Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH PENURUNAN TARIF PPH FINAL, MEKANISME
PEMBAYARAN, DAN SANKSI PAJAK TERHADAP
KEPATUHAN WAJIB PAJAK UMKM
(STUDI PADA KPP PRATAMA
ILIR BARAT PALEMBANG)
SKRIPSI
Disusun Oleh:
Rury Ceptianingtyas
1519210065
STIE MULTI DATA PALEMBANG
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PALEMBANG
2019
PENGARUH PENURUNAN TARIF PPH FINAL, MEKANISME
PEMBAYARAN, DAN SANKSI PAJAK TERHADAP
KEPATUHAN WAJIB PAJAK UMKM
(STUDI PADA KPP PRATAMA
ILIR BARAT PALEMBANG)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat
untuk gelar kesarjanaan pada
Program Studi Akuntansi
Jenjang Pendidikan Strata 1
Disusun Oleh:
Rury Ceptianingtyas
1519210065
STIE MULTI DATA PALEMBANG
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PALEMBANG
2019
vii
STIE MULTI DATA PALEMBANG
Program Studi Akuntansi
Skripsi Sarjana Ekonomi
Semester Genap Tahun 2018/2019
PENGARUH PENURUNAN TARIF PPH FINAL, MEKANISME
PEMBAYARAN, DAN SANKSI PAJAK TERHADAP
KEPATUHAN WAJIB PAJAK UMKM
(STUDI PADA KPP PRATAMA
ILIR BARAT PALEMBANG)
Rury Ceptianingtyas
1519210065
Abstrak
Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Pengaruh Penurunan
Tarif PPh Final, Mekanisme Pembayaran, dan Sanksi Pajak terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak UMKM di KPP Pratama Ilir Barat Palembang. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah
Wajib Pajak UMKM sektor kerajinan yang terdaftar di KPP Pratama Ilir Barat
Palembang pada tahun 2018. Teknik pengambilan sampel dengan metode
sampling jenuh. Sampel yang diperoleh berjumlah 164 UMKM sektor kerajinan
di kota Palembang. Metode penelitian yang digunakan adalah regresi linier
berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penurunan tarif PPh Final,
mekanisme pembayaran, dan sanksi pajak berpengaruh signifikan terhadap
kepatuhan Wajib Pajak UMKM.
Kata Kunci: Penurunan Tarif PPh Final, Mekanisme Pembayaran, Sanksi Pajak, Kepatuhan Wajib Pajak.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam tahun belakangan ini, Direktorat Jenderal Pajak telah melakukan
reformasi birokrasi melalui restrukturisasi organisasi dan implementasi
administrasi perpajakan modern. Hasil survei yang dilakukan oleh lembaga
independen seperti Masyarakat Transparansi Internasional memperlihatkan
reformasi birokrasi Dirjen Pajak dinilai berhasil. Indikator keberhasilan reformasi
birokrasi Dirjen Pajak tersebut adalah mengurangi persepsi negatif masyarakat
terhadap institusi perpajakan, penilaian positif atas pelayanan dari masyarakat
wajib pajak. Pertumbuhan penerimaan pajak tertinggi dalam sejarah perpajakan
nasional dan secara nyata telah membukukan jumlah wajib pajak orang pribadi
menjadi 12 juta (Rosdiana, 2012).
Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang
oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak
mendapatkan prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya
adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan
tugas negara yang menyelenggarakan pemerintah (Waluyo, 2014). Pajak
merupakan sumber penerimaan dan pendapatan negara yang paling besar. Saat ini
sekitar 70% APBN Indonesia dibiayai dari penerimaan pajak. Negara
menggunakan penerimaan pajak untuk menopang pembiayaan pembangunan.
2
Target penerimaan pajak yang terus meningkat dari tahun ketahun menuntut
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) mengoptimalkan penerimaan pajak yang
ditargetkan sesuai APBN-P 2018 sebesar Rp. 1.423 triliun. Berdasarkan sumber
keuangan negara atau APBN-P menunjukkan bahwa persentase realisasi
penerimaan pajak dari target yang ditetapkan pada periode tahun 2015 sampai
dengan 2018 cenderung mengalami peningkatan setiap tahun sebesar kurang lebih
1-2 % per tahun. Data berikut menunjukan prosentase antara target dan realisasi
penerimaan pajak :
Tabel 1.1 Target dan Realisasi Pajak dalam APBN-P Tahun 2015 – 2018
(Dalam Triliun Rupiah)
Tahun Target Realisasi Persentase
2015 1.294,25 1.060,80 81,97%
2016 1.318,85 1.069,80 81,12%
2017 1.241,80 1.100,70 88,64%
2018 1.424,00 1.315,90 92,00%
Sumber : http://www.pajak.go.id/2019
Penerimaan pajak diharapkan terus meningkat agar pembangunan negara
dapat berjalan dengan baik. Peningkatan penerimaan pajak tercapai jika
peningkatan jumlah wajib pajak terjadi. Usaha memaksimalkan penerimaan pajak
tidak dapat hanya mengandalkan peran dari Dirjen Pajak maupun petugas
pajak,tetapi dibutuhkan juga peran aktif dari para wajib pajak itu sendiri (Huda,
2015).
Mengingat begitu pentingnya peranan pajak, maka pemerintah dalam hal ini
Direktorat Jenderal Pajak telah melakukan berbagai upaya untuk memaksimalkan
penerimaan pajak. Dalam rangka mencapai target penerimaan pajak, Direktorat
Jenderal Pajak (DJP) senantiasa melakukan pengembangan kapasitas organisasi
3
melalui penguatan sumber daya manusia, penguatan teknologi informasi,
penguatan organisasi, penguatan anggaran dan penguatan proses bisnis, dan
pemanfaatan data perpajakan dari pihak ketiga, antara lain data dari Pusat
Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), Otoritas Jasa Keuangan
(OJK), Bank Indonesia (BI), Badan Pertanahan Nasional (BPN). Melalui Media
Briefing strategi pajak 2018 yang diterbitkan melalui website resmi Direktorat
Jenderal Pajak (DJP), salah satu bentuk program kerja strategis adalah
memperluas basis pajak, termasuk kepada sektor-sektor yang selama ini tidak
terlalu banyak digali potensinya. Menurut Direktorat Jenderal Pajak, sektor yang
akan digali potensinya karena belum tersentuh secara maksimal diantaranya sektor
perdagangan (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) yang memiliki tempat usaha di
pusat-pusat perbelanjaan dan sektor properti (http://www.kemenkeu.go.id).
Diantara banyaknya faktor yang dapat mengembangkan perekonomian di
Indonesia, UMKM merupakan salah satu penggerak perekonomian nasional yang
memiliki peran penting di Indonesia saat ini. Periode saat ini jumlah UMKM di
Indonesia sudah mencapai 58,97 juta unit, analisis Badan Pusat Statistik (BPS)
menyumbang sekitar 60 % dari total Gross Domestic Product (GDP) dan
menampung 97 % dari total tenaga kerja. Kontribusi usaha mikro kecil dan
menengah (UMKM) terhadap perekonomian Indonesia belakangan ini menjadi
menarik dan ramai diperbincangkan mengingat jumlah lapangan kerja yang besar
dan peranan yang besar terhadap produk domestik bruto. Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) berperan dominan terhadap perekonomian nasional, apabila
dikaitkan dengan pemenuhan kewajiban perpajakan di Indonesia, terlihat bahwa
4
kepatuhan pajak Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) masih belum
memadai, jumlah Usaha Mikro Kecil dan Menengah di atas 50 juta unit, jumlah
pembayar pajak "orang pribadi" yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP) masih sekitar 20 juta. (klinikpajak.co.id)
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memberikan kontribusi besar
terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia dengan semakin
meningkatnya jumlah UMKM di Indonesia, khususnya pada sektor kerajinan yang
terdapat di kota Palembang sebanyak 164 unit pada tahun 2018 (Sumber: Dinas
Perindustrian Provinsi Sumatera Selatan).
Penelitian mengenai pelaku UMKM sudah banyak dilakukan antara lain :
hasil penelitian yang dilakukan oleh Ningtyas (2012) dengan judul mengenai
pengaruh pemahaman perpajakan, tarif pajak, sanksi, serta pelayanan pembayaran
terhadap kepatuhan Wajib Pajak UMKM di kota Malang menunjukkan bahwa
tarif pajak mempunyai pengaruh signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak.
Dengan demikian kepatuhan wajib pajak juga dapat tercapai apabila ada
penetapan tarif yang jelas, selain itu tarif pajak juga harus bersifat adil dalam
menentukan subjek dan objek pajaknya.
Pada bulan Juni 2018, Pemerintah kembali meluncurkan kebijakan baru
tentang perpajakan UMKM yang tertuang dalam PP No 23 Tahun 2018. Tarif
pajak yang berlaku bagi UMKM dalam PP tersebut sebesar 0,5% dan mulai
berlaku per 1 Juli 2018. Kebijakan ini bertujuan untuk menstimulus bisnis
UMKM, mendorong peran serta masyarakat dan pengetahuan perpajakan serta
membantu bisnis UMKM terus berkembang, menjaga aliran keuangannya (cash
5
flow) sehingga dapat digunakan untuk tambahan modal usaha, dengan begitu
membayar pajak tidak lagi dianggap sebagai beban. (detik.com)
Terkait dengan tarif pajak UMKM, Pemerintah telah beberapa kali membuat
kebijakan untuk mendorong penerimaan pajak. Menurut Yusro dan Kiswanto
(2014), Awalnya sudah ada ketentuan perpajakan yang mengatur tarif khusus PPh
untuk UMKM tetapi hanya berlaku untuk yang berbentuk badan usaha. Dalam
Undang-Undang No.36 Tahun 2008 (UU PPh) pasal 31 E dinyatakan bahwa
Wajib Pajak badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan Rp50
miliar mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50%. Dengan tarif PPh
Badan yang berlaku saat itu yaitu 25%, maka bagi Wajib Pajak badan dalam
negeri yang memenuhi syarat, tarif efektifnya menjadi 12,5% atas penghasilan
sampai dengan Rp.4,8 miliar. Pengenaan PPh dalam hal ini dilakukan terhadap
penghasilan kena pajak yang dihitung dari perhitungan laba-rugi akuntansi
(pembukuan) setelah dilakukan koreksi fiskal, karena berdasarkan pasal 28 ayat
(1) Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 (UU KUP), Wajib Pajak badan
diwajibkan menyelenggarakan pembukuan.
Kewajiban menyelenggarakan pembukuan tentu menjadi kendala bagi
sebagian besar UMKM. Muchid (2015) menyebutkan kendala pengembangan
UMKM selain rendahnya pendidikan dan kurangnya pemahaman teknologi
informasi, juga kendala dalam penyusunan laporan keuangan. Pada tahun 2013
Pemerintah juga membuat kebijakan pajak yaitu Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 46 tahun 2013 yang diterapkan mulai 1 Juli 2013. PP ini memberikan tarif
pajak sebesar 1% dari omset wajib pajak yang tidak melebihi 4,8 miliar dalam
6
satu tahun masa pajak. PP ini dibuat pemerintah supaya wajib pajak semakin
patuh, kemudian terdorong untuk melaksanakan kewajiban perpajakan sehingga
target penerimaan pajak dapat tercapai. Namun realisasinya, penerimaan pajak
setelah diberlakukan tarif 1% dari omset belum mencapai target, seperti yang
disampaikan Fauzi Ahmad dkk (2016).
Tingkat kepatuhan wajib pajak di Sumsel dan Babel tercatat masih rendah
yakni sebesar 76,61% dalam pengisian SPT tahunan. Pelaksanaan Harian Kanwil
DJP Sumsel Babel Ibrahim mangatakan kepatuhan pembayaran wajib pajak harus
ditingkatkan untuk menciptakan keadilan sosial. Angka kepatuhan wajib pajak
badan dan wajib pajak orang pribadi non karyawan sebesar 59,03% dari jumlah
keseluruhan wajib pajak wajib SPT sebanyak 510.000. “Hal ini menunjukkan
kurangnya kepatuhan wajib pajak badan maupun non karyawan,” katanya. Hingga
saat ini pencapaian penerimaan pajak Kanwil DJP Sumsel dan Kep.Babel baru
mencapai 33,8% dari target realisasi pajak tahun 2018 sebesar Rp.16 triliun.
Ibrahim berharap door to door yang menargetkan lebih dari 1.200 WP UMKM di
wilayah kerja Kanwil DJP Sumsel Babel ini dapat meningkatkan kesadaran para
pelaku usaha akan hak dan kewajiban perpajakan. “Sehingga nantinya akan
meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam pembayaran maupun pelaporan
perpajakannya,” katanya. Ibrahim mengemukakan selain mengedukasi wajib
pajak secara langsung untuk meningkatkan kesadaran wajib pajak, DJP juga
mensosialisasikan Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2018 tentang pajak Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). (http://www.klinikpajak.co.id)
7
Berikut ini adalah tabel jumlah UMKM yang terdaftar di KPP Pratama Ilir
Barat Palembang tahun 2014-2018.
Tabel 1.2 Jumlah UMKM yang Terdaftar di KPP Pratama Ilir Barat
Palembang Tahun 2014-2018
Tahun Jumlah
2014 2.875
2015 3.074
2016 4.001
2017 4.621
2018 4.885
Sumber : KPP Pratama Ilir Barat Palembang, 2019
Dari data diatas dapat dilihat pertumbuhan UMKM di kota Palembang dari
tahun 2014-2018 mengalami peningkatan, ini membuktikan bahwa khususnya di
kota Palembang UMKM mendapat respon yang baik di masyarakat. Oleh karena
itu dengan pertumbuhan yang semakin meningkat membuat masyarakat saat ini
semakin tertarik dalam membuka usaha namun, yang sering terjadi tingkat
kepatuhan Wajib Pajak UMKM yang dinilai masih sangat rendah.
Berikut tabel Wajib Pajak UMKM yang melakukan setor SPT yang terdaftar
di KPP Pratama Ilir Barat Palembang tahun 2014-2018 :
Tabel 1.3 Jumlah Wajib Pajak UMKM Setor SPT yang Terdaftar di KPP
Pratama Ilir Barat Palembang Tahun 2014-2018
Tahun Jumlah
2014 1.323
2015 1.669
2016 2.103
2017 2.656
2018 2.860
Sumber : KPP Pratama Ilir Barat Palembang, 2019
8
Berdasarkan data tabel diatas terlihat bahwa jumlah UMKM yang
melakukan setor SPT di KPP Pratama Ilir Barat Palembang berfluktuasi dari
tahun 2014 sampai tahun 2018. Jumlah terbesar terjadi pada tahun 2018 yaitu
2.860, sedangkan tahun 2017 sebesar 2.656, lalu di tahun 2016 sebesar 2.103,
pada tahun 2015 sebesar 1.669 dan pada tahun 2014 hanya berjumlah 1.323.
Berikut data jumlah Wajib Pajak bayar yang diperoleh dari KPP Ilir Barat
Palembang :
Tabel 1.4 Jumlah Wajib Pajak Bayar Tahun 2014 – 2018
Tahun Jumlah WP Bayar
2014 5,330
2015 6,875
2016 9,098
2017 9,363
2018 9,567
Sumber : KPP Ilir Barat Palembang, 2019
Berdasarkan data KPP Ilir Barat menunjukkan adanya peningkatan jumlah
Wajib Pajak bayar, peningkatan jumlah Wajib Pajak Bayar dari tahun 2017 ke
tahun 2018 sebesar 2,18%, hal ini menunjukkan respon positif atas
dikeluarkannya PP No 23 Tahun 2018.
Pada PP No. 23 Tahun 2018 dilengkapi dengan tata cara perhitungan,
penyetoran dan pelaporan pajak penghasilan atas usaha yang diterima atau
diperoleh wajib pajak. Hal ini memberikan kemudahan bagi UMKM dalam
melaksanakan kewajiban perpajakan. Mekanisme pembayaran pajak yang telah
diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2018 menjelaskan tentang tata
cara perhitungan, penyetoran dan pelaporan pajak penghasilan. Peraturan
pemerintah ini menjelaskan tentang bagaimana cara UMKM melaksanakan
9
pembayaran pajak. Selain itu pembayaran pajak penghasilan untuk UMKM dapat
dilakukan melalui Anjungan Tunai Mandiri (ATM) hanya dengan persyaratan
NPWP dan Nomor Rekening. Sehingga mekanisme pembayaran pajak akan
berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM.
Selain itu, dalam rangka peningkatan penerimaan pajak yaitu melalui
tingkat kepatuhan para wajib pajak. Wajib pajak patuh bukan berarti wajib pajak
yang membayar pajak dalam nominal besar dan tertib melaporkan pajaknya
melalui SPT, melainkan wajib pajak yang mengerti, memahami dan mematuhi
hak dan kewajibannya dalam bidang perpajakan. Tinggi rendahnya wajib pajak
dalam mematuhi kewajiban perpajakannya dipengaruhi oleh beberapa faktor,
salah satunya adalah kesadaran wajib pajak. Pemahaman tentang pajak serta
kesungguhan wajib pajak untuk melaporkan dan membayar kewajiban
perpajakannya dapat mencerminkan tingkat kesadaran wajib pajak, meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang perpajakan melalui pendidikanakan membawa
dampak positif terhadap kesadaran wajib pajak untuk membayar kewajiban
perpajakannya. Tingkat kepatuhan wajib pajak dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, diantaranya adalah persepsi wajib pajak tentang sanksi perpajakan dan
kesadaran wajib pajak.
Agar peraturan perpajakan dipatuhi, maka harus ada sanksi perpajakan bagi
para pelanggarnya. Pelaksanaan dan pemberian sanksi yang dimaksud adalah
dalam bentuk pemberian sanksi administrasi/denda maupun sanksi pidana. Pada
hakikatnya, pengenaan sanksi perpajakan diberlakukan untuk menciptakan
kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Itulah
10
sebabnya, penting bagi wajib pajak memahami sanksi-sanksi perpajakan sehingga
mengetahui konsekuensi hukum dari apa yang dilakukan ataupun tidak dilakukan.
Berbicara tentang perpajakan tidak akan pernah habisnya untuk mengangkat
topik yang menarik. Begitupun hasil penelitian tentang perpajakan yang beragam
hasil pendapat, dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyuningsih (2016)
yang meneliti tentang pengaruh pemahaman wajib pajak, tarif pajak, mekanisme
pembayaran pajak dan kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak
UMKM bidang mebel di Surakarta, menyebutkan bahwa tarif pajak dan
mekanisme pembayaran berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Hasil
peneltian ini didukung oleh Siamena, dkk (2017) tentang pengaruh sanksi
perpajakan dan kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang
pribadi di Manado yang menyatakan bahwa sanksi perpajakan berpengaruh
terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak dan mekanisme
pembayaran berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak yang disandingkan
dengan kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak.
Namun bertentangan dengan Yusro dan Kiswanto (2014) yang meneliti
tentang pengaruh tarif pajak, mekanisme pembayaran pajak dan kesadaran
membayar pajak terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM di Kabupaten Jepara,
yang menyatakan bahwa tarif pajak tidak berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib
Pajak. Serta penelitian oleh Susmiatun (2014) tentang pengaruh pengetahuan
perpajakan ketegasan sanksi pajak dan keadilan perpajakan terhadap kepatuhan
wajib pajak UMKM di kota Semarang, yang menyatakan ketegasan sanksi pajak
tidak berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak UMKM.
11
Berdasarkan uraian di atas dan adanya perbedaan hasil penelitian, maka
dapat dilihat betapa pentingnya penerapan PP No. 23 Tahun 2018 untuk dapat
meningkatkan kepatuhan wajib pajak dan penerimaan negara khususnya pajak
final, oleh sebab itu peneliti termotivasi untuk meneliti dalam penelitian yang
berjudul, “Pengaruh Penurunan Tarif PPh Final, Mekanisme Pembayaran,
dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Bagi UMKM (Studi
Pada KPP Pratama Ilir Barat Palembang)”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas, yang
menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh penurunan tarif PPh Final, mekanisme pembayaran,
dan sanksi pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak UMKM di KPP Pratama
Ilir Barat Palembang secara parsial ?
2. Bagaimana pengaruh penurunan tarif PPh Final, mekanisme pembayaran,
dan sanksi pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak UMKM di KPP Pratama
Ilir Barat Palembang secara simultan?
1.3 Ruang Lingkup Peneliti
Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Penelitian ini membahas penurunan tarif PPh Final, mekanisme
pembayaran, dan sanksi pajak terhadap kepatuhan Wajib pajak UMKM di
KPP Pratama Ilir Barat Palembang.
12
2. Data informasi yang di peroleh yaitu UMKM sektor kerajinan yang terdaftar
di KPP Pratama Ilir Barat Palembang.
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan masalah tersebut diatas,
maka penulis merumuskan tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh penurunan tarif PPh Final, mekanisme
pembayaran dan sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM di
KPP Pratama Ilir Barat Palembang secara parsial.
2. Untuk mengetahui pengaruh penurunan tarif PPh Final, mekanisme
pembayaran dan sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM di
KPP Pratama Ilir Barat Palembang secara simultan.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
Untuk mengetahui bagaimana pemahaman perpajakan, tingkat kepatuhan
pajak badan UMKM terhadap penerimaan pajak.
2. Bagi Perusahaan
Diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dan saran serta informasi bagi
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Ilir Barat Palembang dalam meningkatkan
Penerimaan Pajak pada UMKM di kota Palembang dimasa yang akan
datang.
13
3. Bagi Lembaga
Diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembaca khususnya bagi
mahasiswa jurusan akuntansi STIE MDP Palembang di masa yang akan
datang.
1.6 Sistematika Penelitian
Sistematika penelitian terdiri dari beberapa bab meliputi :
BAB I PENDAHULUAN
Penulis akan membahas mengenai pendahuluan yang terdiri dari
latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian
serta sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Penulis akan membahas mengenai tinjauan pustaka yang terdiri
atas landasan teori yang berisi teori gaya pikul, Theory of Planned
Behavior (TPB), definisi pajak, jenis pajak, tarif pajak, fungsi
pajak, PP No.23 Tahun 2018, mekanisme pembayaran, sanksi
pajak, kepatuhan wajib pajak, UMKM, penelitian terdahulu,
kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN
Penulis akan membahas mengenai metode penelitian yang terdiri
dari pendekatan penelitian, variabel penelitian dan definisi
operasional, populasi dan penentuan sampel, jenis dan sumber
data, metode pengumpulan data, dan metode analisis.
14
BAB IV HASIL PENELITIAN
Penulis akan membahas mengenai metode penelitian yang terdiri
atas gambaran umum objek penelitian, hasil penelitian dan
pembahasan penelitian.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini penulis akan menarik kesimpulan dari hasil
penelitian dari uji SPSS yang diperoleh dan penulis akan
memberikan saran untuk KPP Ilir Barat Palembang dan penelitian
selanjutnya untuk meningkatkan tingkat kepatuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Fauzi dkk. (2016). Pengaruh Pemahaman Peraturah Perpajakan, Tarif
Pajak dan Asas Keadilan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi pada
Wajib Pajak Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang Berada di Wilayah
Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Batu Setelah Diberlakukannya
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013). Jurnal Perpajakan
Universitas Brawijaya. Vol. 8 No. 1. Malang.
Andayani, Endro. (2018). Pengaruh Faktor-Faktor Pelaksanaan PP 46 Tahun 2013
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM. Jurnal Transparansi Vol. 1 No.
1 : 12-18.
Atawodi, Ojochogwu Winnie dan Stephen Aanu Ojeka. (2012). Factors That
Affect Tax Compliance among Small and Medium Emnterprises (SMEs) in
North Central Nigeria. International Journal of Business and Management.
Vol. 7 No. 12 : 87-96.
Ghozali, H. Imam. (2016). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM
SPSS 23. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Mardiasmo. (2016). Perpajakan, Edisi Revisi 2016. Yogyakarta: CV Andi Offset.
Mustofa, Fauzi Achmad., Kertahadi dan Mirza M. R. (2016). Pengaruh
Pemahaman Peraturan Perpajakan, Tarif Pajak dan Asas Keadilan Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal Perpajakan (JEJAK). Vol. 3 No. 1:22.
Ningtyas, Risa PDC. (2012). Pengaruh Pemahaman Perpajakan, Tarif Pajak,
Sanksi Serta Pelayanan Pembayaran terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
UMKM di Kota Malang. Malang: Skripsi Universitas Brawijaya.
Noza, Claressa Ayu Amanda. (2016). Pengaruh Perubahan Tarif, Kemudahan
Membayar Pajak, Sanksi Pajak, dan Sosialisasi PP Nomor 46 Tahun 2013
Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Pelaku UMKM. Surakarta:
Skripsi Universitas Muhamadyah Surakarta.
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 tentang Pajak Penghasilan dari
Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran
Bruto Tertentu.
Prawagis, F. Damayanty, dkk. (2016). Pengaruh Pemahaman Atas Mekanisme
Pembayaran Pajak, Persepsi Tarif Pajak dan Sanksi Pajak Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak UMKM (Studi Pada Wajib Pajak yang Terdaftar di
KPP Pratama Batu). Jurnal Perpajakan (JEJAK). Vol. 10 No. 1.
Pujiwidodo, Dwiyatmoko. (2016). Persepsi Sanksi Perpajakan Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. Jurnal Online INSAN Akuntan.
Vol.1 No.1 Juni 2016, 92 – 116.
Resmi, Siti . (2017). Perpajakan Teori dan Kasus Edisi 10. Salemba Empat.
Jakarta.
Rosdiana, Haula, dkk. (2012). Pengantar Ilmu Pajak. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Sari, Rafika. (2018). Kebijakan Insentif Pajak Bagi Usaha Mikro Kecil dan
Menengah. Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI.
Siamena, Elfin, dkk. (2017). Pengaruh Sanksi Perpajakan dan Kesadaran Wajib
Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di Manado. Jurnal
Riset Akuntansi Going Concern. Vol. 12 No. 2.
Siregar, Dian Lestari. (2017). Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak dan Sanksi Pajak
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Batam. Journal of Accounting & Management Innovation.
Vol. 1 No. 2 Juli 2017.
Sugiyono. (2016). Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, CV
Alfabeta, Bandung.
Tatiek. (2018). Potensi Kepatuhan Pembayaran Pajak pada Pelaku UMKM (Usaha
Mikro Kecil dan Menengah) Pasca Penerbitan Peraturan Pemerintah Nomor
23 Tahun 2018. Seminar Nasional dan Call for Paper Sustainable
Competitive Advantage (SCA) 8. Purwokerto. Vol. 8 No. 1.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan.
Waluyo. (2014). Perpajakan Indonesia. Salemba Empat. Jakarta.
Wahyuningsih, Tri. (2016) Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak, Tarif Pajak,
Mekanisme Pembayaran Pajak dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak UMKM Bidang Mebel di Surakarta. Skripsi Institut
Agama Islam Negeri Surakarta.
Yusro, Heny W. dan Kiswanto. (2014). Pengaruh Tarif Pajak, Mekanisme
Pembayaran Pajak dan Kesadaran Membayar Pajak Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak UMKM di Kabupaten Jepara. Accounting Analysis Journal.
Vol. 3 No. 4.
______(2018). Berita Pajak Kepatuhan Wajib Pajak di Sumsel Babel. Diakses 22
Januari 2019 dari www.klinikpajak.co.id
______(2018). Berita Tarif Pajak UMKM. Diakses 25 Januari 2019 dari
www.detik.com
______(2018). Paparan Rakornas 2018 Sumatera Selatan, Diakses 12 Desember
2018 dari www.depkop.go.id
______(2018). Penurunan Tarif Pajak UMKM Antara Keadilan dan Kejujuran
Wajib Pajak, Diakses 29 Desember 2018 dari www.pajak.go.id