Upload
others
View
3
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN KOMBINASI
METODE AUDIOVISUAL DAN KONSELING TERHADAP MOTIVASI
WANITA MEMILIH KB IMPLAN DI KECAMATAN SUTOJAYAN
KABUPATEN BLITAR
TUGAS AKHIR
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Keperawatan
Oleh :
Andhika Susila Widjaya
NIM. 125070207111002
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Allah SWT yang telah memberi petunjuk dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Tugas Akhir
dengan judul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan menggunakan Kombinasi
Metode Audiovisual dan Konseling terhadap Motivasi Wanita memilih KB Implan
di Kecamatan Sutojayan Kabupaten Blitar”. Tugas akhir ini ditujukan untuk
memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Keperawatan di Universitas
Brawijaya Malang.
Terselesaikannya tugas akhir ini berkat bantuan dari berbagai pihak,
untuk itu dalam kesempatan yang baik ini dengan rasa hormat, peneliti
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. dr. Sri Andarini, Sp.PA selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya Malang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk menuntut ilmu di Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.
2. Dr. Ahsan, S.Kp, M.Kes selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
FKUB yang telah memberikan dukungan dan motivasi dalam
menyelesaikan tugas akhir ini.
3. Ns. Fransiska Imavike F, S.Kep, M.Nurs sebagai pembimbing pertama.
Rasa terimakasih yang besar saya sampaikan kepada beliau, yang selalu
memberikan saya bimbingan, saran, motivasi, serta teguran yang
membangun agar saya selalu bersemangat untuk menyelesaikan tugas
akhir ini. Terimakasih Bu, atas setiap waktu bimbingan yang selalu
memberikan tambahan ilmu dan pemahaman baru mengenai berbagai
hal.
iv
4. Ns. Setyoadi, S.Kep, M.Kep, Sp.Kep.Kom sebagai pembimbing kedua.
Momen-momen pencerahan yang selalu beliau berikan di setiap sesi
bimbingan adalah sesuatu yang selalu penulis nantikan untuk menjadi
pendorong & semangat utama yang selalu dapat membantu penulis untuk
bangkit di kala masalah dan rintangan yang membuat tidak termotivasi
untuk melanjutkan tugas akhir.
5. Ns. Lilik Supriati, S.Kep, M.Kep sebagai penguji yang telah bersedia
menguji dan membimbing penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas akhir ini.
6. Ayahanda Drs. Bambang Edy Susilo, M.Si dan Ibunda Ninik Widayati, S.E
serta adikku Annisa Intan Permatasari yang aku cintai, mereka yang
selalu mendoakan serta memberikan dorongan secara material maupun
spiritual.
7. Untuk yang terkasih, yang telah senantiasa memberikan dukungan,
semangat, dan motivasi sehingga penulis mampu berjuang kembali untuk
menyelesaikan tugas akhir.
8. Ibu Umi Tarwiyah, S.Sos yang selalu memberikan masukan dan
membantu penulis untuk berkoordinasi dengan pihak-pihat terkait, selama
penelitian di Kecamatan Sutojayan.
9. Perawat Puskesmas Kecamatan Sutojayan yang turut berperan besar
dalam proses pengambilan data responden dalam penelitian ini yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
10. Seluruh responden yang telah bersedia mengikuti & meluangkan waktu
dalam penelitian ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
v
11. Bapak Aris Sunandes, S.E, M.M yang dengan sabar dan telaten selalu
membimbing penulis terkait hal-hal yang bersifat statistik untuk
pengerjaan tugas akhir ini.
12. Semua pihak yang turut berperan dalam penyelesaian tugas akhir ini
yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga
tugas akhir ini nantinya dapat bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya dan
penulis pada khususnya sebagaimana yang diharapkan.
Amin.
Malang, Juni 2017
Penulis
vi
ABSTRAK
Widjaya, Andhika Susila. 2017. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Menggunakan Kombinasi Metode Audiovisual Dan Konseling Terhadap Motivasi Wanita Memilih KB Implan Di Kecamatan Sutojayan Kabupaten Blitar. Tugas Akhir, Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Pembimbing: (1) Ns. Fransiska Imavike F., S.Kep, M.Nurs (2) Ns. Setyoadi, S.Kep, M.Kep, Sp.Kep.Kom
Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap
pasangan atau individu. KB implan berbentuk yang kecil dan tipis, sehingga tidak akan nampak di permukaan kulit, selain murah juga tidak mengganggu penampilan klien. Media audiovisual merupakan salah satu media yang membantu penyuluh KB dalam menyampaikan suatu pesan, penyuluh memerlukan kreativitas agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh masyarakat. Penyuluhan dengan media audiovisual yang diberikan dilengkapi dengan konseling memberikan wawasan yang lebih luas dan memiliki banyak manfaat bagi penyuluh lapang. Diharapkan dengan adanya pemutaran audiovisual dan konseling menambah motivasi individu untuk menggunakan implant. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan kombinasi metode audiovisual dan konseling terhadap motivasi wanita memilih KB Implan di Kecamatan Sutojayan Kabupaten Blitar. Metode penelitian dengan menggunakan Non-Random Sampling dengan Purposive Sampling responden yang diambil dari bukan peserta KB dan peserta KB Non implan sehingga sampel adalah 62 responden. Hasil penelitian dengan uji statistik dengan paired t-test (dua sampel saling berhubungan) dengan test non parametrik Uji Tanda/Sign, uji Wilcoxon yang menunjukan bahwa rata-rata motivasi responden saat dilakukan sebelum diadakan pendidikan kesehatan menggunakan kombinasi metode audiovisual dan konseling adalah dua pada rentang motivasi dengan keinginan, harapan dan keyakinan yang adalah sedang, rata-rata motivasi responden setelah diadakan pendidikan kesehatan menggunakan kombinasi metode audiovisual dan konseling adalah tiga pada rentang motivasi dengan keinginan, harapan dan keyakinan yang tinggi untuk mau memilih KB Implan. Kata Kunci: Audiovisual, Konseling, Motivasi
vii
ABSTRACT
Widjaya, Andhika Susila. 2017. The Effect of Health Education using Combination Methods of Audiovisual and Counseling for Woman Motivation to Choose Implant Contraception in Sutojayan Subdistrict Blitar Regency. Final Assignment, Nursing Program, Medical Faculty of Brawijaya University. Supervisors: (1) Ns. Fransiska Imavike F., S.Kep, M.Nurs (2) Ns. Setyoadi, S.Kep, M.Kep, Sp.Kep.Kom
The use of contraception is part of the reproductive individual rights.
Familiy Planning implant is small and thin, so it will not appear on the surface of the skin, and interfere with the appearance of clients in addition to cheap. Audiovisual media is one of the media that helps official workers in conveying a message, the instructor needs creativity, the message delivered and received well by the community. Counseling with audiovisual media provided provides a wider insight and has many benefits for official workers. The expectation of audiovisual and counseling motivate individuals to use the implant. The purpose of this study was to determine the effect of health education using a combination of audiovisual methods and counseling on the motivation of women choosing Implants in Sutojayan District, Blitar regency. The research method using Non-Random Sampling with Purposive Sampling of respondents taken from non family planning participants and non-implanted family planning participants so that the sample is 62 respondents. The result of the research was statistical test with paired t-test (two samples interrelated) with nonparametric test of Sign Test, Wilcoxon test which showed that the average of respondent motivation when done before health education using combination of audiovisual and counseling method is two in the range of desire motivation, expectation and belief that is, the average motivation of respondents after health education using a combination of audiovisual methods and counseling is three on the range of motivation with desire, hope and high confidence to want to choose Implant. Keywords: Audiovisual, Counseling, Motivation
viii
DAFTAR ISI
Halaman Judul .............................................................................................. i Halaman Pengesahan ................................................................................... ii Kata Pengantar ............................................................................................. iii Abstrak .......................................................................................................... vi Abstract ......................................................................................................... vii Daftar Isi ........................................................................................................ viii Daftar Tabel .................................................................................................. xi Daftar Gambar .............................................................................................. xii Daftar Lampiran ............................................................................................ xiii BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 6 1.3 Tujuan Peneltian .......................................................................... 6
1.3.1 Tujuan Umum .................................................................... 6 1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................... 6
1.4 Manfaat Peneltian ........................................................................ 7 1.4.1 Manfaat Teoritis ................................................................. 7 1.4.2 Manfaat Praktis .................................................................. 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pendidikan Kesehatan .................................................... 8
2.1.1 Definisi Pendidikan Kesehatan ........................................... 8 2.1.2 Tujuan Pendidikan Kesehatan ........................................... 9 2.1.3 Metode dalam Pendidikan Kesehatan ................................ 10
2.2 Konsep Kontrasepsi Implan ......................................................... 15 2.2.1 Definisi Kontrasepsi Implan ................................................ 15 2.2.2 Jenis Kontrasepsi Implan ................................................... 15 2.2.3 Mekanisme Kerja Kontrasepsi Implan ................................ 16 2.2.4 Efektifitas Kontrasepsi Implan ............................................ 16 2.2.5 Indikasi Pemasangan Kontrasepsi Implan ......................... 16 2.2.6 Kontraindikasi Kontrasepsi Implan .................................... 17 2.2.7 Kelebihan Kontrasepsi Implan ........................................... 17 2.2.8 Kekurangan Kontrasepsi Implan ....................................... 18 2.2.9 Cara Pemasangan Kontrasepsi Implan .............................. 18 2.2.10 Efek Samping/Komplikasi dan Cara Penanggulangannya 19 2.2.11 Dosis ................................................................................ 20
2.3 Konsep Akseptor Keluarga Berencana (KB) ................................ 21 2.3.1 Definisi Akseptor Keluarga Berencana (KB) ....................... 21 2.3.2 Macam-macam Akseptor Keluarga Berencana (KB) .......... 21
2.4 Konsep Sikap Pemilihan Kontrasepsi .......................................... 22 2.4.1 Hal-hal yang Harus Diperhatikan ....................................... 22
2.5 Konsep Motivasi ........................................................................... 25 2.5.1 Definisi Motivasi ................................................................. 25 2.5.2 Teori-teori Motivasi ............................................................. 26 2.5.3 Pengaruh Pendidikan Kesehatan menggunakan Metode
Kombinasi Audiovisual dan Konseling terhadap Motivasi Wanita Usia Subur (WUS) memilih KB Implan.. ............................. 30
ix
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Konsep ........................................................................ 32 3.2 Hipotesis Penelitian ..................................................................... 34
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian .................................................................. 35 4.2 Populasi dan Sampel ................................................................... 35
4.2.1 Populasi ............................................................................. 35 4.2.2 Sampel ............................................................................... 35
4.2.2.1 Kriteria Inklusi Penelitian ............................................ 36 4.2.2.2 Kriteria Eksklusi Penelitian ......................................... 36
4.3 Variabel Penelitian ....................................................................... 36 4.3.1 Variabel Bebas (Independent) ............................................ 36 4.3.2 Variabel Tergantung (Dependent) ...................................... 36
4.4 Definisi Operasional ..................................................................... 37 4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ 40 4.6 Instrumen Penelitian .................................................................... 40 4.7 Uji Validitas dan Reliabilitas ......................................................... 41 4.8 Kerangka Kerja ............................................................................ 43 4.9 Prosedur Penelitian/Pengambilan Data ....................................... 44 4.10 Analisa Data............................................................................... 47
4.10.1 Pre Analisis ...................................................................... 47 4.10.2 Analisis ............................................................................. 48
4.11 Etika Penelitian .......................................................................... 49 4.11.1 Penghargaan terhadap Kerahasiaan (Responden) .......... 49 4.11.2 Ketelitian .......................................................................... 49
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA 5.1 Analisis Univariat ......................................................................... 50
5.1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur .......................... 50 5.2 Analisis Data Khusus ................................................................... 52 5.3 Analisis Bivariat ............................................................................ 53
5.3.1 Distribusi Motivasi Responden Sebelum-Sesudah Audiovisual dan Konseling Kesehatan .................................................. 53
5.3.2 Uji Beda (Uji Wilcoxon) ...................................................... 54
BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Motivasi Wanita Memilih KB Implan Sebelum Pendidikan Kesehatan
Kombinasi Metode Audiovisual dan Konseling ............................ 56 6.2 Motivasi Wanita Memilih KB Implan Sesudah Pendidikan Kesehatan
Kombinasi Metode Audiovisual dan Konseling ............................ 59 6.3 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Kombinasi Metode Audiovisual dan
Konseling terhadap Motivasi Wanita Memilih KB Implan ............ 61 6.4 Implikasi Penelitian dalam Profesi Keperawatan ......................... 63 6.5 Keterbatasan Penelitian .............................................................. 64
BAB 7 PENUTUP 7.1 Kesimpulan ................................................................................. 66 7.2 Saran .......................................................................................... 67
x
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 68 LAMPIRAN ................................................................................................... 71
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.4 Definisi Operasional .................................................................... 38
Tabel 4.6 Instrumen Penelitian (Skala Sikap Model Likert) ......................... 40
Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur, Pendidikan, Pekerjaan dan
Sumber Informasi.. ...................................................................... 50
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Motivasi Responden Sebelum dan
Sesudah Audiovisual dan Konseling Kesehatan ......................... 52
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Indikator Tingkat Motivasi Responden Sebelum
dan Sesudah Audiovisual dan Konseling Kesehatan .................. 52
Tabel 5.4 Motivasi Responden Sebelum-Sesudah Audiovisual dan Konseling
Kesehatan... ................................................................................ 53
Tabel 5.5 Uji Wilcoxon Motivasi Responden Sebelum-Sesudah Audiovisual dan
Konseling Kesehatan.. ................................................................ 54
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Kerangka Konsep. ..................................................................... 32
Gambar 4.8 Kerangka Kerja. ......................................................................... 43
Gambar 5.2 Diagram Batang Tingkat Motivasi Responden Sebelum dan Sesudah
Audiovisual dan Konseling Kesehatan ...................................... 52
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Ethical Clearence ...................................................................... 71
Lampiran 2: Pernyataan Keaslian Tulisan ..................................................... 72
Lampiran 3: Penjelasan untuk Mengikuti Penelitian ...................................... 73
Lampiran 4: Pernyataan Persetujuan untuk Berpartisipasi dalam Penelitian.. 75
Lampiran 5: Kisi-Kisi Kuesioner ..................................................................... 76
Lampiran 6: Kuesioner Tugas Akhir .............................................................. 77
Lampiran 7: Satuan Acara Penyuluhan ......................................................... 82
Lampiran 8: Tabulasi Data ............................................................................ 89
Lampiran 9: Uji Validitas dan Reliabilitas ....................................................... 103
Lampiran 10: Data Statistik & Uji Wilcoxon ................................................... 104
Lampiran 11: Surat Ijin Penelitian .................................................................. 112
Lampiran 12: Surat Pernyataan Telah Melakukan Penelitian ........................ 113
Lampiran 13: Lembar Konsultasi ................................................................... 114
Lampiran 14: Dokumentasi Penelitian ........................................................... 118
Lampiran 15: Daftar Riwayat Hidup ............................................................... 120
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Kontrasepsi merupakan salah satu metode KB yang dapat digunakan
untuk menyelamatkan ibu dan anak akibat melahirkan pada usia muda (fase
menunda atau mencegah kehamilan), jarak kelahiran yang terlalu dekat (fase
menjarangkan kehamilan), dan melahirkan pada usia tua (fase menghentikan
atau mengakhiri kehamilan). Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-
hak reproduksi setiap pasangan atau individu (Andriana, 2011). Berikut ini contoh
alat kontrasepsi yang banyak digunakan oleh masyarakat saat ini, yaitu:
Kondom, KB Suntik, Pil KB, Implan (Susuk KB), IUD, Vasektomi, dan Tubektomi
(Booklet BKKBN, 2014).
Menurut data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
kontrasepsi implan berada di urutan ketiga sebagai kontrasepsi yang digunakan
oleh wanita di Indonesia dengan persentase 8,58%, sementara itu pil KB
digunakan sebanyak 26,81%, suntik KB 47,94%, kondom 7,51%, IUD 7,46%,
dan kontrasepsi lainnya 1,7% (BKKBN, 2012). Kontrasepsi implan mempunyai
kelebihan yaitu, tidak menekan produksi ASI, praktis & efektif, masa pakai jangka
panjang (3 hingga 5 tahun), kesuburan cepat kembali setelah pencabutan, dapat
digunakan oleh ibu yang tidak cocok dengan hormon estrogen, efektifitasnya 99
– 99,8% (BKKBN, 2014). Alasan implan cukup disukai, antara lain: Kemudahan.
Klien yang menggunakan KB implan tidak perlu lagi repot menggunakan
2
kondom. Bagi klien yang sering lupa mengonsumsi pil KB, tidak perlu repot-repot
memasang alarm pil KB; Efektif. Klien tidak perlu bolak-balik melakukan
pemeriksaan rutin karena KB implan memiliki 99 persen efektifitas selama tiga
tahun jika klien menggunakannya dengan tepat; Tidak mengganggu penampilan.
KB implan ini dimasukkan di bagian bawah lengan atas. KB implan berbentuk
yang kecil dan tipis, sehingga tidak akan nampak di permukaan kulit, dan
mengganggu penampilan klien; Murah. Biaya KB implan ini dapat dikatakan
murah, karena untuk penggunaan selama 3 tahun hanya perlu mengeluarkan
biaya sekitar Rp 200.000 – Rp 300.000 (BKKBN, 2014). Terlepas dari alasan
mengapa implan cukup disukai seperti yang telah diuraikan diatas, tentu implan
masih memiliki kekurangan dan kelebihan yang lain. Upaya meningkatkan
motivasi seseorang dalam ber-KB bisa dilakukan dengan cara menanamkan
kesadaran pada diri orang tersebut (Sunaryo, 2010). Oleh karena itu, dalam
rangka untuk meningkatkan motivasi Wanita Usia Subur (WUS) memilih KB
Implan dapat dilakukan dengan memberi informasi tentang KB Implan berupa
pendidikan kesehatan, yang merupakan salah satu cara pembelajaran untuk
meningkatkan pengetahuan calon akseptor KB (BKKBN, 2011).
Setiap jenis media yang digunakan dalam proses pembelajaran
memiliki kelebihan dan kelemahan begitu pula dengan media audiovisual, dan
konseling. Arsyad (2011), mengungkapkan beberapa kelebihan dan kelemahan
media audiovisual dalam pembelajaran sebagai berikut, kelebihan media
audiovisual: Film dan video dapat melengkapi pengalaman dasar peserta,
menggambarkan suatu proses secara tepat yang dapat disaksikan secara
berulangulang jika perlu, disamping mendorong dan meningkatkan motivasi
film dan video menanamkan sikap-sikap dan segi afektif lainnya, mengandung
3
nilai-nilai positif yang dapat mengundang pemikiran dan pembahasan dalam
kelompok peserta, menyajikan peristiwa yang berbahaya jika dilihat secara
langsung, dapat ditujukan kepada kelompok besar atau kelompok kecil,
kelompok yang heterogen maupun homogen, film yang dalam kecepatan normal
memakan waktu satu minggu dapat ditampilkan dalam satu atau dua menit;
Kelemahan media audio visual: Pengadaan film dan video umumnya
memerlukan biaya mahal dan waktu yang banyak, tidak semua peserta mampu
mengikuti informasi yang ingin disampaikan melalui film tersebut, film dan video
yang tersedia tidak selalu sesuai dengan kebutuhan dan tujuan belajar yang
diinginkan, kecuali dirancang dan diproduksi khusus untuk kebutuhan sendiri.
Berdasarkan uraian yang sebelumnya dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa
kelebihan dan kelemahan media audiovisual yang berupa film dan video
bukan merupakan suatu kendala dalam proses pembelajaran (Arsyad, 2011).
Metode konseling, memiliki kelebihan antara lain sebagai berikut: Lebih
intensifnya interaksi klien dan konselor, pusat perhatian klien terfokus pada masa
lalu dan masa yang akan datang, memberikan kesempatan bagi klien dan
konselor untuk saling memberi dan menerima umpan balik, Klien dapat berlatih
tentang perilakunya yang baru, dapat digunakan untuk menggali tiap masalah
yang dialami klien, belajar untuk meningkatkan kepercayaan kepada orang lain,
dapat meningkatkan sistem dukungan dengan cara berteman akrab. Kekurangan
metode konseling antara lain sebagai berikut: Solusi yang ditawarkan konselor
tidak selalu sesuai dengan keinginan klien disebabkan oleh ketidakakuratan data
atau kurangnya kelengkapan data bahkan mungkin karena kesalahan dalam
analisis data; dalam proses klien bersifat pasif, kurang inisiatif dan lebih banyak
menjadi pendengar karena didominasikan oleh konselor (Arsyad, 2011).
4
Diterapkannya kombinasi dua metode ini, diharapkan bisa saling menutupi
kekurangan dari masing-masing metode, dan mampu meningkatkan daya serap
informasi saat pembelajaran, sehingga meningkatkan motivasi klien untuk
memilih KB Implan.
Kumalasari dan Susanto (2017) dalam Jurnal Ilmiah Counselia yang
meneliti tentang efektifitas media audiovisual dan konseling, setelah melakukan
penelitian dengan metode tersebut diketahui nilai t hitung senilai 14.743 (dengan
signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak), menunjukkan bahwa nilai
pada kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan nilai pada kelompok kontrol
yang hanya mendapat audiovisual saja, diketahui t hitung senilai -0.182 (dengan
signifikansi sebesar 0,857 > 0,05, maka H0 diterima), artinya ada beda pada
kelompok penelitian. Hal ini dapat diartikan bahwa model layanan informasi
konseling dan media audiovisual lebih efektif terhadap peningkatan pengetahuan
responden penelitian. Perbedaannya, pada penelitian dalam jurnal tersebut
ditujukan untuk pembelajaran terhadap empati siswa, sementara penelitian ini
ditujukan untuk motivasi Wanita Usia Subur (WUS) dalam memilih KB Implan.
Pernyataan dalam Jurnal Ilmiah Counselia tersebut diperkuat oleh
Nurhayati (2013) dalam penelitiannya yang bertujuan untuk mengetahui
pengaruh konseling terhadap motivasi Wanita Usia Subur (WUS) untuk
menggunakan implan, hasilnya adalah: konseling memiliki peranan yang cukup
penting untuk meningkatkan pengetahuan individu. Pengetahuan sendiri memiliki
peranan yang penting dalam membentuk motivasi seseorang. Semakin tinggi
pengetahuan seseorang dan semakin matang usia seseorang maka diharapkan
motivasi yang dimiliki oleh individu untuk menggunakan implan tersebut dalam
kategori tinggi. KB Implan dipilih sebagai variabel penelitian karena termasuk
5
salah satu kontrasepsi jangka panjang yang diarahkan oleh BKKBN dalam
menyongsong Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Tingkat putus peserta
KB masih cukup tinggi, sekitar 27% pemakai kontrasepsi drop out memakai alat
kontrasepsinya setelah satu tahun pakai. Sudibyo Alimoeso menjelaskan, tingkat
putus pakai tertinggi adalah metode pil 41%, kondom 31%, dan suntik 25% yang
merupakan alat kontrasepsi jangka pendek. Beberapa alasan yang mendasari
akseptor drop out antara lain, karena alasan kesehatan, efek samping, lupa
memakai kontrasepsi, merasa tidak subur, dan abstinent (BKKBN, 2013).
Mengingat fungsinya sebagai educator, perawat harus mampu
menjelaskan pada klien tentang konsep dan data-data kesehatan, membagi
pengetahuan, dalam hal ini adalah pengetahuan tentang KB implan, dan menilai
serta mengevaluasi pembelajaran yang telah diberikan kepada klien (Potter dan
Perry, 2005). Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan menggunakan
Kombinasi Metode Audiovisual dan Konseling terhadap Motivasi Wanita memilih
KB Implan di Kecamatan Sutojayan Kabupaten Blitar”. Lokasi penelitian diambil
di Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar, karena Kabupaten Blitar termasuk
dalam peringkat 5 besar untuk daerah yang gagal program KB-nya di Jawa
Timur, sedangkan Sutojayan merupakan salah satu daerah pinggiran di Blitar
selatan yang cukup banyak sampel Pasangan Usia Subur (PUS) yang belum
ber-KB. Total Pasangan Usia Subur (PUS) di Blitar adalah 223.236, namun
angka Unmeetneed masih mencapai 21.431 (Ingin Anak Tunda/IAT sebesar
11.204, dan Tidak Ingin Anak Lagi/TIAL sebesar 10.227) (BKKBN, 2015). Data
dari UPTD PPKB3A Kecamatan Sutojayan per Maret 2017 menyebutkan bahwa
akseptor KB Implan di Sutojayan menempati peringkat ke 4 dengan jumlah 54
6
akseptor, sementara di peringkat 1 sampai dengan 3 berturut-turut ditempati KB
Suntik, Pil, dan IUD.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas penulis merumuskan “Apakah
ada pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan kombinasi metode
audiovisual dan konseling terhadap motivasi wanita memilih KB implan di
Kecamatan Sutojayan Kabupaten Blitar?”
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui apakah ada Pengaruh Pendidikan Kesehatan menggunakan
Kombinasi Metode Audiovisual dan Konseling terhadap Motivasi Wanita memilih
KB Implan di Kecamatan Sutojayan Kabupaten Blitar.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi motivasi Wanita Usia Subur (WUS) dalam memilih KB
Implan, sebelum pendidikan kesehatan menggunakan kombinasi metode
audiovisual dan konseling di Kecamatan Sutojayan Kabupaten Blitar
2. Mengidentifikasi motivasi Wanita Usia Subur (WUS) dalam memilih KB
Implan, setelah pendidikan kesehatan menggunakan kombinasi metode
audiovisual dan konseling di Kecamatan Sutojayan Kabupaten Blitar
3. Menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan kombinasi
metode audiovisual dan konseling terhadap motivasi wanita dalam
memilih KB Implan di Kecamatan Sutojayan Kabupaten Blitar
7
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memperkaya konsep
tentang variabel-variabel yang berpengaruh terhadap motivasi wanita dalam
memilih kontrasepsi Implan. Variabel pendidikan kesehatan metode audiovisual,
dan konseling tentang kontrasepsi metode Implan akan dapat memberikan
pengetahuan dan pemahaman untuk mengatasi permasalahan wanita dalam
memilih kontrasepsi Implan.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Memberi informasi bagi pengguna kontrasepsi implan agar lebih
memperdalam pengetahuan tentang kontrasepsi implan
2. Menurunkan angka kejadian gangguan kesehatan akibat pemilihan alat
kontrasepsi yang kurang sesuai.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Pendidikan Kesehatan
2.1.1 Definisi Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan dalam arti pendidikan, secara umum adalah
segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain, baik
individu, kelompok, atau masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang
diharapkan oleh pelaku pendidikan atau promosi kesehatan. Batasan ini
tersirat unsur-unsur input (sasaran dan pendidik dari pendidikan), proses (upaya
yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain) dan output (melakukan apa
yang diharapkan). Hasil yang diharapkan dari suatu promosi atau pendidikan
kesehatan adalah perilaku kesehatan, atau perilaku untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan yang kondusif oleh sasaran dari pendidikan
kesehatan (Notoadmojo, 2012).
Pendidikan kesehatan adalah suatu metoda implementasi yang digunakan
untuk menyajikan prinsip, prosedur, dan teknik yang tepat tentang perawatan
kesehatan untuk menginformasikan status kesehatan klien (Perry & Potter,
2005).
Pendidikan kesehatan yang baik, selain terencana dengan baik, juga harus
dapat dievaluasi dan dapat dilakukan oleh semua petugas kesehatan (baik medik
maupun non-medik) sesuai dengan kompetensinya masing – masing. Pendidikan
kesehatan ditujukan pada seseorang atau kelompok, agar berperilaku sehat
9
serta menerapkan cara hidup sehat, sebagai bagian dari cara hidupnya sehari-
hari atas kesadarannya dan kemampuannya sendiri (Narendra, 2005).
2.1.2 Tujuan Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan mempengaruhi 3 faktor penyebab terbentuknya
perilaku, yaitu :
a. Pendidikan kesehatan dalam faktor-faktor predisposisi
Promosi kesehatan bertujuan untuk mengunggah kesadaran, memberikan
atau meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pemeliharaan
dan peningkatan kesehatan bagi dirinya sendiri, keluarganya
maupun masyarakatnya. Disamping itu, dalam konteks promosi
kesehatan juga memberikan pengertian tentang tradisi, kepercayaan
masyarakat dan sebagainya, baik yang merugikan maupun yang
menguntungkan kesehatan. Bentuk promosi ini dilakukan dengan
penyuluhan kesehatan, pameran kesehatan, iklan-iklan layanan
kesehatan, billboard, dan sebagainya.
b. Pendidikan kesehatan dalam faktor-faktor enabling (penguat)
Bentuk promosi kesehatan ini dilakukan agar masyarakat dapat
memberdayakan masyarakat agar mampu mengadakan sarana dan
prasarana kesehatan dengan cara memberikan kemampuan dengan cara
bantuan teknik, memberikan arahan, dan cara-cara mencari dana
untuk pengadaan sarana dan prasarana.
c. Promosi kesehatan dalam faktor reinforcing (pemungkin)
Promosi kesehatan pada faktor ini bermaksud untuk mengadakan
pelatihan bagi tokoh agama, tokoh masyarakat, dan petugas
kesehatan sendiri dengan tujuan agar sikap dan perilaku petugas
10
dapat menjadi teladan, contoh atau acuan bagi masyarakat tentang hidup
sehat
(Notoadmojo, 2012).
2.1.3 Metode dalam Pendidikan Kesehatan
Menurut Notoadmojo (2012), berdasarkan pendekatan sasaran yang ingin
dicapai, penggolongan metode pendidikan ada 3 (tiga) yaitu:
a. Metode berdasarkan pendekatan perorangan
Metode ini bersifat individual dan biasanya digunakan untuk membina perilaku
baru, atau membina seorang yang mulai tertarik pada suatu perubahan perilaku
atau inovasi. Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena setiap orang
mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan
penerimaan atau perilaku baru tersebut. Ada 2 bentuk pendekatannya yaitu:
Bimbingan dan penyuluhan (Guidance and Counceling), serta Wawancara.
b. Metode berdasarkan pendekatan kelompok.
Penyuluh berhubungan dengan sasaran secara kelompok. Dalam penyampaian
promosi kesehatan dengan metode ini kita perlu mempertimbangkan besarnya
kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran. Ada 2 jenis
tergantung besarnya kelompok, yaitu: Kelompok besar, dan kelompok kecil
c. Metode berdasarkan pendekatan massa
Metode pendekatan massa ini cocok untuk mengkomunikasikan pesan-pesan
kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat. Sehingga sasaran dari metode ini
bersifat umum, dalam arti tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin,
pekerjaan, status social ekonomi, tingkat pendidikan, dan sebagainya, sehingga
pesan-pesan kesehatan yang ingin disampaikan harus dirancang sedemikian
rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa.
11
Media Pendidikan merupakan media sebagai alat bantu menyampaikan pesan-
pesan kesehatan. Alat-alat bantu tersebut mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. Menimbulkan minat sasaran pendidikan
b. Mencapai sasaran yang lebih banyak
c. Membantu dalam mengatasi banyak hambatan dalam pemahaman
d. Menstimulasi sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan–pesan yang
diterima oran lain
e. Mempermudah penyampaian bahan atau informasi kesehatan
f. Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran/ masyarakat
g. Mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudian lebih mendalami,
dan akhirnya mendapatkan pengertian yang lebih baik
h. Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh
Dengan kata lain media ini memiliki beberapa tujuan yaitu :
a. Tujuan yang akan dicapai
1. Menanamkan pengetahuan/pengertian, pendapat dan konsep-konsep
2. Mengubah sikap dan persepsi
3. Menanamkan perilaku/kebiasaan yang baru
b. Tujuan penggunaan alat bantu
1. Sebagai alat bantu dalam latihan/penataran/pendidikan
2. Untuk menimbulkan perhatian terhadap suatu masalah
3. Untuk mengingatkan suatu pesan/informasi
4. Untuk menjelaskan fakta-fakta, prosedur, tindakan
(Notoadmojo, 2012)
Ada beberapa bentuk media penyuluhan antara lain (Notoadmojo, 2012):
a. Berdasarkan stimulasi indra
12
1. Alat bantu lihat (visual aid) yang berguna dalam membantu menstimulasi
indra penglihatan
2. Alat bantu dengar (audio aids) yaitu alat yang dapat membantu untuk
menstimulasi indra pendengar pada waktu penyampaian bahan
pendidikan/pengajaran
3. Alat bantu lihat-dengar (audio visual aids)
b. Berdasarkan pembuatannya dan penggunaannya
1. Alat peraga atau media yang rumit, seperti film, film strip, slide, dan
sebagainya yang memerlukan listrik dan proyektor
2. Alat peraga sederhana, yang mudah dibuat sendiri dengan bahan-bahan
setempat
c. Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur media kesehatan
1. Media Cetak
a. Leaflet
Merupakan bentuk penyampaian informasi kesehatan melalui lembaran yang
dilipat. Keuntungan menggunakan media ini antara lain: sasaran dapat
menyesuaikan dan belajar mandiri serta praktis karena mengurangi
kebutuhan mencatat, sasaran dapat melihat isinya disaat santai dan sangat
ekonomis, berbagai informasi dapat diberikan atau dibaca oleh anggota
kelompok sasaran, sehingga bisa didiskusikan, dapat memberikan informasi
yang detail yang mana tidak diberikan secara lisan, mudah dibuat,
diperbanyak dan diperbaiki serta mudah disesuaikan dengan kelompok
sasaran. Sementara itu ada beberapa kelemahan dari leaflet, yaitu: tidak
cocok untuk sasaran individu per individu, tidak tahan lama dan mudah
13
hilang, leaflet akan menjadi percuma jika sasaran tidak diikutsertakan secara
aktif, serta perlu proses penggandaan yang baik. (Lucie, 2005)
b. Booklet
Booklet adalah suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan
dalam bentuk tulisan dan gambar. Booklet sebagai saluran, alat bantu,
sarana dan sumber daya pendukungnya untuk menyampaikan pesan harus
menyesuaikan dengan isi materi yang akan disampaikan. Menurut Kemm
dan Close dalam Aini (2010), booklet memiliki beberapa kelebihan yaitu:
1. Dapat dipelajari setiap saat, karena disain berbentuk buku.
2. Memuat informasi relatif lebih banyak dibandingkan dengan poster.
Menurut Ewles dalam Aini (2010), media booklet memiliki keunggulan
sebagai berikut :
1. Klien dapat menyesuaikan dari belajar mandiri.
2. Pengguna dapat melihat isinya pada saat santai.
3. Informasi dapat dibagi dengan keluarga dan teman.
4. Mudah dibuat, diperbanyak dan diperbaiki serta mudah
disesuaikan.
5. Mengurangi kebutuhan mencatat.
6. Dapat dibuat secara sederhana dengan biaya relatif murah.
7. Awet
8. Daya tampung lebih luas
9. Dapat diarahkan pada segmen tertentu.
Manfaat booklet sebagai media komunikasi pendidikan kesehatan adalah :
1. Menimbulkan minat sasaran pendidikan.
2. Membantu di dalam mengatasi banyak hambatan.
14
3. Membantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih banyak dan
cepat.
4. Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang
diterima kepada orang lain.
5. Mempermudah penyampaian bahasa pendidikan.
6. Mempermudah penemuan informasi oleh sasaran pendidikan.
7. Mendorong keinginan orang untuk mengetahui lalu mendalami dan
akhirnya mendapatkan pengertian yang lebih baik.
8. Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh.
c. Flyer (Selembaran)
d. Flip chart (lembar balik)
Media penyampaian pesan atau informasi kesehatan dalam bentuk buku di
mana tiap lembar berisi gambar peragaan dan lembaran baliknya berisi
kalimat sebagai pesan kesehatan yang berkaitan dengan gambar.
Keunggulan menggunakan media ini antara lain : mudah dibawa, dapat
dilipat maupun digulung, murah dan efisien, dan tidak perlu peralatan yang
rumit. Sedangkan kelemahannya yaitu terlalu kecil untuk sasaran yang
berjumlah relatif besar, mudah robek dan tercabik (Lucie, 2005).
e. Rubrik (tulisan–tulisan surat kabar), poster, dan foto
2. Media Elektronik
a. Video dan film strip
Keunggulan pendidikan kesehatan dengan media ini adalah dapat
memberikan realita yang mungkin sulit direkam kembali oleh mata dan
pikiran sasaran, dapat memicu diskusi mengenai sikap dan perilaku, efektif
untuk sasaran yang jumlahnya relatif penting dapat diulang kembali, mudah
15
digunakan dan tidak memerlukan ruangan yang gelap. Sementara
kelemahan media ini yaitu memerlukan sambungan listrik, peralatannya
beresiko untuk rusak, perlu adanya kesesuaian antara kaset dengan alat
pemutar, membutuhkan ahli profesional agar gambar mempunyai makna
dalam sisi artistik maupun materi, serta membutuhkan banyak biaya (Lucie,
2005).
b. Slide
Keunggulan media ini yaitu dapat memberikan berbagai realita walaupun
terbatas, cocok untuk sasaran yang jumlahnya relatif besar, dan
pembuatannya relatif murah, serta peralatannya cukup ringkas dan mudah
digunakan. Sedangkan kelemahannya memerlukan sambungan listrik,
peralatannya beresiko mudah rusak dan memerlukan ruangan sedikit lebih
gelap (Lucie, 2005).
3. Media Papan
Keunggulan sarana papan tulis dapat membantu pemateri untuk memperjelas
detail materi yang dipaparkan dengan cara yang lebih fleksibel (Lucie, 2005).
2.2 Konsep Kontrasepsi Implan
2.2.1 Definisi Kontrasepsi Implan
Implan adalah alat kontrasepsi yang ditanamkan dibawah kulit lengan atas
sebelah dalam berbentuk kapsul silastik (lentur) panjangnya sedikit lebih pendek
dan pada batang korek api dan dalam setiap batang mengandung hormon
levonorgestrel yang dapat mencegah terjadinya kehamilan (BKKBN, 2006).
2.3.2 Jenis Kontrasepsi Implan
16
Jenis-jenis implan menurut Saifuddin (2006) adalah sebagai berikut :
1. Norplant terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4
cm dengan diameter 2,4 mm, yang berisi dengan 36 mg levonorgestrel dan
lama kerjanya 5 tahun.
2. Implanon terdiri dari 1 batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm,
dan diameter 2 mm, yang berisi dengan 68 mg 3 ketodesogestrel dan lama
kerjanya 3 tahun.
3. Jadena dan Indoplant terdiri dari 2 batang yang berisi dengan 75 mg
levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.
2.2.3 Mekanisme Kerja Kontrasepsi Implan
Cara kerja implan yaitu, membuat lendir serviks menjadi kental, sehingga
mencegah penetrasi sempurna oleh sperma. Selain itu, mengganggu proses
pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi, mengurangi
transportasi sperma, dan menekan ovulasi (BKKBN, 2015).
2.2.4 Efektifitas Kontrasepsi Implan
Menurut (BKKBN 2014), angka kegagalan norplant kurang dari 1 per 100 wanita
pertahun dalam lima tahun pertama. Ini lebih rendah dibandingkan kontrasepsi
oral, IUD dan metode barier. Efektifitas norplant berkurang sedikit setelah 5
tahun dan pada tahun ke 6 kira-kira 2,5-3 % akseptor menjadi hamil. Norplant-2
sama efektifnya seperti norplant, juga akan efektif untuk 5 tahun, tetapi ternyata
setelah pemakaian 3 tahun terjadi kehamilan dalam jumlah besar yang tidak
diduga sebelumnya, yaitu sebesar 5-6 %.
2.2.5 Indikasi Pemasangan Kontrasepsi Implan
17
Pemasangan implan menurut Saifuddin (2006), dapat dilakukan pada:
perempuan yang telah memilih anak ataupun yang belum, perempuan pada usia
reproduksi (20 – 30 tahun), perempuan yang menghendaki kontrasepsi yang
memiliki efektifitas tinggi dan menghendaki pencegahan kehamilan jangka
panjang, perempuan menyusui dan membutuhkan kontrasepsi, perempuan
pasca persalinan, perempuan pasca keguguran, perempuan yang tidak
menginginkan anak lagi, menolak sterilisasi, perempuan yang tidak boleh
menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen, perempuan
yang sering lupa menggunakan pil KB.
2.2.6 Kontraindikasi Kontrasepsi Implan
Menurut Saifuddin (2006), menjelaskan bahwa kontra indikasi implan adalah
sebagai berikut: perempuan hamil atau diduga hamil, perempuan dengan
perdarahan pervaginaan yang belum jelas penyababnya, perempuan yang tidak
dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi, perempuan dengan mioma
uterus dan kanker payudara, perempuan dengan benjolan/kanker payudara atau
riwayat kanker payudara.
2.2.7 Kelebihan Kontrasepsi Implan
Kelebihan dari implan menurut Saifuddin (2006): Keuntungan secara
kontrasepsi, yaitu: daya guna tinggi, perlindungan jangka panjang (sampai 5
tahun), pengembalian tingkat kesuburan cepat setelah pencabutan, tidak
memerlukan pemeriksaan dalam, bebas dari pengaruh estrogen, tidak
mengganggu kegiatan senggama, tidak mengganggu ASI, klien hanya perlu
kembali ke klinik bila ada keluhan, dapat dicabut setiap saat sesuai dengan
kebutuhan; Keuntungan non kontrasepsi yaitu, mengurangi nyeri haid,
18
mengurangi jumlah darah haid, mengurangi/memperbaiki anemia, melindungi
terjadinya kanker endometrium, menurunkan angka kejadian kelainan payudara,
melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul, menurunkan
angka kejadian endometriosis.
2.2.8 Kekurangan Kontrasepsi Implan
Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa
perdarahan bercak (spotting), hipermenorea, atau meningkatkan jumlah darah
haid, serta amenorea. Sejumlah perubahan pola haid akan terjadi pada tahun
pertama penggunaan, kira-kira 80% pengguna. Perubahan tersebut meliputi
perubahan pada interval antar perdarahan, durasi dan volume aliran darah, serta
spotting (bercak-bercak perdarahan). Oligomenore dan amenore juga terjadi,
tetapi tidak sering, kurang dari 10% setelah tahun pertama. Perdarahan yang
tidak teratur dan memanjang biasanya terjadi pada tahun pertama. Walaupun
terjadi jauh lebih jarang setelah tahun kedua, masalah perdarahan dapat terjadi
pada waktu kapan pun. Timbulnya keluhan-keluhan, seperti : nyeri kepala,
peningkatan berat badan, jerawat, perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan
(nervousness), membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan
pencabutan, tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual
termasuk AIDS, klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi,
dibutuhkan klinisi terlatih dalam melakukan pengangkatan implan, efektivitas
menurun bila menggunakan obat-obat tuberculosis (rifampisin) atau obat
epilepsy (fenitoin dan barbiturat), insiden kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi.
(Elisia, 2012)
2.2.9 Cara Pemasangan Kontrasepsi Implan
19
Menurut BKKBN (2014) teknik pemasangan implan adalah sebagai berikut:
1. Rekayasa tempat pemasangan dengan tepat (apabila terdiri dari 6 buah
kapsul dipasang seperti kipas terbuka).
2. Tempat pemasangan di lengan kiri atas, di patirasa dengan lidokain 2%.
3. Dibuat insisi kecil, sehingga trokart dapat masuk.
4. Trokart ditusukkan subkutan sampai batasnya.
5. Kapsul dimasukkan ke dalam trokart, dan didorong dengan alat pendorong
sampai terasa ada tahanan.
6. Untuk menempatkan kapsul, trokart ditarik ke luar.
7. Untuk menyakinkan bahwa kapsul telah di tempatnya, alat pendorong
dimasukkan sampai terasa tidak ada tahanan.
8. Setelah 6 kapsul dipasang, bekas insisi ditutup dengan tensoplas (band aid).
Teknik ini berlaku untuk semua jenis implan.
2.2.10 Efek Samping/Komplikasi dan Cara Penanggulangannya
Saifuddin (2006) menjelaskan bahwa efek samping/komplikasi dan cara
penanggulangannya adalah sebagai berikut: Amenorea, pastikan hamil atau
tidak hamil, jika tidak hamil tidak memerlukan penanganan khusus, hanya
konseling saja; apabila klien tetap saja tidak menerima, angkat implan dan
anjurkan menggunakan kontrasepsi lain. Klien yang hamil, dan ingin melanjutkan
kehamilannya, anjurkan segera cabut implan dan jelaskan bahwa progestin tidak
berbahaya bagi janin. Klien segera dirujuk, bila diduga terdapat kehamilan
ektopik. Memberikan obat hormon tidak ada gunanya untuk memancing
timbulnya perdarahan; Perdarahan, bercak (spotting) ringan. Jelaskan bahwa
perdarahan ringan sering ditemukan terutama pada tahun pertama, bila tidak ada
20
masalah dan klien tidak hamil, tidak diperlukan tindakan apapun. Klien yang
tetap saja mengeluh masalah perdarahan dan ingin melanjutkan pemakaian
implan dapat diberikan pil kombinasi satu siklus, atau ibuprofen 3 x 800 mg
selama 5 hari, terangkan kepada klien bahwa akan terjadi perdarahan setelah pil
kombinasi habis. Masalah terjadinya perdarahan lebih banyak dari biasa, dapat
diberikan 2 tablet pil kombinasi untuk 3-7 hari dan kemudian dilanjutkan dengan
satu siklus pil kombinasi, atau dapat juga diberikan 50 µg estinilestradiol atau
1,25 mg estrogen equin konjugasi untuk 14-21 hari; Ekspulsi. Cabut kapsul yang
ekspulsi, periksa apakah kapsul lain masih di tempat, dan apakah terdapat
tanda-tanda infeksi daerah insersi, bila tidak ada infeksi dan kapsul lain masih
berada pada tempatnya, pasang kapsul baru 1 buah pada tempat insersi yang
berbeda. Terjadinya infeksi pada daerah pemasangan, maka cabut seluruh
kapsul yang ada dan pasang kapsul baru pada lengan yang lain, atau anjurkan
klien menggunakan metode kontrasepsi lain; Infeksi pada daerah insersi, jika
terjadi infeksi tanpa nanah, bersihkan dengan sabun dan air, atau antiseptik.
Berikan antibiotik yang sesuai untuk 7 hari. Implan jangan dilepas dan klien
diminta kembali satu minggu, apabila masih belum membaik, segera cabut
implan dan pasang yang baru pada sisi lengan yang lain atau cari metode
kontrasepsi yang lain. Klien yang ditemukan keluhan abses, lakukan bersihkan
dengan antiseptik, insisi dan alirkan pus keluar, cabut implan lakukan perawatan
luka, dan berikan antibiotik oral 7 hari; Berat badan naik/turun. Informasikan
kepada klien bahwa perubahan berat badan 1-2 kg adalah normal. Kaji ulang diet
klien apabila terjadi perubahan berat badan 2 kg atau lebih, apabila perubahan
berat badan ini tidak dapat diterima, maka bantu klien mencari metode lain.
2.2.11 Dosis
21
Susunan Norplant terdiri dari 6 kapsul silastik, dimana setiap kapsulnya
berisi levornorgestrel sebanyak 36 mg, sedangkan Implanon terdiri 1 kapsul
silastik yang berisi etonogestrel sebanyak 68 mg, yang dilepas tiap hari kurang
lebih 30 mikrogram/hari. Satu set Implan yang terdiri dari 6 kapsul dapat bekerja
secara efektip selama 5 tahun. Sedang Implanon yang terdiri dari 1 kapsul dapat
bekerja secara efektip selama 3 tahun (BKKBN, 2014).
2.3 Konsep Akseptor Keluarga Berencana (KB)
2.3.1 Definisi Akseptor Keluarga Berencana (KB)
Akseptor Keluarga Berencana (KB) adalah pasangan usia subur (PUS)
yang menggunakan salah satu alat/obat kontrasepsi (BKKBN, 2007).
2.3.2 Macam-macam Akseptor Keluarga Berencana (KB)
1. Akseptor aktif adalah akseptor yang ada pada saat ini menggunakan
salah satu cara/alat kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau
mengakhiri kesuburan.
2. Akseptor aktif kembali adalah pasangan usia subur yang telah
menggunakan kontrasepsi selama tiga bulan atau lebih yang tidak
diselingi suatu kehamilan, dan kembali menggunakan cara/alat
kontrasepsi baik dengan jenis/cara yang sama maupun berganti
jenis/cara setelah berhenti/istirahat selama kurang lebih 3 bulan berturut-
turut, dan bukan karena hamil.
3. Akseptor KB baru adalah akseptor yang baru pertama kali menggunakan
alat/obat kontrasepsi atau PUS yang kembali menggunakan alat
kontrasepsi setelah melahirkan atau abortus.
22
4. Akseptor KB dini adalah para ibu yang menerima salah satu cara
kontrasepsi dalam waktu 40 hari setelah melahirkan atau abortus.
5. Akseptor dropout adalah akseptor yang menghentikan pemakaian
kontrasepsi lebih dari 3 bulan (BKKBN, 2007).
2.4 Konsep Sikap Pemilihan Kontrasepsi
2.4.1 Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Pemilihan Kontrasepsi Implan
Beberapa hal yang harus diperhatikan di dalam pemilihan alat kontrasepsi
implan menurut Hartanto (2004), antara lain:
1. Pasangan
a. Umur
Menurut BKKBN (2004), usia subur adalah dimana seorang
wanita mulai mendapat menstruasi pertama kali artinya adalh sudah
terjadi ovulasi sampai dengan menopause (tidak dapat menghasilkan
sel telur). Umumnya usia subur di Indonesia berkisar antara 15-49
tahun. Klien yang menjadi akseptor KB sebagian besar berusia
muda.
b. Dukungan Suami
Peran pasangan dalam keluarga sangat dominan dan
memegang kekuasaan dalam pengambilan keputusan apakah istri
akan menggunakan kontrasepsi implan atau tidak, hal ini dikarenakan
suami dipandang sebagai pelindung, pencari nafkah dalam rumah
tangga dan pembuat keputusan. Beberapa pria mungkin tidak
menyetujui pasangan untuk menjadi akseptor KB implan karena
mereka belum mengetahui dengan jelas cara kerja berbagai alat
23
kontrasepsi yang ditawarkan dan suami akan khawatir tentang
kesehatan istrinya. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa suami
mempunyai pengaruh besar terhadap pemilihan kontrasepsi implan
yang digunakan oleh istrinya.
c. Paritas
Paritas adalah keadaan wanita sehubungan dengan kelahiran
anak yang bisa hidup. KB implan sangat cocok digunakan pada
pasangan usia subur yang ingin menjarangkan kehamilannya atau
pada pasangan yang sudah mempunyai anak dengan jumlah yang
sesuai dengan keinginan PUS tersebut.
d. Pengalaman dengan Kontrasepsi Sebelumnya
2. Kondisi Kesehatan
a. Status Kesehatan
Status kesehatan akseptor yaitu riwayat kesehatan sekarang
yang dapat mempengaruhi dalam penggunaan kontrasepsi implan.
b. Riwayat Menstruasi
KB implan hanya direkomendasikan untuk wanita yang
memiliki siklus haid teratur, karena interaksinya dengan hormon
reproduksi. Selain itu KB implan juga bisa mengurangi nyeri haid, dan
melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul.
3. Metode Kontrasepsi
a. Efektif
Sampai saat ini belum ada alat kontrasepsi yang benar-benar
100% efektif. Keefektifan kontrasepsi berkaitan dengan keamanan,
kenyamanan, dan kemudahannya dalam menggunakan. Kontrasepsi
24
implan merupakan salah satu metode kontrasepsi yang mendekati
ciri kontrasepsi yang efektif dengan efektifitasnya 99-99,8%, dimana
kehamilan dapat dihindari secara jangka panjang, maksimal masa
pakai mencapai 3 tahun (BKKBN, 2014). Selain itu metode
kontrasepsi implan juga merupakan metode yang efisien karena
dapat menghindari faktor human error seperti lupa tidak memakai
kontrasepsi selama melakukan hubungan seksual.
b. Aman
Tingkat keamanan KB implan ditentukan oleh faktor tenaga
kesehatan yang melakukan pemasangan kepada akseptor, harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang telah terlatih untuk
pemasangan KB implan. (BKKBN, 2014).
c. Pihak Akseptor KB Implan
Pihak akseptor disini memegang peranan penting, terutama
kejujuran informasi mengenai riwayat kesehatan, dimana kontrasepsi
implan diberikan pada akseptor yang tidak memiliki riwayat
pendarahan vagina tanpa sebab, penyakit jantung, stroke, lever,
darah tinggi, dan kencing manis (BKKBN, 2014).
d. Pelayanan Tenaga Kesehatan
Pelayanan Kesehatan yang berkualitas sangat terkait dengan
pencapaian kontrasepsi implan, dimana dalam penjelasan sebelum
dan sesudah pemberian implan mengenai fungsi, cara kerja, dan efek
kontrasepsi implan merupakan bagian yang tak terpisahkan untuk
memberikan rasa aman dan ketenangan bagi akseptor KB implan,
selain itu ketersediaan alat kontrasepsi implan yang memadai dan
25
tempat pelayanan yang tersebar merata di seluruh daerah.
(Saefuddin, 2006).
Faktor-faktor yang telah disebutkan diatas menyusun kepercayaan atau
keyakinan, akan ide, dan konsep terhadap suatu objek yaitu pentingnya
kontrasepsi implan, hal ini dipengaruhi kehidupan emosional atau evaluasi
terhadap suatu objek tertentu, dan melahirkan kecenderungan untuk bertindak
dalam bentuk keinginan. Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk
sikap yang utuh (total attitude). Peranan penting dipegang oleh penentuan sikap
yang utuh ini, pengetahuan, pemikiran, keyakinan, serta emosi. (Notoatmodjo,
2013).
2.5 Konsep Motivasi
2.5.1 Definisi Motivasi
Motivasi adalah konsep yang menggambarkan baik kondisi ekstrinsik
yang merangsang perilaku tertentu dan respon instrinsik yang menampakkan
perilaku-perilaku manusia (Swanburg, 2006). Motivasi merupakan keadaan
internal organisme, baik manusia maupun hewan yang mendorongnya untuk
berbuat sesuatu (Mohibbin, 2008). Motivasi adalah kecenderungan yang timbul
pada diri seseorang secara sadar maupun tidak sadar melakukan tindakan
dengan tujuan tertentu atau usaha-usaha yang menyebabkan seseorang atau
kelompok orang tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang
di kehendaki (Poerwodarminto, 2006). Motivasi akan menyebabkan terjadinya
suatu perubahan suatu energi yang ada pada diri manusia. Sehingga akan
berhubungan dengan persoalaan gejala kejiwaan. Perasaan dan juga emosi
26
untuk kemudian bertindak dan melakukan sesuatu. Semua dorongan itu karena
adanya tujuan kebutuhan, keinginan.
Ada 3 sumber motivasi, antara lain: Motivasi instrinsik, yaitu motivasi yang
berasal dari dalam diri individu itu sendiri. Motivasi intrinsik merupakan perasaan
nyaman pada ibu nifas ketika dia berada di rumah bersalin; Motivasi ekstrinsik,
yaitu motivasi yang datangnya dari luar individu, misalnya saja dukungan verbal
dan non verbal yang diberikan oleh teman dekat atau keakraban sosial; Motivasi
terdesak, yaitu motivasi yang muncul dalam kondisi terjepit dan munculnya
serentak serta menghentak dan cepat sekali (Widayatun, 2008).
2.5.2 Teori-Teori Motivasi
1. Teori hedonisme
Hedone dalam bahasa Yunani adalah kesukaan, kekuatan atau kenikmatan,
menurut pandangan hedonisme. Implikasi dari teori ini adalah adanya
anggapan bahwa orang akan cenderung menghindari hal-hal yang sulit dan
menyusahkan atau mengandung resiko berat dan lebih suka melakukan suatu
yang mendatangkan kesenangan baginya.
2. Teori naluri
Bahwa pada dasarnya manusia memiliki tiga dorongan nafsu pokok yang
dalam hal ini disebut juga dorongan nafsu (naluri) mempertahankan diri,
dorongan nafsu (naluri) mengembangkan diri, nafsu (naluri) mengembangkan
atau mempertahankan jenis.
3. Teori reaksi yang dipelajari
27
Teori yang berpandangan bahwa tindakan atau perilaku manusia tidak
berdasarkan naluri tetapi berdasarkan pola-pola tingkah laku yang dipelajari
dari kebudayaan di tempat orang itu hidup. Menurut teori ini, apabila seorang
pemimpin atau pendidik akan memotivasi anak buah atau anak didiknya,
pemimpin atau pendidik hendaknya mengetahui latar belakang kehidupan dan
kebudayaan orang-orang yang dipimpinnya.
4. Teori pendorong
Teori ini merupakan panduan antar teori naluri dengan "teori reaksi yang
dipelajari", daya dorong adalah semacam naluri tetapi hanya suatu dorongan
kekuatan yang luas terhadap suatu arah yang umum. Oleh karena itu,
menurut teori ini bila seseorang memimpin atau mendidik ingin memotivasi
anak buahnya, ia harus berdasarkan atas daya pendorong yaitu atas naluri
dan juga reaksi yang dipelajari dari kebudayaan yang dimilikinya.
5. Teori kebutuhan
Teori motivasi sekarang banyak orang adalah teori kebutuhan. Teori ini
beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakekatnya
adalah kebutuhan fisik maupun psikis, sehingga ia harus mengetahui terlebih
dahulu apa kebutuhan-kebutuhan orang-orang yang dimotivasinya.
Sebagai pakar psikologi, Maslow mengemukakan adanya lima tingkatan
kebutuhan pokok manusia, adapun kelima tingkatan kebutuhan pokok
manusia yang dimaksud adalah:
1). Kebutuhan fisiologis
28
Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam Hirarki Maslow.
Kebutuhan fisiologis merupakan hal yang mutlak dipenuhi manusia untuk
bertahan hidup. Manusia memiliki delapan macam kebutuhan yaitu:
Kebutuhan oksigen dan pertukaran gas: Merupakan kebutuhan dasar
manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh
mempertahankan hidup dan aktifitas berbagai organ atau sel; Kebutuhan
cairan dan elektrolit, kebutuhan makanan: Bagian dari kebutuhan dasar
manusia secara fisiologis yang memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh
hampir 90% dari total berat badan tubuh; Kebutuhan eliminasi urine dan
alvi: Merupakan bagian dari kebutuhan fisiologis dan bertujuan untuk
mengeluarkan bahan sisa; Kebutuhan istirahat dan tidur, kebutuhan
aktivitas: Untuk memulihkan status kesehatan dan mempertahankan
kegiatan dalam kehidupan sehari-hari terpenuhi; Kebutuhan kesehatan
temperatur tubuh dan kebutuhan seksual: Merupakan untuk memenuhi
kebutuhan biologis dan untuk memperbanyak keturunan (Hidayat, 2006).
2). Kebutuhan rasa aman dan perlindungan (Safely and Security)
aman dari berbagai aspek baik fisiologis maupun psikologis, kebutuhan
meliputi: Kebutuhan perlindungan diri dari udara dingin, panas, kecelakaan
dan infeksi, bebas dari rasa takut dan kecemasan, bebas dari perasaan
terancam karena pengalaman yang baru dan asing.
3). Kebutuhan sosial
Yang meliputi, antara lain: Memberi dan menerima kasih sayang, perasaan
dimiliki dan hubungan yang berarti dengan orang lain, kehangatan dan
29
penuh persahabatan, mendapat tempat atau diakui dalam keluarga,
kelompok serta lingkungan sosial.
4). Kebutuhan harga diri
Perasaan tidak bergantung pada orang lain, kompeten, dan penghargaan
terhadap diri sendiri serta orang lain.
5). Kebutuhan akan aktualisasi diri (Self Actualization)
Kebutuhan seperti antara lain kebutuhan mempertinggi potensi – potensi
dan ekspresi diri meliputi: Dapat mengenal diri sendiri dengan baik
(mengenal dan memahami potensi diri), belajar memenuhi kebutuhan diri
sendiri, tidak emosional, mempunyai dedikasi yang tinggi, kreatif dan
mempunyai kepercayaan diri yang tinggi dan sebagainya (Mubarak, 2007).
Menurut Irwanto (2008), motivasi diklasifikasikan atas 3 kelompok yaitu :
1. Motivasi tinggi
Motivasi dikatakan tinggi apabila dalam diri seseorang dalam kegiatan sehari-
hari memiliki keinginan positif , mempunyai harapan yang tinggi, dan memiliki
keyakinan yang tinggi dalam melakukan aktivitasnya berkaitan dengan
persoalan-persoalan yang dihadapi.
2. Motivasi Sedang
Motivasi dikatakan sedang apabila dalam diri manusia memiliki keinginan
yang positif, mempunyai harapan yaang tinggi, namun memiliki keyakinan
yang rendah bahwa dirinya dapat bersosialisasi dan mampu menyelesaikan
persoalan yang di hadapi.
3. Motivasi Lemah
30
Motivasi dikatakan lemah apabila didalam dirinya manusia memiliki
harapan dan keyakinan yang renda, bahwa dirinya dapat menyelesaikan
persoalan yang dihadapi.
2.5.3 Pengaruh Pendidikan Kesehatan menggunakan Metode Kombinasi
Audiovisual dan Konseling terhadap Motivasi Wanita Usia Subur
(WUS) Memilih KB Implan
Menurut Wicaksono (BKKBN, 2015), motivasi penggunaan kontrasepsi
implan bagi Wanita Usia Subur (WUS) dipengaruhi oleh faktor individu, yaitu
pengetahuan calon akseptor dan faktor sosial/lingkungannya. Kegiatan advokasi,
Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE), serta konseling KB perlu ditingkatkan
untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang program KB dalam
pembangunan. Menurut Alimoeso (BKKBN, 2013), pembinaan akseptor KB
dilakukan melalui Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE), konseling, dan
advokasi, sehingga calon akseptor baru dapat memilih kontrasepsi yang disukai,
dan sesuai dengan kondisi kesehatannya.
Menurut Notoatmodjo (2007), metode penyuluhan merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi tercapainya suatu hasil penyuluhan secara optimal,
informasi akan tersimpan sebanyak 20% apabila disampaikan melalui media
visual, 50% apabila disampaikan melalui media audiovisual, dan 70% apabila
dilaksanakan dalam praktik nyata. Sementara itu dengan metode konseling,
kontak antara klien dengan petugas akan lebih intensif. Setiap masalah yang
dihadapi oleh klien dapat dikoreksi dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien
akan dengan sukarela, berdasarkan kesadaran dan penuh pengertian akan
menerima perilaku tersebut. Dikemukakan oleh BKKBN (2015), bahwa konseling
31
yang telah dilakukan harus segera mendapat tindak lanjut untuk selanjutnya
dilakukan pertemuan konseling sesi berikutnya, selambat-lambatnya dalam kurun
waktu 1 minggu, karena semakin lama calon akseptor tidak segera ditindaklanjuti
maka kemungkinan untuk masuk menjadi akseptor KB akan semakin berkurang.
Kombinasi metode audiovisual dan konseling dipilih untuk dimanfaatkan dalam
penelitian ini, karena selain mampu menyerap banyak informasi yang
disampaikan pada klien, juga mampu merangkum banyak permasalahan yang
dihadapi oleh klien, sehingga penyuluh lebih mampu membantu menyelesaikan
masalah yang dihadapi.
32
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
Keterangan:
: Variabel yang tidak diteliti
: Variabel yang diteliti
Gambar 3.1. Kerangka konsep penelitian Pengaruh Pendidikan Kesehatan
menggunakan Kombinasi metode Audiovisual dan Konseling terhadap Motivasi
Wanita memilih KB Implan di Kecamatan Sutojayan Kabupaten Blitar
WUS
S
Pendidikan
Kesehatan
Audiovisual,
dan
Konseling
Motivasi
memilih KB
Implan
Tinggi Sedang Rendah
Faktor yang mempengaruhi motivasi:
Faktor fisik, umur, tingkat pendidikan,
situasi dan kondisi ekonomi,
program/aktifitas, media, dukungan
keluarga/pasangan,
agama/kepercayaan, lingkungan,
fasilitas kesehatan.
Peningkatan
Informasi
Peningkatan
Pengetahuan
Pre
test
Post
test
33
Wanita Usia Subur (WUS) adalah wanita yang berumur 15-49 tahun baik
yang berstatus menikah maupun yang belum menikah atau janda. Pemberian
pendidikan kesehatan pada Wanita Usia Subur (WUS) dapat meningkatkan
informasi dan pengetahuan tentang kontrasepsi, dalam hal ini khususnya
kontrasepsi implan. Berbagai jenis media pendidikan kesehatan telah banyak
digunakan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat. Kombinasi metode
audiovisual dan konseling dipilih oleh peneliti untuk memberikan pendidikan
kesehatan tentang kontrasepsi Implan pada Wanita Usia Subur (WUS) karena
pendidikan kesehatan yang melibatkan banyak indera, baik pengelihatan (mata),
pengecap (mulut), maupun pendengaran (telinga) akan lebih mudah diingat
dibandingkan dengan satu metode yang hanya berfokus pada satu indera saja.
Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi motivasi, yaitu faktor internal
dan eksternal. Faktor internal atau intrinsik adalah motivasi yang berasal dari
dalam diri manusia, biasanya timbul dari perilaku yang dapat memenuhi
kebutuhan sehingga manusia menjadi puas, sedangkan faktor eksternal atau
ekstrinsik adalah faktor motivasi yang berasal dari luar yang merupakan
pengaruh dari orang lain atau lingkungan. Salah satu faktor eksternal dan
internal yang mempengaruhi motivasi adalah program/aktifitas, dan
pengetahuan. Oleh karena itu, dengan diberikannya pendidikan kesehatan
dengan kombinasi metode audiovisual dan konseling tentang kontrasepsi Implan
diharapkan pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) tentang kontrasepsi Implan
akan meningkat sehingga Wanita Usia Subur (WUS) memiliki motivasi untuk
memilih kontrasepsi Implan yang terdiri dari motivasi tinggi, sedang, dan rendah.
34
3.2 Hipotesis Penelitian
H1 : Terdapat perbedaan sebelum dan sesudah diadakan pendidikan kesehatan
menggunakan kombinasi metode audiovisual dan konseling pada Wanita
Usia Subur (WUS) dalam memilih KB Implan di Kecamatan Sutojayan
Kabupaten Blitar.
35
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan desain pra-eksperimen dengan one
group pre-test & post-test.
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah Wanita Usia Subur (WUS) yang
sudah menikah di RW III Dusun Krajan, Kecamatan Sutojayan.
Berdasarkan data dari Puskesmas desa Sutojayan, jumlah populasi WUS
yang sudah menikah di lokasi tersebut yaitu 162 orang, dimana 59 orang
diantaranya bukan peserta KB, dan 90 orang diantaranya peserta KB non-
implan.
4.2.2. Sampel
Teknik sampling yang digunakan untuk penelitian ini adalah Non-
Random Sampling dengan Purposive Sampling, ketentuan sampel yang
dipilih dengan sasaran bukan peserta KB dalam hal ini berjumlah 59
responden, untuk memeuhi kriteria jumlah sampel, maka sejumlah 3
responden diambil dari peserta KB non implan sehingga jumlah sampel
adalah 62 responden.
Keterangan:
N = Besar populasi
n = Besar sampel
36
d = Tingkat kesalahan yang dipilih sebesar 10% (0,1)
(Nursalam, 2011)
atau dibulatkan menjadi 62 responden
Ukuran sampel minimal yang diperlukan adalah 62 responden
Sampel dalam penelitian ini merupakan Wanita Usia Subur (WUS)
calon akseptor KB Implan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Adapun kriteria responden dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Kriteria Inklusi
Adapun kriteria inklusi sebagai berikut:
1) Bisa membaca dan menulis.
2) Pada saat penelitian belum pernah menggunakan kontrasepsi Implan,
atau sedang tidak menggunakan kontrasepsi Implan.
3) Bersedia berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian.
b. Kriteria Eksklusi
Adapun kriteria eksklusi, yaitu: Wanita Usia Subur (WUS) yang sudah
pernah mendapatkan informasi tentang kontrasepsi Implan dari petugas
kesehatan dengan kombinasi metode audiovisual dan konseling.
4.3 Variabel Penelitian
4.3.1 Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pendidikan kesehatan
dengan kombinasi metode audiovisual dan konseling tentang kontrasepsi
metode Implan.
4.3.2 Variabel Tergantung
37
Variabel tergantung pada penelitian ini adalah motivasi wanita
memilih kontrasepsi Implan.
4.4 Definisi Operasional
38
Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional
Tabel 4.4 Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala Hasil Ukur
1 Independen Pendidikan kesehatan metode audiovisual dan konseling tentang kontrasepsi metode Implan
Kegiatan menyampaikan informasi oleh PLKB tentang KB Implan yang terdapat proses pemutaran video/film selama 15 menit, dilanjutkan proses pemberian Konseling pada responden yang dilakukan secara kelompok & tatap muka dalam hubungan yang bersifat pengembangan diri, dukungan terhadap krisis, psikoterapis, bimbingan dan pemecahan masalah.
1. Pengertian kontrasepsi metode Implan
2. Macam-macam kontrasepsi metode Implan
3. Kekurangan dan kelebihan kontrasepsi metode Implan
4. Indikasi dan kontraindikasi kontrasepsi metode Implan.
5. Efek samping kontrasepsi metode Implan
6. Cara pemasangan dan pelepasan kontrasepsi metode Implan
SAP
39
No Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala Hasil Ukur
2 Dependen Motivasi Wanita Usia Subur (WUS) memilih KB Implan
Dorongan, keinginan, atau kemauan wanita untuk memilih kontrasepsi metode Implan. Wanita Usia Subur (WUS) yang sudah menikah, berusia 18-45 tahun
1. Keyakinan 2. Harapan 3. Keinginan
1. Kuesioner Motivasi (Skala Likert)
2. Ditandai adanya komitmen kunjungan ke Puskesmas untuk pasang Implan
Interval Responden dinyatakan jika skornya:
Motivasi Rendah:
17–28,3
Motivasi Sedang:
28,4 – 39,6
Motivasi Tinggi:
39,7 – 51
40
4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Balai Desa, dan Posyandu Kecamatan
Sutojayan Kabupaten Blitar. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April
2017.
4.6 Instrumen Penelitian
Alat yang digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah satuan acara
penyuluhan (SAP) yang digunakan sebagai dasar pemberian pendidikan
kesehatan, sedangkan alat yang digunakan untuk mengukur tingkat motivasi
responden adalah kuesioner. SAP disusun sebagai parameter penyuluhan
kesehatan dengan metode audiovisual, dan konseling. Pendidikan kesehatan
yang akan diberikan oleh PLKB, perawat, dan bidan Puskesmas Sutojayan,
dikoordinatori oleh Ibu Umi Tarwiyah, S.Sos selaku PLKB setempat. Media
audiovisual yang digunakan dalam penelitian ini berisi materi tentang cara
pemasangan dan pelepasan kontrasepsi metode Implan yang kurang lebih
berdurasi 15 menit bersumber dari Kantor Badan PP & KB Kabupaten Blitar. Dan
kuesioner dibuat oleh peneliti sendiri yang didasarkan pada tinjauan pustaka.
a) Kuesioner motivasi wanita menggunakan kontrasepsi metode Implan
Kuisioner ini bertujuan untuk mengidentifikasi motivasi wanita menggunakan
kontrasepsi metode Implan. Kuesioner berisi pertanyaan tertutup.
Pernyataan yang Bersifat Positif
No Pernyataan Nilai
1 Mendukung 3
2 Kurang Mendukung 2
3 Tidak Mendukung 1
41
Pernyataan yang Bersifat Negatif
No Pernyataan Nilai
1 Mendukung 1
2 Kurang Mendukung 2
3 Tidak Mendukung 3
Setelah diberikan skor, data motivasi wanita dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
Keterangan :
i = Panjang interval
R = Skor maksimal
N = Jumlah kelas
(Hidayat, 2007)
Panjang Interval Motivasi WUS
Untuk rentang 17-28,3 termasuk dalam kategori motivasi rendah, rentang
28,4-39,6 termasuk dalam kategori motivasi sedang, dan rentang 39,7-51
termasuk dalam kategori motivasi tinggi.
4.7 Uji Validitas dan Reliabilitas
Kuesioner motivasi WUS dilakukan uji validitas dan reliabilitas terlebih dahulu
sebelum penelitian. Pengambilan data untuk uji validitas dan reliabilitas
kuesioner dilakukan di Dusun Purworejo Kecamatan Sutojayan. Uji validitas dan
42
reliabilitas dilakukan pada 10 responden yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi yang sama pada penelitian.
1. Uji Validitas
Prinsip validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti
prinsip keandalan instrumen dalam mengumpulkan data. Instrumen harus
dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. (Nursalam, 2009). Uji
validitas dapat menggunakan rumus Pearson Product Moment. Dengan
rumus :
∑ ∑ ∑
√[ ∑ ][ ∑ ∑ ]
Keterangan:
rxy = Koefisien Korelasi
Σx = Jumlah skor item
Σy = Jumlah skor total (item)
N = Jumlah responden (Sujarweni, 2015)
∑ ∑ ∑
√[ ∑ ][ ∑ ∑ ]
√
r = 0,642
r hitung > r tabel (0,642 > 0,250)
Hasil valid artinya data handal untuk mengumpulkan data.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan
bila fakta atau kenyataan hidup diukur atau diamati berulang-ulang dalam
43
waktu yang berlainan. Ada 3 prinsip dalam melihat reliabilitas suatu
penelitian yaitu prinisp stabilitas, ekuivalen, dan homogenitas. (Nursalam,
2009). Teknik pengujian menggunakan metode Alpha Cronbach.
Pengujian reliabilitas ini menggunakan rumus :
[
] [
∑
] (Sujarweni : 2015)
[
] [
]
Alpha Cronbach < r hitung
0,6 < 0,8279
Hasil Reliabel artinya data dapat dipakai untuk penelitian selanjutnya.
4.8 Kerangka Kerja
Pre-test
Treatment: Pendidikan Kesehatan dengan metode Audiovisual dan
Konseling (terlampir dalam SAP)
Penyajian hasil dan kesimpulan
Informed Consent
Analisa Data: Uji Wilcoxon
Post-test & pengukuran komitmen calon akseptor KB
Sampel: Menggunakan jumlah sampel dengan
menggunakan teknik pengambilan sampel Non-
Probability Sampling, dengan purposive sampling
Populasi: Wanita Usia Subur (WUS) yang sudah
menikah di RW III Dusun Krajan, Kec. Sutojayan
44
4.9 Prosedur Penelitian / Pengambilan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Mempersiapkan materi dan konsep yang mendukung penelitian.
2. Menyusun proposal penelitian dan telah dikonsulkan kepada dosen
pembimbing I dan pembimbing II.
3. Peneliti melakukan studi pendahuluan di Dusun Krajan Kecamatan
Sutojayan.
4. Melakukan uji proposal penelitian dan revisi proposal sebelum melakukan
penelitian.
5. Melakukan uji validitas dan realibilitas instrumen di Kecamatan Sutojayan
yang Dusunnya berbeda dari lokasi penelitian, dimana sampel penelitian
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang sama.
6. Memasukkan proposal penelitian ke Ethical Clearance Komisi Etik
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.
7. Setelah proposal lulus pengujian dan etik, peneliti mulai melakukan
penelitian.
8. Mengajukan permohonan izin kepada pihak Badan Kesatuan Bangsa dan
Politik Kabupaten Blitar, Badan PP dan KB Kabupaten Blitar, Dinas
Kesehatan Kabupaten Blitar, Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar, RSUD
Ngudi Waluyo Kabupaten Blitar, Puskesmas Sutojayan, dan UPTB-PPKB
Kecamatan..
9. Peneliti melakukan koordinasi dengan PLKB (selaku koordinator wilayah
penelitian) & perawat puskesmas yang akan bekerjasama dalam
penelitian di Dusun Krajan untuk penyamaan visi penelitian, materi yang
disampaikan, tempat, dan waktu pemberian pendidikan kesehatan. Hasil
45
koordinasi yaitu pelaksanaan pendidikan kesehatan diadakan di Balai
Desa & Posyandu Desa pada bulan April, dilakukan dalam 2 sesi karena
keterbatasan daya tampung peserta di tempat tersebut.
10. Mengidentifikasi responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
11. Peneliti menjelaskan mengenai tujuan penelitian, manfaat penelitian, hak-
hak responden, dan prosedur penelitian.
12. Responden yang bersedia menjadi subyek dalam penelitian diminta untuk
mengisi dan menandatangani lembar persetujuan (inform consent).
13. Peneliti melakukan pre-test. Memberikan lembar identitas, lembar
kuesioner motivasi WUS untuk diisi oleh responden serta menjelaskan
cara pengisian kuesioner kepada responden.
14. Setelah responden selesai mengisi lembar identitas dan kuesioner, lalu
lembar tersebut dikumpulkan kembali kepada peneliti.
15. Peneliti menyampaikan tujuan penelitian serta melakukan penyamaan
persepsi kepada PLKB, perawat, dan bidan Puskesmas Sutojayan,
kemudian dilakukan pendidikan kesehatan (sesi 1) tentang kontrasepsi
metode Implan oleh PLKB, perawat, dan bidan Puskesmas Sutojayan
selama 15 menit dengan menggunakan metode audiovisual (CD materi
dari Badan PP & KB Kab. Blitar), dan dilanjutkan dengan metode
konseling secara kelompok (3-4 orang) selama ± 30 menit.
16. 2-3 hari setelah pelaksanaan pendidikan kesehatan sesi 1, dilakukan
konseling (sesi 2) door to door terhadap WUS yang hadir di pendidikan
kesehatan (sesi 1), dilanjutkan agenda memberikan kuesioner post-test,
dan dilakukan survey tentang komitmen untuk memilih KB Implan.
17. Setelah semua data terkumpul maka dilakukan analisis.
46
Manual Prosedur Audiovisual dan Konseling:
1. Mempersiapkan alat, materi, serta konsep yang mendukung untuk
penelitian dengan metode audiovisual dan konseling.
2. Mempersiapkan jadwal pertemuan dengan responden.
3. Mempersiapkan daftar hadir responden.
4. Melakukan setting tempat, baik untuk pelaksanaan media audiovisual,
maupun konseling.
5. Mempersilahkan responden mengisi daftar hadir dan memberikan tempat
duduk sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan.
6. Memberikan pembukaan berupa perkenalan & sambutan singkat.
7. Membagikan lembar pre-test kepada responden, dilanjutkan informed
consent pada responden & penjelasan alur penelitian oleh peneliti.
8. Mengumpulkan lembar pre-test yang telah diisi responden.
9. Memberikan materi metode KB secara umum melalui media powerpoint.
10. Pemutaran audiovisual tentang KB Implan secara lengkap dengan 2
video yang masing-masing berdurasi 12 & 3 menit menggunakan LCD
proyektor dan sound system sederhana dengan kualitas gambar dan
suara cukup jelas.
11. Memberikan pertanyaan untuk review singkat tentang kejelasan dari
pemutaran audiovisual tersebut.
12. Membuka sesi tanya jawab secara umum tentang materi KB Implan.
13. Sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, dimulai sesi konseling
kelompok dengan mengelompokkan responden dalam jumlah yang telah
ditentukan, berdasarkan barisan tempat duduk.
47
14. Sesi konseling kelompok dilakukan pada tiap-tiap kelompok responden,
semua responden mendapatkan bagian untuk konseling, baik yang
mempunyai pertanyaan maupun yang tidak.
15. Melakukan perkenalan dengan masing-masing responden dalam
konseling kelompok.
16. Menanyakan tentang hal-hal yang belum diketahui tentang penggunaan
KB Implan kepada responden.
17. Menanyakan motivasi untuk penggunaan KB Implan.
18. Menanyakan harapan, keinginan dan keyakinan responden tentang
penggunaan KB implan.
19. Melakukan kontrak waktu untuk sesi konseling door to door, lalu
mengakhiri sesi konseling kelompok.
20. Mendatangi rumah masing-masing responden pada kontrak waktu yang
telah ditentukan.
21. Melakukan konseling secara face to face dengan responden tentang hal-
hal yang masih dirasa kurang paham, serta pandangan responden terkait
kontrasepsi metode implan setelah treatment audiovisual dan konseling
kelompok.
22. Melakukan survey pengukuran komitmen responden untuk mengunjungi
pelayanan kesehatan dalam kaitan melaksanakan KB Implan.
23. Memberikan souvenir bagi responden penelitian.
4.10 Analisa Data
4.10.1 Pre Analisis
Kegiatan dalam pengolahan data antara lain (Setiadi, 2007):
48
1. Editing
Meneliti kelengkapan kuesioner apakah jawaban yang ada sudah lengkap
dan konsisten. Kegiatan ini bertujuan memastikan apakah data yang
diperoleh peneliti adalah bersih, lengkap, dan konsisten.
2. Coding
Coding data dilakukan untuk mengubah identitas responden dengan
memberikan pengkodean berupa angka.
3. Scoring
Penilaian terhadap motivasi wanita dilakukan sesuai dengan modifikasi
peneliti. Panjang interval masing-masing kelas atau kategori dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan :
i = Panjang interval
R = Skor maksimal
N = Jumlah kelas
(Hidayat, 2007)
Panjang Interval Motivasi WUS
Untuk rentang 17-28,3 termasuk dalam kategori motivasi rendah, rentang
28,4-39,6 termasuk dalam kategori motivasi sedang, dan rentang 39,7-51
termasuk dalam kategori motivasi tinggi.
4.10.2 Analisis
49
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan Uji Tanda (Sign)
Wilcoxon yaitu aplikasi dengan menguji dua sampel yang saling berhubungan
(two dependent samples) dengan rumus:
√
Setelah pengumpulan data selesai, kemudian dilakukan analisis data
yaitu dengan menggunakan uji beda, kemudian tahap berikutnya adalah
mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dengan
menggunakan regresi sederhana dengan rumus :
Y= a + bX
a ∑ ∑
b= ∑ ∑ ∑
∑ ∑
4.11 Etika Penelitian
Setelah mendapatkan ijin untuk melakukan penelitian, kuesioner
diberikan kepada responden atau subjek penelitian dengan
memperhatikan masalah etik meliputi:
4.11.1 Penghargaan terhadap Kerahasiaan (Responden)
Penelitian menyangkut data pribadi, atau data lain yang oleh responden
dianggap sebagai rahasia, maka peneliti harus menjaga kerahasiaan data
tersebut.
4.11.2 Ketelitian
Selalu mencatat daftar hadir responden yang hadir di setiap sesi
penelitian, serta kapan dan dimana pengumpulan data dilakukan.
50
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
5.1. Analisis Univariat
Hasil penelitian untuk memberikan pendidikan kesehatan pada
Wanita Usia Subur (WUS) untuk memperkaya informasi dan pengetahuan
tentang kontrasepsi, dalam hal ini khususnya kontrasepsi implan. Dalam
penelitian ini, metode audiovisual dan konseling dipilih oleh peneliti untuk
memberikan pendidikan kesehatan tentang kontrasepsi Implan pada
Wanita Usia Subur (WUS). Penelitian dengan menggunakan desain pre-
eksperiment dengan one group pre-test & post test dengan jumla
responden sebesar 62 orang dengan pengambilan purposive sampling,
data yang dihasilkan adalah umur, pendidikan, pekerjaan dan sumber
informasi yang diperoleh responden.
5.1.1. Distribusi Responden
Tabel 5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur, Pendidikan, Pekerjaan dan Sumber Informasi
No Keterangan Jumlah
Responden %
Umur
1 18-26 8 13,34
2 27-35 28 44,44
3 36-45 26 42,22
Pendidikan
1 SD 6 9.68
2 SMP 16 25.81
3 SMA 32 51.61
4 SMK 3 4.84
5 Diploma 3 4.84
6 S1 2 3.23
Pekerjaan
51
1 PNS 1 1.61
2 Swasta 8 12.90
3 Petani 4 6.45
4 Ibu RT 49 79.03
Sumber Informasi
1 Media Cetak 8 12.90
2 Eletronik 8 12.90
3 Internet 3 4.84
4 HP 1 1.61
5 Petugas Kesehatan 23 37.10
6 Keluarga 8 12.90
7 Teman 11 17.74
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa berdasarkan
umur responden yang paling banyak adalah berumur antara 27-35
tahun dengan jumlah 28 orang atau sebesar 44,44%. Berdasarkan
pendidikan responden yang paling banyak adalah SMA dengan
jumlah 32 orang atau sebesar 51,61%. Berdasarkan pekerjaan
responden yang paling banyak adalah Ibu rumah tangga dengan
jumlah 49 orang atau sebesar 79,03%. Berdasarkan sumber
informasi yang diperoleh oleh responden yang paling banyak adalah
petugas kesehatan dalam hal ini adalah petugas lapangan dengan
jumlah 23 orang atau sebesar 37,1%.
52
5.2. Analisis Data Khusus
Diagram Batang Tingkat Motivasi Responden Sebelum dan Sesudah Audiovisual dan Konseling Kesehatan Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Motivasi Responden
Sebelum dan Sesudah Audiovisual dan Konseling Kesehatan
Variabel Motivasi
Rendah Sedang Tinggi f %
N % N % N % 62 100
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Indikator Tingkat Motivasi Responden
Sebelum dan Sesudah Audiovisual dan Konseling Kesehatan
Sebelum
Keinginan 31 50 31 50 0 0 62 100
Harapan 26 41,9 35 56,5 1 1,6 62 100
Keyakinan 33 53,2 29 46,8 0 0 62 100
Sesudah
Keinginan 2 3,2 26 41,9 34 54,8 62 100
Harapan 3 4,8 18 29 41 66,1 62 100
Keyakinan 6 9,7 21 33,9 35 56,5 62 100
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa dari sebelum
diadakan pendidikan dengan metode audiovisual dan konseling
sebanyak 33 responden atau sebesar 53,2% memiliki motivasi yang
0
10
20
30
40
50
60
sebelum sesudah
Rendah
Sedang
Tinggi
53
rendah dan secara yakin tidak mau memilih alat kontrasepsi KB
implan. Tahap berikutnya adalah pemutaran film dan juga diberikan
konseling untuk lebih menjelaskan makna dari penggunaan alat
kontraseksi KB implan, maka hasil yang didapat dari post-test
adalah sebanyak 41 responden atau sebesar 66,1% responden
mempunyai harapan yang tinggi untuk memilih alat kontrasepsi KB
implan.
5.3. Analisis Bivariat
5.3.1. Distribusi Motivasi Responden Sebelum-Sesudah Audiovisual
dan Konseling Kesehatan
Tabel 5.4 Motivasi Responden Sebelum-Sesudah Audiovisual dan Konseling Kesehatan
Variabel Mean N
Sebelum 2 62
Sesudah 3 62
Berdasarkan tabel di atas dapat diperoleh informasi bahwa
rata-rata motivasi responden sebelum pemberian pendidikan
kesehatan metode audiovisual dan konseling adalah 1,65 atau
dibulatkan menjadi 2 yaitu pada rentang motivasi dengan keinginan,
harapan dan keyakinan yang sedang, pada sesudah pemberian
pendidikan kesehatan metode audiovisual dan konseling kesehatan
adalah 2,77 atau dibulatkan menjadi 3 pada rentang motivasi
dengan keinginan, harapan dan keyakinan yang tinggi untuk mau
memilih KB Implan.
54
5.3.2. Uji Beda (Uji Wilcoxon)
Tabel 5.5 Motivasi Responden Sebelum-Sesudah Pendidikan Audiovisual dan Konseling Kesehatan
T Df Sig. (2-tailed)
Variabel Sebelum – Sesudah -20.966 61 .000
Hasil penelitian diolah dengan bantuan Statistical Product
and Service Solution (SPSS) 21. Hasil uji statistik dengan dua
sampel saling berhubungan (two dependent samples) dengan test
non parametrik Uji Tanda (sign), Uji Wilcoxon ditunjukan pada tabel
5.3, yang menunjukan bahwa rata-rata motivasi responden saat
dilakukan sebelum diadakan pendidikan kesehatan menggunakan
kombinasi metode audiovisual dan konseling adalah 1,65 yang
kemudian dibulatkan menjadi 2 yaitu pada rentang motivasi dengan
keinginan, harapan dan keyakinan yang sedang, rata-rata motivasi
responden setelah diadakan pendidikan kesehatan menggunakan
kombinasi metode audiovisual dan konseling adalah 2,77 yang
kemudian dibulatkan menjadi 3 yaitu pada rentang motivasi dengan
keinginan, harapan dan keyakinan yang tinggi untuk mau memilih
KB Implan.
Hasil penelitian t-hitung dibandingkan dengan t-tabel
(-20,966 < 1,670) dan signifikansi 0,000 (0,000 < 0,05) sehingga
keputusan dari hal ini adalah Ho ditolak dan H1 diterima. Analisis
data dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata nilai tes
antara sebelum dan sesudah diadakan pendidikan kesehatan
menggunakan kombinasi metode audiovisual dan konseling. Hal ini
dapat diartikan bahwa dengan adanya pemberian penyuluhan
55
dengan menggunakan audiovisual dan teknik konseling dapat
meningkatkan motivasi wanita memilih KB Implan di Kecamatan
Sutojayan Kabupaten Blitar.
56
BAB VI
PEMBAHASAN
Pada bab ini membahas tentang hasil penelitian yang telah dilaksanakan
yaitu pengaruh pendidikan kesehatan metode audiovisual dan konseling
terhadap motivasi wanita usia subur dalam memilih alat kontrasepsi KB Implan di
Kecamatan Sutojayan Kabupaten Blitar, implikasi penelitian dalam profesi
keperawatan dan keterbatasan dalam melaksanakan penelitian.
6.1. Motivasi Wanita Usia Subur Memilih KB Implan Sebelum Pendidikan
Kesehatan Metode Kombinasi Audiovisual dan Konseling
Motivasi adalah kecenderungan yang timbul pada diri seseorang
secara sadar maupun tidak sadar melakukan tindakan dengan tujuan
tertentu atau usaha-usaha yang menyebabkan seseorang atau kelompok
orang tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang di
kehendaki (Poerwodarminto, 2006). Sejalan dengan teori tersebut bahwa,
pada pre-test yang telah dilaksanakan pada penelitian ini, wanita usia
subur masih belum sadar akan pentingnya produk implan sebagai salah
satu alat kontrasepsi. Hasil dari penelitian didapat bahwa sebelum
dilakukan pendidikan pendidikan kesehatan dengan menggunakan teknik
kombinasi yaitu audiovisual dan konseling kesehatan, motivasi wanita
menggunakan kontrasepsi metode Implan sebagian besar masih rendah
sebanyak 38 responden atau sebesar 61,3%.
Hasil penelitian pada tingkat motivasi dalam kondisi sebelum
diadakan pendidikan kesehatan, sebagian besar yaitu sebesar 38
57
responden atau (61,3%) yang diteliti didapatkan bahwa aspek motivasi
dengan tingkat sedang adanya program KB Implan. Motivasi responden
paling besar di tingkat rendah sebesar 23 responden mempunyai motivasi
yang rendah atau sebesar 37,1% dan sisanya mempunyai motivasi yang
tinggi yaitu 1 responden atau sebesar 1,6%. Banyak faktor yang
menyebabkan responden untuk memilih alat kontrasepsi KB implan yaitu :
umur, pendidikan, pekerjaan dan sumber informasi.
Hasil penelitian didapat bahwa umur responden yang paling banyak
adalah berumur antara 26-40 tahun dengan jumlah 32 orang atau sebesar
51,61% responden ini termasuk pada wanita usia subur. Secara fisik
memang termasuk pada usia subur namun motivasi untuk menggunakan
KB implan sesuai dengan pribadi masing-masing. Pada usia tersebut
dengan semakin bertambah umur, daya tangkap dan pola pikir akan
semakin berkembang sehingga pengetahuan akan menjadi semakin
membaik. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang berfikir dan bekerja sehingga motivasi
seseorang kuat dalam melakukan sesuatu hal (Lestari, 2015).
Pendidikan responden yang paling banyak adalah SMA dengan
jumlah 32 orang atau sebesar 51,61%. Pendidikan merupakan salah satu
peranan penting dipegang oleh penentuan sikap yang utuh ini,
pengetahuan, pemikiran, keyakinan, serta emosi. (Notoatmodjo, 2013).
Pengetahuan yang didapat oleh responden yang sebagian besar sebatas
SMA, memberikan latar belakang pendidikan yang belum masuk pada
jenjang pendidikan tinggi. Pendidikan yang terbatas inilah yang
menempatkan responden pada tingkat motivasi menengah atau sedang
58
dalam pemakaian alat kontrasepsi KB implan, motivasi untuk menentukan
pilihan alat KB belum menjadi salah satu motivasi responden dalam
bertindak.
Pekerjaan responden yang paling banyak adalah Ibu rumah tangga
dengan jumlah 49 orang atau sebesar 79,03%. Sesuai dengan keadaan
responden yang sebagian besar adalah ibu rumah tangga, maka dalam
kehidupan sehari-hari masih dalam posisi tingkat kebutuhan level 1 yaitu
kebutuhan fisiologis. Hal ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa
kebutuhan makanan: bagian dari kebutuhan dasar manusia secara
fisiologis yang memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh hampir 90% dari
total berat badan tubuh; Merupakan untuk memenuhi kebutuhan biologis
dan untuk memperbanyak keturunan (Hidayat, 2006). Pekerjaan responden
yang sebagian besar ibu rumah tangga memberikan faktor yang paling
tinggi dengan motivasi sedang dalam memakai KB implan.
Sumber informasi yang diperoleh oleh responden yang paling
banyak dperoleh adalah dari petugas kesehatan dalam hal ini adalah
petugas lapangan dengan jumlah 23 orang atau sebesar 37,1%. Sebagian
besar responden terletak di daerah kabupaten dengan tingkat
keterjangkauan sumber informasi khususnya tentang kesehatan belum
sepenuhnya diterima dengan baik. Informasi-informasi yang terbatas inilah
merupakan salah satu faktor yang tingkat motivasi sedang dalam mengikuti
program KB implan. Sumber informasi lain yang diperoleh oleh responden
bisa dikatakan belum akurat, hasil penelitian teman-teman responden,
media cetak, media elektronik dan keluarga adalah sumber informasi yang
belum bisa dikatakan sepenuhnya valid, sehingga tingkat motivasi rendah
59
dalam mengikuti program KB sangat besar. Sumber lain yang bisa diakses
adalah telepon genggam dan internet, namun kedua sumber ini belum bisa
digunakan sepenuhnya karena keterbatasan pada perangkat keras yang
dimiliki dan pengetahuan tentang informasi dan teknologi yang masih
terbatas.
6.2. Motivasi Wanita Usia Subur Memilih KB Implan Sesudah Pendidikan
Kesehatan Metode Kombinasi Audiovisual dan Koonseling
Bentuk media pendidikan antara lain (Notoadmojo, 2012) audio
visual yang merupakan alat bantu lihat yang berguna dalam membantu
menstimulasi indra penglihatan dan indra pendengar pada waktu yang
bersamaan dalam menyampaikan bahan pendidikan/pengajaran. Alat ini
dipilih agar responden terbantu untuk lebih memahami konsep alat
kontrasepsi KB implan. Informasi yang diharapkan bisa diketahui oleh
responden adalah mengenai alat kontrasepsi yang ditanamkan dibawah
kulit lengan atas sebelah dalam berbentuk kapsul silastik (lentur)
panjangnya sedikit lebih pendek dan pada batang korek api dan dalam
setiap batang mengandung hormon levonorgestrel yang dapat mencegah
terjadinya kehamilan (BKKBN, 2006). Selain itu informasi yang yang bisa
didapatkan adalah mengenai jenis-jenis implan, cara kerja implan,
efektifitas dan kontra indikasi implan, kekurangan dan kelebihan implan,
teknik pemasangan implan, efek samping/komplikasi dan cara
penanggulangannya serta dosis yang diperbolehkan untuk dipakai.
Metode pada penelitian tidak hanya menggunakan audiovisual saja,
akan tetapi merupakan kombinasi dengan konseling. Berdasarkan
pendekatan sasaran yang ingin dicapai pada metode pendidikan adalah
60
pendekatan perorangan merupakan salah satunya. Metode ini bersifat
individual dan biasanya digunakan untuk membina perilaku baru, atau
membina seorang yang mulai tertarik pada suatu perubahan perilaku atau
inovasi. Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena setiap orang
mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan
penerimaan atau perilaku baru tersebut. Ada 2 bentuk pendekatannya
yaitu: Bimbingan dan konseling (Guidance and Counceling), serta
Wawancara. Menurut Notoadmojo (2012). Diketahui sesudah audiovisual
dan konseling kesehatan, motivasi wanita menggunakan kontrasepsi
metode Implan sebagian besar motivasi tinggi sebanyak 49 responden
atau sebesar 79%, sebesar 12 responden motivasinya sedang sebanyak
12 responden atau sebesar 19,4% dan sisanya mempunyai motivasi tinggi
yaitu 1 responden atau sebesar 1,6%.
Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang datangnya dari luar individu,
misalnya saja dukungan verbal dan non verbal yang diberikan oleh teman
dekat atau keakraban sosial. (Widayatun, 2008). Pendidikan kesehatan
untuk menggunakan alat kontasepsi KB implan merupakan salah satu
faktor yang diguanakan oleh peneliti dalam memberikan pengaruh. Hasil
setelah diadakan pendidikan menggunakan audiovisual dan teknik
konseling memberikan andil dalam meningkatkan motivasi wanita memilih
KB Implan di Kecamatan Sutojayan Kabupaten Blitar. Sebesar 41
responden yang diteliti didapatkan bahwa aspek motivasi tertinggi yang
motivasi tinggi adalah aspek keinginan sebanyak 34 responden atau
sebesar 54,8%, aspek harapan yaitu sebanyak 41 responden (66,1%),
aspek keyakinan 35 atau sebanyak 56,5%.
61
6.3. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Metode Kombinasi Audiovisual dan
Konseling Terhadap Motivasi Wanita Usia Subur Memilih KB Implan
Metode kombinasi antara audiovisual dengan konseling merupakan
metode dengan pendekatan kelompok dan personal, pada pendekatan
kelompok, responden diberikan pendidikan kesehatan dengan audiovisual
dengan tujuan memberikan penjelasan yang lebih nyata karena
menstimulai baik audio dan visual responden. Pada metode ini diharapkan
responden lebih mengerti tentang keuntungan secara kontrasepsi, yaitu:
daya guna tinggi, perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun),
pengembalian tingkat kesuburan cepat setelah pencabutan, tidak
memerlukan pemeriksaan dalam, bebas dari pengaruh estrogen, tidak
mengganggu kegiatan senggama, tidak mengganggu ASI, klien hanya
perlu kembali ke klinik bila ada keluhan, dapat dicabut setiap saat sesuai
dengan kebutuhan. Keuntungan non kontrasepsi yaitu, mengurangi nyeri
haid, mengurangi jumlah darah haid, mengurangi/memperbaiki anemia,
melindungi terjadinya kanker endometrium, menurunkan angka kejadian
kelainan payudara, melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit
radang panggul, menurunkan angka kejadian endometriosis, Saifuddin
(2006). Rata-rata motivasi responden sebelum pemberian pendidikan
kesehatan audiovisual dan konseling kesehatan adalah 1,65 sedangkan
sesudah pemberian pendidikan kesehatan audiovisual dan konseling
kesehatan adalah 2,77 sehingga terjadi peningkatan pemahaman tentang
alat kontrasepsi KB implan yang pada akhirnya memberikan peningkatan
memotivasi responden. Menurut Wicaksono (BKKBN, 2015), motivasi
penggunaan kontrasepsi implan bagi Wanita Usia Subur (WUS)
62
dipengaruhi oleh faktor individu yaitu pengetahuan calon akseptor dan
faktor sosial/lingkungannya berupa komunikasi, Informasi, dan Edukasi
(KIE), serta konseling KB perlu ditingkatkan untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang program KB.
Peningkatan pengetahuan yang bisa diserap oleh responden
karena adanya sumber informasi yang akurat dan bisa dipercaya yaitu dari
petugas kesehatan. Petugas kesehatan adalah salah satu sumber
informasi yang dipercaya terbukti pada hasil penelitian sumber informasi
yang paling tinggi sebesar 23 responden atau sebesar 37,10% adalah
sumber informasi datang dari petugas kesehatan. Sesuai dengan hasil
tersebut didukung oleh pernyataan (Saefuddin, 2006) bahwa, pelayanan
kesehatan yang berkualitas sangat terkait dengan pencapaian kontrasepsi
implan, dimana dalam penjelasan sebelum dan sesudah pemberian implan
mengenai fungsi, cara kerja, dan efek kontrasepsi implan merupakan
bagian yang tak terpisahkan untuk memberikan rasa aman dan ketenangan
bagi akseptor KB implan, selain itu ketersediaan alat kontrasepsi implan
yang memadai dan tempat pelayanan yang tersebar merata di seluruh
daerah. Pendidikan kesehatan memiliki pengaruh yang besar dalam
memberikan motivasi kepada responden untuk lebih termotivasi untuk
menggunakan alat kontrasepsi KB implan. Hal ini dibuktikan dengan tingkat
motivasi dengan keinginan responden 54,8% harapan 66,1% dan
keyakinan 56,5% yang termotivasi tinggi pada program tersebut.
Hasil penelitian dengan uji statistik paired t-test menunjukan bahwa
rata-rata motivasi responden saat dilakukan sebelum diadakan pendidikan
kesehatan menggunakan kombinasi metode audiovisual dan konseling
63
adalah 1,6452 sedangkan rata-rata motivasi responden setelah diadakan
pendidikan kesehatan menggunakan kombinasi metode audiovisual dan
konseling adalah 2,7742. Hasil penelitian t-hitung dibandingkan dengan t-
tabel (-20,966 < 1,670) dan signifikansi 0,000 (0,000 < 0,05) sehingga
keputusan dari hal ini adalah Ho ditolak dan Ha diterima. Analisis data
dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata nilai tes antara
sebelum dan sesudah diadakan pendidikan kesehatan menggunakan
kombinasi metode audiovisual dan konseling. Penelitian ini membuktikan
bahwa dengan adanya pemberian pendidikan kesehatan dengan
menggunakan audiovisual dan teknik konseling memberikan andil dalam
meningkatkan motivasi wanita memilih KB Implan di Kecamatan Sutojayan
Kabupaten Blitar.
6.4. Implikasi Penelitian dalam Profesi Keperawatan
Dalam memberikan pendidikan kesehatan perawat harus
merencanakan pendidikan kesehatan dengan baik, serta menggunakan
metode komunikasi, informasi, edukasi dalam bentuk audiovisual dan
konseling sehingga calon akseptor baru dapat memilih alat kontrasepsi KB
implan yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Penelitian ini mampu
menjelaskan bahwa dengan memberikan pendidikan kesehatan melalui
metode audiovisual dan konseling tentang kontrasepsi metode KB Implan
terhadap wanita usia subur dapat memberikan pengaruh positif terhadap
motivasi untuk menggunakan alat kontrasepsi KB Implan. Penelitian ini
hasilnya dapat dipergunakan oleh tenaga keperawatan sebagai bahan
pertimbangan bahwa pendidikan kesehatan dengan metode kombinasi
64
audiovisual dengan konseling mempunyai pengaruh terhadap motivasi
wanita dalam memilih KB Implan tidak hanya di Kecamatan Sutojayan
Kabupaten Blitar saja sebagai tempat penelitian ini.
6.5. Keterbatasan Penelitian
Terdapat keterbatasan dalam penelitian ini adalah:
1. Dalam melakukan penelitian, peneliti masih menemukan responden
yang menjawab dengan malu-malu dan terkesan belum terbuka,
sehingga peneliti harus melakukan pendekatan sehingga responden
melaksanakan konseling dengan lebih terbuka, untuk mengetahui
tentang keuntungan dan kerugian memakai KB Implan. Dari situasi ini
peneliti berusaha agar responden memberikan jawaban dengan
sebenarnya, situasi ini sering ditemui sehingga memerlukan waktu yang
lama agar responden merasa nyaman dan memberikan jawaban yang
sebenarnya.
2. Pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh data
motivasi yang sesungguhnya dari wanita usia subur dalam memakai
implan, masih dirasakan kurang penting bagi responden, sehingga
terkadang pernyataan yang muncul dijawab dengan asal-asalan.
Padahal pada penelitian justru kejujuran dalam menjawab setiap
pertanyaan yang diajukan oleh peneliti merupakan kunci dalam
menemukan jawaban dari permasalahan, sehingga mampu
memecahkan masalah.
3. Pada pemutaran video dalam penelitian ini terdapat perlakuan yang
kurang merata pada setiap sesi kelompok responden. Ada yang
65
dilakukan tidak hanya sekali, hal ini dilakukan dengan mengikuti
keinginan dari salah satu sesi kelompok responden, seharusnya
pemutaran dilakukan hanya sekali agar setiap sesi kelompok
responden mendapat perlakuan yang sama. Peneliti kurang
memberikan standar operasional prosedur yang rinci dalam penerapan
media atau pemutaran video bagi responden.
4. Belum adanya panduan kegiatan atau standar operasional prosedur
konseling & petugas yang memadai dalam penelitian ini, sehingga
pemberian konseling dalam penelitian tidak didasari batasan kriteria
yang sama tentang pengalaman, serta bagaimana seharusnya peran
pemberi konseling atau konselor khusus.
5. Kurang adanya skrining yang mendalam & terstandar terkait pemilihan
sampel tentang pernah/tidak pernah mendapat info KB Implan.
6. Kurang adanya standar operasional prosedur yang lebih jelas dan
konsisten untuk sesi konseling kelompok, door to door dan post-test,
sehingga terjadi perbedaan perlakuan: sebagian responden mendapat
konseling door to door & post-test 2 hari setelah sesi Audiovisual,
sementara sebagian responden yang lain mendapat Konseling door to
door & post-test 3 hari setelah sesi Audiovisual, serta tidak adanya
standar bahasan yang merata di setiap kelompok konseling.
7. Sudah ada program penyuluhan / pendidikan kesehatan dari petugas
kesehatan terkait, namun masih kurang konsisten & optimal untuk
waktu pelaksanaannya.
66
BAB VII
PENUTUP
7.1. Kesimpulan
Hasil penelitian tentang pendidikan kesehatan menggunakan
kombinasi metode audiovisual dan konseling terhadap motivasi wanita usia
subur (WUS) dalam memilih alat kontrasepsi KB Implan di Kecamatan
Sutojayan Kabupaten Blitar dengan jumlah sampel 62 responden dapat
disimpulkan:
1. Wanita Usia Subur (WUS) dalam memilih KB Implan sebelum
pendidikan kesehatan menggunakan kombinasi metode audiovisual
dan konseling di Kecamatan Sutojayan Kabupaten Blitar memiliki
tingkat motivasi yang rendah yaitu sebesar 56,5%.
2. Wanita Usia Subur (WUS) dalam memilih KB Implan, sesudah
pendidikan kesehatan menggunakan kombinasi metode audiovisual
dan konseling di Kecamatan Sutojayan Kabupaten Blitar mempunyai
tingkat motivasi yang tinggi yaitu sebesar 66,1%.
3. Pendidikan kesehatan pada Wanita Usia Subur (WUS) di Kecamatan
Sutojayan Kabupaten Blitar dengan menggunakan kombinasi metode
audiovisual dan konseling mampu meningkatkan motivasi untuk
memilih alat kontrasepsi KB Implan. (t-hitung > t-tabel / -20,966 > -
1,670).
67
7.2. Saran
1. Untuk lebih optimalnya pendidikan & pelayanan kesehatan khususnya
tentang KB bagi masyarakat, diharapkan Puskesmas dan tenaga
kesehatan terkait dapat konsisten melakukan penyuluhan/pendidikan
kesehatan setidaknya 1 bulan sekali yang bisa disesuaikan dengan
jadwal masing-masing posyandu, dan memaksimalkan setiap momen
safari KB (bila ada) didaerah tersebut.
2. Membuat inovasi untuk penelitian selanjutnya, serta mengadakan
penelitian lanjutan tentang pengaruh pendidikan kesehatan kombinasi
metode audiovisual dan konseling terhadap motivasi wanita memilih KB
Implan di lokasi berbeda, dan dengan jumlah sampel yang lebih
banyak/bervariatif. Sehingga akan memberikan penegasan atas hasil
penelitian ini atau memberikan hasil baru yang berbeda dengan
penelitian ini.
68
DAFTAR PUSTAKA
Alimoeso, S. 2013. Kebijakan Kependudukan dan KB Nasional. Jakarta:
BKKBN.
Andriana, K. 2009. Ilmu Kebidanan. UMM Press. Malang
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta:
Jakarta.
Arsyad, A. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grofindo Persada.
Arsyad, A. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Azwar, S. 2005. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajaran.
Yogyakarta.
BKKBN, 2012. Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (Implant/Susuk KB).
BKKBN, 2013. Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Edisi 3. Jakarta: PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
BKKBN, 2015. Modul Pelatihan Pengembangan Model Behavior Change
Communication (BCC) Advokasi/KIP-Konseling bagi PKB-PLKB untuk
Meningkatkan Peserta KB-MKJP PUS MUPAR melalui Pemantapan
Mekanisme Operasional dan Perencanaan Stratejik. Surabaya: Bidang
Pelatihan Pengembangan KB Nasional Tahun 2015.
69
Elisia, I. 2012. Keuntungan dan Kerugian Kontrasepsi Implan.
https://www.ibudanbalita.com/. Diakses 29 Pebruari 2016, 22.44 WIB.
Hidayat, A.A. 2008. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah, Edisi
Kedua. Jakarta: Salemba Medika.
Hidayat, A.A. 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Medika.
Kusumaningrum, R. 2012. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jenis Kontrasepsi
yang Digunakan Pasangan Usia Subur. Semarang: Universitas
Diponegoro.
Narendra, B.M. 2011. Buku Ajar II Tumbuh Kembang Anak dan Remaja Edisi
pertama. Jakarta : CV.SAGUNG SETO.
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta.
Jakarta
Notoatmodjo, S. 2012. Promo Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka
Cipta.
Nurhayati, A. 2013. Pengaruh Konseling Terhadap Motivasi PUS (Pasangan
Usia Subur) Untuk Menggunakan Implant di Puskesmas Kalibaru
Kecamatan Kalibaru Kabupaten Banyuwangi. Banyuwangi: Puskesmas
Kalibaru.
70
Nursalam. 2008. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:
Pedoman Skripsi, Thesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan, Edisi
Kedua. Salemba Medika. Jakarta
Nursalam. 2008. Manajemen Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Nursalam. 2009. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:
Pedoman Skripsi, Thesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan, Edisi
Ketiga. Salemba Medika. Jakarta
Perry & Potter. 2011. Fundamental Keperawatan; Konsep, Proses, dan Praktik.
Jakarta: EGC
Saifuddin, B.A. 2006. Buku Pedoman Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Yayasan
Bina Pustaka, Jakarta.
Sunaryo. 2013. Psikologi untuk Kesehatan. Jakarta: EGC
Suratun. 2008. KB dan Kontrasepsi. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.
Susanto, B. dan Kumalasari, R. 2017. Pengaruh Layanan Informasi Bimbingan
Konseling & Media Audiovisual terhadap Empati Siswa. Sukoharjo:
Jurnal Ilmiah Counselia.
Witjaksono, J. 2013. Rencana Aksi Keluarga Berencana dan Kesehatan
Reproduksi Tahun 2012-2017. Jakarta: BKKBN.
Yusuf, S. dan Nurihsan, A.J. 2008. Landasan Bimbingan dan Konseling.
Bandung: Remaja Rosdakarya.