67
PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL PEMBELAJARAN SIMAYANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN LITERASI KIMIA DAN MOTIVASI BELAJAR PADA MATERI ASAM BASA (Skripsi) Oleh TIKA RIA ARMALASARI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017

PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL …digilib.unila.ac.id/27379/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74%

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL …digilib.unila.ac.id/27379/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74%

PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL PEMBELAJARANSIMAYANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN LITERASI KIMIA

DAN MOTIVASI BELAJAR PADA MATERI ASAM BASA

(Skripsi)

Oleh

TIKA RIA ARMALASARI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2017

Page 2: PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL …digilib.unila.ac.id/27379/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74%

ABSTRAK

PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL PEMBELAJARANSIMAYANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN LITERASI KIMIA

DAN MOTIVASI BELAJAR PADA MATERI ASAM BASA

Oleh

TIKA RIA ARMALASARI

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh strategi scaffolding

dalam model pembelajaran SiMaYang untuk meningkatkan kemampuan literasi

kimia dan motivasi belajar pada materi asam basa. Metode penelitian yang

digunakan adalah Pretest-Posttest Control Group Design. Penelitian dilakukan di

SMA Negeri 6 Metro tahun ajaran 2016/2017 dengan subyek penelitian

ditentukan menggunakan teknik Cluster Random Sampling dan didapatkan kelas

XI IPA 2 sebagai kelas eksperimen yang menggunakan strategi scaffolding dalam

model pembelajaran SiMaYang dan XI IPA 3 sebagai kelas kontrol yang hanya

menggunakan model pembelajaran SiMaYang. Ukuran pengaruh (effect size)

strategi scaffolding dalam meningkatkan literasi kimia dan motivasi belajar siswa

diukur berdasarkan peningkatan pretes dan postes siswa baik kelas eksperimen

maupun kelas kontrol. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa

terdapat pengaruh strategi scaffolding dalam model pembelajaran SiMaYang

dalam meningkatkan literasi kimia dan motivasi belajar siswa pada materi asam

basa. Hal ini terlihat dari hasil belajar yang diperoleh, yaitu rata-rata n-Gain

Page 3: PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL …digilib.unila.ac.id/27379/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74%

Tika Ria Armalasari

literasi kimia maupun motivasi belajar siswa kelas ekperimen dengan kategori

“tinggi” sedangkan rata-rata n-Gain literasi kimia maupun motivasi belajar siswa

kelas kontrol dengan kategori “sedang”. Kriteria ukuran pengaruh (effect size)

yang diperoleh berdasarkan data literasi kimia kelas ekperimen berkriteria “basar”

sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74% pengaruh

strategi scaffolding dalam meningkatkan literasi kimia siswa. Ukuran pengaruh

(effect size) berdasarkan data motivasi belajar kelas ekperimen berkriteria “basar”

sebesar 76% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 57% pengaruh

strategi scaffolding dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Berdasarkan hasil

penelitian disimpulkan bahwa strategi scaffolding berpengaruh besar dalam

meningkatkan literasi kimia dan motivasi belajar pada materi asam basa.

Kata kunci: effect size, literasi kimia, motivasi belajar, scaffolding, SiMaYang

Page 4: PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL …digilib.unila.ac.id/27379/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74%

PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL PEMBELAJARANSIMAYANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN LITERASI KIMIA

DAN MOTIVASI BELAJAR PADA MATERI ASAM BASA

Oleh

TIKA RIA ARMALASARI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan KimiaJurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2017

Page 5: PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL …digilib.unila.ac.id/27379/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74%
Page 6: PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL …digilib.unila.ac.id/27379/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74%
Page 7: PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL …digilib.unila.ac.id/27379/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74%
Page 8: PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL …digilib.unila.ac.id/27379/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74%

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sumbersari, Kecamatan Metro Selatan Kota Metro pada 09

Maret 1995 sebagai anak pertama dari dua bersaudara buah hati Bapak Pardi dan

Ibu Herlinawati.

Pendidikan formal diawali di TK ABA Sumbersari yang diselesaikan tahun 2001,

dilanjutkan di SD Negeri 8 Metro Selatan diselesaikan tahun 2007, SMP N 5

Metro diselesaikan tahun 2010, dan SMA N 5 Metro diselesaikan tahun 2013.

Tahun 2013, penulis terdaftar sebagai mahasiswa FKIP Universitas Lampung

Jurusan Pendidikan MIPA Program Studi Pendidikan Kimia melalui jalur Seleksi

Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Selama menjadi mahasiswa, penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata Kependidikan

Terintegrasi (KKN-KT) di pekon Bandar Putih Tua, Kecamatan Anak Ratu Aji

Kabupaten Lampung Tengah, dan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA

Negeri 1 Anak Ratu Aji pada tahun 2016.

Page 9: PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL …digilib.unila.ac.id/27379/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74%

MOTTO

“Sesulit apapun yang dilalui untuk menggapai ribuan mimpi,teruslah kejar, teruslah berusaha bagaimana merainya. Jikaterjatuh bangkitlah. Janganlah sampai berputus asa. Percaya

akan anugrah yang pasti Allah berikan”(Tika Ria Armalasari)

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”(Q.S. Al-Insyirah: 6)

“Maka nikmat Rabb-mu yang manakah yang kamu dustakan?”(Q.S. Ar-Rahman: 16)

Page 10: PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL …digilib.unila.ac.id/27379/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74%

PERSEMBAHAN

Teruntuk ayah, ibu, dan adikku tercintaAlmamater Universitas Lampung

Page 11: PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL …digilib.unila.ac.id/27379/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74%

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pengaruh Strategi Scaffolding dalam Model Pembelajaran SiMaYang untuk

Meningkatkan Kemampuan Literasi Kimia dan Motivasi Belajar pada Materi

Asam Basa” sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan.

Shalawat serta salam semoga senantiasa untuk rasul penyampai akidah yang

paling sempurna dari Tuhannya, rasul kesayangan umatnya, Muhammad SAW.

Sepenuhnya disadari atas keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang

dimiliki. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini saya selaku penulis mengucapkan

terimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini.

Ucapan terimakasih dan penghargaan yang tulus teruntuk:

1. Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum. selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.

2. Dr. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Dr. Ratu Betta Rudibyani, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Kimia dan pembahas, terima kasih atas kesediaannya memberikan

bimbingan, kritik, dan saran untuk perbaikan skripsi.

Page 12: PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL …digilib.unila.ac.id/27379/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74%

4. Dr. Sunyono, M.Si. selaku Pembimbing I, terima kasih atas keikhlasan

hatinya memberikan motivasi, bimbingan, dan wawasan yang berharga

disela-sela kesibukan selama proses penyusunan skripsi.

5. Drs. Tasviri Efkar M.S. selaku pembimbing II, pembimbing akademik, terima

kasih atas motivasi, bantuan, dan dukungan yang diberikan.

6. Ayah (Pardi), Ibu (Herlinawati), dan Adik ku (Prisa) tercinta. Terima kasih

atas doa dan dukungan yang selalu diberikan untukku demi kelancaran proses

penelitian dan menyelesaikan studi di Pendidikan Kimia.

7. Bapak Ibnu Budi Cahyana, S.So., M.Pd. selaku Kepala SMA Negeri 6 Metro

dan Ibu Puji Winarni, S.Pd. selaku guru mitra mata pelajaran kimia.

8. Mas Yoga sebagai teman seperjuangan dari titik nol hingga sekarang.

9. Sahabat-sahabat Pendidikan Kimia 2013 tanpa terkecuali; terkhusus sahabat

JK tercinta: Riri, Dela, Hanni, Yuke, Neny, Dian, dan Tiwi yang selalu

membantu, memotivasi, mengisi, dan melengkapi hari-hari hingga akhir

kehidupan di kampus.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, akan tetapi

semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi peneliti

pada khususnya. Aamiin.

Bandar Lampung,

Penulis,

Tika Ria Armalasari

Page 13: PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL …digilib.unila.ac.id/27379/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74%

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ...................................................................................... i

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. ii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 7

D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 7

E. Ruang Lingkup .................................................................................... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran SiMaYang ......................................................... 10

B. Scaffolding .......................................................................................... 14

C. Literasi Kimia (Sains) ......................................................................... 18

D. Motivasi Belajar .................................................................................. 21

E. Kerangka Berpikir ............................................................................... 25

F. Anggapan Dasar .................................................................................. 29

G. Hipotesis Umum ................................................................................. 29

Page 14: PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL …digilib.unila.ac.id/27379/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74%

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel ........................................................................... 30

B. Metode Penelitian ............................................................................... 30

C. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ......................................................... 31

D. Perangkat Pembelajaran ...................................................................... 33

E. Instrumen Penelitian ........................................................................... 34

F. Analisis Validitas dan Reliabilitas Instrumen ..................................... 34

G. Analisis Pengaruh Strategi Scaffolding Dalam Model Pembelajaran

SiMaYang ........................................................................................... 36

H. Teknik Pengujian Hipotesis ................................................................ 42

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian dan Analisis Data ...................................................... 45

1. Validitas dan Reliabilitas Instrumen .............................................. 45

2. Kemampuan Literasi Kimia ........................................................... 47

3. Kemampuan Motivasi Belajar ....................................................... 48

4. Analisis Data Strategi Scaffolding ................................................. 50

5. Keterlaksanaan Model Pembelajaran SiMaYang .......................... 51

6. Analisis Data Ukuran Pengaruh (Effect Size) ................................ 53

7. Analisis Pengujian Hipotesis .......................................................... 55

B. Pembahasan ......................................................................................... 57

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ......................................................................................... 65

B. Saran .................................................................................................... 66

Page 15: PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL …digilib.unila.ac.id/27379/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74%

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

1. Analisis SKL-KI-KD ..................................................................... 712. Analisis Konsep ............................................................................. 743. Silabus ............................................................................................ 774. RPP Strategi Scaffolding dalam Model Pembelajaran SiMaYang.. 845. RPP Model Pembelajaran SiMaYang ............................................ 906. LKS Strategi Scaffolding dalam Model Pembelajaran SiMaYang . 967. LKS Model Pembelajaran SiMaYang............................................. 1158. Kisi-kisi Soal Pretes/postes Literasi Kimia .................................... 1339. Soal Pretes/postes Literasi Kimia .................................................. 13410. Rubrik Soal Pretes/postes Literasi Kimia ..................................... 13711. Kisi-kisi Angket Pretes/postes Motivasi Belajar .......................... 13912. Angket Pretes/postes Motivasi Belajar ......................................... 14013. Lembar Validasi Angket Motivasi Belajar ................................... 14314. Lembar Observasi Scaffolding ...................................................... 15315. Lembar Observasi SiMaYang ....................................................... 15416. Data Observasi Scaffolding ........................................................... 15617. Data Observasi SiMaYang ............................................................ 16018. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Literasi Kimia ..... 16819. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Motivasi Belajar... 17420. Daftar Nama Siswa ....................................................................... 18321. Skor Jawaban Motivasi Belajar ..................................................... 18722. Hasil Perhitungan dan Analisis Data Instrumen Motivasi

Belajar ........................................................................................... 19123. Hasil Perhitungan dan Analisis Data Instrumen ........................... 203

Page 16: PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL …digilib.unila.ac.id/27379/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74%

i

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Fase Pembelajaran Model SiMaYang.................................................. 13

2. Desain Penelitian ................................................................................. 31

3. Skoring Angket Motivasi Belajar ....................................................... 37

4. Kategori Motivasi Belajar Siswa ........................................................ 37

5. Dimensi dan Indikator Scaffolding ..................................................... 39

6. Tafsiran Skor Strategi Scaffolding ...................................................... 40

7. Kriteria Keterlaksanaan Model Pembelajaran SiMaYang ................... 41

8. Validitas Instrumen Literasi Kimia ..................................................... 46

9. Data Kemampuan Literasi Kimia ....................................................... 48

10. Data Kemampuan Motivasi Belajar .................................................... 50

11. Data Hasil Observasi Strategi Scaffolding .......................................... 51

12. Data Hasil Observasi Keterlaksanaan Model PembelajaranSiMaYang .......................................................................................... 52

13. Data Ukuran Pengaruh (Effect Size) Literasi Kimia ............................ 53

14. Data Ukuran Pengaruh (Effect Size) Motivasi Belajar ......................... 54

Page 17: PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL …digilib.unila.ac.id/27379/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74%

ii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Fase Pembelajaran Model Pembelajaran Si-5 Layang-layangSiMaYang ............................................................................................ 12

2. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ......................................................... 33

3. Diagram Motivasi Belajar .................................................................... 49

Page 18: PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL …digilib.unila.ac.id/27379/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74%

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala

alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja

tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat

menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam

sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya pada

kehidupan sehari-hari (BSNP, 2006). Salah satu cabang dari IPA adalah ilmu

kimia. Di mana ilmu ini mempelajari tentang zat, meliputi struktur, komposisi,

sifat, dinamika, kinetika, dan energetika yang melibatkan keterampilan dan

penalaran (Tim Penyusun, 2006).

Ilmu kimia yang sudah ada sejak dulu, sampai sekarang terus mengalami

peningkatan. Keberadaan ilmu kimia tidak hanya untuk dipelajari namun

peranannya dapat kita rasakan dalam kehidupan sehari-hari karena ilmu kimia

memegang peranan penting dalam kehidupan kita yang setiap harinya tidak

terlepas dari zat-zat kimia (Depdiknas, 2003).

Page 19: PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL …digilib.unila.ac.id/27379/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74%

2

Belajar kimia harus sesuai dengan karakterisriknya harus diupayakan seoptimal

mungkin dengan mengerjakan masalah yang terkait langsung dengan kehidupan

siswa sehari-hari. Menyelesaikan masalah dalam realita kehidupan yang nyata

dengan menerapkan pengetahuan kimia, membantu siswa membangun pengertian

dan pemahaman kimia menjadi lebih bermakna. Penyiapan strategi dan kondisi

pembelajaran juga membantu siswa dalam menemukan cara untuk menguasai dan

mengaplikasikan konsep kimia. Penyiapan strategi dan kondisi pembelajaran

tersebut menuntut penyesuaian yang berkenaan dengan representasi bahan ajar

kimia dan kebutuhan belajar siswa (Laliyo, 2011).

Menurut Tasker dan Dalton (dalam Sunyono, 2015) pada umumnya pembelajaran

kimia yang terjadi saat ini hanya membatasi pada dua level representasi, yaitu

makroskopik dan simbolik. Level berpikir (sub) mikroskopik dipelajari secara

terpisah dari dua tingkat berpikir lainnya. Pengintegrasian fenomena (sub)

mikroskopik dan makroskopik atau simbolik diserahkan kepada peserta didik

sendiri untuk memahaminya melalui gambar-gambar dan diagram-diagram yang

ada di buku, tanpa bimbingan dan arahan guru.

Menurut Sunyono (2011) kebanyakan dari pembelajaran cenderung hanya

menghafalkan representasi submikroskopik dan simbolik yang bersifat abstrak

(dalam bentuk deskripsi kata-kata) akibatnya tidak mampu untuk membayangkan

bagaimana proses dan struktur dari suatu zat yang mengalami reaksi. Berdasarkan

kajian berbagai literatur yang telah dilakukan (Sunyono, 2011) dikaitkan bahwa

model pembelajaran yang dapat mengembangkan pengetahuan peserta didik

adalah model pembelajaran yang dikemas dengan melibatkan tiga level fenomena

sains (makro, (sub) mikro, dan simbolik).

Page 20: PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL …digilib.unila.ac.id/27379/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74%

3

Pembelajaran kimia di sekolah biasanya cenderung hanya menghadirkan konsep,

hukum, dan teori saja tanpa menyuguhkan bagaimana proses ditemukannya

konsep, hukum, dan teori tersebut sehingga tidak tumbuh sikap ilmiah dalam diri,

siswa cenderung pasif dan kurang termotivasi untuk belajar kimia, sehingga

berpengaruh terhadap hasil belajar siswa (Halimah, 2016).

Sardiman (2012) mengatakan, dalam kegitan belajar motivasi merupakan

keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar,

yang menjamin kelangsungan dari kegitan belajar dan memberikan arah kegiatan

belajar. Sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Menurut John Keller

(dalam Reliyana, 2014) motivasi belajar dapat diukur melalui perhatian siswa,

relevansi, percaya diri, dan kepuasan. Keberhasilan seorang siswa dalam belajar

juga ditentukan oleh adanya motivasi dari dalam diri siswa tersebut.

Motivasi belajar akan menimbulkan suatu keinginan yang akhirnya memberikan

arah yang baik untuk aktifitas siswa dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

Siswa yang memiliki motivasi yang kuat cenderung akan mempunyai sikap positif

untuk belajar (memecahkan fenomena ilmiah) dan berprestasi. Dorongan dari

dalam diri siswa untuk mencapai prestasi yang optimal akan mondorong siswa

untuk belajar lebih giat (Safitri, Rosidin, & Ertikanto, 2014).

Menurut Susilo (2012) dengan adanya motivasi, peserta didik dapat

mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara

ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Semakin tinggi motivasi belajar

siswa, maka akan baik pula aktivitas belajar yang dilakukan dan hasil belajar yang

dicapai pun akan baik pula (Sardiman,2012). Ketercapaian hasil belajar juga

Page 21: PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL …digilib.unila.ac.id/27379/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74%

4

dipengaruhi oleh proses belajar siswa. Menurut Halimah (2016), suatu proses

belajar dikatakan berhasil apabila hasil belajar yang didapatkan meningkat atau

mengalami perubahan setelah siswa melakukan aktivitas belajar yang dapat dilihat

dari suatu tes kognitif, yaitu seperti literasi kimia (sains).

Literasi sains adalah kapasitas untuk menggunakan pengetahuan ilmiah,

mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan fakta untuk

memahami alam semesta dan membuat keputusan dari perubahan yang terjadi

karena aktivitas manusia. Literasi sains dapat menumbuhkan model ilmiah kepada

peserta didiknya (OECD, 2003). Menurut Bybee (dalam Odja & Payu, 2014)

terdapat tiga kompetensi ilmiah yang diukur dalam literasi sains yaitu

mengidentifikasi isu-isu (masalah) ilmiah yang ada dikehidupan, menjelaskan

fenomena ilmiah dari isu-isu yang telah didapatkan, dan menggunakan bukti

ilmiah dengan cara mengkomunikasikan hingga menarik kesimpulan dari

fenomena isu yang ada.

Tiga kompetensi ilmiah yang diukur dalam literasi sains tersebut telah ditetapkan

oleh PISA (Odja & Payu, 2014). Hobson (dalam Odja & Payu, 2014) menyatakan

salah satu kesimpulan dari penelitian yang dilakukan Millers yang berhubungan

dengan literasi sains menyatakan literasi sains secara global sangat rendah.

Rendahnya literasi sains peserta didik merupakan suatu alasan yang melandasi

pemerintah melakukan revisi kurikulum 2006 ke 2013. Berdasarkan pernyataan di

atas, individu yang memiliki kemampuan literasi sains yang tinggi akan lebih

dapat menguasai fenomena-fenomena sains yang ada dalam kehidupan dan lebih

mudah termotivasi untuk memecahkan dan menjelaskan isu-isu fenomena ilmiah

(Odja & Payu, 2014).

Page 22: PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL …digilib.unila.ac.id/27379/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74%

5

Rendahnya kemampuan literasi kimia (sains) siswa disebabkan karena strategi

pembelajaran guru yang belum melatih kemampuan literasi kimia siswa. Salah

satu strategi yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan literasi kimia

siswa adalah strategi pembelajaran scaffolding. Scaffolding diibaratkan sebagai

bangunan awal atau pondasi bagi sebuah bangunan baru (Burns & Joyce, 2005).

Dimana yang diibaratkan sebagai bangunan adalah siswa dan pondasi yang

diberikan oleh guru berupa bimbingan dalam belajar (Trianto, 2010).

Scaffolding merupakan penerapan teori kognitif sosial yang dikembangkan oleh

Vygotsky (Mustaqim, 2013). Lambas (dalam Mustaqim, 2013) mengatakan

bahwa Vygotsky menyatakan, interaksi sosial merupakan faktor terpenting dalam

mendorong perkembangan kognitif seseorang. Perkembangan kognitif akan

membantu dalam menyelesaikan permasalahan yang tingkat kesulitannya lebih

tinggi dari kemampuan dasarnya setelah ia mendapat bantuan dari seseorang yang

lebih mampu.

Dikatakan bahwa strategi scaffolding memiliki banyak keunggulan bagi

perkembangan siswa dalam belajar (Sutarmi, Suharsono, & Warpala, 2013).

Strategi scaffolding ini diharapkan juga dapat meningkatkan motivasi belajar

siswa. Selain strategi pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan literasi

kimia dan motivasi belajar siswa, guru juga harus memilih model yang tepat.

Salah satu model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan

literasi kimia dan motivasi belajar siswa adalah model pembelajaran SiMaYang.

Model pembelajaran SiMaYang yang dikembangkan oleh Sunyono dari model

pembelajaran berbasis multipel representasi dengan mengkombinasikan teori

faktor interaksi yang mempengaruhi kemampuan peserta didik untuk

Page 23: PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL …digilib.unila.ac.id/27379/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74%

6

mempresentasikan fenomena sains (Sunyono, 2015). Menurut Sunyono (2015)

pembelajaran SiMaYang merupakan model pembelajaran yang menekankan pada

interkoneksi tiga level fenomena sains, yaitu level makro, submikro, dan simbolik.

Asam basa merupakan salah satu kompetensi dasar yang dapat diambil untuk

meningkatkan kemampuan literasi kimia dan motivasi belajar siswa, dimana pada

pembelajaran ini siswa akan dituntut untuk bisa mengamati, menganalisis,

menyimpulkan dan mengajukan ide atau gagasan dari asam basa. Berdasarkan

uraian diatas belum adanya penelitian pembelajaran menggunakan strategi

scaffolding dengan model pembelajaran SiMaYang yang dikaitkan dengan literasi

kimia dan motivasi belajar siswa pada materi asam basa. Dengan adanya pengaruh

strategi scaffolding dengan model pembelajaran SiMaYang serta beberapa

keterampilan pada kompetensi dasar asam basa diharapkan akan menimbulkan

literasi kimia dan motivasi belajar siswa. Oleh karena itu, dilakukan penelitian

dengan judul “Pengaruh Strategi Scaffolding dalam Model Pembelajaran

SiMaYang untuk Meningkatkan Kemampuan Literasi Kimia dan Motivasi Belajar

pada Materi Asam Basa”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah pengaruh strategi scaffolding dalam model pembelajaran

SiMaYang untuk meningkatkan kemampuan literasi kimia pada materi asam

basa?

Page 24: PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL …digilib.unila.ac.id/27379/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74%

7

2. Bagaimanakah pengaruh strategi scaffolding dalam model pembelajaran

SiMaYang untuk meningkatkan kemampuan motivasi belajar pada materi asam

basa?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dilakukannya penelitian ini

adalah untuk mendeskripsikan:

1. Pengaruh strategi scaffolding dalam model pembelajaran SiMaYang untuk

meningkatkan kemampuan literasi kimia pada materi asam basa.

2. Pengaruh strategi scaffolding dalam model pembelajaran SiMaYang untuk

meningkatkan kemampuan motivasi belajar pada materi asam basa.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yaitu:

1. Siswa

Melalui penerapan strategi scaffolding dalam model pembelajaran SiMaYang

yang mempelajari fenomena kimia yang bersifat abstrak dapat memberikan

pengalaman belajar secara langsung kepada siswa serta dapat membantu

meningkatkan kemampuan literasi kimia dan motivasi belajar siswa pada

materi asam basa.

2. Guru

Sebagai alternatif dan informasi bagi guru dalam menyajikan materi yang dapat

diterapkan di kelas untuk meningkatkan kemampuan literasi kimia dan

motivasi belajar siswa.

Page 25: PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL …digilib.unila.ac.id/27379/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74%

8

3. Sekolah

Penerapan strategi scaffolding dalam model pembelajaran SiMaYang dalam

pembelajaran merupakan alternatif baru yang dapat meningkatkan mutu

pembelajaran kimia yang bersifat abstrak di sekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Model pembelajaran SiMaYang berbasis multipel representasi terdiri dari 4

(empat) fase yaitu orientasi (fase 1), eksplorasi-imajinasi (fase II), internalisasi

(fase III), dan evaluasi (fase IV), dimana dengan melibatkan interaksi tiga level

fenomena sains (makro, submikro, dan simbolik) (Sunyono, 2015).

2. Strategi pembelajaran scaffolding merupakan pondasi awal mengenai

pengetahuan yang akan dipelajari, seperti memberi fenomena-fenomena

abatrak pada kehidupan sehari-hari yang dapat membantu siswa dalam proses

belajar (Burns & Joyce, 2005) .

3. Literasi sains diukur dari tiga kompetensi ilmiah yang yaitu mengidentifikasi

isu-isu (masalah) ilmiah yang ada dikehidupan, menjelaskan fenomena ilmiah

dari isu-isu yang telah didapatkan, dan menggunakan bukti ilmiah dengan cara

mengkomunikasikan hingga menarik kesimpulan dari fenomena isu yang ada

(Bybee dalam Odja & Payu, 2014).

4. Motivasi adalah dorongan untuk melakukan suatu pekerjaan. Motivasi belajar

merupakan daya penggerak dalam diri siswa yang dapat enimbulkan kegiatan

belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada

Page 26: PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL …digilib.unila.ac.id/27379/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74%

9

kegiatan belajar, hingga seseorang akan dapat mencapai hasil belajar yang

optimal (Sardiman, 2014).

5. Pengaruh merupakan daya yang ada atau timbul dari sesuatu, baik orang

maupun benda dan sebagainya yang berkuasa atau yang berkekuatan dan

berpengaruh terhadap orang lain (Poerwadarminta, 1984). Ukuran pengaruh

dalam penelitian ini diuji dengan studi perbandingan strategi yang digunakan

pada masing-masing kelas, dan uji ukuran pengaruh (effect size).

Page 27: PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL …digilib.unila.ac.id/27379/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74%

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran SiMaYang

Model pembelajaran SiMaYang merupakan model pembelajaran berbasis multipel

representasi yang dikembangkan oleh Sunyono (2015) dengan mengkombinasikan

teori faktor interaksi (tujuh konsep dasar) yang mempengaruhi kemampuan peserta

didik untuk mempresentasikan fenomena sains ke dalam kerangka model IF-SO

(Sunyono, 2015).

Tujuh konsep dasar peserta didik tersebut yang telah diidentifikasi oleh Shönborn

dan Anderson (2009) adalah kemampuan penalaran peserta didik (Reasoning; R),

pengetahuan konseptual peserta didik (Conceptual; C); dan keterampilan memilih

metode representasi peserta didik (Representation modes; M). Faktor M dapat

dianggap berbeda dengan faktor C dan R, karena faktor M tidak bergantung pada

campur tangan manusia selama proses interpretasi dan tetap konstan kecuali jika

ER (representasi eksternal) dimodifikasi, selanjutnya empat faktor lainnya adalah

faktor R-C merupakan pengetahuan konseptual dari diri sendiri tentang ER, faktor

R-M merupakan penalaran terhadap fitur dari ER itu sendiri, faktor C-M adalah

faktor interaktif yang mempengaruhi interpretasi terhasap ER, dan faktor C-R-M

adalah interaksi dari ketiga faktor awal (C-R-M) yang mewakili kemampuan

seorang peserta didik untuk melibatkan semua faktor dari model agar dapat

Page 28: PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL …digilib.unila.ac.id/27379/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74%

11

menginterpretasikan ER dengan baik. Berdasarkan pertimbangan dari faktor

interaksi R-C dan C-M maka dalam model pembelajaran diperlukan tahap kegiatan

eksplorasi, dan pertimbangan terhadap interaksi R-M dan C-R-M diperlukan tahap

kegiatan imajinasi. Pada konseptualisasi yang paling ditekankan adalah kegiatan

eksplorasi yang akan menghadapi masalah-masalah sains dalam kegiatan diskusi,

eksperimen laboratorium atau demonstrasi, dan pelacakan informasi melalui

jaringan internet (webblog atau webpage). Pembayangan mental terhadap

representasi eksternal level submikroskopik diperlukan kegiatan imajinasi,

sehingga dapat mentransformasikannya ke dalam level makroskopik atau simbolik

atau sebaliknya. Kedua kegiatan tersebut merupakan satu kesatuan dalam proses

pembelajaran, sehingga kedua kegiatan tersebut digambarkan dengan panah bolak

balik (Sunyono, 2015).

Hasil kegiatan eksplorasi dan imajinasi dapat diinternalisasikan dalam

pembelajaran melalui tugas, presentasi, dan latihan sebagai wujud hasil dari

eksplorasi dan imajinasi. Guru perlu melakukan orientasi kemampuan awal siswa

sebelum kegiatan ekplorasi dan imajinasi, sebagai dalam untuk melakukan tahap

tersebut. Tahap terakhir adalah evaluasi, yaitu sebagai tahap untuk mendapatkan

umpan balik selama proses pembelajaran, maka dari itu, model pembelajaran

SiMaYang, sintaks pembelajarannya terdiri dari 4 (empat) fase, yaitu orientasi,

ekplorasi – imajinasi, internalisasi, dan evaluasi. Keempat fase dalam model

pembelajaran ini memiliki ciri dengan akhiran “si” sebanyak lima “si”. Fase-fase

tersebut tidak selalu berurutan bergantung pada konsep yang dipelajari oleh peserta

didik, terutama pada fase dua (eksplorasi – imajinasi) (Sunyono, 2015). Oleh sebab

Page 29: PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL …digilib.unila.ac.id/27379/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74%

12

itu, fase-fase model pembelajaran SiMaYang disusun dalam bentuk layang-layang

dan selanjutnya dinamakan si-5 layang-layang atau disingkat SiMaYang:

Fase I

Fase II

Fase III

Fase IV

Gambar 1. Fase-Fase Model Pembelajaran Si-5 Layang-Layang (SiMaYang)(Sunyono, 2015)

Fase I atau fase orientasi merupakan langkah peninjauan untuk menentukan sikap

dan pandangan yang mendasari pikiran sehingga siswa dapat terfokus pada tujuan

pembelajaran dan materi yang akan dipelajari. Fase II atau fase eksplorasi dan

imajinasi yang saling berkaitan. Eksplorasi adalah kegiatan untuk memperoleh

pengalaman-pengalaman baru dari situasi yang baru. Pada kegiatan eksplorasi,

guru melibatkan siswa dalam mencari dan menghimpun informasi, menggunakan

media untuk memperkaya pengalaman mengelola informasi, memfasilitasi siswa

berinteraksi sehingga siswa aktif, mendorong siswa mengamati berbagai gejala,

menangkap tanda-tanda yang membedakan dengan gejala pada peristiwa lain,

mengamati objek di lapangan dan labolatorium. Imajinasi hanya terdapat dalam

pikiran siswa yang membayangkan gambar-gambar atau kata-kata. Fase III atau

Orientasi

Eksplorasi Imajinasi

Internalisasi

Evaluasi

Page 30: PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL …digilib.unila.ac.id/27379/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74%

13

fase internalisasi merupakan proses pemasukan nilai pada seseorang yang akan

membentuk pola pikirnya dalam melihat makna realitas pengalaman. Fase IV atau

fase evaluasi yaitu, mereviu hasil pembelajaran yang telah diperoleh (Sunyono,

2012).

Model pembelajaran SiMaYang merupakan model pembelajaran sains yang

mencoba menginterkoneksikan ketiga level fenomena sains, sehingga topik-topik

pembelajaran yang sesuai dengan model ini menurut penulis adalah topik-topik

sains yang mengandung level submikroskopik, makroskopik, dan simbolik yang

lebih bersifat abstrak (Sunyono, 2014). Selain hal tersebut, terlaksananya model

SiMaYang dalam kelas harus meliputi: (1) penerapan sintaks, dimana setiap

sintaks harus diterapkan dalam rencana pebelajaran. (2) penerapan sistem sosial

yang fokus pada hubungan peran guru/dosen dengan pembelajar dan pembelajar

dengan pembelajar lain. (3) penerapan prisnsip reaksi dimana merupakan prinsip

yang terkait dengan bagaimana guru/dosen memperhatikan respon terhadap

pertanyaan, jawaban, tanggapan, atau apa yang dilakukan pembelajar (Sunyono,

2013). Sintaks dari model pembelajaran SiMaYang diuraikan pada Tabel 1

berikut:

Tabel 1. Fase (tahapan) pembelajaran model SiMaYang (Sunyono, 2015).

Fase Aktivitas Guru Aktivitas SiswaFase I :Orientasi

1. Menyampaikan tujuanpembelajaran.

2. Memberikan motivasi denganberbagai fenomena sains yangterkait dengan pengalaman siswa.

1. Menyimak penyampaiantujuan sambil memberikantanggapan.

2. Menjawab pertanyaan danmenanggapi.

Page 31: PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL …digilib.unila.ac.id/27379/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74%

14

Lanjutan Tabel 1. Fase (tahapan) pembelajaran model SiMaYang (Sunyono,2015).

Fase Aktivitas Guru Aktivitas SiswaFase II :Eksplorasi –Imajinasi

1. Mengenalkan konsep denganmemberikan beberapa abstraksiyang berbeda mengenaifenomena fenomena alam(demonstrasi dan juga visualisasiatau simulasi atau animasi, danatau analogi) dengan melibatkansiswa.

2. Mendorong, membimbing, danmemfasilitasi diskusi siswa untukmembangun model mental danmembuat interkoneksi diantaralevel-level fenomena alamdan/atau membuat transformasidari level fenomena yang satu kelevel lain yang dituangkan kedalam lembar kegiatan siswa(LKS).

1. Menyimak (Mengamati) dantanya jawab dengan gurutentang fenomena yangdiperkenalkan (Menanya).

2. Melakukan penelusuraninformasi melaluiwebpage/weblog dan/ataubuku teks (Menggaliinformasi).

3. Bekerja dalam kelompokuntuk melakukan imajinasiterhadap fenomena alammelalui LKS.

4. Berdiskusi dengan temandalam kelompok dalammelakukan latihan imajinasirepresentasi(Menalar/mengasosiasi).

Fase III:Internalisasi

1. Membimbing dan memfasilitasisiswa dalam mengartikulasikan/mengkomunikasikan hasilperkiraannya melalui presentasihasil kerja kelompok.

2. Memberikan latihan atau tugasdalam mengartikulasikanimajinasinya. Latihan individutertuang dalam lembar kegiatansiswa yang berisi pertanyaandan/atau perintah untuk membuatinterkoneksi ketiga levelfenomena alam (makro, mikro/sub-mikro, dan simbolik).

1. Perwakilan kelompokmelakukan presentasi terhadaphasil kerja kelompok(Mengkomunikasikan).

2. Memberikan tanggapan /pertanyaan terhadap kelompokyang sedang presentasi(Menanya dan Menjawab).

3. Melakukan latihan individumelalui LKS individu(Menggali informasi danmengasosiasi).

Fase IV:Evaluasi

1. Mengevaluasi kemajuan belajarsiswa dan mereviu hasil kerjasiswa.

2. Memberikan tugas latihaninterkoneksi tiga level fenomenaalam (makro, mikro, dansimbolik).

Menyimak hasil reviu dari gurudan menyampaikan hasil kerjanya(mengomunikasikan), sertabertanya tentang pembelajaranyang akan datang.

B. Scaffolding

Scaffolding merupakan kegiatan pembelajaran yang dikaitkan dengan dunia nyata

untuk mencapai tujuan melalui penggunaan bahasa yang sederhana, gambar-

Page 32: PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL …digilib.unila.ac.id/27379/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74%

15

gambar yang diperlihatkan oleh guru, pembelajaran secara kooperatif, dan

mempersiapkan perangkat pembelajaran sebelumnya oleh guru (Sutarmi,

Suharsono, & Warpala, 2013). Strategi pembelajaran scaffolding adalah

pembelajaran yang berpusat pada siswa sehingga memberikan kesempatan kepada

siswa untuk berinteraksi agar dapat melatih kelancaran, kelenturan, orisinalitas

dan erabolasi dalam proses berpikir. Kelancaran, kelenturan, orisinalitas dan

erabolasi tersebut merupakan indikator kreativitas seseorang yang diperlukan

dalam penyampaian ide atau gagasan (Sutarmi, Suharsono, & Warpala, 2013).

Scaffolding merupakan penerapan teori kognitif sosial yang dikembangkan oleh

Vygotsky (Mustaqim, 2013). Lambas (dalam Mustaqim, 2013) mengatakan

bahwa Vygotsky menyatakan, interaksi sosial merupakan faktor terpenting dalam

mendorong perkembangan kognitif seseorang. Perkembangan kognitif akan

membantu dalam menyelesaikan permasalahan yang tingkat kesulitannya lebih

tinggi dari kemampuan dasarnya setelah ia mendapat bantuan dari seseorang yang

lebih mampu. Konsep bantuan yang dikemukakan Vygotsky ini disebut dengan

scaffolding.

Scaffolding merupakan salah satu strategi pembelajaran dimana guru mambantu

siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas secara bertahap dari awal pembelajaran

kemudian guru mengurangi bantuan dan memberikan kesempatan kepada siswa

untuk menyelesaikan tugas-tugasnya secara mandiri (Trianto,2010). Scaffolding

diberikan dengan berbagai bentuk scaffold selama proses penyelesaian tugas dan

mengupayakan siswa mencapai ZPD (zone proximal development) (Trianto,2010).

Page 33: PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL …digilib.unila.ac.id/27379/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74%

16

Kebanyakan orang mengenal scaffolding adalah gedung yang baru dibangun

Burns dan Joyce (2005). Pada bangunan scaffolding berguna untuk mengokohkan

bangunan pada awal pembangunan. Burns dan Joyce (2005) menyatakan dalam

konteks interaksi kelas, scaffolding adalah istilah yang diambil untuk

menggambarkan bantuan sementara yang menyediakan guru bagi siswa untuk

membantu menyelesaikan tugas atau mengembangkan pemahaman baru, sehingga

mereka nantinya akan dapat menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik.

Veeramuthu (dalam Sutarmi, Suharsono, & Warpala, 2013) mengemukakan

tujuan dan pengertian pembelajaran scaffolding tersebut antara lain : (1) memacu

perkembangan siswa, (2) merangsang kreativitas siswa, (3) meningkatkan dan

memperbaiki proses pengajaran, (4) membantu pengembangan konsep diri siswa,

(5) memberi perhatian dan bimbingan pada siswa, (6) merangsang refleksi siswa,

dan (7) membantu dan meluruskan tujuan pembelajaran.

Menurut Hammond (2001), scaffolding dan bantuan adalah kedua hal yang

berbeda. Perbedaan antara scaffolding dan bantuan kita misalkan dalam contoh

keadaan misalnya pada kegiatan belajar mengeja, dalam situasi ini, guru bisa

membantu dengan dengan memberikan ejaan yang benar (Hammond, 2001). Pada

situasi yang lain guru me-scaffold bagaimana berpikir tentang ejaan, misalnya,

mendorong peserta didik untuk berpikir tentang suara dari kata itu, dan bagaimana

mereka dapat dibaca. Secara kualitatif scaffolding berbeda dari bantuan untuk

mendukung siswa untuk menyelesaikan tugas dalam konteks baru yaitu untuk

mengetahui bagaimana berpikir, tidak hanya apa yang harus dipikirkan

(Hammond, 2001).

Page 34: PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL …digilib.unila.ac.id/27379/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74%

17

Menurut Depdiknas (2006) strategi scaffolding dapat dilakukan dengan langkah-

langkah berikut:

1. Mencapai persetujuan dan menetapkan fokus belajar.

2. Memeriksa hasil belajar sebelumnya (pretes) dalam hal ini kita menentukan

ZPD (zone of proximal development) awal siswa.

3. Mengelompokkan siswa berdasarkan ZPD awal yang hampir atau relatif sama.

Siswa dengan ZPD rendah diberi perlakuan khusus.

4. Merancang tugas-tugas belajar (aktifitas belajar scaffolding):

a. Menjabarkan tugas-tugas dengan memberikan pemecahan masalah ke dalam

tahap- tahap yang rinci sehingga dapat membantu siswa melihat zona atau

sasaran tugas yang diharapkan akan mereka lakukan.

b. Menyajikan tugas belajar secara berjenjang sesuai taraf perkembangan

siswa. Ini dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti penjelasan,

peringatan, dorongan (motivasi), penguraian masalah ke dalam langkah

pemecahan dan pemberian contoh.

5. Memantau dan memediasi aktifitas belajar:

a. Mendorong siswa untuk bekerja dan belajar diskusi dengan pemberian

dukungan sepenuhnya, kemudian secara bertahap guru mengurangi

dukungan langsungnya dan membiarkan siswa menyelesaikan tugas

mandiri.

b. Memberikan dukungan dalam bentuk pemberian isyarat, kata kunci, tanda

mata (reminders), dorongan, contoh atau hal lain yang dapat memancing

siswa ke arah kemandirian belajar dan pengarahan diri.

Page 35: PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL …digilib.unila.ac.id/27379/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74%

18

6. Memeriksa dan mengevaluasi hasil belajar:

a. Hasil belajar yang dicapai, bagaimana kemajuan belajar tiap siswa.

b. Proses belajar yang digunakan, apakah siswa tergerak ke arah kemandirian

dan pengaturan diri dalam belajar.

Scaffolding baik digunakan dalam kegiatan pembelajaran, karena scaffolding

mendukung siswa menyelesaikan tugas-tugas dalam kegiatan pembelajaran.

Selain itu strategi pembelajaran scaffolding memiliki keunggulan yang tidak

dimiliki oleh strategi pembelajaran konvensional. Keunggulan tersebut tercermin

pada tingginya kreativitas siswa, menumbuhkan rasa tanggung jawab siswa dalam

mengerjakan tugas-tugas yang diberikan, meningkatkan kemampuan berpikir

secara sistematis dan terorganisasi sehingga menghasilkan karya yang terbaik

(Sutarmi, Suharsono, & Warpala, 2013).

C. Literasi Kimia (Sains)

Literasi kimia atau literasi sains berasal dari gabungan dua kata Latin, yaitu

literatus, yang artinya ditandai dengan huruf, melek huruf, dan scientia yang

artinya memiliki pengetahuan (Toharudin, Hendrawati, & Rustaman, 2014).

Menurut Boer (dalam Toharudin, Hendrawati, & Rustaman, 2014), Paul de Hart

Hurt dari Stanford University adalah orang yang pertama menggunakan istilah

literasi sains. Literasi sains dalam PISA diartikan sebagai kapasitas untuk

menggunakan mengetahuan ilmiah, untuk mengidentifikasi pertanyaan dan

membuat kesimpulan berdasarkan bukti untuk memahami dan membantu

membuat keputusan tentang dunia nyata dan membuat perubahan dalam aktivitas

manusia (OECD, 2000).

Page 36: PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL …digilib.unila.ac.id/27379/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74%

19

Literasi kimia merupakan kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi,

menganalisis, dan mengolah konsep kimia untuk menyelesaikan masalahnya

dalam kehidupan sehari-hari dan mengkomunikasikan setiap fenomena kimia

yang terjadi di sekitarnya secara ilmiah (Prakasa & Aznam, 2016). Kemampuan

literasi kimia peserta didik diukur menggunakan tes literasi kimia yang berformat

benar-salah beralasan dengan indikator yang diadaptasi dari aspek competencies

pada draft science framework PISA 2015 (Prakasa & Aznam, 2016).

Literasi sains adalah kapasitas untuk menggunakan pengetahuan ilmiah,

mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan fakta untuk

memahami alam semesta dan membuat keputusan dari perubahan yang terjadi

karena aktivitas manusia (OECD, 2003). Literasi sains adalah kemampuan

seseorang untuk memahami sains, mengomunikasikan sains (lisan dan tulisan),

serta menerapkan pengetahuan sains untuk memecahkan masalah, sehingga

memiliki sikap dan kepekaan yang tinggi terhadap diri dan lingkungannya dalam

mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sains (Toharudin,

Hendrawati, & Rustaman, 2014).

Menurut Bybee (dalam Odja & Payu, 2014) tiga kompetensi ilmiah yang diukur

dalam literasi sains diuraikan sebagai berikut: (1) mengidentifikasi isu-isu

(masalah) ilmiah, dimana hal ini mengenali masalah yang mungkin untuk

penyelidikan ilmiah, mengidentifikasi kata kunci untuk mencari informasi ilmiah,

mengenali fitur kunci dari penyelidikan ilmiah. (2) menjelaskan fenomena ilmiah,

dimana dalam hal ini menerapkan ilmu pengetahuan dalam situasi tertentu,

menggambarkan atau menafsirkan fenomena ilmiah dan memprediksi perubahan,

mengidentifikasi dan skripsi yang tepat, memberikan penjelasan, dan prediksi. (3)

Page 37: PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL …digilib.unila.ac.id/27379/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74%

20

menggunakan bukti ilmiah, dimana dalam hal ini menafsirkan dan membuat

kesimpulan dan mengkomunikasikan, mengidentifikasi asumsi, bukti, dan alasan

dibalik kesimpulan, berkaca pada implikasi sosial dari ilmu pengetahuan dan

perkembangan teknologi.

PISA menetapkan tiga aspek dari komponen kompetensi atau proses sains berikut

dalam penilaian literasi sains, yakni mengidentifikasi pertanyaan ilmiah,

menjelaskan fenomena secara ilmiah dan menggunakan bukti ilmiah. Hobson

(dalam Odja & Payu, 2014) menyatakan salah satu kesimpulan dari penelitian

yang dilakukan Millers yang berhubungan dengan literasi sains menyatakan

literasi sains secara global sangat rendah. Rendahnya literasi sains peserta didik

merupakan suatu alasan yang melandasi pemerintah melakukan revisi kurikulum

2006 ke 2013. Untuk mengkategorikan kemampuan siswa dalam literasi sains

Bybee (dalam Odja & Payu, 2014) mengusulkan kerangka kerja yang terdiri atas

empat tingkatan, yaitu: nominal, fungsional, prosedural, dan multidimensional.

Dalam PISA evaluasi literasi sains yang dilakukan memberikan perhatian

terhadap aspek kognitif dan afektif siswa. Aspek kognitif meliputi pengetahuan

siswa dan kapasitasnya untuk menggunakan pengetahuan secara efektif dan

melibatkan proses kognitif yang merupakan karakteristik sains dalam bidang

personal, sosial, dan global. Aspek afektif berhubungan dengan masalah yang

dapat dipecahkan oleh pengetahuan sains dan membentuk siswa yangmampu

untuk membuat keputusan pada saat ini maupun masa depan. Laporan dari

Organisasi kerjasama dan pengembangan ekonomi (OECD) melalui PISA Tahun

2009 yang berhubungan dengan kemampuan dalam literasi sains, membaca,

matematika menempatkan Indonesia pada urutan ke-57 dari 65 negara.

Page 38: PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL …digilib.unila.ac.id/27379/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74%

21

Dibandingkan negara-negara Asia lainnya Indonesia termasuk dalam urutan di

bawah. Sementara untuk tahun 2012 Indonesia tetap pada urutan ke 64 dari 65

negara (Odja & Payu, 2014)

Tujuan pelaksanaan evaluasi pendidikan oleh OECD melalu PISA adalah

memperbaiki kualitas pendidikan yang terfokus pada literasi sains, membaca dan

matematik. Perbaikan kualitas pendidikan akan berpengaruh pada tingkat

ekonomi negaranegara anggota. Seperti yang kita ketahui negara-negara yang

memiliki prestasi yang baik pada evaluasi PISA rata-rata memiliki perekonomian

dan teknologi yang maju (Odja & Payu, 2014).

D. Motivasi Belajar

Motivasi merupakan salah satu aspek psikis yang memiliki pengaruh terhadap

pencapaian hasil belajar. Motivasi adalah proses internal yang mengaktifkan,

menuntun, dan mempertahankan perilaku dari waktu ke waktu. Ada banyak jenis,

intensitas, tujuan, dan arah motivasi yang berbeda-beda. Motivasi untuk belajar

sangat berperan penting bagi siswa dan guru (Sjukur, 2012).

Menurut Sardiman (dalam Inayah, Martono, & Sawiji, 2013) motivasi belajar

adalah merupakan faktor psikis yang bersifat nonintelektual. Peranannya yang

khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang, dan semangat untuk

belajar.

Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang

menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar

dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang

dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai (Hamalik, 2004). Dilihat dari

Page 39: PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL …digilib.unila.ac.id/27379/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74%

22

berbagai sudut pandang, para ahli psikologi berusaha untuk menggolongkan

motif-motif yang ada pada manusia atau suatu organisme ke dalam beberapa

golongan menurut pendapatnya masing-masing. Menurut Hamalik (2004) ada tiga

unsur yang saling berkaitan dalam motivasi, yaitu:

a. motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi. Perubahan-

perubahan dalam motivasi timbul dari perubahan-perubahan tertentu di dalam

sistem neuropisiologis dalam organisme manusia, misalnya karena terjadi

perubahan dalam sistem pencernaan maka timbul motif lapar. Tapi ada juga

perubahan energi yang tidak diketahui.

b. motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan affctive arousal. Mula-mula

merupakan ketegangan psikologis, lalu merupakan suasana emosi. Suasana

emosi ini menimbulkan kelakuakn yang bermotif. Perubahan ini mungkin bisa

dan mungkin juga tidak, kita hanya dapat melihatnya dalam perbuatan. Seorang

terlibat dalam suatu diskusi, karena dia merasa tertarik pada masalah yang akan

dibicarakan maka suaranya akan timbul dan katakatanya dengan lancar dan

cepat akan keluar.

c. motivasi ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Pribadi yang

bermotivasi mengadakan respons-respons yang tertuju ke arah suatu tujuan.

Respon-respon itu berfungsi mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh

perubahan energi dalam dirinya. Setiap respon merupakan suatu langkah ke

arah mencapai tujuan.

Menurut Donald (dalam Sardiman, 2012), motivasi adalah perubahan energi

dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya "feeling" dan didahului

dengan tanggapan adanya tujuan. Beberapa pengertian yang dikemukakan oleh

Page 40: PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL …digilib.unila.ac.id/27379/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74%

23

para ahli bahwa motivasi adalah suatu perubahan yang terdapat pada diri

seseorang untuk melakukan sesuatu guna mencapai tujuan. Motivasi sebagai suatu

perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya perasaan

dan didahului dengan adanya tujuan, maka menurut Sardiman (2012) dalam

motivasi terkandung tiga unsur penting yaitu:

a. bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap

individu manusia, perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan

energi di dalam system "neurophysiological" yang ada pada organisme

manusia.

b. motivasi ditandai dengan munculnya rasa "feeling", afeksi seseorang. Hal ini

motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang

dapat menentukan tingkah laku manusia.

c. motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini

sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi yakni tujuan.

Frandsen (dalam Sardiman, 2012), mengemukakan jenis motivasi dilihat dari

dasar pembentukannya yaitu: motif bawaan, (motive psychological drives) dan

motif yang dipelajari (affiliative needs), misalnya: dorongan untuk belajar suatu

cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk mengajar sesuatu didalam masyarakat.

Serta membagi motif-motif itu menjadi dua golongan sebagai berikut:

1. psychological drive adalah dorongan-dorongan yang bersifat fisiologis atau

jasmaniah seperti lapar, haus dan sebagainya.

2. affiliative needs adalah dorongan-dorongan yang ada hubungannya dengan

manusia lain dalam masyarakat seperti : dorongan selalu ingin berbuat baik

(etika) dan sebagainya.

Page 41: PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL …digilib.unila.ac.id/27379/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74%

24

Menurut Sardiman (2012) adapun bentuk motivasi belajar di sekolah dibedakan

menjadi dua macam, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik:

a. Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa

sendiri yang dapat mendorong melakukan tindakan belajar. Bentuk lain

motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang atau

motivasi yang erat hubungannya dengan tujuan belajar, misalnya ingin

memahami suatu konsep, ingin memperoleh pengetahuan dan sebagainya.

Faktor-faktor yang dapat menimbulkan motivasi intrinsik adalah adanya

kebutuhan, pengetahuan tentang kemajuan dirinya sendiri dan cita-cita atau

aspirasi.

b. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah hal atau keadaan yang datang dari luar individu.

siswa, yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Bentuk motivasi

ekstrinsik ini merupakan suatu dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan

dengan aktivitas belajar, misalnya siswa rajin belajar untuk memperoleh hadiah

yang telah dijanjikan oleh orang tuanya, pujian dan hadiah, peraturan atau tata

tertib sekolah, suri tauladan orang tua, guru dan lain-lain merupakan contoh

konkret dari motivasi ekstrinsik yang dapat mendorong siswa untuk belajar.

Motivasi sangat berperan dalam belajar, siswa yang dalam proses belajar

mempunyai motivasi yang kuat dan jelas pasti akan tekun dan berhasil dalam

belajarnya. Menurut Sardiman (2012) di dalam kegiatan belajar mengajar peranan

motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Motivasi siswa dapat

mengembangkan aktivitas dan inisiatif sehingga dapat mengarahkan dan

Page 42: PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL …digilib.unila.ac.id/27379/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74%

25

memelihara kerukunan dalam melakukan kegiatan belajar. Makin tepat motivasi

yang diberikan, makin berhasil pelajaran itu, maka motivasi senantiasa akan

menentukan inten-sitas usaha belajar bagi siswa. Adapun fungsi motivasi menurut

Sardiman (2012) ada tiga yaitu:

a. mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang

melepaskan energi.

b. menentukan arah perbuatan yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.

c. menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus

dijalankan yang serasi guna mencapai tujuan itu dengan menyisihkan

perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Sardiman (2012) menyebutkan lebih lanjut bahwa ada beberapa bentuk dan cara

untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah antaranya:

memberi angka, hadiah, saingan/kompetisi, memberi ulangan, mengetahui hasil,

pujian, hukuman, hasrat untuk belajar, minat, dan tujuan yang diakui. Dan faktor

yang dapat mempengaruhi motivasi belajar terdiri dari empat komponen yaitu

perhatian (attention), relevansi (relevance), percaya diri (confidence), dan

kepuasan (satisfaction).

E. Kerangka Berpikir

Kompetensi Dasar mengenai asam basa menuntut seorang siswa untuk dapat

menganalisis hingga mengajukan ide atau gagasan. Kompetensi ini sedikit sulit

untuk dapat dimiliki oleh siswa, sehingga memang dibutuhkan model

pembelajaran yang dapat mencakup kompetensi tersebut. Model pembelajaran

SiMaYang yang menerapkan pembelajaran sains berbasis multipel representasi.

Page 43: PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL …digilib.unila.ac.id/27379/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74%

26

Prinsip dasar model pembelajaran SiMaYang adalah guru mengenalkan konsep

materi dengan menyajikan beberapa abstraksi mengenai fenomena sains kemudian

siswa dibimbing dan difasilitasi untuk mengemukakan dan mengembangkan

pemikirannya.

Adapun fase (tahapan) model pembelajaran SiMaYang terdiri dari empat fase

yaitu fase orientasi, fase eksplorasi-imajinasi, fase internalisasi, dan fase evaluasi.

Tahap awal atau fase I pada pembelajaran SiMaYang adalah guru memberikan

motivasi dengan berbagai fenomena sains yang terkait dengan pengalaman siswa,

dimana tahap ini dikenal dengan fase orientasi. Pada tahap ini, dengan adanya

motivasi berupa fenomena sains dari pengalaman siswa, siswa akan terterik untuk

dapat menguasai materi atau konsep yang akan dipelajari pada pertemuan

tersebut. Motivasi diberikan untuk review pada materi sebelumnya atau dengan

memberikan pertanyaan-pertanyaan untuk mengetahui kemampuan awal siswa

yang berhubungan dengan topik yang akan dibahas yang berkaitan dengan

kehidupan sehari-hari. Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan diharapkan mampu

merangsang siswa untuk mengungkapkan informasi mengenai materi yang akan

dipelajari. Pada tahap orientasi ini hendaknya sudah muncul interaksi antara guru

dengan siswa dan interaksi antar sesama siswa.

Tahap kedua atau fase II adalah fase eksplorasi. Pada tahap ini siswa akan

diperkenalkan dengan konsep materi yang penyampaiannya melalui abstraksi

yang berbeda mengenai fenomena sains secara verbal atau demonstrasi dan

visualisasi yang dapat berupa gambar, grafik, simulasi atau animasi, dan atau

analogi. Pada tahap ini siswa akan dituntun untuk membangun pengetahuan

melalui peningkatan pemahaman dari suatu fenomena dengan menulusuri

Page 44: PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL …digilib.unila.ac.id/27379/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74%

27

informasi melalui berbagai sumber, selanjutnya guru menciptakan aktivitas siswa

dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif berdasarkan pengetahuan yang

diperoleh dengan melakukan imajinasi representasi.

Selanjutnya tahap ketiga atau fase III yaitu internalisasi. Pada tahap ini merupakan

perwujudan dari proses orientasi dan eksplorasi dimana siswa akan

mempresentasikan hasil pemikirannya, siswa akan meyampaikan komentar atau

menanggapi presentasi dari kelompok lain. Pada tahap ini siswa juga akan

diberikan latihan untuk dapat mengartikulasikan imajinasi siswa setelah

mengalami fase orientasi. Pada tahap ini siswa juga dilatihkan agar dapat dengan

mudah mengerjakan soal atau pertanyaan yang sulit.

Tahap terakhir atau fase IV merupakan fase evaluasi. Pada tahap ini akan

didapatkan umpan balik dari hasil keseluruhan pembelajaran di kelas, dimana

siswa akan mereviuw hasil kerjaanya, berlatih menginterkoneksikan ketiga level

fenomena sains dan melakukan evaluasi diagnostik, formatif, dan sumatif. Pada

tahap ini siswa dipersilahkan untuk bertanya tentang pembelajaran yang akan

datang kepada guru agar siswa lebih siap mengikuti pembelajaran selanjutnya

dengan baik.

Dalam hal ini, model pembelajaran SiMaYang akan kita kaitkan dengan strategi

scaffolding. Dimana strategi scaffolding merupakan pembelajaran dimana guru

membantu siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas secara bertahap dari awal

pembelajaran, kemudian guru mengurangi bantuan dan memberikan kesempatan

kepada siswa untuk menyelesaikan tugas-tugasnya secara mandiri. Strategi

scaffolding ini berpusat pada siswa sehingga memberikan kesempatan kepada

Page 45: PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL …digilib.unila.ac.id/27379/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74%

28

siswa untuk berinteraksi agar dapat melatih kelancaran, kelenturan, orisinalitas

dan erabolasi dalam proses berpikir.

Dalam interaksi kelas, scaffolding digunakan untuk membantu kesulitan siswa

dalam proses belajar, seperti mengerjakan tugas atau mengembangkan

pemahaman baru, sehingga siswa nantinya akan dapat menyelesaikan tugas-

tugasnya dengan baik.

Peran guru dalam strategi scaffolding adalah sebagai pondasi awal dari proses

pembelajaran. Pada strategi ini, guru membuat pondasi awal tentang pengetahuan

yang akan dipelajari, seperti memberi fenomena-fenomena abatrak pada

kehidupan sehari-hari yang dapat membantu siswa dalam proses belajar. Pondasi

yang diberikan diniatkan dapat menumbuhkan rasa penasaran siswa, dapat

menumbuhkan rasa terbantunya siswa dengan scaffold yang guru berikan.

Ada banyak tujuan dari strategi scaffolding, tujuan pertama, guru membantu siswa

dimana siswa diharapkan dapat terpacu perkembangan dalam belajarnya. Tujuan

kedua, guru dapat membantu siswa agar kreativitasnya terangsang dengan baik.

Tujuan ketiga, dengan bantuan dari guru proses pembelajaran dapat meningkat

dan menjadi lebih baik. Tujuan keempat, guru dapat membantu pengembangan

konsep diri siswa. Tujuan kelima, guru memberi perhatian dan bimbingan pada

siswa. Tujuan keenam, guru dapat merangsang refleksi siswa. Tujuan yang

terakhir, guru dapat membantu dan meluruskan tujuan pembelajaran.

Dari uraian di atas, dengan menggunakan strategi scaffolding dalam metode

SiMaYang, diyakini dapat meningkatkan kemampuan literasi kimia dan motivasi

belajar siswa pada materi asam basa.

Page 46: PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL …digilib.unila.ac.id/27379/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74%

29

F. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Siswa kelas XI IPA semester genap SMAN 6 Metro tahun pelajaran 2016/2017

yang menjadi subjek penelitian mempunyai kemampuan dasar yang sama

dalam motivasi belajar dan literasi kimia.

2. Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi peningkatan motivasi belajar dan

literasi kimia pada materi asam basa tahun pelajaran 2016/2017 diabaikan.

G. Hipotesis Umum

Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah:

1. Pengaruh kemampuan literasi kimia pada kelas eksperimen lebih tinggi

dibandingkan dengan kelas kontrol pada materi asam basa.

2. Pengaruh kemampuan literasi kimia pada kelas eksperimen lebih rendah

dibandingkan dengan kelas kontrol pada materi asam basa.

3. Pengaruh kemampuan motivasi belajar pada kelas eksperimen lebih tinggi

dibandingkan dengan kelas kontrol pada materi asam basa.

4. Pengaruh kemampuan motivasi belajar pada kelas eksperimen lebih rendah

dibandingkan dengan kelas kontrol pada materi asam basa.

Page 47: PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL …digilib.unila.ac.id/27379/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74%

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilakukan di SMAN 6 Metro, karena sekolah tersebut termasuk

dalam sekolah baru (5 tahun) dimana akreditasi sekolah masih “B”, sehingga

siswa pada sekolah tersebut membutuhkan scaffolding dalam proses pembelajaran

untuk meningkatkan kemampuan literasi kimia dan motivasi belajar. Populasi

dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMAN 6 Metro tahun

pelajaran 2016/2017 dan tersebar dalam 4 (empat) kelas. Sampel diambil secara

acak dengan teknik cluster random sampling, sehingga mendapatkan 2 (dua) kelas

penelitian sebagai sampel yaitu kelas XI IPA 2 dan XI IPA 3.

Kelas XI IPA 2 sebagai kelas eksperimen yang diberikan pembelajaran dengan

menggunakan strategi scaffolding dalam model pembelajaran SiMaYang dan

kelas XI IPA 3 sebagai kelas kontrol yang diberikan pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran SiMaYang.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pretest-Posttest

Control Group Design (Fraenkel, 2012). Pada desain penelitian ini melihat

Page 48: PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL …digilib.unila.ac.id/27379/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74%

31

perbedaan pretes maupun postes antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada

penelitian ini metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen.

Tabel 2. Desain Penelitian

Kelas Pretes Perlakuan PostesXI IPA 2 O1 X O2

XI IPA 3 O2 C O2

Keterangan:O1 : Kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi pretesX1 : Pembelajaran kimia dengan menggunakan strategi scaffolding dalam model

pembelajaran SiMaYangC : Pembelajaran kimia dengan menggunakan pembelajaran SiMaYangO2 : Kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi postes

C. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Tahap pendahuluan

Prosedur tahap pendahuluan, yaitu:

a. Meminta izin kepada Kepala SMAN 6 Metro untuk melaksanakan

penelitian.

b. Menentukan subyek penelitian.

2. Tahap pelaksanaan penelitian

Prosedur tahap pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu:

a. Tahap persiapan

Mempersiapkan perangkat pembelajaran meliputi silabus, rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lembar kerja siswa (LKS) serta

Page 49: PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL …digilib.unila.ac.id/27379/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74%

32

mempersiapkan instrumen penelitian meliputi tes kemampuan literasi

kimia dan angket kemampuan motivasi belajar.

b. Tahap validasi instrumen penelitian

Insrumen penelitian yang divalidasi instrumen pada tahap ini yaitu

instrumen tes kemampuan literasi kimia dan angket motivasi belajar.

c. Tahap penelitian

Pada tahap pelaksanaannya, penelitian dilakukan pada kelas eksperimen

dan kelas kontrol, urutan prosedur pelaksanaan tahap penelitian, yaitu:

1) Melakukan pretes literasi kimia dan tes motivasi belajar awal pada

kelas eksperimen dan kelas kontrol.

2) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar pada materi asam basa

sesuai model pembelajaran yang telah ditetapkan pada masing-

masing kelas.

3) Melakukan postes literasi kimia dan tes motivasi belajar akhir pada

kelas eksperimen dan kelas kontrol.

3. Tahap akhir penelitian

Prosedur tahap akhir penelitian,yaitu:

a. Analisis data,

b. Pembahasan,

c. Kesimpulan.

Page 50: PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL …digilib.unila.ac.id/27379/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74%

33

Prosedur pelaksanaan penelitian tersebut dapat digambarkan dalam bentuk

Gambar 2 sebagai berikut:

Tahap Pendahuluan

TahapPelaksanaan

Penelitian

TahapAkhir

Penelitian

Gambar 2. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

D. Perangkat Pembelajaran

Adapun perangkat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai

berikut:

1. Silabus diadopsi dari Izzati (2015).

2. RPP dimodifikasi dari Izzati (2015).

3. LKS yang menggunakan strategi scaffolding dalam model pembelajaran

Izin Penelitian

Menentukan subyek penelitian

Mempersiapkan perangkat pembelajaran dan instrumenpenelitian

Validasi instrumen penelitian

Tes motivasibelajar awal

Pretes literasikimia

Pembelajaran pada materiasam basa sesuai modelpembelajaran yang telahditetapkan pada masing-

masing kelas

Tes motivasibelajar akhir

Postesliterasi kimia

Analisis Data

Pembahasan

Kesimpulan

Page 51: PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL …digilib.unila.ac.id/27379/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74%

34

SiMaYang dan LKS yang hanya menggunakan model pembelajaran

SiMaYang pada materi asam basa masing-masing berjumlah 6 buah LKS

yang terdiri dari 3 LKS kelompok dan 3 LKS individu. LKS 1 mengenai

indikator dan konsep asam basa Arrhenius, LKS 2 mengenai konsep asam

basa Brownsted-Lowry dan asam basa Lewis, dan LKS 3 mengenai

identifikasi asam basa dengan berbagai indikator yang dimodifikasi dari

Safitri (2015).

E. Instrumen Penelitian

Adapun instrumen penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Angket motivasi belajar yang dimodifikasi dari Utami (2016).

2. Soal tes literasi kimia berupa soal pretes dan postes yang dimodifikasi dari

Hasanah (2015).

3. Lembar pengamatan keterlaksanaan model pembelajaran SiMaYang yang

diadopsi dari Sunyono (2014).

4. Rubrik penilaian scaffolding.

F. Analisis Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Analisis validitas dan realibilitas angket kemampuan motivasi belajar dan tes

literasi kimia dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan telah

memenuhi syarat dan layak digunakan sebagai pengumpul data. Hal ini sesuai

dengan penyataan Arikunto (2006) yang menyatakan bahwa instrumen yang baik

harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel. Berdasarkan

pernyataan tersebut maka dilakukan analisis validitas dan reliabilitas instrumen

angket kemampuan motivasi belajar dan tes literasi kimia.

Page 52: PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL …digilib.unila.ac.id/27379/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74%

35

a. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan

atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila

mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari

variabel yang diteliti (Arikunto, 2006). Uji validitas dilakukan dengan

menggunakan rumus product moment dengan angka kasar yang dikemukakan

oleh Pearson, dalam hal ini analisis dilakukan dengan menggunakan software

SPSS Statistics 17.0.

b. Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kepercayaan

instrumen penelitian yang digunakan sebagai alat pengumpul data. Suatu alat

evaluasi disebut reliabel jika alat tersebut mampu memberikan hasil yang

dapat dipercaya dan konsisten. Uji reliabilitas dilakukan dengan

menggunakan rumus Alpha Cronbach yang kemudian diinterpretasikan

dengan menggunakan derajat reliabilitas alat evaluasi menurut Guilford

(Suherman, 2003). Dalam hal ini analisis dilakukan dengan menggunakan

software SPSS Statistics 17.0.

Kriteria derajat reliabilitas (r11) alat evaluasi menurut Guilford:

0,80< r11≤ 1,00; derajat reliabilitas sangat tinggi,

0,60< r11≤ 0,80; derajat reliabilitas tinggi,

0,40< r11≤ 0,60; derajat reliabilitas sedang,

0,20< r11≤ 0,40; derajat reliabilitas rendah,

0,00< r11≤ 0,20; tidak reliabel.

Page 53: PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL …digilib.unila.ac.id/27379/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74%

36

G. Analisis Pengaruh Strategi Scaffolding Dalam Model Pembelajaran

SiMaYang

Dalam penelitian ini ukuran untuk mencapai strategi scaffolding dalam model

pembelajaran SiMaYang, dapat tercapai dengan adanya peningkatkan motivasi

belajar siswa, kemampuan literasi kimia, keterlaksanaan model pembelajaran

SiMaYang, penilaian strategi scaffolding, dan ukuran pengaruh (effect size).

1. Analisi Data Literasi Kimia

Peningkatan literasi kimia ditunjukkan melalui nilai n-Gain, yaitu selisih

antara nilai pretes dan nilai postes, dan dihitung berdasarkan rumus berikut:

− = % −%100% −%Kriterianya adalah (1) pembelajaran dengan nilai n-Gain “tinggi”, jika n-Gain

>0,7; (2) pembelajaran dengan nilai n-Gain “sedang”, jika n-Gain terletak

antara 0,3<n-Gain≤ 0,7; dan (3) pembelajaran dengan nilai n-Gain “rendah”,

jika n- Gain ≤ 0,3 (Hake dalam Sunyono, 2014).

2. Analisis Data Motivasi Belajar

Analisis data mengenai motivasi belajar menggunakan instrumen dalam bentuk

angket. Pengolahan angket dilakukan dengan cara penskoran semua pilihan

pada setiap pernyataan yang ada di dalam angket. Setiap pilihan pada

pernyataan memiliki skor yang berbeda seperti yang tertera pada Tabel 3

berikut (Suhadi dalam Utami, 2016):

Page 54: PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL …digilib.unila.ac.id/27379/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74%

37

Tabel 3. Penskoran pada angket motivasi belajar.

No Pilihan jawabanSkala pemberian skor

Pernyataan dengankriteria positif

Pernyataan dengankriteria negatif

1 Tidak setuju (TS) 1 32 Kurang setuju (KS) 2 23 Setuju (S) 3 1

Setelah diperoleh skor motivasi belajar masing-masing siswa kemudian untuk

mengetahui kategori motivasi belajar dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini

(Arikunto, 2004):

Tabel 4. Kategori pengelompokan motivasi belajar siswa

Interval KategoriNilai ≥ 76 Tinggi

56 ≤ nilai ≤75 SedangNilai ≤ 55 Rendah

1) Setelah diperoleh skor dari tiap nomor pernyataan dari masing-masing

siswa langkah selanjutnya dilakukan pengubahan data ordinal menjadi data

interval dengan menggunakan MSI (Method Successive Interval) untuk

mendapatkan data yang bersifat kuantitatif dan memenuhi persyaratan uji

statistika dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menghitung frekuensi dari masing-masing skor.

b. Menghitung proporsi yaitu dengan cara membagi frekuensi dengan

jumlah responden.

c. Menghitung proporsi kumulatif, yaitu dengan cara menjumlahkan

proporsi secara berurutan untuk setiap nilai.

d. Menghitung nilai z.

Page 55: PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL …digilib.unila.ac.id/27379/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74%

38

e. Menghitung nilai densitas fungsi z.

F(z) = √ Exp −f. Menghitung scale value

SV =

g. Mentransformasikan ke dalam bentuk skala interval

y = SV + [SV min] = 1 – SV1

2) Setelah mendapatkan nilai interval tiap nomor soal. Kemudian mencari nilai

maksimum dari tiap nomor dan menjumlahkannya. Selanjutnya

mengkonversi jumlah nilai interval menjadi nilai akhir dengan cara

membagi nilai tersebut dengan nilai maksimum, dan dikalikan 100.

Nilai akhir = × 1003) Langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan n-Gain untuk

mengetahui pengaruhnya.

− = % −%100%−%(Hake dalam Sunyono, 2014).

3. Analisis Data Strategi Scaffolding

Proses analisis data strategi scaffolding yang dilakukan dengan memberikan

skor pada setiap dimensi sesuai dengan indikator yang telah dipenuhi siswa,

dengan langkah-langkah strategi scaffolding menurut Depdiknas (2006)

berikut:

1. Mencapai persetujuan dan menetapkan fokus belajar.

Page 56: PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL …digilib.unila.ac.id/27379/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74%

39

2. Memeriksa hasil belajar sebelumnya (pretes) dan menetukan ZPD awal

siswa.

3. Mengelompokkan siswa menurut ZPD awal yang relatif atau hampir sama,

siswa dengan ZPD yang rendah diberi perhatian khusus.

4. Merancang tugas-tugas dalam belajar.

5. Memantau dan memediasi aktifitas belajar siswa.

6. Memeriksa dan mengevaluasi hasil belajar siswa.

Dimensi beserta indikator yang dinilai dalam rubrik penilaian scaffolding

disajikan pada Tabel 5, diadopsi dari Lange (2002).

Tabel 5. Dimensi dan Indikator Scaffolding

No Dimensi Indikator1 Intensionalitas a. Siswa antusias dalam kegiatan diskusi.

b. Siswa aktif dalam kegiatan mencariinformasi.

c. Siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran.2 Kesesuaian a. Siswa terbuka menerima masukan dari guru.

b. Sisiwa dapat bekerja sendiri.c. Siswa berani dalam bertanya.

3 Struktur a. Siswa tahu cara mendapatkan konsep.b. Siswa dapat mengembangkan konsep dengan

baik.c. Siswa dapat mengoperasikan rumus dengan

baik.4 Kolaborasi a. Siswa mampu bekerja sama.

b. Siswa dapat menganalisis soal berdasarkankonsep yang dipahami.

c. Siswa mengkaji informasi dan menerapkandalam diskusi.

5 Internalisasi a. Siswa dapat menyebutkan contoh dalamkehidupan sehari-hari.

b. Siswa dapat menjelaskan penerapan konsepdalam kehidupan sehari-hari.

c. Siswa dapat menerapkan dalam kehidupansehari-hari.

Page 57: PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL …digilib.unila.ac.id/27379/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74%

40

Pedoman penskoran scaffolding diberikan berdasarkan kriteria:Skor 4 = sangat baik (semua indikator dilaksanakan)Skor 3 = baik (2 indikator dilaksanakan)Skor 2 = cukup baik (satu indikator dilaksanakan)Skor 1 = kurang baik (tidak ada indikator yang dilaksanakan) (Dimyati dan

Mujiono, 2004).

Teknik persentase skor dapat dihitung menggunakan rumus:

= 100%Keterangan:S = nilai yang diharapkan (dicari)R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benarN = jumlah skor maksimum dari tes tersebut

Setelah dipersentasekan, kemudian dikategorikan sesuai dengan ketentuan pada

Tabel 6 (Arikunto, 2008) sebagai berikut:

Tabel 6. Tafsiran Skor (Persen) pada Kategori Scaffolding dalam Pembelajaran

Persentase Kriteria80,1% - 100% Sangat tinggi60,1% - 80% Tinggi40,1% - 60% Sedang20,1% - 40% Rendah0,0% - 20% Sangat rendah

4. Analisis Data Keterlaksanaan Model Pembelajaran SiMaYang

Keterlaksanaan model pembelajaran SiMaYang diukur melalui penilaian

terhadap keterlaksanaan RPP yang memuat unsur-unsur model pembelajaran

yang meliputi sintak pembelajaran, sistem sosial, dan prinsip reaksi. Analisis

terhadap keterlaksanaan RPP model pembelajaran SiMaYang, dilakukan

langkah-langkah sebagai berikut:

Page 58: PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL …digilib.unila.ac.id/27379/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74%

41

1. Menghitung jumlah skor yang diberikan oleh pengamat untuk setiap aspek

pengamatan, kemudian dihitung persentase ketercapaian dengan rumus:% = ∑ × 100% (Sudjana, 2005).

Keterangan :% Ji = Persentase dari skor ideal setiap aspek pengamatan pada pertemuan

ke-iƩ Ji = Jumlah skor setiap aspek pengamatan yang diberikan oleh pengamat

pada pertemuan ke-iN = Skor maksimal (skor ideal)

2. Menghitung rata-rata persentase ketercapaian untuk setiap aspek

pengamatan dari pengamat.

3. Menafsirkan data dengan tafsiran harga persentase ketercapaian

pelaksanaan pembelajaran (RPP) menurut Ratumanan dalam Sunyono

(2012b) seperti pada Tabel 7 berikut:

Tabel 7. Kriteria tingkat keterlaksanaan

Persentase Kriteria80,1% - 100%60,1% - 80%40,1% - 60%20,1% - 40%0,0% - 20%

Sangat tinggiTinggiSedangRendahSangat rendah

5. Analisis Ukuran Pengaruh (Effect Size)

Analisis terhadap ukuran pengaruh strategi scaffolding dalam model

pembelajaran SiMaYang terhadap peningkatan kemampuan literasi kimia dan

motivasi belajar dilakukan dengan menggunakan uji-t dan uji effect size. Uji-t

dilakukan terhadap perbedaan rata-rata antara nilai rata-rata pretes dan postes,

baik rata-rata literasi kimia maupun rata-rata motivasi belajar. Dalam hal ini

analisis dilakukan dengan menggunakan software SPSS Statistics 17.0.

Page 59: PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL …digilib.unila.ac.id/27379/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74%

42

Berdasarkan uji-t, selanjutnya dilakukan perhitungan untuk menentukan ukuran

pengaruh dengan rumus (Abu Jahjouh, 2014):

= +Keterangan:μ = effect sizet = t hitung dari uji-tdf = derajat kebebasan

Kriteria, dalam Dincer (2015):

μ ≤ 0,15; efek diabaikan (sangat kecil)

0,15 < μ ≤ 0,40; efek kecil

0,40 < μ ≤ 0,75; efek sedang

0,75 < μ ≤ 1,10; efek besar

μ > 1,10; efek sangat besar.

H. Teknik Pengujian Hipotesis

Pada penelitian ini menggunakan teknik pengujian hipotesis sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normal atau tidaknya data yang

diperoleh dari sampel yang berasal dari suatu populasi. Untuk menguji

normalitas ini terdapat beberapa teknik yang bisa digunakan salah satunya

yaitu dengan Kolmogorov Smirnov. Dalam hal ini analisis dilakukan dengan

menggunkan software SPSS Statistics 17.0.

Hipotesis : H0: sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

H1: sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.

Page 60: PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL …digilib.unila.ac.id/27379/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74%

43

Kriteria uji, terima H0 jika nilai sig. (2-tailed) memiliki taraf signifikan > 0,05.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dua varians digunakan untuk mengetahui apakah dua

kelompok sampel mempunyai varians yang homogen atau tidak. Dalam hal ini

analisis dilakukan dengan menggunakan software SPSS Statistics 17.0.

Rumusan hipotesis pada uji ini adalah sebagai berikut:

H = sampel mempunyai variansi yang homogen.H = sampel mempunyai variansi yang tidak homogen.

Kriteria uji, terima H0 hanya jika nilai sig memiliki taraf signifikan > 0,05.

3. Uji Perbedaan Dua Rata-rata

Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui apakah rata-rata nilai

n-Gain literasi kimia dan rata-rata nilai n-Gain motivasi belajar siswa di kelas

eksperimen berbeda secara signifikan dengan rata-rata nilai n-Gain literasi

kimia dan rata-rata nilai n-Gain motivasi belajar siswa di kelas kontrol,

sehingga dapat diketahui perbedaan antara pembelajaran yang menerapkan

strategi scaffolding dalam model pembelajaran SiMaYang dan pembelajaran

yang tanpa meggunakan strategi scaffolding dalam meningkatkan literasi kimia

dan motivasi belajar siswa. Dalam hal ini analisis dilakukan dengan

menggunkan software SPSS Statistics 17.0. Adapun rumus hipotesis pada uji

ini adalah:

Page 61: PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL …digilib.unila.ac.id/27379/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74%

44

Hipotesis 1 (Literasi kimia)

H0 : µ1x < µ2x : Rata-rata nilai n-Gain literasi kimia siswa kelas eksperimen

lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata nilai n-Gain literasi

kimia siswa kelas kontrol.

H1 : µ1x > µ2x : Rata-Rata nilai n-Gain literasi kimia siswa kelas eksperimen

lebih rendah dibandingkan degan rata-rata nilai n-Gain literasi

kimia siswa kelas kontrol.

Hipotesis 2 (Motivasi belajar)

H0 : µ1y < µ2y : Rata-rata nilai n-Gain motivasi belajar siswa kelas eksperimen

lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata nilai n-Gain

motivasi belajar siswa kelas kontrol.

H1 : µ1y > µ2y : Rata-rata nilai n-Gain motivasi belajar siswa kelas eksperimen

lebih rendah dibandingkan degan rata-rata nilai n-Gain

motivasi belajar siswa kelas kontrol.

Keterangan:µ1 = Rata-rata nilai n-Gain (x) pada materi asam basa kelas eksperimenµ2 = Rata-rata nilai n-Gain (y) pada materi asam basa kelas kontrolx = Literasi kimiay = Motivasi belajar

Kriteria pengujian adalah, terima H0 jika nilai sig. (2-tailed) memiliki taraf

signifikan < 0,05 dan menarik kesimpulan.

Page 62: PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL …digilib.unila.ac.id/27379/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74%

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka diperoleh kesimpulan sebagai

berikut:

1. Pembelajaran dengan menggunakan strategi scaffolding dalam model

pembelajaran SiMaYang memiliki pengaruh yang besar pada kelas eksperimen

yaitu sebesar 84% dalam meningkatkan kemampuan literasi kimia siswa pada

materi asam basa, dan pada kelas kontrol pembelajaran tanpa strategi

scaffolding memiliki pengaruh sedang yaitu sebesar 74% dalam meningkatkan

kemampuan literasi kimia siswa pada materi asam basa.

2. Pembelajaran dengan menggunakan strategi scaffolding dalam model

pembelajaran SiMaYang memiliki pengaruh yang besar pada kelas eksperimen

yaitu sebesar 76% dalam meningkatkan kemampuan motivasi belajar siswa

pada materi asam basa, dan pada kelas kontrol pembelajaran tanpa strategi

scaffolding memiliki pengaruh sedang yaitu sebesar 57% dalam meningkatkan

kemampuan motivasi belajar siswa pada materi asam basa.

Page 63: PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL …digilib.unila.ac.id/27379/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74%

66

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Strategi scaffolding dalam model pembelajaran SiMaYang dapat dijadikan

pengetahuan bagi guru dalam meningkatkan kemampuan literasi kimia dan

motivasi belajar siswa khususnya pada materi asam basa.

2. Agar pengaruh strategi scaffolding dalam model pembelajaran SiMaYang di

kelas berjalan dengan maksimal, hendaknya menyiapkan sarana dan prasarana

lain seperti LCD projector, layanan internet, dan lembar kerja siswa berbasis

multipel representasi sehingga pembelajaran berjalan dengan baik dan lebih

menarik.

3. Bagi calon peneliti yang akan menggunakan strategi scaffolding dalam model

pembelajaran SiMaYang hendaknya sering berlatih agar strategi dan model

yang akan digunakan berjalan dengan baik.

4. Agar dapat mengetahui dengan efektif dari kemampuan motivasi belajar siswa

selama pembelajaran, sebaiknya dilakukan proses pembelajaran yang lebih dari

3 kali pertemuan.

Page 64: PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL …digilib.unila.ac.id/27379/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74%

DAFTAR PUSTAKA

Abu Jahjouh, Y. M. 2014. The Effectiveness of Blended E-Learning Forum inPlanning for Science Instruction. Journal of Turkish Science Education,11(4): 3-16.

Afdila, D., Sunyono, & T. Efkar. 2015. Penerapan SiMaYang Tipe II pada MateriLarutan Elektrolit dan Non-Elektrolit. Jurnal Pendidikan danPembelajaran Kimia, 4(1): 9-11.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Renika Cipta.Jakarta.

______. 2008. Prosedur Penelitian dan Pendekatan Praktek. Rineka Cipta.Jakarta.

Astuti, D. P., Rasmiwetti, & Abdullah. 2016. Penerapan Strategi ScaffoldingUntuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Koloiddi Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Perhentian Raja. Jurnal Keguruan danIlmu Pendidikan, 3(1).

BSPN. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum TingkatSatuan PendidikanJenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Badan Standar NasionalPendidikan. Jakarta.

Burns, A. & Joyce, HdS. 2005. Teachers’ voice 8 : Explicity Supporting Readingand Writing in the Classroom. Macquarie Univercity. Australia.

Depdikbud. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.

Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kimia Sekolah MenengahAtas Dan Madrasah Aliyah. Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas.Jakarta.

Depdiknas. 2006. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Fisika Sekolah MenengahAtas dan Madrasah Aliyah. Depdikbud. Jakarta.

Dimyati & Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Dincer, S. 2015. Effect of Computer Assisted Learning on Students’Achievementin Turkey: a Meta-Analysis. Journal of Turkish Science Education, 12(1): 99-118.

Page 65: PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL …digilib.unila.ac.id/27379/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74%

68

Fraenkel, J. R., N. E. Wallen, & H. H. Hyun. 2012. How to Design and EvaluateResearch in Education (Eigth Edition). McGrow-Hill. New York.

Halimah, S. N. 2016. Penerapan Model Inkuiri Terbimbing dalam MeningkatkanMotivasi Belajar dan Penguasaan Konsep pada Materi Larutan Elektroltdan Non-elektrolit. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Hamalik, O. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Hammond, J. 2001. Scaffolding : Teaching and Learning in Language andLiteracy Education. Primary English Teaching Assoclation. Australia.

Hasnah, S. 2015. Penerapan Pembelajaran SiMaYang Tipe II pada Materi AsamBasa. Skripsi. Bandar Lampung. Universitas Lampung.

Inayah, R., T. Martono, & H. Sawiji. 2013. Pengaruh Kompetensi Guru, MotivasiBelajar Siswa, dan Fasilitas Belajar Terhadap Prestasi Belajar MataPelajaran Ekonomi Pada Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Lasem JawaTengah. Pendidikan Insan Mandiri, 1, 1-13.

Izzati, S. 2015. Penerapan Model Pembelajaran SiMaYang Tipe II BerbasisMultipel Representasi dalam Meningkatkan Efikasi Diri dan PenguasaanKonsep Asam Basa. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Kusuma, M. D., U. Rosidin, & Viyanti. 2013. Pengaruh Sikap Ilmiah TerhadapHasil Belajar Melalui Strategi Scaffolding-Kooperatif. JurnalPembelajaran Fisika, 1(2).

Laliyo, L. A. R. 2011. Model Mental Siswa dalam Memahami Perubahan Wujudzat. Jurnal Penelitian dan Pendidikan., 8(1) : 1-12.

Mustaqim. 2013. Proses Scaffolding Berdasarkan Diagnosis Kesulitan Siswadalam Menyelesaikan Masalah Program Linear dengan MenggunakanMapping Mathematic. Pendidikan Sains , 1(1), 72-78.

Nurmala, V. 2016. Pembelajaran SiMaYang Tipe II untuk MeningkatkanKemampuan Metakognisi dan Keterampilan Berpikir Kritris pada MateriLarutan Elektrolit dan Non-Elektrolit. Skripsi. Universitas Lampung.Bandar Lampung.

Odja, A. H., & C. S. Payu. 2014. Analisis Kemampuan Awal Literasi Sains SiswaPada Konsep IPA. 40-47.

OECD. 2000. Meanstrating Student Kledge and Skills. OECD Publishing(Online). Tersedia di http://www.oecd.org/std/2757266.pdf. diakses 15November 2016.

OECD & UNESCO. 2003. Literacy Skills for the World Tomorrow Further fromPISA 2000. OECD Publishing (Online). Tersedia dihttp://www.oecd.org/edu/school/2999581.pdf. diakses 15 November2016.

Page 66: PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL …digilib.unila.ac.id/27379/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74%

69

Prakasa, M., & N. Aznam. 2016. Pengembangan SSP Kimia Berbasis PendidikanBerkelanjutan untuk Meningkatkan Literasi Kimia dan KesadaranTerhadap Lingkungan. Inovasi Pendidikan IPA, 2, 46-57.

Poerwadarminta, W. J. S. 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai Pustaka.Jakarta.

Reliyana, R. 2014. Efektivitas Pembelajaran Inkuiri Terbimbing DalamMeningkatkan Motivasi Belajar Dan Penguasaan Konsep Siswa. Skripsi.FKIP. Universitas Lampung.

Safitri, L. A., U. Rosidin, & C. Ertikanto. 2014. Hubungan Kemampuan BerpikirKreatif dan Motivasi dengan Hasil Belajar Melalui Model PBL. JurnalPembelajaran Fisika, 2(3).

Sardiman, A. M. 2012. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. CV Rajawali.Jakarta.

______. 2014. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. CV Rajawali. Jakarta.

Schunk, D. H., Pintrich, P. R., & Meece, J. L. 2010. Motivation in Education:Theory, Research and Applications (3nd ed). Englewood Cliffs, NJ:Merrill Company.

Sjukur, S. B. 2012. Pengaruh Blended Learning Terhadap Motivasi Belajar danHasil Belajar Tingkat SMK. Pendidikan Vokasi , 2, 368-378.

Soleha, I. 2016. Perbandingan Model Pembelajaran SiMaYang Tipe II denganProblem Solving dalam Meningkatkan Efikasi Diri dan PenguasaanKonsep Lrutan Elektrolit dan Non-elektrolit. Skripsi. FKIP. UniversitasLampung.

Sudjana, N. 2005. Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Alfabeta.Bandung.

Suhadi. 2008. Angket Motivasi Terhadap Pelajaran. darihttp://suhadinet.files.wordpress.com. diakses November 2016.

Suherman, E. 2003. Evaluasi Pembelajaran Matematika. JICA UPI. Bandung.

Sunyono, L. Yuanita, & M. Ibrahim. 2011. Model Mental Mahasiswa TahunPertama dalam Mengenal Konsep Stoikiometri. Prosiding SeminarNasional Kimia V. 6 Juli 2011.UII-Yogyakarta.

Sunyono. 2012. Buku Model Pembelajaran Berbasis Multipel Representasi(Model SiMaYang). Aura Printing & Publishing. Bandar Lampung.

______. 2013. Buku Model Pembelajaran Berbasis Multipel Representasi (ModelSiMaYang). Aura Press. Bandar Lampung.

Page 67: PENGARUH STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MODEL …digilib.unila.ac.id/27379/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · sebesar 84% dan kelas kontrol berkriteria “sedang” yaitu sebesar 74%

70

______. 2014. Model Pembelajaran Kimia Berbasis Multipel Representasi dalamMembangun Model Mental dan Penguasaan Konsep Mahasiswa KimiaDasar Mahasiswa. Disertasi Program S3 Pendidikan Sains. ProgramPascasarjana Universitas Negeri Surabaya. tidak dipublikasikan.

Sunyono. 2015. Model Pembelajaran Multipel Representasi; PembelajaranEmpat Fase Dengan Lima Kegiatan: Orientasi, Eksplorasi Imajinasi,Internalisasi, dan Evaluasi. Media Akademi. Yogyakarta.

Susetyo, Y. F., & Kumara, A. 2012. Orientasi Tujuan, Atribusi Penyebab danBelajar Berdasarkan Regulasi Diri. Jurnal Psikologi. 39(1): 95-111.

Susilo. 2012. Pengembangan Model Pembelajran IPA Berbasis Masalah untukMeningkatkan Motivasi Belajar dan Berpikir Kritis Siswa SMP. Journalof Primary Educational, 1(1): 57-63.

Sutarmi, N. W., N. Suharsono, & I. W. Warpala. 2013. Pengaruh PembelajaranScaffolding Terhadap Keterampilan Menulis Teks Recount BerbahasaInggris dan Kreativitas Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Manggis (Vol.3).

Tim Penyusun. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik IndonesiaNo 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Departemen PendidikanNasional. Jakarta.

Toharudin, U., S. Hendrawati., & A. Rustaman. 2014. Membangun Literasi SainsPeserta Didik. Humaniora Bandung. 291 hlm.

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Bumi Aksara. Surabaya.

Utami, N. R. S. 2016. Hubungan antara Motivasi Belajar dan Efikasi Diri denganModel Mental Siswa dalam Pembelajaran Larutan Elektrolit dan Non-elektrolit Menggunakan Model SiMaYang. Skripsi. UniversitasLampung. Bandar Lampung.