83
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN KOMBINASI METODE AUDIOVISUAL DAN KONSELING TERHADAP MOTIVASI WANITA MEMILIH KB IMPLAN DI KECAMATAN SUTOJAYAN KABUPATEN BLITAR TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Keperawatan Oleh : Andhika Susila Widjaya NIM. 125070207111002 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN KOMBINASI

METODE AUDIOVISUAL DAN KONSELING TERHADAP MOTIVASI

WANITA MEMILIH KB IMPLAN DI KECAMATAN SUTOJAYAN

KABUPATEN BLITAR

TUGAS AKHIR

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Keperawatan

Oleh :

Andhika Susila Widjaya

NIM. 125070207111002

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 2: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan
Page 3: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah SWT yang telah memberi petunjuk dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Tugas Akhir

dengan judul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan menggunakan Kombinasi

Metode Audiovisual dan Konseling terhadap Motivasi Wanita memilih KB Implan

di Kecamatan Sutojayan Kabupaten Blitar”. Tugas akhir ini ditujukan untuk

memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Keperawatan di Universitas

Brawijaya Malang.

Terselesaikannya tugas akhir ini berkat bantuan dari berbagai pihak,

untuk itu dalam kesempatan yang baik ini dengan rasa hormat, peneliti

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. dr. Sri Andarini, Sp.PA selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas

Brawijaya Malang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis

untuk menuntut ilmu di Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.

2. Dr. Ahsan, S.Kp, M.Kes selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

FKUB yang telah memberikan dukungan dan motivasi dalam

menyelesaikan tugas akhir ini.

3. Ns. Fransiska Imavike F, S.Kep, M.Nurs sebagai pembimbing pertama.

Rasa terimakasih yang besar saya sampaikan kepada beliau, yang selalu

memberikan saya bimbingan, saran, motivasi, serta teguran yang

membangun agar saya selalu bersemangat untuk menyelesaikan tugas

akhir ini. Terimakasih Bu, atas setiap waktu bimbingan yang selalu

memberikan tambahan ilmu dan pemahaman baru mengenai berbagai

hal.

Page 4: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

iv

4. Ns. Setyoadi, S.Kep, M.Kep, Sp.Kep.Kom sebagai pembimbing kedua.

Momen-momen pencerahan yang selalu beliau berikan di setiap sesi

bimbingan adalah sesuatu yang selalu penulis nantikan untuk menjadi

pendorong & semangat utama yang selalu dapat membantu penulis untuk

bangkit di kala masalah dan rintangan yang membuat tidak termotivasi

untuk melanjutkan tugas akhir.

5. Ns. Lilik Supriati, S.Kep, M.Kep sebagai penguji yang telah bersedia

menguji dan membimbing penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

tugas akhir ini.

6. Ayahanda Drs. Bambang Edy Susilo, M.Si dan Ibunda Ninik Widayati, S.E

serta adikku Annisa Intan Permatasari yang aku cintai, mereka yang

selalu mendoakan serta memberikan dorongan secara material maupun

spiritual.

7. Untuk yang terkasih, yang telah senantiasa memberikan dukungan,

semangat, dan motivasi sehingga penulis mampu berjuang kembali untuk

menyelesaikan tugas akhir.

8. Ibu Umi Tarwiyah, S.Sos yang selalu memberikan masukan dan

membantu penulis untuk berkoordinasi dengan pihak-pihat terkait, selama

penelitian di Kecamatan Sutojayan.

9. Perawat Puskesmas Kecamatan Sutojayan yang turut berperan besar

dalam proses pengambilan data responden dalam penelitian ini yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

10. Seluruh responden yang telah bersedia mengikuti & meluangkan waktu

dalam penelitian ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Page 5: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

v

11. Bapak Aris Sunandes, S.E, M.M yang dengan sabar dan telaten selalu

membimbing penulis terkait hal-hal yang bersifat statistik untuk

pengerjaan tugas akhir ini.

12. Semua pihak yang turut berperan dalam penyelesaian tugas akhir ini

yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, untuk

itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga

tugas akhir ini nantinya dapat bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya dan

penulis pada khususnya sebagaimana yang diharapkan.

Amin.

Malang, Juni 2017

Penulis

Page 6: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

vi

ABSTRAK

Widjaya, Andhika Susila. 2017. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Menggunakan Kombinasi Metode Audiovisual Dan Konseling Terhadap Motivasi Wanita Memilih KB Implan Di Kecamatan Sutojayan Kabupaten Blitar. Tugas Akhir, Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Pembimbing: (1) Ns. Fransiska Imavike F., S.Kep, M.Nurs (2) Ns. Setyoadi, S.Kep, M.Kep, Sp.Kep.Kom

Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap

pasangan atau individu. KB implan berbentuk yang kecil dan tipis, sehingga tidak akan nampak di permukaan kulit, selain murah juga tidak mengganggu penampilan klien. Media audiovisual merupakan salah satu media yang membantu penyuluh KB dalam menyampaikan suatu pesan, penyuluh memerlukan kreativitas agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh masyarakat. Penyuluhan dengan media audiovisual yang diberikan dilengkapi dengan konseling memberikan wawasan yang lebih luas dan memiliki banyak manfaat bagi penyuluh lapang. Diharapkan dengan adanya pemutaran audiovisual dan konseling menambah motivasi individu untuk menggunakan implant. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan kombinasi metode audiovisual dan konseling terhadap motivasi wanita memilih KB Implan di Kecamatan Sutojayan Kabupaten Blitar. Metode penelitian dengan menggunakan Non-Random Sampling dengan Purposive Sampling responden yang diambil dari bukan peserta KB dan peserta KB Non implan sehingga sampel adalah 62 responden. Hasil penelitian dengan uji statistik dengan paired t-test (dua sampel saling berhubungan) dengan test non parametrik Uji Tanda/Sign, uji Wilcoxon yang menunjukan bahwa rata-rata motivasi responden saat dilakukan sebelum diadakan pendidikan kesehatan menggunakan kombinasi metode audiovisual dan konseling adalah dua pada rentang motivasi dengan keinginan, harapan dan keyakinan yang adalah sedang, rata-rata motivasi responden setelah diadakan pendidikan kesehatan menggunakan kombinasi metode audiovisual dan konseling adalah tiga pada rentang motivasi dengan keinginan, harapan dan keyakinan yang tinggi untuk mau memilih KB Implan. Kata Kunci: Audiovisual, Konseling, Motivasi

Page 7: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

vii

ABSTRACT

Widjaya, Andhika Susila. 2017. The Effect of Health Education using Combination Methods of Audiovisual and Counseling for Woman Motivation to Choose Implant Contraception in Sutojayan Subdistrict Blitar Regency. Final Assignment, Nursing Program, Medical Faculty of Brawijaya University. Supervisors: (1) Ns. Fransiska Imavike F., S.Kep, M.Nurs (2) Ns. Setyoadi, S.Kep, M.Kep, Sp.Kep.Kom

The use of contraception is part of the reproductive individual rights.

Familiy Planning implant is small and thin, so it will not appear on the surface of the skin, and interfere with the appearance of clients in addition to cheap. Audiovisual media is one of the media that helps official workers in conveying a message, the instructor needs creativity, the message delivered and received well by the community. Counseling with audiovisual media provided provides a wider insight and has many benefits for official workers. The expectation of audiovisual and counseling motivate individuals to use the implant. The purpose of this study was to determine the effect of health education using a combination of audiovisual methods and counseling on the motivation of women choosing Implants in Sutojayan District, Blitar regency. The research method using Non-Random Sampling with Purposive Sampling of respondents taken from non family planning participants and non-implanted family planning participants so that the sample is 62 respondents. The result of the research was statistical test with paired t-test (two samples interrelated) with nonparametric test of Sign Test, Wilcoxon test which showed that the average of respondent motivation when done before health education using combination of audiovisual and counseling method is two in the range of desire motivation, expectation and belief that is, the average motivation of respondents after health education using a combination of audiovisual methods and counseling is three on the range of motivation with desire, hope and high confidence to want to choose Implant. Keywords: Audiovisual, Counseling, Motivation

Page 8: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

viii

DAFTAR ISI

Halaman Judul .............................................................................................. i Halaman Pengesahan ................................................................................... ii Kata Pengantar ............................................................................................. iii Abstrak .......................................................................................................... vi Abstract ......................................................................................................... vii Daftar Isi ........................................................................................................ viii Daftar Tabel .................................................................................................. xi Daftar Gambar .............................................................................................. xii Daftar Lampiran ............................................................................................ xiii BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 6 1.3 Tujuan Peneltian .......................................................................... 6

1.3.1 Tujuan Umum .................................................................... 6 1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................... 6

1.4 Manfaat Peneltian ........................................................................ 7 1.4.1 Manfaat Teoritis ................................................................. 7 1.4.2 Manfaat Praktis .................................................................. 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pendidikan Kesehatan .................................................... 8

2.1.1 Definisi Pendidikan Kesehatan ........................................... 8 2.1.2 Tujuan Pendidikan Kesehatan ........................................... 9 2.1.3 Metode dalam Pendidikan Kesehatan ................................ 10

2.2 Konsep Kontrasepsi Implan ......................................................... 15 2.2.1 Definisi Kontrasepsi Implan ................................................ 15 2.2.2 Jenis Kontrasepsi Implan ................................................... 15 2.2.3 Mekanisme Kerja Kontrasepsi Implan ................................ 16 2.2.4 Efektifitas Kontrasepsi Implan ............................................ 16 2.2.5 Indikasi Pemasangan Kontrasepsi Implan ......................... 16 2.2.6 Kontraindikasi Kontrasepsi Implan .................................... 17 2.2.7 Kelebihan Kontrasepsi Implan ........................................... 17 2.2.8 Kekurangan Kontrasepsi Implan ....................................... 18 2.2.9 Cara Pemasangan Kontrasepsi Implan .............................. 18 2.2.10 Efek Samping/Komplikasi dan Cara Penanggulangannya 19 2.2.11 Dosis ................................................................................ 20

2.3 Konsep Akseptor Keluarga Berencana (KB) ................................ 21 2.3.1 Definisi Akseptor Keluarga Berencana (KB) ....................... 21 2.3.2 Macam-macam Akseptor Keluarga Berencana (KB) .......... 21

2.4 Konsep Sikap Pemilihan Kontrasepsi .......................................... 22 2.4.1 Hal-hal yang Harus Diperhatikan ....................................... 22

2.5 Konsep Motivasi ........................................................................... 25 2.5.1 Definisi Motivasi ................................................................. 25 2.5.2 Teori-teori Motivasi ............................................................. 26 2.5.3 Pengaruh Pendidikan Kesehatan menggunakan Metode

Kombinasi Audiovisual dan Konseling terhadap Motivasi Wanita Usia Subur (WUS) memilih KB Implan.. ............................. 30

Page 9: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

ix

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Konsep ........................................................................ 32 3.2 Hipotesis Penelitian ..................................................................... 34

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian .................................................................. 35 4.2 Populasi dan Sampel ................................................................... 35

4.2.1 Populasi ............................................................................. 35 4.2.2 Sampel ............................................................................... 35

4.2.2.1 Kriteria Inklusi Penelitian ............................................ 36 4.2.2.2 Kriteria Eksklusi Penelitian ......................................... 36

4.3 Variabel Penelitian ....................................................................... 36 4.3.1 Variabel Bebas (Independent) ............................................ 36 4.3.2 Variabel Tergantung (Dependent) ...................................... 36

4.4 Definisi Operasional ..................................................................... 37 4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ 40 4.6 Instrumen Penelitian .................................................................... 40 4.7 Uji Validitas dan Reliabilitas ......................................................... 41 4.8 Kerangka Kerja ............................................................................ 43 4.9 Prosedur Penelitian/Pengambilan Data ....................................... 44 4.10 Analisa Data............................................................................... 47

4.10.1 Pre Analisis ...................................................................... 47 4.10.2 Analisis ............................................................................. 48

4.11 Etika Penelitian .......................................................................... 49 4.11.1 Penghargaan terhadap Kerahasiaan (Responden) .......... 49 4.11.2 Ketelitian .......................................................................... 49

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA 5.1 Analisis Univariat ......................................................................... 50

5.1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur .......................... 50 5.2 Analisis Data Khusus ................................................................... 52 5.3 Analisis Bivariat ............................................................................ 53

5.3.1 Distribusi Motivasi Responden Sebelum-Sesudah Audiovisual dan Konseling Kesehatan .................................................. 53

5.3.2 Uji Beda (Uji Wilcoxon) ...................................................... 54

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Motivasi Wanita Memilih KB Implan Sebelum Pendidikan Kesehatan

Kombinasi Metode Audiovisual dan Konseling ............................ 56 6.2 Motivasi Wanita Memilih KB Implan Sesudah Pendidikan Kesehatan

Kombinasi Metode Audiovisual dan Konseling ............................ 59 6.3 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Kombinasi Metode Audiovisual dan

Konseling terhadap Motivasi Wanita Memilih KB Implan ............ 61 6.4 Implikasi Penelitian dalam Profesi Keperawatan ......................... 63 6.5 Keterbatasan Penelitian .............................................................. 64

BAB 7 PENUTUP 7.1 Kesimpulan ................................................................................. 66 7.2 Saran .......................................................................................... 67

Page 10: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

x

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 68 LAMPIRAN ................................................................................................... 71

Page 11: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 4.4 Definisi Operasional .................................................................... 38

Tabel 4.6 Instrumen Penelitian (Skala Sikap Model Likert) ......................... 40

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur, Pendidikan, Pekerjaan dan

Sumber Informasi.. ...................................................................... 50

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Motivasi Responden Sebelum dan

Sesudah Audiovisual dan Konseling Kesehatan ......................... 52

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Indikator Tingkat Motivasi Responden Sebelum

dan Sesudah Audiovisual dan Konseling Kesehatan .................. 52

Tabel 5.4 Motivasi Responden Sebelum-Sesudah Audiovisual dan Konseling

Kesehatan... ................................................................................ 53

Tabel 5.5 Uji Wilcoxon Motivasi Responden Sebelum-Sesudah Audiovisual dan

Konseling Kesehatan.. ................................................................ 54

Page 12: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka Konsep. ..................................................................... 32

Gambar 4.8 Kerangka Kerja. ......................................................................... 43

Gambar 5.2 Diagram Batang Tingkat Motivasi Responden Sebelum dan Sesudah

Audiovisual dan Konseling Kesehatan ...................................... 52

Page 13: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Ethical Clearence ...................................................................... 71

Lampiran 2: Pernyataan Keaslian Tulisan ..................................................... 72

Lampiran 3: Penjelasan untuk Mengikuti Penelitian ...................................... 73

Lampiran 4: Pernyataan Persetujuan untuk Berpartisipasi dalam Penelitian.. 75

Lampiran 5: Kisi-Kisi Kuesioner ..................................................................... 76

Lampiran 6: Kuesioner Tugas Akhir .............................................................. 77

Lampiran 7: Satuan Acara Penyuluhan ......................................................... 82

Lampiran 8: Tabulasi Data ............................................................................ 89

Lampiran 9: Uji Validitas dan Reliabilitas ....................................................... 103

Lampiran 10: Data Statistik & Uji Wilcoxon ................................................... 104

Lampiran 11: Surat Ijin Penelitian .................................................................. 112

Lampiran 12: Surat Pernyataan Telah Melakukan Penelitian ........................ 113

Lampiran 13: Lembar Konsultasi ................................................................... 114

Lampiran 14: Dokumentasi Penelitian ........................................................... 118

Lampiran 15: Daftar Riwayat Hidup ............................................................... 120

Page 14: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kontrasepsi merupakan salah satu metode KB yang dapat digunakan

untuk menyelamatkan ibu dan anak akibat melahirkan pada usia muda (fase

menunda atau mencegah kehamilan), jarak kelahiran yang terlalu dekat (fase

menjarangkan kehamilan), dan melahirkan pada usia tua (fase menghentikan

atau mengakhiri kehamilan). Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-

hak reproduksi setiap pasangan atau individu (Andriana, 2011). Berikut ini contoh

alat kontrasepsi yang banyak digunakan oleh masyarakat saat ini, yaitu:

Kondom, KB Suntik, Pil KB, Implan (Susuk KB), IUD, Vasektomi, dan Tubektomi

(Booklet BKKBN, 2014).

Menurut data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,

kontrasepsi implan berada di urutan ketiga sebagai kontrasepsi yang digunakan

oleh wanita di Indonesia dengan persentase 8,58%, sementara itu pil KB

digunakan sebanyak 26,81%, suntik KB 47,94%, kondom 7,51%, IUD 7,46%,

dan kontrasepsi lainnya 1,7% (BKKBN, 2012). Kontrasepsi implan mempunyai

kelebihan yaitu, tidak menekan produksi ASI, praktis & efektif, masa pakai jangka

panjang (3 hingga 5 tahun), kesuburan cepat kembali setelah pencabutan, dapat

digunakan oleh ibu yang tidak cocok dengan hormon estrogen, efektifitasnya 99

– 99,8% (BKKBN, 2014). Alasan implan cukup disukai, antara lain: Kemudahan.

Klien yang menggunakan KB implan tidak perlu lagi repot menggunakan

Page 15: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

2

kondom. Bagi klien yang sering lupa mengonsumsi pil KB, tidak perlu repot-repot

memasang alarm pil KB; Efektif. Klien tidak perlu bolak-balik melakukan

pemeriksaan rutin karena KB implan memiliki 99 persen efektifitas selama tiga

tahun jika klien menggunakannya dengan tepat; Tidak mengganggu penampilan.

KB implan ini dimasukkan di bagian bawah lengan atas. KB implan berbentuk

yang kecil dan tipis, sehingga tidak akan nampak di permukaan kulit, dan

mengganggu penampilan klien; Murah. Biaya KB implan ini dapat dikatakan

murah, karena untuk penggunaan selama 3 tahun hanya perlu mengeluarkan

biaya sekitar Rp 200.000 – Rp 300.000 (BKKBN, 2014). Terlepas dari alasan

mengapa implan cukup disukai seperti yang telah diuraikan diatas, tentu implan

masih memiliki kekurangan dan kelebihan yang lain. Upaya meningkatkan

motivasi seseorang dalam ber-KB bisa dilakukan dengan cara menanamkan

kesadaran pada diri orang tersebut (Sunaryo, 2010). Oleh karena itu, dalam

rangka untuk meningkatkan motivasi Wanita Usia Subur (WUS) memilih KB

Implan dapat dilakukan dengan memberi informasi tentang KB Implan berupa

pendidikan kesehatan, yang merupakan salah satu cara pembelajaran untuk

meningkatkan pengetahuan calon akseptor KB (BKKBN, 2011).

Setiap jenis media yang digunakan dalam proses pembelajaran

memiliki kelebihan dan kelemahan begitu pula dengan media audiovisual, dan

konseling. Arsyad (2011), mengungkapkan beberapa kelebihan dan kelemahan

media audiovisual dalam pembelajaran sebagai berikut, kelebihan media

audiovisual: Film dan video dapat melengkapi pengalaman dasar peserta,

menggambarkan suatu proses secara tepat yang dapat disaksikan secara

berulangulang jika perlu, disamping mendorong dan meningkatkan motivasi

film dan video menanamkan sikap-sikap dan segi afektif lainnya, mengandung

Page 16: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

3

nilai-nilai positif yang dapat mengundang pemikiran dan pembahasan dalam

kelompok peserta, menyajikan peristiwa yang berbahaya jika dilihat secara

langsung, dapat ditujukan kepada kelompok besar atau kelompok kecil,

kelompok yang heterogen maupun homogen, film yang dalam kecepatan normal

memakan waktu satu minggu dapat ditampilkan dalam satu atau dua menit;

Kelemahan media audio visual: Pengadaan film dan video umumnya

memerlukan biaya mahal dan waktu yang banyak, tidak semua peserta mampu

mengikuti informasi yang ingin disampaikan melalui film tersebut, film dan video

yang tersedia tidak selalu sesuai dengan kebutuhan dan tujuan belajar yang

diinginkan, kecuali dirancang dan diproduksi khusus untuk kebutuhan sendiri.

Berdasarkan uraian yang sebelumnya dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa

kelebihan dan kelemahan media audiovisual yang berupa film dan video

bukan merupakan suatu kendala dalam proses pembelajaran (Arsyad, 2011).

Metode konseling, memiliki kelebihan antara lain sebagai berikut: Lebih

intensifnya interaksi klien dan konselor, pusat perhatian klien terfokus pada masa

lalu dan masa yang akan datang, memberikan kesempatan bagi klien dan

konselor untuk saling memberi dan menerima umpan balik, Klien dapat berlatih

tentang perilakunya yang baru, dapat digunakan untuk menggali tiap masalah

yang dialami klien, belajar untuk meningkatkan kepercayaan kepada orang lain,

dapat meningkatkan sistem dukungan dengan cara berteman akrab. Kekurangan

metode konseling antara lain sebagai berikut: Solusi yang ditawarkan konselor

tidak selalu sesuai dengan keinginan klien disebabkan oleh ketidakakuratan data

atau kurangnya kelengkapan data bahkan mungkin karena kesalahan dalam

analisis data; dalam proses klien bersifat pasif, kurang inisiatif dan lebih banyak

menjadi pendengar karena didominasikan oleh konselor (Arsyad, 2011).

Page 17: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

4

Diterapkannya kombinasi dua metode ini, diharapkan bisa saling menutupi

kekurangan dari masing-masing metode, dan mampu meningkatkan daya serap

informasi saat pembelajaran, sehingga meningkatkan motivasi klien untuk

memilih KB Implan.

Kumalasari dan Susanto (2017) dalam Jurnal Ilmiah Counselia yang

meneliti tentang efektifitas media audiovisual dan konseling, setelah melakukan

penelitian dengan metode tersebut diketahui nilai t hitung senilai 14.743 (dengan

signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak), menunjukkan bahwa nilai

pada kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan nilai pada kelompok kontrol

yang hanya mendapat audiovisual saja, diketahui t hitung senilai -0.182 (dengan

signifikansi sebesar 0,857 > 0,05, maka H0 diterima), artinya ada beda pada

kelompok penelitian. Hal ini dapat diartikan bahwa model layanan informasi

konseling dan media audiovisual lebih efektif terhadap peningkatan pengetahuan

responden penelitian. Perbedaannya, pada penelitian dalam jurnal tersebut

ditujukan untuk pembelajaran terhadap empati siswa, sementara penelitian ini

ditujukan untuk motivasi Wanita Usia Subur (WUS) dalam memilih KB Implan.

Pernyataan dalam Jurnal Ilmiah Counselia tersebut diperkuat oleh

Nurhayati (2013) dalam penelitiannya yang bertujuan untuk mengetahui

pengaruh konseling terhadap motivasi Wanita Usia Subur (WUS) untuk

menggunakan implan, hasilnya adalah: konseling memiliki peranan yang cukup

penting untuk meningkatkan pengetahuan individu. Pengetahuan sendiri memiliki

peranan yang penting dalam membentuk motivasi seseorang. Semakin tinggi

pengetahuan seseorang dan semakin matang usia seseorang maka diharapkan

motivasi yang dimiliki oleh individu untuk menggunakan implan tersebut dalam

kategori tinggi. KB Implan dipilih sebagai variabel penelitian karena termasuk

Page 18: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

5

salah satu kontrasepsi jangka panjang yang diarahkan oleh BKKBN dalam

menyongsong Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Tingkat putus peserta

KB masih cukup tinggi, sekitar 27% pemakai kontrasepsi drop out memakai alat

kontrasepsinya setelah satu tahun pakai. Sudibyo Alimoeso menjelaskan, tingkat

putus pakai tertinggi adalah metode pil 41%, kondom 31%, dan suntik 25% yang

merupakan alat kontrasepsi jangka pendek. Beberapa alasan yang mendasari

akseptor drop out antara lain, karena alasan kesehatan, efek samping, lupa

memakai kontrasepsi, merasa tidak subur, dan abstinent (BKKBN, 2013).

Mengingat fungsinya sebagai educator, perawat harus mampu

menjelaskan pada klien tentang konsep dan data-data kesehatan, membagi

pengetahuan, dalam hal ini adalah pengetahuan tentang KB implan, dan menilai

serta mengevaluasi pembelajaran yang telah diberikan kepada klien (Potter dan

Perry, 2005). Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan menggunakan

Kombinasi Metode Audiovisual dan Konseling terhadap Motivasi Wanita memilih

KB Implan di Kecamatan Sutojayan Kabupaten Blitar”. Lokasi penelitian diambil

di Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar, karena Kabupaten Blitar termasuk

dalam peringkat 5 besar untuk daerah yang gagal program KB-nya di Jawa

Timur, sedangkan Sutojayan merupakan salah satu daerah pinggiran di Blitar

selatan yang cukup banyak sampel Pasangan Usia Subur (PUS) yang belum

ber-KB. Total Pasangan Usia Subur (PUS) di Blitar adalah 223.236, namun

angka Unmeetneed masih mencapai 21.431 (Ingin Anak Tunda/IAT sebesar

11.204, dan Tidak Ingin Anak Lagi/TIAL sebesar 10.227) (BKKBN, 2015). Data

dari UPTD PPKB3A Kecamatan Sutojayan per Maret 2017 menyebutkan bahwa

akseptor KB Implan di Sutojayan menempati peringkat ke 4 dengan jumlah 54

Page 19: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

6

akseptor, sementara di peringkat 1 sampai dengan 3 berturut-turut ditempati KB

Suntik, Pil, dan IUD.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas penulis merumuskan “Apakah

ada pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan kombinasi metode

audiovisual dan konseling terhadap motivasi wanita memilih KB implan di

Kecamatan Sutojayan Kabupaten Blitar?”

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui apakah ada Pengaruh Pendidikan Kesehatan menggunakan

Kombinasi Metode Audiovisual dan Konseling terhadap Motivasi Wanita memilih

KB Implan di Kecamatan Sutojayan Kabupaten Blitar.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi motivasi Wanita Usia Subur (WUS) dalam memilih KB

Implan, sebelum pendidikan kesehatan menggunakan kombinasi metode

audiovisual dan konseling di Kecamatan Sutojayan Kabupaten Blitar

2. Mengidentifikasi motivasi Wanita Usia Subur (WUS) dalam memilih KB

Implan, setelah pendidikan kesehatan menggunakan kombinasi metode

audiovisual dan konseling di Kecamatan Sutojayan Kabupaten Blitar

3. Menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan kombinasi

metode audiovisual dan konseling terhadap motivasi wanita dalam

memilih KB Implan di Kecamatan Sutojayan Kabupaten Blitar

Page 20: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

7

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memperkaya konsep

tentang variabel-variabel yang berpengaruh terhadap motivasi wanita dalam

memilih kontrasepsi Implan. Variabel pendidikan kesehatan metode audiovisual,

dan konseling tentang kontrasepsi metode Implan akan dapat memberikan

pengetahuan dan pemahaman untuk mengatasi permasalahan wanita dalam

memilih kontrasepsi Implan.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Memberi informasi bagi pengguna kontrasepsi implan agar lebih

memperdalam pengetahuan tentang kontrasepsi implan

2. Menurunkan angka kejadian gangguan kesehatan akibat pemilihan alat

kontrasepsi yang kurang sesuai.

Page 21: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Pendidikan Kesehatan

2.1.1 Definisi Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan dalam arti pendidikan, secara umum adalah

segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain, baik

individu, kelompok, atau masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang

diharapkan oleh pelaku pendidikan atau promosi kesehatan. Batasan ini

tersirat unsur-unsur input (sasaran dan pendidik dari pendidikan), proses (upaya

yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain) dan output (melakukan apa

yang diharapkan). Hasil yang diharapkan dari suatu promosi atau pendidikan

kesehatan adalah perilaku kesehatan, atau perilaku untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan yang kondusif oleh sasaran dari pendidikan

kesehatan (Notoadmojo, 2012).

Pendidikan kesehatan adalah suatu metoda implementasi yang digunakan

untuk menyajikan prinsip, prosedur, dan teknik yang tepat tentang perawatan

kesehatan untuk menginformasikan status kesehatan klien (Perry & Potter,

2005).

Pendidikan kesehatan yang baik, selain terencana dengan baik, juga harus

dapat dievaluasi dan dapat dilakukan oleh semua petugas kesehatan (baik medik

maupun non-medik) sesuai dengan kompetensinya masing – masing. Pendidikan

kesehatan ditujukan pada seseorang atau kelompok, agar berperilaku sehat

Page 22: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

9

serta menerapkan cara hidup sehat, sebagai bagian dari cara hidupnya sehari-

hari atas kesadarannya dan kemampuannya sendiri (Narendra, 2005).

2.1.2 Tujuan Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan mempengaruhi 3 faktor penyebab terbentuknya

perilaku, yaitu :

a. Pendidikan kesehatan dalam faktor-faktor predisposisi

Promosi kesehatan bertujuan untuk mengunggah kesadaran, memberikan

atau meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pemeliharaan

dan peningkatan kesehatan bagi dirinya sendiri, keluarganya

maupun masyarakatnya. Disamping itu, dalam konteks promosi

kesehatan juga memberikan pengertian tentang tradisi, kepercayaan

masyarakat dan sebagainya, baik yang merugikan maupun yang

menguntungkan kesehatan. Bentuk promosi ini dilakukan dengan

penyuluhan kesehatan, pameran kesehatan, iklan-iklan layanan

kesehatan, billboard, dan sebagainya.

b. Pendidikan kesehatan dalam faktor-faktor enabling (penguat)

Bentuk promosi kesehatan ini dilakukan agar masyarakat dapat

memberdayakan masyarakat agar mampu mengadakan sarana dan

prasarana kesehatan dengan cara memberikan kemampuan dengan cara

bantuan teknik, memberikan arahan, dan cara-cara mencari dana

untuk pengadaan sarana dan prasarana.

c. Promosi kesehatan dalam faktor reinforcing (pemungkin)

Promosi kesehatan pada faktor ini bermaksud untuk mengadakan

pelatihan bagi tokoh agama, tokoh masyarakat, dan petugas

kesehatan sendiri dengan tujuan agar sikap dan perilaku petugas

Page 23: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

10

dapat menjadi teladan, contoh atau acuan bagi masyarakat tentang hidup

sehat

(Notoadmojo, 2012).

2.1.3 Metode dalam Pendidikan Kesehatan

Menurut Notoadmojo (2012), berdasarkan pendekatan sasaran yang ingin

dicapai, penggolongan metode pendidikan ada 3 (tiga) yaitu:

a. Metode berdasarkan pendekatan perorangan

Metode ini bersifat individual dan biasanya digunakan untuk membina perilaku

baru, atau membina seorang yang mulai tertarik pada suatu perubahan perilaku

atau inovasi. Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena setiap orang

mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan

penerimaan atau perilaku baru tersebut. Ada 2 bentuk pendekatannya yaitu:

Bimbingan dan penyuluhan (Guidance and Counceling), serta Wawancara.

b. Metode berdasarkan pendekatan kelompok.

Penyuluh berhubungan dengan sasaran secara kelompok. Dalam penyampaian

promosi kesehatan dengan metode ini kita perlu mempertimbangkan besarnya

kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran. Ada 2 jenis

tergantung besarnya kelompok, yaitu: Kelompok besar, dan kelompok kecil

c. Metode berdasarkan pendekatan massa

Metode pendekatan massa ini cocok untuk mengkomunikasikan pesan-pesan

kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat. Sehingga sasaran dari metode ini

bersifat umum, dalam arti tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin,

pekerjaan, status social ekonomi, tingkat pendidikan, dan sebagainya, sehingga

pesan-pesan kesehatan yang ingin disampaikan harus dirancang sedemikian

rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa.

Page 24: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

11

Media Pendidikan merupakan media sebagai alat bantu menyampaikan pesan-

pesan kesehatan. Alat-alat bantu tersebut mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Menimbulkan minat sasaran pendidikan

b. Mencapai sasaran yang lebih banyak

c. Membantu dalam mengatasi banyak hambatan dalam pemahaman

d. Menstimulasi sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan–pesan yang

diterima oran lain

e. Mempermudah penyampaian bahan atau informasi kesehatan

f. Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran/ masyarakat

g. Mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudian lebih mendalami,

dan akhirnya mendapatkan pengertian yang lebih baik

h. Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh

Dengan kata lain media ini memiliki beberapa tujuan yaitu :

a. Tujuan yang akan dicapai

1. Menanamkan pengetahuan/pengertian, pendapat dan konsep-konsep

2. Mengubah sikap dan persepsi

3. Menanamkan perilaku/kebiasaan yang baru

b. Tujuan penggunaan alat bantu

1. Sebagai alat bantu dalam latihan/penataran/pendidikan

2. Untuk menimbulkan perhatian terhadap suatu masalah

3. Untuk mengingatkan suatu pesan/informasi

4. Untuk menjelaskan fakta-fakta, prosedur, tindakan

(Notoadmojo, 2012)

Ada beberapa bentuk media penyuluhan antara lain (Notoadmojo, 2012):

a. Berdasarkan stimulasi indra

Page 25: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

12

1. Alat bantu lihat (visual aid) yang berguna dalam membantu menstimulasi

indra penglihatan

2. Alat bantu dengar (audio aids) yaitu alat yang dapat membantu untuk

menstimulasi indra pendengar pada waktu penyampaian bahan

pendidikan/pengajaran

3. Alat bantu lihat-dengar (audio visual aids)

b. Berdasarkan pembuatannya dan penggunaannya

1. Alat peraga atau media yang rumit, seperti film, film strip, slide, dan

sebagainya yang memerlukan listrik dan proyektor

2. Alat peraga sederhana, yang mudah dibuat sendiri dengan bahan-bahan

setempat

c. Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur media kesehatan

1. Media Cetak

a. Leaflet

Merupakan bentuk penyampaian informasi kesehatan melalui lembaran yang

dilipat. Keuntungan menggunakan media ini antara lain: sasaran dapat

menyesuaikan dan belajar mandiri serta praktis karena mengurangi

kebutuhan mencatat, sasaran dapat melihat isinya disaat santai dan sangat

ekonomis, berbagai informasi dapat diberikan atau dibaca oleh anggota

kelompok sasaran, sehingga bisa didiskusikan, dapat memberikan informasi

yang detail yang mana tidak diberikan secara lisan, mudah dibuat,

diperbanyak dan diperbaiki serta mudah disesuaikan dengan kelompok

sasaran. Sementara itu ada beberapa kelemahan dari leaflet, yaitu: tidak

cocok untuk sasaran individu per individu, tidak tahan lama dan mudah

Page 26: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

13

hilang, leaflet akan menjadi percuma jika sasaran tidak diikutsertakan secara

aktif, serta perlu proses penggandaan yang baik. (Lucie, 2005)

b. Booklet

Booklet adalah suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan

dalam bentuk tulisan dan gambar. Booklet sebagai saluran, alat bantu,

sarana dan sumber daya pendukungnya untuk menyampaikan pesan harus

menyesuaikan dengan isi materi yang akan disampaikan. Menurut Kemm

dan Close dalam Aini (2010), booklet memiliki beberapa kelebihan yaitu:

1. Dapat dipelajari setiap saat, karena disain berbentuk buku.

2. Memuat informasi relatif lebih banyak dibandingkan dengan poster.

Menurut Ewles dalam Aini (2010), media booklet memiliki keunggulan

sebagai berikut :

1. Klien dapat menyesuaikan dari belajar mandiri.

2. Pengguna dapat melihat isinya pada saat santai.

3. Informasi dapat dibagi dengan keluarga dan teman.

4. Mudah dibuat, diperbanyak dan diperbaiki serta mudah

disesuaikan.

5. Mengurangi kebutuhan mencatat.

6. Dapat dibuat secara sederhana dengan biaya relatif murah.

7. Awet

8. Daya tampung lebih luas

9. Dapat diarahkan pada segmen tertentu.

Manfaat booklet sebagai media komunikasi pendidikan kesehatan adalah :

1. Menimbulkan minat sasaran pendidikan.

2. Membantu di dalam mengatasi banyak hambatan.

Page 27: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

14

3. Membantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih banyak dan

cepat.

4. Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang

diterima kepada orang lain.

5. Mempermudah penyampaian bahasa pendidikan.

6. Mempermudah penemuan informasi oleh sasaran pendidikan.

7. Mendorong keinginan orang untuk mengetahui lalu mendalami dan

akhirnya mendapatkan pengertian yang lebih baik.

8. Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh.

c. Flyer (Selembaran)

d. Flip chart (lembar balik)

Media penyampaian pesan atau informasi kesehatan dalam bentuk buku di

mana tiap lembar berisi gambar peragaan dan lembaran baliknya berisi

kalimat sebagai pesan kesehatan yang berkaitan dengan gambar.

Keunggulan menggunakan media ini antara lain : mudah dibawa, dapat

dilipat maupun digulung, murah dan efisien, dan tidak perlu peralatan yang

rumit. Sedangkan kelemahannya yaitu terlalu kecil untuk sasaran yang

berjumlah relatif besar, mudah robek dan tercabik (Lucie, 2005).

e. Rubrik (tulisan–tulisan surat kabar), poster, dan foto

2. Media Elektronik

a. Video dan film strip

Keunggulan pendidikan kesehatan dengan media ini adalah dapat

memberikan realita yang mungkin sulit direkam kembali oleh mata dan

pikiran sasaran, dapat memicu diskusi mengenai sikap dan perilaku, efektif

untuk sasaran yang jumlahnya relatif penting dapat diulang kembali, mudah

Page 28: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

15

digunakan dan tidak memerlukan ruangan yang gelap. Sementara

kelemahan media ini yaitu memerlukan sambungan listrik, peralatannya

beresiko untuk rusak, perlu adanya kesesuaian antara kaset dengan alat

pemutar, membutuhkan ahli profesional agar gambar mempunyai makna

dalam sisi artistik maupun materi, serta membutuhkan banyak biaya (Lucie,

2005).

b. Slide

Keunggulan media ini yaitu dapat memberikan berbagai realita walaupun

terbatas, cocok untuk sasaran yang jumlahnya relatif besar, dan

pembuatannya relatif murah, serta peralatannya cukup ringkas dan mudah

digunakan. Sedangkan kelemahannya memerlukan sambungan listrik,

peralatannya beresiko mudah rusak dan memerlukan ruangan sedikit lebih

gelap (Lucie, 2005).

3. Media Papan

Keunggulan sarana papan tulis dapat membantu pemateri untuk memperjelas

detail materi yang dipaparkan dengan cara yang lebih fleksibel (Lucie, 2005).

2.2 Konsep Kontrasepsi Implan

2.2.1 Definisi Kontrasepsi Implan

Implan adalah alat kontrasepsi yang ditanamkan dibawah kulit lengan atas

sebelah dalam berbentuk kapsul silastik (lentur) panjangnya sedikit lebih pendek

dan pada batang korek api dan dalam setiap batang mengandung hormon

levonorgestrel yang dapat mencegah terjadinya kehamilan (BKKBN, 2006).

2.3.2 Jenis Kontrasepsi Implan

Page 29: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

16

Jenis-jenis implan menurut Saifuddin (2006) adalah sebagai berikut :

1. Norplant terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4

cm dengan diameter 2,4 mm, yang berisi dengan 36 mg levonorgestrel dan

lama kerjanya 5 tahun.

2. Implanon terdiri dari 1 batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm,

dan diameter 2 mm, yang berisi dengan 68 mg 3 ketodesogestrel dan lama

kerjanya 3 tahun.

3. Jadena dan Indoplant terdiri dari 2 batang yang berisi dengan 75 mg

levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.

2.2.3 Mekanisme Kerja Kontrasepsi Implan

Cara kerja implan yaitu, membuat lendir serviks menjadi kental, sehingga

mencegah penetrasi sempurna oleh sperma. Selain itu, mengganggu proses

pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi, mengurangi

transportasi sperma, dan menekan ovulasi (BKKBN, 2015).

2.2.4 Efektifitas Kontrasepsi Implan

Menurut (BKKBN 2014), angka kegagalan norplant kurang dari 1 per 100 wanita

pertahun dalam lima tahun pertama. Ini lebih rendah dibandingkan kontrasepsi

oral, IUD dan metode barier. Efektifitas norplant berkurang sedikit setelah 5

tahun dan pada tahun ke 6 kira-kira 2,5-3 % akseptor menjadi hamil. Norplant-2

sama efektifnya seperti norplant, juga akan efektif untuk 5 tahun, tetapi ternyata

setelah pemakaian 3 tahun terjadi kehamilan dalam jumlah besar yang tidak

diduga sebelumnya, yaitu sebesar 5-6 %.

2.2.5 Indikasi Pemasangan Kontrasepsi Implan

Page 30: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

17

Pemasangan implan menurut Saifuddin (2006), dapat dilakukan pada:

perempuan yang telah memilih anak ataupun yang belum, perempuan pada usia

reproduksi (20 – 30 tahun), perempuan yang menghendaki kontrasepsi yang

memiliki efektifitas tinggi dan menghendaki pencegahan kehamilan jangka

panjang, perempuan menyusui dan membutuhkan kontrasepsi, perempuan

pasca persalinan, perempuan pasca keguguran, perempuan yang tidak

menginginkan anak lagi, menolak sterilisasi, perempuan yang tidak boleh

menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen, perempuan

yang sering lupa menggunakan pil KB.

2.2.6 Kontraindikasi Kontrasepsi Implan

Menurut Saifuddin (2006), menjelaskan bahwa kontra indikasi implan adalah

sebagai berikut: perempuan hamil atau diduga hamil, perempuan dengan

perdarahan pervaginaan yang belum jelas penyababnya, perempuan yang tidak

dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi, perempuan dengan mioma

uterus dan kanker payudara, perempuan dengan benjolan/kanker payudara atau

riwayat kanker payudara.

2.2.7 Kelebihan Kontrasepsi Implan

Kelebihan dari implan menurut Saifuddin (2006): Keuntungan secara

kontrasepsi, yaitu: daya guna tinggi, perlindungan jangka panjang (sampai 5

tahun), pengembalian tingkat kesuburan cepat setelah pencabutan, tidak

memerlukan pemeriksaan dalam, bebas dari pengaruh estrogen, tidak

mengganggu kegiatan senggama, tidak mengganggu ASI, klien hanya perlu

kembali ke klinik bila ada keluhan, dapat dicabut setiap saat sesuai dengan

kebutuhan; Keuntungan non kontrasepsi yaitu, mengurangi nyeri haid,

Page 31: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

18

mengurangi jumlah darah haid, mengurangi/memperbaiki anemia, melindungi

terjadinya kanker endometrium, menurunkan angka kejadian kelainan payudara,

melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul, menurunkan

angka kejadian endometriosis.

2.2.8 Kekurangan Kontrasepsi Implan

Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa

perdarahan bercak (spotting), hipermenorea, atau meningkatkan jumlah darah

haid, serta amenorea. Sejumlah perubahan pola haid akan terjadi pada tahun

pertama penggunaan, kira-kira 80% pengguna. Perubahan tersebut meliputi

perubahan pada interval antar perdarahan, durasi dan volume aliran darah, serta

spotting (bercak-bercak perdarahan). Oligomenore dan amenore juga terjadi,

tetapi tidak sering, kurang dari 10% setelah tahun pertama. Perdarahan yang

tidak teratur dan memanjang biasanya terjadi pada tahun pertama. Walaupun

terjadi jauh lebih jarang setelah tahun kedua, masalah perdarahan dapat terjadi

pada waktu kapan pun. Timbulnya keluhan-keluhan, seperti : nyeri kepala,

peningkatan berat badan, jerawat, perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan

(nervousness), membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan

pencabutan, tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual

termasuk AIDS, klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi,

dibutuhkan klinisi terlatih dalam melakukan pengangkatan implan, efektivitas

menurun bila menggunakan obat-obat tuberculosis (rifampisin) atau obat

epilepsy (fenitoin dan barbiturat), insiden kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi.

(Elisia, 2012)

2.2.9 Cara Pemasangan Kontrasepsi Implan

Page 32: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

19

Menurut BKKBN (2014) teknik pemasangan implan adalah sebagai berikut:

1. Rekayasa tempat pemasangan dengan tepat (apabila terdiri dari 6 buah

kapsul dipasang seperti kipas terbuka).

2. Tempat pemasangan di lengan kiri atas, di patirasa dengan lidokain 2%.

3. Dibuat insisi kecil, sehingga trokart dapat masuk.

4. Trokart ditusukkan subkutan sampai batasnya.

5. Kapsul dimasukkan ke dalam trokart, dan didorong dengan alat pendorong

sampai terasa ada tahanan.

6. Untuk menempatkan kapsul, trokart ditarik ke luar.

7. Untuk menyakinkan bahwa kapsul telah di tempatnya, alat pendorong

dimasukkan sampai terasa tidak ada tahanan.

8. Setelah 6 kapsul dipasang, bekas insisi ditutup dengan tensoplas (band aid).

Teknik ini berlaku untuk semua jenis implan.

2.2.10 Efek Samping/Komplikasi dan Cara Penanggulangannya

Saifuddin (2006) menjelaskan bahwa efek samping/komplikasi dan cara

penanggulangannya adalah sebagai berikut: Amenorea, pastikan hamil atau

tidak hamil, jika tidak hamil tidak memerlukan penanganan khusus, hanya

konseling saja; apabila klien tetap saja tidak menerima, angkat implan dan

anjurkan menggunakan kontrasepsi lain. Klien yang hamil, dan ingin melanjutkan

kehamilannya, anjurkan segera cabut implan dan jelaskan bahwa progestin tidak

berbahaya bagi janin. Klien segera dirujuk, bila diduga terdapat kehamilan

ektopik. Memberikan obat hormon tidak ada gunanya untuk memancing

timbulnya perdarahan; Perdarahan, bercak (spotting) ringan. Jelaskan bahwa

perdarahan ringan sering ditemukan terutama pada tahun pertama, bila tidak ada

Page 33: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

20

masalah dan klien tidak hamil, tidak diperlukan tindakan apapun. Klien yang

tetap saja mengeluh masalah perdarahan dan ingin melanjutkan pemakaian

implan dapat diberikan pil kombinasi satu siklus, atau ibuprofen 3 x 800 mg

selama 5 hari, terangkan kepada klien bahwa akan terjadi perdarahan setelah pil

kombinasi habis. Masalah terjadinya perdarahan lebih banyak dari biasa, dapat

diberikan 2 tablet pil kombinasi untuk 3-7 hari dan kemudian dilanjutkan dengan

satu siklus pil kombinasi, atau dapat juga diberikan 50 µg estinilestradiol atau

1,25 mg estrogen equin konjugasi untuk 14-21 hari; Ekspulsi. Cabut kapsul yang

ekspulsi, periksa apakah kapsul lain masih di tempat, dan apakah terdapat

tanda-tanda infeksi daerah insersi, bila tidak ada infeksi dan kapsul lain masih

berada pada tempatnya, pasang kapsul baru 1 buah pada tempat insersi yang

berbeda. Terjadinya infeksi pada daerah pemasangan, maka cabut seluruh

kapsul yang ada dan pasang kapsul baru pada lengan yang lain, atau anjurkan

klien menggunakan metode kontrasepsi lain; Infeksi pada daerah insersi, jika

terjadi infeksi tanpa nanah, bersihkan dengan sabun dan air, atau antiseptik.

Berikan antibiotik yang sesuai untuk 7 hari. Implan jangan dilepas dan klien

diminta kembali satu minggu, apabila masih belum membaik, segera cabut

implan dan pasang yang baru pada sisi lengan yang lain atau cari metode

kontrasepsi yang lain. Klien yang ditemukan keluhan abses, lakukan bersihkan

dengan antiseptik, insisi dan alirkan pus keluar, cabut implan lakukan perawatan

luka, dan berikan antibiotik oral 7 hari; Berat badan naik/turun. Informasikan

kepada klien bahwa perubahan berat badan 1-2 kg adalah normal. Kaji ulang diet

klien apabila terjadi perubahan berat badan 2 kg atau lebih, apabila perubahan

berat badan ini tidak dapat diterima, maka bantu klien mencari metode lain.

2.2.11 Dosis

Page 34: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

21

Susunan Norplant terdiri dari 6 kapsul silastik, dimana setiap kapsulnya

berisi levornorgestrel sebanyak 36 mg, sedangkan Implanon terdiri 1 kapsul

silastik yang berisi etonogestrel sebanyak 68 mg, yang dilepas tiap hari kurang

lebih 30 mikrogram/hari. Satu set Implan yang terdiri dari 6 kapsul dapat bekerja

secara efektip selama 5 tahun. Sedang Implanon yang terdiri dari 1 kapsul dapat

bekerja secara efektip selama 3 tahun (BKKBN, 2014).

2.3 Konsep Akseptor Keluarga Berencana (KB)

2.3.1 Definisi Akseptor Keluarga Berencana (KB)

Akseptor Keluarga Berencana (KB) adalah pasangan usia subur (PUS)

yang menggunakan salah satu alat/obat kontrasepsi (BKKBN, 2007).

2.3.2 Macam-macam Akseptor Keluarga Berencana (KB)

1. Akseptor aktif adalah akseptor yang ada pada saat ini menggunakan

salah satu cara/alat kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau

mengakhiri kesuburan.

2. Akseptor aktif kembali adalah pasangan usia subur yang telah

menggunakan kontrasepsi selama tiga bulan atau lebih yang tidak

diselingi suatu kehamilan, dan kembali menggunakan cara/alat

kontrasepsi baik dengan jenis/cara yang sama maupun berganti

jenis/cara setelah berhenti/istirahat selama kurang lebih 3 bulan berturut-

turut, dan bukan karena hamil.

3. Akseptor KB baru adalah akseptor yang baru pertama kali menggunakan

alat/obat kontrasepsi atau PUS yang kembali menggunakan alat

kontrasepsi setelah melahirkan atau abortus.

Page 35: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

22

4. Akseptor KB dini adalah para ibu yang menerima salah satu cara

kontrasepsi dalam waktu 40 hari setelah melahirkan atau abortus.

5. Akseptor dropout adalah akseptor yang menghentikan pemakaian

kontrasepsi lebih dari 3 bulan (BKKBN, 2007).

2.4 Konsep Sikap Pemilihan Kontrasepsi

2.4.1 Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Pemilihan Kontrasepsi Implan

Beberapa hal yang harus diperhatikan di dalam pemilihan alat kontrasepsi

implan menurut Hartanto (2004), antara lain:

1. Pasangan

a. Umur

Menurut BKKBN (2004), usia subur adalah dimana seorang

wanita mulai mendapat menstruasi pertama kali artinya adalh sudah

terjadi ovulasi sampai dengan menopause (tidak dapat menghasilkan

sel telur). Umumnya usia subur di Indonesia berkisar antara 15-49

tahun. Klien yang menjadi akseptor KB sebagian besar berusia

muda.

b. Dukungan Suami

Peran pasangan dalam keluarga sangat dominan dan

memegang kekuasaan dalam pengambilan keputusan apakah istri

akan menggunakan kontrasepsi implan atau tidak, hal ini dikarenakan

suami dipandang sebagai pelindung, pencari nafkah dalam rumah

tangga dan pembuat keputusan. Beberapa pria mungkin tidak

menyetujui pasangan untuk menjadi akseptor KB implan karena

mereka belum mengetahui dengan jelas cara kerja berbagai alat

Page 36: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

23

kontrasepsi yang ditawarkan dan suami akan khawatir tentang

kesehatan istrinya. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa suami

mempunyai pengaruh besar terhadap pemilihan kontrasepsi implan

yang digunakan oleh istrinya.

c. Paritas

Paritas adalah keadaan wanita sehubungan dengan kelahiran

anak yang bisa hidup. KB implan sangat cocok digunakan pada

pasangan usia subur yang ingin menjarangkan kehamilannya atau

pada pasangan yang sudah mempunyai anak dengan jumlah yang

sesuai dengan keinginan PUS tersebut.

d. Pengalaman dengan Kontrasepsi Sebelumnya

2. Kondisi Kesehatan

a. Status Kesehatan

Status kesehatan akseptor yaitu riwayat kesehatan sekarang

yang dapat mempengaruhi dalam penggunaan kontrasepsi implan.

b. Riwayat Menstruasi

KB implan hanya direkomendasikan untuk wanita yang

memiliki siklus haid teratur, karena interaksinya dengan hormon

reproduksi. Selain itu KB implan juga bisa mengurangi nyeri haid, dan

melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul.

3. Metode Kontrasepsi

a. Efektif

Sampai saat ini belum ada alat kontrasepsi yang benar-benar

100% efektif. Keefektifan kontrasepsi berkaitan dengan keamanan,

kenyamanan, dan kemudahannya dalam menggunakan. Kontrasepsi

Page 37: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

24

implan merupakan salah satu metode kontrasepsi yang mendekati

ciri kontrasepsi yang efektif dengan efektifitasnya 99-99,8%, dimana

kehamilan dapat dihindari secara jangka panjang, maksimal masa

pakai mencapai 3 tahun (BKKBN, 2014). Selain itu metode

kontrasepsi implan juga merupakan metode yang efisien karena

dapat menghindari faktor human error seperti lupa tidak memakai

kontrasepsi selama melakukan hubungan seksual.

b. Aman

Tingkat keamanan KB implan ditentukan oleh faktor tenaga

kesehatan yang melakukan pemasangan kepada akseptor, harus

dilakukan oleh tenaga kesehatan yang telah terlatih untuk

pemasangan KB implan. (BKKBN, 2014).

c. Pihak Akseptor KB Implan

Pihak akseptor disini memegang peranan penting, terutama

kejujuran informasi mengenai riwayat kesehatan, dimana kontrasepsi

implan diberikan pada akseptor yang tidak memiliki riwayat

pendarahan vagina tanpa sebab, penyakit jantung, stroke, lever,

darah tinggi, dan kencing manis (BKKBN, 2014).

d. Pelayanan Tenaga Kesehatan

Pelayanan Kesehatan yang berkualitas sangat terkait dengan

pencapaian kontrasepsi implan, dimana dalam penjelasan sebelum

dan sesudah pemberian implan mengenai fungsi, cara kerja, dan efek

kontrasepsi implan merupakan bagian yang tak terpisahkan untuk

memberikan rasa aman dan ketenangan bagi akseptor KB implan,

selain itu ketersediaan alat kontrasepsi implan yang memadai dan

Page 38: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

25

tempat pelayanan yang tersebar merata di seluruh daerah.

(Saefuddin, 2006).

Faktor-faktor yang telah disebutkan diatas menyusun kepercayaan atau

keyakinan, akan ide, dan konsep terhadap suatu objek yaitu pentingnya

kontrasepsi implan, hal ini dipengaruhi kehidupan emosional atau evaluasi

terhadap suatu objek tertentu, dan melahirkan kecenderungan untuk bertindak

dalam bentuk keinginan. Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk

sikap yang utuh (total attitude). Peranan penting dipegang oleh penentuan sikap

yang utuh ini, pengetahuan, pemikiran, keyakinan, serta emosi. (Notoatmodjo,

2013).

2.5 Konsep Motivasi

2.5.1 Definisi Motivasi

Motivasi adalah konsep yang menggambarkan baik kondisi ekstrinsik

yang merangsang perilaku tertentu dan respon instrinsik yang menampakkan

perilaku-perilaku manusia (Swanburg, 2006). Motivasi merupakan keadaan

internal organisme, baik manusia maupun hewan yang mendorongnya untuk

berbuat sesuatu (Mohibbin, 2008). Motivasi adalah kecenderungan yang timbul

pada diri seseorang secara sadar maupun tidak sadar melakukan tindakan

dengan tujuan tertentu atau usaha-usaha yang menyebabkan seseorang atau

kelompok orang tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang

di kehendaki (Poerwodarminto, 2006). Motivasi akan menyebabkan terjadinya

suatu perubahan suatu energi yang ada pada diri manusia. Sehingga akan

berhubungan dengan persoalaan gejala kejiwaan. Perasaan dan juga emosi

Page 39: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

26

untuk kemudian bertindak dan melakukan sesuatu. Semua dorongan itu karena

adanya tujuan kebutuhan, keinginan.

Ada 3 sumber motivasi, antara lain: Motivasi instrinsik, yaitu motivasi yang

berasal dari dalam diri individu itu sendiri. Motivasi intrinsik merupakan perasaan

nyaman pada ibu nifas ketika dia berada di rumah bersalin; Motivasi ekstrinsik,

yaitu motivasi yang datangnya dari luar individu, misalnya saja dukungan verbal

dan non verbal yang diberikan oleh teman dekat atau keakraban sosial; Motivasi

terdesak, yaitu motivasi yang muncul dalam kondisi terjepit dan munculnya

serentak serta menghentak dan cepat sekali (Widayatun, 2008).

2.5.2 Teori-Teori Motivasi

1. Teori hedonisme

Hedone dalam bahasa Yunani adalah kesukaan, kekuatan atau kenikmatan,

menurut pandangan hedonisme. Implikasi dari teori ini adalah adanya

anggapan bahwa orang akan cenderung menghindari hal-hal yang sulit dan

menyusahkan atau mengandung resiko berat dan lebih suka melakukan suatu

yang mendatangkan kesenangan baginya.

2. Teori naluri

Bahwa pada dasarnya manusia memiliki tiga dorongan nafsu pokok yang

dalam hal ini disebut juga dorongan nafsu (naluri) mempertahankan diri,

dorongan nafsu (naluri) mengembangkan diri, nafsu (naluri) mengembangkan

atau mempertahankan jenis.

3. Teori reaksi yang dipelajari

Page 40: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

27

Teori yang berpandangan bahwa tindakan atau perilaku manusia tidak

berdasarkan naluri tetapi berdasarkan pola-pola tingkah laku yang dipelajari

dari kebudayaan di tempat orang itu hidup. Menurut teori ini, apabila seorang

pemimpin atau pendidik akan memotivasi anak buah atau anak didiknya,

pemimpin atau pendidik hendaknya mengetahui latar belakang kehidupan dan

kebudayaan orang-orang yang dipimpinnya.

4. Teori pendorong

Teori ini merupakan panduan antar teori naluri dengan "teori reaksi yang

dipelajari", daya dorong adalah semacam naluri tetapi hanya suatu dorongan

kekuatan yang luas terhadap suatu arah yang umum. Oleh karena itu,

menurut teori ini bila seseorang memimpin atau mendidik ingin memotivasi

anak buahnya, ia harus berdasarkan atas daya pendorong yaitu atas naluri

dan juga reaksi yang dipelajari dari kebudayaan yang dimilikinya.

5. Teori kebutuhan

Teori motivasi sekarang banyak orang adalah teori kebutuhan. Teori ini

beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakekatnya

adalah kebutuhan fisik maupun psikis, sehingga ia harus mengetahui terlebih

dahulu apa kebutuhan-kebutuhan orang-orang yang dimotivasinya.

Sebagai pakar psikologi, Maslow mengemukakan adanya lima tingkatan

kebutuhan pokok manusia, adapun kelima tingkatan kebutuhan pokok

manusia yang dimaksud adalah:

1). Kebutuhan fisiologis

Page 41: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

28

Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam Hirarki Maslow.

Kebutuhan fisiologis merupakan hal yang mutlak dipenuhi manusia untuk

bertahan hidup. Manusia memiliki delapan macam kebutuhan yaitu:

Kebutuhan oksigen dan pertukaran gas: Merupakan kebutuhan dasar

manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh

mempertahankan hidup dan aktifitas berbagai organ atau sel; Kebutuhan

cairan dan elektrolit, kebutuhan makanan: Bagian dari kebutuhan dasar

manusia secara fisiologis yang memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh

hampir 90% dari total berat badan tubuh; Kebutuhan eliminasi urine dan

alvi: Merupakan bagian dari kebutuhan fisiologis dan bertujuan untuk

mengeluarkan bahan sisa; Kebutuhan istirahat dan tidur, kebutuhan

aktivitas: Untuk memulihkan status kesehatan dan mempertahankan

kegiatan dalam kehidupan sehari-hari terpenuhi; Kebutuhan kesehatan

temperatur tubuh dan kebutuhan seksual: Merupakan untuk memenuhi

kebutuhan biologis dan untuk memperbanyak keturunan (Hidayat, 2006).

2). Kebutuhan rasa aman dan perlindungan (Safely and Security)

aman dari berbagai aspek baik fisiologis maupun psikologis, kebutuhan

meliputi: Kebutuhan perlindungan diri dari udara dingin, panas, kecelakaan

dan infeksi, bebas dari rasa takut dan kecemasan, bebas dari perasaan

terancam karena pengalaman yang baru dan asing.

3). Kebutuhan sosial

Yang meliputi, antara lain: Memberi dan menerima kasih sayang, perasaan

dimiliki dan hubungan yang berarti dengan orang lain, kehangatan dan

Page 42: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

29

penuh persahabatan, mendapat tempat atau diakui dalam keluarga,

kelompok serta lingkungan sosial.

4). Kebutuhan harga diri

Perasaan tidak bergantung pada orang lain, kompeten, dan penghargaan

terhadap diri sendiri serta orang lain.

5). Kebutuhan akan aktualisasi diri (Self Actualization)

Kebutuhan seperti antara lain kebutuhan mempertinggi potensi – potensi

dan ekspresi diri meliputi: Dapat mengenal diri sendiri dengan baik

(mengenal dan memahami potensi diri), belajar memenuhi kebutuhan diri

sendiri, tidak emosional, mempunyai dedikasi yang tinggi, kreatif dan

mempunyai kepercayaan diri yang tinggi dan sebagainya (Mubarak, 2007).

Menurut Irwanto (2008), motivasi diklasifikasikan atas 3 kelompok yaitu :

1. Motivasi tinggi

Motivasi dikatakan tinggi apabila dalam diri seseorang dalam kegiatan sehari-

hari memiliki keinginan positif , mempunyai harapan yang tinggi, dan memiliki

keyakinan yang tinggi dalam melakukan aktivitasnya berkaitan dengan

persoalan-persoalan yang dihadapi.

2. Motivasi Sedang

Motivasi dikatakan sedang apabila dalam diri manusia memiliki keinginan

yang positif, mempunyai harapan yaang tinggi, namun memiliki keyakinan

yang rendah bahwa dirinya dapat bersosialisasi dan mampu menyelesaikan

persoalan yang di hadapi.

3. Motivasi Lemah

Page 43: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

30

Motivasi dikatakan lemah apabila didalam dirinya manusia memiliki

harapan dan keyakinan yang renda, bahwa dirinya dapat menyelesaikan

persoalan yang dihadapi.

2.5.3 Pengaruh Pendidikan Kesehatan menggunakan Metode Kombinasi

Audiovisual dan Konseling terhadap Motivasi Wanita Usia Subur

(WUS) Memilih KB Implan

Menurut Wicaksono (BKKBN, 2015), motivasi penggunaan kontrasepsi

implan bagi Wanita Usia Subur (WUS) dipengaruhi oleh faktor individu, yaitu

pengetahuan calon akseptor dan faktor sosial/lingkungannya. Kegiatan advokasi,

Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE), serta konseling KB perlu ditingkatkan

untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang program KB dalam

pembangunan. Menurut Alimoeso (BKKBN, 2013), pembinaan akseptor KB

dilakukan melalui Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE), konseling, dan

advokasi, sehingga calon akseptor baru dapat memilih kontrasepsi yang disukai,

dan sesuai dengan kondisi kesehatannya.

Menurut Notoatmodjo (2007), metode penyuluhan merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi tercapainya suatu hasil penyuluhan secara optimal,

informasi akan tersimpan sebanyak 20% apabila disampaikan melalui media

visual, 50% apabila disampaikan melalui media audiovisual, dan 70% apabila

dilaksanakan dalam praktik nyata. Sementara itu dengan metode konseling,

kontak antara klien dengan petugas akan lebih intensif. Setiap masalah yang

dihadapi oleh klien dapat dikoreksi dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien

akan dengan sukarela, berdasarkan kesadaran dan penuh pengertian akan

menerima perilaku tersebut. Dikemukakan oleh BKKBN (2015), bahwa konseling

Page 44: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

31

yang telah dilakukan harus segera mendapat tindak lanjut untuk selanjutnya

dilakukan pertemuan konseling sesi berikutnya, selambat-lambatnya dalam kurun

waktu 1 minggu, karena semakin lama calon akseptor tidak segera ditindaklanjuti

maka kemungkinan untuk masuk menjadi akseptor KB akan semakin berkurang.

Kombinasi metode audiovisual dan konseling dipilih untuk dimanfaatkan dalam

penelitian ini, karena selain mampu menyerap banyak informasi yang

disampaikan pada klien, juga mampu merangkum banyak permasalahan yang

dihadapi oleh klien, sehingga penyuluh lebih mampu membantu menyelesaikan

masalah yang dihadapi.

Page 45: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

32

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Keterangan:

: Variabel yang tidak diteliti

: Variabel yang diteliti

Gambar 3.1. Kerangka konsep penelitian Pengaruh Pendidikan Kesehatan

menggunakan Kombinasi metode Audiovisual dan Konseling terhadap Motivasi

Wanita memilih KB Implan di Kecamatan Sutojayan Kabupaten Blitar

WUS

S

Pendidikan

Kesehatan

Audiovisual,

dan

Konseling

Motivasi

memilih KB

Implan

Tinggi Sedang Rendah

Faktor yang mempengaruhi motivasi:

Faktor fisik, umur, tingkat pendidikan,

situasi dan kondisi ekonomi,

program/aktifitas, media, dukungan

keluarga/pasangan,

agama/kepercayaan, lingkungan,

fasilitas kesehatan.

Peningkatan

Informasi

Peningkatan

Pengetahuan

Pre

test

Post

test

Page 46: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

33

Wanita Usia Subur (WUS) adalah wanita yang berumur 15-49 tahun baik

yang berstatus menikah maupun yang belum menikah atau janda. Pemberian

pendidikan kesehatan pada Wanita Usia Subur (WUS) dapat meningkatkan

informasi dan pengetahuan tentang kontrasepsi, dalam hal ini khususnya

kontrasepsi implan. Berbagai jenis media pendidikan kesehatan telah banyak

digunakan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat. Kombinasi metode

audiovisual dan konseling dipilih oleh peneliti untuk memberikan pendidikan

kesehatan tentang kontrasepsi Implan pada Wanita Usia Subur (WUS) karena

pendidikan kesehatan yang melibatkan banyak indera, baik pengelihatan (mata),

pengecap (mulut), maupun pendengaran (telinga) akan lebih mudah diingat

dibandingkan dengan satu metode yang hanya berfokus pada satu indera saja.

Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi motivasi, yaitu faktor internal

dan eksternal. Faktor internal atau intrinsik adalah motivasi yang berasal dari

dalam diri manusia, biasanya timbul dari perilaku yang dapat memenuhi

kebutuhan sehingga manusia menjadi puas, sedangkan faktor eksternal atau

ekstrinsik adalah faktor motivasi yang berasal dari luar yang merupakan

pengaruh dari orang lain atau lingkungan. Salah satu faktor eksternal dan

internal yang mempengaruhi motivasi adalah program/aktifitas, dan

pengetahuan. Oleh karena itu, dengan diberikannya pendidikan kesehatan

dengan kombinasi metode audiovisual dan konseling tentang kontrasepsi Implan

diharapkan pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) tentang kontrasepsi Implan

akan meningkat sehingga Wanita Usia Subur (WUS) memiliki motivasi untuk

memilih kontrasepsi Implan yang terdiri dari motivasi tinggi, sedang, dan rendah.

Page 47: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

34

3.2 Hipotesis Penelitian

H1 : Terdapat perbedaan sebelum dan sesudah diadakan pendidikan kesehatan

menggunakan kombinasi metode audiovisual dan konseling pada Wanita

Usia Subur (WUS) dalam memilih KB Implan di Kecamatan Sutojayan

Kabupaten Blitar.

Page 48: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

35

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan desain pra-eksperimen dengan one

group pre-test & post-test.

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah Wanita Usia Subur (WUS) yang

sudah menikah di RW III Dusun Krajan, Kecamatan Sutojayan.

Berdasarkan data dari Puskesmas desa Sutojayan, jumlah populasi WUS

yang sudah menikah di lokasi tersebut yaitu 162 orang, dimana 59 orang

diantaranya bukan peserta KB, dan 90 orang diantaranya peserta KB non-

implan.

4.2.2. Sampel

Teknik sampling yang digunakan untuk penelitian ini adalah Non-

Random Sampling dengan Purposive Sampling, ketentuan sampel yang

dipilih dengan sasaran bukan peserta KB dalam hal ini berjumlah 59

responden, untuk memeuhi kriteria jumlah sampel, maka sejumlah 3

responden diambil dari peserta KB non implan sehingga jumlah sampel

adalah 62 responden.

Keterangan:

N = Besar populasi

n = Besar sampel

Page 49: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

36

d = Tingkat kesalahan yang dipilih sebesar 10% (0,1)

(Nursalam, 2011)

atau dibulatkan menjadi 62 responden

Ukuran sampel minimal yang diperlukan adalah 62 responden

Sampel dalam penelitian ini merupakan Wanita Usia Subur (WUS)

calon akseptor KB Implan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Adapun kriteria responden dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Kriteria Inklusi

Adapun kriteria inklusi sebagai berikut:

1) Bisa membaca dan menulis.

2) Pada saat penelitian belum pernah menggunakan kontrasepsi Implan,

atau sedang tidak menggunakan kontrasepsi Implan.

3) Bersedia berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian.

b. Kriteria Eksklusi

Adapun kriteria eksklusi, yaitu: Wanita Usia Subur (WUS) yang sudah

pernah mendapatkan informasi tentang kontrasepsi Implan dari petugas

kesehatan dengan kombinasi metode audiovisual dan konseling.

4.3 Variabel Penelitian

4.3.1 Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pendidikan kesehatan

dengan kombinasi metode audiovisual dan konseling tentang kontrasepsi

metode Implan.

4.3.2 Variabel Tergantung

Page 50: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

37

Variabel tergantung pada penelitian ini adalah motivasi wanita

memilih kontrasepsi Implan.

4.4 Definisi Operasional

Page 51: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

38

Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional

Tabel 4.4 Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala Hasil Ukur

1 Independen Pendidikan kesehatan metode audiovisual dan konseling tentang kontrasepsi metode Implan

Kegiatan menyampaikan informasi oleh PLKB tentang KB Implan yang terdapat proses pemutaran video/film selama 15 menit, dilanjutkan proses pemberian Konseling pada responden yang dilakukan secara kelompok & tatap muka dalam hubungan yang bersifat pengembangan diri, dukungan terhadap krisis, psikoterapis, bimbingan dan pemecahan masalah.

1. Pengertian kontrasepsi metode Implan

2. Macam-macam kontrasepsi metode Implan

3. Kekurangan dan kelebihan kontrasepsi metode Implan

4. Indikasi dan kontraindikasi kontrasepsi metode Implan.

5. Efek samping kontrasepsi metode Implan

6. Cara pemasangan dan pelepasan kontrasepsi metode Implan

SAP

Page 52: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

39

No Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala Hasil Ukur

2 Dependen Motivasi Wanita Usia Subur (WUS) memilih KB Implan

Dorongan, keinginan, atau kemauan wanita untuk memilih kontrasepsi metode Implan. Wanita Usia Subur (WUS) yang sudah menikah, berusia 18-45 tahun

1. Keyakinan 2. Harapan 3. Keinginan

1. Kuesioner Motivasi (Skala Likert)

2. Ditandai adanya komitmen kunjungan ke Puskesmas untuk pasang Implan

Interval Responden dinyatakan jika skornya:

Motivasi Rendah:

17–28,3

Motivasi Sedang:

28,4 – 39,6

Motivasi Tinggi:

39,7 – 51

Page 53: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

40

4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Balai Desa, dan Posyandu Kecamatan

Sutojayan Kabupaten Blitar. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April

2017.

4.6 Instrumen Penelitian

Alat yang digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah satuan acara

penyuluhan (SAP) yang digunakan sebagai dasar pemberian pendidikan

kesehatan, sedangkan alat yang digunakan untuk mengukur tingkat motivasi

responden adalah kuesioner. SAP disusun sebagai parameter penyuluhan

kesehatan dengan metode audiovisual, dan konseling. Pendidikan kesehatan

yang akan diberikan oleh PLKB, perawat, dan bidan Puskesmas Sutojayan,

dikoordinatori oleh Ibu Umi Tarwiyah, S.Sos selaku PLKB setempat. Media

audiovisual yang digunakan dalam penelitian ini berisi materi tentang cara

pemasangan dan pelepasan kontrasepsi metode Implan yang kurang lebih

berdurasi 15 menit bersumber dari Kantor Badan PP & KB Kabupaten Blitar. Dan

kuesioner dibuat oleh peneliti sendiri yang didasarkan pada tinjauan pustaka.

a) Kuesioner motivasi wanita menggunakan kontrasepsi metode Implan

Kuisioner ini bertujuan untuk mengidentifikasi motivasi wanita menggunakan

kontrasepsi metode Implan. Kuesioner berisi pertanyaan tertutup.

Pernyataan yang Bersifat Positif

No Pernyataan Nilai

1 Mendukung 3

2 Kurang Mendukung 2

3 Tidak Mendukung 1

Page 54: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

41

Pernyataan yang Bersifat Negatif

No Pernyataan Nilai

1 Mendukung 1

2 Kurang Mendukung 2

3 Tidak Mendukung 3

Setelah diberikan skor, data motivasi wanita dihitung dengan menggunakan

rumus sebagai berikut :

Keterangan :

i = Panjang interval

R = Skor maksimal

N = Jumlah kelas

(Hidayat, 2007)

Panjang Interval Motivasi WUS

Untuk rentang 17-28,3 termasuk dalam kategori motivasi rendah, rentang

28,4-39,6 termasuk dalam kategori motivasi sedang, dan rentang 39,7-51

termasuk dalam kategori motivasi tinggi.

4.7 Uji Validitas dan Reliabilitas

Kuesioner motivasi WUS dilakukan uji validitas dan reliabilitas terlebih dahulu

sebelum penelitian. Pengambilan data untuk uji validitas dan reliabilitas

kuesioner dilakukan di Dusun Purworejo Kecamatan Sutojayan. Uji validitas dan

Page 55: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

42

reliabilitas dilakukan pada 10 responden yang memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi yang sama pada penelitian.

1. Uji Validitas

Prinsip validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti

prinsip keandalan instrumen dalam mengumpulkan data. Instrumen harus

dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. (Nursalam, 2009). Uji

validitas dapat menggunakan rumus Pearson Product Moment. Dengan

rumus :

∑ ∑ ∑

√[ ∑ ][ ∑ ∑ ]

Keterangan:

rxy = Koefisien Korelasi

Σx = Jumlah skor item

Σy = Jumlah skor total (item)

N = Jumlah responden (Sujarweni, 2015)

∑ ∑ ∑

√[ ∑ ][ ∑ ∑ ]

r = 0,642

r hitung > r tabel (0,642 > 0,250)

Hasil valid artinya data handal untuk mengumpulkan data.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan

bila fakta atau kenyataan hidup diukur atau diamati berulang-ulang dalam

Page 56: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

43

waktu yang berlainan. Ada 3 prinsip dalam melihat reliabilitas suatu

penelitian yaitu prinisp stabilitas, ekuivalen, dan homogenitas. (Nursalam,

2009). Teknik pengujian menggunakan metode Alpha Cronbach.

Pengujian reliabilitas ini menggunakan rumus :

[

] [

] (Sujarweni : 2015)

[

] [

]

Alpha Cronbach < r hitung

0,6 < 0,8279

Hasil Reliabel artinya data dapat dipakai untuk penelitian selanjutnya.

4.8 Kerangka Kerja

Pre-test

Treatment: Pendidikan Kesehatan dengan metode Audiovisual dan

Konseling (terlampir dalam SAP)

Penyajian hasil dan kesimpulan

Informed Consent

Analisa Data: Uji Wilcoxon

Post-test & pengukuran komitmen calon akseptor KB

Sampel: Menggunakan jumlah sampel dengan

menggunakan teknik pengambilan sampel Non-

Probability Sampling, dengan purposive sampling

Populasi: Wanita Usia Subur (WUS) yang sudah

menikah di RW III Dusun Krajan, Kec. Sutojayan

Page 57: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

44

4.9 Prosedur Penelitian / Pengambilan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Mempersiapkan materi dan konsep yang mendukung penelitian.

2. Menyusun proposal penelitian dan telah dikonsulkan kepada dosen

pembimbing I dan pembimbing II.

3. Peneliti melakukan studi pendahuluan di Dusun Krajan Kecamatan

Sutojayan.

4. Melakukan uji proposal penelitian dan revisi proposal sebelum melakukan

penelitian.

5. Melakukan uji validitas dan realibilitas instrumen di Kecamatan Sutojayan

yang Dusunnya berbeda dari lokasi penelitian, dimana sampel penelitian

memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang sama.

6. Memasukkan proposal penelitian ke Ethical Clearance Komisi Etik

Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.

7. Setelah proposal lulus pengujian dan etik, peneliti mulai melakukan

penelitian.

8. Mengajukan permohonan izin kepada pihak Badan Kesatuan Bangsa dan

Politik Kabupaten Blitar, Badan PP dan KB Kabupaten Blitar, Dinas

Kesehatan Kabupaten Blitar, Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar, RSUD

Ngudi Waluyo Kabupaten Blitar, Puskesmas Sutojayan, dan UPTB-PPKB

Kecamatan..

9. Peneliti melakukan koordinasi dengan PLKB (selaku koordinator wilayah

penelitian) & perawat puskesmas yang akan bekerjasama dalam

penelitian di Dusun Krajan untuk penyamaan visi penelitian, materi yang

disampaikan, tempat, dan waktu pemberian pendidikan kesehatan. Hasil

Page 58: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

45

koordinasi yaitu pelaksanaan pendidikan kesehatan diadakan di Balai

Desa & Posyandu Desa pada bulan April, dilakukan dalam 2 sesi karena

keterbatasan daya tampung peserta di tempat tersebut.

10. Mengidentifikasi responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

11. Peneliti menjelaskan mengenai tujuan penelitian, manfaat penelitian, hak-

hak responden, dan prosedur penelitian.

12. Responden yang bersedia menjadi subyek dalam penelitian diminta untuk

mengisi dan menandatangani lembar persetujuan (inform consent).

13. Peneliti melakukan pre-test. Memberikan lembar identitas, lembar

kuesioner motivasi WUS untuk diisi oleh responden serta menjelaskan

cara pengisian kuesioner kepada responden.

14. Setelah responden selesai mengisi lembar identitas dan kuesioner, lalu

lembar tersebut dikumpulkan kembali kepada peneliti.

15. Peneliti menyampaikan tujuan penelitian serta melakukan penyamaan

persepsi kepada PLKB, perawat, dan bidan Puskesmas Sutojayan,

kemudian dilakukan pendidikan kesehatan (sesi 1) tentang kontrasepsi

metode Implan oleh PLKB, perawat, dan bidan Puskesmas Sutojayan

selama 15 menit dengan menggunakan metode audiovisual (CD materi

dari Badan PP & KB Kab. Blitar), dan dilanjutkan dengan metode

konseling secara kelompok (3-4 orang) selama ± 30 menit.

16. 2-3 hari setelah pelaksanaan pendidikan kesehatan sesi 1, dilakukan

konseling (sesi 2) door to door terhadap WUS yang hadir di pendidikan

kesehatan (sesi 1), dilanjutkan agenda memberikan kuesioner post-test,

dan dilakukan survey tentang komitmen untuk memilih KB Implan.

17. Setelah semua data terkumpul maka dilakukan analisis.

Page 59: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

46

Manual Prosedur Audiovisual dan Konseling:

1. Mempersiapkan alat, materi, serta konsep yang mendukung untuk

penelitian dengan metode audiovisual dan konseling.

2. Mempersiapkan jadwal pertemuan dengan responden.

3. Mempersiapkan daftar hadir responden.

4. Melakukan setting tempat, baik untuk pelaksanaan media audiovisual,

maupun konseling.

5. Mempersilahkan responden mengisi daftar hadir dan memberikan tempat

duduk sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan.

6. Memberikan pembukaan berupa perkenalan & sambutan singkat.

7. Membagikan lembar pre-test kepada responden, dilanjutkan informed

consent pada responden & penjelasan alur penelitian oleh peneliti.

8. Mengumpulkan lembar pre-test yang telah diisi responden.

9. Memberikan materi metode KB secara umum melalui media powerpoint.

10. Pemutaran audiovisual tentang KB Implan secara lengkap dengan 2

video yang masing-masing berdurasi 12 & 3 menit menggunakan LCD

proyektor dan sound system sederhana dengan kualitas gambar dan

suara cukup jelas.

11. Memberikan pertanyaan untuk review singkat tentang kejelasan dari

pemutaran audiovisual tersebut.

12. Membuka sesi tanya jawab secara umum tentang materi KB Implan.

13. Sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, dimulai sesi konseling

kelompok dengan mengelompokkan responden dalam jumlah yang telah

ditentukan, berdasarkan barisan tempat duduk.

Page 60: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

47

14. Sesi konseling kelompok dilakukan pada tiap-tiap kelompok responden,

semua responden mendapatkan bagian untuk konseling, baik yang

mempunyai pertanyaan maupun yang tidak.

15. Melakukan perkenalan dengan masing-masing responden dalam

konseling kelompok.

16. Menanyakan tentang hal-hal yang belum diketahui tentang penggunaan

KB Implan kepada responden.

17. Menanyakan motivasi untuk penggunaan KB Implan.

18. Menanyakan harapan, keinginan dan keyakinan responden tentang

penggunaan KB implan.

19. Melakukan kontrak waktu untuk sesi konseling door to door, lalu

mengakhiri sesi konseling kelompok.

20. Mendatangi rumah masing-masing responden pada kontrak waktu yang

telah ditentukan.

21. Melakukan konseling secara face to face dengan responden tentang hal-

hal yang masih dirasa kurang paham, serta pandangan responden terkait

kontrasepsi metode implan setelah treatment audiovisual dan konseling

kelompok.

22. Melakukan survey pengukuran komitmen responden untuk mengunjungi

pelayanan kesehatan dalam kaitan melaksanakan KB Implan.

23. Memberikan souvenir bagi responden penelitian.

4.10 Analisa Data

4.10.1 Pre Analisis

Kegiatan dalam pengolahan data antara lain (Setiadi, 2007):

Page 61: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

48

1. Editing

Meneliti kelengkapan kuesioner apakah jawaban yang ada sudah lengkap

dan konsisten. Kegiatan ini bertujuan memastikan apakah data yang

diperoleh peneliti adalah bersih, lengkap, dan konsisten.

2. Coding

Coding data dilakukan untuk mengubah identitas responden dengan

memberikan pengkodean berupa angka.

3. Scoring

Penilaian terhadap motivasi wanita dilakukan sesuai dengan modifikasi

peneliti. Panjang interval masing-masing kelas atau kategori dihitung

menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

i = Panjang interval

R = Skor maksimal

N = Jumlah kelas

(Hidayat, 2007)

Panjang Interval Motivasi WUS

Untuk rentang 17-28,3 termasuk dalam kategori motivasi rendah, rentang

28,4-39,6 termasuk dalam kategori motivasi sedang, dan rentang 39,7-51

termasuk dalam kategori motivasi tinggi.

4.10.2 Analisis

Page 62: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

49

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan Uji Tanda (Sign)

Wilcoxon yaitu aplikasi dengan menguji dua sampel yang saling berhubungan

(two dependent samples) dengan rumus:

Setelah pengumpulan data selesai, kemudian dilakukan analisis data

yaitu dengan menggunakan uji beda, kemudian tahap berikutnya adalah

mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dengan

menggunakan regresi sederhana dengan rumus :

Y= a + bX

a ∑ ∑

b= ∑ ∑ ∑

∑ ∑

4.11 Etika Penelitian

Setelah mendapatkan ijin untuk melakukan penelitian, kuesioner

diberikan kepada responden atau subjek penelitian dengan

memperhatikan masalah etik meliputi:

4.11.1 Penghargaan terhadap Kerahasiaan (Responden)

Penelitian menyangkut data pribadi, atau data lain yang oleh responden

dianggap sebagai rahasia, maka peneliti harus menjaga kerahasiaan data

tersebut.

4.11.2 Ketelitian

Selalu mencatat daftar hadir responden yang hadir di setiap sesi

penelitian, serta kapan dan dimana pengumpulan data dilakukan.

Page 63: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

50

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

5.1. Analisis Univariat

Hasil penelitian untuk memberikan pendidikan kesehatan pada

Wanita Usia Subur (WUS) untuk memperkaya informasi dan pengetahuan

tentang kontrasepsi, dalam hal ini khususnya kontrasepsi implan. Dalam

penelitian ini, metode audiovisual dan konseling dipilih oleh peneliti untuk

memberikan pendidikan kesehatan tentang kontrasepsi Implan pada

Wanita Usia Subur (WUS). Penelitian dengan menggunakan desain pre-

eksperiment dengan one group pre-test & post test dengan jumla

responden sebesar 62 orang dengan pengambilan purposive sampling,

data yang dihasilkan adalah umur, pendidikan, pekerjaan dan sumber

informasi yang diperoleh responden.

5.1.1. Distribusi Responden

Tabel 5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur, Pendidikan, Pekerjaan dan Sumber Informasi

No Keterangan Jumlah

Responden %

Umur

1 18-26 8 13,34

2 27-35 28 44,44

3 36-45 26 42,22

Pendidikan

1 SD 6 9.68

2 SMP 16 25.81

3 SMA 32 51.61

4 SMK 3 4.84

5 Diploma 3 4.84

6 S1 2 3.23

Pekerjaan

Page 64: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

51

1 PNS 1 1.61

2 Swasta 8 12.90

3 Petani 4 6.45

4 Ibu RT 49 79.03

Sumber Informasi

1 Media Cetak 8 12.90

2 Eletronik 8 12.90

3 Internet 3 4.84

4 HP 1 1.61

5 Petugas Kesehatan 23 37.10

6 Keluarga 8 12.90

7 Teman 11 17.74

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa berdasarkan

umur responden yang paling banyak adalah berumur antara 27-35

tahun dengan jumlah 28 orang atau sebesar 44,44%. Berdasarkan

pendidikan responden yang paling banyak adalah SMA dengan

jumlah 32 orang atau sebesar 51,61%. Berdasarkan pekerjaan

responden yang paling banyak adalah Ibu rumah tangga dengan

jumlah 49 orang atau sebesar 79,03%. Berdasarkan sumber

informasi yang diperoleh oleh responden yang paling banyak adalah

petugas kesehatan dalam hal ini adalah petugas lapangan dengan

jumlah 23 orang atau sebesar 37,1%.

Page 65: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

52

5.2. Analisis Data Khusus

Diagram Batang Tingkat Motivasi Responden Sebelum dan Sesudah Audiovisual dan Konseling Kesehatan Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Motivasi Responden

Sebelum dan Sesudah Audiovisual dan Konseling Kesehatan

Variabel Motivasi

Rendah Sedang Tinggi f %

N % N % N % 62 100

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Indikator Tingkat Motivasi Responden

Sebelum dan Sesudah Audiovisual dan Konseling Kesehatan

Sebelum

Keinginan 31 50 31 50 0 0 62 100

Harapan 26 41,9 35 56,5 1 1,6 62 100

Keyakinan 33 53,2 29 46,8 0 0 62 100

Sesudah

Keinginan 2 3,2 26 41,9 34 54,8 62 100

Harapan 3 4,8 18 29 41 66,1 62 100

Keyakinan 6 9,7 21 33,9 35 56,5 62 100

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa dari sebelum

diadakan pendidikan dengan metode audiovisual dan konseling

sebanyak 33 responden atau sebesar 53,2% memiliki motivasi yang

0

10

20

30

40

50

60

sebelum sesudah

Rendah

Sedang

Tinggi

Page 66: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

53

rendah dan secara yakin tidak mau memilih alat kontrasepsi KB

implan. Tahap berikutnya adalah pemutaran film dan juga diberikan

konseling untuk lebih menjelaskan makna dari penggunaan alat

kontraseksi KB implan, maka hasil yang didapat dari post-test

adalah sebanyak 41 responden atau sebesar 66,1% responden

mempunyai harapan yang tinggi untuk memilih alat kontrasepsi KB

implan.

5.3. Analisis Bivariat

5.3.1. Distribusi Motivasi Responden Sebelum-Sesudah Audiovisual

dan Konseling Kesehatan

Tabel 5.4 Motivasi Responden Sebelum-Sesudah Audiovisual dan Konseling Kesehatan

Variabel Mean N

Sebelum 2 62

Sesudah 3 62

Berdasarkan tabel di atas dapat diperoleh informasi bahwa

rata-rata motivasi responden sebelum pemberian pendidikan

kesehatan metode audiovisual dan konseling adalah 1,65 atau

dibulatkan menjadi 2 yaitu pada rentang motivasi dengan keinginan,

harapan dan keyakinan yang sedang, pada sesudah pemberian

pendidikan kesehatan metode audiovisual dan konseling kesehatan

adalah 2,77 atau dibulatkan menjadi 3 pada rentang motivasi

dengan keinginan, harapan dan keyakinan yang tinggi untuk mau

memilih KB Implan.

Page 67: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

54

5.3.2. Uji Beda (Uji Wilcoxon)

Tabel 5.5 Motivasi Responden Sebelum-Sesudah Pendidikan Audiovisual dan Konseling Kesehatan

T Df Sig. (2-tailed)

Variabel Sebelum – Sesudah -20.966 61 .000

Hasil penelitian diolah dengan bantuan Statistical Product

and Service Solution (SPSS) 21. Hasil uji statistik dengan dua

sampel saling berhubungan (two dependent samples) dengan test

non parametrik Uji Tanda (sign), Uji Wilcoxon ditunjukan pada tabel

5.3, yang menunjukan bahwa rata-rata motivasi responden saat

dilakukan sebelum diadakan pendidikan kesehatan menggunakan

kombinasi metode audiovisual dan konseling adalah 1,65 yang

kemudian dibulatkan menjadi 2 yaitu pada rentang motivasi dengan

keinginan, harapan dan keyakinan yang sedang, rata-rata motivasi

responden setelah diadakan pendidikan kesehatan menggunakan

kombinasi metode audiovisual dan konseling adalah 2,77 yang

kemudian dibulatkan menjadi 3 yaitu pada rentang motivasi dengan

keinginan, harapan dan keyakinan yang tinggi untuk mau memilih

KB Implan.

Hasil penelitian t-hitung dibandingkan dengan t-tabel

(-20,966 < 1,670) dan signifikansi 0,000 (0,000 < 0,05) sehingga

keputusan dari hal ini adalah Ho ditolak dan H1 diterima. Analisis

data dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata nilai tes

antara sebelum dan sesudah diadakan pendidikan kesehatan

menggunakan kombinasi metode audiovisual dan konseling. Hal ini

dapat diartikan bahwa dengan adanya pemberian penyuluhan

Page 68: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

55

dengan menggunakan audiovisual dan teknik konseling dapat

meningkatkan motivasi wanita memilih KB Implan di Kecamatan

Sutojayan Kabupaten Blitar.

Page 69: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

56

BAB VI

PEMBAHASAN

Pada bab ini membahas tentang hasil penelitian yang telah dilaksanakan

yaitu pengaruh pendidikan kesehatan metode audiovisual dan konseling

terhadap motivasi wanita usia subur dalam memilih alat kontrasepsi KB Implan di

Kecamatan Sutojayan Kabupaten Blitar, implikasi penelitian dalam profesi

keperawatan dan keterbatasan dalam melaksanakan penelitian.

6.1. Motivasi Wanita Usia Subur Memilih KB Implan Sebelum Pendidikan

Kesehatan Metode Kombinasi Audiovisual dan Konseling

Motivasi adalah kecenderungan yang timbul pada diri seseorang

secara sadar maupun tidak sadar melakukan tindakan dengan tujuan

tertentu atau usaha-usaha yang menyebabkan seseorang atau kelompok

orang tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang di

kehendaki (Poerwodarminto, 2006). Sejalan dengan teori tersebut bahwa,

pada pre-test yang telah dilaksanakan pada penelitian ini, wanita usia

subur masih belum sadar akan pentingnya produk implan sebagai salah

satu alat kontrasepsi. Hasil dari penelitian didapat bahwa sebelum

dilakukan pendidikan pendidikan kesehatan dengan menggunakan teknik

kombinasi yaitu audiovisual dan konseling kesehatan, motivasi wanita

menggunakan kontrasepsi metode Implan sebagian besar masih rendah

sebanyak 38 responden atau sebesar 61,3%.

Hasil penelitian pada tingkat motivasi dalam kondisi sebelum

diadakan pendidikan kesehatan, sebagian besar yaitu sebesar 38

Page 70: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

57

responden atau (61,3%) yang diteliti didapatkan bahwa aspek motivasi

dengan tingkat sedang adanya program KB Implan. Motivasi responden

paling besar di tingkat rendah sebesar 23 responden mempunyai motivasi

yang rendah atau sebesar 37,1% dan sisanya mempunyai motivasi yang

tinggi yaitu 1 responden atau sebesar 1,6%. Banyak faktor yang

menyebabkan responden untuk memilih alat kontrasepsi KB implan yaitu :

umur, pendidikan, pekerjaan dan sumber informasi.

Hasil penelitian didapat bahwa umur responden yang paling banyak

adalah berumur antara 26-40 tahun dengan jumlah 32 orang atau sebesar

51,61% responden ini termasuk pada wanita usia subur. Secara fisik

memang termasuk pada usia subur namun motivasi untuk menggunakan

KB implan sesuai dengan pribadi masing-masing. Pada usia tersebut

dengan semakin bertambah umur, daya tangkap dan pola pikir akan

semakin berkembang sehingga pengetahuan akan menjadi semakin

membaik. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang berfikir dan bekerja sehingga motivasi

seseorang kuat dalam melakukan sesuatu hal (Lestari, 2015).

Pendidikan responden yang paling banyak adalah SMA dengan

jumlah 32 orang atau sebesar 51,61%. Pendidikan merupakan salah satu

peranan penting dipegang oleh penentuan sikap yang utuh ini,

pengetahuan, pemikiran, keyakinan, serta emosi. (Notoatmodjo, 2013).

Pengetahuan yang didapat oleh responden yang sebagian besar sebatas

SMA, memberikan latar belakang pendidikan yang belum masuk pada

jenjang pendidikan tinggi. Pendidikan yang terbatas inilah yang

menempatkan responden pada tingkat motivasi menengah atau sedang

Page 71: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

58

dalam pemakaian alat kontrasepsi KB implan, motivasi untuk menentukan

pilihan alat KB belum menjadi salah satu motivasi responden dalam

bertindak.

Pekerjaan responden yang paling banyak adalah Ibu rumah tangga

dengan jumlah 49 orang atau sebesar 79,03%. Sesuai dengan keadaan

responden yang sebagian besar adalah ibu rumah tangga, maka dalam

kehidupan sehari-hari masih dalam posisi tingkat kebutuhan level 1 yaitu

kebutuhan fisiologis. Hal ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa

kebutuhan makanan: bagian dari kebutuhan dasar manusia secara

fisiologis yang memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh hampir 90% dari

total berat badan tubuh; Merupakan untuk memenuhi kebutuhan biologis

dan untuk memperbanyak keturunan (Hidayat, 2006). Pekerjaan responden

yang sebagian besar ibu rumah tangga memberikan faktor yang paling

tinggi dengan motivasi sedang dalam memakai KB implan.

Sumber informasi yang diperoleh oleh responden yang paling

banyak dperoleh adalah dari petugas kesehatan dalam hal ini adalah

petugas lapangan dengan jumlah 23 orang atau sebesar 37,1%. Sebagian

besar responden terletak di daerah kabupaten dengan tingkat

keterjangkauan sumber informasi khususnya tentang kesehatan belum

sepenuhnya diterima dengan baik. Informasi-informasi yang terbatas inilah

merupakan salah satu faktor yang tingkat motivasi sedang dalam mengikuti

program KB implan. Sumber informasi lain yang diperoleh oleh responden

bisa dikatakan belum akurat, hasil penelitian teman-teman responden,

media cetak, media elektronik dan keluarga adalah sumber informasi yang

belum bisa dikatakan sepenuhnya valid, sehingga tingkat motivasi rendah

Page 72: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

59

dalam mengikuti program KB sangat besar. Sumber lain yang bisa diakses

adalah telepon genggam dan internet, namun kedua sumber ini belum bisa

digunakan sepenuhnya karena keterbatasan pada perangkat keras yang

dimiliki dan pengetahuan tentang informasi dan teknologi yang masih

terbatas.

6.2. Motivasi Wanita Usia Subur Memilih KB Implan Sesudah Pendidikan

Kesehatan Metode Kombinasi Audiovisual dan Koonseling

Bentuk media pendidikan antara lain (Notoadmojo, 2012) audio

visual yang merupakan alat bantu lihat yang berguna dalam membantu

menstimulasi indra penglihatan dan indra pendengar pada waktu yang

bersamaan dalam menyampaikan bahan pendidikan/pengajaran. Alat ini

dipilih agar responden terbantu untuk lebih memahami konsep alat

kontrasepsi KB implan. Informasi yang diharapkan bisa diketahui oleh

responden adalah mengenai alat kontrasepsi yang ditanamkan dibawah

kulit lengan atas sebelah dalam berbentuk kapsul silastik (lentur)

panjangnya sedikit lebih pendek dan pada batang korek api dan dalam

setiap batang mengandung hormon levonorgestrel yang dapat mencegah

terjadinya kehamilan (BKKBN, 2006). Selain itu informasi yang yang bisa

didapatkan adalah mengenai jenis-jenis implan, cara kerja implan,

efektifitas dan kontra indikasi implan, kekurangan dan kelebihan implan,

teknik pemasangan implan, efek samping/komplikasi dan cara

penanggulangannya serta dosis yang diperbolehkan untuk dipakai.

Metode pada penelitian tidak hanya menggunakan audiovisual saja,

akan tetapi merupakan kombinasi dengan konseling. Berdasarkan

pendekatan sasaran yang ingin dicapai pada metode pendidikan adalah

Page 73: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

60

pendekatan perorangan merupakan salah satunya. Metode ini bersifat

individual dan biasanya digunakan untuk membina perilaku baru, atau

membina seorang yang mulai tertarik pada suatu perubahan perilaku atau

inovasi. Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena setiap orang

mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan

penerimaan atau perilaku baru tersebut. Ada 2 bentuk pendekatannya

yaitu: Bimbingan dan konseling (Guidance and Counceling), serta

Wawancara. Menurut Notoadmojo (2012). Diketahui sesudah audiovisual

dan konseling kesehatan, motivasi wanita menggunakan kontrasepsi

metode Implan sebagian besar motivasi tinggi sebanyak 49 responden

atau sebesar 79%, sebesar 12 responden motivasinya sedang sebanyak

12 responden atau sebesar 19,4% dan sisanya mempunyai motivasi tinggi

yaitu 1 responden atau sebesar 1,6%.

Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang datangnya dari luar individu,

misalnya saja dukungan verbal dan non verbal yang diberikan oleh teman

dekat atau keakraban sosial. (Widayatun, 2008). Pendidikan kesehatan

untuk menggunakan alat kontasepsi KB implan merupakan salah satu

faktor yang diguanakan oleh peneliti dalam memberikan pengaruh. Hasil

setelah diadakan pendidikan menggunakan audiovisual dan teknik

konseling memberikan andil dalam meningkatkan motivasi wanita memilih

KB Implan di Kecamatan Sutojayan Kabupaten Blitar. Sebesar 41

responden yang diteliti didapatkan bahwa aspek motivasi tertinggi yang

motivasi tinggi adalah aspek keinginan sebanyak 34 responden atau

sebesar 54,8%, aspek harapan yaitu sebanyak 41 responden (66,1%),

aspek keyakinan 35 atau sebanyak 56,5%.

Page 74: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

61

6.3. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Metode Kombinasi Audiovisual dan

Konseling Terhadap Motivasi Wanita Usia Subur Memilih KB Implan

Metode kombinasi antara audiovisual dengan konseling merupakan

metode dengan pendekatan kelompok dan personal, pada pendekatan

kelompok, responden diberikan pendidikan kesehatan dengan audiovisual

dengan tujuan memberikan penjelasan yang lebih nyata karena

menstimulai baik audio dan visual responden. Pada metode ini diharapkan

responden lebih mengerti tentang keuntungan secara kontrasepsi, yaitu:

daya guna tinggi, perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun),

pengembalian tingkat kesuburan cepat setelah pencabutan, tidak

memerlukan pemeriksaan dalam, bebas dari pengaruh estrogen, tidak

mengganggu kegiatan senggama, tidak mengganggu ASI, klien hanya

perlu kembali ke klinik bila ada keluhan, dapat dicabut setiap saat sesuai

dengan kebutuhan. Keuntungan non kontrasepsi yaitu, mengurangi nyeri

haid, mengurangi jumlah darah haid, mengurangi/memperbaiki anemia,

melindungi terjadinya kanker endometrium, menurunkan angka kejadian

kelainan payudara, melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit

radang panggul, menurunkan angka kejadian endometriosis, Saifuddin

(2006). Rata-rata motivasi responden sebelum pemberian pendidikan

kesehatan audiovisual dan konseling kesehatan adalah 1,65 sedangkan

sesudah pemberian pendidikan kesehatan audiovisual dan konseling

kesehatan adalah 2,77 sehingga terjadi peningkatan pemahaman tentang

alat kontrasepsi KB implan yang pada akhirnya memberikan peningkatan

memotivasi responden. Menurut Wicaksono (BKKBN, 2015), motivasi

penggunaan kontrasepsi implan bagi Wanita Usia Subur (WUS)

Page 75: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

62

dipengaruhi oleh faktor individu yaitu pengetahuan calon akseptor dan

faktor sosial/lingkungannya berupa komunikasi, Informasi, dan Edukasi

(KIE), serta konseling KB perlu ditingkatkan untuk meningkatkan

pengetahuan masyarakat tentang program KB.

Peningkatan pengetahuan yang bisa diserap oleh responden

karena adanya sumber informasi yang akurat dan bisa dipercaya yaitu dari

petugas kesehatan. Petugas kesehatan adalah salah satu sumber

informasi yang dipercaya terbukti pada hasil penelitian sumber informasi

yang paling tinggi sebesar 23 responden atau sebesar 37,10% adalah

sumber informasi datang dari petugas kesehatan. Sesuai dengan hasil

tersebut didukung oleh pernyataan (Saefuddin, 2006) bahwa, pelayanan

kesehatan yang berkualitas sangat terkait dengan pencapaian kontrasepsi

implan, dimana dalam penjelasan sebelum dan sesudah pemberian implan

mengenai fungsi, cara kerja, dan efek kontrasepsi implan merupakan

bagian yang tak terpisahkan untuk memberikan rasa aman dan ketenangan

bagi akseptor KB implan, selain itu ketersediaan alat kontrasepsi implan

yang memadai dan tempat pelayanan yang tersebar merata di seluruh

daerah. Pendidikan kesehatan memiliki pengaruh yang besar dalam

memberikan motivasi kepada responden untuk lebih termotivasi untuk

menggunakan alat kontrasepsi KB implan. Hal ini dibuktikan dengan tingkat

motivasi dengan keinginan responden 54,8% harapan 66,1% dan

keyakinan 56,5% yang termotivasi tinggi pada program tersebut.

Hasil penelitian dengan uji statistik paired t-test menunjukan bahwa

rata-rata motivasi responden saat dilakukan sebelum diadakan pendidikan

kesehatan menggunakan kombinasi metode audiovisual dan konseling

Page 76: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

63

adalah 1,6452 sedangkan rata-rata motivasi responden setelah diadakan

pendidikan kesehatan menggunakan kombinasi metode audiovisual dan

konseling adalah 2,7742. Hasil penelitian t-hitung dibandingkan dengan t-

tabel (-20,966 < 1,670) dan signifikansi 0,000 (0,000 < 0,05) sehingga

keputusan dari hal ini adalah Ho ditolak dan Ha diterima. Analisis data

dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata nilai tes antara

sebelum dan sesudah diadakan pendidikan kesehatan menggunakan

kombinasi metode audiovisual dan konseling. Penelitian ini membuktikan

bahwa dengan adanya pemberian pendidikan kesehatan dengan

menggunakan audiovisual dan teknik konseling memberikan andil dalam

meningkatkan motivasi wanita memilih KB Implan di Kecamatan Sutojayan

Kabupaten Blitar.

6.4. Implikasi Penelitian dalam Profesi Keperawatan

Dalam memberikan pendidikan kesehatan perawat harus

merencanakan pendidikan kesehatan dengan baik, serta menggunakan

metode komunikasi, informasi, edukasi dalam bentuk audiovisual dan

konseling sehingga calon akseptor baru dapat memilih alat kontrasepsi KB

implan yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Penelitian ini mampu

menjelaskan bahwa dengan memberikan pendidikan kesehatan melalui

metode audiovisual dan konseling tentang kontrasepsi metode KB Implan

terhadap wanita usia subur dapat memberikan pengaruh positif terhadap

motivasi untuk menggunakan alat kontrasepsi KB Implan. Penelitian ini

hasilnya dapat dipergunakan oleh tenaga keperawatan sebagai bahan

pertimbangan bahwa pendidikan kesehatan dengan metode kombinasi

Page 77: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

64

audiovisual dengan konseling mempunyai pengaruh terhadap motivasi

wanita dalam memilih KB Implan tidak hanya di Kecamatan Sutojayan

Kabupaten Blitar saja sebagai tempat penelitian ini.

6.5. Keterbatasan Penelitian

Terdapat keterbatasan dalam penelitian ini adalah:

1. Dalam melakukan penelitian, peneliti masih menemukan responden

yang menjawab dengan malu-malu dan terkesan belum terbuka,

sehingga peneliti harus melakukan pendekatan sehingga responden

melaksanakan konseling dengan lebih terbuka, untuk mengetahui

tentang keuntungan dan kerugian memakai KB Implan. Dari situasi ini

peneliti berusaha agar responden memberikan jawaban dengan

sebenarnya, situasi ini sering ditemui sehingga memerlukan waktu yang

lama agar responden merasa nyaman dan memberikan jawaban yang

sebenarnya.

2. Pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh data

motivasi yang sesungguhnya dari wanita usia subur dalam memakai

implan, masih dirasakan kurang penting bagi responden, sehingga

terkadang pernyataan yang muncul dijawab dengan asal-asalan.

Padahal pada penelitian justru kejujuran dalam menjawab setiap

pertanyaan yang diajukan oleh peneliti merupakan kunci dalam

menemukan jawaban dari permasalahan, sehingga mampu

memecahkan masalah.

3. Pada pemutaran video dalam penelitian ini terdapat perlakuan yang

kurang merata pada setiap sesi kelompok responden. Ada yang

Page 78: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

65

dilakukan tidak hanya sekali, hal ini dilakukan dengan mengikuti

keinginan dari salah satu sesi kelompok responden, seharusnya

pemutaran dilakukan hanya sekali agar setiap sesi kelompok

responden mendapat perlakuan yang sama. Peneliti kurang

memberikan standar operasional prosedur yang rinci dalam penerapan

media atau pemutaran video bagi responden.

4. Belum adanya panduan kegiatan atau standar operasional prosedur

konseling & petugas yang memadai dalam penelitian ini, sehingga

pemberian konseling dalam penelitian tidak didasari batasan kriteria

yang sama tentang pengalaman, serta bagaimana seharusnya peran

pemberi konseling atau konselor khusus.

5. Kurang adanya skrining yang mendalam & terstandar terkait pemilihan

sampel tentang pernah/tidak pernah mendapat info KB Implan.

6. Kurang adanya standar operasional prosedur yang lebih jelas dan

konsisten untuk sesi konseling kelompok, door to door dan post-test,

sehingga terjadi perbedaan perlakuan: sebagian responden mendapat

konseling door to door & post-test 2 hari setelah sesi Audiovisual,

sementara sebagian responden yang lain mendapat Konseling door to

door & post-test 3 hari setelah sesi Audiovisual, serta tidak adanya

standar bahasan yang merata di setiap kelompok konseling.

7. Sudah ada program penyuluhan / pendidikan kesehatan dari petugas

kesehatan terkait, namun masih kurang konsisten & optimal untuk

waktu pelaksanaannya.

Page 79: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

66

BAB VII

PENUTUP

7.1. Kesimpulan

Hasil penelitian tentang pendidikan kesehatan menggunakan

kombinasi metode audiovisual dan konseling terhadap motivasi wanita usia

subur (WUS) dalam memilih alat kontrasepsi KB Implan di Kecamatan

Sutojayan Kabupaten Blitar dengan jumlah sampel 62 responden dapat

disimpulkan:

1. Wanita Usia Subur (WUS) dalam memilih KB Implan sebelum

pendidikan kesehatan menggunakan kombinasi metode audiovisual

dan konseling di Kecamatan Sutojayan Kabupaten Blitar memiliki

tingkat motivasi yang rendah yaitu sebesar 56,5%.

2. Wanita Usia Subur (WUS) dalam memilih KB Implan, sesudah

pendidikan kesehatan menggunakan kombinasi metode audiovisual

dan konseling di Kecamatan Sutojayan Kabupaten Blitar mempunyai

tingkat motivasi yang tinggi yaitu sebesar 66,1%.

3. Pendidikan kesehatan pada Wanita Usia Subur (WUS) di Kecamatan

Sutojayan Kabupaten Blitar dengan menggunakan kombinasi metode

audiovisual dan konseling mampu meningkatkan motivasi untuk

memilih alat kontrasepsi KB Implan. (t-hitung > t-tabel / -20,966 > -

1,670).

Page 80: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

67

7.2. Saran

1. Untuk lebih optimalnya pendidikan & pelayanan kesehatan khususnya

tentang KB bagi masyarakat, diharapkan Puskesmas dan tenaga

kesehatan terkait dapat konsisten melakukan penyuluhan/pendidikan

kesehatan setidaknya 1 bulan sekali yang bisa disesuaikan dengan

jadwal masing-masing posyandu, dan memaksimalkan setiap momen

safari KB (bila ada) didaerah tersebut.

2. Membuat inovasi untuk penelitian selanjutnya, serta mengadakan

penelitian lanjutan tentang pengaruh pendidikan kesehatan kombinasi

metode audiovisual dan konseling terhadap motivasi wanita memilih KB

Implan di lokasi berbeda, dan dengan jumlah sampel yang lebih

banyak/bervariatif. Sehingga akan memberikan penegasan atas hasil

penelitian ini atau memberikan hasil baru yang berbeda dengan

penelitian ini.

Page 81: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

68

DAFTAR PUSTAKA

Alimoeso, S. 2013. Kebijakan Kependudukan dan KB Nasional. Jakarta:

BKKBN.

Andriana, K. 2009. Ilmu Kebidanan. UMM Press. Malang

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta:

Jakarta.

Arsyad, A. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grofindo Persada.

Arsyad, A. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

Azwar, S. 2005. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajaran.

Yogyakarta.

BKKBN, 2012. Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (Implant/Susuk KB).

BKKBN, 2013. Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Edisi 3. Jakarta: PT

Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

BKKBN, 2015. Modul Pelatihan Pengembangan Model Behavior Change

Communication (BCC) Advokasi/KIP-Konseling bagi PKB-PLKB untuk

Meningkatkan Peserta KB-MKJP PUS MUPAR melalui Pemantapan

Mekanisme Operasional dan Perencanaan Stratejik. Surabaya: Bidang

Pelatihan Pengembangan KB Nasional Tahun 2015.

Page 82: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

69

Elisia, I. 2012. Keuntungan dan Kerugian Kontrasepsi Implan.

https://www.ibudanbalita.com/. Diakses 29 Pebruari 2016, 22.44 WIB.

Hidayat, A.A. 2008. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah, Edisi

Kedua. Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat, A.A. 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.

Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Medika.

Kusumaningrum, R. 2012. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jenis Kontrasepsi

yang Digunakan Pasangan Usia Subur. Semarang: Universitas

Diponegoro.

Narendra, B.M. 2011. Buku Ajar II Tumbuh Kembang Anak dan Remaja Edisi

pertama. Jakarta : CV.SAGUNG SETO.

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta.

Jakarta

Notoatmodjo, S. 2012. Promo Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka

Cipta.

Nurhayati, A. 2013. Pengaruh Konseling Terhadap Motivasi PUS (Pasangan

Usia Subur) Untuk Menggunakan Implant di Puskesmas Kalibaru

Kecamatan Kalibaru Kabupaten Banyuwangi. Banyuwangi: Puskesmas

Kalibaru.

Page 83: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN …repository.ub.ac.id/459/1/Andhika Susila Widjaya.pdf · Pemakaian kontrasepsi merupakan bagian dari hak-hak reproduksi setiap pasangan

70

Nursalam. 2008. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:

Pedoman Skripsi, Thesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan, Edisi

Kedua. Salemba Medika. Jakarta

Nursalam. 2008. Manajemen Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Nursalam. 2009. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:

Pedoman Skripsi, Thesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan, Edisi

Ketiga. Salemba Medika. Jakarta

Perry & Potter. 2011. Fundamental Keperawatan; Konsep, Proses, dan Praktik.

Jakarta: EGC

Saifuddin, B.A. 2006. Buku Pedoman Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Yayasan

Bina Pustaka, Jakarta.

Sunaryo. 2013. Psikologi untuk Kesehatan. Jakarta: EGC

Suratun. 2008. KB dan Kontrasepsi. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.

Susanto, B. dan Kumalasari, R. 2017. Pengaruh Layanan Informasi Bimbingan

Konseling & Media Audiovisual terhadap Empati Siswa. Sukoharjo:

Jurnal Ilmiah Counselia.

Witjaksono, J. 2013. Rencana Aksi Keluarga Berencana dan Kesehatan

Reproduksi Tahun 2012-2017. Jakarta: BKKBN.

Yusuf, S. dan Nurihsan, A.J. 2008. Landasan Bimbingan dan Konseling.

Bandung: Remaja Rosdakarya.