Upload
others
View
11
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH SUHU PENGERING, KECEPATAN
UDARA DAN UKURAN BAHAN TERHADAP LAJU
PENGERINGAN JAHE MENGGUNAKAN
PENGERING BAKI
SKRIPSI
Oleh
ABDI SYAHPUTRA HARAHAP
130405018
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
NOVEMBER 2020
Universitas Sumatera Utara
PENGARUH SUHU PENGERING, KECEPATAN
UDARA DAN UKURAN BAHAN TERHADAP LAJU
PENGERINGAN JAHE MENGGUNAKAN
PENGERING BAKI
SKRIPSI
Oleh
ABDI SYAHPUTRA HARAHAP
130405018
SKRIPSI INI DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI SEBAGIAN
PERSYARATAN MENJADI SARJANA TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
NOVEMBER 2020
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul :
PENGARUH SUHU, KECEPATAN UDARA PENGERING DAN
UKURAN BAHAN TERHADAP LAJU PENGERINGAN JAHE
MENGGUNAKAN PENGERING BAKI
dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Sarjana Teknik pada
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini
adalah hasil karya saya kecuali kutipan-kutipan yang telah saya sebutkan
sumbernya.
Demikian pernyataan ini diperbuat, apabila dikemudian hari terbukti bahwa karya
ini bukan karya saya atau merupakan hasil jiplakan maka saya bersedia menerima
sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.
Medan, November 2020
Abdi Syahputra Harahap
NIM. 130405018
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
iii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Tulisan ini merupakan Skripsi
dengan judul “Pengaruh Suhu, Kecepatan Udara Pengering Dan Ukuran Bahan
Terhadap Laju Pengeringan Jahe Menggunakan Pengering Baki”, berdasarkan hasil
penelitian yang penulis lakukan di Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar sarjana teknik.
Selama melakukan penelitian sampai penulisan skripsi ini, penulis banyak
mendapat bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Rosdanelli Hasibuan, M.T selaku Dosen Pembimbing atas
kesabarannya dalam membimbing penulis pada penyusunan dan penulisan
skripsi ini.
2. Dr. Ir. Bambang Trisakti, M.Si selaku Dosen Penguji I dan Koordinator
Penelitian yang telah memberikan saran dan masukan yang membangun dalam
penulisan skripsi ini.
3. Ir. Maya Sarah, ST, MT, Ph.D selaku Dosen Penguji II dan selaku Ketua
Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
4. Seluruh staf Dosen Teknik Kimia USU, yang telah mendidik dan
membagikan ilmu kepada penulis selama perkuliahan.
5. Pegawai Departemen Teknik Kimia USU, yang telah membantu penulis
dalam hal administrasi selama perkuliahan.
6. Muhammad Bairuni, selaku partner penelitian penulis.
7. Keluarga tercinta, yang telah memberikan semangat dan dorongan kepada
penulis untuk melakukan penelitian.
8. Teman-Teman stambuk 2013, dan adik-adik stambuk 2014 hingga 2020
yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Universitas Sumatera Utara
iv
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu
penulis mengharapkan saran dan masukan demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga
skripsi ini memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Medan, November 2020
Penulis
Abdi Syahputra Harahap
Universitas Sumatera Utara
v
Didedikasikan kepada
keluarga besar atas kasih sayang mereka,
terutama kepada kedua orang tua,
Adlin Syaipul Harahap
&
Susanti
Universitas Sumatera Utara
vi
RIWAYAT HIDUP PENULIS
PHOTO 3 X 4 Nama Abdi Syahputra Harahap
Nim 130405018
Tempat/Tgl. Lahir Kisaran, 12 Pebruari 1995
Nama orang tua Adlin Syaipul Harahap
Susanti
Alamat orang tua
Jalan Achmad Bakrie, Bunut
Factory , Kisaran Barat, Sumatera
Utara.
Asal sekolah:
SD N 010059 Bunut, tahun 2001-2007
SMP N 2 Kisaran, tahun 2007-2010
SMA N 3 Kisaran, tahun 2010-2013
Pengalaman organisasi/kerja:
1. Kerja Praktek Di Pt Pertamina Ep Asset 1 Pangkalan Susu Field November-
Desember 2016.
Prestasi akademik/non akademik yang pernah dicapai:
1. Juara Harahap I Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional Gelar Teknologi Kimia
di Universitas Muhammadiyah Surakarta pada tanggal 15 oktober 2016.
2. Finalis Paper Competition yang diadakan oleh UKM LEPPIM UPI pada
tanggal 3 desember 2016.
Universitas Sumatera Utara
vii
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan kondisi suhu, kecepatan udara
dan ketebalan bahan terbaik terhadap laju pengeringan jahe (Zingiber officinale
roscoe) dan untuk mendapatkan model kinetika pengeringan yang paling sesuai
untuk memprediksi kinetika pengeringan jahe. Jahe di iris dengan variasi ketebalan
1 mm, 2 mm dan 3 mm lalu di keringkan pada variasi suhu (35 oC, 45 oC dan 55 oC) dan variasi kecepatan udara (1,3 m/s, 1,8 m/s dan 2,3 m/s) menggunakan alat
pengering baki (try dryer). Suhu, kecepatan udara dan ketebalan bahan berpengaruh
terhadap penurunan moisture ratio dan meningkatkan laju pengeringan. Kondisi
terbaik di pilih pada suhu 55 oC, kecepatan udara 2,3 m/s dengan ketebalan bahan
1 mm. dimana waktu pengeringan untuk mencapai kesetimbangan memerlukan
waktu selama 110 menit.
Kata Kunci : try dryer, jahe, kinetika pengeringan
Universitas Sumatera Utara
viii
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI i
PENGESAHAN ii
PRAKATA iii
DEDIKASI v
RIWAYAT HIDUP PENULIS vi
ABSTRAK vii
DAFTAR ISI viii
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR LAMPIRAN xiii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 LATAR BELAKANG 1
1.2 PERUMUSAN MASALAH 3
1.3 TUJUAN PENELITIAN 3
1.4 MANFAAT PENELITIAN 4
1.5 RUANG LINGKUP PENELITIAN 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
2.1 PENGERINGAN 5
2.1.1 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pengeringan 6
2.3 PENGERING TRY DRYER 8
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 10
3.1 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN 10
3.2 PERALATAN 10
3.2.1 Alat Pengering 10
3.2.2 Alat Pengukur 12
3.3 PROSEDUR PENELITIAN 12
3.4 PROSEDUR PERHITUNGAN
3.5 FLOWCHART PENELITIAN
13
14
Universitas Sumatera Utara
ix
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 16
4.1 PENGARUH KONDISI OPERASI PENGERINGAN 16
4.1.1 PENGARUH SUHU 16
4.1.2 PENGARUH KECEPATAN UDARA 19
4.1.3 PENGARUH KETEBALAN BAHAN 21
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 24
5.1 KESIMPULAN 24
5.2 SARAN 24
DAFTAR PUSTAKA 25
Universitas Sumatera Utara
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Skema Alat Penelitian 10
Gambar 3.2 Alat Pengering 11
Gambar 3.3 Rak Bahan Try Dryer 11
Gambar 3.4 Neraca 12
Gambar 3.5 Anemometer 12
Gambar 3.6 Thermometer 12
Gambar 3.7 Flowchart Penelitian 14
Gambar 4.1 Hubungan Moisture Ratio terhadap Waktu Pada
Kecepatan Kecepatan 2,3 m/s dan Ketebalan 1 mm 16
Gambar 4.2 Hubungan Laju Pengeringan terhadap Waktu Pada
Kecepatan Kecepatan 2,3 m/s dan Ketebalan 1 mm 17
Gambar 4.3 Hubungan Moisture Ratio terhadap Waktu Pada Suhu
55 C dan Ketebalan 1 mm 19
Gambar 4.4 Hubungan Laju Pengeringan terhadap Waktu Pada
Suhu 55 C dan Ketebalan 1 mm 20
Gambar 4.5 Hubungan Moisture Ratio terhadap Waktu Pada
Kecepatan 2,3 m/s dan Suhu 55 C 21
Gambar 4.6 Hubungan Laju Pengeringan terhadap Waktu Pada
Kecepatan 2,3 m/s dan Suhu 55 C 22
Gambar L3.1 Foto Alat Pengering Try Dry 58
Gambar L3.1 Foto Jahe Kering 58
Universitas Sumatera Utara
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Penelitian terdahulu mengenai pengeringan biologi
menggunakan alat pengering baki (try dryer) 2
Tabel 1.2 Variabel Tetap 4
Tabel 1.3 Variabel Berubah 4
Tabel 3.1 Alat Pengukur 12
Tabel L1.1 Data Hasil Pengeringan Run 1 29
Tabel L1.2 Data Hasil Pengeringan Run 2 30
Tabel L1.3 Data Hasil Pengeringan Run 3 31
Tabel L1.4 Data Hasil Pengeringan Run 4 32
Tabel L1.5 Data Hasil Pengeringan Run 5 33
Tabel L1.6 Data Hasil Pengeringan Run 6 34
Tabel L1.7 Data Hasil Pengeringan Run 7 35
Tabel L1.8 Data Hasil Pengeringan Run 8 36
Tabel L1.9 Data Hasil Pengeringan Run 9 37
Tabel L1.10 Data Hasil Pengeringan Run 10 38
Tabel L1.11 Data Hasil Pengeringan Run 11 39
Tabel L1.12 Data Hasil Pengeringan Run 12 40
Tabel L1.13 Data Hasil Pengeringan Run 13 41
Tabel L1.14 Data Hasil Pengeringan Run 14 42
Tabel L1.15 Data Hasil Pengeringan Run 15 43
Tabel L1.16 Data Hasil Pengeringan Run 16 44
Tabel L1.17 Data Hasil Pengeringan Run 17 45
Tabel L1.18 Data Hasil Pengeringan Run 18 46
Tabel L1.19 Data Hasil Pengeringan Run 19 47
Tabel L1.20 Data Hasil Pengeringan Run 20 48
Tabel L1.21 Data Hasil Pengeringan Run 21 49
Tabel L1.22 Data Hasil Pengeringan Run 22 50
Tabel L1.23 Data Hasil Pengeringan Run 23 51
Universitas Sumatera Utara
xii
Tabel L1.24 Data Hasil Pengeringan Run 24 52
Tabel L1.25 Data Hasil Pengeringan Run 25 53
Tabel L1.26 Data Hasil Pengeringan Run 26 54
Tabel L1.27 Data Hasil Pengeringan Run 27 55
Universitas Sumatera Utara
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN 1 DATA PENELITIAN 29
L1.1 DATA HASIL PENGERINGAN RUN 1 29
L1.2 DATA HASIL PENGERINGAN RUN 2 30
L1.3 DATA HASIL PENGERINGAN RUN 3 31
L1.4 DATA HASIL PENGERINGAN RUN 4 32
L1.5 DATA HASIL PENGERINGAN RUN 15 33
L1.6 DATA HASIL PENGERINGAN RUN 16 34
L1.7 DATA HASIL PENGERINGAN RUN 17 35
L1.8 DATA HASIL PENGERINGAN RUN 18 36
L1.9 DATA HASIL PENGERINGAN RUN 19 37
L1.10 DATA HASIL PENGERINGAN RUN 10 38
L1.11 DATA HASIL PENGERINGAN RUN 11 39
L1.12 DATA HASIL PENGERINGAN RUN 12 40
L1.13 DATA HASIL PENGERINGAN RUN 13 41
L1.14 DATA HASIL PENGERINGAN RUN 14 42
L1.15 DATA HASIL PENGERINGAN RUN 15 43
L1.16 DATA HASIL PENGERINGAN RUN 16 44
L1.17 DATA HASIL PENGERINGAN RUN 17 45
L1.18 DATA HASIL PENGERINGAN RUN 18 46
L1.19 DATA HASIL PENGERINGAN RUN 19 47
L1.20 DATA HASIL PENGERINGAN RUN 20 48
L1.21 DATA HASIL PENGERINGAN RUN 21 49
L1.22 DATA HASIL PENGERINGAN RUN 22 50
L1.23 DATA HASIL PENGERINGAN RUN 23 51
L1.24 DATA HASIL PENGERINGAN RUN 24 52
L1.25 DATA HASIL PENGERINGAN RUN 25 53
L1.26 DATA HASIL PENGERINGAN RUN 26 54
L1.27 DATA HASIL PENGERINGAN RUN 27 55
Universitas Sumatera Utara
xiv
LAMPIRAN 2 CONTOH PERHITUNGAN 56
L2.1 PERHITUNGAN BERAT KERING 56
L2.1.1 Perhitungan Berat Kering Sampel
dengan Suhu 55 oC, Kecepatan 2,3 m/s
dan Ketebebalan Sampel 1 mm
56
L2.2 PERHITUNGAN KADAR AIR 56
L2.2.1 Perhitungan Kadar Air Sampel dengan
Suhu 55 oC, Kecepatan 2,3 m/s dan
Ketebebalan Sampel 1 mm
56
L2.3 PERHITUNGAN LAJU PENGERINGAN 56
L2.3.1 Perhitungan Laju Pengeringan Sampel
dengan Suhu 55 oC, Kecepatan 2,3 m/s
dan Ketebebalan Sampel 1 mm pada t =
5 menit
57
L2.4 PERHITUNGAN MOISTURE RATIO (MR) 57
L2.4.1 Perhitungan Moisture Ratio Sampel
dengan Suhu 55 oC, Kecepatan 2,3 m/s
dan Ketebebalan Sampel 1 mm t = 5
menit
57
LAMPIRAN 3 DOKUMENTASI PENELITIAN 58
L3.1 Foto Alat Pengering Try Dry 58
L3.2 Foto Jahe Kering 58
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dewasa ini penggunaan obat herbal cenderung terus meningkat, baik di
negara sedang berkembang maupun di negara-negara maju. Peningkatan
penggunaan obat herbal ini mempunyai dua dimensi penting yaitu aspek medik
terkait dengan penggunaannya yang sangat luas diseluruh dunia, dan aspek
ekonomi terkait dengan nilai tambah yang mempunyai makna pada perekonomian
masyarakat [1].
Salah satu tahapan pasca panen tanaman herbal ialah pengeringan.
Pengeringan bertujuan mengawetkan bahan sehingga bahan dapat tahan lebih lama
dalam penyimpanan. Selain itu pengeringan akan menghindari terurainya
kandungan kimia karena pengaruh enzim. Pengeringan dapat mencegah tumbuhnya
mikroorganisme dan jamur. Menurut persyaratan yang tertera dalam Farmakope
Indonesia, bahan herbal yang ditujukan untuk obat tradisional dapat dikeringkan
sampai kadar air tidak lebih dari 10%.
Pada proses pengeringan, terdapat beberapa faktor eksternal yang
mempengaruhi. Suhu pengeringan merupakan salah satu faktor tersebut dan
menjadi sangat penting. Pada umumnya, semakin besar perbedaan suhu antara
medium pengering dengan bahan semakin cepat pindah panas ke bahan dan
semakin cepat pula penguapan air dari bahan yang dikeringkan. Semakin tinggi
suhu udara, semakin banyak uap air yang dapat ditampung oleh udara tersebut.
Dapat disimpulkan bahwa udara bersuhu tinggi lebih cepat mengeluarkan air dari
bahan sehingga proses pengeringan lebih cepat [5].
Selain suhu pengeringan, proses pengeringan juga dipengaruhi oleh kecepatan
udara pengering. Proses transfer massa pada proses pengeringan dipengaruhi oleh
transfer momentum yaitu, laju alir udara pengering. Perubahan kecepatan udara
pengering merupakan proses transfer momentum yang berpengaruh terhadap
kecepatan difusi panas dari udara ke dalam molekul bahan sehingga meningkatkan
temperatur molekul di dalam bahan. Peningkatan temperatur di dalam molekul air
Universitas Sumatera Utara
2
menyebabkan tekanan uap air di dalam molekul bertambah sehingga air yang
berada dalam bahan semakin mudah keluar dari molekul bahan [6].
` Perubahan kadar air sangat dipengaruhi oleh perbedaan ketebalan dan suhu
dimana menyebabkan laju pengeringan yang dihasilkan berbeda sehingga kadar air
yang dihasilkan juga berbeda. Semakin tebal sampel yang dikeringkan maka waktu
yang dibutuhkan untuk mencapai kesetimbangan semakin lama [30].
Berikut ini adalah penelitian terdahulu mengenai pengeringan biologi
menggunakan alat pengering baki (try dryer):
Tabel 1.1 Penelitian terdahulu mengenai pengeringan biologi menggunakan
alat pengering baki (try dryer).
Nama Tahun Judul Penelitian Hasil Penelitian
Suherman
[32] 2012
Pengeringan
Bunga Rosella
(Hibiscus
Sabdariffa)
Menggunakan
Pengering Rak
Udara
Resirkulasi.
Percobaan ini menggunakan
suhu 40, 50, dan 60 C sebagai
variabel berubahnya. Dari hasil
percobaan menunjukkan bahwa
semakin tinggi suhu maka laju
pengeringan semakin tinggi
sehingga waktu pengeringan
juga semakin singkat.
Hariyadi
[33] 2017
Pengaruh Kondisi
Operasi Dan
Foaming Agent
Terhadap Kualitas
Serbuk Tomat
Pada Pengeringan
Menggunakan
Tray Dryer.
Penelitian ini menggunakan
variasi temperatur 40, 50, 60 dan
70 ºC dengan kecepatan udara
2,0 m/detik. Bahan dikeringkan
dengan ketebalan 2 mm atau 4
mm. Berat sampel diukur setiap
5 menit. Hasil yang diperoleh,
temperatur pengeringan optimal
pada 50 ºC dengan kadar air
produk sebesar 7,21% basis
kering. Semakin tebal ukuran
bahan, pengeringan semakin
lambat dan kadar air akhir lebih
tinggi.
Amiruddin
[30] 2013
Pembuatan
Tepung Wortel (
Daucus carrota L
) Dengan Variasi
Suhu Pengering.
Penelitian ini dilakukan dengan
pengeringan baki (tray dryer)
pada suhu 30, 45, 60 C, dan
kecepatan udara pengering : 1,5
m/s. Pengirisan dengan
ketebalan 1, 2, 3 mm.
Kandungan β-karoten pada
tepung wortel (Daucus carrota
L) yang terbaik diperoleh pada
suhu pengeringan 45 ⁰C. Selan
Universitas Sumatera Utara
3
itu perbedaan ketebalan
menyebabkan laju pengeringan
yang dihasilkan berbeda dimana
semakin tebal sampel yang
dikeringkan maka waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai
kesetimbangan lingkungan
semakin lama.
Bairuni
[31] 2017
Pengaruh Suhu
Pengering dan
Kecepatan Udara
pada Pengeringan
Kombinasi
Konveksi
Desikan.
Laju pengeringan tertinggi
terjadi pada suhu 53 C dan
kecepatan udara 3 m/s dan
kualitas jahe kering sesuai
dengan SNI.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Salah satu tahapan terpenting dalam pengolahan pasca panen tanaman herbal
ialah pengeringan. Pengeringan bertujuan mengurangi kadar air bahan dan
mengawetkan bahan agar dapat disimpan dalam jangka waktu lebih lama.
Pengeringan konvensional memiliki beberapa kekurangan diantaranya bergantung
pada cuaca, kurang higienis dan kadar air produk tidak seragam. Hal ini disebabkan
karena cuaca selalu berubah serta kandungan air yang dikeringkan tidak seragam.
Pengeringan dipengaruhi kondisi operasi yaitu suhu, kecepatan udara dan ketebalan
bahan yang akan dikeringkan. Oleh karena itu, untuk mendapatkan kondisi operasi
yang terbaik dilakukan penelitian dengan memvariasikan suhu, kecepatan dan
ketebalan bahan menggunakan alat pengering baki (try dryer). Penelitian ini
diarahkan kepada pembahasan mengenai pengaruh kondisi operasi, yakni suhu,
kecepatan udara, ketebalan bahan serta penentuan model kinetika pengeringan yang
paling sesuai pada pengeringan jahe menggunakan alat pengering baki (try dryer).
1.3 TUJUAN PENELITIAN
1. Mendapatkan kondisi suhu terbaik pada pengeringan jahe menggunakan alat
pengering baki (try dryer).
2. Mendapatkan kondisi kecepatan udara terbaik pada pengeringan jahe
menggunakan alat pengering baki (try dryer).
Universitas Sumatera Utara
4
3. Mendapatkan kondisi ketebalan bahan terbaik pada pengeringan jahe
menggunakan alat pengering baki (try dryer).
1.4 MANFAAT PENELITIAN
1. Memberikan informasi mengenai kondisi suhu terbaik pada pengeringan jahe
menggunakan alat pengering baki (try dryer).
2. Memberikan informasi mengenai kondisi kecepatan udara terbaik pada
pengeringan jahe menggunakan alat pengering baki (try dryer).
3. Memberikan informasi mengenai kondisi ketebalan bahan terbaik pada
pengeringan jahe menggunakan alat pengering baki (try dryer).
1.5 RUANG LINGKUP PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Operasi Industri Kimia, Fakultas
Teknik, Universitas Sumatera Utara.
Adapun peralatan utama yang akan digunakan adalah alat pengering baki (try
dryer) dengan bagian utama ruang pengering, heater, kipas, dan rak bahan baku.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel tetap dan
variabel berubah. Berikut tabel variabel tetap dan berubah.
Tabel 1.2 Variabel Tetap
Variabel Keterangan
Massa 350 g
Tabel 1.3 Variabel Berubah
Variabel Keterangan
Suhu 35 oC; 45 oC; 55 oC
Kecepatan udara 1,3 m/s; 1,8 m/s; 2,3 m/s
Ketebalan bahan 1 mm; 2 mm; 3 mm
Alat yang digunakan untuk pengukuran adalah :
1. Anemometer.
2. Thermometer.
3. Neraca.
Universitas Sumatera Utara
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERINGAN
Pengeringan merupakan pemisahan cairan volatil dari bahan padat melalui
penguapan cairan dan penyingkiran uap. Proses yang terjadi pada pengeringan ialah
proses perpindahan massa dan perpindahan panas. Pengeringan dapat
dikelompokkan kedalam proses pemisahan termal, dikarenakan pada prosesnya
dibutuhkan pasokan panas. Zat pembawa panas disebut sebagai drying agent. Zat
ini dapat berupa udara, gas inert, ataupun superheated steam. Panas dapat dipasok
melalui radiasi, permukaan yang panas, ataupun melalui gelombang pendek [8].
Proses pengeringan biasanya dilakukan sebagai operasi akhir pada proses
produksi. Pada industri kertas dan industri pengolahan kayu, proses pengeringan
merupakan salah satu tahapan proses. Pengeringan biasa dilakukan untuk beberapa
tujuan seperti untuk mengurangi biaya transportasi, mengolah bentuk bahan
produk, ataupun mengurangi kemungkinan korosi bahan akibat air [12]. Dalam
merancang proses pengeringan dibutuhkan pemahaman terhadap pengukuran dan
perhitungan neraca massa dan panas, termodinamika, laju perpindahan massa dan
panas, serta kualitas hasil akhir bahan yang dikeringkan [8].
Proses pengeringan terjadi melalui penguapan air, cara ini dilakukan dengan
menurunkan kelembaban nisbi udara dengan cara mengalirkan udara panas
disekeliling bahan, sehingga tekanan uap air bahan lebih besar dari pada tekanan
uap air di udara. Perbedaan tekanan ini menyebabkan terjadinya aliran uap air dari
bahan ke udara [13].
Pada kondisi awal, tekanan uap air bahan sama dengan tekanan uap air udara
(dalam keadaan seimbang). Pada saat udara panas dialirkan melewati permukaan
bahan, maka terjadi kenaikan tekanan uap air bahan sehingga tekanan uap air bahan
menjadi lebih besar dari tekanan uap air udara. Perpindahan massa juga terjadi
antara bahan dengan udara dimana uap air bahan akan keluar dan menuju udara
sekitar. Proses akan terus berulang sampai terjadi keseimbangan bahan dengan
udara sekitar [14].
Universitas Sumatera Utara
6
Ketika bahan basah dikenai pengeringan termal, terdapat dua proses yang
terjadi secara simultan, yakni [15] :
1. Perpindahan panas dari lingkungan sekitar menuju bahan untuk menguapkan
kelembaban permukaan bahan.
2. Perpindahan kelembaban dari dalam bahan menuju permukaan bahan dan
kemudian menguap ke lingkungan.
Dalam memilih alat pengeringan dibutuhkan beberapa informasi penting agar
alat pengeringan yang dipilih sesuai, infomasi tersebut ialah [15] :
Sifat fisik, sifat kimia, dan sifat biokimia dari umpan
Kandungan kelembaban bahan dan produk
Kinetika pengeringan
Parameter kualitas akhir produk
Aspek keselamatan
Harga produk
Kebutuhan akan pengendali otomatis
Sifat toksikologi produk
Jenis dan biaya sumber tenaga, seperti listrik dan minyak
2.1.1 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pengeringan
Prinsip pengeringan biasanya akan melibatkan dua kejadian, yaitu panas
diberikan pada bahan yang akan dikeringkan, dan air dikeluarkan dari dalam bahan.
Dua fenomena ini menyangkut perpindahan panas ke dalam dan perpindahan
massa keluar. Adapun faktor-faktor yang memengaruhi laju pengeringan, yakni :
1. Luas permukaan. Pada umumnya, bahan pangan yang dikeringkan mengalami
pengecilan ukuran, baik dengan cara diiris, dipotong, atau digiling. Proses
pengecilan ukuran dapat mempercepat proses pengeringan dengan mekanisme
sebagai berikut :
a. Pengecilan ukuran memperluas permukaan bahan. Luas permukaan bahan
yang tinggi atau ukuran bahan yang semakin kecil menyebabkan permukaan
yang dapat kontak dengan medium pengering menjadi lebih baik.
Universitas Sumatera Utara
7
b. Luas permukaan yang besar juga menyebabkan air lebih mudah berdifusi atau
menguap dari bahan pangan sehingga kecepatan penguapan air lebih cepat dan
bahan menjadi lebih cepat kering.
c. Ukuran yang kecil menyebabkan penurunan jarak yang harus ditempuh oleh
panas dimana panas harus bergerak menuju pusat bahan yang dikeringkan.
Demikian juga jarak pergerakan air dari pusat bahan ke permukaan bahan
menjadi lebih pendek.
2. Perbedaan suhu sekitar. Pada umumnya, semakin besar perbedaan suhu antara
medium pengering dengan bahan semakin cepat pindah panas ke bahan dan
semakin cepat pula penguapan air dari bahan yang dikeringkan. Semakin tinggi
suhu udara, semakin banyak uap air yang dapat ditampung oleh udara tersebut.
Dapat disimpulkan bahwa udara bersuhu tinggi lebih cepat mengeluarkan air
dari bahan sehingga proses pengeringan lebih cepat.
3. Kecepatan aliran udara. Udara yang bergerak atau bersirkulasi akan lebih cepat
menyingkirkan uap air dibandingkan udara diam. Pada proses pergerakan
udara, uap air dari bahan akan dikeuarkan dan terjadi mobilitas yang
menyebabkan udara tidak pernah mencapai titik jenuh. Semakin cepat
pergerakan atau sirkulasi udara, proses pengeringan akan semakin cepat.
Prinsip ini yang menyebabkan beberapa proses pengeringan menggunakan
sirkulasi udara.
4. Kelembaban Udara. Kelembaban udara menentukan kadar air akhir bahan
setelah dikeringkan. Bahan yang telah dikeringkan dapat menyerap air dari
udara di sekitarnya. Jika udara disekitar bahan pengering tersebut mengandung
uap air tinggi atau lembab, maka kecepatan penyerapan uap air oleh bahan
tersebut akan semakin cepat. Proses penyerapan akan terhenti sampai
kesetimbangan kelembaban nisbi pangan tersebut tercapai. Kesetimbangan
kelembaban nisbi bahan adalah kelembaban pada suhu tertentu dimana tidak
terjadi penguapan air dari bahan ke udara dan tidak terjadi penyerapan uap air
dari udara oleh bahan tersebut
5. Lama Pengeringan. Lama pengeringan menentukan lama kontak bahan dengan
panas. Dikarenakan sebagian besar bahan sensitif terhadap panas, maka waktu
pengeringan yang digunakan harus maksimum, yaitu kadar air bahan akhir
Universitas Sumatera Utara
8
yang diinginkan telah tercapai dengan waktu pengeringan yang lebih singkat.
Pengeringan dengan suhu yang tinggi dan waktu yang pendek dapat lebih
menekan kerusakan bahan pangan dibandingkan dengan waktu pengeringan
yang lebih lama dan suhu lebih rendah [5].
2.2 PENGERINGAN TRY DRYER
Dalam memilih alat pengering yang akan digunakan, serta menentukan
kondisi pengeringan harus diperhitungkan jenis bahan yang akan dikeringkan.
Juga harus diperhitungkan hasil kering dari bahan yang diinginkan. Setiap
bahan yang akan dikeringkan tidaklah sama kondisi pengeringannya, karena
ikatan air dan jaringan ikatan tiap bahan akan berbeda. Pengeringan yang
dilakukan dengan menggunakan alat mekanis (pengering buatan) akan
mendapatkan hasil yang baik bila kondisi pengeringan dapat ditentukan
dengan tepat dan selama pengeringan dikontrol dengan baik. Setiap alat
pengeringan digunakan untuk jenis bahan tertentu, misalnya tray dryer untuk
pengeringan bahan padat [34].
Tray dryer atau alat pengering baki, mempunyai bentuk persegi dan di
dalamnya berisi rak-rak, yang digunakan sebagai tempat bahan yang akan
dikeringkan. Bahan diletakkan di atas rak (tray) yang terbuat dari logam
dengan alas yang berlubang-lubang. Kegunaan dari lubang-lubang ini untuk
mengalirkan udara panas dan uap air. Pada alat pengering ini, bahan
ditempatkan langsung pada rak-rak dapat juga ditebarkan pada wadah lain
misalnya baki atau nampan. Kemudian baki atau nampan ini disusun di atas
rak yang ada di dalam alat pengering [34].
Prinsip kerja alat pengering tipe rak adalah udara pengering dari ruang
pemanas dengan bantuan kipas akan bergerak menuju dasar rak dan melalui
lubang-lubang yang terdapat pada dasar rak tersebut akan mengalir melewati
bahan yang dikeringkan dan melepaskan sebagian panasnya sehingga terjadi
proses penguapan air dari bahan. Di samping itu kelembaban udara pengering
pada saat mencapai bagian atas harus dipertahankan tetap tidak jenuh
sehingga masih mampu menampung uap air yang dilepaskan. Di dalam
penggunaan alat pengering ini perlu diperhatikan pengaturan suhu, kecepatan
Universitas Sumatera Utara
9
aliran udara pengering, dan tebal tumpukan bahan yang dikeringkan sehingga
hasil kering yang diharapkan dapat tercapai [34].
Universitas Sumatera Utara
10
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Operasi Teknik Kimia,
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara selama 1 bulan.
3.2 PERALATAN
3.2.1 Alat Pengering
Skema alat pengering baki (try dryer) terlihat pada gambar 3.1. Alat
pengering ini terdiri dari 4 komponen utama: ruang pengering, pengatur suhu
(control heater), pengatur kecepatan udara (control gan) dan rak baki. Ruang
pengering adalah ruang tempat masuknya udara dengan variasi kecepatan dan suhu
yang telah ditentukan di bagian panel control. Di dalam ruang pengering terdapat
rak baki (trays) sebagai tempat bahan baku yang akan dikeringkan. Pengatur suhu
(control heater) adalah bagian control untuk mengatur tinggi rendahnya suhu.
Pengatur kecepatan udara (control fan) adalah bagian control untuk mengatur
kecepatan putaran kipas. Alat pengering dapat dilihat pada gambar 3.2.
Gambar 3.1 Skema Alat Penelitian
Universitas Sumatera Utara
11
Gambar 3.2 Alat Pengering
Gambar 3.3 Rak Bahan Try Dry
Universitas Sumatera Utara
12
3.2.2 Alat Pengukur
Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini ialah neraca, anemometer, dan
thermometer. Berikut tabel alat pengukur.
Tabel 3.1 Alat Pengukur
Nama Alat Fungsi Gambar Alat
Neraca.
Mengukur berat bahan
dalam rak pengering
selama pengeringan
berlangsung.
Gambar 3.4 Neraca.
Anemometer Mengukur Kecepatan
Udara di dalam Try Dry
Gambar 3.5 Anemometer
Thermometer Mengukur Suhu di
dalam ruangan try dry.
Gambar 3.6 Thermometer
3.3 PROSEDUR PENELITIAN
Adapun prosedur yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bahan disiapkan dengan membuat variasi ketebalan 1mm, 2mm dan 3mm..
2. Selanjutnya dilakukan dengan memvariasikan suhu pengering, yaitu 35 o
C; 45 oC; dan 55 oC dan kecepatan udara pengering, yaitu 2,3 m/s; 1,8 m/s;
dan 1,3 m/s.
Universitas Sumatera Utara
13
3. Berat bahan di timbang sebelum dan sesudah dikeringkan kemudian diukur
menggunakan neraca massa dengan interval waktu 5 menit pada 30 menit
pertama dan interval 10 menit sampai massa konstan.
4. Data yang diperoleh digunakan dalam perhitungan untuk memperoleh
kondisi suhu, kecepatan udara dan ketebalan bahan terbaik dalam proses
pengeringan.
3.4 PROSEDUR PERHITUNGAN
1. Moisture ratio perocobaan (MRexp) dihitung menggunakan persamaan :
MR = ��-Me
Mo-Me 3.1[18]
Keterangan :
MR = moisture ratio
Mt = berat bahan pada t (kg)
Mo = berat awal bahan (kg)
Me = berat kering bahan (kg)
MRexp = MR hasil percobaan
2. Laju pengeringan (DR) dihitung melalui persamaan :
DR = selisih berat tiap selang waktu
perubahan waktu=
dm
dt 3.1[18]
Keterangan :
DR = laju pengeringan (kg H2O/kg berat kering.jam)
dm = selisih berat tiap selang waktu (kg)
dt = perubahan waktu (jam)
Universitas Sumatera Utara
14
3.5 FLOWCHART PENELITIAN
Untuk lebih jelasnya prosedur penelitian disajikan dalam bentuk flowchart
sebagai berikut :
Sampel jahe diiris dengan ketebalan 1 mm, 2mm
dan 3 mm
Saklar mesin pengering dihidupkan dengan menekan tombol on
Diperoleh data
Mulai
Sampel jahe diletakkan dan disusun diatas baki sampel
Pengeringan dengan alat try dry dimulai.
Massa sampel di ukur tiap interval 5 menit pada 30
menit pertama dan interval 10 menit sampai
mencapai konstan.
A B
Suhu heater, kecepatan blower diatur melalui
kontrol panel alat pengering baki (try dryer)
Massa sampel ditimbang sebelum di masukkan ke dalam alat
pengering
Universitas Sumatera Utara
15
Gambar 3.7 Flowchart Penelitian
Selesai
Ya Adakah variasi suhu,
kecepatan udara dan
ketabalan?
Dilakukan perhitungan
A B
Tidak
Universitas Sumatera Utara
16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 PENGARUH KONDISI OPERASI PENGERINGAN
4.1.1 PENGARUH SUHU
Pengaruh suhu pada proses pengeringan dapat digambarkan melalui grafik
penurunan moisture ratio terhadap waktu (Gambar 4.1) dan grafik laju pengeringan
terhadap waktu (Gamber 4.2).
Gambar 4.1 Hubungan Moisture Ratio terhadap Waktu Pada Kecepatan
Kecepatan 2,3 m/s dan Ketebalan 1 mm.
Berdasarkan Gambar 4.1 grafik hubungan moisture ratio terhadap waktu,
terlihat bahwa moisture ratio terus berkurang seiring bertambahnya waktu.
Kenaikan suhu terlihat jelas mempengaruhi penurunan moisture ratio. Semakin
tinggi suhu pengering penurunan moisture ratio semakin cepat. Penurunan nilai
MR (Moisture Ratio) dipengaruhi penurunan nilai kadar air bahan selama proses
pengeringan. Kenaikan suhu udara pengering akan mengurangi waktu yang
diperlukan untuk mencapai setiap tingkat rasio kelembaban [22]. Pada suhu tinggi,
perpindahan panas dan massa juga meningkat dan kadar air bahan akan lebih cepat
berkurang [23]. Hasil penelitian yang diperoleh telah sesuai dengan penelitian
terdahulu dimana suhu berpengaruh terhadap penurunan MR seiring berjalannya
waktu [24].
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
0 50 100 150 200 250
Mois
ture
Rat
io
Waktu (Menit)
35 C
45 C
55 C
Universitas Sumatera Utara
17
Gambar 4.2 Hubungan Laju Pengeringan terhadap Waktu Pada Kecepatan
Kecepatan 2,3 m/s dan Ketebalan 1 mm.
Berdasarkan Gambar 4.2 grafik hubungan laju pengeringan terhadap waktu,
terlihat bahwa laju pengeringan mengalami fluktuatif hingga akhirnya konstan.
Kenaikan suhu menyebabkan semakin tingginya laju pengeringan. Pada awal
proses pengeringan terlihat bahwa grafik mengalami kenaikan. Pada fase ini terjadi
laju pengeringan naik dimana kandungan air bebas yang terdapat dalam bahan
masih tinggi dan mudah dilepaskan. Selanjutnya terlihat bahwa grafik mengalami
penurunan, hal ini disebabkan karena kandungan air sudah mulai sulit dilepaskan
karena kadar air bahan terikat. Penurunan grafik menunjukkan bahwa laju
pengeringan telah memasuki fase laju pengeringan menurun. Pada laju pengeringan
menurun terjadi proses perpindahan massa air dari dalam bahan ke permukaan
bahan kemudian perpindahan massa air dari permukaan bahan ke ruang pengering.
Air yang berdifusi dari dalam bahan menuju ke permukaan bahan merupakan air
terikat. Air terikat memiliki energi pengikatan yang cukup kuat untuk dapat
dilepaskan dari dalam bahan sehingga membutuhkan waktu pengeringan yang lama
untuk mencapai kesetimbangan [22].
Hasil percobaan menunjukkan bahwa pengaruh suhu udara terhadap
penurunan moisture ratio optimum dan laju pengeringan optimum terjadi pada
T=55 C dengan kecepatan udara 2,3 m/s dan ketebalan bahan 1 mm, Dimana
penurunan moisture ratio dan laju pengeringan untuk mencapai kesetimbangan
-0,05
0
0,05
0,1
0,15
0,2
0,25
0,3
0 50 100 150 200 250
Laj
u P
enger
ingan
(kg H
2O
/kg b
erat
ker
ing.j
am)
Waktu (Menit)
35 C
45 C
55 C
Universitas Sumatera Utara
18
pada suhu udara 55 C memerlukan waktu selama 100 menit. Pada suhu udara 45 C
memerlukan waktu selama 110 menit. Pada suhu udara 35 C memerlukan waktu
selama 150 menit.
Universitas Sumatera Utara
19
PENGARUH KECEPATAN UDARA
Pengaruh kecepatan udara pada proses pengeringan dapat dilihat melalui
grafik penurunan moisture ratio terhadap waktu (Gambar 4.3) dan grafik laju
pengeringan terhadap waktu (Gambar 4.4) berikut ini.
Gambar 4.3 Hubungan Moisture Ratio terhadap Waktu Pada Suhu 55 C dan
Ketebalan 1 mm.
Berdasarkan Gambar 4.3 grafik hubungan moisture ratio terhadap waktu,
terlihat bahwa moisture ratio terus berkurang seiring bertambahnya waktu.
Peningkatan kecepatan udara memengaruhi penurunan moisture ratio. Semakin
tinggi kecepatan udara pengering penurunan moisture ratio semakin cepat.
Penurunan nilai MR (Moisture Ratio) dipengaruhi penurunan nilai kadar air bahan
selama proses pengeringan. Peningkatan kecepatan udara pengering akan
mengurangi waktu yang diperlukan untuk mencapai setiap tingkat rasio
kelembaban. Pada kecepatan udara tinggi, air terikat didalam bahan akan lebih
cepat keluar menuju permukaan bahan yang kemudian akan dihembuskan menuju
lingkungan [22].
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
0 50 100 150 200
Mois
ture
Rat
io
Waktu (Menit)
2,3 m/s
1,8 m/s
1,3 m/s
Universitas Sumatera Utara
20
Gambar 4.4 Hubungan Laju Pengeringan terhadap Waktu Pada Suhu 55 C dan
Ketebalan 1 mm.
Berdasarkan Gambar 4.4 grafik hubungan laju pengeringan terhadap waktu,
terlihat bahwa laju pengeringan mengalami fluktuatif hingga akhirnya konstan.
Kenaikan kecepatan udara menyebabkan laju pengeringan semakin meningkat.
Laju pengeringan yang fluktuatif menjelaskan bahwa air dalam bahan masih
berpotensi untuk mengalami penguapan selama periode akhir pengeringan. Hal
tersebut terjadi sebab selama proses pengeringan, selain adanya air bebas yang
cenderung lebih mudah menguap selama periode awal pengeringan, ada pula air
terikat yaitu air yang sulit untuk bergerak naik ke permukaan bahan selama
pengeringan sehingga laju penguapan air semakin lama akan semakin menurun
[21]. Penurunan laju pengeringan pada akhir proses pengeringan juga disebabkan
oleh semakin sedikitnya jumlah kadar air yang tersisa pada bahan [22]. Pada awal
pengeringan energi panas yang diberikan ke bahan membuat air dengan mudah
untuk menguap. Seiring berjalannya proses pengeringan, untuk terus-menerus
menguapkan air bahan, dibutuhkan energi lebih untuk memecah ikatan molekuler
dari air [24].
Hasil percobaan menunjukkan bahwa pengaruh kecepatan udara terhadap
penurunan moisture ratio optimum dan laju pengeringan optimum terjadi pada
kecepatan udara 2,3 m/s dengan suhu udara 55 C dan ketebalan bahan 1 mm,
Dimana penurunan moisture ratio dan laju pengeringan untuk mencapai
-0,05
0
0,05
0,1
0,15
0,2
0,25
0,3
0 50 100 150 200
Laj
u P
enger
ingan
(kg H
2O
/kg b
erat
ker
ing.j
am)
Waktu (Menit)
2,3 m/s
1,8 m/s
1,3 m/s
Universitas Sumatera Utara
21
kesetimbangan pada kecepatan udara 2,3 m/s memerlukan waktu selama 110 menit.
Pada kecepatan udara 1,8 m/s memerlukan waktu selama 120 menit. Pada
kecepatan udara 1,3 memerlukan waktu selama 160 menit.
4.1.2 PENGARUH KETEBALAN BAHAN
Pengaruh ketebalan bahan pada proses pengeringan dapat digambarkan
melalui grafik penurunan moisture ratio terhadap waktu (gambar 4.5) dan grafik
laju pengeringan terhadap waktu (gambar 4.6).
.
Gambar 4.5 Hubungan Moisture Ratio terhadap Waktu Pada Kecepatan 2,3 m/s
dan Suhu 55 C.
Berdasarkan Gambar 4.5 grafik hubungan moisture ratio terhadap waktu,
menunjukkan bahwa moisture ratio terus berkurang seiring bertambahnya waktu.
Ketebalan bahan memengaruhi penurunan moisture ratio. Semakin tebal bahan
maka penurunan moisture ratio semakin lama. Penurunan nilai MR (Moisture
Ratio) dipengaruhi penurunan nilai kadar air bahan selama proses pengeringan.
Semakin tipis bahan yang dikeringkan maka air terikat didalam bahan akan lebih
cepat keluar menuju permukaan bahan yang kemudian akan dihembuskan menuju
lingkungan [22].
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
0 50 100 150 200 250
Mo
istu
re R
ati
o
Waktu (Menit)
1 mm
2 mm
3 mm
Universitas Sumatera Utara
22
Gambar 4.6 Hubungan Laju Pengeringan terhadap Waktu Pada Kecepatan 2,3 m/s
dan Suhu 55 C.
Berdasarkan Gambar 4.6 grafik hubungan laju pengeringan terhadap waktu,
menunjukan bahwa laju pengeringan mengalami fluktuatif hingga akhirnya
konstan. Perbedaan ketebalan bahan sangat mempengaruhi laju pengeringan
dimana semakin tipis bahan yang dikeringkan maka semakin cepat pengeringan.
Laju pengeringan yang fluktuatif menjelaskan bahwa air dalam bahan masih
berpotensi untuk mengalami penguapan selama periode akhir pengeringan. Hal
tersebut terjadi sebab selama proses pengeringan, selain adanya air bebas yang
cenderung lebih mudah menguap selama periode awal pengeringan, ada pula air
terikat yaitu air yang sulit untuk bergerak naik ke permukaan bahan selama
pengeringan sehingga laju penguapan air semakin lama akan semakin menurun
[21]. Penurunan laju pengeringan pada akhir proses pengeringan juga disebabkan
oleh semakin sedikitnya jumlah kadar air yang tersisa pada bahan [22]. Pada awal
pengeringan energi panas yang diberikan ke bahan membuat air dengan mudah
untuk menguap. Seiring berjalannya proses pengeringan, untuk terus-menerus
menguapkan air bahan, dibutuhkan energi lebih untuk memecah ikatan molekuler
air. Karena energi yang diberikan sepanjang proses pengeringan adalah tetap, pada
akhir proses laju pengeringan akan semakin menurun [24].
Hasil percobaan menunjukkan bahwa pengaruh ketebalan bahan terhadap
penurunan moisture ratio optimum dan laju pengeringan optimum terjadi pada
ketebalan bahan 1 mm dengan kecepatan udara 2,3 m/s dan suhu udara 55 C,
-0,05
0
0,05
0,1
0,15
0,2
0,25
0,3
0 50 100 150 200 250
Laju
Pe
ng
eri
nga
n
(kg
H2
O/k
g b
era
t ke
rin
g.j
am
)
Waktu (Menit)
1 mm
2 mm
3 mm
Universitas Sumatera Utara
23
Dimana penurunan moisture ratio dan laju pengeringan untuk mencapai
kesetimbangan pada ketebalan bahan 3 mm memerlukan waktu selama 190 menit.
Pada ketebalan bahan 2 mm memerlukan waktu selama 150 menit. Pada ketebalan
bahan 1 mm memerlukan waktu selama 110 menit.
Universitas Sumatera Utara
24
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
1. Suhu mempengaruhi penuruan MC & meningkatkan laju pengeringan. Suhu
terbaik dipilih pada suhu 55 C.
2. Kecepatan udara mempengaruhi penuruan MC & meningkatkan laju
pengeringan. Kecepatan udara pengering terbaik dipilih pada suhu 2,3 m/s.
3. Ketebalan mempengaruhi penuruan MC & meningkatkan laju pengeringan.
Pada ketebalan bahan 1 mm memerlukan waktu selama 110 menit. Pada
ketebalan bahan 2 mm memerlukan waktu selama 150 menit. Pada ketebalan
bahan 3 mm memerlukan waktu selama 190 menit.
5.2 SARAN
Saran dari saya kepada peneletian selanjutnya yaitu dilakukan penelitian
dengan rentang kecepatan udara yang lebih besar dan juga sebaiknya dilakukan
perhitungan karakteristik kinetika pengeringan jahe.
Universitas Sumatera Utara
25
DAFTAR PUSTAKA
[1] Sampurno. Obat Herbal dalam Prespektif Medik dan Bisnis. J. Tradit. Med.,
vol. 12, no. 42, p. 18. 2007.
[2] Emilan, Tommy., dkk. Konsep Herbal Indonesia: Pemastian Mutu Produk
Herbal. Depok : Universitas Indonesia. 2011.
[3] Rahayoe, Sri, dkk. Konstanta Laju Pengeringan Daun Sambiloto
Menggunakan Pengering Tekanan Rendah. Yogyakarta : Universitas Gadjah
Mada. 2008.
[4] Kareem, M. W, dkk. Thermal performance study of a multi-pass solar air
heating collector system for drying of Roselle (Hibiscus sabdariffa).
Renewable Energy. 2016.
[5] Mahardika, Lintang Putri. Rancang Bangun Alat Pengering Tipe Tray
Dengan Media Udara Panas Ditinjau Dari Lama Waktu Pengeringan
Terhadap Exergi Pada Alat Heat Exchanger. Palembang : Politeknik Negeri
Sriwijaya. 2015.
[6] Marbun, Klaudia Kathryn Y. Kajian Performansi Pengering Surya Metode
Tidak Langsung (Indirect Solar Dryer) Kolektor Plat Datar Bersirip. Medan
: Universitas Sumatera Utara. 2016.
[7] Sekyere, C.K.K., dkk. Experimental investigation of the drying
characteristics of a mixed mode natural convection solar crop dryer with
backup heater. Renewable Energy. vol. 92, pp. 532–542. 2016.
[8] Zorbas B.S. Fotios. Low Temperature Drying With Liquid Dessicant. Texas
: Texas Tech University. 1987.
[9] Zam-Zami, Abror. Pengaruh Kecepatan Udara Terhadap Laju Pengeringan
Rimpang Jahe (Zingiber Officinale Roscoe) Pada Pengeringan Kombinasi
Surya-Tapis Molekuler. Medan: Universitas Sumatera Utara. 2017.
[10] Hasibuan, Rosdanelli. Kajian Performansi Pengering Kombinasi Konveksi-
Desikan Pada Pengeringan Daun Gambir. Medan : Universitas Sumatera
Utara. 2017.
[11] Hasibuan R, J Hidayati, R Sundari, dan A S Wicaksono. Drying Kinetics And
Characteristics Of Dried Gambir Leaves Using Solar Heating And Silica Gel
Universitas Sumatera Utara
26
Dessicant. ICEST Journal.
[12] Perry, R. H., dkk. Chemical Engineers’ Handbook. USA : McGraw-Hill.
2008.
[13] Richardson, J.F., dan J. H. Harker. Particle Technology and Separation
Processes. Butterworth-Heinemann. 2002.
[13] Syaiful, Muhammad. Perpindahan Massa, Momentum, dan Energi Secara
Simultan pada Sistem Pengering. Bogor : Institut Pertanian Bogor. 2007.
[14] Siagian, Puntanata S. Pengeringan Pada Produk (TAPEL) dengan Microwave
(Pre-Treatment : Kamar Pendingin). Jakarta : Universitas Indonesia. 2008.
[15] Mujumdar, Arun S. Handbook of Industrial Drying. Taylor & Francis Group.
2006.
[16] Hasibuan, Rosdanelli. Kajian Performansi Pengering Kombinasi Konveksi-
Desikan Pada Pengeringan Daun Gambir. Medan : Universitas Sumatera
Utara. 2017.
[17] Badan Standarisasi Nasional. SNI 01-3393-1994. 1994.
[18] Darvishi, Hosain, Abbas Rezaie Asl, Ali Asghari, Gholamhassan Najafi, dan
Heshmat Allah Gazori. “Mathematical Modeling, Moisture Diffusion, Energy
consumption and Efficiency of Thin Layer Drying of Potato Slices”. J Food
Process Technol 2013, 4 : 3. 2013.
[19] Zarein, Mohammad, Seyed Hashem Samadi, dan Barat Ghobadian. Kinetic
Drying and Mathematical Modeling of Apple Slices on
Dehydration Process. Journal Food Processing Technology. Vol. 4. Issue 7.
2013.
[20] Faal, Saeed, Teymor Tavakoli, dan Barat Ghobadian. Mathematical
modelling of thin layer hot air drying of apricot with combined heat and power
dryer. Journal Food Science Technology. 2014.
[21] Clement, Akmel Djedjro, Assidjo N. Emmanuel, Kouame Patrice, dan Yao
K., Benjamin, “Mathematical Modelling of Sun Drying Kinetics of Thin
Layer Cocoa (Theobroma Cacao) Beans. Jounal of Applied Science
Reasearch, 5(9) 1110-1116, 2009.
Universitas Sumatera Utara
27
[22] Widiyasanti, dkk. Pengaruh Suhu Terhadap Karakteristik Fisikokimia Dan
Optik Brokoli Selama Proses Pengeringan Vakum Dengan Tekanan 15 cmHg.
Jurnal Teknologi Pertanian Andalas. 22:49-50. 2018.
[23] Rayaguru, K., Routray, W. Mathematical modeling of thin layer drying
kinetics of stone apple slices. International Food Research Journal 19(4):
1503-1510. 2012
[24] Ndukwu Macmanus Chinenye. Effect of Drying Temperature and Drying Air
Velocity on the Drying Rate and Drying Constant of Cocoa Bean.
Agricultural Engineering International: the CIGR Ejournal. Manuscript
1091. Vol. XI.2009.
[25] Dhanushkodi, S., Vincent H. Wilson, K. Sudhakar. Mathematical modeling
of drying behavior of cashew in a solar biomass hybrid dryer. Resource-
Efficient Technologies. 2016.
[26] Abano, Ernest Ekow. Kinetics and Q uality of Microwave-Assisted Drying of
Mango (Mangiferaindica). International Journal of Food Science: Volume
2016. 2015.
[27] Chayjan, R. Amiri, J. Amiri Parian, dan Ashari, M. Esna. Modeling Of
Moisture Diffusivity, Activation Energy And Specific Energy Consumption
Of
High Moisture Corn In A Fixed And Fluidized Bed Convective Dryer.
Spanish Journal of Agricultural Research 2011 9(1), 28-40, ISSN: 1695-971-
X, ISSN:
2171-9292. 2011.
[28] Santos, Dyego da Costa, Alexandre José de Melo Queiroz, Rossana Maria
Feitosa de Figueirêdo, Emanuel Neto Alves de Oliveira. Mathematical
modeling for the annatto (Bixa orellana L.) seed drying process. Chilean
Journal Of Agricultural Research. 73(3). 2013.
[29] Mghazli, Safa, Mourad Ouhammou, Nadia Hidar, Lamyae Lahnine, Ali
Idlimam, Mostafa Mahrouz. Drying Characteristics and Kinetics Solar Drying
of Moroccan Rosemary Leaves. Renewable Energy An International Journal:
Volume 105. ISSN 0960-1481. 2017.
Universitas Sumatera Utara
28
[30] Amirudin Chaerah. Pembuatan Tepung Wortel ( Daucus carrota L ) Dengan
Variasi Suhu Pengering. Makassar : Universitas Hasanuddin. 2013.
[31] Bairuni, Muhammad. 2017. Pengaruh Suhu Pengering dan Kecepatan Udara
pada Pengeringan Kombinasi Konveksi-Desikan. Universitas Sumatera
Utara.
[32] Suherman, Oki Yuariski. Pengeringan Bunga Rosella (Hibiscus Sabdariffa)
Menggunakan Pengering Rak Udara Resirkulasi. Semarang : Universitas
Diponegoro. 2012.
[33] Hariyadi Tri, Judy Retti Witono, Herry Santoso. Pembuatan Tepung Wortel (
Daucus carrota L ) Dengan Variasi Suhu Pengering. Bandung : Politeknik
Negri Bandung. 2017.
[34] Rachmawan, O. 2001. Pengeringan, Pendinginan, dan Pengemasan
Komoditas Pertanian. Buletin Agroindustri Edisi 5 Hal. 12-23.
Universitas Sumatera Utara
29
LAMPIRAN 1
DATA PENELITIAN
L1.1 DATA HASIL PENGERINGAN RUN I
Suhu Udara = 35 C.
Kecepatan Udara = 1,3 m/s.
Ketebalan Bahan = 3 mm.
Tabel L1.1 Data Hasil Pengeringan Run I
Menit Ke - Massa Bahan (gr) Menit Ke - Massa Bahan (gr)
0 345,07 170 221,55
5 341,14 180 217,32
10 336,78 190 213,98
15 332,23 200 211,16
20 327,32 210 208,68
25 322,18 220 206,39
30 316,72 230 204,39
40 310,67 240 202,65
50 304,3 250 201,06
60 297,5 260 199,64
70 290,34 270 198,45
80 282,85 280 197,69
90 275,16 290 197,07
100 267,26 300 196,55
110 259,45 310 196,13
120 251,93 320 195,90
130 244,69 330 195,76
140 237,93 340 195,82
150 231,89 350 195,82
160 226,5 360 195,82
Universitas Sumatera Utara
30
L1.2 DATA HASIL PENGERINGAN RUN 2
Suhu Udara = 45 C.
Kecepatan Udara = 1,3 m/s.
Ketebalan Bahan = 3 mm.
Tabel L1.2 Data Hasil Pengeringan Run 2
Menit Ke - Massa Bahan (gr) Menit Ke - Massa Bahan (gr)
0 342,66 170 208,96
5 337,70 180 206,82
10 331,94 190 204,84
15 325,88 200 202,89
20 319,53 210 201,21
25 312,86 220 199,72
30 305,94 230 198,43
40 298,61 240 197,29
50 290,84 250 196,45
60 282,70 260 195,88
70 274,27 270 195,63
80 265,60 280 195,51
90 256,74 290 195,48
100 247,89 300 195,52
110 239,22 310 195,52
120 231,14 320 195,52
130 224,26 330 -
140 219,05 340 -
150 214,92 350 -
160 211,67 360 -
Universitas Sumatera Utara
31
L1.3 DATA HASIL PENGERINGAN RUN 3
Suhu Udara = 55 C.
Kecepatan Udara = 1,3 m/s.
Ketebalan Bahan = 3 mm.
Tabel L1.3 Data Hasil Pengeringan Run 3
Menit Ke - Massa Bahan (gr) Menit Ke - Massa Bahan (gr)
0 345,16 170 202,96
5 341,01 180 201,51
10 335,36 190 200,26
15 329,00 200 199,11
20 322,25 210 198,15
25 315,00 220 197,30
30 307,05 230 196,65
40 298,39 240 196,20
50 289,04 250 195,85
60 279,09 260 195,74
70 268,79 270 195,74
80 258,63 280 195,74
90 248,68 290 -
100 238,93 300 -
110 229,88 310 -
120 221,93 320 -
130 215,47 330 -
140 211,02 340 -
150 207,57 350 -
160 204,82 360 -
Universitas Sumatera Utara
32
L1.4 DATA HASIL PENGERINGAN RUN 4
Suhu Udara = 35 C.
Kecepatan Udara = 1,8 m/s.
Ketebalan Bahan = 3 mm.
Tabel L1.4 Data Hasil Pengeringan Run 4
Menit Ke - Massa Bahan (gr) Menit Ke - Massa Bahan (gr)
0 344,02 170 211,97
5 339,42 180 208,97
10 334,33 190 206,39
15 328,63 200 204,12
20 322,64 210 202,29
25 316,34 220 200,65
30 309,85 230 199,23
40 302,95 240 197,97
50 295,26 250 197,00
60 286,94 260 196,32
70 278,10 270 195,94
80 269,28 280 195,77
90 260,33 290 195,73
100 251,62 300 195,68
110 243,37 310 195,68
120 236,00 320 195,68
130 229,68 330 -
140 224,08 340 -
150 219,39 350 -
160 215,36 360 -
Universitas Sumatera Utara
33
L1.5 DATA HASIL PENGERINGAN RUN 5
Suhu Udara = 45 C.
Kecepatan Udara = 1,8 m/s.
Ketebalan Bahan = 3 mm.
Tabel L1.5 Data Hasil Pengeringan Run 5
Menit Ke - Massa Bahan (gr) Menit Ke - Massa Bahan (gr)
0 347,65 170 202,74
5 341,92 180 201,15
10 334,70 190 199,90
15 326,57 200 198,79
20 318,35 210 197,88
25 309,45 220 197,13
30 300,55 230 196,59
40 291,12 240 196,18
50 281,14 250 195,98
60 271,04 260 196,09
70 260,81 270 196,09
80 250,78 280 196,09
90 241,05 290 -
100 231,95 300 -
110 224,49 310 -
120 218,27 320 -
130 213,54 330 -
140 210,11 340 -
150 206,99 350 -
160 204,56 360 -
Universitas Sumatera Utara
34
L1.6 DATA HASIL PENGERINGAN RUN 6
Suhu Udara = 55 C
Kecepatan Udara = 1,8 m/s.
Ketebalan Bahan = 3 mm.
Tabel L1.6 Data Hasil Pengeringan Run 6
Menit Ke - Massa Bahan (gr) Menit Ke - Massa Bahan (gr)
0 341,25 170 197,95
5 334,91 180 196,87
10 327,87 190 196,13
15 320,23 200 195,63
20 311,59 210 195,53
25 302,43 220 195,27
30 292,88 230 195,27
40 282,83 240 195,27
50 271,59 250 -
60 260,05 260 -
70 248,71 270 -
80 238,27 280 -
90 228,63 290 -
100 220,39 300 -
110 214,35 310 -
120 210,11 320 -
130 206,77 330 -
140 204,04 340 -
150 201,70 350 -
160 199,58 360 -
Universitas Sumatera Utara
35
L1.7 DATA HASIL PENGERINGAN RUN 7
Suhu Udara = 35 C.
Kecepatan Udara = 2,3 m/s.
Ketebalan Bahan = 3 mm.
Tabel L1.7 Data Hasil Pengeringan Run 7
Menit Ke - Massa Bahan (gr) Menit Ke - Massa Bahan (gr)
0 345,02 170 203,20
5 339,87 180 201,37
10 333,83 190 199,84
15 327,18 200 198,58
20 320,17 210 197,54
25 312,27 220 196,78
30 303,56 230 196,34
40 294,09 240 196,07
50 284,33 250 195,82
60 274,40 260 195,81
70 264,38 270 195,81
80 254,51 280 195,81
90 245,06 290 -
100 236,18 300 -
110 228,23 310 -
120 221,44 320 -
130 215,94 330 -
140 211,49 340 -
150 208,05 350 -
160 205,33 360 -
Universitas Sumatera Utara
36
L1.8 DATA HASIL PENGERINGAN RUN 8
Suhu Udara = 45 C.
Kecepatan Udara = 2,3 m/s.
Ketebalan Bahan = 3 mm.
Tabel L1.8 Data Hasil Pengeringan Run 8
Menit Ke- Massa Bahan (gr) Menit Ke- Massa Bahan (gr)
0 342,06 170 196,94
5 335,99 180 196,28
10 328,03 190 195,83
15 319,05 200 195,57
20 309,38 210 195,51
25 299,30 220 195,43
30 288,57 230 195,43
40 277,28 240 195,43
50 265,77 250 -
60 254,12 260 -
70 242,66 270 -
80 231,99 280 -
90 222,63 290 -
100 214,96 300 -
110 208,90 310 -
120 204,79 320 -
130 202,18 330 -
140 200,12 340 -
150 198,80 350 -
160 197,79 360 -
Universitas Sumatera Utara
37
L1.9 DATA HASIL PENGERINGAN RUN 9
Suhu Udara = 55 C.
Kecepatan Udara = 2,3 m/s
Ketebalan Bahan = 3 mm.
Tabel L1.9 Data Hasil Pengeringan Run 9
Menit Ke - Massa Bahan (gr) Menit Ke - Massa Bahan (gr)
0 340,16 170 195,21
5 333,25 180 195,15
10 324,83 190 195,15
15 315,81 200 195,15
20 305,39 210 -
25 293,27 220 -
30 279,94 230 -
40 266,16 240 -
50 252,94 250 -
60 240,49 260 -
70 229,27 270 -
80 219,59 280 -
90 211,57 290 -
100 205,78 300 -
110 201,69 310 -
120 199,00 320 -
130 197,41 330 -
140 196,45 340 -
150 195,89 350 -
160 195,44 360 -
Universitas Sumatera Utara
38
L1.10 DATA HASIL PENGERINGAN RUN 10
Suhu Udara = 35 C.
Kecepatan Udara = 1,3 m/s
Ketebalan Bahan = 2 mm
Tabel L1.10 Data Hasil Pengeringan Run 10
Menit Ke - Massa Bahan (gr) Menit Ke - Massa Bahan (gr)
0 343,02 170 208,65
5 338,25 180 205,98
10 332,98 190 203,80
15 327,21 200 202,03
20 320,94 210 200,36
25 314,57 220 198,97
30 307,70 230 197,82
40 300,63 240 196,89
50 292,95 250 196,19
60 284,68 260 195,74
70 275,91 270 195,49
80 267,04 280 195,47
90 258,12 290 195,50
100 249,34 300 195,49
110 241,00 310 195,49
120 233,32 320 195,49
130 226,53 330 -
140 220,76 340 -
150 216,09 350 -
160 212,02 360 -
Universitas Sumatera Utara
39
L1.11 DATA HASIL PENGERINGAN RUN 11
Suhu Udara = 45 C.
Kecepatan Udara = 1,3 m/s.
Ketebalan Bahan = 2 mm.
Tabel L1.11 Data Hasil Pengeringan Run 11
Menit Ke - Massa Bahan (gr) Menit Ke - Massa Bahan (gr)
0 344,02 170 203,14
5 338,90 180 201,23
10 332,92 190 199,77
15 326,42 200 198,57
20 319,20 210 197,56
25 311,29 220 196,76
30 303,31 230 196,17
40 294,37 240 195,92
50 284,42 250 195,70
60 274,54 260 195,61
70 264,58 270 195,61
80 254,72 280 195,61
90 245,19 290 -
100 236,36 300 -
110 228,13 310 -
120 220,60 320 -
130 214,80 330 -
140 211,01 340 -
150 208,01 350 -
160 205,40 360 -
Universitas Sumatera Utara
40
L1.12 DATA HASIL PENGERINGAN RUN 12
Suhu Udara = 55 C.
Kecepatan Udara = 1,3 m/s.
Ketebalan Bahan = 2 mm.
Tabel L1.12 Data Hasil Pengeringan Run 12
Menit Ke - Massa Bahan (gr) Menit Ke - Massa Bahan (gr)
0 342,12 170 197,60
5 336,45 180 196,54
10 329,09 190 195,97
15 321,42 200 195,60
20 313,16 210 195,42
25 304,49 220 195,47
30 295,32 230 195,47
40 284,86 240 195,47
50 273,39 250 -
60 261,73 260 -
70 250,36 270 -
80 239,70 280 -
90 230,03 290 -
100 220,96 300 -
110 214,00 310 -
120 209,43 320 -
130 205,97 330 -
140 203,30 340 -
150 201,23 350 -
160 199,17 360 -
Universitas Sumatera Utara
41
L1.13 DATA HASIL PENGERINGAN RUN 13
Suhu Udara = 35 C.
Kecepatan Udara = 1,8 m/s.
Ketebalan Bahan = 2 mm.
Tabel L1.13 Data Hasil Pengeringan Run 13
Menit Ke - Massa Bahan (gr) Menit Ke - Massa Bahan (gr)
0 344,02 170 203,61
5 338,80 180 201,81
10 333,39 190 200,20
15 327,67 200 198,84
20 321,55 210 197,69
25 314,74 220 196,78
30 307,47 230 196,18
40 298,80 240 195,91
50 289,24 250 195,79
60 279,39 260 195,64
70 269,30 270 195,64
80 259,44 280 195,64
90 249,89 290 -
100 240,90 300 -
110 232,62 310 -
120 225,39 320 -
130 218,97 330 -
140 213,66 340 -
150 209,64 350 -
160 206,12 360 -
Universitas Sumatera Utara
42
L1.14 DATA HASIL PENGERINGAN RUN 14
Suhu Udara = 45 C.
Kecepatan Udara = 1,8 m/s.
Ketebalan Bahan = 2 mm.
Tabel L1.14 Data Hasil Pengeringan Run 14
Menit Ke - Massa Bahan (gr) Menit Ke - Massa Bahan (gr)
0 340,65 170 197,38
5 334,33 180 196,23
10 327,51 190 195,53
15 319,49 200 195,25
20 310,88 210 195,19
25 302,06 220 195,18
30 293,04 230 195,18
40 283,22 240 195,18
50 271,68 250 -
60 261,06 260 -
70 251,64 270 -
80 242,62 280 -
90 233,71 290 -
100 225,89 300 -
110 218,37 310 -
120 211,63 320 -
130 207,02 330 -
140 203,60 340 -
150 200,99 350 -
160 198,99 360 -
Universitas Sumatera Utara
43
L1.15 DATA HASIL PENGERINGAN RUN 15
Suhu Udara = 55 C.
Kecepatan Udara = 1,8 m/s.
Ketebalan Bahan = 2 mm.
Tabel L1.15 Data Hasil Pengeringan Run 15
Menit Ke - Massa Bahan (gr) Menit Ke - Massa Bahan (gr)
0 340,22 170 195,54
5 332,73 180 195,53
10 324,34 190 195,53
15 314,75 200 195,53
20 304,04 210 -
25 292,44 220 -
30 279,72 230 -
40 266,10 240 -
50 252,67 250 -
60 240,07 260 -
70 229,26 270 -
80 220,06 280 -
90 212,41 290 -
100 206,83 300 -
110 203,36 310 -
120 200,85 320 -
130 198,82 330 -
140 197,44 340 -
150 196,38 350 -
160 195,60 360 -
Universitas Sumatera Utara
44
L1.16 DATA HASIL PENGERINGAN RUN 16
Suhu Udara = 35 C.
Kecepatan Udara = 2,3 m/s.
Ketebalan Bahan = 2 mm.
Tabel L1.16 Data Hasil Pengeringan Run 16
Menit Ke - Massa Bahan (gr) Menit Ke - Massa Bahan (gr)
0 340,63 170 196,83
5 334,81 180 195,93
10 328,49 190 195,54
15 321,38 200 195,34
20 313,46 210 195,24
25 304,13 220 195,18
30 294,01 230 195,18
40 283,07 240 195,18
50 271,68 250 -
60 260,15 260 -
70 248,72 270 -
80 237,89 280 -
90 228,21 290 -
100 220,08 300 -
110 213,46 310 -
120 208,24 320 -
130 204,32 330 -
140 201,41 340 -
150 199,39 350 -
160 197,87 360 -
Universitas Sumatera Utara
45
L1.7 DATA HASIL PENGERINGAN RUN 17
Suhu Udara = 45 C.
Kecepatan Udara = 2,3 m/s.
Ketebalan Bahan = 2 mm.
Tabel L1.17 Data Hasil Pengeringan 17
Menit Ke - Massa Bahan (gr) Menit Ke - Massa Bahan (gr)
0 342,77 170 195,50
5 335,15 180 195,45
10 326,29 190 195,45
15 316,56 200 195,45
20 305,94 210 -
25 293,99 220 -
30 281,11 230 -
40 267,12 240 -
50 253,59 250 -
60 241,10 260 -
70 230,27 270 -
80 220,84 280 -
90 213,13 290 -
100 207,61 300 -
110 203,39 310 -
120 200,25 320 -
130 198,35 330 -
140 196,77 340 -
150 195,87 350 -
160 195,54 360 -
Universitas Sumatera Utara
46
L1.18 DATA HASIL PENGERINGAN RUN 18
Suhu Udara = 55 C.
Kecepatan Udara = 2,3 m/s.
Ketebalan Bahan = 2 mm.
Tabel L1.18 Data Hasil Pengeringan Run 18
Menit Ke - Massa Bahan (gr) Menit Ke - Massa Bahan (gr)
0 341,46 170 -
5 332,87 180 -
10 322,18 190 -
15 310,08 200 -
20 295,59 210 -
25 279,68 220 -
30 262,66 230 -
40 245,84 240 -
50 230,52 250 -
60 217,80 260 -
70 208,81 270 -
80 202,72 280 -
90 198,93 290 -
100 197,05 300 -
110 196,13 310 -
120 195,66 320 -
130 195,53 330 -
140 195,40 340 -
150 195,40 350 -
160 195,40 360 -
Universitas Sumatera Utara
47
L1.19 DATA HASIL PENGERINGAN RUN 19
Suhu Udara = 35 C.
Kecepatan Udara = 1,3 m/s.
Ketebalan Bahan = 1 mm.
Tabel L1.19 Data Hasil Pengeringan Run 19
Menit Ke - Massa Bahan (gr) Menit Ke - Massa Bahan (gr)
0 342,34 170 202,99
5 337,17 180 200,68
10 331,13 190 198,83
15 324,72 200 197,63
20 318,10 210 196,77
25 310,92 220 196,22
30 303,48 230 195,86
40 295,10 240 195,60
50 286,08 250 195,53
60 276,55 260 195,41
70 266,52 270 195,41
80 256,59 280 195,41
90 247,19 290 -
100 238,71 300 -
110 230,83 310 -
120 223,79 320 -
130 217,98 330 -
140 213,45 340 -
150 209,34 350 -
160 205,95 360 -
Universitas Sumatera Utara
48
L1.20 DATA HASIL PENGERINGAN RUN 20
Suhu Udara = 45 C.
Kecepatan Udara = 1,3 m/s.
Ketebalan Bahan = 1 mm.
Tabel L1.20 Data Hasil Pengeringan Run 20
Menit Ke - Massa Bahan (gr) Menit Ke - Massa Bahan (gr)
0 340,62 170 197,67
5 334,40 180 196,73
10 327,49 190 195,92
15 320,17 200 195,30
20 312,55 210 195,29
25 304,14 220 195,20
30 294,82 230 195,20
40 284,70 240 195,20
50 273,46 250 -
60 261,87 260 -
70 250,58 270 -
80 239,56 280 -
90 229,83 290 -
100 221,50 300 -
110 214,82 310 -
120 210,12 320 -
130 206,41 330 -
140 203,60 340 -
150 201,02 350 -
160 199,07 360 -
Universitas Sumatera Utara
49
L1.21 DATA HASIL PENGERINGAN RUN 21
Suhu Udara = 55 C.
Kecepatan Udara = 1,3 m/s.
Ketebalan Bahan = 1 mm.
Tabel L1.21 Data Hasil Pengeringan Run 21
Menit Ke - Massa Bahan (gr) Menit Ke - Massa Bahan (gr)
0 340,64 170 195,33
5 332,91 180 195,20
10 323,49 190 195,20
15 313,16 200 195,20
20 302,04 210 195,20
25 289,81 220 -
30 276,49 230 -
40 262,76 240 -
50 249,64 250 -
60 237,61 260 -
70 226,49 270 -
80 216,76 280 -
90 209,63 290 -
100 205,01 300 -
110 201,88 310 -
120 199,36 320 -
130 197,63 330 -
140 196,51 340 -
150 195,78 350 -
160 195,46 360 -
Universitas Sumatera Utara
50
L1.22 DATA HASIL PENGERINGAN RUN 22
Suhu Udara = 35 C.
Kecepatan Udara = 1,8 m/s.
Ketebalan Bahan = 1 mm.
Tabel L1.22 Data Hasil Pengeringan Run 22
Menit Ke - Massa Bahan (gr) Menit Ke - Massa Bahan (gr)
0 342,88 170 196,82
5 335,98 180 196,18
10 328,59 190 195,72
15 320,72 200 195,53
20 312,51 210 195,48
25 303,41 220 195,46
30 293,30 230 195,46
40 282,39 240 195,46
50 270,75 250 -
60 259,03 260 -
70 247,78 270 -
80 237,62 280 -
90 228,46 290 -
100 220,69 300 -
110 214,05 310 -
120 209,06 320 -
130 204,85 330 -
140 201,67 340 -
150 199,08 350 -
160 197,71 360 -
Universitas Sumatera Utara
51
L1.23 DATA HASIL PENGERINGAN RUN 23
Suhu Udara = 45 C.
Kecepatan Udara = 1,8 m/s.
Ketebalan Bahan = 1 mm.
Tabel L1.23 Data Hasil Pengeringan Run 23
Menit Ke - Massa Bahan (gr) Menit Ke - Massa Bahan (gr)
0 346,34 170 196,10
5 337,17 180 195,87
10 325,01 190 195,87
15 312,84 200 195,87
20 300,68 210 -
25 288,30 220 -
30 275,56 230 -
40 261,41 240 -
50 247,94 250 -
60 236,29 260 -
70 227,03 270 -
80 218,85 280 -
90 212,67 290 -
100 207,60 300 -
110 203,94 310 -
120 200,97 320 -
130 199,02 330 -
140 197,61 340 -
150 196,77 350 -
160 196,36 360 -
Universitas Sumatera Utara
52
L1.24 DATA HASIL PENGERINGAN RUN 24
Suhu Udara = 55 C.
Kecepatan Udara = 1,8 m/s.
Ketebalan Bahan = 1 mm.
Tabel L1.24 Data Hasil Pengeringan Run 24
Menit Ke - Massa Bahan (gr) Menit Ke - Massa Bahan (gr)
0 345,33 170 -
5 335,53 180 -
10 324,43 190 -
15 311,87 200 -
20 297,41 210 -
25 281,30 220 -
30 263,98 230 -
40 246,97 240 -
50 231,36 250 -
60 218,35 260 -
70 209,29 270 -
80 203,05 280 -
90 199,12 290 -
100 197,13 300 -
110 196,19 310 -
120 195,90 320 -
130 195,86 330 -
140 195,81 340 -
150 195,81 350 -
160 195,81 360 -
Universitas Sumatera Utara
53
L1.25 DATA HASIL PENGERINGAN RUN 25
Suhu Udara = 35 C.
Kecepatan Udara = 2,3 m/s.
Ketebalan Bahan = 1 mm.
Tabel L1.25 Data Hasil Pengeringan Run 25
Menit Ke - Massa Bahan (gr) Menit Ke - Massa Bahan (gr)
0 340,55 170 195,36
5 333,63 180 195,29
10 325,85 190 195,29
15 316,61 200 195,29
20 305,16 210 -
25 292,26 220 -
30 278,72 230 -
40 265,01 240 -
50 251,88 250 -
60 239,42 260 -
70 228,31 270 -
80 219,08 280 -
90 211,83 290 -
100 206,32 300 -
110 201,95 310 -
120 199,01 320 -
130 197,05 330 -
140 196,12 340 -
150 195,73 350 -
160 195,48 360 -
Universitas Sumatera Utara
54
L1.26 DATA HASIL PENGERINGAN RUN 26
Suhu Udara = 45 C.
Kecepatan Udara = 2,3 m/s.
Ketebalan Bahan = 1 mm.
Tabel L1.26 Data Hasil Pengeringan Run 26
Menit Ke - Massa Bahan (gr) Menit Ke - Massa Bahan (gr)
0 346,34 170 -
5 335,49 180 -
10 323,15 190 -
15 308,87 200 -
20 293,15 210 -
25 276,43 220 -
30 258,85 230 -
40 241,79 240 -
50 226,84 250 -
60 214,79 260 -
70 207,75 270 -
80 202,70 280 -
90 199,55 290 -
100 197,64 300 -
110 196,67 310 -
120 196,03 320 -
130 195,96 330 -
140 195,94 340 -
150 195,94 350 -
160 195,94 360 -
Universitas Sumatera Utara
55
L1.27 DATA HASIL PENGERINGAN RUN 27
Suhu Udara = 55 C.
Kecepatan Udara = 2,3 m/s.
Ketebalan Bahan = 1 mm.
Tabel L1.26 Data Hasil Pengeringan Run 27
Menit Ke - Massa Bahan (gr) Menit Ke - Massa Bahan (gr)
0 340,56 170 -
5 327,28 180 -
10 311,90 190 -
15 294,48 200 -
20 273,89 210 -
25 251,73 220 -
30 230,80 230 -
40 213,51 240 -
50 205,73 250 -
60 201,67 260 -
70 198,91 270 -
80 196,85 280 -
90 195,66 290 -
100 195,26 300 -
110 195,26 310 -
120 195,26 320 -
130 - 330 -
140 - 340 -
150 - 350 -
160 - 360 -
Universitas Sumatera Utara
56
LAMPIRAN 2
CONTOH PERHITUNGAN
L2.1 PERHITUNGAN BERAT KERING
Berat kering = 100-kadar air akhir
100x berat akhir konstan
L2.1.1 Perhitungan Berat Kering Sampel dengan Suhu 55 oC, Kecepatan 2,3
m/s dan Ketebebalan Sampel 1 mm.
Kadar air akhir sampel = 12,07 %
Berat akhir konstan = 19,96 gr
Berat kering = 100-12,07
100x 19,96 gr
= 17,55 gr
L2.2 PERHITUNGAN KADAR AIR
Kadar air = berat awal - berat kering
berat awalx 100 %
L2.2.1 Perhitungan Kadar Air Sampel dengan Suhu 55 oC, Kecepatan 2,3 m/s
dan Ketebebalan Sampel 1 mm.
Berat awal = 165,26 gr
Berat kering = 17,55 gr
Kadar air = 165,26 gr - 17,55 gr
165,26 grx 100 %
= 89,38 %
L2.3 PERHITUNGAN LAJU PENGERINGAN
Laju pengeringan (DR) dihitung melalui persamaan :
DR = selisih berat tiap selang waktu
perubahan waktu=
dm
dt
Keterangan :
DR = laju pengeringan (kg H2O/kg berat kering.jam)
dm = selisih berat tiap selang waktu (kg)
dt = perubahan waktu (jam)
Universitas Sumatera Utara
57
L2.3.1 Perhitungan Laju Pengeringan Sampel dengan Suhu 55 oC, Kecepatan
2,3 m/s dan Ketebebalan Sampel 1 mm pada t = 5 menit
m1 = 165,26 gram / 1000 gram/kg
= 0,16526 kg
t1 = 0 menit
m2 = 151,98 gram / 1000 gram/kg
= 0,15198 kg
t2 = 5 menit /60 menit/jam
= 0,083 jam
DR =(�,�������,�����) ��
(�,�����)���
= 0,16 kg H2O/kg berat kering.menit
L2.4 PERHITUNGAN MOISTURE RATIO
MR = ��-Me
Mo-Me L2.1[26]
Keterangan :
MR = moisture ratio
Mt = berat bahan pada t (kg)
Mo = berat awal bahan (kg)
Me = berat kering bahan (kg)
L2.4.1 Perhitungan Moisture Ratio Sampel dengan Suhu 55 oC, Kecepatan 2,3
m/s dan Ketebebalan Sampel 1 mm t = 5 menit
Mt = 151,98 gram / 1000 gram/kg
= 0,15198 kg
Mo = 165,26 gram / 1000 gram/kg
= 0,16526 kg
Me = 17,55 gram / 1000 gram/kg
= 0,01755 kg
MR = (0,15198 - 0,01755)gram
( 0,16526 - 0,01755)gram
= 0,910
Universitas Sumatera Utara
58
LAMPIRAN 3
DOKUMENTASI PENELITIAN
L3.1 FOTO ALAT PENGERING
Gambar L3.1 Foto Alat Pengering Try Dry
L3.2 FOTO HASIL PENGERINGAN
Gambar L3.2 Foto Jahe Kering
Universitas Sumatera Utara