14
Pengaruh Pendekatan Kontekstual terhadap Kemampuan Representasi Matematik Beragam Siswa SMP Oleh : Jaenudin Jurusan Pendidikan Matematika, UPI Abstrak: Kemampuan komunikasi adalah bagian integral dari kurikulum matematika, salah satu komponennya kemampuan representasi. Kemampuan representasi dapat ditingkatkan melalui proses inquiry menggunakan konsep matematisasi horizontal & vertikal. Proses pembelajaran dengan pendekatan kontekstual memungkinkan siswa terlibat aktif karena siswa diberi kesempatan mengkonstruksi & menemukan kembali konsep yang direfleksi di akhir pembelajaran. Peran guru sebagai pusat pemberi informasi berubah menjadi fasilitator, motivator, dan creator pembelajaran untuk membantu mengkonstruksi pengetahuan siswa. Pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual ini telah dicobakan di SMPN 1 Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Hasil percobaan dilapangan menunjukkan bahwa pendekatan kontekstual memberikan pengaruh yang positif terhadap kemampuan representasi matematik beragam. Berdasarkan percobaan tersebut, pendekatan kontekstual dapat dijadikan sebagai metode pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan representasi matematik beragam siswa sekolah menengah pertama. Kata Kunci: Pendekatan kontekstual, representasi matematik beragam. 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Dalam setiap kurikulum pendidikan nasional, mata pelajaran matematika selalu diajarkan di setiap jenjang pendidikan dan di setiap tingkatan kelas dengan proporsi waktu yang jauh lebih banyak daripada mata pelajaran lainnya. Secara tidak langsung, hal ini menunjukkan bahwa mata pelajaran matematika diharapkan dapat memenuhi penyediaan potensi sumber daya manusia yang handal. Yakni manusia yang memiliki kemampuan bernalar secara logis, kritis, sistematis, rasional dan cermat; mempunyai kemampuan bersikap jujur, objektif, kreatif dan terbuka; memiliki kemampuan bertindak secara efektif dan efisien, serta memiliki kemampuan bekerja sama. Kemampuankemampuan tersebut hendaknya dipersiapkan secara lebih dini melalui pembelajaran di dalam kelas sebagai bekal siswa pada saat sekarang dan masa yang akan datang. Salah satu upaya untuk membentuk manusia yang mempunyai kemampuan seperti yang disebutkan sebelumnya adalah melalui pembelajaran matematika. Untuk

Pengaruh Pendekatan Kontekstual Terhadap Kemampuan Representasi Matematik Beragam

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pengaruh Pendekatan Kontekstual Terhadap Kemampuan Representasi Matematik Beragam

Pengaruh Pendekatan Kontekstual terhadap Kemampuan Representasi Matematik Beragam Siswa SMP 

 Oleh :  

Jaenudin Jurusan Pendidikan Matematika, UPI 

  

Abstrak:  Kemampuan  komunikasi  adalah  bagian  integral  dari  kurikulum matematika,  salah  satu  komponennya  kemampuan  representasi. Kemampuan  representasi  dapat  ditingkatkan  melalui  proses  inquiry menggunakan  konsep  matematisasi  horizontal  &  vertikal.  Proses pembelajaran  dengan  pendekatan  kontekstual  memungkinkan  siswa terlibat  aktif  karena  siswa  diberi  kesempatan  mengkonstruksi  & menemukan kembali konsep yang direfleksi di akhir pembelajaran. Peran guru  sebagai  pusat  pemberi  informasi  berubah  menjadi  fasilitator, motivator,  dan  creator  pembelajaran  untuk  membantu  mengkonstruksi pengetahuan  siswa.  Pembelajaran  matematika  dengan  pendekatan kontekstual  ini telah dicobakan di SMPN 1 Lembang, Kabupaten Bandung Barat.  Hasil  percobaan  dilapangan  menunjukkan  bahwa  pendekatan kontekstual  memberikan  pengaruh  yang  positif  terhadap  kemampuan representasi  matematik  beragam.  Berdasarkan  percobaan  tersebut, pendekatan  kontekstual  dapat  dijadikan  sebagai  metode  pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan  representasi matematik beragam siswa sekolah menengah pertama. Kata Kunci: Pendekatan kontekstual, representasi matematik beragam.  

  

1. Pendahuluan 

1.1   Latar Belakang 

Dalam  setiap  kurikulum pendidikan nasional, mata pelajaran matematika  selalu 

diajarkan  di  setiap  jenjang  pendidikan  dan  di  setiap  tingkatan  kelas  dengan  proporsi 

waktu yang  jauh  lebih banyak daripada mata pelajaran  lainnya. Secara  tidak  langsung, 

hal  ini menunjukkan  bahwa mata  pelajaran matematika  diharapkan  dapat memenuhi 

penyediaan  potensi  sumber  daya manusia  yang  handal.  Yakni manusia  yang memiliki 

kemampuan  bernalar  secara  logis,  kritis,  sistematis,  rasional  dan  cermat; mempunyai 

kemampuan  bersikap  jujur,  objektif,  kreatif  dan  terbuka;  memiliki  kemampuan 

bertindak  secara  efektif  dan  efisien,  serta  memiliki  kemampuan  bekerja  sama. 

Kemampuan‐kemampuan  tersebut  hendaknya  dipersiapkan  secara  lebih  dini  melalui 

pembelajaran  di  dalam  kelas  sebagai  bekal  siswa  pada  saat  sekarang  dan masa  yang 

akan datang. 

Salah  satu  upaya  untuk  membentuk  manusia  yang  mempunyai  kemampuan 

seperti  yang disebutkan  sebelumnya  adalah melalui pembelajaran matematika. Untuk 

Page 2: Pengaruh Pendekatan Kontekstual Terhadap Kemampuan Representasi Matematik Beragam

2 | Jaenudin: Pengaruh Pendekatan Kontekstual terhadap Kemampuan Representasi Matematik Beragam Siswa SMP 

mewujudkan hal tersebut, dirumuskan empat kemampuan matematik yang diharapkan 

dapat dicapai siswa mulai tingkat dasar hingga tingkat menengah. Keempat kemampuan 

matematik  tersebut  adalah  penalaran,  pemecahan masalah,  koneksi,  dan  komunikasi 

(Depdiknas dalam Mudzakkir, 2006: 2). 

Kemampuan komunikasi perlu dihadirkan secara  intensif agar siswa terlibat aktif 

selama  pembelajaran.  Kemampuan  komunikasi  matematik  merupakan  kemampuan 

yang  sangat  penting  untuk  dimiliki  siswa,  karena  pada  dasarnya matematika  adalah 

bahasa yang dipenuhi dengan notasi dan  istilah sehingga konsep yang terbentuk dapat 

dipahami dan dimanipulasi  oleh siswa. 

Mengingat pentingnya kemampuan komunikasi dalam pembelajaran matematika, 

NCTM  (Mudzakkir,  2006:  3)  mengungkapkan  bahwa  keterampilan‐keterampilan 

komunikasi matematik  dapat  dilakukan  di  dalam  kelas  dan  dipandang  sebagai  bagian 

integral  dari  kurikulum  matematika.  Keterampilan‐keterampilan  tersebut  adalah 

representasi,  berbicara  atau  berdiskusi,  menyimak  atau  mendengar,  menulis,  dan 

membaca. 

Meskipun  keterampilan  komunikasi  merupakan  salah  satu  keterampilan  yang 

harus  dikuasai  siswa,  namun  kenyataan  di  lapangan  memperlihatlkan  bahwa 

keterampilan  tersebut  belum  dilatihkan  secara maksimal  (Sa'dijah  dalam Mudzakkir, 

2006:  4).  Siswa  sering  kali  hanya  menerima  ide‐ide  yang  diungkapkan  guru  tanpa 

mempertimbangkannya  lebih  lanjut. Akibatnya siswa tidak memahami materi pelajaran 

secara  mendalam.  Jika  dibiarkan,  hal  ini  akan  memberikan  peluang  siswa  tidak 

menyenangi  mata  pelajaran  matematika.  Pendapat  tersebut  sejalan  dengan  hasil 

penelitian Nurafshar  (Mudzakkir, 2006: 4) yang mengungkapkan bahwa  lebih dari 50% 

siswa tidak menyerap dasar materi selama kegiatan pembelajaran berlangsung, sekitar 

40%  siswa  tidak  peduli  dengan  matematik  dan  menganggap  matematik  tidak 

menyenangkan. 

Menurut McCoy, Baker dan Little (Hutagaol, 2007: 3) mengemukakan bahwa cara 

terbaik membantu  siswa memahami matematika melalui  representasi  adalah  dengan 

mendorong mereka untuk menemukan atau membuat representasi sebagai alat berpikir 

dalam  mengkomunikasikan  gagasan  matematika.  Rusefendi  (Hutagaol,  2007:  4) 

mengemukakan bahwa salah satu peran penting dalam mempelajari matematika adalah 

memahami  objek  langsung matematika  yang  bersifat  abstrak  seperti:  fakta,  konsep, 

prinsip  dan  skill.  Untuk  mencapainya  diperlukan  sajian  benda‐benda  konkrit  untuk 

membantu  memahami  ide‐ide  matematika  yang  bersifat  abstrak  tersebut.  Sehingga 

Page 3: Pengaruh Pendekatan Kontekstual Terhadap Kemampuan Representasi Matematik Beragam

3 | Jaenudin: Pengaruh Pendekatan Kontekstual terhadap Kemampuan Representasi Matematik Beragam Siswa SMP 

dalam  proses pembelajarannya  diperlukan  kemampuan  representasi  yang  baik.  Peran 

sajian  benda  konkrit  dalam  pembelajaran  terbatas  hanya  sebagai  alat  bantu 

pemahaman, dan jika  ide yang dipelajari telah dipahami, sajian benda konkret tersebut 

tidak diperlukan lagi. 

Sabandar  dkk  (Hutagaol,  2007:  5) mengemukakan  bahwa  untuk meningkatkan 

kemampuan  representasi  matematik,  bisa  dilakukan  guru  melalui  proses  penemuan 

kembali  dengan  menggunakan  konsep  matematisasi  horizontal  dan  vertikal.  Konsep 

matematisasi  horizontal  berupa  pengidentifikasian,  pemvisualisasian masalah melalui 

sketsa atau gambar yang  telah dikenal  siswa. Sedangkan konsep matematisasi vertikal 

berupa  representasi  hubungan‐hubungan  dalam  rumus,  perbaikan  dan  penyesuaian 

model matematika, penggunaan model‐model yang berbeda dan penggeneralisasian. 

Pembelajaran  yang  cocok  dengan  uraian  di  atas  adalah  pembelajaran  dengan 

pendekatan  kontekstual.  Dalam  pembelajaran  dengan  pendekatan  kontekstual  siswa 

diberi  kesempatan untuk mengkonstruksi  konsep matematika  yang  sedang dipelajarai 

melalui  proses  inquiri.  Selama  proses  inquiri,  siswa  belajar  bersama  kelompok  yang 

diharapkan akan terjadi sharing pengetahuan. Siswa bisa bertanya kepada guru, teman 

sekelompok,  bahkan  ke  kelompok  yang  lainnya.  Selain  itu,  siswa  bisa melihat model 

yang  tersedia,  baik  yang  diberikan  oleh  guru  ataupun model  yang  tersedia  di  alam 

sekitar.  Pengetahuan  siswa  yang  diperoleh  melalui  learning  community  tersebut 

kemudian direfleksi baik oleh guru ataupun siswa lainnya agar tidak terjadi miskonsepsi. 

Setiap  aktivitas  siswa  diberikan  penghargaan  sebaik‐baiknya  agar  siswa  semakin 

termotivasi.  

1.2 Perumusan Masalah 

Masalah  utama  yang  akan  dijawab  dalam  tulisan  ini  adalah  Bagaimanakah 

pengaruh  pendekatan  kontekstual  terhadap  kemampuan  representasi  matematik 

beragam siswa SMP? Yang kemudian dirinci menjadi: 

1) Bagaimanakah  peningkatan  kemampuan  representasi  matematik  beragam  siswa 

yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan kontekstual? 

2) Bagaimanakah  sikap  siswa  terhadap  pembelajaran  dengan  menggunakan 

pendekatan kontekstual? 

 

 

 

Page 4: Pengaruh Pendekatan Kontekstual Terhadap Kemampuan Representasi Matematik Beragam

4 | Jaenudin: Pengaruh Pendekatan Kontekstual terhadap Kemampuan Representasi Matematik Beragam Siswa SMP 

2. Kajian Pustaka 

2.1 Pendekatan Kontekstual 

Pendekatan kontekstual merupakan suatu strategi pembelajaran dimana materi 

disajikan melalui  konteks  yang bervariasi dan berhubungan dengan  kehidupan  sehari‐

hari, baik di  rumah, di  sekolah maupun di  lingkungan masyarakat  secara  luas. Hal  ini 

ditegaskan  oleh Howey  (Rohayati,  2005:  14)  bahwa  pembelajaran  kontekstual  adalah 

pembelajaran  yang  memungkinkan  siswa  belajar  menggunakan  pemahaman  dan 

kemampuan  akademiknya  dalam  konteks  yang  bervariasi,  baik  konteks  itu  di  dalam 

ataupun di luar sekolah. 

Dalam  pembelajaran  kontekstual,  guru mengaitkan materi  yang  diajarkannya 

dengan  situasi  dunia  nyata  untuk  mendorong  siswa  membuat  hubungan  antara 

pengetahuan yang telah dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari‐hari. 

Depdiknas (2006) mengemukakan bahwa pembelajaran kontekstual melibatkan 

tujuh komponen utama, yaitu:  (1) konstruktivisme,  (2) Menemukan,    (3) Bertanya,  (4) 

Masyarakat Belajar, (5) Pemodelan, (6) Refleksi, dan (7) Penilaian sebenarnya. 

Komponen  pertama  dari  pendekatan  kontekstual  adalah  konstruktivisme 

(Constructivism) yang merupakan  landasan  filosofi pendekatan  ini. Menurut padangan 

teori  konstruktivisme  pengetahuan  harus  dibangun  siswa  sedikit  demi  sedikit  yang 

hasilnya  diperluas  melalui  konteks  yang  terbatas.  Dalam  prakteknya,  pembelajaran 

dengan menggunakan pendekatan kontekstual dikemas menjadi proses mengkonstruksi, 

bukan  transfer  pengetahuan  dari  guru  ke  siswa.  Siswa membangun  pengetahuannya 

sendiri melalui keterlibatannya dalam proses pembelajaran secara aktif. 

Komponen kedua adalah menemukan (Inquiry) yang merupakan bagian inti dari 

pembelajaran kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa bukan 

hasil mengingat  seperangkat  fakta‐fakta  tetapi merupakan  hasil menemukan  sendiri. 

Guru merancang pembelajaran yang menekankan pada kegiatan menemukan. Sehingga 

siswa akan melalui siklus inquiri yang terdiri dari observasi, bertanya, pengajuan dugaan, 

pengumpulan data, dan penyimpulan. 

Komponen yang ketiga adalah bertanya (Questioning). Bertanya merupakan ruh 

dari suatu pembelajaran. Dengan bertanya guru bisa memperoleh  informasi dari siswa, 

misalnya  mengetahui  sejauh  mana  tingkat  pemahaman  siswa  terhadap  materi, 

membangkitkan  respon  siswa,  membimbing  dan  mengarahkan  siswa.  Bertanya  bisa 

dilakukan baik antara siswa dengan guru, maupun antara siswa dengan siswa. Kegiatan 

Page 5: Pengaruh Pendekatan Kontekstual Terhadap Kemampuan Representasi Matematik Beragam

5 | Jaenudin: Pengaruh Pendekatan Kontekstual terhadap Kemampuan Representasi Matematik Beragam Siswa SMP 

bertanya  bisa  ditemukan  ketika  siswa  berdiskusi,  bekerja  dalam  kelompok,  ketika 

menemui kesulitan, ketika mengamati, dan sebagainya. 

Komponen  keempat  adalah  adanya masyarakat belajar  (Learning Community). 

Manusia  sebagai  makhluk  sosial  tentu  tidak  akan  terlepas  dari  bantuan  orang  lain. 

Manusia  memerlukan  kerja  sama  satu  sama  lain  untuk  saling  belajar  dan  saling 

membantu.  Dengan  adanya  masyarakat  belajar,  siswa  belajar  dengan  kelompoknya 

untuk  saling berbagi  satu  sama  lain. Antara  siswa yang  satu dengan yang  lainnya bisa 

saling mengisi  dan melengkapi  sehingga  bisa menumbuhkan  pengetahuan  yang  akan 

bermakna. 

Komponen kelima dari pendekatan kontekstual adalah pemodelan (Modelling). 

Pemodelan  ini bisa dalam pengemasan dan penyampaian materi  sehingga  siswa  lebih 

memahami  konsep  yang  diajarkan.  Menurut  Hutagaol  (2006:  20)  pemodelan  disini 

maksudnya  adalah  adanya model  yang  bisa  ditiru. Model  tersebut  bisa  berupa  cara 

mengoperasikan  sesuatu,  cara  memanipulasi  benda‐benda  konkrit,  ataupun  guru 

memberi contoh mengerjakan sesuatu. 

Komponen  yang  keenam  adalah  refleksi  (Reflection)  yang maksudnya  adalah 

berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa‐apa yang 

telah dilakukan. Siswa mengendapkan apa yang baru saja dipelajarinya sebagai struktur 

pegetahuan baru. Kegiatan refleksi bisa berupa kegiatan me‐review materi‐materi yang 

baru  saja  dipelajari  di  akhir  proses  pembelajaran  untuk menekankan  konsep‐konsep 

yang  fundamental.  Selain  itu,  kegiatan  refleksi  ini  bisa  berupa  kegiatan 

mempertimbangkan kembali suatu kesimpulan yang diperoleh. 

Komponen  yang  terakhir  adalah  adanya  penilaian  sebenarnya  (Authentic 

Assessment). Maksudnya  adalah  penilaian  selama  pembelajaran  tidak  hanya menilai 

produk yang dihasilkan siswa, akan tetapi guru menilai siswa mulai dari keaktifan siswa 

selama pembelajaran hingga hasil belajar yang diperolehnya. Hal ini dimaksudkan untuk 

memotivasi  dan  menghargai  usaha‐usaha  yang  dilakukan  siswa  dalam  memahami 

konsep‐konsep yang diajarkan guru. 

Susan  Jones  Sears  dan  Susan  B.  Hersh  (1998)  serta  Johnson  (2002) 

mengemukakan  bahwa  karakteristik  pembelajaran  dengan  pendekatan  kontekstual 

adalah pembelajaran yang mencakup: 

a. Pembelajaran berbasis masalah 

b. Keberagaman dan saling keterkaitan konteks 

Page 6: Pengaruh Pendekatan Kontekstual Terhadap Kemampuan Representasi Matematik Beragam

6 | Jaenudin: Pengaruh Pendekatan Kontekstual terhadap Kemampuan Representasi Matematik Beragam Siswa SMP 

c. Kemandirian  dalam  belajar,  yang  mencakup  kesadaran  berpikir,  penggunaan 

berbagai strategi, dan pemberian motivasi secara terus menerus. 

d. Pembelajaran berdasarkan pada konteks pengalaman siswa yang beragam 

Dalam  praktek  pembelajaran  dengan  pendekatan  kontekstual,  Zahorik 

(Rohayati,  2005:  15)  mengemukan  bahwa  ada  lima  aspek  yang  perlu  diperhatikan. 

Kelima aspek tersebut adalah: 

a. Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge) 

b. Pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge) 

c. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge) 

d. Mempraktekan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh (applying knowledge) 

e. Melakukan  refleksi  (reflecting  knowledge)  terhadap  startegi  pengembangan 

pengetahuan. 

Secara  umum,  langkah  pembelajaran  dengan  pendekatan  kontekstual  adalah 

sebagai berikut:  

1. Kembangkan  pemikiran  bahwa  anak  akan  belajar  lebih  bermakna  dengan  cara 

bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya 

2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik 

3. kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya 

4. Ciptakan masyarakat belajar 

5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran 

6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan 

7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara 

2.1 Representasi Matematik 

NCTM  (Mudzakkir, 2006:18) menyatakan bahwa representasi merupakan salah 

satu  kunci  keterampilan  komunikasi  matematik.  Secara  tidak  langsung  hal  ini 

mengindikasikan  bahwa  proses  pembelajaran  yang  menekankan  pada  kemampua 

representasi akan melatih siswa dalam komunikasi matematik. 

Secara  umum  representasi  selalu  digunakan  ketika  siswa  mempelajari 

matematik. Hal  ini  terlihat dari 70%  ciri khas komunikasi matematik berkaitan dengan 

representasi.  Menurut  Goldin  (Mudzakkir,  2006:19)  representasi  adalah  suatu 

konfigurasi  (bentuk  atau  susunan)  yang  dapat  menggambarkan,  mewakili,  atau 

melambangkan sesuatu dalam suatu cara. Sedangkan Downs dan Downs dalam sumber 

yang  sama menyebutkan  bahwa  representasi merupakan  konstruksi matematik  yang 

Page 7: Pengaruh Pendekatan Kontekstual Terhadap Kemampuan Representasi Matematik Beragam

7 | Jaenudin: Pengaruh Pendekatan Kontekstual terhadap Kemampuan Representasi Matematik Beragam Siswa SMP 

dapat  menggambarkan  aspek‐aspek  konstruksi  matematik  lainnya.  Dalam  hal  ini, 

diantara dua buah konstruksi matematik haruslah  terdapat suatu keterkaitan sehingga 

satu sama lain tidak saling bebas, bahkan suatu konstruksi saling memberi peran penting 

untuk membentuk konstruksi yang lainnya. 

NCTM  (Mudzakkir, 2006: 20) mengungkapkan beberapa hal berikut:  (a) proses 

representasi melibatkan  penerjemahan masalah  atau  ide  ke  dalam  bentuk  baru,  (b) 

proses  representasi  termasuk pengubahan diagram atau model  fisik ke dalam  simbol‐

simbol  atau  kata‐kata,  dan  (c)  proses  representasi  juga  dapat  digunakan  dalam 

penerjemahan atau penganalisisan masalah verbal untuk membuat maknanya menjadi 

jelas. 

Dari  uraian  di  atas  dapat  disimpulkan  bahwa  representasi  matematik 

merupakan  penggambaran,  penerjemahan,  pengungkapan,  penunjukkan  kembali, 

pelambangan, atau bahkan pemodelan  ide, gagasan, konsep matematik, dan hubungan 

diantaranya yang termuat dalam suatu konfigurasi, konstruksi, atau situasi tertentu yang 

ditampilkan siswa dalam berbagai bentuk sebagai upaya memperoleh kejelasan makna, 

menunjukkan pemahamannya atau mencari solusi yang dari masalah yang dihadapinya. 

Representasi  tidak  hanya  merujuk  pada  hasil  atau  produk  yang  diwujudkan 

dalam bentuk konfigurasi atau konstruksi baru,  tetapi  juga melibatkan proses berpikir 

yang  dilakukan  untuk  menangkap  dan  memahami  konsep,  operasi,  atau  hubungan‐

hubungan  matematik  lainnya  dari  suatu  konfigurasi.  Dengan  demikian  proses 

representasi matematik dapat dibedakan menjadi dua tahap, yaitu secara  internal dan 

eksternal. 

Representasi  internal  merupakan  proses  berpikir  tentang  ide‐ide  matematik 

yang memungkinkan  pikiran  seseorang  bekerja  atas  dasar  ide  tersebut  (Hiebert  dan 

Charpenter  dalam  Mudzakkir,  2006:  21).  Pada  intinya  representasi  internal  sangat 

berkaitan dengan proses mendapatkan kembali pengetahuan yang telah diperoleh dan 

disimpan  dalam  ingatan  serta  relevan  dengan  kebutuhan  untuk  digunakan  ketika 

diperlukan. Proses tersebut sangat terkait erat dengan pengkodean pengalaman masala 

lalu. Proses representasi internal ini tentu tidak bisa diamati secara kasat mata dan tidak 

dapat  dinilai  secara  langsung  karena  merupakan  aktivitas  mental  (minds  on)  dalam 

pikiran seseorang. 

Sedangkan  representasi  eksternal  adalah  hasil  perwujudan  dalam 

menggambarkan  apa‐apa  yang  dikerjakan  siswa  secara  internal  atau  representasi 

internal  (Goldin dalam Mudzakkir, 2006: 22). Hasil perwujudan  ini dapat   diungkapkan 

Page 8: Pengaruh Pendekatan Kontekstual Terhadap Kemampuan Representasi Matematik Beragam

8 | Jaenudin: Pengaruh Pendekatan Kontekstual terhadap Kemampuan Representasi Matematik Beragam Siswa SMP 

baik  secara  lisan,  tulisan  dalam  bentuk  kata‐kata,  simbol,  ekspresi  atau  notasi 

matematik, gambar, grafik, diagram, tabel, atau objek fisik berupa alat peraga. 

Dari  uraian  di  atas,  terlihat  bahwa  interaksi  antara  representasi  internal  dan 

representasi  eksternal  terjadi  secara  timbal  balik  ketika  seseorang  mempelajari 

matematik. Dengan  demikian  jika  siswa memiliki  kemampuan membuat  representasi, 

siswa  telah  mempunyai  alat‐alat  dalam  meningkatkan  keterampilan  komunikasi 

matematikanya  yang  akan  berpengaruh  terhadap  peningkatan  pemahaman 

matematikanya. 

 

2.2 Representasi Matematik Beragam dalam Pembelajaran Matematika 

Multiple  Representation  (Representasi  Beragam)  merupakan  bagian  proses 

representasi matematik yang dibuat secara beragam. Representasi beragam dapat juga 

dipandang sebagai salah satu keterampilan kunci komunikasi atau aspek proses koneksi. 

Keterampilan  representasi matematik  beragam  dapat  dilatihkan  kepada  siswa 

melalui  penyajian  materi  ataupun  soal‐soal  yang  kemas  secara  kontekstual.  Hal  ini 

bertujuan  untuk  memicu  siswa  agar  menggunakan  kembali  ataupun  mengaitkan 

masalah‐masalahnya dengan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya. 

Representasi  beragam  perlu  dimunculkan  dalam  setiap  pembelajaran  untuk 

memperkaya  pengalaman  siswa.  Bahkan  Coxford  (Mudzakkir,  2006:  38) menegaskan 

bahwa keberagaman representasi dari suatu konsep harus dihadirkan dan dieksplorasi. 

Selain  dalam  aljabar,  representasi  beragam  juga  sangat  penting  dilakukan  dalam 

geometri dan analisis data. 

Swafford  dan  Langrall  (Mudzakkir,  2006:  38) mengungkapkan  bahwa  dengan 

menggunakan  representasi  yang  berbeda  untuk  pemecahan  suatu  masalah  akan 

memberikan  suatu  keuntungan  bagi  siswa.  Keuntungan  tersebut  adalah  penerapan 

representasi  beragam  dalam  bentuk  representasi  apapun  akan  menyebabkan  siswa 

perlu membuat kaitan antara representasi dengan konteks masalah serta antara suatu 

representasi dengan representasi lainnya. 

Salah  satu  cara  untuk  melatihkan  kemampuan  representasi  adalah  dengan 

menyeleksi  tugas‐tugas yang meminta siswa berpikir dan bernalar  tentang  ide‐ide dan 

konsep‐konsep matematik.  Tugas‐tugas  yang  diberikan  lebih  jauh  lagi  harus meminta 

siswa  untuk  memberikan  alasan  (menjustifikasi),  membuat  konjektur, 

menginterpretasikan,  dan  mengkorelasikan  ide‐ide  matematik  yang  penting.  Dengan 

Page 9: Pengaruh Pendekatan Kontekstual Terhadap Kemampuan Representasi Matematik Beragam

9 | Jaenudin: Pengaruh Pendekatan Kontekstual terhadap Kemampuan Representasi Matematik Beragam Siswa SMP 

pemberian  tugas  seperti  itu  akan  mendorong  pemikiran  siswa  dalam  penyelesaian 

masalah atau penciptaan representasi yang lebih kompleks. 

Represntasi  matematik  beragam  memberikan  peran  penting  dalam 

pembelajaran untuk mengarahkan dan membimbing siswa dari situasi konkrit ke situasi 

abstrak ataupun sebaliknya. Dalam pembelajaran matematika, umumnya guru langsung 

memberikan rumus‐rumus  jadi tanpa memberikan pemahaman  lebih  lanjut. Guru tidak 

memberikan  kesempatan  kepada  siswa  untuk  merepresentasikan  pemamahan  akan 

konsepnya  sendiri.  Siswa  tidak  beri  kesempatan  untuk membuat  representasi  formal 

melalui  tahapan‐tahapan  yang  biasanya  melibatkan  representasi  informal  terlebih 

dahulu. Pada  tahap  inilah  representasi beragam  akan mengarahkan dan membimbing 

siswa  dari  situasi  konkret  ke  situasi  abstrak  yang  berupa  rumus‐rumus  yang  telah 

terepresentasi  secara  formal. Dalam  tahapan  ini  siswa  akan mengamati pola, melihat 

dan membuat  hubungan  dalam  pola, membuat  generalisasi, dan  kemudian membuat 

ekspresi matematikanya. 

Seperti telah diuraikan sebelumnya, representasi matematik baik secara internal 

maupun  eksternal  perlu  dilakukan  dalam  pembelajaran  matematika  karena  akan 

membantu  siswa dalam mengorganisasikan pikirannya, memudahkan pemahamannya, 

serta memfokuskannya pada hal‐hal yang esensial dari suatu masalah matematik yang 

dihadapinya.  selain  itu,  representasi  juga  dapat membantu  siswa  dalam membangun 

konsep  atau  prinsip matematik  yang  sedang  dipelajarinya. Bahkan NCTM  (Mudzakkir, 

2006:  24)  menegaskan  bahwa  representasi  merupakan  pusat  pembelajaran  dan 

penggunaan matematika. 

Beberapa manfaat  atau  nilai  tambah  yang  diperoleh  guru  atau  siswa  sebagai 

hasil pembelajaran yang melibatkan representasi matematik adalah sebagai berikut:  

1) Pembelajaran yang menekankan representasi akan menyediakan suatu konteks yang 

kaya untuk pembelajaran guru 

2) Meningkatkan pemahaman siswa 

3) Menjadikan representasi sebagai alat konseptual 

4) Meningkatkan  kemampuan  siswa  dalam menghubungkan  representasi matematik 

dengan koneksi sebagai alat pemecahan masalah 

5) Menghindarkan atau meminimalisir terjadinya miskonsepsi 

 Bentuk‐bentuk  operasional  representasi  matematik  beragam  adalah  sebagai 

berikut:  

 

Page 10: Pengaruh Pendekatan Kontekstual Terhadap Kemampuan Representasi Matematik Beragam

10 | Jaenudin:Pengaruh Pendekatan Kontekstual terhadap Kemampuan Representasi Matematik Beragam Siswa SMP 

No  Representasi  Bentuk Operasional1  Visual, berupa: 

a. Diagram, grafik, atau tabel 

  b. Gambar 

 - menyajikan  kembali  data/informasi  dari  suatu representasi ke representasi diagram, grafik atau tabel 

- menggunakan representasi visual untuk menyeleseaikan masalah 

- membuat gambar pola geometri - membuat gambar bangun geometri untuk memperjelas masalah dan memfasilitasi penyelesaiannya 

2  Persamaan atau ekspresi matematik 

- membuat  persamaan,  model  matematik,  atau representasi dari representasi lain yang diberikan 

- membuat konjektur dari suatu pola hubungan - menyelesaikan  masalah  dengan  melibatkan  ekepresi matematik  

3  Kata‐kata atau teks tertulis 

- membuat  situasi  masalah  berdasarkan  data  atau representasi yang diberikan 

- menuliskan interpretasi dari suatu representasi - menuliskan langkah‐langkah penyelesaian masalah matematik dengan kata‐kata 

- menyusun cerita yang sesuai dengan suatu representasi yang disajikan 

- menjawab soal dengan menggunakan kata‐kata atau teks tertulis 

 

3 Hasil Penelitian 

Pembelajaran  matematika  menggunakan  pendekatan  kontekstual  diterapkan 

pada siswa kelas VIII‐A dan VIII‐B SMPN 1 Lembang. Metode penelitian yang digunakan 

adalah metode eksperimen dengan desain pretest‐posttest control group design. Dalam 

hal  ini  kelas  VIII‐A  sebagai  kelompok  kontrol  yang  menggunakan  pendekatan 

konvensional  (ceramah)  dan  kelas  VIII‐B  sebagai  kelompok  eksperimen  yang 

menggunakan  pendekatan  kontekstual.  Instrumen  yang  digunakan  meliputi  tes 

kemampuan representasi matematik beragam, angket, dan lembar observasi. Instrumen 

tes berupa  5 (lima) butir soal uraian dilakukan uji coba instrumen terlebih dahulu. Untuk 

mengukur  validitasnya  digunakan  rumus  korelasi  produk  momen  angka  kasar  dari 

Pearson, hasilnya semua soal tergolong sedang (0,497; 0,593; 0,637; 0,637; dan 0,657). 

Sedangkan  untuk  menghitung  reliabilitasnya  digunakan  rumus  Cronbach  –  Alpha, 

hasilnya soal tergolong sedang (0,557). 

Data yang diperoleh dari  instrumen  tes meliputi data pretes, postes, dan gain 

ternormalisasi kemudian dilakukan uji kesamaan dua rata‐rata dengan menggunakan uji 

t. Namun sebelumnya memeriksa syarat‐syarat yang harus dipenuhinya terlebih dahulu 

dan menetapkan  taraf  signifikansi  (α)  sebesar 5%. Dari hasil analisis pretes, diperoleh 

Page 11: Pengaruh Pendekatan Kontekstual Terhadap Kemampuan Representasi Matematik Beragam

11 | Jaenudin:Pengaruh Pendekatan Kontekstual terhadap Kemampuan Representasi Matematik Beragam Siswa SMP 

kesimpulan bahwa kemampuan awal representasi matematik beragam siswa kelompok 

kontrol  dan  kelompok  eksperimen  adalah  sama.  Sedangkan  dari  hasil  analisis  postes, 

diperoleh  kesimpulan bahwa  kemampuan  representasi matematik beragam  kelompok 

eksperimen lebih baik daripada kelompok kontrol. Dari hasil analisis gain ternormalisasi 

diperoleh kesimpulan bahwa peningkatan kemampuan representasi matematik beragam 

kelompok  eksperimen  lebih  baik  daripada  kelompok  kontrol. Dengan  demikian  dapat 

disimpulkan  bahwa  pendekatan  kontekstual  lebih  berpengaruh  positif  terhadap 

kemampuan representasi matematik beragam daripada pendekatan konvensional.  

Data  yang  diperoleh  dari  angket  kemudian  cari  persentasenya  dan  dihitung 

skornya untuk setiap aspek yang diamatinya. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan 

diperoleh bahwa secara umum sikap siswa terhadap matematika dan pembelajarannya 

adalah  sangat  posisitf,  sikap  siswa  terhadap  pembelajaran  matematika  dengan 

pendekatan  kontekstual  adalah  sangat  positif,  dan  sikap  siswa  terhadap  representasi 

matematik  beragam  adalah  positif.  Sedangkan  data  dari  hasil  observasi menunjukkan 

bahwa  setiap  aspek  yang  diamati  selama  implementasi  pembelajaran  matematika 

dengan  menggunakan  pendekatan  kontekstual  bisa  dimunculkan.  Dengan  kata  lain 

implementasi pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan kontekstual 

sudah sesuai dengan prosedur‐prosedur yang telah ditetapkan atau tidak menyimpang 

dari kaidah pendekatan kontekstual secara teoritik. 

 

4 Penutup 

Berdasarkan  hasil  penelitian  yang  telah  dilakukan,  pembelajaran matematika 

dengan menggunakan pendekatan kontekstual dapat dijadikan sebagai suatu alternatif 

pembelajaran yang perlu dipertimbangkan oleh para guru di  lapangan. Meskipun pada 

penerapan  pembelajaran  matematika  dengan  pendekatan  kontekstual  menunjukkan 

hasil positif, namun penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu: 

1) Penelitian  ini  dilakukan  dengan  mengambil  sampel  salah  satu  SMP  Negeri  di 

Kabupaten  Bandung  Barat.  Walaupun  sampel  ini  diambil  secara  acak,  namun 

jumlahnya  sangat  terbatas,  sehingga hasilnya belum  tentu dapat digeneralisasikan 

ke  wilayah  yang  lebih  luas.  Untuk  itu,  perlu  penelitian  sejenis  lainnya  dengan 

sebaran dan wilayah sampel yang lebih luas.  

2) Waktu  yang  digunakan  untuk  percobaan  ini  juga  terbatas.  Percobaan  hanya 

berlangsung  sekitar  satu  bulan.  Oleh  karena  itu,  maka  bahan  atau  materi  yang 

diberikan  juga terbatas, belum begitu banyak. Meskipun dalam percobaan  ini telah 

Page 12: Pengaruh Pendekatan Kontekstual Terhadap Kemampuan Representasi Matematik Beragam

12 | Jaenudin:Pengaruh Pendekatan Kontekstual terhadap Kemampuan Representasi Matematik Beragam Siswa SMP 

dilakukan pengendalian secara cermat, namun karena terbatasnya waktu dan bahan 

yang  diberikan  kemungkinan  adanya  pengaruh  variabel  lain  yang  tidak  terkendali 

dapat terjadi. Untuk itu, perlu adanya penelitian lanjutan yang waktunya lebih lama, 

bahan/materi  yang  diberikan  lebih  banyak,  sehingga  dapat  lebih  mencerminkan 

bahwa  pembelajaran  matematika  dengan  menggunakan  pendekatan  kontekstual 

dapat mempengaruhi kemampuan representasi matematik beragam siswa.  

3) Dalam  percobaan  ini  satuan  pelajaran  yang  disusun  menurut  pendekatan 

kontekstual,  baik  untuk  pegangan  guru maupun  sebagai  bahan/materi  bagi  siswa 

disusun  oleh  penulis.  Satuan  pelajaran  menurut  pendekatan  kontekstual  ini 

dicobakan  dan  ternyata hasilnya baik. Hasil baik  ini mungkin perlu didukung oleh 

penelitian  sejenis  lainnya  di  mana  satuan  pelajaran  menurut  pendekatan 

kontekstual disusun oleh guru bersangkutan. Dengan demikian akan terlihat apakah 

memang satuan pelajaran menurut pendekatan kontekstual yang disusun oleh guru 

dengan berbagai macam keterbatasannya juga akan mencapai hasil yang lebih baik.  

 

 

Pustaka Acuan 

Depdiknas. (2006). Pengembangan Model Pembelajaran yang Efektif.[Online]. Tersedia: http://www.dikdasmen.org/files/KTSP/SMP/PENGEMMODEL%20PEMBEL%20YG%20EFEKTIF‐SMP.doc. [30 Desember 2007].  

Hake, Richard R. (2002). Relationship of Individual Student Normalized Learning Gains in Mechanics with Gender, High‐School Physics, and Pretest Scores on Mathematics and  Spatial  Visualization.  [Online].  Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/~hake/PERC2002h‐Hake.pdf. [10 Maret 2008]. 

Hutagaol,  K.  (2007).  Pembelajaran  Kontekstual  untuk  Meningkatkan  Kemampuan Representasi Siswa  SMP. Tesis pada Program Pasca  Sarjana UPI Bandung: Tidak dipublikasikan. 

Johnson, Elain B. (2002). Contextual Teaching and Learning. MLC: Bandung 

Maulana.  (2003).  Alternatif  Pembelajaran  Matematika  dengan  Menggunakan  Media Komik Matematika  untuk Meningkatkan Motivasi  Belajar  dan  Prestasi  Belajar Siswa. Skripsi pada  Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung: Tidak dipublikasikan. 

Meltzer,  David  E.  (2002).  The  Relationship  Between  Mathematics  Preparation  and Conceptual Learning Gains  in Physics: A Possible "Hidden Variable"    in Diagnostic Pretest  Scores.  [0nline].  Tersedia:  http://www.physics.iastate.edu/per/docs/AJP‐Dec‐2002‐Vol.70‐1259‐1268.pdf. [10 Maret 2008]. 

Mudzakkir,  Hera  S.  (2006).  Strategi  Pembelajaran  “Think‐Talk‐Write”  untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematik Beragam Siswa SMP. Tesis pada Program Pasca Sarjana UPI Bandung: Tidak dipublikasikan. 

Page 13: Pengaruh Pendekatan Kontekstual Terhadap Kemampuan Representasi Matematik Beragam

13 | Jaenudin:Pengaruh Pendekatan Kontekstual terhadap Kemampuan Representasi Matematik Beragam Siswa SMP 

Puspita, Redda S. (2007). Pengaruh Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam Pembelajaran Matematika terhadap Hasil Belajar Siswa SMP. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung: Tidak dipublikasikan. 

Rohayati,  A.  (2005).  Mengembangkan  Kemampuan  Berpikir  Kritis  Siswa  dalam Matematika melalui  Pembelajaran  dengan  Pendekatan  Kontekstual.  Tesis  pada Program Pasca Sarjana UPI Bandung: Tidak dipublikasikan. 

Sears, Susan J. dan Susan B. Hersh. (1998). Contextual Teaching and Learning: Preparing Teachers  to  Enhance  Student  Success  in  and Beyond  School.  [Online].  Tersedia: http://www.eric.ed.gov/ERICWebPortal/custom/portlets/recordDetails/detailmini.jsp?_nfpb=true&_&ERICExtSearch_SearchValue_0=ED427263&ERICExtSearch_SearchType_0=no&accno=ED427263‐54.pdf. [30 Desember 2007]  

Soegiarti,  T.  (2006).  Pembelajaran  Mikrobiologi  dengan  Mengunakan  Pendekatan Contextual  Teaching  and  Learning  dalam  Meningkatkan  Kemampuan  Berpikir Logis dan Penguasaan Konsep Mahasiswa UPI Non‐Eksakta. Tesis pada Program Pasca Sarjana UPI Bandung: Tidak dipublikasikan.  

Somantri,  A.  dan  Sambas  AM.  (2006).  Aplikasi  Statistika  dalam  Penelitian.  Bandung: Pustaka Setia. 

Stewart,  J.  (2007).  Correcting  the  Normalized  Gain.  [Online].  Tersedia: http://www.uark.edu/depts/physinfo/phystec/research/CorrectGainSummer2007JCS.pdf. [10 Maret 2008]. 

Sudjana. (2002). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito Bandung.  

Suherman,  E.  (2003).  Evaluasi  Pembelajaran Matematika.  Bandung:  JICA‐FPMIPA UPI Bandung. 

Page 14: Pengaruh Pendekatan Kontekstual Terhadap Kemampuan Representasi Matematik Beragam

14 | Jaenudin:Pengaruh Pendekatan Kontekstual terhadap Kemampuan Representasi Matematik Beragam Siswa SMP 

BIOGRAFI

JAENUDIN, lahir di Garut pada tanggal 18 Desember 1985.

Menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDN Tenjolaut

(1992 – 1998), kemudian melanjutkan ke SMPN 1 Bungbulang

(1998 – 2001). Lulus dari SMAN 1 Bungbulang pada tahun

2004, mendapat kesempatan belajar ke Universitas Pendidikan

Indonesia (UPI) dengan mengambil Jurusan Pendidikan

Matematika. Setelah empat tahun belajar di UPI, lulus tahun 2008 dengan yudisium

Cum Laude. Saat ini aktif mengajar di sebuah lembaga yang melayani pendidikan

bagi anak-anak SD dan SMP. Selain aktif sebagai konsultan pendidikan, juga aktif

dalam bidang webmaster, pemrograman Macromedia Flash, serta database. Saat ini,

sedang menunggu kesempatan untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi.

Bagi yang berkepentingan, bisa menghubungi e-mail: [email protected]