133
PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI TERHADAP POSTTRAUMATIC GROWTH PADA RECOVERING ADDICT Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Disusun Oleh : Nadiah Oktivanie NIM: 1111070000046 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015/2016

PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

  • Upload
    others

  • View
    29

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI

TERHADAP POSTTRAUMATIC GROWTH PADA

RECOVERING ADDICT

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah untuk

Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Disusun Oleh :

Nadiah Oktivanie

NIM: 1111070000046

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015/2016

Page 2: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di
Page 3: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di
Page 4: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di
Page 5: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

v

MOTTO

Take time to THINK. It is the source of power.

Take time to READ. It is the foundation of wisdom.

Take time to QUIET. It is the opportunity to seek God.

Take time to DREAM. It is the future made of.

Take time to PRAY. It is the greatest power on earth.

-Author Unknown-

Persembahan :

Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orang tua

dan kedua adik saya. Ayah, Mama (alm), Nia, Ade

yang saya sayangi dan cintai.

Page 6: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

vi

ABSTRAK

A) Fakultas Psikologi

B) Maret 2016

C) Nadiah Oktivanie

D) Pengaruh Strategi Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth

pada Recovering Addict di Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

E) xv + 91 halaman + lampiran

F) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel strategi

coping (problem focused coping dan emotion focused coping), resiliensi

(emotion regulation, impulse control, optimism, causal analysis, empathy,

self efficacy, reaching out) terhadap posttraumatic growth. Sampel

berjumlah 201 individu Balai Besar Rehabilitasi Narkoba BNN Lido yang

diambil dengan teknik non- probability sampling. Penulis memodifikasi

alat ukur yang terdiri dari Post Traumatic Growth Inventory (PTGI), Ways

of Coping Questionnaire dan Resilience Quetiont (RQ). Uji Validitas alat

ukur menggunakan teknik confirmatory factor analysis (CFA). Analisis

data menggunakan teknik analisis regresi berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan

strategi coping dan resiliensi terhadap posttraumatic growth di Balai Besar

Rehabilitasi BNN Lido. Hasil uji hipotesis minor yang menguji pengaruh

terhadap posttraumatic growth, hanya dua dimensi dari resiliensi yang

berpengaruh terhadap posttraumatic growth, yaitu impulse control dan self

efficacy sedangkan problem focused coping, emotion focused coping,

emotion regulation, optimism, empathy, causal analysis, reaching out

tidak berpengaruh terhadap posttraumatic growth di Balai Besar

Rehabilitasi BNN Lido.

Keyword: Posttraumatic Growth, Recovering Addict

G) Bahan Bacaan : 2 Buku + 15 jurnal + 5 tesis + 3 web internet + 2 Skripsi.

Page 7: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

vii

ABSTRACT

A) Faculty of Psychology

B) March 2016

C) Nadiah Oktivanie

D) Effect of Coping Strategies and resilience against Posttraumatic Growth

in the Center for Drug Rehabilitation BNN Lido

E) xv + 91 pages + appendix

F) This study aims to determine the effect of variable coping strategies

(problem focused coping and emotion focused coping), resilience

(emotion regulation, impulse control, optimism, causal analysis, empathy,

self-efficacy, reaching out) to posttraumatic growth in drug-individut.

Sample of 201 individut Rehabilitation Center for Drug BNN Lido taken

with non-probability sampling techniques. Author modify the measuring

instrument that consists of Post Traumatic Growth Inventory (PTGI),

Ways of Coping Questionnaire and Resilience Quetiont (RQ). Validity of

measuring instruments using techniques confirmatory factor analysis

(CFA). Analysis of data using multiple regression analysis techniques.

The results showed that there was a significant effect of coping strategies

and resilience against posttraumatic growth in drug-individut. The test

results minor hypothesis that examine the effect on posttraumatic growth,

only two dimensions of resilience effect on posttraumatic growth Individut

drugs, namely impulse control and self efficacy while the problem focused

coping, emotion focused coping, emotion regulation, optimism, empathy,

causal analysis, reaching out does not affect the individut drug

posttraumatic growth.

Keyword: Posttraumatic Growth, Recovering Addict

G) References: 2 book + 15 journal + 5 Thesis + 3 web internet.

Page 8: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

viii

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmannirrahim

Syukur alhamdulillah peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, karena

berkat segala rahmat dan berkah-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Pengaruh Strategi Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic

Growth pada Recovering Addict di Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido”.

Shalawat serta salam semoga terlimpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW

dan seluruh umat islam sampai akhir zaman.

Terselesaikannya skripsi ini tentunya tidak luput dari berbagai bantuan pihak

luar. Oleh karena itu izinkanlah peneliti mengucapkan rasa terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag., M.Si, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, beserta jajarannya yang Insya Allah tiada henti

berusaha menciptakan lulusan-lulusan Fakultas Psikologi yang semakin

baik dan berkualitas.

2. Dr. Rena Latifa, Psikolog (Dosen Pembimbing) yang telah memberikan

arahan, bimbingan serta memberikan solusi ketika mengalami kesulitan

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis mendapatkan

banyak masukan dari beliau, serta terimakasih banyak atas wawasan yang

telah diberikan. Terima kasih telah meluangkan waktu di sela-sela

kesibukan ibu untuk berdiskusi dan memberikan masukan yang sangat

berarti.

3. Nia Tresniasari, M.Si, sebagai Pembimbing Akademik.

4. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

telah memberikan ilmu dan pengetahuannya dengan kesabaran dan

keikhlasan.

5. Kedua orang tua saya, ayah dan mama (almarhumah), yang selalu sabar,

percaya, mendukung dan membantu dalam menyelesaikan penelitian ini

baik dari segi moril, emosional, spiritual maupun finansial. Kedua adikku,

Dwi Rahmania Noviani dan Arief Farhan Amrullah yang telah membantu

dan mendukung baik secara emosional, spiritual, maupun tenaga dalam

pengolahan data.

6. Para responden saya, para individu di primary, HOPE, HOC, Female Unit

dan Mayor dari masing-masing rumah BNN Lido.

Page 9: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

ix

7. Mba Agrippina Decila Putri, S.Ikom, yang telah membantu saya selama di

BNN Lido dalam proses penyebaran data di lapangan.

8. Teman-teman saya di Fakultas Psikologi (angkatan 2011) pada umumnya

dan kelas B khususnya yang telah menjadi teman dalam berjuang, belajar,

bersenda gurau. Moriananda Putri Gutrina dan Siti Khoiriyah Naibaho atas

bantuan serta dukungan moril, pikiran dan tenaga dalam penyusunan

penelitian. Sahabat-sahabat seperjuangan Mutiara, Eva, Icha yang selalu

menjadi teman seperjuangan dalam berkeluh kesah, yang selalu saling

memotivasi agar tidak putus asa dan kehilangan semangat selama skripsi

ini dikerjakan. Semoga silaturahim kita semua tidak akan berhenti sampai

disini.

9. Staff bagian Akademik, Umum, dan Keuangan Fakultas Psikologi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Semoga segala dukungan dan bantuan semuanya mendapatkan berkah dari

Allah SWT. Penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini masih jauh dari

kesempurnaan, selain itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah

diharapkan sebagai bahan penyempurnaan penelitian ini.

Jakarta, Maret 2016

Penulis

Page 10: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii

HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. iv

MOTTO .................................................................................................................. v

ABSTRAK ............................................................................................................ vi

KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 1-11

1.1 Latar belakang masalah ........................................................................... 1

1.2 Pembatasan masalah ............................................................................... 8

1.3 Perumusan masalah ................................................................................. 9

1.4 Tujuan dan manfaat penelitian .............................................................. 11

1.4.1 Tujuan penelitian .......................................................................... 11

1.4.2 Manfaat penelitian ........................................................................ 11

BAB 2 LANDASAN TEORI ......................................................................... 12-40

2.1 Posttraumatic Growth ........................................................................... 12

2.1.1 Definisi posttraumatic growth ...................................................... 12

2.1.2 Aspek posttraumatic growth ........................................................ 22

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi posttraumatic growth............ 24

2.1.4 Pengukuran posttraumatic growth................................................ 25

2.2 Strategi Coping ...................................................................................... 26

2.2.1 Definisi Strategi Coping ............................................................... 26

2.2.2 Klasifikasi dan bentuk coping ...................................................... 28

2.2.3 Pengukuran strategi coping........................................................ .. 30

2.3 Resiliensi ............................................................................................... 31

2.3.1 Definisi resiliensi .......................................................................... 31

2.3.2 Aspek-aspek resiliensi .................................................................. 33

2.3.3 Pengukuran resiliensi .................................................................... 36

2.4 Kerangka Berfikir .................................................................................. 36

2.5.1 Pengaruh strategi coping terhadap posttraumatic growth ............ 36

2.5.2 Pengaruh resiliensi terhadap posttraumatic growth ..................... 37

2.5.3 Pengaruh strategi coping dan resiliensi terhadap posttraumatic

growth .......................................................................................... 37

2.5 Hipotesis penelitian ............................................................................... 39

2.6.1 Hipotesis mayor.................................................. .......................... 39

2.6.2 Hipotesis minor ............................................................................ 39

Page 11: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

xi

BAB 3 METODE PENELITIAN .................................................................. 41-66

3.1 Populasi, sampel, dan teknik pengambilan sampel ............................... 41

3.2 Variabel Penelitian ................................................................................ 41

3.3 Pengumpulan Data ................................................................................. 43

3.3.1 Teknik pengumpulan data ............................................................ 43

3.3.2 Instrumen pengumpulan data........................................................ 44

3.4 Uji validitas konstruk............................................................................. 47

3.4.1 Uji validitas konstruk posttraumatic growth ................................ 49

3.4.2 Uji validitas konstruk problem focused coping ............................ 51

3.4.3 Uji validitas konstruk emotion focused coping ............................ 52

3.4.4 Uji validitas konstruk emotion regulation .................................... 54

3.4.5 Uji validitas konstruk impulse control ......................................... 55

3.4.6 Uji validitas konstruk optimism .................................................... 56

3.4.7 Uji validitas konstruk causal analysis .......................................... 58

3.4.8 Uji validitas konstruk empathy ..................................................... 59

3.4.9 Uji validitas konstruk self efficcacy .............................................. 60

3.4.10 Uji validitas konstruk reaching out ............................................ 61

3.5 Teknik Analisis Data ............................................................................. 62

3.6 Prosedur Penelitian ................................................................................ 64

BAB 4 HASIL PENELITIAN ....................................................................... 67-88

4.1 Gambaran Subjek Penelitian................................................................... 67

4.2 Hasil Analisis Deskriptif ........................................................................ 69

4.3 Kategorisasi Hasil Penelitian .................................................................. 71

4.3.1 kategorisasi skor variabel posttraumatic growth .......................... 71

4.3.2 kategorisasi skor variabel problem focused coping ...................... 72

4.3.3 kategorisasi skor variabel emotion focused coping ...................... 73

4.3.4 kategorisasi skor variabel emotion regulation .............................. 74

4.3.5 kategorisasi skor variabel impulse control ................................... 75

4.3.6 kategorisasi skor variabel optimism .............................................. 76

4.3.7 kategorisasi skor variabel causal analysis .................................... 77

4.3.8 kategorisasi skor variabel empathy ............................................... 78

4.3.9 kategorisasi skor variabel self efficacy ......................................... 79

4.3.10 kategorisasi skor variabel reaching out ...................................... 80

4.4 Uji Hipotesis ........................................................................................... 81

4.4.1 Pengujian hipotesis mayor ............................................................ 81

4.4.2 Hasil uji proporsi varians masing-masing variabel ...................... 85

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI dan SARAN .......................................... 89-95

5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 89

5.2 Diskusi .................................................................................................... 89

5.3 Saran ....................................................................................................... 94

5.3.1 Saran teoritis ................................................................................. 94

5.3.2 Saran Praktis ................................................................................. 94

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 96-98

Page 12: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

xii

LAMPIRAN .................................................................................................. 99-116

Page 13: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Blue Print Skala Posttraumatic Growth ......................................................... 46

Tabel 3.2 Blue Print Skala Strategi Coping .................................................................... 47

Tabel 3.3 Blue Print Skala Resiliensi ............................................................................. 48

Tabel 3.4 Muatan Faktor Item Posttraumatic Growth .................................................... 51

Tabel 3.5 Muatan Faktor Item Problem Focused Coping............................................... 53

Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Emotion Focused Coping ............................................... 55

Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Emotion Regulation........................................................ 56

Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Impulse Control ............................................................. 57

Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Optimism ........................................................................ 59

Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Causal Analysis .............................................................. 60

Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Empathy ......................................................................... 61

Tabel 3.12 Muatan Faktor Item Self Efficacy ................................................................... 62

Tabel 3.13 Muatan Faktor Item Reaching Out ................................................................. 63

Tabel 4.1 Gambaran Subjek Berdasarkan Usia .............................................................. 67

Tabel 4.2 Gambaran Subjek Berdasarkan Unit Rehabilitasi ........................................... 68

Tabel 4.3 Deskriptif Statistik Variabel Penelitian........................................................... 70

Tabel 4.4 Norma Skor ..................................................................................................... 70

Tabel 4.5 Kategorisasi skor variabel posttraumatic growth ........................................... 71

Tabel 4.6 Kategorisasi subjek berdasarkan tingkat posttraumatic growth ..................... 71

Tabel 4.7 Kategorisasi skor variabel problem focused coping ....................................... 72

Tabel 4.8 Kategorisasi subjek berdasarkan tingkat problem focused coping ................. 72

Tabel 4.9 Kategorisasi skor variabel emotion focused coping ........................................ 73

Tabel 4.10 Kategorisasi subjek berdasarkan tingkat emotion focused coping .................. 73

Tabel 4.11 Kategorisasi skor variabel emotion regulation ............................................... 74

Tabel 4.12 Kategorisasi subjek berdasarkan tingkat emotion regulation ......................... 74

Tabel 4.13 Kategorisasi skor variabel impulse control ..................................................... 75

Tabel 4.14 Kategorisasi subjek berdasarkan tingkat impulse control ............................... 75

Tabel 4.15 Kategorisasi skor variabel optimism ............................................................... 76

Tabel 4.16 Kategorisasi subjek berdasarkan tingkat optimism ......................................... 76

Tabel 4.17 Kategorisasi skor variabel causal analysis ..................................................... 77

Tabel 4.18 Kategorisasi subjek berdasarkan tingkat causal analysis ............................... 77

Tabel 4.19 kategorisasi skor variabel empathy ................................................................. 78

Tabel 4.20 Kategorisasi subjek berdasarkan tingkat empathy .......................................... 78

Tabel 4.21 Kategorisasi skor self efficacy ......................................................................... 78

Tabel 4.22 Kategorisasi subjek berdasarkan tingkat self efficacy ..................................... 79

Tabel 4.23 Kategorisasi skor reaching out ....................................................................... 79

Tabel 4.24 Kategorisasi subjek berdasarkan tingkat reaching out.................................... 80

Tabel 4.16 Tabel R Square ................................................................................................ 81

Tabel 4.17 Tabel Anova .................................................................................................... 82

Tabel 4.18 Koefisien Regresi ............................................................................................ 83

Tabel 4.19 Tabel Analisis Proporsi Varians ..................................................................... 86

Page 14: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.5 Kerangka Berfikir.......................................................................................... 39

Page 15: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Kuesioner………………………………………………………………………………...98

Path Diagram……………………………………………………………………………104

Surat ijin penelitian dari kampus……………………………………………………….114

Surat penelitian dari Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido………………………………115

Page 16: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah

Berdasarkan hasil penelitian Badan Narkotika Nasional (BNN) yang bekerja sama

dengan Puslitkes UI tahun 2011 diketahui bahwa angka prevalensi penyalahguna

Narkoba telah mencapai sebesar 2,2% dari total populasi penduduk (berusia 10 -

60 tahun) atau sekitar 3,8 s/d 4,3 juta orang. Jumlah residen di Balai Rehabilitasi

Narkoba BNN tahun 2011 adalah 1.012 untuk individu laki-laki dan 76 untuk

individu perempuan dimana penyalahgunaan narkoba bisa membuat seseorang

kecanduan dan menjadi pengalaman traumatis pada diri pecandu (BNN, 2012).

Peran BNN dalam upaya penanggulangan permasalahan di atas, tidak hanya

menekankan pada pencegahan penyalahgunaan narkoba di masyarakat. Hal yang

juga penting adalah pemulihan bagi para pecandu untuk mempertahankan keadaan

bebas bersih dari narkoba atau keadaan bebas zatnya (abstinensia), sehingga

mereka dapat melanjutkan hidupnya. Program rehabilitasi di BNN dimulai dari

fase detoksifikasi, yaitu ditujukan untuk membantu residen menghilangkan racun-

racun dalam tubuhnya akibat dari pemakaian zat adiktif. Umumnya pada fase ini,

residen menetap selama ± dua minggu dalam ruangan khusus dan terisolasi.

Selanjutnya, adalah fase Entry Unit yang merupakan tahap lanjutan dari fase

detoksifikasi, dimana pada fase ini merupakan fase ”istirahat” bagi residen untuk

mempersiapkan fisik dan mentalnya guna mengikuti program selanjutnya. Pada

umumnya fase Entry Unit berlangsung selama ± 2 minggu, tergantung kemajuan

residen dalam proses rehabilitasi. Selanjutnya adalah Primary Program yaitu

Page 17: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

2

tahap awal (Primary Stage) program rehabilitasi melalui pendekatan Therapeutic

Community (TC) dimana dilakukan stabilitasi fisik, emosi dan menumbuhkan

motivasi residen untuk melanjutkan tahap terapi selanjutnya, primary unit dibagi

menjadi tiga rumah, yaitu house of hope, house of change, dan green house, pada

umumnya fase tersebut sama, hanya berbeda latar belakang individu, dan yang

terakhir adalah Re-entry Stage yaitu tahapan program rehabilitasi melalui

pendekatan therapeutic community setelah residen mengikuti tahapan program

primer, dimana dilakukan upaya pemantapan kondisi psikologis dalam dirinya,

mendayagunakan nalarnya dan mampu mengembangkan keterampilan sosial

dalam kehidupan bermasyarakat. Setiap rumah memiliki OJT (On Job Training)

yaitu individu yang sedang menjalani program rehabilitasi dengan tujuan untuk

mempertahankan recovery serta lebih mempersiapkan diri sebelum kembali ke

lingkungan diluar rehabilitasi (Pertiwi, 2011).

Kecanduan bisa menjadi pengalaman traumatis, meskipun biasanya berupa

penyakit yang bersifat kronis atau akut (Hewitt 2002). Trauma ini dapat langsung

berhubungan dengan pengalaman kecanduan dan yang tidak bisa dikendalikan,

atau tidak langsung terkait dengan masalah penggunaan zat, misalnya peningkatan

risiko kekerasan, masalah kesehatan mental, dan pengalaman stres terkait lainnya

(dalam Hewitt, 2007).

Bagi banyak orang, penyalahgunaan zat sangat terkait dengan trauma masa lalu

atau yang sedang berlangsung. Ini mungkin sebagai respon terhadap trauma lain,

misalnya abuse masa kanak-kanak, atau mengatasi trauma baru atau yang sedang

berlangsung, misalnya pelecehan seksual atau kekerasan. Secara umum, penelitian

Page 18: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

3

secara konsisten menunjukkan bahwa pecandu narkoba memiliki lebih dari dua

kali tingkat paparan peristiwa traumatis seumur hidup daripada populasi umum

(Christo & Morris 2004), dengan kemungkinan untuk berpotensi didiagnosis

dengan Post Traumatic Stress Disorder (Schumm et al 2004), bahkan lebih

banyak terjadi pada perempuan (Najavits et al 1998). Hewitt menganggap

kecanduan bisa dilihat sebagai trauma, dan efek negatif dan positif dapat

disebabkan dari pengalaman (dalam Hewitt, 2007).

Trauma sering dikaitkan dengan hasil negatif yaitu (gangguan stres pasca

trauma atau post traumatic stress disorder, PTSD), tetapi juga dapat disertai

dengan aspek positif, yaitu posttraumatic growth (PTG). Posttraumatic growth

telah dimasukkan sebagai konstruksi di cabang psikologi positif (dalam Mahleda

& Hartini, 2012). Posttraumatic growth (PTG) telah didirikan di sejumlah studi.

Penelitian khusus melihat PTG dalam memulihkan penyalahgunaan zat.

Pertama adalah McMillen (dalam Hewitt 2002) studi kualitatif positif tentang

perjuangan dengan ketergantungan obat dilakukan di negara Amerika Serikat (n =

65) sampel masih dalam rehabilitasi. Karena sampel yang digunakan adalah

orang-orang yang masih dalam pemulihan sangat awal, sehingga hasilnya tidak

jelas berapa banyak manfaat yang dilaporkan sebagai reaksi terhadap keadaan

sebelum kecanduan atau manfaat langsung yang berasal dari proses pengobatan

itu sendiri.

Kedua adalah sebuah studi (Hewitt 2007) efek PTSD dan PTG (dinilai

menggunakan IES dan SRGS15) dalam sampel (n = 65) pemulihan

penyalahgunaan alkohol di Inggris. Dalam penelitian ini rentang waktu pemulihan

Page 19: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

4

lebih dari tiga tahun, sehingga efek reaksi kurang mungkin untuk menjelaskan

efek PTG.

Salah satu penelitian terkait lainnya adalah Bill Miller dan Janet C 'de Baca

(2001) studi Quantum Change, yaitu transformasi dan lompatan pertumbuhan

pribadi. Beberapa dari mereka setelah mengalami trauma atau krisis, dan beberapa

sampel orang-orang yang punya masalah kecanduan. Temuan serupa dengan

literatur PTG, meskipun catatan utama tentang studi ini adalah bahwa

pertumbuhan diidentifikasi sering berhubungan dengan trauma.

Penelitian sebelumnya menyebutkan pengaruh yang signifikan antara harapan

(hope) terhadap PTG sebesar 37,3%. Pada variabel selanjutnya yaitu coping

religius tidak memberikan pengaruh ataupun sumbangan yang signifikan pada

PTG. Pada variabel social support terdapat pengaruh yang signifikan sebesar

4,7%. Skor PTG yang terdapat pada recovering addict berada pada tingkat yang

rendah (Shafira, 2011).

Terdapat beberapa hal yang bisa menimbulkan PTG pada seseorang, salah

satunya adalah strategi coping. Coping adalah jantung dari PTG, pertumbuhan

muncul dari perjuangan dengan coping, bukan dari trauma itu sendiri (Tedeschi &

Calhoun 2004). Bellizzi (2006) membahas dukungan untuk coping sebagai terlibat

dalam PTG, menyimpulkan dari studi rinci lebih dari 200 wanita dengan kanker

payudara, yang menggunakan coping menyumbang 12% sampai 21% dari varians

dalam pertumbuhan psikologis.

Coping pada dasarnya adalah tentang bagaimana orang menghadapi stres.

Sementara strategi coping dapat dipelajari dan ditingkatkan, mereka juga langsung

Page 20: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

5

berhubungan dengan sejumlah variabel kepribadian. Coping bisa fokus pada

masalah, ditujukan langsung mengubah stres dalam beberapa cara, atau fokus

pada emosi dengan mengubah cara orang merasa tentang kata stres. Strategi

coping juga kira-kira terbagi menjadi mereka yang menghindari masalah, dan

mereka yang lebih adaptif dan berusaha untuk mengatasi masalah.

Bukti dalam tinjauan utama adalah bahwa problem focused coping, penerimaan

aktif, dan penilaian yang positif semua positif berhubungan dengan PTG (Linley

& Joseph 2004). Seperti penelitian sebelumnya telah menunjukkan, orang perlu

strategi coping yang berbeda dalam peristiwa traumatis yang dialami. Sebuah

studi di antara pasien kanker menemukan bahwa selama diagnosis dan pengobatan

fase, pasien kanker menggunakan problem focused coping dalam mengatasi stress

nya (Jim, Richardson, Emas-Kreutz, Andersen, 2006; Stanton, Danoff-Burg, &

Huggins, 2002).

Dua gaya coping yang telah kita bahas cocok untuk situasi yang berbeda.

Ketika individu memiliki kemampuan untuk mengendalikan situasi, problem

focused coping dan emotion focused coping harus memadai. Namun, ketika

individu menghadapi situasi tak terkendali, menerima atau kembali mengevaluasi

situasi bisa menjadi lebih efektif (Carver, Scheier, & Weintraub, 1989; Updegraff

& Taylor, 2000). Konsep ini menantang teori tradisional, emotion focused coping

selalu efektif dalam menghadapi stres tak terkendali. Problem focused coping dan

emotion focused coping secara langsung dan tidak langsung menurunkan hasil

negatif.

Page 21: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

6

Hal yang menimbulkan PTG lainnya adalah resiliensi. Resiliensi memainkan

peran penting dalam pengembangan PTG (Lepore dan Revenson, 2006).

Resiliensi merupakan proses dinamis yang mencakup adaptasi yang efisien dalam

keadaan tidak menyenangkan (Bonanno, 2004). Sebagai proses transformatif,

resiliensi ditandai oleh tiga dimensi yang berbeda tapi saling berhubungan:

pemulihan, perlawanan dan konfigurasi ulang (Lepore & Revenson, 2006).

Bensimon menunjukkan bahwa resiliensi berhubungan positif dengan PTG.

Clay, Knibbs, dan Yusuf mendefinisikan resiliensi sebagai "kemampuan untuk

terus berfungsi secara normal terlepas dari kesulitan". Harvey meneliti resiliensi

antara orang dewasa dan menjelaskan perbedaan antara resiliensi dan pemulihan

dari peristiwa traumatik. Pemulihan terjadi ketika seorang individu, yang mulanya

merasa tertekan melalui peristiwa traumatis, kinerja dapat kembali ke / tingkat

pra-trauma nya setelah peristiwa. Pemulihan juga terjadi ketika seorang individu

terpengaruh oleh trauma dan dapat menggunakan sumber nya untuk menghadapi

peristiwa traumatik (dalam Schexnaildre, 2011).

Secara teoritis, resiliensi dalam individu memberikan kontribusi untuk

perubahan positif setelah peristiwa traumatis. Untuk individu yang telah terkena

peristiwa traumatis, perubahan positif karena resiliensi yang memadai sebagian

besar terjadi di area hubungan interpersonal, persepsi diri, nilai-nilai spiritual, dan

perspektif terhadap hidup. Resiliensi memiliki peran penting dalam adaptasi dan

transformasi, yang dapat diterjemahkan sebagai PTG dalam konteks penelitian ini.

Resiliensi adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan individu yang

memiliki atribut psikologis dan bawaan emosional positif seperti harga diri,

Page 22: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

7

kemampuan pemecahan masalah, dan self-regulation (Cloitre, Martin, & Linares,

2005). PTG adalah hasil dari keberhasilan penggunaan keterampilan khusus

kemampuan coping terhadap tekanan dari trauma (Underleider, 2003). Perbedaan-

perbedaan ini secara signifikan mempengaruhi bagaimana kita membantu individu

yang mengalami trauma mengatasi trauma mereka sekaligus memperkuat

kemampuan mereka untuk bangkit kembali ketika menghadapi masa trauma.

Penelitian ini berfokus pada hal positif dari recovering addict dan seberapa

pentingnya para recovering addict untuk survive sebagai orang yang berusaha

lepas dari narkoba. Tujuannya adalah untuk mengubah cara pandang masyarakat

terhadap recovering addict yaitu “satu hal yang menyebabkan permasalahan

narkoba belum dapat diselesaikan karena pandangan masyarakat dan penegak

hukum terhadap pengguna narkoba yang dianggap sebagai pelaku kejahatan dan

sampah masyarakat” (Lampost.co, 2014). Sedangkan prinsip yang mendasari

konsep rehabilitasi di BNN adalah bahwa setiap orang itu pada prinsipnya dapat

berubah, yaitu dari perilaku negatif ke arah perilaku yang positif (dalam Pertiwi,

2011). Psikologi positif juga memandang manusia memiliki kemampuan untuk

mengembangkan dirinya menjadi lebih baik. Hal ini digambarkan sebagai

perjuangan dengan realitas baru pasca trauma (Tedeschi & Calhoun, 2006).

Berdasarkan fakta-fakta dan uraian di atas, peneliti merasa tertarik untuk

meneliti mengenai posttraumatic growth karena masih sedikitnya penelitian ini di

Indonesia terutama pada recovering addict di Balai Besar Rehabilitasi Narkoba

BNN Lido. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti bermaksud untuk melakukan

penelitian mengenai “Pengaruh Strategi Coping dan Resiliensi terhadap

Page 23: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

8

Posttraumatic Growth pada recovering addict di Balai Besar Rehabilitasi

Narkoba BNN Lido”.

1.2 Pembatasan masalah

Masalah yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah pengaruh strategi coping

dan resiliensi terhadap posttraumatic growth pada recovering addict di Balai

Besar Rehabilitasi Narkoba BNN Lido. Untuk menghindari ketidakjelasan dan

melebarnya penelitian, maka penulis perlu memberikan penjelasan tentang

batasan penelitian yaitu sebagai berikut:

1. Posttraumatic Growth adalah pengalaman subjektif dari perubahan psikologis

yang positif yang dilaporkan oleh seorang pecandu sebagai hasil dari

perjuangan dengan trauma (Caalhoun & Tedeschi, 1996). Posttraumatic

Growth dalam penelitian ini adalah kemampuan yang dimiliki individu untuk

berubah ke arah yang positif sebagai hasil perjuangan dalam proses menjalani

masa rehabilitasi.

2. Strategi Coping adalah strategi yang digunakan untuk mengatasi stres yang

sangat mempengaruhi penyesuaian pribadi (Lazarus & Folkman, 2006).

Strategi Coping dalam penelitian ini adalah bagaimana strategi coping individu

saat menghadapi situasi sulit, menghadapi program rehabilitasi yang penuh

tekanan dan beradaptasi dalam kondisi dan situasi yang sulit untuk dapat

melanjutkan hidupnya.

3. Resiliensi adalah kapasitas manusia untuk menghadapi, mengatasi,

mempelajari kesulitan dalam hidup dan bahkan ditranformasikan dalam

kehidupan tersebut (Reivich & Shatte, 2002). Resiliensi dalam penelitian ini

Page 24: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

9

adalah kemampuan yang dimiliki individu untuk mampu bertahan pada situasi

sulit, menghadapi program rehabilitasi yang penuh tekanan, yang menuntut

kualitas yang ada pada diri mereka untuk tetap pulih dan bertahan agar tidak

kambuh (relapse) serta mampu belajar dan beradaptasi dalam kondisi dan

situasi tersebut, agar dapat melanjutkan hidupnya.

4. Subjek dalam penelitian ini adalah recovering addict. Recovering addict adalah

individu yang sedang menjalani rehabilitasi yang berada di Balai Besar

Rehabilitasi Narkoba BNN Lido, Sukabumi yang berada pada fase primary,

HOPE, HOC serta OJT (On Job Training).

1.3 Perumusan masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini berdasarkan latar belakang masalah yang

telah diuraikan, yaitu:

1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan strategi coping dan resiliensi

terhadap posttraumatic growth pada recovering addict di Balai Besar

Rehabilitasi Narkoba BNN Lido?

2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan problem focused coping terhadap

posttraumatic growth pada recovering addict di Balai Besar Rehabilitasi

Narkoba BNN Lido?

3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan emotion focused coping terhadap

posttraumatic growth pada recovering addict di Balai Besar Rehabilitasi

Narkoba BNN Lido?

Page 25: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

10

4. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan emotion regulation terhadap

posttraumatic growth pada recovering addict di Balai Besar Rehabilitasi

Narkoba BNN Lido?

5. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan impulse control terhadap

posttraumatic growth pada recovering addict di Balai Besar Rehabilitasi

Narkoba BNN Lido?

6. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan optimism terhadap posttraumatic

growth pada recovering addict di Balai Besar Rehabilitasi Narkoba BNN

Lido?

7. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan causal analysis terhadap

posttraumatic growth pada recovering addict di Balai Besar Rehabilitasi

Narkoba BNN Lido?

8. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan empathy terhadap posttraumatic

growth pada recovering addict di Balai Besar Rehabilitasi Narkoba BNN

Lido?

9. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan self efficacy terhadap

posttraumatic growth pada recovering addict di Balai Besar Rehabilitasi

Narkoba BNN Lido?

10. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan reaching out terhadap

posttraumatic growth pada recovering addict di Balai Besar Rehabilitasi

Narkoba BNN Lido?

Page 26: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

11

1.4 Tujuan dan manfaat

1.4.1 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh strategi coping dan resiliensi

terhadap posttraumatic growth pada recovering addict di Balai Besar Rehabilitasi

BNN Lido serta hal apa saja yang mempengaruhi posttraumatic growth, dan

mengetahui variabel mana yang paling berpengaruh terhadap posttraumatic

growth pada recovering addict di Balai Besar Rehabilitasi Narkoba BNN Lido.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini terbagi dalam dua manfaat, yaitu:

1. Manfaat teoritis

Adapaun manfaat teoritis penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi untuk

penelitian selanjutnya, khususnya dalam hal posttraumatic growth pada

recovering addict yang pengaruhnya dilihat dari strategi coping dan resiliensi.

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini dapat menjadi rujukan mengenai strategi coping dan resiliensi

untuk melihat pengaruhnya terhadap posttraumatic growth pada recovering

addict. Sehingga recovering addict dapat terjadi posttraumatic growth dalam

dirinya.

Page 27: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

12

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. Posttraumatic Growth

2.1.1 Definisi Posttraumatic Growth

Posttraumatic Growth menurut Tedeschi dan Calhoun (2004) adalah suatu

perubahan positif seorang menuju level yang lebih tinggi setelah mengalami

peristiwa traumatis. Posttraumatic growth bukan hanya kembali ke sediakala,

tetapi juga mengalami peningkatan psikologi yang bagi sebagian orang adalah

sangat mendalam. Peningkatan tersebut terlihat dari tiga dimensi yang

berkembang, yaitu persepsi diri, hubungan dengan orang lain dan falsafah hidup.

Posttraumatic Growth merupakan pengalaman berupa perubahan positif yang

terjadi sebagai hasil dari perjuangan seseorang dalam menghadapi tantangan

krisiskehidupan yang tinggi (Tedeschi & Calhoun, 2004). PTG memiliki dua

pengertian penting. Pertama, Tedeschi dan Calhoun (1996) menyatakan bahwa

PTG dapat terjadi saat seseorang mengalami kejadian yang sangat tidak

diinginkan atau tidak menyenangkan. Tingkat stress yang rendah dan proses

perkembangan yang normal tidak berhubungan dengan timbulnya PTG. Kedua,

perubahan positif hanya akan terjadi setelah seseorang melakukan perjuangan.

Perjuangan ini merujuk pada penerimaan masa lalu dan masa depannya dalam

kehidupan yang terjadi segera setelah mengalami trauma yang berat.

Istilah PTG lebih menangkap inti dari suatu fenomena yang terjadi

dibandingkan istilah lain, karena: (1) PTG terjadi secara khusus pada beberapa

kejadian stressful dibandingkan pada kejadian dengan level stress yang rendah,

Page 28: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

13

(2) PTG disertai dengan transformasi perubahan kehidupan, (3) PTG merupakan

hasil dari pengalaman traumatik bukan suatu bentuk mekanisme coping dalam

menghadapi pengalaman traumatik, dan (4) PTG merupakan perkembangan atau

kemajuan dari kehidupan seseorang.

PTG digambarkan sebagai pengalaman individu yang berkembang setelah

mengalami kejadian traumatik, setidaknya pada beberapa area. Individu tersebut

tidak hanya survive tetapi juga juga memiliki perubahan dari keadaan sebelumnya

yang menurutnya adalah kejadian traumatik. PTG tidak hanya kembali pada

keadaan semula (normal), tetapi juga merupakan sebuah perbaikan kehidupan

yang pada beberapa orang terjadi dengan sangat luar biasa.

PTG bukan merupakan hasil langsung yang terjadi setelah pengalaman

traumatik. PTG merupakan perjuangan individu dalam menghadapi realita baru

setelah mengalami kejadian traumatik. Tedeschi dan Calhoun (1998)

menggunakan istilah gempa bumi untuk menjelaskan PTG. Kejadian psikologis

yang “mengguncang” dapat membuat seseorang menganggap bahwa kejadian

tersebut merupakan suatu tantangan yang berat, melakukan penyangkalan, atau

mungkin kehilangan kemampuan untuk memahami apa yang terjadi, penyebab

dan alasan kejadian tersebut terjadi, dan dugaan abstrak seperti apa tujuan dari

kehidupan manusia.

Setelah mengalami kejadian yang “mengguncang” seseorang akan

membangun kembali proses kognitifnya. Hal ini dapat diibaratkan dengan

membangun kembali bangunan fisik yang telah hancur setelah terjadi gempa

bumi. Struktur fisik dirancang agar seseorang dapat lebih bertahan atau melawan

Page 29: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

14

kejadian traumatik di masa depan, yang merupakan hasil pelajaran dari gempa

bumi sebelumnya mengenai apa yang dapat bertahan dari guncangan dan apa yang

tidak. Ini merupakan hasil dari sebuah kejadian yang dapat menimbulkan PTG.

Beberapa dari PTG telah dijelaskan dalam literatur, dan beberapa skala telah

dikembangkan untuk mengukur PTG sebagai konstruksi uni-dimensi atau

multidimensi. Salah satu skala yang lebih dikenal, Post Traumatic Growth

Inventory (PTGI), mengukur lima domain yang luas yang terdiri dari sejumlah

besar varians dalam PTG: penghargaan yang lebih besar dari kehidupan,

hubungan yang lebih dekat, identifikasi kemungkinan baru, meningkatkan

kekuatan pribadi, dan perubahan spiritual yang positif (Slyke, 2010).

Penghargaan yang lebih besar dari kehidupan setelah peristiwa traumatis

dapat diwakili oleh pergeseran prioritas dan mengambil kesenangan dalam aspek

kehidupan yang pernah diambil untuk diberikan. Korban trauma mungkin juga

mengalami peningkatan kasih sayang dan empati terhadap orang lain, yang

memungkinkan mereka untuk membangun hubungan yang lebih dalam dan lebih

bermakna (Slyke, 2010)

Identifikasi kemungkinan baru dan meningkatkan kekuatan pribadi juga dapat

dilihat pada korban trauma yang menampilkan tingkat tinggi PTG. Sebagai

contoh, seorang individu mungkin menampilkan tingkat yang lebih tinggi self-

efficacy atau keyakinan kuat dalam kemampuannya untuk mengatasi hambatan.

Individu yang sama mungkin mengalami perubahan dalam nilai-nilai pasca-

trauma dan menemukan bahwa ia mampu mengidentifikasi jalur yang lebih

memuaskan untuk masa depan (Slyke, 2010).

Page 30: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

15

Akhirnya, korban trauma mungkin juga mengalami perubahan positif dalam

spiritualitas, memahami diri mereka sebagai lebih mampu menghubungkan

dengan orang yang lebih tinggi (Tuhan, alam semesta, alam, dll), terlepas dari

afiliasi agama (Slyke, 2010).

Peneliti menggunakan teori yang disampaikan oleh Tedeschi dan Calhoun

(2004) yaitu pengalaman subjektif dari perubahan psikologis yang positif yang

dilaporkan oleh seorang individu sebagai hasil dari perjuangan dengan trauma.

Konsep yang dijelaskan oleh Tedeschi dan Calhoun cukup luas dalam

pemahamannya. Penjelasan teorinya juga banyak didukung beberapa ahli.

Pada penelitian ini menggunakan posttraumatic growth terhadap recovering

addict menurut Mac Andrew (1998) menyatakan bahwa addiction atau adiksi

berasal dari bahasa Latin addictus, yang berarti memberikan perintah, sebab

pengekangan atau pengendalian (dalam Hewitt, 2007). Selanjutnya masih dalam

Hewitt, APA (1994) memberikan pula definisi addiction sebagai perilaku berlebih

dimana individu memiliki kontrol yang merusak dengan konsekuensi yang

berbahaya. BNN (2009) menyatakan bahwa adiksi adalah suatu penyakit bio-

psiko-sosial, artinya melibatkan faktor biologis, psikologis dan sosial. Gejala-

gejala yang diberikan adiksi khas serta bersifat kronik (lama) dan progresif

(makin memburuk jika tidak ditolong). Gejala utamanya antara lain:

1. Rasa rindu dan keinginan kuat untuk memakai sehingga bersifat kompulsif

terhadap narkoba atau pengubah suasana hati lain.

2. Hilangnya kendali diri terhadap pemakaiannya.

3. Tetap memakai walaupun mengetahui akibat buruknya.

Page 31: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

16

4. Menyangkal adanya masalah (dalam Shafira, 2011)

Sedangkan pengertian recovery atau pemulihan dalam konteks 12 step model of

addiction adalah kondisi berhenti sepenuhnya (abstinensia) dari perubahan mood

yang diakibatkan oleh zat (termasuk rokok, kafein dan beberapa obat lainnya).

Selain itu Granfeld dan Cloud (1999) mendefinisikan recovery sebagai

penghentian perilaku yang berhubungan dengan kebiasaan atau penggunaan yang

merusak dari penyalahgunaan zat. Selanjutnya recovery dapat berarti “bersih” dari

adiksi, “pantang” dari penggunaan obat-obatan, atau “pengampunan” dari tahapan

ketergantungan obat-obatan. Teori tentang recovery juga menjelaskan bahwa

recovery adalah sebuah proses untuk mencapai dan memelihara kondisi berhenti

sepenuhnya dari penggunaan obat-obatan yang tidak berhubungan dengan

treatment tertentu (Wesson dkk, 1986) dalam Shafira, 2011.

Pemulihan adalah upaya yang dilakukan secara bertahap, untuk

mempelajari keterampilan baru dan tugas-tugas yang mempersiapkannya

menghadapi tantangan hidup bebas tanpa narkoba. Jika gagal, ia beresiko untuk

relaps (kambuh). Pemulihan dimulai dengan berhenti memakai, gaya hidup juga

harus berubah. Perubahan-perubahan yang terjadi mempengaruhi keadaan tubuh,

jiwa dan rohaninya, mengubah gaya hidupnya dengan hidup sehat dan

memuaskan. Proses ini disebut “pemulihan seluruh pribadinya”. Hal yang harus

dipulihkan dari para pecandu antara lain fisik, psikologis, sosial, rohani,

okupasional (pekerjaan) dan pendidikan (BNN, 2009).

Pemulihan memiliki arti sebagai berikut:

1. Menghentikan sama sekali pemakaian narkoba (abstinensia),

Page 32: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

17

2. Memisahkan diri dari orang lain, tempat dan benda yang dapat mendorong

pemakaian narkoba kembali,

3. Membangun jaringan sosial yang mendukung proses pemulihannya,

4. Memulihkan hubungan dengan sesamanya, terutama keluarga,

5. Mengubah perilaku adiktif dengan menyadari dan mengakui perasaan-perasaan

negatif yang dihayati dan pikiran-pikiran yang tidak rasional,

6. Belajar cara mengelola perasaan secara bertanggung jawab tanpa narkoba,

7. Belajar cara mengubah pola pikir adiktif yang menciptakan perasaan yang

menyakitkan dan perilaku merusak diri,

8. Mengenal dan mengubah keyakinan keliru dan salah tentang diri sendiri, orang

lain dan dunia sekitarnya (dalam Shafira, 2011).

Dikatakan recovery atau pemulihan karena seseorang yang mengalami gangguan

dari penggunaan obat-obatan tidak akan kembali sepenuhnya pada kondisi

“normal” seperti sebelum ia mengalami gangguan (Maddux & Desmond, 1986).

Jadi yang dimaksud dengan recovering addict adalah individu yang menjalani

proes pemulihan dan berhenti sama sekali dari penggunaan NAPZA (abstinensia).

Untuk lebih memahami posttraumatic growth, peneliti menjelaskan proses

terjadinya posttraumatic growth dengan menggambarkan beberapa karakteristik

individu dan gaya seseorang dalam mengatur emosinya dapat meningkatkan

kemungkinan seseorang untuk mengalami pengalaman PTG. Selanjutnya, tingkat

self disclosure seseorang tentang keterbukaannya akan emosi dan perspektif

mereka akan krisis yang dihadapi, mungkin juga memegang peranan dalam

terjadinya PTG pada seseorang. Kemudian juga dapat digambarkan bagaimana

Page 33: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

18

cognitive process dalam menghadapi kejadian traumatik, seperti proses pemikiran

berulang atau perenungan (ruminative thoughts) juga berhubungan dengan

munculnya PTG. Hal ini dapat diargumentasikan bahwa proses kognitif seseorang

dalam keadaan krisis memainkan peranan penting dalam proses PTG. Terakhir,

PTG dapat secara signifikan berhubungan dengan kebijaksanaan dan narasi

kehidupan individu (the individuals life narrative) (Tedeschi & Calhoun, 2004).

Karakteristik personal atau individu (personality characteristics). Tingkatan

trauma yang dialami oleh seorang tentunya akan sangat mempengaruhi

perkembangan PTG. Namun, karakteristik personal seseorang dalam menghadapi

trauma tersebut juga dapat mempengaruhi proses PTG. Berdasarkan penelitian

yang dilakukan oleh Costa dan Mc Crae (dalam Tedeschi & Calhoun, 2004)

keterbukaan seseorang terhadap pengalaman dan kepribadian ekstrovert

berhubungan dengan perkembangan PTG. Orang dengan karakteristik ini

mungkin lebih memperhatikan emosi positif pada dirinya meskipun dalam

keadaan yang sulit, yang kemudian dapat membantunya untuk memahami

informasi mengenai pengalaman yang ia alami dengan lebih efektif dan

menciptakan perubahan positif dalam dirinya (PTG). Selain itu karakteristik lain

seperti optimisme juga mempengaruhi perkembangan PTG seseorang. Orang yang

optimis dapat lebih mudah memperhatikan hal mana yang penting baginya dan

terlepas dari keadaan yang tidak terkontrol atau masalah yang tidak terselesaikan.

Ini merupakan hal yang penting bagi proses kognitif yang terjadi setelah

seseorang mengalami kejadian traumatik (Tedeschi & Calhoun, 2004).

Page 34: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

19

Mengelola emosi berbahaya atau negatif (managing distressing emotions).

Saat seseorang mengalami krisis dalam hidupnya, ia harus mampu mengelola

emosinya yang berbahaya yang mungkin dapat melemahkan dirinya. Karena

dengan mengelola emosi yang berbahaya seseorang dapat menciptakan skema

perubahan dalam dirinya dan membantu proses kognitif yang kemudian dapat

membentuk PTG. Pada tahapan awal trauma, proses kognitif atau berpikir

seseorang biasanyaa lebih bersifat otomatis dan banyak terdapat pikiran serta

gambaran yang merusak. Selain hal itu juga akhirnya apabila proses ini efektif,

maka seseorang akan terlepas dari tujuan dan asumsi sebelumnya yang kemudian

membawanya untuk berpikir bahwa cara lama yang ia jalani dalam hidup tidak

lagi tepat untuk mengubah suatu keadaan (Tedeschi & Calhoun, 2004). Namun

proses ini terjadi berbeda-beda pada seseorang, karena masih ditemukan rasa

ketidakpercayaan akan pengalaman yang dialami pada beberapa orang yang

bertahan hidup dari kejadian trraumatik. Stres yang dialami menjaga proses

kognitif untuk tetap aktif. Apabila seseorang mendapatkan pemecahan masalah

dengan segera maka dapat membantunya dalam mengelola kejadian traumatik

(Tedeschi & Calhoun, 2004).

Dukungan dan keterbukaan (support and disclosure). Dukungan dari orang

lain dapat membantu perkembangan PTG, yaitu dengan memberikan kesempatan

kepada orang yang mengalami trauma (trauma survivor) untuk menceritakan

perubahan yang terjadi dalamm hidupnya dan juga dengan memberikan perspektif

yang dapat membantunya untuk perubahan yang positif. Bercerita tentang trauma

dan usaha untuk bertahan hidup juga dapat membantu trauma survivor untuk

Page 35: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

20

mengeluarkan sisi emosionalnya mengenai kejadian yang dialami. Selain itu

melalui cerita, trauma survivor dapat menciptakan keintiman dan merasa lebih

diterima oleh orang lain (Tedeschi & Calhoun, 2004).

Proses kognitif dan perkembangan (cognitive processing and growth).

Kepercayaan diri dalam menggunakan sebuah coping dan menentukan apakah

seseorang akan terus berjuang atau menyerah juga membantu perkembangan

PTG. Orang dengan kepercayaan diri yang tinggi dapat mengurangi

ketidaksesuaian suatu keadaan dan memberikan fungsi yang optimal dari coping

yang digunakan, sedangkan orang dengan kepercayaan diri yang rendah akan

menyerah. Apabila seseorang mengalami perubahan yang sama mencoba

membentuk skema, tujuan dan makna baru dalam hidupnya (Tedeschi & Calhoun,

2004).

Perenungan atau proses kognitif (rumination or cognitive processing). Asumsi

seseorang mengenai skema yang telah hancur harus direkonstruksi ulang agar

berguna bagi tingkah laku dan pilihan yang akan diambil. Pembangunan kembali

skema tersebut untuk lebih bertahan dapat menuntun orang yang mengalami

pengalaman traumatik untuk berpikir ulang mengenai keadaan yang ia alami.

Menurut Martin dan Tesser (1996) (dalam Tedeschi & Calhoun, 2004), bentuk

proses kognitif ini memiliki karakteristik antara lain making sense, problem

solving, reminiscence, dan anticipation. Perenungan (rumination) ini merupakan

suatu hal yang penting dalam keadaan krisis yang berguna untuk menyadari

tujuan hidupnya yang belum tercapai, memastikan bahwa skemanya tidak lagi

secara akurat merefleksikan keadaan saat itu, dan memastikan bahwa

Page 36: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

21

kepercayaannya tidak lagi tepat. Beberapa tujuan hidup yang tidak lagi dapat

dicapai dan beberapa asumsinya yang tidak dapat menerima realita baru pasca

kejadian traumatik, memungkinkan seseorang memulai untuk membentuk

formula tujuan baru dan memperbaiki asumsinya tentang dunia agar dapat

mengakui perubahan keadaan kehidupannya.

Pertumbuhan, pengolahan kognitif, dan keterbukaan (growth, cognitive

processing, and disclosure). Pengolahan kognitif pasca trauma menjadi

pertumbuhan yang dapat dibantu banyak orang dengan keterbukaan diri dalam

lingkungan sosial yang mendukung, masih belum jelas apakah keterbukaan ini

berjalan lebih baik jika ditulis atau lisan, menurut Ulrich dan Lutgendorf, 2002

(dalam Tedeschi & Calhoun, 2004). Fasilitasi atau keputusasaan pengolahan

kognitif bahan emosional dalam korban trauma tertutup, dan ini bisa terjadi dalam

kontak sosial atau pemikiran instruksi langsung kepada orang-orang yang menulis

jurnal pribadi.

Studi lain dari penderita kanker payudara dan suami mereka juga mendukung

hipotesis bahwa PTG secara positif dipengaruhi oleh dukungan sosial. Menurut

Weiss (2000, 2002) (dalam Tedeschi & Calhoun, 2004) melaporkan bahwa PTG

istri adalah prediktor signifikan dari suami PTG, dan bahwa ini tidak terkait

dengan tingkat dilaporkan konflik perkawinan. Dukungan sosial umum juga

berhubungan dengan PTG dan pengakuan ketakutan di kalangan suami. Weiss

menyatakan bahwa hubungan antara PTG dan dukungan sosial mungkin

disebabkan sebagian toleransi penderitaan yang menopang proses kognitif.

Page 37: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

22

Kebijaksanaan dan cerita kehidupan (wisdom and life narrative). Asumsi kita

adalah pengalaman PTG seseorang merupakan sebuah proses perubahan yang di

dalamnya terdapat pengaruh kebijaksanaan seseorang dalam memandang

kehidupannya, dan juga perkembangan pola pikirnya dalam memikirkan

kehidupan. Ketangguhan seseorang dalam menghadapi kejadian traumatik dapat

membentuk PTG yang bersifat memperbaiki cerita kehidupannya. Berdasarkan

skema di atas, perkembangan cerita kehidupan seseorang dan PTG dapat bersifat

saling mempengaruhi (Tedeschi & Calhoun, 2004).

2.1.2 Aspek Posttraumatic Growth

Tedeschi dan Calhoun (1996) menyebutkan perubahan dalam diri seseorang pasca

kejadian traumatik yang juga merupakan elemen PTG antara lain:

1. Appreciation for life (Penghargaan terhadap hidup)

Merupakan perubahan mengenai hal apa yang penting dalam hidup seseorang.

Perubahan yang mendasar adalah perubahan mengenai prioritas hidup seseorang

yang juga dapat meningkatkan penghargaan kepada hal-hal yang dimilikinya

misalnya menghargai kehidupannya. Perubahan prioritas tersebut misalnya

menjadikan hal yang kecil menjadi sesuatu yang penting dan berharga misalnya

senyuman anak atau waktu yang dihabiskan untuk bermain bersama anak.

2. Relating to others (hubungan dengan orang lain)

Merupakan perubahan seperti hubungan yang lebih dekat dengan orang lain, lebih

intim dan lebih berarti. Seseorang mungkin akan memperbaiki hubungan dengan

keluarga atau temannya. Misalnya pada orang tua yang kehilangan anaknya

Page 38: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

23

menyatakan bahwa ia lebih empati terhadap siapapun yang sedang sakit dan

siapapun yang sedang mengalami kesedihan.

3. Personal strength (kekuatan dalam diri)

Merupakan perubahan yang berupa peningkatan kekuatan personal atau mengenal

kekuatan dalam diri yang dimilikinya. Misalnya pada orang tua yang kehilangan

anakanya menyatakan, “Saya dapat mengatur semuanya dengan lebih baik. Hal-

hal yang menjadi sesuatu masalah yang besar sekarang menjadi masalah yang

tidak begitu besar bagi saya”.

4. New possibilities (kemungkinan-kemungkinan baru)

Merupakan identifikasi individu mengenai kemungkinan baru dalam kehidupan

atau kemungkinan untuk mengambil pola kehidupan yang baru dan berbeda.

Sebagai contoh misalnya seseorang yang mengalami kehilangan orang

tersayangnya karean suatu penyakit mempengaruhi dirinya untuk berjuang

menghadapi kesedihan dan menjadikan dirinya seorang suster. Dengan menjadi

seorang suster ia dapat mencoba memberikan kepedulian dan rasa nyaman pada

orang lain yang mengalami penderitaan dan kehilangan. Beberapa orang

memperlihatkan ketertarikan yang baru, aktivitas baru dan dan mungkin memulai

pola kehidupan baru yang signifikan.

5. Spiritual development (perkembangan spiritual)

Merupakan perubahan berupa perkembangan pada aspek spiritualitas dan hal-hal

yang bersifat eksistensial. Individual yang tidak religius atau tidak memiliki

agama juga dapat mengalami PTG. Mereka dapat mengalami pertempuran yang

Page 39: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

24

hebat dengan pertanyaan-pertanyaan eksistensial yang mendasar atau pertempuran

tersebut mungkin dijadikan sebagai pengalaman PTG.

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Posttraumatic Growth

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi PTG, antara lain :

1. Harapan (Hope)

Ho et al (2010) menemukan bahwa harapan memiliki korelasi positif dengan

PTG. Harapan dapat menjadi sebuah coping positif dengan PTG. Harapan dapat

menjadi sebuah coping positif saat menghadapi situasi stresfull dan memegang

peranan dalam perkembangan PTG. Harapan berbeda dengan optimis, harapan

tidak hanya sekedar sebuah ekspektansi bahwa tujuannya dapat dicapai, namun

juga kapasitas seseorang untuk membayangkan cara dalam mencapai tujuan

tersebut. Penelitian yang dilakukan Shafira (2011) menyatakan bahwa variabel

willpower (hope) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap PTG sedangkan

variabel waypower (hope) tidak berpengaruh terhadap PTG.

2. Dukungan Sosial (Social Support)

Seperti yang telah dijelaskan pada skema pembentukan PTG, Tedeschi dan

Calhoun (2004) menyebutkan bahwa dukungan sosial merupakan salah satu faktor

yang dapat mendukung perkembangan PTG seseorang. Dukungan sosial mungkin

mempelopori perkembangan PTG dengan mempengaruhi perilaku coping

seseorang dan membantu keberhasilan seseorang dalam menghadapi krisis

(Tedeschi et al, 1998). Tedeschi dan Calhoun menjelaskan bahwa usaha seseorang

untuk mengatasi dan beradaptasi dengan trauma akan terjadi dengan bantuan

lingkungan sosial dan selanjutnya menurut Lepore et al kesempatan untuk

Page 40: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

25

mendiskusikan pengalaman traumatiknya yang mungkin dapat membantu

memahami situasi tersebut dan menciptakan PTG. Hasil penelitian menyatakan

bahwa hanya satu variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap PTG

adalah informational support (dukungan sosial) dengan sumbangan 6,9% (Shafira,

2011).

3. Coping Religius

Agama memiliki peranan sebagai coping seseorang dalam menghadapi kejadian

stresful, antara lain sebagai coping yang digunakan bagi seseorang yang

kehilangan anak, pasangan atau teman dekat (Profitt et al, 2007). Penelitian yang

dilakukan Shafira (2011) menyatakan bahwa coping religius tidak memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap PTG.

2.1.4 Pengukuran Posstraumatic Growth

Pengukuran posttraumatic growth pada penelitian ini adalah menggunakan alat

ukur yang diadaptasi oleh peneliti dari Posttraumatic Growth Inventory (PTGI)

yang berjumlah 21 item. Alat ukur ini disusun oleh Tedeschi dan Calhoun (2004)

yang meliputi 5 aspek yaitu appreciation of life, relating to others, personal

strength, new possibilities, dan spiritual change. Peneliti menggunakan alat ukur

yang dibuat oleh Tedeschi dan Calhoun (1996) karena alat ukur tersebut

dinyatakan konsisten dan reliabel untuk mengukur PTG dan peneliti

menggunakan teori yang dibuat oleh Tedeschi & Calhoun.

Page 41: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

26

2.2 Strategi Coping

2.2.1 Pengertian Strategi Coping

Lazarus dan Folkman (dalam Sarafino, 2006) mengungkapkan coping adalah

suatu proses dimana individu mencoba untuk mengatur kesenjangan persepsi

antara tuntutan situasi yang menekan dengan kemampuan mereka dalam

memenuhi tuntutan. Coping oleh Lazarus dan Folkman dibagi menjadi dua bentuk

strategi yaitu emotional focused coping dan problem focused coping.

Sedangkan, Lipowski (Nursalam, 2007) coping strategy merupakan

coping yang digunakan individu secara sadar dan terarah dalam mengatasi sakit

atau stressor yang dihadapinya. Terbentuknya mekanisme coping bisa diperoleh

melalui proses belajar dalam pengertian yang luas dan relaksasi. Apabila individu

mempunyai mekanisme coping yang efektif dalam menghadapi stressor maka

stressor tidak akan menimbulkan stress yang berakibat kesakitan (disease) tetapi

stressor justru menjadi simultan yang mendatangkan wellness dan prestasi.

Strategi coping adalah suatu cara yang dilakukan individu untuk

menghadapi dan mengantisipasi situasi dan kondisi yang bersifat menekan atau

mengancam baik fisik maupun psikis (dalam Sarafino, 2006), sedangkan

Nursalam (2007) menjelaskan strategi coping merupakan suatu cara yang

digunakan individu secara sadar dan terarah dalam mengatasi sakit atau stressor

yang sedang dihadapinya. Strategi coping juga didefinisikan sebagai usaha

kognitif dan behavioral yang dilakukan oleh individu dengan usaha untuk

mengatur tuntutan, menurunkan tuntutan, meminimalisir tuntutan bahkan

menahan tuntutan yang dihadapinya (Rustiana, 2003).

Page 42: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

27

Menurut Lazarus dan Folkman (dalam Sarafino, 2006) coping adalah

suatu proses dimana individu mencoba untuk mengatur kesenjangan persepsi

antara tuntutan situasi yang menekan dengan kemampuan mereka dalam

memenuhi tuntutan tersebut. Menurut Taylor (2009) coping didefinisikan sebagai

pikiran dan perilaku yang digunakan untuk mengatur tuntutan internal maupun

eksternal dari situasi yang menekan. Menurut Baron dan Byrne (1991)

menyatakan bahwa coping adalah respon individu untuk mengatasi masalah,

respon tersebut sesuai dengan apa yang dirasakan dan dipikirkan untuk

mengontrol, mentolerir dan mengurangi efek negatif dari situasi yang dihadapi.

Menurut Stone dan Neale (dalam Rice, 1992) coping meliputi segala usaha

yang disadari untuk menghadapi tuntutan yang penuh dengan tekanan. Jadi dapat

disimpulkan bahwa coping adalah segala usaha individu untuk mengatur tuntutan

lingkungan dan konflik yang muncul, mengurangi ketidaksesuaian/kesenjangan

persepsi antara tuntutan situasi yang menekan dengan kemampuan individu

dalam memenuhi tuntutan tersebut.

Menurut MacArthur dan MacArthur (1999) mendefinisikan strategi

coping sebagai upaya-upaya khusus, baik behavioral maupun psikologis, yang

digunakan orang untuk menguasai, mentoleransi, mengurangi, atau

meminimalkan dampak kejadian yang menimbulkan stres.

Gowan et al. (1999) mendefinisikan strategi coping sebagai upaya yang

dilakukan oleh individu untuk mengelola tuntutan eksternal dan internal yang

dihasilkan dari sumber stres. Dodds (1993) mengemukakan bahwa pada

esensinya, strategi coping adalah strategi yang digunakan individu untuk

Page 43: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

28

melakukan penyesuaian antara sumber-sumber yang dimilikinya dengan tuntutan

yang dibebankan lingkungan kepadanya. Secara spesifik, sumber-sumber yang

memfasilitasi coping itu mencakup sumber-sumber personal (yaitu karakteristik

pribadi yang relatif stabil seperti self-esteem atau keterampilan sosial) dan

sumber-sumber lingkungan seperti dukungan sosial dan keluarga atau sumber

finansial (Harrington & Mcdermott, 1993). Friedman (1998) mengatakan bahwa

strategi coping merupakan perilaku atau proses untuk adaptasi dalam menghadapi

tekanan atau ancaman.

Dari beberapa tokoh diatas, peneliti memilih konsep yang dikemukakan

Lazarus dan Folkman (dalam Sarafino, 2006) coping adalah suatu proses dimana

individu mencoba untuk mengatur kesenjangan persepsi antara tuntutan situasi

yang menekan dengan kemampuan mereka dalam memenuhi tuntutan tersebut.

2.2.2 Klasifikasi dan Bentuk Coping

Folkman dan Lazarus (dalam Sarafino, 2006) secara umum membedakan bentuk

dan fungsi coping dalam dua klasifikasi yaitu:

1. Problem Focused Coping (PFC) adalah merupakan bentuk coping yang lebih

diarahkan kepada upaya untuk mengurangi tuntutan dari situasi yang penuh

tekanan. artinya coping yang muncul terfokus pada masalah individu yang

akan mengatasi stres dengan mempelajari cara-cara keterampilan yang baru.

Individu cenderung menggunakan strategi ini ketika mereka percaya bahwa

tuntutan dari situasi dapat diubah (Lazarus & Folkman dalam Sarafino, 2006).

Strategi ini melibatkan usaha untuk melakukan sesuatu hal terhadap kondisi

stres yang mengancam individu (Taylor,2009).

Page 44: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

29

2. Emotion Focused Coping (EFC) merupakan bentuk coping yang diarahkan

untuk mengatur respon emosional terhadap situasi yang menekan. Individu

dapat mengatur respon emosionalnya dengan pendekatan behavioral dan

kognitif. Contoh dari pendekatan behavioral adalah penggunaan alkohol,

narkoba, mencari dukungan emosional dari teman – teman dan mengikuti

berbagai aktivitas seperti berolahraga atau menonton televisi yang dapat

mengalihkan perhatian individu dari masalahnya. Sementara pendekatan

kognitif melibatkan bagaimana individu berfikir tentang situasi yang

menekan. Dalam pendekatan kognitif, individu melakukan redefine terhadap

situasi yang menekan seperti membuat perbandingan dengan individu lain

yang mengalami situasi lebih buruk, dan melihat sesuatu yang baik diluar dari

masalah. Individu cenderung untuk menggunakan strategi ini ketika mereka

percaya mereka dapat melakukan sedikit perubahan untuk mengubah kondisi

yang menekan (Lazarus & Folkman dalam Sarafino, 2006).

Pendapat di atas sejalan dengan Skinner (dalam Sarafino, 2006) yang

mengemukakan pengklasifikasian bentuk coping sebagai berikut :

1. Perilaku coping yang berorientasi pada masalah (Problem Focused Coping)

Planfull problem solving, individu memikirkan dan mempertimbangkan secara

matang beberapa alternatif pemecahan masalah yang mungkin dilakukan,

meminta pendapat dan pandangan dari orang lain tentang masalah yang dihadapi,

bersikap hati-hati sebelum memutuskan sesuatu dan mengevaluasi strategi yang

pernah dilakukan. Confrontative coping, menggambarkan reaksi agresif untuk

Page 45: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

30

mengubah keadaan atau masalah yang menggambarkan pula derajat kemarahan

atau kebencian dan pengambilan resiko.

2. Perilaku coping yang berorientasi pada emosi (Emotional Focused Coping)

Seeking Social Support, menggambarkan usaha – usaha untuk mencari dukungan

dari pihak luar, baik berupa infromasi, bantuan nyata maupun dukungan sosial.

Accepting Responsibility, usaha – usaha untuk mengakui peran dirinya dalam

permasalahan yang di hadapi dan mencoba untuk mendudukkan segala sesuatu

dengan benar sebagaimana mestinya. Distancing, individu menolak masalah yang

ada dengan menganggap seolah-olah masalah individu tidak ada, artinya individu

tersebut mengabaikan masalah yang dihadapinya. Menggambarkan usaha untuk

melepaskan diri dalam permasalahan disamping menciptakan pandangan yang

positif. Self Control, menggambarkan usaha untuk menyesuaikan perasaan dengan

tindakan yang diambil. Possitive Reappraisal, individu melihat sisi positif dari

masalah yang dialami dalam kehidupannya dengan mencari arti atau keuntungan

dari pengalaman tersebut. Menggambarkan usaha untuk menciptakan makna

positif yang lebih ditujukan untuk pengembangan pribadi dan juga melibatkan

hal-hal yang bersifat religius. Escape Avoidance, individu menghindari masalah

yang ada dengan cara berkhayal atau membayangkan seandainya ia berada pada

situasi yang menyenangkan. Menggambar reaksi berkhayal dan usaha untuk

menghindari dari permasalahan.

2.2.3 Pengukuran Strategi Coping

Pengukuran strategi coping yang disusun oleh Lazarus dan Folkman terdapat tiga

alat ukur yaitu, Ways of Coping Scale (1997), COPE (1991), dan Coping

Page 46: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

31

Strategies Inventory (1984) pada penelitian ini menggunakan alat ukur yang

diadaptasi oleh peneliti dari Ways of Coping Questionnaire yang berjumlah 50

item. Alat ukur ini diadaptasi oleh Cano, Rodriguez, dan Garcia (2006) yang

meliputi aspek problem focused coping yaitu planful problem solving dan

confrontative coping dan emotion focused coping yaitu seeking social support,

accepting responsibility, distancing, self control, escape avoidance, positive

reappraisal. Peneliti menggunakan alat ukur Ways of Coping Scale karena alat

ukur ini telah diadaptasi pada tahun 2006 sehingga peneliti memilih alat ukur

berdasarkan tahun terdekat.

2.3 Resiliensi

2.3.1 Pengertian Resiliensi

Menurut Reivich dan Shatte (2002) resiliensi merupakan kemampuan seseorang

untuk bertahan, bangkit, dan menyesuaikan dengan kondisi yang sulit. Resiliensi

adalah kapasitas untuk merespon secara sehat dan produktif ketika berhadapan

dengan kesengsaraan atau trauma, yang diperlukan untuk mengelola tekanan

hidup sehari-hari.

Resiliensi dalam bahasa Inggris berasal dari kata „resile‟ yang berarti

bangkit kembali atau melompat (dari re- “kembali” + salire- “melompat,

lompatan”, Agnes, 2005). Meninjau dari kata tersebut, resiliensi dapat diartikan

sebagai kemampuan untuk bangkit kembali atau pulih dari stres (Smith et.al,

2008).

Frankl (dalam Siebert, 2005) bahwa resiliensi berarti mampu bangkit

kembali dari perkembangan hidup sebelumnya yang mungkin dirasakan sangat

Page 47: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

32

luar biasa pada awalnya. Ketika orang dengan resiliensi tinggi menghadapi

kehidupannya yang terganggu, mereka menangani perasaannya tersebut dengan

cara yang sehat. Mereka membiarkan dirinya merasakan kesedihan, kemarahan,

kehilangan, dan kebingungan ketika terluka dan tertekan, akan tetapi mereka tidak

membiarkan hal itu menjadi perasaan yang bersifat permanen. Bahkan seringkali

mereka bangkit kembali lebih kuat dari sebelumnya.

Barnard et.al (1999) menyatakan bahwa resiliensi adalah pernyataan kadar

bagaimana individu dapat mengatasi kesulitan yang dihadapinya sama baiknya

dengan yang mereka nyatakan. Berbeda dengan Reivich dan Shatte (2002) yang

menyatakan bahwa resiliensi adalah kemampuan seseorang untuk bertahan,

bangkit dan menemukan cara untuk bergerak maju meninggalkan kesulitan yang

dihadapinya tersebut.

Resiliensi mencakup kemampuan individu untuk menangani stres dan

tekanan dengan lebih efektif, untuk mengatasi tantangan dan masalah sehari-hari,

untuk bangkit kembali dari kekecewaan, kesulitan, dan trauma, untuk

mengembangkan tujuan yang jelas dan realistis, untuk memecahkan masalah,

untuk berhubungan dengan orang lain secara nyaman, dan untuk memperlakukan

diri sendiri juga orang lain dengan baik dan saling menghargai (Brooks &

Goldstein, 2001).

Adapun menurut Siebert (2005) resiliensi mengacu pada kemampuan

individu untuk mengatasi dengan baik perubahan yang signifikan mengganggu

dan berkelanjutan, mempertahankan kesehatan dengan baik ketika berada di

bawah tekanan yang bersifat konstan,bangkit kembali dengan mudah dari

Page 48: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

33

rintangan yang telah dihadapinya, mengatasi kemalangan, mengubah cara kerja

dengan yang baru dan meninggalkan cara yang lama ketika tidak memungkinkan

lagi untuk digunakan, dan melakukan semua hal tersebut tanpa bertindak dengan

cara yang disfungsional ataupun berbahaya.

Jadi, dapat disimpulkan resiliensi adalah kemampuan seseorang untuk

bertahan, bangkit dan menemukan cara untuk bergerak maju meninggalkan

kesulitan yang dihadapinya tersebut (Reivich & Shatte, 2002). Peneliti memilih

definisi resiliensi oleh Reivich karena menurut peneliti definisi tersebut sesuai

dengan tujuan penelitian.

2.3.2 Aspek-aspek Resiliensi

Reivich dan Shatte (2002) mengemukakan bahwa terdapat tujuh kemampuan yang

berkontribusi dalam perkembangan dan penguatan resiliensi individu, yaitu:

1. Regulasi emosi (Emotion regulation)

Menurut Reivich dan Shatte (2002) regulasi emosi adalah kemampuan untuk tetap

tenang di bawah tekanan. Individu yang memiliki tingkat resiliensi tinggi

menggunakan kemampuan meregulasi emosinya tersebut dan

mengembangkannya untuk membantu mereka dalam mengontrol emosi dirinya,

perhatian juga perilaku mereka.

Dalam mengekspresikan emosi, baik positif maupun negatif, merupakan hal yang

sehat dan konstruktif apabila dilakukan dengan tepat. Pengekspresian emosi

dengan tepat tersebut merupakan bagian dari kemampuan individu yang resilien

(Reivich & Shatte, 2002).

Page 49: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

34

2. Pengendalian impuls (Impulse control)

Pengendalian impuls adalah kemampuan untuk mengendalikan keinginan,

dorongan, kesukaan, dan tekanan yang muncul dari dalam diri seseorang (Reivich

& Shatte, 2002). Menurut Reivich dan Shatte (2002) individu dengan kemampuan

mengendalikan impuls yang rendah akan mudah kehilangan kesabaran, mudah

marah, impulsif dan berperilaku agresif, sehingga lingkungan sosial disekitarnya

akan merasa tidak nyaman yang mengakibatkan munculnya permasalahan dalam

berhubungan sosial.

Individu dengan kemampuan pengendalian impuls yang rendah sering

mengalami perubahan emosi dengan cepat yang akan mengendalikan perilaku dan

pikiran mereka. Oleh karena itu, kemampuan individu dalam mengendalikan

impuls sangat erat kaitannya dengan kemampuan regulasi emosi yang ia miliki.

Individu yang memiliki skor Resilience Quotient yang tinggi pada faktor regulasi

emosi cenderung memiliki skor yang tinggi pula pada faktor pengendalian impuls

(Reivich & Shatte, 2002).

3. Optimisme (Optimism)

Menurut Reivich dan Shatte (2002) individu yang optimis adalah individu yang

melihat masa depan dirinya sebagai masa yang relatif lebih cerah. Mereka percaya

bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk mengatasi kemungkinan adanya

kemalangan di masa depan.

Individu yang resilien adalah individu yang optimis. Mereka percaya bahwa

segala hal dapat berubah menjadi lebih baik. Mereka memiliki harapan untuk

masa depan dan percaya bahwa mereka mampu mengontrol hidupnya dengan

Page 50: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

35

baik. Berbeda dengan individu yang pesimis, individu yang optimis memiliki fisik

yang lebih sehat, sedikit kemungkinan untuk mengalami depresi, lebih baik di

sekolah, lebih produktif di tempat kerja, dan lebih sering memenangkan kegiatan-

kegiatan olahraga (Reivich & Shatte, 2002).

4. Analisis penyebab masalah (Causal analysis)

Causal Analysis adalah istilah untuk merujuk pada individu yang memiliki

kemampuan untuk mengidentifikasi masalah mereka secara akurat. Individu yang

tidak dapat mengetahui penyebab masalah dirinya dengan akurat cenderung

membuat kesalahan yang sama berulang-ulang (Reivich & Shatte, 2002).

5. Empati (Empathy)

Reivich dan Shatte (2002) mendefinisikan empati sebagai kemampuan individu

dalam membaca tanda-tanda psikologis dan emosi dari orang lain. Oleh psikolog

tanda-tanda tersebut diistilahkan sebagai bahasa non verbal seseorang, seperti

ekspresi wajah, nada suara, bahasa tubuh, dan menentukan apa yang sedang orang

lain pikirkan juga rasakan. Individu yang tidak memiliki kemampuan berempati,

mereka tidak bisa menempatkan dirinya dalam posisi orang lain, juga tidak

mampu memperkirakan apa yang sedang orang lain rasakan.

6. Efikasi diri (Self Efficacy)

Menurut Reivich dan Shatte (2002) efikasi diri adalah sebuah rasa yang ada pada

diri setiap individu bahwa dirinya dapat berguna di dunia. Efikasi diri adalah

sebuah keyakinan pada individu bahwa dirinya mampu menghadapi dan

memecahkan masalah dengan baik, juga percaya bahwa dirinya akan berhasil.

Page 51: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

36

7. Peningkatan aspek positif (Reaching Out)

Resiliensi tidak hanya tentang bagaimana individu menghadapi masalah dan

bangkit dari keterpurukan saja, melainkan resiliensi juga merupakan kemampuan

individu dalam meningkatkan aspek-aspek positif dalam hidupnya yang ia dapat

setelah kemalangan yang menimpa (Reivich & Shatte, 2002). Reivich dan Shatte

(2002) juga mengungkapkan bahwa resiliensi merupakan sumber dari kemampuan

individu dalam meningkatkan aspek positif di dalam hidupnya.

2.3.3 Pengukuran Resiliensi

Pengukuran resiliensi pada penelitian ini adalah menggunakan alat ukur yang

diadaptasi oleh peneliti dari Resilience Quetiont Inventory (Reivich & Shatte,

2002) yang berjumlah 56 item.Alat ukur ini meliputi 7 aspek, yaitu emotion

regulation, impulse control, optimism, causal analysis, empathy, self efficacy, dan

reaching out. Peneliti menggunakan alat ukur Resilience Quetiont Inventory

karena dalam penelitian menggunakan teori resiliensi yang dibuat oleh Reivich

dan Shatte (2002).

2.4 Kerangka Berfikir

2.4.1 Pengaruh strategi coping terhadap posttraumatic growth

Perubahan positif yang terjadi pasca kejadian traumatik atau Posttraumatic

Growth ini dipengaruhi oleh banyak faktor. Penelitian yang dilakukan oleh Endler

dan Parker (1990) telah menunjukkan bahwa strategi coping, yaitu problem

focused coping dan emotion focused coping sering berkorelasi cukup baik dengan

gejala psikologis. Bahkan penelitian pertama yang dilakukan oleh Lazarus dan

rekan-rekannya menunjukkan bahwa kedua strategi coping tersebut digunakan

Page 52: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

37

lebih dari 80% dari penelitian (Folkman & Lazarus, 1983). Meskipun demikian,

penggunaan emotion focused coping menunjukkan bahwa individu mungkin

memiliki cara karakteristik berurusan dengan emosi atau mengekspresikan emosi

(Aldwin, 1999). Problem focused coping mencakup kognisi dan perilaku yang

diarahkan pada analisis dan pemecahan masalah. Seperti membuat masalah

menjadi lebih mudah dikelola, mencari informasi, dan mempertimbangkan

alternatif, serta tindakan langsung. Hal ini tentu dapat meningkatkan PTG pada

pecandu narkoba dimana mereka dapat menghadapi kondisi stresful dan memiliki

keyakinan untuk melewatinya.

2.4.2 Pengaruh resiliensi terhadap posttraumatic growth

Selain itu resiliensi juga membantu pecandu narkoba dalam meningkatkan PTG.

Para peneliti percaya bahwa hasil positif dalam trauma hidup bergantung pada

resiliensi dalam individu. Demikian, untuk terjadinya PTG, seseorang tidak hanya

perlu untuk menjadi optimis tetapi mereka juga harus tangguh agar tingkat baru

adaptasi yang akan di capai berhasil. Lepore dan Revenson (2006) melihat

resiliensi sebagai variabel pribadi yang moderat bagaimana orang-orang

dipengaruhi dan beradaptasi dengan pengalaman stres. Mereka mengidentifikasi

tiga jenis terkait resiliensi, pemulihan sebagai kemampuan untuk kembali relatif

cepat untuk fungsi 'normal', resistance kemampuan untuk meminimalkan dampak

dari stressor dan rekonfigurasi beradaptasi.

2.4.3 Pengaruh strategi coping dan resiliensi terhadap posttraumatic growth

Setiap manusia pasti pernah mengalami kejadian-kejadian yang bersifat traumatik

yang kemudian mengubah kehidupannya. Kejadian traumatik ini dapat

Page 53: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

38

memberikan perubahan baik perubahan yang bersifat negatif ataupun positif.

Salah satu contoh kejadian traumatik terjadi pada individu yang menjalani

pemulihan.

Gambar 2.5

Bagan kerangka berfikir pengaruh strategi coping dan resiliensi terhadap

posttraumatic growth

Hewitt (2007) menyatakan bahwa adiksi dapat dilihat sebagai sebuah trauma

dan dapat memberikan efek positif dan negatif sebagai hasil dari pengalaman yang

dihadapi. Trauma ini dapat secara langsung berhubungan dengan pengalaman

adiksi yang tidak dapat terkontol atau secara tidak langsung berhubungan dengan

Strategi Coping

Problem Focused

Coping

Emotion Focused

Coping

Resiliensi

Emotion

Regulation

Impulse Control

Posttraumatic

Growth

Optimism

Causal Analysis

Empathy

Self Efficacy

Reaching Out

Page 54: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

39

maalah yang diakibatkan penggunaan narkoba lain seperti peningkatan resiko

akan tindakan kekerasan, masalah kesehatan mental dan masalah lain yang

berhubungan dengan pengalaman yang menekan (stresful). Berdasarkan penelitian

terdahulu, maka strategi coping dan resiliensi akan menuntun recovering addict

untuk mengalami posttraumatic growth.

2.5 Hipotesis

2.5.1 Hipotesis mayor

Ha: Ada pengaruh yang signifikan antara strategi coping dan resiliensi terhadap

posttraumatic growth pada recovering addict di Balai Besar Rehabilitasi

Narkoba BNN Lido.

2.5.2 Hipotesis minor

Ha1: Ada pengaruh yang signifikan antara problem focused coping terhadap

posttraumatic growth pada recovering addict di Balai Besar Rehabilitasi

BNN Lido.

Ha2: Ada pengaruh yang signifikan antara emotional focused coping terhadap

posttraumatic growth recovering addict di Balai Besar Rehabilitasi BNN

Lido.

Ha3: Ada pengaruh yang signifikan antara emotion regulation terhadap

posttraumatic growth recovering addict di Balai Besar Rehabilitasi BNN

Lido.

Ha4: Ada pengaruh yang signifikan antara impulse control terhadap posttraumatic

growth recovering addict di Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido.

Page 55: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

40

Ha5: Ada pengaruh yang signifikan antara optimism terhadap posttraumatic

growth recovering addict di Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido.

Ha6: Ada pengaruh yang signifikan antara causal analysis terhadap posttraumatic

growth recovering addict di Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido.

Ha7: Ada pengaruh yang signifikan antara empathy terhadap posttraumatic

growth recovering addict di Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido.

Ha8: Ada pengaruh yang signifikan antara self efficacy terhadap posttraumatic

growth recovering addict di Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido.

Ha9: Ada pengaruh yang signifikan antara reaching out terhadap posttraumatic

growt recovering addict di Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido..

Page 56: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

41

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi, sampel, dan teknik pengambilan sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah individu yang sedang menjalani rehabilitasi

di Balai Besar Rehabilitasi Narkoba BNN Lido yang merupakan tempat

rehabilitasi nasional dengan representasi pecandu narkoba yang di rehabilitasi dari

seluruh Indonesia. Dengan kapasitas 500 individu. Adapun jumlah subjek yang

dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah berjumlah 201 individu.

Peneliti menentukan karakteristik sampel dengan mempertimbangkan

beberapa hal, yaitu dari segi waktu dan keterjangkauan sampel. Ada pun

karakteristik sampel yaitu individu yang mempunyai pengalaman mengkonsumsi

narkoba di Balai Besar Rehabilitasi Narkoba BNN Lido dan bersedia menjadi

responden dalam penelitian ini.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah non probability

sampling dimana tidak semua responden mempunyai kesempatan yang sama

untuk dijadikan sampel karena peneliti tidak memiliki daftar nama total

keseluruhan individu sehingga peneliti menggunakan teknik convenience

sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang ada dalam populasi dan bersedia

menjadi responden dengan cara mengumpulkan responden pada satu tempat

secara bersamaan.

3.2 Variabel penelitian

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini terdiri dari 1 dependent variable (DV)

dan 9 independent variable (IV) meliputi :

Page 57: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

42

Y = Posttraumatic growth

Strategi coping

X1 = Problem focused coping

X2 = Emotion focused coping

Resiliensi

X3 = Emotion regulation

X4 = Impulse control

X5 = Optimism

X6 = Causal analysis

X7 = Empathy

X8 = Self efficacy

X9 = Reaching out

Adapun definisi operasional dari variabel tersebut adalah:

1. Posttraumatic Growth adalah pengalaman berupa perubahan positif yang

terjadi sebagai hasil dari perjuangan seseorang dalam menghadapi tantangan

krisis kehidupan yang tinggi (Tedeschi & Calhoun, 2004). Skor Posttraumatic

growth diperoleh melalui alat ukur Posttraumatic growth Inventory (PTGI).

Alat ukur ini terdiri dari 21 item yang didasarkan pada lima faktor yang

dikembangkan oleh Tedeschi dan Calhoun yaitu Appreciation of life adalah

perubahan mengenai hal apa yang penting dalam hidup seseorang yang

kemudian berpengaruh terhadap penghargaan dirinya terhadap hidup, Relating

to others adalah perubahan seperti hubungan yang lebih dekat dengan orang

lain, lebih intim dan lebih berarti, Personal strength adalah perubahan yang

berupa peningkatan kekuatan personal atau mengenal kekuatan dalam diri yang

dimilikinya, New possibilities adalah identifikasi individu mengenai

kemungkinan baru dalam kehidupan atau kemungkinan untuk mengambil pola

kehidupan yang baru dan berbeda, Spiritual change adalah perkembangan pada

aspek spiritualitas dan hal-hal yang bersifat eksistensial.

Page 58: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

43

2. Strategi Coping adalah suatu proses dimana individu mencoba untuk mengatur

kesenjangan persepsi antara tuntutan situasi yang menekan dengan kemampuan

seseorang dalam memenuhi tuntutan (Lazarus & Folkman, 1981). Strategi

Coping diukur menggunakan skala yang menekankan pada aspek-aspek

problem focused coping seperti mengatasi stres dengan mempelajari cara-cara

keterampilan yang baru, emotional focused coping seperti mengatur respon

emosionalnya dengan pendekatan behavioral yang diukur menggunakan Ways

of Coping Questionnaire.

3. Resiliensi adalah kemampuan seseorang untuk bertahan, bangkit dan

menemukan cara untuk bergerak maju meninggalkan kesulitan yang

dihadapinya. Dimensinya antara lain adalah emotion regulation (kemampuan

mengontrol emosi, atensi, dan perilaku), impulse control (kemampuan

mengatur perilaku atas dorongan emosi), optimism (kemampuan untuk tetap

positif tentang masa depan), causal analysis (kemampuan mengidentifikasi

penyebab masalah), empathy (kemampuan untuk membaca isyarat perilaku

orang lain untuk memahami keadaan psikologis dan emosinalnya), self efficacy

(yakin bahwa dirinya dapat sukses dan dapat menyelesaikan masalah),

reaching out (kemampuan untuk meningkatkan aspek-aspek positif dari

kehidupan) dan diukur menggunakan Resilience Quotient Inventory yang

berasal dari teori yang dikemukakan oleh Reivich dan Shatte (2002).

Page 59: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

44

3.3 Pengumpulan data

3.3.1 Teknik pengumpulan data

Proses pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala model Likert.

Skala yang terdiri dari empat kemungkinan jawaban, yaitu Sangat sesuai (SS),

Sesuai (S), Tidak sesuai (TS), Sangat tidak sesua (STS). Alternatif jawaban ini

dipilih untuk menghindari jawaban subjek yang berada di tengah-tengah atau

netral.

Dalam penelitian ini, skala disusun dalam bentuk pernyataan favorable

(positif) dan unfavorable (negatif). Pada pernyataan positif, skor angka 1

memberikan arti bahwa pernyataan dalam angka tersebut sangat tidak sesuai. Skor

2 memberikan arti bahwa pernyataan dalam angka tersebut tidak sesua. Skor 3

memberikan arti bahwa pernyataan dalam angka tersebut sesua. Skor 4

memberikan arti bahwa pernyataan dalam angka tersebut sangat sesuai.

Sedangkan pada pernyataan negatif, angka 1 memberikan arti bahwa

pernyataan dalam angka tersebut sangan sesuai. Angka 2 memberikan arti bahwa

pernyataan dalam angka tersebut sesuai. Angka 3 memberikan arti bahwa

pernyataan dalam angka tersebut tidak sesuai. Angka 4 memberikan arti bahwa

pernyataan dalam angka tersebut sangat tidak sesuai.

3.3.2 Instrumen pengumpulan data

Dalam penelitian ini digunakan empat alat ukur yang diambil dari skala baku.

Adapun skala yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

Page 60: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

45

1. Alat ukur Posttraumatic Growth

Alat ukur yang digunakan merupakan alat ukur posttraumatic growth dengan

dimensi dan indikator yang dibuat oleh Tedeschi dan Calhoun (2004). Skala yang

bernama Posttraumatic Growth Inventory (PTGI). Alat ukur ini terdiri dari 21

item yang didasarkan pada lima faktor yang dikembangkan oleh Tedeschi dan

Calhoun (2004) yaitu: appreciation of life, relating to others, personal strength,

new possibilities, dan spiritual change. Adapun Blue Print skala posttraumatic

growth dijelaskan dalam tabel 3.1.

Tabel 3.1

Blue Print Posttraumatic Growth

Dimensi Indikator Nomor Item

Appreciation of life - Perubahan mengenai prioritas hidup

seseorang

19, 20, 21

Relating to others - Hubungan dengan orang lain

- Perubahan menjadi dekat dengan

keluarga

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7

Personal Strength - Kekuatan dalam diri

- Peningkatan kekuatan personal

- Mengenal kekuatan dalam diri yang

dimiliki

13, 14, 15, 16

New Possibilities - Kemungkinan-kemungkinan baru

- Identifikasi pola kehidupan yang

baru

8, 9, 10, 11, 12

Spiritual Change - Perubahan spiritual

- Lebih dekat dengan Tuhan

17, 18

2. Alat ukur Strategi Coping

Pengukuran strategi coping dilakukan dengan menggunakan Ways of Coping

Questionnaire yang diadaptasi oleh peneliti dari Lazarus dan Folkman (2006).

Alat ukur ini memiliki dimensi yang dikemukakan Lazarus dan Folkman yaitu

membagi strategi coping menjadi dua yaitu problem focused coping dan emotion

Page 61: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

46

focused coping. Skala terdiri dari 50 item dan bentuk pengukuran ini juga

menggunakan 4 skala likert, mulai dari respon jawaban ’Sangat Tidak Sesuai’

sampai `Sangat Sesuai`. Berikut lampiran tabel blue print Strategi Coping.

Tabel 3.2

Blue Print Strategi Coping

Dimensi Indikator Nomor Item

Problem

Focused

Coping

- Menggambarkan usaha untuk mengubah

keadaan secara hati-hati

1, 30, 40

- Pendekatan analitis untuk memecahkan

masalah

20, 39, 43

- Menggambarkan reaksi agresif untuk

mengubah keadaan atau masalah

2, 3, 37

- Menggambarkan derajat kemarahan atau

kebencian dan pengambilan resiko

13, 21, 26

Emotion

Focused

Coping

- Menggambarkan usaha – usaha untuk mencari

dukungan dari pihak luar : berupa informasi,

bantuan nyata, dan dukungan emosional

4, 33, 17, 24,

14, 36

- Usaha – usaha untuk mengakui peran dirinya

dalam permasalahan yang di hadapi 22, 42

- Mencoba untuk mendudukkan segala sesuatu

dengan benar sebagaimana mestinya

5, 19

- Menggambarkan usaha untuk melepaskan diri

dalam permasalahan 8, 9, 16

- Menciptakan pandangan yang positif 11, 32, 35

- Menggambarkan usaha untuk menyesuaikan

perasaan dengan tindakan yang diambil 6, 10, 27, 34,

44, 49, 50

- Usaha untuk menghindari dari permasalahan 7, 12, 25, 31,

38, 41, 46, 47

- Menggambarkan usaha untuk menciptakan

makna positif yang lebih ditujukan untuk

pengembangan pribadi

15, 18, 23

- Melibatkan hal – hal yang bersifat religius 28, 29, 45, 48

Page 62: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

47

3. Alat ukur Resiliensi

Skala yang digunakan dalam penelitian ini merupaka skala yang berasal dari teori

Reivich dan Shatte (2002) yaitu Resilience Quetiont Inventory. Skala terdiri dari

56 item.

Tabel 3.3

Blue Print Resiliensi

Dimensi Indikator Nomor Item

Emotion

Regulation

- Mampu mengendalikan emosi dalam

menghadapi tekanan

2*, 13 23*, 25

- Mampu mengendalikan emosi yang

wajar sesuai dengan keadaan

7*, 26, 31*, 56

Impulse

Control

- Mampu mengendalikan impuls yang

muncul dari dalam diri

11*, 15, 36*, 47

- Mampu mengendalikan impuls yang

mucul dari orang – orang sekitar

4, 38*, 42, 55*

Optimism - Berpikir positif terhadap keadaan

yang dihadapi saat ini

32, 33*, 39*, 53

- Berpikir positif akan keadaan yang

akan dihadapi dalam masa depan

3*, 18, 27 43*

Causal

Analysis

- Mampu mengidentifikasi masalah 21, 41*

- Mampu menggali akar suatu

permasalahan

19, 44*

- Mampu menemukan solusi dalam

menghadapi suatu permasalahan

1*, 12

- Mampu menemukan akibat dari

solusi permasalahan

48, 52*

Empathy - Mampu merasakan kesulitan yang

dialami oleh orang lain

10, 24*, 34, 50*

- Yakin pada kemampuan sendiri

untuk membantu kesulitan orang lain

30*,37, 46, 54*

Self Efficacy - Yakin pada kemampuan diri dalam

menghadapi dan memecahkan

masalah

17*, 20*, 29, 49

- Yakin akan kemampuan diri untuk

dapat sukses dan berhasil

5, 9*, 22*, 28

Reaching

Out

- Berani menghadapi resiko dari

situasi yang tidak menyenangkan

6, 14, 35*, 45*

- Mengambil aspek positif di dalam

sebuah permasalahan yang sukar

8, 16*, 40 51*

Keterangan : Nomor dengan tanda (*) adalah reverse item

Page 63: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

48

3.4 Uji validitas konstruk

Untuk menguji validitas konstruk alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini,

peneliti menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA) terdiri dari tiga

langkah. Tiga langkah yang dilakukan pada CFA (Umar, 2012) yaitu:

1. Menguji apakah hanya satu faktor saja yang menyebabkan item-item saling

berkorelasi (hipotesis uni-dimensional item). Hipotesis ini diuji dengan chi-

square. Untuk memutuskan apakah memang tidak ada perbedaan antara

matriks korelasi yang diperoleh dari data dengan matriks korelasi yang

dihtung menurut teori/model. Jika hasil chi-square tidak signifikan (p>0.05),

maka hipotesis nihil yang menyatakan “tidak ada perbedaan antara matriks

korelasi yang diperoleh dari data dan model” tidak ditolak yang artinya item

yang diuji mengukur satu faktor saja (uni-dimensional).

Sedangkan, jika nilai chi-square signifikan (p<0.05) maka hipotesis nihil

tersebut ditolak yang artinya item-item yang diuiji ternyata mengukur lebih

dari satu faktor (multidimensional). Dalam keadaan demikian maka peneliti

melakukan modifikasi terhadap model dengan cara memperbolehkan

kesalahan pengukuran pada item-item saling berkorelasi tetapi dengan tetap

menjaga bahwa item hanya mengukur satu faktor (uni-dimensional). Jika

sudah diperoleh model yang fit(tetapi tetap uni-dimensional maka dilakukan

langkah selanjutnya.

2. Menganalisis item mana yang menjadi sumber tidak fit, terdapat beberapa hal

yang perlu diperhatikan untuk mengetahui item mana yang menjadi sumber

tidak fit, yaitu :

Page 64: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

49

1) Melakukan uji signifikansi terhadap koefisien muatan faktor dari masing-

masing item dengan menggunakan t-test, jika nilai t yang diperoleh pada

sebuah item tidak signifikan (t<1.96) maka item tersebut akan di drop

karena dianggap tidak signifikan sumbangannya terhadap pengukuran yang

sedang dilakukan.

2) Melihat arah dari koefisien muatan faktor (faktor loading). Jika suatu

item memiliki muatan faktor negatif, makan item tersebut di drop karena

tidak sesuai dengan pengukuran (berarti semakin tinggi nilai pada item

tersebut semakin rendah nilai pada faktor yang diukur).

3) Sebagai kriteria tambahan (optional) dapat dilihat juga banyaknya

korelasi parsial antar kesalahan pengukuran, yaitu kesalahan pengukuran

pada suatu item yang berkorelasi dengan kesalahan pengukuran pada

item lain. Jika pada suatu item terdapat terlalu banyak korelasi seperti ini

(misalnyalebih dari tiga), maka item tersebut juga akan di drop.

Alasannya adalah karena item yang demikian selain mengukur apa yang

ingin di ukur juga mengukur hal lain (multidemensional item).

4) Menghitung faktor skor.Jika langkah langkah di atas telah dilakukan,

maka diperoleh item-item yang valid untuk mengukur apa yang ingin di

ukur (Umar, 2012).

3.4.1 Uji Validitas Konstruk Posttraumatic Growth

Peneliti menguji apakah dua puluh satu item yang ada bersifat unidimensional,

artinya benar hanya mengukur posttraumatic growth. Dari hasil analisis CFA

yang dilakukan, ternyata tidak fit, dengan Chi–Square= 1024.89, df= 189, P-

Page 65: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

50

value= 0.00000 RMSEA= 0.149. Oleh sebab itu, peneliti melakukan modifikasi

terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan

berkorelasi satu sama lainnya, hingga diperoleh model fit.

Dapat diketahui bahwa setelah melakukan beberapa modifikasi nilai yang

dihasilkan yaitu Chi–Square= 162.66, df= 124, P-value= 0.01133, dan RMSEA=

0.039, yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima,

bahwa seluruh item mengukur satu variabel saja yaitu posttraumatic growth.

Tabel 3.4

Muatan Faktor Item Posttraumatic Growth

No. Item Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

1 0.37 0.07 5.34 √

2 0.37 0.07 5.28 √

3 0.17 0.07 2.44 X

4 0.30 0.07 4.30 √

5 0.55 0.07 8.44 √

6 0.54 0.07 7.88 √

7 0.33 0.07 4.78 √

8 0.64 0.06 10.14 √

9 0.57 0.07 8.64 √

10 0.17 0.07 7.00 √

11 0.72 0.06 11.36 √

12 0.59 0.07 8.94 √

13 0.53 0.07 8.03 √

14 0.60 0.07 9.00 √

15 0.63 0.06 9.80 √

16 0.69 0.06 11.24 √

17 0.31 0.07 4.33 √

18 0.48 0.07 6.86 √

19 0.68 0.06 10.56 √

20 0.73 0.06 12.15 √

21 0.79 0.06 13.19 √

Keterangan: Tanda √ = Signifikan (t > 1,96) ; X = Tidak Signifikan

Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor

yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop

atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan

Page 66: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

51

faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap

koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.4.

Sebagaimana disebutkan dalam tabel 3.4 dapat di lihat bahwa terdapat satu

item (item no.3) yang tidak signifikan. Item dinyatakan tidak signifikan karena

memiliki nilai t < 1,96, sehingga item tersebut harus di drop. Berdasarkan hasil

tersebut, maka dari skala posttraumatic growth hanya terdapat dua puluh item

yang dinyatakan signifikan.

3.4.2 Uji Validitas Konstruk Problem Focused Coping

Peneliti menguji apakah dua belas item yang ada bersifat unidimensional, artinya

benar hanya mengukur problem focused coping. Dari hasil analisis CFA yang

dilakukan, ternyata tidak fit, dengan Chi–Square= 473.55, df= 54, P-value=

0.00000 RMSEA= 0.197. Oleh sebab itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap

model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi

satu sama lainnya, hingga diperoleh model fit.

Dapat diketahui bahwa setelah melakukan beberapa modifikasi nilai yang

dihasilkan yaitu Chi–Square= 43.72, df= 31, P-value= 0.06456, dan RMSEA=

0.045, yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima,

bahwa seluruh item mengukur satu variabel saja yaitu problem focused coping.

Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor

yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop

atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan

faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap

koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.5

Page 67: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

52

Sebagaimana disebutkan dalam tabel 3.5 dapat di lihat bahwa terdapat enam

item (item no.1, item no.3, item no.5, item no.6, item no.7, dan item no.12) yang

tidak signifikan. Keenam item dinyatakan tidak signifikan karena memiliki nilai t

< 1,96, sehingga kedua item tersebut harus di drop. Berdasarkan hasil tersebut,

maka dari skala problem focused coping hanya terdapat enam item yang

dinyatakan signifikan.

Tabel 3.5

Muatan Faktor Item Problem Focused Coping

No. Item Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

1 0.13 0.09 1.45 X

2 0.27 0.07 3.92 √

3 -0.38 0.07 -5.27 X

4 0.45 0.07 6.65 √

5 0.06 0.07 0.87 X

6 0.01 0.07 0.17 X

7 0.07 0.07 0.97 X

8 0.25 0.09 2.77 √

9 0.94 0.06 15.90 √

10 0.76 0.06 12.10 √

11 0.65 0.06 10.04 √

12 0.09 0.08 1.20 X

Keterangan: Tanda √ = Signifikan (t > 1,96) ; X = Tidak Signifikan

3.4.3 Uji Validitas Konstruk Emotion Focused Coping

Peneliti menguji apakah tiga puluh delapan item yang ada bersifat

unidimensional, artinya benar hanya mengukur emotion focused coping. Dari hasil

analisis CFA yang dilakukan, ternyata tidak fit, dengan Chi–Square= 4002.61, df=

665, P-value= 0.00000 RMSEA= 0.158. Oleh sebab itu, peneliti melakukan

modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item

dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, hingga diperoleh model fit.

Dapat diketahui bahwa setelah melakukan beberapa modifikasi nilai yang

dihasilkan yaitu Chi–Square= 429.34, df= 383, P-value= 0.05100, dan RMSEA=

Page 68: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

53

0.025, yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima,

bahwa seluruh item mengukur satu variabel saja yaitu emotion focused coping.

Tabel 3.6

Muatan Faktor Item Emotion Focused Coping

No. Item Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

1 0.47 0.07 6.51 √

2 0.72 0.07 10.53 √

3 0.08 0.07 1.01 X

4 0.35 0.07 4.77 √

5 0.43 0.07 6.66 √

6 0.45 0.07 6.29 √

7 0.08 0.08 1.12 X

8 0.50 0.08 6.54 √

9 0.09 0.08 1.26 X

10 0.60 0.07 8.75 √

11 0.38 0.07 5.48 √

12 0.32 0.07 4.43 √

13 0.45 0.07 6.08 √

14 0.01 0.07 0.19 X

15 0.29 0.08 3.89 √

16 0.22 0.08 2.85 √

17 0.26 0.08 3.41 √

18 0.16 0.08 -2.06 X

19 0.18 0.08 2.33 √

20 0.16 0.07 2.17 √

21 0.00 0.08 -0.05 X

22 -0.01 0.07 -0.20 X

23 0.61 0.07 8.59 √

24 0.71 0.07 10.31 √

25 0.60 0.07 8.61 √

26 0.57 0.07 8.01 √

27 0.56 0.07 7.51 √

28 -0.56 0.07 -8.22 X

29 0.50 0.07 7.22 √

30 0.63 0.07 9.18 √

31 0.50 0.07 6.86 √

32 0.40 0.07 5.52 √

33 -0.21 0.07 -2.96 X

34 0.20 0.08 2.49 √

35 0.13 0.07 1.84 X

36 0.04 0.07 0.56 X

37 0.14 0.07 1.88 X

38 0.20 0.08 2.62 V

Keterangan: Tanda √ = Signifikan (t > 1,96) ; X = Tidak Signifikan

Page 69: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

54

Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor

yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop

atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan

faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap

koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.6.

Sebagaimana disebutkan dalam tabel 3.6 dapat di lihat bahwa terdapat dua

belas item (item no.3, item no.7, item no.9, item no.14, item no.18, item no.21,

item no.22, item no.33, item no.35, item no.36, dan item no.37) yang tidak

signifikan. Kedua belas item dinyatakan tidak signifikan karena memiliki nilai t <

1,96, sehingga kedua belas item tersebut harus di drop. Berdasarkan hasil tersebut,

maka dari skala emotion focused coping hanya terdapat dua puluh enam item yang

dinyatakan signifikan.

3.4.4 Uji Validitas Konstruk Emotion Regulation

Peneliti menguji apakah delapan item yang ada bersifat unidimensional, artinya

benar hanya mengukur emotion regulation. Dari hasil analisis CFA yang

dilakukan, ternyata tidak fit, dengan Chi–Square= 138.82, df= 20, P-value=

0.00000 RMSEA= 0.172. Oleh sebab itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap

model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi

satu sama lainnya, hingga diperoleh model fit.

Dapat diketahui bahwa setelah melakukan beberapa modifikasi nilai yang

dihasilkan yaitu Chi–Square= 15.89, df= 11, P-value= 0.14545, dan RMSEA=

0.047, yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima,

bahwa seluruh item mengukur satu variabel saja yaitu emotion regulation.

Page 70: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

55

Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor

yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop

atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan

faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap

koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.7.

Tabel 3.7

Muatan Faktor Item Emotion Regulation

No. Item Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

1 0.37 0.11 3.37 √

2 0.06 0.03 1.97 √

3 0.35 0.12 2.85 √

4 0.17 0.06 3.08 √

5 -2.55 0.72 -3.53 X

6 0.09 0.04 2.40 √

7 0.02 0.03 0.82 X

8 0.49 0.15 3.23 √

Keterangan: Tanda √ = Signifikan (t > 1,96) ; X = Tidak Signifikan

Sebagaimana disebutkan dalam tabel 3.7 dapat di lihat bahwa terdapat dua item

(item no.5 dan item no.7) yang tidak signifikan. Kedua item dinyatakan tidak

signifikan karena memiliki nilai t < 1,96, sehingga kedua item tersebut harus di

drop. Berdasarkan hasil tersebut, maka dari skala emotion regulation hanya

terdapat enam item yang dinyatakan signifikan.

3.4.5 Uji Validitas Konstruk Impulse Control

Peneliti menguji apakah delapan item yang ada bersifat unidimensional, artinya

benar hanya mengukur impulse control. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan,

ternyata tidak fit, dengan Chi–Square= 127.58, df= 20, P-value= 0.00000

RMSEA= 0.164. Oleh sebab itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model,

dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu

sama lainnya, hingga diperoleh model fit.

Page 71: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

56

Dapat diketahui bahwa setelah melakukan beberapa modifikasi nilai yang

dihasilkan yaitu Chi–Square= 17.38, df= 14, P-value= 0.23639, dan RMSEA=

0.035, yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima,

bahwa seluruh item mengukur satu variabel saja yaitu impulse control.

Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor

yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop

atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan

faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap

koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.8.

Tabel 3.8

Muatan Faktor Item Impulse Control

No. Item Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

1 0.53 0.10 5.45 √

2 -0.50 0.09 -5.85 X

3 0.34 0.09 3.97 √

4 0.44 0.08 5.38 √

5 0.22 0.08 2.62 √

6 -0.01 0.10 -0.06 X

7 -0.60 0.10 -6.30 X

8 -0.40 0.08 -4.96 X

Keterangan: Tanda √ = Signifikan (t > 1,96) ; X = Tidak Signifikan

Sebagaimana disebutkan dalam tabel 3.8 dapat di lihat bahwa terdapat empat item

(item no.2, item no.6, item no.7 dan item no.8) yang tidak signifikan. Keempat

item dinyatakan tidak signifikan karena memiliki nilai t < 1,96, sehingga keempat

item tersebut harus di drop. Berdasarkan hasil tersebut, maka dari skala impulse

control hanya terdapat empat item yang dinyatakan signifikan.

3.4.6 Uji Validitas Konstruk Optimisme

Peneliti menguji apakah delapan item yang ada bersifat unidimensional, artinya

benar hanya mengukur optimisme. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan,

Page 72: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

57

ternyata tidak fit, dengan Chi–Square= 129.55, df= 20, P-value= 0.00000

RMSEA= 0.165. Oleh sebab itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model,

dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu

sama lainnya, hingga diperoleh model fit.

Dapat diketahui bahwa setelah melakukan beberapa modifikasi nilai yang

dihasilkan yaitu Chi–Square= 16.76, df= 12, P-value= 0.15876, dan RMSEA=

0.045, yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima,

bahwa seluruh item mengukur satu variabel saja yaitu optimisme.

Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor

yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop

atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan

faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap

koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.9.

Tabel 3.9

Muatan Faktor Item Optimisme

No. Item Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

1 0.38 0.07 5.16 √

2 -0.09 0.08 -1.14 X

3 -0.43 0.08 -5.43 X

4 -0.36 0.08 -4.55 X

5 0.88 0.10 9.16 √

6 0.52 0.08 6.68 √

7 0.74 0.13 5.87 √

8 -0.10 0.07 -1.46 X

Keterangan: Tanda √ = Signifikan (t > 1,96) ; X = Tidak Signifikan

Sebagaimana disebutkan dalam tabel 3.9 dapat di lihat bahwa terdapat empat

item (item no.2, item no.3, item no.4 dan item no.8) yang tidak signifikan.

Keempat item dinyatakan tidak signifikan karena memiliki nilai t < 1,96, sehingga

Page 73: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

58

keempat item tersebut harus di drop. Berdasarkan hasil tersebut, maka dari skala

optimisme hanya terdapat empat item yang dinyatakan signifikan.

3.4.7 Uji Validitas Konstruk Causal Analysis

Peneliti menguji apakah delapan item yang ada bersifat unidimensional, artinya

benar hanya mengukur causal analysis. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan,

ternyata tidak fit, dengan Chi–Square= 108.45, df= 20, P-value= 0.00000

RMSEA= 0.149. Oleh sebab itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model,

dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu

sama lainnya, hingga diperoleh model fit.

Dapat diketahui bahwa setelah melakukan beberapa modifikasi nilai yang

dihasilkan yaitu Chi–Square= 16.43, df= 12, P-value= 0.17251, dan RMSEA=

0.043, yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima,

bahwa seluruh item mengukur satu variabel saja yaitu causal analysis.

Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor

yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop

atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan

faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap

koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.10.

Sebagaimana disebutkan dalam tabel 3.10 dapat di lihat bahwa terdapat

empat item (item no.2, item no.3, item no.4 dan item no.7) yang tidak signifikan.

Keempat item dinyatakan tidak signifikan karena memiliki nilai t < 1,96, sehingga

keempat item tersebut harus di drop. Berdasarkan hasil tersebut, maka dari skala

causal analysis hanya terdapat empat item yang dinyatakan signifikan.

Page 74: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

59

Tabel 3.10

Muatan Faktor Item Causal Analysis

No. Item Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

1 0.29 0.08 3.75 √

2 -0.43 0.08 -5.54 X

3 -0.14 0.07 -1.89 X

4 -0.53 0.08 -6.83 X

5 0.48 0.11 4.15 √

6 0.44 0.08 5.80 √

7 -0.89 0.09 -9.73 X

8 0.36 0.07 4.84 √

Keterangan: Tanda √ = Signifikan (t > 1,96) ; X = Tidak Signifikan

3.4.8 Uji Validitas Konstruk Empathy

Peneliti menguji apakah delapan item yang ada bersifat unidimensional, artinya

benar hanya mengukur empathy. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan, ternyata

tidak fit, dengan Chi–Square= 253.50, df= 20, P-value= 0.00000 RMSEA=

0.242. Oleh sebab itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana

kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama

lainnya, hingga diperoleh model fit.

Dapat diketahui bahwa setelah melakukan beberapa modifikasi nilai yang

dihasilkan yaitu Chi–Square= 17.70, df= 12, P-value= 0.12498, dan RMSEA=

0.049, yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima,

bahwa seluruh item mengukur satu variabel saja yaitu empathy.

Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor

yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop

atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan

faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap

koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.11.

Page 75: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

60

Sebagaimana disebutkan dalam tabel 3.11 dapat di lihat bahwa terdapat lima

item (item no.3, item no.5, item no.6, iem no.7 dan item no.8) yang tidak

signifikan. Kelima item dinyatakan tidak signifikan karena memiliki nilai t < 1,96,

sehingga kelima item tersebut harus di drop. Berdasarkan hasil tersebut, maka dari

skala empathy hanya terdapat tiga item yang dinyatakan signifikan.

Tabel 3.11

Muatan Faktor Item Empathy

No. Item Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

1 0.48 0.08 5.99 √

2 0.32 0.08 4.00 √

3 0.10 0.08 1.24 X

4 0.49 0.08 6.14 √

5 -0.58 0.08 -7.41 X

6 -0.69 0.07 -9.22 X

7 -0.56 0.08 -7.12 X

8 -0.69 0.07 -9.32 X

Keterangan: Tanda √ = Signifikan (t > 1,96) ; X = Tidak Signifikan

3.4.9 Uji Validitas Konstruk Self Efficacy

Peneliti menguji apakah delapan item yang ada bersifat unidimensional, artinya

benar hanya mengukur self efficacy. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan,

ternyata tidak fit, dengan Chi–Square= 156.87, df= 20, P-value= 0.00000

RMSEA= 0.185. Oleh sebab itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model,

dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu

sama lainnya, hingga diperoleh model fit.

Dapat diketahui bahwa setelah melakukan beberapa modifikasi nilai yang

dihasilkan yaitu Chi–Square= 14.38, df= 10, P-value= 0.15655, dan RMSEA=

0.047, yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima,

bahwa seluruh item mengukur satu variabel saja yaitu self efficacy.

Page 76: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

61

Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor

yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop

atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan

faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap

koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.12.

Sebagaimana disebutkan dalam tabel 3.12 dapat di lihat bahwa terdapat empat

item (item no.5, item no.6, item no.7 dan item no.8) yang tidak signifikan.

Keempat item dinyatakan tidak signifikan karena memiliki nilai t < 1,96, sehingga

keempat item tersebut harus di drop. Berdasarkan hasil tersebut, maka dari skala

self efficacy hanya terdapat empat item yang dinyatakan signifikan.

Tabel 3.12

Muatan Faktor Item Self Efficacy

No. Item Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

1 0.26 0.07 3.84 √

2 0.21 0.07 3.18 √

3 0.59 0.10 5.80 √

4 0.26 0.07 3.73 √

5 -0.31 0.09 -3.61 X

6 -0.69 0.11 -6.11 X

7 -0.17 0.07 -2.61 X

8 -1.41 0.33 -4.33 X

Keterangan: Tanda √ = Signifikan (t > 1,96) ; X = Tidak Signifikan

3.4.10 Uji Validitas Konstruk Reaching Out

Peneliti menguji apakah delapan item yang ada bersifat unidimensional, artinya

benar hanya mengukur reaching out. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan,

ternyata tidak fit, dengan Chi–Square= 108.72, df= 20, P-value= 0.00000

RMSEA= 0.149. Oleh sebab itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model,

dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu

sama lainnya, hingga diperoleh model fit.

Page 77: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

62

Dapat diketahui bahwa setelah melakukan beberapa modifikasi nilai yang

dihasilkan yaitu Chi–Square= 19.83, df= 14, P-value= 0.13547, dan RMSEA=

0.046, yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima,

bahwa seluruh item mengukur satu variabel saja yaitu reaching out.

Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor

yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop

atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan

faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap

koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.13.

Tabel 3.13

Muatan Faktor Item Reaching Out

No. Item Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

1 0.66 0.09 7.59 √

2 0.58 0.08 7.47 √

3 0.29 0.08 3.43 √

4 0.47 0.09 5.09 √

5 -0.58 0.08 -7.45 X

6 0.09 0.08 1.02 X

7 -0.21 0.08 -2.62 X

8 -0.19 0.08 -2.41 X

Keterangan: Tanda √ = Signifikan (t > 1,96) ; X = Tidak Signifikan

Sebagaimana disebutkan dalam tabel 3.13 dapat di lihat bahwa terdapat empat

item (item no.5, item no.6, item no.7 dan item no.8) yang tidak signifikan.

Keempat item dinyatakan tidak signifikan karena memiliki nilai t < 1,96, sehingga

keempat item tersebut harus di drop. Berdasarkan hasil tersebut, maka dari skala

reaching out hanya terdapat empat item yang dinyatakan signifikan.

3.5 Teknik Analisis Data

Untuk menguji hipotesis penelitian mengenai strategi coping dan resiliensi yang

mempengaruhi posttraumatic growth secara empiris, maka penulis mengolah data

Page 78: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

63

yang didapat dengan menggunakan teknik statistik Multiple Regression Analysis

(analisis regresi berganda). Teknik analisis regresi berganda digunakan untuk

menjawab hipotesis nihil yang terdapat di BAB 2. Dalam penelitian ini, dependent

variable nya adalah posttraumatic growth dan independent variable nya adalah

strategi coping dan resiliensi, maka susunan persamaan regresinya adalah:

Y=a+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+b5X5+b6X6+b7X7+b8X8+b9X9+e

Keterangan:

Y= Posttraumatic Growth

a= konstanta/intercept

b= koefisien regresi

X1= problem focused coping pada strategi coping

X2= emotional focused coping pada strategi coping

X3= emotion regulation pada resiliensi

X4= impulse control pada resiliensi

X5= optimism pada resiliensi

X6= causal analysis pada resiliensi

X7= empathy pada resiliensi

X8= self efficacy pada resiliensi

X9= reaching out pada resiliensi

e= residu

Melalui regresi berganda ini dapat diperoleh nilai R, yaitu koefisien korelasi

berganda antara posttraumatic growth dengan strategi coping dan resiliensi.

Besarnya posttraumatic growth yang disebabkan oleh faktor-faktor yang telah

disebutkan tadi ditunjukkan oleh koefisien determinasi berganda atau R2. R

2

merupakan proporsi varians dari posttraumatic growth yang dijelaskan oleh

strategi coping dan resiliensi. Untuk mendapatkan nilai R2, digunakan rumusan

sebagai berikut (Kerlinger, 2006):

Page 79: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

64

Uji R2 diuji untuk membuktikan apakah penambahan varians dari independent

variable satu persatu signifikan atau tidak penambahannya. Untuk membuktikan

apakah regresi X pada Y signifikan atau tidak, maka dapat diuji dengan

menggunakan uji F, untuk membuktikan hal tersebut maka digunakan rumus F

(Kerlinger, 2006), yaitu sebagai berikut:

Keterangan:

R2 = Proporsi varians

k = Jumlah independen variabel

N = Jumlah sampel

Kemudian untuk menguji apakah pengaruh yang diberikan variabel–variabel

independent signifikan terhadap DV, maka penulis melakukan uji t (Kerlinger,

2006). Uji t akan dilakukan sesuai dengan variabel yang dianalisis. Uji t yang

dilakukan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

b = Koefisien regresi

sb = Standar error dari b

3.6 Prosedur Penelitian

1. Persiapan

Peneliti melakukan studi pendahuluan di salah satu rumah sakit bagian unit

narkoba. Peneliti melakukan wawancara terhadap mantan pecandu narkoba

Page 80: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

65

untuk membuktikan bahwa fenomena yang peneliti untuk dijadikan penelitian

sesuai dengan fenomena yang terjadi.

2. Mengkaji teori

Sebelum melakukan penelitian, peneliti merumuskan masalah yang akan

diteliti. Kemudian mengadakan studi pustaka untuk melihat masalah tersebut

dari sudut pandang teoritis.

3. Penyusunan alat ukur

Peneliti menentukan dan menyusun instrumen yang akan digunakan dalam

penelitian, yaitu melakukan adaptasi alat ukur posttraumatic growth, strategi

coping dan resiliensi untuk mengukur variabel yang peneliti teliti

4. Pengambilan sampel

Dalam penelitian ini sampel diambil dengan teknik non probality sampling

yaitu tidak semua anggota populasi penelitian untuk dijadikan responden

penelitian. Jenis yang digunakan adalah convenience sampling. Peneliti

memilih sampel penelitian yaitu recovering addict di Balai Besar Rehabilitasi

BNN Lido. Sebelum memberikan kuesioner kepada responden, pertama

peneliti mengikuti pembimbing lapangan untuk mengetahui rumah mana yang

sudah siap untuk mengisi kuesioner. Jika semua pertanyaan tersebut dijawab

“Ya” maka selanjutnya, peneliti memberikan kuesioner yang telah disediakan

kepada para subjek.

5. Pengumpulan data dan uji validitas item

Setelah melakukan penyebaran kuesioner, peneliti melakukan pengolahan data

software yang relevan. Peneliti mentabulasi semua data dan melakukan uji

Page 81: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

66

validitas item dengan teknik confirmatory factor analysis. Analisis ini

dilakukan dengan menggunakan software LISREL. Uji validitas ini bertujuan

untuk melihat apakah semua item kuesioner bersifat unidimensional, atau

relevan dengan variabel penelitian. Setelah memperoleh item-item yang tidak

valid, peneliti menghapus semua respon jawaban responden di nomor-nomor

item yang tidak valid. itu peneliti mengambil kembali kuesioner penelitian

yang telah diisi, kemudian data yang telah diterima kemudian diolah serta

dianalisis hasilnya.

6. Analisis data

Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linear. Dalam menganalisis,

peneliti menggunakan SPSS versi 20.0. dalam prosesnya, dari 201 responden

Pada tahap ini, setelah proses skoring dan pengolahan data hingga didapatkan

hasil analisis, maka penulis membuat laporan hasil dan kesimpulan penelitian.

Setelah melakukan analisis, peneliti melaporkan hasil penelitian dalam bentuk

skripsi.

Page 82: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

67

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah recovering addict di Balai Besar Rehabilitasi

Narkoba BNN Lido, yang berlokasi di Sukabumi. Balai Besar Rehabilitasi

Narkoba BNN Lido merupakan tempat rehabilitasi yang memiliki visi dapat

menjadi pusat pelayanan dalam bidang terapi dan rehabilitasi penyalahgunaan

narkoba. Subjek penelitian yang berada pada tahap primary sebanyak 70 orang.

HOPE sebanyak 50 orang, HOC sebanyak 50 orang, Female Unit sebanyak 27

orang serta OJT/Mayor sebanyak 4 orang. Adapun keterangan dari fase

rehabilitasi sebagai berikut:

1. Primary House, adalah rumah tempat pelatihan dan pendidikan para pecandu

laki-laki yang berusia kurang dari 35 tahun. Di sini para pecandu akan dilatih

sikap, tingkah laku, dan kepribadiannya agar dapat diterima

masyarakat. Program di rumah ini berlangsung selama 4 bulan.

2. HOPE, adalah rumah tempat pelatihan dan pendidikan para pecandu laki-laki

yang berusia di atas 30 tahun, atau pecandu yang sudah pernah keluar dari

panti rehabilitasi sebelumnya. Berbeda dengan rumah Green, di rumah Hope

pecandu akan diubah pola pikirnya agar tidak terikat pada narkoba dan

diterima masyarakat. Program di rumah ini berlangsung selama 4 bulan.

3. HOC, rumah ini memiliki program yang sama dengan rumah Hope, namun

dikhususkan untuk para pegawai negeri sipil atau pejabat negara, dan militer

atau polisi. Program di rumah ini berlangsung selama 4 bulan.

Page 83: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

68

4. Female, rumah khusus untuk perempuan (terbagi menjadi 4 bagian, yakni:

Detoks, Entry Unit, Green, dan Re-Entry).

5. OJT (On Job Training), individu yang sedang menjalani program rehabilitasi

dengan tujuan untuk mempertahankan recovery serta lebih mempersiapkan diri

sebelum kembali ke lingkungan diluar rehabilitasi.

Adapun sampel dalam penelitian ini adalah beberapa individu yang dipilih secara

acak, berjumlah 174 orang laki-laki dan 27 orang perempuan. Subjek dipilih

berdasarkan tahap perkembangan remaja dan dewasa (dewasa muda dan dewasa

tengah) dengan rentang usia antara 11 hingga 65 tahun. Untuk mempermudah

perhitungan, maka peneliti mengkategorisasikan usia responden kedalam tiga

kategori (Papalia, 2009) yaitu remaja (11-20 tahun), dewasa muda (21-40 tahun)

dan dewasa tengah (41-65 tahun). Gambaran subjek penelitian berdasarkan usia,

dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1

Gambaran Subjek Berdasarkan Usia Usia Jumlah Persentase

11-20 42 20,90%

21-40 135 67,16%

41-65 24 11,94%

Jumlah 201 100%

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar sampel dalam

penelitian ini berada pada kategori dewasa muda (21-40 tahun) dengan presentase

sebesar 67,16%, sedangkan pada kategori remaja (11-20 tahun) dengan presentase

sebesar 20,90%, dan pada kategori dewasa tengah (41-65 tahun) dengan

presentase sebesar 11,94%

Pada Tabel 4.2 berikut ini digambarkan banyaknya responden penelitian

berdasarkan tahapan unit rehabilitasi.

Page 84: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

69

Tabel 4.2

Gambaran Subjek Berdasarkan Unit Rehabilitasi

Berdasarkan tabel 4.2, terlihat bahwa jumlah individu terbanyak adalah primary

yang merupakan tempat pertama kalinya program rehabilitasi di mulai dengan

rincian yaitu 70 orang (34,8%), diikuti dengan HOPE dan HOC yaitu 50 orang

(24,9%), diikuti dengan Female Unit dengan rincian yaitu 27 orang (13,4%) dan

OJT merupakan koordinator dari setiap rumah dan juga mantan pecandu narkoba

dengan rincian yaitu 4 orang (2,0%).

4.2 Hasil Analisis Deskriptif

Skor yang digunakan dalam analisis data penelitian ini adalah skor murni (t-score)

yang merupakan hasil proses konversi dari raw score. Proses ini dilakukan untuk

memudahkan dalam melakukan perbandingan antar score hasil penelitian

variabel-variabel yang diteliti, dengan demikian semua raw score pada setiap

variabel harus diletakkan pada skala yang sama. Untuk memperoleh deskripsi

statistik, dihitung item-item yang valid dan positif, sehingga di dapatkan factor

score. Factor score tersebut dihitung untuk menghindari bias dari kesalahan

pengukuran. Jadi, penghitungan factor score ini tidak menjumlahkan item-item

variabel seperti pada umumnya, tetapi dihitung true score pada tiap skala. Factor

score yang dianalisis adalah factor score yang bermuatan positif dan signifikan.

No Tahapan Jumlah Persentase

1 Primary 70 34,8%

2 HOPE 50 24,9%

3 HOC 50 24,9%

4 Female Unit 27 13,4%

5 OJT 4 2,0%

Total 201 100%

Page 85: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

70

Setelah didapatkan factor score yang telah dirubah menjadi T score, nilai

baku inilah yang akan dianalis dalam uji hipotesis korelasi dan regresi. Yang perlu

diingat bahwa hal yang sama berlaku juga untuk semua variabel pada penelitian

ini. Hasil analisis deskriptif adalah hasil yang memberikan gambaran data

penelitian. Dalam hasil analisis deskriptif ini akan disajikan minimum,

maksimum, mean dan standar deviasi variabel serta kategorirasi tinggi dan

rendahnya skor variabel penelitian. Skor tersebut disajikan dalam tabel 4.3.

Tabel 4.3

Descriptive Statistics Variabel Penelitian

N Minimum Maximum Mean

Std.

Deviation

Posttraumatic Growth 201 27.87 70.46 50.0000 9.39313

Problem Focused Coping 201 16.13 62.21 50.0000 9.01964

Emotion Focused Coping 201 16.85 70.48 50.0000 9.33074

Emotion Regulation 201 32.42 67.99 50.0000 9.99500

Impulse Control 201 28.56 66.54 50.0000 7.30604

Optimisme 201 33.88 74.60 50.0000 7.83846

Causal Analysis 201 33.62 69.11 50.0000 6.92211

Empathy 201 24.20 63.45 50.0000 9.84835

Self Efficacy 201 25.15 64.19 50.0000 7.92120

Reaching Out 201 16.34 59.08 50.0000 9.99500

Valid N (listwise) 201

Berdasarkan penjelasan pada Bab 3, nilai mean dalam penelitian ini ditetapkan

sebesar 50 dengan Standar Deviasi (SD) sebesar 15. Sebagaimana yang

ditunjukan oleh table 4.3 diketahui bahwa variabel posttraumatic growth

memiliki nilai minimum 27.87; nilai maksimum 70.46 dan SD = 9.39, variabel

problem focused coping memiliki nilai minimum 16.13; nilai maksimum 62.21

dan SD = 9.01, emotion focused coping memiliki nilai minimum 16.85; nilai

Page 86: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

71

maksimum 70.48 dan SD = 9.33, dan seterusnya untuk membaca informasi pada

variabel lainnya. Kemudian dari informasi ini dapat dijelaskan mengenai

kategorisasi variabel.

4.3 Kategorisasi Hasil Penelitian

Kategorisasi variabel bertujuan menempatkan individu ke dalam kelompok-

kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan

atribut yang diukur. Kontinum jenjang ini contohnya adalah dari rendah ke tinggi

yang akan peneliti gunakan dalam kategorisasi variabel penelitian. Sebelum

mengkategorisasikan skor masing-masing variabel berdasarkan tingkat rendah dan

tinggi, peneliti terlebih dahulu menetapkan norma dari skor dengan menggunakan

nilai mean dan standar deviasi pada table sebelumnya dan berlaku pada semua

variabel. Adapun norma skor tersebut digambarkan dalam table 4.4.

Tabel 4.4

Norma Skor

Kategorisasi Rumus

Rendah X<M

Tinggi X≥M

Setelah norma kategorisasi tersebut didapatkan, selanjutnya akan dijelaskan

perolehan nilai persentase kategorisasi untuk variabel posttraumatic growth,

problem focused coping, emotion focused coping, emotion regulation, impulse

control, optimisme, causal analysis, empathy, self efficacy, reaching out. Masing-

masing variabel akan dikategorikan sebagai rendah dan tinggi.

4.3.1 Kategorisasi skor variabel posttraumatic growth

Pada tabel 4.5 menunjukan sebaran variabel posttraumatic growth yang dibagi

menjadi dua kategori sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, yaitu tinggi dan

rendah.

Page 87: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

72

Tabel 4.5

Kategorisasi skor variabel posttraumatic growth Variabel Kategorisasi Frequency Percent

Posttraumatic Growth Rendah

Tinggi

106

95

52.7 %

47.3 %

Total 201 100%

Sebagaimana yang ditunjukkan pada tabel 4.5, ditemukan bahwa 52.7% dari total

responden memiliki tingkat posttraumatic growth rendah dan 47.3% memiliki

tingkat posttraumatic growth tinggi. Dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan

responden yang diteliti, tingkat posttraumatic growth pada recovering addict yang

paling dominan berada pada kategori rendah. Sebagai penjelas, berikut ini

persentase responden berdasarkan unit rehabilitasi, seperti pada tabel 4.6.

Tabel 4.6

Kategorisasi subjek berdasarkan tingkat posttraumatic growth

Unit Rehabilitasi Tinggi Rendah

Total N (%) N (%)

Primary 29 (41,4%) 41 (58,6%) 70 (34,8%)

HOPE 20 (40%) 30 (60%) 50 (24,9%)

HOC 26 (52%) 24 (48%) 50 (24,9%)

Female Unit 18 (66,7%) 9 (33,3%) 27 (13,4%)

OJT 2 (50%) 2 (50%) 4 (2,0%)

Total 201 (100%)

Sebagaimana yang ditunjukkan pada tabel 4.6, ditemukan bahwa tingkat

posttraumatic growth pada recovering addict paling banyak pada Female Unit

dengan persentase sebanyak 66.7%. Sedangkan, HOC sebanyak 52%, OJT

sebanyak 50%, Primary sebanyak 41.4% dan HOPE sebanyak 40%.

4.3.2 Kategorisasi skor variabel problem focused coping

Pada tabel 4.7 menunjukan sebaran variabel problem focused coping yang dibagi

menjadi dua kategori sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, yaitu tinggi dan

rendah.

Page 88: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

73

Tabel 4.7

Kategorisasi Skor Variabel Problem Focused Coping Variabel Kategorisasi Frequency Percent

Problem Focused Coping Rendah

Tinggi

107

94

53.2 %

46.8 %

Total 201 100%

Sebagaimana yang ditunjukkan pada tabel 4.7, ditemukan bahwa 53.2% dari total

responden menggunakan problem focused coping yang rendah pada dirinya dan

46.8% menggunakan problem focused coping yang tinggi pada dirinya. Dapat

disimpulkan bahwa dari keseluruhan responden yang diteliti, tingkat problem

focused coping pada recovering addict yang paling dominan berada pada kategori

rendah. Sebagai penjelas, berikut ini persentase responden berdasarkan unit

rehabilitasi, seperti pada tabel 4.8.

Tabel 4.8

Kategorisasi subjek berdasarkan tingkat problem focused coping

Unit Rehabilitasi Tinggi Rendah

Total N (%) N (%)

Primary 28 (40%) 42 (60%) 70 (34,8%)

HOPE 23 (46%) 27 (54%) 50 (24,9%)

HOC 29 (58%) 21 (42%) 50 (24,9%)

Female Unit 12 (44,4%) 15 (55,6%) 27 (13,4%)

OJT 2 (50%) 2 (50%) 4 (2,0%)

Total 201 (100%)

Sebagaimana yang ditunjukkan pada tabel 4.8, ditemukan bahwa tingkat problem

focused coping pada recovering addict paling banyak pada HOC dengan

persentase sebanyak 58%. Sedangkan, OJT sebanyak 50%, HOPE sebanyak 46%,

Female Unit sebanyak 44.4% dan Primary sebanyak 40%.

4.3.3 Kategorisasi skor variabel emotion focused coping

Pada tabel 4.9 menunjukan sebaran variabel emotion focused coping yang dibagi

menjadi dua kategori sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, yaitu tinggi dan

rendah.

Page 89: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

74

Tabel 4.9

Kategorisasi Skor Variabel Emotion Focused Coping Variabel Kategorisasi Frequency Percent

Emotion Focused Coping Rendah

Tinggi

110

91

63.5 %

36.5 %

Total 201 100%

Sebagaimana yang ditunjukkan pada tabel 4.9, ditemukan bahwa 63.5% dari total

responden menggunakan emotion focused coping yang rendah pada dirinya dan

36.5% menggunakan emotion focused coping yang tinggi pada dirinya. Dapat

disimpulkan bahwa dari keseluruhan responden yang diteliti, tingkat emotion

focused coping pada recovering addict yang paling dominan berada pada kategori

rendah. Sebagai penjelas, berikut ini persentase responden berdasarkan unit

rehabilitasi, seperti pada tabel 4.10.

Tabel 4.10

Kategorisasi subjek berdasarkan tingkat emotion focused coping

Unit Rehabilitasi Tinggi Rendah

Total N (%) N (%)

Primary 34 (48,6%) 36 (51,4%) 70 (34,8%)

HOPE 18 (36%) 32 (64%) 50 (24,9%)

HOC 23 (46%) 27 (54%) 50 (24,9%)

Female Unit 15 (55,6%) 12 (44,4%) 27 (13,4%)

OJT 1 (25%) 3 (75%) 4 (2,0%)

Total 201 (100%)

Sebagaimana yang ditunjukkan pada tabel 4.10, ditemukan bahwa tingkat emotion

focused coping pada recovering addict paling banyak pada Female Unit dengan

persentase sebanyak 55.6%. Sedangkan, Primary sebanyak 48.6%, HOC sebanyak

46%, HOPE sebanyak 36% dan OJT sebanyak 25%.

4.3.4 Kategorisasi skor variabel emotion regulation

Pada tabel 4.11 menunjukan sebaran variabel emotion regulation yang dibagi

menjadi dua kategori sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, yaitu tinggi dan

rendah.

Page 90: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

75

Tabel 4.11

Kategorisasi Skor Variabel Emotion Regulation Variabel Kategorisasi Frequency Percent

Emotion Regulation Rendah

Tinggi

92

109

48.4 %

51.6 %

Total 201 100%

Sebagaimana yang ditunjukkan pada tabel 4.11, ditemukan bahwa 51.6% dari

total responden merasakan emotion regulation yang tinggi pada dirinya dan

48.4% merasakan emotion regulation yang rendah pada dirinya. Dapat

disimpulkan bahwa dari keseluruhan responden yaitu recovering addict yang

diteliti cenderung merasa paling dominan berada pada kategori tinggi dalam hal

meregulasi emosi dalam dirinya. Sebagai penjelas, berikut ini persentase

responden berdasarkan unit rehabilitasi, seperti pada tabel 4.12.

Tabel 4.12

Kategorisasi subjek berdasarkan tingkat emotion regulation

Unit Rehabilitasi Tinggi Rendah

Total N (%) N (%)

Primary 35 (50%) 35 (50%) 70 (34,8%)

HOPE 26 (52%) 24 (48%) 50 (24,9%)

HOC 27 (64%) 23 (46%) 50 (24,9%)

Female Unit 17 (63%) 10 (37%) 27 (13,4%)

OJT 4 (100%) 0 (0%) 4 (2,0%)

Total 201 (100%)

Sebagaimana yang ditunjukkan pada tabel 4.12, ditemukan bahwa tingkat emotion

regulation pada recovering addict paling banyak pada OJT dengan persentase

sebanyak 100%. Sedangkan, HOC sebanyak 64%, Female Unit sebanyak 63%,

HOPE sebanyak 52% dan Primary sebanyak 50%.

4.3.5 Kategorisasi skor variabel impulse control

Pada tabel 4.13 menunjukan sebaran variabel impulse control yang dibagi menjadi

dua kategori sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, yaitu tinggi dan rendah.

Page 91: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

76

Tabel 4.13

Kategorisasi Skor Variabel Impulse Control Variabel Kategorisasi Frequency Percent

Impulse Control Rendah

Tinggi

75

126

45.8 %

54.2 %

Total 201 100%

Sebagaimana yang ditunjukkan pada tabel 4.13, ditemukan bahwa 54.2% dari

total responden memiliki tingkat impulse control yang tinggi dan 45.8% memiliki

tingkat impulse control yang rendah pada dirinya. Dapat disimpulkan bahwa dari

keseluruhan responden yaitu recovering addict yang diteliti cenderung dominan

berada pada kategori tinggi. Sebagai penjelas, berikut ini persentase responden

berdasarkan unit rehabilitasi, seperti pada tabel 4.14.

Tabel 4.14

Kategorisasi subjek berdasarkan tingkat impulse control

Unit Rehabilitasi Tinggi Rendah

Total N (%) N (%)

Primary 44 (62,9%) 26 (37,1%) 70 (34,8%)

HOPE 37 (74%) 13 (26%) 50 (24,9%)

HOC 27 (54%) 23 (46%) 50 (24,9%)

Female Unit 17 (63%) 10 (37%) 27 (13,4%)

OJT 1 (25%) 3 (75%) 4 (2,0%)

Total 201 (100%)

Sebagaimana yang ditunjukkan pada tabel 4.14, ditemukan bahwa tingkat impulse

control pada recovering addict paling banyak pada HOPE dengan persentase

sebanyak 74%. Sedangkan, Female Unit sebanyak 63%, Primary sebanyak 62.9%,

HOC sebanyak 54% dan OJT sebanyak 25%.

4.3.6 Kategorisasi skor variabel optimisme

Pada tabel 4.15 menunjukan sebaran variabel optimisme yang dibagi menjadi dua

kategori sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, yaitu tinggi dan rendah.

Page 92: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

77

Tabel 4.15

Kategorisasi Skor Variabel Optimisme Variabel Kategorisasi Frequency Percent

Optimisme Rendah

Tinggi

111

90

55.2 %

44.8 %

Total 201 100%

Sebagaimana yang ditunjukkan pada tabel 4.15, ditemukan bahwa 55.2% dari

total responden memiliki tingkat optimisme yang rendah dan 44.8% memiliki

tingkat optimisme yang tinggi pada dirinya. Dapat disimpulkan bahwa dari

keseluruhan responden yaitu recovering addict yang diteliti cenderung dominan

berada pada kategori rendah. Sebagai penjelas, berikut ini persentase responden

berdasarkan unit rehabilitasi, seperti pada tabel 4.16.

Tabel 4.16

Kategorisasi subjek berdasarkan tingkat optimism

Unit Rehabilitasi Tinggi Rendah

Total N (%) N (%)

Primary 31 (44,3%) 39 (55,7%) 70 (34,8%)

HOPE 20 (40%) 30 (60%) 50 (24,9%)

HOC 22 (44%) 28 (56%) 50 (24,9%)

Female Unit 14 (51,9%) 13 (48,1%) 27 (13,4%)

OJT 3 (75%) 1 (25%) 4 (2,0%)

Total 201 (100%)

Sebagaimana yang ditunjukkan pada tabel 4.16, ditemukan bahwa tingkat

optimisme pada recovering addict paling banyak pada OJT dengan persentase

sebanyak 75%. Sedangkan, Female Unit sebanyak 51.9%, Primary sebanyak

44.3%, HOC sebanyak 44% dan HOPE sebanyak 40%.

4.3.7 Kategorisasi skor variabel causal analysis

Pada tabel 4.17 menunjukan sebaran variabel causal analysis yang dibagi menjadi

dua kategori sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, yaitu tinggi dan rendah.

Page 93: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

78

Tabel 4.17

Kategorisasi Skor Variabel Causal Analysis Variabel Kategorisasi Frequency Percent

Causal Analysis Rendah

Tinggi

97

104

48.3%

51.7 %

Total 201 100%

Sebagaimana yang ditunjukkan pada tabel 4.17, ditemukan bahwa 48.3% dari

total responden memiliki tingkat causal analysis yang rendah dan 51.7% memiliki

tingkat causal analysis yang tinggi pada dirinya. Dapat disimpulkan bahwa dari

keseluruhan responden yaitu recovering addict yang diteliti cenderung dominan

berada pada kategori tinggi. Sebagai penjelas, berikut ini persentase responden

berdasarkan unit rehabilitasi, seperti pada tabel 4.18.

Tabel 4.18

Kategorisasi subjek berdasarkan tingkat causal analysis

Unit Rehabilitasi Tinggi Rendah

Total N (%) N (%)

Primary 34 (48,6%) 36 (51,4%) 70 (34,8%)

HOPE 24 (48%) 26 (52%) 50 (24,9%)

HOC 28 (56%) 22 (44%) 50 (24,9%)

Female Unit 15 (55,6%) 12 (44,4%) 27 (13,4%)

OJT 3 (75%) 1 (25%) 4 (2,0%)

Total 201 (100%)

Sebagaimana yang ditunjukkan pada tabel 4.18, ditemukan bahwa tingkat

causal analysis pada recovering addict paling banyak pada OJT dengan

persentase sebanyak 75%. Sedangkan, HOC sebanyak 56%, Female Unit

sebanyak 55.6%, Primary sebanyak 48.6% dan HOPE sebanyak 48%.

4.3.8 Kategorisasi skor variabel empathy

Pada tabel 4.19 menunjukan sebaran variabel empathy yang dibagi menjadi dua

kategori sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, yaitu tinggi dan rendah.

Page 94: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

79

Tabel 4.19

Kategorisasi Skor Variabel Empathy Variabel Kategorisasi Frequency Percent

Empathy Rendah

Tinggi

52

149

25.9 %

74.1 %

Total 201 100%

Sebagaimana yang ditunjukkan pada tabel 4.19, ditemukan bahwa 74.1% dari

total responden memiliki tingkat empathy yang tinggi dan 25.9% memiliki tingkat

empathy yang rendah pada dirinya. Dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan

responden yaitu recovering addict yang diteliti cenderung dominan berada pada

kategori tinggi. Sebagai penjelas, berikut ini persentase responden berdasarkan

unit rehabilitasi, seperti pada tabel 4.20.

Tabel 4.20

Kategorisasi subjek berdasarkan tingkat empathy

Unit Rehabilitasi Tinggi Rendah

Total N (%) N (%)

Primary 57 (81,4%) 13 (18,6%) 70 (34,8%)

HOPE 39 (78%) 11(22%) 50 (24,9%)

HOC 35 (70%) 15 (30%) 50 (24,9%)

Female Unit 17 (63%) 10 (37%) 27 (13,4%)

OJT 1 (25%) 3 (75%) 4 (2,0%)

Total 201 (100%)

Sebagaimana yang ditunjukkan pada tabel 4.20, ditemukan bahwa tingkat

empathy pada recovering addict paling banyak pada Primary dengan persentase

sebanyak 81.4%. Sedangkan, HOPE sebanyak 78%, HOC sebanyak 70%, Female

Unit sebanyak 63% dan OJT sebanyak 25%.

4.3.9 Kategorisasi skor variabel self efficacy

Pada tabel 4.21 menunjukan sebaran variabel self efficacy yang dibagi menjadi

dua kategori sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, yaitu tinggi dan rendah.

Page 95: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

80

Tabel 4.21

Kategorisasi Skor Variabel Self Efficacy Variabel Kategorisasi Frequency Percent

Self Efficacy Rendah

Tinggi

123

78

61.2 %

38.8 %

Total 201 100%

Sebagaimana yang ditunjukkan pada tabel 4.21, ditemukan bahwa 61.2% dari

total responden memiliki tingkat self efficacy yang rendah dan 38.8% memiliki

tingkat self efficacy yang tinggi pada dirinya. Dapat disimpulkan bahwa dari

keseluruhan responden yaitu recovering addict yang diteliti cenderung dominan

berada pada kategori rendah. Sebagai penjelas, berikut ini persentase responden

berdasarkan unit rehabilitasi, seperti pada tabel 4.22.

Tabel 4.22

Kategorisasi subjek berdasarkan tingkat self efficacy

Unit Rehabilitasi Tinggi Rendah

Total N (%) N (%)

Primary 39 (25,7%) 31 (44,3%) 70 (34,8%)

HOPE 33 (66%) 17 (34%) 50 (24,9%)

HOC 30 (60%) 20 (40%) 50 (24,9%)

Female Unit 18 (66,7%) 9 (33,3%) 27 (13,4%)

OJT 3 (75%) 1 (25%) 4 (2,0%)

Total 201 (100%)

Sebagaimana yang ditunjukkan pada tabel 4.22, ditemukan bahwa tingkat self

efficacy pada recovering addict paling banyak pada OJT dengan persentase

sebanyak 75%. Sedangkan, Female Unit sebanyak 66.7%, HOPE sebanyak 66%,

HOC sebanyak 60% dan Primary sebanyak 25.7%.

4.3.10 Kategorisasi skor variabel reaching out

Pada tabel 4.23 menunjukan sebaran variabel reaching out yang dibagi menjadi

dua kategori sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, yaitu tinggi dan rendah.

Page 96: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

81

Tabel 4.23

Kategorisasi Skor Variabel Reaching Out Variabel Kategorisasi Frequency Percent

Reaching Out Rendah

Tinggi

104

97

51.7 %

48.3 %

Total 201 100%

Sebagaimana yang ditunjukkan pada tabel 4.23, ditemukan bahwa 51.7% dari

total responden memiliki tingkat reaching out yang rendah dan 48.3% memiliki

tingkat reaching out yang tinggi pada dirinya. Dapat disimpulkan bahwa dari

keseluruhan responden yaitu recovering addict yang diteliti cenderung dominan

berada pada kategori rendah. Sebagai penjelas, berikut ini persentase responden

berdasarkan unit rehabilitasi, seperti pada tabel 4.24.

Tabel 4.24

Kategorisasi subjek berdasarkan tingkat reaching out

Unit Rehabilitasi Tinggi Rendah

Total N (%) N (%)

Primary 36 (51,4%) 34 (48,6%) 70 (34,8%)

HOPE 24 (48%) 26 (52%) 50 (24,9%)

HOC 25 (50%) 25 (50%) 50 (24,9%)

Female Unit 11 (40,7%) 16 (59,3%) 27 (13,4%)

OJT 1 (25%) 3 (75%) 4 (2,0%)

Total 201 (100%)

Sebagaimana yang ditunjukkan pada tabel 4.24, ditemukan bahwa tingkat

reaching out pada recovering addict paling banyak pada Primary dengan

persentase sebanyak 51.4%. Sedangkan, HOC sebanyak 50%, HOPE sebanyak

48%, Female Unit sebanyak 40.7% dan OJT sebanyak 25%.

4.3 Uji Hipotesis

4.3.1 Pengujian hipotesis mayor

Pada tahap ini peneliti menguji hipotesis dengan teknis analisis berganda dengan

menggunakan software SPSS. Pada regresi berganda ada tiga hal yang dilihat,

yaitu melihat besaran R-square untuk mengetahui berapa persen (%) varians

dependent variabel yang dijelaskan oleh independent variabel, melihat

Page 97: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

82

signifikansi pengaruh keseluruhan independent variabel terhadap dependent

variabel, dan melihat signifikansi koefisien regresi dari masing-masing

independent variabel.

Table 4.25

R-Square seluruh sampel

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate

1 .394 .155 .115 8.83434

Sebagaimana ditunjukkan tabel 4.25 dapat dilihat bahwa perolehan R square

sebesar 0.155 atau 15,5% artinya proporsi varians dari posttraumatic growth yang

dijelaskan oleh problem focused coping, emotion focused coping, emotion

regulation, impulse control, optimisme, causal analysis, empathy, self efficacy,

dan reaching out adalah sebesar 15.5%, sedangkan 84.5% sisanya dipengaruhi

oleh variabel lain diluar penelitian ini. Langkah kedua penguji menganalisis

dampak dari seluruh IV terhadap posttraumatic growth. Adapun hasil uji F dapat

dilihat pada table 4.26.

Tabel 4.26

Anova Seluruh Sampel

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 2739.482 9 304.387 3.900 .000b

Residual 14906.691 191 78.046

Total 17646.173 200

Sebagaimana ditunjukkan pada tabel 4.26, saat melihat kolom signifikansi

(p<0.05), maka hipotesis nihil yang menyatakan tidak ada pengaruh yang

signifikan seluruh variabel independen terhadap posttraumatic growth tidak

diterima (H0= ditolak). Artinya ada pengaruh yang signifikan antara strategi

coping (problem focused coping dan emotion focused coping) dan resiliensi

Page 98: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

83

(emotion regulation, impulse control, optimisme, causal analysis, empathy, self

efficacy, reaching out) terhadap posttraumatic growth.

Langkah ketiga adalah melihat koefisien regresi tiap independent variabel.

Jika p<0.05 maka koefisien regresi tersebut signifikan yang berarti bahwa IV

tersebut memiliki dampak yang signifikan terhadap posttraumatic growth. Adapun

penyajiannya ditampilkan pada table 4.27. Berdasarkan koefisien regresi pada

table 4.28 dijelaskan persamaan regresi sebagai berikut:

Tabel 4.28

Koefisien Regresi

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 9.183 11.558 0.795 0.428

Problem focused coping 0.095 0.072 0.091 1.316 0.190

Emotion focused coping 0.018 0.071 0.017 0.247 0.805

Emotion regulation 0.127 0.070 0.135 1.814 0.071

Impulse control 0.323 0.113 0.252 2.868 0.005

Optimisme 0.037 0.093 0.031 0.397 0.692

Causal analysis 0.022 0.111 0.016 0.196 0.845

Empathy -0.064 0.074 -0.068 -0.872 0.384

Self efficacy 0.276 0.092 0.232 3.002 0.003

Reaching out -0.16 0.067 -0.017 -0.241 0.810

a. Dependent Variable:PTG

Posttraumatic Growth = 9.183 + 0.095 Problem Focused Coping + 0.018 Emotion Focused Coping

+ 0.127 Emotion Regulation + 0.323 Impulse Control* + 0.037 Optimisme + 0.022 Causal

Analysis - 0.064 Empathy + 0.276 Self Efficacy* -0.016 Reaching Out.

Keterangan : Bertanda (*) menunjukkan variabel yang signifikan

Dari table 4.28 dapat dilihat bahwa impulse control dan self efficacy

berpengaruh secara signifikan terhadap posttraumatic growth. Hal tersebut dapat

dilihat dari kolom Sig. pada tabel 4.28, jika p<0.05 maka koefisen regresi yang

dihasilkan signifikan pengaruhnya terhadap posttraumatic growth dan begitu

sebaliknya. Penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh pada masing-

masing IV adalah sebagai berikut:

Page 99: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

84

1. Problem focused coping

Pada variabel problem focused coping memiliki nilai koefisien regresi sebesar

0.095 dengan signifikansi sebesar 0.190 (sig>0.05). Problem focused coping

secara positif tidak berpengaruh signifikan terhadap posttraumatic growth.

2. Emotion focused coping

Pada variabel emotion focused coping memiliki nilai koefisien regresi sebesar

0.018 dengan signifikansi 0.805 (sig>0.05). Emotion focused coping secara

positif tidak berpengaruh signifikan terhadap posttraumatic growth.

3. Emotion Regulation

Pada variabel emotion regulation memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0.323

dengan signifikansi 0.071 (sig>0.05). Hal ini berarti bahwa emotion regulation

secara positif tidak berpengaruh signifikan terhadap posttraumatic growth.

4. Impulse Control

Pada variabel impulse control memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0.323

dengan signifikansi 0.005 (sig<0.05). Hal ini berarti bahwa impulse control

secara positif berpengaruh signifikan terhadap posttraumatic growth. Artinya,

semakin tinggi impulse control maka semakin tinggi posttraumatic growth.

5. Optimisme

Pada variabel optimisme memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0.037 dengan

signifikansi 0.692 (sig>0.05). Hal ini berarti bahwa optimisme secara positif

tidak berpengaruh signifikan terhadap posttraumatic growth.

Page 100: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

85

6. Causal Analysis

Pada variabel causal analysis memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0.022

dengan signifikansi 0.845 (sig>0.05). Hal ini berarti bahwa causal analysis

secara positif tidak berpengaruh signifikan terhadap posttraumatic growth.

7. Empathy

Pada variabel empathy memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0.064 dengan

signifikansi 0.384 (sig>0.05). Hal ini berarti bahwa empathy secara negatif

tidak berpengaruh signifikan terhadap posttraumatic growth.

8. Self Efficacy

Pada variabel self efficacy memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0.276

dengan signifikansi 0.003 (sig<0.05). Hal ini berarti bahwa self efficacy secara

positif berpengaruh signifikan terhadap posttraumatic growth. Artinya,

semakin tinggi self efficacy maka semakin tinggi posttraumatic growth.

9. Reaching Out

Pada variabel reaching out memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0.016

dengan signifikansi 0.810 (sig>0.05). Hal ini berarti bahwa secara negatif

reaching out tidak berpengaruh signifikan terhadap posttraumatic growth.

4.3.2 Uji Proporsi Varians masing-masing variabel

Pada tahap ini peneliti ingin mengetahui bagaimana penambahan proporsi varians

dari masing-masing independent variable terhadap posttraumatic growth. Dengan

melihat nilai R-Square Change sebagai jumlah sumbangan independent variabel

terhadap variasi dependent variabel. Kemudian nilai sig F Change untuk melihat

signifikansi R-Square Change (p<0.05).

Page 101: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

86

Tabel 4.29

Tabel proporsi varians untuk masing-masing variabel

Model R

R

Square

Adjusted

R Square

Std. Error of the

Estimate

Change Statistics

R Square

Change

F

Change df1 df2

Sig. F

Change

1 0.084 0.007 0.002 9.38321 0.007 1.423 1 199 0.234

2 0.091 0.008 -0.002 9.40098 0.001 .248 1 198 0.619

3 0.153 0.023 0.008 9.35342 0.015 3.019 1 197 0.084

4 0.337 0.113 0.095 8.93427 0.090 19.918 1 196 0.000

5 0.337 0.113 0.091 8.95698 0.000 .007 1 195 0.932

6 0.337 0.113 0.086 8.97996 0.000 .003 1 194 0.957

7 0.339 0.115 0.083 8.99476 0.002 .362 1 193 0.548

8 0.394 0.155 0.120 8.81264 0.040 9.059 1 192 0.003

9 0.394 0.155 0.115 8.83434 0.000 .058 1 191 0.810

Predictors: problem focused coping, emotion focused coping, emotion regulation, impulse control,

optimisme, causal analysis, empathy, self efficacy, reaching out

Sebagaimana table 4.29 dapat dijelaskan informasi sebagai berikut:

1. Problem focused coping

Variabel problem focused coping memiliki nilai R Square change sebesar

0.007 atau memberikan kontribusi sebesar 0.7% terhadap posttraumatic

growth. Kontribusi tersebut tidak signifikan secara statistik dengan sig F

Change = 0.234 (p>0.05).

2. Emotion focused coping

Variabel emotion focused coping memiliki nilai R Square change sebesar 0.001

atau memberikan kontribusi sebesar 0.1% terhadap posttraumatic growth.

Kontribusi tersebut tidak signifikan secara statistik dengan sig F Change =

0.619 (p>0.05).

3. Emotion regulation

Variabel emotion regulation memiliki nilai R Square change sebesar 0.015 atau

memberikan kontribusi sebesar 1.5% terhadap posttraumatic growth.

Page 102: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

87

Kontribusi tersebut tidak signifikan secara statistik dengan sig F Change=0.084

(p>0.05).

4. Impulse control

Variabel impulse control memiliki nilai R Square change sebesar 0.090 atau

memberikan kontribusi sebesar 9% terhadap posttraumatic growth. Kontribusi

tersebut signifikan secara statistik dengan sig F Change = 0.000 (p<0.05).

5. Optimisme

Variabel optimisme memiliki nilai R Square change sebesar 0.000 atau

memberikan kontribusi sebesar 0% terhadap posttraumatic growth. Kontribusi

tersebut tidak signifikan secara statistik dengan sig F Change = 0.932 (p>0.05).

6. Causal analysis

Variabel causal analysis memiliki nilai R Square change sebesar 0.000 atau

memberikan kontribusi sebesar 0% terhadap posttraumatic growth. Kontribusi

tersebut tidak signifikan secara statistik dengan sig F Change = 0.957 (p>0.05).

7. Empathy

Variabel empathy memiliki nilai R Square change sebesar 0.002 atau

memberikan kontribusi sebesar 0.2% terhadap posttraumatic growth.

Kontribusi tersebut tidak signifikan secara statistik dengan sig F Change =

0.548 (p>0.05).

8. Self efficacy

Variabel self efficacy memiliki nilai R Square change sebesar 0.040 atau

memberikan kontribusi sebesar 4% terhadap posttraumatic growth. Kontribusi

tersebut signifikan secara statistik dengan sig F Change=0.003 (p<0.05).

Page 103: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

88

9. Reaching out

Variabel reaching out memiliki nilai R Square change sebesar 0.000 atau

memberikan kontribusi sebesar 0% terhadap posttraumatic growth. Kontribusi

tersebut tidak signifikan secara statistik dengan sig F Change=0.810 (p>0.05).

Berdasarkan hasil uji varians masing-masing variabel dapat disimpulkan bahwa

terdapat dua variabel yang signifikan berdasarkan proporsi variansnya yaitu

variabel impulse control dan self efficacy sebagai variabel yang memberikan

sumbangan terbesar pada posttraumatic growth.

Page 104: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

89

BAB 5

KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka

kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: “Terdapat pengaruh

yang signifikan antara strategi coping dan resiliensi terhadap posttraumatic

growth pada recovering addict”. Dari keseluruhan variabel yang diteliti, variabel

yang menunjukkan pengaruh signifikan yaitu impulse control dan self efficacy.

Jika dilihat dari besarnya proporsi masing-masing varians, juga ditemukan dua

variabel yang signifikan mempengaruhi posttraumatic growth.

5.2 Diskusi

Penelitian ini merupakan usaha untuk menjawab masalah yang peneliti rumuskan

khususnya dalam melihat posttraumatic growth individu yang pernah

mengkonsumsi narkoba, dimana individu dan OJT/Mayor adalah subjek utama

dalam penelitian ini yang merupakan unsur penting dalam suatu intansi sebagai

penentu keberhasilan rehabilitasi tersebut dimata masyarakat umum, dimana

segala unsur ekternal maupun internal yang ada di dalam individu tersebut sangat

berpengaruh terhadap keberhasilannya dalam menjalani rehabilitasi. Lebih

khususnya, penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh internal individu,

yaitu strategi coping dan resiliensi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan

dari strategi coping dan resiliensi terhadap posttraumatic growth di Balai Besar

Rehabilitasi. Pertama, hasil penelitian ini memaparkan bahwa variabel problem

Page 105: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

90

focused coping yang termasuk dimensi strategi coping ini secara positif tidak

mempengaruhi posttraumatic growth. Kedua, variabel emotion focused coping

secara positif juga tidak mempengaruhi posttraumatic growth. Hal ini tidak sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Steward (2010) bahwa terdapat hasil yang

signifikan pada problem focused coping dan emotion focused coping pada

mahasiswa di University North Texas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

persepsi individu dan pengalaman subjektif dari peristiwa traumatis memainkan

peran penting dalam bagaimana mereka dapat tumbuh dari pengalaman.

Namun problem focused coping dan emotion focused coping yang tidak

memberikan kontribusi signifikan dalam penelitian ini bisa dikarenakan

perbedaan sampel pada penelitian dan mungkin juga bisa disebabkan recovering

addict saat mengisi kuesioner tidak serius dan tidak menyesuaikan pernyataan

dengan apa yang dialami (manipulasi).

Hasil lain dari penelitian ini juga menunjukkan bahwa terdapat pengaruh

yang signifikan dari resiliensi terhadap posttraumatic growth pada residen

narkoba. Hal ini didukung dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Schmidt-Ehmcke (2008) bahwa resiliensi mempengaruhi PTG pada sampel yang

mengalami berbagai jenis trauma di Afrika Selatan. Tedeschi dan Calhoun dalam

Schmidt-Ehmcke (2008) berpendapat bahwa bagi seseorang untuk mengalami

PTG, mereka harus bersedia untuk mengambil tantangan serta pendekatan terus

menerus untuk pengalaman dan pemecahan masalah. Orang yang memiliki miskin

keterampilan dan yang memandang diri mereka kurang mampu, akan kewalahan

dengan trauma dan karena itu tidak mampu untuk mengumpulkan setiap

Page 106: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

91

tanggapan yang efektif. Sedangkan, orang yang tinggi dalam tantangan

menganggap hidup sebagai hasil dari pertumbuhan dan kebijaksanaan yang

didapat dari pengalaman sulit (Maddi & Khoshaba, 1994). Oleh karena itu mereka

akan menganggap perubahan sebagai tantangan normal yang perlu diatasi bukan

mempersepsikan sebagai ancaman (dalam Schmidt-Ehmcke, 2008).

Hasil yang sama dari penelitian Mahdi, Kususanto Prihadi, Sahabuddin

Hashim (2014) mengingat bahwa kedua faktor resiliensi secara signifikan

mempengaruhi PTG siswa Irak yang terkena peristiwa traumatis, dapat dilihat

bahwa seseorang yang mengembangkan resiliensi yang lebih kuat juga

mengembangkan kecenderungan yang lebih tinggi untuk mengalami PTG.

Resiliensi secara signifikan memprediksi PTG pada sampel ini. Hasil penelitian

juga menyiratkan bahwa memiliki dua faktor resiliensi (kapasitas adaptif dan

hubungan positif dengan orang lain) dapat meningkatkan kemungkinan bagi

seorang individu untuk mengembangkan PTG setelah mengalami peristiwa

traumatis. Mereka percaya bahwa hasil positif dari peristiwa traumatik bergantung

pada kombinasi dari beberapa variabel, termasuk resiliensi. Dengan kata lain,

resiliensi menstimulasi PTG dan bantuan individu kembali ke kehidupan normal

setelah mengalami peristiwa traumatis.

Beberapa fakta sebelumnya menyatakan adanya pengaruh yang

signifikan dari resiliensi terhadap posttraumatic growth secara umum. Sementara

itu, penelitian ini hanya dua dimensi resiliensi yang berpengaruh signifikan

terhadap posttraumatic growth, yaitu impulse control dan self efficacy.

Page 107: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

92

Variabel impulse control merupakan kemampuan untuk melakukan

kontrol emosional ketika tertekan. Impulse control, aspek regulasi emosi, adalah

kemampuan untuk mengontrol perilaku untuk berperilaku dengan cara yang

selaras dengan tujuan yang diinginkan ketika mengalami emosi negatif (Gratz &

Roemer, 2004).

Konsep impulse control juga mencakup kemampuan untuk mengenali

dan menerima emosi dan adaptif digunakan strategi regulasi emosi saat yang tepat

(Gratz & Roemer, 2004; Thompson, 1994). Melekat dalam konsep impulse

control adalah gagasan bahwa respon emosional harus fleksibel dan tergantung

pada situasi (Thompson, 1994). Aspek impulse control telah ditemukan terkait

dengan PTG (misalnya, Hussain & Bhushan, 2011).

Penelitian yang dilakukan Kaufman (2014) sejalan dengan hasil

penelitian bahwa impulse control memberikan pengaruh positif terhadap PTG.

Impulse control sebagai faktor pelindung dalam pengembangan PTG. Namun,

temuan ini berkontribusi pada literatur tentang variabel perbedaan individual yang

berkaitan dengan pertumbuhan pasca trauma. Individu berbeda dalam bagaimana

mereka menanggapi peristiwa traumatis dan penelitian sebelumnya telah

menunjukkan bahwa perbedaan-perbedaan ini memainkan peran penting dalam

menentukan hasil.

Sebagaimana hasil penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat

diambil kesimpulan juga bahwa dari keseluruhan responden yang diteliti

merasakan impulse control yang tinggi pada dirinya. Hal tersebut dilihat dari

kategorisasi yang menunjukkan bahwa impulse control yang dirasakan responden

Page 108: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

93

paling dominan berada pada kategori tinggi, sedangkan pada OJT/Mayor berada

pada kategori rendah.

Variabel lain yang signifikan pengaruhnya terhadap posttraumatic

growth adalah self efficacy. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Farah Lotfi-Kashani dkk (2014) menyatakan ada hubungan yang signifikan antara

self-efficacy dan PTG pada pasien kanker, self-efficacy akan mencapai hasil yang

lebih baik mengenai manajemen diri dan harapan hidup lebih tinggi. Orang yang

self efficacy nya tinggi secara efektif dapat mengatasi masalah dan rendah

mengalami stres dan depresi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Jennifer

R.Markus (2010) juga menyatakan adanya pengaruh self efficacy terhadap

posttraumatic growth.

Self efficacy merupakan salah satu faktor kepribadian yang telah terlibat

dalam pengembangan, proses, dan hasil PTG. Self efficacy didefinisikan sebagai

persepsi seseorang tentang nya atau kemampuannya untuk diterapkan di berbagai

situasi. Menurut teori kognitif sosial, self efficacy adalah serangkaian keyakinan

tentang diri terkait dengan domain tertentu dari fungsi. Ketika individu yang

tinggi self efficacy, mereka merasa seolah-olah mereka kompeten untuk

mengendalikan situasi mereka saat ini untuk "menyadari diinginkan berjangka

lebih baik dan mencegah yang tidak diinginkan" (Bandura, 2000). Ketika individu

tidak merasa bahwa tindakan mereka akan membuat dampak yang signifikan,

mereka tidak mungkin untuk bertindak pada tujuan mereka.

Sebagaimana hasil penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat

diambil kesimpulan juga bahwa dari keseluruhan responden yang diteliti

Page 109: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

94

merasakan self efficacy yang tinggi pada dirinya. Hal tersebut dilihat dari

kategorisasi yang menunjukkan bahwa self efficacy yang dirasakan responden

paling dominan berada pada kategori tinggi.

5.3 Saran

Setelah melalui seluruh proses dan penyusunan laporan hasil penelitian, peneliti

menyadari masih banyak kekurangan dalam penelitian ini. Dengan demikian,

peneliti membagi saran menjadi dua, yaitu saran teoritis dan praktis. Saran

tersebut dapat dijadikan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya yang akan

menggunakan dependent variable (DV) yang sama.

5.3.1 Saran teoritis

1. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan teori resiliensi dan coping yang

sesuai dengan karakteristik residen dan OJT/Mayor, dengan begitu bisa

memberikan kontribusi yang signifikan terhadap PTG.

2. Penelitian lebih lanjut dapat menggunakan sampel pecandu narkoba yang

telah keluar dari panti rehabilitasi (pasca perawatan), sehingga kemungkinan

dapat ditemukan karakteristik lain yang berbeda dengan hasil penelitian ini.

5.3.2 Saran Praktis

1. Penelitian ini dapat dijadikan dasar pengadaan program-program yang dapat

mengoptimalkan PTG. Misalnya seperti seminar, pelatihan, atau workshop

bagi residen dan OJT.

2. Dimensi impulse control secara signifikan mempengaruhi PTG, oleh sebab

itu, residen dan OJT/Mayor perlu meningkatkan kemampuannya dalam

Page 110: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

95

mengendalikan keinginan, dorongan, kesukaan, dan tekanan yang muncul

dalam diri individu.

3. Dimensi self efficacy secara signifikan mempengaruhi PTG, oleh sebab itu,

residen dan OJT/Mayor perlu meningkatkan keyakinan pada dirinya bahwa

mampu menghadapi dan memecahkan masalah dengan baik.

Page 111: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

96

DAFTAR PUSTAKA

Butar, D. (2013). Perkembangan ancaman bahaya narkoba di Indonesia tahun

2008 – 2012. Jakarta.

Chun, S., Lee, Y. (2010). The role of leisure in the experience of posttraumatic

growth for people with spinal cord injury. Journal of Leisure Research, 42

(3), 393–415.

Duan W, Guo P, Gan P (2015) Relationships among trait resilience, virtues,

posttraumatic stress disorder, and posttraumatic growth. 10(5).

doi:10.1371/journal.pone.0125707.

Folkman, S., Lazarus, R.S. (1997). Ways of coping questionnaire. USA

Hewitt, A.J. (2007). After the fire: Posttraumatic growth in recovery from

addictions. Thesis. University of Bath, UK.

Tucson, A.Z. (2013). Diakses pada tanggal 4 Januari 2015 pukul 20:26. Diunduh

dari http://www.psychologytoday.com.

Joseph, S. (2009). Growth following adversity: Positive psychological

perspectives on posttraumatic stress. Centre for Trauma, Resilience, and

Growth, University of Nottingham, UK

Kashani, F.L., dkk. (2014). Predicting posttraumatic growth based upon self

efficacy and perceived social support in cancer patients. Iran J Cancer Prev.

2014 Summer, 7(3): 115-123

Kastenmu, A., llera., Greitemeyerb, T., Eppc, d., Freyc, D & Fischer, P. (2012).

Posttraumatic growth: why do people grow from their trauma? Anxiety,

Stress, & Coping: An International Journal, 25 (5), 477-489.

Kaufman, J.S. (2014). The capacity to dissociate: exploring the adaptive potencial

of dissociative experiences. Thesis: Miami University Oxford, Ohio

Lazarus, R.S. (1993). Coping theory and research: Past, present, and future,

psychosomatic medicine, 55 (2), 234-247.

Lazarus, Richard.S. (2006). Stress and emotion. New York

Linley, P.A., Joseph, S. (2004). Positive change following trauma and adversity: a

review, Journal of Traumatic Stress, 17 (1).

Page 112: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

97

Mahdi, H.K., Prihadi, K., & Hashim, S. (2014). Posttraumatic growth and

resilience after a prolonged war: A study in baghdad, iraq, International

Journal of Evaluation and Research in Education (IJERE), 3 (3),

197~204.

Mahleda, M., & Hartini, N. (2012). Posttraumatic growth pada pasien kanker

payudara pasca mastektomi usia dewasa madya. Jurnal Psikologi Klinis

dan Kesehatan Mental, 1 (2).

Moore, M. (2014). Diakses pada tanggal 4 Januari 2016 pukul 21.00. Diunduh

dari http://www.posttraumaticgrowth.com/whatisptg/.

Papalia, Olds, Feldman. (2009). Human development. New York.

Pertiwi, M. (2011). Dimensi religiusitas dan resiliensi pada residen narkoba di

BNN Lido. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Rahmah, S. (2013). Diakses pada tanggal 15 Maret 2016 pukul 21.12. Diunduh

dari http://rahmahzelectry.blogspot.co.id/2013/11/posttraumatic-growth-

ptg.html.

Ramos, C., Leal, I. (2013). Posttraumatic growth in the aftermath of trauma: A

literature review about related factors and application contexts. Journal of

Psychology, Community & Health, 2 (1), 43–54. doi:10.5964/pch.v2i1.39.

Reivich, K., & Shatte, A. (2002) The resilience factor. New York.

Schexnaildre, M.A. (2011). Predicting posttraumatic growth: Coping, social

support, and posttraumatic stress in children and adolescents after

hurricane katrina. Thesis. B.S., Louisiana State University.

Schmidt, A. (2008). The relation between posttraumatic growth and resilience in

the south african context. Thesis. University of the Witwatersrand,

Johannesburg.

Shafira, Farah. (2011). Faktor-faktor yang mempengaruhi posttraumatic growth

pada recovering addict di unit pelaksana teknis (upt) terapi dan rehabilitasi

BNN Lido. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Slyke, J.V. (2010). Posttraumatic growth. Research Facilitation: Naval Center for

Combat & Operational Stress Control.

Steele, W., & Kuban, C. (2011). Trauma informed resilience and posttraumatic

growth (PTG). 20 (3).

Page 113: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

98

Steward, J.M. (2010). Effects of trauma intensity on posttraumatic growth:

depression, social support, coping, and gender. Thesis. Psychology

Department, College Art and Sciences & Honors College.

Stump, M.J., Smith, J.E. (2008). The relationship between posttraumatic growth

and substance use in homeless women with histories of traumatic

experience. The American Journal on Addictions, 17 (1) 478–487.

Tedeschi, R.G., Calhoun, L.G (2004). Posstraumatic growth: Conceptual

foundations and empirical evidence psychological inquiry. 15 (1), 1-18.

Tedeschi, R.G., Calhoun, L.G. (1996). Posttraumatic growth inventory:

Measuring the positive legacy of trauma. Journal of Traumatic Stress, 9

(3).

Page 114: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

LAMPIRAN

Page 115: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

99

KUESIONER PENELITIAN

Saya adalah mahasiswi Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang

melakukan penelitian tugas akhir.

Oleh karena itu, saya mengharapkan kesediaan Saudara untuk menjadi responden dalam

penelitian ini dan mengisi kuesioner sesuai dengan keadaan pada diri Saudara. Dalam

kuesioner ini tidak ada jawaban yang benar ataupun salah. Adapun infromasi dan data

Saudara akan sangat bermanfaat bagi penelitian saya dan akan dijamin kerahasiannya.

Atas perhatian dan bantuan Saudara saya ucapkan terima kasih.

Hormat Saya

Nadiah Oktivanie

1111070000046

DATA DIRI (Wajib Diisi)

Nama (Inisial) :

Fase : a. Primary (Younger / Middle / Older)

b. HOPE (Younger / Middle / Older)

c. HOC (Younger / Middle / Older)

d. OJT / Mayor

Usia :

Jenis Kelamin : L / P

Page 116: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

100

PETUNJUK

Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang paling sesuai dengan keadaan Saudara saat

ini sesuai dengan pilihan jawaban yang Saudara berikan, yaitu :

SS : Sangat Sesuai TS : Tidak Sesuai

S : Sesuai STS : Sangat Tidak Sesuai

Contoh

No Pernyataan SS S TS STS

1 Saya orang yang ramah X

SKALA UKUR 1

No Pernyataan SS S TS STS

1 Saya percaya bahwa orang lain dapat membantu saya

ketika mengalami kesulitan

2 Saya dapat dekat dengan orang lain

3 Saya dapat mengutarakan pada orang lain tentang

apa yang saya rasakan

4 Saya dapat mengekspresikan rasa kasih sayang pada

orang lain

5 Saya dapat menjalin hubungan baik dengan orang

lain

6 Saya merasa orang-orang di sekitar saya adalah

orang yang baik

7 Saya membutuhkan orang lain dalam hidup saya

8 Saya dapat mengembangkan minat saya

9 Saya dapat melihat kesempatan-kesempatan baru

untuk hidup di masa mendatang

10 Saya bisa melakukan hal-hal yang lebih baik untuk

kehidupan

11 Saya bisa mengambil peluang-peluang baru yang

tersedia

12 Saya dapat menentukan hal-hal yang perlu diubah

dan tidak perlu diubah bagi kehidupan saya

13 Saya merasa memiliki diri yang lebih kuat

14 Saya mampu mengatasi kesulitan dalam hidup saya

15 Saya dapat menerima cara bekerja pikiran saya

16 Saya tahu bahwa saya lebih kuat dari yang saya pikir

17 Saya memiliki pemahaman spiritual yang lebih baik

18 Saya merasa lebih dekat dengan Tuhan

19 Saya dapat lebih menentukan mana hal yang penting

dan tidak penting bagi kehidupan saya

20 Saya memiliki pemahaman tentang nilai kehidupan

21 Saya dapat lebih menghargai hidup setiap harinya

Page 117: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

101

SKALA UKUR 2

No Pernyataan SS S TS STS

1 Saya fokus pada apa yang harus saya lakukan

selanjutnya

2 Saya tetap melakukan sesuatu yang saya pikir tidak

bisa saya lakukan, setidaknya saya sudah mencoba

3 Saya mencoba mengubah cara berpikir orang lain

4 Saya berbicara dengan seseorang untuk mengetahui

lebih lanjut tentang masalah yang sedang saya hadapi

5 Saya dapat mengkritik diri saya sendiri

6 Saya mencoba untuk membuka diri

7 Saat sedang ada masalah, biasanya saya menunggu

keajaiban saja agar masalah tersebut selesai

8 Saya pasrah pada takdir, memang kadang – kadang

nasib buruk menghampiri kita

9 Saat ada masalah, saya cuek saja seolah tidak terjadi

apa – apa

10 Saya terbiasa memendam masalah sendiri

11 Saya berusaha melihat sisi baik dari suatu masalah

12 Saat ada masalah, saya memilih lebih banyak tidur

13 Saya marah kepada orang yang menyebabkan

masalah

14 Saya mencari simpati dan pemakluman dari orang

lain

15 Saya dapat kreatif mencari alternatif pemecahan

masalah

16 Saya mencoba untuk melupakan semuanya

17 Saya mencari bantuan profesional, saat sedang

mengalami permasalahan

18 Saya dapat berubah sebagai pribadi yang lebih baik

lagi

19 Saya dapat meminta maaf atau melakukan sesuatu

agar dapat memperbaiki kesalahan

20 Saya membuat rencana tindkan penyelesaian

masalah dan melaksanakan rencana tersebut

21 Saya membiarkan perasaan – perasaan saya mengalir

begitu saja

22 Saya menyadari bahwa masalah itu berasal dari diri

saya

23 Saya dapat memaknai pengalaman lebih baik ketika

saya berhasil menyelesaikan masalah

24 Saya bicara pada seseorang yang bisa membantu

secara konkret pada masalah yang saya hadapi

25 Saya membuat perasaan saya lebih baik dengan

makan, minum, narkoba atau obat-obatan

26 Saya dapat mengambil resiko besar demi

memecahkan masalah

27 Dalam bertindak, saya usahakan untuk tidak terburu-

Page 118: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

102

buru

28 Saya menemukan keyakinan baru

29 Saya dapat membuat prioritas apa yang paling

penting dihidup saya

30 Saya dapat mengubah keadaan sehingga semuanya

normal kembali

31 Saya menghindari berada bersama orang lain

32 Saya tidak terlalu banyak memikirkan masalah

33 Saya minta saran dari kerabat atau teman yang saya

anngap dapat membantu saya

34 Saya menjaga agar orang lain tidk mengetahui saat

saya ada masalah

35 Saya menolak untuk terlalu serius menghadapi

masalah

36 Saya berbicara dengan seseorang tentang bagaimana

perasaan saya

37 Saya berjuang untuk mendapatkan apa yang saya

inginkan

38 Saya menyerahkan masalah saya pada orang lain

39 Saya dapat belajar dari pengalaman masa lalu

40 Saya dapat lebih gigih untuk merealisasikan

keinginan saya

41 Saya menolak percaya bahwa masalah itu terjadi

pada diri saya

42 Saya berjanji bahwa tidak akan mengalami masalah

43 Saat ada masalah, saya sudah memiliki beberapa

solusi

44 Saya dapat menjaga jarak dengan masalah

45 Saya dapat merubah diri saya

46 Saya berharap masalah yang saya hadapi berlalu

begitu saja

47 Saya memiliki banyak keinginan agar masalah saya

dapat teratasi

48 Saat ada masalah, saya lebih banyak berdoa

49 Saya akan melakukan apa yang ada dalam pikiran

dan yang saya ucapkan

50 Saat menyelesaikan masalah, saya mencontoh orang

yang saya pikir dapat menyelesaikan masalahnya

SKALA UKUR 3

No Pernyataan SS S TS STS

1 Dalam memecahkan masalah, saya menggunakan

solusi pertama yang saya pikirkan

2 Saya mudah emosi ketika berbicara dengan orang

lain

3 Saya khawatiran dengan kesehatan di masa depan

4 Saya bisa konsentrasi walaupun ada gangguang

Page 119: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

103

dalam mengerjakan suatu hal

5 Saya mencoba solusi sampai menemukan satu yang

berhasil

6 Saya memiliki rasa penasaran yang tinggi

7 Saya tidak dapat memanfaatkan emosi positif untuk

fokus pada tugas

8 Saya suka mencoba hal baru

9 Saya lebih suka melakukan hal yang saya suka dan

mudah daripada hal yang menantang dan sulit

10 Saya paham apa yang dirasakan orang lain

11 Saya menyerah ketika melakukan kesalahan

12 Saya memiliki banyak solusi untuk menyelesaikan

masalah

13 Saya dapat mengendalikan apa yang saya rasakan

dalam masa sulit

14 Saya tidak peduli dengan apa yang orang pikirkan

tentang saya

15 Ketika terjadi masalah, saya menyadari pikiran

pertama yang muncul ke saya mendengar tentang hal

itu

16 Saya merasa nyaman dalam situasi yang semuanya

bertanggung jawab

17 Saya bergantung pada kemampuan orang lain

18 Saya yakin bahwa masalah ada jalan keluarnya

19 Saya mencari tahu penyebab dari masalah sebelum

menyelesaikannya

20 Saya ragu dengan kemampuan saya dalam

memecahkan masalah

21 Saya tidak membuang waktu untuk berpikir hal – hal

di luar kendali

22 Saya senang melakukan tugas yang sederhana namun

rutin

23 Saya mudah terbawa perasaan

24 Saya sulit memahami apa yang orang pikirkan

25 Saya paham apa yang saya pikiran sehingga

mempengaruhi perasaan saya

26 Saya menenangkan diri terlebih dahulu ketika orang

lain membuat saya kesal

27 Saya berpikir positif terhadap orang lain yang sedang

menghadapi masalah

28 Saya berharap bahwa saya mampu melakukan

apapun dengan baik pada banyak hal

29 Orang – orang mencari saya untuk membantu

mencari tahu penyebab masalah

30 Saya sulit memahami perilaku orang dalam

menyelesaikan masalah

31 Saya mampu fokus dan itu bergantung pada perasaan

saya

32 Saya merasa puas dengan apa yang saya kerjakan

Page 120: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

104

33 Saya khawatir dinilai negatif pada tugas yang saya

kerjakan

34 Saya memahami apa yang menyebabkan perasaan

orang lain

35 Saya tidak menyukai tantangan

36 Saya tidak memiliki perencanaan dalam hidup

37 Saya menghibur teman yang sedang bersedih

38 Saya melakukan sesuatu dengan spontan

39 Saya percaya bahwa masalah terjadi di luar kendali

saya

40 Saya melihat tantangan sebagai cara untuk belajar

dan peningkatan diri

41 Saya sering salah mengartikan peristiwa dan situasi

42 Saya mendengarkan apa yang orang katakan sebelum

menyelesaikan masalah

43 Saya sulit membayangkan akan menjadi orang sukses

di masa depan

44 Saya mudah menyimpulkan suatu masalah

45 Saya merasa tidak nyaman ketika bertemu dengan

orang baru

46 Saya mudah lupa dalam mengingat suatu hal

47 Saya percaya bahwa pencegahan akan berbuah hal

yang manis

48 Saya mampu mengetahui penyebab dari masalah

49 Saya mampu menyelesaikan masalah

50 Saya sulit memahami perasaan orang lain

51 Saya merasa nyaman dengan rutinitas yang saya

jalankan

52 Saya pikir masalah harus segera diselesaikan

walaupun belum mengetahui apa penyebabnya

53 Saya mampu menghadapi situasi yang sulit

54 Menurut teman – teman, saya tidak mendengarkan

apa yang mereka katakan

55 Saya mencari dan membeli sesuatu yang saya

inginkan

56 Saya mampu mengontrol emosi saat berdiskusi

dengan teman atau anggota keluarga

Page 121: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

105

PATH DIAGRAM

PATH DIAGRAM POSTTRAUMATIC GROWTH

Page 122: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

106

PATH DIAGRAM PROBLEM FOCUSED COPING

Page 123: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

107

PATH DIAGRAM EMOTION FOCUSED COPING

Page 124: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

108

PATH DIAGRAM EMOTION REGULATION

Page 125: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

109

PATH DIAGRAM IMPULSE CONTROL

Page 126: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

110

PATH DIAGRAM OPTIMISME

Page 127: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

111

PATH DIAGRAM CAUSAL ANALYSIS

Page 128: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

112

PATH DIAGRAM EMPATHY

Page 129: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

113

PATH DIAGRAM SELF EFFICACY

Page 130: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

114

PATH DIAGRAM REACHING OUT

Page 131: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

115

SURAT IZIN PENELITIAN DARI KAMPUS

Page 132: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

116

SURAT IZIN PENELITIAN

Page 133: PENGARUH STRATEGI COPING DAN RESILIENSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39282...Coping dan Resiliensi terhadap Posttraumatic Growth pada Recovering Addict di

117