83
i PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN BANDOTAN (Ageratum conyzoides L) SEBAGAI BIOINSEKTISIDA PENGENDALI HAMA KUTU BERAS (Sitophilus oryzae) Oleh Baiq Erni Suharni Nim: 151.125.065 FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MATARAM MATARAM 2016

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

i

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN

BANDOTAN (Ageratum conyzoides L) SEBAGAI

BIOINSEKTISIDA PENGENDALI HAMA KUTU BERAS

(Sitophilus oryzae)

Oleh

Baiq Erni Suharni

Nim: 151.125.065

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MATARAM

MATARAM

2016

Page 2: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

ii

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN

BANDOTAN (Ageratum conyzoides L) SEBAGAI

BIOINSEKTISIDA PENGENDALI HAMA KUTU BERAS

(Sitophilus oryzae)

Skripsi

Diajukan Kepada Institut Agama Islam Negeri Mataram

Untuk Melengkapi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Baiq Erni Suharni

Nim : 151.125.065

JURUSAN PENDIDIKAN IPA BIOLOGI

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

MATARAM

2016

Page 3: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi Baiq Erni Suharni, NIM. 151.125.065 yang Berjudul “Pengaruh

Variasi Konsentrasi Ekstrak Daun Bandotan (Ageratum conyzoides L) sebagai

Bioinsektisida Pengendali Hama Kutu Beras (Sitophilus oryzae)’’ telah memenuhi

syarat dan disetujui untuk di munaqasyah-kan. Disetujui pada tanggal 19 Desember

2016.

Di Bawah Bimbingan :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(Dr. Edi M. Jayadi, M.P) (Nurdiana, SP., MP.)

NIP. 196712312003121008 NIP. 196505302005012001

Page 4: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

iv

NOTA DINAS PEMBIMBING

Hal : Munaqasyah

Mataram, 19 Desember 2016

Kepada

Yth. Rektor IAIN Mataram

di_

Mataram

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Setelah diperiksa dan diadakan perbaikan sesuai masukan pembimbing dan pedoman

penulisan skripsi, kami berpendapat bahwa skripsi Baiq Erni Suharni, NIM.

151.125.065 yang berjudul “Pengaruh Variasi Konsentrasi Ekstrak Daun

Bandotan (Ageratum conyzoides L) sebagai Bioinsektisida Pengendali Hama

Kutu Beras (Sitophilus oryzae)” telah memenuhi syarat untuk diajukan dalam sidang

munaqasyah skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Mataram.

Demikian, atas perhatian Bapak Rektor disampaikan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(Dr. Edi M. Jayadi, M.P) (Nurdiana, SP., MP.)

NIP. 196712312003121008 NIP. 196505302005012001

Page 5: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

v

ERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Baiq Erni Suharni

Nim : 151.125.065

Jurusan : Pendidikan IPA Biologi

Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Instansi : IAIN Mataram

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi dengan judul “Pengaruh Variasi

Konsentrasi Ekstrak Daun Bandotan (Ageratum conyzoides L) sebagai Bioinsektisida

Pengendali Hama Kutu Beras (Sitophilus oryzae)” ini secara keseluruhan adalah hasil

penelitian/karya saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sumbernya.

Apabila di belakang hari ternyata karya tulis ini tidak asli, saya siap dianulir

gelar kesarjanaan saya sesuai dengan ketentuan yang berlaku di IAIN Mataram.

Mataram, 19 Desember 2016

Saya yang menyatakan,

Baiq Erni Suharni

NIM.151125065

Page 6: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

vi

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan judul: “Pengaruh Variasi Konsentrasi Ekstrak Daun

Bandotan (Ageratum conyzoides L) sebagai Bioinsektisida Pengendali Hama

Kutu Beras (Sitophilus oryzae)’’ yang diajukan oleh Baiq Erni Suharni, Nim.

151125065 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Mataram Jurusan Pendidikan

Ipa Biologi, telah dimunaqasyahkan pada tanggal 10 Januari 2016 dan telah

dinyatakan sah sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan

(S.Pd).

DEWAN MUNAQASYAH

1. Ketua Sidang : Dr. Ir. Edi M. Jayadi, M.P ( )

Pembimbing I NIP. 196712312003121008

2. Sekretaris Sidang : Nurdiana, SP., MP. ( )

Pembimbing II NIP. 196505302005012001

3. Penguji I : Dr. Bahtiar, M.Pd.,Si ( )

NIP. 197807192005011006

4. Penguji II : Ati Sukmawati, M.Pd. ( )

NIP. 197302172006042016

Mengetahui

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) mataram

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Dekan

(Dr. Hj. Nurul Yakin, M.Pd)

Nip. 196412311991032006

Page 7: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

vii

MOTTO :

Artinya :

Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya kami

tumbuhkan di bumi itu berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik? (Qs: As-

Syu’araa :7)1

1 Al-Qur’an, surat As-Syua’ra ayat 7

Page 8: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

viii

PERSEMBAHAN :

Skripsi ini kupersembahkan kepada :

1. Kedua orang tuaku tercinta (Lalu Sahabudin dan Mahnim) yang telah banyak

memberikanku dukungan dan motivasi serta telah bersusah payah dan tak

henti-hentinya mendo’akan untuk kesuksesan dan keberhasilanku

sepenuhnya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Kupersembahkan hasil

karya tulis ini sebagai kado terindah.

2. Adikku tersayang (Baiq Nurul Hidayatun Jalillah) terima kasih telah

memberikan motivasi dan dukungan selama ini.

3. Saudara-saudariku semuanya yang selalu memberikan dukungan baik moral

maupun materil, salam kasih buat kalian semuanya.

4. Sahabat-sahabatku tersayang (Karina Lismayani, Aisah Laili, Desi Aini,

Donna Dorothy Viviana, Rina Dara Utami, Lian Mei Ningsih dan Baiq

Mujaitun) serta teman-teman seperjuangan “Biologi Angkatan 2012”

khususnya teman-teman kelas B yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu,

kejarlah semua impian, masa-masa perkuliahan yang sulit maupun indah telah

kita lalui bersama.

5. Almamaterku tercinta IAIN Mataram.

Page 9: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan

taufik, rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan pada tauladan kita nabi

Muhammad SAW. yang membawa cahaya kehidupan, pejuang kebenaran dan

penegak keadilan, beserta keluarga, sahabat-sahabatnya serta orang-orang yang

mengikuti petunjuknyan sampai akhir zaman.

Penulis menyadari penuh bahwa dalam melaksanakan penyusunan skripsi ini

tidak akan diselesaikan dengan baik tanpa ada bantuan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

setulusnya kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. Edi M. Jayadi, M.P, selaku dosen pembimbing I dan Ibu Nurdiana,

SP,. MP., selaku pembimbing II, yang telah banyak meluangkan waktu untuk

memberikan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

2. Bapak dan Ibu Dosen yang telah banyak mengajarkan penulis selama

menimba ilmu di IAIN Mataram, khususnya di Jurusan Pendidikan IPA

Biologi. Semua ekspresi yang ada pada bapak/ibu telah menjadikan penulis

menjadi orang yang selalu ingin memperluas ilmu dan menanmbah ilmu

pengetahuan.

Page 10: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

x

3. Ibu Dwi Wahyudiati, M.Pd., dan Bapak Alwan Mahsul, M.Pd selaku Ketua

Jurusan dan Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA Biologi IAIN Mataram.

4. Ibu Dr. Hj. Nurul Yakin, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Imu Tarbiyah Dan

Keguruan IAIN Mataram.

5. Bapak Dr. H. Mutawalli, M.Ag. selaku Rektor IAIN Mataram.

6. Ibu Yunita Irawadi, S.Si., selaku kepala Laboratorium IPA Biologi IAIN

Mataram.

7. Semua pihak yang telah berperan serta membantu penulis didalam

menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Kepada semua pihak tersebut, semoga tercatat sebagai amal ibadah dan

mendapat ridha balasan dari Allah SWT. AamiIn Ya Robbalalamiin.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Untuk itu penulis

sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang konstruktif. Semoga dengan

adanya hasil karya penulis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Aamiin

Allahumma Aamiin.

Mataram, 19 Desember 2016

Penulis

Page 11: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii

HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................. iii

HALAMAN NOTA DINAS ................................................................................. iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................................... v

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. vi

HALAMAN MOTTO ......................................................................................... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN......................................................................... viii

KATA PENGANTAR ............................................................................................ x

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL............................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xv

ABSTRAK .......................................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar belakang ........................................................................................... 1

B. Rumusan masalah dan batasan masalah .................................................... 5

C. Tujuan dan manfaat penelitian .................................................................. 6

D. Penegasan istilah ........................................................................................ 7

Page 12: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

xii

BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................ 9

A. Kajian teori ................................................................................................... 9

1. Bandotan (Ageratum conyzoides L) ....................................................... 9

a. Sejarah perkembangan bandotan...................................................... 9

b. Klasifikasi dan karakteristik bandotan ............................................. 9

c. Morfologi bandotan ........................................................................ 10

d. Habitat dan cara hidupnya .............................................................. 13

e. Kandungan kimia daun bandotan ................................................... 13

2. Kutu beras (Sitophilus oryzae) ............................................................. 14

a. Klasifikasi kutu beras ..................................................................... 14

b. Morfologi kutu beras ...................................................................... 15

c. Siklus hidup kutu beras .................................................................. 16

3. Bioinsektisida ...................................................................................... 17

4. Ekstraksi daun bandotan ..................................................................... 17

B. Kerangka berpikir....................................................................................... 18

C. Hipotesis .................................................................................................... 20

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 21

A. Desain dan pendekatan penelitian ............................................................ 21

B. Waktu dan tempat penelitian ..................................................................... 22

C. Populasi dan sampel .................................................................................. 22

D. Alat dan bahan ........................................................................................... 23

E. Variabel penelitian .................................................................................... 25

F. Prosedur penelitian .................................................................................... 25

G. Teknik pengumpulan data ......................................................................... 29

Page 13: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

xiii

H. Teknik analisis data ................................................................................... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA ................................ 32

A. Hasil penelitian dan analisis data .............................................................. 32

1. Awal kematian kutu beras ................................................................... 32

2. Mortalitas kutu beras ........................................................................... 34

B. Pembahasan ……………………………………………………. ............. .36

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………..44

LAMPIRAN……………………………………………………………………..46

Page 14: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Tanaman bandotan ........................................................................... 10

Gambar 2.2. Kutu beras ......................................................................................... 15

Gambar 2.3. Bagan kerangka berpikir ................................................................... 19

Page 15: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Desain penelitian ................................................................................... 22

Tabel 3.2. Tabel sidik ragam .................................................................................. 30

Tabel 4.1. Hasil pengamatan awal kematian kutu beras ........................................ 32

Tabel 4.2. Hasil pengurangan untuk setiap rerata .................................................. 33

Tabel 4.3. Bagan penentuan notasi untuk awal kematian kutu beras..................... 34

Tabel 4.4. Hasil pengamatan untuk mortalitas kutu beras ..................................... 34

Tabel 4.5. Hasil pengurangan untuk setiap rerata .................................................. 35

Tabel 4.6. Bagan penentuan notasi untuk awal kematian kutu beras..................... 36

Page 16: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil perhitungan Analisis of varian (ANOVA) taraf 5% ............... 45

Lampiran 2. Hasil perhitungan Beda Nyata Terkecil (BNT) dengan taraf 5% ...... 51

Lampiran 3. Gambar notasi garis ........................................................................... 52

Lampiran 4. Foto proses penelitian ........................................................................ 53

Lampiran 5. Jadwal pelaksanaan penelitian ........................................................... 58

Lampiran 6. Surat ijin penelitian ................................................................................

Lampiran 7. Kartu konsultasi ....................................................................................

Page 17: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

xvii

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN BANDOTAN

(Ageratum conyzoides L) SEBAGAI BIOINSEKTISIDA PENGENDALI HAMA

KUTU BERAS (Sitophilus oryzae)

Oleh

Baiq Erni Suharni

Nim : 15.1.12.5.065

ABSTRAK

Tanaman bandotan memiliki senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, dan minyak atsiri.

Senyawa-senyawa tersebut berpotensi untuk digunakan sebagai bioinsektisida guna

menekan populasi berbagai serangga hama salah satunya kutu beras. Jenis penelitian

yang digunakan yaitu eksperimen dengan pendekatan kuantitatif, yang bertujuan

untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi ekstrak daun bandotan (Ageratum

conyzoides L) sebagai bioinsektisida pengendali hama kutu beras (Sitophilus oryzae).

Analisis data menggunakan ANOVA. Pada awal kematian kutu beras Fhitung = 293,80

> Ftabel = 2,87 dan mortalitas kutu beras Fhitung = 158,75 > Ftabel = 2,87. Dinyatakan

berpengaruh sehingga HI diterima dan dilanjutkan dengan uji BNT. Hasil uji BNT

untuk awal kematian kutu beras yaitu 0,442 dan untuk mortalitas kutu beras yaitu

0,834. Kesimpulannya yakni ekstrak daun bandotan (Ageratum conyzoides L)

berpengaruh sebagai bioinsektisida pengendali hama kutu beras (Sitophilus oryzae)

dengan variasi konsentrasi dan konsentrasi yang paling berpengaruh yakni 40%

dengan rata-rata kemetian 90%.

Kata Kunci : Daun Bandotan (Ageratum conyzoides L), Hama Kutu Beras

(Sitophilus oryzae), Ekstrak

Page 18: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang sebagian besar

penduduknya hidup dari pertanian. Beras menempati posisi penting dalam

penyediaan pangan karena sebagian besar rakyat Indonesia menggunakan

beras sebagai bahan makanan pokok.2

Kebutuhan terhadap beras akan terus menerus meningkat seiring

dengan meningkatnya jumlah penduduk. Peningkatan produksi beras

perludiimbangi dengan penanganan pasca panen yang baik. Penyimpanan

merupakan salah satu tahap penting karena periode tersebut padi atau beras

mengalami proses penurunan kualitas dan kuantitas. Kerusakan saat

penyimpanan umumnya ditimbulkan oleh hama, sehingga jika serangan

serangga tersebut berlanjut dapat menyebabkan turunnya mutu terhadap bahan

pangan yang disimpan.3

Serangga hama merupakan salah satu makhluk hidup yang aktif

menyerang dan merusak tanaman sehingga mengakibatkan kerusakan secara

ekonomis. Hama ini dapat berupa binatang atau hewan yang secara kasat mata

tampak jelas di lapangan atau suatu tempat tertentu dengan menimbulkan

2Budisutiya dan Evi Arisandi, “Pemanfaatan Daun Bandotan Sebagai Pengendali Serangga

Hama”. Jurnal penelitian tanaman herba, 7(1), 39-40, 2006. 3Ibid, h.12

1

Page 19: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

2

gejala serangan pada tanaman atau hasil tanaman pada tingkat yang melebihi

batas ambang ekonomi. Hewan atau binatang yang dapat dikelompokkan

sebagai hama antara lain adalah serangga, molusca, burung dan lain

sebagainya.4

Sitophilus oryzae, merupakan salah satu jenis hama gudang yang

banyak merusak persediaan beras di tempat penyimpanan. Serangannya

menyebabkan butiran beras menjadi berlubang kecil-kecil serta mudah pecah

dan remuk bagaikan tepung, sehingga kualitasnya rendah karena rasanya tidak

enak dan berbau apek. Sitophilus oryzae juga menyebabkan bahan yang

diserang akan ditumbuhi jamur-jamur yang berbahaya bagi manusia bila

termakan.5

Pengendalian secara kimiawi merupakan usaha pengendalian dengan

zat kimia terutama pestisida. Sistem pengendalian ini bersifat cepat tetapi

bedampak negatif bagi ekosistem dan manusia. Dampak yang dapat terlihat

yaitu matinya serangga lain yang tidak merugikan, kekebalan bagi hama,

keracunan pada manusia dan zat-zat sisanya (residu) membuat lingkungan

tercemar.6

Salah satu upaya mengurangi atau mencegah kerusakan hasil pertanian

pasca panen dapat dilakukan dengan pemberian insektisida alami, yaitu

4Anwar hidayat, Mengidentifakasi Jenis Hama dan Sifat Hama, ( Bandung: Direktorat

Pendidikan Menengah Kejuruan Jakarta, 2011), h.1. 5Ibid, h. 14

6Narulita Candra Dewi, Mengenal Hama dan Penyakit Tumbuhan, (Klaten: PT.Intan

Pariwara, 2008), h. 48.

Page 20: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

3

dengan memanfatkan tanaman beracun terhadap serangga tetapi tidak

mempunyai dampak terhadap lingkungan serta tidak berbahaya terhadap

manusia. Pemanfaatan bahan nabati sebagai bahan pestisida telah banyak

mendapat perhatian untuk dikembangkan sebab relatif mudah didapat, aman

terhadap hewan bukan sasaran, mudah terurai di alam sehingga tidak

menyebabkan pencemaran, residunya relatif pendek, dan hama tidak

berkembang menjadi tahan terhadap pestisida nabati.

Tumbuhan penghasil insektisida nabati (alami) adalah kelompok

tumbuhan yang menghasilkan pestisida pengendali hama insekta. Dalam

beberapa kasus, tumbuhan penghasil insektisida nabati dapat juga digunakan

untuk mengendalikan jenis organisme pengganggu tanaman (OPT) lainnya

seperti nematoda dan moluska.7 Berikut adalah contoh tumbuhan penghasil

insektisida nabati yaitu, mimba, bengkuang, tembakau, cengkeh, sirsak,

srikaya dan bandotan.

Berdasarkan hasil observasi awal yang sudah dilakukan oleh peneliti

di lingkungan sekitar rumah tempat tinggal peneliti, bahwa tumbuhan

bandotan dapat digunakan sebagai obat.Selain untuk obat luka baru, tanaman

ini berguna sebagai insektisida nabati.

Hasil penelitian sebelumnya tentang ekstrak bandotan telah dilaporkan

berpotensi untuk menguji tingkat mortalitas larva Crocidolomia binotalis

7Agus kardinan, Pestisida Nabati Ramuan & Aplikasi (Jakarta:Penebar Swadaya, 1991), h.

17.

Page 21: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

4

Zeller, salah satu hama pada tanaman kubis. Mortalitas larva tertinggi terlihat

pada perlakuan ekstrak 5 % dan yang terendah terlihat pada perlakuan ekstrak

3% dengan persentase rata-rata 70%.8

Hasil penelitian Astriani (2010) pada tembelekan dan bandotan

perlakuan tunggal 14 hari diperoleh persentase mortalitas Sitophilus oryzae

pada konsentrasi 62,5% untuk daun tembelekan dan untuk daun bandotan

persentase konsentrasi 67,5% memberikan tingkat mortalitas paling tinggi

yaitu hanya 6%.

Selain itu, penelitian tentang ekstrak daun bandotanjuga pernah

dilakukan untuk menguji toksisitas ekstrak daun bandotan terhadap organisme

non-target yaitu ikan mas. Berdasarkan hasil uji lanjut menunjukkan bahwa

nilai LC50 dari ekstrak daun bandotan adalah 32,012 gr/L dan berada pada

rentang 29,239-34,984 mg/L. Semakin tinggi konsentrasi yang dilarutkan

pada media hidup ikan mas, maka tingkat kelulusan hidup ikan mas akan

semakin rendah.9

Penelitian sebelumnya tentang pengujian ekstrak bandotan tersebut

mengenai uji toksisitas daun tersebut, sehingga peneliti ingin melakukan

penelitian tentang manfaat ekstrak daun bandotan sebagai insektisida nabati.

8Supratman Andi, “Efikasi Ekstrak Babandotan (Ageratum conyzoides L.) terhadap

(Crocidolomia binotalis Zeller)”(Skripsi, Fakultas pertanian Universitas Bengkulu, Bengkulu, 2007),

h. 60. 9Ida Kinasih, “ Uji Toksisitas Daun Bandotan (Ageratum conyzoides L.) Terhadap Ikan Mas

(Cyprinus carpio Linn) Sebagai Organisme Non-Target”(Skripsi, Jurusan Biologi Fakultas Sains dan

Tekhnologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Bandung, 2013),h. 121.

Page 22: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

5

Berdasarkan perbedaan variasi konsentrasi optimum untuk menguji

tingkat mortalitas serangga yang berbeda pada penelitian di atas, maka

peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Variasi

Konsentrasi Ekstrak Daun Bandotan (Ageratumconyzoides L.)Sebagai

Bioinsektisida Pengendali Hama Kutu Beras (Sitophilus oryzae )”.

B. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada

penelitian ini adalah”Apakah variasi konsentrasi berpengaruh terhadap

kemampuan ekstrak daun bandotan sebagai pengendali hama kutu

beras”?

2. Batasan Masalah

Berdasarkan objek yang akan diteliti, serta untuk memperjelas

ruang lingkup penelitian ini maka perlu ada batasan masalah. Adapun

batasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Bagian tumbuhan Bandotan yang akan digunakan adalah bagian

daunnya (folium).

b. Hama Kutu Berasyang akan digunakan adalah kutu beras yang

sudah dewasa berwarna cokelat kehitaman.

c. Konsentrasi ekstrak daun Bandotanyang digunakan dalam

penelitian ini adalah 0%, 10%, 20%, 30%, dan 40%.

Page 23: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan, maka penelitian

ini dilakukan dengan tujuan “untuk mengetahui pengaruh variasi

konsentrasi ekstrak daun bandotan sebagai bioinsektisida pengendali hama

kutu beras.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini antara lain:

a. Manfaat teoritis

1) Untuk menambah khazanah pengetahuan ilmu pengetahuan

khususnya dalam bidang pertanian dan pendidikan

2) Sebagai refrensi untuk peneliti berikutnya tentang tumbuhan

bandotan yang dapat dimanfaatkan sebagai insektisida nabati.

3) Untuk peneliti dapat memberi ilmu dan pengetahuan agar mencari

bahan kajian untuk melakukan penelitian lagi.

b. Manfaat praktis

1) Untuk mahasiswa jurusan pendidikan IPA Biologi IAIN Mataram

dapat dijadikan sebagai rujukan atau refrensi dalam praktikum dan

pembelajaran biologi.

2) Untuk masyarakat dapat mengetahui bahwatanaman bandotan bisa

digunakan dan dimanfaatkan sebagai insektisida nabati.

Page 24: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

7

D. Penegasan Istilah

Istilah-istilah dalam penelitian ini akan dijelaskan secara terperinci

untuk menghindari kesalahan penafsiran pada judul. Istilah yang dimaksud

adalah sebagai berikut:

1. Variasi konsentrasi

Variasi merupakan tindakan atau hasil perubahan dari keadaan

semula (selingan) atau bentuk yang lain.10

Konsentrasi adalah pemusatan

perhatian atau pikiran pada suatu hal.11

Variasi konsentrasi yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah perbedaan persentase kandungan bahan di

dalam suatu larutan.

2. Ekstraksi

Ekstrak adalah isi ringkas; intisari; kutipan; sari; inti; salinan.

Sedangkan ekstraksi merupakan proses penarikan zat pokok yang

diinginkan dari bahan mentah obat dengan menggunakan pelarut yang

dipilih dari zat yang diinginkan larut.12

Ekstraksi merupakan salah satu cara untuk memisahkan bahan dari

suatu campuran. Agar pelarut dapat berlangsung maka harus diusahakan

terjadinya kontak yang baik antara pelarut dengan bahan yang akan

dilarutkan. Ekstraksi dapat dilakukan dengan untuk ekstraksi cair-cair

10

Risky Maulana, Kamus Praktis Bahasa Indonesia (Surabaya, Lima Bintang, 2010), h, 424. 11

Ibid, h. 161 12

Supratman, Efikasi Estrak, h .32

Page 25: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

8

ataupun ekstraksi padat cair. Untuk eksraksi cair dapat dilakukan dengan

cara mencampurkan cairan campuran dengan pelarut dan diaduk.,

sedangkan ekstraksi untuk zat padat dilarutkan dengan cara melarutkan zat

dengan menambahkan pelarut. Pada penelitian ini ekstraksi yang

digunakan adalah ekstraksi padat cair, yang menjadi padat yaitu daun

Bandotan sedangkan yang menjadi cairan atau pelarutnya yaitu etanol.

3. Daun (folium)

Daun merupakan salah satu bagian pokok dari tumbuhan.13

Tepi

daun bandotan berigi dengan ujung runcing, pangkal membulat panjang

dan berwarna hijau. Daun yang digunakan dalam penelitian ini adalah

daun bandotan.

4. Hama Kutu Beras

Kutu Beras merupakan hama gudang utama perusak bahan

makanan (terutama beras dan jagung) yang disimpan. Serangga tersebut

terutama pada stadium larva aktif memakan biji-bijian dan menimbulkan

kerugian yang besar.14

Hama kutu beras yang digunakan dalam penelitian

ini adalah kutu beras yang sedah dewasa.

13

Tjitrosoepomo, Gembong. Morfologi Tumbuhan. (Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press, 2011), h. 7. 14

Hamin sudarsono. 2003. Hama kutu beras (sitophilus oryzae). Jurnal Hama dan Penyakit

Tropika. Vol.3, no 2:51-56 (2003). ISSN 1411-7525.

Page 26: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kajian pustaka

1. Bandotan

a. Sejarah perkembangan Bandotan

Bandotan adalah herbal tahunan yang tumbuh sekitar 60 cm

tinggi dan menghasilkan bunga-bunga pink kecil di bagian atas batang

berbulu nya. Di beberapa negara itu dianggap sebagai gulma yang sulit

untuk mengontrol. Bandotan berkisar dari tenggara Amerika Utara ke

Amerika Tengah, tetapi pusat asal di Amerika Tengah dan Karibia.

Ageratum juga ditemukan di beberapa negara di daerah tropis dan sub-

tropis, termasuk Brasil. Tanaman Bandotan merupakan jenis tanaman

pengganggu, yang dibanyak ditemukan di pinggir jalan, hutan, dan

ladang terbuka.15

b. Klasifikasi Bandotan

Klasifikasi tanaman Bandotan adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Sub divisi : Spermatophyta

Kelas : Magnoliopsida

15

Hasrianti silondae, “Pengaruh Ekstrak Bandotan (Ageratum conyzoides L) Terhadap

Mortalitas Kutu beras”. Jurnal penelitian pasca panen pertanian, 12(3), 126-127,2015.

9

Page 27: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

10

Sub kelas : Asteridae

Ordo : Asterales

Family : Astereceae

Genus : Ageratum

Spesies : Ageratum conyzoides L.16

c. Morfologi Bandotan

Gambar 2.1 Tanaman Bandotan17

Keterangan:

1. Bunga (flos)

2. Daun (folium)

3. Batang (caulis

Bandotan merupakan salah satu tumbuhan herba setahu yang

tingginya dapat mencapai 30-90 cm dan tumbuhan tegak atau batang

bawah berbaring.

16

Supratman, Efikasi Estrak, h .21 17

Http://jamuherbaindonesia.blogspot.co.id/2014/02/gambar-tanaman-bandotan.html. diambil

pada tanggal 6 September2016, pukul 15:05 wita

1

2

3

Page 28: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

11

1. Alat Hara (Organum nutritivum)

Adapun alat hara yang dimiliki oleh Bandotan adalah

sebagai berikut:18

a) Akar (radix)

Akarbandotan merupakan akar tunggang,

perakarannya dangkal, sedikit dan tidak kuat sehingga

mudah dicabut, akarnya berwarna putih kekuning-

kuningan, terdapat sedikit bulu-bulu halus.

b) Batang (caulis)

Batang bandotan tumbuh tegak. Buku-bukunya dan

bagian batang yang lebih muda ditumbuhi rambut halus.

Tingginya berkisar dari 25cm -50cm, membentuk cabang.

Pada ketiak daun tumbuh tunas yang membentuk cabang.

c) Daun (folium)

Daun bandotan berbentuk bulat telur. Bagian

pangkal helai daun berbentuk bundar atau sedikit

meruncing. Ujung helai daun berbentuk runcing atau agak

tumpul. Ukuran helai daun 2-10 cm. tepi helai daun

bergerigi atau berombak.

18

https://www.academia.edu/7731508/Laporan_PKL_Bandotan_Ageratum_conyzoides_L._. diambil pada tanggal 7 agustus, pukul 11.00 wita.

Page 29: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

12

2. Alat perkembangbiakan (Organum reproductivum)

a) Bunga (flos)

Bunga bandotan merupakan kelompok kepala-

bunga. Dalam satu kelopak terdiri dari tiga atau empat

kepala-bunga. Masing-masing kepala bunga tumbuh

pada tangkai sendiri. Terdiri dari 60-75 bunga yang

tersusun (terbungkus) dalam daun pembalut

(involocral-bract). Mahkota lima berwarna putih

panjangnya 5-6 mm.

b) Buah (fructus)

Buah bandotan berukuran kecil, hampir tidak

menyerupai buah karena bagian dinding buah bersatu

dengan biji, berwarna putih kehitam-hitaman.

c) Biji (semen)

Biji bandotan warnanya kehitam-hitaman.

Kecil, memiliki 5 papus (merupakan bulu) pada

puncaknya. Ringan dan sangat banyak jumlahnya.

Tanaman Bandotan ketinggiannya bisa mencapai 1

meter, dengan ciri daun yang memiliki bulu berwarna putih

halus. Bunga berukuran kecil, berwarnaputih agak keunguan

pucat, berukuran seperti bunga matahari kecil, dengan diameter

Page 30: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

13

5-8 mm. Batang dan daun ditutp oleh bulu halus berwarna

putih dan daunnya bisa mencapai 7,5 cm. buahnya mudah

tersebar sedangkan bijinya ringan mudah diterhembus oleh

angin.19

d. Habitat dan cara hidupnya

Tanaman ini umum tumbuh liar di pekarangan, tepi jalan, di

ladang atau persawahan. Biasanya orang mengenalnya sebagai gulma

sehingga sering dibasmi begitu saja. Jika sudah layu serta membusuk,

jadi daun tanaman ini akan berbau tidak enak.

Di Indonesia, bandotan merupakan tumbuhan liar dan lebih

dikenal sebagai tumbuhan pengganggu (gulma) di kebun dan di

ladang. Tumbuhan ini juga banyak ditemukan juga di pekarangan

rumah, tepi jalan, tanggul, di sekitar saluran air, dan di ketinggian 1-

2.100 m di atas permukaan laut.20

e. Kandungan daun bandotan

Berdasar pada penelitian oleh beberapa pakar kesehatan,

tanaman ini nyatanya mempunyai manfaat untuk kesehatan kita

lantaran memiliki kandungan zat-zat utama, yakni asam amino,

alkaloid, organacid, pectic substance, ageratochromene, organacid,

19

http://jamuherbaindonesia.blogspot.co.id/2014/02/khasiat-kesehatan-bandotan.html.diambil

pada tanggal 15 agustus 2016, pukul 08:05 wita.

20 Maryati, Jusmawati, dan Mila Karmila. “Pemanfaatan Daun Bandotan (Ageratum

conyzoides L.) Sebagai Insektisida Nabati”. Jurnal Mahasiswa FMIPA UNM, 7(1), 320,2008.

Page 31: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

14

minyak asiri, ageratochromene, kumarin, friedelin, stigmasterol, ß-

sitosterol, sulfur, tanin, serta potassium chlorida.

Daun dan bunga mengandung saponin, flavanoid dan polifenol,

selain itu daunnya mengandung minyak asiri. Daun yang diekstrak

dengan methanol pada konsentrasi tertentu beracun terhadap serangga.

Tepung daunnya yang dicampur dengan terigu mampu menghambat

pertumbuhan larva serangga menjadi pupa. Selain untuk insektisida

nabati, daun Bandotan berkhasiat sebagai obat luka baru, wasir, sakit

dada, mata dan perut, sementara akarnya sering digunakan sebagai

obat demam.21

2. Kutu Beras (Sitophilus oryzae)

a. Klasifikasi kutu beras (Sitophilus oryzae)

Kingdom : Animalia

Filum : Antropoda

Kelas : Insect

Ordo : Coleopteran

Famil : Cureulionidae

Genus : Sitophilus

Spesies : Sitophilus oryzae.22

21

Kardinan, Pestisida Nabati, h. 21 22

Embriani. 2014. Kutu Beras (Sitophylus oryzae). (KTI). h.15

Page 32: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

15

b. Morfologi kutu beras (Sitophylus oryzae)

Gambar 2.2 Morfologi Kutu Beras (Sitophylus oryzae)23

Keterangan:

1. Kaki 4. Kepala

2. Antena 5. Sayap

3. Mulut

Kumbang muda dan dewasa berwarna cokelat agak kemerahan,

setelah tua warnanya berubah menjadi hitam. Terdapat 4 bercak

berwarna kuningagak kemerahan pada sayap bagian depan, 2 bercak

pada sayap sebelah kiri, dan 2 bercak pada sayap sebelah kanan.

Panjang tubuh kumbang dewasa ± 3,5-5 mm, tergantung dari tempat

hidup larvanya. Apabila kumbang hidup pada jagung, ukuran rata-rata

23

Http://khiashawol.blogspot.co.id/2012/04/kutu-beras.html. diambil pada tanggal 1 Agustus

2016, pada pukul 10:15 wita.

1

2

3

4

5

Page 33: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

16

± 4,5 mm, sedang pada beras hanya ± 3,5 mm. larva kumbang tidak

berkaki, berwarna putih atau jernih dan ketika bergerak akan

membentuk dirinya dalam keadaan agak membulat. Pupa kumbang ini

tampak seperti kumbang dewasa.24

c. Siklus hidup kutu beras (Sitophilus oryzae)

Kumbang betina dapat mencapai umur 3-5 bulan dan dapat

menghasilkan telur sampai 300-400 butir. Telur diletakkan pada tiap

butir beras yang telah dilubangi terlebih dahulu. Lubang gerekan

biasanya dibut sedalam 1 mm dan telur yang dimasukkan ke dalam

lubang tersebut dengan bantuan moncongnya adalah telur yang

berbentuk lonjong. Stadia telur berlangsung selama ± 7 hari. Larva

yang telah menetas akan langsung menggerek butiran beras yang

menjadi tempat hidupnya. Selama beberap waktu, larva akan tetap

berada di lubang gerekan, demikian pula imagonya juga akan berada

di dalam lubang selama ± 5 hari. Siklus hidup hama ini sekitar 28-90

hari, tetapi umumnya selama ± 31 hari. Panjang pendeknya siklus

hidup ham ini tergantung pada temperatur ruang simpan, kelembaban

diruang simpan, dan jenis produk yang diserang.25

24

Ibid. h. 10 25

http://khiashawol.blogspot.co.id/2012/04/kutu-beras.html. diambil pada tanggal 1 Agustus

2016, pada pukul 10:15 wita.

Page 34: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

17

3. Bioinsektisida

Bioinsektisida nabati merupakan bioinsektisida yang berasal dari

tumbuh-tumbuhan yang memiliki sifat insektisida sehingga mampu

membunuh atau menolak serangga hama. Penggunaan bioinsektisida

hayati tumbuhan merupakan salah satu alternatif pilihan. Secara alamiah

nenek moyang telah mengembangkan bioinsektisida nabati dengan

menggunakan tumbuan yang ada di lingkungan pemukiman, nenek

moyang memakai bioinsektisida nabati atas dasar kebutuhan praktis dan

disiapkan secara tradisional. Tradisi ini akhirnya hilang karena desakan

tekhnologi yang tidak ramah lingkungan.

4. Ekstrak daun bandotan

Ekstrak adalah isi ringkas, intisari, sari, inti, salinan.26

Ekstrak

yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sari yang didapat dari hasil

saringan daun bandotan yang sudah dimaserasi selama 24 jam. Daun

bandotan memiliki banyak kandungan yang berbahaya bagi hama, salah

satu kandungannya yaitu minyak asiri, jika ekstrak daun bandotan ini

dicampur dengan etanol akan beracun terhadap serangga. Daun yang akan

diekstrak adalah bagian ujungnya yaitu urutan ke-5 dari bagian ujung.

Ekstraksi dapat dilakukan dengan untuk ekstraksi cair-cair

ataupun ekstraksi padat cair. Untuk eksraksi cair dapat dilakukan dengan

26

Tim Penyusun, Kamus Saku Ilmiah Populer Edidi Lengkap. (Jakarta: Gama Press, 2010), h.

61

Page 35: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

18

cara mencampurkan cairan campuran dengan pelarut dan diaduk.

Sedangkan ekstraksi untuk zat padat dilarutkan dengan cara melarutkan

zat dengan menambahkan pelarut.27

B. Kerangka berpikir

Bandotan merupakan jenis tumbuhan gulma yang tumbuh di tempat

yang tidak terduga. Tanaman ini biasanya dimanfaatkan oleh manusia sebagai

obat pada luka baru, wasir, sakit dada, mata, dan perut. Sementara akarnya

sering digunakan sebagai obat demam.

Daun dan bunga tanaman Bandotan mengandung saponin, flavonoid

dan polifenol, selain itu juga daunnya mengandung minyak asiri. Daunnya

yang diekstrak dengan etanol pada konsentrasi tertentu beracun terhadap

serangga. Tepung daunnya yang dicampur dengan tepung terigu mampu

menghambat pertumbuhan larva serangga menjadi pupa, sehingga dengan

demikian dapat dimanfaatkan sebagai bioinsektisida untuk menanggulangi

hama khususnya dari serangga.

Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu membantu

masyarakat khususnya dalam bidang pertanian untuk menjadikan insektisida

yang berasal dari tanaman menjadi salah satu alternatif yang dapat dilkukan

untuk mengatasi masalah hama. Penggunaan insektisida alami ini selain dapat

mengurangi pencemaran lingkungan, harganya relatif lebih murah bila

dibandingkan dengan pestisida kimia.

27

Supratman, Efikasi Estrak, h .32

Page 36: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

19

Oleh karena itu, pada penelitian ini menguji ekstrak daun Bandotan

sebagai bioinsektisida, untuk melihat apakah ada potensi variasi konsentrasi

yang diberikan terhadap mortalitas kutu beras. Adanya mortalitas kutu beras

yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pada konsentrasi berapakah

konsentrasi yang paling optimuyang mampu membunuh hama kutu beras

paling efektif dan efisien.

Gambar 2.3 Bagan Kerangka Berpikir

Tanaman bandotan

(Ageratum conyzoides)

Daun bandotan Gulma yang hidup

disembarang tempat

Mengandung saponin,

flavonoid, polifenol, dan

minyak asiri

Dimanfaatkan sebagi obat

pada luka, wasir, perut dan

sakit dada

Diekstrak dengan etanol,

beracun terhadap serangga

hama (kutu beras)

Ekstrak daun bandotan

dijadikan insektisida nabati

Membantu masyarakat

dalam bidang pertanian

Page 37: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

20

C. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka diajukan

hipotesis sebagi berikut:

Hi : Ada pengaruh variasi konsentrasi ekstrak daun bandotan sebagai

bioinsektisida pengendali hama kutu beras.

Page 38: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

21

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen dengan

pendekatan kuantitatif. Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang

digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain

dalam kondisi yang terkendali.28

Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang

identik dengan pendekatan deduktif, yaitu berangkat dari persoalan umum

(teori) ke hal yang khusus sehingga penelitian harus ada landasan teorinya.29

Sesuai dengan namanya penelitian kuantitatif banyak dituntut menggunakan

angka mulai dari pengumpulan data dan hasilnya banyak didominasi oleh

peran statistik.

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

rancangan acak lengkap (RAL). Rancangan Acak Lengkap (RAL) umumnya

digunakan untuk percobaan-percobaan di laboratorium, rumah kaca dan

percobaan-percobaan terkendali lainnya. Pada penelitian ini diggunakan lima

perlakuan denganlima kali ulangan sehingga 5 x 5 = 25 unit percobaan.

Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa tingkat mortalitas hama

kutu beras yang diberikan ekstrak daun Bandotan dengan variasi konsetrasi.

28

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2013), h.107. 29

Mashyuri dkk, Metodologi Penelitian Praktis dan Aplikatif, (Bandung: Refika Aditama,

2008), h.12.

21

Page 39: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

22

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Ulangan Perlakuan (konsentrasi) Rerata

(1)

0%

(2)

10%

(3)

20%

(4)

30%

(5)

40%

1 P1U1 P2U1 P3U1 P4U1 P5U1

2 P1U2 P2U2 P3U2 P4U2 P5U2

3 P1U3 P2U3 P3U3 P4U4 P5U5

4 P1U4 P2U4 P3U4 P4U4 P5U5

5 P1U5 P2U5 P3U5 P4U5 P5U5

Total

Rata-

rata

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pendidikan IPA Biologi

IAIN Mataram, waktu pelaksanaannya pada tanggal 08 s/d 09 Desember

2016.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah semua individu atau objek yang menjadi sumber

pengambilan sampel. Populasi yang dijadikan sebagi objek dalam

penelitian ini adalah kutu beras.

Page 40: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

23

2. Sampel

Sampel merupakan sebagian dari seluruh individuatau objek yang

menjadi objek penelitian. Sampel pada penelitian ini adalah 10 ekor kutu

beras setiap toples perlakuan dan ulangan. Dalam penelitian ini dilakukan

5 kali pelakuan (konsetrasi) dan 5 kali ulangan, sehingga diperoleh 25 unit

percobaan. Jadi jumlah individu kutu beras yang dijadikan sampel dalam

penelitian ini adalah 25 unit x 10 ekor = 250 ekor.

D. Alat dan Bahan

1. Alat penelitian

Alat merupakan benda yang bisa digunakan berulang-ulang.

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat untuk

keperluan ekstraksi bahan, sterilisasi, dan pengujian aktivitas

bioinsektisida.

a. Blender yang digunakan untuk menggiling daun bandotan hingga

hancur.

b. Pengaduk yang digunakan untuk mengaduk larutan.

c. Pisau yang digunakan untuk memotong daun bandotan dari

batangnya.

d. Toples digunakan untuk tempat menampung biakan kutu beras.

e. Gelas ukur digunakan untuk mengukur pelarut yang akan

dicampurkan.

Page 41: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

24

f. Gelas pop ice digunakan sebagai tempat menaruh hama kutu beras

yang akan diberikan ekstrak daun bandotan sesuai dengan

konsentrasi.

g. Kertas label digunakan untuk memberi keterangan pada setiap

botol kispray.

h. Arlogi atau stopwatch digunakan untuk menghitung waktu.

i. Alat tulis digunakan untuk mencatat data hasil pengamatan.

j. Kamera digunakan untuk mengmabil gambar/dokumentasi.

k. Timbangan digunakan untuk menimbang daun bandotan yang

dibutuhkan.

2. Bahan penelitian

Bahan merupakan benda yang digunakan yang bersifat habis

pakai. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagi berikut:

a. Daun Bandotan dengan urutan 1-5 dari bagian ujungnya.

b. Kertas saring digunakan untuk menyaring hasil ekstrak daun

bandotan.

c. Air (Aquades) sebagai pelarut.

d. Kutu Beras yang digunakan dalam fase imago.

Page 42: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

25

E. Variabel Penelitian

Variabel adalah karakteristik yang diamati yang mempunyai variasi

nilai dan merupakan oprasionalitas dari suatu konsep agar dapat diteliti secara

empiris atau ditentukan tingkatannya.30

1. Variable independen (bebas) adalah variabel yang dimanipulasi oleh

peneliti untuk menciptakan suatu dampak pada variabel dependen. Pada

penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah ekstrak daun

Bandotan yang terdiri dari konsentrasi 0%, 10%, 20%, 30% dan 40%.

2. Variabel dependen (terikat) adalah variabel respon atau out-put sebagai

variabel respon artinya variabel ini muncul sebagai akibat dari manipulasi

suatu variabel independen. Pada penelitian ini yang menjadi variabel

dependen adalah mortalitas hama kutu beras dan laju kematiannya.

F. Prosedur Penelitian

1. Pengembangbiakan hama kutu beras (Sitophilus oryzae).

a. Mempersiapkan 5 kg beras sebagai media pengembangbiakan.

b. Menyediakan ember untuk penyimpanan.

c. Memasukkan beras tersebut ke dalam wadah penyimpanan.

d. Menyimpan beras tersebut pada tempat yang aman, pada suhu yang

lembab.

2. Pembuatan ekstrak daun Bandotan (Ageratum conyzoides L)

a. Menyiapkan daun Bandotan.

30

Setiadi. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. (Jakarta: Graha Ilmu, 2007), h. 54.

Page 43: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

26

b. Mencuci daun Bandotan hingga bersih.

c. Mengeringkan daun Bandotan dengan cara dianginkan dalam ruangan

yang tidak langsung terkena sinar matahari.

d. Menimbang daun bandotan sesuai dengan konsentrasi yang

dibutuhkan dengan menggunakan rumus :

Pengeceran gram/volume : % 𝑤

𝑣 = 𝑔𝑟

𝑣 𝑥 100%

Keterangan:

% 𝑤

𝑣 : konsentrasi yang diinginkan atau yang dibuat.

gr : jumlah daun bandotan yang dibutuhkan untuk setiap

konsentrasi.

v : volume aquades yang digunakan untuk mengencerkan daun

bandotan, harus sama jumlahnya dengan semua konsentras

1) Untuk konsentrasi 10%

% 𝑤

𝑣 = 𝑔𝑟

𝑣 𝑥 100%

10% = 𝑔𝑟

200 𝑥 100%

0,1 = 𝑔𝑟

200 𝑥 1

gr = 0,1 x 200

= 20 gr

Page 44: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

27

Jadi untuk membuat ekstrak daun bandotan dengan

konsentrasi 10% yang diencerkan dalam 200 ml aquades

dibutuhkan 20 gr daun bandotan.

2) Untuk konsentrasi 20%

Karena untuk konsentrasi 10% membutuhkan 20 gr daun

bandotan, maka untuk konsentrasi 20% = 2 x 20 = 40 gr.

3) Untuk konsentrasi 30%

Karena untuk konsentrasi 10% membutuhkan 20 gr daun

bandotan, maka untuk konsentrasi 30% = 3 x 20 = 60 gr.

4) Untuk konsentrasi 40%

Karena untuk konsentrasi 10% membutuhkan 20 gr daun

bandotan, maka untuk konsentrasi 40% = 3 x 20 = 80 gr.

e. Memasukkan daun bandotan yang telah ditimbang kedalam belender

sebanyak 20 gr (10%), 40 gr (20%), 60 gr (30%), 80 gr (40%).

f. Memasukkan aquades sebanyak 200 ml kedalam blender.

g. Menghaluskan daun bandotan menggunakan blender sesuai dengan

konsentrasi yang dibutuhkan.

h. Menyaring hasil gilingan dengan kain saring.

i. Hasil ekstrak/penyaringan ini digunakan sebagai larutan induk.

j. Memasukkan hasil saringan kedalam botol kispray.

Page 45: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

28

3. Persiapan sampel

a. Mempersiapkan kutu beras.

b. Memberikan label pada toples sesuai dengan perlakuan, dan ulangan

yang diberikan, misalnya:

1) P1U1 = untuk konsentrasi 0% pada perlakuan 1 ulangan ke-1.

2) P2U1 = untuk konsentrasi 10% pada perlakuan 2 ulangan ke-1

3) P3U1 = untuk konsentrasi 20% pada perlakuan 3 ulangan ke-1

4) P4U1 = untuk konsentrasi 30% pada perlakuan 4 ulangan ke-1

5) P5U1 = untuk konsentrasi 40% pada perlakuan 5 ulangan ke-1

6) Begitu seterusnya untuk pemberian label ulangan 2 dan 3.

4. Uji aktivitas

a. Menyiapkan gelas plastik sebangak 25 unit.

b. Memasukkan hama kutu beras ke dalam gelas plastik/toples, dengan

masing-masing 10 ekor setiap toples.

c. Menemprotkan ekstrak daun bandotan dengan konsentrasi 0%, 10%,

20%, 30%, dan 40% pada setiap perlakuan.

d. Mengamati selama beberapa waktu untuk mengetahui awal kematian

kutu beras pada masing-masing konsentrasi.

e. Mengamati jumlah mortalitas kutu beras setelah 24 jam.

f. Memasukkan hasil pengamatan ke dalam tabel pengamatan.

Page 46: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

29

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

dalam penelitian karena tujuan utama dalam penelitian adalah mendapatkan

data.31

Tekhnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan observasi langsung, identifikasi, dan dokumentasi.

Setelah mengamati secara langsung kondisi objek percobaan tersebut

dan mengamati mortalitas hama kutu berasserta laju kematiannya berdasarkan

waktu yang telah ditentukan, kemudian memasukkan ke dalam tabel hasil

pengamatan untuk dianalisa pada tahap selanjutnya.

H. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini selanjutnya akan dianalisa

menggunakan ANOVA (Analisis of Varians). Adapun rancangan percobaan

yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL)

satu jalur (one way) dengan lima perlakuan (konsentrasi) dan lima kali

pengulangan. Data penelitian ini akan dianalisis secara manual. Jika hasil

analisis data tedapat perbedaan dilakukan uji lanjut dengan BNT (Beda Nyata

Terkecil) pada taraf signifikan 5% (a=0,05).

31

Sugiyono. Metode penelitian pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D. (Bandung:

Alfabeta, 2014), h. 224

Page 47: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

30

Adapun langkah-langkah dalam ANOVA adalah sebagai berikut.32

:

1. Tabel sidik ragam

Tabel 3.2 Tabel Sidik Ragam

Sumber

keragaman

Db Jk KT Fk F

hitung

5%

F table

Perlakuan t-1 Y i2

r− FK

JKP

dbp

Y2

r x t

KTP

KTG

0,05 0,01

Galat T (r-1)-

(t-1) JKT-JKP

JKG

dbg

Total (t x r)-1

Σ yi2

− FK

2. Menghitung untuk membuat tabel sidik ragam

a. Faktor Koreksi (FK) =𝑦2

𝑡 .𝑟

b. Jumlah Kuadrat Total (JKT) = Σ Y ij2 – FK

c. Jumlah Kuadrat Perlakuan (JKP) = Σ𝑌𝑖2

𝑟 – FK

d. Jumlah Kuadrat Galat (JKG) = JKT-JKP

e. Kuadrat Tengah Perlakuan (KTP) = 𝐽𝐾𝑃

𝑑𝑏𝑝

f. Kuadrat Tengah Galat (KTG) = 𝐽𝐾𝐺

𝑑𝑏𝑔

g. F hitung = 𝐾𝑇𝑃 𝐾𝑇𝐺

32Kusringrum, Perancangan Percobaan, (Surabaya: Airlangga University Press, 2010), h.

178

Page 48: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

31

3. Kaidah keputusan

Sebagai kaidah keputusan pengujian dari tabel sidik ragam adalah

sebagai berikut:

a. Jika F hitung > F tabel 1%, perbedaan diantara nilai tengah perlakuan

(pengaruh perlakuan) dikatakan sangat nyata (highly significant). (pada

hasil F hitung ditandai dengan dua tanda **)

b. Jika F hitung > F tabel 5%, tetap lebih kecil dari F tabel 1% perbedaan

diantara nilai tengah perlakuan dikatakan nyata (significant). (pada

hasil F hitung ditandai dengan dua tanda *)

c. Jika F hitung < F tabel 5%, perbedaan diantara perlakuan dikatakan

tidak nyata (nonsignificant). (pada F hitung ditandai dengan dua tanda

Ns).33

Apabila dalam perbandingan F hitung ≥F tabel, maka perlu

dilakukan uji lanjut dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) pada taraf 5%.

Adapun rumus dari BNT adalah:

BNT (a) = Q (a) (t, db galat) x 2𝐾𝑇𝐺

𝑟

Keterangan: Q = taraf nyata

r = jumlah ulangan

t(𝛼) (db galat) = Nilai t tabel

KTG = Kuadrat Tengah Galat

33

Kusriningrum. Perancangan Percobaan, (Surabaya: Airlangga University Press, 2008), h.

178.

Page 49: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

32

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian dan Analisis Data

Pada penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti di Laboratorium

IPA Biologi IAIN Mataram pada tanggal 08 s/d 09 Desember 2016, tentang

pengaruh variasi konsentrasi ekstrak daun bandotan (Ageratum conyzoides L)

sebagai pengendali hama kutu beras (Sitophilus oryzae). Penelitian ini

dilakukan selama dua hari, dengan tekhnik pengumpulan data secara langsung

dan dokumentasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk pengetahui pengaruh

variasi konsentrasi ekstrka daun bandotan sebagai insektisida nabati.

1. Mortalitas Awal Kutu Beras ( Sitophilus oryzae )

Pengamatan pertama yang dilakukan adalah mengamati awal

kematian kutu beras. Hasil pengamatan untuk awal kematian kutu beras

setelah diberikan perlakuan pada masing-masing ulangan ditunjukkan

pada tabel 4.1 sebagai berikut:

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Mortalitas Awal Kutu beras (jam)

Ulangan Perlakuan (konsentrasi) Total

0% 10% 20% 30% 40%

1 0 6,37 5,10 3,35 1,45 16,27

2 0 6,50 6,05 3,53 1,58 11,66

3 0 6,48 5,25 4,17 2,21 18,11

4 0 6,49 5,54 3,49 1,40 16,92

5 0 5,56 5,19 3,55 2,15 16,45

Total 0 31,4 27,13 18,09 8,79 85,41

Rata-rata 0 6,28 5,43 3,62 1,76

32

Page 50: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

33

Berdasarkan data dari tabel 4.1 diatas merupakan rata-rata awal

kematian kutu beras. Kematian awal kutu beras tercepat terjadi pada

konsentrasi 40% dengan rata-rata yaitu 1,76 jam, sedangkan rata-rata

awal kematian terlama terjadi pada konsentrasi 10% dengan rata-rata 6,28

jam.

Tabel 4.2 Ringkasan hasil perhitungan sidik ragam (ANOVA)

Sumber

keragaman

Derajat

bebas

(db)

Jumlah

kuadrat

(JK)

KTG

F

hitung

F tabel

0,05 0,01

Perlakuan 4 133,5078 0,1136

293,80 2,87 4,43

Galat 20 2,272

Total 24

Data pada tabel 4.1 dianalisis menggunakan Analisis Varians

Tunggal (one way). Hasil analisis terhadap kematian awal kutu beras

menunjukkan Fhitung = 293,80 dan Ftabel 5% pada db (4:20) = 2,84. Jadi,

Fhitung lebih besar dari Ftabel (Fhitung > Ftabel) dengan demikian Hi dierima

yang menunjukkan bahwa data yang diperoleh signifikan atau berbeda

nyata, artinya ada pengaruh variasi konsnetrasi ekstrak daun bandotan

sebagai pengendali hama kutu beras.

Karena hasil menunjukkan signifikan maka akan dilanjutkan

dengan uji BNT (lampiran 2). Nilai uji BNT yang didapatkan = 0,442

Page 51: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

34

pada taraf signifikan 5%. Notasi garis yang digunakan untuk menentukan

perlakuan mana yang lebih berpengaruh adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3. Notasi garis untuk awal kematian kutu beras

Perlakuan Rata-rata Notasi

0% 0 a

40% 1,76 b

30% 3,26 c

20% 5,43 d

10% 6,28 e

Gambar notasi untuk awal kematian kutu beras

0 1,76 3,62 5,43 6,28

a b c d e

Keterangan tabel 4.3 : a,b,c d, dan e lambang notasi yang menunjukkan

perbedaan pengaruh konsentrasi untuk setiap

perlakuan.

Berdasarkan tabel 4.3 di atas menujukkan bahwa antara masing-

masing pelakuan hasilnya berbeda nyata. Waktu tecepat yang dibutuhkan

untuk membunuh kutu beras terlihat pada konsentrasi 40% dengan rata-

rata 1,76 yang berarti konsentrasi 40% mempunyai kemampuan yang

tinggi untuk membunuh hama kutu beras, sedangkan waktu terlama telihat

pada konsentrasi 0%, tidak terlihat satupun kutu beras yang mati karena

perlakuannya hanya dengan aquades. Tabel diatas tidak terlihat angka-

angka yang diikuti oleh huruf yang sama artinya semua perlakuan hasilnya

berbeda nyata.

Page 52: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

35

2. Mortalitas Kutu Beras ( Sitophilus oryzae )

Hasil pengamatan mortalitas kutu beras setelah 24 jam diberikan

perlakuan ditunjukkan sebagai berikut:

Tabel 4.4. Hasil Pengamatan Mortalitas Kutu Beras (%)

Ulangan Perlakuan (konsentrasi) Total

0% 10% 20% 30% 40%

1 0 5 6 8 9 28

2 0 5 7 7 10 29

3 0 6 8 9 8 31

4 0 5 7 8 9 29

5 0 4 7 8 9 28

Total 0 25 35 40 45 145

Rata-rata 0 5 7 8 9

Berdasarkan tabel 4.4 diatas menunjukkan hasil bahwa rata-rata

mortalitas hama kutu beras terendah terjadi pada konsentrasi 10% yaitu 5

ekor, sedangkan untuk mortalitas tertingginya terjadi pada konsentrasi

40% yaitu 9 ekor, lebih jelasnya pada lampiran 1.

Tabel 4.5 Ringkasan hasil perhitungan tabel sidik ragam (ANOVA)

Sumber

keragaman

Derajat

bebas

(db)

Jumlah

kuadrat

(JK)

KTG

F

hitung

F tabel

0,05 0,01

Perlakuan 4 254 0,4

158,75 2,87 4,43

Galat 20 8

Total 24

Page 53: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

36

Dari hasil analisis data tabel 4.5 diatas diperoleh Fhitung = 158,75

dan Ftabel 5% pada db (4:20) = 2,87. Jadi, Fhitung lebih besar dari Ftabel

(Fhitung > Ftabel) dengan demikian Hi dierima yang menunjukkan bahwa

data yang diperoleh signifikan atau berbeda nyata, artinya ada pengaruh

variasi konsentrasi ekstrak daun bandotan sebagai pengendali hama kutu

beras. Karena hasil menunjukkan signifikan maka akan dilanjutkan

dengan uji BNT. Nilai uji BNT yang didapatkan = 0,834 pada taraf

signifikan 5% (terlampir).

Berikut tabel 4.5 yang digunakan untuk menetukan notasi

perlakuan yang lebih berpengaruh terhadap mortalitas kutu beras.

Tabel 4.6. Notasi garis untuk mortalitas kutu beras

Perlakuan Rata-rata Notasi

0% 0 a

10% 5 b

20% 7 c

30% 8 d

40% 9 e

Gambar notasi untuk mortalitas kutu beras

0 5 7 8 9

a b c d e

Page 54: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

37

Berdasarkan tabel 4.6 di atas menujukkan bahwa terlihat hasil

yang berbeda nyata antara masing-masing perlakuan. Kematian terendah

telihat pada pelakuan 0% dan kematian tertinggi telihat pada konsentrasi

40 % dan 30%. Hasil untuk masing-masing perlakuan berbeda nyata

karena angka-angka pada tabel di atas tidak diikuti oleh huruf yang sama.

B. Analisis data

Setelah melakukan pengamatan untuk awal kematian dan kematian

akhir kutu beras pada masing-masing perlakuan dan ulangan, akan dilanjutkan

dengan analisis tabel sidik ragam (ANOVA) kemudian akan dilanjutkan

dengan uji BNT taraf 5% (terlampir).

Tabel 3.6 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Mortalitas Kutu Beras

Perlakuan

(konsentrasi)

Parameter yang diamati

Laju kematian (jam) Mortalitas akhir (%)

0% 0 a 0 a

10% 6,28 b 5 b

20% 5,43 c 7 c

30% 3,62 d 8 d

40% 1,76 e 9 e

BNT (5%) 0,442 0,834

Keterangan: Huruf kecil yang berbeda (a,b,c dan d, e) pada setiap

perlakuan menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan

memiliki pengaruh yang berbeda nyata terhadap waktu laju

kematian dan mortalitas akhir pada taraf signifikan 5%.

.

Page 55: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

38

C. Pembahasan

Tanaman bandotan (Ageratum conizoides L) merupakan salah satu

tanaman yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati dengan diolah secara

tradisional. Tanaman ini diketahui memiliki kandungan kimia terutama pada

daunnya, adapun kandungan kimia tersebut adalah alkaloid, flavonoid,

saponin, triterpenoid, polifenol, sulfur, fenol, minyak atsiri dan tanin.

Daun bandotan segar memiliki aroma yang khas, juga mengandung

alkaloid, saponin, flavonoid. Alkaloid pada serangga bertindak sebagai racun

perut serta dapat bekerja sebagai penghambat enzim asetil kolinesterase

sehingga mengganggu sistem kerja saraf pusat, dan dapat mendegradasi

membran sel telur untuk masuk ke dalam sel dan merusak sel telur. 34

Aktivitas biologis senyawa saponin dalam membunuh kutu beras yaitu

dengan destruksi (kerusakan) saluran pencernaan dengan cara menurunkan

tegangan permukaan sehingga selaput mukosa saluran pencernaan menjadi

korosif. Hal tersebut menyebabkan menurunnya aktivitas enzim pencernaan

dan pencernaan makanan. 35

Flavonoid merupakan golongan fenol dapat menyebabkan denaturasi

protein. Denaturasi protein tersebut menyebabkan permeabilitas dinding sel

34 Krestini, E. H., W. Setiawati,dan I. Sulastrini. 2011. Pengaruh Ekstrak Tumbuhan

Babadotan (Ageratum conyzoides), Terhadap Mortalitas Hama Myzus persicae, Trialeurodes

vaporariorum, Dan Predator Kumbang COCCI Menochillus sexmaculatus. (Semnas Pesnab

IV, Jakarta 15 Oktober 2011), h. 9.

35 Ibid, h.10

Page 56: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

39

dalam saluran pencernaan menurun. Hal ini akan mengakibatkan transfor

nutrisi terganggu sehingga pertumbuhan terhambat dan akhirnya akan mati.

Selain itu, senyawa flavonoid juga memiliki sifat anti insektisida yaitu dengan

menimbulkan kelayuan syaraf pada beberapa organ vital serangga yang dapat

menyebabkan kematian.36

Menurut Riyati (2010) bahwa kemampuan ekstrak daun bandotan

dalam menimbulkan mortalitas pada kutu beras adalah senyawa triterpenoid

yang terlarut dalam minyak atsiri. Tumbuhan ini telah berhasil diisolasi, dan

ditemukan dua senyawa aktif yang diberi nama Precocene I dan Precocene II

yang dikenal dengan senyawa anti hormon juvenil yaitu hormon yang di

perlukan oleh serangga pada saat metamorfosis dan reproduksinya, sehingga

memiliki pengaruh pada perkembangan serangga 37

Pada penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti di Laboratorium

IPA Biologi IAIN Mataram pada tanggal 08 s/d 09 Desember 2016, tentang

pengaruh variasi konsentrasi ekstrak daun bandotan (Ageratum conyzoides L)

sebagai pengendali hama kutu beras (Sitophilus oryzae). Menunjukkan hasil

bahwa untuk kematian awal kutu beras waktu tecepat tejadi pada konsentrasi

40%, dengan rata-rata 1,76 yang berarti konsentrasi 40% mempunyai

kemampuan yang tinggi untuk membunuh hama kutu beras.

36

Epi mayasari, Uji Efektivitas Pengendalian Hama Kutu Beras (Sitophilus oryzae

L) Dengan Ekstrak Daun Pandan Wangi (Pandanusamaryllifolius ). (Jurnal Fakultas

Pertanian Universitas Muhamadiyah Yogyakarta), h. 7

37 http://etheses.uin-malang.ac.id/2674/5/11620073_Bab_1.pdf

Page 57: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

40

Awal kematian kutu beras dilihat dari seberapa cepat ekstrak daun

bandotan yang telah disemprotkan dapat membunuh kutu beras tersebut. Rata-

rata waktu tercepat yang diperlukan untuk membunuh hama kutu beras pada

perlakuan 40% yaitu 1,76 jam dengan persentase mencapai 90%, sedangkan

untuk awal kematian telama pada konsentrasi 10% yaitu 6,28 jam dengan

pesentase kematian hanya 50%.

Berdasarkan hasil perhitungan kecepatan awal kematian kutu beras,

ekstrak daun bandotan menunjukkan reaksi yang cepat karena adanya

kandungan senyawa aromatik yang ada dalam minyak atsiri dari daun

bandotan semakin banyak sehingga tidak disukai oleh hama kutu beras. Selain

itu, kovikol yang merupakan salah satu senyawa turunan fenol dari minyak

atsiri daun bandotan memiliki daya insektisida 5 kali lebih kuat dibandingkan

piperazine phosphate dan dapat menjadi toksik jika dosisnya tinggi. Hasil

penelitian menunjukkan dosis ekstrak daun bandotan yang diberikan pada

masing-masing perlakuan memberikan hasil pengaruh yang berbeda terhadap

jumlah kematian kutu beras.

Untuk mortalitas hama kutu beras terlihat dengan bertambahnya

konsentrasi ekstrak daun bandotan yang diberikan maka semakin tinggi

kematian dari kutu beras tersebut. Hal itu terlihat pada tabel 4.4 yang

menunjukkan bahwa pada konsentrasi 40% tingkat kematian kutu beras rata-

rata 9 ekor, sedangkan untuk konsentrasi 10% kematiannya hanya 5 ekor atau

setengah dari sampel yang diperlakukan. Dari grafik tersebut terlihat adanya

Page 58: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

41

peningkatan mortalitas kutu beras seiring dengan meningkatnya konsentrasi

yang diberikan.

Tingginya tingkat mortalitas disebabkan oleh senyawa yang

terkandung pada daun bandotan mampu meluruhkan lapisan chitin penyusun

kutikula hama kutu beras. Bahan aktif yang berpengaruh pada mortalitas yang

disebabkan oleh zat beracun yang ada pada ekstrak daun bandotan yang

menghambat aktivitas respirasi sehingga menyebabkan kematian apabila

masuk melalui saluran percernaan dan akan terikat oleh O2 yang dibawa sel-

sel darah merah ke seluruh tubuh kutu beras.38

Kematian terendah terjadi pada konsentrasi 10%. Hal tersebut

dikarenakan pada konsentrasi tersebut kandungan senyawa aktif yang dapat

menyebabkan kematian pada kutu beras hanya sedikit. Sehingga kutu beras

mampu beradaptasi dengan aroma daun tersebut.

Mortalitas tertinggi terjadi pada konsentrasi 40% karena pada

konsentrasi tersebut kandungan senyawa daun bandotan sangat banyak.

Banyaknya kandungan tersebut terserap secara terus menerus sehingga kutu

beras kekurangan kadar O2 dalam tubuhnya. Perbedaan ini disebabkan oleh

pada tiap-tiap konsentrasi bandotan memiliki kandungan saponin, flavonoid,

dan minyak atsiri yang berbeda pula, sehingga daya bunuh terhadap kutu

beras juga berbeda, tergantung dari banyak sedikitnya dosis yang diberikan.

38 Epi mayasari, Uji Efektivitas Pengendalian Hama Kutu Beras (Sitophilus oryzae L)

Dengan Ekstrak Daun Pandan Wangi (Pandanusamaryllifolius ). (Jurnal Fakultas Pertanian

Universitas Muhamadiyah Yogyakarta), h. 8

Page 59: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

42

Hal tersebut mengakibatkan semakin banyak konsentrasi yang

digunakan maka semakin banyak senyawa yang terkandung pada daun

bandotan masuk ke dalam sel-sel kutu beras, sehingga dapat mengakibatkan

kematian dalam waktu ± 24 jam dari penyemprotan.

Page 60: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

43

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, disimpulkan bahwa

ada pengaruh variasi konsentrasi ekstrak daun bandotan (Ageratum

conyzoides L) sebagai pengendali hama kutu beras (Sitophilus oryzae).

Semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun bandotan yang diberikan maka

semakin tinggi tingkat kematian kutu beras pada masing-masing perlakuan.

B. Saran

1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang pengaruh ekstrak daun

bandotan dengan konsentrasi yang berbeda, serta perlu dilakukan

pengembangan penelitian dengan mengacu pada organum nutritivum

diantaranya : akar (radix), dan batang (caulis).

2. Bagi masyarakat agar dapat memanfaatkan daun bandotan sebagai

alternatif insektisida nabati.

43

Page 61: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

44

DAFTAR PUSTAKA

Agus Kardinan. Pestisida Nabati Ramuan & Aplikasi. Jakarta: Penebar Swadaya,

1991.

Astuti, Mulya Alfira. Statistika Penelitian. Jurusan pendidikan matematika IAIN

Mataram, 2013

Anwar hidayat, Mengidentifakasi Jenis Hama dan Sifat Hama. Bandung: Direktorat

Pendidikan Menengah Kejuruan Jakarta, 2011.

Budisutiya dan Evi Arisandi, “Pemanfaatan Daun Bandotan Sebagai Pengendali

Serangga Hama”. Jurnal penelitian tanaman herba, 7(1), 39-40, 2006.

Embriani. Kutu Beras (Sitophylus oryzae). Karya Tulis Ilmiah. Vol 9(4), 27-28, 2014.

Epi mayasari, Uji Efektivitas Pengendalian Hama Kutu Beras (Sitophilus oryzae L)

Dengan Ekstrak Daun Pandan Wangi (Pandanusamaryllifolius ). Jurnal

Fakultas Pertanian Universitas Muhamadiyah Yogyakarta.

Hamin sudarsono. 2003. “Hama kutu beras (sitophilus oryzae)”. Jurnal Hama dan

Penyakit Tropika. Vol.3, no 2:51-56 (2003). ISSN 1411-7525.

Hasrianti silondae, “Pengaruh Ekstrak Bandotan (Ageratum conyzoides L) Terhadap

Mortalitas Kutu beras”. Jurnal Penelitian Pasca Panen Pertanian, 12(3), 126-

127,2015.

Https://www.academia.edu/7731508/Laporan_PKL_Bandotan_Ageratum_conyzoide

s_L._. diambil pada tanggal 7 agustus, pukul 11.00 wita. Vol.3, no 2:25-26

(2012)

Http://jamuherbaindonesia.blogspot.co.id/2014/02/khasiat-kesehatan-bandotan.html.

diambil pada tanggal 15 agustus 2016, pukul 08:05 wita. Vol.9, no 7:41-45

(2003).

Http://khiashawol.blogspot.co.id/2012/04/kutu-beras.html. diambil pada tanggal 1

Agustus 2016, pada pukul 10:15 wita. . Vol.11, no 8:71-76 (2010).

Http://etheses.uin-malang.ac.id/2674/5/11620073_Bab_1.pdf. diambil pada tanggal

15 Desember 2016, pada pukul 11.00 Wita. Vol.5, no 4:31-36 (2013)

Http/geogle.com. Cakrawala Tanaman Obat. LIPI. diambil pada tanggal 13

Desember 2016, pukul 20:45 Wita. Vol.3, no 4:45-46 (2006).

Http/wikipedia.com. Obat Tradisional. diambil pada tanggal 13 Desember 2016,

pukul 20:40 Wita. . Vol.6, no 3:51-56 (2007).

Page 62: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

45

Kusriningrum. Perancangan Percobaan Surabaya: Airlangga University Press, 2010.

.Perancangan Percobaan Surabaya: Airlangga University Press, 2008.

Krestini, E. H., W. Setiawati,dan I. Sulastrini. 2011. Pengaruh Ekstrak Tumbuhan

Babadotan (Ageratum conyzoides), Terhadap Mortalitas Hama Myzus

persicae, Trialeurodes vaporariorum, Dan Predator Kumbang COCCI

Menochillus sexmaculatus. Semnas Pesnab IV, Jakarta 15 Oktober 2011.

Maryati, Jusmawati, dan Mila Karmila. “Pemanfaatan Daun Bandotan (Ageratum

conyzoides L.) Sebagai Insektisida Nabati”. Jurnal Mahasiswa FMIPA UNM,

7(1), 320, 2008.

Mashyuri, Metodologi Penelitian Praktis dan Aplikatif, .Bandung: Refika Aditama,

2008. Narulita Candra Dewi, Mengenal Hama dan Penyakit Tumbuhan. Klaten: PT.Intan Pariwara,

2008.

Risky Maulana, Kamus Praktis Bahasa Indonesia. Surabaya, Lima Bintang, 2010.

Setiadi. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Jakarta: Graha Ilmu, 2007.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2013

Supratman Andi, “Efikasi Ekstrak Babandotan (Ageratum conyzoides L.) terhadap

(Crocidolomia binotalis Zeller). Skripsi, Fakultas pertanian Universitas

Bengkulu, Bengkulu, 2007.

Tjitrosoepomo, Gembong. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press, 2011.

Tim Penyusun, Kamus Saku Ilmiah Populer Edisi Lengkap. Jakarta: Gama Press,

2010.

Page 63: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

46

LAMPIRAN

46

Page 64: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

47

LAMPIRAN 1

Data hasil penelitian

1. Data mentah awal kematian kutu beras

Ulangan Perlakuan (konsentrasi) Rerata

0% 10% 20% 30% 40%

1 0 6,37 5,10 3,35 1,45 16,27

2 0 6,50 6,05 3,53 1,58 11,66

3 0 6,48 5,25 4,17 2,21 18,11

4 0 6,49 5,54 3,49 1,40 16,92

5 0 5,56 5,19 3,55 2,15 16,45

Total 0 31,4 27,13 18,09 8,79 85,41

Rata-rata 0 6,28 5,43 3,62 1,76

2. Data mentah mortalitas akhir kutu beras

Ulangan Perlakuan (konsentrasi) Total

0% 10% 20% 30% 40%

1 0 5 6 8 9 28

2 0 5 7 7 10 29

3 0 6 8 9 8 31

4 0 5 7 8 9 29

5 0 4 7 8 9 28

Total 0 25 35 40 45 145

Rata-rata 0 5 7 8 9

Page 65: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

48

LAMPIRAN II

Hasil perhitungan Analiss of Varian (ANAVA) Dengan taraf signifikan 5%

1. Awal Kematian Kutu beras (Ageratum conyzoides L)

Ulangan Perlakuan (konsentrasi) Rerata

0% 10% 20% 30% 40%

1 0 6,37 5,10 3,35 1,45 16,27

2 0 6,50 6,05 3,53 1,58 11,66

3 0 6,48 5,25 4,17 2,21 18,11

4 0 6,49 5,54 3,49 1,40 16,92

5 0 5,56 5,19 3,55 2,15 16,45

Total 0 31,4 27,13 18,09 8,79 85,41

Rata-rata 0 6,28 5,43 3,62 1,76

Uji analisis statistik dihitung menggunakan ANOVA (analysis of

variance).

a. Faktor koreksi (FK)

FK = 𝑦2

𝑡×𝑟 =

85,41²

5×5 =

7.294,868

25 = 291,794

b. Jumlah kuadrat tengah (JKT)

JKT = Ʃ y ij2 – FK

= 6,372 + 6,50

2 + 6,48

2 + 6,49

2+ 5,56

2+ 5,10

2+ 6,05

2+ 5.25

2+ 5,54

2 +

5,192+ 3,35

2+ 3,53

2+ 4,17

2+ 3,49

2+ 3,55

2+ 1,45

2 + 1,58

2 + 2,21

2+

1,402 + 2,15

2 – 291,794

= 427,574 – 291,794

= 135,78

Page 66: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

49

c. Jumlah kuadrat perlakuan ( JKP)

JKP = Ʃ yi 2

𝑟 - Fk

= 31,4²+ 27,13² + 18,09² + 8,79²

5 – 291,794

= 2126,509

5 - 291,794

= 425,3018 - 291,794

= 133,5078

d. Jumlah kuadrat galat (JKG)

JKG = JKT – JKP

= 135,78 – 133,5078

= 2,272

e. Derajat bebas (db)

Dbp = t – 1 Dbg = db total – db perlakuan

= 5 – 1 = 24 - 4

= 4 = 20

Db total = (r×t) - 1

= (5×5) - 1

= 25 – 1

= 24

Page 67: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

50

f. Derajat tengah (KTP)

KTP = 𝐽𝐾𝑃

𝑑𝑏𝑝

= 133,5078

4 = 33,376

g. Kuadrat tengah galat (KTG)

KTG= 𝐽𝐾𝐺

𝑑𝑏𝑔

= 2,272

20

= 0,1136

h. F hitung = 𝐾𝑇𝑃

𝐾𝑇𝐺

= 33,376

0,1136

= 293,80

i. Tabel sidik ragam

Sumber

keragaman

Derajat

bebas

(db)

Jumlah

kuadrat

(JK)

KTG

F

hitung

F table

0,05 0,01

Perlakuan 4 133,5078 0,1136

293,80 2,87 4,43

Galat 20 2,272 Total 24

Page 68: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

51

k. BNT (5%) = t (5%) (dbg) × 2𝐾𝑇𝐺

𝑟

= t (0,05) (20) × 2×0,1136

5

= 2,086 × 0,2272

5

= 2,086 × 0,045

= 2,086 × 0,212

= 0,442

l. Notasi garis untuk awal kematian kutu beras

Perlakuan Rata-rata Notasi

40% 1,76 a

30% 3,62 b

20% 5,43 c

10% 6,28 d

0% 0 e

m. Gambar notasi untuk awal kematian kutu beras

0 1,76 3,62 5,43 6,28

a b c d e

Keterangan tabel 4.3 : a,b,c d, dan e lambang notasi yang menunjukkan

perbedaan pengaruh konsentrasi untuk setiap

perlakuan.

Page 69: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

52

2. Mortalitas Kutu Beras

ANOVA

Ulangan Perlakuan (konsentrasi) Total

0% 10% 20% 30% 40%

1 0 5 6 8 9 28

2 0 5 7 7 10 29

3 0 6 8 9 8 31

4 0 5 7 8 9 29

5 0 4 7 8 9 28

Total 0 25 35 40 45 145

Rata-rata 0 5 7 8 9

a. Faktor koreksi

FK = 𝑦2

𝑡×𝑟 =

145²

5×5 =

21.025

25 = 841

b. Jumlah kuadrat total (JKT)

JKT = Ʃ y ij2 – FK

= 52 + 5

2 + 6

2 + 5

2+ 4

2+ 6

2+ 7

2+ 8

2+ 7

2 + 7

2+ 8

2+ 7

2+ 9

2+ 8

2+ 8

2+ 9

2 +

102

+ 82+ 9

2 + 9

2 – 841

= 1103 – 841

= 262

c. Jumlah kuadrat perlakuan (JKP)

JKP = Ʃyi 2

𝑟 - Fk

= 25²+ 35² + 40² + 45²

5 – 841

= 5475

5 - 841

Page 70: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

53

= 1095 - 841

= 254

d. Jumlah kuadrat galat (JKG)

JKG = JKT – JKP

= 262 - 254

= 8

e. Derajat bebas (db)

Dbp = t – 1 Dbg = db total – db perlakuan

= 5 – 1 = 24 - 4

= 4 = 20

Dbt = (r×t) - 1

= (5×5) - 1

= 25 – 1

= 24

f. Kuadrat tengah perlakuan (KTP)

KT = 𝐽𝐾𝑃

𝑑𝑏𝑝

= 254

4 = 63,5

g. Kuadrat tengah galat (KTG)

KTG = 𝐽𝐾𝐺

𝑑𝑏𝑔

Page 71: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

54

= 8

20

= 0,4

a. F hitung = 𝐾𝑇𝑃

𝐾𝑇𝐺

= 63,5

0,4

= 158,75

h. Tabel sidik ragam

Sumber

keragaman

Derajat

bebas

(db)

Jumlah

kuadrat

(JK)

KTG

F

hitung

F table

0,05 0,01

Perlakuan 4 254 158,75

158,75 2,87 4,43

Galat 20 8

Total 24

i. BNT (5%) = t (5%) (dbg) × 2𝐾𝑇𝐺

𝑟

= t (0,05) (20) × 2×0,4

5

= 2,086 × 0,8

5

= 2,086 × 0,16

= 2,086 × 0,4

= 0,834

Page 72: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

55

j. Notasi garis untuk mortalitas kutu beras

Perlakuan Rata-rata Notasi

0% 0 a

10% 5 b

20% 7 c

30% 8 d

40% 9 e

k. Gambar notasi untuk mortalitas kutu beras

0 5 7 8 9

a b c d e

Page 73: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

56

LAMPIRAN III

Dokumentasi

Pengaruh Variasi Konsentrasi Ekstrak Daun Bandotan (Ageratum Conyzoides

L) Sebagai Bioinsektisida Pengendali Hama Kutu Beras (Sitophilus oryzae).

Gambar 0.1

Keterangan :

Gambar 0.1 yaitu pemetikan daun

Bandotan.

Gambar 0.2

Keterangan :

Gambar 0.2 daun bandotan yang

sudah dipotong dan di kering

anginkan setelah dicuci.

Page 74: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

57

Gambar 0.3

Keterangan :

Gambar 0.3 kutu beras yang

sudah dibiakkan.

Gambar 0.4

Keterangan:

Gambar 0.4 proses penimbangan

daun bandotan.

Gambar 0.5

Keterangan :

Gambar 0.5 proses penghalusan

daun bandotan.

Page 75: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

58

Gambar 0.6

Keterangan :

Gambar 0.6 proses penyaringan

ekstrak daun bandotan.

Gambar 0.7

Keterangan :

Gambar 0.7 ekstrak daun

bandotan dengan masing-masing

konsentrasi dalam botol kispray.

Gambar 0.8

Keterangan :

Gambar 0.8 persiapan sampel

Page 76: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

59

Gambar 0.9

Keterangan :

Gambar 0.9 proses penyemprotan

ekstrak daun bandotan pada kutu

beras yang sudah dipersiapkan.

Gambar 10

Keterangan :

Gambar 10. kondisi awal, selesai

proses penyemprotan.

Page 77: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

60

Gambar 11

Keterangan :

Gambar 11. Kondisi pada jam ke

24.

Gambar 12

Keterangan :

Gambar 12. Kondisi kutu beras

yang sudah mati.

Page 78: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

61

Page 79: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

62

Page 80: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

63

Page 81: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

64

Page 82: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

65

Page 83: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN …

66