59
PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PEMUPUKAN TERHADAP BIOMASSA AKAR, KEPADATAN TANAH, KADAR AIR TANAH, DAN KERAPATAN ISI TANAH PADA PERTANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) DI TANAH ULTISOL GEDUNG MENENG MUSIM KEDUA (Skripsi) Oleh YOGI IRAWAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PEMUPUKAN ...digilib.unila.ac.id/54666/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDasar-Dasar Ilmu Tanah (2016/ 2017 dan 2017/2018), B iologi dan Kesehatan Tanah

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PEMUPUKAN TERHADAPBIOMASSA AKAR, KEPADATAN TANAH, KADAR AIR TANAH,

    DAN KERAPATAN ISI TANAH PADA PERTANAMANKACANG HIJAU (Vigna radiata L.) DI TANAH

    ULTISOL GEDUNG MENENGMUSIM KEDUA

    (Skripsi)

    Oleh

    YOGI IRAWAN

    FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG

    BANDAR LAMPUNG2018

  • ABSTRAK

    PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PEMUPUKAN TERHADAPBIOMASSA AKAR, KEPADATAN TANAH, KADAR AIR TANAH,

    DAN KERAPATAN ISI TANAH PADA PERTANAMANKACANG HIJAU (Vigna radiata L.) DI TANAH

    ULTISOL GEDUNG MENENGMUSIM KEDUA

    Oleh

    Yogi Irawan

    Salah satu upaya untuk menghindari degradasi tanah yaitu penggunaanpengelolaan tanah yang tepat seperti olah tanah minimum dan pemberiankombinasi pupuk organik dan anorganik. Hal ini dikarenakan olah tanah danpemberian kombinasi pupuk yang berasal dari pupuk organik dan anorganikmampu mempengaruhi ketersediaan bahan organik tanah dan kandungan harabagi tanaman. Olah tanah minimum dan pemberian kombinasi pupuk organik dananorganik diharapkan dapat menciptakan lingkungan yang baik bagi pertumbuhanakar tanaman, meningkatkan daya pegang air, memperbaiki agregat dan poritanah, menurunkan kepadatan tanah, serta menurunkan bobot isi tanah. Tujuanpenelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh pengolahan tanah dan pemupukanterhadap biomassa akar, kadar air tanah, kepadatan/kekerasan tanah, dankerapatan isi tanah. Penelitian ini terdiri dari 4 perlakuan dan 3 ulangan yangdisusun dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) dan diuji lanjut dengan ujiBNT 1% dan 5 %. Perlakuan percobaan terdiri dari T0P0 (olah tanah minimum +mulsa + tanpa pupuk), T0P1(olah tanah minimum + mulsa + diberi pemupukan),T1P0 (olah tanah intensif + tanpa pupuk), dan T1P1 (olah tanah intensif + diberipemupukan). Pupuk yang diberikan pada perlakuan yaitu 1 t kompos ha-1 + 200kg Phonska ha-1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) perlakuan olah tanahminimum menghasilkan biomassa akar tertinggi pada kedalaman 0-5 cm dan 5-10cm dibandingkan dengan perlakuan lainnya. (2) Pada waktu pratanam, kombinasi

  • perlakuan olah tanah minimum dan tanpa aplikasi pemupukan (T0P0)menghasilkan kadar air tanah tertinggi dari pada olah tanah minimum dan aplikasipupuk (T0P1) pada kedalaman 0-10 cm. Pada waktu pascatanam, kadar air tanahpada olah tanah minimum nyata lebih tinggi dari pada olah tanah intensif padakedalaman 0-10 cm, sedangkan pada kedalaman 10-20 cm, kadar air tanah padaperlakuan tanpa aplikasi pemupukan lebih tinggi daripada aplikasi pemupukan.Kadar air tanah pada kombinasi olah tanah minimum dan aplikasi pemupukan(T0P1) nyata lebih tinggi dibandingkan olah tanah intensif dan aplikasi pemupukan(T1P1). (3) Pada perlakuan olah tanah dan pemupukan tidak memberikanpengaruh nyata terhadap kerapatan isi tanah pada sebelum tanah dan pascatanam.Perlakuan olah tanah minimum menghasilkan kekerasan tanah tertinggi daripadaolah tanah intensif pada kedalaman 0-5 cm dan 5-10 cm pratanam dan tidakberbeda nyata pada pascatanam.

    Kata kunci : biomassa akar, kepadata tanah, kadar air tanah, kerapatan isi tanah,olah tanah, pemupukan.

  • PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PEMUPUKAN TERHADAPBIOMASSA AKAR, KEPADATAN TANAH, KADAR AIR TANAH,

    DAN KERAPATAN ISI TANAH PADA PERTANAMANKACANG HIJAU (Vigna radiata L.) DI TANAH

    ULTISOL GEDUNG MENENGMUSIM KEDUA

    Oleh

    YOGI IRAWAN

    Skripsi

    Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelaarSARJANA PERTANIAN

    Pada

    Program Studi AgroteknologiFakultas Pertanian Universitas Lampung

    FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG

    BANDAR LAMPUNG2018

  • RIWAYAT HIDUP

    Penulis sebagai anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Mujiono dan

    Ibu Surati dilahirkan pada tanggal 22 Maret 1996 di Oku Timur Sumatera Selatan.

    Penulis menyelesaikan Pendidikan Sekolah Dasar Negeri 4 Martapura, Oku Timur

    pada tahun 2008, Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Martapura pada tahun

    2011, dan Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Martapura pada tahun 2014. Penulis

    terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian

    Universitas Lampung melalui jalur masuk Seleksi Bersama Masuk Perguruan

    Tinggi Negeri (SBMPTN) atau jalur tes tertulis pada tahun 2014.

    Selama menjadi mahasiswa, Penulis pernah menjadi asisten dosen praktikum

    Dasar-Dasar Ilmu Tanah (2016/2017 dan 2017/2018), Biologi dan Kesehatan

    Tanah (2017), dan Pengelolaan Kesuburan Tanah dan Pemupukan (2018).

    Penulis pernah mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Forum Studi Islam

    Fakultas Pertanian (FOSI FP) pada tahun 2014-2016, dan Ikatan Mahasiswa

    Muslim Pertanian Indonesia (IMMPERTI) pada tahun 2016-2018. Penulis

    melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Karang Jawa, Kecamatan Anak

    Ratu Aji, Lampung Tengah.

  • Kemudian Penulis melakukan Praktik Umum (PU) di PT Nusantara Tropical

    Farm di jl. Way Kambas, Labuhan Ratu, Lampung Timur selama 30 hari efektif

    pada tahun 2017.

  • SANWACANA

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan

    nikmat, rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat

    menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada

    junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, serta

    penerus perjuangannya. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan

    terimakasih kepada:

    1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian

    Universitas Lampung.

    2. Prof. Ir. J. Lumbanraja, Ph.D., selaku pembimbing utama atas bimbingan,

    saran, dan arahan selama penulisan skripsi ini.

    3. Ibu Nur Afni Afrianti, S.P., M.Sc., selaku pembimbing kedua yang telah

    memberikan saran, masukan, serta motivasi hingga penulis menyelesaikan

    skripsi ini.

    4. Dr. Ir. Afandi, M.P. selaku pembahas atas saran, ilmu dan masukan dalam

    penulisan skripsi ini.

    5. Dr. Ir. Dwi Hapsoro, M.Sc., selaku pembimbing akademik atas segala

    bimbingannya dalam perencanaan studi.

    6. Prof. Dr. Ainin Niswati, M.Agr.Sc., selaku Ketua Jurusan Ilmu Tanah.

  • 7. Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi

    Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

    8. Kedua orang tua ku, Bapak Mujiono dan Ibu Surati, atas segala motivasi dan

    doa sehingga pnulis mampu meyelesaikan skripsi ini.

    9. Mas Adi, Pak Warto, dan Ibu Tus atas kesabarannya dalam menyediakan

    segala fasilitas penunjang dalam penelitian.

    10. Kakak ku tercinta Lusi Handayani yang selalu memberikan semangat dan

    dorongan moral bagi penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.

    11. Teman-teman satu tim penelitian kacang hijau Sirot, Shafira, Selvi, Mifta,

    dan Yais atas kerjasamanya dalam menyelesaikan penelitian di lahan dan di

    laboratorium.

    12. Almamaterku tercinta Universitas Lampung.

    Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

    dan penulis berharap bahwa skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat Aamiin.

    Bandar Lampung, 2018

    Penulis

    Yogi Irawan

  • vi

    DAFTAR ISI

    DAFTAR ISI...................................................................................................... vi

    DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii

    DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................xiv

    I. PENDAHULUAN

    I.1.Latar Belakang ..........................................................................................1I.2.Rumusan Masalah .....................................................................................5I.3.Tujuan Penelitian.......................................................................................5I.4.Kerangka Pemikiran ..................................................................................5I.5.Hipotesis ...................................................................................................9

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Budidaya Tanaman Kacang Hijau .........................................................102.2 Sifat Fisik Tanah Laboratorium Lapang Terpadu..................................122.3 Sistem Pengolahan Tanah ......................................................................132.4 Pemupukan.............................................................................................162.5 Pengaruh Pengolahan Tanah dan Pemupukan terhadap

    Biomasa Akar.........................................................................................182.6 Pengaruh Pengolahan Tanah dan Pemupukan terhadap

    Kepadatan Tanah dan Kerapatan Isi Tanah ...........................................192.7 Pengaruh Pengolahan Tanah dan Pemupukan terhadap

    Kadar Air Tanah.....................................................................................21

    III. BAHAN DAN METODE

    3.1 Tempat dan Waktu Penlitian...............................................................233.2 Alat dan Bahan....................................................................................233.3 Rancangan Percobaan .........................................................................243.4 Pelaksanaan Penelitian ........................................................................25

    3.4.1 Persiapan Lahan ......................................................................25

  • vii

    3.4.2 Persiapan Tanam dan Penanaman Benih ................................ 263.4.3 Pemeliharaan........................................................................... 26

    3.5 Variabel Pengamatan ................................................................................ 27

    3.5.1 Biomasa Akar.......................................................................... 273.5.2 Kepadatan Tanah..................................................................... 293.5.3 Kadar Air Tanah dan Kerapatan Isi Tanah ............................. 29

    3.6 Analisis Data ....................................................................................... 31

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Pengaruh Pengolahan Tanah dan Pemupukan terhadap BiomasaAkar di sekitar tanaman Kacang Hijau .................................................... 33

    4.2. Pengaruh Pengolahan Tanah dan Pemupukan terhadapKepadatan Tanah pada Pertanaman Kacang Hijau..................................36

    4.3. Pengaruh Pengolahan Tanah dan Pemupukan terhadapKadar Air Tanah pada Pertanaman Kacang Hijau...................................42

    4.4. Pengaruh Pengolahan Tanah dan Aplikasi Pemupukan terhadapKerapatan Isi Tanah ................................................................................. 53

    4.5. Uji Korelasi Biomasa Akar dengan Kerapatan Isi Tanah padawaktu pengamatan Pasca tanam .............................................................. 53

    4.6. Uji Korelasi Kepadatan Tanah dengan Kerapatan Isi Tanah padawaktu pengamatan Pasca tanam .............................................................. 54

    V. SIMPULAN DAN SARAN

    5.1. Simpulan ..................................................................................................56

    5.2. Saran ........................................................................................................ 57

    DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 58

    LAMPIRAN......................................................................................................... 63

    Tabel 12-73 ........................................................................................................... 64-89

  • viii

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    1. Pengaruh Pengolahan Tanah terhadap Biomasa Akar di sekitar tanamanKacang Hijau .................................................................................................34

    2. Pengaruh pengolahan tanah terhadap kepadatan tanah pratanam ................38

    3. Pengaruh pengolahan tanah dan aplikasi pemupukan terhadap kepadatantanah pasca tanam.........................................................................................39

    4. Interaksi olah tanah dan pemupukan terhadap kadar air tanahpratanam pada kedalaman 0-10 cm ...............................................................44

    5. Pengaruh Pengolahan Tanah terhadap Kadar Air Tanah Pasca tanampada kedalaman 0-10 cm. ..............................................................................45

    6. Pengaruh Pemupukan terhadap Kadar Air Tanah Pasca tanam padakedalaman 10-20 cm......................................................................................47

    7. Interaksi Olah Tanah dan Pemupukan terhadap Kadar Air TanahPasca tanam pada Kedalaman 10-20 cm .......................................................47

    8. Pengaruh olah tanah dan pemupukan terhadap kerapatan isi tanah(g cm-3) dan porositas tanah (%)....................................................................51

    9. Pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadap biomasa akarpada kedalaman 0-5 cm. ................................................................................64

    10. Uji homogenitas ragam pengaruh pengolahan tanah dan pemupukanterhadap biomasa akar (kg m-3) pada kedalaman 0-5 cm. .............................64

    11. Analisis ragam pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan terhadapbiomasa akar (kg m-3) pada kedalaman 0-5 cm. ............................................64

  • ix

    12. Pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadap biomasa akarpada kedalaman 5-10 cm................................................................................65

    13. Uji homogenitas ragam pengaruh pengolahan tanah dan pemupukanterhadap biomasa akar (kg m-3) pada kedalaman 5-10 cm.............................65

    14. Analisis ragam pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadapbiomasa akar (kg m-3) pada kedalaman 5-10 cm. .........................................65

    15. Pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadap biomasa akarpada kedalaman 10-20 cm. ............................................................................66

    16. Uji homogenitas ragam pengaruh pengolahan tanah dan pemupukanterhadap biomasa akar (kg m-3) pada kedalaman 10-20 cm...........................66

    17. Analisis ragam pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadapbiomasa akar (kg m-3) pada kedalaman 10-20 cm. .......................................66

    18. Pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadap kepadatan tanahpada kedalaman 0-5 cm pratanam..................................................................67

    19. Uji homogenitas ragam pengaruh pengolahan tanah dan pemupukanterhadap kepadatan tanah pada kedalaman 0-5 cm pratanam. .......................67

    20. Analisis ragam pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadapkepadatan tanah (kgf cm-2) pada kedalaman 0-5 cm pratanam......................67

    21. Pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadap kepadatan tanahpada kedalaman 5-10 cm pratanam................................................................68

    22. Uji homogenitas ragam pengaruh pengolahan tanah dan pemupukanterhadap kepadatan tanah pada kedalaman 5-10 cm pratanam ......................68

    23. Analisis ragam pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadapkepadatan tanah (kgf cm-2) pada kedalaman 5-10 cm pratanam....................68

    24. Pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadap kepadatan tanahpada kedalaman 10-15 cm pratanam..............................................................69

    25. Uji homogenitas ragam pengaruh pengolahan tanah dan pemupukanterhadap kepadatan tanah pada kedalaman 10-15 cm pratanam. ..................69

    26. Analisis ragam pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadapkepadatan tanah pada kedalaman 10-15 cm pratanam...................................69

  • x

    27. Pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadap kepadatan tanahpada kedalaman 15-20 cm pratanam..............................................................70

    28. Uji homogenitas ragam pengaruh pengolahan tanah dan pemupukanterhadap kepadatan tanah pada kedalaman 15-20 cm pratanam. ...................70

    29. Analisis ragam pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadapkepadatan tanah pada kedalaman 15-20 cm pratanam..................................70

    30. Pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadap kepadatan tanahpada kedalaman 0-5 cm pasca tanam.............................................................71

    31. Uji homogenitas ragam pengaruh pengolahan tanah dan pemupukanterhadap kepadatan tanah pada kedalaman 0-5 pasca tanam. ........................71

    32. Analisis ragam pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadapkepadatan tanah (kgf cm-2) pada kedalaman 0-5 cm pasca tanam. ................71

    33. Pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadap kepadatan tanahpada kedalaman 5-10 cm pasca tanam...........................................................72

    34. Uji homogenitas ragam pengaruh pengolahan tanah dan pemupukanterhadap kepadatan tanah pada kedalaman 5-10 pasca tanam. .....................72

    35. Analisis ragam pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadapkepadatan tanah pada kedalaman 5-10 cm pasca tanam. ...............................72

    36. Pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadap kepadatan tanahpada kedalaman 10-15 cm pasca tanam.........................................................73

    37. Uji homogenitas ragam pengaruh pengolahan tanah dan pemupukanterhadap kepadatan tanah pada kedalaman 10-15 cm pasca tanam. ..............73

    38. Analisis ragam pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadapkepadatan tanah pada kedalaman 10-15 cm pasca tanam. .............................73

    39. Pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadap kepadatan tanahpada kedalaman 15-20 cm pasca tanam.........................................................74

    40. Uji homogenitas ragam pengaruh pengolahan tanah dan pemupukanterhadap kepadatan tanah pada kedalaman 15-20 pasca tanam. ....................74

    41. Analisis ragam hasil pengaruh pengolahan tanah dan pemupukanterhadap kepadatan tanah pada kedalaman 15-20 cm pasca tanam. ..............74

  • xi

    42. Pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan (Log(x)) terhadap kadar airtanah pada kedalaman 0-10 cm pratanam. .....................................................75

    43. Uji homogenitas ragam pengolahan tanah dan pemupukan terhadapkadar air tanah pada kedalaman 0-10 cm pratanam......................................75

    44. Analisis ragam hasil pengaruh pengolahan tanah dan pemupukanterhadap kadar air tanah (%) pada kedalaman 0-10 cm pratanam. ................75

    45. Pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadap kadar air tanahpada kedalaman 10-20 cm pratanam..............................................................76

    46. Uji homogenitas ragam pengolahan tanah dan pemupukan terhadapkadar air tanah (%) pada kedalaman 10-20 cm pratanam..............................76

    47. Analisis ragam pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadapkadar air tanah (%) pada kedalaman 10-20 cm pratanam..............................76

    48. Pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadap kadar air tanahpada kedalaman 0-10 cm pasca tanam...........................................................77

    49. Uji homogenitas ragam pengolahan tanah dan pemupukan terhadapkadar air tanah (%) pada kedalaman 0-10 cm pasca tanam. ..........................77

    50. Analisis ragam pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadapkadar air tanah (%) pada kedalaman 0-10 cm pasca tanam. ..........................77

    51. Pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadap kadar air tanahpada kedalaman 10-20 cm pasca tanam.........................................................78

    52. Uji homogenitas ragam pengolahan tanah dan pemupukan terhadapkadar air tanah (%) pada kedalaman 10-20 cm pasca tanam. ........................78

    53. Analisis ragam pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadapkadar air tanah (%) pada kedalaman 10-20 cm pasca tanam. ........................78

    54. Pengaru h pengolahan tanah dan pemupukan terhadap kerapatan isitanah pada kedalaman 0-10 cm pratanam. .....................................................79

    55. Uji homogenitas ragam pengaruh pengolahan tanah dan pemupukanterhadap kerapatan isi tanah pada kedalaman 0-10 cm pratanam.................79

    56. Analisis ragam pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadapkerapatan isi tanah pada kedalaman 0-10 cm pratanam................................79

  • xii

    57. Pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadap kerapatan isitanah pada kedalaman 10-20 cm pratanam. ...................................................80

    58. Uji homogenitas ragam hasil pengolahan tanah dan pemupukanterhadap kerapatan isi tanah pada kedalaman 10-20 cm pratanam................80

    59. Analisis ragam pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadapisi tanah pada kedalaman 10-20 cm pratanam ...............................................80

    60. Pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadap kerapatan isitanah pada kedalaman 0-10 cm pasca tanam. ................................................81

    61. Uji homogenitas ragam pengolahan tanah dan pemupukan terhadapkerapatan isi tanah pada kedalaman 0-10 cm pasca tanam...........................81

    62. Analisis ragam pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadapkerapatan isi tanah (g cm-3) pada kedalaman 0-10 cm pasca tanam. .............81

    63. Pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadap kerapatan isitanah pada kedalaman 10-20 cm pasca tanam ...............................................82

    64. Uji homogenitas ragam pengolahan tanah dan pemupukan terhadapkerapatan isi tanah pada kedalaman 10-20 cm pasca tanam..........................82

    65. Analisis ragam pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadapkerapatan isi tanah pada kedalaman 10-20 cm pasca tanam..........................82

    66. Bobot Kering Gulma Dominan Asystasia gangetia Akibat PerlakuanPemupukan.....................................................................................................83

    67. Uji korelasi antara antara biomasa akar (kg m-3) kedalaman 0-5 cmdengan kerapatan isi tanah (g cm-3) kedalaman 0-10 cm pasca tanam. .........83

    68. Uji korelasi antara biomasa akar (kg m-3) kedalaman 5-10 cm dengankerapatan isi tanah (g cm-3) kedalaman 0-10 cm pasca tanam.......................84

    69. Uji korelasi antara biomasa akar (kg m-3) kedalaman 10-20 cm dengankerapatan isi tanah (g cm-3) kedalaman 0-20 cm pasca tanam.......................85

    70. Uji korelasi antara kepadatan tanah (kgf cm-3) kedalaman 0-5 cmdengan kerapatan isi tanah (g cm-3) kedalaman 0-10 cm pasca tanam. .........86

    71. Uji korelasi antara kepadatan tanah (kgf cm-3) kedalaman 5-10 cmdengan kerapatan isi tanah (g cm-3) kedalaman 0-10 cm pasca tanam. .........87

  • xiii

    72. Uji korelasi antara kepadatan tanah (kgf cm-3) kedalaman 10-15 cmdengan kerapatan isi tanah (g cm-3) kedalaman 10-20 cm pasca tanam ........88

    73. Uji korelasi antara kepadatan tanah (kgf cm-3) kedalaman 15-20 cmdengan kerapatan isi tanah (g cm-3) kedalaman 10-20 cm pasca tanam. .......89

  • xiv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    1. Tata letak percobaan......................................................................................25

    2. Titik pengambilan sampel perplot percobaan................................................28

    3. Tata letak pengambilan contoh tanah utuh di lapangan berdasarmetodepengambilan contoh Systematic Sampling ....................................................30

    4. Pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadap biomasa akar............36

    5. Pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadap kepadatantanah pratanam dan pasca tanam ..................................................................40

    6. Pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadap kadar air tanahpratanam dan pasca tanam.............................................................................49

    7. Pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadap kerapatan isi(g cm-3) pratanam dan pasca tanam ...............................................................52

    8. Uji Korelasi Kerapatan Isi Tanah dan Biomassa Akar dan padaTanaman Kacang Hijau. ................................................................................54

    9. Uji Korelasi Kepadatan Tanah dan Kerapatan Isi Tanah pada TanamanKacang Hijau.. ...............................................................................................55

  • 1

    I. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Kacang hijau merupakan salah satu tanaman leguminosae yang cukup penting di

    Indonesia setelah tanaman kedelai dan kacang tanah. Tanaman kacang hijau

    memiliki kelebihan ditinjau dari segi agronomi maupun ekonomis seperti lebih

    tahan kekeringan, serangan hama penyakit lebih sedikit, dapat dipanen pada umur

    55-60 hari, dapat ditanam pada tanah yang kurang subur, dan cara budidayanya

    mudah (Sunantara, 2000). Hal ini membuat tanaman kacang hijau memiliki

    potensi yang tinggi untuk dikembangkan. Direktorat Budidaya Kacang Hijau dan

    Umbi (2013) menyatakan bahwa hasil panen kacang hijau masih mengalami

    penurunan produksi di Indonesia. Hal tersebut terjadi karena pada tahun 2013

    terjadi penurun luas panen yang cukup besar jika dibandingkan dengan tahun

    2012 yang mencapai 25,52% (62.523 ha). Penurunan luas panen ini berakibat

    terhadap penurunan produktivitas sebesar 0,85% (0,01 t ha-1).

    Produktivitas kacang hijau di Lampung pada tahun 2014 sebesar 1,12 t ha-1,

    sedangkan pada tahun 2015 produktivitas kacang hijau di Lampung mengalami

    peningkatan menjadi 1,14 t ha-1. Namun produktivitas kacang hijau di Lampung

    masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan produktivitas kacang

  • 2

    hijau yang ada di pulau jawa yaitu sebesar 1,19 t ha-1 pada tahun 2014 dan 1,20

    t ha-1 pada tahun 2015 (BPS, 2016). Hal ini menunjukkan produktivitas kacang

    hijau di Lampung masih diperlukan upaya untuk ditingkatkan.

    Upaya peningkatan produksi kacang hijau dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu

    ekstensifikasi dan intensifikasi. Ekstensifikasi adalah perluasan areal pertanian ke

    wilayah yang sebelumnya belum dimanfaatkan manusia. Namun pada saat

    sekarang ini perluasan lahan untuk pertanian semakin sulit karena pertumbuhan

    penduduk yang semakin tinggi dan banyak lahan pertanian yang dialihfungsikan

    menjadi lahan bukan pertanian. Intensifikasi adalah suatu usaha meningkatkan

    hasil pertanian dengan cara mengoptimalkan lahan budidaya yang sudah ada.

    Pengoptimalan lahan budidaya dapat dilakukan dengan teknik budidaya yang baik

    dan pemupukan yang tepat.

    Salah satu teknik budidaya tanaman adalah pengolahan tanah. Pengolahan tanah

    yang kurang tepat seperti olah tanah intensif dalam waktu yang lama dapat

    menyebabkan tanah memadat, sehingga kekerasan tanah meningkat, ruang pori

    total menurun, dan menurunkan perkembangan perakaran tanaman serta

    mengakibatkan kehilangan air lebih banyak (Junedi, dkk., 2013). Pengolahan

    tanah yang tepat dapat dilakukan dengan olah tanah konservasi. Olah tanah

    konservasi merupakan suatu cara pengolahan tanah yang bertujuan untuk

    menyiapkan lahan tanaman agar tanaman dapat tumbuh dan menghasilkan

    produksi yang optimum, namun tetap memperhatikan aspek konservasi tanah dan

    air (Utomo, 2006). Salah satu bentuk olah tanah konservasi adalah olah tanah

    minimum yaitu pengolahan tanah yang hanya dilakukan seperlunya saja agar

  • 3

    sumber daya tanah dan air tetap lestari dan memerlukan persyaratan utama berupa

    pemberian mulsa yang dapat berasal dari sisa-sisa tanaman (Rachman, dkk.,

    2003). Menurut Arjasa dan Maliawan (1993), penerapan teknik olah tanah

    minimum dapat menjaga kandungan air tersedia di dalam tanah, memperbaiki

    struktur tanah, dan menurunkan bobot isi tanah serta memperbaiki sistem

    perakaran tanaman. Sistem perakaran yang baik pada olah tanah minimum

    mampu meningkatkan produksi tanaman dibandingkan olah tanah intensif.

    Endriani (2010) menyatakan bahwa olah tanah minimum mampu meningkatkan

    bobot kering biji jagung sebesar 4,18 t ha-1, sedangkan olah tanah intensif hanya

    mampu menghasilkan bobot kering biji jagung sebesar 2,17 t ha-1.

    Selain pengolahan tanah, pemupukan juga merupakan salah satu upaya untuk

    mengoptimalkan lahan budidaya yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan

    tanaman terhadap serapan unsur hara. Ketersediaan unsur hara yang dapat diserap

    tanaman merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi produksi

    tanaman. Setiap jenis tanaman menghendaki jenis dan jumlah unsur hara yang

    berbeda. Jumlah unsur hara yang tersedia di dalam tanah pada dasarnya harus

    berada dalam keadaan cukup dan seimbang agar tingkat produksi yang diharapkan

    dapat tercapai (Hulopi, 2012). Hal ini juga dinyatakan oleh Tabor, dkk., (1986)

    bahwa salah satu cara untuk menjaga keseimbangan dan ketersediaan unsur hara

    di dalam tanah diperlukan penambahan unsur hara melalui pemupukan.

    Dalam praktek pertaniannya, petani umumnya hanya menggunakan pupuk

    anorganik. Hal ini dapat terjadi karena pupuk anorganik mampu menyediakan

    hara dalam waktu yang relatif lebih cepat (Lingga dan Marsono, 2001). Namun

  • 4

    apabila pemberian pupuk anorganik dengan dosis yang berlebihan namun jarang

    menggunakan pupuk organik maka akan mengakibatkan kondisi tanah cepat

    mengalami kerusakan seperti mengalami pemadatan, bobot isi meningkat, dan

    peka terhadap erosi sebagai akibat rendahnya kandungan bahan organik (Prasetyo,

    dkk., 2014). Kondisi ini juga akan mengakibatkan pemiskinan unsur hara di

    dalam tanah sehingga pemberian pupuk organik dan pemupukan yang seimbang

    merupakan salah satu kegiatan yang penting pada budidaya tanaman.

    Untuk mengatasi pengaruh pupuk anorganik yang terus menesrus, penambahan

    bahan organik berupa pupuk kandang dan pupuk hijau dapat memperbaiki

    beberapa sifat fisik tanah seperti mengurangi kepadatan tanah, meningkatkan

    ruang pori tanah, kadar air tersedia, dan C-organik tanah (Effendi, 1991). Hal ini

    didukung juga oleh penelitian Sutanto (2002) yang menyatakan bahwa perlakuan

    pupuk kombinasi organik dan anorganik dapat menghasilkan sistem perakaran

    yang dalam, perkembangan perakaran yang baik, dan hasil tanaman yang tinggi.

    Perakaran yang dalam dan perkembangan perakaran yang baik menunjukkan

    keadaan tanah yang gembur, sehingga memiliki ruang pori yang tinggi, bobot isi

    yang rendah, serta memiliki kemampuan dalam menahan air yang baik. Hal ini

    menunjukkan bahwa pemberian pupuk anorganik harus diimbangi dengan

    pemberian pupuk organik.

    Berdasarkan uraian diatas maka diperlukan penelitian untuk mengetahui pengaruh

    pengolahan tanah dan pemupukan terhadap biomassa akar, kepadatan tanah, kadar

    air tanah, dan kerapatan isi tanah pada pertanaman kacang hijau di tanah Ultisol

    Gedung Meneng musim kedua.

  • 5

    1.2 Rumusan Masalah

    1. Bagaimana pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadap biomassa

    akar?

    2. Bagaimana pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadap kadar air

    tanah?

    3. Bagaimana pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadap kerapatan

    isi tanah dan kepadatan tanah ?

    1.3 Tujuan Penelitian

    Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk :

    1. Mengetahui pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan yang menghasilkan

    biomassa akar tertinggi.

    2. Mengetahui pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan yang menghasilkan

    kadar air tanah tertinggi.

    3. Mengetahui pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan yang dapat

    menurunkan kepadatan/kekerasan tanah dan kerapatan isi tanah.

    1.4 Kerangka Pemikiran

    Pengolahan lahan secara intensif dalam jangka panjang cenderung akan

    menurunkan kualitas tanah. Kualitas tanah yang menurun juga akan menurunkan

    sifat fisik tanah. Hal ini dikarenakan pengolahan tanah intensif menyebabkan

    penghancuran agregat sehingga tanah menjadi lebih gembur. Tanah yang gembur

    lebih mudah hanyut, menyumbat pori tanah dan tanah menjadi lebih padat

    (Solyati dan Kumsuma, 2014). Tanah yang memadat menyebabkan ruang pori

  • 6

    menjadi berkurang dan meningkatkan bobot isi tanah, sehingga berpengaruh

    terhadap perakaran tanaman. Hal ini di dukung oleh Russel (1997) yang

    menyatakan bahwa pemadatan tanah akan mempengaruhi biomassa akar, ujung-

    ujung akar tidak mampu berkembang dan akan memendek apabila diameter akar

    lebih besar dari ruang pori tanah, akibatnya daya akar menyerap unsur hara dan

    air menjadi berkurang. Apabila daya serap akar terhadap unsur hara dan air

    menjadi berkurang, maka suplai nutrisi ke seluruh bagian tanaman akan

    terganggu.

    Menurut Endrian (2010), olah tanah intensif dicirikan dengan permukaan lahan

    yang terbuka. Lahan terbuka cenderung menyebabkan tanah kehilangan air lebih

    banyak. Hal ini disebabkan tanah menjadi terlalu sarang, daya pegang air oleh

    butir-butir tanah menjadi lemah sehingga air mudah menguap oleh sinar matahari

    yang terik. Penguapan merupakan salah satu faktor penyebab terbesar kehilangan

    air dari permukaan tanah yang menyebabkan berkurangnya air tersedia bagi

    tanaman budidaya sehingga hasil tanaman tidak memuaskan. Hal ini

    menunjukkan bahwa penanaman kacang hijau dengan olah tanah intensif dapat

    menurunkan produksi tanaman. Oleh karena itu dibutuhkan pengolahan tanah

    yang sesuai dengan kebutuhan tanah.

    Pengolahan tanah minimum yaitu mengolah tanah seperlunya sehingga dapat

    mengurangi erosi dan penguapan air. Hal ini di dukung oleh Utomo (1999) yang

    menyatakan bahwa sistem olah tanah konservasi di lahan kering mempunyai

    kelembaban dan air tersedia relatif lebih tinggi dibandingkan cara pengolahan

    tanah intensif. Pengolahan tanah minimum mampu menjaga kemantapan agregasi

  • 7

    tanah, sehingga ruang pori tanah untuk menyimpan air dan udara tidak rusak.

    Pengolahan tanah minimum menghasilkan kerapatan isi yang lebih rendah dengan

    porositas total tanah yang lebih tinggi daripada cara pengolahan tanah

    konvensional. Ruang pori yang tinggi mengakibatkan pemadatan tanah menjadi

    berkurang. Tanah yang memiliki ruang pori yang tinggi pada olah tanah

    minimum mampu meningkatkan perkembangan perakaran tanaman. Hal ini di

    dukung oleh Russel (1997) yang menyatakan bahwa ujung-ujung akar dapat

    menembus pori-pori tanah yang diameternya lebih besar dari diameter akar. Hasil

    penelitian Solyati dan Kusuma (2017) menunjukkan bahwa perlakuan olah tanah

    minimum dengan aplikasi mulsa dari jerami dapat meningkatkan jumlah bobot

    biji dan bobot polong total tanaman kacang hijau dibandingkan dengan olah tanah

    intensif. Perlakuan olah tanah minimum dengan aplikasi mulsa dari jerami ini

    memberikan kondisi lingkungan sebagaimana yang dibutuhkan tanaman untuk

    dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.

    Pemupukan merupakan hal yang penting dalam budidaya tanaman, karena selain

    meningkatkan produktivitas tanaman, pemupukan juga berfungsi untuk

    memperbaiki kualitas lahan. Pupuk anorganik mampu menyediakan unsur hara

    dalam waktu yang relatif lebih cepat. Akan tetapi apabila penggunaan pupuk

    anorganik yang tidak dikendalikan dan diberikan dalam jumlah yang berlebihan

    tanpa diimbangi oleh pupuk organik akan menjadi salah satu penyebab degradasi

    kesuburan tanah. Penggunaan pupuk anorganik yang berlebihan akan

    menyebabkan tanah menjadi padat/mengeras (porositas tanah menurun) dan tidak

    responsif terhadap pemberian pupuk kimia selanjutnya (Lingga dan Marsono,

    2001). Tanah yang memadat menyebabkan ketersediaan oksigen dan air bagi

  • 8

    tanaman maupun mikrobia tanah menjadi sangat berkurang. Utomo (1999)

    menyatakan bahwa kerapatan isi dan porositas tanah berhubungan dengan

    kandungan air tanah. Semakin tinggi kerapatan isi tanah, maka tanah semakin

    padat (porositas semakin rendah), sehingga sirkulasi udara dan kondisi air tanah

    juga ikut menurun dan tidak menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman. Tanah

    yang memadat juga berdampak terhadap pertumbuhan tanaman, yaitu terbatasnya

    penyebaran akar dan terhambatnya suplai oksigen ke akar yang mengakibatkan

    fungsi akar tidak optimal. Perkembangan perakaran tanaman yang terhambat

    pada ahirnya dapat menurunkan produktivitas tanaman.

    Menurut Setyowati, dkk., (2010) pemberian bahan organik dapat meningkatkan

    produktivitas tanah salah satunya yaitu mampu memperbaiki sifat fisik tanah. Hal

    ini dikarenakan bahan organik menyebabkan tanah menjadi lebih gembur sehingga

    perakaran tanaman akan berkembang dengan baik, menurunkan kerapatan isi tanah

    karena membentuk agregat tanah yang lebih baik, dan memantapkan agregat yang

    telah terbentuk sehingga aerasi, permeabilitas, dan infiltrasi menjadi lebih baik.

    Ruang pori tanah yang terbentuk dengan adanya bahan organik akan lebih besar

    sehingga kemampuan tanah dalam menyimpan dan mempertahankan air lebih lama.

    Akan tetapi, kombinasi antara pupuk organik dan pupuk anorganik dapat

    menciptakan kondisi tanah yang lebih baik serta meningkatkan produksi tanaman.

    Dewanto, dkk., (2013) yang menyatakan bahwa penambahan pupuk organik

    bersamaan dengan pupuk anorganik mampu meningkatkan produksi tanaman

    jagung lebih tinggi jika dibandingkan dengan lahan yang tidak diberi pemupukan.

    Pada lahan yang tidak diberi pemupukan menghasilkan bobot pipilan kering jemur

  • 9

    mencapai 300 kg ha-1, sedangkan kombinasi pupuk organik sebanyak 175 kg ha-1

    dan pupuk anorganik sebanyak 450 kg ha-1 menghasilkan bobot pipilan kering

    sebanyak 600 kg ha-1. Hal ini menunjukkan bahwa kombinasi pupuk organik dan

    pupuk anorganik akan menciptakan kondisi tanah yang baik untuk pertumbuhan

    tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sutanto (2002) bahwa kombinasi pupuk

    organik dan pupuk anorganik dapat menghasilkan sistem perakaran yang dalam,

    perkembangan perakaran yang baik, dan hasil tanaman yang tinggi. Perakaran

    yang dalam dan perkembangan perakaran yang baik menunjukkan keadaan tanah

    yang gembur, sehingga memiliki ruang pori yang tinggi, bobot isi yang rendah,

    serta memiliki kemampuan dalam menahan air yang baik.

    Berdasarkan uraian diatas maka dapat diduga bahwa pengolahan tanah dan

    pemupukan akan mempengaruhi biomassa akar, kepadatan tanah, kadar air tanah,

    dan kerapatan isi tanah pada pertanaman kacang hijau di tanah Ultisol Gedung

    Meneng musim kedua.

    1.5 Hipotesis

    Berdasarkan kerangka pikir, maka didapatkan hipotesis bahwa

    1. Olah tanah minimum dan pemberian pupuk berpengaruh terhadap produksi

    biomassa akar tertinggi dari pada perlakuan lainnya.

    2. Olah tanah minimum dan pemberian pupuk berpengaruh terhadap kadar air

    tanah tertinggi dari pada perlakuan lainnya.

    3. Olah tanah minimum dan pemberian pupuk berpengaruh terhadap

    kepadatan/kekerasan tanah dan kerapatan isi tanah lebih rendah

    dibandingakan dengan perlakuan lainnya.

  • 10

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Budidaya Tanaman Kacang Hijau

    Kacang hijau termasuk tanaman pangan yang telah dikenal luas oleh masyarakat.

    Tanaman yang termasuk dalam keluarga kacang-kacangan ini sudah lama

    dibudidayakan di Indonesia. Kacang hijau merupakan salah satu sumber makanan

    penting karena tingginya kandungan nutrisi dalam semua bagian biji. Di

    Indonesia, tanaman kacang hijau merupakan tanaman kacang-kacangan ketiga

    yang banyak dibudidayakan setelah kedelai dan kacang tanah. Bila dilihat dari

    kesesuaian iklim dan kondisi lahan yang dimiliki, Indonesia termasuk salah satu

    negara yang memiliki kesempatan untuk melakukan ekspor kacang hijau

    (Purwono dan Hartono, 2012).

    Bila ditinjau dari segi agronomi dan ekonomis, tanaman kacang hijau memiliki

    potensi yang tinggi untuk dikembangkan dibanding dengan tanaman kacang-

    kacangan lainnya. Hal ini dikarenakan tanaman kacang hijau lebih tahan

    kekeringan, serangan hama dan penyakit lebih sedikit, dapat dipanen pada umur

    55-60 hari, dapat ditanam pada tanah yang kurang subur, dan cara budidayanya

    mudah (Sunantara, 2000). Teknik budidaya dan penanaman yang relatif mudah

    membuat budidaya tanaman kacang hijau memiliki prospek yang baik untuk

  • 11

    menjadi peluang usaha bidang agrobisnis (Rukmana, 1997).

    Penanaman kacang hijau pada umumnya dilakukan pada lahan kering dimana

    lahan diolah secara sempurna. Pengolahan tersebut mampu meningkatkan ruang

    pori tanah secara signifikan karena lahan mengalami pembolak-balikan yang

    mengakibatkan terciptanya rongga di dalam tanah. Akan tetapi apabila dilakukan

    secara terus menerus dapat mengakibatkan degradasi tanah seperti tanah lebih

    memadat. Hal ini terjadi karena pelapukan bahan organik terjadi secara cepat

    yang mengakibatkan ketersediaan bahan organik yang berfungsi sebagai

    pembentuk struktur dan meningkatkan ruang pori tanah di tanah menjadi

    berkurang (Hakim, dkk., 1986; Paraspasan, dkk., 1995). Tanah yang memadat

    juga akan mengakibatkan bobot isi meningkat, sehingga akan mengurangi

    kapasitas menahan air dan menghalangi akar untuk berkembang ( Udawattta dan

    Henderson, 2003; Wilson, 2006).

    Rendahnya produktivitas tanaman kacang hijau di Indonesia salah satu

    penyebabnya adalah masalah kesuburan tanah. Kesuburan tanah yang rendah

    dapat diperbaiki dengan pemupukan. Pemupukan organik mampu meningkatkan

    dan memperbaiki kondisi sifat fisik tanah seperti meningkatkan ruang pori,

    meningkatkan kapasitas tanah menahan air, serta diharapkan dapat menghemat

    penggunaan pupuk anorganik dan sekaligus memperbaiki produktivitas lahan

    (Handayanto dan Hairiah, 2007). Akan tetapi unsur hara yang terkandung dalam

    banah organik tergolong rendah sehingga dibutuhkan jumlah yang banyak untuk

    memenuhi kebutuhan hara tanaman (Setyowati, dkk., 2010; Cahyani, 2011).

    Pupuk anorganik dapat berperan dalam menyediakan unsur hara secara cepat bagi

  • 12

    tanaman dan praktis diaplikasikan, namun apabila diberikan dalam jumlah yang

    berlebih dapat menyebabkan tanah memadat (Lingga dan Marsono,2001). Oleh

    karena itu penggunaan pupuk organik sebaiknya diimbangi dengan penggunaan

    pupuk anorganik. Hasil penelitian Huloppi (2012) menunjukkan bahwa

    pemberian pupuk anorganik NPK lengkap 23 Kg N ha-1 N, 33 Kg P2O5 ha-1, 35

    Kg K2O ha-1 pada lahan bekas pemberian pupuk organik kotoran ayam 10 t ha-1

    dapat meningkatkan hasil biji kering kacang hijau sekitar 9,53 g/tanaman.

    2.2 Sifat Fisik Tanah Laboratorium Lapang Terpadu

    Dari hasil pengamatan dan analisis laboratorium, secara umum tanah di daerah

    penelitian tergolong bertekstur halus yang berupa liat, dengan struktur yang

    tergolong sudah berkembang. Secara umum struktur tanah berbentuk kubus

    bersudut dengan ukuran sedang sampai kasar. Pada lapisan atas pada tempat

    tertentu masih berbentuk kubus membulat, hal ini disebabkan karena masih

    banyak dipengaruhi oleh kandungan bahan organik (Banuwa, dkk. 2011).

    Secara umum tanah di lokasi penelitian tergolong lekat dengan plastisitas

    tergolong plastis sesuai dengan tekstur tanah yang banyak mengandung liat.

    Tanah-tanah yang mengandung liat ini sedikit agak padat, akan tetapi kemampuan

    tanah untuk menahan air masih cukup tinggi. Pada daerah lembah di bagian

    tengah daerah penelitian masih terdapat genangan air yang mengakibatkan

    drainase agak buruk. Tanah-tanah pada daerah genangan ini umumnya berwarna

    kelabu, sedangkan pada bagian lainnya drainase tergolong baik dengan ditandai

    warna tanah yang cerah dan homogeny (Banuwa, dkk. 2011).

  • 13

    Kedalaman tanah secara umum tergolong dalam (lebih dari 72 cm), sehingga

    akar-akar tumbuhan masih dapat berkembang dengan baik. Bobot isi tanah di

    daerah penelitian tidak terlalu bervariasi yaitu antara 1,13 – 1,21 g/cc. Ruang pori

    total hasil analisis adalah berkisar antara 54,34 – 57,36 %. Permeabilitas tanah

    lapisan atas antara 4,10 – 11,53 cm per jam, yang tergolong lambat sampai sedang

    dan sedang. Sedangkan untuk lapisan bawah berkisar antara 0,77 – 6,73 cm/jam,

    yang tergolong lambat sampai sedang (Banuwa, dkk. 2011).

    2.3 Sistem Pengolahan Tanah

    Pengolahan tanah adalah suatu usaha untuk memperbaiki dan meningkatkan

    produktivitas tanah dengan memecah partikel menjadi lebih kecil sehingga

    memudahkan akar tanaman mendapatkan makanan. Tujuan pengolahan adalah

    menyiapkan tempat persemaian, mencegah tumbuhnya tanaman pengganggu,

    memberantas gulma, memperbaiki kondisi tanah untuk penetrasi akar, atau untuk

    pelumpuran tanah (Musgrave, 1947).

    Setiap upaya pengelolaan tanah akan menyebabkan perubahan terhadap sifat-sifat

    tanah. Sifat-sifat tersebut antara lain sifat fisik, sifat kimia dan sifat biologi. Sifat

    fisik meliputi warna tanah, tekstur tanah, konsistensi tanah, bobot isi (bulk

    density), bobot jenis (particle density), kedalaman efektif tanah, drainase,

    permeabilitas tanah, potensi mengembang dan mengkerut, indeks pengembangan

    dan kematangan tanah (nilai n). Sifat kimia tanah meliputi derajat kemasaman

    tanah (pH), C-organik, N-total, kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa.

    Sedangkan sifat biologi tanah meliputi total mikroorganisme tanah, jumlah fungi

    tanah, jumlah bakteri pelarut fosfat (P) dan total respirasi tanah.

  • 14

    Pengolahan tanah secara temporer dapat memperbaiki sifat fisik tanah, tetapi

    pengolahan tanah yang dilakukan secara terus-menerus setiap tahun dan

    jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan. Hal ini dikarenakan pelapukan

    bahan organik dan aktifitas tanah (mikroorganisme tanah) menjadi rusak.

    Pengolahan tanah sewaktu penyiangan banyak memutuskan akar-akar tanaman

    yang dangkal, mempercepat penurunan kandungan bahan organik tanah,

    meningkatkan kepadatan tanah pada kedalaman 15 – 25cm yang merupakan

    akibat pengolahan tanah dengan alat-alat berat yang berlebihan sehingga dapat

    menghambat perkembangan akar tanaman dan menurunkan laju infiltrasi, serta

    lebih memungkinkan terjadinya erosi (Hakim, dkk., 1986). Parapasan, dkk.

    (1995) menyatakan bahwa lahan yang diolah berlebihan menyebabkan pelapukan

    bahan organik berjalan cepat sehingga menurunkan kandungan bahan organik

    tanah. Kandungan bahan organik yang rendah menyebabkan kurangnya agregasi

    tanah sehingga tanah menjadi lebih padat, bobot isi meningkat dan Total Ruang

    Pori (TRP) semakin kecil.

    Olah tanah konservasi (OTK) merupakan suatu cara pengolahan tanah yang

    bertujuan untuk menyiapkan lahan tanaman agar tanaman dapat tumbuh dan

    menghasilkan produksi yang optimum, namun tetap memperhatikan aspek

    konservasi tanah dan air. Pada sistem OTK, dilakukan pengolahan tanah

    seperlunya saja atau bila perlu tidak sama sekali, dan residu tanaman sebelumnya

    dibiarkan menutupi permukaan lahan minimal 30%. Sistem olah tanah yang

    masuk dalam sistem OTK antara lain olah tanah bermulsa (OTB), olah tanah

    minimum (OTM), dan tanpa olah tanah (TOT) (Utomo, 2006).

  • 15

    Penerapan teknik olah tanah minimum merupakan usaha-usaha yang mudah dan

    efisien dalam meningkatkan ketersediaan air tanah. Teknik olah tanah minimum

    pada dasarnya adalah mengolah tanah seperlunya agar sumber daya tanah dan

    air tetap lestari dan memerlukan persyaratan utama yaitu penutupan permukaan

    tanah dengan mulsa yang dapat berasal dari sisa-sisa tanaman (Rachman, dkk.,

    2003). Penggunaan mulsa bertujuan untuk mengurangi penguapan dari

    permukaan tanah, menjaga kelembaban tanah dan sebagai sumber bahan organik

    tanah. Selain itu mulsa juga berperan sebagai pemantap tanah yaitu melindungi

    permukaan tanah dari pukulan butir-butir hujan secara langsung. Mulsa juga

    berperan mengendalikan suhu tanah sehingga kehilangan air dan kehilangan panas

    dari tanah dapat dihindarkan (Dariah, 2007).

    Arjasa dan Maliawan (1993) menyatakan bahwa penerapan teknik olah tanah

    minimum dapat memperbaiki struktur tanah dan menurunkan bobot isi tanah.

    Apabila bobot isi tanah menurun, maka kepadatan tanah akan menurun (Junedi,

    dkk., 2013). Bobot isi yang tinggi dapat mempengaruhi distribusi perakaran.

    Udawatta dan Henderson (2003) menyatakan bahwa distribusi perakaran tanaman

    berkaitan erat dengan bobot isi tanah. Total panjang akar menurun seiring dengan

    meningkatnya bobot isi tanah, pada bobot isi tanah terendah menunjukkan hasil

    total panjang akar yang tertinggi. Arsyad (2006) mengemukakan bahwa

    pengolahan tanah minimum relatif lebih menguntungkan untuk pertanian jangka

    panjang, diantaranya memelihara atau memperbaiki struktur tanah dan kandungan

    bahan organik tanah, meningkatkan ketersediaan air, memperbaiki infiltrasi dan

    mengurangi kerusakan lingkungan, serta dapat meningkatkan hasil tanaman.

  • 16

    2.4 Pemupukan

    Pupuk merupakan kunci kesuburan tanah karena berisi satu atau lebih unsur untuk

    menggantikan unsur yang habis diserap tanaman. Pemupukan berarti

    menambahkan unsur hara ke dalam tanah dan tanaman. Secara umum pupuk

    hanya dibagi ke dalam dua kelompok berdasarkan asalnya, yaitu pupuk anorganik,

    seperti urea (pupuk N), TSP atau SP-36 (pupuk P), KCl (pupuk K), dan pupuk

    organik seperti pupuk kandang, kompos, humus, dan pupuk hijau (Lingga, 2008).

    Pupuk kompos merupakan pupuk yang dibuat dari sisa bahan organik yang

    berasal dari tanaman, hewan, dan limbah organik yang telah mengalami

    pelapukan melalui proses dekomposisi atau fermentasi hingga bentuknya sudah

    berubah seperti tanah dan tidak berbau. Kompos memiliki kandungan hara NPK

    yang lengkap meskipun persentasenya kecil. Kompos juga mengandung

    senyawa-senyawa lain yang sangat bermanfaat bagi tanaman (Cahyani, 2011).

    Meskipun kompos mengandung nutrisi tanaman yang lebih rendah dibanding

    dengan pupuk mineral/kimia, tetapi kompos mempunyai kelebihan lain seperti

    mempunyai peran dalam memperbaiki kondisi tanah baik secara fisik maupun

    mikrobiologis yang sangat berpengaruh pada nutrisi tanaman. Beberapa kegunaan

    pupuk kompos yaitu dapat memperbaiki struktur tanah, memiliki kandungan

    unsur mikro dan makro yang lengkap, menggemburkan tanah, meningkatkan daya

    ikat tanah terhadap air, menyediakan unsur hara mikro bagi tanaman, dan

    memudahkan pertumbuhan akar tanaman (Murbandono, 2000).

    Fungsi utama dari pupuk anorganik adalah sebagai penambah unsur hara atau

    nutrisi tanaman. Akan tetapi pupuk anorganik memiliki keunggulan dan

  • 17

    kelemahan. Beberapa manfaat atau keunggulan pupuk anorganik adalah mampu

    menyediakan hara dalam waktu yang relatif lebih cepat, menghasilkan nutrisi

    tersedia yang siap diserap tanaman, kandungan jumlah nutrisi lebih banyak, tidak

    berbau menyengat, praktis dan mudah diaplikasikan. Kelemahan dari pupuk

    anorganik adalah harganya relatif lebih mahal, mudah larut dan hilang terbawa

    aliran air, menimbulkan polusi pada tanah apabila diberikan dalam jumlah tinggi.

    Unsur yang paling dominan dijumpai dalam pupuk anorganik adalah unsur makro

    dan hanya sedikit unsur mikro (Lingga dan Marsono, 2001).

    Pupuk Phonska merupakan salah satu pupuk anorganik yang mengandung lebih

    dari satu unsur hara. Pupuk majemuk ini tidak hanya mengandung dua unsur,

    tetapi empat unsur sekaligus yaitu unsur N, P, K, dan S. Kandungan hara

    masing-masing unsur yaitu N (15 %), P2O5 (15 %), K2O (15 %), dan S (9 %).

    Pupuk Phonska ini mudah larut dalam air sehingga mudah diserap oleh tanaman

    dan sesuai digunakan untuk berbagai jenis tanaman sehingga mampu

    meningkatkan produksi dan kualitas panen. Hal ini menyebabkan pupuk Phonska

    sangat digemari petani (Anonimus, 2018).

    Hasil penelitian Raharja dan Utomo (2005) menunjukkan bahwa penggunaan

    pupuk organik dan anorganik pada tahun pertama dapat memperbaiki sifat fisik

    tanah seperti menurunkan berat isi tanah, meningkatkan porositas, dan

    memperbaiki kemantapan agregat tanah. Tanah yang memiliki sifat fisik yang

    baik mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi lebih cepat dan berproduksi

    lebih tinggi.

  • 18

    2.5 Pengaruh Pengolahan Tanah dan Pemupukan Terhadap BiomassaAkar

    Pertumbuhan akar sangat dipengaruhi oleh keadaan fisik tanahnya. Pengelolaan

    lahan yang kurang tepat mencakup kegiatan pengangkutan limbah sisa panen dan

    pengolahan tanah intensif. Pengangkutan limbah sisa panen menyebabkan

    menurunnya bahan bahan organik tanah, sedangkan pengolahan tanah intensif

    menyebabkan penghancuran agregat sehingga tanah menjadi lebih gembur.

    Tanah yang gembur lebih mudah hanyut, menyumbat pori-pori tanah dan tanah

    menjadi lebih padat. Pemadatan tanah akan berpengaruh terhadap meningkatnya

    ketahanan tanah terhadap penetrasi akar, sehingga akar memerlukan kekuatan

    yang lebih besar untuk menembus tanah (Junedi, dkk., 2013).

    Pengolahan lahan secara intensif dalam jangka panjang cenderung akan

    menurunkan kualitas tanah. Kualitas tanah yang menurun ditandai dengan

    menurunnya sifat fisik tanah. Salah satu sifat fisik tanah yaitu berat isi tanah.

    Olah tanah intensif cenderung akan memadatkan tanah sehingga menghalangi

    distribusi akar dalam menembus tanah. Tanah yang padat dicirikan dengan berat

    isi yang tinggi. Hal ini di dukung oleh Udawatta dan Henderson (2003) yang

    menyatakan bahwa distribusi perakaran tanaman berkaitan erat dengan berat isi

    tanah. Total panjang akar menurun seiring dengan meningkatnya berat isi tanah,

    pada berat isi tanah terendah menunjukkan hasil total panjang akar yang tertinggi.

    Hal ini juga diperkuat dengan hasil penelitian Suprayogo, dkk., (2004) yang

    menunjukkan bahwa pertumbuhan akar tanaman berkurang dengan meningkatnya

    berat isi tanah dan pertumbuhan sudah terhenti bila BI > 1.45 g cm-3. Selain

    pengolahan tanah, pemupukan juga berperan dalam mempengaruhi biomassa akar.

  • 19

    Pupuk organik berfungsi memperbaiki sifat fisik tanah, sedangkan pupuk

    anorganik berperan dalam menyediakan unsur hara secara cepat. Kombinasi dari

    keduanya merupakan cara yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman.

    Hal ini di dukung oleh Sutanto (2002), yang menyatakan bahwa perlakuan

    kombinasi pupuk organik dan anorganik menghasilkan sistem perakaran yang

    dalam, perkembangan perakaran yang baik dan hasil tanaman yang tinggi.

    2.6 Pengaruh Pengolahan Tanah dan Pemupukan Terhadap KepadatanTanah dan Kerapatan Isi Tanah

    Pengolahan tanah terlalu sering cenderung menyebabkan tanah memadat,

    sehingga kekerasan tanah meningkat (Junedi, dkk., 2013). Pemadatan tanah

    adalah penyusunan partikel-partikel padatan di dalam tanah karena ada daya tekan

    terhadap permukaan tanah sehingga ruang pori tanah menjadi sempit (Pamungkas,

    2004). Tanah yang memadat dapat mengurangi aerasi tanah, mengurangi

    ketersediaan air bagi tanaman dan menghambat perkembangan akar. Tanah yang

    padat akan mengurangi kapasitas menahan air, mengurangi kandungan udara,

    serta menghalangi akar untuk berkembang (Wilson, 2006). Hasil penelitian

    Wahyunie, dkk. (2012), menunjukkan bahwa ketahanan penetrasi pada sistem

    olah tanah intensif lebih keras jika dibandingkan dengan penerapan olah tanah

    konservasi sehingga perakaran tanaman lebih sulit dalam menembus tanah untuk

    mengambil air maupun unsur hara. Menurut Rachman, dkk., (2003), tanaman

    kedelai akan mengalami hambatan perkembangan perakaran pada ketahanan

    penetrasi 1 MPa atau bobot isi 1,6 g cm-3

  • 20

    Pengolahan tanah secara intensif dapat memperbaiki sifat fisik tanah, tetapi

    pengolahan tanah yang dilakukan secara terus-menerus dalam setiap tahun dalam

    jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan. Hal ini dikarenakan mempercepat

    penurunan kandungan bahan organik tanah, meningkatkan kerapatan isi tanah

    pada kedalaman 15 – 25 cm akibat pengolahan tanah dengan alat-alat berat yang

    berlebihan yang dapat menghambat perkembangan akar tanaman dan menurunkan

    laju infiltrasi, serta lebih memungkinkan terjadinya erosi (Hakim, dkk., 1986).

    Hasil penelitian Utomo (1999) menyatakan bahwa pada pertanaman pangan

    sistem olah tanah konservasi di lahan kering mempunyai kelembaban dan air

    tersedia relatif lebih tinggi dibandingkan cara pengolahan tanah intensif. Cara

    pengolahan tanah minimum mampu menjaga kemantapan agregasi tanah,

    sehingga ruang pori tanah untuk menyimpan air dan udara tidak rusak. Cara

    pengolahan tanah minimum menghasilkan kerapatan isi yang lebih rendah dengan

    porositas total tanah yang lebih tinggi daripada cara pengolahan tanah

    konvensional. Kandungan air tanah berhubungan dengan kerapatan isi dan

    porositas tanah. Semakin tinggi kerapatan isi tanah, maka semakin padat tanah

    (porositas semakin rendah), sehingga sirkulasi udara dan kondisi air tanah tidak

    menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman.

    Selain pengolahan tanah, pemupukan juga berperan dalam mempengaruhi

    kerapatan isi tanah. Hal ini di dukung oleh Raharja (2005), yang menyatakan

    bahwa penggunaan pupuk organik dan anorganik pada tahun pertama dapat

    memperbaiki sifat fisik tanah seperti menurunkan berat isi tanah dan

    meningkatkan porositas tanah. Hal ini dikarenakan pemberian pupuk organik

    dapat meningkatkan ruang pori dan memantapkan agregat, sehingga tanah tidak

  • 21

    mudah tererosi, sedangkan pupuk kimia dapat menyediakan unsur hara secara

    cepat yang mengakibatkan perkembangan perakan tanaman lebih luas dalam

    menjangkau unsur hara di dalam tanah. Penambahan pupuk yang berasal dari

    pupuk organik dapat menurunkan berat isi tanah yang mengakibatkan ruang pori

    tanah lebih besar sehingga sirkulasi udara dan kondisi air tanah dapat meningkat,

    sehingga kepadatan tanah menjadi menurun.

    2.7 Pengaruh Pengolahan Tanah dan Pemupukan Terhadap Kadar AirTanah

    Penggunaan lahan dalam jangka panjang memerlukan pengelolaan yang tepat.

    Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kerusakan tanah. Upaya-upaya

    tersebut antara lain dengan pengolahan tanah yang tepat dan pemberian pupuk

    organik serta pemupukan yang seimbang. Pengolahan tanah yang tepat bertujuan

    untuk meningkatkan daya guna lahan bagi tempat tumbuh dan berkembangnya

    tanaman. Salah satu olah tanah yang tepat adalah olah tanah minimum.

    Pengolahan tanah minimum mempunyai kelembaban yang relatif lebih tinggi

    daripada cara pengolahan tanah intensif. Keunggulan sistem olah tanah

    konservasi terhadap olah tanah intensif terutama dalam hal konservasi air. Hal ini

    di dukung oleh Utomo (1999) yang menyatakan bahwa pada pertanaman pangan

    sistem olah tanah konservasi di lahan kering mempunyai kelembaban dan air

    tersedia relatif lebih tinggi dibandingkan cara pengolahan tanah intensif. Cara

    pengolahan tanah minimum mampu menjaga kemantapan agregasi tanah,

    sehingga ruang pori tanah untuk menyimpan air dan udara tidak rusak. Hal ini di

    dukung oleh Wahyunie, dkk., (2012) yang menyatakan bahwa penerapan olah

  • 22

    tanah intensif memiliki kadar air lebih rendah dibandingkan dengan olah tanah

    konservasi karena proses membolak-balik tanah dapat menyebabkan terjadinya

    dispersi agregat serta penyumbatan pori yang dapat menurunkan sebaran pori

    makro dan meningkatkan jumlah pori mikro.

    Selain pengolahan tanah, pemupukan juga berperan dalam meningkatkan

    ketersediaan air di dalam tanah. Pemberian pupuk yang mengkombinasikan

    antara pupuk anorganik dan organik merupakan cara yang tepat dalam

    meningkatkan kadar air tanah. Hal ini di dukung oleh Prasetyo, dkk., (2014) yang

    menyatakan bahwa pemberian pupuk anorganik tanpa diiringi dengan pupuk

    organik dapat menyebabkan tanah mengalami kerusakan seperti bobot isi

    meningkat. Hal ini mengakibatkan ruang pori mikro yang semestinya diisi oleh

    air menjadi berkurang, akibatnya tanah lebih mudah mengalami erosi. Oleh

    karena itu pemupukan harus diimbangi dengan pupuk organik agar kadar air tanah

    tetap tinggi. Effendi (1991) juga menyatakan bahwa pupuk organik yang berasal

    dari pupuk kandang dapat memperbaiki sifat fisik tanah, salah satunya yaitu

    meningkatkan kadar air tanah. Hal ini dikarenakan pupuk organik dapat

    menciptakan struktur tanah yang lebih gembur, sehingga ruang pori makro dan

    mikro meningkat.

  • 23

    III. BAHAN DAN METODE

    3.1 Tempat dan Waktu Penlitian

    Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian,

    Universitas Lampung yang terletak pada titik koordinat 5o22’10,902” Lintang

    Selatan dan 105o14’36,988” Bujur Timur. Analisis tanah dilakukan di

    Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Waktu

    pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Maret 2017 sampai dengan Juni

    2017. Penelitian ini dilaksanakan pada musim kedua yang ditanami kacang hijau.

    Sebelum lahan ini digunakan untuk pertanaman kacang hijau, lahan penelitian ini

    digunakan untuk pertanaman jagung pada bulan Desember 2016-22 Februari

    2017. Perlakuan yang diujikan pada penelitian sebelumnya sama dengan

    penelitian yang diujikan dalam penelitian ini. Akan tetapi, dosis pupuk yang

    diberikan sesuai dengan kebutuhan tanaman.

    3.2 Alat dan Bahan

    Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah ring sampel, plastik, label,

    cangkul, gunting, kored, sabit, golok, tugal, ember, papan, pisau, oven,

    penetrometer, bor belgie, meteran, ayakan tepung, alat tulis, penggaris, dan

    timbangan. Bahan yang digunakan adalah benih kacang hijau varietas Kutilang,

  • 24

    sampel tanah utuh dari lapang, alumunium foil, tali rafia, label, pupuk Phonska

    200 kg ha-1, dan pupuk kompos 1 t ha-1.

    3.3 Rancangan Percobaan

    Penelitian ini dilakukan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) 2

    faktorial dan 4 ulangan (kelompok) dan diuji lanjut dengan uji BNT pada taraf 5

    % dan 1%. Faktor pertama adalah pengolahan tanah (olah tanah minimum dan

    olah tanah konvensional) dan faktor kedua adalah pemupukan (tanpa pemberian

    pupuk dan dengan pemberian pupuk (1 t kompos ha-1 + 200 kg Phonska ha-1)),

    sehingga pada percobaan ini diperoleh 4 kombinasi perlakuan.

    Berikut ini adalah tata letak percobaan pengaruh olah tanah dan pemupukan :

    T0P0 = Olah tanah minimum ( + Mulsa) + tanpa pemupukan

    T0P1 = Olah tanah minimum (+ Mulsa) + diberi pemupukan

    T1P0 = Olah tanah intensif + tanpa pemupukan

    T1P1 = Olah tanah intensif + diberi pemupukan.

  • 25

    Gambar 1. Tata letak percobaan pengaruh olah tanah dan pemupukan di tanahUltisol Gedung Meneng musim kedua. T0P0 = Olah tanah minimumtanpa pemupukan; T0P1 = Olah tanah minimum dan aplikasipemupukan; T1P0 = Olah tanah intensif tanpa pemupukan; T1P1 =Olah taah intensif dan aplikasi pemupukan; U = Ulangan.

    3.4 Pelaksanaan Penelitian

    3.4.1 Persiapan Lahan

    Lahan yang digunakan pada penelitian ini adalah lahan bekas pertanaman

    jagung dengan Luasan lahan 2,5 x 2,5 m tiap plot percobaan. Persiapan lahan

    yang dilakukan yaitu berupa pembersihan lahan dan pengolahan tanah.

    Pembersihan lahan dilakukan dengan membersihkan lahan dari gulma dan sisa-

    sisa tanaman yang telah selesai dipanen menggunakan celurit dan golok. Pada

    perlakuan olah tanah intensif, gulma dan sisa tanaman hasil panen yang telah

    dibersihkan diletakkan di luar petak percobaan hingga keadaan lahan benar-benar

    bersih. Pada perlakuan olah tanah minimum, gulma dan sisa tanaman hasil panen

    yang telah dibersihkan disusun secara larik sebanyak tiga larik di dalam petak

    lahan. Pengolahan tanah pada penelitian ini dilakukan sesuai dengan perlakuan

    2,5 m

    S

    U

    TB

    T0P0U1 T0P1U1 T1P0U1 T1P1U1

    T1P1U2 T1P0U2 T0P0U2 T0P1U2

    T0P1U3 T0P0U3 T1P1U3 T1P0U3

    T1P0U4 T1P1U4 T0P1U4 T0P0U4

  • 26

    yang diujikan, yaitu pengolahan tanah secara minimum dan pengolahan tanah

    secara intenif. Pada olah tanah minimum, pengolahan lahan hanya melakukan

    penggemburan pada baris tanam kacang hijau. Pada perlakuan olah tanah

    intensif, pengolahan lahan dilakukan dengan mencangkul lahan hingga lahan

    benar-benar gembur dan meratakan permukaan lahan.

    3.4.2 Persiapan Tanam dan Penanaman Benih

    Persiapan tanam dimulai dari perendaman benih kacang hijau varietas kutilang di

    dalam air. Benih yang terapung dibuang dan benih yang tenggelam dipakai saat

    penanaman. Benih yang terpilih kemudian ditanam di lubang tugal dengan jarak

    tanam 70 x 30 cm dan kedalaman lubang tanam sekitar 2-3 cm. Jumlah butir

    benih yang digunakan adalah 2 butir benih per lubang tanam. Satu plot lahan

    perlakuan terdapat 4 baris tanam dengan populasi tanaman sebanyak 29 tanaman.

    3.4.3 Pemeliharaan

    Kegiatan pemeliharaan terdiri dari penyiraman, penyiangan, dan pemupukan.

    a. Penyiraman

    Penyiraman dilakukan setiap hari pada sore hari, namun jika turun hujan maka

    penyiraman tidak dilakukan. Penyiraman dilakukan hingga tanaman mencapai

    akhir fase vegetative (40 HST). Kegiatan penyiraman ini bertujuan agar

    kelembaban tanah di sekitar daerah perakaran tetap terjaga. Penyiraman ini

    dilakukan dengan menggunakan selang.

  • 27

    b. Penyiangan

    Penyiangan dilakukan saat tanaman berumur 21 HST dan 42 HST. Hal ini

    dikarenakan pada umur tersebut merupakan periode kritis kacang hijau. Oleh

    karena itu pertumbuhan gulma pada fase tersebut perlu dikendalian. Pada lahan

    yang diolah minimum, penyiangan dilakukan dengan memotong gulma dengan

    gunting atau dikoret tipis sehingga tidak merusak struktur tanah. Pada lahan yang

    diolah secara intensif, penyiangan gulma dilakukan dengan cara membesik gulma

    yang tumbuh di sekitar tanaman.

    c. Pemupukan

    Pemberian pupuk Phonska dan kompos diberikan sebanyak satu kali selama masa

    tanam secara bersamaan dengan cara larik pada umur tanaman 7 HST. Dosis

    pupuk yang diberikan untuk kompos sebanyak 1 t ha-1 dan Phonska sebanyak 200

    kg ha-1, sehingga setiap plot percobaan diberikan pupuk kompos sebanyak 625 g

    dan pupuk Phonska sebanyak 125 g.

    3.5 Variabel Pengamatan

    3.5.1 Biomassa Akar

    Pengambilan contoh biomassa akar dilakukan pada saat tanaman berumur 65 HST

    atau setelah waktu panen kedua. Biomassa akar yang diambil adalah biomassa

    akar tanaman yang ada disekitar perakaran kacang hijau. Pengambilan biomassa

    akar ini dilakukan dengan prinsip yaitu menghindari kerusakan yang terjadi pada

    lahan percobaan setelah dilakukan pengambilan sampel akar, sehingga tanah yang

    berlubang setelah dilakukan pengeboran akan di isi dengan tanah yang berasal

  • 28

    dari luar petak percobaan. Prosedur penetapan biomassa akar ini menggunakan

    bor belgie berbentuk tabung dengan diameter 6,5 cm dan tinggi tabung 25 cm.

    Pengeboran dilakukan sampai kedalaman 20 cm searah jarum jam. Setiap plot

    percobaan dilakukan pengeboran sebanyak lima ulangan pada sisi atas lahan, sisi

    bawah lahan, sisi kanan lahan, sisi kiri lahan, dan di tengah lahan. Titik

    pengeboran untuk penetapan biomassa akar dapat dilihat pada Gambar 3.

    Gambar 2. Titik pengambilan sampel per plot percobaan. = populasi tanaman,X = titik pengambilan sampel biomassa akar.

    Pengeboran dilakukan diantara baris tanaman (jarak antar baris). Tanah beserta

    akar yang terbawa dalam bor di tiris/di potong dengan pisau untuk dipisahkan

    berdasarkan lapisan (kedalaman) 0-5 cm, 5-10 cm, dan 10-20 cm. Akar yang

    sudah dipisahkan berdasarkan kedalaman tanah yang terdapat pada bor

    dibersihkan tanahnya dengan cara diayak pada saringan tepung dengan disirami

    air secara perlahan hingga akar bersih dari tanah. Akar yang telah bersih

    kemudian dibungkus di alumunium foil dan di oven pada suhu 70o C selama 24

    jam. Akar yang telah di oven merupakan biomassa kering akar.

  • 29

    3.5.2 Kepadatan Tanah

    Pengamatan kepadatan tanah dilakukan pada saat pratanam dan pascatanam.

    Pada pengukuran kepadatan tanah ini menggunakan penetrometer. Cara kerja

    penetrometer tangan sebagai berikut: tanda geser (skala) pada tangkai

    penetrometer dipindahkan ke pembacaan paling rendah, yaitu nol. Tangkai

    penetrometer dipegang, kemudian indikator kedalaman didorong masuk ke dalam

    tanah dengan kekuatan tetap sampai indikator kedalaman masuk dari bagian

    ujung alat yang tumpul. Selanjutnya, keluarkan indikator kedalaman

    penetrometer dari dalam tanah, dan baca nilai pengukuran pada skala. Bersihkan

    batang penetrometer, kembalikan tanda geser ke posisi nol. Ulangi pengukuran

    beberapa kali pada daerah yang sama untuk mendapatkan nilai penetrasi tiap-tiap

    kedalaman tanah (Kurnia, dkk., 2006). Titik sampel yang diambil berada tepat di

    tengah plot dan diantara barisan tanaman. Kedalaman yang diamati yaitu pada

    lapisan 0-5, 5-10, 10-15, dan 15-20 cm. Hal ini dikarenakan perkembangan

    perakaran Kacang Hijau diperkirakan hanya sebatas pada kedalaman 20 cm.

    3.5.3 Kadar Air Tanah dan Kerapatan Isi Tanah

    Pengambilan sampel tanah pada penelitian ini dilakukan sebanyak dua

    periode, yaitu sebelum pengolahan tanah dan pada saat tanaman panen pertama.

    Pengambilan sampel tanah dilakukan dengan menggunakan ring sampel dengan

    tinggi 5 cm dan diameter 5,5 cm. Kedalaman tanah yang diamati yaitu 0-10 cm

    dan 10-20 cm. Hal ini karena perakaran tanaman diperkirakan hanya sampai pada

    kedalaman 20 cm. Penentuan tata letak pengambilan contoh tanah di lapangan

    dilakukan dengan metode pengambilan contoh Systematic Sampling (SyS). Pada

  • 30

    systematic sampling, satu petak terdapat satu sampel (Agus, dkk., 2006). Tata

    letak pengambilan sampel dapat dilihat pada Gambar 4.

    Gambar 3. Tata letak pengambilan contoh tanah utuh di lapangan berdasarmetode pengambilan contoh Systematic Sampling (SyS) (Agus, dkk.,2006). = Titik sampel yang diambil ditengah petak percobaan ;= populasi tanaman.

    Pengambilan sampel tanah pada penelitian ini diawali dengan meratakan dan

    membersihkan lapisan atas tanah yang akan diambil contohnya, kemudian ring

    ditekan hingga masuk kedalam tanah. Ring kedua diletakkan dan ditekan di atas

    ring pertama hingga ring kedua masuk kedalam tanah hingga ¾ bagian. Hal ini

    untuk mendapatkan sampel utuh pada kedalaman 10 cm. Setelah itu tanah di gali

    di sekeliling tabung dengan pisau dan di iris hingga merata. Lakukan hal yang

    sama pada titik yang sama untuk mendapatkan kedalaman 20 cm. Pengambilan

    sampel tanah utuh saat waktu panen pertama dilakukan di tengah lahan tepatnya

    di antara Jarak Antar Barisan (JAB) tanaman dengan sebelumnya membuat petak

    penanda berupa tali rafia dengan tujuan agar titik sampel tidak terinjak pada saat

    perawatan.

    a. Kadar Air Tanah

    Penetapan kadar air tanah dilakukan di Laboratorium. Metode yang digunakan

    dalam penetapan ini adalah metode volumetrik. Sampel tanah yang diambil dari

  • 31

    lapang dengan ring sampel di timbang untuk mengetahui berat basah tanah.

    Setelah itu tanah beserta ring di oven pada suhu 105o C selama 2 x 24 jam hingga

    bobotnya konstan.

    Penetapan kadar air tanah dapat diketahui dengan rumus :

    θv = (ρb/ρw) θm

    Keterangan : θv = kadar air volumetrik ; ρb = kerapatan isi (bulk density) (g cm-3);ρw = berat jenis air ( = 1 g cm-3) ; θm = kadar air gravimetrik (Bobotair/ Bobot tanah kering oven 1050 C) x 100 % (Abdurrahman, dkk.,2006).

    b. Kerapatan Isi Tanah

    Penetapan kerapatan isi tanah dilakukan di Laboratorium. Sampel tanah yang

    diambil dari lapang dengan ring sampel di timbang untuk mengetahui berat basah

    tanah. Setelah itu tanah beserta ring di oven pada suhu 105o C selama 2 x 24 jam

    hingga bobotnya konstan. Ring yang digunakan untuk penetapan kerapatan isi

    tanah memiliki diameter sebesar 5,5 cm dan ketinggian sebesar 5 cm. Kerapatan

    isi tanah dapat diketahui dengan rumus :

    ρb = Bobot Kering Tanah (g cm-3)Volume Tanah

    Keterangan : Volume tanah = volume tabung = = . . t (Agus., dkk, 2006).Ρb = kerapatan isi (g cm-3); = 3,14; r = jari-jari tabung (cm);t = tinggi tabung (cm) (Agus, dkk., 2006).

    3.6 Analisis Data

    Data yang diperoleh dari pengukuran biomassa akar, kadar air tanah, kepadatan

    tanah, dan kerapatan isi masing-masing akan disusun berdasarkan kedalaman

    tanah. Setelah itu data diuji homogenitas ragam antar perlakuan dengan Uji

  • 32

    Bartlett dan kemenambahan data diuji dengan Uji Tukey. Jika asumsi terpenuhi,

    pengaruh perlakuan terhadap masing-masing variabel akan diuji dengan

    menggunakan analisis ragam atau uji F. Jika pengaruh perlakuan terhadap

    variabel nyata, perbedaan nilai rata-rata dari variabel utama pada masing-masing

    perlakuan akan di uji lanjut menggunakan Uji BNT pada taraf nyata 5%. Hasil

    analisis data akan disajikan dalam bentuk kurva deskriptif untuk mengetahui

    perbedaan dari perlakuan yang diujikan terhadap variabel yang diamati.

  • 56

    V. KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan

    Kesimpulan dari penelitian ini adalah :

    1. Perlakuan olah tanah minimum menghasilkan biomassa akar tertinggi pada

    kedalaman 0-5 cm dan 5-10 cm dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

    2. Pada waktu pratanam, kombinasi perlakuan olah tanah minimum dan tanpa

    aplikasi pemupukan (T0P0) menghasilkan kadar air tanah tertinggi dari pada olah

    tanah minimum dan aplikasi pupuk (T0P1) pada kedalaman 0-10 cm. Pada waktu

    pascatanam, kadar air tanah pada olah tanah minimum nyata lebih tinggi dari

    pada olah tanah intensif pada kedalaman 0-10 cm, sedangkan pada kedalaman

    10-20 cm, kadar air tanah pada perlakuan tanpa aplikasi pemupukan lebih tinggi

    dari aplikasi pemupukan. Kadar air tanah pada kombinasi olah tanah minimum

    dan aplikasi pemupukan (T0P1) nyata lebih tinggi dibandingkan olah tanah

    intensif dan aplikasi pemupukan (T1P1).

    3. Pada perlakuan olah tanah dan pemupukan tidak memberikan pengaruh nyata

    terhadap kerapatan isi tanah pada sebelum tanah dan pascatanam. Perlakuan olah

    tanah minimum (T0) menghasilkan kekerasan tanah tertinggi daripada olah tanah

    intensif pada kedalaman 0-5 cm dan 5-10 cm pratanam dan tidak berbeda nyata

    pada pascatanam.

  • 57

    5.2 Saran

    Penulis menyarankan untuk menganalisa lebih lanjut tiap variabel yang diamati

    dalam penelitian ini agar dapat memberikan informasi lebih luas terhadap kondisi

    sifat fisik tanah petak percobaan yang diamati.

  • 58

    DAFTAR PUSTAKA

    Abdurachman, A., U. Haryati, dan I. Juarsah. 2006. Penetapan Kadar Air Tanahdengan Metode Gravimetri. Las, I. (Ed). Sifat Fisik Tanah dan TeknikAnalisisnya. Balitan. Bogor. 131-142 hlm.

    Agus, F., R.D. Yustika. dan U.Haryati. 2006. Penetapan Berat Volume Tanah.Las, I. (Ed). Sifat Fisik Tanah dan Teknik Analisisnya. Balitan. Bogor.25-34 hlm.

    Anonimus. 2018. Kandungan Hara pada Pupuk Phonska. PT. Petrokimia Gresik.http://www.petrokimia-gresik.com/Pupuk/Phonska.NPK. Diakses 26Februari 2018.

    Ardjasa, W.S., dan G.E. Maliawan. 1993. Sistem Pengolahan Tanah dan CaraPemberian Pupuk pada Rotasi Padi Gogo-Kedelai pada Lahan KeringPodsolik. Dalam Prosiding Seminar Nasional IV. Budidaya PertanianOlah Tanah Konservasi. Bandar Lampung. 209-216.

    Arsyad, S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. 367 hlm.

    Banuwa, I.S., T. Syam, dan D. Wiharso, 2011. Karakteristik Lahan LaboratoriumLapang Terpadu FP UNILA (Laporan Penelitian). Bandar Lampung. 94hlm.

    Biro Pusat Statistik. 2014. Luas Panen- Produktivitas- Produksi TanamanKacang Hijau Provinsi Lampung http://www.bps.go.id/tnmn pgn.php?kat=3. Diakses pada tanggal 19 Maret 2018.

    Cahyani. 2011. Pengaruh Pemberian Kompos Sampah Organik terhadapPertumbuhan dan Hasil Berbagai Varietas Kedelai (Glycine max (L.)Merill). Jurnal Agrineca. 11 (2) : 16 hlm.

    Chao-su, L. Jin-gang, L. Young-lu, T. Xiou-li, W.Gang, H. and Hui, Z. 2016.Stand establishment, root development and yield of winter wheat asaffected by tillage and straw mulch in the water deficit hilly region ofSouthwestern China. Journal of Integrative Agriculture 15(7) : 1480-1489.

  • 59

    Dariah, A. 2007. Konservasi Tanah pada Lahan Tegalan. Buku Bunga RampaiKTA 12-07. http://balittanah.litbang.deptan.go.id/dokumentasi. Diakses26 Februari 2018.

    Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi. 2013. Prospek pengembanganagribisnis kacang hijau. Diakses pada tanggal 23 oktober 2017. 93 hlm.

    Dewanto, F. G., J.J.M.R. Londok, R.A.V. Tuturoong dan W. B. Kaunang. 2013.Pengaruh Pemupukan Anorganik dan Organik terhadap Produksi TanamanJagung sebagai Sumber Pakan. Jurnal Zootek 32(5) : 852-2626.

    Effendi, S. 1991. Bercocok Tanam Jagung. Jakarta Yasaguna. 95 hlm.

    Endriani. 2010. Sifat fisika dan kadar air tanah akibat penerapan olah tanahkonservasi. Jurnal Hidrolitan 1(1) : 26 – 34.

    Fitrina. 2005. Pengaruh Kerapatan Awal Umbi Teki (Cyperus rotundus L.) danDosis Pupuk K terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kacang Hijau (Phaseolusradiatus L.). Badan Bimas Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Barat.25 hlm.

    Gonggo, B.M., B. Hermawan, dan D. Anggraeni. 2005. Pengaruh Jenis TanamanPenutup dan Pengolahan Tanah terhadap Sifat Fisik Tanah pada LahanAlang-Alang. JIPI 7(1): 44-50.

    Hakim, N., M.Y. Nyakpa, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M.A. Diha, G.B. Hong, danH.H. Bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung.Bandar Lampung. 233 hlm.

    Hamzah, Z. 1983. Ilmu Tanah Hutan. Proyek Peningkatan PengembanganPerguruan Tinggi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

    Handayani, I. P. 2002. Laporan Penelitian. Pendayagunaan Vegetasi InvasiDalam Proses Agradasi Tanah untuk percepatan Restorasi Lahan Kritis.Lembaga penelitian universitas Bengkulu. Bengkulu.

    Handayanto, E. dan Hairiah, K. 2007. Biologi Tanah, Landasan PengelolaanTanah Sehat. Pustaka Adipura. Yogyakarta. 194 hlm.

    Hulopi, F. 2012. Penggunaan Pupuk N P K Pada Tanah bekas pemberian BahanOrganik terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kacang Hijau. J. Buana Sains12(1): 43-50.

    Junedi, H., I.A. Mahbub, dan Zurhalena. 2013. Pemanfaatan Kompos KotoranSapi dan Ara Sungsang untuk Menurunkan Kepadatan Ultisol. JurnalPenelitian Universitas Jambi Seri Sains 15 (1) : 47-52.

  • 60

    Kurnia, U., M.S. Djunaedi, dan S. Marwanto. 2006. Penetapan Penetrasi Tanah.Las, I. (Ed). Sifat Fisik Tanah dan Teknik Analisisnya. Balitan. Bogor.75-82 hlm.

    Lingga, P. 2008. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta. Penebar Swadaya. 149hlm.

    Lingga, P. dan Marsono. 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya.Jakarta. 146 hlm.

    Murbandono. 2000. Membuat Kompos. Edisi Revisi. Jakarta. Penebar Swadaya.54 hlm.

    Musgrave, G. W., 1947. The Quantitative Evaluation of Factors in Wate Erosion :A First Approxximation. J. Soil Water Conserv. 2(3) :133-138.

    Mustakim, M. 2013. Budidaya Kacang Hijau. Bantul. Pustaka Baru Press. 140hlm.

    Pamungkas, M, Y. 2004. Pengaruh tingkat kepadatan tanah terhadappertumbuhan tanaman dan karakteristik umbi lobak. Skripsi. InstitutPertanian Bogor.

    Prasetyo, A., W. H. Utomo, dan E. Listyorini. 2014. Hubungan Sifat Fisik Tanah,Perakaran an Hasil Ubi Kayu Tahun Kedua pada Alfisol Jatikerto AkibatPemberian Pupuk Organik dan Anorganik (NPK). J. Tanah dan SumberdayaLahan 1(1) : 27-38.

    Purwono dan R. Hartono, 2012. Kacang Hijau (Edisi ke 3). Penebar Swadaya,Jakarta. 59 hlm.

    Rachman, L. M. 1987. Penerapan Sistem Budidaya Pertanian Tanpa Olah TanahDitinjau Dari Sifat Fisik Tanah. Dalam I.H. Utomo dan J. Woroatmodjo(Eds.). Prosiding Seminar Budidaya Pertanian Tanpa Olah Tanah. JurusanBudidaya Pertanian-IPB. Bogor. 5 Hlm.

    Rachman, A., Anderson, S.H., Gantzer, C.J. and Thompson, A.L. 2003. Influenceof long-term cropping systems on soil physical properties related to soilerodibility. Soil Science Society of America Journal 67 : 637-644.

    Raharja, T. P. 2005. Pengaruh pupuk organik dan anorganik terhadap sifat fisikalfisol dan hasil tanaman jagung dalam sistem tumpangsari. Skripsi.Universitas Brawijaya. Malang.

    Rao. T. P. and O. Ito, 1998. Differences in Root System morphology and RootRespiration in Relation to Nitrogen Uptake among Six Crop Species.Japan Agriculture Research Quartery. 32: 97-103.

  • 61

    Rosliani, R., N. Sumarni, dan I. Sulastrini. 2010. Pengaruh Cara PengolahanTanah dan Tanaman Kacang-kacangan sebagai Tanaman Penutup Tanahterhadap Kesuburan Tanah dan Hasil Kubis di Dataran Tinggi. J. Hort. 20(1) : 36-44.

    Rukmana. 2005. Budidaya dan Pascapanen Kacang Hijau. KanisiusYogyakarta. 62 hlm.

    Rukmana, R. 1997. Kacang Hijau, Budi Daya dan Pascapanen. Kanisius.Yogyakarta. 68 hlm.

    Rusdiana, O., Y. Fakura, C. Kusuma, dan H. Yayat. 2000. Respon PertumbuhanAkar Tanaman Sengon terhadap Kepadatan dan Kandungan Air TanahPodsolik Merah Kuning. Jurnal Manajemen Hutan Tropika 6 (2): 43-53.

    Russel, S., 1977. Plant Root System. Their Fungtion and Interaction with theSoil. McGraw Hill Book Company (UK) Limited London. Trop. For.Manage. J 6 (11) : 43-53.

    Salam, A. K. 2011. Ilmu Tanah Fundamental. Global Madani Press. BandarLampung. 361 hlm.

    Skop, J. M. 2000. Physical properties of primary particles. Summer, E. M. (Ed).Handbook of soil science. CRC Press. A3-A16 hlm.

    Setyamidjaja, D. 1993. Karet, Budidaya dan Pengolahan (Rubber, Productionand Processing). Yogyakarta. Penerbit Kanisius. 208 hlm.

    Setiyowati, S. Haryanti dan R. B. Hastuti. 2010. Pengaruh Perbedaan KonsentrasiPupuk. Organik Cair tehadap Produksi Bawang Merah (Alliumascalonicum L). Jurnal BIOMA 12(2): 44-48.

    Solyati. A., dan Z. Kusuma. 2017. Pengaruh Sistem Olah Tanah dan AplikasiMulsa terhadap Sifat Fisik, Perakaran, dan Hasil Tanaman Kacang Hijau(Vigna Radiata L.). Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan. l4 (2) : 553-558.

    Sinukaban, N., Sudarmo, dan K. Murtilaksono. 2007. Pengaruh penggunaanmulsa dan pengolahan tanah terhadao erosi, aliran permukaan, danselektivitas erosi pada Latosol Coklat Kemerahan Darmaga. DalamKonservasi Tanah dan Air Kunci Pembangunan Berkelanjutan. DirjenRLPS. Bogor. 45 hlm.

    Sunantara, I. M.M., 2000. Teknik Produksi Benih Kacang Hijau. Pusat Penelitiandan Pengambangan Tanaman Pangan (Teknologi Produksi Benih KacangHijau ). Denpasar. Bali. 35 hlm.

  • 62

    Suprayogo, D., Widianto, Purnomosidhi, P., Widodo, R.H., Rusiana, F., Aini,Z.Z., Khasanah, N. dan Z. Kusuma. 2004. Degradasi sifat fisik tanahsebagai akibat alih guna lahan hutan menjadi sistem kopi monokultur.Kajian Makroporositas Tanah. Agrivita 26 (1): 60-68.

    Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius. Yogyakarta. 219 hlm.Tabor, S. R., K. Altemeir, Nuryanto, Wardoyo and B. Adinugroho. 1986. Trends

    in Agricutural Supply and Demand to the year 2000. Directorate of footCrop Economics. Dept. of Agriculture: 59-64.

    Udawatta, R and G. S. Henderson. 2003. Root distribution relationships to soilproperties in Missouri oak stands: A productivity Index Approach. SoilScience Society of America Journal. 67 (6): 1869.

    Utomo, M. 1999. Teknologi Olah Tanah Konservasi Menuju PertanianBerkelanjutan. Prosiding Seminar Nasional Pertanian Organik.Palembang, 30 Oktober 1999. Fakultas Pertanian, Universitas IBAPalembang. 16 hlm

    Utomo, M. 2006. Olah Tanah Konservasi. Hand out Pengelolaan Lahan KeringBerkelanjutan. Universitas Lampung, Bandar Lampung. 25 hlm.

    .Utomo.M. 2012. Tanpa Olah TanahTeknologi Pengelolaan Lahan Kering.

    Lembaga Penelitian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 110 hlm.

    Utomo.M., H. Buchari., dan I. S. Banuwa. 2012. Olah Tanah KonservasiTeknologi Mitigasi Gas Rumah Kaca Pertanian Tanaman Pangan .Lembaga Penelitian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 92 hlm.

    Wahyuni, E.D. 1994. Perubahan pori tanah pada berbagai sistem olah danpertanaman jagung dan kedelai. Agrivita. 17 (2) : 88-91.

    Wahyunie E.D., Baskoro, D.P.T dan Sofyan, M. 2012. Kemampuan retensi airdan ketahanan penetrasi tanah pada sistem olah tanah intensif dan olahtanah konservasi. Jurnal Tanah Lingkungan 14 (2): 73-78.

    Wilson, E.2006. Kepadatan tanah akibat penyaradan oleh forwarder danpengaruhnya terhadap pertumbuhan semai. Skripsi. Departemen hasilhutan. Fakultas kehutanan. Institut pertanian bogor. 129 hlm.