Upload
ngothuan
View
255
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH WAKTU AKTIVASI DAN DIAMETER
PARTIKEL PADA KARBON AKTIF DARI PELEPAH AREN
(Arenga Pinnata) DENGAN AKTIVATOR H3PO4
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1
Pada Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik
Oleh :
ISNA MAULIDA LISTYANA
D500140150
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
PENGARUH WAKTU AKTIVASI DAN DIAMETER PARTIKEL PADA
KARBON AKTIF DARI PELEPAH AREN (Arenga Pinnata) DENGAN
AKTIVATOR H3PO4
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu aktivasi dan diameter
partikel dalam pembuatan karbon aktif. Bahan bakunya berupa lignoselulosa yaitu
pelepah aren. Pelepah aren kemudian dibersihkan dan dipotong-potong, kemudian
dipanaskan di dalam oven bersuhu 110oC selama 1 jam, baru kemudian di
impregnasi dalam aktivator H3PO4 1M dan waktu aktivasi 20, 22, dan 24 jam.
Setelah itu, pelepah aren dipisahkan dari larutannya dan dipirolisis di furnace
dengan suhu 500oC selama 1 jam. Karbon aktif yang dihasilkan dicuci dengan
aquades hingga netral, setelah itu dihitung rendemen arang, kadar air, dan
kemampuan penyerapan terhadap larutan iodin. Rendemen tertinggi diperoleh pada
karbon aktif dengan waktu aktivasi 20 jam dan diameter partikel -40 +60 mesh yaitu
sebesar 71,00%. Kadar air pada karbon aktif terbaik yaitu diperoleh pada karbon
aktif dengan waktu aktivasi 24 jam dan diameter partikel -10 +20 mesh yaitu
sebesar 11,71%. Karbon aktif yang memiliki bilangan penyerapan iodin terbesar
yaitu karbon aktif dengan waktu aktivasi 24 jam dan diameter partikel -20 +40 mesh
sebesar 8.464,31 mg iodin/g karbon aktif, nilai telah memenuhi SNI.
Kata kunci : aktivasi, daya jerap, kadar air, karbon aktif, rendemen arang.
Abstrak
This research aimed to determining the effect of activation time and particle size in
making activated carbon. The raw material used was kind of lignocellulose like
palm frond. The palm fronds were cleaned and chopped, then they were soaked in
each activator solution H3PO4 1 M each heating was conducted at three duration
time 20 hours, 22 hours, and 24 hours. After that, palm fronds were carbonized in
the furnace at a temperature of 500oC in 1 hour. Carbon was washed by aquadest
until netral, after that calculating the yield of charcoal, moisture content, and
adsorption ability of the iodin solution. The highest yield was obtained in the
activated carbon with activation time of 20 hours and particle size of -40 +60 mesh
which was 71,00%. The best water content of activated carbon was obtained in the
activated carbon with activation time of 24 hours and particle size of -10 +20 mesh
which was 11,71%. Activated carbon which has the largest number of iodine
adsorption is activated carbon with 22 hours activation time and -20 +40 mesh
particle size which is 8.464,31 mg/g of activated carbon, and the value is in
compliance.
Keywords : activated carbon, activation, charcoal yield, iodine adsorption,
moisture content.
1. PENDAHULUAN
Karbon aktif merupakan karbon amorf dengan luas permukaan sekitar 300-2000
m2/gr. Luas permukaan yang sangat besar ini karena mempunyai struktur pori-pori,
pori-pori inilah yang menyebabkan karbon aktif mempunyai kemampuan untuk
menyerap. Daya jerap karbon aktif sangat besar, yaitu 25-1000% terhadap berat
karbon aktif (Salamah, 2008).
Karbon aktif telah dipergunakan secara luas, terutama dalam bidang industri
sebagai bahan pemucat (penghilang zat warna), penyerap gas, penyerap logam dan
sebagainya (Rahayu, 2004). Bahan dari tumbuhan yang cukup bagus dijadikan
karbon aktif antara lain kulit singkong (Oghenejoboh et al., 2016), tempurung
kelapa (Joaquin et al., 2015) dan kulit jeruk (Ribeiro et al., 2017). Karbon aktif juga
dapat dibuat dari tanah gambut dan pelepah aren (Esterlita dan Herlina, 2015).
Permintaan karbon aktif dalam bidang industri akan terus meningkat sebesar 6%
per tahun sampai dengan 2020, mencapai 1,9 juta metrik ton (Sartova et al., 2018).
Sangat disayangkan pemenuhan kebutuhan karbon aktif masih dilakukan dengan
cara mengimpor. Padahal, jika meninjau sumber daya alam di Indonesia yang
melimpah, maka sangatlah mungkin kebutuhan karbon aktif dapat dipenuhi dengan
produksi dari dalam negeri yaitu dengan memanfaatkan sumber daya alam (SDA)
yang tersedia di Indonesia terutama yang mengandung unsur karbon seperti
misalnya tanaman aren (Arenga Pinnata).
Dalam penelitian terdahulu tentang pembuatan karbon aktif belum ada yang
memanfaatkan pelepah aren sebagai bahan baku. Penelitian yang sudah ada dalam
pembuatan karbon aktif dari tanaman jenis palmae adalah pembuatan karbon aktif
dari pelepah kelapa menggunakan aktivator HCl, NaOH, dan NaCl, disertai dengan
variasi suhu aktivasi, konsentrasi aktivator, dan lama waktu aktivasi (Ramdja, A.F.,
M. Halim, 2008). Pada penelitian kali ini dibuat karbon aktif dari pelepah aren
(Arenga Pinnata) dengan aktivator asam fosfat (H3PO4). Karbon aktif yang
dihasilkan kemudian akan dianalisa kualitasnya dengan analisis kadar air, analisis
rendemen arang, dan analisis daya jerap terhadap iodin.
2. METODE
Penelitian ini mempelajari pengaruh waktu aktivasi dan diameter partikel terhadap
karakteristik karbon aktif. Suhu yang digunakan yaitu 500oC, waktu aktivasi
divariasi 20, 22, dan 24 jam dengan variasi diameter partikel -10 +20, -20 +40, dan
-40 +60 mesh.
2.1 Alat dan Bahan
Dalam pengambilan data, diperlukan seperangkat peralatan penelitian. Alat-alat
yang digunakan adalah ayakan, buret, cawan, corong, desikator, erlenmeyer,
furnace, gelas beker, gelas ukur, hot plate, karet penghisap, magnetic stirrer, oven,
pengaduk kaca, pH meter, pipet tetes, pipet ukur, pipet volume, dan termometer.
Semua peralatan tersedia di Laboratorium Teknik Kimia Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Bahan-bahan yang digunakan adalah amilum, aquades, larutan H3PO4,
larutan iodin, kertas saring, KI, larutan Na2S2O3, dan pelepah aren. Bahan baku
untuk keperluan ini diperoleh dari Desa Grabag, Magelang, untuk larutan kimia
tersedia di Laboratorium Teknik Kimia dan dari toko bahan kimia Agung Jaya.
2.2 Prosedur penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui 3 tahapan proses, yaitu:
• Pembuatan karbon aktif dengan pembakaran di atas furnace pada temperature
500oC.
• Pengaktifan karbon menggunakan zat aktivator H3PO4, waktu aktivasi divariasi
20, 22, dan 24 jam dengan variasi diameter partikel -10 +20, -20 +40, dan -40
+60 mesh.
• Pengujian karbon aktif meliputi rendemen arang, kadar air, dan daya jerap
terhadap iodin.
2.3 Analisis
Karakteristik karbon aktif yang dihasilkan diukur dari beberapa parameter, yaitu
rendemen arang, kadar air, dan daya jerap terhadap iodin. Pengujian masing-masing
parameter dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Uji rendemen arang
Bahan baku sebelum dikarbonisasi dan bahan baku yang telah jadi diukur
massanya masing-masing dan dihitung rendemennya dengan persamaan (1)
sebagai berikut:
Rendemen arang =Berat Arang
Berat Bahan Baku × 100% ................................... (1)
b. Uji kadar air
Karbon aktif ditimbang seberat 1 gram dan dimasukkan ke dalam cawan yang
telah dikeringkan. Setelah itu dimasukkan ke dalam oven pada suhu 105oC
selama 1 jam, kemudian karbon aktif didinginkan dalam desikator dan
ditimbang. Kadar air dapat dihitung dengan persamaan (2) sebagai berikut:
Kadar air = a - b
a × 100% ........................................................... (2)
c. Uji daya jerap terhadap iodin (I2)
Ditimbang 0,25 gram sampel karbon aktif. Lalu masukkan ke dalam
erlenmeyer. Ditambahkan 25 ml larutan iodin standar 0,1 N. Lalu campuran
diaduk selama 15 menit. Setelah itu, dilakukan penyaringan. Kemudian
sebanyak 10 ml filtrat dimasukkan ke dalam erlenmeyer lain. Filtrat dititrasi
dengan Na2S2O3 0,1 N hingga menjadi berwarna kuning pucat. Lalu
ditambahkan indikator amilum (1%) ke dalamnya dan teruskan titrasi hingga
filtrat menjadi bening. Kemudian dicatat jumlah peniter yang terpakai. Data
yang diperoleh dihitung dengan persamaan (3) sebagai berikut:
IAN = 10 - (
B ×C
D) ×12,693 ×2,5
(W) ........................................................... (3)
Dimana:
IAN = Bilangan Iodin (mg Iodin / g karbon aktif)
B = Volume Na2S2O3 yang terpakai saat titrasi karbon aktif)
C = Normalitas Na2S2O3
D = Normalitas Iodin
W = Massa karbon aktif (gram)
12,693 = Jumlah iodin yang sesuai dengan 1 ml larutan Na2S2O3 0,1 N
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Pengaruh Waktu Aktivasi dan Diameter Partikel Terhadap Rendemen
Arang
Penetapan rendemen bertujuan untuk mengetahui jumlah arang yang dihasilkan
setelah proses karbonisasi . Pengaruh waktu aktivasi dan diameter partikel
terhadap rendemen arang dari pelepah aren dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Pengaruh Waktu Aktivasi dan Diameter Partikel Terhadap Rendemen
Arang Serbuk Pelepah Aren
Dari hasil penelitian diperoleh karakterisasi arang aktif yang paling optimum
yaitu arang aktif dengan diameter partikel (-40 +60 mesh) dan waktu aktivasi 20
jam yaitu sebesar 71,00%. Hal ini disebabkan diameter partikel yang lebih kecil
memiliki luas penampang yang lebih besar sehingga transfer massa asam fosfat dari
larutan ke permukaan karbon aktif berlangsung lebih mudah. Sedangkan semakin
lama waktu aktivasinya maka rendemen yang dihasilkan semakin sedikit.
48.5 47.5 46.5
61.558
53
7167.5
64
0
10
20
30
40
50
60
70
80
20 22 24
Ren
dem
en A
rang (
%)
Waktu Aktivasi (Jam)
-10+20 mesh
-20+40 mesh
-40+60 mesh
3.2 Pengaruh Waktu Aktivasi dan Diameter Partikel Terhadap Kadar Air
Pengaruh waktu aktivasi dan diameter partikel terhadap kadar air dari pelepah
aren dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Pengaruh Waktu Aktivasi dan Diameter Partikel Terhadap Kadar Air
dari Pelepah Aren
Pada gambar 2 menunjukkan bahwa semakin lama waktu aktivasi, maka
kadar air cenderung semakin tinggi. Besarnya kadar air ini selain disebabkan
terjadinya peningkatan sifat higroskopis arang aktif terhadap uap air, juga
disebabkan terjadinya pengikatan molekul air oleh 6 atom karbon yang telah di
aktivasi. Sedangkan diameter partikel yang lebih besar memiliki kadar air yang
lebih tinggi. Hasil karbon aktif dalam penelitian ini memiliki kadar air sebesar
l0,17-11,71%. Kadar air ini telah memenuhi persyaratan karbon aktif menurut (SNI
No. 06-3730-1995). Dapat disimpulkan bahwa karakterisasi paling optimum yaitu
diameter partikel (-10 +20 mesh) dan waktu aktivasi 24 jam yaitu sebesar 11,71%.
10.36
11.15
11.71
10.17
10.64
10.98
10.3110.5 10.53
9
9.5
10
10.5
11
11.5
12
20 22 24
Kad
ar A
ir (
%)
Waktu Aktivasi (Jam)
-10+20 mesh
-20+40 mesh
-40+60 mesh
3.3 Pengaruh Waktu Aktivasi dan Diameter Partikel Terhadap Daya Jerap
Iodin (I2)
Daya jerap terhadap iodin karbon aktif dari pelepah aren dapat dilihat pada gambar
3.
Gambar 3. Pengaruh waktu aktivasi dan diameter partikel terhadap daya jerap
Iodin dari pelepah aren
Pada gambar 3 menunjukkan bahwa daya jerap karbon aktif terhadap iodin
bergerak ke nilai tinggi ketika waktu adsorbsi di tambah. Aktivasi selama 20 jam,
aktivator hanya mampu membuka pori-pori partikel karbon sedikit maka daya jerap
karbon aktifpun rendah. Maka makin lama waktu aktivasi maka makin banyak zat
inert di permukaan partikel karbon yang yang terlepas dari permukaan sehingga
pori-pori permukaan partikel karbon aktif makin banyak menyebabkan luas
permukaan semakin besar dan kemampuan daya jerappun meningkat.
Waktu aktivasi 24 jam menghasilkan karbon aktif dengan daya jerap
mencapai 8.464,31 mg iodin/g sehingga waktu aktivasi 24 jam adalah efektif untuk
menghasilkan karbon aktif yang memiliki daya jerap tinggi.
Sedangkan pengaruh diameter partikel terhadap daya jerap karbon aktif
terdapat kecenderungan terjadi peningkatan daya jerap dari mesh partikel kecil ke
diameter partikel yang lebih besar. Pada mesh kecil berarti jumlah partikel sedikit
7448.87
8337.388464.31
7702.73
7956.59
8464.31
7068.08
8083.52 8083.52
6000
6500
7000
7500
8000
8500
9000
20 22 24
Day
a Je
rap
(m
g/g
)
Waktu Aktivasi (Jam)
-10+20 mesh
-20+40 mesh
-40+60 mesh
maka luas permukaan penyerapan kecil sedangkan makin besar diameter partikel
jumlah partikel semakin besar maka luas permukaan penyerapan juga semakin
besar sehingga kemampuan daya jerap juga makin besar.
Namun sampai pada diameter partikel -20 +60 mesh daya jerap karbon aktif
maksimum kemudian mengalami penurunan daya jerap. Karbon aktif dengan
diameter partikel -20 +40 mesh mampu menyerap iodin sebesar 8.464,31 mg
iodin/g. Di atas diameter partikel -20 +40 mesh kemampuan daya jerap menurun
sehingga diameter partikel -20 +40 mesh merupakan diameter partikel yang efektif.
Sedangkan apabila diameter partikel di atas -20 +40 mesh tidak menghasilkan
karbon aktif yang signifikan.
Hal ini dimungkinkan partikel mesh besar atau diameter partikel lebih kecil
akan memiliki daya jerap menurun dari mesh -20 +40 mesh. Karena tingkat
kepadatannya tinggi sehingga masing-masing partikel saling menutupi satu sama
lain dan akhirnya adsorben tidak teradsorbsi dengan baik.
4. PENUTUP
Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan yaitu sebagai berikut:
a. Pelepah aren pada waktu aktivasi 20 jam dan diameter partikel -40 +60 mesh
didapatkan karakteristik optimum yaitu rendemen arang sebesar 71,00%.
b. Pelepah aren pada waktu aktivasi 24 jam dan diameter partikel -10 +20 mesh
didapatkan kadar air tertinggi sebesar 11,71%.
c. Waktu aktivasi 24 jam dan diameter partikel -20 +40 mesh dapat menghasilkan
karbon aktif yang memiliki daya jerap terhadap sampel sebesar
8.464,31 mg iodin/g.
DAFTAR PUSTAKA
Esterlita, M. O. and Herlina, N. (2015). Pengaruh Penambahan Aktivator ZnCl2,
KOH, dan H3PO4 dalam Pembuatan Karbon Aktif dari Pelepah Aren (Arenga
Pinnata). Jurnal Teknik Kimia USU, 4 (1), 47-52.
Joaquin, A., Said H.A.A.H., and Rakesh N. (2015).Water Analysis using Activated
Carbon from Coconut Shell. Int. J. Lat. Res. Sci. Technol, 4 (5), 1-3.
Oghenejoboh, K.M., Smith O.O., and Evuensiri O.O. (2016). Applicaton of
Cassava Peels Activated Carbon in The Treatment of Oil Refinery
Wastewater – A Comparative Analysis. J. Eco. Eng, 17 (2), 52-58.
Rahayu, T. (2004). Karakteristik Air Sumur Dangkal di Wilayah Kartasura dan
Upaya Penjernihannya. JPST, 5 (2), 1-5.
Ramdja, A.F., M. Halim, J. H. (2008). Pembuatan Karbon Aktif dari Pelepah
Kelapa (Cocus nucifera). Jurnal Teknik Kimia Universitas Sriwijaya. Vol. 15
No. 2.
Ribeiro, L.A.D.S., Liana A.R., and Gilmar P.T. (2017). Preparation of Activated
Carbon from Orange Peel and Its Application for Phenol Removal. IJOER, 3
(3), 122-129.
Sartova, K., Omurzak, E., Kambarova, G., Dzhumaev, I., Borkoev, B. and
Abdullaeva, Z. (2018). Activated Carbon Obtained From The Cotton
Processing Wastes Kulumkam. Diamond & Related Materials 91, 90-97.
DOI:10.1016/j.diamond.2018.11.011.
Siti Salamah. (2008). Pembuatan Karbon Aktif dari Kulit Buah Mahoni dengan
Perlakuan Perendaman dalam Larutan KOH. Prosiding Seminar Nasional
Teknoin 2008 Bidang Teknik Kimia dan Tekstil, 2008.
SNI 06-3730-1995. Arang Aktif Teknis. Badan Standarisasi Nasional