Pengaruh trust, commitment, conflict handling, communication trhadap kepuasan nasabah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jurnal manajemen pemasaran mengenai relationship marketing

Citation preview

Pengaruh Trust, Commitment, Communication, Conflict Handling Terhadap Customer Loyalty Pada Bank BNI Cabang Kebumen

A. Latar BelakangPertumbuhan ekonomi suatu negara akan optimal apabila didukung oleh peran sektor jasa yang tumbuh pesat. Peran sektor jasa terutama pada jasa-jasa infrastruktur seperti keuangan, telekomunikasi, transportasi dan logistik sangat penting untuk mendukung pertumbuhan dan daya saing perekonomian. Sektor jasa memegang peranan yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia. Karena sektor ini merupakan sektor penunjang terpenting dalam membantu peningkatan dan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sektor jasa menyumbangkan 45 persen dari total akun yang dimiliki oleh Indonesia. Sektor jasa juga menyumbangkan angka 60 sampai 80 persen dalam mengurangi kemiskinan Indonesia. Ini karena jumlah tenaga kerja Indonesia yang bekerja di sektor jasa berjumlah 50 persen dari jumlah tenaga kerja yang dimiliki oleh Indonesia. Sektor jasa yang semakin tumbuh pesat saat ini yakni di sektor jasa keuangan. Masyarakat semakin sadar akan pentingnya memperoleh layanan jasa keuangan guna meningkatkan kesejahteraan. keuangan digerakkan oleh dua lembaga keuangan yaitu lembaga perbankan yang terdiri dari bank-bank umum dan lembaga non perbankan yang terdiri dari pasar modal, lembaga pembiayaan, asuransi, dana pensiun dan pegadaian.Sektor perbankan sangat berperan dalam memobilisasikan dana masyarakat untuk berbagai tujuan. Hal tersebut menyebabkan terjadinya persaingan antar perbankan seperti Bank BCA, Mandiri, BNI, BNI, Danamon, CIMB Niaga. Indeks loyalitas nasabah paling tinggi untuk produk tabungan bank konvensional, masih diraih oleh BCA diikuti Bank Mandiri, BNI, BNI, dan BII secara berturut-turut. Pada tahun ini, BNI berhasil kembali diposisi tiga menggeser BNI yang turun diposisi empat (marketplusinsight)Bank BNI di tahun 2014 memiliki penurunan indeks loyalty dan turun di posisi 4 digeser oleh Bank BNI. Sementara bank lainnya, Bank BCA, BNI, Mandiri, CIMB niaga mengalami peningkatanindex loyalitas nasabah. Hal ini menunjukkan ada kemunduran loyalitas nasabah Bank BNI. Hal tersebut tidak baik bagi pertumbuhan Bank BNI karena Syarat utama agar perusahaan bisa tumbuh terletak pada kemampuannya mengelola pelanggan.Loyalitas pelanggan meruapakan sebuah sikap yang menjadi dorongan perilaku untuk melakukan pembelian produk/jasa dari suatu perusahaan yang menyertakan aspek perasaan didalamnya, khusunya yang membeli secara teratur dan berulang-ulang dengan konsistensi yang tinggi, namun tidak hanya membeli ulang suatu barang dan jasa, tetapi juga mempunya komitmen dan sikap yang positif terhadap perusahaan yang menawarkan produk/ jasa tersebut. Seorang pelanggan yang loyal adalah aset yang sangat bernilai bagi perusahaan. Loyalitas pelanggan terhadap suatu produk dan jasa berkaitan 8 dengan konsep relationship marketing dilandasi oleh faktor-faktor tertentu. Sorce (2002:12) menyebutkan beberapa faktor yang menentukan relationship marketing, diantaranya commitment, trust, power, control, balance of power, interdependence, communication, cooperation, idiosyncratic investments, dan conflict resolution. Trust atau kepercayaan adalah satu variabel utama untuk memelihara suatu hubungan jangka panjang. Hubungan jangka panjang akan meningkatkan tingkat kepercayaan konsumen terhadap harapan yang akan diterima dari perusahaan sehingga akan mengurangi rasa khawatir konsumen terhadap pelayanan yang diterimanya (Morgan dan Hunt dalam Ellena, 2011:20).Komitmen pelanggan dapat diartikan sebagai keinginan pelanggan yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama untuk mempertahankan hubungan yang bernilai (valued relationship) dengan pihak perusahaan, sehingga komitmen yang tinggi pada akhirnya akan meningkatkan loyalitas pelanggan (Ellena, 2011:24).Komunikasi merupakan bentuk penyampaian informasi dari perusahaan ke konsumen. Penyampaian yang baik dan jujur akan menciptakan rasa percaya dan loyal terhadap suatu jasa atau barang yang diberikan atau ditawarkan (Ndubisi, 2007). Aspek konflik harus dikelola untuk menciptakan hubungan baik antara nasabah dan bank. Sehingga solusi terbaik adalah terciptanya hubungan fair/adil. Jika perusahaan menangani keluhan secara baik dan efektif, perusahaan berkesempatan untuk tetap menguasai pelanggan dan memperbaiki hubungan dengan pelanggan yang tentunya berdampak positif terhadap perusahaan, yaitu loyalitas pelanggan (Bruce, 2004:116).Upaya dalam perbaikan atau penyempurnaan terhadap unsur-unsur relationship marketing akan dapat membantu dan memberikan dampak positif terhadap loyalitas nasabah dan nilai tambah yang baik serta citra perusahaan dimata nasabah. Oleh karena itu, kepercayaan, komitmen, komunikasi, dan penanganan masalah harus benar-benar dipahami oleh Bank BNI Cabang Kebumen agar pelanggan tetap setia terhadap perusahaan.Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Trust, Commitment, Communication, Conflict Handling Terhadap Customer Loyalty pada Bank BNI Cabang Kebumen.

B. Identifikasi Masalah1. Penurunan Index Loyalty nasabah pada Bank BNI yang artinya terdapat nasabah Bank BNI yang beralih ke Bank lain karena alasan tertentu.2. Persaingan yang semakin ketat antara perusahaan perbankan yang memicu perbankan untuk selalu menjaga loyalitas nasabah agar perusahaan dapat memenangkan persaingan. Oleh kaena itu Bank BNI harus mengetahui apa saja yang yang menjadi faktor-faktor yang melandasi loyalitas.

C. Batasan MasalahKarena Keterbatasan waktu, biaya dan kemampuan, maka penelitian ini dibatasi dengan ketentuan sebagai berikut :1. Objek penelitian adalah nasabah Bank BNI Cabang Kebumen yang telah menjadi nasabah minimal satu tahun dengan latar belakang pendidikan minimal SMA.2. Subjek penelitian adalah tingkat loyalitas nasabah Bank BNI Cabang Kebumen.3. Wilayah penelitian di Kabupaten Kebumen.4. Penelitian ini dibatasi pada variabel kepercayaan (trust), komitmen (commitment), komunikasi (communication), dan penanganan konflik (conflict handling) nasabah Bank BNI Cabang Kebumen.

D. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :1. Apakah trust berpengaruh terhadap customer loyalty pada Bank BNI Cabang Kebumen? 2. Apakah commitment berpengaruh terhadap customer loyalty pada Bank BNI Cabang Kebumen? 3. Apakah communication berpengaruh terhadap customer loyalty pada Bank BNI Cabang Kebumen? 4. Apakah conflict handling berpengaruh terhadap customer loyalty pada Bank BNI Cabang Kebumen? 5. Apakah trust, commitment, communication, dan conflict handling secara bersama-sama berpengaruh terhadap customer loyalty pada Bank BNI Cabang Kebumen?E. Tujuan PenelitianAdapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:a. Untuk menguji pengaruh Trust terhadap loyalitas nasabah Bank BNI Cabang Kebumen b. Untuk menguji pengaruh Commitment terhadap loyalitas nasabah Bank BNI Cabang Kebumen c. Untuk menguji pengaruh Communication terhadap loyalitas nasabah Bank BNI Cabang Kebumend. Untuk menguji pengaruh Conflict Handling terhadap loyalitas nasabah Bank BNI Cabang Kebumen

F. Manfaat PenelitianHasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wacana yang positif bagi pimpinan perusahaan untuk meningkatkan loyalitas nasabah dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas nasabah tersebut, terutama mengenai faktor trust, commitment, communication, dan conflict handling. Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain: 1. Bagi Peneliti Dengan adanya penelitian ini, maka peneliti dapat secara langsung menerapkan teori-teori yang telah diperoleh di bangku perkuliahan ke dalam praktek nyata pada kondisi dunia bisnis perbankan yang sesungguhnya, terutama terkait pengaruh trust, commitment, communication, dan conflict handling terhadap customer loyalty. 2. Bagi Perusahaan Penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan kepada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Kebumen sebagai pedoman dalam meningkatkan customer loyaty terutama yang dipengaruhi oleh variabel commitment, trust, communication, dan conflict handling. Sehingga ke depannya perusahaan bisa membuat kebijakan-kebijakan yang strategik untuk dapat meningkatkan loyalitas nasabahnya.2. Bagi UniversitasPenulis berharap bahwa penelitian ini dapat memberikan tambahan wacana ilmiah bagi Universitas Muhammadiyah Purworejo sebagai bahan acuan dan atau pertimbangan dalam penulisan karya ilmiah.

G. Kajian Teori1. LoyalitasLoyalitas konsumen didefinisikan sebagai kesediaan pelanggan untuk secara konsisten mengkonsumsi jasa pada penyedia jasa atau perusahaan yang sama serta menjadikannya sebagai pilihan pertama dari berbagai alternatif yang ada dan memenuhinya dengan perilaku serta memberikan sikap dan kesadaran yang baik dengan mengabaikan situasi yang mempengaruhi untuk berpindah ke perusahaan/ penyedia jasa yang lain (Caruana, 1999 dalam Pong dan Yee, 2001).Sedangkan Olson (1993) dalam Musanto (2004) mendefinisikan loyalitas konsumen merupakan dorongan perilaku untuk melakukan pembelian secara berulang-ulang dan untuk membangun kesetiaan pelanggan terhadap suatu produk atau jasa yang dihasilkan oleh badan usaha tersebut membutuhkan waktu yang lama melalui suatu proses pembelian yang berulang-ulang tersebutSedangkan Assael (2001) mendefinisikan loyalitas merek sebagai suatu sikap yang konsisten terhadap pembelian suatu merek secara terus menerus di mana sikap tersebut sebagai suatu pembelajaran terhadap suatu kinerja merek yang mampu memuaskan kebutuhan. Mowen dan Minor dalam Dharmmesta (1999) mendefinisikan loyalitas merek dalam arti kondisi dimana konsumen mempunyai sikap positif terhadap sebuah merek, mempunyai komitmen pada merek tersebut, dan bermaksud meneruskan pembeliannya di masa yang akan datang. Bowen dan Chen (2001) dalam Dimitriades (2006) menjelaskan ada tiga perspektif konsep yang dapat mendefinisikan loyalitas konsumen, yaitu:a. Perspektif Perilaku (Behavioral Perspective) Perspektif perilaku menjelaskan bahwa loyalitas konsumen dapat dilihat dari perilaku konsumen yang melakukan pembelian ulang terhadap suatu produk atau jasa (Zins, 2001 dalam Dimitriades, 2006). Konsep ini lebih menekankan pada perilaku konsumen di masa lalu dari pada perilaku pada masa yang akan datang. Selain itu, tidak ada perilaku loyalitas lain seperti toleransi harga, word of mouth, atau complaint behavior yang diinterpretasikan dalam perspektif ini. b. Perspektif Sikap (Attitudinal Perspective) Perspektif sikap memberikan tambahan pengertian dalam memahami perilaku loyalitas. Perspektif sikap menjelaskan bahwa loyalitas konsumen dapat dilihat dari aktivitas konsumen untuk merekomendasikan penyedia jasa pada konsumen lain atau komitmen mereka untuk melakukan pembelian ulang pada penyedia jasa tersebut (Gremler dan Brown, 1996). c. Perspektif Gabungan (Composite Perspective) Perspektif ini menggabungkan definisi loyalitas dari perspektif perilaku dan sikap. Perspektif gabungan menjelaskan bahwa loyalitas konsumen dapat dilihat dari konsumen yang memiliki sikap untuk merekomendasikan perusahaan kepada konsumen lain dan melakukan pembelian ulang di perusahaan tersebut. Barnes (2003) menjelaskan ada delapan keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan dari konsumen yang loyal, yaitu: 1) Mereka membelanjakan lebih banyak 2) Mereka menjadi nyaman 3) Mereka menyebarkan berita yang positif 4) Mereka lebih murah untuk dilayani 5) Mereka tidak begitu sensitif terhadap harga 6) Mereka lebih memaafkan 7) Mereka membuat perusahaan lebih efisien 8) Mereka berpotensi menghasilkan keuntungan yang lebih besar

Kotler, Hayes, dan Bloom (2002) menyebutkan ada enam alasan mengapa suatu institusi atau perusahaan perlu mendapatkan loyalitas pelanggannya, yaitu: a. Pelanggan loyal yang ada lebih prospektif, artinya pelanggan loyal akan memberi keuntungan besar kepada institusi. b. Biaya mendapatkan pelanggan baru jauh lebih besar dibandingkan dengan menjaga dan mempertahankan pelanggan yang sudah ada. c. Pelanggan yang sudah percaya pada institusi dalam suatu urusan akan percaya juga dalam urusan lainnya. d. Biaya operasi institusi akan menjadi lebih efisien jika memiliki banyak pelanggan yang loyal. e. Institusi dapat mengurangkan biaya psikologis dan sosial. Hal ini dikarenakan pelanggan yang loyal telah mempunyai banyak pengalaman positif dengan institusi. f. Pelanggan yang loyal akan selalu membela institusi, bahkan berusaha pula untuk menarik dan memberi saran kepada orang lain untuk menjadi pelanggan yang loyal.perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Loyalitas akan berkembang mengikuti empat tahap, yaitu: tahap kognitif, afektif, konatif, dan tindakan. Konsumen akan loyal lebih dulu pada aspek kognitifnya, kemudian pada aspek afektif, konatif, dan akhirnya pada tindakan. Mardalis (2005), Dharmmesta (1999), dan Oliver (1999) mengemukakan empat tahap loyalitas sebagai berikut: a. Loyalitas Kognitif Pada tahap ini konsumen akan menggunakan informasi keunggulan suatu produk untuk dibandingkan dengan produk lainnya. Loyalitas kognitif lebih didasarkan pada karakteristik fungsional, terutama biaya, manfaat, dan kualitas. Pelanggan yang hanya mengaktifkan tahap kognitifnya dapat dihipotesiskan sebagai pelanggan yang paling rentan terhadap perpindahan (switching) karena adanya rangsangan pemasaran. b. Loyalitas Afektif Pada tahap ini loyalitas konsumen didasarkan atas aspek afektif konsumen. Sikap ini merupakan fungsi dari kognisi (pengharapan) pada periode awal pembelian (masa prakonsumsi) dan merupakan fungsi dari sikap sebelumnya ditambah kepuasan di periode berikutnya (masa pascakonsumsi). Loyalitas afektif muncul akibat dorongan faktor kepuasan, tetapi kepuasan belum menjamin adanya loyalitas karena kepuasan konsumen berkolerasi tinggi dengan niat membeli ulang di masa mendatang. Niat membeli ulang, bahkan pembelian ulang belum menunjukkan adanya loyalitas, hanya dapat dianggap tanda awal munculnya loyalitas. Loyalitas pada tahap ini jauh lebih sulit dirubah karena loyalitasnya sudah masuk ke dalam benak konsumen sebagai afek, dan bukan sebagai kognisi yang mudah berubah.

c. Loyalitas Konatif Konasi menunjukkan suatu niat atau komitmen untuk melakukan sesuatu ke arah suatu tujuan tertentu. Oleh karena itu, loyalitas konatif merupakan suatu kondisi loyal yang mencakup komitmen mendalam untuk melakukan pembelian. Komitmen seperti ini sudah melampaui afek. Afek hanya menunjukkan kecenderungan motivasional, sedangkan komitmen melakukan menunjukkan suatu keinginan untuk menjalankan tindakan. d. Loyalitas Tindakan Aspek konatif atau niat melakukan adalah kondisi yang mengarah pada kesiapan bertindak dan pada keinginan untuk mengatasi hambatan untuk mencapai tindakan tersebut. Artinya, tindakan merupakan hasil pertemuan dua kondisi tersebut. Dengan kata lain, tindakan mendatang sangat didukung oleh pengalaman mencapai sesuatu dan penyelesaian hambatan. Hal ini menunjukkan bagaimana loyalitas itu dapat menjadi kenyataan: loyalitas kognitif loyalitas afektif loyalitas konatif loyalitas tindakan (loyalitas yang ditopang dengan komitmen dan tindakan). 2. Trust ( Kepercayaan )Kepercayaan didefinisikan sebagai suatu kerelaan untuk bergantung kepada rekan atau mitra dalam suatu hubungan transaksi di mana dalam diri rekan atau mitra itulah diletakkan keyakinan (Morgan dan Hunt, 1994). Definisi lain menjelaskan bahwa trust adalah pengharapan seseorang terhadap perkataan orang lain bahwa apa yang dikatakan tersebut dapat direalisasikan (Murphy et al., 2007). Sedangkan Ndubisi (2007) mendefinisikan trust sebagai kepercayaan pelanggan terhadap janji perusahaan. Selanjutnya, trust merupakan dasar yang dipertimbangkan penting untuk membangun hubungan yang baik dengan konsumen dan menjadi elemen utama untuk mengembangkan suatu hubungan antara perusahaan dengan konsumen (Liang dan Wang, 2007). Ganesa dan Shankar (1994) menjelaskan bahwa kepercayaan merupakan refleksi dari dua komponen, yaitu: a. Credibility Didasarkan kepada besarnya kepercayaan kemitraan dengan organisasi lain dan membutuhkan keahlian untuk menghasilkan efektivitas dan kehandalan pekerjaan. b. Benevolence Didasarkan pada besarnya kepercayaan kemitraan yang memiliki tujuan dan motivasi yang menjadi kelebihan untuk organisasi lain pada saat kondisi baru muncul, yaitu kondisi di mana komitmen tidak terbentuk. Morgan dan Hunt (1994) menyatakan bahwa trust merupakan kunci sukses untuk : a. Memelihara hubungan dengan konsumen. b. Menahan dari berbagai alternatif pilihan sehingga konsumen tetap bertahan pada perusahaan. c. Membuat konsumen untuk lebih berhati-hati dalam melakukan tindakan-tindakan yang berpotensi memiliki risiko tinggi jika berpindah ke perusahaan lain. 3. Commitmen ( Komitmen )

Variabel ini didefinisikan sebagai keinginan yang kuat yang bersifat terus menerus untuk selalu menjaga hubungan baik dengan perusahaan (Fullerton, 2003 dan Lacey, 2007). Definisi ini menjelaskan bahwa komitmen yang tinggi mengekspresikan upaya konsumen untuk menjaga hubungan baik dengan perusahaan. Komitmen merupakan bentuk ekspresi keinginan konsumen untuk tetap loyal menggunakan produk atau jasa dari perusahaan (Liang dan Wang, 2007). Bansar et al. (2004) menjelaskan ada tiga tipe komitmen, yaitu: a. Affective Commitment Dibangun melalui perasaan kecintaan yang tinggi pada perusahaan yang dapat berupa komitmen individu yang kuat atau kerelaannya sebagai anggota organisasi dan mempunyai keterlibatan yang tinggi pada organisasi. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa konsumen menggunakan jasa perusahaan karena mereka menginginkannya. a. Continuance Commitment Diartikan sebagai bentuk komitmen yang didasarkan pada pendekatan biaya yang digunakan sebagai alasan utama untuk tetap bersama dengan perusahaan. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa konsumen menggunakan jasa perusahaan karena mereka membutuhkannya.b. Normative CommitmentDidefinisikan sebagai bentuk komitmen yang didasarkan pada kewajiban untuk terikat pada perusahaan. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa konsumen menggunakan jasa perusahaan karena hal tersebut merupakan sesuatu yang wajib untuk dilakukan.

Menurut Berry (1999) dalam Jasfar (2005), tingkat komitmen dapat berada pada suatu batas daerah kontinum yang dapat dibedakan atas beberapa tingkat, yaitu: a. Interest in Alternative Komitmen pada tingkat ini timbul karena konsumen merasa tidak ada pilihan lain. Tingkat komitmen ini sangat rendah dan konsumen dapat pindah ke perusahaan penyedia jasa lain karena alasan-alasan sederhana. Misalnya, karena penyedia jasa lain memberikan potongan harga atau hadiah menarik. Dalam hal ini perusahaan harus mengusahakan agar tingkat komitmen meningkat dengan cara meningkatkan kepuasan konsumen.

b. Acquisence Komitmen pada tingkat ini merupakan suatu kesepakatan di antara pihak-pihak yang berhubungan bahwa dia akan menerima setiap persyaratan dan kebijaksanaan yang telah disepakati. c. Cooperation Tingkat komitmen ini menggambarkan situasi di mana pihak-pihak yang mengadakan hubungan kerjasama bekerja bersama untuk mencapai apa yang diharapkan. Dalam hal ini masing-masing pihak yang terlibat secara langsung mengusahakan tercapainya tujuan bersama. d. Enhancement Merupakan tingkat komitmen keempat yang berarti suatu komitmen dari pihak-pihak yang mengadakan hubungan untuk mengadakan suatu ikatan secara sadar untuk saling memberikan konstribusi yang saling menguntungkan. Misalnya, perusahaan memberikan tambahan pelayanan bagi konsumennya atau konsumen membantu perusahaan dalam memasarkan produk perusahaan.e. Identity Komitmen pada tingkat ini menggambarkan kuatnya hubungan antara perusahaan dengan konsumen yang tercermin dari sikap masing-masing pihak yang bersedia bekerja sama dalam suatu tim kerja. f. Advocacy Tingkat komitmen ini berkaitan dengan keinginan konsumen untuk menyampaikan hal-hal yang baik mengenai perusahaan yang digunakan jasanya oleh konsumen tersebut. Misalnya, konsumen ikut mempromosikan perusahaan kepada pihak-pihak lain mengenai kelebihan-kelebihan perusahaan (word of mouth). g. Ownership Komitmen tingkat terakhir ini menggambarkan rasa kepemilikan secara emosional bagi pihak-pihak yang mengadakan hubungan. Konsumen merasa bahwa ikatannya begitu kuat dengan perusahaan, sehingga konsumen juga merasa memiliki perusahaan. Jenis komitmen ini merupakan peningkatan atau kombinasi dari cooperation, enhancement, identity, dan advocacy (Berry, 1999 dalam Jasfar, 2005).

4. Communication ( Komunikasi )Menurut Well dan Prensky (1996) komunikasi merupakan penyampaian pesan dari sumber melalui media kepada penerima. Sedangkan Robbins (1996) menyatkan komunikasi adalah proses pentransferan dan pemahaman suatu arti. Komunikasi merupakan penyampaian informasi dari seseorang kepada orang lain. Maksud dari komunikasi tersebut tidak hanya sekedar menyampaikan informasi saja, namun ada harapan dari pemberi informasi tentang mengapa ia mau melakukan komunikasi seperti ide, gagasan, atau saran yang dimilikinya untuk diketahui dan dimengerti oleh penerima informasi dan lebih lanjut mau menerima serta melakukan ide, gagasan, atau saran tersebut. Masalah komunikasi terjadi apabila ada penyimpangan atau rintangan dalam aliran komunikasi. Adanya kesulitan berkomunikasi merupakan penyebab utama terjadinya permasalahan dalam hubungan (Robbins, 1996). Komunikasi menjalankan empat fungsi utama di dalam suatu kelompok atau organisasi, yaitu: kendali (kontrol dan pengawasan), motivasi, pengungkapan emosional, dan informasi (Robbins, 1996). Menurut Well dan Prensky (1996) proses komunikasi terdiri atas lima bagian, yaitu: a. Sumber komunikasi (source) adalah pengirim informasi atau pengirim komunikasi. b. Pesan (message) adalah tidak sekedar isi pesan yang akan dikirim, tetapi juga memuat bentuk fisik dari informasi tersebut akan diletakkan. c. Media (medium) adalah merupakan saluran komunikasi antara sumber komunikasi dan penerima, seperti televisi atau majalah. d. Penerima (receiver) adalah orang yang menjadi target dari suatu pesan yang dikirim. e. Umpan balik (feedback) adalah merupakan hasil informasi dari penerima pesan kepada sumber pengirim pesan.5. Conflict Handling (Penanganan Konflik) A. Keluhan dan Komplain Konsumen akan mengeluh apabila merasa tidak puas terhadap barang atau jasa yang mereka beli. Mereka mengeluh karena harapannya tidak terpenuhi. Dalam hal terjadi ketidakpuasan, ada beberapa kemungkinan tindakan yang bisa dilakukan pelanggan (Tjiptono, 1996), yaitu: 1) Tidak melakukan apa-apa Pelanggan yang tidak puas tidak melakukan keluhan, tetapi mereka praktis tidak akan membeli atau menggunakan jasa perusahaan yang bersangkutan. 2) Melakukan komplain Ada beberapa faktor yang mempengaruhi apakah seorang pelanggan yang tidak puas akan melakukan keluhan atau tidak, yaitu: a) Derajat kepentingan konsumsi yang dilakukanDerajat kepentingan konsumsi yang dilakukan Hal ini menyangkut derajat pentingnya jasa yang dikonsumsi dan harganya bagi konsumen, waktu yang dibutuhkan untuk mengkomsumsi jasa, serta social visibility. Apabila derajat kepentingan, biaya, dan waktu yang dibutuhkan relatif tinggi, maka kuat kemungkinan bahwa pelanggan akan melakukan keluhan. b) Tingkat ketidakpuasan pelanggan Semakin tidak puas pelanggan, maka semakin besar kemungkinannya untuk melakukan keluhan. c) Manfaat yang diperoleh Apabila manfaat yang diperoleh dalam penyampaian keluhan besar, maka semakin besar pula kemungkinan pelanggan akan melakukan keluhan. d) Pengetahuan dan pengalaman Hal ini meliputi jumlah pembelian sebelumnya, pemahaman akan jasa, persepsi terhadap kemampuan sebagai konsumen, dan pengalaman keluhan sebelumnya. e) Sikap pelanggan terhadap keluhan Pelanggan yang bersikap positif terhadap penyampaian keluhan, biasanya sering menyampaikan keluhannya karena yakin akan maanfaat positif yang akan diterima. f) Tingkat kesulitan dalam mendapatkan ganti rugi. Faktor ini mencakup waktu yang dibutuhkan, gangguan terhadap aktifitas rutin yang dijalankan, dan biaya yang dibutuhkan untuk melakukan keluhan (Mudie dan Cottam dalam Tjiptono, 1996). Apabila tingkat kesulitan tinggi, maka pelanggan cenderung tidak akan melakukan keluhan. g) Peluang keberhasilan dalam melakukan keluhan Bila pelanggan merasa bahwa peluang keberhasilannya dalam melakukan keluhan sangat kecil, maka ia cenderung tidak akan melakukannya. Hal sebaliknya terjadi apabila dirasakan peluangnya besar. Ada beberapa karakter konsumen yang mempunyai kemauan untuk melakukan komplain terhadap produk atau jasa yang kurang memuaskan, yaitu: berusia lebih muda, pendidikan yang lebih baik, dan memiliki pendapatan yang lebih tinggi (Miller dalam Bettina et al., 1991). Cobb dan Walgren dalam Angel et al. (1993) juga menyebutkan karakter lainnya dari para pengimplen, yaitu mereka bersikap positif terhadap aktivitas konsumsi pada umumnya dan suka gaya hidup yang berbeda serta individualistik. B. Konflik Definisi menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977), konflik merupakan warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat dari pada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi, dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih secara berterusan. Sedangkan menurut Gibson et al. (1997), hubungan selain dapat menciptakan kerjasama, hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing-masing komponen organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri-sendiri dan tidak bekerja sama satu sama lain. Menurut Minnery (1985), konflik merupakan interaksi antara dua pihak atau lebih yang satu sama lain berhubungan dan saling tergantung, namun terpisahkan oleh perbedaan tujuan. Berdasarkan fungsinya, Robbins (1996) membagi konflik menjadi dua macam, yaitu konflik fungsional (functional conflict) dan konflik disfungsional (dysfunctional conflict). Konflik fungsional adalah konflik yang mendukung pencapaian tujuan kelompok dan memperbaiki kinerja kelompok. Sedangkan konflik disfungsional adalah konflik yang merintangi pencapaian tujuan kelompok. Berdasarkan pihak-pihak yang terlibat di dalam konflik, Stoner dan Freeman (1989) membagi konflik menjadi enam macam, yaitu: 1. Konflik dalam diri individu, terjadi jika seseorang harus memilih tujuan yang saling bertentangan atau karena tuntutan tugas yang melebihi batas kemampuannya. 2. Konflik antar individu, terjadi karena perbedaan kepribadian (personality differences) antara individu yang satu dengan individu yang lain. 3. Konflik antara individu dan kelompok, terjadi jika individu gagal menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok tempat dia bekerja. 4. Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama, terjadi karena masing masing kelompok memiliki tujuan yang berbeda dan masing-masing berupaya untuk mencapainya. 5. Konflik antar organisasi, terjadi jika tindakan yang dilakukan oleh organisasi menimbulkan dampak negatif bagi organisasi lainnya. 6. Konflik antar individu dalam organisasi yang berbeda, terjadi sebagai akibat sikap atau perilaku dari anggota suatu organisasi yang berdampak negatif bagi anggota organisasi yang lain. Berikut ini adalah lima gaya penanganan konflik yang berbeda. 1. Integrating (problem solving) Dalam gaya ini pihak-pihak yang berkepentingan secara bersama-sama mengidentifikasikan masalah yang dihadapi, kemudian mencari, mempertimbangkan, dan memilih solusi alternatif pemecahan masalah. 2. Obliging (smoothing) Gaya obliging lebih memusatkan perhatian pada upaya untuk memuaskan pihak lain dari pada diri sendiri. 3. Dominating (forcing) Taktik dominating lebih berorientasi pada diri sendiri yang tinggi dan rendahnya kepedulian terhadap kepentingan orang lain. Gaya ini sering disebut memaksa (forcing) karena menggunakan legalitas formal dalam menyelesaikan masalah.

4. Avoiding Gaya avoiding biasanya digunakan untuk menyelesaikan masalah yang sepele atau remeh, atau jika biaya yang harus dikeluarkan untuk konfrontasi jauh lebih besar dari pada keuntungan yang akan diperoleh. 5. Compromising Menempatkan seseorang pada posisi moderat, yang secara seimbang memadukan antara kepentingan sendiri dan kepentingan orang lain. Hal ini merupakan pendekatan saling memberi dan menerima (give-and-take approach) dari pihak-pihak yang terlibat.

H. Tinjauan PustakaPenelitian sebelumnya yang di lakukan oleh Monica Cindy Cassandra yang meneliti pengaruh kepercayaan, komitmen, komunikasi dan penanganan konflik terhadap loyalitas pelanggan bank BCA di Surabaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 4 variabel yang memiliki dampak signifikan terhadap loyalitas nasabah dan secara bersama-sama memiliki pengaruh signifikan terhadap loyalitas nasabah.Penelitian selanjutnya oleh Melisa Hadinata yang meneliti pengaruh trust, commitment, communication,, conflict handling terhadap customer loyalty pada bank Mandiri Surabaya.Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga variabel yang memiliki pengaruh signifikan terdapat variabel customer loyalty yakni commitment, communication, conflict handling dan satu variabel tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap customer loyalty dan secara bersama-sama ke empat variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap customer loyalty.Selajutnya penelitian oleh Maulidi dan Ainur Rofiq mengenai pengaruh relationship marketing yang terdiri atas variabel kepercayaan, komitmen, komunikasi dan penyelesaian masalah terhadap loyalitas nasabah pada Bank BPD Jawa Timur. Penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan dan komitmen memiliki pengaruh signifikan terhadap loyalitas nasabah sedangkan komunikasi dan penyelesaian masalah tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap loyalitas nasabah dan secara simultan relationship marketing berpengaruh secara signifikan terhadap loyalitas nasabah.Bagan Penelitian terdahuluJudul PenelitianPenelitiHasil Penelitian

pengaruh kepercayaan, komitmen, komunikasi dan penanganan konflik terhadap loyalitas pelanggan bank BCA di Surabaya.Monica Cindy CassandraEmpat variabel yang memiliki dampak signifikan terhadap loyalitas nasabah dan secara bersama-sama memiliki pengaruh signifikan terhadap loyalitas nasabah.

Pengaruh trust, commitment, communication,, conflict handling terhadap customer loyalty pada bank Mandiri Surabaya.Melisa HadinataTiga variabel yang memiliki pengaruh signifikan terdapat variabel customer loyalty yakni commitment, communication, conflict handling dan satu variabel tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap customer loyalty dan secara bersama-sama ke empat variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap customer loyalty.

Pengaruh relationship marketing yang terdiri atas variabel kepercayaan, komitmen, komunikasi dan penyelesaian masalah terhadap loyalitas nasabah pada Bank BPD Jawa TimurMaulidi dan Ainur rofiqkepercayaan dan komitmen memiliki pengaruh signifikan terhadap loyalitas nasabah sedangkan komunikasi dan penyelesaian masalah tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap loyalitas nasabah dan secara simultan relationship marketing berpengaruh secara signifikan terhadap loyalitas nasabah.

I. Kerangka TeoritisKerangka pemikiran diperlukan untuk mengarahkan dan memperjelas masalah yang akan dikemukakan dalam sebuah penelitian. Penelitian ini mereplikasi dari model penelitian Ndubisi (2007) dengan variabel independen trust, commitment, communication, dan conflict handling. Sedangkan variabel dependennya adalah customer loyalty. Kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini sebagaimana terlihat dalam gambar berikut:

TRUST

H 1COMMITMENTCOMMUNICATIONCONFLICT HANDLINGLOYALITAS

H 3H 2H 4

J. Hipotesis Penelitian1. Pengaruh Trust pada Customer LoyaltyAnderson dan Narus (1990) menekankan bahwa kepercayaan timbul bila salah satu pihak meyakini bahwa tindakan pihak lain akan menghasilkan hasil yang positif bagi dirinya. Jadi, bila pelanggan memperoleh kesan kualitas positif maka ia akan percaya pada suatu merk.Kepercayaan telah diakui sebagai hal yang penting di dalam mempengaruhi loyalitas pelanggan (Gundlach dan Murphy, 1993). Jika satu pihak percaya pada pihak lain, maka pihak yang percaya akan membangun suatu bentuk maksud berperilaku positif terhadap pihak yang dipercayai. Ini artinya bahwa bila pelanggan mempercayai suatu merk, maka ia akan membentuk minat membeli yang positif terhadap merk yang ia percayai (Lau dan Lee, 1999). Kepercayaan atas merek akan berpengaruh terhadap loyalitas atas merek. Hal ini disebabkan karena kepercayaan menciptakan suatu hubungan timbal balik yang bernilai sangat tinggi. Jadi dapat juga dikatakan bahwa loyalitas adalah suatu proses yang berkesinambungan sebagai akibat dari terbentuknya kepercayaan atas merek (Morgan dan Hunt, 1994).. Dengan demikian, diajukan hipotesis : H1 : Kepercayaan berpengaruh terhadap loyalitas nasabah.

2. Pengaruh Commitment pada Customer LoyaltyKomitmen pelanggan dapat diartikan sebagai keinginan pelanggan yang berlangsung dalam waktu yang lama untuk mempertahankan hubungan yang bernilai atau menguntungkan dengan pihak perusahaan (Ellena, 2011).Komitmen dalam hubungannya dengan penyedia jasa dan pelanggan didefinisikan sebagai suatu janji yang diungkapkan baik secara eksplisit maupun implisit dari kontinyuitas pertukaran hubungan dengan mitranya. Komitmen bank adalah suatu kondisi yang diperlukan bagi terbentuknya loyalitas nasabah terhadap bank. Apabila tidak ada komitmen bank, nasabah hanya merupakan spuriously loyal, seperti perilaku beli ulang yang ditujukan sebagai inertia (Dick dan Basu dalam Ramadania, 2002). Dengan demikian, diajukan hipotesis :H2 : Komitmen berpengaruh terhadap loyalitas nasabah.

3. Pengaruh Communication pada Customer LoyaltyKomunikasi adalah proses yang digunakan konsumen dan organisasi pemasaran untuk saling membagi informasi guna mencapai pengertian bersama (Engel, et al, 1994). Komunikasi akan memudahkan nasabah/calon nasabah dalam memperoleh informasi dan memilih produk (pelayanan jasa) yang ditawarkan oleh penyedia jasa yang paling sesuai dengan kebutuhan mereka. Komunikasi yang baik dapat menciptakan hubungan jangka panjang antara nasabah dengan bank. Nasabah dengan mudah memperoleh informasi yang dibutuhkan sehingga nasabah akan merasa aman dan percaya terhadap kredibilitas bank tersebut sehingga akan tercipta loyalitas nasabah terhadap bank (Ellena, 2011). Dengan demikian, diajukan hipotesis :H3 : Komunikasi berpengaruh terhadap loyalitas nasabah.

4. Pengaruh Conflict Handling pada Customer LoyaltyPenanganan keluhan secara efektif memberikan peluang untuk mengubah seorang pelanggan yang tidak puas, menjadi pelanggan produk/jasa perusahaan yang puas (atau bahkan menjadi pelanggan abadi).(Tjiptono, 2005).Keluhan seharusnya dipandang sebagai kesempatan untuk belajar, meningkatkan pelayanan, dan mengetahui apa yang benar-benar pelanggan inginkan. Para pelanggan yang sampai mengeluh itu biasanya tertarik memberi kesempatan kepada perusahaan menangani keluhan secara efektif, perusahaan lebih mungkin tetap menguasai pelanggan dan memperbaiki hubungan yang akan berakibat pada loyalitas pelanggan (Bruce dan Langdon, 2004). Oleh karena itu, penanganan keluhan dapat mempengaruhi loyalitas dan retensi pelanggan. Apabila konsumen merasa puas dengan penanganan keluhan yang diberikan oleh perusahaan maka konsumen akan semakin loyal terhadap perusahaan karena merasa diperhatikan oleh pihak perusahaan (Ellena, 2011). Dengan demikian, diajukan hipotesis:H4 : Penyelesaian masalah berpengaruh terhadap loyalitas nasabah.

5. Pengaruh Relationship Management pada Customer LoyaltyRelationship marketing merupakan salah satu cara bagaimana perusahaan menjalin hubungan baik dengan pelanggannya agar melakukan pembelian kembali secara berkelanjutan. Sedangkan customer loyalty merupakan kesetiaan konsumen terhadap suatu produk sehingga melakukan pembelian secara berulangulang. Semakin baik relationship marketing yang dilakukan oleh suatu perusahaan maka semakin besar loyalitas yang diberikan oleh konsumen (Borneo, 2011). Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa relationship marketing berhubungan dengan loyalitas pelanggan, karena relationship marketing merupakan pembentuk loyalitas pelanggan. Dengan demikian, diajukan hipotesis :H5 : Relationship marketing secara simultan berpengaruh terhadap loyalitas nasabah.

K. Desain PenelitianTujuan dari penelitian ini adalah pengujian hipotesis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei yaitu suatu metode pengumpulan data primer yang memberikan pertanyaan-pertanyan kepada responden individu (Jogiyanto, 2004). Dilihat dari hubungan antar variabelnya, penelitian ini merupakan penelitian kausal atau sebab akibat yaitu penelitian yang diadakan untuk menjelaskan hubungan antar variabel, variabel yang satu menyebabkan atau menentukan nilai variabel yang lain (Cooper dan Schindler, 2006). Berdasarkan dimensi waktu, penelitian ini dikategorikan ke dalam penelitian cross sectional, artinya penelitian mengambil data melalui penyebaran kuesioner hanya dalam satu saat saja (Ghozali, 2005). Unit analisisnya adalah individu karena data dikumpulkan dari tiap individu yang mana pada penelitian ini adalah nasabah PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. cabang Kebumen yang melakukan aktivitas perbankan. Ruang lingkup penelitian ini hanya terbatas pada nasabah Bank BNI Cabang Kebumen sehingga hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan untuk Bank BNI secara umum. Dalam penelitian ini kriteria respondennya yaitu nasabah yang mempunyai tabungan dan sudah menjadi nasabah Bank BNI Cabang Kebumen lebih dari 1 tahun dan memiliki latar belakang pendidikan minimal SMA.

L. Populasi dan Sampel1. PopulasiPopulasi diartikan sebagai elemen yang mempunyai karakteristik tertentu yang sama dan mempunyai kesempatan yang sama dan mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel (Umar, 2002 : 136). Populasi dalam penelitian ini adalah semua nasabah Bank BRI Cabang Kebumen.2. SampelMenurut Kuncoro (2003 : 103) sampel adalah suatu himpunan bagian (subset) dari unit populasi. Dalampenelitian ini mengambil sampel sejumlah 100 responden. Besarnya ukuran sampel sebanyak 100 responden di hitung dengan rumus (Djarwanto dan Pangestu, 1993) n = Z 2 EKeterangan : n = Banyaknya sampel yang diperlukan E = Besarnya kesalahan yang diharapkan = Tingkat konfidensi yang digunakan Dalam penelitian ini besarnya kesalahan yang digunakan (E) sebesar 20% dan tingkat konfidence () yang digunakan adalah 5% (0,05).Jadi besarnya sampel yang digunakan adalah sebagai berikut : n = 1,96 2 0,20 n = 96 dibulatkan menjadi 100 responden

3. Teknik SamplingTeknik pengambilan sampel adalah proses pemilihan sejumlah elemen secukupnya dari populasi yang akan dijadikan sebagai sampel (Sekaran, 2006). Pengambilan sampel dalam penelitian ini meggunakan desain non probability sampling. Dalam desain ini, probabilitas elemen dalam populasi untuk terpilih sebagai subjek sampel tidak diketahui (Sekaran, 2003). Sampel ditentukan dengan metode purposive sampling. Pengambilan sampel dalam hal ini terbatas pada jenis orang tertentu yang dapat memberikan informasi yang diinginkan, kemungkinan karena sampel adalah satu-satunya yang memilikinya, atau memenuhi beberapa kriteria yang ditentukan oleh peneliti (Sekaran, 2003). Kriteria yang digunakan berdasarkan pertimbangan (judgement) mengenai karakteristik populasi dan tujuan penelitian ini, di mana kriteria yang digunakan dalam memilih sampel dalam penelitian ini adalah :1. Seseorang yang telah menjadi nasabah (orang yang menpunyai tabungan) PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. cabang Kebumen lebih dari satu tahun.2. Nasabah mempunyai latar belakang pendidikan minimal SMA.

M. Variabel PenelitianPenelitian ini terdiri dari variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable) . Variabel bebas (independent variable) yang sifatnya tidak dipengaruhi oleh variabel lain, tetapi mempengaruhi variabel lain adalah Trust, Commitmen, Communication, Conflict Handling . Sedangkan variabel terikat (dependent variable) adalah loyalitas nasabah.Teknik pengukuran variabel ini adalah kuesioner. Kuesioner yang diisi oleh responden dibuat dalam bentuk pertanyaan tertutup, artinya dalam kuesioner sudah disediakan alternatif jawaban dari tiap item pertanyaan. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert. Skala ini berinterval 1-5 dengan pilihan jawaban sebagai berikut: a. Sangat tidak setuju (STS), dengan skor 1 (satu) b. Tidak setuju (TS), dengan skor 2 (dua) c. Netral (N), dengan skor 3 (tiga) d. Setuju (S), dengan skor 4 (empat) e. Sangat Setuju (SS), dengan skor 5 (lima)N. Definisi OperasionalDefinisi operasional dimaksudkan untuk menjabarkan variabel-variabel yang timbul dari suatu penelitian ke dalam indicator-indikator yang lebih terperinci.1. Variabel Independen (bebas)

a) Trust (X1)Kepercayaan konsumen adalah semua pengetahuan yang dimiliki konsumen dan semua kesimpulan yang dibuat konsumen tentang objek, atribut dan manfaatnya.(Sunarto,2006 h.153). Kepercayaan adalah satu variabel kunci untuk memelihara suatu hubungan jangka panjang, termasuk pada sebuah merek (Morgan dan Hunt, 1994). Adapun indikator pengukuran kepercayaan adalah sebagai berikut (Ndubisi, 2007) :

a. Bank sangat peduli dengan keamanan untuk transaksi. b. Bank menjanjikan dapat diandalkan. c. Bank konsisten dalam memberikan layanan yang berkualitas. d. Karyawan bank menunjukkan rasa hormat kepada pelanggan. e. Bank memenuhi kewajibannya terhadap nasabah.b) Commitmen (X2)Komitmen adalah suatu sikap yang merupakan niat untuk mempertahankan keterhubungan jangka panjang karena hubungan tersebut dirasa berharga dan memberikan manfaat. Komitmen dapat digambarkan sebagai orientasi pelanggan jangka panjang terhadap hubungan bisnis yang berdasarkan pada keterikatan emosional. (Karsono, 2006). Adapun indikator pengukuran komitmen adalah sebagai berikut (Ndubisi, 2007) : a. Bank melakukan penyesuaian sesuai dengan kebutuhan nasabah. b. Bank menawarkan layanan untuk memenuhi kebutuhan nasabah. c. Bank fleksibel saat jasa perusahaan berubah. d. Bank mampu memenuhi janji. c) Communication (X3)Komunikasi adalah proses yang digunakan konsumen dan organisasi pemasaran untuk saling membagi informasi guna mencapai pengertian bersama (Engel, et al, 1994 h.382). Komunikasi pemasaran sangat penting untuk mempertahankan pelanggan dan menarik pelanggan yang baru. Komunikasi dapat menginformasikan dan membuat konsumen potensial menyadari atas keberadaan produk/jasa yang ditawarkan. Adapun indikator pengukuran komunikasi adalah sebagai berikut (Ndubisi, 2007) : a. Bank dapat dipercaya memberikan informasi yang tepat waktu. b . Bank menyediakan informasi ketika ada layanan perbankan baru. c. Informasi yang diberikan oleh bank selalu akurat. d) Conflict handling (X4)Perilaku keluhan konsumen adalah istilah yang mencakup semua tindakan konsumen yang berbeda bila mereka merasa tidak puas dengan suatu pembelian/pelayanan.(Sunarto 2006 h.253). Penanganan keluhan secara efektif memberikan peluang untuk mengubah seorang pelanggan yang tidak puas, menjadi pelanggan produk/jasa perusahaan yang puas (atau bahkan menjadi pelanggan abadi).(Tjiptono, 2005). Adapun indikator pengukuran penanganan keluhan adalah sebagai berikut (Ndubisi, 2007) : a. Bank tidak mencoba untuk menghindari konflik potensial b. Bank mencoba untuk menyelesaikan konflik yang nyata sebelum mereka menimbulkan masalah c. Bank memiliki kemampuan untuk secara terbuka mendiskusikan solusi ketika masalah timbul 2. Variabel dependen ( Y ) : Loyalitas pelangganDalam penelitian ini variabel dependen adalah loyalitas nasabah. Loyalitas pelanggan adalah komitmen yang kuat untuk melakukan pembelian ulang atau berlangganan produk yang disukai secara konsisten di masa mendatang, sehingga menimbulkan rangkaian pembelian produk mereka yang sama secara berulang, meskipun pengaruh situasional dan upaya pemasaran berpotensi menyebabkan perpindahan merek (Oliver, 1999). Adapun indikator pengukuran loyalitas nasabah adalah (Ndubisi, 2007) : a. Selalu mengingat bank BNI sebagai pilihan pertama di antara bank lain di daerah tersebut.b. Bank yang pertama terlintas dalam pikiran ketika membuat transaksi adalah BNI. c. Memberi tahu dan menyarankan orang lain untuk memilih bank BNI dalam melakukan transaksi perbankan.

O. Teknik Pengumpulan DataTeknik Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan : Data Primer Data primer adalah data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh suatu organisasi atau perorangan langsung dari objeknya (Sekaran, 2000). Data primer dapat diperoleh dengan wawancara, kuesioner, ataupun observasi lapangan. Dalam penelitian ini, data primer diperoleh dari jawaban responden melalui kuesioner yang disebar. Struktur pertanyaan dalam kuesioner berupa pertanyaan tertutup. Responden akan diminta mengisi sendiri jawaban yang tersedia, namun demikian peneliti akan tetap mendampingi responden untuk mempermudah responden dalam menjawab pertanyaan. Metode kuesioner ini diberikan kepada para nasabah Bank BNI Cabang Kebumen.

3. Data SekunderData sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data (Kuncoro, 2003). Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini meliputi sejarah perusahaan, profil, visi dan misi, struktur organisasi, dan hal-hal lain yang terkait dengan perusahaan.P. Instrumen Penelitian1. Uji Validitas Uji validitas dilakukan untuk mengukur apakah instrumen penelitian benar-benar mampu mengukur konstruk yang digunakan (Sekaran, 2003). Pengujian validitas item-item pertanyaan dalam kuesioner bertujuan untuk mengetahui apakah item-item tersebut benar-benar mengukur konsep-konsep yang dimaksudkan dalam penelitian ini dengan tepat. Butir-butir pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini direplikasi dari kuesioner jurnal yang digunakan dalam penelitian ini dan dipadukan dengan penjabaran atas definisi teoritis dari variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Hal ini memberikan dukungan bahwa butir-butir pengukuran yang dijadikan indikator konstruk terbukti memiliki validitas isi (content validity), yaitu butir-butir pengukuran tersebut merupakan alat ukur yang mencukupi dan representatif yang telah sesuai dengan konsep teoritis (Cooper dan Schindler, 2006). Dengan kata lain, dapat dikemukakan bahwa indikator-indikator pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini telah divalidasi oleh peneliti sebelumnya. Namun, karena perbedaan setting penelitian, waktu, dan objek penelitian, peneliti merasa perlu untuk mengadakan pengujian ulang atas validitas instrumen penelitian ini. 2. Uji Reliabilitas Menurut Sekaran (dalam Jogiyanto, 2004), reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat ukur dapat dipercaya dan sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama. Hasilnya ditunjukkan oleh sebuah indeks yang menunjukkan seberapa jauh alat ukur dapat diandalkan (Arikunto, 1996). Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui tingkat konsistensi terhadap instrumen-instrumen yang mengukur konsep. Reliabilitas merupakan syarat untuk tercapainya validitas suatu kuesioner dengan tujuan tertentu. Untuk menguji reliabilitas digunakan Cronbach Alpha dengan bantuan software SPSS for Windows versi 18.0. Hair et al. (1998) menyatakan bahwa nilai Cronbach Alpha dapat dikatakan reliable apabila nilainya > 0,70. Indikator pengukuran reliabilitas menurut Sekaran (2000) yang membagi tingkatan reliabilitas dengan kriteria sebagai berikut: Jika (alpha) atau rhitung: a. 0,8-1,0 : Reliabilitas baik b. 0,6-0,79 : Reliabilitas diterimac. kurang dari 0,6 : Reliabilitas kurang baik

Q. Analisis DataTahap analisis data dilakukan dengan penerapan teknik statistik, mengingat penelitian ini dihadapkan pada hipotesa, populasi, dan teknik pengambilan sampel. Selanjutnya, data-data penelitian dianalisis dengan beberapa teknik pengujian, meliputi: analisis deskriptif, uji validitas, uji reabilitas.Analisis data dilakukan dengan menggunakan program (software) aplikasi SPSS (Statistic Package for The Social Science) for Windows versi 18.0. Dengan software SPSS for Windows versi 18.0 ini, peneliti melakukan berbagai uji statistik sebagaimana yang telah ditentukan di atas. Pemilihan software SPSS for Windows versi 18.0 ini didasarkan pada keakuratan dan kecepatan penyajian pengolahan hasil data.

1. Analisis Deskriptif Analisis ini berisi tentang bahasan secara deskriptif mengenai tanggapan yang diberikan responden pada kuesioner. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendiskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2004). Analisis deskriptif memaparkan gambaran mengenai demografi responden, antara lain: jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, penghasilan. Analisis deskriptif dilakukan dengan mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan data observasi agar pihak lain dapat dengan mudah memperoleh gambaran mengenai sifat objek dan data tersebut (Sekaran, 2000).

2. Uji Regresi Linear Berganda Digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Uji ini digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas (commitmen, trust, communication, dan conflict handling) terhadap variabel tidak bebas (customer loyalty).

3. Uji Koefisien Regresi Parsial (Uji-t) Uji-t digunakan untuk menguji signifikansi setiap variabel independen terhadap variabel dependen (Iriawan dan Astuti, 2006), atau untuk menguji apakah koefisien regresi signifikan atau tidak (Nachrowi dan Usman, 2008). Uji-t digunakan untuk menguji apakah variabel bebas secara individu mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel tidak bebas Pengujian regresi ini menggunakan uji regresi dua arah (two tailed test) dengan menggunakan level signifikan () sebesar 5% yang berarti bahwa tingkat keyakinan adalah 95%. Kriteria signifikan adalah apabila nilai ttabel < thitung < ttabel, maka tidak berpengaruh signifikan. Dan apabila nilai thitung > ttabel atau thitung < ttabel, maka berpengaruh signifikan. 4. Uji Model Regresi Simultan (Uji F) Uji F digunakan untuk menguji apakah sekelompok variabel bebas secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel tidak bebas. Uji F ini menggunakan level signifikan () sebesar 5% yang berarti bahwa tingkat keyakinan adalah 95%. Kriteria signifikan adalah apabila nilai Fhitung < Ftabel, maka variabel independen (commitmen, trust, communication, dan conflict handling) tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Dan apabila nilai Fhitung > Ftabel, maka variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependent. 25