Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN VIDEO
ANIMASI TERHADAP PRAKTIK GOSOK
GIGI PADA ANAK KELAS IV DAN V
DI SDN 1 BENDUNGAN
TEMANGGUNG
NASKAH PUBLIKASI
Disusun oleh:
ZULFAH KHOLISHAH
201310201070
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2017
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN VIDEO
ANIMASI TERHADAP PRAKTIK GOSOK
GIGI PADA ANAK KELAS IV DAN V
DI SDN 1 BENDUNGAN
TEMANGGUNG
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Keperawatan
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan
di Universitas „Aisyiyah
Yogyakarta
Disusun oleh:
ZULFAH KHOLISHAH
201310201070
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2017
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN
VIDEO ANIMASI TERHADAP PRAKTIK GOSOK
GIGI PADA ANAK KELAS IV DAN V DI SDN 1
BENDUNGAN TEMANGGUNG1
Zulfah Kholishah2, Yuli Isnaeni³, Suratini
4
Universitas „Aisyiyah Yogyakarta
Email: [email protected]
intisari: Indeks kerusakan gigi pada anak-anak di Indonesia masih sangat tinggi. Sementara itu,
praktik menggosok gigi pada anak-anak masih sangat rendah.Pendidikan kesehatan sangat
dibutuhkan untuk meningkatkan praktik gosok gigi yang benar dan menurunkan angka
kerusakan gigi.Video animasi merupakan alat pendidikan kesehatan gigi yang baik pada anak
karena kemampuannya dalam menarik perhatian anak-anak.
Kata kunci: pendidikan kesehatan, video animasi, praktik gosok gigi, anak
Abstract: Tooth decay indexes among children remain high in Indonesia. Meanwhile, proper
tooth-brushing practices among children remain low. Health education is urgently needed to
improve proper tooth-brushing practice and reduce the rate of tooth decay among children.
Animation video is a great tool to educate oral health among children since it has ability in
encouraging children attention.
Keywords: Health Behavior, Animation Video,Tooth-brushing Practice, Children.
1Judul Skripsi
2Mahasiswa PSIK Fakultas Ilmu KesehatanUniversitas „Aisyiyah Yogyakarta
3Dosen PSIK Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas „Aisyiyah Yogyakarta
4 Dosen PSIK Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas „Aisyiyah Yogyakarta
PENDAHULUAN
Surveilans Badan Kesehatan Dunia
(WHO) pada tahun 2010 menemukan
bahwa 68% penduduk berusia 12 hingga 44
tahun di negara-negara berkembang di dunia
termasuk Indonesia rata-rata memiliki
indeks DMF-T (Decay Missing Filled Teeth)
atau jumlah gigi berlubang dengan karies
lebih dari tiga. Indeks DMF-T adalah
indeks yang menggambarkan tingkat
keparahan kerusakan gigi yang pernah
dialami seseorang baik berupa decay (gigi
karies atau berlubang), missing (gigi cabut)
dan filling (gigi tumpat) (WHO, 2010).
Indeks DMF-T Indonesia pada tahun
2014 adalah 4,6 yang berarti kerusakan gigi
penduduk Indonesia adalah 460 gigi per 100
orang atau dapat dikatakan dalam 100 orang
penduduk Indonesia, setiap 1 orang rata-rata
memiliki hampir 5 gigi rusak. Indeks 4,6
termasuk kategori tinggi menurut WHO (4,5
sampai 6,5). Bila dibandingkan dengan
tahun 2008, indeks DMF-T besarannya
hampir sama, yakni 4,85% yang berarti
kerusakan gigi sebanyak 485 gigi per 100
orang. Hal ini menunjukkan bahwa
kesadaran masyarakat Indonesia akan
kesehatan gigi dari tahun 2008 sampai 2014
masih sangat rendah dan tidak berubah.
Indeks DMF-T Indonesia diharapkan dapat
ditekan hingga mencapai kategori rendah 0,0
sampai 1,1 yang berarti tidak ada kerusakan
gigi atau setidaknya hanya 1 gigi rusak per
orang(Kemenkes RI, 2014).
Cappelli dan Mobley (2008)
mengemukakan bahwa infeksi gigi dapat
menimbulkan 41 macam penyakit kronis
seperti kerusakan ginjal, sinusitis maksilaris,
meningitis, rhematod arthritis dan bahkan
kematian. Hal ini karena material infeksi
pada gigi dapat menjalar ke anggota tubuh
lain melalui jalur sirkulasi darah
(hematogen) sehingga menginfeksi organ
lain. Mekanisme kerusakan menjalar
tersebut disebut fokal infeksi.Berbagai
penelitian juga menyebutkan bahwa infeksi
gigi dapat meningkatkan resiko jantung
koroner hingga 24% sampai 35%
(Humphrey dkk., 2008) dan juga
meningkatkan resiko kematian akibat
kardiovaskular hingga 2,16 kali (Natto dkk.,
2015).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan
yang menunjukkan rendahnya praktik gosok
gigi yang benar pada anak kelas IV dan V
SDN 1 Bendungan serta tidak berjalannya
program preventif dari UKGS membuat
peneliti merasa bahwa pendidikan kesehatan
praktik gosok gigi perlu diselenggarakan di
sekolah tersebut. Dalam hal ini, pendidikan
kesehatan dengan media video animasi
dipandang cocok dengan karakteristik anak
kelas IV dan V SD sebagaimana yang
direkomendasikan oleh Daryanto (2010).
Atas dasar tersebut maka penulis melakukan
penelitian mengenai “Pengaruh Pendidikan
Kesehatan dengan Video Animasi Terhadap
Praktik Gosok Gigi Pada Anak Kelas IV dan
V di SDN 1 Bendungan Temanggung”.
METODE PENELITIAN
Indeks kerusakan gigi pada anak-anak di
Indonesia masih sangat tinggi. Sementara
itu, praktik menggosok gigi pada anak-anak
masih sangat rendah.Pendidikan kesehatan
sangat dibutuhkan untuk meningkatkan
praktik gosok gigi yang benar dan
menurunkan angka kerusakan gigi.Video
animasi merupakan alat pendidikan
kesehatan gigi yang baik pada anak karena
kemampuannya dalam menarik perhatian
anak-anak.
Penelitian pre-eksperimen dengan
rancangan one group pretest posttest design.
Penelitian ini menggunakan instrumen
kuesioner lembar observasi tentang praktik
gosok gigi. Sampel adalah 48 anak kelas IV
dan V yang diambil dengan teknik total
sampling. Perubahan praktik gosok gigi
sebelum dan setelah pendidikan kesehatan
dianalisis dengan uji Wilcoxon.
Sebagian besar responden memiliki
praktik gosok yang kurang benar pada saat
pretest (95,8%) dan sebagian besar
responden memiliki praktik gosok yang
benar pada saat posttest (56,3%). Analisis
Wilcoxon menunjukkan hasil Z= -5,000 dan
taraf signifikan diperoleh nilai p=0,000.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.Karakteristik responden penelitian
Penelitian ini dilakukan di SDN 1
Bendungan Temanggung yang terletak di
Jalan Tretep Bendungan, Kecamtan Tretep,
Kabupaten Temanggung, Provinsi Jawa
Tengah.Fasilitas yang ada di sekolah ini
masih terbatas karena hanya terdiri dari
ruang guru, 6 ruang kelas, lapangan, UKS,
mushala dan perpustakaan.Tidak terdapat
fasilitas laboratorium dan aula/hall di
sekolah ini.
Karakteristik responden yang diperhatikan
pada penelitian ini adalah usia dan jenis
kelamin. Hasilnya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Anak
Kelas IV dan V SDN 1 Bendungan
Temanggung Karakteristik
Responden
Frekuensi
(f)
Persentase
(%)
Usia 9-10 tahun 20 41,7
11-12
tahun
28 58,3
Jenis
kelamin
Perempuan 33 68,8
Laki-laki 15 31,3
Jumlah (n) 48 100
Sumber: Data primer, 2017
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui
bahwa sebagian besar responden pada
penelitian ini berusia antara 11-12 tahun
(58,3%) dan berjenis kelamin perempuan
(68,8%).
Praktik gosok gigi diobservasi oleh
peneliti sebelum (pretest) dan setelah
(posttest) pemberian pendidikan kesehatan
gigi dengan video animasi. Hasilnya adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.2 Praktik Gosok Gigi Responden
Pada Anak Kelas IV dan V SDN 1
Bendungan Temanggung Praktik
Gosok Gigi
Pretest Posttest p
value f % f %
Benar 2 4,2 27 56,3
Kurang benar 46 95,8 21 43,8 0,000
Jumlah 48 100 48 100
Sumber: Data primer, 2017
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui
bahwa pada saat pretest, sebagian besar atau
95,8% responden mempraktikan gosok gigi
yang kurang benar. Sementara itu pada saat
posttest, sebagian besar atau 56,3%
responden diketahui telah mempraktikan
gosok gigi yang benar.
2. Pembahasan
Hasil penelitian menemukan bahwa
setelah pemberian pendidikan kesehatan gigi
dengan video animasi, sebagian besar
responden diketahui memiliki praktik gosok
gigi yang benar (56,3%). Sementara
sebanyak 43,8% responden lainnya
diketahui masih mempraktikkan gosok gigi
yang kurang benar.
Peningkatan praktik gosok gigi yang benar
dari sebelumnya hanya sebesar 4,2%
menjadi 56,3% pasca pemberian pendidikan
kesehatan melalui video animasi yang
terjadi pada penelitian ini menunjukkan
bahwa praktik gosok gigi pada anak kelas
IV dan V memang ditentukan oleh
pengetahuan praktik gosok gigi dan tidak
dipengaruhi oleh karakteristik usia maupun
jenis kelamin anak. Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian Sakaluskiene dkk. (2011)
serta Das dan Singhal (2009) yang
mengemukakan bahwa setelah mencapai
perkembangan motorik halus yang sempurna
pada usia 5 tahun, praktik gosok gigi anak
tidak dipengaruhi oleh usia maupun jenis
kelamin (p>0,05).
Dibandingkan dengan hasil observasi
praktik gosok gigi sebelumnya, diketahui
bahwa item-item observasi yang banyak
dilewatkan sebelumnya telah banyak
dilakukan pasca pemberian pendidikan
kesehatan.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan yang telah dipaparkan
sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Praktik gosok gigi pada anak kelas IV dan
V di SDN 1 Bendungan Temanggung
sebelum diberi perlakuan pendidikan
kesehatan dengan video animasi sebagian
besar adalah kurang benar sebanyak 46
anak(95,8%).
2. Praktik gosok gigi pada anak kelas IV dan
V di SDN 1 Bendungan Temanggung
setelah diberi perlakuan pendidikan
kesehatan dengan video animasi sebagian
besar adalah sudah benar melakukan praktik
gosok gigi sebanyak 27 anak (56,3%).
3. Sebanyak 25 dari 48 anak kelas IV dan V
di SDN 1 Bendungan Temanggung
mengalami peningkatan praktik gosok gigi
dari kurang benar menjadi benar dan
sebanyak 23 anak lainnya tidak mengalami
peningkatan praktik gosok gigi setelah
diberi perlakuan pendidikan kesehatan
dengan video animasi. Terdapat perbedaan
sebelum dan sesudah dilakukan intervensi
sebesar 39,7%.
4. Ada pengaruh signifikan dari pemberian
pendidikan kesehatan dengan video animasi
terhadap praktik gosokgigi pada anak kelas
IV dan V di SDN 1 Bendungan
Temanggung (p<0,05).
SARAN Saran yang dapat diberikan oleh peneliti
terkait hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagi SDN 1 Bendungan
Temanggung
Pihak sekolah disarankan untuk
menggunakan media video animasi untuk
memberikan pendidikan kesehatan kepada
para siswa guna mengatasi keterbatasan
tenaga kerja dan minimnya penyuluhan dari
puskesmas.Pihak sekolah juga disarankan
untuk mengkampanyekan praktik gosok gigi
yang benar dan membangun kebiasan gosok
gigi pada anak dengan membuat kebijakan
khusus seperti kebijakan sikat gigi bersama
minimal 1 kali dalam sebulan.
2. Bagi guru SDN 1 Bendungan
Temanggung
Guru disarankan untuk mengulang
pendidikan kesehatan gosok gigi dengan
media video animasi untuk meningkatkan
cakupan praktik gosok gigi yang benar agar
dapat mencapai 100%. Pengulangan
pendidikan kesehatan dengan media video
animasi juga dapat disertai dengan metode
lain seperti peragaan atau booklet jika
dimungkinkan.
3. Bagi anak kelas IV dan V SDN 1
Bendungan Temanggung
Anak-anak diharapkan dapat
mempraktikkan gosok gigi yang benar
menjadi suatu kebiasaan yang dilakukan
setelah makan dan sebelum tidur. Anak-anak
yang masih memiliki praktik gosok gigi
yang kurang benar diharapkan
meningkatkan praktik gosok gigi-nya
dengan belajar dari temannya atau menonton
ulang video animasi pendidikan kesehatan
gigi.
4. Bagi peneliti lain
Peneliti lain diharapkan menggunakan
media pendidikan kesehatan lainnya sebagai
media pembanding dari video animasi untuk
membandingkan efektivitas keduanya.
Peneliti lain juga diharapkan menggunakan
produk media yang telah melalui rangkaian
proses uji coba (research and design).
DAFTAR PUSTAKA
Amelia, R., Widyanti, N., Grothoof, J., &
Schaub, R.M.H. (2011). Constraints
on the Performance of School-Based
Dental Program in Yogyakarta,
Indonesia: A Qualitative Study.
Dental Journal 44(2): 93-101.
Anderson, P.C. & Pendleton, A.E.
(2010).The Dental Assistant.New
York:Cengage Learning.
Arsita, M, Hasyim, A. & Adha, M.M.
(2014). Pengaruh Tayangan Film
Kartun Terhadap Pola Tingkah Laku
Anak Usia Sekolah Dasar. J Kultur
Demokrasi 2(7): 1-12.
Cappelli, D.C. & Mobley, C.C.
(2008).Prevention in Clinical Oral
Health Care.Philadelphia: Elsevier
Health Sciences.
Daryanto. (2010). Media Pembelajaran:
Peranan dalam Mencapai Tujuan
Pembelajaran. Yogyakarta: Galva
Media.
Das, U.M. & Singhal, P. (2009).Tooth
Brushing Skills for the Children
Aged 3-11 Years.J Indian Soc
Pedod Prev Dent 27(2): 104-107.
Davis, R.L. (2011). Short Nutritional Videos
and Knowledge Change in A
Population of Low Income
Individuals in A Community
Outreach Setting. Thesis.Ohio:
Allied Medical Profession Ohio
State University, Ohio.
Dinkes Jateng. (2014). Riset Kesehatan
Dasar Provinsi Jawa Tengah
2013.Semarang: Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah.
Listiono, B. (2012). Kesehatan Gigi dan
Mulut.Jakarta: Fitramaya.
Mathew, N.G. & Alidmat, A.O.H. (2014). A
Study of the Usefulness of
Audiovisual Aids in EFL Classroom:
Implications for Effective
Instruction. Int J of Higher Edu 2:
86-92.
Maulana, H.D.J. (2008). Promosi
Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Mehta, A., Sequiera, P.S & Bhat, G.
(2007).Bacterial Contamination and
Decontamination of Toothbrushes
after Use.The New York Dental J
73(3): 20-22.
Mishrav, S.K. & Yadav, B. (2008).Audio
Visual Aids &the Secondary School
Teaching. Global J Human Soc
Science 14(1): 1-11.
Mouradian, W.E. (2011). The Face of a
Child: Children‟s Oral Health and
Dental Education. J Dental Edu
65(9): 821-831.
Muzalifah, M. (2013). Hadits Tentang
Siwak (Studi Fiqh al-Hadits). Skripsi
Dipublikasikan. Banjarmasin:
Jurusan Tafsir Hadis Fakultas
Ushuluddin dan Humaniora IAIN
Antasari Banjarmasin.
Natto, Z.S., Aladmawy, M., Alasqah, M. &
Papas, A. (2015). Is There a
Relationship Between Periodontal
Disease and Causes of Death? A
Cross Sectional Study.Braz Dent J
26(1): 33-38.
Notoatmodjo, S. (2007).Pendidikan dan
Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Nurfallah, A., Yuniarrahmah, E..,
Aspriyanto, D. (2014). Efektivitas
Metode Peragaan dan Metode Video
Terhadap Pengetahuan Penyikatan
Gigi Pada Anak Usia 9-12 Tahun di
SD Negeri Keraton 7
Martapura.Dentino 2(2): 144-149.
Patil, S.P., Patil, P.B. & Kashetty, M.V.
(2014).Effectiveness of Different
tooh Brushing Techniques on
Removal of Dental Plague in 6-8
Year Old Children of Guilbarga.J Int
Soc Prev Community Dent 4(2): 113-
116.
Potter, P. & Perry, A.G. (2007).Buku Ajar
Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses dan Praktis. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Prasetya, T. (2012).Psikologi Pendidikan.
Bandung: Refika Ditama.
Pratiwi, D. (2009). Perawatan Gigi. Jakarta:
Kompas Media Nusantara.
Safitri, K.H. (2010). Hubungan Kesehatan
dengan Cara Sikat Gigi yang baik
(Metode Demonstrasi) Terhadap
Tindakan Menggosok Gigi Pada
Siswa Kelas IV di SD Pertiwi
Padang. Skripsi Dipublikasikan.
Padang: Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas.
Sakaluskiene, Z., Vehkalahti, M.M.,
Murtomaa, H. & Maciulskiene, V.
(2011). Factors Related to Gender
Differences in Toothbrushing among
Lithuanian Middle-Aged University
Employees. Medicine 47(3): 180-
186.
Sato, S., Ito, I.Y., Lara, E.H.G., Panzeri, H.,
Junior, R.F. & Pedrazzi, V. (2008).
Bacterial Survival Rate on
Toothbrushes and Their
Decontamination with Antimicrobial
Solutions. J Appl Oral Sci 12(2): 99-
103.
Santoso, S. (2010). Mengatasi Berbagai
Masalah Statistik. Jakarta: Elex
Media Komputindo.
Samatowa. (2010). Pembelajaran di Sekolah
Dasar. Jakarta: PT. Indeks Media.
Shenov, R.P. & Sequeira, P.S. (2010).
Effectiveness of A School Dental
Education Program in Improving
Oral Health Knowledge and Oral
Hygiene Practices and Status of 12 to
13 Year Old Scholl Children. IJDN
21(2): 253-259.
Simamora, R.H. (2008). Buku Ajar
Pendidikan Dalam Keperawatan.
Jakarta: EGC.
Sinor, M.Z. (2011). Comparison between
Conventional Health Promotion and
Use of Cartoon Animation in
Delivering Oral Health Education.
Int J Human & Soc Science 1(3):
169-174.
Swarjana, I.K. (2011). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:
Penerbit Andi.
Tandilangi, M., Mintjelungan, C. & Wowor,
V.N.S. (2016). “Efektivitas Dental
Health Education dengan Media
Animasi Kartun Terhadap Perubahan
Perilaku Kesehatan Gigi dan Mulut
Siswa SD Advent 02 Sario
Manado.e-Gigi 4(2): 106-110.
Walsh, T., Worthington, H.V., Gelnny, A.,
Appelbe, P., Marinho, V.C. & Shi,
X. (2010). Fluoride Toothpastes of
Different Concentrations for
Preventing Dental Caries in Children
and Adolescent. Cochrane Oral
Health 20(1): 10-21.
WHO. (2010). Oral Health Information
System dalam
http://www.who.int/oral_health/actio
n/information/surveillance/en/
diakses 28 Juni 2016.
Wong, D.L., Eaton, M.H., Wilson, D.,
Winkelstein, M.L. & Schwartz,
P.(2007). Buku Ajar Keperawatan
Pediatrik. Jakarta: EGC.
Zhang, D., Zhou, L., Briggs, R.O. &
Nunamaker, J.F. (2006).
Instructional Video in E-Learning:
Assesing the Impact of Interactive
Video on Learning Effectiveness.
Information and Management 43:
15-27.