Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH SERTIFIKASI GURU DAN
MOTIVASI MENGAJAR TERHADAP
KINERJA GURU SE-KKMI KEBAYORAN
LAMA
TESIS
WAHYUDI
21170181000011
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN
PENDIDIKAN ISLAM (MMPI)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARA
2020M/1441H
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Wahyudi
NIM : 21170181000011
Dengan ini menyatakan bahwa tesis yang berjudul
PENGARUH SERTIFIKASI GURU DAN MOTIVASI
MENGAJAR TERHADAP KINERJA GURU SE-KKMI
KEBAYORAN LAMA adalah benar merupakan karya saya sendiri
dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunanya. Adapun
kutipan yang ada dalam penyusunan karya ini telah saya cantumkan
sumber kutipannya dalam tesis saya. Saya bersedia melakukan proses
yang semestinya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku
jika ternyata tesis ini sebagian atau keseluruhannya merupakan
plagiat dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan
seperlunya.
1
iv
v
vi
ABSTRAK
PENGARUH SERTIFIKASI GURU DAN MOTIVASI MENGAJAR
TERHADAP KINERJA GURU SE-KKMI KEBAYORAN LAMA
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa (1) pengaruh sertifikasi
guru terhadap kinerja guru di Madrasah Ibtidaiyah, (2) pengaruh motivasi
kerja guru terhadap kinerja guru dan (3) pengaruh sertifikasi guru dan
motivasi kerja guru terhadap kinerja guru.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan menggunakan
kuesioner sebagai instrument penelitiannya. Data dikumpulkan dari
Sembilan puluh empat guru dari empat belas madrasah yang berbeda di
wilayah KKMI Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Data yang telah
terkumpul kemudian dianalisis dengan metode analisis regresi linear
sederhana dan analisis regresi linear berganda dengan pendekatan
kuantitatif.
Hasil analisis menunjukkan bahwa; (1) variabel Sertifikasi Guru (X1)
berpengaruh positif secara parsial terhadap Kinerja Guru. Hal ini
ditunjukkan oleh nilai koefisien regresi X1 sebesar 32,6%, (2) variabel
Motivasi Kerja Guru (X2) berpengaruh positif secara parsial terhadap
Kinerja Guru. Hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien regresi X2 sebesar
46,2%, dan (3) variabel Sertifikasi Guru bersama-sama dengan Motivasi
Kerja Guru berpengaruh positif terhadap Kinerja Guru. Hal ini ditunjukkan
oleh nilai koefisien regresi sebesar 47, 1%.
Sebagai kesimpulan, hasilnya membuktikan bahwa program sertifikasi
guru dan motivasi guru telah memberikan efek positif baik secara individu
maupun bersama-sama terhadap variabel kinerja guru. Selanjutnya,
penelitian ini juga menyarankan bahwa sebagian besar guru berharap
program sertifikasi guru dapat terus berjalan dengan baik, dapat diberikan
secara teratur dan tepat waktu. Program yang ditetapkan dapat menciptakan
lingkungan yang sehat yang akan memperkuat motivasi guru dalam
memberikan kinerja mengajar terbaik mereka.
Kata kunci: Kinerja Guru, Sertifikasi Guru, Motivasi Kerja Guru
vii
ABSTRACT
THE EFFECT OF TEACHERS’ CERTIFICATION AND
TEACHERS’ MOTIVATION ON TEACHERS’ PERFORMANCE
AT KKMI KEBAYORAN LAMA
This research is intended to analyze (1) the effect of Madrasah
Ibtidaiyah teachers’ certification program to their teaching performance, (2)
the effect of Madrasah Ibtidaiyah teachers’ motivation to their teaching
performance, and (3) the effect of Madrasah Ibtidaiyah teachers’
certification program and their teaching motivation to their teaching
performance.
This research used quantitative methods and questionnaires as research
instruments. Data was collected from ninety-four teachers from fourteen
different Madrasah in the KKMI area of Kebayoran Lama, South Jakarta.
The collected data is then analyzed using simple linear regression analysis
methods and multiple linear regression analysis with quantitative
approaches.
The result of the research showed that: (1) the teachers’ certification
program variable positively and partially affected the teachers’
performance variable. It was proved by scoring 32,6% as teachers’
certification program regression coefficient, (2) the teachers’ teaching
motivation variable also positively and partially affected the teachers’
performance variable by scoring 46,2% as the teachers’ motivation
regression coefficient and (3) teachers’ certification program variable
together with teachers’ motivation variable positively affected the teachers’
performance variable by giving score of 47,1%.
To sum up, the results proved that teachers’ sertification program and
teachers’ motivation have given positive effect both individually and
together to the teachers’ performance variable. Furthermore, this research
also suggested that most of the teachers are hoped that the teachers’
sertification program can continue to run well, can be given regularly and
come on time. The settled program can create healthy environment that will
strengthen teachers’ motivation in providing their best teaching
performance.
Keywords: Teachers’ Performance, Teachers’ Sertification, Teachers’
Motivation.
viii
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohiimm
Alhamdulillahirobbilalamiin. Puji dan Syukur kehadirat
Allah SWT, yang telah mencurahkan rahmat dan hidayah, dan
inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Shalawat
serta salam tercurahkan bagi kepada Nabi Muhammad SAW, uswah
hasanah yang menjadi junjungan bagi seluruh alam.
Berkat bantuan dan dukungan dari banyak pihak, akhirnya tesis
ini dapat terselesaikan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Hj. Amany
Lubis, MA. dan Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. Hj. Sururin, M.Ag. serta
seluruh jajaran civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Ketua Program Magister Manajemen Pendidikan Islam
FITK, Dr. Jejen Musfah, M.A. yang telah banyak
memfasilitasi, membimbing dan mendukung penulis dalam
penyelesaian penulisan tesis.
3. Pembimbing tesis, Dr. H. Nurrochim, M.M., yang telah
banyak memberikan arahan, meluangkan waktu, memotivasi,
memberikan semangat dan dukungan kepada penulis dalam
menyelesaikan penulisan tesis ini.
4. Dr. Sujiyo, M. Pd dan Dr. Sita Ratnaningsih, M.Pd., yang
juga telah banyak memberikan masukan yang bermanfaat dan
saran yang membangun dalam Menyusun perbaikan
penulisan tesis.
5. Ketua KKMI se Kecamatan Kebayoran Lama, Ibu Hj. Eha,
M.Pd., yang telah memberikan izin dan dukungan kepada
penulis untuk melakukan penelitian serta memperoleh data
dan informasi yang berkaitan dengan penelitian penulis.
6. Para Guru dan Tenaga Kependidikan di lingkungan KKMI
Kebayoran Lama, Jakarta Selatan yang telah berperan serta
secara aktif dalam membantu penulis meyelesaikan penulisan
tesis.
x
7. Keluarga inti, Istri dan Anak – anak, serta keluarga besar yang
telah banyak memberikan dukungan, doa, dan pengertian
sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan tesis ini.
8. Teman seperjuangan Magister MPI Angkatan 2017 kelas B
atas Kerjasama dan dukungannya.
Semoga Allah SWT selalu memberikan kemudahan dan keridhoan
kepada kita semua dalam mencapai kesuksesan dan kebahagiaan
dunia dan akhirat.
Jakarta, 14 Agustus 2020
Penulis
Wahyudi
xi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ....................................................................................... iv
ABSTRACT ..................................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ............................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................... xvi
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................. 6
C. Batasan Masalah ........................................................................ 7
D. Rumusan Masalah ..................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian ....................................................................... 7
F. Kegunaan Penelitian .................................................................. 8
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Kinerja Guru
a. Pengertian Kinerja ........................................................ 9
b. Pengertian Kinerja Guru ............................................... 10
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru ........... 11
d. Standar Kinerja Guru .................................................... 13
e. Indikator Kinerja Guru ................................................. 14
2. Sertifikasi Guru
a. Pengertian Sertifikasi Guru .......................................... 15
b. Tunjangan Sertifikasi Guru .......................................... 18
c. Dasar Hukum Sertifikasi Guru ..................................... 19
d. Kriteria dan Persyaratan Sertifikasi Guru ..................... 20
e. Manfaat Sertifikasi Guru .............................................. 21
3. Motivasi Kerja Guru
a. Pengertian Motivasi ...................................................... 22
b. PengertianMotivasi Kerja ............................................. 23
c. Jenis-jenis Motivasi ...................................................... 25
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi
Kerja Guru .................................................................... 26
e. Tujuan Motivasi ........................................................... 27
f. Pentingnya Motivasi Kerja bagi Guru ......................... 28
xii
B. Penelitian Terdahulu ............................................................... 29
C. Kerangka Berpikir .................................................................. 33
D. Hipotesis Penelitian ................................................................. 36
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 37
a. Tempat Penelitian .............................................................. 37
b. Waktu Penelitian ................................................................ 37
B. Metode dan Desain Penelitian ................................................... 38
C. Variabel Penelitian .................................................................... 38
D. Populasi dan Sampel.................................................................. 39
a. Populasi.............................................................................. 39
b. Sampel ............................................................................... 39
E. Jenis Data .................................................................................. 40
1. Data Primer ........................................................................ 40
2. Data Sekunder .................................................................... 40
F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 41
a) Sertifikasi Guru .................................................................. 42 b) Motivasi Kerja Guru .......................................................... 43
c) Kinerja Guru ...................................................................... 45 G. Teknik Uji Instrumen ................................................................ 47
a) Validitas ............................................................................. 47 I. Uji Validitas Kuesioner Variabel X1 ....................... 48 II. Uji Validitas Kuesioner Variabel X2 ....................... 49
III. Uji Validitas Kuesioner Variabel Y......................... 51 b) Reliabilitas ......................................................................... 52
H. Teknik Analisis Data ................................................................. 54 1. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas ............................................................ 54 b. Uji Homogenitas ........................................................ 55
2. Uji Hipotesis a. Analisis Regresi ............................................................ 55
1. Regresi Linier Sederhana ...................................... 56 2. Regresi Linier Multiple ......................................... 58
b. Asumsi Klasik Regresi Linier berganda ....................... 59
BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Sekolah
1. Sistem Pendidikan Islam Terpadu ..................................... 61 2. Sistem Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah ............................ 62
3. Kurikulum Madrasah Ibtidaiyah ........................................ 63
4. Metodologi Pembelajaran Madrasah Ibtidaiyah ................ 64
xiii
5. SDM Tenaga Kependidikan Madrasah Ibtidaiyah ............. 65
6. Sarana dan Prasarana Madrasah Ibtidaiyah ....................... 66 B. Deskripsi Data
1. Sertifikasi Guru (X1) ......................................................... 68
2. Motivasi Kerja Guru (X2).................................................. 68
3. Kinerja Guru (Y) ................................................................ 69 C. Hasil Pengujian Prasyarat Analisis Data
1. Uji Normalitas ................................................................... 69
2. Uji Homogenitas ................................................................ 71 D. Pengujian Hipotesis
a. Pengujian Hipotesis Pertama ............................................. 72 b. Pengujian Hipotesis Kedua ................................................ 73 c. Pengujian Hipotesis Ketiga ................................................ 74
E. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Pengaruh sertifikasi guru terhadap kinerja guru .................. 76
2. Pengaruh motivasi kerja guru terhadap kinerja guru............ 77
3. Pengaruh sertifikasi guru dan motivasi kerja guru terhadap
kinerja guru .......................................................................... 80 BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................ 83 B. Implikasi .................................................................................... 84
C. Saran .......................................................................................... 86 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 89 LAMPIRAN ..................................................................................... 95
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian ....................... 35
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ................................................................ 37
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Sertifikasi Guru
(Variabel X1) ..................................................................... 43
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Motivasi Kerja Guru
(Variabel X2) ..................................................................... 45
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Kinerja Guru
(Variabel Y) ....................................................................... 46
Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Variabel Sertifikasi Guru (X1) ............ 48
Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Variabel Motivasi Kerja
Guru (X2) ........................................................................... 50
Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Variabel Kinerja Guru (Y) .................. 51
Tabel 3.8 Hasil Uji Reliabilitas .......................................................... 52
Tabel 4.1 Daftar Madrasah Ibtidaiyah se-KKMI
KebayoranLama ................................................................. 61
Tabel 4.2 Daftar Jumlah Guru dan Guru Tersertifikasi ...................... 65
Tabel 4.3 Descriptive Statistics .......................................................... 67
Tabel 4.4 Hasil Kategori Pelaksanaan Pemberian Sertifikasi
Guru.................................................................................... 68
Tabel 4.5 Hasil Kategori Motivasi Kerja Guru .................................. 68
Tabel 4.6 Hasil Kategori Kinerja Guru .............................................. 69
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Galat Taksiran .................................. 70
Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas ....................................................... 71
Tabel 4.9 Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana (X1) ................... 72
Tabel 4.10 Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana (X2) ................... 73
Tabel 4.11 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ............................. 75
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 ........................................................................................... 95
Lampiran 2 ........................................................................................... 105
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia sebagai Negara berkembang menghadapi berbagai
kendala yang mempengaruhi kualitas pendidikan di Indonesia.
Hardianto (2018, 1) menyampaikan bahwa menurut Deuthsce
Welle, pada akhir tahun 2017, Indonesia berada di posisi 108 di
dunia dengan skor 0,603, dimana umumnya kualitas pendidikan di
Indonesia berada dibawah Palestina, Samoa dan Mongolia. Hanya
sebanyak 44% penduduk menuntaskan pendidikan menengah,
sementara 11% murid gagal menuntaskan pendidikan menengah.
Berbagai faktor di sinyalir memberikan andil pada tingkat
kualitas pendidikan di Indonesia. Beberapa ahli menyebutkan
bahwa faktor tersebut antara lain, rendahnya kualitas sarana dan
prasarana, rendahnya kualitas guru, rendahnya kesejahteraan guru,
rendahnya prestasi yang dimiliki siswa, kurangnya kesempatan
memperoleh pendidikan, rendahnya relevansi pendidikan dengan
kebutuhan, dan mahalnya biaya pendidikan. Dari kesemua faktor
yang disinyalir memberikan andil besar pada dunia pendidikan di
Indonesia, faktor kualitas guru disebut sebagai pemberi andil
terbesar. Data UNESCO, pada Global Education Monitoring (GEM)
Report 2016 menyatakan bahwa pendidikan di Indonesia hanya
menempati peringkat ke -10 dari 14 negara berkembang, sedangkan
kualitas guru di Indonesia menempati urutan ke 14 dari 14 negara
berkembang di dunia.
Indonesia sebagai Negara yang masih memegang adat
ketimuran, masih menjadikan guru sebagai aktor utama pada
aktivitas belajar mengajar yang terjadi pada institusi pendidikan.
Guru adalah komponen yang amat sangat menentukan pada
keseluruhan sistem pendidikan, karena perannya sebagai pendidik,
pengajar, pengarah dan evaluator bagi para peserta didik. Oleh
karena perannya yang sangat penting, pemerintah Indonesia selalu
melakukan segala upaya untuk meningkatkan kualitas para pendidik
dan memajukan sistem pendidikan agar dapat menciptakan tenaga
pendidik yang professional, berkualitas dan berdaya saing tinggi.
Menjadi seorang guru yang professional adalah guru yang dapat
memahami seluk beluk pendidikan serta dapat memahami dan
2
mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan yang harus dikembangkan
melalui masa pendidikan tertentu. Profesi sebagai seorang guru
sangatlah berbeda dengan profesi pegawai biasa yang hanya
menjalankan tanggung jawab sesuai dengan aturan dan profesi yand
dimiliki serta disiplin ilmu yang dipikulnya. Guru memiliki
tanggung jawab khusus yang berhubungan dengan keberlangsungan
sebuah bangsa dan Negara karena guru sangat berkaitan erat dengan
siswa yang menentukan masa depan bangsa dan Negara. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa negara yang berkemajuan sangatlah
dipengaruhi oleh kualitas pendidikan nasional di Negara tersebut
dimana kualitas pendidikan nasional sangat ditentukan oleh para
guru.
Selain itu, agama Islam juga menganjurkan kepada setiap
muslim untuk beriman dan bekerja dengan baik sesuai dengan
bidang ilmunya. Manusia yang beriman dan bekerja dengan baik
sehingga dapat menghasilkan karya yang besar dan bermanfaat
untuk sesamanya disebutkan oleh Al Qur’an sebagai manusia yang
paling baik dan terpuji. Dalam surat Al Bayinah ayat 7 disebutkan
bahwa
ل ن ا ة إ ي ر ب ل ر ا ي م خ ك ه ئ ول ات أ ح ال وا الص ل م ع نوا و ين آم ذ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan melakukan
pekerjaan yang baik, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.”
(QS. al-Bayyinah, 98:7)
Berdasarkan ayat diatas, maka sebagai seorang guru, maka
individu itu haruslah melakukan pekerjaannya dengan baik.
Berusaha dengan baik agar ilmu yang dimilikinya dapat
memberikan manfaat tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga
untuk orang lain. Selain ayat tersebut, terdapat pula hadist yang juga
disampaikan oleh Rasulullah SAW yang menuntut umatnya agar
dapat bekerja secara professional dan sesuai dengan bidang
keilmuannya. Salah satu tuntunan tersebut adalah:
عن عائشة رضي الله عنها ق الت :قال رسهوله الل صلى الله عليه وسلم :إن
تعالى يهحب إذا عمل أحدهكهم عملا أن يهتقنهه )رواه الطبرني والبيهقي( الل
3
Dari Aisyah r.a., sesungguhnya Rasulullah s.a.w. bersabda:
“Sesungguhnya Allah mencintai seseorang yang apabila
bekerja, mengerjakannya secara profesional”. (HR. Thabrani,
No: 891, Baihaqi, No: 334).
Hadits Rasulullah tersebut mengarahkan agar sebagai seorang
muslim, agar dapat mempunyai etos kerja yang tinggi dan bekerja
secara professional sesuai dengan arahan dan bimbingan Al Qur’an.
Dengan dasar pemikiran tersebut, maka sejak tahun 2007
pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan program sertifikasi
guru dimana guru yang dianggap mampu dan mempunyai
kompetensi yang baik berhak untuk mendapatkan tunjangan profesi.
Melalui program sertifikasi ini, semua guru di Indonesia berhak
mendapatkan tunjangan tambahan baik yang bekerja di sekolah
negeri maupun swasta. Guru PNS mendapatkan tunjangan sesuai
dengan kepangkatannya, sedangkan bagi guru non PNS akan
mendapatkan tunjangan sesuai dengan in passing (penyesuaian
sesuai golongan bekerja di swasta), sedangkan bagi guru swasta non
in passing tunjangannya ditentukan oleh pemerintah. Data anggaran
pendidikan tahun 2017 (Doksetjen RI, 2017) menunjukkan bahwa
untuk mendukung program sertifikasi guru, maka 20% dari total
APBN RI dialokasikan untuk membiayai anggaran pendidikan,
dengan nilai mencapai 419 triliun rupiah. Sebagian besar dari
anggaran pendidikan tersebut digunakan untuk memberikan gaji dan
tunjangan bagi guru. Semua usaha yang dilakukan ini bertujuan
untuk dapat meningkatkan kesejahteraan guru yang pada akhirnya
diharapkan akan berdampak pula pada peningkatan mutu
pendidikan.
Secara aturan, program kebijakan sertifikasi guru ini di
cantumkan dalam Undang – undang Republik Indonesia Nomor 14
tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan yang menyatakan bahwa guru adalah tenaga
professional. Sebagai tenaga professional guru di haruskan memiliki
kualifikasi akademik S-1 (Strata 1) atau D – 4 (Diploma 4) dalam
bidang yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan serta
menguasai kompetensi sebagai agen pembelajaran dan metode
pembelajaran. Representasi pemenuhan standar kompetensi yang
telah ditetapkan dalam sertifikasi guru adalah sertifikasi kompetensi
4
pendidik. Sertifikat ini dapat menjadi bukti pengakuan atas
kompotensi guru atau calon guru yang memenuhi standar untuk
melakukan pekerjaan profesi pada jenis dan jenjang pendidikan
tertentu. Dengan kata lain tunjangan profesi guru merupakan
pemenuhan kebutuhan untuk meningkatkan professional. Agar guru
yang telah mendapatkan tunjangan profesi dapat lebih mendidik
siswa-siswi serta memberikan pelajaran atau pengajaran yang lebih
bermutu yang dapat meningkatkan kompetensi siswa dalam
mengikuti jenjang pendidikan.
Sertifikasi guru tidak hanya bertujuan untuk mendapatkan
sertifikat sebagai pendidik saja namun dengan adanya sertifikasi
diharapkan kinerja guru akan menjadi lebih baik dan tujuan
pendidikan Nasional akan tercapai dengan baik. Guru yang telah
disertifikasi diharapkan bisa menjadi guru yang professional, bisa
mengajar dengan baik, bisa mengembangkan ilmu pengetahuan
yang dimilikinya dan dapat menjunjung tinggi profesi guru sehingga
profesi guru akan lebih dihargai.
Menurut Widia (2018: 2175) Tingkat profesionalitas guru akan
tercermin dari kinerja guru yang bersangkutan. Sejumlah pakar
dalam bidang pendidikan dan psikologi menyebutkan banyak faktor
yang mempengaruhi kinerja guru, baik faktor internal maupun
eksternal. Faktor internal adalah faktor – faktor pemberi kontribusi
kinerja yang berasal dari dalam diri guru itu sendiri, seperti faktor
motivasi kerja dan faktor kompetensi guru. Sedangkan faktor
eksternal adalah faktor – faktor yang memberikan pengaruh yang
berasal dari luar atau lingkungan guru tersebut berada, seperti
lingkungan keluarga dan lingkungan tempat bekerja. Lingkungan
kerja, antara lain, hubungan antara sesama guru, kepala sekolah,
komite sekolah, dan stakeholder sekolah. Pada kondisi real di
sekolah, jika sebagian guru sudah menunjukkan kinerja maksimal
dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pendidik,
sedangkan sebagian yang lainnya belum menunjukkan hal yang
sama, maka hal ini akan dapat mempengaruhi kinerja guru secara
makro. Sedarmayanti seperti dikutip oleh Supardi (2013)
menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja, antara
lain: (1) sikap mental (motivasi kerja, disiplin kerja, etika kerja), (2)
pendidikan, (3) keterampilan, (4) manajemen kepemimpinan, (5)
tingkat penghasilan, (6) gaji dan kesehatan, (7) jaminan sosial, (8)
iklim kerja, (9) sarana prasarana, (10) teknologi, dan (11)
kesempatan berprestasi.
5
Selain program sertifikasi yang diharapkan dapat
mempengaruhi kinerja guru secara posifif, faktor motivasi juga
diduga dapat memberikan pengaruh terhadap kinerja guru. Motivasi
merupakan salah satu factor penunjang keberhasilan dalam belajar
dan secara otomatis juga menunjang keberhasilan guru dalam
mengelola proses pembelajaran. Menurut McClelland dalam
Robbins (2003:3) ada tiga kebutuhan manusia yang dapat
memotivasi kinerja, yaitu kebutuhan akan kekuasaan (Need for
power), kebutuhan afiliasi (Need for affiliation) dan kebutuhan
prestasi (Need for achievement). Motivasi kerja guru merupakan
daya dorong atau daya gerak yang membangkitkan dan
mengarahkan perilaku guru pada suatu perbuatan atau pekerjaan.
Motivasi kerja guru sangat penting, karena akan sangat berpengaruh
terhadap peningkatan kualitas kinerja guru. Apabila seorang guru
memiliki motivasi kerja yang tinggi, maka kinerja guru tersebut juga
akan meningkat.
Pemberian sertifikasi yang bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan guru serta motivasi yang baik dari para guru tersebut
seharusnya akan menghasilkan kinerja yang baik di lapangan. Akan
tetapi, hal ini tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Pada
salah satu survei yang dilakukan oleh Payong (2011,70) disebutkan
bahwa beberapa dampak pemberian sertifikasi juga tidak
sepenuhnya positif. Beberapa syarat pemberian sertifikasi guru
seperti minimal jam mengajar sebesar 24 jam perminggu
menyebabkan sebagian guru mengalami kelelahan, depresi dan
gangguan tidur.
Hasil penelitian Payong juga Kembali mengungkapkan bahwa
dampak sertifikasi lebih kepada peningkatan kesejahteraan guru dari
pada peningkatan profesionalisme. Sekitar 76% dana tunjangan
profesi dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan rumah tangga
setiap hari. Sertifikasi juga belum memperlihatkan peningkatan
penghargaan terhadap status guru sebagai sebuah pekerjaan yang
dibanggakan. Sebagian guru yang telah disertifikasi masih
menjalankan pekerjaan-pekerjaan lain yang dikhawatirkan dapat
mengganggu tugas pokok sebagai guru. Misalnya, sekitar 24% guru
masih memberikan les privat bagi siswa, 20% tetap menjalankan
aktivitasya sebagai wirausahawan, 38% tetap menjalani sebagai
petani. Sertifikasi guru juga belum membawa dampak bagi
peningkatan disiplin guru dalam menjalankan tugas profesionalnya.
6
Sekitar 45% guru yang telah disertifikasi sering tidak masuk dengan
alasan tidak memiliki jam mengajar disekolah.
Sejak diberlakukannya program sertifikasi guru di Indonesia,
sejumlah guru di Madrasah Ibtidaiyah lingkungan KKMI
(Kelompok Kerja Madrasah Ibtidaiyah) Kebayoran Lama Jakarta
Selatan juga telah mendapatkan sertifikasi. Meskipun belum semua
guru di lingkungan KKMI tersertifikasi, akan tetapi sebagian besar
sudah bisa menikmati program ini. Hingga sekarang, belum
ditemukan adanya literatur mengenai evaluasi dari pemberian
sertifikasi guru ini terhadap kinerja yang dilakukan di Madrasah
Ibtidaiyah di lingkungan tersebut. Oleh karena itu, penulis
bermaksud untuk menganalisa apakah program sertifikasi guru telah
memberikan pengaruh terhadap kinerja guru. Penelitian lebih lanjut
di lingkungan yang berbeda dari penelitian – penelitian terdahulu
yaitu di lingkungan Madrasah Ibtidaiyah di Jakarta Selatan harus
diadakan untuk meneliti apakah benar sertifikasi guru dan motivasi
guru tersebut akan mempunyai korelasi positif dengan kinerja guru
secara lebih dalam. Berdasarakan latar belakan tersebut maka
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana ketiga
komponen ini berkaitan dan saling mempengaruhi antara satu
dengan yang lainnya. Penelitian ini secara spesifik menganalisa
mengenai pengaruh sertifikasi guru dan motivasi guru terhadap
kinerja guru di beberapa Madrasah Ibtidaiyah di lingkungan KKMI
Kebayoran Lama Jakarta Selatan.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas,
maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
1. Belum optimalnya pengaruh pemberian sertifikasi dalam
meningkatkan motivasi mengajar guru di Madrasah Ibtidaiyah.
2. Belum diketahui ada tidaknya pengaruh sertifikasi terhadap
kinerja guru di Madrasah Ibtidaiyah.
3. Belum diketahui ada tidaknya pengaruh motivasi terhadap
kinerja guru di Madrasah Ibtidaiyah.
4. Belum diketahui ada tidaknya pengaruh sertifikasi dan
motivasi terhadap kinerja guru di Madrasah Ibtidaiyah.
7
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah seperti yang diuraikan di
atas, tampaklah bahwa masalah yang ada kaitannya dengan tema
penelitian cukup luas. Oleh karena itu, penelitian ini dibatasi pada
keterkaitan antara sertifikasi guru dan motivasi kerja guru terhadap
kinerja pada guru Madrasah Ibtidaiyah se- KKMI Kebayoran Lama.
Keterbatasan waktu, biaya serta sarana dan prasarana lainnya
membuat penelitian ini hanya akan berfokus pada tiga
permasalahan dari empat permasalahan yang sudah diidentifikasi,
antara lain:
1. Belum diketahui ada tidaknya pengaruh sertifikasi guru
terhadap kinerja guru,
2. Belum diketahui ada tidaknya pengaruh motivasi terhadap
kinerja guru,
3. Belum diketahui ada tidaknya pengaruh sertifikasi guru dan
motivasi terhadap kinerja guru.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada identifikasi masalah yang ditemukan dalam
penelitian ini, maka secara operasional permasalahan yang akan
diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh sertifikasi guru terhadap kinerja guru di
Madrasah Ibtidaiyah?
2. Bagaimana pengaruh motivasi kerja guru terhadap kinerja guru
di Madrasah Ibtidaiyah?
3. Bagaimana pengaruh sertifikasi guru dan motivasi kerja guru
terhadap kinerja guru di Madrasah Ibtidaiyah?
E. Tujuan Penelitian
Dengan berdasar pada perumusan masalah diatas, tujuan yang
ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:
1. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh sertifikasi guru
terhadap kinerja guru di Madrasah Ibtidaiyah.
2. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh motivasi kerja
guru terhadap kinerja guru di Madrasah Ibtidaiyah.
3. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh sertifikasi guru
dan motivasi kerja guru bersama-sama terhadap kinerja guru di
Madrasah Ibtidaiyah.
8
F. Kegunaan Penelitian
Secara prinsip penelitian ini akan membawa manfaat bagi
beberapa sektor, baik yang berkaitan langsung maupun tidak
langsung, antara lain:
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan berguna dalam
pengembangan disiplin ilmu Manajemen Pendidikan serta
memberikan penjelasan secara terperinci dan sistematis
mengenai pengaruh sertifikasi, dan motivasi kerja secara
bersama – sama terhadap kinerja guru di Madrasah Ibtidaiyah.
2. Manfaat praktis
a. Bagi dinas pendidikan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan
untuk menentukan kebijakan – kebijakan yang
berhubungan dengan peningkatan kinerja guru.
b. Bagi kepala sekolah
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai input bagi
pimpinan dalam menentukan kebijakan- kebijakan yang
berhubungan dengan kepemimpinan kepala sekolah dalam
kaitannya dengan peningkatan kinerja guru.
c. Bagi guru
Dapat member masukan kepada guru untuk memahami
kondisi real pekerjaan nya di lapangan, sebagai alat ukur
dan evaluasi kinerja diri sendiri dan berupaya untuk bisa
memberikan yang terbaik bagi diri dan lingkungan
kerjanya.
d. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini juga akan digunakan sebagai bahan
pembelajaran dan memotivasi agar bisa melakukan hal
yang lebih baik lagi bagi diri sendiri dan masyarakat.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Kinerja Guru
a. Pengertian Kinerja
Mangkunegara (2007:67) menyatakan bahwa kinerja
(prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas
yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan.
Sedangkan Hasibuan menyatakan bahwa kinerja (prestasi
kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam
melaksanakan tugastugas yang dibebankan kepadanya yang
didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan
serta waktu. Undang-Undang Guru dan Dosen Nomor 14
Tahun 2005 menyatakan bahwa Guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Kinerja merupakan suatu kemampuan kerja atau
prestasi kerja yang dicapai oleh seseorang. Jadi menurut
bahasa, kinerja bisa diartikan sebagai prestasi yang nampak
merupakan wujud keberhasilan kerja pada diri seseorang.
Pada hakekatnya dapat dikatakan bahwa, prestasi yang
sesungguhnya dicapai oleh seseorang itulah perwujudan dari
kinerja.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa kinerja guru adalah kemampuan guru dalam
melaksanakan tugasnya sebagai tenaga pendidik dan pengajar
yang didasarkan pada kecakapan dan kemampuannya dalam
rangka pembinaan peserta didik untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai.
10
b. Pengertian Kinerja Guru
Istilah kinerja dimaksudkan sebagai terjemahan dari
istilah “performance”. Kinerja bukan merupakan karakterisik
seseorang seperti bakat atau kemampuan, tetapi perwujudan
dari bakat atau kemampuan itu sendiri. Pendapat tersebut
menunjukkan bahwa kinerja merupakan perwujudan dari
kemampuan dalam bentuk karya nyata. Kinerja dalam
kaitannya dengan jabatan diartikan sebagai hasil yang dicapai
yang berkaitan dengan fungsi jabatan dalam periode waktu
tertentu. Bernardin dan Russel memberikan definisi tentang
performance sebagai berikut: “Performance is defined as the
record of outcomes produced on a specified job function or
activity during a specified time period” (prestasi adalah
catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi
pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu dalam kurun waktu
tertentu.) Sementara itu, Mathis dan Jackson pada Madjid
(2016), mendefinisikan bahwa kinerja pada dasarnya adalah
apa yang dilakukan dan tidak lakukan karyawan. Kinerja
karyawan adalah yang mempengaruhi seberapa banyak
mereka memberikan kontribusi kepada organisasi yang antara
lain termasuk (1) kuantitas keluaran, (2) kualitas keluaran, (3)
jangka waktu keluaran, (4) kehadiran ditempat kerja, dan (5)
sikap kooperatif.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa kinerja guru merupakan hasil kerja yang dapat dicapai
guru dalam suatu organisasi (sekolah), sesuaidengan
wewenang dan tanggung jawab yang diberikan sekolah dalam
upaya mencapai visi, misi, dan tujuan sekolah bersangkutan
secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral
maupun etika. Kinerja guru Nampak dari tanggung jawabnya
dalam menjalankan amanah, profesi yang diembannya, serta
moral yang dimilikinya. Singkatnya kinerja guru merupakan
hasil kerja guru yang diwujudkan dalam bentuk pengetahuan,
keterampilan, nilai dan sikap guru dalam melaksanakan tugas
dan fungsinya, yang ditunjukkan dalam penampilan,
perbuatan, dan prestasi kerjanya.
11
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru
Risma & Sukanti (2012:3) menyatakan bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi kinerja guru adalah:
1. Faktor personal atau indvidual, meliputi unsur
pengetahuan, ketrampilan, kemampuan, kepercayaan diri,
motivasi dan komitmen yang dimiliki oleh tiap individu
guru.
2. Faktor kepemimpinan, memiliki aspek kualitas manajer
dan tim leader dalam memberikan dorongan, semangat,
arahan, dan dukungan kerja kepada guru,
3. Faktor tim, meliputi dukungan dan semnagat yang
diberikan oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap
sesama anggota tim, kekompakan dan keeratan anggota
tim,
4. Faktor sistem, meliputi sistem kerja, fasilitas kerja yang
diberikan oleh pimpinan sekolah, proses organisasi
(sekolah) dan kultur kerja dalam organisasi (sekolah),
5. Faktor kontekstual (situasional). Meliputi tekanan dan
perubahan lingkungan eksternal (sertifikasi guru) dan
internal (motivasi kerja guru).
Menurut Sunyoto pada Sunarso dan Sumadi (2007:12),
terdapat tiga faktor utama yang memengaruhi kinerja seorang
guru dalam menjalankan perannya di sekolah di antaranya:
a. Motivasi
Motivasi sebagai kekuatan yang dinamik yang
mendorong seseorang untuk berprestasi. Motivasi
merupakan sesuatu yang mendorong seseorang untuk
bertindak dan berperilaku tertentu. Motivasi membuat
orang memulai, melaksanakan dan mempertahankan
kegiatan tertentu. Moekijat mengatakan bahwa para
peneliti menunjukkan bahwa suatu tingkat motivasi yang
tinggi dapat mengakibatkan moral yang tinggi, dan moral
yang tinggi mempunyai hubungan yang positif terhadap
hasil kerja yang tinggi.
b. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja di dalam suatu unit kerja dapat
didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dikondisikan
12
dan menjadi strategi pencapaian visi dan misi unit kerja
yang pada akhirnya dapat mempengaruhi organisasi atau
individu yang terlibat baik secara internal maupun
eksternal.
Kondisi lingkungan kerja internal suatu unit kerja
adalah keadaan yang dapat dirasakan seorang dalam
bekerja yang meliputi: faktor-faktor kenyamana,
ketertiban, dan kecepatan kerja, keadilan dan
transparansi, keamanan kerja, kebebasan berpendapat,
teman kerja yang ada di sekitarnya dan hubungan antar
manusia (antara sesama teman maupun atasan).
Sedangkan kondisi lingkungan kerja eksternal meliputi
kondisi ruangan yang sejuk, penataan ruang, kerindangan,
sarana prasarana yang memadai, serta pengaturan tempat
kerja.
c. Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah
Kepemimpinan (leadership) adalah merupakan
hubungan antara seseorang dengan orang lain, pemimpin
mampu mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja
bersama-sama dalam tugas yang berkaitan untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Kepemimpinan adalah
pola hubungan antar individu yang menggunakan
wewenang dan pengaruh terhadap orang lain atau
sekelompok orang agar terbentuk kerjasama untuk
menyelesaikan suatu tugas.
Berdasarkan kajian di atas dapat disimpulkan bahwa
kinerja guru ditentukan oleh faktor internal dan eksternal.
Secara internal kinerja guru ditentukanoleh; a)
kemampuan dan keterampilan yang dimiliki oleh guru itu
sendiri, yaitu terkait pengetahuan dan keterampilan
mengajar yang diperoleh guru yang bersangkutan selama
menempuh pendidikan atau yang dikenal dengan istilah
pre service education, b) motivasi kerja, yaitu terkait
dengan motivasi yang dimiliki oleh masing-masing guru
saat memilih profesi sebagai guru. Motivasi itu tentu saja
tidak bisa dilepaskan dari faktor lingkungan dimana guru
itu bekerja, baik lingkungan fisik maupun lingkungan
sosial sekolah dimana guru itu bekerja, misalnya struktur
sekolah yang dikembangkan, budaya sekolah,
13
kepemimpinan kepala sekolah dan bahkan iklim sekolah
juga ikut menentukan kinerja seorang guru.
d. Standar Kinerja Guru
Menurut Madjid (2016:14) Standar kinerja perlu
dirumuskan untuk dijadikan acuan dalam mengadakan
perbandingan terhadap apa yang dicapai dengan apa yang
diharapkan, atau kualitas kinerja adalah wujud perilaku atau
kegiatan yang dilaksanakan dan sesuai dengan harapan dan
kebutuhan atau tujuan yang hendak dicapai secara efektif dan
efisien. Untuk mencapai hal tersebut, seringkali kinerja guru
dihadapkan pada berbagai hambatan/kendala sehingga pada
akhirnya dapat menimbulkan bentuk kinerja yang kurang
efektif.
Dengan kata lain standar kinerja dapat dijadikan patokan
dalam mengadakan pertanggungjawaban terhadap apa yang
telah dilaksanakan. Menurut Invancevich pada Madjid
(2016:346), patokan tersebut meliputi:
• Hasil, mengacu pada ukuran output utama organisasi
sekolah
• Efisiensi, mengacu pada penggunaan sumber daya langka
oleh organisasi sekolah.
• Kepuasan, mengacu pada keberhasilan organisasi sekolah
dalam memenuhi kebutuhan semua pihak yang terlibat
dalam organisasi sekolah tersebut.
• Keadaptasian, mengacu kepada ukuran tanggapan
organisasi sekolah terhadap perubahan yang terjadi.
Sehubungan dengan standar kinerja guru, Sahertian
dalam Rusman (2011:51) menyimpulkan bahwa, standar
kinerja guru itu berhubungan dengan kualitas guru dalam
menjalankan tugasnya seperti: (1) bekerja dengan siswa
secara individual; (2) persiapan dan perencanaan
pembelajaran; (3) pendayagunaan media pembelajaran; (4)
melibatkan siswa dalam berbagai pengalaman belajar; dan (5)
kepemimpinan yang aktif dari guru.
Menurut Madjid (2006:15) Kinerja guru (teacher
performance) berkaitan dengan kompetensi guru, artinya
untuk memiliki kinerja yang baik guru harus didukung oleh
kompetensi yang baik pula. Tanpa memiliki kompetensi yang
14
baik seorang guru tidak akan mungkin dapat memiliki kinerja
yang baik. Ada sepuluh kompetisi dasar yang harus dikuasai
oleh seorang guru, meliputi: (1) menguasai bahan/materi
pembelajaran; (2) mengelola program pembelajaran; (3)
mengelola kelas; (4) menggunakan media dan sumber belajar;
(5) menguasai landasan pendidikan; (6) mengelola interaksi
pembelajaran; (7) menilai prestasi belajar siswa; (8)
mengenal fungsi dan layanan bimbingan dan penyuluhan; (9)
mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah; dan
(10) memahami dan menafsirkan hasil penelitian guna
keperluan pembelajaran.
Kendati demikian, seorang guru yang memiliki
kompetensi yang baik, belum tentu memiliki kinerja yang
baik, karena kinerja guru tidak semata diperoleh melalui
kemampuan kompetensi, tetapi kinerja guru juga berkaitan
dengan kemampuan memotivasi diri untuk menunaikan tugas
dengan baik dan memotivasi diri untuk terus berkembang.
Oleh karena itu, kinerja guru merupakan perwujudan dari
kompetensi guru plus kemampuan diri dan motivasi untuk
mengerjakan tugas dengan baik serta memacu diri secara
terus menerus untuk berkembang. Esensi dari kinerja guru ini
tidak lain merupakan kemampuan guru dalam menunjukkan
kecakapan dan kompetensi yang dimilikinya dalam dunia
kerja yang digelutinya, dalam hal ini proses pembelajaran di
sekolah khususnya dan dunia pendidikan pada umumnya.
Kinerja guru merupakan faktor yang dominan dalam
menentukan kualitas pembelajaran. Artinya kalau guru yang
terlibat dalam kegiatan pembelajaran mempunyai kinerja
yang bagus, akan mampu meningkatkan kualitas didalam
pembelajaran sekolah, dengan salah satu cara memotivasi
siswa untuk lebih giat belajar, untuk memotivasi belajar siswa
dipengaruhi oleh kinerja guru dalam kelas.
e. Indikator Kinerja Guru
Menurut Uno dan Lamatenggo dalam Koswara
(2016:65), ada lima indikator yang dapat diukur pada kinerja
seseorang, sebagai berikut:
• Kualitas kerja, berkaitan pada persiapan perencanaan
program pembelajaran dan penerapannya dari hasil
15
pembelajaran dalam kelas.
• Kecepatan/ketetapan kerja, berkaitan pada ketepatan guru
dalam menyesuaikan materi pembelajaran.
• Inisiatif dalam kerja, berkaitan dengan inisiatif guru
dalam menggunakan model pembelajaran yang sesuai
dengan materi belajar,
• Kemampuan kerja, berkaitan dengan kemampuan guru
dalam memimpin keadaan didalam kelas agar tetap
kondusif.
• Komunikasi, berkaitan dengan komunikasi yang
dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar.
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kelima
komponen diatas dapat dijadikan standar mengenai gambaran
bagaimana kinerja seorang guru yang baik. Guru yang
memiliki kinerja yang baik tentu saja akan memiliki nilai
yang baik pada kelima point yang telah disebutkan diatas.
2. Sertifikasi Guru
a. Pengertian Sertifikasi Guru
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14
tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dikemukakan bahwa:
“Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk
guru dan dosen”. Pengertian sertifikasi adalah proses uji
kompetensi yang dirancang untuk mengungkapkan
penguasaan kompetensi seseorang sebagai landasan
pemberian sertifikat pendidik Mulyasa (2007). Sedangkan
Kunandar (2009:152) menyatakan bahwa sertifikasi profesi
guru adalah proses untuk memberikan sertifikat kepada guru
yang telah memenuhi standar kualifikasi dan standar
kompetensi. Guru Profesional tidak hanya di tuntut untuk
menguasai bidang ilmu, bahan ajar, metode pembelajaran,
memotivasi peserta didik, memiliki keterampilan yang tinggi
dan wawasan yang luas terhadap dunia pendidikan, tetapi juga
harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang hakikat
manusia dan masyarakat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat kepada
guru yang telah memenuhi standar sebagai bukti atau
pengakuan atas kemampuan profesionalnya sebagai tenaga
pendidik.
16
Sertifikasi guru dan tenaga kependidikan pada jenis dan
satuan pendidikan yang dimulai sejak tahun 2007
dilaksanakan melalui penilaian portofolio yaitu menilai
seluruh kegiatan guru di sekolah atau di luar sekolah sehingga
memberi gambaran komprehensif tentang kemampuan dan
unjuk kerja guru. Namun sertifikasi guru dan tenaga
kependidikan dengan portofolio dipandang banyak kelemahan
maka perlu dilaksanakan dengan pola Pendidikan dan Latihan
Profesi Guru (PLPG).
Fattah (2004: 74-75) mengemukakan bahwa dimensi
penting guru yang bermutu terdiri dari aspek-aspek tentang
mutu profesional jabatan guru dan kesesuaian dengan bidang
keahlian yang dibutuhkan. Mewujudkan mutu profesional
jabatan guru dan kesesuaian dengan bidang keahlian yang
dibutuhkan, memerlukan suatu usaha strategis dari berbagai
stakeholders yang bertanggung jawab terhadap mutu
professional guru. Menurutnya, upaya-upaya pembinaan
profesi guru perlu dilakukan di dalam suatu sistem sehingga
pembinaan profesi guru akan menjadi kegiatan yang bersifat
kontinu dan terprogram.
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen (UUGD) yang disahkan tanggal 30 Desember 2005.
Pasal yang menyatakannya adalah Pasal 8: guru wajib
memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat
pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Pasal lainnya adalah Pasal 11, ayat (1) menyebutkan bahwa
sertifikat pendidik sebagaimana dalam pasal 8 diberikan
kepada guru yang telah memenuhi persyaratan. Landasan
hukum lainnya adalah Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun 2007 tentang
Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan yang ditetapkan pada
tanggal 4 Mei 2007. Selanjutnya ditetapkan berbagai
peraturan perundang-undangan tentang pelaksanaan
Sertifikasi Guru bagi Guru dalam Jabatan.
Ada pun yang melaksanakan sertifikasi guru jika merujuk
pada UUGD Pasal 11 ayat (2) dinyatakan bahwa sertifikasi
pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang
memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang
17
terakreditasi dan ditetapkan oleh Pemerintah. Dengan
demikian sertifikasi guru diselenggarakan oleh Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang terakreditasi.
Pada hakikatnya, program sertifikasi guru merupakan
program dari pemerintah sebagai upaya untuk mendapatkan
guru yang profesional. Kedudukan guru sebagai tenaga
profesional berfungsi untuk mengangkat martabat guru serta
perannya sebagai agen pembelajaran untuk meningkatkan
mutu pendidikan nasional. Sebagai tenaga profesional
tentunya guru tersebut memiliki kompetensi dalam bidangnya.
Kompetensi yang dimaksud meliputi kompetensi
pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi
sosial/personal dan kompetensi sosial. Khairul Azwar
(2015:140) Rasionalnya adalah apabila kompetensi guru
bagus yang diikuti dengan penghasilan yang cukup pula, maka
akan didapati kinerjanya juga bagus. Apabila kinerjanya bagus
maka Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) juga bagus. Dengan
KBM yang bagus diharapkan dapat membuahkan pendidikan
yang bermutu. Pemikiran itulah yang mendasari bahwa guru
perlu diberikan sertifikat pendidik sebagai pengakuan akan
profesionalisme guru.
Sertifikasi guru bertujuan untuk hal-hal sebagai berikut:
(1) Melindungi profesi pendidik dan tenaga kependidikan, (2)
Melindungi masyarakat dari praktek - praktek yang tidak
kompeten, sehingga merusak citra pendidik dan tenaga
kependidikan, (3) Membantu dan melindungi lembaga
penyelenggara pendidikan, dengan menyediakan rambu-
rambu dan instrumen untuk melakukan seleksi terhadap
pelamar yang kompeten, (4) Membangun citra masyarakat
terhadap profesi pendidik dan tenaga kependidikan, dan (5)
Memberikan solusi dalam rangka meningkatkan mutu
pendidik dan tenaga kependidikan.
Sedangkan Sudjanto (2009) dalam Yopa (2016:98),
mengungkapkan bahwa manfaat sertifikasi guru adalah
sebagai berikut: (1) Melindungi profesi guru dari
praktikpraktik yang tidak kompeten, yang dapat merusak citra
profesi guru, (2) Melindungi masyarakat dari praktikpraktik
pendidikan yang tidak berkualitas dan tidak profesional, (3)
Menjaga lembaga penyelenggara pendidikan tenaga
kependidikan (LPTK) dari keinginan internal dan tekanan
18
eksternal yang menyimpang dari ketentuan- ketentuan yang
berlaku.
Berdasarkan pengertian dari sertifikasi guru yang sudah
di jelaskan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa program
pemberian sertifikasi guru adalah suatu proses yang memiliki
agenda untuk tidak hanya meningkatkan citra guru, memberi
penghargaan pada profesi guru akan tetapi juga agar para guru
bisa lebih berkonsentrasi pada peningkatan kapasitas diri agar
bisa menjadi tenaga professional yang handal dalam bekerja
sehingga akan pula meningkatkan kualitas Pendidikan dan
pengajaran di sekolah yang tentu saja akan berdampak pada
peningkatan kualitas siswa di sekolah tersebut.
b. Tunjangan Sertifikasi Guru
Wuryanti (2014:23) mengatakan keterampilan dalam
pekerjaan profesi sangat didukung oleh teori yang telah
dipelajarinya. Jadi, seorang profesional dituntut banyak
belajar, membaca dan mendalami teori tentang profesi yang ia
geluti. Suatu profesi bukanlah sesuatu yang permanen,
melainkan mengalami perubahan dan mengikuti
perkembangan kebutuhan manusia. Dengan bermodal
penguasaan materi dan kemampuan menyampaikannya
kepada siswa, belum menjadikan seorang guru dapat
dikategorikan sebagai guru yang memiliki pekerjaan
profesional. Sebab guru yang profesional harus memiliki
beberapa keterampilan, kemampuan khusus, mencintai
pekerjaannya, menjaga kode etik guru, dan lain sebagainya.
Pasal 16 Ayat 1 Undang-undang Republik Indonesia Nomor
14 Tahun 2005 menyatakan bahwa Pemerintah memberikan
tunjangan profesi kepada guru yang telah memiliki sertifikat
pendidik yang diangkat oleh penyelenggara pendidikan
dan/atau satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
masyarakat. Lebih lanjut tertuang pada Ayat 2 bahwa
tunjangan profesi diberikan setara dengan satu kali gaji pokok
guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh Pemerintah atau pemerintah daerah pada
tingkat, masa kerja dan kualifikasi yang sama. Pada Pasal 16
Ayat 3 Undang- undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
2005 terurai bahwa tunjangan profesi guru dialokasikan dalam
anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) dan/atau
19
anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD).
Dengan demikian, tunjangan profesi merupakan hak yang
patut diterima oleh guru yang telah memenuhi persyaratan
sertifikasi guru yang dibuktikan dengan adanya sertifikat
pendidik yang telah dimiliki. Tunjangan profesi telah
dialokasikan di dalam APBN dan APBD sebagai salah satu
bentuk pemenuhan hak guru atas keprofesionalannya di dalam
melaksanakan tugasnya.
c. Dasar Hukum Sertifikasi Guru
Menurut Dirjen PMPTK Departemen Pendidikan
Nasional tahun 2007, dasar hukum sertifikasi profesi guru
adalah sebagai berikut: (a) Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional: a. Pasal 42 ayat (1), Pendidik harus memiliki
kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang
kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional. b. Pasal 43 ayat (2), Sertifikasi pendidik
diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program
pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi, (b)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen: a. Pasal 8, Guru wajib memiliki
kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. b. Pasal 11 ayat (1),
Sertifikat pendidik sebagaimana dimaksud dalam pasal 8
diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan, ayat
(2) Sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi
yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang
terakreditasi dan ditetapkan oleh Pemerintah, ayat (3)
Sertifikasi pendidik dilaksanakan secara objektif, transparan,
dan akuntabel, ayat (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai
sertifikasi pendidik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah, (c) Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional nomor 16 tahun 2007 tentang
Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru, (d) Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional nomor 18 tahun 2007 tentang
Sertifikasi bagi Guru dalam jabatan.
20
d. Kriteria dan Persyaratan Sertifikasi Guru
Guru yang dapat mengikuti sertifikasi adalah guru yang
telah memenuhi persyaratan utama yaitu memiliki ijasah
akademik atau kualifikasi akademik minimal S-1 atau D4.
Sertifikasi bagi guru yang mengajar tidak sesuai dengan
bidang keahliannya dapat memilih proses sertifikasi berbasis
pada ijasah S1/D4 yang dimiliki, atau memilih proses
sertifikasi berbasis bidang studi yang diajarkan. Jalur
sertifikasi mana yang akan dipilih ole guru, sepenuhnya
diserahkan guru yang bersangkutan dengan segala
konsekuensinya.
Bagi guru yang belum memiliki ijasah S1/D4 wajib
menyelesaikan dahulu kuliah S1/D4 sampai yang
bersangkutan memperoleh ijasah S1/D4. Program studi yang
diambil harus sesuai dengan mata pelajaran yang diampu atau
sesuai dengan program studi yang dimiliki sebelumnya.
Bagi guru yang sudah S1/D4 mempersiapkan diri dengan
mengumpulkan portofolio yang merekam jejak profesionalitas
guru selama mengabdikan diri sebagai guru. Disamping itu,
sambil menunggu kesempatan mengikuti sertifikasi, guru
meningkatkan profesionalitasnya dengan melaksanakan
pembelajaran yang menyenangkan dan melakukan inovasi-
inovasi pembelajaran di sekolah.
Guru calon peserta sertifikasi yang memenuhi kriteria
kualifikasi bisa mendaftarkan diri ke Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota untuk dimasukkan dalam daftar calon peserta
sertifikasi. Dinas Kabupaten/Kota menyusun daftar prioritas
guru berdasarkan urutan kriteria yang telah ditetapkan. Guru
mencari informasi ke Dinas Kabupaten/ Kota.
Berikut adalah syarat-syarat sertifikasi guru:
a) Kualifikasi akademik, dilihat dari pendidikan terakhir
responden ketika mengikuti sertifikasi.
b) Pendidikan dan pelatihan, keikutsertaan guru dalam
pendidikan dan pelatihan kompetensi serta sertifikasi.
c) Pengalaman mengajar, dilihat dari lamanya responden
menjadi guru.
d) Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, dilihat dari
responden menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) secara sistematis.
21
e) Penilaian dari atasan dan pengawas, dilihat dari apakah
responden mendapat penilai dari atasan dan pengawas
ketika di kelas dan lingkungan sekolah.
f) Karya pengembangan profesi, dilihat dari apakah yang
dilakukan responden dalam mengembangkan mutunya
sebagai tenaga pendidik.
g) Keikutsertaan dalam forum ilmiah, dilihat dari apakah
responden pernah mengikuti forum ilmiah. h. Pengalaman
organisasi di bidang kependidikan dan sosial, dilihat dari
tingkat keikutsertaan responden dalam organisasi
pendidikan dan sosial.
h) Prestasi dan penghargaan yang relevan dalam bidang
akademik, dilihat dari pernah atau tidaknya responden
berprestasi dan mendapatkan penghargaan yang relevan
dengan bidak akademiknya.
e. Manfaat Sertifikasi Guru
Adapun manfaat dari sertifikasi guru adalah Pengawasan
mutu, lembaga sertifikasi yang telah mengidentifikasi dan
menentukan seperangkat kompetensi yang bersifat unik,
peningkatan profesionalisme melalui mekanisme seleksi, baik
pada waktu awal masuk organisasi profesi maupun
pengembangan karir selanjutnya, untuk setiap jenis profesi
dapat mengarahkan para praktisi untuk mengembangkan
tingkat kompetisinya secara berkelanjutan, profesi syang lebih
baik, program pelatihan yang lebih bermutu, maupun usaha
belajar secara mandiri untuk mencapai peningkatan
profesionalisme, Penjaminan mutu, adanya proses
pengembangan profesionalisme dan evaluasi terhadap kinerja
praktisi akan menimbulkan persepsi masyarakat dan
pemerintah menjadi lebih baik terhadap organisasi profesi
beserta anggotanya. Dengan demikian pihak- pihak
berkepentingan, khususnya para pelanggan atau pengguna
akan makin menghargai organisasi profesi dan sebaliknya
organisasi profesi dapat memberikan jaminan atau melindungi
para pelanggan/pengguna. Sertifikasi menyediakan informasi
yang berharga bagi para pelanggan/pengguna yang ingin
memperkerjakan orang dalam bidang keahlian dan
keterampilan tertentu.
22
3. Motivasi Kerja Guru
Motivasi seringkali didefinisikan sebagai daya pendorong
dari keinginan individu agar apa yang menjadi tujuannya dapat
terwujud. Motivasi berasal dari dalam diri kita sendiri. Motivasi
erat hubungannya dengan keinginan dan ambisi dimana jika
salah satunya tidak ada maka motivasi tidak akan timbul dalam
diri seseorang. Banyak individu yang mempunyai keinginan
dan ambisi yang besar, tapi kurang memiliki inisiatif dan
kemauan untuk mengambil langkah untuk mencapainya. Hal ini
dapat mengindikasikan kurangnya energy pendorong dari
dalam diri individu tersebut atau sering disebut dengan kurang
motivasi.
Motivasi dalam diri seseorang akan meningkatkan inisiatif
dan mengarahkan energi yang ada untuk mencapai apa yang
diimpikan. Motivasi yang berjalan dengan benar akan dapat
menuntun seseorang untuk mendekati keinginannya. Motivasi
akan bertambah jika seseorang mempunyai visi yang jelas
mengenai apa yang diinginkannya. Motivasilah yang akan
membuat seseorang melangkah maju dan menyusun langkah
selanjutnya untuk merealisasikan apa yang diinginkannya.
a. Pengertian Motivasi
Seperti dikutip oleh Hamalik, McDonald menjelaskan
bahwa, “Motivation is an energy change within the person
characterized by affective arousal and anticipatory goal
reaction” (2011, 158). Motivasi adalah perubahan energy dalam
diri (pribadi) seseorang yang tandai dengan adanya dorongan
perasaan dan reaksi untuk menggapai tujuan.
Pernyataan senada diutarakan oleh Sanjaya (2006, 29),
motivasi adalah suatu keadaan dalam diri seseorang yang
menyebabkan seseorang melakukan kegiatan tertentu untuk
mencapai tujuan tertentu”. Berdasarkan beberapa penjelasan
diatas, motivasi bekerja adalah perubahan energi dalam diri
seseorang yang akan menyebabkan orang tersebut melakukan
kegiatan tertentu atau bekerja untuk mencapai apa yang menjadi
tujuan.
Definisi menarik mengenai motivasi disampaikan oleh
Hamzah B. Uno (2008: 1), “motivasi sebagai kekuatan, baik
dari dalam maupun dari luar yang mendorong seseorang untuk
mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya”.
23
Sementara itu, Hasibuan (2003: 95) menyebutkan bahwa
“motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan
kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerjasama,
bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya
untuk mencapai kepuasan.” Dari kedua definisi diatas, para ahli
tersebut menggaris bawahi adanya kekuatan yang mendorong
seseorang untuk melakukan segala daya upaya untuk mencapai
hal yang diinginkan dan dicita citakan.
Menurut Mulyasa (2003: 120) menyebutkan bahwa
motivasi dibutuhkan pada kegiatan – kegiatan yang berkaitan
langsung yang langsung berkaitan dengan peningkatan kinerja.
b. Pengertian Motivasi Kerja
Steers & Porter (dalam Miftahun & Sugiyanto 2010)
menyatakan bahwa motivasi kerja adalah suatu usaha yang
dapat menimbulkan suatu perilaku, mengarahkan perilaku, dan
memelihara atau mempertahankan perilaku yang sesuai dengan
lingkungan kerja dalam organisasi. Motivasi kerja merupakan
kebutuhan pokok manusia dan sebagai insentif yang diharapkan
memenuhi kebutuhan pokok yang diinginkan, sehingga jika
kebutuhan itu ada akan berakibat pada kesuksesan terhadap
suatu kegiatan. Karyawan yang mempunyai motivasi kerja
tinggi akan berusaha agar pekerjaannya dapat terselesaikan
dengan sebaik‐baiknya.
Dalam pengertian umum, Motivasi dikatakan sebagai
kebutuhan yang mendorong perbuatan kearah suatu tujuan
tertentu Motivasi kerja adalah suatu yang menimbulkan
semangat atau dorongan kerja. Oleh sebab itu, motivasi kerja
dalam psikologi kerya biasa disebut pendorong semangat kerja.
Kuat dan lemahnya motivasi kerja seorang tenaga kerja ikut
menentukan besar kecilnya prestasinya. (Anoraga, 2009).
Motivasi adalah salah satu faktor paling penting yang
mempengaruhi perilaku manusia dan kinerja. Teori Motivasi
telah dibahas dan dikonsep oleh berbagai peneliti. Tingkat
motivasi seorang individu atau tim diberikan dalam tugas atau
pekerjaan mereka yang dapat mempengaruhi semua aspek
kinerja organisasi. Dalam penelitian terbaru, motivasi
didefinisikan oleh Saraswathi (2011) sebagai kesediaan untuk
mengerahkan tingkat tinggi usaha, menuju tujuan organisasi,
yang dikondisikan oleh kemampuan upaya untuk memenuhi
24
beberapa kebutuhan individual. (Wan & Tan, 2013).
Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan oleh
para ahli dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja adalah suatu
proses dimana kebutuhan mendorong seseorang untuk
melakukan serangkaian kegiatan yang 9 mengarah ke
tercapainya tujuan tertentu dan tujuan organisasi dan untuk
memenuhi beberapa kebutuhan. Kuat lemahnya motivasi kerja
seorang tenaga kerja ikut menentukan besar kecilnya prestasi.
Hal yang selanjutnya harus di telaah adalah faktor – faktor
yang memberi pengaruh terhadap motivasi kerja tersebut.
Komang Ardana dkk (2008: 31) menyebutkan bahwa faktor –
faktor yang mempengaruhi motivasi antara lain:
1. Karakteristik individu, seperti: minat, sikap terhadap diri
sendiri, pekerjaan dan situasi pekerjaan, kebutuhan
individual, kemampuan atau kompetensi, pengetahuan
tentang pekerjaan, emosi, suasana hati, perasaan keyakinan
dan nilai – nilai.
2. Faktor – faktor pekerjaan, seperti: (a). Faktor lingkungan
pekerjaan seperti gaji yang diterima, kebijakan – kebijakan
sekolah, supervisi, hubungan antar manusia, kondisi
pekerjaan, dan budaya organisasi; (b). factor dalam
pekerjaan, seperti: sifat pekerjaan, rancangan tugas atau
pekerjaan, pemberian pengakuan terhadap prestasi, tingkat
atau besarnya tanggung jawab yang diberikan, adanya
perkembangan dan kemajuan dalam pekerjaan, adanya
kepuasan dari pekerjaan.
Sedarmayanti (2001; 67) mengutip pernyataan Hersberg
dengan menyatakan bahwa pada manusia berlaku factor
motivasi dan factor pemeliharaan di lingkungan pekerjaannya.
Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa ada enam factor
yang mempengaruhi motivasi bekerja, antara lain: prestasi,
pengakuan, kemajuan atau kenaikan pangkat, pekerjaan itu
sendiri, kemungkinan untuk tumbuh, dan tanggung jawab.
Sedangkan untuk memelihara motivasi seseorang, ada sepuluh
hal yang perlu diperhatikan, yaitu: kebijaksanaan, supervise
teknis, hubungan antar manusia dengan atasan, hubungan
manusia dengan pembinanya, hubungan antar manusia dengan
bawahannya, gaji dan upah, kestabilan kerja, kehidupan pribadi,
kondisi tempat kerja, dan status.
25
Pembahasan mengenai faktor yang mempengaruhi
motivasi guru juga dibahas oleh Sudarwan Danim (2011:121)
yang menyatakan bahwa motivasi guru paling tidak mencakup
enam unsur penting, seperti: tujuan yang ingin dicapai pada
proses pembelajaran, semangat atau obsesi pribadi untuk
mencapai tujuan, kemauan tiada henti untuk mewujudkan cita
–cita dan harapan atas capaian tingkat tinggi, ketiadaan putus
asa atau berhenti sebelum tujuannya tercapai, semangat untuk
mengembangkan diri dan terakhir adalah aneka proses kreatif,
inovatif dan alternatif.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, kita dapat
menyimpulkan bahwa faktor –faktor yang mempengaruhi
motivasi kerja dapat berasal dari dalam diri guru itu sendiri dan
dari luar guru tersebut atau kita sebut dari lingkungannya.
Faktor dari dalam diri bisa meliputi: minat, sikap terhadap diri
sendiri, pekerjaan dan situasi pekerjaan, kebutuhan individual,
kemampuan atau kompetensi, pengetahuan tentang pekerjaan,
emosi, suasana hati, perasaan keyakinan dan nilai – nilai.
Sedangkan faktor dari luar guru tersebut (ekternal) antara lain:
gaji yang diterima, kebijakan – kebijakan sekolah, supervisi,
hubungan antar manusia, kondisi pekerjaan, budaya organisasi,
pemberian pengakuan terhadap prestasi, tingkat atau besarnya
tanggung jawab yang diberikan, dan adanya kepuasan dari
pekerjaan. Faktor – faktor yang terakhir inilah yang akan diteliti
oleh penulis pada kesempatan kali ini.
c. Jenis-Jenis Motivasi
Motivasi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu motivasi
instrinsik dan motivasi ekstrinsik.
1. Motivasi Intrinsik
Motivasi Intrinsik adalah motivasi yang bercakup pada
situasi belajar yang berasal dari kebutuhan dan tujuan siswa
itu sendiri, dengan kata lain tidak membutuhkan rangsangan
dari luar melainkan dari diri siswa itu sendiri. Pada dasarnya,
siswa belajar didorong dengan keinginannya sendiri maka
secara mandiri siswa tersebut dapat menentukan tujuan yang
akan dicapainya dan hal-hal apa saja yang harus dilakukan
dalam mencapai tujuan belajar.
Guru dapat menggunakan beberapa strategi dalam
pembelajaran agar siswa termotivasi secara instrinsik, yaitu:
26
a. Mengaitkan tujuan belajar dengan tujuan siswa.
b. Memberi kebebasan kepada siswa untuk memperluas
aktivitas dan materi belajar selama masih dalam batas
belajar yang pokok.
c. Memberikan waktu ekstra yang cukup bagi siswa untuk
mengembangkan tugas mereka dan memanfaatkan
sumber belajar yang ada disekolah.
d. Memberikan penghargaan atas pekerjaan siswa.
e. Meminta siswa untuk menjelaskan dan membacakan
tugas-tugas yang mereka buat jika mereka ingin
melakukannya.
2. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi Ekstrinsik adalah motivasi yang
membutuhkan rangsangan atau dorongan dari luar, yang
berupa pujian, celaan, hadiah, hukuman dan teguran dari
guru. Guru sangat berperan dalam rangka menimbulkan
motivasi ekstrinsik. Pemberian motivasi ekstrinsik harus
juga disesuaikan dengan kebutuhan siswa, karena jika
diberikan motivasi ekstrinsik secara berlebihan, maka
motivasi intrinsik yang sudah ada dalam diri siswa akan
hilang.
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja Guru
Motivasi kerja guru dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Beberapa faktor tersebut meliputi keterampilan kepemimpinan
kepala sekolah, kemampuan manajerial kepala sekolah, iklim
kerja, dan sertifikasi profesi guru menjadi faktor meningkatnya
motivasi kerja guru, karena berpengaruh secara positif dan
signifikan.
Menurut Sudarnoto (2015:92), organisasi kerja dapat
berperan meningkatkan motivasi kerja melalui penciptaan
lingkungan kerja yang kondusif. Tempat kerja yang nyaman
merupakan lingkungan tempat kerja yang dapat membuat
karyawan merasa dihargai, dengan demikian mereka merasa
bangga bekerja di lingkungan organisasi tersebut. Kondisi kerja
adalah serangkaian kondisi atau keadaan lingkungan kerja yang
dialami oleh setiap individu yang bekerja di dalam lingkungan
tersebut. Persepsi terhadap kondisi kerja merupakan
penghayatan situasi dalam lingkungan kerja atau kondisi
27
eksternal dalam lingkungan tempat kerja yang berperan dalam
pengalaman kerja karyawan. Kondisi kerja adalah serangkaian
kondisi atau keadaan lingkungan kerja yang dialami oleh setiap
individu yang bekerja di dalam lingkungan tersebut. Persepsi
terhadap kondisi kerja merupakan penghayatan situasi dalam
lingkungan kerja atau kondisi eksternal dalam lingkungan
tempat kerja yang berperan dalam pengalaman kerja karyawan.
Oleh sebab itu, kondisi kerja yang terdiri dari faktor-faktor
seperti kondisi fisik, kondisi psikologis, dan kondisi sementara
dari lingkungan kerja, harus diperhatikan agar para pekerja
dapat merasa nyaman dalam bekerja sehingga dapat
meningkatkan motivasi dan produktivitas kerja.
Selain penciptaan kondisi kerja, berbagai kebijakan dan
peraturan dalam organisasi kerja dapat menarik atau mendorong
motivasi kerja para karyawannya. Salah satu contoh kebijakan
yang dilakukan oleh organisasi adalah kegiatan Gugus Kendali
Mutu (GKM = Quality Circles) yang merupakan satu kebijakan
yang dituangkan ke dalam berbagai peraturan yang mendasari
kegiatan dan yang mengatur pertemuan pemecahan masalah
dalam kelompok kecil. Kebijakan lain yang berkaitan dengan
motivasi kerja ialah kebijakan di bidang imbalan keuangan.
Selain gaji pokok, juga diberikan insentif atau bonus pekerjaan
tambahan atau prestasi kerja yang sangat luar biasa telah
dilakukan oleh tenaga kerja. Hal ini tentu akan semakin
meningkatkan motivasi kerja individu yang telah bekerja
dengan maksimal.
e. Tujuan Motivasi
Riyadi (2017:109) menyatakan motivasi memberikan
dampak yang positif bagi pekerja dan bagi perusahaan. Berawal
dari adanya motivasi, membuat pekerja menjadi semangat
dalam bekerja, mau dan mampu melakukan pekerjaannya
dengan baik. Manajer atau pimpinan yang berhasil dalam
memotivasi karyawan seringkali menyediakan suatu
lingkungan dimana tujuan-tujuan tepat tersedia untuk
memenuhi kebutuhan. Tujuan-tujuan motivasi tersebut antara
lain: mendorong gairah dan semangat kerja karyawan,
meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan,
meningkatkan produktivitas kerja karyawan, mempertahankan
loyalitas dan kestabilitas karyawan perusahaan, meningkatkan
28
kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi karyawan,
menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik.
f. Pentingnya Motivasi Kerja bagi Guru
Syaodih (2009:252) mengemukakan bahwa guru adalah
manusia yang memiliki kepribadian sebagai individu.
Kepribadian seorang guru sama seperti halnya kepribadian
individu pada umumnya yakni terdiri dari aspek jasmaniah,
intelektual, sosial, emosional dan moral. Seluruh aspek
kepribadian tersebut terintegrasi membentuk satu kesatuan
yang utuh, tentunya membentuk ciri-ciri yang khas.
Menurut Winkel (1991:219), kepribadian guru mencakup 3
hal yakni; penghayatan nilai-nilai kehidupan (values), motivasi
kerja, serta sifat dan sikap. Kepribadian yang dimiliki seorang
guru tentu memiliki peran penting dalam menjalankan profesi
keguruannya. Guru dinilai sebagai tokoh yang dapat membawa
anak didiknya memasuki masa depan. Dedi (1998) dalam
tulisannya, Nawal, seorang dari Maroko, mengatakan bahwa
guru yang baik mampu mengantarkan anak didiknya menjadi
generasi masa depan dengan cara memberikan pada mereka
sesuatu yang paling berharga yaitu kebudayaan dan pendidikan.
Oleh karena itu, motivasi seorang guru dalam menjalankan
amanahnya untuk mendidik akan sangat memengaruhi dalam
keberhasilan belajar mengajar. Contohnya saja, jika seorang
guru bekerja karena ada dorongan untuk mendapatkan
penghasilan semaksimal mungkin, maka fokus utamanya
adalah pendapatan. Ia akan memandang pekerjaannya sebagai
sarana untuk mendapatkan uang, bahkan sekolah akan
dipandangnya sebagai organisasi penjamin guru. Dalam
melakukan pekerjaannya, baik di kelas maupun tugas tambahan
lainnya di luar kelas, guru tersebut akan selalu
mempertimbangkan berapa honor yang ia dapatkan. Pada
akhirnya, ia tak sempat mempersiapkan pelajaran dengan baik,
sehingga tujuan pembelajaran pun tak tercapai.
Guru yang baik hendaknya memiliki cita-cita untuk
menyumbangkan keahliannya demi perkembangan siswa,
sehingga ia akan memandang pekerjaannya sebagai kepuasan
pribadi, biarpun tak lepas dari tantangan. Dia akan rela untuk
mengorbankan waktu dan tenaga lebih banyak daripada yang
dituntut secara formal. Masalah pendapatan tentu dipikirkan
29
juga, namun tak sampai mengaburkan cita-cita keguruannya.
Motivasi kerja guru bukan persoalan batin saja, namun
hendaknya tercetus dalam kata-kata dan perbuatan.
Pendidikan di Indonesia memang tengah membutuhkan
guru yang menghayati tugasnya sebagai panggilan hati. David
Hansen dalam buku, The Call To Teach (1995), menjelaskan
dua unsur penting dari panggilan hati, yaitu (1) pekerjaan itu
membantu mengembangkan orang lain, dan (2) pekerjaan itu
juga mengembangkan dan memenuhi diri sendiri sebagai
pribadi.
Unsur pertama, pekerjaan disebut sebagai panggilan hati
nurani bila pekerjaan itu mengembangkan orang lain ke arah
kesempurnaan. Isjoni (2009:110) guru disini akan menjalankan
fungsinya untuk membantu anak didiknya berkembang menjadi
manusia yang utuh. Ia rela akan waktu, tenaga dan pikirannya
bagi perkembangan dan keberhasilan anak didiknya. Dalam
penghayatan nurani ini, guru akan penuh dedikasi dan loyalitas
bagi perkembangan anak didik. Kepuasan guru justru jika
mereka berhasil dalam membantu anak didiknya untuk maju
mengatasi persoalannya.
Unsur kedua adalah memenuhi kebutuhan pribadi.
Pekerjaan guru akhirnya menghasilkan hasil bagi
perkembangan dan keterampilan guru sendiri. Dalam hal ini,
mereka mengharapkan ada hasil berupa materi meski itu bukan
yang utama. Dengan berprofesi sebagai guru, ia akan
berkembang menjadi lebih manusiawi, dan mempunyai harga
diri, yang mana tak bisa diganti dengan materi.
B. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian yang sudah dilaksanakan oleh ahli
terdahulu digunakan sebagai artikel yang menginspirasi
diadakannya penelitian yang dilakukan, antara lain:
(1) Penelitian yang diadakan oleh Donald Boyd dan Daniel
Goldhaber dengan judul “The Effect of Certification and
Preparation on Teacher Quality in Washington, 2007”
(Pengaruh Sertifikasi dan Persiapan pada Mutu Guru di
Washington, 2007). Untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja
guru, beberapa negara telah memperketat persiapan dan
persyaratan sertifikasi guru sementara yang lain telah
mempermudah persyaratan dan memperkenalkan "alternatif"
30
cara men-sertifikasi agar dapat menarik lebih banyak orang
untuk mengajar. Jika persyaratan sertifikasi terlampau berat
maka hal ini akan menghambat individu yang berpotensi
menjadi guru yang professional maka kebijakan program ini
relative tidak baik. Tetapi jika mereka memiliki sedikit efek
pada prestasi siswa, jika mereka seriusmenghalangi guru
potensial, atau jika sekolah mampu mengidentifikasi pelamar
yang akan menghasilkan hasil murid yang baik, pelonggaran
persyaratan menjadi kebijakan yang lebih menarik.
Dalam meninjau penelitian tentang masalah ini, Boyd dan
Goldhaber menemukan bahwa program jalur alternatif yang
sangat selektif dapat menghasilkan guru yang efektif yang
melakukan kurang lebih sama dengan guru dari rute tradisional
setelah dua tahun di tempat kerja. Mereka menemukan bahwa
guru yang mendapat skor baik pada ujian sertifikasi dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
Dengan guru dapat meningkatkan nilai siswa otomatis guru
tersebut mendapatkan kinerja yang baik pula. Artinya, bahwa
sertifikasi dapat mempengaruhi kinerja guru.
Persamaan penelitian dengan penelitian ini, sebagai berikut.
1. Sama-sama ingin mengetahui pengaruh sertifikasi terhadap
kinerja guru,
2. Sertifikasi sebagai program untuk meningkatkan kinerja
guru.
Perbedaan penelitian dengan penelitian ini, sebagai berikut.
1. Pendekatan penelitian mengunakan pendekatan kualitatif,
sedangkan pedekatan penelitian ini, menggunakan
pendekatan kuantitatif,
2. Data penelitian diperoleh melalui wawancara, sedangkan
data yang dalam penelitian ini melalui kuisioner.
(2) Penelitian kedua yang juga menginspirasi adalah penelitian
yang dilakukan oleh Karin Sparks dengan judul “The Effect of
Teacher Certification on Student Achievement, 2004”
(Pengaruh Sertifikasi Guru pada Siswa Berprestasi, 2004).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meninjau bukti
penelitian empiris mengenai efek sertifikasi guru terhadap
31
prestasi belajar siswa. Sebuah analisis eksplorasi dilakukan
pada studi yang meneliti efek pemberian sertifikat terhadap
prestasi belajar siswa. Pada penelitian ini, perhitungan statistic
membuktikan bahwa ada pengaruh positif pada guru yang telah
tersertifikasi. Guru yang tersertifikasi dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa. Program sertifikasi telah berhasil
meningkatkan prestasi siswa dalam pelajaran membaca dan
matematika dari kurang dapat meningkatkan prestasi siswa
dalam bidang ilmu pengetahuan. Populasi pada penelitian ini
terdiri dari dua puluh tujuh orang guru yang telah mendapatkan
sertifikasi sebagai perkiraan ukuran efek.
Melalui penelitian ini dapat disimpulkan bahwa program
sertifikasi sangat mendukung tercapainya prestasi siswa.
Sertifikasi dapat meningkatkan kinerja guru sehingga dapat
membuat siswa dapat berprestasi dalam belajar. Persamaan
penelitian dengan penelitian ini, sebagai berikut.
1. Sertifikasi dapat dapat membuat siswa dapat berprestasi
dalam belajar dengan demikian sertifikasi dapat
meningkatkan kinerja guru,
2. Sertifikasi sebagi program untuk meningkatkan kinerja
guru,
3. Pendekatan pada penelitian adalah penelitian kuantitatif.
Sedangkan, perbedaan penelitian dengan penelitian ini
adalah bahwa pada penelitian ini meneliti pengaruh sertifikasi
guru pada siswa berprestasi yang berakitan pada peningkatan
kinerja guru, sedangkan penelitian yang akan dilakukan penulis
adalah meneliti pengaruh sertifikasi dan motivasi guru
terhadap kinerja guru di sekolah saja dan tidak berkaitan
dengan siswa yang ada di sekolah.
(3) Penelitian Aacha Mary dengan judul “Motivation And The
Performance Of Primary School Teachers In Uganda, 2010”
(Motivasi dan Kinerja Guru Sekolah Dasar di Uganda, 2010)
adalah penelitian ketiga yang di jadikan rujukan pada penelitian
yang dilakukan oleh penulis. Motivasi guru telah menjadi isu
penting mengingat tanggung jawab mereka untuk memberikan
pengetahuan dan keterampilan bagi peserta didik. Hal tersebut
diungkap pada penelitian ini yang meneliti efek motivasi pada
kinerja guru sekolah dasar di divisi Kimaanya-Kyabakuza,
32
kabupaten Masaka. Secara khusus, penelitian ini berusaha
untuk mengetahui apakah motivasi guru memiliki efek pada
semangat mereka untuk melakukan kerja, dan juga pengaruh
motivasi intrinsik dan ekstrinsik terhadap kinerja guru. Sebuah
desain penelitian survei deskriptif diadaptasi di mana sampel
total 135 responden termasuk guru, kepala sekolah, anggota
komite manajemen sekolah (SMC) dan Masaka Municipal
Education Officer (MEO) dikonsultasikan. Data primer
dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner terstruktur untuk
guru, serta pedoman wawancara informan kunci bagi guru
kepala dan MEO. Diskusi kelompok fokus juga digelar dengan
anggota SMC di daerah. Sejumlah data kuantitatif
dikumpulkan. Kesimpulan penelitiannya adalah terdapat
sebuah hubungan positif yang signifikan antara motivasi
intrinsik dan kinerja guru di sekolah-sekolah dasar di divisi
Kimaanya-Kabakuza, Kabupaten Masaka.
Di sisi lain, hubungan yang positif juga mengungkapkan
antara motivasi ekstrinsik dan kinerja guru, menyiratkan bahwa
motivasi ekstrinsik mempengaruhi kinerja guru di divisi
Kimaanya-Kyabakuza. Dalam rangka meningkatkan motivasi
guru dan kinerja di tempat kerja, studi ini merekomendasikan
kenaikan gaji guru sekolah dasar untuk mencocokkan
peningkatan biaya hidup, penyediaan akomodasi untuk guru,
penguatan pengawasan serta melembagakan penghargaan untuk
kinerja yang baik. Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa
motivasi dapat meningkatkan kinerja guru.
Persamaan penelitian dengan penelitian yang dilakukan
penulis ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel penelitian sama dengan salah satu variabel
penelitian ini, yaitu mengenai pengaruh motivasi terhadap
kinerja guru,
2. Pendekatan pada penelitian adalah penelitian kuantitatif,
3. Data diperoleh dengan menggunakan kuisioner.
Perbedaan penelitian dengan penelitian ini adalah penelitian
hanya ingin mengetahui pengaruh motivasi kerja terhadap
kinerja guru, sedangkan penelitian ini, mengenai pengaruh
sertifikasi dan motivasi kerja terhadap kinerja guru.
33
C. Kerangka Berpikir
Penelitian ini mencoba untuk menganalisa tentang pengaruh
program sertifikasi guru dan motivasi kerja guru terhadap kinerja
guru di Madrasah Ibtidaiyah di lingkungan KKMI Kebayoran Lama
Jakarta Selatan.
a. Pengaruh Sertifikasi Guru terhadap Kinerja Guru
Guru merupakan tenaga pendidik yang memiliki tugas utama
untuk membimbing, mendidik, dan membina para peserta didik
bukan hanya dalam proses belajar mengajar, tetapi lebih luas
dalam hal membentuk moral dan kepribadian yang baik kepada
para peserta didik. Peranan guru sangat penting dalam dunia
pendidikan yang pada akhirnya adalah untuk menghasilkan
SDM yang berkualitas dan memajukan pendidikan nasional.
Untuk mewujudkan mutu pendidikan dan pembelajaran yang
berkualitas tidak hanya bergantung pada satu komponen saja,
tetapi semua komponen, yang meliputi siswa, materi, media,
sarana dan prasarana, kurikulum, dan biaya/dana. Namun
semua komponen pendidikan tidak dapat dimanfaatkan secara
optimal bagi peningkatan mutu proses dan hasil belajar tanpa
didukung oleh keberadaan guru yang secara kontinyu berupaya
mewujudkan gagasan, ide dan pemikiran dalam bentuk perilaku
dan sikap yang terunggul dalam tugasnya sebagai pendidik.
Salah satu perubahan dalam bidang pendidikan yang
mengutamakan pada pembangunan kualitas pendidik adalah
diadakannya sertifikasi guru. Apabila kita melihat kehidupan
para guru sebelum adanya program sertifikasi ini, dapat
dikatakan bahwa guru kurang mendapatkan kesejahteraannya
sebagai “pahlawan tanpa tanda jasa”. Setelah diadakannya
program sertifikasi kehidupan para guru menjadi lebih baik.
Selain mendapatkan sertifikat sebagai pendidik profesional,
para guru yang telah memiliki sertifikat juga mendapatkan
tunjangan sertifikasi dari pemerintah.
b. Pengaruh Motivasi Kerja Guru terhadap Kinerja Guru
Motivasi merupakan daya pendorong bagi seseorang untuk
melakukan segala daya upaya untuk mencapai hal yang
diinginkan dan dicita – citakan. Motivasi yang berasal baik dari
dalam maupun dari luar diri seseorang akan dapat
menggerakkan seseorang untuk menyusun strategi dalam
menggapai apa yang menjadi tujuannya.
34
Dalam sebuah organisasi terutama organisasi Pendidikan,
maka motivasi akan sangat dibutuhkan bagi para individu di
lingkungan tersebut untuk dapat meraih apa yang menjadi
tujuan bersama. Moti vasi dalam bekerja akan memberikan
daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang
agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi
dengan segala daya upayanya untuk mencapai tujuan
organisasi.
Motivasi kerja guru sangatlah dibutuhkan pada kegiatan –
kegiatan yang langsung berkaitan dengan peningkatan kinerja.
Guru yang yang memiliki motivasi kerja yang tinggi akan
senantiasa bekerja keras untuk mengatasi berbagia masalah
yang dihadapinya agar bisa mencapai hasil yang lebih baik.
Kinerja guru yang baik di sinyalir karena guru tersebut
mempunyai motivasi kerja yang tinggi. Tinggi rendahnya
motivasi guru akan sangat mempengaruhi keberhasilan proses
pendidikan yang berjalan dan akan berpengaruh pada kinerja
guru tersebut. Motivasi kerja guru yang tinggi akan
menciptakan sebuah prestasi kerja yang baik. Prestasi kerja
adalah hasil kerja yang dilakukan seorang guru dalam
melaksanakan tugas kependidikannya dengan penuh tanggung
jawab dalam upaya peningkatan kualitas dan kuantitas
pekerjaannya juga menumbuhkan sikap dan inisiatif yang
kreatif dalam bekerja. Motivasi kerja yang baik dari seorang
guru akan dapat menumbuhkan keinginan untuk melakukan
inovasi-inovasi pembelajaran, memutakhirkan strategi-strategi
pembelajaran yang digunakan sehingga bisa meningkatkan
prestsi kerja guru dalam pembelajaran. Akan tetapi, jika
motivasi guru rendah maka kualitas dan kuantitas kerja guru
tentu akan rendah pula sehingga akan menghasilkan kinerja
yang buruk yang dapat menurunkan kualitas proses pendidikan
yang dilakukan.
c. Pengaruh Sertifikasi Guru dan Motivasi Kerja Guru terhadap
Kinerja Guru
Salah satu langkah nyata yang dilakukan oleh pemerintah
Indonesia untuk meningkatkan mutu dan kualitas Pendidikan di
Indonesia adalah dengan memberikan sertifikasi guru bagi para
guru yang telah melaksanakan tugasnya di sekolah. Sertifikasi
ini diharapkan akan dapat menjadikan guru memiliki
35
kompetensi, profesionalisme, serta kesejahteraan yang
terjamin.
Dengan diberikannya sertifikasi guru maka guru akan lebih
focus pada peningkatan kemampuan dan skill mengajar serta
dapat lebih disiplin dalam mengelola pembelajaran. Ketika guru
tidak lagi terlalu berfokus pada kesejahteraan diri sendiri dan
keluarganya maka dia diharapkan akan dapat menciptakan
keadaan yang positif dan konduktif di kelas nya agar para
siswanya dapat mengembangkan kompetensi nya dengan baik.
Dengan kata lain, factor kesejahteraan guru akan dapat
meningkatkan kinerja guru untuk menjadi lebih baik.
Lebih lanjut, pemberian sertifikasi juga dianggap dapat
meningkatkan motivasi guru dalam bekerja. Sertifikasi yang
bertujuan untuk meningkatkan kinerja di anggap sebagai usaha
peningkatan motivasi eksternal guru. Peningkatan motivasi
eksternal yang berasal dari luar guru itu sendiri diharapkan akan
dapat meningkatkan motivasi internal dari dalam guru tersebut.
Sehingga dengan kata lain, pemberian sertifikasi bersama –
sama dengan motivasi guru sendiri akan dapat meningkatkan
kinerja guru di sekolah.
Dengan demikian kinerja guru sangat menentukan
keberhasilan proses belajar mengajar yang efektif dan efisien
sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai dan terwujud serta
diiringi dengan prestasi siswa yang meningkat. Hubungan
sertifikasi guru dan motivasi kerja dengan kinerja guru dapat
dinyatakan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian
Keterangan:
X1 = Sertifikasi Guru
X2 = Motivasi Kerja Guru
Y = Kinerja Guru
Y
X1
X2
36
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan penyusunan kerangka berpikir,
maka hipotesis yang penulis ajukan pada hasil akhir setelah analisis
data adalah sebagai berikut:
H1 1 = Terdapat pengaruh positif dan signifikasn sertifikasi
terhadap kinerja guru.
H1 2 = Terdapat pengaruh positif dan signifikan motivasi terhadap
kinerja guru.
H1 3 = Terdapat pengaruh posifif dan signifikan sertifikasi
bersams-sama dengan motivasi terhadap kinerja guru.
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Empat belas Madrasah Ibtidaiyah
di lingkungan KKMI Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Keempat
belas Madrasah Ibtidaiyah itu tersebar di sejumlah wilayah di
sekitar Kebayoran Lama Jakarta Selatan.
b. Waktu Penelitian
Penelitian ini memakan waktu yang cukup lama dan bertahap
mulai dari tahap perencanaan, persiapan penelitian kemudian
dilanjutkan dengan pengumpulan data lapangan yang memakan
waktu yang cukup lama dan merupakan kegiatan inti dari
penelitian dan terakhir adalah menganalisa data dan pembuatan
laporan penelitian. Berikut jadwal penelitian yang dilakukan oleh
penulis:
Tabel 3.1
Jadwal Penelitian
No Kegiatan
Fe b
Ma r
Ap r
Me i
Ju n
Ju l
Ag s
Se p
Ok t
No v
De s
1 Observasi Pendahuluan ke
Sekolah
2 Penyusunan Instrumen
Penelitian
3 Konsultasi / bimbingan
4 Pengumpulan Data
5 Analisis Data
6 Penulisan Laporan
38
B. Metode dan Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi dengan
pendekatan kuantitatif. Metode kuantitatif dipilih untuk digunakan
pada penelitian ini Karena spesifikasi dari desain ini adalah
sistematis, terencana dan terstruktur dengan jelas sejak awal hingga
pembuatan desain penelitiannya. Musfiqon, menyebutkan bahwa
penelitian kuantitatif adalah penelitian yang difokuskan pada kajian
fenomena objektif untuk dikaji secara kuantitatif. Selain itu,
Sugiyono memaparkan bahwa metode penelitian kuantitatif dapat
diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
positivisme, digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu
dimana teknik pengambilan sampel biasanya dilakukan secara
random, pengumpulan data nya menggunakan instrument penelitian,
dan analisis datanya menggunakan kuantitatif atau statistik.
Penelitian ini juga akan menggunakan pendekatan deskriptif
dengan tujuan agar dapat mendeskripsikan objek penelitian ataupun
hasil penelitian dengan baik. Penelitian deskriptif menurut Sugiyono
(2013:29) adalah penelitian yang berfungsi untuk mendeskripsikan
atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data
atau sampel yang telah terkumpul sebagai mana adanya, tanpa
melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku umum.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis regresi linear berganda. Supangat (2008:336) menyebutkan
bahwa teknik analisis regresi linear berganda merupakan model
persamaan regresi linear dengan variable lebih dari satu. Kemudian
Misbahudin (2014: 159) juga menyebutkan bahwa uji tersebut
digunakan untuk menguji signifikan atau tidaknya hubungan dua
variable melalui koefisien regresinya. Sebelum melakukan analisis
regresi linear berganda, metode ini mensyaratkan untuk melakukan
uji asumsi klasik terlebih dahulu agar mendapatkan hasil regresi yang
baik.
C. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah objek penelitian atau apa yang
menjadi titik perhatian suatu penelitian. Khusus pada penelitian ini
ada dua variable yang akan di libatkan yaitu:
1. Variabel Bebas (Independen) adalah variabel yang
mempengaruhi variabel terikat (Dependen), dalam penelitian
ini variabel bebasnya adalah Sertifikasi Guru (X1) dan Motivasi
Kerja Guru (X2)
39
2. Variabel Terikat (Dependen) adalah variabel yang dipengaruhi
oleh variabel bebas (Independen), dalam penelitian ini yang
merupakan variabel terikatnya adalah kinerja guru (Y).
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Dalam sebuah rangkaian kegiatan penelitian, populasi adalah
wilayah yang ingin diteliti oleh seorang peneliti. Dalam bukunya,
Sugiono menyebutkan bahwa “populasi sebagai wilayah
generalisasi terdiri atas objek / subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya.” Hal yang disampaikan ahli
tersebut menjadi acuan penulis untuk menentukan populasi bagi
penelitian ini, sehingga penulis menentukan bahwa populasi dalam
penelitian ini adalah para guru yang telah menerima tunjangan
sertifikasi guru selama minimal lima tahun dan telah memiliki
pengalaman mengajar selama kurang lebih sepuluh tahun di
jenjang Madrasah Ibtidaiyah di wilayah KKMI Kebayoran Lama
Jakarta Selatan.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti oleh
peneliti. Sugiono menjelaskan “sampel adalah bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.” Jika
dicermati dari penjelasan tersebut, bisa disimpulkan bahwa sampel
merupakan bagian dari populasi yang ada, oleh karena itu
pengambilan sampel harus menggunakan cara tertentu berdasarkan
pertimbangan – pertimbangan yang ada. Penjelasan diatas
diperkuat dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Kadir (2016:
118), “sampel adalah himpunan bagian atau sebagian dari populasi
yang karakteristiknya benar – benar diselidiki.” Berdasarkan
penjelasan dari para ahli diatas, maka pada penelitian ini penulis
menggunakan sampling purposive dimana teknik penentuan samel
dilakukan dengan pertimbangan – pertimbangan tertentu. Sampel
yang di akan digunakan peneliti memiliki ketentuan, guru jenjang
Madrasah Ibtidaiyah yang telah menerima sertifikasi minimal
selama lima tahun dan telah mempunyai pengalaman mengajar
selama kurang lebih sepuluh tahun di jenjang tersebut.
Dijelaskan pula oleh Arikunto (2010:46), “apabila subjeknya
kurang dari seratus, akan lebih baik jika kesulurah populasi di
gunakan sebagai sampel. Akan tetapi jika jumlah subjek terlalu
40
besar, maka dapat diambil antara 10 – 15% ATAU 15 – 25% atau
lebih. Penelitian ini akan melibatkan empat belas sekolah yang
berada di lingkungan KKMI Kebayoran Lama Jakarta Selatan.
Total guru tersertifikasi pada 14 sekolah tersebut 191. Dari total
keseluruhan guru tersebut, maka sesuai dengan teori diatas
minimal sekali 10 % dari total keseluruhan bisa terlibat dalam
penelitian ini.
E. Jenis Data
Data merupakan faktor yang penting untuk menunjang suatu
penelitian. Data penting yang diperlukan dalam penelitian ini
bersumber pada responden dimana data tersebut diperoleh melalui
penyebaran kuesioner terhadap guru di Madrasah Ibtidaiyah.
Berdasarkan sumbernya data dapat dikelompokkan menjadi data
primer dan data sekunder.
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari
subjek penelitian. Data primer dikumpulkan oleh penulis
dengan tujuan untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan
penelitian dengan menggunakan instrument-instrument yang
telah ditetapkan. Indriantoro dan Supomo dalam Purhantara
mengungkapkan bahwa “data primer dianggap lebih akurat,
karena data ini disajikan secara lebih terperinci.” Pengumpulan
data primer merupakan bagian internal yang penting dalam
suatu penelitian, karena data ini seringkali diperlukan pada
pengambilan keputusan yang berdasar pada hasil penelitian.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka yang menjadi
responden pada penelitian ini adalah para guru yang berada di
lingkungan KKMI kebayoran lama Jakarta selatan. Data primer
yang di kumpulkan adalah data kuesioner yang mencakup
pertanyaan mengenai sertifikasi guru, motivasi kerja guru dan
kinerja guru di Madrasah Ibtidaiyah.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang tidak diperoleh secara
langsung dari subjek penelitian akan tetapi memberi dukungan
dan meningkatkan validitas dan reliabilitas hasil penelitian.
Data sekunder diperoleh penulis dari sumber yang sudah ada.
Merupakan data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung atau melalui media perantara. Data ini sudah tersedia,
sehingga peneliti hanya mencari dan mengumpulkannya saja.
41
Data sekunder umumnya tidak dirancang secara spesifik untuk
memenuhi kebutuhan penelitian tertentu. Seluruh atau sebagian
aspek data sekunder kemungkinan tidak sesuai dengan
kebutuhan suatu penelitian. Penelitian ini menggunakan data
primer yang diperoleh langsung dari lapangan dan data
sekunder yang diperoleh melalui kepustakaan, literatur, dan
jurnal.
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan instrument berbentuk kuesioner. Kuesioner
adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan
maksud agar yang diberi kuesioner tersebut bersedia memberikan
respon sesuai dengan permintaan. Sebelum menyusun kuesioner,
diperlukan beberapa hal yang harus diperhatikan, seperti jenis
pertanyaan, bentuk pertanyaan, dan prinsip-prinsip dalam menyusun
kuesioner. Angket atau kuesioner adalah teknik pengumpulan data
melalui formulir- formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan secara tertulis pada seseorang atau sekumpulan orang
untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dan informasi yang
diperlukan oleh peneliti (Mardalis: 2008: 66) Penelitian ini
menggunakan angket atau kuesioer, daftar pertanyaannya dibuat
secara berstruktur denan bentuk pertanyaan pilihan berganda
(multiple choice questions) dan pertanyaan terbuka (open question).
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang persepsi
desain interior dari responden.
Khusus pada penelitan ini, kuesioner digunakan untuk
mengumpulkan data yang dibutuhkan mengenai sertifikasi guru,
motivasi kerja guru, dan kinerja guru. Pada instrument penelitian
yang berbentuk kuesioner, sebelum dipergunakan dalam penelitian,
maka instrumen tersebut harus diuji terlebih dahulu melalui uji
keabsahan (validity) dan uji kehandalan (reliability), dan untuk
memperjelas pengumpulan data, maka perlu diketahui definisi
konseptual, definisi operasional, dan kisi-kisi instrumen dari
variabel yang diteliti. Variabel-variabel tersebut dapat diuraikan
sebagai berikut:
Untuk melihat operasionalisasi suatu variabel, maka variabel
tersebut harus diukur dengan menggunakan indikator-indikator
yang dapat memperjelas variabel yang dimaksud. Definisi
operasional juga dapat dikatakan sebagai petunjuk pelaksanaan
42
bagaimana caranya mengukur suatu variabel (Singarimbun dan
Effendi, 1989).
Definisi operasional akan bermanfaat sebagai pembatas
permasalahan. Setiap penelitian harus memiliki definisi 36
operasional agar penelitian tersebut dapat diukur. Ukuran dalam
konsep penelitian inilah yang akan menentukan nilai dalam suatu
penelitian. Definisi operasional dan indikator variabel dalam
penelitian ini adalah:
1. Sertifikasi Guru
a. Definisi Konseptual
Sertifikasi profesi guru adalah proses untuk memberikan
sertifikat kepada guru yang telah memenuhi standar kualifikasi
dan standar kompetensi. Guru yang telah memenuhi standar
kualifikasi dan standar kompetensi adalah guru professional
yang menguasai bidang ilmu, mempunyai pengetahuan dan
menguasai materi yang sesuai dengan latar belakang
keilmuannya dan memberi pengajaran mengenai bidang ilmu
yang dikuasainya, menguasai bahan ajar dan metode
pembelajaran, mampu memotivasi peserta didik, memiliki
keterampilan yang tinggi dan memiliki wawasan yang luas
terhadap dunia Pendidikan, dan memiliki pemahaman yang
mendalam tentang hakikat manusia dan masyarakat.
Program sertifikasi guru dipandang sebagai sebuah proses
yang diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi para guru
itu sendiri maupun manfaat untuk peserta didik, lingkungan
sekolah dan secara umum juga bagi masyarakat. Program ini
bertujuan untuk a) Menentukan kelayakan guru dalam
melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan
mewujudkan tujuan pendidikan nasional, b). Meningkatkan
suatu proses dan mutu Pendidikan, c). Meningkatkan martabat
guru atau pendidik, d). Meningkatkan profesionalisme guru
pendidik.
b. Definisi Operasional
Program sertifikasi guru adalah sebuah proses dimana
penghargaan diberikan pada para guru yang telah memenuhi
standar kualifikasi dan standar kompetensi, dengan tujuan agar
dapat membawa manfaat bagi banyak pihak. Jawaban dari para
responden guru yang telah mendapatkan sertifikasi di
43
kumpulkan dengan menggunakan indikator, a) Kualifikasi
akademik, b). Pendidikan dan pelatihan, c). Pengalaman
mengajar, d). Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, e)
Penilaian dari atasan dan pengawas, f) Karya pengembangan
profesi, g) Keikutsertaan dalam forum ilmiah, dan i) Prestasi
dan penghargaan yang relevan dalam bidang akademik.
c. Kisi-kisi Instrumen
Jumlah soal pernyataan pada instrumen adalah 25 butir,
mengunakan skala likert empat pilihan, dengan rentang dari
(SS) Sangat Sering, (S) Sering, (K) Kurang, dan (SK) Sangat
Kurang. Rincian mengenai variabel penelitian, indikator, dan
butir pertanyaan disampaikan dalam tabel berikut:
Tabel 3.2
Kisi-kisi Instrumen Penelitian Sertifikasi Guru (Variabel X1)
No. Indikator No Butir Jumlah
1 Kualifikasi akademik 1, 2, 3, 4, 5, 5
2 Pendidikan dan pelatihan 6, 7, 8, 9, 10, 5
3 Pengalaman mengajar 11, 12, 13, 3
4 Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran 14, 15, 16, 17, 4
5 Penilaian dari atasan dan pengawas 18, 19, 2
6 Karya pengembangan profesi 20, 21, 2
7 Keikutsertaan dalam forum ilmiah 22, 1
8 Prestasi dan penghargaan yang relevan
dalam bidang akademik 23, 24, 2
Jumlah 24
2. Motivasi Kerja Guru
a. Definisi Konseptual
Motivasi kerja guru adalah sesuatu hal yang dapat
menimbulkan dorongan atau semangat kerja guru dalam bekerja
sesuai dengan tugasnya. Indikator yang dipakai untuk mengukur
motivasi kerja guru adalah terpenuhinya kebutuhan guru
44
khususnya dalam: a) Keinginan untuk berprestasi, yaitu
kebutuhan untuk memperoleh atau meningkatkan prestasi di
bidang pekerjaan yang ditangani, b) Pekerjaan itu sendiri, yaitu
mempunyai perasaan mencintai pekerjaan itu sendiri, c) Tempat
kerja, yaitu fasilitas yang mendukung dalam melakukan
pekerjaan, d) Suasana kerja, yaitu adanya hubungan harmonis
dan kenyamanan antara sesama kerja dan, e) Gaji, yaitu upah
yang diberikan kepada bawahan atas pekerjaannya. Motivasi
kerja guru tidak lain merupakan salah satu faktor yang turut
menentukan kinerja guru. Motivasi kerja guru merupakan
proses yang menggerakkan guru agar perilaku mereka terarah
pada upaya-upaya nyata untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Perbedaan motivasi kerja bagi seorang guru
tercermin dalam berbagai kegiatan kerja dan bahkan prestasi
yang dicapainya. Secara implisit, motivasi kerja guru tampak
melalui tanggung jawab dalam melakukan kerja, prestasi yang
dicapai, pengembangan diri, serta kemandirian dalam
bertindak.
b. Definisi Operasional
Motivasi kerja guru adalah sesuatu yang dapat
menimbulkan dorongan atau semangat guru dalam mengajar
yang diperoleh dari hasil jawaban responden dengan indikator:
a) Keinginan untuk berprestasi, yaitu kebutuhan untuk
memperoleh atau meningkatkan prestasi di bidang pekerjaan
yang ditangani, b) Pekerjaan itu sendiri, yaitu mempunyai
perasaan mencintai pekerjaan itu sendiri, c) Tempat kerja, yaitu
fasilitas yang mendukung dalam melakukan pekerjaan, d)
Suasana kerja, yaitu adanya hubungan harmonis dan
kenyamaan antara sesama kerja dan, e) Gaji, yaitu upah yang
diberikan kepada bawahan atas pekerjaannya.
c. Kisi-kisi Instrumen
Jumlah soal pernyataan pada instrumen adalah 19 butir,
mengunakan skala likert empat pilihan, dengan rentang dari
(SS) Sangat Setuju, (S) Setuju, (TS) Tidak Setuju, dan (STS)
Sangat Tidak Setuju. Rincian mengenai variabel penelitian,
indikator, dan butir pertanyaan disampaikan dalam tabel
berikut:
45
Tabel 3.3
Kisi-kisi Instrumen Penelitian Motivasi Kerja Guru (Variabel
X2)
No. Indikator No Butir Jumlah
1 Keinginan untuk berprestasi 25, 26, 27,28, 29 5
2 Perasaan mencintai pekerjaan itu sendiri 30, 31, 32, 33 4
3 Fasilitas mendukung pekerjaan 34, 35 2
4 Adanya hubungan harmonis antara
semua rekan kerja 36, 37, 38, 39 4
5 Kompensasi dalam bekerja (Gaji) 40, 41, 42, 43 4
Jumlah 19
3. Kinerja Guru
a. Definisi Konseptual
Kinerja guru adalah pencapaian hasil untuk kerja atau
perilaku nyata seorang guru menurut tugas-tugas profesinya
sesuai dengan keprofesionalan yang diamanatkan kepada
dirinya dalam konteks proses belajar mengajar yang
ditunjukkan oleh indikator- indikator: (1) kemampuan
menyusun rencana pembelajaran, (2) kemampuan
melaksanakan pembelaharan, (3) kemampuan mengadakan
hubungan antar pribadi, (4) kemampuan melaksanakan
penilaian hasil belajar, (5) kemampuan melaksanaan
pengayaan, dan (6) kemampuan melaksanakan remedial.
Istilah kinerja berasal dari kata Job Perfomance atau Actual
Performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang
dicapai oleh seseorang). Prestasi kerja atau sering disebut
sebagai kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas
yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya.
b. Definisi Operasional
Kinerja guru dalam penelitian ini adalah pencapaian hasil
untuk kerja atau perilaku nyata seorang guru menurut tugas-
tugas profesinya sesuai dengan keprofesionalan yang
diamanatkan kepada dirinya dalam konteks pelaksanaan
46
pembelajaran yang ditunjukkan oleh indikator-indikator: (1)
kemampuan menyusun rencana pembelajaran, (2) kemampuan
melaksanakan pembelaharan, (3) kemampuan mengadakan
hubungan antar pribadi, (4) kemampuan melaksanakan
penilaian hasil belajar, (5) kemampuan melaksanaan pengayaan
dan (6) kemampuan melaksanakan remedial. Namun, untuk
pengukuran variabel ini, akan menggunakan data kinerja guru
yang telah ada di sekolah tempat penelitian.
c. Kisi-kisi Instrumen
Jumlah soal pernyataan pada instrument adalah 69 butir,
menggunakan skala likert empat pilihan, dengan rentang dari
(SS) Sangat Setuju, (S) Setuju, (TS) Tidak Setuju, dan (STS)
Sangat Tidak Setuju. Rincian mengenai variabel penelitian,
indikator, dan butir pertanyaan disampaikan dalam tabel
berikut:
Tabel 3.4
Kisi-kisi Instrumen Penelitian Kinerja Guru (Variabel Y)
No. Indikator No Butir Jumlah
1 Kemampuan membuat
perencanaan pembelajaran
44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51,
52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59,
60, 61, 62, 63, 64, 65, 66, 67,
68, 69, 70, 71, 72, 73, 74, 75,
76, 77, 78, 79, 80, 81, 82
39
2 Penguasaan materi
Pembelajaran
8, 84, 85, 86, 87, 88 6
3 Penerapan strategi dan
pendekatan pembelajaran
89, 90, 91, 92, 93, 94, 95, 96 8
4
Kemampuan
menggunakan sumber
dan media pembelajaran
97, 98, 99, 100, 101
5
5 Kemampuan mengelola
kelas
102, 103, 104, 105, 106, 107 6
6 Kemampuan
melaksanaan penilaian
108, 109, 110, 111, 112 5
Jumlah 69
47
G. Teknik Uji Instrumen
Instrumen adalah alat pengukur yang merupakan faktor penting
dalam menghimpun data yang diharapkan. Baik tidaknya alat
pengukur tersebut dapat dilihat dari alat penghimpun data yang
akurat atau tidak. (Rully and Poppy, 2014) Secara teknis, untuk
melihat baik tidaknya alat pengukuran, dapat diketahui dengan
melihat kriteria utamanya, yaitu:
a) Validitas
Tingkat di mana sebuah pengujian mengukur apa yang
benar-benar ingin diukur. Instrumen dapat dikatakan memiliki
skor yang tidak valid karena, diantaranya:
a. Kurang baiknya desain penelitian
b. Partisipan tidak siap atau tidak mengerti pertanyaan yang
diajukan
c. Ketidakmampuan untuk memprediksi manfaat dari skor
d. Kurangnya desain pertanyaan atau ukuran variable
e. Informasi itu bentuk dari kegunaannya kecil.
Langkah kerja untuk mengetahui valid tidaknya instrumen
adalah sebagai berikut:
a. Menyebarkan instrumen yang akan diuji validitasnya
kepada narasumber
b. Mengumpulkan data hasil uji coba instrument
c. Memeriksa kelengkapan data
d. Membuat tabel pembantu untuk menempatkan skor-skor
pada butir yang diperoleh
e. Menghitung koefisien validitas dengan menggunakan
koefisien korelasi product moment untuk setiap butir
f. Membandingkan nilai hitung dengan nilai tabel. Jika r
hitung > atau = r tabel maka butir dikatakan valid. Jika r
hitung < r tabel maka butir dikatakan tidak valid.
Rumus Product Moment:
rxy = 𝑁∑xy−∑𝑥∑y
√(𝑁∑x2−(x)2)(N∑Y2−(∑y)2)
rxy = rhitung
X = Skor -skor pada item ke – i
Y = Jumlah skor yang diperoleh tiap responden
N = Banyak responden
48
Uji validitas yang dilakukan yaitu dengan
membandingkna nilai rxy dengan nilai rtabel pada taraf
signikansi 5%. Jika rhitung ≥ rtabel, maka butir soal tersebut
valid. Jika rhitung ≤ rtabel, maka butir soal tersebut valid.
Perhitungan uji validitas dalam penelitian ini
menggunakan bantuan program SPSS (statistical produce and
service solutions). Kriteria validitas adalah dengan
membandingkan nilai signifikasi dengan nilai probabilitas
sebagaimana yang tetap ditetapkan yaitu 0,05. Apabila hasil
signifikansi < 0,05 maka item dalam angket dinyatakan valid.
Hasil pengujian validitas dilakukan dengan bantuan
program IBM SPSS Statistics 25. Dalam penelitian ini
pengujian validitas dilakukan terhadap 94 responden.
Pengambilan keputusan berdasarkan pada nilai rhitung
(Corrected Item-Total Correlation) > rtabel sebesar 0.1707,
untuk df 94-2 = 92; α = 0,05 maka item/pertanyaan tersebut
valid dan sebaliknya.
I. Uji Validitas Kuesioner Variabel Sertifikasi Guru
Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas variabel
sertifikasi guru dengan 24 pertanyaan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.5
Hasil Uji Validitas Variabel Sertifikasi Guru (X1)
Butir
Nilai Corrected
Item/Total
Correlation/rhitung
Sig. rtabel Kriteria
1 0,603 0,000 0,1707 Valid
2 0,567 0,000 0,1707 Valid
3 0,573 0,000 0,1707 Valid
4 0,491 0,000 0,1707 Valid
5 0,714 0,000 0,1707 Valid
6 0,676 0,000 0,1707 Valid
7 0,446 0,000 0,1707 Valid
49
8 0,380 0,000 0,1707 Valid
9 0,540 0,000 0,1707 Valid
10 0,669 0,000 0,1707 Valid
11 0,616 0,000 0,1707 Valid
12 0,519 0,000 0,1707 Valid
13 0,725 0,000 0,1707 Valid
14 0,677 0,000 0,1707 Valid
15 0,604 0,000 0,1707 Valid
16 0,627 0,000 0,1707 Valid
17 0,708 0,000 0,1707 Valid
18 0,652 0,000 0,1707 Valid
19 0,662 0,000 0,1707 Valid
20 0,664 0,000 0,1707 Valid
21 0,499 0,000 0,1707 Valid
22 0,331 0,000 0,1707 Valid
23 0,424 0,000 0,1707 Valid
24 0,576 0,000 0,1707 Valid
Berdasarkan Tabel 3.5, maka dapat dilihat bahwa seluruh
pertanyaan untuk variabel sertifikasi guru memiliki status
valid, karena nilai rhitung (Corrected Item-Total Correlation) >
rtabel sebesar 0.1707.
II. Uji Validitas Kuesioner Variabel Motivasi Kerja Guru
Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas variabel
motivasi kerja guru dengan 19 pertanyaan adalah sebagai
berikut:
50
Tabel 3.6
Hasil Uji Validitas Variabel Motivasi Kerja Guru (X2)
Butir
Nilai Corrected
Item/Total
Correlation/rhitung
Sig. rtabel Kriteria
1 0,597 0,000 0,1707 Valid
2 0,454 0,000 0,1707 Valid
3 0,618 0,000 0,1707 Valid
4 0,668 0,000 0,1707 Valid
5 0,442 0,000 0,1707 Valid
6 0,657 0,000 0,1707 Valid
7 0,647 0,000 0,1707 Valid
8 0,575 0,000 0,1707 Valid
9 0,530 0,000 0,1707 Valid
10 0,660 0,000 0,1707 Valid
11 0,644 0,000 0,1707 Valid
12 0,438 0,000 0,1707 Valid
13 0,659 0,000 0,1707 Valid
14 0,685 0,000 0,1707 Valid
15 0,625 0,000 0,1707 Valid
16 0,381 0,000 0,1707 Valid
17 0,408 0,000 0,1707 Valid
18 0,639 0,000 0,1707 Valid
19 0,539 0,000 0,1707 Valid
Berdasarkan Tabel 3.6, maka dapat dilihat bahwa seluruh
pertanyaan untuk variabel motivasi kerja guru memiliki status
valid, karena nilai rhitung (Corrected Item-Total Correlation) >
rtabel sebesar 0.1707.
51
III. Uji Validitas Kuesioner Variabel Kinerja Guru
Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas variabel
motivasi kerja guru dengan 58 item pertanyaan dengan 20
sampel pertanyaan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.7
Hasil Uji Validitas Variabel Kinerja Guru (Y)
Butir
Nilai Corrected
Item/Total
Correlation/rhitung
Sig. rtabel Kriteria
1 0,764 0,000 0,1707 Valid
2 0,743 0,000 0,1707 Valid
3 0,601 0,000 0,1707 Valid
4 0,601 0,000 0,1707 Valid
5 0,751 0,000 0,1707 Valid
6 0,628 0,000 0,1707 Valid
7 0,748 0,000 0,1707 Valid
8 0,836 0,000 0,1707 Valid
9 0,621 0,000 0,1707 Valid
10 0,766 0,000 0,1707 Valid
11 0,695 0,000 0,1707 Valid
12 0,498 0,000 0,1707 Valid
13 0,710 0,000 0,1707 Valid
14 0,730 0,000 0,1707 Valid
15 0,719 0,000 0,1707 Valid
16 0,708 0,000 0,1707 Valid
17 0,726 0,000 0,1707 Valid
18 0,792 0,000 0,1707 Valid
19 0,719 0,000 0,1707 Valid
20 0,671 0,000 0,1707 Valid
52
Berdasarkan Tabel 3.7, maka dapat dilihat bahwa seluruh
pertanyaan untuk variabel kinerja guru memiliki status valid,
karena nilai rhitung (Corrected Item-Total Correlation) > rtabel
sebesar 0.1707.
b) Reliabilitas
Realibilitas adalah mengukur kehandalan instrument.
Pengukuran dikatan handal jika pengukuran tersebut
memberikan hasil yang konsisten. Konsistensi dari narasumber
dapat diuji dengan beberapa cara.
Koefisien reliabilitas instrumen dimaksudkan untuk
melihat konsistensi jawaban butir-butir pernyataan yang
diberikan oleh responden. Reliabilitas menggunakan rumus
“Alpha Cronbach. Perhitungan dilakukan dengan program
IBM SPSS Statistics 25. Adapun reliabilitas untuk masing-
masing variabel hasilnya disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 3.8
Hasil Uji Reliabilitas
No Variabel rxy rtabel Kriteria
1 Sertifikasi Guru 0,902 0,1707 Reliabel
2 Motivasi Kerja Guru 0,876 0,1707 Reliabel
3 Kinerja Guru 0,984 0,1707 Reliabel
Berdasarkan Tabel 4.10, uji reliabilitas dilakukan terhadap
item pertanyaan yang dinyatakan valid. Suatu variabel
dikatakan reliabel atau handal jika jawaban terhadap
pertanyaan selalu konsisten. Jadi hasil koefisien realiabilitas
instrumen sertifikasi guru adalah sebesar 0,902, instrumen
motivasi kerja guru adalah sebesar 0,876, dan kinerja guru
adalah sebesar 0,984, ternyata memiliki nilai ”Alpha
Cronback” lebih besar 0,1707, yang berarti ketiga instrumen
dinyataan reliable atau memenuhi persyaratan.
Modifikasi dari prosedur ini digunakan di Spearman-
Brown Formula.
53
i
Rumus Spearman Brown:
r11 2.𝑟𝑏
1+𝑟𝑏
R 11 adalah nilai reliabilitas
R b adalah nilai koefisien korelasi
Nilai koefisien reliabilitas yang baik adalah di atas 0,7 (cukup
baik), di atas 0,8 (baik)
Rumus Koefisien Alfa
Langkah kerja dalam mengukur reliabilitas instrumen dengan
menggunakan koefisien Alfa, adalah sebagai berikut:
a) Menyebarkan instrumen yang akan diuji reliabilitasnya
b) Mengumpulkan data hasil uji coba instrumen
c) Memeriksa kelengkapan data
d) Membuat tabel pembantu
e) Menghitung nilai varian masing-masing butir dan varian
total
f) Menghitung nilai koefisien Alfa
g) Membuat kesimpulan dengan membandingkan nilai hitung
dengan nilai tabel. Dengan syarat:
a. Jika nilai Alfa > atau = r tabel maka instrumen
penelitian dikatakan reliabel
b. Jika nilai Alfa < r tabel maka instrumen dikatan tidak
reliabel
α [𝑘
𝑘−1][∑𝑠𝑖₂
𝑠𝑡₂]
𝛼 = reliabilitas as (koefisien Alfa)
k = banyaknya butir item/soal
∑ 𝑠𝑖² = jumlah varians butir soal
S2 = varians total
n = jumlah responden
54
h. Teknik Analisis Data
1. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas
Pengujian asumsi distribusi normal bertujuan untuk
mempelajari apakah distribusi sampel yang dipilih berasal
dari sebuah distribusi populasi normal atau tak normal.
Perngujian normalitas data digunakan untuk dilakukan
terhadap semua variable yang diteliti, yaitu meliputi
variable sertifikasi, motivasi kerja dan kinerja guru. Apabila
berdasarkan hasil uji normalitas hasilnya normal maka hasil
perhitungan statistic dapat digeneralisasikan pada
populasinya.
Uji normalitas dilakukan dengan uji galat taksiran
Kolmogorof Smirnov. Dalam uji Kolmogorof Smirnov
diasumsikan bahwa distribusi variable yang sedang diuji
mempunyai sebaran kontinyu.
Syarat Hipotesis yang digunakan:
Ho : Distrubusi variable mengikuti distribusi normal
H1 : Distribusi variable tidak mengikuti distribusi normal
Statistik Uji yang digunakan:
D = max |𝑓o(Xi) – Sn(Xi) | ; I = 1, 2, 3…
Dimana:
fo(Xi) = fungsi distribusi frekuensi kumulatif relative dari
distribusi teoritis dalam kondisi Ho
Sn(Xi) = distribusi frekuensi kumulatif dari pengamatan
sebanyak n
Dengan cara membandingkan nilai D terhadap nilai D pada
table Kolmogorof Smirnobv dengan taraf nyata α maka
aturan pengambilan keputusan dalam uji ini adalah:
Jika D ≤ tabel maka Terima Ho
Jika D > tabel maka Tolak Ho
55
Keputusan juga dapat diambil dengan berdasarkan nilai
Kolmogorof Smirnov Z, jika KSZ ≤ Zα maka Terima Ho,
demikian juga sebaliknya. Dalam perhitungan
menggunakan software computer keputusan atas hipotesis
yang diajukan dapat menggunakan nilai signifikansi
(Asymp.significance). Jika nilai signifikansinya lebih dari α
maka Tolak Ho demikian juga sebaliknya.
b. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah
data berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Untuk
menguji homogenitas digunakan uji Bartlett, dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menghitung varian gabungan dari semua sampel
dengan rumus:
S2 = ∑(𝑛𝑖−1)𝑆𝑡₂
∑(𝑛𝑖−1)
2) Harga satuan B, dengan rumus:
B = (logS2) ∑(ni-1)
3) Uji barlett digunakan statistik Chi Kuadrat, dengan
rumus:
X2 = (1n10) {B – (ni-1)logS2t]
Kriteria pengujian X2hitung < X2
tabel maka varian
populasi tersebut bersifat homogen, sedangkan jika
X2hitung > X2- tabel maka varian tidak homogeny (Sudjana,
2005: 263)
2. Uji Hipotesis
a. Analisis Regresi
Korelasi dan regresi keduanya mempunyai hubungan
yang sangat erat. Setiap regresi pasti ada korelasinya, tetapi
korelasi belum tentu dilanjutkan dengan regresi. Korelasi
yang tidak dilanjutkan dengan regresi, adalah korelasi
antara dua variabel yang tidak mempunyai hubungan
kasual/sebab akibat, atau hubungan fungsional. Untuk
menetapkan kedua variabel mempunyai hubungan kusal
56
atau tidak, maka harus didasarkan pada teori atau konsep-
konsep tentang dua variabel tersebut. Analisis regresi
digunakan bila ingin mengetahui bagaimana variabel
dependen/kriteria dapat diprediksikan melalui variabel
independen atau variabel prediktor, secara individual.
Dampak dari penggunaan analisis regresi dapat digunakan
untuk memutuskan apakah naik dan menurunnya variabel
dependen dapat dilakukan melalui menaikan dan
menurunkan keadaan variabel independen, atau
meningkatkan keadaan variabel dependen dapat dilakukan
dengan meningkatkan variabel independen/dan sebaliknya.
Sudjana (2005:310) Analisis regresi adalah analisis
terhadap dua data atau variabel lebih yang sewajarnya
dipelajari bagaimana cara variabel-variabel itu
berhubungan. Hubungan yang didapat pada umumnya
dinyatakan dalam bentuk persamaan matematik yang
menyatakan hubungan fungsional antara variabel- variabel.
Dalam analisis regresi, dikenal dua jenis variabel yaitu:
1. Variabel Respon (variabel dependent atau variabel
terikat) yaitu variabel yang keberadaannya
dipengaruhi oleh variabel lainnya dan dinotasikan
dengan Y
2. Variabel Prediktor (variabel independent atau variabel
bebas) yaitu variabel bebas (tidak dipengaruhi oleh
variabel lainnya) dan dinotasikan dengan X
Gulo (2002:187) mengatakan analisis regresi dikenal
dalam dua bentuk, tergantung banyaknya variabel bebas (X).
Jika variabel bebas (X) hanya satu, maka analisis regresi
tersebut disebut analisis regresi linier sederhana. Tetapi jika
variabel bebas (X) yang berhubungan dengan satu variabel
terikat (Y) lebih dari satu, maka analisis regresi disebut
analisis regresi linier berganda (multiregression).
1. Regresi Linier Sederhana
Untuk menguji hipotesis pertama dan kedua yaitu
pengaruh sertifikasi guru terhadap kinerja dan pengaruh
motivasi kerja guru terhadap kinerja guru,
57
menggunakan statistic t dengan model regresi
sederhana. Regresi sederhana didasarkan pada
hubungan fungsional ataupun kausal satu variabel
independen dengan satu variabel dependen. Persamaan
umum regresi linier sederhana adalah sebagai berikut:
Y = a + bX
Keterangan:
Y = subyek dalam variabel dependen yang
diprediksikan
a = harga Y ketika harga X = 0 (harga konstan)
b = angka arah satu koefisien regresi, yang
menunjukkan angka peningkatan ataupun
penurunan variabel dependen yang didasarkan
pada perubahan variabel independen. Bila (+) arah
garis naik, dan bila (-) maka arah garis turun.
X = subyek pada variabel independen yang
mempunyai nilai tertentu.
Jadi harga b merupakan fungsi dari koefisien
korelasi. Bila koefisien korelasi tinggi, maka harga b
juga besar, sebaliknya bila koefisien korelasi rendah
maka harga b juga rendah (kecil). Selain itu, bila
koefisien korelasi negative maka harga b juga negatif,
dan sebaliknya bila koefisien korelasi positif maka
harga b juga positif.
Selain itu harga a dan b dapat dicari dengan rumus
sebagai berikut:
a = (Σyi) (Σxi²) – (Σxi) (Σxiyi)
n(Σxi²) – (Σxi)²
b = n(Σxiyi) – (Σxi) (Σyi)
n(Σxi²) – (Σxi)²
(Sugiyono, 2014: 261-262).
58
Setelah menguji hipotesis regresi linier sederhana
dilanjutkan dengan uji signifikan dengan rumus uji t.
Menggunakan rumus uji t karena simpangan baku
populasinya tidak diketahui. Simpangan baku dapat
dihitung berdasarkan data yang sudah terkumpul. Jadi
rumus yang tepat untuk uji signifikan dalam penelitian
ini adalah uji t, dengan rumus sebagai berikut:
tꝋ = 𝑏
𝑠𝑏
Keterangan:
tꝋ = nilai teoritis observasi
b = koefisien garis regresi
Sb = standar deviasi
Kriteria pengujian hipotesis yaitu:
Jika tꝊ > ttabel maka Ho ditolak dan jika tꝊ < ttabel
maka Ho diterima, ttabel diperoleh dari daftar distribusi
t dengan peluang (1-α) dan dk = n-2
2. Regresi Linier Multiple
Untuk pengujian hipotesis ketiga yaitu untuk
mengetahui pengaruh sertifikasi guru Bersama – sama
dengan motivasi kerja guru terhadap kinerja guru
menggunakan linier multiple.
Persamaan regresi ganda untuk tiga prediktor yaitu:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3
(Sugiyono, 2014: 275)
Kemudian untuk menguji signifikan simultan
dilakukan uji F dengan rumus sebagai berikut:
F = 𝐽𝐾
𝑟𝑒𝑔
𝑘𝐽𝐾𝑟𝑒𝑠
𝑛−𝑘−1
59
Keterangan:
JK(reg) = b1∑X1 Y + b2∑X2 Y + b3∑X3 Y
JK(res) = ∑Y2 – JK (reg)
n = banyaknya responden
k = banyaknya kelompok
Dengan Ft = Fα (k : n – k – 1)
Keterangan:
α = tingkat signifikansi
k = banyaknya kelompok
n = banyaknya responden
Dengan kriteria uji adalah tolak Ho jika Fhitung >
Ftabel dan demikian pula sebaliknya, jika Fhitung <
Ftabel maka Ha diterima dk pembilang = k dan dk
penyebut = (n-k-1) dengan taraf signifikansi α = 0,05.
b. Asumsi Klasik regresi Linier Berganda
1. Seperti halnya uji parametris lainnya, maka regresi
linear juga mempunyai syarat atau asumsi klasik yang
harus terpenuhi. Agar model prediksi yang dihasilkan
nantinya bersifat BLUE (Best Linear Unbiased
Estimation).
2. Asumsi klasik pada regresi linear berganda antara
lain: Data interval atau rasio, linearitas, normalitas,
non outlier, homoskedastisitas, non multikolinearitas
dan non autokorelasi.
a. Data Interval atau rasio
Skala data semua variable terutama variable terikat
adalah interval atau rasio. Asumsi ini tidak perlu
diuji, cukup memastikan bahwa data yang
digunakan adalah data interval atau rasio (numeric
atau kuantitatif).
b. Linearitas
Ada hubungan linear antara variable bebas dengan
60
variable terikat. Asumsi linearitas diuji dengan uji
linearitas regresi, misalnya dengan kurva estimasi.
Dengan kurva estimasi kita bisa tentukan ada
hubungan linear atau tidak dengan melihat nilai p
value linearitas. Jika p value < 0,05 maka terdapat
hubungan yang linear antara predictor dan
response.
61
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bagian ini akan membahas beberapa hal yang berkaitan dengan
gambaran umum sekolah, deskripsi data, uji persyaratan instrumen,
analisis data, pengujian hipotesis, dan diakhiri dengan pembahasan.
Pembahasan secara rinci beberapa sub bab tersebut dikemukakan
sebagai berikut ini:
A. Gambaran Umum Sekolah
1. Sistem Pendidikan Islam Terpadu
Pada penelitian ini riset dilakukan di empat belas Madrasah
yang berada di wilayah Kebayoran Lama Jakarta Selatan. Ke-empat
belas sekolah ini merupakan Madrasah yang tergabung dalam
kelompok Kerja Madrasah Ibtidaiyah Kebayoran Lama. Dari empat
belas Madrasah Ibtidaiyah tersebut, satu Madrasah Ibtidaiyah
merupakan Madrasah Negeri sedangkan tiga belas Madrasah
lainnya merupakan Madrasah Swasta yang dikelola oleh Yayasan
swasta. Keempat belas Madrasah ini tersebar di beberapa wilayah di
daerah Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Salah satu Madrasah
Ibtidaiyah yang diteliti berada di daerah Tangerang Selatan, akan
tetapi karena Yayasan tersebut berada di bawah koordinasi Yayasan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, maka
Madrasah Ibtidaiyah tersebut masuk pada wilayah DKI Jakarta.
Tabel 4.1
Daftar Madrasah Ibtidaiyah se-KKMI Kebayoran Lama
No. Nama Madrasah Ibtidaiyah Jumlah Siswa
1 Madrasah Ibtidaiyah Negeri 01 684
2 Madrasah Ibtidaiyah Swasta 02 1135
3 Madrasah Ibtidaiyah Swasta 03 439
4 Madrasah Ibtidaiyah Swasta 04 134
5 Madrasah Ibtidaiyah Swasta 05 200
6 Madrasah Ibtidaiyah Swasta 06 449
62
7 Madrasah Ibtidaiyah Swasta 07 111
8 Madrasah Ibtidaiyah Swasta 08 83
9 Madrasah Ibtidaiyah Swasta 09 198
10 Madrasah Ibtidaiyah Swasta 10 157
11 Madrasah Ibtidaiyah Swasta 11 128
12 Madrasah Ibtidaiyah Swasta 12 299
13 Madrasah Ibtidaiyah Swasta 13 244
14 Madrasah Ibtidaiyah Swasta 14 141
Keempat belas Madrasah Ibtidaiyah ini merupakan Madrasah
Ibtidaiyah yang memiliki kurikulum yang mengacu pada kurikulum
yang dikeluarkan oleh Kementerian Agama dan Kementerian
Pendidikan Nasional. Keempat belas Madrasah Ibtidaiyah ini
menerapkan sistem kurikulum yang sama, yakni kurikulum 2013.
Pada sekolah – sekolah tersebut, setiap mata pelajaran mempunyai
waktu tiga puluh lima menit untuk satu jam tatap muka. Rata – rata
perminggu Madrasah Ibtidaiyah menyelenggarakan empat puluh
enam jam tatap muka ditambah dengan tiga puluh menit
pelaksanaan Habitual Curriculum (HC) di awal waktu setiap
harinya. Habitual Curriculum yang dilaksanakan setiap pagi hari
dilaksanakan untuk menerapkan kegiatan penguatan karakter
keIslaman siswa, seperti kegiatan Tahfiz Qur’an dan Shalat Dhuha
berjama’ah.
2. Sistem Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah
Keempat belas Madrasah Ibtidaiyah yang di teliti oleh penulis
menyelenggarakan sistem Pendidikan terpadu (Integrated System).
Dengan penggunaan sistem Pendidikan tersebut maka Madrasah
Ibtidaiyah mengajarkan ilmu umum sejalan dengan ilmu agama
islam. Penanaman nilai – nilai keislaman dilakukan dan terintegrasi
dengan seluruh mata pelajaran maupun pada aktifitas harian siswa
sehingga nilai – nilai ajaran keislaman dapat terinternalisasi pada
diri masing – masing siswa.
Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi yang dilakukan
oleh penulis, ke empat belas Madrasah Ibtidaiyah tersebut
63
mengaplikasikan kurikulum 2013 di sekolah masing – masing.
Berbeda dengan system Pendidikan Sekolah Dasar yang hanya
menerapkan mata pelajaran umum pada pembelajarannya,
Madrasah Ibtidaiyah menambahkan mata pelajaran keIslaman pada
pembelajarannya dengan tetap mengajarkan mata pelajaran umum di
Madrasahnya. Hal ini menyebabkan waktu yang digunakan untuk
belajar mengajar lebih lama dibandingkan dengan Sekolah Dasar
biasa yang hanya menggunakan kurikulum 2013. Pembelajaran di
sekolah berlangsung sejak hari Senin hingga Jum’at. Pada hari Senin
hingga Kamis, para siswa kelas 1 hingga kelas 3 bersekolah sejak
pukul 07.00 pagi hingga pukul 12.30 siang, sedangkan para siswa
kelas 4 hingga kelas 6 bersekolah sejak pukul 07.00 pagi hingga
pukul 15.30. Selain itu, pada hari Jum’at para siswa bersekolah sejak
pukul 07.00 pagi hingga pukul 11.00 siang.
Integrated system yang diterapkan di Madrasah membuat nilai
– nilai keIslaman mendasari semua aktifitas belajar mengajar yang
dilakukan di sekolah. Siswa dibekali dengan kemampuan ilmu
pengetahuan dan wawasan teknologi yang luas sekaligus membekali
siswa dengan keimanan dan ketakwaan yang mampu menjadikan
siswa pribadi – pribadi yang shaleh dan shalehah serta unggul pada
bidang keilmuan.
3. Kurikulum Madrasah Ibtidaiyah
Madrasah Ibtidaiyah merupakan satuan Pendidikan yang
berusaha menyelaraskan ilmu umum dengan ilmu agama yang
terintegrasi untuk dapat membentuk pribadi-pribadi muslim yang
beriman dan bertakwa serta menguasai ilmu pengetahuan umum.
Otonomi Madrasah yang diberikan oleh pemerintah pusat melalui
Kementerian Pendidikan Nasional telah membuat Madrasah
berupaya semaksimal mungkin untuk dapat mengintegrasikan nilai-
nilai keIslaman pada mata pelajaran Umum.
Berdasarkan hasil dari observasi dan pengamatan yang
dilakukan oleh penulis, keempat belas Madrasah tersebut
menerapkan Kurikulum 2013 (K13) sesuai dengan arahan
pemerintah pusat. Mata pelajaran umum yang diajarkan meliputi
Matematika, Bahasa Indonesia, Pendidikan Kewarganegaraan, Ilmu
Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Pendidikan Jasmani
dan Kesehatan, dan SBDP (Seni Budaya dan Prakarya) serta Bahasa
Inggris dan Komputer sebagai Mata Pelajaran Muatan Lokal. Mata
64
Pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia serta IPA dan IPS
terangkum dalam satu mata pelajaran yang disebut dengan Tematik
Terpadu. Sedangkan mata pelajaran lain tetap berdiri sendiri. Selain
itu, mata pelajaran keIslaman yang di ajarkan antara lain Bahasa
Arab, Sejarah Kebudayaan Islam, Fikih, Alqur’an Hadits, Akidah
Akhlak dan Tahfiz.
4. Metodologi Pembelajaran Madrasah Ibtidaiyah
Kurikulum 2013 membuat aspek pengetuahuan bukanlah
aspek utama seperti yang disebutkan pada kurikulum – kurikulum
yang diberlakukan sebelumnya. Pada kurikulum ini, aspek baru
seperti aspek ketrampilan mulai diperkenalkan dan dijadikan salah
satu aspek yang penting untuk dimiliki oleh siswa. Aspek
keterampilan ini merupakan aspek yang penting pada kurikulum
2013 karena dengan aspek keterampilan, siswa dapat menyalurkan
pengetahuannya sehingga aspek pengetahuan tidak hanaya menjadi
teori semata. Aspek keterampilan memberikan penekanan pada skill
atau kemampuan dan keterampilan, contohnya antara lain
kemampuan untuk mengemukakan pendapat, kemampuan untuk
berdiskusi / bermusyawarah, kemampuan untuk menganalisa suatu
masalah, serta kemampuan untuk melakukan presentasi.
Madrasah Ibtidaiyah yang diteliti oleh penulis pada umumnya
berusaha untuk menyesuaikan metode pembelajaran yang sesuai
dengan Kurikulum 2013. Akan tetapi, metode ceramah dimana guru
menjadi sentral atau satu-satunya sumber pembelajaran masih
sering dilakukan pada keempat belas Madrasah tersebut. Akan
tetapi, beberapa Madrasah yang lebih besar seperti Madrasah
Ibtidaiyah Negeri 01 dan Madrasah Swasta 02 mempunyai SDM
yang rata – rata berusia lebih muda dan juga memiliki sarana
prasarana yang lebih mendukung guru untuk menggunakan metode
pembelajaran yang lebih menyenangkan dan bervariatif.
Berdasarkan pengamatan penulis, pembelajaran yang meng-
integrasikan aspek ketrampilan seperti metode berdiskusi, problem
based learning, project based learning, dan metode bermain peran
(role play method) sering kali dipraktekkan oleh para guru di kedua
sekolah tersebut.
65
5. SDM Tenaga Kependidikan Madrasah Ibtidaiyah
Sumber Daya Manusia Tenaga Kependidikan terdiri dari para
guru, kepala sekolah, orang tua murid, serta dina kependidikan baik
daerah maupun pusat. Dari sekian banyak Sumber Daya Manusia
yang berperan dalam aktifitas belajar mengajar, maka para guru
memiliki peran yang paling signifikan pada keberhasilan aktifitas
belajar mengajar di kelas. Peran guru dalam keberhasilan belajar
dan mengajar khususnya di Madrasah sangatlah esensial.
Berdasarkan hasil pengamatan penulis pada keempat belas
Madrasah tersebut, komponen SDM yang berperan besar terhadap
keberhasilan belajar mengajar tentu saja adalah para guru. Berikut
tabel jumlah guru di ke empat belas Madrasah Ibtidaiyah yang
diteliti oleh penulis:
Tabel 4.2
Daftar Jumlah Guru dan Guru Tersertifikasi
No. Nama Madrasah btidaiyah Jumlah
Guru
Jumlah Guru
Tersertifikasi
1 Madrasah Ibtidaiyah Negeri 01 48 31
2 Madrasah Ibtidaiyah Swasta 02 91 69
3 Madrasah Ibtidaiyah Swasta 03 19 10
4 Madrasah Ibtidaiyah Swasta 04 10 4
5 Madrasah Ibtidaiyah Swasta 05 11 6
6 Madrasah Ibtidaiyah Swasta 06 20 16
7 Madrasah Ibtidaiyah Swasta 07 11 8
8 Madrasah Ibtidaiyah Swasta 08 8 8
9 Madrasah Ibtidaiyah Swasta 09 11 4
10 Madrasah Ibtidaiyah Swasta 10 12 5
11 Madrasah Ibtidaiyah Swasta 11 8 3
12 Madrasah Ibtidaiyah Swasta 12 19 10
13 Madrasah Ibtidaiyah Swasta 13 12 10
14 Madrasah Ibtidaiyah Swasta 14 12 7
TOTAL 292 191
66
Berdasarkan tabel diatas kita bisa melihat peran nyata
pemerintah untuk mendukung Pendidikan Madrasah dengan
pemberian sertifikasi pada para SDM guru di Madrasah Ibtidaiyah
di lingkungan Kebayoran Lama. Hal ini dikarenakan berdasarkan
tabel, jumlah guru yang tersertifikasi pada setiap sekolah lebih dari
setengah jumlah guru yang mengajar di Madrasah Ibtidaiyah
tersebut.
Kuesioner sebanyak guru yang telah diidentifikasi disebarkan
di empat belas Madrasah Ibtidaiyah yang menjadi tempat penelitian
setelah peneliti mendapatkan izin untuk meneliti di Madrasah-
Madrasah tersebut. Dari guru tersertifikasi, sebanyak sembilan
puluh empat guru mengisi dan mengumpulkan kuesioner tersebut
kepada peneliti. Sehingga jumlah responden pada penelitian ini
adalah sembilan puluh empat orang guru.
6. Sarana dan Prasarana Madrasah Ibtidaiyah
Pada keempat belas Madrasah Ibtidaiyah yang diteliti oleh
penulis, sarana dan prasarana yang dimiliki oleh para Madrasah ini
cukup baik. Mayoritas Madrasah ini telah mempunyai Gedung
sekolah yang memadai dan cukup layak pakai. Ruang kelas yang
cukup luas dimiliki oleh Madrasah-madrasah tersebut. Dukungan
pemerintah untuk pembangunan Gedung dimanfaatkan dengan baik
oleh para Madrasah-madrasah tersebut sehingga mereka tidak lagi
membebankan biaya pembangunan Gedung pada para orang tua
murid. Jumlah ruangan kelas juga cukup memadai untuk
menampung siswa yang dimiliki oleh masing-masing Madrasah.
Berdasarkan hasil pengamatan penulis, ruangan yang dimiliki
oleh masing – masing Madrasah sudah dilengkapi dengan
LCD/infocus. Dari keempat belas Madrasah tersebut, hanya dua
sekolah yaitu Madrasah Ibitidaiyah Negeri 01 dan Madrasah
Ibtidaiyah Swasta yang memiliki LCD di semua ruangan kelas
sedangkan di Madrasah lainnya LCD / Infocus hanya tersedia di
beberapa ruang kelas saja. Kedua Belas Madrasah Ibtidaiyah
tersebut menyebutkan bahwa mereka bergantian menggunakan
kelas yang dilengkapi LCD untuk digunakan dalam pembelajaran
di kelas. Selain itu, fasilitas koneksi internet seperti wifi juga
tersedia untuk digunakan untuk mendukung pembelajaran di semua
Madrasah yang diteliti dalam penelitian ini. Para guru menyebutkan
bahwa fasilitas koneksi internet banyak digunakan untuk mencari
67
bahan pembelajaran tambahan seperti video, audio maupun
mengakses situs pembelajaran online seperti rumah belajar
kemendikbud, kelas pintar, ruangguru, zenius, quipper Video, Khan
Academi dan duolingo.
Perpustakaan yang mendukung aktivitas belajar mengajar
yang baik dimiliki oleh 2 Madrasah utama, yaitu Madrasah
Ibtidaiyah Negeri 01 dan Madrasah Ibtidaiyah Swasta 02. Selain
memiliki luas ruangan perpustakaan yang cukup baik, perpustakaan
di kedua Madrasah tersebut juga memiliki koleksi yang cukup
banyak sehingga dapat menstimulasi siswa siswi dan para guru
untuk dapat meningkatkan budaya literasi di sekolah. Akan tetapi,
pada kedua belas Madrasah Ibtidaiyah lainnya, mereka belum
memiliki perpustakaan dengan luas ruangan yang memadai dan juga
belum memiliki koleksi yang dapat mendukung pembelajaran baik
untuk siswa maupun untuk guru – gurunya.
Pembelajaran dilaksanaan tidak hanya indoor learning tapi
juga mendorong siswa dan guru untuk lebih banyak bereksperimen
di luar kelas (outdoor) dengan menyesuaikan materi yang sedang
disajikan oleh guru. Dengan begitu selalu menumbuhkan semangat
baru bagi minat belajar siswa.
B. Deskripsi Data
Setelah mengadakan penelitian dan penyebaran angket pada
guru Madrasah Ibtidaiyah se-KKMI Kebayoran Lama, diperoleh
data mengenai program sertifikasi guru, motivasi kerja guru, dan
kinerja guru.
Tabel 4.3 Descriptive Statistics
Variabel N Min Max Sum Mean Std.
Deviation Variance
Sertifikasi Guru (X1) 94 51 95 7227 76,88 8,736 76,319
Motivasi Kerja Guru (X2) 94 48 76 5885 62,61 5,977 35,725
Kinerja Guru (Y) 94 168 232 18291 194,59 21,424 458,977
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa nilai tertinggi variable
sertifikasi guru adalah 95 dan nilai terendah adalah 51. Sehingga
68
jarak antara nilai tertinggi dan terendah adalah 44. Sedangkan pada
variable motivasi kerja guru, nilai tertingginya diperoleh 76 dan
terendah 48. Sehingga perbedaan diantara keduanya adalah 28.
Untuk kinerja guru didapatkan nilai tertinggi adalah 232 dan nilai
terendah adalah 168.
Berdasarkan hasil statistic deskriptif tersebut, dapat
dikategorisasikan masing-masing variabel yang terkait sertifikasi
guru, motivasi kerja guru, dan kinerja guru pada table berikut ini:
1. Sertifikasi Guru (X1)
Tabel 4.4
Hasil Kategori Pelaksanaan Pemberian Sertifikasi Guru
Kategori Interval Kelas Frekuensi Persentase (%)
Baik X ≥ 86 21 22,34
Cukup 68 ≤ X < 86 62 65,95
Kurang X < 68 11 11,71
Jumlah 94 100
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa skor tertinggi
berada pada kriteria cukup yakni 62 orang atau setara dengan
65,95%. Sedangkan untuk kategori lainnya seperti baik dan
kurang dapat dikatakan rendah yakni masing-masing 21
orang dan 11 orang dari total responden 94 orang. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa persepsi guru Madrasah Ibtidaiyah
se- KKMI Kebayoran Lama terhadap program sertifikasi guru
dikategorisasikan cukup.
2. Motivasi Kerja Guru
Tabel 4.5
Hasil Kategori Motivasi Kerja Guru
Kategori Interval Kelas Frekuensi Persentase (%)
Tinggi X ≥ 69 16 17,02
Cukup Tinggi 57 ≤ X < 69 49 52,12
Cukup X < 57 29 30,86
Jumlah 94 100
69
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa 16 orang atau
setara dengan 17,02% guru memiliki motivasi kerja yang
tinggi sedangkan 49 setara dengan 52,12% guru memiliki
motivasi kerja yang cukup tinggi dan 29 orang memiliki
motivasi yang cukup. Sehingga secara keseluruhan, dapat
disimpulkan bahwa motivasi kerja guru Madrasah Ibtidaiyah
se-KKMI Kebayoran Lama dikategorikan cukup tinggi.
3. Kinerja Guru
Tabel 4.6
Hasil Kategori Kinerja Guru
Kategori Interval Kelas Frekuensi Persentase (%)
Baik X ≥ 216 24 25,53
Cukup 173 ≤ X < 216 61 64,89
Rendah X < 173 9 9,58
Jumlah 94 100
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa 24 orang atau
setara 25,53% guru memiliki motivasi kinerja yang baik.
Sedangkan 61 orang atau setara 82,5% guru memiliki
motivasi kinerja yang cukup. Dan sebanyak 9 orang guru atau
setara 9,58% memiliki motivasi kinerja yang rendah. Namun,
secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa kinerja guru
Madrasah Ibtidaiyah se-KKMI Kebayoran Lama
dikategorikan cukup baik.
C. Hasil Pengujian Prasyarat Analisis Data
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk memperlihatkan bahwa
data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Untuk menguji normalitas data tersebut, dilakukan dengan uji
normalitas galat taksiran melalui uji Kolmogorov-smirnov.
Berdasarkan data yang telah di olah menggunakan IBM SPSS
Statistics Version 25, selanjutnya di uji normalitas datanya.
Data dianggap normal ketika taraf signifikannya mencapat
angka minimal 0,05. Hasil uji normalitas variabel sertifikasi
70
guru (X1), motivasi kerja guru (X2), dan kinerja guru (Y),
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.7
Hasil Uji Normalitas Galat Taksiran
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Galat Taksiran
Y atas X1
Galat Taksiran
Y atas X2
Galat Taksiran
X1 atas X2
N
Mean Std.
Deviation
Absolute Positive
Negative
Test Statistic
Asymp. Sig. (2-
tailed)
94
,0000000
17,582
,093
,093
-,076
,093
,042c
94
,0000000
15,713
,133
,133
-,063
,133
,000c
94
,0000000
15,581
,106
,106
-,061
,106
,011c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data
c. Lilliefors Significance Correction
Hipotesis yang di uji adalah:
Ho : Distribusi populasi normal, jika probabilitas > 0,05, Ho
diterima
H1 : Distribusi populasi tidak normal, jika probabilitas ≤ 0,05,
H0 ditolak.
Dari output di atas, galat taksiran Y atas X1 diperoleh tes
statistic sebesar 0,093 dan pada baris Asymp. Sig. (2- tailed)
sebesar 0,042 atau dapat di tulis sebagai probabilitas (p-value)
= 0,042 > 0,05. Dengan demikian, H0 diterima atau data galat
taksiran Y atas X1 berasal dari populasi berdistribusi normal.
Sedangkan galat taskiran Y atas X2 diperoleh tes statistic
sebesar 0,113 dan pada baris Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar
71
0,000 atau dapat ditulis sebagai nilai probabilitas (p-value) =
0,000 < 0,05. Dengan demikian, H0 ditolak atau data galat
taksiran Y atas X2 berasal dari populasi berdistribusi tidak
normal. Kemudian, untuk galat taksiran X1 atas X2 diperoleh
hasil tes statistic sebesar 0,106 dan pada baris Asymp. Sig. (2-
tailed) sebesar 0,011 atau dapat ditulis sebagai nilai
probabilitas (p-value) = 0,011 > 0,05. Dengan demikian, H0
diterima atau data galat taksiran X1 atas X2 berasal dari
populasi berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah
data berasal dari populasi yang homogeny atau tidak. Untuk
menguji homogenitas menggunakan model Explore atau model
Anova, hasil uji homogenitas dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.8
Hasil Uji Homogenitas
Variabel Levene
Statistic
df1 df2 Sig.
Sertifikasi Guru (X1) 1,626 21 61 ,072
Motivasi Kerja Guru (X2) 1,695 19 69 ,058
Hipotesis yang di uji adalah:
H0: Varians populasi adalah homogen, jika probabilitas > 0,05,
H0 diterima.
H1: Varians populasi adalah tidak homogen, jika probabilitas >
0,05, H0 ditolak.
Berdasarkan hasil olah data statistik di atas, terlihat bahwa
variabel sertifikasi guru dan motivasi kerja guru adalah
homogeny karena nilai kedua probabilitas (sig) > 0,05. Masing-
masing adalah 0,072 > 0,05 dan 0,058 > 0,05.
72
D. Pengujian Hipotesis
a. Pengujian Hipotesis Pertama
Hipotesis pertama menyatakan bahwa “Sertifikasi Guru
berpengaruh positif terhadap kinerja Guru”. Untuk menguji
hipotesis pertama ini, menggunakan analisis regresi linier
sederhana. Dengan bantuan program IBM SPSS Statistics 25,
diperoleh rangkuman hasil analisis regresi linier sederhana
seperti pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.9
Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana (Sertifikasi Guru)
Variabel
Koef.
Regresi
(B)
t
hitung
Sig.t
Keterangan
Konstanta 86.866 5.350 .000
Sertifikasi Guru (X1) 1.401 6.677 .000 Signifikan
R Square 0.326
Sumber: Data primer diolah, 2020
Hasil analisis regresi linier sederhana seperti pada tabel 4.9,
dapat ditulis persamaan regresi yaitu sebagai berikut:
Y = 86.866 + 1.401X1
Nilai konstanta sebesar 86.866, hal ini berarti bahwa Kinerja
Guru akan sebesar 86.866 jika Sertifikasi Guru sama dengan nol.
Hal ini dapat dijelaskan bahwa Kinerja Guru akan menurun jika
tidak ada Sertifikasi Guru.
Variabel Sertifikasi Guru (X1) mempunyai pengaruh positif
terhadap Kinerja Guru dengan koefisien regresi sebesar 1.401
menunjukkan bahwa apabila Sertifikasi Guru meningkat 2
persen maka Kinerja Guru akan meningkat 1.401 persen dengan
asumsi variabel bebas yang lain konstan. Nilai signifikan (sig.)
sebesar 0.000, nilai ini lebih rendah dibandingkan dengan 0,05
maka pengaruh Sertifikasi Guru terhadap Kinerja Guru adalah
signifikan.
73
Berdasarkan perhitungan IBM SPSS, nilai t hitung sebesar
6.677, sedangkan p value sebesar 0.000, sehingga p value 0.000
< 0,05, artinya ada pengaruh signifikan variabel Sertifikasi Guru
terhadap Kinerja Guru. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin
tinggi Sertifikasi Guru maka Kinerja Guru akan semakin baik,
begitu juga sebaliknya.
Koefisien determinasi Rr sebesar 0.326 atau 32,6% variasi
pada variabel dependen Kinerja Guru dapat dijelaskan oleh
variasi variabel independen Sertifikasi guru. Sedangkan sisanya,
67,4% dipengaruhi oleh variabel yang tidak dijelaskan dalam
model tersebut.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan
H1 diterima sehingga dapat dinyatakan bahwa“Sertifikasi Guru
berpengaruh positif terhadap Kinerja Guru”.
b. Pengujian Hipotesis Kedua
Hipotesis kedua menyatakan bahwa “Motivasi Kerja Guru
berngearuh positif terhadap Kinerja Guru”. Untuk menguji
hipotesis kedua ini digunakan analisis regresi linier sederhana.
Dengan bantuan program IBM SPSS Statistics 25, diperoleh
rangkuman hasil analisis regresi linier sederhana seperti pada
tabel sebagai berikut:
Tabel 4.10 Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana (Motivasi
Kerja Guru)
Variabel Koef. Egresi (B) t hitung Sig.t Keterangan
Konstanta 42.053 2.440 .017
Motivasi Kerja Guru (X2) 2.436 8.899 .000 Signifikan
R Square 0.462
Sumber: Data primer diolah, 2020
Hasil analisis regresi linier sederhana seperti pada tabel 4.10
dapat ditulis persamaan regresi yaitu sebagai berikut:
Y = 42.053 + 2.436X2
74
Nilai konstanta sebesar 42.053, hal ini berarti bahwa Kinerja
Guru akan sebesar 42.053 jika Motivasi Kerja Guru sama dengan
nol. Hal ini dapat dijelaskan bahwa Kinerja Guru akan menurun
jika tidak ada Motivasi Kerja Guru.
Variabel Motivasi Kerja Guru (X2) mempunyai pengaruh
positif terhadap Kinerja Guru, dengan koefisien regresi sebesar
2.436 menunjukkan bahwa apabila Motivasi Kerja Guru
meningkat 3 persen maka Kinerja Guru akan meningkat 2.436
persen dengan asumsi variabel yang lain konstan. Nilai signifikan
(sig.) sebesar 0,000, nilai ini lebih rendah dibandingkan dengan
0,05 maka pengaruh Motivasi Kerja Guru terhadap Kinerja Guru
adalah signifikan.
Berdasarkan perhitungan IBM SPSS, nilai t hitung sebesar
8.899, sedangkan p value sebesar 0,000, sehingga p value <5%
(0,000<0,05) artinya ada pengaruh signifikan variabel Motivasi
Kerja Guru terhadap Kinerja Guru. Hasil ini menunjukkan bahwa
semakin tinggi Motivasi Kerja Guru maka Kinerja Guru akan
semakin baik, begitu pula sebaliknya.
Koefisien determinasi R2 sebesar 0,462 yang berarti 46,2%
variasi pada variabel dependen Kinerja Guru dapat dijelaskan
oleh variasi variabel independen Motivasi Kerja Guru, sedangkan
53,8% dipengaruhi oleh variabel yang tidak dijelaskan dalam
model tersebut.
Dengan demikian pada hipotesis kedua dapat disimpulkan
bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, dengan kata lain dapat
dinyatakan bahwa “Motivasi Kerja Guru berpengaruh positif
terhadap Kinerja Guru”.
c. Pengujian Hipotesis Ketiga
Hipotesis ketiga menyatakan bahwa “Sertifikasi Guru dan
Motivasi Kerja Guru bersama-sama berpengaruh positif
terhadap Kinerja Guru”. Hasil pengujian terhadap model regresi
berganda terhadap variabel Sertifikasi guru (X1), Motivasi Kerja
Guru (X2), yang mempengaruhi Kinerja Guru dilihat dalam
tabel 4.11 berikut:
75
Tabel 4.11 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Variabel
Independen
Koefisien
Regresi
t
hitung Probabil itas SE SR
(Constant) 39.081 2.253
Sertifikasi Guru 0.351 1.247 0.216 8.1 17.2
Motivasi Kerja Guru 2.053 4.989 0.000 38.9 82.5
F hitung 40.521
R2 Square 0.471
Multiple R 0.686
Sig f 0.000
Sumber: Data hasil regresi, 2020
Pada penelitian ini digunakan model persamaan regresi linier
berganda sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2
Dengan memperhatikan model regresi dan hasil regresi linier
berganda, maka didapat persamaan faktor-faktor yang
mempengaruhi Kinerja Guru sebagai berikut:
Y = 39.081 + 0.351X1 + 2.053X2
Dari tabel 4.11 di atas didapat F hitung sebesar 40.521 dengan
taraf signifikansi 0.000. Hal ini menunjukkan bahwa probabilias <
taraf signifikansi yang ditolerir (0.000<0.05), maka Ha diterima dan
menolak Ho. Ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif
signifikan Sertifikasi Guru dan Motivasi Kerja Guru secara
bersama-sama terhadap Kinerja Guru.
Kemudian untuk menunjukkan berapa persen pengaruh
Sertifikasi Guru dan Motivasi Guru secara bersama-sama terhadap
Kinerja guru digunakan koefisien determinasi. Dari tabel 4.11 di atas
dapat diketahui koefisien determinasi (R2 Square) sebesar 0.471
yang berarti 47,1% variasi Kinerja Guru dapat dijelaskan oleh ketiga
variabel bebas yang terdiri dari Sertifikasi Guru dan Motivasi Kerja
Guru, sedangkan sisanya 52.9% variasi Kinerja Guru dipengaruhi
oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian.
76
Dengan demikian pada hipotesis ketiga dapat disimpulkan bahwa
H0 ditolak dan H1 diterima, dengan kata lain dapat dinyatakan
bahwa “Sertifikasi Guru dan Motivasi Kerja Guru bersama-sama
berpengaruh positif terhadap Kinerja Guru”.
Pada tabel 4.11 menunjukkan besarnya variabel Sertifikasi Guru
sebesar 8.1%. Artinya bahwa besarnya kontribusi variabel Sertifikasi
Guru terhadap Kinerja Guru sebesar 8.1% dan besarnya sumbangan
relatif sebesar 17.2%.
Pada tabel 4.11 menunjukkan besarnya variabel Motivasi Kerja
Guru sangat besar yaitu 38.9%. Artinya bahwa besarnya kontribusi
variabel Motivasi Kerja Guru terhadap Kinerja Guru sebesar 38.9%
dan besarnya sumbangan relatif sebesar 82.5%.
Dalam hal ini berarti variabel Motivasi Kerja Guru lebih dominan
dan berpengaruh terhadap Kinerja Guru. Berdasarkan tabel diatas
tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara bersama- sama variabel
Sertifikasi Guru dan Motivasi Kerja Guru bersama-sama
memberikan sumbangan efektif 41.7% terhadap Kinerja Guru dan
52.9% diberikan oleh variabel-variabel lain yang tidak dibahas
dalam penelitian ini.
E. Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sertifikasi
guru dan motivasi kerja guru terhadap kinerja guru di Madrasah
Ibtidaiyah se-KKMI Kebayoran Lama. Berikut ini adalah
pembahasan dari hasil pengujian dalam penelitian ini:
1. Pengaruh sertifikasi guru terhadap kinerja guru
Hasil penelitian mendukung hipotesis pertama bahwa
variabel Sertifikasi Guru (X1) berpengaruh positif secara
parsial terhadap Kinerja Guru. Hal ini ditunjukkan oleh nilai
koefisien regresi X1 sebesar 1.401 menyatakan bahwa setiap
kenaikan Sertifikasi Guru sebesar 2 persen akan meningkatkan
Kinerja Guru sebesar 1.401 persen. Nilai probabilitas yang lebih
kecil dari 5% yaitu 0.000 < 0.05 mengindikasikan bahwa
Sertifikasi Guru berpengaruh positif terhadap Kinerja Guru.
Menurut Hartijasti (2002) pada Budiman (2018)
menyatakan bahwa kinerja guru yang tinggi diyakinin mampu
77
mempengaruhi munculnya semangat dalam diri guru untuk
selalu memperbaiki cara kerjanya. Kemudian, Dewanto (2016)
mengatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi guru
adalah sertifikasi guru. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
Nurbaiti (2015) yang menyatakan bahwa adanya hubungan
siginifikan (r = 0,362) antara sertifikasi dengan kinerja guru.
Pada hasil penelitian Jakparudin (2018) juga menyatakan
bahwa 47% dari jumlah guru yang menerima sertifikasi
memiliki kinerja yang rendah dan yang semula hany 19% dari
jumlah guru yang telah di sertifikasi menunjukkan kinerja yang
rendah.
2. Pengaruh Motivasi Kerja Guru terhadap Kinerja Guru
Hasil penelitian mendukung hipotesis kedua bahwa
variabel Motivasi Kerja Guru (X2) berpengaruh positif secara
parsial terhadap Kinerja Guru. Hal ini ditunjukkan oleh nilai
koefisien regresi X2 sebesar 2.436 menyatakan bahwa setiap
kenaikan Sertifikasi Guru sebesar 3 persen akan meningkatkan
Kinerja Guru sebesar 2.436 persen. Nilai probabilitas yang
lebih kecil dari 5% yaitu 0.000 < 0.05 mengindikasikan bahwa
Motivasi Kerja Guru berpengaruh positif terhadap Kinerja
Guru.
Uno dan Lamatenggo (2016: 77) mengatakan bahwa
lingkungan kerja guru memiliki peranan yang begitu penting,
karena lingkungan kerja dapat mempengaruhi guru dalam
melaksanakan tugas, kondisi dan hasil kerjanya. Sehingga
sangat memungkinan bahwa variabel- variabel tersebut dapat
mempengaruhi kinerja guru. Guru bekerja dengan kinerja yang
baik bukan disebabkan faktor-faktor disekolah, seperti gaji,
jaminan kesehatan, dan keselamatan kerja tetapi lebih didorong
rasa bangga dapat bekerja di suatu sekolah.
Hal ini terlihat dari indikator dan butir pertanyaan dalam
instrument yang diisi oleh guru. Adapun indikator- indikator
tersebut adalah:
a. Keinginan untuk berprestasi
Indikator ini menjelaskan bahwa seorang guru memiliki
motivasi dalam dirinya untuk berprestasi atau lebih unggul
dari guru lainnya. Lebih unggul dalam hal ini adalah
78
bersifat positif yang berusaha menjalankan tugasnya secara
profesional. Sebagaimana pendapat Hikmat (2009: 272)
yang mengatakan bahwa salah satu tujuan dari motivasi
adalah mempertahankan prestasi kerja dan bersaing secara
sportif. Hal ini menunjukkan bahwa guru dalam melakukan
suatu pekerjaan boleh lebih unggul dari guru yang lain,
tetapi harus bersaing secara sportif dan tidak mengganggu
hubungan kerja antar guru.
Dari analisis butir-butir pertanyaan instrumen, terlihat
bahwa guru-guru Madrasah Ibtidaiyah se- KKMI
Kebayoran Lama melakukan tugas-tugas yang bersifat
kompetitif, berusaha melebihi guru-guru yang lain yang
dapat membangkitkan motivasi guru lain untuk bekerja
secara profesional. Selain itu, peran program pemilihan
guru teladan juga berdampak pada keinginan guru untuk
berprestasi. Pemilihan guru teladan ini tidak memberikan
penghargaan dalam bentuk uang, namun non-keuangan
seperti hanya penobatan dan ucapan selamat langsung dari
kepala sekolah. Hal ini dilakukan agar memotivasi
bawahan bukan dihari itu saja namun akan diingat untuk
jangka panjang.
Dalam meningkatkan prestasinya, seorang guru dapat
menjadi contoh bagi guru lain dengan mengerjakan tugas
tambahan dari kepala sekolah untuk mencapai prestasi
yang tinggi. Dimana dalam praktiknya, guru selalu
berusaha mengembangkan metode pengajaran yang sesuai
dengan materi yang diajarkan.
b. Perasaan mencintai pekerjaan itu sendiri
Indikator ini menjelaskan bahwa pekerjaan yang
digeluti oleh guru adalah pekerjaan yang sesuai dengan
keahlian atau hobi yang membuatnya menyenangi profesi
guru. Sehingga timbul motivasi kerja dalam dirinya.
Indikator ini merupakan motivasi intrinsic yang timbul dan
sudah ada dalam diri seseorang.
Dari butir-butir pertanyaan yang ada dalam instrument
menunjukkan bahwa guru-guru Madrasah Ibtidaiyah se-
KKMI Kebayoran Lama menyenangi atau mencintai
profesinya. Guru bangga dengan pekerjaannya dan selalu
berusaha hadir ditempat kerja dengan tepat waktu. Ini
79
merupakan sebuah aturan yang dapat menciptakan tata
tertib guru dalam melakukan pekerjaan.
c. Fasilitas pekerjaan
Indikator ini menjelaskan bahwa guru akan termotivasi
dalam melaksanakan tugasnya jika didukung dengan
fasilitas atau tempat kerja yang baik. Dan ini merupakan
motivasi ekstrinsik yang berasal dari luar guru.
Berdasarkan hasil dari butir-butir pertanyaan dalam
instrumen yang diisi oleh guru, hasilnya menunjukkan
bahwa fasilitas kerja di Madrasah Ibtidaiyah se-KKMI
Kebayoran Lama dapat mendorong semangat kerja guru,
temuan ini hampir sama dengan pendapat dari Simarmata
(2014: 654-831) yang mengatakan bahwa salah satu
peningkatan motivasi kerja guru adalah memberikan
fasilitas, seperti ruang kerja yang nyaman. Agar termotivasi
dan produktivitas kerja guru dapat meningkat maka salah
satu syaratnya adalah tersedianya suasana dan ruangan
kerja yang nyaman.
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa fasilitas
pekerjaan dapat meningkatkan motivasi kerja guru dan
kreatifitas guru, jika guru memiliki pengetahuan untuk
memanfaatkan fasilitas tersebut.
d. Hubungan harmonis antara sesama rekan kerja
Indikator ini menjelaskan interaksi atau komunikasi
yang baik antara guru dengan guru lain maupun guru
dengan kepala sekolah. Interaksi ini mempunyai tujuan
yaitu menciptakan kemudahan serta kelancaran
pelaksanaan tugas pekerjaan setiap guru dan timbulnya
semangat saling membantu.
Hal yang perlu diperhatikan adalah komunikasi antara
sesama rekan kerja, karena jika komunikasi yang dilakukan
tidak sesuai dengan adab atau tatakrama, maka akan
menimbulkan kesenjangan antara rekan kerja. Oleh karena
itu, harus diperhatikan cara komunikasi yang baik. Menurut
Muslikhah Dwihartanti (2004: 6), komunikasi akan
berjalan dengan efektif manakala ada beberapa aturan dan
kaidah yang diikuti, yaitu: (1) Komunikator menghargai
setiap individu, orang maupun kelompok yang dijadikan
sasaran komunikasi, (2) Komunikator harus mampu
80
menempatkan diri pada situasi atau kondisi yang dihadapi
orang lain, (3) Pesan diterima oleh penerima pesan dan
dapat didengarkan dengan baik, (4) Kejelasan pesan
sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi, dan (5)
Berkaitan dengan sikap rendah hati dan mau mendengarkan
orang lain.
e. Kompensasi dalam bekerja
Indikator ini menjelaskan tentang semua imbalan atau
pendapatan yang diterima oleh guru karena pekerjaannya,
termasuk di dalamnya adalah gaji. Menurut Sagita Sukma
Haryani, Djamhur Hamid, dan Heru Susilo (2015),
kompensasi dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu
kompetensi finansial dan non-finansial. Kompetensi
finansial adalah imbalan yang diberikan kepada karyawan
dalam bentuk uang kartal (gaji/upah). Sedangkan
kompetensi non- finansial adalah imbalan dalam bentuk
fasilitasfasilitas yang diberikan oleh perusahaan berupa
pelatihan dan penghargaan atas kinerjanya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa motivasi dalam hal
ini berfungsi sebagai pendorong usaha dalam pencapaian
prestasi, pekerjaan itu sendiri, tempat kerja yang nyaman,
suasana kerja yang mendukung dan gaji yang besar.
Apabila guru memiliki yang tinggi, maka guru akan
memberikan terbaik demi kemajuan organisasinya. Dengan
demikian, aspek motivasi kerja seseorang akan
berpengaruh terhadap kinerjanya.
3. Pengaruh Sertifikasi Guru dan Motivasi Kerja Guru
terhadap Kinerja Guru
Hasil penelitian mendukung hipotesis ketiga bahwa
variabel Sertifikasi Guru dan Motivasi Kerja Guru berpengaruh
positif secara bersama-sama terhadap Kinerja Guru. Hal ini
ditunjukkan oleh nilai F hitung sebesar 40.521 dan p value
sebesar 0.000.
Menurut Robbins (2003), kapasitas kerja seseorang sangat
dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya adalah: (1) mentality
challenging work, (2) equitable rewards, (3) supportive
working conditions, dan (4) supportive mileagues. Kinerja Guru
81
pada dasarnya merupakan kinerja atau unjuk kerja yang
dilakukan oleh guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai
pendidik. Kinerja guru sangat menentukan kualitas hasil
pendidikan, karena guru merupakan fihak yang paling banyak
bersentuhan langsung dengan siswa dalam proses
pendidikan/pembelajaran di lembaga pendidikan Sekolah.
Implementasi program sertifikasi guru diarahkan pada
peningkatan kinerja guru sehingga dapat mencapai hasil
pembelajaran peserta didiknya secara optimal. Dalam
peningkatan kinerja guru, program sertifikasi guru memberikan
potensi kepada guru untuk selalu bermotivasi bekerja secara
professional. Oleh karena itu, dari uraian dan hasil analisis di
atas, dapat disimpulkan bahwa sertifikasi guru dalam
meningkatkan kinerja guru dapat dipengaruhi oleh faktor lain,
yaitu motivasi kerja guru itu sendiri baik internal maupun
eksternal.
82
83
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data hasil peneltian dan pembahasan mengenai
Pengaruh Sertifikasi Guru dan Motivasi Kerja Guru terhadap
Kinerja Guru di Madrasah Ibtidaiyah se-KKMI Kebayoran Lama,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Sertifikasi guru berpengaruh positif secara parsial terhadap
Kinerja Guru. Hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien regresi X1
sebesar 1.401 menyatakan bahwa setiap kenaikan Sertifikasi
Guru sebesar 2 persen akan meningkatkan Kinerja Guru sebesar
1.401 persen. Nilai probabilitas yang lebih kecil dari 5% yaitu
0.000 < 0.05 mengindikasikan bahwa Sertifikasi Guru
berpengaruh positif terhadap Kinerja Guru.
2. Motivasi Kerja Guru secara parsial berpengaruh positif secara
parsial terhadap Kinerja Guru. Hal ini ditunjukkan oleh nilai
koefisien regresi X2 sebesar 2.436 menyatakan bahwa setiap
kenaikan Sertifikasi Guru sebesar 3 satuan akan meningkatkan
Kinerja Guru sebesar 2.436 satuan. Nilai probabilitas yang lebih
kecil dari 5% yaitu 0.000 < 0.05 mengindikasikan bahwa
Motivasi Kerja Guru berpengaruh positif terhadap Kinerja
Guru.
3. Sertifikasi Guru dan Motivasi Kerja Guru berpengaruh positif
secara bersama-sama terhadap Kinerja Guru. Hal ini
ditunjukkan oleh nilai F hitung sebesar 40.521 dan p value
sebesar 0.000. Implementasi program sertifikasi guru diarahkan
pada peningkatan kinerja guru sehingga dapat mencapai hasil
pembelajaran peserta didiknya secara optimal. Dalam
peningkatan kinerja guru, program sertifikasi guru memberikan
potensi kepada guru untuk selalu termotivasi untuk bekerja
secara professional. Oleh karena itu, dari uraian dan hasil
analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa sertifikasi guru dalam
meningkatkan kinerja guru dapat dipengaruhi oleh faktor lain,
yaitu motivasi kerja guru itu sendiri baik internal maupun
eksternal.
84
B. Implikasi
Berdasarkan paparan pada penelitian ini, dapat diambil
kesimpulan, baik secara parsial maupun simultan, bahwa program
sertifikasi dan motivasi kerja guru sebagai variable yang diteliti
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variable kinerja guru.
Hal ini menunjukan, bahwa untuk peningkatan kinerja guru dapat
dilakukan dengan meningkatkan efektifitas program sertifikasi dan
meningkatkan motivasi kerja guru.
1. Upaya Peningkatan Kinerja Guru
Peningkatan kinerja guru mempunyai kedudukan yang
terpenting dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran yang
nantinya akan berefek kepada mutu lulusan dan akan berpengaruh
terhadap pencapaian tujuan pendidikan nasional. Oleh karena itu
pemerintah harus terus mengupayakan berbagai hal untuk
mendongkrak dan meningkatkan kompetensi guru agar guru
memiliki kinerja yang baik. Berikut beberapa hal yang dapat
dilakukan:
1. Memberikan kesempatan bagi para guru untuk dapat
mengikuti pelatihan strategi dan metode pembelajaran yang
baik dan sesuai dengan perkembangan zaman.
2. Memberikan dukungan untuk dapat meningkatkan
pengetahuan mengenai pengaplikasian kurikulum yang
berlaku dengan menyelenggarakan kegiatan workshop
maupun seminar di sekolah nya maupun di lingkungan kluster
sekolahnya seperti di KKMI (Kelompok Kerja Madrasah).
3. Memberikan kesempatan bagi para guru untuk mengikuti
pelatihan maupun workshop peningkatan kinerja di tempat
lain jika sekolah tidak mampu mengadakan pelatihan tersebut
secara mandiri.
4. Memberikan peluang untuk menempuh pendidikan yang lebih
tinggi
5. Mewajibkan kepada guru menempuh pendidikan minimal
strata satu
85
2. Upaya Peningkatan program Sertifikasi Guru
Sertifikasi guru merupakan hal yang sangat menunjang dalam
peningkatan kinerja guru. Hal ini diperlihatkan melalui penelitian
ini, dimana kontribusi sertifikasi guru bersama – sama dengan
motivasi guru mempengaruhi kinerja guru sebesar 47,1%. Besarnya
kontribusi mengindikasikan pentingnya sertifikasi guru bagi kinerja
guru.
Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
program sertifikasi guru:
1. Memberikan kelayakan bagi Guru yang bersertifikasi untuk
mendapatkan kelayakan dalam dalam melaksanakan tugas.
2. Menumbuhkan rasa tanggung jawab pada guru bersertifikasi
dalam melakukan suatu perubahan dan menyesuaikan dengan
perubahan yang terjadi.
3. Menumbuhkan sikap kemandirian pada guru yang
bersertifikasi untuk memiliki sikap kemandirian dalam
menjalankan tugas-tugas yang dijalankannya.
4. Menciptakan proses pemberian sertifikasi yang berkala, tepat
waktu, tepat sasaran dan sesuai dengan kriteria guru yang
bersangkutan.
3. Upaya peningkatan motivasi kerja guru kearah yang lebih
baik
Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi kerja guru
dengan kinerja guru memiliki hubungan positif. Beberapa hal
berikut disinyalir dapat meningkatkan motivasi guru yang kemudian
dapat berimplikasi pada peningkatan kinerja, antara lain:
1. Memotivasi diri dengan meningkatkan minat untuk belajar,
meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dengan
mendorong diri melalui berbagai kegiatan yang formal
maupun informal. Diharapkan dengan kemampuan
pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dapat
mendorong guru untuk bersemangat tinggi dalam melakukan
aktivitas kerjanya.
2. Guru bisa menerima saran dan kritik yang muncul dari semua
pihak, baik berasal dari lingkungan internal sekolah maupun
lingkungan eksternal sekolah.
86
3. Perbaikan kesejahteraan dengan pemberian kompensasi
merupakan hal penting untuk memenuhi kebutuhan tenaga
pendidik dan kependidikan kompensasi pada motivasi kerja
mereka.
C. Saran
Berdasarkan pada hasil dan implikasi penelitian ini, maka akhir
uraian ini dikemukakan sebagai berikut:
1. Bagi Dinas Pendidikan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel sertifikasi
guru dan motivasi kerja guru memiliki peranan yang signifikan
dalam meningkatkan kinerja guru. Hasil penelitian ini
membuktikan bahwa pemberian sertifikasi yang berkala dan
tepat waktu sangatlah diharapkan oleh para guru. Pemberian
sertifikasi akan meningkatkan kesejahteraan dan meningkatkan
rasa percaya diri para guru untuk dapat melakukan yang terbaik
dalam proses belajar dan mengajar di ruang kelas. Peningkatan
kinerja sangat mungkin meningkatkan mutu lulusan yang
dihasilkan oleh sekolah, sehingga negara akan mendapatkan
generasi yang berkualitas di masa yang akan dating. Selain
memberikan sertifikasi, Dinas Pendidikan juga dapat
memberikan motivasi kepada guru dengan jalan antara lain
memberikan penghargaan kepada guru yang menunjukkan
kinerjanya dengan baik. Pelaksanaan seminar, workshop dan
pelatihan yang dapat meningkatkan skill mengajar guru juga
harus dilakukan secara berkala agar motivasi guru terjaga dan
kinerja guru dapat meningkat.
2. Bagi Sekolah
Sekolah adalah lingkungan terdekat guru yang dapat
melakukan banyak hal untuk dapat meningkatkan kinerja guru.
Pemberian reward kepada guru sesuai dengan hasil kerja yang
mereka lakukan dapat dilakukan agar guru lebih merasa dihargai
oleh lingkungan terdekatnya. Pembuatan kelompok kerja guru di
sekolah juga bisa dilakukan agar guru tidak merasa sendirian dan
mendapatkan dukungan untuk menghadapi masalah dalam
proses pengajaran yang dihadapi meskipun sudah dianggap
sebagai guru yang professional karena telah mendapatkan
sertifikasi pendidik. Lingkungan yang supportive akan dapat
87
meningkatkan motivasi guru untuk dapat melakukan yang
terbaik dalam bekerja.
Sekolah sebagai lingkungan terdekat guru, harus
mengupayakan adanya kesadaran bahwa program sertifikasi
diberikan agar guru mendapatkan kehidupan yang lebih
sejahtera dan dengan kesejahteraan individu guru tersebut, para
guru dapat memfokuskan dirinya agar dapat mempunyai
kompetensi yang lebih baik untuk dapat meningkatkan kinerja
nya dan memberikan performa terbaik dalam pengajaran yang
diberikan kepada para siswanya.
3. Bagi Guru
Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat membawa
kesadaran bagi para guru bahwa negara dan pemerintah sangat
berharap bahwa para guru di Indonesia dapat meningkat
kesejahteraannya dimana kesejahteraan para guru akan dapat
memberikan focus dan perhatian pada usaha peningkatan
kompetensi guru tersebut yang pada akhirnya akan dapat
meningkatkan kinerja guru yang telah tersertifikasi. Para guru
diharapkan menyadari bahwa faktor sertifikasi dan motivasi
bekerja akan dapat meningkatkan kinerjanya sehingga guru
dapat berusaha meningkatkan motivasi dari dalam dirinya atau
motivasi intrinsic agar dapat terus melaksanakan kinerja dengan
baik. Guru harus terus memotivasi dirinya agar tidak malas untuk
meningkatkan kompetensi diri dan meningkatkanpengetahuan
yang mendukung kemampuan mengajar yang sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
4. Bagi Peneliti.
Penelitian ini memberikan informasi bagi penulis sendiri dan
para peneliti lainnya bahwa variable pemberian sertifikasi dan
motivasi bekerja dapat mempengaruhi kinerja guru. Sesuai
dengan hasil penghitungan bahwa besar pengaruh variable
tersebut hamper separuh dari faktor yang mempengaruhi kinerja
guru di sekolah. Hal ini memberikan sinyal bagi peneliti lain
bahwa ada faktor – faktor lain yang juga memberikan pengaruh
pada kinerja guru di sekolah, sehingga membuka peluang bagi
peneliti lain untuk melakukan penelitian yang melibatkan lebih
banyak variable dan melibatkan jumlah responden yang lebih
luas.
88
89
DAFTAR PUSTAKA
Alice Tjandralila Rahardja. 2004. Hubungan Antara Komunikasi Antar
Pribadi Guru dan Motivasi Kerja Guru dengan Kinerja Guru
SMUK BPK Penabur Jakarta. Jurnal Pendidikan Penabur.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, Khairul. dkk. 2015. Pengaruh Sertifikasi Kinerja Guru terhadap
Peningkatan Hasil Belajar Siswa di SMP Negeri 2 Banda Aceh,
Jurnal Administrasi Pendidikan, Vol. 3, No. 2.
Boyd, Donald. & Goldhaber, Daniel 2007. The Effect of Certification
and Preparation on Teacher Quality.
Http://futureofchidren.org/futureofchildren/publications/docs/17_
01_03.pdf. Diakses Tanggal 14 Januari 2019
Doksetjen, Anggaran Pendidikan Dalam APBN, diunduh dari
http://www.dpr.go.id/doksetjen/dokumen/apbn_Anggaran_Pe
ndidikan_dalam_APBN_20130130135708.pdf diakses
tanggal 11 januari 2020
Dwihartanti, Muslikhah. Komunikasi yang Efektif. “Penyuluhan tentang
Komunikasi yang Efektif bagi Guru TK di Kecamatan Panjatan”
Disampaikan pada kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat
Tahun 2004
Fasli, J. 2007. Sertifikasi Guru untuk Mewujudkan Pendidikan yang
Bermutu. Surabaya: Kencana.
Fuad, Nurhattati. 2017. Pengaruh Sertifikasi Guru Terhadap Peningkatan
Kinerja Guru PAI di SMP dan MTS, Jurnal Manajemen
Pendidikan
Gulo, W. MetodePenelitian, hal. 187. Diakses dari
https://books.google.co.id/books?isbn=9796956454 Global
Education Monitoring (2016)
Hardianto. 2018. Optimalisasi Kepuasan Kerja Guru, Jurnal Manajemen
Pendidikan, Vol. 5, No. 2, hal.1.
90
Haryani, Sukma., dkk. 2015. Pengaruh Kompensasi Terhadap Motivasi
Kerja dan Kinerja (Studi pada Karyawan PT. Telekomunikasi
Indonesia, TBK Malang, Jurnal Administrasi Bisnis, Vol. 25, No.
1.
Hapnita, Widia dkk. 2018. Faktor Internal dan Eksternal yang Dominan
Mempengaruhi Hasil Belajar Menggambar dengan Perangkat
Lunak Siswa Kelas XI Teknik Gambar Bangunan SMKN 1 Padang
Tahun 2016/2017. Cived Jurusan Teknik Sipil, Vol. 5, No. 1.
Hasibuan, Malayu S.P. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi
Revisi. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Hikmat, Manajemen Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2009. Husna,
Asmaul. 2017. Metodologi Penelitian dan Statistik. Badan
Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Kesehatan Edisi Tahun 2017
Hussain Mehwish, 2012, Descriptive Statistics – presenting your results
dari
https://www.researchgate.net/publication/228094603_Descri
ptive_statistics_-_presenting_your_results_I diakses pada 10
desember 2019
Indrasari, Meithiana. Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan. Sidoarjo:
Indomedia Pustaka, 2017.
Invancevich, JM (2006). Management Quality and Competitiveness.
Chicago: Richard D. Irwin.
Isjoni, Menuju Masyarakat Belajar: Pendidikan dalam Arus Perubahan,
(Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009)
Istiarini & Sukanti. 2012. Pengaruh Sertifikasi Guru dan Motivasi Kerja
Guru Terhadap Kinerja Guru SMA Negeri 1 Sentolo Kabupaten
Kulon Progo. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia.
Jason, Leonard A., & Glenwick, David S, 2016 “Handbook of
Methodological Approaches to Community-Based Research”,
Oxford: Oxford University Press
91
Koswara, Rasto. 2016, Kompetensi dan kinerja guru berdasarakan
sertifikasi profesi, Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran,
Vol. 1 No. 1
Kunandar. 2009. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat
Satuan Pembelajaran (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru.
Jakarta: Rajawali Pers.
Lokadata, Rapor guru dalam hasil uji kompetensi,
https://lokadata.id/artikel/rapor-guru-dalam-hasil-uji- kompetensi
diakses pada 23 April 2020.
Madjid, Abd.. Pengembangan Kinerja Guru Melalui Kompetensi,
Komitmen, dan Motivasi Kerja. (Yogyakarta: Penerbit Samudra
Biru), 2016
Manizar, Elly. 2015. Peran Guru sebagai Motivator Dalam Belajar,
Tadrib, Vol. 2 No. 2.
Mangkunegara, P. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mary, Aacha. 2010. Motivation and The Performance of Primary School
Teachers in Uganda.
Http://new.mark.ac.ug/documents/Makfiles/theses/ Aacha_
Mary.pdf. Diakses Tanggal 13 Januari 2019.
Maura, Aisya. Fakra Kualitas Guru di Indonesia yang Perlu Anda
Ketahui, diunduh dari https://blog.ruangguru.com/fakta- kualitas-
guru-di-indonesia-yang-perlu-anda-ketahui diakses tanggal 11
januari 2020
Melati, K. Fatiah, 2013. Pengaruh Sertifikasi Guru dan Motivasi Kerja
Guru terhadap Kinerja Guru SMAN 5 Surakarta, Jurnal
Pendidikan Ekonomi UNS, Vol. 2, No. 1.
Misbahudin, I. H. 2014. Analisis Data Penelitian dengan Statistik.
Jakarta: Bumi Aksara
Mulyasa, E. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung:
PT.Remaja Rosda Karya.
92
Musfah, Jejen, Dr., M.A., 2016. Tips Menulis Karya Ilmiah, Makalah,
Penelitian, Skripsi, Tesis & Disertasi. Jakarta: Kencana.
Musfiqon. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Prestasi
Pustakaraya.
Payong, Marselus R, Sertifikasi Profesi guru, Jakarta: PT Indeks, 2011
Riyadi, Slamet dan Aria M. 2017. Pengaruh Motivasi Kerja terhadap
Kinerja Guru Radhatul Atfal di Kota Pekalongan. Jurnal Litbang
Kota Pekalongan, Vol. 13.
Robandi, Babang. 2008.
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEDAGOGIK/196108
141986031-
BABANG_ROBANDI/sergur_baleendah_Bbabang.pdf. Diakses
Tanggal 5 Januari 2020
Rusman. (2011). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan
Profesionalisme Guru. Jakarta: Raja Grafindo.
Sahrodji, A .2017. Daftar Negara ASEAN Dengan Peringkat Pendidikan
Tertinggi. Di unduh dari
https://news.okezone.com/read/2017/11/24/18/1820178/dafta r-
negara-asean-dengan-peringkat-pendidikan-tertinggi) diakses
tanggal 14 Januari 2019
Saleh, Taufik Yopa. Sertifikasi untuk Meningkatkan Profesionalisme
Guru. Jurnal Naturalistic. Vol. 1 No. 1, 2016.
Simarmara, Risda Herawati, “Upaya Peningkatan Motivasi Kerja Guru
Sekolah Dasar”. Jurnal Administrasi Pendidikan, Vol. 2, No. 1,
Juni 2014.
Siswanto, 2008. Program Sertifikasi Guru (Antara Tuntutan
Kesejahteraan dan Kualitas), Tadris, Vol. 3, No. 2, Sparks, Karin.
2004.
Sudarnoto, Laura F.N. 2016. Faktor-Faktor Determinan pada Motivasi
Kerja Guru Sekolah Dasar, Jurnal Sekolah Dasar, Vol. 23, No. 2.
Sudjana, Metode Statistika, (Bandung: Tarsito, 2005)
93
Sudjanto, B. 2009. Cara Efektif Menuju Sertifikasi Guru. Jakarta: RAS.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sunarso dan Sumadi, 2007. Analisis Faktor yang Berpengaruh terhadap
Kinerja Guru Sekolah. Jurnal Manajemen Sumber daya Manusia,
Vol. 2, No. 1.
Supangat, Andi, 2008. Statistik: Dalam Kajian Deskriptif, Inferensi dan
Non Parameter.Jakarta: Kencana.
Supardi. 2013. Kinerja Guru. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Supriadi,
Dedi. Mengangkat Citra dan Martabat Guru, (Yogyakarta: Adicita
Karya Nusa, 1998)
The Effect of Teacher Certification on Student Achievement.
https://core.ac.uk/download/pdf/4269360.pdf. Diakses Tanggal 13
Januari 2019.
Uno, Hamzah B dan Nina Lamatenggo, Tugas Guru dalam
Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Wawan, Ruth. 2016. Pengaruh Motivasi Kerja Guru dan Gaya
Kepemimpinan Kepsek terhadap Kinerja Guru SD Biak Numfor,
Papus. Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, 4 (2).
Wibowo. 2008. Manajemen Kinerja. Jakarta : Raja Grafindo Pustaka.
Wibowo.2014. Manajemen Kinerja. Jakarta : Rajawali Pers.
Widyoko, P.E.S. 2012. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Winkel, W.S. Psikologi Pengajaran, (Jakarta: PT. Grasindo, 1991)
Wuryanti, 2014. Dampak Tunjangan Profesi (Sertifikasi Guru)
Dalam Optimalisasi Kinerja Kepala Sekolah Dasar Kecamatan
Samarinda Ulu, Jurnal Paradiqma, Vol. 3 No. 2.
Zubair, Ahmad. 2017. Manajemen Peningkatan Kinerja Guru, Manajer
Pendidikan, Vol. 11, No. 4.
94
Zulkifli, Moh. dkk. 2014. Motivasi, Sertifikasi, Kesejahteraan dan
Kinerja Guru. Persona, Jurnal Psikologi Indonesia, Vol. 3, No. 2
https://en.unesco.org/gem-report/report/2017/accountability- education
https://ejournal.upi.edu/index.php/JAPSPs/article/view/6179 diakses
pada 05 januari 2020 jam 10.18
https://www.dosenpendidikan.co.id/sertifikasi-guru/ diakses pada Senin,
18 Mei 2020 pukul 9.33
95
Lampiran 1
KUESIONER
DAMPAK PROGRAM SERTIFIKASI GURU DAN MOTIVASI
MENGAJAR TERHADAP KINERJA GURU MADRASAH
IBTIDAIYAH SE KKMI KEBAYORAN LAMA
A. Identitas
Nama Sekolah: ………………………………
Jenis Kelamin: ………………………………
B. Petunjuk Pengisian
Kami mohon Bapak/Ibu membaca kuesioner ini dengan seksama
sebelum menjawabnya. Kuesioner ini merupakan pernyataan yang
dilengkapi dengan empat pilihan jawaban. Bapak/Ibu diminta untuk
memilih satu pernyataan SESUAI kegiatan yang Bapak/Ibu lakukan
selama ini. Kuesioner ini bersifat rahasia. Semua responden yang
memberi respon akan dijamin kerahasiaannya. Data yang
dikumpulkan tidak akan menyertakan identitas individu responden
sehingga jawaban jujur dari Bapak/Ibu guru sangat diharapkan pada
penelitian ini.
Penjelasan: a. Sangat Setuju = SS
b. Setuju = S
c. Tidak Setuju = TS
d. Sangat Tidak Setuju = STS
96
No. Pernyataan SS S TS STS
SERTIFIKASI GURU
1 Setelah mendapatkan sertifikasi guru, saya
semakin giat mengajar.
2 Setelah mendapatkan sertifikasi, saya merasa
lebih dihargai sebagai seorang professional.
3 Setelah mendapatkan sertifikasi, saya merasa
tidak mempunyai banyak kesulitan dalam
mengajar.
4 Kepala sekolah tempat saya mengajar selalu
mendukung saya untuk tetap meningkatkan
kinerja dalam mengajar meskipun saya sudah
mendapatkan tunjangan sertifikasi.
5 Sebagai guru yang telah menerima
sertifikasi, saya merasa sudah memenuhi
empat kompetensi standar guru yang menjadi
salah satu standard yang dikembangkan di
Indonesia.
6 Secara general, program sertifikasi guru
secara nasional ini akan telah meningkatkan
kualifikasi/mutu guru di Indonesia.
7 Saya merasa ada perbedaan yang nyata antara
guru yang lolos dan yang belum diikutkan
dalam program sertifikasi nasional dalam hal
perencanaan, implementasi dan evaluasi
proses dan hasil pembelajaran.
8 Saya merasa ada perbedaan yang signifikan
dalam hal perencanaan, implementasi dan
evaluasi program pembelajaran antara guru
yang telah bersertifikat dengan guru yang
belum bersertifikat.
9 Saya melaksanakan tugas – tugas disekolah,
bertahan hingga jam kerja selesai setelah
mendapatkan sertifikasi guru.
97
10 Saya mengikuti pelatihan atau workshop
peningkatan kompetensi guru sebanyak lebih
dari 4 kali dalam dua tahun terakhir.
11 Saya merasa sertifikasi guru yang diterima
bertujan untuk menentukan kelayakan guru
dalam melaksanakan tugas sebagai agen
pembelajaran.
12 Sertifikasi yang diberikan kepada guru sudah
sesuai dengan prinsip objektif, transparan
dan akuntabel.
13 Saya merasa puas dengan tunjangan
sertifikasi yang saya terima setiap bulan.
14 Sertifikasi bagi saya merupakan faktor
pendorong untuk melaksanakan tugas
disekolah.
15 Saya menerima tunjangan sertifikasi setiap
bulan sesuai dengan harapan saya.
16 Tunjangan sertifikasi guru yang saya terima
mendorong saya untuk meningkatkan
prestasi dalam bekerja.
17 Tunjangan sertifikasi guru menjamin mutu
lulusan yang tinggi dan terwujudnya tujuan
Pendidikan nasional.
18 Bagi saya, ada atau tidak ada tunjangan
sertifikasi, saya tetap melaksanakan tugas
secara bertanggung jawab.
19 Saya merasa bangga dan senang dengan
predikat sebagai guru bersertifikasi.
20 Sertifikasi membuat saya merasa lebih
bermartabat karena dilaksanakan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
21 Tunjangan sertifikasi menuntut guru untuk
tidak mencari tambahan pengahasilan diluar
jam kerja.
22 Tunjangan sertifikasi guru tidak dapat
digunakan untuk konsumtif guru akan tetapi
98
digunakan untuk meningkatan
profesionalismenya
23 Tunjangan sertifikasi guru dapat digunakan
untuk peningkatan mutu Pendidikan baik dari
segi proses layanan maupun mutu hasil
luaran.
24 Ijazah sarjana yang saya miliki sesuai dengan
bidang ilmu yang tertera pada sertifikat
sertifikasi pendidik saya.
MOTIVASI KERJA GURU
A. Keinginan untuk berprestasi
25 Sebagai guru yang baik, saya berusaha
mengembangkan metode pengajaran yang
sesuai dengan materi yang diajarkan.
26 Saya selalu tergerak untuk berprestasi dalam
pemilihan guru berprestasi.
27 Saya selalu mengerjakan tugas tambahan
yang diberikan kepala sekolah untuk
mencapai prestasi kerja yang lebih tinggi.
28 Saya selalu berupaya mencapai prestasi kerja
yang lebih tinggi agar dapat menjadi tauladan
bagi guru -guru yang lain.
29 Bila ada tugas yang bersifat kompetitif di
lingkungan sekolah, saya akan berusaha
bekerja melebihi rekan – rekan guru yang
lain.
B. Perasaan mencintai pekerjaan itu sendiri
30 Saya bangga selama ini telah menjadi guru.
31 Saya selalu bersyukur karena selama ini telah
memilih menjadi guru.
32 Pekerjaan sebagai seorang guru selalu saya
laksanakan dengan penuh rasa senang dan
suka cita.
99
33 Saya melakukan semua pekerjaan sebagai
guru bukan hanya untuk diri saya sendiri
tetapi juga untuk kepentingan sekolah.
C. Fasilitas pekerjaan itu sendiri
34 Fasilitas yang disediakan di sekolah sangat
mendukung semangat saya untuk mengajar.
35 Saya dapat memvariasikan berbagai metode
pembelajaran karena adanya dukungan
fasilitas yang memadai.
D. Adanya hubungan yang harmonis antara sesama rekan
kerja
36 Saya selalu mendapat pujian dari rekan –
rekan kerja apabila saya berhasil mencapai
prestasi dalam bekerja.
37 Saya selalu bersedia membantu rekan kerja
guru yang mengalami kesulitan dalam
bekerja.
38 Saya selalu mendapatkan dukungan yang
baik dari atasan dan rekan guru ketika
mengalami masalah.
39 Saya menerima semua masukan yang
disampaikan oleh rekan guru maupun dari
atasan yang bersifat membangun.
E. Kompensasi dalam bekerja
40 Saya lebih bersemangat dalam bekerja ketika
akan diberikan penghasilan.
41 Jumlah penghasilan yang saya terima dapat
mempengaruhi saya untuk bekerja secara
lebih baik.
42 Jumlah penghasilan yang saya terima dapat
memenuhi kebutuhan keluarga sehingga saya
bisa lebih fokus dalam bekerja.
43 Saya senang menjadi seorang guru karena
mendapatkan pelayanan jaminan
kesejahteraan yang baik dari pihak sekolah
dan pemerintah.
100
KINERJA GURU
A. Kemampuan membuat perencanaan pembelajaran
44 Sebagai seorang guru, saya membuat
indikator pada RPP sesuai dengan SKL-KI
dan KD.
45 Indikator yang saya buat meliputi dimensi
sikap, keterampilan dan pengetahuan.
46 Indikator yang saya buat menggunakan kata
kerja operasional yang mengandung satu
perilaku yang dapat di observasi.
47 Indikator yang saya buat mencakup level
berfikir tinggi (analisis, evaluasi, atau
mencipta)
48 Indikator yang saya buat meliputi
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural,
dan/atau metakognitif (learning how to learn)
49 Tujuan realistik yang saya buat dapat dicapai
melalui proses pembelajaran.
50 Tujuan pembelajaran yang saya buat relevan
dengan kompetensi dasar dan indicator.
51 Tujuan pembelajaran yang saya buat
mencakup pengembangan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan.
52 Tujuan pembelajaran yang saya buat
mengandung unsur menciptakan karya.
53 Sebagai guru, materi pelajaran yang saya
ajarkan relevan dengan tujuan pembelajaran
yang sudah saya buat.
54 Materi pelajaran sesuai dengan potensi
peserta didik.
55 Materi yang saya ajarkan bersifat
kontekstual.
56 Materi yang saya ajarkan sesuai dengan
perkembangan fisik, intelektual, emosional,
sosial dan spiritual peserta didik.
101
57 Sebagai seorang guru, media pembelajaran
yang saya gunakan sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
58 Media pembelajaran yang saya gunakan
memudahkan anak didik saya untuk
menguasai materi pelajaran.
59 Media yang saya gunakan dapat
memfasilitasi siswa untuk menerapkan
pendekatan saintifik.
60 Media pembelajaran yang saya pilih
memberdayakan teknologi informasi dan
komunikasi.
61 Sebagai seorang guru, metode pembelajaran
yang saya gunakan sudah sesuai dengan
tujuan pembelajaran.
62 Metode pembelajaran sudah sesuai dengan
pendekatan saintifik.
63 Metode pembejaran sudah sesuai dengan
model – model inkuiri, pembelajaran
berbasis masalah atau proyek.
64 Metode pembelajaran yang saya gunakan
dapat mengembangkan kapasistas individu
dan kerja sama peserta didik.
65 Kegiatan pembelajaran yang tercantum
dalam RPP saya menampilkan kegiatan
pendahuluan, inti dan penutup.
66 Kegiatan pembelajaran menjelaskan tujuan
pembelajaran yang dilakukan.
67 Pada RPP yang saya buat tercantum rencana
kegiatan siswa mengamati, menanya, dan
mencoba.
68 RPP saya mengandung rencana kegiatan
tindak lanjut (penugasan, remedial, dan
pengayaan).
69 RPP saya mencantumkan rancangan kegiatan
siswa membentuk jejaring atau
mengkomunikasikan produk penalarannya.
102
70 RPP saya merancang kegiatan siswa
berkarya atau mencipta.
78 RPP saya mengandung rencana kegiatan
tindak lanjut (penugasan, remedial, dan
pengayaan).
79 RPP yang saya buat menilai ketercapaian
indikator hasil belajar.
80 RPP yang saya buat mengukur sikap,
pengetahuan dan keterampilan.
81 RPP saya merancang penilaian otentik,
meliputi rancangan instrument tes dan
mencakup rancangan penilaian tugas.
82 RPP yang saya buat menetapkan pedoman
penskoran (rubrik penilaian).
B. Penugasan materi pelajaran
83 Ketika mengajar, saya mengaitkan materi
pembelajaran sekarang dengan pengalaman
peserta didik atau pembelajaran sebelumnya.
84 Saya sering mendemonstrasikan sesuatu
yang terkait dengan materi pembelajaran.
85 Saya selalu menyampaikan kemampuan
yang akan dicapai peserta didik setelah
mereka menerima materi pembelajaran.
86 Ketika mengajar saya menyampaikan
rencana kegiatan seperti kerja individu, kerja
kelompok dan melakukan observasi.
87 Saya menyajikan pembahasan materi
pembelajaran dengan tepat.
88 Sebagai guru, saya menyajikan materi
pembelajaran secara sistematis dan terencana
(mulai dari yang mudah ke yang sulit dan dari
konkrit ke abstrak).
C. Penerapan Strategi dan Pendekatan Pembelajaran
89 Saya melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan kompetensi yang akan dicapai.
90 Saya menguasai kelas dengan baik.
103
91 Saya melaksanakan pembelajaran yang
memungkinkan tumbuhnya kebiasaan
positif.
92 Saya melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan alokasi waktu yang direncanakan.
93 Saya selalu memberikan pertanyaan
mengapa dan bagaimana.
94 Saya menstimulasi peserta didik untuk
bertanya, mencoba dan menganalisis.
95 Saya melatih peserta didik untuk menalar
(berfikir logis dan sistematis).
96 Saya memfasilitasi kegiatan yang
memungkinkan peserta didik untuk
berkomunikasi dan berdiskusi.
D. Kemampuan menggunakan sumber dan media
pembelajaran
97 Sebagai guru, saya terampil dalam
menggunakan sumber belajar dan
pembelajaran.
98 Saya terampil dalam menggunakan media
pembelajaran.
99 Dengan menggunakan sumber belajar dan
media pembelajaran saya mampu
menghasilkan pesan yang menarik
100 Saya melibatkan peserta didik dalam
memanfaatkan sumber belajar dan
pembelajaran.
101 Saya melibatkan peserta didik dalam
memanfaatkan media pembelajaran.
E. Kemampuan mengelola kelas
102 Ketika mengajar saya berusaha
menumbuhkan partisipasi aktif peserta didik
melalui interaksi antara saya, peserta didik
dan sumber belajar.
103 Saya selalu memberi respon positif pada
partisipasi dari peserta didik
104
104 Saya menunjukkan sikap terbuka terhadap
respon peserta didik.
105 Saya berusaha menumbuhkan keceriaan dan
antusiasme peserta didik dalam belajar.
106 Saya menggunakan Bahasa lisan secara jelas
dan lancar.
107 Saya menggunakan Bahasa tulis yang baik
dan benar.
F. Kemampuan melaksanakan penilaian
108 Sebagai guru, saya menilai sikap peserta
didik dalam pembelajaran.
109 Saya menilai pengetahuan dalam proses
pembelajaran.
110 Saya melakukan refleksi atau membuat
rangkuman dari proses pembelajaran
bersama – sama peserta didik.
111 Saya mengumpulkan hasil kerja peserta didik
sebagai bahan portofolio.
112 Saya melaksanakan kegiatan tindak lanjut
dengan memberi arahan kegiatan berikutnya
dan memberi tugas pengayaan.
105
Lampiran 2
Sertifikasi Guru Motivasi Kerja Guru Kinerja Guru
95 76 232
92 74 232
86 68 232
91 74 231
90 73 230
85 73 229
73 66 229
87 70 228
89 69 228
86 66 228
89 71 227
89 68 227
87 65 227
78 62 226
87 69 225
66 63 224
89 67 223
80 67 223
85 64 223
78 61 219
84 62 218
86 71 217
74 63 217
87 72 216
80 65 214
78 64 214
86 70 209
89 64 209
51 58 208
64 67 207
71 64 205
71 64 205
86 70 204
75 60 202
85 71 201
71 66 200
81 66 198
80 66 198
89 65 198
106
76 65 196
88 64 195
74 62 194
74 65 192
75 56 192
85 68 190
73 64 190
81 65 186
60 53 185
62 49 184
83 65 183
74 62 183
63 48 183
77 60 182
72 59 182
69 56 182
84 66 181
73 62 181
80 60 181
69 71 180
85 67 180
88 65 180
77 63 179
81 61 179
69 56 178
68 60 176
79 71 175
82 63 175
72 57 175
72 57 175
73 62 174
75 58 174
74 57 174
73 57 174
72 57 174
76 56 174
72 56 174
70 56 174
70 56 174
71 55 174
69 55 174
84 57 173
107
68 57 173
63 57 173
69 56 173
63 55 173
71 59 172
74 57 172
71 55 172
67 54 172
69 65 171
66 55 171
62 53 169
75 63 168
75 63 168
Descriptive Statistics
Variabel N Min. Max. Sum Mean Std.
Deviation Variance
Sertifikasi
Guru (X1) 94 51 95 7227 76,88 8,736 76,319
Motivasi
Kerja Guru
(X2)
94 48 76 5885 62,61 5,977 35,725
Kinerja Guru
(Y) 94 168 232 18291 194,59 21,424 458,977
Hasil Uji Normalitas Galat Taksiran
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Galat Taksiran
Y atas X1
Galat
Taksiran
Y atas X2
Galat
Taksiran
X1 atas X2
N
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
Test Statistic
Asymp. Sig. (2-
tailed)
94
,0000000
17,58295444
,093
,093
-,076
,093
,042c
94
,0000000
15,71361450
,133
,133
-,063
,133
,000c
94
,0000000
15,58108143
,106
,106
-,061
,106
,011c
108
Hasil Uji Homogenitas
Variabel Levene
Statistic df1 df2 Sig.
Sertifikasi Guru (X1) 1,626 21 61 ,072
Motivasi Kerja Guru
(X2)
1,695 19 69 ,058
Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana (Sertifikasi Guru)
Variabel
Koef.
Regresi
(B)
t
hitung Sig.t Keterangan
Konstanta 86.866 5.350 .000
Sertifikasi Guru (X1) 1.401 6.677 .000 Signifikan
R Square 0.326
Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana (Motivasi Kerja Guru)
Variabel Koef.
Regresi (B)
t
hitung Sig.t Keterangan
Konstanta 42.053 2.440 .017
Motivasi Kerja Guru (X2) 2.436 8.899 .000 Signifikan
R Square 0.462
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Variabel Independen Koefisien
Regresi
t
hitung
Probabil
itas SE SR
(Constant) 39.081 2.253
Sertifikasi Guru 0.351 1.247 0.216 8.1 17.2
Motivasi Kerja Guru 2.053 4.989 0.000 38.9 82.5
F hitung 40.521
R2 Square 0.471
Multiple R 0.686
Sig f 0.000