Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP MINATPEMUDA USIA 21 - 30 TAHUN PADA SEKTOR PERTANIAN
DI KECAMATAN KALIORI KABUPATEN REMBANGTAHUN 2019
SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan (S.Pd)
Oleh:Widya Purwaningsih
3201415017
JURUSAN GEOGRAFIFAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG2019
ii
iii
iv
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO :
“Orang – orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu, dan orang -
orang yang terus belajar akan menjadi pemilik masa depan (Mario Teguh)”
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Allah SWT yang senantiasa memberikan ridha-Nya
2. Bapak Suparman, Ibu Masripah dan Indah Ramadyanti
3. Teman–teman Pendidikan Geografi 2015
4. Almamater
vi
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
kemurahan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul
“Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Minat Pemuda pada Sektor Pertanian di
Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang Tahun 2019” selama menyusun skripsi ini,
penulis telah banyak menerima bantuan, kerjasama, dan sumbangan pemikiran dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis sampaikan ucapan
terimakasih kepada yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang yang
telah memberikan kesempatan pada peneliti untuk menuntut ilmu di
Universitas Negeri Semarang
2. Dr. Moh. Solehatul Mustofa, MA., Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas
Negeri Semarang yang telah memberikan perijinan penelitian.
3. Dr. Tjaturahono Budi Sanjoto, M.Si., Ketua Jurusan Geografi Universitas
Negeri Semarang yang telah memberikan perijinan penelitian.
4. Drs. Saptono. M.Si., Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan,
pengarahan, petunjuk, dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
5. Dr. Puji Hardati, M.Si., selaku dosen penguji pertama yang telah memberikan
saran dan masukan kepada penulis untuk kelengkapan dan perbaikan skripsi.
6. Drs. Hariyanto, M.Si., selaku dosen penguji kedua yang telah memberikan
saran dan masukan kepada penulis untuk kelengkapan dan perbaikan skripsi.
7. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Geografi atas seluruh ilmu yang telah diberikan
sehingga penulis dapat menyusun skripsi.
vii
8. Kepala Desa Sidomulyo dan Kepala Desa Tambakagung atas dukungan dalam
memberikan izin penelitian dan partisipasi dalam penelitian.
9. Penyuluh Pertanian Lapangan Desa Sidomulyo dan Penyuluh Pertanian
Lapangan Desa Tambakagung atas partisipasi dan dukungan dalam penelitian.
10. Pemuda di Desa Sidomulyo dan Desa Tambakagung atas partisipasi dalam
mengisi instrumen penelitian.
11. Petani di Desa Sidomulyo dan Desa Tambakagung atas kesediaannya untuk di
wawancarai.
12. Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu persatu.
Ucapan terima kasih penulis ucapkan dan untaian doa semoga Allah SWT
memberikan imbalan atas kebaikan yang telah diberikan oleh berbagai pihak
kepada penulis. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Aaammiiinn.
Semarang, 16 September 2019
Penulis
viii
SARI
Widya Purwaningsih. Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Minat Pemuda Usia 21 – 30 Tahun Pada Sektor Pertanian Di Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang Tahun 2019. Skripsi. Jurusan Geografi. Fakultas Ilmu Sosial. UniversitasNegeri Semarang.Drs. Saptono Putro, M.Si.,Kata Kunci: Tingkat Pendidikan, Minat, Pemuda, Pertanian
Data sensus pertanian tahun 2013 diketahui bahwa terdapat peningkatanjumlah petani usia 55 tahun ke atas dan penurunan jumlah petani usia di bawah 35tahun. Pemudanya tidak mau bertani karena mereka telah memiliki pendidikan yangtinggi, sehingga mereka lebih memilih pekerjaan sesuai dengan pendidikan formalyang diperolehnya. Tujuan Penelitian in adalah mengetahui tingkat pendidikan diDesa Sidomulyo dan di Desa Tambakagung, menganalisis minat pemuda padasektor pertanian di Desa Sidomulyo dan desa Tambakagung, menganalisispengaruh tingkat pendidikan terhadap minat pemuda pada sektor pertanian di DesaSidomulyo dan Desa Tambakagung.
Populasi penelitian ini yaitu pemuda usia 21-30 tahun yang merupakan anakpetani di Desa Sidomulyo sebanyak 435 jiwa dan Desa Tambakagung sebanyak 352jiwa. Pengambilan sampel diambil 10% dari jumlah populasi. Sampel di DesaSidomulyo yaitu 43 jiwa dan di Desa Tambakagung yaitu 35 jiwa. Metodepengambilan sampel yaitu Purposive Random Sampling Teknik pengambilan datamenggunakan angket, wawancara dan dokumentasi. Analisis data menggunakantabulasi, analisis deskriptif, uji normalitas dan analisis regresi linear sederhana.
Hasil penelitian menunjukkan (1) tabulasi data tingkat pendidikan di DesaSidomulyo menunjukkan mayoritas tingkat pendidikan yaitu tamatan SMAsedangkan Desa Tambakagung yaitu SMA dan SMP. (2) Minat Pemuda di DesaSidomulyo yaitu 58,62% dan tergolong dalam kategori sedang, secara lebih rinciminat pemuda pada sektor pertanian pada aspek kognisi yaitu sedang (55,05%),aspek emosi sedang (53,96%) dan pada aspek konasi tinggi (69,18%). MinatPemuda di Desa Tambakagung yaitu 58,63% dan tergolong dalam kategori sedang,secara lebih rinci minat pemuda pada sektor pertanian pada aspek kognisi yaitusedang (57,07%), aspek emosi sedang (56,33%) dan pada aspek konasi tinggi(63,46%). (3) Pengaruh tingkat pendidikan terhadap minat Pemuda pada sektorpertanian di Desa Sidomulyo sebesar 24% sedangkan di Desa Tambakagungsebesar 42%.
Kesimpulan penelitian ini yaitu (1) tingkat pendidikan pemuda anak petanidi Desa Sidomulyo menunjukkan mayoritas tingkat pendidikan yaitu tamatan SMAsedangkan Desa Tambakagung tingkat pendidikan pemuda yaitu SMA dan SMPproporsinya sama. (2) Minat Pemuda pada sektor pertanian baik di Desa Sidomulyomaupun Desa Tambakagung berada pada kategori sedang. (3) Pengaruh tingkatpendidikan terhadap minat Pemuda pada sektor pertanian di Desa Sidomulyomemiliki nilai R Square 0.248 dan Di Desa Tambakagung memiliki nilai R Square0,428 dengan arah pengaruh negativ.
ix
ABSTRACT
Widya Purwaningsih. The Influence of Education Level in the Interest of Young Young People at the Age of 21–30 in the Agricultural Sector at Kaliori Subdistrict of Rembang 2019. Thesis. Department of Geography. Faculty of Social Science.Semarang State University.Drs. Saptono Putro, M.SiKey word: Education Level, Interest, Young People, Agriculture
Agricultural census data in 2013 revealed that there was an increase in thenumber of farmers aged 55 years and over and a decrease in the number of farmersunder the age of 35 years. Young people do not want to farm because they already havea high education, so they prefer jobs in accordance with the formal education they get.The purpose of this research is to find out the level of education in Sidomulyo Villageand Tambakagung Village, analyze the interest of the younger generation in theagricultural sector in Sidomulyo Village and Tambakagung Village, analyze theinfluence of the level of education on the interest of the young people in the agriculturalsector in Sidomulyo Village and Tambakagung Village.
The population of this research is the young people aged 21-30 years who are thechildren of farmers in Sidomulyo Village with 435 inhabitants and TambakagungVillage with 352 inhabitants. Sampling was taken 10% of the total population. Thesample in Sidomulyo Village was 43 inhabitants and in Tambakagung Village was 35inhabitants. The sampling method is Purposive Random Sampling. The data collectiontechnique uses questionnaires, interviews and documentation. Data analysis usingtabulation, descriptive analysis, normality test and simple linear regression analysis.
The results showed (1) tabulation of education level data in Sidomulyo Villageshowed the majority of education levels were high school graduates whileTambakagung Village was high school and junior high school. (2) Interest of youngpeople in Sidomulyo Village is 58.62% and classified in the medium category, in moredetail the interest of youth in the agricultural sector in the aspect of cognition that ismoderate (55.05%), moderate emotional aspects (53.96%) and in the high konasi aspect(69.18%). Interest of the young people in Tambakagung Village is 58.63% and belongsto the medium category, in more detail the interest of youth in the agricultural sector inthe aspect of cognition that is moderate (57.07%), the emotional aspect is (56.33%) andin the aspect of conation high (63.46%). (3) The influence of the level of education onthe interest of the younger generation in the agricultural sector in Sidomulyo Village is24% while in Tambakagung Village is 42%.
The conclusions of this study are (1) the level of education in Sidomulyo Villageshows the majority of the level of education is high school graduates whileTambakagung Village education levels, namely high school and junior high school assame. (2) The interest of young people to work in the agricultural sector in bothSidomulyo Village and Tambakagung Village is in the medium category. (3) Theinfluence of the level of education on the interest of the young people in the agriculturalsector in Sidomulyo Village have R Square value 0,248 and Tambakagung village haveR Square value 0.428, and the direction is negative influence.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................................ ii
PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................................. iii
PERNYATAAN KEASLIAN .................................................................................. ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................... v
PRAKATA ............................................................................................................. vii
SARI ...................................................................................................................... viii
ABSTRACT ............................................................................................................ ix
DAFTAR ISI ............................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 7
C. Tujuan penelitian ........................................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 8
E. Batasan Istilah ............................................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 11
A. Deskripsi Teoritis ........................................................................................ 11
1. Tingkat Pendidikan ..................................................................................... 11
2. Minat ........................................................................................................... 13
3. Geografi ...................................................................................................... 19
4. Sektor Pertanian .......................................................................................... 23
5. Pemuda ........................................................................................................ 26
B. Kajian Hasil- Hasil Penelitian yang Relevan .............................................. 27
C. Kerangka Berpikir ....................................................................................... 35
D. Hipotesis ...................................................................................................... 36
xi
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 37
A. Populasi Penelitian ........................................................................................... 37
B. Sampel dan Teknik Sampling .......................................................................... 37
C. Variabel Penelitian ........................................................................................... 38
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................... 40
E. Validitas dan Reliabilitas Alat. ........................................................................ 41
F. Hipotesis Statistik ............................................................................................ 45
G. Teknik Analisis Data ........................................................................................ 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................................ 53
A. Hasil Penelitian ................................................................................................ 53
1. Gambaran Umum Kecamatan Kaliori .............................................................. 53
2. Gambaran Umum Desa Sidomulyo dan Desa Tambakagung .......................... 56
3. Karakteristik Tingkat Pendidikan Pemuda Desa Sidomulyo ........................... 62
4. Karakteristik Tingkat Pendidikan Pemuda Desa Tambakagung ...................... 64
5. Analisis Minat Pemuda Bekerja pada Sektor Pertanian di Desa Sidomulyo................................................................................................................................. 66
6. Analisis Minat pemuda Bekerja pada Sektor Pertanian di Desa Tambakagung................................................................................................................................. 68
7. Analisis Regresi Tingkat Pendidikan terhadap Minat Pemuda bekerja padasektor pertanian desa Sidomulyo ............................................................................. 71
8. Analisis Regresi Tingkat Pendidikan terhadap Minat Pemuda bekerja padasektor pertanian desa Tambakagung ....................................................................... 74
B. PEMBAHASAN .............................................................................................. 77
1. Tingkat Pendidikan Pemuda Desa Sidomulyo ................................................. 77
2. Tingkat Pendidikan Pemuda Desa Tambakagung ............................................ 78
3. Minat Pemuda Bekerja pada Sektor Pertanian di Desa Sidomulyo dan DesaTambakagung .......................................................................................................... 79
4. Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap minat Pemuda untuk bekerja padaSektor Pertanian di Desa Sidomulyo. ...................................................................... 82
5. Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap minat Pemuda untuk bekerja padaSektor Pertanian di Desa Tambakagung.................................................................. 85
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 89
A. SIMPULAN ..................................................................................................... 89
B. SARAN ............................................................................................................ 90
xii
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 91
LAMPIRAN .......................................................................................................... 96
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Nilai Tukar Petani ..................................................................... 5Tabel 2 Tingkat Pendidikan Pemuda Usia 21 – 30 Tahun ..................... 9Tabel 3 Kajian Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan ............................ 31Tabel 4 Data Sampel Penelitian ............................................................. 38Tabel 5 Tingkat Pendidikan Pemuda Usia 21 – 30 Tahun ..................... 39Tabel 6 Validitas Angket Minat pada Aspek Kognisi ............................ 42Tabel 7 Validitas Angket Minat pada Aspek Emosi ............................... 43Tabel 8 Validitas Angket Minat pada Aspek Konasi .............................. 44Tabel 9 Klasifikasi Minat Pemuda Pada Sektor Pertanian ...................... 50
Tabel 10Jumlah Penduudk Kecamatan kaliori Berdasarkan Jeniskelamin dan Kelompok Umur .................................................... 55
Tabel 11 Tingkat Pendidikan Formal Penduduk Kecamtan Kaliori ........ 56Tabel 12 Penggunaan Lahan Desa Sidomulyo dan Desa Tambakagung .. 58
Tabel 13Penduduk Desa Sidomulyo dan Tambakagung berdasarkanKelompok Umur ......................................................................... 61
Tabel 14Rumah Taangga Usaha Pertanian Desa Sidomulyo danTambakagung ............................................................................ 62
Tabel 15 Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Sidomulyo .................... 63Tabel 16 Tingkat Pendidikan Pemuda Desa Sidomulyo ......................... 64Tabel 17 Tingkat Pendidikan Masyrakat Desa Tambakagung .................. 64Tabel 18 Tingkat Pendidikan Pemuda Desa Tambakagung ...................... 65
Tabel 19Minat Pemuda Desa Sidomulyo di Sektor Pertanian PadaAspek Kognisi ........................................................................... 66
Tabel 20Minat Pemuda Desa Sidomulyo di Sektor Pertanian PadaAspek Emosi ............................................................................... 67
Tabel 21Minat Pemuda Desa Sidomulyo di Sektor Pertanian PadaAspek Konasi ............................................................................ 68
Tabel 22Minat Pemuda Desa Tambakagung di Sektor Pertanian PadaAspek Kognisi ............................................................................ 69
Tabel 23Minat Pemuda Desa Tambakagung di Sektor Pertanian PadaAspek Emosi................................................................................ 70
Tabel 24Minat Pemuda Desa Tambakagung di Sektor Pertanian PadaAspek Konasi ............................................................................. 71
Tabel 25 Uji Normalitas Data Desa Sidomulyo ........................................ 72Tabel 26 Uji Normalitas Data Desa Tambakagung ................................... 74Tabel 27 Kisi- Kisi Instrumen ................................................................... 99Tabel 28 Rubrik Penilaian ......................................................................... 104Tabel 29 Data Hasil Penelitian .................................................................. 113Tabel 30 Hasil Wawancara ........................................................................ 120Tabel 31 Hasil Uji Regresi Linear Sederhana 131
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian Desa Sidomulyo ................................ 97Lampiran 2 Surat Izin Penelitian Desa Tambakagung ........................... 98Lampiran 3 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ........................................... 99Lampiran 4 Instrumen Penelitian ........................................................... 100Lampiran 5 Rubrik Penilaian ................................................................. 104Lampiran 6 Pedoman wawancara .......................................................... 111Lampiran 7 Data Hasil Penelitian .......................................................... 113Lampiran 8 Hasil wawancara ................................................................. 120Lampiran 9 Hasil Uji Regresi Linear Sederhana ................................... 131Lampiran 10 Dokumentasi Kegiatan ...................................................... 133
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Jumlah Petani berdasarkan Sensus Pertanian 2003 dan 2013 .. 1Gambar 2 Jumlah RTUH Menurut Provinsi, 2003 dan 2013 2Gambar 3 Luas Lahan Pertanian Menurut Provinsi, 2003 dan 2013 ....... 3Gambar 4 Kerangka Berpikir .................................................................... 35Gambar 5 Peta Lokasi Penelitian ............................................................ 54Gambar 6 Peta Penggunaan Lahan Desa Sidomulyo ................................ 59Gambar 7 Peta Penggunaan Lahan Desa Tambakagung .......................... 60Gambar 8 Kurva Uji t Desa Sidomulyo .................................................. 74Gambar 9 Kurva Uji t Desa Tambakagung ............................................. 76Gambar10
Dokumentasi Kegiatan ............................................................. 133
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Permasalahan utama dalam sektor pertanian saat ini yaitu perubahan
struktur demografi yang kurang menguntungkan bagi sektor pertanian, jumlah
petani usia di atas 55 tahun semakin meningkat, sementara petani usia muda
semakin berkurang. Peran tenaga kerja pertanian Indonesia dalam penyerapan
tenaga kerja nasional memiliki kontribusi terbesar, sekitar 35,5%. Fenomena
menuanya petani dan menurunnya minat tenaga kerja di sektor pertanian
menambah permasalahan ketenagakerjaan pertanian selama ini, yaitu rendahnya
rata – rata tingkat pendidikan petani di bandingkan dengan tenaga kerja di sektor
lain (Susilowati, 2016:36).
Gambar 1. Jumlah Petani Berdasarkan Umur pada Sensus Pertanian 2003 dan2013.
Sumber: Susilowati (2014).
Data sensus pertanian di atas menunjukkan bahwa terdapat peningkatan
jumlah petani usia 55 tahun ke atas dan terjadi penurunan jumlah petani usia di
bawah 35 tahun atau usia muda. Perlu adanya regenerasi petani, hal tersebut
2
dikarenakan kebutuhan pangan yang harus tetap terpenuhi dan untuk memenuhi itu
memerlukan regenerasi petani.
Gambar 2. Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Menurut Provinsi, 2003 dan2013
Sumber : Sensus Pertanian Tahun 2013.
Rumah tangga usaha pertanian di Indonesia berdasarkan data sensus
pertanian tahun 2003 dan 2013 menurut provinsi, terlihat pada gambar 2 hampir di
seluruh provinsi terjadi penurunan jumlah rumah tangga usaha tani. Hal tersebut
dapat di lihat pada grafik di atas. Penurunan yang terlihat cukup signifikan
mayoritas terjadi di pulau Jawa. Di Jawa Tengah, daerah pedesaan penyerapan
tenaga kerja pertanian sebesar 45,50 % sedangkan di non pertanian sebesar
54,50%. Jumlah rumah tangga pertanian menurun karena terdapat kecenderungan
3
pergeseran angkatan kerja pertanian ke bidang industri dan jasa (Hardati,
2013:227).
Gambar 3. Rata-rata Luas Lahan yang Dikuasai Rumah Tangga Usaha PertanianMenurut Provinsi, Hasil ST2003 dan ST2013 (Ha).
Sumber: Sensus Pertanian 2013.
Luas lahan pertanian berdasarkan data sensus pertanian tahun 2003 dan 2013
menurut provinsi di ketahui rata- rata terjadi peningkatan jumlah luas lahan
pertanian. ketersediaan lahan pertanian yang cukup luas mampu menyerap tenaga
kerja dalam jumlah cukup banyak, sehingga tidak menutup kemungkinan apabila
sektor pertanian dapat di kembangkan secara lebih maksimal maka dapat
berpotensi menyediakan lapangan pekerjaan yang cukup besar dan dapat
mengurangi jumlah pengangguran di pedesaan (White, 2011).
Minat pemuda Indonesia pada sektor pertanian menurun dari tahun ke tahun,
35% dari mereka yang bekerja di sektor pertanian memiliki produktivitas rendah
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
Ace
hS
umat
era
Uta
raS
umat
era
Bar
atR
iau
Kep
ulau
anR
iau
Ja
mb
iS
umat
era
Sela
tan
Kep
.Ban
gka
Bel
itun
Ben
gkul
uL
ampu
ngD
KI
Jaka
rta
Jaw
aB
arat
Ban
ten
Jaw
aT
enga
hD
IY
ogya
kart
aJa
wa
Tim
urB
ali
Nus
aT
engg
ara
Bar
atN
usa
Ten
ggar
aT
imur
Kal
iman
tan
Bar
atK
alim
anta
nT
enga
hK
alim
anta
nS
elat
anK
alim
anta
nT
imur
Kal
iman
tan
Uta
raS
ulaw
esiU
tara
Gor
onta
loS
ulaw
esiT
enga
hSu
law
esiS
elat
anS
ulaw
esiB
arat
Sul
awes
iTen
ggar
aM
aluk
uM
aluk
uU
tara
Pap
uaP
apua
Bar
at
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
Lahan Pertanian
ST2003 ST2013
4
(Ridha, 2017:77). Di Indonesia pemuda beranggapan bahwa mereka pantas untuk
berwirausaha karena tidak memiliki kemampuan teknis dalam pertanian dan lebih
tertarik dengan gaji bulanan pada pekerjaan formal (White, 2011).
Banyak alasan penyebab menurunnya minat tenaga kerja di sektor pertanian
terutama yaitu citra sektor pertanian yang kurang bergengsi dan kurang bisa
memberikan imbalan atau pendapatan yang memadai. Bagi pemuda pedesaan
pekerjaan di sektor pertanian semakin tidak memiliki daya tarik. Hal tersebut tidak
hanya karena secara ekonomi pendapatan dari sektor pertanian yang semakin tidak
menjanjikan, tetapi keengganan pemuda juga di pengaruhi oleh subkultur baru yang
berkembang di era digital seperti sekarang (Susilowati, 2016).
Fenomena semakin menurunnya minat tenaga kerja muda bekerja pada sektor
pertanian mempunyai konsekuensi bagi keberlanjutan sektor pertanian di masa
depan. Di masa depan beban sektor pertanian akan semakin berat dengan
bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya permintaan pangan sehingga
peningkatan produksi dan produktivitas menjadi faktor kunci (Susilowati, 2016).
Keterampilan dalam pertanian perlu diajarkan di tingkat sekolah dasar dan
menengah karena ketika mereka tidak mampu melanjutkan ke jenjang berikutnya
maka sudah memiliki bekal untuk bekerja di sektor pertanian (Minde, 2015:144).
Salah satu alat yang dapat untuk digunakan untuk mengukur tingkat
kesejahteraan petani yaitu Nilai Tukar Petani (NTP). Nilai tukar petani berkaitan
dengan daya beli petani dalam hal yang membiayai kebutuhan rumah tangganya.
Apabila pendapat petani lebih besar dari kenaikan harga produksi pertanian dan
berdampak pada daya belinya, maka hal ini menunjukkan bahwa kemampuan
5
petani menjadi lebih baik atau terjadi kenaikan pendapatnya. Adanya peningkatan
Nilai Tukar Petani mengindikasikan terjadinya peningkatan kesejahteraan petani,
begitu juga sebaliknya, ketika terjadi penurunan Nilai Tukar petani maka indikator
kesejahteraan petani menurun (Keumala, 2018). Perubahan Nilai Tukar Petani dari
tahun 2017 ke tahun 2018 dapat di lihat pada tabel 1 berikut.
Tabel 1. Perubahan Nilai Tukar Petani Desember 2018 terhadap Desember 2017
SubsektorDes-17 Des-18 Tahun ke tahun
It Ib NTP It Ib NTP It Ib NTPT. Pangan 136,
47132,6
4102,8
9146,93
132,78
107,03
7,66
3,5 4,02
T.Hortikultura
132,49
130,7 101,37
136,76
134,94
101,35
3,22
3,24
-0,02
T.Perkebunan
Rakyat
130,49
130,04
100,38
127,01
134,94
101,35
-2,7
3,38
-5,88
Peternakan 132,49
123,58
107,21
138,01
128,41
107,47
4,17
3,91
0,24
Perikanan 133,73
127,36
105 139,98
131,41
106,52
4,67
3,18
1,45
PerikananTangkap
142,09
126,29
112,51
148,09
130,44
113,53
4,22
3,29
0,9
PerikananBudidaya
127,73
128,18
99,65 134,19
132,14
101,54
5,05
3,09
1,9
Nasional 133,35
129,4 103,36
138,16
133,93
103,16
3,61
3,5 0,1
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2018
Data di atas menunjukkan terjadi adanya peningkatan Nilai Tukar Petani dari
Desember 2017 ke Desember 2018 sebesar 0,10%. Hal ini dipengaruhi oleh
kenaikan It (3,61%) lebih tinggi dari kenaikan Ib (3,50%). Pada sektor pangan nilai
tukar petani juga mengalami kenaikan, dari 102,89 di tahun 2017 menjadi 107,03
di tahun 2018. Kenaikan sendiri yaitu sebesar 4,02%, dengan nilai It sebesar 7,66%
dan nilai Ib sebesar 3,5 %. Dilihat dari nilai tukar petani tersebut seharusnya terjadi
6
kesejahteraan pada petani dan dapat meningkatkan minat pemuda untuk bekerja di
sektor pertanian, sehingga jumlah petani muda tidak semakin menurun.
Data BPS Kabupaten Rembang tahun 2018, Kecamatan Kaliori merupakan
kecamatan yang memiliki luas lahan sawah paling luas di Kabupaten Rembang,
yaitu seluas 3.633 ha. Memiliki wilayah sawah paling luas akan tetapi jumlah
petaninya lebih banyak di Kecamatan Sarang dan Sumber, dengan jumlah 13.955
jiwa dan 13.988 jiwa. Jumlah petani di Kecamatan Kaliori yaitu 10.485 jiwa.
Kecamatan Kaliori terdiri dari 23 desa yaitu Desa Meteseh, Maguan,
Sidomulyo, Wiroto, Banggi, Kuangsan, Gunungsari, Sendangagung, Karangsekar,
Babadan, Pengkol, Sambiyan, Mojorembun, Tunggulsari, Tambakagung,
Mojowarno, Dresi Kulon, Dresi Wetan, Tasikharjo, Purworejo, Bogoharjo,
Banyudono, dan Pantiharjo. Kecamatan Kaliori sendiri memiliki luas tanah sawah
3.633 Ha, dan tanah kering 2.562 Ha.
Desa Sidomulyo merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Kaliori
dengan jumlah tenaga kerja di bidang pertanian cukup tinggi. Data Rencana Kerja
Tahunan Pertanian tahun 2018 menunjukkan bahwa Desa Sidomulyo memiliki luas
lahan sawah seluas 292,08 Ha, dengan jumlah rumah tangga usaha tani 487 KK.
Jumlah petani di Desa Sidomulyo tahun 2018 yaitu 1.125 jiwa dari keseluruhan
jumlah penduduk Desa Sidomulyo yaitu 1.695 jiwa atau sekitar 66,4% dari jumlah
penduduk. Jumlah petani di Desa Sidomulyo merupakan yang tertinggi diantara
desa lain di Kecamatan Kaliori. Oleh karena itu peneliti mengambil sampel di Desa
Sidomulyo karena merupakan desa dengan jumlah petani tertinggi di Kecamatan
Kaliori.
7
Desa kedua yaitu Desa Tambakagung yang merupakan salah satu desa di
Kecamatan Kaliori dengan jumlah rumah tangga usaha tani yang sedikit. Jumlah
rumah tangga usaha tani yang ada di sana hanya sedikit yaitu pada tahun 2018 hanya
302 KK. Jumlah petani di Desa Tambakagung yaitu 400 jiwa dari keseluruhan
penduduk desa yaitu 2.434 jiwa atau hanya sekitar 16,5% penduduk yang bekerja
sebagai petani di Desa Tambakagung. Warga desa mayoritas bekerja pada sektor
lain seperti nelayan dan atau industri rumahan.
Berbekal latar belakang disiplin ilmu geografi dengan mengambil pendekatan
regional kompleks wilayah, peneliti mengambil judul skripsi “ PENGARUH
TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP PEMUDA USIA 21 – 30 TAHUN PADA
SEKTOR PERTANIAN DI KECAMATAN KALIORI KABUPATEN
REMBANG TAHUN 2019”
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah tingkat pendidikan pemuda yang ada di Desa Sidomulyo dan
Desa Tambakagung Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang Tahun 2019?
2. Bagaimana minat remaja terhadap sektor pertanian di Desa Sidomulyo dan
Desa Tambakagung Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang?
3. Bagaimana pengaruh tingkat pendidikan terhadap minat pemuda pada sektor
pertanian di Desa Sidomulyo dan Desa Tambakagung Kecamatan Kaliori
Kabupaten Rembang tahun 2019?
8
C. Tujuan penelitian
1. Mengetahui tingkat pendidikan pemuda yang ada di Desa Sidomulyo dan Desa
Tambakagung Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang Tahun 2019.
2. Menganalisis bagaimana minat pemuda terhadap sektor pertanian di Desa
Sidomulyo dan Desa Tambakagung Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang.
3. Menganalisis pengaruh tingkat pendidikan terhadap minat pemuda pada
sektor pertanian di Desa Sidomulyo dan Desa Tambakagung Kecamatan
Kaliori Kabupaten Rembang tahun 2019.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak
baik manfaat secara teoritis maupun manfaat secara praktis. Manfaat yang diperoleh
dari penelitian ini sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian dapat memberikan sumbangan positif dalam pembangunan
ilmu pengetahuan pada sektor pendidikan dan pertanian khususnya bagaimana
tingkat pendidikan memengaruhi minat di sektor pertanian khususnya bagai
pemuda . Mengetahui perubahan jumlah pemuda yang berminat untuk bekerja di
sektor pertanian. Selain itu juga dapat digunakan dalam pembuatan penelitian
serupa.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Masyarakat
Dapat mengetahui ada atau tidaknya pengaruh tingkat pendidikan terhadap
rendahnya minat pemuda di sektor pertanian.
9
b. Bagi Pemerintahan
Memberi informasi dan masukan untuk dijadikan bahan pertimbangan serta
pengambilan kebijakan mengenai minat pemuda sekarang untuk sektor pertanian.
E. Batasan Istilah
Agar tidak terjadi kesalahpahaman maka peneliti memberikan batasan
penelitian dalam penegasan istilah tentang pengertian pengaruh, tingkat
pendidikan, minat remaja, dan sektor pertanian.
1. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan adalah tinggi rendahnya jenjang pendidikan yang telah di
tempuh oleh seseorang baik formal, non formal ataupun informal. Tingkat
pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan formal.
Kriteria tingkat pendidikan dalam penelitian ini dibagi menjadi empat dilihat dari
lamanya tahun pendidikan yang ditempuh oleh pemuda usia 21 – 30 tahun di Desa
Sidomulyo dan Tambakagung yaitu sebagai berikut.
Tabel 2. Tingkat Pendidikan Pemuda Usia 21 – 30 Tahun
No. Tingkat Pendidikan Pemuda Pendidikan
1. 1 – 6 Tamatan SD
2. 7 – 9 Tamatan SMP
3. 10 – 12 Tamatan SMA
4. >12 Tamatan Perguruan Tinggi
Sumber: Data Primer Penelitian 2019.
2. Minat
Minat merupakan sikap jiwa seseorang yang tertuju pada suatu objek tertentu
ketiga jiwanya (kognisi, emosi dan konasi) dan dalam hubungan tersebut unsur
perasaan yang terkuat. Unsur kognisi, dalam arti minat yaitu pengetahuan dan
10
informasi mengenai objek yang di tuju oleh minat tersebut. Unsur emosi, dalam
partisipasi atau pengalaman itu di sertai perasaan tertentu sedangkan unsur konasi
merupakan kelanjutan dari kedua unsur tersebut yaitu sesuatu yang di wujudkan
dalam bentuk kemauan dan hasrat untuk melakukan suatu kegiatan menurut Abu
Ahmadi (2003:151). Minat yang di maksud dalam penelitian ini adalah ketertarikan
pemuda bekerja pada sektor pertanian.
3. Pemuda Usia 21 – 30 Tahun Anak Petani
Pemuda adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode penting
pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 (enam belas) sampai 30 (tiga
puluh) tahun (UU nomor 40 tahun 2009 pasal 1 ayat 1). Pemuda yang di maksud di
sini adalah pemuda berusia 21-30 tahun dan merupakan anak petani.
4. Sektor Pertanian
Berdasarkan UU nomor 19 tahun 2013 pasal 1 ayat 4, pertanian adalah
kegiatan mengelola sumber daya alam hayati dengan bantuan teknologi, modal,
tenaga kerja, dan manajemen untuk menghasilkan komoditas pertanian yang
mencakup tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan/atau peternakan dalam
agroekosistem. Sektor pertanian yang di maksud dalam penelitian ini adalah
pertanian dalam arti sempit yaitu sawah, kebun dan atau ladang.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Deskripsi Teoritis
1. Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan dirinya,
penduduk, dan bangsa (Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1).
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus di penuhi
yang mempunyai tujuan lebih tinggi dari sekedar untuk tetap hidup, sehingga
manusia menjadi lebih terhormat mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari
pada yang tidak berpendidikan. Pendidikan bertujuan untuk terus mengadakan
perubahan dan pembaharuan (Arifin, 2013). Pendidikan pada hakikatnya adalah
proses pematangan kualitas hidup. Idealnya pendidikan dapat membawa manusia
menuju kualitas hidup yang lebih baik lagi. Jadi, pendidikan merupakan segala
upaya yang dilakukan secara sadar dan terencana guna meningkatkan mutu
kehidupan manusia, menurut Mulyasana (2011:2).
Berbagai macam definisi tentang pendidikan, ternyata dua di antaranya
membatasi pendidikan sampai dengan dewasa . artinya kalau seseorang sudah
dewasa dalam arti sudah bisa berdiri sendiri dan bertanggung jawab susila atas
12
segala tindakan yang dipilihnya sendiri, baik untuk kepentingan diri maupun sosial,
maka pendidikan di hentikan (Pidarta, 2009:11).
Satuan pendidikan merupakan kelompok layanan pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada
setiap jenjang dan jenis pendidikan. Tingkat pendidikan adalah suatu proses jangka
panjang yang menggunakan prosedur sistematis dan terorganisir, yang mana tenaga
kerja manajerial mempelajari pengetahuan konseptual dan teoritis untuk tujuan-
tujuan umum.
A. Pendidikan Formal
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 14 menjelaskan terdapat
beberapa jenjang pendidikan formal di antaranya adalah pendidikan dasar,
pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pada pasal 17 menyatakan bahwa
pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan
menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD), dan Madrasah
Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama
(SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.
Pada Pasal 18 menyatakan bahwa pendidikan menengah adalah lanjutan dari
pendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum
dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah
Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Mengah Kejuruan
(SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.
13
Pasal 19 menyatakan Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan menengah
yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan
doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.
B. Pendidikan Nonformal
Pendidikan nonformal merupakan jalur pendidikan yang berada di luar
pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
Pendidikan formal sendiri dapat diperoleh dari kursus, dan lembaga pelatihan
(Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003). Pendidikan non
formal bagi petani diperoleh dari penyuluhan dan sosialisasi yang dilakukan oleh
lembaga penyuluhan pertanian maupun dari lembaga pertanian lainnya. Ban dan
Hawkins (1999) menyatakan bahwa penyuluhan berkontribusi penting dalam
meningkatkan pembangunan pertanian dan peningkatan produksi pangan.
Penyuluhan merupakan suatu proses untuk membantu petani dalam mengambil
keputusan dari berbagai pilihan pemecahan masalah.
C. Pendidikan Informal
Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
menjelaskan pendidikan informal merupakan jalur pendidikan dari keluarga dan
lingkungan. Pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan
berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Sedangkan dalam Munib (2016)
menyebutkan bahwa orang tua memiliki tugas dan tanggung jawab dalam
mendidik, maka secara bersama-sama juga melibatkan pemerintah dan masyarakat.
Pendidik pada dasarnya dapat dibedakan menjadi 2 yaitu (1) pendidik kodrati yang
dalam hal ini adalah orang tua dan (2) pendidik menurut jabatan yaitu guru.
14
2. Minat
a. Pengertian Minat
Minat adalah suatu rasa lebih suka keterikatan pada suatu hal atau aktivitas,
tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu
hubungan antara diri sendiri dengan suatu di luar diri. Minat tidak di bawa sejak
lahir melainkan diperoleh kemudian. Suatu minat dapat di ekspresikan melalui
suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa lebih menyukai sesuatu hal dari pada
hal lainnya. Dapat juga di lihat melalui partisipasi dalam suatu aktivitas (Slameto,
2010: 180).
The American Heritage Dictionary of the English Language, dalam Djaali
(2013: 122) minat adalah perasaan ingin tahu, mempelajari, mengagumi atau
memiliki sesuatu. Di samping itu minat merupakan bagian dari ranah afeksi, mulai
dari kesadaran sampai pada pilihan nilai (CritesO. John dalam Djaali, 2013 :122).
Minat merupakan sikap jiwa seseorang yang tertuju pada suatu objek tertentu
ketiga jiwanya (kognisi, emosi dan konasi) dan dalam hubungan tersebut unsur
perasaan yang terkuat. Minat mengandung unsur – unsur yang terdiri dari kognisi
(mengenal), emosi (perasaan), dan konasi (kehendak). Unsur kognisi, dalam arti
minat di dahului oleh pengetahuan dan informasi mengenai objek yang di tuju oleh
minat tersebut. Unsur emosi, dalam partisipasi atau pengalaman itu di sertai
perasaan tertentu sedangkan unsur konasi merupakan kelanjutan dari kedua unsur
tersebut yaitu sesuatu yang di wujudkan dalam bentuk kemauan dan hasrat untuk
melakukan suatu kegiatan menurut Abu Ahmadi (2003:151).
15
b. Faktor yang Mempengaruhi Minat pada Sektor Pertanian
Empat faktor pendorong munculnya minat dalam pengelolaan pertanian,
yaitu 1) dorongan dari dalam individu, 2) motif sosial, 3) faktor emosional dan 4)
motif ekonomi. Faktor mendasar yang menyebabkan penurunan minat para pemuda
dalam menekuni kegiatan pertanian adalah 1) masyarakat tidak mengenal pertanian.
2) adanya persepsi negatif masyarakat terhadap pertanian yang di tunjukkan dengan
penurunan citra petani di masyarakat, dan 3) adanya identifikasi petani dengan
kemiskinan di pedesaan (Budiati, 2014 : 103).
Interpretasi faktor-faktor yang mempengaruhi minat petani (Panurat, 2014: 9)
a) Luas Lahan
Luas lahan padi sangat mempengaruhi minat karena semakin luas lahan maka
minat petani untuk bertani semakin tinggi. Lahan milik petani tidak hanya di tanami
tanaman padi namun juga tanaman lain. Ketika terjadi gagal panen, dengan
kepemilikan lahan yang cukup luas petani berinovasi untuk menanam tanaman lain
yang lebih menghasilkan. Minat berusaha petani yang tinggi untuk mengelola lahan
yang luas akan meningkatkan hasil produksi.
b) Pengalaman
Pengalaman merupakan pengetahuan atau keterampilan yang diketahui dan
dikuasai seseorang sebagai akibat dari perbuatan yang telah dilakukan sebelumnya
yang dapat mempengaruhi minat seseorang terhadap apa yang di tetapkan. Minat
pada dasarnya merupakan sebab akibat dari sebuah pengalaman. Pengalaman
merupakan reaksi yang merangsang kegiatan-kegiatan para petani dalam
lingkungannya yang bersifat menyenangkan.
16
c) Pendapatan
Semakin tinggi pendapatan semakin tinggi minat petani. Pendapatan adalah
jumlah dana yang diperoleh dari pemanfaatan faktor produksi yang di miliki, hal
tersebut dapat mempengaruhi minat seseorang. Pendapatan dalam pertanian yang
tidak menentu menjadikan salah satu faktor menurunnya minat untuk bekerja di
sektor pertanian.
d) Bantuan
Bantuan yang diperoleh seperti faktor produksi maupun teknologi pertanian
yang dapat menghasilkan atau menaikkan produksi, akan menambah minat petani
semakin tinggi dan mendorong para petani untuk tetap bekerja. Rangsangan yang
datang dari lingkungan atau ruang lingkup yang sesuai dengan kebutuhan atau
keinginan seseorang maka akan semakin mudah menimbulkan minat.
e) Pendidikan
Petani memiliki latar belakang pendidikan rendah karena sulitnya mencari
pekerjaan, adanya keterbatasan pengetahuan dan kemampuan, tidak membutuhkan
pendidikan tinggi dan tidak ada pekerjaan lain. Jika pendidikan tinggi maka minat
untuk bertani kurang, dikarenakan status sosial yang ada di dalam diri tiap individu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pandangan pemuda di sektor pertanian
(Tarigan, 2004: 15).
a) Pendidikan
Tingkat pendidikan yang berbeda membuat orientasi kerja yang berbeda,
pemuda yang berpendidikan rendah akan menyadari untuk di luar sektor pertanian
17
memiliki peluang yang sangat kecil. Pemuda yang berpendidikan lebih tinggi
mempunyai kecenderungan untuk bekerja di luar sektor pertanian.
b) Jenis Kelamin
Faktor alamiah seperti jenis kelamin juga berpengaruh menentukan orientasi
pekerjaan di sektor pertanian. Pengaruh ini lebih tertuju mengenai karakteristik
pekerjaan pertanian yang membutuhkan tenaga kuat, dapat merusak penampilan
karena ruang kerjanya di bawah terik matahari dan kotor sehingga lebih sesuai
untuk kaum pria.
c) Status Perkawinan
Pemuda yang belum menikah relatif lebih mudah untuk bermigrasi sehingga
cenderung berorientasi keluar pertanian. Bagi pemuda yang sudah menikah, jika
tidak ada pekerjaan yang di nilai lebih baik secara status sosial maupun ekonomi
pada bidang yang dimasuki, maka pekerjaan pun di kerjakan.
d) Usia
Pemuda yang berusia lebih muda punya orientasi kerja lebih ke arah luar
pertanian, karena tenaga masih kuat dan mobilitas masih tinggi. Pekerjaan petani
dianggap sebai pekerjaan yang melelahkan dan kotor, sehingga pemuda berusia
lebih muda berupaya mencari pekerjaan non pertanian sekalipun harus keluar desa.
Hal tersebut berbeda dengan kelompok tani usia tua.
e) Sosialisasi
Pekerjaan pertanian kurang disosialisasikan pada anak, terlihat pada nasehat-
nasehat yang di sampaikan para orang tua untuk rajin ke sekolah agar menjadi anak
18
yang pintar dan tidak menjadi petani seperti orang tuanya. Orang tua sudah
mengalami pergeseran pandangan terhadap pekerjaan pertanian walaupun secara
fakta mereka masih hidup dengan bertani. Hal tersebut mengakibatkan proses
sosialisasi pekerjaan pertanian tidak berlangsung secara intensif.
f) Sumber Daya Lahan
Pemuda yang memiliki lahan mempunyai harapan yang lebih besar terhadap
usaha pertanian, setidaknya pemilikan lahan membuka kemungkinan untuk
berusaha tani sebagai mata pencaharian yang bisa di lengkapi dengan penghasilan
dari pekerjaan di luar pertanian untuk pemenuhan kebutuhan.
g) Kontak Media
Kontak terhadap media komunikasi sedikit banyak memotivasi pemuda untuk
memperluas medan sosial ekonomi dan teritorial. Informasi yang cenderung bisa
mendorong pemuda menjangkau sumber-sumber ekonomi perkotaan dan
melupakan sumber ekonomi pedesaan yang identik dengan pertanian.
c. Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Minat Pemuda di Sektor Pertanian.
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang cukup berpengaruh dalam
menentukan minat pemuda pada sektor pertanian. Semakin tinggi pendidikan
seseorang maka semakin tinggi pula pengetahuan dan rasionalitas pemikiran
mereka. Pergeseran minat kerja pemuda dari sektor pertanian ke industri di
pengaruhi oleh pendidikan yang mereka per oleh dari bangku sekolah (Sari (2015).
Pemuda yang memiliki pendidikan tinggi semakin enggan untuk bekerja pada
sektor pertanian (Daninggar, 2018).
19
Apabila pendidikan meningkat maka probabilitas anak petani berminat
meneruskan usaha tani keluarga akan menurun. (Arimbawa, 2018). Pemuda yang
memiliki tingkat pendidikan tinggi tidak akan memilih pertanian untuk bidang
pekerjaannya (Meliasari, 2017. Sektor pertanian akan tetap di tinggalkan bagi
mereka yang memiliki pendidikan tinggi. Lulusan perguruan tinggi dapat dikatakan
lebih memilih bekerja di sektor non pertanian, bahkan sarjana pertanian lebih
memilih bekerja di sektor non pertanian, penelitian (Parcel, 2013).
3. Geografi
a. Pengertian Geografi
Toyne dan Newby mengatakan bahwa geografi selalu berkaitan dengan
lokasi, suatu aspek dalam kegiatan perekonomian manusia yang oleh disiplin –
disiplin ilmu lain cenderung diabaikan dan kurang mendapat perhatian. Sementara
Lobeck membedakan pengertian fisiografi dan geografi, yaitu dengan
mengemukakan geografi sebagai suatu studi hubungan – hubungan tang ada antara
kehidupan dengan lingkungan fisiknya. Richard Hartshorne menyatakan bahwa
geografi adalah sebuah ilmu yang menafsirkan realisme diferensiasi area muka
bumi seperti apa adanya, tidak hanya dalam arti perbedaan-perbedaan dalam hal
tertentu, tetapi juga dalam arti kombinasi keseluruhan fenomena di setiap tempat,
yang berbeda keadaannya dengan di tempat lain (Suharyono, 2013:19).
Upaya menyatukan pendapat definisi geografi digunakan pengertian dari
hasil seminar loka karya 1988 dan masih banyak pengertian yang di berikan oleh
beberapa ahli dengan sudut pandang yang berbeda. Definisi geografi hasil seminar
lokakarya tersebut adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan
20
fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau kewilayahan dalam
konteks keruangan (Hardati, 2004:21).
b. Pendekatan Geografi
Secara tradisional pendekatan kelingkungan atau sama dengan pendekatan
ekologi yang mempelajari hubungan kehidupan dengan lingkungan alam,
pendekatan kewilayahan atau sama dengan pendekatan regional yang berupaya
mempelajari dan menjelaskan karakteristik wilayah di bumi, serta pendekatan
keruangan sama dengan analisis keruangan merupakan pendekatan-pendekatan
utama dalam kajian geografi (Hardati, 2004:28).
Perbedaan geografi dengan ilmu lain terletak pada pendekatannya, ada tiga
pendekatan menurut Bintarto dan Surastopo, yaitu.
1) Pendekatan Keruangan
Pendekatan keruangan mempelajari perbedaan lokasi mengenai sifat penting.
Dengan kata lain analisis keruangan yang harus di perhatikan adalah penyebaran
penggunaan ruang yang telah ada dan penyediaan ruang yang akan di gunakan
untuk berbagai kegunaan yang dirancangkan. Dalam analisis keruangan ini dapat
di kumpulkan data lokasi terdiri dari titik dan data bidang (Bintarto, 1987:12).
2) Pendekatan Ekologi
Studi mengenai interaksi antara organisme hidup dengan lingkungan di sebut
ekologi. Oleh karena itu, untuk mempelajari ekologi seseorang harus mempelajari
organisme hidup seperti manusia, hewan, dan tumbuhan serta lingkungannya
seperti litosfer, hidrosfer, dan atmosfer. Selain organisme hidup dapat pula
21
mengadakan interaksi dengan organisme lain (Bintarto, 1987:18). Pendekatan
ekologi ini terkait dengan interaksi manusia lebih khususnya petani dengan sawah,
karena pada penelitian ini mengkaji tentang minat seseorang (pemuda) untuk
bekerja di sektor pertanian atau menggarap lahan pertanian yang ada.
3) Pendekatan Kompleks Wilayah
Kombinasi antara analisis kompleks wilayah dan analisis ekologi, pada
analisis ini wilayah-wilayah tertentu di dekati dengan pengertian areal
differentiation yaitu suatu anggapan bahwa interaksi antar wilayah akan
berkembang karena pada hakekatnya suatu wilayah berbeda dengan wilayah lain
(Bintarto, 1987:24).
Penelitian ini menggunakan pendekatan ekologi. Pendekatan ekologi
menyatakan interaksi antara manusia dengan lingkungannya khususnya sektor
pertanian.
c. Kajian Geografi Pertanian
Pertanian dalam arti sempit merupakan suatu Kegiatan bercocok tanam,
sedangkan pertanian dalam arti luas yaitu segala kegiatan manusia yang meliputi
kegiatan bercocok tanam, perikanan, peternakan, dan kehutanan (Banowati,
2013:4).
Undang - Undang Nomor 41 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat 2, lahan pertanian
adalah bidang lahan yang di gunakan untuk usaha pertanian. Pertanian adalah
kegiatan mengelola sumber daya alam hayati dengan bantuan teknologi, modal,
tenaga kerja, dan manajemen untuk menghasilkan komoditas pertanian yang
22
mencakup tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan/ atau peternakan dalam
agroekosistem (Undang - Undang Nomor 19 Tahun 2013 Pasal 1 Ayat 4).
Geografi pertanian berkaitan dengan aktivitas-aktivitas dalam konteks ruang,
lokasi, pertanian secara keseluruhan dan aktivitas-aktivitas di dalamnya yaitu
tanaman dan peternakan, pengagihan output dan input yang di perlukan untuk
produksi seperti tanah, tenaga, pupuk dan pemupukan, benih, pestisida. Geografi
pertanian termasuk dalam kelompok geografi sosial. Kajian geografi sosial pada
aspek aktivitas manusia dalam konteks keruangan, karakteristik penduduknya
dalam menyikapi alam, organisasi sosial kebudayaan yang unik dari aktivitasnya
tersebut (Banowati, 2013:5).
Pada dasarnya geografi pertanian mencakup banyak hal yang saling
berkaitan. Tidak hanya membahas mengenai manusia dan alam saja, termasuk di
dalamnya nilai ekonomis dan sosialnya juga lebih di perhatikan. Tujuan geografi
pertanian meliputi: keunikan dan sebaran pertanian di muka bumi dan fungsinya;
pembudidayaannya; pelaksanaan sistem pertanian dan proses perubahannya;
orientasi pertanian; wilayah-wilayah produksi hasil panen dan kombinasi hasil
panen atau perusahaan pertanian; tingkat perbedaan antar wilayah; identifikasi
wilayah produktivitas pertaniannya lemah; dan mengungkap wilayah pertanian
yang stagnasi, transisi dan dinamis (Banowati, 2013:10).
4. Sektor Pertanian
Sektor merupakan lingkungan suatu usaha pertanian; perindustrian (KBBI).
Undang – Undang Nomor 19 Tahun 2013, menyebutkan pertanian adalah kegiatan
mengelola sumber daya alam hayati dengan bantuan teknologi, modal, tenaga kerja,
23
dan manajemen untuk menghasilkan komoditas pertanian yang mencakup tanaman
pangan, hortikultura, perkebunan, dan atau peternakan dalam suatu agroekosistem.
Lahan pertanian menurut Undang-undang Nomor 41 tahun 2009 yaitu bidang lahan
yang digunakan untuk usaha pertanian. Kegiatan pertanian meliputi persiapan
lahan, penyemaian benih, penanaman, pemupukan, penyiangan gulma,
pembasmian hama, pengairan, dan panen (Hidayat, 2010).
Pertanian secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu pertanian
dalam arti sempit dan pertanian dalam arti luas.
a. Pertanian dalam arti sempit
Jenis pertanian ini sering di sebut pertanian rakyat. Bisa juga diartikan sebagai
pengolahan tanaman dan lingkungan untuk memberikan produk. Produk utama
yang dihasilkan dalam pertanian ini berupa tanaman pokok yang di konsumsi
sehari-hari, seperti beras, palawija, dan tanaman hortikultura. Pertanian ini biasanya
diusahakan di sawah, ladang dan pekarangan.
b. Pertanian dalam arti luas
Pertanian dalam arti luas merupakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan
dengan pemanfaatan sumber daya alam untuk menghasilkan suatu produk dengan
campur tangan manusia. Pertanian dalam arti luas meliputi pertanian dalam arti
sempit, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan .
Peraturan Menteri Kehutanan tahun 2009 menyatakan bahwa pertanian
menurut jenis lahannya dibagi menjadi 2 yaitu pertanian lahan basah dan pertanian
lahan kering.
a. Lahan Basah
24
Lahan basah yaitu wilayah lahan atau tanah jenuh dengan air, baik secara
permanen maupun temporer sebagian atau seluruhnya yang tergenangi oleh lapisan
air dangkal, jenis dari pertanian lahan basah yaitu lahan basah beririgasi, rawa
pasang surut dan lebak dan lahan basah tidak beririgasi serta lahan kering potensial
untuk pemanfaatan dan pengembangan tanaman pangan berdasarkan Peraturan
Menteri Kehutanan 2009.
Lahan basah mencakup suatu rentangan luas habitat pedalaman, pantai, dan
marin yang memiliki sejumlah kenampakan yang sama. Konvensi Ramsar 1971
mendefinisikan lahan basah yang penting secara internasional sebagai berikut.
Lahan basah adalah wilayah rawa, lahan gambut, dan air, baik alami atau buatan,
bersifat tetap atau sementara, berair tetap atau mengalir yang bersifat tawar, payau,
atau asin, mencakup wilayah air marin yang di dalamnya pada waktu surut tidak
lebih dari enam meter menurut Dugan, (1990) dalam Notohadiprawiro (2006:1).
Konvensi Ramsar mengklasifikasikan berdasarkan ciri biologi dan ciri fisik
dasar menjadi 30 kategori lahan basah alami dan 9 kategori lahan basah buatan.
Ketiga puluh kategori di pilah menjadi 13 kategori berair asin dan 17 kategori berair
tawar. Lahan basah buatan mencakup waduk, lahan sawah, jejaring irigasi, dan
lahan akuakultur atau perkolaman tawar dan tambak (Notohadiprawiro, 2006:1).
b. Pertanian lahan kering
Lahan kering merupakan lahan yang lahan yang dapat digunakan untuk usaha
pertanian dengan menggunakan air secara terbatas dan biasanya hanya
mengharapkan dari curah hujan atau menunggu hujan, kawasan lahan kering
potensial untuk pemanfaatan dan pengembangan tanaman hortikultura secara
25
monokultur maupun tumpang sari menurut Peraturan Menteri Kehutanan tahun
2009. Lahan kering merupakan lahan yang digunakan untuk pertanian dengan
menggunakan air terbatas, tidak memiliki fasilitas irigasi dan biasanya hanya
mengharapkan dari curah hujan menurut (Kristy 2010: 4).
Pertanian lahan kering merupakan pertanian yang diusahakan tanpa
penggenangan lahan garapan. Oleh karena itu padi sawah dan perikanan kolam (air
tawar dan tambak) tidak termasuk, akan tetapi padi gogo, palawija, perumputan
pakan, perkebunan dan pekarangan termasuk pertanian lahan kering. Hal ini dapat
diartikan bahwa irigasi tetap dapat di berikan, asal tidak di maksudkan untuk
menggenangi lahan (Notohadiprawiro, 2006: 3).
5. Pemuda
d. Pengertian Pemuda
Pemuda adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode penting
pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 (enam belas) sampai 30 (tiga
puluh) tahun (Undang - Undang nomor 40 tahun 2009 pasal 1 ayat 1).
Secara umum terdapat pergeseran mengenai konsep pemuda. Pada dua
dekade lalu, terminologi pemuda selalu memiliki makna ideologis. Pemuda
bukanlah sebuah pokok bahasan yang hanya di batasi pada umur semata. Bennedict
Anclerson , menyatakan bahwa definisi “pemuda” selalu dikaitkan dengan dimensi
politik. Sejak revolusi kemerdekaan, pemuda adalah kelompok umur tertentu (15-
40 tahun) yang menghabiskan sebagian besar atau malah hampir semua waktu
longgar mereka dalam kegiatan politik ( Sudibyo, 2013:17). Bila pemuda
sebelumnya diklasifikasikan sebagai lapisan masyarakat yang diisi oleh sosok-
26
sosok yang penuh idealisme, berani berkorban, berani menderita, dan menjadi
pelopor setiap perubahan sosial ataupun politik untuk kepentingan bangsanya,
maka pemuda sekarang memiliki sosok yang sangat lain.
Persoalan keuangan dan karir adalah persoalan paling utama bagi pemuda
saat ini. Menurut pandangan mereka, sebagian pemuda generasi mereka saat ini
bercita-cita ingin menjadi kaya dan terkenal. Sikap pragtisme sebagian pemuda
yang lebih mengedepankan kepentingan pribadi, yakni inginkannya, terkenal, dan
sukses dalam karier, berbanding terbalik dengan rendahnya partisipasi pemuda di
bidang politik dan kemasyarakatan (Sudibyo, 2013:18). Ketertarikan untuk terjun
di bidang politik, seperti menjadi anggota partai politik ataupun anggota legislatif,
sangatlah rendah. Sebagian besar pemuda ternyata juga tidak tertarik untuk aktif di
bidang sosial, seperti menjadi anggota organisasi kemasyarakatan, organisasi
pemuda, dan lembaga swadaya masyarakat. Dari paparan yang telah diuraikan
dapat disimpulkan bahwa definisi pemuda yaitu suatu individu yang mengalami
perkembangan fisik, mental dan emosional pada usia 15 tahun sampai 35 tahun.
Orang muda merupakan aktor kunci dalam sebagian besar proses perubahan
ekonomi dan sosial. Berdasarkan kajian- kajian makro perubahan sosial adalah
proses urbanisasi dan de-agrarianisasi. Kedua pergeseran tersebut pada umunya di
lakukan oleh pemuda. Perlu adanya transfer pertanian untuk mempertahankan
kepemilikan aset keluarga (lahan pertanian) melalui sosialisasi pertanian keluarga
(Waney, 2014).
27
e. Perbedaan Pemuda dan Remaja
Pemuda (youth) memperoleh arti yang baru yaitu suatu masa peralihan
antara masa remaja dan masa dewasa. Sedangkan “remaja” mempunyai batasan
usia yaitu masa di antara usia 12-21 tahun dengan perincian usia 12-15 tahun yaitu
masa remaja awal, usia 15-18 tahun yaitu masa remaja pertengahan, dan usia 18-21
tahun yaitu masa remaja akhir, Hill dalam (Haditono, 2002:262). Sehingga dapat
diartikan bahwa pemuda adalah individu usia antara 15 tahun sampai dengan 35
tahun sedangkan remaja adalah individu usia antara 12 tahun sampai dengan 21
tahun.
B. Kajian Hasil- Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian Meziriati Hendri, 2013. Berjudul “Persepsi Pemuda Pencari Kerja
terhadap Pekerjaan Sektor Pertanian dan Pilihan Pekerjaan di Desa Cihideung Udin
Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor”. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis persepsi pemuda desa terhadap pekerjaan di sektor pertanian,
menganalisis pilihan pekerjaan pada pemuda pencari kerja di desa Cihideung Udik,
dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi terhadap pekerjaan
sektor pertanian pada pemuda pencari kerja di desa Cihideung Unik. Rincian
penelitian ini terdapat pada Tabel 3.
Penelitian selanjutnya oleh Diah Retno Daninggar dan Hariyanto, 2017.
Berjudul “Faktor- faktor yang mempengaruhi rendahnya minat pemuda di sektor
pertanian lahan basah dan lahan kering Kabupaten Boyolali 2017”. Tujuan dari
penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya
minat pemuda bekerja di sektor pertanian dan menganalisis perbedaan minat
28
pemuda di sektor pertanian lahan basah dan lahan kering. Rincian penelitian ini
terdapat pada Tabel 3.
Penelitian selanjutnya berjudul “Hubungan Tingkat Pendidikan dan Umur
Petani Dengan Penurunan Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian sub Sektor
Tanaman Pangan Di Desa Meteseh Kecamatan Boja Kabupaten Kendal” oleh
Nadya Risky Prasetya dan Saptono Putro tahun 2018. Tujuan penelitian ini adalah
mengetahui tingkat pendidikan formal, non formal dan informal rumah tangga
usaha pertanian subsektor tanaman pangan di desa Meteseh Kecamatan Boja
Kabupaten Kendal, mengetahui rata-rata umur petani sub sektor tanaman pangan di
Desa Meteseh Kecamatan Boja Kabupaten Kendal, dan mengetahui hubungan
tingkat pendidikan dan umur petani dengan penurunan jumlah rumah tangga usaha
pertanian sub sektor tanaman pangan di Desa Meteseh Kecamatan Boja Kabupaten
Kendal. Rincian penelitian ini terdapat pada Tabel 3.
Penelitian berikutnya yaitu berjudul “Fenomena Penuaan Petani dan
Berkurangnya Tenaga Kerja Muda Serta Implikasinya Bagi Kebijakan
Pembangunan Pertanian” oleh Sri Heny Susilowati tahun 2016. Penelitian tersebut
bertujuan untuk melakukan review tentang perubahan struktural tenaga kerja
pertanian dilihat dari fenomena aging farmer dan menurunnya jumlah tenaga kerja
usia muda sektor pertanian di Indonesia dan di berbagai negara lainnya,
mengidentifikasi berbagai faktor penyebab perubahan tersebut, serta kebijakan
yang diperlukan untuk mendukung tenaga kerja muda masuk ke sektor pertanian.
Metode yang di gunakan dalam penelitian tersebut yaitu analisis deskriptif dan
tabulasi.
29
Hasil penelitian tersebut yaitu (1) Secara umum fenomena penuaan petani dan
penurunan petani muda di Indonesia semakin meningkat, kondisi tersebut juga
terjadi di Asia, Eropa dan Amerika. (2) Faktor penyebab menurunnya minat tenaga
kerja muda di sektor pertanian, di antaranya citra sektor pertanian yang kurang
bergengsi, kurang memberikan jaminan, tingkat, stabilitas, dan kontinuitas
pendapatan; rata-rata penguasaan lahan sempit; kurang berkembangnya industri
pertanian di pedesaan; suksesi pengelolaan usaha tani rendah; belum ada kebijakan
insentif khusus untuk petani muda/pemula; dan berubahnya cara pandang pemuda
di era postmodern seperti sekarang. (3) Strategi yang perlu dilakukan untuk menarik
minat pemuda bekerja di pertanian antara lain mengubah persepsi pemuda bahwa
sektor pertanian merupakan sektor yang menarik dan menjanjikan apabila dikelola
dengan tekun dan sungguh-sungguh, pengembangan agroindustri, inovasi
teknologi, pemberian insentif khusus kepada petani muda, pengembangan pertanian
modern, pelatihan dan pemberdayaan petani muda. Rincian peneitian ini terdapat
pada Tabel 3.
Penelitian berikutnya berjudul “Faktor- Faktor yang Menentukan
Keterlibatan Pemuda Pedesaan pada Kegiatan Pertanian Berkelanjutan” oleh Fitri
Ningsih dan Sofyan Sjaf tahun 2015. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
faktor-faktor yang menentukan keterlibatan pemuda pedesaan pada kegiatan
pertanian berkelanjutan. Variabel dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang
menentukan keterlibatan pemuda pedesaan pada kegiatan pertanian berkelanjutan.
Metode penelitian yang di gunakan yaitu kualitatif dan kuantitatif, kualitatif dengan
wawancara mendalam sedangkan kuantitatif dengan pendekatan survei, diolah
30
dengan uji regresi uji rank spearman dan tabulasi silang. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa keterlibatan pemuda pada kegiatan pertanian menurun. Faktor
yang menyebabkan rendahnya keterlibatan pemuda pada kegiatan pertanian
berkelanjutan adalah sosialisasi orang tua dan kohesivitas teman sebaya yang
rendah. Rincian penelitian ini terdapat pada Tabel 3.
31
Tabel 3. Kajian Hasil- Hasil Penelitian yang Relevan
No. Penulis dan Judul Tujuan Variabel dan Metode Hasil Analisis
1. Hendri Meziriati,Persepsi PemudaPencari Kerjaterhadap PekerjaanSektor Pertanian danPilihan Pekerjaan diDesa Cihideung UdinKecamatan CiampeaKabupaten Bogor.
1. Menganalisis persepsipemuda desa terhadappekerjaan di sektorpertanian.
2. Menganalisis pilihanpekerjaan pada pemudapencari kerja di desaCihideung Udik.
3. Menganalisis faktor-faktor yangmempengaruhi persepsiterhadap pekerjaan sektorpertanian pada pemudapencari kerja di desaCihideung Unik.
-Variabel terikat: persepsi- Variabel bebas : Faktor
internal yang berupa jeniskelamin, keterampilan, danpengalaman bekerjasedangkan faktoreksternalnya berupastatusnya sosial ekonomitingkat kosmopolitan dansosialisasi pekerjaan.
-Metode yang digunakankualitatif dan kuantitatif.Rumus Chi-Square danSpearman.
1. Persepsi pemuda pencari kerja terhadappekerjaan pertanian di desa Cihideungtidak secara keseluruhan adalah negatif.
2. Pemuda desa cihideung udik lebih memilihpekerjaan di luar sektor pertanian yaitusektor industri.
3. Tidak terdapat hubungan yang signifikanpada variabel internal maupun eksternal.
2. Daninggar DiahRetno, Faktor- faktoryang mempengaruhirendahnya minatpemuda di sektorpertanian
1. Menganalisis faktor-faktor yangmempengaruhirendahnya minat pemudabekerja di sektorpertanian.
- Variabel bebas : faktorpendorong dan penarikyang mempengaruhirendahnya minat remajadi sektor pertanian.
- Variabel terikat: minat
1. Rendahnya minat pemuda untuk bekerjadi sektor pertanian yang di pengaruhi olehvariabel faktor pendorong dan penariksebesar 22%, sedangkan 88% dijelaskanoleh variabel lain.
32
No. Penulis dan Judul Tujuan Variabel dan Metode Hasil Analisis
lahan basah dan lahankering KabupatenBoyolali 2017
2. Menganalisis perbedaanminat pemuda di sektorpertanian lahan basah danlahan kering.
- Metode: wawancara,dokumentasi, danangket.
3. Minat pemuda di lahan basah dan lahankering tidak ada perbedaan yangsignifikan.
3. Prasetya NadyaRiski. HubunganTingkat Pendidikandan Umur PetaniDengan PenurunanJumlah RumahTangga UsahaPertanian sub SektorTanaman Pangan DiDesa MetesehKecamatan BojaKabupaten Kendal.
1. Mengetahui tingkatpendidikan rumah tanggausaha pertanian subsektortanaman pangan di desaMeteseh KabupatenKendal.
2. Mengetahui rata-rataumur petani sub sektortanaman pangan di DesaMeteseh.
3. Mengetahui hubungantingkat pendidikan danumur petani denganpenurunan jumlah rumahtangga usaha pertanian subsektor tanaman pangan diDesa Meteseh KecamatanBoja Kabupaten Kendal.
- Variabel bebas :1.Tingkat Pendidikan
2.Umur petani- Variabel terikat :
Penurunan jumlahrumah tangga usahapertanian
-Metode Penelitian :Observasi, kuesioner,wawancara dandokumentasi.
1. Tingkat pendidikan petani termasukrendah karena 46,061% mayoritas petanitidak tamat SD dan lulus SD, danpengetahuan mengenai pertanian hanyaberupa pengetahuan yang di turunkan dariorang tua petani. 2. Umur petanimenunjukkan bahwa mayoritas petaniberusia tua yaitu 50% petai berusia 50sampai 60 tahun.2. Umur petani termasuk dalam kategorisedang dengan persentase 66,35% danterdapat hubungan antara tingkat pendidikandan umur petani dengan penurunan jumlahrumah tangga usaha sub sektor tanamanpangan sebesar 6,5% sedangkan sisanyadapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar variabel dalam penelitian ini.
33
No. Penulis dan Judul Tujuan Variabel dan Metode Hasil Analisis
4. Susilowati Sri Hery.Fenomena PenuaanPetani danBerkurangnyaTenaga Kerja MudaSerta ImplikasinyaBagi KebijakanPembangunanPertanian, tahun2016.
1.Meriview perubahanstruktural tenaga kerjapertanian dan menurunnyajumlah tenaga kerja usiamuda sektor pertanian diIndonesia dan berbagainegara lainnya.2.Mengidentifikasi faktorpenurunan tersebut.3.Menganalisis kebijakanyang di perlukan untukmendukung tenaga kerjamuda masuk ke sektorpertanian.
- Variabel bebas:1. Penuaan petani2. Berkurangnya
tenaga kerja muda- Variabel terikat:
Kebijakan pembangunanpertanian
- Metode penelitian:analisis deskriptif dantabulasi
1. Secara umum fenomena penuaan petanidan penurunan petani muda di Indonesiasemakin meningkat, kondisi tersebut jugaterjadi di Asia, Eropa dan Amerika.2. Faktor penyebab menurunnya minattenaga kerja muda di sektorpertanian, di antaranya citra sektor pertanianyang kurang bergengsi, kurang memberikanjaminan, tingkat, stabilitas, dan kontinyuitaspendapatan; rata-rata penguasaan lahansempit; kurang berkembangnya industripertanian di pedesaan; belum ada kebijakaninsentif khusus untuk petani muda/pemula;dan berubahnya cara pandang pemuda di erapostmodern seperti sekarang3. Strategi yang perlu dilakukan untukmenarik minat pemuda bekerja di pertanianantara lain mengubah persepsi pemudabahwa sektor pertanian merupakan sektoryang menarik dan menjanjikan apabiladikelola dengan tekun dan sungguh-sungguh, pengembangan agroindustri,inovasi teknologi, pemberian insentif khususkepada petani muda, pengembanganpertanian modern, pelatihan danpemberdayaan petani muda.
34
No. Penulis dan Judul Tujuan Variabel dan Metode Hasil Analisis
5. Ningsih Fitri danSofyan Sjaf tahun2015. Faktor- faktoryang MenentukanKeterlibatan PemudaPedesaan padaKegiatan PertanianBerkelanjutan.
Menganalisis faktor-faktoryang menentukanketerlibatan pemudapedesaan pada kegiatanpertanian berkelanjutan.
- Variabel: faktor yangmenentukan keterlibatanpemuda pedesaan padakegiatan pertanianberkelanjutan
- Metode penelitian:kualitatif (wawancara)dan kuantitatif (survei).Pendekatan kuantutatif dihitung dengan uji regresi,uji rank spearman dantabulasi silang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwaketerlibatan pemuda dalam kegiatanpertanian berkelanjutan semakin menurun.Faktor yang menyebakannya yaitu sosialisasiorang tua dan kohesi teman sebaya yangrendah. Pertanian dianggap sebagaipekerjaan yang tidak menjajikan secaraekonomi.
35
C. Kerangka Berpikir
Jumlah tenaga kerja di bidang pertanian semakin hari semakin menurun. Hal
tersebut karena jumlah pemuda yang bekerja di sektor pertanian semakin sedikit,
atau kurangnya regenerasi petani. Tingkat pendidikan pemuda yang bervariasi
memungkinkan salah satu penyebab rendahnya minat pemuda pada sektor
pertanian. Seseorang yang memiliki pendidikan tinggi cenderung memilih
pekerjaan lain selain pertanian, seperti bidang jasa atau industri atau dengan kata
lain minat untuk bekerja di sektor pertanian itu sendiri semakin menurun. Minat
sendiri dilihat dari tiga aspek di dalamnya yaitu aspek kognisi, emosi dan konasi.
Tingkat pendidikan dapat berpengaruh terhadap minat pemuda pada sektor
pertanian.
Jumlah tenaga kerja pada sektor pertanian di KecamatanKaliori Kabupaten Rembang semakin menurun
Tingkat PendidikanPendidikan Formal
Minat Pemuda di Pertanian1. Kognisi2. Emosi3. Konasi
Faktor
Angket
Terdapat pengaruh
Gambar 4. Kerangka Berpikir
36
D. Hipotesis
Sesuai dengan permasalahan yang di bahas maka hipotesis penelitian ini
adalah:
Ha : Tingkat pendidikan berpengaruh pada minat pemuda usia 21 – 30 tahun
bekerja pada sektor pertanian
89
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Tingkat pendidikan pemuda anak petani usia 21-30 tahun di Desa Sidomulyo
mayoritas adalah lulusan SMA. Di Desa Tambakagung tingkat pendidikan pemuda
anak petani usia 21-30 tahun adalah lulusan SMA dan SMP dengan proporsi yang
sama.
Minat pemuda anak petani usia 21-30 tahun untuk bekerja pada sektor
pertanian baik di Desa Sidomulyo maupun di Desa Tambakagung berada pada
kategori sedang.
Pengaruh tingkat pendidikan terhadap minat pemuda anak petani usia 21-30
tahun untuk bekerja pada sektor pertanian di Desa Sidomulyo memiliki nilai R
Square 0,248 dan untuk Desa Tambakagung memiliki nilai R Square 0,428. Tingkat
pendidikan berpengaruh terhadap minat pemuda anak petani usia 21-30 tahun untuk
bekerja pada sektor pertanian baik di Desa Sidomulyo maupun di Desa
Tambakagung karena nilai thitung > ttabel. Arah pengaruh negative, artinya yaitu
apabila pendidikan meningkat maka minat pemuda anak petani usia 21-30 tahun
untuk bekerja di sektor pertanian turun.
B. SARAN
Pemuda anak petani usia 21-30 tahun yang memiliki tingkat pendidikan tinggi
sebaiknya tetap ikut berkontribusi dalam kegiatan pertanian. Kegiatan pertanian
merupakan suatu hal yang penting karena kebutuhan pangan harus tetap terpenuhi.
Memiliki pendidikan tinggi harusnya dapat memberikan inovasi atau gagasan baru
90
pada sektor pertanian agar lebih maju dan dapat lebih menyejahterakan petani.
Regenerasi petani juga sangat diperlukan supaya masih tetap ada petani muda yang
memahami tentang pertanian sehingga nantinya kebutuhan pangan akan tetap
terpenuhi.
91
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 2003. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto Suharsismi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta
Arimbawa I Putu Eka dan Surya Dewi Rustariyani. 2018. Respon Anak Petani
Meneruskan Usaha Tani keluarga Di Kecamatan Abiansemal. E-Jurnal
Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana Volume 7 No.7.
Banowati Eva dan Sriyanto. 2013. Geografi Pertanian. Yogyakarta: Ombak.
Ban,Van Den dan Hawkins.1999.Penyuluhan Pertanian.Yogyakarta: Kanikus.
Bappenas. 2014. Sensus Pertanian 2013. Indonesia: Kementerian PPN/Bappenas.
Basrowi dan Siti Juariyah. 2010. Analisis Kondisi Sosial Ekonomi dan Tingkat
Pendidikan Masyarakat Desa Srigading, Kecamatan Labuhan Maringgai,
Kabupaten Lampung Timur. Jurnal Ekonomi & Pendidikan Vomule 7
Nomor 1.
Bintarto & Surastopo Hadisumarno. 1987. Metode Analisa Geografi. Jakarta:
LP3ES
BPS. 2018. Kecamatan Kaliori Dalam Angka 2018. Kabupaten Rembang : BPS
Kabupaten Rembang
. 2018. Kabupaten Rembang Dalam Angka 2018. Kabupaten Rembang : BPS
Kabupaten Rembang
. 2018. Statistik Nilai Tukar Petani 2018. Indonesia : BPS-Statistik Indonesia.
Budiati, Indah. 2014. Implikasi Minat Siswa Dalam Pengelolaan Pertanian
Terhadap Keberlanjutan Minat Bertani Di Wilayah Kecamatan
Parongpong ( Studi Kasus SMAN 1 Parongpong). Jurnal Pendidikan Ilmu
Sosial Volume 23, No.02.
Daninggar Diah Retno dan Hariyanto. 2017. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi
Rendahnya Minat Generasi Muda di Sektor Pertanian Lahan Basah dan
Lahan Kering Kabupaten Boyolali 2017. Skripsi. UNNES.
92
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. 2018. Data Monografi Kabupaten
Rembang 2018. Rembang : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.
Djaali. 2013. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Hardati, Puji. 2004. Pengantar Filsafat Geografi. Semarang: UNNES
Hardati, Puji. 2013. Pertumbuhan Penduduk Dan Struktur Lapangan Pekerjaan Di
Jawa Tengah. Jurnal Forum Ilmu Sosial Volume 40 Nomor 2.
Hendri, Meziriati dan Ekawati Sri Wahyuni. 2014. Persepsi Pemuda Pencari Kerja
Terhadap Pekerjaan Sektor Pertanian dan Pilihan Pekerjaan di Desa
Cihideung Udik Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Jurnal
Penyuluhan Volume 9. No.1.
Hidayat T. 2010. Kontestasi sains dan pengetahuan lokal petani dalam Pengelolaan
lahan rawa pasang surut Kalimantan Selatan. Tesis: Institut Pertanian
Bogor.
http://prodigeografi.blogspot.co.od
KBBI Online.2019.Jumlah.Kemdikbud : Badan Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa. https://kbbi.web.id/jumlah.
_________.2019. Sektor : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
https://kbbi.web.id/sektor.
Keumala Cut Muftia. 2018. Indikator Kesejahteraan Petani melalui Nilai Tukar
Petani (NTP) dan pembiayaan Syariah sebagai Solusi. Jurnal Ekonomi
Islam Volume 9 No.1.
Kristy Yanian Ade. 2010. Pemanfaatan Lahan kering Tanaman Pangan Pokok Non
Beras dalam Upaya Ketahanan Pangan di Kabupaten Garut. Skripsi :
Universitas Indonesia.
Mantra, Ida Bagoes. 2015. Demografi Umum. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Meliasari, Endriatmo Soetarto dan Mohammad Shohibuddin. 2017. Hubungan
Kondisi Sosial-Ekonomi Rumah Tangga Dengan Minat Pemuda Desa Di
Bidang Pertanian (Desa Mulangsari, Kecamatan Pangkalan, Kabupaten
Karawang). Skripsi: Institut Pertanian Bogor.
Mulyasana Dedy. 2011. Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing. Bandung:
Remaja Kosdakarya.
93
Munib, Budiyono dan Suryana.2016. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang:
UNNES Press
Naafs Suzanne dan Ben White. 2012. Generasi antara: Refleksi tentang Studi
Pemuda Indonesia. Jurnal Studi Pemuda Volume 1 No. 2.
Ningsih Fitri dan Sofyan Sjaf. 2015. Faktor- Faktor yang Menentukan Keterlibatan
Pemuda Pedesaan pada Kegiatan Pertanian Berkelanjutan. Jurnal
Penyuluhan Volume 11 No. 1.
Notohadiprwiro Tejoyueono. 2006. Lahan Basah: Terra Incognita. Repro Ilmu
Ukur Tanah Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Notohadiprawiro Tejoyuwono. 2006. Pertanian Lahan Kering Di Indonesia,
Potensi, Prospek, Kendala dan Pengembangannya. Repro Ilmu Ukur
Tanah Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Pambudi Andre Kukuh, Hariyato dan Sriyono. 2015. Hubungan Tingkat
Pendidikan Terhadap Partisipasi Petani dalam Sapta Usaha Tani Di Desa
Kebonharjo, Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal Tahun 2014. Jurnal
Edu Geography Volume 03 No.3.
Panurat, Sitty Muawiyah. 2014. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Minat Petani
Berusaha Tani Padi di Desa Sendangan Kecamatan Kakas Kabupaten
Minaha. Jurnal Sosial Ekonomi. Universitas Sam Ratulangi.
Parcel, J. (2003), “Undergraduate perceptions of the need for an agricultural
entrepreneurship curriculum”. Jurnal Agricultural Economics Volume
12 Issue 2.
Pidarta Made. 2009. Landasan Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Prasetya Nadya Riski dan Saptono Putro. 2019. Hubungan Tingkat Pendidikan dan
Umur Petani dengan Penurunan Jumlah Rumah Tangga Usaha pertanian
Sub Sektor Tanaman Pangan Di Desa Meteseh Kecamtan Boja
Kabupaten kendal. Skripsi. UNNES
Ridha Rizki Novanda, Burhanuddin, dan Budi Priyatna Wahyu. 2017.
Enterpreunership Intention In Agricultural Sector of Young Generation
in Indonesia. Jurnal Asia Pacific Journal of Innovation and
Enterpreunership. Volume 11 Issue 1.
94
Sari Meryyana Puspita, I Gusti Putu Bagus Suka Arjawa dan Gede Kamajaya. 2018.
Pergeseran Pekerjaan Remaja Dari Sektor Pertanian Ke Sektor Industri.
Artikel Skripsi: Universitas Udayana.
Shaleh Abdul Rahman dan Muhbib Abdul Wahab. 2004. Psikologi Suatu
Pengantar (Dalam Prespektif Islam). Jakarta Prenada Media.
Siregar Syofian. 2017. Statistik Parametrik. Jakarta: Bumi Aksara
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Soekidjo Notoatmodjo. 2013. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Suharyono dan Moch. Amin. 2013. Pengantar Filsafat Geografi. Yogyakarta:
Ombak.
Susilowati, Sri Hery. 2014. Attracting the young generation to engage in
agriculture. Food and Fertilizer Technology Center for the Asian and
Pacific Region. http://ap.fftc.agnet.org/ap_db.php?id=323
Susilowati Sri Hery. 2016. Fenomena Penuaan Petani dan berkurangnya Tenaga
Kerja Muda Serta Implikasinya Bagi Kebijakan Pembangunan Pertanian.
Forum Penelitian Agro Ekonomi Volume 34 No. 1.
Tarigan Herlina. 2004. Representasi Pemuda Pedesaan Mengenai Pekerjaan
Pertanian. Icaserd Working Paper No.29.
https://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/WP_29_2004.pdf.
Dikutip 13 Februari 2019.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan.
Undang- Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan.
Undang- Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan
Petani.
95
Waney, N.F.L. Soemarno, Yuliaty, Y., Polii, B. 2014. Developing Indicators of
Sustainable Agriculture at Farm Level. Journal of Agriculture and
Veterinary Science. Vol (7), Issue 2, 42-53
Wiley, Angela R., Timothy Bogg and Moon-Ho Ringo Ho. 2005. The Influence Of
Parental Socialization Factors On Family Farming Plan Of Preadolescent
Children An Exploratory Analysis. Journal Of Research In Rural Education
Vol 20(11).