101
PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT TERHADAP PERILAKU MODELING PADA REMAJA BERKAITAN DENGAN TREND BERBUSANA DARI KOREA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.) Oleh: Pramudya Permana Johansyah NIM: 109070000044 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435H/2014M

PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

  • Upload
    voliem

  • View
    226

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT

TERHADAP PERILAKU MODELING PADA REMAJA

BERKAITAN DENGAN TREND BERBUSANA DARI KOREA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi

Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Psikologi (S.Psi.)

Oleh:

Pramudya Permana Johansyah

NIM: 109070000044

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435H/2014M

Page 2: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT

TERHADAP PERILAKU MODELING PADA REMAJA

BERKAITAN DENGAN TREND BERBUSANA DARI KOREA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Psikologi

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.)

Oleh:

Pramudya Permana Johansyah

NIM : 109070000044

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Rachmat Mulyono, M.Si. Psi. Zulfa Indira Wahyuni, M. Psi.NIP. 196502201999031003 NIP. 1981050302009012021

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1435 H/2014 M

Page 3: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial
Page 4: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 11 September 2014

Pramudya Permana JohansyahNIM : 109070000044

Page 5: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan ilmiah ini. Maksud dari

penulisan ini adalah untuk memenuhi dan melengkapi syarat-syarat akademik dalam

mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Jurusan Psikologi pada Fakultas Psikologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam penyusunan karya ilmiah ini, penulis mengambil judul: “Pengaruh

Self-Control dan Self-Concept terhadap Perilaku Modeling Remaja Berkaitan

dengan Tren Berbusana dari Korea.” Skripsi ini mencoba untuk membahas faktor-

faktor yang berkontribusi terhadap perilaku modeling (meniru) remaja berkaitan

dengan tren berbusana dari Korea.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih banyak

kekurangan-kekurangan yang tidak disadari oleh penulis, baik disengaja maupun

tidak disengaja. Oleh karena itu, penulis meminta maaf apabila ada kata-kata yang

tidak berkenan di hati pembaca.

Pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-

besarnya kepada semua pihak yang telah mendukung penulis untuk menyelesaikan

skripsi ini. Mereka adalah:

1. Yth. Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag., M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. Abd. Rahman

Shaleh, M.Si., selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik, Bapak Ikhwan

Lutfi, M.Si., selaku Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum Fakultas

Psikologi, Dra. Diana Mutiah, M.Si., selaku Pembantu Dekan Bidang

Kemahasiswaan Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta

2. Yth. Dra. Netty Hartati, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik kelas A

angkatan 2009

3. Yth. Bapak Drs. Rachmat Mulyono, M.Si dan Ibu Zulfa Indira Wahyuni,

M.Psi., selaku Dosen Pembimbing Skripsi, terima kasih banyak atas

Page 6: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

kesediaan membimbing saya, mengarahkan saya, meluangkan waktu disela-

sela kepadatan jadwal, serta bantuannya dalam memberikan masukan dan

pemikiran yang baik untuk penyelesaian penulisan skripsi ini.

4. Yth. Para Dosen Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta yang banyak memberikan bimbingan dan inspirasi dalam

pra penyusunan skripsi dan para Staff Administrasi Fakultas Psikologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu

kelancaran kuliah dan proses kelulusan saya.

5. Skripsi ini khusus penulis persembahkan kepada kedua orang tua yaitu

ayahanda R. Johan Mulyadi dan mama Indriyani Nurmalasari yang telah

memberikan dukungan moral dan doa yang tanpa hentinya diucapkan kepada

penulis.

6. Reza Pramana Johansyah, terima kasih sudah menjadi kakak yang baik dan

menjadi contoh yang baik bagi penulis.

7. Masyakarakat yang telah membantu penyelesaian skripsi ini dengan

bantuannya dalam penelitian.

8. Teman-teman angkatan 2009 yang tidak mungkin penulis sebutkan namanya

satu-persatu, terima kasih banyak atas masukan pemikiran, inspirasi, dan

penyemangat penulis saat menjalani perkuliahan hingga sampai pada

penulisan skripsi di Fakultas Psikologi Universitas Negeri Islam Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Serta kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, atas

bantuannya semoga Allah SWT membukakan pintu rahmat dan karunia-Nya kepada

semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan semoga Allah SWT membalas semua budi

baik pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Jakarta, Juli 2014

Pramudya Permana Johansyah

Page 7: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

ABSTRACT

A) Psychology Faculty

B) July, 2014

C) Pramudya Permana Johansyah

D) ix+Pages

E) The Effect of Self-Control and Self-Concept towards Modeling Behavior on

Adolescence in Regards of Clothing Trends from Korea.

F) This research was done to determine whether self-control and self-concept

take effect towards modeling behavior on adolescence in regards of clothing

trends from Korea. Researcher theorized that aspects of self-control and

aspects of self-concept has effect on modeling behavior on adolescence.

This research used quantitative approach and used multiple regression

analysis as the method of analysis. There are 174 samples included in this

research taken by means of convenience sampling. Researcher used

measuring instrument and its construct validity was tested by using

confirmatory factor analysis (CFA).

The result suggested that self-control and self-concept take effect towards

modeling behavior on adolescence. It was proven by p<0.05, or the

independent variables have significant effect towards modeling behavior on

adolescence. Minor hypothesis result suggested that there are five variables

that have significant effect towards modeling behavior.

Researcher hopes that the implications of the result of this research can be

reviewed and may be researched further, for example by adding variables that

have greater effect on modeling behavior, or by using other measuring

instruments.

G) Reading Materials: 28; books: 10; Journals: 10; articles: 7; thesis: 1

Page 8: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

ABSTRAK

A) Fakultas Psikologi

B) Juli 2014

C) Pramudya Permana Johansyah

D) Pengaruh Self-control dan Self-concept terhadap Perilaku Modeling Remaja

Berkaitan dengan Trend Berbusana dari Korea

E) ix + Halaman + Lampiran

F) Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah self-control dan self-

concept berpengaruh terhadap perilaku modeling remaja berkaitan dengan tren

berbusana dari Korea. Peneliti berteori bahwa behavioral control, cognitive

control, decisional control, diri identitas, diri perilaku, diri penilai, diri fisik,

diri pribadi, diri moral, diri sosial, dan diri keluarga berpengaruh terhadap

perilaku modeling remaja.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan analisis regresi

berganda. Sampel berjumlah 174 orang remaja yang diambil dengan teknik

convinience sampling. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data

penelitian dibuat oleh peneliti yang kemudian diuji validitasnya melalui uji

CFA (Confirmatory Factor Analysis).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan self-

control dan self-concept terhadap perilaku modeling remaja berkaitan dengan

tren berbusana dari Korea. Ini dibuktikan dengan nilai taraf signifikansi atau

nilai p < 0.05. Hasil uji hipotesis minor menunjukkan bahwa dari sebelas

aspek ada lima aspek yang berpengaruh signifikan terhadap perilaku modeling,

yaitu cognitive control, diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial.

Penulis berharap implikasi dari hasil penelitian ini dapat dikaji kembali dan

dapat dikembangkan pada penelitian selanjutnya. Misalnya, dengan

menambah variabel lain yang terkait dengan perilaku modeling yang dapat

dianalisis sebagai IV yang mungkin memiliki pengaruh besar terhadap

perilaku modeling remaja.

G) Bahan bacaan: 28; buku: 10; Jurnal: 10; artikel: 7; skripsi: 1

Page 9: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 2.1 Hubungan antara Self-control dan Self-concept terhadap Perilaku

Modeling

Page 10: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Blueprint SkalaSelf-Control

Tabel 3.2 Blueprint SkalaSelf-Concept

Tabel 3.3 Blueprint SkalaPerilakuModeling

Tabel 3.4 MuatanFaktor Item Behavioral Control

Tabel 3.5 MuatanFaktor Item Cognitive Control

Tabel 3.6 MuatanFaktor Item Decisional Control

Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Diri Identitas

Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Diri Perilaku

Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Diri Penilai

Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Diri Fisik

Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Diri Moral

Tabel 3.12 Muatan Faktor Item Diri Sosial

Tabel 3.13 Muatan Faktor Item Diri Keluarga

Tabel 3.14 Muatan Faktor Item Attention Process

Tabel 3.15 MuatanFaktor Item Retention Process

Tabel 3.16 MuatanFaktor Item Motoric Reproduction Process

Tabel 3.17 MuatanFaktor Item Motivational Process

Tabel 4.1 GambaranSubjekPenelitianBerdasarkanJenisKelamin

Tabel 4.2 AnalisisDeskriptifSemuaVariabeldalamPenelitianIni

Tabel 4.3 Kriteria Kategorisasi Variabel

Tabel 4.4 Kategorisasi Semua Variabel dalam Penelitian

Tabel 4.5 Nilai Besarnya Pengaruh IV terhadap DV

Tabel 4.6 Hasil ANOVA

Tabel 4.7 Nilai Koefisien Setiap Variabel dalam Penelitian Ini

Tabel 4.8 Proporsi Varian Semua Variabel Bebas terhadap Variabel Terikat

Page 11: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................. ii

LEMBAR PERNYATAAN................................................................................. iii

KATA PENGANTAR.......................................................................................... iv

ABSTRAK............................................................................................................ vi

DAFTAR GAMBAR......................................................................................... viii

DAFTAR TABEL................................................................................................ ix

BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................ 1-11

1.1 Latar Belakang Masalah........................................................................ 1

1.2 Pembatasan Masalah............................................................................. 7

1.3 Perumusan Masalah.............................................................................. 8

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................................. 9

1.4.1 Tujuan Penelitian........................................................................ 9

1.4.2 Manfaat Penelitian...................................................................... 9

1.5 Sistematika Penulisan......................................................................... 10

BAB 2 LANDASAN TEORI......................................................................... 12-38

2.1 Perilaku Modeling............................................................................... 12

2.1.1 Definisi Perilaku Modeling ....................................................... 12

2.1.2 Aspek-Aspek (Proses-Proses) dalam Perilaku Modeling........... 15

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Modeling............. 17

2.1.4 Pengukuran Perilaku Modeling.................................................. 19

2.2 Self-control.......................................................................................... 20

2.2.1 Definisi Self-control................................................................... 20

2.2.2 Aspek-aspek Self-control........................................................... 22

2.2.3 Pengukuran Self-control............................................................. 24

2.3 Self-concept......................................................................................... 24

2.3.1 Definisi Self-concept.................................................................. 24

2.3.2 Dimensi-Dimensi dalam Self-concept........................................ 28

2.3.3 Pengukuran Self-concept............................................................ 31

2.4 Kerangka Berpikir............................................................................... 32

2.5 Hipotesis.............................................................................................. 37

BAB 3 METODE PENELITIAN.................................................................. 39-58

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian.......................................................... 39

3.2 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel.......................... 39

3.2.1 Populasi...................................................................................... 39

3.2.2 Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel.................................. 39

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional..................................... 39

3.3.1 Variabel Penelitian..................................................................... 39

3.3.2 Definisi Operasional................................................................... 40

Page 12: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

3.4 Instrumen Pengumpulan Data............................................................. 41

3.5 Uji Validitas Konstruk........................................................................ 44

3.5.1 Uji Validitas Skala Self-control................................................. 46

3.5.1.1 Uji Validitas Aspek Behavioral Control........................ 46

3.5.1.2 Uji Validitas Aspek Cognitive Control.......................... 47

3.5.1.3 UjiValiditasAspek Decisional Control.......................... 48

3.5.2 Uji Validitas Skala Self-concept................................................. 48

3.5.2.1 Dimensi Internal............................................................. 48

3.5.2.1.1 Diri Identitas..................................................... 48

3.5.2.1.2 Diri Perilaku..................................................... 49

3.5.2.1.3 Diri Penilai........................................................ 50

3.5.2.2 Dimensi Eksternal.......................................................... 51

3.5.2.2.1 Diri Fisik........................................................... 51

3.5.2.2.2 Diri Pribadi....................................................... 51

3.5.2.2.3 Diri Moral......................................................... 52

3.5.2.2.4 Diri Sosial......................................................... 52

3.5.2.2.5 Diri Keluarga.................................................... 53

3.5.3 Uji Validitas Skala Perilaku Modeling...................................... 54

3.5.3.1 Attention Process........................................................... 54

3.5.3.2 Retention Process........................................................... 55

3.5.3.3 Motoric Reproduction Process...................................... 56

3.5.3.4 Motivational Process..................................................... 56

3.6 Teknik Analisa Data........................................................................... 57

3.7 Prosedur Penelitian............................................................................. 58

BAB 4 HASIL PENELITIAN....................................................................... 59-69

4.1 Gambaran Subjek Penelitian............................................................... 59

4.2 Hasil Analisis Deskriptif Penelitian.................................................... 59

4.3 Hasil Uji Hipotesis.............................................................................. 62

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN...................................... 70-74

5.1 Kesimpulan......................................................................................... 70

5.2 Diskusi................................................................................................ 70

5.3 Saran.................................................................................................... 73

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 75

LAMPIRAN......................................................................................................... 78

Page 13: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Trend adalah mode yang sedang diikuti atau digandrungi pada saat tertentu dan

merupakan sesuatu kebiasaan dari apa yang diikuti masyarakat. Trend bersifat

tidak permanen atau hanya terjadi untuk sementara. Seiring dengan berjalannya

waktu, trend yang terjadi di masyarakat akan berubah (Suryawati & Susesty,

komunikasi pribadi, 11 Desember 2014). Informasi-informasi mengenai trend

dapat diakses melalui dunia maya oleh siapa saja, tanpa melihat golongan usia,

terutama di kota-kota besar, khususnya Jakarta. Apalagi anak dan remaja zaman

sekarang sering sekali mengakses internet melalui gadget seperti telepon selular,

PC (Personal Computer), dan melalui warnet (warung internet). Di antara begitu

banyaknya informasi tentang trend yang bisa didapatkan, terdapat informasi

mengenai Hallyu atau demam Korea.

Hallyu atau dikenal juga dengan istilah Korean Fever (demam

Korea) mulai merajalela di Indonesia. Salah satunya akibat dari demam Korea

tersebut adalah musik K-pop yang saat ini menjadi favorit masyarakat Indonesia.

Bukan hanya musik K-pop-nya saja yang para remaja Indonesia gemari, drama-

drama korea juga sudah menjadi favorit masyarakat (Aldeafara, 2013).

Page 14: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

2

Semakin berkembangnya Korean Wave di Indonesia menjadikan

kemungkinan plagiatisme atau peniruan semakin besar. Selain itu kegiatan

plagiatisme juga memberikan dampak negatif bagi plagiatnya. Mereka menjadi

tidak kreatif dan tidak bisa berkreasi sendiri, hal ini dapat menjadikan seorang

plagiat menjadi orang yang malas. Sedangkan dapat kita lihat pada kenyataan

yang terjadi di Indonesia, banyak boyband dan juga girlband yang banyak

bermunculan di layar kaca. Jika hal ini terus berlanjut, aliran musik Indonesia

dapat berganti menjadi seperti musik Korea dan dapat melunturkan musik asli

Indonesia (Aldeafara, 2013).

Dampak-dampak yang dibawa oleh Korean Fever ini antara lain model

rambut. Rambut remaja Korea yang dominan lurus terlihat apik ketika ditata

dengan aneka model rambut, misalnya model rambut poni atau bob (Soekirno,

2014).

Dampak lain dari Korean Fever di Indonesia adalah gaya berpakaian

wanita. Contohnya adalah rok mini, blouse unik, gaun, hingga aksesoris ala Korea

(Rema, 2012).

Contoh-contoh lain busana yang sering dipakai oleh artis-artis dari Korea

adalah blus berlengan panjang dengan motif kulit macan dan dipadukan dengan

celana pendek berpalet hijau terang, dress bermotif floral dengan dipadukan

cardigan, celana pendek, kaus, serta blazer, blouse tanpa lengan berpalet putih,

serta celana panjang (Rema, 2012).

Page 15: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

3

Kawan sebaya bagi remaja memang sering menjadi faktor penekan untuk

kita mengikuti tren mode (Soekirno, 2014). Menurut Sari (dalam Soekirno, 2014),

seorang konsultan mode, boleh saja kita mengikuti tren mode, tetapi jangan

membabi buta. Anak muda semestinya bisa menjadi pencipta tren, dengan berani

menjadi dirinya sendiri. Kalaupun ingin mengikuti tren yang ada, individu harus

mempertimbangkan bentuk tubuh, warna kulit, usia, dan keperluan. Jika individu

hanya sekedar mengikuti tren, malah bisa memunculkan penilaian negatif dari

orang lain (Sari, dalam Soekirno, 2014). Sebagai contoh, celana model skinny

(ketat) hanya bagus untuk pemilik tubuh dengan paha dan betis kecil, tetapi

kurang bagus untuk pemilik tubuh dengan paha besar. Dari artikel ini bisa

disimpulkan bahwa banyak remaja yang tidak percaya diri untuk menjadi pencipta

tren, dengan berani menjadi dirinya sendiri. Malahan, remaja hanya sekedar

mengikuti arus tren yang ada, tanpa ada keinginan untuk melakukan improvisasi

sehingga bisa menjadi lebih percaya diri.

Dari berbagai sumber yang telah disebut di atas, bisa disimpulkan bahwa

sudah banyak sekali remaja yang mengikuti gaya berpakaian seperti artis Korea,

tanpa memperhitungkan apakah gaya berpakaian tersebut cocok untuknya atau

tidak. Tidak ada salahnya bagi remaja untuk mengikuti gaya berpakaian terbaru

yang ada, tapi sebaiknya remaja juga bisa mengembangkan kreativitasnya supaya

tercipta tren yang baru, tren yang khas buatan remaja Indonesia. Namun, dari

berbagai sumber tersebut, terlihat bahwa remaja kebanyakan hanya sekedar

mengikuti tren, bahkan dengan membabi buta.

Page 16: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

4

Menurut penulis, self-control berpengaruh dalam fenomena ini. Bandura

(1971) mengemukakan bahwa untuk berperilaku secara efektif, seseorang harus

bisa mengantisipasi akibat yang mungkin muncul dalam peristiwa yang berbeda-

beda dan mengatur perilakunya sesuai dengan akibat tersebut. Tanpa kemampuan

tersebut, seseorang akan bertindak secara tidak produktif, atau beresiko. Informasi

mengenai akibat yang mungkin muncul didapat dari stimuli lingkungan, misalnya

lampu lalu lintas, komunikasi verbal, pesan gambar, tempat yang mencolok,

orang, atau benda, atau perilaku orang lain.

Kemampuan untuk mendapatkan kendali atas impuls-impuls (Ainslie;

Einsberg; Fujita & Han, dalam Hagger, Wood, Stiff, & Chatzisarantis, 2010) dan

menjauhkan diri dari memuaskan kebutuhan dan keinginan (Metcalfe & Mischel;

Mischel, Shoda, & Rodriguez, dalam Hagger, Wood, Stiff, & Chatzisarantis,

2010) sangatlah adaptif dan membuat orang bisa melakukan perilaku untuk

memenuhi tujuan supaya ia bisa menghasilkan hasil yang diinginkan dalam

jangka panjang (Baumeister; Fishbach & Labroo; Logue, dalam Hagger, Wood,

Stiff, & Chatzisarantis, 2010). Jika orang tidak bisa mengatur perilakunya, hidup

akan menjadi rangkaian tindakan impulsif yang tidak bisa dihentikan untuk

melayani dorongan, keinginan, dan emosi. Perilaku yang mengarah pada tujuan

dan pencapaian hasil jangka panjang akan menjadi tidak mungkin karena orang

tidak akan bisa melakukan usaha yang disiplin dan terpusat (Loewenstein, dalam

Hagger, Wood, Stiff, & Chatzisarantis, 2010).

Page 17: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

5

Self-concept mencerminkan tendensi seseorang terhadap berbagai aspek

dari tindakannya baik secara positif maupun negatif. Dalam pendekatan Social

Learning Theory, self-concept negatif didefinisikan dalam kaitannya dengan

banyaknya self-reinforcement negatif. Sebaliknya, self-concept positif

didefinisikan dalam kaitannya dengan banyaknya self-reinforcement positif

(Bandura, 1971).

Dalam Social Learning Theory, self-reinforcement adalah pengendali

tindakan seseorang. Disfungsi pada sistem self-reinforcement bisa mengakibatkan

self-punishment yang berlebihan dan kondisi yang tidak menguntungkan yang

bisa mempertahankan perilaku yang merusak. Banyak individu yang mengalami

stress karena standar yang mereka buat terlalu tinggi, karena perilaku mereka

tidak sebanding dengan role-model yang memiliki prestasi tinggi (Bandura,

1971).

Tindakan role-model yang memiliki status lebih besar kemungkinannya

untuk berhasil dan memiliki nilai fungsional yang lebih besar bagi pengamatnya

daripada role-model yang memiliki kemampuan intelektual, kejuruan, dan sosial

yang lebih rendah. Dalam situasi dimana orang tidak yakin dengan pemahaman

tentang tindakan yang ditiru, mereka mengandalkan karakteristik role-model dan

simbol yang menunjukkan status (misalnya gaya berpakaian) yang menunjukkan

penanda nyata kesuksesan di masa lalu (Bandura, 1971).

Fitts (dalam Agustiani, 2006) mengemukakan bahwa self-concept

merupakan aspek penting dalam diri seseorang, karena self-concept seseorang

Page 18: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

6

merupakan kerangka acuan (frame of reference) dalam berinteraksi dengan

lingkungan. Fitts juga mengatakan bahwa self-concept berpengaruh kuat terhadap

tingkah laku seseorang. dengan mengetahui self-concept seseorang, kita akan

lebih mudah meramalkan dan memahami tingkah laku orang tersebut.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Meltzoff (1990), ditunjukkan bahwa

tiga aspek dari imitasi, yaitu social mirroring, social modeling, dan imitation as

self-practice, relevan dengan perkembangan teori self. Dalam eksperimennya,

orang dewasa menjadi social mirror (analogi dari cermin) yang mencerminkan

perilaku yang dilakukan oleh balita. Ternyata balita lebih menyukai orang dewasa

yang meniru perilaku yang dilakukan juga oleh balita itu sendiri. Balita tersebut

juga memeriksa orang dewasa, kemungkinan untuk memeriksa di mana perbedaan

antara identitas diri dengan yang aspek lainnya.

Efek dari social mirroring ini tidak sepenuhnya merupakan fenomena di

laboratorium. Balita senang pada fakta bahwa tindakan-tindakan yang dilakukan

orang dewasa mencerminkan diri balita itu sendiri. Ini juga membantu balita

dalam mengembangkan dirinya, karena ini adalah salah satu cara alami balita

untuk mengenali seperti apa tindakan yang telah ia lakukan. Dengan interaksi

seperti ini, balita bisa melihat dirinya dari orang lain (Lacan; Winnicott, dalam

Meltzoff, 1990).

Remaja yang mengikuti trend berbusana dari Korea merupakan suatu

fenomena yang menarik perhatian peneliti. Berdasarkan artikel-artikel tersebut,

ternyata ada dampak positif dan dampak negatif dari fenomena ini. oleh sebab itu,

Page 19: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

7

maka penulis tertarik untuk menulis skripsi berjudul “Pengaruh Self-control dan

Self-concept terhadap Perilaku Modeling Remaja tentang Trend Berbusana dari

Korea.”

1.2. Pembatasan Masalah

Agar penelitian terfokus pada topik yang hendak dibahas, maka penulis

membuat pembatasan masalah. Penelitian ini hanya terbatas pada perilaku

modeling, self-control, self-concept, dan remaja. Penjelasan atas masing-masing

aspek dijelaskan sebagai berikut.

1. Perilaku Modeling

Perilaku modeling adalah suatu bentuk perilaku yang dilakukan individu

melalui pengamatan terhadap perilaku yang ditunjukkan objek yang lain

selain dirinya. Dari pengamatan tersebut, individu akan memperoleh

pengetahuan baru mengenai suatu perilaku yang diamatinya dan individu

akan mencoba untuk mereproduksi perilaku tersebut. Maka perilaku

modeling yang berkaitan dengan tren berbusana dari Korea bisa

didefinisikan sebagai suatu bentuk perilaku modeling berupa mengamati

orang-orang yang berpakaian ala Korea dan perilaku tersebut direproduksi

oleh individu yang melakukan perilaku modeling.

2. Self-Control

Self-control adalah kemampuan seseorang untuk membimbing dirinya dan

menekan impuls-impuls yang muncul di dalam dirinya secara disengaja

dan sadar. Aspek-aspek self-control yang diteliti dalam penelitian ini

Page 20: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

8

adalah behavioral control, cognitive control, dan decisional control

(Averill, dalam Wahid, 2007)

3. Self-Concept

Self-concept adalah kemampuan individu untuk mengenali, memahami,

merasakan, dan mengevaluasi diri sendiri. Self-concept juga berpengaruh

besar terhadap tingkah laku seseorang. Dengan mengetahui konsep diri

seseorang, kita akan lebih mudah meramalkan dan memahami tingkah

laku orang tersebut. Aspek-aspek self-concept yang diteliti dalam

penelitian ini adalah diri identitas, diri perilaku, diri penilai, diri fisik, diri

pribadi, diri moral, diri sosial, dan diri keluarga (Fitts, dalam Agustiani,

2006).

4. Remaja

Masa remaja adalah masa transisi individu yang ditandai oleh perubahan

pada aspek fisik, kognisi, dan psikis. Remaja mampu berpikir apa saja

yang mungkin terjadi, tidak hanya membatasi diri pada hal-hal yang nyata

saja, mampu berpikir secara abstrak, mampu melakukan introspeksi diri

dan memiliki kesadaran diri, mampu berpikir secara multidimensional,

tidak terpusat pada satu masalah saja, dan melihat hal-hal sebagai relatif,

tidak absolut.

1.3. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah yang ingin dibahas oleh penulis adalah

sebagai berikut.

Page 21: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

9

1. Apakah self-control dan self-concept memiliki pengaruh signifikan

terhadap perilaku modeling remaja terhadap tren berbusana dari Korea?

2. Seberapa besar pengaruh self-control dan self-concept terhadap perilaku

modeling terhadap tren berbusana ini?

1.4. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1.4.1. Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat seberapa besar pengaruh self-

control dan self-concept remaja terhadap perilaku modeling terhadap tren

berbusana dari Korea.

1.4.2. Manfaat penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

a. Secara teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

perkembangan ilmu psikologi, terutama dalam pengembangan ilmu

psikologi perkembangan.

b. Secara praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi

keluarga terutama kaum remaja dan orang tua yang memiliki anak remaja.

Selain itu, penelitian ini juga diharapkan menjadi bahan rujukan untuk

penelitian psikologi di masa yang akan datang.

Page 22: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

10

1.5. Sistematika Penulisan

Penulis menggunakan pedoman penyusunan penulisan skripsi Fakultas

Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Hasil penelitian ini disusun menjadi lima Bab, dengan sistematika

penulisan sebagai berikut :

a) Bab 1 Pendahuluan

Bagian ini menjelaskan latar belakang masalah, identifikasi masalah,

pembatasan masalah penelitian, perumusan masalah penelitian, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

b) Bab 2 Kajian Pustaka

Bagian ini menjelaskan pengertian perilaku modeling, aspek-aspek

dari perilaku modeling, definisi self-control, aspek-aspek self-control,

definisi self-concept, aspek-aspek self-concept, pengertian remaja,

tugas-tugas perkembangan remaja, penjelasan mengenai tren

berbusana dari Korea, kerangka berpikir, dan hipotesis.

c) Bab 3 Metodologi Penelitian

Bagian ini menjelaskan pendekatan dan metode penelitian, populasi

dan sampel, teknik pengambilan sampel, instrumen pengumpulan data,

teknik pengolahan dan analisa data, prosedur penelitian.

d) Bab 4 Hasil Penelitian

Bagian ini menjelaskan gambaran umum subyek penelitian dan hasil

penelitian.

e) Bab 5 Penutup

Page 23: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

11

Bagian ini menjelaskan kesimpulan, diskusi dan saran.

f) Daftar pustaka

g) Lampiran

Page 24: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

12

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Perilaku Modeling Remaja Berkaitan dengan Trend Berbusana dari

Korea

2.1.1. Definisi perilaku modeling

Modeling (Steinberg, 2001) adalah “The process of learning by watching others; a

therapeutic technique used to effect behavioral change.” Suatu proses belajar

dengan cara mengamati orang lain; sebuah teknik terapeutik yang digunakan

untuk mempengaruhi perubahan perilaku. Perilaku modeling adalah bagian dari

teori social learning yang dikemukakan oleh Albert Bandura.

Bandura sependapat dengan Skinner bahwa perilaku kita lebih banyak

dipelajari melalui pengkondisian operan, tetap Bandura melihat pengaruh utama

terhadap perilaku adalah hasil dari meniru perilaku model (Jarvis, 2010).

Kebanyakan perilaku yang ditampilkan orang dipelajari, baik secara

disengaja ataupun tidak, dari pengaruh contoh. Ada beberapa alasan kenapa

modeling mempengaruhi pembelajaran manusia dalam kehidupan sehari-hari. Saat

kesalahan bisa menjadi berbahaya dan beresiko, respon-respon baru bisa dibentuk

tanpa melakukan kesalahan yang tidak diperlukan dengan cara menampilkan

model yang bisa mendemonstrasikan bagaimana suatu aktivitas tertentu dilakukan

dengan benar. Beberapa perilaku rumit hanya bisa dilakukan melalui pengaruh

dari model. Sebagai contoh, jika anak tidak punya kesempatan untuk

Page 25: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

13

mendengarkan pembicaraan, akan menjadi mustahil untuk mengajarkan kepada

mereka kemampuan linguistik yang membentuk bahasa. Modeling adalah aspek

dalam pembelajaran yang tidak bisa dipisahkan. Proses pembelajaran perilaku

baru bisa disingkat dengan cara menyediakan model yang sesuai. Dalam

kebanyakan situasi, contoh yang baik merupakan guru yang jauh lebih baik

ketimbang resiko dari tindakan yang tidak terarah (Bandura, 1971).

Menurut Miller dan Dollard (dalam Bandura, 1971), supaya proses belajar

dengan meniru terjadi, pengamat harus termotivasi untuk bertindak, harus

ditampilkan kepada mereka contoh dari perilaku yang ingin dipelajari, harus

melakukan respon yang cocok dengan contohnya, dan perilaku meniru mereka

harus diperkuat secara positif.

Teori belajar sosial atau disebut juga observational learning adalah sebuah

teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar

lainnya. Berbeda dengan penganut behaviorisme lainnya, Bandura memandang

perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis atas stimulus (S-R Bond),

melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan

dengan skema kognitif individu itu sendiri. Prinsip dasar belajar menurut teori ini,

bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi

melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini

juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan

punishment, seorang individu akan berpikir dan memutuskan perilaku sosial mana

yang perlu dilakukan (Yudhawati dan Haryanto, 2011).

Page 26: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

14

Belajar mengobservasi telah memberikan dampak yang cukup kuat

terhadap tingkah laku sosial-antisosial anak atau remaja. Dalam hal ini, Bandura

telah merancang tiga dampak utama dari pengamatan terhadap tingkah laku

individu yang dijadikan model yaitu (1) remaja memperoleh pola-pola respons

baru, ketika dia berfungsi sebagai pengamat, (2) pengamatan terhadap tingkah

laku model dapat memperkuat atau memperlemah respons-respons yang tidak

diharapkan (yang ditolak), dan (3) mengamati tingkah laku yang lain dapat

mendorong remaja/anak untuk melakukan kegiatan yang sama (Yusuf, 2011).

Dalam kaitannya dengan ketiga dampak di atas, interaksi sosial remaja

dalam kelompok sebaya dapat merangsang/menstimulasi pola – pola respons baru

melalui belajar dengan cara mengamati (observational learning). Di sini

kelompok sebaya telah memberikan kesempatan belajar kepada remaja untuk

mengimitasi berbagai tingkah laku para anggota kelompok lainnya. Pengaruh

teman sebaya yang menjadi model dapat mencegah atau membolehkan pola –

pola tingkah laku yang relatif tidak pasti (kebiasaan) dalam seting yang

terstruktur. Walaupun begitu, pengalaman – pengalaman baru dapat mencegah

atau memperkuat dampaknya terhadap kegiatan moral atau sosial (Yusuf, 2011).

Dari beberapa definisi tersebut, penulis menyimpulkan bahwa perilaku

modeling adalah suatu bentuk perilaku yang dilakukan individu melalui

pengamatan terhadap perilaku yang ditunjukkan objek yang lain selain dirinya.

Dari pengamatan tersebut, individu akan memperoleh pengetahuan baru mengenai

suatu perilaku yang diamatinya dan individu akan mencoba untuk mereproduksi

Page 27: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

15

perilaku tersebut. Selain itu, supaya perilaku modeling ini bisa muncul, individu

harus termotivasi untuk bertindak dan tindakannya diperkuat secara positif. Maka

perilaku modeling yang berkaitan dengan tren berbusana dari Korea bisa

didefinisikan sebagai suatu bentuk perilaku modeling berupa mengamati orang-

orang yang berpakaian ala Korea dan perilaku tersebut direproduksi oleh individu

yang melakukan perilaku modeling. Dalam penelitian ini, perilaku modeling yang

ingin diteliti adalah perilaku modeling remaja berkaitan dengan trend berbusana

dari Korea.

2.1.2. Aspek-Aspek (Proses-Proses) dalam Perilaku Modeling

Perilaku modeling dipengaruhi oleh empat proses (Bandura, 1971):

1. Attentional process

Seseorang tidak bisa banyak belajar dengan observasi jika dia tidak

memperhatikan, atau mengenali, fitur-fitur penting dari perilaku model.

Hanya sekedar menampilkan model kepada seseorang bukan berarti orang

tersebut akan memperhatikan modelnya, mereka akan memilih

karakteristik-karakteristik model yang paling relevan, atau mereka akan

merasakan secara akurat aspek-aspek yang kebetulan saja mereka sadari.

Beberapa bentuk modeling secara intinsik menguatkan sampai mereka bisa

mempertahankan perhatian orang dari semua usia dalam waktu yang luas.

Contoh yang paling baik untuk menggambarkan ini adalah modeling dari

televisi. Model-model yang ditampilkan di televisi sangat efektif dalam

menangkap perhatian penontonnya, sampai penontonnya mempelajari

Page 28: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

16

perilaku yang ditunjukkan tanpa diberikan penguatan untuk melakukannya

(Bandura, Grusec, & Menlove, dalam Bandura, 1971).

2. Retention process

Seseorang tidak bisa dipengaruhi oleh pengamatan perilaku model jika ia

tidak mengingatnya. Fungsi besar kedua dalam perilaku modeling meliputi

ingatan jangka panjang mengenai aktivitas yang telah ditunjukkan pada

suatu waktu. Jika seseorang ingin mereproduksi perilaku model saat

modelnya sendiri sudah tidak ada untuk bertindak sebagai pemandu, pola

respon harus direpresentasikan dalam memori dalam bentuk simbolis.

Setelah aktivitas yang telah ditunjukkan diubah menjadi gambaran-

gambaran dan simbol verbal yang bisa digunakan, kode-kode memori ini

bertindak sebagai panduan untuk mereproduksi respon yang cocok secara

berurutan.

Selain pengkodean simbolis, repetisi juga membantu memperkuat ingatan.

Orang yang secara mental merepetisi atau benar-benar melakukan

peniruan perilaku cenderung sulit melupakan perilaku tersebut

dibandingkan dengan orang yang tidak memikirkan atau melatih apa yang

mereka lihat.

3. Motoric reproduction process

Proses ketiga meliputi proses dimana representasi simbolis bertindak

sebagai panduan dalam tindakan terang-terangan. Untuk bisa

mereproduksi perilaku, seseorang harus menggabungkan serangkaian

respon sesuai dengan pola yang telah ditampilkan. Meskipun representasi

Page 29: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

17

simbolis dari perilaku yang telah ditampilkan telah didapat dan diingat,

seseorang mungkin masih tidak bisa mereproduksi perilaku tersebut

karena keterbatasan fisik. Seorang anak bisa belajar melalui pengamatan

tentang perilaku mengendarai mobil, tapi jika ia terlalu pendek untuk

mengoperasikan kemudinya ia tidak akan bisa mengendarai kendaraan

tersebut.

4. Motivational process

Seseorang bisa mendapatkan, mengingat, dan memiliki kemampuan untuk

melakukan perilaku yang ditampilkan, tapi perilaku itu mungkin tidak

keluar jika perilaku tersebut tidak disangsikan secara positif dan tidak

diterima dengan baik.

2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku modeling

Faktor-faktor yang mempengaruhi individu untuk melakukan perilaku modeling

antara lain sebagai berikut (Bandura, 1971).

1. Self-control

Untuk berperilaku secara efektif, seseorang harus bisa mengantisipasi

akibat yang mungkin muncul dalam peristiwa yang berbeda-beda dan

mengatur perilakunya sesuai dengan akibat dari peristiwa tersebut. Tanpa

kemampuan tersebut, seseorang akan bertindak secara tidak produktif, atau

beresiko. Informasi mengenai akibat yang mungkin muncul didapat dari

stimuli lingkungan, misalnya lampu lalu lintas, komunikasi verbal, pesan

gambar, tempat yang mencolok, orang, atau benda, atau perilaku orang

Page 30: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

18

lain. Self-control yang dimaksud bukan hanya dalam segi perilaku saja,

tapi juga dari segi kognitif dan juga emosinya.

2. Self-concept

Tindakan role-model yang memiliki status lebih besar kemungkinannya

untuk berhasil dan memiliki nilai fungsional yang lebih besar bagi

pengamatnya daripada role-model yang memiliki kemampuan intelektual,

kejuruan, dan sosial yang lebih rendah. Dalam situasi dimana orang tidak

yakin dengan pemahaman tentang tindakan yang ditiru, mereka

mengandalkan karakteristik role-model dan simbol yang menunjukkan

status (misalnya gaya berpakaian) yang menunjukkan penanda nyata

kesuksesan di masa lalu (Bandura, 1971). Dalam hal ini, artis-artis dari

Korea adalah role-model yang tepat bagi remaja untuk mempelajari dan

meniru gaya berpakaian ini, karena mereka terkenal dan memiliki prestasi

dalam bidangnya.

3. Lingkungan

Hampir semua proses pembelajaran yang didapat dari pengalaman

langsung bisa dipelajari melalui pengamatan terhadap perilaku orang lain.

Kemampuan manusia untuk belajar melalui observasi membantu dia untuk

mendapatkan berbagai macam perilaku tanpa harus membentuk pola

perilaku melalui proses trial and error (coba-coba). Begitu juga dengan

respon emosional bisa didapatkan melalui observasi terhadap reaksi afektif

orang lain saat mereka menghadapi pengalaman yang menyenangkan atau

menyedihkan. Respon-respon perilaku baru bisa dibentuk dengan cara

Page 31: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

19

menampilkan contoh yang menjelaskan bagaimana cara suatu kegiatan

dilakukan dengan cara yang benar. Contohnya, remaja paling banyak

dipengaruhi oleh internet, seperti video di situs-situs, film Korea,

pertunjukkan konser artis Korea di Indonesia. Dari berbagai media

tersebut remaja bisa mengetahui bagaimana cara berpakaian dan

berpenampilan seperti artis Korea.

4. Adanya reinforcement (penguatan)

Proses pembelajaran yang berasal dari pengalaman langsung sebagian

besar dipengaruhi oleh reward atau punishment yang mengikuti setiap

tindakan. Melalui reward ataupun punishment yang akan diterima dari

setiap tindakan yang dilakukan, individu bisa membuat dugaan-dugaan

tentang perilaku seperti apa yang akan menghasilkan hasil yang

menguntungkan bagi individu yang bersangkutan. Selain itu,

reinforcement bisa berfungsi sebagai motivator individu dalam kegiatan

yang dilakukan di masa depan.

2.1.3. Pengukuran perilaku modeling

Dalam penelitian ini, pengukuran perilaku modeling dilakukan dengan

menggunakan skala perilaku modeling yang dibuat berdasarkan aspek-aspek

perilaku modeling yang dikemukakan Bandura (1971), yaitu attentional process,

retention process, motoric reproduction process, dan motivational process.

Page 32: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

20

2.2 Self – Control

2.2.1. Definisi self-control

Menurut Chaplin (2006), self-control adalah kemampuan untuk membimbing

tingkah laku sendiri; kemampuan untuk menekan atau merintangi impuls – impuls

atau tingkah laku impulsif. Self-control bisa dikonseptualisasikan sebagai

kemampuan yang dikembangkan dari waktu ke waktu dan membuat orang

menginvestasikan secara aktif usaha yang diperlukan untuk mewujudkan tujuan

atau hasil (Carver & Scheier; Wills & Dishion, dalam Hagger dkk, 2010).

Self – control adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan proses

menekan atau menghambat perilaku atau respon seseorang secara disengaja dan

sadar (Vohs & Baumeister, 2004).

Ada beberapa model proses self – control yang telah ditemukan ahli – ahli

sebelumnya (Vohs & Baumeister, 2004), antara lain:

a. Cybernetic Model

Carver dan Scheier mengembangkan model ini untuk self – control saat

mereka mengemukakan proses self – control terjadi pada test-operate-test-

exit (TOTE) loop. Orang – orang memasuki TOTE saat mereka

membentuk tujuan. Tindakan pertama, test, merujuk pada perbandingan

keadaan sekarang dengan keadaan tujuan. Menduga ada kesenjangan

antara keadaan sekarang dengan keadaan yang diinginkan, orang

melakukan tindakan operate untuk menutup kesenjangan itu. Orang akan

Page 33: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

21

melakukan test lagi, dan tergantung apakah tujuannya tercapai atau tidak,

orang mungkin harus melakukan lebih banyak pekerjaan untuk mencapai

tujuannya lagi, orang bisa kembali ke fase operate atau exit.

Satu gagasan penting dalam TOTE loop ini adalah bahwasanya emosi

merefleksikan proses seseorang untuk mencapai tujuannya; afeksi positif

seringkali menjadi tanda bahwa orang mendekati tujuannya, dan afeksi

negatif seringkali menandakan orang menjauhi tujuannya.

b. Regulatory Resource Model

Regulatory Resource Model mengemukakan bahwa kemampuan untuk

mengendalikan diri sendiri dikuasai oleh sumber – sumber terbatas yang

dimiliki oleh semua bagian self – control. Tiap satu kali tindakan self –

control dilakukan akan membuat orang itu kurang berhasil dalam

melakukan self – control yang berikutnya (dalam waktu yang terbatas)

karena kurangnya sumber daya untuk melakukan self – control yang

berikutnya. Ini dikenal sebagai keadaan kekurangan ego, yang

menggambarkan ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan

self – control yang spesifik. Baumeister, Vohs, dan rekan – rekannya

mengemukakan bahwa respon – respon yang meliputi regulasi emosi,

kendali mental, intervensi impuls, dan pengarahan perilaku semuanya

memakai sumber daya tersebut, dan sebagai akibatnya, banyaknya sumber

daya tersebut akan berkurang tiap kali kegiatan self – control dilakukan.

c. Paradigma Penundaan Gratifikasi

Page 34: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

22

Model ketiga berpusat pada kemampuan untuk menunda gratifikasi.

Selama lebih dari 40 tahun, penelitian yang dilakukan oleh Mischel dkk

telah menerangi pentingnya mengekang frustasi, melumpuhkan respon

yang tidak diinginkan, dan mengatasi godaan – godaan untuk mencapai

tujuan, perkembangan psikologis, dan kesejahteraan. Penelitian –

penelitian khas untuk menguji perspektif penundaan gratifikasi berfokus

pada anak – anak usia 3 – 4 tahun, yang duduk di depan meja yang di

atasnya terdapat makanan yang menggoda. Si anak diberitahu jika dia

tidak makan makanan yang ada di depannya (misalnya permen), maka ia

akan diberikan makanan yang lebih besar (misalnya dua permen) nantinya.

Penundaan gratifikasi diukur dari seberapa lama anak itu menunggu dan

tidak makan makanan yang telah tersedia.

Berdasarkan definisi – definisi tersebut, penulis menyimpulkan bahwa

self-control adalah kemampuan seseorang yang dikembangkan dari waktu ke

waktu untuk membimbing dirinya dan menekan impuls – impuls yang muncul di

dalam dirinya secara disengaja dan sadar.

2.2.2. Aspek – aspek self-control

Menurut Averill (dalam Wahid, 2007) terdapat 3 jenis kemampuan mengontrol

diri, yaitu:

a. Behavioral Control

Behavioral control merupakan kesiapan atau tersedianya suatu respon

yang dapat secara langsung mempengaruhi atau memodifikasi suatu

Page 35: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

23

keadaan yang tidak menyenangkan. Kemampuan mengontrol perilaku ini

diperinci menjadi dua komponen, yaitu mengatur pelaksanaan (regulated

administration) dan kemampuan memodifikasi stimulus (stimulus

modifiability).

Kemampuan mengatur pelaksanaan merupakan kemampuan individu

untuk menentukan siapa yang mengendalikan situasi atau keadaan, dirinya

sendiri atau sesuatu diluar dirinya. Individu yang kemampuan mengontrol

dirinya baik akan mampu mengatur perilaku dengan menggunakan

kemampuan dirinya dan bila tidak mampu individu akan menggunakan

sumber eksternal.

Kemampuan mengatur stimulus merupakan kemampuan untuk mengetahui

bagaimana dan kapan suatu stimulus yang tidak dikehendaki dihadapi.

Ada beberapa cara yang dapat digunakan, yaitu mencegah atau menjauhi

stimulus, menempatkan tenggang waktu di antara rangkaian stimulus yang

sedang berlangsung, menghentikan stimulus sebelum waktunya berakhir,

dan membatasi intensitasnya.

b. Cognitive Control

Cognitive control merupakan kemampuan individu dalam mengolah

informasi yang tidak diinginkan dengan cara menginterpretasi, menilai,

atau menggabungkan suatu kejadian dalam suatu kerangka kognitif

sebagai adaptasi psikologis atau untuk mengurangi tekanan. Aspek ini

terdiri atas dua komponen, yaitu memperoleh informasi (information gain)

dan melakukan penilaian (appraisal).

Page 36: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

24

Dengan informasi yang dimiliki oleh individu mengenai suatu keadaan

yang tidak menyenangkan, individu dapat mengantisipasi keadaan tersebut

dengan berbagai pertimbangan. Melakukan penilaian berarti individu

berusaha menilai dan menafsirkan suatu keadaan atau peristiwa dengan

cara memperhatikan segi – segi positif secara subjektif.

c. Decisional Control

Decisional control merupakan kemampuan untuk memilih hasil atau suatu

tindakan berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau disetujuinya. Self-

control dalam menentukan pilihan akan berfungsi baik dengan adanya

suatu kesempatan, kebebasan, atau kemungkinan pada diri individu untuk

memilih berbagai kemungkinan tindakan.

2.2.3. Pengukuran self-control

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan skala self-control yang dibuat

sendiri berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Averill, yaitu behavioral

control, cognitive control, dan decisional control.

2.3 Self – Concept

2.3.1 Definisi self-concept

Menurut Chaplin (2006), self-concept adalah evaluasi individu mengenai diri

sendiri, penilaian atau penaksiran mengenali diri sendiri oleh individu yang

bersangkutan.

Page 37: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

25

Menurut Steinberg (2001), pengertian self – concept adalah “The way in

which one perceives oneself”. Cara seseorang merasakan dirinya.

Menurut Hurlock (1980), ada beberapa kondisi yang mempengaruhi self-

concept remaja, yaitu:

a. Usia kematangan

Remaja yang matang lebih awal, yang diperlakukan seperti orang yang

hampir dewasa, mengembangkan self-concept yang menyenangkan

sehingga dapat menyesuaikan diri dengan baik. Remaja yang matang

terlambat, yang diperlakukan seperti anak – anak, merasa salah

dimengerti dan bernasib kurang baik sehingga cenderung berperilaku

kurang dapat menyesuaikan diri.

b. Penampilan diri

Penampilan diri yang berbeda membuat remaja merasa rendah diri

meskipun perbedaan yang ada menambah daya tarik fisik. Tiap cacat

fisik merupakan sumber yang memalukan yang mengakibatkan

perasaan rendah diri. Sebaliknya, daya tarik fisik menimbulkan

penilaian yang menyenangkan tentang ciri kepribadian dan menambah

dukungan sosial.

c. Kepatutan seks

Kepatutan seks dalam penampilan diri, minat, dan perilaku membantu

remaja mencapai self-concept yang baik. Ketidakpatutan seks

Page 38: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

26

membuat remaja sadar diri dan hal ini memberi akibat buruk pada

perilakunya.

d. Nama dan julukan

Remaja peka dan merasa malu bila teman – teman sekelompok menilai

namanya buruk atau bila mereka memberi nama julukan yang bernada

cemoohan.

e. Hubungan keluarga

Seorang remaja yang mempunyai hubungan yang erat dengan seorang

anggota keluarga akan mengidentifikasikan diri dengan orang ini dan

ingin mengembangkan pola kepribadian yang sama. Bila tokoh ini

sesama jenis, remaja akan tertolong untuk mengembangkan self-

concept yang layak untuk jenis seksnya.

f. Teman – teman sebaya

Teman – teman sebaya mempengaruhi pola kepribadian remaja dalam

dua cara. Pertama, self-concept remaja merupakan cerminan dari

anggapan tentang konsep teman – teman tentang dirinya dan kedua, ia

berada dalam tekanan untuk mengembangkan ciri – ciri kepribadian

yang diakui oleh kelompok

g. Kreativitas

Remaja yang semasa kanak – kanak didorong agar kreatif dalam

bermain dan dalam tugas – tugas akademis, mengembangkan perasaan

individualitas dan identitas yang memberi pengaruh yang baik pada

self-concept-nya. Sebaliknya, remaja yang sejak awal masa kanak –

Page 39: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

27

kanak didorong untuk mengikuti pola yang sudah diakui akan kurang

mempunya perasaan identitas dan individualitas.

h. Cita – cita

Bila remaja mempunya cita – cita yang tidak realistik, ia akan

mengalami kegagalan. Hal ini akan menimbulkan perasaan tidak

mampu dan reaksi – reaksi bertahan di mana ia menyalahkan orang

atas kegagalannya. Remaja yang realistik tentang kemampuannya lebih

banyak mengalami keberhasilan daripada kegagalan. Ini akan

menimbulkan kepercayaan diri dan kepuasan diri yang lebih besar

yang memberikan self-concept yang lebih baik.

Rogers (dalam Jarvis, 2010) meyakini bahwa kita memiliki citra diri

dalam pikiran kita seperti keadaan kita sekarang, sekaligus citra diri kita yang

ideal (ideal self), yaitu citra diri yang kita inginkan. Jika kedua citra itu kongruen

(artinya sama), kita akan mengembangkan harga diri yang baik. Perkembangan

kongruen dan harga diri bergantung pada penghargaan positif tak bersyarat

(unconditional positive regard) dari orang lain – berupa penerimaan, cinta, dan

kasih sayang.

Fitts (dalam Agustiani, 2006) mengemukakan bahwa self-concept

merupakan aspek penting dalam diri seseorang, karena self-concept seseorang

merupakan kerangka acuan (frame of reference) dalam berinteraksi dengan

lingkungan. Fitts juga mengatakan bahwa self-concept berpengaruh kuat terhadap

tingkah laku seseorang. dengan mengetahui self-concept seseorang, kita akan

lebih mudah meramalkan dan memahami tingkah laku orang tersebut.

Page 40: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

28

Self-concept seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai

berikut (Fitts, dalam Agustiani, 2006):

a. Pengalaman, terutama pengalaman interpersonal, yang memunculkan

perasaan positif dan perasaan berharga

b. Kompetensi dalam area yang dihargai individu dan orang lain

c. Aktualisasi diri, atau implementasi dan realisasi dari potensi pribadi yang

sebenarnya.

Dari definisi-definisi tersebut, penulis menyimpulkan bahwa self-concept

adalah kemampuan individu untuk mengenali, memahami, merasakan, dan

mengevaluasi diri sendiri. Self-concept juga berpengaruh besar terhadap tingkah

laku seseorang. Dengan mengetahui self-concept seseorang, kita akan lebih

mudah meramalkan dan memahami tingkah laku orang tersebut.

2.3.2 Dimensi-dimensi dalam self-concept

Fitts (dalam Agustiani, 2006) membagi self-concept dalam dua dimensi pokok,

yaitu sebagai berikut:

1) Dimensi Internal

Dimensi internal atau disebut juga kerangka acuan internal (internal frame

of reference) adalah penilaian yang dilakukan individu terhadap dirinya

sendiri berdasarkan dunia di dalam dirinya. Dimensi ini terdiri dari tiga

bentuk.

a. Diri identitas (identity self)

Page 41: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

29

Bagian diri ini merupakan aspek yang paling mendasar pada self-

concept dan mengacu pada pertanyaan, “Siapakah saya?” Dalam

pertanyaan tersebut tercakup label-label dan simbol-simbol yang

diberikan pada diri (self) oleh individu-individu yang bersangkutan

untuk menggambarkan dirinya dan membangun identitasnya, misalnya

“Saya Ita”. kemudian dengan bertambahnya usia dan interaksi dengan

lingkungannya, pengetahuan individu tentang dirinya juga bertambah,

sehingga ia dapat melengkapi keterangan tentang dirinya dengan hal-

hal yang lebih kompleks, seperti “Saya pintar tetapi terlalu gemuk”

dan sebagainya.

b. Diri Perilaku (Behavioral Self)

Diri perilaku merupakan persepsi individu tentang tingkah lakunya,

yang berisikan segala kesadaran mengenai “apa yang dilakukan oleh

diri”. Selain itu bagian ini berkaitan erat dengan diri identitas. Diri

yang adekuat akan menunjukkan adanya keserasian antara diri

identitas dengan diri perilakunya, sehingga ia dapat mengenali dan

menerima, baik diri sebagai identitas maupun diri sebagai pelaku.

kaitan dari keduanya dapat dilihat pada diri sebagai penilai.

c. Diri Penerimaan/Penilai (Judging Self)

Diri penilai berfungsi sebagai pengamat, penentu standar, dan

evaluator. Kedudukannya adalah sebagai perantara (mediator) antara

diri identitas dan diri pelaku.

Page 42: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

30

Manusia cenderung memberikan penilaian terhadap apa yang

dipersepsikannya. Oleh karena itu, label – label yang dikenakan pada

dirinya bukanlah semata – mata menggambarkan dirinya, tetapi juga

sarat dengan nilai – nilai. Selanjutnya, penilaian ini lebih berperan

dalam menentukan tindakan yang akan ditampilkannya.

Diri penilai menentukan kepuasan seseorang akan dirinya atau

seberapa jauh seseorang menerima dirinya. Kepuasan diri yang rendah

akan menimbulkan harga diri (self esteem) yang rendah pula dan akan

mengembangkan ketidakpercayaan yang mendasar pada dirinya.

sebaliknya, bagi individu yang memiliki kepuasan diri yang tinggi,

kesadaran dirinya lebih realistis, sehingga lebih memungkinkan

individu yang bersangkutan untuk melupakan keadaan dirinya dan

memfokuskan energy serta perhatiannya ke luar diri, dan pada

akhirnya dapat berfungsi lebih konstruktif.

2) Dimensi Eksternal

a. Diri Fisik (Physical Self)

Diri fisik menyangkut persepsi seseorang terhadap keadaan dirinya

secara fisik. dalam hal ini terlihat persepsi seseorang mengenai

kesehatan dirinya, penampilan dirinya (cantik, jelek, menarik, tidak

menarik) dan keadaan tubuhnya (tinggi, pendek, gemuk, kurus).

b. Diri Etik-Moral (Moral-Ethic Self)

Bagian ini merupakan pesepsi seseorang terhadap dirinya dilihat dari

standar pertimbangan nilai moral dan etika. Hal ini menyangkut

Page 43: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

31

persepsi seseorang mengenai hubungan dengan Tuhan, kepuasan

seseorang akan kehidupan keagamaannya dan nilai – nilai moral yang

dipegangnya, yang meliputi batasan baik dan buruk.

c. Diri Pribadi

Diri pribadi merupakan perasaan atau persepsi seseorang tentang

keadaan pribadinya. Hal ini tidak dipengaruhi oleh kondisi fisik atau

hubungan dengan orang lain, tetapi dipengaruhi oleh sejauh mana

individu merasa puas terhadap pribadinya atau sejauh mana ia merasa

dirinya sebagai pribadi yang tepat.

d. Diri Keluarga (Family Self)

Diri keluarga menunjukkan perasaan dan harga diri seseorang dalam

kedudukannya sebagai anggota keluarga. Bagian ini menunjukkan

seberapa jauh seseorang merasa adekuat terhadap dirinya sebagai

anggota keluarga, serta terhadap peran maupun fungsi yang

dijalankannya sebagai anggota suatu keluarga.

e. Diri Sosial (Social Self)

Bagian ini merupakan penilaian individu terhadap interaksi dirinya

dengan orang lain maupun lingkungan di sekitarnya.

2.3.3. Pengukuran self-concept

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan skala self-concept yang dibuat sendiri

berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Fitts, yang mencakup dimensi

internal (diri identitas, diri perilaku, dan diri penilaian) dan dimensi eksternal (diri

fisik, diri pribadi, diri moral, diri keluarga, dan diri sosial).

Page 44: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

32

2.4. Kerangka Berpikir

Bagi remaja, yang sedang dalam masa pencarian jati diri, media merupakan alat

utama bagi mereka untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Remaja akan selalu

mencari dan tertarik pada trend terbaru. Salah satunya adalah dalam hal

berpakaian. Dalam hal ini, gaya berpakaian yang dimaksud adalah gaya

berpakaian yang berasal dari Korea.

Artis-artis dari Korea yang penampilannya menarik bisa menjadi role

model bagi remaja lainnya dalam hal berpakaian. Dari sinilah perilaku modeling

itu muncul. Dengan berpenampilan menarik seperti artis yang menjadi role-

model-nya, remaja mengharapkan pujian dari teman-teman sebayanya.

Belajar mengobservasi telah memberikan dampak yang cukup kuat

terhadap tingkah laku sosial-antisosial anak atau remaja. Dalam hal ini, Bandura

telah merancang tiga dampak utama dari pengamatan terhadap tingkah laku

individu yang dijadikan model yaitu (1) remaja memperoleh pola-pola respons

baru, ketika dia berfungsi sebagai pengamat, (2) pengamatan terhadap tingkah

laku model dapat memperkuat atau memperlemah respons-respons yang tidak

diharapkan (yang ditolak), dan (3) mengamati tingkah laku yang lain dapat

mendorong remaja/anak untuk melakukan kegiatan yang sama (Yusuf, 2011).

Dalam kaitannya dengan ketiga dampak di atas, interaksi sosial remaja

dalam kelompok sebaya dapat merangsang/menstimulasi pola-pola respons baru

melalui belajar dengan cara mengamati (observational learning). Di sini

kelompok sebaya telah memberikan kesempatan belajar kepada remaja untuk

Page 45: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

33

mengimitasi berbagai tingkah laku para anggota kelompok lainnya. Pengaruh

teman sebaya yang menjadi model dapat mencegah atau membolehkan pola-pola

tingkah laku yang relatif tidak pasti (kebiasaan) dalam seting yang terstruktur.

Walaupun begitu, pengalaman-pengalaman baru dapat mencegah atau

memperkuat dampaknya terhadap kegiatan moral atau sosial (Yusuf, 2011).

Menurut penulis, self-control berpengaruh dalam fenomena ini. Bandura

(1971) mengemukakan bahwa untuk berperilaku secara efektif, seseorang harus

bisa mengantisipasi akibat yang mungkin muncul dalam peristiwa yang berbeda-

beda dan mengatur perilakunya sesuai dengan akibat tersebut. Tanpa kemampuan

tersebut, seseorang akan bertindak secara tidak produktif, atau beresiko. Informasi

mengenai akibat yang mungkin muncul didapat dari stimuli lingkungan, misalnya

lampu lalu lintas, komunikasi verbal, pesan gambar, tempat yang mencolok,

orang, atau benda, atau perilaku orang lain.

Sesuai dengan pendapat Bandura (1971), seseorang harus bisa

memperhitungkan akibat dari setiap tindakan yang diambilnya. Dalam fenomena

tren berpakaian dari Korea ini, individu yang ingin mengikutinya harus bisa

memperhitungkan akibat dari tindakannya dalam meniru gaya berpakaian

tersebut. Contohnya, apakah perilaku meniru ini berdampak pada aspek-aspek

hidup individu (seperti interaksi sosial, keuangan, moral, dsb) yang melakukannya

atau tidak adalah sesuatu yang harus diperhitungkan.

Self-concept mencerminkan tendensi seseorang terhadap berbagai aspek

dari tindakannya baik secara positif maupun negatif. Dalam pendekatan Social

Learning Theory, self-concept negatif didefinisikan dalam kaitannya dengan

Page 46: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

34

banyaknya self-reinforcement negatif. Sebaliknya, self-concept positif

didefinisikan dalam kaitannya dengan banyaknya self-reinforcement positif

(Bandura, 1971).

Dalam Social Learning Theory, self-reinforcement adalah pengendali

tindakan seseorang. Disfungsi pada sistem self-reinforcement bisa mengakibatkan

self-punishment yang berlebihan dan kondisi yang tidak menguntungkan yang

bisa mempertahankan perilaku yang merusak. Banyak individu yang mengalami

stress karena standar yang mereka buat terlalu tinggi, karena perilaku mereka

tidak sebanding dengan role-model yang memiliki prestasi tinggi (Bandura,

1971).

Tindakan role-model yang memiliki status lebih besar kemungkinannya

untuk berhasil dan memiliki nilai fungsional yang lebih besar bagi pengamatnya

daripada role-model yang memiliki kemampuan intelektual, kejuruan, dan sosial

yang lebih rendah. Dalam situasi dimana orang tidak yakin dengan pemahaman

tentang tindakan yang ditiru, mereka mengandalkan karakteristik role-model dan

simbol yang menunjukkan status (misalnya gaya berpakaian) yang menunjukkan

penanda nyata kesuksesan di masa lalu (Bandura, 1971). Dalam hal ini, artis-artis

dari Korea adalah role-model yang tepat bagi remaja untuk mempelajari dan

meniru gaya berpakaian ini, karena mereka terkenal dan memiliki prestasi dalam

bidangnya.

Fitts (dalam Agustiani, 2006) mengemukakan bahwa self-concept

merupakan aspek penting dalam diri seseorang, karena self-concept seseorang

merupakan kerangka acuan (frame of reference) dalam berinteraksi dengan

Page 47: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

35

lingkungan. Fitts juga mengatakan bahwa self-concept berpengaruh kuat terhadap

tingkah laku seseorang. dengan mengetahui self-concept seseorang, kita akan

lebih mudah meramalkan dan memahami tingkah laku orang tersebut.

Remaja yang melihat cara berpakaian artis-artis dari Korea akan

mempelajari hal tersebut dan akan dijadikan kerangka acuan (frame of reference)

dalam hal berpakaian. Kerangka acuan tersebut akan dijadikan landasan baginya

untuk menentukan pakaian seperti apa yang akan dia pakai di masa depan. Sesuai

dengan pendapat Bandura (1971), remaja yang menjadikan artis Korea sebagai

role-model dalam berpakaian akan membuat standar mengenai bagaimana cara

berpakaian ala Korea.

Dalam penelitian ini, penulis hendak melihat apakah ada pengaruh

signifikan antara self-control dan self-concept terhadap perilaku modeling remaja

tentang tren berbusana dari Korea. Adapun variabel-variabel self-control yang

akan digunakan adalah berdasarkan aspek-aspek self-control menurut Averill

(dalam Wahid, 2007), yaitu behavioral control, cognitive control, dan decisional

control. Variabel-variabel self-concept yang akan digunakan adalah berdasarkan

dimensi eksternal dari aspek self-concept yang dikemukakan oleh Fitts (dalam

Agustiani, 2006), yang terdiri dari diri fisik, diri pribadi, diri keluarga, diri moral,

dan diri sosial. Semua variabel tersebut akan dilihat apakah mempengaruhi

perilaku modeling secara signifikan.

Gambaran hubungan antar variabel self-control, self-concept, dan perilaku

modeling pada remaja berkaitan dengan trend berbusana dari Korea, beserta

Page 48: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

36

aspek-aspek yang hendak diukur dan dicari pengaruhnya digambarkan oleh

peneliti seperti pada gambar 2.1.

Gambar 2.1.

Pengaruh antara self-control dan self-concept terhadap perilaku modeling

Self-Control

Self-concept Perilaku Modeling

pada Remaja

terhadap Trend

Berbusana dari

Korea

Behavioral Control

Cognitive Control

Decisional Control

Diri Keluarga

Diri Sosial

Diri Moral

Diri Pribadi

Diri Fisik

Diri Penilai

Diri Perilaku

Diri Identitas

Page 49: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

37

2.5. Hipotesis

Berdasarkan teori-teori dan kerangka berpikir yang telah dijelaskan, peneliti

menyusun hipotesis menjadi dua bagian, yaitu hipotesis mayor dan hipotesis

minor. Penjelasannya adalah sebagai berikut.

1. Hipotesis Mayor

Ada pengaruh signifikan variabel-variabel self-control (behavioral

control, cognitive control, dan decisional control) dan variabel-variabel

self-concept (diri identitas, diri perilaku, diri penilai, diri fisik, diri pribadi,

diri moral, diri sosial, dan diri keluarga) terhadap perilaku modeling

remaja berkaitan dengan trend berbusana dari Korea.

2. Hipotesis Minor

Ha1 : Ada pengaruh behavioral control terhadap perilaku modeling

tentang trend berbusana dari Korea.

Ha2 : Ada pengaruh cognitive control terhadap perilaku modeling

tentang trend berbusana dari Korea.

Ha3 : Ada pengaruh decisional control terhadap perilaku modeling

tentang trend berbusana dari Korea.

Ha4 : Ada pengaruh diri fisik terhadap perilaku modeling tentang

trend berbusana dari Korea.

Ha5 : Ada pengaruh diri pribadi terhadap perilaku modeling tentang

trend berbusana dari Korea.

Page 50: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

38

Ha6 : Ada pengaruh diri keluarga terhadap perilaku modeling tentang

trend berbusana dari Korea.

Ha7 : Ada pengaruh diri sosial terhadap perilaku modeling tentang

trend berbusana dari Korea.

Ha8 : Ada pengaruh diri moral terhadap perilaku modeling tentang

trend berbusana dari Korea.

Ha9 : Ada pengaruh diri identitas terhadap perilaku modeling tentang

trend berbusana dari Korea.

Ha10 : Ada pengaruh diri perilaku terhadap perilaku modeling tentang

trend berbusana dari Korea.

Ha11 : Ada pengaruh diri penilaian terhadap perilaku modeling tentang

trend berbusana dari Korea.

Page 51: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

39

BAB 3

METODE PENELITIAN

3. 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif dan jenis penelitian ini adalah penelitian regresi, karena tujuan dari

penelitian ini adalah untuk melihat seberapa besar pengaruh antara variabel satu

dengan variabel lainnya.

3.2. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

3.2.1. Populasi

Populasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah seluruh remaja di Provinsi DKI

Jakarta.

3.2.2. Sampel dan teknik pengambilan sampel

Dalam penelitian ini, peneliti menentukan sampel sebanyak 174 orang. Adapun

teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah convinience sampling, dimana

sampel diambil karena alasan kemudahan.

3.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.3.1. Variabel penelitian

Pada penelitian ini, variabel-variabel yang akan diteliti adalah sebagai berikut.

Variabel bebas (IV) : self-control dan self-concept

Page 52: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

40

Variabel terikat (DV) : perilaku modeling remaja terhadap trend berbusana dari

Korea

3.3.2. Definisi operasional

Adapun definisi operasional dari tiap variabel tersebut adalah sebagai berikut.

a. Self-control adalah kemampuan yang dikembangkan seseorang dari waktu

ke waktu untuk membimbing dirinya dan menekan impuls-impuls di

dalam dirinya secara disengaja dan sadar. Adapun definisi operasionalnya

adalah skor yang diperoleh dari skala self-control setelah diujikan kepada

sampel yang bersangkutan.

b. Self-concept adalah kemampuan individu untuk mengenali, memahami,

merasakan, dan mengevaluasi diri sendiri. Self-concept juga berpengaruh

besar terhadap tingkah laku seseorang. Dengan mengetahui konsep diri

seseorang, kita akan lebih mudah meramalkan dan memahami tingkah

laku orang tersebut. Adapun definisi operasionalnya adalah skor yang

diperoleh dari skala self-concept setelah diujikan kepada sampel yang

bersangkutan.

c. Perilaku modeling adalah suatu bentuk perilaku yang dilakukan individu

melalui pengamatan terhadap perilaku yang ditunjukkan objek yang lain

selain dirinya. Dari pengamatan tersebut, individu akan memperoleh

pengetahuan baru mengenai suatu perilaku yang diamatinya dan individu

akan mencoba untuk mereproduksi perilaku tersebut. Adapun definisi

operasionalnya adalah skor yang diperoleh dari skala perilaku modeling

yang disebarkan kepada subjek penelitian yang bersangkutan.

Page 53: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

41

3.4. Instrumen Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan prosedur sistematis untuk memperoleh data, data

yang terkumpul harus valid dan reliabel, oleh sebab itu dibuat alat ukur masing-

masing variabel yang diuji-cobakan terlebih dahulu agar menjadi alat ukur yang

valid dan reliabel. Alat ukur pada penelitian ini berupa skala psikologi yaitu

berupa pernyataan atau pertanyaan dalam bentuk item-item yang kemudian akan

direspon atau diisi oleh sampel.

Format skala yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan

format skala model Likert. Skala model ini memiliki empat faktor alternatif

pilihan jawaban yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), STS

(Sangat Tidak Setuju). Item-item di-skor berdasaran jawaban yang dipilih dari

jenis pernyataan, favorable atau unfavorable. Untuk jawaban favorable skornya

bergerak dari kanan ke kiri (SS→S→TS→STS) dengan nilai (4→3→2→1).

Sedangkan untuk unfavorable cara skoringnya bergerak sebaliknya dari kiri ke

kanan, (STS→TS→S→SS) dengan nilai (4→3→2→1).

Rincian dari instrumen-instrumen yang akan digunakan adalah sebagai

berikut.

1. Skala self-control terdiri dari delapan belas item yang mencakup dimensi-

dimensi yang dikemukakan oleh Averill (dalam Wahid, 2007), yaitu

dimensi behavioral control, cognitive control, dan decisional control.

Blueprint dari instrumen ini bisa dilihat pada tabel 3.1.

Page 54: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

42

Tabel 3.1

Blueprint Skala Self-Control (Sebelum Uji Coba)

No. Aspek Indikator No. Item Jumlah

Item Favourable Unfavourable

1 Behavioral

Control

- Mampu

mengontrol

perilaku

2,5,9 4,6,

7,8

9

- Mampu

memodifikasi

stimulus

1

- Mampu

mengarahkan

dorongan

3

2 Cognitive

Control

- Mampu membuat

rencana

13,14

5 - Menafsirkan

keadaan dari segi-

segi positif

10,11,12

3 Decisional

Control

Mengambil keputusan

sesuai dengan apa

yang disetujui

15,17 16,18

4

Total 11 7 18

2. Skala self-concept terdiri dari 54 item yang mencakup dimensi internal dan

eksternal yang memiliki delapan aspek, yaitu diri identitas dengan enam

item, diri perilaku dengan lima item, diri penilai dengan tujuh item, diri

fisik dengan sembilan item, diri pribadi dengan tiga item, diri sosial

dengan tujuh item, diri moral dengan tujuh item, dan diri keluarga dengan

10 item (Fitts, dalam Agustiani, 2006). Diri identitas terdiri atas enam

item, diri perilaku terdiri atas lima item, diri penilai terdiri atas tujuh item,

diri fisik terdiri atas sembilan item, diri pribadi terdiri atas tiga item, diri

sosial terdiri atas tujuh item, diri moral terdiri atas tujuh item, dan diri

keluarga terdiri atas 10 item Blueprint instrumen self-concept bisa dilihat

pada tabel 3.2.

Page 55: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

43

Tabel 3.2

Blueprint Skala Self-Concept

No. Dimensi Indikator Sub Indikator No. Item Jumlah

Item Favourable Unfavourable

1 Dimensi

Eksternal

Diri Fisik

- Penampilan diri

(cantik, jelek,

menarik, tidak

menarik)

- Keadaan tubuh

(tinggi, pendek,

gemuk, kurus)

1*,6*,15*,20

*, 35* 23*,28,29,31 9

Diri Pribadi

- Merasa berharga

- Merasa puas

dengan pribadinya

sekarang

8,12 27 3

Diri Moral

- Hubungan dengan

Tuhan

- Nilai moral yang

dianut

3,4,9*,13*,18

*, 21*,26* 7

Diri Sosial

- Kemampuan

bersosialisasi

dengan orang lain

5*,10,14*,19

*, 22* 33,36* 7

Diri Keluarga

- Peran dalam

keluarga

- Fungsi yang

dijalankan sebagai

anggota keluarga

2*,11*,16*,1

7*, 24*,34* 7,25*,30,37 10

2 Dimensi

Internal

Diri Identitas

- Mengenal diri

- Mengenal

kemampuan diri

sendiri

- Mengenal

lingkungan

38*,39*,49,

50 41,42 6

Diri Perilaku

- Kesadaran akan

perilaku yang

telah diperbuat

43*,44*,46 47,54 5

Diri Penilai Pengamat, penentu

standar, dan evaluator

32*,40*,45,

51 48*,52,53 7

Total 37 17 54

3. Skala perilaku modeling terdiri dari 24 item yang mencakup aspek-aspek

yang dikemukakan oleh Bandura (1971), yaitu attentional process,

retention process, motoric reproduction process, dan motivational

process. Blueprint instrumen bisa dilihat pada tabel 3.3.

Page 56: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

44

Tabel 3.3

Blueprint Skala Perilaku Modeling

3.5 Uji Validitas Konstruk

Untuk menghasilkan alat ukur atau skala yang baik perlu dilakukan uji validitas

terhadap skor yang dihasilkan. Uji validitas harus dilakukan agar ada jaminan

bahwa alat ukur akan menghasilkan informasi tentang apa yang hendak diukur.

Dalam penelitian ini, uji validitas yang dilakukan adalah uji validitas konstruk.

Metode uji validitas yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode

CFA (Confirmatory Factor Analysis) karena sebelumnya peneliti sudah memiliki

No. Aspek Indikator No. Item Jumlah

Item Favourable Unfavourable

1 Attentional

Process

- Memperhatikan,

mengenali fitur-

fitur penting

dari perilaku

model

1,2,3,4,5,7 6 7

2 Retention

Process

- Ingatan jangka

panjang

mengenai

aktivitas yang

telah

ditunjukkan

- Mengulang-

ulang perilaku

yang telah

diperhatikan

8,9,10,11 12 5

3 Motoric

Reproduction

Process

- Membuat

respon sesuai

dengan pola

yang telah

ditampilkan

13,14,15,16

,17 18 6

4 Motivational

Process

- Insentif

- Hukuman

19,20,21,22

,23 24 6

Total 20 4 24

Page 57: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

45

teori untuk setiap konstruk yang digunakan. Adapun software yang digunakan

untuk melakukan metode ini adalah LISREL 8.70.

Cara pengujian dengan CFA terdiri dari tiga langkah (Sorayah, 2012),

yaitu:

1. Menguji apakah hanya satu faktor saja yang menyebabkan item-item

saling berkorelasi (hipotesis uni-dimensionalitas item). Hipotesis ini diuji

dengan chi-square. Untuk memutuskan apakah memang tidak ada

perbedaan antara matriks korelasi yang diperoleh dari data dengan matriks

korelasi yang dihitung menurut teori/model. Jika hasil chi-square tidak

signifikan (p>0.05), maka hipotesis nihil yang menyatakan bahwa tidak

ada perbedaan antara matriks korelasi yang diperoleh dari data dan model

tidak ditolak yang artinya item yang diuji mengukur satu factor saja (uni-

dimensional. Jika nilai chi-square signifikan (p<0.05), maka hipotesis nihil

tersebut ditolak yang artinya item-item yang diuji ternyata mengukur lebih

dari satu factor (multidimensional).

2. Menganalisis item mana yang menjadi sumber tidak fit. Terdapat beberapa

hal yang perlu diperhatikan untuk mengetahui item mana yang menjadi

sumber tidak fit, yaitu:

a. Melakukan uji signifikansi terhadap koefisien muatan faktor dari

masing-masing item dengan menggunakan t-test. Jika nilai t yang

diperoleh dari sebuah item tidak signifikan (t<1.96), maka item

tersebut di drop karena dianggap tidak signifikan sumbangannya

terhadap pengukuran yang sedang dilakukan.

Page 58: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

46

b. Melihat arah dari koefisien muatan faktor (faktor loading). Jika suatu

item memiliki muatan faktor negatif, maka item tersebut didrop karena

tidak sesuai dengan pengukuran (berarti semakin tinggi nilai pada item

tersebut semakin rendah nilai pada faktor yang diukur).

3. Menghitung faktor skor. Jika langkah-langkah di atas telah dilakukan,

maka diperoleh item-item valid untuk mengukur apa yang hendak diukur.

Uraian mengenai hasil uji validitas tiap skala akan dipaparkan pada subbab

berikut.

3.5.1. Uji validitas skala self-control

3.5.1.1. Uji validitas aspek behavioral control

Peneliti ingin melihat apakah tujuh belas item benar-benar mengukur aspek

behavioral control. Maka dilakukan uji validitas CFA satu faktor terhadap semua

item tersebut dan didapatkan bahwa model tersebut tidak fit dengan chi-square =

709.13, p-value = 0.0000, df = 119, dan RMSEA = 0.187. Karena itu, peneliti

melakukan modifikasi terhadap model dan didapatkan model fit dengan chi-

square = 27.03, df = 18, p-value = 0.07845, dan RMSEA = 0.057. Setelah

didapatkan model yang fit, peneliti ingin melihat item mana saja yang valid dan

item mana yang harus didrop. Berdasarkan hasil CFA, didapatkan hasil yang

diringkas pada tabel berikut.

Page 59: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

47

Tabel 3.4.

Muatan Faktor Item Behavioral Control

No Item Muatan Faktor Koefisien Error T-Values Signifikan

1 0.7 0.08 9.11 V

2 0.27 0.08 3.14 V

3 0.78 0.07 10.84 V

4 0.67 0.08 8.73 V

5 -0.05 0.09 -0.61 X

6 0.62 0.08 8.16 V

7 0.13 0.09 1.49 X

8 0.16 0.09 1.82 X

9 0.68 0.07 9.2 V

Keterangan: tanda (√) menunjukkan nilai T > 1.96

Dari tabel di atas, item 5,7, dan 8 tidak valid karena tidak memenuhi syarat

muatan faktor yang positif dan T-value > 1.96.

3.5.1.2. Uji validitas aspek cognitive control

Peneliti ingin melihat apakah lima belas item yang telah dibuat memang

mengukur aspek cognitive control. Dari uji CFA, didapatkan model yang tidak fit

dengan chi-square = 389.22, df = 90, p-value = 0.0000, RMSEA = 0.153. Peneliti

kemudian melakukan modifikasi terhadap model tersebut dan didapatkan model

yang fit dengan chi-square = 7.69, df = 3, P-value = 0.05289, RMSEA = 0.100.

Berdasarkan hasil CFA, didapatkan hasil yang diringkas dalam tabel 3.5.

Tabel 3.5.

Muatan Faktor Item Cognitive Control

No Item Muatan Faktor Koefisien Error T-Values Signifikan

10 0.71 0.23 3.13 V

11 0.17 0.06 2.66 V

12 1.53 0.27 5.65 V

13 -0.48 0.11 -4.26 X

14 0.28 0.09 3.18 V

Dari tabel di atas, bisa disimpulkan bahwa item 13 tidak valid karena

muatan faktor negatif dan nilai T kurang dari 1.96. Item 10,11,12, dan 14 valid.

Page 60: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

48

3.5.1.3. Uji validitas aspek decisional control

Peneliti ingin melihat apakah sembilan item yang telah dibuat memang mengukur

aspek decisional control. Dari uji CFA, didapatkan model yang tidak fit dengan

chi-square = 94.90, df = 27, p-value = 0.0000, RMSEA = 0.133. Peneliti

kemudian melakukan modifikasi terhadap model tersebut dan didapatkan model

fit dengan chi-square = 0.96, df = 2, p-value = 0.61777, RMSEA = 0.000. Setelah

didapatkan model yang fit, peneliti ingin melihat item mana saja yang valid dan

item mana yang harus didrop. Berdasarkan hasil CFA, didapatkan hasil yang

diringkas pada tabel berikut.

Tabel 3.6.

Muatan Faktor Item Decisional Control

No Item Muatan Faktor Koefisien Error T-Values Signifikan

15 0.44 0.1 4.51 V

16 0.48 0.1 4.82 V

17 0.4 0.1 4.13 V

18 0.78 0.12 6.68 V

Dari tabel di atas, bisa disimpulkan bahwa semua item yang mengukur

decisional control valid karena muatan faktor positif dan nilai T lebih dari 1.96.

3.5.2. Uji Validitas Skala Self-Concept

3.5.2.1. Dimensi internal

3.5.2.1.1. Diri identitas

Peneliti melakukan uji validitas item untuk aspek diri identitas dengan uji CFA,

dan didapatkan hasil model yang tidak fit dengan chi-square = 51.32, df = 9, p-

value = 0.0000, RMSEA = 0.182. Karena belum fit, maka peneliti melakukan

modifikasi terhadap model. Didapatkan model fit dengan chi-square = 9.34, df =

7, p-value = 0.22933, RMSEA = 0.048. Setelah didapatkan model fit, peneliti

Page 61: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

49

menentukan item mana saja yang valid dan yang harus dibuang. Hasilnya

diringkas dalam tabel berikut.

Tabel 3.7.

Muatan faktor item diri identitas

No. Item Muatan Faktor Koefisien Error T-value Signifikan

38 0.39 0.09 4.42 √

39 0.60 0.12 5.18 √

41 -0.83 0.11 -7.56 X

42 -0.52 0.09 -5.67 X

49 -0.32 0.09 -3.66 X

50 -0.49 0.09 5.45 X

Tabel 3.7 menunjukkan item-item dari model yang sudah fit. Bisa dilihat

bahwa hanya item 38 dan 39 yang valid, karena dua item tersebut memenuhi

syarat muatan faktor yang positif dan nilai T > 1.96, sedangkan item 41, 42, 49,

dan 50 memiliki muatan faktor negatif dan nilai T < 1.96.

3.5.2.1.2. Diri perilaku

Peneliti melakukan uji validitas item untuk aspek diri perilaku dengan uji CFA.

Didapatkan model fit dengan chi-square = 7.94, df = 5, p-value = 0.15956,

RMSEA = 0.064. Setelah didapatkan model fit, peneliti menentukan item mana

saja yang valid dan yang harus dibuang. Hasilnya diringkas dalam tabel berikut.

Tabel 3.8.

Muatan faktor item diri perilaku

No. Item Muatan Faktor Koefisien Error T-value Signifikan

43 0.87 0.08 11.04 √

44 0.82 0.08 10.27 √

46 -0.44 0.09 -5.14 X

47 -0.55 0.08 -6.63 X

54 -0.05 0.09 -0.60 X

Tabel 3.8 menunjukkan item-item dari model yang sudah fit. Bisa dilihat

bahwa hanya item 43 dan 44 yang valid, karena dua item tersebut memenuhi

Page 62: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

50

syarat muatan faktor yang positif dan nilai T > 1.96, sedangkan item 46, 47, dan

54 memiliki muatan faktor negatif dan nilai T < 1.96.

3.5.2.1.3. Diri penilai

Peneliti melakukan uji validitas item untuk aspek diri penilai dengan uji CFA.

Didapatkan model yang belum fit dengan chi-square = 48.76, df = 14, p-value =

0.00001, RMSEA = 0.132. Karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap

model dan didapatkan model fit dengan chi-square = 20.67, df = 12, p-value =

0.05548, RMSEA = 0.071. Setelah didapatkan model fit, peneliti menentukan

item mana saja yang valid dan yang harus dibuang. Hasilnya diringkas dalam

tabel berikut.

Tabel 3.9.

Muatan faktor item diri penilai

No. Item Muatan Faktor Koefisien Error T-value Signifikan

32 0.50 0.09 5.50 √

40 0.15 0.08 2.05 √

45 -0.44 0.09 -4.94 X

48 0.22 0.08 2.79 √

51 -1.13 0.12 -9.21 X

52 -0.17 0.08 -2.19 X

53 0.00 0.07 -0.02 X

Tabel 3.9 menunjukkan item-item dari model yang sudah fit. Bisa dilihat

bahwa hanya item 32, 40, dan 48 yang valid, karena tiga item tersebut memenuhi

syarat muatan faktor yang positif dan nilai T > 1.96, sedangkan item 45, 51, 52,

dan 53 memiliki muatan faktor negatif dan nilai T < 1.96. Kesimpulannya, item

yang bisa digunakan untuk mengukur aspek diri penilai hanyalah item nomor 32,

40, dan 48.

Page 63: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

51

3.5.2.2. Dimensi eksternal

3.5.2.2.1. Diri fisik

Peneliti melakukan uji validitas item untuk aspek diri fisik dengan uji CFA.

Didapatkan model yang belum fit dengan chi-square = 200.75, df = 27, p-value =

0.00000, RMSEA = 0.213. Karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap

model dan didapatkan model fit dengan chi-square = 22.69, df = 17, p-value =

0.15963, RMSEA = 0.049. Setelah didapatkan model fit, peneliti menentukan

item mana saja yang valid dan yang harus dibuang. Hasilnya diringkas dalam

tabel berikut.

Tabel 3.10.

Muatan Faktor Item Diri Fisik

No. Item Muatan Faktor Koefisien Error T-value Signifikan

1 0.90 0.07 12.77 √

6 0.35 0.09 3.94 √

15 0.88 0.07 12.29 √

20 0.35 0.08 4.12 √

23 0.18 0.09 2.07 √

28 -0.51 0.08 -6.07 X

29 -0.20 0.09 -2.31 X

31 0.10 0.09 1.11 X

35 0.58 0.08 7.31 √

Tabel 3.10 menunjukkan item-item dari model yang sudah fit. Bisa dilihat

bahwa item 1, 6 15, 23, dan 35 di tabel tersebut valid, karena item-item tersebut

memenuhi syarat muatan faktor yang positif dan nilai T > 1.96.

3.5.2.2.2. Diri pribadi

Berdasarkan blueprint pada tabel 3.2, item yang digunakan untuk mengukur aspek

diri pribadi adalah item 8, 12, dan 27. Karena item yang digunakan terlalu sedikit,

Page 64: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

52

maka semua item harus digunakan dan meskipun dilakukan uji CFA, matriks

korelasi tidak bisa konvergen meskipun telah diiterasi sebanyak apapun.

3.5.2.2.3. Diri moral

Peneliti melakukan uji validitas item untuk aspek diri moral dengan uji CFA.

Didapatkan model yang belum fit dengan chi-square = 185.35, df = 14, p-value =

0.00000, RMSEA = 0.294. Karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap

model dan didapatkan model fit dengan chi-square = 15.16, df = 10, p-value =

0.12629, RMSEA = 0.060. Setelah didapatkan model fit, peneliti menentukan

item mana saja yang valid dan yang harus dibuang. Hasilnya diringkas dalam

tabel berikut.

Tabel 3.11.

Muatan Faktor Item Diri Moral

No. Item Muatan Faktor Koefisien Error T-value Signifikan

3 0.10 0.09 1.11 X

4 0.03 0.09 0.39 X

9 0.71 0.10 6.94 √

13 0.55 0.09 6.39 √

18 0.83 0.10 8.59 √

21 0.58 0.09 6.76 √

26 0.39 0.09 4.50 √

Tabel 3.11 menunjukkan item-item dari model yang sudah fit. Bisa dilihat

bahwa item 9, 13, 18, 21, dan 26 tersebut valid, karena item-item tersebut

memenuhi syarat muatan faktor yang positif dan nilai T > 1.96. Item 3 dinyatakan

tidak valid karena meskipun memiliki muatan faktor positif, tetapi nilai T < 1.96.

3.5.2.2.4. Diri sosial

Peneliti melakukan uji validitas item untuk aspek diri sosial dengan uji CFA.

Didapatkan model yang belum fit dengan chi-square = 71.96, df = 14, p-value =

Page 65: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

53

0.00000, RMSEA = 0.171. Karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap

model dan didapatkan model fit dengan chi-square = 14.27, df = 10, p-value =

0.16088, RMSEA = 0.055. Setelah didapatkan model fit, peneliti menentukan

item mana saja yang valid dan yang harus dibuang. Hasilnya diringkas dalam

tabel berikut.

Tabel 3.12.

Muatan faktor item diri sosial

No. Item Muatan Faktor Koefisien Error T-value Signifikan

5 0.34 0.08 4.05 √

10 -0.18 0.08 -2.20 X

14 0.52 0.08 6.48 √

19 0.85 0.08 10.04 √

22 0.70 0.08 8.59 √

33 -0.27 0.09 -2.85 X

36 0.72 0.10 7.47 √

Tabel 3.12 menunjukkan item-item dari model yang sudah fit. Bisa dilihat

bahwa item 5, 14, 19, 22, dan 36 tersebut valid, karena item-item tersebut

memenuhi syarat muatan faktor yang positif dan nilai T > 1.96. Item 10 dan 33

dinyatakan tidak valid karena memiliki muatan faktor negatif dan nilai T < 1.96.

3.5.2.2.5. Diri keluarga

Peneliti melakukan uji validitas item untuk aspek diri keluarga dengan uji CFA.

Didapatkan model yang belum fit dengan chi-square = 152.43, df = 35, p-value =

0.00000, RMSEA = 0.154. Karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap

model dan didapatkan model fit dengan chi-square = 40.43, df = 29, p-value =

0.07720, RMSEA = 0.053. Setelah didapatkan model fit, peneliti menentukan

item mana saja yang valid dan yang harus dibuang. Hasilnya diringkas dalam

tabel berikut.

Page 66: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

54

Tabel 3.13.

Muatan faktor item diri keluarga

No. Item Muatan Faktor Koefisien Error T-value Signifikan

2 0.57 0.09 6.66 √

7 -0.09 0.09 -0.98 X

11 0.64 0.08 7.97 √

16 0.67 0.08 8.35 √

17 0.76 0.08 10.00 √

24 0.70 0.08 8.90 √

25 0.30 0.09 3.37 √

30 -0.33 0.09 -3.78 X

34 0.78 0.08 10.06 √

37 -0.34 0.09 -3.93 X

Tabel 3.13 menunjukkan item-item dari model yang sudah fit. Bisa dilihat

bahwa item 2, 11, 16, 17, 24, 25, dan 34 valid, karena item-item tersebut

memenuhi syarat muatan faktor yang positif dan nilai T > 1.96. Item 7, 30, dan 37

dinyatakan tidak valid karena memiliki muatan faktor negatif dan nilai T < 1.96.

3.5.3. Uji validitas skala perilaku modeling

3.5.3.1. Attention process

Peneliti melakukan uji validitas item untuk aspek attention process dengan uji

CFA. Didapatkan model yang belum fit dengan chi-square = 39.95, df = 14, p-

value = 0.00026, RMSEA = 0.114. Karena itu, peneliti melakukan modifikasi

terhadap model dan didapatkan model fit dengan chi-square = 18.29, df = 12, p-

value = 0.10727, RMSEA = 0.058. Setelah didapatkan model fit, peneliti

menentukan item mana saja yang valid dan yang harus dibuang. Hasilnya

diringkas dalam tabel berikut.

Page 67: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

55

Tabel 3.14.

Muatan faktor item attention process

No Item Muatan Faktor Koefisien Error T-Value Signifikan

1 0.63 0.08 8.36 V

2 0.8 0.07 11.48 V

3 0.64 0.08 8.37 V

4 0.7 0.07 9.44 V

5 0.68 0.08 8.76 V

6 0.52 0.08 6.55 V

7 0.77 0.07 10.56 V

Tabel 3.14 menunjukkan item-item dari model yang sudah fit. Bisa dilihat

bahwa semua item valid, karena item-item tersebut memenuhi syarat muatan

faktor yang positif dan nilai T > 1.96.

3.5.3.2. Retention process

Peneliti melakukan uji validitas item untuk aspek retention process dengan uji

CFA. Didapatkan model fit dengan chi-square = 8.68, df = 5, p-value = 0.12255,

RMSEA = 0.069. Setelah didapatkan model fit, peneliti menentukan item mana

saja yang valid dan yang harus dibuang. Hasilnya diringkas dalam tabel berikut.

Tabel 3.15.

Muatan faktor item retention process

No Item Muatan Faktor Koefisien Error T-Value Signifikan

8 0.64 0.08 8.41 V

9 0.71 0.07 9.6 V

10 0.72 0.07 9.66 V

11 0.82 0.07 11.58 V

12 0.76 0.07 10.52 V

Tabel 3.15 menunjukkan item-item dari model yang sudah fit. Bisa dilihat

bahwa semua item valid, karena item-item tersebut memenuhi syarat muatan

faktor yang positif dan nilai T > 1.96.

Page 68: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

56

3.5.3.3. Motoric reproduction process

Peneliti melakukan uji validitas item untuk aspek motoric reproduction process

dengan uji CFA. Didapatkan model yang belum fit dengan chi-square = 95.34, df

= 14, p-value = 0.00000, RMSEA = 0.202. Karena itu, peneliti melakukan

modifikasi terhadap model dan didapatkan model fit dengan chi-square = 10.01,

df = 7, p-value = 0.18813, RMSEA = 0.53. Setelah didapatkan model fit, peneliti

menentukan item mana saja yang valid dan yang harus dibuang. Hasilnya

diringkas dalam tabel berikut.

Tabel 3.16.

Muatan faktor item motoric reproduction process

No Item Muatan Faktor Koefisien Error T-Value Signifikan

13 0.29 0.08 3.53 V

14 0.93 0.06 14.6 V

15 0.92 0.06 14.35 V

16 0.46 0.08 5.88 V

17 0.73 0.07 10.31 V

18 0.37 0.08 4.63 V

Tabel 3.16 menunjukkan item-item dari model yang sudah fit. Semua item

valid karena item-item tersebut memenuhi syarat muatan faktor yang positif dan

nilai T > 1.96.

3.5.3.4. Motivational process

Peneliti melakukan uji validitas item untuk aspek motoric reproduction process

dengan uji CFA. Didapatkan model yang belum fit dengan chi-square = 350.38,

df = 54, p-value = 0.00000, RMSEA = 0.197. Karena itu, peneliti melakukan

modifikasi terhadap model dan didapatkan model fit dengan chi-square = 9.49, df

= 8, p-value = 0.30246, RMSEA = 0.035. Setelah didapatkan model fit, peneliti

Page 69: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

57

menentukan item mana saja yang valid dan yang harus dibuang. Hasilnya

diringkas dalam tabel berikut.

Tabel 3.17.

Muatan faktor item motivational process

No Item Muatan Faktor Koefisien Error T-Value Signifikan

19 0.91 0.07 13.93 V

20 0.62 0.07 8.42 V

21 0.87 0.07 12.89 V

22 0.64 0.07 8.8 V

23 0.88 0.06 13.54 V

24 0.46 0.08 6.07 V

Tabel 3.17 menunjukkan item-item dari model yang sudah fit. Bisa dilihat

bahwa semua item valid, karena item-item tersebut memenuhi syarat muatan

faktor yang positif dan nilai T > 1.96.

3.6 Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis

regresi berganda (multiple regression analysis), karena penelitian ini meneliti

pengaruh dua variabel bebas, yaitu self-control dan self-concept, terhadap satu

variabel terikat, yaitu perilaku modeling. Rumus analisis regresi berganda yaitu:

Y=a+b1X1+b2X2+b3X3+…+bnXn

Keterangan:

Y = variabel terikat

a = nilai konstanta

b (1,2,3,…n) = nilai koefisien

X (1,2,3,…n) = variabel bebas

Page 70: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

58

Dalam penelitian ini, untuk menganalisis data dengan analisis regresi

berganda, peneliti menggunakan program software SPSS 17.

3.7 Prosedur Penelitian

Prosedur yang dijalankan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Peneliti mencari teori yang dimaksud dan membuat alat tes berdasarkan

teori-teori yang telah didapat.

2. Peneliti turun ke lapangan untuk mencari sampel penelitian sampai jumlah

sampelnya memadai.

3. Setelah didapatkan data-data yang diperlukan, peneliti mengolahnya untuk

menguji hipotesis penelitian.

Page 71: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

59

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini, sampel yang diambil adalah sebanyak 174 remaja di Jakarta.

Gambaran subjek penelitian meliputi ciri-ciri demografi seperti jenis kelamin,

usia, dan sebagainya. Uraian tersebut dijelaskan dalam tabel 4.1.

Tabel 4.1

Gambaran subjek penelitian

Karakteristik

n (%)

Jenis Kelamin Laki-laki 60 (34%)

Perempuan 114 (66%)

Usia 15-18 Th. 174 (100%)

Berdasarkan tabel di atas, total sampel adalah sebanyak 174 remaja yang

terdiri dari laki-laki sebanyak enam puluh orang dan perempuan sebanyak 114

orang. Semua sampel memiliki kisaran usia lima belas sampai delapan belas

tahun.

4.2 Hasil Analisis Deskriptif Penelitian

Hasil analisis deskriptif penelitian ini mencakup nilai rata-rata, standar deviasi,

nilai maksimum dan minimum, beserta kategorisasi untuk tiap variabel yang

diteliti.

Jumlah sampel, nilai rata-rata, standar deviasi, nilai maksimum dan

minimum setiap variabel bisa dilihat dalam tabel 4.2. Semua perhitungan ini

dilakukan dengan software SPSS 17.

Page 72: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

60

Tabel 4.2.

Analisis deskriptif semua variabel dalam penelitian ini

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Behavior 174 23.22 62.62 50.0000 8.78108

Cognitive 174 37.70 66.60 50.0000 9.99500

Decisional 174 28.78 62.25 50.0000 7.40970

diri_identitas 174 28.06 65.45 50.0000 8.32372

diri_perilaku 174 38.63 74.10 50.0000 9.12608

diri_penilai 174 36.94 68.94 50.0000 9.99500

Diri_Fisik 174 31.58 78.84 50.0000 9.19894

Diri_pribadi 174 18.47 59.01 50.0000 9.99500

diri_moral 174 32.59 65.48 50.0000 7.98228

diri_sosial 174 26.87 70.43 50.0000 8.56363

diri_keluarga 174 22.76 66.14 50.0000 9.29298

Modeling 174 32.82 71.86 50.0000 9.76545

Valid N (listwise) 174

Untuk melakukan kategorisasi, peneliti menggunakan kriteria yang

dijelaskan dalam tabel 4.3.

Tabel 4.3.

Kriteria Kategorisasi Variabel

Kategorisasi Kriteria

Tinggi X >M + 1SD

Rendah X > M – 1SD

Keterangan:

X = Skor variabel

M = Nilai rata-rata

SD = Standar Deviasi

Dengan menggunakan kriteria dalam tabel 4.3, tiap variabel bisa

dikategorikan menjadi kategori tinggi dan rendah seperti yang dijelaskan dalam

tabel 4.4 berikut ini. Sampel yang dijelaskan dalam tabel tersebut ditulis dalam

angka, bukan dalam persentase.

Page 73: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

61

Tabel 4.4.

Kategorisasi semua variabel dalam penelitian (N=174)

Variabel Kategori Tinggi

(n)

Kategori Sedang

(n)

Kategori Rendah

(n)

Total

(N)

Behavioral control 7 138 29 174

Cognitive Control 18 140 16 174

Decisional control 21 130 23 174

Diri Identitas 24 132 18 174

Diri Perilaku 18 156 0 174

Diri Penilai 7 162 5 174

Diri Fisik 28 133 13 174

Diri Pribadi 27 131 16 174

Diri Moral 32 127 15 174

Diri Sosial 29 134 11 174

Diri Keluarga 30 135 9 174

Perilaku Modeling 38 110 26 174

Isi dari tabel 4.4 bisa dijelaskan sebagai berikut. Untuk variabel behavioral

control, sampel yang termasuk dalam kategori tinggi adalah sebanyak tujuh

sampel, kategori sedang sebanyak 138 orang, kategori rendah sebanyak 29

sampel. Untuk variabel cognitive control, sampel yang termasuk dalam kategori

tinggi sebanyak 18 sampel, kategori sedang sebanyak 140 orang, kategori rendah

sebanyak 16 sampel. Untuk variabel decisional control, sampel yang termasuk

dalam kategori tinggi sebanyak 21 sampel, kategori sedang sebanyak 130 orang,

kategori rendah sebanyak 23 sampel.

Untuk variabel diri identitas, sampel yang termasuk dalam kategori tinggi

sebanyak 24 sampel, kategori sedang sebanyak 132 orang, kategori rendah

sebanyak 18 sampel. Untuk variabel diri perilaku, sampel yang termasuk dalam

kategori tinggi adalah sebanyak 18 sampel, kategori sedang sebanyak 156 orang,

tidak ada sampel yang termasuk dalam kategori rendah. Untuk variabel diri

penilai, sampel yang termasuk dalam kategori tinggi adalah sebanyak tujuh

Page 74: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

62

sampel, kategori sedang sebanyak 162 orang, kategori rendah adalah sebanyak

lima sampel.

Untuk variabel diri fisik, sampel yang termasuk dalam kategori tinggi

adalah sebanyak 28 sampel, kategori sedang sebanyak 133 orang, kategori rendah

adalah sebanyak tiga belas sampel. Untuk variabel diri pribadi, sampel yang

termasuk dalam kategori tinggi adalah sebanyak 27 sampel, kategori sedang

sebanyak 131 orang, kategori rendah adalah sebanyak enam belas sampel. Untuk

variabel diri moral, sampel yang termasuk dalam kategori tinggi adalah sebanyak

32 sampel, kategori sedang sebanyak 127 orang, kategori rendah adalah sebanyak

lima belas sampel. Untuk variabel diri sosial, sampel yang termasuk dalam

kategori tinggi adalah sebanyak 29 sampel, kategori sedang sebanyak 134 orang,

kategori rendah adalah sebanyak sebelas sampel. Untuk variabel diri keluarga,

sampel yang termasuk dalam kategori tinggi adalah sebanyak tiga puluh sampel,

kategori sedang sebanyak 135 orang, kategori rendah adalah sebanyak sembilan

sampel.

Untuk variabel perilaku modeling, sampel yang termasuk dalam kategori

tinggi adalah sebanyak 38 sampel, kategori sedang sebanyak 110 orang, kategori

rendah adalah sebanyak 26 sampel.

4.3 Hasil Uji Hipotesis

Subbab ini menjelaskan hasil penelitian yang dianalisis dengan menggunakan

metode analisis regresi berganda untuk menguji hipotesis yang telah dijelaskan

dalam bab 2.

Page 75: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

63

Sebelum melihat hasil uji hipotesis, akan dijelaskan terlebih dahulu

mengenai seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

Besarnya pengaruh tersebut bisa dijelaskan dalam tabel 4.5.

Tabel 4.5.

Nilai besarnya pengaruh IV terhadap DV

Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

1 .825a .680 .659 5.70492

a. Predictors: (Constant), diri_keluarga, diri_identitas, Diri_Fisik,

diri_penilai, Diri_pribadi, diri_sosial, Decisional, Cognitive,

diri_perilaku, diri_moral, Behavior

Berdasarkan nilai R square dalam tabel di atas, nilainya menunjukkan

0.68. Artinya, behavioral control, cognitive control, decisional control, diri

identitas, diri perilaku, diri penilai, diri fisik, diri pribadi, diri moral, diri sosial,

dan diri keluarga memiliki pengaruh sebanyak 68% terhadap perilaku modeling,

sedangkan sisanya adalah variabel lain yang tidak diikutsertakan dalam penelitian

ini.

Hasil analisis regresi bisa dilihat dalam tabel berikut ini.

Tabel 4.6.

Hasil ANOVA

ANOVAa

Model Sum of

Squares

Df Mean Square F Sig.

1

Regression 11225.506 11 1020.501 31.355 .000b

Residual 5272.477 162 32.546

Total 16497.983 173

a. Dependent Variable: Modeling

b. Predictors: (Constant), diri_keluarga, diri_identitas, Diri_Fisik, diri_penilai, Diri_pribadi,

diri_sosial, Decisional, Cognitive, diri_perilaku, diri_moral, Behavior

Page 76: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

64

Berdasarkan tabel 4.6, bisa dilihat bahwa p-value (kolom sig.)

menunjukkan angka 0.000. Jika berpatokan pada kolom signifikansi, maka syarat

agar hipotesis nihil diterima adalah nilai sig. > 0.05 (p > 0.05). Karena kolom sig.

menunjukkan angka 0.000 atau p < 0.05, maka ini menyatakan bahwa hipotesis

nihil ditolak. Artinya, ada pengaruh behavioral control, cognitive control,

decisional control, diri identitas, diri perilaku, diri penilai, diri fisik, diri pribadi,

diri moral, diri sosial, dan diri keluarga terhadap perilaku modeling.

Untuk mengetahui persamaan regresi dalam penelitian ini, peneliti

menentukannya berdasarkan tabel 4.7 di bawah ini.

Tabel 4.7

Nilai koefisien setiap variabel dalam penelitian ini

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 43.442 9.206 4.719 .000

Behavior -.257 .074 -.231 -3.466 .001

Cognitive .095 .059 .097 1.602 .111

Decisional -.141 .077 -.107 -1.831 .069

diri_identitas -.012 .061 -.011 -.203 .840

diri_perilaku .118 .067 .110 1.764 .080

diri_penilai -.027 .055 -.028 -.489 .625

Diri_Fisik .134 .058 .126 2.318 .022

Diri_pribadi -.185 .055 -.190 -3.389 .001

diri_moral .002 .079 .002 .028 .977

diri_sosial .387 .063 .339 6.180 .000

diri_keluarga .017 .063 .016 .271 .787

a. Dependent Variable: Modeling

Page 77: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

65

Dari kolom B di tabel tersebut, peneliti menentukan bahwa persamaan

regresi dalam penelitian ini adalah:

Perilaku Modeling = 43.442 – 0.257Behavioral + 0.095Cognitive –

0.141Decisional - 0.012 Diri Identitas + 0.118 Diri Perilaku

– 0.027 Diri Penilai + 0.134 Diri Fisik – 0.185 Diri Pribadi +

0.002 Diri Moral + 0.387 Diri Sosial + 0.017 Diri Keluarga

Tabel 4.7 juga bisa diartikan sebagai berikut. Dari kolom sig pada tabel di

atas, kita bisa mengetahui apakah variabel tersebut mempengaruhi variabel terikat

secara signifikan. Jika p<0.05 maka koefisien regresi yang dihasilkan signifikan

pengaruhnya terhadap perilaku modeling dan sebaliknya. Dari tabel di atas,

variabel yang signifikan pengaruhnya terhadap perilaku modeling adalah behavior

control, diri fisik, diri pribadi dan diri sosial. Penjelasaan dari nilai koefisien

regresi yang diperoleh masing-masing IV adalah sebagai berikut.

1. Behavioral control memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0.231 dengan

signifikansi 0.001 (p<0.05). berarti, behavioral control berpengaruh secara

signifikan terhadap perilaku modeling dan karena arah pengaruhnya

negatif, berarti semakin rendah behavioral control, maka semakin tinggi

perilaku modelling.

2. Cognitive control memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0.097 dengan

signifikansi 0.111 (p>0.05). Berarti, cognitive control tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap perilaku modeling

Page 78: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

66

3. Decisional control memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0.107 dengan

signifikansi 0.069 (p>0.05). Berarti decisional control tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap perilaku modeling.

4. Diri identitas memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0.011 dengan

signifikansi 0.84 (p>0.05). Berarti diri identitas tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap perilaku modeling.

5. Diri perilaku memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0.11 dengan

signifikansi 0.08 (p>0.05). Berarti diri perilaku tidak berpengaruh

signifikan terhadap perilaku modeling.

6. Diri penilai memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0.028 dengan

signifikansi 0.625 (p>0.05). Berarti diri penilai tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap perilaku modeling.

7. Diri fisik memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0.126 dengan signifikansi

0.022 (p<0.05) dan arah pengaruhnya positif. Berarti diri fisik berpengaruh

secara signifikan terhadap perilaku modeling dan semakin besar diri fisik,

maka semakin besar pula perilaku modeling.

8. Diri pribadi memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0.19 dengan

signifikansi 0.001 (p<0.05). Berarti diri pribadi berpengaruh secara

signifikan terhadap perilaku modeling dan arah pengaruhnya negatif.

Artinya semakin rendah diri pribadi, maka semakin tinggi perilaku

modelling.

Page 79: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

67

9. Diri moral memliki nilai koefisien regresi sebesar 0.002 dengan signifikansi

0.977 (p>0.05). Berarti variabel ini tidak berpengaruh secara signifikan dan

positif terhadap perilaku modeling.

10. Diri sosial memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0.339 dengan

signifikansi 0.000 (p<0.05) dan arah pengaruhnya positif. Berarti diri sosial

berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap perilaku modeling.

Artinya semakin besar diri sosial, maka makin besar perilaku modeling-

nya.

11. Diri keluarga memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0.016 dengan

signifikansi 0.787 (p>0.05). Berarti variabel ini tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap perilaku modeling.

Dari penjelasan-penjelasan di atas, bisa disimpulkan bahwa variabel-

variabel bebas yang berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku modeling

adalah cognitive control, diri identitas, diri perilaku, diri penilai, diri fisik, dan diri

sosial. Tahap berikutnya adalah menemukan variabel bebas mana yang memiliki

pengaruh paling besar terhadap variabel terikat. Jika dilihat dari tabel

standardized coefficients beta, maka variabel bebas yang memiliki pengaruh

paling signifikan terhadap perilaku modeling adalah diri sosial, dengan nilai

standardized coefficients beta sebesar 0.339.

Setelah mengetahui persamaan regresi, mengetahui variabel apa saja yang

berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat dan seberapa besar

pengaruh variabel bebas tersebut terhadap variabel terikat, langkah berikutnya

adalah mencari proporsi varian setiap variabel, untuk mengetahui seberapa besar

Page 80: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

68

kontribusi setiap variabel bebas terhadap variabel terikat dalam penelitian

ini.Penjelasan mengenai proporsi varian bisa dilihat pada tabel 4.8.

Tabel 4.8

Proporsi varian semua variabel bebas terhadap variabel terikat

Model Summary

Model R R

Square

Adjusted

R Square

Std. Error

of the

Estimate

Change Statistics

R Square

Change

F Change df1 df2 Sig. F

Change

1 .684a .468 .465 7.14392 .468 151.265 1 172 .000

2 .709b .502 .497 6.92825 .035 11.875 1 171 .001

3 .717c .514 .506 6.86644 .012 4.093 1 170 .045

4 .723d .523 .512 6.82190 .009 3.227 1 169 .074

5 .737e .544 .530 6.69252 .021 7.597 1 168 .006

6 .743f .552 .536 6.65466 .008 2.917 1 167 .090

7 .761g .579 .562 6.46654 .028 10.858 1 166 .001

8 .777h .604 .585 6.29040 .025 10.427 1 165 .001

9 .778i .605 .583 6.30635 .000 .166 1 164 .684

10 .825j .680 .661 5.68868 .076 38.547 1 163 .000

11 .825k .680 .659 5.70492 .000 .073 1 162 .787

Tabel 4.9 bisa dijelaskan sebagai berikut. Untuk mengetahui kontribusi

setiap variabel bebas terhadap variabel terikat, maka kita melihat pada nilai R

square changed. Maka, dari tabel di atas bisa dijelaskan sebagai berikut.

1. Variabel behavioral control memiliki kontribusi sebesar 46.8% terhadap

perilaku modeling.

2. Variabel cognitive control memiliki kontribusi sebesar 3.5% terhadap

perilaku modeling.

3. Variabel decisional control memiliki kontribusi sebesar 1.2% terhadap

perilaku modeling.

4. Variabel diri identitas memiliki kontribusi sebesar 0.9% terhadap perilaku

modeling.

Page 81: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

69

5. Variabel diri perilaku memiliki kontribusi sebesar 2.1% terhadap perilaku

modeling.

6. Variabel diri penilai memiliki kontribusi sebesar 0.8% terhadap perilaku

modeling.

7. Variabel diri fisik memiliki kontribusi sebesar 2.8% terhadap perilaku

modeling.

8. Variabel diri pribadi memiliki kontribusi sebesar 2.5% terhadap perilaku

modeling.

9. Variabel diri moral memiliki kontribusi sebesar 0% terhadap perilaku

modeling.

10. Variabel diri sosial memiliki kontribusi sebesar 7.6% terhadap perilaku

modeling.

11. Variabel diri keluarga berkontribusi sebesar 0% terhadap perilaku

modeling.

Dari penjelasan di atas, maka peneliti bisa mengurutkan variabel bebas

dari yang kontribusinya paling besar adalah behavioral control, diri sosial, diri

fisik, dan diri pribadi.

Page 82: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

70

BAB 5

KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

5.1.Kesimpulan

Ada pengaruh signifikan antara behavioral control, cognitive control, decisional

control, diri identitas, diri perilaku, diri penilai, diri fisik, diri pribadi, diri moral,

diri sosial, dan diri keluarga terhadap perilaku modeling remaja berkenaan dengan

tren berbusana dari Korea, dengan sumbangan sebesar 68%, sedangkan sisa

sumbangan 32% berasal dari variabel-variabel yang tidak diikutsertakan dalam

penelitian ini. Di antara sebelas variabel bebas yang diteliti dalam penelitian ini,

variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku modeling hanyalah

empat, yaitu behavioral control, diri fisik, diri pribadi, dan diri sosial.

5.2.Diskusi

Variabel behavioral control berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku

modeling, dengan kontribusi sebesar 46.8%. Variabel ini berpengaruh secara

negatif terhadap perilaku modeling. Artinya, semakin rendah behavioral control,

maka semakin tinggi perilaku modeling-nya. Individu yang melakukan perilaku

modeling terhadap trend berpakaian dari Korea ternyata tidak mampu menahan

perilakunya untuk memakai pakaian ala Korea. Dengan kata lain individu tunduk

begitu saja pada keinginannya untuk meniru pakaian ala Korea.

Page 83: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

71

Seharusnya individu lebih bisa mengendalikan perilakunya dalam

memakai pakaian ala Korea. Jika orang tidak bisa mengatur perilakunya, hidup

akan menjadi rangkaian tindakan impulsif yang tidak bisa dihentikan untuk

melayani dorongan, keinginan, dan emosi. Perilaku yang mengarah pada tujuan

dan pencapaian hasil jangka panjang akan menjadi tidak mungkin karena orang

tidak akan bisa melakukan usaha yang disiplin dan terpusat (Loewenstein, dalam

Hagger, Wood, Stiff, & Chatzisarantis, 2010).

Variabel diri sosial berpengaruh signifikan terhadap perilaku modeling,

dengan kontribusi sebesar 7.6%. Ditemukan bahwa pengaruhnya terhadap

perilaku modeling bersifat positif. Dengan kata lain, makin tinggi variabel diri

sosial, maka semakin tinggi pula perilaku modeling. Semakin luas pergaulan

seseorang tentang tren berpakaian dari Korea, maka kemungkinan terjadinya

perilaku modeling terhadap tren tersebut juga semakin besar. Contohnya, jika

individu bergaul dengan seseorang yang meniru pakaian ala Korea, maka ada

kemungkinan individu tersebut juga mengikuti cara berpakaian tersebut.

Variabel diri pribadi berpengaruh terhadap perilaku modeling dengan

kontribusi sebesar 2.5%. Variabel ini berpengaruh secara negatif terhadap perilaku

modeling, yang artinya semakin rendah diri penilai, justru semakin tinggi perilaku

modeling-nya. Semakin individu menilai bahwa dirinya tidak memuaskan, kurang

merasa dihargai, maka kemungkinan ia melakukan perilaku modeling semakin

tinggi.

Page 84: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

72

Penemuan tersebut mendukung teori yang dikemukakan Bandura (1969)

yang menyatakan bahwa individu cenderung melakukan perilaku modeling

terhadap individu lain yang memiliki status yang lebih tinggi, misalnya orang

yang memiliki jabatan lebih tinggi, tingkat pendidikan yang lebih tinggi, dan

sebagainya.

Penelitian yang Engels, Hale, Noom, dan Vries (2005) menemukan bahwa

remaja yang memiliki self-esteem yang rendah, dipadukan dengan kurangnya

kepercayaan diri untuk menghadapi tekanan dari teman sebaya, lebih mudah

terpengaruh untuk ikut-ikutan merokok. Remaja seperti ini juga tidak memiliki

kemampuan yang memadai untuk menahan dirinya untuk tidak merokok.

Diri fisik berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku modeling

dengan kontribusi sebesar 2.8%. Aspek ini mengacu pada persepsi individu

terhadap kondisi fisiknya sendiri, misalnya keadaan fisik gemuk, kurus, tinggi,

pendek, kekar, jangkung, dan sebagainya. Semakin besar kepercayaan diri

seseorang mengenai kondisi fisiknya, besar kemungkinan perilaku modeling

muncul. Contohnya, jika seseorang merasa percaya diri dengan fisiknya yang

gemuk, maka besar kemungkinan dia untuk melakukan perilaku modeling

terhadap tren berpakaian dari Korea.

5.3.Saran

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan.

Namun, penelitian ini telah mengungkapkan temuan-temuan yang menarik. Oleh

karena itu, peneliti memberikan saran sebagai berikut:

Page 85: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

73

1. Saran teoritis

a. Hasil analisis regresi menyatakan bahwa semua variable bebas

berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku modeling sebesar

68%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variable lain yang tidak

diikutsertakan dalam penelitian ini. Untuk penelitian berikutnya,

diharapkan untuk memasukkan variabel lain yang memiliki pengaruh

lebih besar terhadap perilaku modeling.

b. Sebaiknya diadakan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang

lebih besar dan beragam, serta dengan alat ukur yang berbeda sehingga

hasil penelitian yang didapatkan bias lebih berkembang.

2. Saran praktis

a. Diri fisik berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku modeling,

artinya jika seseorang percaya diri dengan tubuhnya, ia akan

melakukan perilaku modeling terhadap pakaian dari Korea. Namun,

tidak semua pakaian cocok dengan bentuk tubuh semua orang. Jika

individu memang ingin mengikuti tren berpakaian tersebut, pilihlah

pakaian yang paling cocok dengan bentuk tubuh, sehingga baik

individu maupun orang lain merasa nyaman dengan gaya berpakaian

yang dikenakan.

b. Sebaiknya diadakan pendidikan di sekolah-sekolah tingkat menengah

dan tingkat atas mengenai cara untuk meningkatkan kepercayaan dan

kepuasan diri pada masing-masing individu, karena menurut hasil

Page 86: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

74

penelitian ini, semakin rendah kepercayaan diri seseorang, maka

kemungkinan ia untuk melakukan perilaku modeling semakin tinggi.

Page 87: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

DAFTAR PUSTAKA

Agustiani, H. (2006). Psikologi perkembangan: pendekatan ekologi kaitannya

dengan konsep diri dan penyesuaian diri pada remaja. Bandung: PT. Refika

Aditama.

Aldeafara, A. (2013). Positif negatif tren hallyu di Indonesia. Diambil pada

tanggal 20 Maret 2013 dari http://news.liputan6.com/read/479145/positif-

negatif-tren-hallyu-di-indonesia

Bandura, A. (1969). Social-learning theory of identificatory processes. Dalam

David A. Goslin (ed.). Handbook of socialization theory and research,

(213-262). Rand McNally & Company.

Bandura, A. (1971). Social learning theory. Diunduh pada tanggal 18 September

2013 dari

http://www.jku.at/org/content/e54521/e54528/e54529/e178059/Bandura_So

cialLearningTheory_ger.pdf

Baumeister, R. F., Vohs, K. D., Tice, D. M. (2007). The strength model of self-

control. Current Directions in Psychological Science 16, 351.doi:

10.1111/j.1467-8721.2007.00534.x.

Campbell, J. D., Trapnell, P. D., Heine, S. J., Katz, I. M., Lavalle, L. F., &

Lehman, D. R. (1996). Self concept clarity: Measurement, personality

correlates, and cultural boundaries. Journal of Personality and Social

Psychology, 70(1), 141-156. doi: 10.1037/0022-3514.70.1.141

Chaplin, J.P. Dictionary of psychology, Kamus lengkap psikologi. Kartini

Kartono (Terj.). (2006). Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Engels, R.C.M.E., Hale III, W.M., Noom, M., & Vries, H.D. (2005). Self-

efficacy and emotional adjustments as precursors of smoking in early

adolescence. Substance Use & Misuse, 40(12), 1883-1893. doi:

10.1080/10826080500259612

Hagger, M. S., Wood, C., Stiff, C., & Chatzisarantis, N. L. D. (2010). Ego

depletion and the strength model of self-control: A meta analysis.

Psychological Bulletin,136(4), 495 – 525.doi: 10.1037/a0019486.

Hurlock, E.B. Developmental psychology: A life-span approach, fifth edition,

Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan.

Istiwidayanti & Soedjarwo (Terj.). (1980). Jakarta: Erlangga.

Page 88: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

Jarvis, M. (2010). Teori – teori psikologi: pendekatan modern untuk memahami

perilaku, perasaan & pikiran manusia. Bandung: Nusa Media.

Lynch, M. F., La Guardia, J. G., Ryan, R. M. (2009). On being yourself in

different cultures: Ideal and actual self-concept, autonomy support, and well

being in China, Russia, and the United States. The journal of Positive

Psychology, 4(4), 290 – 304.doi: 10.1080/17439760902933765

Meltzoff, A. N. (1990). Foundations for developing a concept of self: role of

imitation in relating self to other and value of social mirroring, social

modeling, and self practice in infancy. Dalam D. Chiccetti & M. Beeghly

(eds.). The self in transition: Infancy to childhood. Chicago: The University

of Chicago Press.

Muraven, M., Tice, D.M., Baumeister, R.F. (1998). Self-control as limited

resource: Regulatory depletion patterns. Journal of Personality and Social

Psychology, 74 (3), 774 – 789.doi: 10.1037/0022-3514.74.3.774.

Najati, M. U. (2003). Psikologi dalam tinjauan hadits nabi. Jakarta: Mustaqiim.

Papalia, D.E., Olds, S. W., & Feldman, R.D. (2009). Human development.

Jakarta: Salemba Humanika.

Rema, D. (2012). Tips bergaya ala girl band korea di konser smtown Jakarta.

Diunduh pada tanggal 26 Agustus 2013 dari

http://wolipop.detik.com/read/2012/09/21/151756/2029769/233/2/tips-

bergaya-ala-girl-band-korea-di-konser-smtown-jakarta#bigpic

Rema, D. (2012). Belanja busana ala korea di butik belle ivy. Diunduh pada

tanggal 20 Agustus 2013 dari

http://wolipop.detik.com/read/2012/03/08/111005/1861165/1140/belanja-

busana-ala-korea-di-butik-belle-ivy Sarwono, S.W. (2011). Psikologi remaja. Jakarta: Rajawali Pers.

Soekirno, S. (2014, Februari). Jangan jadi korban mode. Diambil dari Kompas, 7

Februari 2014, Hal. 35.

Sorayah. (2012). Uji validitas konstruk Beck Depression Inventory-II (BDI-II).

Jurnal pengukuran psikologi dan pendidikan Indonesia, 11(3), 111-125.

Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Steinberg, L. (2001). Adolescence. Dalam Bonnie Strickland (ed). The gale

encyclopedia of psychology , 11-13. Farmington Hills: Gale Group.

Tangney, J. P., Baumeister, R. F., Boone, A. L. (2004). High self-control predicts

good adjustment, less pathology, better grades, and interpersonal success.

Page 89: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

Journal of Personality 72 (2), 271-320. Diunduh dari

http://lazypants.org/dl/files /public/TangneyBaumeisterBoone2004.pdf

Vohs, K. D. & Baumeister, R. F. (2004). Self-control. Dalam Charles D.

Spielberger (ed). Encyclopedia of applied psychology, (369 – 373). Tampa:

Elsevier Academic Press

Wahid, M. (2007). Hubungan antara self-control dengan kecemasan menghadapi

pensiun. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Yudhawati, R & Haryanto, D. (2011). Teori – teori dasar psikologi pendidikan.

Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya.

Yusuf LN., S. (2011). Psikologi perkembangan anak & remaja. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya

Page 90: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

DIAGRAM CFA UJI VALIDITAS BEHAVIORAL CONTROL

Page 91: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

DIAGRAM UJI CFA COGNITIVE CONTROL

DIAGRAM UJI CFA DECISIONAL CONTROL

Page 92: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

DIAGRAM UJI CFA DIRI IDENTITAS

DIAGRAM UJI CFA DIRI PERILAKU

Page 93: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

DIAGRAM UJI CFA DIRI PENILAI

Page 94: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

DIAGRAM UJI CFA DIRI FISIK

Page 95: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

DIAGRAM UJI CFA DIRI MORAL

DIAGRAM UJI CFA DIRI SOSIAL

Page 96: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

DIAGRAM UJI CFA DIRI KELUARGA

Page 97: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

DIAGRAM UJI CFA ATTENTIONAL PROCESS

DIAGRAM UJI CFA RETENTION PROCESS

Page 98: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

DIAGRAM UJI CFA MOTORIC REPRODUCTION PROCESS

DIAGRAM UJI CFA MOTIVATIONAL PROCESS

Page 99: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

HASIL SPSS

Warning # 849 in column 23. Text: in_ID

The LOCALE subcommand of the SET command has an invalid parameter. It could

not be mapped to a valid backend locale.

GET

FILE="G:\Documents\Audy's\Skripsi\DATA SKRIPSI\Hasil Uji Hipotesis 2\DATA

SEMUA VARIABEL.sav".

Warning. Command name: GET FILE

SPSS Statistics data file "G:\Documents\Audy's\Skripsi\DATA SKRIPSI\Hasil Uji

Hipotesis 2\DATA SEMUA VARIABEL.sav" is written in a character encoding

(windows-1252)

incompatible with the current LOCALE setting. It may not be readable.

Consider changing LOCALE or setting UNICODE on. (DATA 1721)

DATASET NAME DataSet1 WINDOW=FRONT.

REGRESSION

/MISSING LISTWISE

/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA

/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)

/NOORIGIN

/DEPENDENT Modeling

/METHOD=ENTER Behavior Cognitive Decisional Diri_Identitas Diri_Perilaku

Diri_Penilai Diri_Fisik Diri_Pribadi Diri_Moral Diri_sosial Diri_keluarga.

Regression

[DataSet1] G:\Documents\Audy's\Skripsi\DATA SKRIPSI\Hasil Uji Hipotesis

2\DATA SEMUA VARIABEL.sav

Variables Entered/Removeda

Model Variables

Entered

Variables

Removed

Method

1

Diri_keluarga,

Diri_Fisik,

Diri_Penilai,

Diri_Pribadi,

Decisional,

Diri_sosial,

Diri_Identitas,

Cognitive,

Diri_Moral,

Behavior,

Diri_Perilakub

. Enter

a. Dependent Variable: Modeling

b. All requested variables entered.

Page 100: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .825a .680 .659 5.70492

a. Predictors: (Constant), Diri_keluarga, Diri_Fisik, Diri_Penilai,

Diri_Pribadi, Decisional, Diri_sosial, Diri_Identitas, Cognitive, Diri_Moral,

Behavior, Diri_Perilaku

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 11225.506 11 1020.501 31.355 .000b

Residual 5272.477 162 32.546

Total 16497.983 173

a. Dependent Variable: Modeling

b. Predictors: (Constant), Diri_keluarga, Diri_Fisik, Diri_Penilai, Diri_Pribadi, Decisional, Diri_sosial,

Diri_Identitas, Cognitive, Diri_Moral, Behavior, Diri_Perilaku

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 43.442 9.206 4.719 .000

Behavior -.257 .074 -.231 -3.466 .001

Cognitive .095 .059 .097 1.602 .111

Decisional -.141 .077 -.107 -1.831 .069

diri_identitas -.012 .061 -.011 -.203 .840

diri_perilaku .118 .067 .110 1.764 .080

diri_penilai -.027 .055 -.028 -.489 .625

Diri_Fisik .134 .058 .126 2.318 .022

Diri_pribadi -.185 .055 -.190 -3.389 .001

diri_moral .002 .079 .002 .028 .977

diri_sosial .387 .063 .339 6.180 .000

diri_keluarga .017 .063 .016 .271 .787

a. Dependent Variable: Modeling

Page 101: PENGARUH SELF-CONTROL DAN SELF-CONCEPT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28301/1/PRAMUDYA... · , diri identitas, diri perilaku, diri penilai, dan diri sosial

Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

Change Statistics

R Square

Change

F Change df1 df2 Sig. F Change

1 .684a .468 .465 7.14392 .468 151.265 1 172 .000

2 .709b .502 .497 6.92825 .035 11.875 1 171 .001

3 .717c .514 .506 6.86644 .012 4.093 1 170 .045

4 .723d .523 .512 6.82190 .009 3.227 1 169 .074

5 .737e .544 .530 6.69252 .021 7.597 1 168 .006

6 .743f .552 .536 6.65466 .008 2.917 1 167 .090

7 .761g .579 .562 6.46654 .028 10.858 1 166 .001

8 .777h .604 .585 6.29040 .025 10.427 1 165 .001

9 .778i .605 .583 6.30635 .000 .166 1 164 .684

10 .825j .680 .661 5.68868 .076 38.547 1 163 .000

11 .825k .680 .659 5.70492 .000 .073 1 162 .787

a. Predictors: (Constant), Behavior

b. Predictors: (Constant), Behavior, Cognitive

c. Predictors: (Constant), Behavior, Cognitive, Decisional

d. Predictors: (Constant), Behavior, Cognitive, Decisional, Diri_Identitas

e. Predictors: (Constant), Behavior, Cognitive, Decisional, Diri_Identitas, Diri_Perilaku

f. Predictors: (Constant), Behavior, Cognitive, Decisional, Diri_Identitas, Diri_Perilaku, Diri_Penilai

g. Predictors: (Constant), Behavior, Cognitive, Decisional, Diri_Identitas, Diri_Perilaku, Diri_Penilai, Diri_Fisik

h. Predictors: (Constant), Behavior, Cognitive, Decisional, Diri_Identitas, Diri_Perilaku, Diri_Penilai, Diri_Fisik,

Diri_Pribadi

i. Predictors: (Constant), Behavior, Cognitive, Decisional, Diri_Identitas, Diri_Perilaku, Diri_Penilai, Diri_Fisik,

Diri_Pribadi, Diri_Moral

j. Predictors: (Constant), Behavior, Cognitive, Decisional, Diri_Identitas, Diri_Perilaku, Diri_Penilai, Diri_Fisik,

Diri_Pribadi, Diri_Moral, Diri_sosial

k. Predictors: (Constant), Behavior, Cognitive, Decisional, Diri_Identitas, Diri_Perilaku, Diri_Penilai, Diri_Fisik,

Diri_Pribadi, Diri_Moral, Diri_sosial, Diri_keluarga

Hasil Wawancara dengan Dra. Suryawati, M.Si. pada Tanggal 11 Desember 2014

- Tren adalah suatu mode yang digandrungi masyarakat. Jika tidak digandrungi masyarakat, tidak

bisa disebut tren.

- Tren hanya berlangsung dalam suatu periode tertentu. Lama-kelamaan minat masyarakat akan

beralih dan tren juga akan berubah.