120
PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN BIG FIVE, KECERDASAN EMOSIONAL, JENIS KELAMIN, USIA PERKAWINAN DAN PENGHASILAN TERHADAP PENYESUAIAN PERKAWINAN Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) Oleh: Amelia Suci Latifah NIM: 1113070000125 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H/2019 M

PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN BIG FIVE, KECERDASAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49843... · 2020. 1. 30. · Penelitian ini menggunakan alat ukur Dyadic Adjustment

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN BIG FIVE,

KECERDASAN EMOSIONAL, JENIS KELAMIN, USIA

PERKAWINAN DAN PENGHASILAN

TERHADAP PENYESUAIAN PERKAWINAN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Oleh:

Amelia Suci Latifah

NIM: 1113070000125

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H/2019 M

v

KUTIPAN DAN PERSEMBAHAN

Allah tidak membebani seseorang itu melainkan

sesuai dengan kesanggupannya

(QS. Al-Baqarah: 286)

Berdoa, Hadapi, Yakin

“ Skripsi ini ku persembahkan untuk mamaku yang terhebat, juga

Bapak dan kakakku yang baik hati, serta orang terkasih yang setia

menemani dan mendukung dalam penyelesaian skripsiku ”

vi

ABSTRAK

A) Fakultas Psikologi

B) Oktober 2019

C) Amelia Suci Latifah

D) Pengaruh Tipe Kepribadian Big Five, Kecerdasan Emosional, Jenis Kelamin,

Usia Perkawinan dan Penghasilan terhadap Penyesuaian Perkawinan

E) xii + 86 halaman + lampiran

F) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tipe kepribadian big five

extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticsm, openness,

kecerdasan emosional, jenis kelamin, usia perkawinan dan penghasilan

terhadap penyesuaian perkawinan. Penelitian ini dilakukan pada 220 individu

Betawi yang telah menikah dengan usia perkawinan 1-5 tahun.

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik non-probability

sampling yaitu purposive sampling. Penelitian ini menggunakan alat ukur

Dyadic Adjustment Scale (DAS) dikembangkan oleh Spanier (1976), Big Five

Inventory (BFI) dikembangkan oleh John, O. P & Srivastava, S. (1999) dan

Emotional Intelligence Scale dikembangkan Salovey & Mayer (1990).

Validitas alat ukur diuji dengan menggunakan teknik Confirmatory Factor

Analysis (CFA) dengan software Lisrel 8.70 dan untuk menguji hipotesis

penelitian menggunakan analisis regresi berganda dengan menggunakan

software SPSS 21.

Hasil penelitian menunjukan bahwa seluruh variabel bebas yang digunakan

berpengaruh signifikan terhadap penyesuaian perkawinan dengan proporsi

varian sebesar 16,4%, sedangkan sisanya 83,6% dipengaruhi oleh variabel lain

diluar penelitian. Sementara, hasil analisis masing-masing variabel secara

terpisah menunjukan bahwa variabel tipe kepribadian conscientiousness dan

openness to experience berpengaruh signifikan terhadap penyesuaian

perkawinan. Sedangkan tipe kepribadian extraversion, agreeableness,

neuroticsm, kecerdasan emosional, jenis kelamin, usia perkawinan dan

penghasilan tidak signifikan berpengaruh terhadap penyesuaian perkawinan.

G) Bahan Bacaan: 57 ; jurnal:38 + buku: 11 + artikel: 7 + skripsi:1

vii

ABSTRACT

A) Faculty of Psychology

B) Oktober 2019

C) Amelia Suci Latifah

D) Influence of the Big Five Personality Types, Emotional Intelligence, gender,

duration of marriage and income on Marital Adjustment

E) xii + 86 pages + appendix

F) This study aims to examine the effect of big five personality types extraversion,

agreeableness, conscientiousness, neuroticsm, openness, emotional

intelligence, gender, duration of marriage and income on marital adjustment.

The study was conducted to 220 Betawi individuals who were married with a

marriage duration of 1-5 years.

The sampling technique used in this study is non-probability sampling

technique that is purposive sampling. In this study used Dyadic Adjustment

Scale (DAS) developed by Spanier (1976), Big Five Inventory (BFI) developed

by John, O. P & Srivastava, S. (1999) and Emotional Intelligence Scale

developed by Salovey & Mayer (1990). The validity of the measuring

instrument was tested using the Confirmatory Factor Analysis (CFA) technique

with Lisrel 8.70 software and to test the research hypothesis using multiple

regression analysis using SPSS 21 software.

The results of the study using multiple regression analysis showed that all

independent variables used had a significant effect on marital adjustment with

a variant proportion of 16.4%, while the remaining 83.6% is influenced by

other variables other than research. Meanwhile, the results of the analysis of

each variable separately show that the personality type variables

conscientiousness and openness to experience have a significantly to marital

adjustment. While personality types extraversion, agreeableness, neuroticsm,

emotional intelligence, gender, duration of marriage and income not significant

effect on marital adjustment.

H) Reference: 57 ; journal:38 + books: 11 + article: 7 + thesis: 1

viii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim,

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,

yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

Penyusunan skripsi ini penulis dibantu oleh berbagai pihak oleh karena itu,

penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Dr. Zahrotun Nihayah, M.Si., selaku dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta dan selaku dosen penguji yang telah memberikan

masukan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Bambang Suryadi, Ph.D., selaku wakil dekan Fakultas Psikologi UIN

Syarif Hidayatullah beserta jajarannya.

3. Bapak Bahrul Hayat, Ph.D., selaku dosen penguji yang telah memberikan

masukan dan memebrikan ilmu dalam penyempurnaan skripsi ini.

4. Ibu Zulfa Indira Wahyuni, M.Psi, Psikolog., selaku dosen pembimbing skripsi

dan juga dosen pembimbing akademik yang telah membimbing dan

mengarahkan penulis dengan penuh ketulusan dan kesabaran serta memberikan

wawasan baru terhadap penulis.

5. Seluruh dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang selama

ini memberikan ilmu, serta pengalaman selama masa studi penulis.

6. Seluruh responden penelitian yang bersedia meluangkan waktunya untuk

berpartisipasi dalam penelitian ini.

ix

7. Kepada kedua orangtuaku Mama dan Bapak yang selalu mendoakan dan

memberikan dukungan tiada henti agar penulis dapat menyelesaikan

perkuliahan dengan baik. Dan Kakakku Nur Annisa M, Kak Fauzi juga jagoan

kecilku Ghani sebagai moodbosterku.

8. Untuk teman seperjuanganku Mega Anggraeni dan Noor Uyun Nadhifah

terima kasih sudah berjuang bersama, saling support dan mendoakan satu sama

lain.

9. Raiza Gumala dan Ratna Dani terima kasih untuk waktu dan tenaga dalam

membantu penulis. Serta Zakia, Ria, Tami, Dea, Lia, Fathia dan Tisa terima

kasih sudah memberikan semangat dan dukungan

10. Juga untuk Vivi, Dewi Ratih, Riri, Donna, Shofi dan Annisa Mufliyanti

terimakasih sudah memberikan arahan, bantuan dan motivasi kepada penulis,

Dan teman-teman angkatan 2013 terutama kelas D yang telah memberikan

pengalaman baru selama penulis kuliah.

11. Kepada Dharma Adi Nugroho terima kasih sudah mendukung, memotivasi,

mendoakan dan bersedia menyempatkan waktu dalam membantu dan

menemani penulis.

12. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih

untuk segala dukungan dan bantuan yang telah diberikan agar dapat

terselesaikannya penelitian ini.

Akhir kata sangat besar harapan penulis semoga skripsi ini memberikan manfaat

untuk saat ini ataupun masa yang akan datang, khususnya bagi penulis dan bagi

siapa saja yang membaca.

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iv

ABSTRAK ............................................................................................................ vi

ABSTRACT ......................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................................... 10

1.2.1 Pembatasan Masalah.................................................................... 10

1.2.2 Perumusan Masalah ..................................................................... 11

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................................. 12

1.3.1 Tujuan Penelitian ........................................................................ .12

1.3.2 Manfaat Penelitian ...................................................................... .13

BAB 2 LANDASAN TEORI .............................................................................. 15

2.1 Penyesuaian Perkawinan ....................................................................... 15

2.1.1 Definisi Penyesuaian Perkawinan ............................................... 15

2.1.2 Dimensi Penyesuaian Perkawinan ............................................... 16

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Perkawinan ................ 17

2.1.4 Alat Ukur Penyesuaian Perkawinan ............................................ 20

2.2 Tipe Kepribadian Big Five..................................................................... 20

2.2.1 Definisi Kepribadian Big Five ..................................................... 20

2.2.2 Trait-trait Kepribadian Big Five .................................................. 21

2.2.3 Alat Ukur Kepribadian Big Five .................................................. 26

2.3 Kecerdasan Emosional........................................................................... 27

2.3.1 Definisi Kecerdasan Emosional .................................................. 27

2.3.2 Dimensi Kecerdasan Emosional .................................................. 28

2.2.3 Alat Ukur Kecerdasan Emosional ............................................... 28

2.4 Faktor Demografi................................................................................... 29

2.5 Kerangka Berfikir Penelitian ................................................................. 29

2.6 Hipotesis Penelitian ............................................................................... 34

BAB 3 METODE PENELITIAN ....................................................................... 35

3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel.............................. 35

3.2 Variabel Penelitian................................................................................. 35

3.2.1 Definisi Operasional Variabel ..................................................... 35

3.3 Instrumen Pengumpulan Data................................................................ 38

xi

3.4 Uji Validitas Konstruk ........................................................................... 41

3.4.1 Uji Validitas Konstruk Penyesuaian Perkawinan ........................ 43

3.4.2 Uji Validitas Konstruk Tipe Kepribadian Big Five ..................... 45

3.4.3 Uji Validitas Konstruk Kecerdasan Emosional ........................... 50

3.5 Teknik Analisis Data ............................................................................. 52

3.6 Prosedur Penelitian ................................................................................ 56

BAB 4 HASIL PENELITIAN ............................................................................ 58

4.1 Gambaran Subjek Penelitian.................................................................. 58

4.2 Hasil Analisis Deskriptif ....................................................................... 59

4.3 Kategorisasi Skor ................................................................................... 60

4.4 Hasil Uji Hipotesis ................................................................................. 63

4.5 Pengujian Proporsi Varian Masing-Masing Independent Variable ....... 68

BAB 5 KESIMPULAN ....................................................................................... 72

5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 72

5.2 Diskusi ................................................................................................... 73

5.3 Saran ...................................................................................................... 79

5.3.1 Saran Teoritis ............................................................................... 79

5.3.2 Saran Praktis ................................................................................ 80

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 81

LAMPIRAN ......................................................................................................... 87

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Blueprint Skala Penyesuaian Perkawinan ................................. 39

Tabel 3.2 Blueprint Skala Tipe Kepribadian Big Five .............................. 40

Tabel 3.3 Blueprint Skala Kecerdasan Emosional .................................... 41

Tabel 3.4 Muatan Faktor Item Penyesuaian Perkawinan .......................... 44

Tabel 3.5 Muatan Faktor Item Extraversion ............................................. 46

Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Agreeableness ........................................... 47

Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Conscientiousness ..................................... 48

Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Neuroticism ............................................... 49

Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Openess to Experience ............................. 50

Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Kecerdasan Emosional ........................... 51

Tabel 4.1 Gambaran Subjek Penelitian ..................................................... 58

Tabel 4.2 Deskriptif Statistik Variabel Penelitian ..................................... 59

Tabel 4.3 Pedoman Interpretasi Skor ........................................................ 60

Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Variabel ........................................................ 61

Tabel 4.5 Compare Mean Jenis Kelamin .................................................. 61

Tabel 4.6 Compare Mean Usia Perkawinan .............................................. 62

Tabel 4.7 Compare Mean Penghasilan ...................................................... 62

Tabel 4.8 Model Summary Analisis Regresi ............................................. 64

Tabel 4.9 Tabel Anova .............................................................................. 64

Tabel 4.10 Koefisien Regresi .................................................................... 65

Tabel 4.11 Proposi Varians Masing-Masing Independent Variable ......... 69

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir ...................................................... 33

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian ............................................................... 87

Lampiran 2 Kuesioner Penelitian .............................................................. 88

Lampiran 3 Syntax dan Path Diagram ....................................................... 97

Lampiran 4 Output Statistik Hasil Regresi .............................................. 105

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia membutuhkan orang lain dalam kehidupannya, salah satu ikatan yang sah

dalam kehidupan dewasa adalah perkawinan. Menurut UU nomor 1 tahun 1974

pasal 1 tentang perkawinan definisi perkawinan ialah ikatan lahir batin antara

seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk

keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang

Maha Esa (Kemenag, 2018). Adapun salah satu konsep yang dapat digunakan untuk

mengevaluasi kebahagiaan dan kepuasan perkawinan ialah penyesuaian

perkawinan. Kualitas penyesuaian perkawinan dapat mempengaruhi kebahagiaan

dan kepuasan pasangan suami dan istri pada berbagai tahap siklus hidup keluarga

(Manyam & Junior, 2014).

Penyesuaian perkawinan adalah proses membiasakan diri pada kondisi baru

dan berbeda sebagai hubungan suami istri dengan harapan bahwa mereka akan

menerima tanggung jawab dan memainkan peran sebagai suami istri (Duvall &

Miller, 1985). Penyesuaian perkawinan harus dilakukan secara terus menerus oleh

pasangan suami dan istri sepanjang rentang kehidupan. Hurlock (1980)

menjelaskan empat pokok yang paling umum dan paling penting bagi kebahagiaan

perkawinan adalah penyesuaian dengan pasangan, penyesuaian seksual,

penyesuaian keuangan dan penyesuaian dengan keluarga dari pihak masing-masing

pasangan.

2

Penyesuaian perkawinan paling banyak dilakukan pada usia awal

perkawinan. Tahun-tahun awal perkawinan merupakan periode pasangan suami dan

istri untuk memulai menyesuaikan satu sama lain. Clinebell dan Clinebell (dalam

Anjani, 2006) periode awal perkawinan merupakan masa penyesuaian diri, krisis

muncul saat pertama kali memasuki jenjang perkawinan. Hal ini karena pasangan

suami dan istri memasuki orientasi kehidupan baru sehingga penyesuaian

perkawinan perlu dilakukan.

Menurut Gultom (2018) dalam usia dua tahun pertama perkawinan

merupakan tahun yang sulit bagi pasangan suami dan istri. Setelah menikah

kebiasaan yang baik dan buruk akan nampak dalam suatu hubungan. Banyak

masalah yang harus diselesaikan bersama seperti masalah yang mengatur keuangan,

menangani mertua atau keluarga besar lainnya, serta kehadiran bayi akan mengubah

pola hidup pengantin baru yang awalnya masih lajang.

Penyesuaian terhadap latar belakang budaya juga diperlukan dalam

kehidupan rumah tangga. Karena setiap budaya memiliki ciri khas dan tradisi

perkawinan yang berbeda-beda, salah satunya ialah budaya Betawi. Budaya Betawi

adalah kelompok etnis asli yang tinggal di kawasan Jakarta. Menurut Saidi (2018)

perkawinan budaya Betawi zaman dahulu tidak terjadi karena cinta dengan cinta,

tetapi didasarkan kepada pilihan orang tua. Banyak suami tidak mengizinkan istri

bekerja dan aktif di luar rumah. Istri hanya diizinkan mengurus anak dan pergi

mengaji ke majelis taklim. Wanita yang telah menikah juga dikenal dengan “3UR”

yakni dapur, sumur dan kasur.

3

Saat ini kaum wanita salah satunya wanita Betawi memiliki kesempatan

memberdayakan diri. Sehingga citra wanita yang biasanya hanya dikaitkan dengan

ranah domestik, telah banyak mengalami perubahan. Banyak wanita Betawi yang

saat ini telah bekerja dengan suka rela bekerja dan membuka usaha demi membantu

perekonomian keluarga (Elfira, 2012).

Dalam institusi perkawinan terdapat dua hal yang khas dalam kejiwaan

masyarakat Betawi yang tampak yaitu sifat egaliter dan sifatnya yang humoris. Sifat

egaliter Betawi ialah dapat menikah dengan suku mana saja dan ras mana saja

asalkan sama-sama beragama Islam seperti prinsip yang dianut orang Betawi. Dan

juga sifat humoris dari orang Betawi sangat menonjol pada keseharian dalam

berinteraksi. Sehingga individu Betawi dalam membangun hubungan dengan orang

lain cenderung lebih mudah (Chaer, 2015).

Muntaco (dalam Hamdan, 2005) juga mengatakan karakteristik masyarakat

Betawi adalah sebuah kebudayaan etnis yang tahan banting, kukuh terhadap

keyakinan dan pandangan hidup yang dianut. Kejujuran dan keterbukaan dalam

masyarakat Betawi tampak dalam keseharian mereka, terlihat dalam komunikasi

mereka sehari-hari. Perbedaan karakteristik dengan budaya dalam berhubungan dan

berkomunikasi dengan orang lain masyarakat Betawi terkenal dengan “nyablak”

yaitu spontanitas dan ceplas-ceplos, sedangkan budaya seperti Jawa dan Sunda

terkenal dengan kelembutan, pemalu dan pendiam (Diah, 2017).

Seiring perkembangan zaman hingga saat ini juga terdapat beberapa

perubahan sosial dan kekhasan Betawi yang semakin menurun dan cenderung

hilang salah satu faktornya adalah perbedaan kepribadian. Nursyifa (2017)

4

perubahan masyarakat Betawi saat ini lebih individual dalam berinteraksi dan

hubungan dengan orang lain berdasarkan keuntungan saja. Kegiatan sosial seperti

gotong royong juga sudah jarang dilakukan khususnya pada anak muda baik yang

belum menikah maupun yang baru menikah. Sehingga kurangnya interaksi dan

komunikasi membuat individu sulit dalam melakukan penyesuaian dengan orang

lain.

Menurut data perceraian Pengadilan Agama di Jakarta Selatan yang

mayoritas masyarakat Betawi dalam tiga tahun terakhir cenderung tinggi.

Perceraian di Jakarta Selatan tahun 2016 sejumlah 3.249, tahun 2017 sejumlah

2.921 dan tahun 2018 sejumlah 3.052. Salah satu penyebab perceraian adalah

perselisihan dan pertengkaran terus menerus, ekonomi dan meninggalkan salah satu

pihak (Hidayat, 2018). Dan perceraian tertinggi didominasi oleh usia perkawinan

di bawah lima tahun (Nasrullah, 2017).

Berdasarkan tingginya angka perceraian dan penyebabnya dapat dijelaskan

bahwa masyarakat Betawi masih terjadi kesulitan dalam melakukan penyesuaian di

dalam rumah tangga. Pertengkaran dan perselisihan sering terjadi karena

ketidakmampuan dalam mengelola emosi dengan baik. Terutama pada saat usia

perkawinan satu hingga lima tahun pertama. Seringkali bahasa Betawi yang

nyablak dapat menyebabkan ketersinggungan. Sehingga kecerdasan emosional

sangat diperlukan dalam hubungan masyarakat terutama dalam hubungan rumah

tangga (Saidi, 2018).

Pentingnya penyesuaian dan tanggung jawab suami istri dalam perkawinan

akan berdampak pada keberhasilan hidup rumah tangga (Hurlock, 1980). Dalam

5

penelitian yang dilakukan oleh Manju (2016) menunjukkan bahwa penyesuaian

perkawinan yang baik memiliki tingkat depresi yang lebih rendah dan penyesuaian

perkawinan yang buruk memiliki tingkat depresi lebih tinggi. Sehingga

penyesuaian perkawinan diperlukan untuk proses-proses dalam memperoleh suatu

hubungan suami istri yang seimbang dan fungsional (Bradbury, Fincham & Beach,

2000).

Penyesuaian perkawinan juga menuntut kematangan untuk menerima dan

memahami pertumbuhan dan perkembangan pasangan, jika pertumbuhan tidak

terwujud, maka terjadi kematian dalam hubungan perkawinan (Nema, 2013). Pada

kenyataannya tidak ada perkawinan yang di dalamnya tanpa permasalahan rumah

tangga. Masalah muncul saat suami dan istri mulai memasuki lingkungan baru dan

mulai belajar berinteraksi kepada pasangan dan keluarga masing-masing pasangan.

Walau sudah matang dipersiapkan dan pasangan telah menjalani perkenalan yang

cukup mendalam, perselisihan dan konflik rumah tangga tidak dapat dihindari.

Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penyesuaian perkawinan

adalah tipe kepribadian. Salah satu tipe kepribadian yaitu lima dimensi atau yang

sering disebut dengan tipe kepribadian big five. Lima dimensi tipe kepribadian big

five seperti extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, dan

openness to experiences (Costa & McCrae, 1992). Boucard, Lussie dan Sabourin

(1999) menunjukkan bahwa tipe kepribadian merupakan faktor yang signifikan

terhadap penyesuaian perkawinan pria dan wanita.

Hasil penelitian yang dilakukan Boucard, Lussie & Sabourin (1999)

menunjukkan bahwa wanita yang tinggi pada agreeableness dan openness dan laki-

6

laki yang tinggi pada agreeableness, openness dan conscientiousness lebih mudah

menyesuaikan perkawinan dibanding dengan neuroticism yang tinggi. Individu

dengan neuroticism mengalami emosi negatif dan cenderung melihat pasangannya

dengan cara yang ideal yang pada gilirannya mempengaruhi penyesuaian yang

lebih rendah.

Penelitian yang dilakukan Ghaemian & Glholami (2010) menunjukkan

terdapat korelasi negatif antara neurotisme terhadap penyesuaian perkawinan dan

korelasi positif antara tipe kepribadian lainnya agreeableness, extraversion,

openness terhadap penyesuaian perkawinan. Penelitian lainnya yang juga dilakukan

Nemechek (1999) penyesuaian perkawinan yang lebih besar dikaitkan dengan skor

yang lebih tinggi pada extraversion dan openness to experience. Dan tidak ada

hubungan yang signifikan pada neuroticism, agreeableness, dan conscientiousness.

Selain tipe kepribadian, yang dapat mempengaruhi penyesuaian perkawinan

adalah kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional juga memiliki peran penting

dalam membentuk penyesuaian perkawinan. Penelitian yang dilakukan Tabinda

dan Amina (2013) menunjukkan kecerdasan emosional sebagai prediktor

penyesuaian perkawinan. Seseorang yang cerdas secara emosi mampu membangun

hubungan seumur hidup. Kompetensi ini membantu orang mengembangkan

toleransi dan mengatasi stres kehidupan ketika individu mempengaruhi pasangan,

diri mereka sendiri, dan hubungan mereka. Kecerdasan emosional memfasilitasi

dalam mengenali motivasi, perasaan, dan keinginan seseorang yang penting dalam

komunikasi yang efektif dengan pasangan.

7

Penelitian lain yang dilakukan Dildar, Bashir dan Shoaib (2012)

menyimpulkan bahwa kecerdasan emosional berkorelasi positif dengan

penyesuaian perkawinan. Kecerdasan emosional dan penyesuaian perkawinan

sangat terkait satu sama lain. Pemahaman persepsi emosi dan penalaran tentang

emosi dan mengatur atau mengelola emosi adalah penting dalam perkawinan.

Penelitian juga dilakukan oleh Pandey & Anand (2010) orang yang cerdas secara

emosional memperhatikan saat orang lain mengalami emosi dan dapat secara akurat

mengidentifikasi emosi.

Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi penyesuaian perkawinan adalah

faktor demografi seperti jenis kelamin, usia perkawinan, dan penghasilan. Hasil

penelitian yang dilakukan oleh Nema (2013) menunjukkan bahwa ada pengaruh

yang signifikan pada laki-laki serta wanita terhadap penyesuaian perkawinan. Laki-

laki memiliki tingkat penyesuaian yang lebih baik daripada wanita. Laki-laki

memiliki kemampuan menjaga keseimbangan antara keluarga dan masyarakat.

Bertanggung jawab atas kebutuhan anggota keluarga dan kelancaran fungsi

keluarga, mampu membuat distribusi peran yang sama di antara anggota keluarga

dibanding dengan wanita dalam menyesuaikan waktu dan energi untuk anak-anak,

pasangan, dan kegiatan rumah tangga, kegiatan keagamaan dan sosial.

Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Ozmen dan Atik (2010) hasil

penelitian menunjukkan bahwa laki-laki dalam hubungan perkawinan lebih baik

menyesuaikan daripada wanita. Hal ini karena laki-laki kurang fleksibel dalam

membahas kesetaraan antara pasangan dan berbicara tentang kebutuhan dan

harapan dan membatasi ekspresi emosional. Sedangkan wanita lebih cenderung

8

menunjukkan pengungkapan diri dan kedekatan dalam perkawinan hubungan

daripada laki-laki.

Faktor usia perkawinan juga dapat mempengaruhi penyesuaian perkawinan.

Usia perkawinan adalah waktu yang telah berlalu sejak hari perkawinan dan

digunakan sebagai ukuran perjalanan hidup (Jalovaaraa, 2002). Hurlock (1980)

menyatakan bahwa tahun-tahun pertama perkawinan, pasangan harus

menyesuaiakan terhadap satu sama lain. Sementara dalam melakukan penyesuaian

perkawinan sering timbul ketegangan emosional yang dipandang sebagai periode

rentan bagi pasangan yang baru menikah.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Hinchliff dan Gott (2004) menunjukkan

bahwa usia perkawinan yang lama meningkatkan keintiman seksual pada pasangan

karena mampu saling mengenal lebih baik, tahu hal yang disuka dan yang tidak

disuka satu sama lain dan memiliki hubungan yang lebih dekat sebagai pasangan.

Penelitian lain yang dilakukan Manju (2016) mengatakan bahwa wanita yang

memiliki usia perkawinan 1-5 tahun mengalami penyesuaian perkawinan yang

lebih baik dibanding wanita yang memiliki usia perkawinan 5 sampai 10 tahun.

Faktor penghasilan juga dapat mempengaruhi penyesuaian perkawinan.

Hurlock (1980) mengatakan adanya dan kurangnya uang memiliki pengaruh yang

besar terhadap penyesuaian pasangan suami istri dalam perkawinan. Istri cenderung

memiliki sedikit pengalaman dalam hal mengelola keuangan untukkelangsungan

hidup keluarga. Suami juga terkadang mengalami kesulitan dalam menyesuaiakan

diri dengan keuangan, khususnya jika istri bekerja di luar rumah dan berhenti

setelah memiliki anak pertama sehingga mengurangi pendapatan keluarga.

9

Penelitian yang dilakukan Conger dan Martin (2010) menunjukkan bahwa

pendapatan yang rendah, ketidakstabilan keuangan, atau masalah ekonomi

dikaitkan dengan tingkat kualitas perkawinan yang lebih rendah. Hal ini karena

faktor pendapatan yang rendah menyebabkan stress dan kerenggangan dalam suatu

hubungan. Iloyd (dalam Jamabo & Urdu, 2012) mengungkapkan bahwa ekonomi

merupakan faktor pendukung penyesuaian perkawinan, hal itu menyimpulkan

bahwa semakin tinggi pendapatan, semakin rendah kemungkinan perceraian.

Penelitian yang dilakukan oleh Kinnunen dan Feldt (dalam Makvana, 2014)

menyimpulkan bahwa pengangguran suami sangat terkait dengan penyesuaian

perkawinan. Pasangan dengan sumber daya ekonomi yang lebih baik dapat

menyesuaikan perkawinan dibandingkan dengan mereka yang memiliki sumber

daya ekonomi terbatas.

Individu yang memiliki jumlah penghasilan yang tinggi dan memiliki sedikit

tanggungan keluarga yang dibiayai lebih mudah dalam melakukan penyesuaian dan

semakin rendah dalam tingkat perceraian. Dibanding dengan individu dengan

penghasilan tinggi dan memiliki banyak tanggungan yang dibiayai akan lebih sulit

menyesuaikan perkawinan. Hal ini dikarenakan semakin tinggi harapan yang

melebihi kemampuan keuangan, harapan untuk memiliki barang yang diinginkan

dan ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup dapat menjadi masalah

dalam perkawinan (Fowers & Olson, 1993)

Berdasarkan fenomena dan beberapa penelitian yang telah dilakukan, maka

penulis tertarik untuk melakukan penelitian lanjutan tentang tipe kepribadian big

five, kecerdasan emosional, jenis kelamin, usia perkawinan dan penghasilan yang

10

berkaitan dengan penyesuaian perkawinan. Oleh karena itu penulis akan melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Tipe Kepribadian Big Five, Kecerdasan

Emosional, Jenis Kelamin, Usia Perkawinan dan Penghasilan terhadap

Penyesuaian Perkawinan”.

1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah

1.2.1 Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, ada banyak faktor yang mempengaruhi penyesuaian

perkawinan, namun masalah utama yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah

pengaruh tipe kepribadian big five, kecerdasan emosional, jenis kelamin, usia

perkawinan dan penghasilan terhadap penyesuaian perkawinan. Untuk menghindari

ketidakjelasan dan meluasnya permasalahan dalam penelitian ini, maka penulis

perlu memberikan batasan penelitian sebagai berikut:

1. Penyesuaian perkawinan adalah tindakan yang dilakukan individu untuk

melakukan adaptasi terhadap perubahan yang terjadi pada diri pasangan dan

lingkungan dalam kehidupan perkawinan (Spanier dalam Graham, Liu &

Jeziorski, 2006).

2. Tipe Kepribadian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tipe kepribadian

big five, yaitu extraversion, agreeableness, counscientiousness, neuroticism,

openness to experiences (Costa & McCrae, 1992).

3. Kecerdasan Emosional adalah mendefinisikan kecerdasan emosional adalah

kemampuan memahami, mengakses dan menghasilkan emosi sehingga dapat

membantu dalam berpikir untuk memahami emosi dan pengetahuan emosional

11

serta mengatur emosi untuk mendorong pertumbuhan emosi dan intellektual

(Salovey & Mayer, 1997)

4. Faktor Demografi yang dimaksud dalam penelitian ini dibatasi pada:

1. Jenis kelamin laki-laki dan wanita.

2. Usia perkawinan 1-5 tahun pertama.

3. Penghasilan total pada pasangan suami istri dalam satu bulan berdasarkan

tinggi dan rendah serta jumlah tanggungan dalam keluarga.

5. Sampel dalam penelitian ini adalah laki-laki dan wanita Betawi yang telah

menikah yang bukan pasangan suami dan istri dan usia perkawinann satu hingga

lima tahun pertama.

1.2.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah pada penelitian

ini sebagai berikut :

1. Apakah ada pengaruh yang signifikan variabel tipe kepribadian big five

terhadap penyesuaian perkawinan budaya Betawi?

2. Apakah ada pengaruh yang signifikan variabel tipe kepribadian extraversion

terhadap penyesuaian perkawinan budaya Betawi?

3. Apakah ada pengaruh yang signifikan variabel tipe kepribadian agreeableness

terhadap penyesuaian perkawinan budaya Betawi?

4. Apakah ada pengaruh yang signifikan variabel tipe kepribadian

conscientiousness terhadap penyesuaian perkawinan budaya Betawi?

5. Apakah ada pengaruh yang signifikan variabel tipe kepribadian neuroticism

terhadap penyesuaian perkawinan budaya Betawi?

12

6. Apakah ada pengaruh yang signifikan variabel tipe kepribadian openness to

experience terhadap penyesuaian perkawinan budaya Betawi?

7. Apakah ada pengaruh yang signifikan variabel tipe kepribadian kecerdasan

emosional terhadap penyesuaian perkawinan budaya Betawi?

8. Apakah ada pengaruh yang signifikan variabel jenis kelamin terhadap

penyesuaian perkawinan budaya Betawi?

9. Apakah ada pengaruh yang signifikan variabel usia perkawinan terhadap

penyesuaian perkawinan budaya Betawi?

10. Apakah ada pengaruh yang signifikan variabel penghasilan terhadap

penyesuaian perkawinan budaya Betawi?

11. Variabel manakah yang memiliki pengaruh paling besar dan signifikan

terhadap penyesuaian perkawinan budaya Betawi?

12. Seberapa besar proporsi varians penyesuaian perkawinan dari masing-masing

variabel?

1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menguji pengaruh tipe kepribadian big five extraversion, agreeableness,

conscientiousness, neuroticism dan openness to experience terhadap

penyesuaian perkawinan budaya Betawi.

2. Untuk menguji pengaruh kecerdasan emosional terhadap penyesuaian

perkawinan budaya Betawi.

13

3. Untuk menguji pengaruh faktor demografi (jenis kelamin, usia perkawinan, dan

penghasilan) terhadap penyesuaian perkawinan budaya Betawi.

4. Untuk menguji pengaruh tipe kepribadian big five, kecerdasan emosional dan

faktor demografi terhadap penyesuaian perkawinan budaya Betawi.

1.3.2 Manfaat Penelitian :

1.3.2.1 Manfaat Teoritis

1. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang

pengaruh tipe kepribadian big five, kecerdasan emosional, jenis kelamin, usia

perkawinan dan penghasilan terhadap penyesuaian perkawinan budaya Betawi.

2. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai tambahan wawasan tentang

kajian ranah psikologi terutama psikologi keluarga, psikologi perkembangan dan

psikologi sosial.

3. Penelitian ini dapat memberikan gambaran serta informasi bagi pembaca yang

berniat melakukan penelitian lanjutan mengenai pengaruh tipe kepribadian big

five, kecerdasan emosional, jenis kelamin, usia perkawinan, dan penghasilan

terhadap penyesuaian perkawinan.

1.3.2.2 Manfaat Praktis

1. Mendorong pasangan suami dan istri untuk dapat melakukan penyesuaian yang

lebih baik saat memasuki kehidupan perkawinan. Hal ini sebagai bentuk

motivasi untuk mencapai pada kualitas perkawinan.

14

2. Memberikan gambaran kepada pemerintah untuk dapat mewajibkan konseling

pranikah kepada calon pasangan yang akan melaksanakan perkawinan. Hal ini

sebagai penunjang dalam menghadapi permasalahan-permasalahan yang akan

dihadapi oleh pasangan suami dan istri.

3. Sebagai bentuk upaya pembelajaran untuk meningkatkan penyesuaian

perkawinan dalam kehidupan sehari-hari, melalui referensi ilmiah yang dapat

dipertanggungjawabkan.

15

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Penyesuaian Perkawinan

2.1.1 Definisi Penyesuaian Perkawinan

Penyesuaian perkawinan berasal dari kata penyesuaian dan perkawinan.

Penyesuaian menurut Chaplin (2001) adalah variasi dalam kegiatan organisme

untuk mengatasi suatu hambatan dan memuaskan kebutuhan-kebutuhan;

menegakkan hubungan yang harmonis dengan lingkungan fisik dan sosial. Duvall

dan Miller (1985) perkawinan adalah hubungan yang diakui secara sosial antara

pria dan wanita yang memberikan hubungan seksual, keturunan, dan membagi

peran antara suami dan istri.

Spanier (dalam Graham, Liu & Jeziorski, 2006) mendefinisikan penyesuaian

perkawinan adalah tindakan yang dilakukan individu untuk melakukan adaptasi

terhadap perubahan yang terjadi pada diri pasangan dan lingkungan dalam

kehidupan perkawinan. Duvall dan Miller (1985) menyatakan bahwa penyesuaian

perkawinan adalah proses membiasakan diri pada kondisi baru dan berbeda sebagai

hubungan suami istri dengan harapan bahwa mereka akan menerima tanggung

jawab dan memainkan peran sebagai suami istri.

Menurut Degenova (2008) penyesuaian perkawinan adalah proses perubahan

dan penyesuaian pola perilaku antara suami dan istri untuk mencapai kesepahaman

dalam perkawinan. Nema (2013) penyesuaian perkawinan adalah proses panjang

dalam hidup, bahkan jika dua orang saling mengenal sebelum atau pada saat

perkawinan, ada kemungkinan bahwa orang berubah selama siklus hidup.

16

Sinha (2016) penyesuaian perkawinan adalah keadaan di mana ada perasaan

keseluruhan pada suami dan istri tentang kebahagiaan dan kepuasan dengan

pernikahan mereka dan dengan satu sama lain. Kendrick dan Drentea (2016)

menggambarkan penyesuaian perkawinan ialah bagaimana pasangan beradaptasi

dan digunakan dalam memprediksi keberhasilan perkawinan.

Berdasarkan definisi yang telah dipaparkan di atas definisi penyesuaian

perkawinan yang digunakan dalam penelitian ini adalah definisi yang dikemukakan

oleh Spanier (dalam Graham, Liu & Jeziorski, 2006) penyesuaian perkawinan

adalah tindakan yang dilakukan individu untuk melakukan adaptasi terhadap

perubahan yang terjadi pada diri pasangan dan lingkungan dalam kehidupan

perkawinan.

2.1.2 Dimensi-dimensi Penyesuaian Perkawinan

Dimensi-dimensi penyesuaian perkawinan menurut Spanier (dalam Graham, Liu &

Jeziorski, 2006) terdiri dari empat dimensi, diantaranya:

1. Dyadic Consensus atau Kesepakatan Hubungan

Dyadic Consensus adalah sejauh mana pasangan memiliki kesepakatan tentang

aspek-aspek penting dalam kehidupan perkawinan. Kesepakatan antara pasangan

suami dan istri dalam berbagai masalah perkawinan seperti keuangan, rekreasi,

keagamaan.

2. Dyadic Satisfaction atau Kepuasan Hubungan

Dyadic satisfaction adalah sejauh mana masing-masing pasangan mampu

merasakan kepuasan dalam kehidupan perkawinan yang mereka jalani. Derajat

17

kepuasan dalam hubungan adalah bagaimana pasangan suami dan istri mampu

menjalankan peran dalam rumah tangga dengan baik.

3. Dyadic Cohesion atau Kedekatan Hubungan

Dyadic cohesion adalah mengacu pada kebersamaan pasangan atau sejauh mana

pasangan melakukan kegiatan secara bersama-sama dan menikmati kebersamaan

yang ada. Banyaknya waktu yang dihabiskan bersama akan mempengaruhi

kepuasaan individu terhadap perkawinan.

4. Affectional Expression atau Afeksi Ekspresi

Affectional Expression adalah sejauh mana pasangan mampu menunjukkan

perasaan atau kasih sayang yang dimilikinya kepada pasangannya dalam berbagai

keadaan. Pada sebagian orang tidak mudah membiarkan orang lain mengetahui

siapa mereka, apa yang mereka rasakan dan apa yang mereka pikirkan, mereka

mungkin takut jika orang lain benar-benar mengetahui mereka, mereka akan ditolak

oleh lingkungan dan orang yang dicinta.

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Perkawinan

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian perkawinan pada individu ada

bermacam-macam. Beberapa ahli menyatakan bahwa penyesuaian perkawinan

dipengaruhi beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian

perkawinan adalah sebagai berikut :

1. Ekonomi

Penelitian yang dilakukan Iloyd (dalam Jamabo & Urdu, 2012) mengungkapkan

bahwa ekonomi merupakan faktor pendukung penyesuaian perkawinan, mereka

percaya bahwa semakin tinggi pendapatan, semakin rendah kemungkinan

18

perceraian. Conger dan Martin (2010) menunjukkan bahwa pendapatan yang

rendah, ketidakstabilan keuangan, atau masalah ekonomi dikaitkan dengan tingkat

kualitas perkawinan yang lebih rendah. Hal ini karena faktor pendapatan yang

rendah menyebabkan stress dan kerenggangan dalam suatu hubungan. Hasil

penelitian yang dilakukan Dildar, Bashir dan Shoaib (2012) pendapatan keluarga

memiliki hubungan langsung dengan penyesuaian perkawinan.

2. Jenis Kelamin

Penelitian yang dilakukan Nema (2013) menunjukkan bahwa ada pengaruh yang

signifikan terhadap laki-laki serta wanita terhadap penyesuaian perkawinan. Laki-

laki memiliki kemampuan menjaga keseimbangan antara keluarga dan masyarakat.

Bertanggung jawab atas kebutuhan anggota keluarga dan kelancaran fungsi

keluarga, mampu membuat distribusi peran yang sama di antara anggota keluarga

dan dibanding dengan wanita yang memikul lebih banyak tanggung jawab daripada

laki-laki, menyesuaikan waktu dan energi untuk anak-anak, pasangan, dan kegiatan

rumah tangga, kegiatan keagamaan dan sosial.

3. Usia Perkawinan

Dalam penelitian Manju (2016) menunjukkan bahwa usia perkawinan

mempengaruhi penyesuaian perkawinan. Wanita yang menikah kurang dari lima

tahun lebih baik menyesuaikan dibandingkan dengan wanita yang lebih dari lima

tahun menikah. Kebahagiaan perkawinan lebih rendah dalam perkawinan durasi

panjang daripada durasi pendek juga memberi alasan untuk mengharapkan

perubahan perkembangan karena hubungan menjadi rutin, evaluasi keseluruhan

dari hubungan juga menurun (Johnson, Amoloza & Booth, 1992).

19

4. Tipe Kepribadian

Penlitian yang dilakukan oleh Boucard, Lussie dan Sabourin (1999) menunjukkan

bahwa tipe kepribadian merupakan prediktor yang signifikan penyesuaian

perkawinan untuk pria dan wanita. Ghaemian & Glholami (2010) menunjukkan

bahwa terdapat korelasi negatif antara neurotisme terhadap penyesuaian

perkawinan dan korelasi positif antara tipe kepribadian lainnya agreeableness,

extraversion, openness terhadap penyesuaian perkawinan.

5. Kecerdasan Emosional

Dalam penelitian menemukan bahwa kecerdasan emosi mempengaruhi kualitas

perkawinan, salah satunya adalah penyesuaian perkawinan. Batool dan Khalid

(2012) dalam penelitiannya mengungkapkan terdapat hubungan positif yang

signifikan antara kecerdasan emosional dan indikator kualitas perkawinan, yaitu

penyesuaian perkawinan.

6. Coping Strategies

Strategi coping seseorang mempengaruhi penyesuaian perkawinan. Penelitian

Belanger, et al (2014) menemukan bahwa seseorang yang cenderung menghindari

masalah menunjukkan kurangnya penyesuaian perkawinan. Penelitian lainnya

menunjukkan seseorang yang lebih menggunakan strategi problem-focused

memiliki penyesuaian perkawinan yang lebih baik (Hooda & Singh, 2014).

Pada penelitian ini, penulis menggunakan faktor tipe kepribadian, kecerdasan

emosional, jenis kelamin, usia perkawinan dan ekonomi (penghasilan).

20

2.1.4 Alat Ukur Penyesuaian Perkawinan

Dalam penelitian ini alat ukur yang akan digunakan adalah alat ukur baku Diadic

Adjustment Scale (DAS) yang dikembangkan oleh Spanier (dalam Graham, Liu &

Jeziorski, 2006). Untuk mengukur penyesuaian perkawinan. Alat ukur ini

berbentuk skala yang terdiri dari empat dimensi yaitu dyadic consensus, dyadic

statisfaction, dyadic cohesion dan affectional expressiondengan total item

keseluruhan 32 item. Pada dimensi dyadic consensus terdiri dari 13 item, pada

dimensi dyadic statisfaction terdiri dari 10 item, dyadic cohesion terdiri dari 5 item

dan affectional expression terdiri dari 4 item.

2.2 Tipe Kepribadian Big Five

2.2.1 Definisi Kepribadian Big Five

Definisi kepribadian menurut Allport (dalam Suryabarata, 2011) adalah organisasi

dinamis dalam individu sebagai sistem psikofisis yang menentukan caranya yang

khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Sedangkan Pervin dan John

(2005) mendefinisikan kepribadian adalah karakteristik seseorang yang

menyebabkan munculnya konsistensi perasaan, pemikiran, dan tindakan.

Costa dan McCrae (1992) mengembangkan dan menguji five-factor model,

yang dikenal dengan big five yaitu neuroticism, extraversion, openness,

conscientiousness, dan agreeableness. Definisi model lima faktor kepribadian

menurut Costa dan McCrae (1992) adalah organisasi hierarkis karakteristik

kepribadian dalam lima tipe dasar Extraversion, Agreeableness, Conscientiousness,

Neuroticism, dan Openness to Experience. Pervin (2005) mengatakan bahwa model

lima faktor dibangun berdasarkan pendekatan yang lebih sederhana.

21

Feist dan Feist (dalam Pervin, 2005) menjelaskan tipe kepribadian big five

merupakan suatu pendekatan yang digunakan di bidang psikologi untuk melihat

kepribadian melalui traits yang tersusun dari lima aspek yang telah dibentuk dengan

faktor analisis. Soto (2018) kepribadian lima besar yaitu extraversion,

agreeableness, conscientiousness, neuroticism, dan openness to experienceadalah

serangkaian lima dimensi sifat bipolar yang luas yang membentuk model struktur

kepribadian yang paling banyak digunakan.

Pada penelitian ini, penulis menggunakan definisi tipe kepribadian big five

dari Costa dan McCrae (1992) model lima faktor kepribadian adalah organisasi

hierarkis karakteristik kepribadian dalam lima tipe dasarExtraversion,

Agreeableness, Conscientiousness, Neuroticism, dan Openness to Experience.

2.2.2 Trait-trait Tipe Kepribadian Big Five

Trait merupakan suatu pola tingkah laku yang relatif menetap secara terus menerus

dan konsekuen yang diungkapkan dalam satu deretan keadaan. Trait-trait dari tipe

dari kepribadian Big Five yang dikembangkan oleh Costa dan McCrae (1992)

adalah sebagai berikut :

1. Extraversion (E)

Tipe kepribadian extraversion adalah dimensi yang mendasari kelompok luas ciri-

ciri, termasuk kemampuan bersosialisasi, aktivitas, dan kecenderungan untuk

mengalami emosi positif seperti kegembiraan dan kesenangan (Costa & McCrae,

1992). Seseorang yang memiliki extraversion yang tinggi dapat bersosialisasi, aktif,

senang bercakap-cakap, berorientasi pada orang, optimis, menyukai kesenangan.

Seseorang dengan extraversion yang rendah menggambarkan orang yang menahan

22

diri, tidak gembira, menyendiri, berorientasi pada tugas, menarik diri,

pendiam.Terdapat facet-facet dalam extraversion, yaitu:

a. Gregariousness (E1) kecenderungan untuk banyak berteman dan berinteraksi

dengan orang banyak.

b. Assertiveness (E2) individu yang cenderung tegas.

c. Activity (E3) individu yang sering mengikuti berbagai kegiatan, memiliki energi

dan semangat yang tinggi.

d. Excitement-seeking (E4) individu yang suka mencari sensasi dan suka

mengambil resiko.

e. Positive Emotion (E5) kecenderungan untuk mengalami emosi-emosi yang

positif seperti bahagia, cinta, dan kegembiraan.

f. Warmth (E6) kecenderungan untuk mudah bergaul dan membagi kasih sayang.

2. Agreeableness (A)

Tipe kepribadian yang menilai orientasi interpersonal seseorang dalam pemikiran,

perasaan, dan tindakan. Seseorang yang memiliki agreeableness yang tinggi dapat

digambarkan sebagai seseorang yang lembut, ramah, dipercaya, membantu,

memaafkan, mudah dibujuk, terang-terangan. Seseorang dengan agreeableness

yang rendah digambarkan orang yang kasar, curiga, tidak kooperatif, pendendam,

bengis, pemarah, manipulatif. Terdapat facet-facet dalam agreeableness, yaitu :

a. Trust (A1) individu yang memiliki tingkat kepercayaan individu terhadap orang

lain.

b. Straightforwardness (A2) individu yang terus terang, sungguh-sungguh dalam

menyatakan sesuatu.

23

c. Altruism (A3) individu yang murah hati dan memiliki keinginan untuk

membantu orang lain.

d. Compliance (A4) karakteristik dari reaksi terhadap konflik interpersonal.

e. Modesty (A5) individu yang sederhana dan rendah hati.

f. Tender-mindedness (A6) simpati dan peduli terhadap orang lain.

3. Conscientiousness (C)

Tipe kepribadian menilai tinggi organisasi, ketekunan, dan motivasi dalam perilaku

berarah tujuan. Berlawanan dengan orang yang bergantung kepada orang lain dan

cerewet dengan mereka yang malas dan pembangkang. Seseorang yang memiliki

conscientiousness yang tinggi dapat digambarkan orang yang terorganisir, dapat

diandalkan, pekerja keras, disiplin diri, tepat waktu, cermat, rapi, ambisius, keras

hati. Seseorang dengan conscientiousness yang rendah digambarkan sebagai orang

yang tidak berjuang, tidak dapat diandalkan, malas, acuh, sembrono, lemah niat,

hedonistis. Terdapat facet-facet dalam conscientiousness:

a. Competence (C1) individu yang memiliki kesanggupan, efektifitas, dan

kebijaksanaan dalam melakukan sesuatu.

b. Order (C2) individu yang memiliki kemampuan mengorganisasi.

c. Dutifulness (C3) individu yang memegang erat prinsip hidup.

d. Achievement-striving (C4) aspirasi individu dalam mencapai prestasi.

e. Self-disciplin (C5) individu yang mampu mengatur diri sendiri.

f. Deliberation (C6) selalu berpikir dahulu sebelum bertindak.

24

4. Neuroticism (N)

Tipe kepribadian yang menilai penyesuaian versus ketidakstabilan emosional.

Mengindentifikasikan individu yang rentan terhadap tekanan psikologis, ide yang

tidak realistis, kecanduan atau dorongan yang berlebihan, dan respon coping yang

maladapif. Seseorang yang memiliki neuroticism yang tinggi dapat digambarkan

sebagai seseorang yang cemas, gugup, emosional, tidak aman, tidak cakap.

Seseorang dengan neuroticism yang rendah digambarkan orang yang tenang, rileks,

tidak emosional, kukuh, aman, puas diri. Terdapat facet-facet dalam neuroticism

yaitu:

a. Anxiety (N1) kecenderungan gelisah, penuh ketakukan, merasa khawatir, gugup

dan tegang.

b. Hostility (N2) kecenderungan untuk mengalami amarah, frustasi dan penuh

dengan kebencian.

c. Depression (N3) kecenderungan untuk mengalami depresi pada diri sendiri.

d. Self-consciousness (N4) kecenderungan menunjukkan rasa malu, merasa tidak

nyaman di antara orang lain, terlalu sensitif, merasa rendah diri.

e. Impulsive (N5) tidak mampu mengontrol keinginan yang berlebihan atau

dorongan untuk melakukan sesuatu.

f. Vulnerability (N6) kecenderungan untuk tidak mampu menghadapi stres,

bergantung pada orang lain, mudah menyerah, dan panik bila menghadapi

sesuatu yang datang mendadak.

25

5. Openness to Experience (O)

Tipe kepribadian yang menilai pencarian proaktif dan penghargaan terhadap

pengalaman untuk dirinya sendiri, toleransi dan eksplorasi terhadap yang tidak

biasa. Seseorang yang memiliki openness to experience yang tinggi dapat

digambarkan sebagai orang ingin tahu, minat yang luas, kreatif, orisinal, imajinatif,

tidak tradisional. Seseorang dengan openness to experience yang rendah dapat

dicirikan sebagai orang yang konvensional, ketertarikannya sempit, dan tidak

analitis. Terdapat facet-facet dalam openness to experience, yaitu:

a. Fantasy (O1) individu yang memiliki imajinasi yang tinggi dan aktif.

b. Aesthetic (O2) individu yang memiliki apresiasi yang tinggi terhadap seni dan

keindahan.

c. Feeling (O3) individu yang menyadari dan menyelami emosi dan perasaannya

sendiri.

d. Action (O4) individu yang memiliki keinginan untuk mencoba hal-hal baru.

e. Ideas (O5) individu yang memiliki pikiran terbuka dan mau menyadari ide baru

dan tidak konvensional.

f. Values (O6) kesiapan individu untuk menguji ulang nilai-nilai sosial, politik dan

agama.

26

Tabel 2.1 Karakteristik Tipe Kepribadian Big Five

Skala Trait Skor Tinggi Skor Rendah

Extraversion Dapat bersosialisasi, aktif, senang

bercakap-cakap, berorientasi

pada orang, optimis, menyukai

kesenangan,

Menahan diri, tidak gembira,

menyendiri, berorientasi pada

tugas, menarik diri, pendiam

Agreeableness Lembut, ramah, dapat dipercaya,

membantu, pemaaf, mudah

dibujuk, terus terang

Kasar, curiga, tidak

kooperatif, pendendam,

pemarah, manipulatif

Conscientiousness Terorganisir, dapat diandalkan,

pekerja keras, disiplin diri, tepat

waktu, cermat, rapi, ambisius

Tidak berjuang, tidak dapat

diandalkan, malas, acuh,

sembrono, tanpa tujuan,

hedonistis.

Neuroticism Cemas, gugup, emosional, merasa

tidak aman, tidak cakap, depresi,

impulsif, kerentanan

Tenang, santai, tidak

emosional, tabah, merasa

aman, puas terhadap dirinya.

Openness Ingin tahu, minat yang luas,

kreatif, inovatif, imajinatif, tidak

tradisional

Konvensional,

ketertarikannya sempit dan

tidak analitis

2.2.3 Alat Ukur Tipe Kepribadian Big Five

Dalam penelitian ini alat ukur yang akan digunakan untuk mengukur Tipe

Kepribadian big five dengan menggunakan Big Five Inventory (BFI). Penulis

adaptasi alat ukur baku Big Five Inventory dari John, O. P & Srivastava, S. (1999)

yang mengacu pada teori dari Costa & McCrae (1992). Alat ukur ini berbentuk

skala yang terdiri dari lima tipe yaitu extraversion, agreeableness,

conscientiousness, neuroticism dan openess to experience dengan total item

keseluruhan 44 item yang mewakili 5 trait. Pada dimensi extraversion terdiri dari 8

item, pada dimensi agreeableness terdiri dari 9 item, conscientiousness terdiri dari

9 item dan neuroticism terdiri dari 8 item, openess to experience terdiri dari 10 item.

27

2.3 Kecerdasan Emosional

2.3.1 Definisi Emosi Kecerdasan Emosional

Salovey dan Mayer (1997) mendefinisikan kecerdasan emosional adalah

kemampuan memahami, mengakses dan menghasilkan emosi sehingga dapat

membantu dalam berpikir untuk memahami emosi dan pengetahuan emosional

serta mengatur emosi untuk mendorong pertumbuhan emosi dan intellektual.

Menurut Gardner (dalam Salovey & Mayer, 1990) kecerdasan emosi merupakan

bagian dari kecerdasan sosial yang terdiri dari kemampuan interpersonal dan

intrapersonal. Kemampuan-kemampuan tersebut yang dimiliki seseorang dalam

membina hubungan dengan orang lain dan memahami perasaannya sendiri.

Goleman (1998) kecerdasan emosional adalah kapasitas untuk mengenali

perasaan diri sendiri dan orang lain, untuk memotivasi diri sendiri dan untuk

mengelola emosi dengan baik diri dalam hubungan. Menurut Wong dan Law (2002)

kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk dapat memahami dan

mengekspresikan emosi diri sendiri, memahami dan merasakan perasaan emosi

orang di sekitarnya serta mengatur dan menggunakan emosi untuk mengarahkan

individu dalam beraktivitas dan bekerja

Bar-On (dalam Batool dan Khalid, 2012) kecerdasan emosional adalah

berpusat untuk memahami diri sendiri dan orang lain secara efektif, menjalin

hubungan baik dengan orang lain, beradaptasi dan menghadapi tuntutan lingkungan

sekitar menjadi lebih sukses. Berdasarkan beberapa definisi yang dipaparkan di atas

penulis menggunakan definisi yang dikemukakan oleh Salovey dan Mayer (1997)

mendefinisikan kecerdasan emosional adalah kemampuan memahami, mengakses

28

dan menghasilkan emosi sehingga dapat membantu dalam berpikir untuk

memahami emosi dan pengetahuan emosional serta mengatur emosi untuk

mendorong pertumbuhan emosi dan intellektual.

2.3.2 Dimensi-dimensi Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional memiliki 3 dimensi (Salovey & Mayer, 1990), yaitu :

1. Appraisal and Expressing Emotion

Cara individu dalam menilai dan mengekspresikan emosinya. Ada dua hal dalam

hal ini, yaitu emosi terhadap diri sendiri dan terhadap orang lain. Individu mengenal

emosi pada dirinya sendiri dan emosi terhadap orang lain lebih mengarah pada

perilaku empati, dan seberapa paham individu terhadap perasaan orang lain.

2. Regulation of Emotion

Cara Individu mengatur, memantau serta mengevaluasi emosi dirinya. Individu

berusaha mempertahankan suasana positif dan menghindari suasana negatif dengan

mencari informasi yang membantu mempertahankan pandangan positif tentang diri

mereka sendiri. Selanjutnya, individu dapat membantu orang lain sebagai cara

untuk mengakhiri suasana negatif dan mempertahankan suasana positif.

3. Utilization of Emotion

Cara individu dalam pemakaian dan penempatan emosi dalam berkegiatan. Emosi

dan suasana hati dapat digunakan untuk memotivasi dan membantu kinerja pada

tugas-tugas intelektual yang kompleks.

2.3.3 Alat Ukur Kecerdasan Emosional

Dalam penelitian ini alat ukur yang akan digunakan adalah alat ukur baku

Emotional Intelligence Scale Developed yang dikembangkan oleh Salovey dan

29

Mayer (1990). Alat ukur ini digunakan untuk mengukur kecerdasan emosional

dengan berbentuk skala terdiri dari tiga dimensi yaitu Appraisal and Expression of

Emotion, Regulation of Emotion, dan Utilization of Emotion dengan total

keseluruhan 33 item.

2.4 Faktor Demografi

Faktor demografi yang digunakan dalam perkawinan cukup bervariasi. Seperti

penelitian Manju (2016) melaporkan bahwa faktor demografi yang terkait dengan

penyesuaian perkawinan mungkin berdampak pada keberhasilan atau kegagalan

pada perkawinan. Dalam penelitian ini faktor demografi yang akan digunakan

dalam penelitian ini adalah jenis kelamin, usia perkawinan dan penghasilan total

kesuluruhan dari pasangan suami dan istri dalam satu bulan.

2.5 Kerangka Berpikir

Penyesuaian perkawinan merujuk pada proses-proses yang dianggap perlu untuk

mencapai hubungan perkawinan yang harmonis. Sehingga hal inilah yang memicu

pasangan suami dan istri harus dapat melakukan penyesuaian perkawinan dengan

baik. Penyesuaian dikatakan baik pada bagaimana pasangan memiliki kesepakatan,

kedekatan, kepuasan dan pasangan mampu menunjukkan perasaan atau kasih

sayang yang dimilikinya dalam berbagai keadaan.

Batool dan Khalid (2012) penyesuaian perkawinan melibatkan sejauh mana

pasangan merasa puas dalam perkawinan dan kesepakatan atau ketidaksetujuan

mereka yang berpusat pada seputar masalah keluarga seperti penanganan keuangan

keluarga, rekreasi, agama, kasih sayang, teman, hubungan intim, merawat anak,

30

bahasa, komunikasi, pandangan hidup, cara berhubungan dengan mertua, istri yang

bekerja, pembagian tugas rumah tangga, dan politik.

Budaya Betawi dalam melakukan penyesuaian, tercermin pada sikap, kata

dan perbuatan. Sikap orang dan etnik Betawi adalah lugas (lugu), polos, dan tidak

dibuat-buat. Kata yang disampaikan umumnya komunikatif (mudah dicerna), terus

terang, jelas, tegas. Perbuatan orang Betawi apa adanya, menyenangkan, bisa

melayani, dan berani kapan dan dimana saja. Salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi penyeseuaian perkawinan adalah kepribadian.

Kepribadian berhubungan dengan penyesuaian perkawinan dengan

berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan Boucard, Lussie dan Sabourin

(1999) menunjukkan bahwa tipe kepribadian merupakan prediktor yang signifikan

terhadap penyesuaian perkawinan pria dan wanita. Beberapa tipe kepribadian salah

satunya adalah big five seperti extraversion, agreeableness, conscientiousness,

neuroticism, openness to experience. Penelitian yang dilakukan oleh Boucard,

Lussie & Sabourin (1999) menunjukkan bahwa laki-laki lebih tinggi dan lebih

mudah menyesuaikan perkawinan pada conscientiousness, openness,

agreeableness dan sedangkan wanita tinggi pada agreeableness dan openness to

experience lebih baik mudah menyesuaikan perkawinan.

Seseorang yang memiliki tipe kepribadian extraversion cenderung mudah

dalam melakukan interaksi sosial, dapat membangun hubungan pribadi dengan

sangat mudah dan mencerminkan emosi positif terhadap pasangan mereka yang

mengarah pada penyesuaian dan kepuasan perkawinan. Seseorang dengan tipe

kepribadian agreeableness lebih mudah kerja sama dan kepercayaan, sifat ini akan

31

mempengaruhi gaya interaksi pasangan. Dan tingkat agreeableness yang tinggi

akan mencari kesepakatan tentang masalah penting bagi pasangan.

Seseorang yang memiliki tipe kepribadian conscientiousnessperilaku yang

diarahkan pada tugas dan tujuan, seperti berpikir sebelum bertindak, menunda

kepuasan, mengikuti norma dan aturan, dan merencanakan, mengatur, dan

memprioritaskan tugas. Sehingga membuat kebutuhan dalam pencapaian tujuan

menjadi lebih energik dan bertekad untuk menjaga dan mempertahankan hubungan.

Seseorang yang mendapat skor tinggi dalam neurotisme kurang bisa menyesuaikan

diri secara marital. Seseorang dengan neuroticism mengalami emosi negatif dan

cenderung melihat pasangannya dengan cara yang ideal yang pada gilirannya

mempengaruhi penyesuaian yang lebih rendah.

Hubungan negatif yang kuat antara neurotisisme dan penyesuaian

perkawinan menjelaskan kegelisahan, dan ketidakstabilan emosional telah terbukti

merusak fungsi hubungan dan mengurangi kepuasan hubungan (Watson & Clark,

1984). Seseorang yang dengan openess to experience dapat mentolerir dan

menghormati perbedaan dalam perilaku dan pemikiran pasangan yang akan

mengurangi jumlah konflik dan meningkatkan kesepakatan di antara pasangan.

Selain tipe kepribadian big five, kecerdasan emosional juga mempengaruhi

penyesuaian perkawinan. Tabinda dan Amina (2013) menunjukkan seseorang yang

cerdas secara emosi mampu membangun hubungan seumur hidup. kompetensi ini

membantu orang mengembangkan toleransi dan mengatasi stres kehidupan ketika

individu mempengaruhi pasangan, diri mereka sendiri, dan hubungan mereka.

32

Kecerdasan emosional memfasilitasi dalam mengenali motivasi, perasaan, dan

keinginan seseorang yang penting dalam komunikasi yang efektif dengan pasangan.

Seseorang juga mampu memahami penyebab-penyebab emosi yang muncul

dan mengelola emosi menjadi strategi yang efektif dalam pemecahan masalah

hingga mencapai tujuan. Memahami emosi serta mengaplikasikannya secara baik

pada diri sendiri atau orang lain, memiliki potensi yang lebih besar dalam

mengelola hubungannya dengan baik.

Individu yang dapat mengelola dan memahami emosi diri dan pasangan, akan

dapat menunjukan rasa kasih sayang dengan baik, menjalankan komitmen

perkawinan, bekerjasama dengan pasangan dalam berbagai hal dengan baik. Ketika

dihadapkan konflik rumah tangga pasangan yang memiliki kecerdasan emosional,

mereka dapat menyesuaikan dirinya terhadap permasalahan di dalam perkawinan.

Jenis kelamin juga di duga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi

penyesuaian perkawinan yaitu faktor demografi yaitu jenis kelamin. Penelitian

menunjukkan laki-laki dan wanita melihat dan memiliki peran yang berbeda dari

hubungan seperti pembagian kerja, pengasuhan dan keintiman seksual dan

mengevaluasi dengan cara yang berbeda (Heaton dan Blake, 1999). Penelitian

menunjukkan bahwa tingkat penyesuaian perkawinan laki-laki lebih tinggi daripada

wanita (Nema, 2013).

Usia perkawinan juga mempengaruhi penyesuaian perkawinan. Hinchliff dan

Gott (2004) menunjukkan semakin lama usia perkawinan dapat meningkatkan

keintiman seksual pada pasangan karena mampu saling mengenal lebih baik, tahu

hal yang disuka dan yang tidak disuka satu sama lain dan memiliki hubungan yang

33

lebih dekat sebagai pasangan. Faktor terakhir yaitu penghasilan pasangan juga

diduga menjadi prediktor penyesuaian perkawinan.

Individu yang memiliki jumlah penghasilan yang tinggi dan sedikit

tanggungan keluarga yang dibiayai lebih mudah dalam melakukan penyesuaian dan

semakin rendah dalam tingkat perceraian. Dibanding dengan individu dengan

penghasilan tinggi dan memiliki banyak tanggungan yang dibiayai akan lebih sulit

menyesuaikan perkawinan. Hal ini dikarenakan semakin tinggi harapan yang

melebihi kemampuan keuangan, harapan untuk memiliki barang yang diinginkan

dan ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup dapat menjadi masalah

dalam perkawinan (Fowers & Olson, 1993). Kerangka berpikir seperti yang

dipaparkan di atas selanjutnya dapat dilihat pada bagan berikut :

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir

Tipe Kepribadian Big Five

Kecerdasan Emosional

Demografi

Openness to Experience

Neuroticsm

Conscientiousness

Agreeableness

Extraversion

Penghasilan

Usia Perkawinan

Jenis Kelamin

Penyesuaian

Perkawinan

34

2.6 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan asumsi penelitian terhadap suatu pendekatan yang masih

harus diuji, maka hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai berikut :

2.6.1 Hipotesis Mayor

Ada pengaruh yang signifikan antara tipe kepribadian big five extraversion,

agreableness, conscientiousness, neuroticism dan openess to experience,

kecerdasan emosional, jenis kelamin, usia perkawinan dan penghasilan terhadap

penyesuaian perkawinan.

2.6.2 Hipotesis Minor

H1 : Ada pengaruh tipe kepribadian extraversion terhadap penyesuaian

perkawinan.

H2 : Ada pengaruh tipe kepribadian agreeableness terhadap penyesuaian

perkawinan.

H3 : Ada pengaruh tipe kepribadian conscientiousness terhadap penyesuaian

perkawinan.

H4 : Ada pengaruh tipe kepribadian neuroticism terhadap penyesuaian

perkawinan

H5 : Ada pengaruh tipe kepribadian openess to experience terhadap penyesuaian

perkawinan.

H6 : Ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap penyesuaian perkawinan.

H7 : Ada pengaruh jenis kelamin terhadap penyesuaian perkawinan.

H8 : Ada pengaruh usia perkawinan terhadap penyesuaian perkawinan.

H9 : Ada pengaruh penghasilan terhadap penyesuaian perkawinan.

35

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambil Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah wanita dan laki-laki Betawi yang telah

menikah. Jumlah sampel penelitian yang digunakan sebanyak 220 orang.

Karakteristiknya adalah wanita dan laki-laki yang telah menikah yang bukan

pasangan suami istri dengan usia perkawinan 1 sampai 5 tahun, orang Betawi yang

tinggal di perkampungan Betawi Setu Babakan.

Dalam penelitian ini menggunakan teknik non-probability sampling yaitu

purposive sampling. Teknik pengambilan sampel ini tidak memberikan peluang

atau kesempatan yang sama bagi setiap anggota populasi untuk menjadi sampel.

Teknik pengambilan sampel dilakukan secara sengaja karena ada pertimbangan

tertentu.

3.2 Variabel Penelitian

Variabel penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini terdiri dari variabel

terikat dan variabel bebas. Variabel terikat pada penelitian ini adalah penyesuaian

perkawinan. Sedangkan variabel bebas pada penelitian ini tipe kepribadian big five,

kecerdasan emosional, jenis kelamin, usia perkawinan dan penghasilan.

3.2.1 Definisi Operasional Variabel

Adapun definisi operasional masing-masing variabel-variabel dalam penelitian ini

yaitu :

1. Penyesuaian perkawinan diukur dengan menggunakan skala yang menekankan

berdasarkan empat dimensi yaitu dyadic consensus berdasarkan kesepakatan

37

suami dan istri mengenai agama, tugas rumah tangga, teman, dan menghabiskan

waktu bersama, dyadic satisfaction berdasarkan pada kepuasan pasangan dan

komitmen untuk mempertahankan hubungan, dyadic cohesion berdasarkan pada

melakukan berbagai kegiatan dengan pasangan dan affectional expression

berdasarkan pada ekspresi kasih sayang yang ditunjukan pasangan (Spanier

dalam Graham, Liu & Jeziorski, 2006).

2. Tipe kepribadian big five adalah karakteristik seseorang yang menyebabkan

munculnya konsistensi perasaan, pikiran, dan perilaku dalam kehidupan sehari-

hari. Diukur dengan indikator yang didapat dari dimensi-dimensi, yakni:

extraversion (mudah bergaul, tegas, aktif, bersemangat, memiliki antusias yang

tinggi, penuh kasih sayang), agreeableness (mudah percaya, pemaaf, jujur, suka

membantu orang lain, lembut, sederhana, rendah hati, ramah), conscientiousness

(kompeten, efisien, terorganisir, taat pada peraturan, dapat diandalkan, pekerja

keras, teliti, menyelesaikan tugas dengan segera, penuh pertimbangan),

neuroticism (mudah merasa cemas, marah, depresi, sensitif, mudah murung,

merasa rendah diri, sulit mengontrol dorongan, tidak mampu mengatasi situasi

sulit dan mudah panik), openness to experience (imajinatif, menyukai seni,

kemampuan menyelami perasaan, memiliki minat yang luas, rasa ingin tahu

yang tinggi).

3. Kecerdasan emosional adalah kemampuan individu untuk menyadari, mengatur

dan memahami emosi yang diukur dengan Emotional Intelligence Scale

developed berdasarkan tiga aspek yaitu Appraisal and expressing emotion, yaitu

memahami, mengatur, persepsi dan menyadari emosi diri dan orang lain;

38

regulation of emotion, yaitu tentang bagaimana individu mengatur emosi diri

sendiri dan orang lain; utilization of emotion, yaitu mencakup komponen

perencanaan yang fleksibel, pemikiran kreatif, perhatian dan motivasi yang

diarahkan.

4. Jenis Kelamin adalah kategori yang diperoleh dengan memilih pilihan jenis

kelamin, yaitu laki-laki atau wanita.

5. Usia Perkawinan adalah kategori dari jumlah tahun sepasang suami-istri yang

telah menikah satu sampai lima tahun.

6. Penghasilan adalah kategori dari jumlah penghasilan pasangan suami-istri yang

diperoleh setiap bulan.

3.3 Instrumen Pengumpulan Data

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala. Skala yang digunakan

adalah skala penyesuaian perkawinan, skala tipe kepribadian big five, skala

kecerdasan emosional yang disajikan dalam bentuk tabel yang berisi pernyataan-

pernyataan sesuai dengan teori yang digunakan dalam penelitian. Ketiga skala

disusun dalam model skala likert dengan empat kategori jawaban, Hal ini dilakukan

untuk menghindari terjadinya pemusatan (central tendency) dan menghindari

jumlah respon yang bersifat netral. Peneliti membagi dua kategori item pernyataan,

favorable dan unfavorable dan menentukan bobot nilai.

1. Skala Penyesuaian Perkawinan

Untuk mengukur penyesuaian perkawinan penulis melakukan adaptasi alat ukur

Dyadic Adjustment Scale (DAS) yang terdiri dari 32 item. Skala ini pertama kali

39

dibuat oleh Graham B. Spanier (1976). Dimensi yang akan diukur adalah

consensus, satisfaction, cohesion dan affection expression.

Tabel 3.1 Blue Print skala Penyesuaian Perkawinan

2. Skala Tipe Kepribadian Big Five

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Big Five Inventory (BFI).

Skala ini berjumlah 44 item dibuat oleh Costa & McCrae (dalam Pervin & Jhon,

2005) yang mengukur dimensi extraversion, agreeableness, conscientiousness,

neuroticism, dan openness to experience.

No Dimensi Indikator Item Jumlah

1 Consensus Kesepakatan dalam mengatur

keuangan, masalah rekreasi,

agama, teman, tugas rumah

tangga, prinsip hidup

1,2,3,5,7,8,

9,10,11,12,

13,14,15

13

2 Satisfaction Persepsi kebahagian atau

ketidakbahagiaan dalam hubungan

pasangan seperti frekuensi

pertengaran, kepuasan

menghabiskan waktu bersama

atau sebaliknya, merenungkan

perpisahan atau perceraian

16, 17, 18,

19, 20, 21,

22, 23, 31,

32

10

3. Cohesion Jumlah waktu yang dihabiskan

oleh pasangan untuk kegiatan

yang saling menyenangkan seperti

minat sosial, dialog, atau memiliki

tujuan bersama

24, 25, 26,

27, 28

5

4 Affectional

Expression

Pasangan mengekspresikan

perasaan, cinta, dan seksualitas

batin mereka

4, 6, 29, 30 4

Jumlah 32

40

Tabel 3.2 Blue Print Skala Tipe Kepribadian Big Five

3. Skala Kecerdasan Emosional

Pengukuran skala Kecerdasan Emosional menggunakan skala Emotional

Intelligence Developed dibuat dan dikembangkan Salovey & Mayer (1990),

memiliki 3 dimensi yaitu Appraisal and Expression of Emotion, Regulation of

Emotion, dan Utilization of Emotion yang diadaptasi ke dalam bahasa indonesia.

No Dimensi Indikator Fav Unfav Jumlah

1 Extraversion Gregariousness

Assertiveness

Activity

Excitement-seeking

Positive emotions

Warmth

1,11,16,26,36 6,21,31 8

2 Agreeableness Trust

Straightforwardness

Altruism

Compliance

Modesty

Tender-mindedness

7,17,22,32,42 2,12,27,

37

9

3. Conscientiousness Competence

Order

Dutifulness

Achievement

striving

Self-disciplin

Deliberation

3,13,28,33,38 8,18,23,

43

9

4 Neuroticism Anxiety

Angry

Depression

Self-Consciousness

Impulsiveness

Vulnerability

4,14,19,29,39 9,24,34 8

5 Openness to

experience Fantasy

Aesthetics

Feeling

Action

Ideas

Values

5,10,15,20,25,

30,40,44

35,41 10

Jumlah 28 16 44

41

Tabel 3.3 Blue Print skala Kecerdasan Emosional

3.4 Uji Validitas Konstruk

Untuk menguji validitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini, penulis

menggunakan CFA (Confirmatory Factor Analysis) dengan software Lisrel 8.70.

Umar dalam Febriana (2015) menjelaskan langkah-langkah yang dilakukan untuk

mendapatkan kriteria hasil CFA yang baik adalah:

1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait berupa kemampuan yang didefinisikan

secara operasional sehingga dapat disusun pertanyaan atau pernyataan untuk

mengukurnya. Kemampuan ini disebut faktor, sedangkan pengukuran terhadap

faktor ini dilakukan melalui analisis terhadap respon atas item-itemnya.

2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor saja, begitupun juga tiap

subtes hanya mengukur satu faktor juga. Artinya baik item maupun subtes

bersifat unidimensional.

3. Dengan data yang tersedia dapat digunakan untuk mengestimasi matriks korelasi

antar item yang seharusnya diperoleh jika memang unidimensional. Matriks

No Dimensi Indikator Fav Unfav Jumlah

1 Appraisal and

expression of

emotion

Memahami,

mengetahui, persepsi,

menyadari emosi diri

sendiri dan orang lain

1,2,3,4,6,

7,8,9,10,

11,12,13

5 13

2 Regulation of

Emotion

Regulasi emosi dalam

diri dan regulasi emosi

pada orang lain

14,15,16,

17,18,19,

20,21,

22, 23

10

3. Utilization of

Emotion

Mencakup komponen

perencanaan yang

fleksibel, pemikiran

kreatif, perhatian dan

motivasi yang diarahkan

24,25,26,

27,29,30,

31,32

28, 33 5

Jumlah 30 3 33

42

korelasi ini disebut sigma (Σ), kemudian dibandingkan dengan matriks dari data

empiris, yang disebut matriks S. Jika teori tersebut benar (unidemensional) maka

tentunya tidak ada perbedaan antara matriks Σ - matriks S atau bisa juga

dinyatakan dengan Σ - S = 0.

4. Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis nihil yang kemudian diuji dengan chi-

square. Jika hasil chi-square tidak signifikan (p > 0.05), maka hipotesis nihil

tersebut “tidak ditolak”. Artinya teori unidimensionalitas tersebut dapat diterima

bahwa item ataupun sub tes instrumen hanya mengukur satu faktor saja.

Sedangkan, jika nilai Chi–Square signifikan (p<0.05), artinya bahwa item

tersebut mengukur lebih dari satu faktor atau bersifat multidimensional. Maka

perlu dilakukan modifikasi terhadap model pengukuran.

5. Adapun dalam memodifikasi model pengukuran dilakukan dengan cara

membebaskan parameter berupa korelasi kesalahan pengukuran. Hal ini terjadi

ketika suatu item mengukur selain faktor yang hendak diukur. Setelah beberapa

kesalahan pengukuran dibebaskan untuk saling berkorelasi, maka akan diperoleh

model yang fit, maka model terakhir inilah yang akan digunakan pada langkah

selanjutnya.

6. Jika model fit, maka langkah selanjutnya menguji apakah item signifikan atau

tidak mengukur apa yang hendak diukur, dengan yang hendak di ukur, dengan

menggunakan t-test. Jika hasil t-test tidak signifikan (t<1,96) maka item tersebut

tidak signifikan dalam mengukur apa yang hendak diukur, bila perlu item yang

demikian dieliminasi dan sebaliknya.

43

7. Selain itu, apabila dari hasil CFA terdapat item yang koefisien muatan faktornya

negatif, maka item tersebut juga harus di drop. Sebab hal ini tidak sesuai dengan

sifat item, yang bersifat positif (favorable).

8. Kemudian, apabila terdapat korelasi parsial atau kesalahan pengukuran item

terlalu banyak berkorelasi dengan kesalahan pengukuran lainnya, maka item

tersebut akan dieliminasi. Sebab, item yang demikian selain mengukur apa yang

hendak diukur, ia juga mengukur hal lain (multidimensi). Adapun asumsi

dieliminasi atau tidaknya item adalah jika tidak terdapat lebih dari tiga korelasi

parsial atau kesalahan pengukuran yang berkorelasi dengan item lainnya.

9. Terakhir, setelah dilakukan langkah-langkah seperti yang telah disebukan di

atas. Dan mendapatkan item dengan muatan faktor signifikan (t>1.96) dan

positif. Maka, selanjutnya item-item yang signifikan (t>1.96) dan positif tersebut

diolah untuk nantinya didapatkan faktor skornya.

3.4.1 Uji Validitas Skala Penyesuaian Perkawinan

Dalam sub bab ini penulis menguji apakah 32 item yang ada dalam alat ukur

penyesuaian perkawinan bersifat unidimensional atau tidak. Artinya benar hanya

mengukur penyesuian perkawinan. Berdasarkan hasil awal analisis CFA yang

dilakukan pertama kali didapatkan chi-square = 549.34, df = 464, P-value =

0.00382, RMSEA = 0.029 yang artinya model tersebut belum fit. Oleh karena itu,

penulis melakukan modifikasi sebanyak 1 (satu) kali terhadap model, yaitu dengan

membebaskan kesalahan pengukuran pada tiap item saling berkorelasi. Kemudian

diperoleh model fit, dengan chi-square = 507.36, df = 463, P-value = 0.07560,

RMSEA = 0.021. Dengan P-value lebih dari 0.05 dan RMSEA kurang dari 0.05

44

menunjukkan model ini sudah fit. Dengan demikian semua item yang ada pada

variabel ini mengukur penyesuaian perkawinan.

Setelah itu, penulis melihat apakah tersebut signifikan mengukur faktor yang

hendak diukur. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien

muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan begitu juga

sebaliknya. Berikut merupakan tabel koefisien muatan faktor skala masing-masing

dimensi penyesuaian perkawinan, disajikan pada tabel 3.4.

Tabel 3.4 Muatan Faktor Item Penyesuaian Perkawinan

No Item Koefisien Standar error Nilai t Signifikan

ITEM 1 0.59 0.1 5.89 V

ITEM 2 0.53 0.1 5.27 V

ITEM 3 0.37 0.1 3.64 V

ITEM 5 0.35 0.1 3.42 V

ITEM 7 0.51 0.1 5.05 V

ITEM 8 0.49 0.1 4.86 V

ITEM 9 0.32 0.1 3.15 V

ITEM 10 0.5 0.1 4.96 V

ITEM 11 0.55 0.1 5.44 V

ITEM 12 0.55 0.1 5.49 V

ITEM 13 0.52 0.1 5.19 V

ITEM 14 0.55 0.1 5.51 V

ITEM 15 0.41 0.1 4.02 V

ITEM 16 -0.17 0.1 -1.59 X

ITEM 17 -0.49 0.1 -4.84 X

ITEM 18 0.5 0.1 4.94 V

ITEM 19 0.61 0.1 6.08 V

ITEM 20 -0.51 0.1 -5.09 X

ITEM 21 -0.41 0.1 -3.99 X

ITEM 22 -0.34 0.1 -3.34 X

ITEM 23 0.61 0.1 6.15 V

ITEM 31 0.6 0.1 5.98 V

ITEM 32 0.41 0.1 3.99 V

ITEM 24 0.28 0.1 2.71 V

ITEM 25 0.69 0.1 7.07 V

ITEM 26 0.65 0.1 6.57 V

ITEM 27 0.79 0.1 8.27 V

ITEM 28 0.37 0.1 3.64 V

ITEM 4 0.72 0.1 7.38 V

ITEM 6 0.56 0.1 5.58 V

ITEM 29 0.27 0.1 2.56 V

ITEM 30 0.44 0.1 4.36 V

Keterangan : tanda V= Signifikan (t >1.96); X= Tidak Signifikan (t <1.96)

45

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat dua puluh tujuh item

signifikan (t > 1.96) dan memiliki koefisien positif. Sedangkan lima item tidak

signifikan (t < 1.96) dan memiliki koefisien bermuatan negatif yaitu item 16, item

17, item 20, item item 21, item 22. Dengan demikian lima item tersebut harus di

drop dan tidak diikutsertakan dalam analisis selanjutnya. Sehingga hanya terdapat

dua puluh tujuh item yang telah memenuhi kriteria dan digunakan untuk

menghitung faktor skor.

3.4.2 Uji Validitas Skala Tipe Kepribadian Big Five

3.4.2.1 Extraversion

Penulis menguji apakah 8 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar

hanya mengukur extraversion. Berdasarkan hasil analisis CFA yang dilakukan

pertama kali didapatkan chi-square = 186.02, df = 20, p-value = 0.00000, RMSEA

= 0.195. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi sebanyak 10 (sepuluh) kali

terhadap model. Kemudian diperoleh model fit, dengan nilai chi-square = 11.57, df

= 10, p-value = 0.31453, RMSEA = 0.027. Dengan P-value lebih dari 0.05 dan

RMSEA kurang dari 0.05 menunjukkan model ini sudah fit. Dengan demikian

semua item yang ada pada variabel ini mengukur extraversion.

Setelah itu, penulis melihat apakah tersebut signifikan mengukur faktor

yang hendak diukur. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap

koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan

begitu juga sebaliknya. Berikut merupakan tabel koefisien muatan faktor skala

masing-masing dimensi extraversion, disajikan pada tabel 3.4.

46

Tabel 3.5 Muatan Faktor Item Extraversion

No item Koefisien Standar error Nilai t Signifikan

ITEM 1 0.72 0.07 10.98 V

ITEM 6 0.99 0.06 15.5 V

ITEM 11 0.03 0.07 0.47 V

ITEM 16 0.26 0.09 2.91 V

ITEM 26 0.16 0.07 2.42 V

ITEM 21 -0.15 0.08 -1.78 X

ITEM 31 0.54 0.07 8.2 V

ITEM 36 0.47 0.07 7.02 V

Keterangan : tanda V= Signifikan (t >1.96); X= Tidak Signifikan (t <1.96)

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat tujuh item yang signifikan (t

> 1.96) dan memiliki koefisien positif. Sedangkan satu item yang tidak signifikan

(t < 1.96) dan memiliki koefisien bermuatan negatif yaitu item 21. Dengan

demikian satu item tersebut harus di drop dan tidak diikutsertakan dalam analisis

selanjutnya. Sehingga hanya terdapat tujuh item yang telah memenuhi kriteria dan

digunakan untuk menghitung faktor skor.

3.4.2.2 Agreeableness

Penulis menguji apakah 9 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar

hanya mengukur agreeableness. Berdasarkan hasil analisis CFA yang dilakukan

pertama kali didapatkan chi-square = 76.18, df = 27, p-value = 0.00000, RMSEA

= 0.091. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi sebanyak 5 (lima) kali

terhadap model. Kemudian diperoleh model fit, dengan nilai chi-square = 32.66, df

= 22, p-value = 0.06681, RMSEA = 0.047. Dengan p-value lebih dar 0.05 dan

RMSEA kurang dari 0.0505 menunjukkan model ini sudah fit. Dengan demikian

semua item yang ada pada variabel ini mengukur agreeableness.

Setelah itu, penulis melihat apakah tersebut signifikan mengukur faktor yang

hendak diukur. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien

muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan begitu juga

47

sebaliknya. Berikut merupakan tabel koefisien muatan faktor skala masing-masing

dimensi agreeableness, disajikan pada tabel 3.6.

Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Agreeableness

Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1.96); X = tidak signifikan (t < 1.96)

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat delapan item yang signifikan

(t > 1.96) dan memiliki koefisien positif. Sedangkan satu item yang tidak signifikan

yaitu memiliki nilai koefisien (t < 1.96) yaitu item 22. Dengan demikian satu item

tersebut harus di drop dan tidak diikutsertakan dalam analisis selanjutnya. Sehingga

hanya terdapat delapan item yang telah memenuhi kriteria dan digunakan untuk

menghitung faktor skor.

3.4.2.3 Conscientiousness

Penulis menguji apakah 9 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar

hanya mengukur conscientiousness. Berdasarkan hasil analisis CFA yang

dilakukan pertama kali didapatkan chi-square = 139.84, df = 27, p-value = 0.00000,

RMSEA = 0.138. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi sebanyak 7 (tujuh)

kali terhadap model. Kemudian diperoleh model fit, dengan nilai chi-square =

27.11, df = 20, p-value = 0.13226 , RMSEA = 0.040. Dengan P-value lebih dari

0.05 dan RMSEA kurang dari 0.05 menunjukkan model ini sudah fit. Dengan

demikian semua item yang ada pada variabel ini mengukur conscientiousness.

No Item Koefisien Standar error Nilai t Signifiikan

ITEM 2 0.6 0.07 8.74 V

ITEM 7 0.76 0.07 11.57 V

ITEM 12 0.61 0.07 8.73 V

ITEM 17 0.59 0.07 8.53 V

ITEM 22 0.07 0.08 0.96 X

ITEM 27 0.23 0.08 3.1 V

ITEM 32 0.48 0.07 6.67 V

ITEM 37 0.38 0.07 5.23 V

ITEM 42 0.28 0.08 3.71 V

48

Setelah itu, penulis melihat apakah tersebut signifikan mengukur faktor yang

hendak diukur. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien

muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan begitu juga

sebaliknya. Berikut merupakan tabel koefisien muatan faktor skala masing-masing

dimensi conscientiousness, disajikan pada tabel 3.7.

Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Conscientiuosness

No Item Koefisien Standar error Nilai t Signifikan

ITEM 3 0.18 0.07 2.83 V

ITEM 8 0.44 0.07 6.43 V

ITEM 13 0.14 0.07 2.2 V

ITEM 18 0.88 0.09 10.26 V

ITEM 23 0.44 0.07 6.31 V

ITEM 28 0.77 0.09 8.62 V

ITEM 33 0.43 0.07 6.23 V

ITEM 38 0.47 0.07 6.8 V

ITEM 43 0.43 0.07 6.21 V

Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1.96); X = tidak signifikan (t < 1.96)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa semua item signifikan (t > 1.96) dan semua

koefisien sudah bermuatan positif. Artinya semua koefisien muatan faktor dari item

sesuai dengan sifat item. Dengan demikian item-item tersebut tidak akan di drop.

3.4.2.4 Neuroticism

Penulis menguji apakah 8 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar

hanya mengukur neuroticism. Berdasarkan hasil analisis CFA yang dilakukan

pertama kali didapatkan chi-square = 107.24, df = 20, p-value = 0.00000, RMSEA

= 0.141. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi sebanyak 4 (empat) kali

terhadap model. Kemudian diperoleh model fit, dengan nilai chi-square = 20.23, df

= 16, P-value = 0.20992, RMSEA = 0.035. Dengan p-value lebih dari 0.05 dan

RMSEA kurang dari 0.05 menunjukkan model ini sudah fit. Dengan demikian

semua item yang ada pada variabel ini mengukur neuroticism.

49

Setelah itu, penulis melihat apakah tersebut signifikan mengukur faktor

yang hendak diukur. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap

koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan

begitu juga sebaliknya. Berikut merupakan tabel koefisien muatan faktor skala

masing-masing dimensi neuroticism, disajikan pada tabel 3.8.

Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Neuroticism

No Item Koefisien Standar error Nilai t Signifikan

ITEM 4 0.54 0.07 7.93 V

ITEM 9 0.26 0.07 3.61 V

ITEM 14 0.87 0.06 15.06 V

ITEM 19 0.44 0.07 6.35 V

ITEM 24 0.43 0.07 6.19 V

ITEM 29 0.59 0.07 8.93 V

ITEM 34 0.6 0.07 9.12 V

ITEM 39 0.66 0.06 10.24 V

Keterangan: tanda V= signifikan (t > 1.96); X = tidak signifikan (t < 1.96)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa semua item signifikan (t > 1.96) dan semua

koefisien sudah bermuatan positif. Artinya semua koefisien muatan faktor dari item

sesuai dengan sifat item. Dengan demikian item-item tersebut tidak akan di drop.

3.4.2.5. Openess to Experience

Penulis menguji apakah 10 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar

hanya mengukur openness to experience. Berdasarkan hasil analisis CFA yang

dilakukan pertama kali didapatkan chi-square = 188.02, df = 35, p-value = 0.00000,

RMSEA = 0.141. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi sebanyak 9

(sembilan) kali terhadap model. Kemudian diperoleh model fit, dengan nilai chi-

square = 38.43, df = 26, p-value = 0.05526, RMSEA = 0.047. Dengan P-value lebih

dari 0.05 dan RMSEA kurang dari 0.05 menunjukkan model ini sudah fit. Dengan

demikian semua item yang ada pada variabel ini mengukur openness to experience.

50

Setelah itu, penulis melihat apakah tersebut signifikan mengukur faktor yang

hendak diukur. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien

muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan begitu juga

sebaliknya. Berikut merupakan tabel koefisien muatan faktor skala masing-masing

dimensi openness to experience disajikan pada tabel 3.9.

Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Openess to Experience No Item Koefisien Standar error Nilai t Signifikan

ITEM 5 0.67 0.06 10.43 V

ITEM 10 0.42 0.07 5.99 V

ITEM 15 0.74 0.06 12.02 V

ITEM 20 0.71 0.06 11.49 V

ITEM 25 0.71 0.06 11.49 V

ITEM 30 0.61 0.07 9.24 V

ITEM 35 -0.62 0.07 -9.39 X

ITEM 40 0.39 0.07 5.63 V

ITEM 41 -0.23 0.07 -3.17 X

ITEM 44 0.4 0.07 5.61 V

Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1.96); X = tidak signifikan (t < 1.96)

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat delapan item yang signifikan

(t > 1.96) dan memiliki koefisien positif. Sedangkan dua item yang tidak signifikan

(t < 1.96) dan memiliki koefisien bermuatan negatif yaitu item 35 dan item 41.

Dengan demikian dua item tersebut harus di drop dan tidak diikutsertakan dalam

analisis selanjutnya. Sehingga hanya terdapat delapan item yang telah memenuhi

kriteria dan digunakan untuk menghitung faktor skor.

3.4.3 Uji Validitas Kecerdasan Emosional

Penulis menguji apakah 33 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar

hanya mengukur kecerdasan emosional. Berdasarkan hasil analisis CFA yang

dilakukan pertama kali didapatkan chi-square = 2032.42, df = 495, p-value =

0.00000, RMSEA = 0.119. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi

sebanyak 112 (serratus dua belas) kali terhadap model. Kemudian diperoleh model

51

fit, dengan nilai chi-square = 582.61, df = 383, p-value = 0.00000, RMSEA = 0.049.

Dengan RMSEA kurang dari 0.05 menunjukkan model ini sudah fit. Dengan

demikian semua item yang ada pada variabel ini mengukur kecerdasan emosional.

Setelah itu, penulis melihat apakah tersebut signifikan mengukur faktor yang

hendak diukur. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien

muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan begitu juga

sebaliknya. Berikut merupakan tabel koefisien muatan faktor skala masing-masing

dimensi kecerdasan emosional, disajikan pada tabel 3.10.

Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Kecerdasan Emosional No Item Koefisien Standar error Nilai t Signifikan

ITEM 1 0.41 0.07 5.87 V

ITEM 2 0.66 0.06 10.44 V

ITEM 3 0.52 0.07 7.68 V

ITEM 4 0.43 0.07 6.21 V

ITEM 5 0.08 0.07 1.11 X

ITEM 6 0.61 0.07 9.27 V

ITEM 7 0.41 0.07 5.96 V

ITEM 8 0.21 0.07 2.99 V

ITEM 9 0.4 0.07 5.71 V

ITEM 10 0.58 0.07 8.63 V

ITEM 11 -0.16 0.07 -2.17 X

ITEM 12 0.53 0.07 7.6 V

ITEM 13 0.57 0.07 8.41 V

ITEM 14 0.61 0.07 9.36 V

ITEM 15 0.55 0.07 8.12 V

ITEM 16 0.38 0.07 5.39 V

ITEM 17 0.68 0.06 10.61 V

ITEM 18 0.3 0.07 4.39 V

ITEM 19 0.57 0.07 8.41 V

ITEM 20 0.61 0.06 9.48 V

ITEM 21 0.65 0.06 10.06 V

ITEM 22 0.6 0.07 8.81 V

ITEM 23 0.69 0.06 10.72 V

ITEM 24 0.41 0.07 5.8 V

ITEM 25 0.54 0.07 8.02 V

ITEM 26 0.47 0.07 6.76 V

ITEM 27 0.6 0.06 9.38 V

ITEM 28 0.46 0.07 6.63 V

ITEM 29 0.21 0.07 3.01 V

ITEM 30 0.53 0.08 7.09 V

ITEM 31 0.5 0.07 6.99 V

ITEM 32 0.23 0.07 3.34 V

ITEM 33 0.04 0.07 0.56 X

Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1.96); X = tidak signifikan (t < 1.96)

52

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat tiga puluh item yang

signifikan (t >1.96) dan memiliki koefisien positif. Sedangkan tiga item tidak

signifikan (t < 1.96) dan memiliki koefisien bermuatan negatif yaitu item 5, item

11, item 33. Dengan demikian tiga item tersebut harus di drop dan tidak

diikutsertakan dalam analisis selanjutnya. Sehingga hanya terdapat tiga puluh item

yang telah memenuhi kriteria dan digunakan untuk menghitung faktor skor.

3.5 Teknik Analisis Data

Sebelum melakukan analisis data, penulis melakukan estimasi faktor skor dari item-

item yang telah memenuhi kriteria item yang valid. Sehingga didapat faktor skor

pada tiap variabel. Dengan demikian perbedaan kemampuan masing-masing item

dalam mengukur apa yang hendak diukur ikut menentukan dalam menghitung

faktor skor (true score). True score inilah yang akan dianalisis dalam analisis

berikutnya. Selanjutnya penulis mentransformasikan faktor skor yang diukur

kedalam T score, dengan Mean = 50 dan standar deviasi (SD)=10. Sehingga tidak

ada responden yang mendapat skor negatif dan setiap variabel memiliki satuan yang

sama. Adapun rumus T score adalah :

T score = (10*faktor skor) + 50

Selanjutnya untuk analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah

teknik analisis regresi berganda. Teknik analisis regresi berganda ini digunakan

untuk menentukan ketepatan prediksi dan ditunjukkan untuk mengetahui besarnya

pengaruh dari variabel bebas (independent variable), yaitu Tipe Kepribadian Big

Five (extraversion, agreeableeness, conscientiousness, Neuroticism, Openness to

Experience), kecerdasan emosional dan faktor demografi (jenis kelamin, usia

53

perkawinan, penghasilan) terhadap penyesuaian perkawinan (dependent variable).

Regresi berganda merupakan metode statistika yang digunakan untuk membentuk

model hubungan antara dependent variable dengan lebih dari satu independent

variable.

Persamaan regresi berganda penelitian ini adalah sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 + b9X9 + e

Keterangan:

Y = Nilai prediksi Y (Penyesuaian Perkawinan)

a = Konstan intersepsi

b = Koefisien regresi untuk masing-masing independent variable

X 1 = Extraversion

X 2 = Agreeableness

X 3 = Conscientiousness

X 4 = Neuroticism

X 5 = Openness to Experience

X 6 = Kecerdasan Emosional

X 7 = Jenis Kelamin

X 8 = Usia Perkawinan

X 9 = Penghasilan

e = Residual dari Penyesuaian Perkawinan

Untuk menilai apakah model regresi yang dihasilkan merupakan model yang

paling sesuai (memiliki error terkecil), dibutuhkan beberapa pengujian dan analisis.

Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis berganda, digunakan agar dapat

menjawab hipotesis penelitian. Untuk mendapat hasil analisis regresi berganda

penulis menggunakan teknik analisis berganda. Penulis menggunakan software

SPSS versi 22.0. Selanjutnya dari analisis berganda ini akan diperoleh nilai R2 (R

square) untuk mengetahui berapa persen (%) sumbangan dependent variable yang

54

dijelaskan oleh independent variable berpengaruh secara signifikan terhadap

dependent variable.

Adapun rumus untuk menghitung R2, digunakan rumus sebagai berikut:

R2 - 𝑆𝑆𝑟𝑒𝑔

𝑆𝑆𝑦

Keterangan:

R2 = Proporsi varians yang bisa dijelaskan oleh keseluruhan independent variable

SSreg = Jumlah kuadrat regresi yang dapat dihitung jika koefisien regresi telah

diperoleh

SSy = Jumlah kuadrat dari dependent variable (Y)

Selanjutnya R2 dapat diuji signifikansinya dengan uji F. Adapun rumus

untuk uji F terhadap R2 adalah:

F = 𝑹𝟐/𝒌

(𝟏−𝑹𝟐)/(𝑵−𝒌−𝟏)dengan df=K dan (N-K-1)

Keterangan:

K = banyaknya independent variable

N = besarnya sampel

Apabila nilai F itu signifikan (p <0.05), maka berarti seluruh independent

variable secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

dependent variable. Adapun jika F signifikan, langkah berikutnya menguji

signifikansi pengaruh masing-masing independent variable terhadap dependent

variable. Hal ini dilakukan melalui uji t (t-test) terhadap setiap koefisien regresi.

Jika nilai t > 1.96 maka independent variable yang bersangkutan memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap dependent variable dan sebaliknya.

55

Adapun rumus uji t yang digunakan adalah:

Keterangan:

bi = koefisien regresi untuk independent variable (i)

Sbi = standar deviasi sampling atau standar error dari

Sebagai langkah terakhir adalah uji signifikan terhadap proporsi varians yang

disumbangkan oleh masing-masing independent variable dalam mempengaruhi

dependent variable. Dalam hal ini penulis melakukan analisis regresi berganda

yang bersifat berjenjang atau stepwise. Artinya dilakukan analisis regresi berulang-

ulang dimulai dengan hanya satu independent variabel kemudian dengan dua

independent variable, dilanjutkan dengan tiga independent variable dan seterusnya

sampai independent variable ke sepuluh. Setiap kali dilakukan analisis regresi akan

diperoleh nilai R2. Setiap kali ditambahkan independent variable baru diharapkan

terjadi peningkatan R2 secara signifikan.

Jika pertambahan R2 (R2 change) signifikan secara statistik maka berarti

independent variable baru yang ditambahkan tersebut cukup penting secara

estatistik maupun dalam upaya memprediksi dependent variable serta untuk

menguji hipotesis apakah independent variable bersangkut signifikan pengaruhnya.

Setiap pertambahan R2 ketika satu independent variable baru ditambahkan adalah

menunjukan besarnya sumbangan unik independent variable tersebut terhadap

bervariasinya dependent variable setelah pengaruh dari beberapa dependent

variable terdahulu diperhitungkan dampaknya. Oleh sebab itulah analisis regresi

secara sequential seperti ini dikenal dengan sebutan stepwise regression.

56

Adapun rumus yang digunakan untuk menguji signifikan tidaknya pertambahan

proporsi varian (R2change) adalah sebagai berikut:

dengan

Disini, adalah nilai R2 yang dihasilkan setelah IV baru ditambahkan ke dalam

persamaan dan adalah nilai R2 yang diperoleh sebelum IV baru ditambahkan.

Sedangkan T adalah banyaknya independent variable pada , dan S adalah

banyaknya independent variable pada N adalah besarnya sampel penelitian.

Rumus ini bersifat generik, artinya bisa digunakan untuk menguji signifikan

tidaknya pertambahan R2 baik untuk pertambahan satu independent variable

maupun untuk pertambahan beberapa independent variable. Jika nilai F yang

dihasilkan signifikan berarti proporsi varian yang dapat dijelaskan dan merupakan

sumbangan dari independent variable yang ditambahkan adalah signifikan secara

statistik. Jadi, rumus ini bisa diuji signifikan tidaknya pertambahan independent

variable baik hanya dengan menambahkan satu independent variable maupun

dengan menambahkan beberapa independent variable sekaligus.

3.6 Prosedur Penelitian

1. Tahap persiapan penelitian

Penulis memulai dengan perumusan masalah, menentukan variabel yang akan

diteliti, melakukan kajian teori untuk mendapatkan gambaran, dan penjelasan yang

tepat mengenai variabel penelitian. Kemudian menentukan, menyusun dan

menyiapkan alat ukur yang akan digunakan, yaitu skala tipe kepribadian big five,

skala kecerdasan emosional dan skala penyesuaian perkawinan.

57

2. Tahap pengambilan data

Penulis melakukan pengambilan data penelitian dengan memberikan instrument

yang telah dipersiapkan kepada subjek penelitian. Penulis menyebar data penelitian

pada akhir bulan oktober 2018 sampai dengan bulan januari 2019 di perkampungan

Betawi Setu Babakan. Penulis menyebarkan kuesiner sejumlah 250 kuesioner pada

wanita dan laki-laki yang telah menikah pada usia perkawinan 1-5 tahun orang

Betawi. Namun jumlah kuesioner yang kembali sebanyak 243 kuesioner.

Dikarenakan terdapat beberapa responden yang tidak memenuhi kriteria penelitian,

maka tidak semua diikutsertakan dalam pengolahan data penelitian. Total sampel

dalam penelitian yang ditetapkan dan diolah sebanyak 220 kuesioner, terdiri dari

126 responden wanita orang dan 94 responden laki-laki.

3. Tahap pengolahan data

Penulis melakukan skoring terhadap hasil skala yang telah diisi oleh responden,

selanjutnya menghitung dan mencatat tabulasi data yang diperoleh kemudian

membuat tabel data. Dan pada tahap ini diakhiri dengan melakukan analisis data

dengan menggunakan metode statistik untuk menguji hipotesis penelitian.

58

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini berjumlah 220 responden Betawi yang telah menikah,

yang terdiri dari 126 responden wanita dan 94 responden laki-laki yang bukan

pasangan suami istri dan tinggal di perkampungan Betawi Setu Babakan. Pada tabel

4.1 berikut dijelaskan gambaran subjek berdasarkan data demografi jenis kelamin,

usia perkawinan, dan penghasilan.

Tabel 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian

Data Demografi N = 220 Persentase (%)

Jenis Kelamin Wanita 126 57.3

Laki-laki 94 42.7

Usia Perkawinan 1-2 tahun 102 46.4

3-4 tahun 63 28.6

5 tahun 55 25.0

Penghasilan <1.000.000-5.000.000 178 80.9

6.000.000-10.000.000 35 15.9

>10.000.000 7 3.2

Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa jumlah responden wanita lebih banyak daripada

jumlah responden laki-laki. Jumlah responden wanita sebanyak 126 orang (57.3%).

Jumlah responden laki-laki sebanyak 94 orang (42.7%). Selanjutnya, berdasarkan

usia perkawinan dapat diketahuibahwa jumlah usia perkawinan pada 1-2 tahun

sebanyak 102 orang (46.4%). Jumlah usia perkawinan 3-4 tahun sebanyak 63 orang

(28.6%). Jumlah usia perkawinan 5 tahun sebanyak 55 orang (25.0%). Berdasarkan

penghasilan total pasangan suami dan istri perbulan, penghasilan sebesar

<1.000.000-5.000.000 sebanyak 178 orang (80.9%). Penghasilan sebesar

59

6.000.000-10.000.000 sebanyak 35 orang (15.9%). Dan penghasilan sebesar

>10.000.000 sebanyak 7 orang (3.2%).

4.2 Hasil Analisis Deskriptif

Skor yang digunakan dalam analisis statistik pada penelitian ini adalah skor murni

(true score) yang merupakan hasil proses konversi dari raw score. Proses ini

dilakukan untuk memudahkan dalam melakukan perbandingan antar skor hasil

penelitian variabel-variabel yang diteliti, dengan demikian semua raw score pada

setiap variable harus diletakkan pada skala yang sama. Hal ini dilakukan dengan

mentrasformasikan raw score menjadi z-score, agar nilai z-score menjadi positif

perlu dilakukan perhitungan t-score = (10*factor score) + 50.

Untuk menjelaskan gambaran umum deskripsi dari variabel-variabel yang diteliti,

indeks yang dijadikan acuan dalam penelitian ini adalah skor mean, standar deviasi,

nilai minimum dan maksimum dari setiap variabel penelitian. Skor tersebut

disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.2 Deskripsi Statistik Variabel Penelitian

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa skor penyesuaian perkawinan, extraversion,

agreeableness, conscientiousness, neuroticism, openness to experience, kecerdasan

emosional diletakkan pada skala yang sama dengan mean 50.

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Penyesuaian Perkawinan 220 11.84 66.49 49.9999 9.43649

EXTRA 220 24.16 68.70 50.0001 9.04080

AGREE 220 27.57 64.04 50.0004 8.33068

CONSCIEN 220 21.22 73.47 50.0002 8.38020

NEUROTIC 220 27.41 75.80 49.9996 8.91251

OPENESS 220 16.18 72.10 50.0005 8.83876

KE 220 25.67 78.19 50.0000 9.40969

Valid N (listwise) 220

60

Dari tabel 4.2 juga dapat diketahui skor terendah dari penyesuaian

perkawinan adalah 11.84 dan skor tertinggi adalah 66.49. Skor terendah dari

extraversion adalah 24.16 dan skor tertinggi adalah 68.70. Skor terendah dari

agreeableneess adalah 27.57 dan skor tertinggi adalah 64.04. Skor terendah dari

conscientiousness adalah 21.22 dan skor tertinggi 73.47. Skor terendah dari

neuroticism adalah 27.41 dan skor tertinggi adalah 75.80. Skor terendah dari

openness adalah 16.18 dan skor tertinggi adalah 72.10. Skor terendah dari

kecerdasan emosional adalah 25.67 dan skor tertinggi adalah 78.19.

4.3 Kategorisasi Skor

Setelah melakukan deskripsi dari masing-masing variabel, maka hal yang perlu

dilakukan adalah pengkategorisasian terhadap data penelitian dengan

menggunakan standar deviasi dan mean dari t-score. Kategorisasi dalam penelitian

ini dibuat menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Dalam hal ini

ditetapkan norma sebagai berikut:

Tabel 4.3 Pedoman Interpretasi Skor

Kategori Rumus

Rendah X < Mean - 1SD

Sedang M -1SD ≤ X ≤ M + 1SD

Tinggi X > Mean + 1SD

Uraian mengenai gambaran kategori skor variabel berdasarkan tinggi, sedang dan

rendahnya variabel yang digunakan dalam penelitian ini akan disajikan pada tabel

di bawah ini.

61

Table 4.4 Kategorisasi Skor Variabel

Kategorisaasi Skor Variabel

Variabel Rendah % Sedang % Tinggi %

Penyesuaian

Perkawinan

25 11.4% 158 71.8% 37 16.8%

Extraversion 29 13.2% 171 77.7% 20 9.1%

Agreeableness 25 11.4% 163 74.1% 32 14.5%

Conscientiousness 22 10.0% 175 79.5% 23 10.5%

Neuroticism 27 12.3% 164 74.5% 29 13.2%

Openness 29 13.2% 167 75.9% 24 10.9%

Kecerdasan Emosional 29 13.2% 165 75.0% 26 11.8%

Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa variabel penyesuaian perkawinan cenderung

tinggi sebanyak 37 orang (16.8%). Untuk variabel extraversion cenderung rendah

sebanyak 29 orang (13.2%). Untuk variabel agreeableness cenderung

tinggisebanyak 32 orang (14.5%). Untuk variabel conscientiousness cenderung

tinggin sebanyak 23 orang (10.5%). Untuk variabel neuroticism cenderung tinggi

sebanyak 29 orang (13.2%). Untuk variabel openness cenderung sebanyak 29 orang

(13.2%). Untuk variabel kecerdasan emosional cenderung rendah sebanyak 29

orang (13.2%).

Tabel 4.5 Compare Mean Jenis Kelamin

Penyesuain Perkawinan

N Mean Std. Deviation Std. Error

Mean

Wanita 1 126 50.1744 10.02750 .89332

Laki-laki 0 94 49.7660 8.62825 .88994

Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa penyesuaian perkawinan pada responden wanita

sebanyak 126 orang dengan nilai rata-rata sebesar 50.1744 dan penyesuaian

perkawinan pada responden laki-laki sebanyak 94 orang dengan nilai rata-rata

49.7660.

62

Tabel 4.6 Compare Mean Usia Perkawinan

Penyesuaian Perkawinan

Usia

Perkaw

inan

N Mean

Std.

Deviatio

n

Std.

Error

95% Confidence

Interval for Mean Minim

um

Maxi

mum Lower

Bound

Upper

Bound

1-2 102 51.5942 8.32914 0.82471 49.9582 53.2302 25.07 66.49

3-4 63 49.2819 9.16206 1.15431 46.9745 51.5893 23.57 66.49

5 55 47.8656 11.1785 1.50731 44.8437 50.8876 11.84 66.49

Total 220 49.9999 9.43649 0.63621 48.746 51.2538 11.84 66.49

Tabel 4.6.1 ANOVA

Penyesuaian Perkawinan

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 542.275 2 271.137 3.103 .047

Within Groups 18959.101 217 87.369

Total 19501.376 219

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa usia perkawinan pada penyesuaian

perkawinan memiliki nilai signifikansi sebesar 0.047 artinya usia perkawina satu

hingga lima tahun berpengaruh secara signifikan terhadap penyesuaian perkawinan

individu Betawi. Pada usia perkawinan 1-2 tahun sebanyak 102 orang dengan nilai

rata-rata sebesar 51.5942. Pada usia perkawinan 3-4 tahun sebanyak 63 responden

dengan nilai rata-rata 49.2819. Dan 5 tahun perkawinan sebanyak 55 responden

dengan nilai rata-rata 47.8656.

Tabel 4.7 Compare Mean Penghasilan

Penyesuaian Perkawinan

Juta N Mean

Std.

Devi

ation

Std.

Error

95% Confidence

Interval for Mean Min Max

Lower

Bound

Upper

Bound

<1- 5 178 49.45 9.63 .72 48.03 50.88 11.84 66.49

5-10 35 52.41 6.77 1.15 50.09 54.74 39.83 66.49

>10 7 51.87 14.34 5.42 38.61 65.13 21.10 63.67

Total 220 49.99 9.44 .64 48.75 51.25 11.84 66.49

63

Tabel 4.7.1 Anova

Penyesuaian Perkawinan

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 281.797 2 140.898 1.591 .206

Within Groups 19219.579 217 88.569

Total 19501.376 219

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa usia perkawinan pada penyesuaian

perkawinan memiliki nilai signifikansi sebesar 0.206 artinya penghasilan tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap penyesuaian perkawinan individu Betawi.

Pada penghasilan <1.000.000-5.000.000 sebanyak 178 responden berada pada

kategori rendah dengan nilai rata-rata sebesar 49.4519. Pada penghasilan

5.000.000-10.000.000 sebanyak 35 responden berada pada kategori sedang dengan

nilai rata-rata 52.4137. Dan penghasilan >10.000.000 sebanyak 7 responden berada

pada kategori tinggi dengan nilai rata-rata 51.8671.

4.4 Hasil Uji Hipotesis

Selanjutnya, uji hipotesis untuk mengetahui pengaruh masing-masing independent

variable terhadap dependent variable dalam penelitian ini, analisisnya dengan

menggunakan multiple regression. Data yang dianalisis yaitu true score yang

diperoleh dari hasil analisis faktor. Pada tahapan ini penulis menguji hipotesis

dengan teknik analisis regresi berganda dengan menggunakan software SPSS 22.0.

Dalam analisis regresi ada tiga hal yang dilihat, yaitu melihat besaran R-square

untuk mengetahui berapa persen (%) varians dependent variable yang dijelaskan

oleh independent variable, kedua apakah secara keseluruhan independent variable

berpengaruh secara signifikan terhadap dependent variable, ketiga melihat

signifikan atau tidaknya koefisien regresi dari independent variable. Pengujian

64

hipotesis dilakukan dengan beberapa tahapan. Langkah pertama penulis melihat

besaran R-square untuk mengetahui berapa persen (%) varians dependent variable

yang dijelaskan oleh Gambaran Umum Subjek Penelitian independent variable.

Tabel 4.8 Model Summary Analisis Regresi

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

1 .405a .164 .128 8.81206

Berdasarkan data tabel 4.7 dapat dilihat bahwa perolehan R square sebesar 0.164

atau 16.4%. Artinya proporsi varians dari penyesuaian perkawinan yang dijelaskan

oleh variabel tipe kepribadian big five extraversion, agreeableness,

conscientiousness, neuroticism, openness to experience, kecerdasan emosional,

jenis kelamin, usia perkawinan dan penghasilan terhadap penyesuaian perkawinan

adalah sebesar 16.4%. Sedangkan 83.6% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di

luar penelitian ini. Langkah kedua penulis menganalisis pengaruh dari seluruh

independen variabel terhadap penyesuaian perkawinan. Adapun hasil uji F dapat

dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.9 Tabel Anova

Model Sum of Square Df Mean

Square

F Sig.

1 Regression 3194.356 9 354.928 4.571 .000b

Residual 16307.020 210 77.652

Total 19501.376 219

a. Dependent Variable: PP

b. Predictors: (Constant), Penghasilan, Kecerdasan, Jenis Kelamin, Usia Perkawinan,

Extraversion, Agreeableness, Neuroticism, Openness, Conscientiousness

Berdasarkan tabel 4.8, dapat dilihat perolehan uji F terhadap R2 bahwa pengaruh

tipe kepribadian big five, kecerdasan emosional, jenis kelamin, usia perkawinan dan

65

penghasilan terhadap penyesuaian perkawinan signifikan yaitu 0.000 (p<0.05). Hal

ini menolak hipotesis nihil (mayor) yang berbunyi “tidak ada pengaruh yang

signifikan dari dimensi tipe kepribadian big five extraversion, agreeableness,

conscientiousness, neuroticism, dan openess, kecerdasan emosional, jenis kelamin,

usia perkawinan, penghasilan dan terhadap penyesuaian perkawinan”. Artinya ada

pengaruh tipe kepribadian big five extraversion, agreeableness, conscientiousness,

neuroticism, openness, kecerdasan emosional, jenis kelamin, usia perkawinan dan

penghasilan terhadap penyesuaian perkawinan.

Langkah terakhir yaitu melihat koefisien regresi dari masing-masing

independent variable. Untuk mengetahui signifikan tidaknya koefisien regresi yang

dihasilkan, dapat dilihat melalui kolom Sig., (kolom keenam). Jika Sig., < 0.05

maka koefisien regresi yang dihasilkan signifikan pengaruhnya terhadap

penyesuaian perkawinan, begitupun sebaliknya. Adapun besarnya koefisien regresi

dari masing-masing independent variable terhadap penyesuaian perkawinan dapat

dilihat pada tabel 4.9.

Tabel 4.10 Koefisien Regresi

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 28.560 9.415 3.033 .003

EXTRA -,059 .070 -.057 -.839 .402

AGREE .084 .082 .074 1.028 .305

CONSCIEN .198 .100 .176 1.976 .049*

NEUROTIC .025 .084 .023 .294 .769

OPENESS .227 .094 .213 2.429 .016*

KE .009 .082 .009 .107 .915

JK 1.572 1.289 .083 1.220 .224

UP -2.313 1.230 -.123 -1.880 .061

PE -2.998 1.542 -.126 -1.944 .053

66

Berdasarkan koefisien regresi pada tabel 4.9 dapat disampaikan persamaan regresi

sebagai berikut:

Penyesuaian Perkawinan’ = 28.560 - 0.059 (EXTRAVER) + 0.084 (AGREE) +

0.198 (CONSCIEN)* + 0.025 (NEUROTIC) + 0.227 (OPENESS)* + 0.009

(KECERDASAN EMOSIONAL) + 1.5872 (JENIS KELAMIN) - 2.313 (USIA

PERKAWINAN) – 2.998 (PENGHASILAN)

Dari hasil koefisien regresi di atas terdapat dua independent variable yang

signifikan pengaruhnya terhadap penyesuaian perkawinan, yaitu conscientiousness

dan openess to experience. Penjelasan dari masing-masing koefisien regresi yang

diperoleh masing-masing independent variable adalah sebagai berikut:

1. Variabel extraversion: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.057 dengan

signifikansi 0.402 (sig > 0.05) sehingga H0 diterima. Artinya extraversion pada

variabel tipe kepribadian big five tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

penyesuaian perkawinan.

2. Variabel agreeableness: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.074 dengan

signifikansi 0.305 (sig > 0.05) sehingga H0 diterima. Artinya, agreeablenes pada

variabel tipe kepribadian big five tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

penyesuaian perkawinan.

3. Variabel conscientiousness: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.176

dengan signifikansi 0.049 (sig < 0.05) sehingga H0 ditolak. Artinya,

conscientiousness pada variabel tipe kepribadian big five ada pengaruh secara

signifikan terhadap penyesuaian perkawinan. Tanda pada koefisien adalah

67

positif, artinya semakin tinggi nilai conscientiousness, maka semakin baik

penyesuaian perkawinan.

4. Variabel neuroticism: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.023 dengan

signifikansi 0.769 (sig > 0.05) sehingga H0 diterima. Artinya, neuroticism pada

variabel tipe kepribadian big five tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

penyesuaian perkawinan.

5. Variabel openess to experience: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.213

dengan signifikansi 0.016 (sig < 0.05) sehingga H0 ditolak. Artinya, ada

pengaruh yang signifikan openness pada variabel tipe kepribadian big five

terhadap penyesuaian perkawinan. Tanda pada koefisien adalah positif, artinya

semakin tinggi openness yang diperoleh, maka semakin tinggi penyesuaian

perkawinan.

6. Variabel kecerdasan emosional: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.009

dengan signifikansi 0.915 (sig > 0.05) sehingga H0 diterima. Artinya, kecerdasan

emosional pada variabel kecerdasan emosional tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap penyesuaian perkawinan.

7. Variabel Jenis Kelamin: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.083 dengan

signifikansi 0.224 (sig > 0.05) sehingga H0 diterima. Artinya variabel jenis

kelamin pada variabel demografi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

penyesuaian perkawinan.

68

8. Variabel Usia Perkawinan: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.123

dengan signifikansi 0.061 (sig > 0.05) sehingga H0 diterima. Artinya variabel

usia perkawinan pada variabel demografi tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap penyesuaian perkawinan.

9. Variabel Penghasilan: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.126 dengan

signifikansi 0.053 (sig > 0.05) sehingga H0 diterima. Artinya variabel

penghasilan pada variabel demografi tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap penyesuaian perkawinan.

4.5 Pengujian Proporsi Varians Masing-masing Independent Variable

Selanjutnya, penulis ingin mengetahui bagaimana penambahan proporsi varians

dari masing-masing independen variabel terhadap penyesuaian perkawinan. Pada

tabel 4.8 kolom pertama adalah independent variable yang dianalisis secara satu

per satu. Kolom kedua merupakan penambahan varians dependent variable dari tiap

independent variable yang dimasukkan secara satu per satu tersebut. Kolom ketiga

merupakan nilai murni varians dependent variable dari tiap independent variable

yang dimasukkan secara satu per satu. Kolom keempat adalah nilai F hitung bagi

independent variable yang bersangkutan. Kolom DF adalah derajat bebas bagi

independent variable yang bersangkutan, yang terdiri dari numerator dan

denumerator yang telah ditentukan sebelumnya, nilai kolom inilah yang akan

dibandingkan dengan nilai F hitung. Apabila nilai F hitung lebih besar daripada F

tabel, maka kolom selanjutnya yaitu kolom signifikansi akan dituliskan dan

sebaliknya.

69

Penulis selanjutnya juga melihat besarnya proporsi varian dependent variable

yang merupakan sumbangan atau pengaruh dari masing-masing independent

variable, hal ini dilakukan dengan menghitung pertambahan proporsi varian

dependent variable yang merupakan sumbangan atau pengaruh dari masing-masing

independent variable, hal ini dilakukan dengan menghitung pertambahan proporsi

varians setiap kali independent variable dimasukkan dalam persamaan. Besarnya

R2 (R2change) ini dapat dilihat pada tabel 4.8 dibawah ini.

Tabel 4.11 Proporsi varians untuk masing-masing independent variable

Dari tabel 4.8 dapat dijelakan sebagai berikut:

1. Variabel extraversion memberikan sumbangan sebesar 0% dalam varians

penyesuaian perkawinan, dengan signifikan F change sebesar 0.764 (sig > 0.05)

dan df 1 = 1 dan df 2 = 218. Artinya sumbangan extraversion tidak signifikan

terhadap penambahan proporsi varians keseluruhan penyesuaian perkawinan.

2. Variabel agreeableness memberikan sumbangan sebesar 3.4% dalam

varianspenyesuaian perkawinan, dengan signifikan F change sebesar 0.006 (sig

< 0.05) dan df 1 = 1 dan df 2 = 217. Artinya sumbangan agreeableness signifikan

terhadap penambahan proporsi varians keseluruhan penyesuaian perkawinan.

Model R R

Square Adjusted

R Square

Std. Error

of the

Estimate

Change Statistics

R Square

Change

F

Change

df1

df2

Sig. F

Change

1 .020a .000 -.004 9.45614 .000 .091 1 218 .764

2 .185b .034 .025 9.31583 .034 7.616 1 217 .006

3 .294c .087 .074 9.08100 .052 12.368 1 216 .001

4 .297d .088 .072 9.09278 .002 .441 1 215 .508

5 .350e .123 .102 8.94197 .034 8.313 1 214 .004

6 .352f .124 .099 8.95658 .001 .303 1 213 .583

7 .363g .131 .103 8.93824 .008 1.875 1 212 .172

8 .386h .149 .116 8.86994 .017 4.277 1 211 .040

9 .405i .164 .128 8.81206 .015 3.781 1 210 .053

70

3. Variabel conscientiousness memberikan sumbangan sebesar 5.2 % dalam

varians penyesuaian perkawinan, dengan signifikan F change sebesar 0.001 (sig

< 0.05) dan df 1 = 1 dan df 2 = 216. Artinya sumbangan conscientiousness

signifikan terhadap penambahan proporsi varians keseluruhan penyesuaian

perkawinan.

4. Variabel neuroticism memberikan sumbangan sebesar 0.2% dalam varians

penyesuaian perkawinan dengan signifikan F change sebesar 0.508 (sig > 0.05)

dan df 1 = 1 dan df 2 = 215. Artinya sumbangan neuroticism tidak signifikan

terhadap penambahan proporsi varians keseluruhan penyesuaian perkawinan.

5. Variabel openess to experiencememberikan sumbangan sebesar 3.4% dalam

varians penyesuaian perkawinan, dengan signifikan F change sebesar 0.004 (sig

< 0.05) dan df 1 = 1 dan df 2 = 214. Artinya sumbangan openness signifikan

terhadap penambahan proporsi varians penyesuaian perkawinan.

6. Variabel kecerdasan emosional memberikan sumbangan sebesar 0.1% dalam

varians penyesuaian perkawinan, dengan signifikan F change sebesar 0.583 (sig

> 0.05) dan df 1 = 1 dan df 2 = 213. Artinya sumbangan kecerdasan emosional

tidak signifikan terhadap penambahan proporsi varians keseluruhan penyesuaian

perkawinan.

7. Variabel jenis kelamin memberikan sumbangan sebesar 0.8% dalam varians

penyesuaian perkawinan, dengan signifikan F change sebesar 0.172 (sig > 0.05)

dan df 1 = 1 dan df 2 = 212. Artinya sumbangan jenis kelamin tidak signifikan

terhadap penambahan proporsi varians keseluruhan penyesuaian perkawinan.

71

8. Variabel usia perkawinan memberikan sumbangan sebesar 2.2 % dalam varians

penyesuaian perkawinan, dengan signifikan F change sebesar 0.71 (sig < 0.05)

dan df 1 = 2 dan df 2 = 210. Artinya sumbangan usia perkawinan signifikan

terhadap penambahan proporsi varians keseluruhan penyesuaian perkawinan.

9. Variabel penghasilan memberikan sumbangan sebesar 1.9% dalam

varianspenyesuaian perkawinan, dengan signifikan F change sebesar 0.324 (sig

> 0.05) dan df 1 = 4 dan df 2 = 206. Artinya sumbangan penghasilan tidak

signifikan terhadap penambahan proporsi varians keseluruhan penyesuaian

perkawinan.

72

BAB V

KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil uji hipotesis, kesimpulan pertama yang diperoleh dari penelitian ini

adalah adanya pengaruh bersama yang signifikan dari variabel tipe kepribadian big five

dan kecerdasan emosional, jenis kelamin, usia perkawinan dan penghasilan terhadap

penyesuaian perkawinan budaya Betawi.

Pengaruh terhadap penyesuaian perkawinan budaya Betawi yang dapat

diprediksi secara bersama oleh variabel tipe kepribadian big five dan kecerdasan

emosional, jenis kelamin, usia perkawinan dan penghasilan adalah sebesar 16.4%,

sedangkan 83.6% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini.

Jika dilihat dari masing-masing independen variabel diketahui bahwa terdapat

pengaruh yang signifikan yaitu tipe kepribadian big five conscientiousness dan

openness to experience terhadap penyesuaian perkawinan. Artinya semakin tinggi

conscientiousness dan openness to experience semakin baik pula penyesuaian

perkawinan.

Sementara itu diketahui variabel tipe kepribadian big five extraversion,

agreeableness, neuroticism, kecerdasan emosional, jenis kelamin, usia perkawinan dan

penghasilan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penyesuaian

perkawinan budaya Betawi. Prediktor dengan pengaruh paling besar terhadap

penyesuaian perkawinan pada penelitian ini adalah tipe kepribadian big five openness

to experience.

73

5.2 Diskusi

Berdasarkan hasil penelitian penyesuaian perkawinan yang telah dilakukan

kepada responden budaya Betawi diketahui nilai R-Square sebesar 16.4% dan 83.6%

sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini. Hal ini bisa saja terjadi

karena jumlah responden yang dijadikan sampel dalam penelitian masih kurang banyak

sehingga hasil penelitian ini memiliki pengaruh yang kecil terhadap penyesuaian

perkawinan budaya Betawi.

Dalam penelitian ini bahwa tipe kepribadian big five conscientiousness dan

openness to experience mempengaruhi penyesuaian perkawinan budaya Betawi. Tipe

kepribadian conscientiousness secara signifikan memiliki arah pengaruh yang positif

terhadap penyesuaian perkawinan Betawi. Hal ini karena orang Betawi pekerja keras,

kompeten dalam mengerjakan sesuatu, dapat diandalkan dan memegang erat prinsip

hidup. Sesuai dengan yang dikatakan Chaer (2015) bahwa orang Betawi terutama laki-

laki bekerja sebagai pegawai, pedagang dan buruh. Adapun yang memiliki lahan

mereka bekerja mengurus lahan untuk dijadikan rumah kontrakan atau dijadikan

kebun.

Hal ini juga sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Buss dan

Shackelford (1997) mengatakan bahwa individu dengan tingkat conscientiousness

yang tinggi membuat kebutuhan pencapaian tujuan menjadi lebih energik dan bertekad

untuk menjaga dan mempertahankan hubungan. Penelitian lainnya juga dilakukan

Cook, Casillas, Robbins dan Dougherty (2005) menggambarkan conscientiousness

adalah kontrol impuls yang memfasilitasi perilaku yang diarahkan pada tugas dan

74

tujuan, seperti berpikir sebelum bertindak, menunda kepuasan, mengikuti norma dan

aturan, dan merencanakan, mengatur, dan memprioritaskan tugas.

Tipe kepribadian openness to experience secara signifikan memiliki arah

pengaruh yang positif terhadap penyesuaian perkawinan budaya Betawi. Hal ini karena

Budaya Betawi dikenal dengan keterbukaan, bahasa nyablak, spontanitas, menyukai

hal-hal baru, sangat menyukai kesenian, dan memiliki nilai sosial, politik dan agama

yang tinggi. Sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Boucard,

Lussie & Sabourin (1999) menunjukkan bahwa wanita tinggi openness dan

agreeableness dan laki-laki tinggi pada openness, agreeableness dan

conscientiousness lebih mudah menyesuaikan perkawinan. Dikarenakan individu yang

terbuka dapat mentolerir dan menghargai lebih banyak perbedaan dalam perilaku dan

pemikiran, sehingga mengurangi jumlah konflik dan meningkatkan kesepakatan di

antara pasangan.

Penelitian juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Madugah dan Nuako

(2016) mengatakan individu dengan sifat-sifat kepribadian openess to experience

cenderung lebih menunjukkan kasih sayang dalam perkawinan daripada orang-orang

dengan sifat kepribadian neuroticism yang sulit mengungkapkan perasaan karena

dicirikan dengan cemas, khawatir, impulsif dan mudah marah.

Pada hasil penelitian ini tipe kebpribadian extraversion, agreeablenesss, dan

neuroticism tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penyesuaian

perkawinan budaya Betawi. Variabel ekstraversion tidak memiliki pengaruh

signifikan, dikarenakan saat ini masyarakat Betawi cenderung menurun dalam

75

bersosialisasi dan aktif berorganisasi sehingga dalam melakukan penyesuaian

perkawinan pada hubungan yang lebih intim masih mengalami kesulitan.

Tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Akram dan Malik (2011)

bahwa individu extraversion mudah dalam interaksi sosial menikmati hubungan

dengan orang lain dan membangun hubungan pribadi dan membantu dalam perjanjian

dan persahabatan dengan pasangan. Penelitian lainnya pada variabel extraversion

sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Boucard, Lussie dan

Sabourin (1999) yang mengatakan extraversion bukan prediktor yang signifikan karena

kecenderungan untuk mencari kehadiran orang lain hampir tidak dapat memprediksi

kualitas hubungan dekat seperti hubungan diadik.

Pada variabel agreeableness tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

penyesuaian perkawinan individu Betawi. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian

yang dilakukan Boucard, Lussie dan Sabourin (1999) menunjukkan bahwa wanita dan

laki-laki yang tinggi agreeableness lebih mudah menyesuaikan, karena agreeableness

menilai kerjasama dan kepercayaan yang akan mempengaruhi gaya interaksi pasangan.

Pada variabel neuroticism, tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan

terhadap penyesuaian perkawinan. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang

dilakukan Boucard, Lussie & Sabourin (1999) menunjukkan bahwa wanita dan laki-

laki yang tinggi dalam neuroticism, rendah dalam penyesuaian perkawinan. Karena

neuroticism didefinisikan efektivitas negatif sehingga individu dengan neuroticism

tinggi cenderung melihat pasangannya dengan cara yang ideal yang pada gilirannya

memprediksi penyesuaian perkawinan yang lebih rendah.

76

Pada variabel kecerdasan emosional, tidak menunjukkan pengaruh yang

signifikan terhadap penyesuaian perkawinan. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian

Tabinda dan Amina (2013) menunjukkan seseorang yang cerdas secara emosi mampu

membangun hubungan seumur hidup. Kompetensi ini membantu orang

mengembangkan toleransi dan mengatasi stres kehidupan ketika individu

memengaruhi pasangan, diri mereka sendiri, dan hubungan mereka. Kecerdasan

emosional memfasilitasi dalam mengenali motivasi, perasaan, dan keinginan seseorang

yang penting dalam komunikasi yang efektif dengan pasangan.

Penelitian ini juga tidak selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Dildar,

Bashir dan Shoaib (2012) bahwa kecerdasan emosional berkorelasi positif dengan

penyesuaian perkawinan. Kecerdasan emosional dan penyesuaian perkawinan sangat

terkait satu sama lain. Pemahaman persepsi emosi dan penalaran tentang emosi dan

mengatur atau mengelola emosi adalah penting dalam perkawinan.

Dalam penelitian ini bisa terjadi karena masyarakat Betawi yang dijadikan

sampel dalam pemahaman kecerdasan emsoional yang kurang memahami maknanya

mengenai emosi. Dalam penilaian mengenai definisi emosi banyak responden menilai

emosi adalah semua bentuk hal yang negatif, hal ini dilihat dari item-item kusioner

yang diisi oleh responden. Sehingga dalam mengisi pada beberapa item pada skala

kecerdasan emosional terdapat kekeliruan dan item terbanyak yang diisi responden

cenderung tinggi pada skala setuju.

Variabel terakhir adalah variabel jenis kelamin, usia perkawinan, dan

penghasilan. Berdasarkan hasil penelitian variabel jenis kelamin, usia perkawinan, dan

77

penghasilan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penyesuaian

perkawinan. Variabel jenis kelamin tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan

terhadap penyesuaian perkawinan.

Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nema (2013)

menunjukkan bahwa laki-laki memiliki tingkat penyesuaian yang lebih baik daripada

wanita. Laki-laki memiliki kemampuan menjaga keseimbangan antara keluarga dan

masyarakat. Bertanggung jawab atas kebutuhan anggota keluarga dan kelancaran

fungsi keluarga, mampu membuat distribusi peran yang sama di antara anggota

keluarga dan dibanding dengan wanita dalam menyesuaikan waktu dan energi untuk

anak-anak, pasangan, dan kegiatan rumah tangga, kegiatan keagamaan dan sosial.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Ghaemian dan Gholami (2010) tidak ada

perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan wanita terhadap penyesuaian

perkawinan. Hal ini karena pasangan menikmati peran kesetaraan dan kesetaraan,

berpartisipasi dan bekerja sama dalam semua jenis tanggung jawab yang mengarah

pada penyesuaian perkawinan yang baik.

Variabel usia perkawinan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

penyesuaian perkawinan. Penelitian ini tidak sejalan dengan Hurlock (1980)

menyatakan bahwa tahun-tahun pertama perkawinan, pasangan harus menyesuaiakan

terhadap satu sama lain. Sementara dalam melakukan penyesuaian perkawinan sering

timbul ketegangan emosional yang dipandang sebagai periode rentan bagi pasangan

yang baru menikah. Namun hasil penelitian ini selaras dengan penelitian Ghoroghi,

78

Hassan dan Baba (2015) tidak ada korelasi antara usia perkawinan dan penyesuaian

perkawinan, penyesuaian perkawinan tetap cukup stabil dari waktu ke waktu.

Variabel terakhir yaitu penghasilan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap

penyesuaian perkawinan. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Conger dan Martin

(2010) menunjukkan bahwa pendapatan yang rendah, ketidakstabilan keuangan, atau

masalah ekonomi dikaitkan dengan tingkat kualitas perkawinan yang lebih rendah. Hal

ini karena faktor pendapatan yang rendah menyebabkan stress dan kerenggangan

dalam suatu hubungan. Hasil penelitian lain juga tidak selaras dengan yang dilakukan

Iloyd (dalam Jamabo & Urdu, 2012) mengungkapkan bahwa ekonomi merupakan

faktor pendukung penyesuaian perkawinan, hal itu menyimpulkan bahwa semakin

tinggi pendapatan, semakin rendah kemungkinan perceraian.

Kelebihan penelitian ini adalah pengambilan sampel tidak menggunakan form

online artinya penulis mendampingi responden dalam mengisi kuesioner agar dapat

meminimalisir kerancuan dalam mengisi item-item, dan juga penulis dapat

mengobservasi responden dalam mengisi kuesioner. Sampel penelitian hanya

ditujukan salah satu pasangan yang bersedia dalam mengisi kuesioner. Hal ini agar

menghindari kesamaan jawaban antara suami dan istri dan agar tidak menimbulkan

konflik rumah tangga setelah menjadi responden penelitian karena adanya beberapa

item mengenai permasalahan rumah tangga.

Keterbatasan penelitian ini adalah durasi pengambilan sampel lama dikarenakan

mencari responden satu persatu setiap rumah sesuai kriteria penelitian dan kesediaan

responden. Penelitian ini tidak semua wilayah besar penduduk Betawi menjadi sampel.

79

Penelitian ini juga hanya meneliti pada satu budaya sehingga tidak dapat melihat

perbedaan penyesuaian perkawinan setiap budaya. Hal ini dikarenakan keterbatasan

jarak, waktu dan biaya.

5.3 Saran

Pada penelitian ini, penulis membagi saran menjadi dua, yaitu saran teoritis dan saran

praktis. Penulis memberikan saran secara metodologis sebagai bahan pertimbangan

untuk perkembangan penelitian selanjutnya. Selain itu, penulis juga menguraikan saran

secara praktis sebagai bahan kesimpulan dan masukan bagi pembaca sehingga dapat

mengambil manfaat dari penelitian ini.

5.3.1. Saran Teoritis

1. Untuk penelitian selanjutnya, dapat menggunakan faktor-faktor lain yang menarik

yang dapat dijadikan variabel independent untuk melihat pengaruhnya terhadap

penyesuaian perkawinan, seperti religiusitas, social support, dan variabel psikologi

lainnya.

2. Pada penelitian ini alat ukur yang digunakan adaptasi dari skala baku dalam bahasa

asing. Penulis menyarankan dalam menerjemahkan skala untuk menggunakan

bahasa penerjemahan yang lebih luwes, mudah dipahami dan tidak ambigu,

sehingga mempermudah responden dalam memahami pernyataan dan

menjawabnya.

3. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah penyesuaian perkawinan pada

individu yang berasal dari budaya Betawi. Pada penelitian selanjutnya mungkin

dapat menggunakan budaya lainnya seperti Jawa, Sunda, Padang dan sebagainya.

80

Dan juga antar budaya seperti Betawi dengan Jawa, Jawa dengan Sunda, atau

Betawi dengan Sunda dan sebagainya.

5.3.2. Saran Praktis

Mengingatnya variabel-variabel yang dapat mempengaruhi penyesuaian perkawinan

maka penulis menyarankan beberapa hal yaitu:

1. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, tipe kepribadian conscientiousness

dan openess to experience memiliki pengaruh yang signifikan bagi penyesuaian

perkawinan, sehingga untuk meningkatkan penyesuaian perkawinan, diharapkan

individu yang telah menikah untuk saling dapat diandalkan, ambisius dalam

mencapai tujuan, terbuka mengenai aspek penting dalam kehidupan rumah tangga.

2. Untuk calon pasangan suami dan istri yang akan melangsungkan perkawinan

hendaknya mengikuti pelatihan atau konseling pranikah dengan baik agar dapat

melakukuan penyesuaian perkawinan dan menjalankan peran, tugas dan tanggung

jawab dengan baik dan membina hubungan yang harmonis dan kemampuan untuk

saling terbuka saling terbuka satu sama lain.

81

DAFTAR PUSTAKA

Akram, H., & Malik, N. I. (2011). Relationship between personality traits and marital.

Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in Business, 3 (4).

Anjani, C., & Suryanto. (2016). Pola penyesuaian perkawinan pada periode awal.

Insan, 8 (3).

Batool, S. S., & Khalid, R. (2012). Emotional Intelligence: A predictor of marital

quality in pakistani couples. Pakistan Journal of Psychological Research, 27

(1), 65-88.

Belanger, C., Schiavi, M. F., Sabourin, S., Dugal, C., Baalbaki, G. E., & Lussier, Y.

(2014). Self-esteem, coping effort and marital adjustment. Europe's Journal

Psychology, 10 (4), 137-147.

Bouchard, G., Lussier, Y., & Sabourin, S. (1999). Personality and marital adjustment:

Utility of the five-factor model of personality. Journal of Marriage and Family,

651-660.

Bradbury, T. N., Fincham, F. D., & Beach, S. R. (2000). Research on the nature and

determinants of marital. Journal of Marriage and the Family, 964-980.

Buss, D.M., & Shackelford, T.K. (1997). Susceptibility to Infidelity in the First Year

of Marriage. Journal of Research in Personality, 193-221.

Chaplin, J. (2006). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajawali Pers.

Chaer, A. (2015). Betawi tempo doeloe: Menelusuri sejarah kebudayaan betawi.

Jakarta: Masup Jakarta.

Cook, D. B., Casillas, A., Robbins, S. B., & Dougherty, L. M. (2005). Goal continuity

and the "big five" as predictors of older adult marital adjustment. Personality

and Individual Differences, 38. 519–531 doi:10.1016/j.paid.2004.05.006.

Conger, R. D., Conger, K. J., & Martin, M. J. (2010). Socioeconomic status, family

processes, and individual development. Journal of Marriage and Family, 72,

685-704. doi:10.1111/j.1741-3737.2010.00725.x.

Costa, P. T., & McCrae, R. R. (1992). Normal personality assessment in clinical

practice: The neo personality inventory. Psychological Assessment, 4 (1), 5-13.

82

Diah, H (2017). Perempuan betawi dalam adaptasi zaman. Diunduh tanggal 17 Agustus

2019 dari https://www.academia.edu/37684283/Perempuan-Betawi-dalam-

Adaptasi-Zaman

Dildar, S., Bashir, S., Shoaib, M., Sultan, T., & Saeed, Y. (2012). Chains do not hold

a marriage together: Emotional intelligence and marital adjustment (a case of

gujrat district, pakistan). Journal of Scientific Research, 11 (7), 982-987.

Degenova, M. K. (2008). Intimate relationship, marriage & families. New York:

McGraw-Hill.

Duvall, E. M., & Miller, B. C. (1985). Marriage and family development. New York:

Harper & Row.

Elfira, M. (2012). Aktivitas kaum perempuan betawi dalam masyarakat multikultural

dalam tradisi dan modernisasi. Prosiding Seminar Internasional

Muldonetikultural & Globalisasi, 33-43.

Febriana, R. (2015). Uji validitas konstruk pada instrument pass (procrastination

assessment scale for student) dengan metode confirmatory factor analysis

(CFA). Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, 3 (4), 267-

277.

Fower, B. J., & Olson, D. H. (1993). Enrich marital satisfaction scale: A brief research

and clinical tool. Journal of Family Research, 7 (2), 176-185.

Ghaemian, A., & Gholami, J. (2010). An investigation into the relationship between

personality types and interpersonal problem solving styles with marital

adjustment in the married students at islamic azad university. The Arab Journal

of Psychiatry, 21 (1), 70-84.

Ghoroghi, S., Hassan, S. A., & Baba, M. (2015). Marital adjustment and duration of

marriage among postgraduate iranian students in malaysia. International

Education Studies, 8 (2). doi:10.5539/ies.v8n2p50.

Goleman, D. (1998). The emotional intelligence of leaders. Journal of leader to leader,

10. 20-26.

83

Graham, J. M., Liu, Y.j., & Jeziorski, J. L. (2006). The dyadic adjustment scale: a

reliability generalization meta-analysis. Journal of Marriage and the Family,

68, 701–717.

Gultom, H.E.P (2018). Tahun-tahun rawan dalam pernikahan yang sebaiknya anda

tahu. Diunduh tanggal 17 Agustus 2019 dari

https://www.google.com/amp/s/m.tribunnews.com/amp/lifestyle/2018/01/31/t

ahun-tahun-rawan-dalam-pernikahan-yang-sebaiknya-anda-tahu.

Hamdan, M. (2005). Nilai kebetawian sebagai identitas masyarakat jakarta di era

global. Diunduh tanggal 24 Mei 2019 dari

https://mencos.wordpress.com/2010/10/07/nilai-kebetawian-sebagai-identitas-

masyarakat-di-era-global/.

Heaton, T. B., & Blake, A. M. (1999). Gender differences in determinants of marital

discruption. Journal of Family Issues, 20 (1).

Hidayat, R (2018). Melihat tren perceraian dan dominasi penyebabnya. Diunduh

tanggal 9 Mei 2019 dari

https://hukumonline.com/berita/baca/lt5b1fb923cb04f/melihat-tren-

perceraian-dan-dominasi-penyebabnya.

Hinchliff, S., & Gott, M. (2004). Intimacy, commitment, and adaptation: Sexual

relationships within long-term marriages. Journal of Social and Personal

Relationships, 21 (5). 595–609. doi: 10.1177/0265407504045889

Hooda, S., & Singh, S. (2014). Marital adjustment, coping, and happines in career

woman. International Journal for Research Publication & Seminar, 5(3), 132-

142.

Hurlock, E. (1980). Development psychology: A life-span approach, fifth Edition.

psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan,

edisi kelima. Istiwidyanti & Soedjarwo (terj). Jakarta: Erlangga.

Jalovaara, M. (2002). Socioeconomic differentials in divorce risk by duration of

marriage. Demographic Research, 7 (16), 537-564.

Jamabo, T., & Ordu, S. N. (2012). Marital adjustment of working class and non-

working class women in port harcourt metropolis, Nigeria. International

Journal of Psychology and Counselling, 4 (10), 123-126. doi:

10.5897/IJPC10.051.

84

John, O.P., & Srivastava, S. (1999). The big five inventory. New York:Willguilford

press

Johnson, D.R., Amoloza, T. O., & Booth, A. (1992). Stability and developmental

change in marital quality: A three-wave panel analysis. Journal of Marriage

and Family. 54 (3), 582-594.

Kemenag (2018). Undang-undang republik indonesia tentang perkawinan. Diunduh

tanggal 29 April 2019 dari

https://kemenag.go.id/file/dokumen/UUPerkawinan.pdf

Kendrick, H. M., & Drentea, P. (2016). Marital Adjustment. The Wiley Blackwell

Encyclopedia of Family Studies. doi:10.1002/9781119085621.wbefs071.

Madugah, J., & Nuako, C. O. (2016). Marriage is better for certain personality types:

exploring the relationship between personality and marital adjustment in a

sample of Nungua Residents. Proceedings of Incedi, 842-853.

Mahkamah Agung (2018). Direktori putusan mahkamah agung republik indonesia.

Diunduh tanggal 20 Juli 2019 dari

https://putusan.mahkamahagung.go.id/pengadilan/pa-

jakarta/periode/putus/2019/1.

Makvana, S. (2014). Marital adjustment among serving and non-serving married

couples . The International Journal of Indian Psychology, 1 (3).

Manju. (2016). Marital adjustment and depression. The International Journal of Indian

Psychology, 3 (59).

Manyam, S. B., & Junior, V.Y. (2014). Marital adjustment trend in asian indian

families. Journal of Couple & Relationship Therapy, 13 (2), 114–132. doi:

10.1080/15332691.2013.852491.

Nasrullah, Y. G (2018). Angka perceraian kian meningkat 70 persen atas keinginan

istri. Diunduh tanggal 16 Mei 2019 dari

https://m.hidayatullah.com/berita/nasional/read/2018/03/15/137967/angka-

perceraian-kian-meningkat-70-persen-atas-keinginan-istri.html.

Nema, S. (2013). Effect of marital adjustment in middle-aged adults. International

Journal of Scientific and Research Publications, 3 (6).

85

Nemechek, S., & Olson, K. R. (1999). Five-factor personality similarity and marital

adjustment. Social Behavior and Personality, 27 (3). 309-318.

Nursyifa, A. (2017). Perubahan sosial masyarakat perkampungan budaya betawi setu

babakan pada era globalisasi. Tesis Universitas Pendidikan Indonesia. Retrived

from http://repository.upi.edu/28746/

Ozmen, O., & Atik, G. (2010). Attachment styles and marital adjustment of Turkish

married individuals. Procedia Social and Behavioral Sciences, 367–371.

Pandey, R., & Anand, T. (2010). Emotional intelligence and its relationship with

marital adjustment and health of spouse. Indian Journal of Social Science

Researches, 7 (2), 38-46.

Pervin, L., Daniel, C., & Jhon, P. (2005). Personality: Theory and research. USA: John

Wiley & Sons, Inc.

Saidi, R. (2018). Facta Documenta Jakarta: Bukti Kedatangan Bangsa Kaukasus di

Jakarta Abad 10M. Jakarta: Buku Pintar Indonesia.

Salovey, P., & Mayer, J. D. (1990). Emotional Intelligence. Yale University : Baywood

Pub1ishing Co., Inc.

Sinha, C. (2016). Adjustment of married women in relation to age and job status.

International Journal of Scientific and Research Publications, 6 (1), 42-45.

Soto, C. J. (2018). Big five personality traits. The Sage Encyclopedia of Lifespan

Human Development, 240-241).

Spanier, G. B. (1976). Measuring dyadic adjustment: New scales for assessing the

quality of marriage and similar dyads. Journal of Marriage and Family, 38 (1),

15-28.

Suryabrata, S. (2011). Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.

Tabinda, J., & Amina, M. (2013). Emotional intelligence as a predictor of marital

adjustment to infertility. International Journal of Research Studies in

Psychology , 2 (3). 45-58.

Watson, D., & Clark, L. A. (1984). Negative affectivity: The disposition to experience

negative aversive emotional states. Psychological Bulletin, 96, 465-490. doi:

10.1037/0033-2909.96.3.465.

86

Wong, C. S., & Law, K. S. (2002). The effects of leader and follower emotional

intelligence on performance and attitude: An exploratory study. The Leadership

Quarterly, 13, 243–274.

87

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian

88

Lampiran 2 Kuesioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN

Assalamualaikum. Wr.Wb.

Saya Amelia Suci Latifah Mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta sedang melakukan penelitian dalam

rangka menyelesaikan skripsi guna memperoleh gelar Sarjana Psikologi. Saya

memohon kesediaan Anda untuk menjadi responden dengan mengisi kuesioner

dalam penelitian ini.

Silahkan anda mengisi kuesioner ini dengan mengikuti petunjuk yang

diberikan dan TIDAK ADA JAWABAN SALAH dalam kuesioner ini. Oleh

karena itu, peneliti mengharapkan jawaban anda sejujur-jujurnya sesuai dengan

keadaan anda saat ini. Kuesioner ini digunakan hanya untuk tujuan penelitian dan

setiap jawaban yang anda berikan akan TERJAMIN KERAHASIAANNYA.

Bila Anda ingin menanyakan informasi terkait penelitian yang saya

lakukan, silahkan menghubungi ke 089626145288 atau email

[email protected]. Atas kesediaan anda mengisi kuesioner ini, saya

ucapkan terimakasih.

Hormat Saya

Amelia Suci Latifah

89

IDENTITAS RESPONDEN

Nama :

Usia :

Jenis Kelamin : Perempuan Laki-laki

Pendidikan Terakhir :

Suku :

Usia Perkawinan : 1 tahun - 2 tahun

3 tahun - 4 tahun

5 tahun

Perkawinan Ke- :

Pekerjaan Suami : Wiraswasta, Sebutkan

PNS, Sebutkan

Guru / Dosen

Karyawan, Sebutkan

Ojek Online

Lainnya

Pekerjaan Istri : Wiraswasta, Sebutkan

PNS, Sebutkan

Guru / Dosen

Karyawati, Sebutkan

Lainnya

Jumlah Anak :

C

C

90

Total Penghasilan Pasangan Perbulan :

< 1.000.000

1.000.000 - 3.000.000

4.000.000 - 5.000.000

6.000.000 - 10.000.000

> 10.000.000

Total Pengeluaran Rumah Tangga Perbulan :

< 1.000.000

1.000.000 - 3.000.000

4.000.000 - 5.000.000

6.000.000 -10.000.000

> 10.000.000

91

PETUNJUK PENGISIAN

Berikut disajikan beberapa pernyataan, mohon baca dan pahami baik-baik

setiap pernyataan. Anda diminta untuk memberikan salah satu tanda checklist ()

pada kolom yang anda rasa paling sesuai dengan keadaan anda.

Contoh

SKALA I

Dalam sebuah hubungan sering terjadi kesepakatan atau ketidaksepakatan

dalam pengambilan keputusan. Harap memilih perkiraan tingkat kesepakatan atau

ketidaksepakatan dalam hubungan Anda dengan pasangan Anda pada setiap

pernyataan berikut.

No. Pernyataan Selalu

Sepakat

Hampir

Selalu

Sepakat

Kadang-

kadang

Sepakat

Selalu

Tidak

Sepakat

1 Menangani keuangan

keluarga.

2 Masalah rekreasi.

3 Masalah agama.

4 Menunjukkan kasih sayang.

5 Pertemanan.

6 Hubungan seks.

7 Perilaku yang dianggap tepat

8 Pandangan hidup.

9 Cara berhubungan dengan

orang tua atau mertua.

10 Prinsip, keyakinan, tujuan,

dan hal-hal yang dianggap

penting.

11 Jumlah waktu yang dihabiskan

bersama.

12 Membuat keputusan besar.

13 Tugas-tugas rumah tangga.

14 Melakukan aktifitas dan minat

di waktu luang.

15 Keputusan karir.

No Pernyataan Selalu

Sepakat

Hampir

Selalu

Sepakat

Kadang-

kadang

Sepakat

Selalu

Tidak

Sepakat

1. Menangani keuangan keluarga

92

Seberapa sering Anda mengatakan peristiwa berikut yang terjadi pada Anda

dan pasangan Anda?

No Pernyataan Sangat

Sering Sering Jarang

Tidak

Pernah

25. Saling bertukar pikiran atau ide.

26. Tertawa bersama.

27. Tenang dalam mendiskusikan

sesuatu.

28 Bekerja bersama dalam sebuah

projek atau kegiatan.

No Pernyataan Sangat

Sering Sering Jarang

Tidak

Pernah

16

Seberapa sering anda berdiskusi

atau mempertimbangkan

perceraian, perpisahan, atau

pemutusan hubungan Anda?

17

Seberapa sering Anda atau

pasangan Anda meninggalkan

rumah setelah bertengkar?

18

Secara umum, seberapa sering

anda berpikir bahwa hubungan

antara anda dan pasangan

berjalan dengan baik?

19 Apakah Anda curhat dengan

pasangan Anda?

20 Apakah Anda pernah kecewa

terhadap pernikahan Anda ?

21 Seberapa sering Anda dan

pasangan Anda bertengkar?

22

Seberapa sering Anda dan

pasangan Anda merasa saling

kesal atau jengkel?

23 Apakah anda mencium pasangan

Anda?

No Pernyataan Sangat

Setuju Setuju

Tidak

Setuju

Sangat

Tidak

Setuju

24. Apakah Anda dan pasangan Anda

terlibat dalam kepentingan di luar

secara bersama-sama ?

93

Berikut beberapa hal tentang pasangan yang terkadang setuju dan kadang

tidak setuju. Tunjukkan jika salah satu pernyataan di bawah ini yang

menyebabkan perbedaan pendapat atau masalah dalam hubungan Anda selama

beberapa minggu terakhir. (Beri tanda checklist () pada kolom Ya atau Tidak).

No Pernyataan Ya Tidak

29 Terlalu lelah untuk berhubungan seksual.

30 Tidak menunjukkan rasa cinta.

31. Setelah mempertimbangkan segala hal dalam perkawinan Anda, pilihlah satu

jawaban yang menurut Anda mewakili tingkat kebahagiaan dalam perkawinan

Anda.

Sangat Bahagia Tidak Bahagia

Cukup Bahagia Sangat Tidak Bahagia

32. Manakah dari pernyataan berikut yang paling menggambarkan bagaimana

perasaan Anda tentang masa depan hubungan Anda? Beri tanda checklist ()

pada kolom di bawah ini.

Saya sangat ingin perkawinan saya berhasil dan akan berusaha sekuat

tenaga untuk memastikan hal itu terjadi.

Saya sangat menginginkan agar pernikawinan saya berhasil, dan akan

melakukan semua yang saya bisa untuk memastikan hal itu terjadi.

Saya sangat menginginkan agar perkawinan saya berhasil, dan akan

melakukan pembagian yang adil untuk memastikan hal itu terjadi.

Akan menyenangkan jika perkawinan saya berhasil, tapi saya tidak dapat

melakukan lebih dari yang saya lakukan sekarang untuk membantu

kesuksesan itu.

Akan lebih baik jika berhasil, tapi saya menolak melakukan lebih dari

yang saya lakukan sekarang untuk menjaga hubungan tetap berjalan

Perkawinan saya tidak akan pernah berhasil, dan tidak ada lagi yang bisa

saya lakukan untuk menjaga hubungan agar tetap berjalan.

94

Petunjuk Pengisian Bagian II

Berikut ini terdapat beberapa pernyataan. Baca dan pahami baik-baik setiap

pernyataan. Anda diminta untuk memberikan salah satu tanda checklist () pada

kolom yang anda rasa paling sesuai dengan keadaan anda. Adapun pilihan

jawaban yang disediakan adalah :

STS : Sangat Tidak Setuju S : Setuju

TS : Tidak Setuju SS : Sangat Setuju

SKALA II

No Pernyataan STS TS S SS

1. Banyak bicara.

2. Cenderung mencari kesalahan orang lain.

3. Melakukan pekerjaan secara menyeluruh.

4. Mudah depresi.

5. Banyak ide.

6. Pendiam.

7 Suka membantu dan tidak egois pada orang lain.

8 Agak ceroboh.

9. Rileks, mengatasi stres dengan baik.

10. Ingin tahu tentang banyak hal.

11. Penuh semangat.

12. Memulai pertengkaran dengan orang lain.

13. Pekerja yang dapat diandalkan.

14. Mudah merasa tegang.

15. Banyak akal, pemikir yang dalam.

16. Sangat antusias.

17. Pemaaf.

18. Cenderung tidak teratur.

19. Sering merasa khawatir.

20. Memiliki imajinasi yang aktif.

21. Cenderung tenang.

22. Mudah percaya.

23. Cenderung malas.

24. Stabil secara emosional, dan tidak mudah marah.

25. Menciptakan sesuatu yang baru.

26. Asertif / tegas.

27. Dingin dan menyendiri.

28. Tekun hingga tugas selesai.

29. Moody (perasaan mudah berubah).

95

No Pernyataan STS TS S SS

30. Suka dengan seni.

31. Kadang pemalu.

32. Perhatian dan murah hati hampir pada semua orang.

33. Melakukan hal-hal secara efisien.

34. Tenang dalam situasi yang tegang.

35. Mqenyukai pekerjaan yang rutin.

36. Ramah, mudah bergaul.

37. Terkadang kasar pada orang lain.

38. Membuat rencana dan menindaklanjutinya.

39. Mudah gugup.

40. Suka menyampaikan gagasan.

41. Sedikit minat pada seni.

42. Suka kerjasama dengan orang lain.

43. Mudah teralihkan.

44. Ahli dalam seni, musik atau sastra.

SKALA III

No Pernyataan STS TS S SS

1 Saya tahu kapan harus berbicara masalah pribadi Saya

kepada orang lain.

2 Ketika saya dihadapkan dengan rintangan, saya ingat saat

saya menghadapi hambatan yang sama dan mengatasinya.

3 Saya berharap bahwa saya akan melakukan dengan baik

pada kebanyakan hal yang saya coba.

4 Orang lain merasa mudah untuk

bercerita kepada saya.

5. Saya merasa sulit untuk memahami pesan non-verbal

orang lain.

6. Beberapa peristiwa besar dalam hidup saya telah

membuat Saya mengevaluasi kembali apa yang penting

dan tidak penting.

7. Saat mood Saya berubah, Saya melihat

kemungkinan baru.

8. Emosi adalah salah satu hal yang membuat hidup saya

layak untuk di jalani.

9. Saya menyadari emosi yang Saya alami.

10. Saya berharap sesuatu yang baik terjadi.

11. Saya suka berbagi emosi dengan orang lain.

12. Ketika Saya mengalami emosi positif, Saya tahu

bagaimana membuatnya bertahan.

96

No Pernyataan STS TS S SS

13. Saya mengatur acara atau kegiatan yang disukai orang

lain.

14. Saya mencari kegiatan yang membuat Saya bahagia.

15. Saya menyadari akan pesan non-verbal yang saya

sampaikan kepada orang lain.

16. Saya menunjukkan diri saya dengan cara yang membuat

kesan baik pada orang lain.

17. Ketika Saya berada dalam suasana hati yang positif,

memecahkan masalah itu mudah bagi saya.

18. Dengan melihat ekspresi wajah mereka, Saya mengenali

emosi yang dialaminya.

19. Saya mengetahui mengapa emosi Saya berubah.

20. Ketika Saya berada dalam suasana hati yang positif, Saya

bisa menemukan ide baru.

21. Saya memiliki kendali atas emosi Saya.

22. Saya dengan mudah mengenali emosi Saya saat Saya

mengalaminya.

23. Saya memotivasi diri Saya dengan membayangkan hasil

yang baik pada sesuatu yang Saya lakukan.

24. Saya memuji orang lain ketika mereka telah melakukan

sesuatu dengan baik.

25. Saya sadar akan pesan non-verbal yang dikirim orang

lain.

26. Ketika orang lain bercerita tentang sebuah peristiwa

penting dalam hidupnya, Saya hampir merasa seolah-olah

telah mengalami peristiwa itu sendiri.

27. Ketika saya merasakan perubahan emosi, Saya cenderung

mengemukakan gagasan/ide baru.

28. Ketika saya menghadapi rintangan, Saya menyerah

karena Saya yakin saya akan gagal.

29. Saya tahu apa yang orang lain rasakan hanya dengan

melihat mereka.

30. Saya membantu orang lain untuk merasa lebih baik saat

mereka down.

31. Saya menggunakan suasana hati yang baik untuk

membantu diri Saya untuk terus berusaha menghadapi

rintangan.

32. Saya dapat mengetahui bagaimana perasaan orang dengan

mendengarkan nada suaranya.

33. Sulit bagi Saya untuk mengerti mengapa orang merasakan

apa yang mereka lakukan.

97

Lampiran 3 Syntax dan Path Diagram

1. Penyesuaian Perkawinan

Syntax

UJI VALIDITAS KONSTRUK PENYESUAIAN PERKAWINAN

DA NI=32 NO=220 MA=PM

LA

X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18

X19 X20 X21 X22 X23 X24 X25 X26 X27 X28 X29 X30 X31 X32

PM SY FI=PP.cor

MO NX=32 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY

LK

PP

FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1 LX 10

1 LX 11 1

FR LX 12 1 LX 13 1 LX 14 1 LX 15 1 LX 16 1 LX 17 1 LX 18 1 LX 19 1 LX

20 1 LX 21 1

FR LX 22 1 LX 23 1 LX 24 1 LX 25 1 LX 26 1 LX 27 1 LX 28 1 LX 29 1 LX

30 1 LX 31 1 LX 32 1

FR TD 20 19

PD

OU SS TV MI

Path Diagram

2.

98

2. Extraversion

Syntax

UJI VALIDITAS KONSTRUK EXTRAVERSION

DA NI=8 NO=220 MA=PM

LA

X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8

PM SY FI=extraver.cor

MO NX=8 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY

LK

EXTRAVER

FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1

FR TD 8 5 TD 6 4 TD 6 3 TD 8 3 TD 5 3 TD 6 5 TD 6 2 TD 8 7

FR TD 7 4 TD 4 2

PD

OU SS TV MI

Path Diagram

99

3. Agreeableness

Syntax

UJI VALIDITAS KONSTRUK AGREEBLENESS

DA NI=9 NO=220 MA=PM

LA

X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9

PM SY FI=AGREE.COR

MO NX=9 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY

LK

AGREE

FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1

FR TD 9 5 TD 8 5 TD 7 5 TD 9 3 TD 9 6

PD

OU SS TV MI

Path Diagram

100

4. Conscientiousness

Syntax

UJI VALIDITAS KONSTRUK CONSCIENTIOUSNESS

DA NI=9 NO=220 MA=PM

LA

X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9

PM SY FI=conscien.cor

MO NX=9 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY

LK

CONSCIEN

FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1

FR TD 8 7 TD 7 1 TD 6 4 TD 8 3 TD 5 2 TD 9 2 TD 5 1

PD

OU TV SS MI

Path Diagram

101

5. Neuroticism

Syntax

UJI VALIDITAS KONSTRUK NEUROTICISM

DA NI=8 NO=220 MA=PM

LA

X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8

PM SY FI=neurotic.cor

MO NX=8 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY

LK

NEUROTIC

FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1

FR TD 2 1 TD 5 4 TD 7 2 TD 8 1

PD

OU TV SS MI

Path Diagram

102

6. Openess to Experience

Syntax

UJI VALIDITAS KONSTRUK OPENESS

DA NI=10 NO=220 MA=PM

LA

X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10

PM SY FI=openess.cor

MO NX=10 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY

LK

OPENESS

FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1

FR LX 10 1

FR TD 10 6 TD 10 2 TD 7 2 TD 8 2 TD 8 5 TD 9 2 TD 10 4 TD 6 1 TD 7 6

PD

OU TV SS MI

Path Diagram

103

7. Kecerdasan Emosional

Syntax

UJI VALIDITAS KONSTRUK KECERDASAN EMOSIONAL

DA NI=33 NO=220 MA=PM

LA

X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18

X19 X20 X21 X22 X23 X24 X25 X26 X27 X28 X29 X30 X31 X32 X33

PM SY FI=ke.cor

MO NX=33 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY

LK

KE

FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1

FR LX 10 1 LX 11 1 LX 12 1 LX 13 1 LX 14 1 LX 15 1 LX 16 1 LX 17 1

FR LX 18 1 LX 19 1 LX 20 1 LX 21 1 LX 22 1 LX 23 1

FR LX 24 1 LX 25 1 LX 26 1 LX 27 1 LX 28 1 LX 29 1 LX 30 1 LX 31 1

FR LX 32 1 LX 33 1

FR TD 32 29 TD 31 30 TD 25 15 TD 27 18 TD 8 7 TD 25 17 TD 32 18

FR TD 29 18 TD 15 6 TD 19 9 TD 19 1 TD 9 3 TD 11 8 TD 33 28 TD 22 21

FR TD 14 10 TD 15 10 TD 9 8 TD 33 19 TD 19 15 TD 30 29 TD 30 16

FR TD 14 12 TD 27 12 TD 21 9 TD 24 5 TD 24 12 TD 12 3 TD 24 15 TD 24

FR TD 24 22 TD 31 22 TD 31 8 TD 26 10 TD 27 13 TD 27 5 TD 28 16

FR TD 16 15 TD 26 8 TD 28 4 TD 30 3 TD 18 3 TD 33 3 TD 31 12 TD 28 19

FR TD 22 6 TD 29 11 TD 19 18 TD 15 14 TD 24 4 TD 9 2 TD 23 17 TD 22 1

FR TD 25 23 TD 22 2 TD 5 2 TD 6 5 TD 30 24 TD 30 15 TD 30 6 TD 30 17

FR TD 30 19 TD 31 19 TD 15 5 TD 14 6 TD 30 11 TD 22 11 TD 29 04

FR TD 25 9 TD 26 3 TD 18 4 TD 4 2 TD 26 1 TD 13 10 TD 26 9 TD 29 26

FR TD 22 10 TD 21 16 TD 22 7 TD 29 22 TD 32 4 TD 23 2 TD 18 11

FR TD 33 30 TD 30 28 TD 33 10 TD 19 3 TD 22 3 TD 21 7 TD 23 22

FR TD 22 13 TD 19 13 TD 18 16 TD 32 31 TD 29 16 TD 24 3 TD 9 7 TD 19 7

FR TD 7 2 TD 31 7 TD 28 21 TD 12 7 TD 24 2 TD 32 12 TD 32 10 TD 17 10

FR TD 17 12 TD 17 14 TD 15 3 TD 22 15 TD 25 13 TD 9 6

PD

OU AD=OF IT=500 TV SS MI

104

Path Diagram

105

Lampiran 4 Output Statistik Hasil Regresi

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .405a .164 .128 8.81206

a. Predictors: (Constant), Penghasilan, Kecerdasan emosional, Jenis kelamin,

Usia perkawinan, Extraversion, Openness, Neuroticism, Conscientiousness

Model Sum of Square Df Mean

Square

F Sig.

1 Regression 3194.356 9 354.928 4.571 .000b

Residual 16307.020 210 77.652

Total 19501.376 219

a. Dependent Variable : PP

b. Predictors: (Constant), Penghasilan, Kecerdasan emosional, Jenis Kelamin,

Usia Perkawinan, Extraversion, Agreeableness, Neuroticism, Openness, Conscientiousness.

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig.

B

Std.

Error Beta

1 (Constant) 28.560 9.415 3.033 .003

EXTRA -,059 .070 -.057 -.839 .402

AGREE .084 .082 .074 1.028 .305

CONSCIEN .198 .100 .176 1.976 .049

NEUROTIC .025 .084 .023 .294 .769

OPENESS .227 .094 .213 2.429 .016

KE .009 .082 .009 .107 .915

JK 1.572 1.289 .083 1.220 .224

UP -2.313 1.230 -.123 -1.880 .061

PE -2.998 1.542 -.126 -1.944 .053

106

Model R R

Square

Adjusted

R

Square

Std.

Error of

the

Estimate

R

Square

Change

F

Change df1 df2

Sig. F

Change

1 .020a .000 -.004 9.45614 .000 .091 1 218 .764

2 .185b .034 .025 9.31583 .034 7.616 1 217 .006

3 .294c .087 .074 9.08100 .052 12.368 1 216 .001

4 .297d .088 .072 9.09278 .002 .441 1 215 .508

5 .350e .123 .102 8.94197 .034 8.313 1 214 .004

6 .352f .124 .099 8.95658 .001 .303 1 213 .583

7 .363g .131 .103 8.93824 .008 1.875 1 212 .172

8 .386h .149 .116 8.86994 .017 4.277 1 211 .040

9 .405i .164 .128 8.81206 .015 3.781 1 210 .053

a. Predictors: (Constant), EXTRA

b. Predictors: (Constant), EXTRA, AGREE

c. Predictors: (Constant), EXTRA, AGREE, CONSCIEN

d. Predictors: (Constant), EXTRA, AGREE, CONSCIEN, NEUROTIC

e. Predictors: (Constan), EXTRA, AGREE, CONSCIEN, NEUROTIC, OPENESS

f. Predictors: (Constan), EXTRA, AGREE, CONSCIEN, NEUROTIC, OPENESS, KE

g. Predictors: (Constant), EXTRA, AGREE, CONSCIEN, NEUROTIC, OPENESS, KE,

JK

h. Predictors: (Constant), EXTRA, AGREE, CONSCIEN, NEUROTIC, OPENESS, KE,

JK, UP

i. Predictors: (Constant), EXTRA, AGREE, CONSCIEN, NEUROTIC, OPENESS, KE,

JK, UP, PE

107

ANOVAa

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 8.108 1 8.108 .091 .764b

Residual 19493.268 218 89.419

Total 19501.376 219

2 Regression 669.099 2 334.549 3.855 .023c

Residual 18832.277 217 86.785

Total 19501.376 219

3 Regression 1689.042 3 563.014 6.827 .000d

Residual 17812.334 216 82.465

Total 19501.376 219

4 Regression 1725.465 4 431.366 5.217 .000e

Residual 17775.910 215 82.679

Total 19501.376 219

5 Regression 2390.170 5 478.034 5.978 .000f

Residual 17111.206 214 79.959

Total 19501.376 219

6 Regression 2414.448 6 402.408 5.016 .000g

Residual 17086.928 213 80.220

Total 19501.376 219

7 Regression 2564.226 7 366.318 4.585 .000h

Residual 16937.149 212 79.892

Total 19501.376 219

8 Regression 2900.761 8 362.595 4.609 .000i

Residual 16600.614 211 78.676

Total 19501.376 219

9 Regression 3194.356 9 354.928 4.571 .000j

Residual 16307.020 210 77.652

Total 19501.376 219

a. Predictors: (Constant), EXTRA

b. Predictors: (Constant), EXTRA, AGREE

c. Predictors: (Constant), EXTRA, AGREE, CONSCIEN

d. Predictors: (Constant), EXTRA, AGREE, CONSCIEN, NEUROTIC

e. Predictors: (Constant), EXTRA, AGREE, CONSCIEN, NEUROTIC, OPENESS

f. Predictors: (Constant), EXTRA, AGREE, CONSCIEN, NEUROTIC, OPENESS, KE

g. Predictors: (Constant), EXTRA, AGREE, CONSCIEN, NEUROTIC, OPENESS, KE,

JK

h. Predictors: (Constant), EXTRA, AGREE, CONSCIEN, NEUROTIC, OPENESS, KE,

JK, UP

i. Predictors: (Constant), EXTRA, AGREE, CONSCIEN, NEUROTIC, OPENESS, KE,

JK, UP, PE