Upload
others
View
14
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARGUMENT-DRIVEN INQUIRY (ADI) PADA PEMBELAJARAN IPA
TERHADAP KETERAMPILAN ARGUMENTASISISWA SMP BERDASARKAN PERBEDAAN
JENIS KELAMIN
(Skripsi)
Oleh
LULU’ATUL FARIDA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
Lulu’Atul Farida
ii
ABSTRAK
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARGUMENT-DRIVEN INQUIRY (ADI) PADA PEMBELAJARAN IPA
TERHADAP KETERAMPILAN ARGUMENTASISISWA SMP BERDASARKAN PERBEDAAN
JENIS KELAMIN
Oleh
Lulu’Atul Farida
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model ADI
terhadap kemampuan argumentasi siswa dan perbedaan kemampuan argumentasi
siswa berjenis kelamin laki-laki dengan perempuan setelah diterapkan model
pembelajaran ADI. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 22 Bandar Lampung,
pada semester ganjil tahun ajaran 2018/2019, dengan subjek penelitian
menggunakan kelas VIII D dan kelas VIII A. Penelitian ini merupakan penelitian
Quasi Experiment dengan menggunakan desain Pretest Posttest Non Equivalen
Control Group Design. Teknik pengumpulan data dengan melakukan pretest dan
posttest menggunakan soal essai model competiting theori yang mengacu pada
skema kualitas argumentasi yang telah dikembangkan oleh Osborne, et al. (2004).
Setelah diterapkan model ADI dalam proses pembelajaran, didapatkan hasil
bahwa: (1) Terdapat pengaruh penerapan model ADI terhadap keterampilan
Lulu’Atul Farida
iii
argumentasi siswa SMP berjenis kelamin laki-laki dengan perempuan, yang
ditunjukkan dengan nilai sig. sebesar 0,01 pada siswa laki-laki dan 0,02 pada
siswa perempuan; (2) Terdapat perbedaan keterampilan argumentasi siswa SMP
berjenis kelamin laki-laki dan perempuan setelah diterapkan model pembelajaran
ADI, yang ditunjukkan dengan hasil uji effect size r, dimana pada siswa laki-laki
memperoleh nilai effect size r sebesar 0,4246 dan pada siswa perempuan sebesar
0,4407, dengan kriteria perolehan hasil uji dalam kategori sedang.
Kata kunci: Argument Driven-Inquiry (ADI), Keterampilan Argumentasi, Jenis
Kelamin
iv
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARGUMENT-DRIVEN INQUIRY (ADI) PADA PEMBELAJARAN IPA
TERHADAP KETERAMPILAN ARGUMENTASISISWA SMP BERDASARKAN PERBEDAAN
JENIS KELAMIN
Oleh
LULU’ATUL FARIDA
SkripsiSebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan FisikaJurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
viii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sendang Rejo, pada Tanggal 18 Januari 1996, anak pertama
dari dua bersaudara pasangan Bapak Kurniawan dan Ibu Ani Kurniati. Penulis
mengawali pendidikan formal di TK Islam Miftahul Huda, Sendang Agung
Lampung Tengah yang diselesaikan pada tahun 2001, kemudian melanjutkan di
TK Islam Al-Fallah Sendang Rejo Lampung Tengah yang diselesaikan pada tahun
2002, kemudian melanjutkan di SD Negeri 3 Sendang Rejo Lampung Tengah
yang diselesaikan pada tahun 2008, kemudian melanjutkan di SMP Negeri 1
Sendang Agung yang diselesaikan pada tahun 2011, kemudian melanjutkan di
SMA Negeri 1 Sendang Agung yang diselesaikan pada tahun 2014. Pada tahun
yang sama penulis diterima di Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan
Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan melalui jalur Seleksi
Bersama Masuk Perguruan Tinggi Nasional.
Selama menempuh pendidikan di Pendidikan Fisika, penulis pernah menjadi
Asisten Mata Kuliah Dasar-Dasar Perencanaan dan Evaluasi Pembelajaran pada
tahun 2017/2018 dan Evaluasi Pembelajaran Fisika pada tahun 2017/2018.
Pengalaman organisasi penulis, yaitu pernah menjadi Anggota Eksakta Muda
Himpunan Mahasiswa Pendidikan Eksakta (HIMASAKTA) tahun 2014/2015,
anggota Divisi Kerohanian HIMASAKTA 2015/2016, anggota Divisi
ix
Kemuslimahan Forum Pembinaan dan Pengkajian Islam (FPPI) tahun 2015/2016.
Sekretaris Departemen Kaderisasi Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama
(KMNU) tahun 2014/2015, Sekretaris Departemen Kajian dan Dakwah Keluarga
Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU) tahun 2015/2016, Majelis Pertimbangan
Organisasi (MPO) Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU) tahun
2018/2019 dan Anggota Divisi Kerohanian Aliansi Mahasiswa Pendidikan Fisika
(ALMAFIKA) 2016/2017.
Pada tahun 2017, penulis melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) –
Praktik Profesi Kependidikan (PPK) di SMA PGRI 1 Blambangan Umpu, Desa
Bumi Baru, Kec. Blambangan Umpu, Kabupaten Waykanan.
x
MOTO
… Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka mengubahdiri mereka sendiri…
(QS. Ar-Rad 13: 11)
Teruslah belajar, berdo’a, berusaha dan bertaqwa serta berbuat baik, karena sebaik-baikmanusia adalah dia yang bermanfaat untuk orang lain
-Lulu’Atul Farida-
xi
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala yang senantiasa
memberikan rahmat-Nya pada setiap makhluk di dunia, dengan kerendahan hati,
aku persembahkan karya sederhanaku ini kepada:
1. Mamak Ani Kurniati dan Bapak Kurniawan tersayang yang telah merawat,
menyayangi, dan mendidikku dengan sabar sejak kecil, serta selalu tulus dan
ikhlas berdo’a untuk keberhasilanku pada setiap sujudnya. Terima kasih atas
kasih sayang yang tak pernah putus dan pengorbanan yang telah diberikan,
semoga kelak aku dapat selalu membahagiakan Mamak dan Bapak baik di
dunia maupun di akhirat.
2. Adik-adik tersayang Fatnur Laeli dan Frida Raya Rafania, yang senantiasa
memberikan dukungan, semangat, dan juga do’a. Semoga Allah swt.
takdirkan kita menjadi anak-anak yg solekhah, cerdas, sukses, yang dapat
membuat Mama dan Bapak bangga.
3. Keluarga besar Mbah Karto dan keluarga Mbah Mukti Wibowo yang selalu
mendoakan untuk kesuksesan dan keberhasilan ku.
4. Almamater Universitas Lampung.
xii
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT. karna atas nikmat dan hidayah-Nya penulis
dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Model
Pembelajaran Argument-Driven Inquiriy (ADI) pada Materi Pesawat Sederhana
Terhadap Keterampilan Argumentasi Siswa SMP Berdasarkan perbedaan jenis
kelamin” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di
Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., selaku Dekan FKIP Universitas
Lampung.
2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.
3. Bapak Dr. I Wayan Distrik, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Fisika.
4. Bapak Dr. Undang Rosidin, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik sekaligus
Pembimbing I atas kesediaan dan keikhlasannya memberikan bimbingan,
arahan dan motivasi selama kuliah hingga penyusunan skripsi ini.
5. Ibu Dr. Kartini Herlina, M.Si., selaku Pembimbing II atas kesediaan dan
keikhlasannya memberikan bimbingan, arahan, semangat, dan motivasi yang
diberikan selama penyusunan skripsi ini.
xiii
6. Bapak Dr. I Wayan Distrik, M.Si., selaku Pembahas yang selalu memberikan
bimbingan, kritik dan saran atas perbaikan skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Program Studi Pendidikan Fisika dan Jurusan
Pendidikan MIPA yang telah memberikan pembelajaran kepada penulis
selama masa perkuliahan.
8. Ibu Sri Mulyani, M.Pd., selaku guru mitra mata pelajaran IPA SMP N 22
Bandar Lampung yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama
kegiatan penelitian.
9. Ibu Dra. Rita Ningsih, M.M., selaku Kepala SMP N 22 Bandar Lampung yang
telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.
10. Siswa-siswi SMP N 22 Bandar Lampung khususnya kelas VIII D dan kelas
VIII A atas bantuan dan kerja samanya selama penelitian berlangsung.
11. Teman-teman seperjuangan selama kuliah, Siti Khusnul K., Fega Laras AP.,
Jusi Aldeska, Evelyne Mega Patricia, alivia Irma FY., Sri Lestari, dan Indah
Wulandari yang selalu memberikan semangatnya serta nasehat-nasehatnya
selama kuliah hingga penyusunan skripsi.
12. Teman-teman seperjuangan PEPADUN, Hayatun Nufus, Fadila Nurhusna,
Laya Nazila, Intan Kamila, I Kadek Irfando D.S, dan Indah Wulandari yang
telah memberikan semangat, bantuan, dan nasehat selama penelitian.
13. Teman-teman satu angkatan keluarga fighter fisika 2014, semoga kita menjadi
generasi yang sukses.
14. Teman-teman kosan, Mb Liza, Hayatun, Lia, agnis, Tia, Tika, Via, Ragil,
Yuyun, dan Tania.
xiv
15. Teman-teman KKN Bumi Baru, Nurul, Vinggo, Insi, Dimas, Desi, Kiki, Ana,
Elsa, dan Ratih.
16. Keluarga Besar organisasi KMNU Universitas Lampung angkatan 2014
Kakak B yang selalu mengajarkan sabar, ikhlas, menerima, dan arti
persahabatan berasaskan keluarga.
17. Keluarga Besar Presidium KMNU Universitas Lampung, adik-adik angkatan
2015, 2016, 2017 dan 2018.
18. Serta semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga Allah melimpahkan nikmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta
berkenan membalas kebaikan yang diberikan kepada Penulis dan semoga skripsi
ini dapat bermanfaat di kemudian hari.
Bandar Lampung, 19 November 2018Penulis,
Lulu’Atul Farida
xv
DAFTAR ISI
Halaman
COVER LUAR ................................................................................................ iABSTRAK ...................................................................................................... iiCOVER DALAM ............................................................................................ ivMENYETUJUI ............................................................................................... vLEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... viSURAT PERNYATAAN ............................................................................... viiRIWAYAT HIDUP ........................................................................................ viiiMOTTO .......................................................................................................... xPERSEMBAHAN........................................................................................... xiSANWACANA ............................................................................................... xiiDAFTAR ISI................................................................................................... xvDAFTAR TABEL .......................................................................................... xviiDAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xviiiDAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xix
I. PENDAHULUANA. Latar Belakang ................................................................................... 1B. Rumusan Masalah.............................................................................. 7C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 7D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 7E. Ruang Lingkup Penelitian.................................................................. 8
II. TINJAUAN PUSTAKAA. Kerangka Teori .................................................................................. 10
1. Pengertian Model Pembelajaran.................................................... 102. Model Pembelajaran ADI (Argumrnt-Driven Inquiri).................. 113. Keterampilan Argumentasi ........................................................... 194. Jenis Kelamin ................................................................................ 25
B. Kerangka Pemikiran........................................................................... 28C. Anggapan Dasar................................................................................. 31D. Hipotesis ............................................................................................ 32
III. METODE PENELITIANA. Waktu dan Tempat Penelitian............................................................ 33B. Populasi dan Sampel Penelitian ......................................................... 33C. Desain Penelitian ............................................................................... 34D. Variabel Penelitian............................................................................. 34
xvi
E. Tahapan Penelitian............................................................................. 34F. Instrumen Penelitian .......................................................................... 45G. Teknik Pengumpulan Data................................................................. 46H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis.................................. 51
1. Analisis Data ................................................................................ 512. Pengujian Hipotesis....................................................................... 513. Uji Effect Size ............................................................................... 54
IV. HASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil Penelitian .................................................................................. 56
1. Jenis Kelamin................................................................................ 562. N-Gain Keterampilan Argumentasi .............................................. 593. Hasil Uji Independent Sample T-Test ........................................... 584. Hasil Uji Effect Size ...................................................................... 61
B. Pembahasan........................................................................................ 61
V. KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan ....................................................................................... 71B. Saran ................................................................................................. 72
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Tahapan-tahapan Model Argument-Driven Inquiry (ADI).......................... 112. Kualitas Argumrntasi berdasarkan bukti dan pembenaran .......................... 243. Rancangan Penelitian................................................................................... 344. Kriteria Peafsiran Korelasi Uji Validitas Instrumen .................................... 475. Hasil Pengujian Validitas Instrumen............................................................ 486. Kriteria Penafsiran Indeks R11 ..................................................................... 487. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen................................................................... 498. Instrumen Kualitas Argumentasi berdasarkan bukti dan pembenaran......... 509. Kriteria Interpretasi N-Gain ......................................................................... 5110. Hasil Uji Normalitas .................................................................................... 5211. Hasil Uji Homogenitas................................................................................. 5312. Kriteria Effect Size ....................................................................................... 5513. Data Pembagian Jender Kelas...................................................................... 5714. Perolehan N-Gain Pretest Postest Siswa ..................................................... 5715. Hasil Uji Independent Sample T-Test .......................................................... 6016. Hasil Uji Effect Size ..................................................................................... 61
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Skema Proses Berpikir Pemrosesan Informasi............................................... 172. Toulmin Argument Pattern (TAP) ................................................................. 223. Diagram Kerangka Pikir................................................................................. 314. Perbandingan Rata-Rata N-Gain Keterampilan Argumentasi ....................... 585. Skema Proses Berpikir Pemrosesan Informasi............................................... 63
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ............................................................ 772. LKPD ADI-01.............................................................................................. 863. LKPD ADI-02.............................................................................................. 914. Rubrik Soal .................................................................................................. 955. Hasil Uji Validitas Instrumen ...................................................................... 1136. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen................................................................... 1167. Soal Uji Pretest dan Posttest ....................................................................... 1178. Data Hasil Pretest, Posttest dan N-Gain Kelas A........................................ 2009. Data Hasil Pretest, Posttest dan N-Gain Kelas B........................................ 20210. Hasil Uji Normalitas .................................................................................... 20411. Hasil Uji Homogenitas................................................................................. 20512. Hasil Uji Independent Sample T-Test .......................................................... 20613. Uji Effect Size menggunakan Cohen’s ......................................................... 208
1
1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu proses belajar yang dilakukan secara terus
menerus. Pendidikan secara umum mempunyai arti suatu proses kehidupan
dalam mengembangkan diri tiap individu untuk dapat hidup dan
melangsungkan kehidupan. Pendidikan menuntut adanya perbaikan sarana
dan prasarana pendidikan, maupun perbaikan strategi pendidikan dan
kurikulum sekolah yang ada, karena berhasil tidaknya pencapaian tujuan
pendidikan, salah satunya bergantung pada kegiatan pembelajaran yang
dialami siswa. Pemerataan pendidikan dan mutu pendidikan akan
menumbuhkan keterampilan hidup (life skill) seseorang, sehingga ia mampu
mengatasi masalah dirinya sendiri, lingkungannya, mendorong tegaknya
masyarakat madani, dan masyarakat modern yang dijiwai nilai-nilai
pancasila.
US-based Partnership for 21st Century Skills (P21), mengidentifikasi
kompetensi yang diperlukan di abad ke-21 yaitu “The 4Cs”- communication,
collaboration, critical thinking, and creativity. Keempat kompetensi tersebut
dianggap penting untuk diajarkan pada siswa dalam konteks bidang studi
inti. Kompetensi-kompetensi tersebut merupakan tantangan Indonesia untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Menurut paparan kurikulum 2013
2
oleh Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, bahwa
pentingnya meningkatkan keterampilan berkomunikasi, berpikir jernih dan
kritis agar dapat menjawab tantangan masa depan. Kedua hal tersebut
merupakan dua dari 10 alasan diterapkannya Kurikulum 2013. Selain itu,
dengan diterapkannya kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik, yang
mana dalam proses belajarnya menerapkan metode-metode ilmiah akan
membuat siswa terlatih berpikir secara kritis. Siswa yang memiliki
kemampuan berpikir kritis, akan memiliki keterampilan berkomunikasi yang
baik dan lebih kreatif.
Pembelajaran IPA merupakan salah satu proses pendidikan mengenai
kejadian-kejadian di alam sekitar yang diterapkan menggunakan pendekatan
ilmiah, sehingga siswa dituntut untuk mampu mempraktikkan dan
mengkomunikasikan hasil yang diperoleh selama proses pembelajaran. Hal
ini sesuai dengan pendapat Osborne, (2010) yang menyatakan bahwa
kemampuan argumentasi ilmiah dapat membuat peserta didik lebih kritis dan
mampu memberikan penjelasan terhadap fenomena yang berkaitan dengan
IPA yang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan teori/konsep
yang ada.
Ilmu Pengetahuan Alam khususnya fisika merupakan ilmu yang berkaitan
dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, seperti penemuan
fenomena alam dan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta dan konsep.
Hal ini sesuai dengan pendapat Kaniawati (2017), bahwa Fisika sebagai
salah satu cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang menjelaskan
3
berbagai fenomena alam terutama di kehidupan sehari-hari melalui sebuah
konsep, teori dan hukum fisika sehingga dapat diterima oleh pikiran
manusia.
Keterampilan merupakan salah satu kualifikasi dari Standar Kompetensi
Lulusan (SKL) yang mengharuskan siswa memiliki kemampuan berpikir dan
bertindak kreatif dalam ranah abstrak maupun konkret sebagai
pengembangan dari materi yang dipelajari di sekolah secara mandiri
(Permendikbud Nomor 54 Tahun 2013). Keterampilan yang diharapkan
mampu dimiliki oleh siswa adalah keterampilan memberikan argumentasi
ilmiah. Mata pelajaran IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang bisa
menguji kemampuan berpikir kritis siswa, dan salah satu keterampilan yang
dapat dimunculkan jika siswa memiliki keterampilan berpikir kritis adalah
keterampilan argumentasi secara ilmiah.
Sesuai dengan tuntutan kurikulum pada abad 21, proses pembelajaran harus
berpusat pada siswa. Seperti yang dinyatakan oleh NEA (2012) mengenai
tantangan pembelajaran sains di abad 21 yaitu pentingnya pengembangan
“Four Cs” untuk melengkapi pelajaran inti (core subject) dari suatu
program pendidikan. Four Cs yang dimaksud adalah; (1) Critial thinking
and problem solving, yang di dalamnya mencakup kemampuan berargumen
secara efektif dan berpikir sistematik; (2) Communication, mampu
menyampaikan pikiran dan gagasan secara efektif dalam bentuk oral, tulis,
dan non verbal, serta terampil dalam mendengar (listening skills); (3)
Collaboration, kemampuan bekerja sama secara efektif dalam tim; dan
4
(4) Creativity and Innovation, adalah kemampuan untuk berpikir secara
kritis dan inovatif, dan memunculkan ide kteatif dalam praktik
pembelajaran.
Melihat pentingnya keterampilan argumentasi, dalam menjawab tantangan
tersebut maka perlu dilatihkan keterampilan argumentasi ilmiah dan berpikir
kritis siswa, dalam menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru agar
siswa mampu menganalisis masalah sains sesuai fakta dan bukti yang ada.
sorang siswa dituntut untuk mampu. Hal ini sesuai dengan pendapat
Ginanjar, dkk., (2015: 32-37) bahwa argumentasi ilmiah merupakan
kemampuan mengemukakan ide/ gagasan mengenai fenomena sains, yang
perlu dilatihkan agar siswa dapat menjelaskan fenomena sains berdasarkan
bukti dan konsep yang relevan.
Mengingat bahwa keterampilan argumentasi perlu dimiliki oleh siswa, maka
dengan itu dilakukan studi pendahuluan untuk melihat kondisi keterampilan
argumentasi siswa SMP di Bandar Lampung. Berdasarkan hasil studi
pendahuluan yang dilaksanakan pada bulan Oktober sampai November tahun
2017 terhadap 1.193 siswa SMP di Kota Bandar Lampung dengan
memberikan angket. Survei menunjukkan bahwa 54% siswa belum
mengetahui keterampilan argumentasi, dan 74% siswa menjawab
keterampilan argumentasi perlu dimiliki. Diketahui juga dari 1.193 siswa,
31% siswa menyatakan bahwa mereka belum pernah menyampaikan
pendapatnya di depan kelas dan 38% siswa belum percaya diri dalam
menyampaikan pendapatnya di depan kelas. Masih banyak siswa yang
5
mengatakan bahwa, dalam berpendapat siswa belum bisa meyakinkan orang
lain untuk menerima pendapatnya dan belum memiliki alasan yang kuat
disertai data sebagai penguat alasannya. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
pemberdayaan keterampilan argumentasi siswa di sekolah belum maksimal.
Selain penelitian pendahuluan terhadap siswa, juga dilakukan wawancara
dengan guru mata pelajaran IPA SMP/MTs. di 25 sekolah di Bandar
Lampung. Hasil wawancara yang dilakukan, menunjukkan bahwa 36% guru
belum menerapkan model pembelajaran inkuiri secara maksimal dan
beberapa guru masih mengalami kesulitan. Masalah yang menghambat guru
dalam menerapkan model inkuiri saat proses pembelajaran adalah masih
kurangnya motivasi belajar siswa. Akibatnya adalah siswa cenderung pasif
saat pembelajaran berlangsung, dan banyak yang sulit memahami materi yang
dijelaskan. Berdasarkan hasil wawancara diketahui juga sebanyak 44% guru-
guru di 25 SMP/MTs. di Bandar Lampung tersebut masih belum menerapkan
model pembelajaran yang dapat memicu keterampilan argumentasi siswa.
Berdasarkan hasil survei, peneliti menetapkan satu sekolah untuk fokus
penelitian yaitu SMPN 22 Bandar Lampung. Fokus penelitian dilakukan di
SMPN 22 Bandar Lampung dengan pertimbangan sekolah tersebut termasuk
salah satu sekolah yang memiliki laboratorium IPA yang cukup lengkap,
namun masih kurang optimal digunakan untuk pembelajaran. Proses
pembelajaran di dalam kelas, guru hanya menggunakan LKS yang ada di
dalam buku cetak untuk panduan dalam melakukan percobaan, karena
menurut guru panduan yang ada di buku sudah sesuai dengan langkah
6
percobaan yang akan dilakukan dan tidak perlu membuat LKPD sendiri.
Berdasarkan pemaparan tersebut, keterampilan argumentasi perlu dilatihkan
untuk mencetak generasi yang lebih baik dan berkualitas sehingga dapat
memenuhi tuntutan pembelajaran abad ke-21 sesuai tujuan pendidikan
Indonesia. Salah satu solusi yang dapat digunakan adalah dengan
menerapkan pembelajaran dengan model Argument Driven Inquiry (ADI).
Model ADI merupakan model pembelajaran yang dirancang oleh Sampson
dan Gleim pada tahun 2009. Hasnunidah (2016), dalam penelitiannya
mengatakan bahwa, model pembelajaran ADI mengutamakan fungsi
laboratorium dan strategi pembelajaran ADI dirancang untuk membuat
pengalaman laboratorium yang lebih ilmiah, otentik, dan edukatif bagi
peserta didik. Kurniasari dan Setyarsih, (2017) juga mengungkapkan bahwa
kegiatan laboratorium merupakan hal penting untuk mata pelajaran IPA
fisika, dan diperlukan kemampuan argumentasi ilmiah untuk menyampaikan
apa yang seseorang temukan berdasarkan bukti ilmiah disertai dengan
pembenaran rasional sesuai teori yang ada.
Seorang guru dituntut mampu menciptakan pembelajaran yang aktif dan
mampu mencapai indikator yang diinginkan. Selain itu, pembelajaran yang
aktif dan efektif juga dapat menjawab tantangan pembelajaran sains abad 21
yang salah satunya adalah kemampuan mengkomunikasikan hasil belajarnya
secara kritis dan teoritis. Dilihat dari permasalahan yang ada di SMPN 22
Bandar Lampung, perlu adanya penerapan model pembelajaran yang mampu
meningkatkan keterampilan argumentasi ilmiah siswa, sehingga dalam hal
7
ini peneliti akan mengunakan model pembelajaran Argument-Driven Inquiri
(ADI) untuk meningkatkan kemampuan argumentasi siswa berdasarkan
perbedaan jender, dimana setelah pembelajaran siswa diharapkan mampu
mengemukakan pendapatnya disertai dengan data dan fakta teori yang ada
sebagai pendukung argumennya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang dapat dirumuskan adalah
sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh penerapan model ADI terhadap keterampilan
argumentasi siswa SMP berjenis kelamin laki-laki dengan perempuan?
2. Bagaimanakah perbedaan keterampilan argumentasi siswa SMP berjenis
kelamin laki-laki dan perempuan setelah diterapkan model pembelajaran
ADI?
C. Tujuan
Tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Pengaruh penerapan model ADI terhadap keterampilan argumentasi
siswa SMP berjenis kelamin laki-laki dengan perempuan.
2. Perbedaan keterampilan argumentasi siswa SMP berjenis kelamin laki-
laki dan perempuan setelah diterapkan model pembelajaran ADI.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak diantaranya:
1. Bagi siswa, dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam memberikan
argumentasi secara ilmiah dalam menyelesaikan masalah pada saat
8
proses pembelajaran disertai data dan teori sebagai pembenaran dari
jawabannya.
2. Bagi guru fisika dapat digunakan sebagai strategi dan alternatif dalam
melakukan kegiatan pembelajaran di kelas guna meningkatkan kualitas
proses pembelajaran yang akan berdampak terhadap pencapaian tujuan
pembelajaran.
3. Bagi peneliti lain dapat menjadi gambaran akan lebih dan kurangnya
penggunaan model Argument Driven Inquiry dalam pembelajaran saat
melakukan penelitian lebih lanjut.
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah:
1. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah Model Argument
Driven Inquiry (ADI) yang telah dikembangkan oleh Sampson dan Geim
pada tahun 2009, yang terdiri atas delapan sintaks yaitu: (1) Identifikasi
tugas; (2) Pengumpulan data; (3) Produksi argumentasi; (4) Sesi interaksi
argumen; (5) Penyusunan laporan penyelidikan tertulis; (6) Review
laporan; (7) Revisi laporan; dan (8) Diskusi reflektif.
2. Keterampilan argumentasi yang merupakan bentuk kemampuan siswa
dari segi mengungkapkan pendapat dengan indikator pencapaian
keterampilan argumentasi yaitu, memberikan penjelasan sederhana,
memberikan penjelasan lanjut, menerapkan strategi dan taktik.
3. Objek penelitian adalah siswa SMP Kelas VIII A dan D dengan mata
pelajaran IPA sesuai kurikulum 2013.
9
4. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah KD 3.3 memahami
konsep usaha, pesawat sederhana, dan penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari, serta hubungannya dengan kerja otot pada struktur rangka
manusia.
5. Pengaruh penerapan model Argument-Driven Inquiri (ADI) terhadap
keterampilan argumentasi siswa diukur dengan melakukan uji SPSS
Independent Sample T-Test dan melihat peningkatan dengan
membandingkan perbedaan rata-rata N-Gain yang diperoleh dari
eksperimen pembelajaran di dalam kelas melalui pretes dan postes.
10
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran menurut Permendikbud No. 103 (2014), adalah suatu
bentuk pembelajaran yang memiliki nama, ciri, sintaks, dan budaya seperti
discovery learning, project based learnig, problem based learning, and
inquiry learning, yang dalam proses penerapannya sudah memiliki
langkah dan sintaks yang jelas sehingga tujuan pembelajaran yang
diinginkan tercapai dengan baik. Model pembelajaran digunakan oleh guru
sebagai acuan dalam pembelajaran agar proses pembelajaran yang
dilakukan lebih praktis dan efektif.
Menurut Helmiati (2016: 19), model pembelajaran adalah bentuk
rangkaian pembelajaran yang tergambar mulai dari langkah awal sampai
akhir yang disajikan secara khas oleh guru, atau merupakan bingkai dari
penerapan suatu pendekatan, metode, strategi, dan tehnik pembelajaran.
Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat dikatakan bahwa model
pembelajaran adalah suatu pedoman berupa langkah-langkah yang
digunakan oleh guru sebagai acuan dalam mengajar agar keseluruhan
proses pembelajaran tersampaikan dan terjadi secara aktif dan sistematis.
11
2. Model Pembelajaran Argument-Driven Inquiry (ADI)
Model pembelajaran ADI menurut Sampson, (2010: 219), merupakan
pembelajaran yang menggunakan serangkaian aktivitas laboratorium untuk
menganalisis partisipasi aktif peserta didik dalam wacana argumentasi dan
kualitas argumentasinya, sehingga dapat meningkatkan keterampilan
berpikir kritis dan argumentasi siswa. Terdapat delapan langkah dalam
pelaksanaan menggunakan model ADI pada tabel 1 berikut.
Tabel 1. Tahapan-tahapan Model Argument-Driven Inquiry (ADI)Tahapan Kegiatan
Identifikasi tugas Guru menjelaskan topik yang akan dibahas padaproses pembelajaran yang akan berlangsung
Pengumpulan data Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok,membimbing siswa untuk mengumpulkan data, danmendorong proses-proses kooperatif dalampenyelidikan masalah yang diberikan
Produksi argumententatiif
Membimbing siswa mengelola dan menganalisisdata yang dikumpulkan, dan memfasilitasi siswamembangun argumen dan menuliskannya dalamskema argumen
Sesi interaksiargumen
Membimbing dikusi interaktif tentang jenispesawat sederhana dan keuntungan mekanikpesawat sederhana untuk membantu peserta didikberbagi argumen, mengkritik, dan memperbaikipenjelasan
Penyusunan laporanpenyelidikan tertulis
Membantu peserta didik menyiapkan laporanpenyelidikan sesuai LKPD dan menugaskan siswauntuk menyusun laporan penyelidikan
Review Laporan Membimbing peserta didik untuk mengevaluasikualitas laporan penyelidikan melalui lembarreview
Revisi Laporan Mendorong peserta didik untuk merevisi laporanpenyelidikan
Diskusi Reflektif Membantu peserta didik melakukan refleksi diriterhadap proses dan hasil penyelidikan
(Sampson, et al., 2012)
Tabel 1 mengenai tahapan model ADI tersebut akan memudahkan guru
dalam penerapannya saat proses pembelajaran. Sehingga dalam proses
12
belajar mengajar akan lebih sistematis. Menurut Hasnunidah (2016),
model pembelajaran ADI dirancang untuk mengubah sifat dari instruksi
laboratorium biasa yang hanya menekankan pada pengumpulan data,
menjadi instruksi laboratorium yang lebih kompleks, yang mengajak siswa
untuk mengeluarkan berbagai keterampilan yang dimiliki terutama
keterampilan menggunakan alat percobaan dan keterampilan argumentasi.
Dalam proses pembelajaran sains, kebanyakan siswa masih kurang
dilibatkan dalam proses pembelajaran, terutama dalam hal kebebasan
mengemukakan pendapat sehingga membuat pengalaman belajar siswa
terhambat. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Simon, et al., (2006),
bahwa pembelajaran sains di sekolah kurang memberi kesempatan bagi
peserta didik untuk belajar bagaimana caranya terlibat dalam argumentasi
ilmiah secara produktif sebagai bagian dari pembelajaran.
Model pembelajaran ADI membuat siswa memiliki kesempatan untuk
belajar bagaimana mengembangkan metode agar menghasilkan data, dan
memicu munculnya keterampilan memahami dan berargumentasi siswa
dalam menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru. Berikut adalah
hasil penelitian yang relevan yang pernah dilakukan oleh beberapa peneliti
mengenai model ADI.
Ginanjar, dkk., (2015: 32-37), dalam penelitiannya menyatakan bahwa.
Terdapat peningkatan untuk level argumentasi 2, 4 dan 5, konstanuntuk level 1 dan menurun untuk level 3, sedangkan argumentasitulisan memiliki peningkatan dengan rerata nilai sebesar +2,17. Halini menunjukkan bahwa cara-cara yang dikembangkan dalam modelADI dapat melatihkan kemampuan argumentasi ilmiah siswa SMP.
13
Andriani, dkk., (2015: 114-120), dalam penelitiannya menyatakan bahwa.
Penerapan model pembelajaran ADI secara signifikan dapatmeningkatkan penguasaan konsep siswa dibandingkan pembelajarandengan inquiry terbimbing. Aspek kognitif yang paling meningkatadalah aspek C2 (memahami) baik di kelas yang menggunakanpembelajaran ADI maupun di kelas yang menggunakanpembelajaran Inquiry terbimbing.
Kurniasari dan Setyarsih (2017: 171-174), dalam penelitiannya
menyatakan bahwa model Argument Driven Inquiry (ADI) pada materi
Usaha dan Energi terlaksana dengan sangat baik pada dua kali pertemuan.
Terdapat peningkatan argumentasi ilmiah siswa yang mampu mencapai
level 4 untuk indikator memberikan gagasan (claim) dengan persentase
21,9% siswa, persentase siswa untuk indikator menganalisis data sebesar
9,4% siswa, yang tergolong dalam level 4. Sedangkan persentase indikator
memberikan pembenaran rasional sesuai teori hanya mencapai level 3.
Respon positif siswa terhadap penerapan pembelajaran ini sebesar 90,25%.
Keunggulan model pembelajaran ADI menurut Amin dan Corebima
(2016: 336), yaitu: 1). Membingkai tujuan kegiatan kelas sebagai upaya
untuk mengembangkan, memahami atau mengevaluasi penjelasan ilmiah
untuk fenomena alam atau solusi untuk masalah; 2). Melibatkan peserta
didik dalam penyelidikan; 3). Mendorong individu untuk belajar
bagaimana menghasilkan argumen yang mengartikulasi dan membenarkan
penjelasan untuk pertanyaan penelitian sebagai bagian dari proses
penyelidikan; 4). Memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar
bagaimana mengusulkan, memberikan dukungan, mengevaluasi, merevisi
ide-ide melalui diskusi dan menulis; 5). Menciptakan komunitas kelas
14
yang menghargai bukti dan memunculkan ide dengan berpikir secara
kritis; 6). Mendorong peserta didik untuk mengambil kendali dari
pembelajaran.
Berdasarkan kajian pustaka yang ada, dapat dikatakan kelebihan dari
model pembelajaran Argument-Driven Inquiry (ADI) adalah memberikan
kesempatan kepada siswa untuk memberikan klaim dan menjawab
pertanyaan berdasarkan data saat ini atau histori pengetahuan ilmiah,
meningkatkan keterampilan memberikan argumen yang beralasan, dan
memberikan komentar kritis dari orang lain. Selain itu, dapat dikatakan
model ADI menjadi salah satu model pembelajaran yang mengajak siswa
untuk mampu berpikir dan bertindak secara kritis sesuai dengan masalah
yang diberikan, dan mengembangkan kemampuan siswa yang
dimunculkan melalui keterampilan argumentasi secara ilmiah.
Materi IPA khususnya fisika sebagian besar membutuhkan alat peraga
dalam proses pembelajaran yang dilakukan. Salah satunya dalam
pembelajaran IPA yang membutuhkan peraga adalah materi pesawat
sederhana. Hal ini sesuai dengan pendapat Tinur (2015: 248-254), bahwa
pembelajaran IPA khususnya fisika, masih banyak siswa yang mengalami
kesulitan, hal ini disebabkan karena proses pembelajaran yang dilkakukan
masih berpusat pada guru, dan masih banyak siswa yang pasif dan kurang
terlibat dalam pembelajaran. Salah satunya mata pelajaran fisika materi
pesawat sederhana, dimana guru seharusnya guru menggunakan bantuan
alat peraga dan model pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk
belajar serta mengutamakan peran siswa, namun pada kenyataannya guru
15
belum melakukan hal tersebut, akibatnya hasil belajar siswa masih rendah
dan kurang maksimal.
Menurut Iman, dkk., (2017: 52-58), dalam penelitiannya ditemukan
beberapa masalah diantaranya: (1) siswa kurang aktif dalam proses belajar,
(2) waktu untuk melakukan praktikum kurang efisien karena siswa masih
banyak bermain dan KBK siswa masih sangat minim, (3) guru bidang
studi belum pernah menerapkan model pembelajaran yang memotivasi
siswa untuk berpikir kritis dan kreatif. Berdasarkan data-data dari 3 tahun
terakhir, penguasaan materi konsep pesawat sederhana masih rendah,
karena dalam proses pembelajaran di dalam kelas masih belum
memaksimalkan alat-alat peraga, belum berpusat pada siswa dan belum
interaktif. Sehingga dalam pencapaian hasil belajar IPA khususnya di
materi Pesawat sederhana masih belum maksimal.
Model pembelajaran ADI yang diindikasikan dapat meningkatkan
keterampilan argumentasi, dalam penerapannya menggunakan metode
kegiatan laboratorium yang menghasilkan data skema argumentasi ilmiah
sebagai hasil temuannya. Hal ini sesuai dengan Hasnunidah (2016), bahwa
strategi pembelajaran ADI dirancang untuk membuat pengalaman
laboratorium yang lebih ilmiah, otentik, dan edukatif bagi peserta didik,
karena siswa akan menerima umpan balik proses pembelajaran dan
memiliki kesempatan untuk belajar dari kesalahan mereka.
Proses belajar dengan menggunakan ADI sesuai dengan teori belajar
pemrosesan informasi, dimana setiap individu mempunyai cara tersendiri
16
untuk memproses informasi yang diterima, memiliki kebiasaan yang
berbeda-beda, seperti dalam hal bagaimana seorang individu merespon
stimulus lingkungan, memproses, dan mengorganisasi informasi yang di
dapat dari lingkungan sekitarnya, menurut (Amamah, dkk., 2016: 237-
245).
Menurut Gagne (1989: 13), teori pemrosesan informasi tersebut, berawal
dari stimulus lingkungan peserta didik yang kemudian mempengaruhi
receptor (penerima stimulus), kemudia masuk ke sistem saraf melalui
sensory register (yaitu organ yang pertama kali menerima adanya
stimulus tersebut) yang terdapat dalam sistem saraf pusat. Penerimaan
stimulus ini merupakan persepsi objek dan peristiwa yang pertama kali
bagi peserta didik. Stimulus yang berupa informasi itu akan disimpan
dalam sistem saraf pusat dalam waktu yang sangat singkat.
Menurut Rehalat (2014: 1-2), teori pemrosesan informasi adalah suatu
teori yang menitikberatkan pada aktivitas yang terkait dengan kegiatan
proses atau pengolahan informasi untuk meningkatkan kapabilitas siswa
melalui proses pembelajaran. Model pemrosesan informasi ini didasari
oleh teori belajar kognitif (Piaget) dan berorientasi pada kemampuan
peserta didik memproses informasi yang dapat memperbaiki
kemampuannya. Proses pemrosesan Informasi yang dilakukan oleh siswa,
merujuk pada stimuli dari lingkungan.
Rehalat (2014: 1-2), juga mengatakan bahwa teori pemrosesan informasi
ini dapat menghubungkan informasi baru pada pengetahuan sebelumnya,
17
dan menata pengetahuan tersebut agar menjadi bermakna. Teori
pemrosesan informasi dapat dikatakan suatu teori yang menghubungkan
informasi yang didapat sebelumnya atau temuan yang didapat dengan
kehidupan nyata dengan sesudah siswa mengikuti proses pembelajaran.
Proses berpikir siswa dalam teori pemrosesan informasi dapat
digambarkan melalui skema pada gambar 4 proses berpikir pada
pemrosesan informasi oleh Gagne (Akib, 2016: 25-29).
Gambar 1. Skema proses berpikir pemrosesan informasi
Berdasarkan skema proses berpikir tersebut, stimulus berupa informasi
yang berasal dari lingkungan peserta didik akan mempengaruhi receptor
(penerima stimulus) dan effector (memberikan tanggapan), kemudian
masuk ke sistem saraf melalui sensory register (organ yang pertama kali
menerima adanya berbagai stimulus/ informasi dari luar) yang terdapat
pada sistem saraf pusat. Stimulus yang berupa informasi itu akan disimpan
dalam sistem saraf pusat dalam waktu yang sangat singkat (short-term
E
N
V
I
R
O
N
M
E
N
T
EFFECTOR
RESEPTOR
Reseptorgenerator
Sensoryregisters
Short-termmemory
Long-termmemory
EXECUTIVE EXPENTANCIES
18
memory) atau memori jangka pendek, jika seseorang ingin mengingat
informasi yang di dapat maka dia harus mengulang-ulang informasi yang
diterimanya. Pada long-term memory, informasi yang pernah diperoleh
akan disimpan dalam waktu yang lama dan respon akan dimunculkan
kembali saat dibutuhkan.
Menurut Rehalat (2014: 1-2), teori pemrosesan informasi adalah suatu
teori yang menitikberatkan pada aktivitas yang terkait dengan kegiatan
proses atau pengolahan informasi untuk meningkatkan kapabilitas siswa
melalui proses pembelajaran. Model pemrosesan informasi ini didasari
oleh teori belajar kognitif (Piaget) dan berorientasi pada kemampuan
peserta didik memproses informasi yang didapat melalui stimulus dari
lingkungan dan melalui proses pembelajaran sehingga apat memperbaiki
kemampuannya.
Berdasarkan beberapa pemaparan mengenai teori pemrosesan informasi,
dan skema teori pemrosesan informasi, pada saat pembelajaran materi
mengguakan model ADI siswa akan mengumpulkan data melalui
pengamatan. Kegiatan ini mengajak siswa untuk mengumpulkan informasi
dari berbagai sumber untuk mendukung argumennya dan kemudian
dituliskan serta dikomunikasikan secara ilmiah. Sehingga, keterampilan
argumentasi siswa dapat meningkat karena proses pembelajaran
menggunakan model ADI menjadikan siswa lebih berpengalaman dalam
mencari tahu, mengkonfirmasi pengetahuan, membuat skema pengamatan
dan mengevaluasi argumen yang disampaikan.
19
3. Keterampilan Argumentasi
Argumentasi merupakan keterampilan yang sangat dibutuhkan dalam
proses pembelajaran. Argumentasi juga merupakan bagian dari
pembelajaran sains yang dapat dimunculkan dan ditingkatkan di dalam
proses pembelajaran sains di kelas.
Menurut Hasnunidah (2016), keterampilan argumentasi adalah sebagai
bentuk komunikasi untuk mengeksternalisasikan pemikiran melalui
serangkaian wacana ilmiah merupakan proses yang sangat penting dalam
pembelajaran. Menurut Inch, et al., (2006), argumentasi adalah proses
memperkuat suatu klaim melalui analisis berpikir kritis berdasarkan
dukungan bukti-bukti dan alasan yang logis. Bukti-bukti ini dapat
mengandung fakta atau kondisi objektif yang dapat diterima sebagai suatu
kebenaran argumentasi dan dipandang penting dalam proses belajar sains,
karena merupakan aktivitas inti dari penyelidikan ilmiah. Berdasarkan
beberapa pendapat tersebut, dapat diartikan bahwa argumentasi adalah
suatu proses seseorang dalam hal mengungkapkan pendapat dan
pandangan terhadap suatu permasalahan, berdasarkan fakta dan data yang
ada sebagai penunjang asumsinya sehingga bisa diakui nilai
kebenarannnya.
Dalam proses pembelajaran sains, tidak saja mencakup aspek konseptual,
namun juga kognitif, afektif dan psikomotor, serta sosial. Siswa diharapkan
mampu melakukan kerja ilmiah, untuk mengkaji fenomena alam, menguji,
dan mengkomunikasikan serta mampu mengkomunikasikan hasil ujinya
20
berdasarkan data dan fakta yang ada. Berdasarkan hal tersebut maka perlu
adanya proses pembelajaran yang mampu mengajak siswa untuk
melakukan hal-hal tersebut sehingga dapat memunculkan keterampilan
siswa, terutama argumentasi secara ilmiah.
Argumentasi menurut Ginanjar, dkk., (2015: 32-37), argumentasi ilmiah
merupakan kemampuan mengemukakan ide/ gagasan mengenai fenomena
sains yang terjadi di alam berdasarkan data/ bukti dan teori yang ada
sebagai pembenaran. Kemampuan ini penting dilatihkan agar siswa dapat
menjelaskan fenomena sains berdasarkan bukti dan konsep sains yang
relevan. Selain itu, menurut Osborne, et al., (2004), argumentasi ilmiah
merupakan salah satu sarana pemulihan pencapaian tujuan pembelajaran
sains yang seimbang, karena selama ini terlalu banyak pembelajaran sains
yang hanya didominasi secara konseptual, dan dalam proses pembelajaran,
argumentasi sering digunakan untuk memberitahu dan membujuk orang
lain untuk menguatkan sesuatu.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dinyatakan bahwa dalam
memberikan argumentasi, setiap siswa dituntut untuk mampu memberikan
argumen yang disertai data dan bukti empirik, sehingga siswa terpacu
untuk lebih kritis dalam berpikir. Pengalaman memberikan argumentasi
tersebut akan meningkatkan kemampuan berpikir secara kritis siswa.
Hasnunidah, et al., (2015: 1185-1192), mengatakan bahwa.
Argumentation skills as a form of communication to externalizeideas through scientific discourse. Develop strategies argumentationcan be one of the alternatives that can help students to improve their
21
critical thinking skills. Students can demonstrate their criticalthinking skills, especially in inquiry-based laboratory activities.
Keterampilan argumentasi dinyatakan sebagai bentuk komunikasi yang
mengeksternalisasi ide-ide melalui wacana ilmiah dan dapat menjadi salah
satu alternatif yang dapat membantu siswa untuk melatih dan
meningkatkan keterampilan berpikir kritis terutama dalam kegiatan
penyelidikan-berbasis laboratorium sehingga dapat memembangun
keterampilan argumentasi ilmiah dan berpikir kritis siswa.
Probosari, dkk., (2016: 29-33) menyatakan bahwa argumentasi ilmiah
dalam sains mempunyai karakteristik yang khas. Pernyataan yang
diberikan merupakan pernyataan deskriptif yang menjawab masalah
penelitian. Bukti yang diberikan juga mengacu pada pengukuran,
pengamatan, atau hasil penelitian lain yang telah dikumpulkan, dianalisis,
dan ditafsirkan. Sehingga, komponen argumen pada akhirnya didapat dari
pernyataan yang menjelaskan suatu fenomena disertai dengan bukti yang
relevan dan didasarkan pada konsep atau asumsi yang melandasinya.
Andi, dkk., (2015: 755-762), menilai bahwa argumentasi dipandang
sebagai keterampilan yang penting dan harus dimiliki siswa dalam proses
belajar sains karena merupakan aktivitas inti yang sangat mendasar dimana
dalam proses pembelajaran seorang siswa membutuhkan argumentasi
untuk memperkuat pemahamannya akan materi yang disampaikan.
Menurut Karnadi (2009: 105-124), kemampuan mengemukakan pendapat
adalah kemampuan siswa dalam mengekspresikan diri terhadap
22
kebutuhannya melalui pikiran dan perasaan tanpa menyakiti atau
merugikan diri sendiri maupun orang lain. Berdasarkan pendapat tersebut
diketahui bahwa keterampilan argumentasi secara ilmiah perlu dimiliki
siswa agar siswa mampu berpendapat sesuai data dan fakta yang relevan
dan mampu memberikan sanggahan yang dapat diterima oleh orang lain
sehingga mempermudah hubungan dan kerjasama antar teman.
Toulmin (2003), mengatakan bahwa argumen disusun dari serangkaian
kalimat yang saling berhubungan dan saling menguatkan berdasarkan
suatu pernyataan yang diyakini kebenarannya, dimana susunan dalam
pemberian argumentasi secara ilmiah yaitu claim (C), dengan data (D)
yang sudah teruji, dan terhubung melalui warrant (W) dan diperkuat
dengan backings (B). Argumen ditentang dalam rebuttals (R), atau
counter-arguments yang menyajikan fakta yang berlawanan dengan data,
warrant maupun backings sehingga membuktikan bahwa pernyataan
tersebut benar. Qualifiers (Q) menunjukkan kekuatan simpulan yang
didapatkan dan bagaimana hal itu bisa diaplikasikan dan valid. Berikut
adalah susunan argumen menurut Toulmin.
Describes theProvid authorty to
Move through to To support a
Present an exception
Gambar 2. Toulmin Argument Pattern (TAP) Toulmin 1984.
Ground Warrent
Backing
Qualifier
Rebuttal
Claim
23
Erduran, et al., (2004), menyatakan berdasarkan definisi Toulmin, claim
adalah sebuah pernyataan yang diajukan kepada orang lain untuk diterima.
Claim mengandung informasi yang diajukan seseorang untuk diterima
sebagai kebenaran atau tindakan yang diinginkan untuk diterima dan
dilakukan. Data atau ground adalah fakta-fakta tertentu yang diandalkan
untuk mendukung klaim yang diberikan. Warrant merupakan sebuah
jaminan yang menghubungkan data dengan claim, biasanya digunakan
untuk menjawab pertanyaan. Backing adalah dukungan kepada suatu
argumen untuk memberikan dukungan tambahan kepada warrant.
Qualifier mengindikasikan kekuatan dari data kepada warrant dan dapat
membatasi claim yang universal. Variasi lain dari qualifier adalah
reservation, yaitu ungkapan kemungkinan yang dapat membuat suatu
claim menjadi salah. Komponen terakhir adalah rebuttal atau sanggahan,
yaitu suatu argumen perlawanan (counter argument) terhadap suatu claim,
data, dan warrant.
Berdasarkan penjelasan susunan argumentasi di atas, dapat dinyatakan
bahwa dalam memberikan pendapat harus mengandung Klaim, bukti dan
data, backing/warrant. Kelengkapan agumentasi siswa akan dilihat dari
bagaimana siswa menjawab soal yang diberikan oleh guru. Kualitas
argumentasi siswa dalam proses pembelajaran akan diukur dengan rubrik
penilaian dengan ketentuan klaim argumentasi menggunakan tabel kualitas
argumentasi yang dikembangkan oleh Osborne, et al., (2004) disajikan
dalam Tabel 2.
24
Tabel 2. Kualitas Argumentasi berdasarkan bukti dan pembenaranLevel Kriteria Argumentasi
1Argumen berbasis argumen dengan satu claim sederhanamelawan suatu claim yang melawan claim bertentangan lainnya.
2Argumen berisi argumen dari suatu claim melawan claim laindengan data pendukung namun tidak berisi sanggahan.
3Argumentasi berisi suatu rangkaian claim atau claimberlawanan dengan data pendukung dan sedikit sanggahan yanglemah.
4
Argumentasi menunjukkan argumen dengan suatu sanggahanyang jeals serta memiliki beberapa claim dan konter claim atauArgumentasi mengandung sebuah rangkaian klaim dengan data,penjamin, atau pendukung dengan satu penyanggah yang jelas.
5Argumentasi menyajikan argumen diperluas dengan lebih darisatu sanggahan atau argumentasi mengandung beberapaargumen dengan lebih dari satu penyanggah yang jelas.
(Osborne, et al., 2004)
Keterangan:Level 5: Sangat BaikLevel 4: BaikLevel 3: Cukup BaikLevel 2: Kurang baikLevel 1: Buruk
Berdasarkan tabel tersebut akan diketahui bagaimana kualitas jawaban
siswa dan bagaimana kemampuan siswa menjawab dan memunculkan
keterampilan argumentasinya, setelah diterapkan model pembelajaran ADI
di dalam kelas. Sehingga dengan ini akan didapatkan hasil keterlaksanaan
model pembelajaran yang dilakukan dan seberapa besar tingkat
kemampuan argumentasi siswa saat diterapkan model ADI.
Hasnunidah (2016), mengatakan bahwa keberhasilan pengembangan
keterampilan argumentasi peserta didik bergantung pada kreativitas guru
dalam membuat dan merancang desain pembelajaran dengan strategi
pembelajaran yang sempurna dan kegiatan kelas yang aktif, yang dapat
membantu peserta didik untuk terlibat dalam argumentasi ilmiah dengan
25
cara yang lebih produktif. Melalui kegiatan pembelajaran tersebut, sisiwa
akan menjadi lebih aktif dan termotivasi untuk berperan dalam proses
pembelajaran di dalam kelas.
4. Jenis Kelamin
Hubungan antara gender dengan prestasi di dalam dunia pendidikan di
sekolah menurut Sugihartono, dkk., (2007: 37), bahwa anak perempuan
lebih bagus dalam mengerjakan tugas-tugas verbal di tahun-tahun awal
dan dapat dipertahankan, sedangkan anak laki-laki menunjukkan masalah-
masalah bahasa yang lebih banyak dibandingkan perempuan. Menurut
hasil penelitian yang dilakukan Sulistiana, dkk., (2012: 102-106),
menyatakan bahwa rata-rata skor anak perempuan lebih tinggi dibanding
anak laki-laki dalam pengukuran kemampuan verbal, jumlah kosakata,
pemahaman bahan tertulis, dan kelancaran verbal, namun siswa laki
cenderung lebih unggul daripada siswa perempuan dalam tes visual ruang.
Berdasarkan hal tersebut, dapat dikataan keterampilan argumentasi verbal
siswa perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki.
Saat diberikan suatu masalah dalam kelompok diskusi, guru sering
membiasakan siswa memilih sendiri anggota kelompoknya sehingga siswa
perempuan cenderung memilih anggota yang perempuan juga dan begitu
sebaliknya. Perempuan memilih kelompok yang sama-sama perempuan
karena biasanya anak perempuan lebih rajin dan teliti dalam mengamati
masalah yang diberikan dibandingkan anak laki-laki. Sedangkan Remiswal
(2013: 12), menyatakan bahwa istilah gender menyangkut perbedaan
26
psikologis, sosial dan budaya antara laki- laki dan perempuan. Beberapa
pendapat tersebut membuktikan bahwa jika terdapat perbedaan
kemampuan dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotor maka secara
tidak langsung akan terdapat perbedaan pada kemampuan berargumentasi
antara siswa laki-laki dan perempuan.
Temuan lain didapatkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Karnadi
(2009: 105-124), menyatakan bahwa: 1) Kemampuan mengemukakan
pendapat anak laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan
anak perempuan; 2) Kemampuan mengemukakan pendapat anak laki-laki
lebih tinggi dibandingkan kemampuan mengemukakan pendapat anak
perempuan yang sama-sama memiliki kreativitas tinggi; 3) Kemampuan
mengemukakan pendapat anak perempuan yang memiliki kreativitas
rendah tidak berbeda dengan kemampuan mengemukakan pendapat anak
laki-laki yang juga memiliki kreativitas rendah; 4) Interaksi jenis kelamin
dan kreativitas tidak berpengaruh terhadap kemampuan mengemukakan
pendapat.
Menurut pendapat Karnadi (2009: 105-124), bahwa pengaruh interaksi
jenis kelamin dalam mengemukakan pendapat dapat dilihat dari aspek
keterampilan berkomunikasi yang dimiliki seorang anak. Anak yang
kreatif dapat mengkomunikasikan pendapatnya secara lancar dengan
memanfaatkan penguasaan dan kelancaran bahasa yang dimilikinya.
Keyakinan siswa perempuan dan laki-laki yang berkaitan dengan
kompetensi bervariasi berdasarkan konteks prestasi. Sebagai contoh, anak
27
laki-laki mempunyai kemampuan kompetensi yang lebih tinggi untuk
matematika dan olahraga sedangkan anak perempuan mempunyai
keyakinan kompetensi yang lebih tinggi untuk bahasa inggris, membaca,
dan aktivitas sosial. Sehingga berdasarkan hal tersebut, dapat dinyatakan
kemampuan berbicara dan bersosialisasi seorang anak perempuan lebih
mudah terjalin dibandingkan anak laki-laki.
Berdasarkan hasil tersebut, dapat dikatakan bahwa gender bukan
merupakan satu-satunya faktor yang mempengaruhi keterampilan
mengungkapkan pendapat siswa baik laki-laki maupun perempuan, namun
kreativitas tinggi dan stimulus yang diberikan guru juga sebagai faktor
yang akan mempengaruhi keterampilan mengungkapkan pendapat. Seperti
yang diungkapkan oleh Karnadi (2009: 105-124), bahwa perbedaan
potensi kognitif siswa dan kecenderungan sifat yang dimiliki antara anak
laki-laki dan perempuan terjadi karena perbedaan perkembangan fisik dan
psikis yang terjadi antara keduanya. Perbedaan ini akan berpengaruh pada
kemampuan anak laki-laki-laki dan anak perempuan dalam
mengemukakan pendapat.
Menurut pendapat (Williams, 2014: 75-82), guru memiliki pengaruh besar
tehadap proses belajar siswa baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pengaruh tersebut dapat terjadi misalnya melalui instruksi kelas,
pengaturan tugas, tanggapan anak-anak dalam pembelajaran, apresiasi
terhadap masing-masing siswa, dan pengelompokkan siswa di kelas.
Perbedaan perlakuan yang dilakukan guru di kelas dapat menimbulkan
28
ketimpangan gender antara siswa laki-laki dan perempuan. Misalnya guru
cenderung lebih banyak berinteraksi dengan siswa perempuan,
dibandingkan siswa laki-laki, dan sebaliknya. Adanya perbedaan
perlakuan yang diberikan di kelas pada hakekatnya dapat menghambat
prestasi belajar siswa.
Yuniarti (2014: 19), mengatakan bahwa siswa yang banyak mendapatkan
perhatian cenderung memiliki motivasi yang besar untuk meningkatkan
prestasi dan siswa yang kurang mendapatkan perhatian akan kurang
memiliki motivasi untuk berprestasi Sehingga, kebanyakan siswa yang
memiliki tingkat pemahaman dan keterampilan argumentasi tingi adalah
siswa yang pintar dan mendapatkan perhatian lebih dari guru.
Proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas akan mempengaruhi
prestasi belajar siswa. Hubungan yang baik antar sesama teman dalam
belajar sangat dibutuhkan terutama pada saat siswa dibagi menjadi
beberapa kelompok. Siswa perempuan akan cenderung memilih kelompok
yang juga perempuan, dan begitu juga laki-laki, sehingga dalam
pembagian kelompok tidak terjadi keseimbangan. Hendaknya seorang
guru memperhatikan dalam pembagian kelompok agar kemampuan siswa
dalam kelompok tidak homogen dan kegiatan diskusi lebih interaktif.
B. Kerangka Pemikiran
Hasil belajar siswa dalam Pembelajaran IPA fisika tidak hanya dilihat dari
kemampuan kognitif dengan hasil yang dicapai siswa saja melainkan dari
keseluruhan proses yang telah dilakukan saat pembelajaran berlangsung.
29
Bukan hanya aspek penilaian aspek kognitif, afektif dan psikomotor saja yang
menjadi tolak ukur kemampuan siswa, namun keterampilan argumentasi
siswa juga harus diperhatikan. Pada kenyataannya banyak siswa masih susah
saat diminta untuk mengungkapkan pendapatnya saat proses pembelajaran.
Siswa masih susah saat diminta untuk mengungkapkan pendapatnya di depan
kelas dan masih sering mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah.
Kemampuan argumentasi siswa jika ditinjau dari jenis kelamin, siswa laki-
laki dan perempuan di SMPN 22 Bandar Lampung masih tergolong rendah.
Hal ini dilihat dari hasil belajar siswa yang masih kurang maksimal di
pelajaran IPA. Selain itu, hal lain yang membuat kemampuan argumentasi
siswa yang masih rendah adalah karena rendahnya keterampilan berpikir
kritis siswa yang ditinjau dari hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran
selama di dalam kelas. Guru juga menjelaskan hanya menggunakan panduan
praktikum yang ada dibuku cetak dan tidak menggunakan LKS atau LKPD
yang dirancang sendiri untuk pembelajaran siswa.
Keterampilan argumentasi siswa yang diterapkan dalam proses pembelajaran
diduga akan memudahkan siswa dalam memahami konsep materi IPA,
sehingga keterampilan argumentasi siswa akan meningkat. Peningkatan
keterampilan argumentasi siswa dilakukan dengan menerapkan model
pembelajaran Argument-Driven Inquiry (ADI) dalam pembelajaran IPA,
karena model ini menggunakan inkuiri atau mengedepankan kerja tim dan
kolaborasi dalam belajar. Banyak aktivitas pembelajaran yang akan dilakukan
dalam model ADI ini, dan siswa dapat berkolaborasi dengan temannya untuk
30
memecahkan permasalahan sehingga diduga dapat meningkatkan
keterampilan argumentasi.
Langkah-langkah pembelajaran ADI (Argument-Driven Inquiry) menurut
Sampson dan Gleim yang sudah dikembangkan oleh Hasnunidah (2016) yang
digunakan untuk meningkatkan keterampilan argumentasi siswa yaitu (1)
Identifikasi tugas; (2) pengambilan data; (3) Produksi argumentasi; (4) Sesi
interaksi argumentasi; (5) Penyusunan laporan tertulis; (6) Review laporan;
(7) Proses revisi laporan; (8) Diskusi reflektif. Selain model pembelajaran
yang diterapkan dalam penelitian, digunakan juga perangkat pembelajaran
untuk mendukung proses pembelajaran yaitu berupa RPP, LKPD dan rubrik
kualitas keterampilan argumentasi.
Selain model pembelajaran, ada juga faktor eksternal yang dinilai akan
mempengaruhi hasil belajar pada keterampilan argumentasi. Guru perlu
memahami dan memperhatikan pengaruh gender (jenis kelamin) dalam
proses belajar. Bila digambarkan dalam sebuah diagram kerangka pemikiran,
hubungan antara model pembelajaran ADI (sebagai variabel bebas) dengan
jenis kelamin (sebagai variabel moderator) dan keterampilan argumentasi
(sebagai variabel terikat) dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.
31
Gambar 3. Diagram Kerangka Pemikiran
C. Anggapan Dasar
Anggapan dasar dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Kedua kelas sampel memiliki tingkat keterampilan argumentasi yang
masih rendah.
2. Kedua kelas sampel memiliki kemampuan awal dan pengalaman yang
homogen.
Proses Pembelajaran
Kelas B (Kontrol)Kelas A (Eksperimen)
Siswa laki-laki Perempuan PerempuanSiswa laki-laki
Model PBL:1. Pemberian masalah2. Diskusi kelompok kecil3. Melakukan kajian pustaka dari
berbagai sumber4. Bertukar informasi dalam kelompok5. Menyajikan solusi6. Siswa bersama-sama dengan guru
menganalisis dan melakukanevaluasi
Model ADI:1. Identifikasi tugas2. Pengumpulan data3. Produksi argument tentatif4. Sesi interaksi argument5. Penyusunan laporan
penyelidikan tertulis6. Review laporan7. Revisi laporan8. Diskusi reflektif
Keterampilan argumentasi padaModel ADI lebih tinggi
dibandingkan dengan model PBL
Uji N-Gain dan Uji Statistik
Peningkatan Keterampilan Argumentasi
32
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikir[[an, dengan demikian
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh penerapan model ADI terhadap keterampilan
argumentasi siswa pada siswa SMP berjenis kelamin laki-laki dengan
perempuan.
2. Terdapat perbedaan keterampilan argumentasi pada siswa SMP berjenis
kelamin laki-laki dengan perempuan setelah diterapkan model
pembelajaran ADI.
33
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 22 Bandar Lampung pada tanggal 1
Agustus 2018 sampai dengan tanggal 27 Agustus 2018.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII IPA semester
ganjil SMP Negeri 22 Bandar Lampung tahun pelajaran 2018-2019. Seluruh
populasi terbagi ke dalam 11 kelas. Sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah dua kelas. Sampel dicuplik dari populasi dengan teknik pusposif
sampling. Purposif sampling adalah salah satu teknik sampling non random
sampling, dimana peneliti menentukan pengambilan sampel dengan cara
menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian sehingga
diharapkan dapat menjawab permasalahan penelitian (Frenkel and Wallen,
2007: 95-99). Kemudian ditentukan kelas VIII D sebagai kelas eksperimen
diberikan perlakukan dengan model ADI dan kelas VIII A sebagai kelas
kontrol diberikan perlakukan dengan model PBL. Kelas VIII D sebagai kelas
eksperimen memiliki jumlah siswa sebanyak 29 anak, dimana siswa laki-laki
sebanyak 14 anak dan perempuan 15 anak. Kelas VIII A sebagai kelas kontrol
memiliki jumlah siswa sebanyak 30 anak dimana jumlah siswa laki-laki 14
orang dan siswa perempuan 16 orang.
34
C. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode quasi
experiment, atau mementingkan adanya variabel-variabel sebagai obyek
penelitian dan memerlukan adanya hipotesa dan pengukuran hasil secara
statistik, (Wardani, dkk., (2016: 13-28). Desain penelitian ini menggunakan
rancangan Pretest-Postestt Non- Equivalent Control Group Design.
Rancangan penelitiannya adalah sebagai berikut.
Tabel 3. Rancangan PenelitianKelas A O1 X1 O2
Kelas B O3 Y2 O4
Keterangan:O1 = pretest kelas AO3 = pretest kelas BX1 = perlakuan penerapan model Argument Driven Inquiry pada kelas AY2 = perlakuan penerapan model Problem Based Learning pada kelas BO3 = postest kelas AO4 = postest kelas B
D. Variabel Penelitian
Penelitian ini terdiri dari tiga variabel penelitian yaitu variabel bebas, variabel
terikat, dan variabel moderat. Variabel bebas dalam penelitian ini ada dua
yaitu model pembelajaran ADI dan model pembelajaran PBL. Variabel
terikatnya adalah keterampilan argumentasi pada siswa. Variabel moderatnya
adalah jenis kelamin siswa (gender) terdiri atas siswa berjenis kelamin laki-
laki dan siswa berjenis kelamin perempuan.
E. Tahapan Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga
tahapan yaitu:
35
1. Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:
a. Melakukan studi pendahuluan melalui kegiatan survey dengan
menyebarkan angket, mengobservasi kegiatan pembelajaran IPA di
dalam kelas dan kelengkapan sarana laboratorium.
b. Studi literatur, dilakukan untuk memperoleh teori yang akurat
mengenai permasalahan yang akan dikaji.
c. Melakukan studi kurikulum mengenai pokok bahasan yang dijadikan
penelitian untuk mengetahui kompetensi dasar yang ingin dicapai oleh
siswa.
d. Menyusun RPP kelas eksperimen dan kelas kontrol. RPP pada kelas
eksperimen dibuat dengan menggunakan model pembelajaran ADI
(Argument-Driven Inquiry).
e. Membuat instrumen penelitian yaitu tes keterampilan argumentasi.
f. Melakukan uji validasi instrumen oleh pembimbing.
g. Melakukan uji coba instrumen penelitian.
h. Menganalisis hasil uji validitas dan uji coba instrumen penelitian.
i. Melakukan revisi instrumen penelitian
2. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan meliputi: (1)
Memberikan test awal (pre-test) untuk mengukur keterampilan awal siswa
sebelum diberi perlakuan (treatment); (2) Memberikan perlakuan yaitu
dengan cara menerapkan model ADI (Argument-Driven Inquiry) pada
pembelajaran serta mengobservasi jalannya pembelajaran dengan bantuan
36
observer; (3) Perlakuan pada kelas kontrol dengan menggunakan model
PBL; (4) Memberikan test akhir (post-test) untuk mengukur peningkatan
keterampilan argumentasi siswa setelah diberi perlakuan (treatment).
Penelitian ini dilaksanakan di kelas 8D sebagai kelas A yang diikuti oleh
29 orang siswa dan 8A sebagai kelas B yang diikuti oleh 30 orang siswa.
Pelaksanaan pembelajaran dilakukan sesuai jadwal pelajaran fisika di
sekolah, yaitu Senin pukul 08.30-10.00 WIB. di kelas 8D dan pukul 13.00-
14.20 WIB. di kelas 8A. Lalu pada hari selasa pukul 07.00-08.30 WIB. di
kelas 8A, dilanjutkan hari jum’at pukul 09.50-11.30 WIB di kelas 8D, hari
senin pukul 08.30-10.00 WIB. di kelas 8D dan pukul 13.00-14.20 WIB. di
kelas 8A. Keseluruhan proses pembelajaran dilakukan sebanyak tiga kali
pertemuan pada setiap kelas. Pemberian perlakuan adalah sebagai berikut:
a. Kelas A
Kelas 8D sebagai kelas A terdiri atas 29 anak, dengan jumlah siswa
laki-laki sebanyak 14 anak dan jumlah siswa perempuan sebanyak 15
anak. Pertemuan pertama dilakukan pada hari senin 13 Agustus 2018
pada pukul 08.00-10.00 WIB dengan model ADI, materi jenis-jenis
pesawat sederhana dan keuntungan mekanik pesawat sederhana.
Sebelum dilakukan belajar dilakukan pretest untuk mengetahui
pengetahuan awal siswa mengenai materi yang akan dipelajari. Tahap
satu, dimulai dengan identifikasi masalah. Pemunculan masalvh divwali
dengan pertanyaan yang diajukan oleh guru, dimana guru bertanya
“Apakah kalian pernah melihat pisau, gunting, jungkat-jungkit?”. Lalu
guru bertanya kembali “Mengapa alat-alat tersebut termasuk pesawat
37
sederhana?”. Selanjutnya untuk mengeksplorasi pengetahuan awal
peserta didik, guru memberikan pertanyaan kembali “bagaimana
menggolongkan alat-alat sehari-hari ke dalam pesawat sederhana dan
bagaimana keuntungan mekaniknya?”. Kemudian guru menjelaskan
topik yang akan dibahas, menyampaikan tujuan pembelajaran,
memberikan motivasi dan apresiasi.
Tahap kedua, yaitu pengumpulan data, guru mengorganisasi peserta
didik ke dalam kelompok. Siswa mengondisikan diri ke dalam
kelompok yang sudah dibagi sebelumnya, dimana setiap kelompok
terdiri atas 5 orang. Setiap kelompok disediakan alat dan bahan seperti
papan tulis kecil, spidol, laptop dan martphone berisikan video peraga
alat-alat jenis pesawat sederhana, yang digunakan untuk melakukan
pengamatan sesuai dengan LKPD ADI yang dibagikan.
Tahap ketiga yaitu produksi argument tentatif dimana pada tahap ini
guru membimbing peserta didik untuk mengolah dan menganalisis data
yang dikumpulkan, memfasilitasi peserta didik untuk membangun
argumen dan menuliskannya dalam skema argumentasi di papan tulis
kecil yang berisi klaim, data dan pembenaran berdasarkan hasil
pengamatan yang telah dilakukan. Tahap ke empat yaitu sesi interaktif
argumen, dimana pada tahap ini guru membimbing diskusi interaktif
untuk membantu peserta didik mengungkapkan berbagi argumen,
mengkritik dan memperbaiki penjelasan. Di dalam setiap kelompok
memiliki anggota berkunjung ke kelompok lain dan ada anggota
38
kelompok yang tinggal dan bertugas sebagai moderator yang
membacakan skema argumentasi dan notulen yang menuliskan kritik
dan saran dari kelompok lain yang berkunjung ke kelompok mereka.
Setelah masing-masing kelompok kembali dari kunjungannya, mereka
dapat memperbaiki skema argumentasi mereka.
Tahap kelima yaitu penyusunan laporan penyelidikan tertulis dimana
guru meminta siswa mengerjakan laporan tertulis maksimal dua
halaman berdasarkan hasil pengamatan mereka. Tahap selanjutnya
dilakukan pada pertemuan kedua hari senin tanggal 20 Agustus 2018
pada pukul 08.00-10.00 WIB. Pada tahap keenam, guru membimbing
siswa untuk mereview dan mengevaluasi laporan penyelidikan yang
telah mereka kerjakan menggunakan lembar review dengan cara
bertukar laporan secara acak. Tahap ketujuh yaitu proses revisi laporan
dimana guru mendorong siswa untuk merevisi laporan penyelidikan
berdasarkan hasil review ditahap sebelumnya. Kemudian tahap
kedelapan adalah diskusi reflektif dimana guru melakukan kesimpulan
mengenai pesawat sederhana bersama siswa.
Di hari yang sama, dilanjutkan kembali materi yang selanjutnya
mengenai prinsip kerja pesawat sederhana pada otot dan tulang rangka
manusia. Pembelajaran dilakukan dengan langkah yang sama seperti
pertemuan sebelumnya. Tahap satu dilakukan identifikasi masalah
dilakukan oleh guru dengan mengajukan pertanyaan “tubuh manusia
terdiri dari otot, tulang, dan sendi. Lalu, menurut pendapat kalian
39
apakah dalam tubuh manusia memiliki prinsip kerja yang sama dengan
pesawat sederhana yang telah dipelajari pada pertemuan yang lalu?”.
Setelah itu guru menuliskan materi yang dipelajari dan menyampaikan
tujuan pembelajaran. Guru mengeksploitasi pengetahuan awal peserta
didik dengan memberikan pertanyaan “menurut kalian bagaimana
prinsip kerja pesawat sederhana pada tubuh manusia?”.
Tahap kedua yaitu pengumpulan data, guru mengorganisasi peserta
didik ke dalam kelompok. Siswa mengondisikan diri ke dalam
kelompok yang sudah dibagi sebelumnya. Setiap kelompok disediakan
alat dan bahan seperti papan tulis kecil dan spidol. Siswa ditugaskan
untuk melakukan pengamatan sesuai dengan LKPD ADI yang
dibagikan. Selanjutnya dua orang siswa diminta untuk memperagakan
saat membawa dua buku cetak dengan tangan terlentang dan melipat.
Setelah itu, siswa diminta untuk menjelaskan bagaimana
perbandingannya. Guru mengajukan pertanyaan “Kegiatan mana yang
menurut kalian lebih ringan?”. Setelah itu siswa diminta untuk
mendiskusikan dengan kelompoknya.
Tahap ketiga yaitu produksi argumen tentatif, dimana guru
membimbing peserta didik untuk mengolah dan menganalisis data yang
dikumpulkan, memfasilitasi peserta didik untuk membangun argumen
dan menuliskannya dalam skema argumentasi di papan tulis kecil yang
berisi klaim, data dan pembenaran berdasarkan hasil pengamatan yang
telah dilakukan.
40
Tahap ke empat yaitu sesi interaktif argumen, dimana pada tahap ini
guru membimbing diskusi interaktif untuk membantu peserta didik
mengungkapkan berbagi argumen, mengkritik dan memperbaiki
penjelasan. Di dalam setiap kelompok memiliki anggota berkunjung ke
kelompok lain dan ada anggota kelompok yang tinggal dan bertugas
sebagai moderator yang membacakan skema argumentasi dan notulen
yang menuliskan kritik dan saran dari kelompok lain yang berkunjung
ke kelompok mereka. Setelah masing-masing kelompok kembali dari
kunjungannya, mereka dapat memperbaiki skema argumentasi mereka.
Tahap kelima yaitu penyusunan laporan penyelidikan tertulis dimana
guru meminta siswa mengerjakan laporan tertulis maksimal dua
halaman berdasarkan hasil pengamatan mereka.
Tahap selanjutnya pertemuan ketiga dilakukan pada hari senin tanggal
24 Agustus 2018 pada pukul 09.50-11.30 WIB. Pada tahap ke enam,
guru membimbing siswa untuk mereview dan mengevaluasi laporan
penyelidikan yang telah mereka kerjakan menggunakan lembar review
dengan cara bertukar laporan secara acak. Tahap ketujuh yaitu proses
revisi laporan dimana guru mendorong siswa untuk merevisi laporan
penyelidikan berdasarkan hasil review ditahap sebelumnya.
Kemudian tahap kedelapan adalah diskusi reflektif dimana guru
melakukan kesimpulan mengenai prinsip kerja pesawat sederhana pada
otot dan tulang rangka manusia bersama siswa. Setelah selesai
pembelajaran dilakukan posttest untuk mengetahui seberapa mampu
41
atau menguasainya siswa dengan materi yang telah dipelajari selama
pembelajaran.
b. Kelas B
Kelas 8A sebagai kelas B terdiri atas 30 siswa dengan jumlah siswa
laki-laki sebanyak 14 anak dan jumlah siswa perempuan sebanyak 16
anak. Pertemuan pertama dilakukan pada hari senin, 13 Agustus 2018
pukul 13.00-14.20 WIB dengan materi jenis-jenis pesawat sederhana
dan keuntungan mekanik pesawat sederhana. Sebelum dilakukan
pembelajaran di dalam kelas, dilakukan pretest untuk mengetahui
pengetahuan awal siswa sebelum mulai pembelajaran. Tahap pertama
pada pembelajaran dimulai dengan guru memberikan masalah kepada
siswa untuk dipecahkan pada proses pembelajaran, kemudian
dilanjutkan guru menuliskan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan
pada proses pembelajaran.
Guru memancing siswa untuk memunculkan masalah dengan bertanya
“Apakah kalian pernah menggunakan gunting, sekop, sepeda, dan
pisau?”. Guru bertanya kembali “Jika pernah, mengapa alat-alat
tersebut termasuk ke dalam jenis pesawat sederhana?”. Siswa
memberikan jawaban sementara dari pertanyaan yang diajukan oleh
guru. Lalu guru bertanya kembali “Apakah semua alat tersebut
termasuk kedalam jenis yang sama?”. Guru menuliskan beberapa
contoh kegiatan dengan menggunakan pesawat sederhana di papan tulis
dan meminta siswa untuk menggolongkan sesuai dengan jenis-jenisnya.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, peserta didik dibagi menjadi
42
enam kelompok, dan masing-masing kelompok terdiri atas 5 anak.
Siswa diminta untuk menganalisis masalah yang diberikan oleh guru
dari berbagai sudut pandang.
Tahap kedua, dilakukan diskusi kelompok untuk memecahkan masalah.
Guru membimbing siswa dalam merumuskan hipotesis dan
merumuskan berbagai kemungkinan untuk memecahkan masalah sesuai
dengan pengetahuan yang dimiliki. Tahap ketiga dilakukan kajian
pustaka, dimana siswa mencari informasi dari berbagai sumber. Guru
membimbing siswa dalam mengumpulkan data dari berbagai sumber
informasi baik dari buku maupun internet untuk memecahkan masalah.
Tahap keempat siswa kembali dalam kelompok kecil untuk
mendiskusikan hasil temuan selama proses pengumpulan informasi, dan
bertukar informasi dengan kelompoknya mengenai hasil dari sumber
yang didapatkan.
Tahap kelima, guru membimbing peserta didik untuk menyajikan hasil
karya yang didapat selama diskusi dalam kelompoknya. Selanjutnya
masing-masing siswa diminta untuk mempresentasikan hasil kerja
kelompoknya ke depan kelas dengan memberikan perwakilan dari setip
kelompok. Setiap siswa yang mendengarka penyajian hasil kerja
temannya dipersilahkan untuk memberikan tanggapa atau masukan.
Tahap keenam, guru bersama-sama dengan siswa melakukan evaluasi
selama proses pembelajaran. Guru bersama-sama dengan
menyimpulkan hasil yang diperoleh selama proses pembelajaran, dan
43
mengevaluasi proses pemecahan masalah yang telah dilakukan masing-
masing kelompok.
Pertemuan kedua dilakukan pada hari Selasa, 14 agustus 2018 pukul
07.00-08.30 WIB. Pembelajaran dimulai dengan mengulas kembali
materi yang sudah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Guru
bersama-sama dengan siswa merumuskan masalah yang akan
dipecahkan pada proses pembelajaran, kemudian dilanjutkan guru
menuliskan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan pada proses
pembelajaran. Guru memberikan pertanyaan awal kepada siswa
menganai kegiatan yang biasa dilakukan seperti “Apakah kalian pernah
membawa buku dengan tangan terlentang maupun tangan terlipat?”.
Siswa menjawab “Iya, pernah bu.” Lalu guru bertanya kembali, “Jika
pernah, perbedaan apa yang kalian rasakan?”. Siswa memberikan
jawaban sementara dari pertanyaan yang diajukan oleh guru.
Lalu guru bertanya kembali “Apakah beban yang kalian angkat dengan
tangan terlentang maupun tangan terlipat terasa sama?”. Sebelum
menjawab pertanyaan tersebut, peserta didik dibagi menjadi enam
kelompok, dan masing-masing kelompok terdiri atas 5 anak. Guru
meminta perwakilan siswa untuk maju kedepan mempraktikkan
kegiatan yang telah dijelaskan, kemudian siswa diminta untuk
membandingkan apa yang dirasakan dan mendiskusikan kegiatan yang
dilakuka ke dalam kelompok. Siswa diminta untuk menganalisis
masalah yang diberikan oleh guru dari berbagai sudut pandang.
44
Tahap ketiga, guru membimbing siswa dalam merumuskan hipotesis
dan merumuskan berbagai kemungkinan untuk memecahkan masalah
sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki. Guru membimbing siswa
dalam mengumpulkan data dengan mencari dari berbagai sumber
informasi baik dari buku maupun internet untuk memecahkan masalah.
Tahap keempat guru membimbing peserta didik untuk menyajikan hasil
karya yang didapat selama diskusi dalam kelompoknya. Selanjutnya
masing-masing siswa diminta untuk mempresentasikan hasil kerja
kelompoknya ke depan kelas dengan memberikan perwakilan dari setip
kelompok. Setiap siswa yang mendengarka penyajian hasil kerja
temannya dipersilahkan untuk memberikan tanggapa atau masukan.
Tahap kelima, guru bersama-sama dengan siswa menyimpulkan hasil
yang diperoleh selama proses pembelajaran, dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah yang telah dilakukan dari masing-masing
kelompok.
Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Senin, 20 agustus 2018 pukul
13.00-14.20 WIB. Pertemuan dimulai dengan memberikan ulasan
materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Guru
bersama-sama dengan siswa mengulas dan mengevaluasi kembali
materi yang telah dipelajari sebelumnya. Setelah selesai pemberian
kesimpulan selama proses pembelajaran, dilakukan uji posttest untuk
mengetahui pencapaian hasil akhir siswa selama proses pembelajaran
dengan menggunakan model problem Based Learning (PBL).
45
3. Tahap Akhir
Kegiatan yang akan dilakukan pada tahap ini antara lain:
a. Mengolah data hasil tes awal (pretest) dan tes akhir (post-test) dan
instrumen pendukung penelitian lainnya.
b. Membandingkan hasil analisis data instrumen tes dari sebelum
perlakuan dan setelah diberi perlakuan untuk mengetahui apakah
terdapat perbedaan dan peningkatan keterampilan argumentasi antara
kelas menggunakan pembelajaran model ADI dengan model PBL.
c. Memberikan kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari
langkah-langkah menganalisis data.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) model ADI
RPP dengan model pembelajaran ADI digunakan sebagai acuan guru pada
pelaksanaan pembelajaran yang digunakan selama proses pembelajaran.
2) LKPD
Lembar kerja peserta didik merupakan panduan belajar siswa yang disusun
berdasarkan sintaks Pembelajaran Argument Driven Inquiry.
3) Lembar tes keterampilan argumentasi
Lembar tes digunakan untuk mengetahui kemampuan argumentasi awal
dan akhir siswa laki-laki dan perempuan, yang berbentuk essai. Tes
diberikan sebanyak dua kali yaitu pretest yang berfungsi untuk mengetahui
keterampilan argumentasi awal siswa sebelum diberikan perlakuan.
Selanjutnya dilakukan posttest, yaitu untuk mengetahui keterampilan
46
argumentasi akhir siswa setelah diberikan perlakuan. Soal yang diberikan
pada saat pretest dan posttest terdiri dari 5 soal essai. Soal yang dibuat
mengacu pada metode pembuatan soal yang dikembangkan oleh Osborne,
et al., (2004) dengan bentuk jawaban satu set lima tingkat argumentasi
sesuai tingkatan level yang telah dikembangkan oleh Osborne, et al.,
(2004) seperti Tabel 2. Kualitas argumentasi siswa dibuat dalam bentuk
rubrik (secara rinci pada lampiran 4).
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan pretest dan
postest. Tes digunakan untuk mengukur keterampilan argumentasi siswa,
yang merupakan tes essai dalam bentuk competiting theory yaitu tes yang
disajikan dengan menyiapkan dua teori yang sama namun seperti berlawanan
atau bersaing kebenarannya. Berdasarkan teori tersebut siswa diminta untuk
memberikan jawaban dan alasan dalam menjawab kedua teori tersebut.
Jawaban yang diberikan siswa akan menentukan mutu dalam bentuk satu set
lima tingkat argumentasi sesuai tingkatan level yang telah dikembangkan
oleh (Osborne, et al., 2004) seperti Tabel 2.
Sebelum tes keterampilan argumentasi digunakan, terlebih dahulu dilakukan
analisis validitas empiris. Uji validitas dilakukan untuk mengetahui ketepatan
dan kecermatan hasil pengukuran dari instrumen yang akan digunakan dalam
penelitian. Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur seberapa konsiten atau
ajek intrumen yang akan digunakan. Koefisien validitas dan reliabilitas
berkisar dari 0,0 hingga 1,0 yang artinya semakin tinggi koefisien reliabilitas
47
maka semakin tinggi ketepatan dan konsistensi soal atau tes dan semakin
bagus soal atau tes tersebut. Suatu tes dikatakan valid dan reliabel jika skor
soal atau tes tersebut berkorelasi tinggi dengan skor murninya.
Perhitungan koefisien validitas menggunakan rumus korelasi product
moment. Berikut ini rumus korelasi product moment:
r = N∑XY − (∑X)(∑Y){N∑X − (∑X) }{N∑Y (∑Y) }Keterangan:rxy = koefisien korelasiN = jumlah subyekX = nilai pembandingY = nilai dari instrument yang akan dicari validitasnya
Sumber: (Ratumanan & Laurens: 2003)
Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan SPSS 16 for windows.
Kriteria pengambilan keputusan dilihat dari rhitung dan rtabel, dimana
rhitung>rtabel, maka item valid dan sebaliknya. Dengan kriteria peafsiran
korelasi uji validitas instrumen sebagai berikut.
Tabel 4. Kriteria Peafsiran Korelasi Uji Validitas InstrumenKriteria Peafsiran
Indeks KorelasiPenafsiran
r ≤ 0,00 Tidak valid
0,00 < r ≤ 0,20 Validitas sangat rendah
0,20 < r ≤ 0,40 Validitas rendah
0,40 < r ≤ 0,60 Validitas sedang
0,60 < r ≤ 0,80 Validitas tinggi
0,80 < r ≤ 1,00 Validitas sangat validitas
Hasil uji validitas instrumen soal essai untuk mengukur keterampilan
argumentasi siswa dapat dilihat pada Tabel berikut (secara rinci dapat dilihat
pada Lampiran 5).
48
Tabel 5. Hasil Pengujian Validitas Instrumen Penelitian
Nomor Soal Indikator CapaianKeberhasilan
PearsonCorrelation
Keterangan
1 3.3 0,370 Valid
2 3.3 0,478 Valid3 3.3 0,759 Valid4 3.3 0,449 Valid5 3.3 0,540 Valid6 3.3 0,560 Valid7 3.3 0,637 Valid8 3.3 0,537 Valid9 3.3 0,622 Valid10 3.3 0,764 Valid11 3.3 0,423 Valid
Jumlah responden dalam melakukan uji validitas dan reliabilitas adalah 30
siswa dengan ɑ = 0,050 maka rtabel adalah 0,361. Berdasarkan tabel dapat
dilihat bahwa dari 11 butir soal, semua soal dinyatakan valid karena memiliki
Pearson Correlation > 0,361. Semua soal essai yang valid, dapat digunakan
untuk mengukur keterampilan argumentasi siswa. Setelah dilakukan uji
validitas soal, dilanjutkan untuk pengujian reliabilitas soal.
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui tingkat kepercayaan. Koefisien
reliabilitas dicari menggunakan rumus yang Alpha Cronbach sebagai berikut.
, = ( − 1) 1 − ∑Keterangan: r1 1 = reliabilitas instrumen
= skor tiap-tiap itemn = banyaknya butir soal
= varians total
Tabel 6. Kriteria penafsiran indeks r11
Koefisien Reliabilitas Penafsiran0,80 ≤ r derajat reliabilitas tinggi
0,40 ≤ r < 0,80 derajat reliabilitas sedangr < 0,40 derajat reliabilitas rendah
Sumber: (Ratumanan & Laurens: 2003)
49
Teknik penskoran nilai pretest dan postest yaitu:= 100Keterangan : S = nilai yang diharapkan (dicari);
R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar;N = jumlah skor maksimum dari tes tersebut
Sumber: (Purwanto, 2008: 112)
Uji reliabilitas untuk melihat keterampilan argumentasi siswa, menggunakan
soal yang telah dinyatakan valid saja, maka ada 11 soal yang akan diuji
reliabilitasnya. Uji Reliabilitas dibantu dengan perangkat lunak SPSS 17 dan
hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada tabel berikut (secara rinci pada
Lampiran 6).
Tabel 7. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen PenelitianKomponen Cronbach’s Alpha N of items
Essai 0,756 11
Berdasarkan Tabel 7, dapat dilihat bahwa soal essai memiliki Cronbach’s
Alpha sebesar 0,756. Berdasarkan Tabel 7, nilai Cronbach’s Alpha berada di
antara 0,610 sampai dengan 8,00 yang berarti bahwa nilai Cronbach’s Alpha
bersifat sedang. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen soal essai yang
digunakan dalam penelitian sudah reliabel. Butir soal yang digunakan sesuai
dengan indikator capaian teori dalam pembelajaran.
Soal nomor 1 merupakan soal uji argumentasi sesuai dengan indikator hasil
capaian teori mengenai identifikasi jenis-jenis pesawat sederhana. Soal nomor
2 dan 3 merupakan soal uji argumentasi sesuai dengan indikator hasil capaian
teori mengenai deskripsi kegunaan pesawat sederhana. Soal nomor 4
merupakan soal uji argumentasi sesuai dengan indikator hasil capaian teori
mengenai prinsip kerja pesawat sederhana pada otot dan tulang rangka. Soal
50
nomor 5 merupakan soal uji argumentasi sesuai dengan indikator hasil
capaian teori keuntungan mekanik pesawat sederhana. Berdasarkan
keseluruhan soal, soal yang diambil untuk uji keterampilan argumentasi siswa
sesuai dengan materi yang dipelajari selama proses pembelajaran (secara rinci
pada Lampiran 7).
Adapun kualitas argumentasi siswa akan diukur dengan menggunakan
instrumen tes kualitas argumentasi yang diadopsi dari hasil penelitian
Osborne, et. al., (2004) seperti tabel berikut.
Tabel 8. Skema Kualitas Argumentasi berdasarkan bukti dan pembenaran.Level Kriteria Argumentasi
1 Argumen berbasis argumen dengan satu claim sederhanamelawan suatu claim yang melawan claim bertentanganlainnya.
2 Argumen berisi argumen dari suatu claim melawan claimlain dengan data pendukung namun tidak berisisanggahan.
3 Argumentasi berisi suatu rangkaian claim atau claimberlawanan dengan data pendukung dan sedikitsanggahan.
4 Argumentasi menunjukkan argumen dengan suatusanggahan yang jeals serta memiliki beberapa claim dankonter claim atau argumentasi mengandung sebuahrangkaian klaim dengan data, penjamin, atau pendukungdengan satu penyanggah yang jelas.
5 Argumentasi menyajikan argumen diperluas dengan lebihdari satu sanggahan atau argumentasi mengandungbeberapa argumen dengan lebih dari satu penyanggahyang jelas.
Keterangan:
Level 5: Sangat BaikLevel 4: BaikLevel 3: Cukup BaikLevel 2: Kurang baikLevel 1: Buruk
51
H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
1. Analisis Data
a). Analisis uji soal pretest dan postest
Data hasil penelitian ini berupa keterampilan argumentasi dari nilai
pretest dan posttest yang dianalisis menggukan N-Gain. Perhitungan
ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan argumentasi
melalui nilai pretest dan posttest dari kedua kelas. Rumus N-Gain
menurut Hake, (2002: 3) yaitu sebagai berikut (secara rinci pada
Lampiran 8).
N-Gain =
Kriteria Interpretasi N-gain dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Kriteria Interpretasi N-gainN-gain Kriteria
N-gain > 0,7 Tinggi0,3 ≤ N-gain ≤ 0,7 Sedang
N-gain < 0,3 Rendah
2. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis berdasarkan data prestes dan postes adalah dengan
menggunakan uji beda. Jika kedua sampel berasal dari populasi
berdistribusi normal, maka uji beda yang digunakan adalah uji parametrik
(Sudjana, 2005: 67). Data nilai keterampilan argumentasi di uji statistik
menggunakan menu Independent Sample T-Test. Pengujian Independent
Sample T-Test dalam penelitian ini menggunakan perangkat lunak SPSS
17. Asumsi uji beda dengan Independent Sample T-Test adalah data hasil
uji berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen. Pengujian
52
normalitas data pada penelitian ini menggunakan Shapiro-Wilk Test dan
uji homogenitas menggunakan Levene Test. Hasil uji normalitas dan
homogenitas yang dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Uji normalitas dan homogenitas
Uji Normalitas dilakukan sebagai uji prasyarat sebelum melakukan uji
hipotesis yang dilakukan dengan perangkat lunak SPSS 17 melalui
Saphiro-Wilk dengan membandingkan nilai sig. dengan taraf sig.5%
atau 0,05. Hasil pengujian normalitas mengenai keterampilan
argumentasi siswa dapat dilihat pada tabel berikut (secara rinci pada
Lampiran 10).
Tabel 10. Hasil Uji Normalitas
Data Kelas JenisKelamin
Saphiro-Wilkstatistic df Sig.
KeterampilanArgumentasi
EksperimenLaki-laki 0.934 14 0.348
Perempuan 0.951 15 0.548
KontrolLaki-laki 0.955 14 0.643
Perempuan 0.921 16 0.176
Berdasarkan kriteria pengambilan keputusan, apabila nilai sig. > 0,05
menunjukkan bahwa data berdistribusi normal. Tabel 10 menunjukkan
bahwa nilai sig. data keterampilan argumentasi siswa laki-laki maupun
siswa perempuan pada kedua kelas sampel diatas 0,05 sehingga dapat
dikatakan data keterampilan argumentasi berdistribusi normal.
Selanjutnya dilakukan uji homogenitas, dimana uji ini merupakan
prasyarat sebelum melakukan uji hipotesis yang dilakukan dengan
perangkat lunak SPSS 17. Uji homogenitas dilakukan dengan Levene
Statistic dengan membandingkan nilai sig. pada taraf sig. 5% atau 0,05.
53
Hasil uji homogenitas disajikan dalam tabel berikut (secara rinci pada
Lampiran 11).
Tabel 11. Hasil Uji Homogenitas
Data Jenis KelaminLevene Statistic
statistic df1 df2 Sig.KeterampilanArgumentasi
Laki-laki .846 1 26 .366Perempuan 1.513 1 29 .229
Berdasarkan kriteria pengambilan keputusan, apabila nilai sig. > 0,05
maka data hasil uji bersifat homogen. Berdasarkan Tabel 11 dapat
diketahui nilai sig. pada siswv perempuan sebesar 0,366 dan siswa laki-
laki sebesar 0,229 atau nilai sig.>0,05, sehingga dapat dikatakan dari
hasil uji homogenitas pada siswa laki-laki maupun perempuan data
tersebut bersifat homogen.
2. Rumusan hipotesis statistik penelitian
Hipotesis statistik penelitian terdiri dari hipotesis nol (H0) dan hipotesis
alternatif (H1). Berikut rumusan hipotesis statistik dalam penelitian ini:
1. Hipotesis pertama
H0: Tidak terdapat pengaruh penerapan model ADI terhadap
keterampilan argumentasi siswa siswa SMP berjenis kelamin
laki-laki dan perempuan setelah diterapkan model pembelajaran
Argument-Driven Inquiri (ADI).
H1: Terdapat pengaruh penerapan model ADI terhadap keterampilan
argumentasi pada siswa SMP berjenis kelamin laki-laki dan
perempuan setelah diterapkan model pembelajaran Argument-
Driven Inquiri (ADI).
54
2. Hipotesis kedua
H0: Tidak terdapat perbedaan keterampilan argumentasi pada siswa
SMP berjenis kelamin laki-laki dengan perempuan setelah
diterapkan model pembelajaran ADI.
H1: Terdapat perbedaan keterampilan argumentasi pada siswa SMP
berjenis kelamin laki-laki dengan perempuan setelah diterapkan
model pembelajaran ADI.
3. Kriteria Uji
Jika sig.< 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima, sedangkan jika sig. >0,05 maka H0 diterima dan H1 diterima.
3. Uji Effect Size
Effect size menurut Santoso (2010), merupakan ukuran mengenai
signifikansi hasil penelitian yang berupa ukuran besarnya korelasi atau
perbedaan, atau efek dari suatu variabel pada variabel lain, dan dapat
digunakan juga untuk membandingkan efek suatu variabel dari
penelitian-penelitian yang menggunakan skala pengukuran yang
berbeda. Ukuran besar pengaruh model pembelajaran ADI terhadap
peningkatan keterampilan argumentasi siswa dapat diketahui melalui
perhitungan effect size dengan menggunakan rumus Cohen’s sebagai
berikut.
= −Keterangan:
= nilai effect size
55
= nilai rata-rata kelas eksperimen
= nilai rata-rata kelas kontrol
= standar deviasi gabungan
Untuk menghitung rumus yang digunakan adalah sebagai
berikut.
= ( − 1) + ( − 1)+Keterangan:
= standar deviasi gabungan
= jumlah siswa kelas eksperimen
= jumlah siswa kelas kontrol
= standar deviasi kelas eksperimen
= standar deviasi kelas kontrol
Hasil perhitungan nilai d kemudian diinterpretasikan berdasarkan
kriteria Cohen yang dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Kriteria Effect SizeEffect Size Interpretasi
d > 0,8 Besar0,2 < d <0,8 Sedang
d < 0,2 Kecil
(Fakhruriza dan Kartika, 2015: 54-57)
71
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian dapat disimpulkan sebagai
berikut.
1. Terdapat pengaruh penerapan model ADI terhadap keterampilan
argumentasi siswa SMP berjenis kelamin laki-laki dengan perempuan,
yang ditunjukkan dengan nilai sig. sebesar 0,01 pada siswa laki-laki dan
0,02 pada siswa perempuan.
2. Terdapat perbedaan keterampilan argumentasi siswa SMP berjenis
kelamin laki-laki dan perempuan setelah diterapkan model pembelajaran
ADI, yang ditunjukkan dengan hasil uji effect size r, dimana pada siswa
laki-laki memperoleh nilai effect size r sebesar 0,4246 dan pada siswa
perempuan sebesar 0,4407, dengan kriteria perolehan hasil uji dalam
kategori sedang.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian, dikemukakan saran sebagai berikut.
1. Pengelompokkan siswa berdasarkan perbedaan jenis kelamin pada
pembelajaran menggunakan model Argument Driven Inquiry (ADI)
dilakukan secara merata sehingga tidak ada kelompok dengan jenis
kelamin yang mendominasi.
72
2. Bagi peneliti lain yang akan menggunakan model Argument Driven
Inquiry (ADI) diharapkan dapat mengatur strategi waktu dalam proses
pembelajaran dengan baik, karena dalam menerapkan model
pembelajaran (ADI), seluruh sintaks dapat diterapkan kurang lebih dua
sampai tiga kali pertemuan.
73
DAFTAR PUSTAKA
Akib, I. (2016). Implementasi Teori Belajar Robert Gagne dalam PembelajaranKonsep Matematika (Suatu Alternatif Kegiatan Mengajar Belajar KonsepMatematika). Makasar: Lembaga Perpustakaan dan Penerbitan UniversitasMuhammadiyah Makassar. (Online) di https://www.researchgate.net/publication/305739745. Pada 22 Oktober 2018.
Amamah, S., Sa’dijah, C., dan Sudirman. (2016). Proses Berpikir Siswa SMPBergaya Kognitif Field Dependent Dalam Menyelesaikan MasalahBerdasarkan Teori Pemrosesan Informasi. Jurnal Pascasarjana-UniversitasNegeri Malang. 1 (02), 237-245.
Amin, A Muh. dan Corebima AD. (2016). Analisis Presepsi Dosen TerhadapStrategi Pembelajaran Reading Questioning and Answering (RQA) DanArgument Driven Inquiry (ADI) Pada Program Studi Pendidikan Biologi DiKota Makassar. Makassar: Seminar Nasional II Tahun 2016 Kerjasama ProdiPendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkunan dan Kependudukan(PLSK) Universitas Muhammadiyah Malang.
Andi., Fitriah., dan Zainuddin. (2015). Keterampilan Berargumentasi Ilmiah padaPembelajaran Fisika Melalui Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing.Jurnal Pendidikan Fisika-FKIP Unlam Banjarmasin, Jilid 27 (7), 755-762.
Andriani., Yuli., dan Riandi. (2015). Peningkatan Penguasaan Konsep SiswaMelalui Pembelajaran Argument Driven Inquiry pada Pembelajaran IPATerpadu di Smp Kelas VII. Jurnal Pascasarjana Universitas PendidikanIndonesia, 7 (02), 114-121.
Erduran, S., Simon, S., & Osborne, J. (2004). TAP Ping Into Argumentation:Development in the Application of Toulmin's Argumentation Pattern forStudying Science Discourse. Journal Science Education, 88 (6), 915-933.
Fakhruriza, O., & Kartika, I. (2015). Keefektifan model pembelajaran relating,experiencing, applying, cooperating, transferring (REACT) untukmeningkatkan hasil belajar siswa SMP pada materi kalor. Jurnal Riset danKajian Pendidikan Fisika, 2 (02), 54-57.
Frenkel and Wallen. (2007). How to Design dnd Evaluate Research In Education.New York: McGraw-Hill Education.
74
Ginanjar., Utari., dan Muslim, D. (2015). Penerapan Model Argument-DrivenInquiry dalam Pembelajaran IPA untuk Meningkatkan KemampuanArgumentasi Ilmiah Siswa SMP. Jurnal Pengajaran MIPA, 20 (01), 32-37.
Hake, R.R. (2002). Relationship of Individual Student Normalized LearningGains in Mechanics with Gender, High-School Physics, and Pretest Scoreson Mathematics and Spatial Visualization. Physics Education ResearchConference; Boise, Idaho. (Online) di http://www.physics.indiana.edu/~hake. Diakses pada 12 Desember 2017.
Hasnunidah, N. (2016). Pengaruh Argument Driven-Inquiry dengan Scaffoldingterhadap Keterampilan Argumentasi, Keterampilan Berpikir Kritis, danPemahaman Konsep Biologi Dasar Mahasiswa Jurusan Pendidikan MIPAUniversitas Lampung. Disertasi tidak Diterbitkan. Malang: UniversitasNegeri Malang.
Hasnunidah, N., Susilo, H., et al. (2015). Argument-Driven Inquiry withScaffolding as the Development Strategies of Argumentation and CriticalThinking Skills of Students in Lampung, Indonesia. American Journal ofEducational Research, 03 (9), 1185-1192. (Online) di http://pubs.sciepub.com/ education/3/9/20. Pada 10 September 2018.
Helmiati. (2016). Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Iman, R., dkk. (2017). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa DenganModel Inkuiri Terbimbing Pada Materi Pesawat Sederhana. JurnalPendidikan Sains Indonesia, 05 (01), 52-58.
Inch, E.S. et al. (2006). Critical Thinking and Communication: The Use of Reasonin Argument 5. Th. Edition. Boston: Pearson Education, In.
Kadayifci, H., B. Atasoy, & H. Akkus. (2012). The correlation between the flawsstudents define in an argument and their creative and critical thinkingabilities. Journal Procedia - Social and Behavioral Sciences, 47, 802 – 806.
Karnadi. (2009). Pengaruh Jenis Kelamin dan Kreativitas terhadap KemampuanMengemukakan Pendapat Anak Kelas Rendah di Sekolah Dasar. JurnalPendidikan Dasa, 10 (02), 105-124.
Kurniasari, I.S., dan Setyarsih, W. (2017). Penerapan Model PembelajaranArgument-Driven Inquiry (ADI) untuk Melatihkan KemampuanArgumentasi Ilmiah Siswa pada Materi Usaha dan Energi. Jurnal InovasiPendidikan Fisika (JIPF), 6 (03), 171-174.
Kurniawati, I. (2017). Pengaruh Simulasi Komputer Terhadap PeningkatanPenguasaan Konsep Impuls-Momentum Siswa SMA. Jurnal PembelajaranSains, 1 (01), 24-26.
75
NEA (National Education Association). (2012). Preparing 21st Century Studentsfor a Global Society: An Educator’s Giude to the “Four Cs”. Author: NEA.(Online). www.nea.org/assets/docs/A-Guide-to-Four-Cs.pdf. Pada 14Februari 2018.
Osborne, J., Erduran, S., & Simon, S. (2004). Enhancing the Quality ofArgumentation in School Science. Journal of Research In Science Teaching,41 (10), 994-1020.
P21. 2008. 21st Century Skills, Education & Competitiveness. Washington DC,Partnership for 21st Century Skills.
Pemapapan Wakil Kemendikbud. (2014). Konsep dan implementasi Kurikulum2013. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RepublikIndonesia. (Online) tersedia dihttps://www.kemdikbud.go.id/kemdikbud/dokumen/Paparan/Paparan%20Wamendik.pdf. Diakses pada 9 Oktober 2018.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54. (2013). StandarKompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Probosari, R,. Ramli, M., dkk. (2016). Profil Keterampilan Argumentasi IlmiahMahasiswa Pendidikan Biologi FKIP UNS pada Mata Kuliah AnatomiTumbuhan. Jurnal BIOEDUKASI, 9 (01), 29-33.
Purwanto. (2008). Metodologi Statistika dan Penelitian Kuantitatif untukPsikologi dan Pendidikan. Yoygakarta: Pustaka Pelajar.
Ratumanan, T.G & Laurens, T. (2003). Evaluasi Hasil Belajar yang Relevandengan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Surabaya: YP3IT dan UnesaUniversity.
Rehalat, A. (2014). Model Pembelajaran Pemrosesan Informasi. JurnalPendidikan Ilmu Sosial 2 (23), 1-2. (Online) tersedia dihttp://download.portalgaruda.org/ article.php. Diakses pada 9 September2018.
Remiswal. (2013). Menggugah Partisipasi Gender di Lingkungan KomunitasLokal. Yogyakarta: Graha Ilmu. (Online) tersedia di http://grahailmu.co.id/previewpdf/978-602-262-021-1-1031.pdf. Diunduh pada 20 Februari 2018.
Sampson, V., et al. (2012). Using Laboratory Activities that EmphasizeArgumentation and Argument to Help High School Students Learn How toEngage in Scientific Inquiry and Understand the Nature of ScientificInquiry. Indianapolis. Paper presented at the annual international conferenceof the National Association for Research in Science Teaching (NARST).
76
Sampson, V.E., Grooms J. & Walker J.P. (2010). Argument-Driven Inquiry as aWay to Help Student Learn How to Participate in Scientific Argumentationand Craft Written Arguments: An Exploratory Study. Wiley Periodicals Inc,October 2010. 217-257.
Santoso, A. (2010). Studi Deskriptif Effect Size Penelitian-Penelitian Di FakultasPsikologi Universitas Sanata Dhar. Jurnal Penelitian, 14 (01), 1-17.
Simon, S., Erduran, S. & Osborne, J. (2006). Learning to teach argumentation:Research and development in the science classroom. InternationalJournal of Science Education, 28 (2&3), 235-260.
Sugihartono. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Sulistiana, S., dan Nurhidayati. (2012). Pengaruh Gender, Gaya Belajar, danReinforcement Guru terhadap Prestasi Belajar Fisika Siswa Kelas Xi SmaNegeri Se- Kabupaten Purworejo Tahun Pelajaran 2012/2013. JurnalProgram Studi Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Purworejo, 3(02), 102-106.
Tinur, R. (2015). Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team GamesTournament) terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada PokokBahasan Pesawat Sederhana Kelas VIII di SMP Babul Maghfirah. JurnalPembelajaran Fisika, 4 (03), 248-254.
Toulmin, S.E. (2003). The Uses of Argument. United Kingdom: CambridgeUniversity Press. 89 (95), 114-118.
Toulmin. (1984). An Introduction to Reasoning. New York: Mac Millan.
Wardani, A.D., Yulianti, L., dan Taufiq, A. (2016). Kemampuan ArgumentasiIlmiah dan Pemecahan Masalah Fisika Siswa SMA pada Materi Gaya danGerak. Jurnal Pendidikan IPA Pascasarjana Universitas Negeri Malang, 1(02), 13-28.
Williams, J.W. (2014). Gender Diffeences in School Children’s Self EfficacyBeliefe: Students and Teachers Perspectives. Journal academic, 9 (8), 75-82.
Yuniarti, R.D. (2013). Pengaruh Sikap dan Gender terhadap Prestasi BelajarBahasa Indonesia pada Siswa SMP Negeri Kelas VII di Kecamatan SlemanYogyakarta. (skripsi). 148 hlm.