39
PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP EFEKTIFITAS APLIKASI MIKORIZA PADA TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata sturt) Usulan Penelitian Oleh : Ganang Gaga Prakoso 20130210068 Program Studi Agroteknologi FAKULTAS PERTANIAN UNVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA 2017

PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP …blog.umy.ac.id/ganangprakoso/files/2017/08/Proposal-Ganang-gaga... · PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP EFEKTIFITAS ... terhadap pertumbuhan

  • Upload
    vokhanh

  • View
    241

  • Download
    12

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP …blog.umy.ac.id/ganangprakoso/files/2017/08/Proposal-Ganang-gaga... · PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP EFEKTIFITAS ... terhadap pertumbuhan

PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP EFEKTIFITAS

APLIKASI MIKORIZA PADA TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays

saccharata sturt)

Usulan Penelitian

Oleh :

Ganang Gaga Prakoso

20130210068

Program Studi Agroteknologi

FAKULTAS PERTANIAN

UNVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

2017

Page 2: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP …blog.umy.ac.id/ganangprakoso/files/2017/08/Proposal-Ganang-gaga... · PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP EFEKTIFITAS ... terhadap pertumbuhan
Page 3: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP …blog.umy.ac.id/ganangprakoso/files/2017/08/Proposal-Ganang-gaga... · PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP EFEKTIFITAS ... terhadap pertumbuhan

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jagung manis (Zea mays saccarata sturt) adalah tanaman pangan yang

kebutuhan setiap tahunnya meningkat sehubungan dengan pertambahan penduduk

yang senang mengkonsumsinya. Jagung manis selain dapat dimanfaatkan sebagai

bahan pangan juga digunakan untuk bahan baku industri gula jagung (Bakhri,

2007).

Produksi jagung manis di Indonesia pada tahun 2013 mengalami

penurunan dibandingkan dengan produksi jagung manis pada tahun 2012 (Badan

Pusat Statistik, 2014). Produksi jagung manis pada tahun 2013 adalah 18.506.287

ton sedangkan pada tahun 2012 adalah 19.377.030 ton. Penurunan produksi ini

terjadi di Jawa sebesar 0.62 juta ton dan di luar Jawa sebesar 0.26 juta ton.

Penurunan produksi terjadi karena adanya penurunan luas panen seluas 137.43

ribu hektar (3.47%) dan penurunan produktivitas sebesar 0.55 kuintal'hektar

(1.12%). Jika dibandingkan dengan negara lain seperti Amerika Serikat. Cina,

Brazil dan Meksiko, Indonesia belum mencapai separuh produksi jagung dari

negara tersebut.

Perbedaan tingkat produktivitas jagung manis sebenarnya bukan semata-

mata hanya disebabkan oleh perbedaan teknologi produksi yang sudah diterapkan

petani, tetapi karena adanya pengaruh faktor-faktor lain yaitu sifat atau karakter

agroklimat, intensitas jenis hama dan penyakit, varietas yang ditanam, umur panen

serta usaha taninya. Sehubungan dengan hasil tersebut upaya ke arah perbaikan

tanaman jagung perlu dilakukan, khususnya menciptakan lingkungan tumbuh

yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman jagung. Terdapat beberapa cara dalam

kaitannya dengan upaya tersebut salah satunya yaitu dengan pengaplikasian

mikroorganisme dan sistem pengolahan tanah (Suwardjono, 2004).

Salah satu mikroorganisme yang dapat bermanfaat bagi tanaman adalah

Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA). MVA adalah sejenis jamur yang

bersimbiosis dengan akar tanaman yang mampu meningkatkan serapan unsur hara

dan meningkatkan efisiensi penggunaan air tanah sehingga mempunyai laju

pertumbuhan vegetatif yang lebih cepat dan resisten terhadap serangan patogen

Page 4: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP …blog.umy.ac.id/ganangprakoso/files/2017/08/Proposal-Ganang-gaga... · PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP EFEKTIFITAS ... terhadap pertumbuhan

(Santoso, 1994). Setiadi (1991) menyebutkan bahwa peningkatan pertumbuhan

oleh Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) karena Mikoriza dapat meningkatkan

serapan N, P dan, K. Kehadiran Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) pada

tanah dapat meningkatkan efisiensi penggunaan air, meningkatkan nilai tegangan

osmotik sel-sel tanaman pada tanah yang kadar aimva cukup rendah, sehingga

tanaman dapat melangsungkan kehidupannya (Santoso. 1994). Perbedaan

mikroorganisme yang tumbuh subur di rhizosfer dapat mempengaruhi

pertumbuhan mikoriza (Kusumaastuti, 2017).

Selain dengan pemberian mikroorganisme untuk meningkatkan produksi

jagung adalah dengan sistem pengolahan tanah. Pengolahan tanah adalah

perlakuan terhadap tanah untuk menciptakan keadaan tanah yang baik bagi

pertumbuhan tanaman. Widiatmoko dan Supartoto (2002) menyatakan. bahwa

sistem olah tanah sempurna dapat memberikan basil pada tanaman jagung yang

lebih baik dibandingkan dengan sistem lain. Pengolahan tanah yang baik dan

dalam menyebabkan berkurangnya tingkat ketahanan penetrasi tanah.

Perlu tidaknya tanah diolah dapat dipengaruhi oleh tingkat kepadatan dan

aerasi, pada tingkat kepadatan yang tinggi akibat tidak pernah diolah

mengakibatkan pertumbuhan akan terbatas, sehingga zona serapan akar menjadi

sempit. Sedangkan pengolahan tanah yang dilakukan secara terus menerus dapat

menurunkan laju infiltrasi tanah sebagai akibat terjadinya pemadatan tanah

(Alibasyah. 2000). Oleh karena itu. perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui

pengaruh sistem olah tanah terhadap efcktifitas aplikasi Mikoriza Vesikular

Arbuskular (MVA) Arbuskular pada tanaman jagung.

B. Perumusan Masalah

Permasalahan utama yang akan dikaji dalam penelitian ini yaitu :

1. Apakah dengan sistem pengolahan tanah dan aplikasi Mikoriza Vesikular

Arbuskular (MVA) akan dapat mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman

jagungmanis?

2. Apakah ada saling pengaruh antara sistem pengolahan tanah dengan

efektifitas Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) terhadap pertumbuhan dan

hasil tanaman jagung manis?

Page 5: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP …blog.umy.ac.id/ganangprakoso/files/2017/08/Proposal-Ganang-gaga... · PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP EFEKTIFITAS ... terhadap pertumbuhan

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh sistem pengolahan tanah dan aplikasi Mikoriza

Vesikular Arbuskular (MVA) terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung

manis.

2. Menentukan sistem pengolahan tanah yang paling sesuai dengan efektifitas

Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman

jagung manis.

Page 6: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP …blog.umy.ac.id/ganangprakoso/files/2017/08/Proposal-Ganang-gaga... · PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP EFEKTIFITAS ... terhadap pertumbuhan

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Jagung Manis

Jagung manis (Zea mays Saccharata) merupakan salah satu jenis tanaman

yang dipanen muda dan banyak diusahakan di daerah tropis. Jagung manis atau

yang sering disebut sweet com dikenal di Indonesia pada awal 1980 melalui hasil

persilangan (Koswara, 1986). Sejak itu jagung manis di Indonesia mulai ditanam

secara komersial karena penanamannya yang sederhana dan digemari oleh

masyarakat.

Menumt Prambudi (2008) jagung yang masuk pada Ordo Poales, Family

Poaceae, dan Genus Zea merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang;

terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di

Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi altematif sumber pangan di

Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura

dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok.

Syukur dan Rifianto (2013) mengatakan bahwa untuk memperoleh

produksi yang tinggi, jagung manis sebaiknya dibudidayakan di dataran rendah

hingga dataran tinggi (0 - 1.500 m dpl) pada lahan kering yang berpengairan

cukup maupun tadah hujan dengan pH tanah antara 5,5 - 7. Selain itu, pemberian

pupuk N, P dan K merupakan salah satu penunjang keberhasilan dalam budidaya

jagung manis. Hal ini karena sangat berpengamh terhadap kualitas dan kuantitas

produksi jagung manis. Umur jagung manis antara 60-70 hari, namun pada

dataran tinggi yaitu 400 meter di atas pennukaan laut atau lebih, biasanya bisa

mencapai 80 hari (AAK, 2010).

Tanah sebagai tempat tumbuh tanaman jagung manis hams mempunyai

kandungan hara yang cukup. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah yang

khusus, hampir berbagai macam tanah dapat diusahakan untuk pertanaman

jagung. Tanah yang gembur, subur, dan kaya akan humus dapat memberi hasil

yang baik. Drainase dan aerasi yang baik serta pengelolaan yang bagus akan

membantu keberhasilan usaha pertanaman jagung. Jenis tanah yang dapat

ditanami jagung adalah tanah andosol, tanah latosol, tanah grumosol, dan tanah

Page 7: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP …blog.umy.ac.id/ganangprakoso/files/2017/08/Proposal-Ganang-gaga... · PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP EFEKTIFITAS ... terhadap pertumbuhan

berpasir (AAK, 2010).

Derajat keasaman tanah (pH) yang paling baik untuk tanaman jagung

manishibrida adalah 5,5-7,0. Pada pH netral, unsur-unsur hara yang dibutuhkan

oleh tanaman jagung banyak tersedia di dalamnya. Tanah-tanah yang pH nya

kurang dari 5,5 dianjurkan diberi pengapuran untuk menaikkan pH (Warisno,

2007). Berdasarkan Balitbang (2009), teknis budidaya jagung adalah sebagai

berikut :

1. BudidayaTanamanJagung Manis

a. Penyiapan Lahan :

Pengolahan tanah untuk penanaman jagung dapat dilakukan dengan 2

carat yaitu olah tanah sempurna (OTS) dan tanpa olah tanah (TOT) bila lahan

gembur. Namun bila tanah berkadar Hat tinggi sebaiknya dilakukan pengolahan

tanah sempurna (intensif). Pada lahan yang ditanami jagung dua kali setahun,

penanaman pada musim penghujan (rendeng) tanah diolah sempurna dan pada

musim tanam berikutnya (musim gadu) penanaman dapat dilakukan dengan tanpa

olah tanah untuk mempercepat waktu tanam. Setelah ditentukan penetapan

pengolahan tanah kemudian dilakukan penataan lahan, pembuatan

saluran/draenase. Selanjutnya bila pH tanah kurang dari 5, sebaiknya ditambah

kapur (dosis 300 kg/ha) (Balitbang. 2009).

b. TeknikPenanaman

Penanaman pada perlakuan TOT bisa dilakukan langsung dicangkul/koak

tempat menugal benih sesuai dengan jarak tanam lalu beri pupuk kandang atau

kompos 1-2 genggam (+ 50 g) tiap cangkulan/koakan. Penanaman pada lahan

OTS cukup ditugal untuk dibuat lubang tanam benih sesuai dengan jarak tanam,

selanjutnya dibcrikan pupuk kandang atau kompos 1-2 genggam (+ 50 g).

Pemberian pupuk kandang ini dilakukan 3-7 hari sebelum tanam. Bisa juga pupuk

kandang ini diberikan pada saat tanam sebagai penutup benih yang baru ditanam.

Jarak tanam yang dianjurkan ada 2 cara adalah: (a) 70 cm \ 20 cm dengan 1 benih

per lubang tanam, atau (b) 75 cm x 40 cm dengan 2 benih per lubang tanam).

Dengan jarak tanam seperti ini populasi mcncapai 66.000-71.000 tanaman/ha.

Page 8: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP …blog.umy.ac.id/ganangprakoso/files/2017/08/Proposal-Ganang-gaga... · PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP EFEKTIFITAS ... terhadap pertumbuhan

c. Pemupukan

Berdasarkan hasil penelitian, takaran pupuk untuk tanaman jagung manis

adalah l00 kg urea/ha, 50 kg SP-36/ha, dan 200 kg ZA/ha. Waktu pemberian

pupuk yaitu umur 0 hst Urea = 100 kg/ha, SP-36 = 50 kgdia, umur 15 hst ZA =

100 kg/ha, dan umur 35 hst ZA sebanyak 100 kg (Badan Penyuluh Pertanian,

2015).Cara pemberian pupuk, ditugal sedalam 5 cm dengan jarak 10 cm dari

batang tanaman dan ditutup dengan tanah.

e. Penyiangan

Penyiangan sebaiknya dilakukan dua minggu sekali selama masa

pertumbuhan tanaman jagung, yaitu pertama pada umur 15 hst hingga pada umur

6 minggu hst . Penyiangan dapat dilakukan bersamaan dengan pembumbunan

(mencangkul tanah diantara, barisan lalu ditimbunkan kebagian barisan tanaman

sehingga membentuk guludan yang memanjang).

f. Pengendalian Hama dan Penyakit

Penyakit yang banyak dijumpai pada tanaman jagung manis adalah

penyakit bulai. jamur (Fusarium sp). Pengendalian penyakit bulai dengan

perlakuan benih. 1 kg benih dicampur dengan metalaksis (Ridhomil atau Saromil)

2 gr yang dilarutkan dalam 7.5-10 ml air. Sementara itu untuk jamur

(Fitsariunisp) dapat disemprot dengan Fungisida (Dithane M-45) dengan dosis 45

gr / tank isi 15 liter. Penyemprotan dilakukan pada bagian tanaman di bawah

tongkol. Ini dilakukan sesaat setelah ada gejala infeksi jamur. Dapat juga

dilakukan dengan cara membuang daun bagian bawah tongkol dengan ketentuan

biji tongkol sudah terisi sempuma dan biji sudah keras. Hama yang umum

mengganggu pertanaman jagung adalah lalat bibit, penggerek batang dan tongkol.

Lalat bibit umumnya mengganggu pada saat awal pertumbuhan tanaman. oleh

karena itu pengendaliannya dilakukan mulai saat tanam menggunakan insektisida

carbofuran utamanya

g. Panen

Pemanenan jagung dilakukan pada saat jagung telah berumur sekitar 60-

70 hst tergantung dari jenis varietas yang digunakan. Jagung yang telah siap panen

ditandai dengan daun jagung/klobot telah kering, berwama kekuning-kuningan,

Page 9: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP …blog.umy.ac.id/ganangprakoso/files/2017/08/Proposal-Ganang-gaga... · PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP EFEKTIFITAS ... terhadap pertumbuhan

dan ada tanda hitam di bagian pangkal tempat melekatnya biji pada tongkol.

Panen yang dilakukan sebelum lewat masak fisiologis akan berpengaruh terhadap

kualitas kimia biji jagung karena dapat menyebabkan kadar protein menurun,

namun kadar karbohidratnya cenderung meningkat.

B. Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah dimaksudkan untuk menjaga aerasi dan kelembaban

tanah sesuai dengan kebutuhan tanah, sehingga pertumbuhan akar dan penyerapan

unsur hara oleh akar tanaman dapat berlangsung dengan baik. Ada bebergpa cara

pengolahan tanah yang dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu tanpa olah tanah,

pengolahan tanah minimum dan pengolahan tanah sempuma (Tyasmoro et al,

1995).

Tujuan pengolahan tanah yang paling utama adalah untuk memperbaiki

sitat fisik tanah agar sesuai bagi pertumbuhan tanaman, sedangkan menurut Unger

dan Me Calla (1980). bahvva kondisi tanah yang sesuai untuk pertumbuhan dan

perkembangan tanaman secara umum ditentukan oleh si fat fisik tanah. antara lain

konsentrasi dan struktur tanah yang mampu memberikan cukup ruang pori-pori

untuk aerasi dan penyediaan air bagi tanaman. Lebih lanjut, Beare dkk (1994),

mengatakan bahwa kondisi lahan yang baik tersebut kadang-kadang sudah

terpenuhi secara alami dan apabila kondisi belum baik maka dapat dilakukan

modifikasi yaitu dengan atau tanpa pengolahan tanah.

Pengolahan tanah diperlukan untuk menggemburkan tanah supaya

mendapatkan perakaran yang baik. tetapi pekerjaan ini dapat menimbulkan

permasalahan jangka panjang sebagai sumber kerusakan tanah yang dapat

menurunkan produktivitas tanah. Pengurangan pengolahan tanah hanya dapat

dilakukan untuk menghindari tanah menjadi padat kembali setelah diolah dan

dapat digunakan teknik pemberian bahan organik ke dalam tanah (Suwardjo dan

Dariah. 1995).

Pengolahan tanah dapat mcnciptakan kondisi yang mendukung

perkecambahan benih dan mungkin diperlukan untuk memerangi gulma dan hama

yang menyerang tanaman atau untuk membantu mengendalikan erosi. Pengolahan

:anah memerlukan input energi yang tinggi, yang bisa berasal dari tenaga kerja

Page 10: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP …blog.umy.ac.id/ganangprakoso/files/2017/08/Proposal-Ganang-gaga... · PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP EFEKTIFITAS ... terhadap pertumbuhan

manusia atau hewan. Pengolahan tanah bisa mengakibatkan efek negatif atas

sehidupan tanah dan meningkatkan mineralisasi bahan organik (Mulyadi et al,

2001). Menurut Widiatmoko dan Supartoto (2002) menyatakan persiapan lahan

antuk tanaman jagung dapat dilakukan dengan tiga cara, disebut zero yaitu tanpa

olah tanah (TOT) pengolahan tanah minimum,dan pengolahan tanah maksimum

sempuma). Pada sistem tanpa olah tanah yang terus menerus, residu organik dari

tanaman sebelumnya mengumpul pada permukaan tanah, sehingga terdapat

aktivitas mikroba perombak tanah pada permukaan tanah yang lebih besar pada

tanah-tanah tanpa olah jika dibandingkan dengan pengolahan tanah sempurna

Engelstad, 1997).

C. Sistem Tanpa Olah Tanah

Teknologi tanpa olah (TOT) tanah merupakan salah satu teknik pada

persiapan lahan atau budidaya tanaman yang termasuk dalam upaya konservasi :

nah. Pada TOT. tanah dibiarkan tidak terganggu kecuali untuk lubang tugalan

penempatan benih dan pupuk. Sebelurn dilakukan pcnanaman. gulma dapat

dikendalikan dengan herbisida (Utomo, 2000).

Pada teknik tanpa olah tanah (TOT), tanah dibiarkan tidak terganggu

kecuali alur kecil atau lubang tugalan untuk penempatan benih. Sebelurn tanam,

gulma dikendalikan dengan herbisida layak lingkungan, yaitu yang mudah

terdekomposisi dan tidak menimbulkan kerusakan tanah dan sumber daya

lingkungan lainnya. Seperti teknik olah tanah lainnya. sisa tanaman musim

sebelumnya dan gulma dapat digunakan sebagai mulsa untuk menutupi pennukaan

lahan (Utomo. 1991 dalam Utomo. 2002).

Widiyasari. dkk. (2011) menambahkan bahwa tanaman kedelai yang

dibudidayakan pada sistem tanpa olah tanah dengan pemulsaan 20 ton ha-1

ternyata memiliki jumlah polong per tanaman yang lebih tinggi dibandingkan

iengan tanpa pemulsaan. pemulsaan 4 ton ha-1.8 ton ha-1 dan perlakukan sistem

olah tanah minimum dengan pemulsaan memiliki jumlah polong per tanaman ang

lebih tinggi dibandingkan tanpa pemulsaan. Peningkatan ketersediaan air

tanah pada sistem TOT berkaitan erat dengan peranan mulsa dalam

mengurangi evaporasi dan perbaikan distribusi ukuran pori. Di daerah Purwodadi

Page 11: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP …blog.umy.ac.id/ganangprakoso/files/2017/08/Proposal-Ganang-gaga... · PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP EFEKTIFITAS ... terhadap pertumbuhan

sistem tanpa olah tanah pembuatan lubang tanam dilakukan dengan cara dicangkul

pada areal sekitar yang akan ditanam (Mulyono, Komunikasi pribadi 14 Maret

2017).

D. Sistem Olah Tanah Minimum

Sistem olah tanah minimum merupakan sistem olah tanah yang populer

pada tahun 1990-an. Sistem olah tanah ini dilakukan untuk mencegah erosi dan

mempertahankan bahan organik tanah. Sistem olah tanah minimum merupakan

solusi atas meluasnya lahan pertanian yang rusak karena erosi dan hilangnya

bahan organik tanah (Balittra 2013). Pengendalian erosi lahan sebaiknya

dilakukan dengan menggabungkan cara mekanik dan biologi/vegetatif agar

hasilnya lebih efektif. Cara konservasi lahan yang disarankan yaitu pembuatan

teras bangku atau teras gulud, menanam tanaman pakan temak pada tampingan

dan guludan teras, menanam tanaman penutup tanah. serta melakukan sistem olah

tanah minimum (minimum tillage).

Minimum tillage merupakan teknik olah tanah dengan mengolah tanah

pada lubang tanam atau piringan yang akan ditanam saja. sehingga tanah

sekitarnya memiliki agregat tanah yang cukup solid untuk menahan erosi dan

sangat baik untuk konservasi tanah (Balitjestro 2014). Pengurangan pengolahan

tanah mengurangi kebutuhan energi dan secara keseluruhan menurunkan biaya

produksi karena lahan yang diolah lebih sedikit.

Tahapan yang dilakukan dalam pengolahan tanah minimum adalah

Terhadap tanah yang peka erosi.mutlak diperlukan usaha-usaha konservasi tanah

dan sedikit mungkin dilakukan pengolahan tanah. Pengolahan tanah hanya

dilakukan pada barisan tanaman saja dengan kedalaman 15-20 cm. pengolahan

tanah biasanya dilakukan pada awal musim kemarau,yaitu diperkirakan ± 15 hari

sebelum tanam (Balitjestro. 2014).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wiroatmodjo dan Zulkifli

(1988) pengolahan tanah minimum dengan penggunaan herbisida menunjukkan

pengaruh nyata terhadap jumlah cabang sekunder pada budidaya tebu lahan

kering. Perlakuan pengolahan tanah konvensional menyebabkan tanah menjadi

terbuka sehingga mengalami perubahan kandungan air tanah yang cukup besar.

Page 12: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP …blog.umy.ac.id/ganangprakoso/files/2017/08/Proposal-Ganang-gaga... · PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP EFEKTIFITAS ... terhadap pertumbuhan

dengan demikian terdapat periode kekeringan yang menyebabkan stress

sementara bagi tanaman.

E. Sistem Olah Tanah Sempurna

Pengolahan tanah maksimum atau pengolahan tanah sempuma (full

tillage) dapat memberikan lingkungan tumbuh yang baik bagi tanaman (struktur

tanah menjadi ramah dan mengendalikan pertumbuhan gulma), sehinga diperoleh

hasil yang tinggi. Hasil dari olah tanah intensif yaitu dapat menggemburkan tanah

agar mendapatkan perakaran yang baik, tetapi olah tanah yang dilakukan secara

terns menerus dapat mempercepat kemsakan sumber daya tanah karena

pengolahan tanah secara jangka panjang dan tems- menerus mengakibatkan

pemadatan pada lapisan tanah bagian bawah sehingga menumnkan produktivitas

tanah.

Pada tahap pengolahan tanah sempuma (maksimum) tanah yang akan

diolah tidak terlalu kering /basah sehingga mudah diolah menjadi gembur dengan

cara melakukan pembajakan tanah sebanyak 2 kali denganjcedalaman 12-20 cm,

gulma dibenamkan dan sisa tanaman, kemudian digaru sampai rata.Tanah

dibiarkan kering angin selama 7-14 hari. Pengolahan tanah dilakukan minimal 1

minggu sebelum tanam. Tujuan pengolahan tanah secara memperbaiki tekstur dan

strukktur tanah dan memperbaiki aerasi dan drainase tanah. (Sinukaban, 1986).

Pengolahan tanah dapat mengakibatkan efek negatif dalam kehidupan

tanah karena dapat meningkatkan mineralisai bahan organik. Olah tanah juga

memerlukan energi yang tinggi, yang berasal dari tenaga kerja manusia atau

hewan (Mulyadi dkk.. 2001). Bila dibandingkan pengolahan tanah intensif dapat.

Selain itu pengolahan tanah secara sempuma dapat menyebabkan tanah lebih

terbuka sehingga mudah tererosi. meningkatkan degradasi lingkungan dan

menurunkan produktivitas lahan (Sinukaban, 1986).

F. Sistem Olah Tanah Konservasi

Olah Tanah Konservasi (OTK) adalah suatu sistem pengolahan tanah

dengan tetap mempertahankan setidaknya 30% sisa tanaman menutup permukaan

tanah (Fahmuddin dan Widianto, 2004). Sedangkan Utomo (1995),

Pengolahan tanah konservasi sebagai suatu pengolahan tanah yang

Page 13: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP …blog.umy.ac.id/ganangprakoso/files/2017/08/Proposal-Ganang-gaga... · PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP EFEKTIFITAS ... terhadap pertumbuhan

bertujuan untuk menyiapkan lahan agar tanaman dapat tumbuh dan berproduksi

optimum, namun tetap memperhatikan aspek konservasi tanah dan air.

Pengolahan tanah seperti ini dicirikan oeh berkurangnya

pembongkaran/pembalikan tanah, penggunaan sisa tanaman sebagai mulsa, dan

kadang-kadang disertai dengan penggunaan herbisida untuk menekan

pertumbuhan gulma atau tanaman pengganggu lainnya. Menurut Hasibuan (2009)

tujuan dari OTK adalah mengurangi intensitas pengolahan tanah.

Menurut Fahmuddin dan Widianto (2004), OTK mempunyai 2 kelebihan

yaitu: 1) menghemat tenaga kerja dan biaya dan 2) memperbaiki struktur tanah

melalui peningkatan pori makro. Proses ini terjadi karena dengan tanpa olah tanah,

fauna (hewan) tanah seperti cacing menjadi lebih aktif. Produktifitas lahan juga

dapat meningkat karena seresah sisa tanaman yang mati oleh herbisida akan

hancur sehingga dapat meningkatkan hara tanah. Selain itu scrasah juga berfungsi

menghambat terjadinya erosi tanah, penguapan air tanah dan mengurangi

kerusakan tanah akibat tetesan hujan. Faktor-faktor ini lab yang menvebabkan

sistem ini disebut pertanian konservasi, karena mengkonserv asi atau memperbaiki

kualitas tanah (Hasibuan, 2009).

G. Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA)

Secara umum Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) dapat digolongkan

menjadi 2 kelompok, EndoMikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) /Mikoriza

Vesikular Arbuskular (MVA) Vesikular Arbuskular (MVA) dan EktoMikoriza

Vesikular Arbuskular (MVA). Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) dalam

kelompok EndoMikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) dicirikan dengan adanya

struktur berupa vesikel dan arbuskul. Vesikel merupakan penggelembungan hifa

MVA yang berbentuk bulat dan berfungsi sebagai tempat penyimpan cadangan

makanan. Arbuskul merupakan sistem percabangan hifa yang kompleks,

bentuknya seperti akar yang halus. Arbuskul berfungsi sebagai tempat pertukaran

nutrisi antara jamur dan tanaman. MVA termasuk kelompok Mikoriza Vesikular

Arbuskular (MVA) yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai pupuk hayati

(biofertilizer) (Kasiono, 2011).

Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) merupakan salah satu kelompok

Page 14: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP …blog.umy.ac.id/ganangprakoso/files/2017/08/Proposal-Ganang-gaga... · PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP EFEKTIFITAS ... terhadap pertumbuhan

fungi yang bersimbiosis mutualisme dengan akar tanaman tingkat tinggi (Rao,

1994). Baik cendawan maupun tanaman sama-sama memperoleh keuntungan dari

asosiasi ini. Asosiasi terjadi bila cendawan masuk ke dalam akar atau melakukan

infeksi.

Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) memiliki peranan bagi

pertumbuhan dan produksi tanaman, peranan Mikoriza Vesikular Arbuskular

(MVA) bagi tanaman sebagai berikut : a) meningkatkan penyerapan unsur hara, b)

melindungi tanaman inang dari pengaruh yang merusak yang disebabkan oleh

stres kekeringan, c) beradaptasi dengan cepat pada tanah yang terkontaminasi, d)

melindungi tanaman dari patogen akar, e) memperbaiki produktivitas tanah dan

memantapkan struktur tanah. Banyak hasil penelitian yang menunjukkan

cendawan Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) mampu meningkatkan serapan

hara, baik hara makro maupun hara mikro, sehingga penggunaan Mikoriza

Vesikular Arbuskular (MVA) dapat dijadikan sebagai alat biologis untuk

mengurangi dan mengefisienkan penggunaan pupuk buatan. Data dari penelitian

Hapsoh (2005) menyatakan bahwa peranan positif MVA jelas terlihat pada

keadaan cekaman kekeringan (40% KL) yaitu meningkatkan hasil biji kering pada

tanaman kedelai.

Atmaja (2001) dalam Agung Astuti (2017) mengatakan bahwa

pertumbuhan Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) sangat dipengaruhi oleh

faktor lingkungan seperti:

1. Suhu, suhu yang relatif tinggi akan meningkatkan aktititas cendawan. Untuk

daerah tropika basah, hal ini menguntungkan. Proses pcrkecambahan

pembentukkan MVA melalui tiga tahap yaitu perkecambahan spora di tanah,

penetrasi hifa ke dalam scl akar dan perkembangan hifa didalam konteks akar.

Suhu optimum untuk perkecambahan spora sangat beragam tergantung jenisnya.

Bcberapa Gigaspora yang diisolasi dari tanah Florida, diwilayah subtropika

mengalami perkecambahan paling baik pada suhu 34°C, sedangkan untuk spesies

Glomus yang berasal dari wilayah beriklim dingin, suhu optimal untuk

perkecambahan adalah 20°C.

2. Kadar air tanah untuk tanaman yang tumbuh didaerah kering, adanya Mikoriza

Page 15: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP …blog.umy.ac.id/ganangprakoso/files/2017/08/Proposal-Ganang-gaga... · PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP EFEKTIFITAS ... terhadap pertumbuhan

Vesikular Arbuskular (MVA) menguntungkan karena dapat meningkatkan

kemampuan tanaman untuk tumbuh dan bertahan pada kondisi yang kurang air

(Vesser dkk, 1984 dalam Agung Astuti 2017). Adanya Mikoriza Vesikular

Arbuskular (MVA) dapat memperbaiki dan meningkatkan kapasitas serapan air

tanaman inang.

3. pH tanah; cendawan pada umumnya lebih tahan terhadap perubahan pH tanah.

Meskipun demikian daya adaptasi masing-masing spesies cendawan Mikoriza

Vesikular Arbuskular (MVA) terhadap pH tanah berbeda-beda, karena pH tanah

mempengaruhi perkecambahan, perkembangan dan peran Mikoriza Vesikular

Arbuskular (MVA) terhadap pertumbuhan tanaman.

4. Bahan organik; jumlah spora Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA)

berhubungan erat dengan kandungan bahan organik didalam tanah. Jumlah

maksimum spora ditemukan pada tanah-tanah yang mengandung bahan organik 1-

2 persen sedangkan pada tanah-tanah berbahan organik kurang dari 0.5 person

kandungan spoia sangat rendah.

5. Cahaya dan ketersediaan hara. Bjorman dalam Gardemann (1983) dalam

Anonim (2007) dalam Agung Astuti (2017) menyimpulkan bahwa dalam

intensitas cahaya yang tinggi kekahatan sedang nitrogen atau fosfor akan

meningkatkan jumlah karbohidrat di dalam akar sehingga membuat tanaman lebih

peka terhadap infeksi cendawan Mioriza. Derajat infeksi terbesar terjadi pada

tanah-tanah yang mempunyai kesuburan yang rendah. Pertumbuhan perakaran

yang sangat aktif jarang terinfeksi oleh Mikoriza'Vesikular Arbuskular (MVA) .

Jika pertumbuhan dan perkembangan akar menurun infeksi Mikoriza Vesikular

Arbuskular (MVA) meningkat.

Logam berat dan unsur lain; pada percobaan dengan menggunakan tiga

jcnis tanah dari wilayah iklim sedang didapatkan bahwa pengaruh menguntungkan

karena adanya Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) menurun dengan naiknya

kandungan A1 dalam tanah. Bcbcrapa spesies Mikoriza Vesikular Arbuskular

(MVA) diketahui mampu beradaptasi dengan tanah yang tercemar seng (Zn).

tetapi sebagian besar spesies Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) peka

terhadap kandungan Zn yang tinggi. Pada beberapa penelitian lain diketahui pula

Page 16: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP …blog.umy.ac.id/ganangprakoso/files/2017/08/Proposal-Ganang-gaga... · PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP EFEKTIFITAS ... terhadap pertumbuhan

bahwa strain-strain cendawan Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) tertentu

toleran terhadap kandungan Mn, A1 dan Na yang tinggi.

7. Fungisida; merupakan racun kimia yang diracik untuk membunuh cendawan

penyebab penyakit pada tanaman, akan tetapi selain membunuh cendawan

penyebab penyakit fungisida juga dapat membunuh Mikoriza Vesikular

Arbuskular (MVA) , dimana pemakainan fungisida ini menurunkan pertumbuhan

dan kolonisasi serta kemampuan Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) dalam

menyerap P. Lukiwati dan Simanungkalit (2001) MVA dalam bentuk

Crudeinokulum diaplikasikan sebanyak 40 gram per tanaman dengan syarat

infeksi mikoriza pada akar sebesar 80%-100% dan jumlah spora ±60 spora/100

gram tanah.

H. Hipotesis

Diduga perlakuan olah tanah konservasi akar paling sesuai terhadap

efektifitas mikoriza dan hasil tanaman jagung

Page 17: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP …blog.umy.ac.id/ganangprakoso/files/2017/08/Proposal-Ganang-gaga... · PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP EFEKTIFITAS ... terhadap pertumbuhan

III. TATA CARA PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi,

Laboratorium Penelitian, lahan percobaan Fakuitas Pertanian Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Juli 2017 sampai Agustus 2017.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih jagung manis

hibrida dan pestisida, Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) komersial, Pupuk

NPK, larutan KOH 10%, larutan HC1 1 %, Acid Fuchsin, Pupuk kandang.

Alat yang digunakan adalah Leaf Area Meter (LAM), oven, cangkul,

tugal. timbangan, penggaris, sprayer, alat tubs, plastik, label, gunting, polibag 7

kg, cetok, gembor, timbangan analitik, haemacytometer, mikroskop. saringan

bertingkat, petridish, botol semprot, botol jam, pinset. timbangan. deglass, kaca

preparat. oven, penggaris.

C. Metode Penelitian

Penelitian disusun dalam rancangan perlakuan faktor tunggal yang

disusun secara acak kelompok lengkap (RAKL) dan diulang sebanyak 3 kali

ulangan. Ada 4 perlakuan yang masing-masing diulang 3 kali, sehingga total 12

unit percobaan, yaitu tanaman jagung manis yang diinokulasikan mikoriza dengan

olah tanah :

TO : Tanpa olah tanah

T1 : Olah tanah minimum

T2 : Olah tanah sempuma

T3 : Olah tanah konservasi

Setiap unit percobaan digunakan 13 tanaman. meliputi 3 tanaman sampel,

9 tanaman korban dan 1 tanaman cadangan. Lay out (lampiran 1)

D. Cara Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan melalui tahap-tahap sebagai berikut :

1. Persiapan Benih

Pada perlakuan ini, benih jagung manis yang akan ditanam, direndam dengan air

Page 18: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP …blog.umy.ac.id/ganangprakoso/files/2017/08/Proposal-Ganang-gaga... · PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP EFEKTIFITAS ... terhadap pertumbuhan

selam 24 jam. Proses perendaman dapat dilakukan dengan media bak yang dapat

menampung seluruh benih jagung yang akan ditanam. Setelah selesai perendaman,

benih jagung ditiriskan dan dikeringkan pada kain yang mampu menyerap air.

Benih yang sudah kering selanjutnya dapat dilakukan proses penanaman. Tujuan

dari perendaman alah mengurangi dan mempercepat proses perkecambahan.

2. Metode Olah Tanah

Membuat blok sebanyak 3 blok pada lahan. kemudian membuat petak dengan

cangkul ukuran panjang 300 cm dan lebar 135 cm sebanyak 12 petak. Jarak antar

petak adalah 25 cm. Jarak antar ulangan blok 25 cm. Pengolahan lahan dilakukan

sesuai dengan perlakuan atau unit percobaan.

a. Pada teknik tanpa olah tanah (TOT)

Tanah dibiarkan tidak terganggu kecuali alur kecil areal pertanaman untuk

penempatan benih. Lubang pertanaman dibuat dengan cara dicangkul, lalu benih

ditanam dan kemudian benih ditutup lagi dengan menggunakan tanah.

b. Pengolahan tanah minimum

Pengolahan tanah dilakukan dengan cara melakukan pengolahan hanya dilakukan

pada barisan tanaman saja dengan kedalaman 1 5-20 cm menggunakan cangkul

hingga gembur.

c. pengolahan tanah sempurna

Pengolahan tanah sempurna dilakukan dengan mencangkul tanah dengan

kedalaman 12-20 cm pada seluruh petak sampai gembur. Kemudian tanah

diratakan kcmbali dengan menggunakan cangkul.

d. Pengolahan tanah konservasi

Olah tanah secara konservasi dilakukan dengan cara mencangkul dengan

kedalaman 15-20 cm sepanjang larikan dan kemudian menggunakan sisa tanaman

sebagai mulsa

3. Aplikasi Pupuk Kandang dan Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA)

Pengaplikasian pupuk kandang dilakukan bersamaan dengan aplikasi inokulum

Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA), Dosis yang diperlukan yaitu pupuk

kandang 150 g/tanaman dan inokulum mikoriza 10 g/tanaman. Aplikasi dilakukan

Page 19: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP …blog.umy.ac.id/ganangprakoso/files/2017/08/Proposal-Ganang-gaga... · PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP EFEKTIFITAS ... terhadap pertumbuhan

dengan cara mencampur pupuk kandang dan inokulum mikoriza, kemudian

deberikan pada media tanam.

4. Penanaman

Penanaman dilakukan dengan cara dicangkul sekitar areal pertanaman, dengan

kedalaman ± 5 cm dan setiap lubang tanam ditanam 2 benih, setelah tumbuh

dipilih satu tanaman yang baik pertumbuhannya. Jarak tanam yang digunakan

adalah 75 cm x 20 cm (Balitbang, 2009).

5. Pemeliharaan Tanaman

BerdasarkanBalitbang (2009). pemeliharaan jagung meliputi sebagai berikut:

a. Pemupukan

Pemupukan dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pemupukan dasar saat awal tanam

dengan dosis Urea 5,25 g/tanaman, SP-36 2,25 g/tanaman, KC1 2,25 g/tanaman

dan pemupukan susulan pada 14 Hst dengan dosis Urea 5,25 g/tanaman, SP-36

2,25 g/tanaman, KC1 2,25 g/tanaman . Cara pemberian pupuk, ditugal sedalam

kira-kira 5 cm sekitar 10 cm di samping pangkal tanaman dan ditutup dengan

tanah. (Lampiran 2).

b. Penyulaman dan penjarangan

Penyulaman dilakukan pada saat tanaman berumur 7 HST (Hari Setelah Tanam).

kemudian pada umur 10 HST dilakukan penjarangan dengan menyisakan 1

tanaman per lubang tanam.

c. Penyiangan

Penyiangan dilakukan tergantung pada perkembangan gulma (rumput).

Penyiangan kedua dapat dilakukan dengan cara manual seperti pada penyiangan

pertama atau bila perlu menggunakan herbisida kontak seperti Gramaxon atau

Bravoxone 276 SL atau Noxone 297 AAS.

d. Pengairan

Pengairan dilakukan jika tanah sudah mulai kering atau sesuai kebutuhan tanaman

dengan interval waktu maksimal seminggu sekali. Cara pengairanya adalah

dengan cara digenangi per petakan hingga tanah basah.

e. Pengendalian Hama dan Penyakit

Page 20: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP …blog.umy.ac.id/ganangprakoso/files/2017/08/Proposal-Ganang-gaga... · PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP EFEKTIFITAS ... terhadap pertumbuhan

Pengendalian dilakukan dengan cara mekanik dan kimiawi dengan cara disemprot

insektisida dan fungisida. Hama dan penyakit yang mengganggu tanaman jagung

saat penelitian adalah ulat pemotong daun dan penyakit bulai daun. Hama

penyakit terebut dikendalikan dengan cara disemprot secara berkala menggunakan

Curacron 500EC dan Demotomorf 60%.

f. Panen

Jagung manis tergolong jagung yang berumur genjah. Saat panen yang tepat

adalah bila rambut jagung manis telah berwama cokelat dan tongkolnya telah

berisi penuh atau masak secara ekonomis. Jagung manis pada penelitian ini

dipanen pada umur 70 hari setelah tanam.

E. Parameter yang Diamati

1. Pengamatan Efektifitas Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA)

a. Jumlah Spora (Spora/gram)

Isolasi pertama dilakukan pada inokulum mikoriza komersial yang akan di

aplikasikan, Isolasi spora Mikoriza dilakukan dengan mengambil sampel

inokulum mikoriza sebanyak 1 g, dilarutkan dalam 100 ml aquades. Larutan

dituang pada saringan. kemudian hasil saringan diamati dengan mikroskop.

Pengamatan jumlah spora dilakukan pada minggu ke 4,7 dan 10 dengan teknik

penyaringan basah kemudian mengamati jumlah spora yang ada dengan

mikroskop perbesaran 40x400 kali, kemudian dihitung jumlah sporanya.

b. Persentase infeksi MVA (%)

Persentase infeksi MVA dilakukan pada minggu ke 4, 7 dan 10 dengan

mengambil sampel 10 potongan akar tanaman jagung, dicat dengan Acid Fuchsin,

kemudian diamati dengan mikroskop tentang persentase infeksi dengan rumus :

Persentase Infeksi MVA =Jumlah akar yang terinfeksi

Jumlah total akar yang diamatix 100% dan dinyatakan

dalam satuan persen.

2. Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Jagung Manis

a. Proliferasi Akar

Pengamatan proliferasi ini bertujuan untuk mengamati percabangan perakaran

Page 21: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP …blog.umy.ac.id/ganangprakoso/files/2017/08/Proposal-Ganang-gaga... · PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP EFEKTIFITAS ... terhadap pertumbuhan

tanaman jagung. Pengamatan dilakukan dengan cara melihat percabangan akar

tanaman yang diletakan pada kaca bening dan kemudaian amati peracaban

akamya. Pengamatan dilakukan pada akhir penelitian. Poliferasi akar dinyatakan

secara kualitatif dengan harkat:

Harkat Keterangan

(++++) untuk perakaran yang memiliki percabangan yang rumit serta banyak

secara vertikal dan horizontal.

(+++) untuk perakaran yang memiliki percabangan yang cukup banyak

(++) untuk perakaran yang memiliki percabangan akar yang sedang

(+) untuk perakaran yang memiliki percabangan akar yang sedikit

(-) untuk perakaran yang tidak memiliki percabangan

b. Panjang akar (cm)

Pengukuran panjang akar tanaman menggunakan penggaris dari pangkal batang

hingga ujung akar terpanjang. Pengamatan panjang akar dilakukan pada minggu

ke 4, 7 dan 10 setelah tanam pada tanaman korban.

c. Bobot segar akar (gram)

Pengamatan bobot segar akar dilakukan dengan cara mencabutbut tanaman korban

pada minggu ke 4, 7 dan 10, kemudian potong bagian pangkal batang dan

menimbang bagian akar yang telah dibersihkan.

d. Bobot kering akar (gram)

Pengamatan bobot kering akar dilakukan dengan cara akar dikering anginkan

selama 24 jam kemudian dioven dengan temperatur 80°C hingga bobotnya

konstan. Pengamatan dilakukan pada minggu ke 4, 7 dan 10. Pengamatan bobot

kering akar dilakukan dengan menimbang akar yang telah kering oven dengan

menggunakan timbangan analitik dan dinyatakan dalam satuan gram.

e. Tinggi tanaman (cm)

Tinggi tanaman yang diukur adalah tajuk , yaitu dari permukaan tanah sampai

dengan ujung daun tanaman sampel. Alat yang digunakan adalah penggaris atau

Page 22: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP …blog.umy.ac.id/ganangprakoso/files/2017/08/Proposal-Ganang-gaga... · PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP EFEKTIFITAS ... terhadap pertumbuhan

meteran dengan satuan cm. Pengamatan dilakukan seminggu sekali hingga panen,

dimulai satu minggu setelah tanam hingga fase pertumbuhan generatif maksimum

(70 hst).

f. Jumlah daun (helai)

Jumlah daun dihitung untuk menentukan tingkat kemampuan tanaman untuk

berfotosintesis. Jumlah daun per tanaman, diukur dengan menghitung jumlah

daun pada setiap tanaman sampel. Pengukuran dilakukan secara periodik setiap 1

minggu sekali, mulai tanaman berumur satu minggu hingga panen.

g. Luas daun (cm2)

Luas daun diukur dengan menggunakun LAM (Leaf Area Meter). Daun yang

akan diukur. dipotong terlebih dahulu. lalu diukur menggunakan LAM dan

dinyatakan dalam satuan cm2. Pengamatan dilakukan pada minggu ke 4, 7 dan 10.

h. Bobot segar tanaman(gram)

Pengamatan bobot segar tanaman dilakukan dengan menimbang daun, batang dan

akar tanaman jagung dengan timbangan elektrik dan dinyatakan dalam gram.

Pengamatan dilakukan pada minggu ke 4, 7 dan 10.

i. Bobot kering tanaman (gram)

Pengamatan bobot kering tanaman dilakukan dengan cara memasukkan daun,

batang, dan akar tanaman jagung ke dalam oven dengan suhu 80° C kemudian

setelah konstan ditimbang dengan timbangan elektrik dan dinyatakan dalam gram.

Pengamatan dilakukan pada minggu ke 4, 7 dan 10.

3. Hasil Tanaman Jagung Manis

a. Bobot segar Tongkol jagung manis berkelobot (gram)

Pengamatan bobot segar tongkol jagung manis berkolobot dilakukan dengan cara

menimbang tongkol jagung beserta kelobotnya dengan timbangan elektrik dan

dinyatakan dalam gram.

b. Bobot segar tongkol tanpa kelobot (gram)

Pengamatan bobot segar tongkol jagung tanpa kelobot dilakukan dengan cara

menimbang tongkol jagung dengan timbangan elektrik dan dinyatakan dalam

gram. Pengamatan dilakukan pada minggu ke 10.

c. Pengamatan diameter tongkol (Cm)

Page 23: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP …blog.umy.ac.id/ganangprakoso/files/2017/08/Proposal-Ganang-gaga... · PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP EFEKTIFITAS ... terhadap pertumbuhan

Pengamatan dilakukan pada saat tanaman berumur 70 hari dengan cara

mengukurnya menggunakan jangka sorong pada tongkol jagung manis yang

dihasilkan dari masing-masing tanaman sampel.

F. Analisis Data

Data hasil pengamatan disidik ragam pada taraf α 5 %. Jika terdapat beda

nyata pengaruh antar perlakuan maka dilakukan uji jarak berganda Duncan

dengan taraf kesalahan α 5 %. Data kualitatif di analisis dengan menggunakan

harkat (skoring). Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan sebagian

dalam bentuk foto atau gambar.

Page 24: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP …blog.umy.ac.id/ganangprakoso/files/2017/08/Proposal-Ganang-gaga... · PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP EFEKTIFITAS ... terhadap pertumbuhan

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Perlakuan berbagai sistem olah tanah berpengaruh nyata pada parameter jumlah

spora Mikoriza dan hasil tanaman jagung manis.

2. Sistem pengolahan tanah yang paling sesuai dengan efektifitas Mikoriza

terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis adalah sistem olah tanah

konservasi.

B. Saran

Perlu tidaknya tanah diolah harus dilihat dari keadaan kepadatan tanah, kekuatan

tanah, dan tingkat aerasi. Pengolahan tanah diperlukan bila kondisi kepadatan,

kekuatan tanah, aerasi tanah, dan dalamnya perakaran tanaman tidak lagi

mendukung penyediaan air dan perkembangan akar.

Page 25: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP …blog.umy.ac.id/ganangprakoso/files/2017/08/Proposal-Ganang-gaga... · PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP EFEKTIFITAS ... terhadap pertumbuhan

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 2007. Teknik Bercocok Tanam Jagung. Kanisius.139 hal.

Afandie Rosmarkam dan Nasih W. Y. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius.

Yogyakarta. 224 hal.

Agung Astuti, 2005. Metode Perbanyakan an Efektivitas Inokulum Mikoriza

Indigenous Rhizosfer Pandan ari Pantai Bugel Kulon Progo dalam

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/7148/Publikasi%2

0CMA%20Agung.pdf?sequence=1&isAllowed=y. Diakses tanggal 22

Februari 2017.

Agung Astuti. 2017. Pengembangan Inokulum Mikoriza Sebagai Pupuk Hayati

Untuk Meningkatkan Produktivitas Singkong Pada Tanah Grumusol

Dengan Berbagai Bahan Organik. Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta.

Agus, F., dan Ai Dariah. 1997. Prospek pengembangan teknologi olah tanah

konservasi di lahan kering. hlm. 51-64 dalam Prosiding Simposium

Nasional dan Kongres VI Peragi. Jakarta, 25-27 Juni 1996. Perhimpunan

Agronomi Indonesia.

Alibasyah, M.R,. 2000. Efek sistem olah tanah dan mulsa jagung

terhadapstabilitas agregat dan kandungan C. organik tanah ultisol pada

musim tanamke-3. J. Agrista. 3(4) : 228 – 237.

Anas, I. 1997.Bioteknologi Tanah. Laboratorium Biologi Tanah. Jurusan Tanah.

Fakultas Pertanian. IPB.

Anggi. 2004. Pengolahan tanah. (http ://pustaka.litbang.pertanian.go.id/agr itek

/ppua0138.pdf). Diakses 5 Agustus 2017.

Ardjasa, W.S., dan G.E. Maliawan. 1993. Sistem Pengolahan Tanah dan Cara

Page 26: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP …blog.umy.ac.id/ganangprakoso/files/2017/08/Proposal-Ganang-gaga... · PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP EFEKTIFITAS ... terhadap pertumbuhan

Pemberian Pupuk pada Rotasi Padi Gogo-Kedelai pada Lahan Kering

Podsolik. Dalam Prosiding Seminar Nasional IV. Budidaya Pertanian

Olah Tanah Konservasi. Bandar Lampung.

Arsyad S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Bogor (ID): IPB Pr.

Arsyad, S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press.

Badan Pusat Statistik. 2014. TanamanPangan. Jakarta.

Bakhri, S. 2007. Budidaya Jagung dengan Konsep Pengelolaan Tanaman

Terpadu. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Sulawesi Tengah.

[Balitjestro] Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika. 2014.

Penerapan teknologi konservasi lahan.

http://balitjestro.litbang.pertanian.go.id/kebangkitan-apel-melalui-

program-penghambatan-laju-degradasi-dan-perbaikan-mutu-lahan-di-kota-

batu/. Diakses 24 Febuari 2017.

[Balittra] Balai Penelitian Lahan Rawa. 2013. Mulsa organik meningkatkan hasil

dan mengatasi kekeringan. http://litbang.pertanian.go.id/berita/one/1593/.

Diakses 24 Febuari 2017.

Balitbang. 2009. Teknologi Budidaya Jagung. Balai Pengembangan dan

Penelitian Pertanian. Lampung.

Barbosa L. R., Diaz O. and Barber R. G. 1989. Effects of deep tillage on soil

properties, growth and yield of soya in a compacted Ustochrept in Santa

Cruz, Bolivia. Soil Tillage Res., 15: 51-63.

Beare MH, Lavelle P, Izac AMN, Swift MJ. 1997. Agriculture intensificasion soil

biodiversity and agroecosystem function. Applied Soil Ecology. 6: 3-16.

Page 27: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP …blog.umy.ac.id/ganangprakoso/files/2017/08/Proposal-Ganang-gaga... · PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP EFEKTIFITAS ... terhadap pertumbuhan

Buckman,HO.,Nyle C.Brady. l982. The Nature andProperties of Soil. A College

Text of Edaphology. Sixth Edition. The Macmillan Company. New York.

Chaudhary M. R., Gajri P. R., Prihar S. S., and Khera R., 1985. Effect of deep

tillage on soil physical properties and maize yields on coarse textured

soils.Soil Tillage Res., 6: 31-44.

Daniels BA and Trappe JM. 1980. Factors affecting spore germination of

Vesicular- arbuscular mycorrhizal fungus, Glomus epigaeus. Mycologi.

72 : 457-463.

Departement Pertanian. 2010. Fase pertumbuhan Jagung Manis. Jakarta. 20

halaman.

Dodd, J.C. 2000. The Role of Arbuscular Mycorrhizal Fungi in Agro-and Natural

Ecosystems. Agriculture. 29(1):63–70.

Fahmuddin dan Widianto. 2004. Petunjuk Praktis Konservasi Tanah Pertanian

Lahan Kering. Bogor : World Agroforestry Centre ICRAF Southeast Asia.

Fakuara MY. 1988. Mikoriza, teori dan kegunaan dalam praktek. pusat antar

universitas. Bogor: IPB.

Gardner, P, NA. Campbell dan JB. Reece. 1991. Fisiologi tanaman budidaya. UI

Press. Jakarta. p. 111-113.

Grotkopp, E and M. Rejmanek. 2007. High Seedling Relative Growth Rate and

Spesific Leaf Area are Tratis of Invasive Species: Phylogenetically

Independent Contrast of Woody Angiosperms. American Journal of

Botany 94 (4): 526–532.

Hakim, N., M.Y. Nyakpa, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M.R. Saul, M.A. Diha, Go

Bang Hong dan H.H. Bailey. 1986. Dasar - dasar ilmu tanah. Unila.

Page 28: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP …blog.umy.ac.id/ganangprakoso/files/2017/08/Proposal-Ganang-gaga... · PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP EFEKTIFITAS ... terhadap pertumbuhan

Handayani, I.P., 1999. Kuantitas Variasi Nitrogen Tersedia Pada Tanah Setelah

Penebanga Hutan. J. Tanah Tropica. No.8: 215-226.

Hasibuan, I. 2009. Olah tanah konservasi. Pertanian berkelanjutan. Unihaz

Hillel, D. 1996. Introducyion to Soil Physics. Terjemahan Robiyanto, H.S dan

Rahmat, H.P. (Pengantar Fisika Tanah). Fakultas Pertanian UNSRI

Indralaya. Palembang.

Kasiono. 2011. Tekhnik Perbanyakan Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) dalam

https://kasiono.wordpress.com/2011/07/19/tekhnik-perbanyakan-fungi-

mikoriza-arbuskula-fma/. Diakses 24 Februari 2017.

Kasno, A., J. Sri Adiningsih, D. Santoso, dan D. Nursamsi. 1998. Pengelolaan

hara terpadu untuk meningkatkan dan mempertahankan produktivitas

lahan kering masam. hlm. 161-178. dalam Kurnia et al. (Eds.). Prosiding

Pertemuan Pembahasan dan Komunikasi Hasil Penelitian Tanah dan

Agroklimat: Bidang Kimia dan Biologi Tanah. Bogor, 10 Februari 1998.

Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor.

Kharis Triyono. 2007.Pengaruh Sistem Pengolahan Tanah Dan Mulsa Terhadap

Konservasi Sumber Daya Tanah.Innofarm : Jurnal Inovasi Pertanian Vol.

6, No. 1, 2007 (11 - 21).

Killham, K. and R. Foster. 1994. Soil Ecology. Cambridge University Press.

Koswara, J. 1986. Budidaya jagung manis (zae mays saccharata) Bahan kursus

budidaya jagung manis dan jagung merang.Fakultas Pertanian. IPB,

Bogor.

Kramer, P.J. and T.T. Kozlowski, 1969. Physiology of Trees. Mc Graw-Hill Book

Co. Inc. New York.

Kusumastuti, L., Astuti, A., & Sarjiyah, S. (2017). Contribution of Rhizobium–

Page 29: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP …blog.umy.ac.id/ganangprakoso/files/2017/08/Proposal-Ganang-gaga... · PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP EFEKTIFITAS ... terhadap pertumbuhan

Mycorrhiza–Merapi-indigenous Rhizobacteria Association on Growth

and Yield of Three Cultivars Soybean Cultivated on Coastal Sandy Soil.

PLANTA TROPIKA: Jurnal Agrosains (Journal Of Agro Science), 5(1),

7-14. doi:http://dx.doi.org/10.18196/pt.2017.066.7-14

Lakitan. 1995. pengaruh jenis mulsa dan konsentrasi pupuk organik cair super

bionik terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah (allium

ascalonicum l). http://jurnalfloratek.wordpress.com/tag/mulsa/. Diakses

pada tanggal 5 Agustus 2017.

Lukiwati DR, Simanungkalit RDM. 2001. Improvement of maize productivity

with combination of phosphorus fertilizer from different sources and

vesicular-arbuscular mycorrhizae inoculation. Didalam: Proc.of

International Meeting “Direct Application of Phosphate Rock and

Related Appropriate Technology-Latest Developments and Practical

Experiences”.Kuala Lumpur,Malaysia. 16-20 July 2001: 329-333.

Manuhuttu, A. P., Rehatta, H. Dan J. J. G. Kailola. 2014. Pengaruh Konsentrasi

Pupuk Hayati Bioboost Terhadap Peningkatan Produksi Tanaman Selada

( Lactuca Sativa. L ). Program Studi Agroekoteknologi, Jurusan

Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Pattimura. Agrologia

Vol III 1-4_2014.

Mu’minah. 2009. Pengaruh pengolahan tanah dan pemberian mulsa jerami

terhadap produksi tanaman jagung, kacang tanah dan erosi tanah. Jurnal

Agrisistem 5(1): 40-46.

Mukhtar, S., Baker, J.L., Horton, R. And Erbach, D.C., 1985. Soil water

infiltration as affected by the use of the Paraplow. Trans. ASAE,

28:1811-1816.

Page 30: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP …blog.umy.ac.id/ganangprakoso/files/2017/08/Proposal-Ganang-gaga... · PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP EFEKTIFITAS ... terhadap pertumbuhan

Mulyadi, J.J. Sasa, T. Sopiawati dan S. Partohardjono. 2001. Pengaruh cara

olahtanah dan pemupukan terhadap hasil gabah dan emisi gas metan dari

polatanam padi–padi di lahan sawah. Penelt. Pertanian Tanaman

Pangan.20(3) : 24 – 28.

Parker C. J., Cart M.K.V., Jarvis N.J., Evans, M.T.B. and Lee, V.H., 1989. Effects

of subsoil loosening and irrigation on soil physical properties, root

distribution and water uptake of potatoes (Solanum tuberosum). Soil

Tillage Res., 13: 267- 285.

Prambudi, N. A. 2008. Menyulap Biomassa Menjadi Energi. http://netsains.com.

Diakses pada tanggal 5 Mei 2017.

Prasetyo, R.A., A. Nugroho., dan J. Moenandir. 2014. Pengaruh Sistem Olah

Tanah Dan Berbagai Mulsa Organik Pada Pertumbuhan Dan Hasil

Tanaman Kedelai (Glycine Max (L.) Merr.) Var. Grobogan. J. Produksi

Tanaman. 1(6) : 486-495.

Pujiyanto. 2001. Pemanfatan Jasad Mikro, Jamu Mikoriza dan Bakteri Dalam

Sistem Pertanian Berkelanjutan Di Indonesia: Tinjauan Dari Perspektif

Falsafah Sains. Makalah Falsafah Sains Program Pasca Sarjana Institut

Pertanian Bogor. Bogor

Rao, N.S Subba.1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman.

Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Salisbury and C. W. Ross. 1988. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Penerbit ITB.

Bandung, hal. 40.

Santoso, B. 1984. Mikoriza, Peranan dan Hubungan dengan Kesuburan

Tanah.Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya :

Page 31: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP …blog.umy.ac.id/ganangprakoso/files/2017/08/Proposal-Ganang-gaga... · PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP EFEKTIFITAS ... terhadap pertumbuhan

Malang.

Santoso, B. 1994. Mikoriza, Peranan dan Hubungannya dengan Kesuburan

Sarief, E.S. 1989. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana.

Bandung. Hlm 50-51.

Setiadi, Y. 1991. Aplikasi mikoriza. Himpunan Makalah Penataran Dosen Dalam

Rangka Peningkatan Mutu Bidang Pertanian. Jakarta: Direktorat

Perguruan Tinggi Swasta, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Swasta.

Simanungkalit, R.D.M, Dkk. 2006. Pupuk Organik DanPupuk Hayati. Balai Besar

Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian. Bogor, Jawa Barat.

Simanungkalit, R.D.M., D. A. Suriadikarta., R. Saraswati, D. Setyorini., dan W.

Hartatik. 2006. Pupuk Organik Dan Pupuk Hayati (Organic Fertilizer

And Biofertilizer). Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Sumberdaya Lahan Pertanian. Jawa Barat. 313 Hlm.

Sinukaban, N. 1986.Dasar-Dasar konservasi Tanah dan Perencanaan Pertanian

Konservasi. Jurusan Tanah, Institut Pertanian Bogor.

Sitompul, S.M dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Universitas

Gajah Mada, Yogyakarta.

Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian.

Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Soeprapto, H. S. 1996. Bertanam Jagung, Penebar Swadaya . Jakarta.

Sofyan, A., Y. Musa, & H. Feranita. 2005. Perbanyakan cendawan mikoriza

arbuskular (CMA) pada berbagai varietas jagung (Zea mays L.) dan

pemanfaatannya pada dua varietas tebu (Saccharum officinarum L.).

Page 32: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP …blog.umy.ac.id/ganangprakoso/files/2017/08/Proposal-Ganang-gaga... · PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP EFEKTIFITAS ... terhadap pertumbuhan

Jurnal Sains dan Teknologi 5(1): 12-20.

Suminarti, N.E. 2011. Budidaya Tanaman Talas pada Kondisi Kering dan Basah.

Disertasi. Program Pasca Sarjana. Universitas Brawijaya. Malang.

Sunaryo. 2009. Pertumbuhan Dan Hasil Padi Sistem Intensifikasi Pada Berbagai

Populasi. Skripsi Mahasiswa Fakultas Pertanian UMY. Tidak

Dipublikasikan.

Suripin. 2004. Pelestarian Sumberdaya Tanah dan Air. Andi Yogyakarta.

Suwardjo, H dan A. Dariah. 1995. Teknik olah tanah konservasi untuk

menunjangpengembangan pertanian lahan kering yang berkelanjutan. Pros.

Seminar Nasional V : 8 – 13. Bandar Lampung.

Suwardjono. 2004. Pengaruh Beberapa Jenis Pupuk Kandang Terhadap

Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah.

Http//www.ut.ac.id/jmst/jurnal/suwardjono/pengaruh.htm. Diakses 24

Febuari 2017.

Syukur, M. dan A. Rifianto. 2013. Jagung Manis. Penebar Swadaya.Jakarta. 124

hlm.

Talanca AH, Adnan AM. 2005. Mikoriza dan manfaatnya pada tanaman.

Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVI

Komda sul–sel. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Sulawesi Selatan.

Tarigan, Ferry H. 2007. Pengaruh Pemberian Pupuk Organi Green Giant dan

Pupuk daun Super Bionik Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman

Jagung (Zea mays. L). Jurnal Agrivigor 23 (7): 78-85.

Tate, R. L. 1987. Soil Organic Matter: Biological and Ecological Effects.

Page 33: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP …blog.umy.ac.id/ganangprakoso/files/2017/08/Proposal-Ganang-gaga... · PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP EFEKTIFITAS ... terhadap pertumbuhan

Wiley/Interscience, New York, NY, USA.

Trouse A. C. Jr., 1983. Observations on under- the-row subsoiling after

conventional tillage. Soil Tillage Res., 3: 67-81.

Tyasmoro, S.T., B. Suprayoga dan A. Nugroho. 1995. Cara pengelolaan

lahanyang berwawasan lingkungan dan budidaya tanaman sebagai upaya

konservasi tanah di DAS brantas hulu. Pros. Seminar Nasional V : 9 – 14.

Budidaya Pertanian Olah Tanah Konservasi. Bandar Lampung.

Unger PW and McCalla TM. 1980. "Conservation Tillage Systems". Advances in

Agronomy 33: 2–53.

Utomo, 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. IKIP Semarang Press,

Semarang.

Utomo, M. 2000. Teknologi olah tanah konservasi sebagai pilar pertanian

berkelanjutan. Pemberdayaan Petani, Sebuah Agenda Penguatan

Masyarakat Warga. DPP HKTI.

Utomo, M. 2002. Olah tanah konservasi untuk pengelolaan lahan berkelanjutan.

Hal 1-33. Dalam Prosiding Seminar Nasional Budidaya Pertanian Olah

Tanah Konservasi : Fakultas Pertanian UPN. Yogyakarta.

Widiatmoko, T., dan Supartoto. 2002. Penerapan Teknologi Tanpa Olah

Tanah(TOT) dalam Upaya Pengendalian Gulma Pada Sistem Tumpangsari

Jagung/Kedelai. Jurnal Agrin. Fakultas Pertanian Unsoed. Purwokerto. 5

(11): 38-44.

Widiatmoko, T., dan Supartoto. 2002. Penerapan Teknologi Tanpa Olah

Tanah(TOT) dalam Upaya Pengendalian Gulma Pada Sistem Tumpangsari

Jagung/Kedelai. Jurnal Agrin. Fakultas Pertanian Unsoed. Purwokerto. 5

(11): 38-44.

Page 34: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP …blog.umy.ac.id/ganangprakoso/files/2017/08/Proposal-Ganang-gaga... · PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP EFEKTIFITAS ... terhadap pertumbuhan

Widyasari, L., T. Sumarni, dan Arifin. 2011. Pengaruh Sistem Olah Tanah dan

Mulsa Jerami Padi pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai

(Glycine max (l.) Merr.) Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.

Malang.

Yulipriyanto, H. 2010. Biologi Tanah dan Strategi Pengelolaannya. Graha Ilmu.

Yogyakarta.

Page 35: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP …blog.umy.ac.id/ganangprakoso/files/2017/08/Proposal-Ganang-gaga... · PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP EFEKTIFITAS ... terhadap pertumbuhan

Lampiran 1. Layout Rancangan Acak Kelompok Lengkap

Perlakuan :

T0 : Tanpat olah

tanah

T1 : Olah tanah

minimal

T2 : Olah tanah

sempurna

T3 : Olah tanah

konsercasi

Keterangan :

: Sampel

: Korban

: Cadangan

Blok I Blok II Blok III

T2U3

T1U3

T0U1

T3U3

T2U1

T3U1

T0U2

T3U2

T1U1

T2U2

T1U2 T0U3

Page 36: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP …blog.umy.ac.id/ganangprakoso/files/2017/08/Proposal-Ganang-gaga... · PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP EFEKTIFITAS ... terhadap pertumbuhan

Lampiran 2. Perhitungan Kebutuhan Pupuk Tanaman Jagung

Diketahui : Pupuk dasar dosis pupuk Urea 450 kg/hektar, SP-36 150 kg/hektar,

KCl 150 kg/hektar dan Pupuk Kandang 5 ton/hektar.

Ditanyakan : Berapakah dosis pupuk kandang, Urea, SP-36 dan KCl untuk jagung

per tanaman?

Jawab :

Ruang tanam Jagung : 75 x 20 cm

Jumlah tanaman/hektar = 10.000 𝑚2

75 𝑥 20 𝑐𝑚 =

100.000.000 𝑐𝑚 2

1500 𝑐𝑚 2 = 66,666 Tanaman

Kebutuhan pupuk tanaman jagung per tanaman

Pupuk dasar diberikan pada saat sebelum tanam yaitu dicampur dengan media

tanam. Dosis pupuk yang digunakan adalah setengah dosis dari perhitungan

kebutuhan pupuk per tanaman.

1. Dosis Pupuk Kandang = 5 ton/hektar

Dosis per tanaman = 5 𝑡𝑜𝑛

66,666 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛 =

5.000.000 𝑔𝑟𝑎𝑚

66,666 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛 = 75,000 gram/tanaman.

2. Dosis pupuk Urea = 400 kg/hektar

Dosis per tanaman = 350 𝑘𝑔

66,666 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛 =

350.000 𝑔𝑟𝑎𝑚

66,666 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛 = 5,25 gram/tanaman.

Diberikan pada saat pemupukan dasar sebanyak 2,62 gram dan pupuk susulan

sebanyak 2,62 gram.

3. Dosis pupuk SP-36 = 150 kg/hektar

Dosis per tanaman = 150 𝑘𝑔

66,666 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛 =

150.000 𝑔𝑟𝑎𝑚

66,666 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛 = 2,25 gram/tanaman

4. Dosis pupuk KCl = 150 kg/hektar

per tanaman = Dosis per tanaman = 150 𝑘𝑔

66,666 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛 =

150.000 𝑔𝑟𝑎𝑚

66,666 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛 = 2,25

gram/tanaman

Pupuk Sp-36 dan KCl diberikan pada saat pemupukan dasar sebanyak 1,12 gram

dan pupuk susulan sebanyak 1,12 gram.

Page 37: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP …blog.umy.ac.id/ganangprakoso/files/2017/08/Proposal-Ganang-gaga... · PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP EFEKTIFITAS ... terhadap pertumbuhan

Lampiran 3. Kebutuhan Mikoriza

Dosis mikoriza = 10 g/tanaman

Jumlah tanaman jagung manis = 480 tanaman

Total kebutuhan mikoriza = 480 tanaman x 10 kg = 4,800 g = 4,8 kg

Page 38: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP …blog.umy.ac.id/ganangprakoso/files/2017/08/Proposal-Ganang-gaga... · PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP EFEKTIFITAS ... terhadap pertumbuhan

Lampiran 4. Deskripsi Jagung Manis Varietas Sweet Boy

Golongan varietas : Hibrida silang tunggal F 2139 x M2139

Umur mulai berbunga : 51 – 59 hari setelah tanam

Umur mulai panen : 69 – 82 hari setelah tanam

Bentuk tanaman : Tegak

Tinggi tanaman : 184 cm

Tinggi tongkol : 89 cm

Kerebahan : Tahan

Batang : Hijau, kokoh

Warna daun : Hijau gelap

Bentuk daun : Agak terkulai

Bentu malai : Agak terkulai

Warna malai : Kuning pucat

Warna sekam : Hijau pucat

Warna rambut : Kuning

Ukuran tongkol : Panjang 18,9 cm

Berat pertongkol : 338 gram

Diameter tongkol : ± 4,8 cm

Warna biji : Kuning cerah dan mengkilat

Baris biji : Lurus terisi penuh

Jumlah baris biji : 14 – 16 baris

Kadar gula : 12,1 brix

Berat 1000 biji : 124,5 gram

Hasil : 18 ton/hektar

Keterangan : Beradaptasi baikk di dataran rendah sampai sedang

Peneneliti : PT. Benihinti Suburintani

Page 39: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP …blog.umy.ac.id/ganangprakoso/files/2017/08/Proposal-Ganang-gaga... · PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP EFEKTIFITAS ... terhadap pertumbuhan