70
i PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN KEJANG DEMAM PADA BALITA TERHADAP SELF EFFICACY IBU DI DESA TEMPUR SARI TAMBAK BOYO MANTINGAN NGAWI SKRIPSI Untuk memenuhi persyaratan mencapai Sarjana KeperawatanDisusun Oleh : Suhartatik Kamtono S11040 PRODI STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

i

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN KEJANG

DEMAM PADA BALITA TERHADAP SELF EFFICACY IBU

DI DESA TEMPUR SARI TAMBAK BOYO

MANTINGAN NGAWI

SKRIPSI

“Untuk memenuhi persyaratan mencapai Sarjana Keperawatan”

Disusun Oleh :

Suhartatik Kamtono

S11040

PRODI STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2015

Page 2: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

ii

Page 3: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

iii

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Suhartatik Kamtono

NIM : S11040

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1) Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar

akademik (sarjana), baik di STIKes Kusuma Husada Surakarta maupun di

perguruan tinggi lain.

2) Skripsi ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa

bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukan Tim

Penguji.

3) Dalam Skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau

dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan

sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

dicantumkan dalam daftar pustaka.

4) Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat

penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia

menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh

karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di

perguruan tinggi ini.

Surakarta, 7 Juli 2015Yang membuat pernyataan,

Suhartatik KamtonoNIM. S11040

Page 4: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

iv

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumWr. Wb

Penulis mengucapkan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, atas

segala rahmat, karunia, hidayah serta petunjuk yang telah dilimpahkan-Nya.

Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENGARUH

PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN KEJANG DEMAM PADA

BALITA TERHADAP SELF EFFICACY IBU DI DESA TEMPUR SARI TAMBAK

BOYO MANTINGAN NGAWI” sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh

gelar kesarjanan ini dengan lancar. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan

dan penulisan skripsi ini, masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, oleh

karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun

guna untuk memperbaiki dan menyempurnakan penulisan skripsi selanjutnya.

Ucapan rasa terimakasih yang tidak terhingga kepada semua pihak yang telah

membantu penulis dalam penyelesaian penyusunan proposal skripsi ini, sehingga

dalam kesempatan ini penuli ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-

besarnya kepada yang terhormat:

1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M. S i, selaku ketua STIKes Kusuma Husada

Surakarta.

2. Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep, Selaku Ketua Program Studi

S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.

3. Ibu bc. Yeti Nurhayati, M.Kes, selaku pembimbing I yang telah banyak

memberikan masukan dan pengarahan dalam penyusunan proposal skripsi ini.

4. Bapak Aries Cholifah, S.Kp., Ns. M.KesSelaku Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan, arahan, dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

5. Kepala Desa Tempur sari Tambakboyo Mantingan Ngawi yang telah

memberikan ijin terlaksanannya penelitian ini.

6. Segenap Dosen Program studi S-1 Keperawatan dan staf pengajar Stikes

Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan ilmu dan bimbingan.

Page 5: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

v

7. Kedua Orang Tua Saya (Bapak Heru Kamtono dan Ibu Suparmi) yang telah

memberikan dukungan moral dan material dalam pembuatan skripsi ini

serta selalu memberikan semangat untuk pantang menyerah.

8. Adik-Adik Gunawan Wibisono dan Bagus Sasongko yang telah memberikan

doa dukungan dan semangat.

9. Responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini.

10. Teman-Teman Mahasiswa Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma

Husada Surakarta yang telah senantiasa menjadi teman seperjuangan.

Akhir kata penulis berharap semoga dengan doa, dukungan, dan

nasehat yang telah diberikan, dapat bermanfaat bagi penulis untuk menjadi orang

yang lebih baik, dan semoga dengan disusunnya skripsi ini dapat memberikan

manfaat kepada penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

WassalamualaikumWr. Wb

Surakarta, 07 Juli 2015Peneliti

Suhartatik Kamtono

Page 6: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

Bapak & ibu tercinta

Mereka adalah orang tua yang telah memebesarkan dan mendidikku

dengan penuh kasih sayang.

Terima kasih atas pengorbanan, nasehat dan doa yang tiada hentinya kalian

berikan kepadaku selama ini.

Teruntuk adik Gunawan & Bagus tugas akhir ini kakak persembahkan untuk

jadi motivasi dan pengingat semangatmu.

Serta kepada seluruh keluarga besarku yang kusayangi dan kukasihi terima

kasih atas motivasinya selama ini.

Kepada ibu Yeti Nurhayati dan ibu Ika Subekti Wulandari yang telah

membimbing saya selama penyelesaian tugas akhir ini. Saya ucapkan terima

kasih atas ilmu, nasihat, cerita yang ibu berikan kepada saya. Terima ksih

atas kesabaran ibu selama masa bimbingansaya walau saya banyak

kekurangan dan kelalaian.

Teman-teman seperjuangan yang tak mungkin di sebutkan satu persatu,

(Program Studi S1 Keperawatan Angkatan 2011), perkuliahan akan tidak ada

rasa jika tanpa kalian, pasti tidak ada yang dikenang, tidak ada yang

diceritakan pada masa depan. Sukses buat kalian semua.

Page 7: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. ii

SURAT PERNYATAAN ................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... iv

PERSEMBAHAN .............................................................................................. vi

DAFTAR ISI ...................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL .............................................................................................. ix

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xi

ABSTRAK ......................................................................................................... xii

ABSTRACT........................................................................................................ xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang ................................................................................ 1

1.2.Rumusan Masalah ........................................................................... 4

1.3.Tujuan Penelitian .......................................................................... 4

1.4.Manfaat Penelitian........................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori ............................................................................... 6

2.1.1 Kejang Demam..................................................................... 6

2.1.2 Self Efficacy .......................................................................... 10

2.1.3 Balita ................................................................................... 16

2.1.4 Ibu ........................................................................................ 17

2.1.5 Pendidikan Kesehatan ......................................................... 18

2.2 Kerangka Teori ............................................................................. 24

2.3 Kerangka Konsep............................................................................. 25

2.4 Keaslian Penelitian ......................................................................... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian .................................................. 27

Page 8: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

viii

3.2 Populasi dan Sampel ................................................................... 27

3.3 Tempat danWaktu Penelitian ..................................................... 29

3.4 Variabel, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran .............. 30

3.5 Alat Penelitian dan cara Pengumpulan Data ............................... 31

3.6 Teknik Pengolahan Data dan Analisis data ................................ 35

3.7 Etika Penelitian ........................................................................... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Analisa Univariat ........................................................................ 39

4.2 Analisa Bivariat .......................................................................... 41

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Responden ............................................................. 43

5.2 Self efficacy pre pendidikan kesehatan ........................................ 45

5.3 Self efficacy post pendidikan kesehatan ...................................... 46

5.4 Penanganan Kejang Demam Pada Balita Terhadap

Self efficacy ibu pre dan post di berikan Pendidikan

Kesehatan ................................................................................... 48

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan.................................................................................. 51

6.2 Saran ............................................................................................ 52

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 9: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 KeaslianPenelitian

Tabel 3.1 Variabel, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran

Tabel 4.1 Distribusi Responden Menurut Umur

Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Pendidikan

Tabel 4.3 Self Efficacy Pre Pendidikan Kesehatan

Tabel 4.4 Self Efficacy Post Pendidikan Kesehatan

Tabel 4.5 Penanganan Kejang Demam Pada Balita Terhadap Self Efficacy ibu

Pre dan Post

Page 10: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.6 Kerangka Teori

Gambar 2.7 Kerangka Konsep

Page 11: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Pengantar Ijin Studi Pendahuluan

Lampiran 2 Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan

Lampiran 3 Surat Pengantar Uji Validitas & Reabilitas

Lampiran 4 Surat Pengantar Ijin Penelitian

Lampiran 5 Surat Balasan Ijin Penelitian

Lampiran 6 Surat Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 7 Surat Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 8 Kuesioner Penelitian

Lampiran 9 Hasil Uji Wilcoxon

Lampiran 10 Hasil SPSS

Lampiran 11 Dokumentasi

Lampiran 12 Surat Balasan Penelitian Posyandu

Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam

Lampiran 14 Leafleat

Lampiran 15 Lembar Konsultasi

Lampiran 16 Jadwal Kegiatan

Page 12: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

xii

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATANSTIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2015

Suhartatik Kamtono

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Penanganan Kejang DemamPada Balita Terhadap Self Efficacy Ibu di Desa Tempur Sari

Tambakboyo Mantingan Ngawi

ABSTRAK

Kejang demam merupakan gangguan transier pada anak-anak yang terjadibersamaan dengan demam. Pentingnya pendidikan kesehatan untuk meningkatkanself efficacy pada ibu bahwa self efficacy seseorang ditentukan oleh kerja kerasdan ketekunan dalam menghadapi situasi tertentu disamping itu juga self efficacyjuga mempengaruhi sejumlah stress dan pengalaman kecemasan individu sepertiketika mereka menyibukan diri dalam satu aktifitas. Penelitian ini bertujuan untukmenganalisis pengaruh pendidikan kesehatan tentang penanganan kejang demampada balita terhadap self efficacy ibu di Desa Tempur Sari Tambak BoyoMantingan Ngawi.

Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimental design: pretest-posttest one group design. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalahpurposive sampling sampel penelitian ini berjumlah 44 responden ibu yangmempunyai anak balita. Analisa data menggunakan uji Wilcoxon Signed RankTest.

Hasil penelitian menunjukkan nilai self efficacy saat pretest 68.2 % dansaat posttest 59.1%. Hasil uji Wilcoxon didapatkan bahwa ada pengaruh antarapendidikan kesehatan tentang penanganan kejang demam pada balita terhadap selfefficacy ibu. Nilai P value 0,000 lebih kecil dari nilai ( p < 0,05 ).

Pendidikan kesehatan melalui media leaflet efektif berpengaruh dalammeningkatkan self efficacy karena dapat memperjelas ide atau pesan yangdisampaikan, membantu mengingat kembali apa yang disampaikan oleh peneliti.

Kata kunci : Pendidikan Kesehatan , Self Efficacy, Kejang DemamDaftar Pustaka : 59 (2003-2013)

Page 13: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

xiii

BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE

KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA

2015

Suhartatik Kamtono

Effect of Health Education of Toddlers’ Febrile Seizure Handling on SelfEfficacy of Mothers at Tempur Sari Tambak BoyoVillage,

Mantingan Sub-district, Ngawi Regency

ABSTRACT

Febrile seizure is a transient disorder that occurs in some children withfever. Someone's self efficacy is determined by his/her hard work andperseverance in facing a certain situation. Besides, self efficacy influences anumber of stresses and individual’s anxiety experience for instance whensomeone is busy with his/her activity. The objective of this research is to analyzethe effect of the health education of toddlers’ febrile seizure handling on themothers’ self efficacy at Tempur Sari Tambak Boyo Village, Mantingan Sub-district, Ngawi Regency.

This research used the quasi experimental method with the pretest-posttestdesign. The samples of research were 44 respondents. They were taken by usingthe purposive sampling technique. The data of research were analyzed by usingthe Wilcoxon’s Signed Rank Test.

The result of research shows that the effect of health education of thetoddlers’ febrile seizure handling on the mothers’ self efficacy. The value ofefficacy in the pretest was 68.2%, and that of efficacy in the posttest was 59.1%,and the p-value was 0.000 which was less than 0.05. Thus, the health educationthrough leaflet media effectively influenced the mothers’ self-efficacyimprovement because it could explain the idea and the message, and it alsobecame the reminder of what researcher had explained.

Keywords : Health education, self-efficacy, febrile seizureReferences: 59 (2003-2013)

Page 14: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demam adalah peningkatan suhu tubuh diatas rentang normal yang

tidak teratur dan disebabkan ketidakseimbangan antara produksi dan pembatas

panas (Sodikin, 2012). Kejang demam merupakan gangguan transier pada

anak-anak yang terjadi bersamaan dengan demam. Keadaan ini merupakan

salah satu gangguan neurologik yang paling sering di jumpai pada anak-anak.

Bila kejang demam tidak ditangani akan terjadi kerusakan sel-selotak akibat

kekurangan oksigen dalam otak, pengeluaran sekret lebih dan resiko kegawat

daruratan untuk aspirasi jalan napas yang menyebabkan tersumbatnya jalan

napas. Jika tidak ditangani dengan baik maka beresiko kematian kematian

(Lumbantobing, 2003). Kejang demam berdampak serius seperti defisit

neurologik, epilepsi, retradasi mental, atau perubahan perilaku (Wong, 2009).

Kejang demam sangat berhubungan dengan usia, hampir tidak pernah

ditemukan sebelum usia 6 bulan dan setelah 6 tahun (Hull, 2008). Faktor

keturunan adalah salah satu faktor yang terbesar terjadinya kejang demam

pada anak (Wardani, 2012). Kejang demam berulang terjadi pada 50% anak

yang menderita kejang demam pada usia kurang dari satu tahun dan dapat

berkembang menjadi epilepsi (Berman, 2009). Risiko epilepsi dapat terjadi

setelah satu atau lebih kejang jenis apapun adalah 2% dan menjadi 4% bila

kejang berkepanjangan (Hull, 2008).

Page 15: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

2

Angka kejadian kejang demam di Amerika Serikat dan di Eropa Barat

pada tahun 2007 berkisar antara 8%-49% (Brough, 2008). Angka kejadian di

Asia pada tahun 2007 dari seluruh kejang ditemukan 20% anak mengalami

kejang demam kompleks (Wardani, 2013). Balita di Indonesia 16%

diantaranya mengalami gangguan saraf dan otak seperti kejang-kejang,

gangguan pendengaran, kepala membesar dan lain-lain. (Depkes RI, 2006).

Anak laki-laki lebih sering menderita kejang demam dengan insiden sekitar

dua kali lipat dibandingkan anak perempuan. Sekitar 30% sampai 40% anak-

anak satu kali kekambuhan (Wong, 2009). Kejadian kejang demam di

Indonesia dilaporkan mencapai 2-4 % ditahun 2009-2010. Provinsi Jawa

Tengah 2-3% dan tahun 2009-2010 rumah sakit Semarang untuk kasus

mencapai 2% pada tahun 2008-2010 lebih sering pada anak laki-laki

(Maryatongo, 2007).

Peran ibu dalam mengatasi kejang demam pada anak sangat ditentukan

oleh self efficacy ibu. (Bandura, 1997) self efficacy merupakan kepercayaan

seseorang yang mengenai kemampuannya untuk mengatur dan memutuskan

tindakan tertentu yang dibutuhkan untuk memperoleh hasil tertentu. Secara

umum self efficacy adalah penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri atau

tingkat keyakinan mengenai seberapa besar kemampuannya dalam

mengerjakan suatu tugas tertentu (Gaskill, 2004).

Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa 80% orang tua

mempunyai fobia demam. Demam pada anak akan membuat orang tua

bingung karena anak cenderung rewel dan tidak bisa tidur (Karnia, 2007).

Page 16: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

3

Hasil penelitian lain menunjukkan 57% orang tua takut saat anaknya

mengalami demam dan beranggapan anak akan mengalami kejang demam

(Tarigan, Chairul, & Syamsidah, 2007). Kejang demam merupakan keadaan

yang sifatnya berbahaya dan dapat mengakibatkan anak akan meninggal dunia

pada saat mengalami kejang demam. Pendidikan kesehatan mengenai cara

melindungi anak terhadap ancaman bahaya dan mengamati dengan tepat apa

yang terjadi pada anak selama kejang demam perlu dilakukan agar orang tua

tidak panik dan kebingungan (Wong, 2009).

Orang yang memiliki self efficacy rendah selalu menggap dirinya

kurang mampu menangani situasi apapun sedangkan yang mempunyai self

efficacy tinggi cenderung menunjukan usaha yang lebih kerasa dari pada

orang dengan self efficacy rendah dalam penanganan kejang demam secara

baik ( Baron & Byrne, 2003).

Pentingnya pendidikan kesehatan untuk meningkatkan self efficacy

pada ibu bahwa self efficacy seseorang ditentukan oleh kerja keras dan

ketekunan dalam menghadapi situasi tertentu disamping itu juga self efficacy

juga mempengaruhi sejumlah stress dan pengalaman kecemasan individu

seperti ketika mereka menyibukan diri dalam satu aktifitas (Pajares, 2009).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada tanggal 25 Desember 2014

didapatkan di Desa Tempur Sari Tambak Boyo Mantingan Ngawi terdapat 50

ibu yang mempunyai anak balita. Hasil wawancara di dapatkan dari 7 orang

ibu yang memiliki anak balita yang tidak mengerti terhadap penanganan

kejang demam, pada umumnya bagi orang tua bingung dan panik saat

anaknya mengalami kejang demam, orang tua khususnya ibu hanya bisa

menangis disamping anaknya. Orang tua belum mengetahui cara penanganan

Page 17: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

4

kejang demam pada anak dan cenderung memberikan selimut tebal ketika

anak sudah mengalami demam tinggi. Berdasarkan masalah diatas peneliti

tertarik untuk meneliti tentang pengaruh pendidikan kesehatan tentang

penanganan kejang demam pada balita terhadap self efficacy ibu diDesa

Tempur Sari Tambak Boyo Mantingan Ngawi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti ingin merumuskan

masalahnya adakah pengaruh pendidikan kesehatan tentang penanganan

kejang demam pada balita terhadap self efficacy ibu di Desa Tempur Sari

Tambak Boyo Mantingan Ngawi?

1.3 Tujuan Penelitin

1.3.1 Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pendidikan

kesehatan tentang penanganan kejang demam pada balita terhadap self

efficacy ibu di Desa Tempur Sari Tambak Boyo Mantingan Ngawi.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengidentifikasi karakteristik responden penanganan kejang demam

pada balita.

2. Mengidentifikasi self efficacy ibu sebelum diberikan pendidikan

kesehatan di desa Tempur Sari Tambak Boyo Mantingan Ngawi.

3. Mengidentifikasi self efficacy ibu sesudah diberikan pendidikan

kesehatan di desa Tempur Sari Tambak Boyo Mantingan Ngawi.

Page 18: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

5

4. Melihat beda self efficacy ibu sebelum dan sesudah dilakukan

pendidikan kesehatan tentang penanganan kejang demam di Desa

Tempur Sari Tambak Boyo Mantingan Ngawi.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terkait

utamanya bagi pihak-pihak berikut ini:

1.4.1 Bagi Masyarakat

Diharapkan dapat memberikan gambaran penanganan tentang kejang

demam dan dapat diaplikasikan oleh orang tua terutama ibu yang memiliki

anak dengan riwayat kejang demam di Desa Tempur Sari Tambak Boyo

Mantingan Ngawi.

1.4.2 Bagi intitusi Pendidikan

Menambah pustaka bagi institusi dan dapat di gunakan untuk lebih

meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang penanganan kejang demam

pada balita.

1.4.3 Bagi peneliti Lain

Dari hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk penelitian lebih

lanjut.

1.4.5 Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan wawasan tentang hal yang berkaitan dengan

kesehatan khususnya untuk memberikan pendididkan kesehatan terhadap

penanganan kejang demam pada balita.

Page 19: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TINJAUAN TEORI

2.1.1 Kejang Demam

2.1.1.1 Definisi

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

suhu tubuh (suhu 38°C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.

Biasanya kejang terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun, bila anak

usia kurang 6 bulan atau lebih 5 tahun mengalami kejang didahului oleh

demam, kemungkinan lain mengalami epilepsi yang kebetulan terjadi

bersama demam. Anak yang mengalami kejang tanpa demam, kemudian

kejang demam kembali tidak termasuk kejang demam. Kejang disertai

demam pada bayi usia kurang lebih 1 bulan tidak termasuk dalam kejang

demam (Garna & Nataprawira, 2005).

Setiap anak memiliki ambang kejang demam yang berbeda-beda.

Anak dengan ambang kejang redah, terjadi pada suhu 38°C. Sedangkan

pada anak yang memiliki ambang kejang yang tinggi, kejang baru tercapai

pada suhu 40°C atau lebih. Kejang demam sering terjadi pada nak dengan

ambang kejang yang rendah (Sodikin, 2012)

Terjadinya kejang dapat disebabkan oleh malformasi otak

kongenital, faktor genetik atau adanya penyakit seperti meningitis dan

6

Page 20: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

7

ensefalitis serta demam yang tinggi atau dapat dikenal dengan istilah

kejang demam, gangguan metabolisme, trauma dan lain sebagainya.

Apabila kejang bersifat kronis dapat dikatakan sebagai epilepsy yang

terjadi secara berulang-ulang dengan sendirinya (Hidayat, 2006 ).

2.1.1.2 Klasifikasi

Kejang demam dibagi menjadi dua yaitu kejang demam sederhana

dan kejang demam kompleks. Kejang demam sederhana adalah kejang

demam yang yang berlangsung kurang dari 10 menit, dan tidak berulang

dalam waktu 24 jam. Kejang demam kompleks adalah kejang demam yang

berlangsung lebih dari 10 menit dan kejang terjadi lebih dari 2 kali dalam

waktu 24 jam (Sadleir, 2007: Mewasingh, 2010 )

2.1.1.3 Penyebab kejang demam

Penyebab kejang demam hingga kini masih belum diketahui dengan pasti.

Ada beberapa faktor yang mungkin berperan dalam menyebabkan kejang

demam (Lumbantobing, 2005 ) yaitu:

1. Demam itu sendiri, yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, otitis

media, pneumonia, gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih, kejang tidak selalu

timbul pada suhu yang tinggi.

2. Efek produk toksik daripada mikroorganisme

3. Respon alergik atau keadaan umum yang abnormal oleh infeksi.

4. perubahan keseimbangan cairan danelektrolit.

Page 21: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

8

2.1.1.4 Tanda dan gejala

Tanda dan gejala kejang demam yaitu : meliputi kejadian yang

tiba-tiba seperti kekakuan tubuh, kehilangan kesadaran yang cepat,

gerakan gerakan otot tangan, kaki, dan wajah menyentak, nafas dapat

ireguler, dan tidak ada kemampuan mengunyah (White, 2005). Kejang

demam biasanya terjadi pada awal saat terjadi demam tinggi dan biasanya

kejang terjadi hanya sekali dalam waktu kurang dari 3 menit. Kejang dapat

menyebabkan kerusakan sel-sel otak apabila kejang terjadi lebih dari 5

menit (Nursewian, 2012).

2.1.1.5 Dampak kejang demam

Kejang demam siftanya tidak berbahaya, hampir 95% anak-anak

dengan kejang demam tidak mengalami epilepsi dan gangguan neurologi

(Wong, 2009). Serangan kejang demam yang berlanjutan dapat

menyebabkan sedikit resiko seperti defisit neurologik, epilepsi, retradasi

mental atau perubahn perilaku pada anak. Sembilan puluh persen anak-

anak dengan kejang demam tidak akan mengalami epilepsi atau retradasi

mental (Ngastiyah, 2005).

2.1.1.6 Faktor yang mempengaruhi kejang demam

Seseorang anak yang memiliki resiko kejang demam dipengaruhi

oleh beberapa faktor seperti ada riwayat kejang tanpa demam keluarga,

kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum anak menderita

kejang demam dan kejang yang berlangsung lama. Seorang anak jika

memiliki dua atau dari tiga faktor resiko maka dikemudian hari anak akan

Page 22: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

9

mengalami kejang tanpa demam sebesar 13% jika hanya ada satu atau

tidak ada faktor resiko serangan kejang tanpa demam sebesar 2-3%

(Sodikin, 2012).

2.1.1.7 Penanganan Kejang demam

Penanganan kejang demam obat yang paling cepat untuk

menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan secara intravena.

Dosis diazepam intravena adalah 0,3-0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan

kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis

maksimal 20 mg. yang dapat diberikan oleh orang tua atau di rumah

diazepam rektal (level II-2, level II-3, rekomendasi B). Dosis diazepam

rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk anak

dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih

dari 10 kg. Atau diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak dibawah

usia 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak di atas usia 3 tahun.

2.1.1.8 Penatalaksanaan

1. Keperawatan

a. Atur posisi anak dengan posisi miring untuk mencegah terjadinya

aspirasi

b. Baringkan ditempat yang datar untuk mencegah terjadinya pindah

posisi tubuh kearah yang membahayakan

c. Jangan memasang sudip lidah karna dapat menghambat jalan nafas

d. Longgarkan pakaian untuk memberikan jalan nafas yang adekuat

bila terjadi distensi abdomen.

Page 23: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

10

2. Medis Menurut (Livingston, 2001)

a. Menghentikan kejang secepat mungkin diberikan anti konvulsan

secara intravena jika klien masih kejang

b. Pemberian oksigen

c. Penghisap lendir kalau perlu Mencari dan mengobati penyebab

pengobatan rumah profilaksis intermitten, untuk mencegah kejang

berulang diberikan obat campuran antikonvulsan dan antipiretika.

2.1.2 Self Efficacy

2.1.2.1 Definisi

Menurut Albert Bandura dalam (Kurniawan, 2011) Self efficacy

adalah pertimbangan subjektif individu terhadap kemampuannya untuk

menyusun tindakan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas-tugas

khusus yang dihadapi. Self efficacy tidak berkaitan langsung dengan

kecakapan yang dimiliki individu, melainkan pada penilaian diri tentang

apa yang dapat dilakukan tanpa terkait dengan kecakapan yang dimiliki.

(Baron dan Byrne, 2003) mendefinisikan Self efficacy sebagai evaluasi

seseorang mengenai kemampuan atau kompetensi diri dalam melakukan

suatu tugas, mencapai tujuan, atau mengatasi suatu masalah.

2.1.2.2 Fungsi self efficacy

1. Untuk menentukan pemilihan tingkah laku. Orang cenderung

akan melakukan tugas tertentu dimana ia merasa memiliki kemampuan

yang baik untuk menyelesaikannya. Jika seseorang memiliki keyakinan

diri yang besar bahwa ia mampu mengerjakan tugas tertentu, maka ia

Page 24: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

11

akan lebih memilih untuk mengerjakan tugas tersebut dari pada tugas

yang lain. Ini menunjukkan bahwa self efficacy juga menjadi pendorong

timbulnya suatu tingkah laku.

2. Sebagai penentu besarnya usaha dan daya tahan dalam

mengatasi hambatan atau pengalaman aversif. (Bandura, 1986)

mengatakan bahwa self efficacy menentukan berapa lama individu dapat

bertahan dalam mengatasi hambatan dan situasi yang kurang

menyenangkan. Self efficacy yang tinggi akan menurunkan kecemasan

yang menghambat penyelesaian tugas, sehingga mempengaruhi daya

tahan individu. Dalam belajar, orang dengan self efficacy tinggi

cenderung menunjukkan usaha yang lebih keras dari pada orang-orang

dengan tingkat self efficacy yang rendah.

3. Mempengaruhi pola pikir dan reaksi emosional (Bandura,

1986) menyatakan bahwa self efficacy mempengaruhi pola pikir dan

reaksi emosional individu, baik dalam menghadapi situsi saat ini

maupun dalam mengantisipsi situasi yang akan datang. Orang-orang

yang dengan self efficacy yang rendah selalu mengangap dirinya kurang

mampu menangani situasi yng dihadapi.

2.1.2.3 Sumber Self Efficacy

(Alwisol 2010) mengemukakan bahwa perubahan tingkah laku,

dalam sistem Bandura kuncinya adalah perubahan ekspektasi efikasi

(efikasi diri). Efikasi diri atau keyakinan kebiasaan diri itu dapat diperoleh

diubah, ditingkatkan atau diturunkan, melalui salah satu atau kombinasi

Page 25: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

12

empat sumber, yakni pengalaman menguasai prestasi (performance

accomplishment), pengalaman vikarius (vicarius experience), persuasi

sosial (social persuation) dan pembangkitan emosi (emotional

physiological states).

Pengalaman performansi adalah prestasi yang pernah dicapai pada

masa yang telah lalu. Sebagai sumber, performansi masa lalu menjadi

pengubah efikasi diri yangn paling kuat pengaruhnya. Prestasi (masa lalu)

yang bagus meningkatkan ekspektasi efikasi, sedang kegagalan akan

menurunkan efikasi. Mencapai keberhasilan akan memberi dampak efikasi

yang berbeda-beda, tergantung proses pencapaiannya:

1. Semakin sulit tugasnya, keberhasilan akan membuat efikasi semakin

tinggi.

2. Kerja sendiri, lebih meningkatkan efikasi dibanding kerja kelompok,

dibantu orang lain.

3. Kegagalan menurunkan efikasi, kalau orang merasa sudah berusaha

sebaik mungkin.

4. Kegagalan dalam suasana emosional/stress, dampaknya tidak seburuk

kalau kondisinya optimal.

5. Kegagalan sesudah orang memiliki keyakinan efikasi yang

kuat,dampaknya tidak seburuk kalau kegagalan itu terjadi pada

orangyang keyakinan efikasinya belum kuat.

6. Orang yang biasa berhasil, sekali gagal tidak mempengaruhi efikasi.

Page 26: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

13

Pengalaman vikarius diperoleh melalui model sosial. Efikasi akan

meningkat ketika mengamati keberhasilan orang lain, sebaliknya efikasi

akan menurun jika mengamati orang yang kemampuannya kira-kira sama

dengan dirinya ternyata gagal. Kalau figur yang diamati berbeda dengan

diri si pengamat, pengaruh vikarius tidak besar. Sebaliknya ketika

mengamati kegagalan figur yang setar dengan dirinya, bisa jadi orag tidak

mau mengerjakan apa yang pernah gagal dikerjakan figur yang diamatnya

itu dalam jagka waktu yang lama.

Verbal persuasion (persuasi verbal) yaitu individu mendapat bujukan

atau sugesti untuk percaya bahwa ia dapat mengatasi masalah-masalah

yang akan dihadapinya. Persuasi verbal ini dapat mengarahkan individu

untuk berusaha lebih gigih untuk mencapai tujuan dan kesuksesan. Akan

tetapi Self efficacy yang tumbuh dengan metode ini biasanya tidak

bertahan lama, apalagi kemudian individu mengalami peristiwa traumatis

yang tidak menyenangkan.

Physiological state and emotional arousal (keadaan fisiologis dan

psikologis). Situasi yang menekan kondisi emosional dapat mempengaruhi

Self efficacy. Gejolak emosi, goncangan, kegelisahan yang mendalam dan

keadaan fisiologis yang lemah yang dialami individu akan dirasakan

sebagai suatu isyarat akan terjadi peristiwa yang tidak diinginkan, maka

situasi yang menekan dan mengancam akan cenderung dihindari

(Kurniawan 2010).

Page 27: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

14

2.1.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi keyakinan diri (Self Efficacy)

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keyakinan diri (Self

Efficacy). (Greenberg & Baron Hambawany, 2007) mengatakan ada dua

faktor yang mempengaruhi efikasi diri, yaitu:

1. Pengalaman langsung, sebagai hasil dari pengalaman mengerjakan

suatu tugas dimasa lalu (sudah pernah melakukan tugas yang sama

dimasa lalu).

2. Pengalaman tidak langsung, sebagai hasil observasi pengalaman orang

lain dalam melakukan tugas yang sama (pada waktu individu

mengerjakan sesuatu dan bagaimana individu tersebut menerjemahkan

pengalamannya tersebut dalam mengerjakan suatu tugas).

Hal yang tidak jauh berbeda diungkapkan oleh Bandura (Hambawany,

2007) bahwa efficacy diri seseorang dipengaruhi pula oleh:

1. Pencapaian prestasi. Faktor ini didasarkan oleh pengalaman-

pengalaman yang dialami individu secara langsung. Apabila seseorang

pernah mengalami keberhasilan dimasa lalu maka dapat meningkatkan

efficacy dirinya.

2. Pengalaman orang lain. Individu yang melihat orang lain berhasil dalam

melakukan aktivitas yang sama dan memiliki kemampuan yang

sebanding dapat meningkatkan efikasi dirinya. Individu yang pada

awalnya memiliki efficacy diri yang rendah akan sedikit berusaha untuk

dapat mencapai keberhasilan seperti yang diperoleh orang lain.

Page 28: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

15

3. Bujukan lisan. Individu diarahkan dengan saran, nasehat, bimbingan

sehingga dapat meningkatkan keyakinan bahwa kemampuan-

kemampuan yang dimiliki dapat membantu untuk mencapai apa yang

diinginkan.

4. Kondisi emosional. Seseorang akan lebih mungkin mencapai

keberhasilan jika tidak terlalu sering mengalami keadaan yang menekan

karena dapat menurunkan prestasinya dan menurunkan keyakinan akan

kemampuan dirinya.

2.1.2.5 Aspek-aspek keyakinan diri (Self Efficacy)

Menurut Bandura (Hambawany, 2007) ada tiga aspek efikasi diri:

1. Magnitude. Aspek ini berkaitan dengan kesulitan tugas. Apabila

tugastugas yang dibebankan pada individu disusun menurut tingkat

kesulitannya, maka perbedaan efikasi diri secara individual mungkin

terbatas pada tugas-tugas yang sederhana, menengah atau tinggi.

2. Individu akan melakukan tindakan yang dirasakan mampu untuk

dilaksanakannya dan akan tugas-tugas yang diperkirakan diluar batas

kemampuan yang dimilikinya.

3. Generality. Aspek ini berhubungan dengan luas bidang tugas atau

tingkah laku. Beberapa pengalaman berangsur-angsur menimbulkan

penguasaan terhadap pengharapan pada bidang tugas atau tingkah laku

yang khusus sedangkan pengalaman yang lain membangkitkan

keyakinan yang meliputi berbagai tugas.

Page 29: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

16

4. Strength. Aspek ini berkaitan dengan tingkat kekuatan atau kemantapan

seseorang terhadap keyakinannya. Tingkat efikasi diri yang lebih

rendah mudah digoyangkan oleh pengalaman-pengalaman yang

memperlemahnya, sedangkan orang yang memilki efikasi diri yang kuat

akan tekun dalam meningkatkan usahanya meskipun dijumpai

pengalaman yang memperlemahnya.

2.1.2.6 Skor self efficacy (Riwidikdo, 2013)

Baik : Bila nilai responden yang diperoleh (x) > mean + 1 SD

Sedang: Bila nilai responden mean -1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD

Rendah : Bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean – 1 SD

2.1.3 Balita

2.1.3.1 Konsep Balita

Balita merupakan individu yang berumur 0-5 tahun, dengan tingkat

plastisitas otak yang masih sangat tinggi sehingga akan lebih terbuka untuk

prosos pembelajaran dan pengayaan (Depkes RI, 2009). Balita terbagi

menjadi dua golongan yaitu balita dengan usia satu sampai tiga tahun dan

balita dengan usia tiga sampai lima tahun (Soekirman, 2006). Sedangkan

menurut (Meadow, 2005) balita merupakan anak yang usianya berumur

antara satu hingga lima tahun.

2.1.3.2 Karakteristik Balita

Menurut karakteristik, balita terbagi dalam dua kategori yaitu anak usia 1-

3 tahun (batita) dan anak usia prasekolah (Uripi, 2004).

Page 30: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

17

2.1.3.3 Perkembangan Balita

Perkembangan merupakan kondisi yang ditandai dengan

bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks (Depkes RI,

2009). Dalam masa perkembangan balita terdapat periode kritis. Periode

kritis merupakan kondisi dimana lingkungan memiliki dampak paling

besar terhadap perkembangan individu (Papalia dan Olds dalam Potter dan

Perry, 2005). Dalam periode kritis diperlukan stimulasi sensori agar

perkembangannya dapat berjalan secara maksimal (Nicki, 2007).

Perkembangan balita dibagi menjadi empat aspek yaitu perkembangan

psikologis, perkembangan psiko seksual, perkembangan sosial dan

perkembangan kognitif.

2.1.4 Ibu

2.1.4.1 Definisi Ibu

Menurut (Abdul Munfim Sayyid Hasan 1985: 65) ibu adalah seorang

wanita yang telah melalui proses, kehamilan, melahirkan, menyusui dan

membesarkan anaknya dengan penuh kasih sayang dan kelembutan.

Seorang ibu memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan

generasi pemimpin umat selain mengandung, melahirkan, dan menyusui

tanggung jawab besar dan peran luhur yang ada pada seorang ibu sebagai

pendidik generasi bukan yang mudah untuk dilakukan.

Page 31: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

18

2.1.4.2 Tugas-Tugas Ibu

Menurut (Ni Made Sri Arwanti 2009: 3-25), ibu memiliki tugas sebagai

berikut:

1. Ibu Sebagai Pengatur Rumah Tangga

Ibu sebagai pengatur didalam keluarganya untuk menuju keharmonisan

antara semua anggota keluarga secara lahir dan Batin.

2. Ibu Sebagai Pembimbing Anak

Peranan Ibu menjadi pembimbing dan pendidik anak dari sejak lahir

sampai dewasa khususnya dalam hal beretika dan susila untuk

bertingkah laku yang baik.

3. Ibu Sebagai Pelaksana Kegiatan Agama

Dimana seorang Ibu dihormati, disanalah para dewata memberikan

anugerah, tetapi dimana mereka tidak dihargai, tidak akan ada upacara

suci apapun yang akan berpahala.

2.1.5 Pendidikan Kesehatan

2.1.5.1 Pengertian

Pendidikan kesehatan adalah suatu proses untuk memampukan

masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan sehingga

mereka mau dan mampu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan

mereka sendiri (Notoatmodjo, 2005).

2.1.5.2 Tujuan pendidikan kesehatan

Secara umum, tujuan pendidikan kesehatan adalah mengubah

perilaku individu atau masyarakat di bidang kesehatan (WHO 1945 dalam

Page 32: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

19

Maulana, 2009). Tujuan pendidikan kesehatan dapat dirinci sebagai

berikut.

1. Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai di masyarakat.

Pendidikan kesehatan bertanggung jawab mengarahkan cara-cara hidup

sehat menjadi kebiasaan hidup masyarakat sehari-hari.

2. Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok

mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.

3. Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana

pelayanan kesehatan yang ada. Memanfaatkan sarana pelayanan yang

ada, saat kondisi sakit tetapi tidak menggunakan sarana kesehatan yang

ada dengan semestinya.

2.1.5.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi

1. Faktor penyuluh, misalnya kurang persiapan, kurang menguasai materi

yang akan dijelaskan, penampilan kurang meyakinkan sasaran, bahasa

yang Digunakan kurang dapat dimengerti oleh sasaran, suara terlalu

kecil dan kurang Dapat didengar serta penyampaian materi penyuluhan

terlalu monoton sehingga membosankan.

2. Faktor sasaran, misalnya tingkat pendidikan terlalu rendah sehingga

sulit menerima pesan yang disampaikan, tingkat sosial ekonomi terlalu

rendah sehingga tidak begitu memperhatikan pesan pesan yang

disampaikan karena lebih memikirkan kebutuhan yang lebih mendesak,

kepercayaan dan adat kebiasaan yang telah tertanam sehingga sulit

Page 33: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

20

untuk mengubahnya, kondisi lingkungan tempat tinggal sasaran yang

tidak mungkin terjadi perubahan perilaku.

3. Faktor proses dalam penyuluhan, misalnya waktu penyuluhan tidak

sesuai Dengan waktu yang diinginkan sasaran, tempat penyuluhan

dekat dengan Keramaian sehingga menggangu proses penyuluhan yang

dilakukan, jumlah Sasaran penyuluhan yang terlalu banyak, alat peraga

yang kurang, metode yang digunakan kurang tepat sehingga

membosankan sasaran serta bahasa yang digunakan kurang dimengerti

oleh sasaran.

2.1.5.4 Metode

Menurut (Notoatmodjo, 2007) metode penyuluhan merupakan salah satu

Faktor yang mempengaruhi tercapainya suatu hasil penyuluhan secara

optimal. Metode yang dikemukakan antara lain:

1. Metode perorangan

Metode peroranagn bersifat individu diguna untuk membina perlaku

baru, atau membina seseorang yang mulai tertarik kepada suatu

perubahan perilaku.

2. Metode kelompok

Metode kelompok dibedakan menjadi dua yaitu kelompok besar dan

kelompok kecil. Kelompok besar adalah apabila peserta penyuluhan itu

lebih dari 15 orang. Kelompok kecil adalah apabila peserta kurang

dari 15 orang.

Page 34: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

21

3. Metode massa

Metode massa adalah metode penyampaian pesan ditujukan kepada

masyarakat umum dan tidak membedakan umur, jenis kelamin, tingkat

pendidikan, pekerjaan,dan status sosial,

4. Media pemberian pendidikan kesehatan

Media adalah alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan

bahan pendidikan atau pengajaran. Media pendidikan kesehatan

disebut juga sebagai alat peraga karena berfungsi membantu dan

memeragakan sesuatu dalam proses pendidikan atau pengajaran.

Sedangkan macam-macam alat bantu antara lain :

5. Alat bantu lihat (Visual Aids)

Alat ini berguna didalam membantu menstimulasi indera mata

(penglihatan) pada waktu terjadinya proses pendidikan.

6. Alat ini ada 2 bentuk:

Alat yang diproyeksikan, misalnya slide, film, film strip, dan

sebagainya. Alat-alat yang tidak diproyeksikan: dimensi, gambar, peta,

bagan, dan sebagainya. Dimensi misal bola dunia, boneka, dan

sebagainya.

7. Alat-Alat Bantu Dengar (Audio Aids)

8. Ialah alat yang dapat membantu menstimulasi indera pendengar pada

waktu proses penyampaian bahan pendidikan atau pengajaran.

Misalnya piringan hitam, radio, pita suara, dan sebagainya.

Page 35: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

22

9. Media elektronik

Jenis-jenis media elektronik yang dapat digunakan sebagai media

pendidikan kesehatan, antara lain adalah sebagai berikut: Televisi.

Penyampaian pesan kesehatan melalui media televisi berbentuk pidato

(ceramah), TV spot, dan kuis atau cerdas cermat, dan radio. Bentuk

penyampaian informasi di radio dapat berupa obrolan (tanya jawab),

konsultasi kesehatan, dan radio spot, Video. Penyampaian informasi

kesehatan melalui video slide. Slide dapat juga digunakan untuk

menyampaikan informasi kesehatan (Maulana, 2009).

2.1.5.5 Materi / pesan

Materi atau pesan yang disampaikan kepada sasaran hendaknya

disesuaikan dengan kebutuhan kesehatan dari individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat, sehingga materi yang disampaikan dapat

dirasakan langsung manfaatnya. Materi yang disampaikan sebaiknya

menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, tidak terlalu sulit untuk

dimengerti oleh sasaran, dalam penyampaian materi sebaiknya

menggunakan metode dan media untuk mempermudah pemahaman dan

untuk menarik perhatian sasaran (Effendy, 2003).

2.1.5.6 Alat peraga

Cara penggunaan alat peraga sangat bergantung pada jenis alat peraga,

termasuk perlu dipertimbangkan faktor sasaran pendidikan. (Maulana,

2007) menyatakan ada beberapa contoh alat peraga yang sederhana yang

dapat dipergunakan di berbagai tempat, misalnya: Leaflet, model buku

bergambar, benda-benda yang nyata seperti buah-buahan, sayur-sayuran,

dan sebagainya dapat dijadikan media atau alat untuk memberikan

Page 36: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

23

pendidikan kesehatan. Papan tulis, flip chart, poster, leaflet, buku cerita

bergambar, kotak gambar gulung, boneka dan sebagainya dapat dijadikan

media atau alat untuk pendidikan kesehatan dikantor-kantor dan sekolah-

sekolah. Poster, spanduk, leaflet, dan sebagainya untuk media atau alat

untuk pendidikan kesehatan di masyarakat umum. Fungsi alat peraga

adalah sebagai berikut :

1. Menimbulkan minat sasaran

2. Mencapai sasaran yang lebih banyak

3. Membantu mengatasi banyak hambatan dalam pemahaman

4. Merangsang sasaran untuk meneruskan pesan pada orang lain

5. Memudahkan penyampaikan informasi

6. Memudahkan penerimaan informasi oleh sasaran

7. Menurut penelitian, orang yang paling banyak menyalurkan

pengetahuan adalah mata. pengetahuan manusia 75%-87% diperoleh

atau disalurkan melalui mata.

8. Mendorong kegiatan untuk mengetahui, mendalami, dan mendapat

pengertian yang lebih baik.

Faktor-faktor yang mempengaruhi suatu proses pendidikan di

samping masukan atau input sendiri, juga dipengaruhi oleh materi atau

pesannya, pendidik atau petugas yang melakukannya, dan alat-alat bantu

atau peraga yang digunakan dalam proses pendidikan. Agar dicapai suatu

hasil yang optimal, maka faktor-faktor tersebut harus bekerja sama secara

harmonis (Notoatmodjo 2009).

Page 37: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

24

2.2 Kerangka Teori

Kerangka teori penelitian merupakan kumpulan teori yang mendasari

topik penelitian, yang disusun berdasar pada teori yang sudah ada dalam

tinjauan teori dan mengikuti kaedah input, proses dan output (Saryono, 2011).

Gambar 2.2 Kerangka Teori

Faktor yang memempengaruhikejang demam

Keperawatan

Medis

Peran ibu

Kejang demam

Self Efficacy

penanganan

Faktor yangmempengaruhi

pendidikankesehatan

Faktor-faktor yangmempengaruhi Self

EfficacyPendidikankesehatan

Page 38: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

25

2.3 Kerangka konsep

Gambar 2.3 Kerangka Konsep

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan

baru didasarkan teori yang relevan, belum didasarkan fakta-fakta empiris

yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2011).

H0 : Tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang penanganan kejang

demam pada balita terhadap self efficacy ibu.

Ha : Ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang penanganan kejang demam

pada balita terhadap self efficacy ibu.

Self efficacy prependidikankesehatan

pendidikankesehatan

ikan kesehatan

Pendidikan Kesehatan tentangkejang demam pada ibu

dengan balita

Self efficacy postpendidikankesehatan

ndidikan kesehatan

Page 39: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

26

2.4 Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian yang terkait dengan penelitian yang akan diteliti yaitu:

No Nama peneliti Judul Metode Hasil1 Muaningsih Studi komparasi

antara breast feedingself efficacy pada ibumenyusi di RRSIBdengan no RSSIBdengan faktor yangmempengaruhinya

Desain penelitianmenggunakanpendekatananalitik potonglintang cross-sectional

Dari hasil penelitiandidapatkan Ibu yangmenyusui di RRSIBmempunyai nilairerata BSE yanglebih tinggidibandingkan ibumenyusui dinonRSSIB.

2 Novita Dian IvaPrestiana

Hubungan antaraefikasi diri (selfefficacy)dan streskerja dengankejenuhan kerja (burnout) padaperawatan IGD danICU RSUD kotabekasih

Metode dalampenelitian inimenggunakanteknik samplingjenuh atau sensus

Terdapat hubunganantara self efficacydengan stres kerjadengan burnout sertaterdapat hubunganantara self efficacystres kerja danburnout.

3 Sara Fadila Hubungan PemakaianFenobarbital Rutindan Tidak Rutin PadaAnak Kejang Demamdengan AttentionDeficit HyperactivityDisorder (ADHD)

Desain penelitianadalah penelitiandengan jeniscross sectionalstudy

Kejadian ADHDlebih banyak terjadipada anak kejangdemam yangmemakanfenobarbital lebihdari 1 tahun dari padayang kurang dari 1tahun. Dan secarastatistik terdapathubungan yangbermakna.

4 Herman RamaPutra

Hubunganpengetahuan perawattentang kejang demamdengan penanganankejang demam padaanak diinstalasi rawatdarurat anak ( IRDA)dan ruang perawatanintensif ( RIP) IRINAE RSUP PROF. DR.R.D.KANDOUMANADO

Metode penelitiandalam penelitianini adalahretrospektif.Teknik samplingyang digunakanadalah PurposiveSampling denganmelibatkan 33responden

Tentang kejangdemam denganpenangananan kejangdemam di IRDA danRIP irina E RSUPprof. Dr. R. D.Kandou manado.

Page 40: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

27

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan rancang penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif, dalam

penelitian kuantitatif lebih menekan analisisnya pada data data numerikal

(angka) yang diolah dengan metode statistika. Pada dasarnya pendekatan

kuantitatif dilakukan pada penelitian interensial (dalam rangka pengujian

hipotesis) dan menyadarkan kesimpulan hasilnya pada suatu probabilitas

kesalahan penolakan hipotesis nihil. Pada umumnya penelitian kuantitatif

merupakan penelitian sampel besar (Azwar, 2012).

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian

pretest-posttest one group design yaitu membandingkan tentang kejang

demam dan self efficacy sebelum dan sesudah pemberian pendidikan

kesehatan tentang kejang demam pada ibu dengan balita dan self efficacy.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Apabila seseorang ingin

meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka

penelitiannya merupakan penelitian populasi (Arikunto, 2010). Dalam

penelitian ini populasi yang digunakan adalah ibu-ibu yang mempunyai

anak balita didesa Tempur Sari Tambak Boyo Mantingan Ngawi yaitu

sebanyak 50 orang.

27

Page 41: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

28

3.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiono, 2013).

Besar penelitian ini di hitung dengan menggunakan rumus yaitu (Nursalam,

2014).

)(dN1

N2

n

Keterangan :

n = Besar Sampel

N = Perkiraan besar populasi

d = Tingkat kesalahan

Berdasarkan rumus diatas didapatkan jumlah sampel penelitian dengan

perhitungan sebagai berikut :

2(0,05)501

50

n =

1,125

50= 44

Tehnik penggunaan sampel menggunakan purposive sampling yaitu sampel

yang digunakan harus memiliki kriteria-kriteria yang dinginkan oleh peneliti

(Sugiyono, 2013). Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh

setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel

(Notoatmodjo, 2010). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

a. Responden yang bisa membaca dan menulis

Page 42: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

29

b. Semua Ibu yang memiliki anak balita

2. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak diambil

sebagai sampel, kriteria eksklusi dalam penelitia ini adalah :

a. Responden yang sedang sakit

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

3.3.1 Tempat penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Tempur Sari TambakBoyo Mantingan

Ngawi

3.3.2 Waktu penelitian

Penelitian dilakukan selama 1 bulan, pengambilan data dilakukan bulan

februari 2015

3.4 Variabel penelitian, definisi oprasional dan skala pengukuran

3.4.1 variabel

1. Variabel Independen (Bebas)

Variabel independen merupakan variabel yang nilainya menentukan

variabel lain (Nursalam, 2008). Dalam penelitian ini variabel independen

pendidikan kesehatan tentang kejang demam pada ibu dengan balita.

2. Variabel Dependen ( Terikat )

Variabel dependen adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel

lain (Nursalam, 2009). Dalam penelitian ini variabel dependennya adalah

self efficacy.

Page 43: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

30

3.4.2 Defini Operasional

Definisi Operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional

berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti

untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu

objek atau fenomena (Hidayat, 2007).

Tabel 3.1 Variabel penelitian, definisi operasional dan skala pengukuran

NoVariabel

PenelitianDefinisi

OperasionalAlat Ukur Hasil ukur

SkalaData

1 Pendidikankesehatan tentangpenanganankejang demampada ibu denganbalita.

Proses pemberianinformasi kepadaresponden tentangpenanganankejang demam

Kuesioner 1. Tidak diberikanpendidikan kesehatan

2. Diberikanpendidikan kesehatan

Nominal

2 Self efficacyterhadappenanganankejang demam

Kemampuanataukompetensi diridalam melakukansuatu tugas,mencapai tujuan,atau mengatasisuatu masalah

KuesionerSelf efficacyberisi 18pertanyaandenganjawabansangat setuju,setuju, tidaksetuju, sangattidak setuju

1. Baik : Bila nilairesponden yangdiperoleh (x) > mean+ 1 SD

2. Sedang : Bila nilairesponden mean -1SD ≤ x ≤ mean + 1SD

3. Rendah : Bila nilairesponden yangdiperoleh (x) < mean– 1 SD

Ordinal

3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data

3.5.1 Alat penelitian

Instrumen penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner adalah

sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi

dari responden dalam arti laporan tentang hal-hal yang ia ketahui

Page 44: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

31

(Arikunto, 2010) yang dibuat oleh peneliti dan alat bantu seperti laptop,

LCD, Leaflet dan Speaker aktif. Kuesioner ini terdiri dari Self Efficacy

pada penanganan kejang demam dan pendidikan kesehatan untuk

kuesioner terdiri dari 22 pertanyaan dengan pilihan jawaban SS, S, TS,

STS. Kuesioner terdiri dari pertanyaan positif (favorable) yaitu nomor 1,

2, 9, 7, 4 , 3, 6, 11, 12, 15, 18 Sedangkan untuk pertanyaan negatif

(unfavorable) yaitu nomor 5, 8, 10, 13, 14, 16, 17, 19, 20, 21, 22 penilaian

menggunakan skala likert untuk pernyataan favorable jawaban sangat

setuju skor 4, setuju skor 3, tidak setuju skor 2 dan sangat tidak setuju skor

1. Pernyataan unfavorable jawaban sangat setuju skor 1, setuju skor 2,

tidak setuju skor 3 dan sangat tidak setuju skor 4 (Sugiyono, 2009). Alat

ukur atau instrumen penelitian yang dapat diterima sesuai standar adalah

alat ukur yang telah memenuhi uji validitas dan reliabilitas data. Kuesioner

untuk penelitian terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas

dengan karakteristik seperti sejenis di luar lokasi penelitian. Menurut

(Riwidikdo 2013) uji coba validitas dan reliabilitas minimal dilakukan

terhadap 30 responden.

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang dapat menunjukkan tingkat

kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen (Arikunto, 2010). Sebuah

instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang

seharusnya hendak diukur. Penelitian ini menggunakan uji validitas

Page 45: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

32

dengan bantuan SPSS for windows versi 16.0 rumus product moment.

Menurut (Hidayat, 2007) rumus product moment yaitu:

Keterangan:

N: Jumlah responden

rxy:Koefisien korelasi product moment

x:Skor pertanyaan

y: Skor total

xy: Skor pertanyaan dikalikan skor total

Dikatakan valid jika rhitung > rtabel Pada penelitian ini menggunakan taraf

signifikan 0,05.

Uji validitas dilakukan didesa Bulak Gadungan. Pada kuesioner

Self Efficacy terhadap 30 responden, didapatkan hasil dari 22 item

pernyataan, 18 item diantaranya dinyatakan valid , 18 item pertanyaan

yang valid yaitu nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 19,

20 dan 22 Item pertanyaan dari kuesioner Self Efficacy yang dinyatakan

tidak valid, selanjutnya tidak diikut sertakan dalam item pertanyaan

kuesioner penelitian ini.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa instrumen

cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data

karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan

}Y-Y{N}XX{

YX.-XY.N2222

Nrxy

Page 46: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

33

bersifat tendensius, mengarahkan responden memilih jawaban-jawaban

tertentu. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya,

maka berapa kalipun diambil tetap akan sama hasilnya (Arikunto, 2010).

Untuk menguji reliabilitas instrumen, peneliti menggunakan Alpha

Chronbac’h dengan bantuan program komputer SPSS for Windows.

Rumus Alpha Chronbach adalah sebagai berikut:

t

b

k

kr

2

2

11 11

Keterangan:

r11 = Reliabilitas Instrument

k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

∑σb2 = Jumlah varian butir

σt2 = Varians total

Instrumen dikatakan reliabel bila nilai alpha cronbach’s > rkriteria

(0,60) (Ghozali, 2005).

Hasil uji reliabilitas yang telah dilakukan dari 18 kuesioner Self

Efficacy didapatkan nilai alpha cronbac’h 0,935. Dari 18 pertanyaan

tersebut dinyatakan reliable karena nilai alpha cronbac’h > 0,60 yang

berarti kuesioner tersebut layak digunakan.

3.5.2 Cara Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data dilakukan melalui beberapa tahap yaitu :

1. Persiapan

ProsedurAdministrasi

Page 47: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

34

Pada saat prosedur administrasi, peneliti mengurus surat studi pendahuluan

penelitian di Prodi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma

Husada Surakarta untuk dilanjutkan kebagian pendidikan dan penelitian didesa

Tempur Sari Tambak Boyo Mantingan Ngawidalamrangkauntukmemperoleh ijin

penelitian, kemudianpeneliti menyampaikansurat studipendahuluankepadaKepala

DesaTempur Sari Tambak Boyo Mantingan Ngawi.

2. Pelaksanaan

a. Penelitimemperkenalkandiri danmenjelaskanpenelitiankepadaresponden.

b. Peneliti memberikan informasi tentang penelitian dan meminta kesediaan

respondenuntukterlibatdalampenelitian

c. Peneliti memberikan lembar persetujuan bagi responden yang bersedia untuk

berpartisipasidalampenelitian

d. Peneliti melakukan proses pengambilan data dengan mengisi data karakteristik

responden.

e. Pada saat sebelum dilakukan pendidikan kesehatan peneliti mengukur self

efficacy tentang penanganan kejang demam kepada responden selama 15

menit (pre test)dengan kuesioner.

f. Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 35 menit dengan bentuk power

point, peneliti mengukur kembali self efficacy penanganan kejang demam

kepada responden selama selama 15 menit (post tes)dengan kuesioner.

g. Peneliti mengucapkan terima kasih kepada responden atas keterlibatannya

dalampenelitian

3.6 Teknik pengolaan data dan analisa data

Page 48: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

35

3.6.1 Pengolahan data meliputi :

Menurut (Notoatmodjo, 2010) setelah data terkumpul, maka langkah yang

dilakukan berikutnya adalah pengolahan data. Sebelum melaksanakan

analisa data beberapa tahapan harus dilakukan terlebih dahulu guna

mendapatkan data yang valid sehingga saat menganalisa data tidak

mendapat kendala. Langkah-langkah pengolahan yaitu :

1. Editing

Kegiatan ini dilakukan dengan cara memeriksa data hasil jawaban dari

kuesioner yang telah diberikan kepada responden dan kemudian

dilakukan koreksi apakah telah terjawab dengan lengkap. Editing

dilakukan di lapangan sehingga bila terjadi kekurangan atau tidak

sesuai dapat segera dilengkapi.

2. Coding

Kegiatan ini memberi kode angka pada kuesioner terhadap tahap-tahap

dari jawaban responden agar lebih mudah dalam pengolahan data

selanjutnya. Untuk pernyataan self efficacy menggunakan skala likert,

pernyataan positif di beri kode 1 untuk jawaban sangat tidak stuju, kode

2 untuk tidak setuju, kode 3 untuk setuju dan kode 4 untuk pernyataan

sangat setuju. Pernyataan negatif positif di beri kode 1 untuk jawaban

sangat setuju, kode 2 untuk setuju, kode 3 untuk jawaban tidak setuju

dan kode 4 untuk jawaban sangat tidak stuju.

3. Tabulating

Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghitung data dari jawaban

kuesioner responden yang sudah diberi kode, kemudian dimasukkan ke

dalam tabel.

Page 49: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

36

4. Memasukkan Data (Data Entri) atau processing

Memasukkan data yaitu jawaban dari masing-masing responden dalam

bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau

soffware komputer.

5. Pembersihan data (Cleaning)

Proses ini disebut pembersihan data (data cleaning) Apabila semua data

dari setiap sumber data atau responden selesai dimasukkan, perlu dicek

kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode,

ketidak lengkapan dan sebagainya, kemudian di lakukan pembetulan

atau koreksi.

3.6.2 Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisis univariat adalah analisa yang menganalisis tiap variabel dari hasil penelitian

(Notoatmodjo, 2005). Analisis univariat dilakukan untuk mendiskripsikan setiap

variabel yang diteliti yaitu dengan melihat semua distribusi data dalam penelitian.

Analisis dengan menggunakan perangkat computer digunakan untuk menganalisis

variabel yang bersifat kategorik tingkat umur, pendidikan, pendidikan kesehatan dan

self efficacy. Dijelaskan menggunakan distribusi frekuensi dengan ukuran prosentase

dan proporsi.

2. Analisa Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara dua

variabel. Uji yang digunakan yaitu uji Wilcoxon Signed Rank Test,

dengan rumus sebagai berikut:

Page 50: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

37

)12)(1(241

)1(41

NNN

NNT

Z

Dimana :

N = Banyak data yang berubah setelah diberi perlakuan berbeda

T = Jumlah renking dari nilai selisih yang negatif (apabila

banyaknya selisih yang positif lebih banyak dari banyaknya

selisih negatif)

= Jumlah ranking dari nilai selisih yang positif (apabila

banyaknya selisih yang negatif> banyaknya selisih yang

positif)

3.7 Etika Penelitian

Setelah mendapat persetujuan peneliti mulai melakukan penelitian dengan

memperhatikan masalah etika menurut (Hidayat, 2007) etika penelitian

meliputi:

1. Informed Consent ( lembar persetujuan menjadi responden)

Sebelum lembar persetujuan diberikan pada subyek penelitian peneliti

menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan serta

manfaat yang dilakukannya penelitian. Setelah diberikan penjelasan,

lembar persetujuan diberikan kepada subyek penelitian. Jika subyek

penelitian bersedia diteliti maka mereka harus menandatangani lembar

persetujuan, namun jika subyek penelitian menolak untuk diteliti maka

mereka harus menandatangani lembar persetujuan, namun jika subyek

Page 51: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

38

penelitian menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan

tetap menghormati haknya.

2. Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan subyek penelitian, peneliti tidak

mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data, cukup dengan

inisial dan memberi nomor pada masing-masing lembar tersebut.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan semua informasi yang diperoleh oleh subyek penelitian

dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu saja yang akan

disajikan atau dilaporkan pada hasil penelitian.

Page 52: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

39

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Analisa Univariat

4.1.1 Karakteristik Responden

Karakteristik responden ini meliputi umur, dan pendidikan dijelaskan

menggunakan distribusi frekuensi dengan ukuran presentasi atau

porporasi

1. Usia Responden

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Usia(N=44)

No Umur (tahun) Frekuensi Persentase (%)1 < 20 1 2.32 20-35 35 79.53 > 35 8 18.2

Total 44 100

Pada tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden berada pada usia 20-35 tahun, yaitu sebanyak 35 responden

atau 79.5 % , dan yang memiliki usia < 20 tahun, yaitu sebanyak 1

responden atau 2.3%, sedangkan yang memiliki usia > 35 tahun, yaitu

sebanyak 8 responden atau 18.2%

39

Page 53: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

40

2. Pendidikan

Responden

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Pendidikan(N=44)

No Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

1 SD 10 22.72 SMP 12 27.33 SMA 19 43.24 Perguruan tinggi 3 6.8

Total 44 100

Pada tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa sebagia besar

responden dengan karakteristik pendidikan SMA yaitu sebanyak 19

responden atau 43.2 % , sedangkan yang memiliki pendidikan SMP

yaitu sebanyak 12 responden atau 27.3 % , sedangkan yang memiliki

pendidikan SD yaitu sebanyak 10 responden atau 22.7 % dan

sedangkan yang memiliki pendidikan perguruan tinggi yaitu sebanyak

3 responden atau 6.8 %.

4.1.2 Self efficacy pre pendidikan kesehatan

Tabel 4.3Self efficacy pre pendidikan kesehatan(N=44)

No Kategori Frekuensi Persentase (%)1 Baik 9 20.52 Sedang 30 68.23 Rendah 5 11.4

Total 44 100,0

Pada tabel 4.3 dapat diketahui bahwa sebelum dilakukan pendidikan

kesehatan sebagian besar responden memiliki Self efficacy rendah tentang

kejang demam yaitu sebanyak 5 responden atau 11.4 % , dan yang memiliki

Self efficacy sedang tentang kejang demam yaitu sebanyak 30 responden

Page 54: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

41

atau 68.2 % , sedangkan yang memiliki Self efficacy baik tentang kejang

demam yaitu sebanyak 9 responden atau 20.5 %.

4.1.3 Self efficacy post pendidikan kesehatan

Tabel 4.4 Self efficacy post pendidikan kesehatan(N=44)

No Kategori Frekuensi Persentase (%)1 Baik 11 25.02 Sedang 26 59.13 Rendah 7 15.9

Total 44 100,0

Pada tabel 4.4 dapat diketahui bahwa setelah dilakukan pendidikan

kesehatan sebagian besar responden memiliki Self efficacy sedang tentang

kejang demam yaitu sebanyak 26 responden atau 59.1 %, dan yang memiliki

Self efficacy rendah tentang kejang demam yaitu sebanyak 7 responden atau

15.9 %, sedangkan yang memiliki Self efficacy baik tentang kejang demam

yaitu sebanyak 11 responden atau 25.0 %.

4.2. Analisa

Bivariat

4.2.1 Analisis Pengaruh pendidikan kesehatan tentang penanganan kejang

demam pada balita terhadap self efficacy ibu antara variabel dependen dan

independen.

Tabel 4.5 Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test tentang Penanganankejang Demam pada balita Terhadap self efficacy ibu predan post di berikan pendidikan kesehatan

(N=44)

VariabelPre post Pvalue

F % F %0,000

Baik 9 20.5 11 25.0

Page 55: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

42

Sedang 30 68.2 26 59.1

Rendah 5 11.4 7 15.9

Total 44 100.0 44 100.0

Dapat diketahui bahwa sebelum dilakukan pendidikan kesehatan

sebagian besar responden memiliki Self efficacy sedang tentang kejang

demam yaitu sebanyak 30 responden atau 68.2 % , sedangkan setelah

dilakukan dilakukan pendidikan kesehatan sebagian besar responden

memiliki Self efficacy baik tentang kejang demam yaitu 11 responden atau

25.0 %.

Berdasarkan hasil pengolahan data yang menggunakan perhitungan

korelasi Wilcoxon Signed Rank Test dengan bantuan program komputer

menghasilkan nilai P value 0,000 lebih kecil dari nilai ( p< 0,05 ). Maka

dapat disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti adanya

pengaruh antara pendidikan kesehatan tentang penanganan kejang demam

pada balita terhadap Self efficacy ibu yang signifikan.

Page 56: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

43

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Responden

5.1.1 Usia

Dari hasil penelitian ini bahwa kategori usia paling tinggi adalah 20-35

tahun sebanyak 35 responden. Kategori usia sebagian besar responden

yaitu berada pada kategori masa dewasa awal, yang artinya cukup matang

dalam berfikir (Depkes, 2009). Secara biologis merupakan masa puncak

pertumbuhan fisik prima, karena didukung oleh kebiasan-kebiasaan yang

positif (Desmita, 2009).

Usia seseorang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menerima

informasi dan pola pikir seseorang terhadap informasi yang diberikan.

Semakin bertambahnya usia maka kemampuan menerima informasi dan

pola pikir seseorang semakin berkembang. Kemampuan seseorang untuk

menerima informasi yang diberikan kepadanya berhubungan dengan

maturitas dari fungsi tubuh baik indera maupun otak dan kesehatan

seseorang (Notoatmodjo, 2007).

(Potter & Perry, 2005) menjelaskan bahwa dewasa awal perubahan-

perubahan kognitif tentunya belum terjadi. Individu pada masa dewasa

awal sangat mampu untuk menerima ataupun mempelajari hal baru

individu dewasa awal diidentikan sebagai masa puncak kesehatan,

kekuatan, energi dan daya tahan , juga fungsi sensorik dan motorik. Pada

43

Page 57: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

44

tahap ini fungsi tubuh sudah berkembang sepenuhnya dan kemampuan

kognitif terbentuk dengan lebih kompleks. (Papalia Sterns Feldman &

Camp, 2007).

5.1.2 Pendidikan

Hasil analisa yang didapatkan sebagian besar ibu-ibu di Desa Tempur

Sari Tambak Boyo Mantingan Ngawi berpendidikan SMA yaitu sebanyak

19 responden atau 43.2 %, sedangkan yang memiliki pendidikan SMP

yaitu sebanyak 12 responden atau 27.3 %, sedangkan yang memiliki

pendidikan SD yaitu sebanyak 10 responden atau 22.7 % , dan sedangkan

yang memiliki pendidikan Perguruan Tinggi yaitu sebanyak 3 responden

atau 6.8 %.

Hasil penelitian yang di lakukan peneliti saat ini mayoritas pendidikan

terakhir responden adalah SMA yang artinya dimana mayoritas tingkat

pendidikan responden sudah tinggi dimana tingkat pendidikan yang lebih

tinggi mempengaruhi persepsi seseorang untuk mengambil keputusan dan

bertindak. (Notoatmodjo, 2007).

Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan

kualitas manusia, dengan pendidikan manusia memperoleh pengetahuan

dan informasi. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan

semakin berkualitas hidupnya (Hurlock, 2007). Seseorang dengan

pendidikan tinggi akan cenderung untuk mendapatkan dan menerima

informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa lebih mudah dan

banyak. Penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara

Page 58: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

45

pendidikan kesehatan dengan penanganan kejang demam terhadap Self

efficacy ibu.

Orang dengan pendidikan rendah cenderung pasif dalam mencari

informasi bisa disebabkan karena kemampuannya yang terbatas dalam

memahami informasi atau dengan kesadaran pentingnya informasi yang

masih rendah. (Notoatmodjo, 2005). Tingkat pendidikan juga merupakan

salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih

mudah menerima ide-ide dan teknologi. (Notoatmodjo, 2003).

5.2 Self efficacy pre pendidikan kesehatan

Sebelum dilakukan pendidikan kesehatan sebagian besar responden

memiliki Self efficacy rendah sebanyak 5 responden atau sebesar 11.4 %,

sedangkan responden yang memiliki Self efficacy sedang sebanyak 30

responden atau sebesar 68.2%, dan responden yang memiliki Self efficacy baik

sebanyak 9 responden atau sebesar 20.5 % tentang kejang demam. Hasil

penelitian pre test atau sebelum dilakukan pendidikan kesehatan

menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki Self efficacy sedang

sebesar 68.2 %, Pendidikan kesehatan sangat berpengaruh terhadap

pengetahuan ibu dalam penanganan kejang demam.

Hubungan self efficacy dengan penanganan kejang demam orang yang

memiliki self efficacy rendah selalu mengangap dirinya kurang mampu

menangani situasi apapun dalam penanganan kejang demam secara baik. Self

efficacy juga sebagai evaluasi seseorang mengenai kemampuan atau

Page 59: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

46

kompetensi diri dalam melakukan suatu tugas, mencapai suatu tujuan, dan

dapat mengatasi suatu masalah. (Baron & Byrne, 2003).

Hal ini didapatkan karena ada beberapa faktor-faktor yang

mempengaruhi Self efficacy yaitu: pengalaman langsung sebagai hasil dari

pengalaman mengerjakan suatu tugas dimasa lalu (sudah pernah melakukan

tugas yang sama dimasa lalu dan pengalaman tidak langsung sebagai hasil

observasi pengalaman orang lain dalam melakukan tugas yang sama pada

waktu individu mengerjakan sesuatu dan bagaimana individu tersebut

menerjemahkan pengalamannya tersebut dalam mengerjakan suatu tugas

(Hambawany, 2007).

Berdasarkan teori dan penelitian yang dilakukan oleh peneliti

menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan dan Self efficacy yang dimiliki

oleh ibu di Desa Tempur Sari Tambak Boyo Mantingan Ngawi , memiliki

kategori baik, sedang , dan rendah tentang penanganan kejang demam pada

balita terhadap Self efficacy.

Didukung oleh penelitian dari (Eko, 2012) tentang pengaruh efikasi

dan Self efficacy dan prestasi belajar kewirausahaan terhadap motivasi

bertechnopreneurship yang memiliki nilai kualifikasi cukup sebanyak 6,93%.

5.3 Self efficacy post pendidikan kesehatan

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan sebagian besar responden

memiliki Self efficacy sedang sebanyak 26 responden atau sebesar 59.1%

sedangkan responden yang memiliki Self efficacy rendah sebanyak 7

responden atau sebesar 15.9 % sedangkan responden yang memiliki Self

Page 60: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

47

efficacy baik sebanyak 11 responden atau sebesar 25.0 % tentang kejang

demam. Hasil penelitian post test atau setelah dilakukan pendidikan

kesehatan menunjukkan bahwa self efficacy baik sebesar 25.0 % , hal ini

menunjukkan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan dan self efficacy.

Self efficacy memiliki beberapa fungsi untuk menentukan pemilihan

tingkah laku menunjukkan bahwa self efficacy juga menjadi pendorong

timbulnya suatu tingkah laku. (Bandura, 1986) mengatakan bahwa self

efficacy menentukan berapa lama individu dapat bertahan dalam mengatasi

hambatan dan situasi yang kurang menyenangkan. Self efficacy yang tinggi

akan menurunkan kecemasan yang menghambat penyelesaian tugas, sehingga

mempengaruhi daya tahan individu. Orang yang memiliki self efficacy tinggi

cenderung menunjukkan usaha yang lebih keras dari pada orang dengan self

efficacy rendah. (Saks, 2009) mengatakan bahwa seseorang yang mempunyai

self efficacy tinggi akan mengerjakan tugas dengan mempertimbangkan

konsekuensi kesalahan. (Bandura, 1986) menyatakan bahwa self efficacy

mempengaruhi pola pikir dan reaksi emosional individu, baik dalam

menghadapi situsi saat ini maupun dalam mengantisipsi situasi yang akan

datang.

Didukung oleh penelitian dari (Ghina, 2014) tentang pengaruh

pemberian pendidikan kesehatan terhadap kebersihan organ reproduksi saat

menstruasi pada remaja putri dengan retradasi mental setelah dilakukan

pendidikan kesehatan sebanyak 77,8%.

Page 61: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

48

5.4 Penanganan kejang Demam pada balita Terhadap self efficacy ibu pre

dan post di berikan pendidikan kesehatan

Analisa bivariat pada penelitian ini yaitu menghubungkan pendidikan

kesehatan dan Self efficacy. Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti saat

ini mengunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test menghasilkan nilai P value

0,000 lebih kecil dari nilai ( p< 0,05 ). Hal ini menunjukkan bahwa

pendidikan kesehatan sangat berpengaruh terhadap self efficacy ibu.

Pengetahuan responden mengenai penanganan kejang demam terhadap self

efficacy ibu meningkat setelah dilakukan pendidikan kesehatan.

Pendidikan kesehatan sangat berpengaruh terhadap self efficacy

seseorang yang memiliki pengetahuan baik dalam penanganan kejang demam

terhadap self efficacy ibu. Pada saat anak mengalami kejang demam ibu dapat

melakukan penanganan kejang demam sesuai dengan pengetahuan yang

dimiliki saat ini.

Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh (Monk, 2002)

bahwa tingkat pengetahuan seseorang mempunyai pengaruh dalam

pembentukan kepercayaan dirinya. Semakin tinggi tingkat pengetahuan

seseorang, berarti semakin banyak yang telah dipelajari individu sehingga

dapat lebih mengenal diri baik kekurangan maupun kelebihannya sehingga

mampu menentukan sendiri standar keberhasilannya.

Berdasarkan penelitian dari (Weni, Riri, & Meletiwati, 2008) hasil

penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh pemberian pendidikan kesehatan

Page 62: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

49

terhadap peningkatan pengetahuan keluarga tentang insfeksi saluran

pernafasan atas ISPA. Dengan nilai P value 0,001 < α 0,05.

(Mubarak, 2006) mengatakan bahwa dalam memberikan pendidikan

kesehatan agar dapat mencapai tujuan harus memperhatikan beberapa hal

diantaranya yaitu materi atau pesan dan metode yang disampaikan

menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh masyarakat dalam bahasa

kesehariannya, materi tidak terlalu sulit dan dimengerti oleh sasaran. Hal ini

sesuai dengan pendapat (Setyarini, 2009) bahwa frekuensi penyuluhan

mempengaruhi pengambilan keputusan seseorang.

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat (Notoadmodjo, 2007)

yang menyatakan bahwa penyampaian informasi dipengaruhi oleh metode

dan media yang digunakan yang mana metode dan media penyampaian

informasi dapat memberikan efek yang signifikan terhadap Pendidikan

kesehatan dan self efficacy hal ini dapat dilihat dari hasil analisis penelitian di

atas yang menunjukkan terjadi peningkatan sebelum dan sesudah diberikan

pendidikan kesehatan tentang penanganan kejang demam pada balita terhadap

self efficacy ibu, hal ini membuktikan bahwa metode pendidikan kesehatan

efektif berpengaruh dalam meningkatkan self efficacy.

Media yang digunakan penelitian dalam penyuluhan kesehatan

menggunakan media leaflet dimana media tersebut memperjelas ide atau

pesan yang disampaikan selain itu juga dapat membantu mengingat kembali

apa yang disampaikan oleh peneliti. Penyuluhan kesehatan tersebut

merupakan salah satu cara yang digunakan untuk menambah pengetahuan dan

Page 63: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

50

kemampuan seseorang melalui teknik belajar atau instruksi dengan tujuan

mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia secara individu, maupun

masyarakat.

Page 64: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

51

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui pendidikan kesehatan berpengaruh

antara Self efficacy. Hal ini diketahui dari:

6.1.1 Karakteristik usia ibu berusia antara 20-35 tahun dengan 35 responden atau (79.5%)

dan rata-rata tingkat pendidikan ibu adalah SMA dengan 19 responden atau (43.2%).

6.1.3 Sebelum dilakukan pendidikan kesehatan di dapatkan Self efficacy ibu

sedang tentang penanganan kejang demam yaitu 68.2 %.

6.1.4 Setelah dilakukan pendidikan kesehatan di dapatkan Self efficacy ibu

sedang tentang penanganan kejang demam yaitu 59,1 %.

6.1.5 Ada pengaruh yang signifikan antara pendidikan kesehatan tentang

penanganan kejang demam pada balita terhadap Self efficacy ibu

dengan nilai p value 0,000 lebih kecil dari nilai ( p< 0,05 ).

6.2 Saran

6.2.1 Masyarakat

Masyarakat dapat mengaplikasikan penanganan kejang demam secara

benar.

6.2.2 Pelayanan Kesehatan

Hendaknya tenaga kesehatan seperti perawat atau bidan setempat bekerja

sama dengan puskesmas untuk mengadakan penyuluhan kesehatan kepada

masyarakat pada saat acara posyandu dengan strategi yang lebih menarik

51

Page 65: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

52

masyarakat misalnya dengan memberikan pengobatan gratis sesudah

melakukan penyuluhan.

6.2.3 Istitusi Pendidikan

Sebagai bahan informasi dan untuk menambah wawasan mahasiswa

keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta tentang penanganan kejang

demam pada balita terhadap Self efficacy ibu.

6.2.4 Penelitian Lain

Hasil Penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar penelitian lebih lanjut

dan melanjutkan penelitian dengan menggunakan media lain dengan cara

simulasi.

Page 66: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

DAFTAR PUSTAKA

Alwisol, (2010), Psikologi Kepribadian. Malang: UMM press

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta:Rineka Cipta

Arwanti, Ni Made Sri. (2009). Swadharma Ibu dalam KeluargaHindu.Denpasar:Widya Dharma.

Azwar, S. (2012). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bandura , A. (1986). Social Foundation of Thought and Action: A SocialCognitive Theory. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall

Bandura, A. Self-efficacy: The exercise of control. New York. W.H.Freeman,1997.

Brough. H,( 2008). Rujukan cepat pediatric & Kesehatan anak. EGC. Jakarta

Baron & Byrne,.(2003). Psikologi Sosial. Jilid 1 Edisi Kesepuluh. Jakarta:Erlangga

Depkes.(2006), 16 persen balita di indonesia alami gangguan perkembangansaraf. http://www.depkes.go.id/index.php: diakses 11 Novenber 2013

Depkes RI. (2009).Jumlah kasus pneumonia pada balita menurut Provimsi dankelompok umur(http://www.depkes.go.iddiakses tanggal 25 Maret 2013 )

Desmita, (2009). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung : PT RemajaRosdakarya.

Effendy. (2003). Diktat Monitoring dan Evaluasi APP Yogyakarta. (tidakditerbitkan).

Garini, W. (2004). Pengaruh intervensi VCD metode perawatan bayiterhadappengetahuan ibu bayi berat badan lahir rendah di RSUD CiawiBogor Jawa Barat. Diperoleh tanggal 16 Januari 2014.http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=124680.

Gaskill, P.J. dan Murphy, P.K. “Effects on a memory strategy onsecond graders’performance and self-efficacy” dalam Contemporary EducationalPsychology, No. 29, 1, 2004.

Page 67: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

Hambawany, E. (2007). Hubungan antara Self Efficacy dan Persepsi AnakTerhadap Perhatian Orangtua Dengan Prestasi Belajar pada PenyandangTuna Daksa. Skripsi (tidak diterbitkan). Fakultas Psikologi : UniversitasMuhammadiyah Surakarta.

Hidayat.A.Aziz alimul. (2006). Asuhan Keperawatan Anak 2.SalembaMedika.Jakarta.

Hidayat, Aziz Alimul. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan TeknisAnalisaData. Jakarta: Salemba Medik

Hull, D & Joohnston DI.( 2008). Dasar dasar pediatrik. Edisi 3, EGC. Jakrta.

Hurlock, A. (2007). Promosi kesehatan bayi dan balita. Jakarta: Salemba Medika.

Imam, Ghozali, (2005). Aplikasi Nalisi Multivariate dengan programSPSS.Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Karnia, N.( 2007). Penatalaksanaan demam pada anak. diseminarkan pada siangklinik penanganan kejang pada anak, Bandung, 12 Februari 2007.http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/02:

Knudsen FU. Rectal administration of diazepamin solution in the acute treatmentof convulsion In infants and children. Arch Dis Child 1979; 54:855-7

Kurniawan. (2010). Pengaruh Self-Efficacy Dan Motivasi Belajar MahasiswaTerhadap Kemandirian Belajar Mata Kuliah Analisis Laporan KeuanganPada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi Angkatan 2008fakultas Ilmu Sosial Dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.Yogyakarta: Skripsi.

Lumbantobing, S.M. (2003). Penatalaksanaan Muthakhir Kejang Pada Anak.Jakarta: FKUI

Lumbantobing, SM. (2005). Penatalaksanaan Muthakhir Kejang Pada Anak.Jakarta : FKUI

Maryatongo.(2007), Asuhan Keperawatan Anak S dengan Kejang Demam diRuang Luqman.R.S. RoesmaniSemarang.Semarang.http://digilib.unimus.ac.id. diakses pada tgl 2 maret2012.

Maulana .H. D. J & Yudha. K. E. (Eds). ( 2007). Promosi kesehatan. Jakarta :EGC

Page 68: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

Maulana. H. D. J. & yudha. K. E. (Eds). (2009). Promosi Kesehatan. Jakarta:EGC

Meadow & Newel. (2005). Lecture Notes. Pediatrika. Edisi VII. Jakarta:Erlangga.

Mewasing LD.(2010) febrile seizures, Clin Evid ( Online) 24:0321

Monk, F.J., Knoers, A.M.P., Haditono, S.R. (2002). Psikologi perkembanganpengantardalam berbagai bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada UniversityPress.

Mubarak, S. (2006). Ilmu Keperawatan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika.

Notoatmodjo, S. (2003). Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku.

Notoatmodjo, S. (2005).Metodologi penelitian kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo.(2007). Pendidikan dan Prilaku Kesehatan.PT. Rineka Cipta:jakarta

Notoatmodjo, S. (2007). Kesehatan masyarakat ilmu dan seni. Jakarta: RinekaCipta.

Notoatmodjo. (2010) Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta

Nursalam. (2008). Konsep Dan Penerapan Metodologi PenelitianIlmukeperawatan. Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika

Nursalam. (2009). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmukeperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Ngastiyah (2005) Perwatan Anak Sakit edisi 2 Jakarta: EGC

Pajares, F., Britner, S. L., & Valiante, G. (2009). Relation between achievementgoals and self-beliefs of middle school students in writing and science.ContemporaryEducational Psychology, 25, 406-422.

Papalia, Diane E., Sterns, H.L., Feldman, R.D., Camp, C.J. (2007). AdultDevelopment and Aging ( 3 rd Ed.). New York: McGraw-Hill

Potter. (2005). Fundamental Keperawatan (Konsep,Proses dan Praktik). Edisi ke-4. Jakarta: EGC.

Riwidikdo, H. (2013). Statistik Kesehatan dan Aplikasi SPPS DalamProsedurPenelitian. Yogyakarta: Roh

Page 69: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental

Sadlier LG, Scheffer IE. (2007) febrrile Seizures, BMJ, 334, 307-11

Saks, A. M. (2009) “Moderating Effects of Self Efficacy for the Relationshipbetween Training Method and Anxiety and Stress Reaction of Newcomers”.Journal of Organizational Behavior, Vol. 15, p. 639-654.

Saryono. (2011). Metodelogi Penelitian Kesehatan. UPT Percetakan danPenerbitan Unsoed

Setyarini, D. (2009). Skripsi Pengaruh Intensitas Penyuluhan terhadap TingkatPartisipasi Masyarakat dalam Program Penghijauan Kota : Studi KasusKecamatan Kota Kabupaten Wajo. Universitas Indonesia, Jakarta

Sodikin.(2012), prinsip perawatan demam pada anak , pustaka pelajar,Yogyakarta

Soekirman. (2006). Hidup Sehat Gizi Seimbang Dalam Kehidupan Manusia.

Sugiyono.(2009). Metodelogi Penelitian Bisnis (pendekatan Kualitatif,Kuantitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta

Sugiyono.(2011). Metodelogi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung:Alfabeta

Sugiyono.(2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :Alfabeta

Tarigan, T, Chairul A.H, Syamsidah L, (2007). Pengetahuan, sikap dan perilakuorang tua tentang demam dan pentingnya edukasi oleh dokter. SariPediatri,Vol. 8, No.3: 27-31.

Uripi, Vera (2004). Menu Sehat Untuk Balita. Jakarta : Puspa Swara Perry

Utari,w., Arneliwati & Riri N. (2014) peningkatan pengetahuan keluarga tentanginsfeksi saluran pernafasan atas ISPA

Wardani, AK, (2013). Kejang demam sederhana pada anak usia satu tahun.Medula, Vol. 1, No. 1, Hal 57-64:http://portalgaruda.org/download_article.php?article=122474. diakses 23November 2013

Wong, DL dkk (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong Ed.6,Vol.2, ECG,Jakarta.

White, Ellen G.(2005). Education (Membina Pendidikan Sejati). Bandung:Indonesia Publishing House.

Page 70: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-suhartatik... · Lampiran 13 SAP Penanganan Kejang Demam ... epilepsi, retradasi mental