36
1 PENGARUH PREDIKSI KEBANGKRUTAN TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN SEKTOR KEUANGAN DI BEI Amir Naif Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh prediksi kebangkrutan terhadap return saham pada perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sampel penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di BEI periode penelitian 2010- 2012. Data dikumpulkan dengan teknik purposive sampling dan total sampel berjumlah 47 perusahaan. Data dianalisis menggunakan analisis regresi linear sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prediksi kebangkrutan tidak berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Nilai Altman z-score pada perusahaan sektor keuangan tidak mampu memberikan informasi tentang kondisi keuangan perusahaan sehingga informasi tersebut di respon oleh para investor dan tidak memberi pengaruh pada return saham. Hasil penelitian ini bertentangan dengan sebagian besar literatur sebelumnya. Kata Kunci: prediksi kebangkrutan, z-score, return saham, Abstract This Research aims is to examine and analyze the influence of bankruptcy prediction to stock return of financial services sector companies listed in Indonesian Stock Exchange. The samples at this study are companies listed in Indonesian Stock Exchange during period of 2010-2012. Data is collected by purposive sampling techniques and sample total 47 companies.

PENGARUH PREDIKSI KEBANGKRUTAN TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN SEKTOR KEUANGAN DI BEI

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : Amir Naif Basyrewan,

Citation preview

Header halaman genap: Nama Jurnal. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2012, 0 - 216

22

PENGARUH PREDIKSI KEBANGKRUTAN TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN SEKTOR KEUANGAN DI BEIAmir NaifJurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri [email protected] ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh prediksi kebangkrutan terhadap return saham pada perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sampel penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di BEI periode penelitian 2010-2012. Data dikumpulkan dengan teknik purposive sampling dan total sampel berjumlah 47 perusahaan. Data dianalisis menggunakan analisis regresi linear sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prediksi kebangkrutan tidak berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Nilai Altman z-score pada perusahaan sektor keuangan tidak mampu memberikan informasi tentang kondisi keuangan perusahaan sehingga informasi tersebut di respon oleh para investor dan tidak memberi pengaruh pada return saham. Hasil penelitian ini bertentangan dengan sebagian besar literatur sebelumnya.Kata Kunci: prediksi kebangkrutan, z-score, return saham,AbstractThis Research aims is to examine and analyze the influence of bankruptcy prediction to stock return of financial services sector companies listed in Indonesian Stock Exchange. The samples at this study are companies listed in Indonesian Stock Exchange during period of 2010-2012. Data is collected by purposive sampling techniques and sample total 47 companies. Data is analyzed using simple linear regression. The results showed that bankruptcy prediction with Altman z-score has no effect on stock return of financial services sector companies. Altman z-score value of financial services sector companies unable to give information about companies financial condition so that why investor didnt response and give influence on stock return. The result contrary to most of previous literature.Keywords: bankruptcy prediction, z-score, stock return

PENDAHULUANLembaga keuangan dan perusahaan sektor keuangan sendiri mempunyai peranan yang sangat penting, salah satunya menjaga kestabilan moneter yang disebabkan atas kebijakan terhadap simpanan masyarakat serta sebagai lalu lintas pembayaran. Lembaga keuangan juga memiliki tujuan menghasilkan keuntungan atau laba, sehingga setiap lembaga keuangan di Indonesia memiliki prinsip going concern yang artinya kegiatan usaha harus dilakukan secara terus-menerus, tidak hanya sesaat atau sekali selesai lalu tidak berkelanjutan. Krisis ekonomi global yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2008 salah satunya disebabkan kebangkrutan yang dialami oleh Lehman Brothers pada September 2008. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan pada sektor keuangan saling memengaruhi, di mana kegagalan pada satu perusahaan akan berdampak sistemik dan menyebabkan terjadinya krisis ekonomi, sehingga prediksi kebangkrutan pada perusahaan di sektor keuangan menjadi penting. Prediksi ini dapat digunakan sebagai Early Warning System terhadap perusahaan-perusahaan tersebut maupun pemerintah sebagai regulator perekonomian untuk bersiap menghadapi krisis ekonomi yang dapat terjadi sewaktu-waktu. Belajar dari kebangkrutan yang terjadi pada Lehmann Brothers pada 2008, dapat dilihat bahwa pengumuman kebangkrutan mempengaruhi harga saham perusahaan yang bersangkutan dimana ketika itu terjadi penurunan yang sangat tajam terhadap harga saham perusahaan. Beberapa penelitian mengindikasikan adanya hubungan antara prediksi kebangkrutan atau risiko kebangkrutan terhadap equity return. Griffin and Lemmon (2002) menemukan bahwa risiko kebangkrutan memiliki hubungan yang negatif dengan Equity Return, dimana perushaan yang memiliki risiko default yang tinggi cenderung memiliki book-to-market equity dan stock return yang cenderung lebih tinggi dibanding yang lain dan hal tersebut dianggap karena adanya mispricing penentuan nilai. Vassalou and Xing (2004) menemukan hubungan yang sebaliknya bahwa default risk atau risiko gagal membayar utang mempengaruhi secara equity return. Perusahaan kecil dan value stocks dengan risiko default yang tinggi memiliki return equity yang lebih tinggi. Penelitian-penelitian tentang prediksi kebangkrutan perusahaan yang ada di Indonesia mayoritas menggunakan model prediksi Altman Z-score. Penelitian Shumway (2001) menjelaskan model yang terbaik dalam memprediksi kebangkrutan Pada penelitian kali ini model prediksi yang digunakan terbatas pada model prediksi yang menggunakan pendekatan accounting based. Hal ini dikarenakan ialah sulitnya untuk mendapatkan informasi dengan data market based model di Indonesia. Selain itu, Pasar Modal Indonesia dinilai masih dalam perkembangan menuju bentuk semi-strong form, hal ini dapat dilihat dari masih adanya informasi-informasi yang dimiliki orang dalam (Insider). Meski demikian, Z-score milik Altman masih memiliki kecenderungan akurasi yang baik dalam memprediksi kebangkrutan bahkan ketika digunakan perusahaan pada negara berkembang seperti Indonesia. Pemilihan model prediksi tersebut ialah guna meningkatkan tingkat akurasi prediksi kebangkrutan sebagai proksi risiko kebangkrutan untuk melihat pengaruhnya terhadap return saham perusahaan. Berdasarkan beberapa uraian tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk mengetahui prediksi kebangkrutan terhadap return saham pada perusahaan sektor keuangan di BEIKAJIAN PUSTAKARoss (1977) memperkenalkan signaling theory yang menyatakan bahwa informasi dari keputusan manajerial dan struktur keuangan suatu perusahaan akan menjadi sebuah sinyal terhadap pasar yang akan merubah keseimbangan pasar. Hubungan antara publikasi informasi baik laporan keuangan, kondisi keuangan ataupun sosial politik terhadap fluktuasi volume perdagangan saham dapat dilihat dalam efisiensi pasar. Suatu prediksi tentang kebangkrutan pada suatu perusahaan bisa menjadi sebuah sinyal bagi para investor sebelum melakukan investasi dalam sekuritas perusahaan tersebut. Ketika suatu perusahaan diprediksi akan mengalami kesulitan keuangan atau pada akhirnya mengalami kebangkrutan merupakan bad news bagi investor, sehingga harga saham perusahaan akan mengalami penurunan dan pada akhirnya return investor dari saham tersebut mengalami penurunan juga.Pengertian KebangkrutanKebangkrutan (bankruptcy) atau kepailitan menurut Undang-Undang No. 4 tahun 1998 adalah keadaan dimana suatu institusi dinyatakan oleh putusan pengadilan apabila debitor memiliki dua atau lebih kreditor dan tidak membayar sedikitnya satu hutang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih. Kebangkrutan sebagai suatu kegagalan yang terjadi pada sebuah perusahaan didefinisikan dalam beberapa pengertian menurut Peter dan Yoseph (2011) yaitu :

1. Kegagalan Ekonomi (Economic Distressed)Kegagalan dalam ekonomi berarti bahwa perusahaan kehilangan uang atau pendapatan perusahaan tidak mampu menutupi biayanya sendiri, ini berarti tingkat labanya lebih kecil dari biaya modal atau nilai sekarang dari arus kas perusahaan lebih kecil dari kewajiban.1. Kegagalan Keuangan (Financial Distressed)Pengertian financial distressed mempunyai makna kesulitan dana baik dalam arti dana dalam pengertian kas atau dalam pengertian modal kerja. Sebagian asset liability management sangat berperan dalam pengaturan untuk menjaga agar tidak terkena financial distressed. Kebangkrutan akan cepat terjadi pada perusahaan yang berada di Negara yang sedang mengalami kesulitan ekonomi, karena kesulitan ekonomi akan memicu semakin cepatnya kebangkrutan perusahaan yang mungkin tadinya sudah sakit kemudian semakin sakit dan bangkrut. Model Prediksi KebangkrutanPenelitian Beaver (1966) dapat dikatakan sebagai pelopor penelitian tentang model prediksi kebangkrutan. Hasil temuan Beaver dalam penelitian tersebut membuat mulai banyak peniliti yang melakukan penelitian terhadap prediksi kebangkrutan perusahaan dan beberapa diantaranya berhasil membuat model prediksi kebangkrutan. Dari beberapa model perdiksi yang diperkenalakan dari penelitian para akademisi, Abbas and Rashid (2011) membedakan model prediksi kebangkrutan menjadi 3 berdasarkan pendeketan dan sumber informasi yang digunakan dalam model prediksi kebangkrutan yaitu accounting-based approach model, market-based model, dan Artificial Intellegence modelAccounting Based Approach ModelModel prediksi kebangkrutan Accounting-based menggunakan informasi yang diperoleh dari laporan keuangan sebagai prediktor untuk kebangkrutan perusahaan di masa yang akan datang. Beberapa peneliti yang mengunakan pendekatan accounting-based antara lain Beaver (1966), Altman (1968), Ohlson (1980), Zmijewski (1984). Market Based Approach ModelModel Prediksi Kebangkrutan Market-based menggunakan informasi yang berasal dari pasar seperti informasi harga ekuitas di pasar. Menurut Xu and Zhang (2009) dikarenakan pada dasarnya informasi yang diperoleh dari pasar bersifat pandangan untuk masa yang akan datang sehingga model market based approach menggambarkan kinerja perusahaan di masa yang akan datang dengan mempertimbangkan variabel yang berasal dari pasar. Model Prediksi Kebangkrutan Market-based pada awalnya berasal dari Option Pricing Model yang diperkenalkan oleh Black and Scholes (1973) dan Merton (1974) yang dimana probabilitas terjadinya kebangkrutan bergantung pada volatilitas antara nilai pasar dari aset dan strike price (atau biasa disebut exercise price). Beberapa penelitian yang menggunakan Market Based Approach antara lain Vassalou and Xing (2004) dan Bharath dan Shumway (2006). Hillegeist et al. (2004) membandingkan model market based approach (Black-Sholes and Merton) dengan accounting based approaches (Z-score dan O-score) dan menyimpulkan bahwa market based approach secara signifikan lebih informatif dalam memprediksi default atau kebangkrutan. Sedangkan, Agrawal and Taffler (2008) menyatakan bahwa accounting based approaches menghasilkan produces manfaat ekonomi yang signifikan dibanding market based approach.Hybrid ModelHybrid Model merupakan model prediksi kebangkrutan yang menggunakan gabungan informasi yang berasal dari Accounting Based Approach dan Market Based Approach. Beberapa penilitian yang menggunakan Hybrid Model Antara lain Shumway (2001) , Chava and Jarrow (2004), dan Campbell et al. (2008). Shumway (2001) memperkenalkan model prediksi yang menggabungkan kedua informasi tersebut atau lebih dikenal dengan Simple Hazard Model dan membandingkannya dengan Altman Z-score. Simple Hazard Model lebih konsisten dan akurat dibanding dengan model prediksi yang hanya menggunakan 1 pendekatan seperti Z-score. Chava and Jarrow (2004) memperkuat temuan Shumway dimana Simple Hazard Model memiliki akurasi yang lebih baik disbanding dengan Z-score dan model Zmijewski. Campbell et al (2008) juga menggunakan gabungan informasi yang berasal dari Accounting Based Approach dan Market Based Approach dan menemukan bahwa lebih baik dari model prediksi Accounting Based Approach.Artificial Intellegence ModelPerkembangan teknologi informasi telah membuat sebuah terobosan dalam prediksi kebangkrutan, yaitu dengan menggunakan Artificial Intellegence dalam mengestimasi risiko kebangkrutan pada suatu perusahaan. Menurut Abbas dan Rashid (2011), ada beberapa contoh metode Artificial Intellegence antara lain decision tree, fuzzy set theory, genetic algorithm, support vector machine, data envelopment analysis, case-based reasoning, rough sets theory, dan berbagai neural networks seperti PNN (Probabilistic Neural Networks), BPNN (Back Propagation Trained Neural Network), SOM (Self-Organizing Map), Cascor (Cascade Correlation Neural Network), ANN (Artificial Neural Network) dan lain-lain. Metode AI sendiri sudah banyak diterapkan pada penelitian di negara seperti Iran, Yunani dan beberapa negara lainnya. Zhang et al. (1999) menguji prediksi kebangkrutan dengan metode AI dengan menggunakan Artificial Neural Network dimana perdiksi kebangkurtan yang dihasilkan ANN secara signifikan lebih baik dan konsisten dalam mengestimasi serta mengklasifikasikan perusahaan sampel dibandingkan prediksi yang menggunakan Regresi Logistik.TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISPengaruh Prediksi Kebangkrutan dan Return SahamBanyak perdebatan dan perbedaan hasil penelitian para akdemisi mengenai hubungan antara prediksi kebangkrutan atau yang pada beberapa penelitian disebut juga risiko kebangkrutan terhadap return ekuitas. Penelitian tentang Hubungan dan Pengaruh risiko kebangkrutan terhadap return ekuitas sendiri diawali oleh penelitian Dichev (1998) yang menemukan bahwa perusahaan dengan risiko kebangkrutan yang tinggi cenderung memiliki return saham yang rendah. Beberapa penelitian lain seperti Griffin and Lemmon (2002), Da and Gao (2010), dan Campbell et al. (2011), menunjukkan bahwa perusahaan dengan risiko kebangkrutan yang lebih tinggi tidak disertai dengan return ekuitas yang lebih tinggi pula. Sedangkan Vassalou and Xing serta Chava and Purnanandam (2009) menemukan hubungan yang sebaliknya. Griffin and Lemmon (2002) menemukan bahwa hubungan negatif antara return saham dengan risiko kebangkrutan yang diproksikan dengan nilai O-Score. Campbell et al. (2011) mengkonfirmasi adanya hubungan negatif antara return ekuitas dengan risiko kebangkrutan dimana pada penelitian ini digunakan alat prediksi Hybrid Model dari penelitian Campbell et al. (2008). Vassalou and Xing (2004) menunjukkan adanya hubungan positif antara return dengan risiko kebangkrutan hanya ketika ukuran perusahaan tidak besar. Chava and Purnanandam (2010) menggunakan ex-ante expected return dan menemukan hubungan positif antara return dengan risiko kebangkrutan. Berdasarkan uraian hasil dari penelitian terdahulu, maka dirumusan hipotesis pada penelitian ini yaitu :H1 = Prediksi Kebangkrutan berpengaruh terhadap Return Saham perusahaanMETODE PENELITIAN1. 1. 1. Sumber Data dan Data PenelitianData yang diperlukan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang berupa laporan keuangan serta laporan tahunan perusahaan. Laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan diperoleh melalui publikasi dari situs resmi Bursa Efek Indonesia dan situs perusahaan terkait. Untuk kepentingan penelitian ini data lain yang diperlukan yaitu harga saham diambil dari situs finance.yahoo.com. Berikut adalah populasi dan sampel data pada penelitian ini:

1. PopulasiPopulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang bergerak dalam industri sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010, 2011, dan 2012. 1. SampelDalam pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut:1. Perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia tahun 2010, 2011, dan 20121. Perusahaan yang secara konsisten menerbitkan laporan keuangan dan tahunan (annual report) yang berakhir pada tanggal 31 Desember selama periode pengamatan 2010, 2011, dan 2012. Sebagai tambahan, apabila nantinya terdapat data sampel yang pada waktu proses analisis data terindikasi sebagai outlier, maka penulis dapat mempertimbangkan apakah data akan dipertahankan atau dihilangkan secara otomatis sesuai dengan tata cara statistik yang sudah ada. Teknik Pengumpulan DataPenelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan yang telah teraudit (audited) dan laporan tahunan yang didapat dari sumber data. Sumber data tersebut adalah publikasi Bursa Efek Indonesia yang dapat diakses melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia. Laporan keuangan dan laporan tahunan yang sudah didapatkan kemudian dianalisis untuk mendapatkan data-data yang diperlukan. Definisi Operasional VariabelDalam sebuah penelitian terdapat beberapa variabel yang harus ditetapkan dengan jelas sebelum mulai pengumpulan data. Variabel. Variabel penelitian dalam penelitian ini adalah :1. Variabel Independen / Variabel Bebas (X)Variabel independen dalam penelitian ini adalah prediksi kebangkrutan. Prediksi kebangkrutan pada penelitian ini di ukur dengan menggunakan model prediksi kebangkrutan Altman Z-score. Altman Z-score digunakan karena merupakan hasil modifikasi dari Altman Z-score untuk perusahaan non-manufaktur dan emerging markets. Nilai Altman Z-score dapat diperoleh menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut (Altman, 2000) :Z-score = Z" = 6.56 (X1)+ 3.26 (X2) + 6.72 (X3) + 1.05 (X4)X1 = Working Capital / Total AssetsX2 = Retained Earnings / Total AssetsX3 = Earnings Before Interest and Taxes / Total AssetsX4 = Market Value of Equity / Total Liabilities1. Variabel Dependen / Variabel Terikat (Y) Variabel terikat (dependent variable) merupakan variabel yang dipengaruhi variabel bebas (independent variable). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah return saham. Return saham adalah tingkat pengembalian dari suatu investasi pada sekuritas atau dalam hal ini adalah saham.. Return saham sendiri dapat dihiutng dengan rumus (Jones, 2002:130) :

Dimana:Return Saham: Return saham pada periode t Dt : Dividen yang dibayarkan pada periode tPe: Harga saham pada akhir periode t atau harga jual sahamPb: Harga beli saham atau harga saham pada awal periode tMetode Analisis DataAnalisis Statistik DeskripstifPengujian statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran profil data sampel. Ghozali (2009:19) menjelaskan bahwa statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari rata-rata, standar deviasi, maksimum, dan minimum Analisis statistik deskriptif penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS 20. ini digunakan untuk mendeskripsikan hasil penelitian data dari variabel yang diteliti.Analisis Regresi SederhanaTeknik analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis regresi sederhana. Regresi sederhana digunakan apabila seseorang hendak melihat hubungan atau prediksi satu variabel kontinum atau dependen (Y) dengan satu variabel lain yang ordinal atau independen. Regresi pada penelitian ini memakai persamaan sebagai berikut: RS = + Z+eKeterangan: RS= Return Saham (Variabel Dependen) = Konstanta = Koefisien Variabel IndependenZ= Nilai Z-score (Variabel Independen)e = Error of TermPengujian HipotesisUji t-StatistikUji statistik t (uji signifikansi individual) pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen dengan menganggap variabel independen lainnya konstan (Ghozali, 2009:88). Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah suatu parameter (bi) sama dengan nol, atau: 1. Ho : bi = 0 Artinya, apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen, atau:2. Ha : bi 0Artinya, variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik t dengan bantuan program SPSS 20.HASIL DAN PEMBAHASAN1. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 1. Deskripsi Objek PenelitianPenelitian ini menggunakan objek penelitian seluruh perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2010-2012. Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu menguji pengaruh prediksi kebangkrutan terhadap return saham. Teknik purposive sampling dilakukan dengan menerapkan beberapa kriteria, sehingga sampel penelitian ini berjumlah 49 perusahaan yang dinyatakan layak dijadikan sampel. Analisis DataAnalisis Statistik Deskriptif PenelitianPenelitian ini menggunakan satu variabel independen yaitu prediksi kebangkrutan dan satu variabel dependen yaitu return saham. Tabel 1. Statistik Deskriptif Setelah Transformasi DataDescriptive Statistics

NMinimumMaximumMeanStd. DeviationVariance

RS147-.53962.2999.308281.3845271.148

Zscores147-.55252.1139.389049.4191783.176

Valid N (listwise)147

Sumber: Output SPSS, diolah penulis (2014)0. Prediksi KebangkrutanVariabel independen penelitian ini adalah Prediksi Kebangkrutan. Prediksi Kebangkrutan merupakan salah satu cara untuk mengukur tingkat risiko kebangkrutan perusahaan. Prediksi Kebangkrutan pada penelitian ini diukur menggunakan nilai Altman Z-Score. Nilai Altman Z-Score yang tinggi mengindikasikan perusahaan tersebut memiliki risiko bangkrut yang lebih rendah atau bahkan berada dalam tingkat kesehatan keuangan yang baik. Rata-rata nilai prediksi kebangkrutan Altman Z-score perusahaan sektor keuangan Indonesia yang terdaftar pada bursa efek Indonesia dalam periode 2010-2012 adalah sebesar 0.389049 dengan standar deviasi sebesar 0.4191783. Nilai prediksi kebangkrutan Altman Z-score terendah yaitu sebesar -0.5525 diperoleh Asuransi Multi Artha Guna Tbk. pada periode 2010, sedangkan Nilai prediksi kebangkrutan Altman Z-score tertinggi yaitu sebesar 2.1139 diperoleh Danasupra Erapacific Tbk. Pada periode 2012. 0. Return SahamReturn saham sendiri merupakan variabel dependen pada penelitian ini. Semakin tingginya tingkat return mengindikasikan para pemilik investasi atau dalam hal ini pemegang saham pada periode tersebut mendapatkan return yang tinggi.Berdasarkan Tabel 4.2, rata-rata return saham perusahaan sektor keuangan Indonesia yang terdaftar pada bursa efek Indonesia dalam periode 2010-2012 adalah sebesar 0.308281 dengan standar deviasi sebesar 0.3845271. Return saham terendah diperoleh Wahana Ottomitra Multiartha Tbk. pada 2011 yaitu sebesar -0.5396 atau -53.96%, sedangkan return saham tertinggi yaitu sebesar 2.2999 atau 229.99 % diperoleh Asuransi Dayin Mitra Tbk. pada 2010.1. 1. 1. 1. 3. Pengujian HipotesisUji t-Statistik Tabel 2 Uji t Periode 2010-2012CoefficientsaModelUnstandardized CoefficientsStandardized CoefficientstSig.

BStd. ErrorBeta

1(Constant).261.0436.053.000

Zscores.122.076.1331.612.109

a. Dependent Variable: RS Sumber: Output SPSS, diolah penulis (2014)

Berdasarkan hasil pengujian di atas, dapat disimpulkan bahwa prediksi kebangkrutan tidak berpengaruh terhadap return saham pada periode tersebut karena tingkat signifikansi Zscores adalah 0.109 lebih besar dari 0.05. Persamaan yang dapat disusun sebagai berikut:RS = 0.261+ 0.122 Zscores + Hasil tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Nilai konstanta sebesar 0.216 artinya apabila semua variabel independen dianggap konstan, maka diprediksikan rata-rata Return saham yang diperoleh adalah sebesar 0,216.2. nilai signifikansi sebesar 0,109 (lebih besar dari 0,05) artinya tidak ada pengaruh antara prediksi kebangkrutan Altman Z-score dengan return saham sehingga H0 dinyatakan diterima.

Pengaruh Prediksi Kebangkrutan Terhadap Return SahamHasil penelitian menunjukkan bahwa prediksi kebangkrutan memiliki tingkat signifikansi lebih besar dari batas maksimal sebesar 0,05. Dengan demikian hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan H0 diterima, artinya bahwa variabel independen prediksi kebangkrutan tidak berpengaruh terhadap Return Saham. Yang berarti pada perusahaan sektor keuangan prediksi kebangkrutan bukan merupakan variabel yang dapat digunakan investor untuk memperoleh pendapatan melalui return saham.Penelitian ini menunjukkan bahwa prediksi kebangkrutan pada perusahan sektor keuangan di BEI tidak berpengaruh terhadap return saham. Hal ini inkonsisten dengan hasil penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh prediksi kebangkrutan terhadap return sekuritas, serta menyatakan terdapat pengaruh serta menyatakan bahwa perusahaan dengan risiko yang kebangkrutan yang tinggi tidak memberi return sekuritas yang tinggi bahkan memberi return yang rendah. Signaling Theory menjelaskan bahwa perusahaan dengan kinerja keuangan baik yang dapat dilihat dari publikasi laporan keuangan perusahaan akan menjadi sinyal positif sehingga nilai perusahaan akan semakin tinggi. Nilai perusahaan yang tinggi akan membuat sekuritas perusahaan yang dimiliki principal ataupun investor akan menjadi lebih tinggi harganya, dimana harga yang tinggi akan memberi investor keuntungan melalui penjualan sekuritas terkait. Begitu juga sebaliknya, kinerja perusahaan yang buruk akan memberi sinyal negatif yang berdampak terhadap menurunnya minat investor pada sekuritas perusahaan sehingga akan membuat harga sekuritas menurun. Prediksi kebangkrutan sendiri adalah dapat dinilai sebagai suatu sinyal buruk bagi perusahaan ketika hasil prediksi tersebut menunjukkan perusahaan berada dalam risiko kebangkrutan yang tinggi.Terdapat dua alasan yang menyebabkan tidak ditemukan adanya pengaruh prediksi kebangkrutan terhadap return saham. Pertama, penggunaan proxy yang kurang tepat untuk untuk menghitung masing-masing variabel. Dapat disimpulkan bahwa nilai Altman Z-score dan perhitungan return sederhana dinilai tidak cukup menggambarkan keadaan yang sebenarnya sehingga hasil penelitian masih dapat memberi hasil yang berbeda. Kedua, terkait dengan Efficient Market Hypothesis, dimana pasar yang efisien, harga sekuritas dianggap telah mencerminkan informasi-informasi yang terkait sehingga tidak para pelaku pasar modal tidak dapat mendapatkan abnormal return. Harga sekuritas di BEI dinilai masih mengandung informasi lain sehingga memungkinkan untuk mendapatkn abnormal return. Hal ini juga berkaitan Pemilihan perusahaan sebagai objek penelitian yaitu perusahaan sektor keuangan pada bursa efek Indonesia, dimana masih terdapat intervensi pemerintah yang pada tahun 2014 akan diawasi melalui Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada sektor tersebut sehingga informasi prediksi kebangkrutan pada perusahaan sektor keuangan tidak akan berpengaruh pada harga dan return dari sekuritas. Pada konsep Efficient Market Hypothesis, Pasar Modal di Indonesia masih dikategorikan sebagai bentuk weak, yang artinya selain masih adanya informasi untuk Insider, Investor di BEI masih melibatkan pandangan emosional terhadap suatu informasi dapat berpengaruh pada harga sekuritas. Reaksi Pasar dapat terjadi apabila informasi sebagai sinyal pada sektor keuangan berasal dari pemerintah maupun bank sentral seperti BI dan OJK.. Hal ini tentu berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang dilakukan dengan menggunakan data yang diperoleh dari suatu pasar modal yang jauh lebih maju dan memiliki investor yang rasional. Dengan demikian seluruh informasi mengenai perusahaan tersebut dapat menjadi pertimbangan dalam keputusan berinvestasi sehingga berpengaruh pada harga dan return dari sekuritas. Prediksi Kebangkrutan dengan Altman Z-score pada sektor keuangan di Indonesia bukan merupakan indikator utama yang digunakan untuk menetukan keadaan finansial perusahaan. Para investor pasti akan lebih percaya dan bereaksi terhadap pengumuman mengenai perusahaan sektor keuangan melalui informasi yang didapat dari BI dan OJK, meskipun dalam praktiknya sektor ini akan selalu dijaga agar jauh dari ketidaksehatan secara finansial melalui regulasi-regulasi yang ada. Prediksi kebangkrutan sendiri merupakan ukuran yang alami untuk kebangkrutan. Akan tetapi, informasi kebangkrutan kelihatanya tidak memiliki nilai informasi sebagai sinyal untuk investor pada perusahaan sektor keuangan yang masih memeliki banyak campur tangan pemerintah. Sehingga, informasi tersebut tidak memiliki pengaruh harga dan return sekuritas dari perusahaan sektor keuangan di Indonesia.

KESIMPULAN

1. 1. 1. 1. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Prediksi kebangkrutan tidak berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan yang bergerak pada sektor keuangan. Saran untuk penelitian-penelitian selanjutnya, agar menggunakan model prediksi kebangkrutan yang menggunakan gabungan informasi dari akuntansi dan pasar, seperti hazard model dan one reduced model sebagai model prediksi. Hal ini dikarenakan model prediksi tersebut memiliki tingkat akurasi yang lebih tinggi dan konsistensi yang lebih baik dari Altman Z-score. DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Qaiser and Abdul Rashid. 2011. Modeling Bankruptcy Prediction for Non-Financial Firms: The Case of Pakistan. http://mpra.ub.uni-muenchen.de/28161/. Diakses 1 Agustus 2013.

Agarwal, Vineet. and Richard Taffler. 2008. Comparing the performance of market-based and accounting-based bankruptcy prediction models. Journal of Banking and Finance, Vol. 32, No. 8, 1541-1551.

Altman, Edward. 1968. Financial ratios, discriminant analysis and the prediction of corporate bankruptcy. Journal of Finance 23, 589.609.

Altman, Edward. 2000. Predicting financial distress of companies: revisiting the Z-score and ZETA models. Stern School of Business, New York University, 9-12.

Beaver, William H. 1966. Financial Ratios as Predictors of Failure. Journal of Accounting Research, Vol. 4, No. 3, p. 179-192.

Bharath, S.T. and Shumway, T. 2006. Forecasting Default with the Merton Distance to Default Model. Review of Financial Studies, vol. 21, No. 3.

Black, F. and Scholes, M. 1973, The Pricing of Options and Corporate Liabilities, Journal of Political economy, Vol. 81, No. 3.

Campbell John Y., Jens Hilscher, and Jan Szilagyi. 2008. In search of distress risk. Journal of Finance, 63, 2899.2939.

Campbell, John Y., Jens Dietrich Hilscher, and Jan Szilagyi. 2011.Predicting Financial Distress and The Performance of Distressed Stocks. Journal of Investment Management 9(2), 14-34.

Chava, Sudheer and Robert A. Jarrow, 2004, Bankruptcy Prediction With Industry EEcts, Review of Finance 8, 537-569.

Chava, Sudheer and Purnanandam, Amiyatosh 2009. Is Default Risk Negatively Related to Stock Returns ? . http://ssrn.com/abstract=1003682, diakses 18 september 2013

Da, Z. and Gao, P. 2010. Clientele Change. Liquidity Shock, and the Return on Financially Distressed Stocks. Journal of Financial and Quantitative Analysis, Vol. 45, No. 1.

Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Edisi Ketiga. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Griffin, John M. and Michael L. Lemmon. 2002. Book-to-Market Equity, Distress Risk, And Stock Returns. Journal of Finance 57, 23172336.

Hillegeist, Stephen A., Elizabeth Keating, Donald P. Cram and Kyle G. Lunstedt. 2004. Assessing the probability of bankruptcy. Review of Accounting Studies 9, 5-34.

Dichev, I. D. (1998), Is the Risk of Bankruptcy a Systematic Risk?, Journal ofFinance, Vol. 53, No. 3, p. 1131-1147.

Jones, Charles P. 2002. Investment: Analysis and Management. Eight Edition. John Wiley & Son. New York.

Merton, Robert C. 1974. On the pricing of corporate debt: the risk structure of interest rates. Journal of Finance 29, 449.470.

Ohlson, James A.. 1980. Financial ratios and the probabilistic prediction of bankruptcy, Journal of Accounting Research 18, 109-131.

Peter dan Yoseph. 2011. Analisis Kebangkrutan Dengan Metode Z-Score Altman, Springate Dan Zmijewski Pada Pt. Indofood Sukses Makmur Tbk Periode 2005 2009. Akurat Jurnal Ilmiah Akuntansi Nomor 04 Tahun ke-2 Januari-April 2011

Ross, Stephen A.1977. The Determination of Financial Structure: The Incentive-Signalling Approach. The Bell Journal of Economics, Vol. 8, No. 1 (Spring, 1977), pp. 23-40

Shumway, Tyler. 2001. Forecasting bankruptcy more accurately: a simple hazard model, Journal of Business 74. 101-124.

Undang-Undang No.4 Tahun 1998 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Tentang Kepailitan Menjadi Undang-Undang

Vassalou, Maria dan Yuhang Xing, 2004. Default-risk in Equity Returns, Journal of Finance Vol. 59, No. 2 p. 831-868.

Xu, M., & Zhang, C. 2009. Bankruptcy prediction: the case of Japanese listed companies. Review of Accounting Studies, 14(4), 534-558.

Zhang, Guoqiang, Michael Y. Hu, B. Eddy Patuwo, Daniel C. Indro. 1999. Artifcial Neural Networks in Bankruptcy Prediction: General Framework and Cross-Validation Analysis.

Zmijewski, M E. 1984. Methodological Issues Related to Estimation of Financial Distress Prediction Models. Journal of Accounting Research. Vol. 22. p. 59-82