327
PENGARUH PRODUKSI BERAS, IMPOR BERAS, TINGKAT KONSUMSI BERAS TERHADAP HARGA BERAS DI INDONESIA TAHUN 2008-2013 (Studi Kasus 32 Provinsi) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Untuk Memenuhi Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Oleh : DIMAS BRIANTO NIM: 1111084000006 JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015 M

PENGARUH PRODUKSI BERAS, IMPOR BERAS, TINGKAT …€¦ · PENGARUH PRODUKSI BERAS, IMPOR BERAS, TINGKAT KONSUMSI BERAS TERHADAP HARGA BERAS DI INDONESIA TAHUN 2008-2013 (Studi Kasus

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • PENGARUH PRODUKSI BERAS, IMPOR BERAS, TINGKAT

    KONSUMSI BERAS TERHADAP HARGA BERAS DI INDONESIA

    TAHUN 2008-2013

    (Studi Kasus 32 Provinsi)

    Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah

    Untuk Memenuhi Persyaratan guna Memperoleh

    Gelar Sarjana Ekonomi

    Oleh :

    DIMAS BRIANTO

    NIM: 1111084000006

    JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

    UIN SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1436 H/2015 M

  • PENGARUH PRODUKSI BERAS, IMPOR BERAS, TINGKAT KONSUMSI

    BERAS TERHADAP HARGA BERAS DI INDONESIA TAHUN 2008-2013

    (Studi Kasus 32 Provinsi)

    Skripsi

    Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah

    Untuk Memenuhi Persyaratan guna Memperoleh

    Gelar Sarjana Ekonomi

    Oleh :

    DIMAS BRIANTO

    NIM: 1111084000006

    Di Bawah Bimbingan

    JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

    UIN SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1436 H/2015 M

  • LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

    Hari ini Selasa, 07 April 2015 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:

    1. Nama : Dimas Brianto 2. NIM : 1111-084-0000-06 3. Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan 4. Judul Skripsi : Pengaruh Produksi Beras, Impor Beras dan Tingkat

    Konsumsi Beras terhadap Harga Beras di Indonesia Tahun

    2008-2013 (Studi Kasus 32 Provinsi)

    Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan serta kemampuan yang

    bersangkutan selama proses ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa

    tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap

    Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

    Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

  • LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

    Hari ini Selasa, 22 September 2015 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:

    1. Nama : Dimas Brianto 2. NIM : 1111-084-0000-06 3. Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan 4. Judul Skripsi : Pengaruh Produksi Beras, Impor Beras dan Tingkat

    Konsumsi Beras terhadap Harga Beras di Indonesia Tahun 2008-2013

    (Studi Kasus 32 Provinsi)

    Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan serta kemampuan yang

    bersangkutan selama proses ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa diatas

    dinyatakan LULUS dan Skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk

    memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

    Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

  • LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

    Yang bertanda tangan di bawah ini:

    Nama : Dimas Brianto

    NIM : 1111084000006

    Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

    Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan

    Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:

    1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan

    2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain. 3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli

    atau tanpa izin pemilik karya

    4. Tidak melakukan manipulasi dan pemalsuan data 5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas karya

    ini

    Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui

    pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti

    bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenai sanksi

    berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

  • i

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    Nama Lengkap : Dimas Brianto

    Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 18 Februari 1992

    Alamat : Jl. Ubin C7/23 Rt 007/ Rw 06 Komplek Pondok Jaya,

    Kelurahan Pondok Karya, Kecamatan Pondok Aren,

    Bintaro Jaya Tangerang Selatan, Banten, 15225

    Nomor Handphone : 087727895410

    Email : [email protected], [email protected]

    Latar Belakang Keluarga

    Nama Ayah : Alm. Suandi

    Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 06 Februari 1962

    Nama Ibu : Almh. Susanti

    Tempat, Tanggal Lahir : Solo, 21 April 1964

    Alamat : Jl. Koral C7/24 Rt 007/ Rw 06 Komplek Pondok

    Jaya, Kelurahan Pondok Karya, Kecamatan Pondok

    Aren, Bintaro Jaya Tangerang Selatan, Banten,

    15225

    Anak Ke dan Dari : 1 dari 2 bersaudara

    Pendidikan Formal

    1. SDN 04 Bintaro Jakarta Selatan Tahun 1998 – 2004

    2. MTs Al-Zaytun Indramayu Tahun 2005 – 2008

    3. MA Al-Zaytun Indramayu Tahun 2008 – 2011

    4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011 – 2015

    mailto:[email protected]

  • ii

    Pendidikan Non Formal

    1. International Computer Driving Licence, ECDL Foundation, Al-Zaytun Global

    Information And Comunication Technology, 2010-2012

    Pengalaman Organisasi

    1. Bendahara Majelis Permusyawaratan Kelas IX MTs Al-Zaytun, 2007-2008

    2. Anggota Komunitas Pencinta Tanaman Hias Al-Zaytun, 2008-2009

    3. Anggota Departemen Informasi Majelis Permusyawaratan Kelas X-XI MA Al-

    Zaytun, 2008-2010

    4. Anggota Kelompok Ilmiah Fisika Al-Zaytun, 2005-2008

    5. Bendahara Kelompok Ilmiah Fisika Al-Zaytun, 2008-2009

    6. Anggota Forum Studi Jurnalis Al-Zaytun, 2009-2010

    7. Anggota Workshop Sigma Al-Zaytun, 2009-2010

    8. Sekertaris Kelompok Ilmiah Fisika Al-Zaytun, 2009-2011

    9. Qismu Alat (Departemen Peralatan) Pengurus Binayah Huffadh Al-Zaytun,

    2008-2010

    10. Staf Departemen Kesekretariatan Organisasi Pelajar Al-Zaytun Dharma Bakti

    VII, 2010-2011

    11. Produser Film “Pertama dan Terakhir” Festival Film Independen Al-Zaytun,

    2011

    12. Sekertaris Kelompok KKN “Pendekar” UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014

    13. Anggota Panitia Perayaan 1 Muharram Masjid Uswatun Hasanah Komplek

    Pondok Jaya, 2014

    14. Ketua Panitia Perayaan 17 Agustus Rt 007/ Rw 06 Komplek Pondok Jaya, 2015

    Pengalaman Kerja

  • iii

    1. Rapporteur Forum Pemerintahan dan Swasta dalam Manajemen Gratifikasi

    Transparency Internasional Indonesia dan Komisi Pemberantasan Korupsi Republik

    Indonesia, 2014

    Seminar dan Workshop

    1. Seminar “The Most Effective Way To Learn A Foreign Language”, Faculity of

    Languages Universitas Al-Zaytun Indonesia, 2010

    2. Training dan Talkshow “Kokohkan Iman dan Budayamu Ditengah Terjangan

    Globalisasi”, UIN Jakarta, 2012

    3. Dialog Publik “Pemanfaatan Energi Panas Bumi Untuk Kemajuan Indonesia”,

    UIN Jakarta, 2012

    4. Dialog Publik “Konsep Tata Ruang Kota di Indonesia dalam Perspektif Etika

    Lingkungan”. UIN Jakarta, 2012

    5. Dialog Jurusan dan Seminar Konsentrasi “Mengenal Lebih Dekat dengan jurusan

    Sendiri”, UIN Jakarta, 2013

    6. Seminar Nasional “Pembangunan Ekonomi Berbasis Inovasi dan Imtaq Menuju

    Indonesia Yang Maju, Adil-Makmur, Berdaulat, dan Diridhai Allah SWT”, UIN

    Jakarta, 2013

    7. Seminar Nasional “Mewujudkan Lembaga Keuangan Mikro Yang Berdaya Saing

    Dalam Menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) 2015”, UIN Jakarta,

    2014

    8. Seminar Nasional “Korupsi Mengkorupsi Indonesia”, UIN Jakarta, 2014

    9. Dialog Safari Ramadhan “Kegiatan Edukasi Keuangan Bersama Otoritas Jasa

    Keuangan”, JPMI DKI Jaya, 2015

  • iv

    Abstract

    This study aimed to analyze the influence of Rice Production, Rice Imports and

    Rice Consumption against Price of Rice 32 provinces in Indonesia. This study uses

    research methods combination of sequential explanatory design, where there is a

    quantitative approach using panel data analysis methods Fixed Effect Model (FEM) in

    the first stage and a qualitative approach uses the interviews in the second phase to

    strengthen the results of quantitative research result approach to gain deeper

    understanding on the problem. The results showed that 65% variable Price of Rice 32

    provinces in Indonesia can be described by Rice Production, Rice Imports and Rice

    Consumption. Simultaneously, Rice Production, Rice Import and Rice Consumption

    significant effect on Price of Rice. However partially, the statistical results showed

    that: first, Rice Production does not significantly and positively correlated to the Prices

    of Rice, second, Rice Imports significant and negatively correlated to the Prices of

    Rice, third, Rice consumption is significant and negatively correlated to the price of

    Rice. Additionally there is a problem in rice production because productivity figure

    only reached 50%. While in rice imports are treated free for premium rice quality and

    special needs, while the medium rice quality is only done by Bulog. As with the

    consumption of rice, in which the amount of consumption of rice in Indonesia made a

    great deal of pressure, but no local food that is capable of being a substitute and

    complementary of rice.

    Keywords: Price of Rice, Rice Production, Rice Imports, Rice Consumption, Fixed

    Effect Model

  • v

    Abstrak

    Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Produksi Beras, Impor

    Beras dan Konsumsi Beras terhadap Harga Beras 32 Provinsi di Indonesia. Penelitian

    ini menggunakan metode penelitian kombinasi sequential explanatory design, dimana

    terdapat pendekatan kuantitatif dengan menggunakan analisis data panel metode Fixed

    Effect Model (FEM) pada tahap pertama dan kualitatif berupa wawancara pada tahap

    kedua untuk memperkuat hasil penelitian kuantitatif, agar hasil penelitian lebih

    mendalam dan komprehensif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65% variabel

    Harga Beras 32 Provinsi di Indonesia dapat dijelaskan oleh Produksi Beras, Impor

    Beras dan Konsumsi Beras. Secara simultan, Produksi Beras, Impor Beras dan

    Konsumsi Beras berpengaruh signifikan terhadap Harga Beras. Namun secara parsial,

    hasil statistik menunjukkan bahwa: pertama, Produksi Beras tidak berpengaruh

    signifikan dan berkolerasi positif terhadap Harga Beras, kedua, Impor Beras

    berpengaruh signifikan dan berkorelasi negatif terhadap Harga Beras, ketiga,

    Konsumsi Beras berpengaruh signifikan dan berkorelasi negatif terhadap Harga Beras.

    Selain itu terjadi permasalahan pada Produksi Beras dikarenakan angka produktifitas

    hanya mencapai 50%. Sedangkan dalam Impor Beras diperlakukan bebas bagi beras

    kualitas premium dan kebutuhan khusus, sedangkan beras kualitas medium hanya

    dilakukan oleh Bulog. Lain halnya dengan Konsumsi Beras, dimana besarnya

    Konsumsi Beras di Indonesia membuat tekanan yang sangat besar, namun tidak ada

    pangan lokal yang mampu menjadi substitusi maupun komplementer dari beras.

    Kata Kunci: Harga Beras, Produksi Beras, Impor Beras, Konsumsi Beras, Fixed Effect

    Model

  • vi

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillahi Rabbil 'Alamin, segala puji hanya milik Allah SWT yang

    telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat

    menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Produksi Beras, Impor

    Beras dan Tingkat Konsumsi Beras terhadap Harga Beras di Indonesia

    (Studi Kasus 32 Provinsi)”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah

    kepada Baginda Rasulullah SAW beserta para sahabat dan para pengikutnya

    hingga akhir zaman kelak, Amin.

    Dengan diselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, dorongan,

    bimbingan, serta doa dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin

    menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

    kepada pihak-pihak yang terkait dalam penyelesaian skripsi ini, kepada :

    1. Allah SWT yang telah menciptakan bumi, langit dan seluruh isinya

    termasuk penulis yang bukan apa-apa jika dibandingkan dengan kuasa

    Allah. Terima kasih banyak ya Allah atas segala perjalanan hidup yang

    dihadapi penulis termasuk salah satunya dalam penggarapan skripsi ini

    sehingga akhirnya dapat terselesaikan dengan baik.

    2. Nabi Muhammad SAW yang menjadi inspirasi, tuntunan bagi penulis

    dan seluruh umat islam. Sari tauladan yang diberikan beliau membuat

    penulis selalu berusaha menjadi lebih baik sehingga dapat berguna bagi

  • vii

    keluarga, Negara, Agama dan seluruh umat manusia di dunia.

    3. Alm. Bapak Suandi dan Almh. Ibu Susanti selaku orang tua penulis

    yang selalu menjadi inspirasi, motivasi, sumber kebahagiaan serta

    kekuatan dalam hidup. Terima kasih untuk seluruh pengorbanan,

    pengajaran, daya dan upaya yang telah dilakukan serta doa yang tidak

    pernah putus kepada penulis, semoga mereka mendapatkan

    perlindungan Allah SWT dan mendapatkan tempat terbaik di sisi

    Allah SWT.

    4. Kepada seluruh Keluarga Besar Darmowiyono dari pihak ibu baik itu

    Mbah Darmo, Pakde Giyoto, Bude Lis, Bude Harto, Pakde Tukijo,

    Mama Tarti, Pakde Harno, Bude Harno, Om Tino, Bulek Warni, Mbak

    Yuni dan Suami, Mbak Umi dan Suami, Mas Sukar dan Istri, Mas

    Suhono dan Istri, Mas Sigit, Mbak Dina, Mbak Ida, Mbak Hesti, Kiki,

    Dito, Nisa, Mbak Anis dan Suami, Aziz, Mbak Fitri dan suami, Rhino,

    Mbak Dian dan Suami, Panji, Wisnu, Sasa, Bagus dan seluruh kerabat

    dari keluarga Darmowiyono yang belum saya sebutkan saya ucapkan

    terima kasih banyak atas dukungannya, semangatnya dan segalanya

    terlebih setelah penulis kehilangan kedua orang tua kalianlah sebagian

    dalam hidup saya.

    5. Kepada Keluarga Besar Samid dari pihak ayah seperti Paman, Bibi dan

    kerabat yang mohon maaf tidak saya sebutkan satu persatu. Selain itu

  • viii

    Keluarga Besar Ibu Yuli sebagai ibu sambung saya seperti Kakek,

    Nenek, Bu Yuli, Huda, Isa, Om-Om dan Tante-Tante serta seluruh

    kerabat yang saya sebutkan saya ucapkan terima kasih atas

    dukungannya, semangatnya dan segalanya terlebih setelah penulis

    kehilangan kedua orang tua kalianlah sebagian dalam hidup saya.

    6. Kepada seluruh keluarga besar saya yang telah mendahului kami

    kepada Allah SWT seperti Mbah Kakung, Kakek dan Nenek dari pihak

    bapak, Pakde dan Bude Sadinem, Pakde Harto, Mas Siswo, dan kerabat

    lain yang belum penulis sebutkan.

    7. Bapak Dr.M. Arief Mufraini, Lc., M.Si, selaku Dekan Fakultas

    Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

    memberikan ilmu yang sangat berharga selama perkuliahan.

    8. Bapak Arief Fitrijanto, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan

    Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta, atas bimbingan, arahan, dan pengalamannya yang

    diberikan pada penulis.

    9. Bapak Pheni Chalid, Ph.D selaku Dosen Pembimbing Skripsi 1 yang

    dengan kerendahan hatinya bersedia meluangkan waktu untuk

    memberikan pengarahan, ilmu yang berharga, serta bimbingan yang

    sangat berarti selama penyelesaian skripsi. Terima kasih atas semua

    saran dan arahan yang Bapak berikan selama proses penulisan hingga

  • ix

    terselesaikannya skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas kebaikan

    bapak.

    10. Bapak Arief Fitrijanto, M.Si, selaku Dosen Pembimbing 2 yang telah

    meluangkan waktu, memberikan arahan serta bimbingan yang sangat

    berarti kepada penulis. Terima kasih atas semua saran dan arahan yang

    bapak berikan sehingga terselesaikannya skripsi ini. Semoga Allah

    SWT membalas kebaikan bapak.

    11. Seluruh jajaran dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis secara umum dan

    doesn Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan secara khusus yang

    telah memberikan ilmu yang sangat berguna dan berharga bagi penulis.

    Semoga Allah selalu, memberikan pahala yang sebesar-besarnya atas

    kebaikan para dosen FEB UIN Jakarta. Jajaran karyawan dan staf UIN

    Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah melayani dan membantu penulis

    selama perkuliahan.

    12. Narasumber dalam wawancara yang dilakukan penulis kepada bapak

    Bustanul Arifin, Narasumber dari Badan Ketahanan Pangan dan Ditjen

    Tanaman Pangan yang telah meluangkan waktunya dalam wawancara.

    Semoga Allah SWT membalas kebaikan Bapak dan Ibu sekalian.

    13. Kepada ustadz dan ustadzah yang membimbing penulis dan

    mengajarkan hal-hal positif selama belajar di Al-Zaytun. Khususnya

    kepada Umi Waway Nuryani yang telah membantu penulis

  • x

    memperbaiki diri dari keterpurukan setelah meninggalnya ibu saat itu,

    memberikan motivasi yang besar dan mengajarkan banyak hal untuk

    memperbaiki kualitas hidup penulis, dan Abi Juniarto Hendro Buwono

    yang menjadi pengganti bapak dari Penulis dan teman-teman satu

    angkatan SWAT selama 6 tahun mengasuh dan mendidik kami. Semoga

    Allah membalas kebaikan Bapak dan Ibu sekalian.

    14. Sahabat-sahabat dari SMP yang menemani dari masa-masa sekolah di

    Al-Zaytun hingga saat ini meniti kesuksesan bersama-sama; Achix,

    Sabriyan, Abghi, Roli, Lukman, Topik, Juang, Shoffan, Bagus Aryo,

    Bagus Herda, Rusydan, Nanda, Hanif, Wahyu, Septian, Mahmuda,

    Willian, Dori, Zamroni, Wafiy, Haziq Hassan, Haziq Mohsin, Abni,

    Waldan, Aji, Khoer, Tansa, Imam Belo, Dani Belo, Arum, Iqlim, Ines,

    Ima, Sarah, Iwan, Ushe, Vita, Asih, Ama, Kiki Marwah, Ita, Toyib,

    Nunu, Ukhfiya, Ratih, Andre Jidat, Andre Sengau, Eliya, Gesta, Silmi,

    Nopiah, Wasiah, Puspita, Camay, Kinah, Thoriq, Jawad, Zaki, Qori,

    ACR terima kasih atas doa, semangat, canda, tawa, tangis dan segalanya

    yang diberikan kepada penulis sehingga mewarnai kehidupan penulis

    dan memberikan dorongan untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik

    dan berusaha menggapai kesuksesan bersama-sama amin.

    15. Teman-teman SWAT (Santriwan Santriwati Angkatan Tujuh) yang

    mohon maaf tidak disebutkan satu-persatu terma kasih atas segalanya

  • xi

    sehingga mewarnai kehidupan penulis dan memberikan dorongan untuk

    menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan berusaha menggapai

    kesuksesan bersama-sama amin.

    16. Teman-teman terbaikku Rudi Suwardi, Vallerio Raga, Abdur Rozaq,

    Septian Puguh, Ariad Ditya, Aprian Subhan, Barep Prajitno, Riri

    Ruhiana, Novanda Dwi Saputra, Kemal, Kharisma Susetyo, M. Ihsan,

    M. Arief Budiman, Yusuf Muhammad, Azhar, Bilal, Lukman, Riski,

    Dwika Julia Mutiara, Annisa Rahmadani, Vina Refriana, Isti Destriani,

    Ella Dhanila, Indri Filiyana, Nilam Nurlaela, Tami, Amel, Annisa

    Febriyanti, Nuni, Nunu, Revi, Weli, Wihda, Rani, Aryo, Ina Windi

    terima kasih untuk semua motivasi, semangat, dan kenangan yang

    sangat berkesan selama 4 tahun ini yang akan menjadi ambisi

    penulis untuk meraih kesuksesan.

    17. Teman seperjuangan IESP angkatan 2011 yang tidak bisa penulis

    sebutkan satu per satu, terima kasih untuk 4 tahun yang sangat indah

    serta berkesan dan tidak akan pernah penulis lupakan

    18. Senior dan junior Fakultas Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang memberikan

    banyak inspirasi dan pengetahuan kepada penulis dalam menjalani

    kuliah dan skripsi.

    19. Teman-teman sekaligus Keluarga Besar Binayah Huffadh; Teh Enuy,

  • xii

    Kak Sitim, Kak Nufus, Kakak-kakak Panglima (maaf lupa namanya

    satu-satu), Teh Gina, Kak Mar’ah, Kak Indah, Adlan, Adi, Ziden,

    Risman, Diba, Dzulfi, Maya, Athirah, Melia, Subhan, Ulum, Yuli, Umi,

    Ary, Hasna, Luqman, Amut, Rahma, Nur Syahirah, Firman, Ubay,

    Hasbi, Nabihah, Icha, Aming, Zaytunah, dan semuanya belum tersebut

    oleh penulis terima kasih banyak atas goresan warna-warni kehidupan

    yang kalian berikan sehingga indah kehidupan penulis bersama kalian.

    20. Pembina, Senior, Pengurus dan Anggota Kelompok Ilmiah Fisika yang

    telah memberikan kesempatan kepada penulis dalam berfikir, berkarya

    dan berteknologi pada organisasi yang terbaik menurut penulis.

    21. Teman-teman main di rumah; Dani, Kenang, Mbak Estu, Mbak Lia,

    Wahid, Galuh terima kasih atas doa dan semangatnya kepada penulis.

    22. Sahabat-sahabat KKN PENDEKAR Bang Ilham, Bang Akrom,

    Lukman, Pandu, Ariad, Nisa, Putri, Amel, Gesty, Atina, Gita, Ino,

    Aldha terima kasih untuk 30 hari yang begitu berharga dan berkesan.

    23. Bapak Hasanuddin Kades Kosambi Timur, para tokoh-tokoh

    masyarakat yang ada di Desa Kosambi Timur, Karang Taruna dan

    Remaja Masjid Desa Kosambi Timur, PKK Desa Kosambi Timur,

    Seluruh Institusi Pendidikan yang ada di Desa Kosambi Timur, Seluruh

    Perangkat Desa serta Bagian Kesehatan yang ada di Desa Kosambi

    Timur dan masyarakat Desa Kosambi Timur terima kasih atas doa dan

  • xiii

    semangat yang diberikan kepada penulis agar menyelesaikan kuliah dan

    sukses.

    24. Dan untuk semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu,

    terima kasih yang sebesar-besarnya untuk seluruh doa, dukungan, dan

    motivasinya. Semoga keberkahan dan kesuksesan menyertai kita

    semua. Amin.

    Akhirnya semoga skripsi ini dapat menambah wawasan serta informasi

    kepada para pembaca. Jika ada kritik dan saran yang bersifat

    membangun untuk kebaikan skripsi ini penulis akan terima dengan senang

    hati.

    Jakarta, 31 Agustus 2015

    Penulis

    Dimas Brianto

  • xiv

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL .....................................................................................

    LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ........................................................

    LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ...........................

    LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................

    LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ....................

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................... i

    ABSTRACT .................................................................................................... iv

    ABSTRAK ..................................................................................................... v

    KATA PENGANTAR ................................................................................... vi

    DAFTAR ISI .................................................................................................. xiv

    DAFTAR TABEL ......................................................................................... xvii

    DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xix

    DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xxi

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ................................................................. 1

    B. Perumusan Masalah .......................................................... 16

    C. Tujuan Penelitian .............................................................. 17

    D. Manfaat Penelitian ............................................................ 17

    BAB II KERANGKA TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

    A. Landasan Teori .................................................................. 19

  • xv

    1. Teori Harga ............................................................... 19

    2. Teori Produksi ........................................................... 23

    3. Hubungan Antara Produksi dan Harga ...................... 26

    4. Teori Impor ............................................................... 36

    5. Hubungan Antara Impor dan Harga .......................... 57

    6. Teori Konsumsi ......................................................... 59

    7. Hubungan Antara Konsumsi dan Harga .................... 63

    B. Penelitian Terdahulu ......................................................... 64

    C. Kerangka Berfikir ............................................................. 75

    D. Hipotesis ........................................................................... 78

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................. 79

    B. Populasi dan Sampel ........................................................ 80

    C. Metode Pengumpulan Data .............................................. 80

    D. Teknik Analisis ................................................................. 83

    1. Analisis Data Kuantitatif ........................................... 84

    2. Estimasi Model Data Panel ....................................... 86

    3. Pemilihan Model Data Panel ..................................... 88

    4. Model Empiris ........................................................... 91

    5. Uji Asumsi Klasik ..................................................... 92

    6. Uji Hipotesis .............................................................. 95

  • xvi

    E. Operasional Variabel Penelitian ....................................... 100

    BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Umum Objek Penelitian ................................. 103

    B. Hasil Analisis dan Pembahasan ........................................ 106

    1. Analisis Deskriptif ..................................................... 106

    2. Pemilihan Model Terbaik .......................................... 119

    3. Uji Asumsi Klasik ..................................................... 125

    4. Pengujian Hipotesis ................................................... 130

    5. Analisis Hasil Wawancara ......................................... 146

    6. Analisis Ekonomi ...................................................... 191

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan ....................................................................... 218

    B. Saran ................................................................................. 222

    DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 224

    LAMPIRAN ................................................................................................... 230

  • xvii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1.1 Harga Rata-Rata Beras pada 32 Provinsi di Indonesia Tahun 2008-2013

    Per Kilogram .................................................................................. 3

    Tabel 1.2 Jumlah Produksi Beras pada 32 Provinsi di Indonesia Tahun 2008-2013

    Per Ton ........................................................................................... 8

    Tabel 1.3 Jumlah Impor Beras pada 32 Provinsi di Indonesia Tahun 2008-2013 Per

    Ton .................................................................................................. 11

    Tabel 1.4 Jumlah Konsumsi Beras pada 32 Provinsi di Indonesia Tahun 2008-2013

    Per Ton ........................................................................................... 13

    Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ....................................................................... 70

    Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian ...................................................... 102

    Tabel 4.1 Regresi Data Panel: Pooled Least Square (PLS) ............................ 120

    Tabel 4.2 Regresi Data Panel: Fixed Effect Model (FEM) ............................. 121

    Tabel 4.3 F-Restricted ..................................................................................... 122

    Tabel 4.4 Regresi Data Panel: Random Effect Model (REM) ......................... 123

    Tabel 4.5 Uji Hausman ................................................................................... 124

    Tabel 4.6 Matriks Korelasi .............................................................................. 126

    Tabel 4.7 Uji Park ........................................................................................... 127

    Tabel 4.8 Uji Glejser ....................................................................................... 128

    Tabel 4.9 Uji Autokorelasi sebelum Cross section weight ............................. 129

    Tabel 4.10 Uji Autokorelasi sesudah Cross section weight ............................ 129

  • xviii

    Tabel 4.11 Hasil Regresi dengan FEM ........................................................... 130

    Tabel 4.12 Hasil Uji T ..................................................................................... 131

    Tabel 4.13 Hasil Uji F ..................................................................................... 134

    Tabel 4.14 Cross section effect 32 Provinsi di Indonesia ............................... 136

    Tabel 4.15 Kebijakan dan Penyaluran mengenai Gabah/Beras ...................... 177

    Tabel 4.16 Perbandingan Harga Beras Impor dan Beras Lokal di Indonesia Tahun

    2008-2013 ....................................................................................... 182

    Tabel 4.17 Perbandingan Harga Beras Impor dan Beras Lokal di Indonesia Tahun

    2008-2013 ....................................................................................... 201

    Tabel 4.18 Tabel Differensiasi Konsumsi ....................................................... 210

  • xix

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Kurva Cobweb ............................................................................. 22

    Gambar 2.2 Kurva Biaya Total, Biaya Tetap dan Biaya Variabel .................. 28

    Gambar 2.3 Kurva Biaya Rata-Rata ................................................................ 30

    Gambar 2.4 Kurva Marginal Cost ................................................................... 31

    Gambar 2.5 Teorema Amplop (Envelope Theorem) ...................................... 34

    Gambar 2.6 Skala Produksi Ekonomis dan Tidak Ekonomis ......................... 35

    Gambar 2.7 Kurva Impor ................................................................................ 38

    Gambar 2.8 Analisis Efek-Efek Tarif Bea Masuk .......................................... 43

    Gambar 2.9 Infrant Industry Argument ........................................................... 47

    Gambar 2.10 Analisis Efek-Efek Tarif Beas Masuk ....................................... 53

    Gambar 2.11 Analisis Subsidi ......................................................................... 56

    Gambar 2.12 Kurva Fungsi Konsumsi ............................................................ 62

    Gambar 2.13 Kurva Garis Anggaran (Budget Line Curve) ............................ 64

    Gambar 2.14 Kerangka Penelitian .................................................................. 77

    Gambar 3.1 Langkah-Langkah Penelitian dalam Sequential Explanatory Design

    ......................................................................................................... 84

    Gambar 4.1 Harga Rata-Rata Beras Pada 32 Provinsi di Indonesia Tahun 2008-2013

    ......................................................................................................... 108

    Gambar 4.2 Jumlah Produksi Beras Pada 32 Provinsi di Indonesia Tahun 2008-2013

    ......................................................................................................... 112

  • xx

    Gambar 4.3 Jumlah Impor Beras Pada 32 Provinsi di Indonesia Tahun 2008-2013

    ......................................................................................................... 115

    Gambar 4.4 Total Konsumsi Beras Agregat Pada 32 Provinsi di Indonesia Tahun

    2008-2013 ....................................................................................... 118

    Gambar 4.5 Histogram-Uji Normalitas ........................................................... 125

    Gambar 4.6 Alur Distribusi Beras di Indonesia .............................................. 149

  • xxi

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 : Data Normal dan Data Penyesuaian dengan Model ................. 230

    Lampiran 2 : Pooled Least Square dan Fixed Effect Model ........................... 241

    Lampiran 3 : Uji Chow ................................................................................... 242

    Lampiran 4 : Random Effect Model ............................................................... 242

    Lampiran 5 : Uji Hausman .............................................................................. 243

    Lampiran 6 : Histogram-Uji Normalitas ......................................................... 243

    Lampiran 7: Matriks Korelasi ......................................................................... 243

    Lampiran 8 : Uji Park ...................................................................................... 244

    Lampiran 9 : Uji Glejser ................................................................................. 244

    Lampiran 10 : Uji Autokorelasi-Sesudah Cross Section Weight .................... 245

    Lampiran 11 : Cross Section Effect ................................................................ 246

    Lampiran 12: Tabel Differensiasi Konsumsi .................................................. 247

    Lampiran 13 : Pedoman Wawancara Bapak Bustanul .................................... 249

    Lampiran 14 : Pedoman Wawancara Badan Ketahanan Pangan dan Ditjen Tanaman

    Pangan ............................................................................................ 251

    Lampiran 15 : Hasil Wawancara dengan Bapak Bustanul Arifin ................... 252

    Lampiran 16 : Hasil Wawancara dengan Narasumber Badan Ketahanan Pangan

    ......................................................................................................... 266

    Lampiran 17 : Hasil Wawancara dengan Narasumber Ditjen Tanaman Pangan

    ......................................................................................................... 287

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Ada pepatah mengatakan bahwa hampir semua orang Indonesia bila sedang

    lapar pasti akan makan dengan nasi, tidak akan kenyang bila makan dengan

    selain nasi. Adapun nasi sendiri merupakan salah satu olahan pangan yang

    terbuat dari beras. Sehingga saat ini masyarakat Indonesia sebagian besar

    sangat tergantung dengan adanya beras. Bahkan Kepala Badan Urusan Logistik

    (Bulog) Sutarto Alimoeso dalam wawancara kepada Antara TV dalam acara

    Mata Indonesia mengatakan bahwa 95% orang Indonesia bergantung dengan

    beras sebagai bahan konsumsi.

    Dahulu orang Indonesia memiliki makanan pokok sesuai keadaan

    wilayahnya seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur banyak yang menggunakan

    jagung sebagai bahan makanan pokok, atau Maluku, Papua dan daerah

    Indonesia timur terkenal dengan sagu sebagai bahan makanan pokoknya.

    Namun seiring berkembangnya jaman banyak masyarakat yang mulai

    meninggalkan kebiasaan lama mereka menggunakan bahan makanan pokok

    lokal, mereka mengikuti daerah-daerah yang telah maju terlebih dulu dengan

    menggunakan beras sebagai bahan makanan pokok. Pergeseran kebiasaaan ini

    membuat tingkat konsumsi beras meningkat, sehingga beras menjadi populer

  • 2

    bagi masyarakat di Indonesia. Sayangnya peningkatan tingkat konsumsi

    beras ini tidak seiring dengan kapasitas produksi yang dimiliki Indonesia, hal

    ini terjadi karena banyak faktor, yaitu percepatan pertumbuhan penduduk yang

    sangat tinggi di Indonesia, pertumbuhan produksi beras di dalam negeri tidak

    sebanding dengan pertumbuhan penduduk, dan juga tingkat produktivitas padi

    di Indonesia belum maksimal berada dikisaran angka 50%.

    Pemenuhan kebutuhan masyarakat atas harga beras yang murah dan

    stoknya terjamin merupakan salah satu upaya pemerintah dalam melaksanakan

    ketahanan pangan yang sesuai dengan amanah undang undang Pangan No. 18

    Tahun 2012, dimana pada pasal 4 tertulis bahwa “Ketahanan Pangan adalah

    kondisi terpenuhinya Pangan bagi Negara sampai dengan perseorangan, yang

    tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya,

    aman, beragam, bergizi, merata dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan

    agama, keyakinan dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan

    produktif secara berkelanjutan.”

    Harga suatu barang dan jumlah barang tersebut yang diperjualbelikan,

    ditentukan oleh permintaan dan penawaran barang tersebut. Dan juga keadaan

    di suatu pasar dikatakan dalam keseimbangan atau ekuilibrium apabila jumlah

    yang ditawarkan pada penjual pada suatu harga tertentu adalah sama dengan

    jumlah yang diminta para pembeli pada harga tersebut. Dengan demikian harga

    suatu barang dan jumlah barang yang diperjualbelikan dapat ditentukan dengan

  • 3

    melihat keadaan keseimbangan dalam suatu pasar (Sadono Sukirno, 2009: 90).

    Menurut Winardi (1987: 13) bahwa harga menerangkan komposisi atau

    alokasi produksi total. Menurut Pindyck (2009: 13) harga merupakan salah satu

    penentu dari situasi-tukar dalam setiap pilihan manusia. Seperti seorang

    konsumen yang melakukan situasi-tukar antara daging sapi dan ayam tidak

    hanya pada preferensinya, tetapi juga berdasarkan harganya. Begitu juga, para

    pekerja melakukan situasi-tukar antara kerja dan istirahat sebagian berdasarkan

    pada “harga” yang mereka peroleh dari pekerjaan mereka – yaitu upah. Dan

    perusahaan memutuskan apakah akan memperkerjakan karyawan lebih banyak

    atau membeli mesin lebih banyak sebagian juga didasarkan pada tingkat upah

    dan harga mesin.

    Tabel 1.1

    Harga Rata-Rata Beras pada 32 Provinsi di Indonesia Tahun 2008-2013

    Per Kilogram

    Provinsi 2008 2009 2010 2011 2012 2013

    Aceh 6.258,32 6.532,56 6.993,89 8.247,31 8.643,8 9.264,79

    Sumatera Utara 5.894,92 6.390,29 6.954,47 7.725,61 7.881,98 8.286,99

    Sumatera Barat 6.653,31 7.117,49 8.007,47 9.878,17 9.721,15 9.921,76

    Riau 6.562,43 7.081,2 7.888,78 9.600,82 9.775,81 9.976,67

    Jambi 5.973,92 6.142,24 7.335,81 8.031,48 8.733,38 8.562,53

    Sumatera Selatan 5.552,26 5.840,13 6.824,81 7.631,13 8.376,95 8.889,22

    Bengkulu 5.480,81 5.776,42 6.742,39 7.643,67 8.459,45 9.349,06

    Lampung 5.621,7 5.948,41 6.515,6 7.667,32 8.430,09 12.978,43

    Bangka Belitung 5.841,16 5.804,45 6.712,67 7.556,16 8.673,44 8.655,33

    Kep. Riau 7.571,66 7.781,6 9.350,89 10.574,74 11.487,14 9.135,93

    DKI Jakarta 5.838,09 6.143,26 7.982,68 9.929,83 11.811,22 12.654,83

  • 4

    Jawa Barat 5.599 5.779,26 6.888,16 7.639,1 8.913,89 9.083,01

    Jawa Tengah 5.469,96 5.644,64 6.668,52 7.761,37 8.653,99 8.117,34

    DI. Yogyakarta 5.241,32 5.563,05 6.357,81 7.183,22 7.830,38 8.982,15

    Jawa Timur 5.240,08 5.578,45 6.673,45 7.798,9 8.537,42 7.521,66

    Banten 5.020,62 5.087,39 5.868,78 6.493,79 7.262,23 8.899,08

    Bali 5.419,46 5.794,45 7.173,71 8.332,57 9.188,72 9.549,81

    NTB 4.843,46 5.133,18 6.185,78 6.609,87 7.418,37 7.587

    NTT 5.957,7 6.271,66 7.404,06 8.058,16 9.025,44 9.518,21

    Kalimantan Barat 6.387,73 6.579,09 8.162,34 9.116,78 10.293,72 11.016,41

    Kalimantan Tengah 6.010,74 6.373,52 9.133,91 10.882,96 10.749,92 10.458,16

    Kalimantan Selatan 5.024,82 5.335,93 7.774,83 9.343,89 9.117,71 9.387,5

    Kalimantan Timur 5.699,39 6.261,48 7.199,49 8.056,5 8.850,76 9.299,97

    Sulawesi Utara 5.684,16 6.431,62 7.288,34 7.677,71 8.726,8 8.865,08

    Sulawesi Tengah 4.970,38 5.676,91 6.515 7.014,97 7.834,2 7.502,49

    Sulawesi Selatan 4.798,78 5.132,31 5.922,01 6.503,52 7.410,08 7.981,99

    Sulawesi Tenggara 4.679,82 5.823,58 6.429,68 6.706,13 8.008,11 8.296,84

    Gorontalo 5.645,97 6.406,41 7.174,76 7.613,73 8.186,81 7.888,93

    Maluku 6.170,24 6.433,64 7.504,53 8.394,32 9.159,99 9.539,41

    Maluku Utara 6.766,44 6.771,75 7.980,56 8.785,25 9.565,95 9.807,03

    Papua 7.586,64 7.576,48 7.536,79 9.284,97 9.993,12 8.083,06

    Papua Barat 6.533,12 6.674,23 6.977,41 7.551,39 7.920,77 10.155,63

    Sumber: Tabel Rata-rata Harga Eceran Beras di Pasar Tradisional di 33 Kota,

    2000-2013 (Diolah dari Hasil Survei Harga Konsumen) Badan Pusat Statistik

    Republik Indonesia (diolah kembali)

    Dari tabel 1.1 dapat dilihat bahwa perkembangan harga rata-rata beras pada

    32 provinsi di Indonesia selalu mengalami peningkatan yang signifikan dengan

    besaran perubahan harga beras di Indonesia pada angka 10% dalam periode

    2008-2013. Hal ini menandakan bahwa tren harga beras di Indonesia itu selalu

    naik setiap tahunnya, hal ini disebabkan oleh banyak hal seperti harga

    kebutuhan pokok produksi yang selalu meningkat, harga pokok transportasi dan

    logistik yang selalu naik. Perubahan harga beras yang paling tertinggi terjadi

    pada tahun 2010 sebesar 17,1% mengingat pada tahun 2010 terjadi krisis

  • 5

    keuangan global sehingga banyak harga-harga barang komoditas utama

    mengalami kenaikan yang cukup besar, termasuk beras. Sedangkan perubahan

    harga beras yang paling terrendah terjadi pada tahun 2013 sebesar 4,2%, hal ini

    disebabkan keadaan perekonomian yang sedang stabil menyebabkan perubahan

    harga beras pada hampir seluruh provinsi berada di kisaran angka 1-7%.

    Seharusnya penentuan harga beras dapat menyesuaikan keadaan ekonomi

    masyarakat yang kebanyakan golongan menengah kebawah, ditambah lagi

    dengan kondisi produksi yang melimpah, impor yang tersedia, dan kemampuan

    Indonesia untuk mengekspor beras jenis-jenis tertentu. Pemerintah sebagai

    pengendali pasar dan pihak yang mengatur perdagangan beras di Indonesia, hal

    ini sesuai dengan kebijakan pemerintah melalui Undang Undang Pangan No.

    12 Tahun 2012, pada pasal 55-57. Adapun yang sesuai dengan penentuan harga

    beras, bahkan komoditas pangan pada umumnya berada pada pasal 56 ayat a

    dan b yaitu “penetapan harga pada tingkat produsen sebagai pedoman

    pembelian pemerintah” dan “penetapan harga pada tingkat konsumen sebagai

    pedoman bagi penjualan pemerintah”.

    Untuk harga yang dijual kepada masyarakat salah satu pembentuk harganya

    melalui HPP yang diatur dalam Impres Nomor 3 Tahun 2012 untuk saat ini.

    Harga pembelian gabah dengan kualitas air maksimum 25% dan kadar hampa

    kotoran maksimum 10% adalah Rp. 3.300/kg di petani sementara di tingkat

    penggilingan dihargai Rp. 3.350/kg untuk jenis gabah kering panen (GKP).

    Sementara itu untuk gabah kualitas gabah kering giling (GKG) dengan kadar

  • 6

    air maksimum 14% dan kadar hampa kotoran maksimum 3% adalah Rp.

    4.150/kg di gudang perum Bulog. Untuk harga beras dengan kualitas kadar air

    maksimum 14%, bulir patah maksimum 2% dan derajat sosoh minimum 95%

    adalah Rp. 6.600/kg di gudang perum bulog. (Pada Bisnis Indonesia judul

    Harga Beras: HPP dan Gabah Petani Naik Maret 2015, 15 Maret 2015)

    Adapun beberapa faktor utama yang menyebabkan harga beras selalu naik

    adalah: (1) kondisi Iklim yang tidak menentu, dimana di saat-saat tertentu misal

    turunnya hujan pada tahun 2014 yang seharusnya turun pada bulan oktober

    justru turun pada bulan November. (2) Banjir yang terjadi dibanyak daerah,

    dimana bila sudah datang musim hujan, curah hujan sangat tinggi menyebabkan

    banyak daerah terendam banjir, seperti yang terjadi di Serang, Banten akibat

    2.300 hektar lahan pertanian terendam banjir potensi produksi gabah kering

    giling hilang sebanyak 12.000 ton. (3) dugaan adanya penimbunan beras yang

    terjadi di beberapa area pergudangan. Misalnya, penimbunan beras operasi

    pasar khusus yang ditemukan di area pergudangan di Pulogadung dan Klender,

    Jakarta Timur. Temuan di dapati ketika dilakukan inspeksi mendadak oleh

    sejumlah lembaga pemerintahan. Berdasarkan data Kementerian Perindustrian,

    terdapat 10.400 gudang penyimpanan yang dikelola swasta di seluruh

    Indonesia. Tidak tertutup kemungkinan kegiatan penimbunan juga terjadi oleh

    mereka. (4) adanya mafia beras yang juga dilakukan oleh oknum internal Perum

    Bulog. Hal ini diperkuat oleh keterangan Menteri Perdagangan Rachmat Gobel

    setelah melakukan inspeksi mendadak di salah satu gudang beras di Cakung,

    Jakarta Timur. Ditemukan kegiatan pengoplosan antara beras Perum Bulog dan

    beras lain, dikemas ulang dan dijual dengan harga yang lebih mahal. Di tempat

    terpisah, juga terdapat temuan beras illegal atas nama Perum Bulog yang masuk

    ke Pasar Induk Besar Cipinang, Jakarta Timur. (Pada Kompas judul Harga

    Beras Naik, Salah Siapa, 15 Maret 2015).

  • 7

    Berdasarkan cuplikan kedua berita diatas dapat menggambarkan keadaan

    harga beras di Indonesia memiliki pembentuk harga dasar dari harga penentuan

    gabah kering dan harga penentuan gabah giling sehingga harga pokok produksi

    beras berada di kisaran harga penentuan gabah kering dan gabah giling. Selain

    itu faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya harga beras di pasar

    adalah harga-harga penentu produksi misal perubahan harga pupuk, harga

    transportasi, harga bahan bakar minyak, kondisi iklim dan cuaca ekstrim,

    bahkan hingga terjadinya penimbunan beras dan adanya mafia beras yang

    sangat merugikan pasar.

    Sedangkan penentuan harga itu sebenarnya salah satu pengaruhnya

    berdasarkan kemampuan produksi beras, mengapa? Karena dengan semakin

    besarnya produksi beras (jika seluruh faktor-faktor pengaruh lainnya dianggap

    tetap, ceteris paribus), maka dapat diasumsikan harga beras yang dijual kepada

    konsumen di pasar akan semakin murah, dikarenakan ketersediaan beras di

    pasar melimpah. Sedangkan jika semakin kecil produksi beras (ceteris paribus),

    maka dapat diasumsikan harga beras yang dijual kepada konsumen di pasar

    akan semakin mahal dikarenakan ketersediaan pasar di pasar terbatas.

    Menurut I Gusti Ngurah Agung (2008: 9) produksi dapat didefinisikan

    sebagai hasil dari suatu proses atau aktifitas ekonomi dengan memanfaatkan

    beberapa masukan (input), oleh karena itu kegiatan produksi tersebut adalah

    mengkombinasikan berbagai input untuk menghasilkan output. Menurut Ari

  • 8

    Sudarman (2001: 119) produksi meliputi semua aktivitas dan tidak hanya

    mencakup pembuatan barang-barang yang dapat dilihat. Menulis buku, memberi

    nasehat, pertunjukkan bioskop dan jasa bank adalah termasuk dalam pengertian

    produksi. Tetapi akan sedikit mengalami kesulitan untuk menunjukkan secara

    pasti faktor-faktor produksi seperti yang dicontohkan tadi, namun jelas bahwa

    dalam proses produksi seperti ini diperlukan beberapa keterampilan baik bersifat

    teknis maupun intelektual.

    Sadono Sukirno (2009: 193) menyatakan bahwa fungsi produksi adalah

    hubungan diantara faktor- faktor produksi dan tingkat produksi yang

    diciptakannya. Adapun menurut Prathama Rahardja dan Mandala Manurung

    (2006: 109) menyatakan bahwa ekonom membagi faktor produksi barang

    menjadi barang modal (capital) dan tenaga kerja (labour).

    Tabel 1.2

    Jumlah Produksi Beras pada 32 Provinsi di Indonesia Tahun 2008-2013

    Per Ton

    Produksi Tahun

    2008 2009 2010 2011 2012 2013

    ACEH 1.556.858 1.402.287 1.582.393 1.772.962 1.788.738 1.956.940

    SUMATERA UTARA 3.527.899 3.340.794 3.582.302 3.607.403 3.715.514 3.727.249

    SUMATERA BARAT 2.105.790 1.965.634 2.211.248 2.279.602 2.368.390 2.430.384

    RIAU 531.429 494.260 574.864 535.788 512.152 434.144

    JAMBI 644.947 581.704 628.828 646.641 625.164 664.535

    SUMATERA SELATAN 3.125.236 2.971.286 3.272.451 3.384.670 3.295.247 3.676.723

    BENGKULU 510.160 484.900 516.869 502.552 581.910 622.832

    LAMPUNG 2.673.844 2.341.075 2.807.676 2.940.795 3.101.455 3.207.002

    KEP. BANGKA BELITUNG

    19.864 15.079 22.259 15.211 22.395 28.480

    KEP. RIAU 430 404 1.246 1.223 1.323 1.370

  • 9

    DKI JAKARTA 11.013 8.352 11.164 9.516 11.044 10.268

    JAWA BARAT 11.322.68

    1 10.111.06

    9 11.737.07

    0 11.633.89

    1 11.271.86

    1 12.083.16

    2

    JAWA TENGAH 9.600.415 9.136.405 10.110.83

    0 9.391.959

    10.232.934

    10.344.816

    DI YOGYAKARTA 837.930 798.232 823.887 842.934 946.224 921.824

    JAWA TIMUR 11.259.08

    5 10.474.77

    3 11.643.77

    3 10.576.54

    3 12.198.70

    7 12.049.34

    2

    BANTEN 1.849.007 1.818.166 2.048.047 1.949.714 1.865.893 2.083.608

    BALI 878.764 840.465 869.161 858.316 865.553 882.092

    NUSA TENGGARA BARAT

    1.870.775 1.750.677 1.774.499 2.067.137 2.114.231 2.193.698

    NUSA TENGGARA TIMUR

    607.359 577.895 555.493 591.371 698.566 729.666

    KALIMANTAN BARAT 1.300.798 1.321.443 1.343.888 1.372.988 1.300.100 1.441.876

    KALIMANTAN TENGAH

    578.761 522.732 650.416 610.236 755.507 812.652

    KALIMANTAN SELATAN

    1.956.993 1.954.284 1.842.089 2.038.309 2.086.221 2.031.029

    KALIMANTAN TIMUR 555.560 586.031 588.879 552.616 561.959 439.439

    SULAWESI UTARA 549.087 520.193 584.030 596.223 615.062 638.373

    SULAWESI TENGAH 953.396 985.418 957.108 1.041.789 1.024.316 1.031.364

    SULAWESI SELATAN 4.324.178 4.083.356 4.382.443 4.511.705 5.003.011 5.035.830

    SULAWESI TENGGARA 407.367 405.256 454.644 491.567 516.291 561.361

    GORONTALO 256.934 237.873 253.563 273.921 245.786 295.913

    MALUKU 89.875 75.826 83.109 87.468 84.271 101.835

    MALUKU UTARA 46.253 51.599 55.401 61.430 65.686 72.445

    PAPUA BARAT 36.985 39.537 34.254 29.304 30.245 29.912

    PAPUA 98.511 85.699 102.610 115.437 138.032 169.791

    Sumber: Tabel Produksi Produk Pangan Beras Tahun 2008-2013 Badan

    Pusat Statistik Republik Indonesia (diolah kembali)

    Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa perubahan produksi beras

    pada 32 provinsi di Indonesia cenderung fluktuatif. Seperti yang terjadi pada

    kurun waktu 2008-2009 perubahan produksi beras berada pada angka -0,05%,

    lain hal pada kurun waktu 2009-2010 terjadi peningkatan kapasitas produksi

  • 10

    beras berada pada angka 16,17%. Namun, pada kurun waktu 2010-2011

    perubahan produksi beras berada pada angka 0,4%, hal ini disebabkan

    banyaknya daerah-daerah yang mengalami penurunan kapasitas produksi

    seperti provinsi Bangka Belitung pada angka -31,66%, DKI Jakarta pada angka

    -14,76% dan Papua Barat pada angka -14,45%. Sedangkan pada kurun waktu

    2011-2012 perubahan produksi beras berada pada angka 6,13%, hal ini

    disebabkan meningkatnya kapasitas produksi pada banyak provinsi di

    Indonesia seperti pada provinsi Bengkulu pada angka 15,79%, Bangka Belitung

    pada angka 47,22%, DKI Jakarta pada angka 16,05%, DI Yogyakarta pada

    angka 12,25%, Jawa Timur pada angka 15,33%, NTT pada angka 18,12%,

    Kalimantan Tengah pada angka 23,8%, dan Papua Barat pada angka 19,57%.

    Lain lagi pada kurun waktu 2012-2013 perubahan produksi beras mengalami

    penurunan, yaitu pada angka 4,89%. Penurunan perubahan ini disebabkan oleh

    menurunnya kapasitas produksi beras pada banyak provinsi di Indonesia seperti

    pada provinsi Riau pada angka -15,23% dan Kalimantan Timur pada angka -

    21,8%.

    Adapun bila produksi nasional tidak mencukupi kebutuhan nasional maka

    pemerintah umumnya melakukan impor. Adapun kebijakan ini diambil selain

    menutupi defisit antara produksi dan konsumsi nasional, impor juga digunakan

    pemerintah sebagai salah satu cara dalam menekan tingginya harga beras yang

    ditawarkan kepada pasar. Menurut Suherman Rosyidi dalam bukunya Pengantar

  • 11

    Teori Ekonomi: Pendekatan Kepada Teori Ekonomi (2001: 223-224)

    Kemampuan suatu bangsa untuk mengimpor sangat tergantung pada pendapatan

    nasionalnya. Artinya, semakin besar pendapatan nasional, semakin besar pula

    kemampuan bangsa tersebut mengimpor barang dan jasa. Jadi: M = f(Y). Tetapi

    harus diingat, bahwa hubungan antara impor, M, dengan pendapatan nasional,

    Y, itu tidaklah berupa hubungan proporsional. Artinya, tidak dapat ditarik

    kesimpulan bahwa jika pendapatan nasional bertambah menjadi dua kali lipat,

    misalnya, maka impor akan menjadi dua kali lipat.

    Tabel 1.3

    Jumlah Impor Beras pada 32 Provinsi di Indonesia Tahun 2008-2013

    Per Ton

    Provinsi 2008 2009 2010 2011 2012 2013

    Aceh 15.900 0 14.750 31.400 4.600 0

    Sumatera Utara 45.100,4 26.395,6 92.672,6

    5 358.693,89 103.175,3 47.566

    Sumatera Barat 23.000 0 10.500 44.250 25.050 0

    Riau 21.500 0 10.951,1

    4 86.853,12 18.501 0

    Jambi 0 0 0 0 0 0

    Sumatera Selatan 0 0 0 43.550 22.900 0

    Bengkulu 0 0 0 0 0 0

    Lampung 6.200 25.499,9

    9 77.408,2

    0 205.495,99 88.007,79 49.616,15

    Bangka Belitung 0 0 0 0 0 0

    Kep Riau 0 0 0 0 0 0

    DKI Jakarta 66.975,9 105.289,

    8 262.484,

    8 1.001.298,8

    6 749.936,7 221.537,0

    6

    Jawa Barat 0 0 0 0 0 0

    Jawa Tengah 30.716,9

    1 418,02 2.481,90 3.955 612 2.640

    DI Yogyakarta 0 0 0 0 0 0

  • 12

    Jawa Timur 80.296,1

    9 92.869,6

    9 116.368,

    4 605.533,84 588.174,8 151.305,4

    Banten 0 0 9.650 135.780 109.464,3

    5 0

    Bali 0 0 8.450 12.894,36 9.600 0

    NTB 0 0 0 22.200 0 0

    NTT 0 0 27.264,4

    0 23.900 34.731,8 0

    Kalimantan Barat 0 0 0 0 0 0

    Kalimantan Tengah 0 0 0 0 0 0

    Kalimantan Selatan 0 0 0 0 0 0

    Kalimantan Timur 0 0 3.900 18.750 8.600 0

    Sulawesi Utara 0 0 12.000 82.600 26.767,9 0

    Sulawesi Tengah 0 0 10.500 18.950 0 0

    Sulawesi Selatan 0 0 0 0 0 0

    Sulawesi Tenggara 0 0 0 3.600 0 0

    Gorontalo 0 0 0 0 0 0

    Maluku 0 0 12.000 24.671,09 13.650 0

    Maluku Utara 0 0 0 0 0 0

    Papua 0 0 12.200 15.400 0 0

    Papua Barat 0 0 0 10.700 6.600 0

    Sumber: Buku Statistik Perdagangan Luar Negeri Impor Jilid III 2008-2013

    Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (diolah kembali)

    Berdasarkan data impor diatas dapat diketahui bahwa perubahan impor

    pada 32 provinsi di Indonesia secara umum terjadi penurunan, namun tren

    kenaikan sangat signifikan terjadi pada kurun waktu 2010-2011 yaitu pada

    angka 302,36%. Tingginya kenaikan jumlah impor beras di Indonesia pada

    kurun waktu 2010-2011 disebabkan terjadinya penurunan kapasitas produksi

    beras di Indonesia pada kurun waktu yang sama, sehingga pemerintah

    mengantisipasi adanya kelangkaan beras dan tingginya harga beras dengan

  • 13

    meningkatkan jumlah impor beras. Pada kurun waktu 2008-2009 terjadi

    penurunan jumlah impor beras pada angka -13,53% dikarenakan meningkatnya

    kapasitas produksi beras di waktu yang sama. Sedangkan pada kurun waktu

    2009-2010 terjadi peningkatan jumlah impor sebesar 172,91%. Adapun pada

    kurun waktu 2011-2012 terjadi penurunan jumlah impor beras sangat besar,

    yaitu pada angka -34,17%. Penurunan jumlah impor beras ini disebabkan

    meningkatnya kapasitas produksi beras di Indonesia pada kurun waktu yang

    sama. Seperti pada kurun waktu sebelumnya, pada kurun waktu 2012-2013

    terjadi kembali penurunan jumlah impor beras namun dengan jumlah

    perubahan yang jauh lebih besar yaitu pada angka -73,89%. Hal ini disebabkan

    adanya peningkatan kapasitas produksi beras di Indonesia pada kurun waktu

    yang sama.

    Selain produksi dan impor, harga dapat dipengaruhi oleh tingkat konsumsi

    dikarenakan apabila tingkat konsumsi tinggi namun kapasitas produksinya

    tidak dapat memenuhi konsumsi maka dapat diasumsikan harga beras akan

    meningkat tajam karena ketidaktersediaannya beras dipasar. Pernyataan ini

    diperkuat menurut Ratih Kumala Sari (2014) yaitu “meskipun jumlah produksi

    beras terus meningkat belum tentu dapat memenuhi kebutuhan beras di dalam

    negeri. Sebab jumlah penduduk Indonesia tiap tahun terus meningkat per

    tahunnya, sedangkan produksi yang dihasilkan kurang mencukupi tingkat

    konsumsi masyarakat Indonesia”.

  • 14

    Tabel 1.4

    Jumlah Konsumsi Beras pada 32 Provinsi di Indonesia Tahun 2010-2013

    Per Ton

    Propinsi Agregat Konsumsi Beras Per Provinsi 2010-2013 (per Ton)

    2008 2009 2010 2011 2012 2013

    ACEH 693.683,2 716.679 730.095,2 739.396,8 754.322,6 754.504,2

    SUMATERA UTARA

    2.050.044 2.091.021,

    2 2.103.024,

    7 2.116.365,

    2 2.145.046,

    5 2.131.308,

    4

    SUMATERA BARAT

    761.834,9 778.953,4 785.331,3 789.677,1 799.933,0 794.557,4

    RIAU 833.758,9 872.299,3 899.871,2 916.634,3 940.539,6 946.176,5

    JAMBI 474.645,5 491.387,6 501.612,6 507.060,7 516.272,1 515.345,0

    SUMATERA SELATAN

    1.159.429,5

    1.191.642,5

    1.207.640,8

    1.216.346,9

    1.234.135,2

    1.227.741,4

    BENGKULU 267.854,6 274.792,8 277.972,4 280.615,4 285.356,7 284.544,6

    LAMPUNG 1.197.798,

    1 1.223.473,

    4 1.232.240,

    4 1.238.341,

    6 1.253.492,

    8 1.243.957,

    2

    KEP. BANGKA BELITUNG

    185.667,2 193.366,2 198.572,5 201.409,2 205.830,5 206.241,5

    KEP. RIAU 246.024,9 261.107,8 273.242,9 279.943,1 288.780,3 291.915,4

    DKI JAKARTA 1.507.406,

    1 1.542.371,

    9 1.556.103

    1.561.089,3

    1.577.740,7

    1.563.536,6

    JAWA BARAT 6.692.117 6.881.551,

    7 6.977.492,

    7 7.033.602

    7.142.075,9

    7.110.603,1

    JAWA TENGAH 5.180.631,

    3 5.245.470,

    3 5.236.924,

    8 5.238.591,

    8 5.279.138,

    5 5.216.697,

    4

    DI YOGYAKARTA 546.267,1 556.849,2 559.705,7 561.871,1 568.329,6 563.772,7

    JAWA TIMUR 5.951.624,

    4 6.049.794,

    4 6.063.675,

    2 6.057.435

    6.096.301,3

    6.016.336

    BANTEN 1.625.179,

    1 1.684.464,

    4 1.725.298,

    0 1.751.853,

    3 1.791.554,

    2 1.796.046,

    4

    BALI 601.837,3 620.454,3 630.712,1 633.521,7 641.072,6 636.132,1

    NUSA TENGGARA BARAT

    709.594,6 724.291,5 728.965,3 733.441,9 743.396 738.774,5

    NUSA TENGGARA TIMUR

    726.057,9 747.906,3 759.650,2 766.545,9 779.295,5 776.914,6

    KALIMANTAN BARAT

    696.796 709.361,8 712.065,1 718.570,7 730.405,6 727.890,8

  • 15

    KALIMANTAN TENGAH

    344.580,6 353.937,7 358.469,9 364.191,7 372.721,9 373.982,3

    KALIMANTAN SELATAN

    562.888 579.352,4 587.969,5 594.574,9 605.525,0 604.484,7

    KALIMANTAN TIMUR

    532.278 558.213,9 577.235,4 588.107,8 603.477,3 607.041,0

    SULAWESI UTARA

    357.088,1 364.891,5 367.654,4 369.122,1 373.313,8 370.171,4

    SULAWESI TENGAH

    409.217,3 421.015,5 427.103,5 431.056,0 438.233,7 436.838,0

    SULAWESI SELATAN

    1.266.495.2

    1.292.725,8

    1.301.067,7

    1.305.606,0

    1.319.836,6

    1.308.240,1

    SULAWESI TENGGARA

    346.065,4 356.514,6 362.150,2 367.281,2 375.233,5 375.864,2

    GORONTALO 160.563,8 165.717,2 168.646,2 170.098,1 172.826,6 172.194,6

    MALUKU 234.345,9 243.211,7 248.885,4 251.433,3 255.888,3 255.375

    MALUKU UTARA 159.645,2 165.123,3 168.404 170.834,4 174.554,4 174.845

    PAPUA BARAT 114.147 119.584,7 123.530,7 125.820,7 129.104 129.898,7

    PAPUA 411.390,6 438.640,6 461.162 466.673,2 475.749,1 475.574

    Sumber: Tabel Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 2000-2010 Badan Pusat

    Statistik Republik Indonesia, Tabel Laju Pertumbuhan Penduduk per Tahun

    menurut Provinsi di Indonesia Tahun 1971-2010 Badan Pusat Statistik

    Republik Indonesia, Tabel Proyeksi Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 2010-

    2013 Badan Pusat Statistik Republik Indonesia dan Tabel Perkembangan

    Konsumsi Rumah Tangga per Kapita di Indonesia Kelompok Padi-padian

    Komoditi Beras Departemen Pertanian Republik Indonesia Tahun 1993-2013

    (diolah kembali).

    Berdasarkan data diatas dapat kita cermati bahwa perubahan tingkat

    konsumsi beras pada 32 provinsi di Indonesia tahun 2008-2013 fluktuatif di tiap

    tahunnya. Yaitu pada kurun waktu 2008-2009 perubahan tingkat konsumsi

    beras berada pada angka 3,1%, sedangkan pada kurun waktu 2009-2010

    perubahan tingkat konsumsi beras berada pada angka -99,89%, penurunan

    tingkat konsumsi beras yang sangat signifikan ini disebabkan oleh terjadinya

  • 16

    kenaikan harga BBM pada saat itu menganggu pola konsumsi masyarakat

    Indonesia khususnya pada bidang pangan. Lain halnya pada kurun waktu 2010-

    2011 perubahan tingkat konsumsi beras berada pada angka 0,9%, hal ini

    disebabkan pada tahun 2010 terjadi krisis keuangan global yang memiliki

    pengaruh terhadap perekonomian di Indonesia khususnya harga minyak dunia,

    sehingga memicunya kenaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) di

    Indonesia. Dengan kenaikan harga BBM tersebut akhirnya berdampak terhadap

    kenaikan harga barang dan jasa sehingga mengurangi daya belanja masyarakat.

    Sedangkan pada kurun waktu 2011-2012 terjadi kenaikan tingkat konsumsi

    beras berada pada angka 1,7%, hal ini disebabkan memulihnya keadaan

    perekonomian di Indonesia serta bertahannya perekonomian Indonesia dalam

    menghadapi krisis keuangan global pada tahun 2010. Sedangkan pada kurun

    waktu 2012-2013 terjadi penurunan tingkat konsumsi beras yang signifikan

    sehingga berada pada angka -0,2%. Hal ini disebabkan terjadinya penurunan

    kapasitas produksi beras di Indonesia pada kurun waktu 2012-2013.

    Berdasarkan pemaparan masalah-masalah diatas, pada 32 provinsi di

    Indonesia terjadi fenomena bahwa harga beras itu cenderung selalu naik

    walaupun keadaan produksi beras yang cenderung fluktuatif, impor beras yang

    cenderung menurun dan konsumsi beras yang cenderung fluktuatif. Padahal

    dengan keadaan diatas dapat di asumsikan harga beras itu cenderung stabil

    bahkan mengalami penurunan. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih

  • 17

    lanjut mengenai masalah ini dengan judul penelitian “Pengaruh Produksi

    Beras, Impor Beras dan Konsumsi Beras Terhadap Harga Beras di

    Indonesia Tahun 2008-2013 (Studi Kasus 32 Provinsi)”.

    B. Perumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan diatas mengenai Produksi

    Beras, Impor Beras dan Konsumsi Beras terhadap Harga Beras di Indonesia

    Tahun 2008-2013. Sesuai dengan yang diuraikan diatas, maka dapat

    dirumuskan permasalahan yang dapat dikaji dalam penelitian ini yaitu:

    1. Seberapa besar pengaruh Produksi Beras terhadap Harga Beras di

    Indonesia Tahun 2008-2013 secara parsial?

    2. Seberapa besar pengaruh Impor Beras terhadap Harga Beras di Indonesia

    Tahun 2008-2013 secara parsial?

    3. Seberapa besar pengaruh Konsumsi Beras terhadap Harga Beras di

    Indonesia Tahun 2008-2013 secara parsial?

    4. Seberapa besar pengaruh Produksi Beras, Impor Beras dan Konsumsi

    Beras terhadap Harga Beras di Indonesia Tahun 2008-2013 secara

    simultan?

    C. Tujuan Penelitian

    1. Untuk menganalisis dan mengetahui seberapa besarnya pengaruh

    Produksi Beras terhadap Harga Beras secara parsial di Indonesia Tahun

    2008-2013.

  • 18

    2. Untuk menganalisis dan mengetahui seberapa besarnya pengaruh Impor

    Beras terhadap Harga Beras secara parsial di Indonesia Tahun 2008-2013.

    3. Untuk menganalisis dan mengetahui seberapa besarnya pengaruh

    Konsumsi Beras terhadap Harga Beras secara parsial di Indonesia Tahun

    2008-2013.

    4. Untuk menganalisis dan mengetahui seberapa besarnya pengaruh secara

    simultan Produksi Beras, Impor Beras dan Konsumsi Beras terhadap

    Harga Beras di Indonesia Tahun 2008-2013.

    D. Manfaat Penelitian

    Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:

    1. Kegunaan praktis dalam menggambarkan keadaan perberasan di

    Indonesia sehingga dapat menjadi informasi dan masukan tambahan bagi

    pemerintah khususnya yang menangani bidang pertanian dalam mengatasi

    masalah perberasan.

    2. Kegunaan ilmiah untuk memberikan sumbangan pemikiran untuk

    kemajuan ilmu pengetahuan khususnya dalam pengembangan teori-teori

    aplikasi ekonomi makro.

  • 19

    BAB II

    KERANGKA TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

    A. Landasan Teori

    1. Teori Harga

    Harga adalah satuan nilai yang diberikan pada suatu komoditi sebagai

    informasi kontraprestasi dari produsen/pemilik komoditi. Dalam teori

    ekonomi disebutkan bahwa harga barang dan jasa yang pasarnya

    kompetitif, maka tinggi rendahnya harga ditentukan oleh permintaan dan

    penawaran pasar. Dalam kenyataannya, penentuan harga pada komoditi

    beras di Indonesia ditentukan batasan-batasan tertentu oleh pemerintah.

    Hal ini sesuai dengan kebijakan pemerintah melalui Undang Undang

    Pangan No. 12 Tahun 2012, pada pasal 55-57. Adapun yang sesuai dengan

    penentuan harga beras, bahkan komoditas pangan pada umumnya berada

    pada pasal 56 ayat a dan b yaitu “penetapan harga pada tingkat produsen

    sebagai pedoman pembelian pemerintah” dan “penetapan harga pada

    tingkat konsumen sebagai pedoman bagi penjualan pemerintah”.

    Walaupun pemerintah melakukan penentuan harga, mekanisme

    permintaan dan penawaran sangat menentukan harga beras di Indonesia

    walau berada pada koridor penentuan harga yang ditentukan, atau biasa

    kita dengar dengan istilah penentuan harga dasar dan harga atas. Sehingga

  • 20

    dengan adanya penentuan harga dasar dan harga atas, diharapkan produsen

    (khususnya petani) tetap menjual hasil produksi dengan harga yang layak

    namun tidak mencekik konsumen untuk membeli beras.

    Selalu dalam asumsi konsumen berusaha mendapatkan barang dengan

    harga yang lebih murah, sedangkan dalam asumsi penjual berusaha

    menawarkan barang dengan harga yang lebih mahal dengan harapan

    keuntungan yang besar. Kedua asumsi ini bertemu dalam kegiatan jual beli,

    sehingga terjadi proses tawar-menawar yang nantinya terjadi kesepakatan

    bersama atas harga barang. Kesepakatan harga yang telah disetujui pihak

    konsumen dan penjual disebut dengan harga pasar. Pada harga tersebut

    jumlah barang yang ditawarkan sama dengan jumlah barang yang diminta.

    Dengan pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa harga pasar disebut

    juga dengan harga keseimbangan (equilibrium).

    Harga suatu barang dan jumlah barang tersebut yang diperjualbelikan,

    ditentukan oleh permintaan dan penawaran barang tersebut. Dan juga

    keadaan di suatu pasar dikatakan dalam keseimbangan atau ekuilibrium

    apabila jumlah yang ditawarkan pada penjual pada suatu harga tertentu

    adalah sama dengan jumlah yang diminta para pembeli pada harga

    tersebut. Dengan demikian harga suatu barang dan jumlah barang yang

    diperjualbelikan dapat ditentukan dengan melihat keadaan keseimbangan

    dalam suatu pasar (Sadono Sukirno, 2009: 90).

  • 21

    Menurut Winardi (1987: 13) bahwa harga menerangkan komposisi atau

    alokasi produksi total. Menurut Pindyck (2009: 5) harga merupakan salah

    satu penentu dari situasi-tukar dalam setiap pilihan manusia. Seperti

    seorang konsumen yang melakukan situasi-tukar antara daging sapi dan

    ayam tidak hanya pada preferensinya, tetapi juga berdasarkan harganya.

    Begitu juga, para pekerja melakukan situasi-tukar antara kerja dan istirahat

    sebagian berdasarkan pada “harga” yang mereka peroleh dari pekerjaan

    mereka – yaitu upah. Dan perusahaan memutuskan apakah akan

    memperkerjakan karyawan lebih banyak atau membeli mesin lebih banyak

    sebagian juga didasarkan pada tingkat upah dan harga mesin.

    Suherman dalam bukunya Pengantar Teori Ekonomi: Pendekatan

    Kepada Teori Ekonomi (2001: 238) mengatakan mengapa suatu barang

    memiliki harga? Haruskah setiap barang memiliki harga? Jawabannya

    bahwa tidak semua barang memiliki harga, karena yang memiliki harga

    hanya barang ekonomis (economic goods), tetapi barang-barang bebas

    (free goods) tidak ada harga. Sedangkan mengapa barang-barang memiliki

    harga karena dalam satu sisi barang tersebut berguna atau memiliki

    manfaat, selain itu dipihak lain jumlahnya jarang (scare/langka). Oleh

    karena itu harga sendiri dibentuk oleh bersatunya dua jenis kekuatan:

    kegunaan dan kelangkaan.

    Teori Cobweb menjelaskan mengenai harga produk pertanian yang

  • 22

    menunjukkan fluktuasi tertentu dari musim ke musim. Penyebab fluktuasi

    tersebut adalah reaksi yang terlambat (time lag) dari produsen (petani)

    terhadap harga.

    Gambar 2.1

    Kurva Cobweb

    Misalkan, pada musim pertama (musim 1) jumlah produk pertanian

    yang dihasilkan sebanyak Q1. Kita telah mengetahui bahwa barang-barang

    hasil pertanian merupakan barang non durable (tidak tahan lama). Itulah

    sebabnya jumlah Q1 tadi harus terjual habis pada musim itu juga dengan

    harga P1 (berdasarkan kurva permintaan D). Untuk selanjutnya, para

    petani mungkin sekali mendasarkan keputusannya untuk berproduksi pada

    harga yang berlaku di pasar (P1), sehingga jumlah yang ditawarkan pada

    musim berikutnya (musim 2) adalah sebanyak Q2 (sesuai dengan hukum

    penawaran), dengan anggapan bahwa harga tetap pada P1. Namun, dengan

  • 23

    jumlah sebanyak Q2 di pasar, maka harga yang terjadi pada musim 2

    adalah P2. Kemudian, petani merencanakan berproduksi selanjutnya

    sebanyak Q3 pada musim 3, berdasarkan harga yang berlaku (P2). Hasil

    panen sebanyak Q3 ini akan menyebabkan harga naik menjadi P3. Dengan

    harga P3 ini pulalah petani membuat rencana produksi Q4 pada musim 4,

    dan begitu seterusnya. Apabila proses ini terus berlangsung, fluktuasinya

    akan semakn mengecil dan akhirnya terjadi keseimbangan (equilibrium),

    di mana harga keseimbangannya Pe dan jumlah yang diproduksi (dan

    dikonsumsi) sebanyak Qe. Pada tingkat ini terjadi kestabilan. Dalam

    proses tersebut tingkat harga menunjukkan fluktuasi (naik turun) dari satu

    musim ke musim berikutnya. Proses ini dinamakan Cobweb atau sarang

    laba-laba, karena gambarnya memang menyerupai sarang laba-laba.

    (Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, 2006: 70-71).

    2. Teori Produksi

    Produksi adalah suatu proses dimana sumber daya (masukan) diolah

    sedemikian rupa agar menghasilkan produk (keluaran) dengan nilai tambah

    yang lebih besar daripada bentuk sebelumnya.

    Menurut I Gusti Ngurah Agung (2008: 9) produksi dapat didefinisikan

    sebagai hasil dari suatu proses atau aktifitas ekonomi dengan

    memanfaatkan beberapa masukan (input), oleh karena itu kegiatan produksi

    tersebut adalah mengkombinasikan berbagai input untuk menghasilkan

  • 24

    output. Menurut Ari Sudarman (2001: 119) produksi meliputi semua

    aktivitas dan tidak hanya mencakup pembuatan barang-barang yang dapat

    dilihat. Menulis buku, memberi nasehat, pertunjukkan bioskop dan jasa

    bank adalah termasuk dalam pengertian produksi. Tetapi akan sedikit

    mengalami kesulitan untuk menunjukkan secara pasti faktor-faktor

    produksi seperti yang dicontohkan tadi, namun jelas bahwa dalam proses

    produksi seperti ini diperlukan beberapa keterampilan baik bersifat teknis

    maupun intelektual.

    Menurut Denny Afrianto pada skripsinya (2010: 31-32), Pada dasarnya

    faktor-faktor produksi meliputi :

    a. Faktor Produksi Alam

    Sumber-sumber alam merupakan dasar untuk kegiatan disektor

    pertanian, kehewanan, perikanan dan di sektor pertambangan.

    Sektor-sektor itu lazim disebut produksi primer (industri pabrik

    dipandang sebagai produksi sekunder). Faktor produksi ini terdiri

    dari :

    1) Tanah dan keadaan iklim

    2) Kekayaan hutan

    3) Kekayaan di bawah tanah (bahan pertambangan)

    4) Kekayaan air; sebagai sumber tenaga penggerak, untuk

    pengangkutan, sebagai sumber bahan makanan (perikanan),

    sebagai sumber pengairan dll.

  • 25

    b. Tenaga Kerja

    Yang termasuk tenaga kerja yaitu semua yang bersedia dan

    sanggup bekerja. Golongan ini meliputi yang bekerja untuk

    kepentingan sendiri baik anggota-anggota keluarga yang tidak

    menerima bayaran berupa uang maupun mereka yang bekerja

    untuk gaji dan upah. Juga yang menganggur, tetapi yang

    sebenarnya bersedia dan mampu untuk bekerja.

    c. Modal

    Modal, yaitu barang-barang yang dihasilkan untuk

    dipergunakan selanjutnya dalam produksi barang-barang lain.

    Barang-barang modal terutama terdiri atas peralatan yang sangat

    berguna dalam proses produksi. Peralatan modal tersebut meliputi:

    mesin-mesin, alat-alat besar, gedung-gedung dsb.

    Sadono Sukirno (2009: 193) menyatakan bahwa fungsi produksi adalah

    hubungan diantara faktor- faktor produksi dan tingkat produksi

    yang diciptakannya. Adapun menurut Prathama Rahardja dan Mandala

    Manurung (2006: 107) menyatakan bahwa ekonom membagi faktor

    produksi barang menjadi barang modal (capital) dan tenaga kerja (labour).

    Hubungan matematis penggunaan hal-hal berhubungan dengan produksi

    yang menghasilkan output maksimum disebut fungsi produksi sebagai

    berikut.

  • 26

    Q = f(K,L)

    Dimana

    Q = tingkat output.

    K = barang modal.

    L = tenaga kerja/buruh.

    Dalam Skripsi Denny Afrianto (2010: 33) bahwa pada produksi bidang

    pertanian, faktor produksinya sangat menentukan besar kecilnya produksi

    yang akan diperoleh. Untuk menghasilkan produksi (output) yang optimal

    maka penggunaan faktor produksi tersebut dapat digabungkan. Dalam

    berbagai literatur menunjukkan bahwa faktor produksi lahan, modal untuk

    membeli bibit, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja dan aspek manajemen

    adalah faktor produksi terpenting diantara faktor produksi yang lain

    (Soekartawi, 1991), seperti tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, tingkat

    keterampilan dan lain-lain.

    Dalam praktek, faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi ini

    dibedakan atas dua kelompok (Soekartawi, 1991):

    a. Faktor biologis, seperti lahan pertanian dengan macam dan

    tingkat kesuburannya, bibit, varietas, pupuk, obat-obatan, gulma dan

    lain sebagainya.

  • 27

    b. Faktor sosial ekonomi, seperti biaya produksi, harga tenaga kerja,

    tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, resiko dan ketidakpastian,

    kelembagaan, tersedianya kredit dan sebagainya.

    3. Hubungan antara produksi dan harga

    Hubungan antara produksi dengan harga dapat dijelaskan dengan teori

    biaya produksi. Biaya produksi merupakan nilai yang dikeluarkan untuk

    memproduksi suatu barang. Semakin banyak biaya yang dikeluarkan untuk

    memproduksi maka akan semakin besar harga yang ditetapkan untuk

    barang tersebut. Oleh karena itu, biaya produksi dapat disebut sebagai salah

    satu variabel pembentuk harga barang.

    Berhubungan dengan konsep biaya produksi, Prathama Rahardja dan

    Mandala Manurung (2006: 134) berpendapat bahwa biaya produksi

    berhubungan dengan dua konsep biaya. Yaitu, biaya eksplisit (explicit cost)

    dan biaya implisit (implicit cost). Biaya eksplisit adalah biaya-biaya yang

    secara eksplisit terlihat, terutama melalui laporan keuangan seperti biaya

    listrik, telepon, air, pembayaran upah buruh dan gaji karyawan. Sedangkan

    biaya implisit adalah biaya kesempatan (opportunity cost).

    Perilaku biaya juga berhubungan dengan dengan periode produksi.

    Dalam jangka pendek ada faktor produksi tetap yang menimbulkan biaya

    tetap, yaitu biaya produksi yang besarnya tidak tergantung pada tingkat

    produksi. Dalam jangka panjang, karena semua faktor produksi adalah

  • 28

    variabel, biaya juga variabel. Artinya besarnya biaya produksi dapat

    disesuaikan dengan tingkat produksi (Prathama Rahadja dan Mandala

    Manurung, 2006: 135). Oleh karena itu, biaya produksi terbagi menjadi dua

    periode yaitu biaya produksi jangka pendek dan biaya produksi jangka

    panjang.

    a. Biaya Produksi Jangka Pendek

    Pada biaya produksi jangka pendek, hal yang berhubungan adalah

    seperti biaya total, biaya tetap, biaya variabel, biaya rata-rata, biaya

    marginal. Biaya total jangka pendek (total cost) sama dengan biaya tetap

    ditambah biaya variabel. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang

    besarnya tidak tergantung pada jumlah produksi, contohnya biaya

    barang modal, gaji pegawai, bunga pinjaman, sewa gedung kantor.

    Bahkan pada saat perusahaan tidak berproduksi (Q=0), biaya tetap harus

    dikeluarkan dengan jumlah sama. Biaya variabel (variable cost) adalah

    biaya yang besarnya tergantung pada tingkat produksi, contohnya upah

    buruh, biaya bahan baku.

    TC = FC + VC

    Dimana: TC = biaya total jangka pendek

    FC = biaya tetap jangka pendek

    VC = biaya variabel jangka pendek

  • 29

    Gambar 2.2

    Kurva Biaya Total, Biaya Tetap dan Biaya Variabel

    Kurva FC mendatar menunjukkan bahwa besarnya biaya tetap tidak

    tergantung pada jumlah produksi. Kurva VC membentuk huruf S

    terbalik, menunjukkan hubungan terbalik antara tingkat produktifitas

    dengan besarnya biaya. Kurva TC sejajar dengan VC menunjukkan

    bahwa dalam jangka pendek perubahan biaya total semata-mata

    ditentukan oleh perubahan biaya variabel (Prathama Rahadja dan

    Mandala Manurung, 2006: 135-136).

    Biaya rata-rata adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk

    memproduksi satu unit output. Besarnya biaya rata-rata adalah biaya

    total dibagi dengan jumlah output. Karena dalam jangka pendek TC =

    FC + VC, maka biaya rata-rata (average cost) sama dengan biaya tetap

  • 30

    rata-rata (average fixed cost) ditambah biaya variabel rata-rata (average

    variable cost).

    AC = AFC +AVC

    Atau

    𝑇𝐶

    𝑄=

    𝐹𝐶

    𝑄+

    𝑉𝐶

    𝑄

    Dimana: AC = biaya rata-rata jangka pendek

    AFC = biaya tetap rata-rata jangka pendek

    AVC = biaya variabel rata-rata jangka pendek.

    Gambar 2.3

    Kurva Biaya Rata-rata

    Kurva AFC terus menurun, menunjukkan bahwa AFC makin menurun

    bila produksi ditambah. Tetapi kurva AFC tidak pernah menyentuh

    sumbu horizontal (asimptot). Artinya nilai AFC tidak pernah negatif.

  • 31

    Kurva AC mula-mula menurun lalu naik, sepola dengan pergerakan

    AVC. Pola ini berkaitan dengan hukum LDR (law diminishing return).

    Kurva AVC juga mula-mula menurun selanjutnya menaik dan terus

    mendekati kurva AC, namun tidak pernah bersentuhan (asimptot).

    Makin kecil jarak AVC dengan AC karena makin mengecilnya AFC.

    Pergerakan kurva AVC berkaitan dengan pergerakan kurva AP

    (average product). Bila harga per unit tenaga kerja adalah P, maka AVC

    = P/AP. Dari persamaan ini terlihat pada saat nilai AP meningkat, nilai

    AVC menurun. Begitu pula sebaliknya (Prahatma Rahadja dan Mandala

    Manurung, 2006: 136-137).

    Biaya marginal (Marginal Cost) adalah tambahan biaya karena

    menambah produksi sebanyak satu unit output. Jika biaya marjinal

    jangka pendek dinotasikan MC dan perubahan output adalah ∂Q, maka

    𝑀𝐶 = 𝜕𝑇𝐶

    𝜕𝑄

    Dalam jangka pendek, perubahan biaya total disebabkan perubahan

    biaya variabel.

    𝑀𝐶 = 𝜕𝑉𝐶

    𝜕𝑄

    Jika harga per unit tenaga kerja adalah P dan perubahan tenaga kerja

    adalah ∂V, maka

    ∂VC = P. ∂V

    MC = P.( ∂V/∂Q), karena MP adalah ∂Q/∂V, maka

  • 32

    𝑀𝐶 = 𝑃 (1

    𝑀𝑃)

    Gambar 2.4

    Kurva Marginal Cost

    Kurva diatas menunjukkan bahwa garis singgung a, b, c dan seterusnya

    menunjukkan besarnya MC. Bila garis singgung makin mendatar, nilai

    MC makin mengecil, begitu juga sebaliknya (Prahatma Rahadja dan

    Mandala Manurung, 2006: 136-137).

    b. Biaya Produksi Jangka Panjang

    Menurut Prahatma Rahadja dan Mandala Manurung (2006: 139-140)

    dalam jangka panjang semua biaya adalah variabel. Karena itu biaya

    yang relevan dalam jangka panjang adalah biaya total, biaya variabel,

    biaya rata-rata dan biaya marjinal. Perubahan biaya total adalah sama

    dengan perubahan biaya variabel dan sama dengan biaya marjinal.

    Adapun pada biaya produksi jangka panjang, S pada STC, SVC, SAC

    dan SMC menunjukkan dimensi waktu jangka pendek (short run),

  • 33

    sedangkan L pada LTC, LVC, LAC, dan LMC menunjukkan jangka

    panjang (long run).

    Biaya total (jangka panjang) adalah biaya yang dikeluarkan untuk

    memproduksi seluruh output dan semuanya bersifat variabel.

    LTC = LVC

    Dimana : LTC = biaya total jangka panjang

    LVC = biaya variabel jangka panjang

    Biaya marjinal adalah tambahan biaya karena menambah produksi

    sebanyak satu unit. Perubahan biaya total adalah sama dengan

    perubahan biaya variabel.

    𝐿𝑀𝐶 = 𝜕𝐿𝑇𝐶

    𝜕𝑄

    Dimana : LMC = biaya marjinal jangka panjang

    ∂LTC = perubahan biaya total jangka panjang

    ∂Q = perubahan output

    Biaya rata-rata adalah biaya total dibagi dengan jumlah output.

    𝐿𝐴𝐶 = 𝐿𝑇𝐶

    𝑄

    Dimana : LAC = biaya rata-rata jangka panjang

    Q = jumlah output

    Dalam Biaya produksi jangka panjang ada banyak macam didalamnya

    salah satunya adalah Teorema Amplop (Envelope Theorem) menurut

    Prathama Rahadja dan Mandala Manurung (2006: 140-144) merupakan

  • 34

    salah satu bentuk perilaku biaya jangka panjang. Pada teorema amplop

    dianggap dalam menentukan tingkat produksi perusahaan hanya

    memiliki tiga pilihan:

    1) Memproduksi dengan pabrik ukuran kecil (small size plant), yang

    dalam jangka pendek mempunyai kurva biaya rata-rata SAC1.

    2) Memproduksi dengan pabrik ukuran sedang (medium size plant),

    yang dalam jangka pendek memiliki kurva biaya rata-rata SAC2.

    3) Memproduksi dengan pabrik ukuran sedang (large size plant), yang

    dalam jangka pendek mempunyai kurva biaya rata-rata SAC3.

    Gambar 2.5

    Teorema Amplop (Envelope Theorem)

    Jika produsen berpandangan bahwa tingkat output yang memberikan

    laba maksimum adalah X1, maka dalam jangka pendek dia memilih

  • 35

    berproduksi dengan pabrik ukuran kecil. Tetapi jika menurutnya tingkat

    produksi yang memberi laba adalah X3, maka dalam jangka pendek

    pabrik yang dia pilih adalah yang berskala menengah. Sebenarnya dia

    bisa saja memproduksi X3 dengan menggunakan pabrik kecil, tetapi

    biaya produksi rata-ratanya menjadi lebih besar (0C1 > )C2). Dalam

    jangka pendek perusahaan hanya dapat memilih satu pabrik saja untuk

    berproduksi. Tetapi dalam jangka panjang pengusaha dapat menambah

    atau mengurangi jumlah pabrik sesuai dengan tingkat produksi yang

    direncanakan. Kemampuan tersebut memungkinkan perusahaan

    beroperasi dengan biaya rata-rata yang minimum pada berbagai tingkat

    produksi.

    Selain Teorema Amplop dikenal juga dengan Skala Produksi Ekonomis

    dan Tidak Ekonomis. Skala produksi ekonomis (economies of scale)

    adalah interval tingkat produksi dimana penambahan output akan

    menurunkan biaya produksi jangka panjang per unit. Sebaliknya, skala

    produksi tidak ekonomis (diseconomies of scale) adalah interval tingkat

    produksi dimana penambahan tingkat produksi justru menaikkan biaya

    produksi jangka panjang per unit. Hal tersebut menunjukkan bahwa

    dalam jangka panjang berlaku hukum LDR (Law Dimirishing of

    Return).

  • 36

    Gambar 2.6

    Skala Produksi Ekonomis dan Tidak Ekonomis

    Jika dilihat diatas kurva LAC mencapai minimum di titik A, kemudian

    naik lagi. Gerak menurun sampai titik A disebabkan efisiensi skala

    produksi. Sebaliknya setelah titik A efisiensi skala produksi tidak terjadi

    lagi. Penampahan jumlah output menaikkan biaya produksi per unit.

    Sebelum di titik A, kurva LMC berada di bawah kurva LAC, karena

    pada saat itu nilai MP (marginal product) lebih besar dari AP (average

    product). Besarnya nilai MP menyebabkan nilai LAC bergerak

    menurun. Hal yang sebaliknya terjadi setelah di titik A.

    4. Teori Impor

    Impor merupakan pembelian barang dari luar negeri ke dalam negeri.

    Hal ini biasa terjadi karena produksi barang yang ada di dalam negeri tidak

    dapat memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri. Selain itu sebab-sebab

  • 37

    impor dapat pula terjadi karena tidak mampunya dalam negeri

    memproduksi barang dikarenakan belum adanya teknologi dan modal yang

    mencukupi, permintaan masyarakat akan barang-barang dari luar negeri

    walaupun produksi dalam negeri mencukupi kualitas yang dimiliki.

    Menurut Suherman Rosyidi dalam bukunya Pengantar Teori Ekonomi:

    Pendekatan Kepada Teori Ekonomi (2001: 223-224) Kemampuan suatu

    bangsa untuk mengimpor sangat tergantung pada pendapatan nasionalnya.

    Artinya, semakin besar pendapatan nasional, semakin besar pula

    kemampuan bangsa tersebut mengimpor barang dan jasa. Jadi: M = f(Y).

    Tetapi harus diingat, bahwa hubungan antara impor, M, dengan pendapatan

    nasional, Y, itu tidaklah berupa hubungan proporsional. Artinya, tidak dapat

    ditarik kesimpulan bahwa jika pendapatan nasional bertambah menjadi dua

    kali lipat, misalnya, maka impor akan menjadi dua kali lipat.

    Hubungan antara impor, M, dan pendapatan nasional, Y, itu ditentukan

    oleh hasrat mengimpor marjinal (marginal propensity to import atau MPM)

    yang besarnya adalah:

    𝑀𝑃𝑀 =𝑑𝑀

    𝑑𝑌

    Yakni, MPM menunjukkan bagian dari tambahan pendapatan nasional

    yang dipakai untuk menambah impor barang dan jasa. Jika kemudian, MPM

    itu diberi notasi m, maka bentuk