Upload
others
View
11
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PEMUPUKAN TERHADAPBIOMASSA AKAR, KEPADATAN TANAH, KADAR AIR TANAH,
DAN KERAPATAN ISI TANAH PADA PERTANAMANKACANG HIJAU (Vigna radiata L.) DI TANAH
ULTISOL GEDUNG MENENGMUSIM KEDUA
(Skripsi)
Oleh
YOGI IRAWAN
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
ABSTRAK
PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PEMUPUKAN TERHADAPBIOMASSA AKAR, KEPADATAN TANAH, KADAR AIR TANAH,
DAN KERAPATAN ISI TANAH PADA PERTANAMANKACANG HIJAU (Vigna radiata L.) DI TANAH
ULTISOL GEDUNG MENENGMUSIM KEDUA
Oleh
Yogi Irawan
Salah satu upaya untuk menghindari degradasi tanah yaitu penggunaanpengelolaan tanah yang tepat seperti olah tanah minimum dan pemberiankombinasi pupuk organik dan anorganik. Hal ini dikarenakan olah tanah danpemberian kombinasi pupuk yang berasal dari pupuk organik dan anorganikmampu mempengaruhi ketersediaan bahan organik tanah dan kandungan harabagi tanaman. Olah tanah minimum dan pemberian kombinasi pupuk organik dananorganik diharapkan dapat menciptakan lingkungan yang baik bagi pertumbuhanakar tanaman, meningkatkan daya pegang air, memperbaiki agregat dan poritanah, menurunkan kepadatan tanah, serta menurunkan bobot isi tanah. Tujuanpenelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh pengolahan tanah dan pemupukanterhadap biomassa akar, kadar air tanah, kepadatan/kekerasan tanah, dankerapatan isi tanah. Penelitian ini terdiri dari 4 perlakuan dan 3 ulangan yangdisusun dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) dan diuji lanjut dengan ujiBNT 1% dan 5 %. Perlakuan percobaan terdiri dari T0P0 (olah tanah minimum +mulsa + tanpa pupuk), T0P1(olah tanah minimum + mulsa + diberi pemupukan),T1P0 (olah tanah intensif + tanpa pupuk), dan T1P1 (olah tanah intensif + diberipemupukan). Pupuk yang diberikan pada perlakuan yaitu 1 t kompos ha-1 + 200kg Phonska ha-1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) perlakuan olah tanahminimum menghasilkan biomassa akar tertinggi pada kedalaman 0-5 cm dan 5-10cm dibandingkan dengan perlakuan lainnya. (2) Pada waktu pratanam, kombinasi
perlakuan olah tanah minimum dan tanpa aplikasi pemupukan (T0P0)menghasilkan kadar air tanah tertinggi dari pada olah tanah minimum dan aplikasipupuk (T0P1) pada kedalaman 0-10 cm. Pada waktu pascatanam, kadar air tanahpada olah tanah minimum nyata lebih tinggi dari pada olah tanah intensif padakedalaman 0-10 cm, sedangkan pada kedalaman 10-20 cm, kadar air tanah padaperlakuan tanpa aplikasi pemupukan lebih tinggi daripada aplikasi pemupukan.Kadar air tanah pada kombinasi olah tanah minimum dan aplikasi pemupukan(T0P1) nyata lebih tinggi dibandingkan olah tanah intensif dan aplikasi pemupukan(T1P1). (3) Pada perlakuan olah tanah dan pemupukan tidak memberikanpengaruh nyata terhadap kerapatan isi tanah pada sebelum tanah dan pascatanam.Perlakuan olah tanah minimum menghasilkan kekerasan tanah tertinggi daripadaolah tanah intensif pada kedalaman 0-5 cm dan 5-10 cm pratanam dan tidakberbeda nyata pada pascatanam.
Kata kunci : biomassa akar, kepadata tanah, kadar air tanah, kerapatan isi tanah,olah tanah, pemupukan.
PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PEMUPUKAN TERHADAPBIOMASSA AKAR, KEPADATAN TANAH, KADAR AIR TANAH,
DAN KERAPATAN ISI TANAH PADA PERTANAMANKACANG HIJAU (Vigna radiata L.) DI TANAH
ULTISOL GEDUNG MENENGMUSIM KEDUA
Oleh
YOGI IRAWAN
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelaarSARJANA PERTANIAN
Pada
Program Studi AgroteknologiFakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis sebagai anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Mujiono dan
Ibu Surati dilahirkan pada tanggal 22 Maret 1996 di Oku Timur Sumatera Selatan.
Penulis menyelesaikan Pendidikan Sekolah Dasar Negeri 4 Martapura, Oku Timur
pada tahun 2008, Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Martapura pada tahun
2011, dan Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Martapura pada tahun 2014. Penulis
terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Lampung melalui jalur masuk Seleksi Bersama Masuk Perguruan
Tinggi Negeri (SBMPTN) atau jalur tes tertulis pada tahun 2014.
Selama menjadi mahasiswa, Penulis pernah menjadi asisten dosen praktikum
Dasar-Dasar Ilmu Tanah (2016/2017 dan 2017/2018), Biologi dan Kesehatan
Tanah (2017), dan Pengelolaan Kesuburan Tanah dan Pemupukan (2018).
Penulis pernah mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Forum Studi Islam
Fakultas Pertanian (FOSI FP) pada tahun 2014-2016, dan Ikatan Mahasiswa
Muslim Pertanian Indonesia (IMMPERTI) pada tahun 2016-2018. Penulis
melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Karang Jawa, Kecamatan Anak
Ratu Aji, Lampung Tengah.
Kemudian Penulis melakukan Praktik Umum (PU) di PT Nusantara Tropical
Farm di jl. Way Kambas, Labuhan Ratu, Lampung Timur selama 30 hari efektif
pada tahun 2017.
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
nikmat, rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada
junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, serta
penerus perjuangannya. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan
terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
2. Prof. Ir. J. Lumbanraja, Ph.D., selaku pembimbing utama atas bimbingan,
saran, dan arahan selama penulisan skripsi ini.
3. Ibu Nur Afni Afrianti, S.P., M.Sc., selaku pembimbing kedua yang telah
memberikan saran, masukan, serta motivasi hingga penulis menyelesaikan
skripsi ini.
4. Dr. Ir. Afandi, M.P. selaku pembahas atas saran, ilmu dan masukan dalam
penulisan skripsi ini.
5. Dr. Ir. Dwi Hapsoro, M.Sc., selaku pembimbing akademik atas segala
bimbingannya dalam perencanaan studi.
6. Prof. Dr. Ainin Niswati, M.Agr.Sc., selaku Ketua Jurusan Ilmu Tanah.
7. Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
8. Kedua orang tua ku, Bapak Mujiono dan Ibu Surati, atas segala motivasi dan
doa sehingga pnulis mampu meyelesaikan skripsi ini.
9. Mas Adi, Pak Warto, dan Ibu Tus atas kesabarannya dalam menyediakan
segala fasilitas penunjang dalam penelitian.
10. Kakak ku tercinta Lusi Handayani yang selalu memberikan semangat dan
dorongan moral bagi penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.
11. Teman-teman satu tim penelitian kacang hijau Sirot, Shafira, Selvi, Mifta,
dan Yais atas kerjasamanya dalam menyelesaikan penelitian di lahan dan di
laboratorium.
12. Almamaterku tercinta Universitas Lampung.
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
dan penulis berharap bahwa skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat Aamiin.
Bandar Lampung, 2018
Penulis
Yogi Irawan
vi
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................xiv
I. PENDAHULUAN
I.1.Latar Belakang ..........................................................................................1I.2.Rumusan Masalah .....................................................................................5I.3.Tujuan Penelitian.......................................................................................5I.4.Kerangka Pemikiran ..................................................................................5I.5.Hipotesis ...................................................................................................9
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Budidaya Tanaman Kacang Hijau .........................................................102.2 Sifat Fisik Tanah Laboratorium Lapang Terpadu..................................122.3 Sistem Pengolahan Tanah ......................................................................132.4 Pemupukan.............................................................................................162.5 Pengaruh Pengolahan Tanah dan Pemupukan terhadap
Biomasa Akar.........................................................................................182.6 Pengaruh Pengolahan Tanah dan Pemupukan terhadap
Kepadatan Tanah dan Kerapatan Isi Tanah ...........................................192.7 Pengaruh Pengolahan Tanah dan Pemupukan terhadap
Kadar Air Tanah.....................................................................................21
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penlitian...............................................................233.2 Alat dan Bahan....................................................................................233.3 Rancangan Percobaan .........................................................................243.4 Pelaksanaan Penelitian ........................................................................25
3.4.1 Persiapan Lahan ......................................................................25
vii
3.4.2 Persiapan Tanam dan Penanaman Benih ................................ 263.4.3 Pemeliharaan........................................................................... 26
3.5 Variabel Pengamatan ................................................................................ 27
3.5.1 Biomasa Akar.......................................................................... 273.5.2 Kepadatan Tanah..................................................................... 293.5.3 Kadar Air Tanah dan Kerapatan Isi Tanah ............................. 29
3.6 Analisis Data ....................................................................................... 31
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pengaruh Pengolahan Tanah dan Pemupukan terhadap BiomasaAkar di sekitar tanaman Kacang Hijau .................................................... 33
4.2. Pengaruh Pengolahan Tanah dan Pemupukan terhadapKepadatan Tanah pada Pertanaman Kacang Hijau..................................36
4.3. Pengaruh Pengolahan Tanah dan Pemupukan terhadapKadar Air Tanah pada Pertanaman Kacang Hijau...................................42
4.4. Pengaruh Pengolahan Tanah dan Aplikasi Pemupukan terhadapKerapatan Isi Tanah ................................................................................. 53
4.5. Uji Korelasi Biomasa Akar dengan Kerapatan Isi Tanah padawaktu pengamatan Pasca tanam .............................................................. 53
4.6. Uji Korelasi Kepadatan Tanah dengan Kerapatan Isi Tanah padawaktu pengamatan Pasca tanam .............................................................. 54
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan ..................................................................................................56
5.2. Saran ........................................................................................................ 57
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 58
LAMPIRAN......................................................................................................... 63
Tabel 12-73 ........................................................................................................... 64-89
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Pengaruh Pengolahan Tanah terhadap Biomasa Akar di sekitar tanamanKacang Hijau .................................................................................................34
2. Pengaruh pengolahan tanah terhadap kepadatan tanah pratanam ................38
3. Pengaruh pengolahan tanah dan aplikasi pemupukan terhadap kepadatantanah pasca tanam.........................................................................................39
4. Interaksi olah tanah dan pemupukan terhadap kadar air tanahpratanam pada kedalaman 0-10 cm ...............................................................44
5. Pengaruh Pengolahan Tanah terhadap Kadar Air Tanah Pasca tanampada kedalaman 0-10 cm. ..............................................................................45
6. Pengaruh Pemupukan terhadap Kadar Air Tanah Pasca tanam padakedalaman 10-20 cm......................................................................................47
7. Interaksi Olah Tanah dan Pemupukan terhadap Kadar Air TanahPasca tanam pada Kedalaman 10-20 cm .......................................................47
8. Pengaruh olah tanah dan pemupukan terhadap kerapatan isi tanah(g cm-3) dan porositas tanah (%)....................................................................51
9. Pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadap biomasa akarpada kedalaman 0-5 cm. ................................................................................64
10. Uji homogenitas ragam pengaruh pengolahan tanah dan pemupukanterhadap biomasa akar (kg m-3) pada kedalaman 0-5 cm. .............................64
11. Analisis ragam pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan terhadapbiomasa akar (kg m-3) pada kedalaman 0-5 cm. ............................................64
ix
12. Pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadap biomasa akarpada kedalaman 5-10 cm................................................................................65
13. Uji homogenitas ragam pengaruh pengolahan tanah dan pemupukanterhadap biomasa akar (kg m-3) pada kedalaman 5-10 cm.............................65
14. Analisis ragam pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadapbiomasa akar (kg m-3) pada kedalaman 5-10 cm. .........................................65
15. Pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadap biomasa akarpada kedalaman 10-20 cm. ............................................................................66
16. Uji homogenitas ragam pengaruh pengolahan tanah dan pemupukanterhadap biomasa akar (kg m-3) pada kedalaman 10-20 cm...........................66
17. Analisis ragam pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadapbiomasa akar (kg m-3) pada kedalaman 10-20 cm. .......................................66
18. Pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadap kepadatan tanahpada kedalaman 0-5 cm pratanam..................................................................67
19. Uji homogenitas ragam pengaruh pengolahan tanah dan pemupukanterhadap kepadatan tanah pada kedalaman 0-5 cm pratanam. .......................67
20. Analisis ragam pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadapkepadatan tanah (kgf cm-2) pada kedalaman 0-5 cm pratanam......................67
21. Pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadap kepadatan tanahpada kedalaman 5-10 cm pratanam................................................................68
22. Uji homogenitas ragam pengaruh pengolahan tanah dan pemupukanterhadap kepadatan tanah pada kedalaman 5-10 cm pratanam ......................68
23. Analisis ragam pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadapkepadatan tanah (kgf cm-2) pada kedalaman 5-10 cm pratanam....................68
24. Pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadap kepadatan tanahpada kedalaman 10-15 cm pratanam..............................................................69
25. Uji homogenitas ragam pengaruh pengolahan tanah dan pemupukanterhadap kepadatan tanah pada kedalaman 10-15 cm pratanam. ..................69
26. Analisis ragam pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadapkepadatan tanah pada kedalaman 10-15 cm pratanam...................................69
x
27. Pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadap kepadatan tanahpada kedalaman 15-20 cm pratanam..............................................................70
28. Uji homogenitas ragam pengaruh pengolahan tanah dan pemupukanterhadap kepadatan tanah pada kedalaman 15-20 cm pratanam. ...................70
29. Analisis ragam pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadapkepadatan tanah pada kedalaman 15-20 cm pratanam..................................70
30. Pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadap kepadatan tanahpada kedalaman 0-5 cm pasca tanam.............................................................71
31. Uji homogenitas ragam pengaruh pengolahan tanah dan pemupukanterhadap kepadatan tanah pada kedalaman 0-5 pasca tanam. ........................71
32. Analisis ragam pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadapkepadatan tanah (kgf cm-2) pada kedalaman 0-5 cm pasca tanam. ................71
33. Pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadap kepadatan tanahpada kedalaman 5-10 cm pasca tanam...........................................................72
34. Uji homogenitas ragam pengaruh pengolahan tanah dan pemupukanterhadap kepadatan tanah pada kedalaman 5-10 pasca tanam. .....................72
35. Analisis ragam pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadapkepadatan tanah pada kedalaman 5-10 cm pasca tanam. ...............................72
36. Pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadap kepadatan tanahpada kedalaman 10-15 cm pasca tanam.........................................................73
37. Uji homogenitas ragam pengaruh pengolahan tanah dan pemupukanterhadap kepadatan tanah pada kedalaman 10-15 cm pasca tanam. ..............73
38. Analisis ragam pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadapkepadatan tanah pada kedalaman 10-15 cm pasca tanam. .............................73
39. Pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadap kepadatan tanahpada kedalaman 15-20 cm pasca tanam.........................................................74
40. Uji homogenitas ragam pengaruh pengolahan tanah dan pemupukanterhadap kepadatan tanah pada kedalaman 15-20 pasca tanam. ....................74
41. Analisis ragam hasil pengaruh pengolahan tanah dan pemupukanterhadap kepadatan tanah pada kedalaman 15-20 cm pasca tanam. ..............74
xi
42. Pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan (Log(x)) terhadap kadar airtanah pada kedalaman 0-10 cm pratanam. .....................................................75
43. Uji homogenitas ragam pengolahan tanah dan pemupukan terhadapkadar air tanah pada kedalaman 0-10 cm pratanam......................................75
44. Analisis ragam hasil pengaruh pengolahan tanah dan pemupukanterhadap kadar air tanah (%) pada kedalaman 0-10 cm pratanam. ................75
45. Pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadap kadar air tanahpada kedalaman 10-20 cm pratanam..............................................................76
46. Uji homogenitas ragam pengolahan tanah dan pemupukan terhadapkadar air tanah (%) pada kedalaman 10-20 cm pratanam..............................76
47. Analisis ragam pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadapkadar air tanah (%) pada kedalaman 10-20 cm pratanam..............................76
48. Pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadap kadar air tanahpada kedalaman 0-10 cm pasca tanam...........................................................77
49. Uji homogenitas ragam pengolahan tanah dan pemupukan terhadapkadar air tanah (%) pada kedalaman 0-10 cm pasca tanam. ..........................77
50. Analisis ragam pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadapkadar air tanah (%) pada kedalaman 0-10 cm pasca tanam. ..........................77
51. Pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadap kadar air tanahpada kedalaman 10-20 cm pasca tanam.........................................................78
52. Uji homogenitas ragam pengolahan tanah dan pemupukan terhadapkadar air tanah (%) pada kedalaman 10-20 cm pasca tanam. ........................78
53. Analisis ragam pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadapkadar air tanah (%) pada kedalaman 10-20 cm pasca tanam. ........................78
54. Pengaru h pengolahan tanah dan pemupukan terhadap kerapatan isitanah pada kedalaman 0-10 cm pratanam. .....................................................79
55. Uji homogenitas ragam pengaruh pengolahan tanah dan pemupukanterhadap kerapatan isi tanah pada kedalaman 0-10 cm pratanam.................79
56. Analisis ragam pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadapkerapatan isi tanah pada kedalaman 0-10 cm pratanam................................79
xii
57. Pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadap kerapatan isitanah pada kedalaman 10-20 cm pratanam. ...................................................80
58. Uji homogenitas ragam hasil pengolahan tanah dan pemupukanterhadap kerapatan isi tanah pada kedalaman 10-20 cm pratanam................80
59. Analisis ragam pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadapisi tanah pada kedalaman 10-20 cm pratanam ...............................................80
60. Pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadap kerapatan isitanah pada kedalaman 0-10 cm pasca tanam. ................................................81
61. Uji homogenitas ragam pengolahan tanah dan pemupukan terhadapkerapatan isi tanah pada kedalaman 0-10 cm pasca tanam...........................81
62. Analisis ragam pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadapkerapatan isi tanah (g cm-3) pada kedalaman 0-10 cm pasca tanam. .............81
63. Pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadap kerapatan isitanah pada kedalaman 10-20 cm pasca tanam ...............................................82
64. Uji homogenitas ragam pengolahan tanah dan pemupukan terhadapkerapatan isi tanah pada kedalaman 10-20 cm pasca tanam..........................82
65. Analisis ragam pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadapkerapatan isi tanah pada kedalaman 10-20 cm pasca tanam..........................82
66. Bobot Kering Gulma Dominan Asystasia gangetia Akibat PerlakuanPemupukan.....................................................................................................83
67. Uji korelasi antara antara biomasa akar (kg m-3) kedalaman 0-5 cmdengan kerapatan isi tanah (g cm-3) kedalaman 0-10 cm pasca tanam. .........83
68. Uji korelasi antara biomasa akar (kg m-3) kedalaman 5-10 cm dengankerapatan isi tanah (g cm-3) kedalaman 0-10 cm pasca tanam.......................84
69. Uji korelasi antara biomasa akar (kg m-3) kedalaman 10-20 cm dengankerapatan isi tanah (g cm-3) kedalaman 0-20 cm pasca tanam.......................85
70. Uji korelasi antara kepadatan tanah (kgf cm-3) kedalaman 0-5 cmdengan kerapatan isi tanah (g cm-3) kedalaman 0-10 cm pasca tanam. .........86
71. Uji korelasi antara kepadatan tanah (kgf cm-3) kedalaman 5-10 cmdengan kerapatan isi tanah (g cm-3) kedalaman 0-10 cm pasca tanam. .........87
xiii
72. Uji korelasi antara kepadatan tanah (kgf cm-3) kedalaman 10-15 cmdengan kerapatan isi tanah (g cm-3) kedalaman 10-20 cm pasca tanam ........88
73. Uji korelasi antara kepadatan tanah (kgf cm-3) kedalaman 15-20 cmdengan kerapatan isi tanah (g cm-3) kedalaman 10-20 cm pasca tanam. .......89
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Tata letak percobaan......................................................................................25
2. Titik pengambilan sampel perplot percobaan................................................28
3. Tata letak pengambilan contoh tanah utuh di lapangan berdasarmetodepengambilan contoh Systematic Sampling ....................................................30
4. Pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadap biomasa akar............36
5. Pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadap kepadatantanah pratanam dan pasca tanam ..................................................................40
6. Pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadap kadar air tanahpratanam dan pasca tanam.............................................................................49
7. Pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadap kerapatan isi(g cm-3) pratanam dan pasca tanam ...............................................................52
8. Uji Korelasi Kerapatan Isi Tanah dan Biomassa Akar dan padaTanaman Kacang Hijau. ................................................................................54
9. Uji Korelasi Kepadatan Tanah dan Kerapatan Isi Tanah pada TanamanKacang Hijau.. ...............................................................................................55
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kacang hijau merupakan salah satu tanaman leguminosae yang cukup penting di
Indonesia setelah tanaman kedelai dan kacang tanah. Tanaman kacang hijau
memiliki kelebihan ditinjau dari segi agronomi maupun ekonomis seperti lebih
tahan kekeringan, serangan hama penyakit lebih sedikit, dapat dipanen pada umur
55-60 hari, dapat ditanam pada tanah yang kurang subur, dan cara budidayanya
mudah (Sunantara, 2000). Hal ini membuat tanaman kacang hijau memiliki
potensi yang tinggi untuk dikembangkan. Direktorat Budidaya Kacang Hijau dan
Umbi (2013) menyatakan bahwa hasil panen kacang hijau masih mengalami
penurunan produksi di Indonesia. Hal tersebut terjadi karena pada tahun 2013
terjadi penurun luas panen yang cukup besar jika dibandingkan dengan tahun
2012 yang mencapai 25,52% (62.523 ha). Penurunan luas panen ini berakibat
terhadap penurunan produktivitas sebesar 0,85% (0,01 t ha-1).
Produktivitas kacang hijau di Lampung pada tahun 2014 sebesar 1,12 t ha-1,
sedangkan pada tahun 2015 produktivitas kacang hijau di Lampung mengalami
peningkatan menjadi 1,14 t ha-1. Namun produktivitas kacang hijau di Lampung
masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan produktivitas kacang
2
hijau yang ada di pulau jawa yaitu sebesar 1,19 t ha-1 pada tahun 2014 dan 1,20
t ha-1 pada tahun 2015 (BPS, 2016). Hal ini menunjukkan produktivitas kacang
hijau di Lampung masih diperlukan upaya untuk ditingkatkan.
Upaya peningkatan produksi kacang hijau dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu
ekstensifikasi dan intensifikasi. Ekstensifikasi adalah perluasan areal pertanian ke
wilayah yang sebelumnya belum dimanfaatkan manusia. Namun pada saat
sekarang ini perluasan lahan untuk pertanian semakin sulit karena pertumbuhan
penduduk yang semakin tinggi dan banyak lahan pertanian yang dialihfungsikan
menjadi lahan bukan pertanian. Intensifikasi adalah suatu usaha meningkatkan
hasil pertanian dengan cara mengoptimalkan lahan budidaya yang sudah ada.
Pengoptimalan lahan budidaya dapat dilakukan dengan teknik budidaya yang baik
dan pemupukan yang tepat.
Salah satu teknik budidaya tanaman adalah pengolahan tanah. Pengolahan tanah
yang kurang tepat seperti olah tanah intensif dalam waktu yang lama dapat
menyebabkan tanah memadat, sehingga kekerasan tanah meningkat, ruang pori
total menurun, dan menurunkan perkembangan perakaran tanaman serta
mengakibatkan kehilangan air lebih banyak (Junedi, dkk., 2013). Pengolahan
tanah yang tepat dapat dilakukan dengan olah tanah konservasi. Olah tanah
konservasi merupakan suatu cara pengolahan tanah yang bertujuan untuk
menyiapkan lahan tanaman agar tanaman dapat tumbuh dan menghasilkan
produksi yang optimum, namun tetap memperhatikan aspek konservasi tanah dan
air (Utomo, 2006). Salah satu bentuk olah tanah konservasi adalah olah tanah
minimum yaitu pengolahan tanah yang hanya dilakukan seperlunya saja agar
3
sumber daya tanah dan air tetap lestari dan memerlukan persyaratan utama berupa
pemberian mulsa yang dapat berasal dari sisa-sisa tanaman (Rachman, dkk.,
2003). Menurut Arjasa dan Maliawan (1993), penerapan teknik olah tanah
minimum dapat menjaga kandungan air tersedia di dalam tanah, memperbaiki
struktur tanah, dan menurunkan bobot isi tanah serta memperbaiki sistem
perakaran tanaman. Sistem perakaran yang baik pada olah tanah minimum
mampu meningkatkan produksi tanaman dibandingkan olah tanah intensif.
Endriani (2010) menyatakan bahwa olah tanah minimum mampu meningkatkan
bobot kering biji jagung sebesar 4,18 t ha-1, sedangkan olah tanah intensif hanya
mampu menghasilkan bobot kering biji jagung sebesar 2,17 t ha-1.
Selain pengolahan tanah, pemupukan juga merupakan salah satu upaya untuk
mengoptimalkan lahan budidaya yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
tanaman terhadap serapan unsur hara. Ketersediaan unsur hara yang dapat diserap
tanaman merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi produksi
tanaman. Setiap jenis tanaman menghendaki jenis dan jumlah unsur hara yang
berbeda. Jumlah unsur hara yang tersedia di dalam tanah pada dasarnya harus
berada dalam keadaan cukup dan seimbang agar tingkat produksi yang diharapkan
dapat tercapai (Hulopi, 2012). Hal ini juga dinyatakan oleh Tabor, dkk., (1986)
bahwa salah satu cara untuk menjaga keseimbangan dan ketersediaan unsur hara
di dalam tanah diperlukan penambahan unsur hara melalui pemupukan.
Dalam praktek pertaniannya, petani umumnya hanya menggunakan pupuk
anorganik. Hal ini dapat terjadi karena pupuk anorganik mampu menyediakan
hara dalam waktu yang relatif lebih cepat (Lingga dan Marsono, 2001). Namun
4
apabila pemberian pupuk anorganik dengan dosis yang berlebihan namun jarang
menggunakan pupuk organik maka akan mengakibatkan kondisi tanah cepat
mengalami kerusakan seperti mengalami pemadatan, bobot isi meningkat, dan
peka terhadap erosi sebagai akibat rendahnya kandungan bahan organik (Prasetyo,
dkk., 2014). Kondisi ini juga akan mengakibatkan pemiskinan unsur hara di
dalam tanah sehingga pemberian pupuk organik dan pemupukan yang seimbang
merupakan salah satu kegiatan yang penting pada budidaya tanaman.
Untuk mengatasi pengaruh pupuk anorganik yang terus menesrus, penambahan
bahan organik berupa pupuk kandang dan pupuk hijau dapat memperbaiki
beberapa sifat fisik tanah seperti mengurangi kepadatan tanah, meningkatkan
ruang pori tanah, kadar air tersedia, dan C-organik tanah (Effendi, 1991). Hal ini
didukung juga oleh penelitian Sutanto (2002) yang menyatakan bahwa perlakuan
pupuk kombinasi organik dan anorganik dapat menghasilkan sistem perakaran
yang dalam, perkembangan perakaran yang baik, dan hasil tanaman yang tinggi.
Perakaran yang dalam dan perkembangan perakaran yang baik menunjukkan
keadaan tanah yang gembur, sehingga memiliki ruang pori yang tinggi, bobot isi
yang rendah, serta memiliki kemampuan dalam menahan air yang baik. Hal ini
menunjukkan bahwa pemberian pupuk anorganik harus diimbangi dengan
pemberian pupuk organik.
Berdasarkan uraian diatas maka diperlukan penelitian untuk mengetahui pengaruh
pengolahan tanah dan pemupukan terhadap biomassa akar, kepadatan tanah, kadar
air tanah, dan kerapatan isi tanah pada pertanaman kacang hijau di tanah Ultisol
Gedung Meneng musim kedua.
5
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadap biomassa
akar?
2. Bagaimana pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadap kadar air
tanah?
3. Bagaimana pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan terhadap kerapatan
isi tanah dan kepadatan tanah ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan yang menghasilkan
biomassa akar tertinggi.
2. Mengetahui pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan yang menghasilkan
kadar air tanah tertinggi.
3. Mengetahui pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan yang dapat
menurunkan kepadatan/kekerasan tanah dan kerapatan isi tanah.
1.4 Kerangka Pemikiran
Pengolahan lahan secara intensif dalam jangka panjang cenderung akan
menurunkan kualitas tanah. Kualitas tanah yang menurun juga akan menurunkan
sifat fisik tanah. Hal ini dikarenakan pengolahan tanah intensif menyebabkan
penghancuran agregat sehingga tanah menjadi lebih gembur. Tanah yang gembur
lebih mudah hanyut, menyumbat pori tanah dan tanah menjadi lebih padat
(Solyati dan Kumsuma, 2014). Tanah yang memadat menyebabkan ruang pori
6
menjadi berkurang dan meningkatkan bobot isi tanah, sehingga berpengaruh
terhadap perakaran tanaman. Hal ini di dukung oleh Russel (1997) yang
menyatakan bahwa pemadatan tanah akan mempengaruhi biomassa akar, ujung-
ujung akar tidak mampu berkembang dan akan memendek apabila diameter akar
lebih besar dari ruang pori tanah, akibatnya daya akar menyerap unsur hara dan
air menjadi berkurang. Apabila daya serap akar terhadap unsur hara dan air
menjadi berkurang, maka suplai nutrisi ke seluruh bagian tanaman akan
terganggu.
Menurut Endrian (2010), olah tanah intensif dicirikan dengan permukaan lahan
yang terbuka. Lahan terbuka cenderung menyebabkan tanah kehilangan air lebih
banyak. Hal ini disebabkan tanah menjadi terlalu sarang, daya pegang air oleh
butir-butir tanah menjadi lemah sehingga air mudah menguap oleh sinar matahari
yang terik. Penguapan merupakan salah satu faktor penyebab terbesar kehilangan
air dari permukaan tanah yang menyebabkan berkurangnya air tersedia bagi
tanaman budidaya sehingga hasil tanaman tidak memuaskan. Hal ini
menunjukkan bahwa penanaman kacang hijau dengan olah tanah intensif dapat
menurunkan produksi tanaman. Oleh karena itu dibutuhkan pengolahan tanah
yang sesuai dengan kebutuhan tanah.
Pengolahan tanah minimum yaitu mengolah tanah seperlunya sehingga dapat
mengurangi erosi dan penguapan air. Hal ini di dukung oleh Utomo (1999) yang
menyatakan bahwa sistem olah tanah konservasi di lahan kering mempunyai
kelembaban dan air tersedia relatif lebih tinggi dibandingkan cara pengolahan
tanah intensif. Pengolahan tanah minimum mampu menjaga kemantapan agregasi
7
tanah, sehingga ruang pori tanah untuk menyimpan air dan udara tidak rusak.
Pengolahan tanah minimum menghasilkan kerapatan isi yang lebih rendah dengan
porositas total tanah yang lebih tinggi daripada cara pengolahan tanah
konvensional. Ruang pori yang tinggi mengakibatkan pemadatan tanah menjadi
berkurang. Tanah yang memiliki ruang pori yang tinggi pada olah tanah
minimum mampu meningkatkan perkembangan perakaran tanaman. Hal ini di
dukung oleh Russel (1997) yang menyatakan bahwa ujung-ujung akar dapat
menembus pori-pori tanah yang diameternya lebih besar dari diameter akar. Hasil
penelitian Solyati dan Kusuma (2017) menunjukkan bahwa perlakuan olah tanah
minimum dengan aplikasi mulsa dari jerami dapat meningkatkan jumlah bobot
biji dan bobot polong total tanaman kacang hijau dibandingkan dengan olah tanah
intensif. Perlakuan olah tanah minimum dengan aplikasi mulsa dari jerami ini
memberikan kondisi lingkungan sebagaimana yang dibutuhkan tanaman untuk
dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Pemupukan merupakan hal yang penting dalam budidaya tanaman, karena selain
meningkatkan produktivitas tanaman, pemupukan juga berfungsi untuk
memperbaiki kualitas lahan. Pupuk anorganik mampu menyediakan unsur hara
dalam waktu yang relatif lebih cepat. Akan tetapi apabila penggunaan pupuk
anorganik yang tidak dikendalikan dan diberikan dalam jumlah yang berlebihan
tanpa diimbangi oleh pupuk organik akan menjadi salah satu penyebab degradasi
kesuburan tanah. Penggunaan pupuk anorganik yang berlebihan akan
menyebabkan tanah menjadi padat/mengeras (porositas tanah menurun) dan tidak
responsif terhadap pemberian pupuk kimia selanjutnya (Lingga dan Marsono,
2001). Tanah yang memadat menyebabkan ketersediaan oksigen dan air bagi
8
tanaman maupun mikrobia tanah menjadi sangat berkurang. Utomo (1999)
menyatakan bahwa kerapatan isi dan porositas tanah berhubungan dengan
kandungan air tanah. Semakin tinggi kerapatan isi tanah, maka tanah semakin
padat (porositas semakin rendah), sehingga sirkulasi udara dan kondisi air tanah
juga ikut menurun dan tidak menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman. Tanah
yang memadat juga berdampak terhadap pertumbuhan tanaman, yaitu terbatasnya
penyebaran akar dan terhambatnya suplai oksigen ke akar yang mengakibatkan
fungsi akar tidak optimal. Perkembangan perakaran tanaman yang terhambat
pada ahirnya dapat menurunkan produktivitas tanaman.
Menurut Setyowati, dkk., (2010) pemberian bahan organik dapat meningkatkan
produktivitas tanah salah satunya yaitu mampu memperbaiki sifat fisik tanah. Hal
ini dikarenakan bahan organik menyebabkan tanah menjadi lebih gembur sehingga
perakaran tanaman akan berkembang dengan baik, menurunkan kerapatan isi tanah
karena membentuk agregat tanah yang lebih baik, dan memantapkan agregat yang
telah terbentuk sehingga aerasi, permeabilitas, dan infiltrasi menjadi lebih baik.
Ruang pori tanah yang terbentuk dengan adanya bahan organik akan lebih besar
sehingga kemampuan tanah dalam menyimpan dan mempertahankan air lebih lama.
Akan tetapi, kombinasi antara pupuk organik dan pupuk anorganik dapat
menciptakan kondisi tanah yang lebih baik serta meningkatkan produksi tanaman.
Dewanto, dkk., (2013) yang menyatakan bahwa penambahan pupuk organik
bersamaan dengan pupuk anorganik mampu meningkatkan produksi tanaman
jagung lebih tinggi jika dibandingkan dengan lahan yang tidak diberi pemupukan.
Pada lahan yang tidak diberi pemupukan menghasilkan bobot pipilan kering jemur
9
mencapai 300 kg ha-1, sedangkan kombinasi pupuk organik sebanyak 175 kg ha-1
dan pupuk anorganik sebanyak 450 kg ha-1 menghasilkan bobot pipilan kering
sebanyak 600 kg ha-1. Hal ini menunjukkan bahwa kombinasi pupuk organik dan
pupuk anorganik akan menciptakan kondisi tanah yang baik untuk pertumbuhan
tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sutanto (2002) bahwa kombinasi pupuk
organik dan pupuk anorganik dapat menghasilkan sistem perakaran yang dalam,
perkembangan perakaran yang baik, dan hasil tanaman yang tinggi. Perakaran
yang dalam dan perkembangan perakaran yang baik menunjukkan keadaan tanah
yang gembur, sehingga memiliki ruang pori yang tinggi, bobot isi yang rendah,
serta memiliki kemampuan dalam menahan air yang baik.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat diduga bahwa pengolahan tanah dan
pemupukan akan mempengaruhi biomassa akar, kepadatan tanah, kadar air tanah,
dan kerapatan isi tanah pada pertanaman kacang hijau di tanah Ultisol Gedung
Meneng musim kedua.
1.5 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pikir, maka didapatkan hipotesis bahwa
1. Olah tanah minimum dan pemberian pupuk berpengaruh terhadap produksi
biomassa akar tertinggi dari pada perlakuan lainnya.
2. Olah tanah minimum dan pemberian pupuk berpengaruh terhadap kadar air
tanah tertinggi dari pada perlakuan lainnya.
3. Olah tanah minimum dan pemberian pupuk berpengaruh terhadap
kepadatan/kekerasan tanah dan kerapatan isi tanah lebih rendah
dibandingakan dengan perlakuan lainnya.
10
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Budidaya Tanaman Kacang Hijau
Kacang hijau termasuk tanaman pangan yang telah dikenal luas oleh masyarakat.
Tanaman yang termasuk dalam keluarga kacang-kacangan ini sudah lama
dibudidayakan di Indonesia. Kacang hijau merupakan salah satu sumber makanan
penting karena tingginya kandungan nutrisi dalam semua bagian biji. Di
Indonesia, tanaman kacang hijau merupakan tanaman kacang-kacangan ketiga
yang banyak dibudidayakan setelah kedelai dan kacang tanah. Bila dilihat dari
kesesuaian iklim dan kondisi lahan yang dimiliki, Indonesia termasuk salah satu
negara yang memiliki kesempatan untuk melakukan ekspor kacang hijau
(Purwono dan Hartono, 2012).
Bila ditinjau dari segi agronomi dan ekonomis, tanaman kacang hijau memiliki
potensi yang tinggi untuk dikembangkan dibanding dengan tanaman kacang-
kacangan lainnya. Hal ini dikarenakan tanaman kacang hijau lebih tahan
kekeringan, serangan hama dan penyakit lebih sedikit, dapat dipanen pada umur
55-60 hari, dapat ditanam pada tanah yang kurang subur, dan cara budidayanya
mudah (Sunantara, 2000). Teknik budidaya dan penanaman yang relatif mudah
membuat budidaya tanaman kacang hijau memiliki prospek yang baik untuk
11
menjadi peluang usaha bidang agrobisnis (Rukmana, 1997).
Penanaman kacang hijau pada umumnya dilakukan pada lahan kering dimana
lahan diolah secara sempurna. Pengolahan tersebut mampu meningkatkan ruang
pori tanah secara signifikan karena lahan mengalami pembolak-balikan yang
mengakibatkan terciptanya rongga di dalam tanah. Akan tetapi apabila dilakukan
secara terus menerus dapat mengakibatkan degradasi tanah seperti tanah lebih
memadat. Hal ini terjadi karena pelapukan bahan organik terjadi secara cepat
yang mengakibatkan ketersediaan bahan organik yang berfungsi sebagai
pembentuk struktur dan meningkatkan ruang pori tanah di tanah menjadi
berkurang (Hakim, dkk., 1986; Paraspasan, dkk., 1995). Tanah yang memadat
juga akan mengakibatkan bobot isi meningkat, sehingga akan mengurangi
kapasitas menahan air dan menghalangi akar untuk berkembang ( Udawattta dan
Henderson, 2003; Wilson, 2006).
Rendahnya produktivitas tanaman kacang hijau di Indonesia salah satu
penyebabnya adalah masalah kesuburan tanah. Kesuburan tanah yang rendah
dapat diperbaiki dengan pemupukan. Pemupukan organik mampu meningkatkan
dan memperbaiki kondisi sifat fisik tanah seperti meningkatkan ruang pori,
meningkatkan kapasitas tanah menahan air, serta diharapkan dapat menghemat
penggunaan pupuk anorganik dan sekaligus memperbaiki produktivitas lahan
(Handayanto dan Hairiah, 2007). Akan tetapi unsur hara yang terkandung dalam
banah organik tergolong rendah sehingga dibutuhkan jumlah yang banyak untuk
memenuhi kebutuhan hara tanaman (Setyowati, dkk., 2010; Cahyani, 2011).
Pupuk anorganik dapat berperan dalam menyediakan unsur hara secara cepat bagi
12
tanaman dan praktis diaplikasikan, namun apabila diberikan dalam jumlah yang
berlebih dapat menyebabkan tanah memadat (Lingga dan Marsono,2001). Oleh
karena itu penggunaan pupuk organik sebaiknya diimbangi dengan penggunaan
pupuk anorganik. Hasil penelitian Huloppi (2012) menunjukkan bahwa
pemberian pupuk anorganik NPK lengkap 23 Kg N ha-1 N, 33 Kg P2O5 ha-1, 35
Kg K2O ha-1 pada lahan bekas pemberian pupuk organik kotoran ayam 10 t ha-1
dapat meningkatkan hasil biji kering kacang hijau sekitar 9,53 g/tanaman.
2.2 Sifat Fisik Tanah Laboratorium Lapang Terpadu
Dari hasil pengamatan dan analisis laboratorium, secara umum tanah di daerah
penelitian tergolong bertekstur halus yang berupa liat, dengan struktur yang
tergolong sudah berkembang. Secara umum struktur tanah berbentuk kubus
bersudut dengan ukuran sedang sampai kasar. Pada lapisan atas pada tempat
tertentu masih berbentuk kubus membulat, hal ini disebabkan karena masih
banyak dipengaruhi oleh kandungan bahan organik (Banuwa, dkk. 2011).
Secara umum tanah di lokasi penelitian tergolong lekat dengan plastisitas
tergolong plastis sesuai dengan tekstur tanah yang banyak mengandung liat.
Tanah-tanah yang mengandung liat ini sedikit agak padat, akan tetapi kemampuan
tanah untuk menahan air masih cukup tinggi. Pada daerah lembah di bagian
tengah daerah penelitian masih terdapat genangan air yang mengakibatkan
drainase agak buruk. Tanah-tanah pada daerah genangan ini umumnya berwarna
kelabu, sedangkan pada bagian lainnya drainase tergolong baik dengan ditandai
warna tanah yang cerah dan homogeny (Banuwa, dkk. 2011).
13
Kedalaman tanah secara umum tergolong dalam (lebih dari 72 cm), sehingga
akar-akar tumbuhan masih dapat berkembang dengan baik. Bobot isi tanah di
daerah penelitian tidak terlalu bervariasi yaitu antara 1,13 – 1,21 g/cc. Ruang pori
total hasil analisis adalah berkisar antara 54,34 – 57,36 %. Permeabilitas tanah
lapisan atas antara 4,10 – 11,53 cm per jam, yang tergolong lambat sampai sedang
dan sedang. Sedangkan untuk lapisan bawah berkisar antara 0,77 – 6,73 cm/jam,
yang tergolong lambat sampai sedang (Banuwa, dkk. 2011).
2.3 Sistem Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah adalah suatu usaha untuk memperbaiki dan meningkatkan
produktivitas tanah dengan memecah partikel menjadi lebih kecil sehingga
memudahkan akar tanaman mendapatkan makanan. Tujuan pengolahan adalah
menyiapkan tempat persemaian, mencegah tumbuhnya tanaman pengganggu,
memberantas gulma, memperbaiki kondisi tanah untuk penetrasi akar, atau untuk
pelumpuran tanah (Musgrave, 1947).
Setiap upaya pengelolaan tanah akan menyebabkan perubahan terhadap sifat-sifat
tanah. Sifat-sifat tersebut antara lain sifat fisik, sifat kimia dan sifat biologi. Sifat
fisik meliputi warna tanah, tekstur tanah, konsistensi tanah, bobot isi (bulk
density), bobot jenis (particle density), kedalaman efektif tanah, drainase,
permeabilitas tanah, potensi mengembang dan mengkerut, indeks pengembangan
dan kematangan tanah (nilai n). Sifat kimia tanah meliputi derajat kemasaman
tanah (pH), C-organik, N-total, kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa.
Sedangkan sifat biologi tanah meliputi total mikroorganisme tanah, jumlah fungi
tanah, jumlah bakteri pelarut fosfat (P) dan total respirasi tanah.
14
Pengolahan tanah secara temporer dapat memperbaiki sifat fisik tanah, tetapi
pengolahan tanah yang dilakukan secara terus-menerus setiap tahun dan
jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan. Hal ini dikarenakan pelapukan
bahan organik dan aktifitas tanah (mikroorganisme tanah) menjadi rusak.
Pengolahan tanah sewaktu penyiangan banyak memutuskan akar-akar tanaman
yang dangkal, mempercepat penurunan kandungan bahan organik tanah,
meningkatkan kepadatan tanah pada kedalaman 15 – 25cm yang merupakan
akibat pengolahan tanah dengan alat-alat berat yang berlebihan sehingga dapat
menghambat perkembangan akar tanaman dan menurunkan laju infiltrasi, serta
lebih memungkinkan terjadinya erosi (Hakim, dkk., 1986). Parapasan, dkk.
(1995) menyatakan bahwa lahan yang diolah berlebihan menyebabkan pelapukan
bahan organik berjalan cepat sehingga menurunkan kandungan bahan organik
tanah. Kandungan bahan organik yang rendah menyebabkan kurangnya agregasi
tanah sehingga tanah menjadi lebih padat, bobot isi meningkat dan Total Ruang
Pori (TRP) semakin kecil.
Olah tanah konservasi (OTK) merupakan suatu cara pengolahan tanah yang
bertujuan untuk menyiapkan lahan tanaman agar tanaman dapat tumbuh dan
menghasilkan produksi yang optimum, namun tetap memperhatikan aspek
konservasi tanah dan air. Pada sistem OTK, dilakukan pengolahan tanah
seperlunya saja atau bila perlu tidak sama sekali, dan residu tanaman sebelumnya
dibiarkan menutupi permukaan lahan minimal 30%. Sistem olah tanah yang
masuk dalam sistem OTK antara lain olah tanah bermulsa (OTB), olah tanah
minimum (OTM), dan tanpa olah tanah (TOT) (Utomo, 2006).
15
Penerapan teknik olah tanah minimum merupakan usaha-usaha yang mudah dan
efisien dalam meningkatkan ketersediaan air tanah. Teknik olah tanah minimum
pada dasarnya adalah mengolah tanah seperlunya agar sumber daya tanah dan
air tetap lestari dan memerlukan persyaratan utama yaitu penutupan permukaan
tanah dengan mulsa yang dapat berasal dari sisa-sisa tanaman (Rachman, dkk.,
2003). Penggunaan mulsa bertujuan untuk mengurangi penguapan dari
permukaan tanah, menjaga kelembaban tanah dan sebagai sumber bahan organik
tanah. Selain itu mulsa juga berperan sebagai pemantap tanah yaitu melindungi
permukaan tanah dari pukulan butir-butir hujan secara langsung. Mulsa juga
berperan mengendalikan suhu tanah sehingga kehilangan air dan kehilangan panas
dari tanah dapat dihindarkan (Dariah, 2007).
Arjasa dan Maliawan (1993) menyatakan bahwa penerapan teknik olah tanah
minimum dapat memperbaiki struktur tanah dan menurunkan bobot isi tanah.
Apabila bobot isi tanah menurun, maka kepadatan tanah akan menurun (Junedi,
dkk., 2013). Bobot isi yang tinggi dapat mempengaruhi distribusi perakaran.
Udawatta dan Henderson (2003) menyatakan bahwa distribusi perakaran tanaman
berkaitan erat dengan bobot isi tanah. Total panjang akar menurun seiring dengan
meningkatnya bobot isi tanah, pada bobot isi tanah terendah menunjukkan hasil
total panjang akar yang tertinggi. Arsyad (2006) mengemukakan bahwa
pengolahan tanah minimum relatif lebih menguntungkan untuk pertanian jangka
panjang, diantaranya memelihara atau memperbaiki struktur tanah dan kandungan
bahan organik tanah, meningkatkan ketersediaan air, memperbaiki infiltrasi dan
mengurangi kerusakan lingkungan, serta dapat meningkatkan hasil tanaman.
16
2.4 Pemupukan
Pupuk merupakan kunci kesuburan tanah karena berisi satu atau lebih unsur untuk
menggantikan unsur yang habis diserap tanaman. Pemupukan berarti
menambahkan unsur hara ke dalam tanah dan tanaman. Secara umum pupuk
hanya dibagi ke dalam dua kelompok berdasarkan asalnya, yaitu pupuk anorganik,
seperti urea (pupuk N), TSP atau SP-36 (pupuk P), KCl (pupuk K), dan pupuk
organik seperti pupuk kandang, kompos, humus, dan pupuk hijau (Lingga, 2008).
Pupuk kompos merupakan pupuk yang dibuat dari sisa bahan organik yang
berasal dari tanaman, hewan, dan limbah organik yang telah mengalami
pelapukan melalui proses dekomposisi atau fermentasi hingga bentuknya sudah
berubah seperti tanah dan tidak berbau. Kompos memiliki kandungan hara NPK
yang lengkap meskipun persentasenya kecil. Kompos juga mengandung
senyawa-senyawa lain yang sangat bermanfaat bagi tanaman (Cahyani, 2011).
Meskipun kompos mengandung nutrisi tanaman yang lebih rendah dibanding
dengan pupuk mineral/kimia, tetapi kompos mempunyai kelebihan lain seperti
mempunyai peran dalam memperbaiki kondisi tanah baik secara fisik maupun
mikrobiologis yang sangat berpengaruh pada nutrisi tanaman. Beberapa kegunaan
pupuk kompos yaitu dapat memperbaiki struktur tanah, memiliki kandungan
unsur mikro dan makro yang lengkap, menggemburkan tanah, meningkatkan daya
ikat tanah terhadap air, menyediakan unsur hara mikro bagi tanaman, dan
memudahkan pertumbuhan akar tanaman (Murbandono, 2000).
Fungsi utama dari pupuk anorganik adalah sebagai penambah unsur hara atau
nutrisi tanaman. Akan tetapi pupuk anorganik memiliki keunggulan dan
17
kelemahan. Beberapa manfaat atau keunggulan pupuk anorganik adalah mampu
menyediakan hara dalam waktu yang relatif lebih cepat, menghasilkan nutrisi
tersedia yang siap diserap tanaman, kandungan jumlah nutrisi lebih banyak, tidak
berbau menyengat, praktis dan mudah diaplikasikan. Kelemahan dari pupuk
anorganik adalah harganya relatif lebih mahal, mudah larut dan hilang terbawa
aliran air, menimbulkan polusi pada tanah apabila diberikan dalam jumlah tinggi.
Unsur yang paling dominan dijumpai dalam pupuk anorganik adalah unsur makro
dan hanya sedikit unsur mikro (Lingga dan Marsono, 2001).
Pupuk Phonska merupakan salah satu pupuk anorganik yang mengandung lebih
dari satu unsur hara. Pupuk majemuk ini tidak hanya mengandung dua unsur,
tetapi empat unsur sekaligus yaitu unsur N, P, K, dan S. Kandungan hara
masing-masing unsur yaitu N (15 %), P2O5 (15 %), K2O (15 %), dan S (9 %).
Pupuk Phonska ini mudah larut dalam air sehingga mudah diserap oleh tanaman
dan sesuai digunakan untuk berbagai jenis tanaman sehingga mampu
meningkatkan produksi dan kualitas panen. Hal ini menyebabkan pupuk Phonska
sangat digemari petani (Anonimus, 2018).
Hasil penelitian Raharja dan Utomo (2005) menunjukkan bahwa penggunaan
pupuk organik dan anorganik pada tahun pertama dapat memperbaiki sifat fisik
tanah seperti menurunkan berat isi tanah, meningkatkan porositas, dan
memperbaiki kemantapan agregat tanah. Tanah yang memiliki sifat fisik yang
baik mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi lebih cepat dan berproduksi
lebih tinggi.
18
2.5 Pengaruh Pengolahan Tanah dan Pemupukan Terhadap BiomassaAkar
Pertumbuhan akar sangat dipengaruhi oleh keadaan fisik tanahnya. Pengelolaan
lahan yang kurang tepat mencakup kegiatan pengangkutan limbah sisa panen dan
pengolahan tanah intensif. Pengangkutan limbah sisa panen menyebabkan
menurunnya bahan bahan organik tanah, sedangkan pengolahan tanah intensif
menyebabkan penghancuran agregat sehingga tanah menjadi lebih gembur.
Tanah yang gembur lebih mudah hanyut, menyumbat pori-pori tanah dan tanah
menjadi lebih padat. Pemadatan tanah akan berpengaruh terhadap meningkatnya
ketahanan tanah terhadap penetrasi akar, sehingga akar memerlukan kekuatan
yang lebih besar untuk menembus tanah (Junedi, dkk., 2013).
Pengolahan lahan secara intensif dalam jangka panjang cenderung akan
menurunkan kualitas tanah. Kualitas tanah yang menurun ditandai dengan
menurunnya sifat fisik tanah. Salah satu sifat fisik tanah yaitu berat isi tanah.
Olah tanah intensif cenderung akan memadatkan tanah sehingga menghalangi
distribusi akar dalam menembus tanah. Tanah yang padat dicirikan dengan berat
isi yang tinggi. Hal ini di dukung oleh Udawatta dan Henderson (2003) yang
menyatakan bahwa distribusi perakaran tanaman berkaitan erat dengan berat isi
tanah. Total panjang akar menurun seiring dengan meningkatnya berat isi tanah,
pada berat isi tanah terendah menunjukkan hasil total panjang akar yang tertinggi.
Hal ini juga diperkuat dengan hasil penelitian Suprayogo, dkk., (2004) yang
menunjukkan bahwa pertumbuhan akar tanaman berkurang dengan meningkatnya
berat isi tanah dan pertumbuhan sudah terhenti bila BI > 1.45 g cm-3. Selain
pengolahan tanah, pemupukan juga berperan dalam mempengaruhi biomassa akar.
19
Pupuk organik berfungsi memperbaiki sifat fisik tanah, sedangkan pupuk
anorganik berperan dalam menyediakan unsur hara secara cepat. Kombinasi dari
keduanya merupakan cara yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman.
Hal ini di dukung oleh Sutanto (2002), yang menyatakan bahwa perlakuan
kombinasi pupuk organik dan anorganik menghasilkan sistem perakaran yang
dalam, perkembangan perakaran yang baik dan hasil tanaman yang tinggi.
2.6 Pengaruh Pengolahan Tanah dan Pemupukan Terhadap KepadatanTanah dan Kerapatan Isi Tanah
Pengolahan tanah terlalu sering cenderung menyebabkan tanah memadat,
sehingga kekerasan tanah meningkat (Junedi, dkk., 2013). Pemadatan tanah
adalah penyusunan partikel-partikel padatan di dalam tanah karena ada daya tekan
terhadap permukaan tanah sehingga ruang pori tanah menjadi sempit (Pamungkas,
2004). Tanah yang memadat dapat mengurangi aerasi tanah, mengurangi
ketersediaan air bagi tanaman dan menghambat perkembangan akar. Tanah yang
padat akan mengurangi kapasitas menahan air, mengurangi kandungan udara,
serta menghalangi akar untuk berkembang (Wilson, 2006). Hasil penelitian
Wahyunie, dkk. (2012), menunjukkan bahwa ketahanan penetrasi pada sistem
olah tanah intensif lebih keras jika dibandingkan dengan penerapan olah tanah
konservasi sehingga perakaran tanaman lebih sulit dalam menembus tanah untuk
mengambil air maupun unsur hara. Menurut Rachman, dkk., (2003), tanaman
kedelai akan mengalami hambatan perkembangan perakaran pada ketahanan
penetrasi 1 MPa atau bobot isi 1,6 g cm-3
20
Pengolahan tanah secara intensif dapat memperbaiki sifat fisik tanah, tetapi
pengolahan tanah yang dilakukan secara terus-menerus dalam setiap tahun dalam
jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan. Hal ini dikarenakan mempercepat
penurunan kandungan bahan organik tanah, meningkatkan kerapatan isi tanah
pada kedalaman 15 – 25 cm akibat pengolahan tanah dengan alat-alat berat yang
berlebihan yang dapat menghambat perkembangan akar tanaman dan menurunkan
laju infiltrasi, serta lebih memungkinkan terjadinya erosi (Hakim, dkk., 1986).
Hasil penelitian Utomo (1999) menyatakan bahwa pada pertanaman pangan
sistem olah tanah konservasi di lahan kering mempunyai kelembaban dan air
tersedia relatif lebih tinggi dibandingkan cara pengolahan tanah intensif. Cara
pengolahan tanah minimum mampu menjaga kemantapan agregasi tanah,
sehingga ruang pori tanah untuk menyimpan air dan udara tidak rusak. Cara
pengolahan tanah minimum menghasilkan kerapatan isi yang lebih rendah dengan
porositas total tanah yang lebih tinggi daripada cara pengolahan tanah
konvensional. Kandungan air tanah berhubungan dengan kerapatan isi dan
porositas tanah. Semakin tinggi kerapatan isi tanah, maka semakin padat tanah
(porositas semakin rendah), sehingga sirkulasi udara dan kondisi air tanah tidak
menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman.
Selain pengolahan tanah, pemupukan juga berperan dalam mempengaruhi
kerapatan isi tanah. Hal ini di dukung oleh Raharja (2005), yang menyatakan
bahwa penggunaan pupuk organik dan anorganik pada tahun pertama dapat
memperbaiki sifat fisik tanah seperti menurunkan berat isi tanah dan
meningkatkan porositas tanah. Hal ini dikarenakan pemberian pupuk organik
dapat meningkatkan ruang pori dan memantapkan agregat, sehingga tanah tidak
21
mudah tererosi, sedangkan pupuk kimia dapat menyediakan unsur hara secara
cepat yang mengakibatkan perkembangan perakan tanaman lebih luas dalam
menjangkau unsur hara di dalam tanah. Penambahan pupuk yang berasal dari
pupuk organik dapat menurunkan berat isi tanah yang mengakibatkan ruang pori
tanah lebih besar sehingga sirkulasi udara dan kondisi air tanah dapat meningkat,
sehingga kepadatan tanah menjadi menurun.
2.7 Pengaruh Pengolahan Tanah dan Pemupukan Terhadap Kadar AirTanah
Penggunaan lahan dalam jangka panjang memerlukan pengelolaan yang tepat.
Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kerusakan tanah. Upaya-upaya
tersebut antara lain dengan pengolahan tanah yang tepat dan pemberian pupuk
organik serta pemupukan yang seimbang. Pengolahan tanah yang tepat bertujuan
untuk meningkatkan daya guna lahan bagi tempat tumbuh dan berkembangnya
tanaman. Salah satu olah tanah yang tepat adalah olah tanah minimum.
Pengolahan tanah minimum mempunyai kelembaban yang relatif lebih tinggi
daripada cara pengolahan tanah intensif. Keunggulan sistem olah tanah
konservasi terhadap olah tanah intensif terutama dalam hal konservasi air. Hal ini
di dukung oleh Utomo (1999) yang menyatakan bahwa pada pertanaman pangan
sistem olah tanah konservasi di lahan kering mempunyai kelembaban dan air
tersedia relatif lebih tinggi dibandingkan cara pengolahan tanah intensif. Cara
pengolahan tanah minimum mampu menjaga kemantapan agregasi tanah,
sehingga ruang pori tanah untuk menyimpan air dan udara tidak rusak. Hal ini di
dukung oleh Wahyunie, dkk., (2012) yang menyatakan bahwa penerapan olah
22
tanah intensif memiliki kadar air lebih rendah dibandingkan dengan olah tanah
konservasi karena proses membolak-balik tanah dapat menyebabkan terjadinya
dispersi agregat serta penyumbatan pori yang dapat menurunkan sebaran pori
makro dan meningkatkan jumlah pori mikro.
Selain pengolahan tanah, pemupukan juga berperan dalam meningkatkan
ketersediaan air di dalam tanah. Pemberian pupuk yang mengkombinasikan
antara pupuk anorganik dan organik merupakan cara yang tepat dalam
meningkatkan kadar air tanah. Hal ini di dukung oleh Prasetyo, dkk., (2014) yang
menyatakan bahwa pemberian pupuk anorganik tanpa diiringi dengan pupuk
organik dapat menyebabkan tanah mengalami kerusakan seperti bobot isi
meningkat. Hal ini mengakibatkan ruang pori mikro yang semestinya diisi oleh
air menjadi berkurang, akibatnya tanah lebih mudah mengalami erosi. Oleh
karena itu pemupukan harus diimbangi dengan pupuk organik agar kadar air tanah
tetap tinggi. Effendi (1991) juga menyatakan bahwa pupuk organik yang berasal
dari pupuk kandang dapat memperbaiki sifat fisik tanah, salah satunya yaitu
meningkatkan kadar air tanah. Hal ini dikarenakan pupuk organik dapat
menciptakan struktur tanah yang lebih gembur, sehingga ruang pori makro dan
mikro meningkat.
23
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penlitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung yang terletak pada titik koordinat 5o22’10,902” Lintang
Selatan dan 105o14’36,988” Bujur Timur. Analisis tanah dilakukan di
Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Waktu
pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Maret 2017 sampai dengan Juni
2017. Penelitian ini dilaksanakan pada musim kedua yang ditanami kacang hijau.
Sebelum lahan ini digunakan untuk pertanaman kacang hijau, lahan penelitian ini
digunakan untuk pertanaman jagung pada bulan Desember 2016-22 Februari
2017. Perlakuan yang diujikan pada penelitian sebelumnya sama dengan
penelitian yang diujikan dalam penelitian ini. Akan tetapi, dosis pupuk yang
diberikan sesuai dengan kebutuhan tanaman.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah ring sampel, plastik, label,
cangkul, gunting, kored, sabit, golok, tugal, ember, papan, pisau, oven,
penetrometer, bor belgie, meteran, ayakan tepung, alat tulis, penggaris, dan
timbangan. Bahan yang digunakan adalah benih kacang hijau varietas Kutilang,
24
sampel tanah utuh dari lapang, alumunium foil, tali rafia, label, pupuk Phonska
200 kg ha-1, dan pupuk kompos 1 t ha-1.
3.3 Rancangan Percobaan
Penelitian ini dilakukan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) 2
faktorial dan 4 ulangan (kelompok) dan diuji lanjut dengan uji BNT pada taraf 5
% dan 1%. Faktor pertama adalah pengolahan tanah (olah tanah minimum dan
olah tanah konvensional) dan faktor kedua adalah pemupukan (tanpa pemberian
pupuk dan dengan pemberian pupuk (1 t kompos ha-1 + 200 kg Phonska ha-1)),
sehingga pada percobaan ini diperoleh 4 kombinasi perlakuan.
Berikut ini adalah tata letak percobaan pengaruh olah tanah dan pemupukan :
T0P0 = Olah tanah minimum ( + Mulsa) + tanpa pemupukan
T0P1 = Olah tanah minimum (+ Mulsa) + diberi pemupukan
T1P0 = Olah tanah intensif + tanpa pemupukan
T1P1 = Olah tanah intensif + diberi pemupukan.
25
Gambar 1. Tata letak percobaan pengaruh olah tanah dan pemupukan di tanahUltisol Gedung Meneng musim kedua. T0P0 = Olah tanah minimumtanpa pemupukan; T0P1 = Olah tanah minimum dan aplikasipemupukan; T1P0 = Olah tanah intensif tanpa pemupukan; T1P1 =Olah taah intensif dan aplikasi pemupukan; U = Ulangan.
3.4 Pelaksanaan Penelitian
3.4.1 Persiapan Lahan
Lahan yang digunakan pada penelitian ini adalah lahan bekas pertanaman
jagung dengan Luasan lahan 2,5 x 2,5 m tiap plot percobaan. Persiapan lahan
yang dilakukan yaitu berupa pembersihan lahan dan pengolahan tanah.
Pembersihan lahan dilakukan dengan membersihkan lahan dari gulma dan sisa-
sisa tanaman yang telah selesai dipanen menggunakan celurit dan golok. Pada
perlakuan olah tanah intensif, gulma dan sisa tanaman hasil panen yang telah
dibersihkan diletakkan di luar petak percobaan hingga keadaan lahan benar-benar
bersih. Pada perlakuan olah tanah minimum, gulma dan sisa tanaman hasil panen
yang telah dibersihkan disusun secara larik sebanyak tiga larik di dalam petak
lahan. Pengolahan tanah pada penelitian ini dilakukan sesuai dengan perlakuan
2,5 m
S
U
TB
T0P0U1 T0P1U1 T1P0U1 T1P1U1
T1P1U2 T1P0U2 T0P0U2 T0P1U2
T0P1U3 T0P0U3 T1P1U3 T1P0U3
T1P0U4 T1P1U4 T0P1U4 T0P0U4
26
yang diujikan, yaitu pengolahan tanah secara minimum dan pengolahan tanah
secara intenif. Pada olah tanah minimum, pengolahan lahan hanya melakukan
penggemburan pada baris tanam kacang hijau. Pada perlakuan olah tanah
intensif, pengolahan lahan dilakukan dengan mencangkul lahan hingga lahan
benar-benar gembur dan meratakan permukaan lahan.
3.4.2 Persiapan Tanam dan Penanaman Benih
Persiapan tanam dimulai dari perendaman benih kacang hijau varietas kutilang di
dalam air. Benih yang terapung dibuang dan benih yang tenggelam dipakai saat
penanaman. Benih yang terpilih kemudian ditanam di lubang tugal dengan jarak
tanam 70 x 30 cm dan kedalaman lubang tanam sekitar 2-3 cm. Jumlah butir
benih yang digunakan adalah 2 butir benih per lubang tanam. Satu plot lahan
perlakuan terdapat 4 baris tanam dengan populasi tanaman sebanyak 29 tanaman.
3.4.3 Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan terdiri dari penyiraman, penyiangan, dan pemupukan.
a. Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari pada sore hari, namun jika turun hujan maka
penyiraman tidak dilakukan. Penyiraman dilakukan hingga tanaman mencapai
akhir fase vegetative (40 HST). Kegiatan penyiraman ini bertujuan agar
kelembaban tanah di sekitar daerah perakaran tetap terjaga. Penyiraman ini
dilakukan dengan menggunakan selang.
27
b. Penyiangan
Penyiangan dilakukan saat tanaman berumur 21 HST dan 42 HST. Hal ini
dikarenakan pada umur tersebut merupakan periode kritis kacang hijau. Oleh
karena itu pertumbuhan gulma pada fase tersebut perlu dikendalian. Pada lahan
yang diolah minimum, penyiangan dilakukan dengan memotong gulma dengan
gunting atau dikoret tipis sehingga tidak merusak struktur tanah. Pada lahan yang
diolah secara intensif, penyiangan gulma dilakukan dengan cara membesik gulma
yang tumbuh di sekitar tanaman.
c. Pemupukan
Pemberian pupuk Phonska dan kompos diberikan sebanyak satu kali selama masa
tanam secara bersamaan dengan cara larik pada umur tanaman 7 HST. Dosis
pupuk yang diberikan untuk kompos sebanyak 1 t ha-1 dan Phonska sebanyak 200
kg ha-1, sehingga setiap plot percobaan diberikan pupuk kompos sebanyak 625 g
dan pupuk Phonska sebanyak 125 g.
3.5 Variabel Pengamatan
3.5.1 Biomassa Akar
Pengambilan contoh biomassa akar dilakukan pada saat tanaman berumur 65 HST
atau setelah waktu panen kedua. Biomassa akar yang diambil adalah biomassa
akar tanaman yang ada disekitar perakaran kacang hijau. Pengambilan biomassa
akar ini dilakukan dengan prinsip yaitu menghindari kerusakan yang terjadi pada
lahan percobaan setelah dilakukan pengambilan sampel akar, sehingga tanah yang
berlubang setelah dilakukan pengeboran akan di isi dengan tanah yang berasal
28
dari luar petak percobaan. Prosedur penetapan biomassa akar ini menggunakan
bor belgie berbentuk tabung dengan diameter 6,5 cm dan tinggi tabung 25 cm.
Pengeboran dilakukan sampai kedalaman 20 cm searah jarum jam. Setiap plot
percobaan dilakukan pengeboran sebanyak lima ulangan pada sisi atas lahan, sisi
bawah lahan, sisi kanan lahan, sisi kiri lahan, dan di tengah lahan. Titik
pengeboran untuk penetapan biomassa akar dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 2. Titik pengambilan sampel per plot percobaan. = populasi tanaman,X = titik pengambilan sampel biomassa akar.
Pengeboran dilakukan diantara baris tanaman (jarak antar baris). Tanah beserta
akar yang terbawa dalam bor di tiris/di potong dengan pisau untuk dipisahkan
berdasarkan lapisan (kedalaman) 0-5 cm, 5-10 cm, dan 10-20 cm. Akar yang
sudah dipisahkan berdasarkan kedalaman tanah yang terdapat pada bor
dibersihkan tanahnya dengan cara diayak pada saringan tepung dengan disirami
air secara perlahan hingga akar bersih dari tanah. Akar yang telah bersih
kemudian dibungkus di alumunium foil dan di oven pada suhu 70o C selama 24
jam. Akar yang telah di oven merupakan biomassa kering akar.
29
3.5.2 Kepadatan Tanah
Pengamatan kepadatan tanah dilakukan pada saat pratanam dan pascatanam.
Pada pengukuran kepadatan tanah ini menggunakan penetrometer. Cara kerja
penetrometer tangan sebagai berikut: tanda geser (skala) pada tangkai
penetrometer dipindahkan ke pembacaan paling rendah, yaitu nol. Tangkai
penetrometer dipegang, kemudian indikator kedalaman didorong masuk ke dalam
tanah dengan kekuatan tetap sampai indikator kedalaman masuk dari bagian
ujung alat yang tumpul. Selanjutnya, keluarkan indikator kedalaman
penetrometer dari dalam tanah, dan baca nilai pengukuran pada skala. Bersihkan
batang penetrometer, kembalikan tanda geser ke posisi nol. Ulangi pengukuran
beberapa kali pada daerah yang sama untuk mendapatkan nilai penetrasi tiap-tiap
kedalaman tanah (Kurnia, dkk., 2006). Titik sampel yang diambil berada tepat di
tengah plot dan diantara barisan tanaman. Kedalaman yang diamati yaitu pada
lapisan 0-5, 5-10, 10-15, dan 15-20 cm. Hal ini dikarenakan perkembangan
perakaran Kacang Hijau diperkirakan hanya sebatas pada kedalaman 20 cm.
3.5.3 Kadar Air Tanah dan Kerapatan Isi Tanah
Pengambilan sampel tanah pada penelitian ini dilakukan sebanyak dua
periode, yaitu sebelum pengolahan tanah dan pada saat tanaman panen pertama.
Pengambilan sampel tanah dilakukan dengan menggunakan ring sampel dengan
tinggi 5 cm dan diameter 5,5 cm. Kedalaman tanah yang diamati yaitu 0-10 cm
dan 10-20 cm. Hal ini karena perakaran tanaman diperkirakan hanya sampai pada
kedalaman 20 cm. Penentuan tata letak pengambilan contoh tanah di lapangan
dilakukan dengan metode pengambilan contoh Systematic Sampling (SyS). Pada
30
systematic sampling, satu petak terdapat satu sampel (Agus, dkk., 2006). Tata
letak pengambilan sampel dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 3. Tata letak pengambilan contoh tanah utuh di lapangan berdasarmetode pengambilan contoh Systematic Sampling (SyS) (Agus, dkk.,2006). = Titik sampel yang diambil ditengah petak percobaan ;= populasi tanaman.
Pengambilan sampel tanah pada penelitian ini diawali dengan meratakan dan
membersihkan lapisan atas tanah yang akan diambil contohnya, kemudian ring
ditekan hingga masuk kedalam tanah. Ring kedua diletakkan dan ditekan di atas
ring pertama hingga ring kedua masuk kedalam tanah hingga ¾ bagian. Hal ini
untuk mendapatkan sampel utuh pada kedalaman 10 cm. Setelah itu tanah di gali
di sekeliling tabung dengan pisau dan di iris hingga merata. Lakukan hal yang
sama pada titik yang sama untuk mendapatkan kedalaman 20 cm. Pengambilan
sampel tanah utuh saat waktu panen pertama dilakukan di tengah lahan tepatnya
di antara Jarak Antar Barisan (JAB) tanaman dengan sebelumnya membuat petak
penanda berupa tali rafia dengan tujuan agar titik sampel tidak terinjak pada saat
perawatan.
a. Kadar Air Tanah
Penetapan kadar air tanah dilakukan di Laboratorium. Metode yang digunakan
dalam penetapan ini adalah metode volumetrik. Sampel tanah yang diambil dari
31
lapang dengan ring sampel di timbang untuk mengetahui berat basah tanah.
Setelah itu tanah beserta ring di oven pada suhu 105o C selama 2 x 24 jam hingga
bobotnya konstan.
Penetapan kadar air tanah dapat diketahui dengan rumus :
θv = (ρb/ρw) θm
Keterangan : θv = kadar air volumetrik ; ρb = kerapatan isi (bulk density) (g cm-3);ρw = berat jenis air ( = 1 g cm-3) ; θm = kadar air gravimetrik (Bobotair/ Bobot tanah kering oven 1050 C) x 100 % (Abdurrahman, dkk.,2006).
b. Kerapatan Isi Tanah
Penetapan kerapatan isi tanah dilakukan di Laboratorium. Sampel tanah yang
diambil dari lapang dengan ring sampel di timbang untuk mengetahui berat basah
tanah. Setelah itu tanah beserta ring di oven pada suhu 105o C selama 2 x 24 jam
hingga bobotnya konstan. Ring yang digunakan untuk penetapan kerapatan isi
tanah memiliki diameter sebesar 5,5 cm dan ketinggian sebesar 5 cm. Kerapatan
isi tanah dapat diketahui dengan rumus :
ρb = Bobot Kering Tanah (g cm-3)Volume Tanah
Keterangan : Volume tanah = volume tabung = = . . t (Agus., dkk, 2006).Ρb = kerapatan isi (g cm-3); = 3,14; r = jari-jari tabung (cm);t = tinggi tabung (cm) (Agus, dkk., 2006).
3.6 Analisis Data
Data yang diperoleh dari pengukuran biomassa akar, kadar air tanah, kepadatan
tanah, dan kerapatan isi masing-masing akan disusun berdasarkan kedalaman
tanah. Setelah itu data diuji homogenitas ragam antar perlakuan dengan Uji
32
Bartlett dan kemenambahan data diuji dengan Uji Tukey. Jika asumsi terpenuhi,
pengaruh perlakuan terhadap masing-masing variabel akan diuji dengan
menggunakan analisis ragam atau uji F. Jika pengaruh perlakuan terhadap
variabel nyata, perbedaan nilai rata-rata dari variabel utama pada masing-masing
perlakuan akan di uji lanjut menggunakan Uji BNT pada taraf nyata 5%. Hasil
analisis data akan disajikan dalam bentuk kurva deskriptif untuk mengetahui
perbedaan dari perlakuan yang diujikan terhadap variabel yang diamati.
56
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah :
1. Perlakuan olah tanah minimum menghasilkan biomassa akar tertinggi pada
kedalaman 0-5 cm dan 5-10 cm dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
2. Pada waktu pratanam, kombinasi perlakuan olah tanah minimum dan tanpa
aplikasi pemupukan (T0P0) menghasilkan kadar air tanah tertinggi dari pada olah
tanah minimum dan aplikasi pupuk (T0P1) pada kedalaman 0-10 cm. Pada waktu
pascatanam, kadar air tanah pada olah tanah minimum nyata lebih tinggi dari
pada olah tanah intensif pada kedalaman 0-10 cm, sedangkan pada kedalaman
10-20 cm, kadar air tanah pada perlakuan tanpa aplikasi pemupukan lebih tinggi
dari aplikasi pemupukan. Kadar air tanah pada kombinasi olah tanah minimum
dan aplikasi pemupukan (T0P1) nyata lebih tinggi dibandingkan olah tanah
intensif dan aplikasi pemupukan (T1P1).
3. Pada perlakuan olah tanah dan pemupukan tidak memberikan pengaruh nyata
terhadap kerapatan isi tanah pada sebelum tanah dan pascatanam. Perlakuan olah
tanah minimum (T0) menghasilkan kekerasan tanah tertinggi daripada olah tanah
intensif pada kedalaman 0-5 cm dan 5-10 cm pratanam dan tidak berbeda nyata
pada pascatanam.
57
5.2 Saran
Penulis menyarankan untuk menganalisa lebih lanjut tiap variabel yang diamati
dalam penelitian ini agar dapat memberikan informasi lebih luas terhadap kondisi
sifat fisik tanah petak percobaan yang diamati.
58
DAFTAR PUSTAKA
Abdurachman, A., U. Haryati, dan I. Juarsah. 2006. Penetapan Kadar Air Tanahdengan Metode Gravimetri. Las, I. (Ed). Sifat Fisik Tanah dan TeknikAnalisisnya. Balitan. Bogor. 131-142 hlm.
Agus, F., R.D. Yustika. dan U.Haryati. 2006. Penetapan Berat Volume Tanah.Las, I. (Ed). Sifat Fisik Tanah dan Teknik Analisisnya. Balitan. Bogor.25-34 hlm.
Anonimus. 2018. Kandungan Hara pada Pupuk Phonska. PT. Petrokimia Gresik.http://www.petrokimia-gresik.com/Pupuk/Phonska.NPK. Diakses 26Februari 2018.
Ardjasa, W.S., dan G.E. Maliawan. 1993. Sistem Pengolahan Tanah dan CaraPemberian Pupuk pada Rotasi Padi Gogo-Kedelai pada Lahan KeringPodsolik. Dalam Prosiding Seminar Nasional IV. Budidaya PertanianOlah Tanah Konservasi. Bandar Lampung. 209-216.
Arsyad, S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. 367 hlm.
Banuwa, I.S., T. Syam, dan D. Wiharso, 2011. Karakteristik Lahan LaboratoriumLapang Terpadu FP UNILA (Laporan Penelitian). Bandar Lampung. 94hlm.
Biro Pusat Statistik. 2014. Luas Panen- Produktivitas- Produksi TanamanKacang Hijau Provinsi Lampung http://www.bps.go.id/tnmn pgn.php?kat=3. Diakses pada tanggal 19 Maret 2018.
Cahyani. 2011. Pengaruh Pemberian Kompos Sampah Organik terhadapPertumbuhan dan Hasil Berbagai Varietas Kedelai (Glycine max (L.)Merill). Jurnal Agrineca. 11 (2) : 16 hlm.
Chao-su, L. Jin-gang, L. Young-lu, T. Xiou-li, W.Gang, H. and Hui, Z. 2016.Stand establishment, root development and yield of winter wheat asaffected by tillage and straw mulch in the water deficit hilly region ofSouthwestern China. Journal of Integrative Agriculture 15(7) : 1480-1489.
59
Dariah, A. 2007. Konservasi Tanah pada Lahan Tegalan. Buku Bunga RampaiKTA 12-07. http://balittanah.litbang.deptan.go.id/dokumentasi. Diakses26 Februari 2018.
Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi. 2013. Prospek pengembanganagribisnis kacang hijau. Diakses pada tanggal 23 oktober 2017. 93 hlm.
Dewanto, F. G., J.J.M.R. Londok, R.A.V. Tuturoong dan W. B. Kaunang. 2013.Pengaruh Pemupukan Anorganik dan Organik terhadap Produksi TanamanJagung sebagai Sumber Pakan. Jurnal Zootek 32(5) : 852-2626.
Effendi, S. 1991. Bercocok Tanam Jagung. Jakarta Yasaguna. 95 hlm.
Endriani. 2010. Sifat fisika dan kadar air tanah akibat penerapan olah tanahkonservasi. Jurnal Hidrolitan 1(1) : 26 – 34.
Fitrina. 2005. Pengaruh Kerapatan Awal Umbi Teki (Cyperus rotundus L.) danDosis Pupuk K terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kacang Hijau (Phaseolusradiatus L.). Badan Bimas Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Barat.25 hlm.
Gonggo, B.M., B. Hermawan, dan D. Anggraeni. 2005. Pengaruh Jenis TanamanPenutup dan Pengolahan Tanah terhadap Sifat Fisik Tanah pada LahanAlang-Alang. JIPI 7(1): 44-50.
Hakim, N., M.Y. Nyakpa, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M.A. Diha, G.B. Hong, danH.H. Bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung.Bandar Lampung. 233 hlm.
Hamzah, Z. 1983. Ilmu Tanah Hutan. Proyek Peningkatan PengembanganPerguruan Tinggi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Handayani, I. P. 2002. Laporan Penelitian. Pendayagunaan Vegetasi InvasiDalam Proses Agradasi Tanah untuk percepatan Restorasi Lahan Kritis.Lembaga penelitian universitas Bengkulu. Bengkulu.
Handayanto, E. dan Hairiah, K. 2007. Biologi Tanah, Landasan PengelolaanTanah Sehat. Pustaka Adipura. Yogyakarta. 194 hlm.
Hulopi, F. 2012. Penggunaan Pupuk N P K Pada Tanah bekas pemberian BahanOrganik terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kacang Hijau. J. Buana Sains12(1): 43-50.
Junedi, H., I.A. Mahbub, dan Zurhalena. 2013. Pemanfaatan Kompos KotoranSapi dan Ara Sungsang untuk Menurunkan Kepadatan Ultisol. JurnalPenelitian Universitas Jambi Seri Sains 15 (1) : 47-52.
60
Kurnia, U., M.S. Djunaedi, dan S. Marwanto. 2006. Penetapan Penetrasi Tanah.Las, I. (Ed). Sifat Fisik Tanah dan Teknik Analisisnya. Balitan. Bogor.75-82 hlm.
Lingga, P. 2008. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta. Penebar Swadaya. 149hlm.
Lingga, P. dan Marsono. 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya.Jakarta. 146 hlm.
Murbandono. 2000. Membuat Kompos. Edisi Revisi. Jakarta. Penebar Swadaya.54 hlm.
Musgrave, G. W., 1947. The Quantitative Evaluation of Factors in Wate Erosion :A First Approxximation. J. Soil Water Conserv. 2(3) :133-138.
Mustakim, M. 2013. Budidaya Kacang Hijau. Bantul. Pustaka Baru Press. 140hlm.
Pamungkas, M, Y. 2004. Pengaruh tingkat kepadatan tanah terhadappertumbuhan tanaman dan karakteristik umbi lobak. Skripsi. InstitutPertanian Bogor.
Prasetyo, A., W. H. Utomo, dan E. Listyorini. 2014. Hubungan Sifat Fisik Tanah,Perakaran an Hasil Ubi Kayu Tahun Kedua pada Alfisol Jatikerto AkibatPemberian Pupuk Organik dan Anorganik (NPK). J. Tanah dan SumberdayaLahan 1(1) : 27-38.
Purwono dan R. Hartono, 2012. Kacang Hijau (Edisi ke 3). Penebar Swadaya,Jakarta. 59 hlm.
Rachman, L. M. 1987. Penerapan Sistem Budidaya Pertanian Tanpa Olah TanahDitinjau Dari Sifat Fisik Tanah. Dalam I.H. Utomo dan J. Woroatmodjo(Eds.). Prosiding Seminar Budidaya Pertanian Tanpa Olah Tanah. JurusanBudidaya Pertanian-IPB. Bogor. 5 Hlm.
Rachman, A., Anderson, S.H., Gantzer, C.J. and Thompson, A.L. 2003. Influenceof long-term cropping systems on soil physical properties related to soilerodibility. Soil Science Society of America Journal 67 : 637-644.
Raharja, T. P. 2005. Pengaruh pupuk organik dan anorganik terhadap sifat fisikalfisol dan hasil tanaman jagung dalam sistem tumpangsari. Skripsi.Universitas Brawijaya. Malang.
Rao. T. P. and O. Ito, 1998. Differences in Root System morphology and RootRespiration in Relation to Nitrogen Uptake among Six Crop Species.Japan Agriculture Research Quartery. 32: 97-103.
61
Rosliani, R., N. Sumarni, dan I. Sulastrini. 2010. Pengaruh Cara PengolahanTanah dan Tanaman Kacang-kacangan sebagai Tanaman Penutup Tanahterhadap Kesuburan Tanah dan Hasil Kubis di Dataran Tinggi. J. Hort. 20(1) : 36-44.
Rukmana. 2005. Budidaya dan Pascapanen Kacang Hijau. KanisiusYogyakarta. 62 hlm.
Rukmana, R. 1997. Kacang Hijau, Budi Daya dan Pascapanen. Kanisius.Yogyakarta. 68 hlm.
Rusdiana, O., Y. Fakura, C. Kusuma, dan H. Yayat. 2000. Respon PertumbuhanAkar Tanaman Sengon terhadap Kepadatan dan Kandungan Air TanahPodsolik Merah Kuning. Jurnal Manajemen Hutan Tropika 6 (2): 43-53.
Russel, S., 1977. Plant Root System. Their Fungtion and Interaction with theSoil. McGraw Hill Book Company (UK) Limited London. Trop. For.Manage. J 6 (11) : 43-53.
Salam, A. K. 2011. Ilmu Tanah Fundamental. Global Madani Press. BandarLampung. 361 hlm.
Skop, J. M. 2000. Physical properties of primary particles. Summer, E. M. (Ed).Handbook of soil science. CRC Press. A3-A16 hlm.
Setyamidjaja, D. 1993. Karet, Budidaya dan Pengolahan (Rubber, Productionand Processing). Yogyakarta. Penerbit Kanisius. 208 hlm.
Setiyowati, S. Haryanti dan R. B. Hastuti. 2010. Pengaruh Perbedaan KonsentrasiPupuk. Organik Cair tehadap Produksi Bawang Merah (Alliumascalonicum L). Jurnal BIOMA 12(2): 44-48.
Solyati. A., dan Z. Kusuma. 2017. Pengaruh Sistem Olah Tanah dan AplikasiMulsa terhadap Sifat Fisik, Perakaran, dan Hasil Tanaman Kacang Hijau(Vigna Radiata L.). Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan. l4 (2) : 553-558.
Sinukaban, N., Sudarmo, dan K. Murtilaksono. 2007. Pengaruh penggunaanmulsa dan pengolahan tanah terhadao erosi, aliran permukaan, danselektivitas erosi pada Latosol Coklat Kemerahan Darmaga. DalamKonservasi Tanah dan Air Kunci Pembangunan Berkelanjutan. DirjenRLPS. Bogor. 45 hlm.
Sunantara, I. M.M., 2000. Teknik Produksi Benih Kacang Hijau. Pusat Penelitiandan Pengambangan Tanaman Pangan (Teknologi Produksi Benih KacangHijau ). Denpasar. Bali. 35 hlm.
62
Suprayogo, D., Widianto, Purnomosidhi, P., Widodo, R.H., Rusiana, F., Aini,Z.Z., Khasanah, N. dan Z. Kusuma. 2004. Degradasi sifat fisik tanahsebagai akibat alih guna lahan hutan menjadi sistem kopi monokultur.Kajian Makroporositas Tanah. Agrivita 26 (1): 60-68.
Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius. Yogyakarta. 219 hlm.Tabor, S. R., K. Altemeir, Nuryanto, Wardoyo and B. Adinugroho. 1986. Trends
in Agricutural Supply and Demand to the year 2000. Directorate of footCrop Economics. Dept. of Agriculture: 59-64.
Udawatta, R and G. S. Henderson. 2003. Root distribution relationships to soilproperties in Missouri oak stands: A productivity Index Approach. SoilScience Society of America Journal. 67 (6): 1869.
Utomo, M. 1999. Teknologi Olah Tanah Konservasi Menuju PertanianBerkelanjutan. Prosiding Seminar Nasional Pertanian Organik.Palembang, 30 Oktober 1999. Fakultas Pertanian, Universitas IBAPalembang. 16 hlm
Utomo, M. 2006. Olah Tanah Konservasi. Hand out Pengelolaan Lahan KeringBerkelanjutan. Universitas Lampung, Bandar Lampung. 25 hlm.
.Utomo.M. 2012. Tanpa Olah TanahTeknologi Pengelolaan Lahan Kering.
Lembaga Penelitian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 110 hlm.
Utomo.M., H. Buchari., dan I. S. Banuwa. 2012. Olah Tanah KonservasiTeknologi Mitigasi Gas Rumah Kaca Pertanian Tanaman Pangan .Lembaga Penelitian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 92 hlm.
Wahyuni, E.D. 1994. Perubahan pori tanah pada berbagai sistem olah danpertanaman jagung dan kedelai. Agrivita. 17 (2) : 88-91.
Wahyunie E.D., Baskoro, D.P.T dan Sofyan, M. 2012. Kemampuan retensi airdan ketahanan penetrasi tanah pada sistem olah tanah intensif dan olahtanah konservasi. Jurnal Tanah Lingkungan 14 (2): 73-78.
Wilson, E.2006. Kepadatan tanah akibat penyaradan oleh forwarder danpengaruhnya terhadap pertumbuhan semai. Skripsi. Departemen hasilhutan. Fakultas kehutanan. Institut pertanian bogor. 129 hlm.