147
PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (Studi Empiris pada KAP di Wilayah DKI Jakarta) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Disusun oleh: Muhammad Yusuf Aulia (206082004000) JURUSAN AKUNTANSI AUDIT FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H / 2013 M

PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN

(Studi Empiris pada KAP di Wilayah DKI Jakarta)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun oleh:

Muhammad Yusuf Aulia

(206082004000)

JURUSAN AKUNTANSI AUDIT

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1434 H / 2013 M

Page 2: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

i

PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN

(Studi Empiris pada KAP di Wilayah DKI Jakarta)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

Muhammad Yusuf Aulia

NIM. 206082004000

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Ahmad Rodoni Reskino, SE, Ak., M.Si

NIP. 19690203 200112 1 003 NIP. 19740928 200801 2 004

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1434 H / 2013 M

Page 3: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Senin, tanggal 3 Juni 2013 telah dilakukan ujian komprehensif atas

Mahasiswa:

1. Nama : Muhammad Yusuf Aulia

2. NIM : 206082004000

3. Jurusan : Akuntansi Audit

4. Judul Skripsi : Pengaruh Pengalaman, Independensi Dan Skeptisme

Profesional Auditor Terhadap Pendeteksian Kecurangan

(Studi Empiris pada KAP di Wilayah DKI Jakarta)

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang

bersangkutan selama ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa

tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke

tahap ujian skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Ekonomi pada fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 3 juli 2013

1. Zuhairan Yunmi Yunan,SE,. M.Sc ( )

NIP. 19800416 200912 1 002 Ketua

2. Rini, Dr, SE, Ak., M.Si ( )

NIP.19760315 200501 2 002 Sekretaris

3. Hepi Prayudiawan, SE, Ak., MM ( )

NIP. 19720516 200901 1 006 Penguji Ahli

Page 4: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini Kamis, tanggal 25 Juli 2013 telah dilakukan ujian Skripsi atas

Mahasiswa:

1. Nama : Muhammad Yusuf Aulia

2. NIM : 206082004000

3. Jurusan : Akuntansi Audit

4. Judul Skripsi : Pengaruh Pengalaman, Independensi Dan Skeptisme

Profesional Auditor Terhadap Pendeteksian Kecurangan

(Studi Empiris pada KAP di Wilayah DKI Jakarta)

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama

ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 25 Juli 2013

1. Leis Suzanawaty, SE, M.Si ( ) NIP. 19720809 200501 2 004 Ketua

2. Hepi Prayudiawan, SE, Ak., MM ( ) NIP. 19720516 200901 1 006 Sekretaris

3. Yessi Fitri, SE., M.Si, Ak ( ) NIP. 19760924 200604 2 002 Penguji Ahli

4. Prof. Dr. Ahmad Rodoni ( ) NIP. 19690203 200112 1 003 Pembimbing I

5. Reskino, SE, Ak., M.Si ( ) NIP. 19740928 200801 2 004 Pembimbing II

Page 5: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

iv

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Nama Mahasiswa : Muhammad Yusuf Aulia

NIM : 206082004000

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : Akuntansi Audit

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang

merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan

merupakan replikasi maupun saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang

lain.

Apabila terbukti skripsi ini plagiat atau replikasi, maka skripsi ini dianggap gugur

dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan

serta gelarnya dibatalkan.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul dikemudian hari

menjadi tanggung jawab saya.

Jakarta, Juli 2013

(Muhammad Yusuf Aulia)

Page 6: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Data Pribadi

1. Nama : Muhammad Yusuf Aulia

2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 19 September 1988

3. Alamat : Jl. Aren II No. 26 Rt. 012/003, Pondok Betung,

Pondok Aren, Tangerang Selatan

4. Agama : Islam

5. Nama Ayah : H. Azroi Suhaimi

6. Nama Ibu : Hj. Siti Djubaidah

7. Nomor Telepon : 081219534007

8. E-mail : [email protected]

B. Data Pendidikan Formal

1. 1992 - 1994 : TK. Nurul Huda Tangerang Selatan

2. 1994 - 2000 : SDN 08 Pondok Betung Tangerang Selatan

3. 2000 - 2003 : SMP Muhammadiyah 35 Cipulir Jakarta Selatan

4. 2003 - 2006 : SMA Yadika 6 Jurang Mangu Timur Tangerang

Selatan

5. 2006 - 2011 : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan

Akuntansi, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta (Audit).

Page 7: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

vi

ABSTRACT

This study has two main objectives. First, to analyze the effect of experience,

independence and auditor professional skepticism to fraud detection, second

analyzed (experience, independence and auditor professional skepticism) of the

most dominant influence on the dependent variable (fraud detection). This study

was done at the public accountant office in Jakarta. The sampling method using

sampling techniques convinience. To test the hypothesis test used multiple

regression. The results showed that experience, independence and auditor

professional skepticism have positive significant effect on fraud detection. The

results of multiple linear regression was the most dominant variable was auditor

professional skepticism.

Keywords: experience, independence, auditor professional skepticism, fraud

detection

Page 8: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

vii

ABSTRAK

Penelitian ini memiliki dua tujuan utama; yaitu pertama, menganalisis pengaruh

pengalaman, independensi dan skeptisme profesional auditor terhadap

pendekteksian kecurangan, kedua menganalisis variabel independen (pengalaman,

independensi dan skeptisme profesional auditor) yang paling dominan

mempengaruhi variabel dependen (pendekteksian kecurangan), Penelitian ini

dilakukan pada auditor pada Kantor Akuntan Publik di wilayah Jakarta. Metode

pengambilan sampel dengan menggunakan tekhnik convenience sampling. Uji

yang digunakan adalah regresi berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa

pengalaman, independensi dan skeptisme profesional auditor berpengaruh positif

dan signifikan terhadap pendeteksian kecurangan. Berdasarkan hasil uji regresi

linier berganda ditemukan bahwa variabel yang paling dominan adalah variabel

skeptisme.

Kata kunci: pengalaman, independensi, skeptisme profesional auditor,

pendeteksian kecurangan

Page 9: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah

SWT atas nikmat iman, islam dan karunia-Nya yang telah diberikan sehingga

peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Pengalaman,

Independensi Dan Sketisme Profesional Auditor Terhadap Pendeteksian

Kecurangan”. Shalawat beserta salam semoga terus tercurah kepada Rasulullah

Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabat. Peneliti sangat bersyukur

atas selesainya penyusunan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah

satu syarat menyelesaikan program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selama proses penyusunan skripsi ini peneliti banyak mendapatkan

bimbingan, arahan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya serta tetap

menuntun peneliti dijalan yang benar sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

2. Ayahanda dan ibunda tercinta yang selalu memberikan limpahan kasih

sayang, perhatian, dan do’a yang tak pernah putus-putusnya untuk penulis,

serta adik-ku dan seluruh keluarga yang telah menyemangati, memberikan

keceriaan, do’a dan semangat untuk terus berusaha memberikan yang terbaik.

3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku Dosen Pembimbing I yang telah

bersedia meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan, arahan, dan ilmu

pengetahuannya kepada peneliti selama penyusunan skripsi hingga akhirnya

skripsi ini bisa terselesaikan. Terima kasih atas segala masukan guna

penyelesaian skripsi ini serta semua motivasi dan nasihat yang telah diberikan

selama ini.

Page 10: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

ix

5. Ibu Reskino, SE., Ak., M.Si, selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak

meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan, arahan, semangat, dan ilmu

pengetahuannya kepada peneliti selama penyusunan skripsi hingga akhirnya

skripsi ini bisa terselesaikan. Terima kasih atas segala bimbingan dan

konsultasi yang telah diberikan selama ini.

6. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak

membantu dan memberi masukan dan inspirasi bagi peneliti, suatu

kebahagiaan telah dipertemukan dan diperkenalkan dengan kalian semua,

terima kasih banyak.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak

kekurangan dan keterbatasan, oleh karena itu kritik dan saran sangat peneliti

harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagai tambahan

informasi dan pengetahuan bagi semua pihak yang membutuhkan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, Juli 2013

(Muhammad Yusuf Aulia)

Page 11: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

x

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan Skripsi ......................................................................... i

Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif .................................................. ii

Lembar Pengesahan Ujian Skripsi .............................................................. iii

Lembar Keaslian Karya Ilmiah ................................................................... iv

Daftar Riwayat Hidup .................................................................................. v

Abtract ............................................................................................................ vi

Abtrak ............................................................................................................. vii

Kata Pengantar ............................................................................................. viii

Daftar Isi ........................................................................................................ x

Daftar Tabel .................................................................................................... xiii

Daftar Gambar ............................................................................................... xiv

Daftar Lampiran ........................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

A. Latar Belakang Penelitian ........................................................ 1

B. Perumusan Masalah ................................................................. 13

C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 13

D. Manfaat Penelitian ................................................................... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 16

A. Tinjauan Umum Atas Audit .................................................... 16

1. Standar Auditing ................................................................. 16

2. Tujuan Audit ....................................................................... 19

3. Klasifikasi Auditor .............................................................. 20

4. Risiko audit ......................................................................... 21

B. Pengalaman Auditor ................................................................ 23

C. Independensi ............................................................................ 28

D. Skeptisme Profesional Auditor ................................................ 31

Page 12: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

xi

E. Pendeteksian Kecurangan ........................................................ 35

F. Penelitian Terdahulu ............................................................... 40

G. Keterkaitan Antar Variabel ..................................................... 44

H. Kerangka Pemikiran ................................................................ 49

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................... 51

A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................. 51

B. Metode Penentuan Sampel ................................................. 51

C. Metode Pengumpulan Data ............................................... 52

D. Metode Analisis Data ......................................................... 52

E. Operasional Variabel Penelitian ........................................ 60

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 70

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ............................ 70

1. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................. 70

2. Karakteristik Responden ..................................................... 72

B. Hasil Dan Pembahasan ............................................................ 77

1. Hasil Uji Statistik Deskriptif .............................................. 77

2. Hasil Uji Kualitas data ........................................................ 78

a. Hasil Uji Validitas .......................................................... 78

b. Uji Reliabilitas ............................................................... 80

3. Hasil Uji Asumsi Klasik ..................................................... 82

a. Hasil Uji Normalitas Data .............................................. 82

b. Hasil Uji Multikolinieritas ............................................. 84

c. Hasil Uji Heteroskedastisitas .......................................... 85

4. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ............................. 86

a. Hasil Uji Determinasi (Adjusted R2) .............................. 86

b. Hasil Uji Persamaan Regresi Linier Berganda .............. 87

5. Hasil Uji Hipotesis Penelitian ............................................. 89

a. Hasil Uji Secara Simultan (Uji F) ................................... 89

b. Hasil Uji Secara Parsial (Uji t) ....................................... 89

C. Interpretasi ............................................................................... 93

Page 13: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

xii

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 96

A. Kesimpulan .............................................................................. 96

B. Implikasi .................................................................................. 96

C. Saran ....................................................................................... 98

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 100

LAMPIRAN .................................................................................................. 104

Page 14: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

xiii

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

1.1 Fenomena Kegagalan Auditor Independen pada

Kantor Akuntan Publik (KAP) Yang Berskala Besar ............. 2

2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ............................................... 42

3.1 Operasional Variabel ................................................................ 67

4.1 Data Distribusi Sampel Penelitian ........................................... 71

4.2 Sampel dan Tingkat Pengembalian ......................................... 72

4.3 Data Statistik Responden .......................................................... 72

4.4 Statistik Deskriptif ................................................................... 77

4.5 Hasil Uji Validitas Variabel Pengalaman ................................ 78

4.6 Hasil Uji Validitas Variabel Independensi .............................. 79

4.7 Hasil Uji Validitas Variabel Skeptisme Profesional Auditor .. 79

4.8 Hasil Uji Validitas Variabel Pendeteksian Kecurangan .......... 80

4.9 Hasil Uji Reliabilitas ................................................................ 81

4.10 Uji Normalitas Secara Statistik ............................................... 84

4.11 Hasil Uji Multikolonieritas ....................................................... 85

4.12 Hasil Uji Determinasi (Adjusted R2) ........................................ 87

4.13 Hasil Uji Regresi Linier Berganda ........................................... 87

4.14 Hasil Uji Statistik F (Simultan) ............................................... 89

4.15 Hasil Uji t (Parsial) .................................................................. 90

Page 15: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

xiv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian ............................................... 50

4.1 Data Statistik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Responden ................................................................................ 73

4.2 Data Statistik Responden Berdasarkan Umur

Responden ................................................................................ 74

4.3 Data Statistik Responden Berdasarkan Pendidikan

Terakhir Responden ................................................................. 75

4.4 Data Statistik Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja ..... 76

4.5 Uji Normalitas Data Secara Grafik .......................................... 83

4.6 Uji Heteroskedastisitas ............................................................ 86

Page 16: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

1 Kuesioner Penelitian ................................................................ 104

2 Data Mentah Jawaban Responden ........................................... 111

3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ......................................... 123

4 Hasil Uji Regresi Linier Berganda ........................................... 127

5 Surat Keterangan Riset Penelitian ............................................ 130

Page 17: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Kantor akuntan publik merupakan sebuah organisasi yang bergerak di

bidang jasa. Jasa yang diberikan berupa jasa audit operasional, audit

kepatuhan, dan audit laporan keuangan (Arens dan Loebbecke, 2003). Akuntan

publik dalam menjalankan profesinya diatur oleh kode etik profesi. Di

Indonesia dikenal dengan nama Kode Etik Akuntan Indonesia. Di samping itu

dengan adanya kode etik, masyarakat akan dapat menilai sejauh mana seorang

auditor telah bekerja sesuai dengan standar-standar etika yang telah ditetapkan

oleh profesinya (Wibowo, 2009:19).

Akuntan publik dalam melaksanakan pemeriksaan akuntan,

memperoleh kepercayaan dari klien dan para pemakai laporan keuangan untuk

membuktikan kewajaran laporan keuangan yang disusun dan disajikan oleh

klien. Klien dapat mempunyai kepentingan yang berbeda, bahkan mungkin

bertentangan dengan kepentingan para pemakai laporan keuangan. Demikian

pula, kepentingan pemakai laporan keuangan yang satu mungkin berbeda

dengan pemakai lainnya. Oleh karena itu, dalam memberikan pendapat

mengenai kewajaran laporan keuangan yang diperiksa, akuntan publik harus

bersikap independen terhadap kepentingan klien, pemakai laporan keuangan,

maupun kepentingan akuntan publik itu sendiri (Wibowo, 2009:19).

Kegagalan auditor dalam mendeteksi kecurangan terbukti dengan

adanya beberapa skandal keuangan yang melibatkan akuntan publik seperti

Page 18: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

2

Enron, Worid Com, Tyco dan kasus-kasus lainnya (tabel 1.1) yang

mengakibatkan kegemparan besar dalam pasar modal.

Tabel 1.1

Fenomena Kegagalan Auditor Independen pada Kantor Akuntan Publik

(KAP) Yang Berskala Besar

No. Klien (Thn) Tuduhan Kasus

Kecurangan

KAP/

Auditor

yang

Terlibat

Sanksi bagi

KAP/

Auditor

1. Adhelhia

Communications

Corp. (2005)

Telah melakukan

kesalahan dalam

mengaudit

Adelphia untuk

laporan keuangan

tahun 2000.

Deloitte Harus

membayar

$50 juta

kepada SEC

2. Parmalat (2007) Salah satu penyebab bangkrutnya parmalat

Deloitte Membayar $ 149 juta kepada Parmalat

3. Tyco (2007) Terlibat accounting farud ketika Tyco menyajikan secara overstated pendapatannya sebesar $5,8 Miliar.

PWC Membayar denda mencapai $225 juta.

4. Navistar Financial Corp. (2008)

Dianggap tidak melakukan kewajiban profesionalnya dan tidak memiliki bukti yang cukup untuk menerbitkan opini yang bersih.

Christopher Andersen (Partner Deloitte)

Ijin selama 1 tahun

5. Metropolitan mortgae & securities Co. (2008)

Membantu perusahaan untuk menyembunyikan masalah dengan membuat skema invstasi lepas pantai (offshore investment scheme) yang merupakan cara untuk menyembunyikan diri dari naungan pajak.

PWC PWC harus membayar sejumlah uang dengan total $ 30 juta untuk menyelesaikan kasus tersebut kepada investor dari metropolitan mortgage & securities Co.

Berlanjut pada halaman berikutnya

Page 19: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

3

Tabel 1.1 (Lanjutan)

No. Klien (Thn) Tuduhan Kasus

Kecurangan

KAP/ Auditor

yang Terlibat

Sanksi bagi KAP/

Auditor

7. MFS’s Premium Income Fund (2009)

KPMG dianggap gagal mendeteksi pinjaman yang tidak layak kedapa perusahaan luar negeri yang tidak memiliki kemampuan untuk membayar total pinjaman tersebut

KPMG Dituntut sebesar $746 juta

Sumber: Diolah dari berbagai referensi

Berdasarkan kasus kimia farma dan sejumlah bank beku operasi yang

melibatkan akuntan publik di indonesia, serta sejumlah kasus kegagalan

keuangan lainnya. Penelitian Beasley, dkk. (2001) yang didasarkan pada

AAERs (Accounting and Auditing Releases) dari SEC selama 11 periode

(Januari 1987 – Desember 1997) menyatakan bahwa salah satu penyebab

kegagalan auditor dalam mendeteksi kecurangan adalah rendahnya tingkat

skeptisme profesional audit.

Ramaraya (2008:23) memberikan contoh kasus yang terjadi pada PT

Kimia Farma Tbk (PT KF). PT KF adalah badan usaha milik negara yang

sahamnya telah diperdagangkan di bursa. Berdasakan indikasi oleh

kementerian BUMN dan pemeriksaan Bapepam (Bapepam, 2002) ditemukan

adanya salah saji dalam laporan keuangan yang mengakibatkan salah saji

(overstatement) laba bersih untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2001

sebesar Rp 32,7 miliar yang merupakan 2,3 % dari penjualan dan 24,7% dari

laba bersih. Salah saji ini terjadi dengan cara melebih sajikan penjualan dan

Page 20: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

4

persediaan pada 3 unit usaha dan dilakukan dengan menggelembungkan harga

persediaan yang diotorisasi oleh Direktur Produksi untuk menentukan nilai

persediaan pada unit distribusi PT. KF per 31 Desember 2001. Selain itu

manajemen PT. KF melakukan pencatatan ganda atas penjualan pada 2 unit

usaha. Pencatatan ganda itu dilakukan pada unit-unit yang tidak disampling

oleh auditor eksternal. Auditor eksternal yang mengaudit laporan keuangan PT.

KF per 31 Desember 2001, Bapepam menyimpulkan auditor eksternal telah

melakukan prosedur audit sampling yang telah diatur dalam Standar

Profesional Akuntan Publik dan tidak ditemukan adanya unsur kesengajaan

membantu manajemen PT. KF menggelembungkan keuntungan. Bapepam

mengemukakan proses audit tersebut tidak berhasil mendeteksi adanya

penggelembungan laba yang dilakukan PT KF. Atas temuan ini, kepada PT.

KF Bapepam memberikan sanksi administrasi sebesar Rp 500 juta, Rp 1 milyar

terhadap direksi lama PT. KF dan Rp 100 juta kepada auditor eksternal

(Bapepam, 2002).

Permasalahan yang menimbulkan pertanyaan disini, mengapa auditor

eksternal gagal dalam mendeteksi kecurangan dalam laporan keuangan seperti

yang dicontohkan di atas? Mestinya bila auditor eksternal yang bertugas pada

audit atas perusahaan-perusahaan ini menjalankan audit secara tepat termasuk

dalam hal pendekteksian kecurangan maka tidak akan terjadi kasus-kasus yang

merugikan ini (Ramaraya, 2008:23).

Page 21: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

5

Auditor dituntut untuk dapat mempertahankan kepercayaan dari

kliennya dan dari para pemakai laporan keuangan auditan lainnya.

Kepercayaan ini senantiasa harus selalu ditingkatkan dengan didukung oleh

suatu keahlian audit. Amanat yang diemban sebagai auditor harus dapat

dilaksanakan dengan sikap profesionalisme serta menjunjung tinggi kode etik

profesi yang harus dijadikan pedoman dalam menjalankan setiap tugasnya.

Mengingat peran dari auditor yang sangat penting dan dibutuhkan dalam dunia

usaha, peningkatan profesional auditor sangat penting untuk terus dilakukan

dan auditor harus terus-menerus mengikuti perkembangan yang terjadi dalam

bisnis dan profesinya dengan mempelajari, memahami, dan menerapkan

ketentuan ketentuan baru dalam prinsip akuntansi dan standar auditing yang

ditetapkan. Berdasarkan Standar auditing Profesional akuntan Publik (SPAP),

akuntan dituntut untuk dapat menjalankan setiap standar yang ditetapkan oleh

SPAP tersebut. Standar-standar tersebut meliputi standar auditing, standar

atestasi, standar jasa akuntan dan review, standar jasa konsultasi, dan standar

pengendalian mutu. Dalam salah satu SPAP diatas terdapat standar umum yang

mengatur tentang keahlian auditor yang independen (Asih, 2006:3).

Pengalaman auditor diyakini juga dapat mempengaruhi tingkat

skeptisme seseorang auditor dalam mendeteksi kecurangan. Pengalaman yang

dimaksudkan disini adalah pengalaman auditor dalam melakukan pemeriksaan

laporan keuangandan penugasan audit dilapangan baik dari segi lamanya

waktu, maupun banyaknya penugasan audit yang pernah dilakukan. Semakin

banyak auditor melakukan pemeriksaan laporan keuangan, maka semakin

tinggi tingkat skeptisme yang dimiliki. Untuk itu, seorang auditor harus

Page 22: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

6

terlebih dahulu mencari pengalaman profesi di bawah pengawasan auditor

senior yang lebih berpengalaman (Isalinda, 2011:7).

Kushasyandita (2012:3) menyatakan bahwa Pengalaman audit

ditunjukkan dengan jam terbang auditor dalam melakukan prosedur audit

terkait dengan pemberian opini atas laporan auditnya. Pengalaman seorang

auditor juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi skeptisisme

profesional auditor karena auditor yang lebih berpengalaman dapat mendeteksi

adanya kecurangan-kecurangan pada laporan keuangan seperti siklus

persediaan dan pergudangan, hal ini disebabkan karena auditor berpengalaman

lebih skeptis dibandingkan dengan auditor yang tidak berpengalaman.

Pengalaman yang dimaksudkan disini adalah pengalaman auditor dalam

melakukan pemeriksaan laporan keuangan.

Penelitian Noviyanti & Bandi (2002) memberikan kesimpulan bahwa

pengalaman akan berpengaruh positif terhadap pengetahuan auditor tentang

jenis-jenis kekeliruan yang berbeda yang diketahuinya. Dengan demikian,

pengalaman merupakan unsur professional yang penting untuk membangun

pengetahuan dan keahlian auditor dan dengan asumsi bahwa pengetahuan

sebagai unsur keahlian serta penelitian yang masih terbatas pada pengalaman

dari lamanya bekerja, maka penulis tertarik untuk menentukan topik penelitian

yang berkaitan dengan pengalaman yang dihubungkan dengan keahlian yang

dimiliki auditor. Pengalaman auditor yang akan diteliti meliputi; pengalaman

yang diperoleh dari lamanya bekerja, banyaknya tugas pemeriksaan yang telah

dilakukan, dan banyaknya jenis perusahaan yang diaudit.

Page 23: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

7

Tanggung jawab auditor untuk mendeteksi kecurangan ataupun

ketidakberesan diwujudkan dalam perencanaan dan pelaksanaan untuk

mendapatkan keyakinan yang memadai tentang apakah laporan keuangan

bebas dari salah saji material yang disebabkan oleh kesalahan maupun

kecurangan. Dalam merencanakan audit auditor harus menilai resiko terjadinya

kecurangan (Setyaningrum, 2010:18). Kemungkinan dimana auditor akan

menemukan salah saji tergantung pada kualitas pemahaman auditor

(kompetensi) sementara tindakan melaporkan salah saji tergantung pada

independensi auditor.

SA seksi 220 dalam SPAP 2001, menyebutkan bahwa ”Dalam semua

hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental

harus dipertahankan oleh auditor”. Standar ini mengharuskan bahwa auditor

harus bersikap independen, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk

kepentingan umum. Dengan demikian auditor tidak dibenarkan untuk

memihak. Tanpa adanya independensi, auditor tidak berarti apa-apa.

Masyarakat tidak percaya akan hasil auditan dari auditor sehingga masyarakat

tidak akan meminta jasa pengauditan dari auditor. Atau dengan kata lain,

keberadaan auditor ditentukan oleh independensinya (Setyaningrum, 2010:35).

Berdasarkan ketentuan PSA (Pernyataan Standar Audit) No. 04 (SA

Seksi 220), di dalam standar ini mengharuskan auditor bersikap independen,

artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk

kepentingan umum, dalam hal ini dibedakan dengan auditor yang berpraktik

Page 24: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

8

sebagai auditor intern. Dengan demikian, ia tidak dibenarkan memihak kepada

kepentingan siapapun, sebab bagaimanapun sempurnanya keahlian teknis yang

ia miliki, ia akan kehilangan sikap tidak memihak yang justru sangat penting

untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya.

Setyaningrum (2010:43) menyatakan bahwa Hubungan antara

independensi auditor terhadap tanggung jawab auditor untuk mendeteksi

kecurangan dan kekeliruan laporan keuangan adalah ditinjau dari aspek – aspek

independensi yang berupa kejujuran dalam diri auditor dalam

mempertimbangkan berbagai fakta yang ditemuinya dalam auditnya. Aspek ini

disebut dengan independensi dalam kenyataan atau independence in fact,

artinya seorang auditor harus mengungkapkan tentang temuan apa yang

didapat dari Laporan keuangan yang disusun oleh manajemen apakah laporan

keuangan terjadi suatu kesalahan atau ketidakberesan sesuai dengan temuan

atau fakta yang ada. Independensi merupakan sikap mental yang harus

dipertahankan oleh auditor jadi dalam menilai kewajaran suatu laporan

keuangan seorang auditor tidak mudah dipengaruhi oleh pihak manapun.

Setyaningrum (2010:5) menyatakan bahwa dengan adanya

independensi, mereka mampu menarik kesimpulan dan memberikan opini yang

tidak memihak. Dan hal ini akan membawa pengaruh pada hasil laporan

keuangan auditan suatu perusahaan apakah laporan keuangan yang disajikan

suatu perusahaan menunjukkan informasi yang benar dan jujur.

Memberikan opini terhadap kewajaran sebuah laporan keuangan,

seorang auditor harus memiliki sikap skeptis untuk bisa memutuskan atau

Page 25: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

9

menentukan sejauh mana tingkat keakuratan dan kebenaran atas bukti-bukti

maupun informasi dari klien. Standar profesional akuntan publik

mendefinisikan skeptisisme profesional sebagai sikap auditor yang mencakup

pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis

terhadap bukti audit (IAI, 2001). Standar auditing tersebut mensyaratkan agar

auditor memiliki sikap skeptisisme profesional dalam mengevaluasi dan

mengumpulkan bukti audit terutama yang terkait dengan penugasan

mendeteksi kecurangan. Meskipun demikian, dalam kenyataannya seringkali

auditor tidak memiliki skeptisisme profesional dalam melakukan proses audit

(Khushasyandita, 2012:2).

Berdasarkan literatur psikologi dan auditing menunjukkan bahwa efek

dilusi dalam auditing bisa berkurang oleh auditor yang berpengalaman karena

struktur pengetahuan yang baik dari auditor yang berpengalaman menyebabkan

mereka mengabaikan informasi yang tidak relevan (Herman, 2009). Dengan

kata lain kompleksitas tugas yang dihadapi sebelumnya oleh seorang auditor

akan menambah pengalaman serta pengetahuannya. Pendapat ini didukung

oleh Herman (2009) yang menunjukkan bahwa auditor yang tidak

berpengalaman mempunyai tingkat kesalahan yang lebih signifikan

dibandingkan dengan auditor yang lebih berpengalaman.

Pengalaman yang lebih akan menghasilkan pengetahuan yang lebih.

Herman (2009) mengatakan bahwa peningkatan pengetahuan yang muncul dari

pelatihan formal sama bagusnya dengan yang didapat dari pengalaman khusus.

Oleh karena itu pengalaman kerja telah dipandang sebagai suatu faktor penting

Page 26: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

10

dalam memprediksi kinerja akuntan publik, sehingga pengalaman dimasukkan

sebagai salah satu persyaratan dalam memperoleh izin menjadi akuntan publik.

Hal ini sesuai dengan SK Menkeu No. 359/KMK.06/2003 tentang perubahan

atas Kep Menkeu No. 423/KMK.06/2002 tentang jasa akuntan publik (Depkeu,

2003:56).

Noviyanti (2007:2) menyatakan bahwa seorang auditor dalam

menjalankan penugasan audit di lapangan seharusnya tidak hanya sekedar

mengikuti prosedur audit yang tertera dalam program audit, tetapi juga harus

disertai dengan sikap skeptisme profesionalnya. Standar profesional akuntan

publik mendefinisikan skeptisme profesional sebagai sikap auditor yang

mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara

kritis terhadap bukti audit (IAI, 2001, SA seksi 230.06). Seorang auditor yang

skeptis, tidak akan menerima begitu saja penjelasan dari klien, tetapi akan

mengajukan pertanyaan untuk memperoleh alasan, bukti dan konfirmasi

mengenai obyek yang dipermasalahkan. Tanpa menerapkan skeptisme

profesional, auditor hanya akan menemukan salah saji yang disebabkan oleh

kekeliruan saja dan sulit untuk menemukan salah saji yang disebabkan oleh

kecurangan, karena kecurangan biasanya akan disembunyikan oleh pelakunya.

Penelitian yang dilakukan oleh SEC (Securities and Exchange

Commission) menemukan bahwa urutan ketiga dari penyebab kegagalan audit

adalah tingkat skeptisme profesional yang kurang memadai. Dari 40 kasus

audit yang diteliti SEC, 24 kasus (60%) diantaranya terjadi karena auditor tidak

Page 27: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

11

menerapkan tingkat skeptisme profesional yang memadai (Beasley, Carcello &

Hermanson, 2001 dalam Waluyo, 2011:2). Jadi rendahnya tingkat skeptisme

profesional dapat menyebabkan kegagalan dalam mendeteksi kecurangan.

Kegagalan ini selain merugikan kantor akuntan publik secara ekonomis, juga

menyebabkan hilangnya reputasi akuntan publik di mata masyarakat dan

hilangnya kepercayaan kreditor dan investor di pasar modal.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Noviyanti (2007)

menyimpulkan bahwa jika auditor diberi penaksiran risiko kecurangan yang

tinggi akan menunjukkan skeptisme profesional yang lebih tinggi dalam

mendeteksi kecurangan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Taufik (2008)

menyimpulkan bahwa pengalaman kerja dan pendidikan profesional secara

bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan mendeteksi

kecurangan (fraud).

Penelitian yang dilakukan oleh Herman (2009) yaitu meneliti tentang

pengaruh pengalaman dan skeptisme profesional auditor berpengaruh positif

terhadap pendeteksian kecurangan. Penelitian ini juga menunjukan bahwa

variabel skeptisme profesional auditor merupakan variabel yang paling

dominan berpengaruh terhadap pendeteksian kecurangan.

Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang telah

dilakukan Herman (2009). Peneliti tersebut menguji pengalaman dan

skeptisme profesional auditor dalam meningkatkan pendeteksian

kecurangan, serta menguji apakah terdapat pengaruh pengalaman dan

Page 28: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

12

skeptisme profesional auditor terhadap pendeteksian kecurangan. Terdapat

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya.

Penulis akan menambahkan satu variabel independen berupa

independensi. Penulis ingin mengetahui apakah pengalaman, independensi

dan skeptisme profesional auditor dapat mempengaruhi pendeteksian

kecurangan. Dalam suatu pelaksanaan audit banyak terjadi kecurangan yang

dilakukan auditor yang menyebabkan banyaknya kerugian yang terhadap

perusahaan yang diaudit, Kecurangan adalah salah saji atau hilangnya jumlah

atau pengungkapan dalam laporan keuangan yang disengaja (Ferdian dan

Na’im, 2006:6). Menurut Fahmi (2008:46) kecurangan merupakan suatu

tindakan yang dilakukan secara disengaja dan itu dilakukan untuk tujuan

pribadi atau orang lain, dan tindakan yang disengaja tersebut telah

menyebabkan kerugian bagi pihak tertentu atau instansi tertentu. Dengan

adanya kecurangan maka perlu adanya peningkatan pendeteksian kecurangan

dengan cara meningkatkan pengalaman, independensi dan skeptisme

profesional auditor. Dengan meningkatnya pendeteksian kecurangan dapat

mengurangi kecurangan - kecurangan yang terjadi dalam penyajian pelaporan

keuangan.

Berdasarkan pada uraian di atas, maka peneliti merasa tetarik untuk

meneliti pengaruh pengalaman, independensi dan skeptisme profesional

auditor terhadap pendeteksian kecurangan. Untuk itu penelitian ini diberi

judul: “Pengaruh Pengalaman, Independensi dan Skeptisme Profesional

Auditor terhadap Pendeteksian Kecurangan (Studi Empiris pada KAP

di Wilayah DKI Jakarta)”.

Page 29: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

13

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh pengalaman, indepedensi dan tindakan skeptisme

profesional auditor terhadap pendeteksian kecurangan ?

2. Variabel Independen (pengalaman, indepedensi dan skeptisme profesional

auditor) manakah yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap

pendekteksian kecurangan ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan

untuk memperoleh bukti atas hal-hal sebagai berikut:

a. Untuk menganalisis pengaruh pengalaman, independensi dan skeptisme

profesional auditor terhadap pendekteksian kecurangan.

b. Untuk menganalisis variabel independen (pengalaman, independensi dan

skeptisme profesional auditor) yang memiliki pengaruh paling dominan

terhadap pendekteksian kecurangan.

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi Kantor Akuntan Publik (KAP)

1) Memberikan bukti empiris mengenai ada tidaknya pengaruh antara

variabel pengalaman, indepedensi dan skeptisme profesional auditor

terhadap perilaku penghentian prematur prosedur audit.

Page 30: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

14

2) Memberikan masukan bagi Kantor Akuntan Publik untuk

mengevaluasi kebijakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi

kemungkinan terjadinya praktik kecurangan dalam proses audit.

3) Memberikan masukan bagi Kantor Akuntan Publik untuk mengevalusi

keahlian dan sikap personal auditor serta peningkatan kualitas laporan

audit yang telah ditetapkan.

4) Bagi Ikatan Akuntan Indonesia, hasil penelitian ini menunjukkan

pentingnya sikap pengalaman, indepedensi dan skeptisme profesional

yang dapat digunakan auditor dalam mencegah kecurangan-

kecurangan yang terjadi dalam proses audit laporan keuangan.

b. Bagi Auditor

Dalam hal ini memberikan masukan kepada auditor dalam hal

meningkatkan kemampuan auditor dalam menggunakan pertimbangan

profesionalismenya dengan mempertimbangkan berbagai hal yang

berpengaruh terhadap perilaku atau sikap auditor yaitu sikap pengalaman,

independensi dan skeptisme profesional yang dimiliki oleh auditor

terhadap tanggung jawab auditor yaitu kemampuan auditor dalam

mendeteksi sejauh mana Laporan Keuangan yang disajikan menunjukkan

informasi yang benar dan jujur.

c. Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI)

Menambah pengetahuan auditor mengenai pengaruh faktor situasional

pada saat melakukan audit dan faktor karakteristik personal auditor

terhadap pendekteksian kecurangan yang terjadi, sehingga dapat

Page 31: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

15

dijadikan sebagai acuan akan pentingnya prosedur audit yang

ditetapkan dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) untuk

meningkatkan kualitas audit dan sebagai pedoman bagi auditor untuk

tetap memelihara profesionalisme dan indepedensi.

d. Pemakai Laporan Keuangan yang telah diaudit (klien)

Melalui peningkatan kualitas audit secara berkesinambungan, klien

dapat mengambil keputusan yang tepat berdasarkan laporan keuangan

klien yang berkualitas, handal dan dapat dipercaya yang telah

dihasilkan oleh auditor.

e. Bagi Akademik

Memberi masukan dan menambah wawasan mengenai apa saja yang

melatarbelakangi sikap pendeteksian kecurangan audit serta Dapat

dijadikan referensi bagi para peneliti yang akan melakukan penelitian

lebih lanjut berkaitan dengan masalah ini.

Page 32: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Atas Audit

1. Standar Auditing

Standar Auditing merupakan pedoman untuk membantu auditor

dalam memenuhi tanggung jawab profesinya untuk melakukan audit atas

laporan keuangan. Standar audit mencerminkan ukuran mutu pekerjaan

audit laporan keuangan. Menurut standar audit referensi Standar Profesional

Akuntan Publik (SPAP), terdiri atas sepuluh standar, dan terbagi dalam tiga

kelompok yaitu (Arens, 2010:42):

a. Standar Umum

1) Keahlian dan kompetensi teknis yang memadai

2) Sikap mental yang independen

3) Kemahiran profesional dengan cermat dan seksama

b. Standar Pekerjaan Lapangan

Merupakan pedoman auditor dalam melaksanankan prosedur

audit. Standar pekerjaan lapangan antara lain:

1) Perencanaan dan Supervisi Audit

a) Perencanaan

Merupakan pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan

lingkup audit yang diharapkan, yang meliputi penentuan: (i) Sifat,

luas, dan pelaksanaan audit. (ii) Program audit

Page 33: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

17

b) Supervisi

Mencakup pengarahan usaha asisten dalam mencapai tujuan audit

atau penentuan apakah tujuan tersebut tercapai. Unsur supervisi

adalah:

(1) Memberikan instruksi kepada asisten.

(2) Menjaga informasi masalah-masalah penting yang dijumpai

dalam audit.

(3) Mereview pekerjaan yang dilaksanakan.

(4) Menyelesaikan perbedaan pendapat diantara staf audit kantor

akuntan.

(5) Pemahaman memadai atas pengendalian intern, auditor harus

memperoleh pemahaman tentang pengendalian intern yang

memadai untuk merencanakan audit, menentukan sifat, saat

dan ruang lingkup pengujian dengan melaksanakan prosedur

untuk memahami desain pengendalian yang relevan dengan

audit atas laporan keuangan, dan apakah pengendalian intern

tersebut dioperasikan.

(6) Bukti kompeten yang cukup, bukti audit kompeten yang cukup

harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan

keterangan dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk

menyatakan pendapat atas laporan keuangan.

Page 34: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

18

c. Standar Pelaporan

1) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah

disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di

indonesia.

2) Laporan auditor harus menunjukkan dan menyatakan, jika ada

ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan

laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan

prinsip tersebut dalam periode sebelumnya.

3) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang

memadai kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.

4) Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai

laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa

pernyataan demikian tidak dapat diberikan, maka alasannya harus

dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan

keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas

mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan

tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.

Berdasaran uraian di atas dapat dikatakan bahwa standar auditing

berkenaan dengan kriteria atau ukuran mutu pelaksanaan audit serta tujuan

yang akan dicapai. Dan secara spesifik standar auditing dikelompokkan

menjadi 3, yaitu standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar

pelaporan. Standar umum mencakup keahlian, sikap mental independen

seorang auditor, dan kemahiran profesional kinerja seorang auditor, dengan

Page 35: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

19

standar lapangan yang mencakup Perencanaan dan supervisi audit dan bukti

kompeten yang cukup, serta standar pelaporan yang berkaitan dengan

pengaturan penyajian laporan hasil audit.

2. Tujuan Audit

Tujuan umum audit adalah untuk menyatakan pendapat atas

kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha

serta arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Untuk

mencapai tujuan ini auditor perlu menghimpun bukti kompeten yang cukup,

auditor perlu mengidentifikasikan dan menyusun sejumlah tujuan audit

spesifik untuk setiap akun laporan keuangan. Tujuan audit spesifik

ditentukan berdasar asersi yang dibuat oleh manajemen yang tercantum

dalam laporan keuangan. Laporan keuangan meliputi asersi manajemen

yang bersifat eksplisit maupun implisit. Asersi dapat diklasifikasikan

sebagai berikut (Halim, 2008:147):

a. Keberadaan atau keterjadian (existence or occurance)

b. Kelengkapan (completeness)

c. Hak dan kewajiban (right and obligation)

d. Penilaian atau pengalokasian (valuation or allocation)

e. Penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure)

Page 36: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

20

3. Klasifikasi Auditor

Auditor adalah seorang yang memiliki keahlian dalam

mengumpulkan dan dan menafsirkan bukti pemeriksaan. Untuk menilai

kewajaran hasil operasi, arus kas, dan asersi laporan keuangan berdasarkan

kriteria yang telah ditetapkan yaitu prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Pelaksanaan pemeriksaan tersebut dilakukan berdasarkan Standar

Profesional Akuntan Publik (SPAP). (Pia, 2009:43).

Orang atau kelompok orang yang melaksanakan audit dapat

dikelompokan menjadi tiga golongan yaitu audit independen, auditor

pemerintah, dan auditor internal (Mulyadi, 2002:58).

a. Auditor Independen

Auditor independen adalah auditor profesional yang menyediakan

jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas

laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya. Audit tersebut terutama

ditujukan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai informasi keuangan

seperti: kreditur, investor, calon kreditur, dan instansi pemerintah

(terutama instansi pajak).

Untuk berpraktik sebagai auditor independen, seseorang harus

memenuhi persyaratan pendidikan dan pengalaman kerja tertentu.

Auditor independen harus telah lulus dari jurusan akuntansi fakultas

ekonomi atau mempunyai ijazah yang disamakan, telah mendapat gelar

akuntan dari Panitia Ahli Pertimbangan Persamaan Ijazah Akuntan, dan

mendapat izin praktik dari Menteri Keuangan.

Page 37: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

21

b. Auditor Pemerintah

Auditor pemerintah adalah auditor profesional yang bekerja di

instansi pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit atas

pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi

atau entitas pemerintahan, atau pertanggungjawaban keuangan yang

ditujukan kepada pemerintah. Meskipun terdapat banyak auditor yang

bekerja di instansi pemerintah, namun umumnya yang disebut auditor

pemerintah adalah auditor yang bekerja di Badan Pengawasan Keuangan

dan Pembangunan (BPKP) dan badan Pemeriksa Keuangan (BPK), serta

instansi pajak.

c. Auditor internal

Auditor internal adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan

(perusahaan negara maupun perusahaan swasta) yang tugas pokoknya

adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh

manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya

penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan

efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan

informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi.

4. Risiko Audit

Risiko audit adalah risiko bahwa auditor tanpa sadar tidak

melakukan modifikasi pendapat sebagaimana mestinya atas laporan

keuangan yang mengandung salah saji. Laporan audit standar menjelaskan

bahwa audit dirancang untuk memperoleh keyakinan yang memadai bukan

Page 38: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

22

absolut bahwa laporan keuangan telah bebas dari salah saji yang material.

Karena audit tidak menjamin bahwa laporan keuangan telah bebas dari salah

saji yang material, maka terdapat beberapa derajat risiko bahwa laporan

keuangan mengandung salah saji yang tidak terdeteksi oleh auditor.

Para auditor menguraikan risiko audit sebagai suatu fungsi dari tiga

komponen yaitu (1) risiko bawaan (2) risiko pengendalian (3) risiko deteksi

(Boynton, 2003:204):

a. Risiko Bawaan

Risiko bawaan (inherent risk) kerentanan suatu asersi terhadap

kemungkinan salah saji yang material, dengan asumsi tidak terdapat

pengendalian internal yang terkait (Boynton, 2003:204).

b. Risiko Pengendalian

Risiko Pengendalian (control risk) adalah risiko terjadinya salah

saji yang material dalam suatu asersi yang tidak akan dapat dicegah atau

dideteksi secara tepat waktu oleh struktur pengendalian intern entitas

(Boynton, 2003:205).

c. Risiko Deteksi

Risiko Deteksi (detection risk) adalah risiko yang timbul karena

auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material yang terdapat dalam

suatu asersi (Boynton, 2003:205).

Page 39: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

23

B. Pengalaman Auditor

Kusumastuti (2008:56) menyatakan bahwa pengalaman adalah

keseluruhan perjalanan yang di petik oleh seseorang dari peristiwa-peristiwa

yang di alami dalam perjalanan hidupnya. Pengalaman berdasarkan lama

bekerja merupakan pengalaman auditor yang dihitung berdasarkan suatu waktu

atau tahun. Sehingga auditor yang telah lama bekerja sebagai auditor dapat

dikatakan berpengalaman. Karena semakin lama bekerja menjadi auditor, maka

akan dapat menambah dan memperluas pengetahuan auditor dibidang

akuntansi dan dibidang auditing.

Pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan pertambahan

perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun

non formal atau bisa diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang

kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Suatu pembelajaran juga

mencakup perubahaan yang relatif tepat dari perilaku yang diakibatkan

pengalaman, pemahaman dan praktek. (Asih, 2006:12).

Sukriah, dkk (2009:4) menyimpulkan bahwa semakin banyak

pengalaman kerja seorang auditor maka semakin meningkat kualitas hasil

pemeriksaan yang dilakukan. Seseorang yang melakukan pekerjaan sesuai

dengan pengetahuan yang dimilikinya akan memberikan hasil yang baik

daripada mereka yang tidak memiliki pengetahuan yang cukup dalam

menjalankan tugasnya. Kenyataan menunjukkan bahwa semakin lama

seseorang bekerja maka, semakin banyak pengalaman yang dimiliki pekerja

tersebut.Sebaliknya, semakin singkat masa kerja berarti semakin sedikit

Page 40: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

24

pengalaman yang diperolehnya. Pengalaman bekerja memiliki keahlian dan

keterampilan kerja yang cukup namun sebaliknya, keterbatasan kerja

mengakibatkan tingkat keterampilan dan keahlian yang dimiliki semakin

rendah. Kebiasaan untuk melakukan tugas dan pekerjaan sejenis merupakan

sarana positif untuk meningkatkan keahlian tenaga kerja.

Indri (2005:24) memberikan kesimpulan bahwa seorang yang memiliki

pengalaman kerja yang tinggi akan memiliki keunggulan dalam beberapa hal

diantaranya; 1). Mendeteksi kesalahan, 2). Memahami kesalahan, dan 3).

Mencari penyebab munculnya kesalahan. Keunggulan tersebut bermanfaat bagi

pengembangan keahlian. Berbagai macam pengalaman yang dimiliki individu

akan mempengaruhi pelaksanakan suatu tugas. Seseorang yang berpengalaman

memiliki cara berpikir yang lebih terperinci, lengkap dan sophisticated

dibandingkan seseorang yang belum berpengalaman.

Selain itu, beberapa badan menghubungkan antara pengalaman dan

profesionalitas sebagai hal yang sangat penting di dalam menjalankan profesi

akuntan publik. AICPA AU section 100-110 mengkaitkan profesional dan

pengalaman dalam kinerja auditor:

“The professional qualifications required of the independend auditor

are those of person with the education and experience to practice as

such. They do not include those of person trained for qualified to

engage in another profession or accupation”.

Page 41: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

25

Menurut The Institute of Chartered Account in Australia (1997:28):

“Membership of profession means commitment to asset of value that

serve to define that professional as specific “moral community”. Tobe a

good accountant one not only needs to have insight into one’s

profession, but to have accepted and internalized those values.

Professional value clarification is an activity both of individual

accountants, in identifying and gaining critical insight into the

meaning and application of those values, and activity of professional it

self ”.

Menurut Taufik (2008:72), memperlihatkan bahwa seseorang dengan

lebih banyak pengalaman dalam suatu bidang memiliki lebih banyak hal yang

tersimpan dalam ingatannya dan dapat mengembangkan suatu pemahaman

yang baik mengenai peristiwa-peristiwa. Maka dengan adanya pengalaman

kerja yang semakin lama diharapkan auditor dapat semakin baik dalam

pendeteksian kecurangan yang terjadi dalam perusahaan klien. Dengan

bertambahnya pengalaman auditing, jumlah kecurangan yang diketahui oleh

auditor diharapkan akan bertambah. Pada saat yang sama, hal ini menjadi

lebih mudah untuk membedakan hal-hal yang termasuk dalam kategori yang

berbeda. Bertambahnya pengalaman menghasilkan struktur kategori yang

lebih tepat (akurat) dan lebih komplek. Oleh karena itu, konsep kecurangan

yang dimiliki auditor kemungkinan menjadi lebih dapat ditegaskan dan

kemampuan untuk menentukan apakah kecurangan tertentu yang terjadi pada

suatu siklus transaksi tertentu kemungkinan akan meningkat dengan

bertambahnya pengalaman. Perubahan-perubahan dalam pengetahuan auditor

berkenaan dengan kecurangan kemungkinan terjadi bersama perubahan

pengalaman.

Menurut Herliansyah (2006:5), mengungkapkan bahwa akuntan

pemeriksa yang berpengalaman membuat judgment lebih baik dalam tugas-

Page 42: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

26

tugas profesional ketimbang akuntan pemeriksa yang belum berpengalaman.

Hal ini dipertegas oleh Herliansyah (2006:5) yang menemukan bahwa

pengalaman audit yang dipunyai auditor ikut berperan dalam menentukan

pertimbangan yang diambil.

Pengalaman kerja seseorang menunjukkan jenis-jenis pekerjaan yang

pernah dilakukan seseorang dan memberikan peluang yang besar bagi

seseorang untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik. Semakin luas

pengalaman kerja seseorang, semakin trampil melakukan pekerjaan dan

semakin sempurna pola berpikir dan sikap dalam bertindak untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan (Puspaningsih, 2004).

Pengalaman kerja dapat memperdalam dan memperluas kemampuan

kerja. Semakin sering seseorang melakukan pekerjaan yang sama, semakin

terampil dan semakin cepat dia menyelesaikan pekerjaan tersebut. Semakin

banyak macam pekerjaan yang dilakukan seseorang, pengalaman kerjanya

semakin kaya dan luas, dan memungkinkan peningkatan kinerja (Simanjutak,

2005:26).

Seperti dikatakan Asih (2006:13) bahwa peningkatan pengetahuan

yang muncul dari penambahan pelatihan formal sama bagusnya dengan yang

didapat dari pengalaman khusus dalam rangka memenuhi persyaratan sebagai

seorang professional. Auditor harus menjalani pelatihan yang cukup. Pelatihan

disini dapat berupa kegiatan-kegiatan seperi seminar, simposium, lokakarya,

dan kegiatan penunjang ketrampilan lainnya. Selain kegiatan-kegiatan

tersebut, pengarahan yang diberikan oleh auditor senior kepada auditor

pemula (junior) juga bisa dianggap sebagai salah satu bentuk pelatihan karena

Page 43: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

27

kegiatan ini dapat meningkatkan kerja auditor, melalui program pelatihan dan

praktek-praktek audit yang dilakukan para auditor juga mengalami proses

sosialisasi agar dapat menyesuaikan diri dengan perubahan situasi yang akan

ia temui, struktur pengetahuan auditor yang berkenaan dengan kekeliruan

mungkin akan berkembang dengan adanya program pelatihan auditor ataupun

dengan bertambahnya pengalaman auditor.

Pengalaman yang lebih akan menghasilkan pengetahuan yang lebih

(Asih, 2006:56). Seseorang yang melakukan pekerjaan sesuai pengetahuan

yang dimilikinya akan memberikan hasil yang lebih baik daripada mereka

yang tidak mempunyai pengetahuan cukup akan tugasnya. Kenyataan

menunjukkan semakin lama seseorang bekerja maka, semakin banyak

pengalaman kerja yang dimiliki oleh pekerja tersebut. Sebaliknya, semakin

singkat masa kerja seseorang biasanya semakin sedikit pula pengalaman yang

diperolehnya. Pengalaman bekerja memberikan keahlian dan ketrampilan

dalam kerja sedangkan, keterbatasan pengalaman kerja mengakibatkan tingkat

ketrampilan dan keahlian yang dimiliki semakin rendah. Ini biasanya terbukti

dari kesalahan yang dilakukan dalam bekerja dan hasil kerja yang belum

maksimal.

Asih (2006:22) memberikan bukti empiris bahwa dampak auditor akan

signifikan ketika kompleksitas tugas dipertimbangkan. Pengalaman akan

berpengaruh signifikan ketika tugas yang dilakukan semakin kompleks.

Seorang yang memiliki pengetahuan tentang kompleksitas tugas akan lebih

ahli dalam melaksanakan tugas-tugas pemeriksaan, sehingga memperkecil

Page 44: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

28

tingkat kesalahan, kekeliruan, ketidakberesan, dan pelanggaran dalam

melaksanakan tugas.

Tentang dampak pengalaman dalam kompleksitas tugas, tugas spesifik

dan gaya pengambilan keputusan, memberikan kesimpulan bahwa

kompleksitas tugas merupakan faktor terpenting yang harus dipertimbangkan

dalam pertambahan pengalaman. Auditor junior biasanya memperoleh

pengetahuan dan pengalamannya terbatas dari buku teks sedangkan auditor

senior mengembangkan pengetahuan dan pengalaman lewat pelatihan dan

pengembangan lebih lanjut dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan (Asih,

2006:22).

C. Independensi

Independen berarti akuntan publik tidak mudah dipengaruhi. Akuntan

Publik tidak dibenarkan memihak kepentingan siapapun. Akuntan Publik

berkewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik

perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang meletakkan

kepercayaan atas pekerjaan akuntan publik. Setyaningrum (2010:34).

Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak

dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi

juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan

fakta dan adanya pertimbangan yang obyektif tidak memihak dalam diri

auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya (Mulyadi, 2002:26-

27).

Page 45: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

29

Sawyer (2006:35) membagi 3 mengenai independensi, yaitu:

independensi dalam verifikasi, independensi dalam program audit, dan

independensi dalam pelaporan yang dapat diperuntukkan bagi akuntan publik

atau auditor eksternal, tetapi konsep yang sama dapat diterapkan untuk auditor

internal dalam bersikap objektif. Independensi dalam hal ini adalah

independensi dalam pelaporan dimana menurut Sawyer (2006:36)

independensi dalam pelaporan menjadikan auditor internal: harus bebas dari

perasaan untuk memodifikasi dampak dari fakta-fakta, harus bebas dari

hambatan oleh pihak-pihak yang ingin meniadakan auditor dalam memberikan

pertimbangan.

Independensi akuntan publik dapat dibagi ke dalam 3 aspek; 1)

Program Independen, yaitu Laporan audit akan mempunyai sedikit nilai jika

didukung oleh suatu penyelidikan secara seksama. Suatu penyelidikan sesama

mungkin tidak akan diminati oleh direktur. Sekalipun mereka tidak mempunyai

apapun untuk disembunyikan, para direktur dapat mengurangi fee audit atau

menerbitkan laporan keuangan dengan cepat setelah tahun berakhir dan hal

seperti itu mungkin saja terjadi, 2) Independen investigasi (verifikasi), yaitu

program independen melindungi kemampuan auditor untuk memilih strategi

yang paling sesduai untuk hasil audit mereka dalam bekerja. Sedangkan

investigasi independen melindungi cara dimana mereka menerapkan strategi

ini. Auditor mempunyai pertanyaan bisnis perusahaan atau perlakuan

akuntansi, transaksinya harus dijawab, 3) Laporan Independen, yaitu Jika para

direktur berusaha untuk menyesatkan pemegang saham dengan

memberitahukan informasi akuntansi yang salah atau tidak sempurna, mereka

Page 46: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

30

pasti mencegah auditor dari perbuatannya terhadap publik. Ketika independen

auditor menjadi rumit, tentu banyak kesalah pahaman terjadi dalam hubungan

seperti penafsiran siatu standar akuntansi atau suatu perkiraan atau seperti

suatu ketetapan untuk hutang yang tidak terbayar (suryaningtiyas, 2007:37).

Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa independensi

mempunyai tiga buah pengertian bila dihubungkan dengan akuntan publik

(Setyaningrum, 2010:34).

1. Dalam berbagai hal, independensi berarti kejujuran, integritas, obyektifitas

dan tanggung jawab.

2. Dalam hal yang lebih sempit, bila dihubungkan dengan pemeriksaan

akuntansi sehubungan dengan mengeluarkan pendapat atas laporan

keuangan, maka independensi berarti menghindari berbagai hubungan yang

memungkinkan (sekaligus tanpa sadar) merusak obyektif akuntan publik.

3. Independensi berarti menghindari hubungan yang dapat menimbulkan kesan

seseorang pemeriksa mempunyai suatu konflik kepentingan.

Independensi merupakan salah satu ciri paling penting yang dimiliki

oleh profesi akuntan publik. Karena banyak pihak yang menggantungkan

kepercayaannya kepada kebenaran laporan keuangan berdasarkan laporan

auditor yang dibuat oleh akuntan publik. Sekalipun akuntan publik ahli, apabila

tidak mempunyai sikap independensi dalam mengumpulkan informasi akan

tidak berguna, sebab informasi yang digunakan untuk mengambil keputusan

haruslah tidak bisa. Akuntan publik harus bersikap indpenden jika

melaksanakan praktik publik (public pratice). Pratik publik adalah aktivitas

profesi akuntan publik yang mempengaruhi publik (Suryaningtias, 2007:35).

Page 47: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

31

Indepedensi akuntan publik merupakan salah satu karakter yang sangat

penting untuk profesi akuntan publik dalam melaksanakan pemeriksaan

terhadap kliennya. Dalam melaksanakan pemeriksaaan, akuntan publik

memperoleh kepercayaan dari klien dan para pemakai laporan keuangan untuk

membuktikan kewajaran laporan keuangan yang disusun dan disajikan oleh

klien. Klien dapat mempunyai kepentingan yang berbeda, bahkan mungkin

bertentangan dengan kepentingan para pemakai laporan keuangan. Demikian

pula, kepentingan pemakai laporan keuangan yang satu mungkin berbeda

dengan pemakai yang lainnya. Oleh karena itu dalam memberikan pendapat

mengenai kewajaran laporan keuangan yang diperiksa, akuntan publik harus

bersikap independen terhadap kepentingan klien, pemakai laporan keuangan,

maupun terhadap kepentingan akuntan publik itu sendiri (Manggala, dkk.

2007:124).

D. Skeptisme Profesional Auditor

Skeptisme profesional auditor merupakan sikap (attitude) auditor dalam

melakukan penugasan audit dimana sikap ini mencakup pikiran yang selalu

mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit.

Karena bukti audit dikumpulkan dan dinilai selama proses audit, maka

skeptisme profesional harus digunakan selama proses audit, maka skeptisme

profesional harus digunakan selama proses tersebut (IAI. 2001, SA seksi 230;

AICPA, 2002, AU 230). Skeptisme merupakan manifestasi dan obyektivitas.

Skeptisme tidak berarti bersikap sinis, terlalu banyak mengkritik atau

melakukan penghinaan. Auditor yang memiliki skeptisme profesional yang

Page 48: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

32

memadai akan berhubungan dengan pertanyaan-pertanyaan berikut : (1) Apa

yang perlu saya ketahui?, (2) Bagaimana caranya saya bisa mendapat informasi

tersebut dengan baik?, (3) Apakah informasi yang saya peroleh masuk akal?.

Skeptisme profesional auditor akan mengarahkannya untuk menanyakan setiap

isyarat yang menunjukkan kemungkinan terjadinya (Waluyo, 2008:24).

Waluyo (2008:7) menyatakan bahwa Auditor menerapkan sikap

skeptisme profesional pada saat mengajukan pertanyaan dan menjalankan

prosedur audit, dengan tidak cepat puas dengan bukti audit yang kurang

persuaive yang hanya didasarkan pada kepercayaan bahwa manajemen dan

pihak terkait selalu memiliki pikiran kritis, professional, bersikap jujur dan

mempunyai sikap percaya diri (IFAC, 2004, ISA 240.23-25). Dalam ISA No.

200, dikatakan bahwa sikap skeptisme profesional berarti auditor membuat

penaksiran yang kritis (critical assessment), dengan pikiran yang selallu

mempertanyakan (questioning mind) terhadap validitas dan bukti audit yang

diperoleh, waspada terhadap bukti audit yang bersifat kontrakdiksi atau

menimbulkan pertanyaan sehubungan dengan realiabilitas dan dokumen, dan

memberikan tanggapan terhadap pertanyaan-pertanyaan dan informasi lain

yang diperoleh dan manajemen dan pihak yang terkait (IFAC, 2004).

Skeptisme profesional dalam penelitian ini menggunakan definisi yang

digunakan oleh standar profesional akuntan publik di Indonesia yaitu sebagai

sikap auditor yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan

melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit (IAI, 2000, SA seksi

230.06: AICPA, 2002, AU 230.07).

Page 49: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

33

Skeptisme profesional auditor adalah suatu sikap (attitude) dalam

melakukan penugasan audit. Maka hal pertama yang akan dibahas adalah

mengenai sikap manusia. Noviyanti (2007:7) mendefinisikan sikap sebagai” a

psychological tendency that is expressed by evaluating a particular entity with

some degree of favor or disfavor”. Hal tersebut tidak berbeda jauh dari pakar

psikologi lain yang juga mendefinisikan sikap sebagai tanggapan atau respon

seseorang yang merupakan hasil evaluasi terhadap obyek yang ditangkapnya

seperti orang, obyek, ide, atau situasi tertentu. Tanggapan ini dapat berupa

perasaan menyukai (favorable) atau perasaan tidak menyukai (unfavorable),

dapat juga berupa derajat afek positif atau derajat afek negatif (Noviyanti,

2007:5).

Noviyanti (2007:10) mengatakan bahwa skeptisme profesional auditor

dipengaruhi oleh faktor sosial (Kepercayaan), faktor psikologikal (penaksiran

risiko kecurangan) dan faktor personal (kepribadian).

1. Kepercayaan (Trust)

Auditor independen yang melakukan audit di lapangan akan

melakukan interaksi sosial dengan klien, manajemen dan staf klien.

Interaksi sosial ini akan menimbulkan trust (kepercayaan) dari auditor

terhadap klien. Model teoritis yang dikembangkan oleh Kopp dkk., (2003)

dalam Noviyanti (2007:10) menyatakan bahwa kepercayaan (trust) dalam

hubungan auditor-klien akan mempengaruhi skeptisme profesional. Tingkat

kepercayaan auditor yang rendah terhadap klien akan meningkatkan sikap

skeptisme auditor, sedangkan tingkat kepercayaan auditor yang terlalu

tinggi akan menurunkan sikap skeptisme profesionalnya.

Page 50: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

34

2. Penaksiran Risiko Kecurangan (fraud risk assessment)

Noviyanti (2007:11) membuktikan bahwa skeptisme profesional

auditor dipengaruhi oleh fraud risk assessment (penaksiran risiko

kecurangan) yang diberikan oleh atasan auditor (auditor in charge) sebagai

pedoman dalam melakukan audit di lapangan. Auditor yang diberi

penaksiran risiko kecurangan yang rendah menjadi kurang skeptis

dibandingkan dengan auditor yang diberi penaksiran risiko kecurangan yang

tinggi.

3. Kepribadian (Personality)

Tipe kepribadian seseorang diduga juga mempengaruhi sikap

skeptisme profesionalnya. Noviyanti (2007:12) mengakui bahwa sikap

mempunyai dasar genetik. Sikap yang mempunyai dasar genetik cenderung

lebih kuat dibandingkan dengan sikap yang tidak mempunyai dasar genetik.

Jadi dapat dikatakan bahwa perbedaan kepribadian individual menjadi dasar

dari sikap seseorang termasuk sikap skeptisme profesionalnya. Kepribadian

(Personality) didefinisikan sebagai karakteristik dan kecenderungan

seseorang yang bersifat konsisten yang menentukan perilaku psikologi

seseorang seperti cara berpikir, berperasaan, dan bertindak.

Dalam melaksanakan tugas audit sangat diperlukan pemberian opini

akuntan yang sesuai dengan kriteria - kriteria yang ditetapkan dalam SPAP

agar hasil audit tidak menyesatkan pihak-pihak yang berkepentingan.

Pemberian opini akuntan harus didukung oleh bukti kompeten yang cukup.

Dalam mengumpulkan bukti audit, auditor harus senantiasa menggunakan

Page 51: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

35

skeptisme profesionalnya (SPAP. SA seksi 230), yaitu sikap yang mencakup

pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis

terhadap bukti audit agar diperoleh bukti-bukti yang meyakinkan sebagai

dasar dalam pemberian opini akuntan (Suraida, 2005:6)

E. Pendeteksian Kecurangan

Dalam Standar Auditing (SA) seksi 316 – Pertimbangan atas

Kecurangan Dalam Audit Laporan Keuangan – (PSA No. 70) menyebutkan

ada dua tipe salah saji yang relevan dengan pertimbangan auditor tentang

kecurangan dalam audit atas Laporan Keuangan:

a. Salah saji yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan adalah

salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan

dalam laporan keuangan untuk mengelabuhi pemakai laporan keuangan.

Kecurangan dalam laporan keuangan dapat menyangkut tindakan seperti:

(a) manipulasi, pemalsuan, atau perubahan catatan akuntansi atau dokumen

pendukungnya yang menjadi sumber data bagi penyajian laporan keuangan

(b) representasi yang salah dalam atau penghilangan dari laporan keuangan

peristiwa, transaksi, atau informasi signifikan (c) salah penerapan secara

sengaja prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah, klasifikasi, cara

penyajian atau pengungkapan.

b. Salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva

(seringkali disebut dengan penyalahgunaan atau penggelapan) berkaitan

dengan pencurian aktiva entitas yang berakibat laporan keuangan tidak

disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

Page 52: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

36

Perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva entitas dapat dilakukan dengan

berbagai cara termasuk penggelapan tanda terima barang/uang, pencurian

aktiva, atau tindakan yang menyebabkan entitas membayar harga barang

atau jasa yang tidak diterima oleh entitas. Perlakuan tidak semestinya

terhadap aktiva dapat disertai dengan catatan atau dokumen palsu atau yang

menyesatkan dan dapat menyangkut satu atau lebih individu diantara

manajemen, karyawan, atau pihak ketiga.

Deteksi kecurangan mencakup identifikasi indikator-indikator

kecurangan (fraud indicators) yang memerlukan tindaklanjut auditor untuk

melakukan investigasi. Ramaraya (2008:4) menyatakan bahwa pendeteksian

kecurangan bukan merupakan tugas yang mudah dilaksanakan oleh auditor.

Atas literatur yang tersedia, dapat dipetakan empat faktor yang teridentifikasi

yang menjadikan pendeteksian kecurangan menjadi sulit dilakukan sehingga

auditor gagal dalam usaha mendeteksi. Faktor-faktor penyebab tersebut adalah:

1. Karakteristik terjadinya kecurangan

2. Memahami Standar pengauditan mengenai pendeteksian kecurangan

3. Lingkungan pekerjaan audit yang mengurangi kualitas audit

4. Metode dan prosedur audit yang tidak efektif dalam pendeteksian

kecurangan.

Identifikasi atas faktor-faktor penyebab, menjadi dasar untuk kita

memahami kesulitan dan hambatan auditor menjalankan tugasnya dalam

mendeteksi kecurangan. Meski demikian faktor-faktor itu tidaklah menjadi

alasan untuk menghindarkan upaya pendeteksian kecurangan yang lebih baik.

Page 53: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

37

Ferdian, dkk (2006:2) manyatakan bahwa beberapa ahli pengauditan

telah mendokumentasikan jenis-jenis kekeliruan dan kecurangan dalam laporan

keuangan yang terjadi di lingkungan audit. Mereka mencoba untuk

menghubungkannya dengan peristiwa dan deteksi yang dilakukan. Dalam

banyak penelitian, kekeliruan dan kecurangan umum pada laporan keuangan

dikodifikasi melalui tujuan audit yang terlanggar atau siklus transaksi yang

terkait.

Kecurangan (fraud) perlu dibedakan dengan kekeliruan (error).

Kekeliruan dapat dideskripsikan sebagai ”unintentional mistakes” (kesalahan

yang tidak disengaja). Kekeliruan dapat terjadi pada setiap tahap dalam

pengelolaan transaksi, dari terjadinya transaksi, pendokumentasian, pencatatan,

pengikhtisaran hingga proses menghasilkan laporan keuangan (Herman,

2009:26).

Pada dasarnya terdapat dua tipe kecurangan, yaitu eksternal dan

internal. Kecurangan eksternal adalah kecurangan yang dilakukan oleh pihak

luar terhadap suatu perusahaan/entitas, seperti kecurangan yang dilakukan

pelanggan terhadap usaha; wajib pajak terhadap pemerintah. Kecurangan

internal adalah tindakan tidak legal dari karyawan, manajer dan eksekutif

terhadap perusahaan tempat ia bekerja (Amrizal, 2004:2).

Kecurangan adalah salah saji atau hilangnya jumlah atau pengungkapan

dalam laporan keuangan yang disengaja (Ferdian, dkk, 2006:6). Menurut

Fahmi (2008:28) kecurangan merupakan suatu tindakan yang dilakukan secara

disengaja dan itu dilakukan untuk tujuan pribadi atau orang lain, dan tindakan

Page 54: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

38

yang disengaja tersebut telah menyebabkan kerugian bagi pihak tertentu atau

instansi tertentu. Kekeliruan dan kecurangan dibedakan melalui apakah

tindakan yang mendasarinya dan berakibat pada terjadinya salah saji dalam

laporan keuangan berupa tindakan yang disengaja atau tidak disengaja.

Kecurangan (irregularities) meliputi:

1. Manipulasi, pemalsuan atau mengubah catatan akuntansi atau dokumen

pendukung dari laporan keuangan yang disajikan.

2. Salah interpretasi atau penghilangan keterangan atas suatu kejadian,

transaksi atau informasi lain yang signifikan.

3. Salah penerapan yang disengaja atas prinsip-prinsip akuntansi yang

berhubungan dengan jumlah tertentu, klasifikasi dan penyajian serta

pengungkapan.

Auditor terutama tertarik pada pencegahan, deteksi, dan pengungkapan

kesalahan-kesalahan karena alasan-lasan berikut:

1. Eksistensi kesalahan dapat menunjukan pada auditor bahwa catatan

akuntansi kliennya tidak dipercaya dan dengan demikian tidak memadai

sebagai suatu dasar untuk penyusunan laporan keuangan. Adanya sejumlah

besar kesalahan mengakibatkan auditor dapat menyimpulkan bahwa telah

dilakukan pencatatan akuntansi yang tidak benar.

2. Apabila auditor ingin mempercayai pengendalian interen, auditor harus

memastikan dan menilai pengendalian tersebut dan melakukan pengujian

ketaatan (complience test) atas operasi. Apabila pengujian ketaatan

Page 55: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

39

menunjukkan sejumlah besar kesalahan, maka auditor tidak dapat

mempercayai pengendalian interen kliennya.

3. Apabila kesalahan cukup material, kesalahan tersebut dapat mempengaruhi

kebenaran (truth) dan kewajaran (fairness) laporan keuangan.

Secara umum penyebab terjadinya kecurangan diakibatkan oleh faktor

utama (faktor internal atau dari diri orang yang bersangkutan) dan faktor

sekunder atau faktor eksternal. Penyebab utama (internal) terjadinya

kecurangan, antara lain adalah:

1. Penyembunyian (concealment). Kesempatan yang ada tidak terdeteksi oleh

pengendalian internal perusahaan, sehingga kesempatan tersembunyi ini

diketahui oleh seorang yang kemudian melakukan kecurangan.

2. Kesempatan (opportunity). Pelaku perlu berada pada tempat yang tepat,

waktu yang tepat agar dapat mendapatkan keuntungan atas kelemahan

khusus dalam sistem dan juga menghindari deteksi dini.

3. Motivasi (motivation). Pelaku membutuhkan motivasi untuk melakukan

aktivitas demikian, suatu kebutuhan pribadi seperti ketamakan/kerakusan

dan motivasi lain.

4. Daya tarik (attraction). Sasaran kecurangan akan direncanakan biasanya

jika merupakan sesuatu yang menarik atau menguntungkan pelaku.

5. Keberhasilam (success). Pelaku perlu menilai peluang berhasil tidaknya

suatu tindak kecurangan, yang dapat menghindari penuntutan atau deteksi.

Adapun penyebab sekunder terjadinya kecurangan, antara lain adalah

sebagai berikut:

Page 56: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

40

1. Kurangnya pengendalian internal perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan

fasilitas perusahaan yang dianggap sebagai suatu tunjangan karyawan.

2. Hubungan antara pemberi kerja dan pekerja yang jelek, yaitu kurang adanya

saling percaya dan penghargaan yang tidak semestinya. Pelaku dapat

menemukan alasan bahwa kecurangan hanya merupakan kewajibannya.

3. Balas dendam (revenge), yaitu ketidaksukaan yang berlebihan terhadap

organisasi dapat mengakikatkan pelaku berusaha merugikan organisasi

tersebut.

4. Tantangan (challenge), yaitu karyawan yang bosan dengan lingkungan kerja

mereka dapat mencari stimulasi dengan berusaha untuk “merusak sistem”,

sehingga mendapatkan kepuasan sesaat atau pembebasan frustasi.

F. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Herman (2009) tentang pengaruh

pengalaman dan skeptisme profesional auditor berpengaruh positif terhadap

pendeteksian kecurangan. Penelitian ini juga menunjukan bahwa variabel

skeptisme profesional auditor merupakan variabel yang paling dominan

berpengaruh terhadap pendeteksian kecurangan.

Penelitian Taufik (2008) tentang Pengaruh Pengalaman Kerja dan

Pendidikan Profesional Auditor Internal terhadap Kemampuan Mendeteksi

Fraud, yang berkesimpulan bahwa pengalaman kerja dan pendidikan

profesional secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap

kemampuan mendeteksi fraud.

Penelitian Noviyanti (2007) tentang skeptisme profesional auditor

dalam mendeteksi kecurangan, yaitu meneliti faktor-faktor yang

Page 57: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

41

mempengaruhi skeptisme profesional auditor. Dengan kesimpulan bahwa jika

auditor diberi penaksiran risiko kecurangan yang tinggi akan menunjukkan

skeptisme profesional yang lebih tinggi dalam mendeteksi kecurangan, dan

kepribadian mempengaruhi sikap skeptisme profesional auditor.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Fitriany (2012), dalam penelitian

yang berjudul Pengaruh Beban Kerja, Pengalaman Audit Dan Tipe Kepribadia

Terhadap Skeptisme Profesional Dan Kemampuan Auditor Dalam Mendeteksi

Kecurangan. Hasil penelitian menyatakan bahwa beban kerja berpengaruh

negatif terhadap peningkatan kemampuan auditor dalam mendeteksi gejala-

gejala kecurangan, sedangkan pengalaman audit dan skeptisme profesional

terbukti berpengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan auditor

mendeteksi gejala-gejala kecurangan.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Matondang (2010), dalam

penelitian menyatakan bahwa pengalaman, independensi dan keahlian

professional berpengaruh terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan.

Penelitian yang dilakukan oleh Herty (2010), dalam penelitiannya

menunjukkan bahwa variabel independensi dan profesionalisme auditor

internal berpengaruh signifikan dalam upaya mencegah dan mendeteksi

terjadinya fraud.

Page 58: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

42

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

No. Nama

Peneliti Judul

Variabel Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

1 Fitriany

(2012)

Pengaruh Beban

Kerja,

Pengalaman

Audit Dan Tipe

Kepribadia

Terhadap

Skeptisme

Profesional Dan

Kemampuan

Auditor Dalam

Mendeteksi

Kecurangan

Pengalaman,

pendeteksian

kecuranga,

skeptisme

Tipe kepribadian Hasil pengujian

menunjukkan bahwa

beban kerja

berpengaruh negatif

terhadap

peningkatan

kemampuan auditor

dalam mendeteksi

gejala-gejala

kecurangan,

sedangkan

pengalaman audit

dan skeptisme

profesional terbukti

berpengaruh positif

terhadap

peningkatan

kemampuan auditor

mendeteksi gejala-gejala kecurangan.

2. Noviyanti

(2007)

Skeptisme

Profesional

Auditor dalam

Mendeteksi Kecurangan

Sketisme

Profesional

Auditor

dalam

Mendeteksi Kecurangan

Independensi Apabila seseorang

diberi penaksiran

resiko kecurangan

yang tinggi akan

menunjukan

skeptisme

profesional yang

lebih tinggi dalam

mendeteksi

kecurangan dan

kepribadian

mempengaruhi

sikap skeptisme profesional auditor

3 Waluyo

(2005)

Skeptisme

Profesional

Auditor Dalam

Mendeteksdi

Kecurangan

Skeptisme,

mendeteksi kecurangan

Independensi,

pengalaman

menyatakan bahwa

tipe skeptisme yang

terdiri dari

dukungan data dan

tipe kepripadian

berpengaruh

pendeteksian kecurangan.

Bersambung pada halaman berikutnya

Page 59: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

43

Tabel 2.1 (Lanjutan)

No. Nama

Peneliti Judul

Variabel Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

4. Edy Herman (2009)

Pengaruh Pengalaman Dan Skeptisme Profesional Auditor Terhadap Pendeteksian Kecurangan

Pengalaman, skeptisme, pendeteksian kecurangan

independensi hasil penelitianya menyatakan bahwa skeptisme dan pengalaman berpengaruh positif terhadap pendeteksian kecurangan

5. Matondang (2010)

Pengaruh Pengalaman, independensi dan keahlian profesionalisme terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan

Pengalaman dan independensi

keahlian profesionalisme

Hasil penelitian menyatakan bahwa pengalaman, independensi dan keahlian professional berpengaruh terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan

6. Herty (2010)

Pengaruh

Independensi

Dan Profesional

Auditor Internal

Dalam Upaya

Mencegah Dan

Mendeteksi

Terjadinya

Fraud

Independensidan pendeteksian kecuarangan

Profesional Auditor

Hasil penelitian

menunjukkan

bahwa variabel

independensi dan

profesionalisme

auditor internal

berpengaruh

signifikan dalam

upaya mencegah

dan mendeteksi

terjadinya fraud.

Sumber: Jurnal Penelitian Terdahulu

Page 60: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

44

G. Keterkaitan Antar Variabel

1. Pengalaman Auditor dengan Pendeteksian Kecurangan.

Pengetahuan dan pengalaman merupakan keahlian yang

berhubungan dengan profesionalisme dalam akuntansi yang diperlukan

dalam auditing karena itu, pengetahuan dan pengalaman merupakan suatu

komponen yang sangat penting dalam tugas-tugas yang dilaksanakan oleh

seorang auditor (Lee, 1995 dalam Arum, 2008:5).

Penelitian Noviyani dan Bandi (2002) yang didukung oleh penelitian

Tirta dan Sholihin (2004) dan Mui (2010) juga menyebutkan bahwa auditor

yang berpengalaman akan memiliki pengetahuan tentang kekeliruan dan

kecurangan yang lebih banyak sehingga akan menghasilkan kinerja yang

lebih baik dalam mendeteksi kasus-kasus kecurangan dibandingkan dengan

auditor yang tidak berpengalaman. Penelitian lain yang dilakukan fitriyani

(2012) menyatkan bahwa pengalaman dan skeptisme berpengaruh terhadap

pendeteksian kecurangan.

Menurut Asih (2006:12) memberikan kesimpulan bahwa seorang

karyawan yang memiliki pengalaman kerja yang tinggi akan memiliki

keunggulan dalam beberapa hal sebagai berikut: a) Mendeteksi kesalahan,

b) Memahami kesalahan dan, c) Mencari penyebab munculnya kesalahan.

Keunggulan tersebut bermanfaat bagi pengembangan keahlian.

Penelitian dalam psikologi (Hayes-Roth and Hayes-Roth 1975;

Hutchinso 1983; Murpy and Wright 1984) telah menunjukan bahwa

Page 61: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

45

seseorang dengan pengalaman lebih pada suatu bidang kajian tertentu,

mempunyai lebih banyak hal yang disimpan dalam ingatannya. Oleh karena

itu, dengan bertambahnya pengalaman auditing, jumlah kecurangan yang

diketahui oleh auditor diharapkan akan bertambah. Berdasarkan konsep di

atas maka peneliti menduga bahwa semakin banyak pengalaman audit yang

dimiliki auditor maka auditor akan semakin meningkatkan skeptisme

profesionalnya. Selain itu, auditor yang telah berpengalaman diduga akan

semakin meningkatkan kemampuan mendeteksinya bila dihadapkan dengan

gejala-gejala kecurangan. Berdasarkan penjelasan tersebut, dalam penelitian

ini akan dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

Ha1 : Pengalaman berpengaruh positif terhadap pendeteksian kecurangan.

2. Pengaruh Independensi terhadap Pendeteksian Kecurangan.

Menurut Arens (2010:56) independensi adalah cara pandang yang

tidak memihak didalam pelaksanaan pengujian evaliasi hasil pemeriksaan

dan penyusunan laporan audit. Menurut Mulyadi (2008:26) mendefinisikan

independensi sebagai “keadaan bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan dari

pihak lain, tidak terpengaruh terhadap orang lain” dan akuntan publik yang

independen haruslah akuntan publik yang tidak terpengaruh dan tidak

dipengaruhi oleh berbagai kekuatan yang berasal dari luar dari akuntan

dalam mempertimbangkan fakta yang dijumpainya dalam

mempertimbangkan fakta yang dijumpai dalam pemeriksaan.

Page 62: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

46

Hubungan antara Independensi auditor terhadap tanggung jawab

auditor untuk mendeteksi kecurangan dan kekeliruan Laporan Keuangan

adalah ditinjau dari aspek – aspek independensi yang berupa kejujuran

dalam diri auditor dalam mempertimbangkan berbagai fakta yang

ditemuinya dalam auditnya. Aspek ini disebut dengan independensi dalam

kenyataan atau independence in facts, artinya seorang auditor harus

mengungkapkan tentang temuan apa yang didapat dari Laporan Keuangan

yang disusun oleh manajemen apakah Laporan Keuangan terjadi suatu

kesalahan atau ketidakberesan sesuai dengan temuan atau fakta yang ada,

oleh karena itu aspek tersebut disebut independence in fact, independensi

merupakan sikap mental yang harus dipertahankan oleh auditor, jadi dalam

menilai kewajaran suatu laporan keuangan seorang auditor tidak mudah

dipengaruhi oleh pihak manapun. Setyaningrum (2010:42). Selain itu

auditor independen atau independensi auditor membantu memelihara

integritas dan efisiensi dalam laporan keuangan yang disajikan kepada

lembaga keuangan untuk mendukung pemberi pinjaman dan kepada

pemegang saham untuk memperoleh modal. (Mulyadi dan Kanaka

1998:56).

Penelitian mengenai independensi cukup banyak diantaranya adalah

penelitian yang dilakukan oleh Matondang (2010), dalam penelitian yang

berjudul Pengaruh Pengalaman, independensi dan keahlian profesionalisme

terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan

Page 63: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

47

keuangan. Hasil penelitian menyatakan bahwa pengalaman dan

independensi berpengaruh signifikan terhadap pencegahan dan pendeteksian

kecurangan. Begitu juga dengan Penelitian Herty (2010) menyatakan Hasil

penelitian menunjukkan bahwa variabel independensi berpengaruh

signifikan dalam upaya mencegah dan mendeteksi terjadinya fraud.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dalam peneilitian ini akan dirumuskan

hipotesis sebagai berikut:

Ha2 : Indepedensi berpengaruh positif terhadap Pendeteksian kecurangan.

3. Pengaruh Skeptisme Propesional Auditing terhadap Pendeteksian

Kecurangan.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Novianti (2007) dalam

penelitianya yang berjudul “Skeptisme auditor dalam mendeteksi

kecurangan” mengenai skeptisme profesional auditor dalam mendeteksi

kecurangan, hasilnya menunjukan bahwa Auditor dengan tingkat

kepercayaan berbasis identifikasi jika diberi penaksiran resiko kecurangan

yang tinggi berpengaruh secara signifikan, tipe kepribadian mempengaruhi

sikap skeptisme professional audit berpengaruh secara signifikan. Hasil

penelitian lain oleh Fullerton dan Durtschi (2004) yang menemukan adanya

hubungan positif antara skeptisme profesional dan kemampuan mendeteksi

kecurangan. Fullerton dan Durtschi (2004), menyatakan bahwa auditor

dengan skeptisme yang tinggi akan meningkatkan kemampuan

Page 64: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

48

mendeteksinya dengan cara mengembangkan pencarian informasi-informasi

tambahan bila dihadapkan dengan gejala-gejala kecurangan. Semakin

banyak informasi tambahan yang diperoleh auditor maka akan semakin

mampu auditor tersebut membuktikan benar atau tidaknya gejala-gejala

kecurangan tersebut.

Penelitian lain yang dilakukan Herman (2009) hasil penelitianya

menyatakan bahwa skeptisme dan pengalaman berpengaruh positif terhadap

pendeteksian kecurangan. Penelitian diperkuat dengan penelitian yang

dilakukan oleh waluyo (2005) menyatakan bahwa tipe skeptisme yang

terdiri dari dukungan data dan tipe kepripadian berpengaruh pendeteksian

kecurangan.

Standar profesional akuntan publik menyatakan skeptisme

profesional sebagai sikap auditor yang mencakup pikiran yang selalu

mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit,

auditor yang skeptik tidak akan menerima begitu saja penjelasan dari klien,

tetapi akan mengajukan pertanyaan untuk memperoleh alasan bukti dan

konfirmasi mengenai objek yang dipermasalahkan, tanpa menerapkan

skeptisme profesional auditor, hanya akan menemukan salah saji yang

disebabkan oleh kekeliruan-kekeliruan saja dan sulit untuk menemukan

salah saji yang disebabkan oleh kecurangan, karena kecurangan biasanya

akan disembunyikan oleh pelakunya (Novianti, 2007). Berdasarkan

Page 65: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

49

penjelasan tersebut, dalam penelitian ini akan dirumuskan hipotesis sebagai

berikut:

Ha3 : Skeptisme profesional auditor berpengaruh positif terhadap

pendeteksian kecurangan.

H. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan suatu alat dalam menganalisa suatu

konsep penelitian, penelitian ini akan menganalisis pengaruh Pengalaman,

Indepedensi, dan Skeptisme Profesional Audit terhadap Pendeteksian

Kecurangan, untuk menganalisanya menggunakan analisis regresi linier

berganda, yaitu suatu uji penelitian untuk menganalisa pengaruh antara

variable X (independen) terhadap variabel Y (dependen).

Sebelum melakukan uji regresi linier berganda terlebih dahulu

dilakukan uji validitas dan reliabilitas sebagian acuan dalam menilai suatu

pertanyaan yang layak atau tidak. Setelah itu dilakukan uji asumsi klasik yang

kemudian dilakukan uji regresi linier berganda yang akan mewnghasilkan hasil

penelitian, maka akan dibuat suatu kesimpulan sebagai hasil analisa.

Berdasarkan uraian di atas, gambaran menyeluruh tentang Pengaruh

Pengalaman, Indepedensi, dan Skeptisme Profesional Audit terhadap

Pendeteksian Kecurangan adalah sebagai berikut:

Page 66: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

50

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

Pengaruh Pengalaman, Indepedensi dan Skeptisme Profesional

Auditor terhadap Pendekteksian Kecurangan

(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta)

Pengaruh Pendekteksian Kecurangan

Variabel Idependen Variabel Dependen

Pengalaman(X1)

(Asih, 2006), Simanjuntak,

2005)

Indepedensi (X2)

(Sawyer, 2006)

(Suryaningtiyas, 2007)

Pendekteksian

(Ramaraya, 2008)

(Herman, 2009)

(Fedian, 2006)

Skeptisme Profesional (X3)

(Waluyo, 2008)

(Waluyo, 2011)

Metode Analisis :

Uji Model Regresi Uji Asumsi Klasik

Uji Regresi Berganda

Koefisien Determinasi (Uji R2) Uji Statisitk F Uji Statistik t

Analisis dan Pembahasan

Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasana dan Saran

Page 67: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

51

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian Pendekteksian Kecurangan, yaitu

penelitian yang bertujuan untuk mngetahui hubungan serta pengaruh antara dua

variabel atau lebih. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel

independen, yaitu Pengalaman, Independensi dan Skeptisme Profesional

Auditor terhadap variabel dependen, yaitu Pendeteksian Kecurangan. Populasi

dari penelitian ini adalah akuntan publik yang bekerja pada Kantor Akuntan

Publik di wilayah DKI Jakarta.

B. Metode Pengumpulan Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode

convenience sampling, yaitu istilah umum yang mencakup variasi luasnya

prosedur pemilihan responden. Convenience sampling berarti unit sampling

yang ditarik mudah dihubungi, tidak menyusahkan, mudah untuk mengukur,

dan bersifat kooperatif (Hamid, 2007:30). Metode convenience sampling

digunakan karena peneliti memiliki kebebasan untuk memilih sampel dengan

cepat dari elemen populasi yang datanya mudah diperoleh peneliti. Responden

yang digunakan dalam penelitian ini adalah partner, manajer, auditor senior,

supervisor dan auditor junior yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik di DKI

Jakarta.

Page 68: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

52

C. Metode Pengumpulan Data

Menurut Hamid (2007:33) metode pengumpulan data dapat dilakukan

dengan berbagai cara, salah satunya dilakukan melalui studi pustaka terutama

yang berhubungan dengan data-data sekunder. Sementara itu data primer dapat

dilakukan melalui studi lapangan berupa eksperimen, observasi dan wawancara

dengan metode kuesioner.

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini,

menggunakan data primer, sumber data penelitian yang diperoleh secara

langsung dari sumber asli atau tidak melalui media perantara. Dimana

pengumpulan data dilakukan melalui metode survei dengan menggunakan

kuesioner. Kuesioner yang disebarkan secara langsung kepada auditor yang

terdaftar di KAP-KAP yang tersebar di wilayah DKI Jakarta.

D. Metode Analisis Data

Metode statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah dengan

menggunakan regresi berganda dengan bantuan perangkat lunak SPSS for

windows 20.0, setelah semua data-data dalam penelitian ini terkumpul, maka

selanjutnya dilakukan analisis data yang terdiri dari:

1. Uji Statistik deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan informasi

mengenai karakteristik variabel penelitian yang utama dan daftar demografi

responden. Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu

data yang dilihat rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,

minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi)

Page 69: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

53

(Ghozali, 2009:19). Priyatno (2008:12) menjelaskan bahwa analisis

deskriptif menggambarkan tentang ringkasan data-data penelitian seperti

mean, standar deviasi, variasi, modus, dll. Juga dilakukan pengukuran

skewness dan kurtosis untuk menggambarkan distribusi data apakah normal

atau tidak.

2. Uji Kualitas Data

Pengujian Pendekteksian Kecurangan data yang dilakukan dengan

cara penyebaran kuesioner, maka kesediaan dan ketelitian dari para

responden untuk menjawab setiap pertanyaan merupakan suatu hal yang

sangat penting dalam penelitian ini. Keabsahan suatu jawaban sangat

ditentukan oleh alat ukur yang ditentukan. Untuk itu, dalam melakukan uji

Pendekteksian Kecurangan data atas data primer ini peneliti melakukan uji

validitas dan uji reabilitas.

a. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk membuktikan sejauh mana data

yang terdapat di kuesioner dapat mengukur tingkat ke validitasan suatu

kuisioner. Suatu kuisioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuisioner

mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner

tersebut (Ghozali, 2009:49). Pengujian validitas ini menggunakan Total

Correlation (Corrected Item), analisis ini dengan cara mengkolerasikan

masing-masing skor item dengan skor total dan melakukan koreksi

terhadap nilai koefisien korelasi yang overestimasi. Pengujian

Page 70: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

54

menggunakan dua sisi dengan taraf signifikasi 0,05. Kriteria pengujian

adalah sebagai berikut:

1) Jika rhitung ≥ rtabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrumen atau

item-item pertanyaan berkolerasi signifikan terhadap skor total

(dinyatakan valid)

2) Jika rhitung < rtabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrumen atau

item-item pertanyaan tidak berkolerasi signifikan terhadap skor total

(dinyatakan tidak valid). (Priyatno, 2010:94).

b. Uji Reliabilitas

Uji reabilitas adalah alat untuk menguji konsistensi jawaban

reponden. Suatu kuesioner dikatakan reliabel jika jawaban seseorang

terhadap pertanyaan adalah konsisten dari waktu ke waktu. Pengujian ini

menggunakan metode statistik Cronbach Alpha dengan nilai sebesar

0,06. Apabila Cronbach Alpha dari suatu variabel ≥ 0,6 maka butir

pertanyaan dalam instrumen penelitian tersebut adalah reliabel atau dapat

diandalkan, dan sebaliknya jika nilai Cronbach Alpha < 0 < 6 maka butir

pertanyaan tersebut tidak reliabel (Nunnaly,1967) dalam Ghozali

(2009:46).

3. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas ini diperlukan untuk mengetahui ada

tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel

independen lain dalam satu model. Kemiripan antar variabel independen

Page 71: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

55

dalam satu model akan menyebabkan terjadinya korelasi yang sangat

kuat antara suatu variabel independen dengan variabel independen yang

lain. Selain itu, deteksi terhadap multikolinieritas juga bertujuan untuk

menghindari kebiasaan dalam proses pengambilan kesimpulan mengenai

pengaruh pada uji parsial masing-masing variabel terhadap variabel

dependen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi

diantara variabel independen.

Uji multikolinieritas dilakukan menghitung nilai Variance

Inflation Factor (VIF) dari tiap-tiap variabel independen. Nilai VIF

kurang dari 10 menunjukkan bahwa korelasi antar variabel independen

masih bisa ditolerir (Ghozali, 2009:96).

b. Uji Normalitas

Menurut Ghozali (2009:147) uji normalitas bertujuan apakah

dalam model regresi variabel dependen (terikat) dan variabel independen

(bebas) mempunyai kontribusi atau tidak. Penelitian yang menggunakan

metode yang lebih handal untuk menguji data mempunyai distribusi

normal atau tidak yaitu dengan melihat Normal Probability Plot. Model

Regresi yang baik adalah data distribusi normal atau mendekati normal,

untuk mendeteksi normalitas dapat dilakukan dengan melihat penyebaran

data (titik) pada sumbu diagonal grafik. Terdapat dua cara untuk

mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan

analisis grafik dan uji statistik (uji Kolmogorov – smirnov), adapun

penjelasan mengenai uji normalitas data adalah sebagai berikut (Ghozali,

2009:147).

Page 72: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

56

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroksiditas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke

satu pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan

ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika

berbeda disebut heteroksiditas. Model regresi yang baik adalah yang

homoskedastisitas atau jika terjadi heteroskedastisitas (Ghozali,

2009:125).

Pada saat mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat

ditentukan dengan melihat grafik Plot antara nilai prediksi variabel

terikat (ZPRED) dengan residual (SRESID). Jika grafik plot

menunjukkan suatu pola titik yang bergelombang atau melebar kemudian

menyempit, maka dapat disimpulkan bahwa telah terjadi

heteroskedastisitas. Namun, jika tidak ada pola yang jelas, serat titik-titik

menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi

heteroskedastisitas (Ghozali, 2009:125).

4. Uji Hipotesis

a. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh

satu variabel individu independen secara individu dalam menerangkan

variabel dependen (Ghozali, 2009:88). Dalam penelitian ini

menggunakan uji signifikan dua arah atau two tailed test, yaitu suatu uji

yang mempunyai dua daerah penolakan Ho yaitu terletak di ujung sebelah

kanan dan kiri. Dalam pengujian dua arah, biasa digunakan untuk tanda

Page 73: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

57

sama dengan (=) pada hipotesis nol dan tanda tidak sama dengan (≠)

pada hipotesis alternatif. Tanda (=) dan (≠) ini tidak menunjukan satu

arah, sehingga pengujian dilakukan untuk dua arah (Suharyadi dan

Purwanto S.K., 2009:88-89). Kriteria dalam uji parsial (Uji t) dapat

dilihat berdasarkan uji hipotesis dengan membandingkan thitung dengan

ttabel yaitu, 1) Apabila - thitung < - ttabel atau thitung > ttabel, maka Ho ditolak

dan Ha diterima, artinya variabel independen secara parsial mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen, 2) Apabila thitung ≤

ttabel atau - thitung ≥ - ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya

variabel independen secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap variabel dependen. Selain itu, dapat juga dengan

melihat nilai probabilitas. Jika nilai probabilitas lebih kecil daripada 0,05

(untuk tingkat signifikansi=5%), maka variabel independen secara satu

persatu berpengaruh terhadap variabel dependen. Sedangkan jika nilai

probabilitas lebih besar dari pada 0,05 maka variabel independen secara

satu persatu tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Pengujian ini bertujuan untuk membuktikan apakah variabel-

variabel independen (X) secara simultan (bersama-sama)mempunyai

pengaruh terhadap variabel dependen (Y). (Ghozali, 2009:88).

Apabila Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang

berarti variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap variabel dependen dengan menggunakan tingkat signifikan

Page 74: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

58

sebesar 5%, jika nilai Fhitung > Ftabel maka secara bersama-sama seluruh

variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Selain itu, dapat

juga dengan melihat nilai probabilitas. Jika nilai probabilitas lebih kecil

daripada 0,05 (untuk tingkat signifikansi=5%), maka variabel independen

secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen.

Sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar dari pada 0,05 maka

variabel independen secara serentak tidak berpengaruh terhadap variabel

dependen.

5. Analisis Regresi Linier Berganda

a. Uji Persamaan Regresi Linier Berganda

Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan metode

analisis regresi linier berganda yang bertujuan untuk menguji hubungan

pengaruh antara satu variabel terhadap variabel lain. Variabel yang

dipengaruhi disebut variabel tergantung atau dependen, sedangkan

variabel yang mempengaruhi disebut variabel bebas atau independen.

Model persamaannya dapat digambarkan sebagai berikut:

Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + e

Keterangan:

Y : Pendeteksian Kecurangan

X1 : Pengalaman

X2 : Independensi

X3 : Skeptisme Profesional Audit

a : Konstanta

Page 75: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

59

bx : Koefisien regresi

e : Error

Linearitas hanya dapat diterapkan pada regresi berganda karena

memiliki variabel independen lebih dari satu, suatu model regresi

berganda dikatakan linier jika memenuhi syarat-syarat linieritas, seperti

normalitas data (baik secara individu maupun model), bebas dari asumsi

klasik statistik multikolineritas, autokorelasi, heteroskedastisitas. Model

regresi linear berganda dikatakan model yang baik jika memenuhi asumsi

normalitas data dan terbebas dari asumsi-asumsi klasik statistik. Dalam

membuktikan kebenaran uji hipotesis yang diajukan digunakan uji

statistik terhadap output yang dihasilkan dari persamaan regresi.

b. Uji R2

(Koefisien Determinasi)

Koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan model dapat menjelaskan variasi variabel dependen. Dalam

pengujian hipotesis pertama koefisien determinasi dilihat dari besarnya

nilai R Square (R2) untuk mengetahui seberapa jauh variabel bebas yaitu

Pengalaman, Independensi dan Skeptisme Profesional Audit terhadap

Pendeteksian Kecurangan. Nilai R2

mempunyai interval antara 0 sampai

1 (0 ≤ R2

≤1). Jika nilai R2 bernilai besar (mendekati 1) berarti variabel

bebas dapat memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi variabel dependen. Sedangkan jika R2 bernilai kecil berarti

kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variabel dependen sangat

terbatas (Ghozali, 2009:87).

Page 76: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

60

Dalam pengujian hipotesis kedua koefisien determinasi dilihat

dari besarnya nilai Adjusted R-Square. Kelemahaan mendasar

penggunaan R2 adalah bias terhadap jumlah variabel bebas yang

dimasukan ke dalam model. Setiap tambahan satu variabel bebas maka

R2 pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh

secara signifikan terhadap variabel terikat. Tidak seperti R2, nilai

Adjusted R-square dapat naik atau turun apabila satu variabel independen

ditambahkan ke dalam model (Ghozali, 2009:87). Oleh karena itu,

digunakanlah Adjusted R-Square pada saat mengevaluasi model regresi

linier berganda.

E. Operasional Variabel Penelitian

Menurut Hamid (2007:3), menyatakan bahwa “Batasan operasional

variabel merupakan pendefinisian dari serangkaian variabel yang digunakan

dalam penulisan, variable penelitian ini merupakan suatu atribut/sifat atau nilai

dan orang objek kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya”.

1. Variabel Bebas (Variabel Independen)

Variabel bebas adalah variabel yang menjelaskan atau

mempengaruhi variabel lainnya. Variabel bebas dalam penelitian ini terdiri

dari:

a. Pengalaman

Tentang dampak pengalaman dalam kompleksitas tugas, tugas

spesifik dan gaya pengambilan keputusan, memberikan kesimpulan

Page 77: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

61

bahwa kompleksitas tugas merupakan faktor terpenting yang harus

dipertimbangkan dalam pertambahan pengalaman. Auditor junior

biasanya memperoleh pengetahuan dan pengalamannya terbatas dari

buku teks sedangkan auditor senior mengembangkan pengetahuan dan

pengalaman lewat pelatihan dan pengembangan lebih lanjut dari

kesalahan-kesalahan yang dilakukan (Asih, 2006:22).

Pengalaman kerja dapat memperdalam dan memperluas

kemampuan kerja. Semakin sering seseorang melakukan pekerjaan yang

sama, semakin terampil dan semakin cepat dia menyelesaikan pekerjaan

tersebut. Semakin banyak macam pekerjaan yang dilakukan seseorang,

pengalaman kerjanya semakin kaya dan luas, dan memungkinkan

peningkatan kinerja (Simanjutak, 2005:26).

b. Indepedensi.

Independensi merupakan salah satu ciri paling penting yang

dimiliki oleh profesi akuntan publik. Karena banyak pihak yang

menggantungkan kepercayaannya kepada kebenaran laporan keuangan

berdasarkan laporan auditor yang dibuat oleh akuntan publik. Sekalipun

akuntan publik ahli, apabila tidak mempunyai sikap independensi dalam

mengumpulkan informasi akan tidak berguna, sebab informasi yang

digunakan untuk mengambil keputusan haruslah tidak bias. Akuntan

publik harus bersikap indpenden jika melaksanakan praktik publik (public

pratice). Pratik publik adalah aktivitas profesi akuntan publik yang

mempengaruhi publik (Suryaningtias, 2007:35).

Page 78: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

62

Sawyer (2006:35) membagi 3 mengenai independensi, yaitu:

independensi dalam verifikasi, independensi dalam program audit, dan

independensi dalam pelaporan yang dapat diperuntukkan bagi akuntan

publik atau auditor eksternal, tetapi konsep yang sama dapat diterapkan

untuk auditor internal dalam bersikap objektif. Independensi dalam hal ini

adalah independensi dalam pelaporan dimana menurut Sawyer (2006:36)

independensi dalam pelaporan menjadikan auditor internal: harus bebas

dari perasaan untuk memodifikasi dampak dari fakta-fakta, harus bebas

dari hambatan oleh pihak-pihak yang ingin meniadakan auditor dalam

memberikan pertimbangan.

Independensi akuntan publik dapat dibagi ke dalam 3 aspek; 1)

Program Independen, yaitu Laporan audit akan mempunyai sedikit nilai

jika didukung oleh suatu penyelidikan secara seksama. Suatu

penyelidikan sesama mungkin tidak akan diminati oleh direktur.

Sekalipun mereka tidak mempunyai apapun untuk disembunyikan, para

direktur dapat mengurangi fee audit atau menerbitkan laporan keuangan

dengan cepat setelah tahun berakhir dan hal seperti itu mungkin saja

terjadi, 2) Independen investigasi (verifikasi), yaitu program independen

melindungi kemampuan auditor untuk memilih strategi yang paling

sesduai untuk hasil audit mereka dalam bekerja. Sedangkan investigasi

independen melindungi cara dimana mereka menerapkan strategi ini.

Auditor mempunyai pertanyaan bisnis perusahaan atau perlakuan

akuntansi, transaksinya harus dijawab, 3) Laporan Independen, yaitu Jika

Page 79: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

63

para direktur berusaha untuk menyesatkan pemegang saham dengan

memberitahukan informasi akuntansi yang salah atau tidak sempurna,

mereka pasti mencegah auditor dari perbuatannya terhadap publik. Ketika

independen auditor menjadi rumit, tentu banyak kesalah pahaman terjadi

dalam hubungan seperti penafsiran siatu standar akuntansi atau suatu

perkiraan atau seperti suatu ketetapan untuk hutang yang tidak terbayar

(Suryaningtiyas, 2007:37).

Indepedensi akuntan publik merupakan salah satu karakter yang

sangat penting untuk profesi akuntan publik dalam melaksanakan

pemeriksaan terhadap kliennya. Dalam melaksanakan pemeriksaaan,

akuntan publik memperoleh kepercayaan dari klien dan para pemakai

laporan keuangan untuk membuktikan kewajaran laporan keuangan yang

disusun dan disajikan oleh klien. Klien dapat mempunyai kepentingan

yang berbeda, bahkan mungkin bertentangan dengan kepentingan para

pemakai laporan keuangan. Demikian pula, kepentingan pemakai laporan

keuangan yang satu mungkin berbeda dengan pemakai yang lainnya.

Oleh karena itu dalam memberikan pendapat mengenai kewajaran

laporan keuangan yang diperiksa, akuntan publik harus bersikap

independen terhadap kepentingan klien, pemakai laporan keuangan,

maupun terhadap kepentingan akuntan publik itu sendiri (Manggala, dkk.

2007:124).

Page 80: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

64

c. Skeptisme Profesional Auditor

Waluyo (2008:7) menyatakan bahwa Auditor menerapkan sikap

skeptisme profesional pada saat mengajukan pertanyaan dan menjalankan

prosedur audit, dengan tidak cepat puas dengan bukti audit yang kurang

persuaive yang hanya didasarkan pada kepercayaan bahwa manajemen

dan pihak terkait selalu memiliki pikiran kritis, professional, bersikap

jujur dan mempunyai sikap percaya diri (IFAC, 2004, ISA 240.23-25).

Dalam ISA No. 200, dikatakan bahwa sikap skeptisme profesional berarti

auditor membuat penaksiran yang kritis (critical assessment), dengan

pikiran yang selallu mempertanyakan (questioning mind) terhadap

validitas dan bukti audit yang diperoleh, waspada terhadap bukti audit

yang bersifat kontrakdiksi atau menimbulkan pertanyaan sehubungan

dengan realiabilitas dan dokumen, dan memberikan tanggapan terhadap

pertanyaan-pertanyaan dan informasi lain yang diperoleh dan manajemen

dan pihak yang terkait (IFAC, 2004). Skeptisme profesional dalam

penelitian ini menggunakan definisi yang digunakan oleh standar

profesional akuntan publik di Indonesia yaitu sebagai sikap auditor yang

mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi

secara kritis terhadap bukti audit (IAI, 2000, SA seksi 230.06: AICPA,

2002, AU 230.07).

Skeptisme profesional auditor merupakan sikap (attitude) auditor

dalam melakukan penugasan audit dimana sikap ini mencakup pikiran

yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis

Page 81: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

65

terhadap bukti audit. Karena bukti audit dikumpulkan dan dinilai selama

proses audit, maka skeptisme profesional harus digunakan selama proses

audit, maka skeptisme profesional harus digunakan selama proses

tersebut (IAI. 2000, SA seksi 230; AICPA, 2002, AU 230). Skeptisme

merupakan manifestasi dan obyektivitas. Skeptisme tidak berarti bersikap

sinis, terlalu banyak mengkritik atau melakukan penghinaan. Auditor

yang memiliki skeptisme profesional yang memadai akan berhubungan

dengan pertanyaan-pertanyaan berikut: (1) Apa yang perlu saya ketahui?,

(2) Bagaimana caranya saya bisa mendapat informasi tersebut dengan

baik?, (3) Apakah informasi yang saya peroleh masuk akal?. Skeptisme

profesional auditor akan mengarahkannya untuk menanyakan setiap

isyarat yang menunjukkan kemungkinan terjadinya fraud (Waluyo,

2008:24).

2. Variabel Terikat (Dependent Variabel)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau tergantung

pada faktor-faktor lain dan variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian

ini adalah Pendeteksian Kecurangan. Deteksi kecurangan mencakup

identifikasi indikator-indikator kecurangan (fraud indicators) yang

memerlukan tindak lanjut auditor untuk melakukan investigasi. Ramaraya

(2008:24) menyatakan bahwa pendeteksian kecurangan bukan merupakan

tugas yang mudah dilaksanakan oleh auditor. Atas literatur yang tersedia,

dapat dipetakan empat faktor yang teridentifikasi yang menjadikan

Page 82: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

66

pendeteksian kecurangan menjadi sulit dilakukan sehingga auditor gagal

dalam usaha mendeteksi.

Deteksi kecurangan mencakup identifikasi indikator-indikator

kecurangan (fraud indicators) yang memerlukan tindaklanjut auditor untuk

melakukan investigasi. Ramaraya (2008:4) menyatakan bahwa pendeteksian

kecurangan bukan merupakan tugas yang mudah dilaksanakan oleh auditor.

Atas literatur yang tersedia, dapat dipetakan empat faktor yang

teridentifikasi yang menjadikan pendeteksian kecurangan menjadi sulit

dilakukan sehingga auditor gagal dalam usaha mendeteksi. Faktor-faktor

penyebab tersebut adalah:

a. Karakteristik terjadinya kecurangan

b. Standar pengauditan (SPI) mengenai pendeteksian kecurangan dan

c. Lingkungan pekerjaan audit yang mengurangi kualitas audit

d. Metode dan prosedur audit yang tidak efektif dalam pendeteksian

kecurangan.

Ferdian, dkk (2006:2) manyatakan bahwa beberapa ahli pengauditan

telah mendokumentasikan jenis-jenis kekeliruan dan kecurangan dalam

laporan keuangan yang terjadi di lingkungan audit. Kecurangan (fraud)

perlu dibedakan dengan kekeliruan (error). Kekeliruan dapat dideskripsikan

sebagai ”unintentional mistakes” (kesalahan yang tidak disengaja).

Kekeliruan dapat terjadi pada setiap tahap dalam pengelolaan transaksi, dari

terjadinya transaksi, pendokumentasian, pencatatan, pengikhtisaran hingga

proses menghasilkan laporan keuangan (Herman, 2009).

Page 83: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

67

Tabel 3.1

Operasional Variabel

Variabel Sub Variabel Indikator Skala Butir

Pertanyaan

Variabel Independen

Pengalaman

Auditor

(X1),(Asih,

2006),

(Simanjuntak,

2005)

1. Membuat

keputusan

2. Intensitas

tugas dan

pengem

bangan karir

3. Kemampuan

kerja

4. Lama kerja

5. Kompetensi

a. Mampu membuat

keputusan

a. Dapat mengembangkan

karir

b. Seringnya melakukan

tugas audit

a. Mampu mengetahui

kekeliruan

b. Mampu menganalisis

masalah

c. Mampu mengatasi

permasalahan

d. Dapat mendeteksi

kecurangan

a. Lama kerja sebagai auditor

a. Peningkatan kompetensi

sebagai auditor

Interval 1

2

3

4

5

6

7

8

9

Berlanjut Ke Halaman Berikutnya

Page 84: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

68

Tabel 3.1 (Lanjutan)

Variabel Sub Variabel Indikator Skala Butir Pertanyaan

Variabel Independen Independensi Auditor (X2), (Sawyer, 2006), Suryaningtiyas, 2007)

1. Independensi dalam program audit

2. Independensi dalam verivikasi

3. Independensi

dalam pelaporan

a. Percayaan diri akuntan publik

b. Kemampuan akuntan publik c. Sikap akuntan publik dalam

mengaudit. d. Bertanggung jawab dalam

mengaudit. e. Kebebasan akuntan dalam

mengaudit

a. Tidak ada tekanan dalam mengaudit

b. Tidak boleh mengaudit perusahaan kerabat

a. Akuntan publik harus teguh

pada kode etik independensi b. Sikap independensi tolak

ukur sikap akuntan publik c. Sikap independensi cermin

ketaatan akuntan publik d. Independensi diatur

berdasarkan standar profesi e. KAP mengikuti standar

ketentuan IAI

Interval

1

2 3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

Skeptisme Profesional Auditor (X3), (Waluyo, 2008)

1. Pikiran kritis 2. Profesional 3. Asumsi tepat 4. Cermat dalam

pemeriksaan laporan keuangan klien

5. Pemahaman

terhadap bukti audit

6. Kepercayaan diri

a. Pikiran yang berisi pertanyaan-pertanyaan

b. Kritis dalam mengevaluasi bukti audit

a. Memiliki kemahiran professional

b. Memiliki independensi dan kompetensi

a. Asumsi yang tepat terhadap kejujuran klien.

a. Adanya perencanaan dan pelaksanaan audit yang tepat.

b. Adanya penaksiran kritis terhadap validitas bukti audit.

c. Adanya penerapan sikap skeptisme profesional.

a. Waspada terhadap bukti audit yang kontradiksi

a. Memiliki kepercayaan diri

yang tinggi

Interval

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Berlanjut Ke Halaman Berikutnya

Page 85: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

69

Tabel 3.1 (Lanjutan)

Variabel Sub Variabel Indikator Skala Butir

Pertanyaan

Variabel Dependen

Pendeteksian

Kecurangan

(Ramaraya,

2008),

(Ferdian,

2006),

Herman,

2009)

1. Memahami

SPI

2. Karakteristik

kecurangan

3. Lingkungan

audit

4. Metode

audit

5. Bentuk

kecuranga

6. Kemudahan

akses

7. Uji

dokumen

dan

personal

a. Memahami struktur

pengendalian internal

perusahaan

a. Identifikasi indikator-

indikator kecurangan

b. Memahami karakteristik

terjadinya kecurangan

c. Adanya standar

pengauditan untuk

pendeteksian kecurangan

a. Lingkungan yang

mendukung pelaksanaan

audit

a. Penggunaan metode dan

prosedur audit efektif

b. Adanya susunan langkah-

langkah pendeteksian

kecurangan

a. Menemukan faktor-faktor

penyebab kecurangan

b. Adanya perkiraan bentuk-

bentuk kecurangan yang

bisa terjadi.

c. Dapat mengidentifikasi

pihak yang melakukan

kecurangan.

a. Adanya keterbukaan dari

pihak manajemen

a. Pengujian dokumen-

dokumen atau informasi-

informasi

b. Kondisi mental dan

pengawasan kerja

Interval

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

Sumber: Asih (2006) dan Simanjuntak (2005), Sawyer (2006) dan Suryaningtyas

(2007), Waluyo (2008), Ramaraya (2008), Ferdian (2006) dan Herman

(2009)

Page 86: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

70

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian menggunakan instrumen angket atau kuesioner yang telah

disebar, dengan objek penelitian adalah auditor pada wilayah jakarta yang

terdiri dari 9 Kantor Akuntan Publik (KAP) yaitu, KAP Ishak, Saleh,

Soewondo & Rekan Jl. HR. Rasuna Said, Kuningan – Jakarta Selatan, KAP

Syarief Basir & Rekan Jl. TB. Simatupang 57 Jakarta, KAP Kosasih

Nurdiyaman Tjahjo Jl. Jendral Sudirman Jakarta Pusat, KAP Teramihardja,

Pradhono & Chandra Jl. Prof Satrio Kuningan Jakarta Selatan, KAP

Hendrawinata Eddy & Siddharta Jl. H. R Rasuna Said Blok X2, Kav. 5

Jakarta, KAP DRS. Usman & Rekan Jl. Cipulir V No. 5 Kebayoran Lama

Jakarta Selatan, KAP Pieter Uways & Rekan Jl. Warung Buncit Raya No.

16 Warung Jati Barat Jakarta, KAP Junaedi, Chairul, Labib, Subyakto &

Rekan Jl. Raya Pasar Minggu No. 39 A Jakarta Selatan, KAP Kanaka

Puradiredja , Suhartono Jl. Prof Dr Supomo SH 178-A.

Sampel diambil dengan metode convenience sampling, yaitu anggota

sampel yang dipilih atau diambil berdasarkan kemudahan memperoleh data

yang dibutuhkan, atau unit sampel yang ditarik mudah untuk diukurnya dan

bersifat kooperatif (Hamid, 2007:15). Teknik pemilihan sampel ini dipilih

karena pertimbangan lokasi yang mudah untuk dijangkau sehingga dapat

Page 87: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

71

memudahkan peneliti dalam penggumpulan sampel yang akan digunakan

dalam penelitian ini, penulis menyebarkan kuesioner ke 9 KAP di wilayah

Jakarta sejak bulan Mei 2013 sampai Juni 2013. Penyebaran kuesioner

diberikan kepada responden, responden yang diberikan adalah auditor pada

KAP yang berada di wilayah jakarta dengan harapan memberikan jawaban

yang baik dan akurat, sehingga menghasilkan suatu penelitian yang lebih

baik lagi. Sampel yang diambil sebanyak 9 KAP dari keseluruhan KAP

yang berada di wilayah Jakarta, dengan distribusi yang terlihat dalam tabel

berikut ini:

Tabel 4.1

Data Distribusi Sampel Penelitian

No. Nama KAP Wilayah Kuesioner

Dikirim

Kuesioner

Dikembalikan

1 KAP Ishak, Saleh Jakarta Selatan 10 10

2 KAP Syarief Basir & Rekan Jakarta Selatan 20 10

3 KAP Kosasih Nurdiyaman

Tjahjo

Jakarta Pusat 30 30

4 KAP Teramihardja,

Pradhono & Chandra

Jakarta Selatan 20 20

5 KAP Hendrawinata Eddy &

Siddharta

Jakarta Selatan 10 10

6 KAP DRS. Usman & Rekan Jakarta Selatan 10 7

7 KAP Pieter Uways & Rekan Jakarta Selatan 10 5

8 KAP Junaedi, Chairul, Labib,

Subyakto & Rekan

Jakarta Selatan 10 6

9 KAP Kanaka Puradiredja,

Suhartono

Jakarta Selatan 10 5

Total 130 103

Sumber data: Data primer yang diolah

Page 88: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

72

Kuesioner yang tidak kembali sebanyak 27 buah atau 21%.

Kuesioner yang dapat diolah berjumlah 103 buah atau 79%. Gambaran

mengenai data sampel ini dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2

Sampel dan Tingkat Pengembalian

Keterangan Jumlah Persentase

Penyebaran kuesioner 130 100%

Kuesioner yang terkumpul 103 79%

Kuesioner yang tidak terkumpul 27 21%

Kuesioner yang dapat diolah 103 79%

Sumber: Data primer yang diolah

2. Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang diukur dengan skala nominal yang

menunjukkan besarnya frekuensi absolut dan persentase jenis kelamin, umur

responden dan pendidikan terakhir responden dan pengalaman kerja.

Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah auditor yang berada

pada wilayah jakarta. Kuisioner disebar dengan harapan dapat diisi

berdasarkan responden, sehingga akan menghasilkan suatu penelitian yang

balance. Pada karakteristik reponden, terdapat 103 responden yang terdiri

dari para auditor yang dapat mewakili dan menjadi responden. Data

mengenai karakteristik responden ditampilkan pada tabel berikut ini:

Tabel 4.3

Data Statistik Responden

Deskripsi Jumlah Persentase (%)

Jenis

Kelamin

Jumlah Responden

Pria

Wanita

103

76

27

100%

74%

26%

Bersambung Ke Halaman Berikutnya

Page 89: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

73

Tabel 4.3 (Lanjutan)

Deskripsi Jumlah Persentase (%)

Jenis

Kelamin

Jumlah Responden

Pria

Wanita

103

76

27

100%

74%

26%

Umur Jumlah Responden

20 - 25 tahun

26 - 31 tahun

> 31 tahun

103

59

34

10

100%

57%

33%

10%

Pendidikan

Terakhir

Jumlah Responden

D3

D4

S1

S2

S3

103

4

0

90

9

0

100%

4%

0%

87%

9%

0%

Pengalaman

Kerja

Jumlah Responden

< 1 Tahun

1 - 3 Tahun

3 - 10 Tahun

> 10 Tahun

103

13

59

31

0

100%

13%

57%

30%

0%

Sumber: data primer yang diolah

Berdasarkan data statistik responden berdasarkan jenis kelamin,

umur responden, pendidikan terakhir dan pengalaman kerja dapat dilihat

pada grafik berikut ini:

Gambar 4.1

Data Statistik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Responden

Sumber: data primer yang diolah

Page 90: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

74

Berdasarkan grafik di atas terlihat bahwa jumlah responden yang

berjenis kelamin pria sebanyak 76 responden atau sebesar 74%, sedangkan

responden yang berjenis kelamin wanita sebanyak 27 responden atau

sebesar 26%.

Gambar 4.2

Data Statistik Responden Berdasarkan Umur Responden

Sumber: data primer yang diolah

Berdasarkan grafik di atas data responden berdasarkan umur

responden terlihat bahwa jumlah responden yang memiliki umur 20 – 25

tahun sebanyak 59 responden atau sebesar 57%, sedangkan responden yang

memiliki umur 26 – 31 tahun sebanyak 34 responden atau sebesar 33% dan

responden yang memiliki umur di atas 31 tahun sebanyak 10 responden atau

sebesar 10%.

Page 91: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

75

Gambar 4.3

Data Statistik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Responden

Sumber: data primer yang diolah

Berdasarkan grafik di atas data responden berdasarkan pendidikan

terakhir responden terlihat bahwa jumlah responden yang berpendidikan

terakhir D3 sebanyak 4 responden atau sebesar 4%, sedangkan responden

yang berpendidikan terakhir D4 sebanyak 0 responden atau sebesar 0%

sedangkan responden yang berpendidikan terakhir S1 sebanyak 90

responden atau sebesar 87%, responden yang berpendidikan terakhir S2

sebanyak 9 responden atau sebesar 9%. sedangkan responden yang

berpendidikan terakhir S3 sebanyak 0 responden atau sebesar 0%.

Page 92: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

76

Gambar 4.4

Data Statistik Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja

Sumber: data primer yang diolah

Berdasarkan grafik di atas data responden berdasarkan pengalaman

kerja responden terlihat bahwa jumlah responden yang berpengalaman kerja

kurang dari 1 tahun sebanyak 13 responden atau sebesar 13%, sedangkan

responden yang berpengalaman kerja 1 – 3 tahun sebanyak 59 responden

atau sebesar 57% sedangkan responden yang berpengalaman kerja 3 - 10

tahun sebanyak 31 responden atau sebesar 30%, responden yang

berpengalaman kerja lebih dari 10 tahun sebanyak 0 responden atau sebesar

0%.

Page 93: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

77

B. Hasil dan Pembahasan

1. Hasil Uji Statistik Deskriptif

Pengukuran statistik deskriptif variabel dilakukan untuk memberikan

gambaran umum mengenai kisaran teoritis, kisaran aktual, rata-rata (mean)

dan standar deviasi dari masing - masing variabel yaitu disajikan sebagai

berikut:

Tabel 4.4 Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

PG 103 2.89 5.00 4.0354 .49886 ID 103 3.00 5.00 4.0441 .43661 SK 103 3.00 5.00 4.0379 .44438 PK 103 3.00 5.00 4.0491 .43927

Valid N (listwise) 103

Sumber: data primer yang diolah

Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat didekripsikan bahwa jumlah

responden (N) ada 103. Dari 103 responden ini variabel pengalaman

memiliki nilai minimum 2,89, nilai maksimum 5, nilai mean 4,0354, dengan

standar deviasi 0,49886, Independensi memiliki nilai minimum 3, nilai

maksimum 5, nilai mean 4,0441, dengan standar deviasi 0,43661, skeptisme

profesional auditor memiliki nilai minimum 3, nilai maksimum 5, nilai

mean 4,0379, dengan standar deviasi 0,44438. Sedangkan pada variabel

dependen (pendeteksian kecurangan) nilai minimum 3, nilai maksimum 5,

nilai mean 4,0491 dengan standar deviasi 0,43927.

Page 94: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

78

2. Hasil Uji Kualitas Data

a. Hasil Uji Validitas

Pengujian validitas dari instrumen penelitian dilakukan dengan

menghitung angka korelasional atau rhitung dari nilai jawaban tiap

responden untuk tiap butir pertanyaan, kemudian dibandingkan dengan

rtabel. Nilai rtabel 0,195, didapat dari jumlah kasus - 2, atau 103 – 2 = 101,

tingkat signifikansi 5%, maka didapat rtabel 0,195. Setiap butir pertanyaan

dikatakan valid bila angka korelasional yang diperoleh dari perhitungan

lebih besar atau sama dengan rtabel (Imam Ghozali, 2009:53). Berdasarkan

hasil pengujian didapatkan bahwa semua pernyataan dikatakan valid,

karena koefisien korelasi (rhitung) > rtabel. Tabel di bawah ini menunjukkan

hasil uji validitas dari variabel pengalaman dengan 103 sampel

responden.

Tabel 4.5

Hasil Uji Validitas Variabel Pengalaman

Pertanyaan Nilai rhitung Nilai rtabel Kriteria

PG1 0,770 0,195 Valid

PG2 0,663 0,195 Valid

PG3 0,539 0,195 Valid

PG4 0,673 0,195 Valid

PG5 0,731 0,195 Valid

PG6 0,474 0,195 Valid

PG7 0,581 0,195 Valid

PG8 0,560 0,195 Valid

PG9 0,461 0,195 Valid

Sumber: data primer yang diolah

Page 95: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

79

Variabel pengalaman terdiri atas 9 butir pernyataan, dari ke-9

butir pernyataan adalah valid (rhitung > rtabel). Tabel di bawah ini

menunjukkan hasil uji validitas dari variabel Independensi dengan 103

sampel responden.

Tabel 4.6

Hasil Uji Validitas Variabel Independensi

Pertanyaan Nilai rhitung Nilai rtabel Kriteria IN1 0,566 0,195 Valid IN2 0,644 0,195 Valid IN3 0,574 0,195 Valid IN4 0,632 0,195 Valid IN5 0,513 0,195 Valid IN6 0,566 0,195 Valid IN7 0,471 0,195 Valid IN8 0,690 0,195 Valid IN9 0,603 0,195 Valid IN10 0,415 0,195 Valid IN11 0,408 0,195 Valid IN12 0,430 0,195 Valid

Sumber: data primer yang diolah

Variabel independensi terdiri atas 12 butir pernyataan, dari ke -

12 butir pernyataan adalah valid (rhitung > rtabel). Tabel di bawah ini

menunjukkan hasil uji validitas dari variabel skeptisme profesonal

auditor dengan 103 sampel responden.

Tabel 4.7

Hasil Uji Validitas Variabel Skeptisme Profesional Auditor

Pertanyaan Nilai rhitung Nilai rtabel Kriteria SK1 0,597 0,195 Valid SK2 0,477 0,195 Valid SK3 0,402 0,195 Valid SK4 0,529 0,195 Valid SK5 0,621 0,195 Valid SK6 0,590 0,195 Valid SK7 0,613 0,195 Valid SK8 0,481 0,195 Valid SK9 0,487 0,195 Valid SK10 0,479 0,195 Valid

Sumber: data primer yang diolah

Page 96: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

80

Variabel skeptisme professional auditor terdiri atas 10 butir

pernyataan, dari ke-10 butir pernyataan adalah valid (rhitung > rtabel). Tabel

di bawah ini menunjukkan hasil uji validitas dari variabel pendeteksian

kecurangan dengan 103 sampel responden.

Tabel 4.8

Hasil Uji Validitas Variabel Pendeteksian Kecurangan

Pertanyaan Nilai rhitung Nilai rtabel Kriteria

PK1 0,602 0,195 Valid

PK2 0,496 0,195 Valid

PK3 0,548 0,195 Valid

PK4 0,492 0,195 Valid

PK5 0,400 0,195 Valid

PK6 0,635 0,195 Valid

PK7 0,677 0,195 Valid

PK8 0,407 0,195 Valid

PK9 0,412 0,195 Valid

PK10 0,625 0,195 Valid

PK11 0,499 0,195 Valid

PK12 0,634 0,195 Valid

PK13 0,642 0,195 Valid

Sumber: data primer yang diolah

Variabel pendeteksian kecurangan terdiri atas 13 butir

pernyataan, dari ke-13 butir pernyataan adalah valid (rhitung > rtabel).

b. Hasil Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas hanya dapat dilakukan setelah suatu instrumen

telah dipastikan validitasnya. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini

untuk menunjukan tingkat reliabilitas konsistensi internal teknik yang

digunakan adalah dengan mengukur koefisien Cronbach’s Alpha dengan

bantuan program SPSS 20. Nilai alpha bervariasi dari 0 – 1, suatu

pertanyaan dapat dikategorikan reliabel jika nilai alpha lebih besar dari

0,60 dalam (Ghozali, 2009:48).

Page 97: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

81

Tabel 4.9

Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Cronbach's

Alpha

N of

Items

Keterangan

Pengalaman 0,872 9 Reliabel

Independensi 0,863 12 Reliabel

Skeptisme Profesionalisme Auditor 0,833 10 Reliabel

Pendeteksian Kecurangan 0,871 13 Reliabel

Sumber: Data primer yang diolah

Tabel 4.9 di atas menunjukkan nilai cronbach’s alpha atas

variabel pengalaman sebesar 0,872, variabel independensi sebesar 0,863,

variabel skeptisme profesionalisme auditor sebesar 0,833, dan variabel

pendeteksian kecurangan sebesar 0,871. sehingga dapat disimpulkan

bahwa pernyataan dalam kuesioner semua variabel ini reliabel karena

mempunyai nilai cronbach’s alpha lebih besar dari 0,60.

Hal ini menunjukkan bahwa setiap item pernyataan yang

digunakan akan mampu memperoleh data yang konsisten yang berarti

bila pernyataan itu diajukan kembali akan diperoleh jawaban yang relatif

sama dengan jawaban sebelumnya. Uji validitas digunakan untuk

mengetahui apakah item-item yang ada di dalam kuesioner mampu

mengukur peubah yang didapatkan dalam penelitian ini (Ghozali, 2009:

45). Maksudnya untuk mengukur valid atau tidaknya suatu kuesioner

dilihat jika pertanyaan dalam kuesioner tersebut mampu mengungkapkan

sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.

Page 98: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

82

3. Hasil Uji Asumsi Klasik

a. Hasil Uji Normalitas Data

Data-data bertipe skala sebagai pada umumnya mengikuti asumsi

distribusi normal. Namun, tidak mustahil suatu data tidak mengikuti

asumsi normalitas. Untuk mengetahui kepastian sebaran data yang

diperoleh harus dilakukan uji normalitas terhadap data yang

bersangkutan. Dengan demikian, analisis statistika yang pertama harus

digunakan dalam rangka analisis data adalah analisis statistik berupa uji

normalitas. Menurut Ghozali (2009:147) uji normalitas bertujuan apakah

dalam model regresi variabel dependen (terikat) dan variabel independen

(bebas) mempunyai kontribusi atau tidak.

Terdapat dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi

normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik (uji

Kolmogorov – smirnov), adapun penjelasan mengenai uji normalitas data

adalah sebagai berikut (Ghozali, 2009:147):

1) Hasil Uji Normalitas Secara Grafik

Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual

adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara

data observasi dengan distribusi yang mendeteksi distribusi normal.

Namun demikian hanya dengan melihat histogram hal ini dapat

menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode

yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang

membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi

Page 99: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

83

normal akan membentuk suatu garis lurus diagonal dan ploting data

residual akan dibandingkan dengan garis diagonal (Imam Ghozali,

2009:147). Adapun hasil perhitungan uji normalitas dengan melihat

dari segi grafik yang ditunjukan pada gambar grafik p-p plot berikut

ini:

Gambar 4.5: Uji Normalitas Data Secara Grafik

Pada grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar di sekitar

garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal.

Kedua grafik ini menunjukkan bahwa model regresi layak dipakai

karena asumsi normalitas (Imam Ghozali 2009:112).

Page 100: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

84

2) Hasil Uji Normalitas Secara Statistik

Uji normalitas secara grafik dapat menyesatkan kalau tidak

hati-hati secara visual kelihatan normal, padahal secara statistik bisa

sebaliknya. Oleh sebab itu dianjurkan disamping uji grafik dilengkapi

dengan uji statistik (Imam Ghozali, 2009:149). Adapun hasil

perhitungan uji normalitas secara statistic yang dilihat berdasarkan uji

Kolmogorof-Smirnov adalah sebagai berikut:

Tabel 4.10 Uji Normalitas Secara Statistik

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

PG ID SK PK

N 103 103 103 103

Normal Parametersa,b

Mean 4.0354 4.0441 4.0379 4.0491 Std. Deviation .49886 .43661 .44438 .43927

Most Extreme Differences Absolute .084 .086 .074 .068 Positive .064 .086 .068 .068 Negative -.084 -.054 -.074 -.066

Kolmogorov-Smirnov Z .849 .874 .751 .685 Asymp. Sig. (2-tailed) .466 .430 .626 .736

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber: data primer yang diolah

Berdasarkan tabel 4.10 di atas uji Kolmogorov - Smirnov dapat

diketahui bahwa seluruh variabel memiliki nilai sig. > 0,05, ini

mengartikan bahwa semua data terdistribusi dengan normal (Ghozali,

2009:147).

b. Hasil Uji Multikolienaritas

Pengujian multikolonieritas dilakukan untuk menguji apakah

pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.

Untuk mendeteksi adanya problem multikol, maka dapat dilakukan

dengan melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF) serta

besaran korelasi antar variabel independen.

Page 101: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

85

Tabel 4.11 Hasil Uji Multikolonieritas

Coefficientsa

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1

(Constant) PG .453 2.207

ID .218 4.593

SK .155 6.463

a. Dependent Variable: PK

Sumber: data primer yang diolah

Tabel 4.11 di atas menjelaskan bahwa data yang ada tidak terjadi

gejala multikolinearitas antara masing - masing variabel independen

yaitu dengan melihat nilai VIF. Nilai VIF yang diperbolehkan hanya

mencapai 10 maka data di atas dapat dipastikan tidak terjadi gejala

multikolinearitas. Karena data di atas menunjukan bahwa nilai VIF lebih

kecil dari 10 dan nilai tolerance lebih besar dari 0,10 keadaan seperti itu

membuktikan tidak terjadinya multikolinearitas.

c. Hasil Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu

pengamatan yang lain. Heteroskedastisitas menunjukan bahwa variasi

variabel tidak sama untuk semua pengamatan. Pada heterokedastisitas

kesalahan yang terjadi tidak secara acak tetapi menunjukan hubungan

yang sistematis sesuai dengan besarnya satu atau lebih variabel.

Berdasarkan hasil pengolahan data, maka hasil Scatterplot dapat dilihat

pada gambar berikut:

Page 102: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

86

Gambar 4.6: Uji Heteroskedastisitas

Dari grafik scatterplot yang ada pada gambar di atas dapat dilihat

bahwa titik-titik menyebar secara acak, serta tersebar baik di atas maupun

dibawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa

tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. (Imam Ghozali

2009:107).

4. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

a. Hasil Uji Determinasi (Adjusted R2)

Menurut Ghozali (2009:87) untuk menentukan seberapa besar

variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen, maka perlu

diketahui nilai koefisien determinasi (Adjusted R-Square). Adapun hasil

uji determinasi Adjusted R2.

Page 103: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

87

Tabel 4.12

Hasil Uji Determinasi (Adjusted R2)

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .865a .748 .741 .22362 2.165

a. Predictors: (Constant), SK, PG, ID b. Dependent Variable: PK

Sumber: data primer yang diolah

Berdasarkan tabel 4.12 di atas menyatakan bahwa nilai koefisien

nilai koefisien determinasi yang sudah disesuaikan (Adjusted R Square)

adalah 0,741. Hal ini berarti 74,1% variasi dari pendeteksian kecurangan

bisa dijelaskan oleh variasi variabel independen (pengalaman,

independensi dan skeptisme profesionalisme auditor). Sedangkan sisanya

(100% - 74,1% = 25,9%) dijelaskan oleh variabel lain yang tidak ada

dalam penelitian ini kompetensi (Setyaningrum, 2010), tipe kepribadian,

beban kerja (Fitriany, 2012).

b. Hasil Uji Persamaan Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui

pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen, adapun

hasil uji regresi linier berganda adalah sebagai berikut:

Tabel 4.13

Hasil Uji Regresi Linier Berganda

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

B Std. Error Beta

1

(Constant) .360 .219 PG .228 .066 .259

ID .313 .109 .311

SK .372 .127 .377

a. Dependent Variable: PK

Sumber: data primer yang diolah

Page 104: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

88

Berdasarkan tabel 4.13 di atas hasil yang telah diperoleh dari

koefisien regresi di atas, maka dapat dibuat suatu persamaan regresi

sebagai berikut:

Y= 0,360 + 0,228 X1 + 0,313 X2 + 0,372 X3

Pada persamaan regresi di atas menunjukkan nilai konstanta

sebesar 0,360. Hal ini menyatakan bahwa jika variabel pengalaman,

independensi dan skeptisme profesionalisme auditor dianggap konstan

atau bernilai 0 (nol), maka pendeteksian kecurangan akan meningkat

sebesar 0,360 satuan atau 36 %.

Koefisien regresi pada variabel pengalaman sebesar 0,228, hal ini

berarti jika variabel independensi bertambah satu satuan maka variabel

pendeteksian kecurangan akan meningkat sebesar 0,228 satuan atau

22,8%, dengan catatan variabel lain dianggap konstan.

Koefisien regresi pada variabel independensi sebesar 0,313, hal

ini berarti jika variabel independensi bertambah satu satuan maka

variabel pendeteksian kecurangan akan meningkat sebesar 0,313 satuan

atau 33,3 %, dengan catatan variabel lain dianggap konstan.

Koefisien regresi pada variabel skeptisme profesionalisme auditor

sebesar 0,372, hal ini berarti jika variabel skeptisme profesionalisme

auditor bertambah satu satuan maka variabel pendeteksian kecurangan

akan meningkat sebesar 0,372 satuan atau 37,2 %, dengan catatan

variabel lain dianggap konstan.

Page 105: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

89

5. Hasil Uji Hipotesis Penelitian

a. Hasil Uji Secara Simultan (Uji F)

Pengujian ini bertujuan untuk membuktikan apakah variabel-

variabel independen secara simultan (bersama - sama) mempunyai

pengaruh terhadap variabel dependen (Ghozali, 2009:88). Hasil uji

statistik F dapat dilihat pada tabel di bawah ini, jika nilai probabilitas

lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan menolak Ho, sedangkan jika

nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima dan menolak Ha.

Tabel 4.14 Hasil Uji Statistik F (Simultan)

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 14.731 3 4.910 98.200 .000b

Residual 4.950 99 .050

Total 19.682 102 a. Dependent Variable: PK b. Predictors: (Constant), SK, PG, ID

Sumber: data primer yang diolah

Berdasarkan tabel 4.14 di atas menyatakan bahwa hasil uji F

dapat dilihat pada tabel di atas nilai Fhitung diperoleh sebesar 98,200 >

Ftabel sebesar 2,70 dengan tingkat signifikansi 0,000 < 0,05. Karena

tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima, sehingga

dapat dikatakan bahwa pengalaman, independensi, skeptisme

profesionalisme auditor terhadap pendeteksian kecurangan berpengaruh

secara simultan (bersama-sama).

b. Hasil Uji Secara Parsial (Uji t)

Uji t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas

atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel

dependen dan digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh

Page 106: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

90

masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel

dependen yang diuji pada tingkat signifikansi 0,05 (Ghozali, 2009:88).

Tabel 4.15

Hasil Uji t (Parsial) Coefficients

a

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) .360 .219 1.645 .103

PG .228 .066 .259 3.461 .001

ID .313 .109 .311 2.877 .005

SK .372 .127 .377 2.940 .004

a. Dependent Variable: PK

Sumber: data primer yang diolah

Berdasarkan tabel 4.15 di atas dapat dilihat bahwa pengaruh

pengalaman, independensi, skeptisme profesionalisme auditor terhadap

pendeteksian kecurangan menunjukkan pengaruh yang signifikan.

Berikut ini adalah hasil penjelasan mengenai pengaruh antar variabel

independen terhadap pendeteksian kecurangan:

1) Pengaruh Pengalaman Terhadap Pendeteksian Kecurangan

Variabel pengalaman dengan nilai thitung sebesar 3,461 > 1,98

atau nilai sig. lebih kecil dari 0,05 (0,001 < 0,05), maka dapat

disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti

pengalaman berpengaruh signifikan secara parsial terhadap

pendeteksian kecurangan. Hasil sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Fitriany (2012), dalam penelitianya yang berjudul

“Pengaruh Beban Kerja, Pengalaman Audit Dan Tipe Kepribadia

Terhadap Skeptisme Profesiona Dan Kemampuan Auditor Dalam

Mendeteksi Kecurangan”. Metode yang digunakan adalah

Page 107: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

91

menggunakan regresi linier berganda. Hasil pengujian menunjukkan

bahwa beban kerja berpengaruh negatif terhadap peningkatan

kemampuan auditor dalam mendeteksi gejala-gejala kecurangan,

sedangkan pengalaman audit dan skeptisme profesional terbukti

berpengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan auditor

mendeteksi gejala - gejala kecurangan.

Dengan hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa semakin

berpengalaman seorang auditor, maka akan semakin tinggi atau

semakin baik dalam mendeteksi kecurangan. Dengan hasil tersebut

kantor akuntan publik harus memberikan pelatihan bagi auditor dalam

meningkatkan kemampuan bagi mereka dan memberikan kompensasi

yang layak dan sesuai kebutuhan auditor, karena semakin lamanya

auditor bekerja maka akan semakin baik pekerjaan yang dilaksanakan.

Sehingga akan meningkatkan pendeteksian kecurangan yang

menghasilkan kualitas audit yang lebih baik lagi. Hal ini sesuai

dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Sukriah, dkk (2009)

menyimpulkan bahwa semakin banyak pengalaman kerja seorang

auditor maka semakin meningkat kualitas hasil pemeriksaan yang

dilakukan.

2) Pengaruh Independensi Terhadap Pendeteksian Kecurangan

Variabel independensi dengan nilai thitung sebesar 2,877 > 1,98

atau nilai sig. lebih kecil dari 0,05 (0,005 < 0,05), maka dapat

disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti

independensi berpengaruh positif secara parsial terhadap pendeteksian

Page 108: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

92

kecurangan. Hasil sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Matondang (2010), dalam penelitianya yang berjudul “Pengaruh

Pengalaman, independensi dan keahlian profesionalisme terhadap

pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan

keuangan”, metode yang digunakan menggunakan regresi linier

berganda. Disimpulkan pengalaman, independensi dan keahlian

professional berpengaruh terhadap pencegahan dan pendeteksian

kecurangan.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa semakin tingginya

independensi seorang auditor maka akan semakin tinggi mendeteksi

kecurangan. Berdasarkan hasil tersebut maka kantor akuntan publik

perlu melakukan motivasi dan melakukan pengawasan terhadap

auditor, sehingga akan meningkatkan pendeteksian kecurangan.

Dengan meningkatnya pendeteksian kecurangan maka akan semakin

baiknya kualitas audit dan akan menyajikan laporan keuangan yang

lebih baik lagi sehingga dapat dipercaya perusahaan dalam mengaudit

laporan keuangan.

3) Pengaruh Skeptisme Profesionalisme Auditor Terhadap Pendeteksian

Kecurangan

Variabel skeptisme profesionalisme auditor dengan nilai thitung

sebesar 6,642 > 1,98 atau nilai sig. lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05),

maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang

berarti skeptisme profesionalisme auditor berpengaruh signifikan

secara parsial terhadap pendeteksian kecurangan. Hasil sesuai dengan

Page 109: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

93

penelitian yang dilakukan oleh Waluyo (2005), dalam penelitianya

yang berjudul “Skeptisme Profesional Auditor Dalam Mendeteksdi

Kecurangan”, metode yang digunakan dalam penelitianya

menggunakan refresi linier bverganda. Hasil penelitian menyatakan

bahwa tipe skeptisme yang terdiri dari dukungan data dan tipe

kepripadian berpengaruh pendeteksian kecurangan.

Hasil penelitian membuktikan bahwa semakin meningkat

skeptisme auditor maka akan semakin tinggi pendeteksian

kecurangan, dengan hasil tersebut maka kantor akuntan publik harus

melakukan peningkatan pelatihan terhadap auditor agar lebih

professional lagi, sehingga akan meningkatkan kualitas audit yang

lebih baik lagi dan menyajikan laporan keuangan yang semakin baik.

C. Interpretasi

1. Pengaruh Pengalaman Terhadap Pendeteksian Kecurangan

Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat pengaruh secara parsial

antara pengalaman terhadap pendeteksian kecurangan dilihat berdasarkan

nilai signifikan kurang dari 0,05. Hasil penelitian sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Fitriany (2012), dalam penelitianya yang berjudul

“Pengaruh Beban Kerja, Pengalaman Audit Dan Tipe Kepribadia Terhadap

Skeptisme Profesiona Dan Kemampuan Auditor Dalam Mendeteksi

Kecurangan”. Metode yang digunakan adalah menggunakan regresi linier

berganda. Hasil pengujian menunjukkan bahwa beban kerja berpengaruh

negatif terhadap peningkatan kemampuan auditor dalam mendeteksi gejala-

Page 110: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

94

gejala kecurangan, sedangkan pengalaman audit dan skeptisme profesional

terbukti berpengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan auditor

mendeteksi gejala - gejala kecurangan.

Hal ini membuktikan bahwa pengalaman menjadi faktor yang

mempengaruhi pendeteksian kecurangan. Berdasarkan hasil uji regresi linier

berganda ditemukan hasil signifikan dan positif hal ini membuktikan bahwa

semakin berpengalaman auditor maka akan semakin tinggi tingkat

pendeteksian kecurangan.

2. Pengaruh Independensi Terhadap Pendeteksian Kecurangan

Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat pengaruh secara parsial

antara independensi terhadap pendeteksian kecurangan dilihat berdasarkan

nilai signifikan kurang dari 0,05. Hasil penelitian sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Matondang (2010), dalam penelitianya yang berjudul

“Pengaruh Pengalaman, independensi dan keahlian profesionalisme

terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan

keuangan”, metode yang digunakan menggunakan regresi linier berganda.

Disimpulkan pengalaman, independensi dan keahlian professional

berpengaruh terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan.

Hal ini membuktikan bahwa independensi menjadi faktor yang

mempengaruhi pendeteksian kecurangan. Berdasarkan hasil uji regresi linier

berganda ditemukan hasil signifikan dan positif hal ini membuktikan bahwa

semakin independensi maka akan semakin tinggi tingkat pendeteksian

kecurangan.

Page 111: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

95

3. Pengaruh Skeptisme Profesionalisme Auditor Terhadap Pendeteksian

Kecurangan

Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat pengaruh secara parsial

antara skeptisme profesionalisme auditor terhadap pendeteksian kecurangan

dilihat berdasarkan nilai signifikan kurang dari 0,05. Hasil penelitian sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Waluyo (2005), dalam penelitianya

yang berjudul “Skeptisme Profesional Auditor Dalam Mendeteksdi

Kecurangan”, metode yang digunakan dalam penelitianya menggunakan

regresi linier berganda. Hasil penelitian menyatakan bahwa tipe skeptisme

yang terdiri dari dukungan data dan tipe kepripadian berpengaruh

pendeteksian kecurangan.

Hasil regresi menyatakan bahwa skeptisme profesionalisme auditor

berpengaruh dan signifikan serta positif terhadap pendeteksian kecurangan,

hal ini membuktikan bahwa semakin tingginya skeptisme profesionalisme

auditor maka akan semakin tinggi pendeteksian kecurangan.

Page 112: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

96

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa pengalaman,

independensi, skeptisme profesionalisme auditor berpengaruh positif terhadap

pendeteksian kecurangan. Responden penelitian ini berjumlah 103 orang

auditor di wilayah Jakarta. Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dan

pengujian yang telah dilakukan terhadap permasalahan dengan menggunakan

model regresi berganda, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda ditemukan bahwa pengalaman,

independensi, skeptisme profesionalisme auditor berpengaruh positif dan

signifikan terhadap pendeteksian kecurangan. Hasil sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Herman (2009).

2. Dalam penelitian ditemukan bahwa variabel skeptisme memiliki pengaruh

paling dominan terhadap pendeteksian kecurangan, hal ini dapat dilihat

berdasarkan nilai standard coefficient beta sebesar 0,377.

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan di atas maka implikasi dari penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan penelitian ditemukan bahwa pengalaman memiliki pengaruh

yang signifikan dan positif terhadap pendeteksian kecurangan, dengan

demikian semakin tingginya pengalaman dari seorang auditor maka akan

Page 113: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

97

semakin tinggi pula pendeteksian kecurangan. Hal ini membuktikan bahwa

dengan pengalaman yang lama akan meningkatkan keahlian auditor dalam

pendeteksian kecurangan. Maka bagi KAP perlu melakukan pelatihan yang

lebih baik lagi dan mempertahankan auditor yang bekerja dengan baik

dengan memberikan kenyamanan yang baik dengan pemberian kompensasi

bagi auditor sesuai kebutuhanya. Karena semakin banyak pengalaman maka

semakin semakin meningkat kualitas hasil pemeriksaan yang dilakukan

auditor, hal ini sesuai dengan pendapat Sukriah, dkk (2009) menyimpulkan

bahwa semakin banyak pengalaman kerja seorang auditor maka semakin

meningkat kualitas hasil pemeriksaan yang dilakukan. Seseorang yang

melakukan pekerjaan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya akan

memberikanhasil yang baik daripada mereka yang tidak memiliki

pengetahuan yang cukup dalam menjalankan tugasnya.kenyataan

menunjukkan bahwa semakin lama seseorang bekerja maka, semakin

banyak pengalaman yang dimiliki pekerja tersebut.Sebaliknya, semakin

singkat masa kerja berarti semakin sedikit pengalaman yang diperolehnya.

Pengalaman bekerja memiliki keahlian dan keterampilan kerja yang cukup

namun sebaliknya,keterbatasab kerja mengakibatkan tingkat keterampilan

dan keahlian yang dimiliki semakin rendah. Kebiasaan unuk melakukan

tugas dan pekerjaan sejenis merupakan sarana positif untuk meningkatkan

keahlian tenaga kerja.

Page 114: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

98

2. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa independensi memiliki

pengaruh yang signifikan dan positif terhadap pendeteksian kecurangan,

dengan hasil ini maka dapat dilihat bahwa semakin tingginya independensi

seorang auditor maka akan semakin tinggi pendeteksian kecurangan,

sehingga perlu adanya pengawasan mengenai peningkatan independensi

dengan memberikan pelatihan mengenai independensi.

3. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa skeptisme profesionalisme

auditor memiliki pengaruh yang signifikan dan positif dan merupakan

variabel yang paling besar berpengaruh terhadap pendeteksian kecurangan,

dengan hasil ini maka dapat dilihat bahwa semakin tingginya skeptisme

profesionalime auditor maka akan semakin tinggi pendeteksian kecurangan,

hal ini membuktikan bahwa bagi pihak KAP perlu melakukan penerapan

skeptisme auditor lebih baik lagi. Auditor menerapkan sikap skeptisme

profesional pada saat mengajukan pertanyaan dan menjalankan prosedur

audit, dengan tidak cepat puas dengan bukti audit yang kurang persuaive

yang hanya didasarkan pada kepercayaan bahwa manajemen dan pihak

terkait bersikap jujur dan mempunya integritas Waluyo (2008:7). Maka

perlu adanya skeptisme agar kualitas laporan keuangan semakin baik.

C. Saran

Hasil menyatakan bahwa pengalaman, independensi dan skeptisme

profesional auditor sangat penting dalam meningkatkan pendeteksian

kecurangan maka perlu adanya peningkatan pengalaman, independensi dan

Page 115: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

99

skeptisme profesional auditor yang lebih baik, dengan demikian peneliti akan

memberikan beberapa saran untuk penelitian selanjutnya:

1. Melakukan penelitian dengan waktu yang cukup dan tidak terburu-buru,

agar mendapat hasil yang lebih baik dan lebih teliti lagi.

2. Memberikan waktu yang cukup kepada responden, pertama agar responden

dapat mencerna seluruh pertanyaan yang ada dikuesioner, kedua agar

mereka dapat menjawab pertanyaan dengan tepat.

3. Menambahkan jumlah variabel yang dapat mempengaruhi pendeteksian

kecurangan, sehingga akan menghasilkan data yang lebih baik lagi.

4. Menggunakan alat uji yang lebih baik lagi agar menghasilkan data yang

akurat

5. Lebih teliti lagi dalam pemilihan variabel dan dan jumlah penyebaran yang

ditambah lagi agar menciptakan data yang baik dan normal.

6. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat menyajikan hasil penelitian

yang lebih berkualitas lagi dengan menggambarkan secara deskriptif

variabel yang akan diteliti dan memperluas objek penelitian.

7. Dalam penelitian selanjutnya, perlu diperbaiki alternatif jawaban responden,

sehingga tidak ada responden memiliki lebih dari 1 jawaban.

Page 116: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

100

DAFTAR PUSTAKA

Abriyani, Puspaningsih, 2004. “Faktor-faktor yang berpengaruh Terhadap

Kepuasan Kerja Dan Kinerja Manajer Perusahaan Manufaktur”, Jurnal

Akuntansi dan Auditing Indonesia, Jakarta.

Amrizal, (2004). ”Pencegahan dan Pendeteksian Kecurangan oleh Internal

Auditor”. Jakarta: Direktorat Investigasi BUMN dan BUMD Deputi

Bidang Investigasi.

Arens A., Randal J. Elder, dan Mark S. Beasley, 2006. Auditing dan Jasa

Assurance : Pendekatan Integrasi (Alih Bahasa: Herman Wibowo), Jilid 1,

Edisi Keduabelas, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Arens, A. & Loebbecke, J.K. (2003). Auditing Pendekatan Terpadu buku 1 (edisi

8). (Alih bahasa, Jusuf, A. A.) Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

_______, Alvin A., Randal J. Elder dan Mark S. Beasley. (2010). Auditing Dan

Jasa Assurance: Pendekatan Terintegrasi. Jilid 1. Edisi 12. Jakarta:

Penerbit Erlangga.

Arum, Puspa. (2008) “Pengaruh Persuasi Atas Preferensi Klien Dan Pengalaman

Audit Terhadap Pertimbangan Auditor Dalam Mengevaluasi Bukti Audit,

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Volume 5 – Nomor 2,

Desember 2008, Universitas Jambi, Jambi

Asih, Dwi Annaning Tyas, 2006. “Pengaruh Pengalaman Terhadap Peningkatan

Keahlian Auditor Dalam Bidang Auditing”. Fakultas Ekonomi Universitas

Islam Indonesia. Yogyakarta,.

BAPEPAM. (2002). Keputusan Ketua BAPEPAM No. Kep-20/PM/2002

bertanggal 12 november 2002, perturan No. VIII.A.2 tentang Independensi

Akuntan yang Memberikan Jasa Audit di Pasar Modal. Jakarta:BAPEPAM

Beasley, M.S., Carcello, J.V., and Hermanson, D.R. (2001). “Top 10 Audit

Deficiencies”. Journal of Accountancy.

Boynton, William C., Johnson Raymond dan Kell, Walter G. (2003). “Modern

Auditing”. Seven Edition. New York: Juhn Willey and Sons Inc.

Dian, Indri Purnamasari, 2005. ”Pengaruh Pengalaman Kerja Terhadap

Hubungan Partisipasi dengan Efektifitas Sistem Informasi”, Jurnal Riset

Akuntansi Keuangan, Jakarta.

Page 117: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

101

Fahmi, Irham, 2008. “Analisis Kredit dan Fraud: Pendekatan Kualitatif dan

Kuantitatif”. Alumni, Bandung,.

Ferdian, Riki dan Na’im, Ainun, 2006. “Pengaruh Problem-Based Learning

(PBL) pada Pengetahuan tentang Kekeliruan dan Kecurangan (errors and

irregularities)”. Simposium Nasional Akuntansi 9. Padang,.

Fitriany, Hafifah Nasution, 2012. “Pengaruh Beban Kerja, Pengalaman Audit

Dan Tipe Kepribadian Terhadap Skeptisme Profesional Dan Kemampuan

Auditor Dalam Mendeteksi Kecurangan”, Universitas Indonesia, Jakarta.

Fullerton, Rosemary R., and Durtschi, Cindy. (2004). The Effect of Professional

Skepticism on The Fraud Detection Skills of Internal Auditors. Working

Paper Series. March 5, 2012. http://www.ssrn.com

Ghozali, Imam, 2009.”Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS”,

Badan Penerbit Universitas Dipenogoro, Semarang

Halim, Abdul, 2008. “Auditing: Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan”, Edisi

Keempat. UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

Hamid, Abdul, 2007. “Panduan Penulisan Skripsi”. FEIS UIN Press, Jakarta.

Herliansyah, Yudhi dan Ilyas, Meifida, 2006. “Pengaruh Pengalaman Auditor

terhadap Penggunaan Bukti tidak Relevan dalam Auditor Judgment”.

Simposium Nasional Akuntansi 9. Padang.

Herman, Edy, 2009. “Pengaruh Pengalaman dan Skeptisme Profesional Auditor

Terhadap Pendeteksian Kecurangan”, Universitas Islam Negeri, Jakarta.

Herty, Safitri YunintaSari, 2010. “Pengaruh Independensin Dan Profesionalisme

Auditor Internal Dalam Upaya Mencegah Dan Mendeteksi Terjadinya

Fraud”. UIN. Jakarta.

Ida, Suraida. 2005. “Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit dan Risiko

Audit terhadap Skeptisisme Profesional Auditor dan Ketepatan Pemberian

Opini Akuntan Publik”. Sosiohumaniora, Vol. 7 No. 3, November 2005:

186-202.

Ikatan Akuntan Indonesia 2001. Standar Auditing Seksi 316 : “Pertimbangan

atas Kecurangan dalam Audit Laporan Keuangan”. Standar Profesional

Akuntan Publik. IAI-KAP. Jakarta : Salemba – Empat.

Page 118: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

102

Isalinda, Michiko, 2011. “Analisis pengaruh trust, fraud risk assessment, dan

pengalaman auditor terhadap skeptisme profesional auditor dalam

pendeksian kecurangan”. Universitas Islam Negeri, Jakarta.

Kushasyandita, Sabhrina, 2012. “Pengaruh Pengalaman, Keahlian, Situasi Audit,

Etika, Dan Gender Terhadap Ketepatan Pemberian Opini Auditor Melalui

Skeptisisme Profesional Auditor”, Fakultas Ekonomika Dan Bisnis

Universitas Diponegoro, Semarang.

Kusumastuti, Rika Dewi, 2008. ” Pengaruh Pengalaman, Komitmen Profesional,

Etika Organisasi, Dan Gender Terhadap Pengambilan Keputusan Etis

Auditor ”, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Matondang, Jordan, 2010. “Pengaruh Pengalaman Audit, Independsi, Dan

Keahlian Profesional Terhadap Pencegahan Pendeteksian Kecurangan

Penyajian Laporan Keuangan”, Univestias Islam Negeri, Jakarta.

Mui, Grace Yanchi, 2010. “Factors That Impact On Internal Auditors’ Fraud

Detection Capabilities – A Report For The Institute of Internal Auditors

Australia”. Center for Business Forensics HELP University Malaysia.

Mulyadi, Puradiredja, Kanaka. (1998). Auditing, buku dua 5th Edition. Salemba

Empat

_______, Puradiredja, Kanaka. (2002). Auditing. Jilid 1. Edisi 6. Salemba Empat,

Jakarta.

_______. “Auditing”. Edisi Enam; cetakan kesatu. Salemba Empat, Jakarta, 2002.

_______. 2008. Sistem Akuntansi. Cetakan Keempat. Jakarta : Salemba Empat.

Noviani, Bandi. “Pengaruh Pengalaman Dan Pelatihan Terhadap Struktur

Pengetahuan Auditortentang Kekeliruan”, universitas negeri semarang,

2002.

Noviyanti, Suzy. “Skeptisme Profesional Auditor dalam Mendeteksi

Kecurangant”. Konferensi Akuntansi Pertama Universitas Indonesia.

Depok, 2007.

Payama J Simanjuntak. 2005. Manajemen dan Evaluasi Kinerja. Jakarta: FE

Universitas Indonesia.

Pia, Yanti. “Pengaruh Akuntabilitas, Kompetensi, Dan Independensi Terhadap

Kualitas Hasil Kerja Auditor”. FEIS UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta,

2009.

Page 119: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

103

Ramaraya, Tri. ”Pendeteksian Kecurangan (Fraud) Laporan Keuangan oleh

Auditor Eksternal”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 10, No. 1 (hal.

23-33). Mei 2008.

Sawyer, B, Lawrence, 2006. Dittenhofer A, Mortimer., dan Scheiner H, James.

“Internal Auditing”. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.

Setyaningrum, 2010. “Pengaruh Independensi Dan Kompetensi Auditor

Terhadap Tanggung Jawab Auditor Dalam Mendeteksi Kecurangan Dan

Kekeliruan Laporan Keuangan”, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas,

Surabaya,

Singgih Santoso, 2000, Buku Latihan SPSS Statistik Parametik. Jakarta: PT Elex

Media Komputindo Gramedia

Sukriah, dkk. (2009). “Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektifitas,

Integritas dan Kompetensi terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan”.

Simposium Nasional Akuntansi 12. Palembang.

Surat Keputusan Menkeu No. 359/KMK.06/2003 tentang perubahan atas Kep

Menkeu No. 423/KMK.06/2002 tentang jasa akuntan publik. www.

depkeu.go.id, 2003

Suryaningtiyas, “Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Independensi Akuntan

Publik”, Fakultas Ekonomi Widyatama, Jakarta, 2007

Taufik, Muchammad. “Pengaruh Pengalaman Kerja dan pendidikan Profesional

Auditor Internal terhadap Kemampuan Mendeteksi Fraud”. FEIS UIN

Syarif Hidayatullah. Jakarta, 2008.

Waluyo, Agung “Skeptisme professional auditor dalam pendeteksian

kecurangan”, Junal 2005.

Page 120: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

104

Lampiran 1: Kuesioner Penelitian

KUESIONER

PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN

KECURANGAN

Sebagai Syarat Tugas Akhir Mendapatkan Gelar Sarjana Ekonomi pada

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Disusun Oleh:

MUHAMMAD YUSUF AULIA

(206082004000)

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1434 H / 2013 M

Page 121: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

105

Hal : Permohonan Pengisian Kuesioner Penelitian

Kepada Yth.

Bapak/Ibu/Sdr/i Responden

Di tempat

Dengan hormat,

Dalam rangka penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat untuk

mencapai gelar sarjana Strata satu (S1) pada Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, saya:

Nama : MUHAMMAD YUSUF AULIA

Nim : 206082004000

Jurusan : Akuntansi Audit

Telpon : 081219534007

Mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/i untuk menjadi responden

dengan mengisi lembar kuesioner ini secara lengkap. Data yang diperoleh hanya

akan digunakan untuk kepentingan penelitian dan tidak digunakan sebagai

penilaian kinerja ditempat Bapak/Ibu/Sdr/i bekerja, sehingga kerahasiaannya akan

saya jaga sesuai dengan etika penelitian.

1. Dimohon untuk membaca setiap pertanyaan secara hati-hati dan menjawab

dengan lengkap semua pertanyaan, karena apabila terdapat salah satu nomor

yang tidak diisi maka kuesioner dianggap tidak berlaku.

2. Tidak ada jawaban yang salah atau benar dalam pilihan anda, yang penting

memilih jawaban yang sesuai dengan pendapat anda.

Atas kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/i meluangkan waktu untuk mengisi dan

menjawab semua pertanyaan dalam kuesioner ini, saya ucapkan terima kasih.

Peneliti,

(Muhammad Yusuf Aulia)

Page 122: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

106

A. Identitas Responden

Untuk keperluan keabsahan data penelitian ini, saya mengharapkan kepada

Bapak/Ibu/Sdr/i untuk mengisi data-data berikut:

Nama : ………………………………

Nama KAP : ……………………………….

Jenis Kelamin : Laki-Laki Perempuan

Umur : …………… tahun

Posisi Terakhir : Auditor Senior Partner Manajer

Supervasior Auditor Junior

Pendidikan Terakhir : D3 D4 S1

S2 S3

Pengalaman Kerja : < 1 tahun 1-3 tahun

3-10 tahun > 10 tahun

B. Mohon Bapak/Ibu/saudara/ menjawab pertanyaan dibawah ini dengan

memberikan tanda (√) pada salah satu jawaban yang paling sesuai dengan

diri Bapak/Ibu/Saudara.

Keterangan:

STS : Sangat Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju

TS : Tidak Setuju TS : Tidak Setuju

R : Ragu-ragu N : Netral

S : Setuju S : Setuju

SS : Sangat Setuju SS : Sangat Setuju

Page 123: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

107

Pertanyaan Yang Berhubungan Dengan Pengalaman Auditor (X1)

Pernyataan STS TS N S SS

1. Pengalaman auditor berpengaruh terhadap

keputusan yang dibuat.

2. Pengalaman dalam pekerjaan pada

umumnya dapat mengembangkan karir.

3. Pengalaman auditor sudah pasti

meningkat karena seringnya melakukan

tugas.

4. Pengalaman dapat membantu auditor

mengetahui kekeliruan disuatu perusahaan

berikut penyelesaiannya.

5. Semakin banyak pengalaman yang

dimiliki auditor, semakin besar

kemampuan auditor dalam mengatasi

setiap permasalahan yang ada.

6. Pengalaman membantu auditor dalam

menganalisis masalah.

7. Pengalaman membantu auditor dalam

memprediksi dan mendeteksi masalah

secara profesional.

8. Auditor dikatakan berpengalaman bila

menjalankan tugas lebih dari tiga tahun.

9. Auditor junior untuk mencapai

kompetensinya dapat belajar dari

pengalaman pada auditor seniornya.

Page 124: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

108

Pertanyaan Yang Berhubungan Dengan Independensi (X2)

Pernyataan STS TS N S SS

1. Dalam pelaksanaan audit, akuntan publik

memiliki rasa percaya diri

2. Dalam melakukan audit, akuntan publik

memiliki kemampuan dan keahlian.

3. Dalam melakukan audit,akuntan publik

bersikap jujur dan adil

4. Rasa tanggung jawab yang tinggi harus

dimiliki akuntan publik dalam melakukan

audit

5. Akuntan publik diberi kebebasan dalam

mengaudit

6. Dalam melaksanakan audit seorang

akuntan publik bebas dari tekanan klien

7. Akuntan publik tidak diperbolehkan

mengaudit laporan keuangan perusahaan

milik kerabat

8. Dalam setiap perikatan audit, akuntan

publik memegang teguh kode etik

independensi

9. Sikap independensi merupakan ukuran

profesionalisme seorang auditor

10. Sikap independensi merupakan cermin

ketaatan akuntan publik terhadap standar

profesi

11. Independensi diatur sesuai dengan standar

profesi akuntan publik

12 KAP mengikuti standar ketentuan IAI

tentang independensi professional auditor

Page 125: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

109

Pertanyaan Yang Berhubungan Dengan Skeptisme Profesional Auditor (X3)

Pernyataan STS TS N S SS

1. Skeptisme profesional auditor mencakup

pikiran yang selalu mempertanyakan dan

melakukan evaluasi secara kritis terhadap

bukti audit.

2. Skeptisme profesional perlu dimiliki oleh

auditor terutama saat memperoleh dan

mengevaluasi bukti audit.

3. Auditor harus memiliki kemahiran

profesional yang cermat dalam mengaudit

laporan keuangan.

4. Auditor harus memiliki independensi dan

kompetensi dalam melaksanakan audit.

5. Auditor tidak boleh mengasumsikan begitu

saja bahwa manajemen adalah tidak jujur,

tetapi auditor juga tidak boleh

mengasumsikan bahwa manajemen

sepenuhnya jujur.

6. Auditor harus merencanakan dan

melaksanakan audit dengan mengakui

bahwa ada kemungkinan terjadinya salah

saji dalam laporan keuangan.

7. Auditor membuat penaksiran yang kritis

terhadap validitas dari bukti audit yang

diperoleh.

8. Auditor menerapkan sikap skeptisme

profesional dengan tidak cepat puas dengan

bukti audit yang ada.

9. Auditor harus waspada terhadap bukti audit

yang bersifat kontradiksi.

10. Kepercayaan diri yang tinggi harus dimiliki

oleh auditor ketika melaksanakan audit.

Page 126: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

110

Pertanyaan Yang Berhubungan Dengan Pendeteksian Kecurangan (Y)

STS TS N S SS

1. Sebelum melaksanakan audit, auditor

harus memahami struktur pengendalian

internal perusahaan klien.

2. Deteksi kecurangan mencakup identifikasi

indikator-indikator kecurangan yang

memerlukan tindak lanjut auditor untuk

melakukan investigasi.

3. Auditor harus memahami karakteristik

terjadinya kecurangan.

4. Diperlukan standar pengauditan mengenai

pendeteksian kecurangan.

5. Lingkungan pekerjaan audit sangat

mempengaruhi kualitas audit.

6. Metode dan prosedur audit yang tidak

efektif dapat mengakibatkan kegagalan

dalam usaha pendeteksian kecurangan.

7. Auditor menyusun langkah-langkah yang

dilakukan guna pendeteksian kecurangan.

8. Identifikasi atas faktor-faktor penyebab

kecurangan, menjadi dasar untuk

memahami kesulitan dan hambatan dalam

pendeteksian kecurangan.

9. Auditor harus dapat memperkirakan

bentuk-bentuk kecurangan apa saja yang

bisa terjadi.

10. Auditor harus dapat mengidentifikasi

pihak-pihak yang dapat melakukan

kecurangan.

11. Keterbukaan pihak manajemen dapat

berakibat sulitnya melakukan

pendeteksian kecurangan.

12. Auditor harus melakukan pengujian atas

dokumen-dokumen atau informasi-

informasi yang diperoleh.

13. Kondisi mental dan pengawasan kerja

yang buruk merupakan faktor yang dapat

menyebabkan terjadinya kecurangan.

Page 127: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

111

Lampiran 2: Data Mentah Jawaban Responden

Pengalaman (X1)

Resp. NOMOR KUESIONER

Total Average PG1 PG2 PG3 PG4 PG5 PG6 PG7 PG8 PG9

1 4 4 4 5 4 5 4 4 4 38 4,22

2 4 5 5 4 4 4 5 4 4 39 4,33

3 4 3 3 4 4 4 3 5 4 34 3,78

4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 32 3,56

5 4 5 5 5 4 5 4 4 4 40 4,44

6 4 4 4 4 4 4 5 4 4 37 4,11

7 3 3 3 3 3 3 4 3 3 28 3,11

8 3 4 4 4 3 4 3 3 4 32 3,56

9 5 5 5 5 5 5 4 5 5 44 4,89

10 4 4 4 4 4 4 5 4 4 37 4,11

11 4 3 4 4 4 4 3 4 4 34 3,78

12 2 4 4 4 2 4 4 2 4 30 3,33

13 5 5 5 5 5 5 4 5 5 44 4,89

14 4 4 5 4 4 4 4 4 4 37 4,11

15 2 4 3 4 2 4 4 2 4 29 3,22

16 5 5 4 5 5 5 5 5 5 44 4,89

17 3 3 4 3 3 3 4 3 4 30 3,33

18 3 5 5 5 3 5 5 3 3 37 4,11

19 5 5 4 5 5 5 5 5 5 44 4,89

20 3 3 3 3 3 3 3 3 3 27 3,00

21 3 4 4 3 3 3 3 3 3 29 3,22

22 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 4,00

23 5 5 5 5 5 5 5 5 5 45 5,00

24 5 4 4 5 5 5 4 5 5 42 4,67

25 3 4 4 3 3 3 3 3 3 29 3,22

26 4 3 4 4 4 4 3 4 4 34 3,78

27 4 4 5 4 4 4 4 4 4 37 4,11

28 3 3 4 3 3 3 3 4 3 29 3,22

29 5 5 4 5 5 5 5 4 5 43 4,78

30 4 3 3 4 4 4 3 4 4 33 3,67

31 5 4 4 4 5 4 4 4 5 39 4,33

32 4 5 5 5 4 5 4 4 4 40 4,44

33 4 3 3 3 4 3 4 4 4 32 3,56

34 3 4 4 4 3 4 4 4 3 33 3,67

35 4 4 4 4 4 5 4 4 4 37 4,11

36 5 5 5 5 5 4 4 4 5 42 4,67

37 4 4 4 4 4 3 4 4 4 35 3,89

38 3 3 3 3 3 4 5 4 3 31 3,44

39 4 4 4 5 4 5 5 4 4 39 4,33

40 5 5 5 5 5 4 5 5 5 44 4,89

41 4 3 3 4 4 4 4 4 5 35 3,89

Page 128: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

112

Pengalaman (Lanjutan)

Resp. NOMOR KUESIONER

Total Average PG1 PG2 PG3 PG4 PG5 PG6 PG7 PG8 PG9

42 5 4 4 5 5 4 4 4 4 39 4,33

43 5 4 5 5 5 4 4 4 4 40 4,44

44 4 4 5 4 4 4 4 4 4 37 4,11

45 3 4 4 3 3 4 4 4 4 33 3,67

46 5 5 4 5 5 4 5 4 4 41 4,56

47 4 4 4 3 4 4 4 4 5 36 4,00

48 2 5 4 4 2 5 4 4 5 35 3,89

49 4 5 5 4 4 4 4 5 4 39 4,33

50 3 3 3 3 3 3 5 4 4 31 3,44

51 3 3 4 4 3 3 4 5 4 33 3,67

52 4 4 4 4 4 4 5 4 5 38 4,22

53 5 5 5 5 5 5 5 4 4 43 4,78

54 5 4 5 5 5 5 5 3 4 41 4,56

55 4 3 3 4 4 4 4 4 4 34 3,78

56 5 3 3 3 5 4 4 4 3 34 3,78

57 4 4 5 4 4 5 4 4 4 38 4,22

58 3 3 4 3 3 4 4 5 5 34 3,78

59 4 5 4 5 4 4 4 5 4 39 4,33

60 2 3 4 3 2 4 2 3 4 27 3,00

61 4 4 4 4 4 3 4 4 4 35 3,89

62 3 4 5 4 3 4 3 4 4 34 3,78

63 4 4 5 4 4 4 4 4 4 37 4,11

64 5 5 5 5 5 4 5 5 5 44 4,89

65 3 4 4 4 3 4 3 4 4 33 3,67

66 5 4 4 4 5 3 5 4 4 38 4,22

67 4 5 4 4 4 4 4 5 4 38 4,22

68 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 4,00

69 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 4,00

70 4 4 5 4 4 3 4 4 4 36 4,00

71 4 4 4 3 4 4 4 4 4 35 3,89

72 4 4 4 4 4 3 4 4 4 35 3,89

73 4 5 5 4 4 4 4 5 4 39 4,33

74 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 4,00

75 4 4 5 3 4 4 4 4 5 37 4,11

76 3 4 4 4 3 5 3 4 3 33 3,67

77 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 4,00

78 5 4 5 4 5 4 5 4 4 40 4,44

79 5 5 5 5 5 4 5 5 4 43 4,78

80 5 4 4 4 5 4 5 4 3 38 4,22

81 2 4 4 4 2 3 2 4 2 27 3,00

82 3 3 3 3 3 2 3 3 4 27 3,00

83 4 5 4 4 4 4 4 5 4 38 4,22

84 4 4 4 4 5 4 4 4 5 38 4,22

Page 129: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

113

Pengalaman (Lanjutan)

Resp. NOMOR KUESIONER

Total Average PG1 PG2 PG3 PG4 PG5 PG6 PG7 PG8 PG9

85 4 4 4 3 3 4 4 4 4 34 3,78

86 4 5 5 4 4 4 4 5 4 39 4,33

87 5 5 5 5 5 4 5 5 4 43 4,78

88 4 4 4 3 3 4 4 4 4 34 3,78

89 5 5 5 4 4 3 5 5 4 40 4,44

90 5 5 5 4 4 4 5 5 4 41 4,56

91 4 4 4 5 5 4 4 4 4 38 4,22

92 4 4 4 5 5 4 4 4 4 38 4,22

93 4 4 4 3 3 4 4 4 4 34 3,78

94 4 4 4 3 3 3 4 4 4 33 3,67

95 5 5 5 5 4 4 5 5 4 42 4,67

96 4 5 5 4 3 4 4 5 4 38 4,22

97 3 2 2 3 3 4 3 2 4 26 2,89

98 3 4 4 4 4 4 3 4 4 34 3,78

99 4 4 4 5 4 5 4 4 5 39 4,33

100 4 5 3 4 4 5 4 5 4 38 4,22

101 5 4 4 3 5 5 5 4 4 39 4,33

102 4 5 4 3 4 5 4 5 4 38 4,22

103 3 4 3 3 3 4 3 4 4 31 3,44

Page 130: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

114

Independensi (X2)

Resp. NOMOR KUESIONER

Total Average

ID1 ID2 ID3 ID4 ID5 ID6 ID7 ID8 ID9 ID10 ID11 ID12

1 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 50 4,17

2 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 58 4,83

3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 38 3,17

4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 46 3,83

5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 4 4 4 55 4,58

6 5 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 5 52 4,33

7 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 40 3,33

8 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 44 3,67

9 4 4 4 4 5 4 5 5 5 4 4 4 52 4,33

10 5 4 5 5 4 5 4 4 4 5 4 5 54 4,50

11 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 44 3,67

12 4 5 3 3 5 4 4 4 4 4 4 5 49 4,08

13 5 5 4 4 5 5 4 5 5 5 5 5 57 4,75

14 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 4 57 4,75

15 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 3 3 43 3,58

16 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 50 4,17

17 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 47 3,92

18 4 5 5 4 5 4 5 5 5 4 5 5 56 4,67

19 5 4 4 5 4 5 4 4 4 5 4 4 52 4,33

20 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 36 3,00

21 4 3 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3 42 3,50

22 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48 4,00

23 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 60 5,00

24 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 58 4,83

25 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 3 3 43 3,58

26 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 3 3 41 3,42

27 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 58 4,83

28 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 45 3,75

29 4 5 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 51 4,25

30 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 39 3,25

31 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 5 51 4,25

32 4 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 4 55 4,58

33 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 41 3,42

34 5 4 4 4 3 5 3 4 4 4 4 3 47 3,92

35 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 51 4,25

36 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 57 4,75

37 3 3 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 43 3,58

38 4 4 3 4 5 4 3 3 3 3 4 5 45 3,75

39 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 5 4 51 4,25

40 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 4 4 56 4,67

41 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 38 3,17

42 4 4 4 4 5 4 3 4 4 4 4 4 48 4,00

Page 131: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

115

Independensi (Lanjutan)

Resp. NOMOR KUESIONER

Total Average

ID1 ID2 ID3 ID4 ID5 ID6 ID7 ID8 ID9 ID10 ID11 ID12

43 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 3 5 56 4,67

44 3 4 4 4 5 3 4 5 5 3 4 4 48 4,00

45 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 44 3,67

46 4 5 5 5 4 4 5 4 4 4 4 5 53 4,42

47 3 4 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 41 3,42

48 3 4 4 5 4 3 4 4 4 3 4 5 47 3,92

49 4 4 5 5 5 4 5 5 5 4 4 5 55 4,58

50 4 3 3 3 5 4 3 3 3 4 5 3 43 3,58

51 5 4 3 4 4 5 4 4 4 4 3 4 48 4,00

52 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 46 3,83

53 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5 58 4,83

54 4 5 5 4 5 4 4 5 5 4 4 4 53 4,42

55 4 3 3 4 4 4 3 3 3 4 3 4 42 3,50

56 5 4 4 3 5 5 3 3 3 4 3 4 46 3,83

57 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 3 5 50 4,17

58 5 3 3 3 3 5 3 4 4 4 4 4 45 3,75

59 3 5 5 5 4 3 5 4 4 4 3 4 49 4,08

60 4 3 4 3 5 4 3 4 4 4 4 4 46 3,83

61 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 45 3,75

62 4 5 4 5 5 4 4 5 5 3 5 3 52 4,33

63 4 3 4 3 5 4 4 5 5 4 4 4 49 4,08

64 4 4 4 4 5 4 4 5 5 4 4 5 52 4,33

65 5 5 4 5 4 5 3 4 4 4 5 4 52 4,33

66 4 4 4 4 4 4 5 4 4 3 3 4 47 3,92

67 5 3 5 3 4 5 4 4 4 4 4 4 49 4,08

68 5 4 4 4 4 5 4 4 4 3 4 3 48 4,00

69 4 4 3 5 4 4 3 4 4 4 5 4 48 4,00

70 4 5 4 4 5 4 4 5 5 4 4 4 52 4,33

71 4 4 3 3 4 4 3 4 4 5 4 4 46 3,83

72 5 4 4 4 4 5 4 4 4 5 5 5 53 4,42

73 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 5 57 4,75

74 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 49 4,08

75 3 3 4 4 5 3 4 5 5 4 4 5 49 4,08

76 5 5 3 5 4 5 3 4 4 4 4 4 50 4,17

77 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 46 3,83

78 5 4 3 5 5 5 4 5 5 5 4 3 53 4,42

79 4 4 4 5 5 4 5 5 5 3 4 4 52 4,33

80 3 3 4 3 4 3 4 4 4 5 3 3 43 3,58

81 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 45 3,75

82 4 4 4 4 5 4 3 3 3 4 4 4 46 3,83

83 5 5 5 5 4 5 3 4 4 4 4 4 52 4,33

84 3 3 5 3 3 3 4 4 4 3 3 5 43 3,58

Page 132: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

116

Independensi (Lanjutan)

Resp. NOMOR KUESIONER

Total Average

ID1 ID2 ID3 ID4 ID5 ID6 ID7 ID8 ID9 ID10 ID11 ID12

85 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 50 4,17

86 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 46 3,83

87 3 3 4 3 3 3 5 4 4 4 5 5 46 3,83

88 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 45 3,75

89 4 3 4 3 3 4 5 4 4 4 4 4 46 3,83

90 3 4 4 4 4 3 5 4 5 5 5 4 50 4,17

91 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 45 3,75

92 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 3 48 4,00

93 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 45 3,75

94 3 2 4 4 4 3 2 4 5 4 4 4 43 3,58

95 1 3 4 3 3 1 3 4 4 4 5 4 39 3,25

96 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 45 3,75

97 5 4 4 4 4 5 4 5 4 4 3 4 50 4,17

98 4 3 5 4 4 4 5 5 5 3 5 4 51 4,25

99 5 4 5 5 5 5 4 5 3 4 4 4 53 4,42

100 5 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 55 4,58

101 5 4 5 5 5 5 4 4 5 4 3 4 53 4,42

102 4 4 5 4 5 4 4 4 5 3 4 4 50 4,17

103 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 4 43 3,58

Page 133: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

117

Skeptisme Profesional Auditor (X3)

Resp. NOMOR KUESIONER

Total Average SK1 SK2 SK3 SK4 SK5 SK6 SK7 SK8 SK9 SK10

1 5 5 4 4 4 5 4 4 5 4 44 4,40

2 4 4 5 5 5 4 5 4 4 5 45 4,50

3 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 35 3,50

4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 4 35 3,50

5 5 5 4 5 5 5 4 4 5 5 47 4,70

6 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 42 4,20

7 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 32 3,20

8 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 37 3,70

9 5 5 4 4 4 5 4 5 5 5 46 4,60

10 4 4 5 4 5 4 5 4 4 4 43 4,30

11 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 34 3,40

12 5 5 4 5 3 5 4 2 4 4 41 4,10

13 4 5 4 5 4 4 4 5 5 4 44 4,40

14 4 5 4 5 5 4 4 4 4 4 43 4,30

15 4 4 4 4 3 4 4 2 4 4 37 3,70

16 5 4 5 4 5 5 5 5 5 4 47 4,70

17 3 4 4 4 4 3 4 3 3 4 36 3,60

18 4 5 5 5 5 4 5 3 5 5 46 4,60

19 5 4 5 4 4 5 5 5 5 4 46 4,60

20 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 3,00

21 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 32 3,20

22 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 4,00

23 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50 5,00

24 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 49 4,90

25 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 33 3,30

26 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 34 3,40

27 4 5 5 5 4 4 4 4 4 5 44 4,40

28 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 33 3,30

29 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 47 4,70

30 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 36 3,60

31 5 5 4 4 4 4 4 5 4 5 44 4,40

32 4 4 4 5 5 5 4 4 5 4 44 4,40

33 4 4 4 3 3 5 4 4 3 4 38 3,80

34 3 3 5 4 4 4 4 3 4 3 37 3,70

35 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 42 4,20

36 5 5 5 4 5 5 4 5 4 5 47 4,70

37 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 37 3,70

38 4 5 4 4 3 5 5 3 4 3 40 4,00

39 4 4 4 4 4 4 5 4 5 5 43 4,30

40 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 47 4,70

41 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 34 3,40

42 5 5 4 4 4 3 4 5 4 3 41 4,10

Page 134: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

118

Skeptisme Profesional Auditor (Lanjutan)

Resp. NOMOR KUESIONER

Total Average SK1 SK2 SK3 SK4 SK5 SK6 SK7 SK8 SK9 SK10

43 5 4 5 5 5 4 5 5 4 4 46 4,60

44 4 5 3 4 4 4 5 4 4 4 41 4,10

45 3 4 4 3 3 3 4 3 4 3 34 3,40

46 5 4 4 5 5 5 4 5 4 5 46 4,60

47 4 4 3 4 3 3 4 4 4 3 36 3,60

48 5 4 3 4 4 4 4 2 5 4 39 3,90

49 4 5 4 4 5 5 5 4 4 5 45 4,50

50 4 5 4 3 3 3 3 3 3 3 34 3,40

51 4 4 5 4 3 4 4 3 3 4 38 3,80

52 5 4 3 4 4 4 4 4 4 4 40 4,00

53 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 49 4,90

54 5 5 4 5 5 4 5 5 5 4 47 4,70

55 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 35 3,50

56 4 5 5 4 4 3 3 5 4 3 40 4,00

57 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 42 4,20

58 4 3 5 3 3 3 4 3 4 3 35 3,50

59 4 4 3 5 5 5 4 4 4 5 43 4,30

60 5 5 4 3 4 3 4 2 4 3 37 3,70

61 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 38 3,80

62 4 5 4 5 4 4 5 3 4 4 42 4,20

63 4 5 4 3 4 4 5 4 4 4 41 4,10

64 5 5 4 4 4 4 5 5 4 4 44 4,40

65 4 4 5 5 4 3 4 3 4 3 39 3,90

66 4 4 4 4 4 5 4 5 3 5 42 4,20

67 5 4 5 3 5 4 4 4 4 4 42 4,20

68 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 41 4,10

69 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 37 3,70

70 4 5 4 5 4 4 5 4 3 4 42 4,20

71 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 37 3,70

72 4 4 5 4 4 4 4 4 3 4 40 4,00

73 5 5 5 5 5 4 5 4 4 4 46 4,60

74 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 4,00

75 4 5 3 3 4 4 5 4 4 4 40 4,00

76 4 4 5 5 3 3 4 3 5 3 39 3,90

77 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 38 3,80

78 4 5 5 4 3 4 5 5 4 4 43 4,30

79 5 5 4 4 4 5 5 5 4 5 46 4,60

80 4 4 3 3 4 4 4 5 4 4 39 3,90

81 4 4 3 4 4 3 4 2 3 3 34 3,40

82 5 5 4 4 4 3 3 3 2 3 36 3,60

83 5 4 5 5 5 3 4 4 4 3 42 4,20

Page 135: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

119

Skeptisme Profesional Auditor (Lanjutan)

Resp. NOMOR KUESIONER

Total Average SK1 SK2 SK3 SK4 SK5 SK6 SK7 SK8 SK9 SK10

84 5 3 3 3 5 4 4 4 4 4 39 3,90

85 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 41 4,10

86 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 38 3,80

87 4 3 3 3 4 5 4 5 5 4 40 4,00

88 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 4,00

89 4 3 4 3 4 5 4 5 4 5 41 4,10

90 4 4 3 4 4 5 4 4 5 4 41 4,10

91 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 38 3,80

92 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 38 3,80

93 4 3 4 4 4 3 4 4 5 4 39 3,90

94 4 4 3 2 4 2 4 5 4 5 37 3,70

95 4 3 1 3 4 3 4 4 3 4 33 3,30

96 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 37 3,70

97 4 4 5 4 4 4 5 4 5 5 44 4,40

98 5 4 4 3 5 5 5 5 4 4 44 4,40

99 5 5 5 4 5 4 5 4 4 3 44 4,40

100 5 5 5 4 5 5 5 5 4 3 46 4,60

101 4 5 5 4 5 4 4 5 4 4 44 4,40

102 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 42 4,20

103 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 36 3,60

Page 136: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

120

Pendeteksian Kecurangan (Y)

Resp.

NOMOR KUESIONER

Total

Average PK

1

PK

2

PK

3

PK

4

PK

5

PK

6

PK

7

PK

8

PK

9

PK

10

PK

11

PK

12

PK

13

1 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 5 5 56 4,31

2 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 4 4 61 4,69

3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 45 3,46

4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 3 46 3,54

5 4 5 4 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 61 4,69

6 5 4 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 56 4,31

7 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 43 3,31

8 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 48 3,69

9 4 4 4 5 4 4 5 5 5 4 4 5 5 58 4,46

10 5 5 5 4 5 5 4 4 4 5 5 4 4 59 4,54

11 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 41 3,15

12 4 4 4 5 4 4 5 5 4 5 3 5 5 57 4,38

13 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 4 5 62 4,77

14 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 5 56 4,31

15 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 44 3,38

16 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 62 4,77

17 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 43 3,31

18 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 5 55 4,23

19 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5 4 62 4,77

20 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 3,00

21 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 44 3,38

22 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 52 4,00

23 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 65 5,00

24 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 4 5 5 62 4,77

25 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 43 3,31

26 4 3 3 3 4 4 4 3 4 3 5 3 3 46 3,54

27 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 5 56 4,31

28 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 43 3,31

29 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 4 61 4,69

30 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 49 3,77

31 4 4 5 5 3 4 4 4 4 5 5 4 4 55 4,23

32 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 5 57 4,38

33 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 47 3,62

34 4 4 3 3 3 3 4 5 4 3 3 4 4 47 3,62

35 5 4 4 4 5 4 5 4 4 5 5 5 5 59 4,54

36 4 5 5 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 57 4,38

37 3 4 4 4 5 3 3 3 4 3 3 3 3 45 3,46

38 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 50 3,85

39 5 4 4 4 4 3 4 4 4 4 5 5 4 54 4,15

40 4 5 5 5 5 5 5 5 3 5 4 4 5 60 4,62

41 3 3 4 4 5 4 3 3 3 3 4 4 4 47 3,62

Page 137: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

121

Pendeteksian Kecurangan (Lanjutan)

Resp.

NOMOR KUESIONER

Total

Average PK

1

PK

2

PK

3

PK

4

PK

5

PK

6

PK

7

PK

8

PK

9

PK

10

PK

11

PK

12

PK

13

42 4 4 5 5 5 4 4 4 3 4 4 4 4 54 4,15

43 5 5 5 5 5 5 5 5 3 4 5 5 5 62 4,77

44 4 4 4 4 5 4 4 3 3 5 4 5 4 53 4,08

45 4 3 3 3 5 3 3 4 4 4 4 3 3 46 3,54

46 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 4 5 61 4,69

47 3 3 4 4 5 4 3 3 4 3 3 4 4 47 3,62

48 5 4 5 5 5 4 4 3 5 4 5 5 4 58 4,46

49 5 5 4 4 5 4 5 4 3 5 5 4 4 57 4,38

50 3 3 4 4 5 3 3 4 3 3 3 3 3 44 3,38

51 4 3 4 4 5 4 3 5 4 4 3 4 4 51 3,92

52 4 4 5 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 50 3,85

53 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 64 4,92

54 4 5 5 4 4 5 5 4 4 5 5 4 5 59 4,54

55 4 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 3 45 3,46

56 3 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 53 4,08

57 4 4 4 4 3 4 4 4 3 5 4 5 4 52 4,00

58 3 4 4 4 4 3 3 5 4 4 3 4 3 48 3,69

59 5 4 4 4 4 5 5 3 5 4 5 4 5 57 4,38

60 3 4 5 4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 47 3,62

61 4 4 3 4 5 4 4 4 5 5 5 4 4 55 4,23

62 4 3 5 3 4 5 4 4 4 4 4 5 5 54 4,15

63 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 48 3,69

64 5 4 4 4 4 4 4 5 4 3 3 4 4 52 4,00

65 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 5 5 5 57 4,38

66 4 3 4 3 5 4 4 4 3 4 4 4 4 50 3,85

67 5 4 4 4 4 3 5 4 4 3 3 3 3 49 3,77

68 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 49 3,77

69 4 4 5 4 3 4 3 4 3 4 5 5 4 52 4,00

70 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 5 55 4,23

71 4 5 3 5 3 4 3 3 3 3 4 4 4 48 3,69

72 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 55 4,23

73 3 4 4 4 5 5 5 4 4 4 5 5 5 57 4,38

74 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 5 4 55 4,23

75 5 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 48 3,69

76 4 4 5 4 4 5 3 4 3 4 5 4 5 54 4,15

77 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 49 3,77

78 4 5 5 5 4 4 3 4 5 4 5 5 4 57 4,38

79 3 3 4 3 5 4 4 5 4 5 5 4 4 53 4,08

80 4 5 4 5 3 3 4 4 5 3 3 3 3 49 3,77

81 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 3 4 4 52 4,00

82 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 50 3,85

Page 138: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

122

Pendeteksian Kecurangan (Lanjutan)

Resp.

NOMOR KUESIONER

Total

Average PK

1

PK

2

PK

3

PK

4

PK

5

PK

6

PK

7

PK

8

PK

9

PK

10

PK

11

PK

12

PK

13

83 4 4 4 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 60 4,62

84 4 4 4 4 5 3 5 4 4 3 5 3 3 51 3,92

85 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 5 4 5 52 4,00

86 4 4 5 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 49 3,77

87 5 5 5 5 4 3 4 5 5 5 4 5 4 59 4,54

88 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 49 3,77

89 5 4 5 4 4 3 4 4 4 5 5 4 4 55 4,23

90 5 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 5 5 57 4,38

91 4 5 4 5 4 4 4 3 4 4 4 3 3 51 3,92

92 4 5 4 5 4 4 4 4 4 3 3 4 4 52 4,00

93 4 3 4 3 4 4 4 4 4 5 5 5 5 54 4,15

94 4 3 4 3 4 2 4 5 5 4 4 4 4 50 3,85

95 5 5 5 5 4 3 4 4 4 3 3 3 3 51 3,92

96 4 4 5 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 50 3,85

97 3 3 2 3 3 4 4 5 4 4 5 5 4 49 3,77

98 3 4 4 4 4 3 5 5 3 5 4 4 5 53 4,08

99 4 5 4 5 4 4 5 4 3 3 4 4 4 53 4,08

100 4 4 3 4 4 4 5 5 3 4 4 4 4 52 4,00

101 5 5 4 5 5 4 5 5 3 4 5 5 5 60 4,62

102 4 5 4 5 5 4 5 4 3 5 4 5 4 57 4,38

103 3 4 4 4 5 4 4 3 4 4 4 3 3 49 3,77

Page 139: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

123

Lampiran 3: Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Pengalaman

Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 103 100.0

Excludeda 0 .0

Total 103 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items

.872 9

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

PG1 3.94 .814 103 PG2 4.10 .707 103 PG3 4.15 .677 103 PG4 4.01 .721 103 PG5 3.90 .834 103 PG6 4.02 .656 103 PG7 4.06 .698 103 PG8 4.09 .673 103 PG9 4.06 .574 103

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total

Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

PG1 32.38 14.689 .770 .841 PG2 32.22 15.920 .663 .853 PG3 32.17 16.714 .539 .864 PG4 32.31 15.785 .673 .852 PG5 32.42 14.775 .731 .846 PG6 32.30 17.154 .474 .869 PG7 32.26 16.391 .581 .860 PG8 32.23 16.631 .560 .862 PG9 32.26 17.607 .461 .870

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

36.32 20.161 4.490 9

Page 140: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

124

Independensi

Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 103 100.0

Excludeda 0 .0

Total 103 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items

.863 12

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

ID1 4.04 .766 103 ID2 3.97 .720 103 ID3 4.07 .675 103 ID4 3.99 .734 103 ID5 4.17 .687 103 ID6 4.04 .766 103 ID7 3.94 .698 103 ID8 4.16 .622 103 ID9 4.15 .663 103 ID10 4.00 .610 103 ID11 3.95 .677 103 ID12 4.07 .661 103

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total

Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

ID1 44.50 22.743 .566 .851 ID2 44.56 22.543 .644 .845 ID3 44.47 23.271 .574 .850 ID4 44.54 22.525 .632 .846 ID5 44.37 23.568 .513 .854 ID6 44.50 22.743 .566 .851 ID7 44.59 23.773 .471 .857 ID8 44.38 22.963 .690 .844 ID9 44.39 23.181 .603 .848 ID10 44.53 24.585 .415 .860 ID11 44.58 24.285 .408 .861 ID12 44.47 24.232 .430 .859

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

48.53 27.467 5.241 12

Page 141: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

125

Skeptisme Profesional Auditor

Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 103 100.0

Excludeda 0 .0

Total 103 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items

.833 10

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

SK1 4.19 .595 103 SK2 4.17 .687 103 SK3 4.02 .779 103 SK4 3.97 .720 103 SK5 4.07 .675 103 SK6 3.95 .733 103 SK7 4.14 .642 103 SK8 3.94 .826 103 SK9 4.01 .664 103 SK10 3.92 .682 103

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total

Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

SK1 36.18 16.505 .597 .812 SK2 36.21 16.601 .477 .822 SK3 36.36 16.585 .402 .831 SK4 36.41 16.165 .529 .817 SK5 36.31 15.942 .621 .808 SK6 36.43 15.777 .590 .811 SK7 36.24 16.166 .613 .809 SK8 36.44 15.895 .481 .823 SK9 36.37 16.666 .487 .821 SK10 36.46 16.623 .479 .822

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

40.38 19.747 4.444 10

Page 142: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

126

Pendeteksian Kecurangan

Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 103 100.0

Excludeda 0 .0

Total 103 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items

.871 13

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

PK1 4.03 .707 103 PK2 4.06 .698 103 PK3 4.12 .690 103 PK4 4.08 .667 103 PK5 4.16 .711 103 PK6 3.93 .704 103 PK7 4.06 .698 103 PK8 4.05 .677 103 PK9 3.89 .699 103 PK10 4.02 .727 103 PK11 4.13 .710 103 PK12 4.08 .710 103 PK13 4.05 .719 103

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total

Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

PK1 48.61 27.691 .602 .859 PK2 48.58 28.481 .496 .865 PK3 48.52 28.173 .548 .862 PK4 48.56 28.699 .492 .865 PK5 48.49 29.095 .400 .870 PK6 48.71 27.483 .635 .857 PK7 48.58 27.246 .677 .854 PK8 48.59 29.224 .407 .869 PK9 48.75 29.073 .412 .869 PK10 48.62 27.375 .625 .857 PK11 48.51 28.389 .499 .865 PK12 48.56 27.445 .634 .857 PK13 48.59 27.322 .642 .856

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

52.64 32.664 5.715 13

Page 143: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

127

Lampiran 4: Hasil Uji Regresi Linier Berganda

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

PG 103 2.89 5.00 4.0354 .49886 ID 103 3.00 5.00 4.0441 .43661 SK 103 3.00 5.00 4.0379 .44438 PK 103 3.00 5.00 4.0491 .43927

Valid N (listwise) 103

Correlations

PK PG ID SK

Pearson Correlation

PK 1.000 .716 .794 .839

PG .716 1.000 .584 .729

ID .794 .584 1.000 .880

SK .839 .729 .880 1.000

Sig. (1-tailed)

PK . .000 .000 .000 PG .000 . .000 .000 ID .000 .000 . .000 SK .000 .000 .000 .

N

PK 103 103 103 103

PG 103 103 103 103

ID 103 103 103 103

SK 103 103 103 103

Model Summary

b

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .865a .748 .741 .22362 2.165

a. Predictors: (Constant), SK, PG, ID b. Dependent Variable: PK

ANOVA

a

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 14.731 3 4.910 98.200 .000b

Residual 4.950 99 .050

Total 19.682 102 a. Dependent Variable: PK b. Predictors: (Constant), SK, PG, ID

Coefficients

a

Model Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1

(Constant) .360 .219 1.645 .103 PG .228 .066 .259 3.461 .001 .453 2.207

ID .313 .109 .311 2.877 .005 .218 4.593

SK .372 .127 .377 2.940 .004 .155 6.463

a. Dependent Variable: PK

Page 144: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

128

Page 145: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

129

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

PG ID SK PK

N 103 103 103 103

Normal Parametersa,b

Mean 4.0354 4.0441 4.0379 4.0491 Std. Deviation .49886 .43661 .44438 .43927

Most Extreme Differences Absolute .084 .086 .074 .068 Positive .064 .086 .068 .068 Negative -.084 -.054 -.074 -.066

Kolmogorov-Smirnov Z .849 .874 .751 .685 Asymp. Sig. (2-tailed) .466 .430 .626 .736

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Page 146: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

130

Lampiran 5: Surat Keterangan Riset Penelitian

Page 147: PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME

131