80
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARGUMENT- DRIVEN INQUIRY (ADI) PADA PEMBELAJARAN IPA TERHADAP KETERAMPILAN ARGUMENTASI SISWA SMP BERDASARKAN PERBEDAAN JENIS KELAMIN (Skripsi) Oleh LULU’ATUL FARIDA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARGUMENT- …digilib.unila.ac.id/54680/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pembelajaran Argument-Driven Inquiriy (A DI) p ada Materi Pesawat

  • Upload
    others

  • View
    14

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARGUMENT-DRIVEN INQUIRY (ADI) PADA PEMBELAJARAN IPA

TERHADAP KETERAMPILAN ARGUMENTASISISWA SMP BERDASARKAN PERBEDAAN

JENIS KELAMIN

(Skripsi)

Oleh

LULU’ATUL FARIDA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2018

Lulu’Atul Farida

ii

ABSTRAK

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARGUMENT-DRIVEN INQUIRY (ADI) PADA PEMBELAJARAN IPA

TERHADAP KETERAMPILAN ARGUMENTASISISWA SMP BERDASARKAN PERBEDAAN

JENIS KELAMIN

Oleh

Lulu’Atul Farida

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model ADI

terhadap kemampuan argumentasi siswa dan perbedaan kemampuan argumentasi

siswa berjenis kelamin laki-laki dengan perempuan setelah diterapkan model

pembelajaran ADI. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 22 Bandar Lampung,

pada semester ganjil tahun ajaran 2018/2019, dengan subjek penelitian

menggunakan kelas VIII D dan kelas VIII A. Penelitian ini merupakan penelitian

Quasi Experiment dengan menggunakan desain Pretest Posttest Non Equivalen

Control Group Design. Teknik pengumpulan data dengan melakukan pretest dan

posttest menggunakan soal essai model competiting theori yang mengacu pada

skema kualitas argumentasi yang telah dikembangkan oleh Osborne, et al. (2004).

Setelah diterapkan model ADI dalam proses pembelajaran, didapatkan hasil

bahwa: (1) Terdapat pengaruh penerapan model ADI terhadap keterampilan

Lulu’Atul Farida

iii

argumentasi siswa SMP berjenis kelamin laki-laki dengan perempuan, yang

ditunjukkan dengan nilai sig. sebesar 0,01 pada siswa laki-laki dan 0,02 pada

siswa perempuan; (2) Terdapat perbedaan keterampilan argumentasi siswa SMP

berjenis kelamin laki-laki dan perempuan setelah diterapkan model pembelajaran

ADI, yang ditunjukkan dengan hasil uji effect size r, dimana pada siswa laki-laki

memperoleh nilai effect size r sebesar 0,4246 dan pada siswa perempuan sebesar

0,4407, dengan kriteria perolehan hasil uji dalam kategori sedang.

Kata kunci: Argument Driven-Inquiry (ADI), Keterampilan Argumentasi, Jenis

Kelamin

iv

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARGUMENT-DRIVEN INQUIRY (ADI) PADA PEMBELAJARAN IPA

TERHADAP KETERAMPILAN ARGUMENTASISISWA SMP BERDASARKAN PERBEDAAN

JENIS KELAMIN

Oleh

LULU’ATUL FARIDA

SkripsiSebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan FisikaJurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2018

viii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sendang Rejo, pada Tanggal 18 Januari 1996, anak pertama

dari dua bersaudara pasangan Bapak Kurniawan dan Ibu Ani Kurniati. Penulis

mengawali pendidikan formal di TK Islam Miftahul Huda, Sendang Agung

Lampung Tengah yang diselesaikan pada tahun 2001, kemudian melanjutkan di

TK Islam Al-Fallah Sendang Rejo Lampung Tengah yang diselesaikan pada tahun

2002, kemudian melanjutkan di SD Negeri 3 Sendang Rejo Lampung Tengah

yang diselesaikan pada tahun 2008, kemudian melanjutkan di SMP Negeri 1

Sendang Agung yang diselesaikan pada tahun 2011, kemudian melanjutkan di

SMA Negeri 1 Sendang Agung yang diselesaikan pada tahun 2014. Pada tahun

yang sama penulis diterima di Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan

Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan melalui jalur Seleksi

Bersama Masuk Perguruan Tinggi Nasional.

Selama menempuh pendidikan di Pendidikan Fisika, penulis pernah menjadi

Asisten Mata Kuliah Dasar-Dasar Perencanaan dan Evaluasi Pembelajaran pada

tahun 2017/2018 dan Evaluasi Pembelajaran Fisika pada tahun 2017/2018.

Pengalaman organisasi penulis, yaitu pernah menjadi Anggota Eksakta Muda

Himpunan Mahasiswa Pendidikan Eksakta (HIMASAKTA) tahun 2014/2015,

anggota Divisi Kerohanian HIMASAKTA 2015/2016, anggota Divisi

ix

Kemuslimahan Forum Pembinaan dan Pengkajian Islam (FPPI) tahun 2015/2016.

Sekretaris Departemen Kaderisasi Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama

(KMNU) tahun 2014/2015, Sekretaris Departemen Kajian dan Dakwah Keluarga

Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU) tahun 2015/2016, Majelis Pertimbangan

Organisasi (MPO) Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU) tahun

2018/2019 dan Anggota Divisi Kerohanian Aliansi Mahasiswa Pendidikan Fisika

(ALMAFIKA) 2016/2017.

Pada tahun 2017, penulis melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) –

Praktik Profesi Kependidikan (PPK) di SMA PGRI 1 Blambangan Umpu, Desa

Bumi Baru, Kec. Blambangan Umpu, Kabupaten Waykanan.

x

MOTO

… Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka mengubahdiri mereka sendiri…

(QS. Ar-Rad 13: 11)

Teruslah belajar, berdo’a, berusaha dan bertaqwa serta berbuat baik, karena sebaik-baikmanusia adalah dia yang bermanfaat untuk orang lain

-Lulu’Atul Farida-

xi

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala yang senantiasa

memberikan rahmat-Nya pada setiap makhluk di dunia, dengan kerendahan hati,

aku persembahkan karya sederhanaku ini kepada:

1. Mamak Ani Kurniati dan Bapak Kurniawan tersayang yang telah merawat,

menyayangi, dan mendidikku dengan sabar sejak kecil, serta selalu tulus dan

ikhlas berdo’a untuk keberhasilanku pada setiap sujudnya. Terima kasih atas

kasih sayang yang tak pernah putus dan pengorbanan yang telah diberikan,

semoga kelak aku dapat selalu membahagiakan Mamak dan Bapak baik di

dunia maupun di akhirat.

2. Adik-adik tersayang Fatnur Laeli dan Frida Raya Rafania, yang senantiasa

memberikan dukungan, semangat, dan juga do’a. Semoga Allah swt.

takdirkan kita menjadi anak-anak yg solekhah, cerdas, sukses, yang dapat

membuat Mama dan Bapak bangga.

3. Keluarga besar Mbah Karto dan keluarga Mbah Mukti Wibowo yang selalu

mendoakan untuk kesuksesan dan keberhasilan ku.

4. Almamater Universitas Lampung.

xii

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT. karna atas nikmat dan hidayah-Nya penulis

dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Model

Pembelajaran Argument-Driven Inquiriy (ADI) pada Materi Pesawat Sederhana

Terhadap Keterampilan Argumentasi Siswa SMP Berdasarkan perbedaan jenis

kelamin” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di

Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., selaku Dekan FKIP Universitas

Lampung.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Bapak Dr. I Wayan Distrik, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Fisika.

4. Bapak Dr. Undang Rosidin, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik sekaligus

Pembimbing I atas kesediaan dan keikhlasannya memberikan bimbingan,

arahan dan motivasi selama kuliah hingga penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Dr. Kartini Herlina, M.Si., selaku Pembimbing II atas kesediaan dan

keikhlasannya memberikan bimbingan, arahan, semangat, dan motivasi yang

diberikan selama penyusunan skripsi ini.

xiii

6. Bapak Dr. I Wayan Distrik, M.Si., selaku Pembahas yang selalu memberikan

bimbingan, kritik dan saran atas perbaikan skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Program Studi Pendidikan Fisika dan Jurusan

Pendidikan MIPA yang telah memberikan pembelajaran kepada penulis

selama masa perkuliahan.

8. Ibu Sri Mulyani, M.Pd., selaku guru mitra mata pelajaran IPA SMP N 22

Bandar Lampung yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama

kegiatan penelitian.

9. Ibu Dra. Rita Ningsih, M.M., selaku Kepala SMP N 22 Bandar Lampung yang

telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

10. Siswa-siswi SMP N 22 Bandar Lampung khususnya kelas VIII D dan kelas

VIII A atas bantuan dan kerja samanya selama penelitian berlangsung.

11. Teman-teman seperjuangan selama kuliah, Siti Khusnul K., Fega Laras AP.,

Jusi Aldeska, Evelyne Mega Patricia, alivia Irma FY., Sri Lestari, dan Indah

Wulandari yang selalu memberikan semangatnya serta nasehat-nasehatnya

selama kuliah hingga penyusunan skripsi.

12. Teman-teman seperjuangan PEPADUN, Hayatun Nufus, Fadila Nurhusna,

Laya Nazila, Intan Kamila, I Kadek Irfando D.S, dan Indah Wulandari yang

telah memberikan semangat, bantuan, dan nasehat selama penelitian.

13. Teman-teman satu angkatan keluarga fighter fisika 2014, semoga kita menjadi

generasi yang sukses.

14. Teman-teman kosan, Mb Liza, Hayatun, Lia, agnis, Tia, Tika, Via, Ragil,

Yuyun, dan Tania.

xiv

15. Teman-teman KKN Bumi Baru, Nurul, Vinggo, Insi, Dimas, Desi, Kiki, Ana,

Elsa, dan Ratih.

16. Keluarga Besar organisasi KMNU Universitas Lampung angkatan 2014

Kakak B yang selalu mengajarkan sabar, ikhlas, menerima, dan arti

persahabatan berasaskan keluarga.

17. Keluarga Besar Presidium KMNU Universitas Lampung, adik-adik angkatan

2015, 2016, 2017 dan 2018.

18. Serta semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah melimpahkan nikmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta

berkenan membalas kebaikan yang diberikan kepada Penulis dan semoga skripsi

ini dapat bermanfaat di kemudian hari.

Bandar Lampung, 19 November 2018Penulis,

Lulu’Atul Farida

xv

DAFTAR ISI

Halaman

COVER LUAR ................................................................................................ iABSTRAK ...................................................................................................... iiCOVER DALAM ............................................................................................ ivMENYETUJUI ............................................................................................... vLEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... viSURAT PERNYATAAN ............................................................................... viiRIWAYAT HIDUP ........................................................................................ viiiMOTTO .......................................................................................................... xPERSEMBAHAN........................................................................................... xiSANWACANA ............................................................................................... xiiDAFTAR ISI................................................................................................... xvDAFTAR TABEL .......................................................................................... xviiDAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xviiiDAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xix

I. PENDAHULUANA. Latar Belakang ................................................................................... 1B. Rumusan Masalah.............................................................................. 7C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 7D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 7E. Ruang Lingkup Penelitian.................................................................. 8

II. TINJAUAN PUSTAKAA. Kerangka Teori .................................................................................. 10

1. Pengertian Model Pembelajaran.................................................... 102. Model Pembelajaran ADI (Argumrnt-Driven Inquiri).................. 113. Keterampilan Argumentasi ........................................................... 194. Jenis Kelamin ................................................................................ 25

B. Kerangka Pemikiran........................................................................... 28C. Anggapan Dasar................................................................................. 31D. Hipotesis ............................................................................................ 32

III. METODE PENELITIANA. Waktu dan Tempat Penelitian............................................................ 33B. Populasi dan Sampel Penelitian ......................................................... 33C. Desain Penelitian ............................................................................... 34D. Variabel Penelitian............................................................................. 34

xvi

E. Tahapan Penelitian............................................................................. 34F. Instrumen Penelitian .......................................................................... 45G. Teknik Pengumpulan Data................................................................. 46H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis.................................. 51

1. Analisis Data ................................................................................ 512. Pengujian Hipotesis....................................................................... 513. Uji Effect Size ............................................................................... 54

IV. HASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil Penelitian .................................................................................. 56

1. Jenis Kelamin................................................................................ 562. N-Gain Keterampilan Argumentasi .............................................. 593. Hasil Uji Independent Sample T-Test ........................................... 584. Hasil Uji Effect Size ...................................................................... 61

B. Pembahasan........................................................................................ 61

V. KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan ....................................................................................... 71B. Saran ................................................................................................. 72

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Tahapan-tahapan Model Argument-Driven Inquiry (ADI).......................... 112. Kualitas Argumrntasi berdasarkan bukti dan pembenaran .......................... 243. Rancangan Penelitian................................................................................... 344. Kriteria Peafsiran Korelasi Uji Validitas Instrumen .................................... 475. Hasil Pengujian Validitas Instrumen............................................................ 486. Kriteria Penafsiran Indeks R11 ..................................................................... 487. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen................................................................... 498. Instrumen Kualitas Argumentasi berdasarkan bukti dan pembenaran......... 509. Kriteria Interpretasi N-Gain ......................................................................... 5110. Hasil Uji Normalitas .................................................................................... 5211. Hasil Uji Homogenitas................................................................................. 5312. Kriteria Effect Size ....................................................................................... 5513. Data Pembagian Jender Kelas...................................................................... 5714. Perolehan N-Gain Pretest Postest Siswa ..................................................... 5715. Hasil Uji Independent Sample T-Test .......................................................... 6016. Hasil Uji Effect Size ..................................................................................... 61

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Skema Proses Berpikir Pemrosesan Informasi............................................... 172. Toulmin Argument Pattern (TAP) ................................................................. 223. Diagram Kerangka Pikir................................................................................. 314. Perbandingan Rata-Rata N-Gain Keterampilan Argumentasi ....................... 585. Skema Proses Berpikir Pemrosesan Informasi............................................... 63

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ............................................................ 772. LKPD ADI-01.............................................................................................. 863. LKPD ADI-02.............................................................................................. 914. Rubrik Soal .................................................................................................. 955. Hasil Uji Validitas Instrumen ...................................................................... 1136. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen................................................................... 1167. Soal Uji Pretest dan Posttest ....................................................................... 1178. Data Hasil Pretest, Posttest dan N-Gain Kelas A........................................ 2009. Data Hasil Pretest, Posttest dan N-Gain Kelas B........................................ 20210. Hasil Uji Normalitas .................................................................................... 20411. Hasil Uji Homogenitas................................................................................. 20512. Hasil Uji Independent Sample T-Test .......................................................... 20613. Uji Effect Size menggunakan Cohen’s ......................................................... 208

1

1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu proses belajar yang dilakukan secara terus

menerus. Pendidikan secara umum mempunyai arti suatu proses kehidupan

dalam mengembangkan diri tiap individu untuk dapat hidup dan

melangsungkan kehidupan. Pendidikan menuntut adanya perbaikan sarana

dan prasarana pendidikan, maupun perbaikan strategi pendidikan dan

kurikulum sekolah yang ada, karena berhasil tidaknya pencapaian tujuan

pendidikan, salah satunya bergantung pada kegiatan pembelajaran yang

dialami siswa. Pemerataan pendidikan dan mutu pendidikan akan

menumbuhkan keterampilan hidup (life skill) seseorang, sehingga ia mampu

mengatasi masalah dirinya sendiri, lingkungannya, mendorong tegaknya

masyarakat madani, dan masyarakat modern yang dijiwai nilai-nilai

pancasila.

US-based Partnership for 21st Century Skills (P21), mengidentifikasi

kompetensi yang diperlukan di abad ke-21 yaitu “The 4Cs”- communication,

collaboration, critical thinking, and creativity. Keempat kompetensi tersebut

dianggap penting untuk diajarkan pada siswa dalam konteks bidang studi

inti. Kompetensi-kompetensi tersebut merupakan tantangan Indonesia untuk

mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Menurut paparan kurikulum 2013

2

oleh Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, bahwa

pentingnya meningkatkan keterampilan berkomunikasi, berpikir jernih dan

kritis agar dapat menjawab tantangan masa depan. Kedua hal tersebut

merupakan dua dari 10 alasan diterapkannya Kurikulum 2013. Selain itu,

dengan diterapkannya kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik, yang

mana dalam proses belajarnya menerapkan metode-metode ilmiah akan

membuat siswa terlatih berpikir secara kritis. Siswa yang memiliki

kemampuan berpikir kritis, akan memiliki keterampilan berkomunikasi yang

baik dan lebih kreatif.

Pembelajaran IPA merupakan salah satu proses pendidikan mengenai

kejadian-kejadian di alam sekitar yang diterapkan menggunakan pendekatan

ilmiah, sehingga siswa dituntut untuk mampu mempraktikkan dan

mengkomunikasikan hasil yang diperoleh selama proses pembelajaran. Hal

ini sesuai dengan pendapat Osborne, (2010) yang menyatakan bahwa

kemampuan argumentasi ilmiah dapat membuat peserta didik lebih kritis dan

mampu memberikan penjelasan terhadap fenomena yang berkaitan dengan

IPA yang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan teori/konsep

yang ada.

Ilmu Pengetahuan Alam khususnya fisika merupakan ilmu yang berkaitan

dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, seperti penemuan

fenomena alam dan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta dan konsep.

Hal ini sesuai dengan pendapat Kaniawati (2017), bahwa Fisika sebagai

salah satu cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang menjelaskan

3

berbagai fenomena alam terutama di kehidupan sehari-hari melalui sebuah

konsep, teori dan hukum fisika sehingga dapat diterima oleh pikiran

manusia.

Keterampilan merupakan salah satu kualifikasi dari Standar Kompetensi

Lulusan (SKL) yang mengharuskan siswa memiliki kemampuan berpikir dan

bertindak kreatif dalam ranah abstrak maupun konkret sebagai

pengembangan dari materi yang dipelajari di sekolah secara mandiri

(Permendikbud Nomor 54 Tahun 2013). Keterampilan yang diharapkan

mampu dimiliki oleh siswa adalah keterampilan memberikan argumentasi

ilmiah. Mata pelajaran IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang bisa

menguji kemampuan berpikir kritis siswa, dan salah satu keterampilan yang

dapat dimunculkan jika siswa memiliki keterampilan berpikir kritis adalah

keterampilan argumentasi secara ilmiah.

Sesuai dengan tuntutan kurikulum pada abad 21, proses pembelajaran harus

berpusat pada siswa. Seperti yang dinyatakan oleh NEA (2012) mengenai

tantangan pembelajaran sains di abad 21 yaitu pentingnya pengembangan

“Four Cs” untuk melengkapi pelajaran inti (core subject) dari suatu

program pendidikan. Four Cs yang dimaksud adalah; (1) Critial thinking

and problem solving, yang di dalamnya mencakup kemampuan berargumen

secara efektif dan berpikir sistematik; (2) Communication, mampu

menyampaikan pikiran dan gagasan secara efektif dalam bentuk oral, tulis,

dan non verbal, serta terampil dalam mendengar (listening skills); (3)

Collaboration, kemampuan bekerja sama secara efektif dalam tim; dan

4

(4) Creativity and Innovation, adalah kemampuan untuk berpikir secara

kritis dan inovatif, dan memunculkan ide kteatif dalam praktik

pembelajaran.

Melihat pentingnya keterampilan argumentasi, dalam menjawab tantangan

tersebut maka perlu dilatihkan keterampilan argumentasi ilmiah dan berpikir

kritis siswa, dalam menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru agar

siswa mampu menganalisis masalah sains sesuai fakta dan bukti yang ada.

sorang siswa dituntut untuk mampu. Hal ini sesuai dengan pendapat

Ginanjar, dkk., (2015: 32-37) bahwa argumentasi ilmiah merupakan

kemampuan mengemukakan ide/ gagasan mengenai fenomena sains, yang

perlu dilatihkan agar siswa dapat menjelaskan fenomena sains berdasarkan

bukti dan konsep yang relevan.

Mengingat bahwa keterampilan argumentasi perlu dimiliki oleh siswa, maka

dengan itu dilakukan studi pendahuluan untuk melihat kondisi keterampilan

argumentasi siswa SMP di Bandar Lampung. Berdasarkan hasil studi

pendahuluan yang dilaksanakan pada bulan Oktober sampai November tahun

2017 terhadap 1.193 siswa SMP di Kota Bandar Lampung dengan

memberikan angket. Survei menunjukkan bahwa 54% siswa belum

mengetahui keterampilan argumentasi, dan 74% siswa menjawab

keterampilan argumentasi perlu dimiliki. Diketahui juga dari 1.193 siswa,

31% siswa menyatakan bahwa mereka belum pernah menyampaikan

pendapatnya di depan kelas dan 38% siswa belum percaya diri dalam

menyampaikan pendapatnya di depan kelas. Masih banyak siswa yang

5

mengatakan bahwa, dalam berpendapat siswa belum bisa meyakinkan orang

lain untuk menerima pendapatnya dan belum memiliki alasan yang kuat

disertai data sebagai penguat alasannya. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat

pemberdayaan keterampilan argumentasi siswa di sekolah belum maksimal.

Selain penelitian pendahuluan terhadap siswa, juga dilakukan wawancara

dengan guru mata pelajaran IPA SMP/MTs. di 25 sekolah di Bandar

Lampung. Hasil wawancara yang dilakukan, menunjukkan bahwa 36% guru

belum menerapkan model pembelajaran inkuiri secara maksimal dan

beberapa guru masih mengalami kesulitan. Masalah yang menghambat guru

dalam menerapkan model inkuiri saat proses pembelajaran adalah masih

kurangnya motivasi belajar siswa. Akibatnya adalah siswa cenderung pasif

saat pembelajaran berlangsung, dan banyak yang sulit memahami materi yang

dijelaskan. Berdasarkan hasil wawancara diketahui juga sebanyak 44% guru-

guru di 25 SMP/MTs. di Bandar Lampung tersebut masih belum menerapkan

model pembelajaran yang dapat memicu keterampilan argumentasi siswa.

Berdasarkan hasil survei, peneliti menetapkan satu sekolah untuk fokus

penelitian yaitu SMPN 22 Bandar Lampung. Fokus penelitian dilakukan di

SMPN 22 Bandar Lampung dengan pertimbangan sekolah tersebut termasuk

salah satu sekolah yang memiliki laboratorium IPA yang cukup lengkap,

namun masih kurang optimal digunakan untuk pembelajaran. Proses

pembelajaran di dalam kelas, guru hanya menggunakan LKS yang ada di

dalam buku cetak untuk panduan dalam melakukan percobaan, karena

menurut guru panduan yang ada di buku sudah sesuai dengan langkah

6

percobaan yang akan dilakukan dan tidak perlu membuat LKPD sendiri.

Berdasarkan pemaparan tersebut, keterampilan argumentasi perlu dilatihkan

untuk mencetak generasi yang lebih baik dan berkualitas sehingga dapat

memenuhi tuntutan pembelajaran abad ke-21 sesuai tujuan pendidikan

Indonesia. Salah satu solusi yang dapat digunakan adalah dengan

menerapkan pembelajaran dengan model Argument Driven Inquiry (ADI).

Model ADI merupakan model pembelajaran yang dirancang oleh Sampson

dan Gleim pada tahun 2009. Hasnunidah (2016), dalam penelitiannya

mengatakan bahwa, model pembelajaran ADI mengutamakan fungsi

laboratorium dan strategi pembelajaran ADI dirancang untuk membuat

pengalaman laboratorium yang lebih ilmiah, otentik, dan edukatif bagi

peserta didik. Kurniasari dan Setyarsih, (2017) juga mengungkapkan bahwa

kegiatan laboratorium merupakan hal penting untuk mata pelajaran IPA

fisika, dan diperlukan kemampuan argumentasi ilmiah untuk menyampaikan

apa yang seseorang temukan berdasarkan bukti ilmiah disertai dengan

pembenaran rasional sesuai teori yang ada.

Seorang guru dituntut mampu menciptakan pembelajaran yang aktif dan

mampu mencapai indikator yang diinginkan. Selain itu, pembelajaran yang

aktif dan efektif juga dapat menjawab tantangan pembelajaran sains abad 21

yang salah satunya adalah kemampuan mengkomunikasikan hasil belajarnya

secara kritis dan teoritis. Dilihat dari permasalahan yang ada di SMPN 22

Bandar Lampung, perlu adanya penerapan model pembelajaran yang mampu

meningkatkan keterampilan argumentasi ilmiah siswa, sehingga dalam hal

7

ini peneliti akan mengunakan model pembelajaran Argument-Driven Inquiri

(ADI) untuk meningkatkan kemampuan argumentasi siswa berdasarkan

perbedaan jender, dimana setelah pembelajaran siswa diharapkan mampu

mengemukakan pendapatnya disertai dengan data dan fakta teori yang ada

sebagai pendukung argumennya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang dapat dirumuskan adalah

sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh penerapan model ADI terhadap keterampilan

argumentasi siswa SMP berjenis kelamin laki-laki dengan perempuan?

2. Bagaimanakah perbedaan keterampilan argumentasi siswa SMP berjenis

kelamin laki-laki dan perempuan setelah diterapkan model pembelajaran

ADI?

C. Tujuan

Tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Pengaruh penerapan model ADI terhadap keterampilan argumentasi

siswa SMP berjenis kelamin laki-laki dengan perempuan.

2. Perbedaan keterampilan argumentasi siswa SMP berjenis kelamin laki-

laki dan perempuan setelah diterapkan model pembelajaran ADI.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak diantaranya:

1. Bagi siswa, dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam memberikan

argumentasi secara ilmiah dalam menyelesaikan masalah pada saat

8

proses pembelajaran disertai data dan teori sebagai pembenaran dari

jawabannya.

2. Bagi guru fisika dapat digunakan sebagai strategi dan alternatif dalam

melakukan kegiatan pembelajaran di kelas guna meningkatkan kualitas

proses pembelajaran yang akan berdampak terhadap pencapaian tujuan

pembelajaran.

3. Bagi peneliti lain dapat menjadi gambaran akan lebih dan kurangnya

penggunaan model Argument Driven Inquiry dalam pembelajaran saat

melakukan penelitian lebih lanjut.

E. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah:

1. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah Model Argument

Driven Inquiry (ADI) yang telah dikembangkan oleh Sampson dan Geim

pada tahun 2009, yang terdiri atas delapan sintaks yaitu: (1) Identifikasi

tugas; (2) Pengumpulan data; (3) Produksi argumentasi; (4) Sesi interaksi

argumen; (5) Penyusunan laporan penyelidikan tertulis; (6) Review

laporan; (7) Revisi laporan; dan (8) Diskusi reflektif.

2. Keterampilan argumentasi yang merupakan bentuk kemampuan siswa

dari segi mengungkapkan pendapat dengan indikator pencapaian

keterampilan argumentasi yaitu, memberikan penjelasan sederhana,

memberikan penjelasan lanjut, menerapkan strategi dan taktik.

3. Objek penelitian adalah siswa SMP Kelas VIII A dan D dengan mata

pelajaran IPA sesuai kurikulum 2013.

9

4. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah KD 3.3 memahami

konsep usaha, pesawat sederhana, dan penerapannya dalam kehidupan

sehari-hari, serta hubungannya dengan kerja otot pada struktur rangka

manusia.

5. Pengaruh penerapan model Argument-Driven Inquiri (ADI) terhadap

keterampilan argumentasi siswa diukur dengan melakukan uji SPSS

Independent Sample T-Test dan melihat peningkatan dengan

membandingkan perbedaan rata-rata N-Gain yang diperoleh dari

eksperimen pembelajaran di dalam kelas melalui pretes dan postes.

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran menurut Permendikbud No. 103 (2014), adalah suatu

bentuk pembelajaran yang memiliki nama, ciri, sintaks, dan budaya seperti

discovery learning, project based learnig, problem based learning, and

inquiry learning, yang dalam proses penerapannya sudah memiliki

langkah dan sintaks yang jelas sehingga tujuan pembelajaran yang

diinginkan tercapai dengan baik. Model pembelajaran digunakan oleh guru

sebagai acuan dalam pembelajaran agar proses pembelajaran yang

dilakukan lebih praktis dan efektif.

Menurut Helmiati (2016: 19), model pembelajaran adalah bentuk

rangkaian pembelajaran yang tergambar mulai dari langkah awal sampai

akhir yang disajikan secara khas oleh guru, atau merupakan bingkai dari

penerapan suatu pendekatan, metode, strategi, dan tehnik pembelajaran.

Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat dikatakan bahwa model

pembelajaran adalah suatu pedoman berupa langkah-langkah yang

digunakan oleh guru sebagai acuan dalam mengajar agar keseluruhan

proses pembelajaran tersampaikan dan terjadi secara aktif dan sistematis.

11

2. Model Pembelajaran Argument-Driven Inquiry (ADI)

Model pembelajaran ADI menurut Sampson, (2010: 219), merupakan

pembelajaran yang menggunakan serangkaian aktivitas laboratorium untuk

menganalisis partisipasi aktif peserta didik dalam wacana argumentasi dan

kualitas argumentasinya, sehingga dapat meningkatkan keterampilan

berpikir kritis dan argumentasi siswa. Terdapat delapan langkah dalam

pelaksanaan menggunakan model ADI pada tabel 1 berikut.

Tabel 1. Tahapan-tahapan Model Argument-Driven Inquiry (ADI)Tahapan Kegiatan

Identifikasi tugas Guru menjelaskan topik yang akan dibahas padaproses pembelajaran yang akan berlangsung

Pengumpulan data Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok,membimbing siswa untuk mengumpulkan data, danmendorong proses-proses kooperatif dalampenyelidikan masalah yang diberikan

Produksi argumententatiif

Membimbing siswa mengelola dan menganalisisdata yang dikumpulkan, dan memfasilitasi siswamembangun argumen dan menuliskannya dalamskema argumen

Sesi interaksiargumen

Membimbing dikusi interaktif tentang jenispesawat sederhana dan keuntungan mekanikpesawat sederhana untuk membantu peserta didikberbagi argumen, mengkritik, dan memperbaikipenjelasan

Penyusunan laporanpenyelidikan tertulis

Membantu peserta didik menyiapkan laporanpenyelidikan sesuai LKPD dan menugaskan siswauntuk menyusun laporan penyelidikan

Review Laporan Membimbing peserta didik untuk mengevaluasikualitas laporan penyelidikan melalui lembarreview

Revisi Laporan Mendorong peserta didik untuk merevisi laporanpenyelidikan

Diskusi Reflektif Membantu peserta didik melakukan refleksi diriterhadap proses dan hasil penyelidikan

(Sampson, et al., 2012)

Tabel 1 mengenai tahapan model ADI tersebut akan memudahkan guru

dalam penerapannya saat proses pembelajaran. Sehingga dalam proses

12

belajar mengajar akan lebih sistematis. Menurut Hasnunidah (2016),

model pembelajaran ADI dirancang untuk mengubah sifat dari instruksi

laboratorium biasa yang hanya menekankan pada pengumpulan data,

menjadi instruksi laboratorium yang lebih kompleks, yang mengajak siswa

untuk mengeluarkan berbagai keterampilan yang dimiliki terutama

keterampilan menggunakan alat percobaan dan keterampilan argumentasi.

Dalam proses pembelajaran sains, kebanyakan siswa masih kurang

dilibatkan dalam proses pembelajaran, terutama dalam hal kebebasan

mengemukakan pendapat sehingga membuat pengalaman belajar siswa

terhambat. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Simon, et al., (2006),

bahwa pembelajaran sains di sekolah kurang memberi kesempatan bagi

peserta didik untuk belajar bagaimana caranya terlibat dalam argumentasi

ilmiah secara produktif sebagai bagian dari pembelajaran.

Model pembelajaran ADI membuat siswa memiliki kesempatan untuk

belajar bagaimana mengembangkan metode agar menghasilkan data, dan

memicu munculnya keterampilan memahami dan berargumentasi siswa

dalam menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru. Berikut adalah

hasil penelitian yang relevan yang pernah dilakukan oleh beberapa peneliti

mengenai model ADI.

Ginanjar, dkk., (2015: 32-37), dalam penelitiannya menyatakan bahwa.

Terdapat peningkatan untuk level argumentasi 2, 4 dan 5, konstanuntuk level 1 dan menurun untuk level 3, sedangkan argumentasitulisan memiliki peningkatan dengan rerata nilai sebesar +2,17. Halini menunjukkan bahwa cara-cara yang dikembangkan dalam modelADI dapat melatihkan kemampuan argumentasi ilmiah siswa SMP.

13

Andriani, dkk., (2015: 114-120), dalam penelitiannya menyatakan bahwa.

Penerapan model pembelajaran ADI secara signifikan dapatmeningkatkan penguasaan konsep siswa dibandingkan pembelajarandengan inquiry terbimbing. Aspek kognitif yang paling meningkatadalah aspek C2 (memahami) baik di kelas yang menggunakanpembelajaran ADI maupun di kelas yang menggunakanpembelajaran Inquiry terbimbing.

Kurniasari dan Setyarsih (2017: 171-174), dalam penelitiannya

menyatakan bahwa model Argument Driven Inquiry (ADI) pada materi

Usaha dan Energi terlaksana dengan sangat baik pada dua kali pertemuan.

Terdapat peningkatan argumentasi ilmiah siswa yang mampu mencapai

level 4 untuk indikator memberikan gagasan (claim) dengan persentase

21,9% siswa, persentase siswa untuk indikator menganalisis data sebesar

9,4% siswa, yang tergolong dalam level 4. Sedangkan persentase indikator

memberikan pembenaran rasional sesuai teori hanya mencapai level 3.

Respon positif siswa terhadap penerapan pembelajaran ini sebesar 90,25%.

Keunggulan model pembelajaran ADI menurut Amin dan Corebima

(2016: 336), yaitu: 1). Membingkai tujuan kegiatan kelas sebagai upaya

untuk mengembangkan, memahami atau mengevaluasi penjelasan ilmiah

untuk fenomena alam atau solusi untuk masalah; 2). Melibatkan peserta

didik dalam penyelidikan; 3). Mendorong individu untuk belajar

bagaimana menghasilkan argumen yang mengartikulasi dan membenarkan

penjelasan untuk pertanyaan penelitian sebagai bagian dari proses

penyelidikan; 4). Memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar

bagaimana mengusulkan, memberikan dukungan, mengevaluasi, merevisi

ide-ide melalui diskusi dan menulis; 5). Menciptakan komunitas kelas

14

yang menghargai bukti dan memunculkan ide dengan berpikir secara

kritis; 6). Mendorong peserta didik untuk mengambil kendali dari

pembelajaran.

Berdasarkan kajian pustaka yang ada, dapat dikatakan kelebihan dari

model pembelajaran Argument-Driven Inquiry (ADI) adalah memberikan

kesempatan kepada siswa untuk memberikan klaim dan menjawab

pertanyaan berdasarkan data saat ini atau histori pengetahuan ilmiah,

meningkatkan keterampilan memberikan argumen yang beralasan, dan

memberikan komentar kritis dari orang lain. Selain itu, dapat dikatakan

model ADI menjadi salah satu model pembelajaran yang mengajak siswa

untuk mampu berpikir dan bertindak secara kritis sesuai dengan masalah

yang diberikan, dan mengembangkan kemampuan siswa yang

dimunculkan melalui keterampilan argumentasi secara ilmiah.

Materi IPA khususnya fisika sebagian besar membutuhkan alat peraga

dalam proses pembelajaran yang dilakukan. Salah satunya dalam

pembelajaran IPA yang membutuhkan peraga adalah materi pesawat

sederhana. Hal ini sesuai dengan pendapat Tinur (2015: 248-254), bahwa

pembelajaran IPA khususnya fisika, masih banyak siswa yang mengalami

kesulitan, hal ini disebabkan karena proses pembelajaran yang dilkakukan

masih berpusat pada guru, dan masih banyak siswa yang pasif dan kurang

terlibat dalam pembelajaran. Salah satunya mata pelajaran fisika materi

pesawat sederhana, dimana guru seharusnya guru menggunakan bantuan

alat peraga dan model pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk

belajar serta mengutamakan peran siswa, namun pada kenyataannya guru

15

belum melakukan hal tersebut, akibatnya hasil belajar siswa masih rendah

dan kurang maksimal.

Menurut Iman, dkk., (2017: 52-58), dalam penelitiannya ditemukan

beberapa masalah diantaranya: (1) siswa kurang aktif dalam proses belajar,

(2) waktu untuk melakukan praktikum kurang efisien karena siswa masih

banyak bermain dan KBK siswa masih sangat minim, (3) guru bidang

studi belum pernah menerapkan model pembelajaran yang memotivasi

siswa untuk berpikir kritis dan kreatif. Berdasarkan data-data dari 3 tahun

terakhir, penguasaan materi konsep pesawat sederhana masih rendah,

karena dalam proses pembelajaran di dalam kelas masih belum

memaksimalkan alat-alat peraga, belum berpusat pada siswa dan belum

interaktif. Sehingga dalam pencapaian hasil belajar IPA khususnya di

materi Pesawat sederhana masih belum maksimal.

Model pembelajaran ADI yang diindikasikan dapat meningkatkan

keterampilan argumentasi, dalam penerapannya menggunakan metode

kegiatan laboratorium yang menghasilkan data skema argumentasi ilmiah

sebagai hasil temuannya. Hal ini sesuai dengan Hasnunidah (2016), bahwa

strategi pembelajaran ADI dirancang untuk membuat pengalaman

laboratorium yang lebih ilmiah, otentik, dan edukatif bagi peserta didik,

karena siswa akan menerima umpan balik proses pembelajaran dan

memiliki kesempatan untuk belajar dari kesalahan mereka.

Proses belajar dengan menggunakan ADI sesuai dengan teori belajar

pemrosesan informasi, dimana setiap individu mempunyai cara tersendiri

16

untuk memproses informasi yang diterima, memiliki kebiasaan yang

berbeda-beda, seperti dalam hal bagaimana seorang individu merespon

stimulus lingkungan, memproses, dan mengorganisasi informasi yang di

dapat dari lingkungan sekitarnya, menurut (Amamah, dkk., 2016: 237-

245).

Menurut Gagne (1989: 13), teori pemrosesan informasi tersebut, berawal

dari stimulus lingkungan peserta didik yang kemudian mempengaruhi

receptor (penerima stimulus), kemudia masuk ke sistem saraf melalui

sensory register (yaitu organ yang pertama kali menerima adanya

stimulus tersebut) yang terdapat dalam sistem saraf pusat. Penerimaan

stimulus ini merupakan persepsi objek dan peristiwa yang pertama kali

bagi peserta didik. Stimulus yang berupa informasi itu akan disimpan

dalam sistem saraf pusat dalam waktu yang sangat singkat.

Menurut Rehalat (2014: 1-2), teori pemrosesan informasi adalah suatu

teori yang menitikberatkan pada aktivitas yang terkait dengan kegiatan

proses atau pengolahan informasi untuk meningkatkan kapabilitas siswa

melalui proses pembelajaran. Model pemrosesan informasi ini didasari

oleh teori belajar kognitif (Piaget) dan berorientasi pada kemampuan

peserta didik memproses informasi yang dapat memperbaiki

kemampuannya. Proses pemrosesan Informasi yang dilakukan oleh siswa,

merujuk pada stimuli dari lingkungan.

Rehalat (2014: 1-2), juga mengatakan bahwa teori pemrosesan informasi

ini dapat menghubungkan informasi baru pada pengetahuan sebelumnya,

17

dan menata pengetahuan tersebut agar menjadi bermakna. Teori

pemrosesan informasi dapat dikatakan suatu teori yang menghubungkan

informasi yang didapat sebelumnya atau temuan yang didapat dengan

kehidupan nyata dengan sesudah siswa mengikuti proses pembelajaran.

Proses berpikir siswa dalam teori pemrosesan informasi dapat

digambarkan melalui skema pada gambar 4 proses berpikir pada

pemrosesan informasi oleh Gagne (Akib, 2016: 25-29).

Gambar 1. Skema proses berpikir pemrosesan informasi

Berdasarkan skema proses berpikir tersebut, stimulus berupa informasi

yang berasal dari lingkungan peserta didik akan mempengaruhi receptor

(penerima stimulus) dan effector (memberikan tanggapan), kemudian

masuk ke sistem saraf melalui sensory register (organ yang pertama kali

menerima adanya berbagai stimulus/ informasi dari luar) yang terdapat

pada sistem saraf pusat. Stimulus yang berupa informasi itu akan disimpan

dalam sistem saraf pusat dalam waktu yang sangat singkat (short-term

E

N

V

I

R

O

N

M

E

N

T

EFFECTOR

RESEPTOR

Reseptorgenerator

Sensoryregisters

Short-termmemory

Long-termmemory

EXECUTIVE EXPENTANCIES

18

memory) atau memori jangka pendek, jika seseorang ingin mengingat

informasi yang di dapat maka dia harus mengulang-ulang informasi yang

diterimanya. Pada long-term memory, informasi yang pernah diperoleh

akan disimpan dalam waktu yang lama dan respon akan dimunculkan

kembali saat dibutuhkan.

Menurut Rehalat (2014: 1-2), teori pemrosesan informasi adalah suatu

teori yang menitikberatkan pada aktivitas yang terkait dengan kegiatan

proses atau pengolahan informasi untuk meningkatkan kapabilitas siswa

melalui proses pembelajaran. Model pemrosesan informasi ini didasari

oleh teori belajar kognitif (Piaget) dan berorientasi pada kemampuan

peserta didik memproses informasi yang didapat melalui stimulus dari

lingkungan dan melalui proses pembelajaran sehingga apat memperbaiki

kemampuannya.

Berdasarkan beberapa pemaparan mengenai teori pemrosesan informasi,

dan skema teori pemrosesan informasi, pada saat pembelajaran materi

mengguakan model ADI siswa akan mengumpulkan data melalui

pengamatan. Kegiatan ini mengajak siswa untuk mengumpulkan informasi

dari berbagai sumber untuk mendukung argumennya dan kemudian

dituliskan serta dikomunikasikan secara ilmiah. Sehingga, keterampilan

argumentasi siswa dapat meningkat karena proses pembelajaran

menggunakan model ADI menjadikan siswa lebih berpengalaman dalam

mencari tahu, mengkonfirmasi pengetahuan, membuat skema pengamatan

dan mengevaluasi argumen yang disampaikan.

19

3. Keterampilan Argumentasi

Argumentasi merupakan keterampilan yang sangat dibutuhkan dalam

proses pembelajaran. Argumentasi juga merupakan bagian dari

pembelajaran sains yang dapat dimunculkan dan ditingkatkan di dalam

proses pembelajaran sains di kelas.

Menurut Hasnunidah (2016), keterampilan argumentasi adalah sebagai

bentuk komunikasi untuk mengeksternalisasikan pemikiran melalui

serangkaian wacana ilmiah merupakan proses yang sangat penting dalam

pembelajaran. Menurut Inch, et al., (2006), argumentasi adalah proses

memperkuat suatu klaim melalui analisis berpikir kritis berdasarkan

dukungan bukti-bukti dan alasan yang logis. Bukti-bukti ini dapat

mengandung fakta atau kondisi objektif yang dapat diterima sebagai suatu

kebenaran argumentasi dan dipandang penting dalam proses belajar sains,

karena merupakan aktivitas inti dari penyelidikan ilmiah. Berdasarkan

beberapa pendapat tersebut, dapat diartikan bahwa argumentasi adalah

suatu proses seseorang dalam hal mengungkapkan pendapat dan

pandangan terhadap suatu permasalahan, berdasarkan fakta dan data yang

ada sebagai penunjang asumsinya sehingga bisa diakui nilai

kebenarannnya.

Dalam proses pembelajaran sains, tidak saja mencakup aspek konseptual,

namun juga kognitif, afektif dan psikomotor, serta sosial. Siswa diharapkan

mampu melakukan kerja ilmiah, untuk mengkaji fenomena alam, menguji,

dan mengkomunikasikan serta mampu mengkomunikasikan hasil ujinya

20

berdasarkan data dan fakta yang ada. Berdasarkan hal tersebut maka perlu

adanya proses pembelajaran yang mampu mengajak siswa untuk

melakukan hal-hal tersebut sehingga dapat memunculkan keterampilan

siswa, terutama argumentasi secara ilmiah.

Argumentasi menurut Ginanjar, dkk., (2015: 32-37), argumentasi ilmiah

merupakan kemampuan mengemukakan ide/ gagasan mengenai fenomena

sains yang terjadi di alam berdasarkan data/ bukti dan teori yang ada

sebagai pembenaran. Kemampuan ini penting dilatihkan agar siswa dapat

menjelaskan fenomena sains berdasarkan bukti dan konsep sains yang

relevan. Selain itu, menurut Osborne, et al., (2004), argumentasi ilmiah

merupakan salah satu sarana pemulihan pencapaian tujuan pembelajaran

sains yang seimbang, karena selama ini terlalu banyak pembelajaran sains

yang hanya didominasi secara konseptual, dan dalam proses pembelajaran,

argumentasi sering digunakan untuk memberitahu dan membujuk orang

lain untuk menguatkan sesuatu.

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dinyatakan bahwa dalam

memberikan argumentasi, setiap siswa dituntut untuk mampu memberikan

argumen yang disertai data dan bukti empirik, sehingga siswa terpacu

untuk lebih kritis dalam berpikir. Pengalaman memberikan argumentasi

tersebut akan meningkatkan kemampuan berpikir secara kritis siswa.

Hasnunidah, et al., (2015: 1185-1192), mengatakan bahwa.

Argumentation skills as a form of communication to externalizeideas through scientific discourse. Develop strategies argumentationcan be one of the alternatives that can help students to improve their

21

critical thinking skills. Students can demonstrate their criticalthinking skills, especially in inquiry-based laboratory activities.

Keterampilan argumentasi dinyatakan sebagai bentuk komunikasi yang

mengeksternalisasi ide-ide melalui wacana ilmiah dan dapat menjadi salah

satu alternatif yang dapat membantu siswa untuk melatih dan

meningkatkan keterampilan berpikir kritis terutama dalam kegiatan

penyelidikan-berbasis laboratorium sehingga dapat memembangun

keterampilan argumentasi ilmiah dan berpikir kritis siswa.

Probosari, dkk., (2016: 29-33) menyatakan bahwa argumentasi ilmiah

dalam sains mempunyai karakteristik yang khas. Pernyataan yang

diberikan merupakan pernyataan deskriptif yang menjawab masalah

penelitian. Bukti yang diberikan juga mengacu pada pengukuran,

pengamatan, atau hasil penelitian lain yang telah dikumpulkan, dianalisis,

dan ditafsirkan. Sehingga, komponen argumen pada akhirnya didapat dari

pernyataan yang menjelaskan suatu fenomena disertai dengan bukti yang

relevan dan didasarkan pada konsep atau asumsi yang melandasinya.

Andi, dkk., (2015: 755-762), menilai bahwa argumentasi dipandang

sebagai keterampilan yang penting dan harus dimiliki siswa dalam proses

belajar sains karena merupakan aktivitas inti yang sangat mendasar dimana

dalam proses pembelajaran seorang siswa membutuhkan argumentasi

untuk memperkuat pemahamannya akan materi yang disampaikan.

Menurut Karnadi (2009: 105-124), kemampuan mengemukakan pendapat

adalah kemampuan siswa dalam mengekspresikan diri terhadap

22

kebutuhannya melalui pikiran dan perasaan tanpa menyakiti atau

merugikan diri sendiri maupun orang lain. Berdasarkan pendapat tersebut

diketahui bahwa keterampilan argumentasi secara ilmiah perlu dimiliki

siswa agar siswa mampu berpendapat sesuai data dan fakta yang relevan

dan mampu memberikan sanggahan yang dapat diterima oleh orang lain

sehingga mempermudah hubungan dan kerjasama antar teman.

Toulmin (2003), mengatakan bahwa argumen disusun dari serangkaian

kalimat yang saling berhubungan dan saling menguatkan berdasarkan

suatu pernyataan yang diyakini kebenarannya, dimana susunan dalam

pemberian argumentasi secara ilmiah yaitu claim (C), dengan data (D)

yang sudah teruji, dan terhubung melalui warrant (W) dan diperkuat

dengan backings (B). Argumen ditentang dalam rebuttals (R), atau

counter-arguments yang menyajikan fakta yang berlawanan dengan data,

warrant maupun backings sehingga membuktikan bahwa pernyataan

tersebut benar. Qualifiers (Q) menunjukkan kekuatan simpulan yang

didapatkan dan bagaimana hal itu bisa diaplikasikan dan valid. Berikut

adalah susunan argumen menurut Toulmin.

Describes theProvid authorty to

Move through to To support a

Present an exception

Gambar 2. Toulmin Argument Pattern (TAP) Toulmin 1984.

Ground Warrent

Backing

Qualifier

Rebuttal

Claim

23

Erduran, et al., (2004), menyatakan berdasarkan definisi Toulmin, claim

adalah sebuah pernyataan yang diajukan kepada orang lain untuk diterima.

Claim mengandung informasi yang diajukan seseorang untuk diterima

sebagai kebenaran atau tindakan yang diinginkan untuk diterima dan

dilakukan. Data atau ground adalah fakta-fakta tertentu yang diandalkan

untuk mendukung klaim yang diberikan. Warrant merupakan sebuah

jaminan yang menghubungkan data dengan claim, biasanya digunakan

untuk menjawab pertanyaan. Backing adalah dukungan kepada suatu

argumen untuk memberikan dukungan tambahan kepada warrant.

Qualifier mengindikasikan kekuatan dari data kepada warrant dan dapat

membatasi claim yang universal. Variasi lain dari qualifier adalah

reservation, yaitu ungkapan kemungkinan yang dapat membuat suatu

claim menjadi salah. Komponen terakhir adalah rebuttal atau sanggahan,

yaitu suatu argumen perlawanan (counter argument) terhadap suatu claim,

data, dan warrant.

Berdasarkan penjelasan susunan argumentasi di atas, dapat dinyatakan

bahwa dalam memberikan pendapat harus mengandung Klaim, bukti dan

data, backing/warrant. Kelengkapan agumentasi siswa akan dilihat dari

bagaimana siswa menjawab soal yang diberikan oleh guru. Kualitas

argumentasi siswa dalam proses pembelajaran akan diukur dengan rubrik

penilaian dengan ketentuan klaim argumentasi menggunakan tabel kualitas

argumentasi yang dikembangkan oleh Osborne, et al., (2004) disajikan

dalam Tabel 2.

24

Tabel 2. Kualitas Argumentasi berdasarkan bukti dan pembenaranLevel Kriteria Argumentasi

1Argumen berbasis argumen dengan satu claim sederhanamelawan suatu claim yang melawan claim bertentangan lainnya.

2Argumen berisi argumen dari suatu claim melawan claim laindengan data pendukung namun tidak berisi sanggahan.

3Argumentasi berisi suatu rangkaian claim atau claimberlawanan dengan data pendukung dan sedikit sanggahan yanglemah.

4

Argumentasi menunjukkan argumen dengan suatu sanggahanyang jeals serta memiliki beberapa claim dan konter claim atauArgumentasi mengandung sebuah rangkaian klaim dengan data,penjamin, atau pendukung dengan satu penyanggah yang jelas.

5Argumentasi menyajikan argumen diperluas dengan lebih darisatu sanggahan atau argumentasi mengandung beberapaargumen dengan lebih dari satu penyanggah yang jelas.

(Osborne, et al., 2004)

Keterangan:Level 5: Sangat BaikLevel 4: BaikLevel 3: Cukup BaikLevel 2: Kurang baikLevel 1: Buruk

Berdasarkan tabel tersebut akan diketahui bagaimana kualitas jawaban

siswa dan bagaimana kemampuan siswa menjawab dan memunculkan

keterampilan argumentasinya, setelah diterapkan model pembelajaran ADI

di dalam kelas. Sehingga dengan ini akan didapatkan hasil keterlaksanaan

model pembelajaran yang dilakukan dan seberapa besar tingkat

kemampuan argumentasi siswa saat diterapkan model ADI.

Hasnunidah (2016), mengatakan bahwa keberhasilan pengembangan

keterampilan argumentasi peserta didik bergantung pada kreativitas guru

dalam membuat dan merancang desain pembelajaran dengan strategi

pembelajaran yang sempurna dan kegiatan kelas yang aktif, yang dapat

membantu peserta didik untuk terlibat dalam argumentasi ilmiah dengan

25

cara yang lebih produktif. Melalui kegiatan pembelajaran tersebut, sisiwa

akan menjadi lebih aktif dan termotivasi untuk berperan dalam proses

pembelajaran di dalam kelas.

4. Jenis Kelamin

Hubungan antara gender dengan prestasi di dalam dunia pendidikan di

sekolah menurut Sugihartono, dkk., (2007: 37), bahwa anak perempuan

lebih bagus dalam mengerjakan tugas-tugas verbal di tahun-tahun awal

dan dapat dipertahankan, sedangkan anak laki-laki menunjukkan masalah-

masalah bahasa yang lebih banyak dibandingkan perempuan. Menurut

hasil penelitian yang dilakukan Sulistiana, dkk., (2012: 102-106),

menyatakan bahwa rata-rata skor anak perempuan lebih tinggi dibanding

anak laki-laki dalam pengukuran kemampuan verbal, jumlah kosakata,

pemahaman bahan tertulis, dan kelancaran verbal, namun siswa laki

cenderung lebih unggul daripada siswa perempuan dalam tes visual ruang.

Berdasarkan hal tersebut, dapat dikataan keterampilan argumentasi verbal

siswa perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki.

Saat diberikan suatu masalah dalam kelompok diskusi, guru sering

membiasakan siswa memilih sendiri anggota kelompoknya sehingga siswa

perempuan cenderung memilih anggota yang perempuan juga dan begitu

sebaliknya. Perempuan memilih kelompok yang sama-sama perempuan

karena biasanya anak perempuan lebih rajin dan teliti dalam mengamati

masalah yang diberikan dibandingkan anak laki-laki. Sedangkan Remiswal

(2013: 12), menyatakan bahwa istilah gender menyangkut perbedaan

26

psikologis, sosial dan budaya antara laki- laki dan perempuan. Beberapa

pendapat tersebut membuktikan bahwa jika terdapat perbedaan

kemampuan dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotor maka secara

tidak langsung akan terdapat perbedaan pada kemampuan berargumentasi

antara siswa laki-laki dan perempuan.

Temuan lain didapatkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Karnadi

(2009: 105-124), menyatakan bahwa: 1) Kemampuan mengemukakan

pendapat anak laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan

anak perempuan; 2) Kemampuan mengemukakan pendapat anak laki-laki

lebih tinggi dibandingkan kemampuan mengemukakan pendapat anak

perempuan yang sama-sama memiliki kreativitas tinggi; 3) Kemampuan

mengemukakan pendapat anak perempuan yang memiliki kreativitas

rendah tidak berbeda dengan kemampuan mengemukakan pendapat anak

laki-laki yang juga memiliki kreativitas rendah; 4) Interaksi jenis kelamin

dan kreativitas tidak berpengaruh terhadap kemampuan mengemukakan

pendapat.

Menurut pendapat Karnadi (2009: 105-124), bahwa pengaruh interaksi

jenis kelamin dalam mengemukakan pendapat dapat dilihat dari aspek

keterampilan berkomunikasi yang dimiliki seorang anak. Anak yang

kreatif dapat mengkomunikasikan pendapatnya secara lancar dengan

memanfaatkan penguasaan dan kelancaran bahasa yang dimilikinya.

Keyakinan siswa perempuan dan laki-laki yang berkaitan dengan

kompetensi bervariasi berdasarkan konteks prestasi. Sebagai contoh, anak

27

laki-laki mempunyai kemampuan kompetensi yang lebih tinggi untuk

matematika dan olahraga sedangkan anak perempuan mempunyai

keyakinan kompetensi yang lebih tinggi untuk bahasa inggris, membaca,

dan aktivitas sosial. Sehingga berdasarkan hal tersebut, dapat dinyatakan

kemampuan berbicara dan bersosialisasi seorang anak perempuan lebih

mudah terjalin dibandingkan anak laki-laki.

Berdasarkan hasil tersebut, dapat dikatakan bahwa gender bukan

merupakan satu-satunya faktor yang mempengaruhi keterampilan

mengungkapkan pendapat siswa baik laki-laki maupun perempuan, namun

kreativitas tinggi dan stimulus yang diberikan guru juga sebagai faktor

yang akan mempengaruhi keterampilan mengungkapkan pendapat. Seperti

yang diungkapkan oleh Karnadi (2009: 105-124), bahwa perbedaan

potensi kognitif siswa dan kecenderungan sifat yang dimiliki antara anak

laki-laki dan perempuan terjadi karena perbedaan perkembangan fisik dan

psikis yang terjadi antara keduanya. Perbedaan ini akan berpengaruh pada

kemampuan anak laki-laki-laki dan anak perempuan dalam

mengemukakan pendapat.

Menurut pendapat (Williams, 2014: 75-82), guru memiliki pengaruh besar

tehadap proses belajar siswa baik secara langsung maupun tidak langsung.

Pengaruh tersebut dapat terjadi misalnya melalui instruksi kelas,

pengaturan tugas, tanggapan anak-anak dalam pembelajaran, apresiasi

terhadap masing-masing siswa, dan pengelompokkan siswa di kelas.

Perbedaan perlakuan yang dilakukan guru di kelas dapat menimbulkan

28

ketimpangan gender antara siswa laki-laki dan perempuan. Misalnya guru

cenderung lebih banyak berinteraksi dengan siswa perempuan,

dibandingkan siswa laki-laki, dan sebaliknya. Adanya perbedaan

perlakuan yang diberikan di kelas pada hakekatnya dapat menghambat

prestasi belajar siswa.

Yuniarti (2014: 19), mengatakan bahwa siswa yang banyak mendapatkan

perhatian cenderung memiliki motivasi yang besar untuk meningkatkan

prestasi dan siswa yang kurang mendapatkan perhatian akan kurang

memiliki motivasi untuk berprestasi Sehingga, kebanyakan siswa yang

memiliki tingkat pemahaman dan keterampilan argumentasi tingi adalah

siswa yang pintar dan mendapatkan perhatian lebih dari guru.

Proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas akan mempengaruhi

prestasi belajar siswa. Hubungan yang baik antar sesama teman dalam

belajar sangat dibutuhkan terutama pada saat siswa dibagi menjadi

beberapa kelompok. Siswa perempuan akan cenderung memilih kelompok

yang juga perempuan, dan begitu juga laki-laki, sehingga dalam

pembagian kelompok tidak terjadi keseimbangan. Hendaknya seorang

guru memperhatikan dalam pembagian kelompok agar kemampuan siswa

dalam kelompok tidak homogen dan kegiatan diskusi lebih interaktif.

B. Kerangka Pemikiran

Hasil belajar siswa dalam Pembelajaran IPA fisika tidak hanya dilihat dari

kemampuan kognitif dengan hasil yang dicapai siswa saja melainkan dari

keseluruhan proses yang telah dilakukan saat pembelajaran berlangsung.

29

Bukan hanya aspek penilaian aspek kognitif, afektif dan psikomotor saja yang

menjadi tolak ukur kemampuan siswa, namun keterampilan argumentasi

siswa juga harus diperhatikan. Pada kenyataannya banyak siswa masih susah

saat diminta untuk mengungkapkan pendapatnya saat proses pembelajaran.

Siswa masih susah saat diminta untuk mengungkapkan pendapatnya di depan

kelas dan masih sering mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah.

Kemampuan argumentasi siswa jika ditinjau dari jenis kelamin, siswa laki-

laki dan perempuan di SMPN 22 Bandar Lampung masih tergolong rendah.

Hal ini dilihat dari hasil belajar siswa yang masih kurang maksimal di

pelajaran IPA. Selain itu, hal lain yang membuat kemampuan argumentasi

siswa yang masih rendah adalah karena rendahnya keterampilan berpikir

kritis siswa yang ditinjau dari hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran

selama di dalam kelas. Guru juga menjelaskan hanya menggunakan panduan

praktikum yang ada dibuku cetak dan tidak menggunakan LKS atau LKPD

yang dirancang sendiri untuk pembelajaran siswa.

Keterampilan argumentasi siswa yang diterapkan dalam proses pembelajaran

diduga akan memudahkan siswa dalam memahami konsep materi IPA,

sehingga keterampilan argumentasi siswa akan meningkat. Peningkatan

keterampilan argumentasi siswa dilakukan dengan menerapkan model

pembelajaran Argument-Driven Inquiry (ADI) dalam pembelajaran IPA,

karena model ini menggunakan inkuiri atau mengedepankan kerja tim dan

kolaborasi dalam belajar. Banyak aktivitas pembelajaran yang akan dilakukan

dalam model ADI ini, dan siswa dapat berkolaborasi dengan temannya untuk

30

memecahkan permasalahan sehingga diduga dapat meningkatkan

keterampilan argumentasi.

Langkah-langkah pembelajaran ADI (Argument-Driven Inquiry) menurut

Sampson dan Gleim yang sudah dikembangkan oleh Hasnunidah (2016) yang

digunakan untuk meningkatkan keterampilan argumentasi siswa yaitu (1)

Identifikasi tugas; (2) pengambilan data; (3) Produksi argumentasi; (4) Sesi

interaksi argumentasi; (5) Penyusunan laporan tertulis; (6) Review laporan;

(7) Proses revisi laporan; (8) Diskusi reflektif. Selain model pembelajaran

yang diterapkan dalam penelitian, digunakan juga perangkat pembelajaran

untuk mendukung proses pembelajaran yaitu berupa RPP, LKPD dan rubrik

kualitas keterampilan argumentasi.

Selain model pembelajaran, ada juga faktor eksternal yang dinilai akan

mempengaruhi hasil belajar pada keterampilan argumentasi. Guru perlu

memahami dan memperhatikan pengaruh gender (jenis kelamin) dalam

proses belajar. Bila digambarkan dalam sebuah diagram kerangka pemikiran,

hubungan antara model pembelajaran ADI (sebagai variabel bebas) dengan

jenis kelamin (sebagai variabel moderator) dan keterampilan argumentasi

(sebagai variabel terikat) dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.

31

Gambar 3. Diagram Kerangka Pemikiran

C. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Kedua kelas sampel memiliki tingkat keterampilan argumentasi yang

masih rendah.

2. Kedua kelas sampel memiliki kemampuan awal dan pengalaman yang

homogen.

Proses Pembelajaran

Kelas B (Kontrol)Kelas A (Eksperimen)

Siswa laki-laki Perempuan PerempuanSiswa laki-laki

Model PBL:1. Pemberian masalah2. Diskusi kelompok kecil3. Melakukan kajian pustaka dari

berbagai sumber4. Bertukar informasi dalam kelompok5. Menyajikan solusi6. Siswa bersama-sama dengan guru

menganalisis dan melakukanevaluasi

Model ADI:1. Identifikasi tugas2. Pengumpulan data3. Produksi argument tentatif4. Sesi interaksi argument5. Penyusunan laporan

penyelidikan tertulis6. Review laporan7. Revisi laporan8. Diskusi reflektif

Keterampilan argumentasi padaModel ADI lebih tinggi

dibandingkan dengan model PBL

Uji N-Gain dan Uji Statistik

Peningkatan Keterampilan Argumentasi

32

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikir[[an, dengan demikian

dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh penerapan model ADI terhadap keterampilan

argumentasi siswa pada siswa SMP berjenis kelamin laki-laki dengan

perempuan.

2. Terdapat perbedaan keterampilan argumentasi pada siswa SMP berjenis

kelamin laki-laki dengan perempuan setelah diterapkan model

pembelajaran ADI.

33

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 22 Bandar Lampung pada tanggal 1

Agustus 2018 sampai dengan tanggal 27 Agustus 2018.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII IPA semester

ganjil SMP Negeri 22 Bandar Lampung tahun pelajaran 2018-2019. Seluruh

populasi terbagi ke dalam 11 kelas. Sampel yang digunakan dalam penelitian

ini adalah dua kelas. Sampel dicuplik dari populasi dengan teknik pusposif

sampling. Purposif sampling adalah salah satu teknik sampling non random

sampling, dimana peneliti menentukan pengambilan sampel dengan cara

menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian sehingga

diharapkan dapat menjawab permasalahan penelitian (Frenkel and Wallen,

2007: 95-99). Kemudian ditentukan kelas VIII D sebagai kelas eksperimen

diberikan perlakukan dengan model ADI dan kelas VIII A sebagai kelas

kontrol diberikan perlakukan dengan model PBL. Kelas VIII D sebagai kelas

eksperimen memiliki jumlah siswa sebanyak 29 anak, dimana siswa laki-laki

sebanyak 14 anak dan perempuan 15 anak. Kelas VIII A sebagai kelas kontrol

memiliki jumlah siswa sebanyak 30 anak dimana jumlah siswa laki-laki 14

orang dan siswa perempuan 16 orang.

34

C. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode quasi

experiment, atau mementingkan adanya variabel-variabel sebagai obyek

penelitian dan memerlukan adanya hipotesa dan pengukuran hasil secara

statistik, (Wardani, dkk., (2016: 13-28). Desain penelitian ini menggunakan

rancangan Pretest-Postestt Non- Equivalent Control Group Design.

Rancangan penelitiannya adalah sebagai berikut.

Tabel 3. Rancangan PenelitianKelas A O1 X1 O2

Kelas B O3 Y2 O4

Keterangan:O1 = pretest kelas AO3 = pretest kelas BX1 = perlakuan penerapan model Argument Driven Inquiry pada kelas AY2 = perlakuan penerapan model Problem Based Learning pada kelas BO3 = postest kelas AO4 = postest kelas B

D. Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri dari tiga variabel penelitian yaitu variabel bebas, variabel

terikat, dan variabel moderat. Variabel bebas dalam penelitian ini ada dua

yaitu model pembelajaran ADI dan model pembelajaran PBL. Variabel

terikatnya adalah keterampilan argumentasi pada siswa. Variabel moderatnya

adalah jenis kelamin siswa (gender) terdiri atas siswa berjenis kelamin laki-

laki dan siswa berjenis kelamin perempuan.

E. Tahapan Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga

tahapan yaitu:

35

1. Tahap Persiapan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:

a. Melakukan studi pendahuluan melalui kegiatan survey dengan

menyebarkan angket, mengobservasi kegiatan pembelajaran IPA di

dalam kelas dan kelengkapan sarana laboratorium.

b. Studi literatur, dilakukan untuk memperoleh teori yang akurat

mengenai permasalahan yang akan dikaji.

c. Melakukan studi kurikulum mengenai pokok bahasan yang dijadikan

penelitian untuk mengetahui kompetensi dasar yang ingin dicapai oleh

siswa.

d. Menyusun RPP kelas eksperimen dan kelas kontrol. RPP pada kelas

eksperimen dibuat dengan menggunakan model pembelajaran ADI

(Argument-Driven Inquiry).

e. Membuat instrumen penelitian yaitu tes keterampilan argumentasi.

f. Melakukan uji validasi instrumen oleh pembimbing.

g. Melakukan uji coba instrumen penelitian.

h. Menganalisis hasil uji validitas dan uji coba instrumen penelitian.

i. Melakukan revisi instrumen penelitian

2. Tahap Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan meliputi: (1)

Memberikan test awal (pre-test) untuk mengukur keterampilan awal siswa

sebelum diberi perlakuan (treatment); (2) Memberikan perlakuan yaitu

dengan cara menerapkan model ADI (Argument-Driven Inquiry) pada

pembelajaran serta mengobservasi jalannya pembelajaran dengan bantuan

36

observer; (3) Perlakuan pada kelas kontrol dengan menggunakan model

PBL; (4) Memberikan test akhir (post-test) untuk mengukur peningkatan

keterampilan argumentasi siswa setelah diberi perlakuan (treatment).

Penelitian ini dilaksanakan di kelas 8D sebagai kelas A yang diikuti oleh

29 orang siswa dan 8A sebagai kelas B yang diikuti oleh 30 orang siswa.

Pelaksanaan pembelajaran dilakukan sesuai jadwal pelajaran fisika di

sekolah, yaitu Senin pukul 08.30-10.00 WIB. di kelas 8D dan pukul 13.00-

14.20 WIB. di kelas 8A. Lalu pada hari selasa pukul 07.00-08.30 WIB. di

kelas 8A, dilanjutkan hari jum’at pukul 09.50-11.30 WIB di kelas 8D, hari

senin pukul 08.30-10.00 WIB. di kelas 8D dan pukul 13.00-14.20 WIB. di

kelas 8A. Keseluruhan proses pembelajaran dilakukan sebanyak tiga kali

pertemuan pada setiap kelas. Pemberian perlakuan adalah sebagai berikut:

a. Kelas A

Kelas 8D sebagai kelas A terdiri atas 29 anak, dengan jumlah siswa

laki-laki sebanyak 14 anak dan jumlah siswa perempuan sebanyak 15

anak. Pertemuan pertama dilakukan pada hari senin 13 Agustus 2018

pada pukul 08.00-10.00 WIB dengan model ADI, materi jenis-jenis

pesawat sederhana dan keuntungan mekanik pesawat sederhana.

Sebelum dilakukan belajar dilakukan pretest untuk mengetahui

pengetahuan awal siswa mengenai materi yang akan dipelajari. Tahap

satu, dimulai dengan identifikasi masalah. Pemunculan masalvh divwali

dengan pertanyaan yang diajukan oleh guru, dimana guru bertanya

“Apakah kalian pernah melihat pisau, gunting, jungkat-jungkit?”. Lalu

guru bertanya kembali “Mengapa alat-alat tersebut termasuk pesawat

37

sederhana?”. Selanjutnya untuk mengeksplorasi pengetahuan awal

peserta didik, guru memberikan pertanyaan kembali “bagaimana

menggolongkan alat-alat sehari-hari ke dalam pesawat sederhana dan

bagaimana keuntungan mekaniknya?”. Kemudian guru menjelaskan

topik yang akan dibahas, menyampaikan tujuan pembelajaran,

memberikan motivasi dan apresiasi.

Tahap kedua, yaitu pengumpulan data, guru mengorganisasi peserta

didik ke dalam kelompok. Siswa mengondisikan diri ke dalam

kelompok yang sudah dibagi sebelumnya, dimana setiap kelompok

terdiri atas 5 orang. Setiap kelompok disediakan alat dan bahan seperti

papan tulis kecil, spidol, laptop dan martphone berisikan video peraga

alat-alat jenis pesawat sederhana, yang digunakan untuk melakukan

pengamatan sesuai dengan LKPD ADI yang dibagikan.

Tahap ketiga yaitu produksi argument tentatif dimana pada tahap ini

guru membimbing peserta didik untuk mengolah dan menganalisis data

yang dikumpulkan, memfasilitasi peserta didik untuk membangun

argumen dan menuliskannya dalam skema argumentasi di papan tulis

kecil yang berisi klaim, data dan pembenaran berdasarkan hasil

pengamatan yang telah dilakukan. Tahap ke empat yaitu sesi interaktif

argumen, dimana pada tahap ini guru membimbing diskusi interaktif

untuk membantu peserta didik mengungkapkan berbagi argumen,

mengkritik dan memperbaiki penjelasan. Di dalam setiap kelompok

memiliki anggota berkunjung ke kelompok lain dan ada anggota

38

kelompok yang tinggal dan bertugas sebagai moderator yang

membacakan skema argumentasi dan notulen yang menuliskan kritik

dan saran dari kelompok lain yang berkunjung ke kelompok mereka.

Setelah masing-masing kelompok kembali dari kunjungannya, mereka

dapat memperbaiki skema argumentasi mereka.

Tahap kelima yaitu penyusunan laporan penyelidikan tertulis dimana

guru meminta siswa mengerjakan laporan tertulis maksimal dua

halaman berdasarkan hasil pengamatan mereka. Tahap selanjutnya

dilakukan pada pertemuan kedua hari senin tanggal 20 Agustus 2018

pada pukul 08.00-10.00 WIB. Pada tahap keenam, guru membimbing

siswa untuk mereview dan mengevaluasi laporan penyelidikan yang

telah mereka kerjakan menggunakan lembar review dengan cara

bertukar laporan secara acak. Tahap ketujuh yaitu proses revisi laporan

dimana guru mendorong siswa untuk merevisi laporan penyelidikan

berdasarkan hasil review ditahap sebelumnya. Kemudian tahap

kedelapan adalah diskusi reflektif dimana guru melakukan kesimpulan

mengenai pesawat sederhana bersama siswa.

Di hari yang sama, dilanjutkan kembali materi yang selanjutnya

mengenai prinsip kerja pesawat sederhana pada otot dan tulang rangka

manusia. Pembelajaran dilakukan dengan langkah yang sama seperti

pertemuan sebelumnya. Tahap satu dilakukan identifikasi masalah

dilakukan oleh guru dengan mengajukan pertanyaan “tubuh manusia

terdiri dari otot, tulang, dan sendi. Lalu, menurut pendapat kalian

39

apakah dalam tubuh manusia memiliki prinsip kerja yang sama dengan

pesawat sederhana yang telah dipelajari pada pertemuan yang lalu?”.

Setelah itu guru menuliskan materi yang dipelajari dan menyampaikan

tujuan pembelajaran. Guru mengeksploitasi pengetahuan awal peserta

didik dengan memberikan pertanyaan “menurut kalian bagaimana

prinsip kerja pesawat sederhana pada tubuh manusia?”.

Tahap kedua yaitu pengumpulan data, guru mengorganisasi peserta

didik ke dalam kelompok. Siswa mengondisikan diri ke dalam

kelompok yang sudah dibagi sebelumnya. Setiap kelompok disediakan

alat dan bahan seperti papan tulis kecil dan spidol. Siswa ditugaskan

untuk melakukan pengamatan sesuai dengan LKPD ADI yang

dibagikan. Selanjutnya dua orang siswa diminta untuk memperagakan

saat membawa dua buku cetak dengan tangan terlentang dan melipat.

Setelah itu, siswa diminta untuk menjelaskan bagaimana

perbandingannya. Guru mengajukan pertanyaan “Kegiatan mana yang

menurut kalian lebih ringan?”. Setelah itu siswa diminta untuk

mendiskusikan dengan kelompoknya.

Tahap ketiga yaitu produksi argumen tentatif, dimana guru

membimbing peserta didik untuk mengolah dan menganalisis data yang

dikumpulkan, memfasilitasi peserta didik untuk membangun argumen

dan menuliskannya dalam skema argumentasi di papan tulis kecil yang

berisi klaim, data dan pembenaran berdasarkan hasil pengamatan yang

telah dilakukan.

40

Tahap ke empat yaitu sesi interaktif argumen, dimana pada tahap ini

guru membimbing diskusi interaktif untuk membantu peserta didik

mengungkapkan berbagi argumen, mengkritik dan memperbaiki

penjelasan. Di dalam setiap kelompok memiliki anggota berkunjung ke

kelompok lain dan ada anggota kelompok yang tinggal dan bertugas

sebagai moderator yang membacakan skema argumentasi dan notulen

yang menuliskan kritik dan saran dari kelompok lain yang berkunjung

ke kelompok mereka. Setelah masing-masing kelompok kembali dari

kunjungannya, mereka dapat memperbaiki skema argumentasi mereka.

Tahap kelima yaitu penyusunan laporan penyelidikan tertulis dimana

guru meminta siswa mengerjakan laporan tertulis maksimal dua

halaman berdasarkan hasil pengamatan mereka.

Tahap selanjutnya pertemuan ketiga dilakukan pada hari senin tanggal

24 Agustus 2018 pada pukul 09.50-11.30 WIB. Pada tahap ke enam,

guru membimbing siswa untuk mereview dan mengevaluasi laporan

penyelidikan yang telah mereka kerjakan menggunakan lembar review

dengan cara bertukar laporan secara acak. Tahap ketujuh yaitu proses

revisi laporan dimana guru mendorong siswa untuk merevisi laporan

penyelidikan berdasarkan hasil review ditahap sebelumnya.

Kemudian tahap kedelapan adalah diskusi reflektif dimana guru

melakukan kesimpulan mengenai prinsip kerja pesawat sederhana pada

otot dan tulang rangka manusia bersama siswa. Setelah selesai

pembelajaran dilakukan posttest untuk mengetahui seberapa mampu

41

atau menguasainya siswa dengan materi yang telah dipelajari selama

pembelajaran.

b. Kelas B

Kelas 8A sebagai kelas B terdiri atas 30 siswa dengan jumlah siswa

laki-laki sebanyak 14 anak dan jumlah siswa perempuan sebanyak 16

anak. Pertemuan pertama dilakukan pada hari senin, 13 Agustus 2018

pukul 13.00-14.20 WIB dengan materi jenis-jenis pesawat sederhana

dan keuntungan mekanik pesawat sederhana. Sebelum dilakukan

pembelajaran di dalam kelas, dilakukan pretest untuk mengetahui

pengetahuan awal siswa sebelum mulai pembelajaran. Tahap pertama

pada pembelajaran dimulai dengan guru memberikan masalah kepada

siswa untuk dipecahkan pada proses pembelajaran, kemudian

dilanjutkan guru menuliskan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan

pada proses pembelajaran.

Guru memancing siswa untuk memunculkan masalah dengan bertanya

“Apakah kalian pernah menggunakan gunting, sekop, sepeda, dan

pisau?”. Guru bertanya kembali “Jika pernah, mengapa alat-alat

tersebut termasuk ke dalam jenis pesawat sederhana?”. Siswa

memberikan jawaban sementara dari pertanyaan yang diajukan oleh

guru. Lalu guru bertanya kembali “Apakah semua alat tersebut

termasuk kedalam jenis yang sama?”. Guru menuliskan beberapa

contoh kegiatan dengan menggunakan pesawat sederhana di papan tulis

dan meminta siswa untuk menggolongkan sesuai dengan jenis-jenisnya.

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, peserta didik dibagi menjadi

42

enam kelompok, dan masing-masing kelompok terdiri atas 5 anak.

Siswa diminta untuk menganalisis masalah yang diberikan oleh guru

dari berbagai sudut pandang.

Tahap kedua, dilakukan diskusi kelompok untuk memecahkan masalah.

Guru membimbing siswa dalam merumuskan hipotesis dan

merumuskan berbagai kemungkinan untuk memecahkan masalah sesuai

dengan pengetahuan yang dimiliki. Tahap ketiga dilakukan kajian

pustaka, dimana siswa mencari informasi dari berbagai sumber. Guru

membimbing siswa dalam mengumpulkan data dari berbagai sumber

informasi baik dari buku maupun internet untuk memecahkan masalah.

Tahap keempat siswa kembali dalam kelompok kecil untuk

mendiskusikan hasil temuan selama proses pengumpulan informasi, dan

bertukar informasi dengan kelompoknya mengenai hasil dari sumber

yang didapatkan.

Tahap kelima, guru membimbing peserta didik untuk menyajikan hasil

karya yang didapat selama diskusi dalam kelompoknya. Selanjutnya

masing-masing siswa diminta untuk mempresentasikan hasil kerja

kelompoknya ke depan kelas dengan memberikan perwakilan dari setip

kelompok. Setiap siswa yang mendengarka penyajian hasil kerja

temannya dipersilahkan untuk memberikan tanggapa atau masukan.

Tahap keenam, guru bersama-sama dengan siswa melakukan evaluasi

selama proses pembelajaran. Guru bersama-sama dengan

menyimpulkan hasil yang diperoleh selama proses pembelajaran, dan

43

mengevaluasi proses pemecahan masalah yang telah dilakukan masing-

masing kelompok.

Pertemuan kedua dilakukan pada hari Selasa, 14 agustus 2018 pukul

07.00-08.30 WIB. Pembelajaran dimulai dengan mengulas kembali

materi yang sudah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Guru

bersama-sama dengan siswa merumuskan masalah yang akan

dipecahkan pada proses pembelajaran, kemudian dilanjutkan guru

menuliskan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan pada proses

pembelajaran. Guru memberikan pertanyaan awal kepada siswa

menganai kegiatan yang biasa dilakukan seperti “Apakah kalian pernah

membawa buku dengan tangan terlentang maupun tangan terlipat?”.

Siswa menjawab “Iya, pernah bu.” Lalu guru bertanya kembali, “Jika

pernah, perbedaan apa yang kalian rasakan?”. Siswa memberikan

jawaban sementara dari pertanyaan yang diajukan oleh guru.

Lalu guru bertanya kembali “Apakah beban yang kalian angkat dengan

tangan terlentang maupun tangan terlipat terasa sama?”. Sebelum

menjawab pertanyaan tersebut, peserta didik dibagi menjadi enam

kelompok, dan masing-masing kelompok terdiri atas 5 anak. Guru

meminta perwakilan siswa untuk maju kedepan mempraktikkan

kegiatan yang telah dijelaskan, kemudian siswa diminta untuk

membandingkan apa yang dirasakan dan mendiskusikan kegiatan yang

dilakuka ke dalam kelompok. Siswa diminta untuk menganalisis

masalah yang diberikan oleh guru dari berbagai sudut pandang.

44

Tahap ketiga, guru membimbing siswa dalam merumuskan hipotesis

dan merumuskan berbagai kemungkinan untuk memecahkan masalah

sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki. Guru membimbing siswa

dalam mengumpulkan data dengan mencari dari berbagai sumber

informasi baik dari buku maupun internet untuk memecahkan masalah.

Tahap keempat guru membimbing peserta didik untuk menyajikan hasil

karya yang didapat selama diskusi dalam kelompoknya. Selanjutnya

masing-masing siswa diminta untuk mempresentasikan hasil kerja

kelompoknya ke depan kelas dengan memberikan perwakilan dari setip

kelompok. Setiap siswa yang mendengarka penyajian hasil kerja

temannya dipersilahkan untuk memberikan tanggapa atau masukan.

Tahap kelima, guru bersama-sama dengan siswa menyimpulkan hasil

yang diperoleh selama proses pembelajaran, dan mengevaluasi proses

pemecahan masalah yang telah dilakukan dari masing-masing

kelompok.

Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Senin, 20 agustus 2018 pukul

13.00-14.20 WIB. Pertemuan dimulai dengan memberikan ulasan

materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Guru

bersama-sama dengan siswa mengulas dan mengevaluasi kembali

materi yang telah dipelajari sebelumnya. Setelah selesai pemberian

kesimpulan selama proses pembelajaran, dilakukan uji posttest untuk

mengetahui pencapaian hasil akhir siswa selama proses pembelajaran

dengan menggunakan model problem Based Learning (PBL).

45

3. Tahap Akhir

Kegiatan yang akan dilakukan pada tahap ini antara lain:

a. Mengolah data hasil tes awal (pretest) dan tes akhir (post-test) dan

instrumen pendukung penelitian lainnya.

b. Membandingkan hasil analisis data instrumen tes dari sebelum

perlakuan dan setelah diberi perlakuan untuk mengetahui apakah

terdapat perbedaan dan peningkatan keterampilan argumentasi antara

kelas menggunakan pembelajaran model ADI dengan model PBL.

c. Memberikan kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari

langkah-langkah menganalisis data.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) model ADI

RPP dengan model pembelajaran ADI digunakan sebagai acuan guru pada

pelaksanaan pembelajaran yang digunakan selama proses pembelajaran.

2) LKPD

Lembar kerja peserta didik merupakan panduan belajar siswa yang disusun

berdasarkan sintaks Pembelajaran Argument Driven Inquiry.

3) Lembar tes keterampilan argumentasi

Lembar tes digunakan untuk mengetahui kemampuan argumentasi awal

dan akhir siswa laki-laki dan perempuan, yang berbentuk essai. Tes

diberikan sebanyak dua kali yaitu pretest yang berfungsi untuk mengetahui

keterampilan argumentasi awal siswa sebelum diberikan perlakuan.

Selanjutnya dilakukan posttest, yaitu untuk mengetahui keterampilan

46

argumentasi akhir siswa setelah diberikan perlakuan. Soal yang diberikan

pada saat pretest dan posttest terdiri dari 5 soal essai. Soal yang dibuat

mengacu pada metode pembuatan soal yang dikembangkan oleh Osborne,

et al., (2004) dengan bentuk jawaban satu set lima tingkat argumentasi

sesuai tingkatan level yang telah dikembangkan oleh Osborne, et al.,

(2004) seperti Tabel 2. Kualitas argumentasi siswa dibuat dalam bentuk

rubrik (secara rinci pada lampiran 4).

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan pretest dan

postest. Tes digunakan untuk mengukur keterampilan argumentasi siswa,

yang merupakan tes essai dalam bentuk competiting theory yaitu tes yang

disajikan dengan menyiapkan dua teori yang sama namun seperti berlawanan

atau bersaing kebenarannya. Berdasarkan teori tersebut siswa diminta untuk

memberikan jawaban dan alasan dalam menjawab kedua teori tersebut.

Jawaban yang diberikan siswa akan menentukan mutu dalam bentuk satu set

lima tingkat argumentasi sesuai tingkatan level yang telah dikembangkan

oleh (Osborne, et al., 2004) seperti Tabel 2.

Sebelum tes keterampilan argumentasi digunakan, terlebih dahulu dilakukan

analisis validitas empiris. Uji validitas dilakukan untuk mengetahui ketepatan

dan kecermatan hasil pengukuran dari instrumen yang akan digunakan dalam

penelitian. Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur seberapa konsiten atau

ajek intrumen yang akan digunakan. Koefisien validitas dan reliabilitas

berkisar dari 0,0 hingga 1,0 yang artinya semakin tinggi koefisien reliabilitas

47

maka semakin tinggi ketepatan dan konsistensi soal atau tes dan semakin

bagus soal atau tes tersebut. Suatu tes dikatakan valid dan reliabel jika skor

soal atau tes tersebut berkorelasi tinggi dengan skor murninya.

Perhitungan koefisien validitas menggunakan rumus korelasi product

moment. Berikut ini rumus korelasi product moment:

r = N∑XY − (∑X)(∑Y){N∑X − (∑X) }{N∑Y (∑Y) }Keterangan:rxy = koefisien korelasiN = jumlah subyekX = nilai pembandingY = nilai dari instrument yang akan dicari validitasnya

Sumber: (Ratumanan & Laurens: 2003)

Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan SPSS 16 for windows.

Kriteria pengambilan keputusan dilihat dari rhitung dan rtabel, dimana

rhitung>rtabel, maka item valid dan sebaliknya. Dengan kriteria peafsiran

korelasi uji validitas instrumen sebagai berikut.

Tabel 4. Kriteria Peafsiran Korelasi Uji Validitas InstrumenKriteria Peafsiran

Indeks KorelasiPenafsiran

r ≤ 0,00 Tidak valid

0,00 < r ≤ 0,20 Validitas sangat rendah

0,20 < r ≤ 0,40 Validitas rendah

0,40 < r ≤ 0,60 Validitas sedang

0,60 < r ≤ 0,80 Validitas tinggi

0,80 < r ≤ 1,00 Validitas sangat validitas

Hasil uji validitas instrumen soal essai untuk mengukur keterampilan

argumentasi siswa dapat dilihat pada Tabel berikut (secara rinci dapat dilihat

pada Lampiran 5).

48

Tabel 5. Hasil Pengujian Validitas Instrumen Penelitian

Nomor Soal Indikator CapaianKeberhasilan

PearsonCorrelation

Keterangan

1 3.3 0,370 Valid

2 3.3 0,478 Valid3 3.3 0,759 Valid4 3.3 0,449 Valid5 3.3 0,540 Valid6 3.3 0,560 Valid7 3.3 0,637 Valid8 3.3 0,537 Valid9 3.3 0,622 Valid10 3.3 0,764 Valid11 3.3 0,423 Valid

Jumlah responden dalam melakukan uji validitas dan reliabilitas adalah 30

siswa dengan ɑ = 0,050 maka rtabel adalah 0,361. Berdasarkan tabel dapat

dilihat bahwa dari 11 butir soal, semua soal dinyatakan valid karena memiliki

Pearson Correlation > 0,361. Semua soal essai yang valid, dapat digunakan

untuk mengukur keterampilan argumentasi siswa. Setelah dilakukan uji

validitas soal, dilanjutkan untuk pengujian reliabilitas soal.

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui tingkat kepercayaan. Koefisien

reliabilitas dicari menggunakan rumus yang Alpha Cronbach sebagai berikut.

, = ( − 1) 1 − ∑Keterangan: r1 1 = reliabilitas instrumen

= skor tiap-tiap itemn = banyaknya butir soal

= varians total

Tabel 6. Kriteria penafsiran indeks r11

Koefisien Reliabilitas Penafsiran0,80 ≤ r derajat reliabilitas tinggi

0,40 ≤ r < 0,80 derajat reliabilitas sedangr < 0,40 derajat reliabilitas rendah

Sumber: (Ratumanan & Laurens: 2003)

49

Teknik penskoran nilai pretest dan postest yaitu:= 100Keterangan : S = nilai yang diharapkan (dicari);

R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar;N = jumlah skor maksimum dari tes tersebut

Sumber: (Purwanto, 2008: 112)

Uji reliabilitas untuk melihat keterampilan argumentasi siswa, menggunakan

soal yang telah dinyatakan valid saja, maka ada 11 soal yang akan diuji

reliabilitasnya. Uji Reliabilitas dibantu dengan perangkat lunak SPSS 17 dan

hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada tabel berikut (secara rinci pada

Lampiran 6).

Tabel 7. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen PenelitianKomponen Cronbach’s Alpha N of items

Essai 0,756 11

Berdasarkan Tabel 7, dapat dilihat bahwa soal essai memiliki Cronbach’s

Alpha sebesar 0,756. Berdasarkan Tabel 7, nilai Cronbach’s Alpha berada di

antara 0,610 sampai dengan 8,00 yang berarti bahwa nilai Cronbach’s Alpha

bersifat sedang. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen soal essai yang

digunakan dalam penelitian sudah reliabel. Butir soal yang digunakan sesuai

dengan indikator capaian teori dalam pembelajaran.

Soal nomor 1 merupakan soal uji argumentasi sesuai dengan indikator hasil

capaian teori mengenai identifikasi jenis-jenis pesawat sederhana. Soal nomor

2 dan 3 merupakan soal uji argumentasi sesuai dengan indikator hasil capaian

teori mengenai deskripsi kegunaan pesawat sederhana. Soal nomor 4

merupakan soal uji argumentasi sesuai dengan indikator hasil capaian teori

mengenai prinsip kerja pesawat sederhana pada otot dan tulang rangka. Soal

50

nomor 5 merupakan soal uji argumentasi sesuai dengan indikator hasil

capaian teori keuntungan mekanik pesawat sederhana. Berdasarkan

keseluruhan soal, soal yang diambil untuk uji keterampilan argumentasi siswa

sesuai dengan materi yang dipelajari selama proses pembelajaran (secara rinci

pada Lampiran 7).

Adapun kualitas argumentasi siswa akan diukur dengan menggunakan

instrumen tes kualitas argumentasi yang diadopsi dari hasil penelitian

Osborne, et. al., (2004) seperti tabel berikut.

Tabel 8. Skema Kualitas Argumentasi berdasarkan bukti dan pembenaran.Level Kriteria Argumentasi

1 Argumen berbasis argumen dengan satu claim sederhanamelawan suatu claim yang melawan claim bertentanganlainnya.

2 Argumen berisi argumen dari suatu claim melawan claimlain dengan data pendukung namun tidak berisisanggahan.

3 Argumentasi berisi suatu rangkaian claim atau claimberlawanan dengan data pendukung dan sedikitsanggahan.

4 Argumentasi menunjukkan argumen dengan suatusanggahan yang jeals serta memiliki beberapa claim dankonter claim atau argumentasi mengandung sebuahrangkaian klaim dengan data, penjamin, atau pendukungdengan satu penyanggah yang jelas.

5 Argumentasi menyajikan argumen diperluas dengan lebihdari satu sanggahan atau argumentasi mengandungbeberapa argumen dengan lebih dari satu penyanggahyang jelas.

Keterangan:

Level 5: Sangat BaikLevel 4: BaikLevel 3: Cukup BaikLevel 2: Kurang baikLevel 1: Buruk

51

H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

1. Analisis Data

a). Analisis uji soal pretest dan postest

Data hasil penelitian ini berupa keterampilan argumentasi dari nilai

pretest dan posttest yang dianalisis menggukan N-Gain. Perhitungan

ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan argumentasi

melalui nilai pretest dan posttest dari kedua kelas. Rumus N-Gain

menurut Hake, (2002: 3) yaitu sebagai berikut (secara rinci pada

Lampiran 8).

N-Gain =

Kriteria Interpretasi N-gain dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Kriteria Interpretasi N-gainN-gain Kriteria

N-gain > 0,7 Tinggi0,3 ≤ N-gain ≤ 0,7 Sedang

N-gain < 0,3 Rendah

2. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis berdasarkan data prestes dan postes adalah dengan

menggunakan uji beda. Jika kedua sampel berasal dari populasi

berdistribusi normal, maka uji beda yang digunakan adalah uji parametrik

(Sudjana, 2005: 67). Data nilai keterampilan argumentasi di uji statistik

menggunakan menu Independent Sample T-Test. Pengujian Independent

Sample T-Test dalam penelitian ini menggunakan perangkat lunak SPSS

17. Asumsi uji beda dengan Independent Sample T-Test adalah data hasil

uji berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen. Pengujian

52

normalitas data pada penelitian ini menggunakan Shapiro-Wilk Test dan

uji homogenitas menggunakan Levene Test. Hasil uji normalitas dan

homogenitas yang dilakukan adalah sebagai berikut.

1. Uji normalitas dan homogenitas

Uji Normalitas dilakukan sebagai uji prasyarat sebelum melakukan uji

hipotesis yang dilakukan dengan perangkat lunak SPSS 17 melalui

Saphiro-Wilk dengan membandingkan nilai sig. dengan taraf sig.5%

atau 0,05. Hasil pengujian normalitas mengenai keterampilan

argumentasi siswa dapat dilihat pada tabel berikut (secara rinci pada

Lampiran 10).

Tabel 10. Hasil Uji Normalitas

Data Kelas JenisKelamin

Saphiro-Wilkstatistic df Sig.

KeterampilanArgumentasi

EksperimenLaki-laki 0.934 14 0.348

Perempuan 0.951 15 0.548

KontrolLaki-laki 0.955 14 0.643

Perempuan 0.921 16 0.176

Berdasarkan kriteria pengambilan keputusan, apabila nilai sig. > 0,05

menunjukkan bahwa data berdistribusi normal. Tabel 10 menunjukkan

bahwa nilai sig. data keterampilan argumentasi siswa laki-laki maupun

siswa perempuan pada kedua kelas sampel diatas 0,05 sehingga dapat

dikatakan data keterampilan argumentasi berdistribusi normal.

Selanjutnya dilakukan uji homogenitas, dimana uji ini merupakan

prasyarat sebelum melakukan uji hipotesis yang dilakukan dengan

perangkat lunak SPSS 17. Uji homogenitas dilakukan dengan Levene

Statistic dengan membandingkan nilai sig. pada taraf sig. 5% atau 0,05.

53

Hasil uji homogenitas disajikan dalam tabel berikut (secara rinci pada

Lampiran 11).

Tabel 11. Hasil Uji Homogenitas

Data Jenis KelaminLevene Statistic

statistic df1 df2 Sig.KeterampilanArgumentasi

Laki-laki .846 1 26 .366Perempuan 1.513 1 29 .229

Berdasarkan kriteria pengambilan keputusan, apabila nilai sig. > 0,05

maka data hasil uji bersifat homogen. Berdasarkan Tabel 11 dapat

diketahui nilai sig. pada siswv perempuan sebesar 0,366 dan siswa laki-

laki sebesar 0,229 atau nilai sig.>0,05, sehingga dapat dikatakan dari

hasil uji homogenitas pada siswa laki-laki maupun perempuan data

tersebut bersifat homogen.

2. Rumusan hipotesis statistik penelitian

Hipotesis statistik penelitian terdiri dari hipotesis nol (H0) dan hipotesis

alternatif (H1). Berikut rumusan hipotesis statistik dalam penelitian ini:

1. Hipotesis pertama

H0: Tidak terdapat pengaruh penerapan model ADI terhadap

keterampilan argumentasi siswa siswa SMP berjenis kelamin

laki-laki dan perempuan setelah diterapkan model pembelajaran

Argument-Driven Inquiri (ADI).

H1: Terdapat pengaruh penerapan model ADI terhadap keterampilan

argumentasi pada siswa SMP berjenis kelamin laki-laki dan

perempuan setelah diterapkan model pembelajaran Argument-

Driven Inquiri (ADI).

54

2. Hipotesis kedua

H0: Tidak terdapat perbedaan keterampilan argumentasi pada siswa

SMP berjenis kelamin laki-laki dengan perempuan setelah

diterapkan model pembelajaran ADI.

H1: Terdapat perbedaan keterampilan argumentasi pada siswa SMP

berjenis kelamin laki-laki dengan perempuan setelah diterapkan

model pembelajaran ADI.

3. Kriteria Uji

Jika sig.< 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima, sedangkan jika sig. >0,05 maka H0 diterima dan H1 diterima.

3. Uji Effect Size

Effect size menurut Santoso (2010), merupakan ukuran mengenai

signifikansi hasil penelitian yang berupa ukuran besarnya korelasi atau

perbedaan, atau efek dari suatu variabel pada variabel lain, dan dapat

digunakan juga untuk membandingkan efek suatu variabel dari

penelitian-penelitian yang menggunakan skala pengukuran yang

berbeda. Ukuran besar pengaruh model pembelajaran ADI terhadap

peningkatan keterampilan argumentasi siswa dapat diketahui melalui

perhitungan effect size dengan menggunakan rumus Cohen’s sebagai

berikut.

= −Keterangan:

= nilai effect size

55

= nilai rata-rata kelas eksperimen

= nilai rata-rata kelas kontrol

= standar deviasi gabungan

Untuk menghitung rumus yang digunakan adalah sebagai

berikut.

= ( − 1) + ( − 1)+Keterangan:

= standar deviasi gabungan

= jumlah siswa kelas eksperimen

= jumlah siswa kelas kontrol

= standar deviasi kelas eksperimen

= standar deviasi kelas kontrol

Hasil perhitungan nilai d kemudian diinterpretasikan berdasarkan

kriteria Cohen yang dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Kriteria Effect SizeEffect Size Interpretasi

d > 0,8 Besar0,2 < d <0,8 Sedang

d < 0,2 Kecil

(Fakhruriza dan Kartika, 2015: 54-57)

71

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian dapat disimpulkan sebagai

berikut.

1. Terdapat pengaruh penerapan model ADI terhadap keterampilan

argumentasi siswa SMP berjenis kelamin laki-laki dengan perempuan,

yang ditunjukkan dengan nilai sig. sebesar 0,01 pada siswa laki-laki dan

0,02 pada siswa perempuan.

2. Terdapat perbedaan keterampilan argumentasi siswa SMP berjenis

kelamin laki-laki dan perempuan setelah diterapkan model pembelajaran

ADI, yang ditunjukkan dengan hasil uji effect size r, dimana pada siswa

laki-laki memperoleh nilai effect size r sebesar 0,4246 dan pada siswa

perempuan sebesar 0,4407, dengan kriteria perolehan hasil uji dalam

kategori sedang.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian, dikemukakan saran sebagai berikut.

1. Pengelompokkan siswa berdasarkan perbedaan jenis kelamin pada

pembelajaran menggunakan model Argument Driven Inquiry (ADI)

dilakukan secara merata sehingga tidak ada kelompok dengan jenis

kelamin yang mendominasi.

72

2. Bagi peneliti lain yang akan menggunakan model Argument Driven

Inquiry (ADI) diharapkan dapat mengatur strategi waktu dalam proses

pembelajaran dengan baik, karena dalam menerapkan model

pembelajaran (ADI), seluruh sintaks dapat diterapkan kurang lebih dua

sampai tiga kali pertemuan.

73

DAFTAR PUSTAKA

Akib, I. (2016). Implementasi Teori Belajar Robert Gagne dalam PembelajaranKonsep Matematika (Suatu Alternatif Kegiatan Mengajar Belajar KonsepMatematika). Makasar: Lembaga Perpustakaan dan Penerbitan UniversitasMuhammadiyah Makassar. (Online) di https://www.researchgate.net/publication/305739745. Pada 22 Oktober 2018.

Amamah, S., Sa’dijah, C., dan Sudirman. (2016). Proses Berpikir Siswa SMPBergaya Kognitif Field Dependent Dalam Menyelesaikan MasalahBerdasarkan Teori Pemrosesan Informasi. Jurnal Pascasarjana-UniversitasNegeri Malang. 1 (02), 237-245.

Amin, A Muh. dan Corebima AD. (2016). Analisis Presepsi Dosen TerhadapStrategi Pembelajaran Reading Questioning and Answering (RQA) DanArgument Driven Inquiry (ADI) Pada Program Studi Pendidikan Biologi DiKota Makassar. Makassar: Seminar Nasional II Tahun 2016 Kerjasama ProdiPendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkunan dan Kependudukan(PLSK) Universitas Muhammadiyah Malang.

Andi., Fitriah., dan Zainuddin. (2015). Keterampilan Berargumentasi Ilmiah padaPembelajaran Fisika Melalui Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing.Jurnal Pendidikan Fisika-FKIP Unlam Banjarmasin, Jilid 27 (7), 755-762.

Andriani., Yuli., dan Riandi. (2015). Peningkatan Penguasaan Konsep SiswaMelalui Pembelajaran Argument Driven Inquiry pada Pembelajaran IPATerpadu di Smp Kelas VII. Jurnal Pascasarjana Universitas PendidikanIndonesia, 7 (02), 114-121.

Erduran, S., Simon, S., & Osborne, J. (2004). TAP Ping Into Argumentation:Development in the Application of Toulmin's Argumentation Pattern forStudying Science Discourse. Journal Science Education, 88 (6), 915-933.

Fakhruriza, O., & Kartika, I. (2015). Keefektifan model pembelajaran relating,experiencing, applying, cooperating, transferring (REACT) untukmeningkatkan hasil belajar siswa SMP pada materi kalor. Jurnal Riset danKajian Pendidikan Fisika, 2 (02), 54-57.

Frenkel and Wallen. (2007). How to Design dnd Evaluate Research In Education.New York: McGraw-Hill Education.

74

Ginanjar., Utari., dan Muslim, D. (2015). Penerapan Model Argument-DrivenInquiry dalam Pembelajaran IPA untuk Meningkatkan KemampuanArgumentasi Ilmiah Siswa SMP. Jurnal Pengajaran MIPA, 20 (01), 32-37.

Hake, R.R. (2002). Relationship of Individual Student Normalized LearningGains in Mechanics with Gender, High-School Physics, and Pretest Scoreson Mathematics and Spatial Visualization. Physics Education ResearchConference; Boise, Idaho. (Online) di http://www.physics.indiana.edu/~hake. Diakses pada 12 Desember 2017.

Hasnunidah, N. (2016). Pengaruh Argument Driven-Inquiry dengan Scaffoldingterhadap Keterampilan Argumentasi, Keterampilan Berpikir Kritis, danPemahaman Konsep Biologi Dasar Mahasiswa Jurusan Pendidikan MIPAUniversitas Lampung. Disertasi tidak Diterbitkan. Malang: UniversitasNegeri Malang.

Hasnunidah, N., Susilo, H., et al. (2015). Argument-Driven Inquiry withScaffolding as the Development Strategies of Argumentation and CriticalThinking Skills of Students in Lampung, Indonesia. American Journal ofEducational Research, 03 (9), 1185-1192. (Online) di http://pubs.sciepub.com/ education/3/9/20. Pada 10 September 2018.

Helmiati. (2016). Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Iman, R., dkk. (2017). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa DenganModel Inkuiri Terbimbing Pada Materi Pesawat Sederhana. JurnalPendidikan Sains Indonesia, 05 (01), 52-58.

Inch, E.S. et al. (2006). Critical Thinking and Communication: The Use of Reasonin Argument 5. Th. Edition. Boston: Pearson Education, In.

Kadayifci, H., B. Atasoy, & H. Akkus. (2012). The correlation between the flawsstudents define in an argument and their creative and critical thinkingabilities. Journal Procedia - Social and Behavioral Sciences, 47, 802 – 806.

Karnadi. (2009). Pengaruh Jenis Kelamin dan Kreativitas terhadap KemampuanMengemukakan Pendapat Anak Kelas Rendah di Sekolah Dasar. JurnalPendidikan Dasa, 10 (02), 105-124.

Kurniasari, I.S., dan Setyarsih, W. (2017). Penerapan Model PembelajaranArgument-Driven Inquiry (ADI) untuk Melatihkan KemampuanArgumentasi Ilmiah Siswa pada Materi Usaha dan Energi. Jurnal InovasiPendidikan Fisika (JIPF), 6 (03), 171-174.

Kurniawati, I. (2017). Pengaruh Simulasi Komputer Terhadap PeningkatanPenguasaan Konsep Impuls-Momentum Siswa SMA. Jurnal PembelajaranSains, 1 (01), 24-26.

75

NEA (National Education Association). (2012). Preparing 21st Century Studentsfor a Global Society: An Educator’s Giude to the “Four Cs”. Author: NEA.(Online). www.nea.org/assets/docs/A-Guide-to-Four-Cs.pdf. Pada 14Februari 2018.

Osborne, J., Erduran, S., & Simon, S. (2004). Enhancing the Quality ofArgumentation in School Science. Journal of Research In Science Teaching,41 (10), 994-1020.

P21. 2008. 21st Century Skills, Education & Competitiveness. Washington DC,Partnership for 21st Century Skills.

Pemapapan Wakil Kemendikbud. (2014). Konsep dan implementasi Kurikulum2013. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RepublikIndonesia. (Online) tersedia dihttps://www.kemdikbud.go.id/kemdikbud/dokumen/Paparan/Paparan%20Wamendik.pdf. Diakses pada 9 Oktober 2018.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54. (2013). StandarKompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Probosari, R,. Ramli, M., dkk. (2016). Profil Keterampilan Argumentasi IlmiahMahasiswa Pendidikan Biologi FKIP UNS pada Mata Kuliah AnatomiTumbuhan. Jurnal BIOEDUKASI, 9 (01), 29-33.

Purwanto. (2008). Metodologi Statistika dan Penelitian Kuantitatif untukPsikologi dan Pendidikan. Yoygakarta: Pustaka Pelajar.

Ratumanan, T.G & Laurens, T. (2003). Evaluasi Hasil Belajar yang Relevandengan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Surabaya: YP3IT dan UnesaUniversity.

Rehalat, A. (2014). Model Pembelajaran Pemrosesan Informasi. JurnalPendidikan Ilmu Sosial 2 (23), 1-2. (Online) tersedia dihttp://download.portalgaruda.org/ article.php. Diakses pada 9 September2018.

Remiswal. (2013). Menggugah Partisipasi Gender di Lingkungan KomunitasLokal. Yogyakarta: Graha Ilmu. (Online) tersedia di http://grahailmu.co.id/previewpdf/978-602-262-021-1-1031.pdf. Diunduh pada 20 Februari 2018.

Sampson, V., et al. (2012). Using Laboratory Activities that EmphasizeArgumentation and Argument to Help High School Students Learn How toEngage in Scientific Inquiry and Understand the Nature of ScientificInquiry. Indianapolis. Paper presented at the annual international conferenceof the National Association for Research in Science Teaching (NARST).

76

Sampson, V.E., Grooms J. & Walker J.P. (2010). Argument-Driven Inquiry as aWay to Help Student Learn How to Participate in Scientific Argumentationand Craft Written Arguments: An Exploratory Study. Wiley Periodicals Inc,October 2010. 217-257.

Santoso, A. (2010). Studi Deskriptif Effect Size Penelitian-Penelitian Di FakultasPsikologi Universitas Sanata Dhar. Jurnal Penelitian, 14 (01), 1-17.

Simon, S., Erduran, S. & Osborne, J. (2006). Learning to teach argumentation:Research and development in the science classroom. InternationalJournal of Science Education, 28 (2&3), 235-260.

Sugihartono. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Sulistiana, S., dan Nurhidayati. (2012). Pengaruh Gender, Gaya Belajar, danReinforcement Guru terhadap Prestasi Belajar Fisika Siswa Kelas Xi SmaNegeri Se- Kabupaten Purworejo Tahun Pelajaran 2012/2013. JurnalProgram Studi Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Purworejo, 3(02), 102-106.

Tinur, R. (2015). Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team GamesTournament) terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada PokokBahasan Pesawat Sederhana Kelas VIII di SMP Babul Maghfirah. JurnalPembelajaran Fisika, 4 (03), 248-254.

Toulmin, S.E. (2003). The Uses of Argument. United Kingdom: CambridgeUniversity Press. 89 (95), 114-118.

Toulmin. (1984). An Introduction to Reasoning. New York: Mac Millan.

Wardani, A.D., Yulianti, L., dan Taufiq, A. (2016). Kemampuan ArgumentasiIlmiah dan Pemecahan Masalah Fisika Siswa SMA pada Materi Gaya danGerak. Jurnal Pendidikan IPA Pascasarjana Universitas Negeri Malang, 1(02), 13-28.

Williams, J.W. (2014). Gender Diffeences in School Children’s Self EfficacyBeliefe: Students and Teachers Perspectives. Journal academic, 9 (8), 75-82.

Yuniarti, R.D. (2013). Pengaruh Sikap dan Gender terhadap Prestasi BelajarBahasa Indonesia pada Siswa SMP Negeri Kelas VII di Kecamatan SlemanYogyakarta. (skripsi). 148 hlm.