Lembut
5 Sangat lembut
Rasa 1 Sanga tidak
manis
2 Tidak manis
3 Agak manis
4 Manis
5 Sangat manis
Lampiran 3
Uji Hedonik
Panelis Warna AROMA TEKSTUR RASA
110 111 112 110 111 112 110 111 112 110 111 112
1 4 2 4 4 3 2 3 3 4 4 3 3
2 2 2 4 2 3 3 4 3 4 3 2 4
3 2 2 4 3 3 3 4 3 4 3 2 2
4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4
5 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3
6 3 4 3 4 4 4 4 5 5 4 4 4
7 2 4 5 5 4 5 3 5 4 5 3 5
8 3 4 5 3 4 1 3 5 4 3 3 1
9 5 3 3 3 4 4 4 4 5 4 3 4
10 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4
11 3 3 3 3 4 4 5 3 5 3 3 4
12 3 4.5 2 3 5 3 3 5 3 4 5 3
13 4 4 2 5 4 3 3 4 3 3 4 3
14 3 3 3 3 5 3 3 3 3 3 4 4
15 3 5 2 4 5 3 3 4 3 3 5 3
16 3 4 2 5 4 3 3 4 3 3 4 3
17 4 3 2 5 5 5 3 3 3 5 3 5
18 3 3 3 4 3 2 5 5 5 3 4 2
19 4 2 3 4 5 3 3 2 3 2 2 3
20 5 4 3 4 4 4 3 4 3 3 4 4
21 5 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 2
22 2 3 3 5 4 4 3 3 3 3 4 5
23 3 5 3 5 5 4 3 3 4 2 4 4
24 3 3 3 5 3 4 4 3 3 2 4 3
25 3 3 3 5 3 4 3 5 3 3 4 2
3.28 3.38 3.16 3.92 4 3.48 3.52 3.8 3.64 3.28 3.52 3.36
Lampiran 4
Uji Mutu Hedonik
panelis Warna Aroma Tekstur Rasa
110 111 112 110 111 112 110 111 1112 110 111 112
1 3 4 5 3 4 4 4 4 5 3 4 4
2 3 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4
3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 3 3 2 4 4 4 3 3 4 3 4 5
5 2 2 3 3 4 4 4 3 4 3 4 3
6 2 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3 3
7 2 3 4 4 3 4 3 4 4 3 3 4
8 2 3 4 3 4 4 3 4 5 3 4 5
9 2 3 4 4 4 4 3 4 4 3.5 4 4
10 2 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 5
11 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4
12 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4 5
13 3 4 4 4 4 4 4 5 4 4 3 5
14 2 3 4 3 4 5 3 3 4 4 4 5
15 2 3 4 3 4 3 3 4 3 3 4 5
16 3 4 4 4 3 5 3 4 4 3 4 4
17 3 4 4 3 4 5 3 4 5 2.5 4 4
18 2 3 5 3 3 4 3 4 4 3 4 4
19 3 3 4 4 3 4 3 4 4 3 4 5
20 2 3 4 3 3 4 3 4 4 2.5 4 5
21 2 3 3 3 3 4 3 4 5 3.5 4.5 4.5
22 3 3 4 3 4 5 3 4 4 3 4.5 5
23 3 4 5 4 4 5 3 4 4 3 4.5 4
24 2 3 5 3 3 4 3 4 4 3 4 4
25 3 4 5 4 4 5 3 4 4 3 4 4
Rata- rata
2.52
3.24
3.96
3.4
3.6
4.16
3.2
3.92
4.12
3.24
3.94
4.32
Lampiran 5
A. Analisa statistik uji hedonik
1.Warna
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Standardized Residual for
warna110 .303 25 .000 .849 25 .002
Standardized Residual for
warna111 .229 25 .002 .884 25 .009
Standardized Residual for
warna112 .295 25 .000 .852 25 .002
a. Lilliefors Significance Correction
Ranks
Mean Rank
warna110 2.02
warna111 2.08
warna112 1.90
Test Statisticsa
N 25
Chi-Square .636
df 2
Asymp. Sig. .727
a. Friedman Test
2. Aroma
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Standardized Residual for
aroma110 .204 25 .009 .851 25 .002
Standardized Residual for
aroma111 .260 25 .000 .810 25 .000
Standardized Residual for
aroma112 .274 25 .000 .862 25 .003
a. Lilliefors Significance Correction
Ranks
Mean Rank
aroma110 2.08
aroma111 2.18
aroma112 1.74
Test Statisticsa
N 25
Chi-Square 4.030
df 2
Asymp. Sig. .133
a. Friedman Test
3.Tekstur
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Standardized Residual for
tekstur110 .347 25 .000 .727 25 .000
Standardized Residual for
tekstur111 .222 25 .003 .861 25 .003
Standardized Residual for
tekstur112 .321 25 .000 .753 25 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Ranks
Mean Rank
tekstur110 1.86
tekstur111 2.14
tekstur112 2.00
Test Statisticsa
N 25
Chi-Square 1.661
df 2
Asymp. Sig. .436
a. Friedman Test
4.Rasa
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Standardized Residual for
rasa110 .318 25 .000 .839 25 .001
Standardized Residual for
rasa111 .280 25 .000 .859 25 .003
Standardized Residual for
rasa112 .212 25 .005 .913 25 .036
a. Lilliefors Significance Correction
Ranks
Mean Rank
rasa110 1.88
rasa111 2.12
rasa112 2.00
Test Statisticsa
N 25
Chi-Square .947
df 2
Asymp. Sig. .623
a. Friedman Test
Lampiran 6
B. Analisa Statistik Uji Mutu Hedonik
1.Warna
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Standardized Residual for
warna110 .347 25 .000 .639 25 .000
Standardized Residual for
warna111 .397 25 .000 .691 25 .000
Standardized Residual for
warna112 .322 25 .000 .816 25 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Ranks
Mean Rank
warna110 1.20
warna111 2.04
warna112 2.76
Test Statisticsa
N 25
Chi-Square 36.286
df 2
Asymp. Sig. .000
a. Friedman Test
2. Aroma
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Standardized Residual for
aroma110 .388 25 .000 .625 25 .000
Standardized Residual for
aroma111 .388 25 .000 .625 25 .000
Standardized Residual for
aroma112 .374 25 .000 .726 25 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Ranks
Mean Rank
aroma110 1.58
aroma111 1.84
aroma112 2.58
Test Statisticsa
N 25
Chi-Square 22.066
df 2
Asymp. Sig. .000
3. Tekstur
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Standardized Residual for
tekstur110 .488 25 .000 .493 25 .000
Standardized Residual for
tekstur111 .459 25 .000 .547 25 .000
Standardized Residual for
tekstur112 .448 25 .000 .597 25 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Ranks
Mean Rank
tekstur110 1.24
tekstur111 2.26
tekstur112 2.50
Test Statisticsa
N 25
Chi-Square 31.083
df 2
Asymp. Sig. .000
a. Friedman Test
4. Rasa
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Standardized Residual for
rasa110 .324 25 .000 .836 25 .001
Standardized Residual for
rasa111 .441 25 .000 .624 25 .000
Standardized Residual for
rasa112 .225 25 .002 .812 25 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Ranks
Mean Rank
rasa110 1.40
rasa111 2.16
rasa112 2.44
Test Statisticsa
N 25
Chi-Square 20.111
df 2
Asymp. Sig. .000
a. Friedman Test
Lampiran 7
Dokumentasi
Pembuatan Donat
Pisang ambon Pisang Ambon yang sudah dikupas
Bahan yang digunakan untuk donat Pisang ambon yang telah dilumatkan
Semua bahan dicampur dalam satu wadah Pada saat fermentasi
Pencetakan donat Donat digoreng
Hasil Donat pisang ambon
Lampiran 8
Dokumentasi Analisis K pada Donat
( Penimbangan Sampel ) ( Destruksi sampel )
( Penyaringan Sampel ) ( Analisis Logam K dengan ICP)
(Analisis kalium dengan ICP)