13
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014, Halaman 1-13 http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/accounting ISSN (Online): 2337-3806 PENGARUH TATA KELOLA PERUSAHAAN TERHADAP PENGHINDARAN PAJAK Silvia Ratih Puspita, Puji Harto 1 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedharto SH Tembalang, Semarang 50239, Phone: +622476486851 ABSTRACT This paper examines the effect of corporate governance on tax avoidance. Corporate governance is proxied by the background of accounting or financial expertise of the audit committee, the proportion of independent directors, executive compensation, public ownership, and the largest shareholding. Tax avoidance is measured by performance-matched tax avoidance measure. By using purposive sampling in the observation period 2010-2012, obtained 399 observations from non-financial companies listed on the Indonesian Stock Exchange. Data were analyzed using ordinary least square regression model by incorporating the effect of year and industry sectors. Regression results show that public ownership and the largest shareholding have negative effect on tax avoidance. Company performance has positive effect on tax avoidance. Meanwhile, the background of accounting or financial expertise of audit committees, the proportion of independent directors, executive compensation, and company size do not have a significant effect on tax avoidance. The results of this paper indicate that some of the mechanisms of corporate governance in Indonesia are not effective according to their function for shareholders. Keywords: tax avoidance, performance-matched tax avoidance, corporate governance, firm characteristics PENDAHULUAN Penghindaran pajak didefinisikan sebagai setiap usaha yang dilakukan untuk mengurangi beban pajak. Penghindaran pajak adalah salah satu cara untuk memperbesar keuntungan perusahaan yang diharapkan oleh pemegang saham, namun pelaksanaannya dilakukan oleh manajer (Desai dan Dharmapala, 2006). Oleh sebab itu, penghindaran pajak perusahaan membuka peluang bagi manajer untuk bersikap oportunis dengan melakukan penghindaran pajak untuk tujuan keuntungan jangka pendek, tidak untuk keuntungan jangka panjang yang diharapkan oleh pemegang saham (Minnick dan Noga, 2010). Di sinilah peran tata kelola perusahaan yang diharapkan dapat mengendalikan akibat dari masalah agensi tersebut terhadap penghindaran pajak (Desai dan Dharmapala, 2006; Armstrong et al., 2013). Hubungan antara tata kelola perusahaan dan penghindaran pajak telah diteliti oleh Desai dan Dharmapala (2006), Minnick dan Noga (2010), Timothy (2010), Lanis dan Richardson (2011), Zhou (2011), Armstrong, et al. (2012), Khaoula dan Ali (2012), Rego dan Wilson (2012), Sabli dan Noor (2012), dan Armstrong, et al. (2013). Sedangkan penelitian di Indonesia telah dilakukan oleh Pohan (2008), Annisa (2011), dan Irawan dan Farahmita (2012). Namun penelitian-penelitian sebelumnya tersebut menghasilkan hasil yang beragam, sehingga diperlukan pengujian lebih lanjut mengenai pengaruh tata kelola perusahaan terhadap penghindaran pajak perusahaan, khususnya di Indonesia. Penelitian ini berusaha memperkaya penelitian mengenai pengaruh tata kelola perusahaan terhadap penghindaran pajak dengan menggunakan pengukuran penghindaran pajak yang telah diperbaharui, yaitu pengukuran performance-matched tax avoidance (Lim, 2011). Selain itu, penelitian ini menyesuaikan tujuan penelitian sesuai dengan keadaan di Indonesia, antara lain dengan penyesuaian terhadap sistem two-tier dalam struktur dewan perusahaan, dan peraturan oleh otoritas terkait di Indonesia, yaitu Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK). 1 Corresponding author

PENGARUH TATA KELOLA PERUSAHAAN TERHADAP …

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH TATA KELOLA PERUSAHAAN TERHADAP …

DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014, Halaman 1-13

http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/accounting ISSN (Online): 2337-3806

PENGARUH TATA KELOLA PERUSAHAAN TERHADAP

PENGHINDARAN PAJAK

Silvia Ratih Puspita, Puji Harto 1

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro

Jl. Prof. Soedharto SH Tembalang, Semarang 50239, Phone: +622476486851

ABSTRACT

This paper examines the effect of corporate governance on tax avoidance. Corporate governance is

proxied by the background of accounting or financial expertise of the audit committee, the

proportion of independent directors, executive compensation, public ownership, and the largest

shareholding. Tax avoidance is measured by performance-matched tax avoidance measure. By

using purposive sampling in the observation period 2010-2012, obtained 399 observations from

non-financial companies listed on the Indonesian Stock Exchange. Data were analyzed using

ordinary least square regression model by incorporating the effect of year and industry sectors.

Regression results show that public ownership and the largest shareholding have negative effect on

tax avoidance. Company performance has positive effect on tax avoidance. Meanwhile, the

background of accounting or financial expertise of audit committees, the proportion of independent

directors, executive compensation, and company size do not have a significant effect on tax

avoidance. The results of this paper indicate that some of the mechanisms of corporate governance

in Indonesia are not effective according to their function for shareholders.

Keywords: tax avoidance, performance-matched tax avoidance, corporate governance, firm

characteristics

PENDAHULUAN Penghindaran pajak didefinisikan sebagai setiap usaha yang dilakukan untuk mengurangi

beban pajak. Penghindaran pajak adalah salah satu cara untuk memperbesar keuntungan

perusahaan yang diharapkan oleh pemegang saham, namun pelaksanaannya dilakukan oleh

manajer (Desai dan Dharmapala, 2006). Oleh sebab itu, penghindaran pajak perusahaan membuka

peluang bagi manajer untuk bersikap oportunis dengan melakukan penghindaran pajak untuk

tujuan keuntungan jangka pendek, tidak untuk keuntungan jangka panjang yang diharapkan oleh

pemegang saham (Minnick dan Noga, 2010). Di sinilah peran tata kelola perusahaan yang

diharapkan dapat mengendalikan akibat dari masalah agensi tersebut terhadap penghindaran pajak

(Desai dan Dharmapala, 2006; Armstrong et al., 2013).

Hubungan antara tata kelola perusahaan dan penghindaran pajak telah diteliti oleh Desai

dan Dharmapala (2006), Minnick dan Noga (2010), Timothy (2010), Lanis dan Richardson

(2011), Zhou (2011), Armstrong, et al. (2012), Khaoula dan Ali (2012), Rego dan Wilson

(2012), Sabli dan Noor (2012), dan Armstrong, et al. (2013). Sedangkan penelitian di

Indonesia telah dilakukan oleh Pohan (2008), Annisa (2011), dan Irawan dan Farahmita (2012).

Namun penelitian-penelitian sebelumnya tersebut menghasilkan hasil yang beragam, sehingga

diperlukan pengujian lebih lanjut mengenai pengaruh tata kelola perusahaan terhadap penghindaran

pajak perusahaan, khususnya di Indonesia.

Penelitian ini berusaha memperkaya penelitian mengenai pengaruh tata kelola perusahaan

terhadap penghindaran pajak dengan menggunakan pengukuran penghindaran pajak yang telah

diperbaharui, yaitu pengukuran performance-matched tax avoidance (Lim, 2011). Selain itu,

penelitian ini menyesuaikan tujuan penelitian sesuai dengan keadaan di Indonesia, antara lain

dengan penyesuaian terhadap sistem two-tier dalam struktur dewan perusahaan, dan peraturan oleh

otoritas terkait di Indonesia, yaitu Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Badan Pengawas Pasar Modal

dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK).

1 Corresponding author

Page 2: PENGARUH TATA KELOLA PERUSAHAAN TERHADAP …

DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 2

2

Penelitian ini berusaha menemukan bukti-bukti empiris mengenai pengaruh tata kelola

perusahaan, yang diproksikan dengan latar belakang keahlian akuntansi atau keuangan komite

audit, persentase komisaris independen, kompensasi eksekutif, struktur kepemilikan publik, dan

struktur kepemilikan saham terbesar perusahaan terhadap perilaku penghindaran pajak yang

dilakukan perusahaan.

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Praktik penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan tidak dapat lepas dari adanya

agency theory dan stakeholder theory. Kedua teori tersebut membantu menjelaskan kecenderungan

penghindaran pajak perusahaan. Berdasarkan agency theory, pemegang saham mengharapkan

manajer untuk melakukan penghindaran pajak se-optimal mungkin (Desai dan Dharmapala, 2006).

Sedangkan berdasarkan stakeholder theory, perusahaan mulai memikirkan kelangsungan bisnis

perusahaan di masa depan, sehingga cenderung menghindari keputusan penghindaran pajak yang

dapat mencemarkan nama baik perusahaan.

Berdasarkan penelitian sebelumnya (Desai dan Dharmapala, 2006; Pohan, 2008; Minnick

dan Noga, 2010; Lanis dan Richardson, 2011; Armstrong et al., 2012) beberapa mekanisme dalam

tata kelola perusahaan dapat digunakan untuk menaikkan atau menurunkan tingkat penghindaran

pajak.

Pengaruh Latar Belakang Keahlian Akuntansi atau Keuangan Komite Audit terhadap

Penghindaran Pajak Berdasarkan teori agensi, manajer dan eksekutif lainnya dalam perusahaan sebagai agen

diharapkan oleh pemegang saham agar mengurangi beban pajak perusahaan. Komite audit

merupakan bagian dari manajer yang berpengaruh signifikan dalam penentuan kebijakan

perusahaan. Hubungan antara keahlian akuntansi atau keuangan dalam komite audit dengan

penghindaran pajak perusahaan ditemukan dalam penelitian sebelumnya. Armstrong, et al. (2013)

menemukan bahwa jumlah ahli keuangan (financial expertise) dalam dewan direksi berpengaruh

secara signifikan terhadap distribusi penghindaran pajak, dengan menaikkan tingkat penghindaran

pajak saat tingkatnya sangat rendah, dan menurunkan tingkat penghindaran pajak saat tingkatnya

sangat tinggi. Sedangkan Robinson, et al. (2012) menemukan bahwa latar belakang keahlian

akuntansi komite audit berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak yang tidak berisiko.

Diketahui bahwa latar belakang keahlian komite audit yang lain selain akuntansi, ternyata

cenderung melakukan penghindaran pajak yang berisiko.

Dari beberapa penelitian sebelumnya tersebut, dapat disimpulkan bahwa komite audit

dengan keahlian akuntansi atau keuangan berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan yang

diambil perusahaan, sehingga membantu mengontrol manajer agar berlaku sesuai kepentingan

pemegang saham. Untuk melakukan penghindaran pajak diperlukan keahlian dalam hal akuntansi,

perpajakan, dan peraturan hukum. Anggota komite audit dengan keahlian akuntansi atau keuangan

lebih mengerti celah dalam peraturan perpajakan dan cara yang menghindari risiko deteksi,

sehingga dapat memberikan saran yang berguna untuk melakukan penghindaran pajak dan

menghasilkan keuntungan lebih besar bagi pemegang saham. Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis

yang dapat dikembangkan adalah:

H1 : Latar belakang keahlian akuntansi atau keuangan komite audit berpengaruh positif

terhadap perilaku penghindaran pajak perusahaan.

Pengaruh Komisaris Independen terhadap Penghindaran Pajak

Dengan semakin banyak pihak independen dalam jajaran eksekutif perusahaan, diharapkan

bahwa masalah agensi dapat teratasi dan kepentingan stakeholder yang lain dapat terpenuhi. Dari

perspektif teori agensi, anggota dewan yang berasal dari luar perusahaan (independen) berperan

untuk mengawasi jalannya peran eksekutif yang lain (Solomon, 2007). Semakin besar proporsi

komisaris independen akan meningkatkan kinerja dan kekayaan pemegang saham (Minnick dan

Noga, 2010). Sedangkan dari perspektif stakeholder, keberadaan pihak independen dalam

perusahaan merupakan cara dari stakeholder untuk ikut memberi pengaruh bagi perusahaan

sehingga memberi keuntungan bagi stakeholder. Beberapa penelitian sebelumnya menemukan

beragam hasil mengenai pengaruh komisaris independen terhadap kecenderungan penghindaran

Page 3: PENGARUH TATA KELOLA PERUSAHAAN TERHADAP …

DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 3

3

pajak perusahaan. Pohan (2008) dan Timothy (2010) menemukan bahwa persentase komisaris

independen berpengaruh signifikan positif terhadap penghindaran pajak. Lanis dan Richardson

(2011) menemukan bahwa proporsi direktur independen memiliki pengaruh negatif terhadap

tingkat agresivitas pajak. Minnick dan Noga (2010), Annisa (2011), Zhou (2011), Khaoula dan Ali

(2012), dan Sabli dan Noor (2012) tidak menemukan adanya pengaruh signifikan direktur

independen terhadap penghindaran pajak.

Di Indonesia, komisaris independen jumlahnya proporsional sebanding dengan jumlah

saham yang dimiliki oleh bukan pemegang saham pengendali (BEI, 2004). Dapat dikatakan bahwa

komisaris independen merepresentasikan kepentingan pemegang saham minoritas, atau pemegang

saham publik. Pemegang saham publik cenderung mentaati peraturan perpajakan, karena

mengharapkan perusahaan berperan serta dalam pembangunan bagi masyarakat. Dengan adanya

tanggungjawab terhadap kepentingan pemegang saham publik, maka komisaris independen akan

memperjuangkan ketaatan pajak perusahaan, sehingga mencegah praktik penghindaran pajak.

Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis yang dapat dikembangkan adalah:

H2 : Proporsi komisaris independen berpengaruh negatif terhadap perilaku penghindaran

pajak perusahaan.

Pengaruh Kompensasi Eksekutif terhadap Penghindaran Pajak

Penelitian sebelumnya menemukan beragam pengaruh dari kompensasi eksekutif terhadap

penghindaran pajak. Rego dan Wilson (2008), Minnick dan Noga (2010), Armstrong, et al. (2012),

dan Rego dan Wilson (2012) menemukan adanya hubungan positif antara kompensasi dengan

penghindaran pajak perusahaan. Penelitian-penelitian tersebut mengukur kompensasi melalui

komponen saham dan opsi saham. Dengan adanya komponen saham dan opsi saham, manajer akan

memiliki motivasi serupa dengan pemegang saham yang lain. Manajer akan menggunakan waktu

dan upaya untuk melakukan pengindaran pajak, demi memperbesar kekayaan perusahaan.

Perusahaan di Indonesia rata-rata menggunakan sistem kompensasi tanpa basis saham,

yaitu terdiri dari gaji, tunjangan, dan bonus yang diberikan berdasarkan kinerja. Hal ini

menyebabkan dugaan yang dirumuskan berbeda dengan penelitian-penelitian diatas. Jika gaji dan

tunjangan merupakan komponen tetap, sistem bonus dapat membuat motivasi manajer untuk

semata-mata meningkatkan kinerja, tanpa memberikan upaya lebih untuk melakukan penghindaran

pajak. Peningkatan kinerja juga berarti akan meningkatkan laba perusahaan, dan menaikkan pajak.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya di Indonesia, Irawan dan Farahmita (2012)

menemukan bahwa tingkat kompensasi direksi berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak

perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis yang dapat dikembangkan adalah:

H3 : Kompensasi eksekutif berpengaruh negatif terhadap perilaku penghindaran pajak

perusahaan.

Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Penghindaran Pajak Pemegang saham minoritas, atau sering disebut sebagai pemegang saham publik, dapat

dikatakan merupakan representasi kepentingan salah satu shareholder, yaitu masyarakat, terhadap

perusahaan. Semakin besar proporsi kepemilikan oleh publik, dikatakan bahwa konsentrasi

kepemilikan perusahaan tersebut lemah, dan tata kelola kurang baik. Karena dengan sedikit

insentif, mereka menjadi kurang memperhatikan kebijakan strategis perusahaan dan kurang

termotivasi mengontrol kerja manajer. Perusahaan dengan struktur kepemilikan yang terlalu

tersebar bahkan memiliki masalah dalam profitabilitasnya (Xu dan Wang, 1999). Pemegang saham

publik juga terbukti tidak agresif dalam pembiayaan perusahaan, yang dibutuhkan dalam

mengembangkan usaha (Handayani, 2007).

Kurangnya motivasi pemegang saham publik untuk mendapatkan laba yang sebesar-

besarnya, menjadikan strategi pajak yang diambil kurang agresif. Selain itu, kepemilikan oleh

publik juga memiliki karakteristik seperti masyarakat pada umumnya, yang mengharapkan

perusahaan memberikan kontribusi untuk pembangunan dalam bentuk pembayaran pajak. Maka

dengan semakin besar kepemilikan publik dalam perusahaan, penghindaran pajak perusahaan akan

semakin rendah. Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis yang dapat dikembangkan adalah:

H4 : Struktur kepemilikan publik berpengaruh negatif terhadap perilaku penghindaran

pajak perusahaan.

Page 4: PENGARUH TATA KELOLA PERUSAHAAN TERHADAP …

DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 4

4

Pemegang saham terbesar merepresentasikan kelompok yang memegang kekuatan dalam

voting di dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), dan memiliki perusahaan, namun tidak

mengelola perusahaan. Semakin tinggi persentase pemegang saham terbesar menunjukkan bahwa

pemegang saham memiliki pengaruh yang lebih besar untuk menentukan kebijakan perusahaan dan

dapat memastikan kebijakan tersebut dapat menguntungkan mereka (Timothy, 2010). Semakin

besar proporsi kepemilikan oleh pemegang saham terbesar, dikatakan bahwa konsentrasi

kepemilikan perusahaan tersebut kuat. Konsentrasi kepemilikan yang kuat menandakan semakin

baiknya tata kelola perusahaan, sebab semakin besarnya kekuatan pemilik untuk mengontrol

manajer dalam pembuatan keputusan. Pemegang saham terbesar dapat digunakan secara optimal

sebagai salah satu mekanisme pengontrol masalah agensi, dan meningkatkan kinerja perusahaan

(Agrawal dan Knoeber, 1996; Xu dan Wang, 1999; Desai dan Dharmapala, 2009).

Saat pemegang saham terbesar berpikir bahwa tata kelola perusahan baik, mereka akan

memilih kebijakan pajak agresif (Timothy, 2010). Hal ini dibuktikan Zhou (2011), dalam

penelitiannya di Cina, menemukan adanya hubungan positif antara proporsi pemegang saham

pengendali dengan penghindaran pajak perusahaan. Karakteristik perusahaan publik di Cina adalah

kepemilikan sahamnya terkonsentrasi pada pemegang saham tunggal yang berasosiasi dengan

pemerintah, sehingga dengan semakin besar kekuatan yang secara penuh mengontrol keputusan

perusahaan dan secara langsung terlibat dalam pengelolaan perusahaan, maka akan semakin efektif

dalam melakukan langkah-langkah yang dibutuhkan untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Dapat

disimpulkan bahwa dengan semakin tinggi konsentrasi kepemilikan, atau semakin besar

kepemilikan oleh pemegang saham terbesar, maka perusahaan semakin agresif dalam pengambilan

keputusan dan hal ini berimplikasi pada penghindaran pajak yang tinggi. Berdasarkan uraian

tersebut, hipotesis yang dapat dikembangkan adalah:

H5 : Struktur kepemilikan saham terbesar berpengaruh positif terhadap perilaku

penghindaran pajak perusahaan.

METODE PENELITIAN Variabel Penelitian

Penghindaran pajak diukur menggunakan tax avoidance performance-matched (TA_per),

mengikuti pengukuran alternatif yang dilakukan oleh Lim (2011). Penghindaran pajak dihitung

dalam dua tahap. Tahap pertama yaitu menghitung total akrual untuk tiap perusahaan sampel per

tahun selama periode penelitian. Kemudian didapatkan performance-matched discretionary

accruals (DA_per) sebagai residualnya. DA_per digunakan sebagai proksi untuk manajemen laba.

Tahap kedua yaitu memisahkan komponen book-tax difference (BTD) yang tidak diakibatkan oleh

manajemen laba dan mengidentifikasi komponen penghindaran pajak dari persamaan tersebut.

Residual ini kemudian dinyatakan sebagai TA_per.

Latar belakang keahlian akuntansi atau keuangan komite audit diukur dengan proporsi

anggota komite audit yang memiliki pengalaman sebagai akuntan, auditor, direktur keuangan atau

chief financial officer, atau kepala akuntansi atau chief accounting officer (Krishnan dan

Visvanathan, 2007; Robinson et al., 2012; dan Abernathy et al., 2013) atau memiliki latar belakang

pendidikan akuntansi (Putri, 2011). Independensi dewan komisaris diukur dengan menggunakan

persentase komisaris independen terhadap jumlah dewan komisaris. Kompensasi eksekutif diukur

dengan logaritma total kompensasi, yang mencakup jumlah gaji, bonus, tunjangan, dan

pembayaran lain yang diterima eksekutif (dewan komisaris dan direksi) selama satu tahun. Struktur

kepemilikan publik diukur dengan persentase kepemilikan saham publik dibagi total saham beredar

(Handayani, 2007). Struktur kepemilikan saham terbesar diukur dengan persentase saham yang

dimiliki pemegang saham terbesar dibagi total saham beredar (Zhou, 2011).

Variabel kontrol yang digunakan penelitian ini adalah ukuran perusahaan dan kinerja

perusahaan (Minnick dan Noga, 2010; Sabli dan Noor, 2012). Ukuran perusahaan diproksikan

dengan logaritma total aset. Kinerja perusahaan diproksikan dengan return on assets (ROA).

Page 5: PENGARUH TATA KELOLA PERUSAHAAN TERHADAP …

DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 5

5

Populasi dan Sampel

Populasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah semua perusahaan non-keuangan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2010-2012. Sampel dipilih berdasarkan

metode purposive sampling, dengan kriteria sebagai berikut:

1. Terdapat laporan tahunan dan laporan keuangan tahunan selama 3 tahun berturut-turut (tahun 2010-

2012) yang dapat diakses dari situs BEI (www.idx.co.id) atau dari situs perusahaan.

2. Merupakan perusahaan non-keuangan. Pemilihan semua perusahaan non-keuangan karena

perusahaan keuangan memiliki karakteristik keuangan yang berbeda dengan perusahaan lainnya

(Lim, 2011), sehingga dapat menimbulkan bias hasil penelitian.

3. Tahun buku dalam laporan keuangan tahunan berakhir tanggal 31 Desember. Hal ini dilakukan

untuk menjaga keseragaman sampel dan analisisnya.

4. Laporan keuangan tahunan disajikan menggunakan mata uang Rupiah. Penggunaan satuan mata

uang selain Rupiah, meskipun dapat dikonversi, dapat menimbulkan perbedaan akibat kurs yang

terus berubah.

5. Laporan tahunan dan laporan keuangan tahunan memiliki data yang dibutuhkan selama 3 tahun

penelitian (tahun 2010-2012), yaitu mengungkapkan: perhitungan rekonsiliasi fiskal, latar belakang

pengalaman atau pendidikan komite audit, persentase komisaris independen, jumlah kompensasi

yang diterima dewan komisaris dan direksi, dan struktur pemegang saham.

6. Perusahaan tidak pernah mengalami variabel TA_per negatif selama periode penelitian (2010-

2012). Perusahaan dengan TA_per negatif adalah perusahaan yang tidak melakukan penghindaran

pajak, berdasarkan perhitungan TA_per.

Metode Analisis Penelitian ini menggunakan model regresi ordinary least square (OLS) dengan

memasukkan pengaruh sektor industri dan tahun, mengikuti Sabli dan Noor (2012). Model

penelitian ini adalah sebagai berikut :

TA_per = β0 + β1Exp + β2Indep + β3LComp + β4Pub + β5LSH + β6LSize + β7ROA +

β8DSector + β9DYear + e

Keterangan :

Variabel Dependen:

TA_per : penghindaran pajak (tax avoidance) yang dihitung dari

( BTD / total aset th sebelumnya ) – DA_per

BTD : laba komersil – laba fiskal

DA_per : ((laba usaha-arus kas operasi)/total aset th sebelumnya) – (1/total aset th

sebelumnya) – ((∆SALE - ∆A/R)/total aset th sebelumnya) – (Aset Tetap

PPE/total aset th sebelumnya) – ROA

Variabel Independen:

Tata Kelola Perusahaan

Exp : jumlah anggota komite audit yang memiliki pengalaman atau pendidikan di

bidang akuntansi atau keuangan, dibagi dengan total anggota komite audit

Indep : persentase komisaris independen terhadap jumlah dewan komisaris

LComp : logaritma 10 total kompensasi setahun yang diterima dewan komisaris dan direksi

Pub : kepemilikan saham publik dibagi total saham beredar

LSH : persentase saham yang dimiliki pemegang saham terbesar

Variabel Kontrol:

Karakteristik Perusahaan

LSize : logaritma 10 total aset perusahaan

ROA : laba bersih dibagi total aset

DSector : variabel dummy, terdiri dari tujuh dummy untuk sektor Agriculture (Dagri1),

Mining (Dmining2), Basic Industry and Chemicals (Dbasic3), Miscellaneous

Industry (Dmscl4), Consumer Goods Industry (Dconsmr5), Property, Real Estate

and Building Construction (Dconstr6), dan Infrastructure, Utilities &

Transportation (Dinfrast7).

DYear : variabel dummy, terdiri dari dua dummy untuk tahun 2010 (D2010) dan tahun

2011 (D2011).

Page 6: PENGARUH TATA KELOLA PERUSAHAAN TERHADAP …

DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 6

6

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Sampel Penelitian

Berdasarkan hasil purposive sampling, diperoleh 133 perusahaan yang dapat dikategorikan

menurut sektor industrinya sebagai berikut: Tabel 1

Jumlah Sampel Berdasarkan Sektor Industri Menurut JASICA Index

No. Jenis Industri Jumlah Perusahaan Persentase

1. Agriculture 10 7,52%

2. Mining 9 6,77%

3. Basic Industry and Chemicals 20 15,04%

4. Miscellaneous Industry 8 6,01%

5. Consumer Goods Industry 18 13,53%

6. Property, Real Estate and

Building Construction

19 14,29%

7. Infrastructure, Utilities &

Transportation

10 7,52%

8. Finance - -

9. Trade, Services & Investment 39 29,32%

Total perusahaan sampel 133 100%

Sumber: JASICA Index, data sekunder yang diolah 2014

Statistik Deskriptif Tabel 2

Statistik Deskriptif

Min Max Mean Std. Deviation

Variabel Dependen

Penghindaran Pajak

TA_per

,014

4,010

,638

,474

Variabel Independen

Tata Kelola Perusahaan

Exp

,143

1,000

,636

,252

Indep ,167 ,800 ,409 ,110

LComp 8,090 11,980 9,923 ,638

Pub ,009 ,830 ,272 ,186

LSH ,072 ,991 ,528 ,238

Variabel Kontrol

Karakteristik Perusahaan

LSize

10,190

14,050

12,257

,731

ROA -,619 1,177 ,089 ,116 Tabel ini menyajikan statistik deskriptif untuk sampel 399 observasi.

Sumber: data sekunder yang diolah, 2014

Dari tabel diatas, pada variabel Indep, diketahui bahwa masih ada perusahaan yang belum

memenuhi ketentuan Bursa Efek Indonesia, yaitu sekurang-kurangnya 30% dari jumlah komisaris

adalah komisaris independen yang ditunjukkan nilai minimal 16,7%.

Page 7: PENGARUH TATA KELOLA PERUSAHAAN TERHADAP …

DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 7

7

Tabel 3

Tabel Rata-rata Penghindaran Pajak Berdasarkan Jenis Industri dan Tahun

Penghindaran

Pajak Tahun

Kode Sektor Industri

1 2 3 4 5 6 7 9

TA_per 2010 0,486 1,015 0,690 0,805 0,738 0,301 0,685 0,669

2011 0,547 0,834 0,750 0,726 0,679 0,368 0,941 0,643

2012 0,220 0,886 0,650 0,632 0,653 0,385 0,833 0,649

Rata-rata 0,418 0,911 0,696 0,721 0,690 0,351 0,819 0,654

N 30 27 60 24 54 57 30 117 Tabel ini menyajikan rata-rata penghindaran pajak yang diproksikan dengan TA_per berdasarkan sektor industri

dan tahun untuk 399 observasi. Sektor industri mengikuti Indeks JASICA, dimana 1 adalah Agriculture, 2 adalah

Mining, 3 adalah Basic Industry and Chemicals, 4 adalah Miscellaneous Industry, 5 adalah Consumer Goods

Industry, 6 adalah Property, Real Estate and Building Construction, 7 adalah Infrastructure, Utilities &

Transportation, 9 adalah Trade, Services & Investment.

Tabel 3 menyajikan rata-rata penghindaran pajak perusahaan berdasarkan jenis industri dan

tahun. Berdasarkan proksi TA_per, rata-rata penghindaran pajak paling besar tampak pada sektor

industri Mining.

Uji Asumsi Klasik

Agar dapat diterima, ketiga model regresi harus memenuhi uji asumsi klasik. Uji yang

dimaksud yaitu uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas.

Untuk memenuhi uji normalitas, dilakukan transformasi akar kuadrat (square root) pada variabel

dependen sehingga menjadi SQTA_per. Untuk memenuhi uji autokorelasi model regresi, pada

variabel independen ditambahkan variabel Lag dari variabel dependen, sehingga N regresi

berkurang satu (398). Variabel Lag ini semata-mata digunakan untuk memenuhi asumsi non-

autokorelasi dan tidak akan dibahas dalam penelitian, sehingga variabel ini tidak ditambahkan ke

dalam model regresi.

Tabel 4

Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 398

Normal Parametersa,b

Mean ,0000000

Std. Deviation ,22554448

Most Extreme Differences Absolute ,061

Positive ,061

Negative -,045

Kolmogorov-Smirnov Z 1,211

Asymp. Sig. (2-tailed) ,107 Sumber: Output SPSS, 2014

Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel diatas. Nilai Kolmogorov-Smirnov tidak

signifikan (lebih dari 0,05), sehingga disimpulkan data residual terdistribusi normal.

Page 8: PENGARUH TATA KELOLA PERUSAHAAN TERHADAP …

DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 8

8

Tabel 5

Hasil Uji Multikolinearitas

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

Exp ,855 1,169

Indep ,850 1,176

LComp ,330 3,031

Pub ,469 2,134

LSH ,520 1,924

LSize ,295 3,395

ROA ,819 1,221

D2010 ,733 1,365

D2011 ,745 1,343

Dagri1 ,810 1,234

Dmining2 ,812 1,232

Dbasic3 ,729 1,371

Dmscl4 ,839 1,192

Dconsmr5 ,751 1,331

Dconstr6 ,658 1,520

Dinfrast7 ,702 1,425

LAGS(SQTAper,1) ,891 1,123 a. Dependent Variable: SQTAper

Sumber: Output SPSS, 2014

Uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai Tolerance dan VIF. Dari tabel, terlihat

bahwa tidak ada nilai Tolerance kurang dari 0,10 dan tidak ada nilai VIF lebih dari 10, sehingga

disimpulkan bahwa tidak ada korelasi antar variabel independen.

Tabel 6

Hasil Uji Autokorelasi

Runs Test

Unstandardized

Residual

Test Valuea -,00125

Cases < Test Value 199

Cases >= Test Value 199

Total Cases 398

Number of Runs 181

Z -1,907

Asymp. Sig. (2-tailed) ,056 a. Median

Sumber: Output SPSS, 2014

Uji autokorelasi model regresi dilakukan dengan Run Test. Terlihat bahwa nilai Run Test

tidak signifikan (lebih dari 0,05), sehingga disimpulkan tidak terjadi autokorelasi antar nilai

residual.

Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan uji Spearman’s Rank Correlation Test mengikuti

Gauthier (2001). Hasil perhitungan uji Spearman’s Rank Correlation Test menunjukkan bahwa

nilai t hitung lebih kecil daripada t tabel ( < 1,645), sehingga disimpulkan bahwa tidak

terjadi masalah heteroskedastisitas pada model regresi. Dari seluruh hasil uji asumsi klasik dapat

dinyatakan bahwa model regresi layak untuk pengambilan keputusan penelitian.

Page 9: PENGARUH TATA KELOLA PERUSAHAAN TERHADAP …

DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 9

9

Tabel 4.5

Tabel Hasil Regresi

Penghindaran Pajak

Coefficient

(t-statistic)

TA_per

Constant 0,380*

(1,712)

Tata Kelola Perusahaan

Exp 0,006

(0,126)

Indep -0,012

(-0,106)

LComp -0,018

(-0,583)

Pub -0,259***

(-2,848)

LSH -0,177***

(-2,619)

Karakteristik Perusahaan

LSize 0,036

(1,227)

ROA 0,681***

(6,187)

DSector Included

DYear Included

Adjusted R2 (%) 29,3

F-Statistic (P-value) 10,700 (0,000)

N observasi 398 * mengindikasikan signifikan pada tingkat 0,10. ** mengindikasikan signifikan pada

tingkat 0,05. *** mengindikasikan signifikan pada tingkat 0,01.

Pembahasan

Hasil uji statistik regresi linear sederhana menunjukkan bahwa latar belakang keahlian

akuntansi atau keuangan komite audit memiliki hubungan positif, sesuai arah prediksi, namun tidak

signifikan terhadap perilaku penghindaran pajak perusahaan. Hasil penelitian ini tidak sejalan

dengan hasil penelitian sebelumnya dari Robinson, et al. (2012) dan Armstrong, et al. (2013), yang

menemukan adanya hubungan antara latar belakang keahlian akuntansi maupun keuangan komite

audit dan penghindaran pajak perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa dengan semakin banyak

anggota komite audit yang menguasai akuntansi atau keuangan, tidak mempengaruhi

kecenderungan penghindaran pajak perusahaan. Disimpulkan bahwa peran komite audit tidak

efektif dalam pengambilan keputusan terkait kebijakan pajak perusahaan di Indonesia. Selain

kebijakan mengenai pajak, pengaruh komite audit terhadap kebijakan perusahaan yang lain juga

tidak signifikan, yaitu kebijakan mengenai manajemen laba (Putri, 2011).

Persentase komisaris independen menunjukkan hubungan negatif, sesuai arah prediksi,

namun tidak signifikan terhadap perilaku penghindaran pajak perusahaan. Hasil penelitian ini

sesuai dengan hasil penelitian Minnick dan Noga (2010), Annisa (2011), Zhou (2011), Khaoula dan

Ali (2012), dan Sabli dan Noor (2012), yang tidak menemukan pengaruh direktur independen

terhadap penghindaran pajak. Tidak adanya hubungan yang signifikan antara persentase komisaris

independen dengan penghindaran pajak disebabkan peran komisaris independen yang tidak

signifikan dalam pengambilan keputusan pajak dalam perusahaan di Indonesia. Hal ini dapat juga

disebabkan mekanisme komisaris independen dalam tata kelola perusahaan yang tidak efektif

dalam mengurangi masalah agensi (Arifin dan Rachmawati, 2006), sehingga komisaris independen

tidak dapat mengarahkan jajaran manajer yang lain untuk bertindak sesuai kepentingan terbaik

pemegang saham.

Kompensasi eksekutif menunjukkan pengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap

perilaku penghindaran pajak perusahaan. Hasil penelitian ini kurang sesuai dengan hasil penelitian

Page 10: PENGARUH TATA KELOLA PERUSAHAAN TERHADAP …

DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 10

10

sebelumnya dari Indonesia, Irawan dan Farahmita (2012), yang menemukan bahwa tingkat

kompensasi direksi berpengaruh negatif signifikan terhadap penghindaran pajak perusahaan. Dapat

disimpulkan bahwa sistem kompensasi di Indonesia ternyata kurang memotivasi manajer dalam

pengambilan keputusan pajak perusahaan. Apabila pemegang saham menginginkan agar manajer

bekerja dalam tugasnya sebagai agen dengan baik, sistem kompensasi sebaiknya diubah dengan

menambahkan kompensasi berbasis saham. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya

(Rego dan Wilson, 2008; Minnick dan Noga, 2010; Armstrong et al., 2012; dan Rego dan Wilson,

2012), kompensasi berbasis saham akan memotivasi manajer melakukan penghindaran pajak.

Persentase kepemilikan saham publik menunjukkan hubungan negatif yang signifikan

terhadap perilaku penghindaran pajak perusahaan, sesuai dengan prediksi. Disimpulkan bahwa

mekanisme pemegang saham publik dalam tata kelola perusahaan berfungsi sebagai penghambat

keputusan penghindaran pajak. Hal ini disebabkan pemegang saham publik cenderung kurang

agresif dalam strategi perusahaan dan memiliki karakter seperti masyarakat pada umumnya yang

mengharapkan kontribusi perusahaan terhadap pembangunan dalam pembayaran pajak.

Persentase kepemilikan saham terbesar memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap

perilaku penghindaran pajak perusahaan, berbeda dengan arah prediksi. Hasil penelitian ini tidak

sesuai dengan hasil penelitian Zhou (2011), yang menemukan adanya hubungan positif antara

proporsi pemegang saham pengendali dengan penghindaran pajak perusahaan. Namun hasil

penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Timothy (2010), yang menemukan bahwa pemegang

saham terbesar berhubungan negatif dengan penghindaran pajak. Hal ini dapat terjadi karena

kekuatan pemegang saham bukan hanya semata-mata pada hak voting. Beberapa peraturan dibuat

untuk menyeimbangkan kekuatan antara pihak-pihak dalam perusahaan: manajer, pemegang saham

besar, dan pemegang saham yang kecil. Seperti di Indonesia terdapat Keputusan Ketua BAPEPAM

tahun 2000 tentang Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu, yang dibuat untuk melindungi

kepentingan pemegang saham independen yang merupakan pihak minoritas dalam pengambilan

keputusan perusahaan. Hal ini mencegah beberapa keputusan yang mengandung risiko, seperti

penghindaran pajak, mungkin diambil oleh pemegang saham mayoritas dan dapat merugikan

pemegang saham minoritas. Penyebab lain hipotesis ditolak kemungkinan disebabkan karakteristik

pemegang saham pengendali dalam perusahaan di Indonesia yang cenderung menghindari risiko

deteksi atas kegiatan penghindaran pajak. Berdasarkan data dari BEI, pemegang saham terbesar

perusahaan sebagian besar adalah perusahaan dalam negeri lainnya, sehingga kemungkinan

perusahaan tersebut tidak mau mengambil risiko yang dapat menghancurkan reputasi

perusahaannya. Sebaliknya, pemegang saham terbesar di Indonesia dapat berperan optimal sebagai

mekanisme pengontrol masalah agensi (Agrawal dan Knoeber, 1996) dan dapat meningkatkan

profitabilitas perusahaan (Xu dan Wang, 1999).

Ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap perilaku

penghindaran pajak perusahaan. Disimpulkan bahwa ukuran perusahaan tidak signifikan

mengontrol pengaruh tata kelola perusahaan terhadap penghindaran pajak. Hal ini dapat disebabkan

usaha penghindaran pajak dilakukan baik pada perusahaan kecil maupun besar di Indonesia.

Kinerja perusahaan memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap perilaku

penghindaran pajak perusahaan. Sehingga disimpulkan bahwa semakin baik kinerja perusahaan di

Indonesia, perusahaan semakin cenderung untuk melakukan penghindaran pajak. Hasil penelitian

ini sesuai dengan hasil penelitian Sabli dan Noor (2012), yang menemukan bahwa perusahaan

dengan kinerja baik (ROA semakin tinggi), lebih cenderung terlibat dalam penghindaran pajak.

Penelitian yang dilakukan di Malaysia, mungkin lebih tepat sebagai pembanding, sebab

mengunakan tarif pajak tunggal seperti Indonesia. Kecenderungan perusahaan dengan kinerja lebih

baik untuk melakukan penghindaran pajak, mungkin disebabkan efektifnya sistem tata kelola pada

perusahaan Indonesia dengan kinerja baik untuk memaksimalkan keuntungan pemegang saham,

yaitu dengan aktivitas penghindaran pajak dan meningkatkan laba.

KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN Dari pengujian hipotesis dan pembahasan yang dilakukan, dihasilkan kesimpulan sebagai

berikut:

1. Latar belakang keahlian akuntansi atau keuangan komite audit tidak memiliki pengaruh

signifikan terhadap perilaku penghindaran pajak perusahaan. Hal ini mengindikasikan bahwa

Page 11: PENGARUH TATA KELOLA PERUSAHAAN TERHADAP …

DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 11

11

peran komite audit tidak efektif dalam pengambilan keputusan terkait kebijakan pajak

perusahaan di Indonesia.

2. Proporsi komisaris independen tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap perilaku

penghindaran pajak perusahaan. Hal ini mengindikasikan peran komisaris independen yang

tidak signifikan dalam pengambilan keputusan pajak strategis perusahaan di Indonesia.

3. Kompensasi eksekutif tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap perilaku penghindaran

pajak perusahaan. Hal ini terjadi karena sistem bonus di Indonesia kurang memotivasi manajer

dalam pengambilan keputusan pajak perusahaan. Apabila pemegang saham menginginkan

agar manajer bekerja dalam tugasnya sebagai agen dengan baik, sistem kompensasi sebaiknya

diubah dengan menambahkan kompensasi berbasis saham.

4. Kepemilikan saham oleh publik memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap perilaku

penghindaran pajak perusahaan. Hal ini disebabkan pemegang saham publik yang cenderung

kurang agresif dalam strategi pajak perusahaan dan memiliki karakter seperti masyarakat pada

umumnya yang mengharapkan kontribusi perusahaan terhadap pembangunan dalam

pembayaran pajak.

5. Kepemilikan saham terbesar perusahaan memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap

perilaku penghindaran pajak perusahaan. Hal ini mungkin disebabkan adanya peraturan yang

melindungi kepentingan pemegang saham minoritas. Selain itu, mengingat sebagian besar

pemegang saham terbesar perusahaan di Indonesia adalah perusahaan lain dalam negeri, hal

ini menjelaskan bahwa karakteristik pemegang saham terbesar di Indonesia yaitu cenderung

menghindari risiko atas deteksi dan hancurnya reputasi perusahaan.

6. Ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap perilaku penghindaran pajak

perusahaan. Hal ini dapat disebabkan usaha penghindaran pajak dilakukan baik pada

perusahaan kecil maupun besar di Indonesia.

7. Kinerja perusahaan memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap perilaku penghindaran

pajak perusahaan. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan dengan kinerja baik di

Indonesia, memiliki sistem tata kelola yang efektif, dan bekerja untuk memaksimalkan

keuntungan pemegang saham dengan aktivitas penghindaran pajak dan meningkatkan laba.

Keterbatasan penelitian ini adalah: (1) Masih banyak perusahaan yang terdaftar di BEI,

namun laporan tahunannya ternyata tidak dipublikasikan dalam situs BEI atau di situs perusahaan.

Sehingga hal ini membatasi jumlah sampel penelitian. (2) Adanya beberapa perusahaan yang tidak

menyajikan laporan keuangannya menggunakan satuan rupiah. Hal ini tentu menyulitkan dalam

konversi ke nilai Rupiah yang sebenarnya. Sehingga perusahaan tersebut harus diseleksi, dan

membatasi jumlah sampel penelitian. (3) Data hanya diambil dari apa yang tersaji dalam laporan

tahunan perusahaan yang dipublikasikan. Sehingga apabila ada item dalam variabel penelitian yang

tidak diungkapkan, maka penelitian ini mengasumsikan bahwa item tersebut tidak ada. Akibatnya

banyak perusahaan yang terseleksi dalam pengambilan sampel, dan membatasi jumlah sampel

penelitian ini.

Saran untuk penelitian selanjutnya yaitu: (1) Penelitian selanjutnya sebaiknya menambah

periode penelitian, sehingga dapat diketahui pengaruh penelitian dalam jangka panjang dan

didapatkan prediksi yang lebih tepat. (2) Penelitian selanjutnya dapat menambah proksi untuk

penghindaran pajak yang lain, karena setiap proksi dapat merefleksikan hal yang berbeda, dan

memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

REFERENSI Abernathy, J.L., D. Herrmann, T. Kang, dan G.V. Krishnan. 2013. “Audit commitee financial

expertise and properties of analyst earnings forecasts.” Advances in Accounting,

incorporating Advances in International Accounting 29 (2013) 1–11.

Agrawal, A. dan C.R. Knoeber. 1996. “Firm Performance and Mechanisms to Control Agency

Problems Between Managers and Shareholders.” Forthcoming, Journal of Financial and

Quantitative Analysis, September 1996.

Annisa, N.A. 2011. “Pengaruh Corporate Governance Terhadap Tax Avoidance.” Skripsi, Fakultas

Ekonomi, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Page 12: PENGARUH TATA KELOLA PERUSAHAAN TERHADAP …

DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 12

12

Arifin, Z. dan N. Rachmawati. 2006. “Pengaruh Corporate Governance Terhadap Efektifitas

Mekanisme Pengurang Masalah Agensi.” Jurnal Siasat Bisnis Vol. 11 No. 3 Desember 2006

h.237-247.

Armstrong, C.S., J.L. Blouin, A.D. Jagolinzer, dan D.F. Larcker. 2013. “Corporate Governance,

Incentives, and Tax Avoidance.” Rock Center for Corporate Governance Stanford

University, Working Paper Series No. 136. Diakses tanggal 29 Agustus 2013, dari

http://ssrn.com/abstract=2252682.

Armstrong, C.S., J.L. Blouin, dan D.F. Larcker. 2012. “The incentives for tax planning.” Journal of

Accounting and Economics 53 (2012), h. 391-411.

BEI. 2004. Keputusan Direksi Bursa Efek Jakarta Nomor: Kep-305/BEJ/07-2004 Tentang

Peraturan Nomor I-A Tentang Pencatatan Saham dan Efek Bersifat Ekuitas Selain Saham

yang Diterbitkan oleh Perusahaan Tercatat.

Desai, M.A. dan D. Dharmapala. 2006. “Corporate Tax Avoidance and High Powered Incentives.”

Journal of Financial Economics 79 (2006), h. 145-179.

Desai, M.A. dan D. Dharmapala. 2009. “Corporate Tax Avoidance and Firm Value.” The Review of

Economics and Statistics 91 (3), h. 537-546.

Gauthier, T.D. 2001. “Detecting Trends Using Spearman’s Rank Correlation Coefficient.”

Environmental Forensics (2001) 2, 359-362.

Handayani, C. 2007. “Analisis Pengaruh Proporsi Kepemilikan Saham Terhadap Kebijakan

Pendanaan Dalam Meningkatkan Kinerja Perusahaan.” Tesis, Fakultas Ekonomi, Universitas

Diponegoro Semarang.

Irawan, H.P. dan A. Farahmita. 2012. “Pengaruh Kompensasi Manajemen dan Corporate

Governance Terhadap Tax Avoidance.” Skripsi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.

Khaoula, A. dan Z.M. Ali. 2012. “The board of directors and the corporate tax planning: Empirical

Evidence from Tunisia.” International Journal of Accounting and Financial Reporting 2012,

Vol. 2, No. 2 Page 142-157.

Krishnan, G.V. dan G. Visvanathan. 2007. “Does The SOX Definition of An Accounting Expert

Matter? The Association Between Audit Committee Directors’ Accounting Expertise and

Accounting Conservatism.” Diakses tanggal 2 Januari 2013, dari

http://ssrn.com/abstract=866884.

Lanis, R. dan G. Richardson. 2011. “The effect of board of director composition on corporate tax

aggressiveness.” Journal of Accounting & Public Policy 30 (2011), h. 50-70.

Lim, Y. 2011. “Tax avoidance and underleverage puzzle: Korean evidence.” Review Quantitative

Financial Accounting DOI 10.1007/s11156-011-0258-8.

Minnick, K. dan T. Noga. 2010. “Do corporate governance characteristics influence tax

management?” Journal of Corporate Finance 16 (2010), h. 703-718.

Pohan, H.T. 2008. “Pengaruh Good Corporate Governance, Rasio Tobin Q, Perata Laba Terhadap

Penghindaran Pajak pada Perusahaan Publik.” Skripsi, Fakultas Ekonomi, Universitas

Trisakti.

Page 13: PENGARUH TATA KELOLA PERUSAHAAN TERHADAP …

DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 13

13

Putri, D.M. 2011. “Pengaruh Karakteristik Komite Audit Terhadap Manajemen Laba.” Skripsi,

Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro Semarang.

Rego, S.O. dan R. Wilson. 2008. “Executive Compensation, Tax Reporting Aggressiveness, and

Future Firm Performance.” http://areas.kenan-flagler.unc.edu/ Accounting/TaxCenter/

taxsym09/Documents/Rego%20and%20Wilson%202008.pdf. Diakses tanggal 9 Oktober

2012.

Rego, S.O. dan R. Wilson. 2012. “Equity Risk Incentives and Corporate Tax Aggressiveness.”

Journal of Accounting Research Vol. 50 No.3 June 2012, h. 775-810.

Robinson, J.R., Y. Xue, dan M.H. Zhang. 2012. “Tax planning and financial expertise in the audit

committee.” Diakses tanggal 2 Desember 2012, dari http://ssrn.com/abstract=2146003.

Sabli, N. dan R.M. Noor. 2012. ”Tax Planning and Corporate Governance.” 3rd International

Conference on Business and Economic Research (3rd ICBER 2012) Proceeding,

http://www.internationalconference.com.my/proceeding/icber2012_proceeding/ 139407

3rdICBER2012ProceedingPG19962020.pdf. Diakses tanggal 21 September 2012.

Solomon, J. 2007. Corporate Governance and Accountability. 2 ed. The Atrium, West Sussex:

John Wiley & Sons, Ltd.

Timothy, Y.C.K. 2010. “Effects of Corporate Governance on Tax Aggressiveness.” Hong Kong

Baptist University. Diakses tanggal 1 Desember 2012 dari lib -

sca.hkbu.edu.hk/trsimage/hp/07014341.pdf .

Xu, X. dan Y. Wang. 1999. “Ownership structure and corporate governance in Chinese stock

companies.” China Economic Review 10 (1999) 75-98.

Zhou, Y. 2011. “Ownership Structure, Board Characteristics, and Tax Aggressiveness.” Thesis,

Lingnan University.