78
i PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA PADA KUALIFIKASI CALON LEGISLATIF Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh : SRI EMUT RATNASARA NIM: 11150480000088 PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H / 2019 M

PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

i

PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA

PADA KUALIFIKASI CALON LEGISLATIF

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh :

SRI EMUT RATNASARA NIM: 11150480000088

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1441 H / 2019 M

Page 2: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,
Page 3: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,
Page 4: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,
Page 5: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

v

ABSTRAK

Sri Emut Ratnasara. Nim 11150480000088. PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA PADA KUALIFIKASI CALON LEGISLATIF. Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1441 H/2019 M. ix- 65 halaman dan 4 halaman Daftar Pustaka.

Skripsi ini bertujuan untuk menjelaskan fungsi partai politik dalam rekruitmen calon legislatif berdasarkan sistem proporsional terbuka dan untuk mengetahui penerapan sistem proporsional terbuka terhadap kualitas anggota legislatif. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum normatif. Dalam penelitian ini metode pengumpulan data dilakukan dengan teknik studi kepustakaan (Library Research) yaitu dengan mempelajari literatur-literatur, peraturan pengundang-undangan, buku-buku, dokumen resmi, serta tulisan tulisan para sarjana yang berkaitan dengan skripsi ini. Data yang telah dihimpun dan dianalisis menggunakan metode deskriptif analitis yakni penelitian yang mengkhusus pada ilmu hukum yang menggabungkan antara aspek normatif dan empiris. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan perundang-undangan serta pendekatan konseptual.

Hasil Penelitian ini menunjukan bahwa fungsi partai politik dalam rekrutmen calon anggota legislatif berdasarkan sistem proporsional terbuka tidaklah cukup apabila hanya beritikad baik untuk dapat menjadi wakil rakyat. Adapun hal penting yang diperlukan berupa intelektualitas dan integritas dalam pemahaman baik mengenai legislasi maupun tujuan utama untuk kemaslahatan seluruh rakyat sehingga menghasilkan politisi yang berkebudayaan atau politisi yang mempunyai martabat, harga diri, dan cara berfikir yang jernih. Mengingat buruknya kualitas yang dihasilkan oleh anggota legislatif dari berbagai partai, maka partai politik tidaklah relevan, dalam merekrut calon anggota legislatif. Dengan begitu perlu di adakannya fit and proper test dalam penyeleksian calon anggota legistlatif oleh eksternal partai politik yang memiliki standarisasi kelulusan bagi calon-calon anggota legislatifnya dan penerapan sistem proporsional terbuka memiliki pengaruh besar dalam penentuan kualitas anggota legislatif, dengan diberlakukannya sistem proporsional terbuka menimbulkan banyaknya calon legislatif yang populer dapat terpilih tanpa mempertimbangkan kapasitas dari kemampuan para calon legislatif yang menduduki jabatan, serta memungkinkan bagi setiap calon akan berlomba untuk meraih simpati masyarakat dan akan memicu polemik politik uang.

Kata Kunci : Sistem Proporsional, Rekrutmen, Calon Legislatif Pembimbing Skripsi : Dwi Putri Cahyawati, S.H., M.H. Daftar Pustaka : 1947 Sampai 2015

Page 6: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

vi

KATA PENGANTAR

حیم حمن الر بســــــــــــــــــم هللا الر

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan inayat-

Nya akhirnya peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Salawat beserta

salam tak luput dihaturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah berjasa bagi

kita semua dalam membuka gerbang ilmu pengetahuan.

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Penerapan Sistem Proporsional terbuka

Pada Kualifikasi Calon Legislatif” peneliti susun dalam rangka memenuhi dan

melengkapi peryaratan mencapai gelar Sarjana Hukum (S.H) pada Program Studi

Ilmu Hukum Konsentrasi Hukum Kelembagaan Negara Fakultas Syarian dan Hukum

Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta.

Setulus hati, peneliti sadari bahwa tidak akan sanggup menghadapi dan

mengatasi berbagai macam hambatan, rintangan, ujian, dan tantangan yang

mengganggu proses penyelesaian skripsi ini, Peneliti banyak mendapatkan

bimbingan, arahan, serta bantuan dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada yang terhormat:

1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, M.A., Dekan Fakultas Syariah Dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Muhammad Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H., Ketua Program Studi Ilmu

Hukum dan Drs. Abu Thamrin, S.H., M.Hum., Sekretaris Program Studi Ilmu

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

berkontribusi dalam pembuatan skripsi ini.

3. Dwi Putri Cahyawati, S.H., M.H. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah

bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing peneliti

dalam menyelesaikan skripsi, sehingga dapat terselesaikan dengan baik.

Page 7: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

vii

4. Dr. JM Muslimin, M.A. selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah mendukung

dan memberi dukungan kepada peneliti.

5. Kepala dan Staff Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

membantu dalam menyediakan fasilitas yang memadai untuk peneliti mengadakan

studi kepustakaan guna menyelesaikan skripsi ini.

6. Kepala dan Staff Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah membantu peneliti dalam menyediakan fasilitas

yang memadai dalam segi kepustakaan.

7. Kepala Subag Fakultas Syariah dan Hukum beserta jajarannya yang telah

membantu proses administrasi peneliti dari awal perkuliahan hingga saat ini

8. Terimakasih kepada kedua orang tua yakni Ayah Nawawih dan Mamah Ursih

yang telah memberikan dukungan moral dan materil kepada peneliti selama masa

perkuliahan hingga menyelesaikan skripsi.

9. Semua pihak terkait yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu. Tidak ada

yang dapat peneliti berikan untuk membalas jasa-jasa kalian, kecuali dengan doa

dan ucapan terimakasih.

Peneliti menyadari dalam penelitian skripsi ini banyak terdapat kekurangan

dan perbaikan. Namun peneliti tetap berharap agar karya ilmiah ini dapat

memberikan manfaat bagi pembaca. Kritik dan saran sangat diharapkan untuk

perbaikan dan penyempurnaan karya ilmiah ini di masa mendatang. Sekian dan

terimakasih.

Jakarta, 15 September 2019

Sri Emut Ratnasara

Page 8: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI .................................. iii

LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. iv

ABSTRAK ........................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi

DAFTAR ISI .......................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah ........................... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 8

D. Metode Penelitian .............................................................................. 9

E. Sistematika Penulisan ........................................................................ 12

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SISTEM PROPORSIONAL .......... 13

A. Kerangka Konseptual ......................................................................... 13

1. Pengertian Sistem Proporsional ................................................... 13

2. Pengertian Calon Legislatif .......................................................... 15

B. Kerangka Teori .................................................................................. 17

1. Teori Demokrasi .......................................................................... 17

2. Teori Pemilu ................................................................................. 23

3. Teori Politik ................................................................................. 29

C. Tinjauan (Review) KajianTerdahulu .................................................. 33

Page 9: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

ix

BAB III PERAN PARTAI POLITIK DALAM PEREKRUTAN CALON

LEGISLATIF MELALUI SISTEM PROPORSIONAL ................. 35

A. Klasifikasi Sistem Pemilihan Umum di Indonesia ............................ 35

1. Sistem Distrik ............................................................................... 35

2. Sistem Proporsional ..................................................................... 39

B. Fungsi dan Peran Partai Politik Dalam Perekrutan Calon Legislatif . 43

BAB IV PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA DALAM

REKRUTMEN CALON LEGISLATIF .............................................. 49

A. Fungsi Partai Politik Dalam Rekrutmen Calon Anggota Legislatif

Berdasarkan Sistem Proporsional Terbuka ........................................ 49

B. Pengaruh Penerapan Sistem Proporsional Terbuka Terhadap

Kualitas Anggota Legislatif ............................................................... 56

BAB V PENUTUP ................................................................................................. 64

A. Kesimpulan ........................................................................................ 64

B. Rekomendasi ...................................................................................... 65

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 66

Page 10: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik, dimana

kedaulatannya berada di tangan rakyat dengan mengedepankan demokrasi,

serta semua aspek diatur oleh hukum yang berlaku. Membicarakan tentang

demokrasi di Indonesia, bagaimanapun juga tidak terlepas dari kata Pemilihan

Umum (Pemilu).

Menurut tulisan dari Ibnu Tricahyo bahwa pemilihan umum merupakan

instrumen mewujudkan kedaulatan rakyat yang bermaksud membentuk

pemerintahan yang sah serta sarana aspirasi kepentingan rakyat.1 Pendapat

lain yang mengartikan pemilihan umum secara lebih luas dari yang

disampaikan Ibnu Tricahyo, Rumidan Rabi’ah menyatakan bahwa pemilu

sebagai suatu proses dimana para pemilih memilih orang-orang untuk mengisi

jabatan-jabatan politik tertentu.2 Selama Indonesia merdeka telah terhitung

sebanyak dua belas kali mengadakan Pemilihan umum yakni dari tahun 1955

sampai dengan tahun 2019, pada awalnya pemilihan umum dilaksanakan

untuk memilih anggota dari lembaga perwakilan, yaitu DPR, DPRD Provinsi,

dan DPRD Kabupaten/Kota. Setelah amendemen keempat UUD 1945 pada

2002, pemilihan presiden dan wakil presiden dimasukan kedalam rangkaian.

pemilihan umum, yang semula pemilihan presiden dan wakilnya dilakukan

oleh MPR, kini beralih dilakukan langsung oleh rakyat Indonesia.3

Pemilu adalah rangkaian dasar untuk menguji dan memverifikasikan

mengenai derajat pelembagaan yang berhasil dilakukan oleh partai. Pemilu

juga sebagai media rakyat untuk memberikan hak suara atas calon-calon

anggota legislatif maupun eksekutif, yang mana konsep ini memberikan

1Ibnu Tricahyo, Reformasi Pemilu Menuju Pemisahan Pemilu Nasional dan Lokal, Malang: In Trans Publishing, 2009, h.6

2Rumidan Rabi’ah, Lebih Dekat Dengan Pemilu di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2009, h. 46

3https://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_umum_di_Indonesia. Diakses pada tanggal 7 Januari 2019

Page 11: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

2

kesempatan yang seluas-luasnya bagi rakyat untuk memilih pilihan

berdasarkan pada asas langsung, umum, bebas, rahasia, serta jujur dan adil.

Pemilu juga sebagai sarana perwujudan kedaulatan rakyat sekaligus

merupakan arena kompetisi yang paling adil bagi partai politik sejauh mana

telah melakukan peran dan fungsi serta pertanggungjawaban atas kinerjanya

selama ini kepada rakyat yang telah memilihnya4 Selain berfungsi sebagai

sarana mengartikulasi kedaulatan rakyat dalam sistem pemerintahan

demokrasi, pemilu merupakan media untuk menentukan wakil-wakil rakyat

yang akan duduk di parlemen.5 Pemilihan umum lazimnya dikaitkan dengan

fungsi pelaksanaan kedaulatan rakyat. Kedaulatan menurut Pasal 1 Ayat (2)

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berada

ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD 1945. Melaksanakan

kedaulatan itu bagi rakyat adalah dengan cara menentukan atau turut

menentukan sesuatu kebijaksanaan kenegaraan tertentu yang dapat dilakukan

sewaktu-waktu menurut tata cara tertentu.

Pemilu sebagai sarana perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan

pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan pancasila dan UUD Negara

RI Tahun 1945, dimaksudkan untuk memilih presiden dan wakil presiden,

anggota DPR, DPD, DPRD, serta kepala daerah dan wakil kepala daerah yang

mampu mencerminkan nilai-nilai demokrasi dan dapat menyerap serta

memperjuangkan aspirasi rakyat sesuai dengan tuntutan perkembangan

kehidupan berbangsa dan bernegara. Terselenggaranya pemilu secara

demokratis menjadi dambaan setiap warga negara Indonesia. Pelaksanaan

pemilu dikatakan berjalan secara demokratis apabila setiap warga negara

Indonesia yang mempunyai hak pilih dapat menyalurkan pilihannya secara

langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Setiap pemilih hanya

menggunakan hak pilihnya satu kali dan mempunyai nilai yang sama, yaitu

satu suara. Hal ini yang sering disebut dengan prinsip one person, one vote,

4Evi Purnama Wati, Pemilu Sebagai Wujud Kedaulatan Rakyat, Jurnal Hukum: Vol.8,

No.2, Mei 2015, h.190 5Firdaus, Desain Stabilitas Demokrasi & Sistem Kepartaian, Bandung: Yrama Widya,

2015, h.189

Page 12: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

3

one value (opovov). Pemilihan umum bersifat langsung adalah rakyat sebagai

pemilih berhak untuk memberikan suaranya secara langsung sesuai dengan

kehendak hati nuraninya tanpa perantara. Warga negara yang memenuhi

persyaratan sebagai pemilih berhak mengikuti pemilu dan memberikan

suaranya secara langsung, sedangkan pemilu yang bersifat umum mengandung

makna terjaminnya kesempatan yang sama bagi semua warga negara, tanpa

diskriminasi. Pemilu yang bersifat bebas berarti bahwa setiap warga negara

yang berhak memilih bebas untuk menentukan pilihannya tanpa tekanan dan

paksaan dari siapapun dalam melaksanakan haknya, setiap warga negara

dijamin keamanannya, sehingga dapat memilih sesuai dengan kehendak hati

nurani dan kepentingannya. Pemilu yang bersifat rahasia berarti bahwa dalam

memberikan suaranya, pemilih dijamin pilihannya tidak akan diketahui oleh

pihak mana pun dan dengan jalan apa pun.

Menurut Jimly Asshiddiqie dalam buku pengantar ilmu hukum tata negara,

sistem pemilu dibagi menjadi dua macam yakni: (i) sistem pemilihan mekanis,

dan (ii) sistem pemilihan organis.6 pada sistem pemilihan mekanis

mencerminkan suatu pandangan yang melihat bahwa rakyat memiliki

kedudukan yang sama antara yang satu dengan yang lainnya, sedangkan dalam

sistem pemilihan organis yang menjadi objek pandangan yakni rakyat

merupakan mahluk sosial yang hidup secara berkelompok ataupun bersama

dalam berbagai macam persekutuan hidup berdasarkan faktor genealogis

(rumah tangga, keluarga), fungsi tertentu (ekonomi industri), lapisan-lapisan

sosial, serta lemaga-lembaga sosial.

Selain dua sistem pemilu menurut Jimly Asshidiqie, pemilu juga dikenal

dengan sistem campuran dan sistem lain diluar ketiga sistem diatas. Secara

umum ada empat kelompok sistem pemilu yang di gunakan negara-negara di

dunia, yang mana dari keempatnya memiliki ragam vaariannya masing-

masing. Sistem pemilu di Indonesia telah mengalami perubahan, dari sistem

proposional tertutup (close-list PR) ke sistem proposional terbuka (open-list

6Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Jakarta: Rajawali Pers, 2009,

h.422

Page 13: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

4

PR). Sistem proposional terbuka mulai berlaku pada pemilihan umum tahun

2004 sebagaimana telah diatur dalam Pasal 6 Ayat (1) Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 2003 tentang pemilihan umum anggota DPR, DPD, dan

DPRD. Pada tahun 2004 pemilihan umum dilaksanakan dengan sistem Distrik

untuk pemilihan anggota DPD yang diatur dalam Pasal 6 Ayat (2) Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 2003. Selanjutnya pada tahun 2009, sistem pemilu

diatur didalam Pasal 5 Ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun

2008 mengenai pemilihan anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD

kabupaten/kota telah menggunakan sistem proposional terbuka, sedangkan

dalam pemilihan anggota DPD masih menggunakan sistem distrik berwakil

banyak. Sistem pemilu pada praktiknya tidak dijalankan pada pemilihan

umum di tahun 2009 karena terdapat perubahan sistem yang mana telah

berubah menjadi sistem proposional terbuka murni, sistem ini ada karena

adanya Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 22-24/PUU-VI/2008 yang

menghapus Pasal 214 dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 dan

melahirkan Undang-Undang baru yakni Undang-Undang Nomor 8 Tahun

2012 yang mengatur sistem proposional terbuka pada Pemilu tahun 2009.

Pada sistem proposional terbuka yang berlangsung pada pemilu tahun 2009

ialah penetapan calon terpilih berdasarkan perolehan suara terbanyak bagi

calon yang memperoleh suara lebih dari 30% BPP, Bukan lagi penetapan

calon terpilih berdasarkan nomor urut seperti sistem yang dijelaskan didalam

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008.7

Pada pemilihan umum di tahun 2014 tidak terdapat perbedaan dari Pemilu

sebelumnya yaitu masih menggunakan sistem proposional terbuka yang mana

calon dipilih berdasarkan suara terbanyak yang diberikan oleh rakyat

Indonesia dalam pemilihian anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD

Kabupaten/kota sebagaimana telah diatur di dalam Pasal 5 Ayat (1) Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 2012. Pembatalan berlakunya Pasal 214 Undang-

Undang Nomor 10 Tahun 2008 oleh Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor

7Khairul Fahmi,Pemilihan Umumdan Kedaulatan Rakyat, Jakarta: PT.Raja Grafindo

Persada, 2011,h.9

Page 14: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

5

22-24/PUU-VI/2008 ini jelas memperlemah pelembagaan partai politik,

karena peran parpol dalam penentuan anggota legislatif terpilih menghilang

dan berganti menjadi suara terbanyak dari pemilihan yang menentukan

terpilihnya anggota legislatif. Padahal sejatinya ketentuan Pasal 214 ini adalah

dalam rangka untuk memberikan porsi yang seimbang antara peran parpol dan

pemilih.8 Sistem pemilu proposional berbasis suara terbanyak ini melemahkan

pelembagaan sistem kepartaian, sistem suara terbanyak juga menimbulkan

rasa individualisme para politisi, selama demokrasi belum matang maka akan

adanya saling sikut kekuasaan dalam internal partai politik. Tjahjo Kumolo,

memberi tanggapan bahwa dengan adanya penghapusan nomor urut yang telah

tercantum di dalam Pasal 214 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 justru

akan memicu adanya politik uang yang akan menimbulkan konflik yang

berkepanjangan.9Dengan begitu dapat pula menghilangkan fungsi dari partai

politik itu sendiri, yang mana fungsi dari partai politik yakni;10 (i) komunikasi

politik; (ii) asosiasi politik (political socialization); (iii) rekrutmen politik

(political recruitment); dan (iv) pengaturan konflik (conflict management).

Keempat fungsi tersebut sama-sama terkait satu dengan yang lainnya.

Misalnya, dalam sarana rekruitmen politik, pada fungsi ketiga diatas yang

mana partai dibentuk memang dimaksudkan untuk menjadi kendaraan yang

sah untuk menyeleksi kader-kader pemimpin negara pada jenjang-jenjang dan

posisi-posisi tertentu.11

Dengan diberlakukannya sistem proposional terbuka ini maka estitensi

dari partai politik telah tergeser yang mana sebelumnya partai politik berhak

menyeleksi kader-kader unggul untuk menempatkan posisi-posisi tertentu,

akan tetapi pada nyatanya saat ini partai politik tidak lagi memiliki peran itu,

8Agus Riwanto, Korelasi Pengaturan Sistem Pemilu Proporsional TerbukaBerbasis Suara

Terbanyak Dengan Korupsi Politik DiIndonesia, Jurnal Fakultas Hukum Sebelas Maret: Yustisia, Vol. 4 No. 1, 2015, h.95

9Kacung Marijan, Sistem Politik Indonesia; Konsolidasi Demokrasi Pasca Orde Baru, Jakarta: Kencana, 2012, h.97

10Miriam Budiharjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992, h.163-164

11Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Jakarta: Rajawali Pers, 2009,h. 408

Page 15: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

6

karena dengan adanya sistem proposional terbuka ini yang mana pemimpin

telah ditentukan dari suara terbanyak yang dipilih oleh rakyat bukan lagi

dengan nomor urut serta seleksi dari partai politik. Dalam sistem demokrasi

yang terjadi di Indonesia memang cenderung bersifat pragmatis, persoalannya

adalah banyaknya caleg yang populer dapat terpilih tanpa mempertimbangkan

kapasitas kemampuan para caleg yang menduduki jabatan, serta

memungkinkan bagi setiap calon akan berlomba untuk meraih simpati

masyarakat dan akan menimbulkan polemik politik uang, selain menimbulkan

pemilih yang pragmatis hal inipun dapat mengakibatkan biaya kampanye yang

sangat tinggi serta para pemilih akan cenderung memilih para calon yang kuat

secara finansial yang mana hal ini dapat berakibat pada kinerja calon legislatif

yang terpilih yang tidak optimal.12

Praktik politik uang memang pada dasarnya tidak berkaitan langsung

dengan adanya undang-undang negara yang menetapkan sistem proposional

terbuka yakni Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012, sebaliknya praktik

politik uang tersebut terus diberlangsungkan oleh logika dan psikologi

masyarakat yang pragmatis terlebih para elite politik yang tidak mampu

memberikan pencerahan, dan malah ikut beradaptasi pada kondisi politik yang

tidak sehat.13 Sistem proporsional memang dipilih dan dianggap sebagai

legitimasi untuk menampung euphoria demokrasi serta dianggap memberi

ruang dan waktu kepada partai politik baru.14 Sistem proporsional pada

nyatanya mampu menjadi hambatan bagi partai politik, karena tingginya suara

yang diberikan oleh pemilih (masyarakat) kepada calon legislatif, akan lebih

tinggi nilainya dibanding dengan suara yang diberikan oleh partai politik itu

12Muhammad Doni Ramdani dan Fahmi Arisandi, Pengaruh Penggunaan Sistem

Pemilihan Umum Dewan Perwakilan Rakyat Proposional Daftar Terbuka, Jurnal Rechts Vinding, Vol. 3 No.1, April 2014, h.108-109

13Abd Halim, Dampak Sistem Proporsional Terbuka Terhadap Perilaku Politik Studi Kasus Masyarakat Sumenep Madura Dalam Pemilihan Legislatif 2014, Jurnal Humanity, Vol.9, No.2, h.10

14Aminah, Analisis Penerapan Sistem Proposional Dan Sistem Distrik Dalam Pemilihan Umum Untuk Penyedederhanaan Sistem Kepartaian Di Indonesia Ditinjau Dari Asas Negara Hukum, Jurnal Hukum Universitas Sebelas Maret: Yustisia, Vol.1, No.2, Mei-Agustus 2012, h.83

Page 16: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

7

sendiri, hal ini tentu saja akan memperlemah peran partai politik dalam

pemilu, dimana partai politik hanya sekedar alat dan kendaraan politik bagi

calon legislatif.15

Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa perlu untuk meneliti dan

membahas lebih mendalam mengenai fenomena yang telah terjadi dan

berlangsung sampai saat ini serta peneliti ingin mengangkat fenomena tersebut

sebagai skripsi dengan tema atau judul tentang “PENGARUH PENERAPAN

SISTEM PROPOSIONAL TERBUKA PADA KUALIFIKASI CALON

LEGISLATIF”.

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dijabarkan sebelumnya,

maka diidentifikasi masalah sebagai berikut:

a. Terbentuknya sifat masyarakat yang pragmatis dari sistem proposional

terbuka.

b. Adanya putusan dari Mahkamah Konstitusi Nomor 22-24/PUU-

VI/2008 yang menetapkan bahwa Sistem Pemilu di Indonesia

Menggunakan Sistem Proposional Terbuka Murni.

c. Ketidakefektifan partai politik dalam rekrutmen calon legislatif

d. Pasal 5 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 Tentang

Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD, yang menerapkan

sistem proposional terbuka.

e. Pembatalan Pasal 214 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 oleh

Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 22-24/PUU-VI/2008.

2. Pembatasan Masalah

Mengingat dalam identifikasi masalah masih mencangkup secara luas

permasalahan, yang dikhawatirkan nanti akan adanya keterbatasan

penulisan dari peneliti, maka dari itu peneliti akan membatasi dari aspek

15Dian Ayu Pratiwi, Sistem Pemilu Proporsional Daftar Terbuka Di Indonesia: Melahirkan

Korupsi Politik, Jurnal Trias Politika, Vol.2, No.1, April 2018, h.5

Page 17: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

8

latar belakang yang menyangkut tentang Pengaruh Penerapan Sistem

Proposional Terbuka Pada Kualifikasi Calon Legislatif.

3. Perumusan Masalah

Mempertegas pembahasan dari permasalahan pada latar belakang yang

telah diuraikan, maka perumusan masalah skripsi ini adalah Problematika

Rekrutmen Calon Legislatif Oleh Partai Politik Dalam Sistem Pemilihan

Umum Proporsional Terbuka. Untuk mempermudah peneliti maka

perumusan masalah dapat dibuat dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

a. Bagaimana Fungsi Partai Politik Dalam Rekruitmen Calon Legislatif

Berdasarkan Sistem Proporsional Terbuka?

b. Bagaimana Pengaruh Penerapan Sistem Proporsional Terbuka

Terhadap Kualitas Anggota Legislatif?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah:

a. Untuk mengetahui fungsi partai politik dalam rekruitmen calon

legislatif berdasarkan sistem proporsional terbuka.

b. Untuk mengetahui penerapan sistem proporsional terbuka terhadap

kualitas anggota legislatif.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini mencakup kegunaan teoritis dan praktis, sebagai berikut:

a. Kegunaan teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan akan dijadikan sumbangan

pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan

disiplin di bidang ilmu hukum, khususnya tentang kualifikasi calon

legislatif dalam sistem pemilu yang tengah terjadi di Indonesia.

b. Kegunaan Praktis

Secara praktis diharapkan penelitian ini dapat memberikan

informasi tentang pengaruh penerapan sistem proporsional terbuka

Page 18: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

9

pada kualifikasi calon legislatif, serta dapat bermanfaat guna

memberikan masukan kepada pemerintah agar dibentuknya lembaga

independen yang memiliki standar kelulusan bagi tiap-tiap calon

legislatif ingin mencalonkan diri pada pemilihan umum .khususnya

calon legislatif guna menciptakan wakil rakyat yang memiliki

integritas serta profesionalitas dalam tugas yang sedang

dilaksanakannya.

D. Metode Penelitian

Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dapat diuraikan

penulis sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Peneliti menggunakan metode penelitian hukum normatif jenis

penelitian ini menekankan pada aspek pemahaman suatu norma hukum

yang mencakup penelitian terhadap asas-asas hukum, penelitian terhadap

sistematika hukum, penelitian terhadap singkronisasi hukum, penelitian

sejarah hukum, dan penelitian perbandingan hukum.16

2. Tipe Penelitian

Tipe penelitian dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis yakni

penelitian yang mengkhusus pada ilmu hukum yang menggabungkan

antara aspek normatif dan empiris. yang mana normatif disini hukum

sebagai norma, kaidah, aturan, konsep ideal yang tercerabut dari basis

sosial-politik. Dengan menggunakan pendekatan perundang-undangan dan

pendekatan konseptual. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara

mengidentifikasikan isu hukum serta mengeliminasikan hal-hal yang tidak

relevan dengan topik penelitian melalui pengumpulan bahan-bahan

hukum, melakukan telaah atas isu hukum yang diajukan, menarik

kesimpulan, dan memberikan masukan. Analisis bahan hukum didasarkan

pada prinsip konsistensi logis antara asas-asas hukum baku yang terkait

16Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas Indonesia Press,

1983, h.51

Page 19: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

10

dengan permasalahan yang diteliti dan dilihat kemungkinan adanya

penyimpangan-penyimpangan asas. Penelitian yang berjudul “Pengaruh

Penerapan Sistem Proposional Terbuka Pada Kualifikasi Calon Legislatif”

adalah penelitian hukum yang berkaitan dengan Undang-Undang Nomor

10 Tahun 2008, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 dan Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum Anggota DPR,

DPD, dan DPRD yang mengatur sistem Pemilu Proposional yang berbasis

pada suara terbanyak.

3. Sumber Data

Sumber data yang digunakan penulis dalam penelitian ini yaitu sumber

data primer, sumber data sekunder, dan sumber data tersier.

a. Sumber Data Primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif

artinya mempunyai otoritas. Bahan-bahan hukum primer terdiri atas

perundang-undangan, atau catatan-catatan resmi, risalah dalam

pembuatan perundang-undangan, dan putusan-putusan hakim.17

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Undang-

Undang Nomor 10 Tahun 2008, Undang-Undang Nomor 8 Tahun

2012 dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan

Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder dalam penelitian ini yaitu menggunakan

buku-buku yang berkaitan dengan Politik Hukum buku mengenai

Hukum Tata Negara dan politik, Skripsi Hukum Tata Negara dan

Jurnal-Jurnal yang berkaitan dengan sumber materi yang peneliti bahas

dalam skripsi ini.

c. Sumber Data Tersier

Merupakan bahan atau rujukan yang berupa petunjuk atau

penjelasan yang memiliki makna terhadap bahan hukum primer dan

17Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Ed. Revisi, Jakarta: Kencana Prenadamedia,

2005, h.181

Page 20: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

11

sekunder seperti kamus hukum, ensklopedia, berita hukum, blog

mengenai hukum dan kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) yang

menjelaskan mengenai bahan hukum peneliti.

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penulisan ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data

secara studi kepustakaan. Peneliti dalam meneliti secara studi kepustakaan

mengumpulkan buku-buku yang berkaitan dengan pembahasan yang ingin

diteliti (inventarisasi), peneliti memilih data dan mengolah data yang telah

di kumpulkan tadi kedalam sumber data hukum primer, sekunder, dan

tersier (klasifikasi), dalam menyusun data-data yang diperoleh peneliti

telah mengklasifikasikan menjadi uraian yang teratur dan sistematis dalam

skiripsi ini. Teknik dalam penggumpulan data secara Purporsive Sampling

peneliti mengambil sampel dengan tidak berdasarkan random, daerah

maupun strata, melainkan adanya atas pertimbangan yang berfokus pada

tujuan tertentu dalam melakukan penelitian.

5. Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum

Penelitian ini mendeskripsikan data-data yang diperoleh selama

penelitian dalam bahan-bahan hukum yang relavan dan menjadi acuan

dalam penelitian hukum kepustakaan.18 Yang mana menjadi fokus

penelitian ini yaitu analisis kualitatif yang menggunakan fenomena kasus

maupun permasalahan yang tengah terjadi yakni problematika seputar

rekrutmen calon legislatif yang terjadi didalam masyarakat Indonesia saat

ini.

6. Metode Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini peneliti melakukan format penulisan sesuai

dengan kaidah-kaidah yang diterapkan pada buku pedoman panduan

penulisan sikripsi yang ada pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2017.

18Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung: Pt Citra Aditya Bakti,

2004, h.52

Page 21: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

12

E. Sistematika Penelitian

Agar dapat memberikan kejalasan dalam isi skripsi ini maka dibuatlah

sistematika penulisan skripsi, adapun rinciannya yaitu sebagai berikut:

BAB I Bab ini merupakan pendahuluan yang membahas mengenai latar

belakang, pembatasan masalah dan rumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, metode penelitian dan rancangan sistematika

penelitian.

BAB II Bab ini membahas mengenai landasan teori dan kerangka konsep

penelitian tentang keselarasan peraturan perudang-undangan terkait

dan dengan teori–teori yang melandasari terbentuknya hukum

tersebut seperti teori pemilihan umum, teori demokrasi, teori

politik dan kajian review terdahulu agar tidak ada persamaan

terhadap materi muatan dan pembahasan dalam skripsi ini dengan

apa yang ditulis oleh pihak lain.

BAB III Bab ini membahas mengenai data penelitian yang terkait tentang

pengertian sistem pemilu, pembagian sistem pemilu, fungsi dan

peran partai politik sebelum dan sesudah penerapan sistem

proporsional terbuka.

BAB IV Bab ini membahas mengenai deskripsi analisis hasil penelitian

yang telah dirumuskan oleh peneliti didalam rumusan masalah.

Pertama, Bagaimana Fungsi Partai Politik Dalam Rekrutmen Calon

Legislatif Berdasarkan Sistem Proporsional Terbuka. Kedua,

Bagaimana Pengaruh Penerapan Sistem Proporsional Terbuka

Terhadap Kualitas Anggota Legislatif.

BAB V Bab ini berisikan kesimpulan dan rekomendasi yang diambil dari

uraian atau deskripsi yang menjawab masalah berdasarkan data

yang diperoleh.

Page 22: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

13

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG SISTEM PROPORSIONA TERBUKA

A. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dalam penelitian ini yaitu:

1. Sistem Proposional

Indonesia merupakan negara hukum yang menjunjung demokrasi bagi

setiap warga negara. selama Indonesia merdeka telah tercatat sebanyak dua

belas kali mengadakan pemilihan umum yakni dari tahun 1955 dan terbaru

yaitu pada tahun 2019 yang tepat jatuh pada tahun ini. Selama negara

Indonesia merdeka berbagai sistempun telah diterapkan di negara Indonesia

ini, baik dari sistem proporsional daftar tertutup, distrik maupun sistem

proporsional daftar terbuka, seperti yang saat ini tengah di berlangsungkan

ataupun diterapkan pada sistem pemilihan umum di Indonesia. Sistem

proporsional (multi member constituency) merupakan suatu sistem

pemilihan yang berimbang, yang mana setiap daerah pemilihan memilih

beberapa wakil. 1 Pada sistem ini dimana presentase kursi di Badan

Perwakilan Rakyat dibagi kepada tiap-tiap partai politik, sesuai presentasi

jumlah suara yang didapatkan. 2 Sistem proporsional terbagi menjadi dua

metode utama yakni:

a. Single Tranferable Vote (Hare Sistem)

Hare sistem merupakan suatu sistem pemilihan yang menghendaki

pemilih untuk memilih pilihan pertama, kedua dan seterusnya dari daerah

yang bersangkutan. Pada sistem ini memungkinkan semua calon terpilih,

karena pada sistem ini adanya pembagian suara apabila adanya sisa suara

pada calon partai politik yang telah memenuhi jumlah suara yang di

tentukan. Sistem ini ditandai dengan beberapa ciri: pertama,

menggunakan distrik-distrik bersuara banyak.3Kedua, pemilih melakukan

1Miriam Budiarjo, dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2009, h.461 2Moh. Kusnadi dan Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta:

Sinar Bakti Fakultas Hukum UI, 1988, h.338 3Joko J. Prihatmoko, Pemilu 2004 dan Konsolidasi Demokrasi, Semarang: LP2I, 2003, h.61

Page 23: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

14

ranking kandidat secara preferensial.4 Ketiga, kandidat yang perolehan

suaranya mebihi batas kuota dinyatakan sebagai wakil terpilih. Keempat,

jika ada yang melebihi kuota, kandidat yang preferensinya paling sedikit

disingkirkan.

b. List Proporsional Representative (List Sistem)

List sistem merupakan suatu model pemilihan yang mana pemilih

diminta memilih daftar-daftar calon yang bersisi sebanyak mungkin

nama-nama dari wakil rakyat yang akan dipilih dalam pemilihan umum.

Sistem ini memiliki beberapa ciri, yakni: Pertama, setiap distrik berwakil

majemuk. Kedua, setiap partai menyajikan daftar kandidat dengn jumlah

yang lebih banyak dibandingkan jumlah kursi yang dialokasikan untuk

satu daerah pemilihan. Ketiga, pemilih memilih salah satu kandidat.

Keempat, partai memperoleh kursi sebanding dengan suara yang

diperoleh. Kelima, kandidat yang dapat mewakili adalah yang berhasil

melampaui ambang batas suara.

Pada sistem ini dapat dibedakan atas beberapa varian berdasarkan

pemilihan kandidat yang terpilih dalam mengisi kursi yang dimenangkan

partai politik. Adapun varian tersebut terdiri dari:

1) Daftar tertutup

daftar tertutup kursi yang dimenangkan partai politik diisi oleh

kandidat yang ditentukan partai serta adanya sistem nomor urut pada

tiap-tiap partai politik.

2) Daftar terbuka

Pada daftar terbuka pemilih dapat memilih partai politik serta

kandidat dari calon legislatif untuk mengisi kursi yang dimenangkan

partai peserta pemilu, dan tidak adanya lagi sistem nomor urut karena

pada sistem ini menggunakan suara terbanyak dari pemilih, dan apabila

kandidat calon mendapatkan suarat terbanyak maka ialah yang dipilih

sebagai pemimpin daerah tertentu.

4Sigit Pamungkas, Perihal Pemilu, Yogyakarta: Laboratorium Jurusan Ilmu Pemerintahan

FISIPOL UGM dan Jurusan Ilmu Pemerintahan UGM, 2009, h. 35

Page 24: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

15

3) Daftra bebas

Pada daftar bebas tiap-tiap partai menentukan daftar kandidatnya,

partai dan daftar kandidat terpisah pada surat suara.

2. Calon Legislatif

Caleg atau Calon legislatif adalah orang yang mencalonkan diri menjadi

anggota legislatif, atau calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat atau

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. 5 Dewan Perwakilan Rakyat,

selanjutnya disebut DPR merupakan lembaga negara yang memegang

kekuasaan legislatif. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, selanjutnya disebut

DPRD merupakan adalah lembaga perwakilan rakyat daerah yang

berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah di

provinsi/kabupaten/kota di Indonesia.6

Negara Indonesia untuk menjadi calon legislatif telah diatur di dalam

Pasal 240 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 yang mana untuk menjadi

calon legislatif harus memenuhi persyaratan yang telah di tetapkan dalam

Pasal 240 tersebut, adapun persyarat untuk menjadi anggota legislatif

yakni:7

a. telah berumur 21 (dua puluh satu) tahun atau lebih;

b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

c. bertempat tinggal di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;

d. dapat berbicara, membaca, dan/atau menulis dalam bahasa Indonesia;

e. berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah atas, madrasah

aliyah, sekolah menengah kejuruan, madrasah aliyah kejuruan, atau

sekolah lain yang sederajat;

f. setia kepada Pancasila, Undang-undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan

Bhinneka Tunggal Ika;

5http://www.pemilu.com/caleg/, diakses pada Minggu 03 Februari, 2019 pukul 13.37 6https://id.wikipedia.org/wiki/Dewan_Perwakilan_Rakyat_Daerah, diakses pada Minggu 03

Februari 2019, Pukul 13.50 WIB 7https://www.boyyendratamin.com/2018/02/syarat-calon-anggota-dpr-dan-dprd-pada.html,

diakses pada Selasa 14 Mei, 2019, Pukul 18.20 WIB

Page 25: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

16

g. tidak pernah dipidana penjara berdasarkan utusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana

yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih, kecuali

secara terbuka dan jujur mengemukakan kepada publik bahwa yang

bersangkutan mantan terpidana;

h. sehat jasmani, rohani, dan bebas dari penyalahgunaan narkotika;

i. terdaftar sebagai pemilih;

j. bersedia bekerja penuh waktu;

k. menjadi anggota Partai Politik Peserta Pemilu;

l. mengundurkan diri sebagai kepala daerah, wakil kepala daerah, aparatur

sipil negara, anggota Tentara Nasional Indonesia, anggota Kepolisian

Negara Republik Indonesia, direksi, komisaris, dewan pengawas dan

karyawan pada badan usaha milik negara dan/atau badan usaha milik

daerah, atau badan lain yang anggarannya bersumber dari keuangan

negara, yang dinyatakan dengan suratpengunduran diri yang tidak dapat

ditarik kembali;

m. bersedia untuk tidak berpraktik sebagai akuntan publik, advokat, notaris,

pejabat pembuat akta tanah, atau tidak melakukan pekerjaan penyedia

barang dan jasa yang berhubungan dengan keuangan negara serta

pekerjaan lain yang dapat menimbulkan konflik kepentingan dengan

tugas, wewenang, dan hak sebagai anggota DPR, DPRD provinsi, dan

DPRD kabupaten/kota sesuai denganketentuan peraturan perundang-

undangan;

n. bersedia untuk tidak merangkap jabatan sebagai pejabat negara lainnya,

direksi, komisaris, dewan pengawas dan karyawan pada badan usaha

milik negara dan/atau badan usaha milik daerah serta badan lain yang

anggarannya bersumber dari keuangan negara;

o. dicalonkan hanya di 1 (satu) Iembaga perwakilan; dan

p. dicalonkan hanya di 1 (satu) daerah pemilihan.

Page 26: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

17

B. Kerangka Teori

1. Teori Demokrasi

Secara etimologis, demokrasi terdiri dari dua kata yang berasal dari

bahasa Yunani yaitu demos yang artinya rakyat dan cratein yang berarti

kedaulatan atau kekuasaan. Jadi demos cratein atau demokrasi ialah

keputusan rakyat, rakyat dapat berkuasa, pemerintahan rakyat dan kekuasan

oleh rakyat. 8 Dalam suatau pemahaman normatif, demokrasi merupakan

sesuatu yang hendak dilakukan oleh suatu negara yang mana biasanya

diterjemahkan pada masing-masing negara di dalam konstitusi, misalnya

seperti negara Indonesia yang tertuang dalam Pasal 1 Ayat (2) Undang-

undang Dasar 1945 yang menegaskan bahwa “kedaulatan ada ditangan

rakyat, dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat”.

Pasal 28 Undang-undang Dasar 1945 menegaskan bahwa “kemerdekaan

berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan

dan sebagainya, ditetapkan dengan Undang-Undang”. Pasal 29 Ayat (2)

yang menegaskan bahwa “negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap

penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat

menurut agama dan kepercayaannya itu”. Kutipan pasal-pasal dan ayat-ayat

dalam Undang-undang Dasar 1945 diatas merupakan sebuah definisi

normatif dari demokrasi.9

Menurut Muchtar Lubis demokrasi memiliki beberapa sifat ialah

pembayaran untuk jasa-jasa majelis, pengadilan, pegawai pemerintah, setiap

orang menerima gaji manakala hal itu perlu atau kalau tidak perlu sama

sekali, maka gaji itu diberikan kepada majelis pengadilan dan majelis-

majelis yang disebut tadi, kepada dewan dan pegawai-pegawai pemerintah,

atau sekurang kurangnya pada salah satu diantara mereka yang terpaksa

makan bersama-sama. Adapun sifat lainnya menurut Muchtar Lubis ialah

tidak adanya pemerintah yang berlangsung selamanya, tetapi kalau ada hal

8Miriam Budiarjo, Demokrasi di Indonesia, Demokasi Parlementer dan Demokrasi Pancasila,

Jakarta: Gramedia, 1996, h.50 9Afan Gaffar, Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

Cet.VI, 2006, h.4

Page 27: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

18

semacam itu yang tersisa dari suatu perubahan zaman dulu terhadap

konstitusi, pemerintah tersebut harus dicabut kekuasaannya, dan para

pemegangannya harus dipilih melalui undian dan tidak lagi dengan voting.10

Menurut Muchtar Lubis diantara bentuk-bentuk demokrasi yang

pertama, bentuk yang muncul konon melalui berdasarkan persamaan dalam

demokrasi semacam itu hukum mengatakan bahwa tepatlah bagi kaum

miskin untuk tidak mempunyai keuntungan lebih besar daripada kaum kaya;

dan bahwa tidak satupun boleh menjadi tuan keduaduanya sama. Kedua,

kebebasan dalam demokrasi,setiap orang berhak bebas dalam mengeluarkan

pendapat tidak adanya pembatas anatara kaum minoritas maupun kaum

mayoritas karena pada dasarnya setiap orang berhak memiliki kebebasan.

Sebab antara kebebasan dan persamaan keduanya merupakan hal yang baik

bilamana di praktikan di dalam suatu negara baik rakyat maupun

pemerintah. Ada pula yang lain, dimana pemerintah dipilih berdasarkan

kualifikasi pemilikan tertentu, tetapi pemilikan yang sedikit; ia yang

memiliki jumlah harta benda yang dipersyaratkan berhak ambil bagian

dalam pemerintahan, tetapi ia tak punya harta milik kehilangan hak-haknya.

Demokrasi memiliki sebuah kriteria adapun kriteria demokrasi yang

dikemukakan oleh G. Bingham Powell, Jr. Yakni:

a. suara warga negara adalah rahasia dan tidak dipaksa.

b. legitimasi pemerintah yaitu keinginan pemerintah untuk taat kepada

hukumnya didasarkan pada pernyataan pemerintah untuk melakukan apa

yang mereka inginkan.

c. pengaturan terorganisir yang mengatur legitimasi tawar-menawar ini

dalam pemilihan politik yang kompetitif. pemimpin dipilih secara berkala

dan pemilih dapat memilih di antara kandidat alternatif dalam praktik

setidaknya dua politik yang memiliki peluang untuk membuat suatu

pilihan.

d. Setiap orang dewasa dapat berpartisipasi dalam proses pemilihan, baik

sebagai kandidat pemilih untuk jabatan politik penting.

10Mochtar Lubis, Demokrasi Klasik dan Modern,Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005, h.14

Page 28: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

19

e. warga negara dan pemimpin menikmati kebebasan berbicara, pers,

berkumpul, dan berorganisasi dasar. baik partai yang sudah mapan

maupun yang baru bekerja untuk mendapatkan anggota dan pemilih.

Adapun pandangan lain dari pakar ilmu politik, yakni Robert Dahl yang

paling banyak menaruh perhatian terhadap demokrasi kontemporer,

mengenmukakan bahwasanya democratic political order sangatlah bermanfaat

untuk dijadikan sebagai acuan pengamatan demokrasi dalam suatu

pemerintahan negara. Robert Dahl membagi tujuh bagian demokrasi secara

empirik, yaitu:

a. kontrol atas keputusan pemerintah tentang kebijakan secara konstitusional

disahkan pada pejabat terpilih.

b. pejabat terpilih dipilih dan dipindahkan secara damai dalam pemilihan yang

relatif sering, adil dan bebas di mana paksaan sangat terbatas.

c. praktis orang dewasa memiliki hak untuk memilih dalam pemilihan ini.

d. kebanyakan orang dewasa memiliki hak untuk mencalonkan diri untuk

jabatan publik yang calonnya mencalonkan diri dalam pemilihan ini.

e. warga negara secara efektif memiliki hak paksa untuk kebebasan

berekspresi, khususnya ekspresi politik, termasuk kritik terhadap pejabat,

ekonomi, dan sistem sosial dan ideologi dominan.

f. mereka juga memiliki akses ke sumber informasi alternatif yang tidak

dimonopoli oleh pemerintah atau ideologi dominan apa pun.

g. akhirnya mereka memiliki hak yang ditegakkan secara efektif untuk

membentuk dan bergabung dengan asosiasi otonom, termasuk asosiasi

politik, seperti partai politik dan kelompok kepentingan, yang berupaya

meacempengaruhi pemerintah dengan bersaing dalam pemilihan dan dengan

cara lain yang sepenuhnya berarti.

Macam-macam Demokrasi, Demokrasi dibagi menjadi tiga jenis yakni:

a. Demokrasi berdasarkan penyaluran kehendak rakyat Secara umum dibagi

menjadi dua macam yaitu:

Page 29: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

20

1) demokrasi langsung, pada sistem demokrasi langsung setiap warga

negara terlibat langsung dalam keputusan pemerintahan

2) demokrasi tidak langsung atau perwakilan, pada sistem demokrasi ini

warga negara tidak terlibat langsung melainkan melalui perwakilan

rakyat dalam pengambilan keputusan pemerintahan

b. Demokrasi berdasarkan hubungan antar kelengkapan negara dalam

demokrasi ini dibagi menjadi empat kelompok yaitu:

1) Demokrasi perwakilan dengan sistem referendum yaitu yang mana

semua warga negara ikut terlibat dalam memilih para wakil pemerintah.

Akan tetapi rakyat memiliki kendali terhadap parlemen melalui sistem

referendum yakni dengan cara pemungutan suara yang dilakukan untuk

mengetahui kehendak rakyat secara langsung dan menyeluruh.

2) Demokrasi perwakilan dengan sistem parlementer yaitu sistem demokrasi

yang mana pemerintah memiliki hubungan erat pada lembaga legeslatif

yang mana pemerintah menjalankan program yang telah di setujui oleh

badan legislatif tersebut.

3) Demokrasi perwakilan dengan sistem pemisahan kekuasaan yaitu sistem

demokrasi antara badan legislatif dan eksekutif terpisah yang keduanya

tidak berkaitan secara langsung.

4) Demokrasi perwakilan dengan sistem referendum dan inisiatif rakyat

yaitu sistem demokrasi yang menggabungkan antara sistem demokrasi

perwakilan dengan sistem demokrasi secara langsung. Pada sistem ini

masih adanya badan perwakilan akan tetapi dikendalikan oleh rakyat

melalui referendum yang sifatnya obligator dan fakultatif

c. Macam-macam demokrasi berdasarkan prinsip ideologi dapat dibagi

menjadi tiga bagian, yaitu:

1) Demokrasi liberal, yaitu sistem demokrasi yang menjunjung tinggi hak

individu setiap warga negara dan memberi kebebasan setiap orang dalam

menyampaikan pendapat. Sistem demokrasi liberal disebut juga dengan

sistem demokrasi konstitusional dimana pemerintah wajib melindungi

hak-hak individu warganya sesuai yang tercantum dalam konstitusi

Page 30: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

21

2) Demokrasi rakyat, yaitu sistem demokrasi yang dijalankan berdasarkan

paham sosialis atau komunisme, dimana kepentingan negara dan

kepentingan umum adalah yang terpenting diatas kepentingan individu

3) Demokrasi pancasila, yaitu sistem demokrasi yang dijalankan

berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila. Sistem

demokrasi pancasila berasaskan musyawarah mufakat yang

mengutamakan kepentingan umum. Demokrasi pancasila merupakan

demokrasi kerakyatan yang berdasarkan dan dibimbing oleh pengakuan

akan ketuhanan Yang Maha Esa, yang terwujud dalam kesadaran

keagamaan yang tinggi yang mempunyai beberapa konsekuensi.

Konsekuensi pertama ialah bahwa dalam kehidupan bernegara ditolak

pengingkaran terhadap ketuhanan yang maha esa, paham atheisme dan

skualarisme. Konsekuensi kedua ialah bahwa ditolak pula adanya

propaganda atheisme dan anti agama secara umum dalam masyarakat.

Selanjutnya pengakuan akan ketuhanan Yang Maha Esa ini mempunyai

kaitan dengan dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.11

Indikator suatu negara dapat dikatakan sebagai negara demokrasi dapat

diukur dengan cara:

a. Akuntabilitas. Didalam negara demokrasi setiap orang yang telah dipilih

oleh rakyat menjadi wakil rakyat dalam pemerintahan harus dapat

mempertanggungjawabkan kebijaksanaan yang hendak dan telah

ditempuhnya. Hal ini dikarenakan setiap wakil rakyat yang dipilih dinilai

mampu mengemban amanah dari rakyat.

b. Rotasi kekuasaan. Dalam sebuah demokrasi peluang akan terjadinya

kekuasaan harus tercipta, dan dilakukan secara teratur dan damai. Rotasi

kekuasaan tercipta guna untuk menghindari kekuasaan yang absolut, hal ini

pula yang menjadikan manifestasi kebebasan dan kesetaraan setiap orang.

c. Rekruitmen politik. Untuk memungkinkan terjadinya rotasi kekuasaan

dibutuhkannya suatu sistem politik yang dapat terbuka. Dalam hal ini

11S. Pamudji, Demokrasi Pancasila dan Ketahanan Nasional suatu analisis di bidang politik dan pemerintahan, Jakarta: PT Bina Aksara Anggota IKAPI, 1985, h.8S

Page 31: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

22

demokrasi memungkinkan bahwa setiap individu memiliki kesempatan yang

sama untuk terlibat dalam pemerintahan.

d. Pemilihan umum. Dalam negara demokrasi pemilu dilaksanakan secara

teratur, yang mana setiap warga negara memiliki hak untuk dipilih dan

memilih wakil rakyat baik legislatif maupun presiden dan wakilnya.

e. Menikmati hak-hak dasar. Dalam negara demokratis bahwa masyarakat

dapat menikmati hak-hak dasar secara bebas, termasuk di dalamnya adalah

hak untuk menyatakan pendapat, hak untuk berkumpul dan berserikat, dan

hak untuk menikmati pers yang bebas.12

Demokrasi memiliki prinsip didalamnya adapun prinsip dari demokrasi

dibagi menjadi dua bagian yaitu:

a. Prinsip demokrasi sebagai sistem politik

1) Pembagian kekuasaan (kekuasaan legislatif, yudikatif, dan eksekutif)

2) Pemerintahan konstitusional

3) Partai politik lebih dari satu dan mampu melaksanakan fungsinya

4) Pers yang bebas

5) Perlindungan terhadap hak asasi manusia

6) Pengawasan terhadap administrasi negara

7) Peradilan yang bebas dan tidak memihak

8) Pemerintahan yang diskusi

9) Pemilihan umum yang bebas

10) Pemerintahan berdasarkan hukum

b. Prinsip Non-demokrasi (kediktatoran)

1) Pemusatan kekuasaan

Kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif menjadi satu dan dipegang

serta dijalankan oleh satu lembaga

2) Pemerintahan yang tidak berdasarkan konstitusional

Pemerintahan dijalankan berdasarkan kekuasaan, adapun konstitusinya

dapat memberi kekuasaan yang besar pada negara atau pemerintah.

12Gaffar Afan, Politik Indonesia: Transisi Menuju Demokrasi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar), 1999, H.7-9.

Page 32: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

23

3) Rule of Power

Prinsip dari negara kekuasaan yakni ditandai dengan supremasi

kekuasaan yang besar pada negara maupun pemerintahan.

4) Pembentukan pemerintah tidak berdasarkan musyawarah tetapi melalui

dekrit

5) Pemilihan umum yang tidak demokratis.

Pemilihan umum dijalankan hanya untuk memperkuat dari keabsahan

penguasa atau pemerintah negara.

6) Akan timbulnya manajemen dan kepemimpinan yang bersifat tertutup

dan tidak bertanggungjawab

7) Tidak ada dan atau dibatasinya kebebasan berpendapat, berbicara dan

kebebasan pers.

8) Penyelesaian perpecahan atau perbedaan dengan cara kekerasan dan

penggunaan paksaan

9) Tidak ada perlindungan terhadap hak asasi manusia bahkan sering terjadi

pelanggaran hak asasi manusia

10) Menekan dan tidak mengakui akan hak-hak dari golongan minoritas.

2. Teori Pemilu

Pemilihan umum merupakan suatu proses memilih orang-orang untuk

menduduki pemerintahan atau ajang kontes partai politik untuk

mendapatkankepercayaan masyarakat, yang mana setiap partai politik

memiliki tujuan untuk mendapatkan kursi di parlemen untuk calon anggota

legislatif maupun calon anggota eksekutif yakni presiden dan wakil

presiden. Pemilu adalah sarana kedaulatan rakyat untuk memilih anggota

Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah Provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/kota

maupun presiden dan wakilnya. Pemilihan umum lazimnya dikaitkan

dengan fungsi pelaksanaan kedaulatan rakyat. Kedaulatan menurut Pasal 1

Ayat (2) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD 1945.

Page 33: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

24

Melaksanakan kedaulatan itu bagi rakyat adalah dengan cara menentukan

atau turut menentukan sesuatu kebijaksanaan kenegaraan tertentu yang

dapat dilakukan sewaktu-waktu menurut tata cara tertentu. Setiap negara di

seluruh belahan dunia memiliki sistem politik, termasuk negara Indonesia

itu sendiri. Sistem politik bagi setiap negara merupakan “nyawa” dalam

tubuh yang mana apabila tidak adanya nyawa maka tidak dapat hiduplah

sistem politik tersebut, dengan adanya “nyawa” dalam sistem politik maka

dapat menghidupkan negara yang sehat yakni sejahtera dan makmur.

Pemilihan umum di Indonesia pada saat ini dilaksanakan berdasarkan

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang pemilihan umum, adapun

asas pemilihan meliputi:

a. Asas Langsung

Artinya rakyat pemilih mempunyai hak untuk secara langsung

memberikan suaranya sesuai dengan kehendak hati nuraninya tanpa

adanya prantara.

b. Asas Umum

Artinya bahwa semua warga negara yang telah berusia 17 tahun atau

telah menikah berhak untuk ikut memilih dan telah berusia 21 tahun

berhak dipilih dengan tanpa ada diskriminasi atau pengecualian.

c. Asas Bebas

Bahwa rakyat pemilih berhak memilih menurut hati nuraninya tanpa

adanya pengaruh, tekanan atau paksaan dari siapapun baik tekanan dari

kelompok maupun tekanan yang berasal dari individu dapat mengganggu

pemilihan umum.

d. Asas Rahasia

Bahwa rakyat pemilih dijamin oleh peraturan tidak akan diketahui oleh

pihak siapapun dan dengan jalan apapun siapa yang dipilihnya atau

kepada siapa suara diberikan (secret ballot) karena suara rakyat

merupakan rahasia yang dijamin dalam Undang-Undang serta konstitusi

negara Indonesia.

Page 34: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

25

e. Asas Jujur

Dalam penyelenggaraan pemilu, penyelenggaraan pelaksanaan

pemerintah, partai politik peserta pemilu, pengawas dan pemantau

pemilu termasuk pemilih serta semua pihak yang terlibat secara tidak

langsung harus bersikap jujur sesuai dengan perundang-undangan yang

berlaku.

e. Asas Adil

Dalam setiap penyelenggaraan pemilu bahwa setiap pemilih dan partai

politik peserta pemilu mandapat perlakuan yang sama serta bebas dari

kecurangan dari pihak manapun.13

Dalam menyelenggarakan pemilu harus memenuhi prinsip dari enam

asas tersebut, adapun prisnsip yakni; 14

a. Mandiri;

b. Jujur;

c. Adil;

d. Berkepastian hukum;

e. Tertib;

f. Terbuka;

g. Proporsional;

h. Profesional;

i. Akuntabel;

j. Efektif; dan

k. Efisien.

Pemilihan umum menurut Joseph ialah salah satu dari sebuah

demokrasi, merupakan salah satu konsepsi modern yang menempatkan

penyelenggaraan pemilihan umum yang bebas dan berkala sebagai kriteria

utama bagi sebuah sistem politik agar dapat disebut sebagai demokrasi

dengan dilakukannya pemilihan umum, dianggap dapat menyuarakan suara

13A. Rahman H.I, Sistem Politik Indonesia, Jakarta: Graha Ilmu, 2007, h.150 14 www.bpkp.go.id, diakses pada Selasa 14 Mei, 2019, Pukul 21.38 WIB

Page 35: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

26

rakyat yang sesungguhnya.15 Pemilihan umum merupakan ajang perebutan

kekuasaan yang sah dalam demokrasi, karena melalui pemilihan umum

rakyat mendapatkan kedaulatan yang sepenuhnya karena setiap rakyat

memiliki hak yang sama antara satu dengan yang lainnya yakni untuk

memilih dan hak untuk dipilih. Terjadinya dilema demokrasi, yang

menjunjung tinggi suara terbanyak, namun meminggirkan pihak minoritas.

Pada dasarnya, pemilihan umum terbagi menjadi tiga tujuan, yakni:16

a. Sebagai mekanisme untuk menyeleksi para pemimpin pemerintahan dan

alternatif kebijakan umum. Dalam sistem demokrasi perwakilan rakyat

memiliki kedaulatan penuh, akan tetapi pelaksanaannya dilakukan oleh

wakil-wakilnya melalui Lembaga Perwakilan atau Parlemen.

b. Pemilu merupakan mekanisme memindahkan konflik kepentingan dari

masyarakat kepada badan-badan perwakilan rakyat melalui wakil-wakil

yang terpilih atau partai yang memenangkan kursi sehingga integrasi atau

kesatuan masyarakat tetap terjamin.

c. Pemilihan umum merupakan sarana memobilisasi, menggerakan atau

menggalang dukungan rakyat terhadap proses politik.

Pemilihan umum menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 memiliki

lima tujuan, yaitu:17

a. Memperkuat sistem ketatanegaraan yang demokratis;

b. Mewujudkan pemilu yang adil dan berintegrasi;

c. Menjamin konsistensi pengaturan sistem pemilu;

d. Memberikan kepastuian hukum dan mencegah duplikasi dalampengaturan

pemilu; dan

e. Mewujudkan pemilu yang efektif dan efisien.

Fungsi pemilihan umum menurut CST. Kansil dan Christian ST. Kansil

dalam bukunya yang berjujudul Hukum Tata Negara Republik Indoneia, telah

15Joseph Scumpeter, Capitalism Socialism and Democracy, New York: Jarper, 1947. 16Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, Jakarta: Grasindo, 1992, h.181-182 17https://ngada.org/uu7-2017bt.htm, diakses Pada Jum’at 17 Mei 2019, Pukul 15.10 WIB

Page 36: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

27

membagi 3 fungsi pemilihan umum dalam alat demokrasi yang digunakan,

yaitu:18

a. Mempertahankan dan mengembangkan sendi-sendi demokrasi di Indonesia;

b. Mencapai suatu masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan pancasila

(keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia);

c. Menjamin suksesnya perjuangan orde baru, yaitu tetap tegaknya pancasila

dan dipertahankannya UUD 1945

Pada pemilu tahun 2019, KPU telah menetapkan sedikitnya lima syarat

untuk pemilih, adapun syarat untuk pemilih yaitu:

a. Warga negara Indonesia yang sah

Setiap warga negara indonesia baik yang berada di luar negeri maupun

yang berada di Indonesia dapat melakukan pemilihan umum untuk memilih

calon yang ingin dipilihnya, baik dari calon legislatif maupun eksekutif.

Adapun larangan keras untuk syarat ini yaitu tidak diperbolehkannya warga

negara asing untuk ikut andil dalam pemilihan umum yang ada di indonesia

baik warga negara asing yang telah menetap di indonesia akan tetapi belum

terdaftar sebagai warga negara indonesia secara sah sesuai aturan yang

berlaku.

b. Warga berusia diatas 17

Adapun batasan usia yang ditetapkan oleh KPU seperti pada pemilu

sebelumnya, bahwa warga negara indonesia berhak ikut serta dalam

pemilihan umum apabila usianya telah mencapai 17 tahun. Hal ini

dikarenakan syarat utama warga negara indonesia untuk memiliki Kartu

Tanda Penduduk atau yang sering disebut KTP, seperti yang diketahui KTP

merupakan salah satu dokumen yang diperlukan untuk terdaftar dalam

daftar pemilihan tetap (DPT) yang wajib dimiliki bagi setiap warga negara

Indonesia yang telah mencapai usia sekurang-kurangnya 17 tahun.

c. Terdaftar di daftar pemilihan tetap (DPT)

Warga yang telah memiliki KTP secara langsung telah terdaftar di dalam

18CST Kansil dan Christian ST Kansil, Hukum Tata Negara Republik Indonesia, Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 2000

Page 37: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

28

daftar pemilihan tetap (DPT) adapun bagi warga yang tidak terdaftar dalam

DPT, biasanya warga tersebut bukan merupakan warga asli dari suatu

wilayah yang ditinggali ataupun warga pindahan dari suatu wilayah dan

belum memproses KTP dengan domisili saat ini.

d. Dalam keadaan sehat jasmani dan rohani

Seperti yang kita ketahui negara Indonesia tidak memberlakukan bagi

tiap-tiap orang yang hilang akalnya atau gila memberikan hak suara dalam

memilih pada pemilihan umum. hal ini dikarenakan orang yang hilang

akalnya tidak mampu memutuskan dengan bijak atas kesadaran sendiri.

e. Hak pilih masih diakui secara resmi

Adapun warga negara yang tinggal di luar negara Indonesia masih

memiliki hak pilih apabila masih terdaftar menjadi warga negara Indonesia

dan hak pilihnya secara resmi masih berlaku. Apabila warga negara

Indonesia yang tinggal dan menetap di luar negara Indonesia selamanya dan

memutuskan untuk mencabut kewarganegaraannya di Indonesia dan

menggati dengan kewarganegaraan yang baru di negara yang ditinggali,

maka dari itu warga tersebut sudah tidak lgi memiliki hak pilih dan secara

resmi hak pilih tersebut sudah tidak berlaku dan tidak diakui di negara

Indonesia.

Membicarakan mengenai sistem pemilihan umum, bahwa Indonesia telah

menganut beberapa sistem pemilihan umum dalam berbagai pemerintahan.

Sistem pemilihan umum di indonesia sejak pemilu pertama (1) tahun 1955

sampai dengan pemilu yang ke duabelas (12) tahun 2019, Indonesia setidaknya

telah menggunakan enam macam sistem pemilu, yaitu:19

a. Pada Pemilu pertama tahun 1955, Indonesia menggunakan sistem

Proporsional yang tidak murni.

b. Pemilu kedua tahun 1971, Indonesia menggunakan sistem berimbang

dengan Stelsel Daftar.

c. Pemilu ketiga tahun 1977, s/d Pemilu ketujuh tahun 1997, indonesia

menganut sistem Proporsional.

19A. Rahman H.I, Sistem Politik Indonesia, Jakarta: Graha Ilmu, 2007, h.153

Page 38: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

29

d. Pemilu kedelapan tahun 1999, Indonesia kembali menganut sistem sama

seperti pada Pemilu kedua akan tetapi yang membedakan pada Pemilu tahun

1999 dengan Pemilu 1971 bahwa Pemilu tahun 1999 menggabungkan antara

sistem Proporsional dengan sistem Stelsel Daftar.

e. Pemilu kesembilan tahun 2004, Indonesia menggunakan sistem Perwakilan

Proporsional.

f. Pemilu kesepuluh yakni pada tahun 2009, s/d Pemilu keduabelas yakni pada

tahun 2019, Indonesia menggunakan sistem Proporsional Terbuka.

3. Teori Politik

Dalam catatan sejarah dunia, orang yang pertama kali mencetuskan kata

politik ialah Aristoteles yakni pada tahun (384-322 S.M), seorang filsuf

Yunani Kuno yang mengemukakan dalam teorinya yaitu “manusia adalah

merupakan binatang politik, atau disebut juga dengan political animal”.

Berangkat dari teori tersebut Aristoteles menjelaskan bahwa hakikat

kehidupan sosial sesungguhnya merupakan politik, karena interaksi satu

sama lain dari dua orang atau lebih orang sudah pasti akan melibatkan

hubungan politik.20

Teori Politik menurut Miriam Budiarjo yaitu politik merupakan

macam-macam kegiatan dalam suatu sistem negara yang menyangkut proses

penentuan dan pelaksanaan tujuan sistem tersebut. untuk melaksanakan

tujuan tersebut, tentu diperlukan kebijakan-kebijakan umum yang

menyangkut pengaturan dan atau alokasi dari sumber-sumber yang ada.

Guna melaksanakan kebijakan tersebut, perlu dimiliki kekuasaan dan

kewenangan yang akan dipakai untuk membina kerjasama maupun untuk

menyelesaikan konflik yang mungkin timbul dalam proses ini. Politik selalu

menyangkut tujuan-tujuan dari seluruh masyarakat, bukan tujuan pribadi

seseorang. Selain itu, politik menyangkut kegiatan berbagai kelompok

20Beddy Irawan Maksudi, Sistem Politik Indonsia Pemahaman Secara Teoretik dan Empirik”,

Jakarta: Rajawali Press, 2012, h.9

Page 39: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

30

termasuk partai politik dan kegiatan individu. 21 Definisi politik menurut

Kartini Kartono adalah sesuatu yang ada kaitannya dengan relasasi

pemerintahan baik itu suatu peraturan, tindakan, pemerintahan, undang-

undang, hukum, kebijakan, atau policy.22 Teori politik adalah bahasan dan

generalisasi dari fenomena yang bersifat politik. Adapun konsep yang

dibahas dalam teori politik mencakup antara lain, masyarakat, kelas sosial,

negara, kekuasaan, kedaulatan, hak dan kewajiban, kemerdekaan, lembaga-

lembaga negara, perubahan sosial, pembangunan politik, moderenisasi dan

sebagainya. 23 Dalam demokrasi, partai berada dan beroperasi pada suatu

sistem kepartaian tertentu. Setiap partai merupakan bagian dari sitem

kepartaian yang diterapkan disuatu negara, dalam suatu sistem tertentu

partai berinteraksi dengan sekurang-kurangnya satu partai lain atau lebih

sesuai dengan konstruksi relasi regulasi yang diberlakukan. Sistem

kepartaian memberikan gambaran tentang struktur persaingan diantara

sesama partai politik dalam upaya meraih kekuasaan dalam pemerintahan.

Fungsi dari sistem politik yang sejahtera yakni dapat membawa

berbagai aspek dalam kehidupan negara, baik aspek ekonomi, sosial,

budaya, hukum, politik dan sebagainya. Sistem politik tak lain merupakan

mekanisme seperangkat fungsi atau peranan dalam struktur politik dalam

hubungannya satu sama lain yang menunjukan suatu proses yang

berkepanjangan. Proses tersebut mengandung dimensi waktu baik waktu

lampau maupun waktu mendatang. Sistem politik terbagi atas empat ciri

atau atribut menurut Easton yang perlu diperhatikan. Adapun keempat ciri

tersebut, yaitu:24

21Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Dalam Buku Suntingan Tomi Adrianus Pito,

Kemal Fasyha dan Efriza, Mengenal Teori Politik, Cetakan I, Depok: Gramedia Pustaka Utama, 2005, h.8

22Kartini Kartono, Pendidikan Politik: Sebagai Bagian dari Pendidikan Orang Dewasa, Bandung: CV Mandar Maju, 1989, h.5-6

23Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Dalam Buku Suntingan Tomi Adrianus Pito, Kemal Fasyha dan Efriza, Mengenal Teori Politik, Cetakan I, Depok: Gramedia Pustaka Utama, 2005, h.3

24Beddy Irawan Maksudi, Sistem Politik Indonsia Pemahaman Secara Teoretik dan Empirik”, Jakarta: Rajawali Press, 2012, h.21-22

Page 40: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

31

a. Unit-unit dan batasasn-batasan suatu sistem politik

Didalam suatu kerangka kerja sistem politik terdapat unit-unit yang

saling berhubungan untuk menggerakan roda kerja sistem politik. Unit-

unit ini adalah lembaga-lembaga yang sifatnya otoritatif untuk

menjalankan sistem politik seperti legislatif, eksekutif, yudikatif, partai

politik, lembaga masyarakat sipil, dan sejenisnya. Unit-unit tersebut

bekerja didalam batasan suatu sistem politik misalnya seperti cakupan

wilayah ataupun cakupan tugas.

b. Input-output

Input yang dimaksud disini ialah masukan dari masyarakat kedalam

sistem politik. Bahwa Input yang berasal dari masyarakat berupa tuntutan

ataupun dukungan. Sedangkan Output merupakan hasil kerja sistem

politik yang berasal baik dari tuntutan maupun dukungan dari

masyarakat. Output sendiri terbagi dua, yaitu keputusan dan tindakan

yang biasanya dilakukan oleh pemerintah.

c. Diferensiasi dalam sistem

Sistem yang baik haruslah memiliki pembedaan atau pemisahan

kerja. Karena di era globalisasi seperti saat ini yang mana masalah

banyak timbul dari berbagai macam sumber dan tidaklah mungkin satu

lembaga dapat menangini semua masalah yang ada

d. Integrasi dalam sistem

Meskipun suatu sistem dihendaki agar memiliki pembedaan, suatu

sistem tetap harus memperhatikan aspek integrasi. Integrasi merupakan

keterpaduan kerja antar unit yang berbedauntuk mencapai tujuan yang

sama.

Membicarakan mengenai politik tentu hal ini berkaitan dengan ruang

lingkup negara atau penyelenggaraan pemerintahan, negara Indonesia yang

menjunjung tinggi demokrasi, sistem politik sangat erat kaitannya dengan

Page 41: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

32

sistem pemilu karena sistem ini merupakan wadah untuk mengatur

hubungan antara satu sama lain, baik masyarakat dengan para pejabat

negara maupun pejabat antar pejabat yang satu dengan yang lainnya.

Indonesia dalam ranah perpolitikannya menggunakan sistem, adapun sistem

yang dijalankan di Indonesia terbagi menjadi 5 (lima) konsep pokok yakni:

a. Kekuasaan (power)

Politik pada dasarnya tidak lepas dari kekuasaan. Kekuasaan

merupakan sebuah keinginan yang dimiliki seseorang atau kelompok

untuk mempengaruhi tingkah laku sesuai dengan keinginan pelaku,

karena pada dasarnya manusia mempunyai sifat alamiah untuk berkuasa

memperoleh sesuatu maupun mencapai suatu tujuan untuk keinginannya.

b. Negara (state)

Negara merupakan wadah bagi aktualisasi kegiatan politik yang

mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah dan yang ditaati oleh

rakyatnya.

c. Pengambilan keputusan (legal policy)

Politik menjadi alat kendaraan yang mengakomodir semua kebijakan

pengambilan keputusan dan setiap kepentingan-kepentingan

dikomunikasikan antara rakyat dan penguasa untuk mencapai suatu

tujuan.

d. Kebijakan publik (publik policy)

Pemerintah mempunyai kebijakan yang berlaku untuk kepentingan

publik/ masyarakat demi kemaslahatan bersama, pada prinsipnya pihak

yang membuat kebijakan mempunyai kekuasaan untuk melaksanakannya

baik perorangan maupun kelompok politik untuk mencapai tujuan-tujuan

tertentu.

e. Pembagian Kekuasaan (distribution of power)

Pada dasarnya politik terbagi-bagi, mencegah satu orang atau

kelompok mendapatkan kuasa yang terlalu banyak karena didalam

perpolitikan kursi (kekuasaan) tidak hanya tersedia untuk satu orang

melainkan banyak kursi yang harus didudukan oleh para penguasa maka

Page 42: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

33

hal tersebut sangat amat memungkinkan didominasi dari kelompok

pendukungnya antara satu dan lainnya yang berasal dari berbagai partai

politik.

C. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Penelitian dengan judul “Pengaruh Penerapan Sistem Proporsional

Terbuka Pada Kualifikasi Calon Legislatif” yang diketahui berdasarkan

penelusuran atas hasil-hasil penelitian hukum, khususnya di lingkungan

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, belum pernah dilakukan. Namun demikian terdapat beberapa judul

penelitian yang terkait dengan judul skripsi penulis melalui penelitian yang

dilakukan sebelumnya, yaitu:

1. “Dampak Penggunaan Sistem Pemilu Proposional Daftar Terbuka Terhadap

Perilaku Pemilih Pada Pileg 2014 Di Kabupaten Bantul”.25

Skripsi ini mengkaji mengenai dampak dari sistem Proporsional daftar

terbuka yang terfokus pada prilaku pemilih di wilayah Kabupaten Bantul.

Adapun kesamaan dengan skripsi peneliti yaitu sama-sama mengkaji

mengenai sistem pemilihan yang berkaitan dengan sistem Proporsional

daftar terbuka. Sedangkan perbedaan skripsi ini dengan skripsi yang peneliti

yaitu titik fokus yang diteliti oleh peneliti mengenai calon legislatif yang

sebelumnya dari sistem proporsional tertutup ke sistem proporsional

terbuka.

2. “Pengaruh Sistem Pemilihan Umum Proporsional Terbuka Terhadap Derajat

Keterwakilan Rakyat Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Surakarta

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan

Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,

Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah”.26

25Skripsi dibuat oleh Ulfa Gunawan, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016 26 Skripsi dibuat oleh Rerie Dwi Nugrahenie, Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta, 2017.

Page 43: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

34

Skripsi ini membahas mengenai pengaruh sistem pemilihan umum terhadap

sistem Proporsional terbuka terhadap derajat keterwakilan rakyat, yang

memiliki titik fokus pada daerah Surakarta. Adapun kesamaan dengan

skripsi peneliti yakni sama-sama mengkaji mengenai lembaga legislatif

yang terpengaruh terhadap sistem proporsional. sedangkan perbedaan pada

skripsi ini dengan skripsi peneliti yakni peneliti tidak adanya daerah yang

menjadi fokus utama seperti skripsi yang telah di buat oleh Ririe Dwi

Nugraheni, adapun fukus peneliti pada skripsi ini yaitu menyeluruh untuk

semua khalayak yang mana peneliti membahas mengenai implikasi

penggunaan sistem proporsional terbuka dalam rekruitmen calon anggota

legislatif.

3. “Dampak Sistem Proporsional Terbuka Terhadap Perilaku Politik (Studi

Kasus Masyarakat Sumenep Madura dalam Pemilihan Legislatif 2014)”.27

Jurnal ini mengkaji mengenai dampak dari peggunaan sistem proporsional

terbuka dalam prilaku politik masyarakat daerah Sumenep Madura yang

mana praktik money politics atau politik uang telah merajalela di

masyarakat-masyarakat serta praktik tersebut dilanggengkan oleh logika dan

psikolog masyarakat yang pragmatis. Adapun kesamaan dengan skripsi

peneliti yakni sama-sama mengkaji sistem dari Proporsional terbuka yang

terfokus pada pemilihan legislatif. Perbedaan pada jurnal ini dan skripsi

yang peneliti tulis ialah peneliti terfokuskan kepada rekrutmen calon

anggota legislatif dalam sistem proporsional terbuka bukan seperti jurnal

yang Abd. Halim tuliskan mengenai sikap masyarakat yang ada di wilayah

madura terhadap pemilihan umumlegislatif tahun 2014.

27Jurnal dibuat oleh Abd. Halim, Jurnal Universitas IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2014.

Page 44: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

35

BAB III

PERAN PARTAI POLITIK DALAM PEREKRUTAN CALON

LEGISLATIF MELALUI SISTEM PROPORSIONAL

A. Klasifikasi Sistem Pemilihan Umum Di Indonesia

Secara sederhana, sistem pemilu dibagi menjadi dua kelompok yakni

sistem proporsional (multi-member constituency) dan sistem nonproporsional

(single-member constituecy) atau yang akrab di sebut sistem distrik. Secara

umum sistem pemilu terdapat empat rumpun keluarga dalam sistem pemilu,

yaitu sistem mayoritas/pluralitas, sistem perwakilan proporsional, sistem

campuran, dan sistem-sistem lainnya. Negara Indonesia sendiri sistem

pluralitas/mayoritas lebih dikenal dengan sistem distrik atau sistem berwakil,

yang mana wilayah negara dibagi berdasarkan daerah-daerah pemilihan, setiap

wilayah mengusung wakil untuk berkontribusi dalam pemilihan umum.

Pembagian daerah pemilihan disesuaikan berdasarkan perolehan suara

perolehan kursi lebih didasarkan pada suatu daerah pemilihan yang

mendapatkan perolehan suara terbanyak dalam pemilihan sekalipun bukanlah

suara mayoritas dari masyarakat wilayah tersebut. Sedangkan dalam sistem

proporsional, wilayah negara tidak dibagi sesuai banyak kursi yang di

perebutkan akan tetapi dibagi dalam beberapa daerah pemilihan besar, yang

mana satu daerah akan dipilih beberapa orang wakil untuk memimpin daerah

tersebut.1

1. Sistem Distrik

Sistem distrik merupakan suatu sistem pemilu yang didasarkan atas

kesatuan geografis, setiap kesatuan geografis atau daerah memiliki satu

orang wakil untuk memimpin wilayahnya yaitu calon yang memperoleh

suara terbanyak dalam pemilihan sebagai pemenang sekalipun bukan peraih

suara mayoritas dari masyarakat. Dalam sistem distrik tidak adanya

pembagian suara bagi calon yang satu dengan calon yang lainnya, suara

1Umaruddin masdar, dkk, Mengasah Naluri Publik Memahami Nalar Politik, Yogyakarta: LkiS

dan The Asia Fundation, 1999, h. 121

Page 45: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

36

calon dianggap hilang apabila telah ditentukan calon yang mendapatkan

suara terbanyak dari pemilih. Pada tahun 1966 dan 1967 sistem distrik

sudah mulai didiskusikan, pada saat itu, sistem distrik dirasa dapat

mengurangi jumlah partai secara alamiah. Namun hasil tersebut ditolak

ketika pada tahun 1967 DPR membahas RUU yang terkait dengannya.

Sehingga Pemilu tahun 1971 masih tetap menggunakan sistem proporsional

dengan beberapa modifikasi. Pertama, setiap daerah tingkat kabupaten

dijamin mendapatkan satu kursi di DPR. Kedua, dari 460 anggota DPR, 100

nya diangakat; 75 dari ABRI dan 25 dari Nomor ABRI yang diangkat dari

utusan golongan dan daerah. Pada tahun 1971, Pemilu diikuti oleh 10 partai

politik. Sistem distrik dalam kamus Pemilu disebut juga sebagai sistem

pluralitas dengan wakil rakyat tunggal, dengan menggunakan sistem ini

diharapkan pemilu akan lebih bersifat representatif. Pasalnya, wakil rakyat

dipilih secara langsung berdasarkan suara terbanyak di suatu daerah

pemilihan. Sistem distrik memiliki lima varian yaitu:

a. First Past the Post (FPTP)

Sistem ini merupakan sistem pemilu yang paling sederhana didalam

sistem pluralitas, karena sistem ini berpusat pada calon yakni

menggunakan suara terbanyak yang menjadi pemenang bukan suara

absolut atau mutlak. Sistem ini mempunyai keuntungan seperti: dapat

mengonsolidasikan dan membatasi jumlah partai, memiliki

kecenderungan untuk menghasilkan pemerintahan yang kuat, sederhana

dimengerti dan mudah dilaksanakan. Sedangkan kelemahan dalam

sistem ini yaitu: kursi yang dimenangkan tidak proporsional,

mengakibatkan banyaknya suara yang hilang, sistem ini tidak

memberikan dampak baik untuk kandidat-kandidat dari partai minoritas.

b. Two Round System (TRS)

Sistem putaran kedua merupakan sistem yang menggunakan dua kali

putaran untuk menentukan pemenang pemilu, hal ini dilakukan sebgai

upaya untuk menghasilkan pemenang yang memperoleh suara mayoritas,

pada sistem ini apabila pada putaran pertama tidak adanya pemenang

Page 46: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

37

mayoritas makan digunakan sistem Two Round System dan apabila pada

putaran pertama telah ditentukan adanya suara mayoritas maka tidak

dilaksanakannya putaran kedua dalam menentukan pemenang. Tidak

semua peserta pemilu ikut serta dalam potaran kedua, bianya peserta

yang ikut dalam putaran kedua berasal dari dua peserta pemilu yang

teratas yang memperoleh suara pada putaran pertama. dalam Two Round

System tidak hanya menggunakan Single Member Distric tetapi juga

sangat dimungkinkan menggunakan sistem Multimember distric.2

c. Alternative Vote (AV)

Sistem ini tidak jauh beda dengan sistem first past the post (FPTP)

yang menggunakan single member distric, yang menjadi pembeda yakni

adanya kebebasan dari pemilih untuk menentukan preferensi untuk

merangking ataupun menilai sejumlah kandidat yang mereka sukai,

misalnya seperti preferensi ‘1’ untuk calon A, preferensi ‘2’ untuk calon

D, preferensi ‘3’ utuk calon B, preferensi ‘4’ untuk calon C, dan

seterusnya. Adapun calon yang memperoleh preferensi terbanyak dari

pemilih ialah calon yang menjadi pemenangnya.

d. Block Vote (BV)

Sistem ini merupakan formula pluralitas didalam multymember

distric, Sistem ini disebut juga dengan Approval Vote. Dalam sistem

block vote terdapat tiga ciri utama yaitu: 1) berwakil majemuk, yang

dimana satu distrik memiliki beberapa anggota perwakilan, 2) pemilih

akan memberikan pilihan sebanyak jumlah kursi yang diperebutkan, 3)

peserta pemilu yang memperoleh suara terbanyak yang menjadi

pemenang.3

e. Party Block Vote (PBV)

Sistem ini hampir sama seperti sistem BV yang membedakannya

adalah, didalam sistem PBV yang menjadi pijakan pilihan adalah daftar

2Kacung Marijan, Sistem Politik Indonesia; Konsolidasi Demokrasi Pasca Orde Baru, Jakarta:

Kencana, 2012, h.85-86 3Sigit Pamungkas, Perihal Pemilu, Yogyakarta: Laboratorium Jurusan Ilmu Pemerintahan

FISIPOL UGM dan Jurusan Ilmu Pemerintahan UGM, 2009, h.27-28

Page 47: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

38

partai-partai yang ada, bukan calon individu yang tersedia.

Sistem distrik secara umum memiliki beberapa dampak, baik berupa

kelemahan dan kelebihan. Adapun kelebihan dari sistem distrik ini yaitu:

a. Bagi partai besar sistem ini sangat menguntungkan karena melalui

distortion effect dapat meraih suara dari pemilih-pemilih lain, sehingga

memperoleh kedudukan mayoritas

b. Lebih mudah bagi partai untuk mencapai kedudukan mayoritas dalam

parlemen, sehingga tidak perlu diadakannya koalisi dangan partai lain.

c. Fragmentasi partai dan kecenderungan membentuk partai baru dapat

dibendung dan sistem ini dapat mendorong ke arah penyederhanaan partai

secara alami tanpa paksaan.4

d. Dalam sistem ini, karena kecilnya wilayah maka wakil yang dipilih dapat

dikenal oleh komunitasnya, sehingga hubungan konstituen lebih erat.

Tidak adanya sistem yang sangat sempurna untuk menjalankan proses

pemilihan umum di Indonesia termasuk sistem distrik ini, adapun kelemahan

dari sistem distrik yaitu:

a. Sistem distrik dianggap kurang efektif dalam masyarakat yang plural karena

terbagi dalam kelompok etnis, religius yang dapat menimbulkan rasa

diskriminatif dalam suatu kelompok, karena anggapan suatu kebudayan

yang tercipta secara ideologis dan etnis memungkinkan sangat kuat dalam

sistem ini.

b. Sistem ini sangat beresiko menyingkirkan partai-partai kecil, maupun

kelompok-kelompok minoritas karna pada sistem ini lebih didominasikan

oleh partai-partai besar yang sudah eksis terlebih dahulu dibandingkan

partai-partai kecil.

c. Sistem ini dinilai kurang representatif dalam artian bahwa calon peserta

yang kalah dalam suatu distrik, maka kehilangan suara dari orang-orang

yang telah mendukungnya.

d. Sistem ini kurang memperhitungkan adanya partai-partai kecil.

4Miriam Budiardjo, dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2009, h.466

Page 48: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

39

2. Sistem Proporsional

Sejak pemilu tahun 1955 negara Indonesia telah menganut sistem

perwakilan berimbang (proporsional). sistem proporsional terdiri dari dua

bentuk, yakni bentuk pertama adalah sistem daftar tertutup, pada sistem ini

para pemilih hanya memilih partai politik peserta pemilihan umum dan tidak

bisa memilih calon angota legislatif, adanya sistem nomor urut dalam

pemilihan yang mana semakin kecil nomor urut maka semakin besar peluang

untuk menduduki kursi pemerintahan. Pada sistem daftar tertutup ini calon

anggota legislatif ditentukan langsung oleh partai politik secara sepihak.

Selanjutnya yang kedua, adalah sistem daftar terbuka. dalam sistem daftar

terbuka ini para pemilih tidak hanya memilih partai politik saja akan tetapi

pemilih dapat memilih para peserta calon legislatif, para pemilih bebas

memilih calonnya sesuai dengan kehendak hati nuraninya. Sistem proporsional

terbagi menjadi dua variasi, yaitu:

a. Hare sistem

Pada sistem ini pemilih diberi kesempatan untuk memilih pilihan

pertama, kedua, dan seterusnya dari daerah yang bersangkutan. Sistem ini

memungkinkan semua calon peserta mendapatkan kursi pemerintahan

karena adanya penggabugan suara dalam sistem ini apabila terdapat calon

peserta memiliki lebih suara maka kelebihan suara tersebut akan di bagikan

ke calon-calon berikutnya dan seterusnya sampai memenuhi ambang suara

yang telah ditentukan.

b. List sistem

Merupakan suatu model yang mengharuskan pemilih memilih diantara

daftar-daftar calon yang berisi sebanyak mungkin nama-nama wakil rakyat

yang akan dipilih. Dalam sistem ini memungkinkan adanya penggabungan

suara sehingga partai-partai yang kecil mendapatkan kursi pemerintahan.

Setiap sistem pasti memiliki kelebihan maupun kekurangan didalamnya,

baik itu sistem yang dianggap sudah mewakili suatu sistem pemerintahan yang

baik. Sistem proporsional tertutup memiliki kelebihan dan kekurangan yaitu:

Page 49: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

40

1) Kelebihan Sistem Proporsional Tertutup:

a) Dalam sistem Proporsional Tertutup mampu meminimalisirkan adanya

politik uang karena biaya pemilihan umum jauh lebih murah

dibandingkan dengan sistem proporsional daftar terbuka

b) Masyarakat memilih partai politik dalam pemilihan umum, yang mana

partai politiklah yang memilih kader-kader unggul ke parlemen, karena

partai tahu calon yang memang pantas untuk dikirmnya ke parlemen baik

dari segi integritas, kapsitas, serta narasi struktural dan kultural.

c) Sistem proporsional tertutup dapat menjamin kedaulatan partai tanpa

harus mengorbankan reprsentasi rakyat.

2) Kekurangan Sistem Proporsional Tertutup:

a) Oligarki kepartaian sangat kuat di dalam sistem proporsonal tertutup.

b) Partai berkuasa penuh dalam sistem ini karena partai politik menjadi

penentu siapa saja yang akan duduk di kursi parlemen sesuai kemauan

partai.

c) Terjadinya krisis calon anggota legislatif, dikarenakan hal ini calon

legislatif tidak sembarang orang dapat duduk dalam kursi parlemen,

yakni calon-calon yang dianggap partai politik mampu dan pantas untuk

duduk di kursi parlemen dan tentunya calon tersebut merupakan pilihan

terbaik partai politik.

d) Sistem ini juga mampu menjauhkan hubungan antara pemilih pasca

pemilihan umum, dikarenakan masyarakat kurang mengenal orang yang

terpilih di kursi parlemen tersebut.

e) Menutup partisipasi publik yang lebih besar.

Adapun kelebihan dan kekurangan dari sistem proporsional terbuka, yaitu:

1) Kelebihan Sistem Proporsional Terbuka:

a) Sistem proporsional terbuka dapat menciptakan ruang partisipasi yang

cukup baik.

b) Sistem proporsional terbuka bersifat representatif dalam arti bahwa setiap

suara turut diperhitungkan dan tidak adanya suara yang hilang.

Page 50: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

41

c) Sistem ini dianggap representatif karena jumlah kursi partai dalam

parlemen sesuai dengan jumlah suara masyarakat yang diperoleh dalam

pemilu.

d) Sistem ini juga mampu mendorong partai politik untuk lebih transparan

dalam mengajukan calon, karena parpol sebagian besar masih elitis dan

tertutup.

e) Rakyat berdaulat penuh dalam memilih calon anggota baik calon anggota

legislatif maupun eksekutif.

f) Sistem proporsional terbuka menjamin bahwa suara rakyat menjadi

penentu siapa-siapa saja yang duduk di kursi parlemen.

g) Pada sistem ini sangat membantu partai politik kecil untuk berpartisipatif

didalam pemilihan umum.

2) Kekurangan Sistem Proporsional Terbuka:

a) Maraknya politik uang prapemilihan umum dalam sistem ini, hal ini

dikarenakan banyaknya calon legislatif yang berpartisipasi dalam pemilu

dengan begitu para calon berlomba-lomba untuk mendapatkan suara

rakyat dengan berbagai macam cara untuk mendapatkan suara.

b) Karena partai politik bukan lagi penguasa penuh atas segalanya,

melainkan suara rakyat yang berdaulat penuh maka calon legislatif dapat

berasal dari mana saja yang mana tidak lagi dari kader-kader unggul

pilihan partai politik, yang mengakibatkan kurangnya integritas maupun

pengetahuan penuh mengenai kepemimpinan.

c) Sistem proporsional terbuka ini juga amat sangat rentan menimbulkan

persaingan yang kurang sehat antar calon anggota legislatif yang satu

dengan yang lainnya baik perdebatan calon anggota yang berasal dari

partai yang sama maupun yang beda partai.

d) Dengan terciptanya anggota parlemen karbitan yang minim pengetahuan

sering mengakibatkan tidak maksimalnya anggota parlemen dalam

menjalankan fungsi kepemimpinan.

e) Dalam sistem ini partai sulit mendapatkan suara mayoritas dalam

lembaga perwakilan apabila partai tersebut merupakan partai kecil,

Page 51: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

42

f) Dalam sistem proporsional terbuka wakil yang terpilih besar

kemungkinan tidak dikenal oleh warga yang telah memilihnya, sehingga

ikatan antara wakil dan rakyatnya menjadi renggang.

Mengingat masing-masing sistem pemilu memiliki kelebihan dan

kekurangan, perdebatan mengenai sistem manakah yang harus dipakai di

Indonesia tidak terelakan perdebatan ini cukup menonjol pasca turunnya

pemerintahan Soeharto. Perdebatan itu terjadi diantara kedua pendukung, baik

pendukung sistem distrik dan pendukung sistem proporsional. Perdebatan itu

bermula dari pendukung sistem distrik yang melihat akan lemahnya sistem

proporsional yang diterapkan dalam pemerintahan di Indonesia yang menggap

bahwa sistem proporsional menciptakan wakil rakyat yang kurang memiliki

kedekatan dan akuntabilitas kepada rakyatnya. 5 sistem proporsional pada

praktiknya masih digunakan dalam sistem pemerintahan di Indonesia, dengan

alasan bahwa sistem proporsional dianggap sebagai sistem yang lebih pas

untuk Indonesia dikarenakan tingkat kemajemukan masyarakat Indonesia yang

cukup besar, adanya kekhawatiran ketika sistem distrik sepenuhnya dipakai

dalam pemilu di Indonesia akan banyak kelompok-kelompok yang tidak

terwakili, khusnya kelompok-kelompok kecil atau merginal (minoritas). Tidak

hanya para politisi yang lebih cenderung pro dengan sistem proporsional,

banyak ilmuan dan pengamat juga menilai Indonesia lebih pas menggunakan

sistem Proporsional dibandingkan sistem distrik.

Beragkat dari realitas yang terjadi di negara Indonesia, sejumlah pengamat

maupun peneliti seperti Nico Harjanto menyatakan bahwa sistem pemilu di

Indonesia telah mengalami perubahan, dari proporsional tertutup (close-list

PR) ke proporsional terbuka (open-list PR), tetapi tidak sepenuhnya menganut

sistem terbuka murni atau yang sering disebut dengan sistem semi terbuka. Hal

ini terjadi karena penentuan tentang siapa yang akan mewakili partai di dalam

perolehan kursi di DRR/D tidak disarkan pada perolehan suara terbanyak

5Kacung Marijan, Sistem Politik Indonesia; Konsolidasi Demokrasi Pasca Orde Baru, Jakarta:

Kencana, 2012, h.91

Page 52: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

43

melainkan didasarkan pada nomor urut. Sistem semi daftar terbuka merupakan

sebuah hasil kesepakatan dalam pembahasan RUU mengenai pemilu pada

tahun 2002. 6 Mengingat sistem yang digunakan tidak sepenuhnya terbuka

dalam sistem pemilu di Indonesia, akan tetapi perubahan itu nyata ada seperti

perubahan mengenai pemilihan, yang sebelumnya para pemilih hanya memilih

partai politik tetapi saat ini pemilih dapat memilih partai dan calon yang ada di

daftar partai, dan perubahan lainnya seperti pemilihan presiden dan wakilnya

tidak lagi dilakukan oleh MPR melainkan langsung di pilih oleh rakyat sejak

pemilu tahun 2004, serta perubahan pemilihan kepala daerah di pilih langsung

oleh rakyat sejak 1 Juni 2015

B. Fungsi dan Peran Partai Politik dalam Perekrutan Calon Legislatif

Partai merupakan alat sosialisasi politik. 7 Partai politik merupakan alat

yang paling ampuh bagi manusia untuk mencapai tujuan-tujuan politiknya.8

Partai politik lahir pertama kali di negara Indonesia ketika zaman kolonial,

sebagai perwujudan dari bangkitnya kesadaran nasionalis. Menuruf Jimly

Asshidiqie partai politik merupakan asosiasi warga negara dan karena itu

berstatus sebagai badan hukum (rechtspersoon). Akan tetapi, sebagai badan

hukum, partai politik tidak beranggotakan badan hukum yang lain, yang dapat

menjadi anggota badan hukum partai politik adalah perorangan warga negara

sebagai natuurlijke persoons. Status partai politik sebagai badan hukum sangat

penting dalam hubungan dengan kedudukan, partai politik sebagai subyek

dalam lalu lintas hukum.

1. Fungsi Parpol

Fungsi yang dimiliki oleh partai politik, baik fungsi partai politik

terhadap negara maupun fungsi partai politik terhadap rakyat. Fungsi partai

6Kacung Marijan, Sistem Politik Indonesia; Konsolidasi Demokrasi Pasca Orde Baru, Jakarta:

Kencana, 2012, h.94-95 7Myron Weiner dan Joseph Lapatombara, Pengaruh Partai dalam Perkembangan Politik,

dalam Miriam Budiardjo, Partisipasi dan Partai Politik Sebuah Bunga Rampai, Jakarta: Gramedia, 1981 hlm. 189

8Richard M. Merelman dalam Meurice Duverger, Partai-Partai Politik dan Kelompok-Kelompok Kepentingan (Terj. Laila Hasyim), Jakarta: Bina Aksara, 1981, hlm.5

Page 53: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

44

politik terhadap negara antara lain adalah menciptakan pemerintahan yang

efektif dan adanya partisipasi politik terhadap pemerintahan yang berkuasa.

Fungsi partai politik terhadap rakyat antara lain adalah memperjuangkan

kepentingan, aspirasi, dan nilai-nilai pada masyarakat serta memberikan

perlindungan dan rasa aman. Partai politik dalam menjalankan fungsinya

diikuti oleh kelompok-kelompok dan tujuan yang ingin dicapai. Adapun

fungsi parpol yang melekat meliputi:9

a. Sosialisasi Politik

Fungsi partai politik yakni sosialisasi politik yang mana seseorang

memperoleh sikap dan orientasi terhadap fenomena politik yang pada

umumnya telah berlaku di setiap masyarakat dimanapun ia berada.

b. Partisipasi Politik

Merupakan fungsi yang dimiliki oleh partai politik untuk mendorong

masyarakat untuk turut aktif dalam kegiatan politik.

c. Komunikasi Politik

Merupakan fungsi uang menyalurkan aneka ragam masukan ataupun

aspirasi yang berasal dari masyarakat.

d. Artikulasi Kepentingan

Menyatakan atau menyampaikan kepentingan masyarakat kepada

badan-badan politik dan pemerintah melalui kelompok-kelompok yang

mereka bentuk dengan kepentingan yang sama didalamnya.

e. Agregasi Kepentingan

Yakni fungsi partai politik untuk memadukan atau menyatukan

aspirasi yang berasal dari masyarakat, yang kemudian dirumuskan

menjadi program politik dan diusulkan kepada badan legislatif calon-

calon yang diajukan dalam pemilihan umum.

f. Pembuat Kebijakan

Fungsi ini adalah fungsi yang dimiliki oleh partai politik setelah

partai politik meraih dan mempertahankan kembali kekuasaannya di

dalam pemerintahan secara konstitusional.

9A. Rahman H.I, Sistem Politik Indonesia, Jakarta: Graha Ilmu, 2007, h.104

Page 54: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

45

Menurut Simon, partai politik memiliki fungsi yaitu:

a. parpol berfungsi memberikan pelayanan publik kepada masyarakat.

b. Fungsi Sosialisasi politik, ketika seseorang sudah mampu menilai keputusan

dan tindakannya.

c. Fungsi Mobilisasi politik, adalah fungsi partai untuk membawa warga

Negara kedalam kehidupan publik.

d. Fungsi Refresentasi politik adalah partai politik yang ikut pemilihan umum

dan memenangkan sejumlah suara akan menempatkan wakilnya dalam

parlemen.

e. Fungsi Partisipasi politik adalah dimana tugas partai politik untuk membawa

warga Negara agar aktif dalam kegiatan politik.

f. Fungsi Legitimasi sistem politik adalah mengacu pada kebijakan partai

politik mendukung dan mempercayai kebijakan pemerintah yang meliputi

kebijakan publik maupun eksistensi sistem politik.

Adapun fungsi partai politik dalam Pasal 11 Undag-Undang Nomor 2

Tahun 2008 tentang partai politik yaitu:

a. Pendidikan Politik bagi anggota dan masyarakat luas agar menjadi warga

Negara Indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara;

b. Penciptaan iklim yang kondusif bagi persatuan dan kesatuan bangsa

Indonesia untuk kesejahteraan masyarakat.

c. Penyerap, penghimpun, dan penyalur aspirasi politik masyarakat dalam

merumuskan dan menetapkan kebijakan Negara;

d. Partisipasi politik warga Negara Indonesia ; dan

e. Rekrutmen politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui

mekanisme demokrasi dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan

gender.

2. Tujuan Partai Politik

Partai politik memiliki tujuan secara umum yaitu mewujudkan cita-cita

nasional bangsa Indonesia sebagai mana dimaksud dalam Undang-Undang

Page 55: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

46

Dasar 1945, dan mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan

Pancasila dengan menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dalam Negara

Kesatuan Republik Indonesia, adapun tujuan dari partai politik yaitu:

a. Untuk menjadi wadah kepentingan masyarakat

b. Untuk menjadi wadah akultualisasi diri bagi warga Negara yang

memiliki kesadaran yang tinggi untuk ikut serta dalam partisipasi politik

c. Menjadikan sarana dalam upaya meraih dan mempertahankan kekuasaan

politik.

d. Untuk menjadi wadah berhimbun bagi masyrakat atau kelompok yang

memiliki ideologi dan kepentingan yang sama.

3. Peran Partai Politik

Partai-partai politik sangat diperlukan untuk kerja pemerintahan

demokratis yang modern. Pentingnya partai politik terletak pada suatu

kenyataan bahwa demokrasi tidak dapat berjalan apabila tidak adanya partai

politik yang terorganisir. Adapun peran partai politik yakni:10

a. Partai politik berperan sebagai membuat kerja pemerintahan

parlementer menjadi mungkin.

parlemen terdiri dari wakil rakyat. Partai-partai politik mengatur

wakil-wakil ini di garis partai, pemilih memilih wakil mereka atas dasar

hubungan partai mereka. Partai politik yang mendapatkan suara

mayoritas dapat membentuk pemerintahan dan menjalankan fungsi

negara, apabila tidak adanya partai politik maka tidak berjalan pula

fungsi negara sebagai mana mestinya.

b. Partai politik merumuskan kebijakan publik

Setiap partai politik memperjuangkan pemilihan untuk mencapai

tujuannya yang tergabung dalam manifesto politik mereka. Partai

mayoritas yang membentuk pemerintah berusaha untuk merumuskan

kebijakan-kebijakan pemerintahannya berdasarkan janji-janji yang telah

dibuatnya dalam pemilu. Kebijakan-kebijakan ini dibuat dengan

10https://guruppkn.com/contoh-peranan-partai-politik, diakses pada Selasa 11 Juni 2019,

Pukul 18.28

Page 56: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

47

mengingat kepentingan masyarakat umum. Adapun kebijakan-kebijakan

tidak jauh mengenai perbaikan kondisi umum, selain membuat kebijakan

itu partai politik membuat pula kebijakan tentang keamanan nasional,

hukum dan ketertiban internal.

c. Partai politik mendidik opini publik

Partai politik diwajibkan untuk dapat menciptakan opini publik

dengan baik dengan cara mengedukasi maupun mengatur opini publik.

Proses ini mengarah untuk mengatur dan merumuskan opini publik

tentang isu-isu penting yang tengah berlangsung dalam masyarakat.

d. Partai Politik Memberikan Stabilitas politik

Partai politik menyederhanakan dan menstabilkan proses politik

negara. partai politik dalam demokrasi memainkan peran besar dalam

menjaga stabilitas dengan melakukan peran mereka di legislatif. Setiap

partai yang berkuasa harus bersikap sangat tanggung jawab, dan partai

kecil (oposisi) terus mengawasi kerja partai yang berkuasa. Oposisi

bukan hanya mengkritik pemerintah, melainkan ikut berkontribusi dalam

menstabilkan pemerintah oleh karena itu oposisi yang sehat akan

menghasilkan keberhasilan demokrasi.

e. Partai Politik Membantu Dalam Prekrutan Pemimpin

Selain memberikan stabilitas politik, partai politikpun memiliki

peran untuk merekrut orang-orang yang berintegrasi untuk menjadi

anggota dan mempersiapkan meraka untuk pemilihan di masa depan,

para pemimpin inilah yang akan besaing dalam pemilihan dan

mambentuk suatu pemerintahan apabila terpilih dalam pemilihan umum.

f. Partai Politik dapat Mengikuti Pemilihan Umum

Di sebagian besar negara demokrasi seperti negara Indonesia bahwa

pemilihan umum dilakukan terutama diantara para kandidat yang

disiapkan oleh partai-partai politik. Di negara Indonesia, pimpinan partai

dapat memilih kandidat untuk mengikuti pemilihan, membentuk

kebijakan dan program, yang mana setiap pihak memiliki kebijakan dan

Page 57: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

48

program masing-masing dan berbeda untuk membangun kepercayaan

para pemilih.

g. Partai Politik Dapat Membuat Undang-Undang

Ketika partai berkuasa, biasanya partai tersebut membuat undang-

undang untuk negara. secara formal, hukum diperdebatkan dan disahkan

di legislatif. Anggota partai yang berkuasa mengikuti arahan pemimpin

partai, terlepas dari pendapat pribadi mereka.

Page 58: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

49

BAB IV

PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA DALAM

REKRUTMEN CALON LEGISLATIF

A. Fungsi Partai Politik Dalam Rekrutmen Calon Anggota Legislati

Berdasarkan Sistem Proporsional Terbuka

Partai politik secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kelompok yang

terorganisir, yang setiap anggota-anggotanya memiliki orientasi serta nilai-nilai

dan cita-cita yang sama. Adapun tujuan dari kelompok-kelompok partai politik

ialah untuk memperoleh kekuasaan dan merebut kedudukan politik dengan

cara konstitusional. Partai politik mempunyai posisi dan peran yang sangat

penting dalam sistem demokrasi, partai menjadi jembatan penghubung antara

proses-proses pemerintahan dan warga negara. Adapun fungsi partai politik di

negara demokrasi tidak lepas dari sarana rekrutan politik, fungsi ini erat

kaitannya dengan masalah seleksi kepemimpinan baik internal maupun

kepemimpinan yang lebih luas (nasional). Mengingat fungsi partai politik yang

begitu penting, sering pula keberadaannya dan kinerjanya dijadikan tolak ukur

bagaimana demokrasi berkembang di suatu negara. meskipun partai politik

bukan merupakan pelaksanaan dari suatu pemerintahan, namun keberadaannya

akan mempengaruhi bagaimana dan kearah mana pelaksanaan pemerintah

dijalankan.

Partai politik merupakan sebuah pilar demokrasi yang sangat penting di

Indonesia, dapat dikatakan bahwa hampir dari semua para politisi berasal dari

partai politik. Setiap partai membutuhkan kader-kader yang berkualitas, karena

hanya dengan kader yang demikian ia dapat menjadi partai yang memiliki

peluang yang besar untuk mengembangkan diri, dengan memiliki kader-kader

unggulan, maka partai tidak akan sulit menentukan pemimpinnya sendiri dan

mempunyai peluang yang besar untuk mengajukan calon kejenjang yang lebih

tinggi yaitu nasional. 1 Partai politik selain berkepentingan memperluas dan

1Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Ed. Revisi Cet. Ke-5, Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama, 2015, h.408

Page 59: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

50

memperbanyak keanggotaan, partaipun berusaha menarik sebanyak-banyaknya

orang untuk menjadi anggotanya. Dengan cara mendirikan organisasi-

organisasi massa sebagai penguat yang melibatkan golongan-golongan

pemuda, mahasiswa, buruh, petani dan sebagainya. Rekrutmen politik

merupakan salah satu cara untuk melatih para calon-calon pemimpin, ada

berbagai cara untuk melakukan rekrutmen politik yaitu melalui kontak pribadi,

persuasi maupun cara lainnya. Adapun model-model perekrutan dalam

pencalonan, yaitu:2

1. Model Barber

Menurut Barber ada tiga variabel utama rekrutmen, yaitu: motivasi,

sumber daya, dan kesempatan. Dampak mereka adalah komulatif dan

mereka tidak dapat dioperasionalkan secara sendiri-sendiri satu sama lain.

Kandidat yang potensial perlu dimotivasi untuk mencari jabatan untuk

meraih kesempatan, tapi berbagai motivasi dapat mengarah pada suatu

pencalonan, sumber dayanya dapat terdiri dari aset-aset tersebut seperti

fleksibilitas pekerjaan dan kemampuan untuk membuat pengorbanan

finansial yang diperlukan; akhirnya, kesempatan membandingkan mengenai

kriteria pemilihan dari perwakilan perekrutan dan tingkat ketidakpastian

mengenai hasil dari pemilihan. Browning (1968) sebagaimana dikutip oleh

Edinger, memperkuat model Barner menurutnya perilaku perekrutan

ditentukan oleh sindrom motivasional dan pengharapan. Pengharapan

diperoleh dalam proses sosialisasi, dan mereka menyalurkan motivasinya

pada arena politik, tapi tipe dari para pejabat mencari dan perilaku politikus

ditentukan oleh motivasi dominannya.

2. Model Snowis

Model Snowis sebagaimana dikutip oleh Edinger, mengemukakan

model perekrutan politik dengan memusatkan dalam aspek-aspek yang

relevan terhadap kebutuhan organisasi. Terdapat empat variable dalam

metode ini: (1)dasar sosial, yang mana untuk partai merupakan hal yang

2Ahmad Riyadh dan Hendra Sukmana, Model Rekrutmen Politik Calon Anggota Legislatif Oleh Partai Politik di Kabupaten Siduarjo, Jurnal FISIP Universitas Muhammadiyah Sidoarjo: JKMP, Vol. 3 No. 2, September 2015, h.182

Page 60: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

51

utama, (2)sumber daya organisasi yang dapat digunakan sebagai insentif

untuk menjalankan pekerjaan partai dan menarik para elite politik; material

atau non material, (3)struktur; hirarki, kepemimpinan tersentral, tidak dapat

dipengaruhi oleh dunia luar, (4)etos organisasi. Struktur hirarki dari

organisasi partai untuk mempromosikan suatu etos persetujuan politik;

partai-partai yang kurang terstruktur dalam mempromosikan orientasi

persoalan.

3. Model Rush & Althoff

Menurut Michael Rush dan Philip Althoff model perekrutan politik

meliputi lima proses kegiatan, yaitu: penyediaan dan permintaan, agensi,

kriteria, kontrol, dan tuntutan. Daya penyediaan dan permintaan dipengaruhi

oleh berbagai lembaga yang berfungsi sebagai agensi perekrutan politik,

kriteria yang mungkin digunakan, dan oleh kadar sejauh mana proses itu

dapat dikontrol. Agensi perekrutan politik menetapkan beraneka ragam

kriteria, meliputi ciri-ciri dan keterampilan yang mereka anggap layak dan

harus dikuasai oleh calon pejabat yang bersangkutan. kriteria ini, tentu saja

akan mencerminkan permintaan yang merupakan representatif atas tuntutan

dan harapan masyarakat, tetapi mereka juga akan mempengaruhi sistem

pengadaan, sehingga proses kontrol akan semakin ketat dan kompetitif

1. Perekrutan Calon Anggota Legislatif Oleh Partai Politik

Mekanisme penjaringan model rekrutmen calon anggota legislatif di

Indonesia tentunya berbeda pada tiap-tiap partai, setiap partai memiliki

metode tersendiri untuk memilih calon yang nantinya akan diusungkan oleh

tiap-tiap partai tersebut. Seperti halnya Partai Demokrasi Indonesia

Perjuangan (PDI-P) yang membuat terobosan dengan melakukan tes tulis

dan tes psikotes yang dikenal sebagai dalam jaringan (daring), dalam rangka

seleksi untuk bakal calon anggota legislatif yang diadakan serentak di

berbagai daerah. Adapun mengenai tes psikologi digelar untuk melihat

aspek ideologi Pancasila, kepribadian, kepemimpinan, kemampuan

menyelesaikan masalah, serta daya juang bakal calon legislatif. Adapun

peserta yang lolos dalam tes tulis dan tes psikotes akan mengikuti

Page 61: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

52

pembekalan calon legislatif yang mana mereka yang lolos tersebut akan

diuji lagi kemampuannya didalam menjalankan fungsi legislasi, anggaran,

pengawasan dan representasi.3

Beda halnya dengan Partai Demokrat, dalam sistem penyeleksian

Partai Demokrat telah merecord (rekam jejak) bakal calon anggota legislatif

sejak dini yakni sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun sebelum masa pemilu

datang, yang mana bakal calon legislatif (bacaleg) akan disurvei terlebih

dahulu dengan cara melihat rakam jejak mengenai daya tahan dari calon

legislatif berpolitik sampai ditemukannya sosok yang pas yang mampu

diusungkan dalam persaingan demokrasi tersebut.4

Beda lagi halnya dengan Partai Amanat Nasional (PAN), partai ini

seolah sudah memiliki culture perekrutan dan penyeleksian karena memang

Partai Amanat Nasional ini merupakan salah satu dari partai lama yang

mana bisanya partai ini mengadakan kerjasama dengan organisasi Islam

besar yakni Muhammadiyah, dan biasanya bakal calon legislatif tersebut

memiliki banyak relasi. Rekruitmen bakal calon legislatif dilaksanakan oleh

panitia yang dinamakan KPPW (Komisi Pemenangan Pemilu Wilayah)

yang terdiri dari tiga tim yakni (1) tim pendaftaran caleg, (2) tim klarifikasi

dan verifikasi data Bacaleg, dan (3) tim monitoring Bacaleg. Adapun orang-

orang yang diperbolehkan mendaftar menjadi Bacaleg yakni terdiri dari tiga

sumber, yakni:

a. Anggota atau pengurus partai yang dapat dibuktikan dengan Kartu Tanda

Anggota (KTA);

b. Tokoh-tokoh masyarakat yang direkrut sejak dini dan mendukung

pemenangan Pemilu; dan

c. Memperhatikan keberadaan Bacaleg Perempuan di nomor urut satu

sampai dengan 30% dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi

daerah. Bacaleg perempuan diusahakan berada pada nomor urut satu

3 https://www.beritasatu.com/nasional/495316/bikin-terobosan-pdip-seleksi-caleg-secara-

daring, diakses pada Senin 22 Juli 2019, Pukul 13.32 4 https://www.beritasatu.com/nasional/381589/proses-perekrutan-bakal-caleg-demokrat-

dimulai-akhir-2016, Diakses Pada Senin, 22 Juli 2019, Pukul 14.32

Page 62: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

53

untuk mendorong perempuan untuk berkiprah dan berkontribusi didunia

politik.

2. Fungsi Rekrutmen Calon Anggota Legislatif

Mengenai fungsi partai politik dalam rekrutmen calon anggota legislatif

berdasarkan sistem proporsional terbuka, tentunya pembahasan tersebut

tidak terlepas dari pemilihan umum. Indonesia telah tercatat beberapa kali

dalam sejarah mengganti sistem pemilihan umum baik dari sistem

proporsional tertutup ke sistem proporsional terbuka. Adapun dasar hukum

mengenai pemilu sistem proporsional terbuka tertuang dalam Pasal 5 Ayat

(1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 yang memberikan definisi yaitu

“Pemilu untuk memilih anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD

kabupaten/kota dilaksanakan dengan sistem proporsional terbuka”

Sistem proporsional terbuka memberikan peluang besar untuk setiap

calon legislatif karena setiap calon legislatif dapat terpilih apabila

memperoleh suara terbanyak dan memenuhi syarat dari pemilihan umum.

Terlepas dari nomor urut ia berada, dengan demikian maka menjadi peluang

besar bagi pemilih untuk memilih calon yang dikhendakinya. Masyarakat

diberikan kebebasan untuk berperan aktif dan menjadi bagian dari proses

demokrasi. Disisi lain partai politik indonesia masih amat lamban dalam

menjalankan tugasnya, yang mana seharusnya partai politik mampu

menciptakan ruang yang baik dan menciptakan suatu kaderisasi yang sehat.

Yang semula partai politik dituntut untuk memutuskan atau menciptakan

kader-kader unggul atau terbaik yang akan memimpin, namun pada

nyatanya saat ini partai politik hanya dijadikan sebagai kendaraan alat

politik semata karena kebijakan publik beralih fungsi menjadi kebijakan

kelompok tertentu untuk mensejahterakan segelintir orang. Padahal dalam

konteks demokrasi yang ideal, partai politik merupakan lembaga yang

memiliki pengaruh yang paling besar dalam menyaring kader-kader

terbaiknya untuk menduduki kursi pemerintahan. Sistem proporsional

terbuka dalam sistem pemilu di Indonesia saat ini, maka terbuka pula

peluang untuk siapa saja yang hendak mencalonkan dirinya sebagai wakil

Page 63: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

54

rakyat baik dari kalangan atas maupun dari kalangan bawah. Tak dipungkiri

pula para elite politik membuka peluang besar bagi siapa saja yang mampu

untuk mencalonkan terutama bagi yang memiliki finansial yang berlebih

amat sangat memungkinkan dapat mencalonkan dirinya sebagai wakil

rakyat. Seperti yang diketahui, wakil-wakil rakyat yang duduk dalam

pemerintahan banyak pula berasal dari golongan-golongan popularitas

(selebriti) yang telah tersohor dalam masyarakat yakni para artis yang

merangkap menjadi wakil rakyat. Dengan kepopularitasan yang dimiliki

maka tidaklah sulit bagi artis-artis tersebut untuk mengambil simpati

masyarakat, maka dengan begitu telah banyak selebriti politikus yang telah

menduduki kursi-kursi baik pemerintahan, maupun parlemen. Pada priode

2014 sampai 2019 telah tercatat sebanyak 7 (tujuh) orang selebriti yang

mampu menduduki kursi Pemerintahan, dan 26 (dua puluh enam) orang

selebriti yang menduduki kursi Parlemen dari berbagai partai yang

mengusungnya.

Tidak sedikit dari selebriti politikus yang dinilai memiliki kinerja yang

buruk selama masa jabatannya, hal ini tak dapat dipungkiri dari kasus-kasus

yang telah menimpa beberapa selebriti politikus seperti Angelina Sondakh

(Anggota DPR Jawa Tengah) yang tersandung kasus korupsi mengenai

pembangunan wisma atlet SEA Games 2011, Zumi Zola (Bupati Tanjung

Jabung Timur) yang tersandung kasus suap RAPBD (Rancangan Anggaran

Pendapatan Belanja Daerah) Jambi tahun anggaran 2018, dan lain

sebagainya baik dari kalangan selebriti politikus maupun dari luar selebriti

politikus.

Sebagai calon anggota Parlemen itikad baik untuk menjadi wakil rakyat

saja tidaklah cukup adapun yang sangat penting yaitu perlunya

intelektualitas dan integritas dalam pemahaman baik mengenai kenegaraan

maupun mengenai tujuan utama yakni untuk kemaslahatan seluruh rakyat.

Sangat penting menghasilkan politisi yang berkebudayaan atau politisi yang

punya martabat, harga diri, dan cara berfikir yang jernih. Tidak dapat

dipungkiri banyaknya keluhan datang dengan mencaci sistem proporsional

Page 64: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

55

terbuka ini dengan beranggapan bahwa negara Indonesia belum siap

menggunakan sistem proporsional terbuka, karena sistem kaderisasi dalam

internal partai politik sangat rendah serta timbulnya kepentingan individu

bagi setiap calon legislatif dan lebih buruknya para calon legislatif tak segan

untuk menghancurkan pesaingnya baik dari partai yang berbeda maupun

dari partai yang sama. Konflik yang demikianlah dapat menyebabkan

perpecahan dalam tubuh partai. Selain itu oleh karena tiap-tiap calon

berjuang untuk dirinya maka tidak dapat dipungkiri banyak ditemukannya

kecurangan terutama kecurangan mengenai politik uang (money politic).

Persoalan lain yang dihadapi adalah belum berjalannya secara maksimal

fungsi yang dimiliki oleh partai politik, baik fungsi partai politik terhadap

negara maupun fungsi partai politik terhadap rakyat. Sistem kepartaian yang

ada juga masih menghadapi derajat kesisteman yang rendah serta kurang

mengakar dalam masyarakat, struktur organisasi partai yang tidak stabil

yang tidak mengacu pada AD/ART, dan citra partai di mata publik yang

masih relatif buruk. Selain itu, partai politik yang ada pada umumnya

cenderung mengarah pada tipe partai politik kharismatik dan klientelistik

ketimbang partai programatik. Lemahnya pelembagaan partai politik di

Indonesia, terutama disebabkan oleh belum munculnya pola partai kader.

Partai politik cenderung membangun partai massa yang memiliki ciri-ciri:

meningkatnya aktivitas hanya menjelang pemilu, menganut sistem

keanggotaan yang amat longgar, belum memiliki sistem seleksi dan

rekrutmen keanggotaan yang memadai serta belum mengembangkan sistem

pengkaderan dan kepemimpinan politik yang kuat.

Kelemahan yang mencolok partai politik yang berorientasi pada massa

adalah kurang intensif dan efektifnya mengenai kinerja partai, partai politik

semacam ini hanya berorientasi pada perolehan dukungan suara di daerah

pemilihannya dalam rangka memperoleh kekuasaan tanpa memperhatikan

kepentingan dan pemenuhan hak konstituen. Hal ini yang membuat partai

gagal dalam mengembangkan dan mempertahankan kepercayaan

masyarakat. Bertolak dari sistem rekrutmen dan ketidakjelasan program

Page 65: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

56

kerja dan orientasi partai, pemenuhan hak dan kewajiban yang terabaikan,

rendahnya kepercayaan masyarakat, kepemimpinan partai yang kurang

responsif dan inovatif sehingga menimbulkan sejumlah problematik dan

konflik yang sering tidak terselesaikan oleh internal partai.

Berangkat dari model-model perekrutan partai politik yang telah

dijelaskan di atas. Telah jelas dalam model perekrutan menurut Rush dan

Althoff bahwasanya partai politik diharuskan untuk merekrut calon pejabat

(legislatif) yang memiliki suatu keterampilan maupun kelayakan yang harus

dikuasai, keterampilan yang dimaksud disini yaitu mengenai pemahaman

akan legislasi, integritas serta kapasitas yang mempenghuni. Maka dengan

begitu partai politik tidak relevan dalam merekrut calon anggota legislatif,

mengingat buruknya kualitas yang dihasilkan anggota legislatif dari

barbagai partai maka dari itu perlu di adakannya fit and proper test bagi

calon-calon anggota legislatif, yang mana penyeleksian bagi calon-calon

anggota legislatif dilakukan pada eksternal partai politik yang memiliki

standarisasi untuk kelulusan bagi calon-calon anggota legislatif, dengan

maksud dan tujuan dibentuknya tim seleksi yang berasal dari eksternal

partai yakni untuk menyeleksi bagi siapa-siapa saja yang ingin menduduki

kursi parlemen dalam rangka mencari calon anggota legislatif yang jujur,

mempunyai integritas dan imparsial dalam menjalankan tugasnya. dengan

adanya penyeleksi dari eksternal partai politik maka stigma buruk

masyarakat mengenai wakil rakyat yang duduk di parlemen akan berbeda

karena wakil-wakil rakyat merupakan orang-orang yang terpilih dari proses

penyeleksian sehingga dapat menjadi wakil rakyat yang baik yang dapat

mensejahterakan rakyatnya serta negaranya.

B. Pengaruh Penerapan Sistem Proporsional Terbuka terhadap Kualitas

Anggota Legislatif

Sistem proporsional terbuka memang dipilih dan diangap sebagai

legitimasi untuk menampung euphoria demokrasi, akan tetapi sistem ini pula

yang menjadi hambatan untuk partai politik untuk berperan secara penuh

Page 66: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

57

terhadap para calon legislatif yang diusungkannya, karena pada sistem

proporsional terbuka masyarakat berdaulat penuh dalam menentukan calon

wakil rakyat yang akan menduduki kursi Pemerintahan maupun kursi Parlemen

bukan lagi hasil dari seleksi partai secara sepenuhnya seperti yang dilakukan

pada sistem proporsional tertutup.5 Peran partai politik di negara demokrasi

sangat penting, karena partai politik dapat berperan amat besar dalam sistem

pemilu, perekrutan calon legislatif dan dalam mengartikulasikan aspirasi

rakyat. Partai politik menjadi wadah kumpulnya kepentingan-kepentingan

publik, disamping itu parpol juga berperan dalam mengontrol pemerintah dari

luar sistem menjadi oposisi. Dalam sistem proporsional terbuka rakyat

berdaulat secara penuh, namun realitas kondisi masyarakat yang masih lapar

dan miskin cenderung bersifat pragmatis, rakyat akan cenderung memilih wakil

yang bermodal dan berduit, mengabaikan soal fungsi politik, moralitas apalagi

kapasitas. Persoalannya adalah banyaknya calon legislatif yang kurang

memiliki intelektual dan integritas mengenai kepemimpinan dan kenegaraan,

karena pada sistem ini siapa saja dapat mencalonkan dirinya sebagai wakil

rakyat dengan menyampingkan tujuan utama yaitu untuk menjalankan sistem

pemerintahan yang lebih baik yang mampu menampung keluh kesah

masyarakyat serta mengatasi persoalan-persoalan yang terjadi di masyarakat.

Dengan diberlakukannya sistem proporsional terbuka banyaknya calon

legislatif yang populer dapat terpilih tanpa mempertimbangkan kapasitas dari

kemampuan para calon legislatif yang menduduki jabatan, serta

memungkinkan bagi setiap calon akan berlomba untuk meraih simpati

masyarakat dan akan memicu polemik politik uang.

Kinerja anggota legislatif masih dianggap buruk bagi sebagian besar

masyarakat, dalam lima tahun terakhir tingkat kepercayaan masyarakat kepada

anggota legislatif tidak melebihi dari angka 30%, tak hanya itu anggota

legislatif khususnya anggota DPR masih tersandera berbagai predikat negatif,

seperti lembaga terkorup, mafia anggaran, praktek jual beli produk legislasi

5Aminah, Analisis Penerapan Sistem Proposional Dan Sistem Distrik Dalam Pemilihan Umum Untuk Penyedederhanaan Sistem Kepartaian Di Indonesia Ditinjau Dari Asas Negara Hukum, Jurnal Hukum Universitas Sebelas Maret: Yustisia, Vol.1, No.2, Mei-Agustus 2012, h.83

Page 67: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

58

dan lain sebagainya. Tak heran hal inipun berdampak pada partisipasi rakyat

dalam pemilu termasuk memilih calon anggota legislatif yang makin menurun.

Beda halnya pada saat tahun 1999 partisipasi rakyat sangat besar, seiring

perjalanan waktu dengan kegagalan pihak legislatif dalam mengartikulasikan

kehendak rakyat, partisipasi rakyat makin merosot. Sistem itu diperparah oleh

buruknya sitem kepartaian dalam merekrut calon anggota legislatif, memang

nampak pada permukaan partai politik membuka serta memberi peluang bagi

siapa saja yang bersedia menjadi anggota legislatif, namun pada nyatanya

sebagian besar mereka yang diusung sebagai calon legislatif haruslah

mempunyai modal besar untuk disetorkan kepada partai yang bersangkutan.

Akhirnya proses pencalegkan tak bedanya dengan sistem lelang, yakni siapa

yang mampu membayar paling mahal dan dapat mendatangkan kemanfaatan

bagi partai maka dialah yang nantinya akan diusungkan oleh partai. Adapun

motivasi utama banyaknya orang berlomba untuk menduduki kursi perlemen

nyatanya tidak terlepas dari kepentingan ekonomi semata, para calon legislatif

menyadari bahwa posisi sebagai anggota legislatif dapat menjadi mesin untuk

mendatangkan uang. Hal inipun akan berpengaruh pada kualitas anggota

legislatif yang akan duduk dikursi parlemen nantinya, karna mereka yang

duduk dikursi parlemen tidak lagi mementingkan kehendak rakyat, melainkan

mementingkan dirinya serta bagaimana caranya mereka dengan duduk di kursi

parlemen bisa menghasilkan uang.

Terdapat peningkatan kursi dalam pemilihan anggota legislatif dari

pemilihan umum tahun 2014 ke pemilihan umum tahun 2019. Yang mana telah

tercatatat sebanyak 20.389 total kursi yang disediakan pada pemilu tahun 2014

serta sebanyak 20.528 total kursi yang disediakan pada pemilu tahun 2019,

baik untuk anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi maupun DPRD Kab/Kota.

adapun pembagian alokasi kursi parlemen pada pemilu tahun 2014 yakni pada

lembaga, DPR sebanyak 560 kursi, DPD sebanyak 132 kursi, DPRD Provinsi

sebanyak 2.112 kursi, dan DPRD Kab/kota sebanyak 16.895 kursi. Pembagian

alokasi kursi parlemen pada pemilu tahun 2019 yakni pada lembaga, DPR

Page 68: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

59

sebanyak 575 kursi, DPD sebanyak 135 kursi, DPRD Provinsi sebanyak 2.207

kursi, dan DPRD Kab/kota sebanyak 17.610 kursi.

Anggota legislatif dalam priode 2014-2019 telah tercatat lebih dari 50

persen berasal dari anggota baru, bahwa adanya penurunan kualitas anggota

DPR yang disebabkan terpilihnya anggota legislatif priode 2014-2019 bukan

karena memiliki pengalaman, visi, dan komitmen kerakyatan, melainkan

karena popularitas. 6 Masih amat melekat dalam ingatan mengenai buruknya

pemilihan umum tahun 2014 yang mana setiap partai politik berlomba-lomba

merekrut selebriti sebanyak-banyaknya untuk masuk kedalam partai dengan

memanfaatkan kepopularitasan bagi tiap-tiap artis maupun publik figur untuk

mendobrak suara partai dan tidak memikirkan bahwa tiap-tiap selebriti yang

diusungkannya mengerti akan politik atau tidak. Tercatat sebanyak 207

selebriti baik dari kalangan artis maupun penyanyi yang didaftarkan pada

masing-masing partai politik pada priode 2014-2019 yang telah diusungkan

menjadi calon anggota legislatif, yang tersebar di beberapa daerah. Dari angka

tersebut dapat dilihat bahwa sistem perekrutan yang dilaksanakan oleh partai

politik amat sangat buruk, karena pertai politik telah mengenyampingkan

kepentingan masyarakat tetapi lebih tepatnya mementingkan pribadi (anggota

legislatif) maupun kepentingan partai, tanpa berfikir dampak untuk kedepannya

apabila selebriti politikus menduduki kursi-kursi parlemen dengan tidak adanya

kecakap mengenai dunia perpolitikan, alih-alih bukannya menjadikan negara

lebih baik melainkan membuat masalah yang baru akan muncul.

Table 1 grafik caleg DPR RI terpilih periode 2019-2024

6https://nasional.kompas.com/read/2017/03/14/18180051/mutu.lembaga.legislatif?pag

e=all, diakses pada Kamis 25 Juli 2019, Pukul 01.02

65%

35%

Caleg DPR RI Terpilih 2019

Orang Baru

Pertahanan

Page 69: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

60

Menurut analisa pusat kajian politik Universitas Indonesia (Puskapol UI)

menjabarkan perolehan suara pada pemilu tahun 2019 yang telah tercatat

sebesar 65% dari anggota baru dalam parlemen yakni terdiri dari:

1. Mantan anggota DPRD

2. Mantan kepala daerah

3. Kerabat elit politik tingkat lokal

4. Publik figur

Adapun sisa dari anggota baru yakni 35% bersal dari pertahanan anggota

yang telah duduk di kursi parlem pada priode sebelumnya. Pemilihan umum

yang telah dilaksanakan pada tahun 2019 nyatanya tidaklah cukup menjadikan

pembelajaran dari pemilihan umum tahun 2014, minat partai politik untuk

merekrut publik figur untuk turut serta menjadi calon anggota legislatif masih

terbilang cukup tinggi, hal ini dapat dilihat dari pemilu pada kali ini yakni

pemilu tahun 2019, telah tercatat sebanyak 91 orang mencalonkan diri menjadi

calon anggota legislatif baik dari kalangan artis maupun kalangan penyanyi.

walaupun adanya penurunan jumlah calon legislatif dari pemilu sebelumnya,

akan tetapi masih terbilang cukup tingginya minat dari kalangan publik figur

untuk partisipasi dalam pesta demokrasi kali ini.

Table 2 grafif selebriti caleg partai Nasdem Table 3 grafik selebriti caleg PDIP

Partai Nasdem merupakan salah satu dari sekian banyak partai yang

mengusung selebriti menjadi calon legislatif dalam pemilihan umum, partai

nasdem tercatat memiliki grafik kenaikan yang cukup signifikan dibanding

9

37

0

10

20

30

40

2014 2019

Partai Nasdem

Selebriti Caleg

7

16

0

5

10

15

20

2014 2019

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan

SelebritiCalonLegislatif

Page 70: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

61

partai lainnya, terdapat kenaikan pengusungan calon legislatif selebriti dari

partai Nasdem pada pemilu tahun 2014-2019 ke pemilu tahun 2019-2024,

semula jumlah selebriti yang mencalonkan diri berjumlah 9 orang pada pemilu

tahun 2014 namun pada pemilu tahun 2019 tercatat sebanyak 37 orang selebriti

yang dicalonkan oleh partai Nasdem. Adupun partai yang memiliki kenaikan

grafik selain partai Nasdem ialah PDIP (Partai Demokrasi Indonesia

Perjuangan), semula pada pemilu tahun 2014 PDIP mengusung 7 orang dari

klangan selebriti namun kini pada pemilu tahun 2019 PDIP mengusung 16

orang selebriti untuk menjadi calon legislatif. Angka tersebut bukanlah hal

yang wajar dimana partai-partai yang lain berlomba untuk mengevaluasi

perektutan dari pemilu tahun 2014 dengan menurunkan jumlah kader yang

berasal dari selebriti.

Menurunnya kualitas DPR RI dan DPRD provinsi/kabupaten/kota sudah

sering disampaikan oleh berbagai kalangan. Adapun parameter untuk

mengukur menurunnya kualitas anggota legislatif yakni:

1. Pertama, tingkat kehadiran yang rendah pada rapat paripurna atau rapat-

rapat komisi dan badan serta panitia khusus (pansus) dan panitia kerja

(panja).

2. Kedua, rendahnya produktivitas DPR dari periode ke periode yang selalu

gagal merampungkan Program Legislasi Nasional (Prolegnas). Pada

Prolegnas 2014- 2019 yang ditetapkan DPR terdapat 183 RUU yang harus

diselesaikan. Namun pada nyatanya memasuki tahun 2017, baru 14 RUU

yang mampu diselesaikan.

3. Ketiga, kualitas UU yang dihasilkan DPR sangat rendah. Banyak UU yang

baru disahkan sudah harus direvisi karena kalah dalam uji materi di

Mahkamah Konstitusi (MK).

4. Keempat, DPR lebih memprioritaskan bongkar pasang UU yang mestinya

dibuat untuk jangka panjang. Seperti UU tentang MPR, DPR, DPD, dan

DPRD (UU MD3) versi terakhir yang disahkan setelah Pemilu Legislatif

(Pileg) 2014, baru genap berusia dua tahun Undang-Undang tersebut, tetapi

akan adanya penyempurnaan lagi. Ini menunjukkan besarnya kepentingan

Page 71: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

62

yang jadi pertimbangan dan bukan upaya membentuk tatanan secara

sistemis.

5. Kelima, kualitas fungsi pengawasan sangat mengecewakan. Banyak anggota

DPR dan DPRD provinsi/kabupaten/kota yang justru menjadi terpidana

korupsi atau suap dalam megaskandal yang tak terbayangkan besarnya,

seperti belum lama ini mengenai kasus mega proyek E-KTP yang

menghabiskan triliyun uang negara untuk kepentingan pribadi atau

segelintir orang.

Terjadinya kenaikan yang drastis dari tahun ketahun mengenai mangkirnya

wakil-wakil rakyat dari tugasnya yakni salah satunya mengenai kehadiran

dalam sidang paripurna yang merupakan agenda sidang tahunan. DPR

memiliki keseluruhan anggota sebesar 560, Telah tercatat pada sidang

paripurna tahun 2016 presentase kehadiran anggota DPR dalam mengikuti

rapat yakni sebesar 48.39% yang setara dengan 271 anggota yang hadir dan

289 anggota yang mangkir dari total 560 anggota DPR seluruhnya. Sedangkan

dalam tahun berikutnya yakni pada tahun 2017, dari 560 anggota DPR adapun

yang mengikuti rapat paripurna sebanyak 232 orang sedangkan yang mangkir

dari tugas sebanyak 328 orang atau setara dengan 41.43% kehadiran dari

100%. Dan pada tahun 2018 kali ini anggota DPR yang mengikuti sidang

paripurna sebanyak 151 orang dan yang mangkir atau tidak menghadiri sidang

sejumlah 409 orang. Sungguh angka tersebut bukanlah merupakan angka yang

wajar, yang mana seharusnya rapat sidang paripurna harus dihadiri minimal

lima puluh plus satu orang agar setiap keputusan yang dihasilkan dapat

dinyatakan sah.

Penerapan sistem proporsional terbuka memiliki pengaruh besar dalam

penentuan kualitas anggota legislatif, seperti yang telah dijelaskan di atas

bahwa setiap sebab akan memiliki dampak yang berupa akibat yang mana

dalam hal ini partai politik merupakan pilar penting dalam pengusungan calon-

calon anggota legislatif yang mana calon yang unggul dalam artian calon yang

memiliki pengetahuan tinggi serta integritas dapat menjadi pemimpin yang

mampu menangani persoalan-persoalan rakyatnya kelak. Berdasarkan hal yang

Page 72: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

63

telah dipaparkan sebelumnya, bahwa sistem proporsional terbuka tidak akan

membawa perubahan apapun apabila orang-orang yang mencalonkan diri tidak

memiliki kualitas dan kapasitas untuk bertindak sebagai anggota legislatif.

Page 73: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

64

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Implikasi

Penerapasn Sistem Proporsional Terbuka Dalam Rekrutmen Calon Legislatif,

Setelah menelaah dan menganalisis dari bab-bab sebelumnya maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Fungsi partai politik dalam rekrutmen calon anggota legislatif berdasarkan

sistem proporsional terbuka tidaklah cukup apabila calon legislatif hanya

beritikad baik untuk dapat menjadi wakil rakyat, adapun hal penting yang

diperlukan berupa intelektualitas dan integritas dalam pemahaman baik

mengenai legislasi maupun tujuan utama untuk kemaslahatan seluruh rakyat

sehingga menghasilkan politisi yang berkebudayaan atau politisi yang

mempunyai martabat, harga diri dan cara berfikir yang jernih. Mengingat

buruknya kualitas yang dihasilkan oleh anggota legislatif dari berbagai

partai, maka partai politik tidaklah relevan dalam merekrut calon anggota

legislatif. Dengan begitu perlu di adakannya fit and proper test dalam

penyeleksian calon anggota legistlatif oleh eksternal partai politik yang

memiliki standarisasi kelulusan bagi calon-calon anggota legislatifnya.

2. Penerapan sistem proporsional terbuka memiliki pengaruh besar dalam

penentuan kualitas anggota legislatif. Dengan diberlakukannya sistem

proporsional terbuka menimbulkan banyaknya calon legislatif yang populer

dapat terpilih tanpa mempertimbangkan kapasitas dari kemampuan para

calon legislatif yang menduduki jabatan, serta memungkinkan bagi setiap

calon akan berlomba untuk meraih simpati masyarakat dan akan memicu

polemik politik uang.

Page 74: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

65

B. Rekomendasi

Berdasarkan penelitian, pembahasan, dan kesimpulan penulis ini. Maka

penulis perlu untuk memberikan saran-saran sebagai bahan pertimbangan di

kemudian hari. Saran saran tersebut penulis tuju kepada:

1. Sistem penyeleksian calon anggota legislatif sebaiknya difokuskan pada

satu lembaga yang bersifat Independen, yang memiliki standarisasi

kelulusan bagi calon anggota legislatif berupa pemahaman legislasi dan nilai

guna dalam masyarakat.

2. Dalam sistem pemilihan umum tetap menggunakan sistem proporsional

terbuka. Adapun adanya kualifikasi bagi calon legislatif minimal sekurang-

kurangnya dua (2) tahun mengikuti keanggotaan partai, dan bagi partai

yang ingin mengusungkan anggotanya menjadi calon legislatif dapat

mendaftarkan kader-kader tersebut ke badan penyeleksian independensi,

guna untuk menyeleksi kader-kader unggul dari setiap partai yang nantinya

telah siap berkompetisi dalam pemilihan umum.

Page 75: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

66

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-Buku

Asshidiqie, Jimly. (2009) Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara. Jakarta: RajawaliPers.

Budiharjo, Mariam. (1992) Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia PustakaUtama.

(1996) Demokrasi di Indonesia, Demokasi Parlementer dan Demokrasi Pancasila, Jakarta: Gramedia.

Fahmi, Khairul. (2011) Pemilihan Umum dan Kedaulatan Rakyat. Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada.

Firdaus.(2015) Desain Stabilitas Demokrasi & Sistem Kepartaian. Bandung:Yrama Widya, 2015.

Gaffar, Afan. (2006) Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet.VI

H.I, A. Rahman. (2007) Sistem Politik Indonesia. Jakarta: Graha Ilmu.

Kansil, CST dan Christian ST Kansil, (2000) Hukum Tata Negara Republik Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Kartono, Kartini. (1989) Pendidikan Politik Sebagai Bagian dari Pendidikan Orang Dewasa. Bandung: CV Mandar Maju

Kusnadi, Moh. dan Harmaily Ibrahim. (1988) Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta: Sinar Bakti Fakultas Hukum UI

Lubis, Mochtar. (2005) Demokrasi Klasik dan Modern. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Maksudi, Beddy Irawan. (2012) Sistem Politik Indonsia Pemahaman Secara Teoretikdan Empirik. Jakarta: Rajawali Press.

Marijan, Kacung. (2012) Sistem Politik Indonesia; Konsolidasi DemokrasiPasca Orde Baru. Jakarta: Kencana.

Marzuki, Peter Mahmud. (2005) Penelitian Hukum. Ed. Jakarta: Kencana Prenada Media.S

Page 76: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

67

Masdar, Umaruddin. (1999) Mengasah Naluri Publik Memahami Nalar Politik. Yogyakarta: LkiS dan The Asia Fundation.

Merelman, Richard M. (1981) dalam Meurice Duverger, Partai-Partai Politi dan Kelompok-Kelompok Kepentingan (Terj. Laila Hasyim). Jakarta: BinaAksara.

Muhammad, Abdulkadir. (2004) Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Pamudji, S. (1985) Demokrasi Pancasila dan Ketahanan Nasional suatu analisis dibidang politik dan pemerintahan. Jakarta: PT Bina Aksara Anggota IKAPI

Pamungkas, Sigit. (2009) Perihal Pemilu. Yogyakarta: Laboratorium Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIPOL UGM dan Jurusan Ilmu Pemerintahan UGM.

Prihatmoko, Joko J. (2003) Pemilu 2004 dan Konsolidasi Demokrasi. Semarang:LP2I

Rabi’ah, Rumidan. (2009) Lebih Dekat Dengan Pemilu di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Scumpeter, Joseph. (1947) Capitalism Socialism and Democracy, New York: Jarper

Seokanto, Soerjono. (1986) Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Universita Indonesia (UI) Press.

Surbakti, Ramlan. (1992) Memahami Ilmu Politik, Jakarta: Grasindo.

Tricahyo, Ibnu. (2009) Reformasi Pemilu Menuju Pemisahan Pemilu Nasionaldan Lokal, Malang: In Trans Publishing.

Weiner, Myron dan Joseph Lapatombara. (1981) Pengaruh Partai dalam Perkembangan Politik. dalam Miriam Budiardjo, Partisipasi dan Partai Politik Sebuah Bunga Rampai. Jakarta: Gramedia.

B. Jurnal

Aminah. (2012) Analisis Penerapan Sistem Proposional Dan SistemDistrik Dalam Pemilihan Umum Untuk Penyedederhanaan Sistem Kepartaian Di Indonesia Ditinjau Dari Asas Negara Hukum. Jurnal Hukum Universitas Sebelas Maret: Yustisia, Vol.1, No.2, Mei-Agustus.

Halim, Abdul. (2014) Dampak Sistem Proporsional Terbuka Terhadap Perilaku Politik (Studi Kasus Masyarakat Sumenep Madura Dalam Pemilihan Legislatif 2014). Jurnal: Humanity, Vol.9, No.2, Maret.

Page 77: PENGARUH PENERAPAN SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48143/1/SRI EM… · Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,

68

Pratiwi, Dian Ayu. (2018) Sistem Pemilu Proporsional Daftar Terbuka DiIndonesia: Melahirkan Korupsi Politik. Jurnal: Trias Politika, Vol.2, No.1, April.

Ramadani, Muhammad Doni dan Fahmi Arisandi. (2014) Pengaruh Penggunaan Sistem Pemilihan Umum Dewan Perwakilan Rakyat Proposional Daftar Terbuka. Jurnal: Rechts Vinding, Vol. 3 No.1, April.

Riwanto, Agus. (2015) Korelasi Pengaturan Sistem Pemilu Proporsional Terbuka Berbasis Suara Terbanyak Dengan Korupsi Politik DiIndonesia. Jurnal Fakultas Hukum Sebelas Maret: Yustisia, Vol. 4 No. 1.

Riyadh, Ahmad dan Hendra Sukmana. (2015) Model Rekrutmen Politik Calon Anggota Legislatif Oleh Partai Politik di Kabupaten Siduarjo. Jurnal FISIP Universitas Muhammadiyah Sidoarjo: JKMP, Vol. 3 No. 2,September.

Wati, Evi Purnama. (2015) Pemilu Sebagai Wujud Kedaulatan Rakyat. Jurnal Hukum: Vol.8, No.2, Mei.

C. Skripsi

Gunawan, Ulfa. (2016) Dampak Penggunaan Sistem Pemilu Proposional Daftar Terbuka Terhadap Perilaku Pemilih Pada Pileg 2014 Di Kabupaten Bantul. Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Nugrahenie, Rerie Dwi. (2017) Pengaruh Sistem Pemilihan Umum Proporsional Terbuka Terhadap Derajat Keterwakilan Rakyat Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Surakarta Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Skripsi Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

D. Website

www.bpkp.go.id,

https://guruppkn.com/contoh-peranan-partai-politik

https://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_umum_di_Indonesia

https://id.wikipedia.org/wiki/Dewan_Perwakilan_Rakyat_Daerah

https://ngada.org/uu7-2017bt.htm