19
TUGAS ZOOLOGI PENGARUH PERUBAHAN IKLIM TERHADAP EKOSISTEM TERUMBU KARANG Disusun oleh : Lucky Kristi C. K2E009061 PRODI OSEANOGRAFI JURUSAN ILMU KELAUTAN

Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Ekosistem Terumbu Karang

  • Upload
    oselucky

  • View
    1.897

  • Download
    18

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Ekosistem Terumbu Karang

TUGAS ZOOLOGI

PENGARUH PERUBAHAN IKLIM

TERHADAP EKOSISTEM TERUMBU KARANG

Disusun oleh :

Lucky Kristi C.

K2E009061

PRODI OSEANOGRAFI

JURUSAN ILMU KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2010

Page 2: Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Ekosistem Terumbu Karang

Pendahuluan

Laut Indonesia memiliki luas 5.176.800 km2 yang terdiri dari 3,1 juta km2 perairan Nusantara

dan 2,7 juta km2 Perairan Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI) ataubsekitar 70% dari luas

Indonesia dimana luas daratan yang kita miliki adalah 1.919.440 km2. Disamping itu kita memiliki

lebih dari 17.000 pulau yang sebagian besar belum bernama, dan panjang pantai 95.181 km. Jadi

sangatlah tepat apabila Indonesia disebut sebagai Negara Kepulauan (Archipelagic State), salah satu

dari 46 negara kepulauan di dunia. Oleh karena itu, sangatlah mudah dipahami jika laut beserta

isinya mempunyai peran yang sangat besar dalam kehidupan dan penghidupan masyarakat

Indonesia. Data menunjukan bahwa dari sekitar 348 kabupaten/kota Indonesia, sejumlah 42 kota

dan 181 kabupaten terletak di wilayah pesisir.

Hutan bakau, padang lamun dan terumbu karang merupakan tiga ekosistem penting di daerah

pesisir. Hutan bakau memiliki peran penting dalam melindungi pantai dari abrasi oleh gelombang

laut, sebagai peredam gelombang, penahan lumpur dan perangkap sedimaen. Padang lamun

memiliki peran sebagai tempat pemijahan (spawning), dan tempat menyari makan (feeding ground).

Telah diidentifikasi lebih dari 93.000 spesies hidup di terumbu karang, namun diperkirakan lebih

dari satu juta spesies mendiami ekosistem ini.

Namun saat ini kondisi sumberdaya hayati laut semakin memprihatinkan. Banyak permasalahan

yang dihadapi seperti pemanfaatan yang berlebih, pencemaran, perusakan ekosistem terumbu

karang, bakau dan lamun, merupakan penyebab utama dari semakin berkurangnya populasi alam

dari banyak organisme laut.

Berkurangnya keanekaragaman hayati ini disebabkan oleh antropogenik (aktivitas manusia)

seperti eksploitasi sumberdaya hayati laut yang berlebihan, dan perusakan habitat, maupun yang

non antropogenik (perubahan ekologis, faktor alam) seperti polusi yang tinggi dan pemanasan

global.

Pada kesempatan ini akan diuraikan tentang pengaruh perubahan iklim terhadap ekosistem

terumbu karang.

Page 3: Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Ekosistem Terumbu Karang

Gambar 1. Luas wilayah Indonesia

Pengertian

Binatang karang adalah  pembentuk utama ekosistem terumbu karang. Binatang karang yang

berukuran sangat kecil, disebut polip, yang dalam jumlah ribuan membentuk koloni yang dikenal

sebagai karang (karang batu atau karang lunak). Dalam peristilahan ‘terumbu karang’, “karang”

yang dimaksud adalah  koral, sekelompok  hewan dari ordo  Scleractinia  yang menghasilkan 

kapur  sebagai pembentuk utama terumbu, sedangkan erumbu karang adalah karang yang terbentuk

dari kalsium karbonat koloni kerang laut yang bernama polip yang bersimbiosis dengan organisme

miskroskopis yang bernama zooxanthellae. Terumbu karang bisa dikatakan sebagai hutan tropis

ekosistem laut. Ekosistem ini terdapat di laut dangkal yang hangat dan bersih dan merupakan

ekosistem yang sangat penting dan memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Biasanya

tumbuh di dekat pantai di daerah tropis dengan temperatur sekitar 21-300C.

Terumbu karang memberikan perlindungan bagi hewan-hewan dalam habitatnya termasuk

sponge, ikan (kerapu, hiu karang, clown fish, belut laut, dll), ubur-ubur, bintang laut, udang-

udangan, kura-kura, ular laut, siput laut, cumi-cumi atau gurita, termasuk juga burung-burung laut

yang sumber makanannya berada di sekitar ekosistem terumbu karang.

Ada dua jenis terumbu karang yaitu terumbu karang keras (hard coral) dan terumbu karang

lunak (soft coral). Terumbu karang keras (seperti brain coral dan elkhorn coral) merupakan karang

batu kapur yang keras yang membentuk terumbu karang. Terumbu karang lunak (seperti sea fingers

dan sea whips) tidak membentuk karang. Terdapat beberapa tipe terumbu karang yaitu terumbu

karang yang tumbuh di sepanjang pantai di continental shelf yang biasa disebut sebagai fringing

reef, terumbu karang yang tumbuh sejajar pantai tapi agak lebih jauh ke luar (biasanya dipisahkan

oleh sebuah laguna) yang biasa disebut sebagai barrier reef dan terumbu karang yang menyerupai

cincin di sekitar pulau vulkanik yang disebut coral atoll.

Tipe-tipe terumbu karang

Berdasarkan bentuk dan hubungan perbatasan tumbuhnya terumbu karang dengan daratan (land

masses) terdapat tiga klasifikasi tipe terumbu karang. Ketiga tipe tersebut adalah (gambar 2):

1. Terumbu karang tepi (fringing reefs)

Terumbu karang tepi atau karang penerus, berkembang di mayoritas pesisir pantai dari pulau-

pulau besar.  Perkembangannya bisa mencapai kedalaman 40 meter dengan pertumbuhan ke atas

dan ke arah luar menuju laut lepas. Dalam proses perkembangannya, terumbu ini berbentuk

melingkar yang ditandai dengan adanya bentukan ban atau bagian endapan karang mati yang

Page 4: Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Ekosistem Terumbu Karang

mengelilingi pulau.  Pada pantai yang curam, pertumbuhan terumbu jelas mengarah secara vertikal.

Contoh: Bunaken (Sulawesi), P. Panaitan (Banten), Nusa Dua (Bali).

2. Terumbu karang penghalang (barrier reefs)

Terumbu karang ini terletak pada jarak yang relatif jauh dari pulau, sekitar 0.52 km ke arah laut

lepas dengan dibatasi oleh perairan berkedalaman hingga 75 meter. Terkadang membentuk lagoon

(kolom air) atau celah perairan yang lebarnya mencapai puluhan kilometer.  Umumnya karang

penghalang tumbuh di sekitar pulau sangat besar atau benua dan membentuk gugusan pulau karang

yang terputus-putus. Contoh:  Great Barrier Reef (Australia), Spermonde (Sulawesi Selatan),

Banggai Kepulauan (Sulawesi Tengah).

3. Terumbu karang cincin (atolls)

Terumbu karang yang berbentuk cincin yang mengelilingi batas dari pulaupulau vulkanik yang

tenggelam sehingga tidak terdapat perbatasan dengan daratan. Menurut Darwin, terumbu karang

cincin merupakan proses lanjutan dari terumbu karang penghalang, dengan kedalaman rata-rata 45

meter.  Contoh: Taka Bone Rate (Sulawesi), Maratua (Kalimantan Selatan), Pulau Dana (NTT),

Mapia (Papua).

Gambar 2. Tipe-tipe terumbu karang, yaitu terumbu karang tepi (kiri), terumbu karang penghalang (tengah), dan

terumbu karang cincin (kanan)

Sumber : web.ipb.ac.id

Spesies Terumbu Karang di Indonesia

Tabel 1. Jenis terumbu karang di Indonesia

No. Nama Distibusi

1Acropora cervicorni

(Gambar 3)Perairan Indonesia

2Acropora acuminata

(Gambar 4)Perairan Indonesia

3 Acropora micropthalma Perairan Indonesia

Page 5: Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Ekosistem Terumbu Karang

(Gambar 5)

4Acropora millepora

(Gambar 6)Perairan Indonesia

5Acropora palmate

(Gambar 7)Perairan Indonesia

6Acropora hyacinthus

(Gambar 8)Perairan Indonesia

7Acropora echinata

(Gambar 9)Indo-Pasifik barat

8Acropora humilis

(Gambar 10)Perairan Indonesia

9Acropora cytherea

(Gambar 11)Indo-Pasifik barat

10Siderastrea sidereal

(Gambar 12)Perairan Indonesia

Gambar 3. Acropora cervicorni Gambar 4. Acropora acuminata Gambar 5. Acropora micropthalma

Gambar 6. Acropora millepora Gambar 7. Acropora palmate Gambar 8. Acropora hyacinthus

Gambar 9. Acropora echinata Gambar 10. Acropora humilis Gambar 11. Acropora cytherea

Page 6: Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Ekosistem Terumbu Karang

Gambar 11. Siderastrea sidereal

Sumber : http://dhamadharma.wordpress.com

Faktor- faktor yang Merusak Terumbu Karang

Indonesia memang kaya akan keanekaragaman hayatinya, termasuk di laut. Saat ini salah satu

ekosistem laut yang memiliki peranan penting yaitu terumbu karang, mulai rusak. Hal ini

disebabkan oleh :

a. Pengendapan kapur

Pengendapan kapur dapat berasal dari penebangan pohon yang dapat mengakibatkan pengikisan

tanah (erosi)  yang akan terbawa kelaut dan menutupi karang sehingga karang tidak dapat tumbuh

karena sinar matahari tertutup oleh sedimen.

b. Aliran air tawar

Aliran air tawar yang terus menerus dapat membunuh karang, air tawar tersebut dapat berasal

dari pipa pembuangan, pipa air hujan ataupun limbah pabrik yang tidak seharusnya mengalir ke

wilayah terumbu karang.

c. Berbagai jenis limbah dan sampah

Bahan pencemar bisa berasal dari berbagai sumber, diantaranya adalah limbah pertanian,

perkotaan, pabrik, pertambangan dan perminyakan.

d. Pemanasan suhu bumi

Pemanasan suhu bumi dikarenakan pelepasan karbon dioksida (CO2) ke udara. Tingginya kadar

CO2 diudara berpotensi meningkatan suhu secara global. yang dapat mengakibatkan naik nya suhu

air laut sehingga karang menjadi memutih (bleaching) seiring dengan  perginya zooxanthellae dari

jaringan kulit karang, jika terjadi terus menerus maka pertumbuhan terumbu karang terhambat dan

akan mati.

e. Uji coba senjata militer

Pengujian bahan peledak dan nuklir di laut serta kebocoran dan buangan reaktor nuklir

menyebabkan radiasi di laut, bahan radio aktif tersebut dapat bertahan hingga ribuan tahun yang

berpotensi meningkatkan jumlah kerusakan dan perubahan genetis (mutasi) biota laut.

Page 7: Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Ekosistem Terumbu Karang

f. Cara tangkap yang merusak

Cara tangkap yang merusak antara lain penggunaan muro-ami, racun dan bahan peledak.

g. Penambangan dan pengambilan karang

Pengambilan dan penambangan karang umumnya digunakan sebagai bahan bangunan.

Penambangan karang berpotensi menghancurkan ribuan meter persegi terumbu dan mengubah

terumbu menjadi gurun pasir bawah air.

h. Penambatan jangkar dan berjalan pada terumbu

Nelayan dan wisatawan seringkali menambatkan jankar perahu pada terumbu karang. Jangkar

yang dijatuhkan dan ditarik diantara karang maupun hempasan rantainya yang sangat merusak

koloni karang.

i. Serangan bintang laut berduri

Bintang laut berduri adalah sejenis bintang laut besar pemangsa karang yang permukaanya

dipenuhi duri. Ia memakan karang dengan cara manjulurkan bagian perutnya ke arah koloni karang,

untuk kemudian mencerna dan membungkus  polip-polip karang dipermukaan koloni tersebut.

Efek Perubahan Iklim Terhadap Ekosistem Terumbu Karang

Pemanasan global merupakan salah satu isu yang sangat banyak diperbincangkan hingga saat ini.

Pemanasan global diketahui telah menyebabkan berbagai perubahan lingkungan hampir di semua

macam ekosistem. Uraian selanjutnya akan lebih difokuskan pada pengaruh pemanasan global

terhadap ekosistem yang berada di perairan laut, yaitu terumbu karang.

Pemanasan global (global warming) pada dasarnya merupakan fenomena peningkatan

temperatur global dari tahun ke tahun karena terjadinya efek rumah kaca (greenhouse effect) yang

disebabkan oleh meningkatnya emisi gas-gas seperti karbondioksida (CO2), metana (CH4),

dinitrooksida (N2O) dan CFC sehingga energi matahari terperangkap dalam atmosfer bumi.

Berbagai literatur menunjukkan kenaikan temperatur global – termasuk Indonesia – yang terjadi

pada kisaran 1,5–40 Celcius pada akhir abad 21.

Pemanasan global mengakibatkan dampak yang luas dan serius bagi lingkungan bio-geofisik

(seperti pelelehan es di kutub, kenaikan muka air laut, perluasan gurun pasir, peningkatan hujan dan

banjir, perubahan iklim, punahnya flora dan fauna tertentu, migrasi fauna dan hama penyakit, dsb).

Sedangkan dampak bagi aktivitas sosial-ekonomi masyarakat meliputi : (a) gangguan terhadap

fungsi kawasan pesisir dan kota pantai, (b) gangguan terhadap fungsi prasarana dan sarana seperti

jaringan jalan, pelabuhan dan bandara (c) gangguan terhadap permukiman penduduk, (d)

Page 8: Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Ekosistem Terumbu Karang

pengurangan produktivitas lahan pertanian, (e) peningkatan resiko kanker dan wabah penyakit,

dsb).

Para ilmuwan mulai menyelidiki pemanasan global yang terjadi sejak akhir abad 18. Sebagian

besar ahli berkesimpulan bahwa kegiatan manusialah yang menjadi penyebab utama meningkatnya

pemanasan global yang seringkali dikenal dengan efek rumah kaca. Efek rumah kaca memanaskan

bumi melalui suatu proses yang kompleks yang berhubungan dengan sinar matahari, gas, dan

partikel-partikel yang ada di atmosfer. Gas-gas yang menahan panas di atmosfer disebut gas rumah

kaca.

Kegiatan manusia yang menimbulkan pemanasan global adalah pembakaran minyak bumi, batu

bara, dan gas alam dan pembukaan lahan. Sebagian besar pembakaran berasal dari asap mobil,

pabrik, dan pembangkit tenaga listrik. Pembakaran minyak fosil ini menghasilkan carbon dioxide

(CO2), yakni gas rumah kaca yang menghambat radiasi panas ke angkasa ruang. Pohon-pohon dan

berbagai tanaman menyerap CO2 cari udara selama proses fotosintesis untuk menghasilkan

makanan. Pembukaan lahan dengan menebangi pohon-pohon ikut meningkatkan jumlah CO2 karena

menurunkan penyerapan CO2, dan dekomposisi dari tumbuhan yang telah mati juga meningkatkan

jumlah CO2.

Pemanasan global yang terus menerus dapat menimbulkan kerusakan-kerusakan. Tanaman dan

binatang yang hidup di dalam laut menjadi terganggu. Pemanasan global menyebabkan perubahan

iklim serta mencairnya es di kutub mengakibatkan peningkatan tinggi permukaan air laut.

Kenaikan muka air laut secara umum akan mengakibatkan dampak sebagai berikut : (a)

meningkatnya frekuensi dan intensitas banjir, (b) perubahan arus laut, (c) meluasnya intrusi air laut,

(d) ancaman terhadap kegiatan sosial-ekonomi masyarakat pesisir, dan (e) berkurangnya luas

daratan atau hilangnya pulau-pulau kecil.

Spesies yang paling rentan terhadap perubahan iklim memiliki habitat yang khusus, toleransi

lingkungan yang terbatas dan besar kemungkinannya untuk dikalahkan oleh perubahan ikim dan

memiliki ketergantungan akan pemicu atau interaksi lingkungan khusus yang kemungkinannya

besar untuk dihancurkan oleh perubahan iklim.

Perubahan iklim akan mengakibatkan kenaikan suhu air laut sekitar 0,2 hingga 2,5 derajat

Celsius. Sedikit saja suhu berubah dapat menyebabkan dampak yang besar terhadap vitalitas,

pertumbuhan dan laju reproduksi organisme laut. Ada beberapa hal berkaitan yang ditimbulkan

dengan naiknya suhu bumi terhadap ekosistem terumbu karang, yaitu :

1. Pemutihan Karang

Sebagian besar karang adalah binatang-binatang kecil (polip) yang hidup berkoloni dan

membentuk terumbu. Mereka mendapatkan makanannya melalui dua cara, yaitu (1) dengan

menggunakan tentakel mereka untuk menangkap plankton dan (2) melalui alga kecil

(zooxanthellae) yang hidup di jaringan karang. Beberapa jenis zooxanthellae dapat hidup di

Page 9: Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Ekosistem Terumbu Karang

satu jenis karang. Biasanya mereka ditemukan dalam jumlah besar dalam setiap polip, hidup

bersimbiosis, memberikan : warna pada polip energi dari fotosintesis dan 90% kebutuhan

karbon polip. Zooxanthellae menerima nutrisi-nutrisi penting dari karang dan memberikan

sebanyak 95% dari hasil fotosintesisnya (energi dan nutrisi) kepada karang.

Dalam karang pembentuk terumbu, kombinasi fotosintesis dari alga dan proses fisiologi

lainnya dalam karang membentuk kerangka batu kapur (kalsium karbonat). pembentukan

kerangka yang lambat ini, diawali dengan pembentukan koloni dan kemudian membentuk

kerangka kerja tiga dimensi yang rumit menjadikan terumbu karang sebagai tempat berlabuh

bagi banyak jenis biota, yang banyak di antaranya penting untuk kehidupan masyarakat dan

komunitas pesisir.

Pemutihan karang terjadi akibat berbagai asidifikasi laut dan kenaikan suhu air laut, yang

menyebabkan degenerasi atau hilangnya zooxanthellae pewarna dari jaringan karang. Dalam

keadaan normal, jumlah zooxanthellae berubah sesuai dengan musim sebagaimana

penyesuaian karang terhadap lingkungannya.

Kenaikan suhu mengganggu kemampuan zooxanthellae untuk berfotosisntesis, dan dapat

memicu produksi kimiawi berbahaya yang merusak sel-sel mereka. Pemutihan dapat pula

terjadi pada organisme-organisme bukan pembentuk terumbu karang seperti karang lunak

(soft coral), anemone dan beberapa jenis kima raksasa tertentu (Tridacna spp.), yang juga

mempunyai alga simbiosis dalam jaringannya.

Selain kenaikan suhu, penyebab terjadinya pemutihan karang adalah tingginya tingkat

sinar ultraviolet, kurangnya cahaya, tingginya tingkat kekeruhan, sedimentasi, penyakit, kadar

garam yang tidak normal dan polusi.

2. Perubahan Distribusi Ekosistem

Terumbu karang dapat tumbuh dengan maksimal pada daerah dengan suhu tahunan rata-

rata 1800C. Suhu tersebut merupakan suhu paling optimal sekaligus suhu pembatas, di mana

rentang temperatur tidak boleh terlalu jauh. Kenaikan antara 1,1 hingga 6,40C akan

menyebabkan pergeseran pada distribusi ekosistem terumbu karang. Pergeseran tersebut

akan menyebabkan area yang lebih sempit dibandingkan keadaan semula dan diperkirakan

bahwa kemampuan organisme ekosistem terumbu karang di daerah baru sangatlah kecil.

Akibatnya, luas ekosistem akan menjadi berkurang atau bisa dikatakan bahwa ekosistem

akan menuju ke arah penurunan menjadi ekosistem yang minor atau kecil.

3. Penurunan Potensi Klasifikasi

Organisme di ekosistem terumbu karang menggunakan ion kalsium dan ion karbonat dari

air laut untuk menyekresikan rangka kalsium karbonat. Penurunan konsentrasi ion dapat

Page 10: Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Ekosistem Terumbu Karang

mempengaruhi laju pembentukan rangka, tetapi karbonat lebih sedikit bila dibandingkan

dengan kalsium, dan diketahui juga berperan penting dalam kalsifikasi di koral.

Konsentrasi ion karbonat akan menurun seiring dengan kenaikan kadar karbondioksida di

laut, sehingga proses kalsifikasi akan menjadi lebih lambat. Koral dan alga calcareous adalah

dua komponen ekosistem terumbu karang yang terpengaruh. Hal tersebut tentunya akan

mengganggu laju pembentukan koral dan juga densitas rangka koral. Laju yang rendah akan

menyebabkan berkurangnya kemampuan untuk mendapatkan ruang hidup dan densitas yang

rendah menyebabkan rangka yang terbentuk rapuh serta mudah rusak oleh faktor fisik serta

bioerosi. Pengaruh lain pemanasan global adalah perubahan kondisi kimiawi air laut yang

akan menyebabkan dissolusi dari CaCO3 yang menyebabkan hilangnya struktur rangka koral.

Ketiga hal di atas menunjukkan bahwa kelangsungan hidup ekosistem terumbu karang

dipengaruhi oleh pemanasan global. Selain itu, ada satu hal yang penting berkaitan dengan

pangaruh pemanasan global terhadap ekosistem terumbu karang, yaitu pemanasan global

diperkirakan akan menyebabkan gangguan ekosistem terumbu karang yang sifatnya kronis

dan akut apabila berinteraksi dengan faktor selain kenaikan suhu, antara lain adanya El-Nino,

perubahan sirkulasi air laut, dan pengambilan berlebihan oleh manusia.

Gambar 12. Kenaikan permukaan air laut

Sumber : www.sciencenews.org

Upaya Rehabilitasi Terumbu Karang

Belajar dari kerusakan hutan Indonesia, maka untuk menyelamatkan kelestariannya dibuatlah

hutan lindung. Demikian pula di laut, sudah saatnya dibuat “Daerah Perlindungan Laut (DPL)”

untuk menyelamatkan ekosistem terumbu karang yang masih tersisa.

Ternyata banyak DPL yang masih tetap dijarah dan terjadi kegiatan pengerusakan terhadap

ekosistem terumbu karang. Karenanya, terbukti di Indonesia hutan adat jauh lebih terjaga

kelestariannya dibandingkan hutan lindung. Karena hutan adat dimiliki oleh masyarakat dan dijaga

oleh masyarakat. Demikian pula dengan di laut, Daerah perlindungan Laut Berbasis Masyarakat

(DPL-BM) jauh lebih banyak yang memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan.

Page 11: Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Ekosistem Terumbu Karang

Faktor utama yang menyebabkan kerusakan ekosistem terumbu karang di Indonesia karena

kurangnya kepedulian masyarakat untuk menjaga dan melestarikan ekosistem ini. DPL-BM

merupakan program dengan kegiatan utama memberikan wawasan kepada masyarakat dan

menanamkan kepedulian untuk bersama-sama menjaga ekosistem pesisir yang ada disekitarnya

yang dijadikan DPL-BM. Dengan program DPL-BM, masyarakat akan dirangsang untuk

mengembangkan kearifan lokal, peningkatan rasa memiliki terhadap ekosistem terumbu karang

sehingga akan berkembangnya metode penangkapan yang ramah lingkungan dan lestari.

DPL-BM merupakan program konservasi laut yang berdasarkan aspirasi masyarakat,

dilaksanakan oleh masyarakat dan untuk kesejahteraan masyarakat. Program ini melibatkan

masyarakat sekitar sebagai pengawas yang akan terus menjalankan program dalam menjaga

kelestarian ekosistem terumbu karang. Salah satu cara melestarikan terumbu karang yang patut

dipertimbangkan ialah membuat sebanyak-banyaknya Daerah Perlindungan Laut (Marine Protected

Area) seperti Taman Nasional Laut, Cagar Alam Laut, dan Suaka Margasatwa Laut. Sebab,

terumbu karang merupakan biota yang dapat memperbaiki dirinya sendiri setelah kerusakan, namun

perlu didukung dengan strategi pemulihannya.

Kesimpulan

Indonesia memiliki luas laut sebesar 5.176.800 km2. Sungguh sangat disayangkan jika banyak

sumber hayati laut yang kita punya rusak dan punah begitu saja apalagi dikarenakan ulah manusia

itu sendiri.

Seperti halnya terumbu karang yang keberadaannya semakin hari semakin terancam. Indonesia

memiliki banyak jenis terumbu karang, namun keberadaannya sangat memprihatinkan. Banyak dari

jenis terumbu karang di Indonesia yang rusak.

Banyak faktor-faktor penyebab rusaknya terumbu karang, seperti:

1. Pengendapan kapur

2. Aliran air tawar

3. Limbah

4. Pemanasan suhu bumi

5. Uji coba militer

6. Cara tangkap yang salah

7. Penambangan dan pengambilan karang

8. Penambatan jangkar dan berjalan pada terumbu

9. Serangan bintang laut berduri

Page 12: Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Ekosistem Terumbu Karang

Faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap kerusakan terumbu karang adalah pemanasan

suhu bumi (Global Warming). Global warming disebabkan oleh meningkatnya gas efek rumah

kaca.

Pemanasan global menyebabkan perubahan iklim serta mencairnya es di kutub mengakibatkan

peningkatan tinggi permukaan air laut. Perubahan iklim akan mengakibatkan kenaikan suhu air laut

sekitar 0,2 hingga 2,5 derajat Celsius. Sedikit saja suhu berubah dapat menyebabkan dampak yang

besar terhadap vitalitas, pertumbuhan dan laju reproduksi organisme laut.

Perubahan iklim ini juga berpengaruh pada ekosistem terumbu karang. Ada beberapa dampak

yang ditimbulkan dengan naiknya suhu bumi terhadap ekosistem terumbu karang, yaitu :

1. Pemutihan karang

2. Perubahan distribusi ekosistem

3. Penurunan potensi klasifikasi

Banyak cara yang dapat kita lakukan untuk rehabilitasi terumbu karang, salah satunya adalah

dengan diadakannya program Daerah perlindungan Laut Berbasis Masyarakat (DPL-BM). Program

ini merupakan program konservasi laut yang berdasarkan aspirasi masyarakat, dilaksanakan oleh

masyarakat dan untuk kesejahteraan masyarakat. Program ini melibatkan masyarakat sekitar

sebagai pengawas yang akan terus menjalankan program dalam menjaga kelestarian ekosistem

terumbu karang.

Daftar Pustaka

Ambalika, Indra. Upaya Rehabilitasi Ekosistem Terumbu Karang dengan Merintis Daerah

Perlindungan Laut (Marine Protect Area) Berbasis Masyarakat. www.ubb.ac.id.

Akses 6 Juli 2010

Anonim. Ekosistem Terumbu Karang. web.ipb.ac.id. Akses 6 Juli 2010

Anonim. Pemanasan Global. www.geo.ugm.ac.id/archives. Akses 6 Juli 2010

Anonim. Pengaruh (Efek) Pemanasan Global (Global Warming) Terhadap Ekosistem Terumbu

Karang dan Lamun. www.wendyachmmad.com. Akses 6 Juli 2010

Anonim. Terumbu Karang. www.id.wikipedia.org/wiki/Terumbu_karang. Akses 6 Juli 2010

Anonim. Terumbu Karang. www.oseanografi.blogspot.com. Akses 6 Juli 2010

Page 13: Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Ekosistem Terumbu Karang

Darmadi. Ekosistem Terumbu Karang di Indonesia. www.dhamadharma.wordpress.com.

Akses 6 Juli 2010

Dwi. Global Warming. www.nonuwie.multiply.com. Akses 6 Juli 2010

Maulidia, Martha. Dampak Terhadap Keanekaragaman Hayati, Habitat, dan spesies Langka.

www.iklimkarbon.com. Akses6 Juli 2010