Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH PENDAPATAN NON BUNGA (NON-INTEREST INCOME) TERHADAP
KINERJA PERBANKAN (RETURN ON EQUITY) PADA BANK BUKU 4 (PERIODE
TAHUN 2015-2017)
JURNAL ILMIAH
Disusun oleh:
Ardhi Harmanu
115020101111024
JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2018
Pengaruh Pendapatan Non Bunga (Non-Interest Income) Terhadap Kinerja Perbankan (Return on Equity)
Pada Bank BUKU 4 (Periode Tahun 2015-2017)
Ardhi Harmanu
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya
Email: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendapatan non bunga (non-interest income) terhadap
profitabilitas dan kinerja perbankan. Bank sebagai lembaga intermediasi memiliki 2 tipe pendapatan, interest income
dan non-interest income. Pendapatan non-interest income perbankan indonesia mengalami tren kenaikan. Perbankan
indonesia tidak kaku hanya dengan pendapatan bunga (interest income) namun mulai melirik pendapatan non bunga
(non-interest income). Menggunakan metode analis regresi berganda (OLS) dengan data time series. Pada penelitian
ini menggunakan ROE (Return on Equity) sebagai variabel dependen. Keuntungan penjualan surat berharga,
Keuntungan transaksi spot dan derivatif, Komisi/provisi/fee dan Pendapatan lainnya sebagai variabel independen.
Pendapatan yang paling berpengaruh adalah provisi/komisi/fee sebagai primadona. Pendapatan bunga (interest
income) didukung pendapatan non bunga (non-interest income) mendorong profitabilitas dan kinerja perbankan.
Bank yang sehat dengan kinerja baik mendorong pertumbuhan ekonomi.
Kata kunci: pendapatan non bunga, non-interest income, ROE, profitabilitas bank, OLS
A. PENDAHULUAN
Bank adalah badan usaha yang ingin menghasilkan keuntungan. Dari 3 aktivitas usaha yang sudah dijelaskan
diatas, keuntungan bank dibagi 2 macam yaitu; interest income dan non-interest income.
Gambar 1: Kegiatan Usaha Bank
Sumber: diolah dari Kasmir (2015)
Pada gambar 1 diatas diketahui bahwa pendapatan bunga (interest income) didapatkan dari selisih antara suku
bunga kredit (lending) dengan suku bunga simpanan (spread based), ini adalah pendapatan utama bank. Sedangkan
kegiatan jasa-jasa perbankan akan menghasilkan non-interest income/fee based income. Selain itu, tujuan dari
adanya jasa-jasa bank ini adalah untuk mendukung dan memperlancar kegiatan utamanya. Semakin lengkap dan
beragam jasa yang diberikan, maka akan semakin menarik minat nasabah. Menurut Mishkin (2008) perekonomian
yang sehat dan bergairah memerlukan suatu sistem keuangan yang menggerakan dana dari orang yang menabung
kepada orang yang mempunyai kesempatan berinvestasi dengan produktif.
Saat ini persaingan industri perbankan semakin ketat, bank tidak bisa hanya mengandalkan pendapatan dari
spread based tetapi juga berusaha maksimal meningkatkan pendapatan fee based-nya dengan pemanfaatan teknologi
Menghimpun dana (funding)
Menyalurkan dana (lending)
Jasa-jasa perbankan
Interest Income / Spread based
Non-interest income / fee based income
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
Interest 262.0 298.1 350.8 364.3 391.2 458.1 568.0 646.6 681.4 717.6
Non-interest 60.28 64.43 99.31 125.8 125.5 139.6 148.4 210.9 239.6 241.4
0
100.000
200.000
300.000
400.000
500.000
600.000
700.000
800.000
Mili
ar R
p
dan internet yang semakin maju beberapa tahun belakang. Ketika krisis sektor keuangan global 2008 melanda akibat
dari efek domino subprime mortgage di Amerika Serikat karena kredit perumahan di AS diberikan kepada debitur-
debitur yang memiliki portofolio kredit yang buruk berakibat gagal bayar. Berkaca pada kesalahan perbankan AS,
manajemen perbankan global menjalankan prinsip kehati-hatian (prudent) lebih ketat dalam memberikan kredit
dalam menjalankan fungsi intermediasinya.
Kondisi seperti itu terjadi di Indonesia, bank bank umum di Indonesia berusaha menaikkan non-interest income.
Walaupun perekonomian Indonesia saat ini berangsur-angsur membaik, namun manajemen bank tetap sangat
berhati-hati dalam menyalurkan kreditnya karena risiko tetap ada. Oleh karena itu manajemen bank berupaya untuk
menghasilkan pendapatan diluar interest income untuk menaikkan profitabilitas agar tetap bertahan di industri ini.
Non-interest income menjadi pilihan lain untuk menaikkan profitabilitas bank karena memberikan pendapatan yang
cukup besar terhadap total income perbankan Indonesia.
Gambar 2: Pertumbuhan Interest Income dan Non-interest Income Bank Umum di Indonesia
Sumber: SPI OJK 2008-2017 (data diolah)
Dari gambar 2 terlihat bahwa terjadi peningkatan interest income dan non-interest income perbankan Indonesia
dari tahun ke tahun. Pendapatan bunga/Interest mendominasi sebagian besar sumber pendapatan yang di dapatkan
karena memang core bisnis perbankan adalah spread based. Walaupun keduanya mengalami peningkatan tetapi
rata-rata peningkatan interest income sebesar 12% masih kalah dibanding non-interest income sebesar 18%.
Peningkatan non-interest income tahun ke tahun yang terlihat dalam gambar diatas mengindikasi bahwa bank-bank
umum di Indonesia terus berusaha meningkatkan pendapatan non-interest ini untuk mengantisipasi risiko yang
muncul. Peningkatan terbesar non-interest income terjadi pada periode tahun 2009-2010 sebesar 54% dan pada
periode tahun 2015-2016 sebesar 42%. Data ini menunjukkan fenomena bahwa bank-bank umum di Indonesia
berusaha menaikkan profitabilitasnya dengan berusaha menaikkan non-interest income. Ini cara ampuh ketika bank
juga dihadapkan dengan masalah pembengkakan biaya dana akibat inflasi, sementara menaikkan bunga kredit
terlalu berisiko.
Dalam penelitian ini, penulis mengambil sampel Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) 4 karena pada kategori
ini terdiri dari bank-bank dengan modal inti terbesar. Menurut OJK dalam Statistik Perbankan Indonesia (2018)
Buku 4 adalah bank dengan modal inti paling sedikit 30 Triliun. Beberapa penelitian terdahulu menyimpulkan size
bank berpengaruh terhadap kinerja perbankan. Tarawneh, Khalaf, dan Assaf (2017) menyimpulkan size bank
berdampak signifikan terhadap kinerja perbankan. Choiorazz, Milani dan Salvini (2008) menyimpulkan size bank
adalah faktor utama yang berpengaruh positif terhadap hubungan antara diversifikasi pendapatan dan stabilitas
pendapatan. Penelitian terdahulu diatas dijadikan sebagai acuan dalam pengambilan sampel pada penelitian ini.
Kontribusi pendapatan non bunga di indonesia masih relatif kecil jika dibandingkan pendapatan bunga yang
dapat dilihat pada gambar 2 walaupun kecil namun tetap berkontribusi kepada total pendapatan dan masih memiliki
pontensi besar untuk berkembang. Gap peluang ini yang mendasari peneliti untuk meneliti topik ini. Selain itu tren
kenaikan pendapatan non-interest income ini menarik karena mengindikasikan hal baru, bahwa bank tidak kaku
yang hanya terpaku terhadap bisnis tradisional dari pendapatan bunga.
B. KAJIAN PUSTAKA
1. Intermediasi Bank
Teori intermediasi bertujuan untuk memberikan penjelasan dan pemahaman mengenai lembaga keuangan bank
dalam menjalankan fungsi utamanya. Dewasa ini, teori yang menjelaskan bank dan fungsi bank sudah banyak
dikemukakan dalam bentuk buku atau jurnal. Menurut Kasmir (2015), bank adalah lembaga perantara keuangan
(financial intermediaries) yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan
kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa perbankan lainnya.
Menurut DeYoung and Rice (2002), bank ada sebagai host of problem dari masalah likuiditas, mengalir dari
agen yang memiliki kelebihan likuiditas (Depositors) kepada agen yang membutuhkan likuiditas (borrowers).
Masalah ini terjadi karena asimetri informasi, biaya kontrak, dan ketidaksesuaian skala antara likuiditas suppliers
dengan likuiditas demanders. Teori intermediasi lembaga keuangan melihat bank sebagai solusi dari masalah ini
karena bank memiliki keunggulan komparatif untuk mengumpulkan informasi tentang peminjam pontensial, lebih
baik daripada individu dalam mengawasi peminjam, lebih baik dalam usaha mengumpulkan dana dari banyak rumah
tangga dan dunia usaha.
Dari teori-teori yang dikemukakan diatas, dapat disimpulkan bahwa fungsi intermedisi bank adalah berperan
menjadi perantara antara pihak yang kelebihan dana dan pihak yang membutuhkan dana. Tidak hanya itu bank juga
dapat menggerakkan perekonomian karena memberikan akses likuiditas kepada pihak yang memiliki potensi untuk
produktif.
2. Pendapatan Bank
Pendapatan bank terdiri atas pendapatan bunga dan pendapatan non bunga (Siamat, 2005). Menurut Kasmir
(2015) pendapatan bank dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu pendapatan bunga (interest income) dan
pendapatan non bunga (Non-Interest Income). pendapatan bunga (interest income) berasal dari hasil usaha dan
kegiatan tradisional perbankan yaitu margin antara bunga tabungan dengan bunga kredit. sedangkan Pendapatan non
bunga (non-interest income) adalah pendapatan yang diperoleh dari usaha – usaha di luar kegiatan tradisional bank,
seperti misalnya fee dari services.
Interest Income atau pendapatan bunga adalah pendapatan bank yang diperoleh dalam bentuk bunga atas
pemberian kredit oleh bank baik kepada pihak perorangan, badan usaha, penempatan dana pada bank lain, ataupun
penempatan dana dalam bentuk lainnya seperti call money, hasil penanaman pada obligasi, surat pengakuan utang,
atau penanaman sejenisnya misalnya SBI (Sertifikat Bank Indonesia) De Young dan Rice (2003). Pendapatan bunga
bank berupa hasil bunga dalam Rupiah dan valas dalam kegiatan operasionalnya. Pendapatan bunga merupakan
pendapatan terbesar dari bank. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi oleh beban
pendapatan bunga.
Pendapatan non bunga (Non-Interest Income) merupakan pendapatan operasional selain pendapatan bunga.
Menurut Koch dan MacDonald (2015, 87) pendapatan ini menjadi semakin penting karena tekanan harga dana (cost
of fund) pada net interest income. Menurut Dahidyat (2012) apabila Interest Income dihasilkan dari aktivitas
tradisional perbankan, Non-Interest Income bank justru dihasilkan dari aktivitas non tradisional.
3. Kinerja Perbankan
Menurut Fahmi (2015: 149), kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan oleh suatu perusahaan untuk
menilai sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan
keuangan secara baik dan benar. Seperti dengan membuat suatu laporan keuangan yang telah memenuhi standar dan
ketentuan dalam SAK (Standar Akuntansi Keuangan) atau GAAP (General Accepted Accounting Principle), dan
lainnya.
Menurut Kasmir (2015:310), Laporan keuangan digunakan untuk mengetahui kondisi keuangan suatu bank,
laporan ini juga sekaligus menggambarkan kinerja bank selama periode tersebut. Agar laporan yang dibuat dapat
dibaca dan memiliki arti maka perlu dilakukan analisis terlebih dahulu. Analisis yang dimaksud adalah dengan
menggunakan rasio-rasio keuangan sesuai standar yang berlaku.
Pengukuran kinerja keuangan bank dilakukan dengan cara menghitung rasio-rasio profitabilitas. Menurut Satria
(2009: 7), dalam memahami kinerja perbankan ada beberapa indikator fundamental yang dapat digunakan secara
umum, antara lain:
1. Rasio LDR (Loan to Deposits Ratio) adalah indikator yang menjelaskan peran dan fungsi vital bank sebagai
peran intermediasi. Rasio ini menjelaskan seberapa besar jumlah kredit atau pinjaman yang diberikan oleh
bank umum dibandingkan dengan jumlah deposito yang didapatkan dari masyarakat.
2. Rasio NPL (Non Performing Loan) adalah indikator yang merefleksikan tinggi rendahnya kedit macet yang
ada dalam sistem sebuah bank.
3. Rasio ROA (Return on Asset), ROE (Return on Equity), dan NIM (Net Interest Margin) adalah indikator yang
memiliki informasi sangat penting dalam menjelaskan kinerja perbankan. Dimana tingginya kedua indikator ini
menyimpulkan kemampuan bank untuk menciptakan keuntungan.
4. Rasio CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah indikator yang merefleksikan aktivitas keuangan yang dilakukan
perbankan. Semakin tinggi CAR menunjukkan tingginya aktivitas risiko yang dilakukan bank. Semakin tinggi
risiko maka capital yang harus di tahan juga harus tinggi.
Menurut Gilbert dalam Syofyan (2003) menyatakan ukuran kinerja perbankan yang paling tepat adalah dengan
mengukur kemampaun perbankan dalam menghasilkan laba atau profit dari berbagai kegiatan yang dilakukannya,
sebagaimana umumnya tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk mencapai nilai (value) yang tinggi, dimana
untuk mencapai value tersebut perusahaan harus dapat secara efisien dan efektif dalam mengelola berbagai macam
kegiatannya. Salah satu ukuran untuk mengetahui seberapa jauh keefisienan dan keefektifan yang dicapai adalah
dengan melihat profitabilitas perusahaan, semakin tinggi profitabilitas maka semakin efektif dan efisien juga
pengelolaan kegiatan perusahaan. Ukuran profitabilitas bank dapat diliat dari rasio ROA (Return on Asset), ROE
(Return on Equity) dan NPM (Net Profit Margin).
5. Return on Equity (ROE)
Rasio Return on Equity (ROE) menurut Fahmi (2015: 155), merupakan rasio antara laba bersih setelah pajak
dibandingkan dengan modal sendiri yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut. Rasio ini menunjukkan
efisiensi penggunaan modal sendiri. Kenaikan dalam rasio ini berarti terjadi kenaikan laba bersih dari bank tersebut,
sehingga kenaikan tersebut menyebabkan kenaikan harga saham bank. Rumus ROE adalah:
𝑅𝑂𝐸 = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖𝑥 100%
Menurut Dendawijaya (2003: 120), rasio ini banyak diamati oleh para pemegang saham bank (baik pemegang
saham pendiri maupun pemegang saham baru) serta para investor di pasar modal yang ingin membeli saham bank
yang bersangkutan jika bank tersebut telah go public.
Menurut Sun, Wu, Zhu, dan Stephenson (2016) non-interest income dapat menaikan pendapatan total bank
umum. Menurut teori yang sudah dijelaskan diatas, sumber pendapatan bank disusun dari dua pendapatan, yaitu
pendapatan bunga (interest income) dan pendapatan non bunga (Non-Interest Income). Kinerja keuangan
digambarkan dengan ROE, jika kita melihat penyusun rumus ROE adalah laba bersih dibagi modal sendiri. Dalam
teori pendapatan diatas dikatakan bahwa pendapatan bunga (interest income) dan pendapatan non bunga (Non-
Interest Income) adalah penyusun laba bank. Tentu saja dengan menaiknya pendapatan total bank, pendapatan
bunga maupun pendapatan non bunga (Non-Interest Income) akan mempengaruhi rasio profitabilitas (ROE).
C. METODE PENELITIAN
Penelitian ini, menggunakan pendekatan penelitian yang diambil adalah dengan teknik kuantitatif. Menurut Borg
dan Gall (1989) dalam Sugiyono (2013) penelitian kuantitatif merupakan penelitian berupa angka dan analisis
menggunakan statistik. Perbedaan antara penelitian kuantitatif dengan kualitatif yaitu pada instrumennya dimana
penelitian kuantitatif instrument yang digunakan melalui alat bantu untuk mengolah data statistic sedangkan
kualitatif instrumennya adalah peneliti itu sendiri. Menurut Kuncoro (2003), metode kuantittatif merupakan metode
yang bermula dari data angka yang akan diproses menjadi informasi. Sehingga metode kuantitatif merupakan
metode yang berupa angka dan analisis statistik dan kemudian diproses menjadi informasi.
Dalam penelitian kuantitatif terdapat dua variabel yang dijadikan sebuah model, yaitu variabel dependen dan
variabel independen. Dimana dalam penelitian ini terdapat lima variabel yang akan digunakan yaitu satu variabel
dependen, dan empat variabel independen.
Penelitian ini menggunakan rasio ROE (Return on Equity) sebagai variabel dependen untuk menggambarkan
kinerja perbankan, sedangkan sebagai variabel independen dalam penelitian ini yaitu Keuntungan penjualan surat
berharga (SEC), Keuntungan transaksi Spot dan Derivatif (SND), komisi/provisi/fee (FEE), dan Pendapatan lainnya
(OTH) untuk menggambarkan pendapatan non bunga (Non-Interest Income) dari bank karegori BUKU 4. Keempat
variabel independen ini diambil karena ketersedian data dalam publikasi Statistik Perbankan Indonesia yang
dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Sampel merupakan bagian dari sebuah populasi. Oleh karena itu, sampling adalah proses dalam memilih
sejumlah elemen dari populasi dengan memahami karakteristik masing masing elemen populasi.
Metode pengumpulan data dilakukan dengan teknik dokumentasi. Teknik dokumentasi merupakan teknik
pengumpulan data berdasarkan laporan atau dokumen resmi yang di terbitkan oleh badan asesor atau badan yang
mempunyai kompetensi dibidangnya. Teknik dokumentasi merupakan teknik yang mempunyai jenis data sekunder.
Adapun data sekunder yang akan digunakan adalah berupa dokumen resmi Statistik Perbankan Indonesia yang di
terbitkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu Ordinary Least Square (OLS). OLS ini adalah analisis
regresi berganda dengan menggunakan lebih dari 1 variabel independennya. Oleh karena itu rumusan model
penelitian adalah sebagai berikut:
𝑹𝑶𝑬 = 𝜶 + 𝜷𝟏𝑺𝑬𝑪𝒕 + 𝜷𝟐𝑺𝑵𝑫𝒕 + 𝜷𝟑𝑭𝑬𝑬𝒕 + 𝜷𝟒𝑶𝑻𝑯𝒕 + 𝛆
Dimana:
ROE = Rasio ROE (Return on Equity)
SEC = Keuntungan Penjualan Surat Berharga
SND = Keuntungan Transaksi Spot dan Derivatif
FEE = Komisi/ Provisi/ Fee
OTH = Pendapatan lainnya selain X1, X2, dan X3
α = Konstanta
β = Konstanta regresi
t = 36 bulan pengamatan (dari Januari 2015 - Desember 2017)
ε = error
Dalam penelitian ini melakukan 1 kali melakukan regresi OLS. Menurut Gujarati (2009), dalam penentuan
estimator regresi berganda harus memenuhi dari kriteria BLUE. Kriteria BLUE merupakan singkatan dari Best,
Linier, Unbiased, dan Efficient estimator. Best yang dimaksud yaitu estimator merupakan yang terbaik dari sampel,
linier adalah kombinasi linier dari data sampel, unbiased adalah estimasi sesuai dengan nilai yang sebenarnya, dan
effiecient estimator adalah estimator memiliki varians yang minimum diantara estiamator lain yang tidak bias. Untuk
mengetahui bahwa estimator sudah BLUE adalah dengan menggunakan uji asumsi klasik.
D. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah data yang digunakan dalam model penelitian baik variabel
dependen dan variabel independen mempunyai distribusi data yang normal atau tidak. Model peneltian yang baik
adalah yang mempunyai hasil regresi distribusi data yang yang normal. Hal tersebut dapat diliat melalui nilai
probability yang lebih besar dari α atau lebih besar dari 5%.
Gambar 4: Hasil Uji Normalitas
0
2
4
6
8
10
-0.04 -0.02 0.00 0.02 0.04 0.06
Series: Residuals
Sample 2015M01 2017M12
Observations 32
Mean 8.55e-17
Median -0.005150
Maximum 0.068313
Minimum -0.037643
Std. Dev. 0.025636
Skewness 0.998908
Kurtosis 3.315212
Jarque-Bera 5.454172
Probability 0.065410
Sumber: Data diolah melalui Eviews (2018)
Gambar 4 menunjukan bahwa nilai probability 0.065410, hal ini menunjukan bahwa nilai probabilitynya lebih
besar dari α (0.05). dengan nilai Probabilitas sebesar 0.065410 > 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa distribusi data
telah terdistribusi secara normal.
2. Uji Heteroskedestisitas
Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk melihat data yang digunakan mempunyai varian kesalahan pengganggu
atau tidak. Dimana dalam pengujian heteroskedastisitas ini menggunakan Uji Glejser. Berikut hasil Uji Glejser yang
telah dilakukan:
Tabel 1: Uji Glejser
F-statistic 0.569289 Prob. F(4,27) 0.6871
Obs*R-squared 2.488938 Prob. Chi-Square(4) 0.6466
Scaled explained SS 2.140458 Prob. Chi-Square(4) 0.7099
Sumber: Data diolah melalui Eviews (2018)
Tabel 1 menunjukan bahwa hasil dari uji Glejser melalui nilai Prob. Chi-Square dari Obs*R-squared yang
dimiliki yaitu sebesar 0.6466. Berdasarkan nilai tersebut bahwa nilai probabilitas yang dimiliki lebih besar dari α
(0.05), oleh karena itu 𝐻0 dari uji Glejser diterima atau data yang digunakan dalam penelitian ini bebas asumsi
heteroskedastisitas.
3. Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi digunakan untuk melihat apakah variabel yang digunakan mempunyai korelasi antar kurun
waktu. Untuk mengetahui tidak adanya autokorelasi dalam data maka nilai Durbin-Watson harus berada pada
daerah Du dan 4-Du. Namun pada peneliatan ini menggunakan uji Breusch-Godfrey.
Tabel 2: Hasil Uji Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test
F-statistic 2.329080 Prob. F(2,25) 0.1182
Obs*R-squared 5.025973 Prob. Chi-Square(2) 0.0810
Sumber: Data diolah melalui Eviews (2018)
Tabel 2 menunjukan bahwa nilai probabilitas dari Obs*R-squared adalah sebesar 0.0810 atau lebih besar dari
nilai α yaitu 0.05. Berdasarkan nilai uji tersebut dapat disimpulkan bahwa H0 diterima atau data yang digunakan
tidak mengalami autokorelasi.
4. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui variabel independen yang digunakan mempunyai hubungan
kuat antara satu sama lain atau tidak. Dimana untuk mengetahui variabel independen yang digunakan mempunyai
hubungan atau tidak yaitu dengan melihat nilai centered VIF. Berikut hasil dari uji multikolinearitas yang sudah
dilakukan:
Tabel 3: Hasil Uji Multikolinearitas
Variable Coefficient Uncentered Centered
Variance VIF VIF
C 0.096914 4109.855 NA
SEC 0.000314 66.81887 1.389634
SND 0.000204 76.33459 1.163663
FEE 0.007536 3933.950 1.559334
OTH 0.000110 47.05371 1.036993
Sumber: Data diolah melalui Eviews (2018)
Berdasarkan tabel 3 menunjukan bahwa seluruh variabel indpenden memiliki nilai centered VIF yang < 10.
Dimana SEC mempunyai nilai sebesar 1.389634, SND mempunyai nilai sebesar 1.163663, FEE mempunyai nilai
sebesar 1.559334, dan OTH mempunyai nilai sebesar 1.036993. Berdasarkan hasil dari masing masing variabel
dapat disimpulkan bahwa variabel independen yang digunakan tidak mengalami permasalahan multikolinearitas.
5. Uji Parsial (t-statistik)
Uji parsial adalah uji yang digunakan untuk melihat pengaruh masing-masing variabel independen terhadap
variabel dependen. Untuk melihat apakah variabel independen mempengaruhi variabel dependen yaitu dengan
melihat nilai probabilitas dari masing masing variabel tersebut. Jika nilai probabilitas < α (0.05) maka H0 ditolak
atau variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Begitu sebaliknya jika nilai probabilitas >
α (0.05) maka H0 diterima atau variabel independen tersebut berpengaruh akan tetapi tidak signifikan terhadap
variabel dependen.
Tabel 4: Hasil Uji Parsial
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 1.281181 0.311311 4.115439 0.0003
SEC -0.049871 0.017712 -2.815683 0.0090
SND -0.000356 0.014299 -0.024904 0.9803
FEE 0.270073 0.086813 3.110980 0.0044
OTH 0.002709 0.010504 0.257894 0.7984
Sumber: Data diolah melalui Eviews (2018)
1) Uji parsial terhadap keuntungan penjualan surat berharga (SEC)
Berdasarkan tabel 4 bahwa keuntungan penjualan surat berharga berpengaruh negatif terhadap return on
equity (ROE) yang ditunjukan oleh nilai koefisien SEC sebesar -0.049871. Arti dalam besaran koefisien
tersebut adalah apabila keuntungan penjualan surat berharga naik sebesar 1 satuan maka return on equity
(ROE) akan turun sebesar -0.049871. Selain itu nilai probabilitas yang dimiliki SEC adalah 0.0090 atau lebih
kecil dari α (0.05), hal ini menunjukan bahwa 𝐻0 ditolak atau keuntungan penjualan surat berharga secara
individual berpengaruh signifikan terhadap return on equity (ROE).
2) Uji parsial terhadap keuntungan transaksi spot dan derivatif (SND)
Berdasarkan tabel 4 bahwa keuntungan transaksi spot dan derivatif berpengaruh negatif terhadap return on
equity (ROE) yang ditunjukan oleh nilai koefisien SND sebesar -0.000356. Arti dalam besaran koefisien
tersebut adalah apabila keuntungan keuntungan transaksi spot dan derivatif naik sebesar 1 satuan maka return
on equity (ROE) akan turun sebesar -0.000356. Selain itu nilai probabilitas yang dimiliki SND adalah 0.9803
atau lebih besar dari α (0.05), hal ini menunjukan bahwa 𝐻0 diterima atau keuntungan transaksi spot dan
derivatif secara individual tidak berpengaruh signifikan terhadap return on equity (ROE).
3) Uji parsial terhadap komisi/provisi/fee (FEE)
Berdasarkan tabel 4 bahwa komisi/provisi/fee berpengaruh positif terhadap return on equity (ROE) yang
ditunjukan oleh nilai koefisien FEE sebesar 0.270073. Arti dalam besaran koefisien tersebut adalah apabila
komisi/provisi/fee naik sebesar 1 satuan maka return on equity (ROE) akan naik sebesar 0.270073. Selain itu
nilai probabilitas yang dimiliki FEE adalah 0.0044 atau lebih kecil dari α (0.05), hal ini menunjukan bahwa 𝐻0
ditolak atau komisi/provisi/fee secara individual berpengaruh signifikan terhadap return on equity (ROE).
4) Uji parsial terhadap pendapatan lainnya (OTH)
Berdasarkan tabel 4 bahwa pendapatan lainnya berpengaruh positif terhadap return on equity (ROE) yang
ditunjukan oleh nilai koefisien OTH sebesar 0.002709. Arti dalam besaran koefisien tersebut adalah apabila
pendapatan lainnya naik sebesar 1 satuan maka return on equity (ROE) akan naik sebesar 0.002709. Selain itu
nilai probabilitas yang dimiliki OTH adalah 0.7984 atau lebih kecil dari α (0.05), hal ini menunjukan bahwa 𝐻0
diterima atau pendapatan lainnya secara individual tidak berpengaruh signifikan terhadap return on equity
(ROE).
6. Uji Simultan (F-statistik)
Uji simultan adalah uji yang digunakan untuk melihat pengaruh variabel independen secara bersama-sama
terhadap variabel dependen. Untuk melihat apakah variabel independen berpengaruh secara bersama-sama terhadap
variabel dependen yaitu dengan melihat nilai probabilitas F-statistik. Jika nilai probabilitas < α (0.05) maka H0
ditolak atau variabel independen berpengaruh signifikan secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Begitu
pula sebaliknya jika nilai probabilitas > α (0.05) maka H0 diterima atau variabel independen berpengaruh tidak
signifikan secara bersama-sama terhadap variabel dependen.
Tabel 5: Hasil Uji Simultan
F-statistic 9.824161
Prob(F-statistic) 0.000049
Sumber: Data diolah melalui Eviews (2018)
Dalam tabel 5 menunjukan bahwa nilai probabilitas F-statistik adalah 0.000049 atau lebih kecil dari α (0.05).
Berdasarkan hasil tersebut maka H0 ditolak atau variabel independen berpengaruh signifikan secara bersama sama
terhadap variabel dependen.
7. Koefisien Determinasi (𝐑𝟐)
Koefisien determinasi adalah koefisien yang mengukur persentase dari kemampuan variabel independen mampu
menjelaskan variabel dependen. Besaran persentase tersebut dapat dilihat melalui hasil R-squared dalam hasil
regresi.
Tabel 6: Hasil Uji Koefisien Determinasi
R-squared 0.592740
Adjusted R-squared 0.532405
Sumber: Data diolah melalui Eviews (2018)
Berdasarkan tabel 6 menunjukan bahwa nilai R-squared data keseluruhan adalah sebesar 0.592740. Hal ini
menunjukan bahwa model regresi yang digunakan dalam penelitian atau kemampuan variabel independen yang
digunakan mampu menjelaskan variabel dependen sebesar 59.2740 persen, dan sisanya sebesar 40.726 persen
dipengaruhi variabel yang berada diluar model.
8. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil dari uji asumsi klasik yang telah dilakukan maka model penelitian dikatakan BLUE karena
telah lolos dari keempat uji asumsi klasik. Berdasarkan hasil estimasi dengan menggunakan metode Regresi Linear
Berganda/Ordinary Least Square (OLS) pada bagian sebelumnya, berikut adalah pembahasan dari rumusan masalah
pengaruh pendapatan non bunga (Non-Interest Income) terhadap kinerja perbankan (Return on Equity) pada bank
kategori BUKU 4 periode tahun 2015-2017.
Setelah melakukan kedua uji, hasil pengolahan data menggunakan regresi linier berganda dimasukkan ke dalam
model persamaan. Berdasarkan hasil regresi dapat dimasukkan kedalam sebuah model sebagai berikut:
ROE = 1.28118071176 - 0.0498705407809 SEC - 0.000356108213586 SND + 0.270073302389 FEE +
0.00270897178328 OTH
Keuntungan penjualan surat berharga berpengaruh signifikan dan negatif terhadap profitabilitas. Hal ini
ditunjukkan oleh nilai koefisien sebesar -0.049871 dan nilai probabilitas sebesar 0.0090 < α 0.05. Itu berarti setiap
kenaikan pendapatan hasil penjualan surat berharga akan menurunkan profitabilitas. Pendapatan penjualan surat
berharga bisa diartikan kegiatan mendiversifikasikan aset bank untuk mengurangi risiko kredit. Namun jenis
pendapatan ini juga sebagai investment/trading yang diharapkan memberikan return. Menurut Samsul (2015:309)
risiko investasi bisa berupa capital loss, kerugian penurunan kurs saham dan kurs obligasi, gagal menerima deviden
tunai dan kupon obligasi, gagal menerima kembali pokok obligasi karena emiten dinyatakan pailit dan gagal
menerima kembali modal karena emiten saham dinyatakan bangkrut ataupun saham tidak laku dijual karena emiten
dikeluarkan dari pencatatan di bursa efek. Pendapatan keuntungan penjualan surat berharga bersifat signifikan
negatif karena jika semakin banyak aset yang disalurkan bank kepada surat berharga maka risiko yang ditanggung
bank juga semakin besar oleh karena itu pendapatan ini bersifat negatif terhadap profitabilitas. Menurut Tandelilin
(2001:7) Semakin besar risiko suatu aset, semakin besar pula return yang diharapkan atas tersebut. Namun ketika
kita terlalu besar memegang satu aset akan memiliki risiko tinggi juga. Pendapatan yang berasal dari aset berisiko
tinggi akan berpengaruh negatif terhadap ROE (profitabilitas).
Keuntungan transaksi spot dan derivatif berpengaruh tidak signifikan dan negatif terhadap profitabilitas. Hal ini
ditunjukkan oleh nilai koefisien sebesar -0.000356 dan nilai probabilitas sebesar 0.9803 > α 0.05. variabel transaksi
spot dan derivatif mempunyai pengaruh yang negatif terhadap profitabilitas bank. Arah negatif ini juga
menunjukkan bahwa pengaruh transaksi spot dan derivatif mempunyai arah yang berlawan dengan teori inti yang
dipakai yaitu pendapat bunga yang berpengaruh positif ke profitabilitas. Hasil estimasi ini sejalan dengan penelitian
Anyango (2016) bahwa terdapat hubungan tidak signifikan dan negatif antara transaksi derivatif dengan kinerja
keuangan bank komersial di kenya karena tidak mudah membedakan dalam praktek hedging dan aktivitas spekulasi.
Menurut Siahaan (2008) risk management (manajemen risiko) sesungguhnya adalah merupakan fokus utama
kegiatan-kegiatan di pasar derivatif, yang dapat digunakan oleh para pelaku (para partisipan) untuk mengurangi
berbagai macam risiko. Menurut Darmawi (2006:169-170) terdapat 5 risiko transaksi derivatif antara lain; 1) risiko
pasar (market risk) tergantung dari perilaku harga, misal harga barang berubah karena perubahan suka bunga atau
kurs. 2) risiko kredit (credit risk) terjadi jika mitra transaksi ingkar janji dan transaksi gagal, mengganti mitra baru
akan menambah biaya baru. 3) risiko operasional (operational risk) adalah risiko yang terjadi akibat kurangnya
sistem dan pengawasan, keteledoran manusia dan kegagalan manajemen. 4) risiko penyelesaian (settlement risk)
terjadi akibat perbedaan waktu antara terjadinya transaksi dengan saat penyelesaian sebagai akibat adanya
perubahan harga. 5) risiko hukum (legal risk) adalah risiko kerugian karena kontrak tidak dapat dilaksanakan, misal
dokumen kurang lengkap. Risiko pasar yaitu perubahan kurs dimanfaatkan para pelaku spekulasi untuk mengeruk
keuntungan. Dari pendapat-pendapat diatas transaksi spot dan derivatif yang awalnya bertujuan baik untuk hedging
yaitu menghindari risiko kerugian salah satu pihak dari proses jual-beli antar negara akibat perubahan nilai tukar.
Transaksi spot dan derivatif menjadi pendapatan yang berisiko tinggi dan berpengaruh negatif terhadap ROE
(profitabilitas).
Komisi/provisi/fee berpengaruh signifikan dan positif terhadap profitabilitas. Hal ini ditunjukkan oleh nilai
koefisien sebesar 0.270073 dan nilai probabilitas sebesar 0.0044 < α 0.05. Hasil estimasi ini sudah sesuai dengan
teori dan hipotesis penelitian bahwa komisi/provisi/fee yang merupakan komponen dari pendapatan non-bunga
(non-interest income) dapat mempengaruhi profitabilitas bank secara signifikan dan positif. Menurut DeYoung
(2003) pendapatan non-interest income tidak menggantikan pendapatan bunga tetapi mendukung pendapatan bunga
bank yang adalah bisnis inti dari perbankan. Sehingga semakin tinggi pendapatan komisi/provisi/fee semakin baik
pula kinerja perbankan, ketika kinerja perbankan baik makan perekonomian indonesia akan terus stabil. Kombinasi
antara regulator, perbankan dan teknologi menghasilkan produk-produk baru yang mengincar peningkatan
pendapatan komisi/profisi/fee seperti misalnya Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT)/cashless society dan yang
terbaru adalah GPN (Gerbang Pembayaran Nasional). Peningkatan teknologi seperti cashless dan GPN
membutuhkan belanja modal besar. Hal ini menjadi risiko variabel komisi/provisi/fee. Menurut Menurut Sun, Wu,
Zhu, dan Stephenson (2016) biaya operasional non-interest income biasanya terdiri dari biaya gaji pegawai, biaya
marketing dan biaya administrasi. Ketika produk terbaru dari non-interest income dikenalkan, bank umum
mengeluarkan lebih banyak dana untuk mempromosikan ke pasar produk baru tersebut dari pada berinvestasi di
pendapatan bunga bank. Namun karena pendapatan promisi/provisi/fee merupakan primadona maka berpengaruh
positif terhadap profitabilitas.
Pendapatan lainnya berpengaruh tidak signifikan dan positif terhadap profitabilitas. Hal ini ditunjukkan oleh nilai
koefisien sebesar 0.002709 dan nilai probabilitas sebesar 0.7984 > α 0.05. Pendapatan lainnya berasal dari
pendapatan-pendapatan yang tidak disebutkan diatas. Contoh pendapatan yang masuk ke dalam kategori ini adalah
pendapatan yang diperoleh dari hasil penjualan aset tetap, sewa gedung, atau eksekusi agunan nasabah yang telah
dikuasai bank. Pendapatan lainnya dari eksekusi agunan tidak signifikan tapi positif terhadap profitabilitas karena
pendapatan ini bukan termasuk pendapatan operasional bank tetapi pendapatan dari hasil penjualan agunan
kolektabilitas 5 (macet). Ada lima jenis kolektabilitas, yaitu: 1) Lancar. 2) Dalam perhatian khusus. 3) Kurang
lancar. 4) Diragukan. 5) macet. Risiko yang terjadi adalah pendapatan bank turun karena dana cadangan kerugian
penurunan nilai (CKPN) dinaikkan akibat kredit macet tidak dapat dikembalikan.
E. KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian dengan menggunakan OLS dapat disimpulkan bahwa
pendapatan non bunga (non-interest income) yang berpengaruh terhadap profitabilitas bank adalah keuntungan
penjualan surat berharga dan pendapatan komisi/provisi/fee. Pendapatan komisi/provisi/fee berpengaruh positif
sesuai dengan teori. Sedangkan keuntungan surat berharga berpengaruh negatif terhadap profitabilitas. Untuk
pendapatan spot derivatif dan pendapatan lainnya tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas bank.
Pendapatan yang paling berpengaruh terhadap profitabilitas dan kinerja perbankan adalah pendapatan non-interest
income dari provisi/komisi/fee. Pendapatan bunga sebagai inti bisnis bank didukung oleh pendapatan non bunga
(non-interest income) akan mendorong peningkatan kinerja perbankan ke arah yang lebih baik. Ketika kinerja
perbankan baik maka akan berdampak pada kondisi perekonomian indonesia karena posisi strategi perbankan
sebagai penggerak perekonomian, menyalukan dana dari masyarakat yang kelebihan likuiditas ke masyarakat
produktif yang kekurangan likuiditas.
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dibahas, maka saran dari penelitian ini adalah; Untuk pihak
perbankan jika ingin meningkatkan profitabilitasnya melalui pendapatan non bunga (non-interest income) maka
akan lebih baik melalui penyediaan jasa yang bisa menghasilkan komisi/fee/provisi. Meskipun pendapatan lain
seperti pendapatan lainnya mempunyai kemungkinan untuk bisa meningkatkan profitabilitas, akan tetapi besaran
keuntungan tersebut tidak signifikan terhadap profitabilitas dibandingkan dengan pendapatan yang didapatkan dari
komisi/fee/provisi. Untuk pemerintah/regulator agar tetap mempertahankan kinerja baiknya sebagai lembaga yang
memiliki peran vital dalam pengaturan, pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan dan menciptakan kinerja
lembaga keuangan yang sehat. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan menambahkan variabel-variabel baru yang
masih berada diluar model agar hasil penelitian lebih baik dalam menjelaskan pengaruh pendapatan non bunga (non-
interest income) terhadap profitabilitas/kinerja perbankan. Atau membandingkan pengaruh pendapatan non-interest
income terhadap kinerja perbankan antara bank bermodal besar dengan bank bermodal kecil di indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Tarawneh, Alaaeddin. Abu Khalaf, Bashar K. Abu & Assaf, Ghazi Al. (2017). Non-interest Income and
Financial Performance at Jordanian Banks. International Journal of Financial Research, Vol.8 (No.1) : 166-171.
Anyango, Akun F. (2016). The Effect of Financial Derivatives on The Financial Performance of Commercial Banks
in Kenya. Nairobi: Department of Finance and Accounting, School of Business.
Choiorazzo, Vincenzo. Milani, Carlo & Salvini, Francesca. 2008. Income Diversification and Bank Performance:
Evidence from Italian Banks. Journal of Financial Services Research, Vol.33 : 181-203.
Dahidyat, A. 2012. Does Liquidity and Solvency Affect Banks Profitability? Evidence from Listed Banks in Jordan.
International Journal of Academic Research in Accounting, Finance and Management Science 6 (No.1): 35-40.
Darmawi, Herman. 2006. PASAR FINANSIAL DAN LEMBAGA-LEMBAGA FINANSIAL. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Dendawijaya, Lukman. 2003. Manajemen Perbankan. Edisi Kedua. Jakarta: Ghalia Indonesia.
DeYoung, Robert & Rice, Tara. 2003. Noninterest Income and Financial Performance at U.S. Commercial Banks.
Federal Reserve Bank of Chicago.
Fahmi, Irham. 2015. Manajemen Perbankan Konvensional & Syariah. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Gujarati, Damodar N & Wawn, C Porter. 2009. Dasar-dasar Ekonometrika, Edisi Lima. Jakarta: Salemba Empat.
Kasmir. 2015. Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi revisi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Koch, Timothy W. & MacDonald, S. Scott. 2015. Bank Management. Eighth Edition. Boston: Cengage Learning.
Kuncoro, Mudrajad. 2003. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta:
Erlangga.
Mishkin, F.S. 2008. Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan Edisi 8. Jakarta: Salemba Empat.
Otoritas Jasa Keuangan. (2018). STATISTIK PERBANKAN INDONESIA januari Volume 16 No. 03.
https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/data-dan-statistik/statistik-perbankan-indonesia/Default.aspx diakses pada
16 Mei 2018
Otoritas Jasa Keuangan. (2017). STATISTIK PERBANKAN INDONESIA januari Volume 15 No. 02.
https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/data-dan-statistik/statistik-perbankan-indonesia/Default.aspx diakses pada
16 Mei 2018
Otoritas Jasa Keuangan. (2016). STATISTIK PERBANKAN INDONESIA januari Volume 14 No. 02.
https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/data-dan-statistik/statistik-perbankan-indonesia/Default.aspx diakses pada
16 Mei 2018
Otoritas Jasa Keuangan. (2015). STATISTIK PERBANKAN INDONESIA Januari Volume 13 No. 02.
https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/data-dan-statistik/statistik-perbankan-indonesia/Pages/SPI-Februari-
2015.aspx diakses pada 16 Mei 2018
Otoritas Jasa Keuangan. (2013). STATISTIK PERBANKAN INDONESIA Januari Volume 11 No. 02.
https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/data-dan-statistik/statistik-perbankan-indonesia/Pages/statistik-perbankan-
indonesia-januari-2013.aspx diakses pada 16 Mei 2018
Otoritas Jasa Keuangan. (2012). STATISTIK PERBANKAN INDONESIA Januari Volume 10 No. 02.
https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/data-dan-statistik/statistik-perbankan-indonesia/Pages/statistik-perbankan-
indonesia-januari-2012.aspx diakses pada 16 Mei 2018
Siahaan, Hinsa. (2008). Seluk-Beluk Perdagangan Instrumen Derivatif Opsi Saham Call & Put, Rights, Warrants,
Convertible Bonds, Swap Tingkat Bunga, Indeks, dan Swap valuta Asing. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Samsul, Mohamad. 2015. PASAR MODAR & MANAJEMEN PORTOFOLIO. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Satria, Dias. 2009. Ekonomi, Uang, dan Bank. Catatan Teoritis dan Praktis. Malang: UB Press.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sun, Limei. Wu, Siqin. Zhu, Zili & Stephenson, Alec. (2017). Non-interest Income and Performance of Commercial
Banking in China. Hindawi Scientific Programming, Vol.2017 (No.4803840) : 1-8.
Syofyan, Sofriza. 2003. Keputusan Go Public dan Hubungannya dengan Kinerja Bank-Bank Swasta di Indonesia.
Jurnal Media Riset & Manajemen, Vol.3, (No.1)
Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA.