75
PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH INDUSTRI TAHU DI DESA LEUWEUNG KOLOT KECAMATAN CIBUNGBULANG KABUPATEN BOGOR VERANI RESTIA WIJAYA DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP

KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH INDUSTRI TAHU DI

DESA LEUWEUNG KOLOT KECAMATAN CIBUNGBULANG

KABUPATEN BOGOR

VERANI RESTIA WIJAYA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN
Page 3: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI DAN PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Peningkatan

Harga Kedelai terhadap Keuntungan dan Nilai Tambah Industri Tahu di Desa

Leuweung Kolot Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor adalah benar karya

saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk

apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau

dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2014

Verani Restia Wijaya

NIM H34100162

Page 4: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN
Page 5: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

ABSTRAK

VERANI RESTIA WIJAYA. Pengaruh Peningkatan Harga Kedelai terhadap

Keuntungan dan Nilai Tambah Industri Tahu di Desa Leuweung Kolot Kecamatan

Cibungbulang Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh ANNA FARIYANTI.

Kedelai merupakan bahan baku utama dalam usaha olahan kedelai seperti

tahu dan tempe. Kenaikan harga kedelai berdampak pada keberlanjutan usaha tahu

terutama industri tahu dengan modal dan akses terbatas. Penelitian ini bertujuan

menganalisis pengaruh kenaikan harga kedelai terhadap struktur biaya,

keuntungan, dan nilai tambah pada industri tahu di Desa Leuweung Kolot.

Analisis yang digunakan terdiri dari analisis keuntungan, analisis penerimaan dan

R/C rasio, dan analisis nilai tambah menggunakan metode Hayami. Berdasarkan

hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kenaikan harga kedelai

mempengaruhi struktur biaya dan keuntungan industri tahu. Peningkatan pada

keuntungan yang diterima didasarkan pada strategi yang dilakukan oleh industri

tahu dengan meningkatkan harga jual tahu dan memperkecil ukuran tahu.

Begitupun dengan analisis nilai tambah yang menunjukkan bahwa kenaikan harga

kedelai juga mempengaruhi nilai tambah yang dihasilkan oleh industri tahu di

Desa Leuweung Kolot.

Kata kunci: Kedelai, keuntungan, nilai tambah

ABSTRACT

VERANI RESTIA WIJAYA. The Effect of Increasing Soybean Price Toward

Profit and Value-Added of Tofu Industry in Leuweung Kolot Village

Cibungbulang Subdistricts Bogor Districts. Supervised by ANNA FARIYANTI.

Soybean is the important ingredient in soybean processing enterprises such as

tofu and tempeh. The increase of soybean price that has affects the business

sustainability of the household tofu industry who have limited capital and

accessibility. The objective of this research is to analyse the effect of increasing

soybean price to the cost structure, profit, and value-added of the tofu industry in

Leuweung Kolot village. The analysis used in this study consisted of analysis for

calculating profit, analysis of revenue and R/C ratio, also the value-added analysis

by using Hayami method. Based on the research that had been conducted showed

that the increase in soybean price affected the cost structure and profit of tofu

industry. The increase in profit based on the strategy undertaken by the tofu

industry to increase the selling price and decrease the size of tofu. Likewise with

value added analysis indicated that the increase in soybean prices also affected the

value added generated by the tofu industry in Leuweung Kolot village.

Keywords: Profit, soybean, value added

Page 6: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN
Page 7: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP

KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH INDUSTRI TAHU DI

DESA LEUWEUNG KOLOT KECAMATAN CIBUNGBULANG

KABUPATEN BOGOR

VERANI RESTIA WIJAYA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 8: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN
Page 9: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

Judul Skripsi : Pengaruh Peningkatan Harga Kedelai terhadap Keuntungan dan

Nilai Tambah Industri Tahu di Desa Leuweung Kolot Kecamatan

Cibungbulang Kabupaten Bogor

Nama : Verani Restia Wijaya

NIM : H34100162

Disetujui oleh

Dr Ir Anna Fariyanti, MSi

Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Dwi Rachmina, MSi

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 10: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN
Page 11: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pengaruh Peningkatan Harga Kedelai terhadap Keuntungan dan Nilai Tambah

Industri Tahu di Desa Leuweung Kolot Kecamatan Cibungbulang Kabupaten

Bogor”. Shalawat dan salam senantiasa diucapkan kepada Nabi Muhammad SAW

sebagai pemimpin dan suri tauladan terbaik bagi seluruh umat manusia.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Anna Fariyanti, MSi selaku

pembimbing, Ibu Dr Ir Ratna Winandi, MS selaku dosen penguji utama, dan Ibu

Anita Primaswari Widhiani, SP. Msi selaku dosen penguji komisi pendidikan

yang telah memberikan banyak ide dan masukan dalam pembuatan skripsi ini.

Terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Dr Ir Wahyu Budi Priatna, MSi

yang senantiasa memberikan arahan dan dukungan dan membantu dalam

menjalani masa-masa perkuliahan sebagai wali akademik. Ungkapan terima kasih

juga disampaikan kepada ibu, bapak, abang, adik dan seluruh keluarga atas

dukungan, doa, dan kasih sayang yang diberikan sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa, ucapan terima kasih dan apresiasi penulis

kepada seluruh industri tahu di Desa Leuweung Kolot yang telah bersedia menjadi

responden dan membantu memberikan informasi dalam penelitian ini. Terima

kasih penulis ucapkan kepada Pratica Dewi yang telah bersedia menjadi pembahas

dalam seminar skripsi atas saran dan masukan yang telah diberikan. Selanjutnya

terima kasih untuk teman-teman Agribisnis 47 khususnya teman sebimbingan

skripsi serta sahabat terkasih atas segala dukungan, motivasi, semangat dalam

penyelesaian tugas akhir.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2014

Verani Restia Wijaya

Page 12: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN
Page 13: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBAR xiii

DAFTAR LAMPIRAN xiv

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 5

Tujuan Penelitian 6

Manfaat Penelitian 7

TINJAUAN PUSTAKA 7

Gambaran Umum Industri Tahu 7

Analisis Keuntungan 8

Analisis Nilai Tambah 9

Perbandingan Penelitian Dengan Penelitian Terdahulu 9

KERANGKA PEMIKIRAN 10

Kerangka Pemikiran Teoritis 10

Kerangka Pemikiran Operasional 16

METODE PENELITIAN 19

Lokasi dan Waktu Penelitian 19

Jenis dan Sumber Data 19

Metode Pengumpulan Data 19

Metode Pengolahan dan Analisis Data 20

GAMBARAN UMUM PENELITIAN 24

Gambaran Umum Desa Leuweung Kolot 24

Gambaran Umum Usaha Tahu Desa Leuweung Kolot 25

Proses Produksi Tahu 28

Kebutuhan Peralatan Produksi 29

HASIL DAN PEMBAHASAN 30

Analisis Struktur Biaya Usaha Tahu 30

Biaya Variabel Usaha Tahu 31

Biaya Tetap Usaha Tahu 33

Biaya Total Usaha Tahu 34

Penerimaan, Keuntungan dan R/C Rasio Usaha Tahu di Desa

Leuweung Kolot 35

Analisis Uji Beda T-Paired 37

Page 14: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

Analisis Nilai Tambah 39

SIMPULAN DAN SARAN 42

Simpulan 42

Saran 42

DAFTAR PUSTAKA 42

LAMPIRAN 45

RIWAYAT HIDUP 59

Page 15: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

DAFTAR TABEL

1 Volume impor komoditas tanaman pangan Indonesia 2010-2013 1 2 Perkembangan konsumsi bahan makanan mengandung kedelai di

rumah tangga tahun 2009-2012 2 3 Luas panen, produktivitas, dan produksi tanaman kedelai Provinsi

Jawa Barat 3 4 Rekap Anggota KOPTI Kabupaten Bogor per wilayah pelayananan

tahun 2012 19 5 Nilai tambah menurut metode Hayami 23

6 Mata pencaharian penduduk Desa Leuweung Kolot 25 7 Karakteristik responden pelaku industri tahu 26 8 Karakteristik responden berdasarkan cara pemasaran 27 9 Rata-rata penggunaan input sebelum dan setelah kenaikan harga

kedelai industri tahu di Desa Leuweung Kolot 31 10 Rata-rata biaya variabel sebelum dan setelah kenaikan harga kedelai

industri tahu di Desa Leuweung Kolot 32 11 Rata-rata biaya tetap industri tahu di Desa Leuweung Kolot 33 12 Rata-rata total biaya produksi usaha tahu sebelum dan setelah

kenaikan harga kedelai di Desa Leuweung Kolot 34 13 Rata-rata penerimaan industri tahu sebelum dan setelah kenaikan

harga kedelai di Desa Leuweung Kolot 35

14 Efisiensi rata-rata biaya industri tahu sebelum dan setelah kenaikan

harga kedelai di Desa Leuweung Kolot 36 15 Analisis uji beda t-paired rata-rata keuntungan dan R/C rasio sebelum

dan setelah kenaikan harga kedelai industri tahu di Desa Leuweung

Kolot 38 16 Perhitungan rata-rata nilai tambah industri tahu sebelum dan setelah

kenaikan harga kedelai di Desa Leuweung Kolot 40

DAFTAR GAMBAR

1 Perkembangan harga kedelai Indonesia periode Januari 2010 - Maret

2013 4 2 Kurva produk total, produk rata-rata, dan produk marjinal 10

3 Kurva perubahan harga input terhadap biaya 12 4 Kurva total biaya variabel , total biaya tetap, dan biaya total terhadap

keuntungan 14 5 Kerangka pemikiran operasional 18

Page 16: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

DAFTAR LAMPIRAN

1 Rata-rata jumlah dan harga peralatan produksi industri tahu di Desa

Leuweung Kolot 45 2 Volume impor komoditas tanaman pangan Indonesia, 2010-2013 45 3 Struktur biaya industri tahu sebelum kenaikan harga kedelai 46 4 Struktur biaya industri tahu setelah kenaikan harga kedelai 49 5 Penerimaan industri tahu sebelum kenaikan harga kedelai 52 6 Penerimaan industri tahu setelah kenaikan harga kedelai 53 7 Rata-rata total biaya per bulan yang dikeluarkan industri tahu

sebelum dan setelah kenaikan harga kedelai 54 8 Uji beda t-paired keuntungan dan R/C rasio sebelum dan setelah

kenaikan harga kedelai 55 9 Perhitungan nilai tambah industri tahu sebelum dan setelah kenaikan

harga kedelai 57 10 Rekap anggota KOPTI Kabupaten Bogor per wilayah pelayanan

tahun 2012 58

Page 17: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ketahanan pangan merupakan akses setiap rumah tangga atau individu

dalam memperoleh pangan setiap waktu untuk keperluan hidup yang sehat.

Indonesia termasuk dalam salah satu dari beberapa negara yang terus mencoba

menetapkan program ketahanan pangan demi kebutuhan gizi masyarakat. Namun,

ketahanan pangan di Indonesia saat ini mengalami beberapa kendala karena dari

lima komoditas utama pangan di Indonesia, dua komoditas diantaranya masih

sangat bergantung pada impor yaitu kedelai dan daging (Kementerian

Perindustrian 2014).

Kedelai merupakan pangan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat

Indonesia. Dilihat dari perkembangan pertanian komoditas kedelai, setiap

tahunnya Indonesia membutuhkan sebanyak 2 juta ton kedelai untuk memenuhi

kebutuhan dalam negeri. Namun, kondisi di lapang petani hanya mampu

memenuhi 60% dari total kebutuhan tersebut. Hal ini mengindikasi bahwa pada

nyatanya Indonesia sendiri masih belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat

sehingga harus melakukan impor kedelai dari Amerika untuk pemenuhan

permintaan kedelai masyarakat (Kementerian Perindustrian 2014). Berdasarkan

data yang dicatat BPS, kedelai termasuk pada nomor kedua yang memiliki volume

impor terbesar. Kondisi volume impor untuk komoditas pangan terutama kedelai

segar dan kedelai olahan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Volume impor komoditas tanaman pangan Indonesia 2010-2013

Komoditas 2010

(Ton)

2011

(Ton)

2012

(Ton)

2013

(Ton)

Tw. I Tw. II Tw. III

Beras Segar 687 582 2 744 002 1 927 330 114 269 129 548 109 668

Beras Olahan 1 259 233 2 9 0.1

Gandum Segar 4 824 049 5 648 065 6 827 279 1 311 499 1 999 558 1 587 678

Gandum Olahan 900 963 828 512 610 336 64 249 61 291 68 025

Jagung Segar 1 527 517 3 207 657 1 797 876 741 408 549 491 624 690

Jagung Olahan 259 294 103 327 91 555 15 768 11 920 21 865

Kedelai Segar 1 740 505 2 088 616 2 105 629 234 926 627 532 350 036

Kedelai Olahan 32 158 36 896 23 134 4 425 6 351 6 972

Sumber : BPS 2013

Pada Tabel 1 dijelaskan bahwa volume impor untuk kedelai terbagi dua

yaitu impor kedelai segar dan impor kedelai olahan. Berdasarkan data tersebut

dpata dilihat bahwa ada peningkatan yang cukup signifikan pada volume impor

kedelai segar dari tahun 2010 hingga 2012. Bahkan pada triwulan II di tahun 2013,

Indonesia sudah mengimpor 627 532 ton kedelai segar untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat. Selain kedelai segar, pemerintah juga mengimpor kedelai

dalam bentuk kedelai olahan. Volume impor kedelai olahan ini jauh lebih rendah

dibandingkan dengan kedelai segar, karena permintaan kedelai di Indonesia

cenderung lebih kepada kedelai segar daripada kedelai olahan. Hal ini disebabkan

Page 18: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

2

di Indonesia sangat banyak industri tahu dan tempe yang memanfaatkan kedelai

segar sebagai bahan baku utama dan hampir semuanya berasal dari kedelai impor.

Jika dilihat pada Tabel 1 di atas, kedelai merupakan komoditas pangan impor

dengan volume terbesar kedua setelah gandum. Dengan kenaikan jumlah impor

ini akan semakin mengancam petani khususnya petani tanaman pangan yang ada

di Indonesia.

Tingginya volume impor kedelai di Indonesia disebabkan adanya

permintaan yang tinggi akan kedelai. Besarnya permintaan kedelai mengindikasi

tingginya tingkat konsumsi masyarakat akan kedelai baik dalam bentuk kedelai

segar atau olahan kedelai. Bentuk olahan kedelai tersebut dapat berupa tahu,

tempe, tauco, oncom, dan kecap. Perkembangan konsumsi bahan makanan

mengandung kedelai di rumah tangga dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Perkembangan konsumsi bahan makanan mengandung kedelai di rumah

tangga tahun 2009-2012

Tahun Konsumsi (kg/kapita/tahun)

Kedelai Segar Tahu Tempe Tauco Oncom Kecap

2009 0.0521 7.0393 7.0393 0.0209 0.0626 0.6205

2010 0.0521 6.9871 6.9350 0.0209 0.0469 0.6643

2011 0.0521 7.4043 7.3000 0.0313 0.0730 0.6716

2012 0.0521 6.9871 7.0914 0.0261 0.0626 0.5694

Sumber: BPS 2013

Berdasarkan Tabel 2 dapat dinyatakan bahwa dari tahun 2009 hingga 2012

konsumsi rumah tangga untuk kedelai segar sama yaitu sebesar 0.0521

kg/kapita/tahun. Sedangkan untuk produk olahan kedelai seperti tahu dan tempe

berfluktuasi dari tahun 2009-2012. Tingkat konsumsi untuk tahu dan tempe dapat

dikatakan jauh lebih tinggi dibanding olahan kedelai lain berupa tauco, oncom,

dan kecap. Kondisi ini juga dapat dilihat dari banyaknya industri tahu dan tempe

rumah tangga di Indonesia. Meskipun nilainya berfluktuasi namun konsumsi

rumah tangga untuk bahan makanan mengandung kedelai tidak berbeda jauh tiap

tahunnya.

Tingginya permintaan masyarakat Indonesia menyebabkan kondisi dimana

ketika kedelai lokal tidak mampu dipenuhi maka mengimpor kedelai dari luar

negeri menjadi alternatif pemenuhan permintaan tersebut yang mengakibatkan

volume impor kedelai semakin meningkat tiap tahunnya. Adanya ketergantungan

pemerintah Indonesia terhadap kedelai impor Amerika yang semakin meningkat,

menimbulkan beberapa alternatif pengganti komoditi kedelai sebagai bahan baku

usaha tahu dan tempe untuk mengurangi ketergantungan impor tersebut. Alternatif

tersebut salah satunya adalah mengimpor kacang lupin dari Australia.

Lupin merupakan tanaman alami dan bukan produk hasil modifikasi genetik.

Meskipun kandungan proteinnya tidak berbeda jauh dengan kedelai, namun

kacang lupin memiliki kandungan serat yang lebih tinggi. Tanaman lupin hanya

tumbuh di Australia Barat dalam skala besar. Meskipun dapat diproduksi cukup

untuk menggantikan semua kedelai impor, lupin bukan komoditas perdagangan

dunia dan memiliki harga yang lebih stabil yang umumnya jauh lebih rendah dari

harga kedelai (Lupin Foods Australia 2013).

Puskopti Jawa Tengah berencana untuk mengimpor kacang lupin dari

Australia sebagai pengganti kedelai akibat tingginya harga kedelai yang tidak

Page 19: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

3

mampu dibeli oleh industri tempe di daerah tersebut. Selain kandungan kacang

lupin yang lebih banyak dibanding kedelai, untuk harganya kacang lupin memiliki

harga jual yang lebih murah dibanding kedelai yaitu Rp6 500 per kilogram.

Namun kacang lupin ini belum digunakan oleh semua industri tahu dan tempe di

Indonesia karena kondisi kacang lupin yang memiliki kadar asam lebih tinggi

membuat tempe yang dihasilkan menjadi lengket meskipun kandungan proteinnya

lebih tinggi dari kedelai dan belum diuji oleh semua industri olahan kedelai (Galih

2013).

Salah satu daerah yang memiliki produksi kedelai tertinggi di Indoensia

adalah provinsi Jawa Barat. Berdasarkan data BPS (2013), kondisi lahan yang

tersedia untuk budidaya kedelai berfluktuasi. Berdasarkan catatan evaluasi BPS

mengenai luas panen, produktivitas, dan produksi khususnya Provinsi Jawa Barat

terlihat berfluktuasi namun cenderung menurun dari ketiga aspek tersebut.

Kondisi luas panen, produktivitas, dan produksi tersebut dapat dilihat pada Tabel

3.

Tabel 3 Luas panen, produktivitas, dan produksi tanaman kedelai Provinsi Jawa

Barat

Tahun Luas Panen(Ha) Produktivitas (Ku/Ha) Produksi (Ton)

2009 41 775.00 14.42 60 257.00

2010 36 700.00 15.21 55 823.00

2011 35 674.00 15.74 56 166.00

2012 30 345.00 15.63 47 426.00

2013 32 813.00 14.82 48 636.00

Sumber : BPS 2013

Pada Tabel 3 dijelaskan bahwa sejak tahun 2009 - 2013 luas panen per Ha

dari tanaman kedelai berfluktuasi namun cenderung menurun terutama sejak tahun

2011. Penurunan luas panen seiring dengan produktivitas dan produksi tanaman

kedelai Indonesia yang semakin lama semakin berkurang. Hal ini disebabkan

adanya tingkat konversi lahan pertanian di Indonesia yang terus meningkat

terutama di Pulau Jawa termasuk Jawa Barat. Adanya konversi lahan yang

menimbulkan menurunnya produksi tanaman kedelai Indonesia tentunya semakin

menyulitkan pemerintah untuk memenuhi permintaan akan kedelai yang tidak

dapat ditutupi dengan pasokan yang ada sehingga kebutuhan impor kedelai

menjadi lebih tinggi.

Kenaikan harga kedelai cenderung dipicu karena adanya peningkatan impor

kedelai sehingga perubahan harga kedelai bergantung pada kondisi eksternal dan

permasalahan ekonomi yang terjadi di negara produsen tersebut. Selain itu

penyebab naiknya harga kedelai juga disebabkan adanya kenaikan nilai mata uang

dollar terhadap rupiah atau depresiasi nilai rupiah yang sempat mencapai Rp11

000 per dollar.

Jika dilihat pada data Ditjen PPHP (2013), sejak bulan Januari 2010 hingga

Maret 2013 (Minggu IV), trend harga kedelai cenderung meningkat di kabupaten

sentra produksi 0.54 persen dan di Kota Besar meningkat 0.3 persen. Harga rerata

Maret 2013 dibandingkan dengan Februari 2013 di kabupaten sentra produksi

menurun 3.21 persen, dan di beberapa kota besar menurun 2.48 persen. Harga

rerata Minggu IV Maret 2013 dibandingkan dengan Minggu III Maret 2013 di

Page 20: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

4

kabupaten sentra produksi meningkat 0.78 persen dan di beberapa kota besar

tidak mengalami perubahan. Hal ini dapat diproyeksikan pada Gambar 1 dibawah

ini.

Sumber: (Ditjen PPHP 2013)

Harga kedelai di Kabupaten Bogor pada September 2013 sempat mencapai

Rp9 000 – Rp9 300 per kilogram dari harga awal Rp7 000. Kondisi ini membuat

biaya produksi pengusaha tahu meningkat. Bahkan dengan melakukan strategi

mengecilkan ukuran komoditi ternyata tidak mampu menekan biaya produksi,

malah membuat jumlah permintaan menjadi turun karena ukurannya yang kecil

konsumen tidak ingin membeli (Saputra 2014).

Keuntungan yang diterima oleh industri tahu bergantung kepada penjualan

tahu dan biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi tahu tersebut. Dengan

kondisi kenaikan harga kedelai ini keuntungan yang diterima oleh industri

berubah karena adanya peningkatan biaya produksi dan jumlah penjualan yang

belum dapat diperkirakan agar dapat menutupi biaya modal. Selain itu, jumlah

permintaan input dari industri tahu juga dipengaruhi oleh permintaan konsumen

terhadap tahu. Hal ini mengakibatkan industri tahu mulai memikirkan cara lain

agar usaha tahu mereka tidak bangkrut dan produk tahu tetap dibeli oleh

konsumen karena adanya permasalahan tersebut.

Kedelai memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi menjadikan kedelai

sebagai tanaman pangan karena dapat mensubsitusi komoditas pangan lain seperti

padi, jagung, dan tanaman lainnya. Selain itu, tingkat konsumsi kedelai di

Indonesia pun cenderung semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena kedelai

termasuk tanaman pangan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat selain beras

dan daging. Semakin tinggi tingkat konsumsi masyarakat tentu akan semakin

meningkatkan jumlah permintaan akan kedelai. Hal ini dapat berlangsung baik

jika Indonesia tidak bergantung kepada impor dan lebih mengutamakan kedelai

lokal dengan memperbaiki kualitasnya. Namun, pada kenyataannya semakin

tinggi permintaan kedelai maka semakin besar ketergantungan akan kedelai impor

di Indonesia.

Gambar 1 Perkembangan harga kedelai Indonesia periode Januari 2010 - Maret

2013

Page 21: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

5

Produk turunan dari kedelai berupa tahu merupakan produk yang banyak

dikonsumsi oleh masyarakat baik dari kalangan bawah hingga kalangan atas. Tahu

sudah menjadi makanan yang konsumsi setiap hari bagi beberapa keluarga.

Namun tahu hampir menjadi barang mahal karena adanya kenaikan kedelai

sebagai bahan baku utama pembuatan tahu. Kondisi ini tidak hanya membuat

konsumen harus mengeluarkan biaya lebih tapi juga mengurangi keuntungan yang

diterima oleh industri tahu. Permintaan terhadap tahu ini masih tinggi karena

harga daging dan ikan yang juga jauh lebih mahal dibandingan tahu. Sehingga

masyarakat tetap membeli tahu meskipun ukurannya lebih kecil untuk menutupi

kekurangan biaya dari pihak industri tahu/produsen.

Desa Leuweung Kolot Kecamatan Cibungbulang merupakan salah satu

daerah indutri tahu di Kabupaten Bogor. Di daerah ini industri tahu sudah menjadi

mata pencaharian penduduk untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Jumlah

industri tahu di kecamatan ini lebih banyak dibanding industri tempe. Selain itu

produk olahan kedelai berupa tahu ini memiliki nilai yang lebih tinggi dibanding

dengan tempe. Berdasarkan penelitian (Tunggadewi, 2009) nilai tambah pada

usaha tahu lebih tinggi dibanding dengan usaha tempe. Hal ini disebabkan proses

produksi tahu lebih singkat dibanding proses produksi tempe. Sehingga

keuntungan yang didapat oleh industri tahu pun lebih banyak dibanding industri

tempe. Namun, dengan adanya peningkatan harga kedelai mengakibatkan

keuntungan industri tahu menjadi tidak stabil karena meningkatnya biaya

produksi sehingga usaha tahu penduduk setempat memerlukan adanya pengolahan

produk untuk meningkatkan nilai tambah dari produk tersebut agar keuntungan

industri tidak semakin rendah dan dapat mempertahankan usaha tahunya.

Perumusan Masalah

Perkembangan harga kedelai di Indonesia pada tahun 2013 ini makin lama

semakin meningkat. Menurut Aip Syaifuddin selaku Ketua Umum Gabungan

Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo) menyatakan bahwa

harga kedelai sudah mencapai Rp8 900 - Rp10 000 per kilogram di awal

September 2013. Harga ini dinilai sebagai harga kedelai tertinggi sepanjang

sejarah. Pada awal Juli, harga beli dari industri mencapai Rp7 450, kemudian pada

bulan Agustus harga naik menjadi Rp7 700. Pada akhir Agustus harga melambung

menjadi Rp9 000 – Rp10 000. Kenaikan harga kedelai saat ini lebih dipicu oleh

adanya gejolak depresiasi rupiah. Kondisi ini juga berlaku di Kabupaten Bogor.

Pengusaha tahu yang ada di Bogor harus menekan biaya produksi mereka agar

tidak bangkrut. Naiknya harga kedelai di Bogor membuat beberapa pengusaha

tahu sempat kebingungan untuk mengembalikan modal (Toyudho 2014).

Kedelai merupakan bahan baku utama industri tahu, namun kedelai sendiri

masih sangat bergantung pada impor. Apabila terjadi kenaikan mata uang dollar

terhadap rupiah seperti saat ini maka biaya input industri kedelai pun akan

meningkat dan harga tahu di pasaran pun akan naik. Kenaikan harga kedelai ini

memberatkan pihak produsen atau industri tahu karena adanya kenaikan biaya

input tersebut belum tentu dapat menaikkan harga tahu secara serentak. Industri

tahu mungkin bisa memperkecil ukuran produk olahannya atau menaikkan harga

tetapi dengan jumlah penjualan yang lebih sedikit dari biasanya. Selain dampak

Page 22: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

6

pada indutri atau usaha tahu, kenaikan harga kedelai ini juga berimbas pada

jumlah keuntungan yang diterima oleh industri tahu. Apabila harga kedelai naik

maka biaya input dan produksi untuk usaha tahu juga meningkat, akibatnya

keuntungan yang diterima industri tahu mungkin akan lebih rendah dari

sebelumnya karena jumlah pembeli berkurang dan mulai mencari barang subsitusi

lainnya yang lebih murah.

Kenaikan harga pada kedelai juga berpengaruh terhadap nilai tambah tahu.

Kenaikan harga input berpengaruh pada pemintaan industri tahu akan input

berupa kedelai dan output yang dihasilkan. Perubahan permintaan ini dipengaruhi

adanya perubahan permintaan dari konsumen karena harga tahu yang ikut naik

saat harga kedelai meningkat. Perubahan pada jumlah input dan output akan

berpengaruh pada besaran nilai tambah yang mampu dihasilkan oleh industri tahu.

Pada penelitian ini juga akan dilihat pengaruh yang ditimbulkan ketika harga

kedelai meningkat pada nilai tambah indutri tahu.

Kabupaten Bogor memiliki jumlah industri UMKM yang cukup banyak dan

menyebar. Salah satunya di Desa Leuweung Kolot Kecamatan Cibungbulang.

Daerah ini termasuk dalam salah satu sentra industri tahu di Kabupaten Bogor

dengan kebutuhan kedelai yang cukup tinggi per bulannya. Berdasarkan data

KOPTI (2013), Kecamatan Cibungbulang memiliki jumlah anggota sebanyak 34

orang dengan tenaga kerja industri tahu dan tempe yang berjumlah 185 orang.

Selain itu, jumlah kebutuhan kedelai perbulannya di kecamatan ini sebesar 97 350

kg kedelai.

Berdasarkan uraian di atas, maka ada beberapa hal yang dapat dibahas

dalam penelitian ini, diantaranya :

1. Bagaimana pengaruh kenaikan harga kedelai terhadap struktur biaya

industri tahu di Desa Leuweung Kolot Kecamatan Cibungbulang

Kabupaten Bogor?

2. Apakah kenaikan harga kedelai berpengaruh terhadap keuntungan yang

diterima industri tahu di Desa Leuweung Kolot Kecamatan

Cibungbulang Kabupaten Bogor?

3. Bagaimana pengaruh kenaikan harga kedelai terhadap nilai tambah yang

dihasilkan oleh industri tahu di Desa Leuweung Kolot Kecamatan

Cibungbulang Kabupaten Bogor?

Tujuan Penelitian

1. Menganalisis pengaruh kenaikan harga kedelai terhadap struktur biaya

industri tahu di Desa Leuweung Kolot Kecamatan Cibungbulang

Kabupaten Bogor

2. Menganalisis pengaruh kenaikan harga kedelai terhadap keuntungan yang

diterima industri tahu di Desa Leuweung Kolot Kecamatan Cibungbulang

Kabupaten Bogor

3. Menganalisis nilai tambah yang dihasilkan industri tahu sebelum dan

setelah kenaikan harga di Desa Leuweung Kolot Kecamatan Cibungbulang

Kabupaten Bogor.

Page 23: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

7

Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah terkait dengan kebijakan

dalam mengatasi dampak kenaikan harga kedelai khususnya bagi industri

tahu

2. Menjadi bahan informasi bagi pemerintah khususnya di Desa Leuweung

Kolot Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor mengenai kondisi

industri tahu di daerah tersebut setelah adanya kenaikan harga kedelai

sehingga dapat membantu industri di industri tersebut dalam mengatasi

permasalahannya.

TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Umum Industri Tahu

Menurut Soekartawi (2000), agroindustri merupakan industri yang

berbahan baku utama dari produk pertanian. Agroindustri memiliki peranan yang

penting dalam pembangunan pertanian. Hal ini terlihat dari kontribusinya dalam

meningkatkan keuntungan pelaku agribisnis, penyerapan tenaga kerja,

meningkatkan devisa, dan mendorong pertumbuhan industri lain.

Afianti (2011) menyatakan bahwa terdapat respon yang berbeda-beda dari

responden rumah tangga mengenai keberadaan industri tahu. Industri pengolahan

tahu ini memiliki limbah cair yang dibuang ke sungai di lingkungan masyarakat

sekitar. Hal ini berdampak pada pencemaran lingkungan seperti ketersediaan air

bersih dan kurang nyamannya lingkungan tempat tinggal. Namun, industri tahu ini

juga dianggap penting oleh masyarakat lain karena kebutuhan akan produk olahan

tahu dan tempe yang semakin hari semakin meningkat.

Pada penelitian Setianingsih (2007) menyatakan bahwa kinerja dari usaha

tahu rumah tangga Tahu Pong di Kecamatan Kartsura Kabupaten Sukoharjo, Jawa

tengah mengalami perubahan yang disebabkan adanya kenaikan harga BBM. Hal

ini dilihat dari analisis yang dilakukan pada penerimaan, biaya, dan keuntungan

usaha tahu. Penerimaan dan total biaya dari usaha tahu pong tersebut mengalami

peningkatan. Namun keuntungannya berkurang sebesar 8.49 persen. Penerimaan

usaha tahu meningkat karena pemilik usaha tahu melakukan pengurangan ukuran

atau peningkatan harga jual tahu sedangkan total biaya usaha tahu meningkat

karena adanya peningkat pada beberapa input yang digunakan untuk mengolah

kedelai menjadi tahu.

Berdasarkan wawancara dengan KOPTI Kabupaten Bogor, hampir seluruh

anggota KOPTI yang merupakan industri tahu ini membeli bahan baku kedelai

impor yang 100% diimpor KOPTI. Hal inilah yang menimbulkan adanya

kenaikan harga kedelai yang terus berfluktuasi akibat impor kedelai yang

dipengaruhi oleh faktor ekternal terkait perekonomian negara asal impor.

Meskipun sama-sama berperan sebagai industri pengolahan kedelai, namun

industri skala kecil tahu memiliki profitabilitas yang lebih tinggi dibanding usaha

tempe. Hasil perhitungan profitabilitas yang dilakukan oleh Tunggadewi (2009)

menunjukkan bahwa tingkat profitabilitas usaha yang lebih tinggi adalah usaha

tahu sebesar 38 persen, sedang usaha tempe sebesar 28 persen. Perhitungan

Page 24: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

8

analisis nilai tambah juga menunjukkan bahwa usaha yang memiliki nilai tambah

lebih besar adalah usaha tahu dengan nilai sebesar Rp6 881, sedang untuk menjadi

tempe sebesar Rp4 947. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan

penghematan biaya pada usaha tempe, agar struktur biayanya lebih efisien dan

mendapatkan keuntungan lebih besar. Salah satunya dengan menghemat biaya

perawatan, menggunakan peralatan produksi yang lebih tahan lama, dan menjaga

kebersihan peralatan.

Analisis Keuntungan

Analisis keuntungan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk

mengetahui bagaimana penerimaan yang diterima oleh suatu usaha terhadap biaya

yang dikeluarkan. Sehingga dengan analisis ini dapat diketahui apakah usaha

layak untuk tetap dijalankan atau tidak.

Amalia (2008) pada studi kasus di Desa Citeureup Kecamatan Citeureup

Kabupaten Bogor menyatakan bahwa biaya total usaha tempe pada usaha tempe

mengalami peningkatan sebesar 6.38 persen. Begitu pula dengan total biaya tunai

yang harus dikeluarkan oleh para industri mengalami peningkatan sebesar 6.41

persen. Hal ini disebabkan kedelai merupakan penggunaan input terbesar untuk

memproduksi tempe dengan proporsi atas total biaya pada kondisi sebelum dan

setelah kenaikan harga kedelai masing-masing sebesar 83.96 persen dan 87.40

persen. Penelitian yang menggunakan pendekatan Stochastic Frontier ini

menunjukkan besarnya keuntungan kotor usaha yang mengalami penurunan

sebesar 49.47 persen. Keuntungan atas biaya total merupakan keuntungan usaha

tempe. Besarnya keuntungan mengalami penurunan sebesar 50.27 persen.

Sehingga pada perhitungan R/C menghasilkan nilai lebih besar dari satu yaitu

sebesar 1.11 untuk biaya total setelah kenaikan harga kedelai dan 1.12 untuk biaya

tunai setelah kenaikan harga kedelai. Hal ini berarti bahwa usaha tempe di Desa

Citeureup ini layak untuk dijalankan.

Patmawaty (2009) melakukan penelitian pada industri tahu di Desa Bojong

Sempu Kecamatan Parung mengenai analisis keuntungan industri terhadap

kenaikan harga kedelai. Pada penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa adanya

penurunan produksi setelah kenaikan harga kedelai mengakibatkan penurunan

penerimaan total usaha yang lebih besar dari penurunan biaya usaha untuk tahu

menyebabkan keuntungan yang diterima tahu mengalami penurunan sebesar 36.11

persen untuk keuntungan tunai dan 47.12 persen untuk keuntungan bersih. Untuk

nilai R/C atas biaya tunai dan biaya total pun mengalami penurunan yaitu R/C

atas biaya tunai dari 1.48 pada kondisi sebelum terjadi kenaikan harga kedelai

menjadi 1.39 pada kondisi setelah kenaikan harga kedelai. Nilai R/C atas biaya

total mengalami penurunan 1.36 pada kondisi sebelum kenaikan harga kedelai

menjadi 1.27 setelah kenaikan harga kedelai. Namun usaha ini masih layak untuk

dijalankan karena nilai R/C masih berada diatas satu.

Ambarwangi (2013) menganalisis usaha pengrajin tahu sumedang sebelum

dan setelah kenaikan harga kedelai. Pada penelitian tersebut menunjukkan bahwa

adanya kenaikan harga kedelai berpengaruh pada struktur biaya, penerimaan,

keuntungan, dan R/C rasio serta skala usaha industri tahu. selain itu, pada uji beda

yang dilakukan diperoleh hasil bahwa hasil analisis pada berbagai tingkat skala

Page 25: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

9

usaha tidak berbeda. Hal ini disebabkan jumlah sampel kecil dan strategi yang

dilakukan juga relatif sama pada tiap skala usaha sehingga tidak mewakili seluruh

populasi yang ada di Kecamatan Tanjungsari, Sumedang.

Analisis Nilai Tambah

Analisis nilai tambah merupakan selisih dari nilai output dengan harga

bahan baku dan sumbangan input lain (Putri 2013). Analisis ini digunakan untuk

mengetahui terhadap produk apa sebaiknya suatu bahan baku diolah sehingga

menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi bagi pelaku usaha.

Pada penelitian Sinaga (2008) mengenai nilai tambah kedelai di Kabupaten

Bogor yang melakukan analisis nilai tambah kedelai menjadi produk olahan

tempe memiliki tingkat keuntungan sebesar 66.89 persen dari nilai tambah yang

merupakan keuntungan industri. Marjin yang diperoleh dari usaha tersebut adalah

sebesar Rp3 385.00. marjin ini didistribusikan 21.50 persen sebagai imbalan bagi

tenaga kerja. 35.03 persen bagi sumbangan input lain, dan 43.45 persen bagi

keuntungan industri tempe.

Menurut penelitian Tunggadewi (2009) dengan menggunakan metode

Hayami didapat perbandingan bobot berat tahu dan dengan jumlah bahan baku

pada satu hari menghasilkan faktor konversi sebesar 2.7 yang menandakan bahwa

setiap kilogram kedelai yang diolah menghasilkan 2.7 kilogram tahu. Nilai

tambah yang diperoleh dari pengolahan kedelai menjadi tahu adalah sebesar Rp6

881 per kilogram kacang kedelai dengan rasio 51 persen. Berdasarkan perhitungan

tersebut, keuntungan yang diterima usaha tahu sebesar Rp6 381 dengan bagian

keuntungan yang diperoleh adalah 92 persen. Pada kasus ini keuntungan nilai

tambah pemilik usaha tahu lebih besar dibanding keuntungan tenaga kerjanya.

Perbandingan Penelitian Dengan Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian terdahulu, untuk menganalisis dampak dari kenaikan

harga kedelai terhadap industri tahu dan tempe digunakan konsep biaya,

keuntungan, hingga perhitungan penerimaan dan biaya. Pada penelitian ini, alat

analisis yang digunakan sama dengan penelitian yang telah dilakukan oleh

Patmawaty (2009) dan Silalahi (2013). Selain itu pada penelitian ini juga akan

dihitung bagaimana nilai tambah dari industri tahu dimana analisis ini juga telah

dilakukan sebelumnya oleh Sinaga (2008) dan Tunggadewi (2009). Persamaannya

pada penelitian ini untuk menghitung nilai tambahnya sama-sama menggunakan

metode Hayami dan memiliki kesamaan dalam alat analisis yang digunakan dalam

menghitung keuntungan usaha. Namun penelitian ini berbeda tujuan dan tempat

penelitiannya dengan penelitian terdahulu.

Page 26: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

10

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Fungsi Produksi

Input merupakan faktor penting dalam proses kegiatan produksi. Suatu

usaha dapat mengubah input menjadi output dengan berbagai cara, dengan

menggunakan variasi tenaga kerja, bahan-bahan poduksi, dan modal. Hubungan

antara input produksi, proses, dan produk yang dihasilkan dapat dijelaskan

melalui kurva fungsi produksi. Fungsi produksi menunjukkan output terbesar

yang dihasilkan suatu perusahaan untuk setiap kombinasi input tertentu (Pindyck

dan Rubinfeld 2009) .

Pada industri tahu, pelaku usaha memutuskan seberapa banyak input

tertentu yang harus dibeli dengan membandingkan antara manfaat yang dihasilkan

dengan biayanya. Permintaan input industri tahu dipengaruhi oleh permintaan

konsumen akan output dari industri tahu. Jumlah input yang digunakan oleh

industri tahu bergantung pada jumlah tahu yang ingin diproduksi (Pindyck dan

Rubinfeld 2009).

Kurva fungsi produksi menjelaskan hubungan antara produk marjinal (MP),

produk rata-rata (AP), dan produk total (TP) (Lipsey et al. 1995). Kurva hubungan

antara faktor produksi dengan jumlah produksi dapat dilihat pada Gambar 2.

output

TP

input

MP, AP

MP

AP

q1 input

Sumber: Nicholson 1995

Gambar 2 di atas menjelaskan produk total yang naik secara stabil, pertama

dengan laju yang makin meningkat, kemudian dengan laju yang makin berkurang.

Hal ini menyebabkan kurva produk rata-rata dan produk marjinal mula-mula

Gambar 2 Kurva produk total, produk rata-rata, dan produk marjinal

Page 27: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

11

meningkat dan kemudian menurun. Titik produktivitas rata-rata maksimum yang

disebut juga titik menurunnya produktivitas rata-rata adalah q1 dimana pada titik

ini MP = AP.

Berdasarkan Gambar 2, apabila jumlah input variabel yang digunakan

berubah maka output pun akan berubah. Naik turunnya output yang diakibatkan

oleh penggunaan lebih banyak atau lebih sedikit suatu faktor variabel terhadap

jumlah tertentu faktor produksi. Hipotesis ini disebut sebagai hipotesis hasil lebih

yang makin berkurang (diminishing returns). Hipotesis ini menyatakan bahwa jika

makin banyak jumlah suatu faktor variabel ditetapkan untuk sejumlah tertentu

faktor yang tetap, akhirnya akan tercapai situasi dimana setiap tambahan unit

faktor variabel tersebut menghasilkan tambahan produk total dalam jumlah yang

lebih sedikit ketimbang yang dihasilkan sebelumnya (Lipsey et al. 1995).

Pada industri tahu, penambahan input kedelai pada jumlah tertentu akan

meningkatkan jumlah output tahu yang dihasilkan. Namun penambahan ini pada

akhirnya akan mencapai situasi dimana setiap penambahan kedelai tersebut akan

menghasilkan jumlah output tahu yang lebih sedikit dari sebelumnya. Hal ini

disebabkan industri tahu memiliki kapasitas produksi dalam menghasilkan suatu

output. Sehingga untuk meningkatkan jumlah output tersebut maka perlu ada

peningkatan skala produksi atau peningkatan penggunaan teknologi.

Pada suatu usaha, keuntungan maksimum diperoleh dari turunan pertama

fungsi keuntungan terhadap biaya variabel sama dengan nol. Secara matematis,

keuntungan maksimum dapat dijelaskan sebagai berikut:

= MP = 0

Berdasarkan persamaan tersebut, untuk mendapatkan keuntungan

maksimum maka MP=0. Melalui Gambar 2 dapat dijelaskan keuntungan

maksimum tersebut diperoleh ketika produk yang dihasilkan mencapai titik

optimal ketika TP optimal dimana pada saat tersebut tambahan produksi per

satuan tambahan input mencapai kondisi berada di titik nol.

Pengaruh Peningkatan Harga Input Terhadap Biaya

Nicholson (1995) membedakan konsep biaya yang terdiri dari biaya

kesempatan, biaya akuntansi dan biaya ekonomi. Biaya ekonomi yang dikeluarkan

dari suatu input merupakan nilai pembayaran yang diperlukan untuk

mempertahankan input tersebut dalam penggunaannya saat ini atau pembayaran

yang diterima input tersebut dalam penggunaan alternatif yang terbaik.

Pada analisis biaya akan dilihat dan diperhitungkan berbagai faktor yang

diperlukan atau yang harus dilakukan atau dibayarkan agar suatu usaha bisa

berjalan dengan lancar. Faktor-faktor inilah yang disebut sebagai masukan atau

input. Untuk melihat untung-rugi suatu usaha maka faktor-faktor biaya tersebut

perlu diperbandingkan dengan aneka hasil atau output yang diperoleh dari suatu

usaha (Suratiyah 2009).

Fungsi biaya produksi dalam jangka pendek menggambarkan biaya total

produksi, yaitu jumlah keseluruhan biaya tetap dan biaya variabel. Menurut

Soekartawi (1986) penggolongan biaya produksi dilakukan berdasarkan sifatnya

yaitu terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap.

Page 28: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

12

a) Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang tidak ada kaitannya dengan

jumlah barang yang diproduksi. Biaya ini harus tetap dibayar berapapun

jumlah produk yang dapat dihasilkan. Sewa lahan dan investasi seperti

peralatan, mesin, hingga bangunan termasuk dalam biaya tetap.

b) Biaya tidak tetap (variable cost) adalah biaya yang berubah apabila luas

usahanya berubah. Biaya ini muncul jika ada sesuatu barang yang

diproduksi, seperti; pengeluaran untuk benih, pupuk, dan biaya tenaga

kerja.

Biaya total adalah biaya total yang dikeluarkan untuk menghasilkan output

tertentu. Biaya total dibagi atas biaya tetap total (total fixed cost) dan biaya

variavel total (total variable cost). Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah

meskpiun outputnya berubah. Sedangkan biaya yang berkaitan langsung dengan

output, yang bertambah besar dengan meningkatnya produksi dan berkurang

dengan menurunnya produksi disebut biaya variabel (Lipsey et al 1995).

Biaya total rata-rata (average total cost) atau disebut juga biaya rata-rata

(average cost) adalah biaya total untuk menghasilkan jumlah output tertentu

dibagi dengan jumlah output tersebut. Biaya marjinal (marginal cost) adalah

kenaikan biaya total yang disebabkan oleh meningkatnya laju produksi sebesar

satu unit. Karena biaya tetap tidak berubah dengan output, maka biaya tetap

marjinal akan selalu nol. Oleh karena itu biaya marjinal jelas merupakan biaya

variabel marjinal dan berubahnya biaya tetap tidak akan mempengaruhi biaya

marjinal. Perubahan harga input mengubah kurva biaya total rata-rata dan kurva

biaya marjinal menurut Lipsey et al (1995) dapat dijelaskan dalam Gambar 3.

Biaya Total

MC1

MC0

ATC1

ATC0

0 Output

Sumber: (Lipsey et al 1995)

Pada Gambar 3 dijelaskan bahwa kurva biaya total rata-rata semula dan

kurva biaya marjinal diperlihatkan oleh ATC0 dan MC0. Kenaikan harga input

variabel seperti harga kedelai dapat menaikkan biaya produksi tiap tingkat output.

Akibatnya kurva biaya total rata-rata dan kurva biaya marjinal bergeser ke atas

menuju ATC1 dan MC1. Sebaliknya, penurunan harga input variabel akan

menggeser kurva biaya total rata-rata dan kurva biaya marjinal ke bawah; jika

kurva semula adalah ATC1 dan MC1, setelah penurunan harga input variabel

kurva tersebut akan menjadi ATC0 dan MC0. Adanya kenaikan harga kedelai juga dapat berpengaruh pada permintaan

input kedelai bagi usaha olahan kedelai. Menurut teori hukum permintaan (cateris

paribus) yang menyatakan bahwa ketika adanya kenaikan harga input maka

Gambar 3 Kurva perubahan harga input terhadap biaya

Page 29: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

13

permintaan input tersebut akan turun. Begitupula sebaliknya apabila harga input

turun maka permintaan akan input naik dengan asumsi cateris paribus dimana

semua faktor yang mempengaruhi permintaan selain harga dianggap tetap.

Sehingga pada usaha tahu kondisi permintaan input juga dapat dipengaruhi oleh

kenaikan harga kedelai. Ketika harga kedelai naik, industri dapat mengurangi

jumlah pembelian kedelai sehingga produksi output tahu pun menurun. Hal ini

untuk menghindari tingginya total biaya yang akan dikeluarkan industri agar

penerimaan yang diterima industri tidak terlalu rendah dan industri tetap

mendapatkan untung.

Pengaruh Peningkatan Harga Input Terhadap Keuntungan

Kurva biaya menunjukkan biaya produksi minimum pada berbagai tingkat

output. Biaya ini mencakup biaya eksplisit maupun biaya implisit. Biaya eksplisit

merupakan pengeluaran aktual yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk membeli

atau menyewa input yang diperlukan. Sedangkan biaya implisit merupakan nilai

input yang dimiliki dan digunakan oleh perusahaan dalam proses produksinya

(Salvatore 2006).

Biaya tetap total (TFC) mencerminkan seluruh kewajiban atau biaya yang

ditanggung oleh perusahaan per unit waktu atas semua input tetap. Biaya variabel

total (TVC) adalah seluruh biaya yang ditanggung oleh perusahaan per unit waktu

atas semua input variabel yang digunakan. Hubungan antara biaya tetap, biaya

variabel, dan biaya total tersebut secara matematis dapat dirumuskan sebagai

berikut:

TC = TVC + TFC

Dimana: TC = Total Cost (Biaya Total)

TFC = Total Fixed Cost (Biaya Tetap Total)

TVC = Total Variable Cost (Biaya Variabel Total)

Berdasarkan persamaan di atas, dapat dijelaskan mengenai hubungan antara

biaya tetap, biaya variabel, dan biaya total. Ketika terjadi kenaikan harga input

akan menyebabkan biaya variabel total meningkat. Jika biaya variabel total

meningkat maka biaya total juga akan meningkat. Kurva total biaya tetap

berbentuk horizontal dari kiri ke arah kanan yang menandakan bahwa nilainya

tetap. Sedangkan kurva biaya total variabel dan biaya tetap membentuk

melengkung menghadap ke atas. Hal ini disebabkan ketika adanya penambahan

jumlah biaya produksi maka kurva TVC0 akan bergeser ke TVC1. Sehingga

mengakibatkan kurva TC0 ikut bergeser ke TC1. Ketika terjadi pergeseran dari

TVC0 ke TVC1 dan TC0 ke TC1 akibat adanya kenaikan harga input berupa

kedelai maka jumlah keuntungan yang diterima industri tahu akan semakin

berkurang. Hubungan antar biaya tersebut juga dapat dinyatakan dalam kurva

biaya yang ditunjukkan pada Gambar 4.

Page 30: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

14

TR, TC, TVC

TC1

TC0

TR

TVC1

TVC0

TFC

0 Output

Sumber: (Salvatore 2006)

Keuntungan yang diterima industri merupakan hasil pengurangan antara

penerimaan dengan biaya total yang dikeluarkan. Dengan adanya peningkatan

biaya total akan menyebabkan jumlah keuntungan bersih yang diterima industri

akan berkurang. Hal ini didukung dengan sulitnya menaikkan harga tahu di pasar

oleh para industri tahu sehingga cara yang dilakukan adalah dengan memperkecil

ukuran tahu tersebut. Memperkecil ukuran ini bertujuan agar industri tetap dapat

menghasilkan jumlah output optimal disaat adanya kenaikan harga kedelai.

Apabila keuntungan industri menurun maka hal ini akan berpengaruh

terhadap efisiensi usaha. Hal ini dapat ditunjukkan oleh nilai R/C dimana semakin

besar nilai R/C maka akan semakin efisien usaha yang dilakukan. Semakin efisien

suatu usaha maka akan semakin menguntungkan dan layak usaha tersebut

dijalankan. Namun apabila keuntungan menurun maka efisiensi usahanya pun

berkurang sehingga usaha tersebut bisa jadi tidak layak untuk dijalankan.

Keuntungan Usaha

Keuntungan adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya dalam suatu

usaha (Soekartawi 1995). Analisis keuntungan digunakan untuk mengetahui

tingkat keuntungan yang diperoleh dari kegiatan produksi. Usaha atau kegiatan

dapat dikatakan efisien apabila mencapai keuntungan maksimum. Analisis yang

digunakan pada penelitian ini adalah analisis keuntungan usaha. Ada dua tujuan

utama dari analisis keuntungan yaitu untuk menggambarkan keadaan sekarang

dalam suatu usaha dan menggambarkan keadaan yang akan datang dari

perencanaan usaha tersebut.

Pada menganalisis keuntungan usaha, prinsip yang paling penting adalah

adanya keterangan mengenai kondisi penerimaan dan pengeluaran. Penerimaan

didapat dari hasil perkalian jumlah produksi dengan harga satuan komoditi

tersebut. Sedangkan pengeluaran usaha dapat diperoleh dari nilai penggunaan

faktor produksi dan berapa besar penggunaannya pada proses produksi tersebut.

Analisis keuntungan umumnya digunakan untuk mengevaluasi kegiatan

usaha dalam satu tahun. Menurut Soekartawi (1986), ukuran keuntungan usaha

dapat dijabarkan sebagai berikut:

Gambar 4 Kurva total biaya variabel , total biaya tetap, dan biaya total

terhadap keuntungan

Page 31: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

15

1. Penerimaan adalah nilai uang yang diterima dari penjualan produk.

2. Pengeluaran adalah jumlah uang yang dibayarkan pembelian barang dan

jasa usaha.

3. Pengeluaran total usaha yaitu nilai semua masukan yang habis terpakai

atau dikeluarkan di dalam produksi. Pengeluaran tidak tetap (variabel

cost) didefinisikan sebagai pengeluaran yang digunakan untuk produk

tertentu dan jumlahnya berubah-ubah sebanding dengan besarnya

produksi produk tersebut. Sedangkan pengeluaran tetap (fixed cost)

adalah pengeluaran usaha yang tidak bergantung pada besarnya produksi.

4. Keuntungan usaha adalah selisih antara penerimaan dan pengeluaran

total usaha.

Analisis Penerimaan dan Biaya (R/C)

Gaspersz (2000) mendefinisikan penerimaan total sebagai total uang yang

dibayarkan kepada produsen untuk suatu produk dan dihitung sebagai perkalian

antara harga produk (P) dan kuantitas produk yang diminta (Q) dan dinotasikan

sevagai total revenue (TR).

Penerimaan usaha adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan

harga jual. Penerimaan usaha dibagi atas penerimaan tunai usaha dan penerimaan

total usaha. penerimaan tunai usaha merupakan nilai uang yang diterima dari

penjualan produk. Sedangkan penerimaan total usaha adalah penjumlahan antara

penerimaan tunai dengan penerimaan yang diperhitungkan pada suatu usaha.

Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut (Soekarwati 1995):

TR = Y x Py

dimana:

TR = Total penerimaan

Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usaha

Py = Harga Y

Analisis R/C rasio dapat dilakukan untuk menunjukkan besar penerimaan

usaha yang diperoleh untuk setiap rupiah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan

usaha. Analisis rasio penerimaan dan biaya dapat mengukur tingkat keuntungan

relatif suatu usaha, apakah usaha menguntungkan atau tidak. Semakin besar nilai

R/C rasio maka semakin besar pula penerimaan usaha yang diterima untuk setiap

biaya yang dikeluarkan. Apabila nilai R/C > 1 berarti bahwa setiap tambahan

biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih

besar dibanding tambahan biaya. Sebaliknya apabila R/C < 1 maka setiap

tambahan biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan yang

lebih kecil dari tambahan biaya. Namun jika R/C = 1 maka setiap tambahan biaya

yang dikeluarkan sama dengan tambahan penerimaan yang diperoleh sehingga

mencapai keuntungan normal.

Analisis Nilai Tambah

Hayami et al (1987) menyatakan bahwa nilai tambah adalah selisih antara

komoditas yang mendapat perlakuan pada tahap tertentu dengan nilai korbanan

yang digunakan selama proses berlangsung. Sumber-sumber dari nilai tambah

Page 32: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

16

adalah pemanfaatan faktor-faktor seperti tenaga kerja, modal, sumberdaya

manusia, dan manajemen. Pada kegiatan subsistem pengolahan, alat analisis yang

sering digunakan adalah alat analisis nilai tambah.

Metode Hayami merupakan suatu metode yang menjelaskan nilai tambah

dan analisis pemasaran secara kualitatif dan kuantitatif yang kemudian dilakukan

pengolahan dan analisis data. Nilai tambah yang dihasilkan pada pengolahan

barang dan jasa adalah selisih antara nilai akhir suatu produk (nilai output) dengan

nilai bahan baku dan input lainnya. Nilai tambah tidak hanya digunakan untuk

menganalisis besarnya nilai tambah yang didapatkan, tetapi juga menganalisis

distribusi terhadap faktor produksi yang digunakan. Sebagian dari perhitungan

nilai tambah merupakan balas jasa (imbalan) bagi tenaga kerja, dan sebagian

lainnya merupakan keuntungan pemilik usaha. Metode analisis Hayami adalah

metode yang umum digunakan untuk menganalisis nilai tambah pada subsistem

pengolahan. Alat analisis ini dikemukakan oleh Hayami dengan kelebihan sebagai

berikut:

1. Dapat diketahui produktivitas dan produksinya (rendemen dan efisiensi

tenaga kerja)

2. Lebih tepat digunakan untuk proses pengolahan produk-produk

pertanian

3. Dapat dimodifikasi untuk nilai tambah selain subsistem pengolahan

4. Dapat diketahui balas jasa bagi pemilik-pemilik faktor produksi

Analisis nilai tambah merupakan metode perkiran sejauh mana bahan baku

yang mendapat perlakuan mengalami perubahan nilai. Nilai tambah dapat

dilakukan pada produk pertanian dimana sifat produk tersebut mudah rusak dan

volume besar. Dalam analisis nilai tambah, ada tiga komponen pendukung yaitu

faktor konversi yang menunjukkan banyak output yang dihasilkan dari satu-satuan

input, faktor koefisien tenaga kerja yang menunjukkan banyaknya tenaga kerja

langsung yang diperlukan untuk mengolah satu-satuan input, dan nilai produk

yang menunjukkan nilai output yang dihasilkan dari satu-satuan input.

Menurut Hayami et al (1987), analisis nilai tambah pengolahan produk

pertanian dapat dilakukan dengan cara sederhana, yaitu melalui perhitungan nilai

tambah per kilogram bahan baku untuk satu kali pengolahan yang menghasilkan

produk tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tambah untuk pengolahan

dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu faktor teknis dan faktor pasar. Faktor

teknis yang berpengaruh adalah kapasitas produksi, jumlah bahan baku yang

digunakan dan tenaga kerja. Sedangkan faktor pasar yang berpengaruh ialah

harga output, upah kerja, harga bahan baku, dan nilai input lain selain bahan baku

dan tenaga kerja. Nilai input lain adalah nilai dari semua korbanan selain bahan

baku dan tenaga kerja yang digunakan selama proses pengolahan berlangsung.

Nilai ini mencakup biaya modal dan gaji pegawai tak langsung.

Kerangka Pemikiran Operasional

Kedelai merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang memiliki

permintaan cukup tinggi di Indonesia. Namun adanya peningkatan harga kedelai

dapat berdampak kepada pelaku usaha pengolahan kedelai menjadi produk

Page 33: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

17

turunan kedelai seperti tahu. Usaha yang bergerak dipengolahan kedelai

menggunakan kedelai sebagai bahan baku utamanya. Adanya kenaikan harga

kedelai berpengaruh kepada pembelian faktor-faktor input yang digunakan dalam

kegiatan produksi.

Kenaikan harga kedelai mempengaruhi biaya produksi yang harus

dikeluarkan oleh industri tahu dalam setiap satu kali produksi. Hal ini juga diduga

berpengaruh kepada jumlah pembelian input yang digunakan oleh industri tahu di

Desa Leuweung Kolot. Kenaikan harga jual tahu dipengaruhi oleh adanya

kenaikan total biaya produksi yang dikeluarkan oleh industri tahu sehingga

mereka menurunkan atau bahkan menambah jumlah produk yang dihasilkan.

Biaya produksi yang meningkat memicu pemilihan dan penetapan strategi yang

dilakukan oleh industri dengan memperkecil ukuran tahu yang dijual atau

menaikkan harga jual tahu tersebut.

Perubahan yang terjadi pada harga jual tahu akan merubah total penerimaan

yang diterima industri tahu sebagai pengaruh adanya peningkatan harga kedelai.

Berdasarkan perubahan nilai yang terjadi pada total biaya dan penerimaan tersebut

dapat dilihat bagaimana keuntungan yang diperoleh oleh industri tahu akibat

kenaikan harga kedelai. Selain itu dari total biaya produksi dan output tahu yang

juga dapat diketahui nilai tambah yang mampu dihasilkan oleh industri tahu.

Mengacu pada perumusan masalah sebelumnya maka penelitian ini

menganalisis pengaruh kenaikan harga kedelai terhadap keuntungan dan nilai

tambah industri tahu. Analisis keuntungan industri tahu dilakukan di Desa

Leuweung Kolot Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Selain

menganalisis struktur biaya industri tahu, juga dilakukan analisis keuntungan

menggunakan alat analisis berupa analisis keuntungan usaha dan analisis R/C

rasio. Selain itu juga akan dianalisis nilai tambah dari kedelai terhadap produk

olahan tahu menggunakan metode Hayami untuk melihat bagaimana nilai tambah

tahu sebelum dan setelah adanya kenaikan harga kedelai tersebut. Kerangka

pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 5.

Page 34: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

18

Gambar 5 Kerangka pemikiran operasional

Industri Tahu

Peningkatan harga kedelai

Perubahan volume produksi

dan harga jual

Peningkatan Harga Kedelai

Keuntungan Industri Tahu

Efisiensi Biaya Industri Tahu

Nilai Tambah Industri Tahu

Output

Tahu

Biaya

Variabel

Harga

Input

Input

Produksi

Harga

Ouput

Biaya

Tetap

Penerimaan Biaya Total

Page 35: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

19

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Leuweung Kolot, Kecamatan Cibungbulang,

Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi didasarkan pada pertimbangan bahwa desa

tersebut adalah salah satu sentra industri tahu di Kabupaten Bogor. Berdasarkan

data laporan tahunan KOPTI diperoleh data bahwa Kecamatan Cibungbulang

memiliki kebutuhan kedelai tiap bulannya sebesar 97 350 kg. Kegiatan

pengambilan data penelitian dilakukan pada bulan Maret 2014 hingga April 2014.

Jumlah kebutuhan kedelai pada rekap anggota KOPTI Kabupaten Bogor dapat

dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Rekap Anggota KOPTI Kabupaten Bogor per wilayah pelayananan tahun

2012 Wilayah Pelayanan Jumlah Anggota Jumlah Tenaga Kerja Kebutuhan Kedelai

(kg/bulan)

Leuwiliang 39 175 99 750

Ciampea 62 235 130 350

Cibungbulang 34 185 97 350

Jasinga 20 106 83 100

Dramaga 19 84 45 000

Sumber: KOPTI 2013

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dari hasil obervasi langsung di lapang,

wawancara langsung dengan industri tahu mengenai profil usaha dan kondisi

usaha sebelum dan setelah terjadinya kenaikan harga kedelai yang dilakukan

melalui penyebaran kuisioner terstruktur kepada industri tahu yang dipandu oleh

peneliti. Data sekunder diperoleh dari literatur-literatur buku, website, jurnal yang

relevan dengan penelitian dan data-data dari dinas atau instansi terkait seperti

Dinas Pertanian Kabupaten Bogor, KOPTI Kabupaten Bogor, Badan Pusat

Statistik, Perpustakaan LSI Institut Pertanian Bogor, dan media informasi lainnya

yang berkaitan dengan penelitian.

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam analisis keuntungan dan nilai tambah dilakukan

melalui pengamatan langsung dan wawancara kepada industri tahu terkait.

Pengambilan responden dilakukan dengan metode sensus yaitu industri tahu di

Desa Leuweung Kolot yang melakukan pengolahan kedelai menjadi tahu. Jumlah

responden yang digunakan berjumlah 25 orang sesuai dengan jumlah populasi

industri tahu di Desa Leuweung Kolot. Perhitungan analisis keuntungan dihitung

dalam waktu satu bulan (30 hari) produksi usaha tahu.

Page 36: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

20

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan

kuantitatif. Data kualitatif disajikan dalam bentuk deskriptif analitik untuk

mendukung data kuantitatif. Data kuantitatif disajikan dalam bentuk tabulasi yang

ditransfer dari hasil wawancara dan penyebaran kuesioner yang kemudian

dilakukan pengolahan data menggunakan kalkulator dan Microsoft Excel yang

kemudian diinterpretasikan. Pada penelitian ini akan dilakukan analisis berupa

analisis struktur biaya, analisis keuntungan, analisis penerimaan dan biaya, dan

analisis nilai tambah.

Analisis Struktur Biaya

Analisis struktur biaya dilakukan dengan mengelompokkan biaya-biaya

yang terjadi pada suatu kegiatan usaha. Biaya tetap (fixed cost) dapat dihitung

dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Soekartawi 1995):

FC = ∑

dimana:

FC = biaya tetap

Xi = jumlah fisik dari input yang membentuk biaya tetap

Pxi = harga input

n = macam input

Total biaya merupakan penjumlahan dari biaya tetap total (TFC) dan biaya

variabel total (TVC). Penjumlahan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut

(Salvatore 2006):

TC = TFC + TVC

dimana:

TC = Biaya tetap (total cost)

TFC = Biaya tetap total (total fixed cost)

TVC = Biaya variabel total (total variable cost)

Total biaya rata-rata (average cost) dapat dihitung dengan menjumlahkan

biaya tetap rata-rata (average fixed cost) dengan biaya variabel rata-rata (average

variable cost). Sistematika perumusan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut

(Salvatore 2006):

AC = AFC + AVC

dimana:

AC = average cost

AFC = average fixed cost

AVC = average variable cost

Analisis Keuntungan

Keuntungan adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya. Keuntungan

yang diterima oleh industri bergantung pada besarnya total biaya yang

dikeluarkan dan penerimaan yang diterima. Saat nilai penerimaan yang diterima

Page 37: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

21

lebih besar dari total biaya maka industri memperoleh keuntungan sebesar

pengurangan penerimaan dan total biaya. Menurut (Soekartawi 1995),

perhitungan keuntungan dapat dirumuskan sebagai berikut :

Pd = TR – TC

dimana:

Pd = Keuntungan usaha

TR = Total penerimaan

TC = Total biaya

Keuntungan dihitung sebagai total penerimaan dikurangi dengan total biaya

yang telah dikeluarkan, dimana hasil dalam keuntungan ini merupakan

keuntungan rata-rata industri tahu. Biaya total terdiri dari biaya tetap dan biaya

variabel. Biaya variabel terdiri dari pengeluaran untuk kedelai, bahan bakar,

garam, sioko, kunyit, sepuhan, tepung oncom, kemasan, dan upah tenaga kerja.

Biaya tetap terdiri dari penyusutan, transportasi, listrik, dan sewa bangunan.

Analisis Penerimaan dan Biaya (R/C Rasio)

Analisis penerimaan dan biaya (R/C Rasio) digunakan untuk mengetahui

seberapa besar penerimaan yang mungkin dihasilkan dari setiap satu rupiah yang

dikeluarkan. Analisis keuntungan selalu diikuti dengan pengukuran efisiensi.

Pengukuran efisiensi usaha terhadap setiap penggunaan satu unit input dapat

digambarkan oleh nilai rasio antara jumlah penerimaan dengan jumlah biaya

(R/C). R/C rasio yang dihitung pada penelitian ini terdiri dari R/C atas biaya total.

Perhitungan ini dapat dirumuskan sebagai berikut (Soekartawi 1995):

dimana:

R = Revenue atau penerimaan (Rp)

C = Cost atau pengeluaran (Rp)

Apabila nilai R/C lebih besar dari 1, maka usaha tersebut layak untuk

dijalankan. Begitupula sebaliknya, apabila nilai R/C lebih kecil dari 1, maka usaha

tersebut tidak layak untuk dijalankan.

Pada struktur biaya, penyusutan merupakan biaya yang penting dan

diperhitungkan. Perhitungan biaya penyusutan didasarkan pada metode yang

digunakan. Perhitungan penyusutan digunakan untuk menghitung biaya yang

hilang atas penggunan alat-alat untuk melakukan kegiatan produksi dalam suatu

usaha. Untuk menghitung penyusutan, dapat digunakan rumus sebagai berikut

(Prawirokusumo 1990):

Page 38: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

22

Analisis Statistik Uji T-Paired

Pada analisis statistik, pengujian hipotesis dapat dilakukan menggunakan

beberapa jenis uji statistik yang disesuaikan dengan jenis data. Uji t adalah

statistik parametis yang digunakan untuk menguji hipotesis komparatif rata-rata

dua sampel bila datanya berbentuk interval atau ratio (Sugiyono 2003). Uji t

digunakan untuk menguji hipotesa komparatif pada sampel kecil dan varian

populasi yang tidak diketahui. Pada uji t, sampel yang digunakan harus

mempunyai distribusi sebaran normal. Uji t untuk menganalisis perbedaan

keuntungan dan R/C rasio menggunakan paired sample t-test. Uji t-paired

membandingkan rata-rata dari suatu sampel yang berpasangan (tidak saling bebas)

pada sebuah kelompok sampel dengan subyek yang sama namun mengalami dua

perlakuan yang berbeda (Siagian dan Sugiarto 2006). Pengujian t-paired

digunakan untuk pengujian “before-after” dan “with-without” (Atmaja L.S. 2009).

Uji t yang digunakan merupakan uji t dua sampel (uji komparatif) untuk

membandingkan apakah kedua variabel berbeda atau tidak (Riduwan 2009).

Pengujian hipotesis untuk sampel tak bebas sebagai sampel berpasangan (paired

samples) dapat dilakukan dengan prosedur pengujian sebagai berikut (Supranto

2009):

1. Merumuskan H0 dan H1 sebagai berikut:

H0 : µ1 = µ2

H1 : µ1 ≠ µ2

2. Menentukan α, dan nilai tα dari tabel dengan df = n – 1 dimana taraf nyata

yang digunakan adalah 5%.

3. Menentukan nilai statistik uji menggunakan rumus:

dimana:

= rata-rata beda

n = banyaknya data

Sd = standar deviasi dari beda

4. Membuat kesimpulan dengan cara membandingkan nilai kriteria uji t yang

dihitung dengan nilai t dari tabel dengan kriteria uji dua arah:

Jika t-hitung < t-tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Jika t-hitung > t-tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Uji perbedaan pada penelitian ini dilakukan pada industri tahu di Desa

Leuweung Kolot, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Uji ini dilakukan

untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan pada keuntungan

dan nilai R/C rasio sebelum dan setelah kenaikan harga kedelai pada industri tahu

tersebut. Perhitungan ini menggunakan data keuntungan dan R/C rasio dari

masing-masing responden sebanyak 25 orang. Pengujian hipotesisnya dapat

dijabarkan sebagai berikut:

a. Uji beda pada keuntungan

µ1 = rata-rata keuntungan sebelum kenaikan harga kedelai

µ2 = rata-rata keuntungan setelah kenaikan harga kedelai

dengan hipotesis:

H0 = Tidak ada perbedaan signifikan antara rata-rata keuntungan sebelum

dan setelah kenaikan harga kedelai

Page 39: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

23

H1 = Ada perbedaan signifikan antara rata-rata keuntungan sebelum dan

setelah kenaikan harga kedelai

b. Uji beda pada R/C rasio

µ1 = rata-rata R/C rasio sebelum kenaikan harga kedelai

µ2 = rata-rata R/C rasio setelah kenaikan harga kedelai

dengan hipotesis:

H0 = Tidak ada perbedaan signifikan antara rata-rata R/C rasio sebelum dan

setelah kenaikan harga kedelai

H1 = Ada perbedaan signifikan antara rata-rata R/C rasio sebelum dan

setelah kenaikan harga kedelai

Analisis Nilai Tambah

Nilai tambah adalah pertambahan nilai suatu komoditi karena adanya input

fungsional pada komoditi yang bersangkutan. Input fungsional tersebut berupa

proses mengubah bentuk (form utility), memindahkan tempat (place utility), dan

manyimpan (time utility) (Hayami et al 1987). Perhitungan nilai tambah akan

dilakukan pada proses pengolahan kedelai pada industri tahu dengan tujuan untuk

mengukur besarnya nilai tambah yang terjadi akibat adanya proses pengolahan

kedelai menjadi tahu dengan mempertimbangan kenaikan harga yang

mempengaruhi biaya produksi dan variabel input lainnya. Analisis nilai tambah

menurut metode Hayami dapat dilihat dalam Tabel 5.

Tabel 5 Nilai tambah menurut metode Hayami

No. Variabel Nilai

A. Output, Input, dan Harga

1. Output (kg/tahun) A

2. Bahan baku (kg/tahun) B

3. Tenaga kerja (HOK/tahun) C

4. Faktor konversi (1/2) d = a/b

5. Koefisien tenaga kerja (3/2) e = c/b

6. Harga output (Rp/kg) F

7. Upah rata-rata tenaga kerja (Rp/HOK) G

B. Keuntungan dan keuntungan (Rp/kg bahan baku)

8. Harga bahan baku H

9. Sumbangan input lain I

10. Nilai output (4 x 6) j = d x f

11. a) Nilai tambah (10 – 9 – 8) k = j – h – i

b) Rasio nilai tambah l % = (m/k) x 100%

12. a) Imbalan tenaga kerja (5 x 7) m = e x g

b) Bagian tenaga kerja {(12a/11a) x 100%} n % = (m/k) x 100%

13. a) Keuntungan (11a – 12a) o = k – m

b) Tingkat keuntungan {(13a/11a) x 100%} p % = (o/k) x 100%

C. Balas Jasa Faktor Produksi

14. Marjin (10 – 8) q = j – h

a) Keuntungan tenaga kerja r % = (m/q) x 100%

b) Sumbangan input lain s % = (i/q) x 100%

c) Keuntungan perusahaan t % = (o/q) x 100%

Sumber : Hayami et al (1987)

Page 40: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

24

Perhitungan nilai tambah dianalisis menggunakan metode Hayami. Variabel

yang terkait dalam analisis nilai tambah yaitu faktor konversi, koefisien tenaga

kerja, nilai produk, dan nilai input lain. Faktor konversi menunjuk pada

banyaknya tahu yang dapat dihasilkan dari satu kilogram kedelai. Koefisien

tenaga kerja sebagai ukuran jam kerja yang diperlukan untuk mengolah satu

kilogram kedelai. Nilai produk dan nilai input lain diinterpretasikan secara

berurutan sebagai nilai tahu per kilogram kedelai yang digunakan dan nilai input

lain selain kedelai dan tenaga kerja yang langsung digunakan bagi kegiatan

produksi.

Nilai tambah merupakan selisih dari nilai tahu dengan nilai kedelai dan

input lain. Rasio nilai tambah terhadap produk tahu menunjukkan persentase nilai

tambah dari nilai produk tahu tersebut. Selain itu, imbalan tenaga kerja merupakan

imbalan yang diterima oleh tenaga kerja untuk mengolah satu kilogram kedelai.

Keuntungan pada tabel metode Hayami menunjukkan bagian yang diterima

pengusaha.

GAMBARAN UMUM PENELITIAN

Gambaran Umum Desa Leuweung Kolot

Desa Leuweung Kolot merupakan salah satu desa yang terletak di

Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Secara

geografis, Desa Leuweung Kolot berbatasan langsung dengan Desa Ciaruteun Ilir

di bagian utara. Di bagian selatan Desa Leuweung Kolot ini berbatasan dengan

Desa Girimulya, Desa Cimanggu di bagian barat, dan Desa Cibadak di bagian

timur.

Desa Leuweung Kolot memiliki wilayah seluas 189 Ha yang terdiri dari 2

Kampung, 6 RW, dan 25 RT. Kampung yang terdapat di Desa Leuweung Kolot

ini adalah Kampung Pos dan Kampung Cipakel. Berdasarkan laporan akhir tahun

2013, Desa Leuweung Kolot ini terdiri dari 1 869 kepala keluarga dengan jumlah

penduduk laki-laki sebanyak 3 353 orang dan penduduk perempuan sebanyak 3

595 orang.

Desa Leuweung Kolot memiliki tingkat curah hujan sebanyak 2 000

mm/tahun dengan ketinggian tempat 3 000 m dari permukaan laut. Luas wilayah

pertanian di desa ini lebih tinggi dibanding lahan yang lain, yakni sekitar 105 Ha

merupakan tanah sawah, 44 Ha tanah kering, dan 1,87 Ha tambak/kolam. Hal ini

didukung oleh potensi irigasi yang dimiliki oleh Desa Leuweung Kolot. Potensi

irigasi yang digunakan untuk irigasi pertanian terdiri dari sungai dan mata air.

Penduduk setempat hampir seluruhnya menggunakan mata air sebagai sumber

untuk memenuhi kebutuhan air rumah tangga sehingga hampir setiap rumah tidak

menggunakan PAM namun memiliki sanyo sebagai alat bantu menarik air dari

mata air tersebut.

Pada lahan pertanian di Desa Leuweung Kolot cenderung lebih banyak

ditanami oleh ubi jalar, ubi kayu, dan kacang tanah. Namun berdasarkan mata

pencahariannya, penduduk di Desa Leuweung Kolot sebagian besar bermata

pencaharian sebagai pedagang. Hal ini terlihat dari banyaknya Usaha Kecil dan

Page 41: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

25

Menengah (UKM) yang terbentuk di desa ini terutama usaha di bidang produk

turunan kedelai seperti tahu dan tempe. Industri tahu dan tempe di desa ini

dianggap bermatapencaharian sebagai pedagang. Data mata pencaharian

penduduk Desa Leuweung Kolot dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Mata pencaharian penduduk Desa Leuweung Kolot

Mata Pencaharian Jumlah

PNS 45

Pensiun 20

Petani 661

Pedagang 1 854

Jasa Industri -

Sumber: Laporan Tahunan Desa Leuweung Kolot (2013)

Berdasarkan data pada Tabel 6 diatas, mata pencaharian penduduk di Desa

Leuweung Kolot sekitar 1 854 orang berprofesi sebagai pedagang, 661 orang

sebagai petani, 20 orang pensiun, dan 45 orang sebagai PNS. Data ini mendukung

banyaknya industri tahu di Desa Leuweung Kolot yang pelaku usahanya juga

berprofesi sebagai pedagang dengan menjual tahunya di pasar. Pelaku industri

tahu di desa ini tidak hanya sebagai produsen penghasil tahu tapi juga sebagai

pedagang yang menjual tahunya dipasar. Profesi pelaku industri tahu ini dianggap

sebagai pedagang. Dengan demikian, banyaknya industri di Desa Leuweung Kolot

sebagai salah satu sentra industri tahu juga didukung dari data yang ada.

Gambaran Umum Usaha Tahu Desa Leuweung Kolot

1. Karakteristik Pelaku Industri Tahu

Responden dalam penelitian ini berjumlah 25 orang industri tahu di Desa

Leuweung Kolot, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Karakteristik

industri meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan,

lama usaha, dan cara pemasaran. Seluruh responden yang diwawancarai selama

penelitian merupakan penduduk Desa Leuweung Kolot dan menjalankan usaha

pembuatan tahu.

Responden industri tahu di Desa Leuweung Kolot dikelompokkan menjadi 6

kelompok, yaitu kelompok umur 20-29 tahun, 30-39 tahun, 40-49 tahun, 50-59

tahun, 60-69 tahun, dan 70-79 tahun. Tingkat umur dapat mempengaruhi kinerja

seseorang. Umur produktif seseorang yakni antara 20-60 tahun. Pada Tabel 6

terlihat bahwa responden di Desa Leuweung Kolot masih berumur produktif

dimana jumlah responden industri tahu terbanyak berada pada kelompok umur 30-

39 tahun sebanyak 8 orang (32.00 persen) dan kelompok umur 60-69 tahun

sebanyak 7 orang (28.00 persen). Pada kelompok umur 60-69 tahun dan 70-79

tahun, responden hanya berperan sebagai pemilik. Sedangkan untuk aktivitas

produksinya dilakukan oleh tenaga kerja yang bekerja di pabrik tersebut. Untuk

kelompok umur lainnya, pemilik pabrik tahu ikut berperan dalam pembuatan tahu

sehingga pada kelompok ini industri tahu masih aktif bekerja. Data tersebut

menunjukkan bahwa usaha tahu di Desa Leuweung Kolot sebagian besar

dijalankan oleh kelompok umur 30-39 tahun sebesar 32.00 persen. Karakteristik

pelaku industri tahu dapat dilihat pada Tabel 7.

Page 42: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

26

Tabel 7 Karakteristik responden pelaku industri tahu Uraian Kategori Jumlah Responden (orang) Persentase (%)

Kelompok

Umur

20-29 1 4.00

30-39 8 32.00

40-49 3 12.00

50-59 5 20.00

60-69 7 28.00

70-79 1 4.00

Jenis

Kelamin

Laki-laki 23 92.00

Perempuan 2 8.00

Tingkat

Pendidikan

Tidak Sekolah 2 8.00

SD 17 68.00

SMP 1 4.00

SMA 5 20.00

Jumlah

Tanggungan

keluarga

1 6 24.00

2 6 24.00

3 5 20.00

4 4 16.00

5 1 4.00

6 1 4.00

7 2 8.00

Lama

Usaha

≤ 10 7 28.00

11 ≤ 0 ≤ 20 11 44.00

≥ 21 7 28.00

Berdasarkan data pada Tabel 7 yang merupakan hasil survey terhadap 25

orang industri tahu di Desa Leuweung Kolot diperoleh hasil bahwa sebagian besar

pemilik usaha tahu di desa ini adalah laki-laki sebanyak 23 orang dan 2 orang

perempuan. Hal ini disebabkan karena peran laki-laki sebagai kepala rumah

tangga yang bertugas untuk mencari nafkah bagi keluarganya. Sedangkan istri

berperan sebagai ibu rumah tangga yang turut membantu suami dalam

menjalankan usahanya. Untuk responden perempuan hanya berperan sebagai

pemilik pabrik tahu namun tidak ikut dan secara maksimal dalam proses

pembuatan tahu.

Karakteristik responden industri tahu juga dapat dilihat dari tingkat

pendidikan. Tingkat pendidikan responden di Desa Leuweung Kolot yang

dijadikan sebagai responden dalam penelitian, sebagian besar didominasi oleh

lulusan SD yakni sebanyak 17 orang (68.00 persen). Berdasarkan data ini dapat

dilihat bahwa banyaknya responden dengan pendidikan SD tidak mempengaruhi

keberhasilan usaha karena usaha tahu tidak membutuhkan keterampilan yang

tinggi dan bisa dipelajari dengan mudah bahkan sudah diwarisi oleh keluarga

terdahulu secara turun-temurun.

Selain itu, untuk jumlah tanggungan keluarga yang dimiliki oleh responden

industri tahu dapat berpengaruh signifikan terhadap usaha yang dijalankan.

Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka akan semakin tinggi biaya

yang dikeluarkan oleh responden untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

Ditambah lagi usaha tahu di Desa Leuweung Kolot ini sebagian besar merupakan

usaha skala kecil dimana kebanyakan dari industri tahu menjadikan usaha ini

sebagai mata pencaharian utama sehingga mereka tidak memiliki penghasilan

tambahan. Jumlah tanggungan keluarga responden di desa ini cukup beragam.

Responden paling banyak memiliki jumlah tanggungan sebanyak 1 orang dan 2

orang dengan persentase yang sama yaitu 24.00 persen. Untuk jumlah tanggungan

Page 43: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

27

lainnya berjumlah lebih kecil karena sebagian besar penduduk di desa ini tidak

memperhatikan pendidikan anak-anaknya sehingga untuk anak perempuan lebih

cepat menikah dan tidak menjadi tanggungan keluarga lagi.

Lama usaha industri tahu di Desa Leuweung Kolot cukup beragam.

Responden yang menjalani usaha kurang dari 10 tahun adalah sebanyak 7 orang

(28.00 persen). Pada kelompok ini merupakan responden yang masih berumur

muda dan baru memulai usaha menjadi industri tahu. Alasan responden ini

memilih menjadi industri tahu ada yang karena turun-temurun dari keluarga atau

sebagai mata pencaharian utama untuk memenuhi kebutuhan keluarga karena

tidak memiliki keahlian yang tinggi. Pada kelompok usaha 11 sampai 20 tahun

adalah sebanyak 11 orang (44.00 persen). Sedangkan pada kelompok usaha lebih

dari 21 tahun ada sebanyak 7 orang (28.00 persen). Pada kelompok ini sebagian

besar terdiri dari industri yang usahanya merupakan turun-temurun dari keluarga.

Responden memlih usaha ini untuk melanjutkan usaha keluarganya yang sudah

dipertahankan dari generasi sebelumnya.

Cara memasarkan produk tahu bagi industri tahu di Desa Leuweung Kolot

dilakukan dengan menjual produk tahu ke pedagang yang ada di pasar, berkeliling

ke rumah-rumah warga, dan menjual sendiri produknya di pasar. Industri yang

menjual produknya ke pasar biasanya pasar-pasar yang dituju adalah pasar

Bubulak, Dramaga, Leuwiliang, Ciampea, Jumat, Jasinga, Merdeka, Bogor,

hingga pasar Cigudeg. Cara pemasaran yang dilakukan industri dengan membuka

lapak dan menjualnya sendiri di pasar atau menjual produknya melalui perantara

ke pedagang-pedagang yang ada di pasar yang sudah menjadi langganannya.

Industri yang menjual ke pasar akan mengeluarkan biaya transportasi untuk

menyewa angkutan umum. Sedangkan industri yang memasarkan dengan cara

berkeliling tidak mengeluarkan biaya transportasi. Sebaran responden berdasarkan

cara pemasarannya dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Karakteristik responden berdasarkan cara pemasaran Pemasaran Jumlah responden Persentase (%)

Pasar 24 96.00

Keliling 1 4.00

Jumlah 25 100.00

Pada Tabel 8 di atas dapat dilihat bahwa dari 25 industri tahu yang menjadi

responden, 24 diantaranya memasarkan tahunya di pasar baik yang menjual

sendiri maupun yang menjualnya melalui perantara pedagang-pedagang yang ada

di pasar. sedangkan 1 responden lainnya menjual tahu dengan cara berkeliling di

desa menggunakan kayu panggul sehingga biaya yang dikeluarkan lebih kecil dan

target pembelinya pun hanya sebatas warga desa.

Sistem pembayaran bagi industri yang menjual secara berkeliling dan

menjual produknya sendiri di pasar adalah secara tunai karena ia menjual

langsung produknya ke pembeli dan langsung dibayar. Sedangkan untuk industri

yang menjual produknya melalui pedagang yang ada di pasar, mereka ada yang

membayar secara tunai dan ada juga yang membayar setelah tahu habis terjual.

Kadang untuk beberapa pedagang ada yang membayar hanya sebanyak tahu yang

berhasil terjual. Tahu yang tersisa biasanya dikembalikan lagi ke industri tahu

sehingga penerimaan industri tahu pun berkurang.

Page 44: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

28

Proses Produksi Tahu

Industri tahu di Desa Leuweung Kolot menggunakan mesin dan peralatan

yang masih sederhana. Peralatan yang digunakan terdiri dari mesin penggiling,

tahang, ember, ebek, cetakan, jirigen, kuali, drum, saringan, dan siantai. Peralatan

tersebut merupakan peralatan yang sering digunakan oleh industri tahu saat

melakukan produksi tahunya sehari-hari.

Tahap dalam proses produksi tahu diawali dengan merendam kedelai kurang

lebih selama 7-8 jam di dalam ember agar kedelai menkadi empuk ketika dimasak.

Biasanya kedelai direndam pada malam hari agar bisa digunakan untuk produksi

pada esok paginya. Setelah direndam, kedelai kemudian dicuci menggunakan air

bersih untuk membersihkan kotoran pada kacang kedelai yang tersisa. Kebersihan

kacang kedelai harus dijaga karena dapat mempengaruhi hasil olahan kedelainya.

Kemudian kedelai yang telah dibersihkan digiling dengan menggunakan mesing

penggiling. Proses penggilingan ini dapat memakan waktu sekitar 15 hingga 20

menit per 10 kilogram kedelai. Pada responden industri tahu di Desa Leuweung

Kolot, semua industri telah memiliki mesin penggiling sendiri baik dibeli baru

maupun bekas sehingga tidak memerlukan biaya untuk penggilingan kedelai.

Setelah proses penggilingan, kedelai yang sudah hancur tersebut

dimasukkan ke dalam kuali untuk direbus. Air yang digunakan untuk merebus

kedelai harus air bersih yang telah mendidih agar bubur kedelai dapat masak

sempurna. Perebusan kedelai sebaiknya tidak dilakukan sekaligus tetapi bertahap

agar dapat menghasilkan kualitas tahu yang baik. Untuk bahan bakar yang

digunakan, industri di desa tempat penelitian menggunakan bahan bakar berupa

kayu bakar. Industri tahu bisanya menggunakan kayu bakar yang lebih banyak

agar proses memasak kedelai tidak memakan waktu cukup lama. Kedelai yang

telah dimasak kemudian berubah menjadi bubur kedelai yang encer kemudian

disaring dengan menggunakan saringan dan ditampung ke dalam tahang. Setelah

kedelai disaring dan dimasukkan ke dalam tahang, maka dtambahkan air sehingga

volume kedelai yang encer semakin bertambah.

Bubur kedelai yang telah disaring ke dalam tahang selanjutnya akan

dilakukan proses penggumpalan. Untuk industri tahu di Desa Leuweung kolot

sebagian menggunakan sioko dan sebagian lagi menggunakan air biang sebagai

bahan penggumpal bubur kedelainya. Sioko merupakan bahan penggumpal buatan

yang biasa dibeli industri di warung terdekat. Sedangkan air biang merupakan air

yang diperoleh dari hasil proses penggumpalan terakhir yang berada dibagian atas

dari sisa penggumpalan. Sehingga industri yang menggunakan air biang tidak

mengeluarkan biaya untuk membeli bahan penggumpal buatan atau sioko. Sioko

atau air biang ini berperan sebagai koagulen untuk menggumpalkan bubur kedelai.

Penggunaan sioko atau air biang biasanya disesuaikan oleh kebutuhan industri

tahu. Industri tahu cenderung lebih memilih menggunakan sioko karena dapat

menghasilkan tahu yang lebih banyak. Bubur kedelai yang telah digumpalkan

menggunakan sioko atau air biang harus diperhatikan proses pengadukannya.

Semakin lama maka adukannya pun akan semakin pelan. Untuk tahu putih

biasanya diperlukan pengadukan yang lebih lama dan penambahan sioko atau air

biang.

Setelah menggumpal, bubur tahu tersebut kemudian dicetak menggunakan

cetakan atau dibungkus menggunakan kain dan dilakukan pengempresan untuk

Page 45: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

29

mengurangi jumlah air dalam bubur tahu dan membentuk ukuran tahu. Besarnya

ukuran cetakan berbeda-beda tergantung ukuran tahu yang ingin dihasilkan.

Untuk tahu yang dibungkus, industri cukup membungkusnya dengan kain yang

kemudian dikempres agar mengurangi kandungan airnya. Sedangkan pada tahu

yang dicetak, industri harus memasukkan terlebih dahulu tahu tersebut ke dalam

cetakan. Setelah dilakukan pengempresan tahu tersebut lalu diiris dengan

menggunakan pisau atau penggaris. Tahu yang sudah jadi kemudian diletakkan di

atas ebek untuk pengeringan.

Pada industri tahu putih maka proses produksinya akan berhenti setelah tahu

dikeringkan. Namun untuk industri tahu kunyit atau tahu kuning makasetelah

proses tahu dibentuk dan dikeringkan tadi kemudian tahu diberi kunyit atau

sepuhan sebagai pewarna sesuai dengan permintaan konsumen. Kunyit atau

sepuhan ini diberikan melalui perebusan ulang dari tahu yang sudah dibentuk dan

dikeringkan pada air mendidih yang sudah dicampur dengan kunyit atau sepuhan.

Setalah direbus kemudian tahu direndam didalam air dan siap untuk dijual.

Kebutuhan Peralatan Produksi

Peralatan yang digunakan untuk memproduksi tahu di Desa Leuweung

Kolot masih tergolong sederhana. Peralatan yang digunakan mampu

menghasilkan kuantitas produk yang bermacam-macam. Kedelai yang diproduksi

di desa ini berkisar antara 20 kg hingga 400 kg per hari. Untuk 20 kg kedelai

mampu menghasilkan sekitar 42 kg tahu per produksi, sedangkan penggunakan

400 kg kedelai dapat menghasilkan hingga 1000 kg tahu tiap produksinya.

Kuantitas tahu tersebut tidak hanya ditentukan dari kondisi kacang kedelainya

namun juga dipengaruhi oleh efisiensi penggunaan peralatan produksi. Peralatan

yang biasa digunakan dalam proses pembuatan tahu meliputi mesin penggiling,

tahang, kuali, saringan, siantai, drum, ember, cetakan, jirigen, dan ebek.

Mesin penggiling yang digunakan oleh industri tahu di Desa Leuweung

Kolot berupa mesin penggiling baru dan bekas. Tiap industri rata-rata

menggunakan 1 unit mesin untuk produksinya. Mesin yang digunakan berbahan

bakar solar atau bensin. Untuk industri tahu dengan kapasitas produksi lebih besar,

mereka menggunakan mesin yang berkulitas lebih bagus. Harga rata-rata mesin

penggiling yang dibeli oleh industri tahu sebesar Rp4 792 000 per unitnya. Masa

pakai dari mesin berbeda-beda tergantung mesinnya baru atau bekas. Namun rata-

rata penggunaan mesin biasanya tahan hingga 218 bulan atau sekitar 18 tahun

hingga mesin benar-benar rusak atau tidak terpakai lagi.

Peralatan produksi selanjutnya adalah tahang dan saringan. Tahang

memiliki fungsi yang sama dengan saringan untuk menampung bubur kedelai.

Nilai pembelian rata-rata untuk tahang adalah sebesar Rp456 000 per unitnya

dengan total pembelian kurang lebih 3 unit. Tahang memiliki umur ekonomis

selama 77 bulan. Untuk nilai pembelian saringan Rp 25 080 dengan pembelian

rata-rata 4 unit. Saringan yang digunakan merupakan kain berwarna putih yang

memiliki rongga-rongga rapat yang mampu menyaring bubur kedelai agar terpisah

dari sarinya. Karena saringan terbuat dari kain, maka umur ekonomisnya pun

lebih kecil yaitu 4 bulan.

Page 46: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

30

Ember dan jirigen merupakan alat yang digunakan oleh industri untuk

memasarkan tahunya. Alat ini digunakan untuk membawa tahu yang sudah jadi ke

pasar atau digunakan untuk berkeliling. Industri rata-rata memiliki 5 ember dan 13

jirigen. Harga rata-rata untuk pembelian ember sebesar Rp13 640 per unit

sedangkan untuk jirigen industri rata-rata mebeli dengan harga Rp22 380 per

unitnya. Untuk umur ekonomisnya, ember dan jirigen memiliki masa pakai yang

tidak berbeda jauh. Ember memiliki umur ekonomis bulan 6 sedangkan jirigen

umur ekonomisnya adalah 10 bulan.

Peralatan produksi untuk drum, tidak digunakan oleh semua industri karena

industri lebih memilih untuk menggunakan ember atau jirigen yang bisa dibeli

dengan harga yang murah walaupun umur ekonomisnya lebih kecil. Harga rata-

rata drum adalah sebesar Rp42 000 per unitnya dimana tiap industri hanya

memiliki 1 unit drum dengan masa pakai drum sekitar 7 bulan.

Peralatan lainnya seperti ebek, cetakan, siantai adalah alat yang terbuat dari

kayu atau bambu yang sering digunakan industri dalam memproduksi tahu. Ebek

yang terbuat dari bambu digunakan untuk meletakkan tahu yang akan dikeringkan

sehingga masa pakainya tidak lama sekitar 14 bulan. Di Desa Leuweung Kolot,

industri memiliki 24 unit ebek dengan harga pembelian per unit sebesar Rp26 620.

Untuk siantai, industri biasanya hanya menggunakan 1 siantai selama produksi.

Mereka membeli siantai ini dengan harga Rp152 800 tiap unitnya dan dapat

digunakan kurang lebih selama 30 bulan. Sedangkan untuk cetakan industri rata-

rata membeli dengan harga Rp167 800 dengan masing-masing memiliki sebanyak

10 unit. Cetakan ini biasanya dapat digunakan rata-rata sekitar 15 bulan masa

pakai. Peralatan selanjutnya adalah kuali. Kuali yang dibeli oleh industri memiliki

masa pakai selama 27 bulan. Industri memiliki 2 unit kuali dengan harga

pembelian Rp201 000 tiap unitnya. Kebutuhan peralatan produksi untuk industri

tahu di Desa Leuweung Kolot dapat dilihat pada Lampiran 1.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Struktur Biaya Usaha Tahu

Suatu kegiatan produksi berkaitan erat dengan biaya yang dikeluarkan

selama pelaksanaan kegiatan produksi suatu usaha. Analisis pengaruh kenaikan

harga kedelai pada usaha produksi tahu di Desa Leuweung Kolot dilakukan untuk

mengetahui seberapa besar pengaruh kenaikan harga kedelai tersebut terhadap

keuntungan dan nilai tambah yang dilihat dari struktur biaya usaha tahu tersebut.

Biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi tahu meliputi pembelian kedelai,

sioko, garam, bahan bakar, tenaga kerja, transportasi, listrik, sewa bangunan, dan

biaya penyusutan peralatan produksi.

Biaya produksi adalah semua biaya yang dikeluarkan oleh industri tahu

selama proses produksi berlangsung. Biaya produksi merupakan penjumlahan dari

biaya variabel dan biaya tetap. Besarnya biaya produksi bergantung pada jumlah

dan harga input yang digunakan oleh industri. Biaya variabel dan biaya tetap

dapat dilihat dari jumlah alokasi biaya yang dibutuhkan selama proses produksi

berlangsung.

Page 47: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

31

Biaya Variabel Usaha Tahu

Biaya variabel usaha tahu bergantung pada jumlah produksi yang dihasilkan

oleh industri tahu. Biaya ini meliputi biaya pembelian kedelai, sioko, garam,

kunyit, sepuhan, bahan bakar, hingga tenaga kerja. Kenaikan harga kedelai

menyebabkan harga kedelai meningkat dari Rp 7 368 per kilogram menjadi Rp 9

000 per kilogram. Kondisi ini juga berpengaruh terhadap beberapa biaya yang ikut

berubah setelah adanya kenaikan harga kedelai.

Pada industri tahu di Desa Leuweung Kolot adanya kenaikan harga kedelai

tidak mengurangi jumlah produksi mereka. Penggunaan input untuk pembuatan

kedelai pun tidak mengalami perubahan saat sebelum dan setelah kenaikan harga

kedelai. Dengan kata lain, jumlah produksi yang dihasilkan oleh industri tahu di

Desa Leuweung Kolot tetap. Industri tahu di desa penelitian memilih untuk

berproduksi tetap karena adanya strategi yang telah dilakukan oleh industri tahu di

desa tersebut. Strategi yang dilakukan berupa menaikkan harga jual tahu dan

memperkecil ukuran tahu yang dihasilkan. Setelah adanya penerapan terhadap

strategi tersebut, industri tahu di Desa Leuweung Kolot dapat mempertahankan

usahanya dan tetap memperoleh keuntungan. Penggunaan input rata-rata per

responden dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Rata-rata penggunaan input sebelum dan setelah kenaikan harga kedelai

industri tahu di Desa Leuweung Kolot

Biaya Variabel Satuan

Sebelum Kenaikan

Harga Kedelai

(Satuan/bulan)

Setelah Kenaikan

Harga Kedelai

(Satuan/bulan)

Kedelai Kg 2 875.2 2 875.2

Sioko Kg 82.2 82.2

Garam Kg 99 99

Solar Liter 71.4 71.4

Bensin Liter 10.2 10.2

Kayu Bakar M3 12.3 12.3

Kunyit Kg 20.4 20.4

Sepuhan Kg 6 6

Kemasan Pak 25,2 25,2

Tenaga Kerja Jam 1 212 1 212

Tepung Oncom Kg 4.5 4.5

Keuntungan yang diperoleh industri tahu di Desa Leuweung Kolot diperoleh

dari pengurangan penerimaan dan total biaya yang dikeluarkan industri. Pada

Tabel 10 dapat dilihat rata-rata biaya variabel yang dikeluarkan oleh masing-

masing industri tahu sebelum dan setelah kenaikan harga.

Berdasarkan tabel tersebut biaya variabel yang tidak mengalami perubahan

setelah kenaikan harga kedelai adalah sioko, garam, kayu bakar, kunyit, sepuhan,

dan tepung oncom. Sedangkan biaya yang berubah akibat adanya kenaikan harga

kedelai adalah berupa biaya pembelian kedelai, bahan bakar seperti solar dan

bensin, dan kemasan dan tenaga kerja. Untuk komponen biaya bahan bakar,

kenaikan biaya bahan bakar bukan disebabkan adanya kenaikan harga kedelai.

Namun kenaikan harga kedelai hampir bersamaan dengan ketetapan pemerintah

untuk menetapkan kenaikan harga BBM. Sehinngga biaya untuk input bahan

bakar ikut meningkat. Biaya ini merupakan rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh

tiap responden saat sebelum dan setelah kenaikan harga kedelai selama satu bulan.

Page 48: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

32

Biaya rata-rata yang dikeluarkan oleh tiap industri untuk pembelian kedelai

meningkat sebesar 18.60 persen yaitu dari Rp21 063 600 menjadi Rp25 876 800.

Biaya yang dikeluarkan disebabkan adanya perubahan harga kedelai yang hampir

mencapai kenaikan sebesar Rp2 000, sehingga biaya yang dikeluarkan industri

untuk membeli kedelai juga mengalami peningkatan.

Pada komponen biaya bahan bakar, industri tahu di tempat penelitian

menggunakan solar dan bensin. Sebagian besar dari industri menggunakan solar

sehingga biaya rata-rata yang dikeluarkan selama sebulan lebih besar dibanding

bensin. Perubahan biaya yang dikeluarkan untuk solar adalah sebesar 22.48 persen

setelah adanya kenaikan harga yaitu dari biaya Rp347 700 naik menjadi Rp448

500. Sedangkan penggunaan bensin sebelum dan setelah kenaikan harga kedelai

mengalami perubahan sebesar 25.52 persen. Penggunaan solar menurun terlihat

dari berkurangnya biaya yang dikeluarkan setelah harga kedelai naik. Hal ini

didasarkan pada kenaikan harga solar yang ditetapkan oleh pemerintah lebih

rendah dibanding harga bensin yaitu sebesar Rp1 000 per liter. Sedangkan untuk

bensin harganya naik sebesar Rp2 000 per liternya. Rata-rata biaya variabel

sebelumd an setelah kenaikan harga kedelai dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Rata-rata biaya variabel sebelum dan setelah kenaikan harga kedelai

industri tahu di Desa Leuweung Kolot

Biaya Variabel Sebelum kenaikan harga

kedelai (Rp/bulan)

Setelah kenaikan harga

kedelai (Rp/bulan)

Persentase

Perubahan

(%)

Kedelai 21 063 600 25 876 800 18.60

Sioko 190 920 190 920 0.00

Garam 216 540 216 540 0.00

Solar 347 700 448 500 22.48

Bensin 53 400 71 700 25.52

Kayu Bakar 2 964 627.89 2 964 627.89 0.00

Kunyit 122 400 122 400 0.00

Sepuhan 15 600 15 600 0.00

Kemasan 181 200 241 200 24.88

Tenaga Kerja 5 544 000 5 604 000 1.07

Tepung Oncom 19 500 19 500 0.00

Total Biaya Variabel 30 719 487.89 35 771 787.89 14.12

Apabila dilihat dari data Tabel 10 di atas, komponen biaya terbesar yang

dikeluarkan oleh industri tahu di Desa Leuweung Kolot adalah biaya tenaga kerja.

Untuk sistem upah tenaga kerja dalam dan luar keluarga tidak ada perbedaan yang

signifikan. Sistem upah pada industri tahu di Desa Leuweung Kolot menggunakan

upah per hari sesuai jumlah produksinya. Upah industri tahu per hari berkisar

antara Rp 15 000 hingga Rp 70 000 per orang. Adanya kenaikan harga kedelai

tidak membuat semua industri tahu menaikkan upah tenaga kerja. Hanya beberapa

responden saja yang memilih untuk menaikkan upah tenaga kerjanya. Hal ini

terlihat dari sedikitnya perbedaan kenaikan biaya yang dikeluarkan untuk tenaga

kerja saat sebelum dan setelah kenaikan harga. Sehingga biaya tenaga kerja yang

dikeluarkan hanya berubah sebesar 1.07 persen yaitu dari Rp5 544 000 naik

menjadi Rp5 604 000 per bulan.

Komponen biaya variabel selanjutnya adalah biaya kemasan. Biaya

kemasan ini dikeluarkan oleh industri tahu yang menjual sendiri produknya di

pasar atau berkeliling desa. Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara dengan

Page 49: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

33

responden, biaya kemasan termasuk pada salah satu biaya variabel yang berubah

akibat adanya kenaikan harga kedelai. Rata-rata biaya kemasan yang dikeluarkan

oleh industri mengalami perubahan sebesar 24.88 persen. Biaya kemasan

termasuk pada biaya variabel karena jumlah tahu yang diproduksi berpengaruh

pada jumlah pembelian kemasan yang dilakukan oleh industri tahu. Apabila tahu

yang diproduksi lebih sedikit maka industri membeli kemasannya tidak terlalu

banyak.

Berdasarkan komponen biaya variabel di atas dapat dinyatakan bahwa

adanya kenaikan harga kedelai menyebabkan biaya variabel pun ikut meningkat

sebesar 14.12 persen bagi tiap responden industri tahu dari Rp30 719 487.89

menjadi Rp35 771 787.89. Hal ini disebabkan adanya kenaikan jumlah biaya

pembelian kedelai yang meningkat diikuti dengan komponen biaya-biaya lain

yang berubah sesuai kondisi lapang. Kenaikan harga kedelai ini tidak

menyebabkan penurunan produksi karena industri di Desa Leuweung Kolot

memilih strategi untuk menaikkan harga jual tahu dan memperkecil ukuran tahu

sehingga mereka tetap memproduksi tahu dengan jumlah kedelai yang sama.

Biaya Tetap Usaha Tahu

Biaya tetap merupakan biaya yang tidak bergantung pada jumlah produksi

yang dihasilkan. Biaya tetap yang dikeluarkan oleh industri tahu terdiri dari biaya

penyusutan peralatan produksi, biaya transportasi, biaya listrik, dan biaya sewa

bangunan. Biaya tetap pada kenyataannya tidak semua dibayarkan secara tunai,

namun tetap diperhitungkan dalam analisis biaya. Biaya yang diperhitungkan

tersebut berupa biaya penyusutan alat dan biaya sewa bangunan.

Biaya transportasi termasuk dalam biaya tetap karena biaya transportasi di

tempat penelitian tidak dipengaruhi oleh besarnya jumlah produksi tahu yang

dihasilkan. Berikut data mengenai jumlah rata-rata biaya tetap yang dikeluarkan

oleh industri tahu di Desa Leuweung Kolot dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Rata-rata biaya tetap industri tahu di Desa Leuweung Kolot

Biaya tetap

Sebelum kenaikan

harga kedelai

(Rp/bulan)

Setelah kenaikan

harga kedelai

(Rp/bulan)

Persentase

Perubahan

(%)

Biaya transportasi 867 000 1 172 400 26.05

Biaya listrik 65 000 65 000 0.00

Sewa bangunan 120 000 120 000 0.00

Biaya penyusutan peralatan 356 247.64 356 247.64 0.00

Total biaya tetap 1 408 247.64 1 713 647.64 17.82

Pada Tabel 11 dapat dilihat komponen biaya tetap rata-rata yang

dikeluarkan oleh industri tahu di Desa Leuweung Kolot. Berdasarkan data tersebut

biaya tetap yang dikeluarkan menjadi lebih tinggi setelah adanya kenaikan harga

kedelai. Peningkatan biaya ini disebabkan adanya kenaikan biaya transportasi

seiring dengan kenaikan harga kedelai.

Sebelum kenaikan harga kedelai, biaya transportasi yang dikeluarkan oleh

industri tahu tiap bulannya sebesar Rp867 000. Biaya ini dikeluarkan oleh industri

untuk menyewa angkutan mobil. Biaya transportasi tiap industri berbeda-beda

didasarkan pada jarak tempuh dari tempat produksi ke tempat pemasaran. Pada

Page 50: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

34

industri tahu yang memasarkan produknya dengan cara berkeliling tidak

mengeluarkan biaya transportasi karena pemasarannya menggunakan kayu yang

dipanggul keliling desa sehingga tidak menggunakan biaya untuk membeli bahan

bakar. Setelah kenaikan harga kedelai, biaya transportasi yang dikeluarkan oleh

industri pun meningkat karena adanya kenaikan harga BBM. Kenaikan ini

berdampak pada biaya tetap yang dikeluarkan oleh industri yang meningkat.

Biaya transportasi industri tahu setalah kenaikan harga kedelai naik menjadi Rp1

172 400 tiap bulannya. Selain itu, biaya listrik yang dikeluarkan oleh industri tahu

digunakan untuk lampu, air, dan dinamo. Biaya ini tidak bergantung pada jumlah

kedelai yang diproduksi sehingga meskipun ada penambahan atau pengurangan

produksi. Rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh industri tahu untuk membayar

listrik sebesar Rp65 000 per bulan.

Komponen biaya tetap selanjutnya adalah biaya sewa bangunan. Dari 25

responden industri tahu di Desa Leuweung Kolot, 24 diantaranya memiliki pabrik

sendiri dan hanya 1 orang yang menyewa bangunan sebagai tempat pelaksanaan

kegiatan produksinya. Sehingga rata-rata biaya sewa bangunan yang dikeluarkan

oleh industri tiap bulannya sebesar Rp 120 000. Biaya penyusutan peralatan

produksi tetap diperhitungkan pada struktur biaya tetap industri tahu. Rata-rata

biaya penyusutan peralatan yang dikeluarkan oleh industri tahu adalah sebanyak

Rp356 247.64. Sehingga total biaya tetap rata-rata yang dikeluarkan oleh industri

tahu di Desa Leuweung Kolot adalah sebesar Rp1 408 247.64 sebelum kenaikan

harga kedelai dan sebesar Rp1 713 647.64 setelah kenaikan harga kedelai dengan

persentase perubahan sebesar 17.82 persen.

Biaya Total Usaha Tahu

Biaya produksi usaha tahu merupakan penjumlahan dari total biaya variabel

dan total biaya tetap. Besaran biaya total yang dikeluarkan oleh industri tahu

sebelum dan setelah kenaikan harga kedelai dapat dilihat pada Tabel 12.

Berdasarkan tabel tersebut, jumlah biaya total rata-rata yang dikeluarkan oleh

industri selama sebulan sebelum kenaikan harga kedelai adalah sebesar Rp32 127

735.53. Setelah kenaikan harga kedelai, total biaya mengalami peningkatan

menjadi Rp37 485 435.53. Total biaya produksi yang dikeluarkan industri tahu

tersebut meningkat sebesar 14.29 persen. Kenaikan biaya ini dikarenakan adanya

peningkatan pengeluaran pada biaya variabel seperti biaya kedelai, bahan bakar,

kemasan, dan tenaga kerja. Biaya tetap juga mengalami peningkatan karena

adanya kenaikan biaya transportasi sehingga total biaya produksi setelah kenaikan

harga kedelai pun meningkat.

Tabel 12 Rata-rata total biaya produksi usaha tahu sebelum dan setelah kenaikan

harga kedelai di Desa Leuweung Kolot

Komponen biaya Sebelum kenaikan harga

kedelai (Rp/bulan)

Setelah kenaikan harga

kedelai (Rp/bulan)

Persentase

Perubahan

(%)

Biaya variabel 30 719 487.89 35 771 787.89 14.12

Biaya tetap 1 408 247.64 1 713 647.64 17.82

Total biaya produksi 32 127 735.53 37 485 435.53 14.29

Page 51: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

35

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa total biaya produksi

yang dikeluarkan oleh industri tahu di Desa Leuweung Kolot mengalami

peningkatan setelah adanya kenaikan harga kedelai. Apabila dibandingkan dengan

penelitian terdahulu, penelitian Patmawaty (2009) menganalisis bahwa biaya total

produksi yang dikeluarkan menurun karena jumlah produksi tahunya juga

menurun. Penurunan produksi pada penelitian tersebut lebih besar dibanding

peningkatan biaya pengeluaran untuk kedelai. Kondisi tersebut berbeda dengan

penelitian ini karena biaya total produksi yang dikeluarkan meningkat disebabkan

jumlah produksi yang tetap namun harganya meningkat meskipun tidak seluruh

input mengalami kenaikan harga.

Penerimaan, Keuntungan dan R/C Rasio Usaha Tahu di Desa Leuweung

Kolot

Penerimaan merupakan hasil perkalian antara jumlah output yang

diproduksi dengan tingkat harga dari produk tersebut. Analisis penerimaan

bertujuan untuk melihat keragaan dari usaha pembuatan tahu. Penerimaan yang

diterima oleh industri tahu di tempat penelitian tidak hanya berupa hasil penjualan

tahu tetapi penerimaannya juga didapat dari hasil penjualan oncom dan ampas

yang berasal dari sisa pembuatan tahu. Dari 25 responden, hanya 6 orang

responden yang memilih memanfaatkan ampas tahu untuk diolah menjadi oncom.

Sedangkan 19 responden lainnya menjual ampas tahu sebagai residu dari

pembuatan tahu. Industri tahu di Desa Leuweung Kolot yang membuat oncom

hanya mengeluarkan biaya untuk pembelian tepung oncom. Mereka tidak

mengeluarkan biaya untuk membeli ragi oncom karena ragi oncom tersebut

mereka dapat dari oncom yang sudah dibuat yang kemudian diuraikan kembali

menjadi ragi. Sehingga industri tidak mengeluarkan biaya untuk pembelian ragi

oncom tersebut. Harga jual untuk satu oncom berkisar antara Rp500 hingga

Rp2000 tergantung dari ukuran oncom yang dijual industri. Berdasarkan data

penjualan oncom yang dilakukan oleh industri tahu di Desa Leuweung Kolot,

maka rata-rata penerimaan oncom bagi industri tahu sebelum dan setelah kenaikan

harga tidak mengalami perubahan yaitu sebesar Rp510 000 per bulan. Penerimaan

oncom tidak mengalami perubahan karena biaya dari pembuatan oncom yaitu

berupa tepung oncom tidak mengalami kenaikan harga dan produksi industri pun

tidak berkurang sehingga penerimaan oncomnya tetap. Rata-rata penerimaan

industri tahu sebelum dan setelah kenaikan harga keelai dapat dilihat pada Tabel

13.

Tabel 13 Rata-rata penerimaan industri tahu sebelum dan setelah kenaikan harga

kedelai di Desa Leuweung Kolot

Penerimaan Industri

Tahu

Output

sebelum

kenaikan

harga

kedelai(kg)

Output

setelah

kenaikan

harga

kedelai(kg)

Sebelum

Kenaikan

Harga Kedelai

(Rp/bulan)

Setelah

Kenaikan

Harga Kedelai

(Rp/bulan)

Persentase

Perubahan

(%)

Tahu 310.22 310.56 36 497 335.20 45 642 616.80 20.04

Oncom 510 000 510 000 0.00

Ampas Tahu 1 587 000 1 587 000 0.00

Total Penerimaan 38 594 335.20 47 739 616.80 19.16

Page 52: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

36

Ampas tahu yang dihasilkan oleh industri dijual sesuai dengan jumlah

kedelai yang mereka gunakan per harinya. Sebagian industri ada yang menjual

ampasnya dalam bentuk saringan seharga Rp3 500 – Rp6 000 per saringan.

Namun ada juga yang menjual per karung dengan kisaran harga Rp10 000 hinga

Rp20 000. Berdasarkan data pada Tabel 13, penerimaan industri untuk ampas tahu

adalah sebesar Rp1 587 000 per bulan. Penerimaan ampas tahu juga tidak

mengalami perubahan karena harga ampas tahu tidak dipengaruhi oleh kenaikan

harga kedelai.

Respon industri tahu di Desa Leuweung Kolot terhadap kenaikan harga

kedelai yaitu dengan menaikkan harga jual atau memperkecil ukuran tahu

sehingga menyebabkan output yang dihasilkan industri tahu sebelum kenaikan

harga kedelai sebesar 310.22 kg dan setelah kenaikan harga kdelai 310.56 kg tahu.

Namun sebagian besar industri memilih untuk menaikkan harga jual karena

dengan naiknya harga jual tahu, industri mampu menutupi biaya yang dikeluarkan

yang bertambah akibat adanya kenaikan harga kedelai. Strategi yang dilakukan

oleh industri tahu tersebut berdampak kepada penerimaan yang diterima oleh

industri. Untuk ukuran tahu yang kecil, industri bisa menaikkan harga Rp 50

hingga Rp 100 per biji tahu. sedangkan untuk ukuran tahu yang lebih besar,

beberapa industri bahkan bisa menaikkan harga Rp 200 sampai Rp 700 per biji

tahu. Keputusan menaikkan harga dilakukan oleh industri sesuai dengan

kesepakatan antar industri. Kenaikan harga jual ini membuat penerimaan tahu

rata-rata industri saat sebelum kenaikan harga kedelai sebesar Rp36 497 335.20

berubah menjadi Rp45 642 616.80 setelah kenaikan harga kedelai. Sehingga total

penerimaan rata-rata industri di Desa Leuweung Kolot mengalami perubahan

sebesar 19.16 persen atau berubah dari Rp38 594 335.20 menjadi Rp47 739

616.80 per bulan.

Saat menghadapi kenaikan harga kedelai, industri tahu di Desa Leuweung

Kolot tidak melakukan pengurangan dalam jumlah produksi tahunya. Namun

mereka memilih untuk menaikkan harga jual atau memperkecil ukurannya dengan

jumlah pembelian kedelai yang sama dengan saat sebelum kenaikan harga kedelai.

Kondisi ini membuat penerimaan rata-rata industri tahu meningkat begitu pula

dengan biaya total rata-rata yang dikeluarkan oleh industri tahu. Pada Tabel 14

dapat dilihat keuntungan yang diterima oleh industri tahu setelah adanya

pengurangan dari total penerimaan yang diterima dengan biaya total yang

dikeluarkan industri.

Tabel 14 Efisiensi rata-rata biaya industri tahu sebelum dan setelah kenaikan

harga kedelai di Desa Leuweung Kolot

Uraian

Sebelum Kenaikan Harga

Kedelai (Rp/bulan)

Setelah Kenaikan Harga

Kedelai (Rp/bulan)

Persentase

Perubahan

(%)

Total Penerimaan 38 594 335.20 47 739 616.80 19.16

Total Biaya 32 127 735.53 37 485 435.53 14.29

Keuntungan 6 466 599.67 10 254 181.27 36.94

R/C atas total biaya 1.31 1.41 7.09

Berdasarkan data tersebut, keuntungan rata-rata yang diterima oleh industri

tahu di Desa Leuweung Kolot berubah sebesar 36.94 persen dari Rp6 466 599.67

menjadi Rp10 254 181.27 per bulan. Adanya strategi yang sudah dilakukan oleh

Page 53: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

37

industri tahu saat kenaikan harga kedelai membuat keuntungan yang diterima oleh

industri tersebut meningkat.

Selain adanya peningkatan keuntungan, keberhasilan usaha tahu di Desa

Leuweung Kolot pun meningkat dapat dilihat dari analisis penerimaan atas total

biaya yang dikeluarkan tiap industri responden berupa nilai R/C. R/C diperoleh

dari hasil perbandingan antara rata-rata total penerimaan dengan total biaya yang

dikeluarkan. Nilai R/C pada industri tahu di tempat penelitian ini dapat dikatakan

efisien karena besaran R/C yang diperoleh lebih dari satu. Nilai rata-rata R/C rasio

tersebut dapat dilihat pada Tabel 14 di atas. Dilihat dari nilai R/C sebelum dan

setelah kenaikan harga kedelai mengalami kanaikan sebesar 0.1. Saat sebelum

kenaikan harga kedelai nilai R/C dari usaha tahu di Desa Leuweung Kolot adalah

sebesar 1.31. Setelah kenaikan harga kedelai, nilai R/C usaha tahu pun meningkat

menjadi 1.41. Peningkatan nilai R/C ini disebabkan karena adanya peningkatan

dari penerimaan total yang diterima industri diikuti dengan peningkatan biaya

total yang dikeluarkan oleh industri tahu dalam satu bulan produksi.

Nilai R/C sebelum kenaikan harga kedelai sebesar 1.31 memiliki arti bahwa

jika industri tahu menambah biaya produksinya sebesar Rp131.00 maka

penerimaan industri akan meningkat sebesar Rp131.00. Sedangkan setelah terjadi

kenaikan harga kedelai industri memperoleh tambahan penerimaan sebesar

Rp141.00. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa industri tahu di Desa

Leuweung Kolot saat sebelum dan setelah kenaikan harga kedelai adalah efisien

dan layak untuk dijalankan.

Meningkatnya keuntungan industri tahu di Desa Leuweung Kolot ini sama

halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Patmawaty (2009). Pada penelitian

yang dilakukan pada industri tahu di Desa bojong Sempu Kecamatan Parung

tersebut, keuntungan yang diterima oleh industri tahu meningkat hingga 60.54

persen. Peningkatan keuntungan pada penelitian Patmawaty lebih besar dibanding

penelitian ini dimana persentase perubahannya keuntungannya hanya sebesar

36.03 persen. Pada penelitian terdahulu peningkatan keuntungan disebabkan

adanya penurunan jumlah produksi untuk menutupi biaya yang dikeluarkan

akibatnya kenaikan harga kedelai. Sedangkan pada penelitian penulis,

peningkatan keuntungan didasarkan pada strategi yang dilakukan oleh industri

responden berupa menaikkan harga jual tahu dan memperkecil ukuran tahu yang

di produksi.

Analisis Uji Beda T-Paired

Analisis uji beda digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan

yang signifikan atau tidak terhadap rata-rata keuntungan dan R/C rasio pada

industri tahu di Desa Leuweung Kolot saat sebelum dan setelah kenaikan harga

kedelai. Berdasarkan prosedur pengujian hipotesis, sebelumnya dilakukan uji

normal untuk mengetahui apakah data dalam penelitian menyebar secara normal

atau tidak. Hasil uji normal terhadap rata-rata keuntungan dan R/C rasio dari

industri tahu di Desa Leuweung Kolot dinyatakan telah memenuhi asumsi

menyebar normal. Hal ini terlihat dari hasil pengujian menggunakan SPSS 20

yang menunjukkan bahwa nilai asymp.sig (2-tailed) lebih besar dari taraf nyata (5

Page 54: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

38

persen). Hal ini berarti bahwa distribusi populasi pada penelitian ini menyebar

normal.

Pada data tersebut terlihat bahwa nilai asymp.sig (2-tailed) pada keuntungan

sebelum kenaikan harga kedelai sebesar 0.497 dimana nilai ini lebih besar dari

0.05 sebagai taraf nyata pengujian. Ketika nilai asymp.sig (2-tailed) > α maka

distribusi data tersebut dinyatakan menyebar normal sehingga dapat dilakukan

pengujian selanjutnya. Nilai asymp.sig (2-tailed) pada keuntungan setelah

kenaikan harga kedelai sebesar 0.538 > 0.05 yang juga memenuhi asumsi sebaran

normal. Kondisi ini juga sama dengan data nilai R/C rasio dimana nilai asymp.sig

(2-tailed) untuk nilai R/C rasio sebelum kenaikan harga kedelai sebesar 0.360 dan

nilai asymp.sig (2-tailed) untuk nilai R/C rasio setelah kenaikan harga kedelai

sebesar 0.275. Nilai asymp.sig (2-tailed) R/C rasio saat sebelum dan setelah

kenaikan harga kedelai memiliki nilai yang lebih besar dari taraf nyata (5 persen)

sehingga data nilai R/C rasio tersebut dinyatakan memenuhi asumsi menyebar

normal.

Setelah dilakukan uji normal pada data, selanjutnya dapat dilakukan uji t-

paired. Hasil uji beda t-paired terhadap rata-rata keuntungan industri tahu dari

masing-masing responden sebelum dan setelah kenaikan harga kedelai

memperoleh hasil yang menunjukkan bahwa nilai t-hitung keuntungan kecil

dibanding t-tabel yaitu 2.632 > 2.064. Selain itu pada perhitungan SPSS, nilai

sig.(2-tailed) sebesar 0.015 < 0.05. Nilai t-hitung yang lebih besar dari t-tabel dan

nilai sig.(2-tailed) yang lebih kecil dari taraf nyata menyatakan bahwa hipotesis

ditolak (tolak Ho) yang berarti ada perbedaan yang signifikan terhadap

keuntungan yang diterima industri tahu sebelum dan setelah kenaikan harga

kedelai dimana rata-rata keuntungan sebelum kenaikan harga kedelai sebesar Rp6

466 599.67 dan meningkat setelah adanya kenaikan harga kedelai sebesar Rp10

254 181.27. Hasil perhitungan uji beda t-paired terhadap rata-rata keuntungan

pada industri tahu di Desa Leuweung Kolot dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15 Analisis uji beda t-paired rata-rata keuntungan dan R/C rasio sebelum

dan setelah kenaikan harga kedelai industri tahu di Desa Leuweung

Kolot Uraian Sebelum Kenaikan Harga Kedelai Setelah Kenaikan Harga Kedelai

Keuntungan 6 466 599.67 10 254 181.27 R/C rasio 1.31 1.41

Keuntungan t-hitung : 2.632

t-tabel (0.05 ; 24) : 2.064 (tolak Ho) Sig.(2-tailed) : 0.015

R/C rasio t-hitung : 2.266

t-tabel (0.05 ; 24) : 2.064 (tolak Ho)

Sig.(2-tailed) : 0.033

Selain itu, uji beda t-paired juga dilakukan terhadap nilai R/C rasio industri

tahu di Desa Leuweung kolot. Hasil uji beda t-paired terhadap nilai R/C rasio

industri tahu menunjukkan bahwa nilai t-hitung R/C rasio lebih besar dibanding t-

tabel yaitu 2.266 > 2.064 dan nilai sig.(2-tailed) 0.033 < 0.05. Hal ini berarti

hipotesis awal (Ho) ditolak atau dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan terhadap kelayakan usaha industri tahu di Desa Leuweung Kolot

Page 55: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

39

sebelum dan setelah adanya kenaikan harga kedelai dimana nilai R/C rasio

sebelum kenaikan harga kedelai adalah 1.31 dan R/C rasio setelah kenaikan harga

kedelai meningkat menjadi 1.41.

Berdasarkan pengujian perbedaan yang dilakukan secara statistik

menggunakan SPSS dengan uji t-paired dapat dinyatakan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan pada keuntungan dan R/C rasio sebelum dan setelah

kenaikan harga kedelai pada industri tahu di Desa Leuweung Kolot. Perbedaan ini

disebabkan adanya strategi yang dilakukan industri tahu yaitu dengan menaikkan

harga jual dan memperkecil ukuran tahu. selain itu jumlah produksi industri tahu

tidak mengalami perubahan atau tetap sehingga hal ini berdampak pada

keuntungan yang diterima industri semakin meningkat.

Analisis Nilai Tambah

Kegiatan pengolahan kedelai pada usaha tahu merupakan salah satu bentuk

aktivitas yang mampu meningkatkan nilai komoditi kedelai. Besaran nilai tambah

tersebut dapat dihitung melalui analisis nilai tambah menggunakan metode

Hayami. Melalui metode Hayami ini dapat diuraikan proses produksi tahu

menurut sumbangan masing-masing faktor produksi dan dapat diketahui pula

distribusi nilai tambah terhadap tenaga kerja dan industri. Pada penelitian ini,

analisis nilai tambah digunakan untuk melihat perhitungan nilai tambah pada

kondisi sebelum kenaikan harga kedelai dan setelah kenaikan harga kedelai.

Perhitungan nilai tambah ini didasarkan pada struktur biaya produksi dari

industri tahu di Desa Leuweung Kolot selama satu hari produksi. Salah satu dari

struktur biaya tersebut berupa bahan baku. Bahan baku utama pada usaha tahu ini

adalah kedelai. Sedangkan bahan baku lainnya diantaranya sioko, garam, bahan

bakar, kunyit, sepuhan, dan kemasan.

Berdasarkan hasil perhitungan nilai tambah menggunakan metode Hayami

yang dapat dilihat pada Tabel 16 menjelaskan bahwa sebelum dan setelah

kenaikan harga kedelai output yang dihasilkan oleh industri tahu mengalami

peningkatan dari 310.22 kg/hari menjadi 310.56 kg/hari. Perubahan ini didasarkan

pada strategi yang dilakukan oleh industri tahu. Beberapa industri tahu

menetapkan strategi untuk memperkecil ukuran tahunya dan juga ada responden

yang mengurangi jenis tahu yang dijual sehingga bobot output tahu menjadi

berubah.

Pada variabel input dan tenaga kerja sebelum dan setelah kenaikan harga

memiliki nilai tetap. Pada variabel tenaga kerja dapat dilihat bahwa dalam satu

hari seluruh tenaga kerja pada usaha tahu rata-rata bekerja selama 40.40 jam

dengan koefisien tenaga kerja sebesar 0.42. Koefisien tenaga kerja diperoleh dari

hasil perbandingan antara tenaga kerja dengan nilai input. Koefisien ini memiliki

arti bahwa waktu yang dibutuhkan oleh tenaga kerja untuk mengolah tiap

kilogram kedelai agar menjadi tahu adalah sebesar 0.42 jam. Kondisi ini berlaku

sama saat sebelum dan setelah kenaikan harga kedelai karena nilainya yang tetap.

Perbandingan antara bobot berat tahu dengan jumlah bahan baku dalam satu

hari produksi menghasilkan faktor konversi sebesar 3.24 pada kondisi sebelum

dan setelah kenaikan harga kedelai. Nilai ini menandakan bahwa saat setelah

kenaikan harga kedelai, setiap kilogram kedelai yang diolah hanya mampu

Page 56: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

40

menghasilkan 3.24 kilogram tahu. Perhitungan rata-rata analisis nilai tambah pada

industri tahu di Desa Leuweung Kolot dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16 Perhitungan rata-rata nilai tambah industri tahu sebelum dan setelah

kenaikan harga kedelai di Desa Leuweung Kolot

No Variabel Nilai

Sebelum

Kenaikan

Harga

Kedelai

Setelah

Kenaikan

Harga

Kedelai

Persentase

Perubahan

(%)

I Output, Input dan Harga

1. Output (Kg/hari) A 310.22 310.56 0.11

2. Input (Kg/hari) B 95.84 95.84 0

3. Tenaga Kerja (jam/hari) C 40.40 40.40 0

4. Faktor Konversi D=A/B 3.24 3.24 0

5. Koefisien tenaga kerja E=C/B 0.42 0.42 0

6. Harga output (Rp/Kg

output) F

4870.51 5962.28 18.31

7. Upah tenaga kerja langsung

(Rp/jam) G

4472.59 4544.81 1.59

II Penerimaan dan

Keuntungan

8. Harga bahan baku (Rp/Kg

bahan baku) H

7368.00 9000.00 18.13

9. Sumbangan input lain

(Rp/Kg ouput) I

564.14 582.63 3.17

10. Nilai output (Rp/Kg) J=D x F 15764.96 19319.96 18.40

11. a.Nilai tambah (Rp/Kg) K=J–H–I 7832.82 9737.32 19.56

b.Rasio nilai tambah (%) L%=(K/J)x100% 49.68% 50.40% 1.42

12. a.Keuntungan tenaga kerja

langsung (Rp/Kg) M=ExG

1885.36 1915.80 1.59

b.Pangsa tenaga kerja (%) N%=(M/K)x100% 24.07% 19.67% -22.34

13. a.Keuntungan (Rp/Kg) O=K–M 5947.46 7821.53 23.96

b.Tingkat Keuntungan (%) P%=(O/K)x100% 75.93% 80.33% 5.47

III. Balas Jasa Pemilik Faktor-

faktor Produksi

14. Marjin (Rp/Kg) Q=J–H 8396.96 10319.96 18.63

a.Keuntungan tenaga kerja

langsung (%) R%=(M/Q)x100%

22.45% 18.56% -20.95

b.Sumbangan input lain

(%) S%=(I/Q)x100%

6.72% 5.65% -19.00

c.Keuntungan pemilik

perusahaan (%) T%=(O/Q)x 100%

70.83% 75.79% 6.55

Perhitungan nilai tambah selanjutnya dilihat dari harga bahan baku kedelai

yang dibeli oleh industri tahu di Desa Leuweung kolot. Berdasarkan perhitungan

harga bahan baku sebelum kenaikan harga kedelai adalah sebesar Rp7 368 per

kilogram dan setelah kenaikan harga kedelai harga bahan baku naik menjadi Rp9

000 per kilogram. Dari kondisi inilah dilihat bagaimana dampak kenaikan harga

kedelai tersebut terhadap nilai tambah yang mampu dihasilkan oleh industri tahu

Page 57: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

41

di Desa Leuweung Kolot.

Sumbangan input lain adalah biaya yang dikeluarkan oleh usaha tahu selain

dari bahan baku kedelai dan tenaga kerja. Sumbangan input lain pada kegiatan

pengolahan kedelai menjadi tahu terdiri dari biaya bahan baku lainnya seperti

sioko, garam, bahan bakar, kunyit, sepuhan, dan kemasan. Nilai sumbangan input

lain sebelum kenaikan harga kedelai adalah sebesar Rp564.14 per kilogram output

dan naik menjadi Rp582.63 per kilogram output setelah kenaikan harga kedelai.

Nilai output tahu sebelum kenaikan harga kedelai sebesar Rp15 764.96 per

kilogram sedangkan setelah kenaikan harga kedelai nilai output ini meningkat

menjadi Rp19 319.96 per kilogram. Nilai ini diperoleh dari hasil perkalian antara

faktor konversi dengan harga output tahu. Nilai output setelah kenaikan harga

kedelai menandakan bahwa nilai tahu yang dihasilkan dari tiap kilogram kedelai

adalah sebesar Rp19 319.96. Nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan kedelai

menjadi tahu sebelum kenaikan harga kedelai adalah Rp7 832.82 per kilogram

dengan rasio sebesar 49.68 persen. Rasio nilai tambah terhadap nilai output ini

menunjukkan bahwa setiap Rp 100.00 nilai output tahu akan diperoleh nilai

tambah sebesar Rp49.68. Begitu pula sebaliknya pada kondisi setelah kenaikan

harga kedelai dimana nilai tambah yang diperoleh meningkat menjadi Rp9 737.32

dengan rasio nilai tambah yang naik menjadi 50.40 persen.

Berdasarkan perhitungan nilai tambah didapat keuntungan dari usaha tahu

sebelum kenaikan harga kedelai adalah sebesar Rp5 947.46 per kilogram dengan

tingkat keuntungan 75.93 persen. Sedangkan saat setelah kenaikan harga,

keuntungan usaha tahu meningkat mejadi Rp7 821.53 dengan tingkat keuntungan

sebesar 80.33 persen. Sehingga setelah kenaikan harga kedelai distribusi

keuntungan nilai tambah untuk pemilik usaha meningkat dari 70.83 persen

menjadi 75.79 persen dimana keuntungan pemilik usaha lebih tinggi dibanding

keuntungan untuk tenaga kerja. Berdasarkan marjin yang diperoleh, keuntungan

tenaga kerja menurun setelah kenaikan harga yaitu dari 22.45 persen menjadi

18.56 persen.

Apabila dibandingkan dengan penelitian terdahulu, pada penelitian Fitri

(2013) yang menganalisis nilai tambah Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun Desa

Cihideung Hilir Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor memiliki kesamaan dalam

metode yang digunakan yaitu menggunakan metode Hayami. Perbedaan

penelitian ini dengan penelitian terdahulu terletak pada tempat penelitian dimana

pada penelitian terdahulu, analisis nilai tambah dilakukan pada usaha tahu

Bandung Kayun-Yun sedangkan penelitian ini dilakukan pada industri tahu yang

ada di Desa Leuweung Kolot. Penelitian Fitri (2013) juga menganalisis nilai

tambah sebelum dan setelah kenaikan harga kedelai. Perhitungan nilai tambah

pada penelitian ini dan penelitian terdahulu sama-sama mengalami peningkatan

setelah adanya kenaikan harga kedelai.

Page 58: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

42

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Beberapa kesimpulan yang dapat disimpulkan dari hasil pembahasan adalah

sebagai berikut:

1. Kenaikan harga kedelai berpengaruh pada struktur biaya pada industri tahu di

di Desa Leuweung Kolot. Hal ini terlihat dari meningkatnya biaya variabel

dan biaya tetap yang dikeluarkan oleh industri tahu. Biaya variabel meningkat

disebabkan adanya kenaikan harga pada input kedelai, bahan bakar, kemasan,

dan tenaga kerja. Sedangkan biaya tetap meningkat karena adanya kenaikan

pada biaya transportasi.

2. Penerimaan industri tahu di Desa Leuweung Kolot berubah karena adanya

strategi yang ditetapkan oleh industri tahu yaitu menaikkan harga jual tahu

dan memperkecil ukuran tahu. Adanya kenaikan harga kedelai berpengaruh

pada biaya industri tahu yang diiringi peningkatan penerimaan sehingga

diperoleh hasil bahwa keuntungan yang diterima oleh industri tahu juga

meningkat.

3. Perhitungan nilai tambah pengolahan kedelai menjadi tahu pada industri tahu

di Desa Leuweung Kolot dipengaruhi oleh kenaikan harga kedelai. Industri

tahu mengalami peningkatan nilai tambah setelah adanya kenaikan harga

kedelai. Selain nilai tambah, nilai input dari pengolahan tahu tersebut juga

mengalami peningkatan setelah adanya kenaikan harga kedelai. Pada

perhitungan nilai tambah ini, keuntungan yang diterima oleh pemilik usaha

lebih besar dibanding keuntungan tenaga kerja.

Saran

Beberapa saran yang dapat direkomendasikan berkaitan dengan penelitian

yaitu:

1. Pengrajin tahu sebaiknya mengefisiensikan penggunaan input dalam

memproduksi tahu sehingga mampu menekan peningkatan biaya pada biaya

variabel.

2. Pemerintah sebaiknya mengadakan penyuluhan dan pelatihan pada pengrajin

tahu agar dapat berpartisipasi sebagai anggota aktif di KOPTI sehingga dapat

meningkatkan kualitas tahu dan mempermudah akses dalam memperoleh

bahan baku kedelai.

3. Penelitian ini fokus pada industri tahu di Desa Leuweung Kolot sehingga

diperlukan penelitian di lokasi lain dengan menganalisis pengaruh kenaikan

harga kedelai pada indutri tahu dengan jumlah responden yang lebih banyak.

DAFTAR PUSTAKA

Afianti R. 2011. Respon Masyarakat Lokal Atas Kehadiran Industri Pengolahan

Tahu (Studi Kasus: Kampung Cikaret, Kelurahan Cikaret, Kecamatan

Page 59: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

43

Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor (ID) : Institut

Pertanian Bogor.

Amalia S. 2008. Dampak Kenaikan Harga Kedelai Terhadap Efisiensi Teknis dan

Keuntungan Usaha Tempe dengan Pendekatan Stochastic Frontier (Studi

Kasus di Desa Citeureup, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor).

[Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Ambarwangi K.F. 2014. Analisis Usaha Pengrajin Tahu Sumedang Sebelum dan

Setelah Kenaikan Harga Kedelai (Studi Kasus: Kecamatan Tanjungsari,

Sumedang).[Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Atmaja L.S. 2009. Statistika untuk Bisnis dan ekonomi. Yogyakarta (ID): ANDI

[BPS]. 2013. Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Tanaman Kedelai Provinsi

Jawa Barat 2009-2013. [internet]. [Diunduh 2013 Desember 10]. Jakarta

(ID) : Badan Pusat Statistik. Tersedia pada : http://www.bps.go.id

[BPS]. 2013. Volume Impor Komoditas Tanaman Pangan Indonesia 2009-

2012.[Diunduh 2013 Des 10]. Jakarta (ID) : Badan Pusat Statistik. Tersedia

pada : www.bps.go.id.

[BPS]. 2013. Perkembangan konsumsi bahan makanan mengandung kedelai di

rumah tangga. [internet]. [Diunduh : 2014 Juli 5]. Jakarta (ID) : Badan Pusat

Statistik. Tersedia pada : www.bps.go.id.

[Ditjen PPHP]. 2013. Analisis Perkembangan Harga Komoditas Pertanian Januari

2013 – Maret 2013. [internet]. [Diunduh 2013 Des 11]. Jakarta (ID) :

Direktorat Jendral Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. Tersedia

pada : http://pphp.deptan.go.id

Fitri R. 2014. Pengaruh Kenaikan Harga Kedelai terhadap Profitabilitas dan Nilai

Tambah Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun di Desa Cihideung Hilir

Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. [Skripsi] Bogor (ID): Institut

Pertanian Bogor. Gaspersz V. 2000. Ekonomi Manajerial : Pembuatan Keputusan Bisnis. Jakarta (ID) :

Gramedia Pustaka Utama. Hayami Y, Kawagoe T, Morooka Y, Siregar M. 1987. Agriculture Agricultural

Marketing and Processing in Upland Java A Perspective From A Sunda

Village. Bogor (ID) : CPGRT Centre.

Kementrian Perindustrian. 2014. Ironi Kedelai Impor di Negeri Tempe [diunduh

2014 Jan 15]. Tersedia pada: http://www.kemenperin.go.id

[KOPTI] Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (ID). 2013. Rekapitulasi

Anggota KOPTI Kabupaten Bogor Perwilayah Pelayanan Tahun 2012.

Kabupaten Bogor.

Lipsey, Richard G, Courant P.N, Purvis D.D, Steiner P.O. 1995. Pengantar

Mikroekonomi Jilid Satu. Jakarta (ID): Binarupa Aksara.

Lupin Foods Australia. 2013. Lupin Manis Australia – Pilihan baru bagi pecinta

tempe Indonesia. [internet]. [diunduh 2014 Juli 4]. Tersedia pada :

http://www.lupinfoods.com.au Nicholson W. 1995. Teori Mikroekonomi: Prinsip Dasar dan Perluasan. Jakarta

(ID) : Binarupa Aksara. Patmawaty. 2009. Analisis Dampak Kenaikan Harga Kedelai Terhadap

Keuntungan Usaha Industri Tahu Skala Kecil dan Rumah Tangga. [Skripsi].

Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Page 60: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

44

Pemerintah Desa Leuweung Kolot. 2013. Laporan Tahunan Desa Leuweung

Kolot Tahun 2013.

Permadi, Galih. 2013. Kedelai Mahal, Puskopti Jateng Akan Impor 500 Ton

Kacang Lupin Australia. [internet]. [diunduh 2014 Juli 4]. Tersedia pada:

http://jateng.tribunnews.com

Prawirokusumo S. 1990. Ilmu Usahatani. Yogyakarta (ID) : BPFE

Putri S. 2013. Kelayakan Usaha dan Nilai Tambah Olahan Jamur Tiram Putih

(Pleurotus ostreatus) di Bekasi. [Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian

Bogor.

Riduwan. 2009. Pengantar Statistika Sosial. Bandung (ID): Alfabeta

Salvatore D. 2006. Mikroekonomi Edisi Keempat. Jakarta (ID): Erlangga.

Saputra, Soni A. 2014. Harga Kedelai Tetap Tinggi, Industri Tempe di Citeureup

Bogor Terancam Bangkrut [Internet]. [diunduh 2014 Jan 20]. Tersedia

pada : http://rribogor.co/

Setianingsih A. 2007. Analisis kinerja Industri Rumah Tangga Tahu Pong di

Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo Jawa tengah. [Skripsi]. Bogor

(ID): Institut Pertanian Bogor.

Siagian D, Sugiarto. 2006. Metode Statistika Untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta

(ID): PT Gramedia Pustaka Utama.

Silalahi A.A. 2013. Analisis Keuntungan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Produksi Usahatani Kedelai di Desa Cieuyeum, Kecamatan Haurwangi,

Kabupaten Cianjur.[Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Sinaga M.S. 2008. Analisis Nilai Tambah dan Daya Saing Dan Dampak

Kebijakan Pemerintah Terhadap Industri Tempe di Kabupaten Bogor.

[Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Sugiyono. 2003. Statistika Untuk Penelitian. Bandung (ID) : Alfabeta.

Supranto J. 2009. Statistik: Teori dan Aplikasi Edisi Ketujuh. Jakarta (ID):

Erlangga.

Suratiyah K. 2009. Ilmu Usahatani. Jakarta (ID) : Penebar Swadaya.

Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Jakarta (ID) : Universitas Indonesia.

Soekartawi, Soeharjo A, Dillon J.L, Hardaker J.B. 1986. Ilmu Usahatani dan

Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. Jakarta (ID) : Universitas

Indonesia.

Soekartawi. 2000. Pengantar Agroindustri. Jakarta (ID) : PT. Raja Grafindo

Persada.

Tunggadewi A.T. 2009. Analisis Profitabilitas dan Nilai Tambah Usaha Tahu dan

Tempe (Studi Kasus di Kecamatan Tegal Gundil dan Cilendek Timur Kota

Bogor). [Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Toyudho, Eko S. 2014. Harga Kedelai Saat Ini Tertinggi Dalam Sejarah [Internet].

[diunduh 2014 Jan 20]. Tersedia pada : http://www.tempo.com/

Page 61: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

45

LAMPIRAN

Lampiran 1 Rata-rata jumlah dan harga peralatan produksi industri tahu di Desa

Leuweung Kolot Uraian Jumlah (unit) Harga (Rp)

Mesin penggiling 1 4 792 000

Tahang 3 456 000

Ember 5 13 640

Ebek 24 26 620

Cetakan 10 167 800

Jirigen 13 22 380

Kuali 2 201 000

Drum 1 42 000

Saringan 4 25 080

Siantai 1 152 800

Lampiran 2 Volume impor komoditas tanaman pangan Indonesia, 2010-2013

Komoditas 2010

(Ton)

2011

(Ton)

2012

(Ton)

2013

(Ton)

Tw. I Tw. II Tw. III

Beras Segar 687 582 2 744 002 1 927 330 114 269 129 548 109 668

Beras Olahan 1 259 233 2 9 0.1

Gandum Segar 4 824 049 5 648 065 6 827 279 1 311 499 1 999 558 1 587 678

Gandum Olahan 900 963 828 512 610 336 64 249 61 291 68 025

Jagung Segar 1 527 517 3 207 657 1 797 876 741 408 549 491 624 690

Jagung Olahan 259 294 103 327 91 555 15 768 11 920 21 865

Kacang Tanah

Segar

229 393 251 004 197 963 65 197 81 454 74 752

Kacang Tanah

Olahan

1 393 2 099 1 305 326 404 457

Kedelai Segar 1 740 505 2 088 616 2 105 629 234 926 627 532 350 036

Kedelai Olahan 32 158 36 896 23 134 4 425 6 351 6 972

Ubi Jalar Segar 32 25 24 13 8 0

Ubi Kayu Segar 21 6 13 291 0 101 0

Ubi Kayu Olahan 294 832 435 419 842 835 71 796 61 703 59 836

Lainnya 6 862 17 124 1 984 15 267 35 538 36 889

Total 10 504 504 15 363

009

14 440 773 2 638 965 3 564 909 2 940 869

Sumber: BPS 2013

Page 62: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

46

Lampiran 3 Struktur biaya industri tahu sebelum kenaikan harga kedelai

No.

Biaya Variabel

Bahan Bakar

Kedelai Sioko Garam Solar Bensin Kayu Bakar Kunyit

(Rp/bulan) (Rp/bulan) (Rp/bulan) (Rp/bulan) (Rp/bulan) (Rp/bulan) (Rp/bulan)

1 4725000 90000 90000 150000 0 962057.1429 0

2 11250000 102000 102000 202500 0 1756800 420000

3 11250000 180000 120000 300000 0 976000 240000

4 13500000 76500 76500 150000 0 1288320 90000

5 8400000 135000 135000 0 165000 1610400 120000

6 11250000 180000 108000 0 270000 1288320 0

7 8400000 180000 90000 300000 0 1720200 0

8 5625000 90000 180000 150000 0 836571.4286 0

9 15750000 76500 60000 0 270000 1317600 180000

10 9000000 180000 180000 135000 0 1045714.286 0

11 55500000 189000 0 450000 0 6441600 480000

12 9000000 135000 135000 247500 0 644160 240000

13 9000000 135000 90000 0 330000 732000 0

14 13500000 150000 144000 0 150000 1045714.286 240000

15 4500000 90000 90000 165000 0 673440 0

16 86400000 1104000 816000 1350000 0 8784000 0

17 19980000 0 240000 300000 0 2244800 0

18 32400000 0 504000 1350000 0 4392000 0

19 10500000 0 168000 247500 0 2244800 0

20 6840000 0 120000 405000 0 2928000 0

21 43200000 510000 255000 540000 0 7320000 1050000

22 6480000 90000 90000 0 150000 878400 0

23 45000000 0 300000 405000 0 6734400 0

24 65700000 1080000 1080000 1350000 0 12883200 0

25 19440000 0 240000 495000 0 3367200 0

TOTAL 526590000 4773000 5413500 8692500 1335000 74115697.14 3060000

Rata-rata 21063600 190920 216540 347700 53400 2964627.886 122400

Page 63: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

47

No.

Biaya Variabel Total Biaya

Variabel

Biaya Tetap

Sepuhan Kemasan Tenaga

Kerja

Tepung

Oncom Transportasi Listrik

(Rp/bulan) (Rp/bulan) (Rp/bulan) (Rp/bulan) (Rp/bulan) (Rp/bulan) (Rp/bulan)

1 0 0 4500000 0 10517057.14 420000 20000

2 0 0 4800000 0 18633300 450000 20000

3 0 0 3900000 0 16966000 1200000 60000

4 0 0 6600000 0 21781320 1050000 50000

5 0 0 3000000 0 13565400 900000 40000

6 60000 0 3450000 0 16606320 600000 20000

7 0 480000 1500000 67500 12737700 0 20000

8 120000 210000 3600000 30000 10841571.43 180000 30000

9 0 0 4200000 135000 21989100 900000 30000

10 30000 270000 2400000 60000 13300714.29 300000 30000

11 0 0 10500000 0 73560600 1200000 60000

12 0 450000 1800000 30000 12681660 660000 20000

13 60000 540000 2700000 0 13587000 450000 40000

14 0 300000 3000000 135000 18664714.29 900000 40000

15 0 240000 1500000 30000 7288440 420000 20000

16 0 0 10500000 0 108954000 720000 100000

17 0 960000 7500000 0 31224800 0 20000

18 0 0 12600000 0 51246000 450000 50000

19 0 0 6150000 0 19310300 750000 50000

20 0 0 2400000 0 12693000 1125000 60000

21 0 0 10800000 0 63675000 3000000 100000

22 120000 1080000 1200000 0 10088400 750000 20000

23 0 0 16200000 0 68639400 1500000 60000

24 0 0 10200000 0 92293200 3300000 600000

25 0 0 3600000 0 27142200 450000 65000

TOTAL 390000 4530000 138600000 487500 767987197.1 21675000 1625000

Rata-rata 15600 181200 5544000 19500 30719487.89 867000 65000

Page 64: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

48

No.

Biaya tetap Total Biaya

Tetap Total Biaya

Penerimaan

Total

Industri

Tahu

R/C Sumbangan

Input Lain Penyusutan

Sewa

Bangunan

(Rp/bulan) (Rp/bulan) (Rp/bulan) (Rp/bulan) (Rp/bulan)

1 395208.3333 0 835208.3333 11352265.48 8190000 0.721441902 43068.57143

2 179638.1579 0 649638.1579 19282938.16 15714000 0.814917305 86110

3 147463.8889 0 1407463.889 18373463.89 19380000 1.054782055 60533.33333

4 105027.7778 0 1205027.778 22986347.78 27735000 1.206585764 56044

5 164333.3333 0 1104333.333 14669733.33 13485000 0.919239614 72180

6 140645.8333 0 760645.8333 17366965.83 26970000 1.552948296 63544

7 146944.4444 0 166944.4444 12904644.44 20681100 1.602609052 94590

8 102625 0 312625 11154196.43 13500000 1.210306819 53885.71429

9 391888.8889 0 1321888.889 23310988.89 30000000 1.28694669 67970

10 194166.6667 0 524166.6667 13824880.95 13950000 1.00905028 63357.14286

11 522916.6667 0 1782916.667 75343516.67 72000000 0.955623034 252020

12 107236.1111 0 787236.1111 13468896.11 33000000 2.45008943 62722

13 85750 0 575750 14162750 21930000 1.548428095 62900

14 241885.6838 0 1181885.684 19846599.97 38640000 1.946932979 72157.14286

15 174988.0952 0 614988.0952 7903428.095 15450000 1.954847923 42948

16 660000 0 1480000 110434000 97233600 0.880467972 401800

17 127916.6667 0 147916.6667 31372716.67 42300000 1.348305295 124826.6667

18 846458.3333 0 1346458.333 52592458.33 53472000 1.016723722 208200

19 221222.2222 0 1021222.222 20331522.22 26106720 1.284051421 88676.66667

20 358777.7778 0 1543777.778 14236777.78 19200000 1.348619772 115100

21 176083.3333 3000000 6276083.333 69951083.33 91440000 1.307199198 322500

22 135055.5556 0 905055.5556 10993455.56 13830000 1.258021186 80280

23 696805.5556 0 2256805.556 70896205.56 72829680 1.027271903 247980

24 2136958.333 0 6036958.333 98330158.33 126512280 1.286607101 546440

25 446194.4444 0 961194.4444 28103394.44 51309000 1.825722516 136740

TOTAL 8906191.104 3000000 35206191.1 803193388.2 964858380 32.81773933

Rata-rata 356247.6441 120000 1408247.644 32127735.53 38594335.2 1.312709573

Page 65: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

49

Lampiran 4 Struktur biaya industri tahu setelah kenaikan harga kedelai

No.

Biaya Variabel

Bahan Bakar

Kedelai Sioko Garam Solar Bensin Kayu Bakar Kunyit

(Rp/bulan) (Rp/bulan) (Rp/bulan) (Rp/bulan) (Rp/bulan) (Rp/bulan) (Rp/bulan)

1 5670000 90000 90000 180000 0 962057.1429 0

2 13500000 102000 102000 247500 0 1756800 420000

3 13500000 180000 120000 330000 0 976000 240000

4 16200000 76500 76500 180000 0 1288320 90000

5 10800000 135000 135000 0 225000 1610400 120000

6 13500000 180000 108000 0 390000 1288320 0

7 10800000 180000 90000 360000 0 1720200 0

8 6750000 90000 180000 180000 0 836571.4286 0

9 18900000 76500 60000 0 337500 1317600 180000

10 10800000 180000 180000 165000 0 1045714.286 0

11 67500000 189000 0 750000 0 6441600 480000

12 10800000 135000 135000 292500 0 644160 240000

13 10800000 135000 90000 0 420000 732000 0

14 16200000 150000 144000 0 210000 1045714.286 240000

15 5400000 90000 90000 180000 0 673440 0

16 108000000 1104000 816000 1650000 0 8784000 0

17 24300000 0 240000 360000 0 2244800 0

18 40500000 0 504000 1650000 0 4392000 0

19 13500000 0 168000 292500 0 2244800 0

20 8100000 0 120000 495000 0 2928000 0

21 54000000 510000 255000 780000 0 7320000 1050000

22 8100000 90000 90000 0 210000 878400 0

23 54000000 0 300000 585000 0 6734400 0

24 81000000 1080000 1080000 1950000 0 12883200 0

25 24300000 0 240000 585000 0 3367200 0

TOTAL 646920000 4773000 5413500 11212500 1792500 74115697.14 3060000

Rata-rata 25876800 190920 216540 448500 71700 2964627.886 122400

Page 66: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

50

No.

Biaya Variabel Total Biaya

Variabel

Biaya Tetap

Sepuhan Kemasan Tenaga

Kerja

Tepung

Oncom Transportasi Listrik

(Rp/bulan) (Rp/bulan) (Rp/bulan) (Rp/bulan) (Rp/bulan) (Rp/bulan) (Rp/bulan)

1 0 0 4500000 0 11492057.14 600000 20000

2 0 0 4800000 0 20928300 540000 20000

3 0 0 3900000 0 19246000 1500000 60000

4 0 0 6600000 0 24511320 1350000 50000

5 0 0 3000000 0 16025400 1500000 40000

6 60000 0 3450000 0 18976320 900000 20000

7 0 600000 1500000 67500 15317700 0 20000

8 120000 300000 3600000 30000 12086571.43 300000 30000

9 0 0 4200000 135000 25206600 1200000 30000

10 30000 480000 3000000 60000 15940714.29 420000 30000

11 0 0 10500000 0 85860600 1500000 60000

12 0 600000 2700000 30000 15576660 1050000 20000

13 60000 720000 2700000 0 15657000 750000 40000

14 0 390000 3000000 135000 21514714.29 1500000 40000

15 0 300000 1500000 30000 8263440 600000 20000

16 0 0 10500000 0 130854000 900000 100000

17 0 1200000 7500000 0 35844800 0 20000

18 0 0 12600000 0 59646000 750000 50000

19 0 0 6150000 0 22355300 1050000 50000

20 0 0 2400000 0 14043000 1500000 60000

21 0 0 10800000 0 74715000 3600000 100000

22 120000 1440000 1200000 0 12128400 1050000 20000

23 0 0 16200000 0 77819400 1800000 60000

24 0 0 10200000 0 108193200 4500000 600000

25 0 0 3600000 0 32092200 450000 65000

TOTAL 390000 6030000 140100000 487500 894294697.1 29310000 1625000

Rata-rata 15600 241200 5604000 19500 35771787.89 1172400 65000

Page 67: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

51

No.

Biaya tetap Total Biaya

Tetap Total Biaya

Penerimaan

Total

Industri

Tahu

R/C Sumbangan

Input Lain Penyusutan Sewa

Bangunan

(Rp/bulan) (Rp/bulan) (Rp/bulan) (Rp/bulan) (Rp/bulan)

1 395208.3333 0 1015208.333 12507265.48 9315000 0.744767113 44068.57143

2 179638.1579 0 739638.1579 21667938.16 29337000 1.35393593 87610

3 147463.8889 0 1707463.889 20953463.89 23130000 1.103874764 68033.33333

4 105027.7778 0 1505027.778 26016347.78 34485000 1.325512724 57044

5 164333.3333 0 1704333.333 17729733.33 19485000 1.099001301 74180

6 140645.8333 0 1060645.833 20036965.83 32220000 1.608027895 67544

7 146944.4444 0 166944.4444 15484644.44 24457320 1.57945635 100590

8 102625 0 432625 12519196.43 17250000 1.377883964 57885.71429

9 391888.8889 0 1621888.889 26828488.89 36750000 1.369812521 70220

10 194166.6667 0 644166.6667 16584880.95 17250000 1.040103939 71357.14286

11 522916.6667 0 2082916.667 87943516.67 94800000 1.077964625 262020

12 107236.1111 0 1177236.111 16753896.11 41400000 2.471067012 69222

13 85750 0 875750 16532750 27780000 1.68030122 71900

14 241885.6838 0 1781885.684 23296599.97 66390000 2.849772073 77157.14286

15 174988.0952 0 794988.0952 9058428.095 16650000 1.838067248 45448

16 660000 0 1660000 132514000 106176000 0.801243642 411800

17 127916.6667 0 147916.6667 35992716.67 46350000 1.287760533 134826.6667

18 846458.3333 0 1646458.333 61292458.33 77616000 1.266322189 218200

19 221222.2222 0 1321222.222 23676522.22 29726400 1.255522231 90176.66667

20 358777.7778 0 1918777.778 15961777.78 22950000 1.437809768 118100

21 176083.3333 3000000 6876083.333 81591083.33 113400000 1.389857756 330500

22 135055.5556 0 1205055.556 13333455.56 17175000 1.288113192 94280

23 696805.5556 0 2556805.556 80376205.56 94757280 1.178922037 253980

24 2136958.333 0 7236958.333 115430158.3 140011380 1.212953201 566440

25 446194.4444 0 961194.4444 33053394.44 54629040 1.652751281 139740

TOTAL 8906191.104 3000000 42841191.1 937135888.2 1193490420 35.29080451

Rata-rata 356247.6441 120000 1713647.644 37485435.53 47739616.8 1.41163218

Page 68: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

52

Lampiran 5 Penerimaan industri tahu sebelum kenaikan harga kedelai

No Nama Responden Penerimaan

Total Tahu (Rp)

Penerimaan

Ampas (Rp)

Penerimaan Oncom

(Rp)

Total Penerimaan

Industri Tahu

1 Wawat 262500 10500 0 273000

2 Ukar 499800 24000 0 523800

3 Mirnan 625000 21000 0 646000

4 Haji Oma 900000 24500 0 924500

5 Danis 425000 24500 0 449500

6 Abbas 875000 24000 0 899000

7 Pendi 629370 0 60000 689370

8 Arup 400000 0 50000 450000

9 Supandi 900000 0 100000 1000000

10 Sutarna 405000 0 60000 465000

11 Endang 2280000 120000 0 2400000

12 Salib 1040000 60000 0 1100000

13 Basit 710000 21000 0 731000

14 Sainan 1200000 8000 80000 1288000

15 Rahmat 440000 0 75000 515000

16 Ita Sunarya 3001120 240000 0 3241120

17 Hendra 1350000 60000 0 1410000

18 Sri 1702400 80000 0 1782400

19 Daus 780224 90000 0 870224

20 Darkim 625000 15000 0 640000

21 Tatang 2928000 120000 0 3048000

22 Isnen 446000 15000 0 461000

23 Tardani 2287656 140000 0 2427656

24 Tarya 4052076 165000 0 4217076

25 Rudi 1650300 60000 0 1710300

Total 30414446 1322500 425000 32161946

Rata-rata 1216577.84 52900 17000 1286477.84

Page 69: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

53

Lampiran 6 Penerimaan industri tahu setelah kenaikan harga kedelai

No Nama Responden Penerimaan

Total Tahu

Penerimaan

Ampas (Rp)

Penerimaan

Oncom (Rp) Total Penerimaan

Industri Tahu

1 Wawat 300000 10500 0 310500

2 Ukar 953900 24000 0 977900

3 Mirnan 750000 21000 0 771000

4 Haji Oma 1125000 24500 0 1149500

5 Danis 625000 24500 0 649500

6 Abbas 1050000 24000 0 1074000

7 Pendi 755244 0 60000 815244

8 Arup 525000 0 50000 575000

9 Supandi 1125000

0 100000 1225000

10 Sutarna 515000

0 60000 575000

11 Endang 3040000

120000 0 3160000

12 Salib 1320000

60000 0 1380000

13 Basit 905000

21000 0 926000

14 Sainan 2125000 8000 80000 2213000

15 Rahmat 480000 0 75000 555000

16 Ita Sunarya 3299200 240000 0 3539200

17 Hendra 1485000 60000 0 1545000

18 Sri 2507200 80000 0 2587200

19 Daus 900880 90000 0 990880

20 Darkim 750000 15000 0 765000

21 Tatang 3660000 120000 0 3780000

22 Isnen 557500 15000 0 572500

23 Tardani 3018576 140000 0 3158576

24 Tarya 4502046 165000 0 4667046

25 Rudi 1760968 60000 0 1820968

Total 38035514 1322500 425000 39783014

Rata-rata 1521420.56 52900 17000 1591320.56

Page 70: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

54

Lampiran 7 Rata-rata total biaya per bulan yang dikeluarkan industri tahu

sebelum dan setelah kenaikan harga kedelai

Uraian

Sebelum Kenaikan Harga

Kedelai (Rp/bulan)

Setelah Kenaikan Harga

Kedelai (Rp/bulan)

Penerimaan Industri Tahu

Tahu 36 497 335.20 45 642 616.80

Oncom 510 000 510 000

Ampas Tahu 1 587 000 1 587 000

Total Penerimaan 38 594 335.20 47 739 616.80

Biaya Variabel

Kedelai 21 063 600 25 876 800

Sioko 190 920 190 920

Garam 216 540 216 540

Solar 347 700 448 500

Bensin 53 400 71 700

Kayu Bakar 2 964 627.89 2 964 627.89

Kunyit 122 400 122 400

Sepuhan 15 600 15 600

Kemasan 181 200 241 200

Tenaga Kerja 5 544 000 5 604 000

Tepung Oncom 19 500 19 500

Total Biaya Variabel 30 719 487.89 35 771 787.89

Biaya Tetap

Transportasi 867 000 1 172 400

Listrik 65 000 65 000

Sewa Bangunan 120 000 120 000

Penyusutan 356 247.64 356 247.64

Total Biaya Tetap 1 408 247.64 1 713 647.64

Total Biaya 32 127 735.53 37 485 435.53

Keuntungan Bersih 6 466 599.67 10 254 181.27

R/C atas total biaya 1.31 1.41

Page 71: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

55

Lampiran 8 Uji beda t-paired keuntungan dan R/C rasio sebelum dan setelah

kenaikan harga kedelai

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

KeuntunganSebelum KeuntunganSetelah

N 25 25

Normal Parametersa,b

Mean 6466599,6705 10254181,2705

Std. Deviation 9632963,71028 12944799,98945

Most Extreme Differences

Absolute ,166 ,161

Positive ,166 ,161

Negative -,109 -,149

Kolmogorov-Smirnov Z ,830 ,804

Asymp. Sig. (2-tailed) ,497 ,538

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

T-Test

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 KeuntunganSebelum 6466599,6705 25 9632963,71028 1926592,74206

KeuntunganSetelah 10254181,2705 25 12944799,98945 2588959,99789

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 KeuntunganSebelum &

KeuntunganSetelah 25 ,836 ,000

Page 72: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

56

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

RCSebelum RCSetelah

N 25 25

Normal Parametersa,b

Mean 1,3127 1,4116

Std. Deviation ,40787 ,45704

Most Extreme Differences

Absolute ,185 ,199

Positive ,185 ,199

Negative -,074 -,128

Kolmogorov-Smirnov Z ,925 ,995

Asymp. Sig. (2-tailed) ,360 ,275

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

T-Test

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 RCSebelum 1,3127 25 ,40787 ,08157

RCSetelah 1,4116 25 ,45704 ,09141

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 RCSebelum & RCSetelah 25 ,879 ,000

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig.

(2-

tailed) Mean Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence Interval of

the Difference

Lower Upper

Pair

1

Keuntunga

nSebelum -

Keuntunga

nSetelah

-3787581,600 7195238,654 1439047,730 -6757630,142 -817533,058 -2,632 24 ,015

Page 73: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

57

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig. (2-

tailed) Mean Std.

Deviation

Std.

Error

Mean

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair 1 RCSebelum -

RCSetelah -,09892 ,21827 ,04365 -,18902 -,00882 -2,266 24 ,033

Lampiran 9 Perhitungan nilai tambah industri tahu sebelum dan setelah kenaikan

harga kedelai

No Variabel Nilai Sebelum

Kenaikan Harga

Kedelai

Setelah

Kenaikan Harga

Kedelai I Output, Input dan Harga

1. Output (Kg/hari) A 310.22 310.56

2. Input (Kg/hari) B 95.84 95.84

3. Tenaga Kerja (jam/hari) C 40.40 40.40

4. Faktor Konversi D=A/B 3.24 3.24

5. Koefisien tenaga kerja E=C/B 0.42 0.42

6. Harga output (Rp/Kg output) F 4870.51 5962.28

7. Upah tenaga kerja langsung

(Rp/jam) G

4472.59 4544.81

II Penerimaan dan Keuntungan

8.

Harga bahan baku (Rp/Kg

bahan baku) H

7368.00 9000.00

9. Sumbangan input lain

(Rp/Kg ouput) I

564.14 582.63

10. Nilai output (Rp/Kg) J=D x F 15764.96 19319.96

11. a.Nilai tambah (Rp/Kg) K=J–H–I 7832.82 9737.32

b.Rasio nilai tambah (%) L%=(K/J)x100% 49.68% 50.40%

12. a.Keuntungan tenaga kerja

langsung (Rp/Kg) M=ExG

1885.36 1915.80

b.Pangsa tenaga kerja (%) N%=(M/K)x100% 24.07% 19.67%

13. a.Keuntungan (Rp/Kg) O=K–M 5947.46 7821.53

b.Tingkat Keuntungan (%) P%=(O/K) x 100% 75.93% 80.33%

III. Balas Jasa Pemilik Faktor-

faktor Produksi

14. Marjin (Rp/Kg) Q=J–H 8396.96 10319.96

a.Keuntungan tenaga kerja

langsung (%) R%=(M/Q)x100%

22.45% 18.56%

b.Sumbangan input lain (%) S%=(I/Q)x100% 6.72% 5.65%

c.Keuntungan pemilik

perusahaan (%) T%=(O/Q)x100%

70.83% 75.79%

Page 74: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

58

Lampiran 10 Rekap anggota KOPTI Kabupaten Bogor per wilayah pelayanan

tahun 2012

No. Wilayah Pelayanan Jumlah Anggota Jumlah Tenaga

Kerja

Kebutuhan

Kedelai per

bulan (kg)

1 Ciseeng 101 650 261 450

2 Parung 106 399 249 930

3 Cibinong 105 388 237 000

4 Citeureup I 115 428 246 300

5 Citeureup II 82 286 164 100

6 Bojonggede 49 189 107 250

7 Sukaraja 45 211 135 900

8 Ciawi Megamendung 23 117 65 850

9 Caringin Cijeruk 65 253 140 850

10 Tamansari 50 226 128 130

11 Leuwiliang 39 175 99 750

12 Ciampea 62 235 130 350

13 Cibungbulang 34 185 97 350

14 Jasinga 20 106 83 100

15 Dramaga 19 84 45 000

16 Cimanggu 37 163 105 150

17 Cilendek 84 440 217 050

18 Depok I 68 272 171 600

19 Depok II 111 448 280 350

20 Sawangan I 77 255 150 000

21 Sawangan II 17 72 45 000

22 Cimanggis 64 277 175 200

Jumlah 1 373 5 859 3 336 660

Page 75: PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71096/H14vrw.pdf · PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN

59

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Verani Restia Wijaya, dilahirkan di Batusangkar

pada tanggal 24 Juli 1992. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara

yang berasal dari pasangan ayah Wirsastra Wijaya dan ibu Vepi Erma.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 11 Kampung Baru pada

tahun 2004, pendidikan menengah pertama di SMP 1 Batusangkar pada tahun

2007. Pada tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Batusangkar dan di tahun

yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui

jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dengan

program mayor Agribisnis di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

Manajemen.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif bergabung dalam organisasi

Himpunan Profesi Mahasiswa Agribisnis (HIPMA) IPB sebagai staff Creativity

and Career Development (CCDD) pada tahun 2012 dan staff Department of

Public Relation and Information Media (D’PRIME) pada tahun 2013. Penulis

aktif mengikuti kegiatan kampus seperti kegiatan Sportakuler yang dilaksanakan

oleh BEM FEM IPB dengan mengikuti perlombaan di cabang voli putri dan

mendapatkan perunggu pada The 6th Sportakuler IPB tahun 2012 dan pada The

7th Sportakuler IPB tahun 2013. Penulis juga aktif di beberapa kegiatan

kepanitiaan kampus dan sempat mengikuti kegiatan BEM FEM Mengajar yang

dilaksanakan oleh BEM FEM IPB. Bulan Juli 2013 hingga Agustus 2013 penulis

melaksanakan kegiatan Gladikarya di Desa Wangun Harja Kecamatan Lembang

Kabupaten Bandung Barat dengan menganalisis potensi utama desa tersebut yaitu

brokoli.