Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014, Halaman 1-13
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/accounting ISSN (Online): 2337-3806
PENGARUH TATA KELOLA PERUSAHAAN TERHADAP
PENGHINDARAN PAJAK
Silvia Ratih Puspita, Puji Harto 1
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Soedharto SH Tembalang, Semarang 50239, Phone: +622476486851
ABSTRACT
This paper examines the effect of corporate governance on tax avoidance. Corporate governance is
proxied by the background of accounting or financial expertise of the audit committee, the
proportion of independent directors, executive compensation, public ownership, and the largest
shareholding. Tax avoidance is measured by performance-matched tax avoidance measure. By
using purposive sampling in the observation period 2010-2012, obtained 399 observations from
non-financial companies listed on the Indonesian Stock Exchange. Data were analyzed using
ordinary least square regression model by incorporating the effect of year and industry sectors.
Regression results show that public ownership and the largest shareholding have negative effect on
tax avoidance. Company performance has positive effect on tax avoidance. Meanwhile, the
background of accounting or financial expertise of audit committees, the proportion of independent
directors, executive compensation, and company size do not have a significant effect on tax
avoidance. The results of this paper indicate that some of the mechanisms of corporate governance
in Indonesia are not effective according to their function for shareholders.
Keywords: tax avoidance, performance-matched tax avoidance, corporate governance, firm
characteristics
PENDAHULUAN Penghindaran pajak didefinisikan sebagai setiap usaha yang dilakukan untuk mengurangi
beban pajak. Penghindaran pajak adalah salah satu cara untuk memperbesar keuntungan
perusahaan yang diharapkan oleh pemegang saham, namun pelaksanaannya dilakukan oleh
manajer (Desai dan Dharmapala, 2006). Oleh sebab itu, penghindaran pajak perusahaan membuka
peluang bagi manajer untuk bersikap oportunis dengan melakukan penghindaran pajak untuk
tujuan keuntungan jangka pendek, tidak untuk keuntungan jangka panjang yang diharapkan oleh
pemegang saham (Minnick dan Noga, 2010). Di sinilah peran tata kelola perusahaan yang
diharapkan dapat mengendalikan akibat dari masalah agensi tersebut terhadap penghindaran pajak
(Desai dan Dharmapala, 2006; Armstrong et al., 2013).
Hubungan antara tata kelola perusahaan dan penghindaran pajak telah diteliti oleh Desai
dan Dharmapala (2006), Minnick dan Noga (2010), Timothy (2010), Lanis dan Richardson
(2011), Zhou (2011), Armstrong, et al. (2012), Khaoula dan Ali (2012), Rego dan Wilson
(2012), Sabli dan Noor (2012), dan Armstrong, et al. (2013). Sedangkan penelitian di
Indonesia telah dilakukan oleh Pohan (2008), Annisa (2011), dan Irawan dan Farahmita (2012).
Namun penelitian-penelitian sebelumnya tersebut menghasilkan hasil yang beragam, sehingga
diperlukan pengujian lebih lanjut mengenai pengaruh tata kelola perusahaan terhadap penghindaran
pajak perusahaan, khususnya di Indonesia.
Penelitian ini berusaha memperkaya penelitian mengenai pengaruh tata kelola perusahaan
terhadap penghindaran pajak dengan menggunakan pengukuran penghindaran pajak yang telah
diperbaharui, yaitu pengukuran performance-matched tax avoidance (Lim, 2011). Selain itu,
penelitian ini menyesuaikan tujuan penelitian sesuai dengan keadaan di Indonesia, antara lain
dengan penyesuaian terhadap sistem two-tier dalam struktur dewan perusahaan, dan peraturan oleh
otoritas terkait di Indonesia, yaitu Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Badan Pengawas Pasar Modal
dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK).
1 Corresponding author
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 2
2
Penelitian ini berusaha menemukan bukti-bukti empiris mengenai pengaruh tata kelola
perusahaan, yang diproksikan dengan latar belakang keahlian akuntansi atau keuangan komite
audit, persentase komisaris independen, kompensasi eksekutif, struktur kepemilikan publik, dan
struktur kepemilikan saham terbesar perusahaan terhadap perilaku penghindaran pajak yang
dilakukan perusahaan.
KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Praktik penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan tidak dapat lepas dari adanya
agency theory dan stakeholder theory. Kedua teori tersebut membantu menjelaskan kecenderungan
penghindaran pajak perusahaan. Berdasarkan agency theory, pemegang saham mengharapkan
manajer untuk melakukan penghindaran pajak se-optimal mungkin (Desai dan Dharmapala, 2006).
Sedangkan berdasarkan stakeholder theory, perusahaan mulai memikirkan kelangsungan bisnis
perusahaan di masa depan, sehingga cenderung menghindari keputusan penghindaran pajak yang
dapat mencemarkan nama baik perusahaan.
Berdasarkan penelitian sebelumnya (Desai dan Dharmapala, 2006; Pohan, 2008; Minnick
dan Noga, 2010; Lanis dan Richardson, 2011; Armstrong et al., 2012) beberapa mekanisme dalam
tata kelola perusahaan dapat digunakan untuk menaikkan atau menurunkan tingkat penghindaran
pajak.
Pengaruh Latar Belakang Keahlian Akuntansi atau Keuangan Komite Audit terhadap
Penghindaran Pajak Berdasarkan teori agensi, manajer dan eksekutif lainnya dalam perusahaan sebagai agen
diharapkan oleh pemegang saham agar mengurangi beban pajak perusahaan. Komite audit
merupakan bagian dari manajer yang berpengaruh signifikan dalam penentuan kebijakan
perusahaan. Hubungan antara keahlian akuntansi atau keuangan dalam komite audit dengan
penghindaran pajak perusahaan ditemukan dalam penelitian sebelumnya. Armstrong, et al. (2013)
menemukan bahwa jumlah ahli keuangan (financial expertise) dalam dewan direksi berpengaruh
secara signifikan terhadap distribusi penghindaran pajak, dengan menaikkan tingkat penghindaran
pajak saat tingkatnya sangat rendah, dan menurunkan tingkat penghindaran pajak saat tingkatnya
sangat tinggi. Sedangkan Robinson, et al. (2012) menemukan bahwa latar belakang keahlian
akuntansi komite audit berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak yang tidak berisiko.
Diketahui bahwa latar belakang keahlian komite audit yang lain selain akuntansi, ternyata
cenderung melakukan penghindaran pajak yang berisiko.
Dari beberapa penelitian sebelumnya tersebut, dapat disimpulkan bahwa komite audit
dengan keahlian akuntansi atau keuangan berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan yang
diambil perusahaan, sehingga membantu mengontrol manajer agar berlaku sesuai kepentingan
pemegang saham. Untuk melakukan penghindaran pajak diperlukan keahlian dalam hal akuntansi,
perpajakan, dan peraturan hukum. Anggota komite audit dengan keahlian akuntansi atau keuangan
lebih mengerti celah dalam peraturan perpajakan dan cara yang menghindari risiko deteksi,
sehingga dapat memberikan saran yang berguna untuk melakukan penghindaran pajak dan
menghasilkan keuntungan lebih besar bagi pemegang saham. Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis
yang dapat dikembangkan adalah:
H1 : Latar belakang keahlian akuntansi atau keuangan komite audit berpengaruh positif
terhadap perilaku penghindaran pajak perusahaan.
Pengaruh Komisaris Independen terhadap Penghindaran Pajak
Dengan semakin banyak pihak independen dalam jajaran eksekutif perusahaan, diharapkan
bahwa masalah agensi dapat teratasi dan kepentingan stakeholder yang lain dapat terpenuhi. Dari
perspektif teori agensi, anggota dewan yang berasal dari luar perusahaan (independen) berperan
untuk mengawasi jalannya peran eksekutif yang lain (Solomon, 2007). Semakin besar proporsi
komisaris independen akan meningkatkan kinerja dan kekayaan pemegang saham (Minnick dan
Noga, 2010). Sedangkan dari perspektif stakeholder, keberadaan pihak independen dalam
perusahaan merupakan cara dari stakeholder untuk ikut memberi pengaruh bagi perusahaan
sehingga memberi keuntungan bagi stakeholder. Beberapa penelitian sebelumnya menemukan
beragam hasil mengenai pengaruh komisaris independen terhadap kecenderungan penghindaran
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 3
3
pajak perusahaan. Pohan (2008) dan Timothy (2010) menemukan bahwa persentase komisaris
independen berpengaruh signifikan positif terhadap penghindaran pajak. Lanis dan Richardson
(2011) menemukan bahwa proporsi direktur independen memiliki pengaruh negatif terhadap
tingkat agresivitas pajak. Minnick dan Noga (2010), Annisa (2011), Zhou (2011), Khaoula dan Ali
(2012), dan Sabli dan Noor (2012) tidak menemukan adanya pengaruh signifikan direktur
independen terhadap penghindaran pajak.
Di Indonesia, komisaris independen jumlahnya proporsional sebanding dengan jumlah
saham yang dimiliki oleh bukan pemegang saham pengendali (BEI, 2004). Dapat dikatakan bahwa
komisaris independen merepresentasikan kepentingan pemegang saham minoritas, atau pemegang
saham publik. Pemegang saham publik cenderung mentaati peraturan perpajakan, karena
mengharapkan perusahaan berperan serta dalam pembangunan bagi masyarakat. Dengan adanya
tanggungjawab terhadap kepentingan pemegang saham publik, maka komisaris independen akan
memperjuangkan ketaatan pajak perusahaan, sehingga mencegah praktik penghindaran pajak.
Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis yang dapat dikembangkan adalah:
H2 : Proporsi komisaris independen berpengaruh negatif terhadap perilaku penghindaran
pajak perusahaan.
Pengaruh Kompensasi Eksekutif terhadap Penghindaran Pajak
Penelitian sebelumnya menemukan beragam pengaruh dari kompensasi eksekutif terhadap
penghindaran pajak. Rego dan Wilson (2008), Minnick dan Noga (2010), Armstrong, et al. (2012),
dan Rego dan Wilson (2012) menemukan adanya hubungan positif antara kompensasi dengan
penghindaran pajak perusahaan. Penelitian-penelitian tersebut mengukur kompensasi melalui
komponen saham dan opsi saham. Dengan adanya komponen saham dan opsi saham, manajer akan
memiliki motivasi serupa dengan pemegang saham yang lain. Manajer akan menggunakan waktu
dan upaya untuk melakukan pengindaran pajak, demi memperbesar kekayaan perusahaan.
Perusahaan di Indonesia rata-rata menggunakan sistem kompensasi tanpa basis saham,
yaitu terdiri dari gaji, tunjangan, dan bonus yang diberikan berdasarkan kinerja. Hal ini
menyebabkan dugaan yang dirumuskan berbeda dengan penelitian-penelitian diatas. Jika gaji dan
tunjangan merupakan komponen tetap, sistem bonus dapat membuat motivasi manajer untuk
semata-mata meningkatkan kinerja, tanpa memberikan upaya lebih untuk melakukan penghindaran
pajak. Peningkatan kinerja juga berarti akan meningkatkan laba perusahaan, dan menaikkan pajak.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya di Indonesia, Irawan dan Farahmita (2012)
menemukan bahwa tingkat kompensasi direksi berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak
perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis yang dapat dikembangkan adalah:
H3 : Kompensasi eksekutif berpengaruh negatif terhadap perilaku penghindaran pajak
perusahaan.
Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Penghindaran Pajak Pemegang saham minoritas, atau sering disebut sebagai pemegang saham publik, dapat
dikatakan merupakan representasi kepentingan salah satu shareholder, yaitu masyarakat, terhadap
perusahaan. Semakin besar proporsi kepemilikan oleh publik, dikatakan bahwa konsentrasi
kepemilikan perusahaan tersebut lemah, dan tata kelola kurang baik. Karena dengan sedikit
insentif, mereka menjadi kurang memperhatikan kebijakan strategis perusahaan dan kurang
termotivasi mengontrol kerja manajer. Perusahaan dengan struktur kepemilikan yang terlalu
tersebar bahkan memiliki masalah dalam profitabilitasnya (Xu dan Wang, 1999). Pemegang saham
publik juga terbukti tidak agresif dalam pembiayaan perusahaan, yang dibutuhkan dalam
mengembangkan usaha (Handayani, 2007).
Kurangnya motivasi pemegang saham publik untuk mendapatkan laba yang sebesar-
besarnya, menjadikan strategi pajak yang diambil kurang agresif. Selain itu, kepemilikan oleh
publik juga memiliki karakteristik seperti masyarakat pada umumnya, yang mengharapkan
perusahaan memberikan kontribusi untuk pembangunan dalam bentuk pembayaran pajak. Maka
dengan semakin besar kepemilikan publik dalam perusahaan, penghindaran pajak perusahaan akan
semakin rendah. Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis yang dapat dikembangkan adalah:
H4 : Struktur kepemilikan publik berpengaruh negatif terhadap perilaku penghindaran
pajak perusahaan.
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 4
4
Pemegang saham terbesar merepresentasikan kelompok yang memegang kekuatan dalam
voting di dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), dan memiliki perusahaan, namun tidak
mengelola perusahaan. Semakin tinggi persentase pemegang saham terbesar menunjukkan bahwa
pemegang saham memiliki pengaruh yang lebih besar untuk menentukan kebijakan perusahaan dan
dapat memastikan kebijakan tersebut dapat menguntungkan mereka (Timothy, 2010). Semakin
besar proporsi kepemilikan oleh pemegang saham terbesar, dikatakan bahwa konsentrasi
kepemilikan perusahaan tersebut kuat. Konsentrasi kepemilikan yang kuat menandakan semakin
baiknya tata kelola perusahaan, sebab semakin besarnya kekuatan pemilik untuk mengontrol
manajer dalam pembuatan keputusan. Pemegang saham terbesar dapat digunakan secara optimal
sebagai salah satu mekanisme pengontrol masalah agensi, dan meningkatkan kinerja perusahaan
(Agrawal dan Knoeber, 1996; Xu dan Wang, 1999; Desai dan Dharmapala, 2009).
Saat pemegang saham terbesar berpikir bahwa tata kelola perusahan baik, mereka akan
memilih kebijakan pajak agresif (Timothy, 2010). Hal ini dibuktikan Zhou (2011), dalam
penelitiannya di Cina, menemukan adanya hubungan positif antara proporsi pemegang saham
pengendali dengan penghindaran pajak perusahaan. Karakteristik perusahaan publik di Cina adalah
kepemilikan sahamnya terkonsentrasi pada pemegang saham tunggal yang berasosiasi dengan
pemerintah, sehingga dengan semakin besar kekuatan yang secara penuh mengontrol keputusan
perusahaan dan secara langsung terlibat dalam pengelolaan perusahaan, maka akan semakin efektif
dalam melakukan langkah-langkah yang dibutuhkan untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Dapat
disimpulkan bahwa dengan semakin tinggi konsentrasi kepemilikan, atau semakin besar
kepemilikan oleh pemegang saham terbesar, maka perusahaan semakin agresif dalam pengambilan
keputusan dan hal ini berimplikasi pada penghindaran pajak yang tinggi. Berdasarkan uraian
tersebut, hipotesis yang dapat dikembangkan adalah:
H5 : Struktur kepemilikan saham terbesar berpengaruh positif terhadap perilaku
penghindaran pajak perusahaan.
METODE PENELITIAN Variabel Penelitian
Penghindaran pajak diukur menggunakan tax avoidance performance-matched (TA_per),
mengikuti pengukuran alternatif yang dilakukan oleh Lim (2011). Penghindaran pajak dihitung
dalam dua tahap. Tahap pertama yaitu menghitung total akrual untuk tiap perusahaan sampel per
tahun selama periode penelitian. Kemudian didapatkan performance-matched discretionary
accruals (DA_per) sebagai residualnya. DA_per digunakan sebagai proksi untuk manajemen laba.
Tahap kedua yaitu memisahkan komponen book-tax difference (BTD) yang tidak diakibatkan oleh
manajemen laba dan mengidentifikasi komponen penghindaran pajak dari persamaan tersebut.
Residual ini kemudian dinyatakan sebagai TA_per.
Latar belakang keahlian akuntansi atau keuangan komite audit diukur dengan proporsi
anggota komite audit yang memiliki pengalaman sebagai akuntan, auditor, direktur keuangan atau
chief financial officer, atau kepala akuntansi atau chief accounting officer (Krishnan dan
Visvanathan, 2007; Robinson et al., 2012; dan Abernathy et al., 2013) atau memiliki latar belakang
pendidikan akuntansi (Putri, 2011). Independensi dewan komisaris diukur dengan menggunakan
persentase komisaris independen terhadap jumlah dewan komisaris. Kompensasi eksekutif diukur
dengan logaritma total kompensasi, yang mencakup jumlah gaji, bonus, tunjangan, dan
pembayaran lain yang diterima eksekutif (dewan komisaris dan direksi) selama satu tahun. Struktur
kepemilikan publik diukur dengan persentase kepemilikan saham publik dibagi total saham beredar
(Handayani, 2007). Struktur kepemilikan saham terbesar diukur dengan persentase saham yang
dimiliki pemegang saham terbesar dibagi total saham beredar (Zhou, 2011).
Variabel kontrol yang digunakan penelitian ini adalah ukuran perusahaan dan kinerja
perusahaan (Minnick dan Noga, 2010; Sabli dan Noor, 2012). Ukuran perusahaan diproksikan
dengan logaritma total aset. Kinerja perusahaan diproksikan dengan return on assets (ROA).
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 5
5
Populasi dan Sampel
Populasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah semua perusahaan non-keuangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2010-2012. Sampel dipilih berdasarkan
metode purposive sampling, dengan kriteria sebagai berikut:
1. Terdapat laporan tahunan dan laporan keuangan tahunan selama 3 tahun berturut-turut (tahun 2010-
2012) yang dapat diakses dari situs BEI (www.idx.co.id) atau dari situs perusahaan.
2. Merupakan perusahaan non-keuangan. Pemilihan semua perusahaan non-keuangan karena
perusahaan keuangan memiliki karakteristik keuangan yang berbeda dengan perusahaan lainnya
(Lim, 2011), sehingga dapat menimbulkan bias hasil penelitian.
3. Tahun buku dalam laporan keuangan tahunan berakhir tanggal 31 Desember. Hal ini dilakukan
untuk menjaga keseragaman sampel dan analisisnya.
4. Laporan keuangan tahunan disajikan menggunakan mata uang Rupiah. Penggunaan satuan mata
uang selain Rupiah, meskipun dapat dikonversi, dapat menimbulkan perbedaan akibat kurs yang
terus berubah.
5. Laporan tahunan dan laporan keuangan tahunan memiliki data yang dibutuhkan selama 3 tahun
penelitian (tahun 2010-2012), yaitu mengungkapkan: perhitungan rekonsiliasi fiskal, latar belakang
pengalaman atau pendidikan komite audit, persentase komisaris independen, jumlah kompensasi
yang diterima dewan komisaris dan direksi, dan struktur pemegang saham.
6. Perusahaan tidak pernah mengalami variabel TA_per negatif selama periode penelitian (2010-
2012). Perusahaan dengan TA_per negatif adalah perusahaan yang tidak melakukan penghindaran
pajak, berdasarkan perhitungan TA_per.
Metode Analisis Penelitian ini menggunakan model regresi ordinary least square (OLS) dengan
memasukkan pengaruh sektor industri dan tahun, mengikuti Sabli dan Noor (2012). Model
penelitian ini adalah sebagai berikut :
TA_per = β0 + β1Exp + β2Indep + β3LComp + β4Pub + β5LSH + β6LSize + β7ROA +
β8DSector + β9DYear + e
Keterangan :
Variabel Dependen:
TA_per : penghindaran pajak (tax avoidance) yang dihitung dari
( BTD / total aset th sebelumnya ) – DA_per
BTD : laba komersil – laba fiskal
DA_per : ((laba usaha-arus kas operasi)/total aset th sebelumnya) – (1/total aset th
sebelumnya) – ((∆SALE - ∆A/R)/total aset th sebelumnya) – (Aset Tetap
PPE/total aset th sebelumnya) – ROA
Variabel Independen:
Tata Kelola Perusahaan
Exp : jumlah anggota komite audit yang memiliki pengalaman atau pendidikan di
bidang akuntansi atau keuangan, dibagi dengan total anggota komite audit
Indep : persentase komisaris independen terhadap jumlah dewan komisaris
LComp : logaritma 10 total kompensasi setahun yang diterima dewan komisaris dan direksi
Pub : kepemilikan saham publik dibagi total saham beredar
LSH : persentase saham yang dimiliki pemegang saham terbesar
Variabel Kontrol:
Karakteristik Perusahaan
LSize : logaritma 10 total aset perusahaan
ROA : laba bersih dibagi total aset
DSector : variabel dummy, terdiri dari tujuh dummy untuk sektor Agriculture (Dagri1),
Mining (Dmining2), Basic Industry and Chemicals (Dbasic3), Miscellaneous
Industry (Dmscl4), Consumer Goods Industry (Dconsmr5), Property, Real Estate
and Building Construction (Dconstr6), dan Infrastructure, Utilities &
Transportation (Dinfrast7).
DYear : variabel dummy, terdiri dari dua dummy untuk tahun 2010 (D2010) dan tahun
2011 (D2011).
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 6
6
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Sampel Penelitian
Berdasarkan hasil purposive sampling, diperoleh 133 perusahaan yang dapat dikategorikan
menurut sektor industrinya sebagai berikut: Tabel 1
Jumlah Sampel Berdasarkan Sektor Industri Menurut JASICA Index
No. Jenis Industri Jumlah Perusahaan Persentase
1. Agriculture 10 7,52%
2. Mining 9 6,77%
3. Basic Industry and Chemicals 20 15,04%
4. Miscellaneous Industry 8 6,01%
5. Consumer Goods Industry 18 13,53%
6. Property, Real Estate and
Building Construction
19 14,29%
7. Infrastructure, Utilities &
Transportation
10 7,52%
8. Finance - -
9. Trade, Services & Investment 39 29,32%
Total perusahaan sampel 133 100%
Sumber: JASICA Index, data sekunder yang diolah 2014
Statistik Deskriptif Tabel 2
Statistik Deskriptif
Min Max Mean Std. Deviation
Variabel Dependen
Penghindaran Pajak
TA_per
,014
4,010
,638
,474
Variabel Independen
Tata Kelola Perusahaan
Exp
,143
1,000
,636
,252
Indep ,167 ,800 ,409 ,110
LComp 8,090 11,980 9,923 ,638
Pub ,009 ,830 ,272 ,186
LSH ,072 ,991 ,528 ,238
Variabel Kontrol
Karakteristik Perusahaan
LSize
10,190
14,050
12,257
,731
ROA -,619 1,177 ,089 ,116 Tabel ini menyajikan statistik deskriptif untuk sampel 399 observasi.
Sumber: data sekunder yang diolah, 2014
Dari tabel diatas, pada variabel Indep, diketahui bahwa masih ada perusahaan yang belum
memenuhi ketentuan Bursa Efek Indonesia, yaitu sekurang-kurangnya 30% dari jumlah komisaris
adalah komisaris independen yang ditunjukkan nilai minimal 16,7%.
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 7
7
Tabel 3
Tabel Rata-rata Penghindaran Pajak Berdasarkan Jenis Industri dan Tahun
Penghindaran
Pajak Tahun
Kode Sektor Industri
1 2 3 4 5 6 7 9
TA_per 2010 0,486 1,015 0,690 0,805 0,738 0,301 0,685 0,669
2011 0,547 0,834 0,750 0,726 0,679 0,368 0,941 0,643
2012 0,220 0,886 0,650 0,632 0,653 0,385 0,833 0,649
Rata-rata 0,418 0,911 0,696 0,721 0,690 0,351 0,819 0,654
N 30 27 60 24 54 57 30 117 Tabel ini menyajikan rata-rata penghindaran pajak yang diproksikan dengan TA_per berdasarkan sektor industri
dan tahun untuk 399 observasi. Sektor industri mengikuti Indeks JASICA, dimana 1 adalah Agriculture, 2 adalah
Mining, 3 adalah Basic Industry and Chemicals, 4 adalah Miscellaneous Industry, 5 adalah Consumer Goods
Industry, 6 adalah Property, Real Estate and Building Construction, 7 adalah Infrastructure, Utilities &
Transportation, 9 adalah Trade, Services & Investment.
Tabel 3 menyajikan rata-rata penghindaran pajak perusahaan berdasarkan jenis industri dan
tahun. Berdasarkan proksi TA_per, rata-rata penghindaran pajak paling besar tampak pada sektor
industri Mining.
Uji Asumsi Klasik
Agar dapat diterima, ketiga model regresi harus memenuhi uji asumsi klasik. Uji yang
dimaksud yaitu uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas.
Untuk memenuhi uji normalitas, dilakukan transformasi akar kuadrat (square root) pada variabel
dependen sehingga menjadi SQTA_per. Untuk memenuhi uji autokorelasi model regresi, pada
variabel independen ditambahkan variabel Lag dari variabel dependen, sehingga N regresi
berkurang satu (398). Variabel Lag ini semata-mata digunakan untuk memenuhi asumsi non-
autokorelasi dan tidak akan dibahas dalam penelitian, sehingga variabel ini tidak ditambahkan ke
dalam model regresi.
Tabel 4
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 398
Normal Parametersa,b
Mean ,0000000
Std. Deviation ,22554448
Most Extreme Differences Absolute ,061
Positive ,061
Negative -,045
Kolmogorov-Smirnov Z 1,211
Asymp. Sig. (2-tailed) ,107 Sumber: Output SPSS, 2014
Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel diatas. Nilai Kolmogorov-Smirnov tidak
signifikan (lebih dari 0,05), sehingga disimpulkan data residual terdistribusi normal.
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 8
8
Tabel 5
Hasil Uji Multikolinearitas
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
Exp ,855 1,169
Indep ,850 1,176
LComp ,330 3,031
Pub ,469 2,134
LSH ,520 1,924
LSize ,295 3,395
ROA ,819 1,221
D2010 ,733 1,365
D2011 ,745 1,343
Dagri1 ,810 1,234
Dmining2 ,812 1,232
Dbasic3 ,729 1,371
Dmscl4 ,839 1,192
Dconsmr5 ,751 1,331
Dconstr6 ,658 1,520
Dinfrast7 ,702 1,425
LAGS(SQTAper,1) ,891 1,123 a. Dependent Variable: SQTAper
Sumber: Output SPSS, 2014
Uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai Tolerance dan VIF. Dari tabel, terlihat
bahwa tidak ada nilai Tolerance kurang dari 0,10 dan tidak ada nilai VIF lebih dari 10, sehingga
disimpulkan bahwa tidak ada korelasi antar variabel independen.
Tabel 6
Hasil Uji Autokorelasi
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea -,00125
Cases < Test Value 199
Cases >= Test Value 199
Total Cases 398
Number of Runs 181
Z -1,907
Asymp. Sig. (2-tailed) ,056 a. Median
Sumber: Output SPSS, 2014
Uji autokorelasi model regresi dilakukan dengan Run Test. Terlihat bahwa nilai Run Test
tidak signifikan (lebih dari 0,05), sehingga disimpulkan tidak terjadi autokorelasi antar nilai
residual.
Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan uji Spearman’s Rank Correlation Test mengikuti
Gauthier (2001). Hasil perhitungan uji Spearman’s Rank Correlation Test menunjukkan bahwa
nilai t hitung lebih kecil daripada t tabel ( < 1,645), sehingga disimpulkan bahwa tidak
terjadi masalah heteroskedastisitas pada model regresi. Dari seluruh hasil uji asumsi klasik dapat
dinyatakan bahwa model regresi layak untuk pengambilan keputusan penelitian.
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 9
9
Tabel 4.5
Tabel Hasil Regresi
Penghindaran Pajak
Coefficient
(t-statistic)
TA_per
Constant 0,380*
(1,712)
Tata Kelola Perusahaan
Exp 0,006
(0,126)
Indep -0,012
(-0,106)
LComp -0,018
(-0,583)
Pub -0,259***
(-2,848)
LSH -0,177***
(-2,619)
Karakteristik Perusahaan
LSize 0,036
(1,227)
ROA 0,681***
(6,187)
DSector Included
DYear Included
Adjusted R2 (%) 29,3
F-Statistic (P-value) 10,700 (0,000)
N observasi 398 * mengindikasikan signifikan pada tingkat 0,10. ** mengindikasikan signifikan pada
tingkat 0,05. *** mengindikasikan signifikan pada tingkat 0,01.
Pembahasan
Hasil uji statistik regresi linear sederhana menunjukkan bahwa latar belakang keahlian
akuntansi atau keuangan komite audit memiliki hubungan positif, sesuai arah prediksi, namun tidak
signifikan terhadap perilaku penghindaran pajak perusahaan. Hasil penelitian ini tidak sejalan
dengan hasil penelitian sebelumnya dari Robinson, et al. (2012) dan Armstrong, et al. (2013), yang
menemukan adanya hubungan antara latar belakang keahlian akuntansi maupun keuangan komite
audit dan penghindaran pajak perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa dengan semakin banyak
anggota komite audit yang menguasai akuntansi atau keuangan, tidak mempengaruhi
kecenderungan penghindaran pajak perusahaan. Disimpulkan bahwa peran komite audit tidak
efektif dalam pengambilan keputusan terkait kebijakan pajak perusahaan di Indonesia. Selain
kebijakan mengenai pajak, pengaruh komite audit terhadap kebijakan perusahaan yang lain juga
tidak signifikan, yaitu kebijakan mengenai manajemen laba (Putri, 2011).
Persentase komisaris independen menunjukkan hubungan negatif, sesuai arah prediksi,
namun tidak signifikan terhadap perilaku penghindaran pajak perusahaan. Hasil penelitian ini
sesuai dengan hasil penelitian Minnick dan Noga (2010), Annisa (2011), Zhou (2011), Khaoula dan
Ali (2012), dan Sabli dan Noor (2012), yang tidak menemukan pengaruh direktur independen
terhadap penghindaran pajak. Tidak adanya hubungan yang signifikan antara persentase komisaris
independen dengan penghindaran pajak disebabkan peran komisaris independen yang tidak
signifikan dalam pengambilan keputusan pajak dalam perusahaan di Indonesia. Hal ini dapat juga
disebabkan mekanisme komisaris independen dalam tata kelola perusahaan yang tidak efektif
dalam mengurangi masalah agensi (Arifin dan Rachmawati, 2006), sehingga komisaris independen
tidak dapat mengarahkan jajaran manajer yang lain untuk bertindak sesuai kepentingan terbaik
pemegang saham.
Kompensasi eksekutif menunjukkan pengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap
perilaku penghindaran pajak perusahaan. Hasil penelitian ini kurang sesuai dengan hasil penelitian
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 10
10
sebelumnya dari Indonesia, Irawan dan Farahmita (2012), yang menemukan bahwa tingkat
kompensasi direksi berpengaruh negatif signifikan terhadap penghindaran pajak perusahaan. Dapat
disimpulkan bahwa sistem kompensasi di Indonesia ternyata kurang memotivasi manajer dalam
pengambilan keputusan pajak perusahaan. Apabila pemegang saham menginginkan agar manajer
bekerja dalam tugasnya sebagai agen dengan baik, sistem kompensasi sebaiknya diubah dengan
menambahkan kompensasi berbasis saham. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya
(Rego dan Wilson, 2008; Minnick dan Noga, 2010; Armstrong et al., 2012; dan Rego dan Wilson,
2012), kompensasi berbasis saham akan memotivasi manajer melakukan penghindaran pajak.
Persentase kepemilikan saham publik menunjukkan hubungan negatif yang signifikan
terhadap perilaku penghindaran pajak perusahaan, sesuai dengan prediksi. Disimpulkan bahwa
mekanisme pemegang saham publik dalam tata kelola perusahaan berfungsi sebagai penghambat
keputusan penghindaran pajak. Hal ini disebabkan pemegang saham publik cenderung kurang
agresif dalam strategi perusahaan dan memiliki karakter seperti masyarakat pada umumnya yang
mengharapkan kontribusi perusahaan terhadap pembangunan dalam pembayaran pajak.
Persentase kepemilikan saham terbesar memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap
perilaku penghindaran pajak perusahaan, berbeda dengan arah prediksi. Hasil penelitian ini tidak
sesuai dengan hasil penelitian Zhou (2011), yang menemukan adanya hubungan positif antara
proporsi pemegang saham pengendali dengan penghindaran pajak perusahaan. Namun hasil
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Timothy (2010), yang menemukan bahwa pemegang
saham terbesar berhubungan negatif dengan penghindaran pajak. Hal ini dapat terjadi karena
kekuatan pemegang saham bukan hanya semata-mata pada hak voting. Beberapa peraturan dibuat
untuk menyeimbangkan kekuatan antara pihak-pihak dalam perusahaan: manajer, pemegang saham
besar, dan pemegang saham yang kecil. Seperti di Indonesia terdapat Keputusan Ketua BAPEPAM
tahun 2000 tentang Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu, yang dibuat untuk melindungi
kepentingan pemegang saham independen yang merupakan pihak minoritas dalam pengambilan
keputusan perusahaan. Hal ini mencegah beberapa keputusan yang mengandung risiko, seperti
penghindaran pajak, mungkin diambil oleh pemegang saham mayoritas dan dapat merugikan
pemegang saham minoritas. Penyebab lain hipotesis ditolak kemungkinan disebabkan karakteristik
pemegang saham pengendali dalam perusahaan di Indonesia yang cenderung menghindari risiko
deteksi atas kegiatan penghindaran pajak. Berdasarkan data dari BEI, pemegang saham terbesar
perusahaan sebagian besar adalah perusahaan dalam negeri lainnya, sehingga kemungkinan
perusahaan tersebut tidak mau mengambil risiko yang dapat menghancurkan reputasi
perusahaannya. Sebaliknya, pemegang saham terbesar di Indonesia dapat berperan optimal sebagai
mekanisme pengontrol masalah agensi (Agrawal dan Knoeber, 1996) dan dapat meningkatkan
profitabilitas perusahaan (Xu dan Wang, 1999).
Ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap perilaku
penghindaran pajak perusahaan. Disimpulkan bahwa ukuran perusahaan tidak signifikan
mengontrol pengaruh tata kelola perusahaan terhadap penghindaran pajak. Hal ini dapat disebabkan
usaha penghindaran pajak dilakukan baik pada perusahaan kecil maupun besar di Indonesia.
Kinerja perusahaan memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap perilaku
penghindaran pajak perusahaan. Sehingga disimpulkan bahwa semakin baik kinerja perusahaan di
Indonesia, perusahaan semakin cenderung untuk melakukan penghindaran pajak. Hasil penelitian
ini sesuai dengan hasil penelitian Sabli dan Noor (2012), yang menemukan bahwa perusahaan
dengan kinerja baik (ROA semakin tinggi), lebih cenderung terlibat dalam penghindaran pajak.
Penelitian yang dilakukan di Malaysia, mungkin lebih tepat sebagai pembanding, sebab
mengunakan tarif pajak tunggal seperti Indonesia. Kecenderungan perusahaan dengan kinerja lebih
baik untuk melakukan penghindaran pajak, mungkin disebabkan efektifnya sistem tata kelola pada
perusahaan Indonesia dengan kinerja baik untuk memaksimalkan keuntungan pemegang saham,
yaitu dengan aktivitas penghindaran pajak dan meningkatkan laba.
KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN Dari pengujian hipotesis dan pembahasan yang dilakukan, dihasilkan kesimpulan sebagai
berikut:
1. Latar belakang keahlian akuntansi atau keuangan komite audit tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap perilaku penghindaran pajak perusahaan. Hal ini mengindikasikan bahwa
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 11
11
peran komite audit tidak efektif dalam pengambilan keputusan terkait kebijakan pajak
perusahaan di Indonesia.
2. Proporsi komisaris independen tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap perilaku
penghindaran pajak perusahaan. Hal ini mengindikasikan peran komisaris independen yang
tidak signifikan dalam pengambilan keputusan pajak strategis perusahaan di Indonesia.
3. Kompensasi eksekutif tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap perilaku penghindaran
pajak perusahaan. Hal ini terjadi karena sistem bonus di Indonesia kurang memotivasi manajer
dalam pengambilan keputusan pajak perusahaan. Apabila pemegang saham menginginkan
agar manajer bekerja dalam tugasnya sebagai agen dengan baik, sistem kompensasi sebaiknya
diubah dengan menambahkan kompensasi berbasis saham.
4. Kepemilikan saham oleh publik memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap perilaku
penghindaran pajak perusahaan. Hal ini disebabkan pemegang saham publik yang cenderung
kurang agresif dalam strategi pajak perusahaan dan memiliki karakter seperti masyarakat pada
umumnya yang mengharapkan kontribusi perusahaan terhadap pembangunan dalam
pembayaran pajak.
5. Kepemilikan saham terbesar perusahaan memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap
perilaku penghindaran pajak perusahaan. Hal ini mungkin disebabkan adanya peraturan yang
melindungi kepentingan pemegang saham minoritas. Selain itu, mengingat sebagian besar
pemegang saham terbesar perusahaan di Indonesia adalah perusahaan lain dalam negeri, hal
ini menjelaskan bahwa karakteristik pemegang saham terbesar di Indonesia yaitu cenderung
menghindari risiko atas deteksi dan hancurnya reputasi perusahaan.
6. Ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap perilaku penghindaran pajak
perusahaan. Hal ini dapat disebabkan usaha penghindaran pajak dilakukan baik pada
perusahaan kecil maupun besar di Indonesia.
7. Kinerja perusahaan memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap perilaku penghindaran
pajak perusahaan. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan dengan kinerja baik di
Indonesia, memiliki sistem tata kelola yang efektif, dan bekerja untuk memaksimalkan
keuntungan pemegang saham dengan aktivitas penghindaran pajak dan meningkatkan laba.
Keterbatasan penelitian ini adalah: (1) Masih banyak perusahaan yang terdaftar di BEI,
namun laporan tahunannya ternyata tidak dipublikasikan dalam situs BEI atau di situs perusahaan.
Sehingga hal ini membatasi jumlah sampel penelitian. (2) Adanya beberapa perusahaan yang tidak
menyajikan laporan keuangannya menggunakan satuan rupiah. Hal ini tentu menyulitkan dalam
konversi ke nilai Rupiah yang sebenarnya. Sehingga perusahaan tersebut harus diseleksi, dan
membatasi jumlah sampel penelitian. (3) Data hanya diambil dari apa yang tersaji dalam laporan
tahunan perusahaan yang dipublikasikan. Sehingga apabila ada item dalam variabel penelitian yang
tidak diungkapkan, maka penelitian ini mengasumsikan bahwa item tersebut tidak ada. Akibatnya
banyak perusahaan yang terseleksi dalam pengambilan sampel, dan membatasi jumlah sampel
penelitian ini.
Saran untuk penelitian selanjutnya yaitu: (1) Penelitian selanjutnya sebaiknya menambah
periode penelitian, sehingga dapat diketahui pengaruh penelitian dalam jangka panjang dan
didapatkan prediksi yang lebih tepat. (2) Penelitian selanjutnya dapat menambah proksi untuk
penghindaran pajak yang lain, karena setiap proksi dapat merefleksikan hal yang berbeda, dan
memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
REFERENSI Abernathy, J.L., D. Herrmann, T. Kang, dan G.V. Krishnan. 2013. “Audit commitee financial
expertise and properties of analyst earnings forecasts.” Advances in Accounting,
incorporating Advances in International Accounting 29 (2013) 1–11.
Agrawal, A. dan C.R. Knoeber. 1996. “Firm Performance and Mechanisms to Control Agency
Problems Between Managers and Shareholders.” Forthcoming, Journal of Financial and
Quantitative Analysis, September 1996.
Annisa, N.A. 2011. “Pengaruh Corporate Governance Terhadap Tax Avoidance.” Skripsi, Fakultas
Ekonomi, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 12
12
Arifin, Z. dan N. Rachmawati. 2006. “Pengaruh Corporate Governance Terhadap Efektifitas
Mekanisme Pengurang Masalah Agensi.” Jurnal Siasat Bisnis Vol. 11 No. 3 Desember 2006
h.237-247.
Armstrong, C.S., J.L. Blouin, A.D. Jagolinzer, dan D.F. Larcker. 2013. “Corporate Governance,
Incentives, and Tax Avoidance.” Rock Center for Corporate Governance Stanford
University, Working Paper Series No. 136. Diakses tanggal 29 Agustus 2013, dari
http://ssrn.com/abstract=2252682.
Armstrong, C.S., J.L. Blouin, dan D.F. Larcker. 2012. “The incentives for tax planning.” Journal of
Accounting and Economics 53 (2012), h. 391-411.
BEI. 2004. Keputusan Direksi Bursa Efek Jakarta Nomor: Kep-305/BEJ/07-2004 Tentang
Peraturan Nomor I-A Tentang Pencatatan Saham dan Efek Bersifat Ekuitas Selain Saham
yang Diterbitkan oleh Perusahaan Tercatat.
Desai, M.A. dan D. Dharmapala. 2006. “Corporate Tax Avoidance and High Powered Incentives.”
Journal of Financial Economics 79 (2006), h. 145-179.
Desai, M.A. dan D. Dharmapala. 2009. “Corporate Tax Avoidance and Firm Value.” The Review of
Economics and Statistics 91 (3), h. 537-546.
Gauthier, T.D. 2001. “Detecting Trends Using Spearman’s Rank Correlation Coefficient.”
Environmental Forensics (2001) 2, 359-362.
Handayani, C. 2007. “Analisis Pengaruh Proporsi Kepemilikan Saham Terhadap Kebijakan
Pendanaan Dalam Meningkatkan Kinerja Perusahaan.” Tesis, Fakultas Ekonomi, Universitas
Diponegoro Semarang.
Irawan, H.P. dan A. Farahmita. 2012. “Pengaruh Kompensasi Manajemen dan Corporate
Governance Terhadap Tax Avoidance.” Skripsi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.
Khaoula, A. dan Z.M. Ali. 2012. “The board of directors and the corporate tax planning: Empirical
Evidence from Tunisia.” International Journal of Accounting and Financial Reporting 2012,
Vol. 2, No. 2 Page 142-157.
Krishnan, G.V. dan G. Visvanathan. 2007. “Does The SOX Definition of An Accounting Expert
Matter? The Association Between Audit Committee Directors’ Accounting Expertise and
Accounting Conservatism.” Diakses tanggal 2 Januari 2013, dari
http://ssrn.com/abstract=866884.
Lanis, R. dan G. Richardson. 2011. “The effect of board of director composition on corporate tax
aggressiveness.” Journal of Accounting & Public Policy 30 (2011), h. 50-70.
Lim, Y. 2011. “Tax avoidance and underleverage puzzle: Korean evidence.” Review Quantitative
Financial Accounting DOI 10.1007/s11156-011-0258-8.
Minnick, K. dan T. Noga. 2010. “Do corporate governance characteristics influence tax
management?” Journal of Corporate Finance 16 (2010), h. 703-718.
Pohan, H.T. 2008. “Pengaruh Good Corporate Governance, Rasio Tobin Q, Perata Laba Terhadap
Penghindaran Pajak pada Perusahaan Publik.” Skripsi, Fakultas Ekonomi, Universitas
Trisakti.
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 13
13
Putri, D.M. 2011. “Pengaruh Karakteristik Komite Audit Terhadap Manajemen Laba.” Skripsi,
Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro Semarang.
Rego, S.O. dan R. Wilson. 2008. “Executive Compensation, Tax Reporting Aggressiveness, and
Future Firm Performance.” http://areas.kenan-flagler.unc.edu/ Accounting/TaxCenter/
taxsym09/Documents/Rego%20and%20Wilson%202008.pdf. Diakses tanggal 9 Oktober
2012.
Rego, S.O. dan R. Wilson. 2012. “Equity Risk Incentives and Corporate Tax Aggressiveness.”
Journal of Accounting Research Vol. 50 No.3 June 2012, h. 775-810.
Robinson, J.R., Y. Xue, dan M.H. Zhang. 2012. “Tax planning and financial expertise in the audit
committee.” Diakses tanggal 2 Desember 2012, dari http://ssrn.com/abstract=2146003.
Sabli, N. dan R.M. Noor. 2012. ”Tax Planning and Corporate Governance.” 3rd International
Conference on Business and Economic Research (3rd ICBER 2012) Proceeding,
http://www.internationalconference.com.my/proceeding/icber2012_proceeding/ 139407
3rdICBER2012ProceedingPG19962020.pdf. Diakses tanggal 21 September 2012.
Solomon, J. 2007. Corporate Governance and Accountability. 2 ed. The Atrium, West Sussex:
John Wiley & Sons, Ltd.
Timothy, Y.C.K. 2010. “Effects of Corporate Governance on Tax Aggressiveness.” Hong Kong
Baptist University. Diakses tanggal 1 Desember 2012 dari lib -
sca.hkbu.edu.hk/trsimage/hp/07014341.pdf .
Xu, X. dan Y. Wang. 1999. “Ownership structure and corporate governance in Chinese stock
companies.” China Economic Review 10 (1999) 75-98.
Zhou, Y. 2011. “Ownership Structure, Board Characteristics, and Tax Aggressiveness.” Thesis,
Lingnan University.